BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori Teori dikemukakan sebagai dasar dalam perumusan hipotesis dan landasan dalam melakukan analisis penelitian, dalam bagian ini akan dibahas teori-teori yang melandasi penelitian. 1. Otonomi Daerah Pasal 1 ayat 5 UU Nomor 32 Tahun 2004 menyebutkan Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai peraturan perundangan. Said (2008) mendefinisikan otonomi daerah sebagai proses pelimpahan wewenang perencanaan, pengambilan keputusan atau pemerintahan dari pemerintah pusat kepada organisasi unit-unit pelaksana daerah, kepada organisasi semi-otonom, atau kepada pemerintah daerah atau organisasi non pemerintah. Otonomi daerah adalah proses devolusi dalam sektor publik dimana terjadi pengalihan wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah provinsi dan kabupaten/kota atau proses pelimpahan kekuasaan dari pemerintah pusat kepada pemerintah provinsi dan kabupaten/kota sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang.

2 15 2. Pembangunan Ekonomi Pembangunan Ekonomi menurut Sadono (1985) didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk sesuatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Pendapat lain menyatakan pembangunan ekonomi adalah suatu proses di mana pendapatan per kapita suatu negara meningkat selama kurun waktu yang panjang, dengan catatan bahwa jumlah penduduk yang hidup di bawah "garis kemiskinan absolut" tidak meningkat dan distribusi pendapatan tidak semakin timpang (Meier (1995:7) dalam Kuncoro (2003:17)). Pembangunan ekonomi juga dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil perkapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang sertai oleh perbaikan sistem kelembagaan (Arsyad, 2010:11). Definisi pembangunan ekonomi daerah menurut World Bank (2003) adalah proses dimana masyarakat, pelaku bisnis, dan sektor non pemerintah bermitra secara kolektif dalam menciptakan kondisi pertumbuhan ekonomi dan generasi tenaga kerja yang lebih baik. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas hidup untuk semua. Kedudukan pembangunan daerah dalam pembangunan nasional sangat penting, keberhasilan pembangunan daerah akan berkorelasi positif terhadap keberhasilan pembangunan nasional. Pembangunan ekonomi daerah menurut Arsyad (2010:374) sebagai suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya, mengelola sumber-sumber daya

3 16 yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi di dalam wilayah tersebut. Tiga nilai inti pembangunan dan tiga tujuan inti pembangunan menurut (Todaro dan Smith, terjemahan, 2006: 26-28), yaitu: a. Tiga nilai inti pembangunan 1) Kecukupan : kemampuan untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan dasar 2) Harga diri: menjadi manusia seutuhnya 3) Kebebasan dari sikap menghamba : kemampuan untuk memilih b. Tiga tujuan inti pembangunan 1) Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai barang kebutuhan hidup yang pokok 2) Peningkatan standar hidup 3) Perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosial 3. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi terkait dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam suatu perkonomian. Pembangunan ekonomi pengertiannya lebih luas dan mencakup perubahan susunan ekonomi masyarakat secara menyeluruh. Pertumbuhan ekonomi terkait dengan perkembangan berdimensi tunggal yang diukur dengan meningkatnya jumlah output (produksi) dan pendapatan. Pertumbuhan

4 17 ekonomi diartikan kenaikan produksi barang dan jasa suatu perekonomian yang ditunjukkan oleh peningkatan nilai pendapatan nasional. Pertumbuhan ekonomi merupakan bagian dari pembangunan nasional (Todaro dan Smith, terjemahan, 2006: 26-28). Greg Last (2004, 2007) dalam Mit Witjaksono (2009:5) mendefiniskan pertumbuhan ekonomi sebagai proses penciptaan kemakmuran melalui mobilisasi sumber-sumber daya manusia, finansial, modal, fisik, dan alam untuk menghasilkan barang dan jasa yang bisa dipasarkan. Termasuk dalam definisi ini adalah : - Intervensi dalam ekonomi yang bertujuan untuk memperbaiki kesejahteraan ekonomi. - Proses yang mempengaruhi pertumbuhan dan penstrukturan suatu ekonomi untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat. - Penciptaan lapangan kerja dan kemakmuran, dan perbaikan kualitas hidup Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi bertambah dan kesejahteraan masyarakat meningkat (Sukirno, 2000). Pertumbuhan ekonomi merupakan bagian integral dari perekonomian makro. Boediono (2009) secara singkat mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada umumnya pembangunan ekonomi

5 18 disertai dengan pertumbuhan ekonomi, akan tetapi pertumbuhan ekonomi belum tentu melalui pembangunan. 4. Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi Pendapat yang mendasari teori pembangunan ekonomi regional memiliki asumsi yang berbeda, diantaranya ; a. Aliran Klasik Adam Smith (1976) dengan bukunya An Inquiry Into the Nature and Causes of The Wealth of Nations dalam Arsyad (2010:74), menulis bahwa pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk. Unsur pokok dalam produksi terdiri dari sumber daya alam yang tersedia (faktor produksi tanah), sumber daya manusia (jumlah penduduk), dan stok modal, pasar, dan tingkat keuntungan di atas tingkat keuntungan minimal. Pertumbuhan penduduk yang tinggi akan berdarnpak memperluasnya pasar yang kemudian mempertinggi pula tingkat spesialisasi dalam perekonomian. Kondisi tersebut akan menambah kegiatan ekonomi sehingga mempercepat proses pertumbuhan ekonomi dan mendorong perkembangan teknologi Aliran Klasik menegaskan bahwa campur tangan pemerintah tidak diperlukan dalam pengelolaan sistem ekonomi. Harga yang ditentukan oleh mekanisme pasar akan berpengaruh pada produksi, alokasi, pendapatan dan distribusi serta konsumsi. Dengan keyakinan

6 19 adanya the invisible hand akan terbentuk natural order dan natural price dalam perekonomian. Prakteknya banyak menimbulkan kepincangan sosial dan ketimpangan yang dalam antara pelaku ekonomi dan masyarakat secara umum. b. Aliran Keynesian Aliran ini membantah ajaran Klasik, dimana campur tangan pemerintah dalam pengelolaan ekonomi secara tidak langsung sangat diperlukan. Teori ini juga dikenal dengan teori pertumbuhan ekonomi modern, yang menekankan pada dua hal yaitu : (1) akumulasi modal dan (2) peningkatan kualitas dan sumber daya manusia. Teori ini dikembangkan oleh Keynes (1936) dalam General Theory ia menuliskan bahwa malapetaka yang terjadi di Amerika Serikat dan Dunia Barat pada umumnya diakibatkan oleh kurangnya penanaman modal dari pengusaha, karenanya untuk mengatasi hal tersebut pemerintah harus turun tangan (Gilarso, 2004:396). Pengembangan Keynesian yang banyak diterapkan oleh negara berkembang adalah konsep Lewis (1954) dengan model surplus of labor nya (Todaro, 2006). Lewis menekankan pada peranan penduduk sebagai tenaga kerja, menurutnya pengusaha dapat meningkatkan produksinya dengan memperbanyak tenaga kerja tanpa harus meningkatkan tingkat upah. Model ini diterapkan sebagai sistem padat karya.

7 20 c. Aliran Neo Klasik Teori Pertumbuhan Ekonomi Neoklasik dikembangkan oleh Robert Solow dan Trevor Swan. Pandangan teori ini didasarkan pada analisis Klasik, yaitu perekonomian akan tetap mengalami tingkat pengerjaan penuh (full employment) dan kapasitas peralatan modal akan tetap sepenuhnya digunakan sepanjang waktu. Artinya sampai dimana perekonomian akan terus berkembang pada pertambahan dan penawaran faktor-faktor produksi ( pertambahan penduduk, akumulasi kapital) dan tingkat kemajuan tehnologi. Kelompok Neo-Klasik mengatakan bahwa pada saat proses pembangunan baru dimulai (negara yang sedang berkembang), tingkat perbedaan kemakmuran antara wilayah cenderung menjadi tinggi (divergence). Ketika proses pembangunan telah berjalan dalam waktu lama (negara yang telah berkembang) maka perbedaan tingkat kemakmuran antara wilayah cenderung menurun (convergen), Sjafrizal (2008:97). d. Teori Ekonomi Regional Tarigan (2005) menjelaskan bahwa ilmu ekonomi regional atau ilmu ekonomi wilayah membahas perbedaan satu wilayah dengan wilayah lain. Ilmu ekonomi regional juga menganalisis wilayah secara keseluruhan dengan beragam potensi serta mengatur kebijakan guna mempercepat pertumbuhan ekonomi wilayah. Unit analisis yang

8 21 digunakan dalam ekonomi regional bukan kegiatan individu melainkan wilayah ataupun sektor. Ferguson (1995) berpendapat bahwa terdapat beberapa tujuan dari ilmu ekonomi regional ( Tarigan, 2005:5), yaitu : 1) Menciptakan full employment atau tingkat pengangguran rendah 2) Adanya economic growth atau pertumbuhan ekonomi 3) Terciptanya prince stability atau stabilitas harga Tujuan pokok tambahan ekonomi regional yaitu (Tarigan, 2005 : 5) : 1) Terjaganya kelestarian lingkungan 2) Pemerataan pembangunan wilayah 3) Penetapan sektor unggulan wilayah 4) Menciptakan keterikatan antar sektor dalam wilayah 5) Pemenuhan kebutuhan pangan wilayah Ilmu ekonomi regional memiliki sasaran yang sama dengan ilmu ekonomi pembangunan, yaitu mencari langkah efektif untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat. Namun terdapat perbedaan yang jelas di antara kedua ilmu tersebut terutama luas cakupannya. Beberapa perbedaan antara ilmu ekonomi regional dengan ilmu ekonomi pembangunan yaitu (Tarigan, 2005 : 9) : 1) Ekonomi regional mengutamakan membahas perbedaan antar bagian wilayah, sedangkan ekonomi pembangunan kurang membahas perbedaan tersebut

9 22 2) Ekonomi regional membahas secara general dan spesifik misalnya tentang hubungan satu kota dengan daerah belakangnya, sedangkan ekonomi pembangunan membahas hal tersebut hanya secara general atau umum tanpa mempedulikan di mana hubungan itu terjadi 3) Objek ekonomi regional hanya mencakup bagian tertentu dari wilayah suatu negara, sedangkan ekonomi pembangunan mencakup seluruh wilayah dari suatu negara 4) Ekonomi regional membahas beberapa hal yang bersifat policy oriented karena ruang lingkup lokal, sedangkan ekonomi pembangunan membahas berbagai kebijakan makro dan lain-lain 5) Banyak model analisis ekonomi pembangunan dapat dimodifikasi yang kemudian bisa diterapkan dalam ekonomi regional, sedangkan tidak banyak model analisis ekonomi regional yang dapat diterapkan untuk ilmu ekonomi pembangunan 6) Ekonomi pembangunan lebih banyak berisikan teori-teori sedangkan ekonomi regional lebih banyak berisikan rumus-rumus aplikasi. Ilmu ekonomi regional juga memiliki manfaat baik secara makro maupun secara mikro. Manfaat secara makro dapat digunakan oleh pemerintah pusat untuk mempercepat laju pertumbuhan wilayah keseluruhan, sedangkan manfaat mikro yaitu membantu dalam

10 23 perencanaan wilayah dan pemilihan lokasi proyek karena adanya penghematan waktu dan biaya (Tarigan, 2005:6). Sjafrizal (2008) menulis bahwa kegiatan produksi pada suatu daerah tidak hanya ditentukan oleh potensi daerah yang bersangkutan, tetapi juga ditentukan pula oleh mobilitas tenaga kerja dan mobilitas modal antar daerah. Pertumbuhan ekonomi sebagai tolak ukur keberhasilan pembangunan ekonomi membutuhkan suatu indiaktor. Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi diantaranya adalah : 1) Produk Dometik Bruto (PDB) PDB pada tingkat nasional dan dalam tataran regional adalah Produk Dometik Regional Bruto (PDRB), merupakan gambaran kemampuan suatu wilayah untuk menciptakan output (nilai tambah) pada suatu waktu tertentu.. 2) Produk Dometik Bruto perkapita (PDB/kapita) Indikator ini dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi yang lebih baik karena telah memperhitungkan jumlah penduduk. PDB/kapita pada tingkat nasional atau PDRB/kapita pada tingkat regional merupakan pembagian antara jumlah PDB suatu negara atau PDRB suatu daerah dengan jumlah penduduk.

11 24 5. Kinerja Ekonomi Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) dan United Nations Development Programme (UNDP) (2008) dalam Studi Evaluasi Dampak Pemekaran Daerah menggunakan kinerja perekonomian daerah sebagai salah satu alat analisisnya. Fokus kinerja ekonomi adalah mengukur bagaimana kondisi perekonomian antar daerah di Indonesia. Indikator yang digunakan adalah : a. Pertumbuhan PDRB Tanpa Migas Indikator ini mengukur gerak perekonomian daerah yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan. Penghitungan dengan menggunakan pendekatan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 b. PDRB perkapita Indikator ini dapat mencerminkan tingkat kesejahteraan masyarakat di daerah tertentu c. Rasio PDRB kabupaten/kota terhadap PDRB Provinsi Rasio ini digunakan untuk melihat seberapa besar tingkat perkembangan ekonomi di suatu daerah dibanding dengan daerah lain dalam satu wilayah provinsi. Semakin tinggi rasio maka semakin baik kinerja perekonomian.

12 25 d. Angka Kemiskinan Indikator ini merupakan persentase dari jumlah orang miskin terhadap total penduduk kabupaten/kota. Semakin rendah persentase penduduk miskin maka semakin baik kinerja ekonomi. 6. Ketimpangan Pembangunan Pelaksanaan pembangunan ekonomi bertujuan untuk mengurangi ketimpangan antar daerah sehingga kesejahteraan masyarakat antar wilayah tidak jauh berbeda. Akan tetapi ketimpangan pembangunan antar wilayah biasa terjadi dalam kegiatan ekonomi suatu daerah. Baik negara maju maupun negara berkembang akan terdapat wilayah maju (develop region) dan wilayah terbelakang (underdevelop region). Implikasi ketimpangan pembangunan akan membawa pada taraf kesejahteraan masyarakat dan formulasi kebijakan pembangunan daerah (Sjafrizal, 2008:104). Myrdal dan Friedman dalam Sirojuzilam (2008) menyebutkan bahwa pertumbuhan atau perkembangan daerah akan menuju kepada divergensi. Pertumbuhan ekonomi daerah yang berbeda-beda menyebabkan terjadinya ketimpangan atau disparitas ekonomi dan ketimpangan pendapatan antar daerah. Ketimpangan terjadi apabila pendapatan nasional/daerah tidak dinikmati merata oleh masyarakatnya. Kondisi tersebut terjadi sebagai akibat dari penekanan perekonomian pada penambahan modal dari pada

13 26 tenaga kerja, sehingga keuntungan terbesar hanya dinikmati sebagian masyarakat saja. Permasalahan ketimpangan pembangunan antar wilayah bermula dari analisa Douglas C North (Sjafrizal, 2008), yang memunculkan prediksi hubungan antara tingkat pembangunan ekonomi nasional suatu Negara dengan ketimpangan pembangunan antar wilayah. Hipotesanya menyatakan bahwa pada permulaan proses pembangunan suatu negara, ketimpangan pembangunan antar wilayah cenderung meningkat. Proses ini akan terjadi sampai ketimpangan tersebut mencapai titik puncak. Setelah, jika proses pembangunan terus berlanjut, maka berangsur-angsur ketimpangan pembangunan antar wilayah tersebut akan menurun. Jefrey Williamson pada tahun 1966 menguji hipotesa Neo Klasik dari North melalui studi tentang ketimpangan pembangunan antar wilayah pada Negara maju dan Negara berkembang dengan data time series dan cross section. Hasilnya studi menunjukkan bahwa hipotesa Neo Klasik yang diformulasikan secara teoritis terbukti benar secara empirik (Sjafrizal, 2008:105). 7. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indeks Pembangunan Manusia merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan. Indikator yang mulai disusun oleh United Nations Development Programe (UNDP) pada tahun 1990 berdasarkan indeks komposit dari beberapa indikator seperti angka

14 27 harapan hidup, rata-rata lama sekolah, angka melek huruf, dan kesejahteraan secara keseluruhan. UNDP, pembangunan manusia dirumuskan sebagai upaya perluasan pilihan bagi penduduk ( enlarging the choices of people) dan sekaligus sebagai taraf yang dicapai dari upaya tersebut. Perluasan pilihan hanya mungkin dapat direalisasikan jika penduduk paling tidak memiliki: peluang berumur panjang dan sehat, pengetahuan dan keterampilan yang memadai, serta peluang untuk merealisasikan pengetahuan yang dimiliki dalam kegiatan yang produktif. Dengan kata lain, tingkat pemenuhan ketiga unsur tersebut sudah dapat merefleksikan, secara minimal, tingkat keberhasilan pembangunan manusia suatu wilayah (BPS, 2013:5). IPM digunakan oleh UNDP untuk menggambarkan kesejahteraan manusia dari pada pertumbuhan ekonomi nasional (Trabold- Nebler, 1991) IPM dapat mengungkapkan bahwa sebuah negara/daerah dapat berbuat jauh lebih baik pada tingkat pendapatan, dan bahwa kenaikan pendapatan yang besar hanya berperan relatif kecil dalam pembangunan manusia (Todaro, 2006) 8. Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio) Mantra (2000), dependency ratio didefinisikan sebagai rasio antara kelompok penduduk umur 0-14 tahun yang termasuk dalam kelompok penduduk belum produktif secara ekonomis dan kelompok

15 28 penduduk umur 65 tahun ke atas termasuk dalam kelompok penduduk yang tidak lagi produktif dengan kelompok penduduk umur tahun termasuk dalam kelompok produktif. Rasio Ketergantungan sangat erat kaitannya dengan tabungan sebagai pembentukan modal dan pertumbuhan ekonomi, semakin tinggi angka maka semakin berat beban yang harus ditanggung oleh penduduk usia produktif dalam menanggung penduduk belum dan tidak produktif. Pendapatan yang diperoleh lebih banyak dihabiskan untuk konsumsi sehingga jumlah tabungan akan kecil atau bahkan tidak ada. 9. Tenaga Kerja Tenaga kerja (man power) adalah penduduk usia kerja (umur tahun) yang bekerja atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mereka berpartisipasi dalam aktivitas tersebut (Mulyadi, 2004). Tenaga kerja merupakan faktor potensial dalam pembangunan. 10. Desentralisasi Fiskal Desentralisasi fiskal adalah suatu proses distribusi anggaran dari tingkat pemerintahan lebih tinggi kepada pemerintahan yang lebih rendah untuk mendukung fungsi atau tugas pemerintah dan layanan publik sesuai dengan banyaknya kewenangan bidang pemerintahan yang dilimpahkan

16 29 (Saragih, 2003:83). Prinsip dalam pelaksanaan desentralisasi fiskal adalah money should follow function, yang berarti bahwa setiap penyerahan pelimpahan wewenang pemerintahan membawa konsekuensi pada anggaran yang diperlukan untuk melaksanakan kewenangan tersebut. Slinko (2002:214) mendefinisikan desentralisasi fisk al sebagai bentuk transfer kewenangan (tanggung jawab dan fungsi) kepada pemerintahan level yang lebih rendah, termasuk di dalamnya pemberian otoritas untuk pemerintah daerah dalam mengelola penerimaan dan pengeluaran daerahnya sendiri. B. Penelitian Terdahulu yang Relevan Penelitian-penelitian terdahulu yang mendasari pemikiran penulis dan menjadi pertimbangan dalam penyusunan Tesis akan dibahas dalam bagian ini. Penelitian-penelitian itu adalah sebagai berikut : 1. Penelitian yang terkait dengan Indeks Kinerja Ekonomi (IKE) Daerah atau indikatornya penyusunnya terhadap kesejahteraan. a) Bappenas dan UNDP dalam Studi Evaluasi Dampak Pemekaran Daerah (2008) berdasar penelitiannya menyatakan bahwa masih ada perbedaan yang besar antara indeks kinerja ekonomi daerah dari daerah induk dibandingkan Daerah Otonomi Baru (DOB), dimana DOB masih harus berjuang keras memperbaiki tingkat kesejahteraan masyarakatnya yang masih di bawah daerah induk.

17 30 b) Studi tentang Peran dan Kompetensi Kemampuan Pemerintah terhadap Perkembangan Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat di Kota Batam oleh Nasution (2007) menyimpulkan bahwa kemampuan pemerintah Kota Batam berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat, perkembangan ekonomi Kota Batam berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat, dan kemampuan pemerintah Kota Batam berpengaruh signifikan terhadap tingkat perkembangan ekonomi. c) Studi tentang Dampak Pelaksanaan Otonomi Daerah terhadap Kesejahteraan Masyarakat Jawa Tengah yang dilakukan Hariadi (2010) memberi simpulan bahwa penerapan kebijakan otonomi daerah di Jawa Tengah mempunyai dampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat dengan penanda Indeks Pembangunan Manusia (IPM). d) Indikator IKE terdiri dari laju pertumbuhan ekonomi, PDRB, dan penduduk miskin. Beberapa penelitian yang terkait dengan indikator IKE diantaranya : 1) Sasana (2009) dengan metode analisa jalur melakukan studi Peran Desentralisasi Fiskal terhadap Kinerja Ekonomi di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah. Simpulan dari studinya menyatakan bahwa desentralisasi fiskal berpengaruh signifikan dan positif terhadap laju pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan positif terhadap penyerapan

18 31 tenaga kerja dan signifikan negatif terhadap jumlah penduduk miskin, pertumbuhan ekonomi dan tenaga kerja berpengaruh signifikan positif terhadap kesejahteraan masyarakat, dan jumlah penduduk miskin berpengaruh signifikan negatif terhadap kesejahteraan. 2) Badrudin (2011) dalam penelitiannya tentang Pengaruh Belanja Modal dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah menyimpulkan bahwa belanja modal berpengaruh tidak signifikan sedangkan pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. 2. Penelitian yang terkait dengan Rasio Ketergantungan terhadap kesejahteraan. a) Mantra (2000) menyatakan bahwa besaran rasio ketergantungan menunjukkan besaran beban yang harus ditanggung oleh penduduk usia produktif karena sebagian pendapatannya harus digunakan untuk membiayai hidup penduduk belum dan tidak produktif lagi. Besarnya jumlah penduduk produktif berarti angkatan kerja yang tersedia akan bertambah yang pada akhirnya output produksi suatu daerah akan menjadi meningkat. b) Mason (2001) dalam Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional (2011:2) menyatakan bahwa d ampak transisi demografi

19 32 akan menurunkan proporsi umur penduduk muda dan meningkatkan proporsi penduduk usia kerja, hal tersebut menjelaskan hubungan pertumbuhan penduduk dengan kesejahteraan. c) Ross (2004) Bonus Demografi terjadi karena penurunan kelahiran dalam jangka panjang yang berakibat pada menurunnya proporsi penduduk muda sehingga investasi untuk pemenuhan kebutuhannya berkurang dan sumber daya dapat dialihkan kegunaannya untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan keluarga. d) Minh Quang Duo (2012) dalam Population and Economic Growth in Developing Countries berdasarkan data dari 43 negara berkembang menyimpulkan pertumbuhan penduduk, dependency ratio tua, angka kematian berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan PDB perkapita (kesejahteraan). Dependency ratio muda perpengaruh terhadap pertumbuhan PDB perkapita tidak secara langsung tetapi berinteraksi dengan pertumbuhan penduduk yang berpengaruh positif pada pertumbuhan ekonomi e) Prawoto (2012) dalam Analisis Faktor -faktor yang Berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia menyimpulkan bahwa Belanja Daerah secara signifikan berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia ; Gini Rasio secara signifikan berpengaruh negatif terhadap Indeks Pembangunan Manusia ; Proporsi Pengeluaran non Makanan, secara signifikan berpengaruh

20 33 positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia ; Rasio Ketergantungan secara signifikan berpengaruh negatif terhadap Indeks Pembangunan Manusia. f) Vijayakumar (2013) dalam An Empirical Study on the Nexus of Poverty, GDP Growth, Dependency Ratio and Employment in Developing Countries menyimpulkan bahwa dependency ratio dan GDP growth signifikan berpengaruh positif terhadap kemiskinan, sedangkan Tenaga kerja walaupun berpengaruh negatif namun tidak signifikan. 3. Penelitian yang terkait dengan Tenaga Kerja terhadap kesejahteraan. a) Simpulan penelitian Sasana (2009) Peran Desentralisasi Fiskal terhadap Kinerja Ekonomi di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah yang salah satunya menyatakan bahwa dan tenaga kerja berpengaruh signifikan positif terhadap kesejahteraan masyarakat kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. b) Koromath (2012) dengan menganalisis Dampak Belanja Modal dan Tenaga Kerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat tahun dengan Fixed Effect Model menyatakan bahwa tenaga kerja dan belanja modal berdampak positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Papua Barat.

21 34 4. Penelitian yang terkait dengan Desentralisasi Fiskal terhadap kesejahteraan. a) Badrudin (2012), dalam Evaluasi terhadap Implementasi Otonomi Daerah : Tinjauan Empiris di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta memberi simpulan bahwa desentralisasi fiskal berpengaruh signifikan positif terhadap kesejahteraan masyarakat di Provinsi Jawa Tengah tetapi tidak berpengaruh signifikan di Provinsi DIY. b) Widhiyanto (2008) dalam studinya Fiscal Decentralization and Indonesia Regional Income Disparity menunjukkan bahwa dengan menggunakan analisis regresi berganda dengan data tahun , desentralisasi fiskal di Indonesia mampu berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ekonomi selain itu juga mampu mengurangi ketimpangan pendapatan regional perkapita (PDRB perkapita) C. Kerangka Pemikiran Teoritis Ketimpangan pembangunan antar wilayah berimbas pada perbedaan tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Hipotesa Neo Klasik menyebutkan bahwa pada permulaan proses pembangunan suatu negara, ketimpangan pembangunan antar wilayah cenderung meningkat dan proses tersebut akan terus terjadi sampai ketimpangan mencapai titik puncak (Sjahrizal,2008:105). Kerangka pemikiran dalam penelitian tersebut adalah kesempatan dan peluang pembangunan yang pada umumnya dimanfaatkan

22 35 oleh daerah yang lebih baik pembangunannya, dan sebaliknya daerah-daerah yang terbelakang dengan keterbatasan sarana prasarana dan rendahnya kualitas sumber daya manusia kurang mampu memanfaatkan peluang. Abdul Bashir dan Syamsurizal AK (2012 : 122) menyatakan untuk melihat perkembangan suatu daerah, perlu perbandingan kinerja ekonomi antar daerah. Berdasar hal ini akan terlihat, apakah terjadi perubahan (kemajuan) pada suatu daerah. Keberhasilan kinerja ekonomi suatu daerah membawa pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat yang dicerminkan dari semakin membaiknya indikator kesejahteraan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Kesejahteraan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya faktor demografi. Rasio ketergantungan sebagai salah satu indikator demografi yang dapat menunjukkan populasi penduduk dari kegiatan produktif yang dilakukan oleh penduduk usia kerja. Peningkatan penduduk produktif berarti menambah ketersediaan angkatan kerja, pada akhirnya output produksi suatu daerah dapat menjadi meningkat, karenanya indikator rasio ketergantungan memiliki keterkaitan terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi yang akan membawa pada kesejahteraan. Tenaga Kerja dalam suatu struktur ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi kesejahteraan ekonomi suatu wilayah. Arsyad (2010:360) menyatakan bahwa pertumbuhan tenaga kerja merupakan salah satu faktor positif dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi jumlah tenaga kerja maka semakin banyak jumlah tenaga

23 36 kerja produktif yang akan memacu pertumbuhan ekonomi. Sukirno (1994) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi bergantung pada perkembangan faktor-faktor produksi yaitu : modal, tenaga kerja, dan tehnologi. Tenaga Kerja merupakan faktor potensial dalam pembangunan. Pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal menjadikan aktifitas pembangunan daerah lebih tergerakkan. Pendelegasian wewenang pembangunan daerah kepada pemerintah daerah membuat inisiatif, aspirasi, dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah lebih terjembatani untuk mengoptimalkan potensi daerah yang dimiliki. Otonomi daerah dan Desentralisai fiskal yang dilaksanakan dengan baik akan mengurangi ketimpangan pembangunan antar wilayah secara bertahap yang pada akhirnya akan meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan desentralisasi fiskal dapat membuat perekonomian suatu daerah akan meningkat dan daerah menjadi lebih peka terhadap kebutuhan dan kekuatan ekonomi lokal (Adi, 2005). Peningkatan perekonomian dapat diraih salah satunya dengan pemanfaatan belanja pembangunan pada kegiatan yang bermanfaat secara ekonomi, sosial, dan manfaat lainnya. Peningkatan perekonomian suatu wilayah dapat diindikasikan dengan naiknya penerimaan daerah, pertumbuhan PDRB, dan pendapatan perkapita sehingga pada akhirnya kesejahteraan masyarakat akan meningkat.

24 37 Keterkaitan antara kesejahteraan dan kinerja ekonomi daerah, rasio ketergantungan, tenaga kerja dan desentralisasi fiskal digambarkan dalam kerangka penelitian sebagai berikut : Indeks Kinerja Ekonomi Indek Williamson Kinerja Ekonomi Daerah Rasio Ketergantungan Muda Rasio Ketergantungan Tua Tenaga Kerja Sektor Industri Tenaga Kerja Sektor Pertanian Kesejahteraan Desentralisasi Fiskal 1 (PAD/TPD) Desentralisasi Fiskal 2 (DAU/TPD) Desentralisasi Fiskal 3 (DAK/TPD) Desentralisasi Fiskal 4 (BHD/TPD) Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian D. Hipotesis Hipotesis merupakan rumusan jawaban sementara atau dugaan berdasarkan hasil penelitian atau teori terdahulu yang akan dibuktikan benar atau tidaknya melalui serangkaian pengujian ilmiah yang rasional dan sistematis.

25 38 Hipotesis dalam penelitian ini terkait dengan analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan adalah : 1. Kinerja Ekonomi Daerah memiliki pengaruh positif terhadap kesejahteraan di Provinsi Jawa Tengah 2. Rasio Ketergantungan Muda dan Tua memiliki pengaruh negatif terhadap kesejahteraan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah 3. Tenaga kerja sektor Industri memiliki pengaruh positif terhadap kesejahteraan sedangkan tenaga kerja di sektor pertanainan memiliki keterkaitan negatif terhadap kesejahteraan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah 4. Desentralisasi fiskal memiliki pengaruh positif terhadap kesejahteraan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang menjadi dasar

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang menjadi dasar BAB II STUDI KEPUSTAKAAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati, studi empiris dari penelitian sebelumnya yang merupakan studi penelitian

Lebih terperinci

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi.

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi. Judul : Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Biaya Infrastruktur, dan Investasi Terhadap Ketimpangan Distribusi Pendapatan Melalui Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Bali Nama : Diah Pradnyadewi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara ketimpangan dan pertumbuhan ekonomi. pembangunan ekonomi yang terjadi dalam suatu negara adalah pertumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara ketimpangan dan pertumbuhan ekonomi. pembangunan ekonomi yang terjadi dalam suatu negara adalah pertumbuhan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Teori yang dibahas dalam bab ini terdiri dari pengertian pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kesenjangan Ekonomi Antar Wilayah Sjafrizal (2008) menyatakan kesenjangan ekonomi antar wilayah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Teori yang dibahas dalam bab ini terdiri dari pengertian pembangunan ekonomi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan ekonomi nasional yang dapat dicapai melalui pembenahan taraf hidup masyarakat, perluasan lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara diukur dari perkembangan pendapatan nasional riil yang dicapai suatu negara/daerah ini terkandung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Ketimpangan Ekonomi Antar Wilayah Ketimpangan ekonomi antar wilayah merupaka ketidakseimbangan pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses menuju perubahan yang diupayakan suatu negara secara terus menerus dalam rangka mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam memperkuat suatu perekonomian agar dapat berkelanjutan perlu adanya suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu negara sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program pencapaian pembangunan. Dalam skala internasional dikenal tujuan pembangunan milenium (Millenium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik selama periode tertentu. Menurut Sukirno (2000), pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. baik selama periode tertentu. Menurut Sukirno (2000), pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara yang berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem desentralistik atau otonomi daerah merupakan salah satu keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut dilatarbelakangi oleh pelaksanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya yang sudah direncanakan dalam melakukan suatu perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Kuncoro (2014), dalam jurnal Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran dan Pendidikan terhadap Tingkat Kemiskinan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah 16 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Ekonomi Pembangunan Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah perekonomian nasional yang kondisi-kondisi ekonomi awalnya kurang lebih bersifat

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perubahan yang cukup berfluktuatif. Pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia memasuki era baru tata pemerintahan sejak tahun 2001 yang ditandai dengan pelaksanaan otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah ini didasarkan pada UU

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masyarakat merupakan hal yang harus dicapai dalam pembangunan. Adapun salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan dalam pembangunan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan perbaikan yang secara terus menerus menuju pada pencapaian tujuan yang diinginkan. Secara umum tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas fiskal yaitu pendapatan asli daerah (PAD) (Sidik, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas fiskal yaitu pendapatan asli daerah (PAD) (Sidik, 2002) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Negara Republik Indonesia merupakan Negara Kesatuan yang menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh setiap pemerintahan terutama ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan distribusi pendapatan, membuka kesempatan kerja,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Konsep Otonomi Daerah Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah menyatakan bahwa yang dimaksud dengan desentralisasi adalah penyerahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. hidup yang layak dibutuhkan pendidikan. Pendidikan dan kesehatan secara. dan merupakan jantung dari pembangunan. Negara-negara berkembang

PENDAHULUAN. hidup yang layak dibutuhkan pendidikan. Pendidikan dan kesehatan secara. dan merupakan jantung dari pembangunan. Negara-negara berkembang BAB 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dan kesehatan merupakan tujuan dasar dari pembangunan. Manusia dapat menikmati hidup dengan nyaman apabila sehat dan untuk dapat hidup yang layak dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbedaaan kondisi demografi yang terdapat pada daerah masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. perbedaaan kondisi demografi yang terdapat pada daerah masing-masing. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Disparitas perekonomian antar wilayah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan ekonomi suatu daerah. Disparitas ini pada dasarnya disebabkan oleh adanya perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional dan internasional dengan pemerataan dan pertumbuhan yang diinginkan

BAB I PENDAHULUAN. nasional dan internasional dengan pemerataan dan pertumbuhan yang diinginkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia menghadapi berbagai fenomena pembangunan di tingkat daerah, nasional dan internasional dengan pemerataan dan pertumbuhan yang diinginkan sejalan dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya bervariasi antarwilayah, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya bervariasi antarwilayah, hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya bervariasi antarwilayah, hal ini disebabkan oleh potensi sumber daya yang dimiliki daerah berbeda-beda. Todaro dan Smith (2012: 71)

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Dana Perimbangan 2.1.1. Pengertian dan Pembagian Dana Perimbangan 2.1.1.1. Pengertian Dana Perimbangan Dana Perimbangan merupakan sumber pendapatan daerah yang berasal dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan pertumbuhan ekonomi yang terjadi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU No.23 Tahun 2014 yaitu desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. Desentralisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik/fasilitas fisik (Rustiadi, 2009). Meier dan Stiglitz dalam Kuncoro (2010)

BAB I PENDAHULUAN. fisik/fasilitas fisik (Rustiadi, 2009). Meier dan Stiglitz dalam Kuncoro (2010) BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pembangunan merupakan proses perubahan untuk mengalami kemajuan ke arah yang lebih baik. Pembangunan di berbagai negara berkembang dan di Indonesia seringkali diartikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Indeks Pembangunan Manusia Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Pembangunan manusia menempatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan indikator

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan indikator BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang lazim dipergunakan untuk melihat keberhasilan pembangunan. Pertumbuhan ekonomi sangat penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang dialami dunia hanya semenjak dua abad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita, atau yang biasa disebut pertumbuhan ekonomi. Indikator

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita, atau yang biasa disebut pertumbuhan ekonomi. Indikator BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan suatu negara diarahkan pada upaya meningkatkan pendapatan perkapita, atau yang biasa disebut pertumbuhan ekonomi. Indikator yang digunakan untuk melihat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta pembangunan seluruh aspek kehidupan masyarakat. Hakikat pembangunan ini mengandung makna bahwa pembangunan

Lebih terperinci

PENGARUH BELANJA MODAL, PENGANGGURAN DAN PENDUDUK TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN AGAM DAN KABUPATEN PASAMAN

PENGARUH BELANJA MODAL, PENGANGGURAN DAN PENDUDUK TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN AGAM DAN KABUPATEN PASAMAN PENGARUH BELANJA MODAL, PENGANGGURAN DAN PENDUDUK TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN AGAM DAN KABUPATEN PASAMAN SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pada Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah resmi dimulai sejak tanggak 1 Januari Dalam UU No 22 tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. telah resmi dimulai sejak tanggak 1 Januari Dalam UU No 22 tahun 1999 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada peraturan pemerintah Republik Indonesia, pelaksanaan otonomi daerah telah resmi dimulai sejak tanggak 1 Januari 2001. Dalam UU No 22 tahun 1999 menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Ketenagakerjaan Penduduk suatu negara dapat dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja adalah penduduk yang berusia kerja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada hakekatnya pembangunan daerah merupakan bagian integral dari. serta kesejahteraan penduduk. Kesenjangan laju pertumbuhan ekonomi

I. PENDAHULUAN. pada hakekatnya pembangunan daerah merupakan bagian integral dari. serta kesejahteraan penduduk. Kesenjangan laju pertumbuhan ekonomi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah tidaklah terpisahkan dari pembangunan nasional, karena pada hakekatnya pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Cita-cita mulia tersebut dapat diwujudkan melalui pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai upaya dirancang dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah semata-sama

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai upaya dirancang dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah semata-sama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan yang diharapkan oleh setiap daerah tidak terkecuali bagi kabupaten/kota yang ada di Provinsi Bali. Berbagai upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam perkembangannya seringkali terjadi adalah ketimpangan

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam perkembangannya seringkali terjadi adalah ketimpangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang saat ini dalam masa pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi dalam perkembangannya senantiasa memberikan dampak baik positif

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kenaikan dalam produk domestik bruto (PDB) yang dapat didefinisikan sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. kenaikan dalam produk domestik bruto (PDB) yang dapat didefinisikan sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Pengertian pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi adalah sebagai kenaikan dalam produk domestik bruto (PDB) yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati umur

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Otonomi Daerah sebagai wujud dari sistem demokrasi dan desentralisasi merupakan landasan dalam pelaksanaan strategi pembangunan yang berkeadilan, merata, dan inklusif. Kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembantuan yang dilaksanakan secara bersama-sama. Dengan demikian penerapan

BAB I PENDAHULUAN. pembantuan yang dilaksanakan secara bersama-sama. Dengan demikian penerapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah yang telah berjalan saat ini telah memberi hak serta wewenang kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam mengelola potensi sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola

I. PENDAHULUAN. dalam mengelola potensi sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang pada hakekatnya adalah upaya untuk meningkatkan kapasitas pemerintahan daerah dalam mengelola potensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan juga merupakan ukuran

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan juga merupakan ukuran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan syarat yang diperlukan dalam melaksanakan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan juga merupakan ukuran utama keberhasilan pembangunan. Pertumbuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan Ekonomi Regional Pertumbuhan ekonomi merupakan unsur penting dalam proses pembangunan wilayah yang masih merupakan target utama dalam rencana pembangunan di samping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang sangat erat, jumlah penduduk menentukan efisiensi perekonomian dan kualitas dari tenaga kerja itu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. (PDRB) di Kota Salatiga tahun Adapun teori-teori yang ditulis

BAB II LANDASAN TEORI. (PDRB) di Kota Salatiga tahun Adapun teori-teori yang ditulis BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka terdiri atas teori - teori yang menyangkut penelitian mengenai Pengaruh kesempatan kerja terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar memenuhi kebutuhan hayati saja, namun juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan pendudukyang

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan pendudukyang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan pendudukyang disertai dengan perubahan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP 2.1.Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih tinggi. Di lain segi istilah tersebut bertujuan untuk menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. lebih tinggi. Di lain segi istilah tersebut bertujuan untuk menggambarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam analisis mikro ekonomi perkataan pertumbuhan ekonomi mempunyai dua segi pengertian berbeda. Di satu pihak istilah pertumbuhan ekonomi digunakan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputusan politik pemberlakuan otonomi daerah yang dimulai sejak tanggal 1 Januari 2001, telah membawa implikasi yang luas dan serius. Otonomi daerah merupakan fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini disajikan berbagai teori yang akan digunakan dalam memecahkan permasalahan yang akan diteliti. Tinjauan teoritis ini meliputi pertumbuhan ekonomi, teori penciptaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan lebih mendalam tentang teori-teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Selain itu akan dikemukakan hasil penelitian terdahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jangka panjang (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga didefinisikan

I. PENDAHULUAN. jangka panjang (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga didefinisikan I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu wilayah meningkat dalam jangka panjang (Sukirno,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU No.32 Tahun 2004 yaitu desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. Desentralisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama negara berkembang. Pembangunan ekonomi dicapai diantar anya dengan melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (disparity) terjadi pada aspek pendapatan, spasial dan sektoral. Golongan kaya

BAB I PENDAHULUAN. (disparity) terjadi pada aspek pendapatan, spasial dan sektoral. Golongan kaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang menimbulkan ketimpangan dalam pembangunan (disparity) terjadi pada aspek pendapatan, spasial dan sektoral. Golongan kaya makin kaya sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dokumen RPJP Provinsi Riau tahun , Mewujudkan keseimbangan

BAB I PENDAHULUAN. dokumen RPJP Provinsi Riau tahun , Mewujudkan keseimbangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan misi pembangunan daerah Provinsi Riau yang tertera dalam dokumen RPJP Provinsi Riau tahun 2005-2025, Mewujudkan keseimbangan pembangunan antarwilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi.

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang bersifat multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya. Kemiskinan juga didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini memaparkan sejarah dan kondisi daerah pemekaran yang terjadi di Indonesia khususnya Kota Sungai Penuh. Menguraikan tentang latar belakang penelitian, perumusan masalah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan serangkaian usaha dalam suatu perekonomian untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak tersedia, perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi dan sulit

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi dan sulit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengangguran merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi dan sulit untuk dihindari bagi suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju, namun pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dapat meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan gambaran keadaan suatu perekenomian dari suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dapat meningkatkan kemakmuran masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pengelolaan pemerintah daerah baik ditingkat provinsi maupun tingkat kabupaten dan kota, memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No 22 tahun 1999 dan UU

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu :

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu : BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai pertumbuhan ekonomi dan disparitas pendapatan antar wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu : Penelitian

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka. Puspitasari dkk (2016) menjelaskan bahwa 1. Proses pemungutan Pajak

BAB II. Tinjauan Pustaka. Puspitasari dkk (2016) menjelaskan bahwa 1. Proses pemungutan Pajak BAB II 1. Penelitian Terdahulu Tinjauan Pustaka Puspitasari dkk (2016) menjelaskan bahwa 1. Proses pemungutan Pajak Parkir di Kota Malang telah dilaksanakan dengan baik. Proses pemungutan telah dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu negara sangat tergantung pada jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu negara sangat tergantung pada jumlah penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu negara sangat tergantung pada jumlah penduduk miskinnya. Semakin banyak jumlah penduduk miskin, maka negara itu disebut negara miskin. Sebaliknya semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas

BAB I PENDAHULUAN. menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan amanat UUD RI Tahun 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sebagai suatu proses berencana dari kondisi tertentu kepada kondisi yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan tersebut bertujuan

Lebih terperinci

II PENDAHULUAN PENDAHULUAN

II PENDAHULUAN PENDAHULUAN I II PENDAHULUAN PENDAHULUAN Pembangunan dapat diartikan berbeda-beda oleh setiap orang tergantung dari sudut pandang apa yang digunakan oleh orang tersebut. Perbedaan cara pandang mengenai proses pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah adalah pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah adalah pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pembangunan daerah diarahkan pada peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan hasil-hasil pembangunan yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan otonomi daerah pada tahun Undang-Undang Nomor 32 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan otonomi daerah pada tahun Undang-Undang Nomor 32 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan mendasar paradigma pengelolaan keuangan daerah terjadi sejak diterapkan otonomi daerah pada tahun 2001. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional dikenal adanya tujuan posisi manusia sebagai central dalam

BAB I PENDAHULUAN. internasional dikenal adanya tujuan posisi manusia sebagai central dalam BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah objek utama dalam perabadan dunia. Dalam skala internasional dikenal adanya tujuan posisi manusia sebagai central dalam pembangunan dan peradaban,

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik analisis yang

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik analisis yang BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan indeks pembangunan manusia juga telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu daerah dalam jangka panjang

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu daerah dalam jangka panjang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang mengakibatkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu daerah dalam jangka panjang yang diikuti oleh

Lebih terperinci

kesenjangan antara pertumbuhan jumlah angkatan kerja disatu pihak dan

kesenjangan antara pertumbuhan jumlah angkatan kerja disatu pihak dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi pada hakekatnya adalah serangkaian usaha kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas kesempatan kerja dan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal bukan konsep baru di Indonesia. Otonomi daerah sudah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 5 Tahun 1975 tentang Pokok-Pokok

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. miskin di dunia berjumlah 767 juta jiwa atau 10.70% dari jumlah penduduk dunia

BAB I PENDAHULUAN. miskin di dunia berjumlah 767 juta jiwa atau 10.70% dari jumlah penduduk dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan absolut (absolute poverty) merupakan salah satu masalah ekonomi utama yang dihadapi sebagian besar pemerintahan di dunia. Data World Bank pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan peraturan sektor publik yang disertai dengan adanya tuntutan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan peraturan sektor publik yang disertai dengan adanya tuntutan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perubahan peraturan sektor publik yang disertai dengan adanya tuntutan demokratisasi menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Permasalahan kemiskinan memang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Permasalahan kemiskinan memang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang layak bagi seluruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. percepatan terwujudnya peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat (Bappenas,

I. PENDAHULUAN. percepatan terwujudnya peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat (Bappenas, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan utama kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal adalah percepatan terwujudnya peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat (Bappenas, 2007). Untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dijelaskan terlebih dahulu beberapa istilah yang terkait dengan judul. Adapun

BAB 1 PENDAHULUAN. dijelaskan terlebih dahulu beberapa istilah yang terkait dengan judul. Adapun 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Sebagai kerangka awal untuk memudahkan dan menghindari kesalah pahaman dalam memahami maksud dari judul ini, maka perlu kiranya dijelaskan terlebih dahulu beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDUHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi menjadi tujuan dari semua negara

BAB I PENDUHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi menjadi tujuan dari semua negara BAB I PENDUHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan ekonomi menjadi tujuan dari semua negara begitu juga dengan Indonesia. Pembangunan Ekonomi adalah usaha dan kebijaksanaan yang akan dilakukan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian 32 METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil lokasi di seluruh kabupaten dan kota yang berada di Provinsi Banten, yaitu Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi melalui produktivitas yang tinggi, dan mendatangkan lebih banyak input ke dalam proses produksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, terus melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, terus melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, terus melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap, tanpa mengabaikan usaha pemerataan dan kestabilan. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab II ini menjelaskan mengenai teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Teori yang dibahas dalam bab ini terdiri dari Otonomi daerah, Pertumbuhan ekonomi, Teori

Lebih terperinci