Sistem Pembayaran Non Tunai

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Sistem Pembayaran Non Tunai"

Transkripsi

1 Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Sistem Pembayaran Non Tunai Bank Indonesia Scripless Securities Settlement System

2 DISCLAIMER Isi kodifikasi ini adalah himpunan peraturan Bank Indonesia yang disusun secara sistematis berdasarkan kelompok dan topik tertentu untuk memudahkan pembaca memahami peraturan dan menelusuri rekam jejak keberlakuan suatu peraturan Bank Indonesia. Penyusunan kodifikasi ini telah melalui proses pemeriksaan dan editing terkait keakuratan dan kelengkapan peraturan yang dikodifikasikan. Namun demikian mengingat bahwa peraturan Bank Indonesia dapat berubah dari waktu ke waktu, maka setiap akses dan penggunaan atas kodifikasi ini agar dilakukan secara bijaksana dengan memperhatikan tanggal unggah dan sumber orisinal dari masing-masing peraturan Bank Indonesia yang dirujuk. 1 1 Peraturan Bank Indonesia dapat diakses pada situs resmi Bank Indonesia atau melalui fasilitas pencarian peraturan pada situs resmi Bank Indonesia (

3 Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Sistem Pembayaran Non Tunai Bank Indonesia Scripless Securities Settlement System Tim Penyusun Ramlan Ginting Chandra Murniadi Gantiah Wuryandani Siti Astiyah Wahyu Yuwana Hidayat Komala Dewi Wirza Ayu Novriana Vimala Dewi Nurcahyani Aulia Rizka Destiana Pusat Riset dan Edukasi Bank Sentral (PRES) Bank Indonesia Telp: Fax.: Hak Cipta 2013, Bank Indonesia 2013

4 Sistem Pembayaran Non Tunai BI- Scripless Securities Settlement System DAFTAR ISI Paragraf Halaman Daftar Isi Rekam Jejak Regulasi Bank Indonesia - Scripless Securities Settlement System Dasar Hukum Regulasi Terkait Regulasi Bank Indonesia Hal. i iii Hal. iv Hal. v Hal. v Hal. v Bank Indonesia Scripless Securities Settlement System Ketentuan Umum Par. 1 Hal. 1 4 Penyelenggara dan Peserta BI-SSSS Par Hal Transaksi dengan Bank Indonesia Par Hal Penatausahaan Par Hal Penatausahaan Transaksi Dengan Bank Indonesia Par. 16 Hal Penatausahaan Surat Berharga Par Hal Setelmen Transaksi Surat Berharga Par Hal Pembayaran Kupon (Bunga) atau Imbalan dan Nilai Pokok/Nominal Par Hal. 35 Surat Berharga Operasional BI-SSSS Par Hal Waktu Operasional Par. 32 Hal Data Transaksi dan Setelmen Par Hal. 37 Biaya Par. 36 Hal Pembebanan Rekening Giro dan/atau Rekening Surat Berharga Par. 37 Hal. 40 Peserta Pembebasan Tanggung Jawab Penyelenggara Par. 38 Hal. 41 Pengawasan Par. 39 Hal Keadaan Darurat Par. 40 Hal. 46 Sanksi Par. 41 Hal Lampiran Hal Lampiran 1 Surat Permohonan sebagai Sub-Registry Hal. 49 Lampiran 2 Pedoman Penyampaian Laporan Sub-Registry Hal Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang B. Tujuan Pedoman Hal Hal Hal. 53 Bab II Klasifikasi Nasabah A. Status Nasabah B. Tipe Investor Hal Hal. 54 Hal Bab III Pemeliharaan Data Nasabah A. Pemeliharaan Data Nasabah Oleh Sub-Registry B. Prosedur Pemeliharaan Data Nasabah Hal Hal. 57 Hal Bab IV Tata Cara Melakukan Koreksi Laporan Sub-Registry Hal Lampiran 3 Surat Permohonan Pengunduran Diri sebagai Sub-Registry Hal. 61 i

5 Sistem Pembayaran Non Tunai BI- Scripless Securities Settlement System Lampiran 4 Petunjuk Penggunaan Sistem Informasi BI-SSSS untuk Sub Registry Hal Pendahuluan Hal Latar Belakang Hal Komponen Sistem dan Alur Data Hal Gambaran Umum Menu Hal Database Hal Pelaporan Hal Enquiry Hal Download Hal Administrator Hal Operasional dan Keamanan Hal Organisasi dan Pengendalian Hal Keamanan Sistem Operasional Hal Akses Sitem Informasi BI-SSSS Hal Database Hal Pemeliharaan Data AID Hal Mengubah Data AID Hal Menyetujui Perubahan Data AID Hal Window Time Pelaporan Hal Pelaporan Hal Upload Distribusi Allotment Perdana Hal Upload Transaksi Buyback/ Debtswitching Hal Upload Transaksi Secara Batch Hal Upload Laporan Bulanan Hal Upload Transaksi Koreksi Hal Entri Transaksi Koreksi Hal Persetujuan Transaksi Koreksi Hal Enquiry Hal Seluruh Transaksi Hal Transaksi dengan AID Tidak Konsisten Hal Kepemilikan Surat Berharga Hal Posisi Perbandingan Kepemilikan Surat Berharga Hal Download Hal Kepemilikan Surat Berharga Hal Data AID Hal Data Lain Hal Administrator Hal Pemeliharaan User Hal Pemeliharaan Gr Hal Lampiran Hal Lampiran 1 Format Upload Data Distribusi Allotment Perdana Hal. 129 Lampiran 2 Format Upload Data Transaksi Buyback/ Debt Switching Hal Lampiran 3 Format Upload Data Transaksi Inhouse Secara Batch Hal Lampiran 4 Format Upload Data Holding Hal. 133 Lampiran 5 Format Upload Data AID Hal ii

6 Sistem Pembayaran Non Tunai BI- Scripless Securities Settlement System Lampiran 6 Format Download Kepemilikan Surat Berharga Hal. 134 Lampiran 7 Format Download Data AID Hal Lampiran 8 Format Upload Laporan Bulanan Posisi Kepemilikan Surat Hal. 135 Berharga Lampiran 5 Biaya Penggunaan BI-SSSS Hal. 136 Lampiran 6 Spesifikasi Sarana dan Prasarana bagi Calon Peserta BI- Hal. 137 SSSS Lampiran 7 Surat Konfirmasi Bank Pembayar Hal. 138 Lampiran 8 Surat Permohonan Menjadi Peserta BI-SSSS Hal. 139 Lampiran 9 Informasi Peserta BI-SSSS Hal Lampiran 10 Perjanjian Penggunaan Bank Indonesia - Scripless Hal Securities Settlement System Lampiran 11 Pedoman Penyelenggaraan BI-SSSS Hal Bab 1 Pendahuluan Hal Bab 2 Operasional Penyelenggara Hal Bab 3 Kewajiban Peserta Hal Bab 4 Pelaksanaan Operasional Peserta Hal Bab 5 Pelaksanaan TDBI Hal Bab 6 Penatausahaan Rekening SB Hal Bab 7 Penatausahaan TDBI Hal Bab 8 Penatausahaaan Transaksi SB dengan Pemerintah Hal Bab 9 Penatausahaan Transaksi SB antar Peserta Hal Bab 10 Keadaan Tidak Normal/ Keadaan Darurat dan Contingency Plan Hal iii

7 Sistem Pembayaran Non Tunai BI- Scripless Securities Settlement System Rekam Jejak Regulasi Bank Indonesia - Scripless Securities Settlement System SE 13/32/DASP 2011 Perizinan, Pelaporan, dan Pengawasan Sub-Registry SE 12/28/DASP 2010 Penyelenggaraan Bank Indonesia - Scripless Securities Settlement System 12/12/PBI/2010 Perubahan atas PBI Nomor 10/2/PBI/ 2008 tentang BI-Scripless Securities Settlement System SE 12/5/DASP 2010 Perubahan Kedua atas SE 10/29/DPM/ 2008 perihal Tata Cara Pengajuan Permohonan, Pelaporan, dan Pengawasan Sub-Registry SE 11/23/DPM 2009 Perubahan atas SE 10/21/DPM/2008 perihal Bank Indonesia - Scripless Securities Settlement System SE 11/14/DPM 2009 Perubahan atas SE 10/29/DPM/2008 perihal Tata Cara Pengajuan Permohonan, Pelaporan, dan Pengawasan Sub-Registry SE 10/29/DPM 2008 Tata Cara Pengajuan Permohonan, Pelaporan, dan Pengawasan Sub- Registry Romawi III.1, IV.B.2, IV.B.3.a)3), IV.B.3.c)4), Lamp. 1 & 4 Romawi I.14, IV.A, IV.B, V.7, Lamp. 3 Pasal 1 angka 1,2,3,4,5, 6,10,21; 1a ; 2a ; 5a ; Pasal 3 ayat (1) huruf b & ayat (2); Pasal 16 ayat (2); Penjelasan (Pasal 2 ayat (2), Pasal 4 butir a.1, Pasal 14, Pasal 15 ayat (1), Pasal 20 ayat (5), Pasal 37 huruf e) Romawi II.E.4, III.B, III.C.5 Lamp. 7 SE 10/21/DPM 2008 Penyelenggaraan Bank Indonesia - Scripless Securities Settlement System 10/2/PBI/2008 Bank Indonesia - Scripless Securities Settlement System SE 9/19/DPM 2007 Perubahan Kedua atas SE 6/1/DPM/ 2004 perihal Bank Indonesia - Scripless Securities Settlement System SE 7/55/DPM 2005 Tata Cara Penunjukan dan Pengawasan Sub-Registry SE 6/29/DPM 2004 Perubahan atas SE 6/1/DPM/2004 perihal Bank Indonesia - Scripless Securities Settlement System SE 6/3/DPM 2004 Persyaratan dan Tata Cara Penunjukan Sub-Regristry untuk Penatausahaan Surat Berharga SE 6/2/DPM 2004 Biaya penggunaan Bank Indonesia - Scipless Securities Settlement System SE 6/1/DPM 2004 Bank Indonesia - Scripless Securities Settlement System 6/2/PBI/2004 Bank Indonesia - Scripless Securities Settlement System SE 5/19/DPM 2003 Perubahan Kedua atas SE 5/6/DPM/ 2003 perihal Tata Cara Penatausahaan Surat Utang Negara SE 5/8/DPM 2003 Perubahan atas SE 5/6/DPM/2003 perihal Tata Cara Penatausahaan Surat Utang Negara SE 5/7/DPM 2003 Persyaratan dan Tata Cara Penunjukan Sub-Registry untuk Penatausahaan Surat Utang Negara SE 5/6/DPM 2003 Tata Cara Penatausahaan Surat Utang Negara SE 3/24/DPM 2003 Tata Cara Penatausahaan Obligasi Pemerintah SE 4/19/DPM 2002 Persyaratan dan Tata Cara Penunjukan Sub-Registry Untuk Penatausahaan Sertifikat Bank Indonesia SE 2/2/DPM 2000 Persyaratan dan Tata Cara Penunjukan Sub-Registry untuk Penatausahaan Obligasi Pemerintah SE 2/1/DPM 2000 Tata Cara Pencatatan Kepemilikan dan Penyelesaian Transaksi Obligasi Pemerintah Romawi V.C.1.h, V.C.5.e Romawi III.C.2.b.2)a), III.D.2,IV.B.2, V.A.1, V.A.2, V.C.5.a.6)b), V.C.5.f, VII.A.6, VII.A Lamp. 2a, 2b, Lamp.2c, 2d dihapus Romawi II.D.1.d Romawi III.C.1.a, III.C.1.b, III.C.1.e, III.C.2.a, III.C.2.b,III.C.2.e, III.C.2.m.8) - 14/16/PBI/2012 Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek bagi Bank Umum - 12/11/PBI/2010 Operasi Pasar Terbuka - 11/29/PBI/2009 Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah Bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah - 11/24/PBI/2009 Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah Bagi Bank Umum Syariah - 10/35/PBI/2008 Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Perkreditan Rakyat - 10/31/PBI/2008 Fasilitas Pembiayaan Darurat Bagi Bank Umum - 10/13/PBI/2008 Lelang dan Penatausahaan Surat Berharga Negara - 10/11/PBI/2008 Sertifikat Bank Indonesia Syariah - 10/6/PBI/2008 Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement Keterangan: Diubah Dicabut Terkait PBI Masih Berlaku PBI Tidak Berlaku SE Masih Berlaku SE Tidak Berlaku Regulasi Terkait iv

8 Sistem Pembayaran Non Tunai BI-Scripless Securities Settlement System Dasar Hukum : - Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undangundang Nomor 10 Tahun Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal - Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara - Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Regulasi Terkait : - Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/16/PBI/2012 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek bagi Bank Umum - Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/11/PBI/2010 tentang Operasi Pasar Terbuka - Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/29/PBI/2009 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah Bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah - Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/24/PBI/2009 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah Bagi Bank Umum Syariah - Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/35/PBI/2008 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Perkreditan Rakyat - Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/31/PBI/2008 tentang Fasilitas Pembiayaan Darurat Bagi Bank Umum - Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/13/PBI/2008 tentang Lelang dan Penatausahaan Surat Berharga Negara - Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/11/PBI/2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah - Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/6/PBI/2008 tentang Sistem Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement Regulasi Bank Indonesia : - Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/12/PBI/2010 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/2/PBI 2008 tentang Bank Indonesia - Scripless Securities Settlement System - Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/2/PBI/2008 tentang Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/22/DASP 2011 tentang Perizinan, Pelaporan, dan Pengawasan Sub-Registry - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/28/DASP 2010 tentang Penyelenggaraan Bank Indonesia- Scripless Securities Settlement System v

9 Sistem Pembayaran Non Tunai BI-Scripless Securities Settlement System Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Sistem Pembayaran Sistem Pembayaran Non Tunai Bank Indonesia - Scripless Securities Settlement System BAB I Ketentuan Umum 1 Pasal 1 12/12/PBI/2010 Ayat Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 termasuk kantor cabang bank asing di Indonesia dan Bank Umum Syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. 1.a. Operasi Moneter adalah pelaksanaan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia dalam rangka pengendalian moneter melalui Operasi Pasar Terbuka dan Koridor Suku Bunga (Standing Facilities). 2. Operasi Pasar Terbuka yang selanjutnya disebut OPT adalah kegiatan transaksi di pasar uang yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan Bank dan/atau pihak lain dalam rangka Operasi Moneter. 2.a. Koridor Suku Bunga (Standing Facilities) yang selanjutnya disebut Standing Facilities adalah kegiatan penyediaan dana rupiah (lending facility) dari Bank Indonesia kepada peserta Standing Facilities dan penyediaan penempatan dana rupiah (deposit facility) oleh peserta Standing Facilities di Bank Indonesia dalam rangka Operasi Moneter. 3. Instrumen Operasi Moneter adalah instrumen yang digunakan dalam rangka OPT dan Koridor Suku Bunga (Standing Facilities) serta ditatausahakan pada Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System. 4. Fasilitas Pendanaan adalah penyediaan dana yang dapat berupa pemberian kredit atau pembiayaan dari Bank Indonesia kepada Bank yang penatausahaannya dilakukan melalui Bank Indonesia- Scripless Securities Settlement System. 5. Surat Utang Negara yang selanjutnya disebut SUN adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang berlaku. 5.a. Surat Berharga Syariah Negara yang selanjutnya disebut SBSN, atau dapat disebut Sukuk Negara, adalah SBN yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang berlaku. 6. Surat Berharga Negara yang selanjutnya disebut SBN adalah Surat Utang Negara dan Surat Berharga Syariah Negara. 7. Surat Berharga adalah surat berharga yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, pemerintah dan/atau lembaga lain, yang ditatausahakan dalam Bank Indonesia- Scripless Securities Settlement System. 8. Sistem Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement yang selanjutnya disebut Sistem BI-RTGS adalah suatu sistem transfer dana elektronik antar peserta Sistem BI-RTGS dalam mata uang 1

10 Sistem Pembayaran Non Tunai BI-Scripless Securities Settlement System Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Rupiah yang penyelesaiannya dilakukan secara seketika per transaksi secara individual. 9. Bank Indonesia - Scripless Securities Settlement System yang selanjutnya disebut BI-SSSS adalah sarana transaksi dengan Bank Indonesia termasuk penatausahaannya dan penatausahaan Surat Berharga secara elektronik dan terhubung langsung antara Peserta, Penyelenggara dan Sistem BI-RTGS. 10. Transaksi Dengan Bank Indonesia adalah transaksi yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam rangka kegiatan Operasi Moneter, Fasilitas Pendanaan, transaksi SBN untuk dan atas nama pemerintah dan/atau transaksi lainnya melalui BI-SSSS. 11. Penatausahaan Surat Berharga adalah kegiatan yang mencakup pencatatan kepemilikan, kliring dan setelmen serta pembayaran kupon (bunga) atau imbalan dan nilai pokok/nominal Surat Berharga. 12. Penyelenggara BI-SSSS yang selanjutnya disebut Penyelenggara adalah pihak pengelola BI-SSSS yang menyelenggarakan kegiatan Transaksi Dengan Bank Indonesia dan penatausahaannya serta Penatausahaan Surat Berharga. 13. Peserta BI-SSSS yang selanjutnya disebut Peserta adalah pengguna BI-SSSS yang memenuhi persyaratan dan/atau disetujui oleh Bank Indonesia untuk melakukan kegiatan Transaksi Dengan Bank Indonesia dan/atau Penatausahaan Surat Berharga. 14. Peserta Lelang SBN adalah Bank dan/atau lembaga keuangan lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan sebagai dealer utama untuk dapat ikut serta dalam lelang SBN. 15. Central Registry adalah Bank Indonesia yang melakukan fungsi Penatausahaan Surat Berharga untuk kepentingan Peserta yang memiliki rekening Surat Berharga di BI-SSSS. 16. Sub-Registry adalah Bank dan lembaga yang melakukan kegiatan kustodian yang memenuhi persyaratan dan disetujui oleh Bank Indonesia melakukan fungsi Penatausahaan Surat Berharga untuk kepentingan nasabah. 17. Setelmen Surat Berharga adalah kegiatan pendebetan dan pengkreditan rekening Surat Berharga melalui BI-SSSS dalam rangka penatausahaan Transaksi Dengan Bank Indonesia dan Penatausahaan Surat Berharga. 18. Setelmen Dana adalah kegiatan pendebetan dan pengkreditan rekening giro dan/atau rekening lainnya di Bank Indonesia melalui Sistem BI-RTGS dalam rangka penatausahaan Transaksi Dengan Bank Indonesia dan Penatausahaan Surat Berharga melalui BI-SSSS. 19. Delivery Versus Payment yang selanjutnya disebut DVP adalah setelmen transaksi Surat Berharga dengan cara Setelmen Surat Berharga dilakukan bersamaan dengan Setelmen Dana. 20. Free of Payment yang selanjutnya disebut FoP adalah setelmen transaksi Surat Berharga dengan cara Setelmen Surat Berharga dilakukan melalui BI-SSSS, sedangkan Setelmen Dana dilakukan tidak secara bersamaan dengan Setelmen Surat Berharga atau tanpa Setelmen Dana. 2

11 Sistem Pembayaran Non Tunai BI-Scripless Securities Settlement System Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 12/28/DASP 2010 Romawi I Angka SE 13/32/DASP 2011 Romawi I 21. Rekening Surat Berharga adalah rekening milik Peserta tertentu di BI-SSSS untuk mencatat kepemilikan Surat Berharga dan/atau Instrumen Operasi Moneter. 22. Rekening Giro adalah rekening dalam mata uang Rupiah yang ditatausahakan di Bank Indonesia yang digunakan dalam rangka pelaksanaan BI-SSSS. 23. Bank Pembayar adalah Bank peserta Sistem BI-RTGS yang ditunjuk sebagai Bank untuk melakukan pembayaran dan/atau penerimaan dana oleh Peserta yang bukan peserta Sistem BI-RTGS. 24. Keadaan Tidak Normal adalah situasi atau kondisi yang terjadi sebagai akibat adanya gangguan atau kerusakan pada perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi, aplikasi maupun sarana pendukung BI-SSSS yang mempengaruhi kelancaran penyelenggaraan BI-SSSS. 25. Keadaan Darurat (force majeure) adalah situasi atau kondisi yang terjadi sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kelancaran pelaksanaan BI-SSSS dan terjadi di luar kekuasaan serta kemampuan Penyelenggara dan/atau Peserta sehingga BI-SSSS tidak dapat dioperasikan sebagaimana mestinya, yang meliputi antara lain bencana alam, kebakaran, pemogokan, huru-hara, pemberontakan, sabotase, perang dan/atau peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah. 26. Fasilitas Guest Bank adalah fasilitas BI-SSSS di lokasi Penyelenggara yang disediakan bagi Peserta sebagai cadangan dalam hal Keadaan Tidak Normal dan/atau Keadaan Darurat yang menyebabkan Peserta tidak dapat mempergunakan BI-SSSS di lokasi Peserta. 27. Perjanjian Penggunaan BI-SSSS antara Penyelenggara dan Peserta yang selanjutnya disebut Perjanjian adalah kesepakatan tertulis antara Penyelenggara dengan Peserta yang memuat hak dan kewajiban masing-masing pihak. 28. Authenticator Text adalah suatu sarana pengaman (security) dan berfungsi sebagai test key dengan masa berlaku selama periode tertentu, yang menghubungkan BI-SSSS antara Peserta dengan Penyelenggara. 29. Administrative Messages adalah suatu fasilitas yang digunakan untuk menyampaikan informasi dari Penyelenggara kepada Peserta atau sebaliknya atau antar Peserta. 30. Kustodian adalah pihak yang memberikan jasa penitipan efek dan harta lain yang berkaitan dengan efek serta jasa lainnya, termasuk menerima deviden, bunga dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi efek, dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Pasar Modal. 31. Bank Kustodian adalah bank umum yang telah memperoleh persetujuan dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) untuk menjalankan usaha sebagai Kustodian. 32. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, yang selanjutnya disebut sebagai LPP, adalah pihak yang menyelenggarakan kegiatan 3

12 Sistem Pembayaran Non Tunai BI-Scripless Securities Settlement System Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Kustodian sentral bagi Bank Kustodian, perusahaan efek dan pihak lain sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Pasar Modal. 33. Perusahaan Efek adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai penjamin emisi efek, perantara pedagang efek, dan/atau manajer investasi sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Pasar Modal. 34. Pengurus Sub-Registry adalah Direksi dan Dewan Komisaris dari Bank dan lembaga yang melakukan kegiatan Sub-Registry. 35. Pengelola Sub-Registry adalah pejabat yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan operasional Sub-Registry. 36. Sistem Informasi BI-SSSS yang selanjutnya disingkat SI BI-SSSS adalah sistem yang disediakan oleh Bank Indonesia bagi Sub- Registry sebagai sarana pelaporan dan rekonsiliasi data BI-SSSS terkait penatausahaan individual nasabah. 37. Guest Bank SI BI-SSSS adalah perangkat SI BI-SSSS di Bank Indonesia yang dapat digunakan oleh Sub-Registry untuk melakukan download dan upload laporan dalam kondisi SI BI-SSSS pada Sub- Registry tidak dapat digunakan. BAB II 2 Pasal 2 10/2/PBI/2008 Ayat (1) SE 12/28/DASP 2010 Romawi II.B.2 & II.B.3 SE 12/28/DASP 2010 Romawi II.A Penyelenggara dan Peserta BI-SSSS (1) Penyelenggara adalah Bank Indonesia. 1. Bank Indonesia cq. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran (DASP) melakukan pengelolaan operasional BI-SSSS, Penatausahaan Surat Berharga, transaksi FLI/ FLIS, setelmen transaksi FLI/FLIS. 2. Bank Indonesia cq. Direktorat Pengelolaan Moneter (DPM) menyelenggarakan kegiatan : a. Transaksi Dengan Bank Indonesia kecuali Fasilitas Pendanaan yang berupa Fasilitas Likuiditas Intrahari (FLI) / Fasilitas Likuiditas Intrahari berdasarkan prinsip Syariah (FLIS) ; dan b. setelmen Transaksi Dengan Bank Indonesia kecuali setelmen SBN dan setelmen Fasilitas Pendanaan yang berupa FLI/FLIS. Penyelenggaraan BI-SSSS memiliki tujuan sebagai berikut : 1. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelaksanaan Transaksi Dengan Bank Indonesia dan penatausahannya serta Penatausahaan Surat Berharga. 2. Menyediakan sarana setelmen transaksi Surat Berharga yang aman, akurat, terpercaya, dan cepat bagi Bank dan pelaku pasar lainnya untuk mengurangi resiko setelmen. 3. Menyediakan informasi transaksi, setelmen transaksi Surat Berharga dan informasi lainnya dalam rangka mendukung pelaksanaan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia dan pengelolaan SBN oleh pemerintah. 4

13 Sistem Pembayaran Non Tunai BI-Scripless Securities Settlement System Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Pasal 2 (2) Penyelenggara membuat ketentuan dan menetapkan prosedur 10/2/PBI/2008 operasional BI-SSSS dalam rangka menjaga kelancaran Ayat (2) penyelenggaraan BI-SSSS. Penjelasan Pasal 2 12/12/PBI/2010 Ayat (2) SE 12/28/DASP 2010 Romawi II.C.1 3 Pasal 3 12/12/PBI/2010 Ayat (1) dan (2) Dalam rangka menjaga kelancaran penyelenggaraan BI-SSSS, Penyelenggara antara lain menyediakan aplikasi BI SSSS, Help Desk terkait dengan operasional BI SSSS, dan sistem layanan informasi, serta ketentuan dan prosedur baik dalam keadaan normal, keadaaan tidak normal maupun keadaan darurat. Dalam pengelolaan operasional BI-SSSS, Penyelenggara memiliki tugas dan wewenang antara lain sebagai berikut : a. Menyediakan dan menjaga sarana dan prasarana, dalam rangka kelancaran penyelenggaraan BI-SSSS; b. Menetapkan ketentuan dan prosedur operasional BI-SSSS dalam keadaan normal; c. Memberlakukan prosedur dan rencana mengatasi Keadaan Darurat (contingency plan) dalam hal terjadi Keadaan Tidak Normal dan/atau Keadaan Darurat (force majeure); d. Menetapkan waktu operasional penyelenggaraan BI-SSSS; e. Menetapkan, mengenakan dan mengubah biaya penggunaan BI- SSSS; f. Melakukan pengawasan terhadap Peserta atas penggunaan BI- SSSS; g. Mengenakan sanksi administratif kepada Peserta; dan h. Melakukan perubahan status kepesertaan. (1) Pihak-pihak yang dapat menjadi Peserta adalah: a. Bank Indonesia; b. Kementerian Keuangan; c. Bank; d. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian; Yang dimaksud Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian adalah pihak yang menyelenggarakan kegiatan kustodian sentral bagi Bank Kustodian, Perusahaan Efek, dan pihak lain, sebagaimana diatur dalam perundang-undangan yang berlaku. e. Perusahaan Pialang Pasar Uang Rupiah dan Valuta Asing; Yang dimaksud Perusahaan Pialang Pasar Uang Rupiah dan Valuta Asing adalah perusahaan yang didirikan khusus untuk melakukan kegiatan jasa perantara bagi kegiatan nasabahnya di bidang pasar uang Rupiah dan valuta asing dengan memperoleh imbalan atas jasanya. f. Perusahaan Efek; Yang dimaksud Perusahaan Efek adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai penjamin emisi efek, perantara pedagang efek dan/atau manajer investasi. 5

14 Sistem Pembayaran Non Tunai BI-Scripless Securities Settlement System Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan g. Pialang pasar modal; h. Lembaga lain yang disetujui oleh Bank Indonesia; Persetujuan oleh Bank Indonesia antara lain didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang terkait, pertimbangan pengembangan pasar surat berharga di Indonesia, dan/atau pertimbangan teknis. (2) Pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertindak sebagai: a. Penerbit Surat Berharga; b. Peserta Operasi Moneter; Peserta Operasi Moneter terdiri dari peserta OPT dan peserta Standing Facilities sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bank Indonesia yang mengatur tentang Operasi Moneter. c. Lembaga perantara dalam kegiatan Operasi Moneter; Lembaga perantara dalam kegiatan Operasi Moneter antara lain pialang pasar uang rupiah dan valuta asing, dan/atau pialang pasar modal sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bank Indonesia yang mengatur tentang Operasi Moneter. d. Peserta Fasilitas Pendanaan; e. Peserta Lelang SBN; dan/atau f. Pemilik Rekening Surat Berharga di Central Registry. SE 12/28/DASP 2010 Romawi III.A.2 - III.A.4 A. Berdasarkan fungsi Peserta, pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada angka 1 (ayat (1) dalam kodifikasi ini) dapat dibedakan sebagai berikut : a. Penerbit Surat Berharga, yaitu Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, dan/atau lembaga lain yang disetujui oleh Bank Indonesia; b. Peserta Operasi Moneter, yaitu Bank dan/atau pihak lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia; c. Lembaga perantara dalam kegiatan Operasi Moneter; d. Peserta Fasilitas Pendanaan, yaitu Bank; e. Peserta Lelang SBN, yaitu Bank dan Perusahaan Efek yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan sebagai Dealer Utama, Lembaga Penjamin Simpanan dan Bank Indonesia. f. Pemilik Rekening Surat Berharga di Central Registry, antara lain Kementerian Keuangan, Bank, Sub Registry dan lembaga lain yang disetujui oleh Bank Indonesia. B. Berdasarkan kepesertaan dalam Sistem BI-RTGS, pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada angka 2 (huruf A dalam kodifikasi ini) dapat dibedakan sebagai berikut: a. Peserta Sistem BI-RTGS Peserta Sistem BI-RTGS adalah Peserta pemilik Rekening Giro untuk pelaksanaan Setelmen Dana dan/atau pembayaran 6

15 Sistem Pembayaran Non Tunai BI-Scripless Securities Settlement System Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan kewajiban lainnya terkait dengan Transaksi Dengan Bank Indonesia dan penatausahaan melalui BI-SSSS. b. Bukan Peserta Sistem BI-RTGS Bukan peserta Sistem BI-RTGS adalah Peserta yang tidak memiliki Rekening Giro sehingga pelaksanaan Setelmen Dana dan/atau pembayaran kewajiban lainnya dilakukan melalui Bank Pembayar. C. Berdasarkan tipe kepesertaan di BI-SSSS, Peserta dapat dibedakan menjadi: a. Peserta Langsung (Principal Member) Peserta Langsung (Principal Member) adalah Peserta yang dapat melakukan koneksi secara langsung ke sistem Penyelenggara. b. Peserta Tidak Langsung (Subsidiary Member) Peserta Tidak Langsung (Subsidiary Member) adalah Peserta tambahan dari Peserta Langsung yang melakukan koneksi ke sistem Penyelenggara melalui Peserta Langsung. Pasal 3 12/12/PBI/2010 Ayat (3) SE 12/28/DASP 2010 Romawi III.B (3) Pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjadi Peserta setelah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. A. Pihak-pihak yang menjadi Peserta harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Memiliki sarana dan prasarana sesuai persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 2 (Lampiran 6 dalam kodifikasi ini). 2. Berdasarkan jenis Peserta, calon Peserta harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Telah menjadi peserta dalam Sistem BI-RTGS, dalam hal calon Peserta adalah Bank; b. Telah disetujui oleh Bank Indonesia menjadi Sub Registry, dalam hal calon Peserta adalah Sub Registry; c. Telah mengajukan permohonan menjadi Peserta Lelang SBN/ telah ditunjuk menjadi Dealer Utama/ ditetapkan sebagai Peserta Lelang SBN, dalam hal calon Peserta adalah Bank, Perusahaan Efek atau lembaga lain yang dapat menjadi Peserta Lelang SBN; dan/atau d. Telah disetujui oleh Bank Indonesia menjadi Perusahaan Pialang Pasar Uang Rupiah dan Valuta Asing, dalam hal calon Peserta adalah Perusahaan Pialang Pasar Uang Rupiah dan Valuta Asing. 3. Bagi calon Peserta yang bukan peserta Sistem BI-RTGS antara lain Perusahaan Pialang Pasar Uang Rupiah dan Valuta Asing, Perusahaan Efek, pialang pasar modal dan/atau Sub Registry harus menunjuk Bank Pembayar dengan ketentuan sebagai berikut : a. Penunjukan Bank Pembayar dilakukan dalam rangka : 1) Pembebanan biaya BI-SSSS; 2) Pembebanan sanksi kewajiban membayar atas 7

16 Sistem Pembayaran Non Tunai BI-Scripless Securities Settlement System Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 12/28/DASP 2010 Romawi III.C pelanggaran ketentuan Bank Indonesia, antara lain ketentuan mengenai Operasi Moneter; 3) Setelmen Dana atas transaksi Surat Berharga; dan/atau 4) Penerimaan pembayaran kupon (bunga) atau imbalan dan nilai pokok/nominal Surat Berharga pada saat jatuh waktu. b. Bank Pembayar yang ditunjuk harus memberikan konfirmasi penunjukan sebagai Bank Pembayar sebagaimana contoh dalam Lampiran 3 (Lampiran 7 dalam kodifikasi ini) kepada Penyelenggara melalui calon Peserta. c. Bagi calon Peserta Perusahaan Pialang Pasar Uang Rupiah dan Valuta Asing, Perusahaan Efek dan pialang pasar modal harus menunjuk 1 (satu) Bank Pembayar guna pembebanan biaya BI-SSSS sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 1). d. Bagi calon Peserta Sub Registry harus menunjuk Bank Pembayar dengan ketentuan sebagai berikut : 1) Calon Peserta Sub Registry harus menunjuk 1 (satu) Bank Pembayar dalam rangka : a) pembebanan biaya BI-SSSS; b) pelaksanaan Setelmen Dana atas transaksi Surat Berharga; c) pembebanan sanksi kewajiban membayar atas pelanggaran ketentuan Bank Indonesia; dan d) penerimaan pembayaran kupon (bunga) atau imbalan dan nilai pokok/nominal Surat Berharga pada saat jatuh waktu, sebagaimana dimaksud pada huruf a. e. Calon Peserta Sub Registry dapat memilih paling banyak 9 (sembilan) Bank Pembayar lainnya dalam rangka Setelmen Dana atas transaksi Surat Berharga sebagaimana dimaksud pada butir a.2) untuk kepentingan nasabah. f. Dalam hal Bank Pembayar ditunjuk untuk melaksanakan Setelmen Dana sebagaimana dimaksud pada butir a.2), Bank Pembayar dimaksud melakukan pengelolaan data batas Setelmen Dana (settlement limit) bagi Peserta yang menunjuk. 4. Bank Indonesia dapat menentukan lain persyaratan bagi lembaga lain yang disetujui Bank Indonesia menjadi Peserta. B. Prosedur Permohonan Menjadi Peserta. 1. Peserta Sistem BI-RTGS a. Calon Peserta sebagai peserta Sistem BI-RTGS yang juga berfungsi sebagai peserta Operasi Moneter, Peserta Lelang SBN dan/atau pemilik Rekening Surat Berharga di Central Registry mengajukan surat permohonan, sebagaimana contoh dalam Lampiran 4 (Lampiran 8 dalam kodifikasi ini), kepada Penyelenggara dengan alamat sebagai berikut: Bank Indonesia Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran cq. Bagian Penyelenggaraan Setelmen 8

17 Sistem Pembayaran Non Tunai BI-Scripless Securities Settlement System Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Gedung D, Lantai 3 Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta b. Calon Peserta yang berkantor pusat di luar wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia (KPBI) harus menyampaikan tembusan permohonan tersebut kepada Kantor Bank Indonesia (KBI) setempat. c. Surat permohonan sebagaimana dimaksud pada huruf a harus dilengkapi dengan : 1) Informasi Peserta sebagaimana contoh dalam Lampiran 5 (Lampiran 9 dalam kodifikasi ini); 2) fotokopi Anggaran Dasar perusahaan dan perubahannya; 3) fotokopi akta notaris yang memuat susunan pengurus perusahaan terakhir; dan 4) fotokopi surat permohonan menjadi Peserta Lelang SBN atau penunjukan sebagai Dealer Utama oleh Menteri Keuangan bagi Peserta Lelang SBN. Dalam hal calon Peserta belum dapat melampirkan surat penunjukan sebagai Dealer Utama oleh Menteri Keuangan, calon Peserta dimaksud harus menyampaikan surat penunjukan tersebut kepada Penyelenggara segera setelah menerima surat penunjukan dimaksud. d. Peserta harus menyampaikan dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada huruf c secara lengkap dan benar. e. Dalam hal diperlukan Penyelenggara dapat melakukan kunjungan ke lokasi calon Peserta guna melakukan pengecekan pemenuhan persyaratan sebagaimana sebagaimana dimaksud pada butir B.1 (butir A.1 dalam kodifikasi ini). f. Berdasarkan surat permohonan dan dokumen pendukung serta hasil pengecekan ke lokasi calon Peserta, Penyelenggara menyampaikan surat pemberitahuan persetujuan atau penolakan kepada calon Peserta. g. Dalam hal permohonan calon Peserta tidak disetujui, surat pemberitahuan penolakan oleh Penyelenggara sebagaimana dimaksud pada huruf f disertai keterangan mengenai alasan tidak disetujuinya permohonan calon Peserta dimaksud. h. Calon Peserta yang telah disetujui sebagai Peserta menyampaikan Perjanjian kepada Penyelenggara sebagaimana contoh dalam Lampiran 6 (Lampiran 10 dalam kodifikasi ini) yang telah ditandatangani oleh pejabat yang berwenang dalam rangkap 2 (dua). i. Dalam hal calon Peserta adalah Bank yang memiliki kegiatan usaha secara konvensional, Unit Usaha Syariah (UUS), dan/atau Sub Registry, maka Perjanjian sebagaimana dimaksud pada huruf h dibuat secara terpisah. 9

18 Sistem Pembayaran Non Tunai BI-Scripless Securities Settlement System Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan j. Peserta menerima 1 (satu) eksemplar Perjanjian yang telah ditandatangani oleh pejabat Bank Indonesia yang berwenang. k. Penyelenggara melakukan instalasi aplikasi BI-SSSS dan memberikan Petunjuk Pemakaian BI-SSSS kepada Peserta. l. Penyelenggara memberikan pelatihan penggunaan BI-SSSS kepada petugas Peserta. m. Dalam hal calon Peserta yang telah menerima surat pemberitahuan persetujuan, sebagaimana dimaksud pada huruf f, tidak menyampaikan Perjanjian dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal surat persetujuan maka persetujuan sebagai Peserta dianggap batal dan permohonan sebagai Peserta harus diajukan ulang. 2. Sub Registry a. Calon Peserta yang telah disetujui oleh Bank Indonesia menjadi Sub Registry mengajukan surat permohonan, sebagaimana contoh dalam Lampiran 4 (Lampiran 8 dalam kodifikasi ini), kepada Penyelenggara dengan alamat sebagaimana dimaksud pada butir C.1.a (butir B.1.a dalam kodifikasi ini). b. Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam huruf a harus dilengkapi dengan: 1) Informasi Peserta sebagaimana contoh dalam Lampiran 5; (Lampiran 9 dalam kodifikasi ini) 2) fotokopi perubahan Anggaran Dasar perusahaan dan akta notaris yang memuat susunan pengurus perusahaan dalam hal terdapat perubahan setelah persetujuan permohonan sebagai Sub Registry; 3) surat konfirmasi Bank Pembayar sebagaimana contoh dalam Lampiran 3 (Lampiran 7 dalam kodifikasi ini); dan 4) fotokopi surat persetujuan menjadi Sub Registry dari Bank Indonesia. c. Sub Registry harus menyampaikan dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada huruf b secara lengkap dan benar. d. Dalam hal diperlukan Penyelenggara dapat melakukan kunjungan ke lokasi Sub Registry guna melakukan pengecekan pemenuhan persyaratan sebagaimana dimaksud butir B.1 (butir A.1 dalam kodifikasi ini). e. Berdasarkan surat permohonan dan dokumen pendukung serta hasil pengecekan ke lokasi Sub Registry, Penyelenggara menyampaikan surat pemberitahuan persetujuan atau penolakan kepada Sub Registry. f. Dalam hal permohonan tidak disetujui, surat pemberitahuan penolakan oleh Penyelenggara sebagaimana dimaksud pada huruf e disertai keterangan mengenai alasan tidak disetujuinya permohonan calon Peserta dimaksud. 10

19 Sistem Pembayaran Non Tunai BI-Scripless Securities Settlement System Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan g. Sub Registry yang telah disetujui sebagai Peserta menyampaikan Perjanjian kepada Penyelenggara sebagaimana contoh dalam Lampiran 6 (Lampiran 10 dalam kodifikasi ini) yang telah ditandatangani oleh pejabat yang berwenang dalam rangkap 2 (dua). h. Sub Registry menerima 1 (satu) eksemplar Perjanjian yang telah ditandatangani oleh pejabat Bank Indonesia yang berwenang. i. Sub Registry yang memilih menjadi Peserta Langsung (Principal Member) dan telah disetujui menjadi Peserta menyerahkan data Authenticator Text 1, 2 dan 3 kepada Penyelenggara sesuai prosedur pengelolaan data Authenticator Text sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 7 (Lampiran 11 dalam kodifikasi ini). j. Penyelenggara melakukan instalasi aplikasi BI-SSSS memberikan Petunjuk Pemakaian BI-SSSS kepada Sub Registry. k. Penyelenggara memberikan pelatihan penggunaan BI-SSSS kepada petugas Sub Registry. l. Dalam hal calon Peserta yang telah menerima surat pemberitahuan persetujuan sebagaimana dimaksud pada huruf e, tidak menyampaikan Perjanjian dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal surat persetujuan maka persetujuan sebagai Peserta dianggap batal dan permohonan sebagai Peserta harus diajukan ulang. 3. Perusahaan Pialang Pasar Uang Rupiah dan Valuta Asing dan Perusahaan Efek a. Perusahaan Pialang Pasar Uang Rupiah dan Valuta Asing dan Perusahaan Efek mengajukan surat permohonan sebagaimana contoh dalam Lampiran 4 (Lampiran 8 dalam kodifikasi ini), kepada Penyelenggara dengan alamat sebagaimana dimaksud pada butir C.1.a (butir B.1.a dalam kodifikasi ini). b. Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam huruf a harus dilengkapi dengan : 1) Informasi Peserta sebagaimana contoh dalam Lampiran 5 (Lampiran 9 dalam kodifikasi ini); 2) fotokopi Anggaran Dasar perusahaan dan perubahannya; 3) fotokopi akta notaris yang memuat susunan pengurus perusahaan terakhir; 4) surat konfirmasi Bank Pembayar sebagaimana contoh dalam Lampiran 3 (Lampiran 7 dalam kodifikasi ini); dan/atau 5) fotokopi surat permohonan menjadi Peserta Lelang SBN atau penunjukan sebagai Dealer Utama oleh Menteri Keuangan bagi Peserta Lelang SBN. Dalam hal calon Peserta belum dapat melampirkan surat penunjukan sebagai Dealer Utama oleh Menteri Keuangan, calon Peserta dimaksud harus 11

20 Sistem Pembayaran Non Tunai BI-Scripless Securities Settlement System Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan menyampaikan surat penunjukan tersebut kepada Penyelenggara segera setelah menerima surat penunjukan dimaksud. 6) fotokopi surat persetujuan menjadi Perusahaan Pialang Pasar Uang Rupiah dan Valuta Asing dari Bank Indonesia bagi Perusahaan Pialang Pasar Uang Rupiah dan Valuta Asing. c. Peserta harus menyampaikan dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada huruf b secara lengkap dan benar. d. Dalam hal diperlukan Penyelenggara dapat melakukan kunjungan ke lokasi calon Peserta guna melakukan pengecekan pemenuhan persyaratan sebagaimana dimaksud pada butir B.1 (butir A.1 dalam kodifikasi ini). e. Berdasarkan surat permohonan dan dokumen pendukung serta hasil pengecekan ke lokasi calon Peserta, Penyelenggara menyampaikan surat pemberitahuan persetujuan atau penolakan kepada calon Peserta. f. Dalam hal surat permohonan atau persetujuan sebagaimana dimaksud pada butir b.5) ditolak atau dicabut oleh Menteri Keuangan, Penyelenggara membatalkan surat persetujuan sebagaimana dimaksud pada huruf e. g. Dalam hal permohonan tidak disetujui, surat pemberitahuan penolakan oleh Penyelenggara sebagaimana dimaksud pada huruf e, disertai keterangan mengenai alasan tidak disetujuinya permohonan calon Peserta dimaksud. h. Calon Peserta yang telah disetujui sebagai Peserta menyampaikan Perjanjian kepada Penyelenggara sebagaimana contoh dalam Lampiran 6 (Lampiran 10 dalam kodikasi ini) yang telah ditandatangani oleh pejabat yang berwenang dalam rangkap 2 (dua). i. Calon Peserta menerima 1 (satu) eksemplar Perjanjian yang telah ditandatangani oleh pejabat Bank Indonesia yang berwenang. j. Calon Peserta sebagai Peserta Langsung (Principal Member) yang telah disetujui menjadi Peserta menyerahkan data Authenticator Text 1,2 dan 3 kepada Penyelenggara sesuai prosedur pengelolaan data Authenticator Text sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 7 (Lampiran 11 dalam kodifikasi ini). k. Penyelenggara melakukan instalasi aplikasi BI-SSSS dan memberikan Petunjuk Pemakaian BI-SSSS kepada Peserta. l. Penyelenggara memberikan pelatihan penggunaan BI-SSSS kepada petugas Peserta. m. Dalam hal calon Peserta yang telah menerima surat pemberitahuan persetujuan sebagaimana dimaksud pada huruf e, tidak menyampaikan Perjanjian dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal surat persetujuan maka 12

21 Sistem Pembayaran Non Tunai BI-Scripless Securities Settlement System Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan persetujuan sebagai Peserta dianggap batal dan permohonan sebagai Peserta harus diajukan ulang. 4. Kementerian Keuangan Prosedur menjadi Peserta bagi Kementerian Keuangan dapat disepakati tersendiri antara Bank Indonesia sebagai Penyelenggara dengan Kementerian Keuangan sebagai Peserta. 5. Lembaga Lain a. Lembaga lain yang ingin menjadi Peserta dan memiliki fungsi Peserta mengajukan surat permohonan kepada Penyelenggara dengan alamat sebagaimana dimaksud pada butir C.1.a (butir B.1.a dalam kodifikasi ini). b. Setelah memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia, calon Peserta harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada B.1 (butir A.1 dalam kodifikasi ini) dan/atau prosedur administrasi yang ditetapkan oleh Penyelenggara. 4 Pasal 4 10/2/PBI/2008 Penjelasan Pasal 4 12/12/PBI/2010 Huruf a angka 1 Penyelenggara dan Peserta menggunakan BI-SSSS untuk melakukan kegiatan sebagai berikut : a. Transaksi dengan Bank Indonesia; 1. Pelaksanaan Operasi Moneter oleh Bank Indonesia sesuai ketentuan yang berlaku; 2. pemberian Fasilitas Pendanaan sesuai ketentuan yang berlaku; 3. pelaksanaan transaksi SBN oleh Bank Indonesia untuk dan atas nama pemerintah sesuai ketentuan yang berlaku; dan 4. pelaksanaan transaksi lainnya yang dilakukan oleh Bank Indonesia melalui BI-SSSS. b. Penatausahaan Transaksi dengan Bank Indonesia; dan/atau c. Penatausahaan Surat Berharga. 5 Pasal 5 10/2/PBI/2008 (1) Dalam hal Bank melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional serta kegiatan usaha dalam bentuk Unit Usaha Syariah (UUS), kepesertaan dalam BI-SSSS untuk kegiatan usaha secara konvensional harus dipisahkan dari kegiatan usaha dalam bentuk Unit Usaha Syariah (UUS). Bank yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional sekaligus kegiatan usaha dalam bentuk Unit Usaha Syariah (UUS) memiliki 2 (dua) member code Peserta, yaitu 1 (satu) member code Peserta untuk kegiatan usaha secara konvensional dan 1 (satu) member code Peserta untuk kegiatan usaha dalam bentuk Unit Usaha Syariah (UUS). (2) Dalam hal Bank melaksanakan kegiatan Sub-Registry, kepesertaan dalam BI-SSSS untuk kegiatan Bank harus dipisahkan dari kegiatan Sub-Registry. 13

22 Sistem Pembayaran Non Tunai BI-Scripless Securities Settlement System Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Dalam hal Bank bertindak sebagai Sub-Registry, Bank dapat melakukan transaksi baik atas nama nasabah maupun atas nama Bank sendiri. Pemisahan kepesertaan Bank dalam pelaksanaan kegiatan Sub-Registry dengan kepesertaan Bank atas nama diri sendiri dimaksudkan untuk memperjelas pemisahan kepemilikan aset Surat Berharga atas nama Bank dengan aset Surat Berharga nasabah. 6 Pasal 6 10/2/PBI/2008 Bank Indonesia menetapkan 3 (tiga) jenis status kepesertaan dalam BI- SSSS yaitu : a. aktif ; b. dibekukan; dan c. ditutup. Dalam sistem, status kepesertaan dibedakan menjadi aktif (active), dibekukan (freeze) dan ditutup (closed). Peserta dengan status aktif dapat melakukan seluruh kegiatan sesuai dengan fungsi Peserta dalam BI-SSSS. Peserta dengan status dibekukan tidak dapat melakukan kegiatan Transaksi Dengan Bank Indonesia dan setelmen transaksi Surat Berharga, kecuali kegiatan untuk memperoleh informasi yang terdapat dalam BI-SSSS. Peserta dengan status ditutup tidak dapat melakukan seluruh kegiatan operasional BI-SSSS. SE 12/28/DASP 2010 Romawi III.E. 1 & III.E.2 1. Jenis Status Peserta a. Status kepesertaan BI-SSSS terdiri dari : 1) Aktif (active) Peserta dengan status aktif dapat melakukan seluruh kegiatan sesuai dengan jenis dan fungsi Peserta. 2) Dibekukan (freeze) Peserta dengan status dibekukan tidak dapat melakukan kegiatan Transaksi Dengan Bank Indonesia dan/atau setelmen transaksi Surat Berharga, kecuali kegiatan untuk memperoleh informasi yang terdapat dalam BI-SSSS. 3) Ditutup (closed) Peserta dengan status ditutup tidak dapat melakukan seluruh kegiatan operasional BI-SSSS. b. Status kepesertaan dibekukan sebagaimana dimaksud pada butir a.2) dikecualikan bagi Peserta sebagai penerbit Surat Berharga dan Sub Registry. 2. Hubungan Status Kepesertaan BI-SSSS dengan Sistem BI-RTGS Dalam hal Peserta adalah peserta Sistem BI-RTGS berlaku ketentuan status kepesertaan BI-SSSS sebagai berikut : a. Perubahan status Peserta menjadi dibekukan atau ditutup tidak menyebabkan perubahan status kepesertaan pada Sistem BI- RTGS. b. Perubahan status peserta Sistem BI-RTGS menjadi dibekukan atau ditutup menyebabkan perubahan status kepesertaan yang sama pada BI-SSSS. 14

23 Sistem Pembayaran Non Tunai BI-Scripless Securities Settlement System Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan c. Perubahan status Peserta menjadi ditangguhkan (suspend) pada Sistem BI-RTGS tidak menyebabkan perubahan status kepesertaan pada BI-SSSS. d. Dalam hal status kepesertaan pada BI-SSSS aktif dan status kepesertaan pada Sistem BI-RTGS ditangguhkan (suspend), Peserta tidak dapat melakukan setelmen pembelian Surat Berharga secara DVP karena Setelmen Dana tidak dapat dilakukan melalui Sistem BI-RTGS. 7 Pasal 7 10/2/PBI/2008 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b (Paragraf 6 huruf b dalam kodifikasi ini) tidak berlaku bagi Peserta penerbit Surat Berharga dan Sub-Registry. Pengecualian ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan kepastian kepada nasabah Sub-Registry agar tetap dapat melakukan setelmen transaksi Surat Berharga melalui BI-SSSS. 8 Pasal 8 10/2/PBI/2008 (1) Penyelenggara dapat mengubah status kepesertaan Peserta berdasarkan: a. permintaan tertulis dan/atau keputusan lembaga yang berwenang melakukan pengawasan terhadap kegiatan usaha Peserta; lembaga yang berwenang dalam ayat ini adalah Bank Indonesia dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK). b. keputusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap yang dapat mengakibatkan perubahan status kepesertaan; atau c. permintaan tertulis dari Peserta yang bersangkutan. (2) Perubahan status kepesertaan Peserta berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b dapat berupa : a. aktif menjadi dibekukan atau sebaliknya; b. dibekukan menjadi ditutup; atau c. aktif menjadi ditutup. (3) Perubahan status kepesertaan Peserta berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c hanya berupa perubahan aktif menjadi ditutup. SE 12/28/DASP 2010 Romawi III.E.3 Prosedur Perubahan Status Kepesertaan a. Penyebab Perubahan Status Kepesertaan 1) Perubahan status kepesertaan atas permintaan lembaga yang berwenang melakukan pengawasan terhadap Peserta. a) Lembaga yang berwenang melakukan pengawasan terhadap Peserta adalah : (1) Bank Indonesia untuk pengawasan terhadap Peserta yang merupakan Bank, Perusahaan Pialang Pasar Uang Rupiah dan Valuta Asing, serta Sub Registry; 15

24 Sistem Pembayaran Non Tunai BI-Scripless Securities Settlement System Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan (2) Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) untuk pengawasan terhadap Peserta yang merupakan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP) dan Perusahaan Efek; (3) Lembaga pengawas lain atau lembaga pengawas sebagaimana dimaksud pada angka (1) dan angka (2) untuk pengawasan terhadap Peserta yang tidak termasuk pada angka (1) dan angka (2). b) Perubahan status kepesertaan dapat dilakukan dari: (1) status aktif menjadi dibekukan atau sebaliknya; (2) status dibekukan menjadi ditutup; atau (3) status aktif menjadi ditutup. c) Perubahan status kepesertaan dapat diajukan oleh lembaga yang berwenang melakukan pengawasan terhadap Peserta dengan alasan sebagai berikut : (1) Berdasarkan hasil pengawasan yang dilakukan oleh lembaga yang berwenang; atau (2) Berdasarkan keputusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap yang dapat mengakibatkan perubahan status kepesertaan. 2) Perubahan status kepesertaan atas permintaan Peserta Perubahan status kepesertaan dari status aktif menjadi ditutup atas permintaan Peserta dapat diajukan oleh Peserta yang melakukan proses merger atau konsolidasi, atau berdasarkan alasan lainnya. 3) Perubahan status kepesertaan oleh Penyelenggara Perubahan status kepesertaan oleh Penyelenggara dapat dilakukan dari status aktif menjadi ditutup karena pencabutan surat persetujuan sebagai Peserta Lelang SBN atau pencabutan penunjukan sebagai Dealer Utama oleh Menteri Keuangan. b. Persyaratan Penutupan Peserta Dalam hal akan dilakukan penutupan status Peserta, sebelumnya Peserta harus menyelesaikan seluruh kewajibannya, termasuk pelunasan Fasilitas Pendanaan yang diperoleh dari Bank Indonesia dan transaksi second leg yang belum jatuh waktu dan menihilkan saldo Rekening Surat Berharga Peserta. Dalam hal penihilan saldo Rekening Surat Berharga tidak dapat dilakukan oleh Peserta, maka Peserta mengajukan permohonan penihilan kepada Penyelenggara: Bank Indonesia Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran Bagian Penyelenggaraan Setelmen Gedung D, Lantai 3 Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta c. Permohonan Perubahan Status Kepesertaan 1) Lembaga Pengawas yang berwenang sebagaimana dimaksud pada butir a.1)a) atau Peserta sebagaimana dimaksud pada 16

25 Sistem Pembayaran Non Tunai BI-Scripless Securities Settlement System Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan butir a.2) mengajukan surat permohonan perubahan status kepesertaan kepada: Bank Indonesia Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran Bagian Penyelenggaraan Setelmen Gedung D, Lantai 3 Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta ) Surat permohonan sebagaimana dimaksud pada angka 1) memuat antara lain hal-hal sebagai berikut : a) nama Peserta dan jenis perubahan status yang diminta; b) tanggal efektif perubahan status kepesertaan; dan c) alasan perubahan status kepesertaan. 3) Surat permohonan sebagaimana dimaksud pada angka 1) harus melampirkan dokumen pendukung sesuai dengan alasan perubahan status kepesertaan, sebagai berikut: a) salinan keputusan pengadilan yang dapat mengakibatkan perubahan status kepesertaan dalam BI-SSSS, dalam hal perubahan status kepesertaan diajukan karena alasan sebagaimana dimaksud pada butir a.1)c)(2); b) surat keputusan izin merger atau konsolidasi dari lembaga yang berwenang, dalam hal permohonan diajukan karena alasan merger atau konsolidasi sebagaimana dimaksud pada butir a.2); atau c) dokumen terkait lainnya untuk alasan perubahan status kepesertaan yang dilakukan berdasarkan alasan lain. 4) Berdasarkan surat permohonan sebagaimana dimaksud pada angka 1), Penyelenggara melakukan hal-hal sebagai berikut : a) mengubah status Peserta di BI-SSSS; b) melakukan penihilan Rekening Surat Berharga Peserta dalam hal terdapat permohonan kepada Penyelenggara untuk melakukan penihilan sebagaimana dimaksud pada huruf b. c) mengirimkan pemberitahuan tertulis kepada Peserta yang bersangkutan mengenai perubahan status kepesertaan beserta alasannya; dan d) mengumumkan perubahan status kepesertaan kepada seluruh Peserta melalui BI-SSSS (Administrative Messages) atau sarana lainnya pada hari pemberlakuan perubahan status kepesertaan dimaksud. 9 Pasal 9 10/2/PBI/2008 Bagi Peserta yang menjadi peserta Sistem BI-RTGS, perubahan status kepesertaan diatur sebagai berikut: a. perubahan status kepesertaan menjadi dibekukan atau ditutup pada BI-SSSS tidak menyebabkan perubahan status kepesertaan pada Sistem BI-RTGS; b. perubahan status kepesertaan menjadi ditangguhkan pada Sistem BI-RTGS tidak menyebabkan perubahan status kepesertaan pada BI- SSSS; 17

26 Sistem Pembayaran Non Tunai BI-Scripless Securities Settlement System Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Dalam hal status Peserta aktif, namun status Peserta yang bersangkutan dalam Sistem BI-RTGS ditangguhkan maka Peserta tidak dapat melakukan pembelian Surat Berharga secara DVP mengingat status ditangguhkan dalam Sistem BI-RTGS mengakibatkan tidak dapat dilakukannya pembayaran. c. perubahan status kepesertaan menjadi dibekukan atau ditutup pada Sistem BI-RTGS menyebabkan perubahan status kepesertaan yang sama pada BI-SSSS. Dalam hal status Peserta dalam Sistem BI-RTGS menjadi dibekukan maka status Peserta dalam BI-SSSS berubah menjadi dibekukan. Apabila status Peserta dalam Sistem BI-RTGS menjadi ditutup maka status Peserta dalam BI-SSSS berubah menjadi ditutup. 10 Pasal 10 10/2/PBI/2008 (1) Dalam hal status Peserta pada Sistem BI-RTGS dan BI-SSSS dibekukan, Penyelenggara membuka rekening penampung (escrow account) di Bank Indonesia atas nama Peserta untuk menerima pembayaran kupon (bunga) atau imbalan dan pelunasan nilai pokok/nominal Surat Berharga. (2) Dalam hal status Peserta pada BI-SSSS ditutup atas permintaan lembaga pengawas yang berwenang, Penyelenggara memindahkan pencatatan Rekening Surat Berharga atas nama Peserta ke Rekening Surat Berharga di Bank Indonesia yang dibuka oleh Penyelenggara, kecuali lembaga pengawas yang berwenang menetapkan rekening lain. 11 Pasal 11 10/2/PBI/ Pasal 12 10/2/PBI/2008 Hubungan hukum antara Penyelenggara dengan Peserta diatur dalam Perjanjian Penggunaan BI-SSSS antara Penyelenggara dan Peserta. Peserta wajib : a. menjaga kelancaran dan keamanan dalam penggunaan BI-SSSS; Yang dimaksud dengan menjaga kelancaran dan keamanan adalah menjamin agar BI-SSSS berfungsi dengan baik antara lain dengan menyusun kebijakan dan membuat prosedur tertulis yang mendukung sistem internal kontrol yang baik dalam pelaksanaan operasional BI-SSSS, termasuk prosedur pengamanan penggunaan BI-SSSS baik dari sisi kewenangan pengguna, maupun pengamanan dan pemeliharaan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) aplikasi BI-SSSS. b. bertanggung jawab atas kebenaran transaksi, instruksi transaksi dan/atau setelmen, serta seluruh informasi yang dikirim Peserta kepada Penyelenggara melalui BI-SSSS; Yang dimaksud dengan bertanggung jawab atas kebenaran transaksi, instruksi transaksi dan/atau setelmen adalah Peserta wajib melakukan pengiriman instruksi transaksi atau instruksi 18

27 Sistem Pembayaran Non Tunai BI-Scripless Securities Settlement System Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan setelmen berdasarkan dokumen pendukung sesuai format yang diatur oleh masing-masing Peserta, termasuk menyampaikan data dan informasi yang benar. c. memenuhi ketentuan Bank Indonesia dan ketentuan terkait; dan Ketentuan Bank Indonesia antara lain mengenai Sistem BI-RTGS, OPT, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Fasilitas Pendanaan, dan SUN. Ketentuan terkait adalah ketentuan yang dikeluarkan oleh instansi lain antara lain Departemen Keuangan dan Bapepam-LK. d. memenuhi Perjanjian Penggunaan BI-SSSS antara Penyelenggara dan Peserta maupun kesepakatan tertulis antar Peserta (Bye-Laws) dengan tetap mengacu kepada Peraturan Bank Indonesia ini. Yang dimaksud dengan Bye Laws adalah kesepakatan tertulis antar Peserta yang bertujuan untuk mencapai keseragaman peraturan dan prosedur serta memberikan panduan untuk penyelesaian perselisihan yang timbul antar Peserta dalam penggunaan BI-SSSS. SE 12/28/DASP 2010 Romawi III.D 1. Peserta wajib: a. menjaga kelancaran dan keamanan dalam penggunaan BI-SSSS b. bertanggung jawab atas kebenaran transaksi, instruksi transaksi dan/atau setelmen, serta seluruh informasi yang dikirim Peserta kepada Penyelenggara melalui BI-SSSS; c. memenuhi ketentuan Bank Indonesia dan ketentuan terkait; dan d. memenuhi Perjanjian maupun kesepakatan tertulis antar Peserta (Bye-Laws) dengan tetap mengacu kepada Surat Edaran Bank Indonesia ini. 2. Dalam rangka memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada angka 1, Peserta melakukan hal-hal sebagai berikut : a. memelihara sistem dan menjaga keamanan BI-SSSS sesuai dengan standar pemeliharaan dan keamanan minimum; b. menyediakan prosedur tertulis dalam pelaksanaan operasional BI-SSSS; c. menyediakan prosedur dan sistem cadangan (back-up) untuk menjamin kelangsungan operasional BI-SSSS dalam Keadaan Tidak Normal atau Keadaan Darurat; dan d. memenuhi prosedur administrasi terkait penggunaan BI-SSSS antara lain dengan melakukan kegiatan sebagai berikut : (1) Pengkinian Data atau Informasi Peserta melakukan perubahan data atau informasi yang telah disampaikan kepada Penyelenggara dengan prosedur sebagai berikut: a) Peserta menyampaikan perubahan data atau informasi dengan menggunakan formulir Informasi Peserta sebagaimana contoh dalam Lampiran 5 (Lampiran 9 dalam kodifikasi ini). 19

28 Sistem Pembayaran Non Tunai BI-Scripless Securities Settlement System Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan b) Perubahan data atau informasi dimaksud disampaikan kepada Penyelenggara paling lambat 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal efektif berlakunya perubahan dimaksud. (2) Pengelolaan Data Batas Setelmen Dana (Settlement Limit) Peserta yang ditunjuk sebagai Bank Pembayar oleh Sub Registry melakukan input dan pengkinian data batas Setelmen Dana (settlement limit) pada BI-SSSS. (3) Pengelolaan Data Batas Paling Tinggi Nominal Penawaran (Broker Bidding Limit) Peserta yang menunjuk Peserta lain sebagai perantara (broker) dalam rangka pelaksanaan penawaran transaksi, melakukan input dan pengkinian data broker bidding limit pada BI-SSSS. (4) Pengelolaan Data Authenticator Text Peserta Langsung dan Peserta yang bukan peserta Sistem BI-RTGS melakukan pengelolaan data Authenticator Text pada BI-SSSS. Pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada angka 2 sesuai prosedur dalam Pedoman Penyelenggaraan BI-SSSS sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 7 (Lampiran 11 dalam kodifikasi ini). 13 Pasal 13 10/2/PBI/2008 Kewajiban Peserta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 (Paragraf 12 dalam kodifikasi ini) berlaku bagi Bank Indonesia sebagai Peserta kecuali: a. kewajiban untuk membuat Perjanjian Penggunaan BI-SSSS antara Penyelenggara dan Peserta; dan b. kewajiban untuk memenuhi kesepakatan tertulis antar Peserta (Bye-Laws). BAB III 14 Pasal 14 10/2/PBI/2008 SE 12/28/DASP 2010 Romawi II.C.2 15 Pasal 15 10/2/PBI/2008 Transaksi dengan Bank Indonesia Penyelenggara melaksanakan Transaksi dengan Bank Indonesia secara lelang dan/atau bukan lelang. Kegiatan Transaksi Dengan Bank Indonesia Dalam kegiatan Transaksi dengan Bank Indonesia, Penyelenggara memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut : a. Menyelenggarakan transaksi (lelang/non lelang) untuk dan atas nama Bank Indonesia dan pihak lain yaitu pemerintah cq. Kementerian Keuangan dan/atau lembaga lain sesuai persetujuan Bank Indonesia. b. Menyelenggarakan transaksi (lelang/non lelang) sesuai persyaratan dan/atau ketentuan yang ditetapkan oleh pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada huruf a. (1) Peserta melakukan kegiatan Transaksi dengan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 (Paragraf 14 dalam kodifikasi ini) baik secara langsung maupun dengan menunjuk Peserta lain sebagai perantara (broker) sesuai ketentuan Bank Indonesia yang berlaku. 20

29 Sistem Pembayaran Non Tunai BI-Scripless Securities Settlement System Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Penjelasan Pasal 15 12/12/PBI/2010 Ayat (1) Transaksi Dengan Bank Indonesia secara langsung hanya dapat dilakukan oleh Peserta yang terdaftar pada Penyelenggara untuk dapat mengikuti Transaksi Dengan Bank Indonesia. Transaksi Dengan Bank Indonesia yang harus dilakukan oleh Peserta secara langsung antara lain transaksi Fasilitas Pendanaan dan transaksi jual beli secara bersyarat (repo). Yang dimaksud dengan broker antara lain pialang pasar uang rupiah dan valuta asing sebagai lembaga perantara dalam rangka OPT, serta Bank dan perusahaan efek sebagai peserta lelang SBN. (2) Dalam hal menunjuk broker sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Peserta menetapkan batas paling tinggi nominal penawaran (broker bidding limit) per hari bagi broker yang ditunjuk. (3) Ketentuan penetapan batas paling tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam perjanjian tersendiri antara Peserta dengan broker atau dalam prosedur internal Peserta. BAB IV Bagian Kesatu 16 Pasal 16 12/12/PBI/2010 Penatausahaan Penatausahaan Transaksi Dengan Bank Indonesia (1) Penyelenggara melakukan penatausahaan Transaksi Dengan Bank Indonesia. (2) Penatausahaan Transaksi Dengan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup kegiatan penatausahaan Instrumen Operasi Moneter, penatausahaan Fasilitas Pendanaan, penatausahaan transaksi SBN untuk dan atas nama pemerintah serta penatausahaan transaksi lainnya melalui BI-SSSS. Penatausahaan Instrumen Operasi Moneter mencakup antara lain kegiatan Setelmen Dana, Setelmen Surat Berharga, pencatatan penerbitan/kepemilikan/penempatan, perhitungan diskonto, pembayaran bunga atau imbalan, nilai pokok/nominal Surat Berharga, dan/atau kewajiban membayar karena kegagalan setelmen. Penatausahaan Fasilitas Pendanaan mencakup antara lain kegiatan Setelmen Dana, pencatatan agunan Surat Berharga, perhitungan dan pembayaran bunga atau imbalan atas penggunaan fasilitas, pelunasan fasilitas saat jatuh waktu dan/atau pelaksanaan eksekusi agunan dalam hal Bank tidak dapat melunasi kewajiban. Penatausahaan SBN untuk dan atas nama pemerintah seperti kegiatan setelmen hasil lelang penerbitan SBN yang antara lain mencakup pencatatan penerbitan dan kepemilikan, Setelmen Dana dan Setelmen Surat Berharga. (3) Penatausahaan Transaksi Dengan Bank Indonesia terdiri dari penatausahaan transaksi yang terkait Surat Berharga dan tanpa Surat Berharga. Penatausahaan Transaksi Dengan Bank Indonesia yang terkait dengan Surat Berharga antara lain terdiri dari penatausahaan transaksi SBI, jual beli secara bersyarat (repo dan reverse repo) dengan Surat Berharga sebagai underlying transaksi, SBN untuk dan 21

30 Sistem Pembayaran Non Tunai BI-Scripless Securities Settlement System Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan atas nama pemerintah dan Fasilitas Pendanaan dengan jaminan Surat Berharga. Penatausahaan Transaksi dengan Bank Indonesia tanpa Surat Berharga antara lain terdiri dari penempatan berjangka (term deposit) dan deposit facility. (4) Penatausahaan Transaksi dengan Bank Indonesia yang terkait Surat Berharga dilakukan sesuai ketentuan yang diatur dalam Pasal 17 (Paragraf 17 dalam kodifikasi ini) sampai dengan Pasal 31 (Paragraf 31 dalam kodifikasi ini). SE 12/28/DASP 2010 Romawi II.C.3 - Kegiatan Penatausahaan Dalam kegiatan penatausahaan yang terdiri dari penatausahaan Transaksi dengan Bank Indonesia dan Penatausahaan Surat Berharga, Penyelenggara melakukan tugas dan wewenang dengan ketentuan sebagai berikut: a. Pelaksanaan Setelmen 1) Penyelenggara melakukan setelmen Transaksi Dengan Bank Indonesia dan setelmen transaksi Surat Berharga di pasar sekunder antar Peserta. 2) Pelaksanaan setelmen dilakukan secara DVP atau FoP. 3) Dalam kegiatan setelmen sebagaimana dimaksud pada angka 1), Penyelenggara berwenang mendebet Rekening Giro dan/atau Rekening Surat Berharga Peserta. 4) Setelmen hanya dapat dilakukan apabila saldo pada Rekening Giro dan/atau Rekening Surat Berharga Peserta mencukupi untuk pelaksanaan setelmen. 5) Pelaksanaan setelmen yang telah dilakukan di BI-SSSS atas beban Rekening Giro dan/atau Rekening Surat Berharga Peserta sebagaimana dimaksud pada angka 4), bersifat final dan tidak dapat dibatalkan. 6) Penyelenggara melakukan pengenaan sanksi kewajiban membayar kepada peserta Operasi Moneter yang gagal melakukan setelmen karena saldo pada Rekening Surat Berharga dan/atau saldo pada Rekening Giro tidak mencukupi. 7) Penyelenggara melakukan prosedur penyelesaian Surat Berharga sesuai ketentuan terkait mengenai Operasi Moneter, Fasilitas Pendanaan, dan/atau transaksi SBN untuk dan atas nama pemerintah. 8) Penyelenggara berwenang untuk melakukan early termination dengan tidak meneruskan setelmen transaksi kedua (second leg) atas transaksi Surat Berharga di pasar sekunder antar Peserta yang memiliki dua proses setelmen yaitu antara lain transaksi repo, agunan (pledge), dan pinjam meminjam Surat Berharga (securities borrowing and lending). 9) Pelaksanaan early termination oleh Penyelenggara sebagaimana dimaksud pada angka 8) dilakukan berdasarkan permintaan salah satu Peserta yang bertransaksi, keputusan lembaga pengawas yang berwenang, keputusan pengadilan dan/atau lembaga arbitrase yang telah memiliki kekuatan hukum tetap. 22

31 Sistem Pembayaran Non Tunai BI-Scripless Securities Settlement System Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan b. Pencatatan Kepemilikan (Registrasi) 1) Penyelenggara melakukan pencatatan atau perubahan pencatatan kepemilikan Surat Berharga/Instrumen Operasi Moneter dan penatausahaan agunan atas Fasilitas Pendanaan pada Rekening Surat Berharga Peserta berdasarkan pelaksanaan setelmen sebagaimana dimaksud pada huruf a. 2) Penyelenggara menyediakan informasi terkait pencatatan kepemilikan Surat Berharga. c. Pelaksanaan Pembayaran 1) Penyelenggara melakukan pembayaran kupon (bunga) atau imbalan, serta pelunasan pokok/nominal Surat Berharga, Instrumen Operasi Moneter kepada Peserta pemilik Surat Berharga. 2) Dalam kegiatan pembayaran sebagaimana dimaksud pada angka 1), Penyelenggara berwenang mendebet Rekening Giro Peserta yang menjadi penerbit Surat Berharga/Instrumen Operasi Moneter. Bagian Kedua 17 Pasal 17 10/2/PBI/ Pasal 18 10/2/PBI/2008 Penatausahaan Surat Berharga (1) Penyelenggara melakukan Penatausahaan Surat Berharga secara elektronis dengan menggunakan BI-SSSS. (2) Dalam Penatausahaan Surat Berharga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Penyelenggara berfungsi sebagai Central Registry. Penatausahaan Surat Berharga di BI-SSSS dilakukan secara two tier system yang terdiri dari: a. Central Registry, yang melakukan Penatausahaan Surat Berharga untuk kepentingan Bank, Sub-Registry dan pihak lain pemilik Rekening Surat Berharga di BI-SSSS; dan b. Sub-Registry, yang melakukan Penatausahaan Surat Berharga untuk kepentingan nasabah. Sub-Registry menggunakan sistem internal Sub-Registry dalam penatausahaan Surat Berharga untuk kepentingan nasabah. 19 Pasal 19 10/2/PBI/ Pasal 20 10/2/PBI/2008 Pihak yang akan melakukan transaksi Surat Berharga dan tidak memiliki Rekening Surat Berharga di Central Registry harus menunjuk Sub- Registry untuk melakukan Penatausahaan Surat Berharga yang dimilikinya. (1) Central Registry dapat bekerja sama dengan pihak lain guna mendukung Penatausahaan Surat Berharga. (2) Central Registry dapat memberikan persetujuan kepada Bank dan lembaga yang melakukan kegiatan kustodian untuk menjadi Sub- Registry. (3) Pihak-pihak yang dapat menjadi Sub-Registry adalah Bank, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, dan Perusahaan Efek. (4) Pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dapat disetujui menjadi Sub-Registry setelah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 23

32 Sistem Pembayaran Non Tunai BI-Scripless Securities Settlement System Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 13/32/DASP 2011 Romawi II I. Persyaratan Sub-Registry Pihak yang dapat disetujui sebagai Sub-Registry yaitu Bank, LPP dan Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan Kustodian, yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1. berkedudukan di wilayah hukum Indonesia; 2. tidak sedang dalam proses likuidasi atau kepailitan; 3. memiliki izin usaha yang masih berlaku dari Bapepam-LK; 4. telah mempunyai pengalaman paling kurang 3 (tiga) tahun dalam kegiatan penatausahaan Surat Berharga dan/atau paling kurang 3 (tiga) tahun dalam kegiatan penyimpanan Surat Berharga sejak memperoleh izin usaha dari Bapepam-LK; 5. memenuhi persyaratan permodalan sebagai berikut : a. bagi Bank, yang selanjutnya disebut Bank Kustodian harus memenuhi persyaratan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum yang selanjutnya disebut KPMM sesuai ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai KPMM; b. bagi LPP dan Perusahaan Efek yang selanjutnya disebut lembaga Kustodian bukan Bank, harus memiliki modal disetor paling sedikit Rp ,00 (dua puluh lima miliar Rupiah); 6. memiliki sistem penatausahaan surat berharga yang terintegrasi dengan dan antar kantor cabang yang dimiliki di dalam negeri; 7. memiliki sistem penatausahaan surat berharga tanpa warkat (scripless) secara book-entry yang aman, akurat, dan terpercaya yang paling kurang dapat menatausahakan transaksi outright, repo, dan pengagunan; 8. Pengurus Sub-Registry tidak termasuk dalam Daftar Hitam Nasional (DHN), Daftar Kredit Macet dan Daftar Tidak Lulus Fit and Proper Test; 9. Pengelola Sub-Registry tidak termasuk dalam DHN dan Daftar Kredit Macet; 10. memiliki unit kerja terpisah yang khusus menangani kegiatan Kustodian dengan manajemen dan staf yang profesional di bidang penatausahaan dan/atau penyimpanan Surat Berharga; 11. Surat Berharga yang dicatat dan/atau disimpan paling sedikit telah mencapai nilai nominal rata-rata bulanan Rp ,00 (satu triliun Rupiah) dalam 6 (enam) bulan terakhir, terdiri dari Surat Berharga yang dapat diperdagangkan di pasar uang dan/atau pasar modal; 12. memenuhi persyaratan sebagai peserta BI-SSSS sesuai ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai BI-SSSS; 13. menyediakan Jaringan Komunikasi berupa leased line atau dial up untuk mengakses SI BI-SSSS. Dalam hal menggunakan leased line, Sub-Registry dapat menggunakan jaringan yang digunakan untuk menyampaikan Laporan Harian Bank Umum (LHBU) atau Laporan Berkala Bank Umum (LBBU). 24

33 Sistem Pembayaran Non Tunai BI-Scripless Securities Settlement System Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 13/32/DASP 2011 Romawi III II. Tata Cara Pengajuan Permohonan dan Persetujuan Sebagai Sub- Registry A. Tata Cara Permohonan 1. Kustodian yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam angka II (angka I dalam kodifikasi ini) dapat mengajukan surat permohonan Lampiran I (Lampiran 1 dalam kodifikasi ini), kepada: BANK INDONESIA Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran c.q. Bagian Penyelenggaraan Setelmen Gedung D Lantai 3 Jl. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta Penyampaian Surat permohonan sebagai Sub-Registry sebagaimana dimaksud dalam angka 1, dilakukan bersamaan dengan surat permohonan sebagai peserta BI-SSSS. 3. Surat permohonan sebagai Sub-Registry dan permohonan akses ke SI BI-SSSS dilengkapi dengan dokumen sebagai berikut: a. fotokopi surat persetujuan sebagai Bank Kustodian atau izin usaha sebagai Kustodian untuk lembaga Kustodian bukan Bank dari Bapepam-LK; b. keterangan mengenai posisi KPMM terakhir untuk Bank Kustodian, atau jumlah modal disetor untuk lembaga Kustodian bukan Bank; c. keterangan mengenai fasilitas jaringan usaha pencatatan dan/atau penyimpanan surat berharga yang terintegrasi dengan dan antar kantor cabang yang dimiliki di dalam negeri; d. fotokopi bukti hasil pemeriksaan oleh auditor independen mengenai keamanan sistem pencatatan surat berharga secara scripless; e. riwayat pekerjaan atau keahlian di bidang Kustodian dari Pengurus dan Pengelola dalam hal calon Sub-Registry merupakan non bank, atau riwayat pekerjaan atau keahlian di bidang Kustodian dari Pengelola dalam hal calon Sub-Registry merupakan Bank Kustodian; f. data mengenai jumlah dan nilai nominal transaksi pencatatan dan/atau penyimpanan surat berharga dalam 6 (enam) bulan terakhir; dan g. laporan keuangan tahunan terakhir yang telah diaudit oleh akuntan publik. B. Persetujuan Sebagai Sub-Registry 1. Dalam hal dokumen telah diterima lengkap, Bank Indonesia dapat melakukan peninjauan langsung ke tempat kedudukan calon Sub-Registry dalam rangka meneliti kebenaran persyaratan sebagaimana dimaksud pada angka II (angka I dalam kodifikasi ini). 25

34 Sistem Pembayaran Non Tunai BI-Scripless Securities Settlement System Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan 2. Dalam hal dokumen tidak lengkap, Bank Indonesia memberitahukan kepada pemohon secara tertulis untuk melengkapi dokumen yang belum disampaikan. 3. Bank Indonesia memberitahukan persetujuan atau penolakan untuk menjadi Sub-Registry kepada pemohon paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja setelah dokumen sebagaimana dimaksud pada butir A.3 diterima lengkap oleh Bank Indonesia 4. Dalam hal pemohon telah disetujui menjadi Sub-Registry, Bank Indonesia akan memberikan: a. Surat persetujuan sebagai Sub-Registry dan pemberian akses ke SI BI-SSSS yang disampaikan bersamaan dengan surat persetujuan sebagai peserta BI-SSSS, dengan dilampiri: 1) user-id dan password untuk login ke jaringan Bank Indonesia bagi akses yang dilakukan melalui dial up; dan 2) user-id dan password administrator lokal SI-BI-SSSS yang terdiri dari Administrator1 dan Administrator2; b. Surat pemberitahuan tanggal efektif kepersertaan BI-SSSS dengan dilampiri Surat Perjanjian Penggunaan BI-SSSS sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai BI-SSSS; dan c. Pelatihan SI BI-SSSS dan BI-SSSS. Pasal 20 10/2/PBI/2008 Ayat (5) Penjelasan Pasal 20 12/12/PBI/2010 Ayat (5) SE 13/32/DASP 2011 Romawi IV.A (5) Sub-Registry wajib memenuhi ketentuan Penatausahaan Surat Berharga sebagaimana ditetapkan oleh Bank Indonesia. Salah satu ketentuan penatausahaan Surat Berharga yang wajib dipenuhi oleh Sub-Registry adalah ketentuan kewajiban Sub- Registry untuk melakukan penatausahaan SBI sesuai ketentuan one month holding period bagi pemilik SBI. Tugas dan Kewajiban Sub-Registry 1. Tugas Sub-Registry a. Memelihara rekening Surat Berharga atas nama nasabah sesuai Peraturan Bank Indonesia yang mengatur mengenai BI-SSSS. b. Melaksanakan setelmen transaksi Surat Berharga untuk dan atas nama nasabah. c. Melakukan pencatatan Surat Berharga pada saat penerbitan atas nama nasabah. d. Mencatat kepemilikan dan perubahan kepemilikan Surat Berharga atas nama nasabah secara terpisah dari aset Sub- Registry. e. Menyampaikan bukti pencatatan Surat Berharga kepada nasabah yang antara lain berisi saldo akhir Rekening Surat Berharga yang memuat masing-masing seri Surat Berharga dan perubahan pencatatan kepemilikan Surat Berharga, termasuk pencatatan Surat Berharga yang ditransaksikan secara repo dan diagunkan kepada pihak lain. 26

35 Sistem Pembayaran Non Tunai BI-Scripless Securities Settlement System Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan f. Menyampaikan bukti pencatatan agunan bagi pihak penerima agunan. g. Melakukan pembayaran kupon (bunga) atau imbalan dan nilai pokok/nominal Surat Berharga pada saat jatuh waktu kepada nasabah pemilik Surat Berharga sesuai pencatatan pada sistem internal Sub-Registry. h. Melakukan pemotongan dan administrasi pajak atas diskonto, capital gain dan kupon (bunga) atau imbalan Surat Berharga atas nama nasabah sesuai peraturan pajak yang berlaku. 2. Kewajiban Sub-Registry a. Menjamin kebenaran penatausahaan dan laporan kepemilikan Surat Berharga atas nama seluruh nasabah sesuai dengan saldo keseluruhan pada Rekening Surat Berharga (omnibus account) di Central Registry. b. Menyelesaikan masalah perbedaan pencatatan kepemilikan Surat Berharga antara Sub-Registry dengan nasabah. c. Memenuhi jumlah minimum pencatatan kepemilikan Surat Berharga rata-rata bulanan paling sedikit sebesar Rp ,00 (lima ratus miliar Rupiah) dalam 12 (dua belas) bulan terakhir. d. Menjaga agar posisi KPMM bagi Bank Kustodian atau modal disetor bagi lembaga Kustodian bukan Bank tidak kurang dari posisi KPMM atau modal disetor sesuai ketentuan yang berlaku selama 3 (tiga) bulan berturut-turut. e. Menjaga pemenuhan persyaratan sebagai Sub-Registry sebagai dimaksud pada angka II (ayat (4) Romawi I dalam kodifikasi ini), kecuali butir II.4 dan II.11 (ayat (4) butir I.4 dan I.11 dalam kodifikasi ini). f. Melaporkan data nasabah secara lengkap dan benar yang meliputi informasi: account identifier data (AID), nama nasabah, alamat nasabah, status residensial dan jenis usaha/tipe investor, dengan tata cara pengisian sebagaimana Lampiran IV (Lampiran 4 dalam kodifikasi ini) yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini. g. Menjaga keamanan SI BI-SSSS dan kerahasiaan data termasuk user administrator lokal yang disampaikan oleh Bank Indonesia. h. Menyediakan Ketentuan dan Prosedur Tertulis, minimal mencakup penatausahaan Surat Berharga dan penggunaan SI BI-SSSS di internal Sub-Registry antara lain mengenai pemberian akses dan pengamanan penggunaan aplikasi SI BI-SSSS dari pihak yang tidak berwenang. i. Menyampaikan laporan kepada Central Registry dengan benar dan tepat waktu melalui sarana BI-SSSS Terminal (ST), SI BI-SSSS dan atau sarana lain. j. Melakukan rekonsiliasi secara harian antara data setelmen yang dilaporkan kepada Central Registry dengan data setelmen transaksi yang terjadi di Sub-Registry untuk 27

36 Sistem Pembayaran Non Tunai BI-Scripless Securities Settlement System Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan menjamin kebenaran data laporan yang disampaikan kepada Central Registry. k. Melakukan koreksi data pelaporan melalui SI BI-SSSS, dalam hal terdapat kesalahan laporan: 1) laporan harian; 2) laporan hasil transaksi penerbitan Surat Berharga dan transaksi buyback/debt switching; dan/atau 3) laporan bulanan posisi kepemilikan Surat Berharga atas nama nasabah individual Sub- Registry. 21 Pasal 21 10/2/PBI/2008 (1) Pencatatan kepemilikan Surat Berharga dilakukan tanpa warkat (scripless) dan secara book entry. Yang dimaksud dengan book entry adalah pencatatan kepemilikan dan perpindahan kepemilikan tanpa warkat (scripless) dalam suatu jurnal elektronis. (2) Catatan kepemilikan Surat Berharga pada Central Registry dan Sub- Registry merupakan bukti kepemilikan yang sah. 22 Pasal 22 10/2/PBI/2008 (1) Pencatatan kepemilikan Surat Berharga pada rekening Surat Berharga Sub-Registry di Central Registry bersifat global (omnibus account). Pencatatan kepemilikan Surat Berharga pada rekening Sub-Registry secara omnibus account di Central Registry tidak dilakukan secara individual dan rinci per nasabah. Pencatatan secara individual dan rinci per nasabah dilakukan oleh Sub-Registry secara book entry dalam sistem penatausahaan internal yang bersangkutan. (2) Pencatatan kepemilikan Surat Berharga pada Rekening Surat Berharga Sub-Registry di Central Registry sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan merupakan bukti kepemilikan Surat Berharga atas nama Sub-Registry. (3) Sub-Registry wajib mencatat secara terpisah kepemilikan Surat Berharga atas nama nasabah dari aset Sub-Registry. (4) Sub-Registry tidak diperbolehkan memelihara rekening Surat Berharga untuk dan atas nama diri sendiri, pengurus, pemegang saham dan pengelola. Pengelola Sub-Registry adalah pejabat yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan operasional Sub-Registry. (5) Sub-Registry bertanggung jawab atas kebenaran pencatatan dan laporan kepemilikan Surat Berharga atas nama nasabah. SE 13/32/DASP 2011 Romawi IV.B Pelaporan oleh Sub-Registry Sehubungan dengan kewajiban pelaporan oleh Sub-Registry sebagaimana tercantum pada butir A.2.i (Paragraf 20 ayat (5) butir 2.i dalam kodifikasi ini), maka diatur mengenai jenis, periode, tata cara pelaporan dan penggunaan sarana SI BI-SSSS sebagai berikut: 1. Jenis, periode dan tata cara pelaporan 28

37 Sistem Pembayaran Non Tunai BI-Scripless Securities Settlement System Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Sub-Registry wajib menyampaikan beberapa jenis laporan kepada Bank Indonesia - Central Registry, dengan menggunakan sarana BI-SSSS, SI BI-SSSS, atau surat yang dapat disampaikan terlebih dahulu melalui sarana lainnya misalnya faksimili, dengan pengaturan sebagai berikut : a. Laporan harian mengenai informasi setelmen transaksi Surat Berharga yang memuat perubahan pencatatan kepemilikan Surat Berharga antar nasabah individual dalam Sub-Registry yang sama (in house transfer). Laporan ini disampaikan melalui BI-SSSS pada hari yang sama dengan tanggal perubahan pencatatan kepemilikan individual dalam sistem pencatatan Sub-Registry. b. Laporan hasil transaksi penerbitan surat berharga negara (SBN) dan transaksi buyback/debt switching yang lelang atau transaksinya tidak dilakukan melalui BI-SSSS. Penerbitan SBN yang transaksinya tidak dilakukan melalui BI-SSSS antara lain penerbitan obligasi ritel Indonesia (ORI), penerbitan Sukuk Ritel, penerbitan SBN dalam rangka buyback debt/switching, penerbitan SBN dalam rangka transaksi private placement, transaksi SBN secara langsung dengan Pemerintah, dan transaksi peminjaman SBN untuk Primary Dealer. Penyampaian laporan dilakukan pada hari pelaksanaan setelmen dan Sub-Registry dapat mengetahui status pelaporan dimaksud melalui SI BI-SSSS dengan contoh format dan tata cara penyampaian laporan pada Lampiran IV (Lampiran 4 dalam kodifikasi ini) yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini. c. Laporan Bulanan Posisi Kepemilikan Surat Berharga atas nama nasabah individual Sub-Registry disampaikan melalui SI BI-SSSS paling lambat 2 (dua) hari kerja pada bulan berikutnya sesuai dengan window time yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dengan tata cara dan contoh format pada Lampiran IV (Lampiran 4 dalam kodifikasi ini) yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini. d. Laporan Tahunan berupa laporan rencana bisnis (bussiness plan) Sub-Registry pada tahun berikutnya, yang memuat antara lain: 1) target volume penatausahaan Surat Berharga; 2) rencana program peningkatan pelayanan; 3) rencana pengembangan sistem penatausahaan internal. Laporan ini disampaikan paling lama 1 (satu) bulan setelah berakhir tahun kalender. e. Laporan perubahan Pengurus Sub-Registry dan/atau Pengelola Sub-Registry yang disampaikan paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah terjadi perubahan. f. Laporan hasil pemeriksaan auditor independen mengenai keamanan sistem internal pencatatan Surat Berharga secara scripless yang disampaikan paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal laporan. 29

38 Sistem Pembayaran Non Tunai BI-Scripless Securities Settlement System Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan g. Laporan hasil audit (berupa fotokopi) dari otoritas pengawas Kustodian mengenai keamanan sistem pencatatan Surat Berharga secara scripless, dalam hal tidak terdapat pemeriksaan oleh auditor independen selama periode tahun yang bersangkutan disampaikan paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal laporan; dan h. Laporan lainnya sesuai permintaan Bank Indonesia sesuai jangka waktu yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Laporan sebagaimana huruf d sampai dengan huruf h disampaikan melalui surat yang dapat disampaikan terlebih dahulu dengan menggunakan sarana lain misalnya faksimili, yang ditujukan kepada: BANK INDONESIA Bagian Penyelenggaraan Setelmen Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran Gedung D Lantai 3 Jl. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta Pengiriman Laporan melalui SI BI-SSSS a. Penggunaan SI BI-SSSS SI BI-SSSS digunakan oleh Sub-Registry untuk : 1) penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada butir 1.b dan butir 1.c; dan 2) penyampaian data laporan harian sebagaimana dimaksud pada butir 1.a dalam hal tidak dapat dilakukan melalui ST Client. b. Dalam hal Sub-Registry tidak dapat menyampaikan Laporan melalui SI BI-SSSS sebagaimana dimaksud pada huruf a, Sub- Registry dapat menyampaikan Laporan dimaksud melalui Guest Bank SI BI-SSSS di Bank Indonesia Central Registry dengan pemberitahuan secara tertulis kepada Bank Indonesia. Pemberitahuan secara tertulis tersebut disampaikan sebelumnya melalui faksimili dan/atau sarana lainnya dengan menjelaskan alasan yang menyebabkan laporan tidak dapat disampaikan melalui SI BI-SSSS. c. Pengelolaan dan kewenangan Pengguna SI BI-SSSS 1) Pengelolaan user-id dan password akses ke jaringan Bank Indonesia dan akses aplikasi SI BI-SSSS level Administrator lokal Sub-Registry dilakukan oleh Bank Indonesia. 2) Administrator Lokal merupakan pengguna SI BI-SSSS pada masing-masing Sub-Registry yang berwenang untuk: a) Membuat user setingkat Administrator Lokal (cloning); dan b) Melakukan kegiatan menambah (insert), menghapus (delete), reset password untuk user dan user group. 3) Pengelolaan user ID dan password user untuk akses ke aplikasi SI BI-SSSS dilakukan oleh masing-masing Sub- Registry. 30

39 Sistem Pembayaran Non Tunai BI-Scripless Securities Settlement System Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan 4) Dalam hal Sub-Registry tidak dapat melakukan akses ke jaringan Bank Indonesia atau Administrator Lokal Sub- Registry tidak dapat melakukan akses ke aplikasi SI BI-SSSS yang diakibatkan karena kesalahan password, Sub-Registry dapat menyampaikan permintaan reset password kepada Bank Indonesia. Permintaan reset password sebagaimana dimaksud pada butir 1), disampaikan Sub-Registry secara tertulis yang ditandatangani oleh Pengelola Sub-Registry dan dapat didahului melalui faksimili kepada: BANK INDONESIA Bagian Penyelenggaraan Setelmen Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran Gedung D Lantai 3 Jl. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta 10350, d. pelaporan pada SI BI-SSSS 1) Waktu penyampaian laporan melalui SI BI-SSSS dengan ketentuan sebagai berikut : WINDOW TIME PELAPORAN SUB-REGISTRY JENIS LAPORAN DARI SAMPAI Distribusi Allotment Perdana Transaksi buyback/debtswitching Transaksi Koreksi Laporan Bulanan Transaksi secara batch 2) Dalam hal Sub-Registry tidak dapat menyampaikan laporan Distribusi Allotment Perdana dan Laporan Transaksi buyback/debtswitching pada window time yang ditentukan pada angka 1), maka Sub-Registry dapat mengajukan perpanjangan waktu melalui surat kepada Central Registry dan menjelaskan penyebab laporan tidak dapat disampaikan pada waktu yang ditentukan. Surat dimaksud dapat disampaikan terlebih dahulu melalui sarana lainnya misalnya faksimili kepada: BANK INDONESIA Bagian Penyelenggaraan Setelmen Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran Gedung D Lantai 3 Jl. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta Permintaan Sub- Registry 31

40 Sistem Pembayaran Non Tunai BI-Scripless Securities Settlement System Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan e. Status laporan pada SI BI-SSSS Dalam penyampaian laporan melalui SI BI-SSSS, Sub-Registry perlu memperhatikan status hasil upload laporan bulanan pada Aplikasi SI BI-SSSS, serta melakukan tindak lanjut yang diperlukan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Status hasil upload laporan bulanan pada SI BI-SSSS adalah sebagai berikut: 1) Status Diterima yaitu pengiriman laporan dalam batas waktu yang ditentukan dan kebenaran isi laporan diterima dengan benar. 2) Status Koreksi yaitu pengiriman laporan dalam batas waktu yang ditentukan dan kebenaran isi laporan tidak benar. 3) Status Diterima Terlambat yaitu pengiriman laporan melewati batas waktu yang ditentukan dan kebenaran isi laporan diterima dengan benar. 4) Status Koreksi Terlambat yaitu pengiriman laporan melewati batas waktu yang ditentukan dan kebenaran isi laporan tidak benar. Tindak lanjut yang harus dilakukan oleh Sub-Registry pada status angka 2) atau 4), mengacu pada Lampiran II (Lampiran 2 dalam kodifikasi ini) yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini. Bagian Ketiga 23 Pasal 23 10/2/PBI/2008 Setelmen Transaksi Surat Berharga (1) Setelmen transaksi Surat Berharga di Pasar Perdana dan di Pasar Sekunder dilakukan atas dasar prinsip DVP. (2) Setelmen transaksi Surat Berharga secara DVP dilakukan atas dasar sistem setelmen gross to gross atau gross to net. Yang dimaksud dengan gross to gross adalah proses setelmen dimana Setelmen Surat Berharga dan Setelmen Dana dilakukan berdasarkan transaksi per transaksi. Yang dimaksud dengan gross to net adalah proses setelmen dimana Setelmen Surat Berharga dilakukan berdasarkan transaksi per transaksi dan Setelmen Dana dilakukan secara keseluruhan setelah proses perhitungan transaksi jual beli Surat Berharga (netting system). (3) Setelmen transaksi Surat Berharga dapat dilakukan secara FoP dalam rangka: a. pemindahbukuan yang dilakukan oleh pemilik Surat Berharga dengan identitas yang sama; b. perpindahan kepemilikan Surat Berharga dalam rangka hibah, warisan, pelunasan kewajiban, tukar menukar, pengalihan karena penetapan pengadilan, dan pinjam meminjam; c. transaksi lainnya, sepanjang telah memperoleh persetujuan dari lembaga yang berwenang. Yang dimaksud dengan transaksi lainnya misalnya penerbitan Surat Berharga dalam rangka penyertaan modal (private 32

41 Sistem Pembayaran Non Tunai BI-Scripless Securities Settlement System Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan placement) atau Exchange Traded Fund (ETF). Yang dimaksud dengan lembaga atau instansi yang berwenang adalah Departemen Keuangan, Bapepam-LK untuk transaksi terkait dengan Pasar Modal dan Bank Indonesia untuk transaksi terkait perbankan. 24 Pasal 24 10/2/PBI/2008 Ketentuan setelmen transaksi Surat Berharga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 (Paragraf 23 dalam kodifikasi ini) juga berlaku bagi Sub- Registry dalam melakukan Penatausahaan Surat Berharga nasabah. Sub-Registry merupakan perpanjangan tangan Central Registry sehingga dalam melakukan Penatausahaan Surat Berharga nasabah melalui sistem internalnya, Sub-Registry mengacu juga pada ketentuan setelmen transaksi Surat Berharga di Central Registry. 25 Pasal 25 10/2/PBI/ Pasal 26 10/2/PBI/2008 Setelmen transaksi Surat Berharga melalui BI-SSSS bersifat final. BI-SSSS tidak mengakomodasi pembatalan setelmen (unwinding) atas transaksi Surat Berharga yang telah dilakukan setelmennya di BI-SSSS. (1) Dalam pelaksanaan Setelmen Dana dan/atau pembayaran kewajiban lainnya melalui BI-SSSS, Peserta yang bukan peserta Sistem BI-RTGS harus menunjuk Bank peserta Sistem BI-RTGS sebagai Bank penerima dan/atau pembayar untuk melakukan Setelmen Dana dan/atau pembayaran kewajiban lainnya. Kewajiban lainnya antara lain pembebanan sanksi kewajiban membayar dan biaya penggunaan BI-SSSS. (2) Bank peserta Sistem BI-RTGS yang ditunjuk sebagai Bank pembayar dalam Setelmen Dana atas transaksi Surat Berharga harus menetapkan batas paling tinggi nominal per transaksi dan total nominal transaksi per hari untuk setiap Peserta yang menunjuk Bank dimaksud. (3) Ketentuan penetapan batas paling tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam perjanjian tersendiri antara Bank peserta Sistem BI-RTGS dengan Peserta yang menunjuk Bank dimaksud atau dalam prosedur internal Bank peserta Sistem BI-RTGS. Pengaturan dalam prosedur internal Bank peserta Sistem BI-RTGS berlaku dalam hal Peserta yang menunjuk dan Bank peserta Sistem BI-RTGS adalah institusi yang sama. 27 Pasal 27 10/2/PBI/2008 (1) Peserta yang memiliki Rekening Giro di Sistem BI-RTGS harus memiliki saldo yang mencukupi pada Rekening Giro untuk pelaksanaan setelmen transaksi Surat Berharga dan pembayaran kewajiban lainnya. Persyaratan kecukupan saldo Rekening Giro di Sistem BI-RTGS termasuk pula dalam rangka pembayaran untuk dan atas nama 33

42 Sistem Pembayaran Non Tunai BI-Scripless Securities Settlement System Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Peserta lain yang menunjuk Peserta dimaksud sebagai Bank pembayar. Dalam hal saldo Rekening Giro di Sistem BI-RTGS tidak mencukupi maka setelmen transaksi yang bersangkutan tidak dapat dilakukan. (2) Peserta yang memiliki Rekening Surat Berharga di Central Registry harus memiliki saldo yang mencukupi pada Rekening Surat Berharga untuk pelaksanaan setelmen transaksi Surat Berharga. Dalam hal saldo Rekening Surat Berharga Peserta tidak mencukupi maka setelmen transaksi yang bersangkutan tidak dapat dilakukan. 28 Pasal 28 10/2/PBI/2008 BI-SSSS melakukan setelmen transaksi Surat Berharga antar Peserta berdasarkan data setelmen yang dikirimkan Peserta melalui BI-SSSS dan diterima oleh Penyelenggara. Setelmen transaksi Surat Berharga antar Peserta meliputi antara lain setelmen transaksi jual beli putus (outright), jual beli secara bersyarat (repo dan reverse repo), pinjam meminjam Surat Berharga (securities borrowing and lending), dan pencatatan agunan (pledge). 29 Pasal 29 10/2/PBI/2008 (1) Penyelenggara berwenang tidak meneruskan setelmen transaksi Surat Berharga di Pasar Sekunder yang belum jatuh waktu (early termination) untuk transaksi jual beli secara bersyarat (repo), pencatatan agunan (pledge) dan/atau transaksi lainnya yang dilakukan oleh Peserta melalui BI-SSSS. Kewenangan Penyelenggara untuk tidak meneruskan setelmen transaksi Surat Berharga hanya berlaku untuk transaksi Surat Berharga yang telah disepakati memiliki dua proses setelmen yaitu setelmen transaksi pertama (first leg) dan setelmen transaksi kedua (second leg). Kewenangan Penyelenggara dimaksud adalah untuk setelmen transaksi kedua (second leg) dan didasarkan pada Pasal 29 ayat (2) (Paragraf 29 ayat (2) dalam kodifikasi ini). Transaksi lainnya adalah transaksi yang memiliki dua kali proses setelmen sebagaimana halnya transaksi jual beli secara bersyarat (repo) dan pledge. (2) Penyelenggara tidak meneruskan setelmen transaksi Surat Berharga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan permintaan salah satu Peserta, keputusan lembaga pengawas yang berwenang, keputusan pengadilan dan/atau lembaga arbitrase yang telah memiliki kekuatan hukum yang tetap. (3) Penyelenggara tidak meneruskan setelmen transaksi Surat Berharga atas permintaan salah satu Peserta sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) apabila Peserta dapat menunjukkan adanya pemberian kuasa kepada Peserta dimaksud untuk membatalkan transaksi dari Peserta lawan transaksinya. Adanya pemberian kuasa pembatalan transaksi dari Peserta lawan transaksi dibuktikan dalam bentuk klausula pemberian kuasa pembatalan dalam perjanjian transaksi dimaksud atau surat kuasa. 34

43 Sistem Pembayaran Non Tunai BI-Scripless Securities Settlement System Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan (4) Peserta yang mengajukan permintaan kepada Penyelenggara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) bertanggung jawab atas kebenaran pemberian kuasa pembatalan transaksi. (5) Peserta yang mengajukan permintaan kepada Penyelenggara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) membebaskan Penyelenggara dari tuntutan hukum dan bertanggung jawab atas tuntutan hukum terhadap Penyelenggara dan tuntutan lainnya, yang timbul akibat tidak diteruskannya setelmen transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Bagian Keempat 30 Pasal 30 10/2/PBI/ Pasal 31 10/2/PBI/2008 BAB V Bagian Kesatu 32 Pasal 32 10/2/PBI/2008 Ayat (1) dan (2) SE 12/28/DASP 2010 Romawi II.D.1 Pembayaran Kupon (Bunga) atau Imbalan dan Nilai Pokok/ Nominal Surat Berharga Peserta yang menerbitkan Surat Berharga harus memiliki dana yang mencukupi pada Rekening Giro Peserta untuk membayar kupon (bunga) atau imbalan dan nilai pokok/nominal Surat Berharga pada saat jatuh waktu. (1) Penyelenggara melakukan pembayaran kupon (bunga) atau imbalan dan nilai pokok/nominal Surat Berharga pada saat jatuh waktu kepada pemilik Rekening Surat Berharga dengan mendebet Rekening Giro Peserta yang menerbitkan Surat Berharga dan mengkredit Rekening Giro Peserta melalui Sistem BI-RTGS. (2) Penyelenggara dapat melakukan pembayaran nilai pokok/nominal Surat Berharga sebelum tanggal jatuh waktu dan accrued interest atas kupon (bunga) atau bagian imbalan kepada pemilik Rekening Surat Berharga berdasarkan permintaan tertulis Peserta yang menerbitkan Surat Berharga, sepanjang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 (Paragraf 30 dalam kodifikasi ini). (3) Dalam hal pemilik Rekening Surat Berharga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah Sub-Registry, Sub-Registry tersebut wajib meneruskan pembayaran dimaksud pada hari yang sama kepada nasabah pemilik Surat Berharga. Operasional BI-SSSS Waktu Operasional (1) BI-SSSS diselenggarakan setiap hari kerja kecuali ditetapkan lain oleh Penyelenggara. (2) Penyelenggaraan BI-SSSS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada jam operasional yang ditetapkan oleh Penyelenggara. Hari dan Jam Operasional BI-SSSS a. Penyelenggara menetapkan operasional BI-SSSS yang mencakup hari dan jam operasional. b. Penyelenggara menetapkan operasional BI-SSSS setiap hari kerja, kecuali ditetapkan lain. c. Jam operasional BI-SSSS mengikuti jam operasional Sistem BI- RTGS kecuali cut-off BI-SSSS yang dilakukan lebih awal dari cut-off Sistem BI-RTGS. 35

44 Sistem Pembayaran Non Tunai BI-Scripless Securities Settlement System Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan d. Jam operasional sebagaimana dimaksud pada huruf c diatur dengan ketentuan sebagai berikut: BI-SSSS BI-RTGS System opening Pukul WIB Pukul WIB Cut-off warning Pukul WIB Pukul WIB BI-SSSS BI-RTGS Pre-cut off Pukul WIB Pukul WIB Cut-off Pukul WIB Pukul WIB e. Jam operasional BI-SSSS sebagaimana dimaksud pada huruf d berlaku dalam kondisi normal dan dapat diubah oleh Penyelenggara sebagaimana diatur lebih lanjut pada angka 2 (Perubahan Jam Operasional pada ayat (3) dalam kodifikasi ini). f. Dalam hal hari operasional BI-SSSS ditetapkan lain dan/atau jam operasional BI-SSSS diubah, Penyelenggara memberitahukan hal tersebut kepada seluruh Peserta melalui sarana BI-SSSS (Administrative Messages) dan/atau sarana informasi lainnya. Pasal 32 10/2/PBI/2008 Ayat (3) (3) Penyelenggara dapat melakukan perubahan jam operasional BI-SSSS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berdasarkan : a. kebijakan Penyelenggara; atau b. permintaan Peserta yang telah disetujui oleh Penyelenggara. Perubahan jam operasional BI-SSSS dapat berupa perpanjangan atau pengurangan jangka waktu operasional BI-SSSS. Perubahan jam operasional BI-SSSS yang dapat dilakukan berdasarkan permintaan Peserta hanya berupa perpanjangan jam operasional BI-SSSS. Perpanjangan jam operasional BI-SSSS berdampak terhadap perpanjangan jam operasional Sistem BI-RTGS. SE 12/28/DASP 2010 Romawi II.D.2 Perubahan Jam Operasional BI-SSSS a. Jam operasional BI-SSSS dapat diubah oleh Penyelenggara berdasarkan hal-hal sebagai berikut : 1) Berdasarkan kebijakan Penyelenggara a) Perubahan jam operasional berdasarkan kebijakan Penyelenggara dapat berupa perpanjangan atau pengurangan jam operasional. b) Penyelenggara dapat melakukan perubahan jam operasional termasuk window time transaksi. c) Perubahan jam operasional sebagaimana dimaksud pada huruf a) dan huruf b) dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan antara lain: 1. adanya gangguan pada BI-SSSS dan/atau Sistem BI- RTGS; dan/atau 2. adanya kebijakan Penyelenggara yang menyebabkan perubahan jam operasional. 36

45 Sistem Pembayaran Non Tunai BI-Scripless Securities Settlement System Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan 2) Berdasarkan permintaan Peserta a) Perubahan jam operasional berdasarkan permintaan Peserta hanya dapat berupa perpanjangan jam operasional. b) Perpanjangan jam operasional dapat dilakukan berdasarkan kebutuhan penambahan jam operasional untuk melaksanakan Setelmen Surat Berharga. c) Perpanjangan jam operasional sebagaimana dimaksud pada huruf b) dilakukan dengan prosedur sebagai berikut : (1) Bagi Peserta yang juga peserta Sistem BI-RTGS Pengajuan permohonan dilakukan secara tertulis kepada penyelenggara Sistem BI-RTGS sesuai ketentuan mengenai Sistem BI-RTGS yang berlaku. (2) Bagi Peserta Sub Registry Pengajuan permohonan dilakukan oleh Bank Pembayar yang telah ditunjuk oleh Peserta Sub Registry kepada penyelenggara Sistem BI-RTGS sesuai ketentuan mengenai Sistem BI-RTGS yang berlaku. d) Perpanjangan jam operasional BI-SSSS atas permintaan Peserta dikenakan biaya sesuai ketentuan mengenai Sistem BI-RTGS. Bagian Kedua 33 Pasal 33 10/2/PBI/ Pasal 34 10/2/PBI/2008 Data Transaksi dan Setelmen (1) Peserta mengirimkan data transaksi dan setelmen melalui BI-SSSS kepada Penyelenggara berdasarkan instruksi tertulis yang digunakan oleh masing-masing Peserta sesuai ketentuan internal yang berlaku. (2) Peserta harus menyimpan dan menatausahakan instruksi tertulis berikut data transaksi dan setelmen Peserta yang dikirimkan kepada Penyelenggara melalui BI-SSSS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. (1) Penyelenggara menerima data transaksi dan setelmen yang dikirimkan oleh Peserta melalui BI-SSSS. (2) Penyelenggara mengirimkan data posisi harian Rekening Surat Berharga masing-masing Peserta kepada Peserta dimaksud melalui BI-SSSS pada akhir hari. Data posisi harian Rekening Surat Berharga memuat data atau informasi kepemilikan masing-masing Peserta berdasarkan hasil setelmen transaksi Surat Berharga 35 Pasal 35 10/2/PBI/2008 Dalam hal terjadi perbedaan antara data transaksi dan setelmen serta data posisi harian Rekening Surat Berharga yang dimiliki oleh masingmasing Peserta dengan data yang dimiliki oleh Penyelenggara, data yang dianggap benar adalah data yang ada pada Penyelenggara. Perbedaan data transaksi dan setelmen serta data posisi harian Rekening Surat Berharga antara Peserta dan Penyelenggara antara lain dapat terjadi karena adanya gangguan teknis dan komunikasi. 37

46 Sistem Pembayaran Non Tunai BI-Scripless Securities Settlement System Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Bagian Ketiga Biaya 36 Pasal 36 10/2/PBI/2008 Ayat (1) (1) Penyelenggara menetapkan jenis dan besar biaya penggunaan BI- SSSS yang wajib dibayar oleh Peserta. Yang dimaksud dengan biaya adalah biaya-biaya yang dibebankan oleh Penyelenggara kepada Peserta, antara lain biaya atas setiap pengiriman data transaksi, instruksi setelmen serta permintaan data oleh Peserta ke dan dari Penyelenggara, serta penggunaan BI-SSSS di lokasi Penyelenggara. SE 12/28/DASP 2010 Romawi II.E - Biaya Penggunaan BI-SSSS Penyelenggara mengenakan biaya terhadap Peserta atas penggunaan BI-SSSS dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Jenis Biaya Jenis biaya dalam penggunaan BI-SSSS terdiri dari: a. Biaya Transaksi Dengan Bank Indonesia, yaitu biaya pengajuan Transaksi Dengan Bank Indonesia yang dilakukan Peserta, termasuk pengajuan dalam hal terdapat pembatalan transaksi (cancellation) dan/atau perubahan (amendment). b. Biaya setelmen, yang terdiri dari : 1) biaya setelmen atas Transaksi Dengan Bank Indonesia; dan 2) biaya setelmen atas transaksi Surat Berharga di pasar sekunder antar Peserta. c. Biaya permohonan informasi kepada Penyelenggara dan biaya pengiriman Administrative Messages. d. Biaya penggunaan Fasilitas Guest Bank. 2. Penetapan Biaya Transaksi, Setelmen dan Permohonan Informasi Penetapan besarnya biaya untuk jenis biaya sebagaimana dimaksud pada butir 1.a, huruf b dan huruf c, diatur sebagai berikut: a. Besarnya biaya dapat dibedakan berdasarkan jam operasional pengajuan transaksi, pelaksanaan setelmen dan/atau permohonan informasi yaitu jam normal dan jam sibuk (peak hour). b. Pembagian jam transaksi dengan window time sesuai ketentuan sebagai berikut : 1) Jam normal adalah periode dari jam pembukaan transaksi sampai dengan pre-closing; dan 2) peak hour adalah periode dari pre-closing sampai dengan closing. c. Pembagian jam operasional untuk pelaksanaan Setelmen Surat Berharga dan permohonan informasi sesuai ketentuan sebagai berikut : 1) Jam normal adalah periode dari jam pembukaan BI-SSSS sampai dengan sebelum pukul WIB; dan 2) peak hour adalah periode dari pukul WIB sampai dengan cut-off BI-SSSS. 38

47 Sistem Pembayaran Non Tunai BI-Scripless Securities Settlement System Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan 3. Penetapan Biaya Fasilitas Guest Bank Penetapan biaya penggunaan Fasilitas Guest Bank sebagaimana dimaksud pada butir 1.d, diatur sebagai berikut: a. Biaya penggunaan Fasilitas Guest Bank dihitung berdasarkan durasi penggunaan Fasilitas Guest Bank yang mengacu pada waktu sistem start-up sampai dengan sistem shut-down. b. Durasi penggunaan Fasilitas Guest Bank dihitung ber-dasarkan akumulasi penggunaan Fasilitas Guest Bank dalam 1 (satu) hari dengan pembulatan waktu 1 (satu) jam ke atas sebagaimana contoh perhitungan dalam Lampiran I (Lampiran 5 dalam kodifikasi ini). c. Dalam hal terjadi gangguan jaringan internal di Bank Indonesia pada saat penggunaan Fasilitas Guest Bank, Penyelenggara dapat menyesuaikan durasi penggunaan Fasilitas Guest Bank. d. Dalam hal terjadi Keadaan Darurat, Penyelenggara dapat membebaskan biaya penggunaan Fasilitas Guest Bank terhadap Peserta. 4. Biaya a. Biaya BI-SSSS sebagaimana dimaksud pada angka 2 dan angka 3 ditetapkan sebagaimana tercantum dalam Lampiran I (Lampiran 5 dalam kodifikasi ini). Dalam hal terdapat perubahan biaya, Penyelenggara mengumumkan perubahan dimaksud kepada Peserta melalui Administrative Messages dan/atau sarana lainnya. b. Bank Indonesia dapat menentukan lain pengenaan biaya BI- SSSS bagi Kementerian Keuangan atau lembaga lainnya yang disetujui Bank Indonesia menjadi Peserta. 5. Perhitungan dan Pembebanan Biaya Perhitungan dan pembebanan biaya penggunaan BI-SSSS oleh Penyelenggara kepada Peserta diatur sebagai berikut : a. Perhitungan jumlah biaya dilakukan oleh Penyelenggara pada setiap akhir hari untuk masing-masing Peserta. b. Penyelenggara membebankan biaya sebagaimana dimaksud pada huruf a pada 1 (satu) hari kerja berikutnya, dengan mendebet Rekening Giro Peserta atau Bank Pembayar yang ditunjuk Peserta. 6. Pembebanan Biaya oleh Peserta Kepada Nasabah Dalam rangka mendukung kelancaran pelaksanaan Transaksi Dengan Bank Indonesia dan Penatausahaan Surat Berharga melalui BI-SSSS, Peserta dapat mengenakan biaya kepada nasabah dengan ketentuan sebagai berikut: a. Peserta mengenakan biaya kepada nasabah dalam jumlah yang wajar. b. Peserta mengumumkan besarnya biaya penggunaan BI-SSSS yang ditetapkan Penyelenggara dan besarnya biaya penggunaan BI-SSSS yang dibebankan oleh Peserta kepada nasabah. c. Pengumuman sebagaimana dimaksud pada huruf b dilakukan secara tertulis di setiap kantor Peserta pada tempat yang mudah dilihat oleh nasabah. 39

48 Sistem Pembayaran Non Tunai BI-Scripless Securities Settlement System Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Pasal 36 10/2/PBI/2008 Ayat (2) (2) Dalam hal Peserta mengajukan permintaan perpanjangan jam operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (3) huruf b (Paragraf 32 ayat (3) huruf b dalam kodifikasi ini), Peserta dikenakan biaya perpanjangan jam operasional Sistem BI-RTGS sesuai ketentuan Bank Indonesia yang berlaku. Perpanjangan jam operasional BI-SSSS berdampak terhadap perpanjangan jam operasional Sistem BI-RTGS. Bagian Keempat 37 Pasal 37 10/2/PBI/2008 Pembebanan Rekening Giro dan/atau Rekening Surat Berharga Peserta Dalam rangka melakukan Transaksi Dengan Bank Indonesia dan kegiatan penatausahaan melalui BI-SSSS, Penyelenggara berwenang melakukan pendebetan Rekening Giro Peserta, Rekening Giro Bank yang ditunjuk oleh Peserta dan/atau Rekening Surat Berharga Peserta. Penyelenggara melakukan pendebetan Rekening Giro Peserta, Rekening Giro Bank yang ditunjuk oleh Peserta dan/atau Rekening Surat Berharga Peserta untuk transaksi antara lain sebagai berikut: a. setelmen Transaksi Dengan Bank Indonesia; b. setelmen transaksi Surat Berharga antar Peserta; c. pembayaran kewajiban kupon (bunga) atau imbalan dan nilai pokok/ nominal Surat Berharga yang jatuh waktu; d. pembebanan biaya penggunaan BI-SSSS; Pasal 37 12/12/PBI/2010 Penjelasan huruf e Bagian Kelima 38 Pasal 38 10/2/PBI/2008 e. sanksi kewajiban membayar terkait ketentuan Operasi Moneter; f. kewajiban pelunasan Fasilitas Pendanaan; g. eksekusi agunan/jaminan sesuai ketentuan yang berlaku mengenai Fasilitas Pendanaan dan/atau fasilitas pemerintah kepada Peserta; dan/atau h. biaya lainnya. Pembebasan Tanggung Jawab Penyelenggara Peserta membebaskan Penyelenggara dari tuntutan kerugian yang timbul dan/atau yang akan timbul yang dialami Peserta atau pihak ketiga akibat terlambat atau tidak terlaksananya transaksi, setelmen Surat Berharga, pembayaran kupon (bunga) atau imbalan dan nilai pokok/nominal Surat Berharga dan/atau sebab lainnya yang timbul. Keterlambatan atau tidak terlaksananya transaksi, setelmen Surat Berharga, pembayaran kupon (bunga) atau imbalan dan nilai pokok/nominan Surat Berharga disebabkan antara lain : a. pengiriman data transaksi atau instruksi setelmen oleh Peserta yang salah, terlambat atau dilakukan oleh pejabat yang tidak berwenang; b. tidak tersedianya dana yang cukup pada Rekening Giro penerbit Surat Berharga untuk pelaksanaan pembayaran kewajiban transaksi Surat Berharga saat jatuh waktu; dan c. terjadinya keadaan tidak normal dan/atau keadaan darurat. 40

49 Sistem Pembayaran Non Tunai BI-Scripless Securities Settlement System Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 12/28/DASP Peserta membebaskan Penyelenggara dari tuntutan kerugian yang 2010 timbul dan/atau yang akan timbul yang dialami Peserta atau pihak Romawi II.F ketiga akibat terlambat atau tidak terlaksananya transaksi, setelmen transaksi Surat Berharga, pembayaran kupon (bunga) atau imbalan dan nilai pokok/nominal Surat Berharga dan/atau sebab lainnya yang timbul. Keterlambatan atau tidak terlaksananya transaksi, Setelmen Surat Berharga, pembayaran kupon (bunga) atau imbalan dan nilai pokok/nominal Surat Berharga dimaksud disebabkan antara lain oleh: 1. pengiriman Transaksi Dengan Bank Indonesia dan/atau instruksi setelmen transaksi Surat Berharga oleh Peserta kepada Penyelenggara dilakukan oleh pejabat yang tidak berwenang; 2. kesalahan data Transaksi Dengan Bank Indonesia dan/atau instruksi setelmen Surat Berharga yang dikirimkan oleh Peserta kepada Penyelenggara; 3. gangguan jaringan komunikasi dan/atau sistem pada Peserta yang mengakibatkan penolakan Transaksi Dengan Bank Indonesia dan keterlambatan setelmen transaksi Surat Berharga; 4. ketidakmampuan atau keterlambatan pengisian dana oleh Peserta sebagai penerbit Surat Berharga pada Rekening Giro yang mengakibatkan tidak terbayar atau terlambatnya pembayaran kupon (bunga) atau imbalan dan pelunasan pokok/nominal Surat Berharga pada saat jatuh waktu kepada Peserta pemilik Surat Berharga; 5. early termination oleh Penyelenggara yang dilakukan melalui BI-SSSS sebagaimana dimaksud pada butir C.3.a.8) (Paragraf 16 ayat (4) butir a.8) dalam kodifikasi ini); dan 6. keadaan Tidak Normal dan/atau Keadaan Darurat baik yang dialami oleh Penyelenggara maupun Peserta. BAB VI 39 Pasal 39 10/2/PBI/2008 Ayat (1) dan (2) Pengawasan (1) Penyelenggara berwenang melakukan pengawasan terhadap Peserta atas penggunaan BI-SSSS. (2) Penyelenggara berwenang melakukan pengawasan terhadap kegiatan Penatausahaan Surat Berharga yang dilakukan oleh pihak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) (Paragraf 20 ayat (1) dalam kodifikasi ini) dan/atau Sub-Registry sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2) (Paragraf 20 ayat (2) dalam kodifikasi ini). Penyelenggara dalam hal ini bertindak sebagai Central Registry. Pengawasan Central Registry terhadap kegiatan Penatausahaan Surat Berharga yang dilakukan oleh Sub-Registry dan/atau pihak lain dilakukan berkoordinasi dengan otoritas yang berwenang. SE 12/28/DASP 2010 Romawi IV.A.1 SE 13/32/DASP 2011 Romawi V - Ruang Lingkup Pengawasan 1. Penyelenggara berwenang melakukan pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban Peserta sebagaimana dimaksud pada butir III.D (Paragraf 12 dalam kodifikasi ini). 2. Bank Indonesia Central Registry berwenang melalukan pengawasan terhadap Sub-Registry dengan ruang lingkup pengawasan, yaitu: a. Pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan kewajiban 41

50 Sistem Pembayaran Non Tunai BI-Scripless Securities Settlement System Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam butir IV.A (Paragraf 20 ayat (5).1 dan (5).2 dalam kodifikasi ini); dan b. Pengawasan terhadap pelaporan oleh Sub-Registry sebagaimana dimaksud dalam butir IV.B (Paragraf 22 ayat (5).1 dan (5).2 dalam kodifikasi ini); 3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada angka 1 (angka 2 dalam kodifikasi ini) dapat dilakukan dengan metode sebagai berikut: a. Pengawasan tidak langsung melalui laporan yang disampaikan kepada Bank Indonesia. Dalam hal diperlukan, Bank Indonesia dapat meminta data/informasi kepada Sub-Registry. b. Pengawasan langsung dengan melakukan pemeriksaan terhadap Sub-Registry. 4. Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam butir 2.b (butir 3.b dalam kodifikasi ini) dilakukan sewaktu-waktu oleh Bank Indonesia. 5. Dalam rangka pengawasan terhadap Sub-Registry, Bank Indonesia dapat berkoordinasi dengan otoritas pengawas Kustodian. 6. Dalam rangka pelaksanaan pengawasan, Sub-Registry wajib memberikan informasi yang lengkap dan benar sesuai permintaan Bank Indonesia. 7. Dalam hal berdasarkan hasil pengawasan terdapat hasil temuan yang wajib ditindaklanjuti oleh Sub-Registry, Bank Indonesia menyampaikan hasil temuan dimaksud melalui surat dan/atau melalui sarana lainnya. 8. Berdasarkan hasil pengawasan, Sub-Registry wajib melakukan tindak lanjut terhadap hasil temuan sebagai berikut : a. Sub-Registry yang belum memenuhi kewajiban dan/atau melakukan kesalahan dalam melaksanakan tugas dan/atau pelaporan sebagaimana dimaksud dalam butir IV.A dan/atau IV.B (Paragraf 20 ayat (5).1 dan (5).2 dan/atau Paragraf 22 ayat (5).1 dan (5).2 dalam kodifikasi ini), wajib: 1) memenuhi kewajiban pelaporan dengan data yang benar atau melakukan koreksi kesalahan dengan data yang benar terhadap Laporan Harian sebagaimana dimaksud dalam butir IV.B.1.a (Paragraf 22 ayat (5) butir 1.a dalam kodifikasi ini) dan laporan hasil transaksi penerbitan Surat Berharga dan transaksi buyback/debt switching yang transaksinya tidak dilakukan melalui BI-SSSS sebagaimana dimaksud dalam butir IV.B.1.b (Paragraf 22 ayat (5) butir 1.b dalam kodifikasi ini), paling lama 2 (dua) hari kerja sejak tanggal pemberitahuan hasil temuan oleh Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam angka 6 (angka 7 dalam kodifikasi ini); 2) memenuhi kewajiban pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam butir IV.A.1 (Paragraf 20 ayat (5).1 dalam kodifikasi ini), atau memenuhi kewajiban pelaporan dengan data yang benar sebagaimana dimaksud dalam butir IV.B.1 (Paragraf 22 ayat (5).1 dalam kodifikasi ini); 3) melakukan koreksi kesalahan atas laporan harian paling lama 2 (dua) hari kerja sejak tanggal pemberitahuan hasil temuan oleh Bank Indonesia; 42

51 Sistem Pembayaran Non Tunai BI-Scripless Securities Settlement System Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan 4) melakukan koreksi kesalahan atas laporan dimaksud dalam butir IV.B.1.b, butir IV.B.1.d dan butir IV.B.1.h (Paragraf 22 ayat (5) butir 1.b, 1.d, dan 1.h dalam kodifikasi ini) paling lama 5 (lima) hari kerja sejak tanggal pemberitahuan hasil temuan oleh Bank Indonesia; dan/atau 5) melakukan koreksi kesalahan atas laporan dengan data yang benar terhadap Laporan Bulanan dengan status koreksi atau koreksi terlambat dengan mekanisme sebagai berikut: a) Apabila Sub-Registry menyampaikan laporan dalam periode waktu yang ditetapkan sebagaimana dimaksud pada butir IV.B.1.c (Paragraf 22 ayat (5) butir 1.c dalam kodifikasi ini), maka koreksi kesalahan laporan dilakukan paling lama 1(satu) hari kerja sejak batas waktu yang ditetapkan. b) Apabila Sub-Registry menyampaikan laporan melewati batas waktu yang ditetapkan sebagaimana dimaksud pada butir IV.B.1.c (Paragraf 22 ayat (5) butir 1.c dalam kodifikasi ini), maka koreksi kesalahan laporan dilakukan paling lama 1 (satu) hari kerja sejak laporan tersebut disampaikan. b. Sub-Registry yang tidak memenuhi persyaratan pemenuhan jumlah minimum pencatatan kepemilikan Surat Berharga ratarata bulanan paling sedikit Rp ,00 (lima ratus miliar Rupiah) dalam 12 (dua belas) bulan terakhir sebagaimana dimaksud dalam butir IV.A.2.c (Paragraf 20 ayat (5) butir 2.c dalam kodifikasi ini) wajib membuat rencana tindakan (action plan) dalam rangka memenuhi kewajiban dimaksud, dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Rencana tindakan disampaikan kepada Bank Indonesia- Central Registry paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak tanggal surat pemberitahuan hasil temuan oleh Bank Indonesia. 2) Rencana tindakan sebagaimana dimaksud dalam butir 1) wajib dipenuhi sesuai dengan batas waktu pemenuhan yang diusulkan Sub-Registry paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal surat penyampaian rencana tindakan Sub-Registry, termasuk apabila terdapat perubahan. Pasal 39 10/2/PBI/2008 Ayat (3) (3) Penyelenggara melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) secara langsung maupun tidak langsung. Penyelenggara melakukan pengawasan langsung sewaktu-waktu melalui pemeriksaan atas sistem dan aplikasi BI-SSSS dan/atau dokumen-dokumen yang terkait dengan penggunaan BI-SSSS di lokasi Peserta. Penyelenggara melakukan pengawasan tidak langsung atas data dan informasi yang terkait dengan penggunaan BI-SSSS oleh Peserta yang diserahkan oleh Peserta kepada Penyelenggara termasuk laporan dan/atau dokumen lain yang diminta oleh Penyelenggara kepada Peserta. 43

52 Sistem Pembayaran Non Tunai BI-Scripless Securities Settlement System Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 12/28/DASP 2010 Romawi IV.A.2 SE 12/28/DASP 2010 Romawi IV.B SE 12/28/DASP 2010 Romawi IV.C.1 dan IV.C.2 A. Pengawasan dapat dilakukan dengan metode sebagai berikut : a. Pengawasan tidak langsung, dengan cara melakukan pemantauan / analisis atas kegiatan Peserta melalui sistem pada Penyelenggara atau berdasarkan data/informasi yang diperoleh Penyelenggara dari Peserta atau pihak lain; dan b. Pengawasan langsung, dengan cara melakukan pemeriksaan ke lokasi kegiatan usaha Peserta. B. Pengawasan Tidak Langsung 1. Pengawasan tidak langsung dilakukan oleh Penyelenggara secara berkesinambungan. 2. Dalam hal diperlukan Penyelenggara dapat meminta Peserta untuk menyampaikan dokumen dan/atau laporan tertulis terkait pelaksanaan operasional BI-SSSS. 3. Dalam hal terdapat temuan bahwa Peserta tidak/ belum memenuhi kewajiban, Penyelenggara menyampaikan hasil temuan dimaksud melalui surat kepada Peserta untuk ditindaklanjuti. 4. Berdasarkan surat dari Penyelenggara sebagaimana dimaksud pada angka 3, Peserta wajib melaksanakan tindak lanjut dan melaporkan secara tertulis kepada Penyelenggara. 5. Dalam hal terdapat hasil temuan yang memerlukan pemeriksaam ke lokasi kegiatan usaha Peserta, Penyelenggara dapat melakukan pengawasan langsung. C. Pengawasan Langsung 1. Penyelenggara melakukan pengawasan langsung/pemeriksaan ke lokasi kegiatan usaha Peserta sewaktu-waktu apabila diperlukan. 2. Tujuan pengawasan langsung/ pemeriksaan adalah untuk memastikan Peserta telah memenuhi kewajiban sebagai Peserta, antara lain: a. Kesesuaian sistem dan prosedur operasional BI-SSSS yang ada di Peserta dengan ketentuan Penyelenggara; dan b. Kepatuhan Peserta terhadap ketentuan Penyelenggara dan Perjanjian. Pasal 39 10/2/PBI/2008 Ayat (4) (4) Penyelenggara dapat menunjuk pihak lain untuk melaksanakan pengawasan secara langsung terhadap Peserta atas penggunaan BI- SSSS sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Yang dimaksud dengan pihak lain adalah pihak-pihak yang memiliki keahlian antara lain di bidang pengembangan aplikasi BI- SSSS, jasa komunikasi dan audit teknologi informasi. Hubungan hukum antara Penyelenggara dengan pihak lain yang ditunjuk tersebut diatur dalam suatu perjanjian. SE 12/28/DASP 2010 Romawi IV.C.3, IV.C.4 1. Dalam melaksanakan pengawasan langsung/pemeriksaan, Penyelenggara dapat menugaskan pihak lain yang memiliki keahlian dan kompetensi di bidang audit teknologi informasi untuk melakukan pengawasan langsung dengan tetap menjaga kerahasiaan sesuai ketentuan yang berlaku. 44

53 Sistem Pembayaran Non Tunai BI-Scripless Securities Settlement System Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan 2. Dalam rangka pengawasan langsung/pemeriksaan, Peserta wajib memberikan kepada Penyelenggara : a. segala keterangan dan penjelasan mengenai pelaksanaan BI- SSSS, termasuk data elektronik, warkat, disposisi, dan dokumen tertulis lainnya; b. kesempatan untuk melakukan pengawasan langsung/pemeriksaan terhadap sarana fisik dan aplikasi pendukung lainnya ; dan c. bantuan yang diperlukan dalam rangka memperoleh kebenaran atas dokumen dan keterangan yang diberikan oleh Peserta. 3. Prosedur pelaksanaan pengawasan langsung/pemeriksaan dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Petugas pemeriksa menyampaikan surat introduksi pemeriksaan kepada Peserta yang akan diperiksa. b. Sebelum pengawasan langsung/pemeriksaan berakhir, petugas pemeriksa melakukan klarifikasi dan konfirmasi dengan pejabat berwenang perusahaan Peserta atau pimpinan Peserta atas hasil pemeriksaan. c. Setelah pengawasan langsung/pemeriksaan berakhir, petugas pemeriksa menyusun laporan hasil pemeriksaan dan menyampaikan laporan tersebut kepada Peserta. d. Peserta wajib melakukan tindak lanjut atas temuan dalam pengawasan langsung/pemeriksaan dan melaporkan secara tertulis atas tindak lanjut kepada Penyelenggara. e. Apabila diperlukan, Penyelenggara dapat melakukan pengawasan langsung/pemeriksaan kembali untuk memastikan kebenaran laporan tindak lanjut. Pasal 39 10/2/PBI/2008 Ayat (5) dan (6) (5) Pihak lain yang ditunjuk Penyelenggara untuk melaksanakan pengawasan secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (4) wajib merahasiakan informasi dan data yang diperoleh dalam pengawasan. Kewajiban merahasiakan informasi dan data yang diperoleh dalam pengawasan termasuk seluruh komisaris, direksi, manajer, tenaga ahli, staf pengawas dan staf pendukung lainnya yang terkait dengan pelaksanaan pengawasan. (6) Dalam rangka pengawasan, Peserta wajib memberikan : a. informasi dan data yang terkait dengan pelaksanaan pengawasan BI-SSSS; Yang dimaksud dengan informasi dan data antara lain data elektronik dan penjelasan yang berkaitan dengan tujuan pengawasan pemeriksaan. b. kesempatan untuk melakukan pengawasan secara langsung terhadap sarana fisik dan aplikasi pendukungnya yang terkait dengan operasional BI-SSSS dan/atau kegiatan Penatausahaan Surat Berharga oleh Sub-Registry. 45

54 Sistem Pembayaran Non Tunai BI-Scripless Securities Settlement System Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan BAB VII Keadaan Darurat 40 Pasal 40 10/2/PBI/2008 (1) Dalam hal terjadi keadaan tidak normal dan/atau keadaan darurat (force majeure), Penyelenggara memberlakukan prosedur dan rencana mengatasi keadaan darurat (contingency plan). Yang dimaksud dengan keadaan tidak normal adalah situasi atau kondisi yang terjadi sebagai akibat adanya gangguan atau kerusakan pada perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi, aplikasi maupun sarana pendukung BI-SSSS yang mempengaruhi kelancaran penyelenggaraan BI-SSSS. Yang dimaksud dengan keadaan darurat (force majeure) adalah situasi atau kondisi yang terjadi sebagai akibat adanya peristiwaperistiwa yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kelancaran pelaksanaan BI-SSSS dan terjadi di luar kekuasaan serta kemampuan Penyelenggara dan/atau Peserta sehingga BI-SSSS tidak dapat dioperasikan sebagaimana mestinya, yang meliputi antara lain bencana alam, kebakaran, pemogokan, huru-hara, pemberontakan, sabotase, perang dan/atau peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah. (2) Keadaan darurat (force majeure) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan pengumuman dari Bank Indonesia atau diajukan oleh Peserta kepada Penyelenggara dengan didukung oleh keterangan tertulis dari lembaga berwenang yang terkait. BAB VIII 41 Pasal 41 10/2/PBI/2008 Sanksi (1) Penyelenggara mengenakan sanksi administrasi berupa teguran tertulis terhadap Peserta yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 (Paragraf 12 dalam kodifikasi ini). (2) Penyelenggara mengenakan sanksi administrasi berupa teguran tertulis atau pencabutan atas persetujuan sebagai Sub-Registry dalam hal Peserta Sub-Registry tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (5) (Paragraf 20 ayat (5) dalam kodifikasi ini). Penyelenggara dalam hal ini bertindak dalam kapasitas sebagai Central Registry. SE 12/28/DASP 2010 Romawi V - Berdasarkan hasil pengawasan, Penyelenggara mengenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis kepada Peserta dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Penyelenggara mengenakan sanksi kepada Peserta yang melanggar ketentuan mengenai BI-SSSS dan/atau tidak memenuhi kewajiban dalam Perjanjian Penggunaan BI-SSSS. 2. Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada angka 1 dilakukan berdasarkan hasil pengawasan langsung dan/atau pengawasan tidak langsung oleh Penyelenggara sebagaimana dimaksud pada butir IV (Paragraf 39 dalam kodifikasi ini). 3. Penyelenggara menyampaikan surat teguran tertulis kepada Peserta dengan tembusan kepada lembaga pengawas terkait. 46

55 Sistem Pembayaran Non Tunai BI-Scripless Securities Settlement System Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan SE 13/32/DASP 2011 Romawi VI - Sanksi terhadap Sub-Regitry diatur dengan ketentuan sebagai berikut: A. Teguran tertulis Dalam hal Sub-Registry tidak melakukan kewajiban pelaporan sebagaimana dimaksud pada butir IV.B dan V.7 (Paragraf 22 ayat (5).1, (5).2, dan Paragraf 39 ayat (2).8 dalam kodifikasi ini) maka pengenaan sanksi dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: 1. teguran tertulis pertama; 2. teguran tertulis kedua, dilakukan 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal teguran tertulis pertama dalam hal Sub-Registry tidak memenuhi kewajibannya; 3. teguran tertulis ketiga, dilakukan 6 (enam) hari kerja sejak tanggal teguran tertulis kedua dalam hal Sub-Registry tidak memenuhi kewajibannya. B. Pencabutan Persetujuan Sebagai Sub-Registry 1. Persetujuan Bank Kustodian dan lembaga Kustodian bukan Bank sebagai Sub-Registry dapat dicabut oleh Bank Indonesia apabila: a. izin usaha sebagai Kustodian dicabut oleh Bapepam-LK; b. posisi KPMM Bank Kustodian atau modal disetor lembaga Kustodian bukan Bank kurang dari persyaratan yang ditentukan sesuai ketentuan yang berlaku selama 3 (tiga) bulan berturut-turut; c. Sub-Registry tetap tidak dapat memenuhi kewajibannya dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja setelah teguran tertulis ketiga; d. terdapat keputusan atau surat permintaan dari otoritas pengawas terkait untuk mencabut persetujuan Bank Kustodian dan lembaga Kustodian bukan Bank sebagai Sub-Registry; e. terdapat putusan pailit dari pengadilan niaga yang telah berkekuatan hukum tetap atas lembaga Kustodian bukan Bank; f. status Sub-Registry sebagai Peserta dicabut oleh Penyelenggara; g. terdapat permohonan tertulis dari Sub-Registry yang bersangkutan sepanjang Sub-Registry tersebut telah menyelesaikan seluruh kewajiban yang terkait dengan Penatausahaan Surat Berharga kepada nasabah, dengan menggunakan contoh surat sebagaimana Lampiran III (Lampiran 3 dalam kodifikasi ini). 2. Bank Indonesia menyampaikan surat pemberitahuan mengenai pencabutan sebagai Sub-Registry kepada Sub- Registry. 3. Sub-Registry yang dicabut persetujuannya sebagai Sub- Registry sebagaimana dimaksud dalam butir 1.a sampai dengan butir 1.f, harus menyelesaikan pencatatan perpindahan kepemilikan Surat Berharga individual nasabah 47

56 Sistem Pembayaran Non Tunai BI-Scripless Securities Settlement System Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan kepada Sub-Registry lainnya yang ditunjuk oleh nasabah paling lama 5 (lima) hari kerja setelah tanggal pemberitahuan pencabutan sebagai Sub-Registry. 4. Bank Indonesia mengumumkan pencabutan persetujuan Sub-Registry melalui sarana BI-SSSS dan/atau sarana informasi lainnya. 48

57 Lampiran 1 Lampiran SE No. 13/32/DASP tanggal 23 Desember 2011 Kepada Bank Indonesia Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran c.q. Bagian Penyelenggaraan Setelmen Gedung D Lt.3 Jl. MH. Thamrin No. 2 Jakarta Perihal : Permohonan Sebagai Sub-Registry Dengan ini kami mengajukan permohonan menjadi Sub-Registry dalam penatausahaan Surat Berharga dan akses ke Sistem Informasi BI-SSSS, dengan melampirkan dokumen pendukung sesuai dengan persyaratan Bank Indonesia sebagai berikut : a. fotokopi surat persetujuan sebagai Bank Kustodian atau izin usaha sebagai Kustodian untuk lembaga Kustodian bukan Bank dari Bapepam-LK; b. fotokopi Anggaran Dasar Perusahaan dan perubahannya; c. fotokopi akta notaris yang memuat susunan pengurus perusahaan terakhir; d. keterangan mengenai posisi KPMM terakhir untuk Bank Kustodian, atau jumlah modal disetor untuk lembaga Kustodian bukan Bank; e. keterangan mengenai fasilitas jaringan usaha pencatatan dan/atau penyimpanan Surat Berharga yang terintegrasi dengan dan antar kantor cabang yang dimiliki di dalam negeri; f. fotokopi bukti hasil pemeriksaan oleh auditor independen mengenai keamanan sistem pencatatan Surat Berharga secara scripless; g. riwayat pekerjaan atau keahlian dari Pengurus dan/atau Pengelola di bidang Kustodian; h. data mengenai jumlah dan nilai nominal transaksi pencatatan dan/atau penyimpanan Surat Berharga dalam 6 (enam) bulan terakhir; dan i. laporan keuangan tahunan terakhir yang telah diaudit oleh akuntan publik. Adapun untuk keperluan akses ke Sistem Informasi BI-SSSS maka kami telah menyediakan jaringan komunikasi berupa (leased line/dial up).* Surat permohonan dan lampiran tersebut di atas kami buat dengan sebenar-benarnya dan apabila di kemudian hari diketahui terdapat hal-hal yang tidak benar maka kami bersedia menerima resiko dan akibat dari tindakan yang diambil oleh Bank Indonesia. Demikian agar maklum dan atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Jakarta,... Nama Perusahaan Tandatangan pejabat berwenang * Pilih salah satu 46 49

58 Lampiran SE No. 13/32/DASP tanggal 23 Desember LAMPIRAN II SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 32 /DASP TAHUN 2011 PERIHAL PERIZINAN, PELAPORAN, DAN PENGAWASAN SUB-REGISTRY PEDOMAN PENYAMPAIAN LAPORAN SUB-REGISTRY Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran Bank Indonesia DAFTAR 50

59 Lampiran SE No. 13/32/DASP tanggal 23 Desember DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan Pedoman BAB II KLASIFIKASI NASABAH A. Status Nasabah B. Tipe Investor BAB III PEMELIHARAAN DATA NASABAH A. Pemeliharaan data nasabah oleh Sub-Registry B. Prosedur Pemeliharaan Data Nasabah BAB IV TATA CARA MELAKUKAN KOREKSI LAPORAN SUB- REGISTRY 10 BAB 51

60 Lampiran SE No. 13/32/DASP tanggal 23 Desember BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Penatausahaan Surat Berharga yang terdiri atas Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Negara (SBN), Bank Indonesia menggunakan two tier system. Terkait dengan penatausahaan Surat Berharga oleh Sub-Registry, pada tier pertama Bank Indonesia sebagai Central Registry menatausahakan SBI dan SBN secara global (omnibus account) pada Rekening Surat Berharga Sub-Registry di BI-SSSS, dan selanjutnya Sub-Registry sebagai tier kedua menatausahakan SBI dan SBN secara individual untuk kepentingan nasabah. Dalam pelaksanaannya, Sub-Registry menggunakan sarana Bank Indonesia Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS) yaitu sarana elektronik yang menghubungkan secara langsung (on-line) antara Sub-Registry dan Bank Indonesia sebagai Central Registry. Dalam rangka memenuhi kebutuhan Bank Indonesia mengenai data pasar keuangan domestik dan kebutuhan Pemerintah terkait data kepemilikan SBN, maka Bank Indonesia memerlukan dukungan dari Sub-Registry untuk melaporkan data nasabah, yang mencakup mutasi dan posisi kepemilikan Surat berharga secara individual. Sehubungan dengan adanya kewajiban pelaporan dari Sub- Registry kepada Central Registry untuk pelaksanaan Penatausahaan Surat Berharga melalui BI-SSSS atau Sistem Informasi BI-SSSS, dirasa perlu untuk memberikan pedoman teknis yang dapat digunakan sebagai acuan bagi Sub-Registry dalam proses menyampaikan pelaporan tersebut. Isi dari pedoman teknis tersebut mencakup pengertian mengenai status dan tipe nasabah pemilik Surat Berharga, dan tata cara menyampaikan serta koreksi laporan Sub-Registry melalui BI-SSSS dan Sistem Informasi BI-SSSS. Dengan 52

61 Lampiran SE No. 13/32/DASP tanggal 23 Desember Dengan disusunnya pedoman teknis ini maka diharapkan terdapat suatu standardisasi pelaporan data nasabah Sub-Registry ke Central Registry. B. Tujuan Pedoman Tujuan penyusunan pedoman adalah sebagai berikut : 1. Memberikan petunjuk yang jelas kepada Sub-Registry dalam kegiatan mengklasifikasikan status nasabah dan tipe investor atas kepemilikan Surat Berharga yang ditatausahakan oleh Sub- Registry sehingga diharapkan tercipta data kepemilikan Surat Berharga yang akurat dan handal. 2. Memberikan petunjuk operasional yang memadai kepada Sub- Registry dalam prosedur koreksi laporan Sub-Registry dan pemeliharaan data nasabah dapat dilakukan dengan cepat dan benar. BAB 53

62 Lampiran SE No. 13/32/DASP tanggal 23 Desember BAB II KLASIFIKASI NASABAH A. Status Nasabah (Custody Code) Kepemilikan Surat Berharga yang ditatausahakan oleh Sub- Registry dapat dibedakan menjadi Nasabah Residen (Client Resident) dan Nasabah Non Residen (Client Non Resident), dengan pengertian sebagai berikut : 1. Client Resident (CR) Nasabah Residen atau Client Resident (CR) adalah orang, badan hukum, atau badan lainnya, yang berdomisili atau berencana berdomisili di Indonesia sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun, termasuk perwakilan dan staf diplomatik Republik Indonesia di luar negeri. 2. Client Non Resident (CN) Nasabah Non Residen atau Client Non Resident (CN) adalah orang, badan hukum, atau badan lainnya yang tidak berdomisili di Indonesia atau tidak berencana berdomisili di Indonesia B. Tipe Investor (Investor Type) Surat Berharga yang ditatausahakan oleh Sub-Registry dapat dibedakan berdasarkan tipe investor yaitu Asuransi (Insurance), Reksadana (Mutual Fund), Dana Pensiun (Pension Fund), Perusahaan Sekuritas (Securities Company), Lembaga Keuangan Lainnya (Financial Institution), Perusahaan (Corporate), Yayasan (Foundation), Perorangan (Individual), dan Lainnya (Others). Adapun pengertian dari masing-masing tipe investor adalah sebagai berikut: 1. Insurance (IS) Perusahaan perasuransian atau Insurance (IS) adalah perusahaan asuransi kerugian, perusahaan asuransi jiwa, perusahaan reasuransi, perusahaan pialang asuransi, perusahaan pialang reasuransi, agen asuransi, perusahaan penilai kerugian, dan perusahaan konsultan aktuaria sebagaimana 54

63 Lampiran SE No. 13/32/DASP tanggal 23 Desember sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. 2. Mutual Fund (MF) Reksadana atau Mutual Fund (MF) adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi, sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. 3. Pension Fund (PF) Dana Pensiun atau Pension Fund (PF) adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun, sebagaimana dimaksud dengan Undang- Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun. 4. Securities Company (SC) Perusahaan Sekuritas/Efek atau Securities Company (SC) adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek, Perantara Pedagang Efek, dan/atau Manajer Investasi, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. 5. Financial Institution (IB) Lembaga Keuangan Lainnya atau Financial Institution (IB) adalah Bank dan badan usaha yang bergerak di sektor keuangan yang tidak dapat dikategorikan sebagai Asuransi, Reksadana, Dana Pensiun, dan Perusahaan Efek. 6. Corporate (CP) Perusahaan atau Corporate (CP) adalah badan usaha yang berbentuk Firma (Fa) atau Commanditaire Vennotscaap (CV) atau Perseroan Terbatas (PT) yang jenis usahanya di luar sektor keuangan. 7. Foundation 55

64 Lampiran SE No. 13/32/DASP tanggal 23 Desember Foundation (FD) Yayasan atau Foundation (FD) adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan. 8. Individual (ID) Perorangan atau Individual (ID) adalah orang perseorangan. 9. Others (OT) Lainnya atau Others (OT) adalah investor yang tidak dapat dikategorikan sebagai Asuransi, Reksadana, Dana Pensiun, Perusahaan Efek, Lembaga Keuangan Lainnya, Perusahaan, Yayasan, dan Perorangan. BAB 56

65 Lampiran SE No. 13/32/DASP tanggal 23 Desember BAB III PEMELIHARAAN DATA NASABAH A. Pemeliharaan data nasabah oleh Sub-Registry Dalam melakukan penatausahaan Surat Berharga, Sub-Registry harus memberikan identitas yang bersifat unik bagi setiap nasabah yang selanjutnya disebut dengan Account Identifier (AID). AID dimaksud mencakup informasi NPWP, nama, alamat, custody code dan investor type. Pemeliharaan AID meliputi kegiatan: 1. Pemeliharaan AID pada ST Client Kegiatan pemeliharaan AID pada ST Client digunakan untuk melakukan pemeliharaan data nasabah masing-masing Sub-Registry yang terdapat pada ST Client yang mencakup penambahan/pendaftaran data nasabah baru, pengubahan atau penghapusan data nasabah lama. 2. Pemeliharaan AID pada Sistem Informasi BI-SSSS Kegiatan pemeliharaan AID pada Sistem Informasi BI-SSSS meliputi koreksi data informasi AID pada master database. B. Prosedur Pemeliharaan Data Nasabah Kegiatan pemeliharaan data nasabah meliputi kegiatan pendaftaran/penambahan data nasabah baru, kegiatan pengubahan/koreksi data nasabah dan kegiatan penghapusan data nasabah yang dilakukan dengan prosedur sebagai berikut : 1. Pendaftaran/penambahan data nasabah baru Kegiatan ini dilakukan oleh Sub-Registry melalui ST Client melalui menu database dan secara otomatis akan menambah AID pada master database di Sistem Informasi BI-SSSS pada saat pertama kali pengiriman data setelmen transaksi atas nama nasabah baru dilakukan. AID baru juga akan ditambahkan secara otomatis pada master 57

66 Lampiran SE No. 13/32/DASP tanggal 23 Desember master database di Sistem Informasi BI-SSSS pada saat dilakukan pengiriman laporan melalui Sistem Informasi BI- SSSS. 2. Pengubahan/koreksi data nasabah a. Dalam hal terdapat perubahan data nasabah atau terdapat ketidakkonsistenan data nasabah antara Sistem Informasi BI-SSSS dan ST Client, Sub-Registry harus melakukan perubahan/koreksi pada ST Client dan/atau Sistem Informasi BI-SSSS. b. Sub-Registry dapat melihat informasi data nasabah yang tidak konsisten sebagaimana dimaksud pada butir a melalui Sistem Informasi BI-SSSS. c. Perubahan/koreksi data nasabah pada ST Client dapat dilakukan pada sepanjang jam operasional BI-SSSS. d. Perubahan/koreksi data nasabah pada Sistem Informasi BI-SSSS memerlukan approval dari Supervisor. e. Perubahan/koreksi data nasabah melalui Sistem Informasi BI-SSSS dan ST Client berlaku efektif pada T Penghapusan data nasabah Sub-Registry hanya dapat melakukan penghapusan data nasabah yang terdapat pada ST Client. Penghapusan data nasabah dimaksud tidak akan menghapus data nasabah pada master database di Sistem Informasi BI-SSSS. Dengan demikian Sub-Registry tidak dapat menggunakan AID yang sudah dihapus pada ST Client untuk AID nasabah yang baru. BAB 58

67 Lampiran SE No. 13/32/DASP tanggal 23 Desember BAB IV TATA CARA MELAKUKAN KOREKSI LAPORAN SUB-REGISTRY 1. Prosedur Koreksi Laporan Transaksi Harian melalui Sistem Informasi BI-SSSS Dalam hal terjadi kesalahan data laporan setelmen transaksi, maka Sub-Registry melakukan koreksi atas data tersebut melalui Sistem Informasi BI-SSSS pada T+1 dan langsung meng-update posisi kepemilikan surat berharga milik nasabah pada (T+0). Transaksi koreksi hanya dapat dilakukan atas kesalahan transaksi antar nasabah Sub-Registry tersebut, khususnya pada data nominal transaksi serta informasi pada data AID penjual dan AID pembeli, dengan prosedur sebagai berikut : a. menampilkan data setelmen transaksi pada menu enquiry transaksi. b. memilih transaksi yang akan dikoreksi untuk kemudian melakukan koreksi atas data dimaksud. c. melakukan approval terhadap koreksi data oleh Supervisor. 2. Prosedur Koreksi Laporan Bulanan melalui Sistem Informasi BI- SSSS Dalam hal pengiriman laporan bulanan posisi kepemilikan melalui Sistem Informasi BI-SSSS berstatus koreksi atau koreksi terlambat, maka Sub-Registry melakukan up-load ulang data pelaporan dengan data yang benar sampai status Diterima atau Diterima terlambat Penyampaian koreksi laporan melalui Sistem Informasi BI-SSSS dilakukan sesuai batas waktu yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 3. Prosedur Dummy Transaction Untuk Mengubah Kesalahan Input Surat Berharga Dalam hal terjadi kesalahan input surat berharga, maka perbaikan dapat dilakukan dengan membuat dummy transaction dengan 59

68 Lampiran SE No. 13/32/DASP tanggal 23 Desember dengan prosedur sebagai berikut. Contoh transaksi yang seharusnya terjadi: Penjual Pembeli SB Nominal 001 : RD Jaya 002 : PT. ABC FR0046 Rp100 miliar SB yang dijual : FR0047 Dampak : nasabah dengan AId 001 akan berkurang FR0047 sebesar Rp100 miliar dan nasabahdengan AID 002 akan bertambah FR0047 sebesar Rp100 miliar. Langkah-langkah perubahan : a. Lakukan transaksi dummy dengan tipe transaksi IT Inhouse Transfer, dengan seller : AID 002 dan buyer : AID 001, SB FR0047, sebesar Rp100 miliar. b. Lakukan transaksi dummy dengan tipe transaksi IT Inhouse Transfer, dengan seller : AID 001 dan buyer : AID 002, SB FR0046, sebesar Rp100 miliar. DIREKTUR AKUNTING DAN SISTEM PEMBAYARAN, RONALD WAAS 60

69 Lampiran 3 Lampiran SE No. 13/32/DASP tanggal 23 Desember 2011 Kepada Bank Indonesia Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran c.q. Bagian Penyelenggaraan Setelmen Gedung D Lt.3 Jl. MH. Thamrin No. 2 Jakarta Perihal : Permohonan Pengunduran Diri Sebagai Sub-Registry Dengan ini kami mengajukan permohonan pengunduran diri menjadi Sub-Registry dalam Penatausahaan Surat Berharga terhitung sejak tanggal..., dengan pertimbangan Sehubungan dengan permohonan tersebut di atas, kami telah menyelesaikan seluruh kewajiban kepada nasabah kami yang terkait dengan Penatausahaan Surat Berharga yang bersangkutan, termasuk memindahkan pencatatan kepemilikan Surat Berharga kepada Sub-Registry lain sesuai permohonan dan kesepakatan dengan nasabah dimaksud. Surat permohonan pengunduran diri sebagai Sub-Registry ini kami buat dengan sebenar-benarnya dan apabila di kemudian hari diketahui terdapat hal-hal yang tidak benar maka kami bersedia menerima resiko dan akibat dari tindakan yang diambil oleh Bank Indonesia. Demikian agar maklum dan atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Jakarta,.... Nama Perusahaan Tandatangan pejabat berwenang 53 61

70 LAMPIRAN IV SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 32 /DASP TAHUN 2011 PERIHAL PERIZINAN, PELAPORAN, DAN PENGAWASAN SUB-REGISTRY PETUNJUK PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI BI-SSSS UNTUK SUB REGISTRY Versi Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS 62

71 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR REVISI... ii 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Komponen Sistem Dan Alur Data GAMBARAN UMUM MENU Database Pelaporan Enquiry Download Administrator OPERASIONAL DAN KEAMANAN Organisasi Dan Pengendalian Keamanan Sistem Operasional Akses Sistem Informasi BI-SSSS DATABASE Pemeliharaan Data AID Mengubah Data AID Menyetujui Perubahan Data AID Window Time Pelaporan PELAPORAN Upload Distribusi Allotment Perdana Upload Transaksi Buyback/Debtswitching Upload Transaksi Secara Batch Upload Laporan Bulanan Transaksi Koreksi Entri Transaksi Koreksi Persetujuan Transaksi Koreksi ENQUIRY Seluruh Transaksi Transaksi Dengan AID Tidak Konsisten Kepemilikan Surat Berharga Posisi Perbandingan Kepemilikan Surat Berharga DOWNLOAD Kepemilikan Surat Berharga Data AID Data Lain ADMINISTRATOR Pemeliharaan User Pemeliharaan Group User LAMPIRAN Lampiran 1 - Format Upload Data Distribusi Allotment Perdana Lampiran 2 - Format Upload Data Transaksi Buyback/Debt Switching Lampiran 3 - Format Upload Data Transaksi Inhouse Secara Batch Lampiran 4 - Format Upload Data Holding Lampiran 5 - Format Upload Data AID Lampiran 6 - Format Download Kepemilikan Surat Berharga Lampiran 7 - Format Download Data AID Lampiran 8 - Format Upload Laporan Bulanan Posisi Kepemilikan Surat Berharga Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS BI-SSSS Halaman i 63

72 DAFTAR REVISI No 1 2 Penyempurnaan Pada Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Penambahan sub menu upload laporan bulanan pada menu pelaporan. Penambahan sub menu posisi perbandingan kepemilikan surat berharga pada menu enquiry. Cakupan Bab Yang Direvisi Pada Petunjuk Penggunaan Versi 1.1 Bab 5 Pelaporan Bab 6 Enquiry 3 Perubahan menu administrator. Bab 2 Gambaran Umum Menu Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS BI-SSSS Halaman ii 64

73 1 PENDAHULUAN Dokumen ini memberikan pemahaman dan petunjuk penggunaan Sistem Informasi Bank Indonesia Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS) untuk Sub Registry, sebagai sarana informasi dan pelaporan Sub Registry dari dan kepada Bank Indonesia (BI) Central Registry. 1.1 Latar Belakang Sistem Informasi BI-SSSS merupakan pendukung aplikasi BI-SSSS dalam kegiatan pelaporan terkait penatausahaan Surat Berharga individual nasabah Sub Registry. Dengan penatausahaan rekening Surat Berharga Sub Registry di BI-SSSS yang bersifat global (omnibus) maka Sub Registry harus melaporkan penatausahaan induvidual nasabahnya kepada BI Central Registry. Saat ini, mekanisme pelaporan Sub Registry yang dilakukan melalui BI-SSSS belum sempurna, sehingga dibutuhkan mekanisme pelaporan pendukung melalui Sistem Informasi BI-SSSS. Sistem Informasi BI-SSSS di desain dengan tujuan sebagai berikut : 1. Menyediakan fasilitas pengiriman data kepada BI Central Registry untuk mengakomodasi pengiriman data yang tidak dilakukan melalui BI-SSSS Terminal (ST). 2. Menyediakan fasilitas pengunduhan data (download) bagi Sub Registry untuk keperluan rekonsiliasi data individual nasabah yang ditatausahakan di sistem internal Sub Registry sesuai dengan data yang dilaporkan ke BI Central Registry. 3. Menyediakan fasilitas pengawasan (monitoring) bagi BI Central Registry terhadap kegiatan penatausahaan individual nasabah yang dilakukan oleh Sub Registry. Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS BI-SSSS Halaman 1 65

74 1.2 Komponen Sistem Dan Alur Data Leased Line / Dial Up Login Aplikasi Aplikasi SCC/ Penyelenggara BidCC (SCC/BidCC) Sub Registry Leased Line / Dial Up Login Aplikasi Database Sistem Informasi BI-SSSS Aplikasi Web Penyelenggara Application Sistem Informasi Server BI-SSSS Komponen Sistem Informasi BI-SSSS terdiri dari sistem aplikasi yang berbasis web dengan jaringan komunikasi yang dapat menggunakan dial up atau leased line. Untuk melakukan akses ke Sistem Informasi BI-SSSS, Bank Indonesia akan memberikan hak akses kepada Sub Registry, baik untuk mengakses jaringan ekstranet ke Bank Indonesia maupun untuk mengakses aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS. Sistem Informasi BI-SSSS merupakan aplikasi yang berbeda dengan BI-SSSS. Informasi transaksi dan/atau posisi individual nasabah yang tidak dikirim melalui ST dilaporkan melalui Sistem Informasi BI-SSSS. Proses pelaporan yang dilakukan melalui Sistem Informasi BI-SSSS merupakan data posisi allotment pasar perdana (antara lain : SBN/Sukuk Ritel atau private placement), transaksi buyback/debtswitching SBN dengan Pemerintah, transaksi koreksi, dan transaksi inhouse (transaksi antar nasabah Sub Registry) yang tidak dapat dikirim melalui ST (dalam kondisi contingency plan). Alur data dan proses pengolahan data harian Sub Registry adalah sebagai berikut : 1. Sistem Informasi BI-SSSS mencatat posisi awal hari kepemilikan data individual nasabah Sub Registry. Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman 2 66

75 2. Pada hari transaksi (T+0), Sub Registry mengirimkan data sebagai berikut: a. Melalui ST, data transaksi/setelmen antar peserta BI-SSSS dan data transaksi antar nasabah pada Sub Registry yang sama (transaksi inhouse). b. Melalui Sistem Informasi BI-SSSS, data posisi allotment pasar perdana (antara lain : SBN, Sukuk Ritel atau private placement), transaksi buyback/debtswitching dengan Pemerintah, transaksi koreksi dan transaksi lainnya yang tidak dikirim melalui ST. 3. Pada akhir hari (T+0) setelah end of day (EOD) BI-SSSS, berdasarkan seluruh data pada angka 2 maka Sistem Informasi BI-SSSS melakukan proses perhitungan mutasi transaksi harian untuk memperoleh posisi akhir kepemilikan individual nasabah. 4. Pada (T+1), Sub Registry melakukan monitoring terhadap kebenaran data posisi akhir kepemilikan individual nasabah pada satu hari kerja sebelumnya yang tercatat di Sistem Informasi BI-SSSS. Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman 3 67

76 2 GAMBARAN UMUM MENU Bab ini menggambarkan secara singkat fitur-fitur yang ada pada aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS bagi Sub Registry, untuk melakukan pemeliharaan data AID nasabah, melakukan pelaporan ke Bank Indonesia, melakukan enquiry data dan melakukan download data untuk keperluan rekonsiliasi. Berikut ini adalah bagan menu yang ada pada aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS untuk Sub Registry : 2.1 Database Menu database digunakan untuk melakukan pemeliharaan data AID nasabah Sub Registry dan melihat informasi window time pelaporan yang berlaku pada saat itu. 1. Pemeliharaan Data AID Merupakan menu bagi Sub Registry untuk melakukan perubahan data AID individual dalam hal terdapat perubahan atas data nama, custody code, investor type, alamat dan NPWP. Namun demikian, menu ini tidak mengakomodasi kegiatan penambahan dan penghapusan data AID. 2. Window Time Pelaporan Adalah menu untuk melihat window time pelaporan yang berlaku saat itu, dimana pengiriman pelaporan hanya dapat dilakukan oleh Sub Registry sesuai waktu yang Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman 4 68

77 telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. 2.2 Pelaporan Menu pelaporan digunakan sebagai sarana pelaporan data berupa data posisi dan/atau transaksi individual nasabah Sub Registry kepada BI Central Registry. Adapun pelaporan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Upload Distribusi Allotment Perdana Merupakan pengiriman laporan data posisi atas distribusi allotment perdana (antara lain: SBN, Sukuk Ritel atau private placement) atas nama nasabah individual Sub Registry. 2. Upload Transaksi Buy back/debt Switching Merupakan pengiriman laporan atas transaksi buy back/debt switching SBN antara nasabah individual Sub Registry dengan Pemerintah. Transaksi buy back yaitu transaksi menjual SBN kepada Pemerintah, dimana Pemerintah menarik/melunasi SBN dimaksud sebelum jatuh tempo (early redemption). Adapun transaksi debt switching yaitu Pemerintah melakukan penukaran dengan cara menerbitkan SBN baru untuk menggantikan SBN lama yang ditarik oleh Pemerintah. 3. Upload Transaksi Secara Batch Merupakan fasilitas pengiriman laporan transaksi antar nasabah pada Sub Registry yang sama (inhouse) secara batch. Pelaporan secara batch melalui Sistem Informasi BI-SSSS merupakan opsi pengiriman dalam kondisi khusus dan telah disetujui oleh Bank Indonesia (misalnya contingency plan), yaitu apabila Sub-Registry tidak dapat dilakukan pengiriman laporan inhouse melalui aplikasi ST. Jenis transaksi inhouse yang dapat dikirimkan melalui Sistem Informasi BI-SSSS adalah semua transaksi inhouse, kecuali transaksi inhouse untuk jenis pledge dan repo collateralized borrowing yang hanya dapat dilakukan pengirimannya melalui ST. 4. Upload Laporan Bulanan Merupakan menu untuk melakukan pengiriman laporan bulanan yang berisi transaksi nasabah dari masing-masing Sub Registry. 5. Transaksi Koreksi Merupakan fasilitas untuk melakukan transaksi koreksi atas kesalahan transaksi antar nasabah dalam satu Sub Registry yang sebelumnya transaksi tersebut telah dikirim melalui ST atau melalui Sistem Informasi BI-SSSS. Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman 5 69

78 Proses transaksi koreksi dilakukan dengan prinsip dual control, dimana transaksi yang telah diinput oleh user operator, selanjutnya harus mendapat persetujuan (approval) oleh user yang berbeda (user supervisor). Transaksi koreksi hanya dapat dilakukan melalui Sistem Informasi BI-SSSS. 2.3 Enquiry Menu Enquiry adalah fasilitas untuk melakukan enquiry data yang ada pada Sistem Informasi BI-SSSS, sebagai berikut : 1. Transaksi Merupakan menu untuk melihat transaksi yang telah dilakukan/dikirimkan oleh Sub Registry baik melalui ST maupun melalui Sistem Informasi BI-SSSS. Namun demikian, tidak mengakomodasi enquiry distribusi allotment perdana dan transaksi buyback/debtswitching. 2. Transaksi Dengan AID Tidak Konsisten Merupakan menu untuk melihat transaksi yang telah dikirimkan oleh Sub Registry (baik melalui ST maupun Sistem Informasi BI-SSSS), khususnya untuk transaksi dengan AID dimana rincian datanya tidak konsisten atau tidak sesuai dengan data master AID nasabah yang telah tersimpan di Sistem Informasi BI-SSSS. 3. Kepemilikan Surat Berharga Merupakan menu untuk melihat data posisi kepemilikan surat berharga masing-masing Sub Registry, berdasarkan tanggal, peserta, kepemilikan (per seri, individual, investor), penerbit, jenis surat berharga, kelompok seri, seri dan jenis account, custody code dan tipe investor. Untuk posisi kepemilikan individual nasabah, dapat dilihat posisi awal hari, mutasi transaksi harian dan posisi akhir hari. 4. Posisi Perbandingan Kepemilikan Surat Berharga Merupakan menu untuk menampilkan data laporan bulanan yang telah di kirim ke Bank Indonesia dan untuk mencetak apabila terdapat selisih pada laporan tersebut. Laporan ini dapat ditampilkan berdasarkan bulan dan tahun. Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman 6 70

79 2.4 Download Menu Download adalah fasilitas untuk melakukan pengambilan data. Data yang tersedia yaitu data kepemilikan surat berharga individual nasabah, data master AID nasabah serta informasi lain sepeti petunjuk penggunaan aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS. 1. Kepemilikan Surat Berharga Merupakan menu untuk melakukan pengunduhan data kepemilikan surat berharga dari Sub Registry. 2. Data AID Merupakan menu untuk melakukan pengunduhan data master AID nasabah Sub Registry. 3. Data Lain Merupakan menu untuk mekukan pengunduhan informasi yang disediakan untuk Sub Registry, sebagai contoh Petunjuk Penggunaan Sistem Informasi BI-SSSS. 2.5 Administrator Menu administrator digunakan untuk melakukan pemeliharaan user dan grup user pada masing-masing Sub Registry. 1. Pemeliharaan User Menu Pemeliharaan User merupakan menu yang dapat digunakan oleh administrator lokal untuk melakukan penambahan user baru, perubahan terhadap data user dan menghapus user. 2. Pemeliharaan Group User Menu Pemeliharaan Group User merupakan menu yang dapat digunakan oleh administrator lokal untuk melakukan penambahan group user baru, perubahan terhadap data group user, reset password dan menghapus group user. Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman 7 71

80 3 OPERASIONAL DAN KEAMANAN Untuk dapat mengakses Sistem Informasi BI-SSSS, Sub Registry harus mempunyai hak akses untuk masuk ke jaringan ekstranet Bank Indonesia dan hak akses untuk masuk ke aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS. 3.1 Organisasi Dan Pengendalian Pengelolaan hak akses dilakukan oleh Bank Indonesia sebagai sistem administrator. Pengelolaan tersebut meliputi pendaftaran dan penambahan hak akses serta penonaktifan akses pengguna (user). User Sistem Informasi BI-SSSS dibagi dalam dua jenis, yaitu user jaringan komunikasi/ekstranet dan user aplikasi. User aplikasi untuk Sub Registry terdiri dari tingkatan user operator dan user supervisor. Tingkatan user tersebut dipergunakan untuk menetapkan peran user tersebut namun tidak membatasi akses terhadap fungsi-fungsi online lainnya yang telah diatur dalam pemberian kewenangan fungsi oleh administrator. User Jaringan Komunikasi/ekstranet User jaringan komunikasi memiliki hak akses untuk dapat masuk ke jaringan komunikasi/ekstranet Bank Indonesia. User aplikasi User aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS untuk Sub Registry terdiri dari 2 tingkatan, yaitu Operator dan Supervisor. Tugas dan tanggung jawab dari setiap tingkat tersebut adalah sebagai berikut : - Operator Operator bertugas melakukan input transaksi dan/atau upload transaksi di Sistem Informasi BI-SSSS. Selain itu, operator juga memiliki kewenangan untuk mengakses menu Enquiry Sub Registry dan Download. - Supervisor Supervisor bertanggungjawab untuk memberikan persetujuan (approval) atas hasil input transaksi yang dilakukan oleh operator, khususnya dalam pemeliharaan database AID dan pengiriman transaksi koreksi. Selain itu, supervisor juga memiliki kewenangan untuk mengakses menu Enquiry Sub Registry dan Download. - Administrator Administrator bertanggungjawab untuk memelihara dan mengelola user-user yang ada pada masing-masing peserta, termasuk fungsi untuk menentukan menu-menu Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman 8 72

81 yang akan diberikan kepada user. 3.2 Keamanan Sistem Operasional Setiap user diberi sebuah user ID dan sebuah password yang memungkinkannya mengakses Sistem Informasi BI-SSSS. Panjang minimum suatu user ID adalah 8 (delapan) karakter dan maksimumnya 16 (enam belas) karakter. Panjang minimum untuk password adalah 8 (delapan) karakter dan maksimum 16 (enam belas) karakter dan terdiri dari kombinasi antara alfanumerik serta minimal 1 karakter khusus. Untuk menjamin keamanan password administrator menetapkan hal-hal sebagai berikut 1. Password tidak diperlihatkan di layar. 2. Jangka masa berlaku password adalah 90 (sembilan puluh hari). Oleh karena itu, user secara berkala harus mengubah password-nya, terutama pada saat jangka waktu berlakunya password sudah hampir habis. 3. Batas toleransi kesalahan dalam melakukan input password bagi user adalah sebanyak 5 (lima) kali. Apabila melebihi batas toleransi tersebut, maka sistem akan menolak user tersebut. Untuk mengaktifkan kembali user tersebut maka Sub Registry harus mengajukan permohonan reset password kepada administrator di Bank Indonesia. Pegawai Sub Registry yang diberikan hak akses, harus menjaga keamanan dan kerahasiaan user ID dan password masing-masing. Ketika seorang user dimutasikan/pindah pekerjaan didalam organisasinya atau berhenti bekerja, Sub Registry harus melaporkan hal tersebut kepada administrator di Bank Indonesia untuk menghapus record user tersebut dari sistem. 3.3 Akses Sistem Informasi BI-SSSS Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS dapat diakses dengan menggunakan web browser (antara lain Internet Explorer versi 6 ke atas). Prosedur untuk melakukan akses aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS adalah sebagai berikut: 1. Masuk ke alamat akses 2. Melakukan login aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS, dengan tampilan sebagai berikut : Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman 9 73

82 Masukkan user ID; Masukkan password; Klik tombol <Login>. 3. Jika user ID dan password yang dimasukkan benar maka layar berikut akan ditampilkan 4. Jika user ID yang dimasukkan salah maka layar berikut akan ditampilkan Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman 10 74

83 Klik tombol <OK>. Ulangi masukkan user ID dan password yang benar. 5. Jika password yang dimasukkan salah maka layar berikut akan ditampilkan Klik tombol <OK>. Ulangi masukkan user ID dan password yang benar. 6. Jika pada saat login ke aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS muncul layar sebagai berikut : Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman 11 75

84 Periode password akan berakhir 5 hari kedepan User harus melakukan penggantian password (prosedur nomor 7) Apabila user tidak segera mengganti password, pada saat password berakhir saat user login aplikasi maka akan tampil layar sebagai berikut : Lakukan prosedur perubahan password (prosedur nomor 7) 7. Prosedur untuk mengganti password Melakukan login ke aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS. Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman 12 76

85 Klik tombol <Change Password> Maka layar berikut akan ditampilkan Masukkan password lama yaitu password yang masih berlaku pada saat itu; Masukkan password baru sebagai pengganti; Masukkan password baru lagi pada Verifikasi Password; Klik tombol <Simpan> untuk menyimpan perubahan password, atau Klik tombol <Kembali> untuk membatalkan proses perubahan password. 4 DATABASE Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman 13 77

86 Menu pemeliharaan data pada aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS digunakan untuk pemeliharaan data AID dari nasabah yang ada pada Sub Registry dan untuk melihat window time pelaporan yang berlaku saat itu. Menu Database adalah sebagai berikut: 4.1 Pemeliharaan Data AID Sub Registry harus melakukan pemeliharaan (update) master data AID nasabah yang merupakan mirroring dari database individual nasabah di sistem internal setiap Sub Registry dan database lokal ST. Menu pemeliharaan data pada aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS digunakan untuk pemeliharaan data AID nasabah yang ada pada Sub Registry. Informasi data AID pada Sistem Informasi BI-SSSS yang dapat diubah meliputi : nama, custody code, investor type, NPWP dan alamat nasabah Sub Registry Mengubah Data AID Prosedur untuk mengubah/edit informasi pada data AID adalah sebagai berikut: Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman 14 78

87 1. Mengaktifkan fungsi Pada menu utama Sistem Informasi BI-SSSS : Klik [Database]; Pilih [Pemeliharaan Data AID]. Layar berikut akan ditampilkan 2. Menampilkan informasi pada data AID Klik <Normal> untuk menampilkan data AID yang ada pada database; Pengisian field Member, Custody, Investor dan No. AID. - Member (default ditetapkan oleh sistem dan berisi member code dan member name Sub Registry tempat user yang sedang mengakses Sistem Informasi BI-SSSS terdaftar); - Custody (opsional; dapat diisi CR (Client Resident), CN (Client Non Resident) atau kosong untuk semua Custody); - Investor (opsional; SC (Securities Company), CP (Corporate), MF (Mutual Fund), IB (Lembaga Keuangan), IS (Insurance), PF (Pension Fund), ID (Individual), FD (Foundation), OT (Others) atau kosongkan untuk melihat semua tipe investor); - No. AID (opsional; isi dengan No. AID yang ingin diketahui datanya atau kosongkan untuk menampilkan seluruh data AID); Klik <Tampilkan> setelah seluruh data dilengkapi untuk melihat tampilan data AID sesuai dengan kategori yang sudah dipilih.; Pilih nomor halaman untuk melihat data AID pada halaman berikutnya. Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman 15 79

88 3. Mengubah data AID Perubahan hanya dapat dilakukan pada field Nama, Custody Code, Investor Type, NPWP dan Alamat. Prosedur mengubah data AID adalah sebagai berikut. Aktifkan fungsi [Pemeliharaan Data AID] sebagaimana prosedur pada angka 1; Tampilkan informasi data AID sebagaimana prosedur pada angka 2; Klik < > pada transaksi yang akan dikoreksi; Klik <Edit> untuk melakukan detil koreksi pada masing-masing data AID yang dipilih; Pada form Pemeliharaan Data, pilih/input field-field yang akan dikoreksi - Nama (apabila data yang ingin diubah adalah data nama); - Custody Code (apabila data yang ingin diubah adalah jenis costudy meliputi jenis CR (Client Resident), CN (Client Non Resident)); - Investor Type (apabila data yang ingin diubah adalah tipe investor meliputi SC (Securities Company), CP (Corporate), MF (Mutual Fund), IB (Lembaga Keuangan), IS (Insurance), PF (Pension Fund), ID (Individual), FD (Foundation), OT (Others)); - NPWP (apabila data yang ingin diubah adalah nomer NPWP); - Alamat (apabila data yang ingin diubah adalah nomer Alamat); Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman 16 80

89 Klik <Simpan> untuk menyimpan data koreksi; Klik <Kembali> untuk kembali ke menu sebelumnya Menyetujui Perubahan Data AID Persetujuan atas perubahan data AID hanya bisa dilakukan oleh user yang berbeda (user supervisor). Tombol <Persetujuan> akan aktif apabila user yang sign-on aplikasi berbeda dengan user yang telah melakukan perubahan pada data AID. Prosedur sebagai berikut. 1. Mengaktifkan fungsi Pada menu utama Sistem Informasi BI-SSSS : Klik [Database]; Pilih [Pemeliharaan Data AID]; Klik <Pending>; Klik <Tampilkan> menampilkan tabel daftar data AID yang telah diubah dan akan disetujui. Layar berikut akan ditampilkan Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman 17 81

90 2. Menyetujui/menolak perubahan data AID. Aktifkan fungsi [Pemeliharaan Data AID] sebagaimana prosedur pada angka 1; Klik < > pada tabel daftar data AID yang telah diubah dan akan disetujui untuk melihat detil perubahan dalam bentuk form Edit Data AID sebagaimana berikut. Klik<Approve> untuk menyetujui perubahan pada data AID. Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman 18 82

91 Klik <Tolak> untuk menolak perubahan pada data AID. Atau klik <Kembali> untuk kembali pada menu sebelumnya. 4.2 Window Time Pelaporan Merupakan menu yang dapat dipergunakan untuk melihat window time yang berlaku saat itu untuk dapat melakukan kegiatan pelaporan kepada Bank Indonesia. Prosedur untuk melihat window time pelaporan adalah sebagai berikut : 1. Mengaktifkan fungsi Pada menu utama Sistem Informasi BI-SSSS : Klik [Database]; Pilih [Window Time Pelaporan]. Layar berikut akan ditampilkan Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman 19 83

92 5 PELAPORAN Menu pelaporan digunakan sebagai sarana pelaporan data posisi dan/atau transaksi dari Sub- Registry ke BI Central Registry. Pelaporan yang dapat dilakukan meliputi pelaporan : distribusi allotment perdana, transaksi buyback/debtswitching, transaksi batch dan transaksi koreksi. 5.1 Upload Distribusi Allotment Perdana Merupakan menu yang dapat dipergunakan untuk pelaporan kepada Bank Indonesia atas hasil pendistribusian allotment pasar perdana (contohnya untuk : SBN, Sukuk Ritel atau hasil private placement) yang telah dilakukan Sub Registry kepada nasabahnya. Pelaporan distribusi allotment perdana dilakukan dengan cara melakukan upload file yang berisi data hasil pendistribusian allotment pasar perdana. Pelaporan dimaksud hanya dapat dilakukan Sub Registry pada window time transaksi yang telah ditentukan oleh Penyelenggara. Pelaporan ini dapat dilakukan langsung oleh user Operator dan tidak memerlukan adanya approval oleh user Supervisor. Bilamana data yang di-up load tidak sesuai dengan allotment secara global maka pelaporan akan ditolak Penyelenggara dan Sub Registry harus mengulangi proses pelaporan. Untuk melihat status pelaporan serta data allotment perdana untuk peserta Sub Registry, dapat dilakukan melalui fungsi enquiry yang terdapat pada menu tersebut. Format data distribusi allotment pasar perdana dapat dilihat sebagaimana Lampiran 3. Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman 20 84

93 Prosedur upload distribusi allotment perdana adalah sebagai berikut : 1. Mengaktifkan fungsi Pada menu utama Sistem Informasi BI-SSSS : Klik [Pelaporan]; Pilih [Upload Distribusi Allotment Perdana]. Layar berikut akan ditampilkan 2. Upload data distribusi allotment perdana Aktifkan fungsi [Upload Distribusi Allotment Perdana] sebagaimana prosedur pada angka 1; Pengisian field Tanggal, Member, dan Seri; - Tanggal (default ditetapkan oleh sistem, berisi tanggal hari valuta sistem); - Member (default ditetapkan oleh sistem dan berisi nama Sub Registry tempat user yang sedang mengakses Sistem Informasi BI-SSSS terdaftar); - Seri (isi dengan seri SBN yang akan dilaporkan pendistribusiannya); Pengisian field Nama File dilakukan dengan cara sebagai berikut. - Klik <Browse> untuk memilih file data distribusi allotment perdana SBN/Sukuk Ritel yang akan di-upload; - Pilih drive dan directory dari file; - Pilih file name yang akan di-upload; - Klik <OK>; Klik <Upload> untuk melakukan upload data distribusi allotment perdana. Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman 21 85

94 3. Enquiry data distribusi allotment perdana Aktifkan fungsi [Upload Distribusi Allotment Perdana] sebagaimana prosedur pada angka 1; Pengisian field Tanggal, Member dan Seri; - Tanggal (default ditetapkan oleh sistem, berisi tanggal hari valuta sistem); - Member (default ditetapkan oleh sistem dan berisi nama Sub Registry tempat user ID terdaftar); - Seri (isi dengan seri SBN atau Sukuk Ritel yang akan di-enquiry pendistribusiannya); Klik <Enquiry> untuk mengetahui status hasil pengiriman data distribusi allotment perdana. Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman 22 86

95 4. Pembatalan data distribusi allotment perdana yang telah dilakukan upload. Aktifkan fungsi [Upload Distribusi Allotment Perdana] sebagaimana prosedur pada angka 1; Pengisian field Tanggal, Member dan Seri; - Tanggal (default ditetapkan oleh sistem, berisi tanggal hari valuta sistem); - Member (default ditetapkan oleh sistem dan berisi nama Sub Registry tempat user ID terdaftar); - Seri (isi dengan seri SBN atau Sukuk Ritel yang akan di-enquiry pendistribusiannya); Klik <Enquiry> untuk melakukan enquiry data distribusi allotment perdana; Double klik pada data yang berstatus Menunggu Persetujuan ; Klik <Batal> untuk melakukan pembatalan upload data distribusi allotment perdana yang telah dilakukan. Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman 23 87

96 5.2 Upload Transaksi Buyback/Debtswitching Merupakan menu yang dapat dipergunakan untuk melakukan pelaporan pelaksanaan setelmen transaksi buyback/debtswitching oleh Sub Registry atas kepemilikan SBN nasabah Sub Registry yang mengikuti lelang tersebut. Pelaporan tersebut dilakukan dengan cara melakukan upload file yang berisi data hasil pelaksanaan setelmen transaksi buyback/debtswitching di tingkat nasabah Sub Registry. Pelaporan dimaksud hanya dapat dilakukan Sub Registry pada window time transaksi yang telah ditentukan oleh Penyelenggara Pelaporan ini dapat dilakukan langsung oleh user Operator dan tidak memerlukan approval oleh user Supervisor. Bilamana data yang di-up load tidak sesuai dengan setelmen secara global maka pelaporan akan ditolak dan Sub Registry harus mengulangi proses pelaporan. Untuk melihat status pelaporan serta data transaksi untuk membeli kembali (buyback) dan transaksi dengan cara menukarkan surat berharga (debtswitching) yang diterbitkan pemerintah melalui BI-SSSS, dapat dilakukan melalui fungsi enquiry yang terdapat pada menu tersebut. Format data transaksi buyback dan debt switching dapat dilihat sebagaimana Lampiran 4 Prosedur pelaporan transaksi buyback/debtswitching adalah sebagai berikut: 1. Mengaktifkan fungsi Pada menu utama Sistem Informasi BI-SSSS : Klik [Pelaporan]; Pilih [Transaksi Buyback/Debtswitching]. Akan tampil layar berikut. Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman 24 88

97 2. Upload data pelaksanaan transaksi buyback/debtswitching; Aktifkan fungsi [Transaksi Buyback/Debtswitching] sebagaimana prosedur pada angka 1; Pengisian field Tanggal dan Member; - Tanggal (default ditetapkan oleh sistem, berisi tanggal hari valuta sistem); - Member (default ditetapkan oleh sistem dan berisi nama Sub Registry tempat user ID terdaftar); Pengisian field Nama File dilakukan dengan cara sebagai berikut; - Klik <Browse> untuk memilih file data hasil pelaksanaan transaksi buyback/debtswitching yang akan di-upload; - Pilih drive dan directory dari file; - Pilih file name yang akan di-upload; - Klik <OK>; Pilih check box <Buyback> apabila data yang akan di-upload adalah data setelmen transaksi buyback atau pilih check box <Debt Switching> apabila data yang akan di-upload adalah data setelmen transaksi debt switching; Klik <Upload> untuk melakukan upload data hasil pelaksanaan transaksi buyback/debtswitching; Klik <Batal> apabila ingin membatalkan upload data yang telah dilakukan. Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman 25 89

98 3. Enquiry data pelaksanaan transaksi buyback/debtswitching Aktifkan fungsi [Transaksi Buyback/Debtswitching] sebagaimana prosedur pada angka 1; Pengisian field Tanggal dan Member; - Tanggal (default ditetapkan oleh sistem, berisi tanggal hari valuta sistem); - Member (default ditetapkan oleh sistem dan berisi nama Sub Registry tempat user ID terdaftar); Pilih check box <Buyback> apabila ingin menampilkan data setelmen transaksi buyback atau pilih check box <Debt Switching> apabila ingin menampilkan data setelmen transaksi debt switching; Klik <Enquiry> untuk menampilkan data atau status hasil pelaksanaan upload data transaksi buyback/debtswitching. Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman 26 90

99 4. Pembatalan pelaporan data pelaksanaan transaksi buyback/debtswitching Aktifkan fungsi [Transaksi Buyback/Debtswitching] sebagaimana prosedur pada angka 1; Pengisian field Tanggal dan Member; - Tanggal (default ditetapkan oleh sistem, berisi tanggal hari valuta sistem); - Member (default ditetapkan oleh sistem dan berisi nama Sub Registry tempat user ID terdaftar); Pilih check box <Buyback> apabila ingin menampilkan data setelmen transaksi buyback atau pilih check box <Debt Switching> apabila ingin menampilkan data setelmen transaksi debt switching; Klik <Enquiry> untuk menampilkan data hasil pelaksanaan transaksi buyback/debtswitching; Double klik pada data yang berstatus Menunggu Persetujuan ; Klik <Batal> untuk melakukan pembatalan upload data hasil pelaksanaan transaksi buyback/debtswitching. Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman 27 91

100 5.3 Upload Transaksi Secara Batch Merupakan menu untuk melakukan pelaporan transaksi secara batch kepada Bank Indonesia. Jenis transaksi yang dapat dilaporkan secara batch adalah transaksi (1) Inhouse Sale, (2) Inhouse Transfer, (3) Inhouse Repo Sell buy back, dan (4) Inhouse Reverse Repo Sell Buy Back Apabila terdapat upload transaksi secara batch, sistem melakukan validasi terhadap transaksi tersebut pada field data sebagaimana yang ada pada Lampiran 3. Apabila saat validasi ditemukan ketidaksesuaian, maka transaksi yang tidak sesuai akan ditolak oleh sistem. Format data transaksi batch dapat dilihat sebagaimana Lampiran 3. Prosedur upload transaksi secara batch adalah sebagai berikut : 1. Mengaktifkan fungsi Pada menu utama Sistem Informasi BI-SSSS : Klik [Pelaporan]; Pilih [Upload Transaksi Secara Batch]. Layar berikut akan muncul Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman 28 92

101 2. Upload data transaksi Aktifkan fungsi [Upload Transaksi Secara Batch] sebagaimana prosedur pada angka 1; Pengisian field Nama File dilakukan dengan cara sebagai berikut; - Klik <Browse> untuk memilih file data transaksi; - Pilih drive dan directory dari file; - Pilih file name yang akan di-upload; - Klik <OK>; Klik <Proses> untuk melakukan proses pelaporan transaksi secara batch kepada Bank Indonesia. 3. Melihat hasil upload data transaksi secara batch. Aktifkan fungsi [Transaksi Batch] sebagaimana prosedur pada angka 1; Klik <REKAPITULASI PELAPORAN YANG BERHASIL> untuk mengetahui detil data transaksi yang berhasil di-upload dalam batch pelaporan; Klik <REKAPITULASI PELAPORAN YANG GAGAL> untuk mengetahui daftar detil data transaksi yang gagal di-upload dalam batch pelaporan; Informasi yang ditampilkan pada layar Rekapitulasi Pelaporan Yang Berhasil maupun Rekapitulasi Pelaporan Yang Gagal adalah : 1. Tipe (tipe transaksi); 2. Seri (seri dari surat berharga); 3. Nominal (nominal dari transaksi); Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman 29 93

102 4. AID (No. AID nasabah penjual dan pembeli); 5. Custody (custody code dari nasabah penjual dan pembeli); 6. Investor (investor type dari nasabah penjual dan pembeli). 5.4 Upload Laporan Bulanan Merupakan menu untuk melakukan pengiriman laporan bulanan yang berisi transaksi nasabah dari masing-masing Sub Registry. Format data laporan bulanan dapat dilihat sebagaimana Lampiran 8. Prosedur upload laporan bulanan adalah sebagai berikut : 1. Mengaktifkan fungsi Pada menu utama Sistem Informasi BI-SSSS : Klik [Pelaporan]; Pilih [Upload Laporan Bulanan]. Layar berikut akan ditampilkan: Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman 30 94

103 2. Upload data laporan bulanan Aktifkan fungsi [Upload Laporan Bulanan] sebagaimana prosedur pada angka 1; Pengisian field Periode Laporan, Tahun, Tanggal Pengiriman, Member dan Nama File. - Periode Laporan (wajib diisi dengan tahun data yang ingin diketahui); - Tahun (wajib diisi dengan tahun data yang ingin diketahui); - Tanggal Pengiriman (DD/MM/YYYY) (wajib diisi dengan tanggal dari transaksi yang ingin ditampilkan atau klik < > untuk memilih tanggal melalui fasilitas kalender); - Member (defaul terisi otomatis oleh sistem); Pengisian field Nama File dilakukan dengan cara sebagai berikut; - Klik <Browse> untuk memilih file data transaksi; - Pilih drive dan directory dari file; - Pilih file name yang akan di-upload; - Klik <OK>; Klik <Upload> untuk melakukan upload laporan bulanan kepada Bank Indonesia. Jika data yang di upload benar, layar berikut akan ditampilkan: Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman 31 95

104 Jika data yang di upload ada yang salah, layar berikut akan ditampilkan: Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman 32 96

105 5.5 Transaksi Koreksi Transaksi koreksi adalah fasilitas untuk melakukan koreksi atas data posisi kepemilikan nasabah yang telah tercatat pada Sistem Informasi BI-SSSS. Pelaksanaan transaksi koreksi hanya dimungkinkan pada window time transaksi yang telah ditentukan. Transaksi koreksi yang dilakukan melalui Sistem Informasi BI-SSSS akan langsung meng-update posisi kepemilikan surat berharga milik nasabah pada (T+0). Transaksi koreksi ini hanya dapat dilakukan atas transaksi di pasar sekunder. Transaksi koreksi yang dilakukan tidak menghapus transaksi sebelumnya yang terdapat kesalahan, namun akan mengkoreksi (update) posisi kepemilikan individual nasabah. Koreksi hanya dapat dilakukan atas kesalahan transaksi antar nasabah tersebut khususnya pada data nominal transaksi serta informasi pada data AID penjual dan AID pembeli. Fungsi-fungsi pada menu Transaksi Koreksi meliputi fungsi untuk melakukan entri dan persetujuan atas transaksi koreksi. Flow transaksi koreksi adalah : Tampilkan Data Transaksi Entri Transaksi Koreksi Approval Transaksi Koreksi Input transaksi koreksi dilakukan oleh Operator. Selanjutnya, Supervisor memeriksa hasil input transaksi koreksi oleh Operator dan memberikan persetujuan atau penolakan atas transaksi tersebut sebelum dikirim ke server Sistem Informasi BI-SSSS. Dalam hal Supervisor menyetujui transaksi koreksi dimaksud, maka transaksi koreksi akan dikirim ke server SI BI- SSSS Entri Transaksi Koreksi Untuk dapat melakukan entri transaksi koreksi, user harus menampilkan daftar transaksi, berdasarkan kriteria tanggal transaksi (wajib diisi) dan kriteria lain yang bersifat opsional, meliputi : MOR Referensi, AID (Account Identifier), Nama, Seri dan Agreement Code. Dari daftar transaksi tersebut, user dapat memilih transaksi yang ingin dikoreksi. Prosedur entri data transaksi koreksi adalah sebagai berikut: 1. Mengaktifkan fungsi Pada menu utama Sistem Informasi BI-SSSS : Klik [Pelaporan]; Pilih [Transaksi Koreksi]. Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman 33 97

106 Pilih [Entri]. Layar berikut ini akan ditampilkan. 2. Menampilkan daftar transaksi Aktifkan fungsi [Transaksi Koreksi] sebagaimana prosedur pada angka 1; Pengisian field Tanggal Transaksi, MOR Referensi, Member, AID, Nama, Seri dan Agreement Code; - Tanggal (wajib diisi dengan tanggal dari transaksi yang ingin ditampilkan atau klik < > untuk memilih tanggal melalui fasilitas kalender); - MOR Referensi (opsional; untuk menampilkan data berdasarkan nomer referensi anggota); - AID (opsional; untuk menampilkan data berdasarkan); - Nama (opsional; untuk menampilkan data berdasarkan nama nasabah yang melakukan transaksi); - Seri (opsional; untuk menampilkan data berdasarkan seri yang ditransaksikan); - Agreement Code (opsional). Klik <Tampilkan> untuk melihat data transaksi berdasarkan kategori yang dipilih. Layar berikut ini akan ditampilkan Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman 34 98

107 3. Membuat transaksi koreksi Koreksi hanya dapat dilakukan pada field Nominal dan field No AID Penjual dan/atau No AID Pembeli, sedangkan untuk field Note bersifat opsional untuk diisi. Prosedur untuk membuat transaksi koreksi adalah sebagai berikut. Aktifkan fungsi [Transaksi Koreksi] sebagaimana prosedur pada angka 1; Tampilkan form Daftar Transaksi sebagaimana prosedur pada angka 2; Klik < > pada transaksi yang akan dikoreksi; Klik <Buat Transaksi Koreksi> untuk melakukan detil koreksi pada masing-masing transaksi yang dipilih; Pada form Entri Transaksi Koreksi, pilih/input pada field-field berikut; - Nominal (sebesar jumlah nominal transaksi revisi); - Note (opsional untuk diisi; berisi alasan dilakukan koreksi); - No AID (No AID penjual dapat di-input pada form [Informasi Penjual] dan No AID pembeli dapat di-input pada form [Informasi Pembeli]); - Data pada field Tanggal, Member, Tanggal Referensi, MOR Referensi, Seri merupakan data yang ditetapkan dari sistem; Klik <Simpan> untuk menyimpan data koreksi; Klik <Kembali> untuk kembali ke menu sebelumnya. Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman 35 99

108 5.5.2 Persetujuan Transaksi Koreksi Persetujuan transaksi koreksi hanya dapat dilakukan oleh user Supervisor, dengan prosedur sebagai berikut : 1. Mengaktifkan fungsi Pada menu utama Sistem Informasi BI-SSSS : Klik [Pelaporan]; Pilih [Transaksi Koreksi]; Pilih [Persetujuan]. Layar berikut ini akan ditampilkan. Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman

109 2. Menyetujui/menolak transaksi koreksi Aktifkan fungsi [Transaksi Koreksi] sebagaimana prosedur pada angka 1; Klik < > pada tabel daftar transaksi koreksi yang akan disetujui, untuk melihat detil transaksi dalam bentuk form Approval Transaksi Koreksi; Klik<Approve> untuk menyetujui atas transaksi yang telah dikoreksi; Klik <Tolak> untuk menolak koreksi data. Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman

110 6 ENQUIRY Fungsi enquiry adalah fasilitas untuk melakukan enquiry atas data yang ada pada Sistem Informasi BI-SSSS. Informasi tersebut mencakup seluruh transaksi antar nasabah maupun antar Peserta BI-SSSS, Transaksi dengan AID Tidak Konsisten dan Kepemilikan Surat Berharga. 6.1 Seluruh Transaksi Data transaksi yang dapat di-enquiry adalah data transaksi dan pelaporan yang dilakukan oleh Sub Registry baik melalui ST maupun melalui Sistem Informasi BI-SSSS. Namun demikian, tidak mengakomodasi enquiry pelaporan distribusi allotment perdana dan transaksi buyback/debtswitching. User dapat memilih tanggal transaksi tertentu untuk melihat transaksi yang dilakukan oleh Sub Registry. 1. Mengaktifkan fungsi Pada menu utama Sistem Informasi BI-SSSS : Klik [Enquiry]; Pilih [Seluruh Transaksi]. Layar berikut akan ditampilkan Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman

111 2. Melakukan proses enquiry Aktifkan fungsi [Seluruh Transaksi] sebagaimana prosedur pada angka 1; Pengisian field Tanggal, Member, Seri, Tipe Transaksi, Sumber, Status dan No Referensi Batch; - Tanggal (DD/MM/YYYY) (wajib diisi dengan tanggal dari transaksi yang ingin ditampilkan atau klik < > untuk memilih tanggal melalui fasilitas kalender); - Member (opsional; berisi daftar nama Sub Registry); - Seri (opsional; berisi daftar seri surat berharga); - Sumber (opsional; dapat dipilih <ST> atau <SI BI-SSSS> atau dikosongkan untuk semua jenis sumber data); - Status (opsional; dapat dipilih <Accepted>, <Rejected> dan <Entry> atau dikosongkan untuk semua status); - No Referensi Batch (opsional; berisi nomor referensi batch); - Tipe Transaksi yang dapat dipilih adalah : Sale; Repo; Repo 2 nd leg; Pledge; Unpledge; Transaksi koreksi (catatan : jika sumber data yang dipilih adalah Sistem Informasi BI-SSSS). Inhouse sale; Inhouse transfer; Inhouse repo; Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman

112 Inhouse repo 2 nd leg; Inhouse pledge; Inhouse unpledge; Free of Payment (FOP); Klik <Tampilkan> untuk melakukan proses enquiry terhadap report yang akan dienquiry. 6.2 Transaksi Dengan AID Tidak Konsisten Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman

113 Data transaksi dengan AID Tidak Konsisten yang dapat di-enquiry adalah data transaksi yang dilakukan oleh Sub Registry dengan custody code dan tipe investor yang tidak sesuai antara data pelaporan dengan database master. Fungsi ini sebagai sarana untuk monitoring terhadap pelaporan yang dilakukan oleh Sub Registry pada data base master dan sebagai sumber informasi untuk melakukan koreksi data AID. 1. Mengaktifkan fungsi Pada menu utama Sistem Informasi BI-SSSS : Klik [Enquiry]; Pilih [Transaksi Dengan AID Tidak Konsisten]. Layar berikut akan ditampilkan. 2. Melakukan proses enquiry: Aktifkan fungsi [Transaksi Dengan AID Tidak Konsisten] sebagaimana prosedur pada angka 1; Isi field Tanggal (wajib diisi untuk melihat data seluruh transaksi dengan AID tidak konsisten atau klik < > untuk memilih tanggal melalui fasilitas kalender); Klik <Tampilkan> untuk melakukan proses enquiry terhadap report yang akan di-enquiry; Klik <Cetak> untuk melakukan proses mencetak data ke printer atau melakukan download data ke file. Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman

114 6.3 Kepemilikan Surat Berharga Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman

115 Data posisi surat berharga Sub Registry yang dapat dilakukan enquiry adalah data posisi surat berharga Sub Registry sampai dengan 10 (sepuluh) hari kerja terakhir. Proses enquiry dapat dilakukan per kepemilikan, seri dan jenis account. Untuk data posisi surat berharga dengan kategori per kepemilikan dapat dibedakan lagi menjadi tiga, yaitu : a. Berdasarkan Seri, memungkinkan user untuk menampilkan posisi surat berharga yang ada pada Sub Registry dengan sub kategori yang dapat dipilih: 1) Penerbit, dengan pilihan : surat berharga yang diterbitkan Bank Indonesia atau Pemerintah; 2) Jenis Surat Berharga, untuk surat berharga yang diterbitkan oleh Bank Indonesia adalah SBI sedangkan untuk surat berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah dapat dipilih ON, SBSN dan SPN; 3) Kelompok Seri, untuk Surat Berharga Negara (SBN) jenis ON maka akan tersedia pilihan fixed rate, ORI, variable rate dan zero coupon sedangkan untuk Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) akan tersedia pilihan fixed rate dan Sukuk Ritel; 4) Seri Surat Berharga; 5) Per account, dengan pilihan : Active, Pledge, dan Collateralized Borrowing. b. Berdasarkan Investor, menu ini memungkinkan user untuk menampilkan posisi surat berharga yang ada pada Sub Registry dengan sub kategori yang dapat dipilih: 1) Penerbit, dengan pilihan : surat berharga yang diterbitkan Bank Indonesia atau Pemerintah; 2) Jenis Surat Berharga, untuk surat berharga yang diterbitkan oleh Bank Indonesia adalah SBI sedangkan untuk surat berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah dapat dipilih ON, SBSN dan SPN; 3) Kelompok Seri, untuk Surat Berharga Negara (SBN) jenis ON maka akan tersedia pilihan fixed rate, ORI, variable rate dan zero coupon sedangkan untuk Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) akan tersedia pilihan fixed rate dan Sukuk Ritel; 4) Seri Surat Berharga; 5) Per account, dengan pilihan : Active, Pledge, atau Collateralized Borrowing; 6) Jenis Costudy, dengan pilihan : Client Resident atau Client Non Resident; 7) Tipe Investor, dengan pilihan : Corporate, Foundation, Financial Institution, Individual, Insurance, Mutual Fund, Pension Fund, Securities Company atau Others. c. Berdasarkan Invidual, menu ini memungkinkan user untuk menampilkan posisi surat berharga yang ada pada Sub Registry dengan sub kategori yang dapat dipilih: 1) Penerbit, dengan pilihan : surat berharga yang diterbitkan Bank Indonesia atau Pemerintah; 2) Jenis Surat Berharga, untuk surat berharga yang diterbitkan oleh Bank Indonesia adalah SBI sedangkan untuk surat berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah dapat dipilih ON, SBSN dan SPN; Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman

116 3) Kelompok Seri, untuk Surat Berharga Negara (SBN) jenis ON maka akan tersedia pilihan fixed rate, ORI, variable rate dan zero coupon sedangkan untuk Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) akan tersedia pilihan fixed rate dan Sukuk Ritel; 4) Seri Surat Berharga; 5) Per account, dengan pilihan : Active, Pledge, atau Collateralized Borrowing; 6) Jenis Costudy, dengan pilihan : Client Resident atau Client Non Resident; 7) Tipe Investor, dengan pilihan : Corporate, Foundation, Financial Institution, Individual, Insurance, Mutual Fund, Pension Fund, Securities Company atau Others; 8) Per AID dengan pilihan untuk AID tertentu atau dikosongkan untuk semua AID; 9) Nama nasabah. Prosedur untuk melakukan enquiry adalah sebagai berikut. 1. Mengaktifkan fungsi Pada menu utama Sistem Informasi BI-SSSS : Klik [Enquiry]; Pilih [Kepemilikan Surat Berharga]. Layar berikut akan ditampilkan. 2. Melakukan proses enquiry: Aktifkan fungsi [Kepemilikan Surat Berharga] sebagaimana prosedur pada angka 1; Pengisian field Tanggal dan Member; - Tanggal (DD/MM/YYYY) (wajib diisi dengan tanggal dari transaksi yang ingin ditampilkan atau klik < > untuk memilih tanggal melalui fasilitas kalender); - Member (default ditetapkan oleh sistem dan berisi nama Sub Registry tempat user ID terdaftar); Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman

117 Pengisian field Kepemilikan (terdiri dari tiga kriteria : Per Seri, Individual dan Investor). - Bilamana pada field Kepemilikan, kriteria yang dipilih adalah Per Seri maka akan muncul field sebagai berikut o Penerbit (opsional; berisi Pemerintah dan Bank Indonesia); o Jenis Surat Berharga (opsional; untuk surat berharga yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dapat dipilih SBI, sedangkan untuk surat berharga yang diterbitkan Pemerintah dapat dipilih ON, SBSN dan SPN); o Kelompok Seri (opsional; untuk surat berharga yang diterbitkan Pemerintah, jika dipilih ON maka akan tersedia pilihan fixed rate, ORI, variable rate dan zero coupon sedangkan jika dipilih SBSN akan tersedia pilihan fixed rate dan Sukuk Ritel); o Seri (sebelum field Jenis Surat Berharga di pilih maka field Seri tidak ada isinya atau kosong); o Account (opsional; terdiri dari Active, Pledge dan Collateral Borrowing). - Bilamana pada field Kepemilikan, kriteria yang dipilih adalah Per Investor maka akan muncul field sebagai berikut o Penerbit (opsional; berisi Pemerintah dan Bank Indonesia); o Jenis Surat Berharga (opsional; untuk surat berharga yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dapat dipilih SBI, sedangkan untuk surat berharga yang diterbitkan Pemerintah dapat dipilih ON, SBSN dan SPN); o Kelompok Seri (opsional; untuk surat berharga yang diterbitkan Pemerintah, jika dipilih ON maka akan tersedia pilihan fixed rate, ORI, variable rate dan zero coupon sedangkan jika dipilih SBSN akan Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman

118 o o o o tersedia pilihan fixed rate dan Sukuk Ritel); Seri (sebelum field Jenis Surat Berharga di pilih maka field Seri tidak ada isinya atau kosong); Account (opsional; terdiri dari Active, Pledge dan Collateral Borrowing); Custody (opsional; terdiri dari : Client Non Resident dan Client Resident); Investor (opsional; terdiri dari : Corporate, Foundation, Financial Institution, Individual, Insurance, Mutual Fund, Pension Fund, Securities Company, atau Others). - Bilamana pada field Kepemilikan, kriteria yang dipilih adalah Per Investor maka akan muncul field sebagai berikut o Penerbit (opsional; berisi Pemerintah dan Bank Indonesia); o Jenis Surat Berharga (opsional; untuk surat berharga yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dapat dipilih SBI, sedangkan untuk surat berharga yang diterbitkan Pemerintah dapat dipilih ON, SBSN dan SPN); o Kelompok Seri (opsional; untuk surat berharga yang diterbitkan Pemerintah, jika dipilih ON maka akan tersedia pilihan fixed rate, ORI, variable rate dan zero coupon sedangkan jika dipilih SBSN akan tersedia pilihan fixed rate dan Sukuk Ritel); o Seri (sebelum field Jenis Surat Berharga di pilih maka field Seri tidak ada isinya atau kosong); o Account (opsional; terdiri dari Active, Pledge dan Collateral Borrowing); o Custody (opsional; terdiri dari : Client Non Resident dan Client Resident); o Investor (opsional; terdiri dari : Corporate, Foundation, Financial Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman

119 o Institution, Individual, Insurance, Mutual Fund, Pension Fund, Securities Company, atau Others); AID dan Nama (dapat dipilih check box AID (default) atau Nama, pengisian field kosong untuk nomer AID nasabah atau nama nasabah bersifat opsional). Urut Berdasarkan (dapat dipilih berdasarkan Saldo dan Seri serta dapat dipilih untuk model urutan secara Ascending (default) atau Descending); Klik <Tampilkan> untuk melihat tampilan daftar transaksi sesuai dengan kriteria yang dipilih. 6.4 Posisi Perbandingan Kepemilikan Surat Berharga Merupakan menu untuk menampilkan data laporan bulanan yang telah di kirim ke Bank Indonesia dan untuk mencetak apabila terdapat selisih pada laporan tersebut. Laporan ini dapat ditampilkan berdasarkan bulan dan tahun. Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman

120 Prosedur untuk melakukan enquiry adalah sebagai berikut. 1. Mengaktifkan fungsi Pada menu utama Sistem Informasi BI-SSSS : Klik [Enquiry]; Pilih [Posisi Perbandingan Kepemilikan Surat Berharga]. Layar berikut akan ditampilkan. 2. Menampilkan posisi perbandingan kepemilikan surat berharga Aktifkan fungsi [Posisi Perbandingan Kepemilikan Surat Berharga] sebagaimana prosedur pada angka 1; Pengisian field Periode Laporan, Tahun dan Member. - Periode Laporan (wajib diisi dengan tahun data yang ingin diketahui); - Tahun (wajib diisi dengan tahun data yang ingin diketahui); - Member (defaul terisi otomatis oleh sistem); Layar berikut akan ditampilkan: Jika laporan yang dikirim oleh Sub Registry sudah benar Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman

121 Jika laporan yang dikirim oleh Sub Registry terdapat kesalahan Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman

122 3. Mencetak posisi perbandingan kepemilikan surat berharga Aktifkan fungsi [Posisi Perbandingan Kepemilikan Surat Berharga] sebagaimana prosedur pada angka 1; Menampilkan posisi perbandingan kepemilikan surat berharga sebagaimana prosedur angka 2; Klik <Cetak> untuk mencetak posisi perbandingan kepemilikan surat berharga. Layar berikut akan ditampilkan: Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman

123 7 DOWNLOAD Menu ini digunakan untuk pengunduhan data Kepemilikan Surat Berharga, Master AID nasabah dan data-data lain, masing-masing dengan pilihan format data yaitu tab delimeted dan pipe delimeted. Informasi yang terdapat pada fungsi download meliputi Kepemilikan Surat Berharga, Data AID dan Data Lain. 7.1 Kepemilikan Surat Berharga Data posisi kepemilikan surat berharga Sub Registry dapat di-download melalui Sistem Informasi BI-SSSS. User dapat memilih tanggal posisi kepemilikan surat berharga tertentu yang akan diambil datanya. 1. Mengaktifkan fungsi Pada menu utama Sistem Informasi BI-SSSS : Klik [Download]; Pilih [Kepemilikan Surat Berharga]. Layar berikut akan ditampilkan. Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman

124 2. Download data kepemilikan surat berharga Aktifkan fungsi [Kepemilikan Surat Berharga] sebagaimana prosedur pada angka 1; Klik check box <TAB Delimited> untuk memilih format file dalam bentuk tab delimited atau <PIPE Delimited> untuk memilih format file dalam bentuk pipe delimited; Klik <Download> untuk melakukan download data kepemilikan surat berharga. 7.2 Data AID Data nasabah (AID) dari masing-masing Sub Registry dapat di-download melalui Sistem Informasi BI-SSSS. 1. Mengaktifkan fungsi Pada menu utama Sistem Informasi BI-SSSS : Klik [Download]; Pilih [Data AID]. Layar berikut akan ditampilkan. Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman

125 2. Download data AID Aktifkan fungsi [Data AID] sebagaimana prosedur pada angka 1; Klik check box <TAB Delimited> untuk memilih format file dalam bentuk tab delimited atau <PIPE Delimited> untuk memilih format file dalam bentuk pipe delimited; Klik <Download> untuk melakukan download data AID. 7.3 Data Lain Sistem Informasi BI-SSSS juga menyediakan fasilitas download Data Lain yang antara lain berisi data yang di-upload oleh Bank Indonesia dan merupakan informasi bagi Sub Registry. 1. Mengaktifkan fungsi Pada menu utama Sistem Informasi BI-SSSS : Klik [Download]; Pilih [Data Lain]. Layar berikut akan ditampilkan. Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman

126 2. Download Data Lain Aktifkan fungsi [Data Lain] sebagaimana prosedur pada angka 1; Pilih file yang akan di-download; Klik <Download> untuk melakukan download data. Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman

127 8 ADMINISTRATOR Menu Administrator dapat digunakan untuk melakukan pemeliharaan terkait dengan pemeliharaan user pada aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS. 8.1 Pemeliharaan User Menu Pemeliharaan User merupakan menu yang dapat digunakan untuk pemeliharaan user yang digunakan pada aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS. Pemeliharan tersebut meliputi : penambahan, perubahan, dan menghapus user. Prosedur penggunaan menu tersebut adalah sebagai berikut : 1. Mengaktifkan fungsi Pada menu utama Sistem Informasi BI-SSSS : Klik [Administrator]; Pilih [Pemeliharaan User]; Layar berikut akan ditampilkan 2. Mencari user id Aktifkan fungsi [Pemeliharaan User] sebagaimana prosedur pada angka 1; Pencarian user id dapat dilakukan sebagai berikut: - Pada field ID User, masukkan user id untuk mencari data user; - Klik <Cari> untuk memulai pencarian. 3. Menambah user baru dan memberikan hak akses. Aktifkan fungsi [Pemeliharaan User] sebagaimana prosedur pada angka 1; Klik <Tambah User> untuk menambah user baru; Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman

128 Pengisian field ID User, Nama User, Institusi, Level User dan User Group - ID User (wajib diisi; maksimal 16 digit); - Nama User (wajib diisi; maksimal 32 digit); - Institusi (wajib diisi; default diisi oleh sistem); - Level User (wajib diisi; level user terdiri dari Operator, Supervisor, Administrator); - User Group (wajib diisi; apabila level user diisi Operator, Supervisor atau berdasarkan group user yang dibuat melalui menu Pemeliharaan Grup User); Klik <Simpan> untuk menyimpan data user yang baru ditambahkan; Klik <Kembali> untuk membatalkan penambahan data user. 4. Melakukan approve data user Aktifkan menu [Pemeliharaan User] sebagaimana prosedur angka 1 namun dengan user id dari administrator yang berbeda; Klik option Pending untuk memilih data user yang telah di-create pada prosedur angka 3 dan akan disetujui; Klik pada tanda >> untuk memilih data user yang akan disetujui; Klik <Edit> untuk menampilkan data user yang akan disetujui; Layar berikut akan ditampilkan: Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman

129 Klik <Approve> untuk melakukan approval data user dan bila data user sudah diperiksa kebenaran datanya; Klik <Reject> untuk me-reject data apabila diketahui ada data yang salah; Klik <Kembali> untuk melakukan pembatalan. 5. Mengubah data user Aktifkan fungsi [Pemeliharaan User] sebagaimana prosedur pada angka 1; Cari user yang akan diubah datanya sebagaimana prosedur pada angka 2; Layar berikut akan ditampilkan. Klik pada tanda >> untuk memilih data user yang akan di ubah. Klik <Edit> untuk menampilkan data user yang akan di ubah. Layar berikut akan ditampilkan: Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi BI-SSSS Halaman

No. 12/ 28 /DASP Jakarta, 10 November 2010 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA PESERTA BANK INDONESIA SCRIPLESS SECURITIES SETTLEMENT SYSTEM DI INDONESIA

No. 12/ 28 /DASP Jakarta, 10 November 2010 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA PESERTA BANK INDONESIA SCRIPLESS SECURITIES SETTLEMENT SYSTEM DI INDONESIA No. 12/ 28 /DASP Jakarta, 10 November 2010 SURAT EDARAN Kepada SEMUA PESERTA BANK INDONESIA SCRIPLESS SECURITIES SETTLEMENT SYSTEM DI INDONESIA Perihal : Penyelenggaraan Bank Indonesia - Scripless Securities

Lebih terperinci

No. 10/21/DPM Jakarta, 23 Mei 2008 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA PESERTA BANK INDONESIA SCRIPLESS SECURITIES SETTLEMENT SYSTEM DI INDONESIA

No. 10/21/DPM Jakarta, 23 Mei 2008 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA PESERTA BANK INDONESIA SCRIPLESS SECURITIES SETTLEMENT SYSTEM DI INDONESIA No. 10/21/DPM Jakarta, 23 Mei 2008 SURAT EDARAN Kepada SEMUA PESERTA BANK INDONESIA SCRIPLESS SECURITIES SETTLEMENT SYSTEM DI INDONESIA Perihal : Penyelenggaraan Bank Indonesia - Scripless Securities Settlement

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 12/ 12 /PBI/2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 10/2/PBI/2008 TENTANG BANK INDONESIA - SCRIPLESS SECURITIES SETTLEMENT SYSTEM DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 10/2/PBI/2008 TENTANG BANK INDONESIA - SCRIPLESS SECURITIES SETTLEMENT SYSTEM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 10/2/PBI/2008 TENTANG BANK INDONESIA - SCRIPLESS SECURITIES SETTLEMENT SYSTEM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 10/2/PBI/2008 TENTANG BANK INDONESIA - SCRIPLESS SECURITIES SETTLEMENT SYSTEM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM. Perihal : Tata Cara Pemberian Fasilitas Likuiditas Intrahari Bagi Bank Umum

SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM. Perihal : Tata Cara Pemberian Fasilitas Likuiditas Intrahari Bagi Bank Umum No.12/ 29 /DASP Jakarta, 10 November 2010 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM Perihal : Tata Cara Pemberian Fasilitas Likuiditas Intrahari Bagi Bank Umum Sehubungan dengan penerbitan Peraturan Bank Indonesia

Lebih terperinci

No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November SURAT EDARAN Kepada SEMUA PESERTA SISTEM BANK INDONESIA - ELECTRONIC TRADING PLATFORM DI INDONESIA

No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November SURAT EDARAN Kepada SEMUA PESERTA SISTEM BANK INDONESIA - ELECTRONIC TRADING PLATFORM DI INDONESIA No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN Kepada SEMUA PESERTA SISTEM BANK INDONESIA - ELECTRONIC TRADING PLATFORM DI INDONESIA Perihal : Penyelenggaraan Sistem Bank Indonesia - Electronic Trading

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Lain-Lain. Lelang dan Penatausahaan Surat Berharga Negara

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Lain-Lain. Lelang dan Penatausahaan Surat Berharga Negara Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Lain-Lain Lelang dan Penatausahaan Surat Berharga Negara Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Lain-Lain Lelang dan Penatausahaan Surat Berharga Negara Tim Penyusun Ramlan

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Lain-Lain. Lelang dan Penatausahaan Surat Berharga Negara

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Lain-Lain. Lelang dan Penatausahaan Surat Berharga Negara Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Lain-Lain Lelang dan Penatausahaan Surat Berharga Negara Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Lain-Lain Lelang dan Penatausahaan Surat Berharga Negara Tim Penyusun Ramlan

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas Intrahari, Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek, Fasilitas Pembiayaan Darurat

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas Intrahari, Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek, Fasilitas Pembiayaan Darurat Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Likuiditas Rupiah Intrahari, Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek, Fasilitas Pembiayaan Darurat Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Likuiditas Rupiah Intrahari, Fasilitas

Lebih terperinci

No. 10/ 25 /DPM Jakarta, 14 Juli SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA. Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum

No. 10/ 25 /DPM Jakarta, 14 Juli SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA. Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum No. 10/ 25 /DPM Jakarta, 14 Juli 2008 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum Sehubungan dengan ditetapkannya Peraturan Bank Indonesia Nomor

Lebih terperinci

No.13/32/DASP Jakarta, 23 Desember 2011 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA KUSTODIAN BUKAN BANK DI INDONESIA

No.13/32/DASP Jakarta, 23 Desember 2011 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA KUSTODIAN BUKAN BANK DI INDONESIA No.13/32/DASP Jakarta, 23 Desember 2011 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA KUSTODIAN BUKAN BANK DI INDONESIA Perihal : Perizinan, Pelaporan, dan Pengawasan Sub-Registry -----------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

Pasar Uang Antar Bank

Pasar Uang Antar Bank Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Likuiditas Rupiah Tim Penyusun Ramlan Ginting Chandra Murniadi Dudy Iskandar Gantiah Wuryandani Zulkarnain Sitompul Siti Astiyah Wahyu Yuwana Hidayat Komala Dewi Wirza

Lebih terperinci

No. 12/ 16 /DPM Jakarta, 6 Juli 2010 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA

No. 12/ 16 /DPM Jakarta, 6 Juli 2010 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA No. 12/ 16 /DPM Jakarta, 6 Juli 2010 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA Perihal : Kriteria dan Persyaratan Surat Berharga, Peserta dan Lembaga Perantara dalam Operasi Moneter Sehubungan

Lebih terperinci

No. 18/30/DPM Jakarta, 29 November 2016 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM. Perihal : Koridor Suku Bunga (Standing Facilities)

No. 18/30/DPM Jakarta, 29 November 2016 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM. Perihal : Koridor Suku Bunga (Standing Facilities) No. 18/30/DPM Jakarta, 29 November 2016 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM Perihal : Koridor Suku Bunga (Standing Facilities) Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/12/PBI/2016

Lebih terperinci

No. 6/7/DPM Jakarta, 16 Februari 2004 November 2003 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA. Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum

No. 6/7/DPM Jakarta, 16 Februari 2004 November 2003 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA. Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum No. 6/7/DPM Jakarta, 16 Februari 2004 November 2003 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum Sehubungan dengan ditetapkannya Peraturan Bank

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/2/PBI/2004 TENTANG BANK INDONESIA - SCRIPLESS SECURITIES SETTLEMENT SYSTEM (BI-SSSS) GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/2/PBI/2004 TENTANG BANK INDONESIA - SCRIPLESS SECURITIES SETTLEMENT SYSTEM (BI-SSSS) GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/2/PBI/2004 TENTANG BANK INDONESIA - SCRIPLESS SECURITIES SETTLEMENT SYSTEM (BI-SSSS) GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka membantu Pemerintah melakukan

Lebih terperinci

No.10/29/DPM Jakarta, 2 September 2008 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA KUSTODIAN BUKAN BANK DI INDONESIA

No.10/29/DPM Jakarta, 2 September 2008 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA KUSTODIAN BUKAN BANK DI INDONESIA No.10/29/DPM Jakarta, 2 September 2008 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA KUSTODIAN BUKAN BANK DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Pengajuan Permohonan, Pelaporan, dan Pengawasan Sub-Registry

Lebih terperinci

No. 13/ 13 /DPM Jakarta, 9 Mei 2011 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA

No. 13/ 13 /DPM Jakarta, 9 Mei 2011 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA No. 13/ 13 /DPM Jakarta, 9 Mei 2011 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA Perihal : Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/18/DPM tanggal 7 Juli 2010 perihal Operasi

Lebih terperinci

No. 17/31/DPSP Jakarta, 13 November 2015 SURAT EDARAN

No. 17/31/DPSP Jakarta, 13 November 2015 SURAT EDARAN No. 17/31/DPSP Jakarta, 13 November 2015 SURAT EDARAN Perihal : Penyelenggaraan Penatausahaan Surat Berharga Melalui Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System Sehubungan dengan berlakunya Peraturan

Lebih terperinci

No. 15/12/DASP Jakarta, 8 April SURAT EDARAN Kepada BANK, PERUSAHAAN EFEK, DEALER UTAMA DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

No. 15/12/DASP Jakarta, 8 April SURAT EDARAN Kepada BANK, PERUSAHAAN EFEK, DEALER UTAMA DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN No. 15/12/DASP Jakarta, 8 April 2013 SURAT EDARAN Kepada BANK, PERUSAHAAN EFEK, DEALER UTAMA DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN Perihal : Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana dan Penatausahaan

Lebih terperinci

Informasi Peserta Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS)

Informasi Peserta Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS) Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/ 29 / DPM tanggal 12 Juli 2004 BI-SSSS Lampiran 2a Informasi Peserta Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS) Nomor :. Informasi Baru Perubahan/Tambahan

Lebih terperinci

No. 10/ 27 /DPM Jakarta, 21 Agustus 2008 SURAT EDARAN. Perihal : Tata Cara Penatausahaan Surat Berharga Syariah Negara

No. 10/ 27 /DPM Jakarta, 21 Agustus 2008 SURAT EDARAN. Perihal : Tata Cara Penatausahaan Surat Berharga Syariah Negara No. 10/ 27 /DPM Jakarta, 21 Agustus 2008 SURAT EDARAN Perihal : Tata Cara Penatausahaan Surat Berharga Syariah Negara Sehubungan dengan telah ditetapkannya Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/13/PBI/2008

Lebih terperinci

No. 15/31/DPM Jakarta, 27 Agustus 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM

No. 15/31/DPM Jakarta, 27 Agustus 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM No. 15/31/DPM Jakarta, 27 Agustus 2013 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM Perihal : Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/17/DPM tanggal 6 Juli 2010 Perihal Koridor Suku Bunga (Standing

Lebih terperinci

No. 12/17/DPM Jakarta, 6 Juli 2010 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM. Perihal : Koridor Suku Bunga (Standing Facilities)

No. 12/17/DPM Jakarta, 6 Juli 2010 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM. Perihal : Koridor Suku Bunga (Standing Facilities) No. 12/17/DPM Jakarta, 6 Juli 2010 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM Perihal : Koridor Suku Bunga (Standing Facilities) Sehubungan dengan ditetapkannya Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/11/PBI/2010 tanggal

Lebih terperinci

No. 16/22/DPM Jakarta, 24 Desember 2014 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

No. 16/22/DPM Jakarta, 24 Desember 2014 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA No. 16/22/DPM Jakarta, 24 Desember 2014 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA Perihal : Kriteria dan Persyaratan Surat, Peserta, dan Lembaga Perantara, dalam Operasi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, 1 PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 20/4/PADG/2018 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAUSAHAAN SURAT BERHARGA MELALUI BANK INDONESIA-SCRIPLESS SECURITIES SETTLEMENT SYSTEM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

No. 13/ 20 /DPM Jakarta, 8 Agustus 2011 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA

No. 13/ 20 /DPM Jakarta, 8 Agustus 2011 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA No. 13/ 20 /DPM Jakarta, 8 Agustus 2011 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA Perihal : Perubahan Kedua atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/18/DPM tanggal 7 Juli 2010

Lebih terperinci

Yang dimaksud dalam Surat Edaran ini dengan:

Yang dimaksud dalam Surat Edaran ini dengan: No. 8/4/DPM Jakarta, 7 Februari 2006 NoAAve SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM Perihal : Transaksi Perdagangan Sertifikat Bank Indonesia Secara Repurchase Agreement (Repo) Dengan Bank Indonesia Di Pasar

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/ 18 /PBI/2015 TENTANG PENYELENGGARAAN TRANSAKSI, PENATAUSAHAAN SURAT BERHARGA, DAN SETELMEN DANA SEKETIKA

- 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/ 18 /PBI/2015 TENTANG PENYELENGGARAAN TRANSAKSI, PENATAUSAHAAN SURAT BERHARGA, DAN SETELMEN DANA SEKETIKA - 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/ 18 /PBI/2015 TENTANG PENYELENGGARAAN TRANSAKSI, PENATAUSAHAAN SURAT BERHARGA, DAN SETELMEN DANA SEKETIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Lebih terperinci

No. 17/38/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

No. 17/38/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA No. 17/38/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA Perihal : Kriteria dan Persyaratan Surat Berharga, Peserta, dan Lembaga Perantara,

Lebih terperinci

No. 13/ 27/DPM Jakarta, 1 Desember 2011 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH DAN LEMBAGA PERANTARA

No. 13/ 27/DPM Jakarta, 1 Desember 2011 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH DAN LEMBAGA PERANTARA No. 13/ 27/DPM Jakarta, 1 Desember 2011 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH DAN LEMBAGA PERANTARA Perihal : Tata Cara Transaksi Reverse Repo Surat Berharga Syariah

Lebih terperinci

No. 17/39/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM. Perihal : Koridor Suku Bunga (Standing Facilities)

No. 17/39/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM. Perihal : Koridor Suku Bunga (Standing Facilities) No. 17/39/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM Perihal : Koridor Suku Bunga (Standing Facilities) Sehubungan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/11/PBI/2010 tentang

Lebih terperinci

No. 11/ 32 /DPM Jakarta, 7 Desember 2009 SURAT EDARAN

No. 11/ 32 /DPM Jakarta, 7 Desember 2009 SURAT EDARAN No. 11/ 32 /DPM Jakarta, 7 Desember 2009 SURAT EDARAN Perihal : Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana dan Penatausahaan Surat Utang Negara Sehubungan dengan diberlakukannya Peraturan Bank

Lebih terperinci

No. 6/17/DPM Jakarta, 6 April 2004 NoAAve SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM

No. 6/17/DPM Jakarta, 6 April 2004 NoAAve SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM No. 6/17/DPM Jakarta, 6 April 2004 NoAAve SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM Perihal : Transaksi Perdagangan Sertifikat Bank Indonesia Secara Repurchase Agreement (Repo) Dengan Bank Indonesia Di Pasar

Lebih terperinci

No. 10/28/DPM Jakarta, 1 September 2008 SURAT EDARAN. Kepada BANK, PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

No. 10/28/DPM Jakarta, 1 September 2008 SURAT EDARAN. Kepada BANK, PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK No. 10/28/DPM Jakarta, 1 September 2008 SURAT EDARAN Kepada BANK, PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK Perihal : Perubahan Kedua atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor

Lebih terperinci

No. 14/ 32 /DPM Jakarta, 7 November 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

No. 14/ 32 /DPM Jakarta, 7 November 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA No. 14/ 32 /DPM Jakarta, 7 November 2012 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Transaksi Repurchase Agreement (Repo)

Lebih terperinci

No. 17/29/DPM Jakarta, 26 Oktober 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

No. 17/29/DPM Jakarta, 26 Oktober 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA No. 17/29/DPM Jakarta, 26 Oktober 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA Perihal: Perubahan Kedua atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 16/23/DPM tanggal

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 12/ 13 /PBI/2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 10/29/PBI/2008 TENTANG FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

No. 15/24/DPM Jakarta, 5 Juli 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA

No. 15/24/DPM Jakarta, 5 Juli 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA No. 15/24/DPM Jakarta, 5 Juli 2013 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA Perihal : Perubahan Kelima atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/18/DPM tanggal 7 Juli 2010 perihal

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas Intrahari, Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek, Fasilitas Pembiayaan Darurat

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas Intrahari, Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek, Fasilitas Pembiayaan Darurat Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Likuiditas Rupiah Fasilitas Likuiditas Intrahari, Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek, Fasilitas Pembiayaan Darurat Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Likuiditas Rup

Lebih terperinci

No. 18/29/DPM Jakarta, 29 November 2016 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

No. 18/29/DPM Jakarta, 29 November 2016 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA No. 18/29/DPM Jakarta, 29 November 2016 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA Perihal : Kriteria dan Persyaratan Surat Berharga, Peserta, dan Lembaga Perantara

Lebih terperinci

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/1/PADG/2017 TENTANG PELAKSANAAN LELANG SURAT BERHARGA NEGARA DI PASAR PERDANA

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/1/PADG/2017 TENTANG PELAKSANAAN LELANG SURAT BERHARGA NEGARA DI PASAR PERDANA PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/1/PADG/2017 TENTANG PELAKSANAAN LELANG SURAT BERHARGA NEGARA DI PASAR PERDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

No. 6/1/DPM Jakarta, 16 Februari 2004 SURAT EDARAN. Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System

No. 6/1/DPM Jakarta, 16 Februari 2004 SURAT EDARAN. Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System No. 6/1/DPM Jakarta, 16 Februari 2004 SURAT EDARAN Perihal: Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System Sehubungan dengan ditetapkannya Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/2/PBI/2004 tanggal 16

Lebih terperinci

No. 14 / 28 /DPM Jakarta, 27 September SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

No. 14 / 28 /DPM Jakarta, 27 September SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA No. 14 / 28 /DPM Jakarta, 27 September 2012 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Transaksi Repurchase Agreement (Repo) Surat Berharga Syariah

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Likuiditas Rupiah. Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Likuiditas Rupiah. Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Likuiditas Rupiah Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Likuiditas Rupiah Operasi Moneter,

Lebih terperinci

No. 17/44/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N

No. 17/44/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N No. 17/44/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Penerbitan

Lebih terperinci

No. 10/17/DPM Jakarta, 31 Maret Maret 2008 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

No. 10/17/DPM Jakarta, 31 Maret Maret 2008 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH No. 10/17/DPM Jakarta, 31 Maret 200831 Maret 2008 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH Perihal : Tata Cara Transaksi Repo Sertifikat Bank Indonesia Syariah dengan Bank Indonesia.

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 9/3/PBI/2007 TENTANG LELANG DAN PENATAUSAHAAN SURAT UTANG NEGARA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 9/3/PBI/2007 TENTANG LELANG DAN PENATAUSAHAAN SURAT UTANG NEGARA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 9/3/PBI/2007 TENTANG LELANG DAN PENATAUSAHAAN SURAT UTANG NEGARA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Bank Indonesia telah ditunjuk oleh Pemerintah sebagai agen

Lebih terperinci

No.6/4/DPM Jakarta, 16 Februari 2004 November 2003 SURAT EDARAN. Kepada BANK, PERANTARA PEDAGANG EFEK, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING

No.6/4/DPM Jakarta, 16 Februari 2004 November 2003 SURAT EDARAN. Kepada BANK, PERANTARA PEDAGANG EFEK, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING No.6/4/DPM Jakarta, 16 Februari 2004 November 2003 SURAT EDARAN Kepada BANK, PERANTARA PEDAGANG EFEK, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING Perihal : Penerbitan dan Perdagangan Sertifikat Bank

Lebih terperinci

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 20/7/PADG/2018 TENTANG KEPESERTAAN OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 20/7/PADG/2018 TENTANG KEPESERTAAN OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 20/7/PADG/2018 TENTANG KEPESERTAAN OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memenuhi tujuan

Lebih terperinci

No.10/ 37 /DPM Jakarta, 13 November 2008 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN PIALANG DI INDONESIA

No.10/ 37 /DPM Jakarta, 13 November 2008 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN PIALANG DI INDONESIA No.10/ 37 /DPM Jakarta, 13 November 2008 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DAN PIALANG DI INDONESIA Perihal : Transaksi Reverse Repo Surat Utang Negara Dengan Bank Indonesia Dalam Rangka Operasi Pasar

Lebih terperinci

No. 9/4/DPM Jakarta, 16 Maret 2007 SURAT EDARAN. Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana dan Penatausahaan Surat Utang Negara

No. 9/4/DPM Jakarta, 16 Maret 2007 SURAT EDARAN. Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana dan Penatausahaan Surat Utang Negara No. 9/4/DPM Jakarta, 16 Maret 2007 SURAT EDARAN Perihal: Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana dan Penatausahaan Surat Utang Negara Sehubungan dengan diberlakukannya Peraturan Bank Indonesia

Lebih terperinci

No. 11/ 6 /DPM Jakarta, 10 Februari 2009 SURAT EDARAN KEPADA SEMUA BANK, PERUSAHAAN EFEK DAN LEMBAGA KUSTODIAN BUKAN BANK DI INDONESIA

No. 11/ 6 /DPM Jakarta, 10 Februari 2009 SURAT EDARAN KEPADA SEMUA BANK, PERUSAHAAN EFEK DAN LEMBAGA KUSTODIAN BUKAN BANK DI INDONESIA No. 11/ 6 /DPM Jakarta, 10 Februari 2009 SURAT EDARAN KEPADA SEMUA BANK, PERUSAHAAN EFEK DAN LEMBAGA KUSTODIAN BUKAN BANK DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Penatausahaan Surat Berharga Syariah Negara Ritel

Lebih terperinci

No. 17/42/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

No. 17/42/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA No. 17/42/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Transaksi Repurchase Agreement Surat Berharga Syariah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, 1 PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/9/PBI/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 10/13/PBI/2008 TENTANG LELANG DAN PENATAUSAHAAN SURAT BERHARGA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN PIALANG DI INDONESIA

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN PIALANG DI INDONESIA No.8/5/DPM Jakarta, 7 Februari 2006 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DAN PIALANG DI INDONESIA Perihal : Transaksi Reverse Repo Surat Utang Negara Dengan Bank Indonesia Dalam Rangka Operasi Pasar Terbuka

Lebih terperinci

No.11/ 17 /DPM Jakarta, 7 Juli SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

No.11/ 17 /DPM Jakarta, 7 Juli SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH No.11/ 17 /DPM Jakarta, 7 Juli 2009 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH Perihal : Tata Cara Pemberian Fasilitas Likuiditas Intrahari Berdasarkan Prinsip Syariah Sehubungan

Lebih terperinci

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM, PERUSAHAAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DAN PERUSAHAAN EFEK DI INDONESIA

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM, PERUSAHAAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DAN PERUSAHAAN EFEK DI INDONESIA No. 7/31/DPM Jakarta, 25 Juli 2005 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM, PERUSAHAAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DAN PERUSAHAAN EFEK DI INDONESIA Perihal: Tata Cara Persetujuan dan Pencabutan

Lebih terperinci

No. 17/40/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

No. 17/40/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA No. 17/40/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Transaksi Reverse Repurchase Agreement Surat

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/5/ PBI/ 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/11/PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/5/ PBI/ 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/11/PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/5/ PBI/ 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/11/PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Lebih terperinci

No. 17/37/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

No. 17/37/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA No. 17/37/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA Perihal: Operasi Pasar Terbuka Sehubungan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/11/PBI/2010

Lebih terperinci

No. 6/ 29 /DPM Jakarta, 12 Juli 2004 SURAT EDARAN

No. 6/ 29 /DPM Jakarta, 12 Juli 2004 SURAT EDARAN No. 6/ 29 /DPM Jakarta, 12 Juli 2004 SURAT EDARAN Perihal : Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/1/DPM Tanggal 16 Februari 2004 Perihal Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System

Lebih terperinci

No. 17/45/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

No. 17/45/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA No. 17/45/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Transaksi Repurchase Agreement Sertifikat Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Manajemen. Kewajiban Penyediaan Dana Pendidikan untuk Pengembangan Sumber Daya Manusia

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Manajemen. Kewajiban Penyediaan Dana Pendidikan untuk Pengembangan Sumber Daya Manusia Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Manajemen Kewajiban Penyediaan Dana Pendidikan untuk Pengembangan Sumber Daya Manusia DISCLAIMER Isi kodifikasi ini adalah himpunan peraturan Bank Indonesia yang disusun

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 11 /PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 11 /PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 11 /PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung tujuan Bank Indonesia guna

Lebih terperinci

No. 17/41 /DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH,UNIT USAHA SYARIAH, DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

No. 17/41 /DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH,UNIT USAHA SYARIAH, DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA No. 17/41 /DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH,UNIT USAHA SYARIAH, DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Transaksi Repurchase Agreement Surat

Lebih terperinci

No. 8/13/DPM Jakarta, 1 Mei 2006 SURAT EDARAN. Kepada BANK, PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

No. 8/13/DPM Jakarta, 1 Mei 2006 SURAT EDARAN. Kepada BANK, PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK No. 8/13/DPM Jakarta, 1 Mei 2006 SURAT EDARAN Kepada BANK, PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK Perihal : Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Melalui Lelang Dalam rangka

Lebih terperinci

No. 10 /2/DPM Jakarta, 31 Januari SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM

No. 10 /2/DPM Jakarta, 31 Januari SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM No. 10 /2/DPM Jakarta, 31 Januari 2008 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM Perihal : Transaksi Repurchase Agreement Dengan Bank Indonesia di Pasar Sekunder. Dalam rangka memperluas jenis surat berharga

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BAN K INDONESIA NOMOR : 12/ 13 /PBI/2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 10/29/PBI/2008 TENTANG FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Aset. Portofolio Obligasi Pemerintah bagi Bank Umum Peserta Program Rekapitalisasi

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Aset. Portofolio Obligasi Pemerintah bagi Bank Umum Peserta Program Rekapitalisasi Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset bagi Bank Umum Peserta Program Rekapitalisasi Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset bagi Bank Umum Peserta Program Rekapitalisasi Tim Penyusun Ramlan Ginting

Lebih terperinci

No. 15/32/DPM Jakarta, 27 Agustus SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA

No. 15/32/DPM Jakarta, 27 Agustus SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA No. 15/32/DPM Jakarta, 27 Agustus 2013 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA Perihal : Perubahan Keenam atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/18/DPM tanggal 7 Juli 2010 perihal

Lebih terperinci

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, -1- PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/ 19 /PBI/2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 10/13/PBI/2008 TENTANG LELANG DAN PENATAUSAHAAN SURAT BERHARGA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.84, 2010 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. Bank Indonesia. Bank Umum. Operasi Moneter. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5141) PERATURAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

No. 16/ 23 /DPM Jakarta, 24 Desember 2014 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

No. 16/ 23 /DPM Jakarta, 24 Desember 2014 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA No. 16/ 23 /DPM Jakarta, 24 Desember 2014 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA Perihal: Operasi Pasar Terbuka Sehubungan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/11/PBI/2010

Lebih terperinci

No. 10 /24/DPM Jakarta, 14 Juli SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM

No. 10 /24/DPM Jakarta, 14 Juli SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM No. 10 /24/DPM Jakarta, 14 Juli 2008 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM Perihal : Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/2/DPM tanggal 31 Januari 2008 perihal Transaksi Repurchase Agreement

Lebih terperinci

No. 15/34/DPSP Jakarta, 27 Agustus SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM

No. 15/34/DPSP Jakarta, 27 Agustus SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM No. 15/34/DPSP Jakarta, 27 Agustus 2013 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM Perihal : Perubahan Atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/29/DASP tanggal 10 November 2010 perihal Tata Cara Pemberian Fasilitas

Lebih terperinci

No. 11/8/DPM Jakarta, 27 Maret Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DI INDONESIA

No. 11/8/DPM Jakarta, 27 Maret Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DI INDONESIA No. 11/8/DPM Jakarta, 27 Maret 2009 November 2003 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Transaksi

Lebih terperinci

No.7/37/DPM Jakarta, 8 Agustus S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

No.7/37/DPM Jakarta, 8 Agustus S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA No.7/37/DPM Jakarta, 8 Agustus 2005 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Pelaksanaan dan Penyelesaian Sertifikat Wadiah Bank Indonesia.

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Manajemen. Sertifikasi Manajemen Risiko

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Manajemen. Sertifikasi Manajemen Risiko Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Manajemen DISCLAIMER Isi kodifikasi ini adalah himpunan peraturan Bank Indonesia yang disusun secara sistematis berdasarkan kelompok dan topik tertentu untuk memudahkan

Lebih terperinci

No. 17/32/DPSP Jakarta, 13 November SURAT EDARAN

No. 17/32/DPSP Jakarta, 13 November SURAT EDARAN 1 No. 17/32/DPSP Jakarta, 13 November 2015 2015 SURAT EDARAN Perihal : Tata Cara Lelang Surat Berharga Negara di Pasar Perdana dan Penatausahaan Surat Berharga Negara Sehubungan dengan Peraturan Bank Indonesia

Lebih terperinci

No.3/ 24 /DPM Jakarta, 16 November 2001 SURAT EDARAN. Perihal: Tata Cara Penatausahaan Obligasi Pemerintah

No.3/ 24 /DPM Jakarta, 16 November 2001 SURAT EDARAN. Perihal: Tata Cara Penatausahaan Obligasi Pemerintah No.3/ 24 /DPM Jakarta, 16 November 2001 SURAT EDARAN Perihal: Tata Cara Penatausahaan Obligasi Pemerintah Menunjuk Peraturan Bank Indonesia Nomor 2/2/PBI/2000 tanggal 21 Januari 2000 tentang Penatausahaan

Lebih terperinci

-1- PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/20/PBI/2015 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/11/PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER

-1- PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/20/PBI/2015 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/11/PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER -1- PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/20/PBI/2015 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/11/PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 20/3/PADG/2018 TENTANG LAYANAN SUB-REGISTRY BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 20/3/PADG/2018 TENTANG LAYANAN SUB-REGISTRY BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 20/3/PADG/2018 TENTANG LAYANAN SUB-REGISTRY BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa guna pengelolaan

Lebih terperinci

No. 15/30/DPM Jakarta, 27 Agustus 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA

No. 15/30/DPM Jakarta, 27 Agustus 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA No. 15/30/DPM Jakarta, 27 Agustus 2013 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA Perihal : Perubahan atas Edaran Bank Indonesia Nomor 12/16/DPM tanggal 6 Juli 2010 Perihal Kriteria

Lebih terperinci

No. 17/33/DPSP Jakarta, 13 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK PESERTA SISTEM BANK INDONESIA-REAL TIME GROSS SETTLEMENT

No. 17/33/DPSP Jakarta, 13 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK PESERTA SISTEM BANK INDONESIA-REAL TIME GROSS SETTLEMENT 1 No. 17/33/DPSP Jakarta, 13 November 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK PESERTA SISTEM BANK INDONESIA-REAL TIME GROSS SETTLEMENT Perihal : Tata Cara Penggunaan Fasilitas Likuiditas Intrahari

Lebih terperinci

SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DI INDONESIA

SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DI INDONESIA No.7/36/DPM Jakarta, 3 Agustus 2005 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Pemberian Fasilitas Likuiditas Intrahari

Lebih terperinci

No. 17/46/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH, DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

No. 17/46/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH, DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA No. 17/46/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH, DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Pembelian dan Penjualan Surat Berharga

Lebih terperinci

Kepada SEMUA BANK UMUM DAN PIALANG

Kepada SEMUA BANK UMUM DAN PIALANG No. 10/23/DPM 2008 SURAT EDARAN Jakarta, 14 Juli 2008Juli Kepada SEMUA BANK UMUM DAN PIALANG Perihal : Perubahan Kedua atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/1/DPM tanggal 3 Januari 2005 perihal Pelaksanaan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.94, 2010 PERBANKAN. BANK. Umum. Likuiditas Intrahari. Fasilitas. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5147) PERATURAN BANK

Lebih terperinci

Permohonan Sebagai Peserta Bank Indonesia - Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS)

Permohonan Sebagai Peserta Bank Indonesia - Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS) Kepada : Bank Indonesia Direktorat Pengelolaan Moneter cq. Bagian Penyelesaian Transaksi Pasar Uang Gedung B Lantai 11 Jl. MH. Thamrin No. 2 Jakarta 10010 Lampiran 1a Contoh Format : PERMOHONAN BAGI PESERTA

Lebih terperinci

SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 17/39/DPM TAHUN 2015 TENTANG KORIDOR SUKU BUNGA (STANDING FACILITIES) Kepada SEMUA BANK UMUM

SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 17/39/DPM TAHUN 2015 TENTANG KORIDOR SUKU BUNGA (STANDING FACILITIES) Kepada SEMUA BANK UMUM SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 17/39/DPM TAHUN 2015 TENTANG KORIDOR SUKU BUNGA (STANDING FACILITIES) Jakarta, 16 November 2015 Kepada SEMUA BANK UMUM Sehubungan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor

Lebih terperinci

No. 10/22/DPM Jakarta, 7 Juli 2008 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK, PIALANG PASAR UANG DAN PIALANG PASAR MODAL DI INDONESIA

No. 10/22/DPM Jakarta, 7 Juli 2008 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK, PIALANG PASAR UANG DAN PIALANG PASAR MODAL DI INDONESIA No. 10/22/DPM Jakarta, 7 Juli 2008 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK, PIALANG PASAR UANG DAN PIALANG PASAR MODAL DI INDONESIA Perihal : Perubahan Kedua atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/21/DPM tanggal

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Non Bank. Hubungan Rekening Giro antara Bank Indonesia dengan Pihak Ekstern

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Non Bank. Hubungan Rekening Giro antara Bank Indonesia dengan Pihak Ekstern Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Non Bank Hubungan Rekening Giro antara Bank Indonesia dengan Pihak Ekstern Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Hubungan Non Bank dengan BI Hubungan Rekening Giro antara

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/17/PADG/2017 TENTANG KRITERIA DAN PERSYARATAN SURAT BERHARGA, PESERTA, DAN LEMBAGA PERANTARA DALAM OPERASI MONETER SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/19/PBI/2005 TENTANG PENERBITAN, PENJUALAN DAN PEMBELIAN SERTA PENATAUSAHAAN SURAT UTANG NEGARA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/19/PBI/2005 TENTANG PENERBITAN, PENJUALAN DAN PEMBELIAN SERTA PENATAUSAHAAN SURAT UTANG NEGARA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/19/PBI/2005 TENTANG PENERBITAN, PENJUALAN DAN PEMBELIAN SERTA PENATAUSAHAAN SURAT UTANG NEGARA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Bank Indonesia telah ditunjuk

Lebih terperinci

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK, PIALANG PASAR UANG DAN PIALANG PASAR MODAL DI INDONESIA

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK, PIALANG PASAR UANG DAN PIALANG PASAR MODAL DI INDONESIA No. 6/21/DPM Jakarta, 26 April 2004 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK, PIALANG PASAR UANG DAN PIALANG PASAR MODAL DI INDONESIA Perihal: Tata Cara Pembelian dan atau Penjualan Surat Utang Negara oleh Bank

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.274, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Lelang. Penatausahaan. Surat Berharga Negara. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5763). PERATURAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA. Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum

SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA. Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum No. 10/ 39 /DPM Jakarta, 14 November 2008 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum Sehubungan dengan ditetapkannya Peraturan Bank Indonesia

Lebih terperinci

No.6/8/DPM Jakarta, 16 Februari 2004 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Fasilitas Likuiditas Intrahari bagi Bank Umum

No.6/8/DPM Jakarta, 16 Februari 2004 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Fasilitas Likuiditas Intrahari bagi Bank Umum No.6/8/DPM Jakarta, 16 Februari 2004 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Fasilitas Likuiditas Intrahari bagi Bank Umum Sehubungan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/6 /PBI/2004

Lebih terperinci

SURAT EDARAN. Kepada BANK, PERANTARA PEDAGANG EFEK, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING

SURAT EDARAN. Kepada BANK, PERANTARA PEDAGANG EFEK, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING No.6/5/DPM Jakarta, 16 Februari 2004 November 2003 SURAT EDARAN Kepada BANK, PERANTARA PEDAGANG EFEK, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING Perihal : Pelaksanaan dan Penyelesaian Fasilitas Simpanan

Lebih terperinci