Pesisir Sehat, Masyarakat Sejahtera!

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pesisir Sehat, Masyarakat Sejahtera!"

Transkripsi

1

2 Pesisir Sehat, Masyarakat Sejahtera! Strategi Pengarusutamaan Gender CCDP-IFAD

3 STRATEGI PENGARUSUTAMAAN GENDER PROYEK PEMBANGUNAN MASYARAKAT PESISIR (PMP) DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN RUANG LAUT KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA 2015 Gedung Mina Bahari 3 Lantai 9 Jl. Merdeka Timur No. 16 Direktorat PMPPU Phone : info@ccdp-ifad.org Homepage : Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir CCDP-IFAD

4 Pesisir Sehat, Masyarakat Sejahtera! Strategi Pengarusutamaan Gender CCDP-IFAD

5 KATA PENGANTAR Gender menjadi jargon pembangunan dalam dasawasa terakhir ini, utamanya dengan dikeluarkannya Beijing Platfotm hasil dari Konperensi Perempuan Sedunia ke-4, dimana Indonesia sebagai peserta ikut menyetujui untuk melaksanakan gender mainstream dalam semua usaha pembangunan. Di Indonesia istilah gender mainstreaming itu disebut Pengarusutamaan Gender disingkat PUG. Tanggapan Indonesia adalah dengan mengeluarkan beberapa payung hukum, antara lain INPRES No.9 Tahun 2000 tentang keharusan semua sektor pembangunan (sejak formulasi, rancangan program dan kegiatan pembangunan, termasuk monitoring, evaluasi dan indikatornya) di tingkat nasional dan lokal. Dalam Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir (PMP) atau Coastal Community Development Project (CCDP) kerjasama antara Kementerian Kelautan dan Perikanan RI dengan International Fund for Agriculture Developmant (IFAD,) sebuah badan PBB, rencana Pengarusutamaan Gender (PUG) telah tertera dalam Dokumen Project Design Report CCDP-IFAD khususnya Annex XII Poverty, Targeting And Gender, Bag. E. Gender Strategy para Hal sesuai dengan pembangunan yang responsif gender yang tertera pada Renstra Kementerian Kelautan dan Perikanan Kegiatan Pengarusutamaan Gender terutama berfokus pada perbedaan gender (yaitu perbedaan peran, hak, kewajiban/tugas yang dijalankan oleh kelompok perempuan dan laki-laki) dan bertujuan untuk antara lain : Memperbaiki akses dan peluang kelompok perempuan dan laki-laki dalam berpartisipasi, memiliki kontrol dan menerima manfaat dari berbagai kegiatan baik di rumah tangga maupun di masyarakat agar menjadi lebih setara dan adil serta mencegah agar perbedaan gender tidak menjadi diskriminasi gender. Dengan memanjatkan syukur kepada Tuhan YME, buku Strategi Pengarusutanaan Gender CCDP-IFAD ini selesai disusun yang beriskan kegiatan yang telah dilakukan seta capaian yang diperoleh berkaitan dengan pencapaian tujuan tersebut di atas selama dua tahun pertama berjalannya CCDP. Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir CCDP-IFAD

6 Pesisir Sehat, Masyarakat Sejahtera! Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada para penyusun, kontributor dan kepada para pengguna. Semoga buku ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang pelaksanaan program gender sebagai kontribusi dalam upaya pencapaian target CCDP-IFAD yaitu peningkatan pendapatan rumah tangga yang terlibat dalam kegiatan perikanan dan bahari khususnya di masyarakat miskin pesisir dan pulau kecil ` Direktur Jasa Kelautan Strategi Pengarusutamaan Gender CCDP-IFAD

7 DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar 1. PENDAHULUAN Coastal Community Development Project (CCDP) Landasan Pengertian Istilah 3 2. GENDER DAN PENGARUSUTAMAAN GENDER Pembangunan yang Berorientasi Gender Pembangunan Manusia Berbasis Gender Pengarusutamaan Gender (Gender Mainstreaming) Landasan Hukum IMPLEMENTASI PENGARUSUTAMAAN GENDER (GENDER MAINSTREAMING) DALAM CCDP-IFAD Target Program Gender Capaian CCDP- IFAD Terkait Gender Partisipasi Perempuan Kemitraan STRATEGI GENDER DAN RENCANA AKSI Kebijakan Gender Analisa Gender Isu Gender Gender Analysis Pathway (GAP) Rencana Aksi PROFIL GENDER DAERAH 12 KABUPATEN/KOTA BINAAN CCDP-IFAD 53 Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir CCDP-IFAD

8 Pesisir Sehat, Masyarakat Sejahtera! Strategi Pengarusutamaan Gender CCDP-IFAD

9 DAFTAR TABEL Tabel 2-1 Perbedaan pendekatan WID (Women in Development) dan GAD (Gender and Development) 11 Tabel 4-1 Tabel 4-1 Gender Analysis Pathway (GAP) Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir (CCDP-IFAD) 46 Tabel 4-2 Rencana Aksi 50 Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir CCDP-IFAD

10 Pesisir Sehat, Masyarakat Sejahtera! Strategi Pengarusutamaan Gender CCDP-IFAD

11 DAFTAR GAMBAR Gambar 2-1 Kesenjangan gender (perbandingan IPM dan IPG) di 12 kabupaten/kota binaan CCDP tahun Gambar 3-1. Persentase partisipasi perempuan dalam lembaga dan kelompok di 12 kab./kota binaan CCDP-IFAD (Oktober 2014) 29 Gambar 3-2 Persentase partisipasi perempuan pada berbagai pertemuan dan pelatihan di 12 kab./kota binaan CCDP-IFAD (Oktober 2014) 32 Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir CCDP-IFAD

12

13 Foto : Aktivitas Kelompok Pengolahan Ikan Bandeng BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Coastal Community Development Project (CCDP-IFAD) Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir (PMP) atau Coastal Community Development Project (CCDP) merupakan kerjasama Kementerian Kelautan dan Perikanan RI dengan International Fund for Agriculture Developmant (IFAD,) sebuah badan PBB, yang merespon langsung terhadap kebijakan dan prakarsa Pemerintah, khususnya Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk pengentasan kemiskinan, penyerapan tenaga kerja, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan yang berkelanjutan (propoor, pro-job, pro-growth and pro-sustainability) yang sejalan dengan kebijakan dan program IFAD (CCDP-IFAD, 2012). Pendanaannya menggabungkan pinjaman IFAD dengan persyaratan tertentu yang bersumber dari dana bantuan Pemerintah Spanyol yang dikelola oleh IFAD, pinjaman dan juga hibah dari IFAD, APBN, APBD, serta kontribusi inkind masyarakat Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir CCDP-IFAD 1

14 BAB 1. PENDAHULUAN pesisir terkait, yang kesemuanya berjumlah total US$ 43,219 juta. Target umum proyek ini adalah pengurangan kemiskinan dan peningkatan pertumbuhan ekonomi dalam masyarakat miskin aktif daerah pesisir dan pulau kecil. Target proyek ini dapat dicapai melalui peningkatan pendapatan rumah tangga yang terlibat dalam kegiatan perikanan dan bahari di masyarakat miskin pesisir dan pulau kecil, yang menjadi sasaran. Sejumlah total 180 desa akan terlibat. Diperkirakan dari sekitar 660 rumah tangga dalam sebuah desa rata-rata proyek ini, sekitar 60% akan terlibat langsung ataupun tidak langsung dalam proyek penangkapan dan pembudidayaan ikan dan kegiatan berbasis bahari lainnya. Ini berarti bahwa total sekitar rumah tangga, atau orang sebagai populasi target langsung dari proyek ini. Indikator keberhasilan yang terkait dengan tujuan CCDP yaitu: 1. Tingkat pendapatan masyarakat pesisir sasaran proyek meningkat 10% net; 2. Nilai produk kelautan dan perikanan yang dijual oleh rumah tangga yang berpartisipasi meningkat rata-rata 30% dibandingkan dengan tingkat penjualan sebelum ada intervensi Proyek; 3. Sebanyak rumah tangga tambahan dengan tingkat jaminan hidup lebih baik; dan 4. Indikator Result and Impact Management System (RIMS) yang terkait sasaran Proyek adalah rumah tangga tambahan dengan perbaikan pada indeks kepemilikan aset rumah tangga dan penurunan sebesar 40% dari kasus malnutrisi pada anak-anak Landasan Rencana Pengarusutamaan Gender (PUG) telah tertera dalam Dokumen Project Design Report CCDP-IFAD (2012) khususnya Annex XII Poverty, Targeting And Gender, Bag. E. Gender Strategy para dan sesuai dengan pembangunan yang responsif gender yang tertera pada Renstra Kementerian Kelautan dan Perikanan Dalam Buku I. terkait dengan prioritas bidang kesejahteraan masyarakat dan dalam Buku II. terkait dengan kebijakan pengarusutamaan dan lintas bidang (Pokja KKP, 2013). Kegiatan Pengarusutamaan Gender terutama berfokus pada perbedaan gender (yaitu perbedaan peran, hak, kewajiban/tugas yang dijalankan oleh kelompok perempuan dan laki-laki) dan bertujuan untuk : Memperbaiki akses dan peluang kelompok perempuan dan laki-laki dalam 2 Strategi Pengarusutamaan Gender CCDP-IFAD

15 berpartisipasi, memiliki kontrol dan menerima manfaat dari berbagai kegiatan baik di rumah tangga maupun di masyarakat agar menjadi lebih setara dan adil. Mencegah agar perbedaan gender tidak menjadi diskriminasi gender Pengertian Istilah a. Gender adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan perbedaan perempuan dan laki-laki dalam peran, tanggung jawab, fungsi, hak dan perilaku yang telah dikonstruksikan oleh sosial dan budaya yang dapat berubah-ubah sesuai dengan kemajuan zaman.perbedaan tersebut tidak jarang memunculkan permasalahan atau isu gender. b. Kesenjangan Gender adalah ketidak seimbangan atau perbedaan kesempatan, akses, partisipasi dan manfaat antara perempuan dan laki-laki yang dapat terjadi dalam proses pembangunan. c. Isu Gender adalah permasalahan yang diakibatkan kesenjangan genderyang berimpilkasi adanya diskriminasi terhadap salah satu pihak (perempuan atau lali-laki) sehiingga terjadi kondisi yang tidak adil gender. d. Keadilan Gender adalah perlakuan adil bagi perempuan dan laki-laki. dalam seluruh proses pembangunan, untuk mendapat akses danmanfaat, partisipasi dalam mengambil keputusan dan penguasaan atas sumberdaya sesuai dengan kebutuhannya. e. Kesetaraan Gender adalah hasil dari perlakuan adil gender, yaitu adanyakesamaan kondisi dan posisi bagiperempuan danlaki-laki dalam memperoleh kesempatandan haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi di berbagai kegiatan serta kesamaan menikmati hasil yang dampaknya seimbang. f. Responsif Gender adalah perhatian yang konsisten dan sistimatis terhadap perbedaan perempuan dan laki-laki dalam masyarakat disertai upaya menghapus hambatan struktural dan kultural dalam mencapai kesetaraan gender dan upaya mengangkat isu ketertinggalan dari salah satu jenis kelamin. Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir CCDP-IFAD 3

16 BAB 1. PENDAHULUAN g. Pengarusutamaan Gender (PUG) adalah strategi untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender. dimana aspek gender terintegrasi dalam perencanaan,pelaksanaan, monitoring dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional (INPRES No.9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender). h. Data Terpilah merupakan data menurut jenis kelamin, status dan kondisi perempuan dan laki-laki di seluruh bidang pembangunan yang meliputi a.l. kesehatan, pendidikan, ekonomi dan ketenagakerjaan, bidang ekonomi dan pengambilan keputusan, bidang hukum dan sosial budaya. i. Gender Analysis Pathway (GAP) adalah suatu metoda analisis untuk mengetahui kesenjangan gender secara lengkap, mulai dari melakukan analisis dan mengintegrasikan hasil analisis isu gender kedalam kebijakan / program / kegiatan hingga dalam proses meyususn Rencana Aksi. j. Analisis Gender adalah proses untuk mengidentifikasi isu-isu gender yang disebabkan oleh adanya pembedaan peran dan hubungan sosial antara perempuan dan laki-laki yang dapat menyebabkan pembedaan dalam pengalaman, kebutuhan, pengetahuan dan perhatian, tapi juga berimplikasi pada pembedaan antara keduanya dalam halmemperoleh akses dan manfaat dari hasil pembangunan. Analisa gender memerlukan data gender yang sudah terpilah secara kualitatif dan kuantitatif. Analisa ini merupakan langkah awal dari penyusunan program dan kegiatan yang responsif gender. k. Responsif Gender adalah perhatian yang konsisten dan sistimatis terhadap perbedaan-perbedaan perempuan dan laki-laki di masyarakat yang disertai upaya menghapus hambatan-hambatan struktural dan kultural dalam mencapai kesetaraan gender. l. Pemberdayaan Perempuan adalah suatau proses daribawah (bottom-up) untuk meningkatkankesadarandan kemampuan kelompok perempuan dalam mengidentifikasi masalah, menyampaikan kebutuhan dan merumuskan pemecahan masalah. Pemberdayaan tersebut perlu dilakukan terhadap kelompok perempuan baik sebagai individu maupun kelompok dalam kegiatan pembangunan. 4 Strategi Pengarusutamaan Gender CCDP-IFAD

17 Foto : Bimtek Knowlidge Management Kota Pare - Pare

18

19 Foto : Bimtek Knowlidge Management Kota Pare - Pare BAB 2. GENDER DAN PENGARUSUTAMAAN GENDER 2.1. Perbedaan Gender dan Perbedaan Jenis Kelamin Perbedaan gender sering dipahami sebagai perbedaan jenis kelamin dan isuisu gender cenderung dianggap sebagai masalah kelompok perempuan. Padahal perbedaan gender mengacu pada peran, hak maupun kewajiban perempuan dan lakilaki yang umumnya dibentuk oleh faktor-faktor sosial, seperti budaya dan kebiasaan setempat. Perbedaan gender adalah perbedaan peran dan pembagian tugas seperti: perempuan merawat keluarga dan laki-laki mencari nafkah utama. Perbedaan ini sangat dipengaruhi oleh budaya setempat dan bersifat tidak tetap, karena perempuan Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir CCDP-IFAD 7

20 BAB 2. GENDER DAN PENGARUSUTAMAAN GENDER juga bisa bertugas sebagai pencari nafkah utama, sedangkan laki-laki bisa melakukan tugas merawat keluarga. Perbedaan gender membuat perempuan dan laki-laki melakukan kegiatankegiatan yang berbeda. Akibatnya mereka juga memiliki pengalaman, kebutuhan, prioritas dan pandangan yang berbeda dalam kehidupan sehari-harinya. Kegiatan pembangunan perlu tanggap terhadap perbedaan-perbedaan ini supaya bisa memberi manfaat pada kelompok perempuan dan laki-laki sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya. Perbedaan jenis kelamin mengacu pada fungsi-fungsi jasmaniah perempuan dan laki-laki yang ditentukan oleh faktor biologis. Perbedaan fungsi jasmaniah seperti mengandung, melahirkan dan menyusui adalah perbedaan yang terkait dengan jenis kelamin dan bersifat tetap. Fungsi-fungsi reproduksi tersebut hanya bisa dilakukan oleh perempuan. Jadi, perbedaan gender bisa berubah dan diubah sesuai dengan kondisi dan tuntutan masyarakat. Sedangkan perbedaan fungsi jasmaniah yang terkait dengan perbedaan jenis kelamin tidak dapat diubah (kalaupun diubah hanya bersifat kosmetik seperti yang terjadipada operasi perubahan jenis kelamin). Foto : Aktivitas Ibu-ibu sedang mengikat bibit rumput laut hasil kultur jaring untuk pengembangan kebun bibit Binaan CCDP IFAD Kabupaten Maluku Tenggara 8 Strategi Pengarusutamaan Gender CCDP-IFAD

21 Perbedaan gender menjadi diskriminasi gender pada saat perbedaan peran, hak dan kewajiban/tugas membuat kelompok tertentu dirugikan/dilemahkan dan kelompok yang lain diuntungkan/dikuatkan. Menurut KPNPP (2000), gender jadi masalah antara lain apabila: Perempuan tidak dapat berkembang karena hanya diberi peran dalam urusan rumah tangga dan tidak diberi kesempatan serta peluang untuk peran-peran yang produktif. Laki-laki dibebani pekerjaan, tugas dan tanggung jawab yang terlalu berat dan dituntut untuk lebih mampu dan lebih kuat dalam banyak hal. Anak perempuan tidak mendapat pendidikan formal yang sama tingginya seperti yang diterima oleh anak laki-laki dengan berbagai alasan. Perempuan menjadi tergantung kepada nafkah suami sehingga tidak memiliki keterampilan dan pengalaman yang sebanding dengan laki-laki. Dalam keluarga yang kurang mampu, perempuan melakukan pekerjaan ganda baik mengurusi rumah tangga maupun mencari nafkah dengan keterampilan dan pengetahuannya yang terbatas. Potensi dan bakat yang dimiliki perempuan kurang mendapat wadah. Belum memasyarakatnya konsep/pemilikan tentang perlunya kesetaraan dan keadilan gender. Masih terdapat kebijakan perangkat hukun dan perundang-undangan yang bias gender. Kondisi sebagaimana di atas telah menimbulkan diskriminasi baik terhadap perempuan maupun laki-laki, sehingga mengakibatkan terjadinya pembakuan gender dalam masayarakat dan terjadinya ketidak-adilan, yang berbentuk marginalisasi, subordinasi, stereotip, kekerasan dan beban kerja yang dialami kedua jenis kelamin itu. Terjadinya diskriminasi gender tidak selalu bersifat ekstrim dan tidak selalu disadari. Sekalipun demikian, jika dibiarkan akan merugikan kelompok yang berada dalam posisi lebih lemah. Bentuk-bentuk ketidak-adilan akibat diskriminsi gender itu adalah; - Marginalisasi (pemiskinan ekonomi) Pemiskinan atas perempuan maupun laki-laki disebabkan karena jenis kelaminnya. Sebagai contoh a.l. penerimaan upah/gaji perempuan lebih rendah, pembatasan kesempatan pekerjaan terhadap perempuan dan kemajuan teknologi industri meminggirkan peran-serta perempuan. Sebaliknya banyak pula lapangan pekerjaan yang menutup pintu bagi laki-laki karena anggapan mereka kurang teliti dalam melakukan pekerjaan yang memerlukan kecermatan dan kesabaran. Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir CCDP-IFAD 9

22 BAB 2. GENDER DAN PENGARUSUTAMAAN GENDER - Subordinasi (penomor-duaan) Pandangan yang menempatkan kedudukan dan peran perempuan lebih rendah dari pada laki-laki misalnya dalam tradisi, tafsiran keagamaan dan aturan birokrasi. Sebagai contoh a.l. perempuan dianggap orang belakang dan perempuan di-nomor-duakan di bidang politik, hukum, jabatan, karir dan pendidikan. - Pandangan stereotip (pelabelan negatif) Penandaan yang sering kali negatif selalu menimbukan ketidak adilan. Sebagai contoh a.l.: label perempuan sebagai ibu rumah tangga sangat merugikan mereka jika ingin aktif dalam kegiatan laki-laki seperti kegiatan politik, bisnis maupun birokrasi. Sementara label laki-laki sebagai pencari nafkah mengakibatkan apa saja yang dihasilkan oleh perempuan dianggap sebagai sambilan atau tambahan sehingga kurang dihargai. - Kekerasan Akibat perbedaan peran, muncul kekerasan terhadap perempuan secara individu maupun di tempat umum, tempat pekerjaan ataupun masyarakat, baik serangan fisik seperti perkosaan, pemukulan dan penyiksaan, maupun kekerasan terhadap mental psikologis seperti pelecehan seksual, ancaman dan paksaan sehingga yang mengalami terusik secara emosional. - Beban kerja Diskriminasi beban kerja ganda atau jenis-jenis kegiatan yang harus dialami jenis kelamin tertentu. Sebagai contoh: perempuan mengerjakan hampir 90% dari pekerjaan runah tangga, dan bagi yang bekerja di luar rumah, selain bekerja di wilayah publik, mereka juga masih harus mengerjakan domestik. Seorang istri, walau bekerja mencari nafkah keluarga, ia tetap menjalankan tugas pelayanan rumah tangga yang dianggap sebagai kewajibannya Pembangunan yang Berorientasi Gender Pada tahun 1985, pembangunan yang berorientasi gender menggunakan pendekatan Wanita dalam Pembangunan atau Women In Development (WID). Semua kegiatan ditujukan untuk kepentingan langsung bagi perempuan, seperti peningkatan pendapatan untuk perempuan, kesempatan kerja untuk perempuan, peningkatan kesadaran tentang WID, dan penyusunan data dasar WID untuk sosial ekonomi. 10 Strategi Pengarusutamaan Gender CCDP-IFAD

23 Pendekatan WID sebenarnya kurang menguntungkan untuk pembangunan karena pembangunan adalah untuk keduanya, masyarakat laki-laki dan perempuan. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa memasukkan pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-laki ke dalam pembangunan dapat meningkatkan produktivitas sekaligus efisiensi dalam penggunaan sumberdaya pembangunan. Untuk mendapatkan pembangunan yang responsif terhadap pengalaman, aspirasi dan permasalahan perempuan dan laki-laki, pendekatan yang digunakan adalah Wanita dan Pembangunan atau Gender And Development (GAD). GAD tidak membuat perempuan sebagai subyek utama. Pendekatan GAD memperbaiki peranan perempuan dan memerlukan analisis tentang hubungan lakilaki dan perempuan. Sedangkan WID berfokus pada perbaikan peran perempuan karena posisinya yang tidak setara dengan laki-laki. Pendekatan GAD memperhatikan sari (essence) yang berkaitan proses sosial ekonomi dan politik. Perbedaan antara kedua pendekatan ini tertera pada Tabel 2-1. Tabel 2-1. Perbedaan pendekatan WID (Women in Development) dan GAD (Gender and Development) WID (Woman in Development) Program hanya terfokus pada perempuan Mengubah kondisi perempuan hanya menyentuh kebutuhan gender praktis Tidak menggugat peran tradisional perempuan Jangka waktu pendek dan hasil sudah kelihatan Program dirancang khusus untuk perempuan Program meningkatkan partisipasi perempuan, tapi tidak mengubah relasi yang timpang antara laki-laki dan perempuan GAD (Gender and Development) Program terfokus pada relasi laki-laki dan perempuan namun bertujuan memperbaiki keadaan perempuan Mengubah posisi perempuan dalam relasinya dengan lingkungan / mengubah gender strategis Menggugat relasi gender yang timpang Jangka waktu panjang dan hasilnya tidak terlihat langsung seketika Program dirancang bagi laki-laki dan perempuan Program bertujuan untuk membongkar relasi timpang laki-laki dan perempuan 2.2. Pembangunan Manusia Berbasis Gender Untuk memperkuat daya saing bangsa dalam menghadapi tantangan globalisasi dan mampu memanfaatkan peluang yang ada, maka pembangunan nasional diarahkan untuk mengedepankan pembangunan sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas dan tanpa membedakan jenis kelamin, agar laki-laki dan Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir CCDP-IFAD 11

24 BAB 2. GENDER DAN PENGARUSUTAMAAN GENDER perempaun mendapatkan akses, partisipasi, kontrol dan manfaat pembangunan yang setara (KPP-PA dan BPS, 2013). Tujuan utama dari pembangunan ini adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan rakyat menikmati umur panjang, sehat dan menjalankan kehidupan yang produktif serta terwujudnya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam berbagai bidang. Pencapaiannya melalui tiga indikator yaitu: Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) yang dirinci sampai tingkat kabupaten/kota, sebagai berikut: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menggambarkan pembangunan kapasitas dasar manusia di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Indeks Pembangunan Gender (IPG), mengukur kapabilitas dasar manusia pada ketiga bidang tersebut, tetapi berfokus pada faktor ketidak-setaraan antara laki-laki dan perempuan. Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) adalah indikator untuk melihat peran perempuan dalam politik (keterlibatan di parlemen), ekonomi (sumbangan dalam pendapatan kerja) dan pengambilan keputusan (sebagai manager, profesional, administrasi, teknisi) Secara umum, capaian pembangunan manusia di Indonesia menunjukan peningkatan dari tahun , dan lebih dari 90% kab./kota telah masuk dalam kategori capaian menengah ke atas pada tahun Gambaran kesenjangan gender (perbandingan IPM dan IPG) masing-masing tertera pada Gambar 2-1. Gambar 2-1. Kesenjangan gender (perbandingan IPM dan IPG) di 12 kabupaten/kota binaan CCDP tahun Strategi Pengarusutamaan Gender CCDP-IFAD

25 Foto : Keterlibatan Perempuan dalam Proses Pembuatan ikan asin gabus di Merauke Dengan membandingkan IPM dan IPG, dapat diketahui ada tidaknya kesenjangan gender antara laki-laki dan perempuan. Kesenjangaan gender yang terbaik atau relatif paling kecil adalah angka yang hampir mendekati 1 (satu). Angka ini dicapai Kota Ambon dan Kabupaten Merauke yang masing-masing sama yaitu 96,81%, sedangkan kesenjangan yang paling besar terjadi di Kabupaten Gorontalo Utara yaitu 83,50%. Ditinjau dari indikator Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) tentang peran perempuan dalam politik, ekonomi dan pengambilan keputusan, Kota Bitung mencapai IDG sebesar yang melebihi IDG secara nasional pada tahun 2012 sebesar 70.00, sedangkan di Kabupaten Lombok Barat IDG-nya paling rendah yitu Walaupun kesenjangan gender (perbandingan IPM dan IPG) Kota Bitung realtif rendah sebagaimana tertera pada Gambar 2-1, tetapi peran perempuan dalam berbagai aspek pembangunan sudah relatif tinggi Pengarusutamaan Gender (Gender Mainstreaming) Dituangkan dalam Instruksi Presiden No. 9 tahun 2000, Pengarusutamaan Gender (PUG) adalah strategi untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir CCDP-IFAD 13

26 BAB 2. GENDER DAN PENGARUSUTAMAAN GENDER dalam seluruh aspek pembangunan, dimana aspek gender terintegrasi dalam perumusan kebijakan program/kegiatan melalui perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi. Strategi ini meliputi: 1) formulasi kebijakan dan program yang responsif gender; 2) kelembagaan yang mendukung PUG; 3) Sumber daya: personil, dana dan alat; 4) data terpilah dan sistim informasi; serta 5) dukungan masyarakat madani. PUG menjadi prinsip pembangunan yang menjadi landasan operasional bagi seluruh pelaksana pembangunan yaitu yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) tahun Kegiatan PUG terutama berfokus pada perbedaan gender (yaitu perbedaan peran, hak, kewajiban/tugas yang dijalankan oleh kelompok perempuan dan laki-laki) dan bertujuan untuk: Memperbaiki akses dan peluang kelompok perempuan dan laki-laki dalam berpartisipasi dan menerima manfaat dari berbagai kegiatan baik di rumah tangga maupun di masyarakatagar menjadi lebih setara dan adil. Mencegah agar perbedaan gender tidak menjadi diskriminasi gender. Strategi pemberdayaan ini dirancang sebagai strategi alternatif untuk melengkapi dua strategi terdahulu yaitu Women in Development (WID) dan Gender and Development (GAD), dan dideklarasikan semenjak tahun 1995 pada 4th World Conference on Women di Beijing. Sejak saat itu, hampir semua pemerintahan dunia ketiga mulai mengembangkan Kementerian Peranan Wanita, dengan fokus utama meningkatkan peran wanita dalam pembangunan. Strategi peningkatan peran wanita dalam pembangunan ini didasarkan pada suatu analisa yang lebih memfokuskan pada kaum perempuannya. Strategi ini dibangun di atas asumsi bahwa permasalahan kaum perempuan berakar pada rendahnya kualitas sumber daya perempuan itu sendiri, yang menyebabkan mereka tidak mampu bersaing dengan kaum laki-laki dalam masyarakat termasuk dalam pembangunan. Analisa ini mengharuskan adanya usaha untuk menghilangkan diskriminasi yang menghalangi usaha mendidik kaum perempuan Keuntungan menyelenggarakan PUG ini adalah dapat diidentifikasinya apakah laki-laki dan perempuan: Memperoleh akses yang sama kepada sumberdaya pembangunan, Berpartisipasi yang sama dalam proses pembangunan, termasuk proses pengambilan keputusan, Memiliki kontrol yang sama atas sumberdaya pembangunan, Memperoleh manfaat yang sama dari hasil pembangunan. 14 Strategi Pengarusutamaan Gender CCDP-IFAD

27 Alasan diperlukannya PUG antara lain adalah; Pemerintah dapat bekerja lebih efisien dan efektif dalam memproduksi kebijakan-kebijakan publik yang adil dan responsif gender kepada rakyatnya, perempuan dan laki-laki. Kebijakan dan pelayanan publik serta program dan perundang-undangan yang adil dan responsif gender akan membuahkan manfaat yang adil bagi semua rakyat perempuan dan laki-laki. PUG merupakan upaya untuk menegakkan hak-hak perempuan dan lakilaki atas kesempatan yang sama, pengakuan yang sama dan pengahargaan yang sama dimasyarakat PUG mengantar kepada pencapaian kesetaraan gender dan karenanya PUG meningkatkan akuntabilitas pemerintah terhadap rakyatnya. Keberhasilan pelaksanaan PUG memperkuat kehidupan sosial politik dan ekonomi suatu bangsa. Hambatan yang dihadapi penyelenggaraan PUG umumya adalah: budaya, lemahnya sosialisasi, perbedaan paradigma dan kebijakan anggaran yang masih netral dan buta gender. Gender akan berhasil, jika sudah dilaksanakan oleh seluruh kalangan masyarakat baik yang bergabung dalam lembaga pemerintah (Departemen dan non-departemen), organisasi profesi, organisasi swasta, organisasi keagamaan maupun pada masyarakat yang paling kecil yaitu keluarga. Lembaga pemerintah merupakan sasaran utama dari Pengarusutamaan Gender seperti yang tertuang dalam INPRES No. 9 Tahun Dengan kewenangan yang dimiliki, maka SDM yang tersedia dari tingkat pusat sampai lini lapangan, yang berperan membuat kebijakan, program dan kegiatan (policy maker), dan perencanaan program (technical planning) mutlak harus mengutamakan gender dalam setiap langkahnya. Begitu pula organisasi swasta, organisasi profesi, organisasi keagamaan dan lain sebagainya, adalah organisasi-organisasi yang sangat menguasai keadaan di lapangan dan dekat dengan masyarakat Landasan Hukum Landasan hukun dari Pengarusutamaan Gender ini adalah: Instruksi Presiden RI No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) Dalam Pembangunan, yang menginstruksikan kepada jajaran eksekutif, Gubernur, Bupati dan Walikota untuk melaksanakan strategi PUG sebagai bagian dari pembangunan nasional. PUG harus dilaksanakan di setiap tahap penyusunan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan. Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir CCDP-IFAD 15

28 BAB 2. GENDER DAN PENGARUSUTAMAAN GENDER Permendagri No 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan PUG di Daerah, yang telah diperbaharui dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomot 67 Tahun 2011, menginstruksikan pada semua unit pemerintah di bawah koordinasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), untuk mengintegrasikan PUG ke dalam perencanaan dan penganggaran yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah atau RPJMD, Rencana Strategis SKPD, dan Rencana Kerja SKPD. Kesepakatan Bersama antara KKP dan KPP-PA No. 06 MEN-KP/KB/ III/2011 dan No. 12 Tahun 2011 tentang Peningkatan Efektivitas PUG serta Adanya Kebijakan Khusus untuk Mempromosikan dan Menangani Hak-Hak Perempuan di Bidang Kelautan dan Perikanan. Surat Edaran KaBappenas, MenKeu, Mendagri dan MenNegPP-PA No:270/M.PPN/11/2012, No: SE-33/MK.02?2012, No: 050/4379A/SJ, No: SE 46/MPP-PA/11/2012 tentang Strategi Nasional Percepatan PUG melalui Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 4/PERMEN-KP/2014 Tentang Pedoman Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Kementrerian Kelautan dan Perikanan. 16 Strategi Pengarusutamaan Gender CCDP-IFAD

29

30

31 Foto : Proses Pembersihan Ikan Cakalang oleh Pokmas untuk Pengolahan Ikan Asap di Kelurahan Tabololo Kota Ternate BAB 3. IMPLEMENTASI PENGARUSUTAMAAN GENDER PADA CCDP-IFAD 3.1. Target Program Gender Program gender yang merupakan bagian dari Komponen 1 Proyek yaitu Pemberdayaan Masyarakat, Pembangunan dan Pengelolaan Sumberdaya berdasarkan Logical Framework CCDP, juga tertera pada Appendix E. Environmental and Social Review dari Project Design Report (2012) pada aspek monitoring yang terkait dengan gender, partisipasi perempuan dan pengentasan kemiskinan, merencanakan indikator output berikut: tambahan rumah tangga dengan peningkatan indeks kepemilikan aset rumah tangga, Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir CCDP-IFAD 19

32 BAB 3. IMPLEMENTASI PENGARUSUTAMAAN GENDER PADA CCDP-IFAD Penurunan 40% malnutrisi pada anak-anak, rumah tangga tambahan dengan perbaikan ketahanan pangan, 70% rumah tangga perikanan/kelautan menyatakan Rencana Desa mewakili prioritasnya, 50% perempuan desa menyatakan Rencana Desa mewakili prioritasnya, 60% Kelompok Usaha yang telah didukung dan terlatih dalam tiga tahun pertama, menguntungkan. Berdasarkan Appendix II: Poverty and Targeting dari CCDP-IFAD Project Design Report Para 6 (IFAD, 2012), persyaratan dilaksanakannya PUG adalah partisipasi perempuan, ditargetkan sebagai berikut: Keseimbangan jumlah laki-laki dan perempuan dari Tenaga Pendamping Desa (TPD) yang direkrut, atau minimal 30% -nya adalah perempuan, Pelatihan awal sebelum penugasan TPD termasuk modul khusus tentang Pengarusutamaan Gender, Foto : Demo Olahan Inovatif dari Ikan Tuna & Ikan Layang di Kota Ambon 20 Strategi Pengarusutamaan Gender CCDP-IFAD

33 Partisipasi perempuan yang hadir pada pertemuan-pertemuan masyarakat sebesar 30%, Minimal 2 orang perempuan atau 40% dari 5 anggota Kelompok Kerja Desa (VWG), Miinimal 30% perempuan pada anggota pada Kelompok Infrastruktur dan Kelompok Pengelola Sumberdaya Alam (PSDA), dan Minimal dibentuk satu Kelompok Tabungan di setiap desa yang anggotanya didominasi perempuan. Berdasarkan tujuan, target dan indikator output di atas, sebagaimana juga tertera dalam Gender Focus: Aide Memoire dari Review Mission tanggal 9-19 September 2013 (IFAD, 2013), direncanakan penyusunan strategi gender yang bersifat: Orientasi lebih terhadap peran wanita pada proses perencanaan / pengambilan keputusan pembangunan desa dan pembentukan Kelompok Masyarakat tahap-tahap selanjutnya, Mencakup dukungan terhadap pengembangan kapasitas analisa mata pencaharian dimana gender merupakan bagian integral, Berfokus pada hambatan dan peluang yang dihadapi kelompok, Bersifat fleksibel yang bisa merespond peluang lokal, Mudah dilaksanakan dan relevan terhadap hambatan spesifik di daerah binaan masing-masing di berbagai daerah kabupaten/kota, Harus merencanakan keterlibatan maksimum perempuan dalam subkomponen 2.2. yaitu Dukungan Pasar dan Rantai Pasok Capaian CCDP- IFAD Terkait Gender Beberapa kegiatan yang dilaksanakan oleh PMO di daerah diantaranya Result and Impact Monitoring System (RIMS) dan Annual Outcome Survey (AOS), menghasilkan data dan informasi terkait gender yang digunakan sebagai bahan analisa gender mengingat terbatasnya data terpilah yang telah tersedia Result and Impact Management System (RIMS) Terhadap 900 rumah tangga dari 30 cluster di 12 kab./kota binaan, dengan Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir CCDP-IFAD 21

34 BAB 3. IMPLEMENTASI PENGARUSUTAMAAN GENDER PADA CCDP-IFAD 30 rumah tangga per cluster, pada November 2013 dan Juni 2015 dilaksanakan monitoring terhadap tingkat kemiskinan, ketahanan pangan, aspek sosial ekonomi seperti: umur, tingkat literasi, sumber air bersih dan sanitasi, serta kondisi kesehatan anak balita (RIMS, 2015). Ringkasan beberapa hasil monitoring RIMS tahun 2015 dibandingkan dengan tahun 2013 adalah sebagai berikut : Dari orang anggota rumah tangga (2.133 laki-laki dan perempuan), didominasi oleh kelompok umur tahun sejumlah 503 orang (laki-laki dan perempuan). Usia produktif (15-59 tahun) yang lebih banyak diisi perempuan memperlihatkan perempuan lebih mampu beradaptasi untuk bertahan hidup di masyarakat pesisir. Sebagian besar rumah tangga berprofesi sebagai nelayan tangkap, pengolah ikan dan pemasar. Kedua usaha terakhir ini dominasi oleh kaum perempuan, yang lainnya adalah pembudidaya laut, pembudidaya tambak dan ekowisata. Ekowisata pada survei baseline 2013 belum ada. Hasil RIMS 2015 menunjukkan tingkat kesejahteraan rumah tangga meningkat signifikan setelah 2 tahun terakhir berjalannya CCDP (hasil perbandingan RIMS 2013 dan 2015). Artinya ditinjau dari indeks kesejahteraan secara keseluruhan CCDP dikatakan berhasil. Hasil analisis kemiskinan berdasarkan quantil menunjukkan adanya penurunan drastis kelompok paling miskin (poorest) lebih dari 50% yang diduga meningkat menjadi kelompok miskin (poor). Demikian juga terjadi penurunan kelompok rata-rata (average) yang meningkat menjadi kelompok kaya (rich). Kelompok paling kaya meningkat signifikan dari 15.3% menjadi 24.7%, yang berindikasikan bahwa CCDP dalam dua tahun terakhir telah memberikan dampak positif pada tingkat pendapatan rumah tangga penerima manfaat yang ditandai dengan adanya peningkatan jumlah kekayaan. 22 Strategi Pengarusutamaan Gender CCDP-IFAD

35 Peningkatan kesejahteraan tersebut sejalan dengan terjadinya peningkatan produktivitas khususnya pada nelayan tangkap, budidaya tambak, rumput laut dan pengolahan dibandingkan pada survei baseline RIMS tahun Total tangkapan per tahun (kg) nelayan meningkat 14,1%, demikian juga rata-rata produksi/bulan dan jumlah produksi maksimal/bulan. Peningkatan yang sangat signifikan juga terjadi pada total produksi budidaya tambak ikan/udang dan budidaya rumput laut. Total produksi budidaya rumput laut meningkat cukup signifikan jika menghitung total produksi tahun lalu yaitu dari kg menjadi kg pada tahun Bagi kaum perempuan, kegiatan pengolahan ikan yang paling banyak dilakukan adalah pembuatan abon ikan dan kerupuk ikan. Khususnya kerupuk ikan sangat pesat perkembangannya, karena pada survei 2013 kegiatan ini tidak ada. Foto : Bimbingan Teknis & Knowledge Sharing di Makassar Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir CCDP-IFAD 23

36 BAB 3. IMPLEMENTASI PENGARUSUTAMAAN GENDER PADA CCDP-IFAD Dampak dari CCDP juga terlihat dari peningkatan jumlah aset yang dimiliki baik aset rumah tangga (peralatan elektronik dan kendaraan bermotor), ternak maupun aset usaha. Aset usaha nelayan tangkap paling banyak yaitu perahu tempel, sedangkan pada pembudidaya tambak aset jumlah pompa air meningkat cukup signifikan (dari 1 menjadi 10 buah). Pada kegiatan pemasaran, aset yang meningkat signifikan adalah jumlah cold storage berupa frezzer, yang jumlahnya hampir 4 kali lipat dari jumlah survei tahun Aset lainnya yang tinggi peningkatannya adalah jumlah ternak kaki empat, terutama sapi dan kambing. Bukti lain peningkatan kesejahteraan masyarakat setelah ada CCDP, ditandai dengan aset rumah tangga terus berkembang (jumlah kendaraan bermotor Foto : Partisipasi Perempuan di Pondok Informasi CCDP IFAD Kota Pare-Pare 24 Strategi Pengarusutamaan Gender CCDP-IFAD

37 roda empat/roda dua bertambah), jumlah ternak yang semakin banyak dan indikator lainnya. Kepemilikan aset rumah tangga yang cukup besar dari semua indikator, misalnya listrik, peralatan rumah tangga, peralatan elektronik, sepeda, kendaraan bermotor (sepeda motor dan mobil). Demikian juga kondisi fisik rumah dan sanitasi mengalami perbaikan dan peningkatan. Rumah tangga yang memiliki total nilai aset lebih dari Rp. 10 juta meningkat 50% dibandingkan dengan survei Demikian juga omset bulanan tertinggi yang diperoleh rumah tangga dengan nilai lebih dari Rp. 5 juta meningkat lebih dari 50%. Fakta lain yang menggembirakan adalah tingginya kesadaran akan pentingnya pendidikan keluarga dan anak-anak yang dicerminkan dari investasi untuk pendidikan yang cukup besar. Meskipun tidak bisa dibandingkan karena baru dilakukan pada survei RIMS 2015, namun lebih dari dua pertiga responden menyatakan bahwa sebagian hasil usaha digunakan untuk menambah biaya pendidikan keluarga, dan mampu menyekolahkan anak ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Artinya dampak dari CCDP tidak hanya peningkatan aset dan kesejahteraan, tapi terjadi human investment. Tingkat kekurangan gizi balita yang dianalisis berdasarkan Z-score standar WHO untuk kategori malnutrisi menunjukkan penurunan kasus malnutrisi di kalangan balita sebesar 10.65% dibanding hasil baseline tahun Secara absolute juga terjadi penurunan jumlah kasus yang signifikan, dari 422 anak pada tahun 2013 menjadi 275 anak pada tahun Hasil survei juga menunjukkan terjadinya penurunan tingkat kekurangan pangan periode pertama dari 34.2% yang terjadi pada tahun 2013 menjadi 11.9% di tahun Demikian juga pada musim kekurangan pangan (paceklik) periode kedua terjadi penurunan dari tahun 2013 sebesar 11.0% menjadi 2.0% di tahun Pada survei tahun 2013, tingkat kekurangan pangan periode ke-satu dan ke-dua cukup besar, sedangkan pada survei 2015 mengalami penurunan signifikan dan masa paceklik juga tidak besar dan tidak terlalu lama. Masa kekurangan pangan terjadi biasanya pada musimmusim angin kencang/ombak besar atau pada musim kemarau panjang dimana masyarakat sulit melakukan pelayaran ataupun bercocok tanam. Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir CCDP-IFAD 25

38 BAB 3. IMPLEMENTASI PENGARUSUTAMAAN GENDER PADA CCDP-IFAD Annual Outcome Survey (AOS) AOS atau Survei DampakTahunan dilaksanakan di ke 12 kabupaten//kota pada akhir tahun 2013 dan pertengahan tahun Survei dilakukan terhadap aspekaspek: profil penerima manfaat (18 orang per desa binaan dan 18 orang per desa luar binaan), ketahanan pangan, produksi kelautan dan perikanan, akses terhadap pasar, akses terhadap keuangan desa, pembangunan usaha dan ketenaga-kerjaan, akses terhadap sumberdaya alam dan pemberdayaan untuk perempuan (AOS, 2015). Ditinjau dari Aspek Pemberdayaan Perempuan, secara umum pelaksanaan CCDP telah mampu melibatkan peran perempuan dalam berbagai aktivitas baik dalam kelompok maupun kegiatan proyek, dan telah meningkatkan peran mereka dalam pengambilan keputusan. Ringkasan hasil survei tahun 2015 dibandingkan dengan tahun 2013 terhadap responden di ke-12 daerah binaan antara lain sebagai berikut: Wawasan perempuan telah terbuka tentang pentingnya berpartisipasi dalam kelompok dimana mereka dapat mengemukakan pendapat, menambah pengetahuan dan keterampilan yang mendukung usaha-usaha berbasis perikanan yang dapat dikembangkan. Partisipasi perempuan dalam VWG (Village Working Group/Kelompok Kerja Desa) meningkat dari 18,2% menjadi 20,4%; dalam Kelompok Infrastruktur meningkat dari 4,5% ke 6,3%, dalam Kelompok PSDA naik dari 10,4 ke 18%; dan dalam Kelompok Perikanan Budidaya naik dari 17,1% ke 20,7%. Perempuan penerima manfaat sudah berani mengambil keputusan sendiri untuk membeli barang-barang kebutuhan rumah tangganya, persentasenya meningkat sekitar 8 % jika dibandingkan tahun Perempuan penerima manfaat juga mampu berperan dalam membuat keputusan untuk perbaikan utama di dalam rumah tangga mereka, dimana pada tahun 2015 terjadi peningkatan sekitar 2% dari tahun Sebaliknya pada rumah tangga non sasaran (bukan penerima manfaat) terjadi penurunan sekitar 2% jika 26 Strategi Pengarusutamaan Gender CCDP-IFAD

39 dibandingkan tahun Peran perempuan penerima manfaat dalam mengambil keputusan untuk memberikan pendidikan kepada anak-anaknya meningkat sekitar 3% dibandingkan dengan tahun 2013 Peran perempuan penerima manfaat dalam mengambil keputusan untuk menyimpan tabungan tunai di rumah meningkat 4%, dan dalam mengambil keputusan untuk menggunakan akun atas nama sendiri naik 19% Peran perempuan penerima manfaat dalam mengambil keputusan untuk mempunyai kredit/pinjaman meningkat dari 20,8% menjadi 28,7% Peran perempuan penerima manfaat dalam mengambil keputusan untuk mempunyai aset atas nama sendiri meningkat dari 25% menjadi 57,6%. Foto : Pelatihan Kerajinan Tangan Sisa-Sisa Cangkang Kerang di Kota Pare-Pare Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir CCDP-IFAD 27

40 BAB 3. IMPLEMENTASI PENGARUSUTAMAAN GENDER PADA CCDP-IFAD Hasil Annual Outcome Survey dapat dijadikan salah satu informasi dalam proses evaluasi program dan perbaikan program yang terkait di masa mendatang Partisipasi Perempuan Persyaratan berjalannya PUG dalam CCDP sebagaimana tersebut dalam Sub Bab A di atas, adalah bahwa partisipasi perempuan ditargetkan minimal 30%, dalam lembaga baik di pusat maupun di daerah termasuk TPD dan kelompok di kabupaten/ kota binaan, serta partisipasi perempuan sebagai peserta dalam pertemuan/pelatihan yang diadakan Project Implementing Unit (PIU) Dinas Kelautan dan Perikanan. Sampai akhir Desember 2014, secara keseluruhan partispasi perempuan ini mencapai rata-rata 28% dengan penjelasan capaian pada lembaga, pertemuan dan mata pecaharian sebagai berikut Partisipasi Perempuan pada Lembaga dan Kelompok Disamping partisipasi anggota perempuan dalam lembaga/kelompok ditargetkan sebesar 30%, target jumlah kelompok usaha perempuan dari keseluruhan kelompok usaha yang dibentuk adalah 20%. Dengan demikian di setiap desa ditargetkan dibentuk masing-masing1 buah Kelompok Kerja Desa atau Village Working Group (VWG), Kelompok Infrastruktur, Kelompok Pengelolaan Sumberdaya Alam (PSDA), Kelompok Tabungan, 4 buah kelompok usaha laki-laki dan 2 buah kelompok usaha perempuan. Rata-rata persentase partisipasi perempuan dalam lembaga baik di pusat (PMO dan Konsultan PMO), di Kabupaten/Kota (DOB/District Oversight Board, PIU, Konsultan Daerah dan TPD) dan di Desa (VWG dan Kelompok) pada ke-12 kabupaten/ kota binaan CCDP sd Desember 2014 adaah sebagai berikut: Di pusat, PMO: 31%, Konsultan PMO: 8%. Di Kab/Kota, DOB: 29%, PIU: 33%, Konsultan Daerah: 13%, TPD: 21%. Di desa pada kelompok-kelompok non-usaha yaitu VWG: 35%, Kelompok Infrastrutur: 5%, Kelompok PSDA: 14%, Kelompok Tabungan: 85%, Sedangkan pada kelompok-kelompok usaha yaitu Kelompok Perikanan Tangkap: 7%, Kelompok Perikanan Budidaya: 21%, Kelompok Usaha Pengolahan: 85% dan Kelompok Pemasaran: 53%. Pada lembaga dan kelompok non-usaha seperti Kelompok Infrastruktur dan Kelompok PSDA yang sifat usahanya dominan laki-laki, sulit dipenuhi target 30% perempuan. Sedikitnya anggota perempuan (5-9%) umumnya berperan sebagai 28 Strategi Pengarusutamaan Gender CCDP-IFAD

41 Bendahara dan Pencatat kegiatan atau barang yang dibeli kelompok intuk usahanya. Secara keseluruhan rata-rata partisipasi perempuan adalah sebesar 28%, yang hampir mendekati target, namun sebarannya tidak merata, dimana rata-rata partisipasi di lembaga dan kelompok non usaha adalah 20%, sedangkan di kelompok usaha adalah 32%. Presentase partisipasi perempuan pada lembaga dan kelompok di 12 kabupaten/kota binaan CCDP tertera pada Gambar 3-1. Gambar 3-1. Persentase partisipasi perempuan dalam lembaga dan kelompok di 12 kab./kota binaan CCDP-IFAD (Oktober 2014) Masalah keamanan karena jauhnya lokasi desa binaan juga membatasi keterlibatan TPD perempuan yang umumnya hanya 1 orang perempuan dari 6 orangtpd yang bertugas. Dari 12 kabupaten/kota binaan, hanya Kota Kupang memiliki 3 TPD perempuan (50%) dari 6 orang yang bertugas, sedangkan Kota Bitung, Parepare dan Kabupaten Lombok Barat memiliki 2 orang TPD perempuan atau sesuai 30% dari target. Pada kelompok-kelompok usaha, rata-rata partisipasi yang dicapai adalah 32%. Di hampir semua daerah, penyumbang terbesar adalah Kelompok Pengolahan dimanaanggota perempuannya mencapai rata-ratai 89%. Demikian juga dii Kelompok Pemasaran khususnya di Ambon dan Kabupaten Lombok Barat anggotanya dikuasai kaum perempuan (100%). Pada Kelompok Perikanan Tangkap dan Kelompok Perikanan Budidaya, partisipasi perempuan masing-masing 7% dan 21%. Di Kelompok Perikanan Budidaya lebih tinggi karena perempuan juga ikut aktif terlibat dalam kegiatan teknis kelompoknya. Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir CCDP-IFAD 29

