BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman globalisasi yang diimbangi dengan kemajuan teknologi,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman globalisasi yang diimbangi dengan kemajuan teknologi,"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman globalisasi yang diimbangi dengan kemajuan teknologi, kegiatan olah raga untuk meningkatkan prestasi telah dikaji secara modern, yang meliputi taktik, teknik, dan kebugaran fisik dikaji secara menyeluruh. Prestasi-prestasi yang luar biasa dalam cabang olahraga atletik adalah berkat peningkatan kondisi fisik para olahragawan terutama yang berhubungan dengan kekuatan dan daya tahan (Siregar, 2008). Untuk meningkatkan kondisi fisik dalam mencapai prestasi dibutuhkan adanya kekuatan, daya tahan, dan kecepatan. Hanya otot-otot yang dilatih secara terus-menerus dan teratur yang akan menjadi kuat. Oleh karena itu agar jasmani kita segar, maka semua otot tubuh harus dilatih sehingga kemampuan otot menjadi maksimal (Sadoso, 2008). Salah satu cara untuk menguatkan otot-otot adalah dengan pelatihanpelatihan yang memaksa otot untuk melawan beban. Dalam meningkatkan kekuatan otot, beban harus cukup berat sedangkan jumlah ulangan kecil saja, kalau pelatihan beban berhasil, maka akan berpengaruh pada luas penampang otot-otot (Soebroto, 2001). Untuk meningkatkan kekuatan otot-otot pelatihan yang paling tepat ialah pelatihan dengan pembebanan berlebihan (overload training). Kekuatan otot diperlukan untuk dapat melakukan gerakan secara 1

2 2 optimal, kekuatan otot dapat dicapai dengan melakukan pelatihan yang memberikan pembebanan berlebih sehingga terjadi kontraksi otot yang maksimal (Nala, 2003). Ada beberapa pelatihan untuk meningkatkan kekuatan otot-otot khususnya otot lengan seperti mengangkat halter, gantung angkat (pull-ups), melempar bola, tunjang telungkup (push-ups), mengangkat bangku Swedia, berjalan dengan tangan jarak 5 meter dan lainnya (Nugroho, 2005). Salah satu pelatihan di atas, pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter merupakan bentuk pelatihan kekuatan otot-otot khususnya otot lengan tangan, karena pembebanan yang dilakukan lebih menekankan berat pada kedua lengan yang mempergunakan berat badan sendiri sebagai beban pelatihan (Sadoso, 2005). Pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter berat badan bertumpu pada kedua lengan sedangkan kaki tidak menyentuh tanah dipegang oleh orang lain dilanjutkan bergerak ke depan dengan kekuatan penuh serta repetisi dan set (Jarver, 2003). Dengan adanya pelatihan kekuatan otot lengan yang dilaksanakan secara sistematis, sesuai dengan repetisi dan set akan berpengaruh terhadap kemampuan otot untuk melakukan gerak yang menggunakan kekuatan otot lengan, hal ini dimungkinkan karena untuk dapat melakukan gerak menggunakan kekuatan otot lengan dengan baik dan benar di samping harus adanya teknik yang baik, harus pula ditunjang oleh faktor kekuatan otot-otot lengan (Karna, 2007).

3 3 Pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set lebih meningkatkan kekuatan otot lengan dari pada 4 repetisi 5 set karena pelatihan yang memiliki repetisi lebih besar akan dapat meningkatkan lebih besar kontraksi otot dan berpengaruh pada kekuatan otot, jika dibandingkan dengan pelatihan yang memiliki repetisi lebih kecil sedangkan setnya lebih besar akan cenderung meningkatkan daya tahan otot. Otot yang diberikan pembebanan berlebihan akan semakin kuat dan volume ototnya semakin besar (Nala, 2009). Dengan demikian dapatlah diperkirakan melakukan pelatihan gerakan berjalan dengan tangan jarak 5 meter akan ada pengaruhnya terhadap kekuatan otot lengan tangan, daya tahan otot, kelentukan, kecepatan, koordinasi dan lainnya sehingga akan berpengaruh pula pada kemampuan menolak. Kenyataan yang ada di lapangan sangat bertolak belakang dengan harapan peneliti hal ini disebabkan belum dimilikinya kekuatan otot-otot lengan oleh para siswa putra SMP Negeri 9 Denpasar, hal ini dibuktikan pada saat diadakannya kejuaraan cabang olahraga baik yang bersifat pertandingan seperti dalam permainan bola voli, basket mini, bela diri, renang maupun cabang olahraga yang bersifat perlombaan secara individu / perorangan seperti, cabang olahraga atletik, nomor lempar dan tolak. Para siswa belum mampu mencapai prestasi yang mengembirakan.

4 4 Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya pelatihan-pelatihan yang menekankan kekuatan, daya tahan, koordinasi otot-otot khususnya pada otot lengan yang diberikan oleh para guru olahraga atau orang yang berkecimpung dalam olahraga prestasi, atau bisa juga disebabkan oleh karena para siswa putra SMP Negeri 9 Denpasar baru menekuni suatu cabang olahraga setelah umur dewasa, semestinya dasar-dasar cabang olahraga khususnya cabang olahraga atletik, nomor lempar dan tolak diberikan dari kelas VI walaupun pelaksanaannya secara sederhana dengan melempar atau menolak bola yang mempunyai ukuran yang sesuai dengan umur para siswa (Sadoso, 2004). Berdasarkan pengalaman dan kenyataan di lapangan maka untuk mendapatkan kekuatan otot lengan, sangat ditentukan dan dipengaruhi oleh pelatihan yang menekankan pada kekuatan otot-otot lengan seperti pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter yang dilaksanakan secara sistematis, kontinyu serta terprogram. Penulis perlu mengadakan suatu penelitian dengan judul Pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set lebih meningkatkan kekuatan otot lengan dari pada 4 repetisi 5 set pada siswa putra kelas VII SMP Negeri 9 Denpasar. 1.2 Rumusan Masalah. Berdasarkan atas latar belakang masalah, maka dapat dibuat rumusan masalahnya sebagai berikut :

5 5 1) Apakah pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set dapat meningkatkan kekuatan otot lengan pada siswa putra kelas VII SMP Negeri 9 Denpasar? 2) Apakah pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 4 repetisi 5 set dapat meningkatkan kekuatan otot lengan pada siswa putra kelas VII SMP Negeri 9 Denpasar? 3) Apakah pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set lebih meningkatkan kekuatan otot lengan dari pada 4 repetisi 5 set pada siswa putra kelas VII SMP Negeri 9 Denpasar? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Dari latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas, maka tujuan umum yang ingin dicapai adalah mendapatkan tipe pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter serta takaran pelatihan yang lebih baik dalam meningkatkan kekuatan otot lengan Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui peningkatan kekuatan otot lengan pada pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set pada siswa putra kelas VII SMP Negeri 9 Denpasar.

6 6 2. Untuk mengetahui peningkatan kekuatan otot lengan pada pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 4 repetisi 5 pada siswa putra kelas VII SMP Negeri 9 Denpasar. 3. Untuk mengetahui bahwa berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set lebih meningkatkan kekuatan otot lengan dari pada 4 repetisi 5 set pada siswa putra kelas VII SMP Negeri 9 Denpasar. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang diharapkan meliputi : Kegunaan Teoritis Untuk Para Siswa Memberikan sumbangan pikiran dan pengetahuan terkait dengan pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set lebih meningkatkan kekuatan otot lengan dari pada 4 repetisi 5 set pada siswa putra kelas VII SMP Negeri 9 Denpasar Untuk Para Guru Olahraga dan Pelatih Digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan pelatihan untuk peningkatan kekuatan otot lengan Untuk Lembaga Menambah / memperbanyak refrensi di perpustakaan Pascasarjana UNUD Denpasar yang mana merupakan sumber refrensi bagi para mahasiswa yang memerlukan.

7 Kegunaan Praktis Bagi Pelatih Guru Olahraga Berkecimpung dalam olahraga prestasi adalah sebagai pedoman dalam melakukan pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set lebih meningkatkan kekuatan otot lengan dari pada 4 repetisi 5 set pada siswa putra kelas VII SMP Negeri 9 Denpasar Bagi Mahasiswa dan Masyarakat Melengkapi kebutuhan perpustakaan pada lembaga pendidikan khususnya di Pascasarjana UDAYANA Denpasar yang mana nantinya dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan literatur bagi mahasiswa yang berkepentingan Bagi Para Mahasiswa Acuan bagi mahasiswa / siswa bahwa pelatihan berjalan dengan tangan berjarak 5 meter yang dilaksanakan secara rutin, kontinyu serta berkesinambungan dengan beban yang cukup akan dapat meningkatkan kekuatan otot lengan sehingga dapat tampil dengan keyakinan diri yang tinggi dan dapat mencapai prestasi yang diharapkan dan memperoleh kemenangan.

8 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kekuatan Otot Lengan Kekuatan otot adalah kemampuan otot untuk berkontraksi ketika menerima beban (Nala, 2005). Latihan yang dapat menguatkan otot adalah latihan dengan beban. Tanpa menggunakan beban kekuatan otot tidak akan bertambah. Dengan latihan beban sel-sel otot akan membesar, makin besar sel otot, maka kekuatannya akan semakin besar. Kekuatan otot didapat dari kontraksi sekelompok atau beberapa kelompok otot. Mengembangkan kekuatan otot merupakan salah satu faktor untuk meningkatkan prestasi, karena kekuatan otot adalah sumber dari perubahan (Hidayat, 2006). Kekuatan otot melukiskan kontraksi maksimal yang dapat dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot. Secara psikologis kekuatan diartikan sebagai kemampuan berdasarkan kemudahan bergerak proses sistem saraf dan perangkat otot untuk melakukan gerak dalam mutu waktu tertentu (Kosasih, 2004). Kemampuan otot yang dinilai umumnya adalah otot-otot tangan, lengan, dada, perut, tungkai dan punggung. Kekuatan otot tangan dan lengan penting untuk memegang, mengangkat, menarik, memukul, mengayun dan sebagainya. Sedangkan kekuatan otot tungkai diperlukan untuk menyangga berat tubuh, melompat, jalan, lari, menyepak dan sebagainya. Sedangkan otototot lainnya merupakan dasar tumpuan agar tubuh tegak dan kuat, sehingga 8

9 9 lengan dan tungkai dapat berfungsi dengan baik, di samping otot-otot itu sendiri dapat berfungsi untuk membantu gerakan (Nurhasan, 2006). Otot-otot punggung berfungsi untuk menahan agar tubuh tetap tegak, sementara lengan atau tungkai berfungsi memukul atau menyepak. Sedangkan otot-otot dada di samping sebagai alat tumpuan, juga ikut membantu lengan dalam gerakan memanjat (pull-ups) dan lain-lain. Kekuatan otot ini diukur dengan alat dinamometer. Biasanya diukur kekuatan otot tangan (dengan dynamometer tangan), otot dada (dynamometer dada) dan otot punggung (dynamometer punggung), serta otot tungkai (dengan dynamometer tungkai). Satuannya adalah dalam kilogram. Dengan mempergunakan pengukuran dinamometer ini, kita akan mendapatkan kekuatan otot absolute. Sedangkan bila kekuatan otot dinyatakan per-kg berat badannya, maka kita akan mendapatkan kekuatan otot relatif. Kekuatan otot relatif ini adalah kekuatan otot absolute dibagi dengan berat badan masing-masing yang diukur. Satuannya ialah kilogram (Kg). Teknik pada waktu pengukuran hendaknya seminimal mungkin (Nala, 2005). Kekuatan otot dalam mendukung ketangkasan bergerak adalah kekuatan otot-otot tungkai, karena kekuatan otot tungkai diperlukan untuk menyangga berat badan atau tubuh dalam melakukan gerakan melompat, berlari, menyepak dan lain-lainnya. Kekuatan otot-otot adalah kemampuan otot untuk melakukan suatu kegiatan secara berulang-ulang atau berkontraksi dalam waktu yang lama (Karna, 2003).

10 10 Umumnya diakui bahwa kekuatan suatu otot berdasarkan pada dua faktor utama. Pertama, dipengaruhi oleh unsur-unsur struktur otot itu, khususnya volume. Telah diketahui bahwa kekuatan otot meningkat sesuai dengan meningkatnya volume otot. Kedua, semakin jelas bahwa kekuatan otot ditentukan oleh kualitas kontrol tak sengaja kepada otot yang bersangkutan. Faktor ini menjadi penting dalam orang berlatih meningkatkan kekuatan otot dan perlunya menggunakan kekuatan sesuai dengan pelaksanaan nyata (Sumosarjono, 2008). Kekuatan otot (Muscle Strength) adalah Kesanggupan otot untuk menahan / melawan suatu berat / beban. Daya ledak (power) adalah kesanggupan otot mengeluarkan kekuatan dalam waktu singkat dan berlaku (gerakan) cepat. Jadi kekuatan otot yang dimaksudkan di sini adalah kemampuan kerja otot. Kemampuan otot yang mudah dan sering dinilai adalah otot-otot lengan, otot dada, otot perut. Untuk meningkatkan otot ini latihan yang paling baik adalah latihan dengan pembebanan berlebih (overlood training ) seperti latihan mengangkat halter set ups, pull ups (Said, 2004). Kekuatan otot adalah kemampuan otot untuk membangkitkan tenaga terhadap suatu tahanan di mana kekuatan itu adalah antara kontraksi otot secara maksimal sesuai dengan kebutuhan gerak yang digunakan, meskipun banyak aktivitas olahraga memerlukan kelincahan atau kelentukan, kecepatan dari otot itu (Wirata, 2004).

11 11 Dari definisi di atas dapat dinyatakan bahwa kekuatan otot adalah adanya seseorang untuk membangkitkan tegangan dalam menerima beban waktu bekerja. Beban dapat berupa anggota tubuh sendiri ataupun beban dari luar. Kekuatan otot sangat penting guna meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan. Kekuatan otot merupakan daya penggerak setiap anggota fisik. Kekuatan otot memegang peranan penting dalam melindungi orang dari kemungkinan cedera. Dengan kekuatan otot tungkai atlet dapat melompat tinggi, demikian pula dapat memperkuat stabilitas sendi-sendi (Rusli, 2006). Kekuatan dijelaskan merupakan komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam mempergunakan otot-otot untuk menerima beban sewaktu melakukan kegiatan atau bekerja (Sanusi, 2007). Kekuatankekuatan otot melukiskan kontraksi minimal yang dapat dihasilkan oleh sekelompok otot. Kapasitas otot lokal adalah kualitas yang memungkinkan kita melangsungkan selama mungkin suatu usaha yang menggunakan otot lokal dalam kondisi erobik. Kemampuan otot-otot ini tergantung pada kontraksi otot yang bersangkutan (Karna, 2005). Makin berat masa kekuatan otot yang diperlukan makin besar kecepatan dan daya ledaknya semakin besar pula, penggunaan tenaga oleh otot atau sekelompok otot secara eksplosif berlangsung dalam kondisi dinamis (Nala, 2005). Kekuatan otot adalah kemampuan otot untuk mengatasi tahanan atau beban, menahan atau memindahkan beban dalam menjalankan aktivitas

12 12 olahraga (Soeharno, 2004). Kekuatan otot adalah kemampuan otot skeletal tubuh untuk melakukan kontraksi atau tegangan maksimal dalam menerima beban pada waktu melakukan aktivitas (Nala, 2002). Kekuatan adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuan dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja (Sajoto, 2007). Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan otot adalah sebagai berikut : 1) besar kecilnya penampang melintang otot (potongan morphologic yang tergantung dari proses hipertrofi otot). 2) jumlah myofibril yang turut bekerja dalam melawan beban (makin banyak myofibril yang bekerja maka kekuatan otot akan semakin besar) tergantung pada besar kecilnya kerangka tubuh dan bagian-bagiannya seperti panjang tuas (makin besar otot skeletal maka semakin besar kekuatannya). 3) Inervasi otot yang baik, keadaan zat kimia dalam otot (glycogen, ATP). 4) keadaan tonus otot saat istirahat (Tonus makin rendah maka kekuatan otot saat bekerja akan semakin besar). 5) umur dan jenis kelamin (umur lebih muda maka kecepatan pulih asal akan lebih baik dan jenis kelamin wanita kecepatan pulih asalnya lebih lambat) (Soeharno, 2003). Kekuatan otot adalah kontraksi maksimal yang dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot. Kemampuan otot-otot yang sering diukur dalam kesegaran jasmani adalah otot lengan, otot perut, otot punggung dan lain-lain. Dalam buku Atletik dikatakan bahwa untuk menguatkan otot adalah dengan latihanlatihan yang memaksa otot melawan beban yang lazim (Jarver, 2004).

13 13 Kekuatan otot merupakan kemampuan otot untuk berkontraksi ketika menerima beban (Nala, 2007). Pelatihan yang dapat menguatkan otot adalah pelatihan dengan pembebanan yang cukup tanpa menggunakan beban pelatihan kekuatan otot tidak akan bertambah. Dengan pelatihan beban sel otot maka kekuatannya semakin membesar, makin besar sel otot, maka kekuatannya makin besar pula. Kekuatan otot adalah suatu daya tahan otot dalam menahan beban atau menahan kelelahan dalam jarak jangka waktu yang lama (Sanyoto, 2007). Prinsip kenaikan beban yang tetap, teratur dan ajeg. Suatu pelatihan beban makin lama semakin berat merupakan keharusan untuk menguatkan otot-otot sehingga nantinya dapat mencapai prestasi yang maksimal, kenaikan beban itu secara setingkat demi setingkat dengan teratur dan ajeg, peningkatan beban pelatihan harus berpedoman pada cirri-ciri loading : intensitas, volume dan frekuensi. Program pelatihan ditentukan adanya peningkatan baik dalam hal beban, set, repetisi maupun lamanya pelatihan (Nala, 2007 ). Setiap olahragawan tentu ingin mempunyai otot-otot yang kuat dan daya tahan yang tinggi sebab otot yang kuat dan daya tahan yang tinggi merupakan modal untuk melakukan aktivitas jika otot tidak kuat dan daya tahan kurang baik maka akan terjadi suatu kegiatan yang sia-sia (Nurhasan, 2007). Bagi seorang olahragawan yang ingin berprestasi perlu memiliki daya tahan bagaimanapun tingginya keterampilan yang dimiliki oleh seorang

14 14 olahragawan tanpa didukung oleh daya tahan yang baik semuanya itu tidak ada artinya (Nala, 2005 ). Untuk menguatkan otot, haruslah dilatih dengan beban. Tanpa menggunakan beban, kekuatan otot tidak akan bertambah. Dengan berlatih beban seperti ini sel-sel otot akan membesar dan semakin besar sel otot maka kekuatannya pun akan semakin besar, kekuatan otot di dapat dari kontraksi sekelompok atau beberapa kelompok otot. Mengembangkan kekuatan otot berarti salah satu faktor untuk meningkatkan prestasi, karena kekuatan adalah sumber dari perubahan (Sudarso, 2007). 2.2 Pelaksanaan Pelatihan Pelatihan adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan secara sistematis terus menerus sehingga menyebabkan terjadinya suatu perubahan (Muhajir, 2004). Pelatihan merupakan sejumlah rangsangan (stimulus) yang dilaksanakan pada jarak waktu tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi (Hasnan, 2006). Pelatihan bermaksud untuk memobilisasi cadangan kesanggupan tubuh dengan jalan memberikan rangsangan gerakan pada organ-organ tubuh sebagai akibat penyelesaian diri / adaptasi dari organ-organ tersebut dengan manifestasinya berupa fungsi yang lebih baik (Manuaba, 2003). Pelaksanaan pelatihan yang dimaksud adalah pelatihan berjalan dengan tangan 5 repetisi 4 set dan 4 repetisi 5 set.

15 15 Pelatihan dijelaskan sebagai pengulangan suatu kegiatan secara terus menerus sehingga menyebabkan terjadinya suatu perubahan (Pinayungan, 2001). Pelatihan adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan secara sistematis terus-menerus sehingga menyebabkan terjadinya suatu perubahan (Purwadarminta, 2005). Pelatihan bermaksud untuk memobilisis cadangan kesanggupan tubuh dengan jalan memberikan rangsangan gerakan pada organ-organ tubuh sebagai akibat penyesuaian diri / adaptasi dari organ-organ tersebut dengan manifestasinya berupa fungsi yang lebih baik (Manuaba, 2009). Pelatihan harus sesuai dengan prosedur pelatihan yaitu : Sebelum melakukan pelatihan inti hendaknya dilakukan (warming up) atau pemanasan yang diikuti dengan pelatihan peregangan (Stretching) yang dilanjutkan dengan pelatihan inti dan diakhiri dengan pelatihan pendinginan (Cooling Down) serta pelatihan peregangan (Stretching) untuk pemulihan kondisi setelah pelatihan yang melelahkan (Sadoso, 2007). Pelatihan pemanasan (Warming Up) bertujuan untuk mengadakan perubahan physiologis dalam tubuh dan menyiapkan organismenya dalam pelatihan menghadapi aktifitas tubuh yang lebih berat, Pelatihan ini juga bertujuan untuk mengurangi ketegangan dan konsentrasi yang timbul dalam latihan atau pertandingan. Pelatihan peregangan (Stretching) bertujuan untuk menjaga unsur kelentukan tetap terjaga dengan baik dengan mencegah terjadinya cedera (Syarifuddin, 2008).

16 16 Berdasarkan pada beberapa pendapat di atas bahwa pelatihan adalah sejumlah rangsangan yang dilakukan dengan teratur sistematis, berulangulang kian hari kian menambah jumlah beban pelatihan. Komponenkomponen harus diperhatikan dalam menyusun program atau takaran pelatihan. Komponen-komponen tersebut meliputi: Frekuensi, Intensitas, dan tipe pelatihan, lama pelatihan Pelatihan Fisik Pelatihan kondisi fisik memegang peranan penting dalam program pelatihan seorang olahragawan yang harus direncanakan secara baik, sistematis dengan tujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan kemampuan fungsional dari sistem tubuh, sehingga dengan demikian memungkinkan seorang olahragawan untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi (Rusli Lautan, 2004). Kalau kondisi fisik dalam keadaan baik maka akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung, peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan ekonomisasi gerak yang lebih baik pada waktu pelatihan pemulihan lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah pelatihan, respon yang cepat dari organisme tubuh bila sewaktu-waktu dibutuhkan (Harsono, 2005). Sebelum menghadapi suatu pertandingan seorang atlet atau olahragawan sudah berada dalam suatu kondisi fisik dan tingkatan fitness

17 17 yang baik untuk menghadapi intensitas kerja dan segala macam stress yang bakal dihadapi (Nala, 2007) Pentingnya Kondisi Fisik Kalau kondisi fisik dalam keadaan baik maka akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung. Peningkatan dalam: kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan ekonomisasi gerak yang lebih baik pada waktu pelatihan, pemulihan lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah pelatihan,respon yang cepat dari organisme tubuh bila sewaktu-waktu dibutuhkan (Harsono, 2005) Macam - Macam Kondisi Fisik Macam-macam kondisi fisik yang perlu dimasukkan ke dalam program pelatihan meliputi : 1) Daya tahan terhadap penyakit dan lingkungan, daya tahan merupakan keadaan atau kondisi tubuh yang mampu untuk bekerja dalam waktu yang lama, tanpa kelelahan yang berlebihan setelah menyelesaikan suatu kegiatan; 2) Kelentukan bergerak seluas-luasnya kelentukan mengacu pada ruang gerak sendi-sendi tubuh bentuk dan tidaknya seseorang ditentukan oleh luas tidaknya gerak sendi-sendinya; 3) Stamina, kecepatan, keseimbangan, koordinasi, daya ledak, waktu reaksi adalah tingkat yang lebih tinggi dari endurance, seseorang olahragawan yang mempunyai stamina kemampuan anaerobik yang tinggi akan dapat bekerja lebih lama sebelum mencapai oxygen debt-nya, juga recovery, lebih cepat (Bompa, 2009).

18 Tujuan Pelatihan Tujuan pelatihan merupakan suatu proses kegiatan yang sistematis dalam waktu yang relatif lama makin meningkatkan potensi individu, yang bertujuan membentuk fungsi fisiologis. Adapun tujuan pelatihan untuk meningkatkan kondisi fisik umum, untuk mengembangkan fisik khusus, yang ditentukan oleh olahragawan tersebut. Untuk menyempurnakan teknik olahraga yang disiplin dan koordinasi gerak untuk mempertahankan kesehatan atlet, mencegah cedera, untuk menjamin dan mengamankan persiapan secara optimal, meningkatkan kepribadian, kemauan yang keras kepercayaan diri, ketekunan semangat dan disiplin, untuk memperkaya pengetahuan, teori dengan memperhatikan dasar fisiologis, psikologi dan gizi (Bompa, 2009) Komponen pelatihan Dengan kebugaran fisik seorang olahragawan dapat melakukan aktivitas fisik dengan efisien dan dalam kemampuan selalu optimal waktu pemulihan lebih cepat yang berarti setelah melaksanakan pelatihan yang berat istirahat sebentar tenaga akan pulih kembali (Kosasih, 2006). Beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk meningkatkan dan memelihara kebugaran fisik Tipe Aktivitas (Macam Pelatihan). Tipe kegiatan pelatihan olahraga yang dipilih untuk meningkatkan dan memelihara kebugaran fisik adalah tipe pelatihan yang mengakibatkan sebagian besar berkelompok otot tubuh dalam jangka waktu yang lama, dan

19 19 dinamis dan metabolismenya mempergunakan udara luar/aerobik (Said, 2006). Dalam penelitian ini tipe penelitian untuk meningkatkan kemampuan menolak peluru adalah pelatihan gerakan berjalan dengan tangan jarak 5 meter Intensitas Pelatihan Intensitas adalah kesungguhan atau berat ringannya suatu aktivitas dilakukan yang sering dinyatakan waktu, beban pengulangan dan denyut jantung. Pelatihan olahraga atau aktivitas fisik yang dilakukan hendaknya intensitas pelatihan sebesar 65-90% dari denyut nadi maksimal (Sadoso, 2004). Pembebanan kerja yang dilaksanakan secara berulang-ulang dapat memperbaiki dan mempertinggi kemampuan fungsi organ terutama tergantung pada perbandingan antara volume dan intensitas kerja, pelatihan kerja dan interval dilaksanakan intensitas pelatihan yaitu : beban awal 50% atau 60% dan tambahan beban setiap minggu menyelesaikan kemampuan tiap individu rata-rata dapat diberikan 10% - 15% dari gerakan gerakan awal (Nala,2003 ) Lama Pelatihan Pada umumnya orang berpedoman bahwa kalau pelatihan lebih sering dan lebih lama dilaksanakan maka hasilnya akan lebih besar. Tetapi harus diingat adanya waktu pemulihan asal dan juga tidak boleh adanya kelebihan

20 20 pelatihan (Over Training). Makin berat intensitas pelatihan maka lama pelatihan semakin pendek sebaliknya makin ringan intensitas pelatihan maka makin lama pelatihan akan makin panjang (Soedrajat, 2002). Lama pelatihan fisik adalah 15 menit sampai 60 menit (Nala, 2005) Frekuensi Pelatihan Frekuensi pelatihan atau kekerapan pelatihan perminggu atau sering pula kekerapan melakukan pelatihan suatu gerakan atau aktivitas di sebut dengan pengulangan (repetision) (Nala, 2002). Frekuensi pelatihan yang baik setidak-tidaknya 3 atau 4 kali seminggu ini sesuai bagi atlet pemula sehingga menghasilkan peningkatan kemampuan otot yang baik serta tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti (Harsono, 2006). Frekuensi pelatihan diusahakan agar tidak ada hari istirahat dua hari berturut-turut (Umar, 2004). Penelitian ini frekuensi pelatihan yang dipergunakan adalah empat (4) kali dalam seminggu Repetisi dan Set Koordinasi merupakan gabungan berbagai gerakan yang dilakukan secara harmonis dengan penguasaan koordinasi yang tinggi maka tubuh akan bekerja secara efisien dan optimal tanpa menguasai koordinasi yang baik sering tenaga banyak keluar secara sia-sia (Nala, 2005). Repetisi dikemukakan adalah ulangan dari pada rangkaian pelatihan (Soekarman, 2007). Repetisi adalah ulangan mendorong, menarik, mengangkat menekan berjalan, berlari, meloncat mempergunakan suatu beban yang dilaksanakan

21 21 secara teratur dan berulang-ulang dalam penelitian ini repetisi yang dipergunakan 5 repetisi dan 4 repetisi. Set juga dijelaskan sebagai suatu rangkaian kegiatan dari suatu repetisi misalnya seorang atlet dapat menarik beban seberat 1 kg sebanyak 8 kali kemudian istirahat ini berarti seorang atlet telah melakukan 8 repetisi dan 1 set (Kosasih, 2009). Set yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah 4 set dan 5 set Tujuan Pelatihan Tujuan pelatihan merupakan suatu proses kegiatan yang sistematis dalam waktu yang relatif lama makin meningkatkan potensi individu yang bertujuan membentuk fungsi fisiologis adapun tujuan pelatihan untuk meningkatkan kondisi fisik umum, untuk mengembangkan fisik khusus yang ditentukan oleh olahragawan tersebut untuk menyempurnakan teknik olahraga yang disiplin dan koordinasi gerak untuk mempertahankan kesehatan mahasiswa, mencegah cedera, untuk menjamin dan mengamankan persiapan secara optimal, meningkatkan kepribadian, kemauan yang keras kepercayaan diri, ketekunan semangat dan disiplin, untuk memperkaya pengetahuan, teori dengan memperhatikan dasar fisiologis, psikologi dan gizi (Bompa, 2000) Prisip-Prinsip Pelatihan Dikemukakan bahwa dalam melaksanakan pelatihan kita harus berpegangan pada prinsip-prinsip yang akan menghasilkan kondisi fisik yang baik (Krempel, 2006). Untuk meningkatkan daya ledak otot tungkai

22 22 hendaknya memperhatihan prinsip-prinsip pelatihan beban, prinsip pelatihan ada beberapa macam (Bompa, 2009) Prinsip Beban Berlebihan (Overload) Pada dasarnya untuk mendapatkan efek pelatihan yang baik, maka organ tubuh harus diberi beban melebihi beban yang dibiasanya diterima dalam aktivitas sehari-hari, beban yang diberikan bersifat individual tetapi pada prinsipnya diberikan beban mendekati beban maksimal dengan melaksanakan prinsip beban berlebihan, maka kelompok-kelompok otot akan berkembang kekuatannya secara efektif (Suherman, 2008) Prinsip Kenaikan Beban yang tetap, teratur dan ajeg Suatu pelatihan beban makin lama semakin berat merupakan keharusan untuk menguatkan otot-otot sehingga nantinya dapat mencapai prestasi yang maksimal, kenaikan beban itu secara setingkat demi setingkat dengan teratur dan ajeg, peningkatan beban pelatihan harus berpedoman pada ciri-ciri loading: intensitas, volume, frekuensi, kenaikan beban yang terlalu cepat akan menyebabkan rusaknya otot bagi orang yang melakukan pelatihan, waktu itu perlu dibuatkan suatu program pelatihan dan berusaha melaksanakan program itu dengan sesungguhnya (Nala, 2003) Prinsip Individual Dalam melaksanakan pelatihan yang efektif maka harus mengetahui tingkatan-tingkatan masing-masing individu agar dapat dilatih secara sistematis dan metode untuk tujuan mencapai prestasi, pada dasarnya setiap

23 23 individu memiliki perbedaan balk dalam kemampuan, potensi, karakteristik maupun psikologi untuk itu faktor individu harus juga diperhatikan sebaiknya-baiknya, oleh karena ini prinsip individu merupakan syarat yang penting dalam suatu pelatihan (Said, 2005). Seluruh konsep pelatihan haruslah disesuaikan dengan keiklasan, setiap individu agar tujuan pelatihan dapat sejauh mungkin dicapai (Husin, 2002) Prinsip Pelatihan Beraturan Pelatihan beban hendaknya diatur sedemikian rupa yang dimulai dari melatih kelompok otot yang besar kemudian baru melatih kelompok otot yang kecil hal ini karena kelompok otot-otot yang kecil lebih cepat lelah. Pada prinsip ini juga menekankan tidak diperbolehkan memberikan pelatihan secara beruntun pada sekelompok otot yang sama karena otot akan mengalami kelelahan dari membutuhkan waktu lama untuk pemulihannya (Harsono, 2008) Prinsip Kekhususan Dalam beberapa hal pelatihan berbeban hendaknya selalu bersifat khusus karena pada dasarnya, setiap cabang olahraga yang ditekuni dan tidak diperkenankan memberi bentuk pelatihan yang gerakannya berlawanan dengan gerakan dari masing-masing cabang olahraga. Didalam melakukan peningkatan kekuatan otot yang perlu diperhatikan adalah tujuan dari peningkatan otot tersebut. Oleh karena itu pelatihan beban merupakan pelatihan ketrampilan gerak khusus sesuai dengan cabang olahraga yang

24 24 diikuti, semakin besar frekuensi pelatihan maka semakin bertambah kekuatan kontraksi otot (Nala, 2002) Prinsip Pulih Asal Hasil yang diperoleh dalam peningkatan kualitas fisik yang diperoleh melalui hasil pelatihan dalam kurun waktu tertentu akan menurun kembali. Oleh karena itu latihan harus berkesinambungan. Suatu pelatihan memiliki peranan yang sangat penting dalam memelihara kondisinya (Gunter, 2004) Prinsip Beban Harus Sepanjang Tahun Tanpa Diselingi Mengingat penyusunan kualitas gerak terhadap beban tersebut bersifat gagah dan sementara maka untuk mencapai prestasi maksimal, merupakan suatu keharusan bahwa beban pelatihan yang diberikan sepanjang tahun secara teratur dan kontinyu. Penyesuaian mahasiswa yang mempunyai prestasi akan menurun bagi prestasinya. Apabila beban pelatihan selalu ringan tanpa adanya penambahan (Bernhard, 2004) Prinsip Interval Pada prinsip ini sangat penting dalam rencana suatu pelatihan yang bersifat harian, mingguan, bulanan dan tahunan yang berguna untuk ketahanan jasmani dan rohani seseorang dalam menjalankan pelatihan. Juga merupakan irama jalannya suatu pelatihan yang pelaksanaannya dalam penelitian program mingguan (Nala, 2003) Prinsip Beban Gawat atau Prinsip Stress

25 25 Beban pelatihan harus dapat menimbulkan kelelahan lokal maupun kelelahan total dari jasmani seseorang olahragawan, kelelahan lokal itu disebabkan oleh beban yang diberikan dengan waktu tetap dan intenstas maksimal yang mengakibatkan kelelahan fungsi sistem otot (Sadoso, 2007) Prinsip Nutrisi Prinsip nutrisi sangat penting bagi tubuh seseorang untuk meningkatkan prestasi serta menjaga kondisi fisik agar tetap prima keseimbangan kebutuhan zat makanan dengan pengeluaran tenaga akan dapat mencegah terjadinya kerusakan dan over training (Harsono, 2008) Makna Pelatihan Semua pendekatan yang berhasil untuk suatu pelatihan kekuatan hanya mempunyai satu faktor kunci yang berlaku secara umum pendekatan yang memberi beban lebih secara nyata pada kelompok otot aktif, kekuatan akan mencapai hasil mana kala suatu otot secara berulang-ulang dirangsang untuk menghasilkan suatu tingkat tenaga yang melebihi tenaga biasa yang merangsang otot tersebut (Nala, 2006) Takaran Pelatihan Kekuatan Otot Lengan Sebuah program pelatihan akan membuahkan hasil yang baik, bila disusun berdasarkan atas pengembangan kemampuan fisiologis khusus yang dibutuhkan dalam penampilkan suatu cabang olahraga dengan takaran yang tepat, tekaran dalam dunia olahraga dipergunakan sebagai suatu ukuran untuk menentukan kuantitas dan kualitas yang menjadi bagian dari metodologi

26 26 pelatihan oleh karena itu sangat penting peranannya dalam meningkatkan dan mengbembangkan fisik olahragawan terutama kemampuan komponen biomotorik secara tepat dan efisien (Husin, 2010). Suatu takaran pelatihan akan mencapai sasaran atau tujuan jika dalam porogram pelatihan sudah mencakup: 1). jenis atau tipe pelatihan yang dipilih; 2).unsur intensitas (persentase beban dan kecepatan); 3). Volume (durasi, jarak dan jumlah repetisi); 4). Intensitas (kekerapan, prekuensi) pelatihan (Soekarman, 2003). 2.3 Berjalan Dengan Tangan Pelatihan berjalan dengan tangan adalah suatu olahraga yang sering dipergunakan dalam pelatihan fisik. Berjalan dengan tangan adalah suatu rangkaian gerakan yang memepergunakan berat badan sendiri sebagai beban pelatihan yang mana pada pelatihan ini semua sampel dari kedua belah pihak pada observasi awal mempunyai tinggi dan berat badan yang relatif sama sehingga mempermudah dalam melakukan gerak berjalan dengan tangan, kedua sampel yang berpasangan harus mempunyai kerja sama yang baik sehingga tujuan dari pelatihan ini yaitu adanya perubahan pada kekuatan otot lengan, daya tahan otot, kelentukan keseimbangan tubuh serta koordinasi otot lengan dapat dicapai dengan baik sehingga berpengaruh pula pada kemampuan menolak peluru yang sejauh-jauhnya (Nugroho, 2010).

27 Pengaruh Berjalan Dengan Tangan Pengaruh yang ditimbulkan dengan adanya gerakan berjalan dengan tangan antaara lain : 1) Kekuatan; 2) daya tahan; 3) fleksibilitas; 4) keseimbangan; 5) koordinasi (Santoso, 2011) Kekuatan Dalam buku osteologi umum mengenai tulang dan skletus dijelaskan bahwa sudut yang dibentuk sumbu panjang tulang otot juga mempunyai pengaruh pada kerja otot, kalau besar sudut 90 0 atau otot hampir tegak lurus dengan tulang atau bekerja sangat efektif, tetapi kalau sudut 0 0 atau ototnya hampir terhimpit dengan tulangnya maka otot kurang efektif (Puja, 2008). Pada setiap gerakan sistem pengungkit, jarak pendekatan otot dengan sumber pergerakan mempunyai pengaruh yang besar di mana makin jauh pendekatan otot dari sumber pergerakan gaya diperlukan menjadi makin besar dan gerak yang ditimbulkan makin kecil (Santoso, 2005) Daya Tahan Daya tahan bagi setiap individu sangat penting untuk mendukung aktivitas atau pelatihan yang dilaksanakan daya tahan ada 2 macam. Daya tahan umum meliputi kerja jantung, paru-paru dan pembuluh darah dalam melakukan aktivitas dalam jangka waktu yang lama, daya tahan otot adalah kemampuan otot melakukan gerak secara berulang-ulang dalam waktu yang lama (Nala, 2006) Fleksibilitas

28 28 Kelentukan merupakan persyaratan yang secara otomatis benar-benar diperlukan bagi kelangsungan gerak dalam olahraga, kelentukan membuat sendi-sendi dapat digerakan dengan baik dan sepenuhnya ke segala arah yang diinginkan (Nugroho, 2011) Keseimbangan Keseimbangan diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengontrol posisi tubuh agar tetap seimbang (Nurhasan, 2006). Keseimbangan yang berpengaruh terhadap pelaksanaan gerakan pelatihan gerobak dorong terhadap kemampuan pada saat menolak peluru. Tanpa adanya keseimbangan yang baik tubuh akan tidak dapat dikontrol dan jatuh kekiri dan kekanan sehingga dapat merugikan seorang penolak peluru (Jarver, 2008) Koordinasi Koordinasi merupakan gabungan berbagai gerakan yang dilakukan secara harmonis dengan penguasaan koordinasi yang tinggi maka tubuh akan bekerja secara efisien dan optimal tanpa menguasai koordinasi yang baik sering tenaga banyak keluar secara sia-sia (Nala, 2006). 2.4 Sepuluh Komponen Biomotorik Yang diperlukan Dalam Pelatihan Sepuluh Komponen Bio Motorik (Kebugaran Fisik) yang berpengaruh terhadap prestasi meliputi:

29 Daya Tahan Setiap olahragawan atau atlet tentu ingin mempunyai otot-otot yang kuat dengan daya tahan yang tinggi sebab otot yang kuat dengan daya tahan yang tinggi merupakan modal untuk melakukan aktivitas. Jika otot tidak kuat dan daya tahannya kurang baik maka akan terjadi suatu kegiatan yang sia-sia. Bagi seorang olahragawan atau etlet yang ingin berprestasi perlu memiliki daya tahan yang tinggi. Bagaimanapun tingginya ketrampilan yang dimiliki oleh seorang olahragawan atau atlet tanpa didukung oleh daya tahan yang baik semuanya itu tidak ada artinya (Nala, 2008) Kekuatan Kekuatan otot adalah kemampuan otot membangkitkan tenaga terhadap suatu tahanan (Harsono, 2002). Kekuatan otot-otot melukiskan kontraksi maksimal yang dapat dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot dan kemampuan otot-otot yang dimulai pada umumnya adalah otot-otot tangan, lengan, bahu, dada, perut, tungkai kaki dan punggung, kekuatan otot tangan dan lengan penting untuk memegang, mengangkat, mengayun, menarik, melempar, mendorong, menolak, dan mendorong (Jarver, 2006). Pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set merupakan bentuk pelatihan untuk meningkatkan kontraksi, dengan adanya repetisi lebih banyak maka semakin besar kontraksi otot yang terjadi akan berpengaruh pula pada kekuatan otot (Nala, 2007).

30 30 Pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 4 repetisi dan 5 set, juga merupakan bentuk pelatihan meningkatkan otot, namun yang terjadi jumlah repetisi yang dimiliki lebih kecil dari setnya sehingga mempengaruhi kontraksi otot dan kekutan meningkat secara lambat Kelentukan Kelentukan merupakan Persyaratan yang secara otomatis benar-benar diperlukan bagi kelangsungan gerak dalam olahraga, kelentukan membuat sendi-sendi dapat digerakan dengan baik dan sepenuhnya ke segala arah yang diinginkan. Perkembangan kebutuhan tergantung kepada keadaan perseorangan kelentukan yang baik pada umumnya dicapai bila semua sendi tubuh menunjukan kemampuan dapat bergerak dengan lancar sesuai dengan fungsinya (Sumarjono, 2002) Kecepatan Kecepatan adalah kemampuan untuk melangkah dari satu tempat ke tempat lainnya dalam waktu sesingkat mungkin (Kanca, 2008). Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenisnya secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (Harsono, 2006) Keseimbangan Keseimbangan diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengontrol alat-alat tubuhnya bersifat neuromuskular (Nurhasan, 2008). Keseimbangan dikemukakan sebagai kemampuan statis atau mengontrol

31 31 sistem neuro musluilon dalam kondisi statis maupun dinamis (Harsono, 2005) Daya Ledak Daya ledak adalah kemampuan seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimal yang digerakkan dalam waktu yang sependek-pendeknya (Sajoto, 2003). Daya ledak juga dinyatakan kemampuan otot untuk mempergunakan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat (Harsono, 2008 ) Kecepatan Reaksi Kecepatan reaksi juga diartikan kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya dalam menanggapi rangsangan yang ditimbulkan lewat indera, syaraf atau perasaan (feeling) lainnya (Sajoto, 2003). Kecepatan reaksi adalah kemampuan tubuh untuk memberikan jawaban secepatnya secara kinetis terhadap suatu rangsangan (Sumosarjono, 2007) Ketepatan Ketepatan adalah suatu proses upaya seseorang untuk mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran. Ketepatan adalah kemampuan tubuh untuk menempatkan meletakkan suatu benda dengan efektif, efisiensi sesuai dengan kehendak dan mengurangi kesalahan sekecil mungkin (Syarifuddin,2003). Ketepatan dikemukakan oleh sumosarjono adalah kemampuan tubuh untuk menempatkan meletakkan suatu benda dengan

32 32 efektif, efisiensi sesuai dengan kehendak dan mengurangi kesalahan sekecil mungkin (Sumosarjono, 2007) Kelincahan Kelincahan merupakan kemampuan seseorang mengubah posisi di area tertentu atau seseorang yang mampu mengubah satu posisi yang berbeda dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi yang baik (Samsudin, 2005). Untuk mengukur kelincahan seseorang dilakukan dengan berlari sigsag atau belakbelok maupun bolak-balik melewati beberapa rintangan Koordinasi Koordinasi merupakan gabungan berbagai gerakan yang dilakukan secara harmonis dengan penguasaan koordinasi yang tinggi maka tubuh akan bekerja secara efisien dan optimal tanpa menguasai koordinasi yang baik sering tenaga banyak keluar secara sia-sia (Nala, 2008). Sedangkan kontraksi dan relaksasi otot berjalan secara mulus bila telah terjadi koordinasi yang tinggi keseimbangan tidak terganggu sasaran yang diinginkan tepat terjangkau, tidak cepat lelah dan mengurangi kemungkinan cidera (Sumosarjono, 2005).

33 33 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Berpikir Berjalan dengan tangan jarak 5 meter adalah suatu pelatihan kekuatan otot lengan menggunakan berat badan sebagai beban pelatihan yang pelaksanaannya posisi badan telungkup kedua lengan sebagai tumpuan berat badan, telapak tangan terbuka menyentuh tanah, kedua kaki diangkat ke atas setinggi 60 cm dipegang oleh teman, gerakan maju ke depan menempuh jarak 5 meter, gerakan ini dilakukan secara berulang-ulang sesuai dengan 5 repetisi dan 4 set. Berjalan dengan tangan jarak 5 meter yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu rangkaian gerakan yang mempergunakan berat badan sendiri sebagai beban pelatihan yang mana pada pelatihan ini semua sampel dari kedua belah pihak pada observasi awal mempunyai tinggi dan berat badan, panjang lengan, dan tingkat umur yang relatif sama sehingga mempermudah dalam melakukan gerakan berjalan dengan tangan jarak 5 meter, kedua sampel yang berpasangan harus mempunyai kerja sama yang baik sehingga tujuan dari pelatihan ini yaitu adanya perubahan pada kekuatan otot lengan, dapat dicapai dengan baik. Pelatihan dalam penelitian ini adalah pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set lebih meningkatkan kekuatan otot lengan dari 33

34 34 pada 4 repetisi 5 set, hal ini menunjukkan pada pelatihan yang memiliki repetisi lebih besar atau banyak cendrung meningkatkan 1. kekuatan otot (Streng), 2. Kelentukan (Plesibilitas), 3. Keseimbangan (Balance), 4. Koordinasi (Koordination), 5. Tenaga Otot (Power), 6. Kelincahan (Agality), jika dibandingkan dengan pelatihan yang memiliki repetisi yang lebih kecil atau sedikit dan set yang besar atau banyak. Pelatihan yang dilaksanakan secara terprogram akan berpengaruh pada kekuatan otot lengan, kelentukan persendian, keseimbangan dan koordinasi, program pelatihan harus dilaksanakan secara sistematis (terprogram, berkelanjutan). Sebelum memilih tipe pelatihan yang akan digunakan perlu ditentukan terlebih dahulu komponen biomotorik mana yang dominan pada cabang olahraaga yang dilatih. Kekuatan otot melukiskan kontraksi maksimal yang dapat dihasilkan oleh otot, sekelompok otot, kemampuan otot-otot yang dimulai pada umumnya adalah otot-otot tangan, tungkai, kaki, bahu, dada, perut, dan punggung, kekuatan otot tangan dan tungkai kaki penting untuk memegang, mengangkat, mengayun, menarik, melempar, menolak, dan mendorong. Dengan adanya pelatihan berjalan dengan tangan yang dilakukan dengan repetisi dan set akan berpengaruh terhadap kekuatan otot lengan sangat diperlukan dalam kemampuan menolak yang sejauh-jauhnya.

35 Kerangka Konsep Berdasarkan permasalahan dan tinjauan pushtaka yang telah diuraikan di atas, kerangka konsep dapat dibuat sebagai berikut: Faktor Pelatihan BERJALAN DENGAN TANGAN JARAK 5 METER Kelompok I Berjalan Dengan Tangan Jarak 5 Meter 5 Repetisi 4 Set Kelompok II Berjalan Dengan Tangan Jarak 5 Meter 4 repetisi 5 Set Komponen Biomotorik 1. Kekuatan (Strengh) 2. Kelentukan (Flesibilitas) 3. Keseimbangan(Balance) 4. Koordinasi(Coordination) 5. Tenaga Otot (Power) 6. Kelincahan (Agality) Faktor Internal Siswa putra Umur Berat badan Tinggi badan Panjang lengan Panjang tungkai Psikologis Faktor Eksternal Suhu Gizi Kelembaban Udara Komponen Biomotorik 1. Daya Tahan (Endurance) 2. Kelincahan (Agality) 3. Keseimbangan(Balance) 4. Koordinasi(Coordination) 5. Kekuatan (Strengh) 6. kelentukan (Flesibility) PENINGKATAN KEKUATAN OTOT LENGAN Gambar 3.1 Konsep Penelitian

36 Hipotesis Penelitian Sebagai pegangan dalam penelitian ini dipergunakan hipotesis alternatif yang berbunyi sebagai berikut: 1) Pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set dapat meningkatkan kekuatan otot lengan pada siswa putra kelas VII SMP Negeri 9 Denpasar. 2) Pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 4 repetisi 5 set dapat meningkatkan kekuatan otot lengan pada siswa putra kelas VII SMP Negeri 9 Denpasar. 3). Pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set lebih meningkatkan kekuatan otot lengan dari pada 4 repetisi 5 set pada siswa putra kelas VII SMP Negeri 9 Denpasar.

37 37 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksprimental dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah randomized Pre and Post Test Control Group Design (Pocock, 2008). Masing-masing kelompok terdiri dari 14 orang. Semua kelompok diberi tes awal, kemudian diberikan perlakuan empat kali seminggu selama enam minggu selanjutnya masing-masing perlakuan diobservasi O1 KP1 O2 R R.A P S O3 KP2 O4 Gambar 4.1 Rancangan Penelitian Keterangan P : Populasi R : Random S : Sampel RA : Random Alokasi 37

38 38 KP-1 : Kelompok Perlakuan 1 (pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set) KP-2 : Kelompok perlakuan 2 (pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 4 repetisi 5 set) O1 : Pengukuran data awal pada kelompok perlakuan 1 (kekuatan otot lengan sebelum pelatihan pada perlakuan 1). O2. : Pengukuran data akhir pada kelompok perlakuan1 (kekuatan otot lengan setelah pelatihan pada kelompok 1). O3 : Pengukuran data awal pada kelompok perlakuan 2 (kekuatan otot lengan sebelum pelatihan pada kelompok 2). O4 : Pengukuran data akhir pada kelompok perlakuan 2 (kekuatan otot lengan sesudah pelatihan pada kelompok 2). 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 9 Denpasar yang terletak di jalan By Pass Ngurah Rai Sanur Kecamatan Denpasar Selatan Waktu Penelitian Penelitian ini berlangsung selama 6 minggu (satu setengah bulan) yang dimulai dari bulan April sampai dengan bulan Juni 2014 pelatihan dilakukan 4 kali seminggu (Selasa, Kamis Jumat Minggu).

39 Populasi Dan Sampel Penelitian Populasi Penelitian Populasi ada dua macam yaitu populasi target dan populasi terjangkau. Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP yang ada di Denpasar Selatan. Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah semua siswa putra kelas VII SMP Negeri 9 Denpasar selatan Kriteria Inklusi Yang dimasukkan sebagai sampel penelitian dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut : a). Usia tahun b). Tinggi badan c). Berat badan kg. d). Berbadan sehat. e). Bersedia mengikuti pelatihan Kriteria Eksklusi Kreteria eksklusi yang dipergunakan sebagai dasar untuk menetapkan bahwa subjek dalam populasi tidak dapat menjadi sampel penelitian adalah sebagai berikut: a. Memiliki riwayat penyakit paru b. Memiliki riwayat penyakit jantung Kedua kreteria eksklusi ditentukan dan diperkuat dengan surat keterangan dokter.

40 Kriteria Drop Out Kreteria yang dipergunakan sebagai dasar untuk membatalkan subjek dalam populasi yang terpilih sebagai sampel penelitian adalah sebagai berikut. a. Subjek tidak dapat menyelesaikan beban pelatihan yang diberikan. b. Subjek mengalami cedera selama penelitian yang dilakukan Sampel Penelitian Besarnya sampel yang dipergunakan dalam penelitian ini berdasarkan asumsi yang diperoleh dari penelitian pendahuluan terhadap sepuluh orang siswa. Berdasarkan hasil tes terhadap sepuluh orang siswa tersebut didapatkan rata-rata 6 kg. Harapan peningkatan kekuatan otot lengan, setelah pelatihan sebesar 20 % (Nossek, 2002). Data yang diperoleh dimasukkan ke dalam rumus (Pocock, 2008) sebagai berikut: 2 2 n = 2 ( - ) 2 1 x f (α,β) Keterangan n = besar sampel α = 0,05 β = 0,1 μ 1 = Rerata sebelum pelatihan μ 2 = Rerata sesudah pelatihan f (α,β) = Nilai yang ada pada tabel δ = 0,86 (nilai standar diviasi) 2 2 n = 2 ( - ) 2 1 x f (α,β)

41 (0,86) (14,4-12,1) = 2 x 10,5 2.0,7396 = 2 x 10,5 (2,3) = 1,4792 x 10,5 5,29 = 0,2796 x 10,5 = 2,796 dibulatkan menjadi 2,8 x 10 orang = 28 Orang Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut di atas maka diperoleh nilai n = 27,96 dibulatkan menjadi 28 untuk menjaga sampel yang gagal atau drop out maka ditambah lagi 20 % dari sampel yang diperoleh maka menjadi 28 orang (dibulatkan ke atas) orang pada satu kelompok. Jadi sampel seluruhnya adalah 14 x 2 kelompok 28 orang Teknik Penentuan Sampel Penentuan sampel dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Dari populasi siswa kelas VII SMP Negeri 9 Denpasar, berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set dan pada 4 repetisi 5 set diadakan pemilihan sejumlah sampel berdasarkan kriteria inklusi. b. Subjek dibagai menjadi dua kelompok secara random sampling. c. Selanjutnya dilakukan pengundian untuk memperoleh nomor urut 1 sampai 14 untuk masing-masing kelompok.

42 42 d. Banyaknya sampel yang sudah ada dipilih lagi berdasarkan kriteria eksklusi. e. Dari banyaknya sampel yang sudah ada (memenuhi syarat) dipilih secara acak sederhana untuk mendapatkan banyaknya sampel sesuai dengan hasil perhitungan dengan rumus Pocock. f. Dari banyaknya sampel yang dipilih selanjutnya dialokasikan menjadi dua kelompok dengan cara acak sederhana. 4.4 Variabel Penelitian Variabel Bebas Dalam penelitian ini yang dimaksud variabel bebas yaitu 1. Pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set 2. Pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 4 repetisi 5 set Variabel terikat Variabel terikat adalah kekuatan otot lengan 4.5 Definisi Operasional Variabel 1. Pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter adalah suatu pelatihan kekuatan otot lengan menggunakan berat badan sebagai beban pelatihan yang pelaksanaannya posisi badan telungkup kedua lengan sebagai tumpuan berat badan, telapak tangan terbuka menyentuh tanah, kedua kaki diangkat ke atas setinggi 60 cm dipegang oleh teman, gerakan maju ke

BAB I PENDAHULUAN. prestasi dan juga sebagai alat pendidikan. Olahraga memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. prestasi dan juga sebagai alat pendidikan. Olahraga memiliki peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan aktivitas fisik yang besar manfaatnya bagi manusia. Olahraga dapat berfungsi sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan, untuk prestasi dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola

BAB II KAJIAN PUSTAKA Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola 2.1.1. Pengertian Passing Yang dimaksud dengan passing adalah mengoper bola dengan menggunakan kaki yang sebenarnya.pada permainan

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 2: , Agustus 2016

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 2: , Agustus 2016 PENGARUH PELATIHAN LADDER DRILL 8 REPETISI 3 SET TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN LARI I Putu Eri Kresnayadi, S.Pd., M.Pd. Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan IKIP PGRI Bali Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

2016 PENGARUH LATIHAN POWER LENGAN MENGGUNAKAN MODEL LATIHAN PULL OVERPASS DAN PULL OVER TERHADAP HASIL LEMPARAN PADA ATLET LEMPAR LEMBING JAWA BARAT

2016 PENGARUH LATIHAN POWER LENGAN MENGGUNAKAN MODEL LATIHAN PULL OVERPASS DAN PULL OVER TERHADAP HASIL LEMPARAN PADA ATLET LEMPAR LEMBING JAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lempar lembing merupakan salah satu nomor lempar dan nomor yang diperlombakan dalam cabang atletik. Peraturan-peraturan umum perlombaan lempar lembing 1) lembing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan sepak bola adalah permainan bola besar yang dimainkan oleh dua tim dengan masing-masing beranggotakan sebelas orang. Sepak bola merupakan olahraga paling populer

Lebih terperinci

KEBUGARAN JASMANI DAN LATIHAN KEBUGARAN JASMANI

KEBUGARAN JASMANI DAN LATIHAN KEBUGARAN JASMANI I. Hakikat Latihan Kebugaran Jasmani II. KEBUGARAN JASMANI DAN LATIHAN KEBUGARAN JASMANI Latihan kondisi fisik (physical conditioning) memegang peranan yang sangat penting untuk mempertahankan atau meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin ketatnya tingkat kompetisi antar individu, kelompok, masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kegiatan manusia sehari-hari seperti jalan, lari, lompat, dan lempar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kegiatan manusia sehari-hari seperti jalan, lari, lompat, dan lempar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor pendukung kehidupan manusia yang sehat dan berkualitas adalah melalui olahraga. Hal ini disebabkan karena kondisi jasmani dan rohani yang kuat akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demi menghadapi perkembangan jaman dan teknologi yang semakin pesat sudah semestinya manusia menyadari arti penting hidup sehat. Hidup sehat dapat tercapai melalui berbagai

Lebih terperinci

EVALUASI UNSUR FISIK PADA ATLET BOLA VOLI

EVALUASI UNSUR FISIK PADA ATLET BOLA VOLI EVALUASI UNSUR FISIK PADA ATLET BOLA VOLI Hendra Saputra,Program Studi Pendidikan Jasmani,Kesehatan Dan Rekreasi Universitas Jabal Ghafur Sigli Aceh Email:hendrasaputra882@gmail.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN NAIK TURUN BANGKU TERHADAP JAUH LOMPATAN PADA OLAHRAGA ATLETIK NOMOR LOMPAT JAUH SISWA KELAS X SMK PGRI WLINGI KAB.

PENGARUH LATIHAN NAIK TURUN BANGKU TERHADAP JAUH LOMPATAN PADA OLAHRAGA ATLETIK NOMOR LOMPAT JAUH SISWA KELAS X SMK PGRI WLINGI KAB. PENGARUH LATIHAN NAIK TURUN BANGKU TERHADAP JAUH LOMPATAN PADA OLAHRAGA ATLETIK NOMOR LOMPAT JAUH SISWA KELAS X SMK PGRI WLINGI KAB. BLITAR Johan Kalpirtanata Fakultas Ilmu Keolahragaan, Jurusan Ilmu Keolahragaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS. atau ke sisi (Depdikbud, 1995). Sedangkan Takraw berarti bola atau barang

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS. atau ke sisi (Depdikbud, 1995). Sedangkan Takraw berarti bola atau barang 1 BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Permainan Sepak Takraw Sepak takraw berasal dari dua kata yaitu sepak dan takraw. Sepak berarti gerakan menyepak sesuatu

Lebih terperinci

Fitria Dwi Andriyani, M.Or.

Fitria Dwi Andriyani, M.Or. Fitria Dwi Andriyani, M.Or. PRINSIP LATIHAN Prinsip latihan yang dapat dijadikan pedoman dalam melatih kegiatan ekstrakurikuler olahraga di antaranya ialah: prinsip multilateral, individu, adaptasi, beban

Lebih terperinci

KONSEP Latihan kebugaran jasmani

KONSEP Latihan kebugaran jasmani KONSEP Latihan kebugaran jasmani OLEH SUHARJANA FIK UNY1 Pengertian Latihan Latihan merupakan aktivitas olahraga/jasmani yang sistematik, dilakukan dalam waktu lama, ditingkatkan secara progresif dan individual

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hakikat Power Otot Tungkai a. Pengertian Power otot tungkai Power otot tungkai adalah sekelompok otot tungkai dalam berkontraksi dengan beban tertentu. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Olahraga sudah menjadi suatu keperluan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Olahraga juga telah menjadi kebutuhan setiap lapisan masyarakat, baik untuk

Lebih terperinci

PROFIL VO2MAX DAN DENYUT NADI MAKSIMAL PEMAIN DIKLAT PERSIB U-21

PROFIL VO2MAX DAN DENYUT NADI MAKSIMAL PEMAIN DIKLAT PERSIB U-21 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepak bola merupakan olahraga yang dikenal sejak ribuan tahun yang lalu dengan beberapa aturan permainan yang cukup menarik dan mudah diterima oleh kalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh Latihan ladder drill Terhadap kelincahan dan Power Tungkai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh Latihan ladder drill Terhadap kelincahan dan Power Tungkai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga futsal merupakan olahraga permainan yang sekarang sudah berkembang pesat, karena futsal diminati oleh seluruh kalangan masyarakat baik anak-anak, remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian Heri Muhammad Saefullah, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian Heri Muhammad Saefullah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penelitian Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang tertua didunia, karena gerak dasar yang terdapat didalamnya sudah dilakukan sejak jaman peradaban manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga sangat digemari oleh masyarakat mulai anak sampai orang dewasa, karena

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga sangat digemari oleh masyarakat mulai anak sampai orang dewasa, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Olahraga sangat digemari oleh masyarakat mulai anak sampai orang dewasa, karena olahraga mempunyai beberapa tujuan seperti untuk pendidikan, rekreasi, kebugaran

Lebih terperinci

Luh Putu Tuti Ariani. Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha

Luh Putu Tuti Ariani. Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha PENGARUH PELATIHAN MENARIK KATROL BEBAN 5 KG DUABELAS REPETISI TIGA SET DAN SEMBILN REPETISI EMPAT SET TERHADAP PENINGKATAN DAYA LEDAK OTOT LENGAN SISWA SMK-1 DENPASAR Luh Putu Tuti Ariani Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepak bola merupakan cabang olahraga yang sudah memasyarakat, baik sebagai hiburan, mulai dari latihan peningkatan kondisi tubuh atau sebagai prestasi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis,

BAB I PENDAHULUAN. kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan alami manusia. Berlari adalah bagian yang tak terpisahkan

Lebih terperinci

2015 PENGARUH LATIHAN SQUAT D AN LATIHAN PNF TERHAD AP HASIL SMASH KED ENG PAD A PERMAINAN SEPAKTAKRAW

2015 PENGARUH LATIHAN SQUAT D AN LATIHAN PNF TERHAD AP HASIL SMASH KED ENG PAD A PERMAINAN SEPAKTAKRAW BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk meningkatkan prestasi dalam bidang olahraga, proses latihan seyogyanya berpedoman pada teori dan prinsip-prinsip serta norma-norma latihan yang benar, sehingga

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. penelitian Randomized Pre and Post Test Control Group Design (Pocock, 2008).

BAB IV METODE PENELITIAN. penelitian Randomized Pre and Post Test Control Group Design (Pocock, 2008). BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian Randomized Pre and Post Test Control Group Design (Pocock, 2008). Masing-masing

Lebih terperinci

METODE MELATIH FISIK SEPAKBOLA. Subagyo Irianto

METODE MELATIH FISIK SEPAKBOLA. Subagyo Irianto METODE MELATIH FISIK SEPAKBOLA Subagyo Irianto A. PRINSIP-PRINSIP LATIHAN Prinsip-prinsip latihan memiliki peranan penting dalam aspek fisiologis dan psikologis olahragawan. Oleh karena akan mendukung

Lebih terperinci

AKTIVITAS PENGEMBANGAN DAN KESEHATAN

AKTIVITAS PENGEMBANGAN DAN KESEHATAN AKTIVITAS PENGEMBANGAN DAN KESEHATAN HAKEKAT KESEHATAN Acuan Sehat Rumusan Organisasi Kesehatan Dunia (Sehat Paripurna) : Sejahtera Jasmani, Rohani dan Sosial, bukan hanya bebas dari penyakit, cacat ataupun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesegaran Jasmani 2.1.1 Pengertian Kesegaran jasmani sudah umum dipakai dalam bahasa Indonesia, khususnya dalam bidang keolahragaan. Kesegaran jasmani biasa diucapkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada faktor, kondisi,dan pengaruh-pengaruh dalam menuju sebuah

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada faktor, kondisi,dan pengaruh-pengaruh dalam menuju sebuah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi olahraga merupakan tindakan dilakukan secara menyeluruh yang bergantung kepada faktor, kondisi,dan pengaruh-pengaruh dalam menuju sebuah keberhasilan.

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 1 : Hal , Januari 2017

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 1 : Hal , Januari 2017 PENGUKURAN KOMPONEN BIOMOTORIK MAHASISWA PUTRA SEMESTER V KELAS A FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN IKIP PGRI BALI TAHUN 2017 I Gusti Putu Ngurah Adi Santika, S.Pd., M.Fis. Fakultas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. kepada mahasiswa semester II program studi PJKR dengan eksperimental

BAB IV METODE PENELITIAN. kepada mahasiswa semester II program studi PJKR dengan eksperimental BAB IV METODE PENELITIAN 1.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dikenakan kepada mahasiswa semester II program studi PJKR dengan eksperimental Randomized Pre and Post

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia olahraga yang sifatnya persaingan satu dengan lainnya, termasuk dalam olahraga permainan sepakbola untuk mencapai prestasi dibutuhkan kemampuan kondisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diberikan kepadanya (dari kerja yang dilakukan sehari-hari) tanpa. menimbulkan kelelahan yang berlebihan. ( Muhajir : 2004 )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diberikan kepadanya (dari kerja yang dilakukan sehari-hari) tanpa. menimbulkan kelelahan yang berlebihan. ( Muhajir : 2004 ) 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebugaran Jasmani Kebugaran jasmani adalah kesanggupan dan kemampuan tubuh melakukan penyesuaian (adaptasi) terhadap pembebasan fisik yang diberikan kepadanya (dari kerja yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESES PENELITIAN. dilemparkan lurus ke belakang sehingga tubuh kelihatan lurus seperti sikap tubuh

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESES PENELITIAN. dilemparkan lurus ke belakang sehingga tubuh kelihatan lurus seperti sikap tubuh BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESES PENELITIAN 2.1 Latihan Squat Trust Latihan Squat trust adalah sebuah latihan yang dimulai dengan sikap berdiri tegak, kemudian berjongkok dengan kedua tangan di lantai

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH SURVEI TINGKAT KEBUGARAN JASMANI PADA SISWA PUTRA SMA NEGERI 4 KOTA JAMBI SKRIPSI OLEH THOMI PRADODO A1D408107

ARTIKEL ILMIAH SURVEI TINGKAT KEBUGARAN JASMANI PADA SISWA PUTRA SMA NEGERI 4 KOTA JAMBI SKRIPSI OLEH THOMI PRADODO A1D408107 ARTIKEL ILMIAH SURVEI TINGKAT KEBUGARAN JASMANI PADA SISWA PUTRA SMA NEGERI 4 KOTA JAMBI SKRIPSI OLEH THOMI PRADODO A1D408107 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH ANALISIS TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA SD ISLAM TERPADU NURUL ILMI KOTA JAMBI

ARTIKEL ILMIAH ANALISIS TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA SD ISLAM TERPADU NURUL ILMI KOTA JAMBI ARTIKEL ILMIAH ANALISIS TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA SD ISLAM TERPADU NURUL ILMI KOTA JAMBI SKRIPSI OLEH M. ASRAR RIDHO A1D408116 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

KETAHANAN (ENDURANCE)

KETAHANAN (ENDURANCE) KETAHANAN (ENDURANCE) PENGERTIAN KETAHANAN Ketahanan adalah kemampuan peralatan tubuh seseorang untuk melawan kelelahan selama aktivitas berlangsung. Menurut Sukadiyanto (2002: 40) keuntungan bagi olahragawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan tersebut ada beberapa hal yang dibutuhkan oleh. satu faktor yang penting lainnya adalah faktor fisik.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan tersebut ada beberapa hal yang dibutuhkan oleh. satu faktor yang penting lainnya adalah faktor fisik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap atlet pastilah memiliki tujuan untuk mencapai performa maksimal dalam setiap pertandingan yang diikutinya, sehingga dapat menghasilkan prestasi yang baik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan olahraga pada pagi maupun sore hari, serta banyaknya club

BAB I PENDAHULUAN. melakukan olahraga pada pagi maupun sore hari, serta banyaknya club BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan masyarakat Indonesia untuk melakukan olahraga saat ini cukup mengembirakan buktinya dapat dilihat banyaknya masyarakat melakukan olahraga pada pagi

Lebih terperinci

2015 PENGARUH BENTUK LATIHAN ENVELOPE RUN DAN LATIHAN BOOMERANG RUN DENGAN METODE LATIHAN REPETISI TERHADAP PENINGKATAN KELINCAHAN PEMAIN SEPAK BOLA

2015 PENGARUH BENTUK LATIHAN ENVELOPE RUN DAN LATIHAN BOOMERANG RUN DENGAN METODE LATIHAN REPETISI TERHADAP PENINGKATAN KELINCAHAN PEMAIN SEPAK BOLA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Sebuah prestasi olahraga merupakan suatu hasil yang di latar belakangi oleh beberapa faktor dan salah satu diantaranya adalah proses dan pembinan yang baik

Lebih terperinci

Journal of Sport Sciences and Fitness

Journal of Sport Sciences and Fitness JSSF 3 (1) (214) Journal of Sport Sciences and Fitness http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jssf PROFIL KONDISI FISIK SISWA EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET PUTRA SMA N 2 UNGARAN TAHUN 212 Hari Agung Wiwoho

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan berkesinambungan, meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara sebagai upaya untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini terbukti dari pertandingan dan perlombaan yang telah di ikuti belum

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini terbukti dari pertandingan dan perlombaan yang telah di ikuti belum 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pembinaan olahraga di Indonesia saat ini belum maksimal. Hal ini terbukti dari pertandingan dan perlombaan yang telah di ikuti belum menunjukan hasil yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memerlukan kekuatan, daya tahan dan fleksibilitas. Menurut Irianto (2004: 2),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memerlukan kekuatan, daya tahan dan fleksibilitas. Menurut Irianto (2004: 2), BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebugaran Jasmani Lutan (2001:7), mengatakan bahwa kebugaran jasmani (yang terkait dengan kesehatan) adalah kemampuan seseorang untuk melakukan tugas fisik yang memerlukan

Lebih terperinci

BAHAN AJAR. : Pengelolaan Ekskul Olahraga Sekolah Kode Mata Kuliah : POR 309. Materi : Latihan

BAHAN AJAR. : Pengelolaan Ekskul Olahraga Sekolah Kode Mata Kuliah : POR 309. Materi : Latihan BAHAN AJAR Mata Kuliah : Pengelolaan Ekskul Olahraga Sekolah Kode Mata Kuliah : POR 309 Materi : Latihan A. Prinsip-prinsip latihan 1. Prinsip-prinsip latihan memiliki peranan penting dalam aspek fisiologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses untuk meningkatkan martabat manusia yang memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif, psikomotor) berkembang secara optimal. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gabungan dari jalan, lari dan lompat serta unsur kekuatan, kecepatan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gabungan dari jalan, lari dan lompat serta unsur kekuatan, kecepatan, BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Permainan Bolabasket Bolabasket merupakan permainan yang gerakannya kompleks yaitu gabungan dari jalan, lari dan lompat serta unsur kekuatan, kecepatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga merupakan aktivitas yang dilakukan untuk melatih tubuh seseorang, yang tidak hanya berupa olahraga jasmani tetapi juga rohani. Baik olahraga jasmani maupun

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Randomized Pre and Post Test Group design (Pocock, 2008). Rancangan ini

BAB IV METODE PENELITIAN. Randomized Pre and Post Test Group design (Pocock, 2008). Rancangan ini BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan The Randomized Pre and Post Test Group design (Pocock, 2008). Rancangan ini memiliki skema

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. unsur yang berpengaruh terhadap semua jenis olahraga. Untuk itu perlu

I. PENDAHULUAN. unsur yang berpengaruh terhadap semua jenis olahraga. Untuk itu perlu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang perlu mendapat perhatian, pembinaan, dan pengembangan serta peningkatan prestasi. Peningkatan ini perlu, karena atletik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. para atlet sepak bola yang berkualitas. Namun masih banyak yang harus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. para atlet sepak bola yang berkualitas. Namun masih banyak yang harus dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sepakbola merupakan olahraga yang sangat populer di dunia. Beberapa tahun terakhir, Sekolah Sepak Bola (SSB) banyak berdiri di Indonesia. Mulai dari SSB yang profesional

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. baik (Djumidar A. Widya, 2004: 65). kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya.

BAB II KAJIAN TEORI. baik (Djumidar A. Widya, 2004: 65). kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya. BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Lompat Jauh Gaya Jongkok a. Pengertian Lompat Jauh Lompat adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari suatu titik ke titik yang lain yang lebih jauh atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani,

Lebih terperinci

P E N G E M B A N G A N E K T R A K U R I K U L E R O L A H R A G A S E K O L A H H E D I A R D I Y A N T O H E R M A W A N

P E N G E M B A N G A N E K T R A K U R I K U L E R O L A H R A G A S E K O L A H H E D I A R D I Y A N T O H E R M A W A N P E N G E M B A N G A N E K T R A K U R I K U L E R O L A H R A G A S E K O L A H H E D I A R D I Y A N T O H E R M A W A N Dasar-Dasar Melatih dalam Olahraga Latihan adalah proses yang sistematis dari

Lebih terperinci

Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI)

Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI) Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI) Pengertian Tes Kebugaran Jasmani Tes kebugaran jasmani adalah suatu instrument yang digunakan untuk mendapatkan suatu informasi tentang individu atau objek-objek.

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEKUATAN MAKSIMAL OTOT TUNGKAI DAN FREKUENSI LANGKAH (CADENCE) TERHADAP KECEPATAN SPRINT

HUBUNGAN KEKUATAN MAKSIMAL OTOT TUNGKAI DAN FREKUENSI LANGKAH (CADENCE) TERHADAP KECEPATAN SPRINT 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini pendekatan ilmiah sangat diperlukan untuk memecahkan berbagai masalah di berbagai bidang, termasuk bidang olahraga. Untuk meningkatkan olahraga diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Atletik dalam perkembangan di zaman modern ini semakin dapat diterima

BAB I PENDAHULUAN. Atletik dalam perkembangan di zaman modern ini semakin dapat diterima 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atletik dalam perkembangan di zaman modern ini semakin dapat diterima dan dapat digemari masyarakat, gejala ini terjadi karena atletik merupakan olahraga yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Olahraga yang sangat membudaya dari zaman kuno sampai ke zaman modern sekarang ini, baik di Indonesia maupun dunia internasional mulai dari wanita atau laki-laki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai prestasi yang maksimal, banyak. Harsono (2000:4) mengemukakan bahwa: Apabila kondisi fisik atlet dalam

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai prestasi yang maksimal, banyak. Harsono (2000:4) mengemukakan bahwa: Apabila kondisi fisik atlet dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk mencapai prestasi yang maksimal, banyak faktor yang mempengaruhi, salah satunya adalah kemampuan atau kondisi fisik. Menurut Harsono (2000:4) mengemukakan

Lebih terperinci

Yan Indra Siregar. Abstrak

Yan Indra Siregar. Abstrak 120 PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN SLIDE JUMP SPRINT DENGAN LATIHAN DEPTH JUMP WITH LATERAL MOVEMENT TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI DAN HASIL LARI 100 METER PADA MAHASISWA PKO STAMBUK 2014 TAHUN 2016

Lebih terperinci

ANAK AGUNG GEDE ANOM NIM:

ANAK AGUNG GEDE ANOM NIM: TESIS PELATIHAN BERJALAN DENGAN TANGAN JARAK 5 METER 5 REPETISI 4 SET LEBIH MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT LENGAN DARI PADA 4 REPETISI 5 SET PADA SISWA PUTRA KELAS VII SMP NEGERI 9 DENPASAR ANAK AGUNG GEDE

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI Denpasar untuk kelompok I dan kelompok II. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin ketatnya tingkat kompetisi antar individu, kelompok, masyarakat

Lebih terperinci

KEKUATAN PENGERTIAN KEKUATAN

KEKUATAN PENGERTIAN KEKUATAN KEKUATAN PENGERTIAN KEKUATAN Kekuatan merupakan komponen biomotor yang penting dan sangat diperlukan untuk meningkatkan daya tahan otot dalam mengatasi beban selama berlangsungnya aktivitas olahraga. Secara

Lebih terperinci

2015 DAMPAK PENERAPAN POLA LATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KONDISI FISIK PEMAIN SEPAKBOLA

2015 DAMPAK PENERAPAN POLA LATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KONDISI FISIK PEMAIN SEPAKBOLA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sepakbola merupakan cabang olahraga yang sudah memasyarakat di seluruh dunia. Di Indonesia, sepakbola bukan hanya dipandang sebagai salah satu cabang olahraga,

Lebih terperinci

TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA

TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA Konsep Dasar Latihan Suatu proses yang sistematis dari program aktivitas gerak jasmani yang dilakukan dalam waktu relatif lama dan berulang-ulang, ditingkatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menendang bola merupakan suatu usaha untuk memindahkan bola dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menendang bola merupakan suatu usaha untuk memindahkan bola dari II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hakekat Menendang Menendang bola merupakan suatu usaha untuk memindahkan bola dari suatu tempat ke tempat lain yang menggunakan kaki atau bagian kaki. Menendang bola merupakan salah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. kemampuan melakukan aktifitas olahraga. Menurut Tangkudung yang dikutip

BAB II KAJIAN TEORITIS. kemampuan melakukan aktifitas olahraga. Menurut Tangkudung yang dikutip BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Hakikat Latihan Ada beberapa definisi yang diberikan para ahli dalam olahraga tentang makna dari latihan. Latihan sangat penting dalam meningkatkan prestasi siswa dalam setiap

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Ardle Handerson, Biomekanik dan gerakan organ tubuh, IOC Canada

DAFTAR PUSTAKA. Ardle Handerson, Biomekanik dan gerakan organ tubuh, IOC Canada DAFTAR PUSTAKA Ardle Handerson, 2002. Biomekanik dan gerakan organ tubuh, IOC Canada Astrand Bereta, 2000. Anatomy A Regional Study Of Human Structure. London: WB. Saunder Company, London Balay Caneth,

Lebih terperinci

METODE PEMBINAAN KEBUGARAN ATLIT *) Oleh: Eka Swasta Budayati (FIK UNY)

METODE PEMBINAAN KEBUGARAN ATLIT *) Oleh: Eka Swasta Budayati (FIK UNY) 1 METODE PEMBINAAN KEBUGARAN ATLIT *) Oleh: Eka Swasta Budayati (FIK UNY) A. Pengertian fitnes Physical Fitness disebut juga kebugaran jasmani. Kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk menunaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Apabila seorang atlet ingin mendapatkan prestasi yang maksimal tentu saja kemampuan yang dimiliki atlet harus ditingkatkan semaksimal mungkin. Dalam upaya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah merupakan suatu bentuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah merupakan suatu bentuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kebugaran jasmani Pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah merupakan suatu bentuk pembinaan dan peningkatan kebugaran jasmani bagi siswa. Batasan mengenai kebugaran jasmani dikemukakan

Lebih terperinci

ATRI WIDOWATI 1 ADHE SAPUTRA 2 Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan Fakultas ilmu keolahragaan Universitas jambi

ATRI WIDOWATI 1 ADHE SAPUTRA 2 Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan Fakultas ilmu keolahragaan Universitas jambi PROFIL KONDISI FISIK ATLET DAYUNG SENIOR NOMOR PERAHU NAGA PROPINSI JAMBI 2017 ATRI WIDOWATI 1 ADHE SAPUTRA 2 Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan Fakultas ilmu keolahragaan Universitas jambi ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti, sehingga tubuh

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti, sehingga tubuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebugaran dibutuhkan oleh setiap orang agar dapat menjalani kegiatannya. Kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, mulai dari kalangan anak-anak sampai orang dewasa, baik oleh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, mulai dari kalangan anak-anak sampai orang dewasa, baik oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga permainan yang cukup populer di masyarakat, sehingga permainan sepak bola banyak digemari oleh masyarakat, mulai dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode adalah suatu cara yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Menurut Sugiyono (2008:107) Terdapat tiga metode penelitian bila dilihat dari tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sepakbola merupakan cabang olahraga yang sangat digemari oleh semua lapisan masyarakat di Indonesia, baik di kota-kota maupun di desa-desa. Bahkan sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Irman Rediansyah, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Irman Rediansyah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masyarakat telah menyadari akan perlunya melakukan olahraga. Hal ini terbukti dari banyaknya anggota masyarakat yang melakukan olahraga pada harihari libur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Atletik di ambil dari bahasa Yunani yaitu Athlon yang artinya bertanding atau berlomba, menurut Syarifuddin (1992: 2) berasal dari bahasa Yunani, yaitu Athlon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan atau bagian hidup yang tidak dapat ditinggalkan. dan kebiasaan sosial maupun sikap dan gerak manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan atau bagian hidup yang tidak dapat ditinggalkan. dan kebiasaan sosial maupun sikap dan gerak manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha memasyarakatkan olahraga sekarang ini sudah nampak hasilnya. Hal ini ditandai dengan maraknya orang melakukan olahraga untuk kesehatan dan sebagai sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia olahraga khususnya pada olahraga prestasi saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia olahraga khususnya pada olahraga prestasi saat ini semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia olahraga khususnya pada olahraga prestasi saat ini semakin hari semakin modern didukung dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tinggi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Santoso Giriwijoyo (2012:73 ) Pendidikan jasmani adalah kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Santoso Giriwijoyo (2012:73 ) Pendidikan jasmani adalah kegiatan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani Menurut Santoso Giriwijoyo (2012:73 ) Pendidikan jasmani adalah kegiatan jasmani yang disajikan sebagai bagian dari kegiatan kurikuler, yang dipergunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting, karena olahraga dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting, karena olahraga dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia olahraga mempunyai arti dan makna sangat penting, karena olahraga dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya dalam kehidupan. Salah satu tujuan

Lebih terperinci

Cara Meningkatkan Kebugaran Jasmani

Cara Meningkatkan Kebugaran Jasmani Kebugaran jasmani berfungsi untuk meningkatkan kemampuan kerja bagi siapapun yang memilikinya sehingga dapat melaksanakan tugas-tugasnya secara optimal untuk mendapatkan hasil yang lebih baik Kebugaran

Lebih terperinci

PELATIHAN PERMAINAN GAME TIPE A LEBIH MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KEBUGARAN FISIK DIBANDINGKAN PERMAINAN GAME TIPE B PEMAIN FUTSAL IKIP PGRI BALI

PELATIHAN PERMAINAN GAME TIPE A LEBIH MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KEBUGARAN FISIK DIBANDINGKAN PERMAINAN GAME TIPE B PEMAIN FUTSAL IKIP PGRI BALI PELATIHAN PERMAINAN GAME TIPE A LEBIH MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KEBUGARAN FISIK DIBANDINGKAN PERMAINAN GAME TIPE B PEMAIN FUTSAL IKIP PGRI BALI Ni Luh Putu Indrawathi, S.Pd., M.Fis. Fakultas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bola voli merupakan media untuk mendorong. pertumbuhan fisik, perkembangan piksi, keterampilan motorik, pengetahuan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bola voli merupakan media untuk mendorong. pertumbuhan fisik, perkembangan piksi, keterampilan motorik, pengetahuan dan 1 2.1 Hakikat Permainan Bola voli BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pendidikan dasar bola voli merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan piksi, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam atletik merupakan gerakan-gerakan yang biasa di lakukan oleh

I. PENDAHULUAN. dalam atletik merupakan gerakan-gerakan yang biasa di lakukan oleh PP 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Atletik merupakan cabang olahraga tertua, karena gerakan-gerakan dalam atletik merupakan gerakan-gerakan yang biasa di lakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah bangsa dapat berdiri tegak di antara bangsa-bangsa lain di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah bangsa dapat berdiri tegak di antara bangsa-bangsa lain di dunia, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah bangsa dapat berdiri tegak di antara bangsa-bangsa lain di dunia, salah satunya dengan pencapaian prestasi yang tinggi di bidang olahraga. Prestasi olahraga

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN 41 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Pada dasarnya penelitian merupakan langkah tindak lanjut dari rasa keingintahuan penulis dalam masalah ilmu pengetahuan. Dengan kata lain penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. olahraga tidak akan datang dengan sendirinya, melainkan prestasi tertinggi hanya

BAB I PENDAHULUAN. olahraga tidak akan datang dengan sendirinya, melainkan prestasi tertinggi hanya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi olahraga merupakan tindakan dilakukan secara menyeluruh yang bergantung kepada faktor, kondisi,dan pengaruh-pengaruh dalam menuju sebuah keberhasilan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang sangat cepat. Manusia dalam berolahraga

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang sangat cepat. Manusia dalam berolahraga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam bidang olahraga mengalami perkembangan yang sangat cepat. Manusia dalam berolahraga mempunyai tujuan yang berbeda,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. banyak orang yang menggemari olahraga ini baik anak-anak, remaja maupun

I. PENDAHULUAN. banyak orang yang menggemari olahraga ini baik anak-anak, remaja maupun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulutangkis adalah suatu jenis olahraga permainan yang sangat populer, banyak orang yang menggemari olahraga ini baik anak-anak, remaja maupun orang tua. Permainan bulutangkis

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. perlakuan masing-masing kelompok 1 dengan pelatihan berjalan dengan

BAB V HASIL PENELITIAN. perlakuan masing-masing kelompok 1 dengan pelatihan berjalan dengan 50 BAB V HASIL PENELITIAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap dua kelompok perlakuan masing-masing kelompok 1 dengan pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set kelompok

Lebih terperinci

PERBEDAAN NILAI KAPASITAS VO 2 MAKSIMUM PADA ATLIT SEPAK BOLA DENGAN FUTSAL DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PERBEDAAN NILAI KAPASITAS VO 2 MAKSIMUM PADA ATLIT SEPAK BOLA DENGAN FUTSAL DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PERBEDAAN NILAI KAPASITAS VO 2 MAKSIMUM PADA ATLIT SEPAK BOLA DENGAN FUTSAL DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai Pelengkap dan Syarat Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma

Lebih terperinci

Pengertian Pembinaan/latihan

Pengertian Pembinaan/latihan Pengertian Pembinaan/latihan Latihan merupakan aktivitas olahraga/jasmani yang sistematik, dilakukan dalam waktu lama, ditingkatkan secara progresif dan individual yang mengarah kepada ciri-ciri fungsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pandega wreksa 10 Jalan Kaliurang 5,6 Yogyakarta, latihan bertempat di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pandega wreksa 10 Jalan Kaliurang 5,6 Yogyakarta, latihan bertempat di BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian PS PADMA berdiri pada tanggal 20 Juni 1982 yang beralamat di Jl. Pandega wreksa 10 Jalan Kaliurang 5,6 Yogyakarta, latihan bertempat

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS LATIHAN SPEED PLAY DAN INTERNAL TRAINING TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI LARI 1500 METER PADA KLUB INDONESIA MUDA ATLETIK JAKARTA

EFEKTIFITAS LATIHAN SPEED PLAY DAN INTERNAL TRAINING TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI LARI 1500 METER PADA KLUB INDONESIA MUDA ATLETIK JAKARTA 73 EFEKTIFITAS LATIHAN SPEED PLAY DAN INTERNAL TRAINING TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI LARI 1500 METER PADA KLUB INDONESIA MUDA ATLETIK JAKARTA Deni Afrizal 1, Bambang Kridasuwarso 2, Ika Novitaria Marani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lari terdiri dari enam macam yang salah satunya adalah Lari cepat (Sprint) yang

BAB I PENDAHULUAN. lari terdiri dari enam macam yang salah satunya adalah Lari cepat (Sprint) yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Atletik merupakan dasar dari segala macam olahraga. Karena sebagian gerakannya dimiliki oleh sebagian besar cabang olahraga lainnya. Cabang atletik memiliki empat macam,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Atletik merupakan aktifitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Atletik merupakan aktifitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritik 1. Pengertian Atletik Atletik merupakan aktifitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan dasar yang dinamis dan harmonis yaitu jalan, lari, lompat, dan lempar.

Lebih terperinci