UNIT 4 PERENCANAAN PEMBELAJARAN IPA. Lia Yuliati PENDAHULUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIT 4 PERENCANAAN PEMBELAJARAN IPA. Lia Yuliati PENDAHULUAN"

Transkripsi

1 UNIT 4 PERENCANAAN PEMBELAJARAN IPA Lia Yuliati PENDAHULUAN Pada unit ini mahasiswa diajak berlatih mengembangkan perencanaan pembelajaran atau membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Perencanaan pembelajaran dalam bentuk RPP merupakan penjabaran dari silabus dan menunjukkan kegiatan untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam satu pertemuan. Sebagian guru menyusun RPP dalam satu kompetensi dasar dengan beberapa pertemuan sesuai kebutuhan. Setelah mempelajari Unit 4 ini diharapkan mahasiswa dapat 1) mengidentifikasi konsep-konsep esensial IPA untuk jenjang sekolah dasar berdasarkan kompetensi dasar; 2) menyusun bahan ajar, 3) menentukan dan membuat media pembelajaran IPA; 4) menjelaskan karakteristik model-model pembelajaran IPA; 5) menyusun skenario pembelajaran IPA dengan model tematik dan siklus belajar; dan 6) menerapkan model pembelajaran tematik dan siklus belajar berdasarkan RPP yang telah disusunnya dalam pembelajaran. Pencapaian kompetensi tersebut dilaksanakan melalui kegiatan tatap muka dan kegiatan mandiri. Kegiatan tatap muka difokuskan pada kegiatan diskusi dan latihan terbimbing, sedangkan kegiatan mandiri difokuskan pada latihan secara individu sesuai dengan tugas terstruktur yang diberikan. Selama kegiatan tatap muka dan mandiri, mahasiswa dapat menggunakan bahan ajar cetak serta bahan rujukan yang dianjurkan dalam Unit 4. Pencapaian tujuan pembelajaran diukur melalui tes tulis dan pengumpulan tugas-tugas terstruktur. Pengembangan perencanaan pembelajaran (RPP) pada Unit 4 ini merupakan penjabaran dari kurikulum dan silabus yang dibahas pada Unit 2 dan Unit 3. Kompetensi mengembangkan RPP ini merupakan dasar untuk Pengembangan Pembelajaran IPA SD 131

2 melaksanakan pembelajaran yang akan dibahas pada unit berikutnya. Oleh karena itu, pembahasan pada Unit 4 ini diharapkan dapat membekali mahasiswa dalam mengembangkan kompetensinya sebagai guru kelas SD untuk membelajarkan IPA SD dan menjadi guru yang profesional dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Materi ajar pada Unit 4 ini terdiri dalam empat sub-unit yaitu bahan ajar IPA dan media pembelajaran IPA SD (sub-unit 4.1), model-model pembelajaran IPA SD (sub-unit 4.2), penilaian pembelajaran IPA SD (sub-unit 4.3), dan pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (sub-unit 4.4). Pada sub-unit 4.1 mahasiswa akan diajak untuk mengidentifikasi materi esensial dalam IPA SD dan menyiapkan media pembelajaran yang sederhana. Pada sub-unit 4.2 mahasiswa akan diajak untuk mengenal dan mendalami model pembelajaran tematik dan model pembelajaran siklus belajar untuk mengembangkan pembelajaran IPA aktif dan inovatif. Pada sub-unit 4.3 mahasiswa akan diajak untuk mengenali dan menyusun penilaian proses dalam pembelajaran IPA. Pada sub-unit 4.4 mahasiswa akan diajak untuk menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran IPA aktif dan inovatif yang merupakan kompilasi kegiatan sub-unit 4.1, sub-unit 4.2, dan sub-unit Pengembangan Pembelajaran IPA SD

3 SUB-UNIT 4.1 BAHAN AJAR DAN MEDIA PEMBELAJARAN IPA SD A. PENGANTAR Kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang guru adalah memilih atau menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar yang tepat dalam rangka membantu siswa mencapai kompetensi. Bahan ajar merupakan merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu siswa mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Jika guru tidak dapat memilih dan menguasai bahan ajar dengan baik maka besar kemungkinan kompetensi dasar yang menjadi syarat minimal penguasaan kompetensi tidak akan tercapai. Jika hal ini terjadi maka hasil belajar siswa tidak akan optimal, dalam jangka pendek mungkin tidak lulus dari sekolah. Pada saat menyusun bahan ajar, hal penting lainnya yang harus diperhatikan guru adalah menyiapkan media pembelajaran. Media pembelajaran merupakan alat bantu pembelajaran untuk mempermudah penguasaan konsep IPA. Tentunya tidak mudah menyiapkan media pembelajaran yang sesuai dengan bahan ajar yang disiapkan apalagi dengan berbagai keterbatasan. Oleh karena itu, sebagai pelaksana proses pembelajaran guru hendaknya memahami dan mengerti tentang pemilihan bahan ajar dan media pembelajaran. Pada sub-unit 4.1 ini mahasiswa akan diajak untuk mengenali cara-cara memilih bahan ajar dan media pembelajaran yang murah tetapi memiliki kualitas yang cukup baik. B. URAIAN 1. Pengembangan Bahan Ajar IPA SD a. Pengertian Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa Pengembangan Pembelajaran IPA SD 133

4 dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Ditinjau dari pihak guru, bahan ajar itu harus diajarkan atau disampaikan dalam kegiatan pembelajran. Ditinjau dari pihak siswa, bahan ajar itu harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dinilai dengan menggunakan instrumen penilaian yang disusun berdasar indikator pencapaian belajar. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai. Pengetahuan yang termasuk jenis materi fakta adalah nama-nama obyek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, dan nama orang. Misal, penemu benua Amerika adalah Copernicus Columbus. Pengetahuan yang termasuk materi konsep adalah pengertian, definisi, ciri khusus, komponen atau bagian suatu obyek. Misal, massa adalah besaran kuantitas suatu benda. Pengetahuan yang termasuk materi prinsip adalah dalil, rumus, postulat, teorema, atau hubungan antar konsep yang menggambarkan jika..maka., misalnya Jika logam dipanasi maka akan memuai, rumus menghitung massa jenis ( ) adalah massa dibagi volume. Pengetahuan yang termasuk materi jenis prosedur adalah materi yang berkenaan dengan langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu tugas. Misal, langkah-langkah mengoperasikan peralatan mikroskop atau langkah-langkah percobaan pengaruh kalor pada benda Untuk mempermudah pemahaman klasifikasi materi pembalajaran, perhatiakn dan pelajari Tabel 4.1. b. Penentuan Cakupan Bahan Ajar Masalah cakupan atau ruang lingkup, kedalaman, dan urutan penyampaian materi pembelajaran penting diperhatikan. Ketepatan dalam menentukan cakupan, ruang lingkup, dan kedalaman materi pembelajaran akan menghindarkan guru dari mengajarkan terlalu sedikit atau terlalu banyak, terlalu dangkal atau terlalu mendalam. Ketepatan urutan penyajian (sequencing) akan memudahkan bagi siswa mempelajari materi pembelajaran. Dalam menentukan cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran harus diperhatikan apakah materinya berupa aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip, prosedur), aspek afektif, ataukah aspek psikomotorik, sebab nantinya jika sudah dibawa ke kelas maka masing-masing 134 Pengembangan Pembelajaran IPA SD

5 jenis materi tersebut memerlukan strategi dan media pembelajaran yang berbedabeda. Tabel 4.1 Klasifikasi Materi Pembelajaran Menjadi Fakta, Konsep, Prinsip dan Prosedur No Jenis Pengertian dan contoh Materi 1. Fakta Menyebutkan kapan, berapa, nama, dan di mana. Contoh: Penemu benua Amerika adalah Copernicus Columbus, ayan berkembang biak dengan cara bertelur, sapi adalah hewan menyusui berkaki empat. 2. Konsep Definisi, identifikasi, klasifikasi, ciri-ciri khusus. Contoh: Definisi : massa adalah besaran kuantitas suatu benda. Identifikasi: belatung berasal dari telur hewan yang menetas pada metamorfosis; Klasifikasi: berdasarkan jenis makanannya paruh burung dikelompokkan menjadi paruh yang lancip- melengkung dan kuat, paruh yang lebar-tumpul, paruh yang lancippanjang Ciri khusus: alat pernapasan pada ikan adalah insang 3. Prinsip Penerapan dalil, atau hukum yang dapat dinyatakan dengan pernyataan jika maka... Contoh: Hukum Archimedes: Jika benda padat dimasukkan ke dalam zat cair/fluida maka akan mengalami gaya ke atas sebesar berat zat cair yang dipindahkan zat cair tersebut. 4. Prosedur Bagan arus atau bagan alur (flowchart), algoritma, langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara urut. Contoh: Langkah-langkah percobaan pengaruh kalor pada benda (perubahan wujud): 1. Meletakkan balok es batu ke dalam kaleng susu bekas 2. Memanaskan kaleng yang berisi balok es di atas kompor spiritus/nyala lilin 3. Mencatat perubahan wujud yang terjadi pada es dan mencatat waktu yang diperlukan es untuk mencair. Selain memperhatikan jenis materi pembelajaran, kita juga harus memperhatikan prinsip-prinsip yang perlu digunakan dalam menentukan cakupan materi pembelajaran yang menyangkut keluasan dan kedalaman materinya. Keluasan cakupan materi berarti menggambarkan seberapa banyak materi-materi Pengembangan Pembelajaran IPA SD 135

6 yang dimasukkan ke dalam suatu materi ajar, sedangkan kedalaman materi menyangkut seberapa detail konsep-konsep yang terkandung di dalamnya harus dipelajari/dikuasai oleh siswa. Sebagai contoh, materi gerak dapat diajarkan di SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi, namun keluasan dan kedalaman pada setiap jenjang pendidikan tersebut akan berbeda-beda. Semakin tinggi jenjang pendidikan akan semakin luas cakupan materi yang dipelajari dan semakin detail pula setiap aspek yang dipelajari. Di SD materi gerak dipelajari berdasarkan pengalaman siswa yang dikaitkan posisi awal dan posisi akhir, di SMP materi gerak dipelajari berdasarkan jenis geraknya, di SMA materi gerak dipelajari dengan menggunakan vektor, di perguruan tinggi materi gerak dipelajari dengan menggunakan matematika tingkat tinggi. Prinsip berikutnya adalah prinsip kecukupan (adequacy). Kecukupan (adequacy) atau memadainya cakupan materi juga perlu diperhatikan dalam pengertian. Cukup tidaknya aspek materi dari suatu materi pembelajaran akan sangat membantu tercapainya penguasaan kompetensi dasar yang telah ditentukan. Misalnya, jika tujuan pembelajaran IPA dimaksudkan untuk membelajarkan siswa tentang macam-macam bentuk tulang daun, maka uraian materinya mencakup: (1) tulang daun bentuk menyirip, misal pada daun rambutan, lombok,nangka; (2) tulang daun bentuk melengkung, misal pada daun sirih, lada, gadung; (3) tulang daun bentuk pita/sejajar, misal pada daun jagung, padi, alang-alang, tebu; dan tulang daun bentuk menjari misal pada daun pepaya, singkong/ketela pohon. Cakupan atau ruang lingkup materi perlu ditentukan untuk mengetahui apakah materi yang harus dipelajari oleh murid terlalu banyak, terlalu sedikit, atau telah memadai sehingga sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai. Misalnya pada mata pelajaran IPA kelas V, salah satu kompetensi dasar yang diharapkan dimiliki oleh siswa adalah: menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap. Setelah diidentifikasi, ternyata materi pembelajaran untuk mencapai kemampuan menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap tersebut termasuk jenis prosedur. Jika dianalisis, secara garis besar cakupan materi yang harus dipelajari siswa agar mampu menyimpulkan hasil penyelidikan perubahan sifat benda yang bersifat sementara maupun tetap 136 Pengembangan Pembelajaran IPA SD

7 meliputi: 1) perubahan sifat benda; 2) perubahan benda yang bersifat sementara; 2) perubahan benda yang bersifat tetap; 3) percobaan tentang perubahan sifat benda, baik yang bersifat sementara maupun tetap. Setiap jenis dari keempat materi tersebut masih dapat diperinci lebih lanjut sesuai tujuan pembelajaran yang ditentukan. c. Penentuan Urutan Bahan Ajar Urutan penyajian (sequencing) bahan ajar sangat penting untuk menentukan urutan mempelajari atau mengajarkannya. Tanpa urutan yang tepat, jika di antara beberapa materi pembelajaran mempunyai hubungan yang bersifat prasyarat (prerequisite) akan menyulitkan siswa dalam mempelajarinya. Misalnya materi proses pencernaan makanan pada manusia. Siswa akan mengalami kesulitan mempelajari proses pencernaan makanan pada manusia jika materi tentang organ-organ penyusun sistem organ pencernaan belum dipelajari lebih dulu mengenai urutan dan fungsi masing-masing organ. Materi pembelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup serta kedalamannya dapat diurutkan melalui dua pendekatan pokok, yaitu pendekatan prosedural dan pendekatan hierarkis. Urutan materi pembelajaran secara prosedural menggambarkan langkah-langkah secara urut sesuai dengan langkahlangkah melaksanakan suatu tugas. Misal, langkah-langkah menggunakan termometer untuk mengukur suhu tubuh manusia, dan termometer untuk mengukur suhu benda. Kedua kegiatan tersebut sama-sama menggunakan termometer tetapi tentunya jenis termometer yang digunakan berbeda dan cara menggunakannya juga berbeda sesuai karakteristik jenis termometernya. Jika urutan cara mengoperasikan kedua jenis termometer tersebut tidak diikuti maka hasil pengukurannya tidak tepat dan akan merusak fungsi termometer yang digunakan. Urutan materi pembelajaran secara hierarkis (berjenjang) menggambarkan urutan yang bersifat berjenjang dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah. Materi sebelumnya harus dipelajari dahulu sebagai prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya. Uraian berikut adalah contoh urutan materi pembelajaran secara hierarkis. Pengembangan Pembelajaran IPA SD 137

8 Uraian tentang deskripsi hubungan anatara sifat bahan dengan bahan penyusunnya. Agar siswa mampu mendeskripsikan hubungan sifat bahan dengan bahan penyusunnya, siswa terlebih dulu harus melakukan percobaan. Misal, percobaan untuk menemukan konsep sifat benang plastik (bahan tali plastik) dan sifat tali plastik, dibandingkan dengan benang katun (bahan) yang terbuat dari serat katun (bahan penyusun benang katun). Setelah melakukan percobaan, diharapkan siswa dapat mendeskripsikan hubungan antara sifat bahan dengan bahan penyusunnya (jika sifat bahan penyusun semakin kuat maka bahan tersebut juga semakin kuat). Sewlanjutnya, siswa menerapkan konsep yang dimilikinya untuk memecahkan masalah yang terkait dengan hubungan pemilihan bahan dengan kekuatan bahan dalam kehidupan seharihari. Misal, suatu hari Ahmadi diminta untuk mengikat kayu bakar untuk dibawa pulang dari kebun ke rumah. Di kebun tersebut ditemukan 2 macam tali dengan bahan yang berbeda. Ada tali plastik, dan ada tali dari serpihan batang pisang yang sudah setengah kering. Tali manakah yang sebaiknya dipilih Ahmadi untuk mengikat kayunya? Jelaskan, mengapa Ahmadi memilih tali tersebut? Contoh lain tentang urutan tentang hubungan struktur mata dengan fungsinya, yang disajikan pada berikut. Kompetensi dasar 1.3 Mendeskripsikan hubungan struktur panca indera, misal mata dan fungsi mata Urutan Materi 1. struktur mata 2. fungsi setiap bagian mata 3. fungsi mata 4. hubungan kornea dengan fungsi mata 5. cara kerja mata d. Prinsip-prinsip Pemilihan Bahan Ajar Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran. Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Prinsip relevansi artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada kaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebagai contoh, jika kompetensi yang 138 Pengembangan Pembelajaran IPA SD

9 diharapkan dikuasai siswa berupa menghafal fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta atau gubahan hafalan. Prinsip konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Misalnya kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa adalah mendeskripsikan hubungan struktur panca indera dengan fungsinya yang meliputi struktur mata (yaitu selaput bening, iris mata, pupil, lensa mata, otot pemegang lensa, badan bening, retina, bintik kuning, syaraf mata), fungsi setiap bagian mata, fungsi mata sebagai indera penglihat, dan hubungan antara bagian mata dengan fungsi mata, maka materi yang diajarkan juga harus meliput susunan bagian-bagian mata secara berurutan dari luar ke dalam, fungsi setiap bagian mata, fungsi mata, dan hubungan antara bagian mata dengan fungsi mata. Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya. e. Langkah-langkah Pemilihan Bahan Ajar Sebelum melaksanakan pemilihan bahan ajar, guru terlebih dahulu perlu memahami kriteria pemilihan bahan ajar. Kriteria pokok pemilihan bahan ajar atau materi pembelajaran adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal ini berarti bahwa materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru di satu pihak dan harus dipelajari siswa di lain pihak hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Dengan kata lain, pemilihan bahan ajar haruslah mengacu atau merujuk pada standar kompetensi. Setelah diketahui kriteria pemilihan bahan ajar, sampailah kita pada langkah-langkah pemilihan bahan ajar. Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi pertama-tama mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi acuan atau Pengembangan Pembelajaran IPA SD 139

10 rujukan pemilihan bahan ajar. Langkah berikutnya adalah mengidentifikasi jenisjenis materi bahan ajar. Langkah ketiga memilih bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi tadi. Terakhir adalah memilih sumber bahan ajar. Secara lengkap, langkah-langkah pemilihan bahan ajar dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu diidentifikasi aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dipelajari atau dikuasai siswa. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Setiap aspek standar kompetensi tersebut memerlukan materi pembelajaran atau bahan ajar yang berbeda-beda untuk membantu pencapaiannya. b. Mengidentifikasi jenis-jenis materi pembelajaran Sejalan dengan berbagai jenis aspek standar kompetensi, materi pembelajaran juga dapat dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Materi pembelajaran aspek kognitif secara terperinci dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip dan prosedur. Materi jenis fakta adalah materi berupa nama-nama objek, nama tempat, nama orang, lambang, peristiwa sejarah, nama bagian atau komponen suatu benda, dan lain sebagainya. Materi konsep berupa pengertian, definisi, hakekat, inti isi. Materi jenis prinsip berupa dalil, rumus, postulat adagium, paradigma, teorema. Materi jenis prosedur berupa langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara urut, misalnya langkah-langkah menelpon, cara-cara pembuatan telur asin atau cara-cara pembuatan bel listrik. Materi pembelajaran aspek afektif meliputi: pemberian respon, penerimaan (apresiasi), internalisasi, dan penilaian. Materi pembelajaran aspek motorik terdiri dari gerakan awal, semi rutin, dan rutin. 140 Pengembangan Pembelajaran IPA SD

11 c. Memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar Pilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditentukan. Perhatikan pula jumlah atau ruang lingkup yang cukup memadai sehingga mempermudah siswa dalam mencapai standar kompetensi. Berpijak dari aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah memilih jenis materi yang sesuai dengan aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut. Materi yang akan diajarkan perlu diidentifikasi apakah termasuk jenis fakta, konsep, prinsip, prosedur, afektif, atau gabungan lebih daripada satu jenis materi. Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan diajarkan, maka guru akan mendapatkan kemudahan dalam cara mengajarkannya. Setelah jenis materi pembelajaran teridentifikasi, langkah berikutnya adalah memilih jenis materi tersebut yang sesuai dengan standar kompetensi atau kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Identifikasi jenis materi pembelajaran juga penting untuk keperluan mengajarkannya. Sebab, setiap jenis materi pembelajaran memerlukan strategi pembelajaran atau metode, media, dan sistem evaluasi/penilaian yang berbeda-beda. Misalnya metode mengajarkan materi fakta atau hapalan adalah dengan menggunakan jembatan keledai, jembatan ingatan (mnemonics), sedangkan metode untuk mengajarkan prosedur adalah demonstrasi. Cara yang paling mudah untuk menentukan jenis materi pembelajaran yang akan diajarkan adalah dengan jalan mengajukan pertanyaan tentang kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Dengan mengacu pada kompetensi dasar, kita akan mengetahui apakah materi yang harus kita ajarkan berupa fakta, konsep, prinsip, prosedur, aspek sikap, atau psikomotorik. Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan penuntun untuk mengidentifikasi jenis materi pembelajaran: 1. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa mengingat nama suatu objek, simbol atau suatu peristiwa? Kalau jawabannya ya maka materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah fakta. Pengembangan Pembelajaran IPA SD 141

12 2. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa kemampuan untuk menyatakan suatu definisi, menuliskan ciri khas sesuatu, mengklasifikasikan atau mengelompokkan beberapa contoh objek sesuai dengan suatu definisi? Kalau jawabannya ya berarti materi yang harus diajarkan adalah konsep. 3. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa menjelaskan atau melakukan langkah-langkah atau prosedur secara urut atau membuat sesuatu? Bila ya maka materi yang harus diajarkan adalah prosedur. 4. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa menentukan hubungan antara beberapa konsep, atau menerapkan hubungan antara berbagai macam konsep? Bila jawabannya ya, berarti materi pembelajaran yang harus diajarkan termasuk dalam kategori prinsip. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa memilih berbuat atau tidak berbuat berdasar pertimbangan baik buruk, suka tidak suka, indah tidak indah? Jika jawabannya Ya, maka materi pembelajaran yang harus diajarkan berupa aspek afektif, sikap, atau nilai. 5. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa melakukan perbuatan secara fisik? Jika jawabannya Ya, maka materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah aspek motorik. 2. Media Pembelajaran IPA SD Apa yang dimaksud dengan media? Istilah media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari medium. Secara umum, media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi. Media memiliki peran yang sangat penting dalam pembelajaran. Mengapa? Media merupakan alat bantu guru dalam melaksanakan pembelajaran dan berfungsi sebagai sarana untuk menyampaikan pesan dari guru kepada siswa. Jika digunakan secara benar, media pembelajaran dapat memperlancar interkasi guru dan siswa, siswa dan siswa, serta siswa dan sumber belajar. Media yang digunakan dalam pembelajaran banyak ragamnya. Secara umum, media pembelajaran di SD terdiri dari media audio, media visual, dan 142 Pengembangan Pembelajaran IPA SD

13 media audio-visual. Media audio adalah media pembelajaran yang dapat didengar, misal radio dan alat musik. Media visual adalah media pembelajaran yang dapat dilihat, misal gambar, grafik, model, dan slide. Media audio-visual adalah media pembelajaran yang dapat didengar dan dapat dilihat misal video, simulasi komputer dan film. Berdasarkan bentuk penyajiannya, media pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi media pembelajaran non-projected yaitu media pembelajaran yang langsung dapat digunakan tanpa menggunakan alat proyeksi seperti gambar, charta, foto, dan peta, dan media pembelajaran projected yaitu media pembelajaran yang memerlukan alat proyeksi seperti film, slide, dan power point. Media pembelajaran dapat bersifat alami dan buatan. Media pembelajaran alami merupakan media pembelajaran yang sesuai dengan benda aslinya di alam seperti hewan, tumbuhan, danau, dan gunung. Media pembelajaran buatan merupakan media pembelajaran hasil modfikasi atau meniru benda aslinya, seperti model alat pernafasan, model jantung manusia, dan torso. Media-media tersebut dapat digunakan sesuai kebutuhan dan kemampuan guru serta sekolah. Penggunaan media pembelajaran dalam mata pelajaran IPA memiliki relevansi yang sangat tinggi karena memiliki kesesuaian dengan hakikat IPA. IPA merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi secara logis sistematis tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah seperti pengamatan, penyelidikan, penyusunan hipotesis yang diikuti dengan pengujian gagasan-gagasan. IPA sebagai proses lebih menekankan pada perolehan konsep IPA melalui pengalaman belajar yang lebih nyata, yang melibatkan segala kemampuan dan potensi yang dimilkinya. Peranan media pembelajaran IPA sehubungan dengan pendekatan ketrampilan proses, antara lain: 1) dapat mengaktifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dan antara siswa dan sesamanya dalam kegiatan belajar mengajar; 2) dapat merangsang pikiran, perasan, perhatian dan kemauan siswa agar dapat mendorong kegiatan pembelajaran sehingga pengalaman belajar yang diperoleh akan lebih bermakna bagi siswa; 3) dapat membangkitkan keinginan Pengembangan Pembelajaran IPA SD 143

14 dan minat belajar siswa, sehingga perhatian siswa dapat terpusat pada bahan pelajaran yang diberikan guru; 4) meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, sehingga membuat pelajaran lebih lama diingat; dan 5) memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan mandiri dikalangan siswa. Berkaitan dengan keterampilan proses, manfaat media pembelajaran IPA bagi siswa adalah: 1) dapat meningkatkan motivasi belajar, 2) dapat menyediakan variasi belajar, 3) dapat memberi gambaran struktur yang memudahkan belajar, 4) dapat memberikan contoh yang selektif, 5) dapat memberi contoh yang selektif, 6) dapat merangsang berpikir analisis, dan 7) dapat memberikan situasi belajar yang menyenangkan tanpa beban atau tekanan. Manfaat media pembelajaran IPA bagi guru adalah: 1) dapat memberikan pedoman dalam merumuskan tujuan pembelajaran, 2) dapat memberikan sistematika belajar, 3) dapat memudahkan kendali pengajaran, 4) dapat membantu kecermatan dan ketelitian dalam penyajian, 5) dapat membangkitkan rasa percaya diri dalam mengajar, dan 6) dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Media pembelajaran dapat memiliki nilai praktis, yaitu: 1) dapat menampilkan obyek yang terlalu besar, yang tidak mungkin dibawa kedalam kelas, seperti bulan, bumi dan matahari; 2) dapat memperlambat gerakan yang terlalu cepat seperti gerakan kecambah yang tumbuh, gerak benda jatuh; 3) memungkinkan untuk menampilkan objek yang langka yang sulit diamati atau yang berbahaya di lingkungan belajar. Guru IPA hendaknya dapat mempertimbangkan kelayakan suatu alat menjadi sebuah media pembelajaran Pertimbangan yang dapat dipakai guru IPA untuk memilih media pembelajaran yang baik antara lain: 1) kelayakan praktis (keakraban guru dengan jenis media pembelajaran) meliputi ketersediaan media pembelajaran di lingkungan belajar setempat, ketersediaan waktu untuk mempersiapkan media, ketersediaan sarana dan fasilitas pendukung dan keluwesan, artinya mudah dibawa kemana-mana, digunakan kapan saja dan oleh siapa saja; 144 Pengembangan Pembelajaran IPA SD

15 2) kelayakan teknis (relevan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan merangsang terjadinya proses belajar); dan 3) kelayakan biaya (biaya yang dikeluarkan seimbang dengan manfaat yang diperoleh). Disamping itu, media pembelajaran IPA SD tidak rumit dalam penyediaan dan penggunaannya. Alat tersebut hendaknya didesain dengan perencanaan yang matang. Perencanaan itu mencakup beberapa hal antara lain; analisis untung ekonomis secara ekonomis, jumlah dan jenis alat yang akan digunakan, keterampilan yang diperlukan, gambar atau bagan yang akan dibuat, rancangan atau konstruksi alat, dan evaluasi alat yang dibuat. Berikut ini adalah sebuah contoh media pembelajaran IPA SD yang sederhana berupa pemanfaatan barang bekas. Pembuatan alat praktikum secara sederhana dapat menggunakan barang bekas. Barang bekas disini dapat berupa kaleng susu atau kaleng biskuit. Dalam suatu rumah tangga pasti banyak memiliki barang bekas yang tidak terpakai lagi tapi kalau dibuang dapat merusak lingkungan. Kalau barang tersebut dapat dipergunakan untuk membuat suatu media pembelajaran maka guru tidak perlu mengeluarkan uang banyak. Dan juga tidak perlu mengajar hanya dengan metode ceramah saja yang membuat anak menjadi bosan untuk belajar. Kaleng bekas dapat digunakan sebagai media pembelajaran untuk materi tekanan udara, sifat air, bunyi dll. Untuk sifat air, misalnya, kaleng bekas dapat digunakan untuk membuktikan bahwa air menekan ke segala arah. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membuat 4 lubang dengan jarak sama antar satu lubang dengn lubang lain di sekeliling sisi kaleng. Contoh lain, untuk tekanan udara dapat digunakan kaleng bekas yang dilubangi secara vertikal untuk mengetahui hubungan antara laju air terhadap jarak air yang keluar dari lubang kaleng dan juga terhadap tinggi permukaan air di dalam kaleng. Masih banyak lagi barang bekas selain kaleng yang dapat digunakan untuk membuat alat praktikum IPA. C. LATIHAN Kerjakan latihan di bawah ini untuk memperdalam pemahaman anda terhadap bahan ajar dan media pembelajaran. Pengembangan Pembelajaran IPA SD 145

16 1. Pilihlah masing-masing satu kompetensi dasar mata pelajaran IPA SD kelas awal (kelas 1-3) dan kelas tinggi (kelas 4-6). Tentukan salah satu materi IPA masing-masing KD untuk alokasi waktu 2 x 35 menit. 2. Buatlah indikator dan tujuan pembelajaran untuk alokasi waktu dan materi yang sudah ditentukan pada soal Susunlah bahan ajar materi tersebut sesuai dengan indikator dan tujuan pembelajaran serta alokasi waktu yang disediakan. 4. Tentukan media pembelajaran yang akan digunakan. Media yang digunakan hendaknya merupakan media sederhana yang bersifat konkret dan dapat diperoleh dengan mudah, sederhana dan dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. D. RANGKUMAN Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Hal yang penting dalam menentukan bahan ajar adalah ruang lingkup, kedalaman, dan urutan penyampaian materi pembelajaran penting diperhatikan. Selain itu juga perlu diperhatikan beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran. Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Sebelum melaksanakan pemilihan bahan ajar, terlebih dahulu perlu diketahui kriteria pemilihan bahan ajar. Kriteria pokok pemilihan bahan ajar atau materi pembelajaran adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar. Langkahlangkah pemilihan bahan ajar meliputi mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar, mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar, memilih bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi tadi, dan memilih sumber bahan ajar. Media merupakan alat bantu guru dalam melaksanakan pembelajaran dan berfungsi sebagai sarana untuk menyampaikan pesan dari guru kepada siswa. Secara umum media pembelajaran di SD terdiri dari media audio, media visual, 146 Pengembangan Pembelajaran IPA SD

17 dan media audio-visual. Berdasarkan bentuk penyajiannya, media pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi media pembelajaran non-projected dan media pembelajaran projected. Media pembelajaran dapat bersifat alami dan buatan. Penggunaan media pembelajaran dalam mata pelajaran IPA memiliki relevansi yang sangat tinggi karena memiliki kesesuaian dengan hakikat IPA karena dapat mengaktifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dan antara siwa dan sesamanya dalam kegiatan belajar mengajar; merangsang pikiran, perasan, perhatian dan kemauan siswa agar dapat mendorong kegiatan relajar mengajar, sehingga pengalaman belajar yang diperoleh akan lebih bermakna bagi siswa; membangkitkan keinginan dan minat belajar siswa, sehingga perhatian siswa dapat terpusat pada bahan pelajaran yang diberikan guru; meletakan dasardasar yang penting untuk perkembangan belajar, sehingga membuat pelajaran lebih lama diingat; dan memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan mandiri dikalangan siswa. E. TES FORMATIF Jawablah pertanyaan di bawah ini untuk mengukur pemahaman anda pada materi bahan ajar dan media pembelajaran. 1. Jelaskan langkah-langkah pemilihan bahan ajar yang dapat mencapai tujuan pembelajaran? 2. Jelaskan prinsip-prinsip penentuan cakupan bahan ajar? 3. Sebutkan jenis-jenis media yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA di SD? Jelaskan! 4. Jelaskan keterkaitan penggunaan media pembelajaran dengan hakikat IPA dan keterampilan proses IPA! F. UMPAN BALIK Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban sub-unit 4.1yang terdapat pada bagian akhir Unit ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Gunakanlah rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi sub-unit 4.1. Pengembangan Pembelajaran IPA SD 147

18 Rumus: Skor jawaban Anda yang benar Tingkat penguasaan = X 100% Skor total Penentuan Skor : Setiap butir soal yang dijawab dengan benar (100%) diberi skor 25. Skor berikutnya ditentukan dengan persentase tingkat kebenaran jawaban. Arti tingkat penguasaan yang Anda capai : % = baik sekali 80-89% = baik 70 79% = cukup < 70% = kurang Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat melanjutkan dengan Unit selanjutnya. Selamat untuk Anda! Tetapi apabila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mempelajari kembali materi sub-unit 4.1 terutama bagian yang belum Anda kuasai. 148 Pengembangan Pembelajaran IPA SD

19 SUB-UNIT 4.2 EVALUASI PEMBELAJARAN IPA A. PENGANTAR Kemampuan yang harus dimiliki seorang guru setelah memilih bahan ajar dan media pembelajaran adalah merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran tersebut menjadi kunci keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Beberapa ahli menyatakan bahwa keberhasilan pelaksanaan pembelajaran bergantung pada tahapan atau langkah-langkah pembelajaran yang bermuara pada model pembelajaran. Ada banyak model-model pembelajaran yang dikembangkan dan model-model pembelajaran memiliki tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Di antara beberapa model pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran tematik dan model pembelajaran Learning Cycle (siklus belajar). Kedua model tersebut direkomendasikan ahli-ahli pembelajaran untuk digunakan pada pembelajaran IPA di sekolah dasar. Apa yang dimaksud dengan dengan model pembelajaran tematik dan siklus belajar? Bagaimanakah menyusun pembelajaran dengan model-model tersebut? Pada sub-unit 4.2 ini anda akan diajak untuk mengenali karakteristik model pembelajaran tematik dan siklus belajar untuk mengembangkan kemampuan kognitif, psikomotorik dan afektif siswa dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar. B. URAIAN 1. Model Tematik (Integrated Model) Apa yang disebut model tematik? Mengapa di sekolah dasar, khususnya siswa kelas awal (kelas 1, 2, dan 3) dianjurkan menggunakan model pembelajaran tematik? Apa keunggulannya dibanding model pembelajaran lainnya? Pengembangan Pembelajaran IPA SD 149

20 Pertanyaan-pertanyaan di atas sering kita ajukan ketika membahas pembelajaran di sekolah dasar. Pernahkah anda memikirkan dan mencoba mencari jawabannya? Mungkin anda akan menjawab bahwa model tematik dilaksanakan di SD karena kurikulumnya meminta demikian. Namun, apa alasan KTSP merekomendasikan model tematik untuk pendidikan dasar? Untuk menjawab semua permasalahan ini, pelajarilah sub-unit 4.2 ini dengan seksama agar dapat memecahkan permasalahan di atas. a. Pengertian Pembelajaran Model Tematik Pada KTSP, pembelajaran model tematik merupakan model pembelajaran yang dianjurkan untuk pembelajaran di pendidikan dasar. Pendidikan dasar ini mencakup sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Mengapa demikian? Hal ini disebabkan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar, konsep belajar dan pembelajaran bermakna pada tingkat pendidikan dasar khususnya SD masih bersifat konkret dan holistik (menyeluruh). Siswa pendidikan dasar lebih mudah memahami sesuai berdasarkan seluruh aspek yang dialaminya. Aspek-aspek tersebut bermuara pada beberapa mata pelajaran di sekolah sehingga pembahasannya memerlukan tema atau topik. Pembelajaan tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan dua atau lebih mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983). Di sekolah dasar, pembelajaran tematik meliputi mata pelajaran IPA, Bahasa Indonesia, PKn, IPS, dan matematika. Pemberian tema pada topik yang dibahas dari dua atau lebih mata pelajaran diharapkan akan memberikan banyak keuntungan bagi guru dan siswa. Keuntungan tersebut di antaranya: 1) siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu. 2) siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama. 3) pemahaman siswa terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan. 150 Pengembangan Pembelajaran IPA SD

21 4) kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa. 5) siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas. 6) siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain. 7) guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan. Mengapa pembelajaran tematik diberikan pada siswa? Apa saja yang melandasi pembelajaran tematik? Landasan pembelajaran tematik mencakup landasan filosofis, landasan psikologis, dan landasan yuridis. 1) Landasan filosofis Pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu progresivisme, konstruktivisme, dan humanisme. Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman siswa. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung siswa (direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masingmasing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. Aliran humanisme melihat siswa dari segi keunikannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya. Pengembangan Pembelajaran IPA SD 151

22 2) Landasan Psikologis. Pembelajaran tematik berkaitan dengan psikologi perkembangan siswa dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan siswa. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya. 3) Landasan Yuridis Pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap siswa pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V Pasal 1-b). Pada pembelajaran tematik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pembelajaran tematik menekankan keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif. Siswa memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget, yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak. Selain itu, pembelajaran tematik juga menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Sebagai fasilitator belajar siswa, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan 152 Pengembangan Pembelajaran IPA SD

23 mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik). Manfaat yang diperoleh bagi guru dan siswa apabila pembelajaran dilaksanakan dengan memanfaatkan tema adalah: 1) Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan, 2) Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir, 3) Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah. 4) Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat, b. Karakteristik Pembelajaran Tematik Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: 1) Berpusat pada siswa Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar. 2) Memberikan pengalaman langsung Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. Pengembangan Pembelajaran IPA SD 153

24 3) Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa. 4) Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. 5) Bersifat fleksibel Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada. 6) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya. 7) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan Hal-hal perlu diperhatikan jika kita akan melaksanakan model pembelajaran tematik adalah bahwa tidak semua mata pelajaran harus dipadukan. Pada pembelajaran tematik dimungkinkan terjadinya penggabungan beberapa kompetensi dasar pada lintas semester. Pembelajaran tematik tidak dilaksanakan jika kompetensi dasar tersebut tidak dapat dipadukan, oleh karen itu jangan dipaksakan untuk dipadukan. Kompetensi dasar yang tidak dapat diintegrasikan atau tidak tercakup pada tema tertentu dibelajarkan secara tersendiri dan tetap diajarkan, baik melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri. Kegiatan pembelajaran tematik menekankan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta penanaman nilai-nilai moral. Untuk keberhasilan pembelajaran, tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, minat, lingkungan, dan daerah setempat. 154 Pengembangan Pembelajaran IPA SD

25 Keunggulan model tematik terletak pada ciri-ciri. Beberapa ciri khas dari pembelajaran tematik antara lain: 1) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar; 2) Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; 3) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama; 4) Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa; 5) Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya; dan 6) Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain. c. Tahap-tahap Model Pembelajaran Tematik Pelaksanaan pembelajaran tematik setiap hari dilakukan dengan menggunakan tiga tahapan kegiatan yaitu kegiatan pembukaan/awal/pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan Pendahuluan/awal/pembukaan Kegiatan ini dilakukan terutama untuk menciptakan suasana awal pembelajaran untuk mendorong siswa menfokuskan dirinya agar mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sifat dari kegiatan pembukaan adalah kegiatan untuk pemanasan. Pada tahap ini dapat dilakukan penggalian terhadap pengalaman anak tentang tema yang akan disajikan. Beberapa contoh kegiatan yang dapat dilakukan adalah bercerita, kegiatan fisik/jasmani, dan menyanyi Kegiatan Inti Dalam kegiatan inti difokuskan pada kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk pengembangan kemampuan baca, tulis dan hitung. Penyajian bahan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan berbagai strategi/metode yang bervariasi dan dapat dilakukan secara klasikal, kelompok kecil, ataupun perorangan. Pengembangan Pembelajaran IPA SD 155

26 Kegiatan Penutup/Akhir dan Tindak Lanjut Sifat dari kegiatan penutup adalah untuk menenangkan. Beberapa contoh kegiatan akhir/penutup yang dapat dilakukan adalah menyimpulkan/mengungkapkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan, mendongeng, membacakan cerita dari buku, pantomim, pesan-pesan moral, musik/apresiasi musik. Contoh jadwal pelaksanaan pembelajaran perhari Contoh 1: Kegiatan Jenis kegiatan Kegiatan pembukaan Anak berkumpul bernyanyi sambil menari mengikluti irama musik Kegiatan inti Kegiatan penutup Kegiatan untuk pengembangan membaca Kegiatan untuk pengembangan menulis Kegitan untuk pengembangan berhitung Mendongeng atau membaca cerita dari buku cerita Contoh 2: Kegiatan Jenis kegiatan Kegiatan pembukaan Waktu berkumpul (anak m,enceritakan pengalkaman, menyanyi, melakukan kegiatan fisik sesuai dengan tema) Kegiatan inti Kegiatan penutup Pengembangan kemampuan menulis (kegiatan kelompok besar) Pengembnagan kemampuan berhitung kegiatan kelompok kecil atau berpasangan) Melakukan pengamatan sesuai dengan tema, misalnya mengamati jenis kendaraan yang lewat pada tema transporasi, menggambar hewan hasil pengamatan Mendongeng Pesan-pesan moral Musik/menyanyi Contoh skenario dengan model pembelajaran tematik dapat dilihat pada website Matakuliah Pengembangan Pembelajaran IPA SD. 156 Pengembangan Pembelajaran IPA SD

27 2. Model Siklus Belajar (Learning Cycle Model) Apa yang disebut model siklus belajar? Mengapa model siklus belajar perlu dikembangkan guru termasuk guru SD? Pertanyaan ini mungkin muncul dalam benak anda. Untuk menjawab semua pertanyaan ini, pelajarilah sub-unit 4.2 ini dengan seksama agar dapat memecahkan permasalahan di atas. a. Pengertian Model Siklus Belajar Paradigma pembelajaran di sekolah mengalami pergeseran dari paradigma teacher-oriented ke student-oriented. Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran IPA di SD/MI berorientasi pada siswa. Peran guru bergeser dari menentukan apa yang akan dipelajari ke bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar siswa. Pengalaman belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi lingkungan melalui interaksi aktif dengan teman, lingkungan dan nara sumber lain (Depdiknas, 2003). Pembelajaran IPA yang berpusat pada siswa dan menekankan pentingnya belajar aktif berarti mengubah persepsi tentang guru yang selalu memberikan informasi dan menjadi sumber pengetahuan bagi siswa (NRC, 1996:20). Pembelajaran IPA seyogianya melibatkan siswa dalam penyelidikan yang berorientasi inkuiri, dengan interaksi antara siswa dengan guru dan siswa lainnya. Siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan ilmiah yang ditemukannya pada berbagai sumber, siswa menerapkan materi IPA untuk mengajukan pertanyaan, siswa menggunakan pengetahuannya dalam pemecahan masalah, perencanaan, membuat keputusan, diskusi kelompok, dan siswa memperoleh asesmen yang konsisten dengan suatu pendekatan yang aktif untuk belajar. Pengembangan kemampuan siswa dalam berpikir dan bekerja ilmiah berlandaskan inkuiri dapat dilakukan dengan pengenalan pemahaman secara konseptual. Pemahaman secara konseptual ini dikembangkan dengan siklus belajar yang dilakukan secara rutin oleh guru. Siklus belajar tersebut merupakan model pembelajaran yang fleksibel, dalam arti bahwa metode belajar yang digunakan dalam pembelajaran dapat bervariasi (Lawson, 1994:137). Pengembangan Pembelajaran IPA SD 157

28 Siklus belajar pertama kali digunakan sebagai model pembelajaran dalam program the Science Curriculum Improvement Study (SCIS). Siklus belajar ini merupakan pendekatan yang ampuh untuk perancangan pembelajaran IPA yang aktif dan efektif karena siklus belajar memberikan suatu cara berpikir dan berperilaku yang konsisten dengan cara siswa belajar. b. Tahap-tahap Model Siklus Belajar Inti dari modul siklus belajar terdiri dari tiga fase yaitu fase eksplorasi, fase eksplanasi dan fase aplikasi (Lawson, 1994:136). Siklus belajar ini kemudian berkembang berdasarkan kebutuhan lapangan menjadi lima fase dan dikenal dengan the 5 E Learning Cycle Model (Bybee, et al.,1989). Model siklus belajar ini terdiri dari lima tahap kegiatan yaitu Engagement (pendahuluan), Exploration (eksplorasi), Explanation (eksplanasi), Elaboration (elaborasi), dan Evaluation (evaluasi). Secara struktural, model siklus belajar 5 tahap ini lebih sesuai dengan struktur pembelajaran IPA yang terdiri dari kegiatan awal, inti dan penutup. Kesesuaian tahapan siklus belajar dan pembelajaran IPA dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Struktur Pembelajaran IPA Kegiatan Awal Kegiatan Inti Kegiatan Penutup The 5 E Learning Cycle Engagement Exploration Explanation Elaboration Evaluation Aktivitas dalam model siklus belajar bersifat fleksibel tetapi urutan fase belajarnya bersifat tetap. Format belajar dalam siklus belajar dapat berubah tetapi urutan setiap fase tersebut tidak dapat diubah atau dihapus, karena jika urutannya diubah atau fasenya dihapus maka model yang dimaksud tidak berupa siklus belajar. Kegiatan setiap tahap pada siklus belajar dapat dilihat pada tabel berikut. 158 Pengembangan Pembelajaran IPA SD

29 The 5 E Learning Cycle Model Fase Aktivitas Pendahuluan Guru menunjukkan obyek, peristiwa atau mengajukan pertanyaan untuk memotivasi siswa Guru menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan pengetahuan/kegiatan yang akan dilakukan siswa Eksplorasi Siswa mengeksplorasi obyek dan fenomena yang ditunjukkan secara konkrit Siswa melakukan aktivitas hands-on (praktikum) dengan bimbingan guru Eksplanasi Siswa menjelaskan pemahamannya tentang konsep dan proses yang terjadi pada aktivitas hands-on Guru memperkenalkan konsep dan keterampilan baru atau meluruskan konsep/keterampilan siswa yang keliru Elaborasi Siswa mengaplikasikan konsep baru dalam konteks lain untuk mengembangkan pemahaman dan keterampilannya Evaluasi Guru menilai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan siswa. Kegiatan guru memberikan kemungkinan untuk mengevaluasi kemampuan siswa dan efektivitas pembelajaran Diadaptasi dari Bybee, et al. (1989). Pada fase pendahuluan, guru dapat menggali pengetahuan awal siswa dengan menfokuskan perhatian dan minat siswa terhadap topik yang dibahas, memunculkan pertanyaan dan memperoleh respons dari siswa. Fase ini juga berguna untuk mengidentifikasi miskonsepsi atau salah konsep dalam pemahaman siswa. Pada saat menggali pengetahuan awal, guru dapat mengajukan masalah yang bertentangan. Misal, dengan demonstrasi benda A dan benda B yang memiliki massa berbeda dijatuhkan dari ketinggian yang sama. Pertanyaan yang dapat diajukan : benda manakah yang jatuh lebih dahulu ke lantai? Berdasarkan demonstrasi tersebut siswa diharapkan memiliki jawaban yang berbeda dengan siswa lain sehingga menimbulkan konflik kognitif pada siswa. Dari respons siswa, guru dapat mengetahui pemahaman awal siswa tentang konsep yang dibahas sebelum pembelajaran. Pada fase eksplorasi, siswa belajar melalui aksi dan reaksi mereka sendiri dalam situasi baru. Siswa mengeksplorasi materi dan gagasan baru dengan bimbingan minimal dari guru. Pengalaman baru memunculkan pertanyaan dan Pengembangan Pembelajaran IPA SD 159

30 masalah yang tidak dapat dipecahkan dengan gagasan-gagasan siswa yang sudah ada. Fase eksplorasi memberikan kesempatan pada siswa untuk menyuarakan gagasan-gagasan yang bertentangan, yang dapat menimbulkan perdebatan dan analisis dari alasan munculnya gagasan mereka. Analisis tersebut dapat mengarahkan cara diskusi untuk menguji gagasan lainnya melalui prediksi. Eksplorasi juga dapat membawa siswa pada identifikasi suatu pola keteraturan dalam fenomena yang diteliti. Selama fase eksplorasi, siswa diberi kesempatan untuk bekerjasama dengan siswalainnya tanpa instruksi dari guru melalui kegiatan diskusi. Pada fase eksplanasi, kegiatan diawali dengan pengenalan konsep baru yang digunakan pada pola-pola yang diperoleh pada fase eksplorasi. Konsep baru tersebut dapat diperkenalkan oleh guru, melalui buku bacaan, film atau media lainnya. Selama fase eksplanasi guru memotivasi siswa untuk menjelaskan konsep yang dibahas dengan kata-kata sendiri, mengajukan fakta dan klarifikasi terhadap penjelasannya, dan mendengarkan secara kritis penjelasan siswa. Fase eksplanasi selalu mengikuti fase eksplorasi dan berkaitan langsung dengan pola yang ditemukan selama kegiatan eksplorasi. Fase berikutnya adalah elaborasi atau dapat disebut juga aplikasi konsep. Pada fase ini siswa menerapkan konsep atau keterampilan pada situasi baru.. Fase ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk menggunakan konsep-konsep yang telah diperkenalkan untuk menyelidiki konsep-konsep tersebut lebih lanjut. Penerapan konsep diarahkan pada kehidupan sehari-hari. Fase terakhir adalah evaluasi yang dilakukan pada seluruh pengalaman belajar siswa. Aspek yang dievaluasi pada fase ini adalah pengetahuan atau keterampilan, aplikasi konsep, dan perubahan proses berpikir siswa. Fase evaluasi juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk menilai cara belajarnya, mengevaluasi kemajuan belajar dan proses pembelajaran. Evaluasi dapat dilakukan secara tertulis pada akhir pembelajaran atau secara lisan berupa pertanyaan selama pembelajaran berlangsung. Contoh skenario dengan model pembelajaran siklus belajar dapat dilihat pada website Matakuliah Pengembangan Pembelajaran IPA SD. 160 Pengembangan Pembelajaran IPA SD

31 C. LATIHAN 1. Cermati kembali tugas-tugas latihan pada sub-unit 4.1 dan contoh skenario pembelajaran untuk model pembelajaran tematik dan siklus belajar pada website 2. Susunlah skenario pembelajaran dengan model tematik dan siklus belajar sesuai materi dan alokasi waktu bahan ajar pada penyelesaiaan Latihan subunit 4.1. D. RANGKUMAN Pembelajaan tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan dua atau lebih mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Landasan pembelajaran tematik mencakup landasan filosofis, landasan psikologis, dan landasan yuridis. Pembelajaran tematik menekankan keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif. Selain itu, pembelajaran tematik juga menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Manfaat yang diperoleh bagi guru dan siswa apabila pembelajaran dilaksanakan dengan memanfaatkan tema adalah menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran; siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi; pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah. Siklus belajar merupakan pendekatan yang ampuh untuk perancangan pembelajaran IPA yang aktif dan efektif karena siklus belajar memberikan suatu cara berpikir dan berperilaku yang konsisten dengan cara siswa belajar. Model siklus belajar terdiri dari lima tahap kegiatan yaitu Engagement (pendahuluan), Exploration (eksplorasi), Explanation (eksplanasi), Elaboration (elaborasi), dan Evaluation (evaluasi). Secara structural, model siklus belajar 5 tahap ini lebih sesuai dengan struktur pembelajaran IPA yang terdiri dari kegiatan awal, inti dan penutup. Pada fase pendahuluan, guru dapat menggali pengetahuan awal siswa dengan menfokuskan perhatian dan minat siswa terhadap topik yang dibahas, memunculkan pertanyaan dan memperoleh respons dari siswa. Pada fase Pengembangan Pembelajaran IPA SD 161

32 eksplorasi, siswa belajar melalui aksi dan reaksi mereka sendiri dalam situasi baru. Pada fase eksplanasi, kegiatan diawali dengan pengenalan konsep baru yang digunakan pada pola-pola yang diperoleh pada fase eksplorasi. Pada fase elaborasi atau dapat disebut juga aplikasi konsep, siswa menerapkan konsep atau keterampilan pada situasi baru. Pada fase evaluasi memberikan kesempatan kepada siswa untuk menilai cara belajarnya, mengevaluasi kemajuan belajar dan proses pembelajaran. Evaluasi dapat dilakukan secara tertulis pada akhir pembelajaran atau secara lisan berupa pertanyaan selama pembelajaran berlangsung. E. TES FORMATIF Jawablah pertanyaan dibawah ini untuk mengukur pemahaman anda pada materi model-model pembelajaran IPA. 1. Setiap model pembelajaran memiliki karakteristik yang membedakan model tersebut dengan model yang lain. Sebutkan karakteristik model pembelajaran tematik? 2. Model pembelajaran tematik merupakan model pembelajaran yang dianjurkan digunakan pada pembelajaran di kelas awal. Mengapa? 3. Setiap model pembelajaran memiliki prosedur pembelajaran. Jelaskan langkah-langkah model pembelajaran siklus belajar! 4. Jelaskan dasar pemikiran model pembelajaran siklus belajar! F. UMPAN BALIK Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban sub-unit 4.2 yang terdapat pada bagian akhir Unit ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Gunakanlah rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi sub-unit 4.2. Rumus: Skor jawaban Anda yang benar Tingkat penguasaan = X 100% Skor total 162 Pengembangan Pembelajaran IPA SD