42 Foto : Salah satu atraksi peserta dalam sesi Ice Breaking dalam kegiatan Workshop Kelompok Masyarakat Gambar 3-1. Persentase partisipasi perempuan dalam lembaga dan kelompok 30 Strategi Pengarusutamaan Gender CCDP-IFAD

43 Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir CCDP-IFAD 31

44 BAB 3. IMPLEMENTASI PENGARUSUTAMAAN GENDER PADA CCDP-IFAD Partisipasi Perempuan pada Pertemuan dan Pelatihan Berdasarkan informasi Konsultan Pemberdayaan Daerah (2014), diperoleh persentase partisipasi perempuan pada berbagai pertemuan daerah diantaranya sosialisasi, fasilitasi, penyadaran masyarakat, pembentukan lembaga, rapat desa, workshop, training dan bimtek, sebagaimana tertera pada Gambar 3-2 di bawah. Dibandingkan dengan target minimal sebesar 30% sebagaimana yang dipersayaratkan, maka partisipasi kehadiran perempuanyang masih kurang adalah di tiga daerahyaitu rata-rata 16% di Kabupaten Kubu Raya, 24% di Kabupaten Lombok Barat dan 25% di Parepare; sedangkan di sembilan daerah lainnya cukup baik, yaitu berkisar antara 32% di KabupatenTernate dan 54% di Kupang. Gambar 3-2. Persentase partisipasi perempuan pada berbagai pertemuan dan pelatihan di 12 kab./kota binaan CCDP-IFAD (Oktober 2014) Walaupun demikian, pemantauan lebih mendalam secara terus menerus secara kualitatif perlu dilaksanakan khususnya bagi para perempuan pelaku ekonomi terhadap manfaat training, bimtek dan pemberdayaan, terhadap perkembangan atau kemajuan usaha ekonominya Partisipasi Perempuan dan Anak-Anak pada Mata Pencaharian Dari informasi Konsultan Pemberdayaan (2004) tentang pemetaan peran gender yaitu laki-laki, perempuan dan anak-anak dalam mata pencaharian, khususnya pada mata pencaharian yang didominasi laki-laki seperti perikanan tangkap, ternyata 32 Strategi Pengarusutamaan Gender CCDP-IFAD

45 tambahan beban ganda perempuan (isteri nelayan) terlihat dari perannya yang sangat nyata dalam membantu kegiatan perikanan tangkap suaminya. Dari 11 tahapan kerja usaha penangkapan ikan, perempuan nyata terlibat dalam 9 tahap di Kabupaten Merauke dan Kabupaten Yapen serta dalam 6 tahap di Kabupaten Lombok Barat dan Kota Makasar, termasuk pekerjaan penyiapan jaring, penangkapan, pengambilan ikan dari jaring dan pembersihan jaring yang umumnya dilakukan laki-laki. Sedangkan di kabupaten/kota lainnya beban perempuan lebih ringan dengan hanya terlibat dalam 2-5 tahapan kerja, termasuk perawatan jaring, penjahitan jaring yang robek, penanganan pasca panen sampai ke penjualan hasil tangkapan dan pengurusan keuangan hasil penjualan. Pada usaha perikanan budidaya, perempuan lebih banyak lagi ikut terlibat dalam keseluruhan tahapan kerja. Dari 11 tahap, perempuan ikut bekerja di seluruh tahap di Kupang, serta 9 tahap di Ambon dan Kabupaten Merauke; 7 tahap di Makassar; 6 tahap di Bitung dan 5 tahap di Kabupaten Kubu Raya. Pada budidaya rumput laut di Kabupaten Maluku Tenggara, perempuan terlibat pada setengah dari seluruh 17 tahapan kerja termasuk pengikatan bibit, pemasangan pelampung, pemeliharaan, panen dan kegiatan pasca panennya kemudian. Anak-anak (kebanyakan laki-laki) banyak terlibat pada hampir seluruh tahap usaha penangkapan dan budidaya ikan di Kabupaten Kubu Raya serta pada usaha budidaya ikan dan budidaya rumput laut di Foto : Partisipasi Perempuan dan Anak-Anak pada Aktivitas Pengolahan Ikan Bandeng sebagai salah satu Strategi Pengembangan Mata Pencaharian, Binaan CCDP IFAD Kota Pare-Pare Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir CCDP-IFAD 33

46 BAB 3. IMPLEMENTASI PENGARUSUTAMAAN GENDER PADA CCDP-IFAD Makassar. Peran atau kontribusi perempuan dan anak-anak inilah yang umumnya tidak dikenali. Hal ini dapat dianggap sebagai salah satu isu gender yaitu sebagai statistik tersembunyi (hidden statistic) dimana peran perempuan termarginalkan Kemitraan Dalam Gender Focus: Aide Memoire pada Review Mission (2014) dinyatakan bahwa strategi gender harus merencanakan keterlibatan maksimum perempuan dalam Sub- Komponen Proyek No yaitu Dukungan Pasar dan Rantai Pasok. Berdasarkan PDR CCDP-IFAD (2012), tujuan sub-komponen ini adalah untuk menciptakan peluang bagi kelompok-kelompok usaha dan rumah tangga individu dalam desa sasaran untuk berinvestasi secara menguntungkan dalam produksi mereka, dan melakukan pemasaran tahap pertama dari produk bahari berkelanjutan yang berpotensi tinggi yang terkait dengan permintaan pasar. Pengembangan aspek pemasaran menjadi keharusan terutama dengan berkembangnya usaha kelompok masyarakat, dimana besarnya produk hasil usahanya mungkin tidak mampu seluruhnya diserap pasar lokal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah membangun kemitraan, suatu bentuk kerjasamaatau sinergitas program/kegiatan antara kelompok usaha/lembaga yang satu dengan lembaga/perusahaan atau mitra lainnya dengan memperhatikan prinsip kesetaraan, saling memerlukan, memperkuat dan menguntungkan (PEMP, 2013). Melalui kemitraan pemasaran ini, strategi promosi juga sekaligus dilakukan oleh mitra (Zawawi, 2014). Berdasarkan Weekly Dashboard November 2015 (Pusat Data dan Monitoring CCDP-IFAD), melalui PIU Kab//Kota dan Konsultan Pemasaran Daerah, kegiatan Komponen 2 Proyek 34 Strategi Pengarusutamaan Gender CCDP-IFAD

47 telah menghasilkan 88 buah kesepakatan kerjasama dengan mitra pihak ke-tiga di 12 kab//kota, dan semua kesepakatan kerjasama tersebut sudah dalam bentuk MoU. Sebagaimana telah disebut di atas, partisipasi perempuan terbesar adalah pada Kelompok Usaha Pengolahan (85%), yang menghasilkan berbagai produk olahan antara lain kerupuk dan abon ikan sebagai oleh-oleh, serta yang sudah mejadi komoditi unggulan diantaranya adalah olahan kepiting rajungan di Kabupaten Kubu Raya, ikan tuna asap cair di Ambon dan terasi panggang udang rebon di Kabupaten Lombok Barat. Selain membeli dan memasarkan hasil produk kelompok masyarakat, beberapa kesepakatan kemitraan ini juga mencakup pelatihan, monitoring berkala dan bantuan peralatan produksi. Foto : MoU CCDP Makassar dengan Mitra di Makassar Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir CCDP-IFAD 35

48

49 Foto : Partisipasi Perempuan yang terlibat dalam Pemasaran Ikan

50

51 Foto : Proses Pembersihan Ikan Cakalang oleh Pokmas untuk Pengolahan Ikan Asap di Kelurahan Tabololo Kota Ternate BAB 4. STRATEGI GENDER DAN RENCANA AKSI 4.1. Kebijakan Gender Berdasarkan IFAD (2008), prinsip kebijakan gender di IFAD adalah IFAD in all operational situations address gender differences and have a special focus on women within all identified target groups - for reasons of equity, effectiveness and impact Dikemukakan lebih lanjut, bahwa untuk suatu usaha pembangunan yang effektif, maka perbedaan peran dan tanggung jawab gender perlu menjadi pertimbangan, bukan hanya karena kurangnya akses perempuan dibanding laki-laki terhadap aset dan pelayanan jasa dan karena kurangnya suara perempuan dalam penentuan-keputusan di kalangan masyarakat, tetapi juga karena penanggulangan ketidak-setaraan dan penguatan kapasitas perempuan desa untuk menjalankan peran Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir CCDP-IFAD 39

52 BAB 4. STRATEGI GENDER DAN RENCANA AKSI produktifnya lebih efektif, yang ternyata berdampak besar terhadap pengentasanan kemiskinan dan ketahanan pangan rumah tangga. Sasaran IFAD adalah memberi kesempatan pada masyarakat miskin kaum perempuan dan laki-laki untuk meningkatkan ketahanan pangan dan nutrusi, meningkatkan pendapatannya dan memperkuat ketahanannya, khususnya memperbaiki ketertinggalan perempuan. Dalam pelaksanaannya, untuk kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan ini digunakan suatu strategi bercabang tiga bertujuan untuk: Mengembangkan pemberdayaan perempuan untukmampu berperan aktif di bidang ekonomi melalui akses dan kontrol terhadap aset-aset dasar; Memperkuat peran pengambilan keputusan perempuan dalam isu pembangunan masyarakat dan meningkatkan keterwakilannya di lembaga lokal; Meningkatkan pengetahuan dan kesejahteraan perempuan serta mengurangi beban hidupnya melalui akses terhadap pelayanan masyarakat dan infrastruktur dasar Foto : Kelompok Pengolahan Rumput Laut sedang di nilai oleh tim PKK dalam Lomba Cipta Bahan Olahan Ikan di Kota Kupang 40 Strategi Pengarusutamaan Gender CCDP-IFAD

53 Upaya menuju kesetaraan gender di Indonesia telah tercantum dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 tahun 2000 tentang PUG dalam Pembangunan Nasional. Inpres ini mengamanahkan kepada semua instansi pemerintah di tingkat nasional dan daerah untuk mengarusutamakan gender ke dalam perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi seluruh kebijakan dan program. Kementerian dan Lembaga di tingkat nasional dan daerah harus mengatasi persoalan keridak-setaraan gender dan menghapuskan diskriminasi gender. Peraturan Menteri Dalam Negeri/Kepmendagri No. 15/2008 berisi pedoman untuk pelaksanaan PUG di tingkat propinsi dan kabupaten. UUD Negara Indonesia dan ratifikasi berbagai konvensi internasional, menunjukkan komitmen negara terhadap kesetaraan gender dan menyebabkan dikeluarkannya berbagai undang-undang lokal yang efektif. Selain itu, kebijakan Pengarusutamaan Gender diintegrasikan dalam proses prencanaan dan penyusunan anggaran, juga data terpilah, indikator dan target, untuk pertama kalinya dimasukkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Peraturan-peraturan ini, terutama yang menyangkut instruksi PUG telah sanggup membangun momentum bagi program dan inisiatif kesetaraan gender, namun kekuatannya dibatasi oleh klasifikasi INPRES No. 9/2000 yang hanya berupa instruksi dan bukan undang-undang, sehingga pelaksanaannya di tingkat lokal menjadi berbeda dan belum diimplemantasikan secara konsisten di seluruh Indonesia (Kertas Kerja 1 - PUG, dalam Unanymous, 2008) Pengintegrasian Gender dalam Perencanaan Program dan Penganggaran Bidang Kelautan dan Perikanan telah tertera dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No. 4/PERMEN-KP/ Analisa Gender Analisa gender adalah proses untuk mengidentifikasi isu-isu gender yang disebabkan oleh adanya pembedaan peran dan hubungan sosial antara perempuan dan laki-laki yang dapat menyebabkan pembedaan dalam pengalaman, kebutuhan, pengetahuan dan perhatian, tapi juga berimplikasi pada pembedaan antara keduanya dalam hal memperoleh akses dan manfaat dari hasil pembangunan. Analisa gender memerlukan data gender yang sudah terpilah secara kualitatif dan kuantitatif diantaranya meliputi pemetaaan peran, kondisi, kebutuhan dan permasalahan masing-masing perempuan dan laki-laki. Dengan demikian analisa gender akan mengurai dan memberikan jawaban yang tepat untuk memenuhi kebutuhan perempuan dan laki-laki dalam penetapan program/kegiatan dan anggaran, menetapkan kegiatan apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi kesenjangan gender, siapa yang sebaiknya dijadikan target sasaran dari suatu program/kegiatan, serta kapan dan bagaimana program/kegiatan akan dilakukan. Analisa gender ini merupakan merupakan langkah awal dari penyusunan program/ Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir CCDP-IFAD 41

54 BAB 4. STRATEGI GENDER DAN RENCANA AKSI kegiatan yang responsif gender. Namun, masalah yang dihadapi saat ini adalah keterbatasan data terpilah tersebut, khususnya data terkait pemberdayaan masyarakat pesisir. Padahal melalui data terpilah ini akan diperoleh informasi pembuka wawasan yang dapat menggambarkan peran, kondisi, kebutuhan, permasalahan yang dihadapi perempuan dan laki-laki terkait dengan akses, partisipasi, kontrol dan manfaat dalam pembangunan, hingga memudahkan dalam proses perencanaan dan penganggaran program dan kegiatan pembangunan Isu Gender Berkaitan dengan keterbatasan data terpilah tersebut, maka bahan analisa berbagai isu gender diperoleh dari berbagai sumber diantaranya berbagai pustaka, laporan RIMS, AOS, dokumentasi data dari Bagian Data dan Monitoring PMO, hasil observasi lapang, dan kuesioner bahan isu gender yang diisi Konsultan Pemberdayaan di PIU seluruh daerah binaan CCDP-IFAD. Ditinjau dari aspek kelembagaan, ekonomi dan sosial, secara umum beberapa isu gender yang dapat diangkat adalah sebagai berikut: Aspek kelembagaan Belum semua perencana dan pengambil kebijakan daerah menganggap isu gender adalah masalah prioritas. - Walaupun PUG telah ditetapkan seabagai salah satu strategi nasional pada RPJMN , berdasarkan evaluasi Bappenas (KPP-PA 2013), pelaksanaanya baru pada terbentuknya kelembagaan PUG sebagai Kelompok Kerja (Pokja). Demikian juga peraturan yang terkait mekanisme pelaksanaan pembangunan daerah belum berfokus pada perwujudan kesetaraan gender. Belum tersedianya data terpilah gender untuk analisis kebijakan/program kegiatan pembangunan kelautan dan perikanan. - Data terpilah adalah dasar untuk melakukan analisis gender yang menggambarkan kesenjangan gender dan faktor penyebabnya. Tanpa data terpilah, sulit untuk membuat keputusan dan sulit untuk melihat kondisi realitas kehidupan perempuan dan laki-laki yang sebenarnya. Aspek ekonomi Kurangnya legimitasi peran perempuan dan identifikasi kebutuhannya. - Peran/kontribusi perempuan yang tidak dikenali dan tidak dakui sebagai isu gender (hidden statistics) menyebabkan ketidak adilan gender, 42 Strategi Pengarusutamaan Gender CCDP-IFAD

55 padahal di dalam hampir semua mata pencaharian di daerah, para isteri nelayan nyata ikut serta bekerja sebagai tambahan beban disamping tugas harian rumah tangganya (KKP dan KPP-PA, 2012). - Demikian juga prioritas kebutuhannya sering berbeda dengan laki-laki dimana yang terakhir umumnya lebih didengar karena sebagai pencari nafkah utama. Keterlibatan dan peran strategis perempuan dipandang marginal, kurang memiliki langsung aset-aset produksi dan modal serta partisipasi terbatas dalam pengambilan keputusan. - Masih kuatnya nilai sosial dan budaya patriakh yang umum berlaku menjadikan dominasi laki-laki sebagai pengambil keputusan di keluarga dan penguasaan aset produksi. Dari data AOS 2013, sudah ada isteri yang memutuskan berdua suami, namun sangat sedikit isteri yang memutuskan sendiri pengeluaran keuangan keluarga yang dipegangnya. Belum optimalnya keterampilan dan pemberdayaan keluarga nelayan dalam pengembangan diversifikasi usaha ekonomi produktif di musim paceklik. - Belum tersedianya pedoman pembinaan pengembangan diversifikasi usaha perikanan yang mempertimbangkan kebutuhan praktis dan strategis baik laki-laki maupun perempuan keluarga nelayan. - Keterbatasan pendidikan, keterampilan dan fasilitas sarana dan infrastruktur dasar guna pengembangan usahanya Aspek sosial Peran ganda perempuan serta kekurangan pengetahuan kesehatan yang dapat mengakibatkan kurangnya waktu dan perhatian bagi anak-anaknya, sehingga pemberian asupan makanan kurang atau tidak sesuai. Menurut AOS 2013, sangat sedikit perempuan (0-11%) masyarakat pesisir di daerah binaan yang mengeluarkan uangnya untuk keperluan kesehatan Gender Analysis Pathway (GAP) Gender Analysis Pathway (GAP) yang dikembangkan Bappenas (Bappenas dan KPP-PA, 2007), didorong penggunaannya oleh KPP-PA yaitu lembaga yang ditunjuk Inpres No. 9/2000 untuk memimpin advokasi kesetaraan gender, selain memberikan dukungan teknis dalam PUG. GAP adalah suatu metoda analisis untuk mengetahui kesenjangan gender secara lengkap, mulai dari melakukan analisia, mengintegrasikan hasil analisa isu gender kedalam kebijakan/program/kegiatan hingga penyusunan suatu Rencana Aksi. Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir CCDP-IFAD 43

