PEDOMAN TEKNIS PEMERIKSAAN BERKALA TABUNG LPG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEDOMAN TEKNIS PEMERIKSAAN BERKALA TABUNG LPG"

Transkripsi

1 PEDOMAN TEKNIS PEMERIKSAAN BERKALA TABUNG LPG Bagian 3 dari 5 Pedoman PEDOMAN TEKNIS INSTALASI PENGISIAN, PENANGANAN DAN PENGGUNAAN SERTA PEMERIKSAAN BERKALA LIQUEFIED PETROLEUM GAS (LPG) KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

2 DAFTAR ISI 1. RUANG LINGKUP LANDASAN HUKUM ACUAN NORMATIF ISTILAH DAN DEFINISI PEMERIKSAAN BERKALA TABUNG LPG Objek Pemeriksaan Periode Pemeriksaan Berkala Pemeriksaan Berkala Tabung LPG Pemeriksaan visual eksternal Persiapan pemeriksaan Pedoman Pemeriksaan Cacat-cacat yang tampak Pedoman Pemeriksaan Tambahan Persiapan Tabung Hydraulic proof pressure test Persiapan Pelaksanaan Uji Pemeriksaan visual internal Uji Kebocoran dan Uji Proof Pneumatik (Pneumatic proof test and leak test) Uji Kebocoran Pneumatic (Pneumatic Leak Test) Uji Ekspansi Volumetrik Pemeriksaan ulir tabung Kegiatan Tahap Akhir Penandaan/Marking Tabung Tidak laik Rekaman dokumen Kompetensi Personil Pengawasan PEMERIKSAAN TABUNG BARU LAMPIRAN ii

3 DAFTAR TABEL Tabel 1. Kriteria penolakan tabung akibat kerusakan fisik pada dinding tabung Tabel 2. Kriteria penolakan tabung akibat korosi pada dinding tabung Tabel 3. Kriteria penolakan tabung akibat kerusakan lain iii

4 PEDOMAN TEKNIS PEMERIKSAAN BERKALA TABUNG LPG 1. RUANG LINGKUP Pedoman teknis pemeriksaan berkala tabung LPG ini menetapkan persyaratan teknis pemeriksaan berkala tabung LPG ukuran isi kapasitas air antara 0,5 liter sampai dengan 150 liter yang digunakan untuk sektor rumah tangga, komersial dan industri. Pedoman ini ditetapkan untuk menjadi acuan dalam pemeriksaan tabung LPG yang dilakukan oleh Badan Usaha yang melakukan kegiatan usaha pengisian dan distribusi LPG. Pedoman ini tidak termasuk tabung LPG yang digunakan untuk bahan bakar kendaraan bermotor. Pedoman teknis ini mencakup : 1.1 Objek dan Peralatan Pemeriksaan Berkala; 1.2 Periode Pemeriksaan Berkala; 1.3 Pemeriksaan Berkala Tabung LPG; 1.4 Kualifikasi Personil; 2. LANDASAN HUKUM 2.1 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4152). 2.2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1970 Nomor 1; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2918). 2.3 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan Lingkungan Hidup; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059). 2.4 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan Kerja bidang Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1973 Nomor 25; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3003). 2.5 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik -1-

5 Indonesia Tahun 1979 Nomor 18; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3135). 2.6 Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 124; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4436). 2.7 Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 06 P/0746/M.PE/1991 tentang Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan Teknik yang Dipergunakan dalam Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi. 2.8 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 0007 Tahun 2005 tentang Persyaratan dan Pedoman Pelaksanaan Izin Usaha dalam Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi. 2.9 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penyediaan dan Pendistribusian Liquefied Petroleum Gas (LPG) Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi No. 84.K/38/DJM/1998 tentang Pedoman dan Tata Cara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan Teknik yang dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan Pengusahaan Sumberdaya Panas Bumi. 3. ACUAN NORMATIF 3.1 Standar Nasional indonesia SNI 1452:2007, Tabung Baja LPG. 3.2 Standar Nasional Indonesia SNI :1994, Penanganan Tabung Bertekanan. 3.3 Standar Nasional Indonesia, SNI :2008, Katup Tabung Baja LPG. 3.4 International Standard ISO 10460:2005, Gas Cylinders-Welded carbon steel gas cylinders-periodic inspection and testing. 3.5 International Standard ISO 24431:2006, Gas Cylinders-Cylinders for compressed and liquefied gases Inspection at time of filling. -2-

6 4. ISTILAH DAN DEFINISI 4.1. Katup Tabung Baja LPG Adalah sebuah katup yang dipasang pada tabung, berfungsi sebagai penyalur dan pengaman gas LPG Liquefied Petroleum Gas (LPG) Adalah gas hidrokarbon yang dicairkan dengan tekanan untuk memudahkan penyimpanan, pengangkutan dan penanganannya yang pada dasarnya terdiri atas propana, butana atau campuran keduanya Pemeriksaan Berkala Adalah kegiatan yang dilakukan secara berkala, meliputi pemeriksaan, pengujian dan pengukuran karakteristik dari tabung LPG berdasarkan peraturan perundangan, spesifikasi teknis dan standar yang diacu Tabung LPG Adalah tabung bertekanan terbuat dari pelat baja yang digunakan untuk mengemas atau menyimpan LPG dengan kapasitas pengisian 0,5 liter sampai 150 liter kapasitas air Penandaan/Marking Adalah setiap keterangan mengenai LPG, tabung LPG dan Badan Usaha, baik berbentuk gambar, tulisan atau kombinasi gambar dan tulisan atau bentuk lain yang tertera pada tabung LPG. 5. PEMERIKSAAN BERKALA TABUNG LPG 5.1. Objek Pemeriksaan Objek pemeriksaan yang diatur dalam pedoman ini adalah untuk tabung baja LPG yang dibuat dengan pengelasan dengan ukuran isi kapasitas air 0,5 liter sampai dengan 150 liter termasuk kelengkapannya, yang mencakup badan tabung, cincin leher, cincin kaki, pegangan tangan dan katup. -3-

7 5.2. Periode Pemeriksaan Berkala Pemeriksaan dan pengujian berkala tabung LPG dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, spesifikasi teknis dan standar yang diacu, dimana wajib dilakukan minimal setiap 5 (lima) tahun sekali Pemeriksaan Berkala Tabung LPG Pemeriksaan berkala tabung LPG ini terdiri dari: 1. Pemeriksaan visual eksternal dan, 2. Pemeriksaan tambahan, yang dapat dilaksanakan antara lain: a. Uji tekan proof hidrolik (Hydraulic proof pressure test) b. Pemeriksaan visual internal (Internal Visual Inspection) c. Uji kebocoran dan uji proof pneumatic (Pneumatic proof test and leak test) d. Uji kebocoran pneumatic (Pneumatic leak test) e. Uji ekspansi volume (Volumetric expansion test) 3. Pemeriksaan ulir tabung 5.4. Pemeriksaan visual eksternal Pemeriksaan visual eksternal bertujuan untuk mengetahui kondisi fisik luar tabung LPG dari adanya cacat-cacat di permukaan tabung seperti kerusakan pada tabung, kerusakan cat, penyok dan kotoran yang menempel pada tabung Persiapan pemeriksaan Permukaan luar tabung LPG yang akan diperiksa harus bebas dari cat yang mengelupas, kotoran (a.l. aspal, oli atau benda asing lainnya). Apabila ditemukan cat yang mengelupas atau kotoran, maka harus dilakukan proses pembersihan. Pembersihan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan metode steel wire brushing, shot blasting, water jet abrasive cleaning, chemical cleaning atau metode lain yang sesuai. Didalam melakukan proses pembersihan, sebaiknya dilakukan secara hati-hati untuk menghindari terjadi kerusakan pada tabung. -4-

8 Setiap perlakuan terhadap tabung LPG oleh sebuah proses yang mengakibatkan pengurangan material harus di cek dengan alat yang memadai, misalnya cek ketebalan material Pedoman Pemeriksaan Seluruh permukaan tabung harus diperiksa oleh personil dari Badan Usaha terhadap adanya: a. Kerusakan seperti penyok, goresan, takik, tonjolan, retak, laminasi. Kriteria tabung yang ditolak, dapat dilihat pada Tabel 1. b. Korosi, yang dapat terjadi di lokasi yang memungkinkan air dapat terperangkap pada bagian tabung, seperti di bagian dasar tabung yaitu pada pertemuan antara badan tabung dengan cincin kaki, antara badan tabung dengan selubung katup dan jenis-jenis korosi lainnya. Kriteria tabung yang harus ditolak karena pengaruh korosi, dapat dilihat pada Tabel 2. c. Kerusakan lain, seperti terjadi perubahan tekanan dan atau karena terpapar api, kriteria penolakannya, dapat dilihat pada Tabel 3. d. Integritas dari seluruh asesoris (seperti pegangan tangan, cincin kaki dan katup) permanen pada tabung Setiap tabung yang ditolak, tabung harus dipisah untuk direkondisi. Dan selanjutnya dilakukan pengujian atau dinyatakan tidak laik/scrap Cacat-cacat yang tampak Kriteria penolakan untuk cacat-cacat material dan fisik pada tabung LPG diberikan pada Tabel 1, 2 dan

9 5.5. Pedoman Pemeriksaan Tambahan Persiapan Tabung Tabung-tabung LPG harus dikosongkan dari adanya cairan dan tekanannya dihilangkan pada suatu kondisi yang terkontrol dan aman sebelum proses pengujian dilakukan. Tabung-tabung dengan katup yang tidak berfungsi, harus dipisahkan ke tempat yang aman untuk penggantian Hydraulic proof pressure test Persiapan a. Media cair yang digunakan sebagai media uji adalah air atau minyak tanah b. Jika Tabung LPG telah dibersihkan dan metode pembersihan dilakukan dengan cara membasahi bagian luar permukaan tabung, maka permukaan tabung harus dalam kondisi kering sebelum dimulai pengujian. c. Menyiapkan dan memastikan bahwa peralatan pengujian, seperti flexible tubing, pressure gauge, katup, fitting dan komponen lainnya dalam kondisi baik dan aman. d. Pressure gauge yang akan digunakan sudah terkalibrasi dan mampu membaca tekanan pengujian tabung. e. Seluruh sambungan yang ada pada proses uji tekan harus dalam keadaan rapat dan tidak ada kebocoran. f. Tekanan pada peralatan uji dengan tabung tidak melebihi batas toleransi pada butir d Pelaksanaan Uji a. Tekanan pengujian ditentukan berdasarkan tekanan yang tertulis pada tekanan uji di bagian penandaan/marking pada tabung. b. Sebelum dilakukan pengujian, pastikan kondisi permukaan luar tabung dapat dideteksi bila terjadi kebocoran. Tabung dalam posisi sedemikian rupa sehingga las lasan akan mudah terlihat selama proses pengujian. c. Tekanan tabung dinaikkan secara bertahap sampai tekanan pengujian tercapai. d. Tekanan pengujian tidak boleh melebihi dari 10 % dari tekanan yang ditentukan atau 2 bar, dipilih mana yang terkecil. e. Tekanan uji ditahan sekurang kurangnya 30 detik hingga pengujian selesai. f. Jika terdapat kebocoran, harus diperbaiki dan dilakukan uji ulang pada tabung. g. Tabung yang tidak bocor dan tidak nampak adanya distorsi/kerusakan permanen, -6-

10 dinyatakan memenuhi persyaratan uji tekan. h. Tabung-tabung yang tidak lulus pengujian harus ditolak. i. Perubahan permanen dari hasil pengujian hydraulic tidak boleh lebi dari 10% j. Tabung yang ditolak, dapat dilakukan perbaikan, misalnya perbaikan dengan pengelasan. Setiap pengelasan atau perbaikan harus dilakukan sesuai prosedur tertulis. k. Seluruh tabung-tabung yang telah diperbaiki, harus dilakukan uji ulang sesuai ketentuan diatas. Bila tabung sudah 2 (dua) kali diuji dan hasilnya tetap gagal, maka tabung dinyatakan tidak laik Pemeriksaan visual internal Setelah seluruh sisa cairan residu dan gas dikeluarkan dari tabung, dilakukan pemeriksaan internal dari berbagai korosi dan cacat-cacat fisik lainnya yang berdampak kepada integritas tabung. Pemeriksaan visual internal yang aman dapat menggunakan sistem penerangan yang menggunakan cahaya dengan lampu voltase rendah dan gas proof. Pembersihan bagian dalam tabung bisa dilakukan pembersihan secara mekanis dan kotoran-kotoran atau benda-benda asing harus dihilangkan. Bagian internal tabung yang menunjukkan adanya tanda-tanda korosi internal, harus dihilangkan sesuai kriteria penerimaan atau penolakan pada Tabel Uji Kebocoran dan Uji Proof Pneumatik (Pneumatic proof test and leak test) a. Tabung harus diuji di dalam ruang berdinding yang aman untuk melindungi dari pecahan akibat tekanan pneumatik. b. Pengecatan ulang sebelum dilakukan pengujian sebaiknya terbatas untuk lapisan primer. Pelapisan akhir harus dilakukan setelah pengujian dengan tujuan tidak untuk menutupi potensi kebocoran. c. Tekanan uji pneumatik harus ditentukan sebelum pengujian dimulai. Besarnya tekanan uji pneumatik harus sama dengan tekanan uji hidrostatik. d. Tabung-tabung harus diisi dengan media untuk pengujian pneumatik dan tekanan ditahan selama 5 s.d. 7 detik sampai pengujian selesai. e. Jika peralatan uji dilengkapi dengan katup pengaman (pressure relief valve), jarak pengamanan harus dijaga antara tekanan uji pneumatik dan tekanan setting dari pressure relief valve. Jika diperlukan pressure relief valve dilepas dan ujungnya ditutup selama pengujian. f. Tekanan dapat diturunkan selama pemeriksaan kebocoran. Penurunan tekanan sebaiknya tidak kurang dari kenaikan tekanan pada temperatur acuan yang -7-

11 diberikan dalam standar desain. Jika pressure relief valve dilepas, katup tersebut sebaiknya dipasang kembali sebelum pengujian. g. Pengecekan kebocoran harus dilakukan dengan cara direndam keseluruhan ke dalam air atau metode lain yang setara. h. Tabung yang tidak lulus tes dapat direkondisi atau di scrap Uji Kebocoran Pneumatic (Pneumatic Leak Test) a. Pengecatan ulang sebelum dilakukan pengujian sebaiknya terbatas untuk lapisan primer. Pelapisan akhir harus dilakukan setelah pengujian dengan tujuan tidak untuk menutupi potensi kebocoran. b. Tabung harus diisi media uji pneumatik, misalnya gas bumi, udara, nitrogen atau dengan sejumlah kecil LPG. c. Pengecekan kekedapan gas dapat dilakukan terhadap adanya kebocoran dari setiap bagian dari tabung atau dari peralatannya. d. Pengecekan kebocoran harus dilakukan dengan cara direndam keseluruhan ke dalam air atau metode lain yang setara. e. Tabung yang tidak lulus tes dapat direkondisi atau di scrap. f. Tabung yang direkondisi dapat dilakukan uji ulang dengan tahapan pemeriksaan seperti dijelaskan diatas Uji Ekspansi Volumetrik a. Tabung ditempatkan pada tempat yang dilengkapi pelindung air untuk dilakukan pengukuran ekspansi dan boleh diberi tekanan dengan air, minyak tanah atau media cair lain yang memungkinkan. b. Tabung dikosongkan dari adanya cairan dan tekanannya dihilangkan dengan kondisi yang terkontrol dan aman sebelum proses pengujian. c. Tabung-tabung dengan katup yang tidak berfungsi dipisahkan ke suatu tempat yang aman untuk penggantian. d. Katup harus dilepas dari tabung untuk kegiatan pemeriksaan internal. e. Tabung harus ditempatkan dalam suatu kubangan air dilengkapi dengan alat pengukur ekspansi dan diberi tekanan dengan menggunakan air, minyak tanah atau cairan lain yang sesuai. f. Seluruh peralatan uji, termasuk pipa flexible tubing, katup-katup, fitting dan komponen pendukung pengujian didesain untuk mampu menahan tekanan 1,5 kali dari tekanan maksimum uji tabung. Flexible tubing harus memiliki karakteristik yang tidak dapat patah. g. Alat pengukur tekanan harus terkalibrasi dan diperiksa keakuratannya dengan -8-

12 menggunakan Master pengukur tekanan. h. Master pengukur tekanan harus dikalibrasi sesuai dengan persyaratan yang berlaku. i. Seluruh sambungan dalam sistem dipastikan tidak bocor. j. Alat pengukuran ekspansi harus memiliki akurasi ± 2 % atau lebih baik. k. Tekanan pengujian harus ditetapkan dari tekanan uji yang tercantum pada tabung. l. Tekanan tabung dinaikkan secara perlahan sampai tekanan uji tercapai. Selanjutnya tabung diisolasi dari unit pompa. m. Tekanan uji ditahan sekurang-kurangnya 30 detik hingga pengujian selesai. n. Jika terdapat kebocoran dalam sistem tekanan, harus dilakukan koreksi dan tabung diuji ulang. o. Tabung tidak boleh menunjukkan ekspansi tetap yang lebih besar dari 10% dari ekspansi maksimumnya Pemeriksaan ulir tabung Bilamana katup dilepas selama pelaksanaan pemeriksaan berkala, ulir pada tabung harus dilakukan pemeriksaan berikut ini: a. Ulir bagian dalam dari tabung harus dilakukan pemeriksaan secara visual untuk memastikan ulir-ulir dalam bentuk yang sesuai dan bersih. Ulir harus dicek terhadap cacat retak dan kerusakan ulir lainnya. b. Ulir bagian luar dari cincin leher untuk kebutuhan operasi, harus dilakukan pengujian terhadap integritas dan kemungkinan adanya kerusakan pada ulir. c. Bila memungkinkan dan memenuhi persyaratan desain, kerusakan pada ulir boleh diperbaiki oleh personil yang mampu. d. Setiap 5 (lima) tahun sekali katup harus diganti dengan yang baru dan memenuhi persyaratan pengujian katup atau sesuai dengan standar yang diakui. e. Jika katup, sebelum 5 (lima) tahun beroperasi dan secara pemeriksaan visual masih dalam keadaan baik, maka katup tetap dapat dipergunakan. f. Apabila katup, sebelum 5 (lima) tahun beroperasi dan secara pemeriksaan visual tidak memenuhi persyaratan pengujian, maka katup harus diganti dengan yang baru. g. Katup dinyatakan memenuhi persyaratan, bilamana telah lulus dari : pemeriksaan visual uji kebocoran (tekanan uji : 18,6 kg/cm 2 ) uji tekanan katup mulai membuka pada tekanan 375 psi (2,59 Mpa) dengan toleransi 10%. -9-

13 uji tekanan katup menutup penuh pada tekanan tidak kurang dari 257 psi (1,77 Mpa). h. Katup yang tidak lulus uji dinyatakan tidak laik Kegiatan Tahap Akhir Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap akhir, adalah: a. Setelah dilakukan uji hydraulic, dilakukan tindakan yang tepat untuk mencegah terjadinya korosi internal. b. Udara yang masih ada di tabung harus dikeluarkan, misalnya dengan cara pemindahan. Tabung tidak boleh dalam keadaan terbuka tanpa katup atau pelindung untuk setiap periode selain yang dipersyaratkan untuk hal-hal utama dari kegiatan maintenance. c. Penimbangan tabung harus dilakukan kembali jika ada kegiatan modifikasi, repair atau penggantian katup yang dilakukan kepada tabung. d. Katup yang laik untuk digunakan harus dipasang ke tabung menggunakan material seal dan dengan tenaga putaran/torsi yang sesuai untuk menjamin seal yang dilekatkan diantara katup dan tabung. Tenaga putaran/torque yang digunakan harus mempertimbangkan ukuran, bentuk dan tirus dari ulir, material katup dan type/cara pemberian seal Penandaan/Marking Setelah seluruh pemeriksaan berkala dilakukan dengan lengkap, setiap tabung diberi penandaan (marking) yang mudah dibaca dan tahan lama, dengan informasi minimum sebagai berikut : a. Tanggal pemeriksaan, b. Tanggal pemeriksaan berkala berikutnya. c. Berat tabung kosong Tabung Tidak laik Tabung yang dinyatakan tidak laik tidak boleh diedarkan. Berikut ini, metode-metode yang dapat dilakukan oleh personil dari badan usaha untuk melakukan penghancuran tabung yang tidak laik : a. Tabung dihancurkan dengan menggunakan peralatan mekanik yang ditentukan. b. Dilakukan pemotongan pada leher tabung secara tidak teratur -10-

14 c. Dilakukan pemotongan tabung menjadi dua atau lebih secara tidak teratur d. Dilakukan pemecahan terhadap tabung, dengan cara yang terkontrol dan aman Rekaman dokumen Badan Usaha harus menyimpan dan memelihara seluruh rekaman termasuk sistem kualitas, laporan-laporan hasil pemeriksaan dan data pengujian, data kalibrasi dan laporan-laporan terkait kualifikasi atau persetujuan personil. Laporan-laporan hasil pemeriksaan dan data hasil pengujian harus disimpan dan dipelihara oleh Badan Usaha sekurang-kurangnya sampai dengan tanggal pengujian ulang berikutnya ditambah 5 (lima) tahun. Laporan hasil pemeriksaan berkala dan data pengujian dapat mencakup untuk 1 (satu) tabung atau lebih. Bila laporan hasil pemeriksaan tabung akan diterbitkan secara individu, sekurangkurangnya informasi berikut harus tersedia : a. Nomor seri tabung b. Berat dan kapasitas tabung c. Tekanan uji d. Tipe dan hasil pengujian (lulus atau gagal) e. Tanggal uji ulang f. Detail dari setiap perbaikan yang dibuat pada tabung g. Nama pabrikan pembuat tabung h. Spesifikasi pembuatan tabung i. Ukuran dan kapasitas air Kualifikasi Personil Kualifikasi personil yang dimaksudkan dalam pedoman teknis ini mencakup persyaratan yang harus dipenuhi sesuai dengan standar yang ditetapkan, yaitu : a. Pengetahuan tentang produk LPG dan bahayanya. b. Memiliki pemahaman tentang tabung LPG. c. Pengetahuan tata cara mengatasi keadaan darurat d. Prosedur pengujian tabung LPG e. Pelatihan harus diberikan secara berkala dan terdokumentasi. -11-

15 5.12. Pengawasan Instansi teknis sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya melakukan pengawasan terhadap mutu Tabung LPG yang beredar. Bilamana diperlukan, Instansi teknis dapat menunjuk lembaga inspeksi untuk melakukan pengawasan tabung LPG yang beredar sesuai dengan lingkup pada pedoman ini. 6. PEMERIKSAAN TABUNG BARU Untuk tabung LPG baru yang akan diserahterimakan dari Pabrikan kepada Badan Usaha, maka jenis pemeriksaan minimum yang harus dilakukan oleh personil dari Badan Usaha dapat dilakukan secara sampling atau penuh terhadap tabung LPG sebelum dilakukan pengisian LPG, adalah: a. Pemeriksaan dokumen serah terima barang, antara lain dokumen hasil pembuatan dan pengujian yang dikerjakan oleh pabrik pembuat termasuk sertifikat material dan sertifikat kalibrasi. b. Pemeriksaan visual bagian luar tabung mencakup kondisi cat dan pemeriksaan tabung dari adanya kerusakan selama proses pengiriman. c. Pemeriksaan dimensi tabung, termasuk berat tabung. d. Pemeriksaan penandaan/marking tabung. e. Pemeriksaan kebocoran. -12-

16 LAMPIRAN Kumpulan Tabel Tabel 1. Kriteria penolakan tabung akibat kerusakan fisik pada dinding tabung Kerusakan Deskripsi Batasan penolakan Tonjolan (Bulge) Terlihat adanya tonjolan/ pembengkakan pada tabung Penyok (Dent) Adanya tekanan pada tabung, menyebabkan terjadinya kerusakan lapisan metal, dan lebarnya pada sepanjang area/point melebihi 2% dari diameter luar tabung. Ditolak untuk semua kasus Jika kedalaman penyok melebihi 25% dari lebar sepanjang area/ point (a) Terpotong atau tercongkel (Cut or gouge) Pertemuan antara lubang atau gouge (Intersecting cut or gouge) Penyok yang mengandung takik dan gouge(dent containing cut of gouge) Retak (Crack) Laminasi (Lamination) Adanya bekas/ jejak congkelan benda tajam yang mengakibatkan baja berkurang. Adanya titik temu dari 2 (dua) atau lebih lubang dan/atau gouge Sebuah tekanan pada tabung yang mengakibatkan terjadinya lubang atau gouge. Ada celah atau robekan pada dinding tabung Lapisan dari material dinding tabung yang telihat seperti ketidkasesuaian/discontinuity, retak, lap atau bulge pada permukaan. Jika perhitungan awal tebal dinding diketahui : dimana kedalaman dari takik atau gouge tersisa kurang dari tebal dinding minimum yang dihitung Jika perhitungan awal ketebalan dinding tidak diketahui : ditolak untuk semua kasus Ditolak untuk semua kasus Bila ukuran penyok atau takik atau lubang/gouge melebihi ukuran rijek sebagai cacat individu Ditolak untuk semua kasus Ditolak untuk semua kasus Catatan: (a) Lokasi dan tampilan dapat dipertimbangkan sebagai bahan evaluasi untuk penyok (dents) -13-

17 Tabel 2. Kriteria penolakan tabung akibat korosi pada dinding tabung Kerusakan Uraian Batasan Rijek/penolakan Lubang korosi terisolasi (Isolated corrosion pits) Korosi Area (Area Corrosion) Korosi Umum (General Corrosion) Chain pitting atau garis atau korosi terusan (Chain pitting or line or channel corrosion) Korosi Celah (Crevice corrosion) Lubang pada metal yang terjadi pada area isolasi terkonsentrasi tidak melebihi 1 pit per 500 mm 2 dari permukaan area Pengurangan tebal dinding pada area tidak melebihi 20% dari permukaan termasuk pada bagian akhir tabung (atas dan bawah) Pengurangan ketebalan dinding dari area melebihi 20 % dari permukaan tabung. Rangkaian dari lubang 2 /pit atau kavitasi rusak yang dibatasi lebar dengan panjang atau korosi berbentuk lingkaran/circum Korosi retak umumnya terjadi pada area yang berhubungan dengan cincin kaki berhubungan dengan tabung. Bila kedalaman memiliki ciri-ciri pits melebihi 0.6 mm (kedalaman terbesar dapat diterima asalkan kedalaman korosi dari tebal dinding tidak kurang dibawah minimum tebal dinding yang dihitung) Bila kedalaman penetrasi dari banyak lubang/pits melebihi 0.4 mm (kedalaman terbesar dapat diterima asalkan kedalaman korosi dari tebal dinding tidak kurang dari minimum tebal dinding yang dihitung) Bila kedalaman penetrasi dari banyak lubang/pits melebihi 0.2 mm (kedalaman terbesar dapat diterima asalkan kedalaman korosi dari tebal dinding tidak kurang dari minimum tebal dinding yang dihitung) 1. Bila total panjang korosi pada sepanjang arah melebihi 50 % dari keliling tabung 2. Bila kedalaman penetrasi melebihi 0.4 mm (kedalaman terbesar dapat diterima asalkan kedalaman korosi dari tebal dinding tidak kurang dari minimum tebal dinding yang dihitung) 3. Bila kedalaman korosi tidak dapat diukur Bila kedalaman penetrasi melebihi 0.4 mm atau bila kedalaman korosi tidak dapat diukur. -14-

18 Tabel 3. Kriteria penolakan tabung akibat kerusakan lain Kerusakan Uraian Batasan Rijek/Penolakan Tutup tertekan (Depressed bung) Terbakar akibat goresan atau torch (Arc or torch burns) Kerusakan akibat kebakaran (fire damage) Kerusakan pada tutup karena adanya perubahan/alterasi profil dari tabung Terbakarnya logam dasar dari tabung, hardened area terpengaruh panas (HAZ), tambahan material lasan yang tidak sesuai atau penghilangan material dengan cara scarfing atau cratering. Terjadi pemanasan berlebih secara umum atau pada lokasi tertentu dari tabung, yang diakibatkan oleh: Pemanasan cat Kebakaran pada logam Perubahan bentuk/distorsi tabung Melelehnya bagian-bagian dari katup baja Mencairnya komponenkomponen plastik, misalnya penutup atau seal plastik Ditolak untuk semua kasus, atau batasan level dari deviasi depresi/ penyimpangan dapat diterima sesuai persetujuan dari instansi yang berwenang. Ditolak untuk semua kasus Ditolak untuk semua kasus -15-

PEDOMAN TEKNIS PEMELIHARAAN TABUNG LPG

PEDOMAN TEKNIS PEMELIHARAAN TABUNG LPG PEDOMAN TEKNIS PEMELIHARAAN TABUNG LPG Bagian 4 dari 5 Pedoman PEDOMAN TEKNIS INSTALASI PENGISIAN, PENANGANAN DAN PENGGUNAAN SERTA PEMERIKSAAN BERKALA LIQUEFIED PETROLEUM GAS (LPG) KEMENTERIAN ENERGI DAN

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PENYIMPANAN TABUNG LPG DI PENYALUR DAN PENGGUNAAN LPG UNTUK PENGGUNA

PEDOMAN TEKNIS PENYIMPANAN TABUNG LPG DI PENYALUR DAN PENGGUNAAN LPG UNTUK PENGGUNA PEDOMAN TEKNIS PENYIMPANAN TABUNG LPG DI PENYALUR DAN PENGGUNAAN LPG UNTUK PENGGUNA PEDOMAN TEKNIS PENYIMPANAN TABUNG LPG DI PENYALUR DAN PENGGUNAAN LPG UNTUK PENGGUNA Bagian 5 dari 5 Pedoman PEDOMAN

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PENYIMPANAN TABUNG LPG DI PENYALUR DAN PENGGUNAAN LPG UNTUK PENGGUNA

PEDOMAN TEKNIS PENYIMPANAN TABUNG LPG DI PENYALUR DAN PENGGUNAAN LPG UNTUK PENGGUNA PEDOMAN TEKNIS PENYIMPANAN TABUNG LPG DI PENYALUR DAN PENGGUNAAN LPG UNTUK PENGGUNA Bagian 5 dari 5 Pedoman PEDOMAN TEKNIS INSTALASI PENGISIAN, PENANGANAN DAN PENGGUNAAN SERTA PEMERIKSAAN BERKALA LIQUEFIED

Lebih terperinci

Tabung baja LPG SNI 1452:2007

Tabung baja LPG SNI 1452:2007 Standar Nasional Indonesia Tabung baja LPG ICS 23.020.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Klasifikasi...

Lebih terperinci

Tabung baja LPG SNI 1452:2011

Tabung baja LPG SNI 1452:2011 Standar Nasional Indonesia Tabung baja LPG ICS 23.020.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi dokumen

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI LOGAM MESIN TEKSTIL DAN ANEKA NOMOR : 01/ILMTA/PER/1/2008 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI LOGAM MESIN TEKSTIL DAN ANEKA NOMOR : 01/ILMTA/PER/1/2008 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI LOGAM MESIN TEKSTIL DAN ANEKA NOMOR : 01/ILMTA/PER/1/2008 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) TABUNG BAJA LPG SECARA WAJIB DIREKTUR

Lebih terperinci

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK A. DEFINISI - Pengangkutan Pekerjaan pemindahan pipa dari lokasi penumpukan ke

Lebih terperinci

Cara uji penetrasi aspal

Cara uji penetrasi aspal SNI 2432:2011 Standar Nasional Indonesia Cara uji penetrasi aspal ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Katup tabung baja LPG

Katup tabung baja LPG Standar Nasional Indonesia Katup tabung baja LPG ICS 23.020.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PENYIMPANAN TABUNG LPG DI PENYALUR DAN PENGGUNAAN LPG UNTUK PENGGUNA

PEDOMAN TEKNIS PENYIMPANAN TABUNG LPG DI PENYALUR DAN PENGGUNAAN LPG UNTUK PENGGUNA PEDOMAN TEKNIS PENYIMPANAN TABUNG LPG DI PENYALUR DAN PENGGUNAAN LPG UNTUK PENGGUNA Bagian 5 dari 5 Pedoman PEDOMAN TEKNIS INSTALASI PENGISIAN, PENANGANAN DAN PENGGUNAAN SERTA PEMERIKSAAN BERKALA TABUNG

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, S A L I N A N PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGELOLAAN AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN HULU MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI DENGAN

Lebih terperinci

SPESIFIKASI TEKNIK KOMPOR GAS BAHAN BAKAR LPG SATU TUNGKU DENGAN SISTEM PEMANTIK MEKANIK KHUSUS UNTUK USAHA MIKRO

SPESIFIKASI TEKNIK KOMPOR GAS BAHAN BAKAR LPG SATU TUNGKU DENGAN SISTEM PEMANTIK MEKANIK KHUSUS UNTUK USAHA MIKRO LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR : 56/M-IND/PER/5/2009 TANGGAL : 28 Mei 2009 ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR DENGAN CLEVE LAND OPEN CUP

METODE PENGUJIAN TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR DENGAN CLEVE LAND OPEN CUP SNI 06-2433-1991 METODE PENGUJIAN TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR DENGAN CLEVE LAND OPEN CUP 1.1 Maksud dan Tujuan 1.1.1 Maksud Metode ini dimaksudkan sebagai acuan and pegangan dalam pelaksanaan pengujian

Lebih terperinci

Katup tabung baja LPG

Katup tabung baja LPG Standar Nasional Indonesia Katup tabung baja LPG ICS 23.020.30 Badan Standardisasi Nasional Prakata Standar Nasional Indonesia (SNI), Katup tabung baja LPG merupakan revisi SNI 1591:2007 dengan pertimbangan:

Lebih terperinci

Spesifikasi Pipa Beton untuk Air Buangan, Saluran Peluapan dari Gorong-Gorong

Spesifikasi Pipa Beton untuk Air Buangan, Saluran Peluapan dari Gorong-Gorong Spesifikasi Pipa Beton untuk Air Buangan, Saluran Peluapan dari Gorong-Gorong SNI 03-6367-2000 1 Ruang lingkup Spesifikasi ini meliputi pipa beton tidak bertulang yang digunakan sebagai pembuangan air

Lebih terperinci

Semen portland campur

Semen portland campur Standar Nasional Indonesia Semen portland campur ICS 91.100.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

Informasi Standar Tabung Gas dan Asesorisnya :

Informasi Standar Tabung Gas dan Asesorisnya : Informasi Standar Tabung Gas dan Asesorisnya : 16/07/2010 Standar Tabung Gas dan Asesorisnya Konversi minyak tanah ke gas merupakan salah satu program Pemerintah untuk menekan subsidi bahan bakar, dengan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.761, 2012 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Kendaraan Bermotor. Komponen. Konveter Kit. Persyaratan Teknis. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA. *

RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA. * RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA Riswanda 1*, Lenny Iryani 2 1,2 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Bandung, Bandung 40012 *E-mail

Lebih terperinci

Cara uji daktilitas aspal

Cara uji daktilitas aspal Standar Nasional Indonesia Cara uji daktilitas aspal ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi

Lebih terperinci

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball)

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball) Standar Nasional Indonesia Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball) ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin

Lebih terperinci

Untuk sistem penyimpanan metal hidrida UN, persyaratan yang ditentukan dalam standar berikut berlaku untuk penutup dan pelindungnya:

Untuk sistem penyimpanan metal hidrida UN, persyaratan yang ditentukan dalam standar berikut berlaku untuk penutup dan pelindungnya: Bab 5 6-5-7 Untuk sistem penyimpanan metal hidrida UN, persyaratan yang ditentukan dalam standar berikut berlaku untuk penutup dan pelindungnya: ISO 16111:2008 perangkat penyimpanan gas dapat terangkut

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN 5.1 Pekerjaan Bekisting 5.1.1 Umum Perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan bekisting harus memenuhi syarat PBI 1971 N 1-2 dan Recomended Practice

Lebih terperinci

Regulator tekanan rendah untuk tabung baja LPG

Regulator tekanan rendah untuk tabung baja LPG Standar Nasional Indonesia Regulator tekanan rendah untuk tabung baja LPG ICS 23.020.30 Badan Standardisasi Nasional Prakata Standar Nasional Indonesia (SNI) Regulator tekanan rendah untuk tabung baja

Lebih terperinci

TATA CARA PENGAMBILAN CONTOH ASPAL

TATA CARA PENGAMBILAN CONTOH ASPAL TATA CARA PENGAMBILAN CONTOH ASPAL 1. Ruang Lingkup 1.1 Tata cara ini digunakan untuk pengambilan contoh aspal di pabrik, tempat penyimpanan atau saat pengiriman. 1.2 Besaran dinyatakan dalam Satuan SI

Lebih terperinci

MENGGUNAKAN LPG - SECARA AMAN

MENGGUNAKAN LPG - SECARA AMAN MENGGUNAKAN LPG - SECARA AMAN APAKAH ELPIJI ITU ELPIJI adalah merek dagang dari produk Liquefied Petroleum Gas (LPG) PERTAMINA, merupakan gas hasil produksi dari kilang minyak (Kilang BBM) dan Kilang gas,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN Setiap melakukan penelitian dan pengujian harus melalui beberapa tahapan-tahapan yang ditujukan agar hasil penelitian dan pengujian tersebut sesuai dengan standar yang ada. Caranya

Lebih terperinci

1.1 ISOLASI Gagal Mengisolasi

1.1 ISOLASI Gagal Mengisolasi 1.1 ISOLASI 1.1.1 Gagal Mengisolasi Sebuah pompa sedang dipreteli untuk perbaikan. Ketika tutupnya dibuka, minyak panas di atas temperatur nyala-otomatis, menyembur dan terbakar. Tiga orang terbunuh, dan

Lebih terperinci

RSU KASIH IBU - EXTENSION STRUKTUR : BAB - 06 DAFTAR ISI PEKERJAAN KONSTRUKSI BAJA 01. LINGKUP PEKERJAAN BAHAN - BAHAN..

RSU KASIH IBU - EXTENSION STRUKTUR : BAB - 06 DAFTAR ISI PEKERJAAN KONSTRUKSI BAJA 01. LINGKUP PEKERJAAN BAHAN - BAHAN.. DAFTAR ISI 01. LINGKUP PEKERJAAN.. 127 02. BAHAN - BAHAN.. 127 03. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN...... 127 PT. Jasa Ferrie Pratama 126 01. Lingkup Pekerjaan Pekerjaan ini meliputi seluruh pekerjaan Konstruksi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Spesifikasi. Secara Wajib. Kompor Gas. Usaha Mikro. Pemberlakuan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Spesifikasi. Secara Wajib. Kompor Gas. Usaha Mikro. Pemberlakuan. No.125, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Spesifikasi. Secara Wajib. Kompor Gas. Usaha Mikro. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 56/M-IND/PER/5/2009

Lebih terperinci

σa = Tegangan tarik ijin kg/cm 2

σa = Tegangan tarik ijin kg/cm 2 PELAKSANAAN TES DAN INSPEKSI INSTALANSI PENSTOCK 1. Uraian Dengan selesainya pekerjaan pemasangan, telah dilaksanakan tes dan inspeksi sesuai dengan ketentuan dalam dokumen kontrak dan Prosedur metode

Lebih terperinci

BUKU PETUNJUK DWP 375A - 1 -

BUKU PETUNJUK DWP 375A - 1 - BUKU PETUNJUK UNTUK TIPE: SP 127, SP 129A, SP 130A, SWP 100, SWP 250A, DWP 255A,DWP DWP 375A DWP 505A, DPC 260A - 1 - Pembukaan Sebelum menyalakan pompa harap membaca buku petunjuk ini terlebih dahulu

Lebih terperinci

Cara uji titik nyala dan titik bakar aspal dengan alat cleveland open cup

Cara uji titik nyala dan titik bakar aspal dengan alat cleveland open cup Standar Nasional Indonesia ICS 75.140; 93.080.20 Cara uji titik nyala dan titik bakar aspal dengan alat cleveland open cup Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Spesifikasi batang baja mutu tinggi tanpa pelapis untuk beton prategang

Spesifikasi batang baja mutu tinggi tanpa pelapis untuk beton prategang Standar Nasional Indonesia Spesifikasi batang baja mutu tinggi tanpa pelapis untuk beton prategang ICS 91.100.30; 77.140.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... 1 Daftar tabel... Error!

Lebih terperinci

2016, No Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23 dari Republik Indonesia untuk Seluruh Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1951 Nomor 4

2016, No Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23 dari Republik Indonesia untuk Seluruh Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1951 Nomor 4 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1988, 2016 KEMENAKER. K3 Bejana Tekanan. Tangki Timbun. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Lebih terperinci

(Ir. Hernu Suyoso, MT., M. Akir.) A. Komponen Jembatan. 1. Tipe Jembatan. a) Jembatan Pelat Beton Berongga. b) Jembatan Pelat. c) Jembatan Girder

(Ir. Hernu Suyoso, MT., M. Akir.) A. Komponen Jembatan. 1. Tipe Jembatan. a) Jembatan Pelat Beton Berongga. b) Jembatan Pelat. c) Jembatan Girder 1 PEKERJAAN JEMBATAN (Ir. Hernu Suyoso, MT., M. Akir.) A. Komponen Jembatan 1. Tipe Jembatan a) Jembatan Pelat Beton Berongga b) Jembatan Pelat c) Jembatan Girder d) Jembatan Beton Balok T e) Jembatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. LPG (Liquified Petroleum Gas) LPG merupakan gas hidrokarbon produksi dari kilang minyak dan kilang gas dengan komponen utama gas propana (C 3 H 8 ) dan butana (C 4 H 10 ) dan

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-73 Analisis Perbandingan Pelat ASTM A36 antara di Udara Terbuka dan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat Yanek Fathur Rahman,

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP FLUIDA PADA MESIN PERKAKAS

PENERAPAN KONSEP FLUIDA PADA MESIN PERKAKAS PENERAPAN KONSEP FLUIDA PADA MESIN PERKAKAS 1. Dongkrak Hidrolik Dongkrak hidrolik merupakan salah satu aplikasi sederhana dari Hukum Pascal. Berikut ini prinsip kerja dongkrak hidrolik. Saat pengisap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan merupakan bagian tak terpisahkan dari pertumbuhan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan merupakan bagian tak terpisahkan dari pertumbuhan peningkatan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pengelasan merupakan bagian tak terpisahkan dari pertumbuhan peningkatan industri karena memegang peranan utama dalam rekayasa dan reparasi produksi logam dan besi.

Lebih terperinci

Cara uji berat jenis aspal keras

Cara uji berat jenis aspal keras Standar Nasional Indonesia Cara uji berat jenis aspal keras ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Cara uji kuat tekan beton ringan isolasi

Cara uji kuat tekan beton ringan isolasi Revisi SNI 03-3421-1994 Rancangan Standar Nasional Indonesia Cara uji kuat tekan beton ringan isolasi ICS Badan Standarisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut: III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut: 1. Pembuatan kampuh dan proses pengelasan dilakukan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung, 2.

Lebih terperinci

ANALISA KEBOCORAN PIPA PADA HYDRAULIC GATE BEAM SHEARING MACHINE di PT. INKA

ANALISA KEBOCORAN PIPA PADA HYDRAULIC GATE BEAM SHEARING MACHINE di PT. INKA ANALISA KEBOCORAN PIPA PADA HYDRAULIC GATE BEAM SHEARING MACHINE di PT. INKA Oleh : MOHAMMAD ILHAM NRP : 6308.030.018 Jurusan : Teknik Permesinan Kapal Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB IV LANGKAH PENGERJAAN

BAB IV LANGKAH PENGERJAAN BAB IV LANGKAH PENGERJAAN 4.1 Peralatan yang Digunakan Sebelum melakukan instalasi hal utama yang pertama dilakukan adalah menyiapkan peralatan. Peralatan yang digunakan pada instalasi sistem refrigerasi,

Lebih terperinci

Regulator tekanan rendah untuk tabung baja LPG

Regulator tekanan rendah untuk tabung baja LPG Standar Nasional Indonesia Regulator tekanan rendah untuk tabung baja LPG ICS 23.020.99 Badan Standardisasi Nasional Prakata Standar Nasional Indonesia (SNI), Regulator tekanan rendah untuk tabung baja

Lebih terperinci

[ 인도네시아섬유산단조성사업 기본및실시설계공사시방서 - 우 오수관로 ( 인도네시아어 )]

[ 인도네시아섬유산단조성사업 기본및실시설계공사시방서 - 우 오수관로 ( 인도네시아어 )] Indonesia Industrial Park Construction Project Specification of Basic and Detailed Design Construction Specification - Saluran air hujan dan kotor(indonesian) [ 인도네시아섬유산단조성사업 기본및실시설계공사시방서 - 우 오수관로 ( 인도네시아어

Lebih terperinci

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong Pengertian bengkel Ialah tempat (bangunan atau ruangan) untuk perawatan / pemeliharaan, perbaikan, modifikasi alt dan mesin, tempat pembuatan bagian mesin dan perakitan alsin. Pentingnya bengkel pada suatu

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET SNI 19-6413-2000 1. Ruang Lingkup 1.1 Metode ini mencakup penentuan kepadatan dan berat isi tanah hasil pemadatan di lapangan atau

Lebih terperinci

Masa berlaku: Alamat : Jl. Sangkuriang No. 12 Bandung Juli 2009 Telp. (022) ; Faks. (022) ,

Masa berlaku: Alamat : Jl. Sangkuriang No. 12 Bandung Juli 2009 Telp. (022) ; Faks. (022) , AMANDEMEN LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO. LP-021-IDN Nama Laboratorium : Balai Besar Logam dan Mesin Mekanik Logam dan paduannya Kuat tarik (tensile strength) SNI 07-0408-1989 JIS Z 2241-1998

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6 REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS MAKADAM ASBUTON LAWELE (SKh-3.6.6.1) SPESIFIKASI KHUSUS-3 INTERIM SEKSI 6.6.1 LAPIS

Lebih terperinci

Cara uji kelarutan aspal

Cara uji kelarutan aspal Standar Nasional Indonesia Cara uji kelarutan aspal ICS 91.100.50 Badan Standardisasi Nasional SNI 2438:2015 BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian

Lebih terperinci

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut :

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut : SISTEM PNEUMATIK SISTEM PNEUMATIK Pneumatik berasal dari bahasa Yunani yang berarti udara atau angin. Semua sistem yang menggunakan tenaga yang disimpan dalam bentuk udara yang dimampatkan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

PROSES PRODUKSI DI PABRIK TABUNG ELPIJI

PROSES PRODUKSI DI PABRIK TABUNG ELPIJI PROSES PRODUKSI DI PABRIK TABUNG ELPIJI Nike Septivani Department of Industrial Engineering, Faculty of Engineering, Binus University Jln. K.H. Syahdan No. 9 Palmerah Jakarta Barat 11480 nseptivani@binus.edu

Lebih terperinci

Lampu swa-balast untuk pelayanan pencahayaan umum-persyaratan keselamatan

Lampu swa-balast untuk pelayanan pencahayaan umum-persyaratan keselamatan Standar Nasional Indonesia Lampu swa-balast untuk pelayanan pencahayaan umum-persyaratan keselamatan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1

Lebih terperinci

Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol

Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol Standar Nasional Indonesia SNI 7729:2011 Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol ICS 93.080.20; 19.060 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI NOMOR 20012/44/600.4/2003 TENTANG

Lebih terperinci

125 SNI YANG SUDAH DITETAPKAN BSN DI BIDANG USAHA MINYAK DAN GAS BUMI

125 SNI YANG SUDAH DITETAPKAN BSN DI BIDANG USAHA MINYAK DAN GAS BUMI 125 SNI YANG SUDAH DITETAPKAN BSN DI BIDANG USAHA MINYAK DAN GAS BUMI NO NOMOR SNI J U D U L KETERANGAN 1. SNI 07-0728-1989 Pipa-pipa baja pengujian tekanan tinggi untuk saluran pada industri minyak dan

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN UJI BASAH DAN KERING CAMPURAN TANAH SEMEN DIPADATKAN

METODE PENGUJIAN UJI BASAH DAN KERING CAMPURAN TANAH SEMEN DIPADATKAN METODE PENGUJIAN UJI BASAH DAN KERING CAMPURAN TANAH SEMEN DIPADATKAN SNI 13-6427-2000 1. Ruang Lingkup 1.1 Metode pengujian ini meliputi prosedur penentuan kehilangan campuran tanah semen, perubahan kadar

Lebih terperinci

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan Standar Nasional Indonesia Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2013

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2013 MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG PENYEDlAAN, PEMANFAATAN DAN TATA NIAGA DIMETIL

Lebih terperinci

Baja lembaran, pelat dan gulungan canai panas (Bj P)

Baja lembaran, pelat dan gulungan canai panas (Bj P) Standar Nasional Indonesia Baja lembaran, pelat dan gulungan canai panas (Bj P) ICS 77.140.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

BAB II RESISTANCE TEMPERATURE DETECTOR. besaran suatu temperatur/suhu dengan menggunakan elemen sensitif dari kawat

BAB II RESISTANCE TEMPERATURE DETECTOR. besaran suatu temperatur/suhu dengan menggunakan elemen sensitif dari kawat BAB II RESISTANCE TEMPERATURE DETECTOR Resistance Temperature Detector (RTD) atau dikenal dengan Detektor Temperatur Tahanan adalah sebuah alat yang digunakan untuk menentukan nilai atau besaran suatu

Lebih terperinci

BAB IV DATA SISTEM PIPELINE DAERAH PORONG

BAB IV DATA SISTEM PIPELINE DAERAH PORONG BAB IV DATA SISTEM PIPELINE DAERAH PORONG Sistem pipeline yang dipilih sebagai studi kasus adalah sistem pipeline yang terdapat di daerah Porong, Siodarjo, Jawa Timur yang lokasinya berdekatan dengan daerah

Lebih terperinci

Spesifikasi anyaman kawat baja polos yang dilas untuk tulangan beton

Spesifikasi anyaman kawat baja polos yang dilas untuk tulangan beton SNI 03-6812-2002 Standar Nasional Indonesia Spesifikasi anyaman kawat baja polos yang dilas untuk tulangan beton ICS 77.140.65; 91.100.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...

Lebih terperinci

METODE PENGAMBILAN DAN PENGUJIAN BETON INTI

METODE PENGAMBILAN DAN PENGUJIAN BETON INTI METODE PENGAMBILAN DAN PENGUJIAN BETON INTI SNI 03-2492-2002 1 Ruang Lingkup 1) Metoda ini mencakup cara pengambilan beton inti, persiapan pengujian dan penentuan kuat tekannya; 2) Metode ini tidak memberikan

Lebih terperinci

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton Standar Nasional Indonesia Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LPG (Liquified Petroleum Gas) LPG merupakan gas hidrokarbon produksi dari kilang minyak dan kilang gas dengan komponen utama gas propane ( ) dan butane ( ) dan dikemas didalam

Lebih terperinci

SPESIFIKASI TEKNIS. Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN

SPESIFIKASI TEKNIS. Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN SPESIFIKASI TEKNIS Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN 1. Nama Kegiatan : Penataan Listrik Perkotaan 2. Nama pekerjaan : Penambahan Lampu Taman (65 Batang) 3. Lokasi : Pasir Pengaraian Pasal 2 PEKERJAAN

Lebih terperinci

METER GAS ROTARY PISTON DAN TURBIN

METER GAS ROTARY PISTON DAN TURBIN METER GAS ROTARY PISTON DAN TURBIN JENIS METER GAS INDUSTRI Meter gas industri yang umum digunakan dalam transaksi perdagangan adalah : Positif Displacement ( yang banyak digunakan adalah tipe rotary piston

Lebih terperinci

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran. LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN Pencegahan Kebakaran

Lebih terperinci

BAB III DATA DESAIN DAN HASIL INSPEKSI

BAB III DATA DESAIN DAN HASIL INSPEKSI BAB III DATA DESAIN DAN HASIL INSPEKSI III. 1 DATA DESAIN Data yang digunakan pada penelitian ini adalah merupakan data dari sebuah offshore platform yang terletak pada perairan Laut Jawa, di utara Propinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulis membuat laporan ini untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Fabrikasi Logam setelah melakukan praktek di workshop. Pembuatan laporan ini bersifat wajib

Lebih terperinci

BAB III CARA KERJA MESIN PERAKIT RADIATOR

BAB III CARA KERJA MESIN PERAKIT RADIATOR BAB III CARA KERJA MESIN PERAKIT RADIATOR 3.1 Mesin Perakit Radiator Mesin perakit radiator adalah mesin yang di gunakan untuk merakit radiator, yang terdiri dari tube, fin, end plate, dan side plate.

Lebih terperinci

Sistem Hidrolik. Trainer Agri Group Tier-2

Sistem Hidrolik. Trainer Agri Group Tier-2 Sistem Hidrolik No HP : 082183802878 Tujuan Training Peserta dapat : Mengerti komponen utama dari sistem hidrolik Menguji system hidrolik Melakukan perawatan pada sistem hidrolik Hidrolik hydro = air &

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND. yang diharapkan. Tahap terakhir ini termasuk dalam tahap pengetesan stand

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND. yang diharapkan. Tahap terakhir ini termasuk dalam tahap pengetesan stand BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND 4.1. Hasil Rancang Bangun Stand Engine Cutting Hasil dari stand engine sendiri adalah dimana semua akhir proses perancangan telah selesai dan penempatan komponennya

Lebih terperinci

Sandblasting Macam-Macam Abrasif Material untuk Sandblasting

Sandblasting Macam-Macam Abrasif Material untuk Sandblasting Sandblasting Sandblasting adalah suatu proses pembersihan dengan cara menembakan partikel (pasir) kesuatu permukaan material sehingga menimbulkan gesekan atau tumbukan. Permukaan material tersebut akan

Lebih terperinci

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH

METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH SNI 03-1742-1989 BAB I DESKRIPSI 1.1 Maksud Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan hubungan antara kadar air dan berat isi tanah dengan memadatkan di dalam

Lebih terperinci

SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN

SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN LAMPIRAN II PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KADAR RONGGA AGREGAT HALUS YANG TIDAK DIPADATKAN

METODE PENGUJIAN KADAR RONGGA AGREGAT HALUS YANG TIDAK DIPADATKAN METODE PENGUJIAN KADAR RONGGA AGREGAT HALUS YANG TIDAK DIPADATKAN SNI 03-6877-2002 1. Ruang Lingkup 1.1 Metoda pengujian ini adalah untuk menentukan kadar rongga agregat halus dalam keadaan lepas (tidak

Lebih terperinci

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL DAFTAR (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL No. Judul Standar Nomor Standar Ruang Lingkup D Pemukiman (Cipta Karya) 4. Air Bersih/ Air Minum 1. Metode Pengujian Meter Air Bersih (Ukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalor dapat didefinisikan sebagai energi yang dimiliki oleh suatu zat. Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor dalam suatu zat salah satunya dengan melakukan pengujian

Lebih terperinci

Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan

Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan Standar Nasional Indonesia ICS 93.010 Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan

Lebih terperinci

Spesifikasi material baja unit instalasi pengolahan air

Spesifikasi material baja unit instalasi pengolahan air Standar Nasional Indonesia Spesifikasi material baja unit instalasi pengolahan air ICS 91.140.60; 77.140.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi.. i Prakata ii Pendahuluan. iii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM LAS DAN TEMPA

LAPORAN PRAKTIKUM LAS DAN TEMPA LAPORAN PRAKTIKUM LAS DAN TEMPA Disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktek Las dan Tempa Disusun Oleh: FAJAR RIZKI SAPUTRA K2513021 PTM A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PEMBUATAN DAN PERAKITAN ALAT Pembuatan alat dilakukan berdasarkan rancangan yang telah dilakukan. Gambar rancangan alat secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 5.1. 1 3

Lebih terperinci

SOAL TES. Pilihlah satu jawaban yang anda anggap paling benar dengan memberikan tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d.

SOAL TES. Pilihlah satu jawaban yang anda anggap paling benar dengan memberikan tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d. Lampiran 1. Instrumen Penelitian 69 SOAL TES Mata pelajaran Kelas Alokasi waktu : Fabrikasi Las Gas : X : 30 menit Pilihlah satu jawaban yang anda anggap paling benar dengan memberikan tanda silang (X)

Lebih terperinci

PERALATAN KERJA PEMIPAAN

PERALATAN KERJA PEMIPAAN M O D U L PERALATAN KERJA PEMIPAAN Oleh: Drs. Ricky Gunawan, MT. Ega T. Berman, S.Pd., M.Eng. BIDANG KEAHLIAN TEKNIK REFRIGERASI DAN TATA UDARA JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

2012, No.661.

2012, No.661. 25 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 39 TAHUN 2012 TENTANG PENGGUNAAN BAHAN BAKAR GAS JENIS COMPRESSED NATURAL GAS (CNG) PADA KENDARAAN BERMOTOR Contoh 1 GAMBAR INSTALASI

Lebih terperinci

MODEL F56A/F56F/F56D MANUAL VALVE FILTER

MODEL F56A/F56F/F56D MANUAL VALVE FILTER SEKILAS PRODUK MODEL F56A/F56F/F56D MANUAL VALVE FILTER 1.1. Aplikasi Utama & Penerapan Digunakan untuk sistem penyaringan perawatan air. Sangat cocok untuk: Sistem Penyaringan Perumahan Perlengkapan Penyaringan

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI 03-1968-1990 RUANG LINGKUP : Metode pengujian ini mencakup jumlah dan jenis-jenis tanah baik agregat halus maupun agregat kasar. RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Peralatan Penelitian Alat percobaan yang digunakan pada percobaan ini bertujuan untuk mengukur temperatur ring pada saat terjadi fenomena flame lift-up maupun blow off, yaitu

Lebih terperinci

Selang karet untuk kompor gas LPG

Selang karet untuk kompor gas LPG Standar Nasional Indonesia Selang karet untuk kompor gas LPG ICS 83.140.40 Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1 3 Istilah dan definisi...1

Lebih terperinci

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per 04/MEN/1980 Tentang Syarat Syarat Pemasangan dan Pemeliharan Alat Pemadam Api Ringan

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per 04/MEN/1980 Tentang Syarat Syarat Pemasangan dan Pemeliharan Alat Pemadam Api Ringan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per 04/MEN/1980 Tentang Syarat Syarat Pemasangan dan Pemeliharan Alat Pemadam Api Ringan MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga membentuk suatu sambungan/kampuh. pateri dan mematri keras. Untuk mengelas yang baik dan benar terlebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga membentuk suatu sambungan/kampuh. pateri dan mematri keras. Untuk mengelas yang baik dan benar terlebih BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengelasan Pengelasan adalah menyambung dua benda kerja atau lebih, tanpa menggunakan atau dengan menggunakan bahan tambah dengan cara memanasi benda kerja tersebut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perancangan 4.1.1 Gambar Rakitan (Assembly) Dari perancangan yang dilakukan dengan menggunakan software Autodesk Inventor 2016, didapat sebuah prototipe alat praktikum

Lebih terperinci

BAB V PROSES PEMBUATAN SILINDER HIDROLIK (MANUFACTURING PROCESS) BUCKET KOBELCO SK Bagan 5.1 Hydraulic Cylinder Manufacturing Process [6]

BAB V PROSES PEMBUATAN SILINDER HIDROLIK (MANUFACTURING PROCESS) BUCKET KOBELCO SK Bagan 5.1 Hydraulic Cylinder Manufacturing Process [6] BAB V PROSES PEMBUATAN SILINDER HIDROLIK (MANUFACTURING PROCESS) BUCKET KOBELCO SK200-8 Bagan 5.1 Hydraulic Cylinder Manufacturing Process [6] Universitas Mercu Buana 47 Gambar 5.1 Job Set Cylinder Assy

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Tata Cara

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Tata Cara LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.90, 2016 ENERGI. Darurat. Krisis. Penanggulangan. Penetapan. Tata Cara. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Proses Pembuatan Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih dahulu harus mengetahui masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Lebih terperinci