TAMPILAN KARAKTERISTIK KOMPONEN KARKAS DAN MUTU KARKAS DARI BEBERAPA GENOTIPA DOMBA KOMPOSIT SUMATERA
|
|
- Widyawati Hermanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TAMPILAN KARAKTERISTIK KOMPONEN KARKAS DAN MUTU KARKAS DARI BEBERAPA GENOTIPA DOMBA KOMPOSIT SUMATERA (Performance of Carcass Component Characteristics and Carcass Quality of Several Sumatera Composite Sheep Genotypes) TRIYANTINI 1, SUBANDRIYO 2, H. SETIYANTO 1 dan MULYADI 3 1 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor 2 Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta ABSTRACT In attempting to increase animal productivity of local Indonesian sheep through genetical improvement, the Research Institute for Animal Production (Balai Penelitian Ternak) are developing new breed of sheep by combining superior traits of local sheep and exotic tropic sheep. The Sumatera composite sheep (K), those are, composite genotype of the first generation (K 1 ), composite genotype of the second generation (K 2 ), and composite genotype of the third generation (K 3 ) that could adapt to humid tropical environment with intensive and extensive management conditions, had litter size of around 1.4 and productivity of kg total weaning lamb per year. This post harvest research was conducted to evaluate the carcass component, carcass quality, by products, and meat quality of the composite genotypes (K 1, K 2, and K 3 ) compared to Barbados Blackbelly Cross sheep (BC) from the same management condition. Results of the evaluation indicated that carcass components of the K 3 sheep involving life weight, carcass weight, carcass percentage, carcass wide, back thigh round, and front thigh round were 25.2 kg, 11 kg, %, 31 cm, 29 cm, and cm, respectively, which is little higher compared to that of K 1, K 2, and BC sheeps but the differences were not significant; carcass quality of the composite genotypes and BC sheep, evaluated by National Standard of Indonesia (NSI), 1988, were in the first class, although the pelvic fat was relatively thin. Differences of the sheep genotypes (K and BC) did not affect significantly to by products and commercial carcass cutting while meat quality of the K 1, K 2 and K 3 composite genotypes were enough good as protein source with the average of protein content around of %. Key Words: Characteristic, Quality, Carcass, Meat, Composite Sheep ABSTRAK Dalam upaya meningkatkan produktivitas ternak domba lokal Indonesia melalui perbaikan faktor genetika, Balai Penelitian Ternak berusaha membentuk domba unggul dengan menggabungkan sifat unggul domba lokal dan domba eksotik tropis. Dari program tersebut telah terbentuk beberapa genotipa domba komposit Sumatera (K), yaitu domba komposit generasi 1 (K 1 ), domba komposit generasi 2 (K 2 ) dan domba komposit generasi 3 (K 3 ) yang dapat beradaptasi pada kondisi intensif dan ektensif, mempunyai jumlah anak sekelahiran sekitar 1,4 dengan produktivitas 28,88 kg total anak sapihan per tahun. Penelitian pasca panen ini dilaksanakan untuk mengevaluasi karakteristik komponen karkas, mutu karkas, produk sampingan dan mutu daging dari genotipa domba komposit Sumatera (K 1, K 2 dan K 3 ) dibandingkan dengan domba Barbados Blackbelly Cross (BC) pada kondisi pemeliharaan yang sama. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa komponen karkas domba K 3 yang meliputi bobot hidup, bobot karkas, persentase karkas, lebar karkas, lingkar paha belakang dan lingkar paha depan masing-masing berturut adalah 25,2 kg; 11 kg; 43,64%; 31 cm; 29 cm dan 21,50 cm sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan domba K 1, K 2 dan BC, namun perbedaan tersebut tidak nyata. Mutu karkas domba komposit dan domba BC yang dinilai berdasarkan SNI 1998 termasuk mutu 1 namun lemak panggulnya kurang tebal. Perbedaan genotipa domba tidak berpengaruh nyata terhadap komponen produk sampingan dan persentase potongan komersial karkas, sedangkan mutu daging domba komposit cukup baik sebagai sumber protein dengan kadar protein berkisar antara 17,61 19,30%. Kata Kunci: Karakteristik, Mutu, Karkas, Daging, Domba Komposit 479
2 PENDAHULUAN Permintaan domba potong di Indonesia cukup tinggi, khususnya pada bulan Haji, permintaan akan meningkat namun harus memenuhi syarat-syarat tertentu antara lain: jenis kelamin jantan, umur lebih dari satu tahun, tidak cacat tubuh, sehat dan gemuk artinya bobot hidup lebih dari 25 kg. Selama ini pasokannya masih belum memadai, karena dipenuhi dari domba lokal yang pada umumnya bobot hidupnya bervariasi sesuai dengan pakan yang diberikan dengan jumlah terbatas. SUNARLIM et al. (1995) melaporkan bahwa domba lokal jantan umur kurang lebih satu tahun bobot hidupnya berkisar antara 19,30 25,80 kg. Sedangkan domba Priangan umur satu tahun yang dipelihara di padang rumput akan mempunyai bobot hidup 8,40 kg (HENDRI, 1986). Dalam menghadapi era pasar bebas, jika tidak dicari solusi yang tepat, maka kebutuhan domba dalam negeri justru dipasok dombadomba impor yang performanya lebih baik. Untuk memperbaiki performa domba lokal, team peneliti dari Balai Penelitian Ternak melakukan serangkaian penelitian yang bertujuan meningkatkan mutu genetik domba lokal melalui program perkawinan ternak dari bangsa yang berbeda (Cross breeding) disertai program seleksi. Domba unggul yang dibentuk dengan menggabungkan sifat unggul domba lokal dan domba eksotik tropis dapat beradaptasi pada kondisi intensif dan ekstensif. Pada saat ini telah dihasilkan domba komposit Sumatera generasi 1 (K 1 ), generasi 2 (K 2 ) dan generasi 3 (K 3 ) dengan jumlah anak sekelahiran berturut-turut adalah 1,25; 1,42 dan 1,37 sedangkan domba Barbados Blackbelly Cross sebagai pembandingnya 1,60. Total bobot sapih anak pertahun untuk domba komposit K 1, K 2 dan BC adalah 25,35; 32,42 dan 27,33 kg (SUBANDRIYO et al., 2002). Domba unggul ini diharapkan berpotensi untuk dikembangkan sebagai domba potong, maka perlu dilakukan pengamatan mutu pasca panennya yang meliputi karakteristik karkas, mutu karkas dan mutu daging. Data pascapanen yang diperoleh diharapkan dapat melengkapi data dukung bagi domba komposit sebagai domba unggul. MATERI DAN METODE Materi penelitian terdiri dari domba komposit generasi pertama (K 1 ), generasi kedua (K 2 ), generasi ke tiga (K 3 ) yang berumur sekitar satu tahun masing-masing sebanyak 2 ekor, dan sebagai pembanding digunakan domba persilangan Barbados Blackbelly Cross (BC) sebanyak 3 ekor, umur sekitar satu tahun. Domba yang dipotong berasal dari setasiun percobaan Cilebut Bogor, mendapat pakan yang sama yaitu rumput raja adlibitum ditambah konsentrat komersial dengan kandungan protein kasar 16% sebanyak 500 g/ekor/hari. Sebelum dipotong domba dipuasakan kurang lebih 12 jam untuk mempermudah proses pemotongan. Peubah yang diukur adalah: bobot hidup, darah, kepala, kaki, kulit, organ dalam, karkas; panjang dan lebar karkas, lingkar paha belakang dan paha depan, dan mutu karkas. Mutu karkas dinilai berdasarkan SNI , SNI 1998 (DITJEN PETERNAKAN, 1998), kemudian karkas dibelah menjadi dua bagian, karkas sebelah kiri dipotong menjadi 8 potongan komersial menurut ROMANS dan ZIEGLER (1974), untuk dilakukan pemisahan antara daging, lemak dan tulang. Mutu daging domba dinilai berdasarkan pengamatan terhadap daya mengikat air, susut masak, keempukan daging, kadar protein, kadar lemak dan kadar air (AOAC, 1995). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Rancangan Acak Lengkap dan apabila ada perbedaan nyata dilanjutkan dengan uji Duncan (SAS, 1987). HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik dan mutu karkas Pengamatan terhadap masing-masing komponen karkas diperlukan sebagai penentu karakteristik karkas dan secara tidak langsung akan mempengaruhi mutu karkas domba. Komponen karkas domba komposit K 3 yang meliputi bobot hidup (25,20 kg), bobot karkas (11 kg), persentase karkas (43,64%), lebar karkas (31 cm), lingkar paha belakang (29 cm), lingkar paha depan (22 cm) sedikit 480
3 lebih tinggi dibandingkan dengan domba komposit K 1, K 2 dan BC, namun tidak menunjukkan perbedaan. Genotipa domba juga tidak berpengaruh nyata terhadap panjang karkas (Tabel 1). Nilai karakteristik karkas domba komposit sedikit lebih rendah dibandingkan dengan domba lokal jantan umur 1 tahun yang dilaporkan oleh SUNARLIM et al. (1995) yaitu: bobot hidup 25,8 kg, bobot karkas 12,53 kg, persentase karkas 48,57%, lebar karkas 31 cm, lingkar paha belakang 19,3 cm, panjang karkas 69,3 cm. Jika dibandingkan dengan karakteristik karkas domba lokal jantan umur 1 tahun yang diberi pakan tepung gaplek 20%, konsentrat 80% sebanyak 3% dari bobot hidup ditambah rumput gajah dan air minum diberikan adlibitum, maka karakteristik karkas domba komposit sedikit lebih tinggi. Komponen karkas domba lokal yaitu: bobot hidup 19,30 kg, bobot karkas 7,50 kg dan presentase karkas 43,80% (SUNARLIM et al., 1997). Bobot hidup, bobot karkas dan presentase karkas domba komposit dan BC mencapai lebih dari 2 kali lipat dari domba Priangan umur sekitar satu tahun yang digembalakan di padang rumput alam yaitu sebesar 8,40 kg untuk bobot hidup, bobot karkas 3,60 kg dengan presentase karkas hampir sama yaitu: 43,20% (HENDRI, 1986). Perbedaan yang terjadi diduga karena faktor genetik dan faktor lingkungan yang berbeda sesuai dengan pendapat SOEPARNO (1994) yang menyebutkan bahwa faktor genetik dan faktor lingkungan sangat mempengaruhi komponen karkas, misalnya: tipe besar berbeda dengan tipe kecil; juga kondisi lingkungan dan pakan yang diberikan. Mutu karkas domba komposit dan domba BC yang dinilai berdasarkan syarat mutu SNI 1998 tidak menunjukkan adanya perbedaan dan termasuk mutu 1, namun lemak panggulnya masih kurang tebal. Hal ini diduga karena pakan yang diberikan baru mencukupi kebutuhan pokok untuk hidup, belum ada porsi lebih untuk memproduksi karkas yang bermutu baik secara keseluruhan. Produk sampingan karkas Produk sampingan terdiri dari bagian bagian tubuh ternak setelah dipotong yang bukan karkas namun masih punya manfaat dan bisa memberikan nilai tambah, antara lain kepala, kaki, kulit dan organ dalam. Pada Tabel 2 terlihat bahwa genotipa domba (K dan BC) tidak berpengaruh nyata terhadap masing-masing komponen produk sampingan. Rataan bobot kepala domba komposit adalah 1718,33 gram, sedikit lebih rendah dari domba BC yaitu 1807 gram. Demikian juga untuk bobot hati, limpa, jantung, paru dan trachea, lambung, usus, dan bobot darah, sedangkan bobot kaki, ginjal, lemak dan kulit justru sedikit lebih tinggi dari domba BC. SUNARLIM et al. (1995) melaporkan hasil pengamatannya terhadap domba lokal jantan umur satu tahun sebagai berikut: bobot kepala 1800 gram, kaki 650 gram, hati 540 gram, ginjal 80 gram, jantung 107 gram, bobot kulit 1830 gram dan darah 732 gram. Tabel 1. Komponen karkas dan mutu karkas domba Komponen Genotipa domba K 1 K 2 K 3 BC Bobot hidup (kg) 22,80 22,00 25,20 23,00 Bobot karkas (kg) 9,40 8,16 11,00 9,83 Persentase karkas 41,23 36,99 43,64 42,76 Panjang karkas (cm) 56,00 57,00 56,00 52,00 Lebar karkas (cm) 30,00 28,00 31,00 28,00 Lingkar paha belakang (cm) 28,00 27,00 29,00 25,00 Lingkar paha depan (cm) 18,00 17,00 22,00 18,00 Mutu karkas Mutu 1 Mutu 1 Mutu 1 Mutu 1 K 1 : Domba komposit generasi 1; K 2 : Domba komposit generasi 2; K 3 : Domba komposit generasi 3; BC : Domba Barbados Blackbelly Cross 481
4 Tabel 2. Produk sampingan karkas domba Komponen produk (gram) Genotipa domba K 1 K 2 K 3 BC Kepala Kaki Hati Limpa Ginjal Jantung Paru + trachea Lambung Usus Lemak perut Kulit Darah K 1 : Domba komposit generasi 1 K 2 : Domba komposit generasi 2 K 3 : Domba komposit generasi 3 BC : Domba Barbados Blackbelly Cross Variasi bobot masing-masing komponen produk sampingan karkas domba diduga dipengaruhi oleh faktor genetik karena domba yang dipotong berasal dari kondisi yang sama, sedangkan perbedaan dengan domba lokal hasil pengamatan SUNARLIM et al. (1995) di duga selain faktor genetik juga faktor lingkungan yang berbeda. Potongan komersial karkas Separuh dari karkas domba dibagi menjadi 8 potongan komersial yaitu: paha, pinggang, rusuk, bahu, leher, kaki depan, dada dan lipat paha. Perbedaan genotipa domba tidak berpengaruh nyata terhadap persentase potongan komersial karkas domba (Tabel 3). Secara umum persentase terbesar adalah potongan paha, berkisar antara 31,41 36,12%, potongan bahu pada urutan ke dua, antara 23,31 25,15%, kemudian potongan pinggang, rusuk, leher, dada yang berkisar antara 7,12 10,99%, sedangkan paling kecil adalah potongan kaki depan dan lipat paha sebesar 2,22 5,78%. Sedikit variasi yang tampak diduga karena pengaruh faktor individu ternak yang bisa berbeda meskipun jenisnya sama. (SOEPARNO, 1994). Tabel 3. Persentase potongan komersial karkas domba Potongan Genotipa domba K 1 K 3 K 3 BC Paha (leg) 34,53 36,12 31,41 35,38 Pinggang 7,85 7,98 9,60 8,40 (loin) Rusuk 7,85 7,12 8,96 8,60 (rack) Bahu 23,31 23,81 25,15 24,76 (shoulder) Leher (neck) 10,99 9,53 9,21 7,71 Kaki depan 5,05 5,78 4,98 4,73 (shank) Dada 7,63 7,46 8,28 7,60 (breast) Lipat paha (flank) 2,81 2,22 2,43 2,81 K 1 : Domba komposit generasi 1 K 2 : Domba komposit generasi 2 K 3 : Domba komposit generasi 3 BC : Domba Barbados Blackbelly Cross Komposisi potongan komersial Dari masing-masing potongan komersial karkas dapat diamati proporsi daging, lemak dan tulangnya yang merupakan gambaran karakteristik potongan tersebut. Perbedaan genotipa domba tidak mempengaruhi secara nyata terhadap proporsi daging, lemak dan tulang dari masing-masing potongan komersial karkas (Tabel 4). Hal ini diduga berhubungan erat dengan faktor genetik yang tidak berpengaruh nyata terhadap persentase potongan komersial karkas domba (Tabel 3), sedangkan faktor lingkungan bisa diabaikan karena sampel domba berasal dari kondisi yang sama. Secara umum komposisi daging, lemak, dan tulang dari potongan komersial karkas domba termasuk proporsional, karena apabila yang satu tinggi, maka yang lainnya lebih rendah, sesuai dengan pendapat SOEPARNO (1994). 482
5 Tabel 4. Komposisi potongan komersial karkas domba Potongan Bagian Genotipa Domba K 1 K 2 K 3 BC Paha Daging Lemak Tulang 64,04 7,43 25,00 70,21 7,04 22,74 68,27 9,87 21,85 67,27 9,44 23,28 Pinggang Daging Lemak Tulang 64,58 11,66 23,75 72,79 4,72 22,48 58,37 20,25 21,37 67,53 9,36 23,11 Rusuk Daging Lemak Tulang 62,08 5,83 32,08 65,47 5,49 29,03 56,85 12,15 31,00 61,79 11,19 27,02 Bahu Daging Lemak Tulang 66,81 9,00 24,18 67,32 9,81 22,85 65,66 11,51 22,82 67,93 10,80 21,26 Leher Daging 64,58 63,90 69,35 67,96 Lemak 9,82 9,19 8,08 5,82 Tulang 25,59 27,21 22,54 26,22 Kaki Daging 50,98 55,50 54,69 52,42 depan Lemak 8,89 6,50 6,59 6,07 Tulang 40,11 38,00 38,71 41,50 Dada Daging 58,82 65,50 57,95 62,77 Lemak 8,82 6,97 15,91 13,61 Tulang 32,35 27,52 26,13 23,62 Lipat Daging 80,00 76,39 85,45 60,42 paha Lemak 20,00 23,61 14,54 24,03 Tulang K 1 : Domba komposit generasi 1 K 2 : Domba komposit generasi 2 K 3 : Domba komposit generasi 3 BC : Domba Barbados Blackbelly Cross Mutu daging domba Ada beberapa sifat fisik daging yang dapat dipakai sebagai acuan dalam menentukan mutu fisik daging antara lain daya mengikat air, susut masak dan keempukan. (LAWRIE, 1985; SOEPARNO, 1994). Mutu daging akan mempengaruhi penerimaan konsumen dan secara langsung akan menentukan permintaan pasar. Genotipa domba berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap daya mengikat air dan keempukan daging, sedangkan terhadap susut masak tidak berpengaruh nyata (Tabel 5). Daya mengikat air dari daging domba BC adalah mempunyai nilai tertinggi, berbeda nyata (p<0,05) dengan daging kambing komposit K 2 dan K 3, namun tidak berbeda dengan daging domba komposit K 1. Tabel 5. Mutu daging domba Kriteria mutu Daya mengikat air Susut masak Keempukan (kg/detik) Kadar protein Genotipa domba K 1 K 2 K 3 BC -13 ab -17 a -14 a -7 b 38,80 37,15 36,69 34,53 41,00 a 35,47 b 33,64 b 32,94 b 17,61 b 19,16 a 19,30 a 19,33 a Kadar lemak 0,66 a 0,19 b 0,30 ab 0,71 a Kadar air 78,27 a 77,32 b 77,09 b 77,35 b K 1 : Domba komposit generasi 1 K 2 : Domba komposit generasi 2 K 3 : Domba komposit generasi 3 BC : Domba Barbados Blackbelly Cross Nilai dengan superskrip berbeda menunjukkan perbedaan nyata (p<0,05) Nilai daya mengikat air daging domba komposit dan domba BC termasuk rendah, namun tidak jauh berbeda dengan hasil yang dilaporkan oleh SUNARLIM et al. (1995) pada daging domba lokal yang berkisar antara 11 sampai 16%. Keadaan ini menunjukkan bahwa daging tidak mempunyai kemampuan untuk mengikat air, bahkan air keluar dari dalam daging, yang berasal dari cairan dan lemak daging. Menurut SOEPARNO (1994) daya mengikat air dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain: jenis otot, fungsi otot, spesies, umur ternak, pemasakan, pelayuan dan ph. Daya mengikat air akan mempengaruhi penampakan daging, makin rendah nilainya, daging akan tampak kering dan kurang juicy. Genotipa domba tidak berpengaruh nyata terhadap nilai susut masak yang berkisar antara 34,53 38,80%. Nilai susut masak daging domba komposit dan domba BC lebih tinggi 483
6 dibandingkan dengan daging domba lokal yaitu sebesar 25,97% (SUNARLIM et al., 1995), sedangkan susut masak daging domba jantan dari New Zealand umur bulan adalah 28,81% (KADIM et al., 1993). Makin rendah nilai susut masak menunjukkan bahwa mutu daging lebih baik, karena lebih juicy. Susut masak dipengaruhi oleh temperatur dan lama pemasakan, ph, panjang sarkomer serabut otot, panjang potongan serabut otot, ukuran dan bobot sampel daging serta penampang lintang daging (SOEPARNO, 1994). Meskipun agak tinggi, nilai susut masak daging domba komposit dan BC masih dalam batasan normal karena pada umumnya susut masak bervariasi antara 1,5 54,5% (SOEPARNO, 1994). Keempukan daging domba komposit K 1 adalah tertinggi yaitu 41,00 kg/detik berbeda nyata (p<0,05) dengan keempukan daging domba komposit K 2, domba K 3 dan domba BC. Nilai keempukan ini hampir sama dengan keempukan daging domba lokal yang mendapat pakan 20% tepung gaplek dan 80% konsentrat sebanyak 3% bobot hidup berdasarkan bobot kering ditambah rumput gajah dan air minum adlibitum yaitu sebesar 32,0 kg/detik (SUNARLIM et al., 1995). Daging domba komposit K 1 secara organoleptik termasuk empuk karena hampir sama dengan keempukan daging ayam potong yaitu sebesar 40,84 kg/dtk yang pada umumnya dinilai empuk oleh konsumen (TRIYANTINI et al., 1997). Keempukan daging adalah kriteria mutu daging yang cukup penting, karena akan menentukan kesukaan konsumen. Konsumen kelas menengah keatas atau konsumen orang asing lebih memilih daging yang empuk karena tidak memerlukan waktu lama untuk mengolah, sehingga unsur gizi tidak rusak. Banyak faktor yang mempengaruhi keempukan daging yaitu faktor antemortem yang meliputi bangsa, spesies, fisiologi, umur, manajemen, jenis kelamin dan stress. Faktor post mortem antara lain: metode chiling, refrigerasi, pelayuan, temperatur penyimpanan, metode pengolahan, pemasakan dan penambahan bahan pengempuk. Keempukan juga bervariasi diantara individu ternak, potongan karkas, otot yang sama maupun berbeda (SOEPARNO, 1994). Pemberian pakan dengan kadar nutrisi rendah juga akan menurunkan keempukan daging (SOEPARNO, 1994). Informasi tentang mutu gizi daging domba komposit cukup penting karena sebagai bahan pangan sumber protein harus mempunyai kadar protein yang layak untuk dikonsumsi. Genotipa domba berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap kadar protein, kadar lemak dan kadar air daging. Kadar protein daging domba komposit K 1 paling rendah yaitu 17,61% dibandingkan dengan kadar protein daging domba komposit K 2, K 3 dan domba BC (Tabel 5). SUNARLIM et al. (1997) melaporkan bahwa kadar protein daging domba lokal jantan umur 1 tahun yang diberi pakan tepung gaplek 20% dan 80% konsentrat sebanyak 3% dari bobot hidup berdasarkan berat kering ditambah rumput gajah dan air minum secara adlibitum berkisar antara 18,36 19,90%. Sedangkan MARNIATI (1989) melaporkan bahwa kadar protein daging domba lokal berkisar antara 18,5 19,90%. Menurut SNOWDER et al. (1994) kadar protein daging domba Rambouillet (11,10%), Targhee (10,70%), Columbia (11,60%), Polypay (11,20%); sebelum dipotong mendapat pakan finishing yaitu 85% barley dan 15% pellet alfalfa. Kadar protein daging domba komposit dan domba BC yang berkisar antara 17,61 19,33% cukup layak sebagai sumber protein karena menurut LAWRIE (1979) kadar protein daging berkisar antara 16 22%. Kadar lemak daging domba komposit K 2 paling rendah yaitu 0,19%, berbeda nyata (p<0,05) dengan kadar lemak daging domba komposit K 1, K 3 dan BC (Tabel 5). Kadar lemak daging domba komposit dan domba BC lebih rendah dari kadar lemak daging domba lokal yang mendapat pakan campuran tepung gaplek 20% dengan 80% konsentrat sebanyak 3% bobot hidup berdasarkan berat kering, ditambah rumput gajah dan air minum secara adlibitum yaitu sebesar 1,03% (SUNARLIM et al., 1997). Kadar lemak daging domba Rombouillet, Targhee, Columbia dan Polypay berturut-turut adalah 42,50%, 44,40%, 39,80% dan 42,40% (SNOWDER et al., 1994). Kadar lemak ini juga masih lebih rendah dari kadar lemak pada umumnya yang berkisar antara 1,5 13% (FORREST et al., 1989). Perbedaan ini diduga sebagai akibat dari pakan yang berbeda; domba komposit dan BC tidak diberi pakan untuk penggemukan, sehingga tidak ada kelebihan energi yang didepositkan dalam bentuk lemak, sesuai dengan pendapat ANGGORODI (1980) dan SOEPARNO (1994). 484
7 Kadar air daging domba komposit K 2, K 3 dan BC tidak berbeda nyata, namun sedikit lebih rendah dari kadar air daging domba komposit K 1 yaitu sebesar 78,27% dengan perbedaan nyata (p<0,05). Kadar air domba komposit K 1, K 2 dan BC (Tabel 5) hampir sama dengan kadar air daging domba lokal hasil penelitian SUNARLIM et al. (1997) yaitu sebesar 77,50%. Kadar air daging domba Dorper dan Damara yang digembalakan dipadang rumput adalah 61,71% dan 60,15% (TSHABALALA et al., 2003). Perbedaan kadar air diduga karena adanya perbedaan genetik dan menurut ARNIM (1985) kadar air daging dapat berbeda diantara serat otot. Meskipun ada sedikit perbedaan, namun kadar air daging domba komposit dan BC termasuk normal karena pada umumnya kadar air daging berkisar antara 68 80% (FORREST et al., 1989). KESIMPULAN 1. Genotipa domba tidak berpengaruh terhadap komponen karkas, mutu karkas, persentase potongan komersial karkas dan komponen produk sampingan karkas domba. 2. Pada kondisi yang sama, komponen karkas domba komposit K 3 relatif lebih tinggi dibandingkan dengan domba komposit K 1, K 2 dan domba BC. 3. Genotipa domba berpengaruh terhadap mutu fisik dan mutu gizi daging domba. 4. Mutu daging domba komposit dan Barbados Blackbelly Cross cukup baik sebagai bahan pangan sumber protein, dengan kadar protein berkisar antara 17,61 19,33%. DAFTAR PUSTAKA ASSOCIATION OF OFFICIAL ANALYYTICAL (AOAC) Official Methods Of Analysis of The Association of Analitycal Chemists. Published by The Association of Analitycal Chemists, Inc. Arlington. Virginia USA. ARNIM Pengaruh Umur Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Daging Sapi Peranakan Ongole. Tesis. Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. ANGGORODI, R Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia, Jakarta DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN Kumpulan Standar Nasional Indonesia (SNI). Sub Sektor Peternakan Jilid 1. Direktorat Bina Usaha Tani dan Pengolahan Hasil, Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian. FORREST, C.7.E.D. ABERLE, H.B. HENDRIK, M.D. JUDGE and R.A. MERKEL Principles Of. Meat Science W.H. Freeman and Co. San Fransisco. HENDRI Studi Perbandingan Distribusi Perdagingan Kambing Kacang dan Domba Priangan pada Dua Tingkat Umum. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. KADIM, I.T., R.W. PURCHAS, A.S. DAVIES, A.L. RAE and R.A. BARTON Meat Quality and Muscle Fibre Type Characteristics of Southdown Rams from High and Low Backfat Selection Lines. Meat Sci. 33. LAWRIE, R.A Meat Science, 3 rd ed. Pergamon Press, Oxford. New York. Toronto. Sidney. Paris. Fean Ufurt. MARNIATI Beberapa sifat fisik dan Komposisi Kimia daging Domba Lokal pada Cingkungan Nutritif yang Berbeda. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. ROMANS, R.J. and P.T. ZIEGLER The Meat We Eat, 7 th ed. The Interstate Printere and Published 5 Inc. Danvill. Ullinois. SAS SAS/STAS Guide for Personal Computer Release 6.03 Edition. SAS Institite Inc., Cary, NC., USA. SNOWDER, G.D., H.A. GLIMP and R.A. FIELD Carcass Characteristics and Optimal Slaughter Weights in Four Breeds of Sheep. J. Anim. Sci. 72(4). SOEPARNO Ilmu Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press. SUBANDRIYO, DWI YULISTIANI dan B. SETIADI Pembentukan Domba Unggul melalui Persilangan. Laporan Akhir Penelitian Tahun Anggaran Balitnak, Ciawi, Bogor. SUNARLIM, R., H. SETIYANTO, A. DJAJANEGARA dan A. PRABOWO Evaluasi Karkas Domba dan Kambing. Kumpulan Hasil-hasil Penelitian APBN T.A. 1994/1995. Ternak Ruminansia Kecil. Balai Penelitian Ternak, Ciawi, Bogor. 485
8 SUNARLIM, R., H.SETIYANTO, TRIYANTINI dan B. SETIADI Laporan Hasil Penelitian Balai Penelitian Ternak, Ciawi, Bogor. Tahun TRIYANTINI, ABUBAKAR, I.A.K. BINTANG dan T. ANTAWIDJAJA Studi komperatif preferensi, mutu dan gizi beberapa jenis daging unggas. JITV 2(3): TSHABALALA, P.A., P.E. STRYDOM, E.C. WEBB and H.L. DE KOCK Meat quality of designated South African indigenous goat and sheep breeds. Meat Sci
POTONGAN KOMERSIAL KARKAS KAMBING KACANG JANTAN DAN DOMBA LOKAL JANTAN TERHADAP KOMPOSISI FISIK KARKAS, SIFAT FISIK DAN NILAI GIZI DAGING
POTONGAN KOMERSIAL KARKAS KAMBING KACANG JANTAN DAN DOMBA LOKAL JANTAN TERHADAP KOMPOSISI FISIK KARKAS, SIFAT FISIK DAN NILAI GIZI DAGING (Cutting of Carcass Male Kacang Goat and Native Sheep on Composition
Lebih terperinciEndah Subekti Pengaruh Jenis Kelamin.., PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL
PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL EFFECT OF SEX AND SLAUGHTER WEIGHT ON THE MEAT PRODUCTION OF LOCAL SHEEP Endah Subekti Staf Pengajar Fakultas Pertanian
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Karkas domba Lokal Sumatera (Tabel 9) mempunyai koefisien
HASIL DAN PEMBAHASAN Tumbuh-Kembang Karkas dan Komponennya Karkas domba Lokal Sumatera (Tabel 9) mempunyai koefisien pertumbuhan relatif (b) terhadap bobot tubuh kosong yang nyata lebih tinggi (1,1782)
Lebih terperinciGambar 2. (a) Kandang Individu (b) Ternak Domba
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Tempat yang digunakan untuk penelitian berada di Laboratorium Lapangan IPT Ruminansia Kecil dan Laboratorium IPT Ruminansia Besar, Fakultas Peternakan, Institut
Lebih terperinciMATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Percobaan Kandang Bahan dan Alat Prosedur Persiapan Bahan Pakan
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2011. Pemeliharaan domba dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Ternak Ruminansia Kecil sedangkan
Lebih terperinciS. Mawati, F. Warastuty, dan A. Purnomoadi Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK
PENGARUH PEMBERIAN AMPAS TAHU TERHADAP POTONGAN KOMERSIAL KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN (The Effect of Levels of Tofu Cake on Commercial Cutting of Male Local Sheep Carcass) S. Mawati, F. Warastuty, dan A.
Lebih terperinciPertumbuhan dan Komponen Fisik Karkas Domba Ekor Tipis Jantan yang Mendapat Dedak Padi dengan Aras Berbeda
Pertumbuhan dan Komponen Fisik Karkas Domba Ekor Tipis Jantan yang Mendapat Dedak Padi dengan Aras Berbeda (Growth and Carcass Physical Components of Thin Tail Rams Fed on Different Levels of Rice Bran)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KambingKacang Kambing Kacang merupakan salah satu kambing lokal di Indonesia dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh yang relatif kecil,
Lebih terperinciJurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan ABSTRAK
PERTUMBUHAN RELATIF POTONGAN KOMERSIAL KARKAS DOMBA SUNGEI PUTIH DAN LOKAL SUMATERA YANG MENDAPAT PAKAN LIMBAH KELAPA SAWIT (The Relative Growth of the Commercial Carcass Cutting of Sungei Putih and Lokal
Lebih terperinciPENGARUH KUALITAS PAKAN TERHADAP KEEMPUKAN DAGING PADA KAMBING KACANG JANTAN. (The Effect of Diet Quality on Meat Tenderness in Kacang Goats)
On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj PENGARUH KUALITAS PAKAN TERHADAP KEEMPUKAN DAGING PADA KAMBING KACANG JANTAN (The Effect of Diet Quality on Meat Tenderness in Kacang Goats) R.
Lebih terperinciMETODE. Materi. Pakan Pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar dan konsentrat.
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapangan IPT Ruminansia Kecil serta Laboratorium IPT Ruminansia Besar, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakasanakan di Laboratorium Produksi Ternak Potong dan Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas Peternakan Universitas
Lebih terperinciHubungan Antara Bobot Potong... Fajar Muhamad Habil
HUBUNGAN ANTARA BOBOT POTONG DENGAN PERSENTASE KARKAS DAN TEBAL LEMAK PUNGGUNG DOMBA (Ovis aries) GARUT JANTAN YEARLING Fajar Muhamad Habil*, Siti Nurachma, dan Andiana Sarwestri Universitas Padjadjaran
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan
14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan Keadaan hewan pada awal penelitian dalam keadaan sehat. Sapi yang dimiliki oleh rumah potong hewan berasal dari feedlot milik sendiri yang sistem pemeriksaan kesehatannya
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot dan Persentase Komponen Karkas Komponen karkas terdiri dari daging, tulang, dan lemak. Bobot komponen karkas dapat berubah seiring dengan laju pertumbuhan. Definisi pertumbuhan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi PT. Purwakarta Agrotechnopreneur Centre (PAC), terletak di desa Pasir Jambu, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Berdasarkan data statistik desa setempat, daerah
Lebih terperinciKARAKTERISTIK KARKAS DAN BAGIAN-BAGIAN KARKAS SAPI PERANAKAN ONGOLE JANTAN DAN BETINA PADA PETERNAKAN RAKYAT DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA
KARAKTERISTIK KARKAS DAN BAGIAN-BAGIAN KARKAS SAPI PERANAKAN ONGOLE JANTAN DAN BETINA PADA PETERNAKAN RAKYAT DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA (Carcass Characteristic and its Components of Male and Female
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan di kandang Lapangan Percobaan, Blok B Ruminansia Kecil, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Ternak domba
Lebih terperinciTUMBUH KEMBANG TUBUH TERNAK
TUMBUH KEMBANG TUBUH TERNAK PROSES PERTUMBUHAN PERTAMBAHAN BERAT BADAN PERKEMBANGAN Perkembangan : perubahan dalam bentuk badan dan konformasi yang diakibatkan oleh pertumbuhan diferensial dari jaringan
Lebih terperinciD. Akhmadi, E. Purbowati, dan R. Adiwinarti Fakultas Peternakan Unuversitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK
PERSENTASE EDIBLE PORTION DOMBA YANG DIBERI AMPAS TAHU KERING DENGAN ARAS YANG BERBEDA (Edible Portion Percentage of Rams Fed Different Levels of Dried Tofu By-product) D. Akhmadi, E. Purbowati, dan R.
Lebih terperinciPengaruh Jenis Otot dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Daging Sapi
Pengaruh dan terhadap Kualitas Daging Sapi Syafrida Rahim 1 Intisari Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi pada tahun 2008. Penelitian bertujuan
Lebih terperinciPREFERENSI DAN NILAI GIZI DAGING AYAM HASIL PERSILANGAN (PEJANTAN BURAS DENGAN BETINA RAS) DENGAN PEMBERIAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA
PREFERENSI DAN NILAI GIZI DAGING AYAM HASIL PERSILANGAN (PEJANTAN BURAS DENGAN BETINA RAS) DENGAN PEMBERIAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA ABuBAKAR, R. DHARSANA, (Ian A.G. NATAAMIJAYA Balai Penelitian Ternak,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai daging ayam karena. Sebagai sumber pangan, daging ayam mempunyai beberapa kelebihan lainnya
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai daging ayam karena dagingnya selain rasanya enak juga merupakan bahan pangan sumber protein yang memiliki kandungan gizi lengkap
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.
10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni 2015 sampai September 2015 bertempat di Kandang Kambing Laboratorium Produksi Ternak Potong dan Perah, Fakultas Peternakan dan Pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konsumsi protein hewani, khususnya daging sapi meningkat juga.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan yang bernilai gizi tinggi sangat dibutuhkan untuk menghasilkan generasi yang cerdas dan sehat. Untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut pangan hewani sangat memegang
Lebih terperinciMuhamad Fatah Wiyatna Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
Perbandingan Indek Perdagingan Sapi-sapi Indonesia (Sapi Bali, Madura,PO) dengan Sapi Australian Commercial Cross (ACC) (The Ratio of Meat Indek of Indonesian Cattle (Bali, Madura, PO) with Australian
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Daging domba berdasarkan kualitas dapat dibedakan atas umur domba,
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daging Domba Daging domba berdasarkan kualitas dapat dibedakan atas umur domba, jenis kelamin, dan tingkat perlemakan. Daging domba memiliki bobot jaringan muskuler atau urat daging
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Peranakan Etawa dengan kambing Kacang. Kambing ini memiliki komposisi darah kambing
Lebih terperinciIskandar Sembiring, T. Marzuki Jacob, dan Rukia Sitinjak. Departemen Perternakan, Fakultas Pertanian USU
Jurnal Agribisnis Perternakan, Vol. 2, No. 2, Agustus 2006 Pemanfaatan Hasil Sampingan Perkebunan dalam Konsentrat terhadap Persentase Bobot Non-karkas dan Income Over Feed Cost Kambing Kacang Selama Penggemukan
Lebih terperinciKUALITAS DAGING SAPI BALI PADA LAHAN PENGGEMUKAN YANG BERBEDA
Volume 15, Nomor 2, Hal. 21-24 Juli Desember 2013 ISSN:0852-8349 KUALITAS DAGING SAPI BALI PADA LAHAN PENGGEMUKAN YANG BERBEDA Ulil Amri, Iskandar dan Lambue Manalu Fakultas Peternakan Universitas Jambi
Lebih terperinciEDIBLE PORTION DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN PAKAN RUMPUT GAJAH DAN POLLARD
EDIBLE PORTION DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN PAKAN RUMPUT GAJAH DAN POLLARD C.M. SRI LESTARI, J.A. PRAWOTO DAN ZACKY GAZALA Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK Edible portion dapat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Ekor Tipis Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak dipelihara sebagai ternak penghasil daging oleh sebagian peternak di Indonesia. Domba didomestikasi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi pakan selama penelitian adalah 6.515,29 g pada kontrol, 6.549,93 g pada perlakuan KB 6.604,83 g pada perlakuan KBC dan 6.520,29 g pada perlakuan KBE. Konversi pakan itik perlakuan
Lebih terperinciPROPORSI DAGING, TULANG DAN LEMAK KARKAS DOMBA EKOR TIPIS JANTAN AKIBAT PEMBERIAN AMPAS TAHU DENGAN ARAS YANG BERBEDA
PROPORSI DAGING, TULANG DAN LEMAK KARKAS DOMBA EKOR TIPIS JANTAN AKIBAT PEMBERIAN AMPAS TAHU DENGAN ARAS YANG BERBEDA (Proportion of Muscle, Bone and Fat of Carcass of Male Thin Tail Sheep Fed Tofu By-product)
Lebih terperinciKARAKTERISTIK UKURAN ORGAN DALAM KARKAS ITIK GENOTIPE PEKING x ALABIO DAN PEKING x MOJOSARI
KARAKTERISTIK UKURAN ORGAN DALAM KARKAS ITIK GENOTIPE PEKING x ALABIO DAN PEKING x MOJOSARI AGUS SUPARYANTO Balai Penelitian Ternak Jl. Veteran III PO Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Itik Peking x Alabio
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA BOBOT POTONG DENGAN YIELD GRADE DOMBA (Ovis aries) GARUT JANTAN YEARLING
HUBUNGAN ANTARA BOBOT POTONG DENGAN YIELD GRADE DOMBA (Ovis aries) GARUT JANTAN YEARLING Agung Gilang Pratama*, Siti Nurachma, dan Andiana Sarwestri Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan
Lebih terperinciPROPORSI KARKAS DAN KOMPONEN-KOMPONEN NONKARKAS SAPI JAWA DI RUMAH POTONG HEWAN SWASTA KECAMATAN KETANGGUNGAN KABUPATEN BREBES
PROPORSI KARKAS DAN KOMPONEN-KOMPONEN NONKARKAS SAPI JAWA DI RUMAH POTONG HEWAN SWASTA KECAMATAN KETANGGUNGAN KABUPATEN BREBES (Proportion of Carcass and Non Carcass Components of Java Cattle at Private
Lebih terperinciPERKEMBANGAN KUALITAS DAGING PADA DOMBA LOKAL YANG DIPELIHARA SECARA INTENSIF
PERKEMBANGAN KUALITAS DAGING PADA DOMBA LOKAL YANG DIPELIHARA SECARA INTENSIF (Mutton Quality of Local sheep Kept in the Intensive Management) MUKH ARIFIN 1, TITIK WARSITI 2, AGUNG PURNOMOADI 1 dan WAYAN
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Istilah "Ayam kampung" semula
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam kampung merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah memasyarakat dan tersebar di seluruh pelosok nusantara. Bagi masyarakat Indonesia, ayam kampung sudah bukan
Lebih terperinciPENAMPILAN PRODUKSI DAN KUALITAS DAGING KERBAU DENGAN PENAMBAHAN PROBIOTIK, KUNYIT DAN TEMULAWAK PADA PAKAN PENGGEMUKAN SKRIPSI NOVARA RAHMAT
PENAMPILAN PRODUKSI DAN KUALITAS DAGING KERBAU DENGAN PENAMBAHAN PROBIOTIK, KUNYIT DAN TEMULAWAK PADA PAKAN PENGGEMUKAN SKRIPSI NOVARA RAHMAT PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Keadaan ini disebabkan oleh
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat Indonesia pada daging sapi segar dan berkualitas beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Keadaan ini disebabkan oleh berbagai aspek diantaranya,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau
I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai oleh masyarakat. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau konsumen lebih banyak memilih
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking
TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara
Lebih terperinciSIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KACANG BETINA SEBAGAI SUMBER BIBIT DI KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA
SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KACANG BETINA SEBAGAI SUMBER BIBIT DI KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA THE QUANTITATIVE OF LOCAL GOAT FEMALE AS A SOURCE OF BREED AT KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN
Lebih terperinciGambar 1. Domba Penelitian.
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di kandang percobaan Laboratorium Ternak Ruminansia Kecil (Kandang B) dan Laboratorium Ternak Ruminansia Besar, Fakultas Peternakan,
Lebih terperinciPROFIL KARKAS TERNAK DOMBA DAN KAMBING
PROFIL KARKAS TERNAK DOMBA DAN KAMBING (Profile of Sheep and Goat Carcass) ROSWITA SUNARLIM dan SRI USMIATI Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Jl. Tentara Pelajar No. 12 Cimanggu,
Lebih terperinciIdentifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton. Abstrak
Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton Umaris Santoso, Siti Nurachma dan Andiana Sarwestri Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran umarissantoso@gmail.com
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat
I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia karena rasanya disukai dan harganya jauh lebih murah di banding harga daging lainnya. Daging
Lebih terperinciKARAKTERISTIK UKURAN KARKAS ITIK GENOTIPE PEKING x ALABIO DAN PEKING x MOJOSARI
KARAKTERISTIK UKURAN KARKAS ITIK GENOTIPE PEKING x ALABIO DAN PEKING x MOJOSARI AGUS SUPARYANTO Balai Penelitian Ternak Jl. Veteran III PO Box 221, Bogor 16002 ABSTRAK Persilangan itik Peking dengan lokal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan bangsa kambing hasil persilangan kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil persilangan pejantan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Secara umum penelitian ini sudah berjalan dengan cukup baik. Terdapat sedikit hambatan saat akan memulai penelitian untuk mencari ternak percobaan dengan umur
Lebih terperinciII KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Potong Sapi potong adalah jenis sapi yang khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup baik. Sapi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Babi Ternak babi memiliki karakteristik yang sama kedudukannya dalam sistematika hewan yaitu: Filum: Chordata, Sub Filum: Vertebrata (bertulang belakang), Marga:
Lebih terperinciPERFORMA TURUNAN DOMBA EKOR GEMUK PALU PRASAPIH DALAM UPAYA KONSERVASI PLASMA NUTFAH SULAWESI TENGAH. Yohan Rusiyantono, Awaludin dan Rusdin ABSTRAK
PERFORMA TURUNAN DOMBA EKOR GEMUK PALU PRASAPIH DALAM UPAYA KONSERVASI PLASMA NUTFAH SULAWESI TENGAH Yohan Rusiyantono, Awaludin dan Rusdin Program Studi Peterenakan Fakultas Peternakan Dan Perikanan Universitas
Lebih terperinciKOMPOSISI FISIK POTONGAN KOMERSIAL KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN RASIO PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA SELAMA DUA BULAN PENGGEMUKAN
KOMPOSISI FISIK POTONGAN KOMERSIAL KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN RASIO PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA SELAMA DUA BULAN PENGGEMUKAN SKRIPSI NURMALASARI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,
I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Ras Pedaging Menurut Indro (2004), ayam ras pedaging merupakan hasil rekayasa genetik dihasilkan dengan cara menyilangkan sanak saudara. Kebanyakan induknya diambil dari Amerika
Lebih terperinciKARKAS, DAN PENYEBARAN OTOT KAMBING KACANG JANTAN PENGGEMUKAN SECARA INTENSIF PADA BOBOT AWAL YANG BERBEDA
KARKAS, DAN PENYEBARAN OTOT KAMBING KACANG JANTAN PENGGEMUKAN SECARA INTENSIF PADA BOBOT AWAL YANG BERBEDA (Carcass and Muscle Distribution of Male Kacang Goat from Intensive Fattening with Different Initial
Lebih terperinciSeminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
TINGKAT PRODUKTIVITAS INDUK KAMBING PERSILANGAN (KAMBING KACANG DAN KAMBING BOER) BERDASARKAN TOTAL BOBOT LAHIR, TOTAL BOBOT SAPIH, LITTER SIZE DAN DAYA HIDUP (Productivity of Goat Crosbred (Kacang X Boer)
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin. meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan komoditas ternak, khususnya daging. Fenomena
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian
Kandungan Nutrisi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Pakan Penelitian Kandungan nutrisi pakan tergantung pada bahan pakan yang digunakan dalam pakan tersebut. Kandungan nutrisi pakan penelitian dari analisis proksimat
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh perlakuan terhadap Konsumsi Bahan Kering dan Konsumsi Protein Ransum
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pengaruh perlakuan terhadap Konsumsi Bahan Kering dan Konsumsi Protein Ransum Rataan konsumsi bahan kering dan protein ransum per ekor per hari untuk setiap perlakuan dapat
Lebih terperinciPENGARUH BUNGKIL BIJI KARET FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK DAGING DOMBA PRIANGAN JANTAN
PENGARUH BUNGKIL BIJI KARET FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK DAGING DOMBA PRIANGAN JANTAN OBIN RACHMAWAN dan MANSYUR Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jl Raya Bandung Sumedang
Lebih terperinciANALISIS TUMBUH KEMBANG KARKAS SAPI BALI JANTAN DAN BETINA DARI POLA PEMELIHARAAN EKSTENSIF DI SULAWESI TENGGARA. Oleh: Nuraini dan Harapin Hafid 1)
ANALISIS TUMBUH KEMBANG KARKAS SAPI BALI JANTAN DAN BETINA DARI POLA PEMELIHARAAN EKSTENSIF DI SULAWESI TENGGARA Oleh: Nuraini dan Harapin Hafid 1) ABSTRACT This study aims to analyze the growth patterns
Lebih terperinciSeminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008
PERSENTASE POTONGAN DAGING HAS DALAM (FILLET), HAS LUAR (SIRLOIN), DAN LAMUSIR (CUBE ROLL) PADA SAPI JANTAN BALI DAN FRIES HOLLANDS UMUR 2 3 TAHUN HASIL PENGGEMUKAN (Persentage of Fillet, Sirloin and Cube
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan protein hewani mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi bagi kesehatan. Salah satu
Lebih terperinciKUALITAS FISIK DAGING LOIN SAPI BALI YANG DIPOTONG DI RUMAH POTONG HEWAN (RPH) MODEREN DAN TRADISIONAL
Seminar Nasional Sains dan Teknologi (SENASTEK-2016), Kuta, Bali, INDONESIA, 15 16 Desember 2016 KUALITAS FISIK DAGING LOIN SAPI BALI YANG DIPOTONG DI RUMAH POTONG HEWAN (RPH) MODEREN DAN TRADISIONAL Artiningsih
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Ternak Domba
TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Ternak Domba Menurut Blakely dan Bade (1991) domba sudah sejak lama diternakkan orang, tetapi hanya sedikit saja yang mengetahui asal mula dilakukannya seleksi dan domestikasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Wonosobo Domba Wonosobo merupakan domba hasil persilangan antara domba Texel yang didatangkan pada tahun 1957 dengan Domba Ekor Tipis dan atau Domba Ekor Gemuk yang secara
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian
Suhu dan Kelembaban HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Suhu dalam kandang saat penelitian berlangsung berkisar antara 26,9-30,2 o C. Pagi 26,9 o C, siang 30,2 o C, dan sore 29,5 o C. Kelembaban
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu unggas yang sangat efisien dalam menghasilkan daging dan digemari oleh masyarakat Indonesia
Lebih terperinciSTUDI KARAKTERISTIK KARKAS BABI BALI ASLI DAN BABI LANDRACE YANG DIGUNAKAN SEBAGAI BAHAN BAKU BABI GULING
STUDI KARAKTERISTIK KARKAS BABI BALI ASLI DAN BABI LANDRACE YANG DIGUNAKAN SEBAGAI BAHAN BAKU BABI GULING Sriyani NLP, Tirta Ariana Fakultas Peternakan Universitas Udayana sriyaninlp@yahoo.co.id ABSTRAK
Lebih terperinciIV PEMBAHASAN. yang terletak di kota Bekasi yang berdiri sejak tahun RPH kota Bekasi
25 IV PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Rumah Potong Hewan (RPH) Kota Bekasi adalah rumah potong hewan yang terletak di kota Bekasi yang berdiri sejak tahun 2009. RPH kota Bekasi merupakan rumah potong dengan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Domba Priangan Domba adalah salah satu hewan yang banyak dipelihara oleh masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang sangat potensial untuk dikembangkan.
Lebih terperinciKUALITAS KIMIA DAGING AYAM KAMPUNG DENGAN RANSUM BERBASIS KONSENTRAT BROILER
KUALITAS KIMIA DAGING AYAM KAMPUNG DENGAN RANSUM BERBASIS KONSENTRAT BROILER Sri Hartati Candra Dewi Program Studi Peternakan, Fakultas Agroindustri Universitas Mercu Buana Yogyakarta e-mail : sh_candradewi@yahoo,com
Lebih terperinciKOMPOSISI KIMIA DAGING KAMBING KACANG JANTAN YANG DIBERI PAKAN DENGAN KUALITAS BERBEDA
On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj KOMPOSISI KIMIA DAGING KAMBING KACANG JANTAN YANG DIBERI PAKAN DENGAN KUALITAS BERBEDA (Chemical Meat Composition of Male Kacang Goat Fed Different
Lebih terperinciPERBANDINGAN KUALITAS KIMIA (KADAR AIR, KADAR PROTEIN DAN KADAR LEMAK) OTOT BICEPS FEMORIS PADA BEBERAPA BANGSA SAPI
366 PERBANDINGAN KUALITAS KIMIA (KADAR AIR, KADAR PROTEIN DAN KADAR LEMAK) OTOT BICEPS FEMORIS PADA BEBERAPA BANGSA SAPI Khasrad, Sarbaini Anwar, Arfai, Rusdimansyah Fakultas Peternakan Universitas Andalas
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan
PENDAHULUAN Latar Belakang Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan strategis untuk dikembangkan di Indonesia. Populasi ternak sapi di suatu wilayah perlu diketahui untuk menjaga
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi Penelitian
MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan September 2010. Pelaksanaan penelitian dilakukan di Bagian Ilmu Produksi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK FISIK DAGING SAPI PERANAKAN ONGOLE PADA BERBAGAI TINGKATAN BOBOT BADAN
KARAKTERISTIK FISIK DAGING SAPI PERANAKAN ONGOLE PADA BERBAGAI TINGKATAN BOBOT BADAN (Physical Characteristics of Ongole Bulls Meat at Various Body Weight) EDY RIANTO, M.F. RAHMAWATI dan A. PURNOMOADI
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Domba garut Domba Ekor Tipis
TINJAUAN PUSTAKA Domba garut Domba garut merupakan domba yang telah lama dikembangkan di daerah Garut dan biasanya berasal dari daerah Garut, Bogor. Berdasarkan sifat genetiknya, domba garut merupakan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK KARKAS DAN KUALITAS DAGING SAPI PO YANG MENDAPAT PAKAN MENGANDUNG PROBIOTIK
KARAKTERISTIK KARKAS DAN KUALITAS DAGING SAPI PO YANG MENDAPAT PAKAN MENGANDUNG PROBIOTIK (Carcass Characteristics and Meat Quality of Ongole Crossbreed Cattle Given Feeds Containing Probiotic) ABUBAKAR
Lebih terperinciPENAMPILAN KARKAS KAMBING HASIL PERSILANGAN ANTARA PEJANTAN BOER DAN INDUK KACANG
PENAMPILAN KARKAS KAMBING HASIL PERSILANGAN ANTARA PEJANTAN BOER DAN INDUK KACANG (Goat Carcass Performance Between Boer Crossed Kacang) Simon Elieser Loka Penelitian Kambing Potong, Sei Putih, PO Box
Lebih terperinciYIELD GRADE DOMBA LOKAL JANTAN YANG DIGEMUKKAN SECARA FEEDLOT DENGAN KADAR PROTEIN DAN ENERGI PAKAN KOMPLIT SERTA BOBOT POTONG YANG BERBEDA
YIELD GRADE DOMBA LOKAL JANTAN YANG DIGEMUKKAN SECARA FEEDLOT DENGAN KADAR PROTEIN DAN ENERGI PAKAN KOMPLIT SERTA BOBOT POTONG YANG BERBEDA E. PURBOWATI, R. ADIWINARTI, dan M. NIKMAH Fakultas Peternakan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Kacang Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong merupakan bangsa-bangsa kambing yang terdapat di wilayah Jawa Tengah (Dinas Peternakan Brebes
Lebih terperinciReny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK
ANALISIS USAHA PENGGEMUKAN SAPI BETINA PERANAKAN ONGOLE (PO) AFKIR (STUDI KASUS DI KELOMPOK TANI TERNAK SUKAMAJU II DESA PURWODADI KECAMATAN TANJUNG SARI, KABUPATEN LAMPUNG SELATAN) Reny Debora Tambunan,
Lebih terperinciPERSENTASE BAGIAN PANGAN DAN NONPANGAN ITIK MANDALUNG PADA BERBAGAI UMUR
PERSENTASE BAGIAN PANGAN DAN NONPANGAN ITIK MANDALUNG PADA BERBAGAI UMUR (PERCENTAGE OF EDIBLE AND NON EDIBLE PARTS OF MULE DUCKS AT DIFFERENT AGES) Sunari, Rukmiasih dan Peni S. Hardjosworo Fakultas Peternakan,
Lebih terperinciKAJIAN PERTUMBUHAN KARKAS DAN BAGIAN NON KARKAS KAMBING LOKAL JANTAN PASCA PEMBERIAN ASAM LEMAK TERPROTEKSI
KAJIAN PERTUMBUHAN KARKAS DAN BAGIAN NON KARKAS KAMBING LOKAL JANTAN PASCA PEMBERIAN ASAM LEMAK TERPROTEKSI Elvannudin 1, A. Murlina Tasse 2, Harapin Hafid 2 1) Alumnus Fakultas Peternakan Universitas
Lebih terperinciBOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL YANG DIGEMUKKAN DENGAN PEMBERIAN RANSUM KOMPLIT DAN HIJAUAN SKRIPSI AZIZ MEIARO H
BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL YANG DIGEMUKKAN DENGAN PEMBERIAN RANSUM KOMPLIT DAN HIJAUAN SKRIPSI AZIZ MEIARO H PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT
Lebih terperinciHubungan Umur, Bobot dan Karkas Sapi Bali Betina yang Dipotong Di Rumah Potong Hewan Temesi
Hubungan Umur, Bobot dan Karkas Sapi Bali Betina yang Dipotong Di Rumah Potong Hewan Temesi Wisnu Pradana, Mas Djoko Rudyanto, I Ketut Suada Laboratorium Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Hewan,
Lebih terperinciVIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA
Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VIII VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA Tujuan Instruksional Umum : Mengetahui peranan ternak babi dalam usaha penyediaan daging. Mengetahui sifat-sifat karakteristik
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum Banyaknya pakan yang dikonsumsi akan mempengaruhi kondisi ternak, karena dengan mengetahui tingkat konsumsi pakan dapat ditentukan banyaknya zat makanan yang masuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,
Lebih terperinciKOMPOSISI KIMIA DAGING SAPI PERANAKAN ONGOLE YANG DIBERI PAKAN JERAMI PADI URINASI DAN LEVEL KONSENTRAT YANG BERBEDA
KOMPOSISI KIMIA DAGING SAPI PERANAKAN ONGOLE YANG DIBERI PAKAN JERAMI PADI URINASI DAN LEVEL KONSENTRAT YANG BERBEDA (Chemical Composition of Meat of Ongole Crossbred Cattle Fed Urinated Rice Straw and
Lebih terperinciKARAKTERISTIK KARKAS KAMBING KACANG, KAMBING PERANAKAN ETTAWA, DAN KAMBING KEJOBONG JANTAN PADA UMUR SATU TAHUN
Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p 175 182 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj KARAKTERISTIK KARKAS KAMBING KACANG, KAMBING PERANAKAN ETTAWA, DAN KAMBING KEJOBONG JANTAN
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Perah Fries Holland (FH) Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum Subphylum Class Sub class Infra class
Lebih terperinciPengaruh Penggunaan Zeolit dalam Ransum terhadap Konsumsi Ransum, Pertumbuhan, dan Persentase Karkas Kelinci Lokal Jantan
Pengaruh Penggunaan Zeolit dalam Ransum terhadap Konsumsi Ransum, Pertumbuhan, dan Persentase Karkas Kelinci Lokal Jantan Sulastri Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Jl. Prof.
Lebih terperinciSeminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009
PENGARUH IMBANGAN PROTEIN DAN TOTAL DIGESTIBLE NUTRIENTS YANG BERBEDA TERHADAP PERSENTASE KARKAS, EDIBLE PORTION, MEAT BONE RATIO DAN YIELD GRADE DOMBA LOKAL JANTAN (The Effect of Protein and Total Digestible
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan Metode
35 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Maret - Mei 2008 di Rumah Potong Hewan (RPH) Aldia-Kupang. Pengumpulan data pengukuran produktivitas karkas dilakukan
Lebih terperinciYIELD GRADE DAN RIB EYE MUSCLE AREA KAMBING KACANG JANTAN DENGAN BERBAGAI KADAR PROTEIN DAN ENERGI PAKAN
YIELD GRADE DAN RIB EYE MUSCLE AREA KAMBING KACANG JANTAN DENGAN BERBAGAI KADAR PROTEIN DAN ENERGI PAKAN (Yield Grade and Rib Eye Muscle Area of Male Kacang Goat Fed Different Level of Dietary Protein
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN ASAM CUKA NIRA AREN TERHADAP DAGING SAPI ASAM
PENGARUH PENGGUNAAN ASAM CUKA NIRA AREN TERHADAP DAGING SAPI ASAM (Effect of Acetic Acid Fermented from Nira-aren Palm for Acidified Beef) ANDI TARIGAN Loka Penelitian Kambing Potong, PO Box 1, Galang
Lebih terperinci