PENGEMBANGAN MODEL OPTIMISASI PERANCANGAN GELAS PLASTIK UNTUK AIR MINUM DALAM KEMASAN DENGAN PENDEKATAN DESIGN FOR ENVIRONMENT (DFE)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGAN MODEL OPTIMISASI PERANCANGAN GELAS PLASTIK UNTUK AIR MINUM DALAM KEMASAN DENGAN PENDEKATAN DESIGN FOR ENVIRONMENT (DFE)"

Transkripsi

1 PENGEMBANGAN MODEL OPTIMISASI PERANCANGAN GELAS PLASTIK UNTUK AIR MINUM DALAM KEMASAN DENGAN PENDEKATAN DESIGN FOR ENVIRONMENT (DFE) Skripsi Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik ANGGUN TRI KUSUMANINGRUM I JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 i

2 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang topik yang akan dibahas pada penelitian, perumusan masalah yang digunakan, tujuan, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi, serta sistematika penulisan yang digunakan dalam pembuatan tugas akhir. 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa tahun belakangan ini, isu mengenai lingkungan menjadi isu penting yang sering diperbincangkan. Seiring dengan pertambahan jumlah manusia dan industri maka isu lingkungan semakin tersebar luas. Pemanasan global dan penipisan lapisan ozon merupakan permasalahan lingkungan yang membahayakan (Eltayeb dan Zailani, 2009). Isu lingkungan ini telah meningkat dan terintegrasi dengan perdagangan internasional, sehingga permintaan pasar dan konsumen di dunia terhadap produk yang ramah lingkungan pun meningkat (Anbumozhi dan Kanda, 2005). Banyak perusahaan berusaha untuk lebih ramah lingkungan selain juga berusaha agar biaya produksi yang dibutuhkan lebih kompetitif. Keputusan mengenai dimensi produk memberikan kontribusi terhadap biaya produksi dan dampak lingkungan, yaitu dengan perhitungan dimensi produk yang tepat menyebabkan tidak banyak bahan baku yang terbuang sehingga menghemat biaya produksi dan ramah lingkungan. Keputusan ini biasanya dibuat tanpa pengetahuan kuantitatif yang cukup terhadap efek yang ditimbulkan terhadap produksi (Bradley dkk., 2006). Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah model desain produk yang tidak hanya mempertimbangkan aspek manufaktur, namun juga dampak lingkungan yang ditimbulkan. Design for Environment (DFE) merupakan sebuah pendekatan yang digunakan dalam merancang produk. DFE merupakan sebuah pendekatan sistematis dengan mempertimbangkan aspek lingkungan, kesehatan, keselamatan, serta kemampuan sustainable yang baik terhadap produk maupun siklus hidup I - 1

3 (Fiksel, 2009). Menurut Nowosielski dkk. (2007), DFE disebut juga dengan ecodesign, environmental design, ecological design, sustainable product design, atau green design. Dikarenakan pendekatan DFE lebih fokus pada permasalahan lingkungan, maka pendekatan ini sesuai untuk digunakan dalam penelitian ini agar dihasilkan produk yang ramah lingkungan dengan harga yang kompetitif. DFE dapat diaplikasikan pada berbagai bidang industri. Menurut Fiksel (2009), industri yang telah mengaplikasikan DFE adalah industri peralatan elektronik, transportasi, kimia, farmasi, makanan dan minuman, produksi material, produksi energi, serta jasa. Makanan dan minuman merupakan kebutuhan pokok manusia, maka permintaan akan produk ini setiap hari akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah manusia. Oleh karena itu, dibutuhkan produksi yang besar dan berkelanjutan untuk memenuhi permintaan masyarakat tersebut. Untuk sampai ke tangan konsumen dalam keadaan bersih dan aman dikonsumsi, makanan dan minuman tersebut harus dikemas dalam suatu kemasan yang bersih dan ramah lingkungan. Kemasan bekas pakai merupakan komponen terbesar dalam sampah padat dengan jumlah hampir sepertiga dari sampah padat perkotaan (Thurston dkk., 1994). Material yang sering digunakan untuk membuat kemasan adalah plastik. Plastik menjadi material yang banyak diminati karena kelebihan-kelebihan material ini dibandingkan material lainnya. Kelebihan tersebut diantaranya adalah plastik dapat diproses menjadi berbagai macam bentuk dan ukuran, ringan, tahan dengan berbagai suhu (panas dan dingin), mudah dibawa, tahan air, serta mudah didaur ulang dengan menggunakan energi dan bahan kimia yang sedikit (John, 1972). Walaupun plastik memiliki kelebihan dibandingkan material pengemasan lainnya, plastik juga memiliki kekurangan. Kekurangan plastik adalah sulit diurai jika dibuang ke tempat pembuangan akhir. Oleh karena itu, untuk meminimasi dampak lingkungan dari sampah plastik, harus dilakukan daur ulang material plastik menjadi produk yang berguna. Penelitian ini dilakukan di PT. Supratama Aneka Industri yang merupakan industri manufaktur yang memproduksi kemasan makanan dan minuman berbahan baku plastik. Salah satu commit produk to user yang dihasilkan adalah gelas plastik I - 2

4 dengan berbagai macam bentuk dan ukuran, seperti gelas bening, gelas putih, gelas ukuran 200 ml, gelas ukuran 175 ml, gelas ukuran 235 ml, dan lain-lain. Dalam penelitian ini, gelas plastik yang akan digunakan sebagai studi kasus adalah gelas plastik berwarna putih dengan ukuran 200 ml atau di perusahaan disebut dengan gelas PC200R. Gelas ini dipilih karena banyak diproduksi oleh perusahaan. Selama ini, PT. Supratama Aneka Industri tidak menggunakan standar nasional ataupun internasional tertentu dalam merancang dan melakukan pengujian terhadap produk yang dihasilkan. Standar yang digunakan adalah berdasarkan pengalaman perusahaan. Padahal, terdapat SNI (Standar Nasional Indonesia) yang mengatur tentang standar gelas plastik untuk air minum dalam kemasan, yaitu SNI Nomor Standar yang diatur dalam SNI tersebut adalah standar mengenai syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat lulus uji, pengemasan, penandaan gelas plastik, dan beberapa metode pengujian produk, seperti uji tekan, uji jatuh, uji visual, dan uji kapasitas. Uji visual merupakan uji yang telah dilakukan oleh perusahaan dalam pengujian terhadap produk yang mereka hasilkan. Dengan melakukan uji visual maka akan didapatkan produk yang cacat dan tidak memenuhi standar perusahaan. Sedangkan uji jatuh dan uji tekan hanya dilakukan jika terdapat permintaan tertentu dari konsumen. Dalam uji tekan, terdapat standar mengenai kekuatan minimum yang dapat diterima produk apabila diberi tekanan tertentu. Kekuatan produk ini dipengaruhi oleh dimensi produk tersebut sehingga diperlukan penentuan dimensi produk yang tepat agar menghasilkan kekuatan yang sesuai dengan SNI yang berlaku. Tujuan utama perusahaan adalah memberikan kepuasan kepada konsumen untuk menghasilkan produk dengan kualitas tinggi, higienis, dan ramah lingkungan. Namun, permasalahan yang dihadapi perusahaan saat ini adalah merancang gelas plastik untuk air minum dalam kemasan yang tidak hanya memenuhi standar tetapi juga ramah lingkungan. Selain pengujian tersebut, di perusahaan juga dilakukan pengujian suhu terhadap produk yang telah dihasilkan. Pengujian dilakukan terhadap produk yang nantinya akan digunakan oleh konsumen commit to untuk user diisi minuman dengan suhu yang I - 3

5 tinggi. Dengan perhitungan ketebalan yang tepat maka produk dapat menahan suhu air sehingga gelas tidak pecah atau penyok. Sehingga faktor suhu juga harus dipertimbangan dalam menentukan ketebalan produk. Pada penelitian sebelumnya, Giudice dkk. (2005) telah mengembangkan sebuah model pemilihan material dengan memperhatikan siklus hidup produk tersebut. Model tersebut digunakan untuk menentukan dampak lingkungan siklus hidup produk. Penelitian tersebut difokuskan pada pemilihan material tanpa mempertimbangkan variabel desain seperti ketebalan produk sebagai variabel keputusan. Selain itu, pada penelitian tersebut dikembangkan sebuah model yang berlaku umum, tidak ditentukan secara spesifik jenis produk yang akan dirancang. Pada penelitian ini, akan dikembangkan suatu model optimisasi perancangan produk untuk menentukan ketebalan gelas plastik dengan tujuan untuk memaksimasi kekuatan produk dan meminimasi dampak lingkungan yang ditimbulkan. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Ríos (2003), material daur ulang bukanlah material yang memiliki kualitas yang buruk. Oleh karena itu, material daur ulang dapat digunakan untuk memproduksi suatu produk baru tanpa mempengaruhi kualitas produk secara signifikan. Selama ini PT. Supratama Aneka Industri telah menggunakan material campuran antara material baru dan daur ulang sebagai bahan baku dalam pembuatan produk baru. Material baru yang digunakan adalah bijih plastik yang dihasilkan melalui proses ekstraksi material. Material ini diperoleh oleh PT. Supratama Aneka Industri dengan membeli ke perusahaan lain. Sedangkan material daur ulang berasal dari produk cacat dan sisa lembaran plastik yang tidak dapat digunakan untuk membuat produk baru pada perusahaan tersebut. Pada penelitian ini, selain untuk menentukan ketebalan optimal gelas plastik, juga akan ditentukan proporsi antara penggunaan material baru dan daur ulang. I - 4

6 1.2 Perumusan Masalah Masalah yang akan diselesaikan dalam penelitian tugas akhir ini adalah: Bagaimana model optimisasi perancangan gelas plastik untuk air minum dalam kemasan dengan pendekatan Design for Environment (DFE) untuk menentukan ketebalan gelas plastik dan proporsi antara penggunaan material baru dan daur ulang sehingga dapat memaksimasi kekuatan produk dan meminimasi dampak lingkungan? 1.3 Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dengan penelitian ini adalah menghasilkan model optimisasi perancangan gelas plastik untuk air minum dalam kemasan dengan pendekatan Design for Environment (DFE) untuk menentukan ketebalan gelas plastik dan proporsi antara penggunaan material baru dan daur ulang sehingga dapat memaksimasi kekuatan produk dan meminimasi dampak lingkungan. 1.4 Manfaat Manfaat yang ingin diperoleh melalui penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Memberikan kontribusi terhadap permasalahan lingkungan yang terjadi saat ini, yaitu mengenai penghematan penggunaan bahan baku dengan perhitungan dimensi produk yang tepat sehingga tidak banyak material yang terbuang, serta dengan menggunakan material daur ulang untuk menghasilkan produk baru. 2. Perusahaan dapat membuat model perancangan produk yang berkaitan dengan ketebalan produk serta proporsi penggunaan antara material baru dan daur ulang sehingga ramah lingkungan. 3. Perusahaan dapat menerapkan konsep green manufacturing dalam kegiatan produksinya dan meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan. I - 5

7 1.5 Batasan Masalah Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penaksiran dampak lingkungan yang dihasilkan dalam mendesain produk dilakukan dengan menggunakan eco-indicator Produk yang akan digunakan pada studi kasus model adalah gelas plastik jenis PC200R. 3. Ketebalan yang dihitung adalah ketebalan dinding dan alas gelas plastik. 4. Material yang akan digunakan pada studi kasus adalah polypropylene (PP). 5. Dampak lingkungan pada fase penggunaan produk oleh konsumen tidak dihitung dalam model karena sulit dinyatakan secara jelas. 6. Prinsip DFE yang digunakan dalam pengembangan model adalah Design for Dematerialization. 1.6 Asumsi Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Ketebalan dinding dan alas gelas plastik adalah sama. 2. Gelas berbentuk tabung tanpa tutup. 3. Dalam daur hidup produk, pada fase akhir dinyatakan bahwa produk akan dibuang ke tempat pembuangan akhir. 4. Modulus elastisitas polypropylene (PP) diasumsikan membentuk kurva linier sebanding dengan proporsi material daur ulang yang digunakan sebagai campuran bahan baku pembuatan produk gelas plastik. 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan dalam pembuatan tugas akhir ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang mengenai permasalahan yang akan dibahas, perumusan masalah yang diangkat, tujuan dan manfaat yang ingin dicapai, serta batasan commit masalah to user dan asumsi yang digunakan. I - 6

8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berisikan info perusahaan dan landasan teori yang merupakan penjelasan secara terperinci mengenai teori-teori yang digunakan, sebagai landasan pemecahan masalah, serta memberikan penjelasan secara garis besar metode yang digunakan oleh penulis sebagai kerangka pemecahan masalah. Tinjauan pustaka ini diambil dari berbagai sumber. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini merupakan gambaran terstruktur tahap demi tahap proses pelaksanaan penelitian yang digambarkan dalam bentuk flowchart dan tiap tahapnya diberi penjelasan. BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini menguraikan data-data yang diperlukan untuk penyelesaian masalah dan cara pengolahan data yang dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian. BAB V ANALISIS Bab ini berisi analisis berdasarkan pengolahan data sesuai permasalahan yang dirumuskan. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan dari permasalahan yang dibahas dan saransaran untuk perbaikan maupun untuk penelitian selanjutnya. I - 7

9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan mengenai gambaran umum perusahaan serta teori-teori yang mendukung untuk penyelesaian masalah serta analisis pada penelitian ini. 2.1 Gambaran Umum Perusahaan Gambaran umum perusahaan ini berisi mengenai profil singkat perusahaan, serta proses produksi yang dilakukan perusahaan Profil PT. Supratama Aneka Industri PT. Supratama Aneka Industri didirikan sejak 3 Mei 1995 oleh Notaris Mudhofir Hadi, SH dengan nomer akte notaris adalah 35. Perusahaan ini merupakan anak perusahaan dari Poly Unggul. Dahulu, Poly Unggul memiliki 3 (tiga) divisi, yaitu: 1) Divisi I memproduksi kemasan makanan dan minuman yang berbahan baku plastik. 2) Divisi II memproduksi pipa PVC. 3) Divisi III memproduksi kulit imitasi. Namun sejak tahun 1995, masing-masing divisi ini berdiri sendiri dan membentuk perusahaan baru. Divisi I menjadi PT. Supratama Aneka Industri, divisi II menjadi PT. Lingkar Matra, sedangkan divisi III tetap menggunakan nama PT. Poly Unggul. PT. Supratama Aneka Industri memiliki pabrik yang beralamat di Jalan Industri III Ujung Blok AH-8 Kompleks Industri Jatake Tangerang, Banten. Perusahaan ini juga memiliki pabrik baru yang diresmikan pada tahun 2012 dimana pabrik ini berlokasi di daerah Solo, Jawa Tengah. Selain itu, perusahaan ini memiliki 2 (dua) kantor pemasaran yang berada di Jakarta dan Surabaya. Perusahaan ini telah menjadi pemimpin pasar dalam industri pengemasan gelas plastik untuk air mineral. Selain memproduksi kemasan air mineral, PT. Supratama Aneka Industri juga memproduksi kemasan soft drink, makanan II - 1

10 ringan, dan biskuit. Kemasan yang diproduksi akan dibuat sesuai dengan permintaan konsumen, baik ukuran, warna dan label kemasan Unit Produksi Untuk menunjang proses produksi yang dilakukan perusahaan, ada beberapa unit produksi yang dimiliki oleh perusahaan. Unit produksi yang ada di PT. Supratama Aneka Industri adalah sebagai berikut: 1) Sheeting line Pada unit produksi sheeting line, lembaran plastik dibuat dengan cara penggilingan (calendering). Penggilingan merupakan proses pembuatan lembaran yang tipis dengan cara mendesak bahan baku biji plastik diantara rol. Bahan baku berupa biji plastik, scrap dan masterbatch (bila diperlukan warna tertentu) dilebur dan dipanaskan sebelum disalurkan ke mesin penggilingan. Tebal lembaran yang dihasilkan tergantung pada celah antara kedua rol yang menggiling plastik dan kecepatan rol tersebut. Sebelum lembaran digulung, plastik akan melalui rol yang didinginkan dengan air, kemudian dipotong sesuai ukuran yang dikehendaki. 2) Thermoforming Thermoforming terutama dimanfaatkan untuk membuat produk berdinding tipis dari bahan resin termoplastik. Pada proses ini, lembaran plastik dari sheeting line kemudian masuk ke cetakan di mesin thermoforming. Pada waktu cetakan ditutup, udara tekan mengembangkan lembaran plastik sehingga melekat pada dinding cetakan. Setelah didinginkan sebentar, plastik selama itu masih berada di bawah tekanan, tekanan udara diturunkan dan cetakan dibuka. Produk dikeluarkan dari cetakan dan mesin terus mencetak secara kontinu hingga lembaran habis. Mayoritas produk yang dihasilkan adalah gelas minuman dan insert nyam-nyam. Selain itu juga memproduksi gelas untuk diekspor. Produk yang dihasilkan melalui proses thermoforming bisa lebih tipis dibandingkan injection. Thermoforming juga lebih murah dibandingkan injection karena dalam sekali produksi bisa menghasilkan produk yang lebih banyak. II - 2

11 3) Injection Pada proses injection, bahan baku berupa campuran antara biji plastik dan scrap dimasukkan kedalam karung kemudian disalurkan ke wadah yang berbentuk seperti corong. Selanjutnya bahan akan masuk ke ruang pemanas untuk mengalami plastisisasi. Ruang pemanas berbentuk bulat dengan corong mirip torpedo, sehingga bahan yang masuk merupakan lapisan yang cukup tipis agar dapat dipanaskan dengan cepat dan merata. Suhu ruang pemanas diatur antara C, tergantung pada bahan yang digunakan dan besarnya cetakan. Panas berasal dari beberapa kumparan tegangan listrik. Ruang dan cetakan harus cukup kuat karena tekanan injeksi cukup tinggi dan dapat mencapai 200 MPa. Setelah bahan dipanaskan di ruang pemanas, selanjutnya diinjeksikan ke dalam cetakan tertutup di bawah tekanan yang cukup besar. Produk cetak akan mengeras dalam rongga cetakan di bawah pengaruh pendinginan air yang bersikulasi melalui saluran-saluran dalam cetakan. Setelah penekanan injeksi, penekan ditarik kembali, cetakan terbuka dan produk dikeluarkan dari cetakan (Amstead dkk., 1997). Produk yang dihasilkan melalui proses injeksi bisa berbagai macam bentuk dan produk yang dihasilkan tebal. Produk tersebut diantaranya priform (bentuk awal dari toples), tutup toples, sendok dan insert nyam-nyam, gelas beserta tali dan insert cho-cho, serta keranjang. 4) Blowing Proses pada mesin blowing ini mirip dengan proses thermoforming, dimana diberikan udara pada bahan baku sehingga bentuknya akan sesuai dengan bentuk cetakan. Perbedaanya, pada proses blowing ini, bahan bakunya adalah priform dari hasil injection yang kemudian diproses di mesin blowing untuk menjadi toples sosis So Nice. 5) Printing Gelas yang diproduksi dari proses thermoforming selanjutnya akan diberi label melalui proses printing sesuai dengan desain yang diinginkan konsumen. II - 3

12 6) Granulator Semua produk cacat (dari sheeting line, thermoforming, blowing, dan injection) serta sisa produksi yang berupa lembaran plastik dari thermoforming akan digiling di granulator sehingga menghasilkan scrap yang dapat digunakan lagi dalam proses produksi sebagai campuran biji plastik. 7) Finished goods Digunakan sebagai gudang penyimpanan produk jadi yang siap dikirim ke konsumen Proses Produksi Untuk menghasilkan produk sesuai dengan permintaan konsumen, maka perlu dilakukan proses produksi yang terdiri dari langkah-langkah pengerjaan seperti pada Gambar 2.1 dan 2.2. Setiap produk yang dihasilkan akan melalui tahapan proses yang mungkin berbeda dengan produk yang lainnya sesuai dengan bentuk dan sifat produk yang akan dihasilkan. Gambar 2.1 dan 2.2 tersebut menggambarkan proses produksi untuk produk yang berbentuk gelas dan melalui proses calendering dan thermoforming. II - 4

13 Gambar 2.1 Flowchart Proses Produksi II - 5

14 Gambar 2.2 Flowchart commit to Proses user Produksi (lanjutan) II - 6

15 2.2 Landasan Teori Landasan teori ini berisi mengenai teori-teori yang mendukung untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian serta dalam analisis masalah tersebut Design for Environment (DFE) Design for Environment (DFE) merupakan sebuah desain sistematis dengan mempertimbangkan aspek lingkungan, kesehatan, keselamatan, serta kemampuan sustainable yang baik terhadap produk maupun proses life cycle (Fiksel, 2009). DFE ini terkadang juga disebut dengan Eco-Design, Life-Cycle Design, dan Design for Eco-efficiency. Konsep Design for Environment (DFE) dikenalkan pada awal 1990, melalui sebuah usaha pada perusahaan dengan memperhatikan dampak lingkungan terhadap pengembangan produk yang mereka lakukan. Secara umum, terdapat 4 prinsip DFE, yaitu sebagai berikut: Design for dematerialization Hal ini meliputi minimasi material, serta yang berhubungan dengan energi dan konsumsi bahan baku pada setiap fase siklus hidup produk. Selain itu, dapat dilakukan dengan memperpanjang masa hidup produk, pengurangan jumlah bahan baku, penyederhaan proses produksi, menggunakan material daur ulang, dan mengganti proses produksi yang selama ini telah digunakan. Prinsip ini merupakan yang terbaik untuk mengurangi konsumsi bahan baku. Design for detoxification Hal ini meliputi minimasi bahaya terhadap manusia dan lingkungan pada setiap fase daur hidup produk. Selain itu, dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi yang dapat mengurangi waste dan emisi yang berbahaya, memodifikasi waste, mengurangi atau mengeliminasi racun dan bahaya lainnya yang merugikan manusia ataupun lingkungan. Design for revalorization Hal ini meliputi recover, recycle, atau reuse sisa material yang terdapat pada setiap fase daur hidup produk. Selain itu, juga dilakukan dengan recovery produk, disassembly produk, dan kemungkinan untuk dilakukan recycle. II - 7

16 Design for capital protection and renewal Hal ini meliputi desain lingkungan kerja yang aman, sehat, dan ergonomis, serta desain pelestarian lingkungan sehingga tidak mengakibatkan perubahan iklim, perlindungan sumber air, dan keseimbangan ekosistem. Selain itu juga menjamin keselamatan, produktivitas, dan keberlangsungan manusia, alam, dan ekonomi yang diperlukan untuk menopang daur hidup produk. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk melakukan Design for Environment (DFE) adalah sebagai berikut: 1) Gambarkan life cycle produk Gambarkan life cycle produk untuk mengerti dimana dampak lingkungan dihasilkan. Hal ini termasuk dampak selama proses produksi, penggunaan dan pembuangan. Identifikasi pada bagian mana material dan energi digunakan, pada bagian mana limbah dan emisi dihasilkan, baik yang beracun atau berbahaya. Tanyakan kepada supplier atau ahli lain jika diperlukan saran. 2) Identifikasi dampak lingkungan yang utama Identifikasi dampak lingkungan utama yang dihasilkan selama proses desain, seperti limbah, racun, energi atau penggunaan air. 3) Pilih strategi Design for Environment (DFE) yang relevan Pilih strategi DFE yang akan meminimasi atau mengeliminasi dampak utama. Diskusikan konflik lainnya yang akan muncul pada proses produksi, seperti pemasaran, produksi, atau pemenuhan produk. 4) Realisasikan konsep desain Kembangkan ide. Berfikir lebih jauh untuk menemukan cara yang inovatif. Evaluasi konsep desain terhadap dampak lingkungan secara singkat. Identifikasi hubungan antara desain yang memperhatikan dampak lingkungan terhadap biaya yang ditimbulkan Life Cycle Produk Life cycle produk merupakan kumpulan fase umur fisik suatu produk, termasuk proses memperoleh bahan baku, transportasi, manufaktur, penggunaan produk, servis, dan masa akhir produk atau recycle produk (Fiksel, 2009). II - 8

17 Dibawah ini kategori-kategori yang diasumsikan sebagai indikator utama dari dampak lingkungan yang berkaitan dengan life cycle limbah plastik (Arena dkk., 2003): Konsumsi sumber daya alam (konsumsi bersih dan kotor; konsumsi minyak; konsumsi air) Polusi udara (penambahan efek greenhouse selama lebih dari 100 tahun; keasaman udara; emisi udara dari logam dan polutan lainnya) Polusi air (pembuangan logam dan polutan lainnya ke dalam air) Jumlah dari limbah padat (yang berkaitan dengan volume limbah yang dibuang ke daratan) Eco-indicator 99 Untuk menghasilkan produk yang ramah lingkungan maka dibuat suatu aturan yang dibuat di Belanda di bawah label Integrated Product Policy (IPP). Pada IPP tersebut dikenalkan suatu sistem yang bernama Product Oriented Environmental Management System (POEM). Tujuan POEM adalah membangun sistem perbaikan berkelanjutan dari life cycle suatu produk yang memperhatikan aspek lingkungan dalam keputusan yang diambil. POEM telah dilihat sebagai suatu sistem manajemen lingkungan yang berfokus pada bidang pengembangan produk dan redesain produk. Keputusan untuk menghitung dampak lingkungan terkadang membingungkan para pembuat desain produk. Walaupun Life Cycle Assesment (LCA) merupakan alat yang baik untuk menaksir dampak lingkungan dari suatu produk, dan walaupun ini telah banyak digunakan oleh para pembuat desain produk, LCA ini membutuhkan waktu dan biaya yang besar. Selain itu, hasil dari LCA tidak dapat menunjukkan secara langsung, tetapi harus diinterpretasikan terlebih dahulu. Namun, dengan menggunakan eco-indicator maka penaksiran dampak lingkungan dari suatu produk dapat dilakukan dengan mudah. Eco-indicator merupakan angka yang menunjukkan total beban lingkungan dari suatu produk atau proses. Dengan menggunakan eco-indicator II - 9

18 maka desainer produk atau produk manajer dapat menganalisis beban lingkungan suatu produk melalui life cycle produk tersebut (Goedkoop, 2000). Nilai eco-indicators 99 terdiri dari: 1) Material Indikator untuk proses produksi berdasarkan pada 1 kilogram material. Dengan memasukkan kategori, jenis, dan jumlah material yang digunakan maka akan didapat nilai indikator yang sesuai dengan dampak lingkungan yang dihasilkan. 2) Proses produksi Menyatakan segala perlakuan dan proses yang terjadi pada material. Dengan memasukkan kategori dan jenis proses produksi yang digunakan maka akan didapat nilai indikator yang sesuai dengan dampak lingkungan yang dihasilkan. 3) Proses transportasi Biasa dinyatakan dalam satuan ton-kilometer (tkm). Dengan memasukkan jenis dan jarak tempuh untuk mengangkut masing-masing material maka akan didapat nilai indikator yang sesuai dengan dampak lingkungan yang dihasilkan. Proses transportasi ini digunakan pada saat transportasi material, transportasi produk jadi, dan transportasi pembuangan produk. 4) Proses penggunaan energi Indikator yang dihitung adalah estimasi konsumsi energi yang digunakan selama masa hidup produk tersebut. 5) Rencana pembuangan produk. Satuan yang digunakan adalah per kilogram material. Terdapat lima kategori dalam penanganan limbah ini, yaitu limbah rumah tangga, limbah perkotaan, pembakaran limbah, pembuangan ke daratan, dan recycle produk. Semakin tinggi nilai eco-indicator yang dihasilkan maka dampak lingkungan yang ditimbulkan akan semakin besar. Dampak lingkungan yang didefinisikan dalam eco-indicator 99 ini terbagi dalam tiga kategori, yaitu: 1) Kesehatan manusia Termasuk dalam kategori ini adalah jumlah dan jangka waktu terjangkit penyakit, dan masa hidup yang berkurang karena kerusakan lingkungan. Efek II - 10

19 yang ditimbulkan dapat berupa perubahan iklim, penipisan lapisan ozone, efek karsinogenik, efek pernapasan, dan radiasi nuklir. 2) Kualitas ekosistem Termasuk dalam kategori ini adalah efek terhadap keberagaman spesies makhluk hidup. 3) Sumber daya alam Termasuk dalam kategori ini adalah jumlah energi yang tersedia untuk digunakan pada masa yang akan datang Termoplastik Material termoplastik terdiri dari campuran karbon dan hidrogen yang bergabung membentuk rantai panjang struktur. Struktur ini dapat menentukan mekanikal properti dari berbagai macam termoplastik, seperti massa jenis, kekakuan, daya rentang, fleksibilitas, kekerasan, keuletan, pemanjangan, dan karakteristik retak (Rosato, 2003). Material termoplastik yang paling banyak digunakan untuk membuat gelas plastik untuk air minum dalam kemasan adalah polypropylene (PP). Material ini memiliki sifat-sifat listrik yang baik, nilai impak dan kekuatan yang tinggi, dan sangat tahan terhadap suhu dan bahan-bahan kimia (Amstead dkk., 1997). Produk yang terbuat dari polypropylene dibuat dengan cara cetak injeksi (injection), cetak tiup (thermoforming dan blowing), dan penggilingan lembaran (calendering) Model Matematika Model matematika adalah model dimana hubungan antara entitas dinyatakan melalui bentuk ekspresi matematika, misalnya fungsi, persamaan, ketidaksamaan dan lain-lain (Daellenbach dan McNickle, 2005). Pembuatan model matematika berhubungan dengan pendefinisian terminologi tertentu, yaitu: 1) Variabel keputusan, merupakan aspek yang dapat dikendalikan dari masalah yang didefinisikan atau alternatif tindakan lain. 2) Ukuran performansi, merupakan aspek yang mengukur seberapa baik tujuan dari pembuat keputusan dapat dicapai. commit to Jika user ukuran performansi bisa dinyatakan II - 11

20 sebagai fungsi dari variabel keputusan, maka disebut dengan fungsi tujuan (objective function). 3) Koefisien atau konstanta merupakan input yang tidak dapat dikendalikan dari masalah yang telah didefinisikan. 4) Batasan (constraints) merupakan ekspresi matematika yang membatasi range nilai dari variabel keputusan Validitas Model Pengujian validitas dari sebuah model bertujuan untuk mengetahui kebenaran suatu model secara matematis, konsistensi model secara logis, serta kedekatan model dengan keadaan nyata. Pengujian validitas dari sebuah model terdiri atas dua bagian, yaitu pengujian validitas internal dan pengujian validitas eksternal. Pengujian validitas internal pada umumnya dikenal sebagai verifikasi sementara pengujian validitas eksternal dikenal sebagai validasi (Daellenbach dan McNickle, 2005). Verifikasi suatu model dilakukan untuk menjamin suatu model benar secara matematis dan konsisten secara logis. Hal ini berarti verifikasi dari model adalah pemeriksaan seluruh ekspresi matematis dalam model untuk meyakinkan bahwa ekspresi-ekspresi tersebut merepresentasikan hubungan-hubungan yang ada dengan benar. Verifikasi model juga meliputi pemeriksaan model untuk meyakinkan bahwa semua ekspresi matematis dalam model memiliki dimensi yang konsisten. Validasi suatu model dilakukan untuk menjamin kemampuan suatu model untuk merepresentasikan sistem nyata. Dengan demikian, validasi suatu model merupakan suatu usaha untuk dapat menjamin kredibilitas dari sebuah model yang dibangun Influence Diagram Kompleksitas suatu situasi tidak terstruktur dapat dengan efektif digambarkan dengan menggunakan influence diagram. Dengan menggunakan influence diagram, identifikasi commit masalah to sistem user dalam rangka pengembangan II - 12

21 model matematis lebih mudah dilakukan. Influence diagram disusun sebagai alat untuk membantu dalam mendiskripsikan masalah dan mencari hubungan keterkaitan antara variabel yang dapat dikontrol, parameter, dan konstanta dengan kriteria performansi (Daellenbach dan McNickle, 2005). Gambar 2.3 adalah simbol yang digunakan pada influence diagram. Gambar 2.3 Simbol pada Influence Diagram Sumber: Daellenbach dan McNickle, Pembebanan Aksial pada Sebuah Benda Pada beban kritis, kolom yang penampangnya berbentuk lingkaran atau tabung dapat menekuk ke samping untuk setiap arah. Dalam keadaan yang lebih lazim, batang tekan tidak mempunyai kekakuan lentur yang sama untuk segala arah. Bentuk tekukan yang terlihat hanya mungkin terdapat pada beban kritis atau beban Euler, karena sebelum mendapatkan beban ini kolom masih lurus. Gaya terkecil dimana bentuk tekukan dapat terjadi disebut gaya kritis. Rumus beban Euler untuk kolom berujung pasak pada kedua ujungnya adalah sesuai dengan Persamaan (2.1). P cr = π 2 EI L2... (2.1) dengan P cr = beban Euler E = modulus elastisitas II - 13

22 I = momen inersia terkecil dari kolom berpenampang konstan L = panjang benda. Dikarenakan produk yang digunakan sebagai penelitian diasumsikan berbentuk tabung tanpa tutup, maka momen inersia untuk produk berlaku Persamaan (2.2). I = πr 3 t... (2.2) dengan r = jari-jari produk t = tebal produk Penelitian Terdahulu Penelitian yang dijadikan referensi dalam pengembangan model pada penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Giudice dkk. (2005). Pada penelitian tersebut dikembangkan suatu model untuk pemilihan material yang mempertimbangkan daur hidup produk. Model tersebut dapat menentukan dampak lingkungan yang ditimbulkan selama daur hidup produk. Berdasarkan penelitian tersebut, dampak lingkungan selama daur hidup produk dapat diformulasikan dengan Persamaan (2.3). EI LC = EI Mat + EI Mfct + EI Use + EI EoL... (2.3) dengan EI LC = dampak lingkungan selama daur hidup produk, EI Mat = dampak lingkungan dari material yang digunakan untuk memproduksi produk, EI Mfct = dampak lingkungan yang diakibatkan selama proses manufaktur produk, EI Use = dampak lingkungan yang terjadi selama penggunaan produk, EI EoL = dampak lingkungan pada saat masa akhir produk (didaur ulang, atau dibuang). Pada Persamaan (2.3), penjumlahan antara EI Mat dan EI Mfct dapat juga dinyatakan dengan EI Prod yang diformulasikan pada Persamaan (2.4). EI Prod = EI Mat + EI Mfct = ei Mat W + ei Prss μ +ei commit Mcg to η... user (2.4) II - 14

23 dengan EI prod = dampak lingkungan selama proses produksi, ei Mat = eco indicator per berat material, W = berat material, ei Prss = eco indicator dari proses pemesinan pertama per unit μ, μ = parameter karakteristis dari proses atau jumlah material yang diproses, ie Mchg = eco indicator dari proses pemesinan kedua per unit parameter karakteristik dari proses η. Dampak lingkungan pada masa akhir produk EI EoL dapat dinyatakan dalam Persamaan (2.5). EI EoL = ei Dsp 1 ξ W + ei Rcl ξ W... (2.5) dengan ei Dsp = eco indicator per unit berat material yang dibuang, ei Rcl = eco indicator dari proses daur ulang per unit berat material, W = berat material, ξ = fraksi daur ulang Permasalahan Optimisasi Multi Objectives Menurut Marler dan Arora (2004), permasalahan optimisasi multi objectives secara umum dinyatakan dalam Persamaan (2.6). Minimize F x = [F 1 x, F 2 x,, F k x ] T subject to: g j x 0, j = 1,2,, m, l x = 0, l = 1,2,, e,... (2.6) dengan k = jumlah fungsi tujuan, m = jumlah batasan yang berbetuk persamaan, e = jumlah batasan yang memiliki besaran tetap, x ϵ E n = variabel keputusan. Untuk menyelesaikan permasalahan optimisasi multi objectives, salah satu metode yang dapat digunakan adalah transformasi fungsi. Menurut Marler dan Arora (2004) ada beberapa pendekatan dalam transformasi fungsi. Namun II - 15

24 pendekatan yang paling robust adalah sesuai dengan Persamaan (2.7) yang juga bisa disebut dengan normalisasi. Normalisasi ini nilainya antara 0 sampai 1. F i trans = F i x F i 0 F i max F i 0... (2.7) dengan F i trans F i (x) F i o F i max = transformasi fungsi, = fungsi tujuan, = minimasi fungsi tujuan, = maksimasi fungsi tujuan. II - 16

25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai tahapan-tahapan yang dilakukan selama penelitian. Tahapan-tahapan tersebut ditunjukkan pada Gambar 3.1 dan 3.2. Gambar 3.1 Metodologi Penelitian III - 1

26 Gambar 3.2 Metodologi Penelitian (lanjutan) Berdasarkan flowchart diatas maka akan dijelaskan mengenai tahapantahapan yang dilakukan pada sub bab di bawah ini. 3.1 Identifikasi Masalah Tahap ini merupakan tahap awal dalam penelitian yang dilakukan. Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut: Studi Pustaka Tahap ini dilakukan untuk memahami teori-teori yang digunakan selama penelitian. Dengan melakukan studi pustaka maka akan didapatkan informasi yang lebih akurat secara teoritis dan digunakan untuk menunjang penyelesaian masalah yang diangkat dalam penelitian. III - 2

27 3.1.2 Observasi Awal Observasi awal dilakukan untuk menggali informasi lebih dalam mengenai permasalahan yang terjadi di perusahaan. Observasi awal ini dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap karyawan yang bekerja di perusahaan yang akan dijadikan tempat penelitian, yaitu PT. Supratama Aneka Industri Perumusan Masalah Perumusan masalah dilakukan untuk menentukan permasalahanpermasalahan yang harus diselesaikan dalam penelitian ini. Dengan merumuskan permasalahan berarti dapat memfokuskan perhatian pada permasalahan yang telah dirumuskan Penetapan Tujuan Setelah permasalahan dirumuskan, kemudian ditetapkan tujuan untuk mengetahui apa saja yang ingin dicapai dalam penelitian. Tujuan penelitian ini adalah menentukan ketebalan gelas plastik yang dapat memaksimasi kekuatan produk dan meminimasi dampak lingkungan yang dihasilkan. Selain itu juga menentukan proporsi antara material baru dan daur ulang yang akan digunakan dalam pembuatan produk. 3.2 Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data yang dibutuhkan dalam proses pengolahan data. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi langsung di perusahaan serta wawancara dengan karyawan tempat penelitian dilakukan. Selain itu, juga dilakukan pengambilan data sekunder dari sumber data yang dimiliki perusahaan. Pengumpulan data ini dilakukan pada bulan April Mei 2012 di PT. Supratama Aneka Industri, Tangerang, Banten. Data yang didapatkan dengan melakukan observasi langsung dan wawancara, yaitu: 1. Profil perusahaan, mengenai sejarah berdiri perusahaan serta susunan organisasi yang ada di perusahaan tempat dilakukan penelitian. 2. Stasiun kerja yang ada di perusahaan serta proses produksi yang dilakukan oleh perusahaan untuk menghasilkan commit suatu to produk. user Selain itu juga diperoleh data III - 3

28 mengenai mesin yang digunakan oleh perusahaan beserta cara kerja dari masing-masing mesin tersebut. 3. Macam-macam produk yang dihasilkan oleh perusahaan beserta proses yang dilalui oleh produk yang dihasilkan tersebut. Hal ini dilakukan karena tidak semua produk akan mengalami proses yang sama. 4. Proses pengujian kualitas yang dilakukan oleh perusahaan. Meliputi uji tekan (top load test), uji jatuh (drop test), uji suhu, uji dimensi, serta uji visual produk, seperti retak, bocor, penyok, warna tidak rata, dan lain-lain. 5. Proses pemesanan produk oleh konsumen, dari mulai pemesanan produk ke bagian marketing hingga terjadi penandatanganan kontrak antara perusahaan dengan konsumen. Sedangkan untuk data sekunder yang didapat dari perusahaan tempat penelitian adalah: 1. Identitas produk yang dihasilkan, meliputi berat, warna, diameter, tinggi, konsumen, dan lain-lain. 2. Jumlah produksi harian dan jumlah produk yang cacat. 3. Harga produk jadi. 4. Supplier material. 5. Cetificate of analysis material. 3.3 Pengolahan Data Pada tahap ini dilakukan pengolahan data terhadap data yang telah dikumpulkan pada tahap sebelumnya. Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut: Identifikasi Daur Hidup Produk Tahap awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi daur hidup dari produk tersebut dari mulai proses penyediaan bahan baku hingga produk tersebut sudah tidak digunakan (apakah digunakan kembali atau dibuang). Berdasarkan daur hidup tersebut maka dapat ditentukan prinsip mana yang cocok digunakan untuk pengembangan model sesuai dengan pendekatan design for environment (DFE). III - 4

29 3.3.2 Penentuan Karakteristik Model Sebelum dilakukan pengembangan model, maka dilakukan penentuan karakteristik model tersebut, sehingga dapat diketahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi permasalahan yang ada serta hubungan antar faktor tersebut. Penentuan karakteristik model tersebut dilakukan dengan menggunakan influence diagram. Influence diagram adalah suatu diagram yang menggambarkan proses transformasi sistem (Daellenbach dan McNickle, 2005). Terdapat lima notasi yang digunakan dalam influence diagram, yaitu cloud (awan), rectangle (persegi panjang), oval, circle (lingkaran), dan arrow (panah). Notasi cloud (awan) digunakan untuk menunjukkan input, data, dan batasan yang tidak dapat dikendalikan. Notasi rectangle (persegi panjang) digunakan untuk menunjukkan input yang dapat dikendalikan, yaitu keputusan dan aturan keputusan. Notasi oval digunakan untuk menunjukkan output. Notasi circle (lingkaran) digunakan untuk menunjukkan variabel sistem yang terdiri dari atribut komponen dan nilai variabel. Sedangkan notasi arrow (panah) digunakan untuk menunjukkan hubungan pengaruh antara dua notasi Pengembangan Model Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah pengembangan model optimisasi perancangan gelas plastik untuk air minum dalam kemasan. Pengembangan model meliputi penentuan fungsi tujuan dan batasan model. Pada penelitian sebelumnya, Giudice dkk. (2005) telah mengembangkan suatu model pemilihan material untuk memproduksi suatu produk dengan memperhatikan daur hidup produk sehingga dapat diketahui dampak lingkungan yang ditimbulkan selama daur hidup produk tersebut. Pada penelitian ini, dalam pengembangan model akan ditambahkan variabel keputusan yang berupa ketebalan gelas plastik sehingga dapat memaksimasi kekuatan gelas plastik dan sekaligus meminimasi dampak lingkungan yang dihasilkan. Selain itu, juga akan ditentukan proporsi penggunaan antara material baru dan daur ulang. Sedangkan kendala model ini adalah biaya material, stress produk, kekuatan produk sesuai standar SNI, biaya untuk melakukan proses daur ulang, commit penggunaan to user material daur ulang maksimal III - 5

30 sebanyak 50% dari total penggunaan bahan baku, serta modulus elastisitas plastik pada saat diisi air minuman dengan suhu tertentu Validasi Model Setelah mendapatkan model matematis untuk perancangan produk, selanjutnya dilakukan validasi internal atau verifikasi model. Verifikasi suatu model dilakukan untuk menjamin suatu model benar secara matematis dan konsisten secara logis. Hal ini berarti verifikasi model adalah pemeriksaan seluruh ekspresi matematis dalam model untuk meyakinkan bahwa ekspresi-ekspresi tersebut merepresentasikan hubungan-hubungan yang ada dengan benar. Verifikasi model juga meliputi pemeriksaan model untuk meyakinkan bahwa semua ekspresi matematis yang digunakan dalam model memiliki satuan yang sama (persamaan pada ruas kanan sebanding dengan persamaan pada ruas kiri). Apabila model sudah valid maka dapat dilakukan conoh numerik. Namun apabila ternyata model belum valid, maka harus dilakukan pemeriksaan kembali terhadap model yang telah dikembangkan. Validasi terhadap model juga dilakukan secara eksternal dengan membandingkan hasil optimisasi model dengan kondisi yang saat ini terjadi di perusahaan Contoh Numerik Langkah terakhir yang dilakukan dalam pengolahan data dalam penelitian ini adalah contoh numerik. Contoh numerik dilakukan dengan memasukkan nilai dimensi produk dan nilai besaran lainnya ke dalam model kemudian model dijalankan dengan menggunakan software LINGO 9.0 sehingga didapatkan ketebalan gelas plastik serta proporsi penggunaan material baru dan daur ulang sesuai dengan fungsi tujuan yang diinginkan. Dikarenakan model ini memiliki dua fungsi tujuan maka multi objectives optimization method dapat diterapkan untuk memecahkan persoalan yang ada. 3.4 Analisis Model Setelah dilakukan pengembangan model dan contoh numerik, maka selanjutnya dilakukan analisis terhadap model yang dikembangkan. Analisis yang dilakukan adalah analisis sensitivitas. commit Menurut to user Daellenbach dan McNickle (2005), III - 6

31 analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh perubahan suatu input dengan input yang lainnya tidak diubah nilainya terhadap solusi optimal yang dihasilkan model tersebut. 3.5 Kesimpulan dan Saran Langkah akhir dalam penelitian ini adalah menarik kesimpulan dan saran. Pada tahap ini akan diambil kesimpulan mengenai ketebalan produk yang digunakan serta proporsi penggunaan material baru dan daur ulang sehingga dapat memaksimasi kekuatan produk serta meminimasi dampak lingkungan yang dihasilkan. Selain itu, pada tahap ini peneliti juga akan memberikan saran untuk penelitian selanjutnya. III - 7

32 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini akan diuraikan mengenai pengumpulan data yang diperoleh dari perusahaan dan literatur-literatur. Selain itu, juga diuraikan mengenai pengolahan data yang dilakukan, meliputi pengembangan model optimisasi perancangan gelas plastik untuk air minum dalam kemasan dengan pendekatan design for environment (DFE) serta penerapannya dalam studi kasus model. 4.1 Pengumpulan Data Sifat Material Polypropylene Material yang digunakan oleh perusahaan dalam pembuatan gelas plastik untuk air dalam kemasan adalah polypropylene (PP). PP digunakan karena sifat materialnya yang termasuk dalam food grade dan dan dapat menghasilkan produk dengan sifat-sifat yang sesuai dengan keinginan perusahaan. Tabel 4.1 menunjukkan sifat-sifat material PP yang akan digunakan dalam contoh numerik model yang dikembangkan. Tabel 4.1 Sifat Material Polypropylene Sifat Material Besar EI Virgin Material 330 mpt/kg EI Recycled Material 86 mpt/kg EI Calandering 3,7 mpt/kg EI Thermoforming 6,4 mpt/kg EI Disposal (Landfill) 3,8 mpt/kg 4.2 Pengolahan Data Pada pengolahan data ini akan diuraikan langkah-langkah yang dilakukan dalam mengolah data sehingga dapat menjawab permasalahan yang terdapat dalam penelitian. IV - 1

33 4.2.1 Identifikasi Daur Hidup Produk Gambar 4.1 Daur Hidup Produk Berdasarkan daur hidup produk seperti yang digambarkan pada Gambar 4.1 di atas, terdapat 4 (empat) fase produk yang akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Input Pada fase ini dilakukan proses ekstraksi material yang berupa polypropylene (PP). PP yang digunakan ada 2 (dua) jenis, yaitu material baru dan material daur ulang dengan komposisi tertentu seperti yang telah ditetapkan perusahaan. 2. Value creation Fase selanjutnya adalah value creation dimana pada fase ini dilakukan proses produksi terhadap material yang merupakan input proses. Proses produksi secara umum terdiri dari proses calandering dan thermoforming. Namun proses produksi yang dilakukan oleh perusahaan secara lengkap telah digambarkan pada Gambar 2.1 dan 2.2 yang terdapat pada Bab II. 3. Output Dari proses produksi yang telah dilakukan maka akan dihasilkan output yang berupa produk dan non produk. Output berupa produk adalah gelas plastik untuk air minum dalam kemasan, sedangkan non produk yang dihasilkan selama proses produksi berlangsung, yaitu produk yang ditolak dan sisa IV - 2

34 material yang tidak dapat diolah. Produk yang ditolak dan sisa material selanjutnya akan dilakukan proses daur ulang sehingga menjadi material daur ulang yang akan digunakan sebagai campuran material untuk pembuatan produk baru. 4. Value extraction Pada value extraction ini akan dilakukan proses konsumsi dimana akan menghasilkan waste yang selanjutnya akan dibuang ke tempat pembuangan akhir Penentuan Karakteristik Model Penentuan karakteristik model dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi permasalahan yang ada serta hubungan antar faktor tersebut. Penentuan karakteristik model tersebut dilakukan dengan menggunakan influence diagram. Menurut Daellenbach dan McNickle (2005), influence diagram adalah suatu diagram yang menggambarkan proses transformasi sistem. Gambar dari influence diagram ditampilkan pada Gambar 4.2. Berdasarkan influence diagram tersebut, dapat diketahui bahwa model yang akan dikembangkan memiliki dua fungsi tujuan, yaitu kekuatan produk dan dampak lingkungan yang dihasilkan selama siklus hidup produk tersebut. Kekuatan produk, sesuai dengan rumus Euler, dipengaruhi oleh modulus elastisitas, momen inersia, dan tinggi produk. Momen inersia untuk produk yang berbentuk tabung dipengaruhi oleh jari-jari dan tebal produk tersebut. Besarnya tinggi dan jari-jari produk telah ditentukan oleh perusahaan, sedangkan tebal produk akan menjadi variabel keputusan dalam model ini. Jari-jari produk juga akan mempengaruhi luas alas permukaan produk, dimana luas permukaan produk dan gaya yang diberikan terhadap produk akan mempengaruhi stress produk. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ríos (2003), modulus elastisitas untuk produk yang terbuat dari campuran antara material baru dan daur ulang, maka besar modulus elastisitas akan sebanding dengan proporsi penggunaan material daur ulang dimana proporsi ini akan menjadi variabel keputusan dalam model ini. Modulus elastisitas commit ini juga to user dipengaruhi oleh suhu yang diatur IV - 3

35 Gambar 4.2 Influence Diagram pada saat dilakukan pengujian suhu terhadap produk yang dihasilkan. Dampak lingkungan yang dihasilkan selama siklus hidup produk secara garis besar terdiri dari dampak lingkungan dari material, dampak lingkungan dari IV - 4

36 proses produksi, dampak lingkungan pada fase penggunaan, dan dampak lingkungan pada fase akhir hidup produk. Besarnya dampak lingkungan yang dihasilkan dinyatakan dalam eco indicator 99 dengan satuan millipoints per kg. Dampak lingkungan dari material diakibatkan dari penggunaan material baru dan daur ulang dengan proporsi tertentu. Dampak lingkungan dari proses produksi diakibatkan dari proses calandering dan thermoforming material polypropylene (PP). Dampak lingkungan pada fase penggunaan tidak dihitung dalam model ini karena sulit dinyatakan secara jelas. Dampak lingkungan pada fase akhir hidup terjadi pada saat produk selesai digunakan oleh konsumen, dikarenakan sulit dihitung jumlah yang akan didaur ulang sehingga seluruh material diasumsikan dibuang ke tempat pembuangan akhir. Untuk menentukan besar tebal produk dan proporsi material yang digunakan, perusahaan juga harus memperhatikan biaya material yang dibutuhkan jika perusahaan akan mengaplikasikan penggunaan tebal produk serta proporsi material daur ulang dan daur ulang. Total biaya material ini terdiri dari biaya material baru dan daur ulang. Biaya material diperoleh dari perkalian antara proporsi material, harga material dan berat material. Walaupun material daur ulang didapat dari produk cacat perusahaan, namun harga material daur ulang pada model ini didapat dengan mengkonversi material tersebut ke dalam rupiah sesuai dengan harga material daur ulang di pasaran. Adapun berat material diperoleh dengan mengalikan volume produk dan massa jenis material. Volume produk didapat dari perkalian tebal produk dan luas permukaan produk Pengembangan Model Pada pengembangan model ini ditentukan fungsi tujuan model yang dikembangkan dan kendala yang digunakan. a. Fungsi Tujuan Dalam model ini terdapat dua fungsi tujuan, yaitu memaksimasi kekuatan produk dan meminimasi dampak lingkungan selama daur hidup produk. IV - 5

37 1) Memaksimasi kekuatan produk Kekuatan produk dihitung untuk mengetahui seberapa kuat produk dapat menahan beban aksial yang diberikan. Beban tersebut diberikan pada saat dilakukan top load test terhadap produk. Kekuatan produk dihitung hingga produk mengalami tekukan. Bentuk tekukan yang terlihat hanya mungkin terdapat pada beban kritis atau beban Euler, karena sebelum mendapatkan beban ini produk masih dalam keadaan lurus (Popov, 1978). Persamaan untuk menghitung kekuatan produk sesuai dengan Persamaan (4.1). P cr = π 2 EI 2... (4.1) dengan P cr = beban Euler, E I h = modulus elastisitas, = momen inersia terkecil dari kolom berpenampang konstan, = tinggi produk. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Ríos (2003), modulus elastisitas material akan sebanding dengan proporsi penggunaan material daur ulang sesuai dengan Persamaan (4.2). E = ,3x... (4.2) dengan E = modulus elastisitas, x = proporsi material daur ulang. Dikarenakan produk yang digunakan sebagai penelitian diasumsikan berbentuk tabung tanpa tutup, maka momen inersia untuk produk berlaku Persamaan (4.3). I = πr 3 t... (4.3) dengan r t = jari-jari produk, = tebal produk. IV - 6

MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA

MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA Proses Produksi I MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA by Asyari Daryus Universitas Darma Persada OBJECTIVES Mahasiswa dapat menerangkan sifat dan jenis bahan plastik Mahasiswa dapat menerangkan cara pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Orang-orang mulai khawatir akan dampak global warming pada

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Orang-orang mulai khawatir akan dampak global warming pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak beberapa dekade terakhir kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya pelestarian lingkungan semakin meningkat, peningkatan ini dicetuskan oleh adanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Sistem pengolahan limbah botol diharapkan dapat dimanfaatkan kembali sebagai suatu bahan baru. Dengan suatu teknologi pembuatan, hasil pemanfaatan sampah secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subbab ini menjelaskan latar belakang dari penelitian yang dilaksanakan. Penelitian ini berangkat dari konsep sustainability dan penerapan konsep sustainable manufacturing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. plastik relatif murah, praktis dan fleksibel. Plastik memiliki daya kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. plastik relatif murah, praktis dan fleksibel. Plastik memiliki daya kelebihan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plastik merupakan jenis limbah padat yang susah terurai dan volumenya terus meningkat. Peningkatan jumlah sampah plastik karena plastik relatif murah, praktis dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang pesat, baik dalam dunia perekonomian, pendidikan, pembangunan, perindustrian, dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang pesat, baik dalam dunia perekonomian, pendidikan, pembangunan, perindustrian, dan lain sebagainya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan teknologi dalam segala aspek kehidupan saat ini semakin berkembang pesat, baik dalam dunia perekonomian, pendidikan, pembangunan, perindustrian, dan lain

Lebih terperinci

ANALISA WALL THICKNESS PADA LEMBARAN PLASTIK POLYPROPYLENE (PP) HASIL PROSES VACUUM TERMOFORMING

ANALISA WALL THICKNESS PADA LEMBARAN PLASTIK POLYPROPYLENE (PP) HASIL PROSES VACUUM TERMOFORMING TUGAS AKHIR ANALISA WALL THICKNESS PADA LEMBARAN PLASTIK POLYPROPYLENE (PP) HASIL PROSES VACUUM TERMOFORMING Disusun : BAYU DANAR WIDODO NIM : D 200 040 111 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISIS AKURASI DIMENSI HASIL PROSES VACUUM THERMOFORMING DENGAN VARIASI KETINGGIAN MOLD ALUMINUM

ANALISIS AKURASI DIMENSI HASIL PROSES VACUUM THERMOFORMING DENGAN VARIASI KETINGGIAN MOLD ALUMINUM TUGAS AKHIR ANALISIS AKURASI DIMENSI HASIL PROSES VACUUM THERMOFORMING DENGAN VARIASI KETINGGIAN MOLD ALUMINUM Disusun oleh : DARSONO ADHI SURYO D 200 040 037 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Masalah

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Berdasarkan Journal Strategi Green Marketing Terhadap Pilihan Konsumen Melalui Pendekatan Marketing Mix yang ditulis oleh Rudi Haryadi (2009:9), kesadaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu kerusakan lingkungan yang mencuat akhir-akhir ini menimbulkan kesadaran dan

BAB I PENDAHULUAN. Isu kerusakan lingkungan yang mencuat akhir-akhir ini menimbulkan kesadaran dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu kerusakan lingkungan yang mencuat akhir-akhir ini menimbulkan kesadaran dan keprihatinan masyarakat dunia tentang pentingnya pelestarian lingkungan, hal ini tentu

Lebih terperinci

PEMILIHAN MATERIAL DAN PROSES PADA PRODUK CONTAINER PLASTIK MENGGUNAKAN PENDEKATAN LIFE CYCLE ASSESSMENT (LCA)

PEMILIHAN MATERIAL DAN PROSES PADA PRODUK CONTAINER PLASTIK MENGGUNAKAN PENDEKATAN LIFE CYCLE ASSESSMENT (LCA) PEMILIHAN MATERIAL DAN PROSES PADA PRODUK CONTAINER PLASTIK MENGGUNAKAN PENDEKATAN LIFE CYCLE ASSESSMENT (LCA) Skripsi Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik NYDHIA KRISMA SARI I0308025

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Plastik merupakan bahan baku yang berkembang saat ini. Penggunaan material plastik sebagai bahan dasar pembuatan

BAB I PENDAHULUAN. Plastik merupakan bahan baku yang berkembang saat ini. Penggunaan material plastik sebagai bahan dasar pembuatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Plastik merupakan bahan baku yang berkembang saat ini. Penggunaan material plastik sebagai bahan dasar pembuatan komponen kendaraan bermotor, peralatan listrik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini sampah merupakan masalah serius di negeri ini. Terutama

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini sampah merupakan masalah serius di negeri ini. Terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini sampah merupakan masalah serius di negeri ini. Terutama di kota-kota besar dengan jumlah penduduk yang melebihi batas. Dengan teknologi yang tepat,

Lebih terperinci

VII. KOLOM Definisi Kolom Rumus Euler untuk Kolom. P n. [Kolom]

VII. KOLOM Definisi Kolom Rumus Euler untuk Kolom. P n. [Kolom] VII. KOOM 7.1. Definisi Kolom Kolom adalah suatu batang struktur langsing (slender) yang dikenai oleh beban aksial tekan (compres) pada ujungnya. Kolom yang ideal memiliki sifat elastis, lurus dan sempurna

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jika di masa lalu perusahaan berorientasi pada konsumen (customer oriented) yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Jika di masa lalu perusahaan berorientasi pada konsumen (customer oriented) yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan bisnis di era globalisasi saat ini semakin ketat, sehingga perusahaan harus memiliki strategi dalam memenangkan persaingan bisnis tersebut. Jika di masa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Menyatakan polypropylene (PP) diperkenalkan sejak tahun 1950 dan saat ini menjadi plastik utama yang banyak digunakan dalam pembuatan produk plastik. Polypropylene

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di buang tanpa memikirkan dampak dari menumpuknya sampah salah satunya sampah organik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecil dikarenakan ketersediaan bahan bakar global yang semakin menipis dan

BAB I PENDAHULUAN. kecil dikarenakan ketersediaan bahan bakar global yang semakin menipis dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Energi dan lingkungan merupakan bagian penting yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Pada era globalisasi seperti saat ini, tuntutan terhadap adanya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Umum Perusahaan CV. Makmur Palas merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pendaur ulangan sampah plastik menjadi kantong plastik. Perusahaan ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Perancangan Reaktor Pirolisis Pada reaktor pirolisis alat ini dibuat menggunakan 2 tabung freon bekas yang tidak terpakai karena menggunakan tabung yang sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, hal ini dapat terlihat dari adanya kekhawatiran kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, hal ini dapat terlihat dari adanya kekhawatiran kemungkinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya pelestarian lingkungan semakin meningkat, hal ini dapat terlihat dari adanya kekhawatiran kemungkinan besar terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan material plastik sebagai bahan komponen kendaraan. bermotor, peralatan listrik, peralatan rumah tangga, dan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan material plastik sebagai bahan komponen kendaraan. bermotor, peralatan listrik, peralatan rumah tangga, dan berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan material plastik sebagai bahan komponen kendaraan bermotor, peralatan listrik, peralatan rumah tangga, dan berbagai keperluan seperti untuk medical, textiles,

Lebih terperinci

massa mirip batuan. Terkadang, satu atau lebih bahan tambah ditambahkan untuk

massa mirip batuan. Terkadang, satu atau lebih bahan tambah ditambahkan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini bidang konstruksi semakin berkembang. Salah satu bahan yang paling sering digunakan dalam pekerjaan konstruksi adalah beton, karena mudah dibentuk dan harga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan teknologi polimer pada saat ini telah memudahkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya akan bahan yang dapat didaur ulang (recycle), salah satu produk polimer

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses produksi cetakan coklat di Laboratorium Praktikum Proses Produksi Universitas Atma Jaya Yogyakarta saat ini masih menggunakan mesin vacuum thermoforming

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Plastik Polyethylene Terephthalate (PET) Pada botol plastik yang transparan dan tembus pandang seperti botol air mineral, botol minuman sari buah, minyak goreng, kecap, sambal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan beton dan bahan-bahan vulkanik sebagai pembentuknya (seperti abu pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga sebelum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Masalah sampah di Indonesia merupakan salah satu permasalahan yang kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat Indonesia dalam membuang

Lebih terperinci

STUDI PENYUSUTAN PRODUK HASIL INJEKSI PLASTIK DENGAN SALURAN PENDINGIN LURUS DAN TANPA SALURAN PENDINGIN

STUDI PENYUSUTAN PRODUK HASIL INJEKSI PLASTIK DENGAN SALURAN PENDINGIN LURUS DAN TANPA SALURAN PENDINGIN TUGAS AKHIR STUDI PENYUSUTAN PRODUK HASIL INJEKSI PLASTIK DENGAN SALURAN PENDINGIN LURUS DAN TANPA SALURAN PENDINGIN Tugas Akhir ini disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan oleh adanya kekhawatiran masyarakat akan dampak dari kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan oleh adanya kekhawatiran masyarakat akan dampak dari kerusakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat dunia semakin sadar akan pentingnya pelestarian lingkungan, ini disebabkan oleh adanya kekhawatiran masyarakat akan dampak dari kerusakan lingkungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plastik telah menjadi bagian penting dalam hidup manusia dan pemakaiannya telah meningkat tajam sejak 25 tahun terakhir (Felixon, 2011). Plastik digunakan sebagai bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahan-bahan polimer seperti Polyvinyl chloride (PVC), Polypropylene, Polystyrene, Polymethyl methacrylate (PMMA) dan Polyethylene terephthalate (PET) semakin banyak

Lebih terperinci

TUGAS ORGANIZATION & MANAGEMENT Topik : Ethics & Responsibility

TUGAS ORGANIZATION & MANAGEMENT Topik : Ethics & Responsibility TUGAS ORGANIZATION & MANAGEMENT Topik : Ethics & Responsibility IDENTIFY ACTIONS MANAGERS CAN TAKE TO MANAGE WITH THE ENVIRONMENT IN MIND Disusun Oleh Kelompok 6 : M Hasan Jauhari Irwan Syah M Haris Andri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan teknologi di Indonesia terjadi dengan sangat pesat. Hal tersebut berpengaruh terhadap perkembangan badan usaha, perusahaan, organisasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pemakaian barang-barang yang terbuat dari bahan baku

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pemakaian barang-barang yang terbuat dari bahan baku BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, pemakaian barang-barang yang terbuat dari bahan baku plastik semakin meningkat. Hal ini dikarenakan plastik mempunyai banyak kelebihan-kelebihan yang mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan. 1.1 Latar Belakang Istilah keberlanjutan (sustainability)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. penting dilakukan untuk menekan penggunaan energi.

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. penting dilakukan untuk menekan penggunaan energi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan sektor yang berperan dalam meningkatkan pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Namun demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan produk berkelanjutan merupakan suatu hal yang menjadi sangat penting dalam perkembangan dunia industri. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan target pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berjalannya waktu semakin bertambah pula jumlah populasi manusia di bumi, maka dengan demikian kebutuhan energi akan semakin bertambah. Untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

PENGARUH LUBANG DALAM BETON TERHADAP KEKUATAN MEMIKUL BEBAN AKSIAL

PENGARUH LUBANG DALAM BETON TERHADAP KEKUATAN MEMIKUL BEBAN AKSIAL PENGARUH LUBANG DALAM BETON TERHADAP KEKUATAN MEMIKUL BEBAN AKSIAL SAFRIN ZURAIDAH 1, HANDO 2, K BUDIHASTONO Jurusan Teknik Sipil-UNITOMO Surabaya Email : safrini@yahoo.com Abstrak Dunia usaha properti

Lebih terperinci

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH SOSIALISASI DAN PELATIHAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS Nedi Sunaedi nedi_pdil@yahoo.com PENGERTIAN SAMPAH Suatu bahan yang terbuang dari sumber aktivitas manusia dan/atau alam yang tidak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di dekat Gedung 5 Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arus globalisasi yang terus berjalan. Oleh sebab itu, perusahaan-perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. arus globalisasi yang terus berjalan. Oleh sebab itu, perusahaan-perusahaan harus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia industri saat ini semakin pesat seiring berkembangnya arus globalisasi yang terus berjalan. Oleh sebab itu, perusahaan-perusahaan harus mampu untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Fuzzy AHP. Adapun tahapan penelitian adalah sebagai berikut

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Fuzzy AHP. Adapun tahapan penelitian adalah sebagai berikut BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Fuzzy AHP. Adapun tahapan penelitian adalah sebagai berikut Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian 15 16

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Tahun. Gambar 1.1 Penjualan AMDK di Indonesia (dalam juta liter) (Sumber : Atmaja dan Mustamu, 2013)

BAB I PENDAHULUAN Tahun. Gambar 1.1 Penjualan AMDK di Indonesia (dalam juta liter) (Sumber : Atmaja dan Mustamu, 2013) Jumlah Penjualan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air minum merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Seiring dengan perkembangan zaman masyarakat menginginkan sesuatu yang praktis

Lebih terperinci

Minimalisasi Cacat dengan Pengaturan Tekanan Terhadap Kualitas Produk pada Proses Injection Molding dengan Menggunakan Simulasi

Minimalisasi Cacat dengan Pengaturan Tekanan Terhadap Kualitas Produk pada Proses Injection Molding dengan Menggunakan Simulasi Yogyakarta, 6 September 2007 Minimalisasi Cacat dengan Pengaturan Tekanan Terhadap Kualitas Produk pada Proses Injection Molding dengan Menggunakan Simulasi Amelia Sugondo 1, Willyanto Anggono 2, Ian Hardianto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Plastik merupakan salah satu bahan yang paling sering ditemukan dan digunakan. Bahan plastik secara perlahan-lahan mulai menggantikan gelas, kayu dan logam. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kepedulian serta kesadaran akan lingkungan saat ini telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kepedulian serta kesadaran akan lingkungan saat ini telah menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kepedulian serta kesadaran akan lingkungan saat ini telah menjadi perbincangan di semua kalangan dan telah merubah cara pandang serta pola hidup masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi yang diakibatkan oleh proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut dan

BAB I PENDAHULUAN. bumi yang diakibatkan oleh proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemanasan global menjadi isu yang penting dikalangan masyarakat akhirakhir ini. Pemanasan global adalah suatu bentuk ketidak seimbangan ekosistem di bumi yang

Lebih terperinci

5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul

5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul Sistem Struktur 2ton y Sambungan batang 5ton 5ton 5ton x Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul a Baut Penyambung Profil L.70.70.7 a Potongan a-a DESAIN BATANG TARIK Dari hasil analisis struktur, elemen-elemen

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD. Tiga Bawang merupakan sebuah industri kecil menengah yang bergerak dibidang pembuatan keripik dengan bahan baku ubi kayu. UD. Tiga Bawang adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan suatu kombinasi antara beton dan baja tulangan. Beton bertulang merupakan material yang kuat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi Informasi (TI) menjadi manfaat yang luar biasa bagi kemajuan peradaban manusia khususnya bagi perusahaan maju maupun berkembang. Jenis pekerjaan yang sebelumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu pemanasan global (global warming) mulai dikenal oleh masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Isu pemanasan global (global warming) mulai dikenal oleh masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Isu pemanasan global (global warming) mulai dikenal oleh masyarakat dunia sejak tahun 1970-an, namun isu tersebut kembali diangkat dan mulai menjadi perhatian

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN CAPS SUNSILK 60 ml MENGGUNAKAN INJECTION MOLDING PADA PT. DYNAPLAST.TBK : DWI CAHYO PRABOWO NPM :

PROSES PEMBUATAN CAPS SUNSILK 60 ml MENGGUNAKAN INJECTION MOLDING PADA PT. DYNAPLAST.TBK : DWI CAHYO PRABOWO NPM : NAMA PROSES PEMBUATAN CAPS SUNSILK 60 ml MENGGUNAKAN INJECTION MOLDING PADA PT. DYNAPLAST.TBK : DWI CAHYO PRABOWO NPM : 22410181 JURUSAN : TEKNIK MESIN PENDAHULUAN Dewasa ini, pemakaian barang-barang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan dunia industri merupakan salah satu indikator yang memberikan penggambaran untuk menilai perkembangan ekonomi suatu Negara. Kemajuan industri di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini akan melakukan pengembangan dari model yang sudah ada tentang penanganan logistik bantuan. Penentuan rute dan jumlah alokasi komoditi ke setiap titik permintaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga dapat menjelaskan dan membahas permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah sampah di Indonesia merupakan salah satu permasalahan yang sangat kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar memakai konsep

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan konstruksi saat ini semakin maju, seiring dengan pembangunan yang kian banyak dilakukan, baik berupa gedung-gedung tinggi maupun infrastruktur lainnya.

Lebih terperinci

METODE PERENCANAAN DAN DESAIN. Dr.-Ing. Silviana, ST., MT. Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik UNIVERSITAS DIPONEGORO

METODE PERENCANAAN DAN DESAIN. Dr.-Ing. Silviana, ST., MT. Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik UNIVERSITAS DIPONEGORO METODE PERENCANAAN DAN DESAIN Dr.-Ing. Silviana, ST., MT. Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik UNIVERSITAS DIPONEGORO Complete ----- Mahasiswa UNDIP 1. Communicator (mampu berkomunikasi secara lisan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian ini dikembangkan dengan menggunakan beberapa referensi yang berhubungan dengan obyek pembahasan. Penggunaan referensi ditujukan untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk atau jasa. Melalui produktivitas, perusahaan dapat pula mengetahui. melakukan peningkatan produktivitas.

BAB I PENDAHULUAN. produk atau jasa. Melalui produktivitas, perusahaan dapat pula mengetahui. melakukan peningkatan produktivitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Produktivitas telah menjadi hal yang sangat penting bagi perusahaanperusahaan dikarenakan sebagai suatu sarana untuk mempromosikan sebuah produk atau jasa.

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1. Model Perumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Metodologi pemecahan masalah merupakan tahap menggambarkan jalannya proses penelitian atau pemecahan masalah yang

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM

PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM DENGAN PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP TANPA STYROFOAM Lutfi Pakusadewo, Wisnumurti, Ari Wibowo Jurusan Teknik

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENGARUH SISTEM PENDINGINAN LURUS DAN CONFORMAL TERHADAP PENYUSUTAN DIMENSI HASIL PADA MESIN INJEKSI PLASTIK

TUGAS AKHIR PENGARUH SISTEM PENDINGINAN LURUS DAN CONFORMAL TERHADAP PENYUSUTAN DIMENSI HASIL PADA MESIN INJEKSI PLASTIK TUGAS AKHIR PENGARUH SISTEM PENDINGINAN LURUS DAN CONFORMAL TERHADAP PENYUSUTAN DIMENSI HASIL PADA MESIN INJEKSI PLASTIK Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PARADIGMA PENGELOLAAN USAHA

PARADIGMA PENGELOLAAN USAHA PENDEKATAN ECO-EFFISIENSI DALAM PENGELOLAAN USAHA PARADIGMA PENGELOLAAN USAHA SEBUAH PENDEKATAN PENGELOLAAN USAHA BERUPA UPAYA MENINGKATKAN EFISIENSI UNTUK MENINGKATKAN MANFAAT, BAIK DARI ASPEK EKONOMI,

Lebih terperinci

ISU LINGKUNGAN DAN KENDALA YANG DIHADAPI PROYEK KONSTRUKSI DI BANDA ACEH

ISU LINGKUNGAN DAN KENDALA YANG DIHADAPI PROYEK KONSTRUKSI DI BANDA ACEH ISU LINGKUNGAN DAN KENDALA YANG DIHADAPI PROYEK KONSTRUKSI DI BANDA ACEH Cut Mutiawati 1, Cut Zukhrina Oktaviani 2, dan Amanda Setiawan 2 1,2,3 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Jl.

Lebih terperinci

Recovery Logam Ag Menggunakan Resin Penukar Ion

Recovery Logam Ag Menggunakan Resin Penukar Ion PRAKTIKUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI Recovery Logam Ag Menggunakan Resin Penukar Ion Pembimbing : Endang Kusumawati, MT Disusun Oleh : IndraPranata R 091431013 Irena Widelia 091431014 Irma Ariyanti 091431015

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Menurut McComac dan Nelson dalam bukunya yang berjudul Structural

BAB III LANDASAN TEORI. Menurut McComac dan Nelson dalam bukunya yang berjudul Structural BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kolom Pendek Menurut McComac dan Nelson dalam bukunya yang berjudul Structural Steel Design LRFD Method yang berdasarkan dari AISC Manual, persamaan kekuatan kolom pendek didasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. molding) dan pembuatan checking fixture. Injection molding/plastic molding

BAB I PENDAHULUAN. molding) dan pembuatan checking fixture. Injection molding/plastic molding BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri komponen otomotif di Indonesia berkembang seiring dengan perkembangan industri otomotif. Industri penunjang komponen otomotif juga ikut berkembang salah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN Analisis Tekanan Isi Pipa

BAB IV PEMBAHASAN Analisis Tekanan Isi Pipa BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini akan dilakukan analisis studi kasus pada pipa penyalur yang dipendam di bawah tanah (onshore pipeline) yang telah mengalami upheaval buckling. Dari analisis ini nantinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri merupakan sebuah usaha yang mengubah bahan mentah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Industri merupakan sebuah usaha yang mengubah bahan mentah menjadi BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Industri merupakan sebuah usaha yang mengubah bahan mentah menjadi barang yang siap dimanfaatkan oleh konsumen, yang dalam setiap kegiatannya membutuhkan sumber energi

Lebih terperinci

Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP )

Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP ) Standar Nasional Indonesia Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP ) ICS 77.140.65 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau

Lebih terperinci

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la Pengelasan upset, hampir sama dengan pengelasan nyala, hanya saja permukaan kontak disatukan dengan tekanan yang lebih tinggi sehingga diantara kedua permukaan kontak tersebut tidak terdapat celah. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan efisien.pada industri yang menggunakan pipa sebagai bagian. dari sistem kerja dari alat yang akan digunakan seperti yang ada

BAB I PENDAHULUAN. dan efisien.pada industri yang menggunakan pipa sebagai bagian. dari sistem kerja dari alat yang akan digunakan seperti yang ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong terciptanya suatu sistem pemipaan yang memiliki kualitas yang baik dan efisien.pada industri yang menggunakan

Lebih terperinci

Visi dan Misi. Sumber Sampah % Komposisi Sampah %

Visi dan Misi. Sumber Sampah % Komposisi Sampah % Mesin Pembakar Sampah Teknologi Ramah Lingkungan dan Efisiensi Bahan Bakar Karya anak bangsa dan produksi dalam negeri Visi dan Misi Visi : Usaha penanggulangan semua jenis sampah sampai tuntas Misi :

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Isu berkurangnya lahan yang digunakan sebagai Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah bukan lagi masalah baru. Terutama di negara berkembang, pengolahan sampah seringkali masih

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang untuk memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan. Sadar atau tidak dalam proses pemanfaatan sumberdaya

Lebih terperinci

PENERAPAN PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS 3R

PENERAPAN PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS 3R Drs. Chairuddin,MSc PENERAPAN PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS 3R Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pasca Sarjana UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Reduce, Reuse, Recycling

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan produk plastik pada saat ini cukup pesat dimana semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan produk plastik pada saat ini cukup pesat dimana semakin 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan produk plastik pada saat ini cukup pesat dimana semakin meningkatnya pemesanan oleh masyarakat. Oleh karena itu PT. PANCA BUDI IDAMAN lebih meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi plastik dalam kehidupan sehari-hari semakin meningkat selama

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi plastik dalam kehidupan sehari-hari semakin meningkat selama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsumsi plastik dalam kehidupan sehari-hari semakin meningkat selama tiga dekade terakhir. Sifat plastik yang ringan, transparan, mudah diwarnai, tahan terhadap korosi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya bencana lingkungan hidup yang mengancam, bukan hanya kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya bencana lingkungan hidup yang mengancam, bukan hanya kesehatan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya pelestarian lingkungan semakin meningkat, peningkatan ini dicetuskan oleh adanya kekhawatiran besar kemungkinan terjadinya

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE PADA RUMAH TINGGAL DARI SEGI MATERIAL

PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE PADA RUMAH TINGGAL DARI SEGI MATERIAL PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE PADA RUMAH TINGGAL DARI SEGI MATERIAL Allan Subrata Ottong 1, Felix Yuwono 2, Ratna S. Alifen 3, Paulus Nugraha 4 ABSTRAK : Pembangunan rumah tinggal di Indonesia adalah salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan menjadikan kualitas produk sebagai kunci utama. Kualitas menurut Taguchi adalah kerugian minimum yang diberikan oleh suatu produk kepada

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. proses produksi plastik kantongan dari bijih plastik. PT. Megah Plastik didirikan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. proses produksi plastik kantongan dari bijih plastik. PT. Megah Plastik didirikan BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT. Megah Plastik merupakan perusahaan yang bergerak pada bidang proses produksi plastik kantongan dari bijih plastik. PT. Megah Plastik didirikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya suatu sistem pemipaan yang memiliki kualitas yang baik. dan efisien. Pada industri yang menggunakan pipa sebagai bagian

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya suatu sistem pemipaan yang memiliki kualitas yang baik. dan efisien. Pada industri yang menggunakan pipa sebagai bagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong terciptanya suatu sistem pemipaan yang memiliki kualitas yang baik dan efisien. Pada industri yang menggunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanpa disadari pengembangan mesin tersebut berdampak buruk terhadap

I. PENDAHULUAN. tanpa disadari pengembangan mesin tersebut berdampak buruk terhadap I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mesin pada mulanya diciptakan untuk memberikan kemudahan bagi manusia dalam melakukan kegiatan yang melebihi kemampuannya. Umumnya mesin merupakan suatu alat yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI (3.1)

BAB III LANDASAN TEORI (3.1) BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kelangsingan Kelangsingan suatu kolom dapat dinyatakan dalam suatu rasio yang disebut rasio kelangsingan. Rasio kelangsingan dapat ditulis sebagai berikut: (3.1) Keterangan:

Lebih terperinci

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana Strata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk menyelamatkan harga jual buah jambu getas merah terutama

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk menyelamatkan harga jual buah jambu getas merah terutama 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah jambu getas merah merupakan buah-buahan tropis yang mudah sekali mengalami kerusakan dan secara nyata kerusakannya terjadi pada saat penanganan, transportasi,

Lebih terperinci

III. KEGIATAN BELAJAR 3 PEMBUATAN POLA DAN INTI. Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu menjelaskan pembuatan pola dan inti pada proses pengecoran.

III. KEGIATAN BELAJAR 3 PEMBUATAN POLA DAN INTI. Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu menjelaskan pembuatan pola dan inti pada proses pengecoran. III. KEGIATAN BELAJAR 3 PEMBUATAN POLA DAN INTI A. Sub Kompetensi Pembuatan pola dan inti dapat dijelaskan dengan benar B. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kerusakan jalan yang berupa deformasi pada perkerasan lentur merupakan permasalahan yang sering terjadi pada prasarana transportasi jalan raya di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri yang mampu bersaing di dunia internasional. Industri batik juga

BAB I PENDAHULUAN. industri yang mampu bersaing di dunia internasional. Industri batik juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, Industri yang survive dan kompetitif adalah industri yang mampu bersaing di dunia internasional. Industri batik juga mampu menjadi industri

Lebih terperinci

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN : ANALISIS SIMULASI PENGARUH SUDUT CETAKAN TERHADAP GAYA DAN TEGANGAN PADA PROSES PENARIKAN KAWAT TEMBAGA MENGGUNAKAN PROGRAM ANSYS 8.0 I Komang Astana Widi Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

PENDEKATAN ECO-EFFISIENSI DALAM PENGELOLAAN USAHA

PENDEKATAN ECO-EFFISIENSI DALAM PENGELOLAAN USAHA PENDEKATAN ECO-EFFISIENSI DALAM PENGELOLAAN USAHA SEBUAH PENDEKATAN PENGELOLAAN USAHA BERUPA UPAYA MENINGKATKAN EFISIENSI UNTUK MENINGKATKAN MANFAAT, BAIK DARI ASPEK EKONOMI, ORGANISASI MAUPUN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sekarang maupun masa depan. Banyak negara memperdebatkan masalah ini dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sekarang maupun masa depan. Banyak negara memperdebatkan masalah ini dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanasan global sebagai salah satu masalah lingkungan yang serius baik sekarang maupun masa depan. Banyak negara memperdebatkan masalah ini dan negara berkembang dituding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Penyumbang Turunnya Kualitas Lingkungan dari Berbagai Sektor (Global Warming, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Penyumbang Turunnya Kualitas Lingkungan dari Berbagai Sektor (Global Warming, 2013) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu mengenai permasalahan lingkungan dunia telah menjadi perhatian dari berbagai pihak, terutama beberapa sektor yang terus tumbuh dan menjadi penyumbang turunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia, namun kakao

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia, namun kakao BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia, namun kakao yang dihasilkan sebanyak 70% diekspor dalam bentuk biji kakao (raw product). Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling sering digunakan oleh manusia adalah komputer. Komputer telah merambah. digunakan sebagai media menyampaikan informasi.

BAB I PENDAHULUAN. paling sering digunakan oleh manusia adalah komputer. Komputer telah merambah. digunakan sebagai media menyampaikan informasi. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat ini teknologi telah berkembang pesat. Penggunaan teknologi dapat ditemukan pada hampir setiap aspek kehidupan manusia. Salah satu teknologi yang paling sering

Lebih terperinci