Sistem Pembayaran Non Tunai

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Sistem Pembayaran Non Tunai"

Transkripsi

1 Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement

2

3 Kodifikasi Peraturan Perbankan Indonesia Infrastruktur Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement Tim Penyusun Chandra Murniadi Siti Astiyah Wahyu Yuwana Wirza Ayu Novriana Widyadita Hasna Zulda Pusat Riset dan Edukasi Bank Sentral (PRES) Bank Indonesia Telp: Fax.: Hak Cipta 2014, Bank Indonesia 2014

4 Infrastruktur Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement DAFTAR ISI Paragraf Halaman Daftar Isi Rekam Jejak Regulasi Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement Dasar Hukum Regulasi Terkait Regulasi Bank Indonesia Hal. i v Hal. vi Hal. vii Hal. vii viii Hal. v Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement Ketentuan Umum Par 1 Hal. 1 Landasan Hukum Par 2 Hal. 1 2 Ketentuan dan Prosedur Par 3 Hal. 2 3 Pengelolaan Risiko Sistem Pembayaran Par 4 5 Hal. 3 4 Dana yang Digunakan dalam Penyelesaian Akhir (Settlemet Par 6 Hal.4 Assets) Kepastian Penyelesaian Akhir (Finality of Settlement) Par 7 Hal. 5 6 Keamanan dan Kehandalan Sistem BI-RTGS Par 8 Hal. 6 Efisiensi Penyelenggara Sistem BI-RTGS Par 9 Hal. 6 7 Kepesertaan Par 10 Hal. 7 8 Tata Kelola yang Baik (Good Governance) dalam Par 11 Hal. 8 Penyelenggaraan System BI-RTGS Pengawasan Sistem BI-RTGS (Oversight) Par 12 Hal. 8 9 Sanksi Par 13 Hal. 9 Pelaksanaan Transaksi melalui Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (Sistem BI-RTGS) dalam rangka Perlindungan kepada Nasabah Peserta Sistem BI-RTGS Tata Cara Pengisian Instruksi Transfer Par 14 Hal. 9 Pelaksanaan Instruksi Transfer dari Nasabah Peserta Pengirim Par 15 Hal. 10 Kesesuaian Penulisan Instruksi Transfer Par 16 Hal. 11 Penyampaian Dana kepada Nasabah Peserta Penerima Par 17 Hal Pengumuman Biaya Transfer dan Jam Pelayanan Nasabah untuk Par 18 Hal. 14 Transfer melalui Sistem BI-RTGS Tata Cara Penghitungan Bunga dan Kompensasi Par 19 Hal. 14 Lain-Lain Par 20 Hal. 14 Penetapan Biaya Penggunaan Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (Sistem BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia dalam Rangka Penerapan Treasury Single Account Pelaksana TSA Par 21 Hal Jenis Transaksi, Penggunaan Transaction Reference Number (TRN), dan Sansi Transaksi dalam Penerapan TSA Par 22 Hal. 15 i

5 Infrastruktur Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement Pengenaan Biaya Transaksi TSA Par 23 Hal Masa Transisi Sistem Par 24 Hal. 16 Batasan Nilai Nominal Per Transaksi Antar Bank untuk Kepentingan Nasabah melalui Sistem bank Indonesia Real Time Gross Settlement (Sistem BI-RTGS) Sehubungan dengan Hari Libur Nasional Tertentu. Pembatasan Nilai Nominal Per Transaksi yang Dapat Dilakukan Par 25 Hal melalui Sistem BI-RTGS pada Periode Tertentu Penyelenggaraan Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement Ketentuan Peralihan Par 24 Hal. 17 Lampiran Hal Lampiran 1 Pedoman Penyelenggaraan Sistem Bank Indonesia-Real Hal. 18 Time Gross Settlement (BI-RTGS) Halaman Judul Hal. 18 Bab I Pendahuluan Hal A. Latar Belakang Hal B. Ketentuan Umum Hal Bab II Landasan Hukum Hal Bab III Ketentuan dan Prosedur Hal A. Ketentuan dan Prosedur Umum Hal Disain Sistem Hal Pelaksanaan Operasional RT Hal Fungsi-Fungsi dalam RT Hal Pengoperasian dan Prosedur Pembukuan Transaksi Secara Hal Umum 5. Transaksi dengan Pengaturan Khusus Hal Fasilitas warehouse dalam Sistem BI-RTGS Hal Jam Operasional Hal Perubahan Jam Operasional Hal Permintaan Perpanjangan Window Time TRN oleh Peserta Hal Libur Fakultatif Hal Hal-hal yang harus dilakukan Penyelenggara dan Peserta Hal dalam Penyelenggaraan Sistem BI-RTGS a. Penyelenggara Hal b. Peserta Hal Akses Informasi perihal Ketentuan dan Prosedur Hal.62 B. Kondisi gangguan dan/atau Keadaan Darurat Hal Kondisi gangguan dan/atau Keadaan Darurat di Hal Penyelenggara 2. Kondisi gangguan dan/atau Keadaan Darurat di Peserta Hal C. Penggunaan Bilyet Giro Bank Indonesia (BGBI) dalam Kondisi Hal. 69 Tertentu Bab IV Pengelolaan Risiko Kredit dan Risiko Likuiditas Hal A. Metode Penyelesaian Akhir Hal B. Jenis Transaksi Hal ii

6 Infrastruktur Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement C. Penyediaan Informasi Saldo Rekening Giro Hal. 74 D. Fasilitas Likuiditas Intrahari dan Fasilitas Likuiditas Intrahari Hal. 74 Syariah E. Throughout Guidelines Hal F. Gridlock Resolution Hal. 74 G. Queue Mechanism Hal Bab V Dana Yang Digunakan Dalam Penyelesaian Akhir (Settlement Hal. 78 Assets) Bab VI Kepastian Penyelesaian Akhir Hal A. Transaksi bersifat final dan tidak dapat dibatalkan Hal. 79 B. Mekanisme Koreksi Transaksi Hal C. Pengembalian Dana (Retur) Hal. 82 D. Disain Sistem BI RTGS menjamin bahwa Peserta pengirim tidak Hal. 82 dapat membatalkan atau menarik kembali dana yang sudah diterima Peserta penerima E. Pembatalan transaksi dalam antrian (queue cancellation) Hal F. Pembatalan transaksi oleh sistem Hal. 83 G. Bukti Penyelesaian Akhir Transaksi Hal H. Jam Operasional Sistem BI-RTGS Hal. 84 Bab VII Keamanan dan Keandalan Sistem BI-RTGS Hal A. Sistem BI-RTGS dilaksanakan dengan standar keamanan yang Hal tinggi B. Kondisi gangguan dan/atau Keadaan Darurat Hal C. Kondisi gangguan dan/atau Keadaan Darurat Hal. 89 D. Pelatihan terhadap petugas yang terlibat dalam Hal. 89 penyelenggaraan Sistem BI-RTGS E. Peninjauan secara berkala atas standar keamanan Sistem BI- Hal. 89 RTGS dengan mengacu pada standar internasional F. Pelaksanaan security audit secara berkala Hal. 90 G. Pedoman Teknis Sistem BI-RTGS Hal. 90 H. Penyusunan capacity planning Hal. 90 Bab VIII Efisiensi Penyelenggaraan Sistem BI-RTGS Hal A. Kebijakan Penetapan Biaya Transaksi Sistem BI-RTGS Hal. 91 B. Jenis dan Besarnya Biaya dalam Sistem BI-RTGS Hal C. Tata Cara Penghitungan dan Pembebanan Biaya Hal. 92 Bab IX Kepesertaan Hal. 93 A. Kriteria Peserta Hal. 93 B. Persyaratan menjadi Peserta Hal C. Tata Cara menjadi Peserta Hal D. Tata Cara Perubahan Kepesertaan Hal E. Kegiatan Penyelenggara Dalam Rangka Memastikan Hal Kepatuhan Peserta dan Calon Peserta terhadap Ketentuan yang ditetapkan oleh Penyelenggara dan/atau Perjanjian Penggunaan Sistem BI-RTGS antara Penyelenggara dan Peserta F. Kegiatan Administratif dalam Kepesertaan Sistem BI RTGS Hal Bab X Tata Kelola Yang Baik Dalam Penyelenggaraan Sistem BI RTGS Hal. 126 Lampiran Hal. 127 Lampiran 3.1 : RCC Reason Code List Hal Lampiran 3.2 : Standardisasi Pengisian Message Transaksi Sistem BI-RTGS Hal iii

7 Infrastruktur Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement Lampiran 3.3 : Jam Operasional Sistem BI-RTGS Hal Lampiran 3.4 : Surat Penunjukan Pengambilan Fisik Uang Hal. 208 Lampiran 3.5 : Pedoman Penyusunan Kebijakan dan Prosedur Tertulis Lampiran 3.6 : Ruang Lingkup Pelaksanaan Pemeriksaan Internal Hal Hal.218 Lampiran 3.7 : Ruang Lingkup Pelaksanaan Security Audit Hal Lampiran 3.8a : Surat Permohonan Penggunaan Fasilitas Guest Hal.221 Bank untuk Peserta Sistem BI-RTGS Lampiran 3.8b : Surat Permohonan Penggunaan Fasilitas Guest Hal.222 Bank untuk Peserta Sistem BI-RTGS dan BI-SSSS Lampiran 3.9 : Pedoman Teknis Penggunaan Fasilitas Guest Bank Hal Lampiran 3.10 : Surat Permohonan Penggunaan Cek BI/BGBI Hal. 254 Lampiran 3.11 : Stempel Contingency Plan Sistem BI-RTGS Hal. 255 Lampiran 4.1 : Daftar Transaction Reference Number (TRN) Hal Lampiran 6.1 : Laporan Sistem BI-RTGS pada Peserta Hal Lampiran 9.1 : Perjanjian Penggunaan Sistem BI-RTGS antara Hal Penyelenggara dengan Peserta Langsung (Bank) Lampiran 9.2 : Perjanjian Penggunaan Sistem BI-RTGS antara Hal Penyelenggara dengan Peserta Langsung (Pihak selain Bank) Lampiran 9.3 : Perjanjian Penggunaan Sistem BI-RTGS antara Hal Penyelenggara dengan Peserta Tidak Langsung (Bank) Lampiran 9.4 : Perjanjian Penggunaan Sistem BI-RTGS antara Hal Penyelenggara dengan Peserta Tidak Langsung (Pihak selain Bank) Lampiran 9.5 : Surat Permohonan Pembukaan Rekening Giro Hal Rupiah dan Peserta Langsung Lampiran 9.6 : Data Kepesertaan Peserta Langsung Hal. 311 Lampiran 9.7 : Surat Kuasa Hak Substitusi untuk Peserta Hal Langsung Lampiran 9.8 : Surat Kuasa tanpa Hak Substitusi untuk Peserta Hal Langsung Lampiran 9.9 : Surat Kuasa tanpa Hak Substitusi untuk Peserta Hal. 316 Langsung/Peserta Tidak Langsung Khusus Pengambilan Fisik Uang Lampiran 9.10: Surat Kuasa tanpa Hak Substitusi untuk Peserta Hal. 317 Langsung/Peserta Tidak Langsung Khusus Pengambilan Advis Lampiran 9.11: Surat Pemberitahuan Perubahan Direksi untuk Hal Peserta Langsung Lampiran 9.12: Surat Permohonan Pembuatan Spesimen Tanda Hal. 320 Tangan bagi Pejabat Penerima Kuasa Direksi Lampiran 9.13: Surat Permohonan Pembuatan Spesimen Tanda Hal. 321 Tangan bagi Pejabat Penerima Kuasa Substitusi untuk Pengambilan Fisik Uang Lampiran 9.14: Surat Pernyataan Spesimen Tanda Tangan bagi Hal. 322 Pejabat Penerima Kuasa Direksi Lampiran 9.15: Surat Pernyataan Spesimen Tanda Tangan bagi Hal. 323 Penerima Kuasa Substitusi untuk Pengambilan Fisik Uang Lampiran 9.16: Surat Pemberitahuan Penandatangan Perjanjian Hal. 324 Lampiran 9.17: Surat Kuasa Penandatangan Perjanjian Hal. 325 Lampiran 9.18: Surat Penyampaian Authenticator Text Hal. 326 iv

8 Infrastruktur Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement Lampiran 9.19: Permohonan Pembukaan Rekening Giro Rupiah Hal. 327 dan Peserta Tidak Langsung Lampiran 9.20: Data Kepesertaan Peserta Tidak Langsung Hal. 328 Lampiran 9.21: Surat Kuasa Hak Substitusi untuk Peserta Tidak Hal Langsung Lampiran 9.22: Surat Kuasa tanpa Hak Substitusi untuk Peserta Hal Tidak Langsung Lampiran 9.23: Surat Pemberitahuan Perubahan Direksi untuk Hal Peserta Tidak Langsung Lampiran 9.24: Surat Bank Peserta Merger Hal. 335 Lampiran 9.25: Contoh Surat dari Bank Hasil Merger mengenai Hal Pelaksanaan Merger Lampiran 9.26: Surat Pernyataan Bank Hasil Merger Hal Lampiran 9.27: Surat Bank Hasil Konsolidasi Hal. 340 Lampiran 9.28: Surat Bank Peserta Konsolidasi Hal. 341 Lampiran 9.29: Surat Pernyataan Pencabutan Kuasa Hal. 342 Lampiran 9.30: Surat Pemberitahuan Pencabutan Wewenang Hal. 343 Direksi Lampiran 2 Perhitungan Bunga dan Kompensasi Hal Lampiran 3 Jenis Transaksi, Penggunaan Transaction Reference Hal Number (TRN) dan Sandi Transaki Dalam Rangka Penerapan TSA Melalui Sistem BI-RTGS dan SKNBI v

9 Infrastruktur Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement Rekam Jejak Regulasi Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement -Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang -Keputusan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Nomor 2/1/KEP.PPATK/2003 tentang Pedoman Umum Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang bagi Penyedia Jasa Keuangan -Peraturan Perbankan Indonesia Nomor 14/27/PBI/2012 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum -Peraturan Perbankan Indonesia Nomor 14/10/PBI/2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Perbankan Indonesia Nomor 7/14/PBI/ 2005 tentang Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit dalam Valuta Asing oleh Bank -Peraturan Perbankan Indonesia Nomor 14/3/PBI/2012 tentang Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Penyelenggaraan Jasa Sistem Pembayaran Selain Bank -Peraturan Perbankan Indonesia Nomor 12/13/PBI/2010 tentang Perubahan atas PBI No.10/29/PBI/2008 tentang Fasilitas Likuiditas Intrahari Bagi Bank Umum -Peraturan Perbankan Indonesia Nomor 11/32/PBI/2009 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Perbankan Indonesia Nomor 2/24/PBI/ 2000 tentang Hubungan Rekening Giro antara Bank Indonesia Dengan Pihak Ekstern -Peraturan Perbankan Indonesia Nomor 11/30/PBI/2009 tentang Fasilitas Likuiditas Intrahari Berdasarkan Prinsip Syariah -Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/38/DASP 2012 tentang Pedoman Standar Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme bagi Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran Selain Bank -Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/22/DPM 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/23 DPD 2005 tentang Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit Valuta Asing oleh Bank -Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/29/DASP 2010 tentang Tata Cara Pemberian Fasilitas Likuiditas Intrahari bagi Bank Umum -Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/4/DASP 2010 tentang Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/17/DPM 2009 tentang Tata Cara Pemberian Fasilitas Likuiditas Intrahari Berdasarkan Prinsip Syariah -Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/31/DPNP 2009 tentang Pedoman standar Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme bagi Bank Umum -Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/25/DASP 2007 tentang Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/34/DASP 2006 tentang Hubungan Rekening Giro Antara Bank Indonesia Dengan Pihak Ekstern -Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/32/DPNP 2003 tentang Perubahan atas Surat Edaran bank Indonesia Nomor 3/29/DPNP 2001 tentang Pedoman Standar Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah Bab III huruf A.11 butir a.2).e) dan huruf A.12 Lampiran SE No. 12/1/ DASP 2010 SE 9/22/DASP 2007 Penetapan Biaya Penggunaan Sistem BI-RTGS & SKN-BI Dalam Rangka Pelaksanaan Uji Coba TSA Pemerintah SE 8/20/DASP 2006 Penetapan Biaya Penggunaan Sistem BI-RTGS & SKN-BI dlm Rangka Pelaksanaan Uji Coba TSA Pemerintah SE 8/12/DASP 2006 Penetapan Biaya Penggunaan Sistem BI-RTGS Selama Periode Uji Coba TSA Pemerintah melalui Mekanisme Rekening Pengeluaran Kuasa Bendahara Umum Negara Pusat/ Daerah pd BU SE 7/62/DASP 2005 Sistem BI-RTGS SE 7/47/DASP 2005 Batasan Nilai Nominal Per Transaksi Antar Bank untuk Kepentingan Nasabah Melalui Sistem BI-RTGS Sehubungan dengan Hari Libur Nasional SE 6/45/DASP 2004 Batasan Nominal Transaksi Antar Bank Untuk Kepentingan Nasabah Melalui Sistem BI-RTGS Sehubungan Dengan Hari Libur Nasional Tertentu 6/13/PBI 2004 Perubahan atas 6/8/PBI/2004 SE 16/18/DPSP 2014 Perubahan Atas SE BI no. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 perihal Penyelenggaraan Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement SE 12/1/DASP 2010 Penyelenggaraan Sistem BI-RTGS SE 10/12/DASP 2008 Penetapan Biaya Penggunaan Sistem BI-RTGS dan SKN-BI dlm Rangka Penetapan TSA SE 10/11/DASP 2008 Penyelenggaraan Sistem BI-RTGS SE 10/10/DASP 2008 Pelaksanaan Transaksi Melalui Sistem Sistem BI-RTGS dlm rangka Perlindungan kpd Nasabah Peserta Sistem BI-RTGS SE 10/9/DASP 2008 Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan dan Pengawasan Sistem BI-RTGS 10/6/PBI/2008 Sistem BI-RTGS SE 6/14/DASP 2004 Pedoman Penyusunan Kebijakan & Prosedur Tertulis, Laporan Pemeriksaan Internal, serta Laporan Hasil Security Audit 6/8/PBI/2004 Sistem BI-RTGS Pasal 23 Keterangan: Diubah Dicabut Terkait PBI Masih Berlaku PBI/SK Dir BI Tidak Berlaku SE Masih Berlaku SE Tidak Berlaku vi

10 Infrastruktur Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement Dasar Hukum : - Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2004 Regulasi Terkait : - Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang - Keputusan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Nomor 2/1/KEP.PPATK/2003 tentang Pedoman Umum Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang bagi Penyedia Jasa Keuangan - Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/27/PBI/2012 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum - Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/10/PBI/2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/14/PBI/2005 tentang Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit dalam Valuta Asing oleh Bank - Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/3/PBI/2012 tentang Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme bagi Penyelenggaraan Jasa Sistem Pembayaran Selain Bank - Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/13/PBI/2010 tentang Perubahan atas PBI No.10/29/PBI/2008 tentang Fasilitas Likuiditas Intrahari Bagi Bank Umum - Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/32/PBI/2009 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 2/24/PBI/2000 tentang Hubungan Rekening Giro antara Bank Indonesia Dengan Pihak Ekstern - Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/30/PBI/2009 tentang Fasilitas Likuiditas Intrahari Berdasarkan Prinsip Syariah - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/38/DASP 2012 perihal Pedoman Standar Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme bagi Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran Selain Bank - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/22/DPM 2012 perihal Perubahan Kedua Atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/23/DPD 2005 tentang Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit Valuta Asing oleh Bank - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/29/DASP 2010 perihal Tata Cara Pemberian Fasilitas Likuiditas Intrahari bagi Bank Umum - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/4/DASP 2010 perihal Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/17/DPM/2009 tentang Tata Cara Pemberian Fasilitas Likuiditas Intrahari Berdasarkan Prinsip Syariah - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/31/DPNP 2009 perihal Pedoman standar Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme bagi Bank Umum - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/25/DASP 2007 perihal Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/34/DASP/2006 tentang Hubungan Rekening Giro Antara Bank Indonesia dengan Pihak Ekstern Regulasi Bank Indonesia : - Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/6/PBI/2008 tentang Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 16/18/DPSP 2014 perihal Perubahan Atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/1/DASP/2010 tanggal 21 Januari 2010 perihal Penyelenggaraan Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/1/DASP/2010 perihal Penyelenggaraan Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/12/DASP 2008 perihal Penetapan Biaya Penggunaan Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia Dalam Rangka Penerapan Treasury Single Account vii

11 Infrastruktur Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/10/DASP 2008 perihal Pelaksanaan Transaksi Melalui Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (Sistem BI-RTGS) dalam rangka Perlindungan kepada Nasabah Peserta Sistem BI-RTGS - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/9/DASP 2008 perihal Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan dan Pengawasan Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/47/DASP 2005 perihal Batasan Nilai Nominal Per Transaksi Antar Bank untuk Kepentingan Nasabah Melalui Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement Sehubungan dengan Hari Libur Nasional. viii

12 Infrastruktur Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Stabilitas Sistem Pembayaran Infrastruktur Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement BAB I Ketentuan Umum 1 Pasal 1 10/6/PBI/ Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement, yang selanjutnya disebut Sistem BI-RTGS, adalah suatu sistem transfer dana elektronik antar Peserta dalam mata uang Rupiah yang penyelesaiannya dilakukan secara seketika per transaksi secara individual. 2. Penyelenggara Sistem BI-RTGS, yang selanjutnya disebut Penyelenggara, adalah Bank Indonesia c.q. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran (DASP). 3. Peserta Sistem BI-RTGS, yang selanjutnya disebut Peserta, adalah bank dan pihak selain bank yang telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Penyelenggara, serta Bank Indonesia. 4. Rekening Giro adalah rekening Peserta dalam mata uang Rupiah yang ditatausahakan di Bank Indonesia yang digunakan untuk penyelesaian akhir transaksi. 5. Penyelesaian Akhir (settlement), yang selanjutnya disebut Penyelesaian Akhir, adalah kegiatan pendebetan dan pengkreditan Rekening Giro Peserta di Bank Indonesia. SE 12/1/DASP/2010 Huruf A angka 1 BAB II 2 Pasal 2 10/6/PBI/2008 ayat (1) SE 10/9/DASP Huruf A No. 1d Pasal 2 10/6/PBI/2008 ayat (2)-(4) Ketentuan mengenai penyelenggaraan sistem BI-RTGS sebagaimana tersebut di atas dituangkan dalam Pedoman Penyelenggaraan Sistem BI- RTGS Bab I mengenai Pendahuluan (Lampiran 1 Bab I). Landasan Hukum (1) Penyelenggaraan Sistem BI-RTGS harus didasarkan pada dasar hukum yang kuat. Dasar hukum yang kuat mengatur antara lain mengenai keabsahan penyelenggaraan Sistem BI-RTGS, kepastian hukum pelaksanaan transaksi melalui Sistem BI-RTGS, kepastian Penyelesaian Akhir (finality of settlement) dan kepastian hukum mengenai hal-hal yang harus dilakukan Penyelenggara dan kewajiban Peserta. Pengaturan tersebut selain didasarkan pada ketentuan ini dan ketentuan yang dikeluarkan oleh Penyelenggara juga ketentuan hukum yang berlaku seperti Kitab Undang- Undang Hukum Perdata yang merupakan dasar hukum untuk pembuatan perjanjian antara Penyelenggara dan Peserta. Kepastian hukum mengenai hal-hal yang harus dilakukan Penyelenggara dan kewajiban Peserta meliputi hak, kewajiban, serta tanggung jawab Penyelenggara dan Peserta. (2) Penyelenggara harus mengupayakan secara maksimal agar penyelenggaraan Sistem BI-RTGS memiliki dasar hukum yang kuat sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Dalam rangka mengupayakan penyelenggaraan Sistem BI-RTGS yang memiliki dasar hukum yang kuat, Penyelenggara antara lain melakukan 1

13 Infrastruktur Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan identifikasi kondisi atau keadaan tertentu melalui permintaan opini hukum. (3) Penyelenggara berwenang untuk mengatur hubungan hukum antara Penyelenggara dan Peserta dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang diatur dalam ketentuan ini. Prinsip-prinsip yang diatur dalam ketentuan ini antara lain adalah prinsip pengelolaan risiko, serta prinsip kejelasan mengenai hal-hal yang harus dilakukan oleh Penyelenggara dan kewajiban Peserta. (4) Hubungan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dituangkan dalam bentuk peraturan yang dikeluarkan oleh Penyelenggara dan perjanjian antara Penyelenggara dan Peserta. SE 12/1/DASP/2010 Huruf A angka 2 BAB III 3 Pasal 3 10/6/PBI/2008 Ketentuan mengenai penyelenggaraan sistem BI-RTGS sebagaimana tersebut di atas dituangkan dalam Pedoman Penyelenggaraan Sistem BI- RTGS Bab II mengenai Landasan Hukum (Lampiran 1 Bab 2). Ketentuan dan Prosedur (1) Penyelenggara harus menyusun ketentuan dan prosedur yang memberikan kejelasan kepada Peserta mengenai risiko finansial yang dihadapi Peserta sehubungan dengan keikutsertaannya dalam Sistem BI- RTGS. Ketentuan dan prosedur memuat antara lain disain sistem (system design), alur transaksi (flow of transactions), jam operasional dan prosedur manajemen risiko yang dapat menjelaskan segala risiko finansial yang berpotensi timbul sehubungan dengan keikutsertaan dalam Sistem BI-RTGS. Yang dimaksud dengan risiko finansial adalah risiko yang muncul dari transaksi keuangan yang berupa risiko likuiditas dan risiko kredit. Yang dimaksud dengan risiko likuiditas adalah risiko yang dihadapi Peserta apabila lawan transaksinya tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo, tetapi tidak berarti Peserta yang menjadi lawan transaksi tersebut berada dalam kondisi insolvensi (keadaan tidak mampu membayar). Yang dimaksud dengan risiko kredit adalah risiko yang dihadapi Peserta apabila lawan transaksinya tidak dapat memenuhi kewajibannya karena insolvensi. (2) Ketentuan dan prosedur yang disusun oleh Penyelenggara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi ketentuan dan prosedur penyelenggaraan Sistem BI-RTGS dalam kondisi normal, kondisi gangguan, dan/atau keadaan darurat. (3) Penyelenggara harus mempublikasikan ketentuan dan prosedur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Peserta dan pihak lainnya. Publikasi mengenai ketentuan dan prosedur yang telah disusun oleh Penyelenggara dilakukan antara lain melalui website Bank Indonesia atau disampaikan dalam forum pertemuan antara Penyelenggara dan Peserta. 2

14 Infrastruktur Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 12/1/DASP/2010 Huruf A angka 3 Ketentuan mengenai penyelenggaraan sistem BI-RTGS sebagaimana tersebut di atas dituangkan dalam Pedoman Penyelenggaraan Sistem BI- RTGS Bab III mengenai Ketentuan dan Prosedur (Lampiran 1 Bab 3). BAB IV 4 Pasal 4 10/6/PBI/2008 ayat (1) SE 10/9/DASP/2008 Huruf A No. 3b Pengelolaan Risiko Sistem Pembayaran (1) Penyelenggaraan Sistem BI-RTGS harus dilengkapi dengan prosedur yang jelas dalam melakukan pengelolaan risiko sistem pembayaran. Pengelolaan risiko sistem pembayaran oleh Penyelenggara dapat dilakukan antara lain dengan penyediaan: Fasilitas Likuiditas Intrahari, fasilitas monitoring saldo secara real time, gridlock detection dan gridlock resolution. Selain itu juga diperlukan tersedianya fasilitas pada Penyelenggara untuk melakukan monitoring antrian transaksi dan mengubah urutan prioritas transaksi. Pengelolaan risiko sistem pembayaran oleh Peserta dapat dilakukan antara lain dengan melakukan monitoring antrian transaksi dan mengubah urutan prioritas transaksi. SE 10/9/DASP/2008 Huruf A No. 3c d Himbauan kepada Peserta agar pengiriman transaksi tidak terakumulasi pada akhir jam operasional Sistem BI-RTGS yang dapat mengakibatkan kemacetan transaksi (gridlock), yaitu dengan memberikan pedoman untuk mengirimkan persentase tertentu dari volume transaksi sampai dengan batas waktu tertentu (throughput guidelines atau graduated payment schedule). Pembedaan biaya transaksi Sistem BI-RTGS berdasarkan waktu, untuk memberikan dorongan/insentif kepada Peserta agar mengirimkan transaksi lebih awal guna meminimalkan risiko likuiditas dan mencegah terjadinya gridlock. Pasal 4 10/6/PBI/2008 ayat (2) SE 12/1/DASP/2010 Huruf A angka 4 5 Pasal 5 10/6/PBI/2008 huruf a (2) Prosedur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menjelaskan tanggung jawab Penyelenggara dan Peserta untuk mengelola risiko sistem pembayaran dan harus mendorong Penyelenggara dan Peserta untuk mengelola risiko tersebut. Ketentuan mengenai penyelenggaraan sistem BI-RTGS sebagaimana tersebut di atas dituangkan dalam Pedoman Penyelenggaraan Sistem BI- RTGS Bab IV mengenai Pengelolaan Risiko Kredit dan Risiko Likuiditas (Lampiran 1 Bab 4). Dalam rangka meminimalkan risiko sistem pembayaran: a. Bank Indonesia dapat menetapkan jenis transaksi yang harus diselesaikan melalui Sistem BI-RTGS. Penetapan jenis transaksi yang harus diselesaikan melalui Sistem BI-RTGS didasarkan atas pertimbangan untuk meminimalkan risiko dalam sistem pembayaran dalam rangka menjaga stabilitas sistem keuangan. 3

15 Infrastruktur Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 10/9/DASP/2008 huruf B Jenis transaksi sebagaimana dimaksud dalam huruf a yaitu: 1. transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB) atau Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS); 2. transaksi antara bank dengan Bank Indonesia dalam rangka jual/beli Surat Berharga seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Utang Negara (SUN); 3. transaksi antar bank dalam rangka jual/beli Surat Berharga yang penyelesaiannya dilakukan dengan mekanisme Delivery Versus Payment (DVP) melalui BI-SSSS; 4. transaksi antar bank, baik untuk kepentingan bank sendiri maupun untuk kepentingan nasabah bank, dengan nilai nominal sesuai ketentuan batas nominal transfer kredit yang diatur dalam ketentuan mengenai system kliring nasional Bank Indonesia; 5. transaksi-transaksi lain yang harus diselesaikan oleh Peserta melalui Sistem BI-RTGS yang akan diberitahukan oleh Bank Indonesia. Selain jenis transaksi yang harus dilakukan melalui Sistem BI-RTGS sebagaimana dimaksud di atas, Penyelenggara berwenang untuk menetapkan transaksi-transaksi lain yang dapat diselesaikan melalui Sistem BI-RTGS. Pasal 5 10/6/PBI/2008 huruf b BAB V 6 Pasal 6 10/6/PBI/2008 b. Bank Indonesia menyediakan Fasilitas Likuiditas Intrahari sebagaimana dimaksud dalam ketentuan mengenai Fasilitas Likuiditas Intrahari dan Fasilitas Likuiditas Intrahari Syariah. Dana yang Digunakan dalam Penyelesaian Akhir (Settlement Assets) (1) Penyelesaian Akhir atas transaksi melalui Sistem BI-RTGS dilakukan dengan menggunakan dana yang terdapat pada Rekening Giro Peserta di Bank Indonesia. Rekening Giro Peserta di Bank Indonesia sebagai sumber dana Penyelesaian Akhir transaksi melalui Sistem BI-RTGS diatur sesuai dengan ketentuan mengenai hubungan rekening giro antara Bank Indonesia dengan pihak ekstern. (2) Penyelesaian Akhir transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila dana yang terdapat pada Rekening Giro Peserta di Bank Indonesia memiliki saldo yang cukup. Yang dimaksud dengan saldo yang cukup termasuk pula Fasilitas Likuiditas Intrahari yang diperoleh Peserta dari Bank Indonesia sesuai dengan ketentuan yang mengatur mengenai Fasilitas Likuiditas Intrahari dan Fasilitas Likuiditas Intrahari Syariah. SE 12/1/DASP/2010 huruf A angka 5 Ketentuan mengenai penyelenggaraan sistem BI-RTGS sebagaimana tersebut di atas dituangkan dalam Pedoman Penyelenggaraan Sistem BI- RTGS Bab V mengenai Dana yang digunakan dalam Penyelesaian Akhir (Lampiran 1 Bab 5). 4

16 Infrastruktur Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan BAB VI Kepastian Penyelesaian Akhir (Finality of Settlement) 7 Pasal 7 10/6/PBI/2008 (1) Penyelenggara menjamin bahwa disain Sistem BI-RTGS dapat memastikan hal-hal sebagai berikut: a. seluruh transaksi melalui Sistem BI-RTGS yang telah dilakukan Penyelesaian Akhirnya bersifat final dan tidak dapat dibatalkan secara sepihak oleh Peserta pengirim (final and irrevocable); Transaksi yang dapat dilakukan melalui Sistem BI-RTGS pada prinsipnya berupa transfer kredit, yaitu transaksi yang dilakukan oleh Peserta pengirim untuk mendebet Rekening Giro Peserta pengirim di Bank Indonesia dan mengkredit Rekening Giro Peserta penerima di Bank Indonesia. Khusus untuk Bank Indonesia sebagai Peserta, selain berupa transfer kredit dapat pula berupa transfer debet, yaitu transaksi yang dilakukan oleh Bank Indonesia untuk mendebet Rekening Giro Peserta penerima di Bank Indonesia dan mengkredit rekening lainnya di Bank Indonesia. Transfer debet tersebut hanya dapat dilakukan oleh Bank Indonesia dalam rangka penyelesaian kewajiban Peserta kepada Bank Indonesia atau kepada pemerintah Republik Indonesia dan koreksi atas transaksi selain untuk kepentingan nasabah Peserta yang diinput oleh Bank Indonesia. Yang dimaksud dengan tidak dapat dibatalkan secara sepihak oleh Peserta pengirim adalah Peserta pengi rim tidak dapat mendebet rekening Peserta penerima. Yang dapat dilakukan oleh Peserta pengirim adalah melakukan mekanisme koreksi atau mekanisme lainnya yang ditetapkan oleh Penyelenggara. b. Penyelesaian Akhir transaksi Sistem BI-RTGS dilakukan secara seketika (real time); dan Yang dimaksud dengan dilakukan secara seketika adalah pelaksanaan pendebetan rekening Peserta pengirim dan pengkreditan rekening Peserta penerima dilakukan segera setelah diterimanya perintah transfer dan dilakukannya proses validasi oleh sistem di Penyelenggara. c. Penyelesaian Akhir harus dilaksanakan pada jam operasional yang telah ditetapkan oleh Penyelenggara. Penyelenggara harus menetapkan jam operasional penyelenggaraan Sistem BI-RTGS, kondisi yang memungkinkan perubahan jam operasional, dan prosedur perubahan jam operasional, serta menjamin ketepatan pelaksanaan jam operasional. Penyelenggara harus menginformasikan secara jelas mengenai jam operasional penyelenggaraan Sistem BI-RTGS, kondisi yang memungkinkan perubahan jam operasional, dan prosedur perubahan jam operasional. (2) Penetapan jam operasional oleh Penyelenggara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c mencakup pula kondisi yang memungkinkan 5

17 Infrastruktur Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan perubahan dan/atau perpanjangan jam operasional. SE 12/1/DASP/2010 huruf A angka 6 BAB VII 8 Pasal 8 10/6/PBI/2008 Ketentuan mengenai penyelenggaraan sistem BI-RTGS sebagaimana tersebut di atas dituangkan dalam Pedoman Penyelenggaraan Sistem BI- RTGS Bab VI mengenai Kepastian Penyelesaian Akhir (Lampiran 1 Bab 6). Keamanan dan Kehandalan Sistem BI-RTGS (1) Sistem BI-RTGS harus diselenggarakan dengan tingkat keamanan yang tinggi dan dapat berfungsi (available) sepanjang jam operasional yang ditetapkan serta memiliki prosedur penanganan kondisi gangguan dan/atau keadaan darurat. Tingkat keamanan yang tinggi terkait dengan standar keamanan yang terpercaya dan layak diterapkan dengan mempertimbangkan aspek manfaat dan biaya (commercially reasonable) yang meliputi prinsip: a. kerahasiaan informasi (confidentiality); b. keutuhan informasi yang tidak mengalami perubahan atau modifikasi oleh pihak yang tidak berhak (integrity); c. metode yang digunakan untuk memverifikasi identitas pihak yang mengakses atau hardware yang digunakan dalam Sistem BI-RTGS (authentication); d. Pihak yang mengakses informasi tidak dapat menyangkal aktivitas akses yang dilakukannya (non-repudiability); dan e. dapat diaudit (auditability). Yang dimaksud dengan dapat berfungsi ( available) adalah sistem dapat beroperasi dengan baik sepanjang jam operasional. (2) Dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan Sistem BI-RTGS sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Penyelenggara harus: a. menyediakan sistem cadangan; b. menyusun mekanisme dan prosedur keberlangsungan penyelenggaraan Sistem BI-RTGS (Business Continuity Plan/BCP); dan c. melakukan hal-hal lain yang diperlukan dalam rangka menjamin keamanan dan kehandalan Sistem BI-RTGS. Business Continuity Plan (BCP) antara lain memuat alternatif penyelesaian transaksi melalui sistem lain apabila Sistem BI-RTGS tidak dapat beroperasi baik di Penyelenggara maupun Peserta. SE 12/1/DASP/2010 huruf A angka 7 BAB VIII 9 Pasal 9 10/6/PBI/2008 Ketentuan mengenai penyelenggaraan sistem BI-RTGS sebagaimana tersebut di atas dituangkan dalam Pedoman Penyelenggaraan Sistem BI- RTGS Bab VII mengenai Keamanan dan Keandalan Sistem BI-RTGS (Lampiran 1 Bab 7). Efisiensi Penyelenggara Sistem BI-RTGS (1) Penyelenggara menyampaikan informasi kepada Peserta mengenai tujuan, manfaat, dan hal-hal lain yang terkait dengan penyelenggaraan Sistem BI-RTGS. Termasuk dalam hal-hal lain misalnya dasar penetapan biaya transaksi 6

18 Infrastruktur Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan yang ditanggung oleh Peserta, biaya penyediaan likuiditas untuk melakukan Penyelesaian Akhir dan lain-lain. (2) Penyelenggaraan Sistem BI-RTGS harus efisien dan praktis untuk Peserta dan perekonomian secara umum. Prinsip efisien dan praktis pada ayat ini dievaluasi pada tahap pengembangan dan selama penyelenggaraan Sistem BI-RTGS. Apabila tingkat efisiensi dan kepraktisan penyelenggaraan Sistem BI-RTGS tidak dapat dicapai secara optimal, maka kondisi tidak optimal tersebut hanya dapat dibenarkan atas dasar pertimbangan manfaat, termasuk manfaat untuk perekonomian secara umum, antara lain penyelenggaraan Sistem BI-RTGS ditujukan untuk meminimalkan risiko sistem pembayaran dan mendukung stabilitas sistem keuangan. SE 12/1/DASP/2010 huruf A angka 8 BAB IX 10 Pasal 10 10/6/PBI/2008 ayat (1) (2)a SE 10/9/DASP/2008 huruf A No. 8 a Pasal 10 10/6/PBI/2008 ayat (2) b SE 10/9/DASP/2008 huruf A No. 8 a Pasal 10 10/6/PBI/2008 ayat (2) c SE 10/9/DASP/2008 Ketentuan mengenai penyelenggaraan sistem BI-RTGS sebagaimana tersebut di atas dituangkan dalam Pedoman Penyelenggaraan Sistem BI- RTGS Bab VIII mengenai Efisiensi Penyelenggaraan Sistem BI-RTGS (Lampiran 1 Bab 8). Kepesertaan (1) Penyelenggara harus menjamin bahwa kriteria kepesertaan bersifat obyektif dan transparan. Yang dimaksud dengan obyektif adalah keikutsertaan dan penghentian Peserta dalam Sistem BI-RTGS didasarkan pada syarat-syarat yang telah ditetapkan. (2) Untuk memastikan bahwa calon Peserta dan Peserta memenuhi persyaratan dan ketentuan yang ditetapkan oleh Penyelenggara, Penyelenggara berwenang untuk: a. mewajibkan calon Peserta untuk menyampaikan dokumen yang ditetapkan Penyelenggara; antara lain terkait dengan kepemilikan Rekening Giro dan penyediaan perangkat Sistem BI-RTGS; b. mewajibkan Peserta untuk menyampaikan laporan berkala dan insidentil serta memenuhi setiap kewajiban yang ditetapkan Penyelenggara, antara lain terkait dengan penyusunan Kebijakan dan Prosedur Tertulis dan laporan hasil audit; dan c. melakukan pemeriksaan langsung (on site inspection) dilakukan terhadap calon Peserta dan Peserta. 7

19 Infrastruktur Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan huruf A No. 8 b SE 12/1/DASP/2010 huruf A angka 9 SE 10/9/DASP/2008 huruf A no. 9 Ketentuan mengenai penyelenggaraan sistem BI-RTGS sebagaimana tersebut di atas dituangkan dalam Pedoman Penyelenggaraan Sistem BI- RTGS Bab IX mengenai Kepesertaan (Lampiran 1 Bab 9). BAB X Tata Kelola yang Baik (Good Governance) dalam Penyelenggaraan Sistem BI-RTGS 11 Pasal 11 10/6/PBI/2008 Dalam menyelenggarakan Sistem BI-RTGS, Penyelenggara harus menerapkan tata kelola secara efektif, akuntabel dan transparan, antara lain melalui: a. fungsi internal audit; b. pengawasan terhadap Sistem BI-RTGS oleh pengawas sistem pembayaran; c. pengkonsultasian rencana kebijakan dengan Peserta; dan d. publikasi laporan. SE 12/1/DASP/2010 huruf A no. 10 BAB XI 12 Pasal 12 10/6/PBI/2008 ayat (1) SE 10/9/DASP/2008 huruf C Pasal 12 10/6/PBI/2008 ayat (2) (3) Ketentuan mengenai penyelenggaraan sistem BI-RTGS sebagaimana tersebut di atas dituangkan dalam Pedoman Penyelenggaraan Sistem BI-RTGS Bab X mengenai Tata Kelola yang Baik dalam Penyelenggaraan Sistem BI-RTGS (Lampiran 1 Bab 10). Pengawasan Sistem BI-RTGS (Oversight) (1) Bank Indonesia sebagai pengawas sistem pembayaran (overseer) mengawasi penyelenggaraan Sistem BI-RTGS untuk memastikan bahwa Sistem BI-RTGS diselenggarakan dengan aman dan efisien. Dalam rangka memastikan penyelenggaraan Sistem BI-RTGS sesuai dengan prinsip-prinsip dalam CP-SIPS (The Core Principles for Systemically Important Payment System) yang diterbitkan oleh Bank for International Settlement (BIS) sebagaimana diatur dalam Ketentuan Sistem BI-RTGS. Berkenaan dengan kegiatan pengawasan tersebut, Penyelenggara harus melakukan hal-hal sebagai berikut: a. Menyusun Kebijakan dan Prosedur Tertulis (KPT); b. Melakukan security audit terhadap Sistem BI-RTGS dan jaringan terkait; c. Menyampaikan KPT, Laporan Hasil Security Audit (LHSA), Laporan Hasil Pemeriksaan Internal (LHPI) dan laporan penyelenggaraan lainnya serta memberikan informasi lainnya yang diperlukan kepada unit kerja pengawasan sistem pembayaran di Bank Indonesia; dan d. Memastikan kepatuhan Peserta terhadap ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dan terhadap Perjanjian antara Penyelenggara dan Peserta. (2) Dalam mengawasi penyelenggaraan Sistem BI-RTGS sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank Indonesia dapat meminta Penyelenggara untuk menyusun laporan berkala dan laporan insidentil. Yang dimaksud dengan laporan insidentil antara lain adalah laporan mengenai dilakukannya diskresi oleh Penyelenggara dan laporan lain 8

20 Infrastruktur Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan yang diperlukan oleh Bank Indonesia sebagai pengawas sistem pembayaran. (3) Bank Indonesia dapat meminta Peserta untuk menyampaikan informasi terkait penyelenggaraan Sistem BI-RTGS. Permintaan informasi terkait penyelenggaraan Sistem BI-RTGS dilakukan antara lain dalam rangka pelaksanaan asesmen Bank Indonesia terhadap pemahaman Peserta mengenai CP-SIPS. BAB XII 13 Pasal 13 10/6/PBI/2008 Sanksi (1) Dalam penyelenggaraan Sistem BI-RTGS, Penyelenggara dapat mengenakan sanksi administratif kepada Peserta. Tata cara pengenaan dan jenis sanksi administratif dimuat dalam perjanjian antara Penyelenggara dengan Peserta. (2) Sanksi administratif yang dapat dikenakan oleh Penyelenggara kepada Peserta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah berupa teguran tertulis, kewajiban membayar, dan/atau perubahan status kepesertaan. Yang dimaksud dengan perubahan status kepesertaan antara lain adalah perubahan status kepesertaan aktif (active) menjadi ditangguhkan (suspend). BAB I 14 SE 10/10/DASP/2008 Huruf B Pelaksanaan Transaksi melalui Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (Sistem BI-RTGS) dalam rangka Perlindungan kepada Nasabah Peserta Sistem BI-RTGS 1 Tata Cara Pengisian Instruksi Transfer (1) Peserta pengirim harus mensyaratkan kepada nasabahnya untuk mengisi instruksi transfer secara lengkap dan benar serta memperhatikan ketentuan yang berlaku, antara lain ketentuan yang mengatur mengenai tindak pidana pencucian uang dan prinsip-prinsip mengenal nasabah (know your customer principles). (2) Instruksi transfer yang dibuat oleh nasabah pengirim paling kurang memuat: a. identitas nasabah pengirim; b. identitas nasabah penerima dana; c. identitas Peserta penerima; dan d. jumlah dana yang ditransfer. (3) Identitas nasabah pengirim dan nasabah penerima sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b meliputi paling kurang nama dan nomor rekening atau, jika nasabah pengirim atau nasabah penerima dana tidak memiliki rekening pada bank Peserta, identitas tersebut meliputi paling kurang nama dan alamat. (4) Identitas Peserta penerima sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi paling kurang nama Peserta, nama kantor Peserta, dan lokasi 1 Ketentuan Umum dalam Surat Edaran Bank Indonesia no. 10/10/DASP tanggal 5 Maret 2008 ini sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia no. 10/6/PBI/

21 Infrastruktur Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan kantor Peserta. BAB II 15 SE 10/10/DASP/2008 Huruf C Pelaksanaan Instruksi Transfer dari Nasabah Peserta Pengirim (1) Peserta pengirim dapat menyetujui untuk meneruskan instruksi transfer nasabah melalui Sistem BI-RTGS apabila instruksi transfer tersebut telah memuat informasi yang lengkap dan diisi dengan benar serta telah tersedia dana yang akan ditransfer. (2) Instruksi transfer yang diteruskan oleh Peserta pengirim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan instruksi transfer yang diperintahkan oleh nasabahnya. (3) Dalam hal Peserta pengirim menyetujui untuk melaksanakan instruksi transfer dari nasabahnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berlaku ketentuan sebagai berikut: a. untuk instruksi transfer yang diterima paling lambat pada saat berakhirnya jam pelayanan nasabah untuk transfer melalui Sistem BI- RTGS yang ditetapkan Peserta pengirim, Peserta pengirim harus dengan segera dan tanpa menunda meneruskan instruksi transfer tersebut. b. untuk instruksi transfer dari nasabah yang diterima setelah berakhirnya jam pelayanan nasabah sebagaimana dimaksud pada huruf a, paling lambat pada hari kerja berikutnya Peserta pengirim harus meneruskan instruksi transfer dengan segera dan tanpa menunda setelah Peserta berhasil melakukan log-on ke RCC, dengan memperhatikan penyelesaian transaksi-transaksi lainnya yang diprioritaskan, seperti transaksi bank dengan rekening Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) dan transaksi Kas- Penarikan Tunai. (4) Dalam hal terjadi kondisi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b, maka pendebetan rekening nasabah pengirim harus dilakukan pada tanggal yang sama dengan tanggal penerusan instruksi transfer oleh Peserta pengirim. (5) Dalam hal Peserta pengirim tidak melaksanakan instruksi transfer dari nasabahnya sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4), dan Peserta pengirim telah mendebet rekening nasabahnya, maka: a. nasabah Peserta berhak atas bunga sesuai dengan bunga yang berlaku untuk jenis rekening nasabah pengirim pada Peserta b. pengirim terhitung sejak tanggal pendebetan rekening nasabah pengirim sampai tanggal penerusan instruksi transfer. Peserta pengirim harus memperhatikan terpenuhinya hak nasabah tersebut; atau c. Peserta pengirim harus melakukan reversal, yaitu mengkredit kembali dana nasabah yang sudah didebet ke rekening nasabah sesuai tanggal pendebetan. (6) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak berlaku untuk transfer yang berasal dari setoran tunai. (7) Instruksi transfer yang diterima oleh Peserta dengan amanat untuk dilaksanakan pada tanggal tertentu (transaksi titipan), harus diteruskan oleh Peserta pengirim pada tanggal yang sama dengan tanggal yang diperintahkan oleh nasabah. 10

22 Infrastruktur Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan BAB III Kesesuaian Penulisan Instruksi Transfer 16 SE 10/10/DASP/2008 huruf D (1) Peserta pengirim bertanggungjawab atas kesesuaian penulisan instruksi transfer yang dikirim melalui Sistem BI-RTGS dengan instruksi yang dibuat oleh nasabah pengirim. (2) Dalam hal Peserta pengirim mengirimkan instruksi transfer tidak sesuai dengan instruksi transfer yang dibuat oleh nasabah pengirim, maka Peserta pengirim harus, atas beban Peserta pengirim, menerbitkan instruksi transfer baru sesuai dengan instruksi transfer nasabah pengirim tanpa menunggu pengembalian dana dari Peserta penerima atau nasabah penerima yang tidak berhak sesuai dengan prosedur sebagaimana diatur dalam ketentuan yang mengatur mengenai penyelenggaraan Sistem BI- RTGS. (3) Penerbitan instruksi transfer baru sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dilakukan: a. pada tanggal yang sama dengan tanggal diketahuinya ketidaksesuaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2), apabila ketidaksesuaian diketahui paling lambat 30 (tiga puluh) menit sebelum berakhirnya batas waktu (window time) jenis transaksi tersebut; atau b. paling lambat pada hari kerja berikutnya dengan ketentuan harus dengan segera dan tanpa menunda melakukan penerbitan instruksi transfer baru setelah Peserta berhasil melakukan log-on ke dalam RCC dengan memperhatikan penyelesaian transaksi-transaksi lainnya yang diprioritaskan, apabila ketidaksesuaian diketahui setelah batas waktu sebagaimana dimaksud pada huruf a. (4) Dalam hal terjadi kondisi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), nasabah Peserta berhak atas bunga sesuai dengan bunga yang berlaku untuk jenis rekening nasabah Peserta yang dibebani untuk transfer terkait, terhitung sejak tanggal pendebetan rekening nasabah Peserta sampai tanggal pelaksanaan instruksi transfer yang baru. Peserta pengirim harus memperhatikan terpenuhinya hak nasabah tersebut. (5) Dalam hal Peserta pengirim telah melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka dana yang salah terkirim dapat diminta kembali oleh Peserta pengirim kepada Peserta penerima. BAB IV 17 SE 10/10/DASP/2008 Huruf E Penyampaian Dana kepada Nasabah Peserta Penerima (1) Peserta penerima harus menyampaikan dana kepada nasabah penerima dana sebagaimana tercantum dalam confirmation advice yang diterimanya dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku, antara lain ketentuan yang mengatur mengenai tindak pidana pencucian uang dan prinsip-prinsip mengenal nasabah (know your customer principles), serta pembatasan transaksi rupiah dan pemberian kredit valuta asing oleh bank. Confirmation advice merupakan hasil olahan komputer (computer print-out) yang tercetak di Peserta penerima, yang menunjukkan bahwa Rekening Giro Peserta penerima di Bank Indonesia telah dikredit. (2) Peserta penerima harus menyampaikan dana yang ditujukan kepada nasabah penerima dana segera setelah Penyelenggara mengkredit Rekening Giro Peserta penerima di Bank Indonesia, yang dibuktikan dengan confirmation advice, dengan ketentuan sebagai berikut: a. Transfer untuk nasabah penerima dana yang memiliki rekening di kantor Peserta penerima 11

23 Infrastruktur Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan 1) Untuk dana yang dikreditkan ke Rekening Giro Peserta penerima di Bank Indonesia paling lambat pada saat berakhirnya batas waktu penyelesaian transfer atas nama nasabah, Peserta penerima harus dengan segera dan tanpa menunda mengkredit dana tersebut ke rekening nasabah penerima pada tanggal valuta yang sama dengan tanggal pengkreditan Rekening Giro Peserta penerima di Bank Indonesia. 2) Apabila Peserta penerima tidak dapat mengkredit dana ke rekening nasabah penerima pada tanggal valuta yang sama sebagaimana dimaksud pada huruf a, paling lambat pada hari kerja berikutnya Peserta penerima harus dengan segera dan tanpa menunda mengkredit dana tersebut ke rekening nasabah penerima setelah Peserta berhasil melakukan log-on ke RCC, dengan menggunakan tanggal valuta yang sama dengan tanggal pengkreditan Rekening Giro Peserta penerima di Bank Indonesia. Alasan yang dapat diterima untuk tidak mengkredit rekening penerima pada tanggal valuta yang sama antara lain karena sistem teknologi informasi di Peserta penerima belum terintegrasi dan/atau kantor Peserta penerima berada di wilayah dengan sarana komunikasi dan transportasi yang tidak mendukung. 3) Dalam hal sistem internal Peserta penerima tidak memungkinkan Peserta penerima untuk melakukan pengkreditan pada hari kerja berikutnya dengan menggunakan tanggal valuta yang sama dengan tanggal pengkreditan Rekening Giro Peserta penerima sebagaimana dimaksud pada huruf b, maka nasabah penerima berhak atas bunga sesuai dengan bunga yang berlaku untuk jenis rekening nasabah penerima pada Peserta penerima terhitung sejak tanggal pengkreditan Rekening Giro Peserta penerima di Bank Indonesia sampai tanggal pengkreditan rekening nasabah penerima. Peserta penerima harus memperhatikan terpenuhinya hak nasabah tersebut. 4) Untuk dana yang dikreditkan ke Rekening Giro Peserta penerima di Bank Indonesia setelah berakhirnya batas waktu penyelesaian transfer atas nama nasabah atau pada periode perpanjangan waktu penyelesaian transfer atas nama nasabah yang ditetapkan Penyelenggara, paling lambat pada hari kerja berikutnya Peserta penerima harus dengan segera dan tanpa menunda mengkredit dana tersebut ke rekening nasabah penerima setelah Peserta berhasil melakukan log-on ke RCC, dengan menggunakan tanggal valuta 1 (satu) hari setelah tanggal pengkreditan Rekening Giro Peserta penerima di Bank Indonesia. 5) Apabila Peserta penerima tidak mengkredit dana ke rekening nasabah penerima pada hari kerja berikutnya sebagaimana dimaksud pada angka 2) dan angka 4), Peserta penerima harus membayar kompensasi kepada nasabah penerima dana sesuai bunga yang berlaku untuk jenis rekening tersebut ditambah dengan tingkat kompensasi sebesar 200 (dua ratus) basis points dengan ketentuan sebagai berikut: a) untuk keterlambatan pengkreditan sebagaimana dimaksud pada huruf b, kompensasi bunga dihitung sejak tanggal valuta 12

24 Infrastruktur Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan pengkreditan Rekening Giro Peserta penerima di Bank Indonesia. b) untuk keterlambatan pengkreditan sebagaimana dimaksud pada huruf d, kompensasi bunga dihitung sejak 1 (satu) hari setelah tanggal valuta pengkreditan Rekening Giro Peserta penerima di Bank Indonesia. 6) Ketentuan kewajiban pembayaran tambahan kompensasi sebagaimana dimaksud pada huruf e tidak berlaku apabila Peserta penerima menunda pelaksanaan pengkreditan atas dasar permintaan pihak yang berwenang atau ketentuan yang berlaku. Yang dimaksud dengan pihak yang berwenang antara lain kepolisian, kejaksaan dan pengadilan. Yang dimaksud ketentuan yang berlaku antara lain adalah ketentuan mengenai penerapan prinsip-prinsip mengenal nasabah (know your customer principles), ketentuan mengenai pembatasan transaksi rupiah dan pemberian kredit valuta asing oleh bank, serta Undang-undang Republik Indonesia tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, khususnya yang terkait dengan pemantauan atas transaksi yang mencurigakan (suspicious transaction). b. Transfer untuk nasabah penerima dana yang tidak memiliki rekening di Peserta penerima 1) Peserta penerima harus mengirim surat pemberitahuan mengenai telah tersedianya dana hasil transfer kepada nasabah penerima dana pada tanggal yang sama dengan tanggal pengkreditan Rekening Giro Peserta penerima di Bank Indonesia atau paling lambat pada hari kerja berikutnya. Surat pemberitahuan merupakan dasar bagi penerima dana untuk mengambil dana di kantor Peserta penerima. Penyampaian surat pemberitahuan pada hari kerja berikutnya dilakukan apabila kantor Peserta penerima sudah tutup atau pengkreditan Rekening Giro Peserta penerima dilakukan dalam periode perpanjangan Jam Operasional. 2) apabila berdasarkan pertimbangan tertentu Peserta penerima tidak dapat mengirim surat pemberitahuan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada huruf a, surat pemberitahuan harus dikirim pada tanggal diterimanya informasi transfer di Peserta penerima atau paling lambat hari kerja berikutnya. Penyampaian surat pemberitahuan pada hari diterimanya informasi transfer di kantor Peserta penerima atau paling lambat hari kerja berikutnya berlaku jika kantor Peserta penerima berada di wilayah dengan sarana komunikasi dan transportasi yang tidak mendukung. (3) Dalam hal Peserta pengirim telah melakukan instruksi transfer sesuai dengan instruksi transfer dari nasabah pengirim namun Peserta penerima melakukan pengkreditan dana kepada nasabah penerima dana yang berbeda dari nasabah penerima dana yang tercantum dalam confirmation advice, Peserta penerima harus menyampaikan dana kepada nasabah penerima dana yang berhak pada tanggal yang sama dengan tanggal diketahuinya kesalahan tanpa menunggu pengembalian dana dari nasabah. Yang dimaksud dengan tanggal diketahuinya kesalahan adalah: a. apabila kesalahan diketahui oleh Peserta penerima, yaitu tanggal yang 13

25 Infrastruktur Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan sama dengan tanggal diketemukannya kesalahan tersebut. b. apabila kesalahan diberitahukan oleh Peserta pengirim, yaitu tanggal pada saat Peserta penerima selesai melakukan verifikasi dan rekonsiliasi dokumen terkait dengan tranfer dana tersebut. (4) Dalam hal terjadi kondisi sebagaimana dimaksud pada angka 3, Peserta penerima harus membayar bunga kepada nasabah penerima yang berhak sesuai dengan tingkat bunga yang berlaku untuk jenis rekening nasabah penerima tersebut, terhitung sejak tanggal seharusnya rekening nasabah penerima yang berhak dikredit sesuai dengan ketentuan pada huruf b, sampai tanggal pelaksanaan pengkreditan pada rekening nasabah penerima yang berhak. (5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf c dan d hanya berlaku untuk transfer yang ditujukan kepada nasabah penerima yang memiliki rekening pada Peserta penerima. BAB V 18 SE 10/10/DASP/2008 huruf F BAB VI 19 SE 10/10/DASP/2008 huruf G BAB VII 20 SE 10/10/DASP/2008 huruf H BAB I 21 SE 10/12/DASP/2008 Romawi I Pengumuman Biaya Transfer dan Jam Pelayanan Nasabah Untuk Transfer Melalui Sistem BI-RTGS Peserta harus mengumumkan secara tertulis di setiap kantor Peserta tentang informasi besarnya biaya transfer dan jam pelayanan nasabah untuk transfer melalui Sistem BI-RTGS yang ditetapkan Peserta. Informasi berupa pengumuman besarnya biaya transfer dan jam pelayanan nasabah untuk transfer melalui Sistem BI-RTGS tersebut diletakkan di setiap kantor Peserta pada tempat yang mudah terlihat oleh nasabah. Dalam menetapkan jam pelayanan nasabah untuk transfer melalui Sistem BI- RTGS, Peserta harus mengacu pada batas waktu penyelesaian transfer atas nama nasabah yang ditetapkan oleh Penyelenggara dan mempertimbangkan waktu yang diperlukan Peserta untuk menyelesaikan proses penerusan instruksi transfer dari nasabah. Tata Cara Penghitungan Bunga dan Kompensasi Tata cara penghitungan bunga dan kompensasi diatur sebagaimana dimaksud pada Lampiran 2. Lain-Lain (1) Kewajiban Peserta untuk melakukan pembayaran bunga dan kompensasi dalam ketentuan ini tidak berlaku bagi Bank Indonesia sebagai Peserta. (2) Untuk bank syariah dan unit usaha syariah, ketentuan pengenaan bunga dan kompensasi dalam ketentuan ini disesuaikan dengan prinsip syariah yang berlaku. Penetapan Biaya Penggunaan Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (Sistem BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia dalam Rangka Penerapan Treasury Single Account Pelaksana TSA Pelaksana TSA ditetapkan sebagai berikut: 1. Pemerintah c.q. Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Departemen Keuangan Republik Indonesia, menetapkan Bank dan Pihak Selain 14

26 Infrastruktur Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Bank yang merupakan mitra kerja KPPN sebagai pelaksana TSA. 2. Penetapan Bank dan Pihak Selain Bank sebagai pelaksana TSA sebagaimana dimaksud pada angka 1 diberitahukan secara tertulis kepada Bank Indonesia oleh Pemerintah c.q. Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Departemen Keuangan Republik Indonesia. 3. Dalam penerapan TSA, Pemerintah c.q. Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Departemen Keuangan Republik Indonesia menetapkan Peserta Sistem BI-RTGS dan/atau Peserta SKNBI sebagai pelaksana TSA, yang meliputi: a. Kantor Pusat Peserta Sistem BI-RTGS dan/atau Kantor Pusat Peserta SKNBI yang menjadi mitra kerja KPPN; b. Kantor Cabang Peserta Sistem BI-RTGS dan/atau Kantor Cabang Peserta SKNBI yang menjadi mitra kerja KPPN sebagaimana dimaksud pada huruf a; dan c. Kantor lainnya dari Peserta Sistem BI-RTGS dan/atau Kantor lainnya dari Peserta SKNBI yang melakukan transaksi terkait penerapan TSA. BAB II 22 SE 10/12/DASP/2008 Romawi II BAB III 23 SE 10/12/DASP/2008 Romawi III Jenis Transaksi, Penggunaan Transaction Reference Number (TRN), dan Sansi Transaksi dalam Penerapan TSA (1) Jenis transaksi, penggunaan TRN, dan sandi transaksi dalam rangka penerapan TSA diatur sebagaimana tercantum pada Lampiran 3. (2) Peserta Sistem BI-RTGS yang melakukan transaksi dalam rangka penerapan TSA harus menggunakan TRN dan mengisi payment detail yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagaimana tercantum pada Lampiran 3. (3) Peserta SKNBI yang melakukan transaksi dalam rangka penerapan TSA harus menggunakan sandi transaksi dan mengisi keterangan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagaimana tercantum pada Lampiran 3. (4) TRN IFTSA001 hanya dapat digunakan untuk transaksi dengan nominal Rp ,00 (seratus juta rupiah) ke atas, sedangkan untuk transaksi dengan nominal di bawah Rp ,00 (seratus juta rupiah) harus melalui SKNBI. (5) Untuk transaksi di bawah Rp ,00 (seratus juta rupiah) yang dilakukan setelah jadwal pengiriman Data Keuangan Elektronik (DKE) Kredit pada Kliring Kredit Siklus Kedua berakhir, Peserta Sistem BI-RTGS masih dapat mengirimkan transaksi dengan menggunakan TRN IFTSA002. Pengenaan Biaya Transaksi TSA Pengenaan biaya transaksi TSA diatur sebagai berikut : (1) Peserta Sistem BI-RTGS atau Peserta SKNBI yang melakukan transaksi dengan menggunakan TRN atau sandi transaksi dalam rangka penerapan TSA sebagaimana dimaksud pada Paragraf 25 ayat (1) dikenakan biaya transaksi sebesar Rp0,00 (nol rupiah) per transaksi. (2) Dalam hal Peserta Sistem BI-RTGS atau Peserta SKNBI sebagaimana dimaksud dalam angka 1 menggunakan TRN atau sandi transaksi selain TRN atau sandi transaksi yang tercantum pada Lampiran 3, maka Peserta Sistem BI-RTGS atau Peserta SKNBI tersebut dikenakan biaya transaksi melalui Sistem BI-RTGS atau SKNBI sebagaimana diatur dalam ketentuan yang mengatur mengenai biaya dalam penggunaan Sistem BI-RTGS dan 15

27 Infrastruktur Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan biaya dalam penyelenggaraan SKNBI. (3) Peserta Sistem BI-RTGS atau Peserta SKNBI yang menggunakan TRN atau sandi transaksi dalam rangka TSA selain untuk transaksi TSA dikenakan biaya transaksi melalui Sistem BI-RTGS dan SKNBI sebagaimana diatur dalam ketentuan mengenai biaya dalam penggunaan Sistem BI-RTGS dan biaya dalam penyelenggaraan SKNBI, ditambah dengan biaya administrasi sebesar Rp5.000,00 (lima ribu rupiah) per transaksi. (4) Pengenaan biaya transaksi dan biaya administrasi sebagaimana dimaksud pada angka 3 dilakukan dengan cara mendebet Rekening Giro Peserta Sistem BI-RTGS atau Peserta SKNBI di Bank Indonesia pada saat Bank Indonesia mengetahui adanya kesalahan penggunaan TRN dan/atau sandi transaksi. BAB IV 24 SE 10/12/DASP/2008 Romawi IV BAB I 25 SE 7/47/DASP/2005 Masa Transisi Sistem (1) Khusus untuk transaksi TSA yang dilakukan melalui SKNBI, mekanisme pembebanan biaya transaksi Rp0,00 (nol rupiah) dilakukan sebagai berikut : a. Bank yang melakukan transaksi TSA melalui SKNBI dikenakan biaya transaksi kliring kredit sesuai dengan ketentuan yang mengatur mengenai biaya dalam penyelenggaraan SKNBI. b. Pada awal bulan berikutnya, Bank Indonesia mengembalikan biaya transaksi kliring kredit sebagaimana dimaksud dalam huruf a kepada Bank. (2) Mekanisme sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dilakukan paling lambat sampai dengan akhir Desember (3) Dalam hal pelimpahan pajak belum dilakukan setiap hari namun dilakukan pada hari kerja tertentu, maka TRN BIRSA501 belum dapat digunakan sehingga pelimpahan pajak tetap menggunakan TRN dan dikenakan biaya sesuai dengan ketentuan yang berlaku mengenai Sistem BI-RTGS. Batasan Nilai Nominal Per Transaksi Antar Bank untuk Kepentingan Nasabah melalui Sistem bank Indonesia Real Time Gross Settlement (Sistem BI-RTGS) Sehubungan dengan Hari Libur Nasional Tertentu. Pembatasan Nilai Nominal Per Transaksi yang Dapat Dilakukan melalui Sistem BI-RTGS pada Periode Tertentu Sehubungan dengan terjadinya peningkatan volume transaksi pembayaran antar Bank melalui Sistem BI-RTGS yang sangat signifikan pada periode waktu tertentu, seperti menjelang dan setelah Idul Fitri, Natal dan Tahun Baru maka untuk menjaga kelancaran kegiatan operasional Sistem BI-RTGS dipandang perlu untuk melakukan pembatasan nilai nominal per transaksi yang dapat dilakukan melalui Sistem BI-RTGS pada periode tertentu sebagaimana dimaksud dalam ketentuan ini yaitu sebagai berikut: 1. Transaksi antar Peserta untuk kepentingan nasabah yang menggunakan TRN IFT00000 bagi Bank, dan BIRBI540 bagi Bank Indonesia, dengan batasan nilai nominal per transaksi di bawah Rp ,00 (dua puluh lima juta rupiah), tidak dapat dilakukan melalui Sistem BI-RTGS. 2. Bagi transaksi antar Peserta untuk kepentingan nasabah yang berupa transaksi multiple credit, batasan nilai nominal per transaksi untuk setiap 16

28 Infrastruktur Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan rekening penerima dana yang dituju ditetapkan sesuai dengan batasan nilai nominal per transaksi sebagaimana dimaksud dalam angka Batasan nilai nominal per transaksi sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dan angka 2, berlaku untuk periode transaksi yang Penyelesaian Akhirnya dilakukan pada tanggal 24 Oktober 2005 sampai dengan tanggal 9 November 2005 dan tanggal 19 Desember 2005 sampai dengan tanggal 30 Desember Agar transaksi antar Peserta untuk kepentingan nasabah sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dan angka 2 dapat tetap dilakukan oleh Bank maka transaksi tersebut dapat diselesaikan melalui kliring penyerahan sesuai dengan jadwal yang akan diumumkan oleh penyelenggara kliring. 5. Berkaitan dengan ketentuan pembatasan nilai nominal per transaksi sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dan angka 2, seluruh Peserta harus mengumumkan hal tersebut kepada nasabahnya sebelum tanggal 24 Oktober BAB I 24 SE 12/1/DASP/2010 huruf B Penyelenggaraan Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement Ketentuan Peralihan (1) Peserta yang telah menyampaikan konfirmasi tertulis mengenai keikutsertaannya dalam Mekanisme USD/IDR PvP kepada Penyelenggara sebelum berlakunya Surat Edaran ini dapat menggunakan Mekanisme USD/IDR PvP sejak tanggal implementasi Mekanisme USD/IDR PvP yang ditetapkan oleh Penyelenggara. (2) Nama Peserta yang telah menyampaikan konfirmasi dan penetapan tanggal implementasi Mekanisme USD/IDR PvP sebagaimana dimaksud pada angka 1 akan diberitahukan oleh Penyelenggara melalui pengumuman dan/atau sarana lainnya seperti administrative message. (3) Peserta sebagaimana dimaksud pada angka 1 harus memenuhi persyaratan untuk dapat menggunakan Mekanisme USD/IDR PvP sebagaimana diatur dalam Bab IX mengenai Kepesertaan paling lambat 4 (empat) bulan sejak berlakunya Surat Edaran ini. 17

29 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 PEDOMAN PENYELENGGARAAN SISTEM BANK INDONESIA- REAL TIME GROSS SETTLEMENT (BI-RTGS) 17

30 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 DAFTAR ISI BAB JUDUL BAB HALAMAN I Pendahuluan I.1 s/d I.4 II Landasan Hukum II.1 s/d II.2 III Ketentuan dan Prosedur III.1 s/d III.45 IV Pengelolaan Risiko Kredit dan Risiko Likuiditas IV.1 s/d IV.8 V Dana yang Digunakan dalam Penyelesaian Akhir V.1 VI Kepastian Penyelesaian Akhir VI.1 s/d VI.6 VII Keamanan dan Kehandalan Sistem BI-RTGS VII.1 s/d VII.6 VIII Efisiensi Penyelenggaraan Sistem BI-RTGS VIII.1 s/d VIII.2 IX Kepesertaan IX.1 s/d IX.33 X Tata Kelola yang Baik dalam Penyelenggaraan Sistem BI-RTGS X.1 18

31 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak tanggal 17 November 2000, Bank Indonesia telah mengimplementasikan Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (Sistem BI-RTGS), yang merupakan sistem transfer dana elektronik antar Peserta, dalam mata uang Rupiah yang penyelesaian transaksinya dilakukan secara seketika per transaksi secara individual. Manfaat diterapkannya Sistem BI-RTGS, selain menurunkan risiko sistem pembayaran nasional dengan meningkatkan kepastian Penyelesaian Akhir, juga menyediakan tambahan pilihan sarana transfer yang praktis, cepat, efisien, aman dan andal. Selain itu juga untuk menyediakan informasi saldo Rekening Giro Peserta secara real time dan menyeluruh sehingga dapat membantu Peserta, khususnya Bank, dalam meningkatkan disiplin dan profesionalismenya dalam mengelola likuiditas. Pada saat pertama kali diimplementasikan, landasan hukum dari penyelenggaraan Sistem BI-RTGS adalah: 1. Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 2/24/PBI/2000 tanggal 17 November 2000 tentang Hubungan Rekening Giro antara Bank Indonesia dengan Pihak Ekstern sebagaimana telah diubah terakhir dengan PBI Nomor 11/32/PBI/2009 tanggal 30 September 2009; dan 2. Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) Nomor 2/24/DASP tanggal 17 November 2000 perihal Bank Indonesia Real Time Gross Settlement sebagaimana telah diubah terakhir dengan SE BI Nomor 5/17/DASP tanggal 15 Agustus Untuk menyempurnakan ketentuan Bank Indonesia mengenai Sistem BI-RTGS tersebut di atas, pada tanggal 11 Maret 2004 Bank Indonesia telah memberlakukan PBI Nomor 6/8/PBI/2004 tentang Sistem BI-RTGS yang kemudian diubah dengan PBI Nomor 6/13/PBI/2004 pada tanggal 9 Juni Sebagai petunjuk pelaksanaan atas PBI Sistem BI-RTGS tersebut, Bank Indonesia telah mengeluarkan SE BI Nomor 7/62/DASP tanggal 30 Desember 2005 perihal Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement yang menggantikan SEBI Nomor 2/24/DASP tanggal 17 November 2000 perihal Bank Indonesia Real Time Gross Settlement sebagaimana telah diubah terakhir dengan SEBI Nomor 5/17/DASP tanggal 15 Agustus Dalam rangka menindaklanjuti hasil self-assessment atas pemenuhan prinsip-prinsip yang diatur dalam The Core Principles for Systemically Important Payment System (CP-SIPS) yang dikeluarkan oleh Bank for International Settlement (BIS) dan hasil konsultasi dengan bank sentral negara lain, Bank Indonesia memandang perlu untuk melakukan penyempurnaan kembali ketentuan mengenai Sistem BI-RTGS yang mengacu pada CP-SIPS. Berkenaan dengan hal tersebut di atas, pada tanggal 18 Februari 2008 Bank Indonesia memberlakukan PBI No. 10/6/PBI/2008 tentang Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement yang menggantikan PBI No. 6/8/PBI/2004 sebagaimana telah diubah dengan PBI No. 6/13/PBI/2004. Selanjutnya 19

32 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 Selanjutnya sebagai petunjuk pelaksanaan dari PBI tersebut, Bank Indonesia memberlakukan Surat Edaran No. 10/11/DASP tanggal 5 Maret 2008 perihal Penyelenggaraan Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement yang mengatur mengenai penyelenggaraan Sistem BI-RTGS dan antara lain memuat ketentuan mengenai prosedur penyelenggaraan Sistem BI-RTGS baik dalam kondisi normal, kondisi gangguan dan/atau keadaan darurat, persyaratan kepesertaan, pengelolaan risiko likuiditas, mekanisme dan kepastian Penyelesaian Akhir, keamanan dan kehandalan Sistem BI-RTGS serta efisiensi penyelenggaraan Sistem BI-RTGS. Upaya pengembangan Sistem BI-RTGS dilakukan secara berkelanjutan oleh Bank Indonesia selaku Penyelenggara. Pada bulan Januari tahun 2010, pengembangan Sistem BI-RTGS dilakukan dengan cara menghubungkan Sistem BI-RTGS dengan sistem real-time gross settlement (RTGS) dalam mata uang Dolar Amerika Serikat yang diselenggarakan di Hong Kong. Sistem RTGS dalam mata uang Dolar Amerika Serikat di Hong Kong tersebut adalah United States Dollar Clearing House Automated Transfer System (USD CHATS). Keterhubungan Sistem BI-RTGS dengan USD CHATS dimaksudkan untuk menyediakan sarana Penyelesaian Akhir (settlement) sisi Rupiah (pada Sistem BI-RTGS) dan settlement sisi Dolar Amerika Serikat (pada USD CHATS) dari transaksi jual-beli mata uang Dolar Amerika Serikat terhadap mata uang Rupiah di Indonesia secara bersamaan (simultaneous settlements). Mekanisme settlement 2 (dua) mata uang pada 2 (dua) sistem RTGS secara bersamaan tersebut dikenal dengan istilah mekanisme payment-versuspayment (PvP). Dengan mekanisme PvP melalui Sistem BI-RTGS dan USD CHATS, potensi timbulnya foreign exchange settlement risk dalam settlement transaksi jual-beli mata uang Dolar Amerika Serikat terhadap mata uang Rupiah yang dilakukan antar Peserta dapat dimitigasi. Guna mengakomodasi pelaksanaan mekanisme PvP antara Sistem BI-RTGS dengan USD CHATS tersebut, maka Bank Indonesia mencabut SEBI No. 10/11/DASP tanggal 5 Maret 2008 perihal Penyelenggaraan Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement dan menggantikannya dengan SEBI ini. B. Ketentuan Umum Dalam Surat Edaran ini, yang dimaksud dengan: 1. Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement, yang selanjutnya disebut Sistem BI-RTGS, adalah suatu sistem transfer dana elektronik antar Peserta dalam mata uang Rupiah yang penyelesaiannya dilakukan secara seketika per transaksi secara individual. 2. Penyelenggara Sistem BI-RTGS, yang selanjutnya disebut Penyelenggara, adalah Bank Indonesia c.q. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran (DASP). 3. Peserta Sistem BI-RTGS, yang selanjutnya disebut Peserta, adalah bank dan pihak selain bank yang telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Penyelenggara, serta Bank Indonesia. 4. Bank adalah bank umum sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai perbankan atau perbankan syariah. 5. Pihak 20

33 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari Pihak Selain Bank adalah pihak-pihak selain Bank yang dapat membuka Rekening Giro di Bank Indonesia sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai hubungan rekening giro antara Bank Indonesia dengan pihak ekstern. 6. Peserta Langsung adalah Peserta yang dapat melakukan transaksi Sistem BI- RTGS secara langsung dengan menggunakan RTGS Terminal (RT) milik Peserta yang bersangkutan. 7. Peserta Tidak Langsung adalah Peserta yang melakukan transaksi Sistem BI- RTGS melalui RT milik Peserta Langsung berdasarkan perjanjian antara Peserta Langsung dan Peserta Tidak Langsung. 8. Rekening Giro adalah rekening Peserta dalam mata uang Rupiah yang ditatausahakan di Bank Indonesia yang digunakan untuk penyelesaian akhir transaksi. 9. Penyelesaian Akhir (settlement), yang selanjutnya disebut Penyelesaian Akhir, adalah kegiatan pendebetan dan pengkreditan Rekening Giro Peserta di Bank Indonesia. 10. RTGS Central Computer, yang selanjutnya disebut RCC, adalah sistem komputer yang berada di lokasi Penyelenggara, yang digunakan untuk memproses Penyelesaian Akhir (settlement) semua transaksi yang dikirim oleh Peserta dan terdiri dari RTGS Central Computer Utama dan RTGS Central Computer Back-up. 11. RTGS Central Computer Utama, yang selanjutnya disebut RCC Utama, adalah RCC yang dipergunakan dalam kondisi normal. 12. RTGS Central Computer Back-up, yang selanjutnya disebut RCC Back-up, adalah RCC yang digunakan sebagai pengganti apabila terjadi kondisi gangguan dan/atau keadaan darurat yang menyebabkan Penyelenggara tidak dapat menggunakan RCC Utama. 13. RTGS Terminal, yang selanjutnya disebut RT, adalah sistem komputer yang berada di lokasi Peserta yang terhubung dengan RCC secara online, yang digunakan Peserta untuk melakukan berbagai transaksi Sistem BI-RTGS dan terdiri dari RTGS Terminal Server, yaitu RTGS Terminal Server Utama, RTGS Terminal Server Back-up dan RTGS Terminal Workstation. 14. RTGS Terminal Server Utama, yang selanjutnya disebut RT Server Utama, adalah perangkat komputer yang telah dipasang aplikasi RT dan database Sistem BI-RTGS yang digunakan Peserta untuk memproses transaksi dalam kondisi normal. 15. RTGS Terminal Server Back-up, yang selanjutnya disebut RT Server Back-up, adalah perangkat komputer yang telah dipasang aplikasi RT dan database Sistem BI-RTGS yang digunakan Peserta untuk memproses transaksi dalam kondisi gangguan dan/atau keadaan darurat yang menyebabkan Peserta tidak dapat menggunakan RT Server Utama. 16. RTGS Terminal Workstation, yang selanjutnya disebut RT Workstation, adalah perangkat komputer yang telah dipasang aplikasi RT dan terhubung dengan RT Server 21

34 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 Server Utama atau RT Server Back-up yang digunakan Peserta untuk melakukan pembukuan transaksi dan berbagai fungsi Sistem BI-RTGS lainnya. 17. United States Dollar Clearing House Automated Transfer System, yang selanjutnya disebut USD CHATS, adalah suatu sistem transfer dana real time gross settlement dalam mata uang Dolar Amerika Serikat di Hong Kong. 18. Mekanisme United States Dollar/Indonesian Rupiah Payment-versus-Payment, yang selanjutnya disebut Mekanisme USD/IDR PvP, adalah mekanisme Penyelesaian Akhir (settlement) untuk transaksi jual-beli mata uang Dolar Amerika Serikat terhadap mata uang Rupiah antar Peserta, dimana proses penyelesaian akhir kedua mata uang dilakukan secara bersamaan (simultaneous settlements) pada RCC (untuk mata uang Rupiah) dan sistem komputer dari penyelenggara USD CHATS di Hong Kong (untuk mata uang Dolar Amerika Serikat), dan antara RCC serta sistem komputer dari penyelenggara USD CHATS terkoneksi melalui seperangkat infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi yang terdiri dari: a. Indonesian Rupiah Cross Currency Payment Matching Processor, yang selanjutnya disebut IDR CCPMP; b. United States Dollar Cross Currency Payment Matching Processor, yang selanjutnya disebut USD CCPMP; dan c. Jaringan komunikasi yang menghubungkan RCC dengan infrastruktur teknologi informasi Mekanisme USD/IDR PvP di Hong Kong. 19. Transaksi PvP adalah transaksi untuk Penyelesaian Akhir (settlement) sisi mata uang Rupiah pada Sistem BI-RTGS dari transaksi jual-beli mata uang Dolar Amerika Serikat terhadap mata uang Rupiah antar Peserta yang diselesaikan melalui Mekanisme USD/IDR PvP. 20. Sistem Antrian adalah mekanisme yang mengatur urutan transaksi pembayaran dari Peserta tertentu yang belum dapat dilakukan Penyelesaian Akhirnya oleh RCC Utama atau RCC Back-up karena saldo Rekening Giro Peserta tidak mencukupi. 21. Jam Operasional adalah waktu RCC melakukan kegiatan operasional, yaitu sejak RCC open sampai dengan RCC cut off sesuai dengan yang ditetapkan Penyelenggara. 22. Fasilitas Guest Bank adalah fasilitas RT di lokasi Penyelenggara yang disediakan oleh Penyelenggara sebagai RT back-up dalam hal terjadi kondisi gangguan dan/atau keadaan darurat yang menyebabkan RT Peserta Langsung tidak dapat digunakan oleh Peserta Langsung maupun Peserta Tidak Langsung yang menggunakan RT yang disediakan Peserta Langsung. 23. Keadaan Darurat adalah suatu keadaan yang terjadi di luar kekuasaan Penyelenggara dan/atau Peserta, termasuk tetapi tidak terbatas pada kebakaran, kerusuhan massa, sabotase serta bencana alam seperti gempa bumi dan banjir, yang dibenarkan oleh pihak penguasa atau pejabat yang berwenang setempat, termasuk Bank Indonesia. BAB 22

35 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 BAB II LANDASAN HUKUM Penyelenggaraan Sistem BI-RTGS didasarkan pada landasan hukum sebagai berikut: 1. Peraturan Bank Indonesia mengenai Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (PBI Sistem BI-RTGS) PBI Sistem BI-RTGS merupakan landasan hukum penyelenggaraan Sistem BI- RTGS yang mengacu pada CP-SIPS, yang pada prinsipnya bertujuan antara lain untuk menjamin keamanan dan efisiensi penyelenggaraan Sistem BI-RTGS. 2. Peraturan Bank Indonesia mengenai Hubungan Rekening Giro Antara Bank Indonesia Dengan Pihak Ekstern (PBI Hubungan Rekening Giro) PBI Hubungan Rekening Giro antara lain mengatur mengenai pihak-pihak yang dapat memiliki Rekening Giro di Bank Indonesia dan ketentuan serta persyaratan untuk memiliki Rekening Giro di Bank Indonesia. Mengingat salah satu persyaratan untuk menjadi Peserta dalam Sistem BI-RTGS adalah memiliki Rekening Giro di Bank Indonesia sebagai sarana untuk Penyelesaian Akhir transaksi Sistem BI-RTGS, maka kewajiban Peserta Sistem BI-RTGS dalam pembukaan Rekening Giro di Bank Indonesia dilakukan sesuai dengan ketentuan dan persyaratan yang ditetapkan dalam PBI Hubungan Rekening Giro dimaksud. 3. Peraturan Bank Indonesia mengenai Bank Indonesia Scripless Securities Settlement System (PBI BI-SSSS) PBI BI-SSSS antara lain mengatur mengenai mekanisme penyelesaian akhir terhadap transaksi surat berharga yang digunakan untuk operasi pasar terbuka yang Penyelesaian Akhir dananya dilakukan melalui Sistem BI-RTGS. Selain itu, ketentuan ini juga mengatur mengenai penyediaan Fasilitas Likuiditas Intrahari (FLI) dengan menggunakan jaminan antara lain Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Utang Negara (SUN) yang ditatausahakan di BI-SSSS. 4. Peraturan Bank Indonesia mengenai Fasilitas Likuiditas Intrahari (PBI FLI) PBI FLI antara lain mengatur mengenai penyediaan FLI untuk kepentingan kelancaran Penyelesaian Akhir transaksi Sistem BI-RTGS bagi Bank yang menjalankan kegiatan usaha secara konvensional. 5. Peraturan Bank Indonesia mengenai Fasilitas Likuiditas Intrahari Syariah (PBI FLIS) PBI FLIS antara lain mengatur mengenai penyediaan FLIS untuk kepentingan kelancaran Penyelesaian Akhir Sistem BI-RTGS bagi Bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dan unit usaha syariah (UUS). 6. Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) mengenai Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan dan Pengawasan Sistem BI-RTGS SEBI 23

36 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 SEBI ini merupakan peraturan pelaksanaan dari PBI Sistem BI-RTGS yang mengatur mengenai pokok-pokok pengaturan penyelenggaraan Sistem BI-RTGS yang harus menjadi pedoman bagi Penyelenggara dalam mengatur dan melaksanakan penyelenggaraan Sistem BI-RTGS. 7. Surat Edaran Bank Indonesia mengenai Penyelenggaraan Sistem BI-RTGS SEBI ini mengatur pelaksanaan penyelenggaraan Sistem BI-RTGS di sisi Penyelenggara dan Peserta. 8. Surat Edaran Bank Indonesia mengenai Hubungan Rekening Giro Antara Bank Indonesia Dengan Pihak Ekstern (SEBI Hubungan Rekening Giro) SEBI Hubungan Rekening Giro merupakan petunjuk pelaksanaan PBI Hubungan Rekening Giro yang mengatur secara rinci mengenai ketentuan dan persyaratan kepemilikan Rekening Giro di Bank Indonesia yang menjadi dasar kepemilikan Rekening Giro bagi Peserta. 9. Surat Edaran Bank Indonesia mengenai Bank Indonesia Scripless Securities Settlement System (SEBI BI-SSSS) SEBI BI-SSSS merupakan petunjuk pelaksanaan PBI BI-SSSS yang mengatur secara rinci mengenai mekanisme penyelesaian akhir terhadap transaksi surat berharga dan penatausahaan SBI dan SUN di BI-SSSS. 10. Surat Edaran Bank Indonesia mengenai Fasilitas Likuiditas Intrahari (SEBI FLI) SEBI FLI merupakan petunjuk pelaksanaan PBI FLI yang mengatur secara rinci mengenai mekanisme penggunaan FLI oleh Bank yang menjalankan kegiatan usaha secara konvensional. 11. Surat Edaran Bank Indonesia mengenai Fasilitas Likuiditas Intrahari Syariah (SEBI FLIS) SEBI FLIS merupakan petunjuk pelaksanaan PBI FLIS yang mengatur secara rinci mengenai mekanisme penggunaan FLIS oleh Bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dan UUS. 12. Perjanjian penggunaan Sistem BI-RTGS antara Penyelenggara dan Peserta (Perjanjian Sistem BI-RTGS) Perjanjian Sistem BI-RTGS didasarkan pada asas kebebasan berkontrak sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan merupakan dasar hukum yang mengikat bagi Penyelenggara dan Peserta. Perjanjian Sistem BI-RTGS antara lain berisi hal-hal yang harus dilakukan oleh Penyelenggara dan kewajiban Peserta, tanggung jawab Penyelenggara dan Peserta, jenis-jenis transaksi yang wajib dan/atau dapat dilakukan Peserta melalui Sistem BI-RTGS dan keabsahan alat bukti transaksi Sistem BI-RTGS. BAB 24

37 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 BAB III KETENTUAN DAN PROSEDUR A. Ketentuan dan Prosedur Umum 1. Disain Sistem a. Komponen Sistem BI-RTGS Sistem BI-RTGS terdiri dari 3 (tiga) komponen pokok, yaitu: 1) RTGS Central Computer (RCC) RCC merupakan sistem komputer yang berada di lokasi Penyelenggara, yang digunakan untuk memproses Penyelesaian Akhir semua transaksi yang dikirim oleh Peserta. RCC terdiri dari 2 (dua) komponen utama, yaitu: a) Interbank Funds Transfer System (IFTS) IFTS adalah sub sistem yang berfungsi untuk menerima dan memproses data transaksi, menyediakan data-data di database RCC yang dapat di-enquiry oleh Peserta, laporanlaporan settlement dan laporan-laporan lainnya bagi semua Peserta. b) Settlement Account (SA) SA adalah sub sistem yang mencatat saldo Rekening Giro seluruh Peserta secara real time. RCC terdiri dari RCC Utama dan RCC Back-up. 2) RTGS Terminal (RT) RT merupakan sistem komputer yang berada di lokasi Peserta yang terhubung dengan RCC secara online yang berfungsi untuk melakukan berbagai transaksi. RT terdiri dari RT Server Utama, RT Server Back-up, dan RT Workstation. 3) Jaringan komunikasi data Jaringan komunikasi data terdiri dari: a) infrastruktur komunikasi yang menghubungkan antara RT Peserta dengan RCC; dan b) infrastruktur komunikasi yang menghubungkan RCC dengan infrastruktur teknologi informasi USD/IDR PvP di Hong Kong. b. Pengiriman Message Transaksi Sistem BI-RTGS menggunakan V-shaped structure dalam proses pengiriman message dari Peserta pengirim kepada Peserta penerima melalui Bank Indonesia sebagai Penyelenggara Sistem BI-RTGS. Dengan 25

38 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 Peserta Pengirim Peserta Penerima Bank Indonesia sebagai Penyelenggara Sistem BI-RTGS Dengan struktur ini, seluruh informasi yang terkandung dalam suatu transaksi akan dikirimkan oleh Peserta pengirim ke RCC dan akan diteruskan kepada Peserta penerima apabila transfer sudah di-settle di RCC di Penyelenggara. 2. Pelaksanaan Operasional RT a. Struktur Organisasi Struktur organisasi atau departemen dalam RT terdiri dari: 1) Central Department Central department merupakan departemen yang mengelola RT Server yang langsung terhubung dengan RCC serta terdaftar sebagai Peserta dengan 1 (satu) member code. Setiap Peserta hanya mempunyai 1 (satu) central department yang dapat terhubung dengan maksimal 998 (sembilan ratus sembilan puluh delapan) subsidiary department. Central department mempunyai kewenangan untuk melakukan berbagai fungsi dalam RT termasuk untuk melakukan monitoring kegiatan dari subsidiary departmentnya. Setiap central department harus memiliki paling sedikit 2 (dua) RT Server yang terdiri dari RT Server Utama dan RT Server Back-up serta 1 (satu) printer. RT Server tersebut terhubung dengan RT Workstation baik yang berada pada central department maupun subsidiary department, dimana jumlah RT Workstation pada seluruh departemen maksimal 999 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan) workstation. 2) Subsidiary Department Subsidiary department merupakan departemen yang hanya memiliki RT Workstation untuk melaksanakan berbagai fungsi RT dan memonitor kegiatan transaksi milik departemen yang bersangkutan 26

39 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 bersangkutan. Untuk mengidentifikasi asal transaksi maka setiap subsidiary department diberikan department code. b. Pengoperasian fungsi RT pada setiap departemen Fungsi RT yang dapat dioperasikan untuk setiap departemen tergantung pada kebijakan masing-masing Peserta. Pada umumnya setiap departemen dapat melakukan fungsi-fungsi antara lain: 1) membuat (construct) transaksi keluar (outgoing transaction); 2) melakukan otorisasi, mengirim, mengubah dan membatalkan transaksi; 3) mencetak dan mengirim copy transaksi; 4) menayangkan (display) dan mencetak status transaksi; 5) menayangkan dan mencetak ulang rincian transaksi; 6) mengelola Sistem Antrian untuk transaksi dengan tingkat kepentingan normal yang berasal dari departemen masing-masing; 7) mengendalikan operasi printer; 8) mencetak laporan-laporan atas transaksi yang berasal dari departemen masing-masing; 9) melakukan fungsi supervisory; dan 10) memelihara dan meng-up-date database masing-masing. c. Wewenang pengoperasian pada Operating System (O/S) Kewenangan pengoperasian O/S pada masing-masing Peserta terdiri dari administrator, RT super, dan RT user. 1) Administrator (adm) Administrator bertanggungjawab untuk: a) mengelola user O/S yang meliputi RT super dan RT user; dan b) melakukan set-up dan release aplikasi RT. Apabila password administrator tidak dapat digunakan maka harus dilakukan install ulang oleh Peserta sendiri. Dalam hal Peserta mengalami kesulitan dalam melakukan install ulang, Peserta yang bersangkutan dapat melakukan hal-hal sebagai berikut: a) Peserta mengajukan surat permintaan install ulang O/S yang ditandatangani oleh Direksi yang mempunyai spesimen tanda tangan di Penyelenggara dan ditujukan kepada: Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran c.q. Bagian Penyelenggaraan Setelmen Bank Indonesia, Gedung D Lantai 3 Jalan MH. Thamrin No.2 Jakarta b) Peserta menyerahkan perangkat RT Server untuk dilakukan install ulang kepada Penyelenggara dengan alamat sebagaimana 27

40 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari ) RT super sebagaimana dimaksud pada huruf a). RT super digunakan untuk: a) Pendaftaran printer; b) Reset user, system status, dan log on status yang masih dalam status in progress; c) Restore database; d) Ad hoc back-up; dan e) Konfigurasi pencetakan laporan. 3) RT user RT user digunakan untuk seluruh kegiatan pengoperasian RT Peserta. d. Wewenang pengoperasian pada aplikasi RT Kewenangan pengoperasian aplikasi RT pada masing-masing Peserta ditunjukkan oleh tingkatan user yang terdiri dari level administrator, supervisor dan operator. 1) Administrator (adm) Penyelenggara akan memberikan 2 (dua) user dengan level administrator beserta password-nya kepada Peserta yang diwakili oleh Direksi atau pejabat yang diberi kuasa pada instalasi pertama. Untuk keperluan pengamanan aplikasi RT, Peserta diminta untuk mengubah password administrator segera pada hari yang sama setelah password diterima dari Penyelenggara. User administrator bertanggungjawab untuk: a) mengelola database aplikasi RT yang antara lain meliputi database member control, department, RT Workstation, Account Identifier Data (AID), dan Authenticator Text (AT); dan b) mengelola user aplikasi RT yang meliputi pendaftaran, perubahan, dan penghapusan petugas-petugas yang ditunjuk dan menentukan kewenangan untuk mengoperasikan berbagai fungsi dalam aplikasi RT. User administrator pada central department dapat mendaftarkan user-user dengan level administrator, supervisor dan operator, baik pada central department sendiri maupun pada subsidiary department. Untuk pendaftaran user, diperlukan 2 (dua) user level administrator yang bertugas untuk mendaftarkan dan melakukan approval. Apabila password user setingkat administrator tidak dapat digunakan maka reset password hanya dapat dilakukan oleh 2 (dua) administrator lain. Apabila seluruh password user setingkat administrator tidak dapat digunakan maka reset password harus 28

41 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari ) Supervisor (spv) harus dilakukan oleh petugas yang ditunjuk dengan cara menjalankan CD aplikasi reset password yang telah diberikan oleh Penyelenggara. Supervisor (spv) memiliki kewenangan operasional dalam aplikasi RT untuk melaksanakan berbagai fungsi yang berkaitan dengan kegiatan supervisi terhadap pekerjaan dari operator antara lain menyetujui (approve) dan mengirimkan transaksi atau aktivitas administratif lainnya. Kewenangan supervisor dapat dibatasi berdasarkan pemberian fungsi dan/atau pembatasan nominal (global limit) dalam pengiriman transaksi. Dalam hal password user setingkat supervisor tidak dapat digunakan maka reset password harus dilakukan oleh 2 (dua) user setingkat administrator. 3) Operator (opr) 3. Fungsi-fungsi dalam RT Operator (opr) memiliki kewenangan untuk melakukan input data (construct data) ke dalam Sistem BI-RTGS sesuai dengan perintah transfer. User setingkat operator tidak dapat mengakses pengelolaan Sistem Antrian serta fungsi-fungsi supervisi. Setiap kegiatan yang berkaitan dengan pengiriman transaksi yang dilakukan oleh operator masih memerlukan persetujuan dari supervisor. Dalam hal password user setingkat operator tidak dapat digunakan maka reset password harus dilakukan oleh 2 (dua) user setingkat administrator. Dalam RT terdapat fungsi-fungsi sebagai berikut: a. System System adalah fasilitas dalam Sistem BI-RTGS yang digunakan untuk melakukan kegiatan sebagai berikut: 1) System start-up dan department start-up System start-up merupakan kegiatan mengaktifkan RT Server pada masing-masing Peserta. System start-up dilakukan oleh user setingkat administrator pada central department. Selanjutnya subsidiary department dapat melakukan department start-up yang dilakukan oleh user setingkat administrator pada subsidiary department atau oleh user setingkat administrator pada central department. System start-up dilakukan pada setiap awal hari kerja setelah proses batch pada hari kerja sebelumnya atau setelah pemeliharaan database. 2) System shut-down dan department shut-down Department shut-down merupakan kegiatan untuk menonaktifkan department. Central department shut-down dilakukan oleh user setingkat administrator pada central department. Subsidiary department 29

42 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 department shut-down dilakukan oleh user setingkat administrator pada subsidiary department atau oleh user setingkat administrator pada central department. Subsidiary department shut-down harus dilakukan sebelum central department shut-down. System shut-down merupakan kegiatan menutup sistem aplikasi RT pada akhir hari kerja (end of day system shut-down). Kegiatan ini dilakukan oleh user setingkat administrator pada central department setelah department shut-down. Setelah system shutdown, dilanjutkan dengan end of day process untuk persiapan proses hari kerja berikutnya. 3) Penutupan sistem dalam Jam Operasional (mid-day shut-down) Peserta dapat melakukan penutupan sistem dalam Jam Operasional yang bersifat sementara. Setelah itu Peserta dapat mengaktifkan sistem kembali (system start-up) oleh user setingkat administrator pada central department untuk melanjutkan kegiatan operasional. b. Interbank Fund Transfer System (IFTS) IFTS adalah fasilitas dalam Sistem BI-RTGS yang digunakan untuk melakukan transaksi dengan kegiatan sebagai berikut: 1) Construct Construct data transaksi keluar merupakan kegiatan input data transaksi berdasarkan perintah transfer dalam bentuk warkat atau data elektronik yang ditentukan oleh masing-masing Peserta. Construct data terdiri dari Construct Single Credit, Construct Multiple Credit dan Credit Notification. Hasil dari kegiatan ini adalah construct copy yang akan tercetak pada departemen yang bersangkutan. Kegiatan ini dilakukan oleh user setingkat operator yang telah didaftarkan ke dalam Sistem BI-RTGS. 2) Amend IFTS Transaction Amend data merupakan kegiatan untuk melakukan koreksi data yang telah di-input setelah dilakukan reject oleh supervisor atau ditolak oleh RCC dengan status Negative Acknowledgement (NK). Hasil dari kegiatan ini adalah amend copy yang akan tercetak pada departemen yang bersangkutan. Kegiatan ini dilakukan oleh user setingkat operator yang telah didaftarkan ke dalam Sistem BI- RTGS. 3) Reconstruct PvP transaction Reconstruct PvP transaction merupakan kegiatan untuk melakukan koreksi atas data Transaksi PvP yang telah ditolak oleh RCC dengan status pemrosesan Rejected by Host (RH). Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan data Transaksi PvP yang telah di-input 30

43 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 di-input sebelumnya sehingga petugas tidak perlu meng-input ulang seluruh data. Hasil dari kegiatan ini adalah reconstruct copy yang akan tercetak pada departemen yang bersangkutan. Kegiatan ini dilakukan oleh user setingkat operator yang telah didaftarkan pada Sistem BI- RTGS. Setelah kegiatan reconstruct ini masih diperlukan approval oleh user setingkat supervisor. 4) Approval/Reject IFTS a) Approval merupakan kegiatan untuk melakukan persetujuan data transaksi yang di-input oleh operator. b) Reject merupakan kegiatan untuk melakukan penolakan data transaksi yang di-input oleh operator. 5) Cancel Rejected IFTS Cancel merupakan kegiatan untuk melakukan pembatalan data transaksi yang telah di-reject oleh supervisor. 6) Cancel PvP Transaction Cancel PvP Transaction merupakan kegiatan untuk melakukan pembatalan data Transaksi PvP. Transaksi PvP yang dapat dibatalkan adalah transaksi yang memiliki status pemrosesan Pending for Matching (PM), PvP Matched (MT), Hold IDR Fund (HD) dan Hold Counterparty Currency (HC). 7) Queue handling a) Queue handling merupakan kegiatan untuk melakukan pembatalan antrian dan resequence transaksi dengan tingkat kepentingan normal. b) Dalam hal saldo Rekening Giro Peserta tidak mencukupi untuk menyelesaikan suatu transaksi maka transaksi yang bersangkutan akan dimasukkan dalam Sistem Antrian pada RCC. c) Khusus untuk Mekanisme USD/IDR PvP, Transaksi PvP akan masuk ke dalam Sistem Antrian setelah menemukan transaksi sisi mata uang Dolar Amerika Serikat (berstatus pemrosesan PvP Matched (MT)) namun belum berhasil meng-hold dana sisi mata uang Rupiah karena ketidakcukupan saldo Rekening Giro Peserta pembayar sisi mata uang Rupiah, dan Transaksi PvP akan berstatus pemrosesan Pending for Holding IDR Fund (PH). d) Penanganan antrian dapat dilakukan oleh Peserta melalui fungsi Outgoing Queue Maintenance. Fungsi ini digunakan oleh Peserta untuk melakukan hal-hal sebagai berikut: (1) Melihat daftar transaksi keluar dengan tingkat kepentingan prioritas dan normal; (2) Mengubah 31

44 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 (2) Mengubah nomor urut antrian transaksi dengan tingkat kepentingan normal. Pengurutan kembali nomor antrian agar tidak menggunakan nomor yang berurutan karena akan menyebabkan kesulitan apabila terdapat transaksi yang akan disisipkan diantara urutan yang telah ada; dan (3) Membatalkan transaksi dengan tingkat kepentingan normal. e) Pada saat cut off warning transaksi yang masih berada dalam antrian akan dibatalkan oleh RCC dan status transaksi akan menjadi Reject by Host Acknowledge Print (RH AK PR). Pada saat yang bersamaan, pada printer Peserta akan tercetak cancel copy. f) Khusus untuk Mekanisme USD/IDR PvP, apabila Transaksi PvP pada saat PvP cut off masih berada dalam antrian (berstatus pemrosesan Pending for Holding IDR Fund (PH)), Transaksi PvP tersebut akan dibatalkan oleh RCC dan status pemrosesannya menjadi Rejected by Host (RH). c. Audit Trail Audit trail adalah fungsi yang digunakan untuk melihat dan/atau mencetak seluruh transaksi yang telah diproses oleh RT. Melalui fungsi ini dapat diperoleh informasi mengenai status dari transaksi baik transaksi keluar maupun transaksi masuk secara individual maupun ringkasannya dalam bentuk tayangan ataupun cetakan setiap saat pada Jam Operasional dengan masa retensi selama 25 (dua puluh lima) hari kerja. Central department dapat melihat seluruh transaksi, sedangkan subsidiary department hanya dapat melihat transaksi yang berasal dari subsidiary department yang bersangkutan. Melalui fungsi ini user dapat melakukan kegiatan sebagai berikut: 1) List/Print Transaction Status Peserta dapat melihat dan/atau mencetak status transaksi saat ini atau transaksi periode sebelumnya. 2) List/Print Transaction History Peserta dapat melihat dan/atau mencetak riwayat status selengkapnya untuk transaksi saat ini atau yang telah diproses, misalnya transaksi yang dikirim ulang karena adanya kegagalan transmisi. 3) List/Print Unfinished Transaction Peserta dapat melihat transaksi-transaksi yang belum/tidak terselesaikan seperti transaksi yang diubah dan ditolak oleh supervisor dan yang ditunda karena dana tidak cukup. 4) Display/Reprint 32

45 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari ) Display/Reprint Transaction Peserta dapat melihat tayangan dan/atau mencetak rincian transaksi-transaksi tertentu yang sedang berjalan maupun yang telah diproses. 5) Print Summary Report Peserta dapat melihat dan/atau mencetak ringkasan seluruh transaksi yang dikirim dan diterima pada saat berjalan atau yang telah diproses. d. Supervisory (Fungsi-fungsi pimpinan) Fungsi-fungsi yang terdapat dalam menu supervisory adalah kegiatan yang dilakukan dalam rangka monitoring transaksi. Fungsi-fungsi ini diberikan kepada level administrator atau supervisor. Kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam fungsi ini adalah: 1) Log-on ke RCC a) Log-on adalah kegiatan untuk menghubungkan antara RT Server dengan RCC. b) Log-on harus dilakukan setelah system start-up dan RCC open. c) Dalam hal Peserta melakukan log-on sebelum RCC open maka Peserta harus melakukan log-on ulang agar RT terhubung secara online dengan RCC. Transaksi yang dikirim sebelum status RCC open harus di-construct ulang. d) Keberhasilan proses log-on akan tertayang dan tercetak pada report log-on. Sebaliknya jika log-on tidak berhasil akan tertayang dan tercetak informasi penolakan disertai kode error dari RCC. e) Dalam hal terjadi disconnect (force log-off) dengan RCC, maka Peserta harus melakukan log-on ulang. f) Kegiatan log-on merupakan kewenangan central department. 2) Log-off dari RCC a) Log-off adalah kondisi terputusnya hubungan antara RT dengan RCC yang disebabkan antara lain oleh: (1) Peserta melakukan log-off; (2) Status RCC cut off; atau (3) Terjadi gangguan jaringan komunikasi data. b) Kegiatan log-off sebagaimana dimaksud pada butir a) (1) merupakan kewenangan central department. 3) Member s Enquiry Fungsi ini disediakan bagi Peserta untuk melakukan kegiatan sebagai berikut: a) Mencetak rekapitulasi mutasi transaksi (Member Own Total); b) Melihat 33

46 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 b) Melihat posisi saldo rekening (Account Position Enquiry); c) Mencetak simulasi settlement saldo rekening (Simulated Settlement Balance); dan d) Mencetak posisi rekening konsolidasi (Consolidated Bank Position Enquiry). 4) Retrieve Transaction from RCC Merupakan fungsi untuk mengambil data (format cetak) transaksi yang telah di-settle di RCC. Data transaksi yang dapat diambil secara online dari RCC adalah data yang tersedia dalam jangka waktu 9 (sembilan) hari kerja terakhir. 5) Recap Transaction from RCC Merupakan fungsi untuk mengambil data (format cetak) rekapitulasi seluruh transaksi. Jenis laporan rekapitulasi meliputi: a) Member Total Recap Report Member Total Recap Report merupakan laporan yang memperlihatkan ringkasan total transaksi IFTS yang dikirim dan diterima dari semua Peserta. b) Detail Recap Report Detail Recap Report merupakan laporan yang berisi rincian transfer-transfer keluar berdasarkan Input Sequence Number (ISN) yang ditentukan dan advis yang diterima berdasarkan Output Sequence Number (OSN) yang diberikan oleh RCC. 6) Send Administrative Message e. Enquiry Merupakan kegiatan pengiriman pesan dari Peserta kepada Penyelenggara atau Peserta lainnya. Pembuatan dan approval administrative message dilakukan oleh 2 (dua) user setingkat supervisor atau manager. Fungsi ini dapat digunakan untuk melihat dan mencetak transaksi. Fungsi ini dapat diberikan kepada semua level kewenangan dalam Sistem BI- RTGS, yaitu kepada operator, supervisor maupun administrator. User dari central department dapat melihat seluruh transaksi, sedangkan subsidiary department hanya dapat melihat transaksi yang dibuat oleh departemennya sendiri. Fungsi Enquiry terdiri dari: 1) Unfinished IFTS Enquiry Fungsi ini digunakan untuk melihat rincian transaksi IFTS yang berstatus belum selesai. Transaksi transaksi ini adalah: a) Transaksi yang telah di-construct namun belum mendapatkan persetujuan atau belum ditolak oleh supervisor; b) Transaksi yang telah ditolak oleh supervisor atau oleh RCC tetapi belum diubah atau dibatalkan oleh supervisor; c) Transaksi 34

47 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 f. Batch c) Transaksi yang telah mendapat persetujuan awal (pre approval) namun masih memerlukan persetujuan lebih lanjut (final approval); d) Khusus untuk Mekanisme USD/IDR PvP, meliputi Transaksi PvP (dengan TRN: IFTPvP00) yang berada dalam posisi: (1) telah mendapat persetujuan namun belum menemukan transaksi sisi mata uang Dolar Amerika Serikat (status pemrosesan Pending for Matching (PM)); (2) telah menemukan transaksi sisi mata uang Dolar Amerika Serikat (status pemrosesan PvP Matched (MT)); (3) akan meng-hold dana sisi mata uang Rupiah pada Rekening Giro Peserta pembayar sisi mata uang Rupiah namun belum berhasil karena ketidakcukupan saldo (status pemrosesan Pending for Holding IDR Fund (PH)); (4) telah berhasil meng-hold dana sisi mata uang Rupiah pada Rekening Giro Peserta pembayar sisi mata uang Rupiah (status pemrosesan Hold IDR Fund (HD); atau (5) siap untuk dilakukan Penyelesaian Akhir dimana holding dana sisi mata uang Dolar Amerika Serikat telah pula berhasil dilakukan (status pemrosesan Hold Counterparty Currency (HC)). e) Transaksi-transaksi yang masih dalam Sistem Antrian (masih menunggu Penyelesaian Akhir). 2) Completed IFTS Enquiry Fungsi ini digunakan untuk melihat rincian transaksi IFTS yang telah selesai. Transaksi transaksi ini adalah: a) Transaksi-transaksi yang telah dibatalkan oleh supervisor atau oleh RCC; dan b) Transaksi-transaksi yang telah di-settle. 3) Warehouse IFTS Enquiry Fungsi ini digunakan untuk melihat rincian transaksi yang akan diselesaikan pada tanggal valuta 1 (satu) atau 2 (dua) hari berikutnya (transaksi titipan/warehouse). Batch merupakan proses akhir hari untuk persiapan awal hari kerja berikutnya. Proses batch hanya dapat dilakukan oleh user setingkat supervisor pada central department. Proses batch terdiri dari kegiatan: 1) Print End of Day Reports Laporan-laporan akhir hari yang akan dicetak terdiri dari: a) Incoming Message End of Day Listing Merupakan laporan mengenai seluruh transaksi IFTS dan pesan-pesan 35

48 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 pesan-pesan administratif yang diterima dari RCC. b) Outgoing Message End of Day Listing Merupakan laporan mengenai seluruh transaksi IFTS dan pesan-pesan administratif yang dikirim ke RCC. c) Daily Total Report Merupakan laporan yang memuat rangkuman jumlah dan nilai dari semua transaksi IFTS dan pesan-pesan administratif yang dikirim dan diterima. d) System Audit Trail Merupakan rincian laporan yang memperlihatkan aktivitasaktivitas pengguna Sistem BI-RTGS. 2) Back-up Daily Files Fungsi ini merupakan fungsi yang digunakan untuk melakukan back-up harian terhadap files data RT ke dalam media penyimpanan pada waktu proses batch. Files yang di-back-up terdiri dari: a) Transaction file; b) Transaction history file; c) Transaction image file; d) WareHost transaction file; e) WareHost transaction image file; f) Account identifier file; g) Member file; h) System parameter file; i) Member control file; j) Department parameter file; k) Department printer file; l) Workstation parameter file; m) User parameter file; n) Transaction reference file; o) System log file; dan p) Communication log file. 3) Reset System Files g. Database Fungsi ini digunakan untuk persiapan operasional hari berikutnya. Apabila seluruh file telah di-reset maka sistem telah siap untuk melaksanakan kegiatan hari kerja berikutnya. Jika reset file tidak dilakukan maka pada saat system start-up hari kerja berikutnya akan muncul error message. 1) System Information Merupakan fungsi yang digunakan untuk melihat dan mencetak informasi antara lain status Sistem BI-RTGS, cut-off time Sistem BI-RTGS 36

49 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 BI-RTGS, tanggal valuta terakhir, tanggal valuta sekarang dan tanggal valuta berikutnya. 2) Member Control File Fungsi ini digunakan untuk mendefinisikan parameter yang berlaku bagi Peserta seperti: a) IFTS Global Limit; b) Password Expiry Period; c) Inactive Period; d) Timeout Interval; e) Auto-refresh Interval; f) PvP Notification Alert; dan g) Print. Perubahan terhadap data dalam file ini dilakukan setelah proses batch pada akhir hari oleh 2 (dua) user setingkat administrator. 3) Departement Parameter File Fungsi ini digunakan untuk mendefinisikan parameter yang berlaku bagi departemen individual yang terdiri dari pendaftaran/penambahan, perubahan dan penghapusan. Setiap perubahan berlaku setelah mendapat persetujuan dari petugas lain yang berwenang. Penghapusan suatu departemen dilakukan setelah data workstation dan para user pada departemen tersebut dihapus. 4) Workstation Parameter File Fungsi ini digunakan untuk mendefinisikan parameter mengenai workstation yang terdapat dalam RT yang terdiri dari pendaftaran/penambahan, perubahan dan penghapusan. Setiap perubahan terhadap parameter ini dilakukan selama Jam Operasional dan perubahan tersebut berlaku setelah mendapat persetujuan dari pejabat yang berwenang. 5) User Parameter File Fungsi ini digunakan untuk mendefinisikan fungsi-fungsi setiap user yang terdiri dari pendaftaran/penambahan, perubahan dan penghapusan. File ini berisi: a) Details; b) Function Assignment;dan c) Password Control. Untuk melakukan perubahan parameter ini user yang diubah harus melakukan sign-off terlebih dahulu. Setiap perubahan terhadap parameter ini dilakukan selama Jam Operasional. Penambahan dan perubahan user berlaku setelah mendapat persetujuan dari pejabat yang berwenang. Adapun persetujuan penghapusan user dilakukan setelah proses batch selesai. 6) Member 37

50 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari ) Member File Fungsi ini digunakan untuk menampilkan informasi dari semua Peserta yang berpartisipasi dalam Sistem BI-RTGS. Informasi ini disediakan oleh Penyelenggara. User hanya dapat melihat dan mencetak file ini tanpa kewenangan untuk mengubah. Apabila terdapat perubahan data Peserta maka member file tersebut akan diupdate dari RCC. File ini berisi detil dari Peserta yang meliputi: a) Member Code; b) Member Name; c) Bank Code; d) BI Branch Code; e) Member Type; f) Member Group; dan g) Principal Member. 7) PvP Member File Fungsi ini digunakan untuk menampilkan informasi Peserta yang merupakan pengguna Mekanisme USD/IDR PvP pada Sistem BI- RTGS. Informasi ini disediakan oleh Penyelenggara. User hanya dapat melihat dan mencetak file ini tanpa kewenangan untuk mengubah. Apabila terdapat perubahan/penambahan data maka PvP member file tersebut akan di-update dari RCC. File ini berisi detil dari Peserta yang menggunakan fitur PvP dalam Sistem BI- RTGS: a) PvP ID; b) Participant Type; c) Member Code; dan d) Member Name. Participation type dalam penggunaaan Mekanisme USD/IDR PvP pada Sistem BI-RTGS dikaitkan dengan kepesertaan Peserta pada USD CHATS dan dibedakan menjadi direct participant/dp dari USD CHATS (terisi: direct) dan indirect USD CHATS user/icu (terisi: indirect). DP dari USD CHATS adalah Peserta yang merupakan bank peserta langsung dari USD CHATS, yang mempunyai rekening dalam mata uang Dolar Amerika Serikat yang ditatausahakan di penyelenggara/settlement institution (SI) dari USD CHATS. Sedangkan ICU dari USD CHATS adalah Peserta yang merupakan peserta tidak langsung dari USD CHATS, yang mempunyai rekening dalam mata uang Dolar Amerika Serikat yang ditatausahakan di DP dari USD CHATS. Member Code pada PvP Member File akan terisi kode Peserta dengan format menggunakan Bank Identifier Code (BIC) 11 digit yang dikeluarkan oleh Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication (SWIFT). 8) PvP 38

51 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari ) PvP Correspondent Member File Fungsi ini digunakan untuk menampilkan informasi bank koresponden Dolar Amerika Serikat, yaitu DP dari USD CHATS atau SI dari USD CHATS, yang digunakan oleh Peserta untuk penyelesaian Transaksi PvP. Informasi ini disediakan oleh Penyelenggara. User hanya dapat melihat dan mencetak file ini tanpa kewenangan untuk mengubah. Apabila terdapat perubahan data maka PvP Correspondent Member File tersebut akan diupdate dari RCC. File ini berisi detil bank koresponden Dolar Amerika Serikat dari Peserta pengguna USD/IDR PvP pada Sistem BI-RTGS. PvP Correspondent Member Code pada PvP Correspondent Member File akan terisi kode bank koresponden Dolar Amerika Serikat dengan format menggunakan SWIFT BIC 11 digit. 9) Account Identifier Data (AID) File Fungsi ini digunakan untuk menyimpan informasi nasabah-nasabah dari Peserta yang rutin melakukan transfer dana yang ditunjukkan dengan suatu nomor AID. Penggunaan AID ditujukan untuk mempermudah dan mempercepat pengisian data transfer. AID adalah suatu kode 6 (enam) karakter alfanumerik yang digunakan untuk mengidentifikasikan data-data nasabah atau rekeningrekening pemerintah atau rekening-rekening Bank Indonesia guna melaksanakan transaksi pengiriman dana (terdiri dari nomor rekening, nama rekening atau nama pemilik rekening, dan alamat pemilik rekening). AID tidak akan terbawa ke RCC (kecuali nomor rekening, nama rekening atau nama pemilik rekening yang terbentuk dari pemilihan suatu AID) melainkan merupakan database lokal RT Peserta. Penambahan, perubahan dan penghapusan AID dilakukan selama Jam Operasional dan berlaku setelah mendapat persetujuan dari pejabat yang berwenang. 10) Transaction Reference File Fungsi ini digunakan untuk menampilkan data Transaction Reference Number (TRN) yang ditetapkan oleh Penyelenggara. Perubahan terhadap file ini hanya dapat dilakukan oleh Penyelenggara. User hanya dapat melihat dan mencetak file ini tanpa kewenangan untuk mengubah. Apabila terdapat perubahan data TRN maka Transaction Reference File tersebut akan di-update dari RCC. 11) Authenticator Text (AT) a) Authenticator Text File AT adalah seperangkat text yang digunakan untuk mendapatkan encryption key melalui suatu algoritma otentikasi 39

52 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 otentikasi (authentication). Encryption key digunakan untuk encrypt dan decrypt log-on message yang dikirimkan dari RT ke RCC dan sebaliknya. 1 (satu) set AT terdiri dari 5 (lima) komponen AT (disebut AT 1 AT 5), tanggal efektif dan kadaluarsa. Setiap komponen AT berisi sedikitnya 6 (enam) sampai dengan paling banyak 10 (sepuluh) karakter (alfanumerik). Satu set AT yang aktif (active set) adalah AT yang sedang digunakan untuk message authentication security antara RT dan RCC. User dapat mengefektifkan reserved set untuk menggantikan active set pada setiap saat. Jika hal ini akan dilakukan, Peserta harus memberitahukan kepada Penyelenggara sebelum melakukan perubahan tersebut. Setiap Peserta diharuskan memberikan komponen AT 1, AT 2 dan AT 3, sedangkan Penyelenggara akan memberikan komponen AT 4 dan AT 5. Satu set AT yang sama tidak dapat digunakan sampai dengan 3 (tiga) periode dari AT yang terdahulu. Jika terdapat suatu kesamaan (duplikasi), maka akan ditampilkan error message. b) Generate AT Check Character Fungsi ini digunakan untuk menghasilkan 1 (satu) karakter dari AT guna menghindari terjadinya kesalahan selama dilakukan data entry dari AT. 12) Print Control/Database Summary h. Utilities Fungsi ini digunakan untuk mencetak files yang ada di database. Fungsi ini digunakan untuk melakukan kegiatan sebagai berikut: 1) Change Password Fungsi ini digunakan oleh user untuk mengubah password jika diperlukan. Password yang sama dapat digunakan kembali oleh user setelah 3 (tiga) kali penggantian password. 2) Display/Print System Audit Trail Merupakan kegiatan untuk menampilkan dan mencetak system audit trail. 3) Send Broadcast Message Fungsi ini digunakan oleh user yang sedang sign-on pada RT Server yang sama untuk mengirimkan administrative message. 4) Switch Printer Fungsi ini digunakan oleh user untuk mengalihkan antrian cetakan dari satu printer ke printer lainnya. 5) IFTS 40

53 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari ) IFTS Incoming Interface Fungsi ini digunakan oleh user untuk melakukan transfer file standar yang telah ditetapkan dari Sistem BI-RTGS ke sistem internalnya. 6) IFTS Outgoing Interface Fungsi ini digunakan oleh user untuk melakukan transfer file standar yang telah ditetapkan dari sistem internal ke Sistem BI- RTGS. Pengiriman ke RCC dilakukan setelah dilakukan proses persetujuan secara manual. 7) Auto IFTS Outgoing Interface Fungsi ini digunakan oleh user untuk melakukan transfer file standar yang telah ditetapkan dari sistem internal ke Sistem BI- RTGS yang diikuti dengan pengiriman langsung ke RCC tanpa dilakukan proses persetujuan secara manual. 4. Pengoperasian dan Prosedur Pembukuan Transaksi Secara Umum Prosedur umum pengoperasian Sistem BI-RTGS pada Peserta adalah sebagai berikut: a. Administrator pada central department melakukan system start-up dan department start-up. b. Supervisor pada central department melakukan log-on ke RCC Kegiatan ini menghasilkan laporan log-on. Apabila log-on gagal akan muncul status penolakan disertai kode error dari RCC sebagaimana dimaksud pada Lampiran 3.1. Selanjutnya setelah diketahui penyebab kegagalannya, supervisor melakukan log-on kembali. Apabila RT Peserta tetap tidak dapat log-on ke RCC melalui jaringan komunikasi data utama maka Peserta harus menghubungi help-desk Sistem BI-RTGS untuk meminta pengalihan jaringan komunikasi data utama menjadi jaringan komunikasi data back-up. c. Selanjutnya setiap RT Workstation dapat melakukan pengiriman transaksi IFTS dan pesan-pesan administratif dengan proses sebagai berikut: 1) Peserta membuat dokumen/warkat sumber atau data elektronik sebagai dasar perekaman data transaksi. Format dokumen/warkat tersebut diatur oleh masing-masing Peserta. 2) Operator memasukkan password dan melakukan perekaman data transaksi antara lain dengan memasukkan data sebagai berikut: a) Member Code Peserta pengirim; b) Member Code Peserta penerima; c) Tanggal valuta; d) Jumlah nominal; e) Related TRN (Rel TRN), merupakan referensi internal Peserta 41

54 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 Peserta sehubungan dengan transaksi Sistem BI-RTGS; f) Jenis transaksi berdasarkan TRN; g) Nomor rekening, nama dan alamat pemberi amanat/rekening yang akan dibebani; h) Nomor rekening, nama dan alamat penerima amanat/rekening yang akan menerima; i) Payment detail, memuat keterangan mengenai transaksi seperti tujuan transaksi; j) Member to member information; k) Currency; l) Exchange rate; m) Interest rate; n) Period; dan o) Deal/stock code. Perekaman data tersebut menghasilkan construct copy atau daftar IFTS outgoing summary transaction sebagai bukti perekaman telah dilakukan. Sistem BI-RTGS akan memberikan penomoran pada transaksi atau pesan yang dikirim ke Peserta lainnya (outgoing transaction) yang disebut dengan nomor BOR (Bank s Own Reference). BOR terdiri dari 6 (enam) digit dan selalu dimulai dengan pada awal hari dengan nomor maksimum per hari. Nomor BOR ini akan di-reset setiap hari setelah batch akhir hari selesai dilakukan. Tata cara pengisian data perekaman tersebut di atas harus mengikuti prosedur sebagaimana dimaksud pada Lampiran 3.2. Khusus untuk Transaksi PvP, disamping data sebagaimana dimaksud pada angka 2), operator juga harus melengkapi data pada Tab PvP Info yang akan muncul setelah operator memilih TRN: IFTPvP00. Data yang ada di Tab PvP Info tersebut meliputi: a) Ordering Institution; b) Beneficiary Institution; c) Sender Correspondent; d) Receiver Correspondent; e) Counterparty (CP) Sender Correspondent; f) Counterparty (CP) Receiver Correspondent; g) Sender Nominal Amount; dan h) Receiver Nominal Amount. 3) Supervisor dapat melakukan persetujuan, penolakan atau pembatalan transaksi yang telah di-input oleh operator. Dalam hal terdapat pembatasan kewenangan supervisor untuk melakukan approval maka terhadap transaksi yang nominalnya melebihi pembatasan 42

55 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 pembatasan yang ditetapkan harus dilakukan 2 (dua) tahap approval yaitu pre approval dan final approval. a) Persetujuan Supervisor melakukan persetujuan atas data transaksi yang di-construct oleh operator apabila data transaksi telah sesuai dengan dokumen/warkat sumber sebagai dasar perekaman data transaksi. Jika data transaksi yang di-transmit ke RCC telah sesuai dengan persyaratan pengiriman transaksi ke RCC (valid) maka status transaksi adalah AP AK (Approved Acknowledged) dan pada saat yang bersamaan akan menghasilkan transmit copy yang dapat dicetak. Jika data transaksi tidak valid pada saat di-transmit ke RCC maka status transaksi adalah AP NK (Approved Negative Acknowledgement). Jika transaksi telah diterima dan di-settle di RCC maka status transaksi adalah CP AK (Completed Acknowledged). Pada saat yang bersamaan dihasilkan completion advice yang dapat dicetak sedangkan Peserta penerima akan menerima confirmation advice. Semua transaksi yang dikirim ke RCC akan diberikan nomor ISN oleh RCC, sedangkan untuk transfer yang diterima oleh Peserta dari RCC akan diberi nomor OSN oleh RCC. ISN dan OSN terdiri dari 6 (enam) digit (dimulai dari sampai dengan ) untuk masing-masing Peserta per hari. ISN dan OSN tersebut harus berpasangan untuk tujuan pengendalian urutan transaksi dan memastikan tidak terdapat transaksi yang hilang. ISN dan OSN akan di-reset setiap hari setelah batch processing hari sebelumnya telah dilaksanakan. Khusus untuk Transaksi PvP yang valid dengan status AP AK (Approved Acknowledged), RCC akan meneruskan data Transaksi PvP tersebut ke IDR CCPMP untuk proses matching dengan data transaksi sisi mata uang Dolar Amerika Serikat pada USD CCPMP. RCC juga akan mengirimkan notifikasi kepada Peserta penerima pembayaran sisi mata uang Rupiah, yang berisikan informasi Transaksi PvP sebagaimana dimaksud pada angka 3) yang telah diinput pada Sistem BI-RTGS. Status setelah pengiriman data Transaksi PvP ke IDR CCPMP adalah PM AK (Pending for Matching Acknowledged), dan akan menghasilkan PvP Pending for Matching advice. Setelah data Transaksi PvP diterima di IDR CCPMP maka proses selanjutnya adalah: (1) IDR CCPMP dan USD CCPMP melakukan proses matching antara data Transaksi PvP pada IDR CCPMP dengan data transaksi sisi mata uang Dolar Amerika Serikat 43

56 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 Serikat pada USD CCPMP. Adapun data yang digunakan untuk proses matching adalah sebagai berikut: (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) Settlement date; Sender currency, Receiver currency; Ordering institution; Beneficiary institution; Sender amount; Receiver amount; Sender correspondent; Receiver correspondent; Counterparty sender correspondent; dan Counterparty receiver correspondent. (2) Apabila data transaksi sisi mata uang Dolar Amerika Serikat pada USD CCPMP sebagaimana dimaksud pada angka (1) sama dengan data Transaksi PvP pada IDR CCPMP maka status Transaksi PvP berubah menjadi MT AK (PvP Matched Acknowledged) dan menghasilkan PvP Matched advice. Proses matching yang dilakukan pada CCPMP dilakukan berdasarkan prinsip First In First Out (FIFO); (3) Apabila tidak ditemukan data yang sama antara data transaksi sisi mata uang Dolar Amerika Serikat pada USD CCPMP dengan data Transaksi PvP pada IDR CCPMP, maka status Transaksi PvP tetap PM AK (Pending for Matching Acknowledged); (4) Selanjutnya, untuk Transaksi PvP dengan status MT AK (PvP Matched Acknowledged), saldo Rekening Giro Peserta pembayar sisi mata uang Rupiah di RCC akan di-hold sebesar nominal Transaksi PvP. Dalam hal saldo Rekening Giro Peserta pembayar sisi mata uang Rupiah di RCC mencukupi maka status Transaksi PvP menjadi HD AK (Hold IDR Fund Acknowledged) dan menghasilkan Hold Fund advice. Namun dalam hal saldo Rekening Giro Peserta pembayar sisi mata uang Rupiah tidak mencukupi maka Transaksi PvP akan masuk ke dalam sistem antrian dan Transaksi PvP tersebut berstatus PH AK (Pending for Holding IDR Fund Acknowledged); (5) Setelah berhasil dilakukan holding IDR fund di RCC dan selanjutnya berhasil pula dilakukan holding fund sisi 44

57 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 sisi mata uang Dolar Amerika Serikat di sistem komputer dari penyelenggara USD CHATS maka status Transaksi PvP menjadi HC AK (Hold Counterparty Currency Acknowledged), di mana selanjutnya akan dilakukan settlement sisi mata uang Rupiah di RCC dan settlement sisi mata uang Dolar Amerika Serikat di sistem komputer dari penyelenggara USD CHATS secara simultan. Proses settlement tersebut menghasilkan completion advice untuk Peserta pembayar sisi mata uang Rupiah, confirmation advice untuk Peserta penerima pembayaran sisi mata uang Rupiah, dan status Transaksi PvP menjadi CP AK (Completed Acknowledged). b) Penolakan (reject amend) Supervisor melakukan penolakan (reject amend) atas data transaksi yang di-construct oleh operator apabila data transaksi tidak sesuai dengan dokumen/warkat sumber sebagai dasar perekaman data transaksi. Pada saat yang bersamaan pada printer Peserta akan tercetak Reject Copy. Untuk selanjutnya operator menyesuaikan data transaksi dengan dokumen/warkat sumber. Status transaksi setelah reject amend adalah RJ NT (Reject Not Transmit). c) Pembatalan (reject cancel) Supervisor dapat melakukan pembatalan (reject cancel) atas data transaksi yang di-construct oleh operator. Pada saat yang bersamaan pada printer Peserta akan tercetak cancel copy. Status transaksi setelah reject cancel adalah CA NT (Cancelled Not Transmit). 4) Kegiatan monitoring terhadap pelaksanaan pengiriman transaksi yang keluar dan masuk, termasuk melihat warehouse transaction dilakukan melalui menu Enquiry sebagai berikut: a) Unfinished IFTS Enquiry Dengan status : WA, RJ, AP, ED, SP, RD, NK, UP, PM, MT, PH, HD (uraian kode status sebagaimana tercantum pada Buku Pedoman Teknis Sistem BI-RTGS). b) Completed IFTS Enquiry Dengan status: CA, CP, RH (uraian kode status pada Buku Pedoman Teknis Sistem BI-RTGS). c) Warehouse IFTS Enquiry Dengan status FD (Future Date) Tanggal yang akan datang. Buku 45

58 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 Buku Pedoman Teknis Sistem BI-RTGS tersebut disampaikan kepada Peserta secara terpisah dari Surat Edaran ini. 5) Untuk kepentingan pengambilan keputusan supervisor dan administrator dapat melihat data-data yang diperlukan melalui menu Supervisory. 6) Apabila diperlukan, administrator dan supervisor dapat memonitor seluruh aktivitas yang terjadi melalui RT, melalui menu Audit Trail. 7) Selama Jam Operasional, supervisor dimungkinkan untuk mengambil data transaksi dari RCC dan mencetaknya pada printer Peserta untuk transaksi tanggal valuta terakhir dan valuta sekarang dengan key nomor ISN/OSN masing-masing transaksi. Retrieval data transaksi dilakukan dengan tata cara sebagai berikut: a) Peserta harus mengajukan permintaan ISN/OSN kepada Penyelenggara melalui fasilitas telepon. Selain itu dimungkinkan untuk mencetak laporan ringkas per Peserta dan rincian incoming transfer dan outgoing transfer; b) Penyelenggara memberikan nomor ISN/OSN melalui fasilitas telepon; c) Peserta melakukan retrieval transaksi melalui RT oleh user setingkat supervisor atau administrator. 8) RT dapat mengirimkan pesan-pesan administratif kepada RT lainnya dan RCC. Pengiriman transaksi ini dilakukan oleh 2 (dua) user setingkat supervisor atau administrator. 9) Pada akhir hari setelah Peserta menyelesaikan seluruh transaksi, dilakukan hal hal sebagai berikut: a) supervisor pada central department melakukan log-off dari RCC; b) user setingkat administrator melakukan department shutdown; c) user setingkat administrator melakukan system shut-down; dan d) supervisor melakukan batch akhir hari. 5. Transaksi dengan Pengaturan Khusus Beberapa transaksi Sistem BI-RTGS perlu diatur khusus mekanisme pelaksanaannya sebagai berikut: a. Transaksi Pasar Uang Antar Bank Rupiah tidak mempersyaratkan pengiriman bukti transaksi seperti promes atau dokumen lainnya kepada Penyelenggara. b. Transaksi penarikan tunai 1) Pelaksanaan pembukuan transaksi penarikan tunai mengacu pada Jam Operasional Sistem BI-RTGS sebagaimana dimaksud pada Lampiran 46

59 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 Lampiran ) Batas waktu transfer penarikan tunai dalam Sistem BI-RTGS sampai dengan pukul WIB. Pengambilan fisik uang harus memperhatikan jam pelayanan loket kas masing-masing kantor Bank Indonesia. Dalam hal sampai dengan jam pelayanan loket kas berakhir Peserta belum melakukan pengambilan fisik uang maka Bank Indonesia akan mengembalikan dana tersebut ke Rekening Giro Rupiah Peserta yang bersangkutan. 3) Pengambilan fisik uang dilakukan dengan menyerahkan surat penunjukan pengambilan fisik uang yang ditandatangani oleh pejabat atau petugas yang berwenang dan telah memiliki spesimen tanda tangan di unit kerja kas KPBI atau unit kerja yang membawahi layanan nasabah di KBI. Format surat penunjukan sebagaimana dimaksud pada Lampiran ) Pengambilan fisik uang dilakukan oleh petugas yang diberi kuasa oleh Direksi atau oleh pejabat lain yang menerima kuasa khusus dengan hak substitusi dari Direksi dengan ketentuan sebagai berikut: a) KPBI b) KBI Petugas yang bersangkutan harus telah didaftarkan dalam sistem antrian penarikan uang tunai (queue management system) di unit kerja kas di KPBI. Petugas harus memiliki spesimen tanda tangan di KBI yang bersangkutan. c. Transaksi dengan Pemerintah sebagai nasabah Bank Indonesia 1) Pembukuan Transaksi Pembukuan transaksi yang ditujukan untuk rekening pemerintah dapat dilakukan setelah RCC buka sampai dengan jam tutup TRN. Hal-hal yang terkait dengan pembukuan transaksi pelimpahan setoran penerimaan negara melalui Sistem BI-RTGS tersebut adalah sebagai berikut: a) Pelimpahan setoran penerimaan negara dilakukan melalui RT Peserta untuk untung rekening Sub RKUN Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) di KPBI atau KBI. b) Pelaksanaan pelimpahan melalui Sistem BI-RTGS dibatasi paling lambat pukul WIB. c) Bukti setoran atas pelimpahan ke rekening Sub RKUN KPPN adalah: (1) Bukti setoran terdiri dari completion advice yang tercetak pada Peserta yang ditandatangani oleh pejabat Peserta atau re-print confirmation advice yang tercetak di 47

60 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 di Bank Indonesia dan dibubuhi stempel tandatangan pejabat Bank Indonesia setempat. (2) Jika kantor Peserta yang melakukan penyetoran merupakan pengelola RT Server maka bukti setoran berupa completion advice. (3) Jika kantor Peserta yang melakukan penyetoran bukan merupakan pengelola RT Server maka bukti setoran bagi kantor Peserta tersebut berupa re-print confirmation advice yang diambil di Bank Indonesia setempat. d) Apabila terjadi kekurangan/kelebihan jumlah dana yang dilimpahkan dan/atau terjadi kesalahan penulisan kantor Bank Indonesia yang dituju maka Peserta dapat meminta pengembalian dana kepada kantor Bank Indonesia penerima dana yang salah tersebut sesuai dengan mekanisme koreksi sebagaimana dimaksud dalam Bab VI. 2) Transaksi dalam rangka pelaksanaan Treasury Single Account (TSA) d. Transaksi PvP Mekanisme dan penetapan biaya transaksi dalam rangka pelaksanaan TSA dilakukan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penetapan biaya penggunaan Sistem BI-RTGS dalam rangka penerapan TSA. 1) Transaksi PvP hanya dapat dilakukan oleh Peserta yang telah terdaftar sebagai pengguna Mekanisme USD/IDR PvP. 2) Penyelesaian akhir Transaksi PvP mengikuti proses sebagaimana dimaksud pada butir 4.c. 3) Transaksi PvP hanya dapat dilakukan sepanjang Sistem BI-RTGS dan USD CHATS beroperasi. Disamping itu pengiriman Transaksi PvP hanya dapat dilakukan sepanjang window time PvP. Dalam hal Peserta mengirimkan Transaksi PvP diluar window time PvP atau pada saat sistem USD CHATS tidak beroperasi/libur maka transaksi tersebut ditolak oleh RCC, berstatus RH (Rejected by Host) dan tercetak Completion Advice. 6. Fasilitas warehouse dalam Sistem BI-RTGS Untuk transaksi yang dikirim ke RCC dengan tanggal valuta T+1 dan T+2, jika data transaksi valid maka transaksi tersebut disimpan di warehouse database RCC. Pada saat tanggal valuta jatuh tempo maka transaksi akan di-settle pada awal hari oleh RCC. Dalam hal saldo tidak mencukupi, transaksi tersebut masuk dalam Sistem Antrian dengan tingkat kepentingan sesuai dengan jenis transaksi/trn. Untuk Transaksi PvP, pada tanggal valuta jatuh tempo maka transaksi akan dikirimkan ke IDR CCPMP untuk dilakukan proses sebagaimana dimaksud pada butir 4.c. Waktu pengiriman transaksi warehouse (settlement 48

61 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 (settlement dengan tanggal valuta T+1 atau T+2) adalah sesuai dengan window time masing-masing jenis transaksi sebagaimana dimaksud pada Lampiran Jam Operasional Penyelenggaraan Sistem BI-RTGS dilaksanakan setiap hari kerja kecuali ditetapkan lain oleh Penyelenggara. Kegiatan selama Jam Operasional adalah sebagai berikut: a. Sejak RCC open sampai dengan cut off warning 1) Transaksi-transaksi melalui Sistem BI-RTGS yang dapat dilakukan dalam periode ini meliputi transaksi sebagaimana dimaksud pada Lampiran 3.3. Pelaksanaan pengiriman transaksi melebihi waktu yang telah ditetapkan secara otomatis akan ditolak oleh RCC. 2) Transaksi PvP hanya dapat dilakukan dalam periode antara PvP open sampai dengan PvP cut off. Dalam periode ini terdapat beberapa kegiatan sebagai berikut: a) RT masing-masing Peserta secara periodik menampilkan notifikasi berupa pop up message yang berisi Transaksi PvP masing-masing Peserta yang masih outstanding (status Pending for Matching (PM), PvP Matched (MT), Pending for Holding IDR Funds (PH), dan Hold IDR Fund (HD)). b) Pada saat PvP cut off warning, RCC mengirimkan notifikasi berupa pop up message yang berisi Transaksi PvP masingmasing Peserta yang masih outstanding dan Peserta menerima PvP outstanding report. c) Pada saat PvP cut off, semua transaksi yang masih outstanding ditolak oleh RCC (status pemrosesan menjadi Rejected by Host (RH)) dan Peserta menerima PvP cut off position report. b. Waktu antara cut off warning sampai dengan pre cut off Dalam periode ini terdapat beberapa kegiatan sebagai berikut: 1) RCC secara otomatis melakukan special gridlock resolution, yaitu menyelesaikan seluruh antrian Peserta berdasarkan kecukupan dana masing-masing transaksi. 2) Pada saat cut off warning: a) Peserta menerima: (1) cut off warning report, yang memuat informasi waktu pelaksanaan cut off warning; dan (2) Pre Cover Position report, yang memuat informasi posisi saldo Rekening Giro Peserta. b) Transaksi yang masuk ke dalam Sistem Antrian akan ditolak secara otomatis oleh RCC sedangkan transaksi yang masih dalam Sistem Antrian akan dibatalkan secara otomatis oleh RCC. Atas transaksi yang dibatalkan, Peserta pengirim akan menerima 49

62 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 menerima completion advice dengan reason code tertentu. 3) Peserta diberikan kesempatan untuk melakukan transfer antar Peserta dalam rangka menutupi kekurangan likuiditas (Interbank Cover Position). c. Waktu antara pre cut off sampai dengan cut off (BI Cover Position) 1) Dalam hal Peserta diberikan fasilitas pendanaan oleh Bank Indonesia, maka pengkreditan Rekening Giro Peserta dilakukan pada periode ini. 2) Pada saat pre cut off, Peserta menerima pre cut off notification report dan member reconciliation report. d. Waktu RCC cut off Pada waktu RCC cut off, seluruh transaksi yang dikirimkan melalui RT akan ditolak secara otomatis oleh RCC. Pada saat cut off, Peserta menerima cut off notification report, cut off position report dan member statement. Rincian kegiatan dan Jam Operasional pada huruf a sampai dengan huruf d sebagaimana dimaksud pada Lampiran 3.3. Penetapan waktu yang menjadi acuan dalam Jam Operasional tersebut adalah waktu di RCC. 8. Perubahan Jam Operasional Perubahan Jam Operasional dilakukan atas dasar kebijakan Penyelenggara dan dapat berupa perpanjangan atau pengurangan Jam Operasional. a. Perpanjangan Jam Operasional dilakukan dalam hal terjadi: 1) Gangguan atau kerusakan pada RCC; 2) Keterlambatan waktu Penyelesaian Akhir hasil kliring; 3) Adanya kebijakan yang menyebabkan Penyelenggara harus memperpanjang Jam Operasional, antara lain adanya permintaan pemerintah dalam rangka pembayaran pajak, untuk kepentingan Bank Indonesia dalam pelaksanaan kebijakan moneter atau adanya gangguan pada jaringan komunikasi yang menghubungkan RCC dengan RT Peserta dan/atau yang menghubungkan RCC dengan infrastruktur teknologi informasi Mekanisme USD/IDR PvP di Hong Kong; atau 4) Adanya permintaan perpanjangan window time TRN dari Peserta yang berdampak pada perubahan Jam Operasional. b. Pengurangan Jam Operasional dilakukan dalam hal tidak terdapat lagi transaksi yang masih harus diselesaikan. c. Khusus untuk transaksi penarikan tunai, pelimpahan pajak, dan Transaksi PvP, dalam hal terjadi perpanjangan atau pengurangan Jam Operasional maka tidak selalu diikuti dengan perpanjangan atau pengurangan window time ketiga transaksi tersebut. d. Perubahan Jam Operasional akan diinformasikan kepada seluruh Peserta melalui fasilitas administrative message. 9. Permintaan 50

63 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari Permintaan Perpanjangan Window Time TRN oleh Peserta Permintaan perpanjangan window time TRN oleh Peserta dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Permintaan dapat diajukan oleh Peserta apabila terdapat gangguan pada Peserta. b. Permintaan diajukan kepada Penyelenggara melalui fasilitas administrative message yang ditujukan ke RCC atau sarana lainnya dengan menjelaskan kondisi gangguan yang telah terjadi di Peserta, dan telah didahului dengan konfirmasi melalui telepon. c. Permintaan diajukan paling lambat 30 (tiga puluh) menit sebelum berakhirnya window time TRN yang dimintakan perpanjangan. d. Permintaan perpanjangan window time TRN tidak dapat diajukan untuk transaksi penarikan tunai, pelimpahan pajak dan/atau Transaksi PvP. e. Penggunaan sarana lain untuk mengajukan perpanjangan window time TRN sebagaimana dimaksud pada huruf b dilakukan dengan tata cara sebagai berikut: 1) Peserta yang berkantor pusat di wilayah kerja KPBI Peserta menyampaikan surat permintaan perpanjangan window time TRN kepada Penyelenggara yang ditandatangani oleh pejabat yang memiliki spesimen tanda tangan di Penyelenggara. 2) Peserta yang berkantor pusat di wilayah kerja KBI a) dalam hal jam kerja KBI setempat belum berakhir maka Peserta menyampaikan surat permintaan perpanjangan window time TRN kepada KBI setempat yang ditandatangani oleh pejabat yang memiliki tanda tangan di KBI setempat. b) dalam hal jam kerja KBI setempat telah berakhir maka Peserta menyampaikan surat permintaan perpanjangan window time TRN kepada Penyelenggara yang ditandatangani oleh Direksi yang memiliki spesimen tanda tangan di Penyelenggara melalui faksimili. Pada hari kerja berikutnya, asli surat disampaikan kepada KBI setempat untuk diteruskan kepada Penyelenggara. f. Dalam hal permintaan perpanjangan window time TRN disetujui, Penyelenggara akan memperpanjang window time TRN yang masih terbuka pada saat permintaan perpanjangan diterima oleh Penyelenggara secara proporsional sesuai dengan permintaan Peserta. Contoh: Pada pukul WIB terdapat persetujuan perpanjangan window time TRN selama 30 (tiga puluh) menit. Sehubungan dengan hal itu: 1) seluruh TRN yang window time-nya belum berakhir diperpanjang selama 30 (tiga puluh) menit, misalnya TRN IFT00000 yang seharusnya berakhir pada pukul WIB menjadi berakhir pada pukul 51

64 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 pukul WIB dan untuk TRN IFTMM001 yang seharusnya berakhir pada pukul WIB menjadi berakhir pada pukul WIB; dan 2) berdasarkan disetujuinya perpanjangan window time tersebut, Penyelenggara memperpanjang Jam Operasional secara proporsional. g. Perpanjangan window time TRN yang dapat diberikan Bank Indonesia yaitu selama 30 (tiga puluh) menit atau 60 (enam puluh) menit. h. Dalam hal telah terdapat Peserta yang mengajukan perpanjangan window time TRN selama 60 (enam puluh) menit maka Peserta lain tidak dapat mengajukan perpanjangan window time TRN. i. Persetujuan atau penolakan atas permohonan perpanjangan window time TRN disampaikan oleh Penyelenggara kepada Peserta melalui fasilitas administrative message atau, apabila terdapat gangguan pada RT Server Peserta, melalui sarana lainnya. j. Permintaan perpanjangan window time TRN yang disetujui Penyelenggara akan diinformasikan kepada seluruh Peserta melalui fasilitas administrative message. k. Atas perpanjangan window time TRN yang disetujui, Peserta dikenakan biaya yang besarnya akan diumumkan Penyelenggara. Biaya tersebut akan dibebankan secara langsung oleh Bank Indonesia ke Rekening Giro Peserta paling lambat pada hari kerja berikutnya. l. Setiap permintaan perpanjangan window time TRN yang telah disetujui oleh Penyelenggara tidak dapat dibatalkan oleh Peserta yang bersangkutan. 10. Libur Fakultatif Dalam hal daerah tertentu ditetapkan libur secara fakultatif berlaku ketentuan sebagai berikut: a. Penyelenggara mengumumkan libur fakultatif tersebut melalui fasilitas administrative message kepada seluruh Peserta yang menginformasikan bahwa kantor Bank Indonesia dan Peserta yang berada di wilayah kerja kantor Bank Indonesia tersebut tidak melakukan kegiatan operasional Sistem BI-RTGS. b. Dalam hal Peserta yang berada di luar wilayah kantor Bank Indonesia yang ditetapkan libur fakultatif mengirimkan transaksi kepada kantor Bank Indonesia yang ditetapkan libur fakultatif maka berlaku ketentuan sebagai berikut: 1) Penyelesaian transaksi yang ditujukan ke rekening pemerintah atau rekening internal BI dilakukan pada hari kerja berikutnya. 2) Untuk transaksi penarikan tunai akan dikembalikan ke rekening Peserta pengirim oleh Penyelenggara pada hari yang sama. 11. Hal-hal yang harus dilakukan Penyelenggara dan Peserta dalam penyelenggaraan Sistem BI-RTGS a. Penyelenggara 52

65 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 a. Penyelenggara Dalam rangka penyelenggaraan Sistem BI-RTGS, Penyelenggara melakukan hal-hal sebagai berikut: 1) Menyediakan sarana dan prasarana penyelenggaraan Sistem BI- RTGS Penyediaan sarana dan prasarana Sistem BI-RTGS oleh Penyelenggara meliputi penyediaan perangkat keras (hardware) pada Penyelenggara, aplikasi RCC (software), jaringan komunikasi data leased line, fasilitas dial up dan perangkat pendukung lainnya termasuk untuk pelaksanaan mekanisme USD/IDR PvP pada Sistem BI-RTGS. 2) Menjamin RCC, jaringan komunikasi data leased line, dan fasilitas dial up berfungsi dengan baik Dalam rangka menjamin RCC, jaringan komunikasi data leased line, dan fasilitas dial up agar dapat berfungsi dengan baik, Penyelenggara melakukan: a) Pengelolaan RCC Kegiatan pengelolaan RCC antara lain meliputi: (1) penentuan petugas yang berhak mengoperasikan RCC; (2) mengelola database RCC; dan (3) mengelola dan menetapkan parameter RCC. b) Pengoperasian RCC Kegiatan pengoperasian RCC meliputi: (1) proses awal hari; (2) proses operasional; dan (3) proses akhir hari. c) Pengelolaan jaringan komunikasi data leased line dan fasilitas dial up Pengelolaan jaringan komunikasi data leased line dan fasilitas dial up dilakukan antara lain dengan menyediakan petugas help desk untuk membantu apabila terjadi permasalahan jaringan komunikasi data leased line Peserta dan mengelola fasilitas dial up yang digunakan sebagai jaringan komunikasi data back up. d) Meletakkan RCC dalam ruangan tertutup dengan akses terbatas pada pegawai-pegawai yang berwenang untuk menggunakan RCC. e) Memiliki standar layanan minimum penyelenggaraan Sistem BI-RTGS. 3) Melakukan konsultasi dengan satuan kerja di Bank Indonesia yang berwenang melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Melakukan 53

66 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 sistem pembayaran sesuai dengan ketentuan internal Bank Indonesia. 4) Memiliki pedoman Disaster Recovery Plan (DRP) atau Business Continuity Plan (BCP). 5) Menyediakan jaringan komunikasi data leased line yang menghubungkan RT Server Utama atau RT Server Back-up dengan RCC Utama atau RCC Back-up. Penyelenggara hanya menyediakan 1 (satu) jaringan komunikasi data leased line yang menghubungkan RT Server Utama atau RT Server Back-up dengan RCC Utama atau RCC Back-up. Dalam hal Peserta menambah jaringan komunikasi data selain yang disediakan Penyelenggara, maka biaya penambahan penyediaan dan penggunaaan jaringan komunikasi data dimaksud menjadi beban Peserta. Jenis dan penggunaan jaringan komunikasi data tersebut disesuaikan dengan standar yang ditetapkan dan memperoleh persetujuan dari Penyelenggara. 6) Menyediakan aplikasi RT dan perubahannya Dalam hal terjadi perubahan aplikasi RT, maka Penyelenggara akan mengirimkan aplikasi RT terbaru beserta pedoman instalasinya kepada seluruh Peserta. 7) Melakukan pemantauan terhadap: a) Keberhasilan akses komunikasi RT Peserta dengan RCC; b) Keberhasilan akses komunikasi antara RCC dengan infrastruktur teknologi informasi lainnya dari USD/IDR PvP seperti IDR CCPMP dan USD CCPMP; dan c) Kecukupan saldo Rekening Giro Peserta di Bank Indonesia pada akhir hari. 8) Menyediakan help desk untuk menangani masalah operasional Sistem BI-RTGS yang dihadapi Peserta. 9) Memberikan pelayanan yang berkaitan dengan kepesertaan dalam Sistem BI-RTGS, yang antara lain meliputi: a) Pendaftaran kepesertaan dalam Sistem BI-RTGS; dan b) Perubahan kepesertaan dalam Sistem BI-RTGS, meliputi antara lain: (1) Perubahan dari Peserta Tidak Langsung menjadi Peserta Langsung atau sebaliknya; (2) Keikutsertaan dalam Mekanisme USD/IDR PvP; (3) Merger, Konsolidasi, atau Pemisahan; (4) Perubahan bank koresponden dari Peserta pengguna Mekanisme USD/IDR PvP; (5) Perubahan member code; (6) Perubahan 54

67 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 (6) Perubahan nama; (7) Perubahan alamat; (8) Perubahan kegiatan usaha Bank dari konvensional menjadi syariah; dan (9) Perubahan status kepesertaan menjadi suspend, freeze atau close. 10) Memberikan pelatihan kepada calon Peserta dan pelatihan secara berkala kepada Peserta. 11) Memastikan bahwa penyedia jasa yang terkait dengan penyelenggaraan Sistem BI-RTGS melaksanakan kewajibannya untuk menjaga kelangsungan operasional Sistem BI-RTGS sesuai dengan Service Level Agreement (SLA) yang telah ditetapkan dalam kontrak antara Penyelenggara dengan penyedia jasa. 12) Menetapkan nilai nominal transaksi antar-bank untuk kepentingan nasabah yang dapat dilakukan melalui Sistem BI-RTGS yaitu lebih dari Rp ,00 (seratus juta rupiah) per transaksi. b. Peserta 1) Dalam rangka penyelenggaraan Sistem BI-RTGS, Peserta Langsung dan Peserta Tidak Langsung wajib: a) menggunakan TRN sesuai dengan peruntukannya dan memenuhi tata cara pengisian informasi TRN yang ditetapkan oleh Penyelenggara yang disampaikan kepada Peserta melalui administrative message, surat atau sarana lain. b) menggunakan aplikasi RT sesuai dengan Buku Pedoman Teknis Sistem BI-RTGS yang disampaikan Penyelenggara kepada Peserta secara terpisah dari Surat Edaran ini. c) mengatur kewenangan penggunaan aplikasi RT, termasuk menyimpan dan menjaga kerahasiaan password penggunaan aplikasi RT. d) memelihara dan menyimpan dengan baik password administrator Structured Query Language (SQL) database untuk database SQL pada RT Server Utama dan/atau RT Server Back-up. e) melakukan instalasi setiap terjadi perubahan aplikasi RT yang disampaikan oleh Penyelenggara sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. f) menyimpan dengan baik aplikasi RT yang telah diberikan oleh Penyelenggara, termasuk setiap terdapat versi baru di tempat yang aman dan bebas dari berbagai sumber yang dapat merusak aplikasi RT. g) menjamin integritas database Sistem BI-RTGS yang ada pada 55

68 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 pada RT Server Utama dan RT Server Back-up termasuk yang disimpan untuk back-up dalam bentuk Compact Disk (CD), tape, cartridge, disket dan lain-lain. h) menyimpan seluruh data elektronik transaksi pembayaran sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan dalam ketentuan yang mengatur dokumen perusahaan. i) memberikan informasi yang diminta oleh Penyelenggara dalam rangka konfirmasi kepatuhan Peserta pada ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia baik sebagai regulator maupun Penyelenggara, dan Perjanjian Penggunaan Sistem BI-RTGS antara Penyelenggara dan Peserta. 2) Dalam rangka penyelenggaraan Sistem BI-RTGS, Peserta Langsung wajib: a) menjamin RT Server Utama, RT Server Back-up dan RT Workstation berfungsi dengan baik. RT Server Utama dan RT Workstation dikatakan berfungsi dengan baik apabila perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) di dalamnya dapat digunakan untuk melakukan berbagai transaksi sepanjang Jam Operasional Sistem BI-RTGS. RT Server Back-up dikatakan berfungsi dengan baik apabila perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) di dalamnya dapat digunakan menggantikan RT Server Utama untuk melakukan transaksi sewaktu-waktu apabila diperlukan. Terkait dengan RT Server Back-up berlaku ketentuan sebagai berikut: (1) RT Server Back-up sekurang-kurangnya dilengkapi dengan 1 (satu) RT Workstation serta 1 (satu) printer. Berdasarkan konfigurasi sistem back-up dan proses updating datanya, RT Server Back-up dapat dibedakan menjadi: (a) Hot back-up Hot back-up adalah sistem teknologi informasi cadangan dengan karakteristik: i. sudah dipasang dengan aplikasi yang sama dengan aplikasi pada RT Server Utama; ii. terhubung langsung dengan RT Server Utama (online); dan iii. up-dating data dilakukan setiap saat bersamaan dengan up-dating data pada RT Server Utama (synchronised). (b) Warm 56

69 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 (b) (c) Warm back-up Warm back-up adalah sistem teknologi informasi cadangan dengan karakteristik: i. sudah dipasang dengan aplikasi yang sama dengan aplikasi pada RT Server Utama; dan ii. up-dating data dan aplikasi dilakukan secara berkala, sehingga kepindahan ke RT Server Back-up mensyaratkan proses restore untuk menyamakan data di RT Server Back-up dengan posisi terakhir di RT Server Utama. Cold back-up Cold back-up adalah sistem teknologi informasi cadangan yang tidak terhubung langsung dengan RT Server Utama sehingga pada saat akan menggunakan RT Server Back-up diperlukan tahapan untuk mengaktifkan RT Server Back-up, dan restore data untuk menyamakan data di RT Server Back-up dengan RT Server Utama. Untuk menjamin kesiapan RT Server Back-up Peserta harus melakukan proses up-dating data sekurangkurangnya 1 (satu) kali sehari pada setiap akhir hari. (2) Pemilihan konfigurasi back-up yang ada pada Peserta diserahkan kepada setiap Peserta berdasarkan pertimbangan tingkat urgensi Sistem BI-RTGS bagi Peserta. (3) RT Server Back-up dapat diletakkan pada lokasi yang sama dengan RT Server Utama (on-site back-up) ataupun diletakkan di lokasi yang berbeda dengan RT Server Utama (off-site back-up). Untuk menjamin kelangsungan operasional Sistem BI-RTGS, masingmasing Peserta sebaiknya memiliki off-site back-up. Di samping itu, RT Server Back-up sebaiknya ditempatkan di lokasi yang jaringan komunikasinya berada di bawah Sentral Telepon Otomat (STO) yang berbeda dengan RT Server Utama. (4) Untuk menjamin RT Server Back-up dapat berfungsi dengan baik, Peserta dapat melakukan uji coba koneksi RT Server Back-up dengan tata cara sebagai berikut: (a) Peserta menyampaikan permohonan uji coba koneksi RT Server Back-up melalui fasilitas administrative message atau surat kepada Penyelenggara 57

70 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 (b) (c) Penyelenggara. Jadwal uji coba koneksi RT Server Back-up dilaksanakan setiap bulan pada hari Senin minggu pertama dan minggu ketiga. pemberitahuan persetujuan uji coba koneksi RT Server Back-up akan diberitahukan oleh Penyelenggara kepada Peserta melalui sarana administrative message pelaksanaan uji coba koneksi RT Server Back-up akan dipantau oleh petugas dari Penyelenggara sampai 1 (satu) jam sejak proses akhir hari RCC berakhir. (5) Untuk menjamin data back-up dapat dibaca kembali, Peserta melakukan uji coba restore data back-up. b) Mengoperasikan RT Server Back-up sewaktu-waktu untuk kegiatan operasional dalam kondisi normal. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menjamin dapat dioperasikannya RT Server Back-up apabila terjadi gangguan pada RT Server Utama. Prosedur pengoperasian RT Server Back-up: (1) Peserta menyampaikan permohonan penggunaan RT Server Back-up melalui fasilitas administrative message ke RCC atau surat yang ditujukan kepada Penyelenggara; (2) pemberitahuan persetujuan pengunaan RT Server Backup dan prosedur yang harus dilakukan oleh Peserta akan diberitahukan oleh Penyelenggara kepada Peserta melalui sarana administrative message; dan (3) pelaksanaan penggunaan RT Server Back-up dipantau oleh Penyelenggara sampai 1 (satu) jam sejak proses akhir hari RCC berakhir. c) Menyusun Kebijakan dan Prosedur Tertulis (KPT) yang mendukung sistem kontrol internal yang baik dalam pelaksanaan operasional Sistem BI-RTGS. Penyusunan KPT ini harus dibuat dalam Bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing dengan terjemahan dalam Bahasa Indonesia yang mengacu pada dan tidak bertentangan dengan Surat Edaran ini serta mengacu kesepakatan tertulis antar Peserta (Bye-Laws). KPT dimaksud sekurang-kurangnya memuat materi sebagai berikut: (1) Struktur organisasi satuan kerja pelaksana Sistem BI- RTGS; (2) Penanggungjawab Sistem BI-RTGS; (3) Wewenang pengoperasian Sistem BI-RTGS; (4) Sistem 58

71 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 (4) Sistem pengamanan, (seperti sistem pengamanan aplikasi); (5) Prosedur pengoperasian dan pembukuan transaksi Sistem BI-RTGS; (6) Prosedur operasional transaksi treasury; (7) Pengawasan operasional Sistem BI-RTGS; serta (8) Prosedur Contingency Plan. Rincian cakupan minimum materi diatur dalam Pedoman Penyusunan Kebijakan dan Prosedur Tertulis sebagaimana dimaksud pada Lampiran 3.5. Khusus untuk Peserta Langsung yang menyediakan RT untuk digunakan oleh Peserta Tidak Langsung, KPT tersebut juga harus memuat materi sebagaimana dimaksud pada angka (1) sampai dengan angka (8) yang diterapkan pada Peserta Tidak Langsung. d) KPT sebagaimana dimaksud pada huruf c) dan setiap perubahannya disampaikan dalam bentuk hardcopy dengan surat pengantar yang ditandatangani oleh Direktur Kepatuhan (khusus bagi Bank sebagai Peserta) atau direktur yang membawahi satuan kerja pengawasan intern (khusus bagi Pihak Selain Bank sebagai Peserta) kepada: Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran Bagian Penyelenggaraan Setelmen Bank Indonesia Gedung D Lantai 3 Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta KPT disampaikan paling lambat 6 (enam) bulan sejak kepesertaan dalam Sistem BI-RTGS dan setiap perubahan disampaikan paling lambat 1 (satu) bulan terhitung sejak terjadinya perubahan. Perubahan yang wajib disampaikan adalah perubahan yang mendasar terhadap operasional Sistem BI-RTGS. e) Melakukan pemeriksaan internal yang menjamin keamanan operasional Sistem BI-RTGS sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam setahun. Pelaksanaan pemeriksaan internal ini wajib dilakukan dengan mengacu pada dan tidak bertentangan dengan Surat Edaran ini, kesepakatan tertulis antar Peserta (Bye-Laws) dan paling kurang mencakup ruang lingkup pemeriksaan internal sebagaimana diatur dalam Lampiran 3.6. Khusus untuk Peserta Langsung yang menyediakan RT bagi Peserta Tidak Langsung, pemeriksaan internal tersebut mencakup pula pemeriksaan internal pada Peserta Tidak Langsung 59

72 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 Langsung dengan ruang lingkup yang sama pada Lampiran 3.6. f) Menyampaikan laporan hasil pemeriksaan internal sebagaimana dimaksud pada huruf e). Laporan hasil pemeriksaan internal yang disampaikan berupa ringkasan hasil pemeriksaan internal yang dilakukan oleh Peserta, antara lain berupa temuan, tanggapan auditee dan rekomendasi hasil pemeriksaan internal. Penyampaian laporan hasil pemeriksaan internal dilakukan dengan surat pengantar yang ditandatangani oleh Direktur Kepatuhan (khusus bagi Bank sebagai Peserta) atau direktur yang membawahi satuan kerja pengawasan intern (khusus bagi Pihak Selain Bank sebagai Peserta) kepada: Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran c.q. Bagian Penyelenggaraan Setelmen Bank Indonesia, Gedung D Lantai 3 Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta g) Melakukan security audit sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak menjadi Peserta dan setiap terjadi perubahan dalam sistem teknologi informasi internal Peserta yang terkait dengan Sistem BI-RTGS. Pelaksanaan security audit ini wajib dilakukan dengan mengacu pada dan tidak bertentangan dengan Surat Edaran ini, kesepakatan tertulis antar Peserta (Bye-Laws) dan mengacu pada cakupan minimum security audit yang ditetapkan oleh Penyelenggara. dan paling kurang mencakup ruang lingkup security audit sebagaimana diatur dalam Lampiran 3.7. Khusus untuk Peserta Langsung yang menyediakan RT bagi Peserta Tidak Langsung, security audit tersebut mencakup pula security audit pada Peserta Tidak Langsung dengan ruang lingkup yang sama pada Lampiran 3.7. h) Menyampaikan laporan hasil security audit sebagaimana dimaksud pada huruf g). Laporan hasil security audit yang disampaikan berupa ringkasan hasil security audit yang dilakukan oleh Peserta, antara lain berupa temuan, tanggapan auditee dan rekomendasi hasil security audit. Laporan hasil security audit disampaikan dengan surat pengantar yang ditandatangani oleh Direktur Kepatuhan (khusus bagi Bank sebagai Peserta) atau direktur yang membawahi satuan kerja pengawasan intern (khusus bagi Pihak Selain Bank sebagai Peserta) kepada: Direktorat 60

73 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran c.q. Bagian Penyelenggaraan Setelmen Bank Indonesia, Gedung D Lantai 3 Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta i) Menyusun kebijakan teknologi informasi terkait dengan Sistem BI-RTGS yang di-review dan di-up date secara reguler. j) Memiliki pedoman Disaster Recovery Plan (DRP) atau Business Continuity Plan (BCP) yang sekurang-kurangnya memuat langkah-langkah yang akan dilakukan dalam hal terjadi gangguan untuk memastikan bahwa operasional Sistem BI-RTGS di Peserta tetap dapat dilakukan atau upaya lainnya yang perlu dilakukan dalam hal sistem back-up tidak dapat digunakan. Penyusunan pedoman DRP atau BCP ini wajib dilakukan dengan mengacu pada dan tidak bertentangan dengan PBI tentang Sistem BI-RTGS dan aturan pelaksanaannya serta kesepakatan tertulis antar Peserta (Bye-Laws). Pedoman DRP atau BCP dimaksud sekurang-kurangnya memuat materi sebagai berikut: (1) Unit kerja sebagai penanggungjawab; (2) Mekanisme koordinasi apabila penanggungjawab terdiri dari beberapa unit; (3) Mekanisme pelaporan dan monitoring; dan (4) Petugas operasional (termasuk data nomor telepon yang dapat dihubungi setiap saat). k) menyediakan dan menggunakan jaringan komunikasi data back-up dalam hal terdapat gangguan pada jaringan komunikasi data utama. l) melakukan langkah-langkah preventif yang diperlukan sehingga perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak aplikasi (system software) yang digunakan dalam Sistem BI- RTGS dan/atau dalam kaitannya dengan Sistem BI-RTGS bebas dari segala jenis virus. m) menjamin keamanan dan kehandalan jaringan komunikasi data yang menghubungkan RT Server Utama dan/atau RT Server Back-up dengan RCC Utama dan/atau RCC Back-up, dalam hal Peserta menggunakan jaringan komunikasi data selain yang telah disediakan Penyelenggara sebagaimana dimaksud pada butir a.1). n) menjamin keamanan jaringan komunikasi data yang digunakan untuk menghubungkan RT Server Utama dan/atau RT 61

74 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 RT Server Back-up dengan RT Workstation dan/atau RT Workstation back-up, sehingga bebas dari segala kemungkinan sumber perusak Sistem BI-RTGS termasuk tetapi tidak terbatas pada kemungkinan pemalsuan (fraud), pembobolan data elektronis (hacking), serta perusakan sistem dengan cara membanjiri sistem dengan data dan pesan pembayaran. o) menjamin bahwa sistem komputerisasi Peserta aman dan bebas dari segala kemungkinan sumber perusak Sistem BI- RTGS termasuk tetapi tidak terbatas pada kemungkinan pemalsuan (fraud), pembobolan data elektronis (hacking), serta perusakan sistem dengan cara membanjiri sistem dengan data dan pesan pembayaran, dalam hal Peserta menghubungkan RT dengan sistem komputerisasi internal lainnya yang telah atau yang akan ada pada Peserta. p) menyampaikan laporan mengenai lokasi RT Server Back-up, termasuk nama dan alamat penyelenggara RT Server Back-up dalam hal Peserta menggunakan jasa pihak lain, lengkap dengan konfigurasi RT Server Back-up dalam hubungannya dengan RT dan sistem-sistem komputerisasi lainnya yang ada pada Peserta serta metode pengamanan (security features) yang digunakan. q) Pengurus dan atau pejabat eksekutif Bank Peserta sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai fit and proper test wajib melaksanakan langkahlangkah yang diperlukan untuk memastikan ketaatan Peserta terhadap ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penyelenggaraan Sistem BI-RTGS, prinsip-prinsip penyelenggaraan dan pengawasan Sistem BI-RTGS, dan perlindungan kepada nasabah Peserta. Langkah-langkah yang perlu dilakukan antara lain melakukan monitoring atas penerapan security audit dan pemeriksaan internal. 12. Akses Informasi perihal Ketentuan dan Prosedur Peserta dapat mengakses ketentuan dan prosedur yang dikeluarkan oleh Penyelenggara melalui: b. Website Penyelenggara; c. Compact Disc (CD); atau d. Media lain yang disediakan oleh Penyelenggara. B. Kondisi gangguan dan/atau Keadaan Darurat 1. Kondisi gangguan dan/atau Keadaan Darurat di Penyelenggara a. Kondisi gangguan pada RCC Utama atau Keadaan Darurat di lokasi produksi Penyelenggara 1) Penyelenggara a) Dalam 62

75 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 a) Dalam hal terjadi gangguan pada RCC Utama sehingga Penyelenggara tidak dapat menggunakan RCC Utama, maka Penyelenggara menggunakan RCC Back-up. b) Penyelenggara memberitahukan kepada seluruh Peserta apabila terjadi gangguan pada RCC Utama dan langkahlangkah yang perlu dilakukan melalui sistem Laporan Harian Bank Umum (LHBU) atau sarana lain. 2) Peserta a) Menghentikan transaksi selama proses recovery dan Peserta tidak boleh mengirimkan transaksi sampai dengan adanya pemberitahuan lebih lanjut. b) Setelah proses Recovery selesai, melakukan online retrieve untuk me-retrieve 5 (lima) transaksi terakhir Retrieve Txn from RCC yang dikirim RT dan cek status transaksi. c) Melakukan Member Own Total untuk memeriksa posisi saldo. d) Peserta harus menginformasikan kepada Penyelenggara apabila terdapat ISN IFTS Txn yang hilang atau tidak lengkap. b. Kondisi gangguan pada jaringan komunikasi data Mekanisme USD/IDR PvP Dalam hal terjadi gangguan pada jaringan komunikasi data USD/IDR PvP yang menyebabkan tidak dapat dilaksanakannya Mekanisme USD/IDR PvP, maka Penyelenggara menginformasikan kepada Peserta melalui administrative message untuk menyelesaikan Transaksi PvP diluar Mekanisme USD/IDR PvP. c. Kondisi gangguan pada RCC Utama dan RCC Back-up 1) Dalam hal terjadi kondisi gangguan pada RCC Utama dan RCC Back-up maka Penyelenggara menerapkan BCP dan memberitahukan kondisi tersebut kepada Peserta berikut langkahlangkah yang perlu dilakukan melalui sistem LHBU atau sarana lainnya. 2) Langkah-langkah yang harus dilakukan antara lain Peserta menyampaikan kepada Bank Indonesia Cek BI dan/atau Bilyet Giro Bank Indonesia (BGBI) yang telah diberi cap Contingency Plan di belakang warkat tersebut. d. Pengaruh terjadinya kondisi gangguan pada RCC Utama dan Keadaan Darurat pada lokasi produksi Penyelenggara terhadap kewajiban Peserta 1) Dalam hal RCC Utama tidak berfungsi sehingga menyebabkan Peserta tidak dapat melaksanakan transaksi melalui Sistem BI- RTGS, kewajiban Peserta yang terkait dengan pelaksanaan transaksi melalui Sistem BI-RTGS yang tidak dapat terlaksana karena tidak berfungsinya RCC ditunda pelaksanaannya sampai dengan 63

76 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 dengan berakhirnya kondisi tidak berfungsinya RCC. Contoh: RCC tidak dapat berfungsi melebihi batas waktu transaksi untuk untung nasabah. Sehubungan dengan hal ini bagi Bank yang telah menerima instruksi transfer dari nasabah sebelum berakhirnya jam pelayanan nasabah untuk transfer melalui Sistem BI-RTGS di Bank yang bersangkutan melaksanakan instruksi transfer dari nasabah tersebut keesokan harinya. 2) Dalam hal terjadi kondisi sebagaimana dimaksud pada angka 1), Peserta harus melakukan langkah-langkah yang diperlukan yang terkait dengan penyelesaian kewajiban Peserta antara lain menyarankan kepada nasabah untuk menggunakan sarana kliring dengan memperhatikan ketentuan yang mengatur mengenai batasan nominal warkat atau data keuangan elektronik, sarana transfer lainnya atau diambil secara tunai. e. Pengaruh terjadinya kondisi gangguan pada jaringan komunikasi yang menghubungkan RCC dengan USD CHATS Dalam hal terjadi kondisi gangguan pada jaringan komunikasi yang menghubungkan RCC dengan infrastruktur teknologi informasi Mekanisme USD/IDR PvP sehingga Peserta tidak dapat melaksanakan Penyelesaian Akhir transaksi jual-beli USD/IDR melalui Mekanisme USD/IDR PvP, maka penyelesaian akhir atas transaksi jual beli USD/IDR tersebut dapat dilakukan antara lain dengan memperhatikan mekanisme sebagaimana dimaksud dalam kesepakatan antar Peserta yang tertuang dalam Bye Laws Mekanisme USD/IDR PvP. 2. Kondisi gangguan dan/atau Keadaan Darurat di Peserta a. Kondisi gangguan pada RT Server Utama Dalam hal terjadi gangguan terhadap RT Server Utama sehingga Peserta tidak dapat menggunakan RT Server Utama, maka Peserta harus menggunakan RT Server Back-up. Penyelenggara dapat memberikan persetujuan kepada Peserta yang RT Server Utamanya mengalami kondisi gangguan untuk langsung menggunakan Fasilitas Guest Bank dalam melakukan transaksi Sistem BI-RTGS. Hal tersebut antara lain didasarkan pada pertimbangan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk menghidupkan RT Server Back-up cukup lama sehingga Peserta tidak mempunyai cukup waktu untuk melakukan transaksi tertentu, seperti transaksi penarikan tunai, transaksi dengan pemerintah dan kewajiban antar Peserta yang telah jatuh tempo sesuai dengan Jam Operasional. Apabila RT Server Back-up yang digunakan merupakan warm back-up atau cold back-up maka Peserta harus melakukan restore back-up data ke sistem back-up dengan prosedur rekonsiliasi sebagai berikut: 1) me-restore data back-up terakhir melalui fungsi aplikasi RT super; 2) melakukan proses batch processing (end of day report, back-up, dan 64

77 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 dan reset system); 3) menggunakan konfigurasi utility untuk melakukan setting BOR terakhir ke BOR yang belum dipakai dalam hari tersebut untuk mencegah adanya duplikasi BOR; 4) melakukan fungsi system start-up; 5) melakukan fungsi department start-up; 6) melakukan log-on ke RCC; 7) melakukan member enquiry-member own total; 8) melakukan cetak retrieve transaction dari RCC untuk 5 (lima) transaksi terakhir; 9) melakukan rekonsiliasi antara data 5 (lima) transaksi terakhir menurut catatan Peserta dengan retrieve transaksi dari RCC untuk 5 (lima) transaksi terakhir; dan 10) re-construct transaksi yang telah di-approve pada saat kegagalan terjadi dimana acknowledgement belum diterima oleh RCC. b. Kondisi gangguan pada RT Server Utama dan RT Server Back-up atau Keadaan Darurat di lokasi Peserta Dalam hal Peserta mengalami kondisi gangguan pada RT Server Utama dan RT Server Back-up atau mengalami Keadaan Darurat, Peserta dapat melakukan transaksi Sistem BI-RTGS dengan mekanisme sebagai berikut: 1) Menggunakan Fasilitas RT yang disediakan oleh Penyelenggara di lokasi Kantor Pusat Bank Indonesia (Fasilitas Guest Bank) dengan ketentuan sebagai berikut: a) Syarat permohonan penggunaan Fasilitas Guest Bank Peserta dapat mengajukan permohonan penggunaan Fasilitas Guest Bank dalam hal: (1) RT Server Utama dan RT Server Back-up tidak berfungsi; (2) RT Server Utama tidak berfungsi dan Peserta membutuhkan waktu cukup lama untuk menghidupkan RT Server Back-up sehingga Peserta tidak mempunyai cukup waktu untuk melakukan transaksi tertentu; (3) jaringan komunikasi data antara RT Peserta dengan RCC tidak berfungsi; dan/atau (4) terjadi Keadaan Darurat yang menyebabkan RT Server Utama dan RT Server Back-up tidak dapat digunakan. b) Prosedur permohonan penggunaan Fasilitas Guest Bank Peserta mengajukan permohonan penggunaan Fasilitas Guest Bank dengan prosedur sebagai berikut: (1) Peserta mengajukan permohonan penggunaan Fasilitas Guest 65

78 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 Guest Bank kepada Penyelenggara melalui surat dengan didahului permintaan melalui telepon. Surat dimaksud disampaikan kepada Penyelenggara dan dapat disampaikan terlebih dahulu melalui faksimili sebelum penggunaan Fasilitas Guest Bank dengan memperhatikan kecukupan waktu untuk melakukan persiapan penggunaan Fasilitas Guest Bank dan window time transaksi. Contoh surat permohonan penggunaan Fasilitas Guest Bank adalah sebagaimana dimaksud pada Lampiran 3.8.a (untuk Peserta Sistem BI-RTGS) dan Lampiran 3.8.b (untuk Peserta Sistem BI-RTGS yang juga peserta BI-SSSS). (2) Surat permohonan sebagaimana dimaksud pada angka (1) disampaikan kepada Penyelenggara dengan alamat: Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran c.q. Bagian Penyelenggaraan Setelmen Bank Indonesia, Gedung D Lantai 3 Jl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta (3) Dalam hal Peserta juga merupakan peserta BI-SSSS maka surat permohonan tersebut juga ditembuskan kepada penyelenggara BI-SSSS. (4) Peserta dapat menggunakan Fasilitas Guest Bank setelah asli surat permohonan sebagaimana dimaksud pada angka (1) diterima oleh Penyelenggara. (5) Penyelenggara tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang timbul pada Peserta sehubungan dengan pelaksanaan transaksi melalui Fasilitas Guest Bank. c) Penggunaan Fasilitas Guest Bank Peserta Sistem BI-RTGS dapat menggunakan Fasilitas Guest Bank dengan ketentuan sebagai berikut: (1) Fasilitas Guest Bank dapat digunakan selama Jam Operasional Sistem BI-RTGS. (2) Transaksi yang dapat dilakukan melalui Fasilitas Guest Bank adalah seluruh transaksi Sistem BI-RTGS yang window time-nya masih terbuka pada saat penggunaan Fasilitas Guest Bank. (3) Peserta harus membawa data back-up RT terakhir untuk di-restore pada Fasilitas Guest Bank dengan menggunakan media, antara lain CD atau flash disk. (4) Peserta membawa data transaksi yang akan dibukukan melalui Fasilitas Guest Bank. Data transaksi tersebut dapat berupa warkat pembukuan atau data elektronik yang 66

79 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 yang akan di up-load ke dalam aplikasi RT. (5) Dalam hal jumlah Peserta yang mengajukan permohonan melebihi kapasitas Fasilitas Guest Bank yang disediakan, Penyelenggara dapat menetapkan batas maksimal waktu penggunaan Fasilitas Guest Bank. (6) Dalam hal terjadi Keadaan Darurat, Penyelenggara dapat membebaskan biaya penggunaan Fasilitas Guest Bank. Pedoman teknis penggunaan Fasilitas Guest Bank ádalah sebagaimana dimaksud pada Lampiran ) Dalam hal Fasilitas Guest Bank yang disediakan oleh Penyelenggara sebagaimana dimaksud pada angka 1) tidak berfungsi, belum tersedia atau Peserta tidak memiliki waktu yang cukup untuk mengajukan permohonan penggunaan Fasilitas Guest Bank, maka transaksi dilakukan dengan menggunakan Cek BI dan/atau BGBI sesuai mekanisme sebagai berikut: a) Penyampaian surat permohonan untuk menggunakan Cek BI dan/atau BGBI: (1) Peserta yang berkedudukan di wilayah kerja KPBI Peserta mengajukan surat permohonan dengan menggunakan format sebagaimana dimaksud pada Lampiran 3.10 yang ditandatangani oleh Direksi/pejabat penerima kuasa dengan hak substitusi dari Direksi yang telah memiliki spesimen tanda tangan di Penyelenggara. Surat permohonan tersebut disampaikan kepada Penyelenggara dengan alamat: Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran c.q. Bagian Penyelenggaraan Setelmen Bank Indonesia, Gedung D Lantai 3 Jl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta (2) Peserta yang berkedudukan di luar wilayah kerja KPBI Peserta mengajukan surat permohonan kepada KBI setempat dengan menggunakan format sebagaimana dimaksud pada Lampiran 3.10 yang ditandatangani oleh Direksi/pejabat penerima kuasa dengan hak substitusi dari Direksi yang telah memiliki spesimen tanda tangan di KBI setempat. Surat permohonan tersebut antara lain memuat: (1) alasan yang menyebabkan dilakukannya penggunaan Cek BI dan/atau BGBI; (2) pernyataan 67

80 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 (2) pernyataan bahwa yang bersangkutan membebaskan Bank Indonesia dari tanggung jawab (indemnity) atas keterlambatan pelaksanaan transfer dan segala kerugian yang timbul sehubungan dengan pelaksanaan construct oleh Bank Indonesia; dan (3) jumlah dan nilai nominal Cek BI dan/atau BGBI yang akan diserahkan serta lokasi cabang Peserta yang akan melakukan transaksi menggunakan Cek BI dan/atau BGBI. b) Apabila permohonan disetujui, Peserta menyampaikan Cek BI dan/atau BGBI yang diberi stempel Contingency Plan sebagaimana dimaksud pada Lampiran 3.11 di belakang Cek BI atau BGBI. Khusus untuk kantor cabang Peserta, penyerahan Cek BI dan/atau BGBI tersebut dilampiri dengan surat permohonan penggunaan Cek BI dan/atau BGBI kepada kantor Bank Indonesia setempat. Cek BI dan/atau BGBI diterima oleh kantor Bank Indonesia paling lambat sampai dengan jam tutup TRN transaksi yang bersangkutan. c) Penyelesaian transaksi dengan menggunakan Cek BI dan/ atau BGBI dibatasi hanya untuk transaksi antar Peserta bukan untuk untung nasabah, kecuali transaksi yang ditujukan untuk nasabah Bank Indonesia. d) Cek BI dan/atau BGBI tersebut dibukukan oleh Bank Indonesia melalui RT kantor Bank Indonesia. e) Pembukuan transaksi oleh Bank Indonesia tetap mengacu pada Jam Operasional Sistem BI-RTGS yang berlaku sebagaimana dimaksud pada Lampiran 3.3. f) Bukti pembukuan transaksi akan terkirim ke RT Peserta apabila RT Peserta telah berjalan normal. Khusus untuk transaksi setoran pajak maka bukti pelimpahan yang diserahkan kepada Kas Negara adalah re-print completion advice yang dibubuhi stempel tanda tangan pejabat Bank Indonesia. g) Atas transaksi yang dibukukan tersebut, Penyelenggara akan membebankan biaya transaksi sesuai dengan tarif yang berlaku dan akan dibebankan secara langsung ke Rekening Giro Peserta paling lambat pada hari kerja berikutnya. Sehubungan dengan kondisi di atas yang menyebabkan Peserta tidak dapat melaksanakan Penyelesaian Akhir transaksi jual beli USD/IDR melalui Mekanisme USD/IDR PvP, maka penyelesaian akhir atas transaksi jual beli USD/IDR tersebut dapat dilakukan antara lain dengan memperhatikan mekanisme sebagaimana dimaksud dalam kesepakatan antar Peserta yang tertuang dalam Bye-Laws 68

81 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 Bye-Laws Mekanisme USD/IDR PvP. c. Kondisi gangguan pada jaringan komunikasi data dari RT Peserta ke RCC 1) Kondisi gangguan pada jaringan komunikasi data utama dari RT ke RCC Dalam hal terjadi kondisi gangguan pada jaringan komunikasi data utama dari RT ke RCC maka Peserta menggunakan jaringan komunikasi data back-up, apabila telah tersedia, jaringan komunikasi data dengan Sentral Telepon Otomat (STO) yang berbeda. 2) Kondisi gangguan pada jaringan komunikasi data utama dan jaringan komunikasi data back-up dari RT ke RCC Dalam hal jaringan komunikasi data utama dan jaringan komunikasi data back-up dari RT ke RCC mengalami kondisi gangguan, Peserta dapat melakukan transaksi Sistem BI-RTGS dengan mekanisme sebagai berikut: a) Menggunakan fasilitas RT yang disediakan oleh Penyelenggara di lokasi Kantor Pusat Bank Indonesia (Fasilitas Guest Bank) sesuai dengan mekanisme sebagaimana dimaksud pada butir b.1). b) Dalam hal Fasilitas Guest Bank yang disediakan oleh Penyelenggara sebagaimana dimaksud pada huruf a) tidak berfungsi, belum tersedia atau Peserta tidak memiliki waktu yang cukup untuk mengajukan permohonan penggunaan Fasilitas Guest Bank, maka transaksi dilakukan dengan menggunakan Cek BI dan/atau BGBI sesuai mekanisme sebagaimana dimaksud pada butir b.2). C. Penggunaan BGBI dalam kondisi tertentu Selain dalam kondisi gangguan dan/atau Keadaan Darurat sebagaimana dimaksud pada huruf B, khusus untuk transaksi-transaksi tertentu, antara Peserta dengan Pemerintah yang telah mendapat persetujuan Bank Indonesia, Peserta dapat menggunakan BGBI untuk dibukukan oleh Penyelenggara melalui Sistem BI-RTGS. Persetujuan Bank Indonesia tersebut diberikan sepanjang transaksi antara Peserta dengan Pemerintah dimaksud terkait dengan tugas Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan dan sistem pembayaran. BAB 69

82 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 BAB IV PENGELOLAAN RISIKO KREDIT DAN RISIKO LIKUIDITAS Keikutsertaan dalam sistem pembayaran dapat menimbulkan risiko finansial, yaitu risiko yang muncul dari transaksi keuangan yang berupa risiko likuiditas dan risiko kredit. Risiko likuiditas adalah risiko yang dihadapi Peserta apabila lawan transaksinya tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo, tetapi tidak berarti Peserta yang menjadi lawan transaksi tersebut berada dalam kondisi insolvensi. Risiko kredit adalah risiko yang dihadapi Peserta apabila lawan transaksinya tidak dapat memenuhi kewajibannya karena insolvensi. Untuk menghilangkan risiko kredit dalam sistem pembayaran nilai besar, Sistem BI-RTGS didisain dengan metode Penyelesaian Akhir (settlement) secara real time gross, dimana Penyelesaian Akhir untuk setiap transaksi dilakukan secara seketika per transaksi secara individual dengan memperhatikan kecukupan saldo Rekening Giro Peserta pengirim. A. Metode Penyelesaian Akhir 1. Alur Penyelesaian Akhir transaksi Sistem BI-RTGS secara umum adalah sebagai berikut: Mulai 1 Proses Pengiriman Transaksi 2 Dana Cukup? Tidak 2.a Proses Sistem Antrian 2.b Ya 3 Proses Penyelesaian Akhir Selesai Keterangan: 1. Peserta melakukan pengiriman transaksi melalui RT Peserta. 2. RCC menerima transaksi dari Peserta pengirim dan melakukan validasi terhadap kecukupan dana yang meliputi saldo Rekening Giro dan FLI Peserta pengirim. 2.a Dalam hal dana Peserta pengirim tidak mencukupi, transaksi Peserta pengirim masuk dalam Sistem Antrian sampai dengan dana mencukupi untuk Penyelesaian Akhir transaksi. Apabila sampai dengan berakhirnya window time TRN atau cut off warning transaksi masih berada dalam Sistem Antrian, maka transaksi tersebut dibatalkan oleh RCC. 2.b Dalam hal dana Peserta pengirim mencukupi, RCC melakukan proses Penyelesaian Akhir. 3. Proses Penyelesaian Akhir di RCC dilakukan dengan mendebet Rekening Giro Peserta pengirim dan secara simultan mengkredit Rekening Giro Peserta penerima. Peserta pengirim dan penerima menerima acknowledgement Penyelesaian Akhir transaksi di masing-masing RT Peserta. 2. Alur 70

83 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari Alur Penyelesaian Akhir pada Sistem BI-RTGS untuk Transaksi PvP adalah sebagai berikut: Mulai 1 Proses Pengiriman Transaksi PvP 2 Proses Matching Tidak 2.a Matched? 2.b Ya 3 Dana Cukup? Tidak 3.a Proses Sistem Antrian 3.b Ya 4 Proses Hold Fund Tidak 5.a 5 Counter-party Hold Fund? 5.b Ya 6 Proses Penyelesaian Akhir Selesai Keterangan: 1. Peserta melakukan pengiriman Transaksi PvP melalui RT Peserta. 2. RCC menerima Transaksi PvP dari RT Peserta pengirim dan melakukan proses matching. 2.a Dalam hal Transaksi PvP belum matched dengan lawan transaksi sisi mata uang Dolar Amerika Serikat, Transaksi PvP tersebut akan tetap menunggu proses matching dan belum dapat diproses selanjutnya. 2.b Dalam hal Transaksi PvP telah matched dengan lawan transaksi sisi mata uang Dolar Amerika Serikat, RCC melakukan validasi Transaksi PVP terkait kecukupan dana Peserta pengirim. 3. RCC melakukan validasi terhadap kecukupan dana Peserta pengirim yang meliputi saldo Rekening Giro dan FLI Peserta pengirim. 3.a Dalam hal dana Peserta pengirim tidak mencukupi, Transaksi PvP Peserta pengirim masuk dalam Sistem Antrian sampai dengan dana mencukupi untuk proses Hold Fund. Apabila sampai dengan berakhirnya window time Transaksi PvP (TRN: IFTPVP00), Transaksi PvP masih berada dalam Sistem Antrian, maka Transaksi PvP tersebut dibatalkan oleh RCC. 3.b Dalam hal dana Peserta pengirim mencukupi, RCC melakukan proses Hold Fund. 4. RCC 71

84 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 B. Jenis Transaksi 4. RCC melakukan proses Hold Fund pada Rekening Giro Peserta pengirim sejumlah nominal Transaksi PvP. 5. Setelah proses Hold Fund, RCC melakukan validasi status lawan transaksi sisi mata uang Dolar Amerika Serikat. 5.a Dalam hal lawan transaksi sisi mata uang Dolar Amerika Serikat belum dilakukan proses Hold Fund, Transaksi PvP tetap dalam kondisi Hold Fund dan belum dapat diproses selanjutnya. 5.b Dalam hal lawan transaksi sisi mata uang Dolar Amerika Serikat telah pula dilakukan proses Hold Fund, RCC melakukan proses Penyelesaian Akhir. 6. Proses Penyelesaian Akhir di RCC dilakukan dengan mendebet Rekening Giro Peserta pengirim dan secara simultan mengkredit Rekening Giro Peserta penerima. Peserta pengirim dan penerima menerima acknowledgement Penyelesaian Akhir Transaksi PvP di masing-masing RT Peserta. 1. Jenis transaksi pembayaran yang wajib dilakukan melalui Sistem BI-RTGS adalah: a. transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB) atau Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS); b. transaksi antara Bank dengan Bank Indonesia dalam rangka jual/beli surat berharga seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Utang Negara (SUN); c. transaksi antar Bank dalam rangka jual/beli surat berharga yang penyelesaiannya dilakukan dengan mekanisme Delivery Versus Payment (DVP) melalui BI-SSSS; d. transaksi antar bank, baik untuk kepentingan bank sendiri maupun untuk kepentingan nasabah bank, dengan nilai nominal sesuai ketentuan batas nominal transfer kredit yang diatur dalam ketentuan mengenai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI); dan e. transaksi-transaksi lain yang harus diselesaikan Peserta melalui Sistem BI-RTGS yang akan diberitahukan oleh Bank Indonesia. 2. Jenis transaksi pembayaran yang dapat dilakukan melalui Sistem BI-RTGS adalah: a. Transfer dari Peserta kepada Peserta lainnya, meliputi antara lain: 1) Transfer dari Bank kepada Bank atau Pihak Selain Bank; 2) Transfer dari Bank kepada Bank Indonesia selain dalam rangka jual/beli SBI dan SUN; 3) Transfer dari Pihak Selain Bank kepada Bank atau Pihak Selain Bank; 4) Transfer dari Bank Indonesia kepada Bank atau Pihak Selain Bank; dan 5) Transfer dari Bank atau Pihak Selain Bank kepada Bank atau Pihak Selain Bank dalam rangka penyelesaian akhir sisi rupiah transaksi jual beli Dolar Amerika Serikat dengan Mekanisme USD/IDR PvP. b. Transfer dari Peserta kepada nasabah Peserta lainnya dan sebaliknya, meliputi antara lain: 1) Transfer 72

85 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari ) Transfer dari Peserta ke rekening yang ditatausahakan di Bank Indonesia, antara lain: a) Pemerintah: (1) Transaksi untuk Bendaharawan Umum Negara (BUN) dalam rangka rekapitalisasi, penjaminan dan pembayaran lainnya; (2) Transaksi untuk Direktorat Jenderal Perbendaharaan; (3) Transaksi untuk Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara terkait dengan pelimpahan pajak; (4) Transaksi dalam rangka Treasury Single Account (TSA); (5) Transaksi untuk rekening pemerintah lainnya. b) Lembaga Keuangan Internasional. c) Lembaga lain. 2) Transfer dari rekening yang ditatausahakan di Bank Indonesia kepada Peserta, antara lain: a) Pemerintah: (1) transaksi untuk pembagian Dana Perimbangan, antara lain Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK); (2) transaksi dalam rangka TSA; dan (3) transaksi dari rekening pemerintah lainnya. b) Rekening internal Bank Indonesia. c) Lembaga lain. 3) Transaksi Peserta pengirim kepada nasabah Peserta penerima; dan 4) Transaksi nasabah Peserta pengirim kepada Peserta penerima. c. Transaksi dari nasabah Peserta pengirim kepada nasabah Peserta penerima. Transaksi sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf c dilakukan dengan menggunakan TRN sebagaimana dimaksud pada Lampiran 4.1. Perubahan (penambahan atau pengurangan) TRN diberitahukan oleh Penyelenggara kepada Peserta melalui fasilitas administrative message. Tata cara pengisian informasi untuk setiap transaksi harus mengikuti aturan sebagaimana dimaksud pada Lampiran 3.2. d. Penyelesaian Akhir hasil kliring Selain digunakan untuk melaksanakan transaksi-transaksi sebagaimana dimaksud pada butir B.1 dan butir B.2.a sampai dengan butir B.2.c, Sistem BI-RTGS juga digunakan sebagai sarana untuk Penyelesaian Akhir transaksi yang berasal dari hasil perhitungan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI). 3. Untuk Peserta selain Bank, jenis transaksi yang dapat dilakukan melalui Sistem BI-RTGS 73

86 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 BI-RTGS diatur sesuai dengan perjanjian antara Penyelenggara dengan Peserta. Transaksi yang dilakukan melalui Sistem BI-RTGS berupa transfer kredit yaitu transaksi yang dilakukan oleh Peserta pengirim untuk mendebet Rekening Giro Peserta pengirim di Bank Indonesia dan mengkredit Rekening Giro Peserta penerima di Bank Indonesia. Adapun transaksi berupa transfer debet hanya dapat dilakukan oleh Bank Indonesia sebagai Peserta, dalam rangka penyelesaian kewajiban Peserta kepada Bank Indonesia atau kepada Pemerintah Republik Indonesia dan koreksi atas transaksi untuk kepentingan selain nasabah Peserta, yang diinput oleh Bank Indonesia. Yang dimaksud transfer debet yaitu transaksi yang dilakukan oleh Bank Indonesia untuk mendebet Rekening Giro Peserta penerima di Bank Indonesia dan mengkredit rekening lainnya yang ada di Bank Indonesia. C. Penyediaan informasi saldo Rekening Giro Dengan mekanisme penyelesaian transaksi yang bersifat real time gross, saldo Rekening Giro Peserta akan ter-update secara real time. Peserta dapat mengetahui informasi saldo Rekening Gironya secara on line melalui RT Peserta. D. Fasilitas Likuiditas Intrahari (FLI) dan Fasilitas Likuiditas Intrahari Syariah (FLIS) Dalam rangka pengelolaan risiko likuiditas, Bank Indonesia menyediakan FLI dan FLIS. 1. Mekanisme penggunaan a. FLI/FLIS dapat digunakan oleh Bank Peserta Sistem BI-RTGS setelah Bank tersebut memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai FLI dan FLIS. b. Setelah Bank Peserta memenuhi persyaratan penggunaan FLI/FLIS, FLI/FLIS Peserta dapat digunakan secara otomatis dalam hal saldo Rekening Giro Rupiah Bank Peserta tidak mencukupi untuk melakukan transaksi keluar (outgoing transaction). c. Jangka waktu penggunaan FLI/FLIS adalah sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai FLI dan FLIS. 2. Mekanisme pelunasan a. Pelunasan FLI/FLIS dilakukan secara otomatis setiap terdapat transaksi masuk (incoming transaction) ke Rekening Giro rupiah Bank Peserta yang menggunakan FLI/FLIS. b. Jangka waktu pelunasan FLI/FLIS adalah sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai FLI dan FLIS. E. Throughput Guidelines Throughput guidelines adalah suatu target dimana Peserta diharapkan telah menyelesaikan persentase tertentu dari total pembayaran selama 1 (satu) hari. Untuk membantu Peserta, khususnya Bank dalam memperlancar pengelolaan pembayaran sepanjang hari, Peserta dapat mengacu pada Graduated Payment Schedule di bawah ini: 1. Minimal 74

87 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari Minimal 30% dari total nilai pembayaran keluar (outgoing payments) diselesaikan sebelum pukul WIB. 2. Minimal 30% berikutnya dari total nilai pembayaran keluar (outgoing payments) diselesaikan antara pukul WIB. 3. Sejumlah 40% dari total nilai pembayaran keluar (outgoing payments) diselesaikan antara pukul WIB (kecuali untuk transaksi pendanaan akhir hari (end-of-day funding) F. Gridlock Resolution Gridlock merupakan suatu keadaan dimana terjadi kemacetan Penyelesaian Akhir secara menyeluruh (systemic) yang disebabkan karena antrian Peserta tidak dapat dilakukan Penyelesaian Akhirnya. Untuk mencegah terjadinya gridlock terdapat suatu fungsi dalam Sistem BI-RTGS berupa gridlock resolution, yang dilakukan dalam hal Sistem Antrian telah mencapai suatu kriteria tertentu yang ditetapkan oleh Penyelenggara sebagai berikut: 1. Jangka waktu kemacetan per transaksi tiap Peserta dalam Sistem Antrian; 2. Jumlah nilai transaksi yang belum diselesaikan per Peserta; atau 3. Jumlah transaksi yang belum diselesaikan per Peserta. Penyelesaian gridlock tersebut akan dilakukan secara otomatis oleh RCC apabila salah satu kriteria yang ditetapkan Penyelenggara telah terpenuhi dengan metode First Avalaible First Out (FAFO) dengan memperhatikan level transaksi. Penyelenggara dapat menjalankan gridlock resolution secara manual dengan metode FAFO dan memperhatikan level transaksi sebagaimana dimaksud pada butir G.1, meskipun kriteria yang ditetapkan tidak terpenuhi. G. Queue Mechanism Transaksi yang dikirimkan pada kondisi saldo tidak mencukupi akan masuk dalam Sistem Antrian. Sistem Antrian tersebut menetapkan level transaksi yang masuk berdasarkan tingkat kepentingan transaksi. 1. Tingkat kepentingan transaksi Tingkat kepentingan transaksi yang masuk dalam Sistem Antrian dibedakan menjadi tingkat kepentingan prioritas dan normal, yang ditunjukkan dengan dua digit angka antara 01 s.d. 99. a. Tingkat kepentingan prioritas 1) Tingkat kepentingan prioritas terdiri dari level 01 dan level 02 s.d. 98 dengan ketentuan sebagai berikut: a) Level 01 disebut dengan antrian Super Priority yaitu level yang hanya dapat digunakan dalam kondisi tertentu apabila salah satu atau beberapa transaksi yang berada pada level 02 s.d. 98 memerlukan penyelesaian terlebih dahulu. Kondisi ini misalnya dalam rangka penyelesaian gridlock, yaitu dalam hal terjadi kemacetan sistem akibat tidak dapat diselesaikannya transaksi dalam Sistem Antrian maka transaksi yang dananya mencukupi akan diselesaikan terlebih dahulu 75

88 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 dahulu yaitu dengan mengubah levelnya menjadi 01 oleh Penyelenggara. b) Level 02 s.d. 98 adalah level prioritas transaksi yang diberikan secara otomatis oleh sistem berdasarkan kriteria TRN yang digunakan. 2) Transaksi dengan tingkat kepentingan prioritas terdiri dari: a) transaksi dari Peserta ke rekening Pemerintah Republik Indonesia di Bank Indonesia dan sebaliknya; b) transaksi dari Peserta kepada Bank Indonesia dan sebaliknya; c) transaksi dari Peserta kepada pihak lain yang memiliki rekening di Bank Indonesia dan sebaliknya; d) transaksi dari nasabah Peserta ke rekening Pemerintah Republik Indonesia di Bank Indonesia dan sebaliknya. b. Tingkat kepentingan normal (level 99) Level 99 adalah transaksi dengan tingkat kepentingan normal yaitu level yang diberikan secara otomatis untuk transaksi antar Peserta selain Bank Indonesia atau transaksi antar Peserta selain Bank Indonesia untuk kepentingan nasabahnya. Transaksi yang berada pada level 99 tidak dapat diubah menjadi level yang lebih tinggi baik oleh Peserta maupun Bank Penyelenggara. Penyelesaian transaksi dengan tingkat kepentingan prioritas dilakukan terlebih dahulu daripada transaksi dengan tingkat kepentingan normal. Adapun dalam masing-masing level antrian, penyelesaian transaksi dilakukan berdasarkan atas urutan transaksi (First In First Out atau FIFO). Transaksi dalam Sistem Antrian tersebut akan diberi nomor secara otomatis oleh RCC yang disebut dengan Nomor Urut Antrian (Queue Sequence Number atau QSN) yang terdiri dari 6 (enam) angka. QSN ini digunakan oleh Peserta yang akan mengubah urutan antrian transaksinya. 2. Perubahan urutan antrian transaksi (resequence queueing transaction) a. Perubahan urutan antrian transaksi dengan tingkat kepentingan normal dapat dilakukan oleh central department Peserta. Perubahan urutan antrian transaksi dalam antrian dengan tingkat kepentingan prioritas (2 s.d. 98) hanya dapat dilakukan oleh Penyelenggara. b. Permintaan perubahan urutan antrian transaksi dengan tingkat kepentingan prioritas hanya dapat diajukan paling lambat 30 (tiga puluh) menit sebelum window time untuk TRN transaksi tersebut berakhir dan selama transaksi tersebut masih dalam antrian. c. Peserta dapat mengajukan permintaan perubahan urutan antrian transaksi dengan tingkat kepentingan prioritas dengan tata cara sebagai berikut: 1) Peserta mengajukan permintaan perubahan urutan antrian transaksi dengan tingkat kepentingan prioritas melalui fasilitas administrative message atau sarana lainnya apabila terdapat gangguan 76

89 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 gangguan pada RT Server Peserta. 2) Penggunaan sarana lain untuk mengajukan permintaan perubahan urutan antrian transaksi dengan tingkat kepentingan prioritas dilakukan dengan tata cara sebagai berikut: a) Peserta yang berkantor pusat di wilayah kerja KPBI Peserta menyampaikan surat permintaan perubahan urutan antrian transaksi dengan tingkat kepentingan prioritas kepada Penyelenggara yang ditandatangani oleh pejabat yang memiliki spesimen tanda tangan di Penyelenggara. b) Peserta yang berkantor pusat di wilayah kerja KBI (1) Dalam hal jam kerja KBI setempat belum berakhir maka Peserta menyampaikan surat permintaan perubahan urutan antrian transaksi dengan tingkat kepentingan prioritas kepada KBI setempat yang ditandatangani oleh pejabat yang memiliki spesimen tanda tangan di KBI setempat. (2) Dalam hal jam kerja KBI setempat telah berakhir maka Peserta menyampaikan surat permintaan perubahan urutan antrian transaksi dengan tingkat kepentingan prioritas kepada Penyelenggara yang ditandatangani oleh Direksi yang memiliki spesimen tanda tangan di Penyelenggara melalui faksimili. Pada hari kerja berikutnya, asli surat disampaikan kepada KBI setempat untuk diteruskan kepada Penyelenggara. BAB 77

90 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 BAB V DANA YANG DIGUNAKAN DALAM PENYELESAIAN AKHIR (SETTLEMENT ASSETS) Penggunaan dana dalam rangka Penyelesaian Akhir Sistem BI-RTGS diatur sebagai berikut: 1. Penyelesaian Akhir atas transaksi melalui Sistem BI-RTGS dilakukan dengan menggunakan dana Rekening Giro Peserta yang ditatausahakan di Bank Indonesia. 2. Penyelesaian Akhir transaksi sebagaimana dimaksud pada angka 1 dilakukan apabila dana Rekening Giro Peserta memiliki saldo yang cukup. 3. Yang dimaksud dengan saldo yang cukup adalah saldo Rekening Giro Peserta ditambah FLI/FLIS yang diperoleh Peserta dari Bank Indonesia sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai FLI/FLIS. 4. FLI/FLIS akan digunakan dalam hal saldo Rekening Giro Peserta tidak mencukupi untuk melakukan transaksi keluar (outgoing transaction). 5. Peserta dapat menggunakan FLI/FLIS sepanjang Peserta memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia sesuai mekanisme penggunaan dan pelunasan sebagaimana dimaksud dalam Bab IV mengenai pengelolaan risiko kredit dan risiko likuiditas. 6. FLI/FLIS yang digunakan oleh Peserta akan dilunasi secara otomatis dari transaksi yang masuk (incoming transactions) ke Rekening Giro Peserta. BAB 78

91 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 BAB VI KEPASTIAN PENYELESAIAN AKHIR A. Transaksi bersifat final dan tidak dapat dibatalkan Transaksi melalui Sistem BI-RTGS yang telah dilakukan Penyelesaian Akhirnya bersifat final dan tidak dapat dibatalkan. B. Mekanisme koreksi transaksi Transaksi sebagaimana dimaksud pada huruf A hanya dapat dikoreksi dengan mekanisme sebagai berikut: 1. Koreksi transaksi antar Peserta kecuali dengan Bank Indonesia a. Koreksi untuk ketidaksesuaian data identitas Peserta penerima, identitas nasabah penerima dan/atau jumlah dana yang ditransfer, Peserta pengirim melakukan permintaan koreksi kepada Peserta penerima dengan cara: 1) mengirimkan transaksi satu rupiah, yaitu transaksi dengan nominal Rp 1,00 (satu rupiah), kepada nomor rekening tertentu yang selanjutnya disebut nomor rekening 1 (satu), dengan TRN IFTRJ000 dengan payment detail yang berisi perubahan identitas Peserta penerima dan/atau identitas nasabah penerima (ultimate beneficiary) atau permintaan pengembalian dana; dan 2) mengirimkan administrative message yang berisi pembebasan tanggung jawab (indemnity) Peserta penerima oleh Peserta pengirim yang berisi pernyataan: a) pembebasan tanggung jawab Peserta penerima, termasuk seluruh karyawannya dan pihak-pihak lainnya yang terkait dengan pembayaran, terhadap berbagai kemungkinan klaim, gugatan, kewajiban, biaya-biaya termasuk biaya penyelesaian hukum dan biaya lainnya, tuntutan atau kerugian yang diakibatkan oleh pengembalian dana yang dilakukan oleh Peserta penerima, baik atas permintaan Peserta pengirim atau karena Peserta penerima harus melaksanakan kewajiban sesuai dengan pernyataan dalam pembebasan tanggung jawab (indemnity); dan b) kesediaan Peserta pengirim untuk menanggung segala biaya yang terkait dengan klaim, gugatan, tuntutan, dan kewajiban lainnya, termasuk biaya penyelesaian hukum dan biaya lainnya, serta kerugian yang dihadapi oleh Peserta penerima sebagai akibat dari penarikan kembali dana dari nasabah penerima yang tidak berhak. b. Koreksi untuk transaksi yang terjadi duplikasi pelaksanaan instruksi transfer, Peserta pengirim melakukan permintaan koreksi kepada Peserta penerima dengan cara: 1) mengirimkan transaksi satu rupiah, yaitu transaksi dengan nominal Rp 1,00 (satu rupiah) dengan TRN IFTRJ000, kepada nomor rekening tertentu yang selanjutnya disebut nomor rekening 1 (satu), dengan payment detail yang berisi permintaan pengembalian 79

92 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 pengembalian dana; dan 2) mengirimkan administrative message yang berisi pembebasan tanggung jawab (indemnity) Peserta penerima oleh Peserta pengirim sebagaimana dimaksud pada butir a.2). c. Koreksi untuk ketidaksesuaian pada data selain data sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, permintaan koreksi kepada Peserta penerima dilakukan dengan mengirimkan administrative message yang berisi: 1) permintaan perubahan data; dan 2) pembebasan tanggung jawab (indemnity) Peserta penerima oleh Peserta pengirim sebagaimana dimaksud pada butir a.2). 2. Koreksi untuk transaksi Peserta dengan Bank Indonesia a. Koreksi untuk ketidaksesuaian data identitas Peserta penerima, identitas nasabah penerima dan/atau jumlah dana yang ditransfer, Peserta pengirim melakukan permintaan koreksi kepada Bank Indonesia dengan cara: 1) mengirimkan transaksi satu rupiah, yaitu transaksi dengan nominal Rp 1,00 (satu rupiah), kepada nomor rekening 1 (satu) yaitu nomor rekening Rekening Antara Sehubungan Transaksi RTGS ke BIASA Yang Masih Harus Diselesaikan, dengan TRN BIRBK561 dan payment detail yang berisi: a) perubahan identitas Peserta penerima dan/atau identitas nasabah penerima (ultimate beneficiary); atau b) permintaan pengembalian dana, yang disertai alasan permintaan pengembalian dana dan referensi Nomor SAKTI transaksi yang dikembalikan. 2) mengirimkan administrative message yang berisi pembebasan tanggung jawab (indemnity) Bank Indonesia oleh Peserta pengirim sebagaimana dimaksud pada butir 1.a.2). b. Koreksi untuk duplikasi pelaksanaan instruksi transfer, Peserta pengirim melakukan permintaan koreksi kepada Bank Indonesia dengan cara: 1) mengirimkan transaksi satu rupiah, yaitu transaksi dengan nominal Rp 1,00 (satu rupiah) kepada nomor rekening 1 (satu) yaitu nomor rekening Rekening Antara Sehubungan Transaksi RTGS ke BIASA Yang Masih Harus Diselesaikan, dengan TRN BIRBK561, dan payment detail yang berisi permintaan pengembalian dana yang disertai alasan permintaan pengembalian dana dan referensi Nomor SAKTI transaksi yang dikembalikan; dan 2) mengirimkan administrative message yang berisi pembebasan tanggung jawab (indemnity) Bank Indonesia oleh Peserta pengirim sebagaimana dimaksud pada butir 1.a.2). c. Koreksi untuk ketidaksesuaian pada data selain data sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, permintaan koreksi kepada Bank Indonesia dilakukan dengan mengirimkan administrative message yang berisi: 1) permintaan 80

93 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari ) permintaan perubahan data; dan 2) pembebasan tanggung jawab (indemnity) Bank Indonesia oleh Peserta pengirim sebagaimana dimaksud pada butir 1.a.2). d. Dalam hal terdapat kesalahan penulisan kantor Bank Indonesia tujuan untuk transaksi penarikan tunai yang berkaitan dengan lokasi pengambilan fisik uang maka Peserta pengirim mengirimkan permintaan pengembalian dengan cara: 1) mengirimkan transaksi satu rupiah, yaitu transaksi dengan nominal Rp 1,00 (satu rupiah) dengan TRN BIRBK561 kepada nomor rekening Rekening Antara Sehubungan Transaksi RTGS Bank ke BIASA Yang Masih Harus Diselesaikan dan mengisi referensi nomor SAKTI, jumlah transaksi dan alasan permintaan pengembalian dana dalam kolom payment detail; dan 2) mengirimkan administrative message yang berisi pembebasan tanggung jawab (indemnity) Bank Indonesia oleh Peserta pengirim sebagaimana dimaksud pada butir 1.a.2). 3. Koreksi untuk transaksi yang dikirim oleh Bank Indonesia kepada Peserta lainnya a. Untuk Transfer Kredit 1) Koreksi untuk transfer kredit yang ditujukan untuk Peserta penerima a) Koreksi untuk transfer kredit yang disebabkan oleh kesalahan dalam mencantumkan jumlah nilai nominal Bank Indonesia menerbitkan transfer debet atas beban Peserta penerima sebesar jumlah nominal yang telah dikredit dan untuk selanjutnya Bank Indonesia mengirimkan transfer kredit kepada Peserta penerima sesuai dengan jumlah nominal yang seharusnya. b) Koreksi untuk transfer kredit yang disebabkan oleh kesalahan dalam mencantumkan Peserta penerima Bank Indonesia menerbitkan transfer debet atas beban Peserta penerima yang tidak berhak dan untuk selanjutnya Bank Indonesia mengirimkan transfer kredit untuk untung Peserta penerima yang seharusnya. 2) Koreksi untuk transfer kredit yang dikirimkan kepada nasabah Peserta penerima Koreksi untuk transfer kredit yang dikirimkan kepada nasabah Peserta dilakukan dengan cara: a) mengirimkan transaksi satu rupiah, yaitu transaksi dengan nominal Rp1,00 (satu rupiah) dengan TRN BIRBI221, dengan payment detail yang berisi perubahan data nasabah penerima atau permintaan pengembalian dana; dan b) mengirimkan administrative message yang berisi pembebasan tanggung jawab (indemnity) Peserta penerima oleh Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada butir 1.a.2). b. Untuk 81

94 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 b. Untuk Transfer Debet 1) Koreksi untuk transfer debet yang disebabkan oleh kesalahan dalam mencantumkan jumlah nilai nominal Bank Indonesia menerbitkan transfer kredit untuk untung Peserta penerima sebesar jumlah nominal yang telah didebet dan untuk selanjutnya Bank Indonesia mengirimkan transfer debet kepada Peserta penerima sesuai dengan jumlah nominal yang seharusnya. 2) Koreksi untuk transfer debet yang disebabkan oleh kesalahan dalam mencantumkan Peserta penerima Bank Indonesia menerbitkan transfer kredit untuk untung Peserta penerima yang tidak berhak, untuk selanjutnya Bank Indonesia mengirimkan transfer debet untuk untung Peserta penerima yang seharusnya. C. Pengembalian Dana (Retur) Pengembalian dana oleh Peserta penerima dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut : 1. Dalam hal Peserta menerima transfer yang data penerima dana di confirmation advice-nya tidak cocok dengan data yang tercantum dalam tata usaha rekening atau administrasi di Peserta atau identitas penerima dana maka Peserta penerima harus segera mengembalikan transfer tersebut kepada Peserta pengirim dengan menggunakan TRN IFTRJ000. Khusus untuk transfer dari Bank Indonesia, pengembalian dana oleh Peserta penerima dilakukan dengan menggunakan TRN BIR99999 dengan rekening penampungan Transaksi tolakan atas bank atas single credit Bank Indonesia. 2. Dalam hal Peserta melakukan kesalahan penulisan kantor Bank Indonesia tujuan untuk transaksi penarikan tunai dan Bank yang bersangkutan tidak mengajukan permintaan pengembalian dana maka Bank Indonesia akan secara otomatis mengembalikan dana ke Rekening Giro Bank tersebut. 3. Pengembalian dana oleh Peserta penerima sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan 2 dilakukan tanpa melalui mekanisme koreksi oleh Peserta pengirim sebagaimana dimaksud pada huruf B. D. Disain Sistem BI-RTGS menjamin bahwa Peserta pengirim tidak dapat membatalkan atau menarik kembali dana yang sudah diterima Peserta penerima 1. Peserta hanya dapat melakukan transaksi yang mengkredit rekening Peserta lainnya. 2. Jika Peserta ingin melakukan koreksi atas transaksi yang telah dilakukan Penyelesaian Akhirnya, Peserta harus menggunakan mekanisme koreksi sebagaimana diatur dalam huruf B. E. Pembatalan transaksi dalam antrian (queue cancellation) Pembatalan transaksi dapat dilakukan apabila transaksi masih berada dalam antrian. Pembatalan transaksi dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut: 1. Pembatalan transaksi dalam antrian dengan tingkat kepentingan normal dapat dilakukan oleh central department Peserta. Pembatalan transaksi dalam antrian dengan tingkat kepentingan prioritas hanya dapat dilakukan oleh Penyelenggara. 2. Permintaan 82

95 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari Permintaan pembatalan transaksi dalam antrian dengan tingkat kepentingan prioritas hanya dapat diajukan kepada Penyelenggara paling lambat 30 (tiga puluh) menit sebelum berakhirnya window time untuk TRN transaksi tersebut dan selama transaksi tersebut masih dalam antrian. 3. Peserta dapat mengajukan permintaan pembatalan transaksi dalam antrian dengan tingkat kepentingan prioritas dengan tata cara sebagai berikut: a. Peserta mengajukan permintaan pembatalan transaksi dalam antrian dengan tingkat kepentingan prioritas melalui fasilitas administrative message atau sarana lainnya apabila terdapat gangguan pada RT Server Peserta. b. Penggunaan sarana lain untuk mengajukan permintaan pembatalan transaksi dalam antrian dengan tingkat kepentingan prioritas dilakukan dengan tata cara sebagai berikut: 1) Peserta yang berkantor pusat di wilayah kerja KPBI Peserta menyampaikan surat permintaan pembatalan transaksi dalam antrian dengan tingkat kepentingan prioritas kepada Penyelenggara yang ditandatangani oleh pejabat yang memiliki spesimen tanda tangan di Penyelenggara. 2) Peserta yang berkantor pusat di wilayah kerja KBI a) Dalam hal jam kerja KBI setempat belum berakhir maka Peserta menyampaikan surat permintaan pembatalan transaksi dalam antrian dengan tingkat kepentingan prioritas kepada KBI setempat yang ditandatangani oleh pejabat yang memiliki spesimen tanda tangan di KBI setempat. b) Dalam hal jam kerja KBI setempat telah berakhir maka Peserta menyampaikan surat permintaan pembatalan transaksi dalam antrian dengan tingkat kepentingan prioritas kepada Penyelenggara yang ditandatangani oleh Direksi yang memiliki spesimen tanda tangan di Penyelenggara melalui faksimili. Pada hari kerja berikutnya, asli surat disampaikan kepada KBI setempat untuk diteruskan kepada Penyelenggara. F. Pembatalan transaksi oleh Sistem Transaksi dalam antrian akan dibatalkan secara otomatis oleh sistem dalam hal: 1. Window time TRN telah berakhir; atau 2. Cut-off warning. G. Bukti Penyelesaian Akhir transaksi 1. Bukti pembukuan yang harus ditatausahakan oleh Peserta adalah warkatwarkat yang digunakan sebagai dasar pembukuan dan Hasil Olahan Komputer (HOK) serta completion advice atau confirmation advice yang tercetak pada printer Peserta. 2. Bukti pendukung pembukuan pada Sistem BI-RTGS adalah laporan-laporan Sistem BI-RTGS dan advice-advice yang tercetak sehubungan dengan pelaksanaan setiap kegiatan melalui RT Peserta. 3. Bukti 83

96 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari Bukti untuk Penyelesaian Akhir transaksi future date berupa completion advice yang akan tercetak di printer Peserta pada tanggal Penyelesaian Akhir (settlement). 4. Berdasarkan proses pencetakannya, laporan dibedakan menjadi: a. Laporan yang tercetak secara otomatis berdasarkan data yang diterima dari RCC, terdiri dari: 1) RCC Administrative Message; 2) Cut-off warning report; 3) Pre cut-off Notification report; 4) Cut-off Notification Report; 5) Pre Cover Position Report (Cut off warning); 6) Member Reconciliation Report (pre cut-off); 7) Member Cut off Position Report (cut-off); 8) Member Statement Report (cut-off); 9) PvP Outstanding Transaction Report; dan 10) PvP Cut-off Position Report. b. Laporan yang tercetak secara otomatis pada saat proses batch pada akhir hari, terdiri dari: 1) Listing Akhir Hari message masuk - Incoming Message End of Day Listing; 2) Listing Akhir Hari message keluar - Outgoing Message End Of Day Listing; 3) Laporan Total Harian - Daily Total Report; dan 4) System Audit Trail. c. Laporan yang dapat dicetak di RT sesuai dengan kebutuhan Peserta dan didaftarkan/dipilih melalui fungsi Member Control File, misalnya IFTS Construct Reports, Amend Reports, Pre-Approval Reports, dan lain-lain. Rincian laporan sebagaimana tercantum dalam Lampiran Bukti pembukuan dan bukti pendukungnya disimpan sesuai jadwal retensi yang ditetapkan oleh masing-masing Peserta. H. Jam Operasional Sistem BI-RTGS Penyelesaian Akhir harus dilaksanakan pada Jam Operasional yang telah ditetapkan oleh Penyelenggara sebagaimana diatur dalam Bab III mengenai ketentuan dan prosedur. BAB 84

97 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 BAB VII KEAMANAN DAN KEANDALAN SISTEM BI-RTGS A. Sistem BI-RTGS dilaksanakan dengan standar keamanan yang tinggi 1. Standar Keamanan Sistem BI-RTGS Dalam rangka menjaga keamanan dan keandalan Sistem BI-RTGS, Penyelenggara menerapkan standar keamanan Sistem BI-RTGS yang meliputi keamanan pada aplikasi dan jaringan komunikasi data, baik pada sisi Penyelenggara maupun Peserta. Standar keamanan tersebut adalah sebagai berikut: a. Keamanan aplikasi Fitur-fitur keamanan dalam aplikasi sekurang-kurangnya meliputi: 1) Password a) Kriteria password : (1) minimum terdiri dari 8 karakter; (2) harus terdiri dari kombinasi antara huruf, angka dan karakter spesial. b) Password harus diganti secara periodik. Penggantian password maksimal dilakukan setiap 90 (sembilan puluh) hari. c) Password yang sama dapat digunakan kembali setelah 2 (dua) kali penggantian password. 2) Enkripsi dan dekripsi a) Antara RT dan RCC Setiap pengiriman message dari RT ke RCC atau sebaliknya akan dilakukan proses enkripsi. Sedangkan untuk setiap penerimaan message di RT atau RCC akan dilakukan proses dekripsi. b) Antara RT dengan sistem internal Peserta Penyelenggara menyediakan fasilitas enkripsi dan dekripsi untuk pengiriman dan penerimaan message antara RT dengan sistem internal Peserta. 3) Message Digest Setiap pengiriman message antara RT dan RCC akan diberikan suatu angka rahasia yang di-generate oleh sistem yang berfungsi untuk menjamin integritas data. 4) Sequence Number Sistem BI-RTGS menggunakan 3 (tiga) tipe sequence number untuk sinkronisasi setiap message yang dikirim atau diterima, yaitu ISN, OSN, dan BOR. 5) Screen Time Out Aplikasi akan melakukan sign off secara otomatis dalam hal user tidak melakukan aktivitas selama periode waktu tertentu. 6) Kontrol 85

98 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari ) Kontrol akses operasi dilaksanakan dengan cara sebagai berikut: a) Level user; b) Pemberian fungsi user; dan c) Akses antar departemen. 7) Kontrol akses transaksi dilaksanakan dengan cara sebagai berikut: a) Approval limit; dan b) Member global limit. b. Keamanan jaringan komunikasi data 1) Jaringan komunikasi data Sistem BI-RTGS yang disediakan oleh Penyelenggara menggunakan protokol SNA dan dial up. 2) Dalam hal Peserta menggunakan jaringan komunikasi data selain jaringan komunikasi data yang disediakan oleh penyelenggara sebagaimana dimaksud pada angka 1), maka Peserta harus menjamin keamanan jaringan komunikasi data tersebut. 3) Terkait dengan pelaksanaan mekanisme USD/IDR PvP maka untuk keamanan jaringan komunikasi data yang menghubungkan RCC dengan host USD CHATS, Penyelenggara menggunakan PvP gateway. 2. Standar keamanan minimum yang harus dimiliki Peserta dalam rangka menjaga keamanan Sistem BI-RTGS adalah sebagai berikut: a. Pengamanan fisik dan lingkungan Seluruh peralatan Sistem BI-RTGS wajib ditempatkan dalam ruangan khusus yang aman. Yang dimaksud dengan aman antara lain adanya pintu akses, pengatur suhu ruangan, alat pemadam kebakaran dan Uninterruptible Power Supply (UPS). b. Pengamanan perangkat keras 1) Seluruh peralatan Sistem BI-RTGS harus dilindungi dari penyalahgunaan, modifikasi dan pengrusakan. 2) Seluruh perangkat keras harus diperiksa dan dipelihara. Pemeriksaan dan pemeliharaan seluruh perangkat keras dimaksudkan untuk memastikan bahwa perangkat keras tersebut berfungsi dengan baik. Untuk mendukung hal tersebut maka pemeriksaan dan pemeliharaan dilakukan secara berkala. c. Pengamanan perangkat lunak 1) Seluruh perangkat lunak harus diperiksa dan dipelihara sesuai dengan aplikasi RT terkini. 2) Peserta tidak diperbolehkan mengubah, menggandakan, memindahtangankan, menghilangkan dan atau merusak perangkat lunak baik yang ada pada RT Server Utama, RT Server Back-up, RT Workstation maupun softcopy aplikasi RT. 3) Peserta wajib melaporkan pengembangan aplikasi internal yang terkait Sistem BI-RTGS. 4) Sistem harus terlindungi dari virus (secara berkala dilakukan pengkinian anti virus). 5) Penggunaan 86

99 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari ) Penggunaan aplikasi RT harus sesuai petunjuk yang diberikan Bank Indonesia. d. Pengamanan jaringan komunikasi data 1) Jaringan komunikasi data beserta perangkatnya harus dipelihara. 2) Jaringan komunikasi data Sistem BI-RTGS internal Peserta harus terpisah dari jaringan lainnya. 3) Jaringan komunikasi internal yang terkait dengan Sistem BI-RTGS harus dapat dipastikan aman dengan menjaga kerahasiaan data dan aman dari virus. e. Pengamanan data dan komunikasi 1) Data yang tersimpan dalam media elektronik harus mendapat pengamanan yang memadai serta kerahasiaannya harus dijaga dengan baik. Yang dimaksud pengamanan yang memadai antara lain adalah terlindung dari akses petugas yang tidak berhak. 2) Peserta diharuskan menyimpan back-up data ke dalam media elektronik. 3) Back-up data harus disimpan di dalam ruang khusus yang dapat menjamin data tidak rusak. 4) Hasil Olahan Komputer (HOK) Sistem BI-RTGS disimpan sesuai dengan aturan pengarsipan intern Peserta dan masa retensi sesuai Undang-undang tentang Dokumen Perusahaan. 5) Seluruh media back-up aplikasi (CD, disket dan media lainnya), ketentuan, sistem dan prosedur yang diberikan oleh Penyelenggara harus didokumentasikan dengan baik dan disimpan dalam ruang khusus yang aman. f. Pengamanan Sumber Daya Manusia 1) Jumlah petugas yang menangani Sistem BI-RTGS harus disesuaikan dengan span of control untuk meminimalisasi human error dan fraud. 2) Peserta harus mengadakan pelatihan secara reguler. 3) Petugas yang menangani Sistem BI-RTGS harus memahami sistem dan prosedur yang telah ditetapkan baik oleh Penyelenggara maupun internal Peserta. g. Pengamanan operasional 1) Pengamanan kewenangan user a) Pengguna dan administrator harus memiliki dan memahami pengamanan sistem. b) Aplikasi wajib dilengkapi pengamanan yang memadai, meliputi: (1) penggunaan user ID dan password secara benar, dengan cara menjaga kerahasiaan password serta mengganti password secara berkala; (2) penyimpanan yang aman terhadap: (a) password 87

100 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 (a) password RT Adm 1, RT Adm 2, RT super, administrator database SQL; (b) CD Reset Password ; dan (c) CD aplikasi RT. (3) pengiriman transaksi bertingkat sesuai kewenangan petugas; (4) pengaturan kewenangan pengoperasian Sistem BI- RTGS; dan (5) petugas pengganti untuk pengguna dan administrator. 2) Pengamanan prosedur Peserta wajib menyusun KPT sesuai dengan PBI tentang Sistem BI-RTGS dan Surat Edaran ini. B. Kondisi gangguan dan/atau Keadaan Darurat Dalam hal terjadi kondisi gangguan dan/atau Keadaan Darurat, Penyelenggara menjamin keandalan dan ketersediaan Sistem BI-RTGS dengan melakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Menyediakan sistem back-up a. Perangkat Keras (Hardware) 1) Mempunyai RCC Back-up yang telah dipasang dengan aplikasi yang sama dengan RCC utama; dan 2) Mempunyai RCC Back-up yang berada di lokasi berbeda dengan lokasi RCC Utama (offsite back-up). b. Jaringan komunikasi data 1) Menyediakan jaringan komunikasi data back-up berupa fasilitas dial up. 2) Menyediakan jaringan komunikasi data back-up yang menghubungkan RCC dengan infrastruktur Mekanisme USD/IDR PvP. 2. Menggunakan replikasi online antara RCC Utama dengan RCC Back-up untuk menjamin data di RCC Back-up sama dengan RCC Utama 3. Menyediakan sarana penyelesaian transaksi Sistem BI-RTGS bagi Peserta sebagai berikut: a. Fasilitas Guest Bank Fasilitas Guest Bank merupakan fasilitas RT di lokasi Penyelenggara, yang disediakan sebagai back-up dalam hal terjadi kondisi gangguan dan/atau Keadaan Darurat yang menyebabkan Peserta tidak dapat menggunakan RT. Penggunaan Fasilitas Guest Bank ini mengacu pada ketentuan dan prosedur sebagaimana dimaksud dalam Bab III mengenai Ketentuan dan Prosedur. b. Cek 88

101 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 b. Cek BI dan BGBI Cek BI dan BGBI merupakan sarana yang dapat digunakan oleh Peserta dalam penyelesaian transaksi Sistem BI-RTGS dalam kondisi gangguan dan/atau Keadaan Darurat. Penggunaan Cek BI dan BGBI ini mengacu pada mekanisme sebagaimana dimaksud dalam Bab III mengenai Ketentuan dan Prosedur. C. Pelaksanaan pengujian terhadap sistem back-up serta mekanisme dan prosedur BCP 1. Pengujian terhadap Sistem BI-RTGS back-up a. Pengujian terhadap Sistem BI-RTGS back-up di Penyelenggara Dalam rangka meningkatkan keandalan Sistem BI-RTGS back-up untuk menjamin kelangsungan operasional Sistem BI-RTGS, Penyelenggara melakukan hal-hal antara lain uji coba DRP dengan menggunakan RCC Back-up di lokasi DRC Penyelenggara secara berkala. b. Pengujian terhadap Sistem BI-RTGS back-up di Peserta Dalam rangka meningkatkan keandalan Sistem BI-RTGS back-up, Peserta wajib: 1) Menjamin RT Server Back-up dan RT Workstation berfungsi dengan baik; dan 2) Menggunakan RT Server Back-up dalam operasional kondisi normal. 2. Periode pelaksanaan uji coba Uji coba DRP diselenggarakan oleh Penyelenggara secara periodik dengan melibatkan Peserta. D. Pelatihan terhadap petugas yang terlibat dalam penyelenggaraan Sistem BI-RTGS Untuk mendukung keamanan dan keandalan Sistem BI-RTGS, diperlukan sumber daya manusia yang kompeten dalam mengoperasikan Sistem BI-RTGS, baik di Penyelenggara maupun Peserta. Dalam rangka meningkatkan kompetensi petugas yang terlibat dalam penyelenggaraan Sistem BI-RTGS dilakukan kegiatan antara lain sebagai berikut: 1. Melakukan pelatihan kepada petugas operasional Sistem BI-RTGS secara berkala. 2. Melakukan diskusi dan knowledge sharing antar petugas operasional Sistem BI-RTGS secara berkala. 3. Menjamin terlaksananya transfer of knowledge apabila terjadi pergantian petugas operasional Sistem BI-RTGS. E. Peninjauan secara berkala atas standar keamanan Sistem BI-RTGS dengan mengacu pada standar internasional Dengan perkembangan teknologi, terutama teknologi informasi maka Sistem BI- RTGS juga perlu memperhatikan perkembangan tersebut dan melakukan penyesuaian apabila diperlukan, termasuk teknologi pengamanannya. Berkaitan dengan hal tersebut, Penyelenggara harus melakukan peninjauan secara berkala terhadap standar keamanan dengan mengacu pada standar internasional. F. Pelaksanaan 89

102 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 F. Pelaksanaan security audit secara berkala Dalam rangka menjamin keandalan dan keamanan Sistem BI-RTGS, Penyelenggara melaksanakan security audit secara berkala dengan auditor independen. Security audit dilaksanakan antara lain terhadap aplikasi, jaringan komunikasi data dan prosedur operasional. G. Pedoman Teknis Sistem BI-RTGS Dalam rangka memperlancar operasional Peserta, Penyelenggara menyusun dan menyediakan Pedoman Teknis Sistem BI-RTGS yang disampaikan kepada Peserta secara terpisah dari Surat Edaran ini. H. Penyusunan capacity planning Dalam rangka menjaga keandalan dan ketersediaan Sistem BI-RTGS, Penyelenggara menyusun disain sistem dengan memperhitungkan kapasitas sistem yang memenuhi kebutuhan bisnis saat ini dan yang akan datang, termasuk melakukan monitoring terhadap kapasitas sistem dan melakukan penyesuaian kapasitas apabila terjadi peningkatan bisnis. BAB 90

103 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 BAB VIII EFISIENSI PENYELENGGARAAN SISTEM BI-RTGS A. Kebijakan Penetapan Biaya Transaksi Sistem BI-RTGS Penetapan biaya transaksi dalam penyelenggaraan Sistem BI-RTGS didasarkan pada perhitungan biaya yang harus dikeluarkan Penyelenggara yang meliputi komponenkomponen biaya sebagai berikut: 1. Biaya Investasi: a. Biaya perangkat keras (hardware); b. Biaya pengembangan aplikasi (software); c. Biaya jaringan komunikasi data; d. Biaya pemeliharaan (maintenance) Sistem BI-RTGS; e. Biaya enhancement Sistem BI-RTGS; f. Biaya security audit; dan g. Biaya lisensi. 2. Biaya Operasional Biaya operasional Sistem RTGS, antara lain biaya personil dan biaya non personil. Selain memperhitungkan hal tersebut di atas, Penyelenggara juga mempertimbangkan tujuan penyelenggaraan Sistem BI-RTGS, yaitu untuk memperlancar dan mengurangi risiko sistem pembayaran. Dengan pertimbangan tersebut, Penyelenggara dapat tidak membebankan beberapa komponen biaya tertentu. B. Jenis dan Besarnya Biaya dalam Sistem BI-RTGS 1. Jenis biaya dalam penggunaan Sistem BI-RTGS terdiri dari: a. Biaya transaksi; b. Biaya pengiriman administrative message; c. Biaya perpanjangan window time TRN; d. Biaya penggunaan Fasilitas Guest Bank; dan e. Biaya lainnya yang diperlukan. 2. Besarnya Biaya Besarnya biaya sebagaimana dimaksud pada angka 1 akan diberitahukan oleh Penyelenggara melalui pengumuman dan/atau sarana lainnya seperti administrative message. 3. Dalam hal Peserta menggunakan Fasilitas Guest Bank yang disediakan Penyelenggara, Peserta akan dikenakan biaya sebagai berikut: a. Biaya penggunaan Fasilitas Guest Bank 1) Biaya penggunaan Fasilitas Guest Bank dihitung berdasarkan durasi penggunaan Fasilitas Guest-Bank yang mengacu pada waktu system start-up sampai dengan system shut-down. 2) Durasi 91

104 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari ) Durasi penggunaan Fasilitas Guest Bank dihitung berdasarkan akumulasi penggunaan Fasilitas Guest Bank dalam 1 (satu) hari dengan pembulatan waktu 1 (satu) jam ke atas. 3) Dalam hal terjadi gangguan jaringan internal di Bank Indonesia pada saat penggunaan Fasilitas Guest Bank, Penyelenggara dapat menyesuaikan durasi penggunaan Fasilitas Guest Bank. 4) Dalam hal terjadi Keadaan Darurat, Penyelenggara dapat tidak membebankan biaya penggunaan Fasilitas Guest Bank. b. Biaya transaksi dan biaya pengiriman administrative message. 4. Biaya transaksi dengan menggunakan Cek BI dan/atau BGBI Dalam hal Penyelenggara melakukan construct atas nama Peserta berdasarkan Cek BI dan/atau BGBI yang disampaikan Peserta maka Peserta dikenakan biaya transaksi. C. Tata Cara Penghitungan dan Pembebanan Biaya 1. Biaya transaksi dan biaya pengiriman administrative message Penyelenggara menghitung jumlah biaya sebagaimana dimaksud dalam butir B.1.a dan butir B.1.b pada setiap akhir hari dan membebankan biaya tersebut paling lambat pada hari kerja berikutnya. 2. Biaya perpanjangan Window Time TRN Penyelenggara menghitung jumlah biaya perpanjangan window time TRN sebagaimana dimaksud dalam butir B.1.c pada saat terjadinya perpanjangan window time TRN dan membebankan biaya tersebut paling lambat pada hari kerja berikutnya. 3. Biaya penggunaan Fasilitas Guest Bank Penyelenggara menghitung jumlah biaya sehubungan dengan penggunaan Fasilitas Guest Bank sebagaimana dimaksud dalam B.1.d dan membebankan biaya tersebut paling lambat pada hari kerja berikutnya. 4. Biaya transaksi dengan menggunakan Cek BI dan/atau BGBI Penyelenggara menghitung jumlah biaya sebagaimana dimaksud dalam butir B.4 pada saat penggunaan Cek BI dan/atau BGBI dan membebankan biaya tersebut paling lambat pada hari kerja berikutnya. Pembebanan biaya-biaya tersebut di atas dilakukan dengan cara mendebet Rekening Giro Peserta. BAB 92

105 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 BAB IX KEPESERTAAN Kriteria dan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi Peserta serta kewajiban pihakpihak yang telah menjadi Peserta diatur sebagai berikut: A. Kriteria Peserta 1. Pihak yang dapat mengajukan permohonan menjadi Peserta adalah pihak yang memiliki Rekening Giro di Bank Indonesia sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Hubungan Rekening Giro antara Bank Indonesia dengan Pihak Ekstern. 2. Peserta dibedakan menjadi Peserta Langsung dan Peserta Tidak Langsung. a. Peserta Langsung adalah Peserta yang dapat melakukan transaksi Sistem BI- RTGS secara langsung dengan menggunakan RTGS Terminal (RT) milik Peserta yang bersangkutan. b. Peserta Tidak Langsung adalah Peserta yang melakukan transaksi Sistem BI-RTGS melalui RT milik Peserta Langsung berdasarkan perjanjian. 3. Pada saat yang bersamaan, Peserta Tidak Langsung hanya dapat menggunakan RT milik satu Peserta Langsung dan didasarkan pada perjanjian sebagaimana dimaksud pada butir 2.b. 4. Calon Peserta dapat memilih untuk menjadi Peserta Langsung atau Peserta Tidak Langsung. Peserta Tidak Langsung dapat mengajukan permohonan untuk berubah menjadi Peserta Langsung dan sebaliknya. B. Persyaratan menjadi Peserta 1. Peserta Langsung Calon Peserta Langsung harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Memiliki Rekening Giro di Bank Indonesia. b. Menyediakan perangkat Sistem BI-RTGS, yang meliputi: 1) 1 (satu) buah RT Server Utama; 2) minimal 1 (satu) buah RT Server Back-up; 3) minimal 2 (dua) buah RT Workstation; 4) minimal 1 (satu) buah printer; 5) Systems Network Architecture (SNA) card untuk saluran komunikasi leased line dan SNA Server Software; 6) modem untuk saluran komunikasi dial up; 7) 2 (dua) nomor telepon untuk keperluan komunikasi Data Over Voice (DOV) dan dial up; dan 8) software sistem operasi untuk RT Server Utama, RT Server Back-up dan RT Workstation, sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh Penyelenggara. c. Khusus bagi calon Peserta yang merupakan Pihak Selain Bank, selain harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada butir 1.a dan butir 1.b, keikutsertaannya 93

106 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 keikutsertaannya sebagai Peserta juga didasarkan atas hasil kajian Bank Indonesia yang menyatakan bahwa keikutsertaan Pihak Selain Bank tersebut dalam Sistem BI-RTGS dapat memperlancar sistem pembayaran nasional. d. Menandatangani perjanjian penggunaan Sistem BI-RTGS antara Penyelenggara dengan Peserta Langsung dengan format sebagaimana dimaksud pada Lampiran 9.1 atau Lampiran Peserta Tidak Langsung Calon Peserta Tidak Langsung harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Memiliki Rekening Giro di Bank Indonesia. b. Menandatangani perjanjian penggunaan Sistem BI-RTGS antara Penyelenggara dengan Peserta Tidak Langsung dengan format sebagaimana dimaksud pada Lampiran 9.3 atau Lampiran 9.4. c. Melakukan perjanjian bilateral dengan Peserta Langsung yang memiliki RT yang akan digunakan oleh Peserta Tidak Langsung, yang sekurangkurangnya memuat klausula sebagai berikut: 1) Pengaturan hak dan kewajiban Peserta Langsung dan Peserta Tidak Langsung; 2) Tanggung jawab atas kerahasiaan dan/atau penyalahgunaan data dan informasi; 3) Mekanisme pelaksanaan transaksi baik dalam keadaan normal maupun pada saat terjadi kondisi gangguan atau Keadaan Darurat di Peserta Langsung; 4) Mekanisme penyelesaian perselisihan antara Peserta Langsung dan Peserta Tidak Langsung serta antara Peserta Tidak Langsung dengan Peserta Langsung/Peserta Tidak Langsung lawan transaksi; dan 5) Besarnya biaya penggunaan RT Peserta Langsung oleh Peserta Tidak Langsung; 6) Pernyataan bahwa perjanjian tersebut tidak bertentangan dengan ketentuan Bank Indonesia dan perjanjian sebagaimana dimaksud pada huruf b. d. Khusus untuk calon Peserta Tidak Langsung yang merupakan Unit Usaha Syariah (UUS), dalam hal UUS tersebut bermaksud untuk menggunakan RT Peserta Langsung Bank konvensionalnya maka klausula sebagaimana dimaksud pada butir c.1) sampai dengan butir c.6) dapat dituangkan dalam bentuk kesepakatan atau dokumen internal Bank. C. Tata Cara menjadi Peserta 1. Tata cara menjadi Peserta Langsung adalah sebagai berikut: a. Permohonan diajukan kepada: Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran c.q. Bagian Penyelenggaraan Setelmen Bank Indonesia, Gedung D Lantai 3 Jalan MH. Thamrin No. 2, Jakarta b. Khusus 94

107 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 b. Khusus bagi calon Peserta Langsung yang berkantor pusat di luar wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia (KPBI), permohonan tersebut diajukan melalui Kantor Bank Indonesia (KBI) yang mewilayahi kantor pusat calon Peserta. c. Permohonan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b harus dilengkapi dengan: 1) Informasi mengenai kesiapan persyaratan sebagaimana dimaksud pada butir B.1. 2) Fotokopi surat keputusan mengenai pemberian izin usaha. Contoh surat permohonan sebagaimana dimaksud pada Lampiran 9.5. d. Apabila calon Peserta Langsung telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada huruf a atau huruf b, dan huruf c, persetujuan menjadi Peserta Langsung akan disampaikan melalui surat yang memuat antara lain hal-hal sebagai berikut: 1) persetujuan menjadi Peserta Langsung; 2) nama dan nomor Rekening Giro serta member code; 3) permintaan pembuatan AT 1, AT 2 dan AT 3 dari RT Peserta untuk dipertukarkan dengan AT 4 dan AT 5 dari Penyelenggara; 4) permintaan kelengkapan administrasi berupa: a) Data kepesertaan sebagaimana dimaksud pada Lampiran 9.6. b) Surat kuasa khusus, dengan ketentuan sebagai berikut: (1) Surat kuasa khusus dibuat dengan 1 (satu) kali hak substitusi dari Direksi kepada pejabat atau petugas di kantor pusat dan/atau kantor cabang Peserta, yang berlaku untuk 1 (satu) kantor wilayah kerja Bank Indonesia, untuk melakukan: (a) (b) (c) penandatanganan Cek BI dan BGBI; penandatanganan surat menyurat dan/atau dokumen yang terkait dengan hubungan Rekening Giro Peserta dengan Bank Indonesia serta terkait dengan kepesertaan dan operasional dalam Sistem BI- RTGS; hal-hal antara lain sebagai berikut: i. pengambilan fisik uang yang terlebih dahulu telah dilakukan pendebetan Rekening Giro Peserta melalui Sistem BI-RTGS dan menandatangani surat menyurat dan/atau dokumen yang berkaitan dengan hal tersebut; ii. iii. pengambilan laporan dan/atau advis-advis yang terkait dengan Rekening Giro Peserta serta terkait dengan kepesertaan dan operasional dalam Sistem BI-RTGS; pengambilan buku Cek BI dan BGBI; iv. penyerahan 95

108 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 iv. penyerahan dan pengambilan AT; dan v. penyerahan dan pengambilan surat dan berbagai dokumen, baik berupa dokumen tertulis maupun dokumen elektronik, yang terkait dengan Rekening Giro Peserta serta terkait dengan kepesertaan dan operasional dalam Sistem BI-RTGS. (2) Jumlah pejabat atau petugas yang diberi kuasa ditetapkan maksimum sebagai berikut: (a) (b) (c) Jumlah pejabat penerima kuasa dan/atau kuasa substitusi dari Direksi untuk melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud pada butir (1)(a) sampai dengan butir (1)(c) dalam surat kuasa di atas: i. di KPBI: 10 (sepuluh) orang; dan ii. di masing-masing KBI: 5 (lima) orang. Petugas penerima kuasa dari pejabat sebagaimana dimaksud pada angka (1) atau Direksi untuk melakukan pengambilan fisik uang: i. di KPBI: sesuai ketentuan mengenai sistem antrian penarikan uang tunai (Queue Management System) di Direktorat Pengedaran Uang; dan ii. di masing-masing KBI: 10 (sepuluh) orang. Jumlah petugas pengambilan fisik uang termasuk petugas pihak ketiga yang ditunjuk untuk melakukan pengambilan fisik uang. Petugas penerima kuasa dari pejabat sebagaimana dimaksud pada angka (1) atau Direksi untuk melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud pada butir (1)(c)(i) sampai dengan butir (1)(c)(v) dalam surat kuasa di atas disesuaikan dengan keperluan Peserta. (3) Dalam hal terjadi perubahan penetapan jumlah maksimum pejabat atau petugas penerima kuasa, akan diinformasikan kepada calon Peserta melalui surat. (4) Hal-hal yang dikuasakan dalam surat kuasa sebagaimana dimaksud pada butir (1) dapat dituangkan dalam satu atau lebih surat kuasa sesuai dengan kebutuhan Peserta. Contoh surat kuasa sebagaimana tercantum dalam Lampiran 9.7 sampai dengan Lampiran c) Surat pemberitahuan wewenang Direksi dan apabila diperlukan menyertakan surat pemberitahuan perubahan Direksi dengan contoh sebagaimana tercantum dalam Lampiran d) Surat 96

109 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 d) Surat permohonan dari Direksi atau kuasanya untuk membuat spesimen tanda tangan bagi: (1) pejabat atau petugas yang diberi kuasa untuk melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud pada butir b)(1)(a), butir b)(1)(b) dan butir b)(1)(c); dan (2) petugas yang diberi kuasa untuk melakukan pengambilan fisik uang, khusus bagi calon Peserta yang berada di wilayah kerja KBI. Contoh surat permohonan sebagaimana dimaksud pada Lampiran 9.12 dan Lampiran e) Surat pemberitahuan mengenai nama dan jabatan Direksi atau pejabat yang akan melakukan penandatanganan perjanjian penggunaan Sistem BI-RTGS. Contoh surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada Lampiran Dalam hal penandatanganan perjanjian akan dilakukan oleh pejabat selain Direksi maka diperlukan surat kuasa dari Direksi dengan format sebagaimana dimaksud pada Lampiran f) Surat pemberitahuan persetujuan menjadi Peserta disampaikan paling lambat 1 (satu) bulan sejak permohonan dan dokumen pendukung secara lengkap diterima oleh Penyelenggara. e. Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b tidak disetujui, penolakan keikutsertaan dalam Sistem BI-RTGS akan disampaikan melalui surat kepada calon Peserta dengan menyebutkan alasan penolakan paling lambat 1 (satu) bulan sejak permohonan dan dokumen pendukung secara lengkap diterima oleh Penyelenggara. f. Dalam hal permohonan calon Peserta disetujui, Penyelenggara akan menyampaikan surat berisi informasi antara lain mengenai pelatihan, pemasangan jaringan komunikasi data leased line dan instalasi aplikasi RT. g. Berdasarkan surat persetujuan sebagaimana dimaksud pada huruf d, calon Peserta Langsung menyampaikan kelengkapan administrasi sebagai berikut: 1) Surat pemberitahuan AT 1, AT 2 dan AT 3 di dalam amplop tertutup dan bersegel dengan format sebagaimana dimaksud pada Lampiran 9.18; 2) Surat penyampaian kelengkapan administrasi sebagaimana dimaksud pada butir d.5); h. Penyampaian kelengkapan administrasi sebagaimana dimaksud pada butir d.5), dilakukan dengan tata cara sebagai berikut: 1) Bagi calon Peserta Langsung yang berkantor pusat di wilayah kerja KPBI surat disampaikan langsung kepada: Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran c.q. Bagian Penyelenggaraan Setelmen Bank Indonesia, Gedung D Lantai 3 Jalan 97

110 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta Surat kuasa pengambilan fisik uang disampaikan langsung kepada: Direktorat Pengedaran Uang Bagian Pengelolaan Uang Keluar (PgUK) Bank Indonesia Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta ) Bagi calon Peserta Langsung yang berkantor pusat di luar wilayah kerja KPBI: a) Data kepesertaan dan surat kuasa penandatanganan perjanjian serta surat pemberitahuan kewenangan Direksi ditujukan kepada Penyelenggara melalui KBI yang mewilayahi kantor pusat calon Peserta; b) surat yang berkaitan dengan kegiatan operasional Peserta di KBI yaitu: (1) surat kuasa khusus dengan satu kali hak substitusi dari Direksi kepada pejabat atau petugas di kantor cabang Peserta sebagaimana dimaksud pada butir d.5)b); (2) surat kuasa pejabat penerima kuasa substitusi, apabila diperlukan; (3) surat kuasa pengambilan fisik uang; (4) surat kuasa pengambilan laporan; dan/atau (5) surat permohonan pembuatan spesimen tanda tangan atau surat pernyataan spesimen tanda tangan, disampaikan kepada KBI yang mewilayahi kantor pusat calon Peserta. i. Penyelenggara menyampaikan AT 4 dan AT 5 kepada calon Peserta Langsung dalam amplop tertutup untuk diinput dalam RT. Penyampaian tersebut dilakukan melalui petugas calon Peserta yang diberi kuasa khusus oleh pejabat calon Peserta Langsung yang berwenang. Khusus untuk calon Peserta Langsung yang berkantor pusat di luar wilayah kerja KPBI, AT disampaikan melalui KBI yang mewilayahi kantor pusat Peserta. j. Penyelenggara menyampaikan informasi mengenai keikutsertaan Peserta baru kepada: 1) seluruh Peserta melalui fasilitas administrative message atau sarana lainnya apabila terdapat gangguan pada RCC sehingga Penyelenggara tidak dapat mengirimkan administrative message. 2) seluruh satuan kerja Bank Indonesia terkait dan instansi atau pihak yang berwenang dalam melakukan pengawasan terhadap Peserta. k. Bagi Peserta Langsung selain Bank, persyaratan kelengkapan administrasi yang harus dilengkapi sekurang-kurangnya meliputi dokumen sebagaimana dimaksud 98

111 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 dimaksud pada butir d.5)a), butir d.5)c), butir d.5)e) dan dokumen lain yang diperlukan sesuai dengan kepentingan Peserta. 2. Peserta Tidak Langsung Tatacara menjadi Peserta Tidak Langsung adalah sebagai berikut: a. Permohonan diajukan kepada : Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran c.q. Bagian Penyelenggaraan Setelmen Bank Indonesia, Gedung D Lantai 3 Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta b. Khusus bagi calon Peserta yang berkantor pusat di luar wilayah kerja KPBI, permohonan diajukan melalui KBI yang mewilayahi kantor pusat calon Peserta. c. Dalam surat permohonan tersebut calon Peserta menginformasikan dan menyampaikan: 1) alasan menjadi Peserta Tidak Langsung; 2) Peserta Langsung yang menyediakan RT untuk Peserta Tidak Langsung yang bersangkutan; 3) perjanjian antara Peserta Langsung dengan Peserta Tidak Langsung; dan 4) Prosedur operasional penggunaan RT, misalnya pelaksanaan transaksi oleh Peserta Tidak Langsung, apakah dilakukan di lokasi kantor Peserta Tidak Langsung yang secara sistem terhubung ke RT Peserta Langsung atau dilakukan di lokasi RT Peserta Langsung. Contoh surat permohonan sebagaimana dimaksud pada Lampiran d. Apabila calon Peserta telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada huruf B.2, persetujuan keikutsertaan dalam Sistem BI-RTGS akan disampaikan melalui surat kepada calon Peserta yang memuat antara lain hal-hal sebagai berikut: 1) persetujuan menjadi Peserta Tidak Langsung; 2) nama dan nomor Rekening Giro serta member code; 3) informasi pelatihan; 4) permintaan pembuatan AT 1, AT 2 dan AT 3 dari RT Peserta untuk dipertukarkan dengan AT 4 dan AT 5 dari Penyelenggara 5) permintaan kelengkapan administrasi berupa: a) Data kepesertaan sebagaimana tercantum pada Lampiran b) Perjanjian penggunaan RT yang telah ditandatangani Peserta Langsung dan Peserta Tidak Langsung. c) Surat kuasa khusus, dengan ketentuan sebagai berikut: (1) Surat kuasa dibuat dengan satu kali hak substitusi dari Direksi kepada pejabat atau petugas di kantor pusat dan/atau kantor cabang Peserta, yang berlaku untuk 1 (satu) 99

112 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 (satu) kantor wilayah kerja Bank Indonesia, untuk melakukan: (a) (b) (c) penandatanganan Cek BI dan BGBI; penandatanganan surat menyurat dan/atau dokumen yang terkait dengan hubungan Rekening Giro Peserta dengan Bank Indonesia serta terkait dengan kepesertaan dan operasional dalam Sistem BI- RTGS; hal-hal sebagai berikut: i. pengambilan fisik uang yang terlebih dahulu telah dilakukan pendebetan Rekening Giro Peserta melalui Sistem BI-RTGS oleh Bank Indonesia dan menandatangani surat menyurat dan/atau dokumen yang berkaitan dengan hal tersebut; ii. iii. iv. pengambilan laporan dan/atau advis-advis yang terkait dengan Rekening Giro Peserta serta terkait dengan kepesertaan dan operasional dalam Sistem BI-RTGS; pengambilan buku Cek BI dan BGBI; penyerahan dan pengambilan AT; dan v. penyerahan dan pengambilan surat dan berbagai dokumen, baik berupa dokumen tertulis maupun dokumen elektronik, yang terkait dengan Rekening Giro Peserta serta terkait dengan kepesertaan dan operasional dalam Sistem BI-RTGS. (2) Jumlah pejabat atau petugas yang diberi kuasa ditetapkan maksimum sebagai berikut: (a) (b) Jumlah pejabat penerima kuasa dan/atau kuasa substitusi dari Direksi untuk melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud pada angka (1) dalam surat kuasa di atas: i. di KPBI: 10 (sepuluh) orang; dan ii. di masing-masing KBI: 5 (lima) orang. Petugas penerima kuasa dari pejabat sebagaimana dimaksud pada angka (1) atau Direksi untuk melakukan pengambilan fisik uang: i. di KPBI: sesuai sistem antrian penarikan uang tunai (Queue Management System) di Direktorat Pengedaran Uang;dan ii. di masing-masing KBI: 10 (sepuluh) orang. Jumlah 100

113 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 (c) Jumlah petugas pengambilan fisik uang termasuk petugas pihak ketiga yang ditunjuk untuk melakukan pengambilan fisik uang. Petugas penerima kuasa dari pejabat sebagaimana dimaksud pada angka (1) atau Direksi untuk melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud pada butir (1)(c) dalam surat kuasa di atas sesuai kepentingan Peserta. (3) Dalam hal terjadi perubahan penetapan jumlah maksimum pejabat atau petugas penerima kuasa, akan diinformasikan kepada calon Peserta melalui surat. (4) Hal-hal yang dikuasakan dalam surat kuasa sebagaimana dimaksud pada angka (1) dapat dituangkan dalam 1 (satu) atau lebih surat kuasa sesuai dengan kepentingan Peserta. Contoh surat kuasa sebagaimana dimaksud pada Lampiran 9.9, Lampiran 9.10, Lampiran 9.21 dan Lampiran d) Surat pemberitahuan perubahan Direksi dengan contoh sebagaimana dimaksud pada Lampiran 9.23, apabila diperlukan. e) Surat permohonan dari Direksi atau kuasanya untuk membuat spesimen tanda tangan bagi: (1) pejabat atau petugas yang diberi kuasa untuk melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud pada butir c)(1); serta (2) petugas yang diberi kuasa untuk melakukan pengambilan fisik uang, khusus bagi calon Peserta yang berada di wilayah kerja KBI. Contoh surat permohonan sebagaimana dimaksud pada Lampiran 9.12 dan Lampiran Dalam hal pejabat atau petugas penerima kuasa telah memiliki spesimen tanda tangan di Bank Indonesia yang telah ditatausahakan di Bank Indonesia, maka calon Peserta wajib membuat surat pernyataan dari Direksi atau kuasanya yang menyatakan bahwa spesimen tanda tangan dari pejabat atau petugas penerima kuasa tersebut yang telah ditatausahakan di Bank Indonesia masih berlaku. Contoh surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada Lampiran 9.14 dan Lampiran f) Surat pemberitahuan mengenai nama dan jabatan Direksi atau pejabat yang akan melakukan penandatanganan perjanjian penggunaan Sistem BI-RTGS. Contoh surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada Lampiran Dalam hal penandatanganan perjanjian akan dilakukan oleh pejabat selain Direksi maka diperlukan surat kuasa dari Direksi dengan format sebagaimana dimaksud pada Lampiran g) Surat 101

114 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 g) Surat pemberitahuan persetujuan menjadi Peserta disampaikan paling lambat 1 (satu) bulan sejak permohonan dan dokumen pendukung secara lengkap diterima oleh Penyelenggara. e. Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b tidak disetujui, penolakan keikutsertaan dalam Sistem BI-RTGS akan disampaikan melalui surat kepada calon Peserta dengan menyebutkan alasan penolakan paling lambat 1 (satu) bulan sejak dokumen diterima lengkap oleh Penyelenggara. f. Berdasarkan surat persetujuan sebagaimana dimaksud pada huruf d, calon Peserta menyampaikan kelengkapan administrasi sebagaimana dimaksud pada butir d.5). g. Penyampaian kelengkapan administrasi sebagaimana dimaksud pada butir d.5), dilakukan dengan tata cara sebagai berikut: 1) Bagi calon Peserta yang berkantor pusat di wilayah kerja KPBI, surat disampaikan langsung kepada : Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran c.q. Bagian Penyelenggaraan Setelmen Bank Indonesia, Gedung D Lantai 3 Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta Surat kuasa pengambilan fisik uang disampaikan langsung kepada: Direktorat Pengedaran Uang Bagian Pengelolaan Uang Keluar (PgUK) Bank Indonesia Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta ) Bagi calon Peserta yang berkantor pusat di luar wilayah kerja KPBI: a) Data kepesertaan dan surat kuasa perjanjian serta surat pemberitahuan kewenangan Direksi ditujukan kepada Penyelenggara melalui KBI yang mewilayahi kantor pusat calon Peserta; b) surat yang berkaitan dengan kegiatan operasional Peserta di KBI yaitu: (1) surat kuasa khusus dengan 1 (satu) kali hak substitusi dari Direksi kepada pejabat atau petugas di kantor cabang Peserta sebagaimana dimaksud pada butir d.5)c); (2) surat kuasa pejabat penerima kuasa substitusi apabila diperlukan; (3) surat kuasa pengambilan fisik uang; (4) surat kuasa pengambilan laporan; dan/atau (5) surat permohonan pembuatan spesimen tanda tangan atau surat pernyataan spesimen tanda tangan, disampaikan 102

115 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 disampaikan kepada KBI yang mewilayahi kantor pusat calon Peserta. h. Penyelenggara menginformasikan kepada: 1) seluruh Peserta melalui fasilitas administrative message atau sarana lainnya apabila terdapat gangguan pada RCC sehingga Penyelenggara tidak dapat mengirimkan administrative message segera setelah Penyelenggara menyetujui permintaan tertulis dari instansi atau pihak yang berwenang dalam melakukan pengawasan terhadap Peserta. 2) seluruh satuan kerja terkait dan instansi atau pihak yang berwenang dalam melakukan pengawasan terhadap Peserta. i. Bagi Peserta Tidak Langsung selain Bank, persyaratan kelengkapan administrasi yang harus dilengkapi sekurang-kurangnya meliputi dokumen sebagaimana dimaksud pada butir d.5)a), butir d.5)b), butir d.5)d) dan dokumen lain yang diperlukan sesuai dengan kepentingan Peserta. D. Tata Cara Perubahan Kepesertaan 1. Perubahan dari Peserta Tidak Langsung menjadi Peserta Langsung Tata cara perubahan Peserta Tidak Langsung menjadi Peserta Langsung adalah sebagai berikut: a. Peserta Tidak Langsung mengajukan surat permohonan kepada: Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran c.q. Bagian Penyelenggaraan Setelmen Bank Indonesia, Gedung D Lantai 3 Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta Khusus bagi Peserta Tidak Langsung yang berkantor pusat di luar wilayah kerja KPBI, surat permohonan diajukan melalui KBI yang mewilayahi kantor pusat Peserta Tidak Langsung. Dalam surat tersebut Peserta Tidak Langsung menginformasikan pemenuhan persyaratan untuk menjadi Peserta Langsung sebagaimana dimaksud pada butir B.1. Contoh surat permohonan sebagaimana dimaksud pada Lampiran 9.5. b. Dalam hal Peserta Tidak Langsung telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada butir B.1, Penyelenggara menyampaikan surat kepada Peserta Tidak Langsung yang memuat hal-hal sebagai berikut: 1) persetujuan menjadi Peserta Langsung; 2) informasi pelatihan, pemasangan jaringan komunikasi data leased line dan instalasi aplikasi RT; 3) permintaan pembuatan AT 1, AT 2, dan AT 3 di RT Peserta sesuai dengan Buku Pedoman Teknis Sistem BI-RTGS yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia secara terpisah dari Surat Edaran ini, untuk dipertukarkan dengan AT 4 dan AT 5 di Penyelenggara. Pertukaran AT akan dilakukan pada saat menjelang pelaksanaan perubahan status kepesertaan dari Peserta Tidak Langsung menjadi Peserta Langsung; 4) permintaan 103

116 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari ) permintaan kelengkapan administrasi sebagaimana dimaksud pada butir C.1.d.5) huruf a) sampai dengan e). Surat pemberitahuan tersebut disampaikan paling lambat 1 (satu) bulan sejak permohonan dan dokumen pendukung secara lengkap diterima oleh Penyelenggara. c. Berdasarkan surat persetujuan sebagaimana dimaksud pada huruf b, Peserta menyampaikan hal-hal sebagai berikut: 1) Data kepesertaan; 2) Surat penyampaian AT 1, AT 2, dan AT 3 di dalam amplop tertutup dan bersegel dengan format surat sebagaimana tercantum dalam Lampiran 9.18; 3) Surat penyampaian kelengkapan administrasi sebagaimana dimaksud pada butir b.4); 4) Surat penyampaian tembusan berita acara pemasangan jaringan komunikasi data leased line, pelaksanaan instalasi aplikasi RT dan pelatihan operasional. d. Penyampaian surat sebagaimana dimaksud pada huruf c, dilakukan dengan tata cara sebagai berikut: 1) Bagi Peserta Tidak Langsung yang berkantor pusat di wilayah kerja KPBI, surat disampaikan kepada : Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran c.q. Bagian Penyelenggaraan Setelmen Bank Indonesia, Gedung D Lantai 3 Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta Khusus untuk surat kuasa pengambilan fisik uang disampaikan langsung kepada: Direktorat Pengedaran Uang Bagian Pengelolaan Uang Keluar (PqUK), Bank Indonesia, Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta ) Bagi Peserta Tidak Langsung yang berkantor pusat di luar wilayah kerja KPBI: a) Data kepesertaan, surat kuasa penandatanganan perjanjian dan AT ditujukan kepada Penyelenggara melalui KBI yang mewilayahi kantor pusat Peserta; b) surat yang berkaitan dengan kegiatan operasional Peserta di KBI yaitu: (1) surat kuasa khusus dengan 1 (satu) kali hak substitusi dari Direksi kepada pejabat atau petugas di kantor cabang Peserta sebagaimana dimaksud pada butir C.1.d.5)b); (2) surat 104

117 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 (2) surat kuasa pejabat penerima kuasa substitusi apabila diperlukan; (3) surat kuasa pengambilan fisik uang; (4) surat kuasa pengambilan laporan; dan/atau (5) surat pernyataan spesimen tanda tangan, disampaikan kepada KBI yang mewilayahi kantor pusat calon Peserta. e. Penyelenggara menyampaikan AT 4 dan AT 5 kepada Peserta dalam amplop tertutup untuk di-input melalui RT Peserta. Khusus untuk Peserta yang berkantor pusat di luar wilayah kerja KPBI, AT disampaikan melalui KBI yang mewilayahi kantor pusat Peserta. f. Keikutsertaan Peserta yang bersangkutan dalam Sistem BI-RTGS diberitahukan kepada seluruh Peserta melalui fasilitas administrative message atau sarana lainnya apabila terdapat gangguan pada RCC. 2. Perubahan dari Peserta Langsung menjadi Peserta Tidak Langsung Tata cara perubahan Peserta Langsung menjadi Peserta Tidak Langsung adalah sebagai berikut: a. Peserta Langsung mengajukan surat permohonan kepada: Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran c.q. Bagian Penyelenggaraan Setelmen Bank Indonesia, Gedung D Lantai 3 Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta Khusus bagi Peserta Langsung yang berkantor pusat di luar wilayah kerja KPBI, surat permohonan diajukan melalui KBI yang mewilayahi kantor pusat Peserta Langsung. Dalam surat tersebut Peserta Langsung menyampaikan: 1) alasan perubahan menjadi Peserta Tidak Langsung; 2) Peserta Langsung yang menyediakan RT untuk Peserta Tidak Langsung yang bersangkutan; 3) konsep perjanjian antara Peserta Langsung dengan Peserta Tidak Langsung; dan 4) Prosedur operasional penggunaan RT, misalnya pelaksanaan transaksi oleh Peserta Tidak Langsung, apakah dilakukan di RT Peserta Tidak Langsung atau dilakukan di lokasi RT Peserta Langsung. Contoh surat permohonan sebagaimana dimaksud pada Lampiran b. Apabila calon Peserta telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a, persetujuan keikutsertaan dalam Sistem BI-RTGS akan disampaikan melalui surat kepada Peserta Langsung yang memuat antara lain hal-hal sebagai berikut: 1) persetujuan menjadi Peserta Tidak Langsung; 2) informasi 105

118 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari ) informasi mengenai pemutusan jaringan komunikasi data leased line yang menghubungkan RT Peserta Langsung dengan RCC oleh Penyelenggara; 3) permintaan kelengkapan administrasi berupa: a) Data kepesertaan sebagaimana dimaksud pada Lampiran 9.20; b) Perjanjian penggunaan RT yang telah ditandatangani Peserta Langsung dan Peserta Tidak Langsung; c) Surat kuasa khusus sebagaimana dimaksud pada butir C.2.d.5)c); d) Surat pemberitahuan perubahan Direksi dengan contoh sebagaimana dimaksud pada Lampiran 9.23, apabila diperlukan; dan e) Surat permohonan dari Direksi atau kuasanya untuk membuat spesimen tanda tangan bagi: (1) pejabat atau petugas yang diberi kuasa untuk melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud pada butir C.2.d.5)c); serta (2) petugas yang diberi kuasa untuk melakukan pengambilan fisik uang, khusus bagi calon Peserta yang berada di wilayah kerja KBI. Contoh surat permohonan sebagaimana dimaksud pada Lampiran 9.12 dan Lampiran Dalam hal pejabat atau petugas penerima kuasa telah memiliki spesimen tanda tangan sebagai Peserta Langsung yang telah ditatausahakan di Bank Indonesia, maka calon Peserta Tidak Langsung wajib membuat surat pernyataan dari Direksi atau kuasanya yang menyatakan bahwa spesimen tanda tangan dari pejabat atau petugas penerima kuasa tersebut yang telah ditatausahakan di Bank Indonesia masih berlaku. Contoh surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada Lampiran 9.14 dan Lampiran f) Surat pemberitahuan mengenai nama dan jabatan Direksi atau pejabat yang akan melakukan penandatanganan perjanjian penggunaan Sistem BI-RTGS sebagaimana dimaksud pada Lampiran Dalam hal penandatanganan perjanjian akan dilakukan oleh pejabat selain Direksi maka diperlukan surat kuasa dari Direksi dengan format sebagaimana dimaksud pada Lampiran g) Surat pemberitahuan persetujuan menjadi Peserta Tidak Langsung disampaikan paling lambat 1 (satu) bulan sejak permohonan dan dokumen pendukung secara lengkap diterima oleh Penyelenggara. c. Dalam 106

119 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 c. Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b tidak disetujui, penolakan perubahan menjadi Peserta Tidak Langsung akan disampaikan melalui surat kepada calon Peserta Tidak Langsung dengan menyebutkan alasan penolakan paling lambat 1 (satu) bulan sejak dokumen diterima lengkap oleh Penyelenggara. d. Berdasarkan surat persetujuan sebagaimana dimaksud pada huruf b, calon Peserta Tidak Langsung menyampaikan kelengkapan administrasi sebagaimana dimaksud pada butir b.3). e. Penyampaian kelengkapan administrasi sebagaimana dimaksud pada huruf d, dilakukan dengan tata cara sebagai berikut: 1) Bagi calon Peserta Tidak Langsung yang berkantor pusat di wilayah kerja KPBI, surat disampaikan langsung kepada : Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran c.q. Bagian Penyelenggaraan Setelmen Bank Indonesia, Gedung D Lantai 3 Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta Surat kuasa pengambilan fisik uang disampaikan langsung kepada: Direktorat Pengedaran Uang Bagian Pengelolaan Uang Keluar (PgUK) Bank Indonesia Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta ) Bagi calon Peserta Tidak Langsung yang berkantor pusat di luar wilayah kerja KPBI: a) surat kuasa penandantanganan perjanjian serta surat pemberitahuan kewenangan Direksi ditujukan kepada Penyelenggara melalui KBI yang mewilayahi kantor pusat calon Peserta; b) surat yang berkaitan dengan kegiatan operasional Peserta Tidak Langsung di KBI yaitu: (1) surat kuasa khusus dengan 1 (satu) kali hak substitusi dari Direksi kepada pejabat atau petugas di kantor cabang Peserta sebagaimana dimaksud pada butir b.3)c); (2) surat kuasa pejabat penerima kuasa substitusi apabila diperlukan; (3) surat kuasa pengambilan fisik uang; (4) surat kuasa pengambilan laporan; dan/atau (5) surat permohonan pembuatan spesimen tanda tangan atau surat penyataan spesimen tanda tangan, disampaikan kepada KBI yang mewilayahi kantor pusat calon Peserta. f. Penyelenggara 107

120 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 f. Penyelenggara menginformasikan perubahan menjadi Peserta Tidak Langsung ini kepada: 1) seluruh Peserta melalui fasilitas administrative message atau sarana lainnya apabila terdapat gangguan pada RCC sehingga Penyelenggara tidak dapat mengirimkan administrative message segera setelah Penyelenggara menyetujui permintaan tertulis dari instansi atau pihak yang berwenang dalam melakukan pengawasan terhadap Peserta; dan 2) seluruh satuan kerja terkait dan instansi atau pihak yang berwenang dalam melakukan pengawasan terhadap Peserta. 3. Status Kepesertaan dan Perubahan Status Kepesertaan a. Status Kepesertaan Status kepesertaan dalam Sistem BI-RTGS dibedakan menjadi: 1) Aktif (active) Peserta dengan status kepesertaan aktif (active) dapat melakukan halhal sebagai berikut: a) Mengirim transfer; b) Menerima transfer; dan c) Melakukan seluruh fungsi lainnya dalam RT antara lain system, utilities, audit trail, enquiry, administrative message, database maintenance dan queue management. 2) Ditangguhkan (suspend) Peserta dengan status kepesertaan ditangguhkan (suspend) dapat menerima transfer dan melakukan seluruh fungsi lainnya dalam RT kecuali mengirim transfer. Selama Peserta berstatus ditangguhkan (suspend), dana yang diterima Peserta tidak dapat digunakan untuk menyelesaikan transaksi yang berada dalam Sistem Antrian. 3) Dibekukan (freeze) Peserta dengan status kepesertaan dibekukan (freeze) hanya dapat melakukan enquiry untuk melihat semua atau beberapa transaksi tertentu yang telah dibuat, diubah, ditolak, dibatalkan, dan disetujui, serta transaksi yang masih belum diselesaikan (pending) atau telah diselesaikan pada RCC atau RT, dan transaksi titipan (warehouse). 4) Ditutup (close) Peserta dengan status kepesertaan ditutup (close) terjadi karena adanya perubahan status sebagaimana dijelaskan pada huruf b. b. Perubahan Status Kepesertaan 1) Alasan perubahan status kepesertaan dari aktif (active) menjadi ditangguhkan (suspend): a) Rekening Giro Peserta di Bank Indonesia bersaldo negatif sampai dengan waktu tutup Sistem BI-RTGS (cut-off time); dan/atau b) Adanya 108

121 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 b) Adanya permintaan tertulis dari instansi atau pihak yang berwenang dalam melakukan pengawasan terhadap Peserta yang didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut: (1) Adanya pelanggaran terhadap peraturan perundangundangan di bidang perbankan, sistem pembayaran, atau peraturan perundang-undangan yang terkait dengan Pihak Selain Bank, serta ketentuan internal Peserta; dan/atau (2) Tindakan preventif terhadap kemungkinan terjadinya risiko yang dapat membahayakan kelangsungan usaha Peserta yang bersangkutan dan/atau sistem perbankan. Yang dimaksud tindakan preventif antara lain pembekuan kegiatan usaha oleh instansi yang berwenang di bidang perbankan. Untuk Bank, instansi yang berwenang melakukan pengawasan terhadap Peserta yaitu Bank Indonesia. 2) Perubahan status dari aktif (active) menjadi ditangguhkan (suspend) dan sebaliknya, yang disebabkan oleh Rekening Giro Peserta di Bank Indonesia bersaldo negatif sampai dengan waktu tutup Sistem BI- RTGS (cut-off time), berlaku tata cara sebagai berikut: a) Dalam hal Rekening Giro Peserta bersaldo negatif sampai dengan waktu tutup Sistem BI-RTGS (cut-off time) maka pada awal hari kerja berikutnya saat buka Sistem BI-RTGS (RCC open) status kepesertaan secara otomatis akan berubah menjadi ditangguhkan (suspend). b) Perubahan kepesertaan sebagaimana tersebut di atas diberitahukan kepada: (1) seluruh Peserta melalui fasilitas administrative message atau sarana lainnya apabila terdapat gangguan pada RCC sehingga Penyelenggara tidak dapat mengirimkan administrative message, pada pukul WIB pada hari diberlakukannya perubahan status kepesertaan tersebut; dan (2) seluruh satuan kerja terkait dan instansi atau pihak yang berwenang dalam melakukan pengawasan terhadap Peserta. c) Dalam hal Rekening Giro Peserta di Bank Indonesia tidak lagi bersaldo negatif, maka akan dilakukan perubahan status kepesertaan menjadi aktif (active) dan perubahan tersebut diberitahukan kepada pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada huruf b). 3) Perubahan status kepesertaan dari aktif (active) menjadi ditangguhkan (suspend) dan sebaliknya, yang didasarkan pada permintaan tertulis dari instansi atau pihak yang berwenang dalam melakukan pengawasan 109

122 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 pengawasan terhadap Peserta dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a) Penyelenggara melakukan perubahan status kepesertaan sesuai dengan permintaan instansi yang berwenang dimaksud; dan b) Penyelenggara menginformasikan kepada: (1) seluruh Peserta melalui fasilitas administrative message atau sarana lainnya apabila terdapat gangguan pada RCC sehingga Penyelenggara tidak dapat mengirimkan administrative message segera setelah Penyelenggara menyetujui permintaan tertulis dari instansi atau pihak yang berwenang dalam melakukan pengawasan terhadap Peserta; dan (2) seluruh satuan kerja terkait dan instansi atau pihak yang berwenang dalam melakukan pengawasan terhadap Peserta. 4) Perubahan status kepesertaan dari aktif (active) menjadi dibekukan (freeze) dikarenakan adanya permintaan tertulis dari instansi atau pihak yang berwenang dalam melakukan pengawasan terhadap Peserta, yang didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut: a) Adanya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang perbankan, sistem pembayaran, atau peraturan perundang-undangan yang terkait dengan Pihak Selain Bank, serta ketentuan internal Peserta; dan/atau b) Tindakan preventif terhadap kemungkinan terjadinya risiko yang dapat membahayakan kelangsungan usaha Peserta yang bersangkutan dan/atau sistem perbankan. Yang dimaksud tindakan preventif antara lain pembekuan kegiatan usaha oleh instansi yang berwenang di bidang perbankan. 5) Perubahan status kepesertaan dari aktif (active) menjadi dibekukan (freeze) dan sebaliknya, dilakukan sesuai dengan ketentuan pada angka 3). 6) Peserta dengan status ditangguhkan (suspend) dan dibekukan (freeze) sebagaimana dimaksud pada angka 3) dan 4) dapat diubah menjadi Peserta aktif (active) apabila terdapat permintaan tertulis dari instansi atau pihak yang berwenang dalam melakukan pengawasan terhadap Peserta untuk mengubah status kepesertaan tersebut. 7) Alasan perubahan status kepesertaan menjadi ditutup (close) didasarkan pada hal-hal sebagai berikut: a) Untuk Bank sebagai Peserta: (1) Adanya permintaan tertulis dari instansi atau pihak yang berwenang dalam melakukan pengawasan terhadap Bank tersebut, yang didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut: (a) Adanya 110

123 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 (a) (b) (c) Adanya pelanggaran terhadap peraturan perundangundangan di bidang perbankan, sistem pembayaran dan/atau ketentuan internal Peserta; Tindakan preventif terhadap kemungkinan terjadinya risiko yang dapat membahayakan kelangsungan usaha Peserta yang bersangkutan dan/ atau sistem perbankan; dan/atau Keputusan mengenai merger, konsolidasi, atau pencabutan izin usaha Bank karena self-liquidation. (2) Adanya keputusan pencabutan izin usaha Bank. b) Untuk Peserta Selain Bank, adanya permintaan tertulis dari Peserta selain Bank tersebut, instansi atau pihak yang berwenang dalam melakukan pengawasan terhadap Peserta Selain Bank dengan menyampaikan permohonan perubahan status kepesertaan kepada Penyelenggara, dengan menyebutkan alasan perubahan status tersebut. 8) Dalam hal Peserta berubah status menjadi ditutup (close), Penyelenggara melakukan hal-hal sebagai berikut: a) Memindahkan saldo Rekening Giro Peserta ke rekening lain di Bank Indonesia atau rekening lain yang ditetapkan oleh Peserta yang bersangkutan; b) Mengubah status kepesertaan menjadi ditutup (close) setelah Rekening Giro Peserta bersaldo nihil; dan c) Memberitahukan perubahan status kepesertaan kepada: (1) Peserta yang bersangkutan melalui surat; (2) seluruh Peserta melalui fasilitas administrative message atau sarana lainnya apabila terdapat gangguan pada RCC sehingga Penyelenggara tidak dapat mengirimkan administrative message, bersamaan dengan diberlakukannya perubahan status kepesertaan tersebut; dan (3) seluruh satuan kerja terkait di Bank Indonesia dan instansi atau pihak yang berwenang dalam melakukan pengawasan terhadap Peserta. c. Perubahan kepesertaan karena merger, konsolidasi, pemisahan dan adanya permintaan tertulis dari Peserta khusus untuk Peserta Selain Bank atau pihak yang berwenang melakukan pengawasan terhadap Peserta Selain Bank 1) Perubahan kepesertaan karena merger Dalam hal terdapat Bank Peserta yang akan melakukan merger, berlaku tata cara sebagai berikut: a) Setiap Bank Peserta merger menyampaikan surat kepada : Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran c.q. Bagian Penyelenggaraan Setelmen Bank 111

124 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 Bank Indonesia, Gedung D Lantai 3 Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta Surat tersebut berisi: (1) Pemindahan saldo Rekening Giro Bank Peserta merger ke Rekening Giro Bank Peserta hasil merger; (2) Permohonan penutupan Rekening Giro dan permintaan penghentian kepesertaan Sistem BI-RTGS; (3) Pengalihan hak dan kewajiban dari Bank Peserta merger kepada Rekening Giro Bank tertentu yang ditetapkan sebagai Bank Peserta hasil merger; (4) Waktu pelaksanaan merger; (5) Pencabutan spesimen tanda tangan seluruh pejabat yang berwenang dari Bank Peserta merger. Format surat sebagaimana dimaksud pada Lampiran Surat tersebut disampaikan dengan melampirkan fotokopi surat keputusan izin merger dari Bank Indonesia dengan dilampiri fotokopi akta perubahan Anggaran Dasar yang dilegalisasi oleh Direksi/notaris. b) Bank Peserta hasil merger menyampaikan surat pemberitahuan merger yang dilampiri dengan surat pernyataan merger kepada: Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran c.q. Bagian Penyelenggaraan Setelmen Bank Indonesia, Gedung D Lantai 3 Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta (1) Surat Pemberitahuan merger memuat informasi antara lain: (a) Bank Peserta merger; (b) waktu pelaksanaan pemindahan saldo, penutupan Rekening Giro dan penghentian kepesertaan dalam Sistem BI-RTGS dari Bank Peserta merger; serta (c) informasi mengenai pemberitahuan merger yang dimuat dalam surat kabar nasional. (2) Surat Pernyataan antara lain memuat pernyataan: (a) (b) (c) pengambilalihan hak dan kewajiban Bank Peserta merger terhitung sejak tanggal legal merger; pemberlakuan spesimen tanda tangan untuk Bank Peserta hasil merger dan penegasan status spesimen Bank Peserta merger;dan pengambilalihan tanggung jawab operasional Bank Peserta merger karena adanya perbedaan tanggal legal merger dan operational merger. Format 112

125 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 Format surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada Lampiran 9.25 dan Lampiran Surat tersebut disampaikan dengan disertai fotocopy akta merger dan fotocopy surat persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia yang dilegalisasi oleh Direksi/penerima kuasa/pihak yang berwenang, fotocopy Surat Keputusan Bank Indonesia tentang merger dan perkiraan jangka waktu pelaksanaan merger. c) Berdasarkan surat dari Bank Peserta Hasil merger sebagaimana dimaksud pada huruf b), Penyelenggara memberitahukan kepada seluruh Peserta melalui fasilitas administrative message atau sarana lainnya apabila terdapat gangguan pada RCC mengenai telah disetujuinya merger beserta perkiraan jangka waktu pelaksanaan merger. d) Setiap Bank Peserta merger memindahkan saldo Rekening Gironya ke Rekening Giro Bank Peserta Hasil merger melalui RT Peserta sesuai dengan jadwal operational merger. e) Setelah Rekening Giro Bank Peserta merger bersaldo nihil, status Bank Peserta merger diubah menjadi ditutup (close). f) Pemberitahuan penghentian kepesertaan Sistem BI-RTGS dan penutupan Rekening Giro Bank Peserta merger disampaikan oleh Penyelenggara melalui surat kepada Bank Peserta hasil merger. g) Penghentian kepesertaan Bank Peserta merger dari Sistem BI- RTGS dan penutupan Rekening Giro diberitahukan kepada seluruh Peserta melalui fasilitas administrative message atau sarana lainnya apabila terdapat gangguan pada RCC. h) Dengan adanya perubahan kepesertaan karena merger, maka perjanjian penggunaan Sistem BI-RTGS yang telah ditandatangani oleh Penyelenggara dan Peserta yang menjadi Peserta hasil merger diberlakukan sebagai perjanjian antara Penyelenggara dengan Peserta hasil merger. 2) Perubahan Kepesertaan karena Konsolidasi Dalam hal terdapat Bank Peserta yang akan melakukan konsolidasi, berlaku tata cara sebagai berikut: a) Bank Peserta hasil konsolidasi menyampaikan surat kepada: Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran c.q. Bagian Penyelenggaraan Setelmen Bank Indonesia, Gedung D Lantai 3 Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta Surat tersebut berisi: (1) Permohonan pembukaan Rekening Giro Bank Peserta hasil konsolidasi dengan melampirkan dokumen-dokumen sebagaimana 113

126 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 sebagaimana dimaksud pada ketentuan yang mengatur mengenai Hubungan Rekening Giro antara Bank Indonesia dengan Pihak Ekstern; (2) Permohonan kepesertaan dalam Sistem BI-RTGS dengan melampirkan dokumen-dokumen sebagaimana dimaksud pada huruf B mengenai persyaratan menjadi Peserta serta sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia mengenai Hubungan Rekening Giro antara Bank Indonesia dengan Pihak Ekstern; (3) Pernyataan pengambilalihan hak dan kewajiban Bank Peserta konsolidasi; dan (4) Waktu pelaksanaan konsolidasi. Format surat sebagaimana dimaksud pada Lampiran b) Setiap Bank Peserta konsolidasi menyampaikan surat kepada: Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran c.q. Bagian Penyelenggaraan Setelmen Bank Indonesia, Gedung D Lantai 3 Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta Surat tersebut memuat permohonan atau permintaan untuk: (1) menutup Rekening Giro Peserta; (2) menghentikan kepesertaan dalam Sistem BI-RTGS; (3) mencabut spesimen tanda tangan pejabat penerima kuasa Direksi; dan (4) mengalihkan hak dan kewajiban dari seluruh Bank Peserta konsolidasi kepada Rekening Giro Bank Peserta hasil konsolidasi. Format surat sebagaimana dimaksud pada Lampiran Surat tersebut disampaikan dengan melampirkan fotokopi surat keputusan izin konsolidasi dari instansi yang berwenang. c) Penyelenggara menyampaikan surat kepada Bank Peserta hasil konsolidasi yang memuat hal-hal sebagaimana dimaksud pada butir C.1.d. d) Berdasarkan surat dari Bank Peserta hasil konsolidasi sebagaimana dimaksud pada huruf b), Penyelenggara memberitahukan kepada seluruh Peserta melalui fasilitas administrative message atau sarana lainnya apabila terdapat gangguan pada RCC mengenai telah disetujuinya konsolidasi, perkiraan jangka waktu pelaksanaan konsolidasi dan nama, nomor, serta member code Bank Peserta hasil konsolidasi. e) Bank Peserta konsolidasi memindahkan saldo Rekening Giro ke Rekening Giro Bank hasil konsolidasi melalui RT Peserta yang bersangkutan. f) Setelah 114

127 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 f) Setelah Rekening Giro Bank Peserta konsolidasi bersaldo nihil, status Bank Peserta konsolidasi diubah menjadi ditutup (close). g) Pemberitahuan penghentian kepesertaan Sistem BI-RTGS dan penutupan Rekening Giro Bank Peserta konsolidasi disampaikan oleh Penyelenggara melalui surat kepada Bank Peserta konsolidasi. h) Penutupan Rekening Giro dan penghentian kepesertaan Bank Peserta konsolidasi dari Sistem BI-RTGS diberitahukan kepada seluruh Peserta melalui fasilitas administrative message atau sarana lainnya apabila terdapat gangguan pada RCC. i) Dengan adanya perubahan karena konsolidasi, Bank Peserta hasil konsolidasi harus menandatangani perjanjian penggunaan Sistem BI-RTGS yang baru. Perjanjian antara Penyelenggara dan seluruh Peserta yang mengalami perubahan karena konsolidasi menjadi berakhir. 3) Perubahan Kepesertaan karena Pemisahan Dalam hal terdapat Bank Peserta yang akan melakukan pemisahan, berlaku tata cara sebagai berikut: a) Bank Peserta yang akan melakukan pemisahan menyampaikan surat pemberitahuan kepada: Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran c.q. Bagian Penyelenggaraan Setelmen Bank Indonesia, Gedung D Lantai 3 Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta Surat tersebut berisi penjelasan mengenai rencana pelaksanaan pemisahan, antara lain tanggal pelaksanaan pemisahan. b) Dalam hal Bank hasil pemisahan bermaksud untuk menjadi Peserta Sistem BI-RTGS, maka Bank tersebut harus memenuhi persyaratan menjadi Peserta sebagaimana dimaksud pada huruf B dan mengajukan permohonan menjadi Peserta sebagaimana dimaksud pada huruf C. 4) Perubahan kepesertaan karena adanya permintaan tertulis dari instansi atau pihak yang berwenang dalam melakukan pengawasan terhadap Peserta Selain Bank. Dalam hal instansi atau pihak yang berwenang dalam melakukan pengawasan terhadap Peserta Selain Bank mengajukan permintaan menjadi ditutup (close), berlaku tata cara sebagai berikut: a) Instansi atau pihak yang berwenang dalam melakukan pengawasan terhadap Peserta Selain Bank menyampaikan surat kepada satuan kerja di Bank Indonesia yang memberikan rekomendasi keikutsertaan dalam Sistem BI-RTGS dengan tembusan kepada : Direktorat 115

128 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran c.q. Bagian Penyelenggaraan Setelmen Bank Indonesia, Gedung D Lantai 3 Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta Surat tersebut memuat permohonan atau permintaan untuk: (1) memindahkan saldo Rekening Giro Peserta ke rekening lain di Bank Indonesia atau ke rekening lain yang ditunjuk oleh Peserta; dan (2) menutup Rekening Giro dan menghentikan kepesertaan dalam Sistem BI-RTGS, dengan dilampiri surat pencabutan izin usaha dari instansi yang berwenang dalam melakukan pengawasan terhadap Peserta Selain Bank apabila ada. b) Penyelenggara menyampaikan surat kepada Peserta yang memuat permintaan agar Peserta menyampaikan surat kepada Penyelenggara untuk memindahkan saldo, menghentikan kepesertaan dalam Sistem BI-RTGS dan menutup Rekening Giro Peserta. c) pada tanggal pelaksanaan penutupan Rekening Giro, Peserta menerbitkan dan menyampaikan BGBI ke Penyelenggara untuk memindahkan saldo Rekening Giro. Jumlah saldo yang dipindahkan adalah jumlah saldo setelah memperhitungkan biaya transfer. d) setelah Rekening Giro Peserta bersaldo nihil, status Peserta akan diubah oleh Penyelenggara menjadi ditutup (close). e) pemberitahuan penghentian kepesertaan Sistem BI-RTGS dan penutupan Rekening Giro Peserta disampaikan oleh Penyelenggara melalui surat kepada Peserta yang bersangkutan dan instansi berwenang yang melakukan pengawasan terhadap Peserta. f) penghentian kepesertaan dari Sistem BI-RTGS dan penutupan Rekening Giro diberitahukan kepada seluruh Peserta melalui fasilitas administrative message atau sarana lainnya apabila terdapat gangguan pada RCC sehingga Penyelenggara tidak dapat mengirimkan administrative message. E. Kegiatan Penyelenggara Dalam Rangka Memastikan Kepatuhan Peserta dan Calon Peserta terhadap Ketentuan yang ditetapkan oleh Penyelenggara dan/atau Perjanjian Penggunaan Sistem BI-RTGS antara Penyelenggara dan Peserta Dalam rangka untuk mengetahui adanya potensi risiko khususnya risiko operasional Sistem BI-RTGS di sisi Peserta atau calon Peserta, dan memastikan kepatuhan Peserta terhadap ketentuan yang ditetapkan Penyelenggara dan Perjanjian Penggunaan Sistem BI-RTGS, Penyelenggara melakukan member certification yang mencakup hal-hal sebagai berikut: 1. Meminta 116

129 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari Meminta data kepada Peserta atau calon Peserta Sistem BI-RTGS a. Permintaan data kepada Peserta dilakukan dalam rangka mendapatkan informasi antara lain mengenai kepatuhan Peserta terhadap ketentuan yang ditetapkan Penyelenggara dan Perjanjian Penggunaan Sistem BI-RTGS, ringkasan hasil pemeriksaan internal Peserta, dan ringkasan hasil security audit Peserta. b. Permintaan data kepada calon Peserta dilakukan dalam rangka mendapatkan informasi antara lain mengenai kesiapan operasional untuk menjadi Peserta Sistem BI-RTGS. c. Permintaan data antara lain dilakukan melalui kuesioner, wawancara, kunjungan ke lokasi Peserta dan/atau permintaan penyampaian laporan. Kunjungan ke lokasi Peserta dapat dilakukan oleh pihak lain yang ditunjuk oleh Penyelenggara. 2. Melakukan analisis atas data yang telah disampaikan oleh Peserta sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dan KPT. F. Kegiatan Administratif dalam Kepesertaan Sistem BI-RTGS 1. Tata Cara Perubahan Kuasa Perubahan kuasa dilakukan dalam rangka penambahan atau pencabutan pejabat/petugas penerima kuasa atau perubahan wewenang pejabat/petugas penerima kuasa, dengan ketentuan sebagai berikut: a. Dalam hal terjadi penambahan pejabat/petugas penerima kuasa, Peserta harus menyampaikan surat pemberitahuan yang memuat penambahan pejabat/penerima kuasa berikut permohonan pembuatan spesimen tanda tangan bagi pejabat penerima kuasa yang bersangkutan, yang dilampiri dengan surat kuasa dengan format sebagaimana dimaksud pada Lampiran 9.7 sampai dengan Lampiran 9.13 untuk Peserta Langsung atau Lampiran 9.9, Lampiran 9.10, Lampiran 9.12, Lampiran 9.13, Lampiran 9.21 dan Lampiran 9.22 untuk Peserta Tidak Langsung. Surat kuasa tersebut berlaku efektif terhitung 5 (lima) hari kerja sejak dokumen diterima secara lengkap oleh Bank Indonesia sesuai dengan persyaratan penandatanganan dan kecukupan materai, termasuk pula telah diterimanya fotokopi kartu identitas dan dibuatnya spesimen tanda tangan penerima kuasa. b. Dalam hal terjadi pencabutan seluruh atau sebagian pejabat/petugas penerima kuasa, Peserta harus menyampaikan surat pernyataan pencabutan kuasa yang ditandatangani oleh Direksi/pemberi kuasa dengan format sebagaimana dimaksud pada Lampiran Dalam surat pernyataan pencabutan kuasa yang ditandatangani oleh Direksi/pemberi kuasa disebutkan tanggal berlakunya pencabutan kuasa terhitung sejak tanggal diterimanya surat pernyataan secara lengkap oleh Bank Indonesia. c. Dalam hal terjadi perubahan susunan Direksi, maka Peserta menyampaikan surat pemberitahuan perubahan Direksi dan/atau surat pemberitahuan pencabutan wewenang Direksi kepada Bank Indonesia. Contoh surat pemberitahuan perubahan Direksi sebagaimana dimaksud pada Lampiran 9.23, sedangkan contoh surat pemberitahuan pencabutan wewenang Direksi sebagaimana 117

130 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 sebagaimana dimaksud pada Lampiran Surat pemberitahuan perubahan Direksi berlaku efektif terhitung 5 (lima) hari kerja sejak dokumen diterima secara lengkap oleh Bank Indonesia sesuai dengan persyaratan penandatanganan dan kecukupan materai, termasuk pula telah diterimanya fotokopi kartu identitas dan dibuatnya spesimen tanda tangan Direksi. Surat pemberitahuan pencabutan wewenang Direksi berlaku efektif terhitung sejak tanggal surat tersebut diterima secara lengkap oleh Bank Indonesia. d. Dalam hal terjadi perubahan kewenangan untuk mewakili pemberi kuasa oleh penerima kuasa secara sendiri atau secara bersama-sama, Peserta harus menyampaikan surat pemberitahuan yang dilampiri dengan surat kuasa baru dengan format sebagaimana dimaksud pada Lampiran 9.7 sampai dengan Lampiran 9.13 untuk Peserta Langsung atau Lampiran 9.9, Lampiran 9.10, Lampiran 9.12, Lampiran 9.13, Lampiran 9.21 dan Lampiran 9.22 untuk Peserta Tidak Langsung serta dilampiri dengan surat pernyataan tetap diberlakukannya spesimen tanda tangan pejabat yang mengalami perubahan kewenangan. Surat kuasa tersebut berlaku efektif terhitung 5 (lima) hari kerja sejak dokumen diterima secara lengkap oleh Bank Indonesia sesuai dengan persyaratan penandatanganan dan kecukupan materai, termasuk pula telah diterimanya fotokopi kartu identitas dan dibuatnya spesimen tanda tangan penerima kuasa. Dalam hal Peserta tidak memberitahukan perubahan kewenangan pejabat/petugas penerima kuasa kepada Penyelenggara maka data yang telah ditatausahakan di Penyelenggara dianggap masih berlaku sampai dengan perubahan kewenangan berlaku efektif. e. Surat pemberitahuan perubahan surat kuasa disampaikan kepada Penyelenggara dengan tata cara sebagai berikut: 1) Perubahan surat kuasa yang berkaitan dengan kegiatan operasional Peserta yang berkantor pusat di wilayah kerja KPBI dilakukan sebagai berikut: a) Dalam hal kantor Peserta penerima kuasa berada di wilayah kerja KPBI: (1) perubahan surat kuasa disampaikan oleh kantor pusat Peserta kepada: Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran c.q. Bagian Penyelenggaraan Setelmen Bank Indonesia, Gedung D Lantai 3 Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta (2) perubahan surat kuasa pengambilan fisik uang, disampaikan langsung kepada: Direktorat Pengedaran Uang Bagian Pengelolaan Uang Keluar (PgUK) Bank Indonesia Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta b) Dalam 118

131 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 b) Dalam hal kantor Peserta penerima kuasa berada di wilayah kerja KBI yang telah mengimplementasikan Sistem Informasi Nasabah (SINAS) maka perubahan surat kuasa disampaikan kepada KBI yang mewilayahi kantor Peserta penerima kuasa. c) Dalam hal kantor Peserta penerima kuasa berada di wilayah kerja KBI yang belum mengimplementasikan SINAS maka perubahan surat kuasa disampaikan langsung kepada : Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran c.q. Bagian Penyelenggaraan Setelmen Bank Indonesia, Gedung D Lantai 3 Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta ) Perubahan surat kuasa yang berkaitan dengan kegiatan operasional Peserta yang berkantor pusat di luar wilayah kerja KPBI dilakukan sebagai berikut: a) Dalam hal kantor Peserta penerima kuasa berada di wilayah kerja KPBI atau KBI yang telah mengimplementasikan SINAS maka perubahan surat kuasa disampaikan langsung kepada: Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran c.q. Bagian Penyelenggaraan Setelmen Bank Indonesia, Gedung D Lantai 3 Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta atau KBI yang mewilayahi kantor Peserta penerima kuasa. b) Dalam hal kantor Peserta penerima kuasa berada di wilayah kerja KBI yang belum mengimplementasikan SINAS maka perubahan surat kuasa disampaikan kepada KBI yang mewilayahi kantor pusat Peserta. c) Dalam hal kantor Peserta penerima kuasa berada di wilayah kerja KBI yang bersangkutan maka perubahan surat kuasa disampaikan kepada KBI yang bersangkutan. 3) Setiap ada penambahan, perubahan, dan/atau pencabutan kuasa Direksi untuk pejabat penerima kuasa di kantor Peserta yang berada di wilayah kerja KBI yang belum mengimplementasikan SINAS maka KPBI atau KBI penerima penambahan, perubahan, dan/atau pencabutan surat kuasa menginformasikan melalui sarana administrative message kepada KBI yang mewilayahi kantor Peserta penerima kuasa dengan tembusan kepada Peserta yang bersangkutan. 2. Perubahan Kegiatan Usaha Peserta dari Bank Konvensional Menjadi Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah (Konversi) Perubahan kegiatan usaha Peserta dari Bank konvensional menjadi Bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dilakukan dengan tata cara sebagai berikut: a. Peserta 119

132 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 a. Peserta setelah konversi mengajukan surat permohonan kepada: Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran c.q. Bagian Penyelenggaraan Setelmen Bank Indonesia, Gedung D Lantai 3 Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta b. Surat sebagaimana dimaksud pada huruf a diajukan paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah konversi dan disertai lampiran berupa: 1) fotokopi perubahan Anggaran Dasar Peserta yang telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan telah dilegalisasi oleh Notaris; 2) Surat Pernyataan dari Peserta setelah konversi yang antara lain memuat: a) hak dan kewajiban Peserta sebelum konversi merupakan hak dan kewajiban Peserta setelah konversi; b) pemberlakuan spesimen tanda tangan pejabat Peserta sebelum konversi yang masih berlaku untuk Peserta setelah konversi; dan 3) surat keputusan perubahan kegiatan usaha dari Bank Indonesia. Khusus untuk Bank yang kantor pusatnya berkedudukan di luar negeri, lampiran yang harus disampaikan cukup berupa surat keputusan perubahan kegiatan usaha dari Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada butir b.3). c. Penyelenggara memberitahukan perubahan kegiatan usaha Peserta dalam penyelenggaraan Sistem BI-RTGS kepada: 1) Peserta yang bersangkutan melalui surat; 2) Peserta lainnya melalui fasilitas administrative message atau sarana lain apabila terdapat gangguan pada RCC sehingga Penyelenggara tidak dapat mengirimkan administrative message; 3) seluruh satuan kerja terkait di Bank Indonesia; dan 4) instansi atau pihak yang berwenang dalam melakukan pengawasan terhadap Peserta melalui surat. 2. Perubahan member code Peserta dapat mengajukan perubahan member code. Perubahan tersebut dapat disebabkan antara lain karena Peserta yang bukan merupakan anggota SWIFT berubah menjadi anggota SWIFT. Peserta yang akan mengubah member code tersebut harus mengajukan permohonan perubahan member code yang ditujukan kepada : Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran c.q. Bagian Penyelenggaraan Setelmen Bank Indonesia, Gedung D Lantai 3 Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta Perubahan member code diberitahukan kepada: a. Peserta 120

133 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 a. Peserta yang bersangkutan melalui surat; b. seluruh Peserta lainnya melalui fasilitas administrative message, atau sarana lainnya apabila terdapat gangguan pada RCC sehingga Penyelenggara tidak dapat mengirimkan administrative message; c. seluruh satuan kerja terkait di Bank Indonesia; dan d. instansi atau pihak yang berwenang dalam melakukan pengawasan terhadap Peserta Selain Bank melalui surat. 3. Perubahan nama Peserta Apabila terjadi perubahan nama Peserta, Peserta tersebut harus mengajukan perubahan nama dengan tata cara sebagai berikut: a. Peserta mengajukan surat permohonan kepada : Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran c.q. Bagian Penyelenggaraan Setelmen Bank Indonesia, Gedung D Lantai 3 Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta Surat tersebut disertai lampiran berupa foto kopi: 1) perubahan Anggaran Dasar Peserta yang telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan telah dilegalisasi oleh Notaris; 2) surat keputusan perubahan nama dari Bank Indonesia khusus untuk Bank; dan 3) khusus untuk Bank yang kantor pusatnya berkedudukan di luar negeri cukup menyampaikan surat keputusan perubahan nama dari Bank Indonesia. b. Penyelenggara memberitahukan perubahan nama Peserta kepada: 1) Peserta yang bersangkutan melalui surat; 2) Peserta lainnya melalui fasilitas administrative message atau sarana lain apabila terdapat gangguan pada RCC sehingga Penyelenggara tidak dapat mengirimkan administrative message; 3) seluruh satuan kerja terkait di Bank Indonesia; dan 4) instansi atau pihak yang berwenang dalam melakukan pengawasan terhadap Peserta melalui surat. 4. Permohonan Peserta untuk dapat Menggunakan Mekanisme USD/IDR PvP Untuk dapat menggunakan Mekanisme USD/IDR PvP, Peserta harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. Kriteria Peserta yang dapat menggunakan Mekanisme USD/IDR PvP harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) bagi Bank, memiliki izin untuk melakukan kegiatan devisa dari otoritas terkait; 2) bagi 121

134 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari ) bagi Lembaga Selain Bank, memiliki kebutuhan untuk menggunakan Mekanisme USD/IDR PvP; dan 3) merupakan peserta USD CHATS, baik sebagai Direct Participant (DP) atau indirect CHATS user (ICU), sebagaimana dimaksud dalam ketentuan yang mengatur mengenai USD CHATS. b. Persyaratan Peserta yang dapat menggunakan Mekanisme USD/IDR PvP harus memenuhi persyaratan tambahan sebagai berikut: 1) bagi Bank, menyampaikan dokumen pendukung yang dapat membuktikan Bank dimaksud dapat melakukan kegiatan devisa, antara lain berupa surat persetujuan sebagai bank devisa dari Bank Indonesia; 2) bagi Pihak Selain Bank, menyampaikan analisa kebutuhan untuk menggunakan Mekanisme USD/IDR PvP; 3) menyampaikan surat yang menerangkan bahwa Peserta merupakan peserta USD CHATS, baik sebagai DP maupun sebagai ICU; dan 4) menyampaikan informasi mengenai: c. Tata Cara a) Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication (SWIFT) Bank Identifier Code (BIC) dari Peserta; dan b) SWIFT BIC dari: (1) settlement institution, untuk Peserta yang merupakan DP; atau (2) bank koresponden, untuk Peserta yang merupakan ICU. Tata cara menjadi Peserta pengguna Mekanisme USD/IDR PvP adalah sebagai berikut: 1) Permohonan diajukan kepada: Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran c.q. Bagian Penyelenggaraan Setelmen Bank Indonesia, Gedung D Lantai 3 Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta ) Permohonan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b harus dilengkapi dengan persyaratan sebagaimana dimaksud pada butir b. 3) Apabila permohonan Peserta sebagaimana dimaksud pada angka 1) disetujui, Penyelenggara melakukan hal-hal sebagai berikut: a) menyampaikan surat penegasan kepada Peserta yang bersangkutan, yang antara lain memuat: (1) tanggal efektif Peserta dapat menggunakan Mekanisme USD/IDR PvP; (2) konfirmasi 122

135 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 (2) konfirmasi atas SWIFT BIC sebagaimana dimaksud pada butir b.4); (3) jadwal pelatihan, apabila diperlukan. b) mengumumkan kepada Peserta lainnya tentang persetujuan Peserta yang bersangkutan untuk dapat menggunakan Mekanisme USD/IDR melalui administrative message. 4) Apabila permohonan Peserta sebagaimana dimaksud pada angka 1) tidak disetujui, Penyelenggara menyampaikan surat pemberitahuan kepada Peserta yang bersangkutan. 5. Perubahan lokasi RT Server Utama Peserta Untuk perubahan lokasi RT Server Utama berlaku tata cara sebagai berikut: a. Peserta yang bersangkutan harus mengajukan surat yang berisi permohonan pemindahan jaringan komunikasi data leased line, pemberitahuan perubahan lokasi RT Server Utama dan 2 (dua) saluran telepon di lokasi baru yang dilampiri dengan formulir data kepesertaan yang baru dengan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran 9.6 kepada: Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran c.q. Bagian Penyelenggaraan Setelmen Bank Indonesia, Gedung D Lantai 3 Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta b. Perubahan lokasi RT Server Utama berlaku setelah mendapat surat pemberitahuan dari Penyelenggara. 6. Perubahan AT Perubahan AT dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan Peserta atau Penyelenggara yang pelaksanaannya diatur sebagai berikut: a. Penggantian AT secara berkala Masa berlaku AT dibagi menjadi 5 kelompok sebagai berikut: 1) kelompok A, berakhir tanggal 17 Juli; 2) kelompok B, berakhir tanggal 17 Agustus; 3) kelompok C, berakhir tanggal 17 September; 4) kelompok D, berakhir tanggal 17 Oktober; dan 5) kelompok E, berakhir tanggal 17 November. Adapun penggantian AT secara berkala dilakukan dengan tata cara sebagai berikut: 1) Bagian PlS menyampaikan kepada seluruh Peserta melalui administrative message mengenai penggantian AT Sistem BI-RTGS. 6) Peserta melakukan pengecekan tanggal kadaluwarsa AT melalui RT masing-masing. 7) Peserta 123

136 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari ) Peserta membuat dan menyampaikan AT 1, AT 2 dan AT 3 kepada : Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran c.q. Bagian Penyelenggaraan Setelmen Bank Indonesia, Gedung D Lantai 3 Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta ) Khusus bagi Peserta yang berkantor pusat di luar wilayah kerja KPBI, surat penyampaian AT1, AT 2, dan AT 3 dari Peserta serta AT 4 dan AT 5 dari Penyelenggara dikirimkan melalui Kantor Bank Indonesia (KBI) yang mewilayahi kantor pusat Peserta. AT 4 dan AT 5 yang disertai informasi mengenai tanggal efektif dan kadaluwarsa untuk Peserta disampaikan dalam amplop tertutup untuk di-input dalam RT Peserta. 9) Setelah AT diterima secara lengkap oleh Peserta dan Penyelenggara, maka Peserta melakukan input AT pada RT Peserta dan Penyelenggara melakukan input AT pada RCC sebelum berakhir masa berlakunya AT. b. Penggantian AT sewaktu-waktu Penyelenggara maupun Peserta sewaktu-waktu dapat melakukan penggantian AT, dengan tata cara sebagai berikut: 1) Peserta mengajukan surat permohonan penggantian AT disertai dengan AT 1, AT 2, dan AT 3 dalam amplop tertutup dan bersegel kepada: Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran c.q. Bagian Penyelenggaraan Setelmen Bank Indonesia, Gedung D Lantai 3 Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta ) Khusus bagi Peserta yang berkantor pusat di luar wilayah kerja KPBI, surat tersebut disampaikan melalui KBI yang mewilayahi kantor pusat Peserta. 3) Bagian PlS atau KBI menyampaikan AT 4 dan AT 5 yang disertai informasi mengenai tanggal efektif dan kadaluwarsa untuk Peserta dalam amplop tertutup dan bersegel untuk di-input dalam RT Peserta. 4) Setelah AT diterima secara lengkap oleh Peserta dan Penyelenggara, maka Peserta melakukan input AT pada RT Peserta dan Penyelenggara melakukan input AT pada RCC sebelum berakhir masa berlakunya AT. 7. Informasi Kelengkapan Dokumen Dalam hal terdapat kekurangan dokumen yang berkaitan dengan penambahan, perubahan, penutupan dan/atau pencabutan rekening dan kepesertaan Sistem BI- RTGS, Penyelenggara menginformasikan kepada Peserta melalui sarana telepon, administrative 124

137 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 administrative message atau surat untuk melengkapi kekurangan dokumen tersebut. 125

138 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 BAB X TATA KELOLA YANG BAIK DALAM PENYELENGGARAAN SISTEM BI-RTGS Dalam menyelenggarakan Sistem BI-RTGS, Penyelenggara menerapkan tata kelola secara efektif, akuntabel dan transparan, dengan melakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Menetapkan rencana strategis penyelenggaraan Sistem BI-RTGS secara berkala. Rencana strategis tersebut mencakup antara lain pengembangan sistem yang sedang dikerjakan, aplikasi versi terbaru maupun rencana-rencana ke depan yang pelaksanaannya dikomunikasikan terlebih dahulu kepada Peserta. 2. Mensosialisasikan rencana strategis kepada seluruh Peserta, baik secara formal maupun secara informal. 3. Menetapkan sistem pelaporan dan monitoring kinerja. 4. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada lembaga yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 126

139 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 Lampiran 3.1 BI-RTGS TERMINAL NT SYSTEM DESIGN SPECIFICATIONS Reason Code List REASON CODE LIST APPENDIX D. REASON CODE LIST... D-1 D.1. Reason Code Convention... D-1 D.2. Normal Reason Code... D-1 D.3. Reject reason code for all common messages to All Transaction... D-2 D.4. Reject reason code on IFTS transactions... D-3 D.5. Reject reason code on Administrative Transaction... D-3 D.6. Reject reason code for RCC batch processing... D-4 D.7. Reject reason code for RCC Screen Message... D-5 D.8. Reject reason code for communication error... D-6 D.9. RCC System Error... D-6 D.10. Reject Reason Code Commonly Used Within RCC... D-7 127

140 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 Lampiran 3.1 APPENDIX D. REASON CODE LIST D.1. Reason Code Convention Normal Reason Code Reject reason code for all common messages to all transactions Reject reason code on IFTS transactions Reject reason code on Administrative (Logon/Logoff, Online Enquiry, Queue Enquiry and Queue Maintenance) transactions Reject reason code for RCC batch processing Reject reason code for RCC Screen Message Reject reason code for communication error RCC system error D.2. Normal Reason Code Code Description Remarks 000 Normal Inserted by RT, SA, and IFTS 128

141 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 Lampiran 3.1 D.3. Reject reason code for all common messages to All Transaction Code Description Remarks 100 Sending member not found Sending member not defined in RCC member file 101 Receiving member not found Receiving member not defined in RCC member file 102 Inactive RT The RT status is down 103 RT not logon The RT logon status is No 104 Payment is not accepted after cutoff 105 System not re-opened yet 106 IFTS Value day already cutoff 158 ISN out of sequence 159 Duplicate BOR detail unmatched The request is raised after batch completion and before RCC re-opened The request is raised after IFTS value day cutoff and before the batch completion ISN in the RT input message does not match with the one expected by RCC RCC receive another message from the same RT with the same BOR but discovers that the details of the two messages are different 129

142 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 Lampiran 3.1 D.4. Reject reason code on IFTS transactions Code Description Remarks 200 Transaction amount is invalid Transaction amount = 0 for IFTS 201 Invalid transaction date Transaction date this value date Insufficient fund in settlement account Insufficient funds in Statutory reserve account By-order-of-account number is Mandatory. By-order-of-account number is not required Beneficiary account number is mandatory Beneficiary account number is not required Sending member account Closed, Frozen or Suspended Receiving member account Closed, Frozen or Suspended. There are insufficient funds in Statutory reserve account. The RCC will cancel the transaction. According to setup for TRN in the TRN File, blank entry is not allowed for the by-order-of-account number. The RCC will reject the transaction According to setup for TRN in TRN File, blank entry is not allow for the By-order-of-account. The RCC will reject the transaction According to the setup for TRN in the TRN File, blank entry is not allowed for Beneficiary Account number. The RCC will reject the transaction According to the setup for TRN in TRN File, entry is not allow for Beneficiary account number. The RCC will reject the transaction The status of sending member is closed, frozen or suspend. The status of Receiving member is closed, frozen or suspend. 210 TRN does not exist The RCC cannot find the TRN in TRN File. D.5. Reject reason code on Administrative Transaction Code Description Remarks 300 Invalid recap/retrieval request The recap or retrieval date is before last value date or after this value date 350 Queue Cancelled by RCC Queue transaction has been cancelled by RCC 351 Queue Cancelled by RT Queue transaction has been cancelled by RT 353 Queue Queued record not exist Queued record does not exist in both priority and normal FIFO queue 130

143 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 Lampiran 3.1 D.6. Reject reason code for RCC batch processing Code Description Remarks 400 Queue Cancelled by CUTOFF Queue transaction has been cancelled by CUTOFF RCC opening process started successfully RCC opening process completed. The RCC opening process has been started successfully. The RCC opening process has ended. 403 Cutoff report is generated The cutoff report are generated 404 RCC value date changed RCC has advanced to next value date. 405 Cutoff warning started The cutoff warning process started 406 Cutoff warning completed The cutoff warning process completed 407 Pre-cutoff started The Pre-cutoff process started 408 Pre-cutoff completed The Pre-cutoff process completed 409 RCC cutoff started The RCC cutoff process started 410 RCC cutoff completed The RCC cutoff process completed 411 RCC cutoff failed The RCC cutoff process has failed 412 Batch file upload started Batch file upload has started 413 Batch file upload error The RCC encountered error uploading the batch file. Contact RCC Technical Support. 131

144 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 Lampiran 3.1 D.7. Reject reason code for RCC Screen Message Code Description Remarks 500 Member record not found The member record is not found 501 User name does not exist or Password is incorrect The user name does not exist of the password is incorrect. Re-enter the correct user name and password combination to gain access to the RCC function 502 User group not found The RCC cannot find the user group in the User File. 503 Temporary record not found The RCC cannot find the temporary database record. 504 Enquiry function not allowed The user is not allowed to perform the enquiry function 505 Print function not allowed The user is not allowed to perform the print function Update/Delete function not allowed ADD record successfully created DELETE record successfully created UPDATE record successfully created The user is not allowed to perform the update/delete function. The ADD maintenance entry has been created in the Temporary File. The DELETE maintenance entry has been created in the Temporary File. The UPDATE maintenance entry has been created in the Temporary File. 510 Record printed successfully The record has been printed successfully 511 Open Spooler Error The RCC encounter error while printing the report to the Spooler. Contact RCC technical support. 132

145 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 Lampiran 3.1 D.8. Reject reason code for communication error Code Description Remarks 850 Invalid message data type The data type differ from the expected format 851 Invalid message header Errors detected in the message header 852 Decryption process down 853 Encryption process down 854 Primary CPU is down The RCC encountered Decryption error. Contact RCC Technical Support. The RCC encountered Encryption error. Contact RCC Technical Support. The primary CPU is down. Contact RCC Technical Support. 855 Process was terminated The process was terminated. D.9. RCC System Error Code Description Remarks 901 Open Logger error 902 Possible TMF error, Inform System Administrator 903 Backup process creation failed 999 Unexpected error The RCC encountered error opening the logger. Contact RCC Technical Support. The RCC encountered a possible TMF error. Contact RCC Technical Support. Creation of backup process has failed. Contact RCC Technical Support. 133

146 Lampiran SE No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 Lampiran 3.1 D.10. Reject Reason Code Commonly Used Within RCC Code Description 00 Settled 01 Transaction Code Invalid 02 Queue Transaction Indicator Invalid 03 Paying Bank Not Found 04 Payee Bank Not Found 05 Transaction Amount Should Equal Zero 06 Originator Invalid 07 Paying Bank Inactive 08 Payee Bank Inactive 09 SA Processing Cycle Not Start 10 Rejected Due To Queue Exist 11 Rejected Due To Insufficient Fund 12 Queued Due To Queue Exist 13 Queued Due To Insufficient Fund 14 Remain Queued Due To Insufficient Fund 15 After Value Date Cutoff 16 Queue Has Been Re-Sequence 17 Queue cancelled by RT 18 Queue cancelled by RCC 99 Unexpected Error 134

147 Lampiran 3.2 MATRIKS STANDARDISASI PENGISIAN MESSAGE TRANSAKSI SISTEM BI-RTGS No Field-field pada Screen BI-RTGS (Construct Single Credit) Transaksi Peserta Ke BI 1. From Member Mandatory Member Code Peserta Pengirim 2. To Member Mandatory Member Code Kantor Pusat Bank Indonesia (KPBI) atau Kantor Bank Indonesia (KBI) tertuju 3. Value Date Mandatory Tanggal Efektif Pembukuan/Settlement di RCC, dengan pilihan Tanggal : - Hari Ini (T+0/This Value Date), atau - Hari Kerja 1 (satu) hari kerja kemudian (T+1/Next 1 Value Date), atau - Hari Kerja 2 (dua) hari kerja kemudian (T+2/Next 2 Value Date) Transaksi Antar Peserta kecuali BI Mandatory Member Code Peserta Pengirim Mandatory Member Code Peserta Penerima Mandatory Tanggal Efektif Pembukuan/Settlement di RCC, dengan pilihan Tanggal : - Hari Ini (T+0/This Value Date), atau - Hari Kerja 1 (satu) hari kerja kemudian (T+1/Next 1 Value Date), atau - Hari Kerja 2 (dua) hari kerja kemudian (T+2/Next 2 Value Date) 4. Total Amount Mandatory Nominal Transaksi Mandatory Nominal Transaksi 5. Rel TRN Optional Nomor Referensi/Validasi Optional Nomor Referensi/Validasi Internal dari Peserta Internal dari Peserta Pengirim Pengirim 6. TRN Mandatory TRN Transaksi Peserta Ke BI yang diinginkan Mandatory TRN Transaksi Antar Peserta yang diinginkan 135

148 Lampiran 3.2 MATRIKS STANDARDISASI PENGISIAN MESSAGE TRANSAKSI SISTEM BI-RTGS No Field-field pada Screen BI-RTGS (Construct Single Credit) Transaksi Peserta Ke BI Transaksi Antar Peserta kecuali BI 7. To Branch/Sub- Branch Optional - Optional Kode Kantor Cabang (KC) dan Kode Kantor Di Bawah KC (Kantor Cabang Pembantu (KCP), Kantor Kas, atau Kantor Unit) dari Bank Penerima a. By Order Of - AID Optional AID yang ditatausahakan oleh Peserta Pengirim. AID ini berfungsi untuk membantu user dalam mengisi By Order Of Account No dan By Order Of Name & Address secara otomatis. b. By Order Of - Account No Optional No. Rekening Giro Peserta Pengirim yang ditatausahakan di BI (RCC) Optional Optional AID yang ditatausahakan oleh Peserta Pengirim. AID ini berfungsi untuk membantu user dalam mengisi By Order Of Account No dan By Order Of Name & Address secara otomatis. No. Rekening Giro Peserta Pengirim yang ditatausahakan di BI (RCC) c. By Order Of - Name & Address Optional Nomor Rekening Giro Peserta Pengirim di BI (RCC) diisi 9 digit angka, tanpa special character spt :., /, - Nama dan Lokasi Peserta Pengirim, dengan pilihan : 1. BANK DEPT/DIV Optional Nomor Rekening Giro Peserta Pengirim di BI (RCC) diisi 9 digit angka, tanpa special character spt :., /, - Nama dan Lokasi Peserta Pengirim, dengan pilihan : 1. BANK DEPT/DIV 136

149 Lampiran 3.2 MATRIKS STANDARDISASI PENGISIAN MESSAGE TRANSAKSI SISTEM BI-RTGS No Field-field pada Screen BI-RTGS (Construct Single Credit) Transaksi Peserta Ke BI JAKARTA/kota lain di mana Dept/Div tsb berada 2. BANK CABANG/KOTA (di lndonesia) 3. BANK KOTA (di Luar Negeri) 4. BANK ATTN (diisi Nama Rekening Milik Bank Pengirim Sendiri, Bukan Nama Nasabah Bank Pengirim) JAKARTA/kota lain di Indonesia atau di Luar Negeri Transaksi Antar Peserta kecuali BI JAKARTA/kota lain di mana Dept/Div tsb berada 2. BANK CABANG/KOTA (di lndonesia) 3. BANK KOTA (di Luar Negeri) 4. BANK ATTN (diisi Nama Rekening Milik Bank Pengirim Sendiri, Bukan Nama Nasabah Bank Pengirim) JAKARTA/kota lain di Indonesia atau di Luar Negeri Dilarang diisi BIC (SWIFT Code) dari Bank Pengirim. Dilarang diisi BIC (SWIFT Code) dari Bank Pengirim. Dilarang diisi kata-kata : OURSELVES atau DARI KAMI SENDIRI. Dilarang diisi kata-kata : OURSELVES atau DARI KAMI SENDIRI. Lokasi/nama Kota Bank Pengirim dari ke-4 pilihan di atas, baik di wilayah Lokasi/nama Kota Bank Pengirim dari ke-4 pilihan di atas, baik di wilayah 137

150 Lampiran 3.2 MATRIKS STANDARDISASI PENGISIAN MESSAGE TRANSAKSI SISTEM BI-RTGS No Field-field pada Screen BI-RTGS (Construct Single Credit) Transaksi Peserta Ke BI Indonesia atau di Luar Negeri, wajib diisi. d. Beneficiary - AID Optional AID yang ditatausahakan oleh Peserta Pengirim. AID ini berfungsi untuk membantu user dalam mengisi Beneficiary Account No dan Beneficiary Name & Address secara otomatis. e. Beneficiary - Account No Mandatory No. Rekening Tertuju Yang Akan DiKredit Di Sistem Akunting internal Bank Indonesia (BI_SOSA) f. Beneficiary - Name & Address Mandatory No. Rekening di BI tersebut diisi 9 digit angka, tanpa special character :., /, - Nama Rekening Tertuju Yang Akan DiKredit Di Sistem Akunting internal Bank Indonesia (BI-SOSA) Transaksi Antar Peserta kecuali BI Optional Optional Mandatory Indonesia atau di Luar Negeri, wajib diisi. AID yang ditatausahakan oleh Peserta Pengirim. AID ini berfungsi untuk membantu user dalam mengisi Beneficiary Account No dan Beneficiary Name & Address secara otomatis. No. Rekening Giro Peserta Penerima yang ditatausahakan di BI (RCC) Nomor Rekening Giro Bank Penerima di BI (RCC) diisi 9 digit angka, tanpa special character spt :., /, - Nama dan Lokasi Peserta Penerima, dengan pilihan : 1. BANK DEPT/DIV JAKARTA/kota lain di mana Dept/Div tsb berada 2. BANK CABANK/KOTA (di lndonesia) 3. BANK KOTA (di 138

151 Lampiran 3.2 MATRIKS STANDARDISASI PENGISIAN MESSAGE TRANSAKSI SISTEM BI-RTGS No Field-field pada Screen BI-RTGS (Construct Single Credit) Transaksi Peserta Ke BI Transaksi Antar Peserta kecuali BI Luar Negeri) 4. BANK ATTN (diisi Nama Rekening Milik Bank Penerima Sendiri, Bukan Milik Nasabah Bank Penerima) JAKARTA/kota lain di Indonesia atau di Luar Negeri Dilarang diisi BIC (SWIFT Code) dari Bank Penerima. Dilarang diisi kata-kata : YOURSELVES atau UNTUK ANDA SENDIRI. g. Payment Details Mandatory Keterangan Transaksi Peserta Ke BI Yang Dibuat Oleh Peserta Pengirim. Lokasi/nama Kota Bank Penerima dari ke-4 pilihan di atas, baik di wilayah Indonesia atau di Luar Negeri, wajib diisi. Optional Keterangan Transaksi Antar-Peserta yang dibuat Peserta Pengirim. 139

152 Lampiran 3.2 MATRIKS STANDARDISASI PENGISIAN MESSAGE TRANSAKSI SISTEM BI-RTGS No Field-field pada Screen BI-RTGS (Construct Single Credit) Transaksi Peserta Ke BI Untuk Transaksi Pembayaran Ke Rekening Pemerintah (Rekening 501xxxxxx dan 502xxxxxx), pengisian keterangan dapat dilengkapi dengan Kode dan Nama MAP atau MAK, sebagaimana diatur oleh instansi yang berwenang. Transaksi Antar Peserta kecuali BI Jika pengisian pada field ini tidak mencukupi, dapat diteruskan pada field Member To Member Information baris ke-3. Untuk transaksi pembayaran ke rekening pemerintah dengan TRN BIRGO100, BIRGO101, BIRGO102, BIRGO103, BIRGO104 dan BIRGO105, pada baris pertama field payment detail wajib diisi dengan sandi bank (7 karakter numerik). Jika tidak diisi akan ditolak oleh RCC dengan reason 650 invalid message code. Jika pengisian pada field ini tidak mencukupi, dapat diteruskan pada field Member 140

153 Lampiran 3.2 MATRIKS STANDARDISASI PENGISIAN MESSAGE TRANSAKSI SISTEM BI-RTGS No Field-field pada Screen BI-RTGS (Construct Single Credit) h. Member To Member Information Transaksi Peserta Ke BI To Member Information. Optional Dapat diisi penerusan pengisian Keterangan Transaksi Peserta Ke BI dari Payment Details Transaksi Antar Peserta kecuali BI Mandatory i. Baris kesatu (1) - Kode Status Pengirim, apakah Residence (diisi : /FEAB/R) atau Non- Residence (diisi : /FEAB/NR). Pilihan Pengisian Kode Status Pengirim tersebut (/FEAB/R atau /FEAB/NR) merujuk ke Definisi Penduduk dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Lalu-Lintas Devisa (LLD) - Jika Status Pengirim masuk dalam Definisi Penduduk, maka diisi : /FEAB/R. - Jika Status Pengirim tidak masuk dalam Definisi Penduduk, maka diisi : /FEAB/NR. 141

154 Lampiran 3.2 MATRIKS STANDARDISASI PENGISIAN MESSAGE TRANSAKSI SISTEM BI-RTGS No Field-field pada Screen BI-RTGS (Construct Single Credit) Transaksi Peserta Ke BI Transaksi Antar Peserta kecuali BI - Jika tidak ada Data Pengirim pada field ORIGINATING PARTY, Status Pengirim yang dilaporkan adalah Status Data Pengirim pada field BY ORDER OF - Jika ada Data Pengirim pada field ORIGINATING PARTY, Status Pengirim yang dilaporkan adalah Status Data Pengirim pada field ORIGINATING PARTY - Kode Status Pengirim Penerima yang merujuk ke ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Pembatasan 142

155 Lampiran 3.2 MATRIKS STANDARDISASI PENGISIAN MESSAGE TRANSAKSI SISTEM BI-RTGS No Field-field pada Screen BI-RTGS (Construct Single Credit) Transaksi Peserta Ke BI Transaksi Antar Peserta kecuali BI Transaksi Rupiah (PTR), dengan kombinasi pengisian sebagai berikut : 1. Jika Pengirim dan Penerima adalah Citizen, maka diisi /PTR/LOCAL-LOCAL 2. Jika Pengirim adalah Citizen dan Penerima adalah Non-Citizen, maka diisi /PTR/LOCAL- FOREIGN 3. Jika Pengirim adalah Non-Citizen dan Penerima adalah Citizen, maka diisi /PTR/FOREIGN- LOCAL 4. Jika Pengirim dan Penerima adalah Non- Citizen, maka diisi /PTR/FOREIGN- FOREIGN 143

156 Lampiran 3.2 MATRIKS STANDARDISASI PENGISIAN MESSAGE TRANSAKSI SISTEM BI-RTGS No Field-field pada Screen BI-RTGS (Construct Single Credit) Transaksi Peserta Ke BI Transaksi Antar Peserta kecuali BI - Pilihan Local, jika Pengirim dan/atau Penerima tidak masuk dalam definisi WNA sebagaimana dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Pembatasan Transaksi Rupiah. - Pilihan Foreign, jika Pengirim dan/atau Penerima masuk dalam definisi WNA sebagaimana dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Pembatasan Transaksi Rupiah. - Jika tidak ada Data Pengirim pada field ORIGINATING PARTY, Status Pengirim yang 144

157 Lampiran 3.2 MATRIKS STANDARDISASI PENGISIAN MESSAGE TRANSAKSI SISTEM BI-RTGS No Field-field pada Screen BI-RTGS (Construct Single Credit) Transaksi Peserta Ke BI Transaksi Antar Peserta kecuali BI dilaporkan adalah Status Data Pengirim pada field BY ORDER OF - Jika ada Data Pengirim pada field ORIGINATING PARTY, Status Pengirim yang dilaporkan adalah Status Data Pengirim pada field ORIGINATING PARTY - Jika tidak ada Data Penerima pada field ULTIMATE BENEFICIARY, Status Penerima yang dilaporkan adalah Status Data Penerima pada field BENEFICIARY - Jika ada Data Penerima pada field ULTIMATE 145

158 Lampiran 3.2 MATRIKS STANDARDISASI PENGISIAN MESSAGE TRANSAKSI SISTEM BI-RTGS No Field-field pada Screen BI-RTGS (Construct Single Credit) Transaksi Peserta Ke BI Transaksi Antar Peserta kecuali BI BENEFICIARY, Status Penerima yang dilaporkan adalah Status Data Penerima pada field ULTIMATE BENEFICIARY - Jika Status Penerima tidak diketahui pasti, khususnya untuk Status Nasabah di Peserta Penerima (pada field ULTIMATE BENEFICIARY), pengisian Status Penerima tidak Mandatory (Pelaporan Status Nasabah di Peserta Penerima menjadi kewajiban Peserta Penerima). Dengan demikian pelaporan oleh Peserta Pengirim hanya Status Pengirim saja, yaitu : /PTR/LOCAL atau 146

159 Lampiran 3.2 MATRIKS STANDARDISASI PENGISIAN MESSAGE TRANSAKSI SISTEM BI-RTGS No Field-field pada Screen BI-RTGS (Construct Single Credit) Transaksi Peserta Ke BI Transaksi Antar Peserta kecuali BI /PTR/FOREIGN - Pengisian /FEAB/.. dan /PTR/..-.. dipisah satu (1) spasi, contoh : /FEAB/R /PTR/LOCAL- LOCAL ii. Baris kedua (2) - Kode Biaya Penerusan Di Peserta Penerima, yang dibebankan kepada Nasabah Peserta Penerima. Pengisiannya adalah sebagai berikut : /BEN/. Jika dikosongkan tetap diartikan Biaya Penerusan Di Peserta Penerima ditanggung Nasabah Peserta Penerima. iii. Baris ketiga (3) Dapat diisi penerusan pengisian Keterangan Transaksi Antar 147

160 Lampiran 3.2 MATRIKS STANDARDISASI PENGISIAN MESSAGE TRANSAKSI SISTEM BI-RTGS No Field-field pada Screen BI-RTGS (Construct Single Credit) Transaksi Peserta Ke BI Transaksi Antar Peserta kecuali BI Peserta dari Payment Details a. Sender s Ref No Optional No Referensi Dari Originating Party (Nasabah Peserta Pengirim) b. Originating Party - Name & Address Mandatory Nama Originating Party (Nasabah Peserta Pengirim) Yang menginstruksikan Bank Pengirim Optional atau Mandatory (Jika Originating Party berasal dari Luar Negeri) Mandatory c. Receiver s Ref No Optional - Optional - d. Ultimate Beneficiary - Name Optional Mandatory & Address Isi Data = Isi Data Pada Beneficiary Name & Address (Nama Rekening Tertuju Yang Akan DiKredit Di Sistem Akunting internal Bank Indonesia (BI-SOSA) No Referensi dari Originating Party. Jika Originating Party berasal dari Luar Negeri, Sender s Ref No wajib diisi (mandatory) Nama dan Alamat Originating Party (Nasabah Peserta Pengirim) Nama dan Alamat Nasabah Peserta Penerima (untuk Transaksi Antar Peserta yang terkait dengan Nasabah, dengan TRN : IFT00000, IFTFX001, IFTSX000, & IFTNA000) e. Ultimate Beneficiary - Kosong - Mandatory No. Rekening Nasabah 148

161 Lampiran 3.2 MATRIKS STANDARDISASI PENGISIAN MESSAGE TRANSAKSI SISTEM BI-RTGS Account No Peserta Penerima (untuk Transaksi Antar-Peserta yang terkait dengan Nasabah, dengan TRN : IFT00000, IFTFX001, & IFTSX000) 10. Currency Mandatory jika dipersyarat kan oleh (required by) TRN 11. Exchange Rate Mandatory jika dipersyarat kan oleh (required by) TRN 12. Interest rate Mandatory jika dipersyarat kan oleh (required by) TRN Sandi Valuta Asing Kurs (Rp/Valas) Suku Bunga Mandatory jika dipersyarat kan oleh (required by) TRN Mandatory jika dipersyarat kan oleh (required by) TRN Mandatory jika dipersyarat kan (required by) TRN oleh Pengisian harus dengan angka dan/atau huruf, tanpa special character spt :., /, - Sandi Valuta Asing Kurs (Rp/Valas) Suku Bunga 149

162 Lampiran 3.2 MATRIKS STANDARDISASI PENGISIAN MESSAGE TRANSAKSI SISTEM BI-RTGS 13. Period Mandatory jika dipersyarat Jangka Waktu kan oleh (required by) TRN 14. Deal/Stock Code Optional Deal Code dari suatu Dealing System atau Kode Sekuritas yang diperdagangkan Mandatory jika dipersyarat kan oleh (required by) TRN Optional Jangka Waktu Deal Code dari suatu Dealing System atau Kode Sekuritas yang diperdagangkan 150

163 Lampiran 3.2 Pengisian Construct Single Credit untuk Transaksi Inter-Bank Money Market (Pasar Uang Antar- Bank/PUAB Rupiah) Jangka Waktu 1 s.d. 99 Hari Kalender dengan TRN IFTMM000 Construct Single Credit From Member To Member Member Code Bank Pengirim Member Code Bank Penerima Member Name Bank Pengirim Source Manual Member Name Bank Penerima Value Date Tgl. Efektif Txn. Total Amount Nominal Txn. Rel TRN Nomor Referensi/Validasi Internal Bank Pengirim TRN IFTMM000 To Branch / Sub Branch Optional Basic Info By Order Of Beneficiary AID Optional AID Optional Account No No. Rekg. Giro Bank Pengirim di BI- RTGS Central Computer/RCC (Optional) Account No No. Rekg. Giro Bank Penerima di BI- RTGS Central Computer/RCC (Optional) Name & Address Name & Address BANK.. DEPARTMENT.. JAKARTA/kota lain (Bank Pengirim) (Dilarang diisi dengan BIC/SWIFT Code) Payment Details KETERANGAN TRANSAKSI (Optional) BANK.. DEPARTMENT.. Jakarta/kota lain (Bank Penerima) (Dilarang diisi dengan BIC/SWIFT Code) Member to Member Information /FEAB/R (atau) /FEAB/NR (dan) /PTR/LOCAL-LOCAL (atau) /PTR/LOCAL-FOREIGN (atau) /PTR/FOREIGN-LOCAL (atau) /PTR/FOREIGN-FOREIGN (Mandatory pd Brs-1) /BEN/ (Optional pd Brs-2) Additional Info Sender Ref No Optional Receiver Ref No Optional Originating Party Ultimate Beneficiary Name & Address Optional Name & Address Optional Account no Optional Currency Blank Exchange Rate Blank Interest Rate Suku Bunga Txn. (Mandat ory) Period Jk. Wkt. Txn. (Mandato ry) Deal / Stock Code Optional 151

164 Lampiran 3.2 Keterangan : - Member To Member Information baris pertama (1) untuk Transaksi Antar- Bank, harus diisi (mandatory) dengan /FEAB/R apabila Pengirim adl Residence atau /FEAB/NR apabila Pengirim adl Non-Residence - Member To Member Information baris pertama (1) untuk Transaksi Antar- Bank, juga harus diisi (mandatory) dengan Kode Status Pengirim-Penerima, dengan pilihan : /PTR/LOCAL-LOCAL (Pengirim : Citizen dan Penerima : Citizen), /PTR/LOCAL-FOREIGN (Pengirim : Citizen dan Penerima : Non- Citizen), /PTR/FOREIGN-LOCAL (Pengirim : Non-Citizen dan Penerima : Citizen) atau /PTR/FOREIGN-FOREIGN (Pengirim : Non-Citizen dan Penerima : Non-Citizen) - Member To Member Information baris kedua (2) untuk Transaksi Antar- Bank, diisi (optional) dengan /BEN/ yang berarti biaya penerusan di Bank Penerima ditanggung Nasabah Bank Penerima. Apabila dikosongkan diartikan biaya penerusan di Bank Penerima tetap ditanggung Nasabah Bank Penerima. - Sender Ref No, pengisiannya bersifat mandatory, jika Originating Party berasal dari Luar Negeri - Ultimate Beneficiary Account No harus diisi dengan Huruf dan/atau Angka, tanpa special character (., /, atau - ) - Mandatory: Harus diisi - Optional : Dapat Diisi atau Dikosongkan - Blank : Dikosongkan (karena memang tidak dapat diisi suatu data) 152

165 Lampiran 3.2 CONTOH 1 : Transaksi Antar-Bank dengan TRN IFTMM000 Construct Single Credit From Member IBBKIDJA PT. BANK INTERNASIONAL INDONESIA Source Manual To Member BMEGIDJ1 PT. BANK MEGA Value Date 23 / 10 / 2000 Total Amount ,00 Rel TRN 98672P TRN IFTMM000 To Branch / Sub Branch Basic Info By Order Of AID Beneficiary AID Account No Account No Name & Address BII TREASURY DIV. JAKARTA Name & Address BANK MEGA ATTN. TREASURY DEPT. JAKARTA Payment details PLACING VD. 23/10/2000 MAT. 24/10/2000 Member to Member Information /FEAB/R /PTR/LOCAL-LOCAL /BEN/ Additional Info Sender Ref No Receiver Ref No Originating Party Ultimate Beneficiary Name & Address Name & Address Account no Currency Exchange Rate Interest Rate 10,2500 Period 1 Deal / Stock Code Contoh : BII melakukan Transaksi Penempatan Dana (Placing) pada Bank Mega sebesar Rp.10 Milyar dengan Suku Bunga 10,25 %, Tanggal Valuta 23 Oktober 2000, dan Jatuh Tempo tangal 24 Oktober

166 Lampiran 3.2 CONTOH 2 : Transaksi Antar-Bank dengan TRN IFTMM000 Construct Single Credit From Member IBBKIDJA PT. BANK INTERNASIONAL INDONESIA Source Manual To Member BMEGIDJ1 PT. BANK MEGA Value Date 23 / 10 / 2000 Total Amount ,00 Rel TRN 68641T TRN IFTMM000 To Branch / Sub Branch Basic Info By Order Of AID Beneficiary AID Account No Account No Name & Address BII TREASURY DIV. JAKARTA Name & Address BANK MEGA ATTN. TREASURY DEPT. JAKARTA Payment details PELUNASAN TAKING P+I VD. 20/10/2000 MAT. 23/10/2000 Member to Member Information /FEAB/R /PTR/LOCAL-LOCAL /BEN/ Additional Info Sender Ref No Receiver Ref No Originating Party Ultimate Beneficiary Name & Address Name & Address Account no Currency Exchange Rate Interest Rate 10,2550 Period 1 Deal / Stock Code Contoh : BII melakukan Transaksi Pelunasan Pinjaman (Taking) dari Bank Mega sebesar Rp ,00 dengan Suku Bunga 10,255 %, Tanggal Valuta 20 Oktober 2000 (Jum at), dan Jatuh Tempo tanggal 23 Oktober 2000 (Senin) 154

167 Lampiran 3.2 Pengisian Construct Single Credit untuk Transaksi Intraday Inter-Bank Money Market (Pasar Uang Antar- Bank/PUAB Rupiah Jangka Sangat Pendek/Intrahari) dengan TRN IFTMM001 Construct Single Credit From Member Member Code Bank Pengirim Member Name Bank Pengirim Source Manual To Member Member Code Bank Penerima Member Name Bank Penerima Value Date Tgl. Efektif Txn. Total Amount Nominal Txn. Rel TRN Nomor Referensi/Validasi Internal Bank Pengirim TRN IFTMM001 To Branch / Sub Branch Optional Basic Info By Order Of Beneficiary AID Optional AID Optional Account No No. Rekg. Giro Bank Pengirim di BI-RTGS Central Computer/RCC (Optional) Account No No. Rekg. Giro Bank Penerima di BI- RTGS Central Computer/RCC (Optional) Name & Address Name & Address BANK.. DEPARTMENT.. JAKARTA/kota lain (Bank Pengirim) (Dilarang diisi dengan BIC/SWIFT Code) Payment details KETERANGAN TRANSAKSI (Optional) BANK.. DEPARTMENT.. JAKARTA/kota lain (Bank Penerima) (Dilarang diisi dengan BIC/SWIFT Code) Member to Member Information /FEAB/R (atau) /FEAB/NR (dan) /PTR/LOCAL-LOCAL (atau) /PTR/LOCAL-FOREIGN (atau) /PTR/FOREIGN-LOCAL (atau) /PTR/FOREIGN-FOREIGN (Mandatory pd Brs-1) /BEN/ (Optional pd Brs-2) Additional Info Sender Ref No Optional Receiver Ref No Optional Originating Party Ultimate Beneficiary Name & Address Optional Name & Address Optional Account no Optional Currency Blank Exchange Rate Blank Interest Rate Suku Bunga Txn. (Mandat ory) Period Blank Deal / Stock Code Optional 155

168 Lampiran 3.2 Keterangan : - Member To Member Information baris pertama (1) untuk Transaksi Antar- Bank, harus diisi (mandatory) dengan /FEAB/R apabila Pengirim adl Residence atau /FEAB/NR apabila Pengirim adl Non-Residence - Member To Member Information baris pertama (1) untuk Transaksi Antar- Bank, juga harus diisi (mandatory) dengan Kode Status Pengirim-Penerima, dengan pilihan : /PTR/LOCAL-LOCAL (Pengirim : Citizen dan Penerima : Citizen), /PTR/LOCAL-FOREIGN (Pengirim : Citizen dan Penerima : Non- Citizen), /PTR/FOREIGN-LOCAL (Pengirim : Non-Citizen dan Penerima : Citizen) atau /PTR/FOREIGN-FOREIGN (Pengirim : Non-Citizen dan Penerima : Non-Citizen) - Member To Member Information baris kedua (2) untuk Transaksi Antar- Bank, diisi (optional) dengan /BEN/ yang berarti biaya penerusan di Bank Penerima ditanggung Nasabah Bank Penerima. Apabila dikosongkan diartikan biaya penerusan di Bank Penerima tetap ditanggung Nasabah Bank Penerima. - Sender Ref No, pengisiannya bersifat mandatory, jika Originating Party berasal dari Luar Negeri - Ultimate Beneficiary Account No harus diisi dengan Huruf dan/atau Angka, tanpa special character (., /, atau - ) - Mandatory: Harus diisi - Optional : Dapat Diisi atau Dikosongkan - Blank : Dikosongkan (karena memang tidak dapat diisi suatu data) 156

169 Lampiran 3.2 Pengisian Construct Single Credit untuk Transaksi Inter-Bank Money Market (Pasar Uang Antar- Bank/PUAB Rupiah) Jangka Panjang (> 99 Hari Kalender) dengan TRN IFTPL000 Construct Single Credit From Member Member Code Bank Pengirim Member Name Bank Pengirim Source Manual To Member Member Code Bank Penerima Member Name Bank Penerima Value Date Tgl. Efektif Txn. Total Amount Nominal Txn. Rel TRN Nomor Referensi/Validasi Internal Bank Pengirim TRN IFTPL000 To Branch / Sub Branch Optional Basic Info By Order Of Beneficiary AID Optional AID Optional Account No No. Rekg. Giro Bank Pengirim di BI-RTGS Central Computer/RCC (Optional) Account No No. Rekg. Giro Bank Penerima di BI- RTGS Central Computer/RCC (Optional) Name & Address Name & Address BANK.. DEPARTMENT.. JAKARTA/kota lain (Bank Pengirim) (Dilarang diisi dengan BIC/SWIFT Code) Payment details KETERANGAN TRANSAKSI (Optional) BANK.. DEPARTMENT.. JAKARTA/kota lain (Bank Penerima) (Dilarang diisi dengan BIC/SWIFT Code) Member to Member Information /FEAB/R (atau) /FEAB/NR (dan) /PTR/LOCAL-LOCAL (atau) /PTR/LOCAL-FOREIGN (atau) /PTR/FOREIGN-LOCAL (atau) /PTR/FOREIGN-FOREIGN (Mandatory pd Brs-1) /BEN/ (Optional pd Brs-2) Additional Info Sender Ref No Optional Receiver Ref No Optional Originating Party Ultimate Beneficiary Name & Address Optional Name & Address Optional Account no Optional Currency Blank Exchange Rate Blank Interest Rate Suku Bunga Txn. (Mandat ory) Period Blank Deal / Stock Code Optional 157

170 Lampiran 3.2 Keterangan : - Member To Member Information baris pertama (1) untuk Transaksi Antar- Bank, harus diisi (mandatory) dengan /FEAB/R apabila Pengirim adl Residence atau /FEAB/NR apabila Pengirim adl Non-Residence - Member To Member Information baris pertama (1) untuk Transaksi Antar- Bank, juga harus diisi (mandatory) dengan Kode Status Pengirim-Penerima, dengan pilihan : /PTR/LOCAL-LOCAL (Pengirim : Citizen dan Penerima : Citizen), /PTR/LOCAL-FOREIGN (Pengirim : Citizen dan Penerima : Non- Citizen), /PTR/FOREIGN-LOCAL (Pengirim : Non-Citizen dan Penerima : Citizen) atau /PTR/FOREIGN-FOREIGN (Pengirim : Non-Citizen dan Penerima : Non-Citizen) - Member To Member Information baris kedua (2) untuk Transaksi Antar- Bank, diisi (optional) dengan /BEN/ yang berarti biaya penerusan di Bank Penerima ditanggung Nasabah Bank Penerima. Apabila dikosongkan diartikan biaya penerusan di Bank Penerima tetap ditanggung Nasabah Bank Penerima. - Sender Ref No, pengisiannya bersifat mandatory, jika Originating Party berasal dari Luar Negeri - Ultimate Beneficiary Account No harus diisi dengan Huruf dan/atau Angka, tanpa special character (., /, atau - ) - Mandatory : Harus diisi - Optional : Dapat Diisi atau Dikosongkan - Blank : Dikosongkan (karena memang tidak dapat diisi suatu data) 158

171 Lampiran 3.2 Pengisian Construct Single Credit untuk Setelmen Rupiah dari Transaksi Rupiah-leg-Valas Antar-Bank di Indonesia (Transaksi Domestic Forex) dengan TRN IFTFX000 Construct Single Credit From Member Member Code Bank Pengirim Member Name Bank Pengirim Source Manual To Member Member Code Bank Penerima Member Name Bank Penerima Value Date Tgl. Efektif Txn. Total Amount Nominal Txn. Rel TRN Nomor Referensi/Validasi Internal Bank Pengirim TRN IFTFX000 To Branch / Sub Branch Optional Basic Info By Order Of Beneficiary AID Optional AID Optional Account No No. Rekg. Giro Bank Pengirim di BI-RTGS Central Computer/RCC (Optional) Account No No. Rekg. Giro Bank Penerima di BI- RTGS Central Computer/RCC (Optional) Name & Address Name & Address BANK.. DEPARTMENT.. JAKARTA/kota lain (Bank Pengirim) (Dilarang diisi dengan BIC/SWIFT Code) Payment details KETERANGAN TRANSAKSI (Optional) B Additional Info BANK.. DEPARTMENT.. JAKARTA/kota lain (Bank Penerima) (Dilarang diisi dengan BIC/SWIFT Code) Member to Member Information /FEAB/R (atau) /FEAB/NR (dan) /PTR/LOCAL-LOCAL (atau) /PTR/LOCAL-FOREIGN (atau) /PTR/FOREIGN-LOCAL (atau) /PTR/FOREIGN-FOREIGN (Mandatory pd Brs-1) /BEN/ (Optional pd Brs-2) Sender Ref No Optional Receiver Ref No Optional Originating Party Ultimate Beneficiary Name & Address Optional Name & Address Optional Account no Optional Currency Kode Valas (Mandatory ) Exchange Rate Kurs Txn. (Mandat ory) Interest Rate Blank Period Blank Deal / Stock Code Optional 159

172 Lampiran 3.2 Keterangan : - Member To Member Information baris pertama (1) untuk Transaksi Antar- Bank, harus diisi (mandatory) dengan /FEAB/R apabila Pengirim adl Residence atau /FEAB/NR apabila Pengirim adl Non-Residence - Member To Member Information baris pertama (1) untuk Transaksi Antar- Bank, juga harus diisi (mandatory) dengan Kode Status Pengirim-Penerima, dengan pilihan : /PTR/LOCAL-LOCAL (Pengirim : Citizen dan Penerima : Citizen), /PTR/LOCAL-FOREIGN (Pengirim : Citizen dan Penerima : Non- Citizen), /PTR/FOREIGN-LOCAL (Pengirim : Non-Citizen dan Penerima : Citizen) atau /PTR/FOREIGN-FOREIGN (Pengirim : Non-Citizen dan Penerima : Non-Citizen) - Member To Member Information baris kedua (2) untuk Transaksi Antar- Bank, diisi (optional) dengan /BEN/ yang berarti biaya penerusan di Bank Penerima ditanggung Nasabah Bank Penerima. Apabila dikosongkan diartikan biaya penerusan di Bank Penerima tetap ditanggung Nasabah Bank Penerima. - Sender Ref No, pengisiannya bersifat mandatory, jika Originating Party berasal dari Luar Negeri - Ultimate Beneficiary Account No harus diisi dengan Huruf dan/atau Angka, tanpa special character (., /, atau - ) - Mandatory: Harus diisi - Optional : Dapat Diisi atau Dikosongkan - Blank : Dikosongkan (karena memang tidak dapat diisi suatu data) 160

173 Lampiran 3.2 CONTOH : Transaksi Antar-Bank dengan TRN IFTFX000 Construct Single Credit From Member IBBKIDJA PT. BANK INTERNASIONAL INDONESIA Source Manual To Member BDINIDJA PT. BANK DANAMON INDONESIA Value Date 23 / 10 / 2000 Total Amount ,00 Rel TRN 89346B TRN IFTFX000 To Branch / Sub Branch Basic Info By Order Of AID Beneficiary AID Account No Account No Name & Address BII TREASURY DIV. JAKARTA Name & Address BANK DANAMON ATTN. TREASURY DEPT. JAKARTA Payment details PEMBELIAN USD ,00 Member to Member Information /FEAB/R /PTR/LOCAL-LOCAL /BEN/ Additional Info Sender Ref No Receiver Ref No Originating Party Ultimate Beneficiary Name & Address Name & Address Account no Currency USD Exchange Rate 8.942,00 Interest Rate Period Deal / Stock Code Contoh : BII melakukan Transaksi Beli USD/IDR dengan Bank Danamon sebesar USD 0.5 Mio / Rp ,00 dengan Kurs Rp.8.942,00/USD 1, dan Tanggal Valuta 23 Oktober

174 Lampiran 3.2 Pengisian Construct Single Credit untuk Setelmen Rupiah dari Transaksi Rupiah-leg-Valas Antara Bank di Indonesia dengan Bank di Luar Negeri (Transaksi Cross-Border Forex) atau Setelmen Rupiah dari Transaksi Rupiah-leg-Valas yang melibatkan Nasabah Bank Domestik dengan TRN IFTFX001 Construct Single Credit From Member Member Code Bank Pengirim Member Name Bank Pengirim Source Manual To Member Member Code Bank Penerima Member Name Bank Penerima Value Date Tgl. Efektif Txn. Total Amount Nominal Txn. Rel TRN Nomor Referensi/Validasi Internal Bank Pengirim TRN IFTFX001 To Branch / Sub Branch Optional Basic Info By Order Of Beneficiary AID Optional AID Optional Account No No. Rekg. Giro Bank Pengirim di BI-RTGS Central Computer/RCC Atau Rekg. Lain Milik Bank Pengirim Sendiri, Bukan Milik Nasabah Bank Pengirim (Optional) Account No No. Rekg. Giro Bank Penerima di BI-RTGS Central Computer/RCC Atau Rekg. Lain Milik Bank Penerima Sendiri, Bukan Milik Nasabah Bank Penerima (Optional) Name & Address Name & Address (diisi Nama Bank Pengirim, dgn pilihan di bawah ini) BANK.. DEPARTMENT.. JAKARTA/kota lain, atau BANK.. CABANG/KOTA.. (di Indonesia), atau BANK.. KOTA.. (Kota di Luar Negeri), atau BANK.. ATTN.. (diisi Nama Rekg Milik Bank Pengirim Sendiri, Bukan Nama Nasabah Bank Pengirim) JAKARTA/ kota lain (Dilarang diisi dengan BIC/SWIFT Code) Payment details KETERANGAN TRANSAKSI (Optional) (diisi Nama Bank Penerima, dgn pilihan di bawah ini) BANK.. DEPARTMENT.. JAKARTA/kota lain, atau BANK.. CABANG/KOTA.. (di Indonesia), atau BANK.. KOTA.. (Kota di Luar Negeri) BANK.. ATTN.. (diisi Nama Rekg Milik Bank Penerima Sendiri, Bukan Nama Nasabah Bank Penerima) JAKARTA/kota lain (Dilarang diisi dengan BIC/SWIFT Code) Member to Member Information /FEAB/R (atau) /FEAB/NR (dan) /PTR/LOCAL-LOCAL (atau) /PTR/LOCAL-FOREIGN (atau) /PTR/FOREIGN-LOCAL (atau) /PTR/FOREIGN-FOREIGN (Mandatory pd Brs-1) /BEN/ (Optional pd Brs-2) B Additional Info Sender Ref No Optional Receiver Ref No Optional Originating Party Ultimate Beneficiary Name & Address Optional Name & Address NAMA NASABAH DI BANK PENERIMA YANG MENERIMA PEMBAYARAN RUPIAH DARI TRANSAKSI RUPIAH-LEG-VALAS Account no REKG. NASABAH DI BANK PENERIMA, PENERIMA RUPIAH Currency Kode Valas Exchange Rate Kurs Txn. (Mandator y) Interest Rate Blank Period Blank Deal / Stock Code Optional 162

175 Lampiran 3.2 Keterangan : - Member To Member Information baris pertama (1) untuk Transaksi Antar- Bank, harus diisi (mandatory) dengan /FEAB/R apabila Pengirim adl Residence atau /FEAB/NR apabila Pengirim adl Non-Residence - Member To Member Information baris pertama (1) untuk Transaksi Antar- Bank, juga harus diisi (mandatory) dengan Kode Status Pengirim-Penerima, dengan pilihan : /PTR/LOCAL-LOCAL (Pengirim : Citizen dan Penerima : Citizen), /PTR/LOCAL-FOREIGN (Pengirim : Citizen dan Penerima : Non- Citizen), /PTR/FOREIGN-LOCAL (Pengirim : Non-Citizen dan Penerima : Citizen) atau /PTR/FOREIGN-FOREIGN (Pengirim : Non-Citizen dan Penerima : Non-Citizen) - Member To Member Information baris kedua (2) untuk Transaksi Antar- Bank, diisi (optional) dengan /BEN/ yang berarti biaya penerusan di Bank Penerima ditanggung Nasabah Bank Penerima. Apabila dikosongkan diartikan biaya penerusan di Bank Penerima tetap ditanggung Nasabah Bank Penerima. - Sender Ref No, pengisiannya bersifat mandatory, jika Originating Party berasal dari Luar Negeri - Ultimate Beneficiary Account No harus diisi dengan Huruf dan/atau Angka, tanpa special character (., /, atau - ) - Mandatory: Harus diisi - Optional : Dapat Diisi atau Dikosongkan - Blank : Dikosongkan (karena memang tidak dapat diisi suatu data) 163

176 Lampiran 3.2 CONTOH 1 : Transaksi Antar-Bank dengan TRN IFTFX001 Construct Single Credit From Member IBBKIDJA PT. BANK INTERNASIONAL INDONESIA Source Manual To Member SCBLIDJX STANDARD CHARTERED BANK Value Date 23 / 10 / 2000 Total Amount ,00 Rel TRN 89356B TRN IFTFX001 To Branch / Sub Branch Basic Info By Order Of AID Beneficiary AID Account No Account No Name & Address BII TREASURY DIV. JAKARTA Name & Address STANCHART BANK JAKARTA Payment details PEMBELIAN USD ,00 Member to Member Information /FEAB/R /PTR/LOCAL-FOREIGN /BEN/ Additional Info Sender Ref No Receiver Ref No Originating Party Ultimate Beneficiary Name & Address Name & Address STANCHART BANK SINGAPORE Account no Currency USD Exchange Rate 8.950,00 Interest Rate Period Deal / Stock Code Contoh : BII melakukan Transaksi Beli USD/IDR dengan Stanchart Bank Singapore, yang mempunyai Account IDR (Rp) di Stanchart Bank Jakarta dengan Nomor Rekening , sebesar USD 1 Mio / Rp ,00 dengan Kurs Rp.8.950,00/USD 1, dan Tanggal Valuta 23 Oktober

177 Lampiran 3.2 CONTOH 2 : Transaksi Antar-Bank dengan TRN IFTFX001 Construct Single Credit From Member IBBKIDJA PT. BANK INTERNASIONAL INDONESIA Source Manual To Member BNINIDJA PT. BANK NEGARA INDONESOIA Value Date 23 / 10 / 2000 Total Amount ,00 Rel TRN 89256B TRN IFTFX001 To Branch / Sub Branch Basic Info By Order Of AID Beneficiary AID Account No Account No Name & Address BII TREASURY DIV. JAKARTA Name & Address BANK NEGARA INDONESIA CABANG GAMBIR JAKARTA Payment details PEMBELIAN USD ,00 Member to Member Information /FEAB/R /PTR/LOCAL-LOCAL /BEN/ Additional Info Sender Ref No Receiver Ref No Originating Party Ultimate Beneficiary Name & Address Name & Address BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL Account no Currency USD Exchange Rate 8.885,00 Interest Rate Period Deal / Stock Code Contoh : BII melakukan Transaksi Beli USD/IDR dengan BPPN, yang mempunyai Account IDR (Rp) di BNI Cabang Gambir dengan Nomor Rekening , sebesar USD 2 Mio / Rp ,00 dengan Kurs Rp.8.885,00/USD 1, dan Tanggal Valuta 23 Oktober

178 Lampiran 3.2 Pengisian Construct Single Credit untuk Transaksi Antar-Bank Lainnya dan Transaksi Antar-Bank Untuk Kepentingan Nasabah, dengan TRN IFT00000 Construct Single Credit From Member Member Code Bank Pengirim Member Name Bank Pengirim Source Manual To Member Member Code Bank Penerima Member Name Bank Penerima Value Date Tgl. Efektif Txn. Total Amount Nominal Txn. Rel TRN Nomor Referensi/Validasi Internal Bank Pengirim TRN IFT00000 To Branch / Sub Branch Optional Basic Info By Order Of Beneficiary AID Optional AID Optional Account No No. Rekg. Giro Bank Pengirim di BI- RTGS Central Computer/RCC Atau Rekg. Lain Milik Bank Pengirim Sendiri, Bukan Milik Nasabah Bank Pengirim (Optional) Account No No. Rekg. Giro Bank Penerima di BI-RTGS Central Computer/RCC Atau Rekg. Lain Milik Bank Penerima Sendiri, Bukan Milik Nasabah Bank Penerima (Optional) Name & Address Name & Address (diisi Nama Bank Pengirim, dgn pilihan di bawah ini) BANK.. DEPARTMENT.. JAKARTA/kota lain, atau BANK.. CABANG/KOTA.. (di Indonesia), atau BANK.. KOTA.. (Kota di Luar Negeri), atau BANK.. ATTN.. (diisi Nama Rekg Milik Bank Pengirim Sendiri, Bukan Nama Nasabah Bank Pengirim) (Dilarang diisi dengan BIC/SWIFT Code) Payment details KETERANGAN TRANSAKSI (Optional) (diisi Nama Bank Penerima, dgn pilihan di bawah ini) BANK.. DEPARTMENT.. JAKARTA/kota lain, atau BANK.. CABANG/KOTA.. (di Indonesia), atau BANK.. KOTA.. (Kota di Luar Negeri) BANK.. ATTN.. (diisi Nama Rekg Milik Bank Penerima Sendiri, Bukan Nama Nasabah Bank Penerima) (Dilarang diisi dengan BIC/SWIFT Code) Member to Member Information /FEAB/R (atau) /FEAB/NR (dan) /PTR/LOCAL-LOCAL (atau) /PTR/LOCAL-FOREIGN (atau) /PTR/FOREIGN-LOCAL (atau) /PTR/FOREIGN-FOREIGN (Mandatory pd Brs-1) /BEN/ (Optional pd Brs-2) B Additional Info Sender Ref No Optional atau Mandatory (jika Originating Party dari LN) Receiver Ref No Optional Originating Party Ultimate Beneficiary Name & Address Name & Address NAMA & ALAMAT NASABAH PENGIRIM PADA BANK PENGIRIM (Optional Diisi) NAMA & ALAMAT NASABAH PENERIMA PADA BANK PENERIMA Account no REKG. NASABAH PENERIMA DI BANK PENERIMA Currency Blank Exchange Rate Blank Interest Rate Blank Period Blank Deal / Stock Code Optional 166

179 Lampiran 3.2 Keterangan : - Member To Member Information baris pertama (1) untuk Transaksi Antar- Bank, harus diisi (mandatory) dengan /FEAB/R apabila Pengirim adl Residence atau /FEAB/NR apabila Pengirim adl Non-Residence - Member To Member Information baris pertama (1) untuk Transaksi Antar- Bank, juga harus diisi (mandatory) dengan Kode Status Pengirim-Penerima, dengan pilihan : /PTR/LOCAL-LOCAL (Pengirim : Citizen dan Penerima : Citizen), /PTR/LOCAL-FOREIGN (Pengirim : Citizen dan Penerima : Non- Citizen), /PTR/FOREIGN-LOCAL (Pengirim : Non-Citizen dan Penerima : Citizen) atau /PTR/FOREIGN-FOREIGN (Pengirim : Non-Citizen dan Penerima : Non-Citizen) - Member To Member Information baris kedua (2) untuk Transaksi Antar- Bank, diisi (optional) dengan /BEN/ yang berarti biaya penerusan di Bank Penerima ditanggung Nasabah Bank Penerima. Apabila dikosongkan diartikan biaya penerusan di Bank Penerima tetap ditanggung Nasabah Bank Penerima. - Sender Ref No, pengisiannya bersifat mandatory, jika Originating Party berasal dari Luar Negeri - Ultimate Beneficiary Account No harus diisi dengan Huruf dan/atau Angka, tanpa special character (., /, atau - ) - Mandatory: Harus diisi - Optional : Dapat Diisi atau Dikosongkan - Blank : Dikosongkan (karena memang tidak dapat diisi suatu data) 167

180 Lampiran 3.2 CONTOH 1 : Transaksi Antar-Bank dengan TRN IFT00000 Construct Single Credit From Member IBBKIDJA PT. BANK INTERNASIONAL INDONESIA Source Manual To Member CENAIDJA PT. BANK CENTRAL ASIA Value Date 23 / 10 / 2000 Total Amount ,00 Rel TRN TRN IFT00000 To Branch / Sub Branch Basic Info By Order Of AID Beneficiary AID Account No Account No Name & Address BII CAB. SOLO JL. SLAMET RIYADI SOLO Name & Address BCA CAB. SURABAYA JL. PEMUDA SURABAYA Payment details PEMBAYARAN PEMBELIAN RUMAH SAUDARA Member to Member Information /FEAB/R /PTR/LOCAL-LOCAL /BEN/ Additional Info Sender Ref No Receiver Ref No Originating Party Ultimate Beneficiary Name & Address DOYOK Name & Address POLO Account no Currency Exchange Rate Interest Rate Period Deal / Stock Code Contoh : Doyok melakukan Transfer Dana sebesar Rp ,00 untuk Polo yang mempunyai Rekening Tabungan di BCA Cab. Surabaya Jl. Pemuda melalui BII Cab. Solo Jl. Slamet Riyadi untuk pembayaran rumah 168

181 Lampiran 3.2 CONTOH 2 : Transaksi Antar-Bank dengan TRN IFT00000 Construct Single Credit From Member SCBLIDJX STANDARD CHARTERED BANK Source Manual To Member BDINIDJA PT. BANK DANAMON INDONESIA Value Date 25 / 01 / 2002 Total Amount ,00 Rel TRN TN011 TRN IFT00000 To Branch / Sub Branch Basic Info By Order Of AID Beneficiary AID Account No Account No Name & Address STANDARD CHARTERED BANK JAKARTA Name & Address PT. BANK DANAMON INDONESIA JL. ABDUL MUIS JAKARTA Payment details PEMBAYARAN PEMBELIAN GARMENT Member to Member Information /FEAB/R /PTR/LOCAL-LOCAL /BEN/ Additional Info Sender Ref No Receiver Ref No Originating Party Ultimate Beneficiary Name & Address ALI BUTO Name & Address BURHANUDDIN ABDULLAH Account no Currency Exchange Rate Interest Rate Period Deal / Stock Code Contoh : Ali Buto melakukan Transfer Dana sebesar Rp ,00 untuk Burhanuddin Abdullah yang mempunyai Rekening Tabungan di Bank Danamon Jakarta Jl. Abdul Muis melalui Standard Chartered Bank Jakarta Jl. Sudirman untuk pembayaran pembelian garment 169

182 Lampiran 3.2 CONTOH 3 : Transaksi Antar-Bank dengan TRN IFT00000 Construct Single Credit From Member BRINIDJA PT. BANK RAKYAT INDONESIA Source Manual To Member BNINIDJA PT. BANK NEGARA INDONESIA Value Date 25 / 01 / 2002 Total Amount ,00 Rel TRN CB009 TRN IFT00000 To Branch / Sub Branch Basic Info By Order Of AID Beneficiary AID Account No Account No Name & Address BRI CIREBON JL. JEND. SUDIRMAN CIREBON Name & Address BNI JAYAPURA JL. JEND. SUDIRMAN JAYAPURA Payment details PEMBAYARAN PEMBELIAN UDANG BULAN JANUARI 2002 Member to Member Information /FEAB/R /PTR/LOCAL-LOCAL /BEN/ Additional Info Sender Ref No Receiver Ref No Originating Party Ultimate Beneficiary Name & Address TONY SUKOCO Name & Address AMIR KASIEPO Account no Currency Exchange Rate Interest Rate Period Deal / Stock Code Contoh : Tony Sukoco melakukan Transfer Dana sebesar Rp ,00 untuk Amir Kasiepo yang mempunyai Rekening Tabungan di BNI Jayapura Jl. Jend. Sudirman melalui BRI Cirebon Jl. Jend. Sudirman untuk pembayaran pembelian udang bulan Januari

183 Lampiran 3.2 CONTOH 4 : Transaksi Antar-Bank dengan TRN IFT00000 Construct Single Credit From Member HSBCIDJA HONGKONG SHANGHAI BANK CORP. Source Manual To Member IBBKIDJA PT. BANK INTERNASIONAL INDONESIA Value Date 25 / 01 / 2002 Total Amount ,00 Rel TRN LN016 TRN IFT00000 To Branch / Sub Branch Basic Info By Order Of AID Beneficiary AID Account No Account No Name & Address HSBC HONGKONG Name & Address BII JAKARTA JL. M.H. THAMRIN JAKARTA Payment details KIRIMAN UANG UNTUK TAMBAHAN BANGUN RUMAH Member to Member Information /FEAB/NR /PTR/FOREIGN-LOCAL /BEN/ Additional Info Sender Ref No HKID Receiver Ref No Originating Party Ultimate Beneficiary Name & Address ABDUL KHAMIM Name & Address AHMAD ALIMAN Account no Currency Exchange Rate Interest Rate Period Deal / Stock Code Contoh : Abdul Khamim melakukan Remittance melalui HSBC HongKong dan diteruskan oleh HSBC Jakarta sebesar equivalen Rp ,00 untuk Ahmad Aliman yang mempunyai Rekening Tabungan di BII Jakarta Jl. M.H. Thamrin untuk tambahan bangun rumah 171

184 Lampiran 3.2 Pengisian Construct Single Credit untuk Setelmen Pembayaran Antar-Bank yang terkait dengan Transaksi Jual-Beli Sekuritas (Obligasi atau Saham), dengan TRN IFTSX000 Construct Single Credit From Member Member Code Bank Pengirim Member Name Bank Pengirim Source Manual To Member Member Code Bank Penerima Member Name Bank Penerima Value Date Tgl. Efektif Txn. Total Amount Nominal Txn. Rel TRN Nomor Referensi/Validasi Internal Bank Pengirim TRN IFTSX000 To Branch / Sub Branch Optional Basic Info By Order Of Beneficiary AID Optional AID Optional Account No No. Rekg. Giro Bank Pengirim di BI- RTGS Central Computer/RCC Atau Rekg. Lain Milik Bank Pengirim Sendiri, Bukan Milik Nasabah Bank Pengirim (Optional) Account No No. Rekg. Giro Bank Penerima di BI-RTGS Central Computer/RCC Atau Rekg. Lain Milik Bank Penerima Sendiri, Bukan Milik Nasabah Bank Penerima (Optional) Name & Address Name & Address (diisi Nama Bank Pengirim, dgn pilihan di bawah ini) BANK.. DEPARTMENT.. JAKARTA/kota lain, atau BANK.. CABANG/KOTA.. (di Indonesia), atau BANK.. KOTA.. (Kota di Luar Negeri), atau BANK.. ATTN.. (diisi Nama Rekg Milik Bank Pengirim Sendiri, Bukan Nama Nasabah Bank Pengirim) (Dilarang diisi dengan BIC/SWIFT Code) Payment details KETERANGAN TRANSAKSI (Optional) (diisi Nama Bank Penerima, dgn pilihan di bawah ini) BANK.. DEPARTMENT.., atau BANK.. CABANG/KOTA.. (di Indonesia), atau BANK.. KOTA.. (Kota di Luar Negeri) BANK.. ATTN.. (diisi Nama Rekg Milik Bank Penerima Sendiri, Bukan Nama Nasabah Bank Penerima) (Dilarang diisi dengan BIC/SWIFT Code) Member to Member Information /FEAB/R (atau) /FEAB/NR (dan) /PTR/LOCAL-LOCAL (atau) /PTR/LOCAL-FOREIGN (atau) /PTR/FOREIGN-LOCAL (atau) /PTR/FOREIGN-FOREIGN (Mandatory pd Brs-1) /BEN/ (Optional pd Brs-2) B Additional Info Sender Ref No Optional Receiver Ref No Optional Originating Party Ultimate Beneficiary Name & Address NAMA NASABAH PIHAK SERAH DANA DARI TRANSAKSI JUAL- BELI SEKURITAS PADA BANK PENGIRIM (Optional - Diisi) Name & Address NAMA NASABAH PIHAK SERAH SEKURITAS DARI TRANSAKSI JUAL-BELI SEKURITAS PADA BANK PENERIMA Account no REKG.NASABAH PADA BANK PENERIMA, PENERIMA DANA Currency Blank Exchange Rate Blank Interest Rate Blank Period Blank Deal / Stock Code Optional 172

185 Lampiran 3.2 Keterangan : - Member To Member Information baris pertama (1) untuk Transaksi Antar- Bank, harus diisi (mandatory) dengan /FEAB/R apabila Pengirim adl Residence atau /FEAB/NR apabila Pengirim adl Non-Residence - Member To Member Information baris pertama (1) untuk Transaksi Antar- Bank, juga harus diisi (mandatory) dengan Kode Status Pengirim-Penerima, dengan pilihan : /PTR/LOCAL-LOCAL (Pengirim : Citizen dan Penerima : Citizen), /PTR/LOCAL-FOREIGN (Pengirim : Citizen dan Penerima : Non- Citizen), /PTR/FOREIGN-LOCAL (Pengirim : Non-Citizen dan Penerima : Citizen) atau /PTR/FOREIGN-FOREIGN (Pengirim : Non-Citizen dan Penerima : Non-Citizen) - Member To Member Information baris kedua (2) untuk Transaksi Antar- Bank, diisi (optional) dengan /BEN/ yang berarti biaya penerusan di Bank Penerima ditanggung Nasabah Bank Penerima. Apabila dikosongkan diartikan biaya penerusan di Bank Penerima tetap ditanggung Nasabah Bank Penerima. - Sender Ref No, pengisiannya bersifat mandatory, jika Originating Party berasal dari Luar Negeri - Ultimate Beneficiary Account No harus diisi dengan Huruf dan/atau Angka, tanpa special character (., /, atau - ) - Mandatory: Harus diisi - Optional : Dapat Diisi atau Dikosongkan - Blank : Dikosongkan (karena memang tidak dapat diisi suatu data) 173

186 Lampiran 3.2 CONTOH : Transaksi Antar-Bank dengan TRN IFTSX000 Construct Single Credit From Member IBBKIDJA PT. BANK INTERNASONAL INDONESIA Source Manual To Member DEUTIDJA DEUTSCHE BANK Value Date 23 / 10 / 2000 Total Amount ,00 Rel TRN TRN IFTSX000 To Branch / Sub Branch Basic Info By Order Of Beneficiary AID AID Account No Account No Name & Address BII TREASURY DIV JAKARTA Name & Address DEUTSCHE BANK, ATTN. GLOBAL MARKET OPERATION JAKARTA Payment details PEMBELIAN OBLIGASI PEMERINTAH VAL MAT Member to Member Information /FEAB/R /PTR/LOCAL-LOCAL /BEN/ Additional Info Sender Ref No Receiver Ref No Originating Party Ultimate Beneficiary Name & Address Name & Address Account no Currency Exchange Rate Interest rate Period Deal / Stock Code VR 001 Contoh : BII melakukan transfer dana sebesar IDR ,- untuk Deutsche Bank, Jakarta untuk pembelian obligasi pemerintah seri VR-001 dengan harga beli 98,625% untuk val. 16 Agustus 2000 s/d 25 Juli 2002 tingkat suku bunga 13,04488%, last kupon tanggal 25 Juli 2000, yang pembayarannya ditujukan untuk Deutsche bank attn. Global Market Operations. 174

187 Lampiran 3.2 Pengisian Construct Single Credit untuk Transaksi Antar-Bank Yang Tidak Ada Nomor Rekening Pada ULTIMATE BENEFICIARY ACCOUNT NO Construct Single Credit From Member Member Code Bank Pengirim Member Name Bank Pengirim Source Manual To Member Member Code Bank Penerima Member Name Bank Penerima Value Date Tgl. Efektif Txn. Total Amount Nominal Txn. Rel TRN Nomor Referensi/Validasi Internal Bank Pengirim TRN IFTNA000 To Branch / Sub Branch Optional Basic Info By Order Of Beneficiary AID Optional AID Optional Account No No. Rekg. Giro Bank Pengirim di BI- RTGS Central Computer/RCC Atau Rekg. Lain Milik Bank Pengirim Sendiri, Bukan Milik Nasabah Bank Pengirim (Optional) Account No No. Rekg. Giro Bank Penerima di BI-RTGS Central Computer/RCC Atau Rekg. Lain Milik Bank Penerima Sendiri, Bukan Milik Nasabah Bank Penerima (Optional) Name & Address Name & Address (diisi Nama Bank Pengirim, dgn pilihan di bawah ini) BANK.. DEPARTMENT.. JAKARTA/kota lain, atau BANK.. CABANG/KOTA.. (di Indonesia), atau BANK.. KOTA.. (Kota di Luar Negeri), atau BANK.. ATTN.. (diisi Nama Rekg Milik Bank Pengirim Sendiri, Bukan Nama Nasabah Bank Pengirim) (Dilarang diisi dengan BIC/SWIFT Code) Payment details KETERANGAN TRANSAKSI (Optional) (diisi Nama Bank Penerima, dgn pilihan di bawah ini) BANK.. DEPARTMENT.. JAKARTA/kota lain, atau BANK.. CABANG/KOTA.. (di Indonesia), atau BANK.. KOTA.. (Kota di Luar Negeri) BANK.. ATTN.. (diisi Nama Rekg Milik Bank Penerima Sendiri, Bukan Nama Nasabah Bank Penerima) (Dilarang diisi dengan BIC/SWIFT Code) Member to Member Information /FEAB/R (atau) /FEAB/NR (dan) /PTR/LOCAL-LOCAL (atau) /PTR/LOCAL-FOREIGN (atau) /PTR/FOREIGN-LOCAL (atau) /PTR/FOREIGN-FOREIGN (Mandatory pd Brs-1) /BEN/ (Optional pd Brs-2) B Additional Info Sender Ref No Optional Receiver Ref No Optional Originating Party Ultimate Beneficiary Name & Address NAMA NASABAH PENGIRIM PADA BANK PENGIRIM (Optional Diisi) Name & Address NAMA NASABAH PENERIMA PADA BANK PENERIMA Account no Kosongkan Currency Blank Exchange Rate Blank Interest Rate Blank Period Blank Deal / Stock Code Optional 175

188 Lampiran 3.2 Keterangan : - Member To Member Information baris pertama (1) untuk Transaksi Antar- Bank, harus diisi (mandatory) dengan /FEAB/R apabila Pengirim adl Residence atau /FEAB/NR apabila Pengirim adl Non-Residence - Member To Member Information baris pertama (1) untuk Transaksi Antar- Bank, juga harus diisi (mandatory) dengan Kode Status Pengirim-Penerima, dengan pilihan : /PTR/LOCAL-LOCAL (Pengirim : Citizen dan Penerima : Citizen), /PTR/LOCAL-FOREIGN (Pengirim : Citizen dan Penerima : Non- Citizen), /PTR/FOREIGN-LOCAL (Pengirim : Non-Citizen dan Penerima : Citizen) atau /PTR/FOREIGN-FOREIGN (Pengirim : Non-Citizen dan Penerima : Non-Citizen) - Member To Member Information baris kedua (2) untuk Transaksi Antar- Bank, diisi (optional) dengan /BEN/ yang berarti biaya penerusan di Bank Penerima ditanggung Nasabah Bank Penerima. Apabila dikosongkan diartikan biaya penerusan di Bank Penerima tetap ditanggung Nasabah Bank Penerima. - Sender Ref No, pengisiannya bersifat mandatory, jika Originating Party berasal dari Luar Negeri - Ultimate Beneficiary Account No harus diisi dengan Huruf dan/atau Angka, tanpa special character (., /, atau - ) - Mandatory: Harus diisi - Optional : Dapat Diisi atau Dikosongkan - Blank : Dikosongkan (karena memang tidak dapat diisi suatu data) 176

189 Lampiran 3.2 Pengisian Construct Single Credit untuk Transaksi Antar-Bank Tolakan/Pengembalian (Reject), dengan TRN IFTRJ000 Construct Single Credit From Member Member Code Bank Pengirim Member Name Bank Pengirim Source Manual To Member Member Code Bank Penerima Member Name Bank Penerima Value Date Tgl. Efektif Txn. Total Amount Nominal Txn. Rel TRN Nomor Referensi/Validasi Internal Bank Pengirim TRN IFTRJ000 To Branch / Sub Branch Optional Basic Info By Order Of Beneficiary AID Optional AID Optional Account No No. Rekg. Giro Bank Pengirim di BI- RTGS Central Computer/RCC Atau Rekg. Lain Milik Bank Pengirim Sendiri, Bukan Milik Nasabah Bank Pengirim (Optional) Account No No. Rekg. Giro Bank Penerima di BI-RTGS Central Computer/RCC Atau Rekg. Lain Milik Bank Penerima Sendiri, Bukan Milik Nasabah Bank Penerima (Optional) Name & Address Name & Address (diisi Nama Bank Pengirim, dgn pilihan di bawah ini) BANK.. DEPARTMENT.. JAKARTA/kota lain, atau BANK.. CABANG/KOTA.. (di Indonesia), atau BANK.. KOTA.. (Kota di Luar Negeri), atau BANK.. ATTN.. (diisi Nama Rekg Milik Bank Pengirim Sendiri, Bukan Nama Nasabah Bank Pengirim) (Dilarang diisi dengan BIC/SWIFT Code) Payment details KETERANGAN TRANSAKSI (Optional) (diisi Nama Bank Penerima, dgn pilihan di bawah ini) BANK.. DEPARTMENT.. JAKARTA/kota lain, atau BANK.. CABANG/KOTA.. (di Indonesia), atau BANK.. KOTA.. (Kota di Luar Negeri) BANK.. ATTN.. (diisi Nama Rekg Milik Bank Penerima Sendiri, Bukan Nama Nasabah Bank Penerima) (Dilarang diisi dengan BIC/SWIFT Code) Member to Member Information /FEAB/R (atau) /FEAB/NR (dan) /PTR/LOCAL-LOCAL (atau) /PTR/LOCAL-FOREIGN (atau) /PTR/FOREIGN-LOCAL (atau) /PTR/FOREIGN-FOREIGN (Mandatory pd Brs-1) /BEN/ (Optional pd Brs-2) B Additional Info Sender Ref No Optional Receiver Ref No Optional Originating Party Ultimate Beneficiary Name & Address NAMA & ALAMAT NASABAH PENGIRIM PADA BANK PENGIRIM (Optional) Name & Address NAMA & ALAMAT NASABAH PENERIMA PADA BANK PENERIMA (Optional) Account no REKG. NASABAH PENERIMA DI BANK PENERIMA (Optional) Currency Blank Exchange Rate Blank Interest Rate Blank Period Blank Deal / Stock Code Optional 177

190 Lampiran 3.2 Keterangan : - Member To Member Information baris pertama (1) untuk Transaksi Antar- Bank, harus diisi (mandatory) dengan /FEAB/R apabila Pengirim adl Residence atau /FEAB/NR apabila Pengirim adl Non-Residence - Member To Member Information baris pertama (1) untuk Transaksi Antar- Bank, juga harus diisi (mandatory) dengan Kode Status Pengirim-Penerima, dengan pilihan : /PTR/LOCAL-LOCAL (Pengirim : Citizen dan Penerima : Citizen), /PTR/LOCAL-FOREIGN (Pengirim : Citizen dan Penerima : Non- Citizen), /PTR/FOREIGN-LOCAL (Pengirim : Non-Citizen dan Penerima : Citizen) atau /PTR/FOREIGN-FOREIGN (Pengirim : Non-Citizen dan Penerima : Non-Citizen) - Member To Member Information baris kedua (2) untuk Transaksi Antar- Bank, diisi (optional) dengan /BEN/ yang berarti biaya penerusan di Bank Penerima ditanggung Nasabah Bank Penerima. Apabila dikosongkan diartikan biaya penerusan di Bank Penerima tetap ditanggung Nasabah Bank Penerima. - Sender Ref No, pengisiannya bersifat mandatory, jika Originating Party berasal dari Luar Negeri - Ultimate Beneficiary Account No harus diisi dengan Huruf dan/atau Angka, tanpa special character (., /, atau - ) - Mandatory: Harus diisi - Optional : Dapat Diisi atau Dikosongkan - Blank : Dikosongkan (karena memang tidak dapat diisi suatu data) 178

191 Lampiran 3.2 Pengisian Construct Single Credit untuk Transaksi Penarikan Tunai di Bagian Pengelolaan Uang Keluar (BPUK) Kantor Pusat Bank Indonesia (KPBI) Jakarta. Transaksi dengan TRN BIRCR521 ini paling lambat diterima di RCC pukul WIB. Construct Single Credit From Member To Member Member Code Bank Pengirim INDOIDJA930 Member Name Bank Pengirim Source Manual BANK INDONESIA KANTOR PUSAT Value Date Tgl. Efektif Txn. Total Amount Nominal Txn. Rel TRN Nomor Referensi/Validasi Internal Bank Pengirim TRN BIRCR521 To Branch / Sub Branch Optional Basic Info By Order Of Beneficiary AID Optional AID Optional Account No No. Rekg. Giro Bank Pengirim di BI- RTGS Central Computer/RCC (Optional) Account No Name & Address Name & Address BANK. CABANG. JAKARTA/kota lain di Jabotabek (Dilarang diisi dengan BIC/SWIFT Code) REKENING ANTARA SHD TRANSAKSI KAS BAYARAN DI BPUK Payment details PENARIKAN TUNAI TGL Member to Member Information Optional Additional Info Sender Ref No Optional Receiver Ref No Optional Originating Party Ultimate Beneficiary Name & Address Optional Name & Address Optional (Jika diisi, Isi Data = Isi Data Pada Beneficiary Name & Address) Account no Kosongkan CurrencyBlankExchange rateblankinterest rateblankperiodblankdeal / Stock CodeOptional Deal / Stock Code Optional Keterangan : - By Order Of Account No dapat diisi dengan No Rekening Giro Bank Pengirim yang ditatausahakan di BI-RTGS Central Computer (RCC), dengan 179

192 Lampiran 3.2 memasukkan 9 (sembilan) digit angka No Rekening Giro bank Pengirim (tidak ada huruf dan/atau special character spt :., -, /) - Beneficiary Account No, yang harus diisi No Rekening yang akan di-kredit di Sistem BI-SOSA - Ultimate Beneficiary Name & Address dapat diisi data = isi data pada Beneficiary Name & Address - Mandatory : Harus diisi - Optional : Dapat Diisi atau Dikosongkan - Blank : Dikosongkan (karena memang tidak dapat diisi suatu data) - Kosongkan : Tidak Perlu Diisi 180

193 Lampiran 3.2 Pengisian Construct Single Credit untuk Transaksi Penarikan Tunai di Kantor Cabang Bank Indonesia (Kantor Bank Indonesia/KBI). Transaksi dengan TRN BIRCR520 ini paling lambat diterima di RCC pukul WIB. Construct Single Credit From Member Member Code Bank Pengirim Member Name Bank Pengirim Source Manual To Member Member Code KBI Tujuan Member Name Kantor Cabang BI (KBI) Tujuan Value Date Tgl. Efektif Txn. Total Amount Nominal Txn. Rel TRN Nomor Referensi/Validasi Internal Bank Pengirim TRN BIRCR520 To Branch / Sub Branch Optional Basic Info By Order Of Beneficiary AID Optional AID Optional Account No No. Rekg. Giro Bank Pengirim di BI-RTGS Central Computer/RCC (Optional) Account No Name & Address Name & Address TREASURY DEPARTMENT BANK. JAKARTA/kota lain di Indonesia (atau) BANK. KOTA.. (di Indonesia) (Dilarang diisi dengan BIC/SWIFT Code) Payment details PENARIKAN TUNAI DI KBI. TGL REKENING ANTARA SHD TRANSAKSI KAS BAYARAN DI KBI. (diisi nama Kantor Cabang BI Tujuan) Member to Member Information Optional Additional Info Sender Ref No Optional Receiver Ref No Optional Originating Party Ultimate Beneficiary Name & Address Optional Name & Address Optional (Jika diisi, Isi Data = Isi Data Pada Beneficiary Name & Address) Account no Kosongkan Deal / Stock Code Optional 181

194 Lampiran 3.2 Keterangan : - By Order Of Account No dapat diisi dengan No Rekening Giro Bank Pengirim yang ditatausahakan di BI-RTGS Central Computer (RCC), dengan memasukkan 9 (sembilan) digit angka No Rekening Giro bank Pengirim (tidak ada huruf dan/atau special character spt :., -, /) - Beneficiary Account No, yang harus diisi No Rekening yang akan di-kredit di sistem BI-SOSA - Ultimate Beneficiary Name & Address dapat diisi data = isi data pada Beneficiary Name & Address - Mandatory : Harus diisi - Optional : Dapat Diisi atau Dikosongkan - Blank : Dikosongkan (karena memang tidak dapat diisi suatu data) - Kosongkan : Tidak Perlu Diisi 182

195 Lampiran 3.2 Pengisian Construct Single Credit untuk Transaksi Pelimpahan/Pembayaran Pajak ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) dengan No Rekg , baik yang ditatausahakan di KPBI (INDOIDJA930) atau KBI. Transaksi dengan TRN BIRGO100 ini paling lambat diterima di RCC pukul WIB. Construct Single Credit From Member To Member Value Date Rel TRN Basic Info By Order Of Member Code Bank Pengirim INDOIDJA930/ INDOIDJA Tgl. Efektif Txn. Nomor Referensi/Validasi Internal Bank Pengirim Member Name Bank Pengirim Source Manual BANK INDONESIA KANTOR PUSAT/ BANK INDONESIA CABANG. Total Amount TRN BIRGO100 Beneficiary Nominal Txn. To Branch / Sub Branch Optional AID Optional AID Optional Account No No. Rekg. Giro Bank Pengirim di BI-RTGS Central Computer/RCC (Optional) Account No Name & Address Name & Address BANK. CABANG. JAKARTA (di Jakarta) atau BANK. KOTA. (di luar Jakarta) (Dilarang diisi dengan BIC/SWIFT Code) Payment details PEMBAYARAN PAJAK.* (Kode MAP/MAK **) PERIODE. DARI BANK. CABANG. / KOTA. KAS NEGARA A KPPN I JAKARTA atau KPPN/KAS NEGARA A. (diisi nama kota di luar Jakarta) Member to Member Information Optional Additional Info Sender Ref No Optional Receiver Ref No Optional Originating Party Name & Address Optional Ultimate Beneficiary Name & Address Optional (Jika diisi, Isi Data = Isi Data Pada Beneficiary Name & Address) Account no Kosongkan Deal / Stock Code Optional 183

196 Lampiran 3.2 Keterangan : - By Order Of Account No dapat diisi dengan No Rekening Giro Bank Pengirim yang ditatausahakan di BI-RTGS Central Computer (RCC), dengan memasukkan 9 (sembilan) digit angka No Rekening Giro bank Pengirim (tidak ada huruf dan/atau special character spt :., -, /) - Beneficiary Account No, yang harus diisi No Rekening yang akan di-kredit di sistem BI-SOSA - Payment Details : * : Dapat diisi Nama MAP/MAK sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang ** : Dapat diisi Kode MAP/MAK sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang - Ultimate Beneficiary Name & Address dapat diisi data = isi data pada Beneficiary Name & Address - Mandatory : Harus diisi - Optional : Dapat Diisi atau Dikosongkan - Blank : Dikosongkan (karena memang tidak dapat diisi suatu data) - Kosongkan : Tidak Perlu Diisi 184

197 Lampiran 3.2 Pengisian Construct Single Credit untuk Transaksi Pelimpahan/Pembayaran Pajak ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) dengan No Rekg , yang ditatausahakan hanya di KBI Medan (INDOIDJA330). Transaksi dengan TRN BIRGO101 ini paling lambat diterima di RCC pukul WIB. Construct Single Credit From Member To Member Member Code Bank Pengirim INDOIDJA330 Member Name Bank Pengirim Source Manual BANK INDONESIA CABANG MEDAN Value Date Tgl. Efektif Txn. Total Amount Nominal Txn. Rel TRN Nomor Referensi/Validasi Internal Bank Pengirim TRN BIRGO101 To Branch / Sub Branch Optional Basic Info By Order Of Beneficiary AID Optional AID Optional Account No No. Rekg. Giro Bank Pengirim di BI-RTGS Central Computer/RCC (Optional) Account No Name & Address Name & Address BANK. MEDAN (Dilarang diisi dengan BIC/SWIFT Code) KPPN MEDAN II Payment details PEMBAYARAN PAJAK.* (Kode MAP/MAK **) PERIODE. DARI BANK. MEDAN Member to Member Information Optional Additional Info Sender Ref No Optional Receiver Ref No Optional Originating Party Ultimate Beneficiary Name & Address Optional Name & Address Optional (Jika diisi, Isi Data = Isi Data Pada Beneficiary Name & Address) Account no Kosongkan Deal / Stock Code Optional 185

198 Lampiran 3.2 Keterangan : - By Order Of Account No dapat diisi dengan No Rekening Giro Bank Pengirim yang ditatausahakan di BI-RTGS Central Computer (RCC), dengan memasukkan 9 (sembilan) digit angka No Rekening Giro bank Pengirim (tidak ada huruf dan/atau special character spt :., -, /) - Beneficiary Account No, yang harus diisi No Rekening yang akan di-kredit di sistem BI-SOSA - Payment Details : * : Dapat diisi Nama MAP/MAK sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang ** : Dapat diisi Kode MAP/MAK sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang - Ultimate Beneficiary Name & Address dapat diisi data = isi data pada Beneficiary Name & Address - Mandatory : Harus diisi - Optional : Dapat Diisi atau Dikosongkan - Blank : Dikosongkan (karena memang tidak dapat diisi suatu data) - Kosongkan : Tidak Perlu Diisi 186

199 Lampiran 3.2 Pengisian Construct Single Credit untuk Transaksi Pelimpahan/Pembayaran Pajak ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) dengan No Rekg , baik yang ditatausahakan di KPBI (INDOIDJA930) atau KBI. Transaksi dengan TRN BIRGO102 ini paling lambat diterima di RCC pukul WIB. Construct Single Credit From Member Member Code Bank Pengirim Member Name Bank Pengirim Source Manual To Member INDOIDJA930/ INDOIDJA BANK INDONESIA KANTOR PUSAT/ BANK INDONESIA CABANG. Value Date Tgl. Efektif Txn. Total Amount Nominal Txn. Rel TRN Nomor Referensi/Validasi Internal Bank Pengirim TRN BIRGO102 To Branch / Sub Branch Optional Basic Info By Order Of Beneficiary AID Optional AID Optional Account No No. Rekg. Giro Bank Pengirim di BI-RTGS Central Computer/RCC (Optional) Account No Name & Address Name & Address BANK. CABANG. JAKARTA (di Jakarta) atau BANK. KOTA. (luar Jakarta) (Dilarang diisi dengan BIC/SWIFT Code) Payment details PEMBAYARAN PAJAK.* (Kode MAP/MAK **) PERIODE. DARI BANK. CABANG. / KOTA. KAS NEGARA A KPPN II JAKARTA atau KAS NEGARA QQ PBB. (diisi nama kota BANDUNG, MEDAN, MANADO, PEKANBARU, atau SEMARANG) Member to Member Information Optional Additional Info Sender Ref No Optional Receiver Ref No Optional Originating Party Ultimate Beneficiary Name & Address Optional Name & Address Optional (Jika diisi, Isi Data = Isi Data Pada Beneficiary Name & Address) Account no Kosongkan Deal / Stock Code Optional 187

200 Lampiran 3.2 Keterangan : - By Order Of Account No dapat diisi dengan No Rekening Giro Bank Pengirim yang ditatausahakan di BI-RTGS Central Computer (RCC), dengan memasukkan 9 (sembilan) digit angka No Rekening Giro bank Pengirim (tidak ada huruf dan/atau special character spt :., -, /) - Beneficiary Account No, yang harus diisi No Rekening yang akan di-kredit di sistem BI-SOSA - Payment Details : * : Dapat diisi Nama MAP/MAK sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang ** : Dapat diisi Kode MAP/MAK sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang - Ultimate Beneficiary Name & Address dapat diisi data = isi data pada Beneficiary Name & Address - Mandatory : Harus diisi - Optional : Dapat Diisi atau Dikosongkan - Blank : Dikosongkan (karena memang tidak dapat diisi suatu data) - Kosongkan : Tidak Perlu Diisi 188

201 Lampiran 3.2 Pengisian Construct Single Credit untuk Transaksi Pelimpahan/Pembayaran Pajak ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) dengan No Rekg , baik yang ditatausahakan di KPBI (INDOIDJA930) atau KBI. Transaksi dengan TRN BIRGO103 ini paling lambat diterima di RCC pukul WIB. Construct Single Credit From Member Member Code Bank Pengirim Member Name Bank Pengirim Source Manual To Member INDOIDJA930/ INDOIDJA BANK INDONESIA KANTOR PUSAT/ BANK INDONESIA CABANG. Value Date Tgl. Efektif Txn. Total Amount Nominal Txn. Rel TRN Nomor Referensi/Validasi Internal Bank Pengirim TRN BIRGO103 To Branch / Sub Branch Optional Basic Info By Order Of Beneficiary AID Optional AID Optional Account No No. Rekg. Giro Bank Pengirim di BI-RTGS Central Computer/RCC (Optional) Account No Name & Address Name & Address BANK. CABANG. JAKARTA (di Jakarta) atau BANK. KOTA. (luar Jakarta) (Dilarang diisi dengan BIC/SWIFT Code) Payment details PEMBAYARAN PAJAK.* (Kode MAP/MAK **) PERIODE. DARI BANK. CABANG. / KOTA. KAS NEGARA A KPPN III JAKARTA atau KAS NEGARA KPPN. (diisi nama kota BANDUNG, MAKASSAR, PEKANBARU, SEMARANG, atau SURABAYA) Member to Member Information Optional Additional Info Sender Ref No Optional Receiver Ref No Optional Originating Party Ultimate Beneficiary Name & Address Optional Name & Address Optional (Jika diisi, Isi Data = Isi Data Pada Beneficiary Name & Address) Account no Kosongkan Deal / Stock Code Optional 189

202 Lampiran 3.2 Keterangan : - By Order Of Account No dapat diisi dengan No Rekening Giro Bank Pengirim yang ditatausahakan di BI-RTGS Central Computer (RCC), dengan memasukkan 9 (sembilan) digit angka No Rekening Giro bank Pengirim (tidak ada huruf dan/atau special character spt :., -, /) - Beneficiary Account No, yang harus diisi No Rekening yang akan di-kredit di sistem BI-SOSA - Payment Details : * : Dapat diisi Nama MAP/MAK sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang ** : Dapat diisi Kode MAP/MAK sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang - Ultimate Beneficiary Name & Address dapat diisi data = isi data pada Beneficiary Name & Address - Mandatory : Harus diisi - Optional : Dapat Diisi atau Dikosongkan - Blank : Dikosongkan (karena memang tidak dapat diisi suatu data) - Kosongkan : Tidak Perlu Diisi 190

203 Lampiran 3.2 Pengisian Construct Single Credit untuk Transaksi Pelimpahan/Pembayaran Pajak ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) dengan No Rekg , yang ditatausahakan hanya di KPBI (INDOIDJA930). Transaksi dengan TRN BIRGO104 ini paling lambat diterima di RCC pukul WIB. Construct Single Credit From Member To Member To Member To Member Member Code Bank Pengirim INDOIDJA930 Member Name Bank Pengirim Source Manual BANK INDONESIA KANTOR PUSAT Value Date Tgl. Efektif Txn. Total Amount Nominal Txn. Rel TRN Nomor Referensi/Validasi Internal Bank Pengirim TRN BIRGO104 To Branch / Sub Branch Optional Basic Info By Order Of Beneficiary AID Optional AID Optional Account No No. Rekg. Giro Bank Pengirim di BI-RTGS Central Computer/RCC (Optional) Account No Name & Address Name & Address BANK. CABANG. JAKARTA (di Jakarta) (Dilarang diisi dengan BIC/SWIFT Code) Payment details PEMBAYARAN PAJAK.* (Kode MAP/MAK **) PERIODE. DARI BANK. CABANG. KAS NEGARA A KPPN IV JAKARTA Member to Member Information Optional Additional Info Sender Ref No Optional Receiver Ref No Optional Originating Party Ultimate Beneficiary Name & Address Optional Name & Address Optional (Jika diisi, Isi Data = Isi Data Pada Beneficiary Name & Address) Account no Kosongkan Deal / Stock Code Optional 191

204 Lampiran 3.2 Keterangan : - By Order Of Account No dapat diisi dengan No Rekening Giro Bank Pengirim yang ditatausahakan di BI-RTGS Central Computer (RCC), dengan memasukkan 9 (sembilan) digit angka No Rekening Giro bank Pengirim (tidak ada huruf dan/atau special character spt :., -, /) - Beneficiary Account No, yang harus diisi No Rekening yang akan di-kredit di sistem BI-SOSA - Payment Details : * : Dapat diisi Nama MAP/MAK sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang ** : Dapat diisi Kode MAP/MAK sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang - Ultimate Beneficiary Name & Address dapat diisi data = isi data pada Beneficiary Name & Address - Mandatory : Harus diisi - Optional : Dapat Diisi atau Dikosongkan - Blank : Dikosongkan (karena memang tidak dapat diisi suatu data) - Kosongkan : Tidak Perlu Diisi 192

205 Lampiran 3.2 Pengisian Construct Single Credit untuk Transaksi Pelimpahan/Pembayaran Pajak ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) dengan No Rekg , yang ditatausahakan hanya di KPBI (INDOIDJA930). Transaksi dengan TRN BIRGO105 ini paling lambat diterima di RCC pukul WIB. Construct Single Credit From Member Member Code Bank Pengirim Member Name Bank Pengirim Source Manual To Member INDOIDJA930 BANK INDONESIA KANTOR PUSAT Value Date Tgl. Efektif Txn. Total Amount Nominal Txn. Rel TRN Nomor Referensi/Validasi Internal Bank Pengirm TRN BIRGO105 To Branch / Sub Branch Optional Basic Info By Order Of Beneficiary AID Optional AID Optional Account No No. Rekg. Giro Bank Pengirim di BI-RTGS Central Computer/RCC (Optional) Account No Name & Address Name & Address BANK. CABANG. JAKARTA (di Jakarta) (Dilarang diisi dengan BIC/SWIFT Code) Payment details PEMBAYARAN PAJAK.* (Kode MAP/MAK **) PERIODE. DARI BANK. CABANG. KAS NEGARA A KPPN V JAKARTA Member to Member Information Optional Additional Info Sender Ref No Optional Receiver Ref No Optional Originating Party Ultimate Beneficiary Name & Address Optional Name & Address Optional (Jika diisi, Isi Data = Isi Data Pada Beneficiary Name & Address) Account no Kosongkan Deal / Stock Code Optional 193

206 Lampiran 3.2 Keterangan : - By Order Of Account No dapat diisi dengan No Rekening Giro Bank Pengirim yang ditatausahakan di BI-RTGS Central Computer (RCC), dengan memasukkan 9 (sembilan) digit angka No Rekening Giro bank Pengirim (tidak ada huruf dan/atau special character spt :., -, /) - Beneficiary Account No, yang harus diisi No Rekening yang akan di-kredit di sistem BI-SOSA - Payment Details : * : Dapat diisi Nama MAP/MAK sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang ** : Dapat diisi Kode MAP/MAK sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang - Ultimate Beneficiary Name & Address dapat diisi data = isi data pada Beneficiary Name & Address - Mandatory : Harus diisi - Optional : Dapat Diisi atau Dikosongkan - Blank : Dikosongkan (karena memang tidak dapat diisi suatu data) - Kosongkan : Tidak Perlu Diisi 194

207 Lampiran 3.2 Pengisian Construct Single Credit untuk Transaksi ke Rekening Bendahara Umum Negara/BUN (Rekening ), yang hanya ditatausahakan di KPBI Jakarta (INDOIDJA930). Construct Single Credit From Member Member Code Bank Pengirim Member Name Bank Pengirim Source Manual To Member INDOIDJA930 BANK INDONESIA KANTOR PUSAT Value Date Tgl. Efektif Txn. Total Amount Nominal Txn. Rel TRN Nomor Referensi/Validasi Internal Bank Pengirim TRN BIRGO200 To Branch / Sub Branch Optional Basic Info By Order Of Beneficiary AID Optional AID Optional Account No No. Rekg. Giro Bank Pengirim di BI-RTGS Central Computer/RCC (Optional) Account No Name & Address Name & Address BANK. CABANG. JAKARTA (di Jakarta) atau BANK. KOTA. (luar Jakarta) (Dilarang diisi dengan BIC/SWIFT Code) Payment details PEMBAYARAN.* (Kode MAP/MAK **) A/P DARI BANK. CABANG. / KOTA BENDAHARA UMUM NEGARA (BUN) Member to Member Information Optional Additional Info Sender Ref No Optional Receiver Ref No Optional Originating Party Ultimate Beneficiary Name & Address Optional Name & Address Optional (Jika diisi, Isi Data = Isi Data Pada Beneficiary Name & Address) Account no Kosongkan Deal / Stock Code Optional 195

208 Lampiran 3.2 Keterangan : - By Order Of Account No dapat diisi dengan No Rekening Giro Bank Pengirim yang ditatausahakan di BI-RTGS Central Computer (RCC), dengan memasukkan 9 (sembilan) digit angka No Rekening Giro bank Pengirim (tidak ada huruf dan/atau special character spt :., -, /) - Beneficiary Account No, yang harus diisi No Rekening yang akan di-kredit di sistem BI-SOSA - Payment Details : * : Dapat diisi Nama MAP/MAK sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang ** : Dapat diisi Kode MAP/MAK sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang - Ultimate Beneficiary Name & Address dapat diisi data = isi data pada Beneficiary Name & Address - Mandatory : Harus diisi - Optional : Dapat Diisi atau Dikosongkan - Blank : Dikosongkan (karena memang tidak dapat diisi suatu data) - Kosongkan : Tidak Perlu Diisi 196

209 Lampiran 3.2 Pengisian Construct Single Credit untuk Transaksi ke Rekening Bendahara Umum Negara/BUN Untuk Obligasi Dalam Rangka Rekapitalisasi Perbankan (Rekening ), yang hanya ditatausahakan di KPBI Jakarta (INDOIDJA930). Construct Single Credit From Member Member Code Bank Pengirim Member Name Bank Pengirim Source Manual To Member INDOIDJA930 BANK INDONESIA KANTOR PUSAT Value Date Tgl. Efektif Txn. Total Amount Nominal Txn. Rel TRN Nomor Referensi/Validasi Internal Bank Pengirim TRN BIRGO201 To Branch / Sub Branch Optional Basic Info By Order Of Beneficiary AID Optional AID Optional Account No No. Rekg. Giro Bank Pengirim di BI-RTGS Central Computer/RCC (Optional) Account No Name & Address Name & Address TREASURY DEPARTMENT BANK. JAKARTA/kota lain (Dilarang diisi dengan BIC/SWIFT Code) BENDAHARA UMUM NEGARA (BUN) UNTUK OBLIGASI DALAM RANGKA REKAPITALISASI PERBANKAN Payment details PEMBAYARAN.* (Kode MAP/MAK **) DARI BANK. Member to Member Information Optional Additional Info Sender Ref No Optional Receiver Ref No Optional Originating Party Ultimate Beneficiary Name & Address Optional Name & Address Optional (Jika diisi, Isi Data = Isi Data Pada Beneficiary Name & Address) Account no Kosongkan Deal / Stock Code Optional 197

210 Lampiran 3.2 Keterangan : - By Order Of Account No dapat diisi dengan No Rekening Giro Bank Pengirim yang ditatausahakan di BI-RTGS Central Computer (RCC), dengan memasukkan 9 (sembilan) digit angka No Rekening Giro bank Pengirim (tidak ada huruf dan/atau special character spt :., -, /) - Beneficiary Account No, yang harus diisi No Rekening yang akan di-kredit di sistem BI-SOSA - Payment Details : * : Dapat diisi Nama MAP/MAK sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang ** : Dapat diisi Kode MAP/MAK sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang - Ultimate Beneficiary Name & Address dapat diisi data = isi data pada Beneficiary Name & Address - Mandatory : Harus diisi - Optional : Dapat Diisi atau Dikosongkan - Blank : Dikosongkan (karena memang tidak dapat diisi suatu data) - Kosongkan : Tidak Perlu Diisi 198

211 Lampiran 3.2 Pengisian Construct Single Credit untuk Transaksi ke Rekening Bendahara Umum Negara/BUN Untuk Obligasi Dalam Rangka Penjaminan (Rekening ), yang hanya ditatausahakan di KPBI Jakarta (INDOIDJA930). Construct Single Credit From Member Member Code Bank Pengirim Member Name Bank Pengirim Source Manual To Member INDOIDJA930 BANK INDONESIA KANTOR PUSAT Value Date Tgl. Efektif Txn. Total Amount Nominal Txn. Rel TRN Nomor Referensi/Validasi Internal Bank Pengirim TRN BIRGO202 To Branch / Sub Branch Optional Basic Info By Order Of Beneficiary AID Optional AID Optional Account No No. Rekg. Giro Bank Pengirim di BI- RTGS Central Computer/RCC (Optional) Account No Name & Address Name & Address TREASURY DEPARTMENT BANK. JAKARTA/kota lain (Dilarang diisi dengan BIC/SWIFT Code) BENDAHARA UMUM NEGARA (BUN) UNTUK OBLIGASI DALAM RANGKA PENJAMINAN Payment details PEMBAYARAN.* (Kode MAP/MAK **) DARI BANK. Member to Member Information Optional Additional Info Sender Ref No Optional Receiver Ref No Optional Originating Party Ultimate Beneficiary Name & Address Optional Name & Address Optional (Jika diisi, Isi Data = Isi Data Pada Beneficiary Name & Address) Account no Kosongkan Deal / Stock Code Optional 199

212 Lampiran 3.2 Keterangan : - By Order Of Account No dapat diisi dengan No Rekening Giro Bank Pengirim yang ditatausahakan di BI-RTGS Central Computer (RCC), dengan memasukkan 9 (sembilan) digit angka No Rekening Giro bank Pengirim (tidak ada huruf dan/atau special character spt :., -, /) - Beneficiary Account No, yang harus diisi No Rekening yang akan di-kredit di sistem BI-SOSA - Payment Details : * : Dapat diisi Nama MAP/MAK sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang ** : Dapat diisi Kode MAP/MAK sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang - Ultimate Beneficiary Name & Address dapat diisi data = isi data pada Beneficiary Name & Address - Mandatory : Harus diisi - Optional : Dapat Diisi atau Dikosongkan - Blank : Dikosongkan (karena memang tidak dapat diisi suatu data) - Kosongkan : Tidak Perlu Diisi 200

213 Lampiran 3.2 Pengisian Construct Single Credit untuk Transaksi Pembayaran ke Rekening Dana Investasi/RDI (Rekening ), yang ditatausahakan hanya di KPBI Jakarta (INDOIDJA930). Construct Single Credit From Member Member Code Bank Pengirim Member Name Bank Pengirim Source Manual To Member INDOIDJA930 BANK INDONESIA KANTOR PUSAT Value Date Tgl. Efektif Txn. Total Amount Nominal Txn. Rel TRN Nomor Referensi/Validasi Internal Bank Pengirim TRN BIRGO513 To Branch / Sub Branch Optional Basic Info By Order Of Beneficiary AID Optional AID Optional Account No No. Rekg. Giro Bank Pengirim di BI-RTGS Central Computer/RCC (Optional) Account No Name & Address Name & Address TREASURY DEPARTMENT BANK. JAKARTA/kota lain (Dilarang diisi dengan BIC/SWIFT Code) Payment details Standar yg ditetapkan DepKeu spt jenis loan, rincian pokok, dan angsuran REKENING DANA INVESTASI (RDI) Member to Member Information Optional Additional Info Sender Ref No Optional Receiver Ref No Optional Originating Party Ultimate Beneficiary Name & Address Optional Name & Address Optional (Jika diisi, Isi Data = Isi Data Pada Beneficiary Name & Address) Account no Kosongkan Deal / Stock Code Optional 201

214 Lampiran 3.2 Keterangan : - By Order Of Account No dapat diisi dengan No Rekening Giro Bank Pengirim yang ditatausahakan di BI-RTGS Central Computer (RCC), dengan memasukkan 9 (sembilan) digit angka No Rekening Giro bank Pengirim (tidak ada huruf dan/atau special character spt :., -, /) - Beneficiary Account No, yang harus diisi No Rekening yang akan di-kredit di sistem BI-SOSA - Ultimate Beneficiary Name & Address dapat diisi data = isi data pada Beneficiary Name & Address - Mandatory : Harus diisi - Optional : Dapat Diisi atau Dikosongkan - Blank : Dikosongkan (karena memang tidak dapat diisi suatu data) - Kosongkan : Tidak Perlu Diisi 202

215 Lampiran 3.2 Pengisian Construct Single Credit untuk Transaksi Pembayaran/Penyelesaian Kewajiban Lainnya dari Bank Ke BI (KPBI atau KBI), Untuk Penerima Rekening di KPBI atau KBI Construct Single Credit From Member Member Code Bank Pengirim Member Name Bank Pengirim Source Manual To Member INDOIDJA930/ INDOIDJA BANK INDONESIA KANTOR PUSAT/ BANK INDONESIA CABANG. Value Date Tgl. Efektif Txn. Total Amount Nominal Txn. Rel TRN Nomor Referensi/Validasi Internal Bank Pengirim TRN BIRGO / BIRBK / BIVBK * To Branch / Sub Branch Optional Basic Info By Order Of Beneficiary AID Optional AID Optional Account No No. Rekg. Giro Bank Pengirim di BI-RTGS Central Computer/RCC ** (Optional) Account No NO REKENING PENERIMA DI KPBI ATAU KBI *** Name & AddressName & AddressTREASURY DEPARTMENT BANK JAKARTA/kota lain (PENGIRIM) TREASURY DEPARTMENT BANK JAKARTA/kota lain (PENGIRIM) (atau) BANK.. CABANG/KOTA (PENGIRIM) (Dilarang diisi dengan BIC/SWIFT Code) Payment details NAMA REKENING PENERIMA DI KPBI ATAU KBI Member to Member Information Additional Info Sender Ref No Optional Receiver Ref No Optional Originating Party Ultimate Beneficiary Name & Address Optional Name & Address Optional (Jika diisi, Isi Data = Isi Data Pada Beneficiary Name & Address) Account no Kosongkan Deal / Stock Code Optional Keterangan : * : TRN untuk Transaksi BI-RTGS yang Dapat Di-Construct Oleh Bank - Pengisian 3 (tiga) digit di belakang BIRGO,BIRBK atau BIVBK, mengacu ke 3 (tiga) digit pertama dari 9 (sembilan) digit Rekening Penerima di BI-SOSA, yang diisi pada BASIC INFO BENEFICIARY ACCOUNT NO 203

216 Lampiran Contoh : untuk Rekening Penerima (Rekening Pemerintah/Government Account) di KPBI atau KBI, pilih TRN BIRGO519 - Contoh : untuk Rekening Penerima 550xxxxxx di di KPBI atau KBI, pilih TRN BIRBK550 - Contoh : untuk Rekening Penerima di KPBI, pilih TRN BIVBK608 ** : Diisi Nomor Rekening Giro Bank Pengirim yang ditatausahakan di RCC- KPBI Jakarta, dengan pengisian 9 (sembilan) digit angka tanpa titik diantaranya Contoh : BNI, No Rekg. Giro = ; BCA, No Rekg. Giro = *** : Diisi Nomor Rekening Penerima di KPBI atau KBI - By Order Of Account No dapat diisi dengan No Rekening Giro Bank Pengirim yang ditatausahakan di BI-RTGS Central Computer (RCC), dengan memasukkan 9 (sembilan) digit angka No Rekening Giro bank Pengirim (tidak ada huruf dan/atau special character spt :., -, /) - Beneficiary Account No, yang harus diisi No Rekening yang akan di-kredit di Sistem BI-SOSA, diisi 9 (sembilan) digit angka No Rekening yang akan dituju di BI (tidak ada huruf dan/atau special character spt :., -, /) - Pengisian Payment Details jika Pembayaran ditujukan kepada Rekening Pemerintah (501xxxxxx, 502xxxxxx, atau 50xxxxxxx lainnya): Dapat diisi Nama MAP/MAK dan Kode MAP/MAK sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang dan Data (Perorangan & Perusahaan) Yang Memberikan Perintah Pembayaran (A/P : Atas Perintah) - Ultimate Beneficiary Name & Address dapat diisi data = isi data pada Beneficiary Name & Address - Mandatory : Harus diisi - Optional : Dapat Diisi atau Dikosongkan - Blank : Dikosongkan (karena memang tidak dapat diisi suatu data) - Kosongkan : Tidak Perlu Diisi 204

217 Lampiran 3.3 JAM OPERASIONAL SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT No. KEGIATAN/JENIS TRANSAKSI WAKTU 1. RCC Open WIB 2. Waktu Transfer berdasarkan jenis transaksi : a. Penarikan Tunai (1) Construct penarikan tunai WIB WIB (2) Penyerahan warkat untuk penarikan fisik uang tunai WIB WIB (3) Penarikan fisik uang tunai untuk transaksi yang settle paling lambat pukul WIB b. Penyetoran Tunai (1) Penyerahan warkat untuk penyetoran uang tunai WIB WIB WIB WIB (2) Penyetoran fisik uang tunai WIB WIB c. Pelimpahan Setoran Penerimaan Negara untuk KPPN WIB WIB d. Transfer Atas Nama Nasabah WIB WIB e. Transfer Antar Peserta WIB WIB f. Transfer Antar Peserta untuk Transaksi PvP g. Interface Hasil Kliring WIB WIB WIB WIB h. Settlement transaksi OPT: (1) Hasil lelang SBI WIB WIB (2) Fine Tune Operations (FTO) (a) Fine Tune Kontraksi (FTK) - Pagi WIB WIB - Sore WIB WIB 205

218 Lampiran 3.3 No. KEGIATAN/JENIS TRANSAKSI WAKTU (b) Pelunasan Fine Tune Ekspansi WIB WIB (3) Reverse Repo SUN WIB WIB (4) FASBI WIB WIB (5) Transaksi 2 nd leg SBI/SUN Repo WIB WIB i. Interbank Cover Position WIB WIB j. BI Cover Position WIB WIB 3. Cut Off Warning WIB 4. Pre Cut Off WIB 5. Cut Off Time WIB 206

219 Lampiran 3.4 Surat Penunjukan Pengambilan Fisik Uang No... SURAT PENUNJUKAN Yang bertandatangan di bawah ini: (Nama direksi/pejabat pemberi kuasa) 1, (jabatan), dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama PT... berdasarkan (Anggaran Dasar/Surat Kuasa) 2 nomor tanggal., dengan ini menunjuk: (nama petugas bank), (jabatan), untuk melakukan pengambilan fisik uang berdasarkan Surat Kuasa nomor... tanggal... pada (Bagian Pengelolaan Uang Keluar Bank Indonesia Jakarta/Kantor Bank Indonesia..) 3 sebesar Rp... ( ) pada tanggal..yang pendebetannya telah dilakukan melalui Sistem BI-RTGS pada tanggal dengan nomor SAKTI... Sehubungan dengan penunjukan ini, kami menyatakan membebaskan Bank Indonesia dari segala tuntutan hukum dan akibat hukum yang timbul dari penyalahgunaan Surat Penunjukan ini. Demikian Surat Penunjukan ini dibuat dan ditandatangani dengan sebenarnya untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya....,... Tandatangan Nama Pejabat Penunjuk 1 Pilih salah satu 2 Pilih salah satu 3 Pilih salah satu 207

220 Lampiran 3.5 PEDOMAN PENYUSUNAN KEBIJAKAN DAN PROSEDUR TERTULIS PESERTA SISTEM BI-RTGS DIREKTORAT AKUNTING DAN SISTEM PEMBAYARAN BANK INDONESIA 208

221 Lampiran 3.5 BAB I UMUM 1. Pendahuluan Sesuai Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 10/6/PBI/2008 tanggal 18 Februari 2008 tentang Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (Sistem BI-RTGS) dan Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 12/1/DASP tanggal 21 Januari 2010 perihal Penyelenggaraan Sistem BI-RTGS, Peserta harus menyusun Kebijakan dan Prosedur Tertulis (KPT) yang mendukung sistem kontrol internal yang baik dalam pelaksanaan operasional Sistem BI-RTGS serta menyampaikan KPT dimaksud dan setiap perubahannya kepada Penyelenggara. Untuk mempermudah Peserta dalam menyusun KPT, dipandang perlu untuk memberikan Pedoman Penyusunan KPT kepada Peserta. 2. Pengertian KPT yang terkait dengan pelaksanaan operasional Sistem BI-RTGS adalah aturan tertulis yang ditetapkan oleh direksi dan/atau pimpinan satuan kerja yang merupakan pelaksana kebijakan direksi, yang mengatur mengenai : a. pembagian tugas dan tanggung jawab b. mekanisme kerja c. pengendalian (kontrol); dan d. akuntabilitas dari satuan kerja operasional Sistem BI-RTGS pada Peserta. Khusus untuk Peserta Langsung yang menyediakan RT untuk digunakan oleh Peserta Tidak Langsung, KPT tersebut juga harus memuat materi sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf d yang diterapkan pada Peserta Tidak Langsung. KPT merupakan pedoman pelaksanaan operasional bagi satuan kerja yang menangani operasional Sistem BI-RTGS pada Peserta serta harus dipahami dan dilaksanakan oleh satuan kerja tersebut. 3. Tujuan 209

222 Lampiran Tujuan Pelaporan Penyampaian KPT oleh Peserta dimaksudkan sebagai sarana bagi Penyelenggara untuk mendapatkan informasi mengenai prosedur operasional Peserta dan sebagai bahan melakukan pembinaan apabila diperlukan. BAB 210

223 Lampiran 3.5 BAB II PEDOMAN PENYUSUNAN KPT KPT yang disusun Peserta sekurang-kurangnya memenuhi sistematika dan materi sebagai berikut. 1. SISTEMATIKA KPT Sistematika KPT meliputi : Bab I : Pendahuluan Bab II : Operasional Sistem BI-RTGS Bab III : Prosedur Pengoperasian dan Pembukuan Transaksi Bab IV : Prosedur Operasional Transaksi Treasury Bab V : Pengawasan Operasional Bab VI : Contingency Plan Lampiran berupa Flow Chart 2. MATERI KPT Materi atau isi KPT meliputi : a. Bab I : Pendahuluan 1) Latar Belakang Sub bab ini menjelaskan secara singkat latar belakang penyusunan KPT, antara lain pertimbangan perlunya disusun pedoman operasional Sistem BI-RTGS secara tertulis, baik pertimbangan karena kewajiban sesuai dengan ketentuan yang berlaku maupun pertimbangan lainnya. 2) Tujuan Sistem BI-RTGS Sub bab ini menjelaskan tujuan penggunaan Sistem BI-RTGS, baik secara umum didasarkan pada ketentuan Bank Indonesia, maupun tujuan khusus Peserta yang bersangkutan dalam menggunakan sistem tersebut. 3) Pokok-pokok Ketentuan dan Kebijakan Manajemen Sub bab ini mencantumkan pokok-pokok ketentuan yang ditetapkan Penyelenggara maupun kebijakan yang ditetapkan oleh manajemen Peserta dan mencantumkan 211

224 Lampiran 3.5 mencantumkan surat keputusan dan atau ketentuan tertulis lainnya yang dikeluarkan oleh Direksi Peserta, yang menyatakan antara lain : a) pengiriman transaksi melalui Sistem BI-RTGS, wajib menggunakan Transaction Reference Number (TRN) sesuai dengan peruntukannya; b) pelaksanaan koreksi atas transaksi, harus mengikuti standar koreksi yang telah ditetapkan; dan c) pengiriman transaksi melalui Sistem BI-RTGS, harus mengikuti standarisasi pengisian message yang telah ditetapkan. 4) Definisi/Istilah/Pengertian Umum Sub bab ini menjelaskan definisi/istilah/pengertian umum yang digunakan dalam materi penyusunan KPT, antara lain seperti RTGS Central Computer (RCC), RCC Back-up, RTGS Terminal (RT), Aplikasi RTGS Terminal (Aplikasi RT), Sistem Antrian, dan istilah lain yang khusus digunakan pada sistem internal Peserta terkait Sistem BI-RTGS. b. Bab II : Operasional Sistem BI-RTGS 1) Struktur Organisasi Satuan Kerja Pelaksana Sistem BI-RTGS Sub bab ini menjelaskan dan mencantumkan bagan struktur organisasi, baik yang mencakup departemen atau satuan/unit kerja yang bertanggung jawab terhadap kegiatan operasional Sistem BI-RTGS, satuan/unit kerja Peserta yang terkait dengan Sistem BI-RTGS, serta cakupan wewenang dan tanggung jawabnya secara umum. Dalam sub bab ini juga dijelaskan mengenai sistem dan hubungan antara Sistem BI-RTGS dan sistem internal Peserta. 2) Penanggung jawab Sistem BI-RTGS Sub bab ini menjelaskan dan mencantumkan baik posisi maupun jabatan penanggung jawab dalam setiap tahapan kegiatan operasional Sistem BI- RTGS, yang meliputi : a) Pembuatan dan Pemeliharaan Authenticator Text; b) Pembuatan dan Pemeliharaan User-ID dan Password; c) Pemeliharaan RT Server dan RT Client; d) Pemeliharaan 212

225 Lampiran 3.5 d) Pemeliharaan Hardware dan Jaringan Komputer; e) Pemeliharaan Master File; f) Pelaksanaan Transaksi; g) Manajemen Likuiditas; dan h) Rekonsiliasi. 3) Wewenang Pengoperasian Sistem BI-RTGS Sub bab ini menjelaskan dan mencantumkan tugas dan wewenang masingmasing fungsi : a) Manager/Administrator (jabatan dalam struktur organisasi); b) Supervisor (jabatan dalam struktur organisasi); dan c) Operator (jabatan dalam struktur organisasi). 4) Sistem Pengamanan Sub bab ini menjelaskan sistem pengamanan yang digunakan pada setiap kegiatan yang berkaitan dengan operasional Sistem BI-RTGS, baik pengamanan secara fisik maupun non-fisik seperti user-id, password, dan lainlain. 5) Penatausahaan Arsip Sub bab ini menjelaskan prosedur yang dilakukan dalam penatausahaan arsip, baik warkat transaksi, back-up data, user-id, password, dan lain-lain. c. Bab III : Prosedur Pengoperasian dan Pembukuan Transaksi 1) System start-up dan log on ke RCC Sub bab ini menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan pada awal kegiatan (start-up) dan log on ke RCC. 2) Transaksi Kiriman Uang Keluar (Outgoing Transaction) Sub bab ini menjelaskan alur dan aktivitas pada kegiatan (pembukuan, pembatalan, koreksi, dan rekonsiliasi) dari transaksi kiriman uang keluar yang dilakukan oleh masing-masing satuan/unit kerja, baik di kantor pusat maupun kantor 213

226 Lampiran 3.5 kantor cabang. Unit kerja yang terkait dangan transaksi ini antara lain Customer Service, Teller, Back Office, dan Akunting. 3) Transaksi Penerimaan Kiriman Uang (Incoming Transaction) Sub bab ini menjelaskan alur dan aktivitas pada kegiatan (pembukuan, pembatalan, koreksi, dan rekonsiliasi) dari transaksi penerimaan kiriman uang yang dilakukan oleh masing-masing satuan/unit kerja, baik di kantor pusat maupun kantor cabang. Unit kerja yang terkait dengan penerimaan kiriman uang antara lain bagian operasional dan bagian akunting. 4) Penarikan Tunai dari Rekening Giro Peserta di Bank Indonesia Sub bab ini menjelaskan prosedur penarikan tunai yang dilakukan oleh masingmasing satuan/unit kerja. Unit kerja di Peserta yang terkait dengan penarikan uang dari Bank Indonesia antara lain Teller, Back Office, Pre-approval, dan Final-approval. 5) Penyetoran Tunai ke Rekening Giro Peserta di Bank Indonesia Sub bab ini menjelaskan prosedur penyetoran tunai yang dilakukan oleh masing-masing satuan/unit kerja/petugas yang berwenang di Peserta, antara lain teller. 6) Proses Akhir Hari Sub bab ini menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan dalam rangka proses akhir hari, antara lain sistem shut down, print laporan, dan back-up file. d. Bab IV : Prosedur Operasional Transaksi Treasury 1) Pembelian Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Sub bab ini menjelaskan prosedur pembelian SBI termasuk pembukuannya. 2) Pelunasan SBI Bank dan Nasabah Sub bab ini menjelaskan prosedur pelunasan SBI, baik atas nama bank maupun nasabah. 3) Transaksi 214

227 Lampiran 3.5 3) Transaksi Money Market Sub bab ini menjelaskan prosedur/langkah-langkah yang dilakukan oleh masing-masing satuan/unit kerja dalam hal : a) penempatan dana; b) pelunasan penempatan dana; c) peminjaman dana; d) pelunasan peminjaman dana. 4) Penyelesaian Transaksi Kliring Sub bab ini menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan dalam hal penyelesaian terhadap transaksi kliring. e. Bab V : Pengawasan Operasional 1) Audit Trail Sub bab ini menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan dalam rangka pengawasan transaksi melalui fungsi audit trail. Pengawasan yang dapat dilakukan antara lain meneliti status transaksi, riwayat transaksi, dan transaksi yang tidak terselesaikan. 2) Pelaporan kepada Manajemen Sub bab ini menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan dalam rangka membuat laporan (bila diperlukan). f. Bab VI : Contingency Plan Bab ini menjelaskan prosedur/langkah-langkah/tahapan yang dilakukan dalam hal sistem utama dan atau sistem back-up tidak dapat berfungsi, termasuk cara pencegahan dan penanggulangannya terhadap : 1) Pencegahan a) Pencegahan kerusakan sistem komputer; b) Pencegahan sabotase; c) Pencegahan sehubungan dengan gangguan listrik; d) Pencegahan terhadap kebakaran; e) Pencegahan 215

228 Lampiran 3.5 e) Pencegahan terhadap banjir; dan f) Pencegahan terhadap huru-hara. 2) Gangguan/Bencana a) Gangguan pada RCC; b) Gangguan pada RT Server; c) Gangguan pada STO/line antara RT dengan RCC; d) Back-up tidak berfungsi; e) Business Continuity Plan; f) Kerusakan pada komunikasi dan perangkat keras (Hardware);dan g) Uji coba Keadaan Darurat (1 (satu) bulan sekali). 3) Penanggulangan (Recovery) a) Back-up File Harian; dan b) Uji Coba Back-up File (1 (satu) bulan sekali). g. Lampiran KPT dilengkapi dengan Flow Chart proses kerja sebagai Lampiran KPT. 3. PENYAMPAIAN KPT Penyampaian KPT oleh Peserta ditujukan kepada Bagian Penyelenggaraan Setelmen, Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran Bank Indonesia, Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350, dengan surat pengantar yang ditandatangani oleh direktur kepatuhan Peserta (khusus bagi Bank sebagai Peserta) atau direktur yang membawahi satuan kerja pengawasan intern (khusus bagi Pihak Selain Bank sebagai Peserta). 216

229 Lampiran 3.6 RUANG LINGKUP PELAKSANAAN PEMERIKSAAN INTERNAL PESERTA SISTEM BI-RTGS Ruang lingkup pemeriksaan internal Peserta Sistem BI-RTGS paling kurang meliputi : 1. Kebijakan dan prosedur tertulis yang terkait dengan Sistem BI-RTGS Pemeriksaan terhadap ketersediaan kebijakan dan prosedur tertulis mengenai pelaksanaan operasional Sistem BI-RTGS dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2. Sarana dan prasarana Sistem BI-RTGS Pemeriksaan terdapat hasil pengecekan atas kepatuhan Peserta terhadap pemenuhan persyaratan/ spesifikasi teknis yang ditentukan mengenai sarana dan prasarana Sistem BI-RTGS minimal RT Server Utama, RT Server Back-Up, dan RT Workstation. 3. Sumber Daya Manusia Pemeriksaan terhadap sumber daya manusia yang diperiksa meliputi kecukupan jumlah sumber daya manusia yang tersedia, aspek uraian jabatan maupun persyaratan jabatan dibandingkan dengan ketentuan yang ditetapkan. 4. Struktur Organisasi dan Pembagian tugas serta Batas Kewenangan Pemeriksaan terhadap terdapat ketentuan secara tertulis mengenai penjabaran tugas, pemisahan tugas, dan penanggung jawab kegiatan dan batas kewenangan dalam operasional Sistem BI-RTGS, diantaranya fungsi-fungsi penerima warkat, validasi, construct data, pre-approval, dan final-approval. Disamping itu juga menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan (apabila ditemukan dalam pemeriksaan). 5. Kepatuhan Peserta terhadap ketentuan yang terkait dengan operasional Sistem BI- RTGS Pemeriksaan terhadap kepatuhan Peserta terhadap ketentuan, antara lain atas penggunaan standarisasi messages, Transaction Reference Number (TRN), dan standar koreksi. 6. Perlindungan konsumen Pemeriksaan terhadap aspek perlindungan terhadap konsumen yang antara lain meliputi : a. ketepatan/kecepatan proses pengkreditan dana ke rekening nasabah penerima dana; b. besarnya biaya yang dibebankan kepada nasabah; c. waktu pelaksanaan instruksi transfer dana dari nasabah; dan d. penanganan pengaduan/permasalahan nasabah beserta pengadministrasiannya. 217

230 Lampiran 3.7 RUANG LINGKUP PELAKSANAAN SECURITY AUDIT PESERTA SISTEM BI-RTGS Ruang lingkup pemeriksaan minimal meliputi hal-hal sebagai berikut : 1. Manajemen Pemeriksaan terhadap fungsi manajemen dalam kaitannya dengan kepesertaan Sistem BI-RTGS, meliputi : a. Sumber Daya Manusia Aspek sumber daya manusia yang diperiksa meliputi observasi terhadap kualitas sumber daya manusia di satuan kerja pelaksana Sistem BI-RTGS, baik dari aspek kompetensi maupun track record dibandingkan dengan persyaratan yang ditetapkan. Kompetensi sumber daya manusia mencakup pemahaman teknik operasional Sistem BI-RTGS sesuai dengan tugas dan kewenangannya. Pemeriksaan terhadap track record dimaksudkan untuk memastikan bahwa sumber daya manusia yang diberi wewenang untuk melaksanakan fungsi-fungsi dalam Sistem BI-RTGS memiliki moral yang baik. Selain itu, perlu diketahui bahwa pelatihan yang diberikan kepada pegawai sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan pegawai. b. Hukum Aspek hukum yang diperiksa meliputi kualitas kontrak/perjanjian dengan vendor/supplier pemasok sistem dan peralatan pendukung BI-RTGS dibandingkan dengan peraturan intern Peserta dan ketentuan Bank Indonesia mengenai Sistem BI-RTGS. 2. Lingkungan Pemeriksaan terhadap lingkungan dimana Sistem BI-RTGS berada, meliputi : a. Tenaga Listrik Aspek ini menjelaskan kondisi tenaga listrik yang digunakan dan memastikan bahwa Peserta mempunyai Uninterruptible Power Supply (UPS) yang berfungsi dengan baik. b. Pendingin Udara Aspek ini menjelaskan kondisi pendingin udara yang digunakan oleh Peserta. c. Penanganan Kebakaran Aspek ini menjelaskan mengenai prosedur pencegahan, pendeteksian, dan pemadaman kebakaran. d. Lokasi/penempatan peralatan Teknologi Informasi (TI) secara lengkap (RT Server, Personal Computer (PC) dan printer) dalam ruangan. Aspek ini menjelaskan bagaimana penempatan peralatan TI dalam ruangan. e. Lokasi ruangan dalam gedung Aspek ini menjelaskan bagaimana lokasi ruangan dalam gedung. Hal ini berhubungan dengan standar keamanan yang diperlukan. f. Akses masuk ruangan Aspek ini menjelaskan apakah Peserta melakukan kontrol terhadap pegawai yang memasuki ruangan RT Server Utama dan RT Server Back-Up serta RT Client. 218

231 Lampiran Sistem Pemeriksaan terhadap konfigurasi dan kondisi Sistem BI-RTGS (RT Server Utama dan RT Server Back-up) dan sistem-sistem lain yang terkait, meliputi : a. Perangkat Keras Aspek ini menjelaskan konfigurasi perangkat keras Sistem BI-RTGS antara lain RT Server, RT Workstation, printer, termasuk ketaatan Peserta untuk memenuhi persyaratan mininum PC yang digunakan. b. Perangkat Lunak Aspek ini menjelaskan mengenai aplikasi-aplikasi yang dipasang di RT Server dan RT Worksation, kehandalan sistem operasi (termasuk upgrade perbaikan/patch), enkripsi apabila terhubung dengan sistem internal, pengontrolan password, serta anti virus yang digunakan. c. Perangkat Jaringan Komunikasi Data Aspek ini menjelaskan konfigurasi jaringan komunikasi data Sistem BI-RTGS di Peserta termasuk koneksi/linkage dengan sistem-sistem lainnya (dilengkapi gambar jaringan), kondisi pengkabelan jaringan serta perangkat aktif dan pasif jaringan (hub, router, modem, dll). 4. Back-up Pemeriksaan terhadap ketersediaan RT Server Back-up, sistem komunikasi, dan back-up data. Selain itu, perlu juga diperiksa apakah RT Server Back-Up dan sistem komunikasi berfungsi dengan baik dan telah memenuhi kebutuhan minimum pengolahan transaksi dalam Keadaan Darurat. Dalam hal dilakukan pengujian backup sebagaimana tersebut di atas, perlu diperiksa dokumentasinya. 5. Disaster Recovery Plan (DRP) Pemeriksaan terhadap ketersediaan DRP yang memadai dan melakukan uji coba DRP secara berkala serta melakukan up dating DRP sesuai dengan perkembangan. 6. Data dan Dokumentasi Pemeriksaan terhadap pengelolaan data, pengolahan data, serta dokumentasi yang diperlukan, meliputi : a) Integritas data Pemeriksaan terhadap keakuratan, kehandalan dan kelengkapan data sesuai dengan kebutuhan. b) Log book Pemeriksaan terhadap ketersediaan log book untuk mengetahui kesalahan pengoperasian Sistem BI-RTGS, dan ditatausahakan dengan baik. c) Dokumentasi hasil transaksi dan back-up hasil transaksi Pemeriksaan terhadap pengelolaan hasil dan back-up hasil transaksi dalam bentuk soft copy maupun hard copy. d) Pengadministrasian/dokumentasi hasil uji coba sistem dan back-up Pemeriksanan terhadap penatausahaan dokumentasi hasil uji sistem dan backup. 219

232 Lampiran 3.8.a Surat Permohonan Penggunaan Fasilitas Guest Bank Untuk Peserta Sistem BI-RTGS SURAT PERMOHONAN PENGGUNAAN FASILITAS GUEST BANK Kepada Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran cq. Bagian Penyelenggaraan Setelmen Bank Indonesia Gedung D Lantai 3 Jl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta Perihal : Permohonan Menggunakan Fasilitas Guest Bank di Bank Indonesia Dengan ini kami mengajukan permohonan untuk menggunakan Fasilitas Guest Bank di Bank Indonesia mengingat sarana : 1. RT Server Utama dan/atau RT Server Back-up*), 2. Jaringan komunikasi data*) tidak berfungsi dengan alasan sebagai berikut : Dengan ini kami membebaskan Bank Indonesia dari segala tanggung jawab sehubungan dengan penggunaan Fasilitas Guest Bank yang kami lakukan di Bank Indonesia, termasuk namun tidak terbatas pada kesesuaian dan kebenaran transaksi. Demikian permohonan kami dan atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Jakarta,... Nama Perusahaan *) Coret yang tidak perlu Tandatangan Pejabat berwenang dan Stempel Perusahan 220

233 SURAT PERMOHONAN PENGGUNAAN FASILITAS GUEST BANK Lampiran 3.8.b Surat Permohonan Penggunaan Fasilitas Guest Bank Untuk Peserta Sistem BI-RTGS dan BI-SSSS Kepada Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran cq. Bagian Penyelenggaraan Setelmen Bank Indonesia Gedung D Lantai 3 Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta Perihal : Permohonan Menggunakan Fasilitas Guest Bank di Bank Indonesia Dengan ini kami mengajukan permohonan untuk menggunakan Fasilitas Guest Bank di Bank Indonesia mengingat sarana : 1. RT Server Utama dan/atau RT Server back-up*), 2. ST Server Utama dan/atau ST Server back-up*), 3. Jaringan komunikasi data*) tidak berfungsi dengan alasan sebagai berikut : Dengan ini kami membebaskan Bank Indonesia dari segala tanggung jawab sehubungan dengan penggunaan Fasilitas Guest Bank yang kami lakukan di Bank Indonesia, termasuk namun tidak terbatas pada kesesuaian dan kebenaran transaksi. Demikian permohonan kami dan atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Jakarta,... Nama Perusahaan *) Coret yang tidak perlu Tandatangan Pejabat berwenang dan Stempel Perusahan 221

234 Lampiran 3.9 PEDOMAN TEKNIS PENGGUNAAN FASILITAS GUEST BANK UNTUK PESERTA SISTEM BI-RTGS DAN BI-SSSS 222

235 Pedoman teknis penggunaan Fasilitas Guest Bank ini digunakan baik untuk Peserta Sistem BI-RTGS maupun Peserta Sistem BI-RTGS yang juga Peserta BI-SSSS. Pedoman teknis penggunaan Fasilitas Guest Bank ini dibedakan menjadi 3 kondisi yaitu : A. Penggunaan Fasilitas Guest Bank sejak awal hari Peserta belum melakukan operasional transaksi di aplikasi RT dan/atau ST B. Penggunaan Fasilitas Guest Bank pada tengah hari (kondisi RT/ST Server tidak rusak) Peserta telah melakukan operasional transaksi pada aplikasi RT dan/atau ST dan Peserta masih dapat melakukan Adhoc back-up C. Penggunaan Fasilitas Guest Bank pada tengah hari (kondisi RT/ST Server rusak/crash) Peserta telah melakukan operasional transaksi pada aplikasi RT dan/atau ST namun pada tengah hari RT/ST Server rusak sehingga tidak dapat dipergunakan lagi. A. Prosedur penggunaan Fasilitas Guest Bank sejak awal hari 1. Persiapan Peserta (dilakukan di kantor Peserta) : a. Membawa hasil back-up data akhir hari (T-1) RTGS dalam dua media penyimpanan seperti CD atau flash disk. Back-up data akhir hari RTGS dilakukan dari RT Client menu Batch Backup Daily Files. Nama file back-up-nya misalnya : ddmmyy_backup (141207_backup) b. Membawa hasil back-up data akhir hari (T-1) SSSS dalam dua media penyimpanan seperti CD atau flash disk. Back-up data akhir hari SSSS dilakukan dari ST Client menu Batch Backup Daily Files. Nama file back-up-nya misalnya : ddmmyy_backup (ST_141207_BEIIIDJA) c. Membawa data transaksi yang akan dibukukan atau data transaksi RTGS dari sistem internal bank (text file) yang akan di-up-load ke aplikasi RTGS d. Membawa data transaksi yang akan dibukukan atau data transaksi SSSS dari sistem internal bank (text file) yang akan di-up-load ke aplikasi SSSS 2. Kegiatan Guest Bank (dilakukan di Bank Indonesia) : a. Petugas Bank melakukan Restore Data RTGS dari aplikasi RT Super Prosedur Restore data RTGS: 1) Sign-on dari aplikasi RT Super menggunakan user rtadm1 atau rtadm2 dengan password default untuk restore RTGS 2) Dari menu Utility pilih Restore Tables. Layar Restore Tables akan ditampilkan. 223

236 Gambar 1 3) Klik untuk memilih back-up file directory. Layar Directory akan ditampilkan. Gambar 2 4) Pilih Drive name dari daftar pada driver list box dan pilih Folder dari daftar pada folder list box untuk menunjukkan lokasi back-up file. 5) Memilih tabel-tabel untuk di-restore: Klik Select All untuk memilih semua tabel yang akan di-restore, kecuali tabel di bawah ini : a) DEPTPARMT b) PRTDEV c) SYSPARMT d) WSPARMT karena apabila tabel di atas dipilih maka harus dilakukan setting ulang database. 6) Klik Proceed untuk mulai proses restore. 7) Setelah proses restore selesai dengan baik, akan terlihat message The Restoring Tables are successfully completed'. 224

237 Gambar 3 8) Setelah restore selesai, klik Exit untuk menutup utilitas ini dan sign off dari aplikasi RT Super. b. Petugas Bank melakukan Restore Data SSSS dari aplikasi ST Super Prosedur Restore data SSSS : 1) Sign-on dari aplikasi ST Super menggunakan user stadm1 atau stadm2 dengan password default untuk restore SSSS. 2) Dari menu Utility pilih Restore Tables. Layar Restore Tables akan ditampilkan. Gambar 4 3) Klik untuk memilih back-up file directory. Layar Directory akan ditampilkan. 225

238 Gambar 5 4) Pilih Drive name dari daftar pada driver list box dan pilih Folder dari daftar pada folder list box untuk menunjukkan lokasi Back-up File. 5) Memilih tabel-tabel untuk di-restore: Klik Select All untuk memilih semua tabel yang akan di-restore, kecuali tabel di bawah ini : a) DEPTPARMT b) UPLISSUERT c) PRTDEV d) SYSPARMT e) WSPARMT karena apabila tabel di atas dipilih maka harus dilakukan setting ulang database. 6) Klik Proceed untuk mulai proses restore. 7) Setelah proses restore selesai dengan baik, akan terlihat message The Restoring Tables are successfully completed'. Gambar 6 226

239 8) Setelah restore selesai, klik Exit untuk menutup utilitas ini dan sign-off dari aplikasi ST Super. c. Petugas Bank melakukan menjalankan Batch Processing Prosedur : 1) Aktifkan aplikasi RT Server. 2) Aktifkan aplikasi ST Server 3) Dari aplikasi RT Client pilih menu Batch jalankan proses Reset system Files 4) Dari aplikasi ST Client pilih menu Batch jalankan proses Reset system Files d. Petugas Bank mengaktifkan aplikasi Guest Bank, seperti gambar dibawah ini : Gambar 7 Klik tombol Initialize untuk inisialisasi member Guest Bank Gambar 8 e. Petugas Bank melakukan kegiatan operasional RT dan ST: 1) Aktifkan RT Server 2) Aktifkan ST Server 3) Lakukan System start-up dan Department start-up dari RT Client 4) Lakukan System start-up dan Department start-up dari ST Client 5) Log-on to RCC dari RT Client 227

240 6) Input data transaksi atau up-load data transaksi RTGS yang dibawa oleh bank, dari RT Client 7) Input data transaksi atau up-load data transaksi SSSS yang dibawa oleh bank, dari ST Client 8) Setelah selesai, lakukan Log-off from RCC dari RT Client 3. Kegiatan Pemulihan setelah penggunaan Fasilitas Guest Bank (dilakukan di Bank Indonesia) : a. Apabila kegiatan Guest Bank dilakukan sampai dengan RCC Cut-off, maka jalankan prosedur di bawah ini : 1) Peserta melakukan kegiatan System shut-down terlebih dahulu tanpa diikuti kegiatan BATCH dari aplikasi RT Client Prosedur : a) Sign-on dari aplikasi RTClient, menggunakan user setingkat manager b) Dari menu System - System shut-down, pilih End of day shutdown. 2) Peserta melakukan kegiatan System shut-down terlebih dahulu tanpa diikuti kegiatan BATCH dari aplikasi STClient Prosedur : a) Sign-on dari aplikasi STClient, menggunakan user setingkat manager b) Dari menu System - System shut-down, pilih End of day shutdown. 3) Kemudian maximize aplikasi Guest Bank yang masih aktif 4) Dari aplikasi Guest Bank, klik tombol Print untuk mencetak durasi penggunaan Guest Bank dan akan tercetak report tersebut, seperti gambar dibawah ini : Gambar 9 5) Setelah itu peserta dapat melakukan kegiatan BATCH dari aplikasi RT Client. Prosedur : a) Dari menu utama RT Client pilih Batch Print End of day Reports. b) Dari menu utama pilih Batch Backup Daily Files. c) Pilihlah Directory. 228

241 d) Pilih Drive dan Folder, Klik <OK>. e) Klik <Proceed>. f) Dari menu utama pilih Batch Reset system Files. g) Masukkan password. h) Klik <Proceed>. 6) Setelah itu peserta dapat melakukan kegiatan BATCH dari aplikasi ST Client. Prosedur : a) Dari menu utama ST Client pilih Batch Print End of day Reports. b) Pilih report-report yang akan dicetak : (1) Incoming Transaction Journal Batch Report (2) Outgoing Transaction Journal Batch Report (3) Due Date Reminder for SSSS Transaction Report (4) Daily Total Report c) Dari menu utama pilih Batch Backup Daily Files. d) Pilihlah Directory. e) Pilih Drive dan Folder, Klik <OK>. f) Klik <Proceed>. g) Dari menu utama pilih Batch Reset system Files. h) Masukkan password. i) Klik <Proceed>. 7) Jika Peserta sudah melakukan proses BATCH, dari Aplikasi Guest Bank klik tombol Delete data untuk menghapus semua data transaksi RTGS dan SSSS yang sudah dibuat. Prosedur : a) Dari main menu klik tombol Delete data akan muncul pesan seperti gambar dibawah ini: Gambar 10 b) Klik tombol Yes untuk menghapus database c) Apabila proses Delete database telah selesai akan muncul pesan seperti gambar dibawah ini : 229

242 Gambar 11 d) Klik tombol OK, kemudian Exit dari aplikasi Guest Bank b. Apabila kegiatan Guest Bank tidak dilakukan sampai dengan RCC Cut-off, maka jalankan prosedur di bawah ini : 1) Peserta melakukan kegiatan System shut-down terlebih dahulu tanpa diikuti kegiatan BATCH dari aplikasi RT Client Prosedur : a) Sign-on dari aplikasi RT Client, menggunakan user setingkat manager b) Dari menu System pilih System shut-down, pilih MidDay Shut-down. 2) Peserta melakukan kegiatan System shut-down terlebih dahulu tanpa diikuti kegiatan BATCH dari aplikasi ST Client Prosedur : a) Sign-on dari aplikasi ST Client, menggunakan user setingkat manager b) Dari menu System pilih System shut-down, pilih MidDay Shut-down. 3) Kemudian maximize aplikasi Guest Bank yang masih aktif 4) Dari aplikasi Guest Bank, klik tombol Print untuk mencetak durasi penggunaan Guest Bank dan akan tercetak report tersebut, seperti gambar dibawah ini : Gambar 12 5) Setelah itu peserta dapat melakukan kegiatan Adhoc Back-up dari aplikasi RT Super. Prosedur : a) Dari menu utama RT Super pilih Utility Adhoc Backup. b) Pilihlah Directory. c) Pilih Drive dan Folder, Klik <OK>. 230

243 d) Klik <Proceed>. 6) Setelah itu peserta dapat melakukan kegiatan BATCH dari aplikasi ST Client. Prosedur : a) Dari menu utama ST Super pilih Utility Adhoc Backup. b) Pilihlah Directory. c) Pilih Drive dan Folder, Klik <OK>. d) Klik <Proceed>. 7) Jika Peserta sudah melakukan proses BATCH, dari Aplikasi Guest Bank klik tombol Delete data untuk menghapus semua data transaksi RTGS dan SSSS yang sudah dibuat. Prosedur : a) Dari main menu klik tombol Delete data akan muncul pesan seperti gambar dibawah ini: Gambar 13 b) Klik tombol Yes untuk menghapus database c) Apabila proses Delete database telah selesai akan muncul pesan seperti gambar dibawah ini : Gambar 14 d) Klik tombol Ok, kemudian Exit dari aplikasi Guest Bank 8) Selanjutnya pihak Bank melakukan Restore Data pada Server di lokasi Bank masing masing. Prosedur : a) Restore Data RTGS dilakukan dari menu RT Super Utility Restore Tables. 231

244 b) Restore Data SSSS dilakukan dari menu ST Super Utility Restore Tables. c) Aktifkan RT Server d) Aktifkan ST Server e) Lakukan System start-up, Department start-up dari RT Client f) Lakukan System start-up, Department start-up dari ST Client g) Log-on to RCC dari RT Client h) Lakukan kegiatan operasional RTGS dan SSSS seperti biasa, sampai dengan proses akhir hari. *** Selesai *** 232

245 B. Prosedur penggunaan Fasilitas Guest Bank pada tengah hari (kondisi server tidak rusak) 1. Persiapan oleh Peserta (dilakukan di kantor Peserta) : a. Membawa hasil back-up data Adhoc (Adhoc Back-up) RTGS dalam dua media penyimpanan seperti CD atau flash disk. Adhoc Back-up dilakukan dari aplikasi RT Super menu Utilities Adhoc Backup. Nama file back-upnya misalnya : ddmmyy_adbackup (141207_Adbackup) b. Membawa hasil back-up data Adhoc (Adhoc Back-up) SSSS dalam dua media penyimpanan seperti CD atau flash disk. Adhoc Back-up dilakukan dari aplikasi ST Super menu Utilities Adhoc Backup. Nama file back-upnya misalnya : ddmmyy_adbackup (ST_141207_BEIIIDJA_Ad) c. Membawa data transaksi yang akan dibukukan atau data transaksi RTGS dari sistem internal bank (text file) yang akan diup-load ke aplikasi RTGS. d. Membawa data transaksi yang akan dibukukan atau data transaksi SSSS dari sistem internal bank (text file) yang akan diup-load ke aplikasi SSSS e. Rekonsiliasi Transaksi RTGS 1) Dari menu Audit trail jalankan List/Print transaction status. Klik Display berdasarkan kriteria sebagai berikut : a) Transaction Group = IFTS b) Transaction Type = Outgoing 2) Bila ada transaksi dengan status akhir AP NA agar dikonfirmasikan ke PTR dengan memberitahukan nomor ISN terakhir. (Nomor ISN dapat dilihat pada kolom ISN/OSN). 3) Dari menu Audit trail jalankan Print Summary Report, cetak Summary Report dan Recap List Report. Teliti untuk Sent Transfer, baik pada jumlah maupun nominal dan bandingkan dengan warkat yang sudah di-approve. f. Rekonsiliasi Transaksi SSSS 1) Dari menu Audit trail jalankan List/Print transaction status. Klik Display berdasarkan kriteria sebagai berikut: Transaction Group = a) SSTS b) ABS 2) Bila ada transaksi dengan status akhir AP NA agar dikonfirmasikan ke Bagian PTPM dengan memberitahukan nomor ISN terakhir. (Nomor ISN dapat dilihat pada kolom ISN/OSN). 3) Dari menu Audit trail jalankan Print Summary Report, cetak Summary Report. Teliti transaksi yang Completed untuk Bidding dan SSTS baik jumlah maupun nominal dan bandingkan dengan warkat yang sudah di-approve. 233

246 2. Kegiatan Guest Bank (dilakukan di Bank Indonesia) : a. Petugas Bank melakukan restore data RTGS dari aplikasi RT Super Prosedur restore data RTGS: 1) Sign-on dari aplikasi RT Super menggunakan user rtadm1 atau rtadm2 dengan password default untuk restore RTGS. 2) Dari menu Utility pilih Restore Tables. Layar Restore Tables akan ditampilkan. Gambar 1 3) Klik untuk memilih back-up file directory. Layar Directory akan ditampilkan. Gambar 2 4) Pilih Drive name dari daftar pada driver list box dan pilih Folder dari daftar pada folder list box untuk menunjukkan lokasi Back-up File. 5) Memilih tabel-tabel untuk di-restore: Klik Select All untuk memilih semua tabel yang akan di-restore, kecuali tabel di bawah ini : a) DEPTPARMT b) PRTDEV c) SYSPARMT d) WSPARMT karena apabila tabel diatas dipilih maka harus dilakukan setting ulang database. 234

247 6) Klik Proceed untuk mulai proses restore. 7) Setelah proses restore selesai dengan baik, akan terlihat message The Restoring Tables are successfully completed'. Gambar 3 8) Setelah restore selesai, klik Exit untuk menutup utilitas ini. 9) Masih pada layar RT Super pilih menu Status Reset system Status, ubah status sistem menjadi MidDay Shut-down klik Proceed. 10) Sign off dari aplikasi RT Super. b. Petugas Bank melakukan restore data SSSS dari aplikasi ST Super Prosedur restore data SSSS : 1) Sign-on dari aplikasi ST Super menggunakan user stadm1 atau stadm2 dengan password default untuk restore SSSS 2) Dari menu Utility pilih Restore Tables. Layar Restore Tables akan ditampilkan. Gambar 4 235

248 3) Klik untuk memilih back-up file directory. Layar Directory akan ditampilkan. Gambar 5 4) Pilih Drive name dari daftar pada driver list box dan pilih Folder dari daftar pada folder list box untuk menunjukkan lokasi Back-up File. 5) Memilih tabel-tabel untuk di-restore: Klik Select All untuk memilih semua tabel yang akan di-restore, kecuali tabel di bawah ini : a) DEPTPARMT b) UPLISSUERT c) PRTDEV d) SYSPARMT e) WSPARMT karena apabila tabel diatas dipilih maka harus dilakukan setting ulang database. 6) Klik Proceed untuk mulai proses restore. 7) Setelah proses restore selesai dengan baik, akan terlihat message The Restoring Tables are successfully completed'. Gambar 6 236

249 8) Setelah restore selesai, klik Exit untuk menutup utilitas ini. 9) Masih pada layar ST Super pilih menu Status Reset system Status, ubah status sistem menjadi MidDay Shut-down klik Proceed. 10) Sign-off dari aplikasi ST Super. c. Petugas Bank mengaktifkan aplikasi Guest Bank, seperti gambar dibawah ini : Gambar 7 Klik tombol Initialize untuk inisialisasi member Guest Bank Gambar 8 d. Petugas Bank melakukan kegiatan operasional RT dan ST: 1) Aktifkan RT Server 2) Aktifkan ST Server 3) Lakukan System start-up dan Department start-up dari RT Client 4) Lakukan System start-up dan Department start-up dari ST Client 5) Log-on to RCC dari RT Client 6) Input data transaksi atau up-load data transaksi RTGS yang dibawa oleh bank, dari RT Client 237

250 7) Input data transaksi atau up-load data transaksi SSSS yang dibawa oleh bank, dari ST Client 8) Setelah selesai, lakukan Log-off from RCC dari RT Client 3. Kegiatan Pemulihan setelah Guest Bank selesai operasional (dilakukan di Bank Indonesia) : a. Apabila kegiatan Guest Bank dilakukan sampai dengan RCC Cut-off, maka jalankan prosedur di bawah ini : 1) Peserta melakukan kegiatan System shut-down terlebih dahulu tanpa diikuti kegiatan BATCH dari aplikasi RT Client Prosedur : a) Sign-on dari aplikasi RT Client, menggunakan user setingkat manager b) Dari menu System pilih System shut-down, pilih End of day shut-down. 2) Peserta melakukan kegiatan System shut-down terlebih dahulu tanpa diikuti kegiatan BATCH dari aplikasi ST Client Prosedur : a) Sign-on dari aplikasi STClient, menggunakan user setingkat manager b) Dari menu System pilih System shut-down, pilih End of day shut-down. 3) Kemudian maximize aplikasi Guest Bank yang masih aktif 4) Dari aplikasi Guest Bank, klik tombol Print untuk mencetak durasi penggunaan Guest Bank dan akan tercetak report tersebut, seperti gambar dibawah ini : Gambar 9 5) Setelah itu peserta dapat melakukan kegiatan BATCH dari aplikasi RT Client. Prosedur : a) Dari menu utama RT Client pilih Batch Print End of day Reports. b) Dari menu utama pilih Batch Backup Daily Files. c) Pilihlah Directory. d) Pilih Drive dan Folder, Klik <OK>. 238

251 e) Klik <Proceed>. f) Dari menu utama pilih Batch Reset system Files. g) Masukkan password. h) Klik <Proceed>. 6) Setelah itu peserta dapat melakukan kegiatan BATCH dari aplikasi ST Client. Prosedur : a) Dari menu utama ST Client pilih Batch Print End of day Reports. b) Pilih report-report yang akan dicetak : (1) Incoming Transaction Journal Batch Report (2) Outgoing Transaction Journal Batch Report (3) Due Date Reminder for SSSS Transaction Report (4) Daily Total Report c) Dari menu utama pilih Batch Backup Daily Files. d) Pilihlah Directory. e) Pilih Drive dan Folder, Klik <OK>. f) Klik <Proceed>. g) Dari menu utama pilih Batch Reset system Files. h) Masukkan password. i) Klik <Proceed>. 7) Jika Peserta sudah melakukan proses BATCH, dari Aplikasi Guest Bank klik tombol Delete data untuk menghapus semua data transaksi RTGS dan SSSS yang sudah dibuat. Prosedur : a) Dari main menu klik tombol Delete data akan muncul pesan seperti gambar dibawah ini: Gambar 10 b) Klik tombol Yes untuk menghapus database c) Apabila proses Delete database telah selesai akan muncul pesan seperti gambar dibawah ini : 239

252 Gambar 11 d) Klik tombol Ok, kemudian Exit dari aplikasi Guest Bank b. Apabila kegiatan Guest Bank tidak dilakukan sampai dengan RCC Cut-off, maka jalankan prosedur di bawah ini : 1) Peserta melakukan kegiatan System shut-down terlebih dahulu tanpa diikuti kegiatan BATCH dari aplikasi RT Client Prosedur : a) Sign-on dari aplikasi RT Client, menggunakan user setingkat manager b) Dari menu System pilih System shut-down, pilih MidDay Shut-down. 2) Peserta melakukan kegiatan System shut-down terlebih dahulu tanpa diikuti kegiatan BATCH dari aplikasi ST Client Prosedur : a) Sign-on dari aplikasi ST Client, menggunakan user setingkat manager b) Dari menu System pilih System shut-down, pilih MidDay Shut-down. 3) Kemudian maximize aplikasi Guest Bank yang masih aktif 4) Dari aplikasi Guest Bank, klik tombol Print untuk mencetak durasi penggunaan Guest Bank dan akan tercetak report tersebut, seperti gambar dibawah ini : Gambar 12 5) Setelah itu peserta dapat melakukan kegiatan Adhoc Back-up dari aplikasi RT Super. 240

253 Prosedur : a) Dari menu utama RTSuper pilih Utility Adhoc Backup. b) Pilihlah Directory. c) Pilih Drive dan Folder, Klik <OK>. d) Klik <Proceed>. 6) Setelah itu peserta dapat melakukan kegiatan BATCH dari aplikasi ST Client. Prosedur : a) Dari menu utama ST Super pilih Utility Adhoc Backup. b) Pilihlah Directory. c) Pilih Drive dan Folder, Klik <OK>. d) Klik <Proceed>. 7) Jika Peserta sudah melakukan proses BATCH, dari aplikasi Guest Bank klik tombol Delete data untuk menghapus semua data transaksi RTGS dan SSSS yang sudah dibuat. Prosedur : a) Dari main menu klik tombol Delete data akan muncul pesan seperti gambar dibawah ini: Gambar 13 b) Klik tombol Yes untuk menghapus database c) Apabila proses Delete database telah selesai akan muncul pesan seperti gambar dibawah ini : Gambar 14 d) Klik tombol Ok, kemudian Exit dari aplikasi Guest Bank 241

254 8) Selanjutnya pihak Bank melakukan restore data pada Server di lokasi Bank masing- masing. Prosedur : a) Restore data RTGS dilakukan dari menu RT Super Utility Restore Tables. b) Restore data SSSS dilakukan dari menu RT Super Utility Restore Tables. c) Aktifkan RT Server d) Aktifkan ST Server e) Lakukan System start-up, Department start-up dari RT Client f) Lakukan System start-up, Department start-up dari ST Client g) Log-on to RCC dari RT Client h) Lakukan kegiatan operasional RTGS dan SSSS seperti biasa, sampai dengan proses akhir hari. *** Selesai *** 242

255 C. Prosedur penggunaan Fasilitas Guest Bank pada tengah hari (kondisi RT/ST Server rusak/crash) 1. Persiapan oleh Peserta (dilakukan di kantor Peserta) : a. Mencatat nomor BOR terakhir berdasarkan cetakan yang telah diterima pada aplikasi RTGS. b. Mencatat nomor MOR terakhir berdasarkan cetakan yang telah diterima pada aplikasi SSSS. c. Membawa hasil back-up data akhir hari (T-1) RTGS dalam dua media penyimpanan seperti CD atau flash disk. Back-up data akhir hari RTGS dilakukan dari RT Client menu Batch Backup Daily Files. Nama file back-upnya misalnya : ddmmyy_back-up (141207_backup) d. Membawa hasil back-up data akhir hari (T-1) SSSS dalam dua media penyimpanan seperti CD atau flash disk. Back-up Data akhir hari SSSS dilakukan dari ST Client menu Batch Backup Daily Files. Nama file back-upnya misalnya : ddmmyy_back-up (ST_141207_BEIIIDJA) e. Membawa data transaksi yang akan dibukukan atau data transaksi RTGS dari sistem internal bank (text file) yang akan diup-load ke aplikasi RTGS f. Membawa data transaksi yang akan dibukukan atau data transaksi SSSS dari sistem internal bank (text file) yang akan diup-load ke aplikasi SSSS 2. Kegiatan Guest Bank (dilakukan di BI) : a. Petugas Bank melakukan restore data RTGS dari aplikasi RT Super Prosedur restore data RTGS: 1) Sign-on dari aplikasi RT Super menggunakan user rtadm1 atau rtadm2 dengan password default untuk restore RTGS 2) Dari menu Utility pilih Restore Tables. Layar Restore Tables akan ditampilkan. Gambar 1 243

256 3) Klik untuk memilih back-up file directory. Layar Directory akan ditampilkan. Gambar 2 4) Pilih Drive name dari daftar pada driver list box dan pilih Folder dari daftar pada folder list box untuk menunjukkan lokasi Back-up File. 5) Memilih tabel-tabel untuk di-restore: Klik Select All untuk memilih semua tabel yang akan di-restore, kecuali tabel di bawah ini : a) DEPTPARMT b) PRTDEV c) SYSPARMT d) WSPARMT karena apabila tabel diatas dipilih maka harus dilakukan setting ulang database. 6) Klik Proceed untuk mulai proses restore. 7) Setelah proses restore selesai dengan baik, akan terlihat message The Restoring Tables are successfully completed'. Gambar 3 244

257 8) Setelah restore selesai, klik Exit untuk menutup utilitas ini. 9) Masih pada layar aplikasi RT Super, pilih menu Utility Reset BOR Number, Gambar 4 Lakukan reset nomor BOR, tambahkan 1000 dari BOR terakhir. Contoh : BOR Terakhir : 400 Reset BOR Number menjadi : = 1400 klik Update. 10) Klik Exit untuk menutup utilitas ini dan sign-off dari aplikasi RT Super. b. Petugas Bank melakukan restore data SSSS dari aplikasi ST Super Prosedur restore data SSSS : 1) Sign-on dari aplikasi ST Super menggunakan user stadm1 atau stadm2 dengan password default untuk restore SSSS 2) Dari menu Utility pilih Restore Tables. Layar Restore Tables akan ditampilkan. Gambar 5 3) Klik untuk memilih back-up file directory. Layar Directory akan ditampilkan. 245

258 Gambar 6 4) Pilih Drive name dari daftar pada driver list box dan pilih Folder dari daftar pada folder list box untuk menunjukkan lokasi Back-up File. 5) Memilih tabel-tabel untuk di-restore: Klik Select All untuk memilih semua tabel yang akan di-restore, kecuali tabel dibawah ini : a) DEPTPARMT b) UPLISSUERT c) PRTDEV d) SYSPARMT e) WSPARMT karena apabila tabel diatas dipilih maka harus dilakukan setting ulang database. 6) Klik Proceed untuk mulai proses restore. 7) Setelah proses restore selesai dengan baik, akan terlihat message The Restoring Tables are successfully completed'. Gambar 7 8) Setelah restore selesai, klik Exit untuk menutup utilitas ini. 246

259 9) Masih pada layar aplikasi ST Super, pilih menu Utility Reset MOR Number. Gambar 8 Lakukan reset nomor MOR, tambahkan 1000 dari MOR terakhir. Contoh : MOR Terakhir : 400 Reset MOR Number menjadi : = 1400 klik Update. 10) Klik Exit untuk menutup utilitas ini dan sign-off dari aplikasi ST Super. c. Petugas Bank melakukan menjalankan Batch Processing Prosedur : 1) Aktifkan aplikasi RT Server 2) Aktifkan aplikasi ST Server 3) Dari aplikasi RT Client pilih menu Batch jalankan proses Reset system files 4) Dari aplikasi ST Client pilih menu Batch jalankan proses Reset system files d. Petugas Bank mengaktifkan aplikasi Guest Bank, seperti gambar dibawah ini : Gambar 9 247

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/6/PBI/2008 TENTANG SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/6/PBI/2008 TENTANG SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT GUBERNUR BANK INDONESIA, -1- PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/6/PBI/2008 TENTANG SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memperjelas fungsi Bank Indonesia dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

No. 10/9/DASP Jakarta, 5 Maret 2008 S U R A T E D A R A N. Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan dan Pengawasan Sistem BI-RTGS

No. 10/9/DASP Jakarta, 5 Maret 2008 S U R A T E D A R A N. Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan dan Pengawasan Sistem BI-RTGS No. 10/9/DASP Jakarta, 5 Maret 2008 S U R A T E D A R A N Perihal : Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan dan Pengawasan Sistem BI-RTGS Sehubungan dengan diberlakukannya Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/6/PBI/2008

Lebih terperinci

S U R A T E D A R A N Kepada PESERTA SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT DI INDONESIA

S U R A T E D A R A N Kepada PESERTA SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT DI INDONESIA No. 10/10/DASP Jakarta, 5 Maret 2008 S U R A T E D A R A N Kepada PESERTA SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT DI INDONESIA Perihal : Pelaksanaan Transaksi Melalui Sistem Bank Indonesia Real

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/ 8 /PBI/2004 TENTANG SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/ 8 /PBI/2004 TENTANG SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT GUBERNUR BANK INDONESIA, -1- PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/ 8 /PBI/2004 TENTANG SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung tercapainya sistem pembayaran

Lebih terperinci

No. 17/34/DPSP Jakarta, 13 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA PESERTA SISTEM BANK INDONESIA-REAL TIME GROSS SETTLEMENT

No. 17/34/DPSP Jakarta, 13 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA PESERTA SISTEM BANK INDONESIA-REAL TIME GROSS SETTLEMENT 1 No. 17/34/DPSP Jakarta, 13 November 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA PESERTA SISTEM BANK INDONESIA-REAL TIME GROSS SETTLEMENT Perihal : Perlindungan Nasabah dalam Pelaksanaan Transfer Dana melalui

Lebih terperinci

No. 2/ 24 /DASP Jakarta, 17 November 2000 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA. Perihal : Bank Indonesia Real Time Gross Settlement

No. 2/ 24 /DASP Jakarta, 17 November 2000 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA. Perihal : Bank Indonesia Real Time Gross Settlement No. 2/ 24 /DASP Jakarta, 17 November 2000 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA Perihal : Bank Indonesia Real Time Gross Settlement Sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/18/PBI/2005 TENTANG SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/18/PBI/2005 TENTANG SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/18/PBI/2005 TENTANG SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung kelancaran sistem pembayaran diperlukan

Lebih terperinci

S U R A T E D A R A N

S U R A T E D A R A N No. 8/20/DASP Jakarta, 11 Oktober 2006 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA PESERTA SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT (BI-RTGS) DAN SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA (SKNBI) DI INDONESIA

Lebih terperinci

S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA PESERTA SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT DAN SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA DI INDONESIA

S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA PESERTA SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT DAN SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA DI INDONESIA No. 10/12/DASP Jakarta, 5 Maret 2008 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA PESERTA SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT DAN SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA DI INDONESIA Perihal : Penetapan

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/ 18 /PBI/2015 TENTANG PENYELENGGARAAN TRANSAKSI, PENATAUSAHAAN SURAT BERHARGA, DAN SETELMEN DANA SEKETIKA

- 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/ 18 /PBI/2015 TENTANG PENYELENGGARAAN TRANSAKSI, PENATAUSAHAAN SURAT BERHARGA, DAN SETELMEN DANA SEKETIKA - 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/ 18 /PBI/2015 TENTANG PENYELENGGARAAN TRANSAKSI, PENATAUSAHAAN SURAT BERHARGA, DAN SETELMEN DANA SEKETIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Non Bank. Hubungan Rekening Giro antara Bank Indonesia dengan Pihak Ekstern

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Non Bank. Hubungan Rekening Giro antara Bank Indonesia dengan Pihak Ekstern Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Non Bank Hubungan Rekening Giro antara Bank Indonesia dengan Pihak Ekstern Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Hubungan Non Bank dengan BI Hubungan Rekening Giro antara

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/9/PBI/2015 TENTANG PENYELENGGARAAN TRANSFER DANA DAN KLIRING BERJADWAL OLEH BANK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/9/PBI/2015 TENTANG PENYELENGGARAAN TRANSFER DANA DAN KLIRING BERJADWAL OLEH BANK INDONESIA 1 PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/9/PBI/2015 TENTANG PENYELENGGARAAN TRANSFER DANA DAN KLIRING BERJADWAL OLEH BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Sistem Pembayaran Non Tunai

Sistem Pembayaran Non Tunai Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Sistem Pembayaran Non Tunai Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Sistem Pembayaran Non Tunai Tim Penyusun Ramlan Ginting Chandra Murniadi Dudy Iskandar Gantiah Wuryandani

Lebih terperinci

No. 17/ 14 /DPSP Jakarta, 5 Juni S U R A T E D A R A N Kepada PESERTA SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA DI INDONESIA

No. 17/ 14 /DPSP Jakarta, 5 Juni S U R A T E D A R A N Kepada PESERTA SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA DI INDONESIA 1 No. 17/ 14 /DPSP Jakarta, 5 Juni 2015 S U R A T E D A R A N Kepada PESERTA SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA DI INDONESIA Perihal : Perlindungan Nasabah dalam Pelaksanaan Transfer Dana dan Kliring

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 2/26/PBI/2000 TENTANG FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 2/26/PBI/2000 TENTANG FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 2/26/PBI/2000 TENTANG FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA Menimbang : a. bahwa untuk meminimalkan risiko dalam sistem pembayaran di Indonesia,

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/2/PBI/2004 TENTANG BANK INDONESIA - SCRIPLESS SECURITIES SETTLEMENT SYSTEM (BI-SSSS) GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/2/PBI/2004 TENTANG BANK INDONESIA - SCRIPLESS SECURITIES SETTLEMENT SYSTEM (BI-SSSS) GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/2/PBI/2004 TENTANG BANK INDONESIA - SCRIPLESS SECURITIES SETTLEMENT SYSTEM (BI-SSSS) GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka membantu Pemerintah melakukan

Lebih terperinci

Pasar Uang Antar Bank

Pasar Uang Antar Bank Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Likuiditas Rupiah Tim Penyusun Ramlan Ginting Chandra Murniadi Dudy Iskandar Gantiah Wuryandani Zulkarnain Sitompul Siti Astiyah Wahyu Yuwana Hidayat Komala Dewi Wirza

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/28/PBI/2006 TENTANG KEGIATAN USAHA PENGIRIMAN UANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/28/PBI/2006 TENTANG KEGIATAN USAHA PENGIRIMAN UANG GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/28/PBI/2006 TENTANG KEGIATAN USAHA PENGIRIMAN UANG GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa saat ini jumlah transaksi maupun nilai nominal pengiriman uang baik di

Lebih terperinci

No.17/13/DPSP Jakarta, 5 Juni 2015 SURAT EDARAN

No.17/13/DPSP Jakarta, 5 Juni 2015 SURAT EDARAN No.17/13/DPSP Jakarta, 5 Juni 2015 SURAT EDARAN Perihal : Penyelenggaraan Transfer Dana dan Kliring Berjadwal oleh Bank Indonesia Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/9/PBI/2015

Lebih terperinci

Sistem Pembayaran Non Tunai

Sistem Pembayaran Non Tunai Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Sistem Pembayaran Non Tunai Transfer Dana Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Sistem Pembayaran Non Tunai Transfer Dana Tim Penyusun Ramlan Ginting Chandra Murniadi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kegiatan transfer dana di Indonesia telah menunjukkan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.283, 2012 PERBANKAN. BI. Transfer Dana. Sistem Pembayaran. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5381) PERATURAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kegiatan transfer dana di Indonesia telah menunjukkan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 23 /PBI/2012 TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 23 /PBI/2012 TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 23 /PBI/2012 TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk menjaga keamanan dan kelancaran sistem pembayaran

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/22/PBI/2005 TENTANG FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/22/PBI/2005 TENTANG FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/22/PBI/2005 TENTANG FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung kelancaran sistem pembayaran di Indonesia,

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/6/PBI/2004 TENTANG FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/6/PBI/2004 TENTANG FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/6/PBI/2004 TENTANG FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meminimalkan risiko dalam sistem pembayaran di Indonesia,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kegiatan transfer dana di Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 29 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 29 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 29 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung kelancaran

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/9/PBI/2016 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/9/PBI/2016 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/9/PBI/2016 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

No. 15/23/DASP Jakarta, 27 Juni S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK DAN BADAN USAHA BERBADAN HUKUM INDONESIA BUKAN BANK

No. 15/23/DASP Jakarta, 27 Juni S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK DAN BADAN USAHA BERBADAN HUKUM INDONESIA BUKAN BANK No. 15/23/DASP Jakarta, 27 Juni 2013 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK DAN BADAN USAHA BERBADAN HUKUM INDONESIA BUKAN BANK Perihal : Penyelenggaraan Transfer Dana Sehubungan dengan diberlakukannya

Lebih terperinci

No. 10/ 25 /DPM Jakarta, 14 Juli SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA. Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum

No. 10/ 25 /DPM Jakarta, 14 Juli SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA. Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum No. 10/ 25 /DPM Jakarta, 14 Juli 2008 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum Sehubungan dengan ditetapkannya Peraturan Bank Indonesia Nomor

Lebih terperinci

SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM. Perihal : Tata Cara Pemberian Fasilitas Likuiditas Intrahari Bagi Bank Umum

SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM. Perihal : Tata Cara Pemberian Fasilitas Likuiditas Intrahari Bagi Bank Umum No.12/ 29 /DASP Jakarta, 10 November 2010 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM Perihal : Tata Cara Pemberian Fasilitas Likuiditas Intrahari Bagi Bank Umum Sehubungan dengan penerbitan Peraturan Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/24/PBI/2015 TENTANG REKENING GIRO DI BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/24/PBI/2015 TENTANG REKENING GIRO DI BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/24/PBI/2015 TENTANG REKENING GIRO DI BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan

Lebih terperinci

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 20/3/PADG/2018 TENTANG LAYANAN SUB-REGISTRY BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 20/3/PADG/2018 TENTANG LAYANAN SUB-REGISTRY BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 20/3/PADG/2018 TENTANG LAYANAN SUB-REGISTRY BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa guna pengelolaan

Lebih terperinci

No. 6/7/DPM Jakarta, 16 Februari 2004 November 2003 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA. Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum

No. 6/7/DPM Jakarta, 16 Februari 2004 November 2003 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA. Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum No. 6/7/DPM Jakarta, 16 Februari 2004 November 2003 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum Sehubungan dengan ditetapkannya Peraturan Bank

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kegiatan transfer dana di Indonesia

Lebih terperinci

2 1. Perluasan akses kepesertaan yang tidak terbatas pada Bank Umum Saat ini kepesertaan SKNBI terbatas pada Bank Umum sehingga transfer dana melalui

2 1. Perluasan akses kepesertaan yang tidak terbatas pada Bank Umum Saat ini kepesertaan SKNBI terbatas pada Bank Umum sehingga transfer dana melalui TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERBANKAN. BI. Transfer Dana. Kliring. Berjadwal. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 122). PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Non Bank. Transfer Dana

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Non Bank. Transfer Dana Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Non Bank Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Sistem Pembayaran Non Tunai Tim Penyusun Ramlan Ginting Dudy Iskandar Gantiah Wuryandani Zulkarnain Sitompul Indri Triyana

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/12/PBI/2009 TENTANG UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/12/PBI/2009 TENTANG UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA, -1- PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/12/PBI/2009 TENTANG UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perkembangan alat pembayaran

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/24/PBI/2000 TENTANG HUBUNGAN REKENING GIRO ANTARA BANK INDONESIA DENGAN PIHAK EKSTERN GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/24/PBI/2000 TENTANG HUBUNGAN REKENING GIRO ANTARA BANK INDONESIA DENGAN PIHAK EKSTERN GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/24/PBI/2000 TENTANG HUBUNGAN REKENING GIRO ANTARA BANK INDONESIA DENGAN PIHAK EKSTERN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memperlancar transaksi

Lebih terperinci

No.18/ 7 /DPSP Jakarta, 2 Mei 2016 SURAT EDARAN

No.18/ 7 /DPSP Jakarta, 2 Mei 2016 SURAT EDARAN No.18/ 7 /DPSP Jakarta, 2 Mei 2016 SURAT EDARAN Perihal : Penyelenggaraan Transfer Dana dan Kliring Berjadwal oleh Bank Indonesia Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/9/PBI/2015

Lebih terperinci

No. 11/11/DASP Jakarta, 13 April 2009 S U R A T E D A R A N. Perihal : Uang Elektronik (Electronic Money)

No. 11/11/DASP Jakarta, 13 April 2009 S U R A T E D A R A N. Perihal : Uang Elektronik (Electronic Money) No. 11/11/DASP Jakarta, 13 April 2009 S U R A T E D A R A N Perihal : Uang Elektronik (Electronic Money) Sehubungan dengan diberlakukannya Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12./PBI/2009 tanggal 13 April

Lebih terperinci

BAB III KEPESERTAAN SISTEM BI-RTGS

BAB III KEPESERTAAN SISTEM BI-RTGS III. 1 Lampiran SE No.4/10/DASP tgl. 26 Juni 2002 BAB III KEPESERTAAN SISTEM BI-RTGS Peserta dalam Sistem BI-RTGS terdiri dari Bank Umum, Pihak selain Bank serta Kantor Pusat Bank Indonesia (KPBI) dan

Lebih terperinci

Yang dimaksud dalam Surat Edaran ini dengan:

Yang dimaksud dalam Surat Edaran ini dengan: No. 8/4/DPM Jakarta, 7 Februari 2006 NoAAve SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM Perihal : Transaksi Perdagangan Sertifikat Bank Indonesia Secara Repurchase Agreement (Repo) Dengan Bank Indonesia Di Pasar

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Aset. Portofolio Obligasi Pemerintah bagi Bank Umum Peserta Program Rekapitalisasi

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Aset. Portofolio Obligasi Pemerintah bagi Bank Umum Peserta Program Rekapitalisasi Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset bagi Bank Umum Peserta Program Rekapitalisasi Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset bagi Bank Umum Peserta Program Rekapitalisasi Tim Penyusun Ramlan Ginting

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas Intrahari, Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek, Fasilitas Pembiayaan Darurat

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas Intrahari, Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek, Fasilitas Pembiayaan Darurat Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Likuiditas Rupiah Intrahari, Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek, Fasilitas Pembiayaan Darurat Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Likuiditas Rupiah Intrahari, Fasilitas

Lebih terperinci

No.18/ 41 /DKSP Jakarta, 30 Desember 2016 S U R A T E D A R A N. Penyelenggaraan Pemrosesan Transaksi Pembayaran

No.18/ 41 /DKSP Jakarta, 30 Desember 2016 S U R A T E D A R A N. Penyelenggaraan Pemrosesan Transaksi Pembayaran No.18/ 41 /DKSP Jakarta, 30 Desember 2016 S U R A T E D A R A N Perihal : Penyelenggaraan Pemrosesan Transaksi Pembayaran Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/40/PBI/2016 tentang

Lebih terperinci

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/20/PADG/2017 TENTANG REKENING GIRO DI BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/20/PADG/2017 TENTANG REKENING GIRO DI BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/20/PADG/2017 TENTANG REKENING GIRO DI BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung

Lebih terperinci

No. 12/ 28 /DASP Jakarta, 10 November 2010 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA PESERTA BANK INDONESIA SCRIPLESS SECURITIES SETTLEMENT SYSTEM DI INDONESIA

No. 12/ 28 /DASP Jakarta, 10 November 2010 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA PESERTA BANK INDONESIA SCRIPLESS SECURITIES SETTLEMENT SYSTEM DI INDONESIA No. 12/ 28 /DASP Jakarta, 10 November 2010 SURAT EDARAN Kepada SEMUA PESERTA BANK INDONESIA SCRIPLESS SECURITIES SETTLEMENT SYSTEM DI INDONESIA Perihal : Penyelenggaraan Bank Indonesia - Scripless Securities

Lebih terperinci

No. 6/17/DPM Jakarta, 6 April 2004 NoAAve SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM

No. 6/17/DPM Jakarta, 6 April 2004 NoAAve SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM No. 6/17/DPM Jakarta, 6 April 2004 NoAAve SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM Perihal : Transaksi Perdagangan Sertifikat Bank Indonesia Secara Repurchase Agreement (Repo) Dengan Bank Indonesia Di Pasar

Lebih terperinci

LAMPIRAN SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 16/11/DKSP TANGGAL 22 JULI 2014 PERIHAL PENYELENGGARAAN UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY)

LAMPIRAN SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 16/11/DKSP TANGGAL 22 JULI 2014 PERIHAL PENYELENGGARAAN UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY) LAMPIRAN SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 16/11/DKSP TANGGAL 22 JULI 2014 PERIHAL PENYELENGGARAAN UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY) I. PERSYARATAN DOKUMEN PERIZINAN UANG ELEKTRONIK BAGI LEMBAGA SELAIN

Lebih terperinci

No. 18/2/DPTP Jakarta, 28 Januari S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA PEMILIK REKENING GIRO DI BANK INDONESIA

No. 18/2/DPTP Jakarta, 28 Januari S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA PEMILIK REKENING GIRO DI BANK INDONESIA 1 No. 18/2/DPTP Jakarta, 28 Januari 2016 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA PEMILIK REKENING GIRO DI BANK INDONESIA Perihal : Penyelenggaraan Sistem Bank Indonesia Government Electronic Banking Sehubungan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/24/PBI/2005 TENTANG FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI BAGI BANK UMUM BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/24/PBI/2005 TENTANG FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI BAGI BANK UMUM BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/24/PBI/2005 TENTANG FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI BAGI BANK UMUM BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung kelancaran

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 10/2/PBI/2008 TENTANG BANK INDONESIA - SCRIPLESS SECURITIES SETTLEMENT SYSTEM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 10/2/PBI/2008 TENTANG BANK INDONESIA - SCRIPLESS SECURITIES SETTLEMENT SYSTEM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 10/2/PBI/2008 TENTANG BANK INDONESIA - SCRIPLESS SECURITIES SETTLEMENT SYSTEM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Jasa Bank. Prinsip Kehati-hatian dalam Melaksanakan Aktivitas Keagenan Produk Keuangan Luar Negeri oleh Bank Umum

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Jasa Bank. Prinsip Kehati-hatian dalam Melaksanakan Aktivitas Keagenan Produk Keuangan Luar Negeri oleh Bank Umum Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Jasa Bank Prinsip Kehati-hatian dalam Melaksanakan Aktivitas Keagenan Produk Keuangan Luar Negeri oleh Bank Umum Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Jasa Bank Prinsip

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TRANSFER DANA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TRANSFER DANA I. UMUM PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TRANSFER DANA Meningkatnya kegiatan perekonomian nasional merupakan salah satu faktor utama dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

No. 10/21/DPM Jakarta, 23 Mei 2008 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA PESERTA BANK INDONESIA SCRIPLESS SECURITIES SETTLEMENT SYSTEM DI INDONESIA

No. 10/21/DPM Jakarta, 23 Mei 2008 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA PESERTA BANK INDONESIA SCRIPLESS SECURITIES SETTLEMENT SYSTEM DI INDONESIA No. 10/21/DPM Jakarta, 23 Mei 2008 SURAT EDARAN Kepada SEMUA PESERTA BANK INDONESIA SCRIPLESS SECURITIES SETTLEMENT SYSTEM DI INDONESIA Perihal : Penyelenggaraan Bank Indonesia - Scripless Securities Settlement

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PERBANKAN. BI. Uang Rupiah. Pembayaran dan Pengelolaan. Sistem (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 106). PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 25 /PBI/2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/19/PBI/2008 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/19/PBI/2005 TENTANG PENERBITAN, PENJUALAN DAN PEMBELIAN SERTA PENATAUSAHAAN SURAT UTANG NEGARA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/19/PBI/2005 TENTANG PENERBITAN, PENJUALAN DAN PEMBELIAN SERTA PENATAUSAHAAN SURAT UTANG NEGARA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/19/PBI/2005 TENTANG PENERBITAN, PENJUALAN DAN PEMBELIAN SERTA PENATAUSAHAAN SURAT UTANG NEGARA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Bank Indonesia telah ditunjuk

Lebih terperinci

2017, No menetapkan Peraturan Bank Indonesia tentang Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek bagi Bank Umum Konvensional; Mengingat : 1. Undang-Undang

2017, No menetapkan Peraturan Bank Indonesia tentang Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek bagi Bank Umum Konvensional; Mengingat : 1. Undang-Undang No.82, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Bank Umum. Konvensional. Jangka Pendek. Likuiditas. Pinjaman. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6044) PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 1 /PBI/2014 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN JASA SISTEM PEMBAYARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 1 /PBI/2014 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN JASA SISTEM PEMBAYARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 1 /PBI/2014 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN JASA SISTEM PEMBAYARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Kelembagaan. Persyaratan dan Tata Cara Pemeriksaan Bank

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Kelembagaan. Persyaratan dan Tata Cara Pemeriksaan Bank Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Kelembagaan Persyaratan dan Tata Cara Pemeriksaan Bank Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Kelembagaan Persyaratan dan Tata Cara Pemeriksaan Bank Tim Penyusun Ramlan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 12/ 13 /PBI/2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 10/29/PBI/2008 TENTANG FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM. Perihal : Fasilitas Likuiditas Intrahari Bagi Bank Umum

SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM. Perihal : Fasilitas Likuiditas Intrahari Bagi Bank Umum No.10/38/DPM Jakarta, 14 November 2008 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM Perihal : Fasilitas Likuiditas Intrahari Bagi Bank Umum Dalam rangka pemberian fasilitas likuiditas intrahari untuk kelancaran

Lebih terperinci

No. 17/33/DPSP Jakarta, 13 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK PESERTA SISTEM BANK INDONESIA-REAL TIME GROSS SETTLEMENT

No. 17/33/DPSP Jakarta, 13 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK PESERTA SISTEM BANK INDONESIA-REAL TIME GROSS SETTLEMENT 1 No. 17/33/DPSP Jakarta, 13 November 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK PESERTA SISTEM BANK INDONESIA-REAL TIME GROSS SETTLEMENT Perihal : Tata Cara Penggunaan Fasilitas Likuiditas Intrahari

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Manajemen. Sertifikasi Manajemen Risiko

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Manajemen. Sertifikasi Manajemen Risiko Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Manajemen DISCLAIMER Isi kodifikasi ini adalah himpunan peraturan Bank Indonesia yang disusun secara sistematis berdasarkan kelompok dan topik tertentu untuk memudahkan

Lebih terperinci

GUBERNUR BANK INDONESIA,

GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/ 48 /PBI/2005 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 2/24/PBI/2000 TENTANG HUBUNGAN REKENING GIRO ANTARA BANK INDONESIA DENGAN PIHAK EKSTERN GUBERNUR

Lebih terperinci

No.10/ 33 /DPNP Jakarta, 15 Oktober Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN KONVENSIONAL DI INDONESIA

No.10/ 33 /DPNP Jakarta, 15 Oktober Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN KONVENSIONAL DI INDONESIA No.10/ 33 /DPNP Jakarta, 15 Oktober 2008 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal : Giro Wajib Minimum Bank Umum pada Bank Indonesia dalam

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Non Bank. Penyelenggaraan Survei oleh Bank Indonesia

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Non Bank. Penyelenggaraan Survei oleh Bank Indonesia Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Non Bank Penyelenggaraan Survei oleh Bank Indonesia Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Hubungan Non Bank dengan BI Penyelenggaraan Survei oleh Bank Indonesia Tim Penyusun

Lebih terperinci

No. 18/9/DPSP Jakarta, 2 Mei S U R A T E D A R A N Kepada PESERTA SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA

No. 18/9/DPSP Jakarta, 2 Mei S U R A T E D A R A N Kepada PESERTA SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA 1 No. 18/9/DPSP Jakarta, 2 Mei 2016 S U R A T E D A R A N Kepada PESERTA SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA Perihal : Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 17/14/DPSP tanggal 5 Juni 2015

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, - 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/5/PBI/2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/9/PBI/2015 TENTANG PENYELENGGARAAN TRANSFER DANA DAN KLIRING BERJADWAL OLEH BANK INDONESIA DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/ 29 /PBI/2006 TENTANG DAFTAR HITAM NASIONAL PENARIK CEK DAN/ATAU BILYET GIRO KOSONG GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/ 29 /PBI/2006 TENTANG DAFTAR HITAM NASIONAL PENARIK CEK DAN/ATAU BILYET GIRO KOSONG GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/ 29 /PBI/2006 TENTANG DAFTAR HITAM NASIONAL PENARIK CEK DAN/ATAU BILYET GIRO KOSONG GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penggunaan instrumen cek dan/atau bilyet

Lebih terperinci

S U R A T E D A R A N

S U R A T E D A R A N No. 7/59/DASP Jakarta, 30 Desember 2005 S U R A T E D A R A N Perihal : Tata Cara Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu -----------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

No. 3/20/DASP Jakarta, 31 Agustus 2001 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA

No. 3/20/DASP Jakarta, 31 Agustus 2001 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA No. 3/20/DASP Jakarta, 31 Agustus 2001 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA Perihal : Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 2/24/DASP tanggal 17 November 2000 perihal Bank Indonesia

Lebih terperinci

No. 17/44/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N

No. 17/44/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N No. 17/44/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Penerbitan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 1/ 3 /PBI/1999 TENTANG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 1/ 3 /PBI/1999 TENTANG PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 1/ 3 /PBI/1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KLIRING LOKAL DAN PENYELESAIAN AKHIR TRANSAKSI PEMBAYARAN ANTAR BANK ATAS HASIL KLIRING LOKAL GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

No. 17/31/DPSP Jakarta, 13 November 2015 SURAT EDARAN

No. 17/31/DPSP Jakarta, 13 November 2015 SURAT EDARAN No. 17/31/DPSP Jakarta, 13 November 2015 SURAT EDARAN Perihal : Penyelenggaraan Penatausahaan Surat Berharga Melalui Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System Sehubungan dengan berlakunya Peraturan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BAN K INDONESIA NOMOR : 12/ 13 /PBI/2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 10/29/PBI/2008 TENTANG FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/1/PADG/2017 TENTANG PELAKSANAAN LELANG SURAT BERHARGA NEGARA DI PASAR PERDANA

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/1/PADG/2017 TENTANG PELAKSANAAN LELANG SURAT BERHARGA NEGARA DI PASAR PERDANA PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/1/PADG/2017 TENTANG PELAKSANAAN LELANG SURAT BERHARGA NEGARA DI PASAR PERDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Liabilitas dan Modal. Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Perintah atau Izin Tertulis Membuka Rahasia Bank

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Liabilitas dan Modal. Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Perintah atau Izin Tertulis Membuka Rahasia Bank Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Liabilitas dan Modal Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Perintah atau Izin Tertulis Membuka Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Liabilitas dan Modal Persyaratan dan

Lebih terperinci

No. 11/10 /DASP Jakarta, 13 April 2009 S U R A T E D A R A N

No. 11/10 /DASP Jakarta, 13 April 2009 S U R A T E D A R A N No. 11/10 /DASP Jakarta, 13 April 2009 S U R A T E D A R A N Perihal : Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu Sehubungan dengan diberlakukannya Peraturan Bank Indonesia Nomor

Lebih terperinci

No. 18/39/DPSP Jakarta, 28 Desember 2016 S U R A T E D A R A N

No. 18/39/DPSP Jakarta, 28 Desember 2016 S U R A T E D A R A N 1 No. 18/39/DPSP Jakarta, 28 Desember 2016 S U R A T E D A R A N Perihal : Perubahan Kedua atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/13/DASP tanggal 19 Juni 2007 perihal Daftar Hitam Nasional Penarik Cek

Lebih terperinci

No.7/34/DPM Jakarta, 3 Agustus 2005 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM. Perihal : Fasilitas Likuiditas Intrahari Bagi Bank Umum

No.7/34/DPM Jakarta, 3 Agustus 2005 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM. Perihal : Fasilitas Likuiditas Intrahari Bagi Bank Umum No.7/34/DPM Jakarta, 3 Agustus 2005 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM Perihal : Fasilitas Likuiditas Intrahari Bagi Bank Umum Dalam rangka pemberian fasilitas likuiditas intrahari untuk kelancaran transaksi

Lebih terperinci

No. 2/27/DPM Jakarta, 13 Desember 2000 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

No. 2/27/DPM Jakarta, 13 Desember 2000 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA No. 2/27/DPM Jakarta, 13 Desember 2000 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Pemberian Fasilitas Likuiditas Intrahari Bagi Bank Umum. Sehubungan dengan ditetapkannya

Lebih terperinci

No.11/ 17 /DPM Jakarta, 7 Juli SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

No.11/ 17 /DPM Jakarta, 7 Juli SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH No.11/ 17 /DPM Jakarta, 7 Juli 2009 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH Perihal : Tata Cara Pemberian Fasilitas Likuiditas Intrahari Berdasarkan Prinsip Syariah Sehubungan

Lebih terperinci

No. 8/13/DPM Jakarta, 1 Mei 2006 SURAT EDARAN. Kepada BANK, PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

No. 8/13/DPM Jakarta, 1 Mei 2006 SURAT EDARAN. Kepada BANK, PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK No. 8/13/DPM Jakarta, 1 Mei 2006 SURAT EDARAN Kepada BANK, PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK Perihal : Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Melalui Lelang Dalam rangka

Lebih terperinci

No. 10/16/DPM Jakarta, 31 Maret 2008 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

No. 10/16/DPM Jakarta, 31 Maret 2008 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH No. 10/16/DPM Jakarta, 31 Maret 2008 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH Perihal : Tata Cara Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Syariah Melalui Lelang. Sehubungan dengan

Lebih terperinci

Sistem Pembayaran Non Tunai

Sistem Pembayaran Non Tunai Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Sistem Pembayaran Non Tunai Bank Indonesia Scripless Securities Settlement System DISCLAIMER Isi kodifikasi ini adalah himpunan peraturan Bank Indonesia yang disusun

Lebih terperinci

S U R A T E D A R A N

S U R A T E D A R A N No. 9/13/DASP Jakarta, 19 Juni 2007 S U R A T E D A R A N Perihal : Daftar Hitam Nasional Penarik Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong ---------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, - 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/5/PBI/2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/9/PBI/2015 TENTANG PENYELENGGARAAN TRANSFER DANA DAN KLIRING BERJADWAL OLEH BANK INDONESIA DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.64, 2009 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Alat Pembayaran. Kartu. Penyelenggaraan. Perizinan. Pengawasan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5000) PERATURAN

Lebih terperinci

No.3/21/DPM Jakarta, 3 September 2001 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

No.3/21/DPM Jakarta, 3 September 2001 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA No.3/21/DPM Jakarta, 3 September 2001 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Perubahan Atas Surat Edaran Bank Indonesia No.2/27/DPM Tanggal 13 Desember 2000 Perihal Tata Cara

Lebih terperinci

No.6/4/DPM Jakarta, 16 Februari 2004 November 2003 SURAT EDARAN. Kepada BANK, PERANTARA PEDAGANG EFEK, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING

No.6/4/DPM Jakarta, 16 Februari 2004 November 2003 SURAT EDARAN. Kepada BANK, PERANTARA PEDAGANG EFEK, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING No.6/4/DPM Jakarta, 16 Februari 2004 November 2003 SURAT EDARAN Kepada BANK, PERANTARA PEDAGANG EFEK, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING Perihal : Penerbitan dan Perdagangan Sertifikat Bank

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR. 13/ 8 /PBI/2011 TENTANG LAPORAN HARIAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR. 13/ 8 /PBI/2011 TENTANG LAPORAN HARIAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR. 13/ 8 /PBI/2011 TENTANG LAPORAN HARIAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan tugas Bank Indonesia

Lebih terperinci

No. 17/45/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

No. 17/45/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA No. 17/45/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Transaksi Repurchase Agreement Sertifikat Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/3/PBI/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/3/PBI/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/3/PBI/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kondisi

Lebih terperinci

No. 18/30/DPM Jakarta, 29 November 2016 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM. Perihal : Koridor Suku Bunga (Standing Facilities)

No. 18/30/DPM Jakarta, 29 November 2016 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM. Perihal : Koridor Suku Bunga (Standing Facilities) No. 18/30/DPM Jakarta, 29 November 2016 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM Perihal : Koridor Suku Bunga (Standing Facilities) Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/12/PBI/2016

Lebih terperinci

No. 10/22/DPM Jakarta, 7 Juli 2008 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK, PIALANG PASAR UANG DAN PIALANG PASAR MODAL DI INDONESIA

No. 10/22/DPM Jakarta, 7 Juli 2008 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK, PIALANG PASAR UANG DAN PIALANG PASAR MODAL DI INDONESIA No. 10/22/DPM Jakarta, 7 Juli 2008 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK, PIALANG PASAR UANG DAN PIALANG PASAR MODAL DI INDONESIA Perihal : Perubahan Kedua atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/21/DPM tanggal

Lebih terperinci

Permohonan Perubahan Kegiatan Usaha

Permohonan Perubahan Kegiatan Usaha LAMPIRAN II SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 18/8/DPSP TANGGAL TANGGAL 2 MEI 2016 PERIHAL PENYELENGGARAAN SETELMEN DANA SEKETIKA MELALUI SISTEM BANK INDONESIA-REAL TIME GROSS SETTLEMENT CONTOH II.17 SURAT

Lebih terperinci