PENDAHULUAN. Bahan Ajar sebagai Sumber Belajar. Modul Bahan Ajar PJJ PGSD

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAHULUAN. Bahan Ajar sebagai Sumber Belajar. Modul Bahan Ajar PJJ PGSD"

Transkripsi

1 PEMANFAATAN BAHAN AJAR SEBAGAI SUMBER BELAJAR 3 PENDAHULUAN Kebijaksanaan Umum Pendidikan Dasar dan Menengah yang mengacu kepada Kurikulum Berbasis Kompetensi, menetapkan visi dan misi pendidikan dasar. Visi pendidikan dasar adalah penyelenggaraan pendidikan dasar dalam rangka menghasilkan lulusan yang mempunyai dasar-dasar karakter, kecakapan, keterampilan dan pengetahuan yang kuat dan memadai untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimall sehingga memiliki ketahanan dan keberhasilan dalam pendidikan lanjutan atau dalam kehidupan yang selalu berubah sesuai dengan perkembangan jaman. Sedangkan misi yang diemban pendidikan dasar adalah (1) menanamkan dasar-dasar prilaku budi pekerti dan berakhlak mulia, (2) Menumbuhkan dasar-dasar kemahiran membaca, menulis dan berhitung, (3) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan kemampuanberfikir logis, kritis, dan kreatif, (4) menumbuhkan sikap toleran, tanggung jawab, kemandirian dan kecakapan emosional, (5) memberikan dasar-dasar keterampilan hidup, kewirausahaan, dan etos kerja, dan (6) membentuk rasa cinta terhadap tanah air Indonesia. Rangkaian rumusan kalimat visi dan misi di atas cukup sederhana tapi penuh makna untuk dijabarkan secara operasional sehingga dapat dilaksanakan secara secara sistemik dan optimal dalam proses pembelajaran di sekolah. Pendidikan dasar (dalam artian SD/MI dan SLTP dan MTs) merupakan basis terpenting dalam mempersiapkan anak didik untuk memiliki kemampuan, kecakapan, keterampilan dan pengetahuan (kompetensi) yang diperlukan dalam kehidupan mereka kelak. Tuntutan dan tantangan kehidupan anak didik di masa mendatang; sejalan dengan perkembangan sosial, budaya, ilmu pengetahuan dan tehnologi; akan berbeda dengan keadaan sekarang. Dengan demikian para pengelola dan penyelenggara pendidikan perlu memiliki profesionalisme yang memadai untuk dapat mengantarkan anak didik kita menyongsong masa depan dan kehidupan yang lebih komplek. 70

2 Pada Unit ini Anda diharapkan memahami tentang pemanfaatan sumber belajar sebagai bahan pembelajaran di sekolah dasar. Secara khusus, Anda diharapkan dapat: 1. Menjelaskan konsep sumber belajar 2. Menjelaskan klasifikasi sumber belajar 3. Menjelaskan kriteria dan strategi pemilihan bahan ajar Guna mencapai tujuan-tujuan tesebut, maka dalam unit ini Anda dapat mempelajari beberapa topik dasar, yaitu: 1. Konsep sumber belajar 2. Klasifikasi sumber belajar 3. Kriteria dan strategi pemilihan bahan ajar Agar Anda berhasil dengan baik dalam mempelajari materi unit ini, ikutilah petunjuk belajar seperti yang telah diuraikan pada bagian Pengantar. Selamat belajar! 71

3 Konsep Sumber Belajar KEGIATAN BELAJAR-1 Proses pembelajaran yang mengacu kepada kaidah kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) diharapkan dapat memberikan dasardasar pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman belajar bagi para siswa sehingga mereka mampu membangun integritas sosial, serta membudayakan dan mewujudkan karakter nasional. Hal ini sejalan dengan prinsip belajar sepanjang hayat yang mengacu kepada empat pilar pendidikan uniyersal, yaitu: belajar mengetahui, belajar melakukan, belajar menjadi diri sendiri, dan belajar hidup bermasyarakat. Dengan demikian proses pembelajaran di sekolah, khususnya yang menyangkut aktifitas belajar siswa, harus dirancang dan diimplementasikan sedemikian rupa sehingga membentuk pengalaman belajar yang bermakna. Pengalaman belajar siswa di sekolah harus menjadi dasar yang mampu memberikan kekuatan bagi mereka dalam mempersiapkan diri untuk menyongsong masa depan yang penuh tantangan. Perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran yang bermakna tidak terlepas dari, dan harus terkait secara fungsional dengan sumber belajar. Pengalaman belajar yang bermakna menuntut adanya wawasan, pengetahuan dan keterampilan guru-guru dan tenaga kependidikan yang handal dalam memfasilitasi kegiatan belajar siswa. Guru bersama tenaga kependidikan yang lainnya adalah fasilitator dan dinamisator belajar siswa dan bertanggung jawab untuk mendorong semangat belajar siswa dengan menciptakan dan memelihara suasana belajar yang menyenangkan. Suasana belajar yang menyenangkan diharapkan dapat lebih meningkatkan semangat dan intensitas belajar siswa. Proses pembelajaran berdasarkan KTSP perlu lebih memberikan peluang dan kesempatan yang lebih luas (bahkan difokuskan) kepada peserta didik untuk menjalani pengalaman belajar yang lebih produktif, efektif, dan efisien. Secara tehnis sumber belajar terdapat, baik di dalam lingkungan sekolah maupun yang berada di lingkungan masyarakat sekitar sekolah. Secara organisatoris, sumber belajar adalah sejumlah informasi dan fasilitas yang tersedia di perpustakaan. Kegiatan pembelajaran di sekolah perlu lebih memberi penekanan pada aktifitas belajar siswa secara aktif, kreatif dan dinamis, baik secara perseorangan maupun kelompok. Kegiatan belajar seperti ini baru akan bisa terjadi dan menjadi kenyataan apabila peluang dan kesempatan belajar yang bersifat mandiri diberikan seluas-luasnya kepada para siswa. Dengan demikian guru perlu lebih memposisikan diri sebagai fasilitator dan dinamisator kegiatan belajar siswa. Sulit kiranya tujuan pembelajaran 72

4 akan dapat tercapai secara optimal apabila hanya mengandalkan pada jam pelajaran formal yang terbatas oleh ruang dan waktu dan berfokus pada proses penyampaian bahan ajar yang dilakukan oleh guru. Secara organisatoris di sekolah sudah tersedia unit layanan yang berfungsi untuk melayani kegiatan belajar siswa, yaitu perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, serta sarana dan fisilitas belajar lain yang dapat disediakan sekolah. Keberadaan unit-unit layanan tersebut justru dimaksudkan untuk lebih memperkaya proses pembelajaran yang sedang dilaksanakan. Ketersediaan dan penggunaan sumber belajar secara tepat akan mampu membuka wawasan pemahaman para siswa terhadap pokok bahan ajar. Sumber belajar, jika dikelola dengan baik, akan melengkapi, memelihara, dan memperkaya kegiatan belajar siswa dalam nuansa akademis yang dapat dipertanggung jawabkan. Penggunaan sumber belajar dapat dilaksanakan baik pada jam pelajaran formal maupun dalam kesempatan lainnya dalam proses belajar mandiri. Pemberdayaan sumber belajar secara fungsional akan memberikan kontribusi positif bagi proses dan hasil belajar siswa. Dengan cara ini selain mampu mengurangi beban dan keterbatasan guru, juga akan mendorong semangat belajar dan kreatifitas siswa. Ketersediaan sumber belajar akan mempermudah daya tangkap, memperpanjang kesempatan belajar sehingga mampu menciptakan dan memelihara suasana belajar yang menyenangkan siswa. Secara lebih rinci, pemberdayaan sumber belajar dalam proses pembelajaran di sekolah diharapkan dapat: 1. Meningkatkan intensitas, minat dan perhatian siswa terhadap program pelajaran yang sedang dilaksanakan. 2. Mendorong siswa untuk menemukan makna dan kegunaan belajar sebagai bagian dari dan bekal kehidupan mereka. 3. Mendorong siswa untuk memupuk sikap kemandirian dalam belajar yang sekaligus memupuk sikap kebesamaan dengan sesama. 4. Membuka wawasan siswa terhadap realita lingkungan sebagai bagian dari kehidupan serta mampu menemukan nilai-nilai esensial yang terkandung di dalamnya. 5. Menanamkan kebiasaan belajar yang dinamis, kreatif dan mandiri tanpa harus selamanya bergantung pada kehadiran guru. 6. Membuka peluang bagi para siswa untuk lebih leluasa dalam memperdalam, menganalisa, dan mencari makna dari bahan pelajaran yang sedang dipelajari. 7. Memberikan peluang untuk mengeksplorasi informasi dari berbagai sumber tanpa terhalang waktu dan tempat belajar. 8. Mampu meningkatkan kualitas pembelajaran tanpa harus bertumpu pada guru dan program formal yang tersedia. Sekolah merupakan bagian dan tidak dapat terpisahkan dari keberadaan lingkungan kehidupan masyarakat yang lebih luas. Para siswa berasal dari lingkungan masyarakat dan kelak akan kembali ke 73

5 lingkungan masyarakat yang lebih luas. Pendidikan dasar sebagai lingkungan pendidikan formal pertama yang dialami anak didik, tidak terpisahkan dari kehidupan yang terjadi di lingkungan rumah, keluarga dan masyarakat sekitar. Proses pembelajaran di sekolah perlu membantu para siswa untuk mempertegas, memperdalam pemahaman dan wawasan mereka terhadap kenyataan dan kehidupan di sekitarnya. Untuk keperluan ini guru perlu memahami karater, sifat dan kegunaan setiap jenis sumber belajar di lingkungan sekitar sehingga dapat menghubungkannya secara kotekstual dalam aktifitas belajar siswa. Kenyataan ini terkait dengan implementasi dari life skills (keterampilan hidup) yang dibutuhkan peserta didik. Dikenal berbagai jenis dan ragam sumber belajar yang berada di dalam dan di sekitar sekolah. Untuk mempermudah pemahaman kita terhadap keberagaman sumber belajar tersebut, maka sumber belajar dapat dipilah sebagai berikut. a. Sumber belajar dari Lingkungan Fisik. Sumber belajar seperti ini terdiri dari keadaan alam dengan segala isinya (hewan, tumbuhtumbuhan, cuaca, dan lain-lain); benda-benda nyata, seperti: rumah, tempat-tempat ibadah, pabrik, pelabuhan, terminal bus, dan lain-lain. b. Sumber belajar dari Lingkungan Non Fisik. Jenis sumber belajar ini antara lain: kehidupan keluarga, kehidupan sosial budaya, ekonomi, agama, politik, ketatanegaraan, sistem pemerintahan, organisasi kemasyarakatan, lembaga pemerintahan dan swasta, industri. c. Sumber belajar yang disiapkan dan dirancang secara khusus di sekolah. Ini termasuk unit-unit yang ada di sekolah seperti perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, sebagai subsistem pembelajaran. Dari ketiga kelompok berbagai sumber belajar tersebut di atas terdapat sejumlah nilai-nilai yang banyak memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas. Untuk memberdayakan semua sumber belajar yang tersedia tersebut, diperlukan pengenalan, pemahaman, penganalisaan dan pemaknaan yang dikaitkan secara kontekstual dengan tujuan, program, dan materi pembelajaran yang harus dibahas di kelas. Melalui pendekatan ini diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap kepekaan, daya kritis, sikap sosial, daya estetika dan etika, tanggung jawab moral, kreatifitas belajar para siswa, serta peningkatan semangat belajar mereka. Telah dikemukakan sebelumnya bahwa secara organisatoris, di sekolah telah tersedia berbagai sumber belajar yang sengaja dipersiapkan untuk mendukung, memelihara dan memperkaya proses pembelajaran di kelas. Unit layanan yang berfungsi memfasilitasi proses pembelajaran adalah perpustakaan. Perpustakaan merupakan fasilitas, media, dan sekaligus sumber belajar yang berisi sejumlah khasanah informasi terpilih yang berfungsi sebagai pusat informasi dan sumber belajar. Namun demikian, berfungsi tidaknya perpustakaan sangat tergantung kepada 74

6 penggunaannya dalam proses pembelajaran. Untuk pemberdayaan sumber-sumber belajar dari perpustakaan perlu adanya jalinan kerjasama antara guru dengan pustakawan. Untuk tingkat sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah dimungkinkan untuk guru berperan sekaligus sebagai pustakawan. Hal ini karena secara operasional koleksi perpustakaan dapat dimodifikasi menjadi koleksi buku-buku di kelas (classroom collection). Adapun ragam sumber belajar di perpustakaan yang perlu diketahui dan dimanfaatkan guru dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas, diantaranya adalah: (a) buku-buku mata pelajaran, (b) majalah/jurnal (populer dan ilmiah), (c) surat kabar, (d) buku-buku bacaan umum, (e) kamus, (f) ensiklopedia, (g) media pandang dengar, (h) alat-alat peraga pelajaran, dan (i) brosur, famflet. Untuk dapat memberdayakan berbagai sumber belajar di perpustakaan, guru perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menelusuri sumber-sumber informasi termasuk pemahaman akan esensi, rentangan, karakteristik dan kegunaan setiap jenis sumber belajar. Setiap jenis sumber belajar memiliki karakteristik sendiri serta sifat penggunaannya yang mungkin berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Sumber-sumber belajar yang dapat digunakan pengajar untuk mendapatkan materi pembelajaran, antara lain: 1. Sumber belajar media elektronik hasil rekayasa teknologi. Media elektronik adalah komputer (yang dapat menghantarkan internet), televisi, VCD/DVD, radio, kaset, dan sebagainya. Media elektronik ini berbentuk program-program yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan belajar suatu mata pelajaran. 2. Buku Teks. Sebagai sumber belajar, buku teks tidak selamanya harus satu jenis atau dari satu orang pengarang, melainkan hendaknya bervariasi agar mendapatkan materi pembelajaran yang luas. 3. Dokumen Kurikulum. Dokumen kurikulum penting bagi pengajar untuk digunakan sebagai sumber bahan belajar selain buku teks dan sumber-sumber lain. Dokumen kurikulum sangat penting sebagai pedoman untuk menentukan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan materi pembelajaran yang harus diliput. Pengajar harus menjabarkan materi pokok menjadi bahan ajar yang terperinci. 4. Penerbitan Berkala. Penerbitan berkala seperti surat kabar harian atau majalah yang terbit mingguan atau bulanan. Terbitan ini banyak berisikan informasi yang dapat dijadikan bahan ajar. Penyajiannya menggunakan bahasa yang populer yang mudah dipahami, sehingga tidak terlalu menyulitkan siswa jika dijadikan sebagai bahan ajar. 5. Laporan Hasil Penelitian. Laporan hasil penelitian biasanya diterbitkan oleh lembaga penelitian, perguruan tinggi, atau para peneliti. Laporan hasil penelitian ini bisa dijadikan bahan belajar yang aktual dan mutakhir. Bahan ini cocok untuk dipelajari oleh para guru untuk memutakhirkan pengetahuan dan keterampilan dalam profesi keguruan. Untuk dapat dimanfaatka oleh siswa sekolah dasar mungkin 75

7 sangat perlu bimbingan guru, karena biasanya laporan penelitian sangat ilmiah urainnya dan belum terlalu dapat difahami siswa sekolah dasar, karena belum memiliki keterampilan dalam membaca laporan penelitian. 6. Jurnal. Jurnal adalah penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah. Isinya adalah hasil penelitian atau hasil pemikiran yang sangat bermanfaat untuk digunakan sebagai sumber bahan belajar. Hasil penelitian ini kebenarannya telah dikaji dan diuji. Sifat sumber belajar jurnal ini sama dengan laporan penilitian yang berbentuk monograf pada butir Nara Sumber. Nara sumber (human resources) adalah orang-orang yang mempunyai keahlian pada suatu bidang. Nara sumber itu antara lain: a. Pakar atau ahli mata pelajaran yang dapat diminta nasehatnya tentang kebenaran materi pembelajaran dari segi ruang lingkup, urutan, atau kedalamannya. b. Kalangan profesional, yaitu orang-orang yang bekerja pada suatu bidang tertentu. Misalnya, profesional perbankan sebagai ahli keuangan/perbankan dapat dimanfaatkan ketika menjelaskan materi pembelajaran tentang keungan pada mata pelajaran IPS. Dokter hewan yang bisa dimanfaatkan untuk menjelaskan beberapa jenis hewan dalam mata peljaran IPA. c. Pemanfaatan nara sumber ini bisa dihadirkan di kelas atau dikunjungi ke tempat kerja profesional tersebut. 8. Lingkungan. Lingkungan ini seperti lingkungan alam, ekonomi, sosial, seni, budaya, teknologi, atau industri. Sebagai contoh, untuk mempelajari materi pembelajaran tentang pertanian, maka peserta didik dibawa ke lingkungan sekitar persawahan. Untuk mempelajari tentang perdagangan, peserta didik dibawa ke pasar atau ke toko. 9. Internet. Internet dengan jaringan komputer (network) merupakan sumber untuk mendapatkan segala macam bahan ajar. Bahan ajar tersebut bisa dicetak atau dicopy. Keberadaan sumber belajar dalam pendidikan memiliki fungsi tersendiri, yaitu: 1. Meningkatkan keberhasilan pembelajaran, karena peserta didik belajar lebih cepat namun tetap mampu menguasai materi pembelajaran. 2. Membantu pengajar untuk memanfaatkan waktu lebih efisien namun tetap dapat menghasilkan pembelajarn yang efektif. 3. Meringankan tugas pengajar dalam menyajikan informasi atau materi pembelajaran, sehingga perhatian pengajar lebih banyak memberikan dorongan dan motivasi belajar kepada peserta didik. 4. Mempermudah melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dalam belajar secara idnividual, karena peran pengajar tidak dominan, melainkan mampu menciptakan kondisi 76

8 atau lingkungan belajar yang memungkinkan siwa belajar secara mandiri. 5. Peserta didik dapat belajar sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, bakat, dan minatnya, karena tersedianya sumber blajar yang telah dirancang sedemikian rupa oleh guru, sekolah dan masyarakat. 6. Program pembelajaran dan pelaksanaannya dapat berjalan dengan sistematis 7. Pengembangan bahan ajar yang ilmiah dan objektif 8. Informasi dan bahan ajar yang disajikan tidak abstrak, namun lebih konkrit serta sesuai dengan kehidupan nyata yang dialami peserta didik. 9. Memberikan informasi atau pengetahuan yang lebih luas tidak terbatas ruang, waktu, dan keterbatasan indera. RANGKUMAN Sumber belajar adalah sumber daya yang dapat dimanfaatkan oleh sekolah baik guru dan siswa untuk keberhasilan proses dan hasil belajar. Tanpa sumber belajar, pembelajaran tidak dapat berhasil dengan baik. Keberadaan sumber belajar dalam pendidikan memiliki fungsi tersendiri, yaitu: meningkatkan keberhasilan pembelajaran, membantu pengajar untuk memanfaatkan waktu lebih efisien, meringankan tugas pengajar dalam menyajikan, mempermudah melaksanakan pembelajaran, pengembangan bahan ajar ilmiah dan objektif, dan informasi dan bahan ajar yang disajikan tidak abstrak, namun lebih konkrit serta sesuai dengan kehidupan nyata yang dialami peserta didik, serta memberikan informasi atau pengetahuan yang lebih luas tidak terbatas ruang, waktu, dan keterbatasan indera. LATIHAN Berdasarkan pemahaman yang Anda kuasai berdasarkan pengalaman mengajar selama ini. buatlah sebuh ilustrasi dan contoh kasus bagaimana Anda menggunakan sumber belajar dalam pembelajaran yang Anda lakukan. Anda bisa menceritakan bagaimana pengalaman menggunakan salah satu contoh sumber belajar. Manfaat apa yang Anda dapat rasakan ketika menggunakan sumber belajar secara bervariatif dibandingkan dengan ketika Anda tidak menggunakan sumber belajar yang memadai. Anda dapat mendikusikannya dengan tmen guru atau sesama mahasiswa PJJ PGSD. Buatlah tulisan ilmiah mengenai hal ini, berdasarkan apa yang sudah Anda pelajari dan alami sejauh ini. 77

9 KEGIATAN BELAJAR 2 Klasifikasi Sumber Belajar Di dalam kurikulum IPA-SD 2006, konsep hewan dan benda diajarkan pada kelas III sebagai awal siswa menerima pelajaran IPA secara tersendiri. Untuk memperoleh gambaran tentang konsep hewan dan benda, diberikan materi tentang empat konsep, konsep kongkrit, konsep abstrak, konsep dengan atribut kritis abstrak, dan konsep yang berdasarkan prinsip. Konsep hewan diajarkan dengan tujuan agar siswa mampu mengenali hewan liar dan hewan peliharaan serta mampu mengelompokkan hewan berdasarkan cara berkembang biaknya dari informasi dan hasil pengamatan (Diknas, 2006). Kegiatan belajar mengajar ditekankan pada aktivitas siswa dengan melakukan pengamatan terhadap hewan yang terdapat di lingkungan siswa. Hewan peliharaan dan hewan liar dapat dijadikan sebagai pengalaman belajar bagi siswa SD dengan mengamati cara hidup, cara berkembang biak, dan tempat hidup. Konsep benda diajarkan dengan tujuan, agar siswa mampu mengenal sifat-sifat benda padat, benda cair, dan benda gas. Dari tujuan tersebut dirancang kegiatan pembelajaran yang memberikan aktifitas siswa untuk melakukan percobaan sederhana guna mengenal sifat benda padat, cair, dan gas. Melalui percobaan ini tentu saja siswa memerlukan bahan dan alat berupa sumber belajar baik yang nyata maupun buatan untuk memahami konsep benda sehingga dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh lain adalah Anda ingin menjelaskan tentang seekor binatang yang disebut gajah kepada siswa SD kelas awal, atau Anda ingin menjelaskan tentang kereta api kepada murid Anda yang berada di Kalimantan, Irian, atau di tempat lain yang tidak ada kereta api, atau Anda ingin menjelaskan tentang apa itu pasar terapung. Ada beberapa cara yang mungkin Anda lakukan. Sebagai ilustrasi berikut beberapa contoh ril aktifitas pembelajaran ketika menghadapi tuntutan seperti yang diuraikan pada contoh-contoh tersebut. Cara pembelajaran yang pertama, Anda akan bercerita tentang gajah, kereta api, atau pasar terapung. Anda bisa bercerita mungkin karena pengalaman, membaca buku, cerita orang lain, atau pernah melihat gambar ketiga objek itu. Apabila murid Anda tersebut sama sekali belum tahu, belum pernah melihat dari televisi atau gambar di buku misalnya, maka cukup sulit bagi Anda menjelaskan hanya dengan katakata tentang objek tersebut. Kalau Anda seorang yang ahli bercerita, tentu 78

10 cerita Anda akan sangat menarik bagi para siswa. Namun tidak semua orang diberikan karunia kepandaian bercerita. Penjelasan dengan katakata mungkin akan menghabiskan waktu yang lama, pemahaman murid juga berbeda sesuai dengan pengetahuan mereka sebelumnya, bahkan bukan tidak mungkin akan menimbulkan kesalahan persepsi karena terjadi verbalisme di mana persepsi guru dengan siswa tidak sama. Cara pembelajaran yang kedua, Anda membawa murid untuk melihat objek yang sebenarnya misalnya studi wisata mengunjungi tempat-tempat yang sesuai misalnya kebun binatang, taman safari, cagar alam atau tempat penangkaran binatang. Cara ini merupakan yang paling efektif dibandingkan dengan cara lainnya. Konsep ini sejalan dengan pendapat Edgar Dale dalam teorinya Cone of Experience yang menjelaskan bahwa hasil belajar dapat diperoleh lebih optimal dengan cara melakukan sendiri atau paling tidak melihat objek nyata. Hal tersebut dapat Anda lihat pada Gambar 3-1 berikut ini We tend to remember We tend to remember 10% of what we read 20% of what we hear 30% of what we see Reading Hearing word Looking at pictures Waching at movie Verbal receiving Visual receiving 50% of what we hear and see 70% of what we say Waching at an exhibits Waching a Demonstrtation Seeing it done on location Participation in a disscussion Giving a talk Receiving and participating 70% of what we say and do Performace dramatic presentation, simulation Doing the real thing Doing Bagan 3-1: Kerucut Pengalaman Namun demikian untuk melakukan tipe pembelajaran yang membawa siswa pada objek nyata terkadang membutuhkan biaya dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Cara ini walaupun efektif tapi kurang efisien. Tidak mungkin, untuk belajar, semua orang harus mengalami secara langsung segala sesuatu yang dipelajari. Dengan demikian diperlukan kreatifitas guru untuk menjadikan pembelajaran lebih efisien namun hasilnya lebih efektif dengan berpijak pada prinsip pengalaman belajar Edgar Dale yang ditunjukkan pada Gambar 3-1. Cara kedua ini disebut juga pemanfaatan sumber belajar dengan menggunakan fasilitas yang sudah tersedia yang tidak secara khusus dirancang untuk pembelajaran namun dapat digunakan secara langsung (media by utilization). 79

11 Cara pembelajaran yang ketiga, disebut juga media by design. Dalam hal ini Anda merancang media sesuai dengan tuntutan tujuan materi dan karakteristik siswa, seperti gambar, foto, film, video tentang objek tersebut untuk dipergunakan di kelas. Cara ini akan sangat membantu anda dalam memberikan penjelasan. Selain menghemat katakata, menghemat waktu, penjelasan andapun akan lebih mudah dimengerti oleh siswa, menarik, membangkitkan motivasi belajar, menghilangkan kesalahan pemahaman, serta informasi yang anda sampaikan menjadi konsisten. Jika dilihat dari Gambar 3-1: teori Cone of Experience, perlakuan pembelajaran di mana para siswa melihat dan mendengar (see and hear), akan menghasilkan perolehan pengetahuan dan pemahaman lebih dari 50%, yang dapat dikatakan pembelajaran yang cukup berhasil. Dari uraian mengenai tiga cara pembelajaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa, cara pertama menggunakan informasi verbal, cara kedua memanfaatkan pengalaman nyata, sedangkan cara ketiga menyapaikan informasi pembelajaran melalui media. Di antara ketiga cara tersebut, cara ketiga adalah cara yang paling bijaksana dilakukan. Media kita perlukan agar pembelajaran lebih efektif dan efisien. Melalui cara pembelajaran yang kedua dan ketiga, pada dasarnya guru telah menggunakan sumber belajar lain selain dirinya sebagai salah satu sumber belajar. Semakin guru merasakan pentingnya sumber belajar yang membantu pembelajaran maka semakin sadar guru akan perlunya pengelolaan alat bantu atau sumber pembelajaran. Pertumbuhan kesadaran ini bersifat gradual. Perubahan dari perpustakaan yang menekankan pada penyediaan media cetak, menjadi penyedia layanan sesuai permintaan dan pemberian layanan secara multi-sensori sesuai dengan beragamnya kemampuan individu untuk menyerap informasi; menjadikan pelayanan yang diberikan mutlak wajib bervariatif dan secara luas. Selain itu, dengan semakin meluasnya kemajuan di bidang komunikasi dan teknologi, serta ditemukannya dinamika proses belajar, maka pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pengajaran semakin menuntut untuk dapat memperoleh media pendidikan yang bervariasi secara luas pula. Karena memang belajar adalah proses internal dalam diri manusia, guru bukanlah merupakan satu-satunya sumber belajar, namun merupakan salah satu komponen dari sumber belajar yang disebut orang. Pengklasifikasian sumber belajar (learning resources) berbedabeda. Ada yang mengklasifikasikan sumber belajar ke dalam empat kategori yaitu bahan belajar, peralatan dan fasilitas, orang, dan lingkungan. Ada pula yang membaginya ke dalam dua kelompok, yaitu sumber belajar manusia (human resources) dan sumber belajar bukan manusia (non human resources). Klasifikasi lain untuk sumber belajar adalah berdasarkan pengadaannya, yaitu sumber belajar yang direncanakan, dirancang, dan dibuat sendiri oleh pengajar (learning resources by design) dan sumber belajar yang tidak dirancang dan tidak 80

12 dibuat sendiri tetapi sudah ada hanya tinggal menggunakan atau memanfaatkan (learning resources by utilization). Learning resources by design adalah berbagai sumber belajar yang dirancang dan diproduksi pengadaannya untuk kepentingan penyelenggraan pembelajaran yang terarah dan bersifat formal. Sumber belajar macam ini diharapkan dapat mengurangi kedudukan pengajar sebagai penyampai informasi (transmitter of information), akan tetapi menjadi pengajar yang dapat memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk mencari dan memperoleh informasi yang luas dan banyak sesuai dengan topik yang sedang dipelajarinya. Learning resources by utilization or real world resources tidak khusus dirancang untuk kepentingan suatu pembelajaran tetapi memanfaatkan sumber belajar yang tersedia dalam dunia nyata untuk membantu proses pembelajaran, seperti pasar, toko, tokoh masyarakat, dan sebagainya. Pengklasifikasian lain untuk sumber belajar adalah terbagi menjadi menjadi enam kelompok, yaitu: 1. Pesan (Message) Pesan (Message), biasanya berupa perangkat lunak (software) seperti fakta, data/ide, atau informasi. Perangkat lunak ini disampaikan oleh pengajar kepada peserta didik yang akan menerimanya. Perangkat lunak ini bisa disajikan melalui hardware. Sumber belajar kelompok ini dimanfaatkan untuk menjawab pertanyaan apa yang disampaikan, yaitu pesan. Proses pembelajaran yang melibatkan sumber belajar jenis ini memungkinkan peserta didik untuk berinteraksi langsung menerima informasi yang berupa pesan. 2. Manusia (People) Manusia (People), yaitu sumber belajar berupa orang yang menyampaikan pesan. Misalnya pengajar yang menyampaikan pesan belajar berupa materi pembelajaran kepada peserta didik. Contoh lainnya, seorang dokter meyampaikan pesan belajar berupa cara hidup sehat kepada peserta didik di kelas, atau seorang polisi meyampaikan pesan belajar tentang disiplin berlalu lintas kepada peserta didik di kelas. dan sebagainya. Dokter dan polisi itu disebut nara sumber (resource person). Nara sumber ini selain bisa diundang ke kelas, bisa pula didatangi di tempat kerjanya. Misalnya peserta didik berkunjung ke kantor polisi untuk menerima pesan belajar tentang cara-cara aman berlalu lintas. Sumber belajar jenis ini untuk menjawab pertanyaan siapa yang menyampaikan pesan itu, yaitu orang. Dengan demikian, proses pembelajaran yang melibatkan sumber belajar jenis ini memungkinkan peserta didik untuk berkomunikasi langsung dengan orang yang menjadi nara sumber untuk profesi, bidang atau ilmu tertentu, 3. Metode (Method) Metode(Method), yaitu kegiatan atau aktivitas menyampaikan pesan belajar. Misalnya, peserta didik mempelajari cara mengoperasikan 81

13 komputer dengan metode belajar mandiri. Sumber belajar jenis ini untuk menjawab pertanyaan dengan cara bagaimana pesan itu disampaikan, yaitu metode/cara pembelajaran. Proses pembelajaran yang melibatkan sumber belajar jenis ini memungkinkan peserta didik untuk berinteraksi langsung menerima informasi melalui teknik tertentu dengan berbagai bahan ajar yang sudah dirancang sedemikian rupa sehingga dapat dipelajari sendiri oleh peserta didik. 4. Bahan (Materials) Bahan (Materials), yaitu bahan yang mengandung pesan belajar yang dapat dipelajari, seperti bahan tercetak antara lain buku, majalah, surat kabar, dan sebagainya. Ada pula bahan-bahan yang tidak tercetak, seperti bahan elektronik antara lain televisi, radio, atau komputer. Sumber belajar jenis ini untuk menjawab pertanyaan dengan apa pesan itu disampaikan, yaitu bahan. Proses pembelajaran yang melibatkan sumber belajar jenis ini memungkinkan peserta didik untuk berinteraksi langsung menerima informasi melalui bahan yang dikembangkan secara khusus. 5. Alat/Perlengkapan (Tool/Equipment) Alat/Perlengkapan (Tool/Equipment) atau perangkat keras (hardware) sebagai media untuk menyajikan perangkat lunak (software). Misalnya, proyektor LCD untuk menampilkan materi atau program yang terdapat pada video, televisi, computer, dan sebagainya. Sumber belajar jenis ini untuk menjawab pertanyaan dengan apa pesan itu disampaikan, yaitu alat. Proses pembelajaran yang melibatkan sumber belajar jenis ini memungkinkan peserta didik untuk berinteraksi langsung menerima informasi menggunakan berbagai alat yang menunjang. 6. Lingkungan (Setting) Lingkungan (Setting), yaitu tempat dan situasi pesan belajar disampaikannya. Tempat dapat berupa ruang kelas, ruang laboratorium, atau ruang perpustakaan, dan sebagainya. Sedangkan situasi menunjukkan lingkungan bukan fisik, seperti cuaca, iklim, udara, dan sebagainya. Sumber belajar jenis ini untuk menjawab pertanyaan di mana pesan itu disampaikan, yaitu lingkungan. Proses pembelajaran yang melibatkan sumber belajar ini memungkinkan peserta didik untuk berinteraksi langsung di tempat atau lingkungan belajar tertentu, RANGKUMAN Klasifikasi sumber belajar (learning resources) dikategorikan ke dalam empat kategori yaitu bahan belajar, peralatan dan fasilitas, orang dan lingkungan. Ada pula yang membaginya ke dalam dua kelompok, yaitu sumber belajar manusia (human resources) dan sumber belajar bukan manusia (non human resources). Klasifikasi lainnya berdasarkan pengadaannya, yaitu sumber belajar yang dirancang, dan dibuat sendiri (learning resources by design) dan sumber belajar yang tidak dirancang 82

14 dan tidak dibuat sendiri tetapi sudah ada hanya tinggal menggunakan atau memanfaatkannya (learning resources by utilization). Jenis sumber belajar melputi: manusia (people), pesan (message), Metode (method), alat (tools), bahan (materials), dan lingkungan (setting) LATIHAN Buatlah daftar sumber belajar yang sering Anda gunakan di kelas, kelompokkan berdasarkan jenis dan karakteristiknya, serta untuk mata pelajaran apa sumber belajar itu cocok/tepat untuk digunakan. Anda bisa menggunakan tabel berikut ini : JENIS SUMBER BELAJAR CONTOH SUMBER BELAJAJAR MATERI PELAJARAN (Isi dengan jenis sumber belajar ; manusia, bahan, alat, metode, alat dan lingkungan) (isi dengan contohcontoh yang Anda gunakan dalam pembelajaran) (Isi dengan materi yang cocok atau tepat) 83

15 KEGIATAN BELAJAR 3 Kriteria Dan Strategi Pemilihan Bahan Ajar A. Kriteria Pemilihan Bahan Ajar Sebelum melaksanakan pemilihan bahan pembelajaran, terlebih dahulu perlu diketahui kriteria pemilihan bahan pembelajaran. Kriteria pokok pemilihan bahan pembelajaran atau materi pembelajaran adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal ini berarti bahwa materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru di satu pihak dan harus dipelajari siswa di lain pihak hendaknya berisikan materi atau bahan pembelajaran yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Dengan kata lain, pemilihan bahan pembelajaran haruslah mengacu atau merujuk pada standar kompetensi. Setelah diketahui kriteria pemilihan bahan pembelajaran, sampailah kita pada langkah-langkah pemilihan bahan pembelajaran. Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan pembelajaran meliputi pertama-tama mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan pembelajaran. Langkah berikutnya adalah mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan pembelajaran. Langkah ketiga memilih bahan pembelajaran yang sesuai atau relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi tadi. Terakhir adalah memilih sumber bahan pembelajaran. Secara lengkap, langkah-langkah pemilihan bahan pembelajaran dapat dijelaskan sebagai berikut. a) Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu diidentifikasi aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dipelajari atau dikuasai siswa. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran untuk membantu pencapaian setiap aspek tersebut. 84

16 b. Mengidentifikasi jenis-jenis materi pembelajaran Sejalan dengan berbagai jenis aspek standar kompetensi, materi pembelajaran juga dapat dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Materi pembelajaran aspek kognitif secara terperinci dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip dan prosedur (Reigeluth, 1987). 1) Materi jenis fakta adalah materi berupa nama-nama objek, nama tempat, nama orang, lambang, peristiwa sejarah, nama bagian atau komponen suatu benda, dan lain sebagainya. 2) Materi konsep berupa pengertian, definisi, hakekat, inti isi. 3) Materi jenis prinsip berupa dalil, rumus, postulat adagium, paradigma, teorema. 4) Materi jenis prosedur berupa langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara urut, misalnya langkah-langkah menelpon, cara-cara pembuatan telur asin atau cara-cara pembuatan bel listrik. 5) Materi pembelajaran aspek afektif meliputi: pemberian respon, penerimaan (apresisasi), internalisasi, dan penilaian. 6) Materi pembelajaran aspek motorik terdiri dari gerakan awal, semi rutin, dan rutin. c. Memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar Pilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditentukan. Perhatikan pula jumlah atau ruang lingkup yang cukup memadai sehingga mempermudah siswa dalam mencapai standar kompetensi. Berpijak dari aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah memilih jenis materi yang sesuai dengan aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut. Materi yang akan diajarkan perlu diidentifikasi apakah termasuk jenis fakta, konsep, prinsip, prosedur, afektif, atau gabungan lebih daripada satu jenis materi. Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan diajarkan, maka guru akan mendapatkan kemudahan dalam cara mengajarkannya. Setelah jenis materi pembelajaran teridentifikasi, langkah berikutnya adalah memilih jenis materi tersebut yang sesuai dengan standar kompetensi atau kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Identifikasi jenis materi pembelajaran juga penting untuk keperluan mengajarkannya. Sebab, setiap jenis materi pembelajaran memerlukan strategi pembelajaran atau metode, media, dan sistem evaluasi/penilaian yang berbeda-beda. Misalnya metode mengajarkan materi fakta atau hafalan adalah dengan menggunakan jembatan keledai, jembatan ingatan (mnemonics), sedangkan metode untuk mengajarkan prosedur adalah demonstrasi. Cara yang paling mudah untuk menentukan jenis materi pembelajaran yang akan diajarkan adalah dengan jalan mengajukan pertanyaan tentang kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Dengan 85

17 mengacu pada kompetensi dasar, kita akan mengetahui apakah materi yang harus kita ajarkan berupa fakta, konsep, prinsip, prosedur, aspek sikap, atau psikomotorik. Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan penuntun untuk mengidentifikasi jenis materi pembelajaran. 1. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa mengingat nama suatu objek, simbol atau suatu peristiwa? Kalau jawabannya ya maka materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah fakta. Contoh: Nama-nama ibu kota kabupaten, peristiwa sejarah, nama-nama organ tubuh manusia. 2. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa kemampuan untuk menyatakan suatu definisi, menuliskan ciri khas sesuatu, mengklasifikasikan atau mengelompokkan beberapa contoh objek sesuai dengan suatu definisi? Kalau jawabannya ya berarti materi yang harus diajarkan adalah konsep. Contoh: Seorang guru menunjukkan beberapa tumbuh-tumbuhan kemudian siswa diminta untuk mengklasifikasikan atau mengelompokkan mana yang termasuk tumbuhan berakar serabut dan mana yang berakar tunggang. 3. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa menjelaskan atau melakukan langkah-langkah atau prosedur secara urut atau membuat sesuatu? Bila ya maka materi yang harus diajarkan adalah prosedur. Contoh: Langkah-langkah mengatasi permasalahan dalam mewujudkan masyarakat demokrasi; langkah-langkah untuk membuat magnit buatan; cara-cara membuat sabun mandi, cara membaca sanjak, cara mengoperasikan komputer. 4. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa menentukan hubungan antara beberapa konsep, atau menerapkan hubungan antara berbagai macam konsep? Bila jawabannya ya, berarti materi pembelajaran yang harus diajarkan termasuk dalam kategori prinsip. Contoh: Hubungan hubungan antara penawaran dan permintaan suatu barang dalam lalu lintas ekonomi. Jika permintaan naik sedangkan penawaran tetap, maka harga akan naik. Cara menghitung luas persegi panjang. Rumus luas persegi panjang adalah panjang dikalikan lebar. 86

18 5. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa memilih berbuat atau tidak berbuat berdasar pertimbangan baik buruk, suka tidak suka, indah tidak indah? Jika jawabannya Ya, maka materi pembelajaran yang harus diajarkan berupa aspek afektif, sikap, atau nilai. Contoh: Ali memilih mentaati rambu-rambu lalulintas meskipun terlambat masuk sekolah setelah di sekolah diajarkan pentingnya mentaati peraturan lalulintas. 6. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa melakukan perbuatan secara fisik? Jika jawabannya Ya, maka materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah aspek motorik. Contoh: Dalam pelajaran lompat tinggi, siswa diharapkan mampu melompati mistar 125 centimeter. Materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah teknik lompat tinggi dengan demonstrasi dan praktek. B. Strategi penyampaian bahan pembelajaran Pada bagian ini akan diuraikan mengenai berbagai strategi yang dapat digunakan untuk menyampaikan bahan pembelajaran. 1. Strategi urutan penyampaian simultan Jika guru harus menyampaikan materi pembelajaran lebih daripada satu, maka menurut strategi urutan penyampaian simultan, materi secara keseluruhan disajikan secara serentak, baru kemudian diperdalam satu demi satu (Metode global). Misalnya guru akan mengajarkan materi Sila-sila Pancasila yang terdiri dari lima sila. Pertama-tama Guru menyajikan lima sila sekaligus secara garis besar, kemudian setiap sila disajikan secara mendalam. 2. Strategi urutan penyampaian suksesif Jika guru harus manyampaikan materi pembelajaran lebih daripada satu, maka menurut strategi urutan panyampaian suksesif, sebuah materi satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara berurutan menyajikan materi berikutnya secara mendalam pula. Contoh yang sama, misalnya guru akan mengajarkan materi Sila-sila Pancasila. Pertama-tama guru menyajikan sila pertama yaitu sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Setelah sila pertama disajikan secara mendalam, baru kemudian menyajikan sila berikutnya yaitu sila kedua Kemanusiaan yang adil dan beradab. 87

19 3. Strategi penyampaian fakta Jika guru harus manyajikan materi pembelajaran yang termasuk jenis fakta (nama-nama benda, nama tempat, peristiwa sejarah, nama orang, nama lambang atau simbol, dsb.), maka strategi yang tepat untuk mengajarkan materi tersebut adalah sebagai berikut: a. Sajikan materi fakta dengan lisan, tulisan, atau gambar. b. Berikan bantuan kepada siswa untuk menghafal. Bantuan diberikan dalam bentuk penyampaian secara bermakna, menggunakan jembatan ingatan, jembatan keledai, atau mnemonics, asosiasi berpasangan, dan sebagainya. Bantuan penyampaian materi fakta secara bermakna, misalnya menggunakan cara berpikir tertentu untuk membantu menghafal. Sebagai contoh, untuk menghafal jenis-jenis sumber belajar digunakan cara berpikir: Apa, oleh siapa, dengan menggunakan bahan, alat, teknik, dan lingkungan seperti apa? Berdasar kerangka berpikir tersebut, jenis-jenis sumber belajar diklasifikasikan manjadi: Pesan, orang, bahan, alat, metode, dan lingkungan. Bantuan mengingat-ingat jenisjenis sumber belajar tersebut, jika menggunakan jembatan keledai atau jembatan ingatan (mnemonics) menjadi POBAMEL (Pesan, orang, bahan, alat, metode, lingkungan). Bantuan menghafal berupa asosiasi berpasangan (pair association) misalnya untuk mengingat-ingat di mana letak stalakmit dan stalaktit pada pelajaran sains. Apakah stalaktit di atas atau di bawah? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, pasangkan huruf T pada atas, dengan T pada tit-nya stalaktit. Jadi stalaktit terletak di atas, sedangkan stalakmit terletak di bawah. Contoh lain penggunaan jembatan keledai atau jembatan ingatan: (1) PAO-HOA (Panas April-Oktober, Hujan Oktober April). (2) Untuk menghafal nama-nama bulan yang berumur 30 hari digunakan AJUSENO (April, Juni, September, November). 4. Strategi penyampaian konsep Materi pembelajaran jenis konsep adalah materi berupa definisi atau pengertian. Tujuan mempelajari konsep adalah agar siswa paham, dapat menunjukkan ciri-ciri, unsur, membedakan, membandingkan, menggeneralisasi, dan sebagainya. Langkah-langkah mengajarkan konsep: Pertama sajikan konsep, kedua berikan bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan contoh), ketiga berikan latihan (exercise) misalnya berupa tugas untuk mencari contoh lain, keempat berikan umpan balik, dan kelima berikan tes. Contoh: Penyajian konsep tindak pidana pencurian Langkah 1: Penyajian konsep 88

20 Sesuai pasal 362 KUHP, Barang siapa dengan sengaja mengambil barang milik orang lain dengan melawan hukum dengan maksud untuk dimiliki dihukum dengan hukuman penjara sekurangkurangnya tahun. Langkah 2: Pemberian bantuan a. Murid dibantu untuk menghafal konsep dengan kalimat sendiri, tidak harus hafal verbal terhadap konsep yang dipelajari (dalam hal ini Pasal pencurian). b. Tunjukkan unsur-unsur pokok konsep tindak pidana pencurian, yaitu: 1) Mengambil barang (bernilai ekonomi) 2) Barang itu milik orang lain 3) Dengan melawan hukum (tanpa seijin yang empunya) 4) Dengan maksud untuk dimiliki (mengambil uang untuk jajan). Contoh positif: Wawan malam hari masuk pekarangan Ali dengan merusak pintu pagar (sengaja) mengambil (melawan hukum) material bangunan berupa besi beton (barang milik orang lain), kemudian dijual, uangnya untuk membeli beras (dengan maksud dimiliki). Contoh negatif/salah (bukan contoh tapi mirip): Badu meminjam sepeda Gani tidak dikembalikan melainkan dijual uangnya untuk membeli makan. Dari contoh negatif atau contoh yang salah ini, unsur-unsur sengaja mengambil barang milik orang lain dengan maksud dimiliki terpenuhi, tetapi ada satu unsur yang tidak terpenuhi, yaitu melawan hukum, karena meminjam. Jadi pengambilan barang seijin yang empunya. Karena itu perbuatan tersebut bukan termasuk tindak pidana pencurian, melainkan penggelapan. Langkah 3: Latihan Pertama-tama murid diminta menghafal dengan kalimat sendiri (hafal parafrase) Kemudian murid diminta memberikan contoh kasus pencurian lain selain yang dicontohkan oleh guru untuk mengetahui pemahaman murid terhadap materi tindak pidana pencurian. Langkah 4: Umpan balik Berikan umpan balik atau informasi apakah murid benar atau salah dalam memberikan contoh. Jika benar berikan konfirmasi, jika salah berikan koreksi atau pembetulan. Langkah 5: Tes Berikan tes untuk menilai apakah siswa benar-benar telah paham terhadap materi tindak pidana pencurian. Soal tes hendaknya berbeda dengan contoh kasus yang telah diberikan pada saat 89

21 penyempaian konsep dan soal latihan untuk menghindari murid hanya hafal tetapi tidak paham. 5. Strategi penyampaian materi pembelajaran prinsip Termasuk materi pembelajaran jenis prinsip adalah dalil, rumus, hukum (law), postulat, teorema, dan sebaginya. Langkah-langkah mengajarkan atau menyampaikan materi pembelajaran jenis prinsip adalah: a) Sajikan prinsip b) Berikan bantuan berupa contoh penerapan prinsip c) Berikan soal-soal latihan d) Berikan umpan balik e) Berikan tes. Contoh: Cara mengajarkan rumus menghitung luas bujur sangkar dengan tujuan agar siswa mampu menerapkan rumus tersebut. Langkah 1: Sajikan rumus Rumus menghitung luas bujur sangkar adalah: Sisi X Sisi atau sisi kuadrat. Langkah 2: Memberikan bantuan Berikan bantuan cara menghafal rumus dilengkapi contoh penerapan rumus menghitung luas bujur sangkar. Misalnya sebuah karton bangun bujur sangkar dengan panjang sisi 30 cm, cari luas bujur sangkar tersebut. Rumus: Luas bujur sangkar = S X S. Luas karton adalah 30 X 30 X 1 cm 2 = 900 cm 2. Langkah 3: Memberikan latihan Berikan soal-soal latihan penerapan rumus dengan bilanganbilangan yang berbeda dengan contoh yang telah diberikan. Misalnya selembar kertas panjangnya berbentuk bujur sangkar dengan panjang sisi 40 cm. Hitunglah luasnya. Langkah 4: Memberikan umpan balik Beritahukan kepada siswa apakah jawaban mereka betul atau salah. Jika betul berikan penguatan atau konfirmasi. Misalnya, Ya jawabanmu betul. Jika salah berikan koreksi atau pembetulan. Langkah 5: Berikan tes Berikan soal-soal tes secukupnya menggunakan bilangan yang berbeda dengan soal latihan untuk meyakinkan bahwa siswa bukan sekedar hafal soal tetapi betul-betul menguasai cara menghitung luas bujur sangkar. 6. Strategi penyampaian prosedur Tujuan mempelajari prosedur adalah agar siswa dapat melakukan atau mempraktekkan prosedur tersebut, bukan sekedar paham atau 90

22 hafal. Termasuk materi pembelajaran jenis prosedur adalah langkahlangkah mengerjakan suatu tugas secara urut. Misalnya langkahlangkah menyetel televisi. Langkah-langkah mengajarkan prosedur meliputi: a. Menyajikan prosedur b. Memberikan bantuan dengan jalan mendemonstrasikan bagaimana cara melaksanakan prosedur c. Memberikan latihan (praktek) d. Memberikan umpan balik e. Memberikan tes. Contoh: Prosedur menelpon di telpon umum yang menggunakan koin. Langkah-langkah mengajarkan prosedur: Langkah 1: Menyajikan prosedur Sajikan langkah-langkah atau prosedur menelpon dengan menggunakan bagan arus (flow chart) Langkah 2: Memberikan bantuan Beri bantuan agar murid hafal, paham, dan dapat menelpon dengan jalan mendemonstrasikan cara menelpon. Langkah 3: Pemberian latihan Tugasi siswa paraktek berlatih cara menelpon. Langkah 4: Pemberian umpan balik Beritahukan apakah yang dilakukan siswa dalam praktek sudah betul atau salah. Beri konfirmasi jika betul, dan koreksi jika salah. Langkah 5: Pemberian tes Berikan tes dalam bentuk do it test, artinya siswa disuruh praktek, lalu diamati. 7. Strategi mengajarkan/menyampaikan materi aspek afektif Termasuk materi pembelajaran aspek sikap (afektif) menurut Bloom (1978) adalah pemberian respons, penerimaan suatu nilai, internalisasi, dan penilaian. Beberapa strategi mengajarkan materi aspek sikap antara lain: penciptaan kondisi, pemodelan atau contoh, demonstrasi, simulasi, penyampaian ajaran atau dogma. Contoh: Penciptaan kondisi. Agar memiliki sikap tertib dalam mengantri, di depan loket dipasang jalur untuk antri berupa pagar besi yang hanya dapat dilalui seorang demi seorang secara bergiliran. 91

23 Pemodelan atau contoh. Disajikan contoh atau model seseorang, baik nyata maupun fiktif yang perilakunya diidolakan oleh siswa. Misalnya tokoh Bima dalam Mahabarata. Sifat Bima yang gagah berani dapat menjadi idola anak. C. Strategi mempelajari bahan pembelajaran oleh siswa Ditinjau dari guru, perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran berupa kegiatan guru menyampaikan atau mengajarkan kepada siswa. Sebaliknya, ditinjau dari segi siswa, perlakuan terhadap materi pembelajaran berupa mempelajari atau berinteraksi dengan materi pembelajaran. Secara khusus dalam mempelajari materi pembelajaran, kegiatan siswa dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu menghafal, menggunakan, menemukan, dan memilih. Berbagai strategi siswa mempelajari bahan pembelajaran akan diuraikan berikut ini. 1. Menghafal (verbal & parafrase) Ada dua jenis menghafal, yaitu menghafal verbal (remember verbatim) dan menghafal parafrase (remember paraphrase). Menghafal verbal adalah menghafal persis seperti apa adanya. Terdapat materi pembelajaran yang memang harus dihafal persis seperti apa adanya, misalnya nama orang, nama tempat, nama zat, lambang, peristiwa sejarah, nama-nama bagian atau komponen suatu benda. Sebaliknya ada juga materi pembelajaran yang tidak harus dihafal persis seperti apa adanya tetapi dapat diungkapkan dengan bahasa atau kalimat sendiri (hafal parafrase). Dalam menghafal dengan menggunakan kata-kata sendiri ini, yang penting siswa paham atau mengerti, misalnya paham inti isi Pembukaan UUD 1945, definisi saham, dalil Archimides. 2. Menggunakan/mengaplikasikan (Use) Materi pembelajaran setelah dihafal atau dipahami kemudian digunakan atau diaplikasikan. Jadi dalam proses pembelajaran siswa perlu memiliki kemampuan untuk menggunakan, menerapkan atau mengaplikasikan materi yang telah dipelajari. Penggunaan fakta atau data adalah untuk dijadikan bukti dalam rangka pengambilan keputusan. Contoh, berdasar hasil penggalian ditemukan fakta terdapatnya emas perhiasan yang sudah jadi, setengah jadi, perhiasan yang telah rusak, tungku, bahan emas batangan di bekas peninggalan sejarah di desa Wonoboyo Klaten Jawa Tengah. Dengan menggunakan fakta tersebut, ahli sejarah berkesimpulan bahwa lokasi tersebut tempat pengrajin emas pada zaman dahulu. Penggunaan materi konsep adalah untuk menyusun proposisi, dalil, atau rumus. Seperti diketahui, dalil atau rumus merupakan hubungan antara beberapa konsep. Misalnya, dalam berdagang, 92

KRITERIA PEMILIHAN MATERI PELAJARAN

KRITERIA PEMILIHAN MATERI PELAJARAN KRITERIA PEMILIHAN MATERI PELAJARAN Sebelum melaksanakan pemilihan bahan ajar, terlebih dahulu perlu diketahui kriteria pemilihan bahan ajar. Kriteria pokok pemilihan bahan ajar atau materi pembelajaran

Lebih terperinci

PENGERTIAN MATERI PEMBELAJARAN JENIS-JENIS MATERI PEMBELAJARAN

PENGERTIAN MATERI PEMBELAJARAN JENIS-JENIS MATERI PEMBELAJARAN Isi Panduan 1 2 3 4 PENGERTIAN MATERI PEMBELAJARAN JENIS-JENIS MATERI PEMBELAJARAN PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN a. Penentuan Cakupan Dan Urutan Materi b. Penentuan Sumber Materi Pembelajaran

Lebih terperinci

Pengertian Bahan Ajar Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang harus dipelajari

Pengertian Bahan Ajar Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang harus dipelajari BAHAN AJAR Pengertian Bahan Ajar Prinsip-prinsip Menyusun Bahan Ajar Langkah-langkah Menyusun Bahan Ajar Mendapatkan Sumber Bahan Ajar Pemanfaatan Bahan Ajar Pengertian Bahan Ajar Bahan ajar atau materi

Lebih terperinci

Materi Pembelajaran. standar isi pembelajaran merupakan kriteria minimal tingkat kedalaman dan keluasan materi pembelajaran

Materi Pembelajaran. standar isi pembelajaran merupakan kriteria minimal tingkat kedalaman dan keluasan materi pembelajaran Materi Pembelajaran Nama :feri dwi haryanto Nim :15105241029 PENGERTIAN BAHAN AJAR (MATERI PEMBELAJARAN) Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan,

Lebih terperinci

PENGERTIAN MATERI PEMBELAJARAN

PENGERTIAN MATERI PEMBELAJARAN Isi Panduan 1 2 3 4 PENGERTIAN MATERI PEMBELAJARAN JENIS-JENIS MATERI PEMBELAJARAN PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN a. Penentuan Cakupan Dan Urutan Materi b. Penentuan Sumber Materi Pembelajaran

Lebih terperinci

BEGITU PENTINGKAH STRATEGI BELAJAR MENGAJAR BAGI GURU? Ikbal Barlian Dosen Prodi Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Sriwijaya

BEGITU PENTINGKAH STRATEGI BELAJAR MENGAJAR BAGI GURU? Ikbal Barlian Dosen Prodi Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Sriwijaya BEGITU PENTINGKAH STRATEGI BELAJAR MENGAJAR BAGI GURU? Ikbal Barlian Dosen Prodi Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Sriwijaya Abstrak: Strategi belajar mengajar penting untuk direncanakan dan dilaksanakan

Lebih terperinci

MATA KULIAH DESAIN PEMBELAJARAN DAN PENYUSUNAN MATERI PEMBELAJARAN (INSTRUCTIONAL MATERIALS)

MATA KULIAH DESAIN PEMBELAJARAN DAN PENYUSUNAN MATERI PEMBELAJARAN (INSTRUCTIONAL MATERIALS) MATA KULIAH DESAIN PEMBELAJARAN DAN PENYUSUNAN MATERI PEMBELAJARAN (INSTRUCTIONAL MATERIALS) SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) BIMA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PROGRAM

Lebih terperinci

Edisi Oktober D A Y A N T W U T

Edisi Oktober D A Y A N T W U T I Edisi Oktober U T T W U R I H A N D A Y A N Direktorat Sekolah Menengah Pertama Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2006 KATA PENGANTAR Sejalan

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR DALAM KURIKULUM BERBASIS TEKNOLOGI DAN INFORMASI Oleh: M. Ramli AR

SUMBER BELAJAR DALAM KURIKULUM BERBASIS TEKNOLOGI DAN INFORMASI Oleh: M. Ramli AR SUMBER BELAJAR DALAM KURIKULUM BERBASIS TEKNOLOGI DAN INFORMASI Oleh: M. Ramli AR Abstrak Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan

Lebih terperinci

Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd.

Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd. Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd. Guru SD dituntut mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan Guru SD adalah guru kelas, harus menguasai seluruh mata pelajaran Kemampuan menerjemahkan GBPP dan kemampuan

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar-3 Belajar Berbasis Aneka Sumber

Kegiatan Belajar-3 Belajar Berbasis Aneka Sumber Kegiatan Belajar-3 Belajar Berbasis Aneka Sumber A. Petunjuk Belajar Perkembangan teknologi informasi yang pesat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap berbagai aktivitas kehidupan manusia termasuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktivitas Belajar Aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA BERBASIS KOMPUTER SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PROSES PENCAMPURAN BAHAN PANGAN DI SMK NEGERI 1 BOJONGPICUNG

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA BERBASIS KOMPUTER SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PROSES PENCAMPURAN BAHAN PANGAN DI SMK NEGERI 1 BOJONGPICUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa kini merupakan era globalisasi yang ditandai dengan adanya perkembangan teknologi yang pesat. Perkembangan teknologi ini mempengaruhi hampir segala aspek

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR. Dalam usaha meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil pembelajaran, kita

SUMBER BELAJAR. Dalam usaha meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil pembelajaran, kita SUMBER BELAJAR Belajar-mengajar sebagai suatu proses merupakan suatu sistem yang tidak terlepas dari komponen-komponen lain yang saling berinteraksi di dalamnya. Salah satu komponen dalam proses tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu proses yang komplek yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN DAN OBJEK PEMBELAJARAN MATEMATIKA

MODEL PEMBELAJARAN DAN OBJEK PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL PEMBELAJARAN DAN OBJEK PEMBELAJARAN MATEMATIKA Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran Matematika Dosen Pengampu: Dra. MM. Endang Susetyawati, M.Pd Disusun Oleh: Nikmahtun

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR Dalam Kurikulum Berbasis TIK

SUMBER BELAJAR Dalam Kurikulum Berbasis TIK SUMBER BELAJAR Dalam Kurikulum Berbasis TIK A. Pengertian dan Fungsi Sumber Belajar Kurikulum, termasuk di dalamnya Kurikulum Berbasis TIK, disusun dengan mempertimbangkan sumber belajar dan media pembelajaran

Lebih terperinci

KONSEP DASAR SUMBER BELAJAR

KONSEP DASAR SUMBER BELAJAR KONSEP DASAR SUMBER BELAJAR Pengertian Sumber Belajar Segala sesuatu yang mendukung terjadinya proses belajar, termasuk sistem pelayanan, bahan pembelajaran, dan lingkungan, yang dapat digunakan baik secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan yang bermutu akan menghasilkan individu yang cerdas, sehat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan yang bermutu akan menghasilkan individu yang cerdas, sehat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang bermutu akan menghasilkan individu yang cerdas, sehat dan berakhlak mulia, karena pada dasarnya dengan pendidikan individu akan mengenal dirinya

Lebih terperinci

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL ( KKM )

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL ( KKM ) KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL ( KKM ) MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS 2 SEMESTER I 17 PERHITUNGAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMUM Nama Sekolah : SD/MI... Kelas/semester : II (Dua)/ 1 (satu)

Lebih terperinci

Memilih dan mengembangkan Materi Pembelajaran 90

Memilih dan mengembangkan Materi Pembelajaran 90 Memilih dan mengembangkan Materi Pembelajaran 90 Tujuan Pembelajaran Bab ini bertujuan untuk membantu anda mengembangkan dan memilih/menyeleksi materi untuk pembelajaran sejarah. Setelah mempelajari bab

Lebih terperinci

EDISI : 4 PENGEMBANGAN SILABUS. Modul : Pengembangan Silabus Soal-soal Pengembangan Silabus

EDISI : 4 PENGEMBANGAN SILABUS. Modul : Pengembangan Silabus Soal-soal Pengembangan Silabus EDISI : 4 PENGEMBANGAN SILABUS Modul : Pengembangan Silabus Soal-soal Pengembangan Silabus PENGEMBANGAN SILABU Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan menyebutkan, bahwa pendidikan nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik Melalui Pembelajaran PKn Dalam Mengembangkan Kompetensi (Studi Kasus di SMA Negeri 2 Subang)

Lebih terperinci

Pengembangan Sumber Belajar di Perguruan Tinggi. Oleh : Laksmi Dewi, M.Pd.

Pengembangan Sumber Belajar di Perguruan Tinggi. Oleh : Laksmi Dewi, M.Pd. Pengembangan Sumber Belajar di Perguruan Tinggi Oleh : Laksmi Dewi, M.Pd. CURRICULUM VITAE Laksmi Dewi, M.Pd, lahir di Cianjur 13 Juni 1977 Saat ini tinggal di Kompleks CGH Jl. Citra VI No. 10 Tanjungsari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat. Perkembangan ini memiliki dampak semakin terbuka dan tersebarnya informasi dan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide,

BAB I PENDAHULUAN. Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika adalah ilmu tentang struktur yang terorganisasikan. Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Keterampilan Menulis Kalimat dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Keterampilan Menulis Kalimat dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Keterampilan Menulis Kalimat dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia 1. Pengertian Keterampilan Menulis. Menulis adalah salah satu standar kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. penerus yang akan melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. penerus yang akan melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan suatu wadah untuk membangun generasi penerus yang akan melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada. Pendidikan adalah usaha sadar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. memperkenalkan produk, karya atau gagasan kepada khalayak ramai.

II. TINJAUAN PUSTAKA. memperkenalkan produk, karya atau gagasan kepada khalayak ramai. 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Gallery Walk (GW) Secara etimologi, Gallery Walk terdiri dari dua kata yaitu gallery dan walk. Gallery adalah pameran. Pameran merupakan kegiatan untuk memperkenalkan

Lebih terperinci

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI JENJANG PENDIDIKAN DASAR MATA PELAJARAN SAINS. 4 Pilar Pendidikan UNESCO

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI JENJANG PENDIDIKAN DASAR MATA PELAJARAN SAINS. 4 Pilar Pendidikan UNESCO KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI JENJANG PENDIDIKAN DASAR MATA PELAJARAN SAINS Oleh : Drs.Saeful Karim,M.Si Disampaikan pada Acara Pengabdian Pada Masyarakat untuk Guru-Guru IPA SD Se-Kecamatan Lembang Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengarahkan pendidikan menuju kualitas yang lebih baik. Berbagai. Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun,

BAB I PENDAHULUAN. mengarahkan pendidikan menuju kualitas yang lebih baik. Berbagai. Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan senantiasa mengalami perubahan yang bertujuan untuk mengarahkan pendidikan menuju kualitas yang lebih baik. Berbagai pengembangan kebijakan tentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. Orang yang banyak pengetahuannya diidentifikasi sebagai orang yang banyak belajar,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. Orang yang banyak pengetahuannya diidentifikasi sebagai orang yang banyak belajar, BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Belajar Dalam pengertian umum, belajar adalah mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari seseorang yang lebih tahu atau yang sekarang

Lebih terperinci

Yuni Wibowo, S.Pd. Jurusan Pendidikan Biologi

Yuni Wibowo, S.Pd. Jurusan Pendidikan Biologi PEMANFAATAN MUSEUM BIOLOGI DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI VERTEBRATA Yuni Wibowo, S.Pd. Jurusan Pendidikan Biologi Abstrak Pembelajaran IPA menuntut adanya interaksi antara subyek belajar dengan obyek belajar.

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN FIKIH MTs, IMPLEMENTASI DAN PENGEMBANGANNYA. 1. Pengertian dan Ruang Lingkup fikih MTs.

BAB II. TINJAUAN FIKIH MTs, IMPLEMENTASI DAN PENGEMBANGANNYA. 1. Pengertian dan Ruang Lingkup fikih MTs. BAB II TINJAUAN FIKIH MTs, IMPLEMENTASI DAN PENGEMBANGANNYA A. Tinjauan Umum Fikih MTs. 1. Pengertian dan Ruang Lingkup fikih MTs. Mata pelajaran fikih dalam kurikulum MTs. adalah salah satu bagian mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran ekonomi selama ini berdasarkan hasil observasi di sekolahsekolah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran ekonomi selama ini berdasarkan hasil observasi di sekolahsekolah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran ekonomi selama ini berdasarkan hasil observasi di sekolahsekolah menengah atas cenderung bersifat monoton dan tidak menghasilkan banyak kemajuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha manusia untuk mewariskan, mempertahankan, dan mengembangkan peradabannya. Bagi sebagian besar orang, berarti berusaha membimbing anak untuk

Lebih terperinci

KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI. Mata Pelajaran

KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI. Mata Pelajaran KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI Mata Pelajaran BAHASA MANDARIN SEKOLAH MENENGAH ATAS dan MADRASAH ALIYAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL Jakarta, Tahun 2003 Katalog dalam Terbitan Indonesia. Pusat Kurikulum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi informasi menyebabkan arus informasi menjadi cepat dan tanpa batas. Hal ini berdampak langsung pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak bangsa untuk taat kepada hukum (Azizy, 2003: 3).

BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak bangsa untuk taat kepada hukum (Azizy, 2003: 3). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dinilai banyak kalangan mengalami kegagalan. Kondisi ini ada benarnya apabila dilihat kondisi yang terjadi di masyarakat maupun dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ridwan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ridwan, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia tidak bisa lepas dari pendidikan. Karena pendidikan itu adalah kegiatan informasi. Bahkan dengan pendidikan itulah, ilmu pengetahuan dan teknologi dapat disebarluaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia sehari-hari. Beberapa diantaranya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia sehari-hari. Beberapa diantaranya sebagai berikut: 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Matematika adalah bagian yang sangat dekat dengan kehidupan seharihari. Berbagai bentuk simbol digunakan manusia sebagai alat bantu dalam perhitungan, penilaian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha atau kegiatan yang disengaja untuk membantu, membina, dan mengarahkan manusia mengembangkan segala kemampuannya yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. A. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah

BAB II KAJIAN TEORITIS. A. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah BAB II KAJIAN TEORITIS A. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata pelajaran matematika adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan upaya sadar yang dilakukan sekolah dengan berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. ini memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada

BAB II KAJIAN TEORI. ini memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pengertian Implementasi Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)

BAB 1 PENDAHULUAN. berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan hal yang penting bagi negara untuk menjadi negara maju, kuat, makmur dan sejahtera. Upaya peningkatan kualitas

Lebih terperinci

02. JENIS MEDIA PEMBELAJARAN Standar Kompetensi Memahami dan membuat salah satu media pembelajaran biologi untuk sekolah menengah

02. JENIS MEDIA PEMBELAJARAN Standar Kompetensi Memahami dan membuat salah satu media pembelajaran biologi untuk sekolah menengah 02. JENIS MEDIA PEMBELAJARAN Standar Kompetensi Memahami dan membuat salah satu media pembelajaran biologi untuk sekolah menengah Kompentesi dasar menjelaskan tentang konsep dasar media, pembelajaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. repormasi yang ditandai oleh proses perubahan diberbagai bidang kehidupan :

BAB I PENDAHULUAN. repormasi yang ditandai oleh proses perubahan diberbagai bidang kehidupan : 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, bangsa Indonesia memasuki era repormasi yang ditandai oleh proses perubahan diberbagai bidang kehidupan : Baik politik,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peningkatan Aktivitas Siswa Keberhasilan siswa dalam belajar bergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar merupakan proses perubahan dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari : Hasil Belajar, Belajar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari : Hasil Belajar, Belajar dan 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Pustaka Penelitian ini mengutip beberapa pendapat para ahli yang mendukung dan relavansi dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk pengembangan kepribadian dan skill dalam ranah pendidikan adalah sekolah. Salah

BAB I PENDAHULUAN. untuk pengembangan kepribadian dan skill dalam ranah pendidikan adalah sekolah. Salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha untuk mengembangkan kepribadian dan skill yang berlangsung seumur hidup, baik internal maupun eksternal. Salah satu wadah untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengetahuan dan kecakapan. Menurut Wina Sanjaya (2006:113) belajar. di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengetahuan dan kecakapan. Menurut Wina Sanjaya (2006:113) belajar. di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah. 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar Menurut Witherington dalam Hanafiah dan Suhana (2009:7) belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons baru yang berbentuk

Lebih terperinci

MEMBUAT SLIDE PRESENTASI.

MEMBUAT SLIDE PRESENTASI. MEMBUAT SLIDE PRESENTASI 1 Haruskah membuat media presentasi??? 2 Kerucut Pengalaman Edgar Dale 10% of what we read 20% of what we hear 30% of what we see 50% of what we hear & see 70% of what we say 70%

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan temuan hasil

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan temuan hasil 422 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan temuan hasil penelitian, maka pada bab lima ini dikemukakan tentang simpulan hasil penelitian pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai sumber. Perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. KKG. Salah satu contoh yaitu rendahnya nilai belajar siswa kelas IV-A tahun

BAB I PENDAHULUAN. KKG. Salah satu contoh yaitu rendahnya nilai belajar siswa kelas IV-A tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang dikembang di SDN 02 Tiuh Toho Kecamatan Menggala belum memenuhi standar yang ditetapkan oleh pemerintah. Metode pembelajaran yang diterapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa Indonesia secara umum mempunyai fungsi sebagai alat komunikasi sosial. Pada dasarnya bahasa erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Manusia sebagai anggota

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN

PENGEMBANGAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN PENGEMBANGAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN A. Pengembangan kompetensi sebagai tujuan pembelajaran Komponen tujuan memiliki fungsi yang sangat penting dalam sistem pembelajaran sebab tujuan merupakan pengikat

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN TEMATIK

RENCANA PEMBELAJARAN TEMATIK RENCANA PEMBELAJARAN TEMATIK NAMA SEKOLAH :... TEMA : KEPERLUAN SEHARI HARI KELAS /SEMESTER : 3 (Tiga)/2 (Dua) ALOKASI WAKTU : 4 MINGGU A. STANDAR KOMPETENSI I. PKN 3. Memiliki harga diri sebagai individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di SD adalah memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di SD adalah memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar ( SD ) merupakan salah satu jenjang pendidikan formal yang harus ditempuh oleh anak, sebagai penjabaran dari ayat 3 pasal 31 Undang undang Dasar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerima pesan. Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerima pesan. Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran 1. Hakikat Pembelajaran Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. inggris perpustakaan dikenal dengan nama library. Library berasal dari bahasa Latin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. inggris perpustakaan dikenal dengan nama library. Library berasal dari bahasa Latin BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perpustakaan Perpustakaan berasal dari kata dasar pustaka. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia kata pustaka memiliki arti kitab atau buku. Sedangkan dalam bahasa inggris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang dikenal dan diakui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman bertaqwa kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan diartikan sebagai suatu proses belajar berupa aktivitas yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Manusia tidak dapat lepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal penting bagi peserta didik untuk menghadapi masa depannya. Pendidikan sekolah merupakan suatu proses kompleks yang mencakup

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN TEORI HASIL PENELITIAN. 1. Indikator dan tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran berbasis

BAB V PEMBAHASAN DAN TEORI HASIL PENELITIAN. 1. Indikator dan tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran berbasis 67 BAB V PEMBAHASAN DAN TEORI HASIL PENELITIAN A. Pembahasan 1. Indikator dan tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter di SMP Muhammadiyah 3 Ampel Boyolali Perencanaan adalah proses dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi tantangan zaman yang dinamis, berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi tantangan zaman yang dinamis, berkembang dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Untuk menghadapi tantangan zaman yang dinamis, berkembang dan semakin maju diperlukan sumber daya manusia yang memiliki keterampilan intelektual tingkat tinggi yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar Proses belajar mengajar sebagai suatu sistem yang terdiri dari komponen guru atau instruktur, siswa, serta lingkungan belajar yang saling berinteraksi

Lebih terperinci

TEMA PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR JUDUL : PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER ILMU MAKALAH

TEMA PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR JUDUL : PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER ILMU MAKALAH TEMA PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR JUDUL : PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER ILMU MAKALAH Disusun sebagai UJIAN UAS Mata Kuliah : Pengelolaan Perpustakaan Pendidikan Dosen Pengampu : Nanik

Lebih terperinci

Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus

Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus A. Prinsip Pengembangan Silabus Prinsip-prinsip pengembangan silabus adalah: 1. Ilmiah Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah menimbang: kurikulum sekaligus yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah menimbang: kurikulum sekaligus yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan peraturan bersama Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Direktur Jendral Pendidikan Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan No. 5496/C/KR/2014

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

Lebih terperinci

Nama Sekolah : Kelas / Semester : 2 (Dua/ 2 (dua) : Kegiatan Sehari-hari

Nama Sekolah : Kelas / Semester : 2 (Dua/ 2 (dua) : Kegiatan Sehari-hari RENCANAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEMATIK Nama Sekolah : Kelas / Semester : 2 (Dua/ 2 (dua) Tema : Kegiatan Sehari-hari Waktu : 3 Minggu Standar Kompetensi PKn Membiasakan hidup bergotong royong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam memasuki kehidupan yang dinamis. mengoptimalkan sumber belajar baik by design maupun by utilization, kurangnya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam memasuki kehidupan yang dinamis. mengoptimalkan sumber belajar baik by design maupun by utilization, kurangnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses yang kompleks, namun kompleksitasnya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses yang kompleks, namun kompleksitasnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses yang kompleks, namun kompleksitasnya selalu seiring dengan perkembangan manusia. Melalui pendidikan pula berbagai aspek kehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) mengalami banyak perkembangan dan ini merupakan hasil dari usaha manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Kemajuan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan tersebut maka pada tiap jenjang dan jenis. pendidikan disusun kurikulum yang digunakan sebagai acuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan tersebut maka pada tiap jenjang dan jenis. pendidikan disusun kurikulum yang digunakan sebagai acuan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 disebutkan bahwa : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai konsekuensi atas terbitnya Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam. hidupnya. Oleh karena itu, semua manusia di bumi pasti sangat

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam. hidupnya. Oleh karena itu, semua manusia di bumi pasti sangat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Adanya pemberian pendidikan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan akademis dan psikologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Apalagi di zaman modern sekarang semakin banyak masalah- masalah

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Apalagi di zaman modern sekarang semakin banyak masalah- masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fikih merupakan sistem norma (aturan) yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia dan dengan makhluk lainnya. Aspek fikih menekankan pada kemampuan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR Nina Sundari 1 ABSTRAK Tujuan artikel ini yaitu untuk mengetahui langkah-langkah dalam

Lebih terperinci

Sumber Belajar untuk Mengefektifkan. Pembelajaran Siswa

Sumber Belajar untuk Mengefektifkan. Pembelajaran Siswa Sumber Belajar untuk Mengefektifkan Pembelajaran Siswa A. Apa sumber belajar itu? Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan segala potensi dan keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan akar dari peradaban sebuah bangsa dan telah menjadi kebutuhan pokok yang harus dimiliki setiap orang agar bisa menjawab tantangan kehidupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah diprogramkan dan tetap

BAB I PENDAHULUAN. dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah diprogramkan dan tetap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) serta era globalisasi, menuntut para pebelajar dapat mengikuti semua perkembangan saat ini dan masa yang

Lebih terperinci

Pengertian dan Perkembangan Konsep Media Pembelajaran serta Teori Belajar yang Melandasinya

Pengertian dan Perkembangan Konsep Media Pembelajaran serta Teori Belajar yang Melandasinya Modul Pelatihan Pengertian dan Perkembangan Konsep Media Pembelajaran serta Teori Belajar yang Melandasinya Kegiatan Belajar 3 1 Seri Modul JF-PTP Dr. BENNY A. PRI Petunjuk belajar KEGIATAN BELAJAR 3 Belajar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa. Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha manusia (pendidik) dengan penuh tanggung jawab untuk membimbing anak didik menuju kedewasaan secara terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci