BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Isu kekerasan seksual pada anak memang menjadi sebuah masalah yang beberapa tahun terakhir ini meningkat, baik kuantitas kasus maupun skalanya. Negara dianggap gagal dalam melindungi anak-anak, sehingga kekerasan ini terus-menerus berlangsung. Isu kekerasan seksual anak biasanya diikuti juga dengan praktek eksploitasi seksual anak. Eksploitasi seksual pada anak merupakan pelanggaran berat terhadap hak-hak anak berupa penggunaan kekerasan dan anak dijadikan objek seksual dan objek komoditas secara terusmenerus yang meliputi praktek-praktek pelacuran anak, pornografi anak, perdagangan seks anak, dan pariwisata seks anak. Kasus pedophilia yang pernah diberitakan media di Jakarta International School (JIS) menambah daftar panjang kasus kekerasan seksual pada anak-anak yang terjadi di Indonesia. Kasus serupa juga terjadi pada 11 pelajar di Medan, dilakukan oleh gurunya yang merupakan warga negara Singapura. Kasus berikutnya terjadi di Tenggarong, Kalimantan Timur, seorang guru melakukan sodomi kepada muridnya. Berita lain pada tahun 2010 lalu, kasus pedophilia yang disertai kasus pembunuhan dan mutilasi menimpa 14 anak jalanan di Jakarta, pelakunya adalah Babe Baikuni yang dikenal dengan sebutan 'Babe'. Andri Sobari alias Emon bin Nanang Sobari, menurut bukti-bukti yang telah didapatkan oleh pihak berwajib, sudah mencabuli 114 anak di Sukabumi. Kasus asusila itu dilakukan pelaku di pemandian Liosanta, Citamiang, Kota Sukabumi. Kasus kejahatan seksual yang dilakukan Emon di Sukabumi merupakan kasus yang sangat luar biasa, bahkan jumlah korbannya tertinggi di Indonesia. Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak menyebutkan, bahwa kejahatan seksual yang terjadi saat ini sedang mengancam dunia anak. Kasus ini 1

2 2 perlu disikapi serius oleh berbagai pihak, khususnya pemerintah. Situasi kejahatan seksual terhadap anak sudah sangat darurat. Kasus kejahatan seksual saat ini tidak hanya terjadi di luar rumah, tetapi ada juga yang terjadi di dalam rumah, dengan pelakunya adalah orang tua sendiri, paman, kakak, hingga orang tua tiri. Fenomena yang terjadi di masyarakat saat ini menunjukkan betapa kurang sensitif dan pekanya orang tua terhadap keamanan anaknya, sehingga menjadi penyebab utama kejahatan seksual yang terjadi pada anak. Kondisi nyata yang terjadi adalah orang tua cenderung sibuk dengan kegiatannya, bahkan bagi kebanyakan keluarga yang memiliki tingkat ekonomi menengah ke atas, sehingga para orangtuanya lebih mempercayakan anaknya kepada sekolah yang sudah dibayar mahal untuk pendidikannya atau kepada para pengasuh anak. Kondisi serupa juga terjadi pada keluarga yang memiliki tingkat ekonomi menengah ke bawah, yakni para orang tua tersebut membiarkan anaknya bermain bebas di lingkungan rumahnya, sehingga kondisi tersebut membuat anak-anak sangat rawan akan tindak kejahatan seksual, karena kurangnya pengawasan dari para orang tuanya. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat setiap tahunnya ada sekitar kurang lebih 400 anak Indonesia yang menjadi korban kekerasan seksual, baik yang dilakukan oleh keluarga maupun orang dewasa lainnya. Masyarakat memerlukan adanya tim reaksi cepat perlindungan anak di sekolah hingga di lingkungan tingkat Rukun Tetangga (RT). Tim ini perlu melibatkan peran serta masyarakat. Informasi dan pengetahuan orang tua tentang masalah ini sangat diperlukan, karena tempat kejadian kekerasan setelah rumah adalah sekolah. Sekolah bisa melakukan simulasi-simulasi efektif dengan diberikan pengetahuan yang cukup, bahwa seorang anak hanya bisa disentuh oleh tiga orang yaitu dirinya sendiri, ibunya, dan dokter. Dokter juga harus didampingi pada saat memeriksa seorang anak, namun yang terpenting adalah kesigapan para orang tua untuk membangun komunikasi dua arah yang baik dengan anak. Langkah selanjutnya adalah para orang tua juga dihimbau untuk membekali anak dengan pemahaman mengenai kesehatan reproduksi sejak usia dini dan cara membela diri secara tepat, sehingga kejahatan seksual terhadap anak dapat diminimalkan, bahkan dihindari.

3 3 P2TP2 (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan) didirikan Pemerintah Kota Bandung sejak tahun 2002, berdasarkan kajian dari Pusat Studi Wanita Universitas Padjajaran dan Program Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia dalam upaya pelayanan penanganan masalah perempuan (Women Crisis) melalui Surat Keputusan Walikota Bandung Nomor 260/Kep.1449-Huk/2002, tanggal 29 Oktober Jumlah pelayanan kasus yang terus meningkat terhadap Korban Tindak Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) pada tahun 2008, mengakibatkan Pemerintah Kota Bandung menjadikan lembaga P2TP2 ini memiliki pelayanan yang lebih profesional, berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 265, tanggal 26 Maret 2008, sehingga berubah menjadi UPT P2TP2A (Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) dan diperbarui kembali melalui Peraturan Walikota Bandung Nomor 413, tahun 2010, tanggal 17 Juni UPT P2TP2A (Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) menyadari bahwa tingkat kejahatan seksual di Indonesia semakin tinggi dan sudah sangat memprihatinkan. Jumlah korban dari berbagai daerah akibat kejahatan seksual semakin tinggi, serta belum efektifnya tindakan yang dilakukan pemerintah dalam mengurangi tingkat kejahatan ini, sehingga dibutuhkan program khusus untuk membantu masyarakat agar lebih serius menanggapi kasus ini. Program khusus mengenai informasi bahaya kejahatan seksual terhadap anak yang dibuat memiliki beberapa manfaat, yaitu sebagai sarana pembantu dalam mencegah tindak kejahatan ini, agar para orang tua lebih bisa menjaga anak-anaknya, sehingga tindak kejahatan ini tidak menimpa anak-anak. Program khusus mengenai informasi bahaya tindak kejahatan seksual pada anak yang digagas oleh UPT P2TP2A (Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) saat ini menghadapi beberapa kendala, salah satunya adalah pengetahuan orang tua mengenai masalah ini yang dirasa masih kurang. Orang tua di Indonesia, khususnya di Kota Bandung, masih banyak yang belum mengetahui tentang kampanye informasi bahaya kejahatan seksual pada anak. Orang tua yang menyadari betapa pentingnya menjaga anak, sebagian besar belum mengetahui cara tepat untuk melakukan perlindungan yang baik terhadap anak dari tindak kejahatan seksual. Program khusus yang dicanangkan oleh UPT P2TP2A (Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan

4 4 Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) belum berjalan maksimal, sehingga dibutuhkan sebuah usaha tepat yang dapat membantu sosialisasi program ini, agar dapat diketahui oleh para orang tua di Indonesia, khususnya di Kota Bandung. Program khusus mengenai bahaya kejahatan seksual anak di Kota Bandung yang dicanangkan oleh UPT P2TP2A (Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) di Kota Bandung akan disosialisasikan dalam bentuk kampanye. Media kampanye yang akan dibuat dalam program khusus ini berupa poster, flyer/selebaran, brosur, sticker, dan slide presentasi. Rancang kampanye yang dibuat ini diharapkan dapat membantu Pemerintah Kota Bandung dalam menginformasikan program Kampanye Informasi Bahaya Kejahatan Seksual Pada Anak di Kota Bandung, agar orang tua mengetahui mengenai program tersebut dan paham mengenai menjaga keamanan anak dari pelaku tindak kejahatan seksual. 1.2 Perumusan dan Pembatasan Masalah Kampanye ini diharapkan dapat menjadi cahaya benderang bagi jutaan anak di Indonesia, khususnya Kota Bandung, yang menjadi korban kekerasan dan pelecehan seksual, serta menjadi usaha pencegahan efektif, dan sebagai landasan bagi semua upaya agar kedepannya tidak sampai terjadi tindak kejahatan seksual pada anak di Indonesia, khususnya di Kota bandung Perumusan Masalah Identifikasi masalah dalam program perancangan Kampanye Informasi Bahaya Kejahatan Seksual Pada Anak di Kota Bandung dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana cara yang tepat untuk menginformasikan dan mengajak para orang tua agar lebih peduli terhadap bahaya dan dampak kejahatan seksual pada anak, khususnya di Kota Bandung. 2. Bagaimana merancang visualisasi yang tepat dan komunikatif sehingga pesan dalam Kampanye Informasi Bahaya Kejahatan

5 5 Seksual Pada Anak yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh para orang tua, khususnya di Kota Bandung. 3. Bagaimana merancang berbagai media kampanye yang tepat dan dapat dijangkau informasinya oleh para orang tua, khususnya di Kota Bandung Pembatasan Masalah Proses perumusan masalah dalam perancangan Kampanye Informasi Bahaya Kejahatan Seksual Pada Anak di Kota Bandung telah dirumuskan di atas, kemudian akan ditentukan fokus permasalahannya melalui pembatasan sebagai berikut: 1. Program Informasi Bahaya Kejahatan Seksual Pada Anak di Kota Bandung akan diinformasikan kepada para orang tua dalam bentuk kampanye sosial dengan penekanan pesan pada dampak jangka panjang yang akan diderita oleh anak korban kejahatan seksual, karena masih banyak orang tua yang belum mengetahui dampak jangka panjang dari korban pedophilia, sehingga perlu dilakukan kampanye sosial dengan gaya pendekatan pesan yang baru dan lebih informatif serta memberikan efek dramatis kepada para orang tua. 2. Kampanye Informasi Bahaya Kejahatan Seksual Pada Anak di Kota Bandung yang dirancang ini akan menggunakan visual dengan pendekatan fotografi yang dramatis, cenderung kelam, dengan warna-warna gelap, dan penggunaan tipografi yang mendukung tema kampanye, serta dapat menginformasikan secara jelas dari maksud dan tujuan kampanye itu sendiri, karena efek dramatis dari visualisasi kampanye ini diharapkan agar para orang tua dapat dengan mudah dan langsung mengetahui informasi yang terkandung di dalam kampanye tersebut serta mampu menggugah rasa para orang tua untuk lebih menjaga keselamatan anaknya dari para pelaku kejahatan seksual. 3. Kampanye Informasi Bahaya Kejahatan Seksual Pada Anak di Kota Bandung akan diinformasikan melalui berbagai media grafis yang bersifat below the line dibantu dengan media presentasi, seperti poster,

6 6 flyer/selebaran, brosur, sticker, dan slide/media presentasi dengan bantuan komputer atau alat sejenis, karena media-media tersebut akan efektif dalam menyampaikan pesan atau informasi kampanye ini, sehingga diharapkan rencana dari program ini dapat diketahui secara tepat dan dengan mudah dapat dijangkau informasinya oleh para orang tua, khususnya di Kota Bandung. 1.3 Maksud dan Tujuan Program khusus yang dibuat UPT P2TP2A (Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) Kota Bandung untuk menginformasikan bahaya kejahatan seksual terhadap anak bagi para orang tua memiliki maksud dan tujuan yang jelas. Program ini diharapkan mampu menjadi solusi nyata dalam meminimalkan situasi yang sudah meresahkan para orang tua, khususnya di Kota Bandung Maksud Rancang kampanye informatif mengenai bahaya kejahatan seksual pada anak di Kota Bandung, yang divisualisasikan secara dramatis dengan menggunakan efek visual kelam, serta diaplikasikan pada berbagai media grafis/tercetak yang efektif bagi para orang tua Tujuan Kampanye Informasi Bahaya Kejahatan Seksual Pada Anak di Kota Bandung memiliki berbagai tujuan, antara lain: 1. Membuat para orang tua memahami dan menyadari betapa rawannya anak-anak dari berbagai tindak kejahatan seksual, sehingga lebih memperhatikan keamanan dan keselamatan anaknya. 2. Mengharmoniskan hubungan antara orang tua dengan anak, melalui komunikasi yang efektif dan intens.

7 7 3. Meluruskan pemikiran/pandangan yang selama ini terdapat di masyarakat, bahwa para orang tua tidak bisa menyerahkan sepenuhnya mengenai pendidikan anak-anaknya kepada sekolah, karena seharusnya para orang tua yang menjadi guru dan panutan bagi anak. 4. Menggugah perasaan para orang tua untuk lebih waspada terhadap lingkungannya, terutama pada lingkungan yang memiliki potensi untuk terjadinya kejahatan seksual pada anak. 1.4 Manfaat Proyek Akhir Rancang Kampanye Informasi Bahaya Kejahatan Seksual Pada Anak di Kota Bandung memiliki dua manfaat, yaitu manfaat profesi dan manfaat akademis, dimana manfaat profesi adalah manfaat untuk lembaga yang bersangkutan, sedangkan manfaat akademis adalah manfaat untuk seluruh sivitas akademika Universitas Widyatama, khususnya mahasiswa Fakultas Desain Komunikasi Visual, baik yang sedang melaksanakan proyek akhir mengenai kampanye maupun yang hanya mencari referensi mengenai kampanye Manfaat Profesi Rancang kampanye yang dibuat akan memberi manfaat bagi UPT P2TP2A (Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) Kota Bandung sebagai inisiator program mengenai informasi bahaya kejahatan seksual pada anak di Kota Bandung, sehingga manfaat bagi institusi dalam kampanye ini akan diuraikan sebagai berikut: 1. Kampanye ini akan membantu UPT P2TP2A (Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) Kota Bandung dalam proses sosialisasi informasi bahaya kejahatan seksual pada anak di Kota Bandung. 2. Kampanye yang dibuat akan membantu UPT P2TP2A (Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan

8 8 Anak) Kota Bandung untuk menjelaskan kepada para orang tua mengenai bahaya kejahatan seksual yang mengancam anak mereka dan menjelaskan pula cara pencegahannya Manfaat Akademis Kampanye ini juga memiliki manfaat bagi segenap sivitas akademika Universitas Widyatama, khususnya bagi Fakultas Desain Komunikasi Visual, dengan manfaat yang akan diuraikan sebagai berikut: 1. Rancang kampanye ini dapat menambah wawasan dan pemahaman mahasiswa Universitas Widyatama, khususnya mahasiswa Fakultas Desain Komunikasi Visual mengenai kampanye tentang Informasi Bahaya Kejahatan Seksual Pada Anak di Kota Bandung. 2. Rancang kampanye ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian dengan objek yang sama pada tahun-tahun berikutnya, khususnya bagi segenap sivitas akademika di lingkungan Fakultas Desain Komunikasi Visual, umumnya bagi seluruh mahasiswa Universitas Widyatama mengenai subjek kampanye. 1.5 Sistematika Penulisan Tahap sistematika penulisan Proyek Akhir Grafis dengan tema Kampanye Informasi Bahaya Kejahatan Seksual Pada Anak di Kota Bandung ini dibagi menjadi 5 (lima) bagian penjelasan utama berdasarkan bab-bab penulisan. Bab I Pendahuluan Kasus kekerasan seksual pada anak memang menjadi sebuah masalah yang beberapa tahun terakhir ini meningkat di Indonesia. Pemerintah dianggap gagal dalam melindungi anak-anak dan menangani masalah ini, karena kuantitas kasus maupun skalanya yang setiap tahun semakin bertambah. Kasus pedophilia yang terjadi di Jakarta International School (JIS), Medan, dan

9 9 Tenggarong, menjadi kasus pedophilia yang disertai tindak pidana pembunuhan dan mutilasi, serta kasus dari pelaku Emon bin Nanang Sobari di Sukabumi yang merupakan kasus sangat luar biasa yang pernah ada di Indonesia. Kasus di atas hanya sedikit contoh dari kasus terakhir yang terjadi di Indonesia. Fenomena kejahatan seksual ini perlu disikapi dan ditindak secara serius oleh berbagai pihak, khususnya oleh pemerintah. Pemerintah Kota Bandung dalam menghadapi masalah tersebut menginisiasi sebuah program, yaitu program Informasi Bahaya Kejahatan Seksual Pada Anak melalui UPT P2TP2A (Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak), dimana program ini dapat membantu dalam mencegah tindak kejahatan seksual pada anak di Kota Bandung. Informasi mengenai bahaya kejahatan seksual pada anak saat ini belum disadari sepenuhnya oleh masyarakat Kota Bandung, sehingga perlu dirancang sebuah kampanye untuk membantu Pemerintah Kota Bandung untuk menginformasikan program tersebut kepada masyarakat. Bab II Kajian Masalah Upaya mengajak masyarakat dalam program pencegahan tindak pelecehan pada anak, Little Warriors Organization yang bertempat di Kanada meluncurkan kampanye yang memiliki headline Make it Stop. Kampanye ini memberikan fakta dari dampak tindakan pelecehan seksual terhadap anak yang dialami para korbannya. Data yang tertera menunjukkan betapa sangat memprihatinkannya para korban dari tindak pelecehan seksual. Kampanye ini berupaya mengajak masyarakat agar lebih peduli dan tidak menganggap masalah ini sebagai masalah biasa serta mau bersama-sama bertanggung jawab dalam pencegahan permasalahan tindak pelecehan pada anak.

