B A B IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penjajah Belanda yang dinamakan Volksraad.Pada tanggal 8 Maret 1942 Belanda

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "B A B IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penjajah Belanda yang dinamakan Volksraad.Pada tanggal 8 Maret 1942 Belanda"

Transkripsi

1 B A B IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian Sejarah DPR Pada masa penjajahan Belanda, terdapat lembaga semacam parlemen bentukan penjajah Belanda yang dinamakan Volksraad.Pada tanggal 8 Maret 1942 Belanda mengakhiri masa penjajahan selama 350 tahun di Indonesia.Pergantian penjajahan dari Belanda kepada Jepang mengakibatkan keberadaan Volksraad secara otomatis tidak diakui lagi, dan bangsa Indonesia memasuki masa perjuangan kemerdekaan. Sejarah DPR RI dimulai sejak dibentuknya Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) oleh Presiden pada tanggal 29 Agustus 1945 (12 hari setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia) di Gedung Kesenian, Pasar Baru Jakarta. Tanggal peresmian KNIP (29 Agustus 1945) dijadikan sebagai tanggal dan hari lahir DPR RI. Dalam Sidang KNIP yang pertama telah menyusun pimpinan sebagai berikut: 1. Ketua Mr. Kasman Singodimedjo 2. Wakil Ketua I Mr. Sutardjo Kartohadikusumo 3. Wakil Ketua II Mr. J. Latuharhary 4. Wakil Ketua III Adam Malik

2 DPR mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan kenegaraan, selain eksekutif atau pemerintah dan yudikatif atau MA. Ketiga lembaga memiliki kekuasan yang besar dalam pemerintahan. Pada sistem ketatanegaraan kita, posisi DPR sangat menentukan, hal itu tercermin dalam beberapa pasal dalam konstitusi kita yaitu, amandemen IV UUD Yakni terdapat pada pasal 2 ayat 1, pasal 5 ayat 1, pasal 7A, 7B ayat 1 sampai 7, pasal 7C, pasal 9 ayat 1 dan 2, pasal 11 ayat 1 dan 2, pasal 13 ayat 2, pasal 14, pasal 19, pasal 20 dan 20A, pasal 21, pasal 22 ayat 2, pasal 22B, pasal 23 ayat 2 dan 3, pasal 23E ayat 2, pasal 23F ayat 1, pasal 24A ayat 3, pasal 24B ayat 3, pasal 24C ayat 2 dan 3. DPR mempunyai fungsi dan peran yang sangat penting yakni membuat undang-undang, menetapkan APBN dan melakukan pengawasan terhadap jalannya pemerintahan. Selain itu, selaku anggota MPR, DPR memiliki kekuasaan untuk mengangkat dan memberhentikan presiden dan wakil presiden bila melanggar konstitusi. DPR juga memiliki kewenangan untuk memilih Panglima TNI, Kapolri, anggota MA, anggota BPK, Gubernur BI, para deputi Gubernur BI, anggota Komisi Yudisial, KPK, duta besar dan sederet kekuasaan penting lainnya. DPR periode yang dilantik pada 1 Oktober 2009 beranggotakan 560 orang anggota dan terdiri dari 9 fraksi yaitu Fraksi Partai Demokrat, Fraksi Partai Golkar, Fraksi PDI- P, Fraksi PKS, Fraksi PAN, Fraksi Kebangkitan Bangsa, Fraksi PPP, Fraksi Gerindra dan Fraksi Hanura. Dalam menjalankan tugas sehari-hari, DPR RI dibantu Sekretariat Jenderal DPR RI Dalam melaksanakan Fungsi Legislasi, Fungsi Anggaran dan Fungsi Pengawasan, DPR mempunyai tugas dan wewenang antara lain: membentuk undang-undang yang dibahas dengan

3 Presiden untuk mendapat persetujuan terpisah yang bersama, membahas dan memberikan atau tidak memberikan persetujuan terhadap Peraturan Pernerintah Pengganti Undang-Undang Menerima dan membahas usulan Rancangan UndangUndang yang diajukan oleh DPD yang berkaitan dengan bidang otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah dan mengikut sertakan dalam pembahasannya dalam awal pembicaraan tingkat I. Mengundang DPD ntuk melakukan pembahasan rancangan undang-undang yang diajukan oleh DPR maupun oleh pemerintah sebagaimana dimaksud pada huruf c, pada awal pembicaraan tingkat I, memperhatikan pertimbangan DPD atas Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Rancangan Undang-Undàng yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama dalam awal pembicaraan tingkat I. Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD, membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang diajukan oleh DPD terhadap pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, pajak, pendidikan, dan agama. Memilih anggota Badan Pemeriksa Keuangan dengan memperhatikan pertimbangan DPD, membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban keuangan negara yang disampaikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan, mengajukan, memberikan persetujuan, pertimbangan/konsultasi, dan pendapat; menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat, dan melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang

4 ditentukan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan undangundang. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, DPR mempunyai hak interpelasi, angket, menyatakan pendapat. Sementara anggota DPR RI mempunyai hak mengajukan rancangan undang-undang, mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat, memilih dan dipilih, membela diri, imunitas, protokoler, keuangan dan administratif. Sedangkan kewajiban anggota DPR RI adalah mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dan mentaati segala peraturan perundang-undangan, melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintah, mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia, memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat, menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat. Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan, memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada pemilih dan daerah pemilihannya, mentaati kode etik dan Peraturan Tata tertib DPR, menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga yang terkait, membuatan undang-undang. DPR memegang kekuasaan membentuk undang-undang. Setiap Rancangan Undang- Undang dibahas oleh DPR dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama. Rancangan Undang-Undang (RUU) dapat berasal dari DPR, Presiden, atau DPD. RUU yang sudah disetujui bersama antara DPR dengan Presiden, paling lambat 7 (tujuh) hari kerja disampaikan oleh Pimpinan DPR kepada Presiden untuk disahkan menjadi undangundang. Apabila setelah 15 (lima belas) hari kerja, RUU yang sudah disampaikan kepada

5 Presiden belum disahkan menjadi undang-undang, Pimpinan DPR mengirim surat kepada presiden untuk meminta penjelasan. Apabila RUU yang sudah disetujui bersama tidak disahkan oleh Presiden dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak RUU tersebut disetujui bersama, RUU tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib diundangkan. DPR mempunyai fungsi dan peran yang sangat penting yakni membuat undang-undang, menetapkan APBN dan melakukan pengawasan terhadap jalannya pemerintahan. Selain itu, selaku anggota MPR, DPR memiliki kekuasaan untuk mengangkat dan memberhentikan presiden dan wakil presiden bila melanggar konstitusi. DPR juga memiliki kewenangan untuk memilih Panglima TNI, Kapolri, anggota MA, anggota BPK, Gubernur BI, para deputi Gubernur BI, anggota Komisi Yudisial, KPK, duta besar dan sederet kekuasaan penting lainnya Proses Pembahasan RUU dari Pemerintah di DPR RI RUU beserta penjelasan/keterangan, dan/atau naskah akademis yang berasal dari Presiden disampaikan secara tertulis kepada Pimpinan DPR dengan Surat Pengantar Presiden yang menyebut juga Menteri yang mewakili Presiden dalam melakukan pembahasan RUU tersebut. Dalam Rapat Paripurna berikutnya, setelah RUU diterima oleh Pimpinan DPR, kemudian Pimpinan DPR memberitahukan kepada Anggota masuknya RUU tersebut, kemudian membagikannya kepada seluruh Anggota. Terhadap RUU yang terkait dengan DPD disampaikan kepada Pimpinan DPD.

6 Penyebarluasan RUU dilaksanakan oleh instansi pemrakarsa. Kemudian RUU dibahas dalam dua tingkat pembicaraan di DPR bersama dengan Menteri yang mewakili Presiden Proses Pembahasan RUU dari DPD di DPR RI RUU beserta penjelasan/keterangan, dan atau naskah akademis yang berasal dari DPD disampaikan secara tertulis oleh Pimpinan DPD kepada Pimpinan DPR, kemudian dalamrapat Paripurna Pembuatan Undang-undang DPR memegang kekuasaan membentuk undang-undang. Setiap Rancangan Undang- Undang dibahas oleh DPR dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama. Rancangan Undang-Undang (RUU) dapat berasal dari DPR, Presiden, atau DPD. DPD dapat mengajukan kepada DPR, RUU yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah. Apabila ada 2 (dua) RUU yang diajukan mengenai hal yang sama dalam satu Masa Sidang yang dibicarakan adalah RUU dari DPR, sedangkan RUU yang disampaikan oleh presiden digunakan sebagai bahan untuk dipersandingkan. RUU yang sudah disetujui bersama antara DPR dengan Presiden, paling lambat 7 (tujuh) hari kerja disampaikan oleh Pimpinan DPR kepada Presiden untuk disahkan menjadi undangundang. Apabila setelah 15 (lima belas) hari kerja, RUU yang sudah disampaikan kepada Presiden belum disahkan menjadi undang-undang, Pimpinan DPR mengirim surat kepada presiden untuk meminta penjelasan. Apabila RUU yang sudah disetujui bersama tidak disahkan oleh Presiden dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak RUU tersebut disetujui bersama, RUU tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib diundangkan Posisi Pansus Century

