BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Revisi Tes a. Definisi Revisi Tes Revisi sebuah tes dapat dilakukan dalam berbagai bentuk. Butcher (2000) mengungkapkan bahwa merubah isi tes seperti, perubahan tampilan booklet, perubahan manual tes, menghapus aitem yang kurang baik, menambah aitem, mengganti aitem, ataupun mengembangkan norma baru dianggap sebagai perevisian sebuah tes. Beberapa tipe tes psikologi berkemungkinan berisi aitem yang ketinggalan zaman ataupun membutuhkan revisi yang lebih sering dibandingkan tes yang lain. Contohnya seperti tes inteligensi, tes prestasi, ataupun tes minat yang aitem-aitemnya berpatokan pada informasi yang berkembang di masa itu sehingga tentunya lebih sering membutuhkan revisi dibandingkan tes kepribadian yang kontennya lebih konstan sepanjang waktu (Butcher, 2000). Beberapa faktor yang mempengaruhi kapan sebuah tes perlu direvisi adalah keawetan konten tes dan popularitas tes (Murpy, 2003). Pertama, keawetan konten tes. Banyak tes berisi aitem-aitem yang perlu diperbarui terlebih dahulu agar tetap sesuai dengan perkembangan zaman. Apabila aitem tidak revisi, maka individu akan kesulitan dalam memberikan jawaban karena tidak memahami maksud aitem tersebut. Sehingga, merevisi aitem-aitem yang sudah ketinggalan zaman merupakan hal yang penting untuk dilakukan.

2 11 Kedua, popularitas tes. Tes yang populer cenderung menjadi subjek penelitian yang akhirnya memberikan informasi-informasi bermakna mengenai sebuah tes. Informasi tersebut dapat berupa evaluasi karakteristik psikometris, makna skor tes, ataupun generalisasi tes. Berdasarkan data-data yang diperoleh, penelitian-penelitian tersebut sering menyarankan untuk melakukan modifikasi konten, perubahan prosedur administrasi, ataupun perubahan skoring tes (Murphy, 2003). b. Prosedur Revisi Tes Langkah-langkah dasar dalam penyusunan skala psikologi memberikan gambaran alur kerja umum mengenai prosedur yang bisa dilakukan untuk merevisi sebuah alat tes. Azwar (2010) membuat alur kerja penyusunan skala psikologi seperti ditampilkan dalam Gambar 1.

3 12 Identifikasi Tujuan Ukur Menetapkan Konstrak Psikologis Operasionalisasi Aspek Indikator Perilaku Penskalaan Pemilihan Format Stimulus Penulisan Aitem Review Aitem Uji Coba Tahap dalam Proses Revisi Analisis Aitem Kompilasi I Seleksi Aitem Validasi Kompilasi II Format Final Gambar 1. Alur Kerja Penyusunan Skala Psikologi Proses penyusunan skala psikologi diawali dengan memilih suatu definisi dan mengenai teori yang mendasari konstrak psikologis atribut yang hendak diukur, atau disebut juga dengan identifikasi tujuan ukur. Setelah teridentifikasi, perlu dilakukan pembatasan domain ukur berdasarkan konstrak yang bersangkutan dengan menguraikan komponen atau dimensi yang ada dalam atribut tersebut. Lalu, komponen atau dimensi tersebut dioperasionalisasikan ke dalam bentuk indikator-indikator perilaku.

4 13 Proses dilanjutkan dengan menentukan format stimulus yang akan digunakan dengan mempertimbangkan kelebihan teoritis dan manfaat praktis format yang hendak dipilih. Apabila indikator perilaku telah dirumuskan dengan benar lalu disajikan dalam bentuk blue-print. Dalam penelitian, keempat tahap tersebut tidak lagi dilakukan karena menggunakan aspekaspek yang telah ada sebelumnya. Proses perevisian alat tes dalam penelitian ini dimulai dari tahap kelima, yaitu penulisan aitem. Peneliti menulis aitem-aitem yang perlu diubah ataupun diganti. Setiap aitem yang telah ditulis perlu diperiksa ulang oleh penulis aitem apakah aitem tersebut telah sesuai dengan indikator yang hendak diungkap dan sesuai pedoman penulisan aitem. Setelah seluruh aitem ditulis, aitem akan di-review oleh beberapa orang yang kompeten mengenai konstruksi skala dan masalah atribut yang diukur. Aitem-aitem yang tidak sesuai perlu diperbaiki atau ditulis ulang sehingga aitem-aitem yang diloloskan ke tahap uji coba hanyalah aitem-aitem yang diyakini akan berfungsi dengan baik. Kalimat-kalimat dalam aitem perlu diuji coba untuk melihat apakah aitem tersebut dapat dipahami dengan jelas oleh subjek seperti yang diinginkan oleh penulis aitem. Terkadang apa yang sudah jelas bagi penulis aitem mungkin saja tidak cukup jelas bagi para subjek. Uji coba ini juga dijadikan salah satu cara untuk memperoleh data respon yang akan digunakan untuk mengevaluasi kualitas aitem secara kuantitatif.

5 14 Selanjutnya, akan dilakukan analisis aitem yang merupakan pengujian parameter-parameter aitem apakah sudah memenuhi persyaratan psikometris untuk dimasukkan ke dalam skala. Hasil analisis aitem ini akan dijadikan dasar dalam menseleksi aitem-aitem. Aitem-aitem yang tidak memenuhi persyaratan psikometris akan disingkirkan atau diperbaiki terlebih dahulu. Pengujian reliabilitas skala dilakukan terhadap aitem-aitem yang telah lolos yang jumlahnya disesuaikan dengan blue-print. Proses validasi umumnya merupakan proses yang berkelanjutan. Pada skala-skala yang akan digunakan secara terbatas biasanya dilakukan uji validitas kriteria sedangkan pada skala-skala yang akan digunakan secara luas biasnya dilakukan analisis faktor. Terakhir, format final skala harus disusun dengan tampilan yang menarik dan mudah untuk dibaca oleh subjek. Skala juga harus dilengkapi dengan petunjuk pengerjaan. Pemilihan huruf dan ukuran kertas juga harus dipertimbangkan agar membuat subjek nyaman dalam menjawab aitemaitem. Pada penelitian ini, proses revisi aitem akan dimulai dari tahap penulisan aitem-aitem yang telah teridentifikasi perlu direvisi. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya ditemukan bahwa terdapat 17 dari 20 aitem yang ada di dalam subtes RA pada IST perlu direvisi, yaitu aitem nomor 77, 78, 80, 81, 82, 84, 85, 87, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, dan 96. Setelah aitem ditulis dan dievaluasi oleh professional judgement, maka aitem-aitem tersebut akan diuji coba di lapangan.

6 15 Apabila data telah diperoleh, aitem-aitem akan dianalisis mengenai persyaratan psikometerisnya. Jika belum memenuhi, maka aitem akan kembali ke tahap penulisan aitem hingga akhirnya memenuhi persyaratan psikometris seperti yang diinginkan oleh peneliti. Aitem-aitem yang telah lolos adalah aitem-aitem yang dimasukkan ke dalam format final skala. 2. Evaluasi Karakteristik Psikometris a. Teori Respon Butir Pendekatan teori respon butir didasarkan pada sifat-sifat atau kemampuan laten yang mendasari respon subjek terhadap aitem tertentu. Teori respon butir, atau dikenal juga dengan latent trait theory, mengestimasi tingkat trait berdasarkan respon subjek serta karakteristik aitem yang diberikan (Embretson, 2000). Teori respon butir diperkenalkan oleh Lord dan Novick pada tahun 1968 dan mulai mendominasi dasar teoritis sebuah pengukuran. Hal ini dikarenakan teori respon butir memiliki prinsip pengukuran yang lebih seimbang secara teoritis dan mampu mengatasi masalah-masalah pengukuran dengan lebih baik. Prinsip-prinsip teori respon butir dapat digunakan untuk menseleksi aitem mana yang paling tepat diberikan untuk seorang subjek dan menghitung skor antar subset aitem yang berbeda (Embretson, 2000). Banyak model teori respon butir yang sudah dikembangkan untuk diaplikasikan pada berbagai bidang psikologi. Sehingga teori respon butir sudah banyak digunakan dalam pengukuran trait kepribadian, suasana hati,

7 16 gangguan prilaku, sikap, dan trait kognitif seperti inteligensi (Embretson, 2000). 1) Asumsi Teori Respon Butir Teori Respon Butir memiliki beberapa asumsi kunci, yaitu Kurva Karakteristik Aitem (KKA), independensi lokal, dan unidimensionalitas (Embretson, 2000). a) Kurva Karakteristik Aitem. Bentuk KKA menunjukkan bagaimana hubungan antara perubahan kemampuan subjek dan perubahan responnya terhadap aitem. Pada aitem dikotomi, yaitu sebuah respon tertentu akan dianggap benar, KKA meregresi kemungkinan kesuksesan suatu aitem pada tingkat kemampuan tertentu. Untuk aitem politomi, seperti skala rating, KKA meregresi kemungkinan respon masing-masing kategori pada tingkat kemampuan. b) Asumsi independensi lokal. Hal ini menyangkut tentang kecukupan model teori respon butir terhadap data. Independensi lokal diperoleh ketika hubungan antar aitem atau antar subjek dikarakteristikkan sepenuhnya oleh model teori respon butir. Independensi lokal juga dapat diperoleh ketika kemungkinan menyelesaikan suatu aitem tidak beketergantungan dengan aitem-aitem lainnya, adanya pengontrolan terhadap parameter subjek dan parameter aitem. c) Unidimensionalitas. Independensi lokal juga berhubungan dengan jumlah variabel trait yang mendasari aitem. Independensi lokal akan menunjukkan unidimensionalitas ketika model teori respon butir terdiri dari parameter

8 17 subjek hanya pada satu dimensi. Namun, independensi lokal juga bisa dicapai dengan data multidimensi jika masing-masing dimensi memiliki parameter subjek ataupun dengan data yang mana setiap aitem saling beketergantungan. 2) Model Teori Respon Butir Model teori respon butir dapat dikategorikan berdasarkan jumlah respon yang diskor, yaitu dikomotomi dan politomi. Pada model dikotomi, respon aitem diskor ke dalam dua kelompok yang menunjukkan sukses (1) atau gagal (2). Aitem pilihan berganda juga termasuk ke dalam model dikotomi karena walaupun memiliki banyak pilihan jawaban, namun jawaban tetap di skor sebagai benar atau salah (Embretson, 2000). Pada model politomi, sebuah aitem memiliki lebih dari dua pilihan respon jawaban. Masing-masing respon tersebut memiliki nilai skor yang berbeda-beda pula. Contohnya seperti aitem model Likert yang mana setiap pilihan jawaban di skor dari rentang 1 sampai 5 (Embretson, 2000). Teori respon butir memiliki 3 model fungsi distribusi logistik, yaitu model logistik 1 parameter, model logistik 2 parameter, dan model logistik 3 parameter (Naga, 1992). Perbedaan tiga model ini terletak pada jumlah parameter yang digunakan. Model paling sederhana dalam teori respon butir adalah model logistik 1 parameter yang juga dikenal sebagai model Rasch. Model Rasch hanya menggunakan parameter b atau kesulitan aitem untuk membedakan antar aitem. Variabel independen dalam model ini adalah trait score (Ө s ) dan tingkat kesulitan aitem (β i ). Sedangkan variabel dependennya

9 18 adalah adalah respon dikotomi (sukses atau gagal, benar atau salah) dari orang tertentu tentang suatu aitem. Terdapat dua versi variabel dependen, yaitu log odds dan probability (Embretson, 2000). Pada log odds dalam Rasch model, odds menunjukkan rasio jumlah benar dengan jumlah berhasil (Embretson, 2000). Rasio ini terlihat dari perbedaan antara trait score (Ө s ) dengan tingkat kesulitan aitem (β i ). Sehingga rasio kemungkinan berhasil untuk subjek s pada aitem i, yaitu P is, terhadap kemungkinan gagal, yaitu 1- P is, ditunjukkan seperti di bawah ini. In [P is / (1 - P is )] = Ө s - β i (1) Ketika tingkat kesulitan aitem meningkat, maka log odds akan menurun. Ketika tingkat kesulitan aitem sama dengan trait level, log odds akan bernilai 0. Jika trait level lebih besar daripada tingkat kesulitan aitem, maka orang tersebut akan lebih mungkin untuk berhasil. Sebaliknya, jika tingkat kesulitan aitem lebih besar daripada trait level, maka orang tersebut lebih berkemungkinan untuk gagal (Embretson, 2000). Terdapat beberapa ciri dari Rasch model seperti di bawah ini (Embretson, 2000). 1. Estimasi trait level dapat dilakukan pada aitem manapun yang telah diketahui tingkat kesulitan aitemnya. 2. Kedua properti aitem dan trait level berkaitan dengan perilaku karena pada subjek dan aitem terdapat parameter-parameter yang terpisah. 3. Trait level dan properti aitem merupakan variabel independen yang dapat diestimasi secara terpisah.

10 19 4. Probabilitas respon akan meningkat dengan menjumlahkan nilai konstan ada trait level atau dengan membagi kesulitan aitem dengan nilai konstan tersebut. Pada versi probability, variabel dependen merupakan probabilitas subjek s untuk berhasil pada aitem i, P(X is =1). Fungsi logistik ini memberikan prediksi sebagai berikut (Embretson, 2000). Ө β Ө β Ө β (2) Perbedaan versi ini dengan versi sebelumnya adalah variabel dependen diprediksi sebagai probabilitas daripada sebagai log odds. Versi ini juga dikenal sebagai model pengukuran 1 parameter. Salah satu kelebihan versi ini yaitu probabilitas merupakan variabel dependen yang lebih familiar dibandingkan rasio log odds. Dengan model ini karakter yang mempengaruhi performansi subjek diasumsikan adalah hanya kesulitan aitem. Model logistik 2 parameter memiliki dua elemen dalam bentuk matematikanya, yaitu parameter daya beda (a) dan parameter kesulitan aitem (b). Sedangkan, model logistik 3 parameter ditujukan pada aitem pilihan berganda karena adanya tambahan parameter peluang tebakan (c). Pada penelitian ini, model yang dipilih adalah model logistik 1 parameter untuk melihat parameter kesulitan aitem pada subtes RA dengan alasan lebih praktis dan lebih mudah untuk dilakukan oleh peneliti. Metode estimasi yang akan digunakan adalah metode kemungkinan maksimum marginal. Metode ini disarankan karena membantu mengurangi pengaruh

11 20 panjang tes maupun sampel dengan asumsi bahwa distribusi kemampuan adalah normal. 3) Parameter Teori Respon Butir Pada teori respon butir terdapat tiga unsur parameter yaitu paramater aitem, parameter peserta dan parameter respon (Naga, 1992). Ketiga unsur ini berhubungan sehingga menghasilkan fungsi atau Kurva Karakteristik Aitem. Hal ini tampak dari respon peserta terhadap aitem yang berhubungan dengan atau dapat ditentukan oleh ciri aitem atau ciri peserta yang bersangkutan. Dalam hubungan ini, ciri peserta dinyatakan melalui parameter peserta (Ө), ciri aitem dinyatakan melalui tiga parameter aitem a, b, dan c, serta ciri respon dinyatakan dalam bentuk probabilitas jawaban benar (P(Ө)). Parameter peserta (Ө) hanya bisa diukur melalui respon subjek terhadap suatu aitem yang membentuk suatu kontinum. Secara teoritis, nilai baku untuk parameter peserta membentang dari minus tak terhingga sampai positif tidak terhingga. Namun secara praktis, nilai baku yang dianggap berguna hanya terletak antara -4 sampai +4. Parameter aitem a adalah parameter aitem yang berkaitan dengan daya beda yaitu kemampuan aitem untuk mempertegas perbedaan subjek yang mampu menjawab dengan benar dan yang tidak. Nilai parameter aitem a bergerak daru 0 sampai dengan +2. Kemudian, parameter aitem b adalah parameter aitem yang berkaitan dengan kesulitan aitem yaitu sulit atau mudahnya aitem tersebut untuk dijawab oleh subjek. Nilai parameter aitem b bergerak dari -2 sampai +2. Lalu, parameter aitem c adalah parameter yang

12 21 berkaitan dengan peluang tebakan semu subjek yakni peluang yang dapat menyebabkan subjek secara kebetulan menjawab aitem tersebut dengan benar. Nilai responsi atau jawaban benar dari subjek terhadap aitem tersebut terletak di antara 0 dan 1. 4) Fungsi Informasi Aitem dan Tes Konsep informasi psikometri merupakan ciri penting dalam teori respon butir. Melalui hal ini sebuah item-response curve (IRC) pada model dikotomi atau category-response curve pada model politomi dapat diubah menjadi item information curve (IIC). IIC mengindikasikan jumlah informasi psikometris yang dimiliki sebuah aitem di sepanjang kontinum latent-trait (Embretson, 2000). Formula informasi aitem pada 1PL ditunjukkan seperti di bawah ini. I(Ө) = P i (Ө)(1- P i (Ө)) (3) Terdapat beberapa aturan dalam formula ini, yaitu sebagai berikut. a) Jumlah informasi dari sebuah aitem dimaksimalkan pada parameter kesulitan aitem, sehingga aitem yang memiliki kesulitan yang sama dengan kemampuan subjek akan sangat informatif. b) Jumlah informasi yang disediakan sebuah aitem ditentukan dari parameter diskriminasinya. Semakin tinggi diskriminasi aitemnya, maka semakin banyak informasi aitem yang akan diberikan menyangkut parameter kesulitan aitem (Embretson, 2000). Informasi tes juga merupakan hal yang penting dalam menentukan seberapa baik sebuah tes karena berhubungan dengan standard error of

13 22 measurement subjek. Dengan mengetahui fungsi informasi tes, peneliti dapat menentukan seberapa baik sebuah tes dalam rentang latent trait. Perlu diketahui pula bahwa informasi tes merupakan suatu hal yang independen pada subjek tertentu yang mengikuti tes (Embretson, 2000). Terdapat banyak pengunaan informasi aitem dan informasi tes dalam teori respon butir. Pertama, informasi tes digunakan untuk menentukan aitem mana yang akan diberikan pada subjek tertentu ketika melakukan computerized adaptive test. Kedua, informasi tes dapat digunakan untuk membandingkan dua pengukuran konstrak yang sama. Terakhir, informasi aitem dapat dimanfaatkan untuk desain tes dasar, seperti memilih aitem yang akan dimasukkan ke dalam sebuah pengukuran (Embretson, 2000). Perbedaan versi ini dengan versi sebelumnya adalah variabel dependen diprediksi sebagai probabilitas daripada sebagai log odds. Versi ini juga dikenal sebagai model pengukuran 1 parameter. Salahsatu kelebihan versi ini yaitu probabilitas merupakan variabel dependen yang lebih familiar dibandingkan rasio log odds (Embretson, 2000). 3. Subtes Rechenaufgaben (RA) Subtes RA merupakan subtes kelima dari alat ukur inteligensi IST. Subtes ini terdiri dari 20 soal cerita hitungan matematika praktis yang mengungkap kemampuan berpikir praktis mengenai bilangan. Aspek-aspek yang terdapat dalam subtes RA yaitu berpikir secara logis-induktif, berpikir

14 23 praktis dalam masalah hitungan, daya nalar, dan kemampuan mengambil kesimpulan. Polhaupessy (2009) menjelaskan bahwa terdapat beberapa aspek dalam subtes RA. Pembagian aspek-aspek di dalam keduapuluh aitem subtes RA dijelaskan dalam tabel 1. Tabel 1. Aspek Aitem Subtes RA No Aspek Nomor Aitem 1 Berpikir praktis dalam masalah hitungan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 11 2 Berpikir logis indukif 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17 3 Daya nalar 18, 19, 20 4 Kemampuan mengambil keputusan 18, 19, 20 Berpikir praktis dalam masalah hitungan artinya adalah berhitung dengan cara-cara yang efisien dan mudah (Alwi, 2005). Aspek ini diungkap oleh 9 aitem atau 45% aitem subtes RA. Aspek berpikir logis induktif yaitu berpikir dengan logika yang berangkat dari serangkaian fakta-fakta khusus untuk mencapai kesimpulan umum (Alwi, 2005). Kesimpulan yang ditarik dari hal yang diteliti akan juga berlaku bagi hal yang sejenis namun belum diteliti. Aspek ini terungkap dari 8 aitem atau 40% aitem subtes RA. Alwi (2005) mendefinisikan aspek daya nalar sebagai kemampuan untuk mengembangkan pikiran atau menganalisa berdasarkan fakta, bukti, atau prinsip yang masuk akal. Aspek terakhir yaitu kemampuan mengambil keputusan merupakan kemampuan untuk mengambil keputusan berdasarkan pemikiran induktif maupun deduktif (Alwi, 2005). Kedua aspek ini terungkap dari 3 aitem atau 15% aitem subtes RA.

15 24 Subtes RA memiliki waktu pengerjaan 10 menit tanpa menggunakan alat bantu kalkulator. Hasil subtes RA sendiri bisa digunakan terpisah sebagai alat ukur kemampuan berpikir praktis mengenai bilangan seseorang. Hal ini dikarenakan subtes-subtes IST memiliki interkorelasi yang rendah antar subtes. IST dikembangkan oleh Rudolf Amthauer di Frankfurt, Jerman, pada tahun Amthauer mengungkapkan bahwa inteligensi adalah keseluruhan struktur dari kemampuan jiwa-rohani manusia yang akan tampak jelas dalam hasil tes. Intelegensi hanya akan dapat dikenali atau dilihat melalui manifestasinya misalnya pada hasil atau prestasi suatu tes (Polhaupessy, 2009). Amthaeuer (dalam Polhaupessy, 2009) menyatakan bahwa untuk mengukur intelegensi seseorang diperlukan suatu rangkaian baterai tes yang terdiri dari subtes-subtes. Antara subtes satu dengan lainnya, ada yang saling berhubungan karena mengukur faktor yang sama (general factor atau group factor), tetapi ada juga yang tidak berhubungan karena masing-masing subtes mengukur faktor khusus (special factor). Semenjak diciptakan, IST terus dikembangkan oleh Amthauer dengan bantuan dari para koleganya, berikut adalah perkembangan tes IST dari tahun 1953 hingga tahun 2000-an.

16 25 a. IST 1953 IST yang pertama ini pada awalnya hanya digunakan untuk individu usia 14 sampai dengan 60 tahun. Proses penyusunan norma diambil dari 4000 subjek pada tahun b. IST 1955 IST merupakan pengembangan dari IST 1953, pada IST 1955 rentang usia untuk subjek diperluas menjadi berawal dari umur 13 tahun. Subjek dalam penyusunan norma bertambah menjadi 8642 orang. Pada tes ini sudah ada pengelompokan jenis kelamin dan kelompok usia. c. IST 70 Berdasarkan permintaan dan tuntutan pengguna yang menyarankan pengkoreksian dengan mesin juga pengembangan tes setelah penggunaan lebih dari 10 tahun, maka disusunlah IST 70. Dalam IST 70 ini tidak terlalu banyak perubahan, tes ini memiliki 6 bentuk, setiap pemeriksaan dilakukan 2 tes sebagai bentuk parallel; yaitu A1 dan B2, atau C3 dan D4. Dua bentuk lainnya untuk pemerintah dan hanya bagi penggunaan khusus. Pada IST 70, rentang kelompok usia diperluas menjadi berawal dari 12 tahun. Disamping itu telah ditambah tabel kelompok dan pekerjaan. Namun demikian, pada IST 70 terdapat kekurangan yaitu penyebaran bidang yang tidak merata dan menggunakan kalimat dalam subtes RA sehingga jika subjek gagal dalam subtes ini dapat dimungkinkan karena tidak mampu mengerjakan soal hitungannya atau tidak mengerti kalimatnya.

17 26 d. IST 2000 Sebagai koreksi dari IST 70, pada IST 2000 tidak terdapat soal kalimat pada soal hitungan. e. IST 2000-Revised Pada IST 2000-R ini terdapat beberapa perkembangan subtes juga penambahan subtes. IST ini terdiri dari 3 modul, yaitu sebagai berikut : 1) Grundmodul-Kurzform (Modul Dasar-Singkatan); terdiri dari subtes : SE, AN, GE, RE, ZR, RZ, FA, WU, dan MA. 2) Modul ME: terdiri dari subtes ME Verbal dan ME Figural 3) Erweiterungmodul (Modul menguji pengetahuan); terdiri dari subtes Wissentest (tes pengetahuan) IST yang sekarang digunakan di Indonesia adalah IST hasil adaptasi Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran Bandung. Adaptasi ini dilakukan kepada IST-70. Tes ini pertama kali digunakan oleh Psikolog Angkatan Darat Bandung, Jawa Barat (Polhaupessy, 2009). IST terdiri dari sembilan subtes dengan total 176 aitem. Masingmasing subtes memiliki durasi pengerjaan yang berbeda-beda dan diadministrasikan dengan menggunakan manual (Polhaupessy, 2009). Kesembilan subtes tersebut antara lain: a. Satzeranzung (SE) : melengkapi kalimat Subtes ini mengukur pembentukan keputusan, melakukan penilaian berdasarkan akal sehat, common sense, dan praktis, serta berpikir secara

18 27 mandiri. Durasi yang diberikan untuk mengerjakan subtes ini adalah 6 menit. b. Wortauswahl (WA) : melengkapi kalimat Subtes ini mengukur kemampuan bahasa, berpikr verbal secara induktif, kemampuan berempati, dan memahami pengertian bahasa. Durasi yang diberikan untuk mengerjakan subtes ini adalah 6 menit. c. Analogien (AN) : persamaan kata Subtes ini mengukur kemampuan pengkombinasian, fleksibilitas dalam berpikir, mendeteksi dan memindahkan hubungan-hubungan, kejelasan dan kekonsuenan dalam berpikir, serta pertentangan terhadap penjelasan yang mengira-ngira. Durasi yang diberikan untuk mengerjakan subtes ini adalah 7 menit. d. Gemeinsamkeiten (GE) : sifat yang dimiliki bersama Subtes ini mengukur kemampuan abstraksi verbal, kemampuan menyatakan pengertian sesuatu dalam bahasa, serta berpikir logis dalam bentuk bahasa. Durasi yang diberikan untuk mengerjakan subtes ini adalah 8 menit. e. Merk Aufgaben (ME) : latihan simbol Subtes ini mengukur kemampuan memberikan perhatian, kemampuan menyimpan kata-kata yang telah dipelajari, kemampuan mengingat dalam waktu jangka lama, serta daya ingat. Durasi yang diberikan untuk subtes ini adalah 3 menit untuk menghafal dan 6 menit untuk mengerjakan.

19 28 f. Rechen Aufgaben (RA) : berhitung Subtes ini mengukur kemampuan berpikir praktis dalam melakukan hitungan, berpikir secara logis-induktif, berpikir secara matematis, daya nalar, dan kemampuan mengambil kesimpulan. Durasi yang diberikan untuk mengerjakan subtes ini adalah 10 menit. g. Zahlen Reihen (ZR) : deret angka Subtes ini mengukur kemampuan berpikir teoritis dalam masalah hitungan, berpikir secara induktif dengan angka-angka, serta fleksibilitas dalam berpikir. Durasi yang diberikan untuk mengerjakan subtes ini adalah 10 menit. h. Form Auswahl (FA) : memilih bentuk Subtes ini mengukur kemampuan membayangkan, kemampuan mengkonstruksi, berpikir konkrit menyeluruh, serta memasukkan bagian pada suatu keseluruhan. Durasi yang diberikan untuk mengerjakan subtes ini adalah 7 menit. i. Wurfel Aufgaben (WU) : latihan balok Subtes ini mengukur daya bayang ruang, kemampuan tiga dimensi, analitis, serta kemampuan konstruktif teknis. Durasi yang diberikan untuk mengerjakan subtes ini adalah 9 menit. Penelitian ini berfokus pada revisi aitem pada subtes RA. Hal ini dikarenakan subtes RA memiliki hasil evaluasi karakteristi psikometri yang lebih lengkap dibandingkan subtes lain yang juga telah diuji karakteristik

20 29 psikometrinya. Hasil tersebut menunjukkan bahwa subtes RA memiliki karakteristik psikometri yang kurang baik sehingga perlu direvisi. Sari dan Rahmawati (2011) menemukan bahwa subtes ini memiliki interkorelasi tinggi dengan 8 subtes lainnya, berkisar dari sampai Hal ini menunjukkan bahwa subtes RA tidak lagi berfungsi sebagaimana tes ini disusun oleh Amthauer pada tahun Reliabilitas subtes RA juga tidak mencapai nilai 0.90 seperti yang seharusnya karena hanya sebesar Analisis indeks kesukaran aitem memperlihatkan bahwa terdapat 15 aitem memiliki nilai p mendekati 0 maupun 1. Padahal, Murphy & Davidshofer (2003) mengungkapkan bahwa nilai p yang baik berada pada rentang 0.30 < p < Analisis indeks daya beda aitem menunjukkan terdapat 4 aitem yang memiliki d < 0.40, yaitu aitem nomor 77, 93, 94, dan 96. Hal ini mencerminkan bahwa aitem tersebut kurang mampu membedakan kemampuan berpikir praktis mengenai perhitungan, berpikir matematis, logis-induktif, penalaran, serta daya pengambilan keputusan individu. Rahmawati (2014) menganalisa DIF subtes ini dan menemukan terdapat 4 aitem menguntungkan kelompok perempuan yaitu aitem nomor 81, 82, 85, dan 88 dan 4 aitem menguntungkan kelompok laki-laki yaitu aitem nomor 78, 80, 87, dan 96. Adanya DIF pada 8 aitem dalam subtes RA mencerminkan bahwa tes tidak dapat menunjukkan perbedaan kemampuan antarindividu yang sesungguhnya. Sebaliknya, tes justru menunjukkan perbedaan kemampuan antarkelompok perempuan dan laki-laki. Rahmawati

21 30 (2014) menemukan bahwa berdasarkan pendekatan Item Response Theory terdapat 10 aitem memiliki indeks daya diskriminasi aitem dalam kategori kurang baik yaitu aitem nomor 84, 85, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 94, dan 95 serta terdapat 5 aitem memiliki indeks kesukaran aitem yang kurang baik yaitu aitem nomor 77, 93, 94, 95, dan 96. Penemuan-penemuan di atas membuat peneliti tertarik dalam melakukan revisi subtes RA dibandingkan pada subtes lainnya karena telah memiliki data yang lebih lengkap yang menunjukkan bahwa subtes RA perlu direvisi, yang meliputi indeks kesukaran aitem, daya diskriminasi aitem, dan deteksi DIF berdasarkan jenis kelamin.

Berdasarkan pemikiran ini Amthauer menyusun sebuah tes yang dinamakan IST dengan hipotesis kerja sebagai berikut:

Berdasarkan pemikiran ini Amthauer menyusun sebuah tes yang dinamakan IST dengan hipotesis kerja sebagai berikut: Tes IST (Intelligenz Struktur Test) merupakan salah satu tes psikologi untuk mengukur tingkat intelegensi seseorang. Tes IST sangat familiar digunakan oleh birobiro psikologi saat ini. Untuk mengetahuil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. psikologi dituntut harus mampu mengungkap aspek-aspek psikologis dengan

BAB I PENDAHULUAN. psikologi dituntut harus mampu mengungkap aspek-aspek psikologis dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Penggunaan tes psikologi semakin berkembang pesat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat mengenai kegunaan tes. Masyarakat kian menyadari bahwa tes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Urbina, 2006). Mulai dari bidang pendidikan, industri dan organisasi sampai

BAB I PENDAHULUAN. Urbina, 2006). Mulai dari bidang pendidikan, industri dan organisasi sampai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mempelajari tingkah laku manusia merupakan salah satu peran ilmu Psikologi. Dalam mempelajari tingkah laku manusia, para psikolog melakukan berbagai jenis pengukuran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan sehari hari manusia selalu dipenuhi dengan tes. Ketika akan

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan sehari hari manusia selalu dipenuhi dengan tes. Ketika akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan sehari hari manusia selalu dipenuhi dengan tes. Ketika akan masuk sebuah sekolah, calon siswa akan diberi tes untuk melihat apakah dia lulus atau tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Sejak itu, ilmu psikologi berkembang dan banyak diselenggarakan di

BAB I PENDAHULUAN Sejak itu, ilmu psikologi berkembang dan banyak diselenggarakan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Ilmu Psikologi mulai diselenggarakan di Indonesia pada tahun 1953. Sejak itu, ilmu psikologi berkembang dan banyak diselenggarakan di perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tes-tes yang sudah ada (Anastasi & Urbina, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tes-tes yang sudah ada (Anastasi & Urbina, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alat tes telah digunakan di Cina sejak tahun 2200 sebelum masehi, alat tes digunakan untuk seleksi pegawai negeri dan pada abad ke 19 pemerintah Inggris, Perancis,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ada dua macam teori dalam ilmu pengukuran, yakni Teori Tes Modern, yang lebih dikenal dengan item response theory (IRT), dan Teori Tes Klasik. IRT dapat memberikan informasi yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Pada

BAB III METODE PENELITIAN. numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Pada BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang analisisnya menekankan pada datadata numerikal (angka) yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukannya pencatatan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Psikologi merupakan salah satu bidang ilmu yang sangat dekat dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Psikologi merupakan salah satu bidang ilmu yang sangat dekat dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Psikologi merupakan salah satu bidang ilmu yang sangat dekat dengan kehidupan manusia, bahkan boleh dikatakan bahwa dimana ada manusia, disana ilmu psikologi itu berlaku.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dewasa ini ada dua macam teori tentang pengukuran, yakni Teori Tes Klasik dan Teori Tes Modern (Suryabrata, 2005) di dalam buku Azwar (2007) menambahakan Teori Skor Murni Kuat,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Penelitian merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu masalah. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang Digunakan Metode yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Menurut Creswell (dalam Alsa, 2014 h.13) metode kuantitatif adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya ilmu pengukuran memiliki dua pendekatan, yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya ilmu pengukuran memiliki dua pendekatan, yaitu 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada dasarnya ilmu pengukuran memiliki dua pendekatan, yaitu pendekatan classical test theory (CTT) dan pendekatan teori modern. Pendekatan CTT adalah metode pertama yang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan sesuatu bangsa ditandai oleh tingkat sumber daya manusianya yang berkualitas. Berbicara tentang kualitas manusia, maka pendidikan merupakan sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan, dan klinis (Anastasi dan Urbina, 1997; Aslam, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan, dan klinis (Anastasi dan Urbina, 1997; Aslam, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Psikologi adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang perilaku manusia. Terdapat banyak cara untuk mempelajari perilaku manusia, salah satunya adalah dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan. B. Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan. B. Variabel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian korelasional untuk mengetahui hubungan kecanduan bermain game online

Lebih terperinci

Konstruksi Alat Ukur Psikologi

Konstruksi Alat Ukur Psikologi MODUL PERKULIAHAN Konstruksi Alat Ukur Psikologi Pengantar Tes dan Pengukuran Psikologi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 01 61032 Dian Misrawati, M.Psi Psikolog

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan 50 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukannya pencatatan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PSIKOMETRI SUBTES RECHENAUFGABEN (RA) VERSI REVISI PADA INTELLIGENZ STRUKTUR TEST (IST) SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan

KARAKTERISTIK PSIKOMETRI SUBTES RECHENAUFGABEN (RA) VERSI REVISI PADA INTELLIGENZ STRUKTUR TEST (IST) SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan KARAKTERISTIK PSIKOMETRI SUBTES RECHENAUFGABEN (RA) VERSI REVISI PADA INTELLIGENZ STRUKTUR TEST (IST) SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Sarjana Psikologi Oleh WINDA LYDIA SARI 111301067 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif sebagai pendekatan ilmiah yang berisi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Secara umum ada dua teori pengukuran yaitu teori tes klasik dan teori tes modern. Teori tes klasik merupakan pendekatan pertama yang dikembangkan dalam pengukuran. Teori pengukuran

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN LAMPIRAN I DATA PENELITIAN A. Tabulasi Respon Jawaban Subtes Analogien (AN) pada Intelligenz Struktur Test (IST) LAMPIRAN II ANALISIS KARAKTERISTIK PSIKOMETRI AITEM DENGAN PROGRAM ITEMAN VERSI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada metode penelitian ini akan dibahas mengenai model pengembangan inventori kesiapan kerja, prosedur pengembangan inventori kesiapan kerja, uji coba item, dan teknik analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Contohnya di bidang pendidikan, tes psikologi digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Contohnya di bidang pendidikan, tes psikologi digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Psikologi merupakan salah satu cabang ilmu yang berperan untuk mempelajari perilaku manusia. Untuk mempelajari perilaku manusia ini, para ahli psikologi

Lebih terperinci

PROSEDUR PENGEMBANGAN INSTRUMEN DAN MEDIA BK OLEH LUKY KURNIAWAN DAN USWATUN KHASANAH

PROSEDUR PENGEMBANGAN INSTRUMEN DAN MEDIA BK OLEH LUKY KURNIAWAN DAN USWATUN KHASANAH PROSEDUR PENGEMBANGAN INSTRUMEN DAN MEDIA BK OLEH LUKY KURNIAWAN DAN USWATUN KHASANAH PENDAHULUAN INSTRUMEN STANDAR KOMPETENSI KONSELOR Menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Azwar (2007) bahwa teori pengukuran dapat dibahas dari tiga macam pendekatan secara umum, yaitu (a) pendekatan teori skor murni klasikal (classical true-score theory), (b)

Lebih terperinci

Partial Credit Model (PCM) dalam Penskoran Politomi pada Teori Respon Butir

Partial Credit Model (PCM) dalam Penskoran Politomi pada Teori Respon Butir Vol. 9, No.1, 39-48, Juli 2012 Partial Credit Model (PCM) dalam Penskoran Politomi pada Teori Respon Butir Safaruddin 1, Anisa, M. Saleh AF Abstrak Dalam pelaksanaan tes uraian, penskoran biasanya dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data,

Lebih terperinci

PENSKORAN POLITOMI DALAM TEORI RESPON BUTIR MENGGUNAKAN GRADED RESPONSE MODEL (GRM) Kata Kunci: Item Respon Teori (IRT), Graded Response Model (GRM)

PENSKORAN POLITOMI DALAM TEORI RESPON BUTIR MENGGUNAKAN GRADED RESPONSE MODEL (GRM) Kata Kunci: Item Respon Teori (IRT), Graded Response Model (GRM) PENSKORAN POLITOMI DALAM TEORI RESPON BUTIR MENGGUNAKAN GRADED RESPONSE MODEL (GRM Azhar Rezky Wahyudi*, Anisa, Nasrah Sirajang Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Hasanuddin, Makassar 90245 *Email:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka-angka,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dengan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan teknik regresi ganda. Menurut Arikunto (2002:23) Penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Karena penelitian ini termasuk penelitian korelatif yang melihat hubungan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Karena penelitian ini termasuk penelitian korelatif yang melihat hubungan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Karena penelitian ini termasuk penelitian korelatif yang melihat hubungan antara keterbukaan diri (X), dengan keakraban (Y). Maka dapat dinyatakan bahwa skema

Lebih terperinci

PERTEMUAN 4 PENGUKURAN

PERTEMUAN 4 PENGUKURAN PERTEMUAN 4 PENGUKURAN PENGUKURAN PSIKOLOGI Pengantar Pengertian Karakteristik Tingkat pengukuran Jenis pengukuran Pengantar Perkembangan ilmu pengetahuan baik dari segi keilmuan dan metode pengukuran

Lebih terperinci

TEORI RESPON ITEM DENGAN PENDEKATAN MODEL LOGISTIK SATU PARAMETER

TEORI RESPON ITEM DENGAN PENDEKATAN MODEL LOGISTIK SATU PARAMETER TEORI RESPON ITEM DENGAN PENDEKATAN MODEL LOGISTIK SATU PARAMETER SKRIPSI Oleh: VITARIA NUGRAHENI J2E 006 038 PROGRAM STUDI STATISTIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Aplikasi IRT dalam Analisis Aitem Tes Kognitif

Aplikasi IRT dalam Analisis Aitem Tes Kognitif Buletin Psikologi ISSN 0854-7108 2016, Vol. 24, No. 2, 64 75 Aplikasi IRT dalam Analisis Aitem Tes Kognitif Firmanto Adi Nurcahyo 1 Fakultas Psikologi Universitas Pelita Harapan Surabaya Abstract Item

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan. Metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Intelegensi merupakan sebuah kemampuan yang dimiliki manusia yang mana dapat membuat manusia berbuat secara terarah, dapat berpikir secara rasional, dan dalam menghadapi

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 4: Menelaah Tes Hasil Belajar

Kegiatan Belajar 4: Menelaah Tes Hasil Belajar Kegiatan Belajar 4: Menelaah Tes Hasil Belajar Uraian Materi 1. Menelaah Kualitas Soal Tes Bentuk Objektif Sebagaimana telah anda pelajari sebelumnya, bahwa analisis kualitas perangkat soal tes hasil belajar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Adapun variabel yang dimaksud, sebagai berikut: : Stereotip daya tarik fisik dan kesepian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Adapun variabel yang dimaksud, sebagai berikut: : Stereotip daya tarik fisik dan kesepian BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian ini menggunakan satu variabel tergantung dan dua variabel bebas. Adapun variabel yang dimaksud, sebagai berikut: Variabel tergantung Variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif digunakan dalam meneliti status suatu objek, kondisi, atau

Lebih terperinci

Ringkasan Laporan Penelitian 2007

Ringkasan Laporan Penelitian 2007 VALIDASI TES INTELIGENSI SPM DAN IST PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UIN MALANG Oleh: Retno Mangestuti, M.Si r_mangestuti@psi.uin-malang.ac.id Rahmat Aziz, M.Si azirahma@psi.uin-malang.ac.id Abstrak

Lebih terperinci

PROSEDUR PENGEMBANGAN INSTRUMEN DAN MEDIA BIMBINGAN DAN KONSELING

PROSEDUR PENGEMBANGAN INSTRUMEN DAN MEDIA BIMBINGAN DAN KONSELING PROSEDUR PENGEMBANGAN INSTRUMEN DAN MEDIA BIMBINGAN DAN KONSELING Disusun guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan dan Konseling Dosen Pengampu Mata Kuliah : Dr. Edi Purwanta,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel Penelitian Secara garis besar variabel penelitian mengenai keterbandingan reliabilitas berdasar metode penskoran number-right score dengan metode penskoran correction

Lebih terperinci

TEORI RESPONSI BUTIR. Penulis: : Dr. Ir. Sudaryono, M.Pd. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013

TEORI RESPONSI BUTIR. Penulis: : Dr. Ir. Sudaryono, M.Pd. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 TEORI RESPONSI BUTIR Penulis: : Dr. Ir. Sudaryono, M.Pd Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku

BAB III METODE PENELITIAN. yang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian adalah suatu proses mencari sesuatu secara sistematik dalam waktu yang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam melakukan suatu penelitian, khususnya penelitian kuantitatif, perlu secara jelas diketahui variabel-variabel apa saja yang akan diukur dan instrumen seperti apa yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun pada BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Rancangan penelitian merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka-angka, mulai

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka-angka, mulai 48 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan penelitian korelasional.seperti yang dijelaskan oleh Arikunto bahwa penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan penelitian yang banyak menggunakan angka, mulai dari pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional yang melihat hubungan antara satu atau beberapa ubahan dengan satu atau

Lebih terperinci

ANALISA VALIDITAS DAN RELIABILITAS TES KESABARAN VERSI KEDUA PADA MAHASISWA

ANALISA VALIDITAS DAN RELIABILITAS TES KESABARAN VERSI KEDUA PADA MAHASISWA Jurnal Ilmiah Penelitian Psikologi: Kajian Empiris & Non-Empiris Vol. 2., No. 1., 2016. Hal. 1-7 ANALISA VALIDITAS DAN RELIABILITAS TES KESABARAN VERSI KEDUA PADA MAHASISWA JIPP Anggun Lestari a dan Fahrul

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang digunakan Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif adalah metode yang menekankan analisisnya pada datadata numerical (angka)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan menggunakan teknik pendekatan korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian komparatif untuk mengetahui perbedaan hardiness mahasiswa lakilaki dan mahasiswa perempuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Desain penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan korelasi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Desain penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan korelasi 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan korelasi korelasi regresi berganda yang bertujuan untuk menguji hubungan variabel independen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. angka yang diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. angka yang diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal atau angka yang

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) Mata Kuliah : Psikometri Kode Mata Kuliah : PSI-206 Jumlah SKS : 3 Waktu Pertemuan : 150 menit Kompetensi Dasar : 1. Penguasaan metodologi penelitian psikologi Indikator

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berdasarkan angka-angka yang diperoleh dari hasil analitik statistik

BAB III METODE PENELITIAN. berdasarkan angka-angka yang diperoleh dari hasil analitik statistik BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam pendekatan kuantitatif yang mempunyai tata cara dengan pengambilan keputusan interpretasi data dan kesimpulan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Rancangan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka-angka, mulai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan teknik korelasional. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. korelasional bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara dua atau

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. korelasional bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara dua atau 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desian penelitian korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan model penelitian korelasional. Pendekatan kuantitatif menekankan analisa pada data angka yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel tergantung : Perilaku Seksual Pranikah. 2. Variabel bebas : a.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel tergantung : Perilaku Seksual Pranikah. 2. Variabel bebas : a. 76 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel tergantung : Perilaku Seksual Pranikah 2.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian dan Metode Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian dan Metode Penelitian 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian dan Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mempergunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

PERBEDAAN KETEPATAN ESTIMASI TINGKAT KESUKARAN BUTIR TES PILIHAN GANDA PADA PENSKORAN KOREKSI DAN KONVENSIONAL DENGAN PENERAPAN MODEL RASCH

PERBEDAAN KETEPATAN ESTIMASI TINGKAT KESUKARAN BUTIR TES PILIHAN GANDA PADA PENSKORAN KOREKSI DAN KONVENSIONAL DENGAN PENERAPAN MODEL RASCH PERBEDAAN KETEPATAN ESTIMASI TINGKAT KESUKARAN BUTIR TES PILIHAN GANDA PADA PENSKORAN KOREKSI DAN KONVENSIONAL DENGAN PENERAPAN MODEL RASCH Purwo Susongko (Universitas Pancasakti Tegal) Kusumatirto@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif, yang bertujuan untuk menggambarkan dan mengungkapkan suatu masalah, keadaan, peristiwa sebagaimana

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI

BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI 5.1 Simpulan Mengacu pada permasalahan dan hasil pengujian hipotesis, simpulan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Skor subtes IST, secara bersama-sama, memiliki

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kerja review ahli, hasil uji coba kelompok kecil dan hasil uji coba empiris.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kerja review ahli, hasil uji coba kelompok kecil dan hasil uji coba empiris. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan disajikan hasil pengembangan inventori kesiapan kerja yang meliputi: hasil penelitian dan pembahasan pengembangan inventori kesiapan kerja review

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah 23 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan faktor penting yang sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah atau prosedur kerja sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Setiap penelitian harus direncanakan. Untuk itu diperlukan suatu desain penelitian. Menurut Noor (2013, hlm. 108) desain penelitian adalah semua proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 44 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional. Metode penelitian korelasional digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian komparatif untuk mengetahui perbedaan kinerja pegawai pria dan pegawai wanita Kantor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengambilan keputusan, interpretasi data, dan kesimpulan berdasarkan angkaangka

BAB III METODE PENELITIAN. pengambilan keputusan, interpretasi data, dan kesimpulan berdasarkan angkaangka BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif non eksperimen dengan menggunakan metode analisis data korelatif yang memiliki tata cara yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan metode kuantitatif menurut Sugiyono (2008:14), adalah metode yang

Lebih terperinci

Measurement Definisi Pengukuran

Measurement Definisi Pengukuran Measurement Pengukuran merupakan proses yang seringkali kita lakukan bahkan oleh orangorang pendahulu kita dalam kehidupan sehari-hari. Pengukuran tidak selamanya didominasi oleh orang-orang terpelajar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Instrumen pengukur sejauh mana penguasaan kompetensi suatu bidang keilmuan seseorang dapat diketahui dengan melakukan tes. Tes memiliki berbagai macam

Lebih terperinci

Pengantar Psikodianostik

Pengantar Psikodianostik Modul ke: Pengantar Psikodianostik Dasar dasar Tes Psikologi Validitas dan Reliabilitas Tes Psikologis Fakultas PSIKOLOGI Wenny Hikmah Syahputri, M.Psi., Psi. Program Studi Psikologi Jenis Tes Psikologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menghubungkan antara variabel X dan variabel Y. Penelitian dengan. B. Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menghubungkan antara variabel X dan variabel Y. Penelitian dengan. B. Variabel Penelitian 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasional yang menghubungkan antara variabel X dan variabel Y. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ilmiah atau untuk pengujian hipotesis suatu penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. ilmiah atau untuk pengujian hipotesis suatu penelitian. 39 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian berhubungan erat dengan prosedur, alat maupun bentuk penelitian yang akan dijalankan untuk mencapai tujuan penelitian, yaitu menemukan, mengembangkan, mengkaji

Lebih terperinci

Perancangan Alat Ukur

Perancangan Alat Ukur Modul ke: Perancangan Alat Ukur Fakultas Psikologi Program Studi PSIKOLOGI Mahasiswa dapat menyusun manual tes, instruksi tes dan item tes sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan yang benar Dian Misrawati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah dasar pendidikan nasional. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Seting dan Karakteristik Subjek Penelitian Di dalam Seting dan Karakteristik subjek penelitian ini akan dipaparkan tentang tempat penelitian, subjek yang akan diteliti dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tes psikologi merupakan alat yang digunakan oleh Psikolog dalam

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tes psikologi merupakan alat yang digunakan oleh Psikolog dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang ini tes Psikologi bukan merupakan hal yang asing lagi bagi masyarakat. Tes psikologi merupakan alat yang digunakan oleh Psikolog dalam melakukan penilaian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab ini akan membahas mengenai metode penelitian yang digunakan oleh peneliti. Hal yang dibahas diantaranya subjek penelitian, desain penelitian, variabel dan definisi operasional,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. menjadi obyek pengamatan penelitian dan sebagai faktor-faktor yang berperan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. menjadi obyek pengamatan penelitian dan sebagai faktor-faktor yang berperan 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan penelitian dan sebagai faktor-faktor yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel dalam penelitian ini, yaitu: B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel dalam penelitian ini, yaitu: B. Definisi Operasional digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini, yaitu: 1. Variabel Bebas : a. Regulasi diri b. Hubungan interpersonal dalam keluarga 2. Variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 15 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Arikunto (2006), penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang Digunakan Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuantitatif. Menurut Azwar (013:5) metode kuantitatif adalah metode yang menekankan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan,

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan, BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif yang bersifat kuantitatif korelasional, yaitu penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui tingkat

Lebih terperinci

Instrumen Psikologis

Instrumen Psikologis Instrumen Psikologis Sumber : 1. Wahyu Widhiarso (2014). Bahan Kuliah (Skala Psikologi). Fakultas Psikologi UGM 2. Azwar, S. (2004). Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar 3. http://berbagireferensi.blogspot.com/2011

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah weak-experiment karena tidak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah weak-experiment karena tidak BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah weak-experiment karena tidak menggunakan kelompok kontrol (Fraenkel, 1993: 245). Subyek penelitian berjumlah satu

Lebih terperinci

3. MASALAH, HIPOTESIS DAN METODE PENELITIAN

3. MASALAH, HIPOTESIS DAN METODE PENELITIAN 30 3. MASALAH, HIPOTESIS DAN METODE PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan tentang masalah dan metode penelitian yang terdiri dari masalah penelitian, variabel penelitian, hipotesis penelitian, subyek

Lebih terperinci

Validitas KriteriaSubtes EAS 4 Ketelitian dan Kecepatan Visual. Herlina Siwi Widiana Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan

Validitas KriteriaSubtes EAS 4 Ketelitian dan Kecepatan Visual. Herlina Siwi Widiana Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Validitas KriteriaSubtes EAS 4 Ketelitian dan Kecepatan Visual Herlina Siwi Widiana Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan ] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menguji validitas subtes EAS 4 Kecepatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif komparatif yang secara umum bertujuan untuk melihat adanya perbedaan koefisien reliabilitas tes hasil belajar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. antara komunikasi interpersonal anak-orangtua (X) dengan manajemen konflik

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. antara komunikasi interpersonal anak-orangtua (X) dengan manajemen konflik 9 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui ada tidaknya hubungan antara komunikasi interpersonal anak-orangtua (X) dengan manajemen konflik pada remaja

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan menampilkan hasil berupa angka-angka. Sedangkan metode dalam

BAB III METODE PENELITIAN. dan menampilkan hasil berupa angka-angka. Sedangkan metode dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Karena dalam pengolahan data peneliti menggunakan perhitungan statistik yang telah baku dan menampilkan

Lebih terperinci