ggffgh Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ggffgh Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar"

Transkripsi

1 ggffgh

2 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Bahan ajar untuk fasilitasi bimbingan teknis ICT PTK SD dapat diselesaikan. Tenaga pendidik memiliki peran penting dalam peningkatan kualitas pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Salah satu kompetensi yang perlu dikuasai oleh seorang tenaga pendidik adalah dapat memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Oleh karena itu, upaya peningkatan kompetensi tersebut perlu dilakukan secara terprogram dan berkelanjutan melalui keiatan fasilitasi dan bimbingan teknis ICT PTK SD. Naskah materi bahan ajar bimbingan teknis ini disusun untuk membantu peserta, dan mempermudah dalam memahami materi pada bimbingan teknis ICT PTK SD, agar dapat dihasilkan PTK SD yang mampu mengembangkan pembelajaran berbasis ICT. Berkaitan dengan hal tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) melalui Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P2TK) Pendidikan Dasar (Dikdas), Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar (Ditjen Dikdas), menyusun bahan ajar bimbingan teknis ICT PTK SD secara sistematis yang terdiri dari Konsep pembelajaran berbasis ICT, Pemanfaataan sumber-sumber belajar online, Pembuatan media pembelajaran berbasis ICT, Penyusunan RPP berbasis ICT, dan Pelaksanaan Pembelajaran berbasis ICT, dengan harapan dapat mendukung implementasi kegiatan fasilitasi dan bimbingan teknis ICT PTK SD secara efektif dan efisien. Kami mengucapkan terima kasih atas kerja sama berbagai pihak dalam mewujudkan naskah bahan ajar fasilitasi dan bimbingan teknis ICT PTK SD. Semoga dapat dimanfaatkan oleh para pengguna sebagaimana mestinya. Jakarta, Direktur Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar Sumarna Surapranata, Ph.D NIP

3 DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS ICT 1 A. Pendahuluan... 1 B. Pembelajaran Abad C. Prinsip pengembangan pembelajaran menggunakan pendekatan proyek berbasis ICT... 4 LATIHAN/TUGAS... 5 RANGKUMAN... 6 EVALUSI MATERI POKOK PERANCANGAN PEMBELAJARAN BERBASIS ICT... 9 A. Merancang Pembelajaran Berbasis Proyek dengan Kerangka Kerja GRASPS... 9 B. Mengembangkan Pertanyaan Pemandu (Driving Question) Pembelajaran untuk Melibatkan Siswa C. Mengembangkan Penilaian Otentik yang Berpusat pada Siswa D. Pemanfaatan TIK dalam Pembelajaran Berbasis Proyek LATIHAN/TUGAS RANGKUMAN EVALUSI MATERI POKOK UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT DESAIN RENCANA PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF BERBASIS ICT A. Pandangan tentang pembelajaran B. Pembelajaran langsung dan tidak langsung C. Perencanaan pembelajaran D. Proses pembelajaran E. Pemanfaatan ICT dalam Desain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran LATIHAN/TUGAS RANGKUMAN EVALUSI MATERI POKOK UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT ii

4 APLIKASI OFFICE BERBASIS WEB UNTUK PERANCANGAN RPP A. Google Docs B. Microsoft SkyDrive C. Mengelola berkas dan Portofolio Siswa LATIHAN DAN SOAL RANGKUMAN EVALUASI MATERI UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT LAMPIRAN iii

5 MATERI POKOK 1 MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS ICT INDIKATOR KEBERHASILAN Materi pokok 1 ini mengkaji beberapa hal yang berkaitan dengan konsep dasar Model Pembelajaran berbasis ICT di abad 21. Setelah mengikuti materi pokok 1 ini, Anda diharapkan dapat menjelaskan: (1) prinsip pembelajaran menggunakan Pendekatan proyek berbasis ICT, (2) Mengenal beberapa contoh model pembelajaran aktif berbasis ICT. Dengan menguasai materi kajian dalam materi pokok 1 ini, Anda akan lebih mantap dalam membina para guru SD dalam menerapkan konsep dasar rencana pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, seyogyanya Anda pelajari uraian di bawah ini dengan cermat, kerjakan tugas-tugas dan diskusikan dengan teman, serta kerjakan tes formatif untuk menguasai tingkat penguasaan Anda terhadap isi modul ini. Kedisiplinan Anda dalam mengerjakan tugas-tugas yang terintegrasi dalam uraian modul akan sangat membantu keberhasilan Anda. URAIAN DAN CONTOH A. Pendahuluan Pembelajaran merupakan dialog antara peserta didik dengan pendidik serta sumber belajar untuk mengoptimalkan potensi peserta didik. Oleh karena itu seyogya para pendidikan merancang kegiatan pembelajaran dengan memperhatikan variasi potensi peserta didik, seperti minat, sikap dan lain sebagainya dengan sumber belajar yang akan membantu proses dialog dengan peserta didik dalam upaya mengembangkan potensinya. Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, menuntut pembelajaran yang lebih menekankan aktivitas dari peserta didik dalam kegiatan 1

6 MATERI POKOK 1 pembelajaran, sehingga peran guru dalam pembelajaran yang demikian, lebih banyakj berperan sebagai fasilitator. Peran fasilitasi dalam pembelajaran yang dilakukan para pendidik untuk lebih mengkatifkan peran peserta didik, dapat ditemput dengan berbagai cara, diantaranya dengan memilih berbagai model pembelajaran yang dapat lebih banyak mengaktifkan peran peserta didik. Model Pembelajaran berbasis proyek, inkuiri, Pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) atau Information Technology and Communication. (ICT). Pada bagian selanjutnya akan di bahas tentang Model pembelajaran yang berbasis ICT, prinsip Konsep pembelajaran abad 21 dan prinsip pengembangan pembelajaran menggunakan pendekatan proyek berbasis ICT B. Pembelajaran Abad 21. Karakteristik abad 21 pada era informasi dan wawasan global akan menuntut perubahan keterampilan pada warga Negara. Tuntutan skill pada abad 21 minimal adalah keterampilan/skills collaboration, communication & critical thinking, tuntutan keterampilan tersebut menuntut adanya perubahan dalam pembelajaran pada semua jenjang pendidikan. Perubahan paradigma dari pembelajaran yang berpusat kepada guru (teacher centered) ke arah pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered). Perubahan pembelajaran ini menuntut perubahan peran dari pendidik dalam pembelajaran. Pada pembelajaran yang berpusat pada pendidik, lebih banyak menempatkan pendidik sebagai sumber yang dominan dan utama dalam pembelajaran. Sementara pada pada kegiatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, menempatkan pendidik lebih berperan sebagai fasiltator. Fasilitator yang dimaksud adalah 2

7 MATERI POKOK 1 membantu peserta didik untuk lebih aktif mencari sumber belajar lain, yang tidak hanya dari gurunya saja. Melainkan sumber belajar yang ada disekitar kelas, sekolah dan bahkan di luar sekolah. Perubahan peran pendidik dalam pembelajaran, disebabkan karena ada tuntutan perubahan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran. Pada pembelajaran yang berpusat pada pendidik, peserta didik pasif (istilahnya hanya beperan DDCH-Duduk, Dengar, Catat dan Hafal) dalam beraktivitas. Sementara Pendidik, aktif dan mendominasi aktivitas pembelajaran. Sedangkan pada Pada pembelajaran yang berpusat pada peserta pendidik, peserta didik aktif (harus mencari, menemukan dan menyimpulkan dalam beraktivitas. Pendidik, aktif dalam membantu menyiapkan berbagai bahan yang dibutuhkan oleh peserta didik dalam pembelajaran. Implikasi dari dari perubahan ini, pendidik dalam pembelajaran mulai dari perencanaan sudah memikirkan berbagai kegiatan bagi peserta didik untuk lebih aktif dalam; mencari, menemukan dan menyimpulkan terhadap materi ajar dipelajarinya. Peran sebagai fasilitator dalam pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, lebih banyak memfasilitasi atau miminal merancang berbagai aktivitas peserta didik dalam pembelajaran dan membantu menyiapkan berbagai sumber belajar lain, baik yang ada di kelas, di sekolah maupun di luar sekolah. Pencarian dan Pemanfaatan sumber belajar menjadi awal keberhasilan dalam mengaktifkan peserta didik dalam pembelajaran. Media pembelajaran terdiri atas pembejaran yang nyata dan yang virtual. Diam dan bergerak. Media pembelajaran yang nyata bisa dalam bentuk buku, tumbuh-tumbuhan, gedung, gambar dan lain sebagainya. Pemanfaatan ICT sangat penting dan membantu dalam mencari dan memanfaatkan sumber belajar, apakah dalam bentuk slide (gambar diam), film, dan bahan ajar lain yang bisa ditemukan dari sumber yang sangat jauh 3

8 MATERI POKOK 1 dengan waktu yang singkat (On-line, bukan di buku ajar, atau di perpustakaan sekolah). Oleh karena itu model pembelajaran yang berbasis ICT merupakan pilihan utama untuk merespons tuntutan dalam pembelajaran pada abad 21. C. Prinsip pengembangan pembelajaran menggunakan pendekatan proyek berbasis ICT. Salah satu pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas adalah pembelajaran yang menggunakan pendekatan proyek atau Project Based Learning (PBL). Pembelajaran berbasis proyek akan membawa peserta didik pada proses inkuiri dalam merespon pertanyaan, masalah dan tantangan yang kompleks. Proses inkuiri ini di yakini akan menumbuhkan keterampilan berfikir seperti kolaborasi, komunikasi dan berfikir kritis. Alasan lainnya mengapa PBL yang dipilih, adalah bahwa dengan projek dalam pembelajaran akan membawa peserta didik lebih mendalam dalam memahami suatu konsep. Projek juga akan membangun keterampilanketerampilan yang penting dalam kehidupan dan pembiasaan belajar sepanjang hayat. Dengan projek, peserta didik diperkenankan untuk memilih topik-topik yang relevan dengan yang berkembang di masyarakat, dapat mengeksplor karirinya, berinteraksi dengan gurunya, temannya, menggunakan teknologi dan menyajikan hasil karyanya di dalam kelas. PBL juga dapat memotivasi peserta didik, dari pembelajaran yang terkesan membosankan menjadi pembelajaran yang lebih bermakna bagi dirinya. Berikut ini akan disampaikan beberapa prinsip pengembangan pembelajaran menggunakan pendekatan proyek berbasis ICT. Merumuskan hasil belajar bagi siswa secara eksplisit /jelas dan terukur dalam bentuk hasil belajar yang akan dihasilkan. Memerlukan kegiatan yang menuntut berfikir kritis, pemecahan masalah, kolaborasi dan berbagai bentuk komunikasi. 4

9 MATERI POKOK 1 Inkuri sebagai bagian dari proses pembelajaran dan kreasi sesuatu yang baru Mengembangkan pertanyaan penuntun yang bersifat tertutup maupun terbuka. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memilih topik dan cara untuk mencapai tujuannya. Peserta didik berkerja secara indipenden dan bertanggung jawab atas pilihannya. Menumbuhkan proses untuk revisi dan refleksi. Kesempatan untuk menyampaikan pemikiran dan menerima saran untuk perbaikan hasil karya siswa Melibatkan banyak orang, baik peserta didik atau yang dianggap dalam memperbaiki hasil karya siswanya Beberapa contoh model pembelajaran aktif berbasis ICT. Pembelajaran Berbasis Projek Inkuiri Pembelajaran dengan pendekatan Pemecahan Masalah LATIHAN/TUGAS Setelah membaca dengan cermat seluruh uraian di atas serta mengerjakan tugas-tugas kecil yang diberikan pada setiap bagian, kini tiba saatnya Anda meningkatkan pemahaman dengan mengerjakan latihan berikut. Anda dapat mengerjakan latihan secara individual atau bersama dengan teman Anda. Terjemahkan suatu tema yang akan di ajarkan dalam: Pertanyaan-pertanyaan Masalah-masalah yang terkait dengan tema pembelajaran Inventarisasi berbagai sumber pembelajaran yang dapat menjawab pertanyaan dan mendukung pemecahan masalah 5

10 MATERI POKOK 1 Setelah mengerjakan latihan, Anda dapat membaca rambu-rambu jawaban latihan untuk membandingkan tingkat ketepatan hasil kerja Anda. Jika Anda menganggap hasil latihan Anda belum sempurna, maka sebaiknya Anda menganalisis penyebabnya dan kemudian memperbaikinya. Setelah semua kegiatan latihan Anda kerjakan, ada baiknya Anda membuat rangkuman dan butir-butir yang telah Anda capai. Anda dapat mencocokkan rangkuman Anda dengan rangkuman berikut ini. RANGKUMAN Pemanfaatan ICT sangat penting dan membantu dalam mencari dan memanfaatkan sumber belajar, apakah dalam bentuk slide (gambar diam), film, dan bahan ajar lain yang bisa ditemukan dari sumber yang sangat jauh dengan waktu yang singkat (On-line, bukan di buku ajar, atau di perpustakaan sekolah) yang dapat disajikan dengan berbagai model pembelajaran diantaranya Pembelajaran Berbasis Projek, Inkuiri, Pembelajaran dengan pendekatan Pemecahan Masalah. Oleh karena itu model pembelajaran yang berbasis ICT merupakan pilihan utama untuk merespon tuntutan dalam pembelajaran pada abad 21. Bagaimana? Apakah rangkuman yang Anda buat sejalan dengan rangkuman di atas. Jika tidak sejalan, coba Anda cermati bagian mana yang kurang sejalan. Mungkin rangkuman yang Anda buat lebih menggambarkan pemahaman Anda. Kini, Anda dapat mengerjakan Tes Formatif 1 untuk menguji tingkat pemahaman Anda. 6

11 MATERI POKOK 1 EVALUSI MATERI POKOK 1 Bagian A: Silakan baca dengan cermat pertanyaan atau pernyataan di bawah ini, kemudian pilih alternatif jawaban yang paling tepat dengan cara membubuhkan tanda silang (x) pada alternatif jawaban tersebut. 1. Pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, ciri utamanya adalah: a. DDCH b. Guru menjadi satu-satunya sumber belajar c. Guru dalam pembelajaran menggunakan LCD projector d. Murid aktif mencari bahan dari berbagai sumber belajar e. Guru mendominasi pembelajaran 2. Pola pembelajaran yang berpusat pada pendidik, ciri utamanya adalah: a. Murid aktif sesuai arahan guru b. Murid santun mendengarkan penjelasan dari Guru DDCH c. Guru menjadi satu-satunya sumber belajar d. Murid aktif mencari bahan dari berbagai sumber belajar e. Guru mendominasi pembelajaran 3. Tuntutan kemampuan pada abad 21 adalah: a. Nalar- logika estetika b. Kolaborasi-komunikasi-berfikir kritis c. Pendiam-penurut-santun d. Aktif-kreatif-soliter e. Kerjasama-tergantung sama orang Penurut 4. Pendekatan Pembelajaran yang berbasis Projek, ciri utamanya adalah sebagai berikut: a. Membangun aktivitas siswa b. Menghasilkan hasil karya siswa c. Menggunakan ICT d. Menggunakan proses inkuiri e. Pembelajarannya hanya di dalam kelas 5. Prinsip Pembelajaran yang berbasis Projek, utamanya adalah sebagai berikut: a. Mengembangkan percaya diri siswa b. Membangun toleransi 7

12 MATERI POKOK 1 c. Siap menerima kritikan yang membangun d. Siap memberikan kritikan yang membangun kepada peserta lain. e. Memerlukan kegiatan yang menuntut siswa untuk berfikir kritis, dapat memecahkan masalah, menciptakan suasana yang kolaborasi UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT Setelah menyelesaikan tes formatif 1 ini, Anda dapat memperkirakan tingkat keberhasilan Anda dengan melihat kunci/rambu-rambu jawaban yang terdapat pada bagian akhir modul ini. Jika Anda memperkirakan bahwa pencapaian Anda sudah melebihi 80%, silakan Anda terus mempelajari Materi pokok 2, namun jika Anda menganggap pencapaian Anda masih kurang dari 80%, sebaiknya Anda ulangi kembali mempelajari materi pokok 1 ini. Kunci jawaban: No Jawaban 1 d 2 c 3 b 4 d 5 e 8

13 MATERI POKOK 2 PERANCANGAN PEMBELAJARAN BERBASIS ICT INDIKATOR KEBERHASILAN Materi Pokok 2 ini mengkaji tentang perancangan pembelajaran berbasis ICT (Information and Communication Technology) menggunakan pendekatan Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) sesuai Kurikulum Setelah mengikuti materi pokok 2 ini, Anda diharapkan dapat mengembangkan: (1) Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Tematik menggunakan model Pembelajaran Berbasis Proyek (PjBL) berbasis ICT, (2) Instrumen penilaian otentik dengan memanfaatkan pustaka penilaian yang tersedia secara online dan menggunakan aplikasi online. Dengan menguasai materi kajian dalam materi pokok 2 ini, Anda akan lebih mantap dalam membina para guru SD dalam merancang pembelajaran tematik menggunakan model PjBL dan mengembangkan instrumen penilaian otentik yang berbasis ICT. Oleh karena itu, seyogyanya Anda pelajari uraian di bawah ini dengan cermat, kerjakan tugas-tugas dan diskusikan dengan teman, serta kerjakan evaluasi formatif untuk menguasai tingkat penguasaan Anda terhadap isi modul ini. Kedisiplinan Anda dalam mengerjakan tugastugas yang terintegrasi dalam uraian modul akan sangat membantu keberhasilan Anda. URAIAN DAN CONTOH A. Merancang Pembelajaran Berbasis Proyek dengan Kerangka Kerja GRASPS Project Based Learning (PjBL) merupakan salah satu model pembelajaran kontekstual yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata. 9

14 MATERI POKOK 2 Sebagaimana layaknya pendekatan kontekstual, PjBL harus melibatkan tujuh pembelajaran efektif yaitu: konstruktivisme, menemukan, bertanya, komunitas belajar, pemodelan, refleksi dan penilaian otentik. Berikut merupakan karakteristik dari PjBL [2] yaitu: a. Peserta didik membuat keputusan dan membuat kerangka kerja b. Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya c. Peserta didik merancang proses untuk mencapai hasil d. Peserta didik bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang dikumpulkan e. Melakukan evaluasi secara kontinu f. Peserta didik secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan g. Hasil akhir berupa produk dan dievaluasi kualitasnya h. Kelas memiliki atmosfer yang memberi toleransi kesalahan dan perubahan. Dalam melaksanakan model pembelajaran PjBL tidak ada tahapan yang baku namun pada dasarnya mengacu pada 3 tahapan berikut [4]: tahap persiapan, tahap pembelajaran (yang didalamnya memuat kegiatan: menentukan topik, merencanakan kegiatan, investigasi, finishing) dan yang terakhir yaitu tahap evaluasi. Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran berpusat pada siswa. Jenis pembelajaran ini mengembangkan isi pengetahuan dan kecakapan melalui tugas tambahan untuk mengembangkan keingintahuan siswa dan demonstrasi pembelajaran yang bersifat otentik dalam bentuk produk dan kinerja. Kurikulum berbasis proyek didorong pertanyaan penting yang mengikat standar isi dan berpikir tingkat tinggi dalam konteks kehidupan sebenarnya. Rancangan pembelajaran berbasis proyek mengandung strategi pembelajaran yang melibatkan bermacam-macam strategi pengajaran untuk melibatkan seluruh siswa tanpa menghiraukan cara belajar mereka yang 10

15 MATERI POKOK 2 berbeda-beda. Seringkali, siswa bekerjasama dengan pakar dari luar sekolah dan anggota keluarga untuk menjawab pertanyaan dan mendapatkan makna yang lebih dalam terhadap isi. Teknologi digunakan untuk mendukung pembelajaran. Melalui kerja proyek, jenis penilaian yang beragam diberikan untuk memastikan siswa-siswa menghasilkan karya berkualitas tinggi. Manfaat Pembelajaran Berbasis Proyek mencakup: Membangkitkan rasa ingin tahu secara aktif dan pemikiran tingkat tinggi (Thomas,1998). Meningkatkan kehadiran, rasa percaya diri, dan memperbaiki sikap terhadap pembelajaran (Thomas, 2000). Perolehan akademik setara atau lebih baik dari yang dihasilkan model lain Dengan siswa yang terlibat dalam proyek mengambil tanggungjawab yang lebih besar terhadap pembelajaran mereka dibanding kegiatan dalam kelas tradisional (Boaler, 1999; SRI, 2000). Peluang untuk mengembangkan kecakapan yang kompleks, seperti berpikir tingkat tinggi, pemecahan masalah, bekerjasama, dan berkomunikasi (SRI, 2000). Akses ke peluang belajar yang luas di kelas, memberikan strategi untuk melibatkan siswa dengan budaya yang berbeda-beda (Railsback, 2002) Langkah-langkah pembelajaran dalam Project Based Learning sebagaimana dikembangkan oleh The George Lucas Educational Foundation (2005) terdiri dari : a. Mulai dengan Pertanyaan Esensi/Mendasar Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan mendasar, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan 11

16 MATERI POKOK 2 dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. Pengajar berusaha agar topik yang diangkat relefan untuk para peserta didik (The George Lucas Educational Foundation : 2005). b. Merancang Perencanaan Proyek Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik. Dengan demikian peserta didik diharapkan akan merasa memiliki atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan mendasar, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek (The George Lucas Educational Foundation : 2005). c. Membuat Jadwal Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3) membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara (The George Lucas Educational Foundation : 2005). d. Memantau Siswa dan Kemajuan Proyek Pengajar bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain pengajar berperan menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting (The George Lucas Educational Foundation : 2005). e. Menilai Hasil Belajar 12

17 MATERI POKOK 2 Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masingmasing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya (The George Lucas Educational Foundation : 2005). f. Mengevaluasi Pengalaman Belajar Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek. Pengajar dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja. Selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran (The George Lucas Educational Foundation : 2005). Penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek telah menunjukan bahwa pendekatan tersebut sanggup membuat peserta didik mengalami proses pembelajaran yang bermakna, yaitu pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan faham konstruktivisme. Peserta didik diberi kesempatan untuk menggali sendiri informasi melalui membaca berbagai buku secara langsung, membuat presentasi untuk orang lain, mengkomunikasikan hasil aktivitasnya kepada orang lain, bekerja dalam kelompok, memberikan usul atau gagasannya untuk orang lain dan berbagai aktivitas lainnya. Semuanya menggambarkan tentang bagaimana semestinya orang dewasa belajar agar lebih bermakna. 13

18 MATERI POKOK 2 Internalisasi Metode Saintifik dengan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Proyek Berdasarkan kajian teori, metode saintifik adalah jalan untuk membuat dan menjawab pertanyaan ilmiah (scientific questions) melalui observasi dan atau eksperimen. Adapun tahap-tahap metode saintifik terdiri dari : (1) Membuat pertanyaan ilmiah, (2) Melakukan kajian teoritis (research), (3) Mengkonstruksi hipotesis, (4) Menjalankan observasi dan atau eksperimen, (5) Menganalisis data dan membuat kesimpulan, (6) Melaporkan hasil (publikasi). Sedangkan pendekatan pembelajaran berbasis proyek merupakan pendekatan pembelajaran yang memiliki sintak: (1) Mulai dengan pertanyaan mendasar, (2) Merancang perencanaan proyek, (3) Membuat jadwal, (4) Memantau siswa dan kemajuan proyek, (5) Menilai hasil pembelajaran, dan (6) Menilai pengalaman belajar. Mencari jawaban atas pertanyaan apakah pembelajaran berbasis proyek dapat menfasilitasi proses internalisasi metode saintifik?, dapat dilakukan dengan cara menganalisis sintak pembelajaran berbasis proyek, kemudian mencari hubungan tiap-tiap tahapnya dengan item-item pada metode saintifik. Apakah tahap-tahap pembelajaran berbasis proyek menfasilitasi aktivitas metode saintifik? Jika jawabannya ya, maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran berbasis proyek dapat digunakan sebagai sarana internalisasi metode saintifik. Begitu sebaliknya. Tahap pertama sintak pembelajaran berbasis proyek adalah Mulai dengan pertanyaan mendasar. Pembelajaran diawali dengan suatu pertanyaan esensial/mendasar. Pertanyaan ini bisa muncul dari pengajar ataupun dari peserta didik atau kolaborasi antara keduanya. Pertanyaan mendasar inilah yang akan menjadi sentral dalam pembelajaran berbasis proyek. 14

19 MATERI POKOK 2 Pertanyaan mendasar pada pembelajaran berbasis proyek dapat disetarakan dengan pertanyaan saintifik pada metode saintifik. Proses metode saintifik juga diawali dengan munculnya suatu pertanyaan ilmiah. Dengan demikian, tahap pertama sintak pembelajaran berbasis proyek dapat menfasilitasi tahap pertama proses metode saintifik, yaitu membuat pertanyaan ilmiah. Tahap kedua sintak pembelajaran berbasis proyek adalah Merancang perencanaan proyek. Pada tahap ini, peserta didik bersama-sama pengajar secara kolaboratif merencanakan sebuah proyek untuk menyelesaikan pertanyaan yang telah dirumuskan pada tahap pertama. Agar tepat dalam mendesain proyek, maka dilakukan penggalian informasi yang terkait dengan pertanyaan. Proses ini dilakukan melalui bertanya kepada narasumber, diskusi dengan pengajar atau siswa lain, kajian literatur berupa buku maupun pencarian di internet. Apabila informasi sudah cukup, maka dengan mudah peserta didik secara kolaboratif dapat merancang suatu proyek. Aktivitas Merancang perencanaan proyek pada pembelajaran berbasis proyek, dengan demikian dapat disetarakan dengan aktivitas melakukan kajian teoritis (research), dan mengkonstruksi hipotesis yang merupakan langkah kedua dan ketiga dalam metode saintifik. Hal ini dikarenakan pada tahapan ini, peserta didik mengumpulkan berbagai informasi dari berbagai sumber. Aktivitas ini setara dengan aktivitas melakukan kajian teoritis (research) pada metode saintifik. Setelah informasi terkumpul, peserta didik membuat dugaan-dugaan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan pada tahap sebelumnya, sehingga mampu mendesain suatu proyek dengan lebih akurat. Aktivitas tersebut merupakan bagian dari aktivitas mengkonstruksi hipotesis pada metode saintifik. Tahap ketiga dan keempat sintak pembelajaran berbasis proyek adalah Membuat jadwal dan Memantau siswa dan kemajuan proyek. Pada tahap 15

20 MATERI POKOK 2 ini, peserta didik membuat jadwal pelaksanaan proyek dan sekaligus menjalankan proyek di bawah monitor pengajar. Inti pelaksanaan proyek dilakukan pada tahap ini. Siswa melakukan observasi dan atau eksperimen dengan cara yang telah didesain pada tahap sebelumnya. Dengan demikian, tahap ketiga dan keempat pembelajaran berbasis proyek merupakan pelaksanaan tahap keempat dari metode saintifik, yaitu menjalankan observasi dan atau eksperimen. Tahap kelima sintak pembelajaran pembelajaran berbasis proyek adalah Menilai hasil belajar. Hasil belajar dapat dimaknai sebagai keseluruhan hasil (produk) selama aktivitas menjalankan proyek. Dengan demikian, tahap ini dilakukan setelah proyek selesai dijalankan. Hasil belajar dinilai untuk membantu dalam mengukur ketercapaian standar kompetensi, mengetahui kemajuan masing-masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, dan membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya. Penilaian terhadap hasil belajar dengan demikian merupakan aktivitas menganalisis produk dari proyek yang sudah dijalankan mahasiswa. Apakah hasil observasi dan atau eksperimen sudah dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan yang dimunculkan pada bagian awal pembelajaran? Jika sudah, maka mahasiswa telah mampu menyimpulkan inti persoalan adanya proyek. Menilai hasil belajar, dengan demikian dapat disetarakan dengan aktivitas menganalisis data dan membuat kesimpulan yang merupakan tahap kelima dari metode saintifik. Tahap keenam sintak pembelajaran pembelajaran berbasis proyek adalah Menilai pengalaman belajar. Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Pada tahap ini, peserta didik diminta untuk mengungkapkan 16

21 MATERI POKOK 2 perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek. Pengajar dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran. Dengan kata lain, pada tahap ini terjadi proses presentasi hasil proyek dihadapan guru dan seluruh siswa. Proses semacam ini dalam metode saintifik, disebut sebagai proses melaporkan hasil (publikasi). Analisis yang baru saja diuraikan, telah mencoba menggambarkan bagaimana pendekatan pembelajaran berbasis proyek dapat menfasilitasi proses internalisasi nilai dan semangat metode saintifik kepada peserta didik. Secara lebih tegas, pola hubungan antara pembelajaran berbasis proyek dengan internalisasi metode saintifik ditunjukan oleh Tabel 1 berikut. No. Sintak Pembelajaran Berbasis Tahapan Metode Saintifik Proyek 1. Mulai dengan pertanyaan Membuat pertanyaan ilmiah mendasar 2. Merancang perencanaan proyek Melakukan kajian teoritis (research), dan mengkonstruksi hipotesis 3. Membuat jadwal dan memantau siswa serta kemajuan proyek Menjalankan observasi dan atau Eksperimen 4. Menilai hasil belajar Menganalisis data dan membuat kesimpulan 5. Menilai pengalaman belajar Melaporkan hasil (publikasi). Tabel 1. Pola hubungan pembelajaran berbasis proyek dan metode saintifik Merancang Pembelajaran Berbasis Proyek dengan Kerangka Kerja GRASPS Perancang kurikulum dapat menggunakan kerangka kerja GRASPS untuk merancang PjBL, yang merupakan sebuah metode Authentic Assesment yang diambil dari gagasan Wiggins and McTighe bernama backward planning atau backward design [1]. GRASPS merupakan singkatan dari Goal, Role, Audience, Situation, Product and Standards. 17

22 MATERI POKOK 2 Elemen dalam GRASPS ini adalah: (1) Goal, merupakan tujuan atau aksi yang akan di lakukan siswa dalam skenario (2) Role, yaitu peran siswa dalam skenario (3) Audience, yaitu lingkungan yang nantinya akan berhubungan dengan peran siswa dalam skenario (4) Situation, yaitu tantangan dan detail suasana atau rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam skenario (5) Product, yaitu hasil dari aktifitas siswa pembelajaran atau selama menjalankan skenario (6) Standards, menyatakan bagaimana tugas ini akan dinilai, dengan kriteria apa produk tersebut akan dinilai dan apa saja indikator kesuksesannya. Menurut Grant Wiggins and Jay McTighe [1] bagian yang penting dari GRASPS adalah menempatkan siswa kedalam skenario dunia nyata dimana mereka menghasilkan artefak yang menggambarkan isi pembelajaran dan apa yang mungkin mereka butuhkan untuk menghasilkan itu dalam keadaan yang sebenarnya. PjBL berbasis GRASPS sebenarnya merupakan pengembangan yang peneliti lakukan dari PjBL yang telah ada sebelumnya. GRASPS dalam model pembelajaran ini dijadikan dasar untuk mengkonstruksi proyek yang nantinya akan diterapkan pada pembelajaran. Dalam hal ini bukan berarti peneliti membatasi apa yang harus dilakukan siswa untuk proyek mereka melainkan hanya memberi kerangka yang harus dikembangkan oleh siswa sehingga tidak menyalahi karakteristik PjBL sendiri. Berikut adalah contoh tabel GRASPS untuk PjBL dengan judul proyek Jajanan Sehat, Enak dan Murah di Sekolahku Goal Role Audience Situation Product Standard Akhir-akhir ini banyak siswa terkena penyakit diare dan tipus. Siswa akan melakukan penelitian Tim Peneliti Kesehatan yang mendapat tugas dari Depertemen Kesehatan Petugas Kesehatan di Puskesmas, Ahli Gizi, Pedagang Jajanan - Siswa melihat video tentang beberapa kasus keracunan makanan dan penyakit yang disebabkan makanan tidak sehat dan Siswa akan mengembangkan laporan penelitian berupa presentasi multimedia dan poster makanan sehat dengan Standar Kompetensi: Makluk Hidup dan Proses Kehidupan 1. Mengidentifikasi fungsi organ tubuh manusia dan hewan 18

23 MATERI POKOK 2 mengapa penyakitpenyakit tersebut dengan mudah menjangkiti mereka, apa saja penyebab dan akibatnya. Hasil penelitian dan kampanye akan mereka sampaikan dalam bentuk presentasi dan poster yang dialamatkan ke semua rekan sekolahnya, orang-tua siswa dan pedagang keliling serta kantin di sekitar sekolah mereka. melakukan brainstorming tentang topik ini - Secara berkelompok, siswa melakukan penelitian dengan melakukan wawancara dan pengamatan serta studi literatur di Internet - Siswa membuat laporan penelitian dalam bentuk presentasi multimedia dan membuat poster kampanye makanan sehat dengan aplikasi pengolah kata - Siswa mempresentasikan hasil penelitian ke guru dan siswa lain di sekolah - Siswa menempel dan menyebarluaskan poster peduli jajanan sehat di sekolah dan masyarakat aplikasi pengolah kata Kompetensi Dasar: 1.3 Mengidentifikasi fungsi organ pencernaan manusia dan hubungannya dengan makanan dan kesehatan Indikator: - Mengidentifikasi alat pencernaan makanan pada manusia. - Mencari informasi tentang penyakit yang berhubungan dengan pencernaan. - Mempraktekkan kebiasaan hidup sehat untuk menjaga kesehatan alat pencernaan. - Mengidentifikasi makanan bergizi dan menyimpulkan bahwa makanan yang bergizi dengan jumlah dan susunan menu seimbang menjadikan tubuh sehat. - Mempraktekkan caracara mengolah bahan makanan dengan tetap mempertahankan nilai gizinya Tabel 2. Rancangan proyek Jajanan Sehat, Enak dan Murah di Sekolahku Tugas 1. Merencanakan PjBL dengan GRASPS Berikut adalah langkah-langkah perancangan Pembelajaran Berbasis Proyek dengan kerangka GRASPS: 1. Pilihlah salah satu tema (pembelajaran tematik, sesuai dengan Kurikulum 2013). 2. Unduh Lembar Kerja Rancangan Pembelajaran Berbasis Proyek di alamat web : ngan%20pembelajaran%20berbasis%20proyek.docx/ /lembar %20Kerja%20Rancangan%20Pembelajaran%20Berbasis%20Proyek.docx (klik link diatas untuk mengunduh file tersebut ke komputer Anda, atau kopi dan tempel link tersebut ke aplikasi penjelajah internet) 3. Buka file tersebut menggunakan aplikasi Microsoft Word. 19

24 MATERI POKOK 2 4. Pada bagian A. Tabel GRASPS, isi semua elemen tabel GRASPS yang ada seperti, (1) Goal, yang berisi penjelasan masalah yang ada di dunia nyata dan aksi yang siswa akan di lakukan dalam skenario untuk menyelesaikan permasalah di dunia nyata tersebut (2) Role, yaitu peran siswa dalam skenario, dimana peran ini merupakan profesi-profesi yang ada di dunia nyata (3) Audience, yaitu narasumber/komunitas/peserta lain yang nantinya akan berhubungan dengan peran siswa dalam skenario (4) Situation, yaitu tantangan dan detail suasana atau rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam skenario (5) Product, yaitu hasil dari aktifitas siswa pembelajaran atau selama menjalankan skenario (6) Standards, menyatakan bagaimana tugas ini akan di nilai, dengan kriteria apa produk tersebut akan di nilai dan apa saja indikator kesuksesannya berdasarkan standar kurikulum nasional (Kurikulum 2013). 5. Simpan dokumen rancangan proyek anda dengan klik File > Save. B. Mengembangkan Pertanyaan Pemandu (Driving Question) Pembelajaran untuk Melibatkan Siswa Proses inkuiri (penyelidikan) siswa dimulai ketika guru menanyakan pertanyaan pemandu (driving question) di dalam pembelajaran. Siswa akan mulai berpikir dan membuat koneksi sesuai pemahaman dan pengalamannya untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Semua guru ingin siswa mereka mengembangkan kecakapan-kecakapan berpikir tingkat tinggi bersamaan dengan pemahaman mendalam mengenai isi pembelajaran. Siswa, bagaimanapun, mungkin tidak merasa bahwa pengetahuan ini relevan dengan kehidupan mereka, khususnya ketika mempelajari mata-mata pelajaran yang berbeda secara terpisah. Pertanyaan-pertanyaan pemandu menghubungkan pembelajaran dengan dan lintas disiplin ilmu yang berbeda dengan cara memberikan topik-topik yang menarik dan penting untuk Siswa. Pertanyaan pemandu terdiri dari Pertanyaan Mendasar/Esensi, Pertanyaan Unit dan Pertanyaan Isi. Pertanyaan-pertanyaan pemandu sangat penting karena menjadikan proyek tetap berpusat kepada mempelajari hal-hal yang penting saja. Pertanyaan-pertanyaan seperti ini mendorong siswa untuk menggunakan 20

25 MATERI POKOK 2 kecakapan berpikir tingkat tinggi, membantu mereka memahami secara penuh konsep-konsep penting, dan memberikan struktur untuk mengolah informasi faktual. Pertanyaan-pertanyaan pemandu terdiri dari Pertanyaan-pertanyaan Esensial, Unit, dan Isi: Pertanyaan-pertanyaan Esensial adalah pertanyaan-pertanyaan yang bersifat luas dan terbuka dan menyangkut gagasan-gagasan besar dan konsep-konsep tetap. Pertanyaan-pertanyaan esensial sering bersifat lintas disiplin dan membantu siswa melihat bagaimana mata-mata pelajaran berhubungan satu sama lain. Pertanyaan-pertanyaan Unit terikat secara langsung dengan proyek dan mendukung penyelidikan ke dalam pertanyaan-pertanyaan Esensial. Pertanyaan-pertanyaan Unit bersifat terbuka yang membantu siswa mendemonstrasikan seberapa baik mereka mengerti konsep-konsep inti sebuah proyek. Pertanyaan-pertanyaan isi berbasis fakta, konkrit, dengan seperangkat jawaban benar yang bersifat terbatas. Sering sekali pertanyaanpertanyaan Isi berhubungan dengan definisi, identifikasi, dan ingatan yang bersifat umum tentang informasi sama dengan jenis pertanyaan yang sering anda jumpai pada tes. Pertanyaan-pertanyaan isi adalah penting karena mendukung pertanyaan-pertanyaan esensial dan pertanyaan-pertanyaan Unit. Contoh Pertanyaan Pemandu Jajanan Sehat, Enak dan Murah di Sekolahku Pertanyaan Esensi Pertanyaan Unit Bagaimanakah caranya supaya kita bisa hidup senang/enak? Bagaimana pencernaan kita bekerja? Bagaimana resepnya hidup sehat? 21

26 MATERI POKOK 2 Pertanyaan Isi Manakah alat-alat pencernaan manusia beserta dengan fungsinya? Apa sajakah penyakit yang terdapat pada alat pencernaan kita? Sebutkan cara merawat alat pencernaan kita! Zat gizi apa yang diperlukan oleh tubuh kita? Tugas 2. Membuat Pertanyaan Pemandu Buatlah pertanyaan pemandu pembelajaran untuk melengkapi rancangan proyek yang ada. 1. Buka kembali dokumen Lembar Kerja Rancangan Pembelajaran Berbasis Proyek yang telah tersimpan di komputer Anda. 2. Lengkapi bagian B. Pertanyaan Pemandu dengan mengisi bagian Pertanyaan Esensi/Mendasar, Unit dan Isi. 3. Simpan dokumen rancangan proyek dengan klik File > Save. C. Mengembangkan Penilaian Otentik yang Berpusat pada Siswa Strategi penilian efektif yang dapat dipergunakan untuk menilai Pembelajaran Berbasis Proyek adalah penilaian otentik (autentik assessment). Penilaian otentik adalah suatu istilah/terminologi yang diciptakan untuk menjelaskan berbagai metode penilaian alternatif yang memungkinkan siswa dapat mendemonstrasikan kemampuannya dalam menyelesaikan tugas-tugas dan menyelesaikan masalah. Sekaligus, mengekspresikan pengetahuan dan keterampilannya dengan cara mensimulasikan situasi yang dapat ditemui di dalam dunia nyata di luar lingkungan sekolah (Hymes, 1991). Dalam hal ini adalah simulasi yang dapat mengekspresikan kinerja (performance) siswa yang ditemui di dalam praktek dunia nyata. Penilaian otentik juga disebut dengan penilaian alternatif. Pelaksanaan penilaian otentik tidak lagi menggunakan format-format penilaian tradisional (multiple-choice, matching, true-false, dan kertas maupun tes pensil), tetapi menggunakan format yang memungkinkan siswa untuk menyelesaikan suatu 22

27 MATERI POKOK 2 tugas atau mendemonstrasikan suatu kinerja dalam memecahkan suatu masalah. Format penilaian ini dapat berupa : a) Tes yang menghadirkan benda atau kejadian asli ke hadapan siswa (penilaian hands-on), b) Tugas (tugas ketrampilan, tugas investigasi sederhana dan tugas investigasi terintegrasi), c) Format rekaman kegiatan belajar siswa (misalnya : portfolio, interview, jurnal proses, daftar cek, presentasi oral dan debat). Beberapa pembaharuan yang tampak pada penilaian otentik adalah: a) Melibatkan siswa dalam tugas yang penting, menarik, berfaedah dan relevan dengan kehidupan nyata siswa, b) Tampak dan terasa sebagai kegiatan belajar, bukan tes tradisional, c) Melibatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan mencakup pengetahuan yang luas, d) Menyadarkan siswa tentang apa yang harus dikerjakannya akan dinilai, e) Merupakan alat penilaian dengan latar standar (standard setting), bukan alat penilaian yang distandarisasikan, f) berpusat pada siswa (student centered) bukan berpusat pada guru (teacher centered), dan g) dapat menilai siswa yang berbeda kemampuan, gaya belajar dan latar belakang kulturalnya. Tujuan dari penilaian otentik adalah: 1. Mengembangkan respon siswa daripada menyeleksi pilihan-pilihan yang sudah ditentukan sebelumnya. 2. Menunjukkan cara berpikir tingkat tinggi (higher order thinking). 3. Secara langsung mengevaluasi proyek-proyek yang bersifat holistik atau menyeluruh 4. Mensintesis dengan pembelajaran di kelas 5. Menggunakan kumpulan pekerjaan atau tugas siswa (portofolio) dalam jangka waktu yang lama 6. Memberikan kesempatan untuk melakukan penilaian beragam didasarkan dari kriteria yang jelas yang diketahui oleh siswa 7. Berhubungan erat dengan belajar di kelas 8. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengevaluasi pekerjaannya 23

28 MATERI POKOK 2 Prinsip-prinsip penilaian otentik meliputi: 1. Mengungkap apa yang diketahui siswa 2. Menggali kemampuan berpikir siswa 3. Bersifat praktis 4. Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran 5. Penilaian harus mencerminkan masalah real atau nyata 6. Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metoda dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar 7. Penilaian harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (kognitif, afektif, dan psikomotor). Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan metode penilaian otentik di kelas diantaranya : 1. Mengatur waktu yang bersifat intensif 2. Memastikan bentuk kurikuler dan kegiatan yang mengembangkan kemampuan siswa 3. Meminimalkan penilaian bias dan bersifat objektif Sedangkan karakteristik penilaian outentik meliputi: 1. Merupakan suatu bagian tak terpisahkan dari bagian kelas 2. Merupakan cerminan dari dunia nyata bukan sebagai jenis kerja/tugas sekolah yang memecahkan masalah 3. Menggunakan banyak ukuran/metode/kriteria 4. Bersifat komperenshif dan holistik 5. Penilaian dilakukan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung 6. Aspek yang diukur adalah keterampilan dan performasi, bukan mengingat fakta apakah peserta didik belajar? Atau apa yang sudah diketahui peserta didik? 7. Penilaian dilakukan secara berkelanjutan, yaitu dilakukan dalam beberapa tahapan dan periodik, sesuai dengan tahapan waktu dan bahasanya, baik dalam bentuk formatif maupun sumatif. 8. Penilaian dilakukan secara integral, yaitu menilai berbagai aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik sebagai satu kesatuan utuh. 24

29 MATERI POKOK 2 9. Hasil penilain digunakan sebagai umpan balik (feedback), yaitu untuk keperluan pengayaan (enrichment) standart minimal telah tercapai atau mengulang (remedial) jika standar minimal belum tercapai. Manfaat otentik assesmen adalah: 1. Menunjukkan secara lengkap seberapa baik pemahaman terhadap materi akademik 2. Menunjukkan dan memperkuat kompetensi-kompetensi seperti pengumpulan informasi, pemanfaatan sumber penanganan teknologi dan pemikiran sistematik 3. Menghubungkan pembelajaran dengan pengalaman mereka, dunia mereka maupun masyarakat yang lebih luas 4. Meningkatkan keterampilan berfikir tinggi seperti analisis, sintesis, identifikasi permasalahan, menemukan solusi, serta mengikuti hubungan sebab-akibat 5. Menerima tanggung jawab dan membuat pilihan-pilihan 6. Menghubungkan mereka dengan orang lain, termasuk berkolaborasi dalam tugas 7. Belajar mengevaluasi tingkat kinerja mereka sendiri Dalam penerapannya, bentuk-bentuk penilaian otentik berupa: 1. Portfolio (contoh: wawancara lisan) 2. Unjuk Kerja/Performance (contoh: tugas penyelesaian masalah studi kasus/problem solving) 3. Proyek 4. Penelitian 5. Diskusi 6. Menulis/Esai 7. Simulasi 8. Presentasi 9. Respon tertulis - Analisis lisan, dll Perbedaan penilaian otentik dengan penilaian tradisional adalah: 25

30 MATERI POKOK 2 Penilaian Otentik Penilaian Tradisional Waktu ditentukan oleh guru dan siswa Mengukur kecepatan tingkat tinggi Menerapkan strategi-strategi kritis dan kreatif Memiliki perspektif menyeluruh Menggunakan standar individu Bertumpu pada internalisasi Solusi yang benar banyak Mengungkap proses Mengajar demi kebutuhan Periode waktu khusus Mengukur kecepatan tingkat rendah Meningkatkan tugas dan latihan Memiliki perspektif sempit Menggunakan standar kelompok Bertumpu pada ingatan (memorisasi) Hanya satu solusi yang benar Mengungkapkan kecapakan Mengajar untuk ujian Tabel 3. Perbedaan penilaian otentik dengan penilaian tradisional Rubrik Dalam Penilaian Otentik Rubrik penilaian adalah suatu metode yang dapat digunakan untuk mengevaluasi respon murid mengenai penilaian otentik. Dua tipe penilaian otentik sering didiskusikan dalam literatur yaitu analitik dan holistik. Rubrik penilaian analitik membagi kinerja kedalam beberapa segi yang terpisah dimana setiap segi dievaluasi dengan skala yang terpisah. Rubrik penilaian holistik menggunakan satu skala untuk mengevaluasi proses yang lebih besar. Dalam rubrik penilaian holistik, semua segi yang membuat tugas dievaluasi dengan cara kombinasi. Rekomendasi berikut dapat diaplikasikan baik untuk rubrik penilaian analitik maupun holistik. Rekomendasi untuk mengembangkan rubrik penilaian: 1. Kriteria yang ditetapkan dalam rubrik penilaian harus jelas bersesuaian dengan persyaratan tugas serta tujuan dan sasaran yang telah dinyatakan. Seperti yang telah didiskusikan sebelumnya, sebuah daftar dapat disusun untuk menggambarkan bagaimana elemen-elemen tugas sesuai dengan tujuan dan sasaran. Daftar ini bisa dikembangkan dengan memasukkan bagaimana kriteria yang ditetapkan di rubrik penilaian sesuai dengan elemen-elemen tugas serta tujuan dan sasaran. Kriteria yang tidak bersesuaian langsung dengan tugas dan tujuan jangan dimasukkan didalam rubrik penilaian. 26

31 MATERI POKOK 2 2. Kriteria yang ditetapkan dalam rubrik penilaian harus tergambar dalam perilaku yang dapat terlihat atau karakteristik produk. Seorang guru tidak dapat mengevaluasi proses internal kecuali proses ini ditunjukkan lewat perilaku eksternal. Sebagai contoh, seorang guru tidak dapat melihat kedalam isi kepala siswa untuk melihat proses penjelasan mereka, melainkan penilaian penjelasan/pemberian alasan diketahui dengan meminta siswa memberi penjelasan/alasan mereka secara lisan atau tertulis. 3. Rubrik penilaian harus ditulis secara spesifik dengan bahasa yang jelas yang dimengerti siswa. Salah satu keuntungan menggunakan rubrik penilaian adalah memberi deskripsi yang jelas bagi siswa mengenai apa yang diharapkan sebelum mereka menyelesaikan kegiatan penilaian. Jika bahasa yang digunakan dalam rubrik penilaian terlalu kompleks untuk siswa, maka keuntungan ini tidak akan didapat. Para siswa harus dapat memahami kriteria penilaian. 4. Jumlah poin/nilai yang digunakan di rubrik penilaian harus logis. Poin yang digunakan dalam rubrik penilaian analitik maupun holistik harus menggambarkan nilai kegiatan dengan jelas. Dalam rubrik penilaian analitik, jika segi-segi yang berlainan dianggap berbeda bobotnya dengan segi-segi lain dalam rubrik, maka penjelasan mengenai alasan ini harus diberikan dengan jelas. 5. Pemisahan antara level penilaian harus jelas. Skala yang digunakan dalam rubrik penilaian harus menggambarkan perbedaan yang jelas antar level pencapaian. Skala yang memerlukan pembedaan yang tidak terlalu jelas kemungkinan akan menghasilkan penilaian yang tidak konsisten. Rubrik penilaian yang memiliki kategori yang lebih sedikit dan pembedaan yang jelas lebih baik daripada rubrik penilaian yang memiliki banyak kategori dan pembedaan yang tidak jelas diantara kategori-kategori yang ada. 27

32 MATERI POKOK 2 6. Pernyataan kriteria harus adil dan tidak rancu. Seperti halnya dengan kasus pernyataan dalam kegiatan performa, pernyataan yang digunakan dalam deskripsi kriteria performa harus dinyatakan dengan cermat dan dibangun sedemikian rupa sehingga menghilangkan stereotip mengenai jenis kelamin dan etnis. Sebagai tambahan, kriteria tidak boleh memberi keuntungan yang tidak adil pada segelintir kalangan siswa yang tidak berhubungan dengan tujuan tugas. 28

33 MATERI POKOK 2 Mengenal Struktur Rubrik Berikut adalah struktur dari rubrik penilaian. Secara garis besar, rubrik penilaian terdiri dari Kriteria Penilaian, Skala Nilai dan Deskriptor. Kriteria /Skala Penilaian Permulaan 1 Berkembang 2 Telah Tercapai 3 Nilai Tujuan atau Kinerja yang telah ditetapkan Tujuan atau Kinerja yang telah ditetapkan Tujuan atau Kinerja yang telah ditetapkan A. Jumlah Nilai yang Mungkin Deskripsi dari karakteristik kinerja yang dapat diidentifikasi dan menggambarkan kinerja dalam tahap permulaan. Deskripsi dari karakteristik kinerja yang dapat diidentifikasi dan menggambarkan kinerja dalam tahap permulaan. Deskripsi dari karakteristik kinerja yang dapat diidentifikasi dan menggambarkan kinerja dalam tahap permulaan. Deskripsi dari karakteristik kinerja yang dapat diidentifikasi dan yang menggambarkan perkembangan menuju kinerja yang unggul. Deskripsi dari karakteristik kinerja yang dapat diidentifikasi dan yang menggambarkan perkembangan menuju kinerja yang unggul. Deskripsi dari karakteristik kinerja yang dapat diidentifikasi dan yang menggambarkan perkembangan menuju kinerja yang unggul. Deskripsi dari karakteristik kinerja yang dapat diidentifikasi dan yang menggambarkan kinerja yang unggul. Deskripsi dari karakteristik kinerja yang dapat diidentifikasi dan yang menggambarkan kinerja yang unggul. Deskripsi dari karakteristik kinerja yang dapat diidentifikasi dan yang menggambarkan kinerja yang unggul. Teladan 4 Deskripsi dari karakteristik kinerja yang dapat diidentifikasi dan yang menggambarkan kinerja yang unggul pada tahap paling tinggi. Deskripsi dari karakteristik kinerja yang dapat diidentifikasi dan yang menggambarkan kinerja yang unggul pada tahap paling tinggi. Deskripsi dari karakteristik kinerja yang dapat diidentifikasi dan yang menggambarkan kinerja yang unggul pada tahap paling tinggi. Penilaian Di sini Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar 29

RANCANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK / PROJECT BASED LEARNING (PBL) MATA PELAJARAN IPA BAGI SISWA SEKOLAH DASAR PBL IPA SD

RANCANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK / PROJECT BASED LEARNING (PBL) MATA PELAJARAN IPA BAGI SISWA SEKOLAH DASAR PBL IPA SD RANCANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK / PROJECT BASED LEARNING (PBL) MATA PELAJARAN IPA BAGI SISWA SEKOLAH DASAR PBL IPA SD Penulis: Wara Winartiningsih LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN D.I.YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia sangatlah besar dan mencakup berbagai aspek. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia sangatlah besar dan mencakup berbagai aspek. Hal ini BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh peningkatan kompleksitas peralatan teknologi pada kehidupan manusia sangatlah besar dan mencakup berbagai aspek. Hal ini tentunya menyebabkan permintaan

Lebih terperinci

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 1 1.3c MODEL PROBLEM BASED LEARNING 2 Model Problem Based Learning 3 Definisi Problem Based Learning : model pembelajaran yang dirancang agar peserta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Berbasis Proyek (project-based learning) dan Zain (2006:83) metode proyek adalah cara penyajian pelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Berbasis Proyek (project-based learning) dan Zain (2006:83) metode proyek adalah cara penyajian pelajaran yang 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Proyek (project-based learning) Pembelajaran berbasis proyek merupakan pengorganisasian proses belajar yang dikaitkan dengan suatu objek konkret yang dapat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Kelompok Menurut Thomas (dalam Bell, 1978), pembelajaran metode proyek merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pendidikan di Indonesia sudah semakin berkembang dari

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pendidikan di Indonesia sudah semakin berkembang dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Paradigma pendidikan di Indonesia sudah semakin berkembang dari pendekatan tradisional, dimana siswa hanyalah sebagai objek pendidikan, kurang aktif didalam

Lebih terperinci

KONSEP PENILAIAN AUTENTIK PADA PROSES DAN HASIL BELAJAR

KONSEP PENILAIAN AUTENTIK PADA PROSES DAN HASIL BELAJAR KONSEP PENILAIAN AUTENTIK PADA PROSES DAN HASIL BELAJAR Definisi 1. Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah

Lebih terperinci

Pembelajaran Berbasis Kontekstual 2

Pembelajaran Berbasis Kontekstual 2 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL Pembelajaran Berbasis Kontekstual 2 Ada sesuatu yang salah dengan proses pendidikan Sebelum Sekolah 1. Anak lincah 2. Selalu belajar apa yang diinginkannya dengan gembira,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kini, dan pendidikan berkualitas akan muncul ketika pendidikan di sekolah juga

BAB I PENDAHULUAN. kini, dan pendidikan berkualitas akan muncul ketika pendidikan di sekolah juga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat berperan penting dalam maju mundurnya suatu negara. Masa depan bangsa sangat bergantung pada kualitas pendidikan masa kini, dan pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Definisi/Konsep

Lebih terperinci

TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 1 Penegasan Istilah Istilah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang digunakan terutama untuk

Lebih terperinci

PRAKTEK PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN 8 JP

PRAKTEK PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN 8 JP PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 SMK PRAKTEK PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN 8 JP DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sikap mental siswa (Wiyanarti, 2010: 2). Kesadaran sejarah berkaitan dengan upaya

BAB I PENDAHULUAN. sikap mental siswa (Wiyanarti, 2010: 2). Kesadaran sejarah berkaitan dengan upaya BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan sejarah di era global dewasa ini dituntut kontribusinya untuk dapat lebih menumbuhkan kesadaran sejarah dalam upaya membangun kepribadian dan sikap

Lebih terperinci

2016 PERBAND INGAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO D ENGAN MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK D I SMKN 1 SUMED ANG

2016 PERBAND INGAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO D ENGAN MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK D I SMKN 1 SUMED ANG BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Model Pembelajaran 2.1.1 Definisi Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) juga. persaingan global yang dihadapi oleh setiap negara, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) juga. persaingan global yang dihadapi oleh setiap negara, khususnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kini kita telah memasuki abad 21, abad dimana berbagai informasi dapat diperoleh oleh semua orang di penjuru dunia tanpa terkecuali. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Lebih terperinci

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2013 PUSAT LAYANAN PPL & PKL. Pembelajaran Kontekstual Contextual Teaching & Learning (CTL)

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2013 PUSAT LAYANAN PPL & PKL. Pembelajaran Kontekstual Contextual Teaching & Learning (CTL) SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2013 PUSAT LAYANAN PPL & PKL Pembelajaran Kontekstual Contextual Teaching & Learning (CTL) PENGERTIAN CTL merupakan suatu proses pendidikan yang holistik bertujuan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI MPK BERBASIS KOMPETENSI

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI MPK BERBASIS KOMPETENSI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI MPK BERBASIS KOMPETENSI Oleh SYIHABUDDIN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA VISI MPK Sebagai sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Global Monitoring report, (2012) yang dikeluarkan UNESCO menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Global Monitoring report, (2012) yang dikeluarkan UNESCO menyatakan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan pendidikan yang menjadi prioritas untuk segera dicari pemecahannya adalah masalah kualitas pendidikan, khususnya kualitas pembelajaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) 1. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENDIDIKAN IPS DI SMP 1.1. Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual Ada kecenderungan dewasa ini utnuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari mengenai alam dan fenomena alam yang terjadi, yang berhubungan dengan benda hidup maupun benda tak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum 2013 pada tingkat dasar menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik saintifik mengedepankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai sumber dan

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) Definisi/Konsep Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) PBL merupakan model pembelajaran yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya. Efektivitas merupakan standar atau taraf tercapainya suatu

Lebih terperinci

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan Ruang lingkup Ekonomi tersebut merupakan cakupan yang amat luas, sehingga dalam proses pembelajarannya harus dilakukan bertahap dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai pendidikan menengah dan merupakan salah

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA Oleh: Muslim Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

PENDEKATAN CTL (Contextual Teaching and Learning)

PENDEKATAN CTL (Contextual Teaching and Learning) PENDEKATAN CTL (Contextual Teaching and Learning) Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP Universitas Pendidikan Indonesia KONSEP CTL Merupakan Konsep Belajar yang dapat Membantu Guru Mengaitkan

Lebih terperinci

ggffgh Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar 1

ggffgh Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar 1 ggffgh 1 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Bahan ajar untuk fasilitasi bimbingan teknis ICT PTK SD dapat diselesaikan. Tenaga pendidik memiliki peran penting

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMK NEGERI 2 DEPOK SLEMAN Mata pelajaran : Gambar Teknik Kelas/Semester : XI / 2 Materi Pokok/Topik : Pengenalan Tanda Dan Letak Hasil Gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegitan

Lebih terperinci

KONSEP PENILAIAN AUTENTIK PADA PROSES DAN HASIL BELAJAR

KONSEP PENILAIAN AUTENTIK PADA PROSES DAN HASIL BELAJAR KONSEP PENILAIAN AUTENTIK PADA PROSES DAN HASIL BELAJAR PPT 2.3 BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN A.

Lebih terperinci

INKUIRI DAN INVESTIGASI IPA

INKUIRI DAN INVESTIGASI IPA INKUIRI DAN INVESTIGASI IPA A. INVESTIGASI Sains terbentuk dari proses penyelidikan yang terus-menerus. Hal yang menentukan sesuatu dinamakan sebagai sains adalah adanya pengamatan empiris. PPK Jatim (2008:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan juga proses membimbing

BAB I PENDAHULUAN. mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan juga proses membimbing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan berasal dari kata didik, yaitu memelihara dan memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan juga proses membimbing manusia dari kegelapan,

Lebih terperinci

ANTI GLOBAL WARMING STUDENT S PROJECT (PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM PEMBELAJARAN FISIKA SMA KELAS XI PADA MATERI GLOBAL WARMING)

ANTI GLOBAL WARMING STUDENT S PROJECT (PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM PEMBELAJARAN FISIKA SMA KELAS XI PADA MATERI GLOBAL WARMING) ANTI GLOBAL WARMING STUDENT S PROJECT (PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM PEMBELAJARAN FISIKA SMA KELAS XI PADA MATERI GLOBAL WARMING) Lia Laela Sarah SMA Laboratorium Percontohan UPI ABSTRAK Anti global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan upaya sadar yang dilakukan sekolah dengan berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif,

Lebih terperinci

guna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan.

guna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan. 8 II. KAJIAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan diamanatkan bahwa proses pembelajaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang I. PENDAHULUAN Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan ialah sebuah proses yang terus menerus berkembang sesuai dengan perubahan zaman yang terjadi sebagai perkembangan IPTEK, perubahan nilai budaya, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan. Dalam proses belajar mengajar terdapat kesatuan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dengan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KREATIF DAN KOLABORATIF PADA ABAD 21 TINJAUAN KURIKULUM Dr. H. Ahmad Zaki Mubarak, M.Si.

PEMBELAJARAN KREATIF DAN KOLABORATIF PADA ABAD 21 TINJAUAN KURIKULUM Dr. H. Ahmad Zaki Mubarak, M.Si. PEMBELAJARAN KREATIF DAN KOLABORATIF PADA ABAD 21 TINJAUAN KURIKULUM 2013 Dr. H. Ahmad Zaki Mubarak, M.Si. Disajikan dalam Pelatihan Guru MI Persis Gandok Tasikmalaya, 11 Juli 2017 Outline 1. Kecenderungan

Lebih terperinci

KURIKULUM Perangkat Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEMA 6 : ORGAN TUBUH MANUSIA DAN HEWAN. Kelas / Semester : V / 2

KURIKULUM Perangkat Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEMA 6 : ORGAN TUBUH MANUSIA DAN HEWAN. Kelas / Semester : V / 2 KURIKULUM 2013 Perangkat Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEMA 6 : ORGAN TUBUH MANUSIA DAN HEWAN Nama Sekolah : SDN MANUKAN KULON Kelas / Semester : V / 2 Nama Guru NIP / NIK : EKO BUDIYONO

Lebih terperinci

Keberhasilan suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa komponen. Dalam prosesnya, siswa dituntut untuk meningkatkan kompetensinya dengan

Keberhasilan suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa komponen. Dalam prosesnya, siswa dituntut untuk meningkatkan kompetensinya dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu komponen penting dalam mentransformasi pengetahuan, keahlian, dan nilai-nilai akhlak dalam pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan

Lebih terperinci

Kebijakan Implementasi Kurikulum 2013 (Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2014) PPT - 1.1

Kebijakan Implementasi Kurikulum 2013 (Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2014) PPT - 1.1 Kebijakan Implementasi Kurikulum 2013 (Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2014) PPT - 1.1 Dasar Hukum Kurikulum menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (19) adalah seperangkat rencana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 48 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain dan Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperkuat upaya pengembangan karakter kemandirian melalui model Project Based Learning (PBL). Penerapan model

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN SMA NEGERI 10 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN SMA NEGERI 10 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN SMA NEGERI 10 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 Berdasarkan : Permendikbud no. 22/2016 Tentang Standar Proses endidikan Dasar &

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi. 1 BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan segala usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana dan bertujuan mengubah tingkah laku manusia kearah yang lebih baik dan sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam perkembangan ilmu

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN 1: KONSEP TEMATIK INTEGRATIF

MATERI PELATIHAN 1: KONSEP TEMATIK INTEGRATIF MATERI PELATIHAN 1: KONSEP TEMATIK INTEGRATIF A. KOMPETENSI Peserta pelatihan dapat: 1. Memahami secara utuh perubahan pendekatan pembelajaran ke pendekatan tematik integratif. 2. Memahami secara utuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Menengah Pertama

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Menengah Pertama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Menengah Pertama (SMP) mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang bertujuan agar peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana berbagai informasi mudah didapatkan oleh semua orang di. Perkembangan IPTEK yang sangat pesat dapat berimbas pada tantangan

BAB I PENDAHULUAN. dimana berbagai informasi mudah didapatkan oleh semua orang di. Perkembangan IPTEK yang sangat pesat dapat berimbas pada tantangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini kita telah memasuki abad ke-21. Abad 21 merupakan abad dimana berbagai informasi mudah didapatkan oleh semua orang di penjuru dunia tanpa terkecuali. Batasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan IPA di sekolah dirumuskan dalam bentuk pengembangan individu-individu yang literate terhadap sains.

Lebih terperinci

Implementasi Penilaian Autentik Dalam Pembelajaran Matematika

Implementasi Penilaian Autentik Dalam Pembelajaran Matematika SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017 Implementasi Penilaian Autentik Dalam Pembelajaran Matematika Rayinda Aseti Prafianti 1, Rr. Kuntie Sulistyowaty 2 Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab 1 ini tentang pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab 1 ini tentang pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab, BAB I PENDAHULUAN Dalam bab 1 ini tentang pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab, antara lain: Latar Belakang Masalah; Rumusan Masalah; Tujuan Penelitian; Manfaat Penelitian; Penegasan Istilah.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat berperan adalah lembaga pendidikan. Dalam mencapai tujuan

I. PENDAHULUAN. sangat berperan adalah lembaga pendidikan. Dalam mencapai tujuan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era global sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia. Untuk menyiapkan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas dan mempunyai daya saing tinggi sangat diperlukan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas dan mempunyai daya saing tinggi sangat diperlukan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas dan mempunyai daya saing tinggi sangat diperlukan dalam menghadapi persaingan di berbagai bidang kehidupan, terutama

Lebih terperinci

PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM 2013

PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM 2013 1 PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM 2013 Pendahuluan Oleh: Bambang Prihadi*) Implementasi Kurikulum 2013 dicirikan dengan perubahan yang sangat mendasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan yang diharapkan karena itu pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia harus menapaki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Seseorang akan mengalami perubahan pada tingkah laku setelah melalui suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

DASAR FILOSOFI. Manusia harus mengkontruksikan pengetahuan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

DASAR FILOSOFI. Manusia harus mengkontruksikan pengetahuan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. DASAR FILOSOFI Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit), dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun sendiri pengetahuannya. Hal ini menuntut perubahan

BAB I PENDAHULUAN. membangun sendiri pengetahuannya. Hal ini menuntut perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini konstruktivisme menjadi landasan dalam dunia pendidikan di Indonesia. Pembelajaran konstruktivistik menuntut siswa agar mampu mengembangkan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sampai saat ini pendidikan masih belum lepas dari berbagai permasalahan. Salah satu masalah yang dihadapi di dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi perencanaan pembelajaran, proses pelaksanaan pembelajaran meliputi kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang SISDIKNAS No.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang SISDIKNAS No. A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN Pendidikan di Indonesia kini telah mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi karena berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan. Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak rintangan dalam masalah kualitas pendidikan, salah satunya dalam program pendidikan di Indonesia atau kurikulum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun ajaran 2013/2014. Pencapaian tujuan dari Kurikulum 2013

BAB I PENDAHULUAN. tahun ajaran 2013/2014. Pencapaian tujuan dari Kurikulum 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai bentuk penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan seyogyanya menyiapkan generasi yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Barangkali tidak banyak yang menyadari bahwa pendidikan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Barangkali tidak banyak yang menyadari bahwa pendidikan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Barangkali tidak banyak yang menyadari bahwa pendidikan di Indonesia lebih banyak menekankan kepada hasil belajar berupa kognitifnya saja. Hal ini terlihat dari

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Prodi Teknik Busana PTBB FT UNY Tahun 2005 PENERAPAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME DALAM MATA KULIAH PENGETAHUAN TEKSTIL

Prosiding Seminar Nasional Prodi Teknik Busana PTBB FT UNY Tahun 2005 PENERAPAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME DALAM MATA KULIAH PENGETAHUAN TEKSTIL PENERAPAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME DALAM MATA KULIAH PENGETAHUAN TEKSTIL Widihastuti Dosen Program Studi Teknik Busana Fakultas Teknik UNY widihastuti@uny.ac.id; twidihastutiftuny@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

VIII. RUBRIK PENILAIAN KINERJA GURU

VIII. RUBRIK PENILAIAN KINERJA GURU VIII. RUBRIK PENILAIAN KINERJA GURU PETUNJUK 1. Kumpulkan dokumen perangkat dari guru sebelum pengamatan, cacatan hasil pengamatan selama dan sesudah, serta cacatan kemajuan dan hasil belajar peserta didik.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses memperoleh ilmu pengetahuan, baik diperoleh sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Belajar dapat dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum yang sedang coba diterapkan oleh pemerintah ke beberapa sekolah sasaran saat ini yaitu Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mendorong peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah komunikasi dalam konteks pedagogi adalah hal yang penting karena ketika proses pembelajaran berlangsung didalamnya terdapat interaksi antara guru dengan siswa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu dasar yang menjadi alat untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain. Oleh karena itu penguasaan terhadap matematika mutlak diperlukan dan

Lebih terperinci

Penilaian Unjuk kerja Oleh Kusrini & Tatag Y.E. Siswono

Penilaian Unjuk kerja Oleh Kusrini & Tatag Y.E. Siswono washington College of education, UNESA, UM Malang dan LAPI-ITB. 1 Pebruari 8 Maret dan 8-30 April 2002 di Penilaian Unjuk kerja Oleh Kusrini & Tatag Y.E. Siswono Dalam pembelajaran matematika, sistem evaluasinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Materi Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup khususnya pada Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan termasuk ke dalam materi yang sangat menarik, tetapi

Lebih terperinci

JURNAL OLEH YENI FARIDA The Learning University

JURNAL OLEH YENI FARIDA The Learning University PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS SEJARAH KELAS VII SMP NEGERI 1 MALANG SEMESTER GASAL TAHUN AJARAN 2011/2012 JURNAL OLEH YENI

Lebih terperinci

Lembar Kerja Rancangan Pembelajaran Berbasis Proyek

Lembar Kerja Rancangan Pembelajaran Berbasis Proyek Lembar Kerja Rancangan Pembelajaran Berbasis Proyek Judul Proyek : Daur Ulang Limbah Plastik Nama Pengembang : Kelompok 4 Mata Pelajaran : BIOLOGI Jenjang Pendidikan : SMA Kelas / Semester : X (sepuluh)

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen, Provinsi Papua dengan pembelajaran berbasis

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. A. SIMPULAN Berdasarkan temuan dan hasil analisis data yang diperoleh dari kegiatan studi

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. A. SIMPULAN Berdasarkan temuan dan hasil analisis data yang diperoleh dari kegiatan studi BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. SIMPULAN Berdasarkan temuan dan hasil analisis data yang diperoleh dari kegiatan studi pendahuluan, uji coba terbatas, uji coba lebih luas dan uji validasi,

Lebih terperinci

ANALISIS MUATAN IPA PADA BUKU TEKS PELAJARAN TEMATIK TERPADU SD KELAS V TEMA 1 SUBTEMA 1 WUJUD BENDA DAN CIRINYA

ANALISIS MUATAN IPA PADA BUKU TEKS PELAJARAN TEMATIK TERPADU SD KELAS V TEMA 1 SUBTEMA 1 WUJUD BENDA DAN CIRINYA ANALISIS MUATAN IPA PADA BUKU TEKS PELAJARAN TEMATIK TERPADU SD KELAS V TEMA 1 SUBTEMA 1 WUJUD BENDA DAN CIRINYA Degi Alrinda Agustina Prodi Pendidikan Dasar Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

Lebih terperinci

BAB VI ASESMEN ATAS PEMAHAMAN DAN INQUIRY

BAB VI ASESMEN ATAS PEMAHAMAN DAN INQUIRY BAB VI ASESMEN ATAS PEMAHAMAN DAN INQUIRY A. Penilaian formatif dan sumatif Sebagai guru yang baik, cerdas dan terkemuka seharusnya guru memikirkan bagaimana dia mengajarkan materi pada muridnya, dan bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN. dengan memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan yang begitu ketat dari berbagai macam bidang pada era globalisasi abad 21 ini, salah satunya adalah pada bidang pendidikan. Persaingan yang terjadi pada era

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi untuk memperjelas istilah pada permasalahan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi untuk memperjelas istilah pada permasalahan yang ada. BAB I PENDAHULUAN Bab satu ini membahas tentang latar belakang permasalahan mengenai assesment afektif yang merupakan penilaian pada jenjang pendidikan selain penilaian kognitif dan psikomotor. Pada sub

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan

II. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan II. KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan ada efeknya, akibatnya, pengaruhnya, kesannya, atau

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) Pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seseorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Memasuki abad-21, Sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu bersaing

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Mata pelajaran Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006 menuntut perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006 menuntut perubahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses belajar dan mengajar. Dewasa ini, sekolah dan guru diberikan keleluasaan untuk mengembangkan kurikulum dalam

Lebih terperinci

KURIKULUM 2013 Perangkat Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

KURIKULUM 2013 Perangkat Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KURIKULUM 2013 Perangkat Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEMA 6 : ORGAN TUBUH MANUSIA DAN HEWAN Nama Sekolah : MI IMAMI Kelas / Semester : V / 2 Nama Guru : Alinatul Khusna, S.Pd.I

Lebih terperinci