56 BAB 4. STRATEGI GENDER DAN RENCANA AKSI Dengan mengetahui kesenjangan gender tersebut, para perencana dan pembuat kebijakan dapat menyusun kebijakan/program/kegiatan yang ditujukan untuk memperkecil atau menghapus kesenjangan gender. Mempertimbangkan hal ini, maka pemilihan GAP guna memperoleh Strategi Gender tersusun dalam Rencana Aksi yang ditujukan bagi para pelaksana/penentu kebijakan atau dalam hal ini Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan terutama di kabupaten/kota binaan CCDP. Analisis GAP sebagai tertera pada Tabel 4-1 meliputi sembilan langkah yaitu: 1. Penentuan kegiatan dan tujuan program/proyek/kegiatan, yaitu mengdentifikasi kebijakan/proram/kegiatan yang akan dianalisa dan tujuannya. 2. Data pembuka wawasan, yakni menyajikan data terpilah menurut jenis kelamin dan/atau mengandung unsur gender (kualiitatif dan kuantitatif). 3. Faktor kesenjangan, dengan mengisi isu gender di proses perencanaan dengan memperhatikan apakah ada hubungannya dengan tidak terakomodasinya 4 faktor (akses, partisipasi, kontrol dan manfaat) atau salah satu dari faktor-faktor tsb bagi sebagian target sasaran yang berbeda jenis kelamin. 4. Sebab kesenjangan internal, adalah isu gender di internal lembaga dan/ atau budaya organisasi yang dapat menyebabkan terjadinya isu gender. 5. Sebab kesenjangan eksternal, adalah isu gender di eksternal lembaga (di luar unit kerja, di sektor lain, di masyarakat target). 6. Reformulasi tujuan, adalah perumusan kembali yang menjadi tujuan (seperti tercatat di langkah ke-1) agar menjadi responsif gender. 7. Rencana Aksi. Berdasarkan atas isu yang teridentifikasi di langkah ke-3,4 dan 5, disusun Rencana Aksi/Kegiatan yang responsif gender., yang dapat bersifat atau berlaku satu tahun atau beberapa tahun (multi years). 8. Data dasar (baseline), penetapannya dapat dipilih dari langkah ke-2, yang relevan dengan tujuan dan apa yang akan diukur sebagai keberhasilan. 9. Indikator gender, ditetapkan yang sifatnya: Menghilangkan/menurunkan kesenjangan, Merubah perilaku (termasuk dalam merencanakan kegiatan) yang bias gender, Merubah nilai sehingga menjadi yang responsif gender. 44 Strategi Pengarusutamaan Gender CCDP-IFAD

57 4.5. Rencana Aksi Berdasarkan atas isu yang teridentifikasi sebagai faktor kesenjangan, sebab kesenjangan internal dan eksternal dalam Gender Analysis Pathway, disusun Rencana Aksi/ Kegiatan yang responsif gender sebagai berikut: 1. Advokasi dan sosialisasi tentang PUG bagi pengambil kebijakan dan pelaksana di daerah. - Pertemuan dengan pejabat daerah provinsi, kabupaten, kecamatan/ kelurahan dan desa untuk menyamakan persepsi tentang tujuan gender CCDP dalam strategi pengentasan kemiskinan, memastikan integrasi gender pada semua elemen proyek, serta mendiskusikan pentingnya peran dan partisipasi perempuan dalam kelembagaan pengambilan keputusan. - Penunjukan staff Dinas KP sebagai Gender Focal Point yang membantu PIU dalam pelaksanaan kegiatan program gender dan engumpulkan dan menyebarkan informasi terkait gender dari/ke staf lapangan. - Memastikan kebijakan yang memberi kesempatan sama untuk keterlibatan perempuan dalam lembaga pengambilan keputusan baik formal maupun tidak formal paling sedikit 30%. 2. Penguatan pemahaman genderbagi TPD/Fasiitator dan Penyuluh untuk melakukan pendekatan pendampingan lebih gender sensitif. - Memberikan pelatihan tentang isu-isu terkait gender dan integrasinya dalam pelaksanaan pendampingan, memfasilitasi partisipasi dan peran aktif perempuan pada pengusulan proposal kegiatan ekonomi, pelaksanan dan memonitor perkembangannya. - Memastikan minimal 30% TPD dan Penyuluh adalah perempuan. - Memastikan partisipasi aktif perempuan dalam pertemuan-pertemuan/ pelatihan minimal sebesar 30%. 3. Penyusunan data terpilah responsif gender dan Panduan Gender bersama Lembaga Pelaksana. - Identifikasi data terpilah tentang peran, kondisi, kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-laki terutama menyangkut peningkatan kesejahteraan hidupnya. - Identifikasi tentang cara-cara yang diterima dan sesuai spesifik lokal daerah guna meyakinkan perempuan dapat berpartisipasi di seluruh aspek program dan untuk penyampaian informasi yang dibutuhkan. - Memastikan semua data terpilah berdasarkan jenis kelamin. Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir CCDP-IFAD 45

58 BAB 4. STRATEGI GENDER DAN RENCANA AKSI 46 Strategi Pengarusutamaan Gender CCDP-IFAD

59 Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir CCDP-IFAD 47

60 BAB 4. STRATEGI GENDER DAN RENCANA AKSI 4. Fasilitasi pengadaan modal dari Bank/Lembaga keuangan mikroformal yang tidak memberatkan. a. Perlu dipenuhinya kebutuhan perempuan akan perbankan untuk mendukung kegiatan ekonomi dan adanya sistem simpan-pinjam yang sederhana namun dikelola dengan baik dan memenuhi aturan, b. Memastikan lepasnya ketergantungan pinjaman kepada rentenir atau koperasi dengan jasa pinjaman yang besar, terhadap minimal 50% perempuan sebagaimana tertera pada AOS. Foto : Pelatihan Pembuatan ikan Asin Gabus di Kabupaten Merauke 48 Strategi Pengarusutamaan Gender CCDP-IFAD

61 5. Pelatihan dan pembinaan teknik pengelolaan dan produksi, manajemen usaha dan keuanganbagi kelompok. - Terciptanya dukungan atas kegiatan pasca panen dan pengelolaan yang biasanya dilakukan perempuan, peningkatan keterampilan dan pengetahuan saat berproduksi, penguatan / pembinaan kemampuan organisasi kelompok, serta peningkatan motivasi dan kemadiriannya. - Memastikan minimal 60% dari kelompok usaha yang terbentuk, baik beranggotakan laki-laki dan maupun perempuan diberi kesempatan memperoleh pembinaan yang sama agar tetap aktif dan menguntungkan 6. Studi banding ke masyarakat/swasta maju. - Sebagai ajang pembelajaran, pertukaran teknologi dan inovasi. - Memastikan bahwa adanya teknologi atau keterampilan baru dapat juga diakses perempuan. 7. Kemitraan yang erat dengan P3MP, Pengusaha /Swasta, Asosiasi, Koperasi, dll. - Untuk memaksimalkan kemampuaan, pengembangan usaha, promosi dan perluasan pasar, terutama hasil produk pengolahan kelompok perempuan. - Memastikan minimal 60% dari kelompok usaha diberi kesempatan yang sama dalam memanfaatkan mitra. 8. Bekerjasama dengan Dinas terkait untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan diantaranya perbaikan gizi bagi anak-anak balita. - Pelaksanaan berbagai program kesehatan dan peningkatan gizi di masyarakat pesisir termasuk ibu, anak, orang tua dan kaum miskin. - Memastikan kondisi kesehatan anak balita membaik dengan pengurangan malnutrisi sebanyak 40% dari hasil temuan RIMS. Rencana Aksi Gender ini akan disempurnakan lebih lanjut melalui beberapa pertemuan dan konsultasi, untuk selanjutnya diharapkan dapat dijadikan acuan di pusat maupun daerah dalam upaya pelaksanaan PUG dalam CCDP-IFAD. Sebagai bagian dari PUG, Rencana Aksi Gender ini dapat menggambarkan bagaimana proyek memperlakukan dimensi gender, khususnya menyangkut partisipasi perempuan di dalam kegiatan penggalangan dan pemberdayaan lembaga dan masyarakat, peningkatan kemampuan, implementasi, koordinasi serta monitoring dan evaluasinya, menuju keberhasilan pan keberlanjutan program saat proyek berakhir tahun Rencana Aksi tertera pada Tabel 4-2 berikut. Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir CCDP-IFAD 49

62 BAB 4. STRATEGI GENDER DAN RENCANA AKSI Tabel Rencana Aksi No. Lembaga Kegiatan PMO Advokasi dan sosialisaasi PUG bagi pengambil kebijakan dan pelaksana di daerah Penguatan pemahaman gender bagi TPD/Fasiitator dan Penyuluh untuk melakukan pendekatan pendampingan lebih gender sensitif Penyusunan data terpilah responsif gender dan Panduan Gender bersama Lembaga Pelaksana 2 PIU Advokasi dan sosialisaasi PUG bagi pengambil kebijakan dan pelaksana di daerah Penguatan pemahaman genderbagi TPD/Fasiitator dan Penyuluh untuk melakukan pendekatan pendampingan lebih gender sensiitf. Penyusunan data terpilah responsif gender dan Panduan Gender bersama Lembaga Pelaksana Vol Biaya (Rp) Vol Biaya (Rp) Vol Biaya (Rp) Vol Biaya (Rp) Vol Biaya (Rp) Fasilitasi pengadaan modal dari Bank /Lembaga keuangan mikro formal yang tidak memberatkan Pelatihan dan pembinaan teknik pengelolaan dan produksi, manajemen usaha dan keuanganbagi kelompok. Studi banding ke masyarakat /swasta maju. Kemitraan yang erat dengan P3MP, Pengusaha /Swasta, Asosiasi, Koperasi, dll. 50 Strategi Pengarusutamaan Gender CCDP-IFAD

63 Foto : Hasil Kerajinan Tangan berbahan Kulit Kerang Kota Pare-Pare

64

65 Foto : Proses Pembuatan Ikan Asin Gabus di Merauke BAB 5 PROFIL GENDER di 12 LOKASI BINAAN CCDP- IFAD Berdasarkan berbagai data daerah baik yang ada di Bagian Data dan Monitoring PMO, laporan-laporan AOS, RIMS, serta hasil kuesioner dan informasi dari para Konsultan Pemberdayaan di masing-masing daerah, maka ringkasan profil isu gender dari ke-dua belas kabupaten/kota binaan CCDP adalah sebagai berikut: 1. Kabupaten Merauke Mayoritas masyarakat pesisir adalah nelayan kecil dengan alat tangkap pancing dan jaring. Pada musim paceklik panjang, tidak sedikit nelayan merubah profesinya sebagai petani, buruh kasar di pelabuhan dan bangunan, atau supir angkutan umum. Budaya patriarh masyarakat yang masih kuat sering membuat pihak perempuan Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir CCDP-IFAD 53

66 BAB 5. PROFIL GENDER di 12 LOKASI BINAAN CCDP- IFAD menjadi korban ketidak-adilan ekonomi karena masih minimnya pemahaman perempuan mengenai hak-haknya dalam keluarga. Advokasi hukum bagi para permpuan perlu dilaksanakan dimana tokoh adat yang berperan didominasi kaum laki-laki. Banyak tugas isteri nelayan di darat diantaranya membersihkan rumah, memasak, mengantar anak sekolah, memberi makan ternak, membuat ikan asin dan terasi dan mengikuti peribadatan. Tugas ini diperberat dengan cukup tingginya tingkat kehamilan dan kurang pedulinya keluarga nelayan pada kesehatan. Ternyata bahwa berdasarkan hasil RIMS (CCDP, 2013), kondisi malnutrisi pada anak-anak masyarakat pesisir sering ditemukan. Disamping peran produktifnya, isteri nelayan ternyata juga berperan nyata sebagai penopang hidup keluarga. Mereka ikut bekerja pada proses penangkapan, pengambilan ikan dari jaring, perawatan jaring yang robek dan penjualan langsung hasil tangkapan suami ke pasar atau ke TPI. Namun demikian, dengan dimulainya program CCDP, perempuan memperoleh kesempatan untuk mengembangkan peran produktifnya yaitu memproduksi hasil olahan untuk memperoleh produk yang mempunyai nilai-tambah. Demikian juga kewajiban menabung yang digalakkan program diharapkan akan mendorong manajemen keuangan yang sebelumnya belum ada. Pada tahun 2013, baru 6 kelompok perempuan yang aktif. Namun sampai akhir 2014, seluruhnya terdapat 21 kelompok perempuan (atau 54% dari 39 jumlah kelompok usaha) yang terlibat pengolahan tradisional yaitu membuat ikan asin, terasi, dan ikan kering dan abon ikan. Komoditi unggulan yang akan dikembangkan oleh Kabupaten Merauke adalah gastor, udang laut dan kakap. Pengembangan usaha ekonomi perempuan membutuhkan akses informasi pasar, pelatihan usaha dan penguatan modal melalui kredit perbankan yang tidak memberatkan. Persentase keanggotaan perempuan pada lembaga DOB (43%), PIU (30%), VWG (40%) sudah melalui target 30%, walau pada TPD hanya ada 1 perempuan (17%) dari 6 orang yang bertugas mendampingi masyarakat. Pada berbagai pertemuan pemberdayaan masyarakat, pembangunan ekonomi dan pelatihan yang dilaksanakan di daerah, rata-rata jumlah peserta perempuan yang hadir cukup baik yaitu 38%, yang sudah melebihi partisipasi 30% sebagaimana ditargetkan. Keunikan partisipasi perempuan di Kabupaten Merauke adalah berimbangnya jumlah anggota yang terlibat di berbagai kelompok usaha oleh kaum perempuan sebanyak 53% dari total 390 anggota. Hampir semua (98%) anggota Kelompok Pengolahan adalah perempuan, walau tidak ada satupun anggota perempuan pada kelompok non-usaha seperti Kelompok Infrastruktur dan Pengelolaan Sumberdaya dan kelompok usaha Penangkapan. Walaupun demikian, pada kenyataannya seharihari, para istreri nelayan-lah yang terlibat dalam seluruh proses kegiatan kecuali dalam hal penyediaan kapal dan penyiapan kolam jaring apung pada usaha budidaya tradisional. 54 Strategi Pengarusutamaan Gender CCDP-IFAD

67 Foto : Keterlibatan Perempuan pada Kelompok Budidaya Rumput Laut di Yapen 2. Kabupaten Yapen Persentase perempuan di Kabupaten Yapen, kecuali 67% di DOB dan 38% di VWG masih kurang dari target 30% yaitu 17% di PIU dan 17% atau hanya 1 orang perempuan dari 6 TPD yang terlibat pada pendampingan. Pada berbagai pertemuan sosialisasi dan pelatihan yang diadakan, rata-rata total partisipasi perempuan yang ikut serta cukup tinggi yaitu 43%. Walaupun demikian sosialisasi mengenai Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir CCDP-IFAD 55

68 BAB 5. PROFIL GENDER di 12 LOKASI BINAAN CCDP- IFAD pengaeusutamaan gender belum diadakan Dinas KP. Di semua usaha mata pencaharian, perempuan terlibat dalam berbagai aktivitasnya seperti penyiapan, pembersihan, pengeringan dan perawatan jaring di usaha penangkapan. Pada usaha budidaya, perempuan terlibat dalam proses pembelian dan pemberian pakan, perawatan jaring, pengamatan kesehatan ikan, dan penjualan hasil panen. Sedangkan pada budidaya rumput laut, perempuan terlibat pada seluruh proses dari sejak pembelian, penyortiran benih sampai pada penjualan panen. Walaupun banyak terlibat atau berperan ganda, para ibu di wilayah binaan tetap memperhatikan pendidikan anaknya yang bersama dengan biaya makan keluarga sehari-hari merupakan bagian terbesar dari pengeluaran keuangan rumah tangganya. Pada musim paceklik, beberapa nelayan berjualan BBM. Sedangkan lainnya, ada yang memiliki tanaman keras dan buah-buahan yang dapat menjadi sumber penghasilan. Kemajuan yang berarti di Kabupaten Yapen, adalah telah terbentuknya 8 Kelompok Tabungan. Hanya di Kabupaten Yapen dan Kabupaten Gorontalo Utara (9 kelompok) yang sampai akhr 2014 sudah memiliki kelompok tabungan, sedangkan kebanyakan di daerah lainnya belum atau baru terbentuk 1 kelompok. Dari 19 kelompok usaha yang terbentuk tahun 2013 dan sudah mendapat BLM, hanya terdapat 11% atau 2 Kelompok Pengolahan, yang memproduksi abon ikan dan ikan asap tuna. Pada akhir 2014, seluruhnya terbentuk 54 kelompok usaha, diantaranya hanya 15% atau 8 Kelompok Pengolahan. Ikan kakap, cakalang dan rumput laut merupakan komoditi unggulan dari Kabupaten Yapen. Berbagai hambatan masih dihadapi dalam meningkatkan peran ekonominya, diantaranya belum umumnya perempuan mengakses permodalan dari perbankan, serta masih kurangnya keterampilan dan kurangnya akses informasi. Selama ini mereka masih mengharapkan dana atau modal dari suami atau laki-laki dewasa di keluarganya. Di samping itu, kaum perempuan terbiasa memberikan peran kepada laki-laki dewasa di keluarganya sebagai pengambil keputusan. Informasi secara informal hanya terbatas diperoleh dari Kelompok Doa dan Budaya atau Wanita Gereja. Dipandang dari aspek kebutuhan infrasruktur, perempuan lebih membutuhkan infrastruktur yang mendukung kesehatan, sanitasi dan kenyamanan keluarga seperti air bersih dan MCK, sedangkan laki-laki membutuhkan infrastruktur yang mendukung kegiatan ekonomi. Untuk menjalankan peran reproduksi perempuan, dukungan peningkatan kesehatan ibu dan anak nyata diperlukan. Hasil RIMS (CCDP, 2013) menyatakan bahwa kondisi malnutrisi pada anak-anak dibawah usia 5 tahun sering ditemukan di masyarakat pesisir Kabupaten Yapen. Untuk dapat menjalankan peran produktifnya, upaya penanggulangan berbagai hambatan yang dihadapi diperlukan melalui antara lain pelatihan dan bimtek untuk peningkatan keterampilan, diversifikasi produk, informasi pasar dan akses permodalan melalui lembaga keuangan masyarakat di desa yang tidak memberatkan. 56 Strategi Pengarusutamaan Gender CCDP-IFAD

69 Foto : Keterlibatan Perempuan dalam pengolahan ikan asap cakalang fufu di Kota Ternate 3. Kota Ternate Sebanyak 20 kelompok usaha yag terbentuk pada tahun 2013, berkembang menjadi 49 kelompok usaha sampai dengan akhir 2014, diantaranya 31% atau 15 Kelompok Pengolahan yang hampir semua (93%) perempuan, serta 2 Kelompok Pemasaran yang beranggotakan seluruh anggotamya perempuan. Dari sejumalh 31 Kelompok Perikanan Tangkap, 28 kelompok diantaranya memiliki anggota 1-4 orang perempuan. Pada kelompok yang dominan beranggotakan laki-laki, peran serta anggota perempuan adalah pada penjualan langsung ikan hasil tangkapan di tempat atau di TPI serta pencatatan keuangan dan penggunaannya. Komoditi unggulan daerah ini adalah ikan cakalang, tongkol dan pelagis kecil. Tidak ada Kelompok Perikanan Budidaya yang terbentuk, sedangkan Kelompok Tabungan baru ada di Desa Dorari Isa. Dari target 30%, besar jumlah anggota perempuan pada lembaga cukup tinggi yaitu : 38% di DOB, 41% di PIU, dan 40% di VWG, namun hanya 1 orang TPD perempuan dari 6 orang TPD yang ada. Pertemuan-pertemuan pemberdayaan masyarakat, pelatihan dan pembangunan ekonomi yang dilaksanakan daerah, dihadiri oleh Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir CCDP-IFAD 57

70 BAB 5. PROFIL GENDER di 12 LOKASI BINAAN CCDP- IFAD peserta perempuan dengan persentase 32%. Pada musim paceklik, keluarga nelayan bertani untuk menyambung hidupnya. Peraturan adat masih merupakan hambatan bagi perempuan untuk mengembangkan aktivitas ekonominya, dimana masyarakat masih memegang teguh bahwa tugas utama perempuan adalah di dapur serta mengurus suami dan anakanak. Walaupun demikian, melalui program CCDP, usaha produktif para perempuan telah dimulai dengan berkembangnya usaha pengolahan dan pemasaran. Namun, keterampilan perempuan dalam usaha ekonomi ini masih kurang dan monoton. Akses modal usahanya masih pada suami, keluarga atau kerabat. Dukungan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dan jaminan harga bagi produk yang dihasilkan, diperlukan untuk mendorong kegiatan ekonominya.. Foto : Keterlibatan Perempuan dalam pengolahan asap cair di Kota Ambon 58 Strategi Pengarusutamaan Gender CCDP-IFAD

71 4. Kota Ambon Bersifat tangguh, kuat dan pekerja keras, sudah lama perempuan Ambon berperan kuat dalam usaha mata pencaharian suaminya sebagai nelayan yaitu membeli ikan atau memasarkan hasil tangkapan suami ke pasar atau berkeliling, berkebun membantu suami menanam tanaman umur pendek dan menjualnya kepasar terutama pada saat musim paceklik, serta menjual kue skala rumah tangga. Keunikan di Ambon adalah pada tingginya perentase perempuan yaitu 62% pada total 395 orang anggota seluruh kelompok usaha. Sampai akhir November 2014, dari 47 kelompok usaha yang beranggotakan lebih banyak perempuan ini, terdapat 24 atau 52% Kelompok Pemasaran yang beranggotakan 100% perempuan. Kelompok Pemasaran ini bergerak di bidang pemasaran hasil laut ikan tangkapan suami atau dari orang lain, yang menjualnya ke pasar atau kalau tidak habis ke lokal sekeling tempat tinggalnya. Profesi ini disebut papa lele bagi perempuan asli Ambon yang umumnya beragama Kristen atau disebut jibu- jibu bagi perempuan pendatang dari Bugis dan Makassar beragama Islam yang umumnya tinggal di Nagari Laha. Sebahagian ikan juga diolah menjadi ikan asap dengan cara masih tradisional. Tuna, cakalang dan ikan layang menjadi komoditi unggulan Dari hasil yang diperoleh, sebagian Kelompok Pemasaran yang aktif sudah menerapkan tabungan kelompok,ndan menyimpan dananya di bank yang terdekat ke desa. Uang dapat dupinjam oleh anggota untuk keperluan sekolah anak dan keperluan lain yang penting atau mendesak. Kelompok Tabungan baru terbentuk 2 buah masing masing 1 kelompok di Desa Laha dan Hutumuri yang kesemua anggotanya perempuan. Perempuan yang terlibat pada kelompok campur dimana jumlah anggota perempuannya adalah 3-5 orang dari 10 anggota per kelompok, bergerak pada usaha perikanan tangkap jenis pancing di Nagari Latulahat. Dalam budidaya ikan hias, perempuan ikut langsung terlibat bersama-sama dalam penyiapan kolam/jaring, penyiapan dan penebaran benih, pemberian pakan benih, monitoring pertumbuhan, pemanenan dan penjualan hasil panen Orang Ambon berbudaya makan ikan segar dan tingkat konsumsinya tinggi secara nasional, yang dapat menjadi potensi besar bagi pemasaran produk olahan perikanan. Upaya merubah pola pikir para papa-lele dari hanya memasarkan ikan segar menjadi produk olahan yang mempumyai niai tambah, dilakukan dengan usaha pengolahan ikan asap cair yang jauh lebih bermutu dan higenis dari pada ikan asap tradisional, Usaha ikan asap cair ini telah berkembang sebagai hasil bekerja sama dengan Fakultas Kelautan Universitas Pattimura. Pangsa pasarnya besar yaitu kaum menengah ke atas, seperti wanita kantoran yang tidak sempat memasak dan harus membeli ikan siap makan. Peran para suami dalam usaha penangkapan ini umumnya adalah menyiapkan tungku bakar. PIU Kota Ambon sangat mendukung partisipasi perempuan yaitu sebesar Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir CCDP-IFAD 59

72 BAB 5. PROFIL GENDER di 12 LOKASI BINAAN CCDP- IFAD 75%, paling tinggi dari pada para PIU kab/kota lainnya (antara 17-50%), dimana dari Kepala Dinas KP, Sekretaris dan anggotanya perempuan hampir semuanya semuanya kecuali Bendahara. Walaupun demikian, anggota perempuan di DOB adalah 25%, di VWG adalah 27%, hanya 1 orang perempuan (11%) dari 9 TPD dan Penyuluh, 3% di Kelompok Infrastruktur dan 1% di Kelompok Pengelolaan Sumberdaya. Peresentase kehadiran perempuan pada berbagai pertemuan, sosialisasi, rapat, pelaitihan dan bintek rata-rata cukup tinggi sebesar 43% yang melebihi 30% target. Sosialisasi PUG selama ini belum dilaksanakan Dinas KP. Saat ini belum teridentifikasi hambatan yang berarti bagi para perempuan di Ambon dalam meningkatkan kehidupan ekonominya. Dengan kehidupan ekonomi masih mengikuti pola hidup sederhana dan jangka pendek, untuk meningkatkan peran reproduktif perempuan masih diperlukan dukungan kesehatan ibu dan anak. Untuk kegiatan produktif diperlukan dukungan permodalan dan peningkatan keahlian, sedangkan untuk peran sosial diperlukan dukungan untuk terbukanya akses terhadap informasi. Foto : Partisipasi Perempuan dalam Kegiatan Survey AOS CCDP IFAD 60 Strategi Pengarusutamaan Gender CCDP-IFAD

73 5. Kabupaten Maluku Tenggara Persentase anggota perempuan pada lembaga dan kelompok di Maluku Tenggara sudah melebihi 30% target yaitu 49% di DOB, 44% di PIU, 40% di VWG, namun hanya 17% atau hanya 1 orang perempuan dari 6 orang TPD yang bertugas. Dari berbagai pertemuan, sosialisasi, pelatihan dan bimtek yang dilaksanakan di daerah, rata-rata sebanyak 33% pesertanya adalah perempuan. Dinas KP belum pernah mengadakan sosialisasi tentang PUG. Pada 19 kelompok usaha yang dibentuk tahun 2013, belum ada satupun kelompok khusus perempuan walaupun perempuan terlibat 1-2 orang di usaha perikanan tangkap dan budidaya. Tiga (3) Kelompok Pengolahan yang anggotanya semua perempuan baru dibentuk tahun Kelompok Pengolahan ini hanya merupakan 5% dari total 59 kelompok usaha yang ada, sisanya yang 95% adalah usaha perikanan tangkap dan budidaya rumput laut. Komoditi unggulan Kabupaten Maluku Tenggara ini adalah rumput laut, kakap merah dan kerapu. Pada budidaya rumput laut, peran isteri/perempuan terlibat membantu dalam proses pengikatan beniih, panen, penjemuran, pengepakan sampai penjualan hasil panen rumput lautnya nanti. Sedangkan pada perikanan tangkap, isteri membantu menjahit jaring yang rusak/robek dan menjual langsung ikan hasil tangkapan. Pada musim paceklik, keluarga nelayan melakukan usaha bercocok tanam (berkebun) atau yang kali-laki sebagai tukang atau buruh bangunan. Aktivitas ekonomi yang dapat dikembangkan bagi kaum perempuan adalah pengolahan hasil rumput laut disamping ikan. Namun masih kurangnya keterampilan perempuan menjadi hambatan dalam mengawali usaha pengolahan untuk memperoleh produk yang mempunyai nilai tambah, selain terbatasnya informasi dan pasar. Akses modal diperoleh dari Koperasi Simpan Pinjam dengan pengembalian bunga cukup tinggi yaitu 10-15%. Untuk itu, diperlukan dukungan pelatihan, bantuan permodalan yang tidak memberatkan dan informasi pasar bagi hasil produknya, 6. Kota Kupang Partisipasi perempuan di kelembagaan di daerah masih rendah dari target 30% dimana di DOB hanya 17%, di PIU : 22% dan di VWG 23%. Namun Kota Kupang memiliki 3 orang perempuan dari 6 orang TPD yang ada atau 50%, tertinggi dibanding daerah lainnya kecuali Kabupaten Lombok Barat, Parepare dan Bitung yang memiliki 2 TPD perempuan atau 33%. Sosialisasi tentang gender sudah dilakukan ketika PIU dan Konsultan Daerah melakukan sosialisasi desa dan pelatihan untuk kelompok masyarakat. Peserta perempuan yang hadir pada berbagai pertemuan pemberdayaan masyarakat, pembangunan ekonomi dan pelatihan mencapai angka tertinggi dibanding 11 daerah lainnya yaitu sebesar 54%. Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir CCDP-IFAD 61

74 BAB 5. PROFIL GENDER di 12 LOKASI BINAAN CCDP- IFAD Foto : Pembuatan Ikan Asap Kel. Fetubesi oleh Kelompok Ikan Mas, Kupang Pada kegiatan mata pencaharian, perempuan dan laki-laki sama-sama bekerja pada seluruh tahap perikanan tangkap dengan pancing, budidaya, pengasinan ikan dan penjualan ikan segar. Ikan tuna, kuwe dan kembung merupakan komoditi unggulan daerah. Hanya kegiatan pengolahan untuk memproduksi abon ikan saja yang semuanya dilakukan perempuan. Dimulai dengan 12 Kelompok Pengolahan yang dibentuk tahun 2013, sampai akhir 2014, jumlahnya bertambah menjadi 23 kelompok, yang merupakan 38% dari total 60 kelompok usaha yang ada. Produk utama yang dihasilkan adalah abon ikan dan rumput laut. Kelompok Pengolahan ini rata-rata terdiri dari 74% perempuan. Upaya menyeimbangkan waktu untuk melakukan peran reproduktif dan produktif sekaligus serta kebutuhan pengertian suami terkadang menyulitkan kaum perempuan, walaupun disadari usaha ekonomi isteri jelas membantu nafkah suami. Peran produktif isteri menjadikannya memiliki relasi kuasa yang sama dengan suami dalam hak pengambilan keputusan untuk meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan keluarga. Pengambilan keputusan ini penting terutama dalam kesepakatan pemahaman untuk kepentingan kesehatan anak, yang mungkin terkena dampak dari sibuknya para ibu dalam menjalankan peran gandanya Kebutuhan prioritas infrastruktur dan sarana dasar sesuai kebutuhan produksi bagi perempuan sebagai pengolah hasil tangkapan, berbeda dngan kebutuhan lakilaki. Kebutuhan prioritas laki-laki misalnya berkaitan dengan operasional alat tangkap oleh karena volume kerjanya 90% pada proses penangkapan ikan. Pada masa paceklik karena musim angin kencang, para nelayan bekerja sebagai pekerja bangunan yaitu : tukang kayu atau rukang batu. 62 Strategi Pengarusutamaan Gender CCDP-IFAD

75 Sebelum ada program CCDP, masalah rentenir dihadapi untuk pengadaaan modal, namun setelah adanya hasil kerja kelompok, penambahan modal diperoleh melalui saling berbantu dan arisan anggota kelompok. Kebiasaan menabung juga dimulai kelompok, besarnya setiap kali menabung sebelumnya masih dibawah 500 rupiah, sekarang sudah mulai dengan ribuan rupaih. Masalah ketidak-merataan keterampilan dan pengetahuan sebagian besar anggota kelompok juga perlu ditanggulangi karena tidak cukup hanya didukung komitmen untuk mau berusaha maju dan meningkatkan taraf hidup keluarganya saja. Dukungan yang perlu diberikan untuk meningkatkan kapasitas perempuan dalam menjalankan perannya adalah penyadaran yang terus menerus kepada perempuan pesisir, keterlibatan perempuan dalam berbagai pertemuan kelurahan untuk dapat memberikan akses dalam hal pengambilan keputusan, mengaktifkan kegiatan POSYANDU yang memberikan sosialisasi tentang kesehatan reproduksi, serta akses terhadap kelompok tabungan khusus perempuan dengan manajemen yang baik. Foto : Partisipasi Perempuan dalam meningkatkan Produksi Garam di Lombok Barat Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir CCDP-IFAD 63

76 BAB 5. PROFIL GENDER di 12 LOKASI BINAAN CCDP- IFAD 7. Kabupaten Lombok Barat Partisipasi perempuan pada kelembagaan masih rendah dibandng 30% target, yaitu 20% di DOB, dan 22% di PIU, namun cukup tinggi di VWG 40% dan di TPD yaitu 33% atau 2 dari 6 orang TPD. Sosialisasi tentang PUG belum dilakukan Dinas Kelautan dan Perikanan, tetapi pehamanan tentang target minimal 30% keterwakilan partisipasi perempuan sudah sering dilakukan. Walaupun demikian, peserta perempuan yang hadir pada berbagai pertemuan pemberdayaan masyarakat, pembangunan ekonomi dan pelatihan hanya 24%, yang masih lebih rendah dari 30% target yang diharapkan.. Pada mata pencaharian perikanan tangkap, perempuan ikut bekerja untuk perawatan jaring (pembersihan dan penjahitan yang robek) dan memasarkan hasil tangkapan. Pada usaha budidaya laut, perempuan dewasa dan anak-anak terlibat dalam proses penyortiran dan pengikatan bibit, malahan anak-anak laki ikut serta dalam pembuatan dan pemasangan konstruksinya. Penjemuran hasil panen rumput laut juga dikerjakan bersama-sama laki-laki dan perempuan dewasa maupun anakanak. Diawali dari 24 kelompok usaha yang dibentuk tahun 2013, pada akhir 2014 sudah terdapat 74 Kelompok Usaha, diantaranya 22% atau 16 buah adalah Kelompok Pengolahan yang beranggotakan perempuan, yang usahanya berjalan cukup maju pesat. Produksi yang dihasilkan adalah kerupuk ikan, kerupuk teripang, abon ikan, Foto : Partisipasi Perempuan dalam mengikuti Market Awarenessdi Kota Makassar 64 Strategi Pengarusutamaan Gender CCDP-IFAD

77 peyek ebi, mi ikan, stik kerang, kerupuk rajungan, tongkol asap dan terasi dari udang rebon yang menjadi salah satu komoditi unggulan di Kabupaten Lombok Barat. Khususnya terasi panggang dalam kemasan botol, pasarnya sudah meluas ke Bali dan Surabaya, sedangkan produk lainnya diserap pasar lokal. Beberapa kelompok pengolahan ini sudah aktif menabung yang dibukukan. Berdasarkan kunjungan lapang pada saat Review Miassion bulan Mei 2014, Kelompok Pengolahan sudah mulai menabung sebagian dari hasil yang diperoleh. Masyarakat masih mengangap bahwa perempuan bukan pencari nafkah utama. Kalaupun ada perempuan mencari nafkah, maka itu hanya untuk menambah nafkah utama yang dicari oleh suaminya. Pengaruh peran produktif isteri tergantung dari bagaimana dia dapat mengelola waktunya untuk juga dapat mengurus keluarganya. Pengolahan menjadi pilihan utama, walaupun keterampilannya masih skala rumah tangga sehari-hari. Kelompok memerlukan dukungan pelatihan keterampilan dan dukungan permodalan dengan bunga ringan atau tanpa bunga dengan sistem pengembalian yang lunak agar dapat membantu mengembangkan usahanya. 8. Kota Makassar Dibandingkan dengan target 30% yang diharapkan, partisipasi perempuan sebagai anggota lembaga di Kota Makassar masih rendah yaitu : 22% di DOB, 27 % di PIU dan 17% atau 1 orang perempuan dari 6 orang TPD yang bertugas, namun partisipasi di VWG sudah tinggi yaitu 40%. Perempuan dan anak laki-laki banyak terlibat dalam berbagai tahapan aktivitas budidaya polikultur bandeng dan udang di tambak, rumput laut dan pengasinan ikan. Bertambah menjadi 60 kelompok usaha dari awalnya 24 kelompok yang dibentuk tahun 2013, saat akhir Desember 2014, terdapat 29% atau 17 Kelompok Pengolahan yang 93% beranggotakan perempuan. Kelompok Pengolahan ini memproduksi ikan asin dari ikan sunu/kakap, ebi, abon ikan tuna/lele/gabus, bakso ikan nila/bandeng, bandeng presto, kerupuk ikan nila dan nugget ikan bandeng. Tiga komoditi unggulan Kota Makassar adalah bandeng, udang dan tuna. Upaya perluasan pasar untuk produk olahan ini sudah dilakukan dengan Asosiasi Koperasi Ritel Indonesia (AKRI), Koperasi Wanita Nelayan Fatima Azzarah, PT Elthiza, Everfresh Restaurant dan Shrimp Club. Peran ganda perempuan sebagai ibu rumah tangga menjadi tantangan utama dalam menjalankan peran produktifnya, karena hambatan terbatasnya waktu, ditambah dengan terbatasnya keterampilan dan akses keuangan. Manajemen keuangan umumnya kurang teratur, kurang memperhatikan skala prioritas dan belum menerapkan kebiasaan menabung. Dukungan informasi teknologi, Bimtek, dan akses keuangan, pemberian kesempatan untuk berusaha dan penghargaan yang memadai sangat diperlukan. Demikian juga akses pasar dari pemerintah dan swasta yang sudah ada perlu ditingkatkan Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir CCDP-IFAD 65

78 BAB 5. PROFIL GENDER di 12 LOKASI BINAAN CCDP- IFAD Foto : Partisipasi Perempuan dalam Bimtek Knowlidge CCDP IFAD 9. Kota Pare-pare Anggota perempuan yang terlibat pada DOB paling rendah dibanding di daerah lainnya yaitu hanya 1 orang (14%) dari 6 orang keseluruhan, sedangkan partisipasi perempuan pada PIU : 50%, VWG : 38% dan pada TPD :33% atau 2 orang perempuan, yang sudah memenuhi target. Dari 19 kelompok usaha yang dibentuk tahun 2013, hanya terdapat 3 Kelompok Pengolahan yang memproduksi ikan teri, abon ikan tuna dan ikan kering dari ikan marlin, kerapu dan tuna. Ikan tuna, terui dan pelagis kecil merupakan komoditi unggulan Kota Parepare. Pada akhir 2014, tercatat 48 kelompok usaha dimana terdapat 25% atau 12 Kelompok Pengolahan. Sebagian Kelompok Pengolahan sudah mulai menerapkan tabungan kelompok dengan pencatatan sederhana namun bersifat transparan bagi anggotanya. Partisipasi perempun yang hadir pada berbagai pertemuan pemberdayaan masyarakat, pembangunan ekonomi dan pelatihan hanya 25% yang masih kurang dari target 30% dari yang ditetapkan. 66 Strategi Pengarusutamaan Gender CCDP-IFAD

79 Pada kegiatan mata pencaharian, peran utama perempuan pada usaha budidaya rumput laut khususnya adalah pengikatan bibit di tali, sedangkan proses lainnya yaitu penyortiran bibit, pemisahan rumput laut dari tali saat panen, penempatan hasil panen di para-para, pengeringan, pengepakan dan penjualannya dilakukan bersama laki-laki. Pada usaha perikanan tangkap, peran isteri nelayan adalah untuk perawatan/ penambalan jaring dan penjualan hasil. Secara umum, hambatan yang dihadapi perempuan dalam menjalankan kegiatan ekonominya adalah keterbatasan modal kerja dan bahan baku yang tidak kontinyu. Untuk modal sebagian perlu menjual barang berharga misalnya perhiasan emas atau meminjam dari lembaga keuangan misalnya koperasi. Keterampilan perempuan untuk usaha pengolahan cukup baik karena sudah lama terbiasa untuk kebutuhan skala rumah tangga. Pelatihan yang diperlukan adalah manajemen usaha khususnya tata cara pengelolaan keuangan. Demikian juga, secara temporer informasi juga dapat diperoleh saat pertemuan arisan atau pengajian yang rutin dilakukan. Pada saat musim paceklik, nelayan menjalani usaha paruh waktu menjadi tukang batu, tukang kayu atau tukang ojek. Pandangan tentang peran ganda sebagai ibu (reproduktif) dan pencari nafkah (produktif) secara umum tidak berdampak negatif bagi keluarga, bahkan sangat menopang ekonomi keluarga. Namun untuk menjadi tokoh (peran sosial) perempuan tidak dapat mengambil keputusan sendiri dan harus seizin suami/keluarga karena ada stigma negatif bila terkait dengan perannya dalam rumah tangga. Partisipasi peserta perempuan dalam pertemuan. workshop, pelatihan atau bimtek yang dilaksanakan di daerah adalah cukup baik yaitu 39%. 10. Kabupaten Gorontalo Utara Partipasi perempuan pada lembaga-lembaga DOB adalah 25%, PIU : 27%, VWG : 40% dan TPD : 17% atau 1 perempuan dari 6 orang TPD yang ada. Pada pertemuan pembangunan ekonomi, pelatihan dan pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan daerah, peserta perempuan adalah cukup baik yaitu 36%. Isu tentang gender sudah mulai disosialisasikan dan mendapat perhatian. Upaya keterlibatan perempuan untuk duduk dalam lembaga tidak mengalami hambatan, Pada tahun 2013, telah terbentuk 15 kelompok usaha dengan 6 Kelompok Pengolahan. Sampai akhir 2014, dari total 66 kelompok usaha terdapat 18% atau 12 Kelompok Pengolahan, yang memproduksi rumput laut, abon ikan cakalang dan tuna, serta ikan asap fufu dan rowa. Komoditi ungggulan daerah ini adalah ikan tongkol, cumi-cumi dan cakalang. Keunggulan Kabupaten Gorontalo Utara saat ini dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya adalah telah dibentuknya Kelompok Tabungan di masingmasing desa sehingga saat ini terdapat 9 Kelonpok Tabungan yang 93% anggtotanya adalah perempuan. Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir CCDP-IFAD 67

80 BAB 5. PROFIL GENDER di 12 LOKASI BINAAN CCDP- IFAD Foto : Aktivitas Panen Rumput Laut di Kabupaten Gorontalo Utara Tidak ada hambatan dan ditoleransi adanya peran ganda perempuan sebagi isteri (reproduktif ) dan pencari nafkah (produktif ) untuk membantu suaminya. Secara umum, peran isteri pada kegiatan mata pencaharian suaminya tidak langsung terlibat, kecuali memasarkan hasil tangkapan, disamping mengatur keuangan yang diperoleh. Sebaliknya, peran suami/laki-laki terlihat pada pengolahan ikan asap fufu dan rowa (cakalang, sardin, layang) dimana laki-laki yang membantu melakukan pembelian ikan, pembelahan ikan ukuran besar, pengolahan dan pengasapannya. Pada saat musim angin kencang, keluarga nelayan mengalihkan usahanya dengan bertani, berkebun, beternak atau berjualan. Secara internal, keterampilan perempuan pada usaha pengolahan masih sederhana yang perlu ditingkatkan saat produksi maupun pasca produksi menyangkut pengemasan, pengepakan dan pemasarannya. Upaya pengembangan ekonomi para perempuan masih menemui hambatan tinggi akan keterbatasan sarana, prasarana, akses pasar dan permodalan. 68 Strategi Pengarusutamaan Gender CCDP-IFAD

81 11. Kota Bitung Untuk pendampingan berjalannya program CCDP di masyarakat, Kota Bitung adalah salah satu dari 3 daerah selain Kota Kupang dan Kabupaten Lombok Barat yang memiliki cukup TPD perempuan yaitu 2 orang dari 6 orang yang bertugas. Persentasi anggota perempuan pada lembaga dan kelompok adalah 17% di DOB, 17% di PIU, dan 27% di VWG. Selain itu, kehadiran peserta perempuan pada berbagai pertemuan pemberdayaan masyarakat, pembangunan ekonomi dan pelatihan yang diharapkan minimal 30% adalah cukup tinggi yaitu 37%. Pada tahun 2013, dari 30 kelompok usaha yang dibentuk, hanya terdapat 6 Kelompok Pengolahan yang beranggotakan semua perempuan. Pada akhir 2014, dari 66 kelompok usaha terdapat 18% atau 12 Kelompok Pengolahan yang memproduksi terutama bakso, siomay dll berbahan ikan tongkol, jenis ikan yang bersama cumi dan ikan cakalang menjadi komoditi unggulan Kota Bitung. Pada mata pencaharian perikanan tangkap, anak laki-laki juga berperan untuk membersihkan jaring, sedangkan perempuan yang merawat njaring yang robek, penjualan langsung ikan hasil tangkapan, pencatatan hasil dan keuangan. Di musim nelayan tidak melaut, perempuan juga membantu suaminya bertani dan menjual hasilnya. Pemasaran dan pengolahan ikan merupakan kesempatan usaha ekonomi, namun masih diperlukan peningkatan keterampilan, pelatihan teknis, dan modal usaha. Dengan keterampilan yang ada, kaum perempuan membutuhkan fasilitas sarana/infrastruktur untuk pengolahan, yang berbeda dengan kebutuhan kaum nelayan yang lebih mengutamakan aset untuk penangkapan. Saat ini modal didapat dari koperasi dengan jasa tinggi (10-15%) yang memberatkan. Adanya aktivitas seperti dana bergulir bagi pengembangan usaha ekonomi yang Foto : Pelatihan Pemasaran Kota Bitung Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir CCDP-IFAD 69

82 BAB 5. PROFIL GENDER di 12 LOKASI BINAAN CCDP- IFAD telah dijalankan program CCDP saat ini, perlu diadakan untuk menjamin keberlanjutan usaha. 12. Kabupaten Kubu Raya Kabupaten Kubu Raya merupakan satu-satunya daerah binaan CCDP yang tidak memiliki satupun TPD perempuan. Partisipasi perempuan di lembaga dan kelompok non usaha juga rendah yaitu : 18% di DOB, 28% di PIU, 20% di VWG. Demikian juga sebagaimana di TPD, tidak ada anggota perempuan di Kelompok Infrastruktur kecuali Kelompok Pengelolaan Sumberdaya Alam yang masih beranggotakan 14% perempuan. Anak-anak laki maupun perempuan ternyata terlibat nyata dalam mata pencaharian umumnya. Pada perikanan budidaya, selain laki-laki dan perempuan dewasa, juga anak laki-laki ikut bekerja dari penyiapan sampai pamanenannya. Sedangkan pada mata pencaharian lainnya seperti : penangkapan rajungan, pengolahan daging rajungan dan pengasinan ikan, baik dewasa maupun anakanak semuanya terlibat. Umumnya perempuan dan anak perempuan bersamasama menyiapkan bekal, melepaskan rajungan dari jaring, membersihkan jaring dan menjahit jaring yang robek Hanya saat penjualan daging rajungan olahan ke perusahaan, kaum laki-laki yang melakukan. Pada tahun 2013 dari 30 kelompok usaha yang dibentuk, terdapat 20% atau 6 Kelompok Pengolahan yang memproduksi daging rajungan, kerupuk udang, kerupuk ikan belanak dan ale-ale (sejenis kepah) segar. Sampai dengan akhir 2014, telah dibentuk 66 kelompok usaha, diantaranya adalah 19% atau 12 Kelompok Pengolahan yang beranggotakan perempuan semua. Peran produktif perempuan tidak akan menghambat peran sebagai isteri/ibu rumah tangga bila dibekali pemahaman maanajemen waktu. Untuk peningkatan peran tersebut diperlukan a.l. pemahaman tentang peranan gender, peralatan dan modal sesuai kemampuannya, pelatihan untuk peningkatan mutu produk yang dihasilkan dan pelatihan terkait kelestarian lingkungan dan sumberdaya alam. Beberapa hambatan yang mungkin akan dihadapi a.l. adalah : keterbatasan pasar yang jadi keluhan utama, rendahnya kepercayaan lembaga kredit karena keterbatasan jaminan padahal akses terhadap modal sulit, terbatasnya keterampilan dan sangat terbatasnya informasi pasar dan diversifikasi produk olahan terutama yang banyak terdapat di lokal, dan jenis produk yang laku dipasaran, Untuk itu kebutuhan yang diperlukan adalah : penyediaan mitra kerja penampung produk, mempermudah proses dan persyaratan kredit, pelatihan keterampilan dan berbagai informasi dan studi banding berkala ke perusahaan/kelompok yang sudah maju. Secara spesifik kebutuhan laki-laki dan perempuan akan berbeda, yang 70 Strategi Pengarusutamaan Gender CCDP-IFAD

83 tergantung dari bentuk kegiatan pemanfaatan sumberdaya yang dilakukan. Misalnya: pembuatan ikan asin (perempuan) dan penangkapan kepiting (laki-laki). Infrastruktur yang dibutuhkan perempuan adalah tempat pengolahan dan penjemuran. Sedangkan infrastruktur yang dibutuhkan laki-laki dalam menangkap kepiting adalah tambat labuh, lokasi perakitan/perawatan bubu. Foto : Partisipasi Perempuan dalam Rehabilitasi Lingkungan Pesisir di Kubu Raya Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir CCDP-IFAD 71

84

85 DAFTAR PUSTAKA Aide Memoire. IFAD Review Mission September Gender Focus. Jakarta Aide Memoire. IFAD Review Mission. Mei Jakarta Annual Outcome Survey CCDP-IFAD. Ditjen PMP-PU, Ditjen KP3K, KKP Unanymous, Kertas Kerja Pengarusutamaan Gender, Jakarta IFAD, Asia and the Pacific Division, Programme Management Department Indonesia: Coastal Community Development Project.Design Completion / Project Design Report (PDR). Kelompok Kerja Pengarusutamaan Gender Kementerian Kelautan dan Perikanan (Pokja KKP) Pelaksanaan Program/Kegiatan Pengarusutamaan Gender (PUG). Sekretrariat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Biro Pusat Sraristik Pembangunan Manusia Berbasis Gender. Jakarta Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Biro Pusat Sraristik Pembangunan Manusia Berbasis Gender. Jakarta Konsultan Pemberdayaan 12 Lokasi Binaan CCDP-IFAD Kuesioner. Pusat Informasi dan Monev-CCDP-IFAD Dashboard Laporan Kegiatan CCDP- IFAD Daerah ovember PMO CCDP-IFAD, Jakarta Result and Impact Management Syste CCDP-IFAD. Ditjen PMP-PU, Ditjen KP3K, KKP Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir CCDP-IFAD 73

86

87

88

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum warahmatullahi wabarokatuh,

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum warahmatullahi wabarokatuh, KATA PENGANTAR Assalamu alaikum warahmatullahi wabarokatuh, Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat rachmat dan karunia-nya Laporan Akhir Konsultan: Pelaksanaan Program

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN

PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN 1 PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARIMUN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA SABANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

PERATURAN WALIKOTA SABANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA PERATURAN WALIKOTA SABANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SABANG, Menimbang : a. bahwa dokumen perencanaan

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 119 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 119 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 119 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 39 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG PANDUAN TEKNIS PENGARUSUTAMAAN GENDER DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 04 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN

Lebih terperinci

BUPATI SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOPPENG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOPPENG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH 1 BUPATI SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOPPENG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SOPPENG,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II. Kajian Pustaka. Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9

BAB II. Kajian Pustaka. Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9 BAB II Kajian Pustaka Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9 Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) sudah menjadi isu yang sangat penting dan sudah menjadi komitmen bangsa-bangsa di dunia

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER (PPRG)

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER (PPRG) BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER (PPRG) BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengintegrasikan

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 Tambahan Le

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 Tambahan Le WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN RENCANA KERJA SATUAN KERJA PEMERINTAH DAERAH BERPERSPEKTIF GENDER KOTA PAREPARE WALIKOTA PAREPARE

Lebih terperinci

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Pe

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Pe No.927, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pengarusutamaan Gender. Daerah. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER PADA SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR

Lebih terperinci

PENGARUSUTAMAAN GENDER MELALUI PPRG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

PENGARUSUTAMAAN GENDER MELALUI PPRG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PENGARUSUTAMAAN GENDER MELALUI PPRG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PENGARUSUTAMAAN GENDER Strategi untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender melalui kebijakan dan program

Lebih terperinci

PENERAPAN PUG DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PENERAPAN PUG DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN PENERAPAN PUG DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DEPUTI BIDANG PUG BIDANG EKONOMI KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PERPRES NO. 5 TAHUN 2010 RPJMN 2010-2014 A. 3

Lebih terperinci

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT SALINAN WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI KOTA DEPOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA DEPOK, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 62 TAHUN 2015 TENTANG BENTUK-BENTUK PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN MEKANISME PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MALANG. BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MALANG. BAB I KETENTUAN UMUM BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 118 TAHUN 2015

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 118 TAHUN 2015 BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 118 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

REVIEW KEGIATAN PIU CCD IFAD KOTA KUPANG 2013 DAN PERENCANAAN ROBBY ADAM, S.St.Pi SEKRETARIS PIU Jakarta, 17 November 2013

REVIEW KEGIATAN PIU CCD IFAD KOTA KUPANG 2013 DAN PERENCANAAN ROBBY ADAM, S.St.Pi SEKRETARIS PIU Jakarta, 17 November 2013 REVIEW KEGIATAN PIU CCD IFAD KOTA KUPANG 2013 DAN PERENCANAAN 2014 ROBBY ADAM, S.St.Pi SEKRETARIS PIU Jakarta, 17 November 2013 1 KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2 5 PRIORITAS

Lebih terperinci

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender XVII Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender Salah satu strategi pokok pembangunan Propinsi Jawa Timur 2009-2014 adalah pengarusutamaan gender. Itu artinya, seluruh proses perencanaan,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GAWI SABARATAAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA. a. INPRES No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA. a. INPRES No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam 10 BAB. II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengarusutamaan Gender (PUG) 1. Kebijakan Pengarusutamaan Gender Terkait dengan Pengarusutamaan Gender (PUG), terdapat beberapa isitilah yang dapat kita temukan, antara lain

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA Nomor Nomor NK.13/Menhut-II/2011 30 /MPP-PA/D.I/08 /2011

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR : 62 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR : 62 TAHUN 2011 TENTANG GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR : 62 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI LINGKUP PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN BADAN PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Millenium Development Goals (MDGs). MDGs berisi delapan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Millenium Development Goals (MDGs). MDGs berisi delapan tujuan 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi salah satunya tercantum dalam Millenium Development

Lebih terperinci

GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar

GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar 90 menit Managed by IDP Education Australia IAPBE-2006 TUJUAN Peserta mampu: 1. Memahami konsep gender sebagai konstruksi sosial 2. Memahami pengaruh gender terhadap pendidikan

Lebih terperinci

Sambutan Sekretaris Jenderal Kementerian Sosial RI

Sambutan Sekretaris Jenderal Kementerian Sosial RI Sambutan Sekretaris Jenderal Kementerian Sosial RI Sebagaimana telah kita ketahui bersama Bahwa Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional / RPJMN 2005 2025 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG 1 Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

C KONSEP PENGURUSUTAMAAN/ MAINSTREAMING GENDER

C KONSEP PENGURUSUTAMAAN/ MAINSTREAMING GENDER C KONSEP PENGURUSUTAMAAN/ MAINSTREAMING GENDER 1. Tentang Lahirnya PUG Pengarusutamaan Gender PUG secara formal diadopsi dalam Beijing Flatform For Action BPFA tahun yang menyatakan bahwa pemerintah dan

Lebih terperinci

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TORAJA UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU,

Lebih terperinci

STRATEGI PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

STRATEGI PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak STRATEGI PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN OLEH: DEPUTI BIDANG PUG BIDANG POLITIK SOSIAL DAN HUKUM Disampaikan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

WALIKOTA PEKALONGAN, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sektor yang paling strategis dalam. memberdayakan manusia menuju pembangunan adalah pendidikan.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sektor yang paling strategis dalam. memberdayakan manusia menuju pembangunan adalah pendidikan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sektor yang paling strategis dalam mendukung pembangunan nasional, sehingga aspek yang penting diperhatikan untuk memberdayakan manusia menuju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kantor Pemberdayaan Perempuan Kabupaten mempunyai peranan dan fungsi penting serta strategis dalam rangka melayani masyarakat Kabupaten Badung di bidang Peningkatan

Lebih terperinci

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN G E N D E R B R I E F S E R I E S NO. 1 GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN The Australia-Indonesia Partnership for Reconstruction and Development Local Governance and Community Infrastructure for Communities

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH 1 SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 68 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

ARTIKEL 11 KEGIATAN WORKSHOP PENINGKATAN

ARTIKEL 11 KEGIATAN WORKSHOP PENINGKATAN ARTIKEL 11 KEGIATAN WORKSHOP PENINGKATAN KAPASITAS PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG PENDIDIKAN PROVINSI ACEH Kota Banda Aceh, 4-6 Septemberi 2014 Oleh: Subi Sudarto A. Pentingnya Workshop Peningkatan Kapasitas

Lebih terperinci

PENGARUSUTAMAAN GENDER DI INDONESIA

PENGARUSUTAMAAN GENDER DI INDONESIA PENGARUSUTAMAAN GENDER DI INDONESIA Oleh: Iklilah Muzayyanah DF., M.Si 1 (Dipresentasikan pada Workshop Pengarusutamaan Gender dan Anak di Perguruan Tinggi Agama Islam) Hotel T, 1 Oktober 2014 APA PENGARUSUTAMAAN

Lebih terperinci

- 1 - GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

- 1 - GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN - 1 - SALINAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51/PERMEN-KP/2016 TENTANG PEDOMAN PEMETAAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PENYAMPAIAN PROGRESS KEGIATAN PROGRAM CCD-IFAD KOTA TERNATE TAHUN 2013

PENYAMPAIAN PROGRESS KEGIATAN PROGRAM CCD-IFAD KOTA TERNATE TAHUN 2013 PENYAMPAIAN PROGRESS KEGIATAN PROGRAM CCD-IFAD KOTA TERNATE TAHUN 2013 PIU-CCDP IFAD Kota Ternate Disampaikan Pada Acara : Sinkronisasi Perencanaan dan Review Kegiatan Proyek PMP CCD-IFAD Jakarta, 17 20

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA MASYARAKAT DI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DIDAERAH

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DIDAERAH 1 BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DIDAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA

WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KENDARI,

Lebih terperinci

PENGANTAR DAN PENGENALAN PUG & IMPLEMENTASINYA

PENGANTAR DAN PENGENALAN PUG & IMPLEMENTASINYA PENGANTAR DAN PENGENALAN PUG & IMPLEMENTASINYA YULFITA RAHARJO (MATERI DISAJIKAN PADA SOSIALISASI PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DILINGKUNGAN DJKN, 3 MAY 2018) TAK KENAL MAKA TAK SAYANG Tujuhbelas tahun

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR LAMPIRAN... i ii Bab 1. Bab 2. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Jender Dalam Proyek PMP-IFAD... 1 1.3 Lokasi Proyek... 2 1.4 Issue Jender... 2 JENDER DAN PENGARUSUTAMAAN

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

B A B I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional B A B I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Agar peran pemerintah bersama masyarakat semakin efektif dan efisien dalam upaya mewujudkan sistem pemerintahan yang baik (good

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

Lebih terperinci

dalam Pembangunan Nasional;

dalam Pembangunan Nasional; Anggaran Responsif Gender (ARG) Penyusunan GBS Direktorat Jenderal Anggaran gg Kementerian Keuangan g 1. Dasar Hukum ARG a. UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; b. UU No.25 Tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA KOTA PROBOLINGGO NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

Perempuan dan Industri Rumahan

Perempuan dan Industri Rumahan A B PEREMPUAN DAN INDUSTRI RUMAHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAHAN DALAM SISTEM EKONOMI RUMAH TANGGA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN DAN ANAK C ...gender equality is critical to the development

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

TEKNIK ANALISIS GENDER. Oleh: Dr. Nahiyah Jaidi Faraz, M.Pd

TEKNIK ANALISIS GENDER. Oleh: Dr. Nahiyah Jaidi Faraz, M.Pd TEKNIK ANALISIS GENDER Oleh: Dr. Nahiyah Jaidi Faraz, M.Pd FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2012 MAKALAH TEKNIK ANALISIS GENDER Dr. Nahiyah Jaidi Faraz M.Pd nahiyah@uny.ac.id Pengertian Analisis

Lebih terperinci

MENGENALI DAN MEMAHAMI PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN YURNI SATRIA

MENGENALI DAN MEMAHAMI PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN YURNI SATRIA MENGENALI DAN MEMAHAMI PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN YURNI SATRIA MASYARAKAT SEBAGAI LINGKUNGAN STRATEJIK/ASET PEMBANGUNAN Perempuan, 49.9% Laki- laki 50.1 % KUALITASNYA? JUMLAH PENDUDUK

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 26 Tahun 2016 Seri E Nomor 18 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 26 Tahun 2016 Seri E Nomor 18 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 26 Tahun 2016 Seri E Nomor 18 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER KOTA BOGOR Diundangkan dalam Berita Daerah

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN NOMOR 29/E, 2011 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

KESEPAHAMAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

KESEPAHAMAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA KESEPAHAMAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA DENGAN KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENINGKATAN EFEKTIFITAS

Lebih terperinci

Rancangan Final 8 April 2013

Rancangan Final 8 April 2013 PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER PADA SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM GUBERNUR ACEH, Menimbang: a. bahwa dokumen perencanaan

Lebih terperinci

Gender, Social Inclusion & Livelihood

Gender, Social Inclusion & Livelihood Gender, Social Inclusion & Livelihood LATAR BELAKANG KOMITMEN AWAL PEMBANGUNAN UTK MELIBATKAN SELURUH KOMPONEN BANGSA BAIK L/P DALAM PEMBANGUNAN Rencana Aksi Daerah Pengarusutamaan Gender ditujukan untuk

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN TAPIN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Propinsi sebagai Daerah

BAB I PENDAHULUAN. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Propinsi sebagai Daerah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Reformasi pada tahun 1998 merupakan momentum yang menandai berakhirnya sistem ketatanegaraan Indonesia yang bersifat sentralistik. Pasca runtuhnya rezim orde baru,

Lebih terperinci

REALISASI KEGIATAN CCDP-IFAD PIU YAPEN TAHUN 2013 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2014 OLEH WILLIAM MANOBI SEKERTARIS PIU YAPEN

REALISASI KEGIATAN CCDP-IFAD PIU YAPEN TAHUN 2013 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2014 OLEH WILLIAM MANOBI SEKERTARIS PIU YAPEN REALISASI KEGIATAN CCDP-IFAD PIU YAPEN TAHUN 2013 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2014 OLEH WILLIAM MANOBI SEKERTARIS PIU YAPEN Realisasi Dana PIU YAPEN Sampai Dengan Bulan November sebanyak 68 % (Sisa 32%)

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 1 TAHUN 2014

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 1 TAHUN 2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 1 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

-2- Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3277); 2. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 t

-2- Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3277); 2. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 t No.1929, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-KP. Pengarusutamaan Gender. Pemetaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51/PERMEN-KP/2016 TENTANG PEDOMAN PEMETAAN

Lebih terperinci

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Makassar, 10 Desember Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Dekan, Prof. Dr. Jamaluddin Jompa, M.Sc. NIP

Kata Pengantar. Makassar, 10 Desember Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Dekan, Prof. Dr. Jamaluddin Jompa, M.Sc. NIP Kata Pengantar Proyek Pengembangan Masyarakat Pesisir ( Coastal Community Development Project, CCDP) didukung oleh pendanaan dari International Fund for Agricultural Development (IFAD) di beberapa distrik

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN GUBERNUR MALUKU NOMOR : 21 TAHUN 2009 TENTANG KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI MALUKU GUBERNUR MALUKU, Menimbang : a. bahwa percepatan penurunan angka

Lebih terperinci

Kesetaraan Gender Strategi Jitu dalam Pemberantasan Buta Aksara di Indonesia

Kesetaraan Gender Strategi Jitu dalam Pemberantasan Buta Aksara di Indonesia Buta aksara adalah ketidakmampuan untuk membaca, menulis dan berhitung untuk fungsi efektif dan pengembangan individu dalam masyarakat. Menurut definisi UNESCO Buta aksaya, adalah : literacy is the ability

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN NASIONAL BERWAWASAN GENDER

PEMBANGUNAN NASIONAL BERWAWASAN GENDER PEMBANGUNAN NASIONAL BERWAWASAN GENDER oleh : Sally Astuty Wardhani Asdep Gender dalam Pendidikan Kementerian PP dan PA Disampaikan pada : Rapat koordinasi PUG Bidang Pendidikan lintas Sektor Batam, 29

Lebih terperinci

1. Perkembangan Umum dan Arah Perencanaan

1. Perkembangan Umum dan Arah Perencanaan Ringkasan Eksekutif Analisis Keuangan Publik Provinsi Sulawesi Selatan 2012 Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik dan Pengelolaan Keuangan Daerah di Gerbang Indonesia Timur 1. Perkembangan Umum dan Arah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN KABUPATEN KOTABARU

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN KABUPATEN KOTABARU BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN KABUPATEN KOTABARU BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota pada seluruh pemerintahan daerah bahwa pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA DAN KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA DAN KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA DAN KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2011 NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN

Lebih terperinci

Nama Proyek: Pembangunan Masyarakat Pesisir atau Coastal Community Development. Project (CCDP-IFAD)

Nama Proyek: Pembangunan Masyarakat Pesisir atau Coastal Community Development. Project (CCDP-IFAD) PROFIL PROYEK Nama Proyek: Pembangunan Masyarakat Pesisir atau Coastal Community Development Project (CCDP-IFAD) TUJUAN PROYEK Tujuan umum CCDP adalah untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan pertumbuhan

Lebih terperinci

IV.B.14. Urusan Wajib Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

IV.B.14. Urusan Wajib Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 14. URUSAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Pembangunan daerah Kabupaten Wonosobo ditujukan untuk seluruh penduduk tanpa membedakan laki-laki maupun perempuan, anak-anak maupun orang dewasa.

Lebih terperinci

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 7 TAHUN 2017

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 7 TAHUN 2017 SALINAN WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALI KOTA NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH RESPONSIF GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA DENGAN

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA DENGAN KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA DENGAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA Nomor : 06/MEN.PP & PA/5/2010 Nomor

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel IV.1 Data Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan Kecamatan Tabel IV.2 Komposisi pegawai berdasarkan jabatan/eselon...

DAFTAR TABEL. Tabel IV.1 Data Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan Kecamatan Tabel IV.2 Komposisi pegawai berdasarkan jabatan/eselon... DAFTAR TABEL Tabel IV.1 Data Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan Kecamatan... 40 Tabel IV.2 Komposisi pegawai berdasarkan jabatan/eselon... 54 Tabel IV.3 Komposisi pegawai berdasarkan golongan kepangkatan...

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 21 TAHUN TAHUN 2013

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 21 TAHUN TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 21 TAHUN 2013 21 TAHUN 2013 TENTANG PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci