PEDOMAN TEKNIS TRANSPORTASI LPG DENGAN MODA ANGKUTAN DARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEDOMAN TEKNIS TRANSPORTASI LPG DENGAN MODA ANGKUTAN DARAT"

Transkripsi

1 PEDOMAN TEKNIS TRANSPORTASI LPG DENGAN MODA ANGKUTAN DARAT Bagian 2 dari 5 Pedoman PEDOMAN TEKNIS INSTALASI PENGISIAN, PENANGANAN DAN PENGGUNAAN SERTA PEMERIKSAAN BERKALA TABUNG LPG DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDRAL MINYAK DAN GAS BUMI

2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... II 1. RUANG LINGKUP LANDASAN HUKUM ACUAN NORMATIF ISTILAH DAN DEFINISI PERSYARATAN KENDARAAN PENGANGKUT LPG Persyaratan Umum Persyaratan Khusus Desain dan Konstruksi Tangki/wadah penyimpanan Jenis-jenis kendaraan pengangkut LPG Persyaratan Rail Tank Wagon (RTW) Persyaratan Kendaraan pengangkut dengan Skid Tank Inspeksi dan Pengujian PERSYARATAN PENGANGKUTAN TABUNG LPG Persyaratan umum pengangkutan Tabung Persyaratan Khusus Pengangkutan Tabung TRANSPORTASI TABUNG DARI AGEN ATAU PENGECER KE RUMAH TANGGA PERLENGKAPAN KENDARAAN PENGANGKUT LPG Kelistrikan Tanda Peringatan ii

3 8.3 Selang Fleksibel Pengganjal Ban Tanda Larangan Merokok LINTAS ANGKUTAN LPG Jalur lintas pengangkutan LPG Daerah padat penduduk Rencana lintas angkutan Parkir untuk kendaraan pengangkut LPG KUALIFIKASI PERSONIL Persyaratan umum pengemudi Persyaratan khusus pengemudi Persyaratan pembantu pengemudi PROSEDUR KERJA DAN TANGGAP DARURAT Alat Pelindung Diri (APD) Peralatan Pengendalian Keadaan Darurat di Perjalanan Penanggulangan Kebocoran LPG dan Penanggulangan Kebakaran Lampiran iii

4 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Ukuran dan Bentuk Plakat Pada Kendaraan Pengangkut LPG Gambar 2. Penempatan Plakat pada Kendaraan Pengangkut LPG Gambar 3. Ukuran dan Penempatan Tulisan Nama Perusahaan DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A: Contoh Prosedur Prosedur Penanggulangan Kebocoran LPG Lampiran B: Gambar Pemasangan Tanda Pada Kendaraan Pengangkit LPG iv

5 PEDOMAN TEKNIS TRANSPORTASI LPG DENGAN MODA ANGKUTAN DARAT 1. RUANG LINGKUP Pedoman teknis transportasi LPG ini disusun sebagai pedoman bagi Badan Usaha yang melakukan kegiatan usaha niaga LPG khususnya dalam usaha transportasi mencakup : 1. Persyaratan kendaraan pengangkut gas LPG dalam bentuk curah atau dalam tabung LPG. 2. Desain dan konstruksi dari tangki yang digunakan dalam pengangkutan LPG curah. 3. Persyaratan pengemudi dan pembantu pengemudi, jalur lintas kendaraan dan pengoperasian angkutan LPG serta tindakan dalam keadaan darurat di jalan. 2. LANDASAN HUKUM 2.1 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4152). 2.2 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi. 2.3 Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hilir Migas. 2.4 Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 69 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Angkutan Barang di Jalan. 2.5 Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No. SK.725/AJ.302/DRJD/2004 tentang Pengangkutan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di Jalan.

6 3. ACUAN NORMATIF 3.1 Australian/New Zealand Standard AS/NZS 1596:2008 The Storage and Handling of LP Gas. 3.2 NFPA 58 : Storage and Handling of Liquefied Petroleum Gases 3.3 ADR European Agreement, Concerning The International Carriage of Dangerous Goods by Road Volume I, United Nations AS Road Tankers for Compressed Liquefiable Gases 3.5 American Society of Mechanical Engineers Section VIII Division 1 Boiler & Pressure Vessel Code-Rules for Construction of Pressure Vessels. 4. ISTILAH DAN DEFINISI 4.1. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Adalah bahan yang karena sifat, konsentrasi dan jumlahnya, baik langsung atau tidak langsung dapat mencemarkan dan membahayakan lingkungan hidup, manusia serta makhluk hidup lainnya Kontainer (Wadah Penyimpanan) Adalah bejana, termasuk tangki dan silinder yang digunakan untuk mengangkut atau menyimpan LPG Kapasitas Pengisian Jumlah LPG maksimum yang boleh diisikan ke dalam suatu tangki atau tabung agar tangki atau tabung tersebut tidak penuh cairan Kendaraan pengangkut LPG 2

7 Adalah kendaraan bermotor yang secara khusus dirancang dan dilengkapi peralatan untuk pengangkutan LPG Liquefied Petroleum Gas (LPG) Gas hidrokarbon yang dicairkan dengan tekanan untuk memudahkan penyimpanan, pengangkutan dan penanganannya yang pada dasarnya terdiri atas propana, butana atau campuran keduanya Plakat Adalah tanda yang dipasang pada bagian luar kendaraan pengangkut, yang menunjukkan misalnya : tingkat bahaya dari bahan yang diangkut sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku Skid Tank Tangki LPG dengan kapasitas air di atas 454 kg yang digunakan untuk mengangkut LPG sebagai sebuah paket dan dapat dipasang atau dilepas di atas kendaraan pengangkut, seperti truk atau trailer Skid tank rigid Adalah kendaraan yang dilengkapi dengan tangki permanen yang melekat pada chasis kendaraan tersebut Skid Tank semi trailer adalah skid tank yang dipasang pada chasis tempelan dimana hanya bagian belakangnya saja yang mempunyai sumbu roda sedangkan bagian depan akan menempel pada prime mover/kendaraan penarik atau kendaraan tanki yang dilengkapi dengan tarikan tanki dan merupakan satu rangkaian yang dapat dilepas/dipisahkan Skid tank trailler 3

8 Adalah kendaraan dengan skid tank yang dilengkapi dengan rangkaian tangki yang melekat pada rangka dan roda tersendiri serta dapat dipisahkan/dilepaskan Tabung LPG Adalah tabung bertekanan yang terbuat dari plat baja, digunakan untuk menyimpan gas LPG dengan kapasitas pengisian 0,5 liter sampai 150 liter kapasitas air. 5. PERSYARATAN KENDARAAN PENGANGKUT LPG Pengangkutan LPG merupakan salah satu bagian terpenting dalam kegiatan niaga LPG. Setiap pengangkutan memerlukan kendaraan pengangkut untuk mengirim LPG dari instalasi pengisian ke pengguna akhir. Kendaraan pengangkut LPG harus memenuhi persyaratan pengangkutan LPG dari sisi keselamatan bagi kendaraan, muatan dan pengemudi. Adapun persyaratan untuk kendaraan pengangkutan LPG, meliputi sebagai berikut : 5.1 Persyaratan Umum Persyaratan umum kendaraan pengangkut LPG yang harus dipenuhi adalah: a. Memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan yang dibuktikan dengan Surat Tanda Lulus Uji Kendaraan sesuai peraturan perundangan yang berlaku. b. Memiliki ijin usaha pengangkutan LPG dari Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi. c. Memiliki Surat Jalan yang dikeluarkan Badan Usaha. d. Kendaraan pengangkut LPG dipasang plakat hazard chemical BAHAN BAKAR GAS MUDAH TERBAKAR yang dilekatkan pada sisi kiri, kanan, dan belakang kendaraan, dengan ukuran, bentuk dan contoh penempatan dapat dilihat pada 4

9 Gambar 1. e. Tertulis nama dan/atau logo perusahaan yang dicantumkan pada sisi kiri, kanan dan belakang kendaraan dengan ukuran minimal sebagaimana dalam Gambar 2. f. Tersedia jati diri pengemudi yang ditempatkan pada dashboard kendaraan. g. Tersedia Kotak Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) lengkap berikut isinya: antispetik, perban, plester luka, salep luka bakar dan obat pencuci mata yang belum kadaluarsa. h. Di Truk Tanki tersedia : APAR jenis Dry Chemical Powder (DCP) dengan kapasitas sebagai berikut: Tangki kapasitas s/d kg Tangki kapasitas diatas kg Tangki kapasitas diatas kg - Minimal 1 x 9 kg - Minimal 2 x 9 kg - Minimal 3 x 9 kg i. Tertulis nomor telepon pusat pengendali operasi yang dapat dihubungi jika terjadi keadaan darurat, dan dicantumkan pada bagian belakang kendaraan pengangkut. j. Tersedia perlengkapan keselamatan kendaraan, antara lain: Safety cone, ganjal ban, dongkrak sesuai kapasitas beban kendaraan dan lampu senter explosion proof. k. Kendaraan boleh dilengkapi alat pemantau unjuk kerja pengemudi (Tachometer). Alat tersebut berfungsi untuk merekam kecepatan kendaraan dan perilaku pengemudi dalam mengoperasikan kendaraannya. 5.2 Persyaratan Khusus Persyaratan khusus untuk kendaraan pengangkut LPG harus dapat memenuhi aspek perancangan kendaraan dan aspek konstruksi. Persyaratan khusus yang harus dipenuhi adalah : a. Memenuhi aspek perancangan kendaraan yang memenuhi persyaratan teknologi, keselamatan, kelaikan jalan dan kelestarian lingkungan. 5

10 b. Rancangan kendaraan harus mendapat sertifikat uji dari instansi teknis yang berwenang. c. Konstruksi kendaraan harus memberikan pertimbangan teknologi pada berat kendaraan dan muatan, daya penggerak, kerangka landasan, ban, karakteristik jalan dsb. d. Sistim suspensi dan ban yang digunakan harus dapat menjamin kestabilan kendaraan, terutama pada saat kendaraan berbelok. e. Jarak antara bagian belakang kabin dengan bagian tangki paling depan/bulkhead tidak boleh kurang dari 75 mm. f. Tangki yang tidak dipasang secara permanen (dapat dipindah) harus menggunakan pengikat yang memenuhi persyaratan. g. Kendaraan harus dilengkapi dengan alat komunikasi untuk awak kendaraan, lampu tanda bahaya dan dongkrak h. Kendaraan dilengkapi dengan bumper yang memenuhi persyaratan dan bertujuan untuk melindungi kendaraan dari kemungkinan benturan langsung dari belakang. i. Kendaraan harus dilengkapi dengan sistem rem yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. j. Kendaraan menggunakan ban yang mampu menahan beban maksimum. Dimana beban tersebut dapat dibagi secara merata dari setiap ban. k. Sistim suspensi harus dapat membagi beban pada setiap roda secara merata. 5.3 Desain dan Konstruksi Tangki/wadah penyimpanan Desain dan konstruksi tangki harus memenuhi persyaratan umum sebagai berikut : a. Skid Tank yang digunakan pada pengangkutan LPG dalam bentuk curah yang 6

11 melalui jalan raya harus sesuai dengan persyaratan standar yang telah ditetapkan oleh pihak berwenang dengan memperhatikan hal berikut : Desain stress statis dan dinamis harus mampu mengatasi beban yang timbul akibat guncangan selama berada dalam perjalanan di jalan raya. Semua perlengkapan yang melekat pada skid tank harus dilindungi dari kerusakan akibat benturan, pergeseran atau sebab lain pada saat pengoperasian. b. Tangki harus didesain dan dikonstruksi sesuai dengan persyaratan tekanan tangki yang dilakukan oleh instansi yang berwenang. c. Tangki dengan kapasitas air lebih dari 500 liter harus di desain, difabrikasi dan diuji sesuai dengan ASME section VIII atau standar lain yang disetujui oleh instansi yang berwenang. d. Persyaratan desain dan konstruksi tangki dan kendaraannya harus sesuai dengan ADR European Agreement, Concerning The International Carriage of Dangerous Goods by Road Volume I, United Nations 2008 atau standar lain yang disetujui oleh instansi yang berwenang. e. Dalam pemilihan material desain, kisaran temperatur harus masuk dalam perhitungan untuk mengukur resiko keretakan, corrosion cracking dan ketahanan terhadap kerusakan. f. Material tangki, fitting dan pipanya harus tahan terhadap substansi LPG dan tidak bereaksi secara kimia. g. Gasket harus terbuat dari material yang sesuai dengan LPG 5.4 Jenis-jenis kendaraan pengangkut LPG Kendaraan pengangkut LPG dapat mengangkut muatan dalam bentuk curah dan non curah. Untuk muatan curah, biasanya menggunakan kemasan besar seperti truk tangki 7

12 atau iso tank. Untuk pengangkutan dalam bentuk non curah dapat menggunakan kemasan dalam bentuk tabung dan diangkut dengan kendaraan bak terbuka, sepanjang keamanannya dapat dijamin selama perjalanan. Adapun persyaratan dari masing-masing jenis kendaraan pengangkut LPG dari jenis Road Tanker dan Rail Tanker, dapat dijelaskan sebagai berikut Persyaratan Rail Tank Wagon (RTW) Rail Tank Wagon adalah kendaraan pengangkut dengan tangki yang menggunakan jalur kereta api. Persyaratan untuk Rail Tank Wagon yang harus dipenuhi, adalah : a. RTW yang dipergunakan sebagai alat angkut LPG harus dirancang khusus untuk mengangkut LPG. b. Material yang digunakan harus terbuat dari baja Alloy. c. RTW harus diberi tanda secara jelas di kedua sisi, di depan dan di belakang dengan latar belakang yang kontras dengan kata Bahan Bakar Gas mudah terbakar dengan huruf yang berukuran, minimum 400 mm x 400 mm dengan plakat warna latar merah tulisan putih. d. RTW harus dilengkapi dengan tulisan Dilarang Merokok pada badan tangki dan strip spotlight pada kedua sisi RTW. e. Jarak minimal RTW terhadap sumber panas adalah 8 meter. f. Untuk perbaikan, hanya dapat dilakukan apabila RTW dinyatakan bebas dari cairan / gas yang mudah terbakar, g. Untuk kegiatan perbaikan RTW, harus dilakukan di luar ruangan. h. Harus ada alat pemadam api ringan (APAR) jenis Dry Chemical Powder (DCP) Tangki kapasitas s/d kg - Minimal 1 x 9 kg Tangki kapasitas diatas kg - Minimal 2 x 9 kg Tangki kapasitas diatas kg - Minimal 3 x 9 kg 8

13 Persyaratan Kendaraan pengangkut dengan Skid Tank Skid Tank adalah jenis tangki yang memiliki kapasitas air di atas 454 kg (1000 lb) yang digunakan untuk menyimpan LPG curah dan dapat dipasang atau dilepas dari kendaraan pengangkut berupa truk atau trailer Persyaratan umum Kendaraan pengangkut LPG dengan Skid Tank a. Harus mempunyai bumper untuk melindungi tangki, pipa dan alat bantu lainnya dari bahaya tabrakan atau benturan. b. Bumper harus terletak minimum 150 mm dari belakang tangki atau di belakang setiap peralatan yang dipergunakan untuk memuat atau mengosongkan tangki, termasuk fitting paling belakang yang terhubung pada tangki. c. Bumper harus dirancang untuk dapat menahan tekanan sebesar 2 x jumlah total berat kendaraan dengan muatan penuhnya. d. Penempatan Baterei/accu mudah dijangkau dan dilindungi oleh bahan tahan api dan harus kuat menahan beban tubuh min.120 kg dengan 24 volt atau kombinasi serial 2 x 12 volt. e. Pada terminal baterei harus diberikan isolasi listrik secara heavy duty, untuk mencegah hubung singkat. f. Jaringan kabel listrik harus terisolir dari rangka dan harus diamankan serta dilindungi dari kerusakan-kerusakan mekanik, gesekan dan ditempatkan sedemikian rupa sehingga jauh dari kemungkinan kerusakan karena panas. g. Jaringan pipa harus dicat dengan warna putih, untuk tangki minimal 3/4 bagian dari seluruh permukaan dicat dengan warna putih arah circum bagian atas. h. Semua jaringan pipa tangki diberi tanda sesuai dengan fungsi masing-masing. i. Pipa, sambungan pipa, katup, selang dan sambungan fleksibel dan sistem perpipaan pada kendaraan skid tank termasuk sambungan ke peralatan pendukungnya harus memenuhi aspek keamanan dan keselamatan. 9

14 j. Pipa, sambungan pipa, katup, selang dan sambungan fleksibel yang digunakan harus sesuai dengan rating tekanan yang digunakan. k. Peralatan pendukung LPG, seperti : pompa, kompresor, regulator, dispenser dan strainer pada kendaraan skid tank harus terpasang pada tempatnya dan terhubung dengan sistem perpipaan sesuai dengan ketentuan dari pabrik pembuatnya. l. Apabila pompa atau kompresor yang terpasang di kendaraan skid tank yang digerakkan dengan tenaga listrik, maka sistem kelistrikannnya harus memenuhi persyaratan klasifikasi Hazardous Area Persyaratan Khusus Skid Tank Rigid Kendaraan skid tank rigid memiliki persyaratan minimal sebagai berikut : a. Katup Pengaman dapat membuka pada tekanan MAWP untuk semua jenis tangki b. Harus ada pressure gauge, stop valve, level gauge dan indikator temperatur untuk semua jenis tangki. c. Tangki terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar. d. Tangki harus melekat pada rangka dan tidak goyah serta dapat diikat dengan mur self locking dan baut harus high tensile steel. e. Berat kendaraan dan muatan tidak boleh melebihi kelas jalan yang dilewati. f. Lebar tangki tidak boleh melebihi lebar kendaraan/kabin dan panjang tangki tidak boleh melebihi panjang sisa Chasis. g. Jarak antara kabin belakang dengan dinding tangki minimum 150 mm Persyaratan Khusus Skid Tank semi Trailler Kendaraan jenis skid tank semi trailer memiliki persyaratan sebagai berikut : 10

15 a. Mobil penarik harus dilengkapi dengan ban ganda pada bagian belakang. b. Hubungan antara kendaraan penarik dengan tangki trailer harus sesuai dan dilengkapi pin pengaman. c. Bagian depan dari tangki trailer dilengkapi dengan minimal sebuah kaki penyangga (Landing Leg) 2 step dengan kapasitas yang sesuai, yang dapat diatur ketinggiannya guna menunjang berat tangki & muatan bila rangkaian dilepas. d. Antara kabin dan tangki, mesin harus tertutup plat logam (plat besi) e. Sistem rem untuk ban belakang dari trailer harus berfungsi Persyaratan Khusus Skid Tank Trailler Persyaratan kendaraan jenis skid tank trailer yang harus dipenuhi adalah : a. Panjang tangki tidak boleh melebihi panjang rangka, baik ke belakang atau ke depan. b. Ban muka dan belakang kiri kanan harus terpasang ganda. c. Kapasitas muatan tangki trailer tidak boleh sama atau melebihi muatan yang ditetapkan. d. Rangkaian mobil tangki dan trailer dilengkapi dengan pin dan 2 buah rantai keselamatan dan terbungkus karet/plastik Inspeksi dan Pengujian a. Pengujian eksternal dan internal dari skid tank harus dilakukan dalam kegiatan inspeksi dan pengujian periodik setiap 5 tahun, diantaranya adalah pengujian tekanan hidrolik. Jika tangki dan peralatannya telah dilakukan pengujian tekanan secara terpisah, selanjutnya dilakukan pemeriksaan kebocoran 11

16 b. Untuk kegiatan inspeksi dan pengujian periodik (menengah) setiap 2,5 tahun, skid tank dan semua fittingnya juga dilakukan pengujian eksternal dan internal termasuk pemeriksaan kebocoran. 6. Persyaratan pengangkutan tabung LPG Selain pengangkutan muatan dalam bentuk curah, pengangkutan LPG juga dapat dilakukan dalam bentuk non curah. Untuk non curah, biasanya menggunakan tabung LPG. Pengangkutan LPG dengan tabung dari instalasi pengisian ke tempat agen atau pengguna akhir dapat menggunakan truk atau mobil bak terbuka. 6.1 Persyaratan umum pengangkutan Tabung Sebelum dilakukan pengangkutan, agar dipastikan tabung-tabung LPG sudah dalam keadaan siap kirim. a. Seluruh Tabung LPG yang diangkut ke atas kendaraan pengangkut telah bebas dari indikasi kebocoran. b. Tabung harus disusun secara rapi dan dalam posisi berdiri. c. Posisi katup tabung harus berada pada posisi mengarah ke udara terbuka / ke atas. d. Khusus tabung LPG ukuran 50 kg, katup harus ditutup dengan pelindung/cap dan terpasang dengan aman dan baik. e. Lantai kendaraan pengangkut tabung LPG harus datar. f. Tabung harus diikat kencang untuk meminimalkan pergerakan, terguling atau kerusakan fisik. g. Penumpukan harus dilakukan secara aman dan tidak boleh melebihi ¼ dari tinggi bagian atas tabung dan tidak boleh lebih tinggi dari kepala truk. 12

17 h. Tabung-tabung harus bebas dari kebocoran sebelum dimuat ke atas truk i. Penutupan tabung-tabung diatas truk harus dilakukan dengan diameter penutup yang cukup sehingga penumpukan tabung lebih stabil dan tinggi penutup harus cukup agar katup tabung tidak akan rusak. j. Penumpukan tabung LPG ukuran 3 kg dalam pengangkutan maksimal dapat dilakukan dalam 5 susun. k. Penumpukan tabung LPG ukuran 12 kg dalam pengangkutan maksimal dapat dilakukan dalam 2 susun. l. Tabung LPG ukuran 50 kg dalam pengangkutan tidak boleh ditumpuk. m. Untuk penyusunan tabung LPG dengan ukuran selain tercantum di atas, harus memperhatikan faktor keamanan dan keselamatan. n. Jika dalam pengangkutan tabung ditumpuk melebihi ketentuan di atas, maka truk harus dilengkapi dengan sistem basket/palet atau menggunakan lantai/deck bersusun. o. Pengangkutan tabung dari beberapa jenis ukuran, harus mempertimbangkan aspek keamanan dari resiko guncangan, dan menghindari kerusakan tabung dan katup. p. Total beban tabung LPG yang diangkut truk tidak boleh melebihi kapasitas maksimum angkut kendaraan/truk. 6.2 Persyaratan Khusus Pengangkutan Tabung a. Kendaraan pengangkut tabung LPG harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh instansi berwenang dalam pengaturan lalu lintas dan jalan raya. b. Ruang muat kendaraan harus terpisah dari ruang pengemudi, mesin dan sistem pembuangan udara. Ketentuan ini berlaku untuk kendaraan bak terbuka maupun tertutup. 13

18 c. Kendaraan pengangkut tabung LPG sebaiknya kendaraan jenis bak terbuka. d. Jika pengangkutan tabung LPG dengan kendaraan bak tertutup, harus memiliki ventilasi yang cukup. e. Kendaraan pengangkut tabung LPG harus dilengkapi tanda peringatan yang mudah dibaca dan jelas dilihat, diantaranya : Awas Bahaya!; Gas Mudah Terbakar; Dilarang Merokok dan Dilarang Menumpang. f. Pengangkutan tabung LPG tidak diperbolehkan mengangkut muatan lain. g. Selama pengangkutan, ruang muat/bak kendaraan LPG tidak boleh mengangkut penumpang selain petugas pengangkutan. h. Setiap kendaraan pengangkut tabung LPG harus dilengkapi minimal alat pemadam api. 7. Transportasi tabung dari Agen atau pengecer ke rumah tangga a. Jenis kendaraan atau alat angkut LPG yang digunakan harus memenuhi persyaratan keamanan dan keselamatan. b. Tabung LPG tidak boleh memiliki indikasi kebocoran sebelum diangkut. c. Tabung harus diangkut dalam posisi berdiri, dengan posisi katup menghadap ke atas d. Tabung harus diikat kencang untuk meminimalkan pergerakan, terguling atau kerusakan fisik. e. Penyusunan tabung ukuran 50 kg, 12 kg dan 3 kg harus memenuhi persyaratan di atas ( 6. poin j, k dan l) 14

19 8. Perlengkapan Kendaraan pengangkut LPG 8.1 Kelistrikan Kabel Ukuran penghantar panas (konduktor) harus cukup besar untuk mencegah kelebihan panas (overheating) dan konduktor harus di isolasi secara memadai. Kabel harus diposisikan dan dikencangkan sehingga konduktor cukup terlindung dari panas dan kerusakan mekanik. Semua kabel yang terkait dengan lampu pada kendaraan harus di isolasi dan dilindungi dari kerusakan fisik Battery Master Switch Penggantian sirkuit listrik yang terputus harus sedekat mungkin dengan battery. Alat control untuk memfasilitasi pemutusan dan penyambungan fungsi dari switch harus dipasang dalam kabin pengemudi dan mudah diakses dan dibedakan. Sambungan kabel pada switch harus terlindung sesuai dengan IP54. Jika masih belum terlindung dapat dilakukan insulasi untuk koneksi dengan sirkuit yang pendek, misalnya dengan penutup karet (rubber cap) 8.2 Tanda Peringatan Setiap kendaraan pengangkut LPG harus dilengkapi dengan tanda peringatan dan bahaya, berupa : a. Yellow rotary lamp yang terpasang di atas kabin kendaraan b. Tanda Dilarang Merokok, Tidak Boleh Ada Percikan Api dan Dilarang Menggunakan Telepon Genggam diletakkan di bagian belakang atau di samping kendaraan. 15

20 8.3 Selang Fleksibel Selang yang digunakan untuk bongkar muat kendaraan tangki harus sesuai dengan standar yang digunakan, laik pakai dan dilakukan pemeriksaan serta pengujian secara berkala. 8.4 Pengganjal Ban Setiap kendaraan pengangkutan harus membawa pengganjal ban yang digunakan untuk mencegah dari resiko menggelindingnya kendaraan pada saat kendaraan tersebut sedang melakukan bongkar- muat atau parkir dengan ketentuan sebagai berikut: Minimal tersedia 1 pasang Terbuat dari material yang tidak mudah menimbulkan percikan seperti: kayu atau aluminium Ukuran pengganjal ban cukup untuk lebar ban dan mampu menahan bobot kendaraan saat bermuatan penuh. 8.5 Tanda Larangan Merokok Orang dilarang merokok atau membawa pemantik api apabila berada pada: Jarak 7,5 meter dari kendaraan yang sedang memuat cairan atau uap LPG Titik transfer cairan LPG 9. Lintas Angkutan LPG Pengangkutan Tabung LPG yang melalui jalan raya, harus memperhatikan aspekaspek sebagai berikut: 16

21 9.1 Jalur lintas pengangkutan LPG Aspek-aspek yang harus diperhatikan pada jalur lintas pengangkutan LPG, antara lain adalah : a. Kelas jalan yang dilalui b. Tingkat bahaya muatan LPG yang diangkut. c. Frekwensi pengangkutan. d. Muatan kendaraan pengangkut LPG tidak boleh melebihi berat kotor dari berat kendaraan pengangkut LPG. e. Tidak melalui daerah padat penduduk, terowongan dan jalan yang sempit. f. Tidak melalui tanjakan dan belokan yang membahayakan atau tidak memungkinkan dilalui kendaraan pengangkut LPG. g. Memperhatikan daerah rawan sepanjang lintasan, seperti daerah kemacetan lalu-lintas, tempat penyimpanan bahan berbahaya, depot bahan bakar dan jalur listrik tegangan tinggi, dan lain-lain. 9.2 Daerah padat penduduk Dalam kondisi tertentu, kendaraan pengangkutan LPG dapat melewati daerah padat penduduk. Dengan syarat kendaraan harus disertai pengawalan oleh petugas yang bertanggung jawab di bidang lalu lintas dan angkutan atau polisi lalu lintas. 9.3 Rencana lintas angkutan Setiap pengangkutan LPG curah, sebaiknya melaporkan rencana lintas angkutan mulai dari asal tempat pemuatan, lintas yang dilalui, tempat-tempat pemberhentian dan tujuan atau tempat pembongkaran kepada pihak yang terkait. 17

22 9.4 Parkir untuk kendaraan pengangkut LPG Area parkir untuk kendaraan pengangkut LPG harus tersedia. Area parkir dapat terdiri dari parkir di luar ruangan atau area terbuka dan parkir di dalam ruangan atau gedung. a. Kendaraan yang mengangkut LPG dilarang berhenti di lokasi yang tidak dipersiapkan untuk itu. b. Pemberhentian kendaraan pengangkut LPG harus memenuhi kriteria: Radius keamanan terhadap resiko terjadinya kecelakaan Dilengkapi peralatan pengaman Terdapat penanggung jawab yang memenuhi kecakapan c. Kendaraan yang mengangkut LPG tidak boleh diparkir di pinggir jalan, kecuali untuk kegiatan normal pengemudi misalnya untuk makan, istirahat siang atau malam hari. Ketentuan ini tidak berlaku pada kondisi darurat. d. Kendaraan yang mengangkut LPG tidak boleh di parkir di daerah yang ramai atau padat. e. Kendaraan yang mengangkut LPG dilarang parkir di sepanjang 100 meter dari jembatan, terowongan, perumahan, bangunan dan kantor. f. Kendaraan yang mengangkut LPG dilarang parkir kurang dari 100 meter dari daerah kebakaran, atau dekat sumber panas. g. Dalam keadaan darurat, kendaraan pengangkut LPG diperbolehkan berhenti, dengan syarat: Memasang tanda darurat yang jelas dan dapat dibaca dalam jarak 50 m: Mengidentifikasikan lingkungan sekitar Menetapkan daerah aman 10. Kualifikasi Personil Personil yang terkait dalam pengangkutan LPG adalah pengemudi dan pembantu 18

23 pengemudi kendaraan yang harus memenuhi persyaratan berikut: 10.1 Persyaratan umum pengemudi a. Pengemudi harus memiliki Surat izin Mengemudi sesuai dengan golongan dan kendaran yang dikemudikannya. b. Pengemudi harus memiliki kompetensi tentang tata cara pengangkutan, penanganan, penggunaan alat-alat K3 dan penanggulangan dalam kondisi darurat sesuai dengan peraturan yang berlaku. c. Memiliki pengetahuan mengenai : Jaringan jalan dan kelas jalan Kelaikan kendaraan bermotor Tata cara pengangkutan bahan 10.2 Persyaratan khusus pengemudi a. Memiliki pengetahuan mengenai bahan berbahaya yang diangkutnya, seperti klasifikasi, sifat dan karakteristik LPG b. Memiliki pengetahuan mengenai bagaimana mengatasi keadaan jika terjadi suatu kondisi darurat, seperti cara penanggulangan kecelakaan. c. Memiliki pengetahuan dan keterampilan mengenai tata cara pengangkutan LPG d. Memiliki pengetahuan mengenai ketentuan pengangkutan LPG, seperti penggunaan plakat, label dan simbol-simbol terkait. e. Memiliki kemampuan psikologi yang lebih tinggi, seperti tidak mudah panik, sabar, bertanggung jawab dan tidak mudah jenuh menghadapi pekerjaan dan situasi yang monoton. 19

24 f. Memiliki fisik yang sehat 10.3 Persyaratan pembantu pengemudi Pembantu pengemudi bertugas memberikan bantuan yang diperlukan pengemudi agar proses pengangkutan dan transportasi dapat dilaksanakan sesuai dengan kaidah keselamatan, keamanan dan kesehatan kerja. Pembantu pengemudi kendaraan pengangkut LPG wajib memenuhi persyaratan : a. Memiliki pengetahuan mengenai sifat dan karakteristik LPG b. Memiliki pengetahuan mengenai bagaimana mengatasi keadaan jika terjadi suatu kondisi darurat atau cara menanggulangi kecelakaan. c. Memiliki pengetahuan mengenai ketentuan pengangkutan LPG, seperti penggunaan plakat, label dan simbol LPG d. Memiliki kemampuan psikologis yang baik e. Memiliki fisik yang sehat f. Memiliki sertifikat yang diberikan oleh instansi yang berwenang dengan mengikuti pelatihan tata cara pengangkutan, pembongkaran, penggunaan alatalat K3 dan penaggulangan dalam keadaan darurat. 11. Prosedur kerja dan tanggap darurat Setiap kendaraan pengangkut LPG harus mempunyai prosedur untuk prosedur pengisian dan pengosongan tangki serta prosedur tindakan untuk tanggap darurat Alat Pelindung Diri (APD) Untuk kesehatan dan keselamatan kerja, baik pengemudi dan pembantu pengemudi kendaraan pengangkut LPG wajib dilengkapi dengan APD yang meliputi : 20

25 a. Pelindung pernapasan (masker) b. Safety Helmet c. Sarung tangan d. Sepatu keselamatan e. Pakaian kerja dan/atau rompi spotlight 11.2 Peralatan Pengendalian Keadaan Darurat di Perjalanan Kendaraan pengangkut LPG selain harus memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan, juga harus dilengkapi dengan perlengkapan pengendalian keadaan darurat. Minimum peralatan yang harus tersedia antara lain : a. Alat komunikasi antara pengemudi dengan pusat pengendali operasi dan atau sebaliknya. b. Lampu tanda bahaya berwarna kuning yang ditempatkan di atas atap c. Kerucut pengaman d. Dongkrak e. Lampu senter tipe explosion proof f. Pedoman pengoperasian kendaraan untuk keadaan normal dan darurat g. Pengganjal ban yang kuat dan aman k. Emergency shutdown system (mechanical atau pneumatic) 11.3 Penanggulangan Kebocoran LPG dan Penanggulangan Kebakaran Apabila terjadi kebocoran LPG atau tertumpah diperjalanan serta kebakaran, maka pengemudi harus melakukan penanggulangan tanggap darurat. Adapaun contoh 21

26 Prosedur Penanggulangan Kebocoran LPG, Penanggulangan Kebakaran dan Tanggap Darurat dapat dilihat pada lembar Lampiran pedoman ini. 22

27 Lampiran A: Contoh Prosedur Prosedur Penanggulangan Kebocoran LPG A. Prosedur Penanggulangan Kebocoran LPG a. Menghentikan kendaraan di tempat yang aman, lalu memeriksa situasi pada lokasi kejadian dan menyelidiki sumber kebocoran serta berupaya mengatasi dan memperbaikinya. b. Melakukan tindakan segera untuk mengatasi masalah atau mengupayakan agar masalah tidak meluas hingga bantuan tiba, seperti menutup katup atau mengisolasi tabung yang bocor, mengaktifkan sistim alat pemadam kebakaran dsb. c. Menghentikan semua aktifitas pengisian produk LPG dan menutup semua katup yang diperkirakan akan memutuskan atau paling tidak akan mengurangi besarnya penyebaran gas LPG dan mengeluarkan kendaraan angkutan tabung LPG. d. Melarang/menghimbau kepada masyarakat/penduduk yang ada di sekitar lokasi dalam radius 50 m dan tidak melakukan kegiatan yang dapat menimbulkan nyala api terbuka. e. Orang-orang yang tidak berkepentingan dalam menangani kejadian tersebut harus mengungsi dari daerah kejadian dan tidak boleh berada di daerah 300 m dari kabut gas. f. Menghubungi petugas emergensi untuk mengukur konsentrasi gas di sekeliling tumpahan untuk menjamin bahwa daerah dalam jarak 300 m adalah aman. 23

28 g. Zona yang berbahaya mungkin akan meluas apabila konsentrasi gas dalam jarak 300 m lebih tinggi dari pada 60 % dari Titik Nyala Terendah (TNT) gas. h. Menyiapkan regu penanggulangan keadaan darurat serta pompa pemadam dan perlengkapannya agar setiap saat siap segera melakukan tindakan atas berbagai kemungkinan yang akan terjadi, serta mengaktifkan water sprinkler system. i. Karena berat jenis uap LPG lebih berat dari udara, maka uap LPG akan merambat di atas tanah sebelum menyebar di atmosfir. Petugas emergensi akan menentukan zona yang aman sesudah pengukuran konsentrasi gas dilakukan. j. Air tidak boleh diarahkan langsung ke tumpahan LPG karena ini akan membentuk gumpalan uap gas yang lebih besar. k. Alat pernapasan harus dipakai oleh personil yang bertugas`dalam mengatasi keadaan darurat tersebut. l. Terkena cairan LPG dapat menyebabkan luka bakar dingin. Apabila ini terjadi, hangatkan bagian yang terkena dengan air hangat yang bersih sampai warnanya menjadi merah dan segera ke dokter untuk memperoleh pengobatan. B. Prosedur Penanggulangan Kebakaran LPG a b c Alat pemadam kebakaran yang sesuai harus tersedia di kendaraan pengangkut LPG dan dapat digunakan kapan saja. Menghubungi petugas yang sudah mendapatkan pelatihan kebakaran atau sudah berpengalaman sebagai regu bantuan keadaan darurat. Komunikasi harus terus dilakukan antara pengemudi dan bagian pengontrolan supaya mudah mengirimkan bantuan bila keadaan darurat terjadi. 24

29 d e f Kebakaran LPG tidak boleh dimatikan sebelum sumber bahan bakar atau kebocoran ditutup. Katup harus segera ditutup karena panas radiasi secara tidak langsung akan membahayakan personil dan merusak alat-alat di daerah yang terbakar tersebut. Apabila keadaan seperti ini terjadi, alat pemadam api tepung kering (dry powder) harus dipakai. Apabila kebakaran yang terjadi tidak berhasil diatasi, sehingga kebakaran menjalar lebih luas dan besar, maka langkah penanggulangan lanjutan adalah : Melakukan evakuasi personil yang masih berada di sekitar area kebakaran. Bekerjasama dan berkoordinasi dengan pihak lain di luar perusahaan dalam pelaksanaan pemadaman kebakaran. g Pengemudi dan pembantu pengemudi harus memahami langkah-langkah yang harus dilakukan pada saat terjadi kebakaran pada kendaraan yang memuat LPG. 25

30 C. Prosedur Keadaan Darurat untuk Kendaraan yang membawa bahan berbahaya pada saat kebakaran PROSEDUR KEADAAN DARURAT Kejadian Yang harus dilakukan Kebakaran mesin Matikan mesin dan peralatan listrik, lalu tinggalkan. Tidak merokok atau menyalakan api Menggunakan alat pemadam api jika tersedia Menggunakan pasir atau tanah atau air yang banyak Jika api tidak dapat dikontrol, evakuasi personil dari area Memberitahukan polisi dan satuan pemadam kebakaran mengenai lokasi, bahan dan jumlah yang terbakar. Kebakaran kabin Matikan mesin dan peralatan listrik, lalu tinggalkan. Tidak merokok atau menyalakan api Membuang material yang terbakar 26

31 Menggunakan alat pemadam api jika tersedia Menggunakan pasir atau tanah atau air yang banyak Jika api tidak dapat dikontrol, evakuasi personil dari area Memberitahukan polisi dan satuan pemadam kebakaran mengenai lokasi, bahan dan jumlah yang terbakar. Kebakaran ruang muatan Matikan mesin dan peralatan listrik, lalu tinggalkan. Tidak merokok atau menyalakan api Menggunakan alat pemadam api jika tersedia atau pasir dan air yang banyak, kecuali untuk cargo memrlukan prosedur khusus. Membatasi kebakaran. Jika memungkinkan, buang material yang terbakar atau pindahkan bahan lain dari area kebakaran. Jika tidak mungkin, semprotkan air. Memberitahukan polisi dan satuan pemadam kebakaran mengenai lokasi, bahan dan jumlah yang terbakar. Kebakaran ban Menghentikan kendaraan Menilai jenis kebakaran dan bahayanya 27

32 Merendam ban dengan air, jika tersedia Setelah direndam, ganti ban kendaraan dengan segera jika memungkinkan. Tempatkan ban 15 m dari kendaraan Jika api tidak dapat dipadamkan, kendarai dengan hati-hati sampai karet yang terbakar habis Memberitahukan polisi dan satuan pemadam kebakaran mengenai lokasi, bahan dan jumlah yang terbakar. Over heating pada brake drum Menghentikan kendaraan Menilai jenis kebakaran dan bahayanya Biarkan brake drum menjadi dingin atau rendam dengan air jika tersedia. Jangan mengendarai kendaraan sampai rem telah dibongkar, di inspeksi dan jika perlu diperbaiki. Jika api terus membesar dan tidak terkontrol, evakuasi seluruh personil dan memberitahukan polisi serta satuan pemadam kebakaran mengenai lokasi, bahan dan jumlah yang terbakar. 28

33 Lampiran B: Gambar Pemasangan Tanda Pada Kendaraan Pengangkit LPG Gambar 1 Ukuran dan Bentuk Plakat Pada Kendaraan Pengangkut LPG 29

34 Gambar 2. Penempatan Plakat pada Kendaraan Pengangkut LPG 30

35 Gambar 3. Ukuran dan Penempatan Tulisan Nama Perusahaan pada Kendaraan Pengangkut LPG 31

PEDOMAN TEKNIS TRANSPORTASI LPG DENGAN MODA ANGKUTAN DARAT

PEDOMAN TEKNIS TRANSPORTASI LPG DENGAN MODA ANGKUTAN DARAT PEDOMAN TEKNIS TRANSPORTASI LPG DENGAN MODA ANGKUTAN DARAT Bagian 2 dari 5 Pedoman PEDOMAN TEKNIS INSTALASI PENGISIAN, PENANGANAN DAN PENGGUNAAN SERTA PEMERIKSAAN BERKALA LIQUEFIED PETROLEUM GAS (LPG)

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DI JALAN

PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DI JALAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.725/AJ.302/DRJD/2004 TANGGAL : 30 April 2004 PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DI JALAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PENYIMPANAN TABUNG LPG DI PENYALUR DAN PENGGUNAAN LPG UNTUK PENGGUNA

PEDOMAN TEKNIS PENYIMPANAN TABUNG LPG DI PENYALUR DAN PENGGUNAAN LPG UNTUK PENGGUNA PEDOMAN TEKNIS PENYIMPANAN TABUNG LPG DI PENYALUR DAN PENGGUNAAN LPG UNTUK PENGGUNA PEDOMAN TEKNIS PENYIMPANAN TABUNG LPG DI PENYALUR DAN PENGGUNAAN LPG UNTUK PENGGUNA Bagian 5 dari 5 Pedoman PEDOMAN

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PENYIMPANAN TABUNG LPG DI PENYALUR DAN PENGGUNAAN LPG UNTUK PENGGUNA

PEDOMAN TEKNIS PENYIMPANAN TABUNG LPG DI PENYALUR DAN PENGGUNAAN LPG UNTUK PENGGUNA PEDOMAN TEKNIS PENYIMPANAN TABUNG LPG DI PENYALUR DAN PENGGUNAAN LPG UNTUK PENGGUNA Bagian 5 dari 5 Pedoman PEDOMAN TEKNIS INSTALASI PENGISIAN, PENANGANAN DAN PENGGUNAAN SERTA PEMERIKSAAN BERKALA LIQUEFIED

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PENYIMPANAN TABUNG LPG DI PENYALUR DAN PENGGUNAAN LPG UNTUK PENGGUNA

PEDOMAN TEKNIS PENYIMPANAN TABUNG LPG DI PENYALUR DAN PENGGUNAAN LPG UNTUK PENGGUNA PEDOMAN TEKNIS PENYIMPANAN TABUNG LPG DI PENYALUR DAN PENGGUNAAN LPG UNTUK PENGGUNA Bagian 5 dari 5 Pedoman PEDOMAN TEKNIS INSTALASI PENGISIAN, PENANGANAN DAN PENGGUNAAN SERTA PEMERIKSAAN BERKALA TABUNG

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PEMELIHARAAN TABUNG LPG

PEDOMAN TEKNIS PEMELIHARAAN TABUNG LPG PEDOMAN TEKNIS PEMELIHARAAN TABUNG LPG Bagian 4 dari 5 Pedoman PEDOMAN TEKNIS INSTALASI PENGISIAN, PENANGANAN DAN PENGGUNAAN SERTA PEMERIKSAAN BERKALA LIQUEFIED PETROLEUM GAS (LPG) KEMENTERIAN ENERGI DAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT UPAYA PENCEGAHAN KEDARURATAN PENGELOLAAN LIMBAH B3 DAN PENGATURAN LALU LINTAS SAAT TERJADI KEADAAN DARURAT Jl. Medan Merdeka Barat 8 Jakarta

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1993 TENTANG KENDARAAN DAN PENGEMUDI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1993 TENTANG KENDARAAN DAN PENGEMUDI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1993 TENTANG KENDARAAN DAN PENGEMUDI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 273 (1) Setiap penyelenggara Jalan yang tidak dengan segera dan patut memperbaiki Jalan yang rusak yang mengakibatkan Kecelakaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1993 TENTANG KENDARAAN DAN PENGEMUDI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN. NOMOR : 14 TAHUN 2007 KM. 74 Tahun 1990 TENTANG KENDARAAN PENGANGKUT PETI KEMAS DI JALAN

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN. NOMOR : 14 TAHUN 2007 KM. 74 Tahun 1990 TENTANG KENDARAAN PENGANGKUT PETI KEMAS DI JALAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : 14 TAHUN 2007 KM. 74 Tahun 1990 TENTANG KENDARAAN PENGANGKUT PETI KEMAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut.

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut. BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Klasifikasi Gedung dan Risiko Kebakaran Proyek pembangunan gedung Rumah Sakit Pendidikan Universitas Brawijaya Malang merupakan bangunan yang diperuntukkan untuk gedung rumah sakit.

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1993 Tentang : Kendaraan Dan Pengemudi

Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1993 Tentang : Kendaraan Dan Pengemudi Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1993 Tentang : Kendaraan Dan Pengemudi Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 44 TAHUN 1993 (44/1993) Tanggal : 14 JULI 1993 (JAKARTA) Sumber : LN 1993/64; TLN NO.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG

PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR : 03/BAPPEBTI/PER-SRG/7/2007 TANGGAL : 9 JULI 2007 PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP 1. Ruang lingkup

Lebih terperinci

189. Setiap kuantitas yang lebih besar dari 50 liter harus dihapus dari ruang ketika tidak digunakan dan disimpan di toko yang dirancang dengan baik

189. Setiap kuantitas yang lebih besar dari 50 liter harus dihapus dari ruang ketika tidak digunakan dan disimpan di toko yang dirancang dengan baik Ducting Standard : 67. Duct harus diatur sehingga uap tidak berkondensasi dan mengendap di dasar duct. Dalam kebanyakan kasus sebaiknya saluran ventilasi diakhiri dengan : Setidaknya 3 meter di atas level

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN Setiap melakukan penelitian dan pengujian harus melalui beberapa tahapan-tahapan yang ditujukan agar hasil penelitian dan pengujian tersebut sesuai dengan standar yang ada. Caranya

Lebih terperinci

Tips Mencegah LPG Meledak

Tips Mencegah LPG Meledak Tips Mencegah LPG Meledak Beberapa rekan pernah menyampaikan tips tips mencegah peledakan LPG di rumah tangga. Saya hanya mencoba mengingatkan kembali akan pentingnya kewaspadaan pengelolaan LPG di rumah

Lebih terperinci

Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban

Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban HOUSEKEEPING Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban Penerapan housekeeping yang baik dapat mendukung terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan nyaman. Housekeeping

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DI JALAN

PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DI JALAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.725/AJ.302/DRJD/2004 TANGGAL : 30 April 2004 PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DI JALAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN

Lebih terperinci

Handling dan Tata Cara Pemakaian Tabung ELPIJI.hingga. ke Outlet

Handling dan Tata Cara Pemakaian Tabung ELPIJI.hingga. ke Outlet Handling dan Tata Cara Pemakaian Tabung ELPIJI.hingga ke Outlet 1 Urgensi Memelihara Tabung ELPIJI Gas ELPIJI terkenal dengan sifatnya yang mudah terbakar, sehingga kebocoran pada peralatan ELPIJI beresiko

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.2574/AJ.403/DRJD/2017

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.2574/AJ.403/DRJD/2017 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.2574/AJ.403/DRJD/2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN INSPEKSI KESELAMATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR

Lebih terperinci

PROSEDUR PERLENGKAPAN PEMADAM KEBAKARAN. A. Perlengkapan Pemadam Kebakaran 1. Sifat api Bahan bakar, panas dan oksigen harus ada untuk menyalakan api.

PROSEDUR PERLENGKAPAN PEMADAM KEBAKARAN. A. Perlengkapan Pemadam Kebakaran 1. Sifat api Bahan bakar, panas dan oksigen harus ada untuk menyalakan api. A. Perlengkapan Pemadam Kebakaran 1. Sifat api Bahan bakar, panas dan oksigen harus ada untuk menyalakan api. Gambar 1. Bahan bakar adalah bahan yang dapat terbakar, baik padat, cair maupun gas. Bahan

Lebih terperinci

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.187, 2012 TRANSPORTASI. Kendaraan Bermotor. Pelanggaran. Pemeriksaan. Tata Cara. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5346) PERATURAN

Lebih terperinci

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG IZIN ANGKUTAN BARANG DAN PENGOPERASIAN ALAT BERAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 44 TAHUN 2010 STANDAR SPESIFIKASI TEKNIS PERALATAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA a. bahwa dalam Pasal 197 Peraturan

Lebih terperinci

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II Ada banyak hal yang termasuk kategori pelanggaran lalu lintas yang diatur dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009. Dan sudah seharusnya masyarakat mengetahui jenis

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 43 TAHUN 2010

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 43 TAHUN 2010 MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 43 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR SPESIFIKASI TEKNIS GERBONG a. bahwa dalam Pasal 197 Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009

Lebih terperinci

MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN

MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN III.1.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1975 TENTANG PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1975 TENTANG PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1975 TENTANG PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa zat radioaktif mengandung bahaya radiasi, baik terhadap

Lebih terperinci

Overview of Existing SNIs for Refrigerant

Overview of Existing SNIs for Refrigerant One day Seminar on Energy Efficient Machinery for Building 19 Mei 2016 Bromo Room, Gedung Pusat Niaga, 6th Floor JAKARTA INTERNATIONAL EXPO, KEMAYORAN Overview of Existing SNIs for Refrigerant Ari D. Pasek

Lebih terperinci

LEMBAR OBSERVASI PERSYARATAN PERILAKU SELAMAT PADA PENGEMUDI KENDARAAN PENGANGKUT BAHAN KIMIA BERBAHAYA

LEMBAR OBSERVASI PERSYARATAN PERILAKU SELAMAT PADA PENGEMUDI KENDARAAN PENGANGKUT BAHAN KIMIA BERBAHAYA Lampiran LEMBAR OBSERVASI PERSYARATAN PERILAKU SELAMAT PADA PENGEMUDI KENDARAAN PENGANGKUT BAHAN KIMIA BERBAHAYA No Item Ya Tidak 1 Mei setiap kendaraan pengangkut bahan berbahaya dan beracun (B3) dengan

Lebih terperinci

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran. LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN Pencegahan Kebakaran

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR 300.K/38/M.pe/1997 TENTANG KESELAMATAN KERJA PIPA PENYALUR MINYAK DAN GAS BUMI

KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR 300.K/38/M.pe/1997 TENTANG KESELAMATAN KERJA PIPA PENYALUR MINYAK DAN GAS BUMI Page 1 of 7 KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR 300.K/38/M.pe/1997 TENTANG KESELAMATAN KERJA PIPA PENYALUR MINYAK DAN GAS BUMI MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Penerapan Pengendalian Visual di Tempat Kerja. Rambu K3 : Kumpulan Rambu Bahaya K3 (Safety Sign)

Penerapan Pengendalian Visual di Tempat Kerja. Rambu K3 : Kumpulan Rambu Bahaya K3 (Safety Sign) Penerapan Pengendalian Visual di Tempat Kerja Rambu K3 : Kumpulan Rambu Bahaya K3 (Safety Sign) Penerapan Pengendalian Visual di Tempat Kerja Contoh Penerapan Pengendalian Visual 5R di Tempat Kerja Label

Lebih terperinci

4. Pencegahan Dan Perlindungan Kebakaran SUBSTANSI MATERI

4. Pencegahan Dan Perlindungan Kebakaran SUBSTANSI MATERI 4. Pencegahan Dan Perlindungan Kebakaran Modul Diklat Basic PKP-PK 4.1 Penjelasan bahaya kebakaran (Fire Hazard) 4.1.1 Fire Hazard Timbulnya fire hazard disebabkan adanya 3 unsur yaitu : a. Material yang

Lebih terperinci

1.1 ISOLASI Gagal Mengisolasi

1.1 ISOLASI Gagal Mengisolasi 1.1 ISOLASI 1.1.1 Gagal Mengisolasi Sebuah pompa sedang dipreteli untuk perbaikan. Ketika tutupnya dibuka, minyak panas di atas temperatur nyala-otomatis, menyembur dan terbakar. Tiga orang terbunuh, dan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 35 TAHUN 2003 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 35 TAHUN 2003 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 35 TAHUN 2003 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3 1 dari 7 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Tanggal terbit Ditetapkan, Direktur RS. Dedy Jaya Brebes PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN PROSEDUR dr. Irma Yurita 1. Identifikasi bahaya B3 (Bahan Berbahaya dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 48 ayat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TAHUN 2012 NOMOR 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TAHUN 2012 NOMOR 4 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TAHUN 2012 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DI KABUPATEN TANAH LAUT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Jalan KEMENTERIAN PERHUBUNGAN Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Jalan DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor : 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. 2. Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 16 Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 1992/49, TLN 3480]

UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 1992/49, TLN 3480] UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 1992/49, TLN 3480] BAB XIII KETENTUAN PIDANA Pasal 54 Barangsiapa mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang tidak sesuai

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR: 300.K/38/M.PE/1997 TENTANG KESELAMATAN KERJA PIPA PENYALUR MINYAK DAN GAS BUMI,

KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR: 300.K/38/M.PE/1997 TENTANG KESELAMATAN KERJA PIPA PENYALUR MINYAK DAN GAS BUMI, [Home] KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR: 300.K/38/M.PE/1997 TENTANG KESELAMATAN KERJA PIPA PENYALUR MINYAK DAN GAS BUMI, MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI Menimbang: a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Daftar Isi

Kata Pengantar. Daftar Isi Kata Pengantar Daftar Isi Oiltanking berkomitmen untuk menjalankan semua kegiatan usaha dengan cara yang aman dan efisien. Tujuan kami adalah untuk mencegah semua kecelakaan, cidera dan penyakit akibat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Angkutan Umum Angkutan pada dasarnya adalah sarana untuk memindahkan orang dan atau barang dari satu tempat ke tempat lain. Tujuannya membantu orang atau kelompok orang menjangkau

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 2009/96, TLN 5025]

UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 2009/96, TLN 5025] UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 2009/96, TLN 5025] BAB XX KETENTUAN PIDANA Pasal 273 (1) Setiap penyelenggara Jalan yang tidak dengan segera dan patut memperbaiki

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

BUPATI PENAJAM PASER UTARA 9 BUPATI PENAJAM PASER UTARA PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DI WILAYAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 48 ayat

Lebih terperinci

REKOMENDASI SEGERA Investigasi Kecelakaan Lalu Lintas Angkutan Jalan

REKOMENDASI SEGERA Investigasi Kecelakaan Lalu Lintas Angkutan Jalan REKOMENDASI SEGERA Investigasi Kecelakaan Lalu Lintas Angkutan Jalan Tabrakan Beruntun Antara Mobil Barang Truk Semi Trailer H-1636-BP dengan Mobil Barang Truk Kayu,H-1578-RG, Mobil Barang Isuzu Box,H-1847-HD,

Lebih terperinci

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI FINAL KNKT-13-02-01-01 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MOBIL BARANG BAK MUATAN TERTUTUP SUMBU GANDA L-9763-UA MENABRAK

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menunjang keselamatan lalu lintas

Lebih terperinci

Ketentuan gudang komoditi pertanian

Ketentuan gudang komoditi pertanian Standar Nasional Indonesia Ketentuan gudang komoditi pertanian ICS 03.080.99 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar Isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1 2 Istilah dan definisi...1 3 Persyaratan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK.1763/AJ.501/DRJD/2003 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK.1763/AJ.501/DRJD/2003 TENTANG KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK.1763/AJ.501/DRJD/2003 TENTANG PETUNJUK TEKNIS TANGGAP DARURAT KECELAKAAN KENDARAAN BERMOTOR ANGKUTAN PENUMPANG DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Tempat Kerja adalah ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau

Lebih terperinci

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1)

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1) CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1) 1. Fungsi Marka jalan adalah : a. Untuk memberi batas jalan agar jalan terlihat jelas oleh pemakai jalan Yang sedang berlalu lintas dijalan. b. Untuk menambah dan mengurangi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU

PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALINAU NOMOR 15 TAHUN 2005 TENTANG IJIN ANGKUTAN BARANG DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALINAU, Menimbang : a. bahwa dengan adanya

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1975 Tentang : Pengangkutan Zat Radioaktip

Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1975 Tentang : Pengangkutan Zat Radioaktip Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1975 Tentang : Pengangkutan Zat Radioaktip Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 13 TAHUN 1975 (13/1975) Tanggal : 16 APRIL 1975 (JAKARTA) Sumber : LN 1975/17; TLN

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal

Lebih terperinci

KEBIJAKAN SEKTOR PERHUBUNGAN DALAM RANGKA PENGANGKUTAN LIMBAH B3

KEBIJAKAN SEKTOR PERHUBUNGAN DALAM RANGKA PENGANGKUTAN LIMBAH B3 KEBIJAKAN SEKTOR PERHUBUNGAN DALAM RANGKA PENGANGKUTAN LIMBAH B3 disampaikan oleh : Kepala Pusat Kajian Kemitraan dan Pelayanan Jasa Transportasi Kementerian Perhubungan dalam acara : Sosialisasi Kebijakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 16 Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, S A L I N A N PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, S A L I N A N PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGELOLAAN AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN HULU MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI DENGAN

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4 1. Cara aman membawa alat gelas adalah dengan... SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4 Satu tangan Dua tangan Dua jari Lima jari Kunci Jawaban : B Alat-alat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 35 TAHUN 2005 TENTANG IJIN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN BARANG DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

SPESIFIKASI TEKNIK KOMPOR GAS BAHAN BAKAR LPG SATU TUNGKU DENGAN SISTEM PEMANTIK MEKANIK KHUSUS UNTUK USAHA MIKRO

SPESIFIKASI TEKNIK KOMPOR GAS BAHAN BAKAR LPG SATU TUNGKU DENGAN SISTEM PEMANTIK MEKANIK KHUSUS UNTUK USAHA MIKRO LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR : 56/M-IND/PER/5/2009 TANGGAL : 28 Mei 2009 ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN

SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN LAMPIRAN II PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) ANGKUTAN PEMADU MODA TRAYEK BANDARA SULTAN SYARIF KASIM II PEKANBARU BANGKINANG

STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) ANGKUTAN PEMADU MODA TRAYEK BANDARA SULTAN SYARIF KASIM II PEKANBARU BANGKINANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) ANGKUTAN PEMADU MODA TRAYEK BANDARA SULTAN SYARIF KASIM II PEKANBARU BANGKINANG 1. STANDAR TEKNIS KENDARAAN a. Menggunakan kendaraan jenis bus medium/sedang; b. Umur kendaraan

Lebih terperinci

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Audit Keselamatan Kebakaran Gedung PT. X Jakarta Tahun 2009 DAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA Data Umum Gedung a. Nama bangunan : b. Alamat

Lebih terperinci

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Lalu lintas adalah gerak kendaraan, orang, dan hewan di jalan;

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 16 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Sistem pemadam kebakaran atau sistem fire fighting disediakan digedung sebagai preventif (pencegahan) terjadinya kebakaran. Sistem ini terdiri dari sistem sprinkler,

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA Menimbang : DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA 1. Bahwa penanggulangan kebakaran

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DI KABUPATEN BULUNGAN.

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DI KABUPATEN BULUNGAN. BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DI KABUPATEN BULUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah BAB V PEMBAHASAN A. Identifikasi Potensi Bahaya PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah mengidentifikasi potensi bahaya yang dapat ditimbulkan dari seluruh kegiatan proses produksi.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA. (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor 2 Tahun 2001 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA)

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA. (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor 2 Tahun 2001 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor 2 Tahun 2001 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 45 TAHUN 2000 (45/2000) TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PENANGGULANGAN KEDARURATAN AKIBAT KECELAKAAN B3 DAN LIMBAH B3

PEDOMAN PENANGGULANGAN KEDARURATAN AKIBAT KECELAKAAN B3 DAN LIMBAH B3 PEDOMAN PENANGGULANGAN KEDARURATAN AKIBAT KECELAKAAN B3 DAN LIMBAH B3 Disampaikan pada tanggal 23 November 2017 DIREKTORAT PEMULIHAN KONTAMINASI DAN TANGGAP DARURAT LIMBAH B3 DIRJEN PENGELOLAAN SAMPAH,

Lebih terperinci

Proteksi Bahaya Kebakaran Kebakaran Kuliah 11

Proteksi Bahaya Kebakaran Kebakaran Kuliah 11 Proteksi Bahaya Kebakaran Kuliah 11 Penanggulangan Bahaya Kebakaran Beberapa kebakaran pabrik yang menewaskan pekerja di China dalam 10 th Tahun Tempat Perusahaan Meninggal 1991 Cina Pabrik jas hujan 72

Lebih terperinci

2013, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negar

2013, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negar LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.156, 2013 TRANSPORTASI. Darat. Laut. Udara. Kecelakaan. Investigasi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5448) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

2. DETONATOR 1. DEFINISI BAHAN PELEDAK

2. DETONATOR 1. DEFINISI BAHAN PELEDAK UNDANGUNDANG No. 1 Tahun 1970, Tentang Keselamatan Kerja UNDANGUNDANG No. 4 Tahun 2009, Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara PP No. 19 Tahun 1973, Tentang Pengaturan dan Pengawasan K3 Pertambangan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT302 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

Handling dan Tata Cara Pemakaian Tabung ELPIJI.hingga

Handling dan Tata Cara Pemakaian Tabung ELPIJI.hingga Sub chapter # 1 Handling dan Tata Cara Pemakaian Tabung ELPIJI.hingga ke Outlet 1 Urgensi Memelihara Tabung ELPIJI Gas ELPIJI terkenal dengan sifatnya yang mudah terbakar, sehingga kebocoran pada peralatan

Lebih terperinci

Mengenal Undang Undang Lalu Lintas

Mengenal Undang Undang Lalu Lintas Mengenal Undang Undang Lalu Lintas JAKARTA, Telusurnews Sejak Januari 2010 Undang Undang Lalu Lintas Nomor 22 Tahun 2009 sudah efektif diberlakukan, menggantikan Undang Undang Nomor 14 Tahun 1992. Namun

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sungai sebagai sumber air sangat penting fungsinya dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 5 TAHUN : 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 5 TAHUN 20007 PENYELENGGARAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang BUPATI

Lebih terperinci

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5468 TRANSPORTASI. Perhubungan. Lalu Lintas. Angkutan Jalan. Jaringan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193) PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

Persyaratan Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 Yulinah Trihadiningrum 11 Nopember 2009

Persyaratan Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 Yulinah Trihadiningrum 11 Nopember 2009 Persyaratan Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 Yulinah Trihadiningrum 11 Nopember 2009 Sumber pencemar di perkotaan Hazardous waste storage Acuan Permen LH no. 30/2009 tentang Tentang Tata Laksana

Lebih terperinci

Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : SK.523/AJ.402/DRJPD/2015 Tanggal : 25 Februarai 2015

Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : SK.523/AJ.402/DRJPD/2015 Tanggal : 25 Februarai 2015 Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : SK.523/AJ.402/DRJPD/2015 Tanggal : 25 Februarai 2015 PEDOMAN PELAKSANAAN INSPEKSI KESELAMATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BIDANG ANGKUTAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH B3

PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH B3 PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH B3 Oleh: Aep Purnama Kabid Prasarana Jasa dan Non Institusi Asdep Pengelolaan LB3 dan Kontaminasi LB3 DEFINISI UU No. 32/2009 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa ancaman

Lebih terperinci

Gambar struktur fungsi solenoid valve pneumatic

Gambar struktur fungsi solenoid valve pneumatic A. PNEUMATIK 1. Prinsip Kerja Peralatan Pneumatik Prinsip kerja dari solenoid valve/katup (valve) solenoida yaitu katup listrik yang mempunyai koil sebagai penggeraknya dimana ketika koil mendapat supply

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam upaya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2008 T E N T A N G PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Sandblasting Macam-Macam Abrasif Material untuk Sandblasting

Sandblasting Macam-Macam Abrasif Material untuk Sandblasting Sandblasting Sandblasting adalah suatu proses pembersihan dengan cara menembakan partikel (pasir) kesuatu permukaan material sehingga menimbulkan gesekan atau tumbukan. Permukaan material tersebut akan

Lebih terperinci

CRITICAL CARE UNIT. Berfikir kritis bagaimana tanda-tanda shock yang selalu kita hadapi dalam kegawatdaruratan medis di Unit Gawat Darurat

CRITICAL CARE UNIT. Berfikir kritis bagaimana tanda-tanda shock yang selalu kita hadapi dalam kegawatdaruratan medis di Unit Gawat Darurat CRITICAL CARE UNIT Berfikir kritis bagaimana tanda-tanda shock yang selalu kita hadapi dalam kegawatdaruratan medis di Unit Gawat Darurat Rabu, 16 Februari 2011 PROSEDUR TETAP MENGOPERASIKAN AMBULANS GAWAT

Lebih terperinci

P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API

P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API I. UMUM Perkeretaapian merupakan salah satu moda transportasi yang memiliki

Lebih terperinci