7 Pelaksanaan hak angket DPR RI tentang Pengusutan Kasus Bank Century atau dikenal dengan Pansus Angket Century dilakukan berdasarkan UU No. 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD. Dalam Pasal 77 ayat 3 UU No. 27 Tahun 2009 disebutkan bahwa hak angket adalah hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap pelaksanaan suatu undangundang dan/atau kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan hal penting, strategis, dan berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Pansus Angket Century ini berbasis dari Laporan Hasil Pemeriksaan Investigasi BPK tanggal 20 November 2009, ia berupaya melakukan pengujian terhadap fakta-fakta temuan BPK. Dari hasil pemeriksaan pansus, beberapa temuan utama BPK terbukti akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Hak Angket Century adalah sebuah langkah yang penting dan signifikan dalam mempromosikan stabilitas sektor keuangan dan perekonomian secara transparan dan kredibel. Adalah sangat keliru memandang hak angket Century sebagai upaya manuver politik pragmatis jangka pendek. Sebaliknya, hak angket Century ini harus dipandang sebagai upaya fundamental jangka panjang dalam memfasilitasi transparansi pembuatan kebijakan publik dan melindungi kepentingan masyarakat luas. Dalam satu dekade terakhir, dunia keuangan kita terus diguncang oleh berbagai skandal. Dimulai dengan penyelesain akhir dari kasus BLBI, skandal Bank Global, Redemption Reksa Dana, Pembobolan Bank BNI, Kasus Sari Jaya dan Antaboga, hingga terakhir, Kasus Bank Century.

8 Dimana tak ada satupun dari skandal-skandal tesebut yang betul-betul tuntas penanganannya, baik itu menyangkut pelaku utama, pejabat publik hingga kepada tatanan sistem keuangan yang bisa lebih menjamin tidak terjadinya peristiwa tersebut secara berulang, simultan dan dengan hasil yang sama; lumpuhnya institusi negara dalam mengatasi skandal besar semacam itu. Penggunaan hak angket DPR untuk melakukan pengusutan kasus Bank Century ini sangat strategis dalam mengembalikan fungsi dan peran DPR sebagai lembaga pengawas dan pengontrol pemerintah (check and balances) dan sekaligus mendorong akuntabilitas pengambilan kebijakan publik yang berimplikasi luas ke masyarakat. Yang menarik, pemeriksaan oleh PANSUS terhadap saksi-saksi dalam kasus Bank Century dilakukan secara terbuka. Banyak yang hadir menyaksikan pemeriksaan tersebut dan diliput secara luas oleh mass media baik cetak maupun elektronik. Segala keterangan yang diberikan dengan cepat terpublikasi. Siaran langsung oleh media elektronik terutama dalam hal ini televise dan yang diikuti pula komentatior-komentator yang seolah-olah menggiring opini public kea rah tertentu, menjadi tontonan sehari-hari. Kita juga melihat pada saat pemeriksaan saksi-saksi, ada Anggota Pansus tertentu yang memberikan opini-opini di televisi, radio dan sebagainya. Pansus Kasus Bank Century beranggotakan 30 orang anggota DPR dari 9 fraksi di DPR, dengan komposisi Fraksi Demokrat 8 orang, Fraksi partai Golkar 6 orang, Fraksi PDI-P 6 orang, Fraksi PKS 3 orang, Fraksi PAN 2 orang, Fraksi PPP 2 orang, Fraksi PKB 2 orang, Fraksi Gerindra 1 orang dan Fraksi Hanura 1 orang.

9 Anggota dari Fraksi Partai Demokrat terdiri dari Ruhut Sitompul, Yahya Sacawiria, Agus Hermanto, Gondo Radityo Gambiro, Anas Urbaningrum, Achsanul Qosasi, I Wayan Gunastram, Benny K. Harman. Fraksi Partai Golkar (F-PG) : Ade Komarudin, Agun Gunanjar Sudarsa, Bambang Soesatyo, Melchias Marcus Mekeng, M.Idrus Marham, dan Ibnu Munzir. Fraksi partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (F-PDIP): Gayus Lumbuun, Hendrawan Supratikno, Maruarar Sirait, Ganjar Pranowo, Eva Kusuma Sundari. Anggota dari Fraksi PKS : Mahfudz Siddiq, Fahri Hamzah, Andi Rahmat. Fraksi PAN: Asman Abnur, Tjatur Sapto Edy. Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (F-PPP) : HM Romahurmuziy, Ahmad Yani, Fraksi PKB : Marwan Ja far, Anna Mu awanah, Fraksi Gerindra : Ahmad Muzani dan Fraksi Hanura : Akbar Faizal. Pimpinan pansus ada 4 orang yakni Idrus Marham dari Fraksi Partai Golkar sebagai Ketua, sementara wakil ketuanya 3 orang yakni Yahya Sacawiria dari Fraksi Demokrat, T Gayus Luumbun dari Fraksi PDI-P dan Machfudz Siddiq dari Fraksi PKS. Diskripsi Kasus Century Berdasarkan hasil pemeriksaan BPK dan temuan-temuan dalam proses pemeriksaaan serta kesaksian dari saksi dan ahli yang dihadirkan dalam persidangan pansus angket Bank Century, dapat terungkap bahwa : Pertama, sebelum proses merger, terdapat temuan bahwa telah terjadi pembiaran atas berbagai penyimpangan yang dilakukan Bank CIC dan proses pemberian izin akuisisi 2 bank

10 kepada Pemegang Saham Pengendali-nya, Chinkara Capital, untuk di-merger dengan Bank CIC dalam rangka menutupi penyimpangan-peyimpangan tersebut. Berdasarkan temuan tersebut, Bank Indonesia diduga kuat mengetahui dan membiarkan pelanggaran-pelanggaran dan tindakan-tindakan melawan hukum yang dilakukan Bank CIC yang melibatkan Chinkara Capital seperti L/C fiktif, kredit fiktif, manipulasi data, windows dressing dan accounting engineering. Walau telah mengetahui berbagai pelanggaran Bank CIC yang melibatkan Chinkara Capital, BI justru memberikan izin akuisisi pada 21 November 2001 ke Chinkara Capital untuk mengakuisisi Bank Pikko dan Bank Danpac dengan mempersyaratkan ke-2 bank harus di merger dengan Bank CIC, dalam rangka menghindari penutupan Bank CIC. Sekalipun proses akusisi tersebut dilakukan melalui pasar modal, namun BI sesuai dengan kewenangannya seharusnya tidak menyetujui atau membatalkan akuisisi tersebut. Akuisisi yang mempersyaratkan merger pada dasarnya merupakan bentuk liniensi yang dapat dipandang sebagai pembiaran terhadap fakta bahwa pada prinsipnya Chinkara Capital tidak layak untuk melakukan akuisisi tersebut. Namun kinerja Bank CIC tidak menunjukkan perbaikan karena Bank CIC justru masuk dalam status pengawasan khusus BI antara 26 Maret 2002 s.d. September 2002 dan kemudian diperpanjang hingga Desember Pelanggaran Chinkara ternyata tidak hanya pada kegiatan perbankan dari Bank CIC tetapi juga dalam proses akuisisi dengan tidak memenuhi persyaratan akuisisi.

11 Kedua, dalam proses merger Bank CIC dengan Bank Danpac dan Bank Pikko menjadi Bank Century pada 6 Desember 2004, BI nyata-nyata tidak mematuhi aturan perundangundangan, tidak konsisten dalam menerapkan aturan dan persyaratan yang ditetapkannya sendiri dan tidak menerapkan aspek prudential sebagai aspek paling mendasar dalam menjalankan fungsi dan otoritas yang dimilikinya. Proses merger 3 bank ini mulai dilakukan secara intensif sejak 14 April BI terindikasi mendorong merger Bank CIC, Bank Pikko dan Bank Danpac untuk menutupi masalah Bank CIC sekaligus melindungi citra BI dari dampak negatif jika terjadi pencabutan izin usaha Bank CIC. Dalam proses merger ini juga terjadi berbagai pelanggaran antara lain: menganggap lancar surat-surat berharga macet Bank CIC, manipulasi simulasi proforma CAR bank hasil merger yang tidak berdasarkan due dilligence, pemegang saham pengendali dan pengurus bank tidak melalui fit and proper test, dan menggunakan laporan keuangan Bank Pikko dan CIC yang mendapat opini disclaimer dari KAP. Karena sejak kerusakan Bank CIC tidak diperbaiki dan proses merger yang penuh pelanggaran, kinerja Bank Century tidak membaik dan tetap melakukan tindakan-tindakan melawan hukum. Pasca merger pada 28 Februari 2005, CAR Bank Century negatif 132,58%. Menurut keterangan saksi-saksi, CAR Bank Century menjadi negatif disebabkan oleh pemberlakuan PBI 7/2005 ttg Penilaian Kualitas Aktiva Produktif, yang menyebabkan Surat- Surat Berharga yang dimiliki oleh Bank Century menjadi dikategorikan macet.