33 Penentuan Skor : Setiap butir soal yang dijawab dengan benar (100%) diberi skor 25. Skor berikutnya ditentukan dengan persentase tingkat kebenaran jawaban. Arti tingkat penguasaan yang Anda capai : % = baik sekali 80-89% = baik 70 79% = cukup < 70% = kurang Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat melanjutkan dengan Unit selanjutnya. Selamat untuk Anda! Tetapi apabila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mempelajari kembali materi sub-unit 4.2 terutama bagian yang belum Anda kuasai. Pengembangan Pembelajaran IPA SD 163

34 SUB-UNIT 4.3 PENILAIAN PEMBELAJARAN IPA A. PENGANTAR Kemampuan lain yang harus dimiliki guru adalah kemampuan melaksanakan penilaian. Penilaian adalah proses pemberian keputusan terhadap siswa berdasarkan kemampuan siswa. Seiring perkembangan pengetahuan, aspek penilaian pembelajaran mengalami perubahan. Pada kurikulum terbaru, yaitu KTSP, penilaian tidak hanya difokuskan pada aspek kognitif saja tetapi juga aspek psikomotorik dan afektif. Penilaian ini kemudian dikenal dengan penilaian berbasis kompetensi. Perubahan ini membuat sebagian besar guru IPA bingung karena guru-guru tersebut banyak yang belum paham dengan penilaian yang dikehendaki kurikulum. Pada sub-unit 4.3 ini mahasiswa akan diajak untuk mengenali berbagai teknik penilaian berbasis kompetensi. Hal sangat penting bagi mahasiswa yang sudah bertugas menjadi guru. Dengan demikian, mahasiswa akan berkembang menjadi guru yang memiliki kompetensi guru yang profesional. B. URAIAN Pengumpulan informasi tentang kemajuan belajar siswa dapat dilakukan beragam teknik, baik berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar. Teknik mengumpulkan informasi tersebut pada prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan belajar siswa terhadap pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Penilaian adalah kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran sehingga diketahui apakah suatu program telah berhasil. Penilaian suatu kompetensi dasar dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian hasil belajar, baik berupa domain kognitif, afektif, maupun psikomotor. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan dalam penilaian, yaitu penilaian unjuk kerja, penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. 164 Pengembangan Pembelajaran IPA SD

35 1. Penilaian Unjuk Kerja Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan siswa dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut siswa melakukan tugas tertentu seperti: praktek di laboratorium, praktek sholat, praktek olahraga, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi/ deklamasi dan sebagainya Penilaian unjuk kerja perlu mempertimbangkan hal-hal berikut. a. Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan siswa untuk menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi. b. Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut. c. kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas. d. Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga semua dapat diamati. e. Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan pengamatan. Pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Misal, untuk menilai kemampuan mengukur suhu zat cair, guru perlu melakukan pengamatan terhadap cara siswa dalam menggunakan termometer, cara siswa memegang termometer, atau cara siswa membaca termometer. Dengan demikian, kemampuan siswa dapat dideskripsikan lebih jelas, utuh, dan konkret. Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (ya-tidak). Penilaian unjuk kerja yang menggunakan daftar cek, siswa mendapat nilai bila kriteria penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati oleh penilai. Jika tidak dapat diamati, siswa tidak memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak dapat diamati. Dengan demikian tidak terdapat nilai tengah, namun daftar cek lebih praktis digunakan mengamati subjek dalam jumlah besar. Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala penilaian memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara kontinuum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua. Skala penilaian terentang dari tidak sempurna sampai sangat sempurna. Misalnya: Pengembangan Pembelajaran IPA SD 165

36 1 = tidak kompeten, 2 = cukup kompeten, 3 = kompeten dan 4 = sangat kompeten. 2. Penilaian Tertulis Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Tes Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada siswa dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal siswa tidak selalu merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar dan lain sebagainya. Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu 1) soal dengan memilih jawaban (pilihan ganda,dua pilihan (benar-salah, ya-tidak), dan menjodohkan); 2) Soal dengan mensuplai-jawaban (isian singkat atau melengkapi,uraian terbatas, uraian obyektif/non-obyektif, dan uraian terstruktur/non-terstruktur). Dari berbagai alat penilaian tertulis, tes memilih jawaban benar-salah, isian singkat, dan menjodohkan merupakan alat yang hanya menilai kemampuan berpikir rendah, yaitu kemampuan mengingat (pengetahuan). Tes pilihan ganda dapat digunakan untuk menilai kemampuan mengingat dan memahami. Pilihan ganda mempunyai kelemahan, yaitu siswa tidak mengembangkan sendiri jawabannya tetapi cenderung hanya memilih jawaban yang benar dan jika siswa tidak mengetahui jawaban yang benar, maka siswa akan menerka. Hal ini menimbulkan kecenderungan siswa tidak belajar untuk memahami pelajaran tetapi menghafalkan soal dan jawabannya. Selain itu pilihan ganda kurang mampu memberikan informasi yang cukup untuk dijadikan umpan balik guna mendiagnosis atau memodifikasi pengalaman belajar. Tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut siswa untuk mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal yang sudah dipelajari. Siswa mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Alat ini dapat menilai berbagai jenis kompetensi, misalnya mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan. Kelemahan alat ini antara lain cakupan materi yang ditanyakan terbatas. 166 Pengembangan Pembelajaran IPA SD

37 Dalam menyusun instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan halhal berikut. a. Materi, misalnya kesesuian soal dengan kompetensi dasar dan indikator pencapaian pada kurikulum tingkat satuan pendidikan; b. Konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas. c. Bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda. d. Kaidah penulisan, harus berpedoman pada kaidah penulisan soal yang baku dari berbagai bentuk soal penilaian. Contoh soal tertulis; Soal Tertulis Bentuk Piliahan Ganda Berilah tanda silang pada huruf di depan jawaban yang paling tepat! 1. Yang termasuk satuan tidak baku yaitu. a. meter b.centimeter c.jengkal 2. Yang termasuk satuan baku ialah. a.meter b. depa c.langkah kaki Skor : Setiap jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0 (nol) Soal Tertulis Bentuk Isian Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang singkat dan tepat! 1. Satuan panjang Centimeter dan Meter adalah contoh satuan Satuan panjang langkah kaki, depa dan jengkal termasuk satuan 3. Hasil pengukuran dengan menggunakan alat ukur baku... dibanding hasil pengukuran dengan alat ukur tidak baku. Skor :Setiap jawaban 100% benar diberi skor 2, jawaban benar 50% diberi skor 1, jawaban yang salah diberi skor 0 (nol) jumlah Nilai jawaban yang benar x100 jumlah soal Pengembangan Pembelajaran IPA SD 167

38 3. Penilaian Proyek Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan siswa pada mata pelajaran tertentu secara jelas. Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu dipertimbangkan yaitu: a. Kemampuan pengelolaan Kemampuan siswa dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan. b. Relevansi Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran. c. Keaslian Proyek yang dilakukan siswa harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek siswa. Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian. Contoh Penilaian Proyek: Siswa ditugasi melakukan penyelidikan daur hidup kupu-kupu dan daur hidup ayam. Penyelesaian tugas siswa dipandu dengan LKS. Untuk melakukan penilaian guru membuar rancangan penilaian sebagai berikut. 168 Pengembangan Pembelajaran IPA SD

39 Mata Pelajaran Kelas/Semester : IV / 1 No Standar Kompetensi 1 Memahami daur hidup beragam jenis makhluk hidup : Ilmu Pengetahuan Alam Kompetensi Dasar Mendeskripsi kan daur hidup beberapa hewan dilingkungan sekitar, misalnya kecoa, nyamuk, kupu-kupu, kucing. Indikator Aspek Tehnik penilaian Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan Mendeskripsikan urutan daur hidup hewan, misalnya kupu-kupu, nyamuk dan kecoa secara sederhana. Menyimpulkan berdasarkan pengamatan bahwa tidak semua hewan berubah bentuk dengan cara yang sama. Menyimpulkan bahwa berubahnya bentuk pada hewan menunjukkan adanya pertumbuhan. Menyimpulkan hasil pengamatan daur hidup hewan yang dipeliharanya *) Jenis: ulangan Bentuk: tes tertulis, penugas an. 4. Penilaian Produk Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan siswa membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam. Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu: Pengembangan Pembelajaran IPA SD 169

40 a. Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan siswa dan merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk. b. Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan siswa dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik. c. Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang dihasilkan siswa sesuai kriteria yang ditetapkan. Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik. a. Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan pada tahap appraisal. b. Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan. 5. Penilaian Portofolio Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan siswa dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya siswa dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh siswa. Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya siswa secara individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu periode hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleg guru dan siswa. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan siswa sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan siswa dan terus melakukan perbaikan. Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar siswa melalui karyanya, antara lain: karangan, puisi, surat, komposisi, musik, laporan hasil pengamatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam penggunaan penilaian portofolio di sekolah, antara lain: a. Karya siswa adalah benar-benar karya siswa itu sendiri. Guru melakukan penelitian atas hasil karya siswa yang dijadikan bahan penilaian portofolio agar karya tersebut merupakan hasil karya yang dibuat oleh siswa itu sendiri. 170 Pengembangan Pembelajaran IPA SD

41 b. Saling percaya antara guru dan siswa Dalam proses penilaian guru dan siswa harus memiliki rasa saling percaya, saling memerlukan dan saling membantu sehingga terjadi proses pendidikan berlangsung dengan baik. c. Kerahasiaan bersama antara guru dan siswa Kerahasiaan hasil pengumpulan informasi perkembangan siswa perlu dijaga dengan baik dan tidak disampaikan kepada pihak-pihak yang tidak berkepentingan sehingga memberi dampak negatif proses pendidikan d. Milik bersama (join ownership) antara siswa dan guru Guru dan siswa perlu mempunyai rasa memiliki berkas portofolio sehingga siswa akan merasa memiliki karya yang dikumpulkan dan akhirnya akan berupaya terus meningkatkan kemampuannya. e. Kepuasan Hasil kerja portofolio sebaiknya berisi keterangan dan atau bukti yang memberikan dorongan siswa untuk lebih meningkatkan diri. f. Kesesuaian Hasil kerja yang dikumpulkan adalah hasil kerja yang sesuai dengan kompetensi yang tercantum dalam kurikulum. g. Penilaian proses dan hasil Penilaian portofolio menerapkan prinsip proses dan hasil. Proses belajar yang dinilai misalnya diperoleh dari catatan guru tentang kinerja dan karya siswa. h. Penilaian dan pembelajaran Penilaian portofolio merupakan hal yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran. Manfaat utama penilaian ini sebagai diagnostik yang sangat berarti bagi guru untuk melihat kelebihan dan kekurangan siswa. Teknik penilaian portofolio di dalam kelas dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut. a. Jelaskan kepada siswa bahwa penggunaan portofolio, tidak hanya merupakan kumpulan hasil kerja siswa yang digunakan oleh guru untuk penilaian, tetapi digunakan juga oleh siswa sendiri. Dengan melihat portofolionya siswa dapat mengetahui kemampuan, keterampilan, dan minatnya. Proses ini tidak akan Pengembangan Pembelajaran IPA SD 171

42 terjadi secara spontan, tetapi membutuhkan waktu bagi siswa untuk belajar meyakini hasil penilaian mereka sendiri. b. Tentukan bersama siswa sampel-sampel portofolio apa saja yang akan dibuat. Portofolio antara siswa yang satu dan yang lain bisa sama bisa berbeda. c. Kumpulkan dan simpanlah karya-karya tiap siswa dalam satu map atau folder di rumah masing atau loker masing-masing di sekolah. d. Berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan siswa sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu. e. Tentukan kriteria penilaian portofolio dan bobotnya dengan para siswa. Diskusikan cara penilaian kualitas karya para siswa. Contoh, kriteria penilaian kemampuan menulis karangan yaitu: penggunaan tata bahasa, pemilihan kosa-kata, kelengkapan gagasan, dan sistematika penulisan. Dengan demikian, siswa mengetahui harapan (standar) guru dan berusaha mencapai standar tersebut. f. Minta siswa menilai karyanya secara berkesinambungan. Guru dapat membimbing siswa, bagaimana cara menilai dengan memberi keterangan tentang kelebihan dan kekurangan karya tersebut, serta bagaimana cara memperbaikinya. Hal ini dapat dilakukan pada saat membahas portofolio. g. Setelah suatu karya dinilai dan nilainya belum memuaskan, maka siswa diberi kesempatan untuk memperbaiki. Namun, antara siswa dan guru perlu dibuat kontrak atau perjanjian mengenai jangka waktu perbaikan, misalnya 2 minggu karya yang telah diperbaiki harus diserahkan kepada guru. h. Bila perlu, jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio. Jika perlu, undang orang tua siswa dan diberi penjelasan tentang maksud serta tujuan portofolio, sehingga orangtua dapat membantu dan memotivasi anaknya. 6. Penilaian Diri (self-assessment) Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian di mana siswa diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya. Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. Penilaian konpetensi kognitif di kelas, misalnya: siswa diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan 172 Pengembangan Pembelajaran IPA SD

43 dan keterampilan berpikirnya sebagai hasil belajar dari suatu mata pelajaran tertentu. Penilaian dirinya didasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Penilaian kompetensi afektif, misalnya, siswa dapat diminta untuk membuat tulisan yang memuat curahan perasaannya terhadap suatu objek tertentu. Selanjutnya, siswa diminta untuk melakukan penilaian berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Berkaitan dengan penilaian kompetensi psikomotorik, siswa dapat diminta untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap perkembangan kepribadian seseorang. Keuntungan penggunaan penilaian diri di kelas antara lain: a. dapat menumbuhkan rasa percaya diri siswa, karena mereka diberi kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri; b. siswa menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika mereka melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya; c. dapat mendorong, membiasakan, dan melatih siswa untuk berbuat jujur, karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian. Penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif. Oleh karena itu, penilaian diri oleh siswa di kelas perlu dilakukan melalui langkahlangkah sebagai berikut. 1) Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai. 2) Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan. 3) Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman penyekoran, daftar tanda cek, atau skala penilaian. 4) Meminta siswa untuk melakukan penilaian diri. 5) Guru mengkaji sampel hasil penilaian secara acak, untuk mendorong siswa supaya senantiasa melakukan penilaian diri secara cermat dan objektif. 6) Menyampaikan umpan balik kepada siswa berdasarkan hasil kajian terhadap sampel hasil penilaian yang diambil secara acak. C. LATIHAN Perhatikan contoh instrumen pada bacaan sub-unit 4.3. Diskusikan dengan mahasiswa lain dalam kelompok belajar cara membuat instrumen tersebut. Pengembangan Pembelajaran IPA SD 173

44 kemudian buatlah instrumen penilaian unjuk kerja, penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian produk dan portofolio dengan materi IPA di SD. Anda bebas menentukan materi IPA tetapi tetap selalu mengacu pada kompetensi dasar dan silabus IPA yang sudah ada. D. RANGKUMAN Penilaian suatu kompetensi dasar dilakukan berdasarkan indikatorindikator pencapaian hasil belajar, baik berupa domain kognitif, afektif, maupun psikomotor. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan dalam penilaian, yaitu penilaian unjuk kerja, penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan siswa dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut siswa melakukan tugas tertentu seperti: praktek di laboratorium. Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Tes Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada siswa dalam bentuk tulisan. Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu 1) soal dengan memilih jawaban (pilihan ganda,dua pilihan (benar-salah, ya-tidak), dan menjodohkan); 2) Soal dengan mensuplai-jawaban (isian singkat atau melengkapi,uraian terbatas, Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan siswa pada mata pelajaran tertentu secara jelas. Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan siswa membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam. 174 Pengembangan Pembelajaran IPA SD

45 Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan siswa dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya siswa dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh siswa. Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya siswa secara individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar siswa melalui karyanya, antara lain: karangan, puisi, surat, komposisi, musik. Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian di mana siswa diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya. Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. Penilaian konpetensi kognitif di kelas, E. TES FORMATIF Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan memilih salah satu jawaban yang menurut anda paling benar. 1. Kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran sehingga diketahui apakah suatu program telah berhasil adalah pengertian dari A. pengukuran B. pengayaan C. penilaian D. evaluasi 2. Dari pernyataan berikut ini, (1) Prestasi belajar siswa dibandingkan dengan prestasi kelompok (2) Pengumpulan informasi dilakukan dengan berbagai cara (3) Penilaian dapat dilakukan ketika PBM sedang berlangsung atau setelah PBM. Yang merupakan keunggulan penilaian kelas adalah. A. (1) dan (2) B. (1) dan (3) C. (2) dan (3) D. (1), (2), dan (3) Pengembangan Pembelajaran IPA SD 175

46 3. Penilaian kinerja seorang siswa akan menghasilkan informasi yang paling akurat jika dilaksanakan melalui. A. Angket B. Tes C. Pengamatan D. Wawancara 4. Untuk menilai indikator: mengelompokkan daun berdasarkan bentuk tulang daun lebih cocok digunakan penilaian bentuk A. tes tulis B. produk C. lisan D. portofolio 5. Untuk menilai indikator: membuat teleskop sederhana lebih cocok digunakan penilaian bentuk A. tes tulis B. portofolio C. lesan D. portofolio F. UMPAN BALIK Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban sub-unit 4.3 yang terdapat pada bagian akhir Unit ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Gunakanlah rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi sub-unit 4.3. Rumus: Skor jawaban Anda yang benar Tingkat penguasaan = X 100% 5 Penentuan Skor : Setiap butir soal yang dijawab dengan benar diberi skor 1 dan jawaban salah diberi. Skor berikutnya ditentukan dengan skor Pengembangan Pembelajaran IPA SD

47 Arti tingkat penguasaan yang Anda capai : % = baik sekali 80-89% = baik 70 79% = cukup < 70% = kurang Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat melanjutkan dengan Unit selanjutnya. Selamat untuk Anda! Tetapi apabila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mempelajari kembali materi sub-unit 4.3 terutama bagian yang belum Anda kuasai. Pengembangan Pembelajaran IPA SD 177

48 SUB-UNIT 4.4 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPA SD A. PENGANTAR Salah satu tugas guru yang sangat penting adalah mengembangkan perencanaan pembelajaran. Perencanaan tersebut diwujudkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP ini merupakan penjabaran dari silabus yang harus dikembangkan guru. Selama ini, sebagian besar guru menganggap bahwa pengembangan RPP dilakukan untuk memenuhi kebutuhan administratif dan bukan bagian dari perencanaan pembelajaran yang dilaksanakan di kelas. Oleh karena itu, kemampuan mengembangkan RPP merupakan bagian penting dalam pengembangan profesionalisme dan harus dilatihkan baik pada calon guru maupun guru yang menduduki jabatannya selama ini. Pada sub-unit 4.4 ini anda akan diajak untuk berlatih mengembangkan RPP secara mandiri berdasarkan model-model pembelajaran IPA yang dianjurkan dalam KTSP yaitu pembelajaran yang konstruktivistik dan kontekstual. Pembahasan dan latihan pada sub-unit 4.4. ini merupakan kompilasi dari latihanlatihan sub-unit sebelumnya sehingga mahasiswa dapat dengan mudah mengikuti alur pengembangan RPP secara mandiri. B. URAIAN Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan penjabaran silabus yang bertujuan untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran siswa dalam upaya pencapaian kompetensi dasar. Keberadaan RPP bersifat wajib bagi guru. Setiap guru harus menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pelaksanaan pembelajaran di kelas berlangsung secara aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan sesuai dengan alokasi waktu yang disediakan. 178 Pengembangan Pembelajaran IPA SD

49 Pengembangan RPP dilakukan untuk setiap kompetensi dasar yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Pengembangan RPP untuk satu kompetensi dasar dapat disusun untuk beberapa pertemuan, namun pada setiap pertemuan terdapat rincian tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Penggalan RPP untuk setiap pertemuan dapat dirancang dan disesuaikan dengan penjadwalan pada masingmasing sekolah. Secara umum, setiap guru diberi peluang untuk berkreativitas dalam penyusunan RPP, terutama pada bagian kegiatan pembelajaran. Namun secara umum, pada setiap RPP hendaknya tercantum komponen-komponen RPP seperti tercantum dalam Peraturan Mendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses. Komponen-komponen RPP tersebut adalah; 1. Identitas mata pelajaran Identitas mata pelajaran meliputi satuan pendidikan, kelas, semester, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan dan alokasi waktu. 2. Standar kompetensi (SK) Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minima; siswa yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran. Pernyataan SK dapat dikutip dari Standar Isi KTSP. 3. Kompetensi dasar (KD) Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai siswa dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi suatu pelajaran. Pernyataan KD dapat dikutip dari Standar Isi KTSP. 4. Indikator pencapaian kompetensi Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur dan mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan. Pernyataan indikator Pengembangan Pembelajaran IPA SD 179

50 merupakan penjabaran dari KD dan memiliki komponen kata kerja dan pengetahuan yang akan dicapai. 5. Tujuan pembelajaran Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai siswa sesuai dengan KD. Pada tujuan pembelajaran tercermin kegiatan pembelajaran yang dialami siswa untuk mencapai indikator. 6. Materi/Bahan ajar Materi ajar merupakan uraian singkat yang memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan dan ditulis sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi. 7. Alokasi waktu Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar. Alokasi waktu tercermin rinci pada langkah-langkah kegiatan pembelajaran. 8. Model dan metode pembelajaran Model pembelajaran merupakan gambaran secara utuh yang mengorganisasi pembelajaran dalam kelas dan menunjukkan cara penggunaan materi pembelajaran. Contoh model pembelajaran yang dianjurkan dalam kurikulum adalam model siklus belajar dan inkuiri. Metode pembelajaran merupakan cara khusus yang digunakan dalam mengkomunikasikan materi pelajaran. Contoh metode pembelajaran dalam IPA adalah metode demonstrasi, eksperimen, diskusi dan tanya jawab. 9. Kegiatan pembelajaran Kegiatan pembelajaran mencerminkan langkah-langkah pembelajaran (sintaks) dari model pembelajaran yang digunakan. Secara umum, langkahlangkah pembelajaran yang biasa digunakan adalah kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran. Pada kegiatan pendahuluan, guru hendaknya menyusun secara rinci pertanyaan dan kegiatan yang dilakukan guru yang menunjukkan 180 Pengembangan Pembelajaran IPA SD

51 pembelajaran IPA aktif. Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Pada kegiatan inti, guru hendaknya menyusun kegiatan pembelajaran secara rinci yang menunjukkan proses pembelajaran spesifik yang memberi ruang yang cukup bagi siswa untuk berkreasi dan berinovasi dalam pembelajaran. Kegiatan penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri pembelajaran. Aktivitas yang dapat dilakukan pada kegiatan penutup adalah menyusun rangkuman atau kesimpulan pembelajaran, penilaian, refleksi, umpan balik dan tindak lanjut. Pada kegiatan penutup, guru hendaknya menuliskan pertanyaan atau tugas serta tindak lanjut yang diberikan pada siswa. 10. Penilaian hasil belajar Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu pada standar penilaian. 11. Sumber belajar Penentuan sumber belajar didasarkan pada SK dan KD serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi. Pada sumber belajar dicantumkan sumber pustaka, alat dan bahan yang digunakan secara rinci. Berikut contoh RPP model tematik untuk kelas awal dan RPP model siklus belajar untuk kelas tinggi. Contoh RPP ini juga dapat diunduh pada website Matakuliah Pengembangan Pembelajaran IPA SD yang disediakan. Pengembangan Pembelajaran IPA SD 181

52 Contoh RPP Model Tematik RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah : SD Mekar Harum Sari Mata Pelajaran : IPA Kelas / Semester : V/2 Tema : Pesona Alam Sekitar Waktu : 2 x 35 MENIT I. STANDAR KOMPETENSI 1. Ilmu Pengetahuan Alam Bumi dan Alam Semesta: 2. Bahasa Indonesia Aspek mendengarkan 5. Mengenal berbagai benda langit dan peristiwa alam (cuaca, dan musim) serta pengaruhnya terhadap kegiatan manusia. : 5. Memahami wacana lisan tentang deskripsi benda-benda di sekitar dan dongeng Aspek berbicara : 6. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara lisan dengan gambar, percakapan sederhana, dan dongeng II. KOMPETENSI DASAR 1. Ilmu Pengetahuan Alam : 5.1 Mengenal berbagai benda langit melalui pengamatan 2. Bahasa Indonesia : Aspek mendengarkan : 5.1 Mengulang deskripsi benda-benda di sekitar Aspek berbicara : 6.3 Menyampaikan rasa suka atau tidak suka tentang suatu hal atau kegiatan dengan alasan sederhana III. INDIKATOR Ilmu Pengetahuan Alam : Mengungkapkan hasil pengamatan benda-benda langit Bahasa Indonesia : Mendengarkan: mengulang pernyataan teman terhadap benda langit yang diamati Mengemukakan rasa suka dan tidak suka terhadap jenis benda langit yang telah dipelajari dengan alasan yang sederhana 182 Pengembangan Pembelajaran IPA SD

53 IV. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menyebutkan nama-nama benda langit pada waktu siang bersasarkan hasil pengamatan 2. Menyebutkan nama-nama benda langit pada waktu malam bersasarkan hasil pengamatan 3. Membedakan bentuk benda-benda langit yang tampak pada siang hari dengan yang tampak pada malam hari 4. Menyebutkan warna-warna benda langit 5. Menjelaskan bentuk-bentuk bulan dari waktu ke waktu 6. Menjelaskan dengan alasan sederhana rasa suka atau tidak suka terhadap jenis benda langit V. MATERI PEMBELAJARAN BENDA-BENDA LANGIT Benda langit terdiri dari: bulan, bintang, matahari, bintang jatuh (meteor). Waktu kenampakan benda-benda langit: Benda-benda langit yang tampak pada waktu siang hari: matahari Benda-benda langit yang tampak pada waktu malam hari: bulan, bintang, bintang jatuh (meteor) Warna benda-benda langit: bulan berwarna putih sampai kuning keemasan, matahari berwarna kuning, bintang berwarna putih, merah, biru berkedip-kedip di langit Bentuk benda-benda langit: bulan dan matahari berbentuk bulat bintang berbentuk segi lima VI. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN Model Pembelajaran : tematik Metode Pembelajaran : ceramah, pemberian tugas, diskusi, kerja kelompok VI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN Kegiatan Waktu Organisasi siswa Kegiatan Awal Pembelajara Memotivasi Siswa (cerita singkat tentang permainan di malam purnama (permainan peta umpet) atau mengajak siswa bernyanyi lagu : matahari terbenam. 5 Klasikal Individu 2. Menggali pengetahuan awal dengan mengajukan pertanyaan: Anak-anak siapa di antara kalian yang bisa Pengembangan Pembelajaran IPA SD 183

54 Kegiatan Waktu Organisasi siswa bercerita tentang pengalaman di malam purnama?, ya coba kamu maju ke depan, ceritakan kepada teman-temanmu! 3. Menggali pengetahuan prasyarat dengan mengajukan pertanyaan: Siapa di antara kalian yang dapat menyebutkan apa yang menyebabkan pada waktu siang terang, tetapi waktu malam tampak gelap? Acungkan tangan! Hayo siapa pula yang tahu kapan dan di sebalah mana matahari terbenam? Acungkan tangan! 5 Klasikal 4. Mengajukan masalah pokok Anak-anak pada kegiatan belajar hari ini, kalian akan ibu/bapak bantu untuk membahas tugas pengamatan benda-benda langit yang telah kalian lakukan seminggu yang lalu. (1 bulan yang lalu) 5. Menyampaikan tujuan pembelajaran: Anak anak setelah kalian mempelajari benda-benda langit, diharapkan kalian dapat: Menyebutkan nama-nama benda langit hasil pengamatan yang telah kalian lakukan di rumah pada waktu siang dan malam hari! Dapat menggambarkan bentuk-bentuk benda langit yang teramati Dapat menunjukkan bentuk-bentuk bulan dari waktu ke waktu Dapat mengulangi pernyataan temannya tentang benda langit, dan dapat mengemukakan rasa suka atau tidak suka terhadap benda-benda langit yang dipelajari dengan alasan sederhana Kegiatan Inti Pembelajaran Melakukan tanya jawab tentang tugas mengamati 10 Klasikal benda-benda langit dengan mengajukan pertanyaan ; Coba anak-anak, apakah hasil pengamatan bendabenda langit sudah dicatat di kertas berwarna? Jika sudah, coba kamu... maju ke depan 184 Pengembangan Pembelajaran IPA SD

55 Kegiatan Waktu Organisasi siswa mewakili kelompokmu, untuk melaporkan hasil pengamatan! 2. Meminta salah seorang siswa untuk membacakan hasil pengamatan, kelompok lain mendengarkan dan memberikan tanggapan, guru meluruskan bila konsep yang diperoleh siswa masih salah. 3. Siswa yang sudah membacakan hasil karyanya 5 Individual memajangnya di tempat pemajangan yang tersedia. 4. Secara individu siswa ditugasi menggambarkan bentuk-bentuk benda langit yang teramati pada kertas berwarna. 5. Secara berpasangan siswa bergiliran ke depan, salah seorang diminta untuk menceritakan benda langit yang disukai disertai alasan sedehana. Setelah selesai, siswa pasangannya diminta mengulangi cerita temannya tadi. (penilaian dengan menggunakan Lamp.4) 5 Berpasangan 6. Guru memberikan pemantapan, diakhiri dengan menyanyikan lagu bintang kecil secara bersamasama.. Klasikal Kegiatan Akhir Pembelajaran Guru mengajukan pertanyaan untuk mengukur kemampuan siswa pada hal-hal yang sudah dipelajari, yang membuat siswa suka terhadap benda-benda langit dan pembelajaran hari itu. 2. Siswa mengerjakan tes akhir secara tertulis 3. Siswa bersama guru membahas hasil tes akhir 4. Siswa menerima tugas tindak lanjut untuk mengerjakan tugas rumah tentang menulis cerita singkat dari salah satu benda langit yang paling disukai. 5.Guru mengakhiri pembelajaran dengan salam penutup VII. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR A. Media Gambar Fenomena siang dan malam hari (Lampiran 1) LK Tugas Pengamatan (Lampiran 2) Klasikal Individu Klasikal Pengembangan Pembelajaran IPA SD 185

56 Gambar bentuk bulan dari waktu ke waktu (bulan sabit, bulan separuh, bulan purnama) (Lampiran 3) B. Sumber Belajar Depdiknas Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah BNSP Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI. Jakarta: Direktorat Pembinaan TKdan SD. Hidayat, Bambang, dkk Bumi dan Antariksa SMP Kelas II. Jakarta: Depdikbud (hal. 50) TIM BINA IPA IPA Kelas I SD. Bogor: Yudhistira (hal ) VIII. PENILAIAN A. Prosedur: 1. Penilaian proses: Proses berbicara (menyampaikan rasa suka atau tidak suka benda yang diamati) 2. Penilaian hasil/produk: Tes Akhir (Tes kognitif) 3. Penilaian sikap: kerjasama dan keberanian B. Bentuk: 1. Pengamatan proses berbicara 2. Tes tertulis 3. Pengamatan sikap kerjasama dan keberanian C. Instrumen: 1. Lembar Pengamatan Proses Berbicara (Lampiran 4) 2. Lembar Tes dan Kunci Jawaban (Lampiran 5) 3. Lembar Pengamatan SikapKerjasama dan Keberanian (Lampiran 6) Mengetahui Kepala SD/MI. Guru Kelas Pengembangan Pembelajaran IPA SD

57 Lampiran 1. Gambar Fenomena Siang dan Malam Hari SIANG MALAM Pengembangan Pembelajaran IPA SD 187

KAJIAN PUSTAKA. mendalam mengenai makna hasil belajar, akan dibahas. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3), hasil belajar merupakan hasil dari

KAJIAN PUSTAKA. mendalam mengenai makna hasil belajar, akan dibahas. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3), hasil belajar merupakan hasil dari II. KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Hasil belajar mendalam mengenai makna hasil belajar, akan dibahas dan kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Hasil tidak akan

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-III. Sosialisasi KTSP

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-III. Sosialisasi KTSP MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-III Latar Belakang Peserta didik kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) sehingga

Lebih terperinci

KRITERIA PEMILIHAN MATERI PELAJARAN

KRITERIA PEMILIHAN MATERI PELAJARAN KRITERIA PEMILIHAN MATERI PELAJARAN Sebelum melaksanakan pemilihan bahan ajar, terlebih dahulu perlu diketahui kriteria pemilihan bahan ajar. Kriteria pokok pemilihan bahan ajar atau materi pembelajaran

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-III. Sosialisasi KTSP

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-III. Sosialisasi KTSP MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-III Latar Belakang Peserta didik kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Karakteristik Perkembangan anak usia kelas awal SD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Karakteristik Perkembangan anak usia kelas awal SD 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Perkembangan anak usia kelas awal SD Anak yang berada di kelas awal SD adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa yang

Lebih terperinci

PERANGKAT PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR. Sosialisasi KTSP

PERANGKAT PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR. Sosialisasi KTSP PERANGKAT PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR JENIS: 1. PERANGKAT PEMBELAJARAN TEMATIK 2. PERANGKAT PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN Latar Belakang Peserta didik kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Tematik Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar, konsep

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Pembelajaran Tematik Sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar, konsep belajar dan pembelajaran bermakna, maka kegiatan

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK SISWA SD KELAS AWAL

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK SISWA SD KELAS AWAL MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK SISWA SD KELAS AWAL Dwi Esti Andriani, M. Pd Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNY Yogyakarta, Oktober 2007 Pengertian Belajar: upaya individu untuk melakukan perubahan

Lebih terperinci

Oleh AGUNG HASTOMO, M.Pd ANWAR SENEN, M.Pd. Sosialisasi KTSP

Oleh AGUNG HASTOMO, M.Pd ANWAR SENEN, M.Pd. Sosialisasi KTSP MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-IIIIII Oleh AGUNG HASTOMO, M.Pd ANWAR SENEN, M.Pd Latar Belakang Peserta didik kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini yang masih melihat segala

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU

PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU PPT 2.2 BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Pengertian Pembelajaran tematik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran Tematik Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar, konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia memiliki kemampuan yang berbeda-beda tergantung pada usia

BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia memiliki kemampuan yang berbeda-beda tergantung pada usia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses yang dilalui dan dilakukan oleh setiap manusia dalam rangka memahami sesuatu. Dalam belajar, setiap manusia akan melewati tahapan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-III

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-III Tujuan MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-III Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang pembelajaran tematik. Memberikan pemahaman kepada guru tentang pembelajaran tematik yang sesuai dengan perkembangan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN TEMATIK: PENYUSUNAN RPP Oleh: Suyantiningsih, M.Ed.

PEMBELAJARAN TEMATIK: PENYUSUNAN RPP Oleh: Suyantiningsih, M.Ed. Latar belakang PEMBELAJARAN TEMATIK: PENYUSUNAN RPP Oleh: Suyantiningsih, M.Ed. Peserta didik usia sekolah dasar, terutama siswa kelas satu, dua, dan tiga, pada hakekatnya berada pada rentangan usia dini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori. 2.1.1. Prestasi Belajar Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:2) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara siswa dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini mengakibatkan pembelajaran IPA perlu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peningkatan kualitas guru dan peningkatan pelayanan sekolah pada masyarakat

I. PENDAHULUAN. peningkatan kualitas guru dan peningkatan pelayanan sekolah pada masyarakat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai wahana pendidikan formal mempunyai tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, oleh karena itu mempersiapkan sekolah dengan segala sarana maupun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar dan Pembelajaran Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

Lebih terperinci

Materi Pembelajaran. standar isi pembelajaran merupakan kriteria minimal tingkat kedalaman dan keluasan materi pembelajaran

Materi Pembelajaran. standar isi pembelajaran merupakan kriteria minimal tingkat kedalaman dan keluasan materi pembelajaran Materi Pembelajaran Nama :feri dwi haryanto Nim :15105241029 PENGERTIAN BAHAN AJAR (MATERI PEMBELAJARAN) Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peserta didik sekolah dasar kelas awal, yaitu kelas I, II, dan III berada pada rentang usia dini. Masa usia dini merupakan masa yang pendek, tetapi sangat penting bagi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai sarana yang sangat penting dalam berkomunikasi. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini disebabkan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di sekolah yang

Lebih terperinci

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 1 PPT 1.3a PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU 2 PENGERTIAN Pembelajaran tematik terpadu dilaksanakan dengan menggunakan prinsip pembelajaran terpadu.

Lebih terperinci

Bagaimana memilih bahan ajar? Prinsip Kecukupan. Cakupan Bahan Ajar. Urutan Penyajian Bahan Ajar

Bagaimana memilih bahan ajar? Prinsip Kecukupan. Cakupan Bahan Ajar. Urutan Penyajian Bahan Ajar Teknik Pengembangan Bahan Ajar dan Perangkat Pembelajaran oleh: Pujianto *) Disarikan dari Pedoman Memilih dan Menyusun Bahan Ajar, Depdiknas:2006 Mengapa perlu bahan ajar? Siswa memiliki karakteristik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik adalah sebuah cara untuk tidak membatasi anak dalam sebuah mata pelajaran dalam mempelajari sesuatu. Misalnya, sambil

Lebih terperinci

PENGERTIAN MATERI PEMBELAJARAN JENIS-JENIS MATERI PEMBELAJARAN

PENGERTIAN MATERI PEMBELAJARAN JENIS-JENIS MATERI PEMBELAJARAN Isi Panduan 1 2 3 4 PENGERTIAN MATERI PEMBELAJARAN JENIS-JENIS MATERI PEMBELAJARAN PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN a. Penentuan Cakupan Dan Urutan Materi b. Penentuan Sumber Materi Pembelajaran

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية)

MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية) MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية) SKS : 2 SKS Dosen : Rovi in, M.Ag Semester : Ganjil Prodi : PBA 1 Guru profesional memiliki empat kompetensi, yaitu: pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dari pembelajaran. penting dalam membangun kompetensi peserta didik.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dari pembelajaran. penting dalam membangun kompetensi peserta didik. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritis 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dari pembelajaran terpadu. Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran

Lebih terperinci

MERANCANG STRATEGI PEMBELAJARAN TEMATIK DI MADRASAH IBTIDIYAH. Di susun untuk memenuhi tugas matakuliah Pembelajaran Tematik

MERANCANG STRATEGI PEMBELAJARAN TEMATIK DI MADRASAH IBTIDIYAH. Di susun untuk memenuhi tugas matakuliah Pembelajaran Tematik MERANCANG STRATEGI PEMBELAJARAN TEMATIK DI MADRASAH IBTIDIYAH Di susun untuk memenuhi tugas matakuliah Pembelajaran Tematik Yang dibina Bapak Dr. Wahidmurni, M.Pd Oleh kelompok 8 1. Alinatul Khusna (10140099)

Lebih terperinci

Oleh: Nyoman Dantes PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

Oleh: Nyoman Dantes PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA Beberapa Butir Konsep Dasar Implementasi Pembelajaran Tematik di Kelas Awal Sekolah Dasar DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL U NDIKS H A Oleh: Nyoman Dantes PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

Lebih terperinci

Mata Pelajaran : Tematik Satuan Pendidikan : SD/MI Kelas/Semester : II / 1-2. Nama Guru :... NIP/NIK :... Sekolah :...

Mata Pelajaran : Tematik Satuan Pendidikan : SD/MI Kelas/Semester : II / 1-2. Nama Guru :... NIP/NIK :... Sekolah :... PANDUAN PEMBELAJARAN TEMATIK Mata Pelajaran : Tematik Satuan Pendidikan : SD/MI Kelas/Semester : II / 1-2 Nama Guru :... NIP/NIK :... Sekolah :... KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Tematik Untuk

Lebih terperinci

MENGAPA PERLU PEMBELAJARAN TEMATIK?

MENGAPA PERLU PEMBELAJARAN TEMATIK? MAKALAH PPM Pelatihan Penerapan Kecerdasan Majemuk melalui Model Pembelajaran Tematik Di SDN Kiyaran I dan II Cangkringan Sleman Oleh: Woro Sri Hastuti/ PGSD FIP UNY woro_uny@yahoo.com MENGAPA PERLU PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini pembelajaran di sekolah harus bervariasi agar bisa menarik perhatian siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dimana siswa dapat tertarik pada

Lebih terperinci

Pengertian Bahan Ajar Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang harus dipelajari

Pengertian Bahan Ajar Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang harus dipelajari BAHAN AJAR Pengertian Bahan Ajar Prinsip-prinsip Menyusun Bahan Ajar Langkah-langkah Menyusun Bahan Ajar Mendapatkan Sumber Bahan Ajar Pemanfaatan Bahan Ajar Pengertian Bahan Ajar Bahan ajar atau materi

Lebih terperinci

MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD SKS)

MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD SKS) MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD 321 4 SKS) TATAP MUKA 5 PENGORGANISASIAN MODEL KURIKULUM PEMBELAJARAN TERPADU WEBBED Dr. RATNAWATI SUSANTO., M.M., M.Pd KEMAMPUAN AKHIR : MAHASISWA MEMILIKI KEMAMPUAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktivitas Belajar Aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age)

I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age) 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age) dalam proses perkembangan anak akan mengalami kemajuan fisik, intelektual dan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deni Ahmad Munawar, 2013 :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deni Ahmad Munawar, 2013 : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 1 SD, salah satunya kita harus melihat seluruh aspek perkembangannya sebagai satu kesatuan yang utuh (holistik).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

Kelompok Materi: MATERI POKOK

Kelompok Materi: MATERI POKOK Modul 2.1 a. Kelompok Materi: MATERI POKOK 1 Materi Pelatihan Belajar Tematik AlokasiWaktu : 2.1. Analisis Kompetensi, Materi, Pembelajaran, dan Penilaian 2.1. a. Analisis Dokumen : SKL,KI-KD, Silabus,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan upaya sadar yang dilakukan sekolah dengan berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK SISWA SD KELAS RENDAH DAN PEMBELAJARANNYA

KARAKTERISTIK SISWA SD KELAS RENDAH DAN PEMBELAJARANNYA KARAKTERISTIK SISWA SD KELAS RENDAH DAN PEMBELAJARANNYA Oleh: Sekar Purbarini Kawuryan PPSD FIP UNY Pendahuluan Pembentukan kemampuan siswa di sekolah dipengaruhi oleh proses belajar yang ditempuhnya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini

Lebih terperinci

UNIT 5 MERANCANG PEMBELAJARAN MATEMATIKA

UNIT 5 MERANCANG PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNIT 5 MERANCANG PEMBELAJARAN MATEMATIKA PENDAHULUAN Kesuksesan pelaksanaan pembelajaran karena adanya rancangan pembelajaran yang dilakukan dengan baik. Hal ini menjadi kewajiban bagi para guru termasuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Mulyono (2001: 26) aktivitas artinya kegiatan atau keaktifan. Jadi, segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun

Lebih terperinci

Implementasi Pembelajaran Tematik pada Kelas Awal Sekolah Dasar di Provinsi Sulawesi Selatan

Implementasi Pembelajaran Tematik pada Kelas Awal Sekolah Dasar di Provinsi Sulawesi Selatan Implementasi Pembelajaran Tematik pada Kelas Awal Sekolah Dasar di Provinsi Sulawesi Selatan Darwis Sasmedi LPMP Sulawesi Selatan, Jl. AP.Pettarani Makassar Abstract: This research was descriptive that

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Pemahaman Pemahaman terhadap suatu pelajaran diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang

Lebih terperinci

Oleh: Mulyani SD Negeri 3 Karanggandu, Watulimo, Trenggalek

Oleh: Mulyani SD Negeri 3 Karanggandu, Watulimo, Trenggalek Mulyani, Penggunaan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan... 45 PENGGUNAAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TENTANG RANGKAIAN LISTRIK SERI DAN PARALEL PELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS VI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang sangat besar, terutama pendidikan di tingkat dasar dan menengah. Pendidikan ditujukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia harus menapaki

Lebih terperinci

PENGERTIAN MATERI PEMBELAJARAN

PENGERTIAN MATERI PEMBELAJARAN Isi Panduan 1 2 3 4 PENGERTIAN MATERI PEMBELAJARAN JENIS-JENIS MATERI PEMBELAJARAN PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN a. Penentuan Cakupan Dan Urutan Materi b. Penentuan Sumber Materi Pembelajaran

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA FISIKA BERORIENTASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DI SMPN 13 BANJARMASIN

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA FISIKA BERORIENTASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DI SMPN 13 BANJARMASIN PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA FISIKA BERORIENTASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DI SMPN 13 BANJARMASIN Latifah Kurnia, Zainuddin, dan Andi Ichsan Mahardika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Miskwoski, 2005). (Marbach- Ad & Sokolove, 2000). interaksi dengan dunia sosial dan alam. Berdasarkan hasil observasi selama

BAB I PENDAHULUAN. Miskwoski, 2005). (Marbach- Ad & Sokolove, 2000). interaksi dengan dunia sosial dan alam. Berdasarkan hasil observasi selama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada beberapa dekade sekarang ini, kegiatan pembelajaran tradisional yang didominasi pada guru (pembelajaran yang berpusat pada guru) cenderung menjadi kegiatan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING Fatmawaty Sekolah Dasar Negeri Hikun Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) 1. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENDIDIKAN IPS DI SMP 1.1. Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual Ada kecenderungan dewasa ini utnuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman. Guru perlu memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar. Walaupun tanggung

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses penting bagi perubahan perilaku manusia yang mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD

PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD Kegiatan Belajar 3 PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD A. Pengantar Seorang guru SD atau calon guru SD perlu mengetahui beberapa karakteristik pembelajaran matematika di SD. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. dari diri siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar.

II. KAJIAN PUSTAKA. dari diri siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar. II. KAJIAN PUSTAKA A. Hakekat Belajar 1. Hasil Belajar Hasil belajar siswa diperoleh setelah berakhirnya proses pembelajaran. Dimyati (1994:3) menyatakan bahwa Hasil belajar merupakan hasil dan suatu interaksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Wonoharjo, Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Wonoharjo, Kecamatan BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Wonoharjo, Kecamatan Rowokele, Kabupaten Kebumen. Sekolah ini terdiri dari enam

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Nama Sekolah : SD Negeri 1 Pagerpelah Kelas /Semester : 3 / 1 Tema : Peristiwa Alokasi Waktu : 3 Minggu (Minggu ke-1 s.d. 3) Tanggal Pelaksanaan : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik A. Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi kunci penting dalam menghadapi tantangan di masa depan. Untuk itu, pendidikan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu proses yang komplek yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perkembangan peserta didik sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perkembangan peserta didik sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakekat Guru Dalam pendidikan, Guru merupakan komponen dari perangkat sistem pendidikan yang ada di sekolah, sebagai pendidik guru membimbing dalam arti menuntun peserta didik

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA Eva M. Ginting dan Harin Sundari Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis dan Hipotesis Tindakan a. Landasan Teoritis 1. Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Dalam setiap kegiatan belajar memiliki suatu tujuan yang

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS IV SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN

PENINGKATAN AKTIVITAS PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS IV SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN AKTIVITAS PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS IV SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN Oleh DABIK NIM F34211746 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Kata kata Kunci : Media Pembelajaran Tiga Dimensi, Hasil Belajar, Matematika, Sekolah Dasar.

Kata kata Kunci : Media Pembelajaran Tiga Dimensi, Hasil Belajar, Matematika, Sekolah Dasar. PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN TIGA DIMENSI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SDN 1 ALAS TENGAH SITUBONDO Oleh Ahmad Zubaidi (1) Reki Lidyawati (2) ABSTRAK Guru seharusnya lebih

Lebih terperinci

Oleh: Drs.NANA DJUMHANA M.Pd PRODI PGSD FIP UPI

Oleh: Drs.NANA DJUMHANA M.Pd PRODI PGSD FIP UPI Oleh: Drs.NANA DJUMHANA M.Pd PRODI PGSD FIP UPI MENGAPA GURU PERLU MEMAHAMI METODOLOGI PEMBELAJARAN? S elain faktor penguasaan materi, salah satu faktor lain yang dapat mempengaruhi profesionalisme guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dimana objeknya adalah benda benda alam. Ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dimana objeknya adalah benda benda alam. Ilmu pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan dimana objeknya adalah benda benda alam. Ilmu pengetahuan alam lahir dari pengamatan terhadap

Lebih terperinci

CONTOH RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPA SD

CONTOH RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPA SD SUPLEMEN UNIT 4 CONTOH RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPA SD Suryanti Wahono Widodo Mintohari PENDAHULUAN Selamat berjumpa kembali Saudara Mahasiswa. Melalui berbagai aktivitas dalam Unit 4, Anda seharusnya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) Pendahuluan Pendalaman Materi Fisika SMP

PENDAHULUAN. Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) Pendahuluan Pendalaman Materi Fisika SMP PENDAHULUAN Dengan mengacu kepada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam standar nasional pendidikan, setiap satuan pendidikan (sekolah) diberi kebebasan (harus) mengembangkan Kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bidang yang memiliki peran penting dalam peningkatan daya saing suatu negara adalah pendidikan. Pendidikan saat ini menunjukkan kemajuan yang sangat pesat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 51 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian ini karena data yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dini Herdiani, 2014 Pembelajran Terpadu dalam Kurikulum 2013 di Kelas VIII SMP Pasundan 3 Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dini Herdiani, 2014 Pembelajran Terpadu dalam Kurikulum 2013 di Kelas VIII SMP Pasundan 3 Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Keberadaan dan kebermaknaan kurikulum akan terwujud apabila ada proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Elly Hafsah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Elly Hafsah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dikatakan bahwa pembelajaran fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), merupakan mata pelajaran

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF DALAM IPS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF DALAM IPS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF DALAM IPS SUMINAH Dosen KSDP Universitas Negeri Malang E-mail: suminahpp3@yahoo.co.id Abstrak: Model pembelajaran interaktif adalah suatu pendekatan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang Sekolah Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah proses penemuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah proses penemuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Pengertian Menurut Darmansyah (2006 : 13) menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil penelitian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan sistem pendidikan diharapkan mewujudkan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan sistem pendidikan diharapkan mewujudkan tujuan pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan sistem pendidikan diharapkan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, guru sebagai tenaga profesional memiliki peranan yang sangat penting. Berdasarkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Maket Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Atmodiwiryo,2000:5). Selanjutnya

BAB II KAJIAN TEORITIS. mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Atmodiwiryo,2000:5). Selanjutnya 6 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Konsep Dasar Pengelolaan Pembelajaran. Pada dasarnya pengelolaan diartikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian semua sumber daya untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran kooperatif Tipe NHT Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Gagne menyatakan hasil belajar berupa: 1. Informasi Verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam

BAB II KAJIAN TEORI. Gagne menyatakan hasil belajar berupa: 1. Informasi Verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Belajar IPA 1. Hasil Belajar Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Gagne menyatakan hasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori dan Konsep Pembelajaran Teori ialah prinsip kasar yang menjadi dasar pembentukan sesuatu ilmu pengetahuan. Dasar teori ini yang akan di kembangkan pada ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Matematika 2.1.1.1 Hasil Belajar Hasil Belajar Matematika merupakan suatu perubahan yang dicapai oleh proses usaha yang dilakukan seseorang dalam

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Sekolah : SD/MI Kelas : II Mata Pelajaran : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) Tema : Aku Semester : I (satu) Standar Kompetensi 1. Mengenal bagian-bagian utama hewan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

BAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL GURU MATA PELAJARAN IPA SMP/MTs

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL GURU MATA PELAJARAN IPA SMP/MTs KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL GURU MATA PELAJARAN IPA SMP/MTs Kompetensi Inti Guru (Standar Kompetensi) Kompetensi Guru Mata Pelajaran (Kompetensi Dasar) Indikator Esensial 1. Menguasai karakteristik

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN IPA SMP/MTs

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN IPA SMP/MTs KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN IPA SMP/MTs Kompetensi Inti Guru (Standar Kompetensi) Kompetensi Guru Mata Pelajaran (Kompetensi Dasar) Indikator Esensial 1. Menguasai karakteristik peserta

Lebih terperinci