ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA"

Transkripsi

1 ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 RINGKASAN FARAH AZIIZA. Analisis Aktivitas Fisik, Konsumsi Pangan, dan Status Gizi dengan Produktivitas Kerja Pekerja Wanita di Industri Konveksi. Dibawah bimbingan dr. Vera Uripi dan Dr. Ir. Siti Madanijah, MS. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis hubungan aktivitas fisik, konsumsi pangan, dan status gizi dengan produktivitas kerja pekerja wanita di industri konveksi. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1) mengidentifikasi karakteristik contoh (usia, berat badan, tinggi badan, pendapatan, besar keluarga, dan pendidikan) serta masa kerja; 2) menganalisis hubungan aktivitas fisik dengan tingkat kecukupan energi; 3) menganalisis hubungan karakteristik contoh (usia dan pendidikan), masa kerja, status gizi, tingkat kecukupan energi dan zat gizi, serta aktivitas fisik dengan produktivitas kerja. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Juli 2007 di perusahaan Agustin Collection, Jakarta Selatan. Kriteria contoh adalah: wanita dengan rentang usia tahun, dapat berkomunikasi dengan baik, bersedia menjadi contoh penelitian, tidak sedang hamil atau menyusui, bekerja di bagian produksi, tidak menderita penyakit kronis. Pengambilan contoh penelitian dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling), sehingga diperoleh 35 orang responden. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung, dan wawancara dengan alat bantu kuesioner yang meliputi: (1) data karakteristik contoh (usia, berat badan, tinggi badan, pendidikan, pendapatan, dan besar keluarga) serta masa kerja, (2) data konsumsi pangan contoh, (3) data aktivitas fisik contoh. Data sekunder meliputi gambaran umum perusahaan, sistem penggajian, insentif, sistem penyediaan makanan. Data sekunder tersebut diperoleh dari perusahaan. Data yang telah diperoleh kemudian diolah dengan proses editing, coding, scoring, entry, cleaning dan analisis data dengan menggunakan program Microsoft excel dan SPSS versi 13,0 for Windows. Hasil analisis menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh (60%) berada pada rentang usia tahun. Berat badan contoh berkisar antara 45-57,1 kg. Tinggi badan contoh berada pada kisaran cm. Sebesar 40% contoh memiliki pendapatan/bulan antara Rp ,00-Rp ,00. Ratarata pendapatan/bulan contoh sebesar Rp Gaji yang diperoleh contoh berada di bawah Upah Minimum Regional (UMR) Jakarta. UMR kota Jakarta tahun 2007 adalah sebesar Rp ,00. Lebih dari separuh contoh (54,3%) termasuk dalam kategori keluarga kecil dan sisanya termasuk dalam kategori keluarga sedang. Pendidikan contoh umumnya SD (45,7%) dan hanya 14,3% contoh yang berpendidikan SMA. Hampir separuh contoh (45,7%) telah bekerja selama 7-10 tahun. Aktivitas contoh di perusahaan Agustin Collection adalah menjahit. Contoh bekerja dari hari Senin hingga Jum at, mulai pukul WIB. Waktu yang digunakan untuk menjahit selama 7 jam dan 1 jam untuk istirahat. Waktu istirahat digunakan untuk makan siang dan beribadah. Pemenuhan kebutuhan energi dan zat gizi contoh pada hari kerja berasal dari perusahaan dan dari luar perusahaan. Makan siang yang disediakan perusahaan rata-rata memenuhi 41,2% energi dari total konsumsi energi dan 45,6% protein dari total konsumsi protein contoh. Konsumsi pangan contoh di luar perusahaan yaitu pada waktu pagi dan sore hari. Konsumsi pangan contoh pada pagi hari memberikan sumbangan energi rata-rata sebesar 16,8% dari total

3 konsumsi energi dan 13,8% protein dari total konsumsi protein contoh. Persentase rata-rata makan sore contoh dapat memenuhi 42,8% energi dari total konsumsi energi dan 41,6% protein dari total konsumsi protein. Rata-rata konsumsi energi contoh adalah kkal dan protein sebesar 45,2 g. Kebutuhan rata-rata energi contoh sebesar kkal dan protein sebesar 47,6 g. Lebih dari separuh contoh (62,9%) memiliki tingkat kecukupan energi dalam kategori normal. Persentase terbesar contoh (48,5%) memiliki tingkat kecukupan protein normal dan hanya 8,6% contoh termasuk dalam kategori kelebihan. Sebesar 88,6% contoh memiliki tingkat kecukupan zat besi kurang. Konsumsi vitamin A contoh berkisar antara 172,9-964,1 RE/hari. Sebagian besar contoh (82,9%) memiliki tingkat kecukupan vitamin A cukup. Konsumsi vitamin B1 contoh berkisar antara 0,4-725,6 mg/hari. Sebagian besar contoh (82,9%) memiliki tingkat kecukupan vitamin B1 cukup. Konsumsi vitamin C contoh berada pada kisaran 22,3-134,1 mg/hari. Lebih dari separuh contoh (60%) memiliki tingkat kecukupan vitamin C cukup. Status gizi yang diukur berdasarkan IMT menunjukkan bahwa sebagian besar contoh (94,3%) berada pada kategori normal. Produktivitas kerja diukur berdasarkan jumlah produksi pakaian yang dihasilkan oleh setiap pekerja setiap minggu. Sebesar 62,9% contoh mampu menyelesaikan <13 pakaian/minggu. Lebih dari separuh contoh (80,0%) dengan faktor aktivitas 1,46-1,49 dapat menghasilkan >13 pakaian/minggu. Hal ini diduga karena contoh telah terbiasa dengan pekerjaan tersebut. Namun terdapat 20,0% contoh dengan faktor aktivitas 1,46-1,49 hanya dapat menghasilkan pakaian <13 setiap minggu. Hal ini diduga contoh mengalami kelelahan akibat aktivitas di rumah tangga sehingga mempengaruhi produktivitas kerja di perusahaan. Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson, variabel yang berhubungan dengan produktivitas kerja adalah usia (r=0,661**; p<0,01), masa kerja (r=0,569**; p<0,01), status gizi (r=0,419*; p<0,05), dan faktor aktivitas di luar perusahaan (r=0,429*; p<0,05). Selain itu, terdapat hubungan signifikan positif antara faktor aktivitas dengan tingkat kecukupan energi (r=0,371*; p<0,05). Tingkat kecukupan energi dan zat gizi (protein, zat besi, vitamin A, vitamin B1, dan vitamin C) dalam penelitian ini tidak menunjukkan hubungan signifikan dengan produktivitas kerja. Penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan penelitian produktivitas kerja dengan jenis pekerjaan yang berbeda sehingga dapat membandingkan antara produktivitas kerja pekerja setiap jenis pekerjaan. Selain itu, sebaiknya diteliti juga mengenai produktivitas kerja pekerja pria dan pengaruh aktivitas fisik di luar perusahaan dengan produktivitas kerja.

4 ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI Skripsi Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi S1 Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh: FARAH AZIIZA A PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

5 Judul Nama Mahasiswa Nomor Pokok : Analisis Aktivitas Fisik, Konsumsi Pangan, dan Status Gizi dengan Produktivitas Kerja Pekerja Wanita di Industri Konveksi : Farah Aziiza : A Menyetujui: Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II dr. Vera Uripi Dr. Ir. Siti Madanijah, MS NIP NIP Mengetahui: Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP Tanggal Lulus :...

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 4 Januari Penulis merupakan putri kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Slamet Kuntjoro dan Kulsum (Almh). Pendidikan formal pertama yang ditempuh penulis adalah taman kanak-kanak di TK Pembina, Jakarta Timur dari tahun 1990 sampai dengan tahun Pendidikan SD ditempuh pada tahun 1991 sampai 1995 di SD Negeri 07 Pagi dan pada tahun 1995 sampai 1997 di SD Negeri Cempaka Baru II. Penulis melanjutkan sekolah di SLTP Negeri 2 Ciputat hingga tahun 2000, dan kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 2 Ciputat mulai tahun 2000 sampai tahun Penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2003 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjadi mahasiswa, penulis tercatat sebagai staf divisi Informasi dan Komunikasi FKMG Periode 2003/2004 dan Ketua Biro Informasi dan Komunikasi HIMAGITA Periode 2004/2005 serta aktif dalam berbagai kepanitiaan, baik yang diselenggarakan oleh HIMAGITA maupun BEM Fakultas Pertanian. Selain itu di IPB, penulis memperoleh beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) tahun 2005 sampai tahun 2006 dan Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) tahun Tahun 2006 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Pasir Jaya, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Penulis pernah mengikuti kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang penelitian tahun 2007 dan menjadi asisten praktikum mata kuliah Dietetika Penyakit Infeksi dan Defisiensi Gizi Tahun Ajaran 2007/2008.

7 PRAKATA Asalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-nya penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik. Adapun penulisan skripsi yang berjudul Analisis Aktivitas Fisik, Konsumsi Pangan, dan Status Gizi dengan Produktivitas Kerja Pekerja Wanita di Industri Konveksi dilakukan sebagai salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. dr. Vera Uripi dan Dr. Ir. Siti Madanijah, MS. selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktu dan pikirannya, memberikan arahan, masukan, kritikan, semangat dan dorongan untuk menyelesaikan tugas akhir ini. 2. Ir. Dodik Briawan, MCN selaku dosen pemandu seminar dan dosen penguji skripsi atas saran yang diberikan. 3. Rizka Riyana, Devi Pratiwi Sulaeman, dan Nadiya Mawaddah selaku pembahas seminar. 4. Seluruh pihak perusahaan Agustin Collection yang telah membantu kelancaran penelitian. 5. Bapak, Almarhumah Ibunda tercinta, Dik Wulan, dan Mbak Niken atas do a, nasehat dan semangat yang telah diberikan selama ini. 6. Teman-temanku (Ticha, Tirta, Ade, Eni, Eka Aprilianti, Putri, Sanya) dan teman-teman GMSK 40 terima kasih atas segala bantuan dan dukungan yang diberikan. 7. Serta semua pihak yang telah membantu kelancaran penyelesaian penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat bagi semua. Wasamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Bogor, Januari 2008 Penulis

8 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... vi PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Perumusan Masalah... 2 Tujuan Penelitian... 3 Kegunaan Penelitian... 3 TINJAUAN PUSTAKA... 4 Produktivitas Kerja... 4 Konsumsi Pangan... 5 Kebutuhan Energi dan Zat Gizi... 6 Kecukupan Gizi Aktivitas Fisik Status Gizi Hubungan Status Gizi dengan Produktivitas Kerja KERANGKA PEMIKIRAN METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Definisi Operasional HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan Karakteristik Contoh Masa Kerja Aktivitas Fisik Kebutuhan Energi dan Zat Gizi Makanan yang Disediakan Perusahaan Konsumsi Energi dan Zat Gizi Konsumsi, dan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Konsumsi, dan Tingkat Kecukupan Zat Besi, Vitamin A, Vitamin B1, dan Vitamin C Status Gizi Produktivitas Kerja Hubungan Status Gizi dengan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Hubungan Karakteristik Contoh dengan Produktivitas Kerja Hubungan Aktivitas Fisik, Tingkat Kecukupan Energi dan Produktivitas Kerja Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi dengan Produktivitas Kerja v

9 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 57

10 DAFTAR TABEL Halaman 1 Anjuran jumlah porsi menurut kecukupan energi kelompok umur tahun dan tahun Kecukupan energi dan zat gizi yang dianjurkan untuk wanita (per orang per hari) Kategori ambang batas IMT (kg/m 2 ) untuk Indonesia Variabel, kategori, jenis, cara dan alat yang digunakan dalam pengumpulan data Perkiraan pengeluaran energi untuk berbagai aktivitas Klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat gizi Kategori ambang batas IMT (kg/m 2 ) untuk Indonesia Sebaran contoh berdasarkan karakteristik individu Sebaran contoh berdasarkan masa kerja Sebaran contoh berdasarkan faktor aktivitas total Sebaran contoh berdasarkan faktor aktivitas di luar perusahaan Rata-rata alokasi waktu tidur contoh Rata-rata kebutuhan energi dan zat gizi contoh Hidangan, jenis makanan, rata-rata konsumsi energi serta zat gizi makanan yang disediakan perusahaan Rata-rata konsumsi, total konsumsi energi serta protein contoh berdasarkan waktu makan Rata-rata konsumsi, kebutuhan, dan tingkat kecukupan energi dan protein contoh Sebaran contoh berdasarkan TKE dan TKP Rata-rata konsumsi, kecukupan, dan tingkat kecukupan zat besi, vitamin A, vitamin B1, dan vitamin C contoh Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan zat besi, vitamin A, vitamin B1, dan vitamin C Sebaran contoh berdasarkan IMT Sebaran contoh berdasarkan TKE dan status gizi Sebaran contoh berdasarkan TKP dan status gizi Sebaran contoh berdasarkan usia dan produktivitas kerja Sebaran contoh berdasarkan pendidikan dan produktivitas kerja Sebaran contoh berdasarkan masa kerja dan produktivitas kerja Sebaran contoh berdasarkan status gizi dan produktivitas kerja Sebaran contoh berdasarkan TKE dan faktor aktivitas... 44

11 28 Sebaran contoh berdasarkan faktor aktivitas dan produktivitas kerja Sebaran contoh berdasarkan faktor aktivitas di luar perusahaan dan produktivitas kerja Sebaran contoh berdasarkan TKE dan produktivitas kerja Sebaran contoh berdasarkan TKP dan produktivitas kerja Sebaran contoh berdasarkan TK Fe dan produktivitas kerja Sebaran contoh berdasarkan TK Vit. A dan produktivitas kerja Sebaran contoh berdasarkan TK Vit. B1 dan produktivitas kerja Sebaran contoh berdasarkan TK Vit. C dan produktivitas kerja... 49

12 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Pengaruh berbagai faktor terhadap produktivitas kerja (Matulessy & Rachmat 1997) Bagan kerangka pemikiran hubungan aktivitas fisik, konsumsi pangan dan status gizi pekerja wanita dengan produktivitas kerja Struktur organisasi perusahaan Agustin Collection Sebaran contoh berdasarkan produktivitas kerja... 40

13 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Kuesioner Penelitian Data karakteristik contoh dan produktivitas kerja Hasil uji korelasi Pearson hubungan beberapa variabel dengan produktivitas kerja contoh... 62

14 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan pembangunan ke arah industrialisasi yang semakin pesat menuntut perusahaan untuk memanfaatkan sumberdaya yang dimilikinya secara optimal. Perusahaan membutuhkan tenaga kerja Indonesia yang produktif, sehat dan berkualitas dalam menghadapi persaingan pasar yang semakin ketat. Oleh karena itu diperlukan manajemen yang baik, khususnya yang berkaitan dengan masalah kesehatan dan keselamatan kerja. Searah dengan hal tersebut kebijakan pembangunan di bidang kesehatan ditujukan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi seluruh masyarakat termasuk masyarakat pekerja. Masyarakat pekerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dari tujuan pembangunan. Berkembangnya IPTEK dituntut adanya Sumberdaya Manusia (SDM) yang berkualitas dan mempunyai produktivitas tinggi sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan dan daya saing di era globalisasi. Efisiensi dan produktivitas kerja yang optimal hanya bisa dicapai oleh tenaga kerja dengan derajat kesehatan baik, bekerja dengan cara dan lingkungan kerja yang memenuhi syarat kesehatan kerja. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik [BPS] (2005), jumlah angkatan kerja Indonesia mencapai orang dan jumlah angkatan kerja di Propinsi DKI Jakarta mencapai orang. Data BPS (2003) menunjukkan bahwa pola perkembangan angkatan kerja perempuan selama periode menunjukkan kecenderungan meningkat, namun bila dibandingkan dengan laki-laki, laju peningkatan angkatan kerja perempuan umumnya relatif lebih besar. Laju pertumbuhan terbesar mencapai 4,88% per tahun terjadi di Propinsi DKI Jakarta. Konsumsi pangan dan status gizi pekerja dinilai cukup penting dalam upaya peningkatan produktivitas kerja. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menyebutkan prevalensi anemia pada Wanita Usia Subur (WUS) sebesar 27,9% (Syarief 2004). Penelitian oleh Kodiyat (1995) melaporkan bahwa di kalangan tenaga kerja wanita 30-40% menderita anemia (Subeno 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Kantor Menteri Negara Urusan Peranan Wanita (1985) didapatkan 15% pekerja wanita kekurangan energi dan protein yang menyebabkan pekerja menjadi lambat berpikir, lambat bertindak dan cepat lelah (Pusat Kesehatan Kerja 2007). Berdasarkan data dari National Institute of Health Research and Development, Menteri Kesehatan Republik Indonesia (1995) diacu

15 dalam Kurniawan (2002) menunjukkan bahwa 30% pekerja wanita menderita anemia dan hal ini menyebabkan produktivitas mereka menurun hingga 20%. Masalah gizi pada pekerja tersebut sebagai akibat langsung kurangnya asupan makanan yang tidak sesuai dengan beban kerja atau jenis pekerjaan. Konsumsi pangan yang mencukupi sangat dibutuhkan oleh tubuh agar tubuh dapat melakukan kegiatan, pemeliharaan tubuh, dan aktivitas. Aktivitas yang tinggi dapat meningkatkan kebutuhan terhadap energi tubuh (Hardinsyah & Martianto 1992). Energi yang digunakan untuk aktivitas fisik bervariasi dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, tinggi badan dan berat badan seseorang (U.S. Department of Health and Human Services 2005). Status gizi yang diukur berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) yang berbeda antara pekerja wanita dapat berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah produktivitas tenaga kerja yang rendah adalah dengan peningkatan gizi tenaga kerja. Gizi kerja merupakan salah satu faktor penentu produktivitas kerja. Berdasarkan hasil penelitian Untoro et al. (1998) disebutkan bahwa produktivitas secara signifikan berkorelasi dengan pengalaman kerja, Lean Body Mass (LBM), hemoglobin, tinggi badan, dan Mid- Upper-Arm Muscle Area (MUAM). Industri konveksi merupakan salah satu contoh perusahaan yang mempekerjakan banyak pekerja wanita. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian analisis aktivitas fisik, konsumsi pangan, dan status gizi terhadap produktivitas kerja pekerja wanita di industri konveksi (Agustin Collection). Perumusan Masalah Industri konveksi merupakan salah satu industri yang banyak menyerap tenaga kerja, terutama tenaga kerja wanita. Pekerja wanita rentan terhadap masalah gizi dan kesehatan. Masalah gizi dan kesehatan tersebut berkaitan dengan konsumsi pangan. Konsumsi pangan bagi tenaga kerja di suatu perusahaan dapat diperoleh baik dari makanan yang disediakan oleh perusahaan tersebut maupun dari luar. Masalah gizi dan kesehatan dapat mempengaruhi produktivitas kerja dari pekerja. Oleh karena itu, perusahaan perlu memperhatikan kesejahteraan pekerja, terutama mengenai penyediaan makanan dari industri tersebut. Banyak penelitian yang telah menganalisis hubungan status gizi dan konsumsi pangan dengan produktivitas kerja pekerja wanita, namun belum

16 banyak yang menganalisis hubungan tersebut di industri konveksi. Salah satu penelitian yang dilakukan di industri tekstil disebutkan bahwa produktivitas kerja berhubungan signifikan positif dengan motivasi dan tingkat kecukupan energi serta protein, namun tidak menunjukkan hubungan signifikan dengan tingkat kecukupan zat besi. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk menganalisis hubungan antara aktivitas fisik, konsumsi pangan dan status gizi pekerja wanita terhadap produktivitas kerja di industri konveksi (Agustin Collection). Tujuan Penelitian Tujuan umum Tujuan umum penelitian ini adalah menganalisis hubungan aktivitas fisik, konsumsi pangan, dan status gizi dengan produktivitas kerja pekerja wanita di industri konveksi. Tujuan khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk: 1. Mengidentifikasi karakteristik contoh (usia, berat badan, tinggi badan, pendapatan, besar keluarga, dan pendidikan) serta masa kerja. 2. Menganalisis hubungan aktivitas fisik dengan tingkat kecukupan energi. 3. Menganalisis hubungan karakteristik contoh (usia dan pendidikan), masa kerja, status gizi, tingkat kecukupan energi dan zat gizi, serta aktivitas fisik dengan produktivitas kerja. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam mengambil keputusan ataupun menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan upaya pengembangan sumberdaya manusianya di masa yang akan datang, terutama yang berkaitan dengan produktivitas kerja karyawan. Hal tersebut diharapkan dapat membantu dalam pencapaian tujuan bersama baik perusahaan maupun karyawan.

17 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Kerja Menurut Encyclopedia of Professional Management diacu dalam Atmosoeprapto (2001), produktivitas adalah suatu ukuran sejauh mana sumbersumber daya digabungkan dan dipergunakan dengan baik sehingga dapat mewujudkan hasil-hasil tertentu yang diinginkan. Sagir (1990) menyatakan bahwa produktivitas kerja adalah perbandingan antara jumlah pengeluaran dengan nilai tambah terhadap jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan produk yang diinginkan. Nugraha (1992) menyatakan bahwa produktivitas kerja sebenarnya hanya sebagian dari seluruh produktivitas suatu usaha, maka produktivitas tenaga kerja adalah efisiensi proses menghasilkan dari sumberdaya yang digunakan. Produktivitas kerja dapat dinyatakan sebagai jumlah hasil kerja/pekerja/satuan waktu. Produktivitas tenaga kerja sebagai suatu konsep menunjukkan adanya kaitan antara hasil kerja seorang tenaga kerja dengan satuan waktu yang dibutuhkannya untuk menghasilkan suatu produk. Menurut Sagir (1990), produktivitas kerja merupakan ukuran keberhasilan pekerja menghasilkan suatu produk dalam satuan waktu tertentu. Seorang tenaga kerja dinilai produktif bila tenaga kerja tersebut mampu menghasilkan keluaran yang lebih banyak dibanding tenaga kerja lainnya dalam suatu waktu yang sama, atau apabila tenaga kerja tersebut menghasilkan keluaran yang sama dengan menggunakan sumberdaya yang sedikit. Pengukuran produktivitas tenaga kerja secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut: Produktivi tas Tenaga Kerja= Jumlah Hasil Produksi Satuan Waktu Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan adalah mutu sumberdaya manusia yang berproduktivitas tinggi. Bernagai faktor yang mempengaruhi peningkatan sumberdaya manusia bila dikelola dengan baik dan efektif akan dapat meningkatkan produktivitas (Matulessy & Rachmat 1997). Ravianto (1985) menyatakan bahwa produktivitas tenaga kerja dipengaruihi oleh berbagai faktor, yaitu: a. Latar belakang pendidikan dan latihan. b. Alat-alat produksi yang digunakan dan teknologi dalam proses produksi. c. Value system, nilai-nilai atau pranata sosial masyarakat atau juga faktor lingkungan hidup tenaga kerja (moderen atau tradisional, statis atau dinamis),

18 kuat tidaknya ikatan kekeluargaan, mobilitas tenaga kerja, motivasi dan lainlain. d. Lingkungan pekerjaan atau iklim kerja. e. Derajat kesehatan (kesehatan lingkungan), nilai gizi makanan, sanitasi, tersedianya air bersih. f. Tingkat upah minimal yang berlaku. Tingkat upah yang terlalu rendah, tidak memungkinkan tenaga kerja untuk dapat memenuhi kebutuhan fisik minimal atau tidak memungkinkan untuk mampu bekerja produktif (malas akibat kekurangan gizi). Ravianto (1986) juga menyatakan bahwa produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang berhubungan dengan tenaga kerja itu sendiri maupun faktor-faktor lainnya, seperti: pendidikan, keterampilan, disiplin, sikap dan etika kerja, motivasi, gizi dan kesehatan, tingkat penghasilan, jaminan sosial, teknologi, sarana produksi, manajemen, dan kesempatan berprestasi. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah jumlah dan jenis pangan yang dimakan oleh seseorang dengan tujuan untuk pemenuhan kebutuhan fisiologis, psikologis, dan sosiologis. Tujuan fisiologis adalah untuk memenuhi rasa lapar atau keinginan memperoleh zat-zat gizi yang diperlukan tubuh. Tujuan psikologis merupakan sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan untuk memenuhi kepuasan emosional ataupun selera individu dan tujuan sosiologis berhubungan dengan upaya pemeliharaan hubungan antar manusia dalam kelompok kecil maupun kelompok besar (Riyadi 1996). Menurut Madanijah (2004) konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang di konsumsi oleh seseorang atau sekelompok orang pada waktu tertentu. Pangan dikonsumsi oleh seseorang atau sekelompok orang karena disukai, tersedia dan terjangkau, faktor sosial dan alasan kesehatan. Faktorfaktor dasar yang mempengaruhi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi adalah rasa lapar atau kenyang, selera atau reaksi cita rasa, motivasi, ketersediaan pangan, suku bangsa, agama, status sosial ekonomi dan pendidikan (Riyadi 1996). Menurut Harper et al. (1985) terdapat empat faktor yang sangat berpengaruh terhadap konsumsi pangan sehari-hari bagi sebagian besar penduduk di negara-negara berkembang, yaitu: a. Produksi pangan untuk keperluan rumah tangga. b. Pengeluaran uang untuk keperluan pangan rumah tangga.

19 c. Pengetahuan tentang gizi. d. Ketersediaan pangan yang dipengaruhi oleh produksi dan pengeluaran uang untuk keperluan pangan rumah tangga. Anjuran jumlah porsi menurut kecukupan energi kelompok umur tahun dan tahun disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Anjuran jumlah porsi menurut kecukupan energi kelompok umur tahun dan tahun Bahan Makanan Dewasa Tahun Dewasa Tahun Perempuan (2000 kkal) Perempuan (2 kkal) Nasi 4 p 4 p Sayuran 3 p 3 p Buah 5 p 5 p Tempe 3 p 3 p Daging 3 p 3 p Susu - - Minyak 5 p 6 p Gula 2 p 2 p Sumber: Depkes (1996) Kebutuhan Energi dan Zat Gizi Karyadi dan Muhilal (1996) menyatakan bahwa kebutuhan pangan hanya diperlukan secukupnya, bila kurang maupun lebih dari kecukupan yang diperlukan, terutama apabila dialami dalam jangka waktu yang lama, akan berdampak buruk bagi kesehatan. Adanya interaksi antara berbagai zat gizi memberikan gambaran perlunya diupayakan suatu keseimbangan zat-zat gizi yang dikonsumsi. Semakin beranekaragam bahan pangan yang dikonsumsi, maka semakin tercapai keseimbangan dalam interaksi antara zat gizi. Kekurangan dan kelebihan zat gizi yang diterima tubuh seseorang akan mempunyai dampak negatif yang sama. Perbaikan konsumsi pangan dan peningkatan status gizi sesuai atau seimbang dengan yang diperlukan tubuh merupakan unsur penting yang berdampak positif bagi peningkatan kualitas hidup manusia, kesehatan, kreativitas, dan produktivitas (Kartasapoetra & Marsetyo 2005). Makanan yang dikonsumsi setiap hari tersusun dari unsur-unsur gizi atau nutrien yang diklasifikasikan sebagai makronutrien dan mikronutrien. Makronutrien terdiri atas karbohidrat, lemak serta protein dan dinamakan demikian karena dibutuhkan dalam jumlah yang besar (jumlah makro) mengingat ke tiga nutrien ini umumnya terpakai habis dan tidak didaur ulang. Sebaliknya mikronutrien yang terdiri atas vitamin dan mineral diperlukan tubuh dalam jumlah

20 sedikit (jumlah mikro) karena didaur ulang. Disamping nutrien yang disebutkan diatas tubuh juga membutuhkan air, oksigen dan serat makanan (Hartono 2000). Kebutuhan manusia akan energi dan zat gizi lainnya sangat bervariasi meskipun faktor-faktor seperti ukuran badan, jenis kelamin, macam kegiatan, dan faktor lainnya sudah diperhitungkan. Jumlah zat gizi yang dibutuhkan dapat tergantung pada kualitas makanan karena efisiensi penyerapan dan pendayagunaan zat gizi oleh tubuh dipengaruhi oleh komposisi dan keadaan makanan secara keseluruhan (Suhardjo & Kusharto 1992). Energi Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Energi diperoleh dari karbohidrat, lemak dan protein suatu bahan makanan menentukan nilai energinya (Almatsier 2002). Menurut Budiyanto (2002), energi dalam tubuh manusia dapat timbul karena adanya pembakaran karbohidrat, protein, dan lemak sehingga manusia membutuhkan zat-zat makanan yang cukup untuk memenuhi kecukupan energinya. Manusia yang kekurangan makan akan lemah, baik daya kegiatan, pekerjaan fisik, maupun daya pemikirannya karena kekurangan zat-zat makanan yang dapat menghasilkan energi dalam tubuh. Energi dibutuhkan tubuh pertama-tama untuk memelihara fungsi dasar tubuh yang disebut metabolisme basal sebesar 60-70% dari kebutuhan energi total. Kebutuhan energi untuk metabolisme basal adalah kebutuhan energi minimum dalam keadaan istirahat total, tetapi tidur di lingkungan suhu yang nyaman dan suasana tenang. Selain itu energi juga diperlukan untuk fungsi tubuh lain seperti mencerna, mengolah dan menyerap makanan dalam alat pencernaan, serta untuk bergerak, berjalan, bekerja dan beraktivitas lainnya (Soekirman 2000). Menurut Suhardjo dan Kusharto (1992), kebutuhan energi pada dasarnya tergantung dari empat faktor yang saling berkaitan, yaitu (1) kegiatan fisik, (2) ukuran dan komposisi tubuh, (3) umur, dan (4) iklim dan faktor ekologi lainnya. Protein Protein merupakan zat gizi penghasil energi yang tidak berperan sebagai sumber energi tetapi berfungsi untuk mengganti jaringan dan sel tubuh yang rusak (Depkes 2002). Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh karena zat ini disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh, juga berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein

21 adalah sumber asam amino yang mengandung unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat (Winarno 1997). Winarno (1997) menyatakan bahwa fungsi utama protein bagi tubuh ialah untuk membentuk jaringan baru dan mempertahankan jaringan yang telah ada. Protein dapat digunakan sebagai bahan bakar apabila keperluan energi tubuh tidak terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak. Menurut Almatsier (2002), kekurangan protein dapat menyebabkan gangguan pada asupan dan transportasi zat-zat gizi, dalam keadaan berlebih, protein akan mengalami deaminase, nitrogen dikeluarkan dari tubuh dan sisasisa ikatan karbon akan diubah menjadi lemak dan disimpan dalam tubuh. Oleh karena itu konsumsi protein secara berlebihan dapat menyebabkan kegemukan. Menurut Khumaidi (1989), kecukupan protein akan dapat terpenuhi apabila kecukupan energi telah terpenuhi karena sebanyak apapun protein akan dibakar menjadi panas dan tenaga apabila cadangan energi masih di bawah kebutuhan. Zat Besi Salah satu fungsi zat besi adalah berperan dalam langkah-langkah akhir metabolisme energi sehingga dihasilkan Adenin Trifosfat (ATP). Sebagian besar besi terdapat di dalam hemoglobin, yaitu molekul protein yang mengandung besi dari sel darah merah dan mioglobin di dalam otot (Almatsier 2002). Sebagian besar dari zat besi dalam tubuh berada dalam ikatan kompleks dengan bentuk ikatan protein. Ikatan dengan protein ini dapat dalam bentuk porphyrin atau heme terutama dalam bentuk hemoglobin dan myoglobin. Ikatan dengan protein ini dapat pula dalam bentuk nonheme seperti ferritin dan transferrin. Pada manusia dewasa dan sehat, besi yang terikat dalam hemoglobin mencapai 60-70% dari jumlah besi dalam tubuh, sedangkan besi yang terikat dalam bentuk myoglobin hanya sekitar 3% dari seluruh jumlah besi dalam tubuh (Piliang & Djojosoebagio 2006). Menurut Karyadi dan Muhilal (1996), zat yang menghambat penyerapan zat besi antara lain adalah asam fitat, asam oksalat, dan tanin yang terdapat dalam serealia, sayuran, kacang-kacangan dan teh. Protein, terutama protein hewani dan vitamin C membantu penyerapan zat besi dalam tubuh. Almatsier (2002) menyatakan bahwa pangan yang mengandung zat besi dalam jumlah yang cukup tinggi adalah hati, daging, makanan laut, buah kering, kacangkacangan, sayuran hijau dan serealia.

22 Zat besi kurang baik diserap dari bahan makanan yang berupa sereal dan polong-polongan (legume), sedangkan pangan sumber zat besi (daging dan hewan lain) jarang dikonsumsi. Penyerapan zat besi dapat ditingkatkan dengan mengkonsumsi sumber zat besi (daging) dan makanan yang kaya vitamin C secara bersamaan (IDRC/IAC 1996, diacu dalam Widayani 2004). Defisiensi besi yang ditandai dengan terjadinya anemia gizi besi berpengaruh luas terhadap kualitas sumberdaya manusia, yaitu terhadap kemampuan belajar dan produktivitas kerja. Menurunnya produktivitas kerja pada kekurangan besi disebabkan oleh dua hal, yaitu (1) berkurangnya enzim-enzim yang mengandung besi dan besi sebagai kofaktor enzim-enzim yang terlibat dalam metabolisme energi, dan (2) menurunnya hemoglobin darah. Akibatnya, metabolisme di dalam otot terganggu dan terjadi penumpukan asam laktat yang menyebabkan rasa lelah (Almatsier 2002). Vitamin A Sumber vitamin A adalah hati, telur, susu (di dalam lemaknya) dan mentega. Sumber karoten adalah daun singkong, daun kacang, kangkung, bayam, kacang panjang, buncis, wotel, tomat, jagung kuning, pepaya, nangka masak dan jeruk. Vitamin A berpengaruh terhadap sintesis protein. Vitamin A dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan sel epitel yang membentuk dalam pertumbuhan gigi. Pada kekurangan vitamin A, pertumbuhan tulang terhambat dan bentuk tulang tidak normal. Defisiensi vitamin A menyebabkan berkurangnya nafsu makan. Hal ini mungkin karena perubahan pada jonjot rasa pada lidah. Vitamin A juga berperan dalam pembentukan sel darah merah, kemungkinan melalui interaksi dengan besi (Almatsier 2002). Status besi saling berkaitan atau berhubungan dengan vitamin A. Defisiensi vitamin A dalam menyebabkan anemia mikrositik (Groff & Gropper 2000). Anemia mikrositik adalah anemia yang disebabkan kekurangan besi (inti molekul Hb) yang merupakan unsur utama dalam sel darah merah. Kekurangan besi menyebabkan penurunan produksi Hb, akibatnya terjadinya pengecilan (mikrositik) serta berkurangnya jumlah sel darah merah (Widayani 2004). Vitamin A dapat mempengaruhi penyimpanan atau metabolisme besi atau dapat mempengaruhi diferensiasi sel darah merah (Groff & Gropper 2000). Oleh karena itu, kecukupan vitamin A akan mempengaruhi keseimbangan besi di dalam tubuh.

23 Vitamin B1 Tiamin dikenal juga sebagai vitamin B1. Tiamin tidak dapat disimpan banyak oleh tubuh, tetapi dalam jumlah terbatas dapat disimpan dalam hati, ginjal, jantung, otak, dan otot. Bila tiamin terlalu banyak dikonsumsi, kelebihannya akan dibuang melalui air kemih. Tiamin berperan sebagai koenzim dalam reaksi-reaksi yang menghasilkan energi dari karbohidrat dan memindahkan energi membentuk senyawa kaya energi yang disebut ATP (Adenosin trifosfat) (Winarno 1997). Menurut Moehji (2002a), fungsi vitamin B1 yang terpenting antara lain: (1) sebagai Co-enzym Thiamin pyropospat yang diperlukan pada pembentukan Acetyl Coenzym dan dari asam piruvat dalam metabolisme karbohidrat, (2) memelihara sifat permeabilitas dan dinding pembuluh darah sehingga mencegah terjadinya penumpukan cairan dalam jarangan tubuh (odema) seperti pada penderita penyakit beri-beri, (3) memelihara fungsi syaraf periferal sehingga mencegah terjadinya neuritis, dan (4) memperbaiki kontraksi dinding lambung sehingga sekresi getah cerna lebih baik dan memelihara nafsu makan. Kekurangan tiamin akan menyebabkan polyneuritis yang disebabkan terganggunya transmisi syaraf atau jaringan syaraf menderita kekurangan energi. Sumber tiamin yang baik sebenarnya biji-bijian, seperti beras PK (pecah kulit) atau bekatulnya. Karena derajat penyosohan yang tinggi, bagian penting tersebut biasanya juga dan kini dimulai usaha fortifikasi biji-bijian dengan tiamin. Daging, unggas, ikan dan telur juga merupakan sumber vitamin B1. Kadar tiamin pada sayuran dan buah-buahan kecil, namun kebiasaan memakan lalap dalam jumlah besar banyak membantu menyediakan tiamin bagi tubuh (Winarno 1997). Vitamin C Vitamin C merupakan salah satu vitamin larut air. Vitamin C dapat terserap sangat cepat dari alat pencernaan masuk ke dalam saluran darah dan diedarkan ke seluruh jaringan tubuh. Pada umumnya tubuh menahan vitamin C sangat sedikit. Kelebihan vitamin C dibuang melalui air kemih. Oleh karena itu, bila seseorang mengkonsumsi vitamin C dalam jumlah besar, sebagian besar akan dibuang keluar, terutama bila orang tersebut biasa mengkonsumsi makanan yang bergizi tinggi. Sebaliknya, bila buruk keadaan gizi seseorang, maka sebagian besar dari jumlah itu dapat ditahan oleh jaringan tubuh (Winarno 1997).

24 Vitamin C memiliki banyak fungsi di dalam tubuh, sebagai koenzim atau kofaktor. Asam askorbat adalah bahan yang kuat kemampuan reduksinya dan bertindak sebagai antioksidan dalam reaksi-reaksi hidroksilasi. Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan luka sukar sembuh, terjadi anemia, kadangkadang jumlah sel darah putih menurun, serta depresi dan timbul gangguan saraf. Vitamin C umumnya hanya terdapat di dalam pangan nabati, yaitu sayur dan buah terutama yang asam, seperti jeruk, nanas, rambutan, pepaya, gandaria, dan tomat. Vitamin C juga banyak terdapat di dalam sayuran daundaunan dan jenis kol (Almatsier 2002). Menurut Riyadi (2006), kebutuhan vitamin C dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, dan keadaan fisiologis (hamil dan menyusui), serta gaya hidup seperti merokok. Kecukupan Gizi Kecukupan gizi yang dianjurkan (Recommended Dietary Allowances disingkat RDA) adalah banyaknya masing-masing zat gizi yang harus terpenuhi dari makanan untuk mencakup hampir semua orang sehat. Kecukupan gizi dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas, berat dan tinggi badan, genetika, serta keadaan hamil dan menyusukan. Kecukupan gizi yang dianjurkan agak berbeda dengan kebutuhan gizi (requirement). Kebutuhan gizi lebih menggambarkan banyaknya zat gizi minimal yang diperlukan oleh masingmasing individu, jadi ada yang tinggi dan ada pula yang rendah, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain genetika (Karyadi & Muhilal 1996). Perhitungan kecukupan gizi seseorang dapat mengacu pada Daftar Kecukupan Gizi, yaitu daftar yang memuat angka-angka kecukupan zat gizi ratarata per orang per hari bagi orang sehat Indonesia. Angka Kecukupan Gizi tersebut sudah memperhitungkan variasi kebutuhan rata-rata ditambah jumlah tertentu untuk mencapai tingkat aman (Hardinsyah & Briawan 1994). Menurut Almatsier (2004), penentuan kebutuhan gizi seseorang dalam keadaan sehat dilakukan berdasarkan umur, gender, aktivitas fisik, serta kondisi khusus (ibu hamil dan menyusui). Kebutuhan energi ditentukan oleh komponen utama, yaitu Angka Metabolisme Basal (AMB) atau Basal Metabolisme Rate (BMR) dan aktivitas fisik. AMB dipengaruhi oleh umur, gender, berat badan, dan tinggi badan. Berikut rumus perhitungan AMB untuk wanita menurut Harris Benedict (1919) diacu dalam Almatsier (2004). AMB = (9,6 x BB) + (1,8 x TB) (4,7 x U)

25 Keterangan: AMB : Angka Metabolisme Basal (kkal/hari) BB : Berat badan (kg) TB : Tinggi badan (cm) U : Umur (tahun) Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi. Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas dan kuantitas hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan oleh tubuh di dalam susunan hidangan. Kuantitas hidangan menunjukkan jumlah masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh. Jika hal ini dapat dipenuhi, baik dari sudut kuantitas maupun kualitasnya, maka akan tercapai keadaan gizi yang sebaikbaiknya (Sediaoetama 2006). Tingkat kecukupan zat gizi dapat menggambarkan konsumsi pangan. Hal tersebut dikarenakan tingkat kecukupan zat gizi dihitung dengan membandingkan konsumsi zat gizi dan kecukupan zat gizi. Tingkat kecukupan gizi yang rendah menunjukkan bahwa zat gizi yang dikonsumsi juga rendah. Angka kecukupan energi dan zat gizi yang dianjurkan untuk wanita disajikan pada Tabel 2 berikut: Tabel 2 Kecukupan energi dan zat gizi yang dianjurkan untuk wanita (per orang per hari) Umur (tahun) Berat Badan Tinggi Badan Energi (kkal) a) Protein (g) a) Zat Besi (mg) b) Vit. A (RE) c) Vit. B1 (mg) d) Vit. C (mg) d) (kg) (cm) Sumber: a) Hardinsyah dan Tambunan (2004) b) Kartono dan Soekatri (2004) Aktivitas Fisik ,1 1,2 1,1 1,0 0,9 0,9 0, c) Muhilal, Sulaeman (2004) d) Setiawan dan Rahayuningsih (2004) Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. Selama melakukan aktivitas fisik, otot membutuhkan energi diluar metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh. Banyaknya energi yang dibutuhkan bergantung pada berapa banyak otot yang bergerak, berapa lama dan berapa

26 berat pekerjaan yang dilakukan (Almatsier 2002). Komponen terbesar kedua dari penggunaan energi total setelah metabolisme basal yaitu penggunaan energi pada aktivitas fisik (Subcommitte of the RDAs 1989). Riyadi (2006) menyatakan bahwa jika diketahui jumlah energi tubuh yang telah dikeluarkan selama aktivitas sehari maka sebenarnya jumlah tersebut merupakan kebutuhan energi seseorang, dengan asumsi aktivitas harian tersebut merupakan aktivitas normal sehari-hari untuk hidup sehat. Intensitas aktivitas fisik secara khusus digolongkan menjadi aktivitas ringan, sedang, dan berat yang didasarkan pada jumlah usaha atau energi yang digunakan seseorang untuk melakukan aktivitas (Anonim 2006). Hardinsyah dan Martianto (1988) mengelompokkan pengeluaran energi berdasarkan jenis kegiatan antara lain: tidur, pekerjaan (ringan, sedang, berat), santai, dan kegiatan lainnya (kegiatan rumah tangga, sosial, dan olah raga atau kesegaran jasmani). Kegiatan di rumah tangga meliputi: memperbaiki rumah, membersihkan rumah, dan memelihara pekarangan, menyiapkan makanan dan minuman, mengasuh anak, dan kegiatan lainnya di rumah tangga. Kegiatan sosial meliputi: menghadiri rapat, pertemuan, undangan, bertamu atau berkunjung, pergi ke tempat pelayanan kesehatan, ke tempat ibadah, dan lain-lain. Kegiatan olah raga meliputi: latihan, kesegaran jasmani, dan lain-lain. Status Gizi Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang merupakan akibat dari konsumsi, penyerapan (absorpsi), dan utilisasi (utilization) zat gizi makanan (Riyadi 2003). Kekurangan atau kelebihan zat gizi dalam tubuh akan mempengaruhi status gizi yang pada akhirnya menyebabkan masalah gizi. Soekirman (2000) menyatakan bahwa masalah gizi merupakan suatu keadaan tubuh kekurangan zat gizi karena kebutuhannya tidak terpenuhi sehingga berdampak pada kesejahteraan perorangan atau masyarakat. Arkani (1992) menyatakan bahwa pada dasarnya status gizi seseorang ditentukan berdasarkan konsumsi gizi dan kemampuan tubuh dalam menggunakan zat-zat gizi tersebut. Status gizi yang normal menunjukkan bahwa kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi telah memenuhi kebutuhan tubuh. Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa merupakan masalah penting karena selain mempunyai resiko penyakit-penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Oleh karena itu pemantauan

27 keadaan tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan. Salah satu cara adalah dengan mempertahankan berat badan yang ideal atau normal. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik, sedangkan secara tidak langsung dibagi menjadi tiga yaitu survei konsumsi pangan, statistik vital dan faktor ekologi (Supariasa et al. 2002). Defisiensi energi kronik (DEK) atau kurang energi kronik (KEK) didefinisikan sebagai suatu keadaan tetap (steady state) dimana intik energi seseorang sama dengan pengeluaran energi walaupun simpanan energinya rendah dan berat badannya rendah (Riyadi 2003). Salah satu cara yang paling sederhana untuk mendiagnosis defisiensi energi kronis adalah dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT). Menurut Supariasa et al. (2002), penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18 tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan. Disamping itu, IMT tidak bisa diterapkan pada keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti adanya edema, asites, dan hepatomegali. Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut: BB (kg) IMT = TB 2 (m 2 ) Keterangan: IMT = Indeks Massa Tubuh BB = Berat Badan (kg) TB = Tinggi Badan (m) Klasifikasi status gizi dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) orang dewasa disajikan pada Tabel 3 berikut: Tabel 3 Kategori ambang batas IMT (kg/m 2 ) untuk Indonesia Kategori IMT Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat <17,0 Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 18,5 Normal >18,5 25,0 Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan >25,0 27,0 Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0 Sumber: Departemen Kesehatan (Depkes) (1994) diacu dalam Supariasa et al. (2002) Hubungan Status Gizi dengan Produktivitas Kerja Menurut Matulessy dan Rachmat (1997), gizi kerja adalah salah satu cabang ilmu gizi yang mempelajari khusus tenaga pekerja sebagai Sumberdaya Manusia (SDM) dan faktor-faktor yang mempengaruhi status gizinya yang dapat mempengaruhi produktivitas kerjanya, serta faktor-faktor ekologi dan lingkungan kerja yang mempengaruhi gizi dan kesehatan tenaga kerja. Tujuan

28 utama dalam usaha-usaha gizi kerja adalah meningkatkan produktivitas. Gambar 1 menggambarkan pengaruh berbagai faktor terhadap produktivitas tenaga kerja. Ekonomi Keluarga Fisik: - Gizi - Kesehatan Sosial Budaya Motivasi SDM TK Lingkungan Kerja, upah, dan lain-lain Pemberian Makanan Tambahan keterampilan Produktivitas Gambar 1 Pengaruh berbagai faktor terhadap produktivitas kerja (Matulessy & Rachmat 1997). Keadaan status gizi dan kesehatan yang baik akan sangat mempengaruhi kesegaran fisik dan daya pikir yang baik dalam melakukan pekerjaan. Tanpa makanan yang cukup, energi sebagai sumber tenaga dalam melakukan pekerjaan akan diambil dari energi cadangan dan protein dalam sel tubuh. Kekurangan dan kelebihan zat gizi yang diterima tubuh seseorang akan sama mempunyai dampak negatif. Perbaikan konsumsi pangan dan peningkatan status gizi sesuai atau seimbang dengan yang diperlukan tubuh merupakan unsur penting bagi peningkatan kualitas hidup manusia, sehat, kreatif dan produktif (Kartasapoetra & Marsetyo 2005). Menurut Moehji (2002b), manusia yang sehat dan mendapatkan makanan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya akan memiliki kesanggupan maksimal dalam menjalani hidupnya. Kemampuan maksimal ini disebut kapasitas orang dewasa. Jadi untuk memperoleh kapasitas orang dewasa yang maksimal, manusia harus memperoleh makanan yang cukup sehingga memperoleh semua zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, perbaikan, dan pemeliharaan jaringan tubuh serta terlaksananya fungsi faal normal dalam tubuh, selain memperoleh energi yang cukup untuk memungkinkan bekerja secara maksimal. Menurut Suhardjo (1989), makanan selain mengandung zat-zat gizi juga menjadi sumber energi bagi tubuh. Energi tersebut dibutuhkan oleh manusia untuk melakukan berbagai pekerjaan fisik dan menggerakan proses-proses dalam tubuh seperti sirkulasi darah, denyut jantung, pernapasan, pencernaan dan proses fisiologis lainnya.

29 KERANGKA PEMIKIRAN Pola konsumsi pangan yang meliputi jenis pangan dan frekuensi makan dipengaruhi oleh karakteristik individu (pendapatan, pendidikan, dan besar keluarga). Selain itu, pola konsumsi pangan seseorang di suatu perusahaan juga dipengaruhi oleh makanan yang disediakan oleh perusahaan tersebut dan makanan yang dikonsumsi pekerja di luar perusahaan. Pola konsumsi pangan mempengaruhi konsumsi pangan seseorang. Konsumsi pangan dapat mempengaruhi status kesehatan. Konsumsi pangan dan status kesehatan dapat mempengaruhi status gizi seseorang. Konsumsi zat gizi yang cukup sesuai dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk setiap individu akan mengakibatkan status gizi yang baik pada seseorang. Sebaliknya jika konsumsi zat gizi berlebih atau kekurangan akan menimbulkan status gizi lebih atau kurang pada seseorang. Tingkat kecukupan energi dan zat gizi secara langsung dipengaruhi oleh konsumsi energi dan zat gizi seseorang. Dalam hal bekerja, kebutuhan energi dan zat gizi pekerja dapat terpenuhi dari konsumsi energi dan zat gizi, baik dari dalam maupun luar perusahaan. Selain konsumsi energi dan zat gizi, aktivitas fisik juga dapat mempengaruhi tingkat kecukupan energi seseorang. Keadaan gizi kurang pada pekerja wanita disebabkan oleh pendapatan dan konsumsi pangan yang masih rendah atau tidak seimbang. Jika hal tersebut terus berlanjut akan menyebabkan tenaga kerja tidak mampu melakukan pekerjaan secara optimal dan produktivitas kerja menurun. Selain itu, produktivitas kerja seseorang juga ditentukan oleh masa kerja. Industri konveksi merupakan salah satu industri yang banyak menyerap tenaga kerja terutama tenaga kerja wanita. Oleh karena itu, untuk menghasilkan produktivitas kerja yang optimal diperlukan konsumsi pangan dan status gizi yang baik dari pekerja. Hubungan aktivita fisik, konsumsi pangan dan status gizi pekerja wanita terhadap produktivitas kerja dapat dilihat pada Gambar 2.

30 KERANGKA PEMIKIRAN Karakteristik Contoh: - Usia - Berat badan - Tinggi badan - Pendidikan - Pendapatan/bulan - Besar keluarga Makanan dari Luar Perusahaan Pola konsumsi: - Jenis pangan - Frekuensi makan Makanan dari Perusahaan Konsumsi Energi dan Zat Gizi Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi Angka Kebutuhan Status Kesehatan Status Gizi Produktivitas Kerja Aktivitas Fisik: - di perusahaan - di luar perusahaan Masa Kerja Keterangan: = Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti = Hubungan yang dianalisis = Hubungan yang tidak dianalisis Gambar 2 Bagan kerangka pemikiran hubungan aktivitas fisik, konsumsi pangan dan status gizi pekerja wanita dengan produktivitas kerja.

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Prevalensi anemia di Indonesia cukup tinggi pada periode tahun 2012 mencapai 50-63% yang terjadi pada ibu hamil, survei yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Indonesia,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gizi a. Definisi Gizi Kata gizi berasal dari bahasa Arab ghidza yang berarti makanan. Menurut cara pengucapan Mesir, ghidza dibaca ghizi. Gizi adalah segala

Lebih terperinci

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR Hendrayati 1, Sitti Sahariah Rowa 1, Hj. Sumarny Mappeboki 2 1 Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan,

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI 1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *) PENDAHULUAN Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi

Lebih terperinci

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif dr. Yulia Megawati Tenaga Kerja Adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas yang memiliki fisik tanggung, mental yang kuat

Lebih terperinci

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA 1 GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA 2 PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunankesehatan Tdk sekaligus meningkat kan mutu kehidupan terlihat dari meningkatnya angka kematian orang dewasa karena penyakit degeneratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan terganggu, menurunnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kekurangan Energi Kronis (KEK) 1. Pengertian Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan ibu hamil dan WUS (Wanita Usia Subur) yang kurang gizi diakibatkan oleh kekurangan

Lebih terperinci

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P.

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P. Pola Makan Sehat Oleh: Rika Hardani, S.P. Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-2, Dengan Tema: ' Menjadi Ratu Dapur Profesional: Mengawal kesehatan keluarga melalui pemilihan dan pengolahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan what, misalnya apa air, apa alam, dan sebagainya, yang dapat

Lebih terperinci

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata Paham BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi

Lebih terperinci

B A B II TINJAUAN PUSTAKA

B A B II TINJAUAN PUSTAKA B A B II TINJAUAN PUSTAKA A. STATUS GIZI Status gizi atau tingkat konsumsi pangan adalah suatu bagian penting dari status kesehatan seseorang. Tidak hanya status gizi yang mempengaruhi status kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anemia Gizi Besi Anemia gizi besi adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan cadangan besi dalam hati, sehingga jumlah hemoglobin darah menurun dibawah normal. Sebelum terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan suatu golongan dari suatu kelompok usia yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan yang akan dikonsumsinya. Taraf kesehatan

Lebih terperinci

energi yang dibutuhkan dan yang dilepaskan dari makanan harus seimbang Satuan energi :kilokalori yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan

energi yang dibutuhkan dan yang dilepaskan dari makanan harus seimbang Satuan energi :kilokalori yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan KESEIMBANGAN ENERGI Jumlah energi yang dibutuhkan dan yang dilepaskan dari makanan harus seimbang Satuan energi :kilokalori yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu air sebesar 1 kg sebesar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anemia merupakan masalah gizi yang sering terjadi di dunia dengan populasi lebih dari 30%. 1 Anemia lebih sering terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui 1 / 11 Gizi Seimbang Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Perubahan Berat Badan - IMT normal 18,25-25 tambah : 11, 5-16 kg - IMT underweight < 18,5 tambah : 12,5-18 kg - IMT

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 22 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang menggambarkan hubungan antara asupan makanan dan komposisi lemak tubuh terhadap kapasitas daya tahan tubuh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian proyek intevensi cookies muli gizi IPB, data yang diambil adalah data baseline penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI Skripsi ini ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi Disusun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Kerja

TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Kerja TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Kerja Produktivitas tenaga kerja sebagai suatu konsep yang menunjukkan adanya kaitan antara output (hasil kerja) dengan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk dari

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 Mulinatus Saadah 1. Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Status Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tingkat Konsumsi Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam susunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsumsi Energi dan Protein 1. Energi Tubuh memerlukan energi sebagai sumber tenaga untuk segala aktivitas. Energi diperoleh dari makanan sehari-hari yang terdiri dari berbagai

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI PENDAKI GUNUNG DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JESA NUHGROHO

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI PENDAKI GUNUNG DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JESA NUHGROHO GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI PENDAKI GUNUNG DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JESA NUHGROHO DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian = 51 orang. 21 orang keluar. Kriteria inklusi. 30 orang responden. Gambar 2 Cara penarikan contoh

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian = 51 orang. 21 orang keluar. Kriteria inklusi. 30 orang responden. Gambar 2 Cara penarikan contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional study, dilaksanakan di Instalasi Gizi dan Ruang Gayatri Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang di makan oleh seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan dimaksudkan untuk memenuhi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan satu dari empat masalah gizi yang ada di indonesia disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah gangguan akibat kurangnya

Lebih terperinci

PENYUSUNAN DAN PERENCANAAN MENU BERDASARKAN GIZI SEIMBANG

PENYUSUNAN DAN PERENCANAAN MENU BERDASARKAN GIZI SEIMBANG PENYUSUNAN DAN PERENCANAAN MENU BERDASARKAN GIZI SEIMBANG Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang By. Jaya Mahar Maligan Laboratorium Nutrisi Pangan dan Hasil Pertanian PS Ilmu dan Teknologi

Lebih terperinci

Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang

Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang By. Jaya Mahar Maligan Laboratorium Nutrisi Pangan dan Hasil Pertanian PS Ilmu dan Teknologi Pangan Jurusan THP FTP UB Menu France : daftar yang

Lebih terperinci

Bagan Kerangka Pemikiran "##

Bagan Kerangka Pemikiran ## KERANGKA PEMIKIRAN Olahraga pendakian gunung termasuk dalam kategori aktivitas yang sangat berat (Soerjodibroto 1984). Untuk itu diperlukan kesegaran jasmani, daya tahan tubuh yang prima, dan keseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering terjadi pada semua kelompok umur di Indonesia, terutama terjadinya anemia defisiensi besi. Masalah anemia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Serat Di Indonesia sayur cukup mudah diperoleh, petani pada umumnya menanam guna mencukupi kebutuhan keluarga. Pemerintah juga berusaha meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam

Lebih terperinci

Kontribusi Pangan : Lauk Hewani Lauk Nabati Sayuran TINJAUAN PUSTAKA

Kontribusi Pangan : Lauk Hewani Lauk Nabati Sayuran TINJAUAN PUSTAKA Kontribusi Pangan : Lauk Hewani Kontribusi Tingkat Kontribusi Tingkat Protein Konsumsi Zat Pemilihan Konsumsi Protein Besi Besar Lauk Zat Lauk Daya Protein Hewani Pengetahuan Keluarga Lauk Sayuran Besi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Karakteristik Individu Umur dan Jenis Kelamin

TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Karakteristik Individu Umur dan Jenis Kelamin 4 TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Beastudi Etos merupakan sebuah beasiswa yang dikelola oleh Lembaga Pengembangan Insani Dompet Dhuafa. Beasiswa ini berdiri sejak tahun 2005 hingga sekarang dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11) anemia. (14) Remaja putri berisiko anemia lebih besar daripada remaja putra, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah keadaan dimana jumlah eritrosit dalam darah kurang dari yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan salah satu kelompok usia yang memiliki tingkat kerentanan cukup tinggi disaat masa pertumbuhan dan pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi baru pembangunan kesehatan direfleksikan dalam bentuk motto yang berbunyi Indonesia Sehat 2010. Tahun 2010 dipilih dengan pertimbangan bahwa satu dasawarsa merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Status Gizi Status Gizi adalah ekspresi dari keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau dapat dikatakan bahwa status gizi merupakan indikator

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Menyusui merupakan aspek yang sangat penting untuk kelangsungan hidup bayi guna mencapai tumbuh kembang bayi atau anak yang optimal. Sejak lahir bayi hanya diberikan ASI hingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 15 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossecsional study, semua data yang dibutuhkan dikumpulkan dalam satu waktu (Singarimbun & Effendi 2006).

Lebih terperinci

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT DIIT GARAM RENDAH Garam yang dimaksud dalam Diit Garam Rendah adalah Garam Natrium yang terdapat dalam garam dapur (NaCl) Soda Kue (NaHCO3), Baking Powder, Natrium Benzoat dan Vetsin (Mono Sodium Glutamat).

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KESESUAIAN DIET DAN STATUS GIZI ANGGOTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEPAKBOLA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B A S I R

TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KESESUAIAN DIET DAN STATUS GIZI ANGGOTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEPAKBOLA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B A S I R TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KESESUAIAN DIET DAN STATUS GIZI ANGGOTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEPAKBOLA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B A S I R PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Gizi adalah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia. Kebutuhan gizi yang tidak tercukupi, baik zat gizi makro dan zat gizi mikro dapat menyebabkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 26 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosectional study. Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder dari Program Perbaikan Anemia Gizi Besi di Sekolah

Lebih terperinci

METODE. n = Z 2 P (1- P)

METODE. n = Z 2 P (1- P) 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian adalah TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong.

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA LAMPIRAN 68 69 Lampiran 1 Kuesioner penelitian KODE: KUESIONER HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA Saya setuju

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 8 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai hubungan konsumsi susu dan kebiasaan olahraga dengan status gizi dan densitas tulang remaja di TPB IPB dilakukan dengan menggunakan desain

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh VIKA YUNIATI J 300 101

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan keadaan masa eritrosit dan masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh (Handayani, 2008). Anemia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan masyarakat Indonesia merupakan usaha yang dilakukan pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa dapat berhasil dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Pra-Sekolah Anak pra-sekolah / anak TK adalah golongan umur yang mudah terpengaruh penyakit. Pertumbuhan dan perkembangan anak pra-sekolah dipengaruhi keturunan dan faktor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyelenggaraan Makanan Penyelenggaraan makanan merupakan suatu kegiatan atau proses menyediakan makanan dalam jumlah yang banyak atau dalam jumlah yang besar. Pada institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Anemia banyak terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia yang tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penderita anemia diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

STATUS GIZI DAN RIWAYAT KESEHATAN SEBAGAI DETERMINAN HIPERURISEMIA (Studi Kasus di PT. Chevron Pacific Indonesia, Distrik Duri, Riau) ALFINDA BUDIANTI

STATUS GIZI DAN RIWAYAT KESEHATAN SEBAGAI DETERMINAN HIPERURISEMIA (Studi Kasus di PT. Chevron Pacific Indonesia, Distrik Duri, Riau) ALFINDA BUDIANTI STATUS GIZI DAN RIWAYAT KESEHATAN SEBAGAI DETERMINAN HIPERURISEMIA (Studi Kasus di PT. Chevron Pacific Indonesia, Distrik Duri, Riau) ALFINDA BUDIANTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ini merupakan cross sectional survey karena pengambilan data dilakukan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan (Hidayat 2007). Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

Terlebih lagi jika orangtua tidak memberikan informasi mengenai makanan sehat dan bergizi b. kebiasaan jajan, dimana anak seusia ini gemar jajan.

Terlebih lagi jika orangtua tidak memberikan informasi mengenai makanan sehat dan bergizi b. kebiasaan jajan, dimana anak seusia ini gemar jajan. TINJAUAN PUSTAKA Anak Usia Sekolah Hurlock (1980) mengelompokkan anak usia sekolah berdasarkan perkembangan psikologis yang disebut sebagai Late Childhood. Usia sekolah dimulai pada usia 6 tahun dan berakhir

Lebih terperinci

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo. 102 KERANGKA PEMIKIRAN Orang dewasa 15 tahun seiring dengan bertambahnya umur rentan menjadi gemuk. Kerja hormon menurun seiring dengan bertambahnya umur, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan metabolisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. optimal. Dibutuhkan tenaga kerja yang sehat, berkualitas dan produktif untuk bersiap

BAB I PENDAHULUAN. optimal. Dibutuhkan tenaga kerja yang sehat, berkualitas dan produktif untuk bersiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya pembangunan ke arah industrialisasi yang semakin maju memacu perusahaan untuk memanfaatkan sumberdaya yang dimilikinya secara optimal. Dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia khususnya anemia defisiensi besi, yang cukup menonjol pada anak-anak sekolah khususnya remaja (Bakta, 2006).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat. Pertumbuhan yang cepat pada tubuh remaja membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia adalah suatu keadaan dimana komponen dalam darah, yakni hemoglobin (Hb) dalam darah atau jumlahnya kurang dari kadar normal. Di Indonesia prevalensi anemia pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak SD (sekolah dasar) yaitu anak yang berada pada usia 6-12 tahun, memiliki fisik yang lebih kuat dibandingkan dengan balita, mempunyai sifat individual dalam banyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asupan Gizi Ibu Hamil 1. Kebutuhan Gizi Gizi adalah suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara normal oleh suatu organisme melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

Lebih terperinci

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti KERANGKA PEMIKIRAN Usia sekolah adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia dewasa nantinya. Kebutuhan gizi pada masa anak-anak harus dipenuhi agar proses pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena baru di Indonesia. Selain berperan sebagai ibu rumah. tangga, banyak wanita berpartisipasi dalam lapangan pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. fenomena baru di Indonesia. Selain berperan sebagai ibu rumah. tangga, banyak wanita berpartisipasi dalam lapangan pekerjaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partisipasi wanita dalam kegiatan ekonomi bukan merupakan fenomena baru di Indonesia. Selain berperan sebagai ibu rumah tangga, banyak wanita berpartisipasi dalam lapangan

Lebih terperinci

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek METODE Disain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan data dasar hasil penelitian Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda yang dilaksanakan oleh tim

Lebih terperinci

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri)

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri) kekurangan energi kronik (pada remaja puteri) BAB I PENDAHALUAN A. LATAR BELAKANG Masalah gizi masih merupakan beban berat bagi bangsa, hakekatnya berpangkal dari keadaan ekonomi dan pengetahuan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMK N 1 Sukoharjo 1. Keadaan Demografis SMK Negeri 1 Sukoharjo terletak di Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan fisik dan perkembangan emosional antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang ditandai dengan pubertas. Remaja yang sehat adalah. remaja yang produktif dan kreatif sesuai dengan perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang ditandai dengan pubertas. Remaja yang sehat adalah. remaja yang produktif dan kreatif sesuai dengan perkembangannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa yang ditandai dengan pubertas. Remaja yang sehat adalah remaja yang produktif dan kreatif sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi adalah keseimbangan antara pemasukan zat gizi dari bahan makanan yang dimakan dengan bertambahnya pertumbuhan aktifitas dan metabolisme dalam tubuh. Status

Lebih terperinci

BAB II T1NJAUAN PUSTAKA

BAB II T1NJAUAN PUSTAKA BAB II T1NJAUAN PUSTAKA A. Pola Konsumsi Anak Balita Pola konsumsi makan adalah kebiasaan makan yang meliputi jumlah, frekuensi dan jenis atau macam makanan. Penentuan pola konsumsi makan harus memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan

Lebih terperinci

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I PROGRAM PG PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 Pendahuluan Setiap orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang ditandai dengan pubertas. Remaja yang sehat adalah remaja

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang ditandai dengan pubertas. Remaja yang sehat adalah remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa yang ditandai dengan pubertas. Remaja yang sehat adalah remaja yang produktif dan kreatif sesuai dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Karakteristik contoh meliputi usia, pendidikan, status pekerjaan, jenis pekerjaan, riwayat kehamilan serta pengeluaran/bulan untuk susu. Karakteristik contoh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Konsumsi Makanan Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan karena makanan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Fungsi pokok makanan adalah untuk

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Makanan yang diberikan sehari-hari harus mengandung zat gizi sesuai kebutuhan, sehingga menunjang pertumbuhan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan ketika penelitian berlangsung. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada anak-anak membuat anak buta setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada anak-anak membuat anak buta setiap tahunnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Defisiensi vitamin A merupakan penyebab kebutaan yang paling sering ditemukan pada anak-anak membuat 250.000-500.000 anak buta setiap tahunnya dan separuh diantaranya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan

Lebih terperinci