DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI KATA PENGANTAR"

Transkripsi

1 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI iii DAFTAR GAMBAR x DAFTAR TABEL xiv DAFTAR LAMPIRAN xv BAB I DASAR-DASAR REFRIGERASI DAN TATA UDARA 1 A. Kalor 1 B. Zat (Benda) 4 C. Gaya (Force) 5 D. Tekanan 5 1. Tekanan Atmosfir 5 2. Tekanan Manometer (Pengukuran) 6 3. Tekanan Absolut 6 4. Hubungan Suhu dan Tekanan 7 E. Kerja (Work) 7 F. Daya 8 G. Hukum konservasi energi 8 H. Jumlah panas 8 I. Panas jenis 9 J. Humidity (Kelembaban) 9 K. Hubungan temperatur-volume pada tekanan konstan 10 L. Hukum Charles untuk proses tekanan konstan 11 M. Hubungan tekanan-volume pada temperatur konstan 12 N. Hubungan tekanan-temperatur pada volume konstan 13 O. Hukum Charles untuk proses volume konstan 14 P. Hukum Gas Umum 15 iii

2 Q. Gas ideal atau gas sempurna 16 R. Proses-proses untuk gas ideal Proses volume konstan Proses tekanan konstan Proses temperatur konstan Proses adiabatik Proses politropik Hubungan PVT selama proses adiabatik 21 S. Titik didih 21 T. Temperatur jenuh 22 U. Uap Jenuh 22 V. Uap panas lanjut dan Cairan dingin lanjut 23 W. Pengaruh tekanan pada temperatur jenuh 24 BAB II KOMPONEN UTAMA REFRIGERASI DAN TATA UDARA 27 A. Kompresor Jenis kompresor berdasarkan letak motornya 27 a. Kompresor open type 27 b. Kompresor semi hermetic 29 c. Kompresor hermetic Jenis kompresor berdasarkan cara kerjanya 30 a. Kompresor Reciprocating (Torak) 30 b. Kompresor rotary centrifugal 31 c. Kompresor helical-rotary screw 33 d. Kompresor scroll 34 B. Kondensor Air Cooled Condenser 36 a. Remote condenser 37 b. Condensing unit Water Cooled Condenser 39 a. Shell and Tubes Condenser 40 b. Shell and Coil Condenser 41 c. Tubes in Tube Condenser Evaporative Condenser 42 iv

3 C. Evaporator Jenis evaporator berdasarkan konstruksinya 44 a. Bare tube evaporator 44 b. Finned tube evaporator 44 c. Plate surface evaporator Jenis evaporator berdasarkan metoda pemasokan refrigerannya 45 a. Dry expansion evaporator 45 b. Flooded evaporator Jenis evaporator berdasarkan sirkulasi udaranya 47 a. Natural convection evaporator 47 b. Forced convection evaporator Jenis evaporator berdasarkan fluida yang didinginkan 48 a. Air cooling evaporator 48 b. Liquid chilling evaporator 48 1) Double pipe cooler (tube in tube cooler) 48 2) Baudelot cooler (falling film surface) 49 3) Shell and coil evaporator 49 4) Shell and tube evaporator Jenis evaporator berdasarkan sistem kontak refrigerannya 50 a. Direct system 50 b. Indirect system 50 D. Alat ekspansi Keran ekspansi yang diputar dengan tangan (manual) Keran pelampung sisi tekanan rendah Keran pelampung sisi tekanan tinggi Keran ekspansi otomatis Keran ekspansi thermotatis Pipa kapiler 56 BAB III REFRIGERAN DAN MINYAK PELUMAS 57 A. Definisi Refrigeran 57 B. Jenis-jenis Refrigeran Refrigerant R-11, CC1 3 F, Trichloro Monofluora Methane Refrigerant R-12, CL 2 F 2 Dichloro Difluoro Methane 59 v

4 3. Refrigerant R-22, CHCLF 2 Chloro Difluoro Methane Refrigerant R-113, C 2 Cl 2 F 3, Trichloro Trifluoro Ethane Refrigerant R-114 C 2 Cl 2 F 4, Dichloro Tetrafluoro Ethane Refrigerant R-500, CCL 2 F 2 /CH 3 -CHF 2 Azeotrope Refrigerant R-502, ChCLF 2 /CClF 2 -CF 3 Azeotrope Amonia R-717. NH Carbon Dioxide, R-744, CO Sulfur Dioxide, R-764, SO Methylchloride, R-40, CH 3 CL 67 C. Minyak Pelumas 68 D. Kekentalan (Viscosity) Minyak Pelumas 69 BAB IV SISTEM KOMPRESI UAP 71 A. Siklus kompresi uap 71 B. Model siklus kompresi uap 72 C. Diagram tekanan-entalpi 73 D. Proses pendinginan Proses ekspansi Proses evaporasi Proses kompresi Proses kondensasi 77 E. Pengaruh superheating refrigeran uap pada siklus refrigerasi 78 F. Pengaruh subcooling refrigerant cair pada siklus refrigerasi 80 BAB V PSYCHROMETRIC 83 A. Definisi Psychrometric 83 B. Letak Garis dan Skala Pada Grafik 85 C. Hubungan antara Bagian-bagian Psychrometric 87 D. Penggunaan Praktis Kandungan Uap Air (Humidity) Pengkondisian Udara Di Musim Dingin Pengkondisian Udara Di Musin Panas Kondensasi atau Pengembunan Di Musim Dingin 99 E. Aplikasi Term Pengembunan/Kondensasi Secara Praktis 100 vi

5 BAB VI ESTIMASI BEBAN PENDINGINAN 103 A. Macam-macam beban pendinginan 103 B. Waktu operasi (equipment running time) 103 C. Perhitungan beban pendinginan Beban panas dari dinding (the wall gain load) Beban panas dari pertukaran udara (the air change load) Beban panas dari produk Beban panas dari alat-alat (beban tambahan) 107 D. Faktor perpindahan panas melalui dinding (wall gain load) 107 E. Menentukan harga faktor U (determination of the U faktor) 108 F. Perbedaan temperatur diantara dinding ruangan pendingin 111 G. Perbedaan temperatur diantara lantai dan langit-langit 111 H. Pengaruh radiasi matahari 112 I. Perhitungan beban panas dari dinding 112 J. Perhitungan beban panas dari udara 115 K. Perhitungan beban panas dari produk 117 L. Faktor pendinginan mula (chilling rate faktor) 119 M. Panas respirasi 120 N. Beban panas dari pembungkus produk 121 O. Perhitungan beban tambahan (miscellaneous load) 121 P. Penggunaan faktor keselamatan (safety faktor) 121 Q. Cara pendek untuk menghitung beban pendinginan 122 BAB VII SISTEM AIR CONDITIONING 123 A. Gambaran umum Air Conditioning 123 B. Jenis-jenis Air Conditioning AC Window AC Mini split AC Split Duct VRV System 126 C. Prinsip Kerja Air Conditioning Siklus Aliran Refrigeran Siklus Aliran Udara 129 vii

6 D. Precision Air Conditioning (PAC) Keakuratan pengontrolan temperatur dan kelembaban ruangan Kualitas udara yang disirkulasikan Jam operasi unit 131 E. Fungsi Precision Air Conditioning 131 F. Jenis-jenis PAC Jenis PAC berdasarkan sistem kerjanya 132 a. DX (Direct Expansion) 132 b. Chilled Water 134 c. Dual Cooling System Jenis PAC berdasarkan arah alirannya 135 a. Up flow 135 b. Down flow 135 G. Prinsip kerja Precision Air Conditioning 135 H. Gambaran Umum AC Sentral Chiller Jenis jenis Chiller 137 a. Air cooled Chiller 137 b. Water cooled Chiller 138 c. Absorption Chiller Air Handling Unit (AHU) Cooling Tower 140 BAB VIII PERALATAN KERJA REFRIGERASI DAN TATA UDARA 142 A. Manifold Gauge 142 B. Pompa Vakum 143 C. Leak Detector 144 D. Thermometer 145 E. Multitester 145 F. Tang ampere 146 G. Kapasitor Tester 147 H. Mesin 3R (Recovery, Recycle dan Recharging) 148 I. Cutting Copper Tubing 148 J. Flaring Copper Tubing 149 viii

7 K. Swaging Copper Tubing 149 L. Bending Copper Tubing 150 M. Brazing Copper Tubing 150 N. Dental Mirror 151 O. Alat Pembuntu pipa (Pinch-Off tool) Pembuntu pipa jenis Vise-Grip Pembuntu pipa jenis plat (Imperial) Pembuntu pipa jenis ragum (Robin air) 152 P. Katup Servis (Service Valve) 153 DAFTAR PUSTAKA 154 GLOSSARY 155 LAMPIRAN 159 ix

8 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.1 Skala temperature 1 Gambar 1.2 Proses perpindahan kalor 2 Gambar 1.3 Proses penambahan kalor 2 Gambar 1.4 Nilai Kalor sensibel dan laten 3 Gambar 1.5 Perubahan wujud zat dari cair ke gas 4 Gambar 1.7 Tekanan atmosfir 6 Gambar 1.8 Skala pengukuran tekanan atmosfir dan manometer 6 Gambar 1.9 Skala pengukuran tekanan absolut 7 Gambar 1.10 Kandungan uap air relativ 10 Gambar 1.11 Proses tekanan konstan 11 Gambar 1.12 Proses temperatur konstan 12 Gambar 1.13 Proses volume konstan 13 Gambar 1.14 Hubungan tekanan-volume pada proses adiabatik 19 Gambar 1.15 Hubungan tekanan-volume pada proses politropik 20 Gambar 1.16 Uap jenuh (saturated vapor) 22 Gambar 1.17 Uap panas lanjut (superheated vapor) 23 Gambar 1.18 Grafik hubungan tekanan dan temperatur uap jenuh air 24 Gambar 1.19 Pengaruh tekanan pada temperatur jenuh cairan 25 Gambar 2.1 Kompresor Open-Type 28 Gambar 2.2 Kompresor Semi hermetic 29 Gambar 2.3. Hermetic-Type Compressor 30 Gambar 2.4 Kompresor resiprocating 31 Gambar 2.5 Rotary-Centrifugal Compressor 31 Gambar 2.6 Impeller blade, passage, diffuser passage dan volute 32 Gambar 2.7 Multistage Centrifugal Compressor 32 Gambar 2.8 Kompresor twin screw dan single screw 33 Gambar 2.9 Mekanisme refrigeran di kompresor 34 x

9 Gambar 2.10 Kompresor Scroll 35 Gambar 2.11 Air Cooled Condenser 36 Gambar 2.12 Jenis remote air cooled condenser 38 Gambar 2.13 Condensing unit. 38 Gambar 2.14 Water Cooled Condenser 39 Gambar 2.15 Shell and Tubes Condenser 40 Gambar 2.16 Shell and Coil Condenser 41 Gambar 2.17 Tubes and Tube Condenser 41 Gambar 2.18 Evaporative condenser 42 Gambar 2.19 Bare tube evaporator 44 Gambar 2.20 Finned tube evaporator 45 Gambar 2.21 Plate surface evaporator 45 Gambar 2.22 Dry expansion evaporator 46 Gambar 2.23 Flooded evaporator 46 Gambar 2.24 Natural convection evaporator 47 Gambar 2.25 Forced convection evaporator 47 Gambar 2.26 Tube in tube evaporator 48 Gambar 2.27 Baudelot cooler 49 Gambar 2.28 Shell coil evaporator 49 Gambar 2.29 Shell and tube evaporator 50 Gambar 2.30 keran ekspansi yang diputar dengan tangan 51 Gambar 2.31 keran pelampung sisi tekanan rendah pada evaporator banjir 52 Gambar 2.32 Keran pelampung sisi tekanan tinggi 53 Gambar 2.33 Keran ekspansi otomatis 54 Gambar 2.34 Keran ekspansi thermostatis, Sporlan tipe G 55 Gambar 4.1 Siklus diagram sistem refrigerasi kompresi uap sederhana 71 Gambar 4.2 Model siklus kompresi uap 72 Gambar 4.3 Sketsa diagram tekanan-entalpi 74 Gambar 4.4 Sketsa Ph diagram 75 Gambar 4.5 Diagram Ph untuk siklus refrigerasi pada temperatur 75 penguapan 20 0 F dan temperatur kondensasi F Gambar 4.6 Diagram alir dari siklus refrigerasi sederhana 76 Gambar 4.7 Siklus diagram aliran superheated 78 xi

10 Gambar 4.8 Ph diagram untuk perbandingan siklus satarusi dengan 79 siklus superheated Gambar 4.9 Ph diagram untuk perbandingan siklus satarusi dengan 80 siklus subcooled Gambar 5.1 Grafik psychrometric 83 Gambar 5.2 Ilustrasi Grafik psychrometric 86 Gambar 5.3 Garis temperatur kering dan basah 86 Gambar 5.4 Garis temperatur kondensasi dan kanduangan uap air relatif 87 Gambar 5.5 Garis tetes uap air (grains of moisture) 87 Gambar 5.6 Cara menentukan kandungan uap air relatif (RH) 88 Gambar 5.7 Cara menentukan temperatur basah 89 Gambar 5.8 Cara menentukan temperatur kering 90 Gambar 5.9 Cara menentukan temperatur pengembunan kesatu 91 Gambar 5.10 Cara menentukan temperatur pengembunan kedua 92 Gambar 5.11 Cara menentukan temperatur pengembunan ketiga 93 Gambar 5.12 Cara menentukan jumlah tetes air 94 Gambar 5.13 Cara menentukan jumlah tetes air per ft 3 udara 95 Gambar 5.14 Cara menentukan kondisi nyaman di musim dingin 97 Gambar 5.15 Cara menentukan kondisi nyaman di musim panas 98 Gambar 5.15 Cara menentukan temperatur pengembunan di musim dingin 100 Gambar 5.16 Cara menentukan temperatur pengembunan 101 pada permukaan saluran udara (duct) Gambar 6-1 blok beton 109 Gambar 6.2 Denah took 113 Gambar 7.1 Skema sistem air conditioning 123 Gambar 7.2. AC windows 124 Gambar 7.3 AC Split 125 Gambar 7.4 AC Split Duct 125 Gambar 7.5 VRV system 126 Gambar 7.6 siklus air conditioning 128 Gambar 7.7 siklus aliran udara 129 Gambar 7.8 Tampilan Precision Air Conditioning (PAC) 129 Gambar 7.9 PAC tipe Air cooled system 132 Gambar 7.10 PAC tipe Water cooled system 133 xii

11 Gambar 7.11 PAC tipe Glycool system 133 Gambar 7.12 PAC tipe Chilled water system 134 Gambar 7.13 Dual cooling system 134 Gambar 7.14 Arah Aliran udara PAC 135 Gambar 7.15 AC Sentral 136 Gambar 7.16 Chiller 137 Gambar 7.16 Air Coold Chiller 138 Gambar 7.17 Water coold chiller 138 Gambar 7.18 Absoption Chiller 139 Gambar 7.19 Air Handling Unit 140 Gambar 7.19 Cooling Tower 141 Gambar 7.20 Natural draft 141 Gambar 7.21 Force Draft 141 Gambar 8.1 Manifold gauge 142 Gambar 8.2 Pompa vakum 143 Gambar 8.3 Elektronik Leak Detector 144 Gambar 8.4 Thermometer 145 Gambar 8.5 Multitester 145 Gambar 8.5 Tang ampere 146 Gambar 8.6 Capasitor Tester 147 Gambar 8.7 Mesin 3R 148 Gambar 8.8 Tubing Cutter 148 Gambar 8.9 Flaring Tools 149 Gambar 8.10 Swaging Tools 149 Gambar 8.11 Bending 150 Gambar 8.12 Brazzing Tools 151 Gambar 8.13 Dental Mirror 151 Gambar 8.14 Pembuntu pipa jenis vise grip 152 Gambar 8.15 Pembuntu pipa jenis plat 152 Gambar 8.16 Pembuntu pipa jenis ragum 152 Gambar 8.17 Katup servis 153 xiii

12 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Kelebihan dan kekurangan kompresor open type 28 Tabel 2.2 Kelebihan dan kekurangan kompresor semi hermetic 29 Tabel 2.3 Kelebihan dan kekurangan kompresor hermetic 30 Tabel 2.4 Patokan penentuan suhu kondensasi 43 Tabel 3.1 Beberapa Merk dagang refrigeran 58 Tabel 3.2 Warna tabung Refrigeran 58 Tabel 3.3 Pedoman Kekentalan Minyak Pelumas 70 xiv

13 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Tabel 6.1 Heat transfer coefficient (U) for cold storage rooms 159 Lampiran 2 Tabel 6.2 Heat transfer coefficient (U) for cold storage rooms 160 Lampiran 3 Tabel 6.3 Heat transfer coefficient (U) for cold storage rooms 161 Lampiran 4 Tabel 6.4 Thermal conductivity of materials used in cold storage 162 Rooms Lampiran 5 Tabel 6.5 Faktor U untuk kaca atau gelas dan Tabel 6.5A Surface 163 Conductance (f) for building structures Lampiran 6 Tabel 6.6 Refrigerations design ambient temperature guide 164 Lampiran 7 Tabel 6.7 Allowance for solar radiation 170 Lampiran 8 Tabel 6.8A Btu/ft 3 of air removed in cooling to storage conditions 171 above 30 0 F dan Tabel 6.8B Btu/ft 3 of air removed in cooling to storage conditions below 30 0 F Lampiran 9 Tabel 6.9A Average air changes per 24 hours for storage rooms 172 above 32 0 F due to door opening and infiltration dan Tabel 6.9B Average air changes per 24 hours for storage rooms below 32 0 F due to door opening and infiltration Lampiran 10 Tabel 6.10 Design data for fruit storage 173 Lampiran 11 Tabel 6.11 Design data for vegetable storage 175 Lampiran 12 Tabel 6.12 Design data for meat storage 177 Lampiran 13 Tabel 6.13 Design data for miscellaneous storage 179 Lampiran 14 Tabel 6.14 Reaction heat from fruits and vegetables 181 Lampiran 15 Tabel 6.15 Heat equivalent of electric motors 182 Lampiran 16 Tabel 6.16 Heat equivalent of occupancy 183 Lampiran 17 Tabel 6.17 Usages heat gain, Btu/24 Hr for one cubic feet 184 interior capacity Lampiran 18 Tabel 6.18 Wall heat gain 185 xv

14 BAB I DASAR-DASAR REFRIGERASI DAN TATA UDARA A. Kalor Kalor adalah salah satu bentuk energi yang tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Kalor dapat diubah bentuknya menjadi energi lain. Kalor adalah energi yang berpindah jika terdapat perbedaan temperatur. Kalor akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang bertemperatur rendah. Kejadian ini akan terus berlangsung sampai diperoleh keseimbangan temperatur (termal). Gambar 1.1 Skala temperatur Sumber : Temperatur adalah tingkatan atau derajat panas atau dingin dari suatu benda yang umumnya diukur dalam satuan derajat Fahrenheit ( 0 F) atau Celcius ( 0 C), seperti ditunjukkan oleh Gambar 1.1. Jika kalor ditambahkan pada suatu benda maka temperatur benda itu akan naik. Begitu pula sebaliknya jika kalor dikurangi/dipindahkan dari suatu benda maka temperatur benda itu akan turun atau menjadi rendah. Temperatur rendah itulah yang disebut dingin. 1

15 Gambar 1.2 Proses perpindahan kalor Sumber: Sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 1.2, proses perpindahan kalor pada suatu zat terjadi dengan tiga cara yaitu konduksi, konveksi dan radiasi. Perpindahan kalor secara konduksi adalah perpindahan kalor melalui suatu zat yang sama tanpa disertai perpindahan bagian-bagian dari zat itu. Contoh: besi yang dipanaskan. Konveksi adalah perpindahan kalor melalui media gas atau cairan, sebagai contoh udara di dalam lemari es dan air yang dipanaskan di dalam cerek. Radiasi adalah perpindahan kalor dari suatu bagian yang yang lebih tinggi suhunya ke bagian lain yang lebih rendah suhunya tanpa melalui zat perantara, contohnya: cahaya matahari, panas lampu dan tungku api. Perpindahan kalor secara radiasi hanya dapat terjadi melalui gas, benda yang transparan, dan ruang yang hampa udara (vacum). Pada sistem refrigerasi dan air conditioning, satuan energi kalor dinyatakan dalam British Thermal Unit (BTU). BTU adalah sejumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan temperatur 1 pon air sebesar 1 0 F. Air digunakan sebagai standar untuk menghitung jumlah kalor. Pada gambar 1.3 ditunjukkan ilustrasi dari proses penambahan kalor pada air. Gambar 1.3 Proses penambahan kalor 2

16 Pada penggunaannya dikenal dua istilah kalor yaitu kalor sensibel dan kalor laten. Kalor sensibel adalah kalor yang dapat diukur, kalor yang menyebabkan terjadinya kenaikkan/penurunan temperatur. Kalor laten adalah kalor yang diperlukan untuk merubah phasa benda, mulai dari titik lelehnya atau titik didihnya atau titik bekunya sampai benda itu berubah phasa secara sempurna, tetapi temperaturnya tetap. Kalor laten yang diperlukan untuk merubah phasa padat ke cair disebut kalor laten fusi (latent heat of fusion). Kalor laten yang diperlukan untuk merubah phasa cair ke padat disebut kalor laten pembekuan (latent heat of freezing). Kalor laten yang diperlukan untuk merubah phasa cair ke gas (uap) disebut kalor laten penguapan (latent heat of vaporization) dan kalor laten yang diperlukan untuk merubah phasa gas ke cair disebut kalor laten pengembunan (latent heat of condensation). Besaran nilai kalor laten dan sensible dari air untuk berubah wujud dan temperaturnya ditunjukkan oleh Gambar 1.4. Gambar 1.4 Nilai Kalor sensibel dan laten Sumber : 3

17 B. Zat (Benda) Wujud (phasa) benda yang ada dipermukaan bumi terdiri atas tiga keadaan yaitu padat, cair dan gas. Diantara ketiganya itu terdapat perbedaan sebagai berikut: (1) benda dalam keadaan padat memiliki bentuk dan isi yang tetap karena molekul-molekulnya saling merapat satu sama lain. (2) benda dalam keadaan cair isinya tetap dan bentuknya berubah-ubah menyesuaikan dengan tempatnya. (3) benda dalam keadaan gas bentuk dan isinya selalu berubah-ubah. Walaupun ketiga benda tersebut memiliki phasa yang berbeda-beda, tetapi salah satu phasa benda itu bisa berubah ke phasa benda yang lainnya. Sebagai contoh pada Gambar 1.5 Proses perubahan phasa suatu benda, dimana air (cair) dapat berubah menjadi uap (gas) yang bergantung pada temperatur dan tekanan disekitarnya. Beberapa proses perubahan phasa benda adalah sebagai berikut : 1. Membeku, yaitu perubahan dari cair ke padat 2. Mencair, yaitu perubahan dari padat ke cair 3. Menguap, yaitu perubahan dari cair ke gas (uap) 4. Mengembun, yaitu perubahan dari uap ke cair 5. Menyublim, yaitu perubahan dari padat ke uap tanpa melalui proses perubahan ke cair. 6. Mengendap (deposition) yaitu perubahan dari gas ke padat tanpa melalui proses perubahan ke cair. Gambar 1.5 Perubahan wujud zat dari cair ke gas Sumber: Pada sistem refrigerasi dan tata udara proses perubahan phasa benda sangat berperan besar, secara khusus dilakukan oleh refrigeran. Refrigeran adalah bahan pendingin 4

18 berupa fluida yang digunakan untuk menyerap kalor melalui perubahan phasa cair ke gas (menguap) dan membuang kalor melalui perubahan phasa gas ke cair (mengembun). C. Gaya (Force) Gaya didefinisikan sebuah dorongan atau tarikan. Sesuatu yang cenderung mendorong benda untuk melakukan suatu gerakan atau untuk membantu gerakan benda untuk berhenti, atau untuk mengubah arah gerakan. Gaya juga dapat merubah ukuran atau bentuk sebuah benda. Benda tersebut dapat berupa belitan, belokan, rentangan, yang ditekan atau yang lainnya yang berubah bentuk oleh gerakan akibat sebuah gaya. Gaya lebih dikenal sebagai berat (weight). Berat suatu benda dapat diukur dengan gaya yang didesakan pada benda oleh tarikan gravitasi bumi (Gambar 1.7). Ada banyak gaya selain gaya gravitasi, semua gaya diukur dengan satua berat. Namun demikian, kebanyakan gaya diberi satuan dalam pound (lb) dan satuan lain juga dapat digunakan. D. Tekanan Cara memahami air conditioning terlebih dahulu harus memahami tekanan. Tekanan adalah gaya per satuan luas. Semua benda padat, cair dan gas mempunyai tekanan. Benda padat memberikan tekanan kepada benda lain yang menunjangnya. Misalnya kaki lemari es memberikan tekanan kepada lantai. Cairan di dalam bejana memberikan tekanan kepada dinding dan alas bejana itu. Gas di dalam tabung memberikan tekanan kepada tabung. Tekanan gas di dalam tabung dipengaruhi oleh suhu dan jumlah gasnya. Kerja suatu AC sebagian besar tergantung dari perbedaan tekanan di dalam sistem. Kita harus mengerti arti macam-macam tekanan yang berhubungan dengan air conditioning. Tekanan tersebut ada tiga macam yaitu tekanan atmosfir, tekanan manometer (pengukuran) dan tekanan absolut (mutlak). 1. Tekanan Atmosfir Bumi kita diselimuti udara (21% oksigen, 78% nitrogen dan 1% unsur lain) yang disebut atmosfir, yang tebalnya diperkirakan lebih dari 600 mil (965,6 km) diukur dari permukaan bumi. Udara itu mempunyai berat dan berat itulah yang dikenal sebagai tekanan atmosfir. Besarnya tekanan atmosfir diukur mulai dari permukaan air laut, besarnya kira-kira 14,7 psi, seperti ditunjukkan oleh Gambar

19 Gambar 1.7 Tekanan atmosfir Sumber : 2. Tekanan Manometer (Pengukuran) Manometer adalah alat untuk mengukur tekanan uap air dalam ketel atau tekanan gas dalam suatu tabung. Tekanan yang ditunjukkan oleh jarum manometer disebut tekanan manometer (pengukuran). Sebagai standar tekanan manometer, tekanan atmosfir pada permukaan air laut diambil sebagi 0, dengan satuan psig atau kg/cm 2. jadi pada permukaan air laut tekanan atmosfir 14,7 psi = 0 psig tekanan manometer, sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 1.8. Gambar 1.8 Skala pengukuran tekanan atmosfir dan manometer 3. Tekanan Absolut Tekanan absolut adalah tekanan yang sesungguhnya. Jumlah tekanan manometer dan tekanan atmosfir pada setiap saat disebut tekanan absolut. Titik nol (0) pada tekanan 6

20 absolut adalah vakum 100% atau tidak ada tekanan sama sekali = 0 psia. Pada Gambar 1.9 ditunjukkan skala pengukuran tekanan absolut, dimana tekanan 1 atmosfir pada tekanan absolut adalah 14,7 psia. Tekanan absolut = tekanan manometer + tekanan atmosfir. Gambar 1.9 Skala pengukuran tekanan absolut 4. Hubungan Suhu dan Tekanan Umumnya benda-benda dalam wujud padat, cair dan gas jika dikalori gerak moleku-molekulnya menjadi lebih kuat dan volumenya mengembang. Jika mengembangnya dibatasi, akan timbul gaya yang besar dari benda dalam usahanya untuk mengembang. Makin besar kalor yang diberikan, makin besar tekanan yang ditimbulkan. Tekanan tersebut dapat diukur denagn manometer. Makin rendah tekanan pada permukaan cairan, maikn rendah titik didih cairan itu. Hal ini pun berlaku untuk bahan pendingin di dalam evaporator. Makin rendah tekanan di atas permukaan bahan pendingin, makin rendah titik didihnya sehingga suhu evaporator juga menjadi makin rendah. E. Kerja (Work) Kerja sesuatu yang dilakukan ketika gaya bekerja pada benda yang bergerak sejauh benda itu. Jumlah kerja yang dilakukan adalah gaya yang dihasilkan dan sejauh jarak, dimana gaya bekerja. Hubungan tersebut ditunjukkan oleh persamaan 1-1. W = F x I (1-1) dimana : 7

21 W F I : Kerja yang dilakukan : Gaya : Jarak sejauh gaya yang bekerja Kerja yang dilakukan selalu dinyatakan dalam bentuk satuan yang sama dengan yang digunakan untuk menyatakan besarnya gaya dan jarak. Untuk jarak, jika gaya dinyatakan dalam pound (lb) dan jarak dinyatakan dalam feet (ft), kerja yang dilakukan dnyatakan dalam foot-pound (ft-lb). Foot-pound satuan yang sering digunakan untuk mengukur kerja. F. Daya Daya adalah jumlah kerja yang dilakukan. Daya adalah kerja yang dilakukan yang didapat dari waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kerja. Satuan daya adalah tenaga kuda (Horsepower, Hp). Satu tenaga kuda didefinisikan daya yang diperlukan untuk melakukan kerja sejumlah ft-lb per menit atau /60 sama dengan 550 ft-lb per detik. Daya yang dibutuhkan dalam tenaga kuda dapat ditentukan dengan persamaan 1-2. Hp = dimana : W xt (1-2) Hp W t : Tenaga kuda : Kerja yang dilakukan (foot-pound) : Waktu (menit) G. Hukum konservasi energi Hukum pertama termodinamika menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan, tapi dapat diubah bentuknya menjadi bentuk energi lain. Hukum kedua termodinamika menyatakan bahwa perpindahan energi panas berlangsung jika terdapat perbedaan-perbedaan temperatur. Panas itu akan mengalir dari benda bertemperatur tinggi ke benda bertemperatur rendah, kejadian ini akan berlangsung sampai dicapai keseimbangan temperatur. H. Jumlah panas Ukuran jumlah panas dinyatakan dalam British thermal unit (Btu). Air digunakan sebagai standar untuk menghitung jumlah panas, karena untuk menaikkan 8

22 temperatur 1 0 F untuk tiap 1 lb air diperlukan panas 1 Btu (pada permukaan air laut). Dua Btu artinya menaikkan temperatur air sebanyak 1 lb untuk 2 0 F atau menaikkan temperatur air sebanyak 2 lb sebesar 1 0 F. Oleh karenanya untuk menghitung jumlah panas yang dibutuhkan/dibuang digunakan persamaan1-3. Btu = W x t (1-3) Di mana: W : jumlah air (lb) t : perbedaan temperatur ( 0 F) I. Panas jenis Panas jenis suatu benda artinya jumlah panas yang diperlukan benda itu agar temperaturnya naik 1 0 F. Panas jenis air adalah 1, untuk mendapatkan panas jenis benda lain panas jenis air dijadikan sebagai pembanding. Harga panas jenis benda tentu saja tergantung pada perubahan temperaturnya. Berdasarkan hal itu maka jumlah panas yang diberikan/dibuang dari suatu benda dapat dihitung dari persamaan1-4. Btu = W x c x t (1-4) Di mana c : panas jenis benda. Panas jenis benda akan berubah jika fase benda itu berubah. Air adalah salah satu contoh yang baik dimana kita dapat lihat perubahan panas jenisnya pada fase yang lain. Air pada fase cair panas jenisnya 1, tetapi pada fase gas dan padat nilai panas jenisnya hampir 0,5. udara bila dipanaskan dan bergerak bebas pada tekanan tetap panas jenisnya 0,24. uap refrigeran R-12 pada tekanan konstan dan temperatur 70 0 F mempunyai panas jenis 0,148, padahal pada temperatur 86 0 F adalah 0,24. untuk menghitung jumlah perpindahan panas yang terjadi pada kombinasi beberapa benda digunakan persamaan1-5. Btu = (W 1 x c 1 x t 1 ) + (W 2 x c 2 x t 2 ) + (W 3 x c 3 x t 3 ) +... (1-5) J. Humidity (Kelembaban) Tetes air di udara diukur dengan istilah (terminologi) humidity (kelembaban) atau kandungan uap air di udara. Sebagai contoh pada Gambar 1.10, kandungan uap air relativ (relativ humidity) 50% artinya udara itu mengandung tetes air sebanyak 50% dibanding jumlah total yang mampu dikandungnya secara maksimal berdasarkan temperatur yang diberikannya. Kandungan uap air relativ yang rendah memungkinkan 9

23 tubuh kita untuk mengeluarkan kalor dengan cara penguapan (evaporasi). Karena kelembaban yang rendah berarti udara itu cenderung kering, sehingga ia dapat dengan mudah menyerap uap air. Jika kandungan uap air relativ itu tinggi, maka akan berakibat sebaliknya. Proses penguapan akan berjalan lambat pada kondisi lembab,sehingga kecepatan pengeluaran kalor dari tubuh melalui proses penguapan akan menurun sampai akhirnya berhenti. Kondisi nyaman yang dapat diterima oleh tubuh manusia berada pada kisaran temperatur F (22,2 0 26,6 0 C) dan 45% - 50% kelembaban relativ. a 4 tetes/ft 3 b 8 tetes/ft 3 T ruang 70 F T ruang 70 F Gambar 1.10 Kandungan uap air relativ. a) RH 50% dan b) RH 100% K. Hubungan temperatur-volume pada tekanan konstan Jika gas dipanaskan di bawah satu kondisi dimana tekanan dijaga agar tetap, maka volume akan meningkat 1/492 dari volume semula pada temperatur 32 0 F untuk setiap peningkatan temperatur 1 0 F. Demikian juga, jika suatu gas didinginkan pada tekanan konstan, maka volume akan menurun 1/492 dari volume semula pada temperatur 32 0 F untuk setiap penurunan temperatur 1 0 F. Supaya penggambaran perubahan kondisi pada tekanan konstan lebih baik, diasumsikan bahwa gas disimpan dalam silinder dilengkapi dengan alat yang benar-benar pas, seperti ditunjukkan Gambar 1.11a. Tekanan gas adalah tekanan yang dihasilkan oleh berat piston dan oleh berat atmosfir pada bagian atas piston. Karena piston bebas bergerak ke atas dan ke bawah dalam silinder, maka gas dapat mengembang atau mengkerut, yaitu mengubah volume dengan cara temperatur gas tetap konstan. Pada waktu gas dipanaskan, temperatur dan volume meningkat dan piston bergerak naik dalam silinder. Pada waktu gas didinginkan, temperatur dan volume menurun dan piston bergerak turun dalam 10

24 silinder. Pada kasus lain, tekanan gas tetap sama atau berubah selama proses pemanasan atau pendinginan. Gambar 1.11 Proses tekanan konstan. (a) Gas di dalam selinder. (b) Gas dipanaskan sehingga temperatur dan volumenya naik. (c) Gas didinginkan sehingga temperatur dan volumenya turun. L. Hukum Charles untuk proses tekanan konstan Hukum Charles untuk proses tekanan konstan mempunyai pengaruh, yaitu ketika tekanan gas tetap konstan, volume gas langsung berubah dengan temperatur absolut. Kemudian, jika temperatur absolut gas digandakan pada waktu tekanan dijaga tetap konstan, maka volume juga akan digandakan. Demikian juga, jika temperatur absolut gas dikurangi setengah kali pada waktu tekanan konstan, maka volume juga akan berkurang setengah kali. Persamaan ini diilustrasikan dalam Gambar 1.11b dan 1.11c. Hukum Charles untuk proses tekanan konstan ditulis pada persamaan 1-6, jika tekanan dijaga tetap konstan, maka : T 1 V 2 = T 2 V 1 (1-6) Dimana : T 1 = Temperatur awal gas ( o Rankine) T 2 = Temperatur akhir gas ( o Rankine) V 1 = Volume awal gas (cu ft) V 2 = Volume akhir gas (cu ft) Jika tiga macam nilai lebih dahulu diketahui, maka yang keempat dapat dihitung dengan menggunakan persamaan

25 Contoh 1: Sebuah gas mempunyai temperatur awal 520 o R dan volume awal 5 cu ft, melakukan ekspansi pada tekanan konstan sampai volumenya 10 cu ft. Tentukan temperatur akhir gas pada derajat Rankine. Jawab : Gunakan persamaan 1-6 Temperatur akhir gas, T 2 = T 1V 2 = 520x8 = 1040 o R V 1 5 M. Hubungan tekanan-volume pada temperatur konstan Ketika volume gas meningkat atau menurun di bawah suatu kondisi, maka temperatur gas tidak akan berubah, tekanan absolut akan terbalik dengan volume. Kemudian, ketika gas ditekan (volume menurun), maka temperatur tetap tidak berubah, tekanan absolut akan meningkat yang sebanding dengan penurunan volume. Secara bersamaan, ketika gas mengembang pada temperatur konstan, tekanan absolut akan menurun yang sebanding dengan peningkatan volume. Pernyataan tersebut adalah hukum Boyle untuk proses tekanan konstan dan digambarkan pada Gambar Gambar 1.12 Proses temperatur konstan. (a) kondisi awal. (b) Proses ekspansi pada temperatur konstan. (c) Proses kompresi pada temperatur konstan. Ketika gas ditekan pada temperatur konstan, kecepatan molekul tetap tidak berubah. Peningkatan tekanan terjadi disebabkan oleh volume gas yang berkurang dan mempunyai jumlah molekul gas yang ditahan pada ruang yang kecil sehingga frekuensi 12

26 tumbukan menjadi besar. Sebaliknya keadaan akan terjadi ketika gas mengembang pada temperatur konstan. Pada beberapa proses termodinamika yang terjadi seperti hal di atas yaitu temperatur tidak berubah selama proses disebut proses isothermal (temperatur konstan). Hukum Boyle untuk proses temperatur konstan ditunjukkan oleh persamaan 1-7. P 1 V 1 = P 2 V 2 (1-7) dimana : P 1 = Tekanan absolut awal P 2 = Tekanan absolut akhir V 1 = Volume awal (cu ft) V 2 = Volume akhir (cu ft) Contoh 2: 5 lb udara mengembang pada temperatur konstan dan volume awal 4 cu ft sampai volume akhir 10 cu ft. Jika tekanan awal udara 20 psia, berapa tekanan akhir dalam psia? Jawab : Gunakan persamaan 1-7 Tekanan akhir P2 = P 1 xv 1 = V x5 = 10 psia N. Hubungan tekanan-temperatur pada volume konstan Gambar 1.13 Proses volume konstan. (a) Kondisi awal. (b) Tekanan absolut naik berbanding lurus dengan kenaikan temperatur absolut. (c) Tekanan absolut turun berbanding lurus dengan penurunan temperatur absolut. 13

27 Diasumsikan bahwa suatu gas disimpan dalam silinder tertutup sehingga volumenya tidak akan berubah pada waktu dipanaskan atau didinginkan (Gambar 1.13a). Ketika temperatur gas meningkat oleh penambahan kalor, tekanan absolut akan naik berbanding lurus dengan kenaikan temperatur absolut (Gambar 1.13b). Jika gas didinginkan, tekanan absolut gas akan menurun berbanding lurus dengan penurunan temperatur absolut (Gambar 1.13c). Pada saat temperatur (kecepatan molekul) gas ditingkatkan sedangkan volume gas (ruang pada molekul terbatas) tetap sama, besarnya tekanan (gaya dan frekuensi molekul menubruk dinding silinder) meningkat. Sedangkan, ketika gas didinginkan pada volume konstan, gaya dan frekuensi molekul menimpa dinding wadah berkurang dan tekanan gas akan berkurang dari sebelumnya. Penurunan gaya dan frekuensi tumbukan molekul disebabkan oleh penurunan kecepatan molekul. O. Hukum Charles untuk proses volume konstan Hukum Charles menguraikan bahwa ketika gas didinginkan atau dipanaskan di bawah satu kondisi dimana volume gas tetap tidak berubah atau konstan, tekanan absolut berbanding lurus dengan temperatur absolut. Hukum Charles dapat ditulis pada persamaan 1-8 jika volumenya sama, maka : Dimana : T 1 P 2 = T 2 P 1 (1-8) T 1 = Temperatur awal ( o Rankine) T 2 = Temperatur akhir ( o Rankine) P 1 = Tekanan awal (psia) P 2 = Tekanan akhir (psia) Contoh 3: Sejumlah berat suatu gas disimpan dalam tangki yang mempunyai temperatur awal 80 o F dan tekanan awal 30 psig. Jika gas dipanaskan sampai akhir tekanan ukur yaitu 50 psi, berapakah temperatur akhir dalam derajat Fahrenheit? Jawab : Gunakan persamaan 1-8. T 1 xp 2 (80 460)x(50 14,7) o T 2 = = = 782 R P ,7 Konversi o R ke o F = = 322 o F 14

28 P. Hukum Gas Umum Kombinasi dari Hukum Charles dan Boyle menghasilkan persamaan 1-9. P 1 V 1 = P 2 V 2 (1-9) T 1 T 2 Persamaan 1-9 adalah pernyataan bahwa untuk beberapa berat suatu gas dihasilkan tekanan psfa dan volume dalam cu ft dibagi oleh temperatur absolut dalam derajat Rankine akan selalu konstan. Konstan di sini akan berbeda untuk setiap gas yang berbeda dan untuk gas yang lain akan memberikan berat yang berbeda-beda pada setiap gas. Jika suatu gas digunakan berat pound, kemudian V akan menjadi volume spesifik ν, dan persamaan 1-9 dapat ditulis menjadi: Pv = R T Di mana : R = konstanta gas (berbeda untuk setiap gas). Jika kedua ruas pada persamaan 1-9 dikalikan dengan M, maka berubah menjadi persamaan 1-10: PMν = MRT Tetapi karena : Mν = V Maka PV = MRT (1-10) Di mana : P = Tekanan (psfa) V = Volume (cu ft) M = Massa (lb) R = Konstanta gas T = Temperatur ( o R) Persamaan 1.10 disebut Hukum Gas Umum dan sering digambarkan dalam menyelesaikan beberapa persoalan menyangkut gas. Karena nilai R untuk beberapa gas dapat dicari dalam tabel, jika tiga variabel dari empat variabel P, V, M dan T diketahui, maka bentuk keempat dapat ditentukan oleh persamaan Catatan bahwa tekanan harus dalam pound per square foot absolut (psfa). Contoh 4: Tangki udara kompresor mempunyai volume 5 cu ft dan diisi oleh udara pada temperatur 100 o F. Jika alat ukur pada tangki terbaca 151,1 psia, berapakah berat udara dalam tangki? Jawab : 15

29 Dari tabel 3-1 (Dossat, 1961: 430) didapat nilai R udara = 53,3 Gunakan persamaan Berat udara, M = Contoh 5: (151,1 14,7)x144x5 = 165,3x144x5 = 4 lb 53,3x( ) 53,3x560 2 lb udara mempunyai volume 3 cu ft. Jika tekanan udara 135,3 psig, berapakah temperatur dalam derajat Fahrenheit? Jawab : Gunakan persamaan 1.10 Dari tabel 3-1 (Dossat, 1961: 430) didapat nilai R udara = 53,3 Temperatur udara dalam o R; T = PV (135,3 14,7)x144x3 150x144x3 MR = 2x53,3 = 2x53,3 T = 607,9 o R Konversi ke o F = 607,9 460 = 147,9 o F. Q. Gas ideal atau gas sempurna Berbagai macam hukum yang menentukan hubungan tekanan-volumetemperatur gas yang akan didiskusikan dalam bab ini dengan menggunakan ketelitian absolut pada hipotesis gas ideal atau sempurna. Gas sempurna digambarkan sebagai suatu kondisi dimana tidak ada interaksi antara molekul gas. Molekul gas tersebut seluruhnya bebas dan independen dari gaya tarik molekul lain. Karena itu, tidak ada energi yang dipindahkan ke atau dari suatu gas ideal yang mempunyai pengaruh pada energi potensial internal. Konsep gas ideal atau gas sempurna sangat sederhana dalam menyelesaikan soal perubahan dalam kondisi suatu gas. Beberapa permasalahan yang rumit dalam mekanika elemen dibuat sederhana dengan mengasumsikan tidak ada gesekan yang terjadi, pengaruh gesekan dapat dianggap terpisah. Fungsi dari gas ideal adalah sama dengan kehilangan gesekan permukaan. Suatu gas ideal diasumsikan melewati perubahan kondisi tanpa gesekan internal, yaitu tanpa performansi kerja internal dalam mengatasi gaya internal molekul. R. Proses-proses untuk gas ideal Suatu gas dikatakan mengalami proses ketika melewati beberapa keadaan awal atau kondisi awal sampai beberapa keadaan akhir atau kondisi akhir. Perubahan kondisi gas dapat terjadi dengan cara yang tidak terbatas, tetapi hanya ada 5 cara yang dibahas. Cara tersebut antara lain: 16

30 1) Volume konstan (isometerik) 2) Tekanan konstan (isobar) 3) Temperatur konstan (isothermal) 4) Adiabtik 5) Proses politropik. Upaya menggambarkan gas ideal dapat dikatakan bahwa molekul gas selalu terpisah dan molekul teersebut tidak mempunyai gaya tarik satu sama lain, dan tidak ada energi yang diserap oleh gas ideal dan tidak mempunyai pengaruh pada energi potensial internal. Jelaslah bahwa, ketika panas diserap oleh gas ideal akan menaikan energi kinetik internal (temperatur) gas atau akan meninggalkan gas sebagai kerja eksternal atau keduanya. Karena perubahan pada energi potensial internal, ΔP, akan selalu menjadi nol, persamaan umum energi untuk gas ideal dapat ditulis seperti pada persamaan ΔQ = ΔK + ΔW (1-11) Supaya dapat dimengerti lebih baik, perubahan energi terjadi selama berbagai proses harus selalu diingat bahwa perubahan pada temperatur gas menunjukkan perubahan pada energi kinetik internal gas, sebaliknya, perubahan pada volume gas menunjukkan kerja telah dilakukan oleh atau pada gas. 1. Proses volume konstan Ketika gas dipanaskan pada saat itu juga gas ditahan dan volume tidak berubah, tekanan dan temperatur akan merujuk pada hukum Charles (Gambar 1.13). Karena volume gas tidak berubah, maka tidak ada kerja eksternal yang dilakukan dan ΔW sama dengan nol. Karena itu, untuk proses volume konstan ditunjukkan oleh huruf v kecil. ΔQ v = ΔK v (1-12) Persamaan 1-12 dapat dinyatakan selama proses volume konstan semua energi dipindahkan pada gas sehingga energi kinetik internal gas meningkat. Tidak ada energi yang hilang pada waktu gas sedang bekerja. Ketika gas didinginkan (kalor dibuang) pada waktu volume konstan, semua energi dibuang secara efektif pada pengurangan energi kinetik internal gas. Telah ditulis pada persamaan 1-11, ΔQ menunjukkan panas dipindahkan pada gas, ΔK menunjukkan meningkatnya energi kinetik internal, dan ΔW menunjukkan kerja yang dilakukan oleh gas. Karena itu, jika panas diberikan oleh gas, maka ΔQ negatif. Sebaliknya, jika energi kinetik internal gas menurun, maka ΔK 17

31 negatif, dan jika kerja dilakukan pada gas, maka ΔW negatif. Sebab itu, dalam persamaan 1-12, ketika gas didinginkan ΔQ dan ΔK negatif. 2. Proses tekanan konstan Jika temperatur gas meningkat oleh penambahan panas pada waktu gas mulai mengembang dan tekanan dijaga tetap konstan, volume gas akan meningkat sesuai dengan hukum Charles (Gambar 1.11). Karena volume gas meningkat selama proses, maka kerja dilakukan oleh gas pada waktu yang sama sehingga energi internal meningkat. Sebab itu, pada waktu satu bagian dipindahkan, energi meningkat dan disimpan sebagai energi kinetik internal. Untuk proses tekanan konstan, ditunjukkan oleh huruf p kecil, persamaan energi dapat ditulis seperti pada persamaan ΔQ p = ΔK p + ΔW p (1-13) 3. Proses temperatur konstan Menurut hukum Boyle, ketika gas ditekan atau mengembang pada temperatur konstan, tekanan akan berbanding terbalik dengan volume. Tekanan meningkat pada waktu gas ditekan dan tekanan akan menurun pada waktu gas mengembang. Karena gas akan melakukan kerja pada waktu mengembang, jika temperatur tetap konstan, energi akan melakukan kerja yang harus diserap dari sumber luar (Gambar 1.12b). karena temperatur gas tetap konstan, semua energi diserap oleh gas, selama proses gas ke luar sebagai kerja, tidak ada yang disimpan oleh gas yang akan meningkatkan energi internal. Ketika gas ditekan, kerja dilakukan pada gas, dan jika gas tidak didinginkan selama kompresi, energi internal gas akan meningkat oleh sejumlah yang sama dengan kerja kompresi. Oleh karena itu, jika temperatur gas tetap konstan selama kompresi, gas harus membuang panas ke luar (lingkungan), sejumlah panas yang sama dengan jumlah kerja yang dilakukan pada gas selama kompresi (Gambar 1.12c). Tidak ada perubahan pada energi kinetik internal selama proses temperatur konstan. Oleh karena itu, dalam persamaan 1-13, ΔK sama dengan nol dan persamaan umum energi untuk proses temperatur konstan dapat ditulis seperti pada persamaan ΔQ t = ΔW t (1-14) 4. Proses adiabatik Proses adiabatik digambarkan sebagai satu perubahan gas pada kondisi di mana tidak ada penyerapan atau pembuangan panas, seperti dari atau ke luar benda selama 18

32 proses. Selanjutnya, tekanan, volume dan temperatur gas semuanya selama proses adiabatic tidak ada yang konstan. Ketika mengembang secara adiabatik, gas melakukan kerja eksternal dan energi dibutuhkan untuk melakukan kerja. Pada proses sebelumnya digambarkan, gas menyerap energi untuk melakukan kerja dari sumber luar. Karena selama proses adiabatik tidak ada panas yang diserap dari sumber luar, maka gas harus melakukan kerja eksternal pada energinya sendiri. Ekspansi adiabatik selalu disertai oleh penurunan temperatur gas pada waktu gas memberikan energi internalnya untuk melakukan kerja (Gambar 1.14). Gambar 1.14 Hubungan tekanan-volume pada proses adiabatik Ketika gas ditekan secara adiabatik, kerja dilakukan pada gas oleh benda luar. Energi gas meningkat yang jumlahnya sama dengan yang diberikan oleh gas pada benda luar selama kompresi, energi panas ekivalen dengan kerja yang dilakukan pada gas sehingga meningkatkan energi internal dan temperatur gas meningkat. Karena tidak ada panas, seperti yang dipindahkan ke atau dari gas selama proses adiabatik, ΔQ a selalu nol dan persamaan energi untuk proses adiabatik dapat ditulis seperti pada persamaan ΔK a + ΔW a = 0 (1-15) Oleh karena itu ; ΔW a = - ΔK a danδk a = - ΔW a 19

33 5. Proses politropik Mungkin ada cara sederhana untuk mendefinisikan proses politropik oleh perbandingan proses adiabatik dengan isothermal. Ekspansi isothermal, merupakan energi untuk melakukan kerja ekspansi yang disuplai seluruhnya dari sumber luar, dan ekspansi adiabatik merupakan energi untuk melakukan kerja ekspansi yang disuplai seluruhnya dari gas itu sendiri, dapat dijadikan sebagai batas ekstrim antara semua proses ekspansi yang terjadi. Kemudian, proses ekspanasi lain merupakan energi untuk melakukan kerja ekspansi yang disuplai sebagian dari sumber luar dan sebagian dari gas itu sendiri yang dapat masuk melalui garis antara proses adiabtik dan isothermal (Gambar 1.15). Proses tersebut sebagai proses politropik. Gambar 1.15 Hubungan tekanan-volume pada proses politropik Jika selama ekspansi politropik lebih banyak energi untuk melakukan kerja yang diambil dari sumber luar, proses politropik akan lebih mendekati isothermal. Sebaliknya, jika sebagian besar energi yang digunakan untuk melakukan kerja eksternal yang diambil dari gas itu sendiri, proses lebih mendekati adiabatik. Hal ini juga berlaku untuk proses kompresi. Ketika gas kehilangan panas selama proses kompresi, kehilangan panas yang besar, proses politropik akan mendekati isothermal. Pada waktu kehilangan sedikit panas, proses politropik akan mendekati adiabatik. Jelas, ketika tidak ada kehilangan panas, proses menjadi adiabatik. Penekanan gas yang sebenarnya pada kompresor biasanya akan mendekati kompresi adiabatik. Hal tersebut disebabkan waktu kompresi biasanya sangat pendek dan tidak mempunyai waktu cukup untuk 20

34 memindahkan jumlah panas yang banyak dari gas melewati dinding silinder ke sekelilingnya. Pemberian water jacket pada silinder biasnya akan meningkatkan jumlah panas yang dibuang keluar dari kompresi mendekati isothermal. 6. Hubungan PVT selama proses adiabatik Karena tekanan, volume dan temperatur semuanya berubah selama proses adiabatik, semuanya tidak akan sesuai dengan hukum Charles dan hukum Boyle. Hubungan antara tekanan, temperatur dan volume selama proses adiabatik dapat dihitung oleh persamaan 1-16 sampai dengan V (k -1) T2 = T1 x V 1 (k -1) 2 (1-16) T 2 = T 1 x ( P2 ) P 1 (k -1)/k (1-17) P 2 = P 1 x ( V 1 ) k V 2 k /(k-1 ) P 2 = P 1 x ( T2 ) T 1 1 /(k-1 ) (1-18) (1-19) V 2 = V 1 x ( T1 ) T 2 (1-20) P 1 /k V 2 = V 1 x ( P 1 ) 2 (1-21) S. Titik didih Hal yang paling penting pada sistem pendingin adalah pengertian tentang titik didih cairan refrigeran dalam sistem. Dengan menurunkan titik didih, refrigeran mengambil panas sambil berubah wujud dan sebaliknya dengan menaikkan titik pengembunannya, uap refrigeran menyerahkan panas yang dikandungnya sambil berubah wujud pula. Pada dasarnya teknik pendingin bekerja hanya dengan menyetel titik didih dari refrigeran. Titik didih dinyatakan sebagai temperatur di mana cairan berubah jadi uap atau uap air jadi air kembali, tergantung pada arah mana enegri panas itu mengalir. 21

35 T. Temperatur jenuh Pada bagian yang lalu telah dibahas bahwa titik didih dan temperatur pengembunan suatu cairan pada tekanan kerja tertentu adalah sama. Ini berarti bahwa cairan itu telah mencapai suatu titik di mana ia akan mulai berubah wujudnya menjadi uap, temperatur inilah yang disebut temperatur jenuh cairan (saturated liquid) atau temperatur didih atau temperatur penguapan. Sebaliknya jika uap didinginkan sampai dicapai suatu keadaan uap jadi semakin merapat, akhirnya jadi tetes air, temperatur inilah yang disebut temperatur jenuh uap (saturated vapor). U. Uap Jenuh Uap lanjut dari penguapan cairan disebut uap jenuh sepanjang temperatur dan tekanan uap sama seperti cairan jenuh yang terjadi. Uap jenuh dapat digambarkan juga sebagai uap pada temperatur dimana pendinginan uap lanjut disebabkan oleh sebagian uap mengembun dan dengan cara tersebut struktur molekul cairan kembali lagi. Hal tersebut penting untuk dipahami bahwa temperatur jenuh benda cair (temperatur pada waktu cairan akan menguap jika panas ditambahkan) dan temperatur jenuh uap (temperatur pada saat uap akan mengembun jika panas dibuang) akan memberikan tekanan yang sama dan cairan tidak akan cair lagi pada temperatur di atas temperatur jenuh, sedangkan uap tidak akan tetap uap pada temperatur di bawah temperatur jenuh. Gambar 1.16 Uap jenuh (saturated vapor) 22

36 Contoh dalam Gambar 1.16, air dalam bejana yang dipanaskan akan jenuh dan menguap pada 212 o F sebagai panas laten penguapan yang disuplai oleh pemanas. Uap (steam) meningkat dari air jenuh dan tetap pada temperatur jenuh (212 o F) sampai mencapai kondenser. Uap jenuh memberikan panas pada air yang dingin dalam kondenser, air tersebut mengembun kembali menjadi cairan. Karena pengembunan terjadi pada temperatur konstan, maka air dihasilkan dari pengembunan uap juga pada 212 o F. Panas laten penguapan menyerap penguapan air ke dalam uap air (steam) yang diberikan oleh uap air sebagai uap air pengembunan yang kembali menjadi air. V. Uap panas lanjut dan Cairan dingin lanjut Uap pada temperatur di atas temperatur jenuh adalah uap panas lanjut. Jika setelah penguapan, uap dipanaskan sehingga temperatur naik di atas penguapan cairan, uap dikatakan panas lanjut (superheated). Uap panas lanjut diperlukan untuk memisahkan uap dari penguapan caiaran ditunjukkan dalam Gambar Sepanjang uap tetap berhubungan dengan cairan, maka akan tetap jenuh. Hal tersebut disebabkan adanya penambahan panas pada campuran uap-cairan yang hanya akan menguap lebih lanjut adalah ciaran dan tidak ada superheating yang terjadi. Gambar 1.17 Uap panas lanjut (superheated vapor) Sebelum uap panas lanjut dapat mengembun, uap harus di desuperheated, yaitu uap harus didinginkan sampai temperatur jenuh. Panas dibuang dari uap panas lanjut yang akan menyebabkan temperatur uap menurun sampai temperatur jenuh tercapai. Pada titik ini, pembuangan panas terus-menerus akan menyebabkan bagian dari uap akan mengembun (kondensasi). Jika setelah kondensasi, cairan didinginkan sehingga 23

37 temperatur turun di bawah temperatur jenuh, cairan disebut dingin lanjut (subcooled). Kemudian cairan pada temperatur di bawah temperatur jenuh dan di atas titik peleburan adalah cairan dingin lanjut (subcooled). W. Pengaruh tekanan pada temperatur jenuh Temperatur jenuh cairan atau uap berbeda tekanannya. Meningkatnya tekanan akan menaikan temperatur jenuh dan penurunan tekanan akan menurunkan temperatur di bawah temperatur jenuh. Contoh : temperatur jenuh air pada tekanan atmosfir (0 psig atau 14,7 psia) adalah 212 o F. Jika tekanan di atas air meningkat dari 0 psig sampai 5,3 psig (20 psia), temperatur jenuh air meningkat dari 212 o F sampai 228 o F. dilain pihak, jika tekanan di atas air berkurang dari 14,7 psia menjadi 10 psia, maka temperatur jenuh air yang baru akan menjadi 193,2 o F. Gambar 1.18 menunjukkan grafik hubungan antara tekanan dan temperatur uap jenuh air. Gambar 1.18 Grafik hubungan tekanan dan temperatur uap jenuh air Guna menggambarkan pengaruh tekanan pada temperatur jenuh cairan, diasumsikan bahwa air disimpan dalam bejana tertutup yang dilengkapi dengan katup penutup pada bagian atas (Gambar 1.19a). Alat ukur compound digunakan untuk menentukan tekanan yang terjadi dalam bejana dan dua termometer dipasang untuk mencatat temperatur air dan temperatur uap di atas air. Dengan katup penutup membuka, tekanan terjadi di atas air yaitu pada tekanan atmosfir (0 psig atau 14,7 psia). Karena temperatur jenuh air pada tekanan atmosfir 212 o F, maka temperatur air akan meningkat pada waktu air dipanaskan sampai mencapai 212 o F. Pada titik ini, jika dipanaskan lebih lanjut, air akan mulai menguap. Segera ruang di atas air akan terisi 24

BAB 3 PROSES-PROSES THERMODINAMIKA

BAB 3 PROSES-PROSES THERMODINAMIKA BAB 3 PROSES-PROSES THERMODINAMIKA 3-. Pengaruh Panas Pada Volume Ketika kecepatan molekul atau derajat pemisahan molekul meningkat oleh penambahan panas, rata-rata jarak antara molekul yang meningkat

Lebih terperinci

HAND OUT MATA KULIAH TEKNIK REFRIGERASI (RT 441)

HAND OUT MATA KULIAH TEKNIK REFRIGERASI (RT 441) HAND OUT MATA KULIAH TEKNIK REFRIGERASI (RT 441) Disusun oleh: Drs. Ricky Gunawan, MT. Ega Taqwali Berman, S.Pd., M.Eng. JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

UTS- SISTEM TATA UDARA (Tugas Kelompok) Kelompok 10 TUGAS : Buatlah narasi/uraian tentang gambar yang tertera dibawah ini!

UTS- SISTEM TATA UDARA (Tugas Kelompok) Kelompok 10 TUGAS : Buatlah narasi/uraian tentang gambar yang tertera dibawah ini! UTS- SISTEM TATA UDARA (Tugas Kelompok) Kelompok 10 TUGAS : Buatlah narasi/uraian tentang gambar yang tertera dibawah ini! Penjelasan Umum Gambar di atas merupakan gambar rangkaian mesin pendingin yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang

Lebih terperinci

BAB 4 UAP JENUH DAN UAP PANAS LANJUT

BAB 4 UAP JENUH DAN UAP PANAS LANJUT BAB 4 UAP JENUH DAN UAP PANAS LANJUT 4-1. Temperatur Jenuh Ketika temperatur benda cair naik sampai pada titik dimana adanya penambahan panas pada benda cair yang menyebabkan sebagian benda cair itu menguap,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Air Conditioner Air Conditioner (AC) digunakan untuk mengatur temperatur, sirkulasi, kelembaban, dan kebersihan udara didalam ruangan. Selain itu, air conditioner juga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air dari suatu bahan [1]. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 diagram blok siklus Sistem Refrigerasi Kompresi Uap

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 diagram blok siklus Sistem Refrigerasi Kompresi Uap BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Kompresi Uap Sistem refrigerasi kompresi uap merupakan suatu sistem yang menggunakan kompresor sebagai alat kompresi refrigeran, yang dalam keadaan bertekanan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Simulator Pengertian simulator adalah program yg berfungsi untuk menyimulasikan suatu peralatan, tetapi kerjanya agak lambat dari pada keadaan yg sebenarnya. Atau alat untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ALAT PENGKONDISIAN UDARA Alat pengkondisian udara merupakan sebuah mesin yang secara termodinamika dapat memindahkan energi dari area bertemperatur rendah (media yang akan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI LAPORAN TUGAS AKHIR. 2.1 Blast Chiller

BAB II DASAR TEORI LAPORAN TUGAS AKHIR. 2.1 Blast Chiller BAB II DASAR TEORI 2.1 Blast Chiller Blast Chiller adalah salah satu sistem refrigerasi yang berfungsi untuk mendinginkan suatu produk dengan cepat. Cara pendinginan produk pada Blast Chiller ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara Sistem pengkondisian udara adalah suatu proses mendinginkan atau memanaskan udara sehingga dapat mencapai temperatur dan kelembaban yang sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB 1 TEKANAN, KERJA, DAYA DAN ENERGI

BAB 1 TEKANAN, KERJA, DAYA DAN ENERGI BAB 1 TEKANAN, KERJA, DAYA DAN ENERGI I-1. Gaya (Force) Gaya didefinisikan sebuah dorongan atau tarikan. Sesuatu yang cenderung mendorong benda untuk melakukan suatu gerakan atau untuk membantu gerakan

Lebih terperinci

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin BAB II Prinsip Kerja Mesin Pendingin A. Sistem Pendinginan Absorbsi Sejarah mesin pendingin absorbsi dimulai pada abad ke-19 mendahului jenis kompresi uap dan telah mengalami masa kejayaannya sendiri.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem refrigerasi kompresi uap Sistem refrigerasi yang umum dan mudah dijumpai pada aplikasi sehari-hari, baik untuk keperluan rumah tangga, komersial dan industri adalah sistem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PSIKROMETRI Psikrometri adalah ilmu yang mengkaji mengenai sifat-sifat campuran udara dan uap air yang memiliki peranan penting dalam menentukan sistem pengkondisian udara.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut. BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Refrigerasi adalah suatu proses penarikan kalor dari suatu ruang/benda ke ruang/benda yang lain untuk menurunkan temperaturnya. Kalor adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

SISTEM REFRIGERASI. Gambar 1. Freezer

SISTEM REFRIGERASI. Gambar 1. Freezer SISTEM REFRIGERASI Sistem refrigerasi sangat menunjang peningkatan kualitas hidup manusia. Kemajuan dalam bidang refrigerasi akhir-akhir ini adalah akibat dari perkembangan sistem kontrol yang menunjang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Mesin Pendingin Untuk pertama kali siklus refrigerasi dikembangkan oleh N.L.S. Carnot pada tahun 1824. Sebelumnya pada tahun 1823, Cagniard de la Tour (Perancis),

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Air Conditioning (AC) atau alat pengkondisian udara merupakan modifikasi pengembangan dari teknologi mesin pendingin. Alat ini dipakai bertujuan untuk mengkondisikan

Lebih terperinci

Komponen mesin pendingin

Komponen mesin pendingin Komponen mesin pendingin Berdasarkan fungsi atau kegunaannya komponen mesin pendingin sistem kompresi dibedakan menjadi 2 bagian yaitu : A. Komponen pokok Yang dimaksud dengan komponen pokok adalah komponen

Lebih terperinci

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur BAB II MESIN PENDINGIN 2.1. Pengertian Mesin Pendingin Mesin Pendingin adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mendinginkan air, atau peralatan yang berfungsi untuk memindahkan panas dari suatu tempat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Perencanaan pengkondisian udara dalam suatu gedung diperlukan suatu perhitungan beban kalor dan kebutuhan ventilasi udara, perhitungan kalor ini tidak lepas dari prinsip perpindahan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Tugas Akhir Rancang Bangun Sistem Refrigerasi Kompresi Uap untuk Prototype AHU 4. Teknik Refrigerasi dan Tata Udara

BAB II DASAR TEORI. Tugas Akhir Rancang Bangun Sistem Refrigerasi Kompresi Uap untuk Prototype AHU 4. Teknik Refrigerasi dan Tata Udara BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Kompresi Uap Sistem Refrigerasi Kompresi Uap merupakan system yang digunakan untuk mengambil sejumlah panas dari suatu barang atau benda lainnya dengan memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara BAB II TEORI DASAR 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara Sistem tata udara adalah suatu sistem yang digunakan untuk menciptakan suatu kondisi pada suatu ruang agar sesuai dengan keinginan. Sistem tata udara

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM : LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC Nama Praktikan : Utari Handayani NPM : 140310110032 Nama Partner : Gita Maya Luciana NPM : 140310110045 Hari/Tgl Percobaan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Energy balance 1 = Energy balance 2 EP 1 + EK 1 + U 1 + EF 1 + ΔQ = EP 2 + EK 2 + U 2 + EF 2 + ΔWnet ( 2.1)

BAB II DASAR TEORI. Energy balance 1 = Energy balance 2 EP 1 + EK 1 + U 1 + EF 1 + ΔQ = EP 2 + EK 2 + U 2 + EF 2 + ΔWnet ( 2.1) BAB II DASAR TEORI 2.1 HUKUM TERMODINAMIKA DAN SISTEM TERBUKA Hukum pertama termodinamika adalah hukum kekekalan energi. Hukum ini menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan. Energi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split BAB II DASAR TEORI 2.1 AC Split Split Air Conditioner adalah seperangkat alat yang mampu mengkondisikan suhu ruangan sesuai dengan yang kita inginkan, terutama untuk mengkondisikan suhu ruangan agar lebih

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung ( Indirect Cooling System 2.2 Secondary Refrigerant

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung ( Indirect Cooling System 2.2 Secondary Refrigerant BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung (Indirect Cooling System) Sistem pendinginan tidak langsung (indirect Cooling system) adalah salah satu jenis proses pendinginan dimana digunakannya

Lebih terperinci

TUGAS TEKNIK DAN MANAJEMEN PERAWATAN SISTEM PEMELIHARAAN AC CENTRAL

TUGAS TEKNIK DAN MANAJEMEN PERAWATAN SISTEM PEMELIHARAAN AC CENTRAL TUGAS TEKNIK DAN MANAJEMEN PERAWATAN SISTEM PEMELIHARAAN AC CENTRAL Disusun Oleh: KELOMPOK 9 Angga Eka Wahyu Ramadan (2113100122) Citro Ariyanto (2113100158) Ahmad Obrain Ghifari (2113100183) INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu mesin refrigerasi akan mempunyai tiga sistem terpisah, yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu mesin refrigerasi akan mempunyai tiga sistem terpisah, yaitu: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Refrigerasi adalah proses pengambilan kalor atau panas dari suatu benda atau ruang tertutup untuk menurunkan temperaturnya. Kalor adalah salah satu bentuk dari energi,

Lebih terperinci

SISTEM PENGKONDISIAN UDARA (AC)

SISTEM PENGKONDISIAN UDARA (AC) Pertemuan ke-9 dan ke-10 Materi Perkuliahan : Kebutuhan jaringan dan perangkat yang mendukung sistem pengkondisian udara termasuk ruang pendingin (cool storage). Termasuk memperhitungkan spatial penempatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Refrigerasi Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk menyerap kalor dari lingkungan atau untuk melepaskan kalor ke lingkungan. Sifat-sifat fisik

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap 4 BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pengkondisian Udara Pengkondisian udara adalah proses untuk mengkondisikan temperature dan kelembapan udara agar memenuhi persyaratan tertentu. Selain itu kebersihan udara,

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Dispenser Air Minum Hot and Cool Dispenser air minum adalah suatu alat yang dibuat sebagai alat pengkondisi temperatur air minum baik air panas maupun air dingin. Temperatur air

Lebih terperinci

PEMAHAMAN TENTANG SISTEM REFRIGERASI

PEMAHAMAN TENTANG SISTEM REFRIGERASI PEMAHAMAN TENTANG SISTEM REFRIGERASI Darwis Tampubolon *), Robert Samosir **) *) Staf Pengajar Teknik Mesin, Politeknik Negeri Medan **) Staf Pengajar Teknik Mesin, Politeknik Negeri Medan Abstrak Refrigerasi

Lebih terperinci

Bagian V: PENGKONDISIAN UDARA

Bagian V: PENGKONDISIAN UDARA Bagian V: PENGKONDISIAN UDARA PRINSIP KERJA SISTEM AC (AIR CONDITIONING SYSTEM) Prinsip AC yaitu memindahkan kalor dari satu tempat ke tempat yang lain. AC sebagai pendingin memindahkan kalor dari dalam

Lebih terperinci

Maka persamaan energi,

Maka persamaan energi, II. DASAR TEORI 2. 1. Hukum termodinamika dan sistem terbuka Termodinamika teknik dikaitkan dengan hal-hal tentang perpindahan energi dalam zat kerja pada suatu sistem. Sistem merupakan susunan seperangkat

Lebih terperinci

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013 1.2.3 AC Central AC central sistem pendinginan ruangan yang dikontrol dari satu titik atau tempat dan didistribusikan secara terpusat ke seluruh isi gedung dengan kapasitas yang sesuai dengan ukuran ruangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1 Latar Belakang Pengkondisian udaraa pada kendaraan mengatur mengenai kelembaban, pemanasan dan pendinginan udara dalam ruangan. Pengkondisian ini bertujuan bukan saja sebagai penyejuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Pengeringan Pengeringan adalah proses perpindahan panas dan uap air secara simultan yang memerlukan energi panas uantuk menguapkan kandungan air yang dipindahkan dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Teori Dasar Perpindahan Kalor 2.1.1. Umum Penukaran Kalor sering dipergunakan dalam kehidupan sehari hari dan juga di gedung dan industri. Contoh kegiatan penukaran kalor dalam

Lebih terperinci

BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC)

BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC) BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC) Refrigeration, Ventilation and Air-conditioning RVAC Air-conditioning Pengolahan udara Menyediakan udara dingin Membuat udara

Lebih terperinci

PRINSIP DASAR AIR CONDITIONING

PRINSIP DASAR AIR CONDITIONING PRINSIP DASAR AIR CONDITIONING Pendahuluan Kebutuhan akan kondisi udara yang nyaman pada saat ini nampaknya sudah merupakan kebutuhan yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, terutama pada kendaraan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Air-Water System

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Air-Water System BAB II DASAR TEORI 2.1 Air-Water System Kekurangan pada all air system yaitu penggunaannya yang tidak dapat dikontol di tiap-tiap ruangan tertentu karena pada setiap ruangan menggunakan supply air yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Chiller atau mesin refrigerasi adalah peralatan yang biasanya menghasilkan media pendingin utama untuk bangunan gedung, dengan mengkonsumsi energi secara langsung

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA.1 Teori Pengujian Sistem pengkondisian udara (Air Condition) pada mobil atau kendaraan secara umum adalah untuk mengatur kondisi suhu pada ruangan didalam mobil. Kondisi suhu yang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Sistem Heat pump Heat pump adalah pengkondisi udara paket atau unit paket dengan katup pengubah arah (reversing valve) atau pengatur ubahan lainnya. Heat pump memiliki

Lebih terperinci

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada Siklus Kompresi Uap Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak digunakan dalam daur refrigerasi, pada daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), pengembunan( 2 ke 3), ekspansi (3

Lebih terperinci

FISIKA TERMAL Bagian I

FISIKA TERMAL Bagian I FISIKA TERMAL Bagian I Temperatur Temperatur adalah sifat fisik dari materi yang secara kuantitatif menyatakan tingkat panas atau dingin. Alat yang digunakan untuk mengukur temperatur adalah termometer.

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN Mata Kuliah/ Kode : Teknik Refrigerasi / RT 441 Bobot Sks : 3 (Tiga) Semester : 4 (Empat) Dosen Pengampu : Drs. Ricky Gunawan, MT. Ega Taqwali Berman, S.Pd., M.Eng. No Pokok /

Lebih terperinci

TRAINING Operational, Maintenance & Trouble Air Cooled - Water Cooled Package

TRAINING Operational, Maintenance & Trouble Air Cooled - Water Cooled Package TRAINING Operational, Maintenance & Trouble Air Cooled - Water Cooled Package PENDAHULUAN Pendinginan adalah suatu proses penarikan kalor (Heat) dari suatu benda /zat sehingga temperaturnya lebih rendah

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. pengembangan dari teknologi mesin pendingin. Alat ini dipakai bertujuan untuk

BAB II DASAR TEORI. pengembangan dari teknologi mesin pendingin. Alat ini dipakai bertujuan untuk BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Air Conditioning (AC) atau alat pengkondisi udara merupakan modifikasi pengembangan dari teknologi mesin pendingin. Alat ini dipakai bertujuan untuk memberikan udara

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Freezer Freezer merupakan salah satu mesin pendingin yang digunakan untuk penyimpanan suatu produk yang bertujuan untuk mendapatkan produk dengan kualitas yang

Lebih terperinci

BAB III DASAR PERANCANGAN INSTALASI AIR CONDITIONING

BAB III DASAR PERANCANGAN INSTALASI AIR CONDITIONING BAB III DASAR PERANCANGAN INSTALASI AIR CONDITIONING 3.1 Perngertian dan Standar Pengkondisian Udara Bangunan Pengkondisian udara adalah suatu usaha ang dilakukan untuk mengolah udara dengan cara mendinginkan,

Lebih terperinci

Disusun oleh : Nama : Linggar G. C. M. A. Semester Genap SMK NEGERI 1 CIMAHI

Disusun oleh : Nama : Linggar G. C. M. A. Semester Genap SMK NEGERI 1 CIMAHI Disusun oleh : Nama : Linggar G. C. M. A. Kelas : XI TP A Semester Genap SMK NEGERI 1 CIMAHI Teknik Pendingin & Tata Udara 2010/2011 KATA PENGANTAR Allhamdulillahi rabbil alamiin, pertama-tama marilah

Lebih terperinci

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA Tujuan Instruksional Khusus Mmahasiswa mampu melakukan perhitungan dan analisis pengkondisian udara. Cakupan dari pokok bahasan ini adalah prinsip pengkondisian udara, penggunaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Dasar tentang Beban Pendinginan Kita ketahui bahwa tujuan utama dalam melakukan pentataan udara, adalah agar kenyamanan dalam suatu ruang dapat dicapai, sehingga manusia

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Cooling Tunnel

BAB II DASAR TEORI 2.1 Cooling Tunnel BAB II DASAR TEORI 2.1 Cooling Tunnel Cooling Tunnel atau terowongan pendingin merupakan penerapan sistem refrigerasi yang banyak digunakan di industri, baik industri pengolahan makanan, minuman dan farmasi.

Lebih terperinci

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika Oleh : Robbin Sanjaya 2106.030.060 Pembimbing : Ir. Denny M.E. Soedjono,M.T PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Lebih terperinci

DASAR TEKNIK PENDINGIN

DASAR TEKNIK PENDINGIN DASAR TEKNIK PENDINGIN Oleh : Agus Maulana Praktisi Mesin Pendingin HP. 0813 182 182 33 PT Mitra Lestari Bumi Abadi Jl.Gading Indah Raya Blok C No. 25 Kelapa Gading - Jakarta, 14240 Siklus Sistem Mesin

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI 2.1 Florist Cabinet Florist cabinet merupakan suatu alat yang digunakan untuk proses pendinginan bunga. Florist cabinet sangat beragam dalam ukuran dan konstruksi. Biasanya florist cabinet

Lebih terperinci

BAB 2 ZAT, INTERNAL ENERGI, PANAS DAN TEMPERATUR

BAB 2 ZAT, INTERNAL ENERGI, PANAS DAN TEMPERATUR BAB 2 ZAT, INTERNAL ENERGI, PANAS DAN TEMPERATUR 2-1. Panas Panas adalah suatu bentuk energi. Hal tersebut dijelaskan dari fakta bahwa panas dapat diubah ke dalam bentuk energi dan bentuk energi lain yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1. Prinsip Kerja Mesin Pendingin Penemuan siklus refrigerasi dan perkembangan mesin refrigerasi merintis jalan bagi pembuatan dan penggunaan mesin penyegaran udara. Komponen utama

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Refrigerant Refrigeran adalah zat yang mengalir dalam mesin pendingin (refrigerasi) atau mesin pengkondisian udara

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Refrigerant Refrigeran adalah zat yang mengalir dalam mesin pendingin (refrigerasi) atau mesin pengkondisian udara BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Refrigerant Refrigeran adalah zat yang mengalir dalam mesin pendingin (refrigerasi) atau mesin pengkondisian udara (AC). Zat ini berfungsi untuk menyerap panas dari benda/media

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR NOTASI... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. Gambar 2.1 Florist Cabinet (Sumber Gambar: Althouse, Modern Refrigeration and Air Conditioning Hal.

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. Gambar 2.1 Florist Cabinet (Sumber Gambar: Althouse, Modern Refrigeration and Air Conditioning Hal. BAB II DASAR TEORI 2.1 Florist Cabinet Florist cabinet merupakan suatu alat yang digunakan untuk proses pendinginan bunga. Florist cabinet beragam dalam ukuran dan konstruksi. Biasanya florist cabinet

Lebih terperinci

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin Galuh Renggani Wilis, ST.,MT ABSTRAKSI Pengkondisian udara disebut juga system refrigerasi yang mengatur temperature & kelembaban udara. Dalam beroperasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Refrigerasi merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan saat ini terutama bagi masyarakat perkotaan. Refrigerasi dapat berupa lemari es pada rumah tangga, mesin

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda BAB II DASAR TEORI 2.1 Benih Kedelai Penyimpanan benih dimaksudkan untuk mendapatkan benih berkualitas. Kualitas benih yang dapat mempengaruhi kualitas bibit yang dihubungkan dengan aspek penyimpanan adalah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Rangkaian Alat Uji Dan Cara Kerja Sistem Refrigerasi Tanpa CES (Full Sistem) Heri Kiswanto / Page 39

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Rangkaian Alat Uji Dan Cara Kerja Sistem Refrigerasi Tanpa CES (Full Sistem) Heri Kiswanto / Page 39 BAB IV PEMBAHASAN Pada pengujian ini dilakukan untuk membandingkan kerja sistem refrigerasi tanpa metode cooled energy storage dengan sistem refrigerasi yang menggunakan metode cooled energy storage. Pengujian

Lebih terperinci

Teknik Lingkungan S1 TERMODINAMIKA LINGKUNGAN

Teknik Lingkungan S1 TERMODINAMIKA LINGKUNGAN Teknik Lingkungan S1 TERMODINAMIKA LINGKUNGAN Uraian Singkat Silabus Definisi dan pengertian dasar, sifat-sifat unsur murni, hukum pertama termodinamika untuk sistem tertutup, hukum pertama termodinamika,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Refrigeran merupakan media pendingin yang bersirkulasi di dalam sistem refrigerasi kompresi uap. ASHRAE 2005 mendefinisikan refrigeran sebagai fluida kerja

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN Kemas. Ridhuan 1), I Gede Angga J. 2) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hjar

Lebih terperinci

PELATIHAN PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN MESIN PENDINGIN. Oleh : BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERIKANAN TEGAL

PELATIHAN PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN MESIN PENDINGIN. Oleh : BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERIKANAN TEGAL PELATIHAN PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN MESIN PENDINGIN Oleh : BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERIKANAN TEGAL PRINSIP PENDINGINAN PROSES MEMINDAHKAN ATAU MENAMBAHKAN PANAS DARI SUATU BENDA ATAU TEMPAT KE

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Vaksin Vaksin merupakan bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Sistem Termodinamika Sistem termodinamika adalah bagian dari seluruh jagat raya yang harus diperhitungkan. Klasifikasi dari sistem termodinamika berdasarkan pada sifat-sifat batas

Lebih terperinci

EFEK UDARA DI DALAM SISTEM REFRIGERASI

EFEK UDARA DI DALAM SISTEM REFRIGERASI EFEK UDARA DI DALAM SISTEM REFRIGERASI Daud Patabang* * Abstract The performance of refrigeration system are affected by condenser, evaporator,compressor and regulating valve. Besides cooling system itself

Lebih terperinci

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian HRSG HRSG (Heat Recovery Steam Generator) adalah ketel uap atau boiler yang memanfaatkan energi panas sisa gas buang satu unit turbin gas untuk memanaskan air dan

Lebih terperinci

BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR

BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR Untuk mengenalkan aspek-aspek refrigerasi, pandanglah sebuah siklus refrigerasi uap Carnot. Siklus ini adalah kebalikan dari siklus daya uap Carnot. Gambar 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Refrigerasi merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan saat ini terutama bagi masyarakat perkotaan. Sistem refrigerasi kompresi uap paling umum digunakan di antara

Lebih terperinci

2.1 HUKUM TERMODINAMIKA DAN SISTEM TERBUKA

2.1 HUKUM TERMODINAMIKA DAN SISTEM TERBUKA BAB II DASAR TEORI 2.1 HUKUM TERMODINAMIKA DAN SISTEM TERBUKA Hukum pertama termodinamika adalah hukum kekekalan energi. Hukum ini menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan atau dilenyapkan. Energi

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMANSI AC PORTABLE UNTUK CONTAINER 20 KAKI DI PT ESKIMO WIERAPERDANA

ANALISIS PERFORMANSI AC PORTABLE UNTUK CONTAINER 20 KAKI DI PT ESKIMO WIERAPERDANA ANALISIS PERFORMANSI AC PORTABLE UNTUK CONTAINER 20 KAKI DI PT ESKIMO WIERAPERDANA AHMAD NURYANA NIM : 41315120057 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2017 LAPORAN

Lebih terperinci

FISIKA TERMAL(1) Yusron Sugiarto

FISIKA TERMAL(1) Yusron Sugiarto FISIKA TERMAL(1) Yusron Sugiarto MENU HARI INI TEMPERATUR KALOR DAN ENERGI DALAM PERUBAHAN FASE Temperatur adalah sifat fisik dari materi yang secara kuantitatif menyatakan tingkat panas atau dingin. Alat

Lebih terperinci

Basic Comfort Air Conditioning System

Basic Comfort Air Conditioning System Basic Comfort Air Conditioning System Manual Book (CAC BAC 09K) 5 PERCOBAAN 32 5.1. KOMPONEN KOMPONEN UTAMA DALAM SISTEM PENDINGIN TUJUAN: Setelah melakukan percobaan ini siswa akan dapat : 1. Memahami

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Maret Yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Maret Yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Maret 2015. Yang meliputi uji coba dan pengolahan data, dan bertempat di Laboratorium Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan menjelaskan tentang beban pendinginan dan beberapa parameter yang berkaitan dengan kinerja sistem refrigerasi. Semua karakteristik, teori perhitungan

Lebih terperinci

EFEK RASIO TEKANAN KOMPRESOR TERHADAP UNJUK KERJA SISTEM REFRIGERASI R 141B

EFEK RASIO TEKANAN KOMPRESOR TERHADAP UNJUK KERJA SISTEM REFRIGERASI R 141B EFEK RASIO TEKANAN KOMPRESOR TERHADAP UNJUK KERJA SISTEM REFRIGERASI R 141B Kristian Selleng * * Abstract The purpose of this research is to find the effect of compressor pressure ratio with respect to

Lebih terperinci

Gambar 5. Skematik Resindential Air Conditioning Hibrida dengan Thermal Energy Storage

Gambar 5. Skematik Resindential Air Conditioning Hibrida dengan Thermal Energy Storage BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Prinsip Kerja Instalasi Instalasi ini merupakan instalasi mesin pendingin kompresi uap hibrida yang berfungsi sebagai mesin pendingin pada lemari pendingin dan pompa kalor pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dasar Termodinamika 2.1.1 Siklus Termodinamika Siklus termodinamika adalah serangkaian proses termodinamika mentransfer panas dan kerja dalam berbagai keadaan tekanan, temperatur,

Lebih terperinci

12/3/2013 FISIKA THERMAL I

12/3/2013 FISIKA THERMAL I FISIKA THERMAL I 1 Temperature Our senses, however, are unreliable and often mislead us Jika keduanya sama-sama diambil dari freezer, apakah suhu keduanya sama? Mengapa metal ice tray terasa lebih dingin?

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PERAWATAN & PERBAIKAN CHILLER WATER COOLER DI MANADO QUALITY HOTEL. Oleh : RIVALDI KEINTJEM

LAPORAN AKHIR PERAWATAN & PERBAIKAN CHILLER WATER COOLER DI MANADO QUALITY HOTEL. Oleh : RIVALDI KEINTJEM LAPORAN AKHIR PERAWATAN & PERBAIKAN CHILLER WATER COOLER DI MANADO QUALITY HOTEL Oleh : RIVALDI KEINTJEM 13021024 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL POLITEKNIK NEGERI MANADO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO 2016 BAB

Lebih terperinci

PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-12 DAN R-134a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W

PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-12 DAN R-134a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-2 DAN R-34a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W Ridwan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma e-mail: ridwan@staff.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics). Pembedaan ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics). Pembedaan ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA 21 Mesin Refrigerasi Secara umum bidang refrigerasi mencakup kisaran temperatur sampai 123 K Sedangkan proses-proses dan aplikasi teknik yang beroperasi pada kisaran temperatur

Lebih terperinci

MULTIREFRIGERASI SISTEM. Oleh: Ega T. Berman, S.Pd., M,Eng

MULTIREFRIGERASI SISTEM. Oleh: Ega T. Berman, S.Pd., M,Eng MULTIREFRIGERASI SISTEM Oleh: Ega T. Berman, S.Pd., M,Eng SIKLUS REFRIGERASI Sistem refrigerasi dengan siklus kompresi uap Proses 1 2 : Kompresi isentropik Proses 2 2 : Desuperheating Proses 2 3 : Kondensasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Metode penelitian merupakan cara atau prosedur yang berisi tahapan tahapan yang jelas yang disusun secara sistematis dalam proses penelitian. Tiap tahapan

Lebih terperinci

UNIT 4 SIKLUS REFRIGERASI

UNIT 4 SIKLUS REFRIGERASI UNIT 4 SIKLUS REFRIGERASI Unit lalu menguraikan komponen atau bagian-bagian dari siklus udara pada sistem pengkondisian udara. Pada satu titik/point dalam suatu sistem, udara mengalir melawati permukaan

Lebih terperinci

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage Sugiyono 1, Ir Sumpena, MM 2 1. Mahasiswa Elektro, 2. Dosen

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka BAB II DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Untuk memperbaiki kualitas ikan, dibutuhkan suatu alat yaitu untuk menjaga kondisi ikan pada kondisi seharusnya dengan cara menyimpannya didalam sebuah freezer yang

Lebih terperinci