10 10 Bab III Analisis Masalah UPT P2TP2A (Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) merupakan lembaga pemerintah yang melayani penanganan masalah perempuan dan anak di Kota Bandung. Tindak kejahatan seksual pada anak atau lebih dikenal dengan pedophilia, bermakna orang-orang yang secara eksklusif mempunyai ketertarikan seksual pada anak-anak pra-remaja yaitu di bawah usia 13 tahun. Kampanye Informasi Bahaya Kejahatan Seksual Pada Anak ini ditujukan kepada para orang tua yang memiliki anak pada pendidikan sekolah dasar atau di bawah usia 13 tahun, agar lebih menjaga lingkungan keamanan dan keselamatan anak-anaknya dari para pelaku tindak kejahatan seksual, sehingga tindak kejahatan seksual tersebut tidak terjadi pada anak-anaknya. Bab IV Pembatasan Masalah Kampanye Informasi Bahaya Kejahatan Seksual Pada Anak di Kota Bandung ini akan menggunakan beberapa pendekatan seperti jenis kampanye ideologically course oriented campaigns, dimana kampanye yang berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan seringkali berdimensi pada perubahan sosial. Tipografi yang akan digunakan adalah perpaduan antara huruf tanpa kait (sans serif) dengan huruf berkait (serif), karena dinilai lebih sederhana dan akrab serta memiliki tingkat keterbacaan yang cukup baik oleh audience. Warna yang akan digunakan adalah warna-warna gelap dan menyala yang akan memberikan kesan kelam dan tegas, karena sesuai dengan tujuan dari kampanye itu. Elemen estetis yang akan digunakan adalah shading-line. Elemen estetis ini digunakan untuk mempertegas informasi mengenai inisiator dari program kampanye, sekaligus menunjukkan logo kampanye ini. Gaya visual yang akan digunakan adalah realisme. Realisme dalam seni rupa adalah usaha untuk menampilkan subjek dalam suatu karya sebagaimana tampil dalam kehidupan sehari-hari tanpa tambahan embel-embel

11 11 atau interpretasi tertentu. Bahasa visual yang akan digunakan adalah bahasa metafora. Bahasa visual metafora adalah gaya bahasa yang membandingkan sesuatu hal secara langsung dan memberikan makna tertentu sesuai dengan keinginan perancang grafisnya. Gaya gambar yang akan digunakan adalah gaya gambar fotografi. Gaya gambar fotografi adalah proses melukis/menulis dengan menggunakan media cahaya. Layout yang akan digunakan dalam kampanye ini meliputi elemen teks, elemen visual, dan invisible elements. Layout yang digunakan lebih menekankan kepada kemudahan alur baca dari audiens. Kampanye Informasi Bahaya Kejahatan Seksual Pada Anak menggunakan pendekatan-pendekatan seperti di atas, bertujuan memberikan informasi secara tegas dan langsung, serta tersampaikan dengan baik pada target audience. Bab V Rincian Tugas Kampanye yang dirancang untuk program Informasi Bahaya Kejahatan Seksual Pada Anak di Kota Bandung harus dapat menyampaikan informasi secara tepat mengenai program tersebut kepada masyarakat Kota Bandung. Media kampanye akan dibuat melalui berbagai media grafis, yaitu poster, flyer/selebaran, brosur, sticker, dan slide/media presentasi, karena media-media tersebut dirasa tepat untuk penyebaran informasi bahaya kejahatan seksual pada anak dan dapat lebih mudah diketahui serta mudah dijangkau oleh para orang tua di Kota Bandung.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pergaulan di zaman sekarang ini sangat berbeda pada saat dahulu di era teknologi yang semakin maju dan perubahan pola pikir membuat hal-hal yang tidak wajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Bandung merupakan ibukota Provinsi Jawa Barat yang dijuluki sebagai kota kembang dan Paris van Java karena keindahannya. Isu yang saat ini banyak berkembang

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL. hidup sehat untuk mencegah penyakit cacingan pada anak, adalah

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL. hidup sehat untuk mencegah penyakit cacingan pada anak, adalah BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL 3.1 Strategi Perancangan Strategi perancangan yang akan dibuat dalam kampanye sosial hidup sehat untuk mencegah penyakit cacingan pada anak, adalah mengkampanyekan

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL 3.1. Strategi Perancangan Strategi perancangan yang akan dilakukan disimpulkan dari beberapa pemecahan masalah dari bahaya minuman beralkohol pada remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Anak usia dini merupakan generasi penerus bangsa sehingga orang tua perlu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Anak usia dini merupakan generasi penerus bangsa sehingga orang tua perlu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak usia dini merupakan generasi penerus bangsa sehingga orang tua perlu untuk memperhatikan tumbuh kembang anak baik dalam perkembangan moral, fisik, kognitif, bahasa,

Lebih terperinci

BAB Ill STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL. Konsep jenis kegiatan kampanye yang digunakan yaitu Ideologically or

BAB Ill STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL. Konsep jenis kegiatan kampanye yang digunakan yaitu Ideologically or BAB Ill STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL 3.1 Strategi Komunikasi. Konsep jenis kegiatan kampanye yang digunakan yaitu Ideologically or cause oriented campaigns, adalah jenis kampanye yang berorientasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dimana mereka mencari tahu hal baru dan berkembang, namun pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dimana mereka mencari tahu hal baru dan berkembang, namun pada tahap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia dini merupakan suatu tahap dimana anak mengalami masa eksplorasi yang tinggi dimana mereka mencari tahu hal baru dan berkembang, namun pada tahap tersebut terdapat

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1 Strategi Perancangan Agar permasalahan bisa diatasi dan tujuan dapat dicapai maka dibutuhkan strategi. Permasalahan yang ditemukan mengenai pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang penting dalam hidup seseorang, namun

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang penting dalam hidup seseorang, namun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hal yang penting dalam hidup seseorang, namun masih banyak orang yang belum menyadari bahwa begitu pentingnya kesehatan di dalam kehidupannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan dari pendidikan Nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, tertulis dalam Pembukaan UUD 1945 Republik Indonesia, salah satunya adalah dengan sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah kepadatan penduduk di Jawa Barat mencapai sekitar 46 juta jiwa pada tahun 2011 yang tersebar di 26 kabupaten dan kota. Untuk kota Bandung jumlah penduduknya

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP IKLAN. 3.1 Strategi Promosi

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP IKLAN. 3.1 Strategi Promosi BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP IKLAN 3.1 Strategi Promosi Pada perancangan promosi wisata edukasi Saung Angklung Udjo ini menggunakan strategi pendekatan pada konsumen yaitu dengan suatu pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kejahatan terhadap anak kerap kali terjadi di Indonesia. Kondisi ini begitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kejahatan terhadap anak kerap kali terjadi di Indonesia. Kondisi ini begitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejahatan terhadap anak kerap kali terjadi di Indonesia. Kondisi ini begitu memprihatinkan. Menurut Komisioner KPAI Maria Ulfah bentuk kekerasan pada anak adalah kekerasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang masih berada dalam kandungan. Pada UU RI no.23 Tahun 2002 Bab III

BAB I PENDAHULUAN. yang masih berada dalam kandungan. Pada UU RI no.23 Tahun 2002 Bab III BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa bagi sebuah keluarga. Anak juga merupakan generasi masa depan bagi suatu bangsa, karena kelak anak akan menjadi dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih dan terus

BAB I PENDAHULUAN. dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih dan terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Status dan kondisi anak Indonesia adalah paradoks. Secara ideal, anak adalah pewaris dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL 3.1 Strategi Komunikasi. Konsep jenis kegiatan kampanye yang digunakan yaitu Ideologically or cause oriented campaigns, adalah jenis kampanye yang berorientasi

Lebih terperinci

PERANCANGAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT TENTANG DAMPAK KEKERASAN FISIK DAN PSIKIS PADA ANAK DALAM LINGKUNGAN RUMAH TANGGA DI KOTA SEMARANG

PERANCANGAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT TENTANG DAMPAK KEKERASAN FISIK DAN PSIKIS PADA ANAK DALAM LINGKUNGAN RUMAH TANGGA DI KOTA SEMARANG PERANCANGAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT TENTANG DAMPAK KEKERASAN FISIK DAN PSIKIS PADA ANAK DALAM LINGKUNGAN RUMAH TANGGA DI KOTA SEMARANG Mukhammad Nurun Nazil 1, Bernadus Andang Prasetya.A 2, Dwi Puji Prabowo

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Konsep good governance adalah konsep yang diperkenalkan oleh Bank Dunia

I. PENDAHULUAN. Konsep good governance adalah konsep yang diperkenalkan oleh Bank Dunia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep good governance adalah konsep yang diperkenalkan oleh Bank Dunia (World Bank) dan banyak berkembang di negara-negara dunia ketiga (negara berkembang). Dalam menjalankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia membutuhkan orang lain dan lingkungan untuk bersosialisasi dan berinteraksi dengan manusia lainnya dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bermain/oddler, masa usia prasekolah, usia sekolah, remaja sampai dewasa. Anak

BAB 1 PENDAHULUAN. bermain/oddler, masa usia prasekolah, usia sekolah, remaja sampai dewasa. Anak 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan harapan orangtua sejak dalam kandungan, harapan agar anaknya dapat lahir dengan sehat; anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahapan usianya.

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL PERANCANGAN MEDIA KAMPANYE PENYALAHGUNAAN SILIKON DAN KOLAGEN

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL PERANCANGAN MEDIA KAMPANYE PENYALAHGUNAAN SILIKON DAN KOLAGEN BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL PERANCANGAN MEDIA KAMPANYE PENYALAHGUNAAN SILIKON DAN KOLAGEN 3.1 Strategi Perancangan Strategi perancangan yang akan dilakukan dan diuraikan dari pemecahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ruben (2006 : 17) berpendapat komunikasi manusia adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Ruben (2006 : 17) berpendapat komunikasi manusia adalah suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ruben (2006 : 17) berpendapat komunikasi manusia adalah suatu proses individu dalam hubungannya, dalam kelompok, dalam organisasi dan dalam masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 5.1 Konsep Visual 5.1.1 Konsep Dasar Bubble Chat Bubble chat merupakan gambaran dari suatu kegiatan komunikasi antar sesama individu. Bubble chat membuat kesan pada suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan suatu awal kehidupan baru pada pertumbuhan janin. Bila kehamilan dipersiapkan dengan baik akan menjadikan ibu dan janin yang sehat. Namun

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP. 4.1 Landasan Teori

BAB 4 KONSEP. 4.1 Landasan Teori BAB 4 KONSEP 4.1 Landasan Teori Landasan teori berfungsi sebagai arah & batasan dalam konsep berfikir sehingga proses perancangan media interaktif ini berada pada arah dan ruang lingkup yang jelas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan potensi bangsa dimasa depan yang sering kali terabaikan,

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan potensi bangsa dimasa depan yang sering kali terabaikan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak merupakan potensi bangsa dimasa depan yang sering kali terabaikan, tersakiti, dan mengalami banyak hal buruk lainnya. Anak-anak selalu menjadi korban atas tindakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bullying adalah perilaku melecehkan, menghina, mengintimidasi, memfitnah, mengucilkan, berselisih, dan bahkan menipu. Pada mulanya bullying hanya terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, pembahasan mengenai anak merupakan suatu kajian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, pembahasan mengenai anak merupakan suatu kajian yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pembahasan mengenai anak merupakan suatu kajian yang sedang banyak dibicarakan, baik di lingkungan masyarakat maupun di berbagai media massa. Pembahasan

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP. 4.1 Landasan Teori Teori Psikologi Anak. Psikologis anak dan orang dewasa tentu berbeda, oleh karena itu

BAB 4 KONSEP. 4.1 Landasan Teori Teori Psikologi Anak. Psikologis anak dan orang dewasa tentu berbeda, oleh karena itu 14 BAB 4 KONSEP 4.1 Landasan Teori 4.1.1 Teori Psikologi Anak Psikologis anak dan orang dewasa tentu berbeda, oleh karena itu pada buku yang berjudul Perkembangan Anak karangan Elizabeth B. Hurlock menjelaskan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita ketahui, masalah penyimpangan sosial sedang marak terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita ketahui, masalah penyimpangan sosial sedang marak terjadi di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seperti yang kita ketahui, masalah penyimpangan sosial sedang marak terjadi di lingkungan masyarakat seperti kekerasan seksual pada anak dibawah umur salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Burung dalam ilmu biologi adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang (vertebrata) yang memiliki bulu dan sayap. Jenis-jenis burung begitu bervariasi, mulai dari

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL 3.1 Strategi Komunikasi Keberhasilan suatu komunikasi ditentukan oleh bagaimana caranya supaya pesan yang akan disampaikan dapat diterima dengan baik kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gadget adalah suatu peranti atau instrumen yang memiliki tujuan dan fungsi praktis yang secara spesifik dirancang lebih canggih dibandingkan dengan teknologi

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI DAN KONSEP VISUAL

BAB III STRATEGI DAN KONSEP VISUAL 47 BAB III STRATEGI DAN KONSEP VISUAL 3.1 STRATEGI KOMUNIKASI Komunikasi menurut dance (1967) adalah usaha yang menimbulakan respons melalui lambang-lambang verbal yang bertindak sebagai stimuli, dengan

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP DESAIN Komponen Iklan Layanan Masyarakat

BAB 4 KONSEP DESAIN Komponen Iklan Layanan Masyarakat 12 BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Landasan Teori dan Penerapan 4.1.1 Komponen Iklan Layanan Masyarakat Menurut Rakhmat Supriyono dalam buku Desain Komunikasi Visual Teori dan Aplikasi, ada 4 hal yang perlu dibahas

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh teknologi digital pada intinya tidak merubah fungsi huruf sebagai perangkat komunikasi visual, namun, teknologi computer menyudorkan beragam spectrum dalam

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1 Strategi Perancangan Perancangan sign system dan media informasi pada Museum Geologi Bandung dibuat dengan dilatarbelakangi oleh data-data yang nyata

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL 3.1 Pendekatan Komunikasi Komunikasi yang akan dibangun dalam perancangan desain terhadap promosi Kombucha Tea meliputi komunikasi massa yang disesuaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan generasi penerus bangsa (Suharto, 2015). Kehidupan anak

BAB I PENDAHULUAN. merupakan generasi penerus bangsa (Suharto, 2015). Kehidupan anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan terhadap anak menjadi isu nasional dan global padahal anakanak merupakan generasi penerus bangsa (Suharto, 2015). Kehidupan anak saat ini mencerminkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyebaran arus informasi yang tidak terbatas dan dibatasi menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyebaran arus informasi yang tidak terbatas dan dibatasi menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyebaran arus informasi yang tidak terbatas dan dibatasi menyebabkan informasi yang masuk tidak terbendung. Remaja cenderung dapat mengakses informasi dengan mudah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN MASALAH

BAB II KAJIAN MASALAH BAB II KAJIAN MASALAH 2.1 Tinjauan Teori Hasil dari perumusan dan pembatasan masalah dari Kampanye Peduli Pengaruh Negatif Gadget Terhadap Anak telah selesai ditentukan, maka selanjutnya akan dijelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah anugrah Tuhan yang dititipkan kepada kedua orangtuanya. Mereka diberikan amanah dan tanggung jawab untuk merawat, mendidik, melindungi, hingga dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 6 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah salah satu bagian terpenting yang tidak dapat terpisahkan dengan keberlangsungan perjuangan suatu Negara. Oleh karena pentingnya peran anak ini, di dalam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat ditarik suatu kesimpulan guna menjawab rumusan masalah. Adapun

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PERANCANGAN

BAB 4 METODE PERANCANGAN BAB 4 METODE PERANCANGAN 4.1 Strategi Kreatif Menjadikan buku tersebut menjadi bagian dari dunia wacana desain di Indonesia serta diharapkan mampu membuka dan menambah wawasan masyarakat desainer grafis

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. merumuskan kesimpulan yang bersifat umum yaitu UPT P2TP2A berperan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. merumuskan kesimpulan yang bersifat umum yaitu UPT P2TP2A berperan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis, maka peneliti merumuskan kesimpulan yang bersifat umum yaitu UPT P2TP2A berperan aktif dalam upaya penanggulangan

Lebih terperinci

2015 IMPLEMENTASI PENDIDIKAN SEKSUAL UNTUK ANAK USIA DINI

2015 IMPLEMENTASI PENDIDIKAN SEKSUAL UNTUK ANAK USIA DINI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa usia dini sering dikatakan sebagai masa keemasan atau golden age. Masa keemasan adalah masa dimana anak memiliki kemampuan penyerapan informasi yang

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PERANCANGAN

BAB 4 METODE PERANCANGAN BAB 4 METODE PERANCANGAN 4.1 Strategi Kreatif 4.1.1 Strategi Komunikasi - Membuat kampanye yang menarik dan dapat menyebar ke seluruh target geografis secara efektif. - Mengubah perspektif masyarakat mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. STUDI ini secara garis besar memotret implementasi program LSM H2O (Human

BAB I PENDAHULUAN. STUDI ini secara garis besar memotret implementasi program LSM H2O (Human BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH STUDI ini secara garis besar memotret implementasi program LSM H2O (Human Health Organization) dalam penanggulangan HIV/AIDS di Kota Medan. Dengan mengambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan terhadap anak merupakan tanggung jawab orang tua, keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan terhadap anak merupakan tanggung jawab orang tua, keluarga, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perlindungan terhadap anak merupakan tanggung jawab orang tua, keluarga, maupun masyarakat sekitarnya. Perlindungan yang diberikan pada anak merupakan untuk

Lebih terperinci

Gambar III.1 SWOT Sumber: Data Pribadi (15 juni 2016)

Gambar III.1 SWOT Sumber: Data Pribadi (15 juni 2016) BAB III. STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP DESAIN III.1 Strategi Perancangan Untuk memberikan pemahaman K3 kepada pekerja tentang pentingnya pemakaian alat pelindung diri maka dibutuhkan suatu komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Attention Deficit Hyperactivity Disorder, dalam pengertian secara umum berarti

BAB I PENDAHULUAN. Attention Deficit Hyperactivity Disorder, dalam pengertian secara umum berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Attention Deficit Hyperactivity Disorder, dalam pengertian secara umum berarti gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas dimana banyak terjadi pada anak usia

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1399, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Pemberi Layanan Kesehatan. Memberikan Informasi. Kekerasan Terhadap Anak. Kewajiban. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Tujuan Komunikasi

Tujuan Komunikasi BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL 3.1 Strategi Perancangan 3.1.1 Strategi Komunikasi Dalam penyampaian strategi komunikasi, agar pesannya tersampaikan secara benar, dimana ingin menyampaikan

Lebih terperinci

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN SALINAN BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN tentang Perlindungan Anak Pasal 1 angka 1 (selanjutnya UU Perlindungan

BAB I PENDAHULUAN tentang Perlindungan Anak Pasal 1 angka 1 (selanjutnya UU Perlindungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan yang Maha Esa yang lahir untuk dilindungi. Bahkan anak dianggap sebagai harta kekayaan yang paling berharga dibandingkan harta

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1 Strategi Perancangan Untuk memberikan informasi mengenai penanggulangan insomnia dan pentingnya mengetahui gejala-gejala dari insomnia agar dapat mengindentifikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai collaborative governance pada penyelenggaraan pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai collaborative governance pada penyelenggaraan pelayanan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ini dikembangkan untuk memahami secara mendalam mengenai collaborative governance pada penyelenggaraan pelayanan terhadap kasus kekerasan perempuan dan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 136 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kesadaran masyarakat Indonesia akan adanya pengaruh buruk tayangan televisi terhadap anak-anak masih sangat rendah. Orang tua cenderung membiarkan anak menonton tayangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ini menjadi sangat penting setelah selama ribuan tahun perempuan berada. ideologi yang mendunia dan dianggap kodrat Tuhan.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ini menjadi sangat penting setelah selama ribuan tahun perempuan berada. ideologi yang mendunia dan dianggap kodrat Tuhan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini wanita menjadi topik pembicaraan yang penting, terlebih setelah munculnya gerakan emansipasi wanita dengan pandangan yang berbeda-beda. Masalah ini menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tindak kejahatan yang menjadi fenomena akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tindak kejahatan yang menjadi fenomena akhir-akhir ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tindak kejahatan yang menjadi fenomena akhir-akhir ini adalah kekerasan seksual terhadap anak. Anak adalah anugerah tidak ternilai yang dikaruniakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan seksual ini juga tidak hanya berlangsung di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan seksual ini juga tidak hanya berlangsung di lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kekerasan, pelecehan, dan eksploitasi seksual itu bukan hanya menimpa perempuan dewasa, namun juga perempuan yang tergolong di bawah umur (anakanak). Kejahatan

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

2015 PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kasus kekerasan di dalam rumah tangga merupakan hal yang bersifat pribadi dan cenderung dirahasiakan dari dunia luar. Kasus ini dapat merugikan sebagian orang dan

Lebih terperinci

Tugas Akhir Desain Komunikasi Visual 2007 BAB I PENDAHULUAN

Tugas Akhir Desain Komunikasi Visual 2007 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi yang bebas sekarang ini, semua media visual yang ada sudah mengalami banyak perkembangan. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya media-media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia banyak jalan menuju sehat, salah satu dan yang terpenting ialah dengan berolahraga. Di masyarakat yang pola hidupnya sudah sangat berubah, terutama

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP. 4.1 Landasan Teori Teori Layout. Layout menurut Gavin Amborse & Paul Harris, (London 2005)

BAB 4 KONSEP. 4.1 Landasan Teori Teori Layout. Layout menurut Gavin Amborse & Paul Harris, (London 2005) BAB 4 KONSEP 4.1 Landasan Teori 4.1.1 Teori Layout Layout menurut Gavin Amborse & Paul Harris, (London 2005) adalah penyusunan dari elemen-elemen desain yang berhubungan kedalam sebuah bidang sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan kelompok pariwisata merupakan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan kelompok pariwisata merupakan kelompok 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah Menengah Kejuruan kelompok pariwisata merupakan kelompok dari sub sistem pendidikan nasional yang diharapkan mampu menciptakan lulusan yang siap kerja, memiliki

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG GERAKAN NASIONAL ANTI KEJAHATAN SEKSUAL TERHADAP ANAK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG GERAKAN NASIONAL ANTI KEJAHATAN SEKSUAL TERHADAP ANAK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG GERAKAN NASIONAL ANTI KEJAHATAN SEKSUAL TERHADAP ANAK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, melakukan Gerakan Nasional Anti Kejahatan Seksual dengan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah daerah beriklim tropis sehingga menjadi tempat yang cocok untuk perkembangbiakan nyamuk yang dapat menimbulkan masalah kesehatan bagi masyarakat.

Lebih terperinci

UCAPAN TERIMAKASIH...

UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian... B. Identifikasi

Lebih terperinci

IV. KONSEP PERANCANGAN

IV. KONSEP PERANCANGAN IV. KONSEP PERANCANGAN A. Tataran Komunitas Kampanye Tertib Itu Baik ini dirancang guna merespon fakta bahwa toleransi dan kesadaran masyarakat terhadap ketertiban masih rendah, kampanye ini dapat dijadikan

Lebih terperinci

Abstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT

Abstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT JUDUL : Memahami Pengalaman Komunikasi Konselor dan Perempuan Korban KDRT Pada Proses Pendampingan di PPT Seruni Kota Semarang NAMA : Sefti Diona Sari NIM : 14030110151026 Abstraksi Penelitian ini dilatarbelakangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggalangan kampanye sosial tentang anti rokok marak dilakukan. Hal ini dilatar

BAB I PENDAHULUAN. Penggalangan kampanye sosial tentang anti rokok marak dilakukan. Hal ini dilatar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggalangan kampanye sosial tentang anti rokok marak dilakukan. Hal ini dilatar belakangi oleh Peraturan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 75 Tahun

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP DESAIN. Menurut Danton Sihombing dalam bukunya yang berjudul, Tipografi dalam Desain Grafis,

BAB 4 KONSEP DESAIN. Menurut Danton Sihombing dalam bukunya yang berjudul, Tipografi dalam Desain Grafis, BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Landasan Teori 4.1.1 Teori Tipografi Menurut Danton Sihombing dalam bukunya yang berjudul, Tipografi dalam Desain Grafis, proses perancangan dengan menggunakan huruf adalah tahapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Banyak orangtua menganggap kekerasan pada anak adalah hal yang wajar. Mereka beranggapan kekerasan adalah bagian dari mendisiplinkan anak. Mereka lupa bahwa orangtua

Lebih terperinci

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL. pihak lain, agar dapat saling mempengaruhi diantara keduanya.

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL. pihak lain, agar dapat saling mempengaruhi diantara keduanya. BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL 3.1 Strategi Komunikasi Pengertian komunikasi yaitu sebuah proses dalam penyampaian sebuah informasi baik itu sebuah pesan, ide ataupun gagasan dari pihak

Lebih terperinci

SAMBUTAN pada PELATIHAN SATGAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Jakarta, Mei 2016

SAMBUTAN pada PELATIHAN SATGAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Jakarta, Mei 2016 SAMBUTAN pada PELATIHAN SATGAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Jakarta, 16 18 Mei 2016 Yang saya hormati; 1. Para pejabat dari Kementerian/Lembaga atau yang mewakili; 2. Para pejabat KPP dan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 54 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG LAYANAN TERPADU BAGI PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN KOTA BEKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak merupakan amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak merupakan amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi bayi dan perkembangannya di kemudian hari. ASI dipercaya dapat menguatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi bayi dan perkembangannya di kemudian hari. ASI dipercaya dapat menguatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menyusui adalah sebuah proses pemberian ASI (Air Susu Ibu) oleh para ibu kepada bayinya setelah melewati proses kelahiran. Proses menyusui bersifat alami dan

Lebih terperinci

A. Konsep. Dapat menarik perhatian khalayak Bisa digunakan untuk diskusi kelompok maupun pleno Bisa dipasang (berdiri sendiri)

A. Konsep. Dapat menarik perhatian khalayak Bisa digunakan untuk diskusi kelompok maupun pleno Bisa dipasang (berdiri sendiri) POSTER A. Konsep POSTER Pengertian Poster adalah media gambar yang memiliki sifat persuasif tinggi karena menampilkan suatupersoalan (tema) yang menimbulkan perasaan kuat terhadap khalayak. Yang terpenting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kota urban di Indonesia yang semakin berkembang adalah Bandung. Berdasarkan hasil riset Badan Pusat Statistik Jawa Barat, pertumbuhan penduduk semakin pesat

Lebih terperinci

ABSTRAK. vii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. vii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Kasus verbal bullying sudah marak terjadi di lingkungan sekolah dan dapat berakibat fatal. Menghina dan merendahkan penampilan fisik seseorang adalah salah satu bentuk verbal bullying yang sering

Lebih terperinci

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL. Dalam perancangan media kampanye sosial ini diperlukan adanya

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL. Dalam perancangan media kampanye sosial ini diperlukan adanya BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL 3.1 Strategi Perancangan Dalam perancangan media kampanye sosial ini diperlukan adanya strategi perancangan sebagai panduan agar media-media yang dihasilkan

Lebih terperinci

FENOMENA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

FENOMENA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA FENOMENA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Banyak di tayangkan kasus kekerasan rumahtangga yang di lakukan baik ayah kepada anak, suami kepada istri, istri kepada suami yang mengakibatkan penganiyayaan yang

Lebih terperinci

BUPATI POLEWALI MANDAR

BUPATI POLEWALI MANDAR BUPATI POLEWALI MANDAR PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DARI TINDAK KEKERASAN DI KABUPATEN POLEWALI MANDAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN

BAB III KONSEP PERANCANGAN 43 BAB III KONSEP PERANCANGAN 3.1 Tujuan Komunikasi Tujuan komunikasi perancangan buku bergambar sebagai media kampanye pelestarian dan stop eksploitasi lumba-lumba ini adalah untuk mengkomunikasikan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga merupakan tindak pidana kekerasan yang akhir-akhir ini marak terjadi namun tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tradisi dalam Bahasa Latin yaitu traditio diteruskan atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BLITAR, Menimbang : a. bahwa Kota Blitar memiliki

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP DESAIN. Untuk menemukan rujukan yang tepat sebelum melakukan pendekatan desain

BAB 4 KONSEP DESAIN. Untuk menemukan rujukan yang tepat sebelum melakukan pendekatan desain 25 BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Landasan Teori Untuk menemukan rujukan yang tepat sebelum melakukan pendekatan desain komunikasi visual yang tepat, ada beberapa teori yang digunakan sebagai bahan pertimbangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu hal penting yang telah menjadi perhatian serius oleh pemerintah pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus kekerasan terhadap anak semakin marak di Indonesia, bahkan kekerasan terhadap anak semakin menjadi trend dan semakin meningkat. Tingkat kekerasan terhadap anak

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN. sepia agar memberikan kesan dramatis. memiliki tingkat keterbacaan yang cukup baik.

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN. sepia agar memberikan kesan dramatis. memiliki tingkat keterbacaan yang cukup baik. BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 5.1 Konsep Visual a. Warna Menggunakan warna gelap yaitu hitam sebagai warna background dasar untuk setiap aplikasi visual dalam kampanye ini. Untuk headline dan text

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 tahun 2009 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan, kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Mellitus ataupun yang lebih sering dikenal dengan sebutan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Mellitus ataupun yang lebih sering dikenal dengan sebutan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Diabetes Mellitus ataupun yang lebih sering dikenal dengan sebutan kencing manis merupakan penyakit berbahaya yang apabila tidak dikendalikan bisa naik tingkat

Lebih terperinci