PERANAN PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI MA DAARUL ULUUM LIDO BOGOR. Skripsi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANAN PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI MA DAARUL ULUUM LIDO BOGOR. Skripsi"

Transkripsi

1 PERANAN PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI MA DAARUL ULUUM LIDO BOGOR Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Oleh: Ade Darmawan JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011M

2

3

4

5 ABSTRAK Nama : Ade Darmawan NIM : Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : Peranan Pendidikan Kepramukaan Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Di MA Daarul Uluum Lido Bogor Madrasah Aliyah Daarul Uluum Lido salah satu dari sekian Madrasah Aliyah yang ada di Kabupaten Bogor yang aktif dan menonjol dalam kegiatan ekstrakurikuler dan salah satunya adalah kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Hal tersebut dapat dilihat dari prestasi-prestasi yang telah diperoleh pihak MA Daarul Uluum Lido dari event-event perlombaan yang pernah diikutinya baik di wilayah Kabupaten Bogor maupun diluar daerah tersebut. Melihat hal tersebut, penulis tertarik untuk meneliti terkait kegiatan ekstrakurikuler pramuka di MA Daarul Uluum Lido serta peranannya dalam prestasi belajar siswa di kelas. Karena sejatinya kegiatan ekstrakurikuler ditujukan agar dapat membantu siswa untuk mengembangkan kreatifitas, menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman yang kemungkinan besar tidak mereka dapatkan dari kegiatan intrakurikuler, sehingga dapat dicapai prestasi seoptimal mungkin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peranan pendidikan kepramukaan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di Ma Daarul Uluum Lido Bogor. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas IX MA Daarul Uluum Lido Bogor tahun pelajaran 2010/2011. Teknik sampel yang digunakan adalah Stratified Random Sampling, teknik ini digunakan karena populasi yang menjadi objek penelitian terdiri atas tingkatan-tingkatan kelas. Data penelitian dikumpulkan melalui metode observasi, wawancara, angket, dan studi dokumentasi. Metode analisis data digunakan analisis statistik, karena data yang diperoleh berupa angka-angka dan bersifat kuantitatif. Teknik analisis yang digunakan adalah korelasi product moment. Uji analisis data dengan korelasi product moment menghasilkan r hitung sebesar 0,84. Harga r hitung lebih besar dari pada r tabel pada taraf signifikan 5 % sebesar 0,325 maupun pada taraf signifikansi 1% yaitu sebesar 0,418. Sehingga pengajuan hipotesis diterima. Berdasarkan uji analisis data di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan yang bersifat positif antara peranan pendidikan kepramukaan dengan prestasi belajar siswa MA Daarul Uluum Lido Bogor. Karena kegiatan ekstrakurikuler khususnya pada pendidikan kepramukaan mempunyai peranan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di kelas. i

6 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT (Tuhan semesta alam) atas segala limpahan karunia, nikmat, taufik, hidayah serta inayahnya, sehingga pada akhirnya penulis mampu menyelesaikan skripsi. Shalawat beserta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kedamaian dan rahmat untuk semesta alam. Semoga kita mendapatkan syafaatnya di yaumil qiyamat nanti, amiin. Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, banyak sekali motivasi, bantuan serta bimbingan yang penulis dapatkan. Sehingga pada akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Maka dari itu, sudah sepatutnyalah penulis meyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Kedua Orang Tua penulis tercinta Drs. H. Mochamad Darman dan Hj. Siti Fatmah atas cinta dan kasih sayangnya yang dicurahkan hanya untuk penulis baik dalam bentuk moril ataupun materil. 2. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bapak Prof. Dr. H. Dede Rosyada, M. A, beserta seluruh staffnya. 3. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam bapak Bahrissalim, M.Ag dan sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam bapak Drs. Sapiuddin Shidiq, MA beserta seluruh staffnya. 4. Bapak Dr. Abdul Haris, M.Ag. yang telah sabar dan meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Jazakumullaha khairan katsiran, Amiin. 5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan ilmunya kepada penulis, semoga bapak dan ibu dosen selalu dalam rahmat dan lindungan Allah SWT. Sehingga ilmu yang telah diajarkan dapat bermanfaat dikemudian hari. 6. Bapak pimpinan Perpustakaan Utama beserta staff, Perpustakaan Fakulatas Tarbiyah dan Keguruan, atas segala kemudahan yang diberikan kepada ii

7 penulis untuk mendapatkan referensi yang mendukung penyelesaian skripsi ini. 7. Tunanganku tercinta Ita Rosita, Am.Keb terima kasih untuk kasih sayang dan cinta yang dicurahkan untuk penulis. 8. Ukm Pramuka Racana Fatahillah-Nyi Mas Gandasari, khususnya angkatan Gigil 2007 (Ahyani, Arif, Epul, Herman, Iskandar, Slamet, Mi roji, Ilyas, Ricky, Yuli, Lela, Evi, Eti, Iik,Khuzaimah, Didih, Lulu dan Alm. Nenden Rosamawati semoga Allah SWT menempatkan kamu di tempat yang terbaik, amiin). Kehadiran mereka bagi penulis adalah sebuah anugerah tak ternilai harganya. I Love U Full Gigil and Gigil is Never Die. 9. Sahabat-sahabat Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengajarkan penulis banyak hal dalam dunia organisasi. Khususnya untuk Kismayeni (Kiss), Dimas Nur Zaman, Bangkit (Baban), Iman Hamdani (Warsun), Syauki Nawawi yang so Cool, Irek yang gayanya slow tapi pasti. Makasih buat ceng-cengannya. Semua itu kenangan terindah yang tak mudah untuk dilupakan. 10. Teman-temanku Mahasiswa UIN Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2006 khususnya kelas B yang selalu memberikan support dan semangat kepada penulis. Khususnya kepada Arif Mahmudi, S.Pd.I, Abdul Ghoni, S.Pd.I, Abdul Aziz, S.Pd.I, dan Ahmad Syahroni, S.Pd.I. Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan pahala dari rahmat Allah swt. Semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin ya Rabbal alamin. Jakarta, 16 Juni 2011 Penulis, Ade Darmawan iii

8 DAFTAR ISI COVER LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQOSAH SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ABSTRAK.... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI.. iv DAFTAR TABEL vii DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Identifikasi Masalah... 5 C. Pembatasan Masalah... 5 D. Perumusan Masalah... 5 E. Tujuan Penelitian... 6 F. Manfaat Penelitian.. 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA... 8 A. PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN Sejarah Gerakan Pramuka Pengertian Pramuka, Kepramukaan dan Gerakan Pramuka Landasan Dasar Gerakan Pramuka Hakikat dan Sifat Gerakan Pramuka Tugas Pokok Gerakan Pramuka iv

9 6. Tujuan dan Fungsi Gerakan Pramuka Prinsip Dasar Metode Kepramukaan B. PRESTASI BELAJAR Hakikat Prestasi Belajar Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar a. Faktor Intern b. Faktor Ekstern Kerangka Berfikir Pengajuan Hipotesis. 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian.. 41 B. Metode Penelitian.. 41 C. Populasi dan Sampel Penelitian D. Teknik Pengumpulan Data E. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum MA Daarul Uluum Lido Bogor Sejarah Bedirinya MA Daarul Uluum Lido Bogor Visi dan Misi MA Daarul Uluum Lido Bogor Keadaan Karyawan dan Siswa MA Daarul Uluum Lido Bogor Sarana dan Prasarana MA Daarul Uluum Lido Bogor.. 53 B. Deskripsi Data C. Prestasi Belajar Siswa D. Analisis Korelasional E. Interpretasi Data v

10 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran 84 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN vi

11 DAFTAR TABEL Tabel 1 Kisi-kisi Angket Tabel 2 Kriteria Perhitungan Tabel 3 Interpretasi Angka Indeks Korelasi r Product Moment Tabel 4 Keadaan Guru MA Daarul Uluum Lido Bogor 51 Tabel 5 Keadaan Karyawan MA Daarul Uluum Lido Bogor 53 Tabel 6 Keadaan Siswa MA Daarul Uluum Lido Bogor.. 53 Tabel 7 Sarana dan Prasarana MA Daarul Uluum Lido Bogor. 54 Tabel 8 Pendidikan Kepramukaan Merupakan Wadah Pembentukan Kepribadian 55 Tabel 9 Kegiatan Kepramukaan Dapat Meningkatkan Keterampilan Siswa. 56 Tabel 10 Pendidikan Kepramukaan Dapat Membantu Prestasi Belajar Siswa. 56 Tabel 11 Kegiatan Ekskul Pramuka Merupakan Kegiatan Yang Menarik dan Mengandung Nilai Pendidikan Tabel 12 Ekskul Pramuka Mengganggu Aktivitas Belajar Siswa 58 Tabel 13 Kegiatan Pramuka Diwajibkan Dari Pihak Sekolah. 58 Tabel 14 Mengikuti Kegiatan Ekskul Pramuka Atas Kemauan Sendiri.. 59 Tabel 15 Mengikuti Kegiatan Ekskul Pramuka Atas Motivasi Dari Orang Lain Tabel 16 Tri Satya dan Dasa Darma Dapat Mempengaruhi Perilaku Siswa Dalam Kehidupan Sehari-hari.. 60 Tabel 17 Mengikuti Kegiatan Kepramukaan Dari Tingkat Kecamatan sampai dengan Internasional 60 Tabel 18 Pendidikan Kepramukaan Meningkatkan Sikap Nasionalisme Siswa 61 vii

12 Tabel 19 Orang Tua Menganjurkan Kepada Anaknya Untuk Ikut aktif Dalam Kegiatan Pramuka. 62 Tabel 20 Kegiatan Pramuka Meningkatkan Kedisiplinan Siswa 62 Tabel 21 Kegiatan Pramuka Membebani Siswa Disekolah. 63 Tabel 22 Masyarakat Kurang Merasakan Manfaat Dari Kegiatan Pramuka Disekolah Tabel 23 Kegiatan Pramuka Dapat Meningkatkan Kualitas Ibadah Siswa. 64 Tabel 24 Kegiatan Pramuka Membentuk Jiwa Patriotisme Siswa Tabel 25 Kegiatan Pramuka Menumbuhkan Rasa Cinta Terhadap Tanah air 65 Tabel 26 Pengetahuan Siswa Bertambah Setelah Mengikuti Kegiatan Pramuka Tabel 27 Kegiatan Pramuka Menjauhkan Siswa Dari Mata Pelajaran Tertentu.. 66 Tabel 28 Mengikuti Kegiatan Eksul Pramuka Karena Terpaksa. 67 Tabel 29 Kegiatan Pramuka Melatih Kecerdasan Emosional Siswa. 67 Tabel 30 Kegiatan Pramuka Tidak Memiliki Pengaruh Disekolah Tabel 31 Siswa Mengamalkan Kegiatan Pramuka Dimasyarakat 68 Tabel 32 Materi Kegiatan Pramuka Tidak Menarik Bagi Siswa Tabel 33 Kegiatan Pramuka Disekolah Membuat Siswa Malas Belajar Tabel 34 Siswa Selalu Aktif Dalam Kegiatan Pramuka Disekolah.. 70 Tabel 35 Siswa Tidak Bersemangat Mengikuti Kegiatan Pramuka Disekolah Tabel 36 Kegiatan Pramuka Mengajarkan Siswa Untuk Berbakti Kepada Orang Tua Tabel 37 Kegiatan Pramuka Dapat Menjadikan Anggotanya Mempunyai Akhlak Yang Mulia.. 71 Tabel 38 Analisa Item Skor Untuk Peranan Pendidikan Kepramukaan. 73 viii

13 Tabel 39 Tabel 40 Tabel 41 Distribusi Frekuensi Tentang Peranan Pendidikan Kepramukaan (Variabel X) Dari Sejumlah 40 Orang Siswa 75 Distribusi Frekuensi Tentang Hasil Belajar Siswa Yang Dicapai Oleh 40 Orang Siswa (Responden) Pada Mid Semester Pertama.. 77 Analisis Korelasi Antara Variabel X (Peranan Pendidikan Kepramukaan) Dengan Variabel Y (Prestasi Belajar Siswa). 78 ix

14 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Surat Bimbingan Skripsi dari Fakultas Surat Permohonan Izin Penelitian dari Fakultas Surat Keterangan Penelitian dari MA Daarul Uluum Lido Bogor Lampiran 4 Surat Keterangan Wawancara dari Gugusdepan MA Daarul Uluum Lido Bogor Lampiran 5 Panduan Wawancara dengan Pembina Gugusdepan MA Daarul Uluum Lido Bogor Lampiran 6 Berita Wawancara dengan Pembina Gugusdepan MA Daarul Uluum Lido Bogor Lampiran 7 Pedoman Angket Penelitian x

15 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak bisa terpisahkan dalam kehidupan manusia. Di sisi lain, pendidikan juga dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan pokok dalam mempersiapkan sekaligus membentuk generasi muda dimasa yang akan datang. Maka dari itu, dengan dilaksanakannya proses pendidikan, manusia akan mampu mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Dalam Undang-undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3 disebutkan bahwa : Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta betanggung jawab. 1 Sedangkan dalam konsep Islam, pendidikan memiliki kedudukan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup umat manusia. Hal ini dapat dilihat, baik dari Alquran maupun Hadits yang memerintahkan manusia untuk belajar atau berpendidikan. Dalam Alquran, konsep pendidikan terdapat pada Surat Al-Mujaadilah ayat 11: 1 UU Sisdiknas, Undang-undang No.20 tahun 2003, (Bandung: Fokusmedia, 2003), h. 6 1

16 2 ي ر ف ع االله ال ذ ي ن ام ن و ا م ن ك م و ا لذ ي ن ا و ت و ا لع ل م د ر جا ت (ا ا دلة : اا ( Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang diberi ilmu beberapa derajat. (Q.S. Al- Mujaadilah:11). 2 Sementara itu dalam hadits Nabi dijelaskan : ب ن ح د ث ن ا ه ش ام ب ن ع م ار ح د ث ن ا ح ف ص ب ن س ل ي م ان ح د ث ن ا ك ث ير ب ن ش ن ظ ير ع ن م ح م د» -صلى الل ه ر س ول ق ال ق ال م ال ك ب ن ا ن س ع ن س ير ين ط ل ب ال ع ل م ف ر يض ة ع ل ى ك ل م س ل م... (رواه ابن ماجه) وسلم- عليه االله Telah bercerita kepada kami Hisyam bin Ammar, telah bercerita kepada kami Hafs bin sulaiman, telah bercerita kepada kami Katsir bin Syindzir dari Muhammad bin Sirin. Dari Anas bin Malik ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda: menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim.. (H.R. Ibnu Majah) 3 Dalil-dalil yang telah dituliskan di atas, merupakan sebagian kecil dari ayat Alquran dan Hadits Nabi yang memerintahkan kepada manusia untuk belajar dan berpendidikan serta berpengetahuan luas. Terlepas dari itu semua, maka di dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang penting dan kedudukan yang strategis untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan bangsa. Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, maka tidak hanya dapat bertumpu kepada program persekolahan yang semata-mata hanya mengandalkan pada kegiatan intrakurikuler saja atau proses belajar mengajar yang berlangsung di dalam kelas. Akan tetapi lebih dari itu, yakni program kegiatan persekolahan yang diperkaya dengan adanya pembinaan kesiswaan, melalui kegiatan ekstrakurikuler yang bertujuan untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan siswa, memperkenalkan hubungan antar mata pelajaran, mengembangkan potensi yang dimiliki siswa, menyalurkan minat dan bakat siswa serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya. Karena itu, Pendidikan di sekolah berlangsung secara formal dan non formal. 2 Depag RI, Al-Qur an dan terjemahnya, (Semarang: CV. Thoha Putra, 1988), h Muhammad bin Yazid Abu Abdullah Al-Qozwaini, Sunan Ibnu Majah, (Daarul Fikr Beirut), h.269

17 3 Pendidikan formal di sekolah terbagi ke dalam dua bagian yaitu kegiatan intrakurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan intrakurikuler dilaksanakan pada jam sekolah sedangkan kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan di luar jam sekolah. Kedua kegiatan tersebut sama pentingnya dan saling melengkapi di antara keduanya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kegiatan ekstrakurikuler artinya kegiatan yang ada di luar program yang tertentu dalam kurikulum seperti latihan kepemimpinan dan pembinaan siswa. 4 Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah dijelaskan, bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang diselenggarakan di luar jam pelajaran yang tercantum dalam susunan program yang disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan madrasah. 5 Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah banyak sekali ragamnya, antara lain adalah : Pramuka, PMR, Rohis, Kesenian dan lain-lain. Dan dari salah satu kegiatan ekstrakulikuler tersebut, pramuka adalah salah satu kegiatan ekstrakulikuler yang memiliki peranan besar di sekolah pada umumnya dan bagi siswa pada khususnya. Pendidikan kepramukaan merupakan subsistem Pendidikan Nasional yang mempunyai peranan penting bagi terwujudnya tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana yang tercantum dalam UU RI No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. 6 Gerakan Pramuka selain melengkapi tujuan Pendidikan Nasional. Gerakan Pramuka juga merupakan wadah pembinaan generasi muda yang sangat potensial dengan prinsip dasar 4 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka), cet. VII, h Depag RI, Kurikulum Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta: Proyek Peningkatan Kualitas Guru Madrasah, ), h.15 6 UU Sisdiknas, Undang-undang No.20 tahun 2003., h.6

18 4 metodik kepramukaan yang tercantum dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang merupakan ketetapan Majelis Permusyawaratn Rakyat (MPR). Pada hakikatnya, pendidikan kepramukaan adalah proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan yang menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah dan dilakukan di alam terbuka. 7 Lord Robert Baden Powell selaku bapak pandu Pramuka sedunia mengatakan bahwa: Kepramukaan itu bukanlah suatu ilmu yang harus dipelajari dengan tekun, bukan pula merupakan kumpulan ajaran-ajaran atau naskah buku. Bukan! Kepramukaan adalah suatu permainan yang menyenangkan di alam terbuka, tempat orang dewasa dan anak-anak pergi bersama-sama, mengadakan pengembaraan bagaikan kakak beradik, membina kesehatan dan kebahagiaan, keterampilan dan kesediaan untuk memberi pertolongan bagi yang membutuhkannya. 8 Selain itu juga, melalui organisasi Gerakan Pramuka, siswa dapat belajar untuk selalu bersikap disiplin, baik itu dalam mengikuti latihan kepramukaan yang dilaksanakan disekolah maupun dalam melaksanakan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari. Maksud dari pada disiplin di sini adalah bahwa dalam melakukan segala itu selalu tepat waktu dan sesuai dengan aturan yang ada atau berlaku. Sebagai contoh, siswa yang mau pergi ke sekolah. Siswa dapat dikatakan disiplin, apabila ia datang ke sekolah selalu tepat waktu, tidak pernah terlambat dan mengikuti peratuan atau tata tertib yang berlaku di sekolah. Begitu pula sama halnya dengan belajar, dalam belajar pun diperlukan yang namanya sikap disiplin, yang berarti bahwa dalam belajar selalu teratur dan tepat waktu sesuai dengan jadwal yang telah dibuat oleh dirinya sendiri. Maka dengan demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa ia akan mendapatkan hasil prestasi yang baik sesuai dengan kerja kerasnya dalam hal displin waktu dalam belajar. 7 Atmasulistya, Endy R dkk, Kwarda Gerakan Pramuka, Panduan Praktis Membina Pramuka Penggalang,(Jakarta:2000), h.15 8 Andri Bob Sunardi, Boyman, Ragam Latih Pramuka, (Bandung: Nuansa Muda, 2010), cet.ke-6, h.3

19 5 Maka dari itu, berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti Peranan Pendidikan Kepramukaan Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Di MA Daarul Uluum Lido Bogor. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka identifikasi masalah yang diambil oleh penulis adalah sebagai beikut: 1. Penyelenggaraan Kursus orientasi bagi Kepala Sekolah atau Yayasan yang belum maksimal baik dari pihak kwartir ranting, Cabang, Daerah dan bahkan Nasional. Sehingga segala sesuatu yang diharapkan dari tingkat nasional sampai dengan ke tingkat Gugusdepan tidaklah sejalan atau searah sesuai yang diharapkan. 2. Masih banyaknya pembina dari yayasan yang belum mengikuti Kursus Mahir Dasar (KMD). Karena maksud dari pada diselenggarakannya Kursus Mahir Dasar (KMD) adalah sebagai syarat awal bagi pembina untuk meningkatkan kemampuan serta keterampilan dalam membina peserta didik. 3. Rasionalisasi antara Pembina dan Peserta didik tidak seimbang. Karena sesuai dengan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan, bahwa idealnya 1 (satu) orang Pembina itu minimal membina 10 (sepuluh) Peserta Didik. Namun, pada kenyataannya tidaklah demikian. C. Pembatasan Masalah Kegiatan ekstrakurikuler memiliki cakupan yang cukup luas, oleh karena itu agar penilitian ini terfokus pada satu masalah, maka penulis membatasi permasalahan sebagai berikut: kegiatan ekstrakurikuler khusus Pramuka tingkat Penegak dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di MA Daarul Uluum Lido Bogor. D. Perumusan Masalah Dari pembatasan masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan masalahnya. Adapun perumusan masalahnya adalah: Bagaimanakah Peranan

20 6 Pendidikan Kepramukaan Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Di MA Daarul Uluum Lido Bogor? E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai penulis dalam mengadakan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui bagaimana peranan pendidikan kepramukaan tehadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di MA Daarul Uluum Lido Bogor. 2. Mengetahui pola pembinaan latihan kepramukaan di MA Daarul Uluum Lido Bogor. 3. Mengetahui persepsi siswa terhadap peranan pendidikan kepramukaan di MA Daarul Uluum Lido Bogor. F. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini yaitu: 1. Bagi Pihak Sekolah, hasil karya skripsi ini dapat dijadikan sebagai bentuk masukan atau motivasi dalam rangka meningkatkan usaha pembinaan kesiswaan di sekolah dan mengaktifkan kegiatan latihan kepramukaan di lingkungan sekolah, sehingga apa yang diharapkan oleh pihak sekolah dapat tercapai dengan baik. 2. Bagi siswa, hasil dari karya skripsi ini dapat memotivasi semangat para siswa untuk tetap terus aktif dalam mengikuti latihan kegiatan kepramukaan, sehingga apa yang telah didapat dari latihan tersebut dapat membantu para siswa untuk meningkatkan hasil prestasi belajarnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. 3. Bagi orang tua atau wali murid dan masyarakat pada umumnya, hasil dari karya skripsi ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu alat atau sarana komunikasi dan sumber infomasi dalam memberikan pengenalan, pengertian dan pemahaman terhadap perananan pendidikan kepramukaan. Sehingga pada akhinya nanti dapat memberikan partisipasi

21 7 dan kontribusi yang jelas dalam memupuk dan mengembangkan Organisasi Gerakan Pramuka sebagai salah satu wadah untuk pembinaan kesiswaan yang ada di sekolah.

22 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Kepramukaan 1. Sejarah Gerakan Pramuka Berbicara tentang Gerakan Pramuka, maka tidak akan terlepas dari pada sejarah pendiri dari Gerakan Kepanduan itu sendiri. Adalah Lord Robert Stephenson Smyth Baden Powell Of Gilwell yang pertama kali memperkenalkan Gerakan Kepanduan. Dia adalah seorang tentara Inggris, lahir di London tanggal 22 Februari tahun Sejak dibentuknya organisasi kepanduan oleh Baden Powell di Inggris, banyak sekali Negara-negara lain yang mendirikan organisasi kepanduan di negaranya masing-masing seperti di negara Netherland, Amerika Serikat pada tahun 1910, dll. Dan sampai saat ini organisasi kepanduan sudah berkembang dilebih dari 140 negara di seluruh Dunia, termasuk salah satunya adalah Indonesia. Kemudian gagasan yang dicetuskan oleh Boden Powell itu dibawa oleh orang Belanda dan diajarkan juga di negeri jajahannya, Indonesia. Nama organisasinya adalah Netherland Indische Padvinders Vereeniging (NIPV) yang artinya Persatuan Pandu-Pandu Hindia belanda. 1 6, h Andri Bob Sunardi, Boyman, Ragam Latih Pramuka, (Bandung: Nuansa Muda, 2010), cet.ke- 8

23 9 Setelah didirikan organisasi yang bernama Netherland Indische Padvinders Vereeniging (NIPV), maka oleh pemimpin-pemimpin di dalam pergerakan nasional Indonesia gagasan Boden Powell itu diambil alih dan disesuaikan dengan sistem pembinaan pemuda Indonesia yang bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia yang baik untuk menjadi kader-kader pergerakan nasional. Maka dibentuklah bermacam-macam organisasi kepanduan yang ada di Indonesia. Ketika itu organisasi kepanduan yang ada antara lain JPO (Javaanse Padvinders Organizatie), NATIPIJ (Nationale Islamitische Padvindery), SIAP (Sarekat Islam Afdeling Padvindery), HW (Hisbul Wathon), dan masih banyak lagi organisasi lainnya. Kemudian dengan adanya sumpah pemuda yang dicetuskan dalam kongres pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, ternyata benarbenar menjiwai gerakan kepanduan nasional Indonesia untuk lebih bergerak maju lagi. 2 Pemerintah Hindia Belanda melarang adanya organisasi kepanduan di luar NIPV yang menggunakan istilah Padvinder dan Padvindery, maka K.H. Agus Salim menggunakan istilah Pandu dan Kepanduan untuk menggantikan istilah asing tersebut, yang pada hakikatnya merupakan gambaran sikap dan tindakan nasionalistik. 3 Dengan meningkatnya kesadaran nasional bangsa Indonesia, maka timbulah niat untuk mempererat persatuan antara organisasi-organisasi kepanduan. Maka pada tahun 1930 berdiri gerakan-gerakan kepanduan yang diberi nama INPO (Indonesische Padvinders Organizitie), PK (Pandu Kesultanan), dan PPS (Pandu Pemuda Sumatra), berdiri menjadi satu organisasi yaitu KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia). Kemudian pada tahun 1931, terbentuklah suatu federasi yang dinamakan Persatuan Antar Pandu-Pandu Indonesia (PAPI), dan kemudian 2 Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Bahan Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar, (Jakarta: 1983), h Setyawan, Dari Gerakan Kepanduan ke Gerakan Pramuka, (Jakarta: Pustaka Tunasmedia, 2009), cet ke-1, h. 2

24 10 berubah lagi menjadi Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia (BPPKI) pada tahun Pada masa pendudukan Jepang, semua organisasi kepanduan yang ada di Indonesia dilarang adanya. Tapi setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, dibentuklah organisasi kepanduan yang berbentuk kesatuan. Pada tanggal 28 Desember 1945 dibentuklah PRI (Pandu Rakyat Indonesia) sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang ada di wilayah Negara Republik Indonesia. 5 Setelah Indonesia merdeka, maka terbukalah bagi siapa pun untuk membentuk kembali organisasi kepanduan. Dengan demikian, berdirilah kembali organisasi kepanduan seperti HW (Hisbul Wathon), SIAP (Sarekat Islam Angkatan Pandu), PII (Pandu Islam Indonesia), pandu Kristen, pandu Katholik, KBI dan lain-lain. 6 Akan tetapi menjelang 1961 organisasi kepanduan Indonesia telah terpecahpecah menjadi lebih dari 100 organisasi kepanduan, keadaan ini terasa sangat lemah meskipun sebagian daripada organisasi itu terhimpun di dalam tiga federasi organisasi kepanduan yaitu satu federasi kepanduan putra dan dua federasi kepanduan putri yaitu IPINDO (Ikatan Pandu Indonesia), POPPINDO (Persatuan Organisasi Pandu Putri Indonesia), dan PKPI (Persrikatan Kepanduan Putri Indonesia). 7 Lemahnya gerakan kepanduan Indonesia itu disebabkan karena pendidikan yang diselenggarakan oleh gerakan kepanduan Indonesia itu belum disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan bangsa dan masyarakat Indonesia, maka ketika itu gerakan kepanduan kurang memperoleh tanggapan dari bangsa dan masyarakat Indonesia. Akhirnya dalam situasi yang demikian dipergunakan oleh pihak 4 Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Bahan Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar., h.32 5 Setyawan, Dari Gerakan Kepanduan ke Gerakan Pramuka,. h Setyawan, Dari Gerakan Kepanduan ke Gerakan Pramuka., h.4 7 Setyawan, Dari Gerakan Kepanduan ke Gerakan Pramuka., h.7

25 11 komunis untuk menjadikan gerakan kepanduan di Indonesia menjadi gerakan Pioner Muda Komunis. 8 Akan tetapi usaha PKI tersebut tidak berhasil, karena adanya amanat dari Bung Karno, selaku Presiden Republik Indonesia pada tanggal 6 Maret 1961 yang kemudian ditindak lanjuti dengan Surat Keputusan Presiden Republlik Indonesia tanggal 20 Mei 1961 Nomor 238 tahun 1961 tentang Gerakan Pramuka yang menyatakan bahwa gerakan pramuka sebagai satu-satunya badan di wilayah Republik Indonesia yang diperbolehkan menyelenggrakan pendidikan kepramukaaan bagi anak-anak dan pemuda Indonesia, organisasi lain yang menyerupai yang sama sifatnya dengan gerakan pramuka dilarang adanya. 9 Pada perkembangan selanjutnya, gerakan pramuka telah diterima dan memperoleh tanggapan dari masyarakat luas, baik masyrakat kota maupun masyarakat desa. Selain itu gerakan pramuka juga berkembang di lembagalembaga pendidikan seperti di sekolah umum atau agama dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi, baik negri maupun swasta. 2. Pengertian Pramuka, Kepramukaan dan Gerakan Pramuka Sebelum penulis menguraikan tentang Gerakan Pramuka, maka alangkah baiknya penulis menjelaskan sekilas tentang beberapa istilah dalam Gerakan Pramuka yang harus diketahui, yaitu Pramuka, Kepramukaan dan Gerakan Pramuka. Pramuka adalah sebutan bagi anggota Gerakan Pramuka yang berusia antara 7-25 tahun dan berkedudukan sebagai peserta didik, yaitu sebagai Siaga, Penggalang, Penegak dan Pandega. Disamping itu pula, bahwa pramuka merupakan singkatan dari Praja Muda Karana yang memiliki arti rakyat muda yang suka berkarya. Kata ini diambil dari bahasa sansekerta Setyawan, Dari Gerakan Kepanduan ke Gerakan Pramuka., h. 8 9 Setyawan, Dari Gerakan Kepanduan ke Gerakan Pramuka., h Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Buku Pedoman Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar, (Jakarta: Penerbit Kwartir Nasional, 1983), h. 27

26 12 Sedangkan pengertian Kepramukaan adalah sebagaimana yang dikatakan oleh Lord Robert Baden Powell of Gilwell selaku Bapak Pandu Pamuka Dunia, didalam bukunya dikatakan: Scouting is not science to be solemnly studied, not is it a collection of doctrine and texts. No! it is joly game in the out of doors, where boy-men and boy can go adventuring together as leader and younger brothes picking up health and happiness, handicraft and helpfulness. 11 (Kepramukaan bukanlah suatu ilmu yang harus dipelajari secara tekun, bukan pula merupakan suatu kumpulan dari ajaran-ajaran dan naskah-naskah buku. Bukan! Kepramukaan adalah suatu permainan yang menyenangkan dialam terbuka, tempat orang dewasa dan anak-anak pergi bersama-sama mengadakan pengembaraan seperti kakak beradik, membina kesehatan dan kebahagiaan, keterampilan dan kesediaan member pertolongan.) Dari pengertian tentang pendidikan kepramukaan tersebut, dapat disimpulkan, bahwa pendidikan kepramukaan merupakan suatu proses pendidikan yang dilaksanakan di luar lingkungan sekolah dan keluarga dalam bentuk kegiatan yang meyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis, yang dilakukan di alam terbuka dengan tetap berpegang teguh pada prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan, dimana sasaran akhirnya adalah pembentukan watak peserta didik. Dan yang terakhir ialah pengertian dari Gerakan Pramuka itu sendiri. Adapun pengertian Gerakan Pramuka adalah nama organisasi yang merupakan wadah proses pendidikan kepramukaan yang dilaksanakan di Indonesia. 12 Dari beberapa pengertian di atas tentang pengertian Pramuka, Pendidikan Kepramukaan dan Gerakan Pramuka itu sendiri, penulis menyimpulkan bahwa Gerakan Pramuka adalah suatu wadah atau tempat dilaksanakannya proses pendidikan bagi anak-anak dan pemuda di bawah tanggung jawab orang dewasa yang dilakukan di luar sekolah serta lingkungan keluarga dalam membentuk 11 Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Buku Pedoman Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar., h Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Buku Pedoman Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar., h. 27

27 13 kegiatan yang menantang dan menarik minat kaum muda yang disesuaikan dengan usia, perkembangan usia, jasmani dan rohani dengan tetap berpedoman atau berpegang teguh pada Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepamukaan sebagai cirri khas yang membedakan pendidikan kepramukaan dengan pendidikan lainnya. 3. Landasan Dasar Pendidikan Kepramukaan Berdasarkan Resolusi Konferensi Kepramukaan sedunia yang diselenggarakan di Konpenhagen, Denmark pada bulan Agustus tahun 1924 dinyatakan bahwa kepramukaan itu bersifat Nasional. 13 Hal ini menandakan bahwa Gerakan Pramuka dan kegiatannya di Indonesia harus ditujukan demi kepentingan Bangsa Indonesia, sebagaimana tersurat dan tersirat dalam Pancasila dan UUD 1945 maupun yang dimaksud GBHN sebagai hasil ketetapan MPR. Untuk itu yang menjadi landasan dasar dari Pendidikan Kepramukaan adalah sebagai berikut: a. Landasan Idiil Landasan Idiil dari pendidikan kepramukaan adalah Pancasila. Hal ini sesuai dengan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka pada Bab II pasal 3 yang berbunyi: Gerakan Pramuka berasaskan Pancasila. 14 Dengan demikian, jelaslah bahwa pendidikan kepramukaan mendasarkan diri pada Pancasila sebagai Dasar Negara dan falsafah bangsa Indonesia. b. Landasan Konstitusional Landasan Konstitusional dari Gerakan Pramuka adalah : 1) Undang undang Dasar 1945, khususnya pasal 31 ayat 1 yang berbunyi Tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran. 15 Dari sini dapat diambil sebuah pengertian bahwa semua warga Negara 13 Andri Bob Sunardi, Boyman, Ragam Latih Pramuka., cet.ke-6, h Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka, (Jakarta: Penerbit Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, 1999), h Amandemen UUD 1945, Perubahan Pertama UUD Negara RI tahun 1945, (Jakarta: Penerbit Sinar Grafika, 1999), h. 16

28 14 Respublik Indonesia mempunyai hak untuk memperoleh pendidikan, baik itu pendidikan formal, informal ataupun non formal. Dan juga pendidikan yang lainnya termasuk salah satunya adalah pendidikan kepramukaan. 2) Keputusan Presiden Republik Indonesia No.238 Tahun 1961 tentang Pramuka, yang memutuskan bahwa: Pertama, penyelenggaraan Pendidikan Kepanduan kepada anak-anak dan pemuda Indonesia ditugaskan kepada perkumpulan Gerakan Pramuka. Kedua, diseluruh wilayah Republik Indonesia, perkumpulan Gerakan Pramuka dengan Anggaran Dasar sebagaimana tertera dalam lampiran keputusan ini adalah satu-satunya badan yang diperbolehkan meyelenggarakan pendidikan kepanduan itu. Ketiga, badan-badan lain yang sama sifatnya atau yang meyerupai perkumpulan Gerakan Pramuka dilarang adanya. 16 c. Landasan Operasional Landasan operasional dari pendidikan kepramukaan adalah : 1) Peraturan perundang-undangan tentang pendidikan 2) Keputusan Musyawarah Nasional (MUNAS) Gerakan Pramuka 3) Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka 4. Hakikat dan Sifat Gerakan Pramuka a. Hakikat Pendidikan Kepramukaan Hakekat Pendidikan Kepramukaan adalah: 1) Suatu proses pendidikan dalam bentuk kegiatan yang menyenangkan bagi anak dan pemuda dibawah tanggung jawab orang dewasa 16 Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka., h. vi

29 15 2) Suatu proses pendidikan yang dilaksanakan di luar lingkungan pendidikan sekolah dan lingkungan pendidikan keluarga 3) Dengan menggunakan prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan. Jadi, kepramukaan sebagai suatu proses pendidikan, harus merupakan kegiatan yang dapat dipertanggung jawabkan dan bernilai pendidikan. Sehingga kegiatannya harus terencana, dipersiapkan, dilaksanakan dan dapat bernilai dai segi pendidikan dan kejiwaan. b. Sifat Pendidikan Kepramukaan Sifat pendidikan kepramukaan mempunyai tiga sifat atau ciri khas, yaitu 17 : 1) Nasional Memiliki arti, bahwa suatu organisasi yang meyelenggarakan pendidikan kepramukaan disuatu Negara haruslah menyesuaikan pendidikannya itu dengan keadaan, kebutuhan, kepentingan masyarakat, bangsa dan Negara. Hal inilah yang membedakan pelaksanaan pendidikan kepramukaan di Indonesia dengan Negaranegara lain. 2) Internasional Yang berarti, bahwa organisasi kepramukaan di Negara manapun di dunia ini harus mengembangkan rasa persaudaraan dan persahabatan antara sesama anggota pramuka dan sesama manusia tanpa membedakan kepercayaan, agama, golongan, tingkat, suku dan bangsa. 3) Universal Yang berarti, bahwa kepramukaan dapat dipergunakan di mana saja untuk mendidik anak-anak dari bangsa apa saja,. Dimana dalam pelaksanaan pendidikannya selalu menggunakan prinsip dasar 17 Kwartir Daerah Gerakan Pramuka DKI Jakarta, Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar, (Jakarta: Kwartir Daerah DKI Jakarta, 2004), h. 8-9

30 16 kepramukaan dan metode kepramukaan. 18 Selain itu juga, dalam Anggaran Dasar Gerakan Pamuka Bab III Pasal 7 ayat 2 dijelaskan bahwa Gerakan Pramuka adalah organisasi pendidikan yang keanggotaannya bersifat sukarela, tidak membedakan suku, ras, golongan dan agama. 19 Atas dasar ini, kaum muda dan orang dewasa berhak dan bebas memilih untuk menjadi atau tidak sebagai anggota Gerakan Pramuka. Bagi mereka tidak ada paksaan atau tekanan dari orang lain yang menuntut mereka harus masuk menjadi anggota Gerakan Pramuka. Akan tetapi mereka menjadi anggota pramuka atas dasar kehendak dan kemauan mereka sendiri. Jadi, sifat kesukarelaan ini merupakan ketentuan konstitusional keanggotaan oganisasi Gerakan Pramuka yang ada diseluruh dunia. Gerakan Pramuka yang keanggotaannya tidak berdasarkan atas kesukarelaan, bukanlah termasuk organisasi kepramukaan dan tidak bisa menjadi anggota atau bagian dari World Organization Of Scout Movement (WOSM) Tugas Pokok Gerakan Pramuka Dalam melaksanakan kegiatannya, Gerakan Pramuka selalu memperhatikan keadaan, kemampuan, kebutuhan dan minat perserta didiknya. Untuk itu, tugas pokok Gerakan Pramuka yang termaktub dalam Anggaran Dasar Gerakan Pramuka Pasal 5 adalah: Gerakan Pramuka mempunyai tugas pokok menyelenggarakan kepramukaan bagi kaum muda guna menumbuhkan tunas 18 Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar, (Jakarta: Penerbit Kwartir Nasional, 1983), h Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka., h Andri Bob Sunardi, Boyman, Ragam Latih Pramuka., cet.ke-6, h. 4

31 17 bangsa, agar menjadi generasi yang lebih baik yang sanggup bertanggung jawab dan mampu membina serta mengisi kemerdekaan. 21 Jadi, dengan demikian Gerakan Pramuka dalam melaksanakan kegiatannya harus selalu mengacu pada Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan yang meupakan ciri khas untuk memberdakan kepramukaan dengan pendidikan lainnya. 6. Tujuan dan Fungsi Gerakan Pramuka a. Tujuan Gerakan Pramuka Sesuai dengan Keputusan Presiden No. 238 tahu 1961 yang menetapkan bahwa gerakan pramuka sebagai satu-satunya badan yang diberi tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan pendidikan kepanduan bagi anak-anak dan pemuda Indonesia. Pendidikan kepramukaan ini dilaksankan di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga, yang tujuannya sebagaimana dijelaskan dalam Anggran Dasar dan Anggran Rumah Tangga Gerakan Pramuka, bahwa: Gerakan Pramuka bertujuan mendidik anak-anak dan pemuda Indonesia dengan menggunakan prinsip-prinsip Dasar Metodik Pendidikan Kepramukaan yang pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan bangsa dan masyarakat Indonesia. 22 Pembinaan dan pendidikan yang diselenggarakan dalam kegiatan Pramuka yang bertujuan untuk mendidik anak-anak dan pemuda Indonesia agar mereka menjadi: 1) Manusia berkepribadian, berwatak, dan berbudi pekerti luhur yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, kuat mental dan tinggi moral, tinggi kecerdasan dan mutu keterampilannya, serta kuat dan sehat jasmaninya. 21 Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka., h Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Bahan Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar..., h. 43

32 18 2) Warga negara republik Indonesia yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, yang dapat membangun dirinya sendiri secara mandiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa dan negara. 23 Dengan demikian Gerakan Pramuka merupakan wadah pembinaan bagi anak-anak dan pemuda Indonesia agar menjadi manusia yang berkepribadian dan berwatak luhur serta tinggi mental, moral, budi pekerti, dan kuat keyakinan beraggamanya, sehat jasmani dan rohaninya serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. b. Fungsi Gerakan Pramuka Dari uraian di atas tentang hakekat dan sifat pendidikan kepramukaan tersebut di atas, maka kepramukaan mempunyai fungsi sebagai beikut: 1) Kegiatan yang menarik bagi anak dan pemuda Kegiatan menarik (game) yang dimaksudkan di sini adalah kegiatan yang menyenangkan dan mengandung pendidikan serta mempunyai tujuan dan aturan permainan yang jelas dan bukan sekedar permainan yang hanya bersifat hiburan saja. Kegiatan yang menarik ini harus ditujukan dari pencapaian tujuan pendidikan kepramukaan. Dengan model pendidikan yang seperti ini, diharapkan akan lebih mudah dalam mencapai tujuan. Karena anak didik diberikan keleluasaan bergerak dengan menghindari hal-hal yang merugikan diri sendiri dan masyarakat dengan tetap ada pengawasan dari pihak Pembina atau Orang Dewasa. 2) Pengabdian bagi Orang Dewasa Bagi Orang Dewasa, kepramukaan bukan lagi permainan (game), melainkan suatu tugas yang memerlukan keikhlasan, kerelaan dan 23 Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Bahan Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar..., h. 6

33 19 pengabdian. Orang Dewasa mempunyai kewajiban untuk secara sukarela membaktikan dirinya demi suksesnya pencapaian tujuan organisasi Gerakan Pramuka. 3) Alat bagi Masyarakat dan Organisasi Pendidikan kepramukaan berfungsi sebagai alat bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat dan sebagai alat bagi oganisasi untuk mencapai tujuan organisasinya. Jadi, kegiatan pramuka yang diberikan sebagai latihan berkala dalam satuan Gerakan Pramuka itu sekedar alat saja dan bukan tujuan. Dengan demikian, kepramukaan sebagai proses pendidikan harus merupakan kegiatan yang dapat dipertanggungjawabkan dan bernilai pendidikan. Sedangkan menurut Anggaran Dasar Gerakan Pramuka pasal 6, dinyatakan bahwa: Gerakan Pramuka berfungsi sebagai lembaga pendidikan di luar sekolah dan di luar keluarga serta sebagai wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda, menerapkan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan serta Sistem Among, yang pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan bangsa serta masyarakat Indonesia Prinsip-prinsip Dasar Metode Pendidikan Kepramukaan Prinsip-prinsip dasar metodik pendidikan kepramukaan merupakan prinsip yang digunakan dalam pendidikan kepramukaan, yang membedakannya dengan gerakan pendidikan lainnya. Boden Powell telah meyusun prinsip-prinsip dasar metodik pendidikan kepramukaan dan menggunakannya untuk membina generasi muda melalui pendidikan kepramukaan. Dalam Anggaran Dasar Gerakan Pramuka dinyatakan bahwa prinsip-prinsip yang ada dalam PDMPK adalah: a. Prinsip Kesukarelaan 24 Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka., h. 6

34 20 Prinsip kesukarelaan merupakan sikap atau perbuatan yang bukan karena paksaan atau tekanan, melainkan karena kesenangan yang kemudian menumbuhkan kerelaan dalam hati mereka. Sikap laku itu dilandaskan pada sifat-sifat ketulusan hati, tanpa pamrih, mengutamakan kewajiban dari pada hak, pengabdian dan tanggung jawab. b. Prinsip Kode Kehormatan Kode kehormatan adalah suatu norma atau ukuran kesadaran mengenai akhlak (perbuatan baik) yang tersimpan di dalam hati orang sebagai akibat karena orang tersebut tahu akan harga dirinya. 25 Kode kehormatan Gerakan Pramuka merupakan suatu norma dalam kehidupan dan penghidupan para anggota Gerakan Pramuka yang merupakan ukuran, norma atau standar tingkah laku kepramukaan Indonesia. Gerakan Pramuka sebagai oraganisasi pendidikan nonformal, menyelenggarakan pendidikan kepramukaan yang sasaran utamanya adalah pembinaan watak. Dalam melaksanakan pendidikan kepada peserta didik hanya digunakan suatu norma yang diperlukan dan praktis berguna untuk kehidupan dan penghidupannya. Kode kehormatan sebagai cara untuk pendidikan dan pembinaan budi yang luhur. Setiap anggota Gerakan Pramuka adalah anggota masyarakat, oleh karena itu, sebagai anggota masyarakat maka seorang pramuka harus merupakan anggota masyarakat yang berharga dan dihargai masyarakat. Pandangan masyarakat itu negatif atau positif tergantung pada sikap, perbuatan dan tingkah laku pramuka itu. Dengan adanya kode kehormatan, maka diharapkan seorang pramuka memiliki pegangan yang baik dalam kehidupannya di tengah masyarakat, sehingga memperoleh pandangan yang positif dari masyarakat. Bagi 25 Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Bahan Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar..., h. 56

35 21 masyarakat kode kehormatan pramuka merupakan standar ukuran tingkah laku seorang pramuka. Maka dengan kode kehormatan itu masyarakat melakukan kontrol sosial terhadap pramuka dan Gerakan Pramuka. Kode kehormatan bagi anggota Gerakan Pramuka disesuaikan dengan golongan atau tingkatannya serta perkembangan jasmani dan rohaninya, yaitu: 1) Kode Kehormatan bagi Pramuka Siaga (usia 7 s/d 10 Tahun) yaitu Dwi Satya yang berarti dua Janji dan Dwi Darma. Adapun bunyi dari pada isi dari Dwi Satya adalah sebagai berikut : a) Dwi Satya : (1) Demi kehormatanku aku berjanji akan bersungguh-sungguh menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan dan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Menurut aturan keluarga; (2) Setiap hari berbuat kebaikan. b) Dwi Darma (1) Siaga itu menurut ayah ibundanya; (2) Siaga itu berani dan tidak putus asa. 2) Kode Kehormatan bagi Pramuka Penggalang (usia 11 s/d 15 tahun) yaitu Tri Satya dan Dasa Darma. a) Tri Satya (1) Demi Kehormatanku aku berjanji akan bersungguh-sungguh menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan dan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan mengamalkan pancasila; (2) Menolong sesama hidup dan mempesiapkan diri membangun masyarakat; (3) Menepati Dasa Darma. b) Dasa Darma Pramuka itu : (1) Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

36 22 (2) Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia; (3) Patriot yang sopan dan ksatria; (4) Patuh dan suka bermusyawarah; (5) Rela Menolong dan Tabah; (6) Rajin, Trampil dan Gembira; (7) Hemat, cermat dan bersahaja; (8) Didplin, berani dan setia; (9) Bertanggung jawab dan dapat dipercaya; (10) Suci dalam pikiran perkataan dan perbuatan. 3) Kode Kehormatan bagi Pramuka Penegak (usia 16 s/d 20 tahun) dan Pramuka Pandega (usia 21 s/d 25 tahun) yaitu sama dengan kode kehormatan pada pramuka penggalang, namun ada sedikit perbedaan dalam Tri Satya butir ke-1, yakni jika kode kehormatan pramuka penggalang masih dalam tahap mengamalkan Pancasila dan mempersiapkan diri membangun masyarakat. Maka pada kode kehormatan bagi pramuka penegak dan pramuka pandega sudah dalam tahap menjalankan Pancasila dan sudah dalam tahap ikut serta membangun masyarakat. 4) Kode Kehormatan bagi anggota Pramuka Dewasa (usia diatas 25 tahun) itu juga sama yaitu terdiri atas Tri Satya dan Dasa darma. 26 Penerapan dari prinsip Kode kehormatan ini haruslah dirasakan oleh setiap anggota pramuka. Bahwa ia menerima Kode Kehormatan bukan sebagai tanggung jawab yang berat akan tetapi terhormat. Karena itu, proses kegiatan penerimaan kode kehormatan ini haruslah dinyatakan dihadapan para saksi dalam suasana yang penuh kehormatan sebagai landasan gerak dan tingkah lakunya di tengah-tengah masyarakat. 26 Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Anggran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka., h

37 23 c. Sistem beregu Gerakan Pramuka adalah gerakan anak-anak dan pemuda-pemuda, dipimpin oleh anak dan pemuda itu sendiri, dengan bimbingan dan tanggung jawab orang dewasa. Salah satu sifat anak atau pemuda adalah kesenangan untuk mencari teman dan kelompok, kemudian bersama melakukan kegiatan sesuai dengan aspirasi dan keinginan mereka. Kegiatan-kegiatan itu dapat berbentuk kegiatan yang negatif atau positif. Penerapan sistem beregu ini merupakan usaha untuk mengarahkan sifat anak atau pemuda tersebut kearah kegiatan positif dan sebagai alat proses pendidikan untuk mencapai tujuan gerakan pramuka. Sistem beregu harus dilaksanakan dalam gerakan pramuka dengan tujuan agar peserta didik memperoleh kesempatan untuk belajar memimpin dan belajar dipimpin, belajar berorganisasi, belajar memikul tanggung jawab, belajar mengatur diri, belajar menyesuaikan dan menempatkan diri, belajar bekerja dan bekerjasama serta belajar kerukunan. 27 d. Sistem Satuan Terpisah Prinsip-prinsip satuan terpisah adalah memisahkan satuan-satuan untuk anggota putra dan anggota putri. Pelaksanaan sistem satuan ini disesuaikan dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga gerakan pramuka, yakni: satuan pramuka putri dibina oleh pembina putri, satuan pramuka putra dibina oleh pembina putra, tidak dibenarkan jika satuan pramuka putri dibina oleh pembina putra, dan begitu pula sebaliknya, kecuali perindukan siaga putra dapat dibina oleh pembina putri Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Bahan Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar..., h Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka., h. 41

38 24 Gerakan Pramuka menyelenggarakan pendidikan bagi anak remaja, pemuda baik putra maupun putri, oleh karena itu semua kegiatan harus dilaksanakan sesuai dengan jenis peserta didik. Dengan satuan terpisah antara satuan putra dan satuan putri, maka proses pendidikan bagi masing-masing jenis peserta didik menjadi lebih intensif dan efektif. Jika kegiatan itu diselenggarakan dalam bentuk perkemahan maka harus dijaga agar tempat perkemahan putra dan perkemahan putri terpisah dan berjauhan letaknya. e. Sistem Tanda Kecakapan Tanda kecakapan merupakan tanda yang menunjukkan keterampilan dan kecakapan tertentu yang dimiliki seorang peserta didik anggota Gerakan Pramuka. Dalam Gerakan Pramuka keinginan atau kesukaan yang wajar itu dimanfaatkan untuk mendorong peserta didik, supaya ia berinisiatif mengembangkan dirinya dalam berbagai macam kecakapan dan kepandaian baik dibidang teknis maupun mental spiritual. Setiap pramuka harus berusaha untuk memperoleh kecakapan yang berguna bagi kehidupannya dan bagi kebaktiannya kepada masyarakat. Tanda kecakapan adalah alat untuk mendorong dan merangsang para pramuka supaya berusaha memperoleh kecakapan itu. Tanda-tanda kecakapan diberikan kepada peserta didik setelah yang bersangkutan melakukan suatu usaha untuk memperoleh tanda kecakapan itu. Usaha tersebut harus timbul dari swakarsa peserta didik itu sendiri, tidak diatur oleh pembina pramuka. Tanda kecakapan yang dimiliki peserta didik karena suatu kecakapan sesuai dengan situasi dan kondisi peserta didik yang bersangkutan haruslah terjamin bahwa kecakapan itu cukup dapat dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu perlu adanya proses penilaian dalam bentuk ujian, namun demikian harus diperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Di antara berbagai program dan kegiatan pembangunan Nasional, salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Di antara berbagai program dan kegiatan pembangunan Nasional, salah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Di antara berbagai program dan kegiatan pembangunan Nasional, salah satunya adalah pembangunan di bidang pendidikan yang di kenal dengan sebutan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di antara berbagai program kegiatan pembangunan nasional, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Di antara berbagai program kegiatan pembangunan nasional, salah satunya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di antara berbagai program kegiatan pembangunan nasional, salah satunya adalah pembangunan di bidang pendidikan yang dikenal dengan sebutan pendidikan nasional.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. SEJARAH PRAMUKA 1.1 SEJARAH GERAKAN PRAMUKA Berbicara tentang Gerakan Pramuka, maka tidak akan terlepas dari pada sejarah pendiri dari Gerakan Kepanduan

Lebih terperinci

PRAMUKA EKSTRAKULIKULER WAJIB DI SEKOLAH. Saipul Ambri Damanik

PRAMUKA EKSTRAKULIKULER WAJIB DI SEKOLAH. Saipul Ambri Damanik Jurnal Ilmu Keolahragaan Vol. 13 (2) Juli Desember 2014: 16-21 PRAMUKA EKSTRAKULIKULER WAJIB DI SEKOLAH Saipul Ambri Damanik Abstrak: Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam UUD RI Tahun 1945 pasal 31 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, dan ayat 3 menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kepribadian ditujukan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah fundamental dalam pembangunan bangsa dan merupakan bekal yang harus dimiliki oleh setiap generasi muda agar kelak dapat menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt Berfirman. dalam surat Al-Mujadallah ayat 11.

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt Berfirman. dalam surat Al-Mujadallah ayat 11. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan dunia pendidikan merupakan salah satu sektor terpenting dalam pembangunan nasional. Melalui pendidikan inilah diharapkan akan lahir manusia Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan wahana pendidikan formal dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai peserta didik yang mampu melahirkan nilai-nilai pancasila

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER YANG TERKANDUNG DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA

BAB II KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER YANG TERKANDUNG DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA BAB II KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER YANG TERKANDUNG DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA A. Sejarah Gerakan Pramuka Gagasan Boden Powell yang cemerlang dan menarik mengenai konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Alfitra Salam, APU, Makalah Simposium Satu Pramuka Untuk Satu Merah Putih,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Alfitra Salam, APU, Makalah Simposium Satu Pramuka Untuk Satu Merah Putih, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya penting yang dapat menunjang pembentukan watak, karakter dan akhlak manusia adalah melalui pendidikan secara terus menerus. Pendidikan yang

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PEMBUKAAN

ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PEMBUKAAN ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya kemerdekaan rakyat Indonesia yang telah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan dan perkembangan pendidikan sejalan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga perubahan akhlak pada anak sangat dipengaruhi oleh pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai. keterampilan-keterampilan pada siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai. keterampilan-keterampilan pada siswa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG INTENSITAS BIMBINGAN MEMBACA AL-QUR AN OLEH GURU DENGAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR AN PESERTA DIDIK KELAS IV MI GONDANG KECAMATAN WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Generasi muda adalah generasi penerus bangsa. Membangun manusia Indonesia diawali dengan membangun kepribadian kaum muda. Sebagai generasi penerus, pemuda harus

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.131, 2010 PENDIDIKAN. Kepramukaan. Kelembagaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5169) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini banyak membawa pengaruh positif maupun negatif bagi penggunanya. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini banyak membawa pengaruh positif maupun negatif bagi penggunanya. Apabila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Komunikasi) dewasa ini banyak membawa pengaruh positif maupun negatif bagi penggunanya. Apabila generasi muda

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan kepribadian ditujukan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi sosial kultural masyarakat Indonesia( Hamalik, 2001: 1)

BAB I PENDAHULUAN. kondisi sosial kultural masyarakat Indonesia( Hamalik, 2001: 1) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Profesionalisme guru berkembang sesuai dengan kemajuan masyarakat modern, hal ini menuntut beraneka ragam spesialisasi yang sangat diperlukan dalam masyarakat yang semakin

Lebih terperinci

Kode Kehormatan Pramuka

Kode Kehormatan Pramuka Kode Kehormatan Pramuka (1) Kode Kehormatan Pramuka yang terdiri atas janji yang disebut satya dan ketentuan moral yang disebut Darma adalah salah satu unsur yang terdapat dalam Metode Kepramukaan. (2)

Lebih terperinci

3BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bagi rakyatnya, sehingga mampu mandiri dan dapat membangun bangsa.

3BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bagi rakyatnya, sehingga mampu mandiri dan dapat membangun bangsa. 3BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Pendidikan selain merupakan suatu alat bagi tercapainya suatu tujuan hidup bangsa, akan tetapi juga suatu cara untuk mengubah kualitas bangsa.

Lebih terperinci

Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta : Kemenpora, 2010), hlm Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta : Kemenpora, 2010), hlm Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang-Undang Republik BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN KARAKTER YANG TERKANDUNG DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DAN RELEVANSINYA DENGAN PENCAPAIAN KURIKULUM 2013 A. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek yang mempunyai peranan pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk masa yang akan datang. Maka dari itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan diselenggarakan dalam rangka mengembangkan pengetahuan, potensi, akal dan perkembangan diri manuisa, baik itu melalui jalur pendidikan formal,

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa sesungguhnya manusia membutuhkan pendidikan dalam

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kepribadian ditujukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. posisi itu selalu didambakan oleh semua orang yang benar dan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. posisi itu selalu didambakan oleh semua orang yang benar dan orang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghafal Al-Qur an merupakan suatu keutamaan yang besar dan posisi itu selalu didambakan oleh semua orang yang benar dan orang yang bercita-cita tulus, serta berharap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa diantaranya yang paling meresahkan adalah penyalahgunaan. narkoba dan bahkan sampai menjerumus kepada seks bebas.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa diantaranya yang paling meresahkan adalah penyalahgunaan. narkoba dan bahkan sampai menjerumus kepada seks bebas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pada masa sekarang ini pergaulan bebas sangatlah berbahaya apalagi yang banyak terjadi pada kalangan pemuda calon penerus generasi bangsa diantaranya yang paling meresahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat dianjurkan pelaksanaannya oleh Allah SWT. Islam juga memerintah

BAB I PENDAHULUAN. sangat dianjurkan pelaksanaannya oleh Allah SWT. Islam juga memerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam memandang pendidikan dan pengajaran adalah sebuah perintah yang sangat dianjurkan pelaksanaannya oleh Allah SWT. Islam juga memerintah pengikutnya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan dan perkembangan diberbagai bidang yang ada di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan dan perkembangan diberbagai bidang yang ada di masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Negara Indonesia pada zaman sekarang ini cukup pesat sekali karena dipengaruhi oleh era globalisasi yang hampir merata di seluruh dunia terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadilah ayat 11:

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadilah ayat 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam sebagai agama yang tinggi, selalu meletakkan pendidikan dan pada derajat yang tinggi. Adapun untuk memperoleh derajat manusia didunia adalah melalui ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGUASAAN MATERI AQIDAH AKHLAK TERHADAP PERILAKU SOSIAL SISWA KELAS V MI ISLAMIYAH BULUSARI KECAMATAN SAYUNG KABUPATEN DEMAK TAHUN AJARAN

PENGARUH PENGUASAAN MATERI AQIDAH AKHLAK TERHADAP PERILAKU SOSIAL SISWA KELAS V MI ISLAMIYAH BULUSARI KECAMATAN SAYUNG KABUPATEN DEMAK TAHUN AJARAN PENGARUH PENGUASAAN MATERI AQIDAH AKHLAK TERHADAP PERILAKU SOSIAL SISWA KELAS V MI ISLAMIYAH BULUSARI KECAMATAN SAYUNG KABUPATEN DEMAK TAHUN AJARAN 2012 / 2013 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan kepribadian ditujukan

Lebih terperinci

MANAJEMEN KESISWAAN DAN PENGEMBANGAN NILAI ISLAMI SISWA (Studi Empirik di MTs Negeri Surakarta 1 Tahun Pelajaran 2012/2013) SKRIPSI

MANAJEMEN KESISWAAN DAN PENGEMBANGAN NILAI ISLAMI SISWA (Studi Empirik di MTs Negeri Surakarta 1 Tahun Pelajaran 2012/2013) SKRIPSI MANAJEMEN KESISWAAN DAN PENGEMBANGAN NILAI ISLAMI SISWA (Studi Empirik di MTs Negeri Surakarta 1 Tahun Pelajaran 2012/2013) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Atau dalam istilah lain yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur luar sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Atau dalam istilah lain yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur luar sekolah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Pendidikan merupakan suatu proses yang panjang diselenggarakan di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, baik secara formal maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UNESCO (DEPAG RI, 2004: 8) mencanangkan pilar-pilar penting dalam pendidikan, yakni bahwa pendidikan hendaknya mengembangkan kemampuan belajar untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Smith Baden Powell yang kemudian lebih dikenal dengan Bapak Pandu Sedunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Smith Baden Powell yang kemudian lebih dikenal dengan Bapak Pandu Sedunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Munculnya gerakan kepanduan dunia dipelopori oleh Robert Stephenson Smith Baden Powell yang kemudian lebih dikenal dengan Bapak Pandu Sedunia (22 Februari 1857-8

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR: 220 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN POKOK-POKOK ORGANISASI GERAKAN PRAMUKA

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR: 220 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN POKOK-POKOK ORGANISASI GERAKAN PRAMUKA KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR: 220 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN POKOK-POKOK ORGANISASI GERAKAN PRAMUKA Menimbang Ketua, : a. bahwa untuk keseragaman dan keselarasan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian dan kemampuan menuju kedewasaan serta pembentukan manusia

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian dan kemampuan menuju kedewasaan serta pembentukan manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan menuju kedewasaan serta pembentukan manusia seutuhnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang beriman dan bertaqwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah Usaha sadar yang dengan sengaja dirancang dan direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbelakang. Pendidikan harus benar-benar diarahkan untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. terbelakang. Pendidikan harus benar-benar diarahkan untuk menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Pendidikan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) STUDI KORELASI TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA KELAS VIII SMP N 4 CEPIRING KENDAL TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas

Lebih terperinci

MANAJEMEN KURIKULUM PROGRAM AKSELERASI DI SD Hj. ISRIATI BAITURRAHMAN 1 SEMARANG

MANAJEMEN KURIKULUM PROGRAM AKSELERASI DI SD Hj. ISRIATI BAITURRAHMAN 1 SEMARANG MANAJEMEN KURIKULUM PROGRAM AKSELERASI DI SD Hj. ISRIATI BAITURRAHMAN 1 SEMARANG SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Dalam Prodi Kependidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-Undang RI No.20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. nasional sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-Undang RI No.20 Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim dan muslimat, yang dimulai sejak lahirnya ke dunia sampai kembali ke liang lahat, baik ilmu agama maupun yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini, karena

BAB I PENDAHULUAN. selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pendidikan adalah laksana eksperimen yang tidak pernah selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini, karena pendidikan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 056 TAHUN 1982 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN KARANG PAMITRAN

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 056 TAHUN 1982 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN KARANG PAMITRAN KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 056 TAHUN 1982 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN KARANG PAMITRAN Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Menimbang : 1. bahwa dalam rangka usaha meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara sistematis dan terencana dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. secara sistematis dan terencana dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kualitas manusia yang dalam pelaksanaanya merupakan suatu proses yang berkesinambungan pada setiap jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam memandang manusia sebagai makhluk yang termulia dan sempurna. Ia

BAB I PENDAHULUAN. Islam memandang manusia sebagai makhluk yang termulia dan sempurna. Ia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam memandang manusia sebagai makhluk yang termulia dan sempurna. Ia diciptakan dengan sebaik-baik bentuk dan dibekali dengan berbagai potensi untuk dapat

Lebih terperinci

PROFIL GURU KEMUHAMMADIYAHAN DI SMP MUHAMMADIYAH (Studi Kasus SMP Muhammadiyah 1 Kartasura dan SMP Muhammadiyah 2 Kartasura Tahun Ajaran )

PROFIL GURU KEMUHAMMADIYAHAN DI SMP MUHAMMADIYAH (Studi Kasus SMP Muhammadiyah 1 Kartasura dan SMP Muhammadiyah 2 Kartasura Tahun Ajaran ) PROFIL GURU KEMUHAMMADIYAHAN DI SMP MUHAMMADIYAH (Studi Kasus SMP Muhammadiyah 1 Kartasura dan SMP Muhammadiyah 2 Kartasura Tahun Ajaran 2013-2014) SKRIPSI Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis

BAB I PENDAHULUAN. siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Upaya peningkatan mutu sumber daya manusia Indonesia, khususnya siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis (Renstra) Depdiknas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia ini sangat dinamis dalam arti perjalanan kehidupan seorang manusia dipengaruhi oleh apa yang terjadi di sekelilingnya dan manusia belajar apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu aspek utama yang memiliki peranan penting dalam mempersiapkan sekaligus membentuk generasi muda. Di

Lebih terperinci

MODEL KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN IBADAH UMRAH PADA PT AN-NAMIRA ALMA MULIA KOTA SEMARANG

MODEL KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN IBADAH UMRAH PADA PT AN-NAMIRA ALMA MULIA KOTA SEMARANG MODEL KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN IBADAH UMRAH PADA PT AN-NAMIRA ALMA MULIA KOTA SEMARANG Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Sosial Islam

Lebih terperinci

Islam adalah satu-satunya agama yang haq dan diridhoi Alloh SWT yang. disampaikan melalui nabi Muhammad SAW kepada seluruh umat manusia agar

Islam adalah satu-satunya agama yang haq dan diridhoi Alloh SWT yang. disampaikan melalui nabi Muhammad SAW kepada seluruh umat manusia agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah satu-satunya agama yang haq dan diridhoi Alloh SWT yang disampaikan melalui nabi Muhammad SAW kepada seluruh umat manusia agar dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu aspek penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu aspek penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan, bahkan termuat dalam undang-undang pendidikan nasional, karena pendidikan agama mutlak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. diantara ajaran tersebut adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. diantara ajaran tersebut adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Islam adalah agama yang universal, yang mengajarkan kepada manusia mengenai berbagai aspek kehidupan, baik duniawi maupun ukhrawi. Salah

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA HASIL MUNASLUB GERAKAN PRAMUKA TAHUN 2012

ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA HASIL MUNASLUB GERAKAN PRAMUKA TAHUN 2012 ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA HASIL MUNASLUB GERAKAN PRAMUKA TAHUN 2012 ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PEMBUKAAN Bahwa persatuan dan kesatuan bangsa dalam negara kesatuan yang adil dan makmur, materiil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan itu Allah Swt berfirman dalam Alquran surah At-Tahrim

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan itu Allah Swt berfirman dalam Alquran surah At-Tahrim BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diperoleh melalui jalur sekolah dan luar sekolah, salah satu jalur pendidikan luar sekolah adalah keluarga. Keluarga merupakan penanggung jawab pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama generasi muda sebagai pemegang estafet perjuangan untuk mengisi

BAB I PENDAHULUAN. terutama generasi muda sebagai pemegang estafet perjuangan untuk mengisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan suatu negara pendidikan memegang peranan yang penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen. Keberhasilan sekolah dalam melaksanakan apa yang telah

BAB I PENDAHULUAN. manajemen. Keberhasilan sekolah dalam melaksanakan apa yang telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepemimpinan pada hakikatnya merupakan fungsi inti dalam proses manajemen. Keberhasilan sekolah dalam melaksanakan apa yang telah direncanakan atau diorganisasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dasawarsa terakhir ini krisis kepercayaan diri bangsa Indonesia, khususnya para generasi mudanya memang sudah cukup memprihatinkan. Berbagai tindakan yang banyak

Lebih terperinci

ISSN: PRAMUKA SEBAGAI WADAH PEMBENTUKAN PENDIDI- KAN BERKARAKTER

ISSN: PRAMUKA SEBAGAI WADAH PEMBENTUKAN PENDIDI- KAN BERKARAKTER ISSN: 2407-2095 PRAMUKA SEBAGAI WADAH PEMBENTUKAN PENDIDI- KAN BERKARAKTER Yatik Septi Wulandari Mahasiswa prodi PGMI Semester V yatikwulandari@yahoo.co.id Abstrak Pendidikan karakter merupakan sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan kepada anak-anaknya dengan memberikan bimbingan, perintah,

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan kepada anak-anaknya dengan memberikan bimbingan, perintah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Lingkungan keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat. Dan lingkungan keluarga itulah orang tua selaku subjek pendidikan melakukan pembinaan

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA BELAJAR AUDITORIAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X DI MA SILAHUL ULUM ASEMPAPAN PATI TAHUN PELAJARAN

PENGARUH GAYA BELAJAR AUDITORIAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X DI MA SILAHUL ULUM ASEMPAPAN PATI TAHUN PELAJARAN PENGARUH GAYA BELAJAR AUDITORIAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X DI MA SILAHUL ULUM ASEMPAPAN PATI TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Pendidikan merupakan hal yang secara mutlak harus dilakukan karena melalui pendidikan manusia dapat menjadi manusia seutuhnya, yaitu manusia

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DENGAN SIKAP BIRRUL WALIDAIN REMAJA DI DUSUN WONOREJO BANYUWANGI BANDONGAN MAGELANG

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DENGAN SIKAP BIRRUL WALIDAIN REMAJA DI DUSUN WONOREJO BANYUWANGI BANDONGAN MAGELANG HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DENGAN SIKAP BIRRUL WALIDAIN REMAJA DI DUSUN WONOREJO BANYUWANGI BANDONGAN MAGELANG SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan hidup secara tepat dimasa akan datang atau dapat juga didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan hidup secara tepat dimasa akan datang atau dapat juga didefinisikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar yang dikakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan yang

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Dalam Ilmu Pendidikan Matematika.

SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Dalam Ilmu Pendidikan Matematika. PENGARUH KESIAPAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN LIMIT PADA PESERTA DIDIK KELAS XI SEMESTER 2 DI MADRASAH ALIYAH MATHOLI UL HUDA BUGEL JEPARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Maju tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Maju tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Pendidikan merupakan sesuatu yang urgen bagi kehidupan manusia. Maju tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA MENGENAI VARIASI GAYA MENGAJAR GURU DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X DI MAN KENDAL

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA MENGENAI VARIASI GAYA MENGAJAR GURU DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X DI MAN KENDAL HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA MENGENAI VARIASI GAYA MENGAJAR GURU DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X DI MAN KENDAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Lebih terperinci

Oleh: AJI ABDUL MAJID NIM:

Oleh: AJI ABDUL MAJID NIM: PENDIDIKAN KARAKTER YANG TERKANDUNG DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DAN RELEVANSINYA DENGAN PENCAPAIAN KURIKULUM 2013 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan nasional tersirat dalam undang-undang sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan nasional tersirat dalam undang-undang sistem pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Pendidikan adalah bagian dari proses kehidupan bernegara, yang mana visi dari pendidikan nasional tersirat dalam undang-undang sistem pendidikan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOPERATIF TIPE COOPERATIVE, INTEGRATED, READING AND COMPOSITION

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOPERATIF TIPE COOPERATIVE, INTEGRATED, READING AND COMPOSITION PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOPERATIF TIPE COOPERATIVE, INTEGRATED, READING AND COMPOSITION (CIRC) PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IV DI MI KHADIJAH BANJARMASIN OLEH MAHDIATI UNIVERSITAS ISLAM

Lebih terperinci

OLEH MUNAZZIFAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2017 M/1438 H

OLEH MUNAZZIFAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2017 M/1438 H PERBANDINGAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS V DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI MANTEL SANG AHLI DAN EVERYONE IS A TEACHER HERE PADA PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI 9 BANJAR

Lebih terperinci

Oleh: LITA SEPTIANI

Oleh: LITA SEPTIANI STUDI TENTANG PELAKSANAAN EVALUASI PEMBELAJARAN OLEH GURU FISIKA DI MAN PEMALANG Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana (S.1) dalam Ilmu Pendidikan Fisika

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) PADA MATERI PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL SISWA KELAS

Lebih terperinci

UPAYA GURU AQIDAH AKHLAK DALAM MENDISIPLINKAN SISWA DI MAN 2 MODEL BANJARMASIN OLEH ANNISA DAMAYANTI

UPAYA GURU AQIDAH AKHLAK DALAM MENDISIPLINKAN SISWA DI MAN 2 MODEL BANJARMASIN OLEH ANNISA DAMAYANTI UPAYA GURU AQIDAH AKHLAK DALAM MENDISIPLINKAN SISWA DI MAN 2 MODEL BANJARMASIN OLEH ANNISA DAMAYANTI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2016 M/1437 H UPAYA GURU AQIDAH AKHLAK DALAM MENDISIPLINKAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk merangsang manusia agar dapat

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk merangsang manusia agar dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk merangsang manusia agar dapat mengembangkan potensi diri, sehingga dapat didayagunakan dalam kehidupan baik sebagai

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN MOTIVASI BELAJAR PAI SISWA KELAS XI SMAIT ABU BAKAR JOGJAKARTA

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN MOTIVASI BELAJAR PAI SISWA KELAS XI SMAIT ABU BAKAR JOGJAKARTA HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN MOTIVASI BELAJAR PAI SISWA KELAS XI SMAIT ABU BAKAR JOGJAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Tugas dan Syarat-syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. kehidupan manusia, baik terhadap aktivitas jasmaniahnya, pikiran-pikirannya,

BAB I LATAR BELAKANG. kehidupan manusia, baik terhadap aktivitas jasmaniahnya, pikiran-pikirannya, BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Pendidikan yaitu mengajarkan segala sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, baik terhadap aktivitas jasmaniahnya, pikiran-pikirannya, maupun terhadap ketajaman

Lebih terperinci

PERAN BAITUL ARQOM DALAM MENANAMKAN FONDASI KARAKTER ISLAM (STUDI MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PERAN BAITUL ARQOM DALAM MENANAMKAN FONDASI KARAKTER ISLAM (STUDI MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PERAN BAITUL ARQOM DALAM MENANAMKAN FONDASI KARAKTER ISLAM (STUDI MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN 2012/2013) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang tercantum dalam Undangundang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang berbunyi:

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam. Oleh:

SKRIPSI. Disusun untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam. Oleh: PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG USWATUN HASANAH ORANG TUA MURID TERHADAP AKHLAK SISWA KELAS ATAS SDN 3 KEDUNGGADING TAHUN 2012 KECAMATAN RINGINARUM KABUPATEN KENDAL SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Tugas

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS SDM (STUDI KASUS DI SD MUHAMMADIYAH PROGRAM KHUSUS KOTTA BARAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013)

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS SDM (STUDI KASUS DI SD MUHAMMADIYAH PROGRAM KHUSUS KOTTA BARAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013) KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS SDM (STUDI KASUS DI SD MUHAMMADIYAH PROGRAM KHUSUS KOTTA BARAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan untuk membentuk kepribadian peserta didik seperti yang dimaksud dalam tujuan gerakan pramuka tidak dapat dilaksanakan dalam waktu yang singkat secara sekaligus,

Lebih terperinci

GERAKAN PRAMUKA IKIP BANDUNG HINGGA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA TAHUN

GERAKAN PRAMUKA IKIP BANDUNG HINGGA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA TAHUN 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Gerakan Pramuka Indonesia adalah nama organisasi pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan kepanduan yang dilaksanakan di Indonesia, Kata "Pramuka" merupakan

Lebih terperinci

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU AL-QUR AN HADITS TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI MAN SEMARANG 1 TAHUN PELAJARAN

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU AL-QUR AN HADITS TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI MAN SEMARANG 1 TAHUN PELAJARAN PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU AL-QUR AN HADITS TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI MAN SEMARANG 1 TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN JURUSAN AGAMA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI SUKOHARJO ( TINJAUAN KURIKULUM )

PENGEMBANGAN JURUSAN AGAMA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI SUKOHARJO ( TINJAUAN KURIKULUM ) PENGEMBANGAN JURUSAN AGAMA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI SUKOHARJO ( TINJAUAN KURIKULUM ) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat-syarat dari Tugas Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 3 BANJARMASIN

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 3 BANJARMASIN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 3 BANJARMASIN OLEH SITI ABIDAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2016M/1437H i PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al- terutama bidang kerohanian. Disana Al-Quran merupakan pedoman pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al- terutama bidang kerohanian. Disana Al-Quran merupakan pedoman pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedudukan Al-Qur an sebagai sumber pokok pendidikan dalam Islam dapat dilihat pada Al-Qur an surat An-Nahl ayat 64 Artinya: Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab

Lebih terperinci

PENERAPAN NILAI-NILAI AKHLAK DALAM MENUNTUT ILMU DI SMA MUHAMMADIYAH 1 PURBALINGGA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

PENERAPAN NILAI-NILAI AKHLAK DALAM MENUNTUT ILMU DI SMA MUHAMMADIYAH 1 PURBALINGGA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 PENERAPAN NILAI-NILAI AKHLAK DALAM MENUNTUT ILMU DI SMA MUHAMMADIYAH 1 PURBALINGGA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana (S1) pada program

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MAPEL PAI DI SD N JADI SUMBER REMBANG

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MAPEL PAI DI SD N JADI SUMBER REMBANG PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MAPEL PAI DI SD N JADI SUMBER REMBANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Firman Allah SWT. Dalam Surat Al-Mujaadilah [58:11]:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Firman Allah SWT. Dalam Surat Al-Mujaadilah [58:11]: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Firman Allah SWT. Dalam Surat Al-Mujaadilah [58:11]: ي ا أ ي ه ا آم ن وال إ ذ ا ق يل ل ك م ت ف س ح وا ف ي ل م ج ال س ف اف س ح وا ي ف س ح الل ه ل ك م و إ ذ ا ق يل ان

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk hal yang sangat diperhatikan di Indonesia disamping bidang yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. termasuk hal yang sangat diperhatikan di Indonesia disamping bidang yang lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah sesuatu yang penting dan dianggap pokok dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu sangat wajar dan tepat kalau bidang pendidikan termasuk hal yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dalam rangka terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa, berbudi

Lebih terperinci

PENGARUH PEMAKAIAN JILBAB TERHADAP PERILAKU SISWI KELAS XI SMA NEGERI 1 JATISRONO WONOGIRI

PENGARUH PEMAKAIAN JILBAB TERHADAP PERILAKU SISWI KELAS XI SMA NEGERI 1 JATISRONO WONOGIRI PENGARUH PEMAKAIAN JILBAB TERHADAP PERILAKU SISWI KELAS XI SMA NEGERI 1 JATISRONO WONOGIRI SKRIPSI Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

DAMPAK PEMBINAAN KEPRAMUKAAN TERHADAP TANGGUNG JAWAB SOSIAL PESERTA DIDIK

DAMPAK PEMBINAAN KEPRAMUKAAN TERHADAP TANGGUNG JAWAB SOSIAL PESERTA DIDIK DAMPAK PEMBINAAN KEPRAMUKAAN TERHADAP TANGGUNG JAWAB SOSIAL PESERTA DIDIK oleh : Lani Widia Astuti & Eka Jayadiputra Program Studi PPKn Universitas Islam Nusantara, Bandung ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi

Lebih terperinci

MANAJEMEN EKSTRAKURIKULER BIDANG OLAHRAGA DI MA NU 04 AL MA ARIF BOJA KENDAL

MANAJEMEN EKSTRAKURIKULER BIDANG OLAHRAGA DI MA NU 04 AL MA ARIF BOJA KENDAL MANAJEMEN EKSTRAKURIKULER BIDANG OLAHRAGA DI MA NU 04 AL MA ARIF BOJA KENDAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Manajemen Pendidikan Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang yang menentukan keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang yang menentukan keberhasilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu faktor yang yang menentukan keberhasilan suatu Negara. Pendidikan Nasional dilaksanakan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang

Lebih terperinci