PEDOMAN TEKNIS INSTALASI PENGISIAN DAN PENANGANAN LPG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEDOMAN TEKNIS INSTALASI PENGISIAN DAN PENANGANAN LPG"

Transkripsi

1 PEDOMAN TEKNIS INSTALASI PENGISIAN DAN PENANGANAN LPG Bagian 1 dari 5 Pedoman PEDOMAN TEKNIS INSTALASI PENGISIAN, PENANGANAN DAN PENGGUNAAN SERTA PEMERIKSAAN BERKALA LIQUEFIED PETROLEUM GAS (LPG) KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA i DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

2 DAFTAR ISI 1. RUANG LINGKUP LANDASAN HUKUM ACUAN NORMATIF ISTILAH DAN DEFINISI PERSYARATAN DESAIN INSTALASI PENGISIAN DAN Penanganan LPG PERSYARATAN DESAIN TABUNG DAN TANGKI LPG TEKANAN DESAIN TABUNG DAN TANGKI LPG INSTALASI TANGKI LPG PERSYARATAN TANGKI LPG PENANDAAN TANGKI LPG Penandaan Tangki Penandaan Katup JARAK DAN LOKASI TANGKI Umum Pengelompokan Tangki Jarak Tangki dengan Tempat Penyimpanan Bahan Mudah Terbakar Kondisi penempatan tangki LPG Pondasi Tangki dan Pendukungnya BATASAN TERHADAP SUMBER NYALA PERALATAN LISTRIK AKSES KONTROL Jarak Pemisah Terhadap Fasilitas Umum Tata Letak Fasilitas dalam Instalasi LPG ii

3 5.9.3 Penahan Panas (Thermal Screen) PIPA, KATUP DAN FITTING Pipa Desain pipa Persyaratan Umum Material pipa Tubing Fitting Pipa fleksibel Selang, Sambungan selang, konektor quick dan konektor fleksibel Katup (valve) Material Disain Penandaan Pengendalian aliran LPG (Control of LPG outflow) Minimalisasi aliran yang keluar Sistem Shut-down Katup Pengaman (Safety Valves) POMPA DAN KOMPRESOR REGULATOR PENANGKAL PETIR SISTEM HIDRAN ALAT PEMADAM TANGGA DAN PLATFORM PENERANGAN AREA PARKIR SISTEM DITEKSI GAS PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN INSTALASI PENGISIAN LPG Jadwal Pemeriksaan iii

4 PemeriksaanTangki Pemeriksaan Pipa Pemeriksaan Selang Sambungan Fleksibel Katup Pengontrol Pelindung Aliran (Protective flow control valve) SERTIFIKASI INSTALASI PERSYARATAN OPERASI INSTALASI PENGISIAN DAN PENANGANAN LPG RUANG LINGKUP OPERASI PENERIMAAN LPG Persyaratan Umum Fasilitas penerimaan LPG Prosedur penerimaan LPG dari Skid Tank Sebelum penerimaan Selama Penerimaan Setelah Penerimaan Prosedur Penerimaan Tabung LPG Sebelum Penerimaan Selama Penerimaan Selesai Penerimaan Kualifikasi Personil KEGIATAN PENANGANAN DAN PENIMBUNAN TABUNG LPG Persyaratan Umum Persyaratan Gudang Penimbunan Tabung LPG Prosedur Penanganan Tabung LPG Prosedur Penimbunan Tabung LPG di dalam gudang Prosedur penyusunan Tabung dalam Gudang Penimbunan Tanpa Fasilitas Forklift Dengan Fasilitas Forklift OPERASI PENGISIAN LPG Persyaratan Umum Pengisian Tangki LPG Kapasitas Pengisian Tangki LPG Persyaratan Filling Ratio Maksimum yang Diijinkan iv

5 Alternatif volume cairan maksimum yang diijinkan untuk tangki dengan kapasitas air hingga 8 kiloliter Pengawasan Kendaraan pengangkut LPG di dalam Instalasi Prosedur Pengawasan Kendaraan pengangkut LPG di dalam Instalasi LPG Pengoperasian dalam pengosongan dan pemuatan LPG Prosedur pengisian ke tangki Persiapan sebelum pengisian Prosedur selama pengisian LPG ke Tangki Penyelesaian Pengisian LPG ke Tangki Klasifikasi tabung sebelum pengisian Persyaratan teknis pengisian Tabung LPG Jumlah pengisian LPG yang aman Komposisi campuran LPG yang aman Ketepatan Penimbangan Metode Pengisian Jarak Aman Pengisian Prosedur pengisian LPG ke tabung LPG Kegiatan Persiapan Pelaksanaan Pengisian Kegiatan setelah pengisian Pembuangan gas LPG ke atmosfir Decanting Batasan Persyaratan Umum Jarak aman dan lokasi Decanting Kualifikasi Personil OPERASI PENYALURAN LPG Prosedur Penukaran Tabung LPG dari Instalasi untuk Retest Prosedur Operasi Penyerahan LPG kepada Dealer Prosedur Pengawasan Penyerahan LPG MANAJEMEN KEADAAN DARURAT (EMERGENCY MANAGEMENT) Dasar Pemikiran Perencanaan Tinjauan Rencana Emergency PERLINDUNGAN TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN Pendahuluan Penerapan Persyaratan umum untuk peralatan perlindungan terhadap api v

6 Integrasi dengan fasilitas yang ada Fasilitas peralatan Lokasi dari peralatan pemadam kebakaran Tabung Penggunaan dan penyimpanan tabung Area Pengisian Tabung Tangki LPG KESELAMATAN KERJA PADA INSTALASI LPG Fasilitas Keselamatan Kerja Pedoman Umum Keselamatan Kerja Pedoman Keadaan Darurat Prosedur Penanggulangan Kebocoran/Penyebaran LPG Tanda-tanda Keadaan Darurat Peringatan Tanda Bahaya Tanda Evakuasi Tanda Keadaan Aman Bencana Alam Kualifikasi Personil vi

7 DAFTAR TABEL TABEL 1. TEKANAN DESAIN...6 TABEL 2. JARAK PEMISAH ANTAR TANGKI DAN BANGUNAN TABEL 3. VOLUME CAIRAN MAKSIMUM YANG DIIJINKAN UNTUK TANGKI DENGAN KAPASITAS AIR HINGGA 8 KILOLITER TABEL 4. FILLING RATIO MAKSIMUM YANG DIIJINKAN UNTUK TANGKI DAN TABUNG LPG TABEL 5. JARAK AMAN PENGISIAN TABUNG DAN TEMPAT PENYIMPANAN TABUNG vii

8 DAFTAR GAMBAR GAMBAR 1. PENGGUNAAN VAPOUR BARRIER UNTUK MEMISAHKAN TABUNG LPG DENGAN TABUNG JENIS LAIN GAMBAR 2. JARAK AMAN PENGISIAN TABUNG DAN TEMPAT PENYIMPANAN TABUNG GAMBAR 3. FASILITAS BONGKAR MUAT MOBIL TANGKI LPG GAMBAR 4. LOKASI DECANTING TABUNG viii

9 PEDOMAN TEKNIS INSTALASI PENGISIAN DAN PENANGANAN LPG 1. RUANG LINGKUP Pedoman teknis instalasi pengisian dan penanganan LPG ini memuat ketentuanketentuan mengenai instalasi LPG, fasilitas peralatan, dan prosedur operasi yang mengacu pada standar yang ditetapkan untuk menjamin keamanan dan keselamatan dalam penerimaan, penimbunan,pengisian dan penyaluran LPG. 2. LANDASAN HUKUM 2.1 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4152). 2.2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1970 Nomor 1; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2918). 2.3 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan Lingkungan Hidup; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059). 2.4 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan Kerja bidang Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1973 Nomor 25; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3003). 2.5 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1979 Nomor 18; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3135). 2.6 Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 124; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4436). 2.7 Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 06 P/0746/M.PE/1991 tentang Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan Teknik yang Dipergunakan dalam Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi. 2.8 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 0007 Tahun 2005 tentang Persyaratan dan Pedoman Pelaksanaan Izin Usaha dalam Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi. 1

10 2.9 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penyediaan dan Pendistribusian Liquefied Petroleum Gas (LPG) Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang Pedoman dan Tata Cara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan Teknik yang dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan Pengusahaan Sumberdaya Panas Bumi Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 39 K/38/DJM/2002 tentang Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Tangki Penimbun Minyak dan Gas Bumi. 3. ACUAN NORMATIF 3.1 Standar Nasional Indonesia SNI 1452:2007, Tabung Baja LPG. 3.2 Standar Nasional Indonesia SNI :1994, Bejana Tekan. 3.3 Standar Nasional Indonesia SNI :1994, Penanganan Tabung Bertekanan. 3.4 Standar Nasional Indonesia SNI :2006, Katup Tabung Baja LPG. 3.5 International Standard ISO 10691: 2004, Gas Cylinders-Refillable Welded Steel Cylinders for Liquefied Petroleum Gas (LPG)-Procedures for Checking Before, During and After Filling. 3.6 International Standard ISO 11622:2005, Gas Cylinders-Conditions for Filling Gas Cylinders. 3.7 National Fire Protection Association NFPA 58 tahun 2004, Storage and Handling of Liquefied Petroleum Gases. 3.8 British Standard BS EN 13952:2003, LPG Equipment and Accessories-Filling Procedures for LPG Cylinders. 3.9 British Standard BS EN 1439:1997, Transportable Refillable Welded Steel Cylinders for Liquefied Petroleum Gas (LPG)-Procedure for Checking before, during and after Filling Australian/New Zealand Standard AS/NZS 1596:2008, The Storage and Handling of Liquefied Petroleum Gas American Society of Mechanical Engineers ASME Section VIII Division 1, 2007, Boiler & Pressure Vessel Code-Rules for Construction of Pressure Vessels ADR European Agreement Concerning The International Carriage of Dangerous Goods by Road-Volume I, United Nations American Petroleum Institute (API) Publication 2510A: 2001, Fire Protection for LPG Storage Facilities American Petroleum Institute (API) Standard 2510 Edition VIII: May 2001, Design and Construction of LPG Installations. 2

11 3.15 American Petroleum Institute API Publication 910 Eight Edition, November 1997: Above Ground Storage Tank Rules and Regulation. 4. ISTILAH DAN DEFINISI 4.1 Decanting Adalah prosedur pemindahan LPG dalam fasa cair dari satu wadah penyimpan ke wadah penyimpan yang lain menggunakan perbedaan tekanan pada kedua wadah penyimpan tersebut 4.2 Instalasi Pengisian LPG (Filling Plant) Adalah instalasi untuk pelaksanaan pengisian LPG baik dalam bentuk tabung atau Skid Tank. 4.3 Kapasitas Air (Water Capacity) Adalah kapasitas suatu tangki atau tabung LPG dalam satuan volume (liter) atau satuan massa (kilogram) ketika tabung tersebut diisi dengan air. 4.4 Kapasitas Pengisian (Filling Capacity) Adalah jumlah LPG maksimum yang boleh diisikan ke dalam suatu tangki atau tabung agar tangki atau tabung tersebut tidak penuh cairan. 4.5 Katup Pengaman (Safety Valve) Adalah katup yang tekanan kerjanya di set pada suatu tekanan maksimum dan apabila tekanan gas di dalam tangki lebih besar dari tekanan maksimum maka gas akan keluar. 4.6 Katup sekunder shut-down system Adalah katup yang berfungsi otomatis pada saat katup primer tidak berfungsi. 4.7 Kontainer/Wadah Penyimpanan Adalah bejana, termasuk tangki dan tabung yang digunakan untuk mengangkut atau menyimpan LPG. 4.8 Conveyor Adalah alat pengangkut tabung LPG kosong maupun isi di LPG Filling Plant. 4.9 Level Gauge Adalah alat petunjuk ketinggian cairan LPG di dalam tangki Liquefied Petroleum Gas (LPG) Adalah gas hidrokarbon yang dicairkan dengan tekanan untuk memudahkan penyimpanan, pengangkutan dan penanganannya yang pada dasarnya terdiri atas propana, butana atau campuran keduanya Maximum Allowable Working Pressure (MAWP) Adalah tekanan kerja maksimum Tangki LPG yang diperbolehkan pada saat dioperasikan. 3

12 4.12 Nosel Pengisian (Filling Nozzle) Adalah bagian ujung pipa atau selang penyalur LPG pada Instalasi pengisian LPG Pallet Adalah tempat untuk penyusunan tabung, terbuat dari bahan yang kokoh dan dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam penyusunan dan pemindahan tabung LPG Rasio Pengisian (Filling Ratio) Adalah perbandingan antara jumlah komponen LPG terbesar dalam tangki atau tabung dan jumlah air pada 150 o C. Filling ratio dapat berupa: a. Filling ratio massa. Perbandingan massa LPG terhadap air, dengan komposisi LPG yang bervariasi tetapi tidak dengan temperaturnya. b. Filling ratio volumetric. Perbandingan volume LPG terhadap air, dengan komposisi dan temperatur LPG yang bervariasi Regulator Adalah alat pengatur tekanan yang befungsi untuk menyalurkan dan mengatur serta menstabilkan tekanan gas yang keluar supaya aliran gas menjadi konstan Segel penutup (Security Seal Cap) Adalah segel penutup yang dipasang pada katup tabung yang berfungsi untuk menjamin ketepatan isi LPG dalam tabung Skid Tank Adalah tangki LPG dengan kapasitas air di atas 500 liter yang digunakan untuk mengangkut LPG sebagai sebuah paket dan dapat dipasang atau dilepas di atas kendaraan pengangkut, seperti truk atau trailer Strainer Adalah merupakan alat yang digunakan untuk memisahkan kotoran yang mungkin terbawa dalam saluran LPG dari tangki pengirim ke tabung penerima yang dapat mengganggu proses pengisian atau mengganggu kinerja peralatan lain Tabung LPG Adalah tabung bertekanan terbuat dari pelat baja yang digunakan untuk mengemas atau menyimpan LPG dengan kapasitas pengisian 0,5 liter sampai 150 liter kapasitas air Tangki LPG Adalah kontainer, selain tabung LPG, yang didesain sebagai tempat penyimpanan LPG atau untuk memindahkan LPG. Tangki LPG dapat berbentuk: a. Tangki LPG statis tangki yang dipasang secara permanen pada satu tempat sebagai tempat penimbunan LPG. b. Skid Tank (4.17) 4

13 4.21 Tekanan desain Adalah Tekanan di atas tekanan kerja berdasarkan prosedur rancangan yang mengacu pada perhitungan material Tekanan uji Adalah tekanan minimum pengujian tangki atau tabung berdasarkan standar yang dipergunakan Tempat Umum (Public place) Adalah tempat terbuka yang merupakan bagian dari fasilitas umum termasuk jalan raya dan trotoar Tempat yang dilindungi (Protected place) Adalah tempat yang dilindungi, meliputi: Bangunan umum, sekolah atau universitas, rumah sakit, bioskop atau bangunan dan tempat terbuka dimana orang berkumpul dalam jumlah banyak termasuk area parkir, baik di dalam atau di luar batas instalasi. Pabrik, kantor, workshop, pertokoan, bengkel atau bangunan dimana orang dipekerjakan, kecuali bangunan yang digunakan untuk penanganan dan penyimpanan LPG. Fasilitas penyimpanan untuk bahan berbahaya di luar batas instalasi Transfer antar Tangki (Intertank Transfer) Adalah pemindahan LPG dari suatu tangki ke tangki lainnya yang dilakukan untuk kepentingan operasional instalasi Ullage Adalah ruangan kosong Tanki LPG atau Tabung LPG yang dihitung dari permukaan cairan LPG sampai titik referensi. 5. PERSYARATAN DESAIN INSTALASI PENGISIAN DAN PENANGANAN LPG Instalasi pengisian dan penanganan LPG merupakan area khusus yang digunakan untuk melakukan kegiatan penerimaan, penimbunan, pengisian, dan penyaluran LPG. 5.1 PERSYARATAN DESAIN TABUNG DAN TANGKI LPG Persyaratan desain kontainer/wadah penyimpanan suatu instalasi penanganan dan penyimpanan LPG meliputi: 5

14 5.1.1 Tabung LPG harus di desain, dikonstruksi dan diuji sesuai dengan SNI 1452:2007 Tabung Baja LPG (atau edisi terakhir) atau standar internasional Tangki LPG dengan kapasitas air lebih dari 500 liter harus di desain, difabrikasi dan diuji sesuai dengan SNI atau ASME Section VIII (edisi terakhir) atau standar internasional. 5.2 TEKANAN DESAIN TABUNG DAN TANGKI LPG Persyaratan tekanan desain tangki atau tabung LPG didesain dengan tekanan sebagai berikut: Tekanan desain tabung LPG harus memenuhi persyaratan SNI 1452:2007 Tabung Baja LPG (atau edisi terakhir) atau standar internasional Tangki LPG dengan kapasitas air lebih dari 500 liter, tekanan desain minimumnya harus sesuai dengan Tabel 1 berikut ini: Tabel 1. Tekanan Desain Untuk gas dengan tekanan uap pada 37,8 o C tidak lebih dari { dalam kpa (kg/cm 2 ) } Tekanan desain minimum { dalam kpa (kg/cm 2 ) } 550 (5,608) 690 (7,036) 690 (7,036) 860 ( 8,770) 860 (8,770) (11,013) (10,503) (13,154 ) (12,237) (15,398) (15,091) (17,845) 5.3 INSTALASI TANGKI LPG Pada pedoman ini menjelaskan persyaratan instalasi tangki di atas permukaan tanah dalam suatu instalasi LPG. Instalasi tangki di atas permukaan tanah, harus memenuhi persyaratan umum sebagai berikut: 6

15 5.3.1 Tangki harus diletakkan pada pondasi yang kuat. Tangki tidak boleh bersentuhan dengan tanah atau dapat diletakkan pada lantai yang tidak mudah terbakar Tangki harus didisain untuk tahan terhadap terpaan angin, gempa, dan beban test hidrostatik Tangki harus dilindungi dari kerusakan akibat pengaruh luar seperti pengaruh cuaca yang dapat mengakibatkan korosi antara lain dengan pemasangan proteksi katoda atau pengecatan Lokasi instalasi tangki LPG harus dibangun pagar keliling Pada lokasi rawan banjir, tangki harus diikat untuk menghindari hanyutnya tangki pada saat banjir. Peninggian permukaan tanah sebaiknya dilakukan untuk menghindari terendamnya tangki Tangki harus diberi tanda indentitas, pelat nama, kapasitas dan kondisi kerja tangki. 5.4 PERSYARATAN TANGKI LPG Tangki LPG sebagai bejana tekan harus memiliki persyaratan: Sertifikat Kelaikan dari Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi yang masih berlaku. Katup pengaman yang bekerja dengan baik dan memiliki Sertifikat Kelaikan dari Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi yang masih berlaku. Alat penunjuk tekanan (pressure gauge) yang terkalibrasi. Alat penunjuk suhu (temperature gauge) yang terkalibrasi. Alat penunjuk tinggi permukaan cairan dalam tangki (level gauge). Manhole yang digunakan untuk perbaikan/pembersihan. Pipa-pipa penghubung dan katup yang digunakan untuk operasi. Pipa drain untuk mengosongkan isi tangki. Tangga. Alat pemadam api yang memadai. Dilakukan inspeksi secara berkala, termasuk juga katup yang ada pada tangki. 5.5 PENANDAAN TANGKI LPG Yang dimaksud dengan penandaan adalah pemberian marka berupa pelat nama atau tulisan untuk memberikan informasi tentang identitas dan peringatan tanda bahaya yang dapat diakibatkan oleh tangki penimbun atau katup LPG. 7

16 5.5.1 Penandaan Tangki Setiap tangki LPG harus diberi tanda secara permanen dengan informasi minimum sebagai berikut: Nama pabrik pembuat atau merk dagang Nomor seri Tahun pembuatan Kapasitas tangki dalam kiloliter (KL) Nama Produk Tekanan desain dalam kpa (kg/cm 2 ) Maximum Allowable Working Pressure (MAWP) dalam kpa (kg/cm 2 ) Berat massa timbangan dalam kilogram (kg) untuk kontainer yang diisi dengan massa berat Tanda peringatan gas mudah terbakar (Flammable Gas), dilarang merokok (No Smoking), Tidak ada sumber nyala (No Ignition Sources) Penandaan Katup Katup harus diberi tanda sesuai dengan persyaratan seperti ditunjukkan pada bagian JARAK DAN LOKASI TANGKI Untuk tangki LPG yang dibangun di atas tanah, maka persyaratan lokasi tangki harus memperhatikan jarak terhadap fasilitas lain berdasarkan pada kapasitasnya Umum Jarak minimal lokasi tangki di atas tanah terhadap fasilitas lain ditunjukkan pada Tabel 2, dengan kualifikasi tangki LPG di atas tanah tidak boleh didirikan di dalam bangunan Pengelompokan Tangki Tangki-tangki dapat di atur dalam suatu kelompok hingga 6 (enam) tangki, dimana masing-masing tangki dalam kelompok dipisahkan jaraknya sesuai dengan Tabel 2. Persyaratan dan rekomendasi berikut ini berlaku untuk pengelompokan tangki: a. Jarak dari satu kelompok tangki dengan kelompok tangki lainnya, tidak boleh kurang dari 15 (lima belas) meter, kecuali diameter masing-masing tangki dalam kelompok tidak lebih dari 2 (dua) meter, maka jarak pemisah antar kelompok tangki dapat diturunkan menjadi 10 (sepuluh) meter. b. Tangki tidak boleh ditumpuk di atas tangki lainnya. 8

17 c. Sumbu longitudinal tangki-tangki dalam suatu kelompok, harus diparalel dan diarahkan ke luar dari tempat-tempat penyimpanan bahan berbahaya, cairan atau gas yang mudah terbakar. d. Apabila kondisinya tidak dapat dihindari, tangki dapat ditempatkan dalam satu jalur dengan sumbu tangki lainnya dan jarak antara ujung tangki dan ujung atau dinding tangki lainnya tidak boleh kurang dari 3 (tiga) meter atau dua kali diameter tangki terbesar, mana saja yang lebih besar. Tangki yang dipasang di luar bangunan, harus memperhatikan posisi tangki lainnya, gedung dan fasilitas yang berada di sekitarnya, atau jarak terhadap tanah kepemilikan orang, sesuai dengan Tabel 2. 9

18 Tabel 2. Jarak Pemisah Antar Tangki dan Bangunan Kapasitas air per tangki m 3 Tangki di atas tanah Jarak minimum (m) Antar Tangki Kurang dari 0.5 0,5 sampai dengan 1,0 1,0+ sampai dengan 1,9 1,9+ sampai dengan 7,6 7,6+ sampai dengan sampai dengan sampai dengan sampai dengan sampai dengan sampai dengan 3785 Lebih dari , ,5 A A A A A A Keterangan: A : ¼ jumlah diameter dari tangki tangki terdekat. m : meter Jarak Tangki dengan Tempat Penyimpanan Bahan Mudah Terbakar Tangki-tangki LPG harus dipisahkan dari tempat penyimpanan bahan yang mudah terbakar (flammable) dengan ketentuan jarak yang diukur secara horizontal, yaitu : a. Minimal 6 (enam) meter, jarak dari tangki terhadap tempat penyimpanan atau area pengisian bahan yang mudah terbakar. b. Minimal 3 (tiga) meter, jarak dari bagian atas tempat penyimpanan liquid yang mudah terbakar. c. Minimal 2 (dua) meter, dari lubang ventilasi tempat penyimpanan cairan yang mudah terbakar (diukur secara horizontal) Kondisi penempatan tangki LPG a. Kondisi Landasan Tanah Suatu tangki tidak boleh dibangun dipermukaan atau di atas suatu landasan yang memiliki kemiringan, dimana beresiko tumpah atau bocor yang mengakibakan akumulasi gas LPG. b. Akses dan ventilasi 10

19 Lokasi tangki penimbun harus memenuhi persyaratan akses masuk dan ventilasi yaitu : 1) Tangki penimbun di atas tanah harus berada di udara terbuka, di luar bangunan. 2) Konstruksi lain yang dekat dengan tangki seperti pagar, dinding, penahan uap, atau semacamnya diperbolehkan jika tidak menghalangi akses jalan masuk di sekitarnya Pondasi Tangki dan Pendukungnya Struktur pendukung dan pondasi didesain sesuai dengan standar desain tangki dengan persyaratan berikut: a. Total kapasitas tangki merupakan total massa tangki ketika diisi penuh dengan air. b. Apabila tangki terletak pada suatu area yang berpotensi banjir, maka tangki dilengkapi anchored/jangkar untuk menghindari dari resiko terapung. c. Seismic loading dapat digunakan untuk pondasi dan pendukung tangki. 5.7 BATASAN TERHADAP SUMBER NYALA Sumber nyala atau api tidak diijinkan berada di dalam area instalasi penanganan dan penyimpanan LPG atau area berbahaya lainnya. Peralatan komunikasi, seperti radio komunikasi dan telepon seluler atau mobile phone tidak boleh digunakan dalam area pengisian atau area berbahaya lainnya, kecuali peralatannya sesuai dengan klasifikasi daerah berbahaya (hazardous area) dan memenuhi persyaratan yang ditentukan. 5.8 PERALATAN LISTRIK Peralatan listrik yang dimaksud adalah penyalur petir, grounding cable, penerangan, alat telekomunikasi dan instrumentasi serta sistem peringatan. Seluruh peralatan listrik dan kabel yang terpasang harus memenuhi persyaratan standar kelistrikan International Electric Commission (IEC) atau Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL). Peralatan listrik harus memenuhi zona/divisi klasifikasi daerah berbahaya. 5.9 AKSES KONTROL Seluruh fasilitas dalam instalasi penanganan LPG harus diamankan dari potensi bahaya dan akses pihak-pihak yang tidak berkepentingan, yaitu dengan menetapkan jarak pemisahan terhadap fasilitas umum dan mengatur tata letak fasilitas dan peralatan Jarak Pemisah Terhadap Fasilitas Umum a. Instalasi LPG harus dipisahkan dari batas sumber nyala dan tempat-tempat yang dilindungi dengan jarak minimum yang relevan untuk setiap jenis tangki penyimpan LPG. 11

20 b. Jarak pemisah tempat-tempat yang dilindungi yang terletak berdekatan dengan area instalasi LPG tidak boleh kurang dari yang tercantum pada tabel 2. c. Jarak diukur melewati suatu batas dan apabila terjadi perubahan kondisi tata letak yang mengakibatkan pelanggaran terhadap jarak pemisah, maka Instalasi pengisian akan dimodifikasi atau direlokalisasi untuk memenuhi syarat penyimpanan LPG dan melakukan perbaikan. d. Modifikasi atau perbaikan akan mempengaruhi instalasi tangki, ventilasi, titik pengisian, perpipaan dan lain-lain Tata Letak Fasilitas dalam Instalasi LPG Tata Letak fasilitas LPG harus dirancang sedemikian rupa dengan mempertimbangankan: a. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) harus tersedia dalam proses penanganan LPG. b. Kemungkinan terjadinya benturan oleh kendaraan pada saat keluar masuk dan berputar di area tersebut terhadap peralatan dan tangki. c. Kondisi jalan yang memadai, radius putar kendaraan, batas pengaman, kepadatan arus lalu lintas dan kecepatan kendaraan. d. Ketersediaan akses keluar dan masuk kendaraan pengangkut LPG yang memadai. e. Keleluasaan kendaraan pengangkut LPG dan kendaraan lainnya yang bergerak keluar dan masuk lokasi pengisian dengan arah maju ke depan tanpa harus berjalan mundur dari lokasi ke jalan raya. f. Ketersediaan tempat parkir yang cukup luas untuk kendaraan pengangkut LPG selama operasi bongkar muat LPG. g. Ketersediaan pencahayaan yang cukup sepanjang waktu operasi di sekitar lokasi untuk tujuan keamanan. h. Keberadaan tanda bahaya dan informasi berkenaan dengan keselamatan di tempat-tempat yang mudah terlihat. i. Penempatan pintu darurat dan pintu keluar masuk kendaraan maupun pejalan kaki. j. Penempatan fasilitas detektor panas dan pemadam kebakaran beserta saklar keadaan darurat. k. Ketersediaan air yang cukup untuk keadaan darurat. l. Penempatan instalasi listrik agar tidak menimbulkan percikan api yang dapat memicu kebakaran. m. Faktor keamanan yang lebih terjamin, dengan tersedianya kolam untuk menampung air yang diperlukan pada saat keadaan darurat dan sebagai cadangan air yang akan digunakan sebagai hidran pemadam kebakaran. 12

21 5.9.3 Penahan Panas (Thermal Screen) Penahan panas harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar dan benar benar layak sehingga mampu menahan api yang ditimbulkan LPG dalam waktu singkat. Catatan: nyala api jarang lebih dari 20 detik. b. Berukuran cukup untuk menjamin bahwa semua sambungan dan perpipaan yang terhubung dengan bejana bertekanan LPG atau fiting yang beroperasi tidak terlihat dari daerah yang dilindungi. c. Untuk tangki vertikal, penahan panas berada tidak lebih dari 0,5 meter di atas titik tertinggi yang potensial atau titik pelepasan LPG yang sebenarnya pada saat operasi normal. Katup pengaman, katup relief dan katup pembuang (drain valve) tidak dianggap sebagai titik pelepasan. d. Tinggi minimal 1,8 meter. e. Penahan panas harus sesuai dengan persyaratan ventilasi PIPA, KATUP DAN FITTING Persyaratan desain dan spesifikasi material pipa, tubing, fitting tubing dan pipa, katup (valve) termasuk hydrostatic relief valve, hose, hose connection dan konektor fleksibel yang digunakan untuk menyambung perlengkapan tangki dengan sistem instalasi LPG harus memiliki tekanan desain minimum 2,4 Mpa Pipa Desain pipa Seluruh jaringan pipa harus di desain untuk memperhitungkan ekspansi dan kontraksi dari pipa dan tangki serta menjamin bahwa pipa tidak akan menyebabkan tekanan pada tangki dan fitting Persyaratan Umum Tangki-tangki dalam instalasi LPG dihubungkan satu sama lain dengan jalur pipa sehingga cairan atau uap LPG dapat mengalir dari satu tangki ke tangki lainnya. Persyaratan berikut ini harus diterapkan: a. Tekanan awal pelepasan dari seluruh safety valve harus sama b. Standar level pengisian dari seluruh tangki harus berada dalam bidang horizontal yang sama, kecuali sistim katup dan pipanya mampu mencegah jumlah cairan yang tidak terkontrol. c. Bila terjadi aliran balik cairan LPG, sistim harus mampu mengatasi agar cairan tersebut tidak menyebabkan overfilling pada tangki. d. Apabila tangki tersambung dengan jalur pipa cairan LPG, tangki harus dilengkapi dengan ruang uap yang terhubung dengan jalur pipa uap. 13

22 e. Katup tambahan tidak boleh digunakan untuk tangki yang tersambung satu sama lain Material pipa Pipa harus terbuat dari material baja, tembaga atau polietilena dan harus memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan, yaitu : a. Pipa baja mengacu pada ASTM A106 grade B seamless schedule 80 untuk diameter sampai 2 inci dan schedule 40 untuk diameter diatas 2 inci atau setara. b. Pipa polietilena mengacu pada ISO 4437, ASTM D2513 atau setara Tubing Tubing harus terbuat dari bahan baja, tembaga dan polietilena dan harus memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan, yaitu : a. Tubing baja mengacu pada ASTM A539 atau setara. b. Tubing tembaga mengacu pada BS EN 1057 atau setara. c. Tubing polietilena mengacu pada ASTM D2513 atau setara Fitting a. Fitting harus terbuat dari material baja, tembaga atau polietilena. Fitting pipa dari Cast Iron tidak boleh digunakan. b. Fitting yang digunakan pada tangki atau tabung harus memiliki tekanan kerja yang lebih tinggi dari tekanan tangki atau tabung. Pada pompa transfer cairan LPG, harus mampu bekerja pada tekanan minimal kpa (24,575 kg/cm 2 ). c. Penggunaan fitting pada sistem peralatan untuk cairan dan uap LPG yang memiliki tekanan operasi lebih dari 860 kpa (8,770 kg/cm 2 ) harus sesuai untuk tekanan kerja kpa (17,845 kg/cm 2 ) gauge. d. Penggunaan fitting pada sistem peralatan untuk uap LPG pada tekanan kurang dari 860 kpa (8,770 kg/cm 2 ) gauge, harus sesuai untuk tekanan kerja 860 kpa (8,770 kg/cm 2 ) Pipa fleksibel Digunakan untuk mengimbangi tekanan dan vibrasi dalam sistem perpipaan. Pipa fleksibel harus sependek mungkin dan panjangnya tidak boleh lebih dari 1 (satu) meter Selang, Sambungan selang, konektor quick dan konektor fleksibel Material selang, sambungan selang dan konektor quick dan fleksibel harus terbuat dari bahan yang tahan terhadap cairan dan uap LPG sesuai dengan peraturan, spesifikasi teknis dan standar yang berlaku pada Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi. 14

23 Katup (valve) Material Katup terdiri dari katup membuka-menutup, kontrol valve, katup untuk mengalirkan tekanan berlebih (excess-flow valve), pressure relief valves, check valve, manual shut off valve, Pressure Safety Valve, yang digunakan dalam sistem perpipaan dan tangki. Katup tersebut harus terbuat dari material: a. Baja, harus memenuhi persyaratan dalam standar ASTM A182 b. Besi (Ductile Iron), harus memenuhi persyaratan dalam standar ASTM A395 c. Besi lunak atau kuningan, harus memenuhi persyaratan dalam standar ASTM A47 Catatan : Seluruh material yang digunakan, termasuk valve seat discs, packing, seal dan diaphragma harus tahan terhadap sifat kimia LPG. Beberapa katup (valve) eksternal tangki atau tabung, materialnya tahan terhadap api Disain Seluruh katup (valve) harus sesuai dengan tekanan kerja, sebagai berikut: a. Katup yang digunakan pada tangki atau tabung harus memiliki tekanan kerja yang lebih tinggi dari tekanan tangki atau tabung. b. Katup yang digunakan untuk pompa transfer cairan LPG, harus sesuai untuk tekanan minimal kpa (24,575 kg/cm 2 ) gauge. c. Untuk cairan atau uap LPG pada tekanan lebih dari 860 kpa (8,770 kg/cm 2 ), tetapi tidak lebih dari kpa (17,845 kg/cm 2 ), katup yang digunakan harus sesuai untuk tekanan kerja minimal kpa (17,845 kg/cm 2 ) gauge. d. Katup yang digunakan untuk uap LPG pada tekanan tidak lebih dari 860 kpa (8,770 kg/cm 2 ) harus memiliki tekanan kerja minimal 860 kpa (8,770 kg/cm 2 ) Penandaan Informasi minimum berikut ini harus ada pada badan katup atau pelat yang menempel pada badan katup: a. Tanda panah yang menunjukkan posisi membuka dan menutup harus jelas. b. Katup (valve) selain dari safety relief valve, katup untuk pressure gauge atau fixed liquid level gauge harus ditandai untuk menunjukkan apakah katup (valve) tersambung dengan ruang cairan atau uap LPG. c. Tekanan inlet desain dalam Pascal atau kg/cm 2. d. Nama dan atau merek pemanufaktur. 15

24 Pengendalian aliran LPG (Control of LPG outflow) Minimalisasi aliran yang keluar Setiap tangki harus dilengkapi dengan alat yang dapat mencegah, sekaligus meminimalkan aliran LPG yang keluar secara tidak terkontrol, yaitu dengan menggunakan salah satu dari alat berikut ini: a. Safety valve b. Katup primer dan sekunder shut-down system c. Alat pembatas aliran (flow-limiting orifice) dengan diameter tidak lebih besar dari 1,4 milimeter. d. Penutup (plug) atau blank flange e. Katup multi fungsi (membatasi pembukaan pada ruang uap dari tangki yang berkapasitas kurang dari atau sama dengan 8 Kiloliter) Sistem Shut-down Sistem shut-down primer dan sekunder dapat digabungkan dalam satu katup tunggal sepanjang segala persyaratannya dipenuhi. Sistem shut-down primer dan sekunder harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Sistem shut-down primer 1) Sistem shut-down primer harus terdiri dari katup yang tidak dapat balik (nonreturn valve) kecuali bila diperlukan adanya aliran yang keluar, maka excess-flow valve dapat digunakan. 2) Sistem shut-down primer tidak diperlukan apabila sudah menggunakan katup multi fungsi. b. Sistem shut-down sekunder Sistem shut-down sekunder harus terdiri dari minimal manual positive shut-off valve untuk ke uap LPG dan emergency shut-down system untuk ke cairan LPG. Untuk katup ke tangki yang tidak lebih besar dari ¾ NPT dan hanya digunakan untuk decanting ke tabung, maka penggunaan manual positive shut-off valve diperbolehkan Katup Pengaman (Safety Valves) Suatu tangki bertekanan harus dilengkapi dengan katup pengaman sesuai dengan desain tangki dengan persyaratan sebagai berikut: 1) Katup pengaman harus terhubung dengan ruang uap di dalam tangki 2) Katup pengaman harus dilindungi untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya benturan 3) Katup pengaman harus memenuhi standar SNI atau standar lain yang diakui dan tidak bertentangan. 16

25 5.11 POMPA DAN KOMPRESOR Pompa dan kompresor yang digunakan harus memiliki desain yang sesuai untuk penggunaannya. Apabila pompa terletak di dalam area yang berbahaya, maka pompa harus disesuaikan untuk penggunaan dalam area tersebut. a. Pompa transfer merupakan alat yang diperlukan untuk menyalurkan LPG dari tangki ke tempat lain dimana karakteristik desain dan operasinya ditentukan berdasarkan kebutuhan dan pemilihannya tergantung pada: 1) Laju alir yang dibutuhkan 2) NPSH (Net Positive Suction Head) 3) Konsumsi daya 4) Persyaratan differential head b. Penempatan pompa sebaiknya memperhatikan: 1) Persyaratan keselamatan, operasi dan pemeliharaan 2) Jarak terhadap tangki penyuplai sedekat mungkin, dengan memperhatikan NPSH-nya dan jarak aman. 3) Tidak ditempatkan pada lokasi yang dapat menimbulkan potensi kebocoran pada komponen lain. 4) Tidak membahayakan tempat-tempat umum dan tempat yang dilindungi. c. Batas tekanan 1) Instalasi pompa dan kompresor harus menggabungkan sistim automatik untuk mencegah kelebihan tekanan desain dari tangki, komponen pipa atau pompa itu sendiri. 2) Secondary system dapat memiliki setting tekanan lebih besar dari sistim primer 4) Kompresor Instalasi kompresor harus memenuhi persyaratan berikut ini: 1) Kompresor mampu menarik gas LPG dari ruang uap dan kompresor dapat mendorong cairan atau uap LPG. 2) Kompresor harus dilengkapi alat untuk mencegah cairan masuk ke dalam suction kompresor. Jika alat tersebut bukan bagian integral dari kompresor, alat penangkap cairan harus dipasang dalam jalur pengisap (suction) sedekat mungkin dengan kompresor. 3) Kompresor dilengkapi dengan alat pengukur tekanan dan temperatur yang dipasang pada bagian suction dan outlet kompresor REGULATOR Penempatan regulator harus memenuhi kriteria berikut ini: 17

26 a. First stage regulator harus berada di luar gedung/bangunan, kecuali bila regulator terpasang pada tabung, dapat digunakan di dalam gedung/bangunan. b. Secondary stage regulator harus diinstal sesuai dengan persyaratan standar yang ditentukan PENANGKAL PETIR Tangki di atas permukaan tanah dengan kapasitas air lebih besar dari 8 (delapan) kilo liter harus dilengkapi dengan Penangkal Petir yang memenuhi persyaratan/standar yang ditentukan SISTEM HIDRAN Air diperlukan untuk memproteksi area Skid Tank dan gudang penimbunan dari bahaya api. Untuk penyediaan air ini bisa dilakukan dengan sistem hidran, mobile, fixed monitor dan fixed spray system. Ukuran dan kapasitas sistim hidran harus disesuaikan dengan kebutuhan dan persyaratan sesuai dengan standar terkait ALAT PEMADAM Harus dilengkapi dengan jenis alat pemadam api ringan seperti, Dry Chemical Powder yang cocok untuk kebutuhan LPG. Untuk setiap luas lantai 230 m 2 tersedia minimal 2 buah serbuk kimia kering (9 Kg) dan 2 buah APAR beroda kapasitas 68 kg TANGGA DAN PLATFORM Beberapa tangga dan platform yang diperlukan untuk mencapai lokasi katup, fitting atau gauge harus memenuhi persyaratan standar PENERANGAN Kegiatan penerimaan dan pengisian LPG pada malam hari harus dilengkapi dengan fasilitas penerangan yang memadai dengan alat penerangan yang memiliki intensitas lebih dari 50 lummens pada seluruh katup, coupling dan gauge yang terkait dengan operasi pengisian AREA PARKIR Area parkir yang tersedia harus memadai sehingga untuk mobil truk yang mengangkut LPG, termasuk Skid Tank dapat parkir minimal berjarak 15 m dari bangunan-bangunan seperti bengkel, rumah-rumah, sekolah dan tempat keramaian. Untuk lokasi api tebuka berjarak paling sedikit 22,5 meter. 18

27 5.19 SISTEM DETEKSI GAS a. Odorisasi LPG harus wajib diberi zat pembau (odor) sesuai dengan peraturan, spesifikasi teknis dan standar yang berlaku pada Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi. b. Sistem Emergency Shut-Down Instalasi LPG harus dilengkapi dengan sistem emergency shut-down yang dapat secara otomatis menghentikan aliran gas jika detektor gas mendeteksi adanya konsentrasi gas di udara lebih dari 25 % LEL (lower explosive limit). c. Lokasi detektor gas Detektor gas harus dipasang pada: 1) Sekitar instalasi 2) Pada titik penerimaan dan pengisian gas d. Fungsi detektor gas Detektor gas harus dapat berfungsi untuk: 1) Mengaktifkan bunyi alarm pada minimal 105 desibel dan lampu alarm dapat terlihat. 2) Menghentikan aliran gas PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN INSTALASI PENGISIAN LPG Jadwal Pemeriksaan Prosedur pemeriksaan rutin harus disiapkan untuk setiap bagian instalasi yang meliputi sistem dan seluruh katup yang beroperasi, instrumen, sistem emergency shut-down, tutup pelindung dari katup pengaman dan peralatan pemadam kebakaran. Rekaman hasil pengujian dan inspeksi harus dipelihara PemeriksaanTangki Tangki harus diperiksa sesuai dengan peraturan, spesifikasi teknis dan standar yang berlaku pada Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi Pemeriksaan Pipa Perpipaan untuk LPG, baik yang baru maupun yang sudah dimodifikasi atau pipa tambahan harus diperiksa sesuai dengan peraturan, spesifikasi teknis dan standar yang berlaku pada Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi Pemeriksaan Selang Selang pengisian (selain selang decanting) harus diperiksa dan diuji secara berkala sebagai berikut: a. Pemeriksaan visual terhadap kerusakan yang terjadi disepanjang selang dalam jangka waktu tidak lebih dari 1 bulan. 19

28 b. Selang dan sambungan yang terpasang diuji sesuai dengan petunjuk pabrikan dan memenuhi standar yang diacu setiap 5 tahun pemakaian. Setelah 5 tahun, maka dapat dilakukan penggantian atau dilakukan pengujian hidrostatik dengan tekanan 2,4 Mpa, namun untuk jangka waktu tidak lebih dari 1 tahun. c. Selang penyaluran pada titik pengisian harus diperiksa secara visual setiap minggu. Selang yang tidak lolos pemeriksaan dan pengujian harus diperbaiki atau dibuang Sambungan Fleksibel a. Sambungan fleksibel yang terbuat dari logam harus diperiksa secara visual dalam jangka waktu tidak lebih dari 1 tahun dan harus diuji secara hidrostatik hingga tekanan 3,6 Mpa (36,710 kg/cm 2 ) dalam jangka waktu tidak lebih dari 5 tahun. b. Sambungan fleksibel elastomer harus diperiksa dan diuji seperti pada selang pengisian di atas. Sambungan fleksibel logam yang tidak lolos uji harus diganti Katup Pengontrol Pelindung Aliran (Protective flow control valve) Setiap katup pengontrol aliran harus segera diperiksa setelah pemasangan untuk menjamin katup berfungsi dengan baik. Katup pelepas tekanan hidrostatik harus diperiksa sesuai dengan standar diacu SERTIFIKASI INSTALASI Instalasi pengisian LPG harus memperoleh Sertifikat Kelaikan yang menyatakan bahwa instalasi telah terpasang dengan lengkap, teruji dan sesuai dengan peraturan, spesifikasi teknis dan standar yang diacu dari Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi. 20

29 6. PERSYARATAN OPERASI INSTALASI PENGISIAN DAN PENANGANAN LPG 6.1 RUANG LINGKUP Pedoman Teknis Operasi ini disusun sebagai petunjuk dalam pelaksanaan pengoperasian suatu Instalasi pengisian LPG oleh suatu badan usaha, yang meliputi: Kegiatan operasi penerimaan, operasi penimbunan LPG, operasi pengisian dan penyaluran LPG yang aman dan terkontrol Persyaratan umum untuk kegiatan operasi dalam suatu Instalasi pengisian LPG yang menggunakan tangki LPG Persyaratan umum untuk kegiatan operasi penerimaan, penimbunan LPG, pengisian dan penyaluran LPG dengan tabung yang berkapasitas air antara 0,5 liter sampai 150 liter Persyaratan khusus yang meliputi jenis tangki, instalasi pipa dan peralatan pendukung lainnya. 6.2 OPERASI PENERIMAAN LPG Pedoman teknis operasi penerimaan LPG ini dimaksudkan sebagai petunjuk untuk tata cara penerimaan LPG curah dan penerimaan tabung LPG untuk dilakukan pengisian. Kegiatan operasi penerimaan LPG ini harus memenuhi beberapa persyaratan seperti diuraikan di bawah ini Persyaratan Umum Persyaratan umum kegiatan operasi penerimaan LPG antara lain meliputi : a. Lokasi, tempat, fasilitas, peralatan dan personil yang melakukan penerimaan LPG harus memenuhi persyaratan keselamatan. b. Kondisi Skid Tank, tangki dan tabung LPG serta katup pada saat penerimaan sesuai persyaratan standar. c. Selama proses penerimaan tabung LPG harus dilakukan pemeriksaan kondisi tabung. d. Pemindahan LPG dari tangki pengirim ke dalam tangki penerima harus dilakukan di ruang terbuka. e. Tabung kosong dilarang disimpan di tempat-tempat yang berpotensi menghantarkan arus listrik. f. Tabung kosong dilarang digunakan sebagai alat penahan atau pengganjal. 21

30 6.2.2 Fasilitas penerimaan LPG Fasilitas penerimaan LPG yang dimaksud dalam pedoman ini, meliputi: i. Fasilitas tangki untuk menyimpan LPG dan peralatan pendukungnya untuk operasi penerimaan LPG dari kendaraan pengangkut LPG curah (Skid Tank) ke tangki dan sebaliknya. ii. Fasilitas penerimaan tabung LPG dengan kapasitas air 0,5 liter sampai dengan 150 liter dari kendaraan pengangkut tabung LPG. a. Fasilitas penerimaan dari Skid Tank kedalam tangki Fasilitas penerimaan dirancang untuk operasi dengan tekanan tinggi. Fasilitas minimal yang harus ada dalam fasilitas penerimaan LPG kedalam Tangki, yaitu: 1) Kompresor dan/atau pompa 2) Valve (katup) 3) Pressure relief valve 4) Pipa (cairan dan uap) 5) Level gauge 6) Pressure gage 7) APAR 8) Selang dilengkapi Quick Coupling 9) Kabel Grounding / Arde b. Fasilitas penerimaan dari Skid Tank langsung ke filling hall Fasilitas minimum yang harus ada pada fasilitas penerimaan dengan Skid Tank, meliputi: 1) Pipa 2) Selang 3) Quick coupling 4) Valve (Katup) 5) Strainer 6) Pompa 7) Pressure gauge 8) Kabel Grounding / Arde 9) Alat pemadam api c. Fasilitas penerimaan tabung LPG kosong Tabung LPG yang diterima oleh badan usaha berupa tabung LPG baru maupun lama dalam kondisi kosong dan telah melalui proses seleksi tabung. Pada fasilitas penerimaan tabung LPG kosong harus dilengkapi dengan bantalan karet. Bantalan karet ini berfungsi untuk mencegah dan menahan benturan tabung terhadap benda lain. 22

31 6.2.3 Prosedur penerimaan LPG dari Skid Tank Prosedur penerimaan LPG dari Skid Tank dilaksanakan sebelum, selama dan setelah proses penerimaan LPG Sebelum penerimaan Kegiatan sebelum penerimaan LPG ini dilakukan di stasiun pengisian LPG. Adapun kegiatan sebelum penerimaan LPG, meliputi : a. Pemeriksaan dokumen. b. Pemeriksaan dokumen yang terkait dengan penerimaan LPG dilakukan oleh personil yang berwenang dari Instalasi pengisian LPG. c. Memastikan kendaraan dalam posisi aman, yaitu verseneling masuk, rem tangan dan mengganjal ban kendaraan d. Memasang Kabel Grounding / Arde e. Melakukan pengukuran dan pencatatan suhu, tekanan dan tinggi permukaan cairan LPG dalam Skid Tank. f. Memastikan ada ullage yang cukup. g. Memastikan peralatan pemadam kebakaran dan keselamatan kerja dalam kondisi baik dan berfungsi. h. Melakukan pemeriksaan segel dan kode lokasi pemuatan terhadap semua katup pembongkaran dari Skid Tank. i. Jika terdapat katup Skid Tank yang tidak disegel, pihak penerima berhak menolak LPG curah yang dikirim. j. Memasang selang penyaluran (flexible hose) LPG dari Skid Tank menuju tangki. k. Membuka semua katup yang digunakan untuk pengisian Selama Penerimaan Kegiatan selama proses penerimaan, meliputi: a. Mengawasi proses penyaluran dari Skid Tank ke tangki dan memastikan tidak terjadi kebocoran. b. Memastikan bahwa LPG sudah mengalir ke tangki yang telah disiapkan. c. Apabila terjadi kebocoran, pemompaan dihentikan, menutup katup dan melakukan tindakan perbaikan secepatnya. d. Petugas penerima harus selalu berada di tempat. e. Melakukan penimbangan. f. Melakukan pengukuran tekanan dan temperatur. g. Menghentikan operasi penerimaan apabila cuaca dalam keadaan buruk dan banyak petir Setelah Penerimaan Kegiatan setelah proses penerimaan, meliputi: 23

32 a. Setelah tangki Skid Tank kosong, pompa atau kompresor dimatikan. b. Semua katup Skid Tank dan katup fasilitas penerimaan harus ditutup rapat oleh petugas penerima. c. Melepaskan sambungan Quick Coupling (liquid dan uap) dan bonding cable. d. Inlet pada tangki ditutup dan disegel setelah operasi penerimaan selesai. e. Menyelesaikan seluruh dokumen penerimaan LPG Prosedur Penerimaan Tabung LPG Kegiatan penerimaan tabung LPG yang dimaksud dalam pedoman ini adalah penerimaan tabung LPG dengan kapasitas air 0,5 liter sampai dengan 150 liter untuk tabung baru dan lama. Pedoman ini meliputi kegiatan sebelum, selama dan setelah penerimaan untuk tabung baru dan lama dalam kondisi kosong Sebelum Penerimaan Kegiatan sebelum penerimaan meliputi: a. Tabung-tabung LPG yang diterima harus dilengkapi dengan dokumen pengangkutan yang sah. b. Tabung baru dan lama dalam kondisi kosong diperiksa jumlah dan jenis tabung yang akan diterima sesuai dengan dokumen. c. Jika persyaratan administratif pada poin (a) dan (b) sudah terpenuhi, maka pembongkaran/penerimaan tabung dapat dilaksanakan. d. Tabung-tabung harus diperlakukan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan kerusakan pada tabung dan kelengkapannya. e. Untuk tabung-tabung berkapasitas besar harus dilengkapi dengan tutup pelindung (Cap Protector) yang harus tetap terpasang pada tempatnya selama penanganan atau menggunakan handguard yang berfungsi sebagai pelindung sesuai dengan standar yang berlaku. f. Melakukan pemeriksaan visual sesuai dengan pedoman teknis pemeliharaan tabung LPG Selama Penerimaan Kegiatan selama penerimaan tabung meliputi : a. Pemindahan tabung ke tempat penimbunan atau gudang penyimpanan yang telah memenuhi persyaratan keamanan dan keselamatan. b. Pemindahan tabung dari truk atau mobil bak terbuka tidak boleh dilakukan dengan kasar (dibanting, dilempar atau digelindingkan) c. Usahakan tabung kosong yang pertama kali masuk, tabung itu pula yang pertama kali keluar ( First In First Out ). 24

33 Selesai Penerimaan Kegiatan pada akhir penerimaan adalah: a. Menghitung kembali jumlah tabung LPG yang sudah dipindahkan dan mencocokkan kembali dengan jumlah yang ada pada dokumen. b. Membuat berita acara penerimaan yang memuat antara lain: 1) Jumlah tabung LPG dalam kondisi baik dan layak untuk diisi. 2) Jumlah tabung LPG yang rusak dan bocor serta menandatangani dokumen bukti penerimaan produk LPG 3) Memisahkan tabung yang rusak/bocor dan dikirimkan ke bengkel pemeliharaan atau pabrikan. c. Menyelesaikan seluruh dokumen penerimaan Kualifikasi Personil Kualifikasi personil yang dimaksudkan dalam pedoman teknis ini mencakup persyaratan yang harus dipenuhi sesuai dengan standar yang ditetapkan, yaitu : a. Seluruh personil yang ditugaskan untuk melakukan penerimaan LPG telah mendapatkan pelatihan tata cara penerimaan LPG dan penanganannya. b. Mengetahui pengetahuan tentang produk LPG dan bahayanya. c. Memiliki pemahaman tentang tabung LPG. d. Pelatihan harus diberikan secara berkala dan terdokumentasi. 6.3 KEGIATAN PENANGANAN DAN PENIMBUNAN TABUNG LPG Pedoman teknis ini menjelaskan tentang persyaratan penimbunan tabung LPG, fasilitas dan prosedur penimbunan dari suatu instalasi LPG agar dapat beroperasi dengan baik dan aman. Beberapa persyaratan dalam operasi penanganan dan penimbunan LPG adalah sebagai berikut : Persyaratan Umum Persyaratan umum dalam penanganan dan penyimpanan tabung LPG mencakup: a. Lokasi, tempat, fasilitas, peralatan dan personil yang melakukan penanganan dan penimbunan LPG harus memenuhi persyaratan keselamatan. b. Tata letak tempat (lay out) penyimpanan tabung harus jelas menggambarkan akses keluar masuk tabung dan jarak aman antar tabung. c. Penempatan tabung selama penimbunan harus memperhatikan kondisi lingkungan, yaitu tidak boleh terpapar matahari, menjaga kenaikan temperatur, meminimalkan terjadinya kerusakan fisik dan benturan. d. Tabung tidak boleh disimpan di dekat bahan-bakan yang korosif dan mudah terbakar. 25

PEDOMAN TEKNIS PEMELIHARAAN TABUNG LPG

PEDOMAN TEKNIS PEMELIHARAAN TABUNG LPG PEDOMAN TEKNIS PEMELIHARAAN TABUNG LPG Bagian 4 dari 5 Pedoman PEDOMAN TEKNIS INSTALASI PENGISIAN, PENANGANAN DAN PENGGUNAAN SERTA PEMERIKSAAN BERKALA LIQUEFIED PETROLEUM GAS (LPG) KEMENTERIAN ENERGI DAN

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PENYIMPANAN TABUNG LPG DI PENYALUR DAN PENGGUNAAN LPG UNTUK PENGGUNA

PEDOMAN TEKNIS PENYIMPANAN TABUNG LPG DI PENYALUR DAN PENGGUNAAN LPG UNTUK PENGGUNA PEDOMAN TEKNIS PENYIMPANAN TABUNG LPG DI PENYALUR DAN PENGGUNAAN LPG UNTUK PENGGUNA PEDOMAN TEKNIS PENYIMPANAN TABUNG LPG DI PENYALUR DAN PENGGUNAAN LPG UNTUK PENGGUNA Bagian 5 dari 5 Pedoman PEDOMAN

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PENYIMPANAN TABUNG LPG DI PENYALUR DAN PENGGUNAAN LPG UNTUK PENGGUNA

PEDOMAN TEKNIS PENYIMPANAN TABUNG LPG DI PENYALUR DAN PENGGUNAAN LPG UNTUK PENGGUNA PEDOMAN TEKNIS PENYIMPANAN TABUNG LPG DI PENYALUR DAN PENGGUNAAN LPG UNTUK PENGGUNA Bagian 5 dari 5 Pedoman PEDOMAN TEKNIS INSTALASI PENGISIAN, PENANGANAN DAN PENGGUNAAN SERTA PEMERIKSAAN BERKALA LIQUEFIED

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PENYIMPANAN TABUNG LPG DI PENYALUR DAN PENGGUNAAN LPG UNTUK PENGGUNA

PEDOMAN TEKNIS PENYIMPANAN TABUNG LPG DI PENYALUR DAN PENGGUNAAN LPG UNTUK PENGGUNA PEDOMAN TEKNIS PENYIMPANAN TABUNG LPG DI PENYALUR DAN PENGGUNAAN LPG UNTUK PENGGUNA Bagian 5 dari 5 Pedoman PEDOMAN TEKNIS INSTALASI PENGISIAN, PENANGANAN DAN PENGGUNAAN SERTA PEMERIKSAAN BERKALA TABUNG

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS TRANSPORTASI LPG DENGAN MODA ANGKUTAN DARAT

PEDOMAN TEKNIS TRANSPORTASI LPG DENGAN MODA ANGKUTAN DARAT PEDOMAN TEKNIS TRANSPORTASI LPG DENGAN MODA ANGKUTAN DARAT Bagian 2 dari 5 Pedoman PEDOMAN TEKNIS INSTALASI PENGISIAN, PENANGANAN DAN PENGGUNAAN SERTA PEMERIKSAAN BERKALA LIQUEFIED PETROLEUM GAS (LPG)

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 16 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Sistem pemadam kebakaran atau sistem fire fighting disediakan digedung sebagai preventif (pencegahan) terjadinya kebakaran. Sistem ini terdiri dari sistem sprinkler,

Lebih terperinci

MENGGUNAKAN LPG - SECARA AMAN

MENGGUNAKAN LPG - SECARA AMAN MENGGUNAKAN LPG - SECARA AMAN APAKAH ELPIJI ITU ELPIJI adalah merek dagang dari produk Liquefied Petroleum Gas (LPG) PERTAMINA, merupakan gas hasil produksi dari kilang minyak (Kilang BBM) dan Kilang gas,

Lebih terperinci

Handling dan Tata Cara Pemakaian Tabung ELPIJI.hingga. ke Outlet

Handling dan Tata Cara Pemakaian Tabung ELPIJI.hingga. ke Outlet Handling dan Tata Cara Pemakaian Tabung ELPIJI.hingga ke Outlet 1 Urgensi Memelihara Tabung ELPIJI Gas ELPIJI terkenal dengan sifatnya yang mudah terbakar, sehingga kebocoran pada peralatan ELPIJI beresiko

Lebih terperinci

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

PEDOMAN PENERBITAN IJIN GUDANG BAHAN PELEDAK

PEDOMAN PENERBITAN IJIN GUDANG BAHAN PELEDAK PEDOMAN PENERBITAN IJIN GUDANG BAHAN PELEDAK DIAGRAM ALIR PROSES I V II VI III VII IV I. Surat Permohonan Dari perusahaan (KTT/Direksi) ditujukan kepada KAPIT Ijin Baru Perihal : Permohonan Penunjukan

Lebih terperinci

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran. LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN Pencegahan Kebakaran

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN Setiap melakukan penelitian dan pengujian harus melalui beberapa tahapan-tahapan yang ditujukan agar hasil penelitian dan pengujian tersebut sesuai dengan standar yang ada. Caranya

Lebih terperinci

189. Setiap kuantitas yang lebih besar dari 50 liter harus dihapus dari ruang ketika tidak digunakan dan disimpan di toko yang dirancang dengan baik

189. Setiap kuantitas yang lebih besar dari 50 liter harus dihapus dari ruang ketika tidak digunakan dan disimpan di toko yang dirancang dengan baik Ducting Standard : 67. Duct harus diatur sehingga uap tidak berkondensasi dan mengendap di dasar duct. Dalam kebanyakan kasus sebaiknya saluran ventilasi diakhiri dengan : Setidaknya 3 meter di atas level

Lebih terperinci

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang memadai. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini telah melakukan evaluasi terhadap kondisi jalur evakuasi darurat

Lebih terperinci

Tips Mencegah LPG Meledak

Tips Mencegah LPG Meledak Tips Mencegah LPG Meledak Beberapa rekan pernah menyampaikan tips tips mencegah peledakan LPG di rumah tangga. Saya hanya mencoba mengingatkan kembali akan pentingnya kewaspadaan pengelolaan LPG di rumah

Lebih terperinci

Overview of Existing SNIs for Refrigerant

Overview of Existing SNIs for Refrigerant One day Seminar on Energy Efficient Machinery for Building 19 Mei 2016 Bromo Room, Gedung Pusat Niaga, 6th Floor JAKARTA INTERNATIONAL EXPO, KEMAYORAN Overview of Existing SNIs for Refrigerant Ari D. Pasek

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS TRANSPORTASI LPG DENGAN MODA ANGKUTAN DARAT

PEDOMAN TEKNIS TRANSPORTASI LPG DENGAN MODA ANGKUTAN DARAT PEDOMAN TEKNIS TRANSPORTASI LPG DENGAN MODA ANGKUTAN DARAT Bagian 2 dari 5 Pedoman PEDOMAN TEKNIS INSTALASI PENGISIAN, PENANGANAN DAN PENGGUNAAN SERTA PEMERIKSAAN BERKALA TABUNG LPG DEPARTEMEN ENERGI DAN

Lebih terperinci

SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN

SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN LAMPIRAN II PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN

Lebih terperinci

Kondisi Abnormal pada Proses Produksi Migas

Kondisi Abnormal pada Proses Produksi Migas Di dalam proses produksi migas (minyak dan gas), ada beberapa kejadiaan merugikan yang tidak diinginkan yang bisa mengancam keselamatan. Jika tidak ditangani dengan baik, kejadian tersebut bisa mengarah

Lebih terperinci

BAB VIII PENUTUP. bahan bakar berasal dari gas berupa: LPG. generator, boiler dan peralatan masak di dapur.

BAB VIII PENUTUP. bahan bakar berasal dari gas berupa: LPG. generator, boiler dan peralatan masak di dapur. BAB VIII PENUTUP 8.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian terhadap evaluasi sistem penanggulangan kebakaran di kapal penumpang KM Lambelu, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan

Lebih terperinci

Handling dan Tata Cara Pemakaian Tabung ELPIJI.hingga

Handling dan Tata Cara Pemakaian Tabung ELPIJI.hingga Sub chapter # 1 Handling dan Tata Cara Pemakaian Tabung ELPIJI.hingga ke Outlet 1 Urgensi Memelihara Tabung ELPIJI Gas ELPIJI terkenal dengan sifatnya yang mudah terbakar, sehingga kebocoran pada peralatan

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PEMERIKSAAN BERKALA TABUNG LPG

PEDOMAN TEKNIS PEMERIKSAAN BERKALA TABUNG LPG PEDOMAN TEKNIS PEMERIKSAAN BERKALA TABUNG LPG Bagian 3 dari 5 Pedoman PEDOMAN TEKNIS INSTALASI PENGISIAN, PENANGANAN DAN PENGGUNAAN SERTA PEMERIKSAAN BERKALA LIQUEFIED PETROLEUM GAS (LPG) KEMENTERIAN ENERGI

Lebih terperinci

MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN

MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN III.1.

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PEMADAM TERINTEGRASI DAN ANALISA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LISTRIK PADA ELECTRICITY BUILDING PLANT DAN SERVER ROOM (PT

PERANCANGAN SISTEM PEMADAM TERINTEGRASI DAN ANALISA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LISTRIK PADA ELECTRICITY BUILDING PLANT DAN SERVER ROOM (PT ASSALAMMUALAIKUM PERANCANGAN SISTEM PEMADAM TERINTEGRASI DAN ANALISA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LISTRIK PADA ELECTRICITY BUILDING PLANT DAN SERVER ROOM (PT.SCHERING-PLOUGH)) HANA FATMA WT LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut.

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut. BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Klasifikasi Gedung dan Risiko Kebakaran Proyek pembangunan gedung Rumah Sakit Pendidikan Universitas Brawijaya Malang merupakan bangunan yang diperuntukkan untuk gedung rumah sakit.

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PENGELOLAAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN. (Kepala keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit)

PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PENGELOLAAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN. (Kepala keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit) Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PENGELOLAAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN (Kepala keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit) Pertanyaan : 1. Apakah RSUP H Adam Malik mempunyai

Lebih terperinci

128 Universitas Indonesia

128 Universitas Indonesia BAB 8 PENUTUP 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap audit keselamatan kebakaran di gedung PT. X Jakarta, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Bangunan gedung

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, S A L I N A N PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGELOLAAN AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN HULU MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI DENGAN

Lebih terperinci

KONDISI GEDUNG WET PAINT PRODUCTION

KONDISI GEDUNG WET PAINT PRODUCTION STANDAR APAR MENURUT NFPA 10/ No. Per 04/Men/1980 Terdapat APAR yang sesuai dengan jenis kebakaran Tedapat label penempatan APAR Penempatan APAR mudah dilihat, mudah diambil, dan mudah digunakan pada saat

Lebih terperinci

2. DETONATOR 1. DEFINISI BAHAN PELEDAK

2. DETONATOR 1. DEFINISI BAHAN PELEDAK UNDANGUNDANG No. 1 Tahun 1970, Tentang Keselamatan Kerja UNDANGUNDANG No. 4 Tahun 2009, Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara PP No. 19 Tahun 1973, Tentang Pengaturan dan Pengawasan K3 Pertambangan

Lebih terperinci

4. Pencegahan Dan Perlindungan Kebakaran SUBSTANSI MATERI

4. Pencegahan Dan Perlindungan Kebakaran SUBSTANSI MATERI 4. Pencegahan Dan Perlindungan Kebakaran Modul Diklat Basic PKP-PK 4.1 Penjelasan bahaya kebakaran (Fire Hazard) 4.1.1 Fire Hazard Timbulnya fire hazard disebabkan adanya 3 unsur yaitu : a. Material yang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.761, 2012 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Kendaraan Bermotor. Komponen. Konveter Kit. Persyaratan Teknis. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

125 SNI YANG SUDAH DITETAPKAN BSN DI BIDANG USAHA MINYAK DAN GAS BUMI

125 SNI YANG SUDAH DITETAPKAN BSN DI BIDANG USAHA MINYAK DAN GAS BUMI 125 SNI YANG SUDAH DITETAPKAN BSN DI BIDANG USAHA MINYAK DAN GAS BUMI NO NOMOR SNI J U D U L KETERANGAN 1. SNI 07-0728-1989 Pipa-pipa baja pengujian tekanan tinggi untuk saluran pada industri minyak dan

Lebih terperinci

PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis.

PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis. PRODUCED BY AN AUTODESK EDUCATIONALPRODUCT PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis. Berangkat Dari Ide Ban Kendaraan yang Bersifat

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR 300.K/38/M.pe/1997 TENTANG KESELAMATAN KERJA PIPA PENYALUR MINYAK DAN GAS BUMI

KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR 300.K/38/M.pe/1997 TENTANG KESELAMATAN KERJA PIPA PENYALUR MINYAK DAN GAS BUMI Page 1 of 7 KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR 300.K/38/M.pe/1997 TENTANG KESELAMATAN KERJA PIPA PENYALUR MINYAK DAN GAS BUMI MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN BAB III METODOLOGI PENGUJIAN Dalam melakukan penelitian dan pengujian, maka dibutuhkan tahapantahapan yang harus dijalani agar percobaan dan pengujian yang dilakukan sesuai dengan standar yang ada. Dengan

Lebih terperinci

2012, No.661.

2012, No.661. 25 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 39 TAHUN 2012 TENTANG PENGGUNAAN BAHAN BAKAR GAS JENIS COMPRESSED NATURAL GAS (CNG) PADA KENDARAAN BERMOTOR Contoh 1 GAMBAR INSTALASI

Lebih terperinci

SPESIFIKASI TEKNIK KOMPOR GAS BAHAN BAKAR LPG SATU TUNGKU DENGAN SISTEM PEMANTIK MEKANIK KHUSUS UNTUK USAHA MIKRO

SPESIFIKASI TEKNIK KOMPOR GAS BAHAN BAKAR LPG SATU TUNGKU DENGAN SISTEM PEMANTIK MEKANIK KHUSUS UNTUK USAHA MIKRO LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR : 56/M-IND/PER/5/2009 TANGGAL : 28 Mei 2009 ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 639/MPP/Kep/10/2004 TENTANG KETENTUAN DAN SYARAT TEKNIS TANGKI UKUR MOBIL

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 639/MPP/Kep/10/2004 TENTANG KETENTUAN DAN SYARAT TEKNIS TANGKI UKUR MOBIL 33 KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 639/MPP/Kep/10/2004 TENTANG KETENTUAN DAN SYARAT TEKNIS TANGKI UKUR MOBIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR: 300.K/38/M.PE/1997 TENTANG KESELAMATAN KERJA PIPA PENYALUR MINYAK DAN GAS BUMI,

KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR: 300.K/38/M.PE/1997 TENTANG KESELAMATAN KERJA PIPA PENYALUR MINYAK DAN GAS BUMI, [Home] KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR: 300.K/38/M.PE/1997 TENTANG KESELAMATAN KERJA PIPA PENYALUR MINYAK DAN GAS BUMI, MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI Menimbang: a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI TERHADAP KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah BAB V PEMBAHASAN A. Identifikasi Potensi Bahaya PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah mengidentifikasi potensi bahaya yang dapat ditimbulkan dari seluruh kegiatan proses produksi.

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Obyek Penelitian

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Obyek Penelitian BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Hotel UNY yang beralamat di Jl Karangmalang Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta. Lokasi Hotel UNY dapat dikatakan sangat strategis

Lebih terperinci

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL DAFTAR (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL No. Judul Standar Nomor Standar Ruang Lingkup D Pemukiman (Cipta Karya) 2. Keselamatan & Kenyamanan Metoda Uji 1. Metode Pengujian Jalar

Lebih terperinci

PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG

PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR : 03/BAPPEBTI/PER-SRG/7/2007 TANGGAL : 9 JULI 2007 PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP 1. Ruang lingkup

Lebih terperinci

Instalasi hydrant kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui

Instalasi hydrant kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui Teknik Perpipaan Instalasi hydrant kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa dan slang kebakaran. Sistem ini terdiri

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP FLUIDA PADA MESIN PERKAKAS

PENERAPAN KONSEP FLUIDA PADA MESIN PERKAKAS PENERAPAN KONSEP FLUIDA PADA MESIN PERKAKAS 1. Dongkrak Hidrolik Dongkrak hidrolik merupakan salah satu aplikasi sederhana dari Hukum Pascal. Berikut ini prinsip kerja dongkrak hidrolik. Saat pengisap

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Audit Keselamatan Kebakaran Gedung PT. X Jakarta Tahun 2009 DAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA Data Umum Gedung a. Nama bangunan : b. Alamat

Lebih terperinci

BOILER FEED PUMP. b. Pompa air pengisi yang menggunakan turbin yaitu : - Tenaga turbin :

BOILER FEED PUMP. b. Pompa air pengisi yang menggunakan turbin yaitu : - Tenaga turbin : BOILER FEED PUMP A. PENGERTIAN BOILER FEED PUMP Pompa adalah suatu alat atau mesin yang digunakan untuk memindahkan cairan dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui suatu media perpipaan dengan cara

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.661, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Penggunaan Bahan Bakar Gas. CNG. Kendaraan Bermotor. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 39 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

5/9/2014 Created by PNK3 NAKERTRANS 1

5/9/2014 Created by PNK3 NAKERTRANS 1 Bagian PROTEK.KEB 5/9/2014 Created by PNK3 NAKERTRANS 1 5/9/2014 Created by PNK3 NAKERTRANS 2 Phenomena kebakaran 5/9/2014 Created by PNK3 NAKERTRANS 3 Lapis I Pet. Peran Kebakaran Lapis II Fire Men FIRE

Lebih terperinci

PERANCANGAN HIDRAN DAN GROUNDING TANGKI DI STASIUN PENGUMPUL 3 DISTRIK 2 PT.PERTAMINA EP REGION JAWA FIELD CEPU. Aditya Ayuningtyas

PERANCANGAN HIDRAN DAN GROUNDING TANGKI DI STASIUN PENGUMPUL 3 DISTRIK 2 PT.PERTAMINA EP REGION JAWA FIELD CEPU. Aditya Ayuningtyas PERANCANGAN HIDRAN DAN GROUNDING TANGKI DI STASIUN PENGUMPUL 3 DISTRIK 2 PT.PERTAMINA EP REGION JAWA FIELD CEPU Aditya Ayuningtyas Latar Belakang SP 3 Distrik 2 Nglobo Ledok PT.Pertamina EP Field Cepu

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Beracun (B3) yang dihasilkan di PT Saptaindra Sejati site ADMO bahwa

BAB V PEMBAHASAN. Beracun (B3) yang dihasilkan di PT Saptaindra Sejati site ADMO bahwa BAB V PEMBAHASAN A. Identifikasi Limbah B3 Hasil observasi identifikasi mengenai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dihasilkan di PT Saptaindra Sejati site ADMO bahwa limbah B3 yang terdapat

Lebih terperinci

SPRINKLER DI GUDANG PERSONAL WASH PT. UNILEVER INDONESIA TBK. Wisda Mulyasari ( )

SPRINKLER DI GUDANG PERSONAL WASH PT. UNILEVER INDONESIA TBK. Wisda Mulyasari ( ) PERANCANGAN FOAM WATER SPRINKLER DI GUDANG PERSONAL WASH PT. UNILEVER INDONESIA TBK Oleh : Wisda Mulyasari (6507 040 018) BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Undang no 1 tahun 1970, pasal 3 ayat (1) huruf

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang

2015, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang No.185, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Keselamatan. Keamanan. Zat Radio Aktif. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5728). PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

2016, No Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23 dari Republik Indonesia untuk Seluruh Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1951 Nomor 4

2016, No Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23 dari Republik Indonesia untuk Seluruh Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1951 Nomor 4 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1988, 2016 KEMENAKER. K3 Bejana Tekanan. Tangki Timbun. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 16 Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam tugas akhir ini akan dilakukan perancangan bejana tekan vertikal dan simulasi pembebanan eksentrik pada nozzle dengan studi kasus pada separator kluster 4 Fluid

Lebih terperinci

SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I

SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I Pertemuan ke-12 Materi Perkuliahan : Sistem penanggulangan bahaya kebakaran 1 (Sistem deteksi kebakaran, fire alarm, fire escape) SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I Kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan

Lebih terperinci

K3 KEBAKARAN. Pelatihan AK3 Umum

K3 KEBAKARAN. Pelatihan AK3 Umum K3 KEBAKARAN Pelatihan AK3 Umum Kebakaran Hotel di Kelapa Gading 7 Agustus 2016 K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN FENOMENA DAN TEORI API SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN FENOMENA & TEORI API Apakah...? Suatu proses

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Dispenser Air Minum Hot and Cool Dispenser air minum adalah suatu alat yang dibuat sebagai alat pengkondisi temperatur air minum baik air panas maupun air dingin. Temperatur air

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1979 TENTANG KESELAMATAN KERJA PADA PEMURNIAN DAN PENGOLAHAN MINYAK DAN GAS BUMI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1979 TENTANG KESELAMATAN KERJA PADA PEMURNIAN DAN PENGOLAHAN MINYAK DAN GAS BUMI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 11 TAHUN 1979 TENTANG KESELAMATAN KERJA PADA PEMURNIAN DAN PENGOLAHAN MINYAK DAN GAS BUMI Presiden Republik Indonesia, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang

Lebih terperinci

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per 04/MEN/1980 Tentang Syarat Syarat Pemasangan dan Pemeliharan Alat Pemadam Api Ringan

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per 04/MEN/1980 Tentang Syarat Syarat Pemasangan dan Pemeliharan Alat Pemadam Api Ringan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per 04/MEN/1980 Tentang Syarat Syarat Pemasangan dan Pemeliharan Alat Pemadam Api Ringan MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 16 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN DAN PEMERIKSAAN SARANA DAN PERALATAN PEMADAM KEBAKARAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 16 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN DAN PEMERIKSAAN SARANA DAN PERALATAN PEMADAM KEBAKARAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 16 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN DAN PEMERIKSAAN SARANA DAN PERALATAN PEMADAM KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

BUKU PETUNJUK DWP 375A - 1 -

BUKU PETUNJUK DWP 375A - 1 - BUKU PETUNJUK UNTUK TIPE: SP 127, SP 129A, SP 130A, SWP 100, SWP 250A, DWP 255A,DWP DWP 375A DWP 505A, DPC 260A - 1 - Pembukaan Sebelum menyalakan pompa harap membaca buku petunjuk ini terlebih dahulu

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal

Lebih terperinci

Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban

Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban HOUSEKEEPING Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban Penerapan housekeeping yang baik dapat mendukung terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan nyaman. Housekeeping

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan untuk mengetahui fenomena yang terjadi pada mesin Otto dengan penggunaan bahan bakar yang ditambahkan aditif dengan variasi komposisi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. No : PER.04/MEN/1980 TENTANG SYARAT-SYARAT PEMASANGAN DAN PEMELIHARAN ALAT PEMADAM API RINGAN.

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. No : PER.04/MEN/1980 TENTANG SYARAT-SYARAT PEMASANGAN DAN PEMELIHARAN ALAT PEMADAM API RINGAN. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI No : TENTANG SYARAT-SYARAT PEMASANGAN DAN PEMELIHARAN ALAT PEMADAM API RINGAN. MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI: Menimbang : Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Daftar Isi

Kata Pengantar. Daftar Isi Kata Pengantar Daftar Isi Oiltanking berkomitmen untuk menjalankan semua kegiatan usaha dengan cara yang aman dan efisien. Tujuan kami adalah untuk mencegah semua kecelakaan, cidera dan penyakit akibat

Lebih terperinci

Ketentuan gudang komoditi pertanian

Ketentuan gudang komoditi pertanian Standar Nasional Indonesia Ketentuan gudang komoditi pertanian ICS 03.080.99 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar Isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1 2 Istilah dan definisi...1 3 Persyaratan

Lebih terperinci

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK A. DEFINISI - Pengangkutan Pekerjaan pemindahan pipa dari lokasi penumpukan ke

Lebih terperinci

PerMen 04-1980 Ttg Syarat2 APAR

PerMen 04-1980 Ttg Syarat2 APAR PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI No : PER.04/MEN/1980 TENTANG SYARAT-SYARAT PEMASANGAN DAN PEMELIHARAN ALAT PEMADAM API RINGAN. MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI: PerMen 04-1980 Ttg

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR EVALUASI EMERGENCY RESPONSE PLAN DAN ALAT PEMADAM API RINGAN PADA PT. PHILIPS INDONESIA ADHITYA NUGROHO

TUGAS AKHIR EVALUASI EMERGENCY RESPONSE PLAN DAN ALAT PEMADAM API RINGAN PADA PT. PHILIPS INDONESIA ADHITYA NUGROHO TUGAS AKHIR EVALUASI EMERGENCY RESPONSE PLAN DAN ALAT PEMADAM API RINGAN PADA PT. PHILIPS INDONESIA ADHITYA NUGROHO 6506 040 032 Latar Belakang PT. Philips Indonesia merupakan pabrik lampu yang dalam proses

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 16 TAHUN 2006 SERI PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN DAN PEMERIKSAAN SARANA DAN PERALATAN PEMADAM KEBAKARAN

Lebih terperinci

BAB II RESISTANCE TEMPERATURE DETECTOR. besaran suatu temperatur/suhu dengan menggunakan elemen sensitif dari kawat

BAB II RESISTANCE TEMPERATURE DETECTOR. besaran suatu temperatur/suhu dengan menggunakan elemen sensitif dari kawat BAB II RESISTANCE TEMPERATURE DETECTOR Resistance Temperature Detector (RTD) atau dikenal dengan Detektor Temperatur Tahanan adalah sebuah alat yang digunakan untuk menentukan nilai atau besaran suatu

Lebih terperinci

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PENGAMANAN OBJEK VITAL DAN FASILITAS PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI NOMOR 20012/44/600.4/2003 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM PEMADAM KEBAKARAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM PEMADAM KEBAKARAN BAB III PERANCANGAN SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 3.1. Perhitungan Jumlah Hidran, Sprinkler dan Pemadam Api Ringan Tabel 3.1 Jumlah hidran, sprinkler dan pemadam api ringan Indoor No Keterangan Luas Hydrant

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Di dunia industri terutama dibidang petrokimia dan perminyakan banyak proses perubahan satu fluida ke fluida yang lain yang lain baik secara kimia maupun non kimia.

Lebih terperinci

TATA CARA DAN PERSYARATAN TEKNIS PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

TATA CARA DAN PERSYARATAN TEKNIS PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN Lampiran : Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor : Kep-01/Bapedal/09/1995 Tanggal : 5 September 1995 TATA CARA DAN PERSYARATAN TEKNIS PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 16 Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Fluida Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial fluida, atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

Peranti listrik rumah tangga dan sejenisnya Keselamatan Bagian 2-41: Persyaratan khusus untuk pompa

Peranti listrik rumah tangga dan sejenisnya Keselamatan Bagian 2-41: Persyaratan khusus untuk pompa Standar Nasional Indonesia Peranti listrik rumah tangga dan sejenisnya Keselamatan Bagian 2-41: Persyaratan khusus untuk pompa ICS 13.120; 23.080; 97.180 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar

Lebih terperinci

Persyaratan Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 Yulinah Trihadiningrum 11 Nopember 2009

Persyaratan Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 Yulinah Trihadiningrum 11 Nopember 2009 Persyaratan Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 Yulinah Trihadiningrum 11 Nopember 2009 Sumber pencemar di perkotaan Hazardous waste storage Acuan Permen LH no. 30/2009 tentang Tentang Tata Laksana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. monoksida, atau produk dan efek lainnya (Badan Standar Nasional, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. monoksida, atau produk dan efek lainnya (Badan Standar Nasional, 2000). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebakaran merupakan kejadian timbulnya api yang tidak diinginkan atau api yang tidak pada tempatnya, di mana kejadian tersebut terbentuk oleh tiga unsur yaitu unsur

Lebih terperinci

PUSAT DATA (DATA CENTER) standar ini bertujuan untuk mengatur penyelenggaraan pusat data (data center) di Kementerian.

PUSAT DATA (DATA CENTER) standar ini bertujuan untuk mengatur penyelenggaraan pusat data (data center) di Kementerian. LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN

Lebih terperinci

Proses Desain dan Perancangan Bejana Tekan Jenis Torispherical Head Cylindrical Vessel di PT. Asia Karsa Indah.

Proses Desain dan Perancangan Bejana Tekan Jenis Torispherical Head Cylindrical Vessel di PT. Asia Karsa Indah. Proses Desain dan Perancangan Bejana Tekan Jenis Torispherical Head Cylindrical Vessel di PT. Asia Karsa Indah. Dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat, telah diciptakan suatu alat yang bisa menampung,

Lebih terperinci

σa = Tegangan tarik ijin kg/cm 2

σa = Tegangan tarik ijin kg/cm 2 PELAKSANAAN TES DAN INSPEKSI INSTALANSI PENSTOCK 1. Uraian Dengan selesainya pekerjaan pemasangan, telah dilaksanakan tes dan inspeksi sesuai dengan ketentuan dalam dokumen kontrak dan Prosedur metode

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN 2 (alat pemadam kebakaran aktif)

SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN 2 (alat pemadam kebakaran aktif) Pertemuan ke-13 Materi Perkuliahan : Sistem penanggulangan bahaya kebakaran 2 (springkler dan hydrant dll) SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN 2 (alat pemadam kebakaran aktif) 1. KRITERIA DESAIN 1.1

Lebih terperinci

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 10 TAHUN 2015

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 10 TAHUN 2015 WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BALIKPAPAN,

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1979 Tentang : Keselamatan Kerja Pada Pemurnian Dan Pengolahan Minyak Dan Gas Bumi

Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1979 Tentang : Keselamatan Kerja Pada Pemurnian Dan Pengolahan Minyak Dan Gas Bumi Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1979 Tentang : Keselamatan Kerja Pada Pemurnian Dan Pengolahan Minyak Dan Gas Bumi Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 11 TAHUN 1979 (11/1979) Tanggal : 25 MEI

Lebih terperinci

Sistem Hidrolik. Trainer Agri Group Tier-2

Sistem Hidrolik. Trainer Agri Group Tier-2 Sistem Hidrolik No HP : 082183802878 Tujuan Training Peserta dapat : Mengerti komponen utama dari sistem hidrolik Menguji system hidrolik Melakukan perawatan pada sistem hidrolik Hidrolik hydro = air &

Lebih terperinci

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL,

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL, KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 901 K/30/MEM/2003 TANGGAL 30 JUNI 2003 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA 04-6292.2.80-2003 MENGENAI PERANTI LISTRIK UNTUK RUMAH TANGGA

Lebih terperinci

GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG PEMBANGKITAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN

GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG PEMBANGKITAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN GLOSSARY GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG PEMBANGKITAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN Bangunan Sipil Adalah bangunan yang dibangun dengan rekayasa sipil, seperti : bangunan

Lebih terperinci