DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR LAMPIRAN...

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR LAMPIRAN..."

Transkripsi

1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR LAMPIRAN... i ii Bab 1. Bab 2. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jender Dalam Proyek PMP-IFAD Lokasi Proyek Issue Jender... 2 JENDER DAN PENGARUSUTAMAAN JENDER 2.1 Konsep-konsep Kunci Pengertian-pengertian Dasar Tentang Jender yang Perlu Dikuasai Untuk Memahami Pengarusutamaan Jender Bagaimana Memahami Konsep Perbedaan Jender dan Perbedaan Jenis Kelamin? Bagaimana Perbedaan Jender Berubah Menjadi Diskriminasi Jender? Bagaimana Perbedaan Jender Terkait Dengan Kegiatan Pengarusutamaan Jender? Pembangunan Berorientasi Jender Landasan Hukum Pengarusutamaan Jender Dalam Proyek-proyek IFAD... 7 Bab 3. Bab 4. Bab 5. TUJUAN DAN MANFAAT JENDER DI PROYEK PMP-IFAD 3.1. Tujuan Tujuan Khusus Manfaat... 9 STRATEGI TINDAK JENDER DALAM PROYEK PMP-IFAD 4.1. Strategi Rencana Tindak Jender Strategi di Tingkat PMO Strategi di Tingkat PIU Target Keterlibatan Perempuan Dalam Proyek PMP-IFAD Target Jumlah Kelompok Nelayan Perempuan PELAKSANA KEGIATAN 5.1. PMO (Project Management Office) Berkedudukan di Jakarta PIU (Project Implementation Unit) Berkedudukan di Ibukota Kabupaten dan Kota Focal Point Gender Di Tingkat Pusat (PMO) Sebagai Pendamping (Counterpart) Ahli Jender Di Tingkat Kabupaten Sebagai Staf (Anggota) Pelaksana Utama PMC (Project Management Consultant) Penyuluh, dan TPD Proyek Pengembangan Pengembangan Masyarakat Pesisir i

2 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Master Plan Integrasi Jender Dalam Proyek PMP-IFAD Lampiran 2 Monitoring Peran Aktif Perempuan dan Indikator Lampiran 3 Laporan Penelitian di Empat Kota dan Kabupaten... Lampiran 4 Foto-foto... Proyek Pengembangan Pengembangan Masyarakat Pesisir ii

3 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Proyek Pemberdayaan Mayarakat Pesisir atau Coastal Community Development Internasional Fund for Agricultural Development (PMP/CCD -IFAD) ditujukan untuk pengentasan kemiskinan, penyerapan tenaga kerja, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan yang berkelanjutan (pro poor, pro job, pro growth and pro sustainability) yang sejalan dengan kebijakan dan program IFAD. Empat alasan proyek ini diajukan untuk didanai: Masyarakat yang tinggal di pesisir dan pulau kecil pada umumnya termasuk kelompok masyarakat miskin sampai sangat miskin; Banyak masyarakat yang memiliki motivasi dan berkomitmen untuk memperbaiki tingkat ekonomi mereka dan bertanggungjawab dalam pembangunan; Adanya peluang-peluang ekonomi yang baik dengan potensi pasar yang kuat terutama untuk produk kelautan dan perikanan yang bernilai tinggi; dan Secara konsisten mendukung kebijakan dan prioritas pemerintah Proyek ini juga mengakomodasi kepentingan perempuan. Hal ini terlihat dari salah-satu indikator output yang menyatakan bahwa 50 % perempuan dalam perencanaan kegiatan Proyek PMP-IFAD di desa/kelurahan pesisir mewakili prioritas mereka. Dipertegas kembali di dalam pembentukan kelompok usaha, dimana satu dari tiga anggota kelompok atau minimal 30 % harus perempuan. Jika pedoman ini tidak dapat dipenuhi maka pertimbangan pengarusutamaan/mainstream jender gagal dilaksanakan dan konsekuensinya alokasi dana untuk desa/kelurahan tersebut dapat dikurangi. Pertimbangan lainnya adalah Proyek PMP-IFAD di lapangan dalam pelaksanannya berdasarkan: - Pemberdayaan berbasis masyarakat, masyarakat mendapat kewenangan dan hak-hak otonom untuk mengelola proyek PMP-IFAD secara mandiri dan partisipatif. - Sensitif terhadap jender dan kemiskinan, setiap kegiatan yang dilaksanakan harus selalu mempertimbangkan keberadaan kelompok miskin dan perempuan. Keberpihakan ini sangat penting, mengingat kedua kelompok tersebut sering termarjinalisasi. Proyek Pengembangan Pengembangan Masyarakat Pesisir 1

4 - Transparansi, pengelolaan kegiatan proyek PMP-IFAD harus dilakukan secara transparan (terbuka) dan diketahui oleh masyarakat luas. Dengan transparansi maka segala sesuatu yang dilakukan akan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. - Berkelanjutan, proyek PMP-IFAD ini harus berkelanjutan menjadi program di tengah masyarakat. Pengelolaan program harus dapat diteruskan oleh masyarakat. Temuan di lapangan (Survey Jender dan Outcome Survey) yang membuat perempuan harus dilibatkan, berdasarkan hasil: - Perempuan cukup telaten dan dapat dipercaya dalam kegiatan pengolahan perikanan. - Waktu senggang yang banyak, sehingga memungkinkan perempuan untuk melakukan kegiatan-kegiatan tambahan. Teori-teori pembangunan yang dikemukakan oleh banyak akhli telah membuktikan, bahwa secara ideal normatif pembangunan adalah suatu ideologi sekaligus sarana untuk mencapai kehidupan masyarakat laki-laki dan perempuan secara proporsional adil dan setara. Meskipun pendekatan dalam pelaksanaan pembangunan itu bisa beragam, namun pada dasarnya pembangunan bertujuan sama untuk mencapai perbaikan tingkat kualitas hidup masyarakat yang dapat diukur menggunakan indikator-indikator objektif. Pada kenyataannya, hasil pembangunan belum secara merata dapat dinikmati. Antara lain, pembangunan belum memberi manfaat secara adil kepada perempuan dan lakilaki. Pembangunan yang semula dianggap netral dan akan memberi manfaat yang sama kepada semua warga, ternyata memberi kontribusi terhadap timbulnya ketidak setaraan dan keadilan jender (Gender G ap) yang pada gilirannya menimbulkan pemasalahan jender (gender issue). 1.2 JENDER DALAM PROYEK PEMBANGUNAN MASYARAKAT PESISIR (CCDP IFAD) Tanggung jawab membangun sistem pembangunan yang responsif jender ini ada pada negara, khususnya pemerintah, selaku pihak yang mendapat mandat dari rakyat untuk menjalankan pembangunan. Dengan kata lain, dikehendaki agar pemerintah dikelola menjadi suatu pemerintahan yang sensitif jender. Dengan demikian, pemerintah harus secara sengaja dan terencana, mengimplementasikan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kebijakan, program dan kegiatan yang responsif jender yang memastikan perempuan dan laki-laki mendapatkan akses yang adil atas pembangunan. Pembangunan responsif jender sejalan dengan dokumen IFAD yang termaktub dalam Plan of Action dan Framework strategi IFAD tahun , bahwa semua kebijakannya harus mencerminkan pengarusutamaan jender (gender mainstreaming) dan pemberdayaan perempuan. Selaras juga dengan ketetapan United Nations Economic and Social Council (ECOSOC) Resolusi E/2002/L.14 bahwa pengarusutamaan jender harus ada dalam seluruh program PBB di seluruh dunia. Secara detil yang dimaksud dengan jender dalam dokumen IFAD, meliputi: Proyek Pengembangan Pengembangan Masyarakat Pesisir 2

5 - Gender Equity, laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses seluruh sumberdaya. - Gender Equality, laki-laki dan perempuan mendapatkan perlakuan yang setara, sesuai dengan kebutuhan dan kehormatan mereka, termasuk hak-hak dalam pembagian keuntungan dan kesempatan. Dalam menjalankan pembangunan tersebut, peran pemerintah, baik nasional, maupun kabupaten/kota, kecamatan dan desa menjadi sangat penting. Di lain pihak masyarakat sebagai pemanfaat hasil pembangunan, mempunyai peran yang lebih penting lagi. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan akan membantu memastikan terselenggaranya pembangunan yang responsif jender dengan melakukan pengawasan aktif terhadap Negara dalam melaksanakan kewajibannya itu dalam kebijakan pembangunan. 1.3 LOKASI PROYEK Sasaran pelaksanaan integrasi jender dalam Proyek PMP-IFAD adalah masyarakat nelayan dan pesisir, di duabelas kabupaten dan kota, yaitu: Kabupaten Gorontalo Utara, Kota Bitung, Kota Pare-Pare, Kota Makasar, Kota Ambon, Kabupaten Maluku Tenggara, Kota Ternate, Kabupaten Yapen Waropen, Kota Merauke, Kota Kupang, Kabupaten Lombok Barat, dan Kabupaten Kubu Raya. 1.4 ISSUE JENDER Dalam kenyataan di lapangan perempuan berpartisipasi dalam proses budidaya, pengolahan, proses produksi hasil-hasil laut/perikanan dan pemasaran, tetapi tidak dianggap/merupakan sebagai pemanfaat. Issue jender di dua belas (12) kabupaten adalah sebagai berikut: a. Kabupaten Gorontalo Utara Perempuan terlibat aktif dalam budidaya rumput laut, mulai dari pembibitan sampai pemasaran (Desa Popalo); Pengolahan ikan asin, keripik, baso, dodol (musiman) dan sebagian kecil nelayan tangkap (Desa Kwandang); tidak terlibat secara aktif di kegiatankegiatan nelayan dan perikanan, membantu suami yang merupakan buruh di kapal ikan dan nelayan tradisional di bidang pertanian (Desa Atinggola). b. Kota Ambon Hampir semua perempuan di Kota Ambon profesi mereka sebagai Jibu-jibu (Papa Lele) atau pemasaran dari hasil laut (ikan) tangkapan suaminya (negeri laha, Negeri Hutumuri, dan Negeri Latuhalat), ada juga yang berprofesi sebagai pengolah ikan asap cair (Negeri Laha), dan sebagian kecil sebagai nelayan tangkap (Negeri Hutumuri). c. Kota Pare-Pare Perempuan berpartisipasi dalam pengolahan ikan asin dan memasarkannya sampai di luar daerah mereka, diantaranya Makasar. d. Kota Makasar Hampir semua perempuan terlibat dalam pengolahan ikan, kepiting,. Proyek Pengembangan Pengembangan Masyarakat Pesisir 3

6 e. Kabupaten Yapen Ada tiga kelompok perempuan di kabupaten Yapen. Masing-masing desa satu kelompok. Hanya ada satu kelompok yang terlibat dalam proses produksi, yakni pengolahan ikan asin dan ikan asap. Dua kelompok perempuan lainnya adalah tabungan. Partisipasi perempuan sekitar 25 % di proyek PMP-IFAD dan umumnya di desa-desa nelayan di Kabupaten Yapen. f. Kabupaten Merauke Ada delapan belas kelompok perempuan di Kabupaten Merauke. Semuanya terlibat di kelompok usaha. Usaha yang mereka jalankan adalah, pembuatan nuget ikan, terasi, keripik ikan, abon. 75% produksi mereka diserap pasar lokal. Prosentase keterlibatan perempuan dalam proyek PMP-IFAD dan desa-desa nelayan di kabupaten Yapen sekitar 45%. g. Kabupaten Kubu Raya Ada tiga kelompok perempuan di tiga desa di proyek PMP-IFAD di Kabupaten Kubu Raya. Semuanya terlibat di kelompok usaha. Di Desa Padang Tikar, pengolahan rajungan (kepiting), semua produksi dijual di pasar lokal. Di Desa Dabung, kelompok perempuan terlibat dalam pengolahan kerang, dikeringkan lalu dijual, pasarnya sudah ada dan dalam proses negoisasi. Selama ini kerang dijual langsung dalam keadaan basah, sehingga nilai jualnya tidak begitu bagus. Desa Sungai Nibung, kelompok perempuan menjalankan usaha pengolahan ebi dan terasi. Semua produksi diserap pasar lokal. Yang lagi diupayakan adalah meningkatkan hasil produksi. Keterlibatan perempuan dalam proyek PMP-IFAD, sekitar 30% dan 15% untuk Kabupaten kubu Raya. h. Kabupaten Lombok Barat Di Kabupaten Lombok Barat keterlibatan perempuan dalam proyek PMP-IFAD mencapai 50 %, mereka terlibat di tujuh kelompok pengolahan. Dua kelompok pimpinannya adalah laki-laki. Usaha-usaha yang mereka lakukan adalah, kerupuk ikan, kerupuk rumput laut, kerupuk teripang, pengolahan rajunganan, dan pengolahan terasi. Khusus pengolahan rajungan sudah diekspor melalui perusahaan di Surabaya, terasi panggang pasarnya sudah sampai ke Bali. Produk lainnya diserap pasar lokal hampir 100%. Dua kelompok perempuan lainnya, bergerak sebagai pengepul dengan mengambil ikan dari nelayan tangkap yang kemudian mereka jual di pasar. i. Kota Bitung Terdapat tiga kelompok khusus perempuan (10 orang) di tiga kelurahan Kota Bitung. Di kelompok campuran (laki-laki dan perempuan) tersebar di 6 kelompok, masing-masing 2 orang yang berprofesi sebagai nelayan tangkap. Kelompok khusus perempuan bergerak di bidang pengolahan dan pemasaran hasil tangkapan. Umumnya mereka membuat baso ikan, produk ini dipasarkan di Kota Bitung dan Kota Manado, Cuma hasilnya belum signifikan (masih dibawah 30 %). Usaha lainnya adalah membuat suriemie; cacahan daging setengah jadi yang banyak dilirik produsen makanan. Hanya saja produksi daging cacahan setengah jadi harus diproduksi dalam skala besar. Karena masih dalam rintisan, hasil dan produksinya juga belum terlihat. Kelompok ini masih membutuhkan berbagai Proyek Pengembangan Pengembangan Masyarakat Pesisir 4

7 pelatihan untuk bisa eksis. Khusus yang berprofesi sebagai nelayan tangkap, bantuan yang diterima berupa perahu katinting. Partisipasi perempuan dalam proyek PMP-IFAD sekitar 30 %. Untuk Kota Bitung partisipasi perempuan di sektor nelayan sekitar 30 %. j. Kabupaten Maluku Tenggara Hanya ada satu kelompok perempuan (10 orang) di Kabupaten Maluku Tenggara, terdapat di Desa Lefran Kecamatan Kei Kecil. Mereka mengerjakan budidaya rumput laut. Di Desa Lefran juga perempuan bergabung di kelompok campuran (bersama laki-laki) di tujuh kelompok. 1-4 orang perempuan disetiap kelompok. Kelompok campuran ini juga bergerak di budidaya rumput laut. Di Desa Ohoira, Kecamatan Kei Kecil Barat, tidak ada kelompok khusus perempuan, ada lima kelompok dan terdapat satu perempuan di masing-masing kelompok. Peran perempuan sebagai sekretaris atau bendahara. Di Desa Hueri, Kecamatan Kei Besar, terdapat satu kelompok yang mayoritas anggotanya perempuan 8 dari 10 orang). Mereka bergerak di bidang pengolahan hasil tangkap dengan membuat ikan asap dan sebagian kecil berprofesi sebagai papalele. Seluruh produksi mereka diserap pasar lokal di ibukota Kecamatan Kei Barat dan Kota Tual. Keterlibatan perempuan di Proyek PMP-IFAD mencapai 30 %. Angka 30 % juga diperkirakan untuk keterlibatan perempuan di sektor nelayan di Kabupaten Maluku Tenggara, mengingat peran aktif keluarga (perempuan) dalam membantu perekonomian keluarga. k. Kota Ternate Ada satu kelompok khusus perempuan (8 orang) di Kelurahan Moti Kota, Kecamatan moti. Kelompok ini di bidang pengolahan abon, ikan pindang dan ikan asap. Di kelurahan Sulamadaha, Kecamatan Pulau Ternate, terdapat satu kelompok perempuan (10 orang). Tergabung dalam kelompok pemasaran dan pengolahan ikan asap yang dipasarkan di kota Ternate dan pembelian berdasarkan pesanan. Di kelurahan Sulamadaha, Kecamatan Pulau Ternate, ada dua kelompok perempuan, masing-masing kelompok anggotanya 10 orang. Mengolah dan memasarkan ikan asap dan abon, pasar sementara dirintis disekitar Kota Ternate dan mencari mitra yang tepat. Selain kelompok khusus perempuan, perempuan bergabung juga di 6 kelompok lain yang mayoritas anggotanya laki-laki. Terdapat 2-4 anggota perempuan di masing-masing kelompok. Partisipasi perempuan di Proyek PMP-IFAD sekitar 35 %. l. Kota Kupang Proyek PMP-IFAD sangat memperhatikan pemberdayaan, tidak hanya masyarakat laki-laki tetapi juga masyarakat perempuan untuk membentuk kelompok perempuan, mendapat pendampingan/pembinaan dan penyuluhan serta pelatihan bagi kaum perempuan sesuai dengan kebutuhan. Namun kepedulian serta kesadaran akan pentingnya partisipasi perempuan dari lembaga terkait masih kurang. Proyek Pengembangan Pengembangan Masyarakat Pesisir 5

8 Proyek Pengembangan Pengembangan Masyarakat Pesisir 6

9 Bab 2 JENDER DAN PENGARUSUTAMAAN JENDER 2.1 KONSEP KONSEP KUNCI a. Jender adalah peran dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan yang diajarkan, diyakini dan dijalankan/dipraktekkan. b. Perbedaan jender mengacu pada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam peran, hak dan kewajiban yang biasanya tampak dalam pembagian tugas di rumah tangga dan masyarakat, misalnya: perempuan umumnya menjalankan peran reproduktif sebagai perawat dan pemelihara keluarga mengurusi rumahtangga (di rumah), sedangkan laki-laki umumnya menjalankan peran produktif sebagai pencari nafkah utama. c. Perspektif jender adalah kerangka pemikiran yang menekankan penting untuk mengidentifikasi dan mengkaji kesamaan dan perbedaan antara perempuan dan laki-laki, misalnya: dalam peran yang dijalankan, kebutuhan dan aspirasi serta peluang yang tersedia dan hambatan yang harus dihadapi. d. Kesetaraan jender adalah suatu kondisi dimana laki-laki dan perempuan memiliki peluang dan akses yang sama dalam berbagai kegiatan rumah tangga dan masyarakat, misalnya: untuk berpartisipasi dalam proyek pembangunan. e. Keadilan jender suatu kondisi dimana laki-laki dan perempuan bisa mendapat manfaat dari berbagai kegiatan dalam rumah tangga dan masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan aspirasinya. f. Pengarusutamaan jender adalah upaya untuk memasukkan perspektif kesetaraan dan keadilan jender serta pemberdayaan perempuan dalam strategi dan kegiatan pembangunan masyarakat 1. g. Pemberdayaan perempuan adalah suatau proses dari bawah (bottom up) untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan kelompok dalam mengidentifikasi masalah, menyampaikan kebutuhan dan merumuskan pemecahan masalah. Pemberdayaan tersebut perlu dilakukan terhadap kelompok perempuan baik sebagai individu maupun kelompok dalam kegiatan pembangunan. h. Partisipasi nominal adalah bentuk partisipasi yang hanya memperhatikan jumlah keikutsertaan (orang / kelompok) dalam kegiatan pembangunan. i. Partisipasi efektif adalah bentuk partisipasi yang memperhatikan jumlah keterlibatan (orang/kelompok) dalam proses identifikasi kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan. 1 Pengertian pengarusutamaan gender (PUG) yang serupa juga dapat dilihat pada (1) Inpres RI No. 9 Tahun 2000 (2) permendagri No 15 Tahun 2008 (3) Kepmendagri No 132 Tahun 2003 Proyek Pengembangan Pengembangan Masyarakat Pesisir 7

10 2.2 PENGERTIAN PENGERTIAN DASAR TENTANG GENDER YANG PERLU DIKUASAI UNTUK MEMAHAMI PENGARUSUTAMAAN GENDER Bagaimana Memahami Konsep 'Perbedaan Gender' dan 'Perbedaan Jenis Kelamin'? Perbedaan gender sering dipahami sebagai perbedaan jenis kelamin dan isu-isu gender cenderung dianggap sebagai masalah kelompok perempuan. Padahal perbedaan gender mengacu pada peran, hak maupun kewajiban perempuan dan laki-laki yang umumnya dibentuk oleh faktor-faktor sosial, seperti budaya dan kebiasaan setempat. Perbedaan peran dan pembagian tugas seperti: perempuan merawat keluarga dan lakilaki mencari nafkah utama adalah perbedaan gender. Perbedaan ini sangat dipengaruhi oleh budaya setempat dan bersifat tidak tetap, karena perempuan juga bisa bertugas sebagai pencari nafkah utama sedangkan laki-laki bisa melakukan tugas merawat keluarga. Perbedaan gender membuat perempuan dan laki-laki melakukan kegiatan-kegiatan yang berbeda, akibatnya mereka juga memiliki pengalaman, kebutuhan, prioritas dan pandangan yang berbeda dalam kehidupan sehari-harinya. Kegiatan pembangunan perlu tanggap terhadap perbedaan-perbedaan ini supaya bisa memberi manfaat pada kelompok perempuan dan laki-laki sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya. Perbedaan jenis kelamin mengacu pada fungsi-fungsi jasmaniah perempuan dan lakilaki yang ditentukan oleh faktor biologis. Perbedaan fungsi jasmaniah seperti mengandung, melahirkan dan menyusui adalah perbedaan yang terkait dengan jenis kelamin dan bersifat tetap. Fungsi-fungsi reproduksi tersebut hanya bisa dilakukan oleh perempuan. Jadi, perbedaan gender bisa berubah dan diubah sesuai dengan kondisi dan tuntutan masyarakat. Sedangkan perbedaan fungsi jasmaniah yang terkait dengan perbedaan jenis kelamin tidak bisa diubah (kalaupun diubah hanya bersifat kosmetik seperti yang terjadi pada operasi perubahan jenis kelamin) Bagaimana 'Perbedaan Gender' Berubah Menjadi 'Diskriminasi Gender'? Perbedaan gender menjadi diskriminasi gender pada saat perbedaan peran, hak dan kewajiban/tugas membuat kelompok tertentu dirugikan/dilemahkan dan kelompok yang lain diuntungkan/dikuatkan. Terjadinya diskriminasi gender tidak selalu bersifat ekstrim dan tidak selalu disadari. Sekalipun demikian jika dibiarkan akan merugikan kelompok yang berada dalam posisi lebih lemah. Contoh: Tugas perempuan untuk merawat keluarga umumnya berlangsung terus-menerus sehingga menyulitkan mereka meluangkan waktu untuk hadir dan ikut serta dalam Proyek Pengembangan Pengembangan Masyarakat Pesisir 8

11 kegiatan-kegiatan di luar rumah tangga yang membutuhkan waktu lama. Akibatnya perempuan sering tidak bisa terlibat atau hanya diwakili oleh Kepala Keluarga (KK) nya dan tidak punya akses langsung terhadap informasi dan proses pengambilan keputusan di masyarakat Bagaimana Perbedaan Jender Terkait Dengan Kegiatan Pengarus Utamaan Jender? Kegiatan pengarusutamaan gender terutama berfokus pada perbedaan gender (yaitu perbedaan peran, hak, kewajiban/ tugas yang dijalankan oleh kelompok perempuan dan laki-laki) dan tujuan untuk: - Memperbaiki akses dan peluang kelompok perempuan dan laki-laki dalam mengikuti dan menerima manfaat dari berbagai kegiatan di rumah tangga dan masyarakat agar menjadi lebih setara dan adil. - Mencegah agar perbedaan gender tidak menjadi diskriminasi gender PEMBANGUNAN BERORIENTASI GENDER a. Pada tahun 1985 pembangunan yang berorientasi jender digunakan pendekatan Women In Development (WID) atau Wanita dalam Pembangunan. Semua kegiatan ditujukan untuk kepentingan langsung terhadap perempuan. Semua kegiatan dengan WID dirancang untuk kepentingan perempuan, seperti peningkatan pendapatan untuk perempuan, kesempatan kerja untuk perempuan, peningkatan kesadaran tentang WID, menyusun data dasar WID untuk sosial ekonomi. b. Pendekatan WID sebenarnya kurang menguntungkan untuk pembangunan. Karena pembangunan adalah untuk masyarakat laki-laki dan perempuan. Kenyataan di lapangan menunjukkan memasukkan pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-laki ke dalam pembangunan dapat meningkatkan produktivitas sekaligus efisiensi dalam penggunaan sumberdaya pembangunan. Untuk mendapatkan pembangunan yang responsif terhadap pengalaman, aspirasi dan permasalahan perempuan dan laki-laki, disebut Jender Dan Pembangunan/Gender And Development (GAD). c. GAD tidak membuat perempuan sebagai subyek utama, pendekatan GAD memperbaiki peranan perempuan dan memerlukan analisis tentang hubungan laki-laki dan perempuan. Sedangkan WID berfokus pada perbaikan peran perempuan karena posisinya yang tidak setara dengan laki-laki. Pendekatan GAD memperhatikan essence yang berkaitan proses sosial ekonomi dan politik. d. Pengarusutamaan Jender (Gender Mainstreaming) Pengarusutamaan Jender adalah strategi untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan jender dalam pembangunan, dimana aspek jender terintegrasi dalam perumusan kebijakan program dengan kegiatan melalui perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi. Pengarusutamaan jender akan berhasil, jika sudah dilaksanakan oleh seluruh kalangan masyarakat baik yang bergabung dalam lembaga pemerintah Proyek Pengembangan Pengembangan Masyarakat Pesisir 9

12 (Departemen dan non Departemen), organisasi profesi, organisasi swasta, organisasi keagamaan maupun pada masyarakat yang paling kecil yaitu keluarga. Lembaga pemerintah merupakan sasaran utama dari Pengarusutamaan jender seperti yang tertuang dalam INPRES No. 9 Tahun Dengan kewenangan yang dimiliki, Sumber Daya Manusia (SDM) yan g tersedia dari tingkat pusat sampai lini lapangan, yang berperan membuat kebijakan, program dan kegiatan (policy maker), dan perencanaan program (technical planning) mutlak harus mengutamakan jender dalam setiap langkahnya. Begitu pula organisasi swasta, organisasi profesi, organisasi keagamaan dan lain sebagainya, adalah organisasi-organisasi yang sangat menguasai keadaan di lapangan dan dekat dengan masyarakat L ANDASAN HUKUM Instruksi Presiden RI No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan. Ini adalah salah satu upaya pemerintah Indonesia untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender. Dengan inpres ini, Presiden RI menginstruksikan kepada jajaran eksekutif, Gubernur, Bupati dan Walikota untuk melaksanakan strategi pengarusutamaan gender (PUG) sebagai bagian dari pembangunan nasional. PUG harus dilaksanakan disetiap tahap penyusunan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan. Permendagri No 15 Tahun 2008 tentang pedoman umum pelaksanaan pengarusutamaan gender di daerah, yaitu strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi integral dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan, program dan kegiatan pembangunan di daerah. Kepmendagri No 132 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan di Daerah, yaitu: pengarusutamaan gender adalah salah satu strategi pembangunan yang dilakukan untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender melalui pengintegrasian pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-laki ke dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan, dan program, proyek dan kegiatan di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PROYEK- PROYEK ADB Pengarusutamaan gender dalam proyek-proyek ADB mengacu pada ke bijakan gender yang dirumuskan dalam: a. Gender and Development: Policies and Strategies (1998) Kebijakan ini menerapkan pengarusutamaan ( mainstreaming) sebagai suatu strategi kunci dalam meningkatkan kesetaraan gender. Untuk pengoperasian kebijakan tersebut, kegiatan ADB akan berfokus pada: Membantu negara-negara berkembang anggota ADB untuk membangun kapasitas dan kesadaran akan Gender dan Pembangunan, merumuskan dan Proyek Pengembangan Pengembangan Masyarakat Pesisir 10

13 melaksanakan kebijakan serta program-program yang ditujukan untuk perbaikan status/pemberdayaan perempuan; Membantu mengkaji analisa gender dari usulan-usulan proyek serta memastikan agar isu-isu gender dipertimbangkan secara memadai di setiap tahapan proyek (identifikasi, persiapan, penilaian, implementasi dan evaluasi) Mempromosikan peningkatan kesadaran Gender dan Pembangunan dalam intern ADB melalui pelatihan dan seminar-seminar untuk staf ADB serta pembuatan pedoman untuk mengimplementasikan kebijakan gender dalam proyek. Membantu negara-negara berkembang anggota ADB untuk mengimplementasikan komitmen yang telah dibuat pada Beijing World Conference of Women. b. Gender and Development (GAD) Plan of Action ( ) Dokumen ini merupakan pembaharuan komitmen ADB dalam pengarusutamaan gender dan identifikasi berbagai aspek yang dapat mendorong kegiatan operasional ADB untuk mencapai kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan secara konkrit. Utamanya, GAD Plan of Action berupaya memastikan bahwa pengarusutamaan gender dilaksanakan di setiap proyek ADB. Selain itu, GAD Plan of Action juga berupaya agar jumlah proyek ADB yang memiliki tema gender di berbagai sektor menjadi lebih seimbang (tidak hanya terpusat di sektor pendidikan dan kesehatan). Ini dilakukan dengan: Secara sistematis mengumpulkan dan menggunakan informasi spesifik dan data terpilah gender termasuk data dan informasi yang dikumpulkan melalui proses partisipasi dan pengetahuan lokal. Melembagakan penyusunan dan penggunaan Rencana Tindak Gender (Gender action Plan/GAP) yang spesifik untuk suatu proyek. Memasukan target dan indikator gender ke dalam desain kerangka dan monitoring/evaluasi untuk semua proyek. Memastikan bahwa spesialis gender di tingkat Residence Mission terlibat dalam persiapan framework asistensi teknis (Technical Assistance) dan pinjaman. Mendorong adanya tenaga ahli dibidang gender dan pembangunan untuk jangka panjang di dalam institusi dan agen pelaksana proyek. Menyediakan sistem monitoring proyek yang merefleksikan target dan indikator gender. Mempromosikan syarat kepatuhan yang lebih tegas terkait gender dalam proyek. Proyek Pengembangan Pengembangan Masyarakat Pesisir 11

14 Bab 3 TUJUAN DAN MANFAAT JENDER DI PROYEK CCDP-IFAD 3.1. TUJUAN Tujuan CCDP-IFAD yang berorientasi jender, memberikan kesempatan pada masyarakat laki-laki dan perempuan terutama masyarakat miskin, secara proporsional sesuai tugas dan tanggung jawabnya dalam kegiatan Pembangunan (melalui proyek CCDP-IFAD) yang ditentukan secara musyawarah TUJUAN KHUSUS Memberi kesempatan kepada kaum perempuan untuk berpartisipasi dan berperan aktif dalam kegiatan proyek CCDP-IFAD dengan upaya: a. Meningkatkan kemampuan perempuan di desa dan kelurahan proyek CCDP- IFAD melalui kelompok, pelatihan dalam menyusun perencanaan, pelaksanaan dan monitoring serta evaluasi; b. Meningkatkan kemampuan perempuan untuk mampu berperan aktif dalam pembangunan desa dalam budidaya ikan/hasil laut, usaha ekonomi produktif, pengolahan hasil budidaya ikan, pemasaran, peningkatan gizi keluarga, serta manajemen rumah tangga melalui penumbuhan kelompok perempuan. c. Meningkatkan manajemen kelompok dengan meningkatkan kemampuan berorganisasi, kepemimpinan, administrasi kelompok, serta pemahaman fungsi dan tugas pengurus kelompok MANFAAT a. Masyarakat Desa/kelurahan Proyek PMP-IFAD, laki-laki dan perempuan secara proporsional bekerjasama dalam kemandirian untuk mencapai hasil pembangunan (melalui Proyek CCDP-IFAD) yang menguntungkan bagi masyarakat luas. b. Masyarakat Desa/kelurahan Proyek PMP-IFAD, perempuan mempunyai akses sumberdaya yang mendukung usaha kelompok maupun individu untuk pengembangan ekonomi dan kesejahteraan keluarga. Proyek Pengembangan Pengembangan Masyarakat Pesisir 12

15 Bab 4 RENCANA TINDAK JENDER DALAM PROYEK CCD-IFAD 4.1. STRATEGI RENCANA TINDAK JENDER Dalam Rencana Tindak Jender atau Gender Action Plan (GAP) merupakan pedoman utama dalam Pengarus utamaan Jender/Gender Mainstreaming didalam kegiatan proyek yang akan memfokuskan kepada partisipasi perempuan. Kegiatan ini menggambarkan dengan cara bagaimana proyek ini akan memperlakukan dimensi Jender. Khususnya menyangkut partisipasi perempuan di dalam kegiatan peningkatan kemampuan, penggalangan masyarakat dan pemberdayaan, serta pembangunan, implementasi dan koordinasi. Strategi pokok yang digaris bawahi dalam GAP : Strategi di Tingkat PMO a. Sosialisasi Persamaan persepsi tentang integrasi jender bagi PMO, PMC dan PIU b. Penempatan focal point jender di PMO dan PIU. c. Seleksi Penyuluh dan. d. Workshop bagi TPD, Penyuluh dan focal point tingkat kabupaten. e. Pelatihan bagi PPBM. f. Pelaporan, monitoring dan evaluasi. g. Evaluasi kinerja TPD dan Penyuluh Strategi di Tingkat PIU a. Workshop /sosialisasi bertujuan untuk pemahaman jender.persamaan persepsi tentang integrasi jender bagi staf desa/kelurahan. b. Penyiapan panduan Jender oleh Konsultan Lokal, bersama Penyuluh dan TPD c. Pembentukan dan pemantapan/penguatan kelompok pengolah, usaha dan produksi (anggota dominan perempuan) sejumlah 300 kelompok d. Menyusun rencana kerja kelompok e. Mendorong Pokmas beranggotakan sekurang-kurangnya 30% perempuan Pelatihan manajemen kelompok (administrasi, kepemimpinan, kepengurusan, monitoring dan evaluasi) f. Pelatihan bagi pembudidaya harus mencapai 25% peserta perempuan: Kab.Gorontalo Utara- bududaya rumput laut dan budidaya kerapu Kab. Merauke air tawar dan air payau Kab. Yapen budidaya air payau dan air tawar Kab. Lombok Barat budidaya Kab. Maluku Tenggara Budidaya rumput laut dan budidaya kerapu Kab. Kubu Raya Kota Ambon Kota Bitung Kota Makasar Kota Pare-Pare Proyek Pengembangan Pengembangan Masyarakat Pesisir 13

16 Kota Ternate Kota Kupang g. Promosi pengembangan pemasaran ikan. Menyusun modul dirancang khusus mengenai peran perempuan, Focal point tingkat kabupaten bersama TPD dan Penyuluh. h. Kegiatan penyuluhan sedikitnya 20% pesertanya perempuan. i. Evaluasi, monitoring dan pelaporan TARGET KETERLIBATAN PEREMPUAN DALAM PROYEK CCDP-IFAD Sasaran Keikutsertaan Jender Komponen/Kegiatan Pendekatan dan Sasaran Jender Penyiapan dan Pemberdayaan Terbentuknya 300 kelompok Masyarakat pembudidaya/ pengolah/ usaha yang anggotanya perempuan. Sedikit-dikitnya 30% peserta dalam proses konsultasi untuk penilaian kebutuhan dan penyiapan masyarakat adalah perempuan. Sedikitnya dikitnya 30% anggota Pokmas adalah Perempuan. Sedikit-dikitnya 20% pengurus Pokmas adalah perempuan. Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya Sedikit-dikitnya 25% peserta pelatihan budidaya ikan adalah perempuan. Peluang Mata Pencaharian Sedikit-dikitnya 33% peserta pelatihan kegiatan usaha mikro adalah perempuan. Sedikit-dikitnya 25% usaha mikro binaan Proyek dikelola oleh perempuan. Pengembangan Pemasaran Ikan Promosi pemasaran mencakup modul-modul, yang dirancang khusus mengenai peran perempuan dalam produksi pengolahan, budidaya dan proses produksi. Tambahan Staf PMO dan PIU Sedikit-dikitnya 30% staf yang direkrut oleh Proyek adalah perempuan TARGET JUMLAH KELOMPOK BUDIDAYA, PENGOLAH, PRODUKSI (anggotanya dominan Perempuan) No Lokasi PIU Target Jumlah Kelompok perempuan Tahun Jumlah Proyek Pengembangan Pengembangan Masyarakat Pesisir 14

17 Kab. Gorut Kota Ambon Kota Makasar Kota Pare-Pare Kota Bitung Kota Ternate Kota Kupang Kab. Lombok Barat Kab. Kubu Raya Kabupaten Merauke Kabupaten Yapen Kab. Maluku Tenggara Jumlah 180 Proyek Pengembangan Pengembangan Masyarakat Pesisir 15

18 Bab 5 PELAKSANA KEGIATAN 5.1. PMO (PROJECT MANAJEMENT OFFICE) BERKEDUDUKAN DI JAKARTA Dipimpin oleh Direktur Proyek, dalam pelaksanaan sehari hari direktur proyek dibantu oleh Manajer Proyek. Merupakan unit organisasi yang antara lain mempunyai tugas memantau, membina, dan mengkoordinasikan kegiatan Proyek yang dilaksanakan oleh PIU di daerah. Salah satu kegiatan proyek PMP-IFAD adalah integrasi jender dalam proyek PMP-IFAD PIU (PROJECT IMPLEMENTATION UNIT) BERKEDUDUKAN DI KOTA DAN KABUPATEN PIU dipimpin oleh kepala dinas yang membidangi perikanan selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA). Dalam pelaksanaan sehari-hari KPA dibantu oleh PPK FOCAL POINT GENDER Sebagai pembantu pelaksana kegiatan jender PMO dan PIU. Tugas pokok Focal Point adalah melakukan bimbingan, pembinaan, pendampingan dan tugas-tugas dalam rangka mengintegrasikan program jender dalam proyek PMP-IFAD Di tingkat Pusat (PMO) Sebagai Pendamping (Counterpart) Ahli Jender a. Membantu PMO dalam melaksanakan program jender sesuai dengan Rencana Induk Integrasi Jender Dalam Proyek PMP-IFAD b. Bekerjasama dengan PMC Ahli Jender dalam melaksanakan kegiatan jender. c. Memberi bimbingan dan petunjuk tentang kegiatan Jender pada Focal Point tingkat Kabupaten dan Kota. d. Melaksanakan sosialisasi dan memberikan petunjuk tentang jender dalam proyek PMP-IFAD pada PIU Di Tingkat Kabupaten dan KotaSebagai Staf ( Anggota) Pelaksana Utama a. Membantu PIU dalam pelaksanaan kegiatan program jender. b. Mengadakan sosialisasi tentang program jender kepada camat dan pamong desa/kelurahan di lokasi proyek PMP-IFAD. c. Mengadakan sosialisasi tentang jender kepada Konsultan Lokal, Penyuluh, dan TPD. d. Bekerjasama dengan Konsultan Lokal, Penyuluh dan TPD pada pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program jender pada Kelompok-kelompok Usaha di proyek PMP-IFAD Proyek Pengembangan Pengembangan Masyarakat Pesisir 16

19 5.3.3 PMC (Project Management Consultant) Ahli Jender di PMC bertugas : a. Merancang program jender dalam proyek PMP-IFAD. b. Bekerjasama dengan Focal point jender di PMO dan PIU, dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. c. Menyusun petunjuk monitoring dan evaluasi Konsultan Lokal, Penyuluh, dan TPD Melaksanakan kegiatan jender di Tingkat Kelurahan dan Pedesaan proyek PMP IFAD, dengan: a. Sosialisasi jender, melalui penyuluhan dan pelatihan kepada pembudidaya ikan, pelatihan kelompok pengolah dan usaha serta menggerakkan masyarakat lakilaki dan perempuan melalui pertemuan di kelurahan dan pedesaan. b. Membantu Focal Point Kota dan Kabupaten dan kota menumbuh kembangkan kelompok pengolah, budidaya dan usaha. c. Menggerakkan partisipasi perempuan dalam Pokmas. d. Mengadakan monitoring dan evaluasi program jender. Proyek Pengembangan Pengembangan Masyarakat Pesisir 17

20 Proyek Pengembangan Pengembangan Masyarakat Pesisir 18

21 Proyek Pengembangan Pengembangan Masyarakat Pesisir 19

22 Proyek Pengembangan Pengembangan Masyarakat Pesisir 20

23 Proyek Pengembangan Pengembangan Masyarakat Pesisir 21

24 Proyek Pengembangan Pengembangan Masyarakat Pesisir 22

25 Proyek Pengembangan Pengembangan Masyarakat Pesisir 23

26 Lampiran 1 MASTER PLAN INTEGRASI JENDER DALAM PROYEK PMP-IFAD Tahap No Kegiatan 1 Sosialisasi Proyek Persamaan persepsi tentang integrasi jender dalam proyek PMP-IFAD. Bagi staf proyek kabupaten, kota kabupaten, kota dan aparat tk kecamatan dan desa. 2 Seleksi TPD dan Penyuluh. 3 Workshop/ Pelatihan PPBM tentang monitoring dan evaluasi integrasi jender dalam proyek. Ringkasan Rekomendasi Indikator Input Indikator Proses Memastikan integrasi jender dalam proyek PMP- IFAD. Membahas/mendiskusikan perempuan, kemiskinan partisipasi masyarakat. Menjelaskan sasaran jender dalam proyek dan strategi pengurangan kemiskinan. Prioritas TPD dan penyuluh yang berpengalaman tentang issue jender dan kelompok masyarakat tidak beruntung. Memastikan bahwa mereka terdiri laki-laki dan perempuan. Memusatkan sosialisasi terhadap monitoring dan evaluasi. Memantau proyek Penurunan kemiskinan dan meningkatkan kesadaran jender. Dikembangkan & diperbaikinya gender Action Plan yang mengaitkan hasil yang menguntungkan bagi laki-laki & perempuan. Pedoman yang terkait jender siap digunakan. Kriteria candidat: - Mempunyai pengetahuan tentang jender. - Perempuan atau laki-laki. Dilaksanakannya pelatihan/workshop need assesment tentang kepekaan jender. Penempatan ahli jender di PMO dan PIU Workshop antar PMO, PIU dan PMC untuk menyamakan persepsi tentang jender. Pengumuman lewat radio atau surat kabar. Sosialisasi atau workshop Indikator Output Korelasi yang positif dan pelaksanaan kegiatan dan jender. Daftar calon peserta. 20 % perempuan Peserta memperoleh keahlian baru dan atau meningkatkan pengetahuan yang telah dimiliki. Indikator Dampak Peningkatan sosial ekonomi bagi masyarakat. Peningkatan partisipasi perempuan di bidang sosial ekonomi dan yang berkaitan dengan lingkungan Meningkatkan kesadaran jender bagi TPD dan Penyuluh Berbasis Masyarakat. Peningkatan orientasi jender di tingkat kabupaten dan kota.

27 Tahap No Kegiatan 4 Workshop oleh TPD dan penyuluh 5 Penyiapan panduan jender bagi aparat desa/kelurahan 6 Pelatihan bagi Penyuluh Berbasis Masyarakat Ringkasan Rekomendasi Indikator Input Indikator Proses Memastikan bahwa workshop akan mencakup: - Hal-hal tentang issue jender. - Apa itu jender? - Mengapa integrasi jender dalam proyek PMP-IFAD. - Rencana aksi jender. - Dsb Identifikasi cara spesifik yang dapat diterima untuk: - menyebarluaskan informasi bagi perempuan desa/kelurahan. - Memastikan bahwa perempuan dapat berpartisipasi dalam aspek program. - Memfasilitasi pengelompokan kaum perempuan tersendiri. Dan melibatkan 30% menjadi anggota Pokmas. - Memastikan bahwa 20% kaum perempuan ikut serta dalam pelatihan dan penyuluhan dalam budidaya, pengolahan, dan proses produksi. Pelatihan integrasijennder dalam proyek PMP-IFAD dengan menggunakan PRA Keterlibatan aparat desa/kelurahan. Mengembangkan metode dan alat pembelajaran jender, untuk memenuhi kebutuhan latihan. Menyiapkan panduan jender. Aparat desa lakilaki atau perempuan terlatih kepekaan jender dalam proyek. TPD bersama Penyuluh Berbasis Masyarakat membuat pedoman jender. Diselenggarakan workshop tentang kepekaan jender bagi Penyuluh Indikator Output Penyuluh berbasis masyarakat dan aparat desa/kelurahan mampu mengajarkan jender dengan menggunakan PRA. Terselesaikannya panduan jender Penyuluh Berbasis Masyarakat mampu sebagai pendamping Indikator Dampak Aparat desa/kelurahan sadar akan pentingnya integrasi jender dalam proyek PMP-IFAD. Meningkatnya partisipasi masyarakat permpuan dalam sosial ekonomi. Pengetahuan & manajemen yang lebih baik serta berkelanjutan di

28 No Tahap Kegiatan 7 Proses partisipasi pembelajaran & pelaksanaan 8 Pelaporan, Monitoring dan evaluasi. Ringkasan Rekomendasi Indikator Input Indikator Proses Memastikan bahwa 30% perempuan desa proyek memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan kegiatan proyek agar kemampuan / kapasitas perempuan desa/kelurhan meningkat. Jumlah 30% perempuan desa berpartisipasi dalam perencanaan program berdasarkan kebutuhan penerima manfaat. Dilaksanakan partisipatory appraisal bagi kebutuhan laki-laki dan perempuan dilaksakan. berbasis masyarakat Kelompok masyarakat lakilaki/perempuan (kelompok terpisah perempuan) menyusun rencana kerja berdasarkan potensinya. Indikator Output kelompok perempuan untuk menyusun rencana kerja dalam proyek. Proposal berdasarkan rencana kerja kelompok perempuan diajukan ke PIU melalui TPD, untuk dinilai dan disetujui. Indikator Dampak tingkat desa/kelurahan. Peningkatan pemahaman dan pengetahuan kaum perempuan tentang perencanaan dari bawah Pelaporan Monitoring Mencakup indikator indikator partisipasi. kaum perempuan dalam pelaporan. Dalam monitoring memastikan adanya kesetaraan jender. memonitor partisipasi perempuan Pelaporan, monitoring dan evaluasi berorientasi jender. Keterlibatan dan kesadaran staf PIU dan PMO tentang adanya orientasi jender dalam proyek safver. Perbaikan akses dalam pembangunan oleh kaum perempuan melalui proyek safver. Perbaikan partisipasi perempuan dalam pembangunan desa melalui proyek safver dan peran perempuan dalam pengambilan keputusan.

29 No Tahap Kegiatan Ringkasan Rekomendasi Indikator Input Indikator Proses Indikator Output Indikator Dampak Evaluasi Studi partisipasi untuk memperbaiki dampak proyek dalam peningkatan kesetaraan jender

30 Lampiran 2 MONITORING PERAN AKTIF PEREMPUAN DAN INDIKATOR KABUPATEN/KOTA: Kecamatan : Desa/Kel. : Bulan : Hasil yang Diharapkan Cara Mengukur Indikator Keberhasilan 1. Perempuan hadir dan berperan aktif dalam pertemuan, peyuluhan dan pelatihan. 2. Perempuan mengetahui dan paham tentang segala aspek proyek PMP-IFAD di desanya/kelurahannya. Melihat langsung proses yang sedang berjalan. Melihat dokumen yang ada,seperti: Daftar hadir pertemuan Formulir penggalian gagasan. Formulir penilaian tingkat partisipasi Notulensi rapat atau catatan proses yang memuat siapa yang bertanya dan meberi tanggapan Mewawancarai perempuan di desa/kelurahan yang bersangkutan secara acak mengenai: Keberadaan program Pelaksanaan kegiatan Manfaat yang didapat Jumlah perempuan yang hadir relatif meningkat. Perempuan berani berbicara dan bertanya. Perempuan memberi tanggapan atau mempertahankan pendapatnya. Perempuan dapat menjelaskan segala aspek proyek PMP-IFAD di desanya/kelurahannya dengan baik.

31 Hasil yang Diharapkan Cara Mengukur Indikator Keberhasilan 3. Perempuan berperan aktif dalam penyusunan usulan yang berkualitas dan berpotensi untuk didanai. 4. Perempuan masuk dan berperan aktif dalam Pokmas 5. Ada kesinambungan peran perempuan setelah proyek PMP-IFAD berakhir. Kemajuan kegiatan. Mewawancarai perempuan pengusul. Mengamati proses penyusunan usulan. Membaca dan mempelajari usulan. Melihat daftar prioritas usulan. Melihat petunjuk teknis operasional untuk mempelajari struktur tim ( ketua, penulis, bendahara dan unit-unit pelaksana) dan mencatat posisi yang dipegang perempuan, Mewawancarai tokoh masyarakat tentang peran perempuan dalam kegiatan kegiatan di luar proyek PMP- IFAD. Mewawancarai perempuan untuk mengetahui adanya perubahan peran perempuan dalam proyek PMP-IFAD dan dalam masyarakat umumnya. Perempuan mampu menjelaskan rincian usulan yang diajukan kelompoknya dan mampu mengemukakan alasan pengajuan alasan. Usulan dapat memenuhi kebutuhan perempuan. Tahap pelaksanaan terurai dengan lengkap. Dampak positif usulan terungkap secara jelas. Kegiatan tindak lanjut diungkapkan secara jelas. Jumlah perempuan dalam Pokmas. Perempuan dapat mengerjakan tugasnya dalam tim, misalnya sebagai ketua dapat mengkoordinasikan anggota, sebagai bendahara mampu membuat pembukuan. Pemerintah setempat peduli akan keterlibatan perempuan. Jumlah perempuan yang berperan aktif di dalam dan di luar proyek PMP-IFAD. Jumlah perempuan yang menjadi tokoh masyarakat Tanggal, Pelaksana monitoring (Penyuluh/ TPD)

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 132 TAHUN 2003 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 132 TAHUN 2003 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 132 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DI DAERAH MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN

PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN 1 PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARIMUN, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 04 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 62 TAHUN 2015 TENTANG BENTUK-BENTUK PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN MEKANISME PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT IMPLEMENTASI KEGIATAN PROYEK CCD-IFAD KAB. GORONTALO UTARA NOVEMBER 2013

LAPORAN SINGKAT IMPLEMENTASI KEGIATAN PROYEK CCD-IFAD KAB. GORONTALO UTARA NOVEMBER 2013 LAPORAN SINGKAT IMPLEMENTASI KEGIATAN PROYEK CCD-IFAD KAB. GORONTALO UTARA NOVEMBER 2013 DESKRIPSI UMUM Rangkaian kegiatan CCDP-IFAD pada bulan November 2013 berjalan lancar dengan aktivitas yang padat.

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MALANG. BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MALANG. BAB I KETENTUAN UMUM BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 39 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG PANDUAN TEKNIS PENGARUSUTAMAAN GENDER DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GAWI SABARATAAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 118 TAHUN 2015

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 118 TAHUN 2015 BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 118 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR KEP.25/MEN/2009 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR KEP.25/MEN/2009 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.25/MEN/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KELAUTAN DAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG 1 Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DIDAERAH

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DIDAERAH 1 BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DIDAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang

Lebih terperinci

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 Tambahan Le

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 Tambahan Le WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN RENCANA KERJA SATUAN KERJA PEMERINTAH DAERAH BERPERSPEKTIF GENDER KOTA PAREPARE WALIKOTA PAREPARE

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

BUPATI SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOPPENG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOPPENG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH 1 BUPATI SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOPPENG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SOPPENG,

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 60 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA KABUPATEN SAMPANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU,

Lebih terperinci

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 119 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 119 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 119 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI BULUNGAN TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BULUNGAN.

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI BULUNGAN TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BULUNGAN. BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BULUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI TENGAH,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH RESPONSIF GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

- 3 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

- 3 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 PERATURAN WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 48 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR DAN INFRASTRUKTUR CCDP-IFAD KELURAHAN PESISIR KOTA PAREPARE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER PADA SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 10 TAHUN 2005 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 10 TAHUN 2005 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 10 TAHUN 2005 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA. a. INPRES No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA. a. INPRES No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam 10 BAB. II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengarusutamaan Gender (PUG) 1. Kebijakan Pengarusutamaan Gender Terkait dengan Pengarusutamaan Gender (PUG), terdapat beberapa isitilah yang dapat kita temukan, antara lain

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR TAHUN 2010 TENTANG BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sektor yang paling strategis dalam. memberdayakan manusia menuju pembangunan adalah pendidikan.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sektor yang paling strategis dalam. memberdayakan manusia menuju pembangunan adalah pendidikan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sektor yang paling strategis dalam mendukung pembangunan nasional, sehingga aspek yang penting diperhatikan untuk memberdayakan manusia menuju

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA SABANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

PERATURAN WALIKOTA SABANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA PERATURAN WALIKOTA SABANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SABANG, Menimbang : a. bahwa dokumen perencanaan

Lebih terperinci

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Pe

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Pe No.927, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pengarusutamaan Gender. Daerah. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

WALIKOTA PEKALONGAN, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN,

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

C KONSEP PENGURUSUTAMAAN/ MAINSTREAMING GENDER

C KONSEP PENGURUSUTAMAAN/ MAINSTREAMING GENDER C KONSEP PENGURUSUTAMAAN/ MAINSTREAMING GENDER 1. Tentang Lahirnya PUG Pengarusutamaan Gender PUG secara formal diadopsi dalam Beijing Flatform For Action BPFA tahun yang menyatakan bahwa pemerintah dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PENYAMPAIAN PROGRESS KEGIATAN PROGRAM CCD-IFAD KOTA TERNATE TAHUN 2013

PENYAMPAIAN PROGRESS KEGIATAN PROGRAM CCD-IFAD KOTA TERNATE TAHUN 2013 PENYAMPAIAN PROGRESS KEGIATAN PROGRAM CCD-IFAD KOTA TERNATE TAHUN 2013 PIU-CCDP IFAD Kota Ternate Disampaikan Pada Acara : Sinkronisasi Perencanaan dan Review Kegiatan Proyek PMP CCD-IFAD Jakarta, 17 20

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan. BAB I PENDAHULUAN Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan. Penanggulangan kemiskinan memerlukan upaya yang sungguh-sungguh, terusmenerus, dan terpadu dengan menekankan pendekatan

Lebih terperinci

PENGARUSUTAMAAN GENDER MELALUI PPRG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

PENGARUSUTAMAAN GENDER MELALUI PPRG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PENGARUSUTAMAAN GENDER MELALUI PPRG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PENGARUSUTAMAAN GENDER Strategi untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender melalui kebijakan dan program

Lebih terperinci

REVIEW KEGIATAN PIU CCD IFAD KOTA KUPANG 2013 DAN PERENCANAAN ROBBY ADAM, S.St.Pi SEKRETARIS PIU Jakarta, 17 November 2013

REVIEW KEGIATAN PIU CCD IFAD KOTA KUPANG 2013 DAN PERENCANAAN ROBBY ADAM, S.St.Pi SEKRETARIS PIU Jakarta, 17 November 2013 REVIEW KEGIATAN PIU CCD IFAD KOTA KUPANG 2013 DAN PERENCANAAN 2014 ROBBY ADAM, S.St.Pi SEKRETARIS PIU Jakarta, 17 November 2013 1 KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2 5 PRIORITAS

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA KOTA PROBOLINGGO NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO

PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO Setya Prihatiningtyas Dosen Program Studi Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lebih terperinci

PERENCANAAN DESA TAHUN 2015

PERENCANAAN DESA TAHUN 2015 PERENCANAAN DESA TAHUN 2015 CCDP-IFAD KUBU RAYA PERENCANAAN DESA SASARAN CCDP-IFAD TAHUN 2013-2014 KABUPATEN KUBU RAYA, KALIMANTAN BARAT Potensi sumberdaya pesisir yang sedemikian besar seharusnya dimanfaatkan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI W A L I K O T A K E D I R I PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI Menimbang WALIKOTA KEDIRI, : a. bahwa pelaksanaan pembangunan merupakan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 1 TAHUN 2014

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 1 TAHUN 2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 1 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH 1 SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 68 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA MASYARAKAT DI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN (PPRG) DALAM PERUBAHAN IKLIM

KEBIJAKAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN (PPRG) DALAM PERUBAHAN IKLIM KEBIJAKAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN (PPRG) DALAM PERUBAHAN IKLIM Disampaikan Oleh: Drg. Ida Suselo Wulan, MM Deputi Bidang PUG Bidang Politik, Sosial dan Hukum Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 7 TAHUN : 2013 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Pera

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Pera No.166, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SUMBER DAYA ALAM. Pembudidaya. Ikan Kecil. Nelayan Kecil. Pemberdayaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5719) PERATURAN

Lebih terperinci

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TORAJA UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN KABUPATEN KOTABARU

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN KABUPATEN KOTABARU BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN KABUPATEN KOTABARU BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN TAPIN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LAPORAN TENTANG PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS RAKORTEK PUG DI BATAM DARI TANGGAL 10 APRIL 14 APRIL 2017

LAPORAN TENTANG PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS RAKORTEK PUG DI BATAM DARI TANGGAL 10 APRIL 14 APRIL 2017 Kepada Yth. Bupati Bengkulu Selatan Up. Sekretaris Daerah di.- MANNA LAPORAN TENTANG PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS RAKORTEK PUG DI BATAM DARI TANGGAL 10 APRIL 14 APRIL 2017 I. Pendahuluan : 1. Latar Belakang

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR : 62 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR : 62 TAHUN 2011 TENTANG GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR : 62 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI LINGKUP PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN BADAN PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Komponen ini dilaksanakan melalui tiga subkomponen, umum di tingkat desa. Komponen ini dilaksanakan oleh LSM nasional dan LSM lokal yang meliputi

Komponen ini dilaksanakan melalui tiga subkomponen, umum di tingkat desa. Komponen ini dilaksanakan oleh LSM nasional dan LSM lokal yang meliputi Komponen ini dilaksanakan melalui tiga subkomponen, yaitu: mobilisasi kelompok tani dan perencanaan desa, pengembangan kelembagaan, dan investasi fasilitas umum di tingkat desa. Komponen ini dilaksanakan

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lemb

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1136, 2014 KEMEN KP. Penyuluh Perikanan. Swasta. Swadaya. Pemberdayaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/PERMEN-KP/2014

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 26 Tahun 2016 Seri E Nomor 18 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 26 Tahun 2016 Seri E Nomor 18 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 26 Tahun 2016 Seri E Nomor 18 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER KOTA BOGOR Diundangkan dalam Berita Daerah

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

REALISASI KEGIATAN CCDP-IFAD PIU YAPEN TAHUN 2013 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2014 OLEH WILLIAM MANOBI SEKERTARIS PIU YAPEN

REALISASI KEGIATAN CCDP-IFAD PIU YAPEN TAHUN 2013 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2014 OLEH WILLIAM MANOBI SEKERTARIS PIU YAPEN REALISASI KEGIATAN CCDP-IFAD PIU YAPEN TAHUN 2013 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2014 OLEH WILLIAM MANOBI SEKERTARIS PIU YAPEN Realisasi Dana PIU YAPEN Sampai Dengan Bulan November sebanyak 68 % (Sisa 32%)

Lebih terperinci

BUPATI SIAK PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN KELOMPOK KERJA PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI SIAK PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN KELOMPOK KERJA PENGARUSUTAMAAN GENDER BUPATI SIAK PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN KELOMPOK KERJA PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER (PPRG)

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER (PPRG) BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER (PPRG) BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengintegrasikan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN NOMOR 29/E, 2011 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 46 NOMOR 46 TAHUN 2008

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 46 NOMOR 46 TAHUN 2008 BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 46 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA KOTA

Lebih terperinci

Pesisir Sehat, Masyarakat Sejahtera!

Pesisir Sehat, Masyarakat Sejahtera! Pesisir Sehat, Masyarakat Sejahtera! Strategi Pengarusutamaan Gender CCDP-IFAD STRATEGI PENGARUSUTAMAAN GENDER PROYEK PEMBANGUNAN MASYARAKAT PESISIR (PMP) DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN RUANG LAUT KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN KABUPATEN LAYAK ANAK

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN KABUPATEN LAYAK ANAK BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN KABUPATEN LAYAK ANAK BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa setiap anak mempunyai hak hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO,

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN UMUM PENYELENGGARAAN PROGRAM SOLUSI KEMISKINAN (POVERTY SOLUTION PROGRAM/ PSP) DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN G E N D E R B R I E F S E R I E S NO. 1 GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN The Australia-Indonesia Partnership for Reconstruction and Development Local Governance and Community Infrastructure for Communities

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hak atas pangan telah diakui secara formal oleh banyak negara di dunia, termasuk Indonesia. Akhir -akhir ini isu pangan sebagai hal asasi semakin gencar disuarakan

Lebih terperinci

TEKNIK ANALISIS GENDER. Oleh: Dr. Nahiyah Jaidi Faraz, M.Pd

TEKNIK ANALISIS GENDER. Oleh: Dr. Nahiyah Jaidi Faraz, M.Pd TEKNIK ANALISIS GENDER Oleh: Dr. Nahiyah Jaidi Faraz, M.Pd FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2012 MAKALAH TEKNIK ANALISIS GENDER Dr. Nahiyah Jaidi Faraz M.Pd nahiyah@uny.ac.id Pengertian Analisis

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN WALIKOTA MADIUN,

WALIKOTA MADIUN WALIKOTA MADIUN, WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, KELUARGA BERENCANA DAN KETAHANAN PANGAN WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Akses pangan merupakan salah satu sub sistem ketahanan pangan yang menghubungkan antara ketersediaan pangan dengan konsumsi/pemanfaatan pangan. Akses pangan baik apabila

Lebih terperinci

1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan;

1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan; PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT SALINAN WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI KOTA DEPOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA DEPOK, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Desa Bogak merupakan wilayah pesisir yang terletak di Kecamatan Tanjung Tiram

BAB I PENDAHULUAN. Desa Bogak merupakan wilayah pesisir yang terletak di Kecamatan Tanjung Tiram BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa Bogak merupakan wilayah pesisir yang terletak di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara. Sebagai desa yang berada di wilayah pesisir,

Lebih terperinci

Sejalan dengan sifat peran serta masyarakat di atas, pada intinya terdapat 6 (enam) manfaat lain terhadap adanya peran serta masyarakat tersebut, anta

Sejalan dengan sifat peran serta masyarakat di atas, pada intinya terdapat 6 (enam) manfaat lain terhadap adanya peran serta masyarakat tersebut, anta BUKU RENCANA BAB VIII PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG 8.1 PERAN SERTA MASYARAKAT Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, penyelenggaraan penataan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR

PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

PRAKTIKUM MK. KOPERASI DAN KELEMBAGAAN AGRIBISNIS Jati diri Koperasi-Prinsip dan Nilai Koperasi

PRAKTIKUM MK. KOPERASI DAN KELEMBAGAAN AGRIBISNIS Jati diri Koperasi-Prinsip dan Nilai Koperasi PRAKTIKUM MK. KOPERASI DAN KELEMBAGAAN AGRIBISNIS Jati diri Koperasi-Prinsip dan Nilai Koperasi Oleh : Ade Permana (H34096001), Desy Kartikasari (H34096017), Devi Melianda P (H34096020), Mulyadi(H34096068)

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum warahmatullahi wabarokatuh,

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum warahmatullahi wabarokatuh, KATA PENGANTAR Assalamu alaikum warahmatullahi wabarokatuh, Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat rachmat dan karunia-nya Laporan Akhir Konsultan: Pelaksanaan Program

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 127 ayat

Lebih terperinci