12 Untuk mengatasi itu, Direktorat Pengawasan Bank BI kemudian melayangkan surat kepada Bank Century untuk mengatasi permasalahan tersebut. Selanjutnya, setelah melalui berbagai proses, melalui mekanisme AMA (Asset Management Agreement) SSB yang macet tersebut dinyatakan lancar pada bulan januari tahun Dengan demikian sepanjang tahun 2005, sesungguhnya Bank Century beroperasi dalam kondisi insolvent dan tidak prudent. Kondisi ini seharusnya menjadi dasar penetapan Bank Century pada waktu itu untuk menjadi bank dalam pengawasan khusus BI semenjak Februari Dan sesuai dengan ketentuan, pada bulan September 2005, seharusnya bank tersebut dinyatakan sebagai bank gagal dan untuk selanjutnya dilikudidasi sesuai denngan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketiga, Setelah merger menjadi Bank Century, terus saja terjadi berbagai praktik-praktik tidak sehat dan pelanggaran-pelanggaran oleh pengurus bank, pemegang saham dan pihak terkait sepanjang yang merugikan Bank Century sekurang-kurangnya Rp 6,3 trilyun yang kemudian akhirnya ditutup dengan dana PMS dari LPS pasca bailout Bank Century. BI tidak bertindak tegas terhadap pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan Bank Century selama , terutama dengan membiarkan rekayasa akuntansi terkait Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) sehingga seolah-olah Bank Century masih memenuhi ketentuan CAR. Berbagai pelanggaran tersebut, yang terjadi secara simultan dan berkesinambungan, dapat dipandang sebagai usaha untuk mempertahankan praktek-praktek tidak sehat yang berlangsung didalam Bank Century. Penyimpangan dilakukan dengan memanipulasi informasi

13 dan BI selaku pengawas tidak melakukan tindakan yang seharusnya sehingga terlihat justru ikut melakukan upaya-upaya dengan sengaja untuk menutupi masalah Bank Century. BI juga terus memberikan liniensi walau berbagai komitmen tidak pernah dipenuhi. Bentuk liniensi ini antara lain berupa pemberian kesempatan kepada Pemegang Saham untuk merekayasa struktur kepemilikan, membiarkan pemegang saham mengontrol pergerakan Surat- Surat Berharga, accounting engineering, untuk kemudian disahkan oleh Bank Indonesia. Upaya ini pada akhirnya mengalami kebuntuan juga manakala memasuki tahun 2008, dimana terdapat tidak kurang dari US$ 160 juta SSB yang akan jatuh tempo telah menciptakan lubang besar didalam bank Century. Setelah Direktur Pengawasan Bank BI, Sdr Zainal Abidin melakukan enforcement kepada Bank Century, termasuk kepada Pemegang Saham, barulah kemudian praktek-praktek tidak sehat tersebut tidak lagi efektif untuk menutupi liubang didalam Bank Century. Keempat, BI terindikasi kuat melakukan rekayasa agar Bank Century mendapat Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP). Bank Century sejak awal dapat terus bertahan hanya karena adanya keistimewaan yang diberikan pengawas dan Dewan Gubernur BI kepada bank ini. Upaya terakhir yang dilakukan untuk menyelamatkan bank ini oleh BI adalah pemberian FPJP. Pemberian FPJP Rp 689 milyar kepada Bank Century pada November 2008 dilakukan BI dengan cara merubah persyaratan CAR bank penerima FPJP yang kuat diduga dilakukan untuk merekayasa agar Bank Century dapat memperoleh FPJP. Pada 30 Oktober 2008 BC mengajukan permohonan repo aset sebesar Rp 1 trilyun ke BI, dan tidak pernah mengajukan FPJP.

14 Posisi CAR BC per 30 September 2008 adalah 2,35% sehingga tidak memenuhi syarat CAR minimal 8% bagi bank penerima FPJP sesuai PBI No. 10/26/PBI/2008 tanggal 30 Oktober Dengan syarat CAR minimal 8%, hanya Bank Century satu-satunya bank yang tidak bisa mengakses FPJP. Per September 2008, CAR bank-bank lain berkisar antara 10,39%-476,34% dengan rata-rata CAR 34,6%. Pada 14 November 2008, PBI No. 10/26/PBI/2008 diubah menjadi PBI No. 10/30/PBI/2008 bahwa syarat minimal CAR bank penerima FPJP adalah positif, di tanda tangani Gubernur BI Pk dan dana FPJP tahap pertama untuk Bank Century keluar Pk di hari yang sama. Pada 5 November 2008, RDG BI sebenarnya telah mengetahui bahwa surat berharga US$ 56 juta Bank Century macet, sehingga seharusnya CAR Bank Century anjlok dari 2,35% per 30 September 2008 menjadi -3,56% per 31 Oktober Namun surat berharga ini baru dimacetkan BI pada 20 November 2008 ketika Bank Century dibawa ke KSSK. Dengan demikian, sebelum pengucuran FPJP tanggal 14 November 2008 inipun CAR Bank Century telah negatif sehingga juga tidak memenuhi syarat CAR minimal positif sebagaimana diatur PBI No. 10/30/PBI/2008 tanggal 14 November Kelima, Proses pemberian FPJP kepada BC mengandung banyak sekali kejanggalan yang diduga kuat dapat dikategorikan sebagai perbuatan melawan hukum. Antara lain, fakta bahwa sejak tanggal 30 Oktober 2008 hingga pada saat pemberian FPJP, BC hanya mengajukan satu kali permohonan. Selain itu, Surat Edaran Bank Indonesia, yang merupakan pengaturan teknis

15 mengenai Peraturan Bank Indonesia dan sekaligus juga menjadi dasar bagi proses pemberian FPJP, diberlakukan surut untuk meloloskan pemberian FPJP. Keenam, BI seharusnya dapat mengantisipasi terjadinya praktek manipulatif yang diduga kuat dilakukan oleh nasabah-nasabah besar BC dan pemegang saham BC. Diantaranya dengan membawa SSB BC yang berkualitas untuk dijual dan memanfaatkan hasilnya untuk kepentingan pemegang saham, dimana pada akhirnya, kerugian yang ditimbulkan oleh perilaku PS ini harus ditutupi melalui dana PMS. Menurut temuan audit investigasi BPK nilai kerugian yang diakibatkan praktek tidak sehat (wrong doing) Pemegang Saham yang ditutupi melalui dana PMS sebesar Rp 5.864,48 Miliar. SSB LROI sebanyak US$ 7,48 Juta dibawa oleh FGAH, US$ 13 Juta SSB UTS dibawa dan dikuasi oleh FGAH. Termasuk juga UTS yang oleh BI telah diperintahkan untuk dijual pada tanggal 4 November 2008 senilai US$ 41 Juta, telah dijual oleh pada tanggal yang sama sebesar US$38.66 Juta dan kemudian digunakan oleh PSP, diantaranya oleh FGAH sebagai jaminan kredit FGAH di DBSL sebesar US$ 30,28 Juta. Selain itu, juga dilakukan dengan memecah dana deposan kedalam bentuk NCD sesuai dengan ketentuan penjaminan LPS. Setidak-tidaknya, Fraksi PKS menduga kuat praktek ini berhubungan dengan dua deposan besar BC yaitu BS dan AR, melibatkan dana senilai Rp 560 Miliar, dalam 280 bentuk pecahan masing-masing sebesar Rp 2 Miliar. Ketujuh, diduga kuat telah terjadi pemberian informasi yang bertujuan untuk mempengaruhi keputusan rapat KSSK. Diantara upaya rekayasa tersebut adalah dengan melakukan perubahan surat dari Gubernur Bank Indonesia kepada ketua KSSK yang pada

16 intinya melakukan perubahan terhadap tiga informasi penting menyangkut situasi BC. Pertama berkaitan dengan faktor penyebab negatifnya CAR BC. Dalam hal ini BI merubah isi surat dari draft awal yang dibuat oleh Direktur dan Dep. Direktur Pengawasan Bank I yang merupakan hasil analisis terhadap Neraca BC per 30 Oktober 2008, yang memuat informasi mengenai penggolongan SSB Valas senilai US$121 juta yang default hingga tanggal 3 November 2008 dirubah menjadi US$ 76 Juta yang default hingga tanggal 20 November Kedua, dengan merubah biaya yang harus dikeluarkan untuk mencapai CAR 8% dari sebelumnya sebesar Rp Miliar menjadi sebesar Rp 632 Miliar. Kedelapan, penetapan Bank Century sebagai bank gagal berdampak sistemik oleh KSSK semata-mata didasarkan pada pertimbangan psikologis. Proses penyelamatan Bank Century oleh BI dan KSSK dilakukan dalam beberapa kali rapat yaitu rapat tanggal 14, 17, 18, 19, 21 dan 24 November Dengan demikian, kondisi dan permasalahan Bank Century secara keseluruhan telah diketahui oleh KSSK sebelum rapat tanggal 21 November Dalam rapat-rapat tersebut, terungkap bahwa hasil stress test bank Indonesia terhadap situasi perbankan nasional tidak menunjukkan adanya korelasi langsung dengan situasi BC yang dianggap dapat mengancam perbankan nasional. Dengan melakukan pembandingan antara dokumen dan analisis terhadap kemungkinan dampak sistemik BC dengan dokumen dan analisis dokumen terhadap Bank Indover yang dimiliki BI di Belanda yang juga dianggap dapat berdampak sistemik.

17 Termasuk dengan memperhatikan analisis LPS terhadap pilihan kebijakan atas BC yang menyarankan apabila bank ini diserahkan penanganannya kepada LPS sebagai Bank Gagal, maka LPS akan memilih untuk menutupnya. Hal yang sama juga telah disarankan oleh Narasumber dalam rapat-rapat tersebut yang menyarakan agar BC di tangani dengan mempergunakan pasal 37 Undang-Undang Perbankan yang intinya mengatur tentang likuidasi bank. Kesembilan, dalam proses pembahasan dan pengambilan keputusan terhadap Bank Century, baik pihak BI maupun pihak Departemen Keuangan secara sengaja menutup-nutup informasi terkait BC dan langkah-langkah kebijakan yang diambil kepada Presiden/Wkl. Presiden RI. Hal ini diduga kuat terkait dengan perselisihan pandangan antara pihak-pihak yang merupakan anggota KSSK dengan Wakil Presiden RI yang melaksanakan tugas sehari-hari Presiden RI sepanjang periode antara tanggal 13 November s/d 25 November berkaitan dengan kebijakan untuk menghadapi situasi perekonomian dunia. Dan itu dapat dilihat secara jelas dalam rapat kabinet terbatas bidang ekonomi dikantor Wakil Presiden RI pada tanggal 20 November pkl yang tidak memberikan informasi apapun berkaitan dengan Bank Century. Kesepuluh, keberadaan sejumlah deposan BUMN dan Yayasan Kesejateraan Karyawan BI, Yayasan Kesejahteraan Karyawan BRI, eksposure Bank Pembangunan Daerah (BPD) dan besarnya dana deposan BS didalam Bank Century juga merupakan faktor-faktor penting yang mempengaruhi penanganan BC.

18 Teleconference tanggal 13 November 2008 dan dokumentasi surat pertama Gubernur BI pada tanggal 20 November 2008 menunjukkan besarnya concern dan dampak yang ditimbulkan oleh pihak-pihak tersebut, terutama jika BC dinyatakan Bank Gagal yang Tidak Berdampak Sistemik. Kesebelas, keberadaan Komite Koordinasi (KK) berikut hubungan tugas dan fungsinya dengan KSSK patut diduga tidak memiliki dasar hukum yang kuat sehingga proses penanganan Bank Gagal Berdampak Sistemik oleh LPS berupa Penyertaan Modal Sementara kepada BC sebesar Rp 6.762,36 Miliar juga dapat diragukan keabsahannya. Diantara persoalannya adalah tidak adanya pengaturan hubungan antara KK dengan KSSK baik itu didalam Perpu No.4 tentang JPSK maupun didalam UU No.24 Tahun 2004 tentang LPS. Saksi-saksi sepanjang proses pemeriksaan tidak dapat menunjukkan adanya rapat yang menunjukkan berfungsinya KK sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 1 ayat (9) UU No 24 tahun 2004 Jo. Pasal 5 ayat (2) huruf c pada bagian penjelasan. Dalam Perppu No. 4/2008 tentang JPSK, penyerahan bank gagal dilakukan secara langsung dari KSSK ke LPS. Padahal berdasarkan UU No. 24/2004 tentang LPS, LPS hanya melakukan penanganan bank gagal berdampak sistemik setelah diserahkan oleh Komite Koordinasi. Pembentukan Komite Koordinasi mengacu pada UU No. 24/2004 tentang LPS dan tata caranya berdasarkan pada UU No. 3/2004 tentang BI. Keduabelas, LPS tidak melakukan ketentuan pasal 41 ayat (1) UU No 24/2004 tentang LPS yang menyebabkan seluruh kerugian yang ditimbulkan oleh pemegang saham dan/atau manajemen BC yang lama menjadi tanggungan LPS. Apabila LPS melakukan hal ini, maka

19 pembengkakan biaya penanganan datau Penyertaan Modal Sementara (PMS) LPS tidak akan terjadi. Pengabaian ini telah menyebabkan Pemegang Saham Pengendali memperoleh manfaat berupa pengambilalihan resiko kerugian yang seharusnya ditanggung PSP menjadi resiko kerugian yang ditanggung oleh LPS. Ketigabelas, terdapat penambahan biaya penanganan berupa PMS LPS di BC yang tidak dibahas secara lengkap dengan Komite Koordinasi. Terdapat satu tambahan PMS yaitu PMS kedua sebesar Rp 2.201,00 miliar yang ditetapkan pada tanggal 5 Desember 2008, yang tidak dibahas dengan Komite Koordinasi (KK). Selain itu, terdapat tambahan biaya penanganan berupa Penyertaan Modal Sementara LPS yang tidak dibahas secara lengkap dengan Komite Koordinasi. Penyaluran dana PMS setelah 18 Desember 2008 sebesar Rp 2,88 trilyun juga tidak memiliki dasar hukum karena DPR telah menolak Perppu No. 4/2008 tentang JPSK pada 18 Desember Selain itu LPS juga tidak melakukan menetapkan perkiraan besarnya biaya penanganan. Keempatbelas, LPS telah membiarkan terjadinya konversi NCD menjadi CD yang dilakukan oleh dua orang deposannya, kendati proses tersebut dilakukan oleh manajemen lama dengan cara yang patut diragukan dan diduga berpotensi menjadi tidak pidana sebesar 560 Miliar. Sekalipun NCD merupakan sertifikat kepemilikan atas unjuk yang dapat diperdagangkan, namun sudah sepatutnya LPS melakukan penelitian mendalam terhadap persoalan ini agar tidak menimbulkan implikasi hukum yang lebih rumit.

20 Pendapat terhadap hasil pemeriksaan pansus tersebut diatas, bukanlah merupakan upaya untuk memojokkan, mengorbankan pihak-pihak tertentu, melainkan bertujuan untuk menempatkan secara proporsional berbagai fakta temuan berikut subjek yang terkait dengan temuan. Berdasarkan temuan-temuan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Pertama, selama proses Pansus Angket DPR RI ini berjalan, terungkap fakta bahwa keberadaan Bank Century telah memiliki dan membawa masalah sejak sebelum dilakukannya proses merger terhadap tiga Bank yakni Pikko, Danpac dan CIC, namun Bank Indonesia tetap memberikan izin merger padahal tak memenuhi persyaratan. Kedua, terkait kejahatan perbankan dan kelemahan dalam fungsi pengawasan perbankan, BI diduga melanggar undang-undang tentang Bank Indonesia dan peraturan BI dengan membiarkan praktek perbankan tersebut tetap berjalan sehingga nasabah dirugikan. Karena itu, perlu segera dibentuk OJK (Otoritas Jasa Keuangan) sebagai lembaga pengawas sektor keuangan, dan di saat yang sama dilakukan pembenahan internal yang mendasar di BI. Selain itu, DPR dan Pemerintah agar menetapkan OJK sebagai lembaga ad-hoc yang selama masa tugasnya berkewajiban melakukan koordinasi yang intensif antara otoritas moneter (BI) dan otoritas perbankan (OJK) untuk pengelolaan moneter dan nilai tukar. Ketiga, Bank Century (BC) sejak awal dapat terus bertahan hanya karena adanya keistimewaan yang diberikan pengawas dan Dewan Gubernur BI kepada bank ini. Upaya terakhir yang dilakukan untuk menyelamatkan bank ini oleh BI adalah pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP).

21 Pemberian FPJP Rp 689 milyar, yang kemudian membengkak menjadi 6,7 triliun kepada BC pada November 2008 dilakukan BI dengan cara merubah persyaratan CAR bank penerima FPJP yang patut diduga dilakukan untuk merekayasa agar BC dapat memperoleh FPJP. Keempat, keberadaan Undang Undang Bank Indon esia maupun Undang Undang tentang Lembaga Penjamin Simpanan tidak memiliki ketentuan yang secara tegas mengatur tentang sanksi yang bisa diberikan bagi pejabat BI dan/atau LPS manakala tidak melakukan tugasnya sebagaimana diatur Undang Undang tersebut. Hal ini menjadikan potensi terjadinya penyimpangan sangat tingi, karena norma-norma yang tertulis tersebut tidak dilengkapi dengan pranata punishment yang tegas dan jelas bagi yang melanggarnya (Lex Imperfecta). Atas dasar hal tersebut, Fraksi PKS juga berpandangan perlunya dilakukan amandemen terhdap kedua Undang Undang tersebut. Kelima, mempertimbangkan bahwa dimensi kasus Bank Century ini terkait dengan persoalan kebijakan, indikasi perbuatan kriminal, dan indikasi tindak pidana korupsi yang melibatkan banyak pihak, maka adalah penting menindaklanjuti temuan-temuan Pansus Angket Kasus Bank Century tersebut oleh penegak hukum, karena secara normatif, proses hukum bisa dijadikan dasar dalam mengambil tindakan politik lebih lanjut Sekretariat Jenderal DPR RI Sekretariat Jenderal DPR RI merupakan unsur penunjang DPR yang berkedududukan sebagai Kesekretariatan Lembaga Negara yang dipimpin oleh seorang Sekretaris Jenderal dan dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Pimpinan DPR. Sekretaris Jenderal

22 dibantu oleh seorang Wakil Sekretaris Jenderal dan beberapa Deputi Sekretaris Jenderal yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Pimpinan DPR. DPR dapat mengangkat sejumlah pakar/ahli sesuai dengan kebutuhan, dan dalam melaksanakan tugasnya Sekretariat Jenderal dapat membentuk Tim Asistensi. Susunan organisasi dan tata kerja Sekretaris Jenderal ditetapkan dengan keputusan Presiden. Kedudukan Sekretariat Jenderal DPR RI Sebagai unsur penunjang DPR yang berkedudukan sebagai Kesekretariatan Lembaga Negara. Tugas Sekretariat Jenderal DPR RI : 1. Memberikan Bantuan teknis kepada DPR RI 2. Memberikan Bantuan Administratif kepada DPR RI 3. Memberikan Bantuan Keahlian kepada DPR RI Visi Sekretariat Jenderal DPR RI Memberikan bantuan optimal kepada DPR RI sesuai dengan tuntutan dan perkembangan lingkungan strategis Misi Sekretariat Jenderal DPR RI : 1. Meningkatkan kualitas bantuan teknis dan administrasi kepada DPR RI 2. Meningkatkan kualitas bantuan keahlian dalam bidang informasi,kajian dan analisis kepada DPR RI 3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menunjang fungsi dan tugas DPR RI Tugas dan Fungsi Utama Sekretaris Jenderal : 1. Memimpin Setjen DPR RI sesuai dengan tugas pokoknya

23 2. Membina seluruh satuan organisasi di Lingkungan Setjen DPR RI agar berdaya guna dan berhasil guna 3. Menentukan kebijaksanaan pelaksanaan kegiatan Setjen DPR RI 4. Membina dan melaksanakan hubungan kerjasama dengan instansi/ lembaga lain diluar Setjen DPR RI Tugas dan Fungsi Utama Deputi Bidang Perundang-undangan yaitu memberikan dukungan teknis, administratif dan keahlian di bidang perundang-undangan untuk memperkuat pelaksanaan tugas dan fungsi DPR di bidang legislasi Tugas dan Fungsi Utama Deputi Bidang Anggaran dan Pengawasan yaitu memberikan dukungan teknis, administrasi dan keahlian di bidang anggaran dan pengawasan untuk memperkuat pelaksanaan tugas dan fungsi DPR RI di Bidang anggaran dan pengawasan. Tugas dan Fungsi Utama Deputi Bidang Persidangan dan Kerjasama Antar Parlemen yaitu membina dan melaksanakan dukungan teknis dan administrasi dibidang persidangan dan kerjasama antar Parlemen. Tugas dan Fungsi Utama Deputi Bidang Administrasi yaitu membina dan melaksanakan perencanaan serta pengawasan, kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan kerumahtanggaan di lingkungan DPR RI Hasil Penelitian Berikut penjabaran hasil penelitian yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan secara deskriptif kualitatif, di mana data yang diperoleh berupa data-data dari hasil wawancara dengan lima narasumber. Yakni, dari tiga orang mahasiswa Fikom Universitas Mercu Buana (UMB), Kampus Meruya - Jakarta Barat, dalam hal ini adalah Eva Tri Nurmalasari dari jurusan

24 Marketing Communications, Harun Alrasyid dari jurusan Broadcasting dan Mohammad Hendrajaya dari jurusan Public Relation. Untuk mendapatkan data pembanding, wawancara juga dilakukan dengan seorang wartawan Harian Media Indonesia, Kleden Suban dari Harian Media Indonesia yang sehari-hari meliput kegiatan di DPR, serta Kasubag Penerangan, Bagian Humas Sekretariat Jenderal (Setjen) DPR, Dra. Etmita Ardem, MSi. Wawancara dengan tiga mahasiswa UMB dilakukan dari tanggal 1-20 Pebruari 2010, sementara dengan wartawan Harian Media Indonesia pada tanggal Pebruari 2010 dan dengan pejabat Humas Setjen DPR pada tanggal 2-3 Maret Adapun fokus penelitian diarahkan pada dua hal, yakni opini mahasiswa pada kasus korupsi Bank Century di DPR yang dimuat media massa periode Januari-April 2010 dan opini mahasiswa pada kasus-kasus yang melibatkan anggota DPR di media massa. 1. Kinerja Pansus Century Pendapat atau opini mahasiswa terhadap kinerja Pansus Century, dalam kaitan ini para narasumber dimintai pendapat mengenai apakah mereka puas terhadap Pansus Century? Apakah para anggota pansus telah bekerja dengan sungguh-sungguh dan maksimal? Berikut hasil wawancara dengan Eva Tri Nurmalasari, mahasiswi FIKOM UMB Jurusan Marketing Communications. Ia mengatakan cukup puas dengan kinerja pansus karena berani menyimpulkan adanya penyimpangan dan pelanggaran hukum dalam proses bailout Bank Century yang merugikan negara Rp 6,7 triliun. Ia berpendapat : Sejauh ini saya cukup puas dengan kinerja pansus Century karena berani menyimpulkan terdapat penyimpangan dan pelanggaran hukum dalam proses bailout Bank Century. Ini patut menjadi pelajaran penting dan berharga bagi penguasa dan partainya yang

25 selalu berupaya membungkamkan suara kritis wakil rakyat, demi menjaga citra dan keberlangsungan kekuasaan meski tak memihak kepada rakyat. Pendapat senada disampaikan Harun Alrasyid, mahasiswa FIKOM UMB jurusan Broadcasting. Ia mengaku cukup lega terhadap kinerja pansus. Ia melihat ada spirit untuk mengungkap kebathilan yang terjadi dalam kasus Century. Harun Alrasyid berpendapat : Kendati kinerjanya belum maksimal, tapi saya cukup lega mas, saya melihat sudah ada spirit untuk mengungkap kebatilan yang terjadi dalam kasus Century. Saya yakin, kalau spirit seperti ini dipertahankan DPR untuk membela kepentingan rakyat, pasti ada dampak positifnya. Rakyat tidak keberatan kalau anggota DPR digaji besar, diberi tunjangan yang cukup sehingga tidak menjadikan DPR sebagai tempat mencari nafkah. Sedangkan Muhammad Hendrajaya dari mahasiswa FIKOM UMB jurusan Public Relations selain menyatakan kepuasannya juga memuji kinerja Pansus Century berbeda dengan pansus-pansus sebelumnya, yakni pemeriksaan saksi dilakukan secara terbuka sehingga rakyat bisa melihat dengan jelas. Kejelasan ini bisa menambah kepercayaan rakyat terhadap wakilnya di DPR. Ia berpendapat : Ini menggembirakan. Masyarakat luas bisa mengawasi apakah terjadi politik bargaining atau tidak. Pengawasan oleh publik tersebut tentu akan berdampak positif bagi DPR untuk memperbaiki kinerjanya. Salah satu hikmah yang bisa kita petik dengan terbentuknya Pansus Angket Kasus Century ini ialah, kepercayaan rakyat terhadap kinerja DPR bertambah. Sebagai dampaknya, citra DPR pun ikut terangkat. Menurut saya, pengawasan DPR melalui rapat-rapat komisi hendaknya mengambil model rapat pansus Century. Yakni, rapatnya terbuka, isunya menarik sehingga rakyat bisa ikut menikmati serta mengawasi. Wartawan Harian Media Indonesia, Kleden Suban juga menyampaikan pendapat yang tidak jauh berbeda. Ia menilai, kinerja Pansus Century sudah baik tetapi belum puas karena pansus masih meninggalkan sejumlah pertanyaan yang belum terjawab. Ia mengatakan : Kinerja pansus sudah baik, ada flair play dalam pansus. Tapi kalau ditanya, apakah puas, saya akan mengatakan, tentu saja tidak. Karena pansus masih meninggalkan sejumlah pertanyaan yang belum terjawab. Misalnya saja, mengapa pansus tidak mengundang kalangan perbankan dan praktisi perbankan untuk mengetahui situasi yang disebut krisis saat itu. Selain itu pansus hingga sekarang tidak bisa membuka dan mengungkap detail aliran dana.

26 Sedangkan Kasubag Penerangan, Bagian Humas Setjen DPR RI, Dra Etmita Ardem, MSi berpendapat, kinerja pansus cukup bagus, tidak ada anggota yang mangkir sidang dan bekerja sesuai target waktu yang diagendakan. Ia berpendapat: Kinerja Pansus sudah cukup bagus, anggotanya tidak ada yang mangkir, mereka bekerja sesuai target waktu yang diagendakan. Hasilnya juga memenhui rasa keadilan masyarakat. Ya, mereka bekerja dengan sungguh-sungguh dan maksimal. Mereka bekerja hingga larut malam, bahkan hari libur pun tetap bekerja. Jadi, kinerjanya cukup memuaskan, bahkan sangking kritisnya, ada kesan para anggota pansus seperti ingin menjatuhkan pemerintah yang berkuasa. Padahal tidak juga, mereka bekerja cukup serius. 2. Yang menonjol dalam pansus Pendapat atau opini mahasiswa mengenai hal-hal yang menonjol dalam pansus, dalam hal ini para narasumber dimintai pendapatnya mengenai hal-hal apa saja yang menonjol dalam persidangan pansus Century selama tiga bulan mereka bekerja. Eva Tri Nurmalasari, mahasiswa FIKOM UMB jurusan Marketing Communications melihat 4 hal yang menonjol dalam persidangan Pansus Century, misalnya, pertanyaannya menggelitik, rapatnya berlangsung terbuka, pansus melakukan penyitaan dokumen dan terakhir pansus menjadikan data dan fakta sebagai dasar pembuatan keputusan politik. Berikut petikannya : Pertama, muncul pertanyaan-pertanyaan yang cukup menggelitik. Misalnya, menanyakan komitmen pimpinan, ini mearik karena sebelumnya tak pernah ada. Saya kira ini suatu pembaharuan, yang harus konsisten lakukan ke depan. Kedua, Pansus selalu menggelar rapat dengan terbuka. Pembahasan pun terbuka kepada masyarakat. Pansus sebelumnya tak pernah terbuka, rapat selalu tertutup. Ketiga, Pansus berhasil melakukan banyak penyitaan dokumen terkait usaha yang sebelum-sebelumnya dilarang oleh hukum. Keempat, tentang kinerja, Pansus menjadikan data dan fakta sebagai dasar, bukan opini. Sementara Harun Alrasyid, mahasiswa jurusan Broadcasting mengatakan, anggota pansus yang berjumlah 30 orang terbelah jadi dua kelompok yakni Fraksi Kebangkitan Bangsa dan

27 Fraksi Demokrat yang mendukung kebijakan bailout Century, sementara 7 fraksi lainnya yakni Golkar, PDI-P, PKS, PAN, PPP, Gerindra dan Hanura terus berupaya untuk membongkar kasus Century. Ia berpendapat, meskipun pansus melakukan penyitaan dokumen tapi pelaksanaannya tidak lancar. BPK dan PPATK menolak menyerahkan dokumen sehingga mengharuskan pansus untuk meminta fatwa MA yang akhirnya memerintahkan Kepala Pengadilan Negeri Jakarta Pusat untuk menyita data dari BPK dan PPATK untuk diserahkan kepada Pansus Century. Ia menyatakan : Keputusan rapat pleno Pansus Angket Century yang mengimbau Sri Mulyani dan Boediono non aktif dari kabinet tidak digubris. Suratnya sempat ditahan oleh Ketua DPR Marzuki Alie dan tidak diteruskan kepada pemerintah, tapi akhirnya dikirim bersamaan dengan hasil keputusan dan rekomendasi DPR yang diputuskan dalam rapat paripurna DPR pada awal Maret Sedangkan Muhammad Hendrajaya, mahasiswa FIKOM UMB jurusan Public Relations berpendapat, beberapa anggota pansus terikat oleh kontrak politik yang dilakukan oleh partainya untuk mendukung kebijakan SBY sehingga mereka tidak bisa bersuara sesuai dengan hati nuraninya. Ia mengatakan : Saya lihat, anggota pansus dari Fraksi Demokrat, PAN, PKB, dan PPP tidak bisa tidak, mereka harus mengikuti keputusan partainya mendukung kebijakan bailout Century. Sementara anggota Pansus dari Fraksi Golkar dan PKS yang meskipun termasuk partai yang ikut dalam koalisi partai-partai mendukung SBY-Boediono, mereka tetap pada pendiriannya, menganggap kebijakan bailout Century itu salah, menabrak UU dan peraturan BI sehingga pada keputusannya, kedua fraksi itu menyatakan tidak mau ikut menutupi bangkai gajah gemuk Century. Mereka bergabung dengan anggota Pansus dari Fraksi PDI-P, Gerindra dan Hanura untuk menolak kebijakan bailout Century. Pendapat wartawan Harian Media Indonesia, Kleden Suban lain lagi. Ia mengatakan, pansus akhirnya bisa membuktikan, dana bailout sebesar Rp 6,7 triliun adalah uang negara.

28 Dalam persidangan terungkap peran Sri Mulyani dan Boediono dalam bailout Century. Ia menyatakan : Yang menonjol dalam pansus misalnya, ada usaha serius untuk menggali apakah dana bail out sebesar Rp6,7 triliun itu uang negara atau bukan. Publik merasa terpuaskan karena keseriusan itu akhirnya meyakinkan publik bahwa uang itu ya uang negara. Hal lain misalnya peran Boediono dan Sri Mulyani. Terungkap apa saja peran Boediono dan apa saja peran Sri Mulyani. Meski keduanya relatif bersih tetapi dari sisi kebijakannya mereka telah mengeluarkan kebijakan yang menimbulkan keuntungan bagi orang lain dan merugikan negara. Sementara Kasubag Penerangan, Bagian Humas Setjen DPR RI, Dra. Etmita Ardem, MSi. Ia mengatakan : Dalam Pansus Century, yang menonjol adalah kepentingan politik, tapi itu biasa, karena kerja DPR itu adalah kerja politik yang positif. Jadi nuansanya ya nuansa politik. Itulah yang menonjol dalam persidangan Pansus Century. 3. Keputusan dan rekomendasi DPR tentang kasus Century Pendapat atau opini mahasiswa mengenai keputusan dan rekomendasi DPR tentang kasus Century, dalam kaitan ini para narasumber dimintai pendapatnya mengenai apakah keputusan dan rekomendasi DPR tentang kasus Century sudah sesuai aspirasi mahasiswa? Berikut hasil wawancara dengan Eva Tri Nurmalasari dari jurusan Marketing Communications, ia mengatakan : Sejauh ini iya, namun saya kira SBY segera menindaklanjuti keputusan dan rekomendasi DPR secara bijaksana terutama mengenai Sri Mulyani dan Budiono yang dianggap paling bertanggungjawab. Pendapat hampir senada disampaikan Harun Alrasyid dari jurusan Broadcasting. Ia bisa menerima keputusan dan rekomendasi DPR tentang kasus Century. Ia berharap, presiden melaksanakan keputusan itu dan ia menghimbau agar Sri Mulyani dan Boediono mengundurkan diri karena sudah tidak punya legitimasi politik setelah adanya keputusan itu. Ia berpendapat :

29 Meskipun keputusan dan rekomendasi DPR belum sepenuhnya memuaskan saya karena dalam rekomendasinya tidak menyebutkan nama secara eksplisit siapa yang bertanggung jawab terhadap kasus Century, tetapi secara umum, saya bisa menerima. Saya berharap, sebelum presiden SBY sungguh-sungguh melaksanakan keputusan dan rekomendasi itu, Sri Mulyani dan Boediono mengundurkan diri karena sudah tidak punya legitimasi politik setelah adanya keputusan itu. Muhammad Hendrajaya dari jurusan Public Relations mengatakan keputusan dan rekomendasi DPR tentang pansus Century sudah sesuai harapan rakyat dan ia bisa menerima keputusan itu. Sependapat dengan Harun Alrasyid, ia juga meminta agar Sri Mulyani dan Boediono segera mengundurkan diri dari kabinet sebagai pertanggungjawaban moral dan politik atas kebijakannya tentang bailout Century. Ia mengemukakan : Saya berpendapat, dengan kesimpulan dan rekomendasinya itu, Pansus sudah maksimal bekerja. Saya bisa menerima hasilnya. Saya berharap, Sri Mulyani dan Boediono yang mengenyam pendidikan cukup lama di AS, seharusnya mampu membuat tradisi baru dalam sistem ketatanegaraan yakni mengundurkan diri dari kabinet setelah tidak mendapat legitimasi politik dari DPR. Hal semacam itu sangat berlaku di Barat dan dijalankan oleh pemimpinpemimpin dunia. Sebagai ilustrasi, manager kesebelasan di negara-negara maju kalau kesebelasannya kalah, mereka mengundurkan diri. Nah, saya berharap Sri Mulyani dan Boediono mau lakukan itu. Keduanya harus lakukan pecah telor mundurnya seorang pejabat jika ia gagal menjalankan tugasnya. Itu yang saya harapkan, keduanya harus memberikan keteladanan tentang nilai-nilai kejujuran. Di sisi lain, wartawan Harian Media Indonesia, Kleden Suban berpendapat, keputusan dan rekomendasi DPR tentang kasus Century tidak cukup memuaskan. Karena sebagai lembaga politik, DPR tidak membuat rekomendasi tentang penyelesaian politik tetapi menyerahkan penyelesaiannya pada penegak hukum. Seharusnya DPR mendorong pelaksanaan hak menyatakan pendapat. Ini menandakan bahwa sikap DPR tidak konsisten. Ia mengatakan : Rekomendasi dan kesimpulan tidak cukup memuaskan. Meski sebagian besar fraksi menyebutkan nama-nama yang bertanggungjawab dan harus diproses secara hukum, tetapi pansus tidak memuat rekomedasi penyelesaian politik. Rekomendasi penyelesaian hukum adalah satu soal, sedangkan penyelesaian politik adalah hal lain.

30 Setelah memberikan rekomendasi penyelesaian hukum kepada pemerintah, sebenarnya pansus atau DPR tidak perlu lagi mendesak-desak pemerintah melaksanakan rekomendasi karena penyelesaian hukum bukan lagi masuk dalam domain DPR. Semestinya DPR konsentrasi atau fokus pada domain politik yakni mendorong pelaksanaan hak menyatakan pendapat. Yang terjadi sekarang DPR mendorong-dorong dan mendesak pemerintah atau aparat penegak hukum untuk melaksanakan rekomendasi DPR tetapi DPR sendiri tidak menggunakan haknya yakni hak menyatakan pendapat. Inil sikap inkonsistensi DPR. Sependapat dengan para nara sumber lainnya, Kasubag Penerangan, Bagian Humas Setjen DPR, Dra. Etmita Ardem, MSi menyatakan, keputusan dan rekomendasi DPR tentang kasus Century cukup bagus meskipun belum sepenuhnya sesuai dengan harapan masyarakat. Sama dengan pendapat Kleden Suban, Dra. Etmita Ardem, MSi juga mengatakan, bahwa sebaiknya DPR menindaklanjutinya dengan menggunakan hak menyatakan pendapat. Cukup bagus tetapi belum sepenuhnya sesuai. Tetapi hal itu bisa kita maklumi, karena mungkin DPR tidak ingin situasi politik memanas sehingga tidak ditindaklanjuti dengan menggunakan hak menyatakan pendapat. Mungkin mereka masih berfikir, kalau hak itu digunakan apakah akan berhasil atau tidak dan sebagainya. 4. Peran Media Massa Pendapat atau opini mahasiswa mengenai peran media massa, dalam kaitan ini para narasumber diminta pendapatnya tentang seberapa jauh peran media massa dalam mengkomunikasikan rapat-rapat Pansus Century kepada masyarakat secara maksimal? Menurut Eva Tri Nurmalasari, mahasiswi FIKOM Jurusan Marketing Communications, peran media massa dalam mengkominikasikan rapat-rapat Pansus Century cukup besar dan gencar. Justru karena kegencarannya stasiun TV menyiarkan peristiwa itu secara langsung itulah, ia menduga para pemilik TV ingin memanfaatkan peristiwa itu sebagai alat politik untuk memenuhi kepentingannya.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.182, 2014 LEGISLATIF. MPR. DPR. DPD. DPRD. Kedudukan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH Copyright (C) 2000 BPHN UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH *14124 UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH,

Lebih terperinci

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P No.29, 2018 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEGISLATIF. MPR. DPR. DPD. DPRD. Kedudukan. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6187) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

FORMAPPI 9 Februari Jl. Matraman No.32 B, Jakarta Timur Phone Fax

FORMAPPI 9 Februari Jl. Matraman No.32 B, Jakarta Timur Phone Fax FORMAPPI 9 Februari 2010 Jl. Matraman No.32 B, Jakarta Timur Phone 62-21-8193324 Fax 62-21-85912938 E-mail: formappi@cbn.net.id F- GERIND RA 1. Merger bank Picco, CIC, Dampac menjadi BC: F- Gerindra tidak

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan hukum secara konstitusional yang mengatur pertama kalinya

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan hukum secara konstitusional yang mengatur pertama kalinya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Ketentuan hukum secara konstitusional yang mengatur pertama kalinya mengenai hak angket terdapat pada perubahan Konstitusi Sementara Republik Indonesia

Lebih terperinci

HASIL AUDIT INVESTIGASI ATAS BANK CENTURY. I. Mengenai proses merger dan pengawasan Bank Century oleh Bank Indonesia

HASIL AUDIT INVESTIGASI ATAS BANK CENTURY. I. Mengenai proses merger dan pengawasan Bank Century oleh Bank Indonesia Kelompok 11 Putri Mayang A.D.S (115020300111049) Claudia Elisabeth L.M (115020300111079) Edwina Liony P (115020300111082) Putri Husnah Aningtyas (115020300111089) HASIL AUDIT INVESTIGASI ATAS BANK CENTURY

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARAN RAKYAT,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ------- RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARAN RAKYAT,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAGIAN KEDUA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH

BAGIAN KEDUA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA BAGIAN KEDUA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH Jakarta, 2013 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah KULIAH 11 1 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah SUSUNAN DAN KEDUDUKAN DPRD terdiri dari anggota Parpol hasil Pemilu Fungsi DPRD Fungsi Pengawasan Fungsi Anggaran 2 Fungsi legislasi DPRD merupakan lembaga perwakilan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 of 24 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

PENANGANAN BANK GAGAL BERDAMPAK SISTEMIK

PENANGANAN BANK GAGAL BERDAMPAK SISTEMIK PENANGANAN BANK GAGAL BERDAMPAK SISTEMIK ekonomi.akurat.co I. PENDAHULUAN Perbankan memegang peran penting dalam kehidupan saat ini. Berbagai transaksi mulai dari menyimpan uang, mengambil uang, pembayaran

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menciptakan sistem perbankan yang sehat,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Kasus Century Harus Tuntas 1 Penyelesaian Harus dilakukan secara Hukum dan Independen dari Tekanan Politik.

Kasus Century Harus Tuntas 1 Penyelesaian Harus dilakukan secara Hukum dan Independen dari Tekanan Politik. Kasus Century Harus Tuntas 1 Penyelesaian Harus dilakukan secara Hukum dan Independen dari Tekanan Politik. Pengusutan dugaan korupsi dalam kebijakan bailout Bank Century telah memasuki babak baru pasca

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK SLEMAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK SLEMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Metro

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Metro IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4. 1 Gambaran Umum Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Metro Anggota DPRD memiliki hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat. Anggota DPRD Kota

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

PROVINSI BANTEN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PROVINSI BANTEN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEBERADAAN LEMBAGA PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA

BAB II TINJAUAN KEBERADAAN LEMBAGA PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA BAB II TINJAUAN KEBERADAAN LEMBAGA PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA A. Pengertian Sistem Ketatanegaraan Istilah sistem ketatanegaraan terdiri dari kata sistem dan ketatanegaraan.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

Q & A TERKAIT PENGAWASAN BANK CENTURY

Q & A TERKAIT PENGAWASAN BANK CENTURY Q & A TERKAIT PENGAWASAN BANK CENTURY Bank Indonesia melakukan tugas pengawasan bank berdasarkan Undang-Undang Perbankan khususnya pasal 37 dan PBI No.6/9/PBI/2004 tentang Tindaklanjut Pengawasan dan Penetapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. waktu Pada pertengahan tahun 1997, industri perbankan akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. waktu Pada pertengahan tahun 1997, industri perbankan akhirnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri perbankan Indonesia telah mengalami pasang surut. Dimulai pada tahun 1983 ketika berbagai macam deregulasi mulai dilakukan pemerintah, kemudian bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi bagian dari proses peralihan Indonesia menuju cita demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi bagian dari proses peralihan Indonesia menuju cita demokrasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa peralihan Indonesia menuju suatu cita demokrasi merupakan salah satu proses yang menjadi tahapan penting perkembangan Indonesia. Salah satu aspek yang menjadi bagian

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PENCABUTAN IZIN USAHA, PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PENCABUTAN IZIN USAHA, PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PENCABUTAN IZIN USAHA, PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-undang

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2 / 6 /PBI/2000 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN BANK GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2 / 6 /PBI/2000 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN BANK GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2 / 6 /PBI/2000 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN BANK GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa bank sebagai badan usaha yang menghimpun dan menyalurkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menciptakan sistem perbankan yang sehat,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 41B/DPR RI/I/ TENTANG

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 41B/DPR RI/I/ TENTANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT NOMOR : 41B/ RI/I/2009-2010 TENTANG PROGRAM LEGISLASI NASIONAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG PRIORITAS TAHUN 2010 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN : www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan (check and balances) antara Pemerintah dan DPR RI. Ketiga fungsi

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan (check and balances) antara Pemerintah dan DPR RI. Ketiga fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia atau sering disebut Dewan Perwakilan Rakyat (disingkat DPR-RI atau DPR) adalah salah satu lembaga tinggi negara

Lebih terperinci

Akankah Boediono Jadi Tumbal Century?

Akankah Boediono Jadi Tumbal Century? Akankah Boediono Jadi Tumbal Century? http://www.suarapembaruan.com/politikdanhukum/akankah-boediono-jadi-tumbal-century/33703 Kamis, 11 April 2013 8:48 Wakil Presiden Boediono. [google] Berita Terkait

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 17 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD. BPR) KABUPATEN GARUT HASIL KONSOLIDASI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 51, Pasal 56, dan

Lebih terperinci

Bab III Keanggotaan. Bagian Kesatu. Umum

Bab III Keanggotaan. Bagian Kesatu. Umum Bab III Keanggotaan Bagian Kesatu Umum Pasal 7 1. Anggota berjumlah 560 (lima ratus enam puluh) orang. 2. Anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/DPR RI/TAHUN 2009 TENTANG TATA TERTIB

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/DPR RI/TAHUN 2009 TENTANG TATA TERTIB PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/DPR RI/TAHUN 2009 TENTANG TATA TERTIB Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan kehidupan kenegaraan yang demokratis konstitusional berdasarkan

Lebih terperinci

STRUKTUR PEMERINTAHAN DAERAH MUCHAMAD ALI SAFA AT

STRUKTUR PEMERINTAHAN DAERAH MUCHAMAD ALI SAFA AT STRUKTUR PEMERINTAHAN DAERAH MUCHAMAD ALI SAFA AT PASAL 18 UUD 1945 (3) Setiap daerah provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/25 /PBI/2003 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/25 /PBI/2003 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/25 /PBI/2003 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mendorong terciptanya sistem perbankan

Lebih terperinci

Suatu hal yang aneh jika Presiden SBY sampai tidak tahu kebijakan negara yang begitu besar.

Suatu hal yang aneh jika Presiden SBY sampai tidak tahu kebijakan negara yang begitu besar. Menuju Pusaran Kekuasaan Suatu hal yang aneh jika Presiden SBY sampai tidak tahu kebijakan negara yang begitu besar. Lima tahun sudah kasus skandal Bank Century berlangsung. Belum ada kepastian sampai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 51, Pasal 56, dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 151 TAHUN 2000 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 151 TAHUN 2000 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 151 TAHUN 2000 TENTANG TATACARA PEMILIHAN, PENGESAHAN, DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

TATA TERTIB DPR. Bab I Ketentuan Umum. Pasal 1. Dalam Peraturan Tata Tertib ini yang dimaksud dengan :

TATA TERTIB DPR. Bab I Ketentuan Umum. Pasal 1. Dalam Peraturan Tata Tertib ini yang dimaksud dengan : TATA TERTIB DPR 2009 Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Dalam Peraturan Tata Tertib ini yang dimaksud dengan : 1. Dewan Perwakilan Rakyat, selanjutnya disingkat DPR, adalah Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

Pelajaran dari Kasus Pansus Bank Century

Pelajaran dari Kasus Pansus Bank Century INSENTIF POLITIK PARTAI OPOSISI: Pelajaran dari Kasus Pansus Bank Century Jl. Lembang Terusan D-57, Menteng Jakarta Pusat 10310, Indonesia Telp. (021) 391 9582, Fax (021) 391 9528 Website: www.lsi.or.id

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI

Lebih terperinci

Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara

Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara Bagan Lembaga Negara Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Tugas dan Wewenang MPR Berikut tugas dan wewenang dari Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menciptakan sistem perbankan yang sehat,

Lebih terperinci

*36403 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 28 TAHUN 1999 (28/1999) TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK

*36403 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 28 TAHUN 1999 (28/1999) TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK Copyright (C) 2000 BPHN PP 28/1999, MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK *36403 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 28 TAHUN 1999 (28/1999) TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 68-1996 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 52, 1999 PERBANKAN. LIKUIDASI. IZIN USAHA. PEMBUBARAN. LEMBAGA KEUANGAN. (Penjelasan dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 51, Pasal 56, dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kata re yang artinya kembali dan call yang artinya panggil atau memanggil,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kata re yang artinya kembali dan call yang artinya panggil atau memanggil, BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hak Recall Recall merupakan kata yang diambil dari bahasa Inggris, yang terdiri dari kata re yang artinya kembali dan call yang artinya panggil atau memanggil, sehingga jika diartikan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN, PEMBERHENTIAN, DAN PENGGANTIAN ANTAR WAKTU BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH. Muchamad Ali Safa at

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH. Muchamad Ali Safa at DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH Muchamad Ali Safa at DPRD Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah Unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah FUNGSI: Legislasi; Anggaran; Pengawasan; Representasi RAKYAT DI DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEGAL NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD. BPR) BANK PASAR KABUPATEN TEGAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEGAL NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD. BPR) BANK PASAR KABUPATEN TEGAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEGAL NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD. BPR) BANK PASAR KABUPATEN TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEGAL, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Diterbitkan oleh ; SEKRETARIAT JENDERAL DPR RI 2005

PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Diterbitkan oleh ; SEKRETARIAT JENDERAL DPR RI 2005 PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Diterbitkan oleh ; SEKRETARIAT JENDERAL DPR RI 2005 KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 08/ DPR RI/I/2005.2006

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 22 ayat (2) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang...

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 22 ayat (2) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang... UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG- UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014

KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014 KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014 http://kesbangpol.kemendagri.go.id I. PENDAHULUAN Dana kampanye adalah sejumlah biaya berupa uang, barang, dan jasa yang digunakan

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA HUBUNGAN LEGISLATIF DAN EKSEKUTIF DALAM PELAKSANAAN LEGISLASI, BUDGETING, DAN PENGAWASAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA HUBUNGAN LEGISLATIF DAN EKSEKUTIF DALAM PELAKSANAAN LEGISLASI, BUDGETING, DAN PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA HUBUNGAN LEGISLATIF DAN EKSEKUTIF DALAM PELAKSANAAN LEGISLASI, BUDGETING, DAN PENGAWASAN Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI Disampaikan pada Forum Konsolidasi Pimpinan

Lebih terperinci

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568) sebagaimana telah

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568) sebagaimana telah BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1361, 2016 DPR. Prolegnas. Penyusunan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM

Lebih terperinci

FORMAPPI 9 Oktober Jl. Matraman Raya No. 32 B, Jakarta Timur T: ; F: E:

FORMAPPI 9 Oktober Jl. Matraman Raya No. 32 B, Jakarta Timur T: ; F: E: FORMAPPI 9 Oktober 2011 Jl. Matraman Raya No. 32 B, Jakarta Timur T: 021-8193324; F: 021-85912938 E: formappi@cbn.net.id 1 Evaluasi tahun kedua DPR 2009 2014 (Oktober 2010 September 2011) Ada kemajuan,

Lebih terperinci

Tata Tertib DPR Bagian Kesatu Umum Pasal 99 Pasal 100 Pasal 101 Pasal 102

Tata Tertib DPR Bagian Kesatu Umum Pasal 99 Pasal 100 Pasal 101 Pasal 102 Tata Tertib DPR Bagian Kesatu Umum Pasal 99 1. Rancangan undang-undang dapat berasal dari DPR, Presiden, atau DPD. 2. Rancangan undang-undang dari DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diajukan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 151 TAHUN 2000 (151/2000) TENTANG TATACARA PEMILIHAN, PENGESAHAN, DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SEMARANG

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SEMARANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SEMARANG Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Bagian Ketiga Tugas dan Wewenang Pasal 71. Bagian Ketiga Tugas dan Wewenang. Pasal 6

Bagian Ketiga Tugas dan Wewenang Pasal 71. Bagian Ketiga Tugas dan Wewenang. Pasal 6 Persandingan UU Nomor 27 tahun 2009 tentang MD3 dan TATIB DPR Dalam kaitannya dengan pembahasan dan penetapan APBN, Peran DPD, Partisipasi Masyarakat, dan tata cara pelaksanaan rapat. UU NOMOR 27 TAHUN

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN KEDUA Perkara Nomor 79/PUU-XII/2014 Tugas dan Wewenang DPD Sebagai Pembentuk Undang-Undang

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN KEDUA Perkara Nomor 79/PUU-XII/2014 Tugas dan Wewenang DPD Sebagai Pembentuk Undang-Undang RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN KEDUA Perkara Nomor 79/PUU-XII/2014 Tugas dan Wewenang DPD Sebagai Pembentuk Undang-Undang I. PEMOHON Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dalam hal ini diwakili oleh Irman Gurman,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.98, 2003 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2009 Ekonomi. Lembaga. Pembiayaan. Ekspor. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4957) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2. Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5493

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2. Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5493 PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG- UNDANG NOMOR 24

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci