Bandar Barus dalam Catatan Sejarah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bandar Barus dalam Catatan Sejarah"

Transkripsi

1 22 Bandar Barus dalam Catatan Sejarah Staf Pengajar Jurusan Sejarah Fakultas Sastra USU BARUS, kota kecil di pantai barat Sumatera Utara ini, pernah mashur ke seluruh dunia, sebagai bandar dagang yang mengekspor hasil kapur barus dan kemenyan berkualitas tinggi, yang sangat diminati pasar dunia. Barus ramai dikunjungi pedagang-pedagang berbagai bangsa, bahkan orang-orang Tamil dari India Selatan sampai menetap untuk berdagang. Tapi sekarang, Barus hampir terlupakan, nyaris seperti punahnya pohon kapur itu. 1. Pendahuluan Gerakan-gerakan kedatangan orang-orang India ke kawasan Asia Tenggara membawa serta agama dan kebudayaan Hindu, bermula sekitar awal tarikh Masehi. Yakni saat kekuatan kebudayaan Hindu merambat dan mempengaruhi hampir semua bangsa di dunia. Ketika itu India dan Cina adalah dua kekuatan besar di Asia yang telah memiliki peradaban yang kokoh dan sudah berkembang sejak ribuan tahun sebelumnya. Kebudayaan intelektual agama Hindu mempengaruhi kawasan Asia Tenggara yang sangat jauh tertinggal. Sedemikian kuatnya dominasi politik dan kebudayaan itu, Hall menegaskan barulah dengan kedatangan pengaruh kedua bangsa besar ini, India dan Cina, negeri-negeri di Asia Tenggara mulai berkembang dan mampu mencapai tingkat yang lebih tinggi (1987: 5). Di Indonesia, setelah perhubungan dagang dengan orang-orang India berlangsung selama beberapa abad masuklah pengaruh unsur-unsur budaya Hindu itu ke tengah-tengah budaya masyarakat Indonesia. Dengan masuknya pengaruh Hindu telah menimbulkan perubahan-perubahan besar dan sangat mendasar terhadap perkembangan budaya Indonesia. Terutama tampak dalam mengantarkan Indonesia memasuki jaman sejarah, yakni dengan ditemukannya keterangan-keterangan tertulis di Kutai (pedalaman Kalimantan Timur) dan juga di Jawa Barat (kerajaan Tarumanegara). Semua keterangan-keterangan tertulis itu dengan angka tahun Masehi. Pada permulaan kegiatan perdagangan India dengan Asia Tenggara tak segera berhubungan langsung dengan Indonesia, tetapi tumbuh secara bertahap hingga permintaan barang-barang dari Asia Tenggara (Indonesia termasuk bagian dari kesatuan wilayah perdagangan Asia Tenggara) diminati pasar internasional. Perdagangan Asia Tenggara adalah bagian dari kegiatan perdagangan internasional India dengan Asia Barat yang telah berlangsung selama beberapa abad sebelumnya. Meskipun kontak luar negeri pertama Indonesia adalah dengan India, akan tetapi keterangan mengenai perdagangan Indonesia pada umumnya berasal dari Cina. Berita Cina paling awal tentang Jawa sudah ada pada abad ke-5, sedangkan tentang Sumatera dan kepulauan Maluku baru ditemukan pada abad ke-7. Kapur barus dan kemenyan sudah termasuk barang yang diperdagangkan Cina dengan Sumatera sekurang-kurangnya mulai abad ke-7, dan pada waktuwaktu tertentu juga dicari oleh pedagang dari India dan Timur Tengah (Drakard, 2003: 17). Dalam abad itu, pedagang-pedagang Cina melalui Filipina, juga sudah sampai ke tempat penghasil rempah-rempah di kepulauan Maluku (Putuhena, 1980: 266). Oleh karena perdagangan adalah untuk memperoleh keuntungan, maka frekuensi kunjungan para pedagang pun ke Indonesia sangat tergantung perkembangan perdagangan itu sendiri di tempat-tempat tujuan perdagangan. Barus, kota kecil di pantai barat Sumatera Utara ini, punya catatan sejarah yang panjang. Pada jaman purba sudah termashur ke seluruh dunia sebagai tempat asal kapur barus dan kemenyan yang mutunya sangat tinggi, sehingga sangat dibutuhkan kalangan elite di Eropa dan Timur Tengah. Ptolomeus telah memasukkan Barus dalam buku ilmu buminya (160 Masehi). Lama sebelum bangsa-bangsa Eropa tiba, pedagang-pedagang Cina, India, dan Arab mencari kapur barus tersebut di pusat-pusat perdagangan Asia Tenggara, sebelum mereka berhasil mengunjungi langsung Barus. Dewasa ini Barus hampir terlupakan, sebab getah pohon yang wangi itu yang pernah membawa harum nama Barus, sudah lama punah. Dengan letak geografisnya di pesisir pantai, Barus bukan lagi sebuah pelabuhan, bahkan hasil tangkapan ikannya tak mampu membuat kehidupan ekonomi penduduknya lebih baik. Hasil pertanian dari Manduamas pun tak cukup untuk dipasarkan ke luar daerah. Objek wisata yang ada skalanya kecil, berupa kuburan-kuburan tua dan batu-batu nisan peninggalan Islam pertama dan Hindu di Makam Mahligai dan Lobu Tua. Di samping kuburan kuno Papan Tinggi, yang dipugar almarhum Adam Malik (mantan Wakil Presiden RI) semasa hayatnya, dengan membangun hampir 500 buah anak tangga untuk mencapai puncak di mana kuburan itu berada. Kemudian ada bekas kolam pemandian istana Sultan Putri Andam Dewi di Lobu Tua. Didorong untuk meraih ke-untungan dari hasil perdagangan kapur barus dan kemenyan menyebabkan orang-orang Tamil dari India Selatan telah datang dan bermukim di Barus. Berdasarkan batu bertulis Lobu Tua menunjukkan di Barus-lah ditemukan bukti tertulis paling tua tentang pengaruh

2 23 Hindu di Sumatera Utara. Melalui Barus, juga kerajaan Panei di Padang Lawas, masuk anasir-anasir budaya Hindu ke tengah-tengah budaya masyarakat tanah Batak. Terkadang Tapanuli disebut pula Tanah Batak, yang ditegaskan Castles untuk menunjukkan identitas etnisnya sebagai tempat tinggal sebagian besar orang Batak. Istilah tanah Batak (Battalanden) berasal dari Belanda dengan maksud untuk memberi batasan unit pemerintahan baru yang dibentuknya (2001: 2-3). 2. Barus Sebagai Bandar Perdagangan Untuk mengungkapkan sejarah Barus, terutama fungsinya sebagai kota pelabuhan dan perdagangan, bentuk dan sifat perdagangannya, hubungan per-dagangan luar negerinya, dan merupakan bandar tertua di Nusantara, diperlukan sumber-sumber tertulis, padahal sumber-sumbernya sangat langka. Drakard mengakui hal itu, bahwa keterangan tentang Barus barulah agak lengkap ditemukan setelah bangsa-bangsa Barat sampai di sana. Hingga abad ke-13, 14, dan 15, sumber sejarah termasuk mengenai kegiatan perdagangan di Barus masih langka (2003: 18) Penulisan Sejarah Akibat sumber-sumber sejarah yang langka, maka hampir tak ada penelitian tentang sejarah Barus, sehingga kita tak dapat mengetahui bagaimana unsurunsur dinamika masyarakatnya, sebab sejarah adalah menggambarkan proses perkembangan dan menjelaskan peristiwa bagaimana kita sampai kepada keadaan sekarang. Mengenai kurangnya perhatian terhadap penelitian sejarah kita, khususnya sejarah Barus, walaupun sangat tak memuaskan, tetapi sebenarnya tidak perlu terlalu dirisaukan, sebab keadaannya seolah-olah sudah terpola demikian, secara umum sama dengan yang terjadi di Asia Tenggara. Onghokham dalam Kata Pengantar buku Anthony Reid (1992: xiii) mengungkapkan dari seluruh sejarah Asia bahwa sejarah Asia Tenggara-lah yang paling tidak mendapat perhatian, bahkan boleh dibilang yang paling miskin penelitian sejarahnya dibandingkan dengan Asia Timur dan Asia Selatan. Di antara negara-negara Asia Tenggara, Indonesia masih lebih beruntung, karena agak kaya dengan karya-karya sejarahnya. Lebih jauh Onghokham mengakui ketakberdayaan sejarawan karena dianaktirikan di Indonesia termasuk di beberapa negara Asia Tenggara lainnya. Oleh karena negarawan, politisi, dan juga cendekiawan, sejarah dianggap tidak relevan dan tidak dirasakan sebagai kebutuhan untuk mengenal dirinya, dan bahkan lebih aneh lagi mereka menolak untuk mengenal dirinya sendiri. Selama kaum pembuat kebijakan atau pembenar kekuasaan berpendapat sejarah hanya untuk melegitimasi dan membenarkan ke-pentingan politik, maka para sejarawan akan tetap dianaktirikan di negaranya sendiri, sehingga suara mereka terpendam selamanya dan penelitian sejarahnya pun akan terus terbengkalai, jika tidak dilakukan oleh sejarawan sendiri. Keterangan paling tua mengenai Barus berasal dari abad ke-2 Masehi. Yaitu kitab ilmu bumi Geographike Hyphegesis karangan Ptolomeus (160 Masehi) sudah mencantumkan Barus, kemudian Pansur dan Lubuktua (= Lobu Tua). Ptolomeus tercatat sebagai pengarang Barat yang pertama menulis tentang Indonesia. Barus muncul dalam kitab yang ditulis Ptolomeus, sama sekali bukan dari hasil kunjungan langsung ke Indonesia, melainkan berdasarkan keterangan-keterangan mengenai hubungan dagang antara Mesir dan India, yang secara tidak langsung melibatkan Indonesia. Sarjana Yunani ini tinggal di Alexandria. Adapun Ptolomeus bukanlah satu-satunya pengarang Yunani atau Romawi yang pertama yang mempunyai sedikit pengetahuan mengenai Asia Tenggara. Pliny pun mempunyai catatan mengenai Timur Jauh dalam bukunya Natural Historiae, walupun keterangannya banyak salah (lihat Vlekke, 1967: 18-19). Pengarang Periplous di Lautan Hindia jelas telah melawat ke sebagian daerah Asia Selatan dan banyak mempelajari negeri-negeri yang terletak jauh di timur Ceylon, melalui saudagar-saudagar India. Laporan-nya digunakan oleh Ptolomeus yang mendapat keterangan lebih lanjut dari seorang awak kapal bernama Alexander, yang telah mengembara ke kawasan-kawasan sebelah timur Tanah Melayu. Ptolomeus menjelaskan perbedaan antara Negeri Emas dan Negeri Perak. Dalam kitab Ramayana disebutkan Yawadwipa dihiasi oleh tujuh buah negeri, Pulau Emas dan Perak, yang merupakan tempat-tempat paling jauh di dunia. Ptolomeus menyatakan, Negeri Emas dan Perak kedua-duanya terletak di benua Asia bagian tenggara. Tempat-tempat yang berdekatan dinamakan Semenanjung Emas di mana terdapat lima buah pulau Barousai, tiga buah pulau Sabadeibai, yang didiami oleh orang-orang yang memakan daging manusia, dan pulau Iabadiu yang berarti Pulau Sekoi (Yawadwipa dalam kitab Ramayana, menurut bahasa Sansekerta berarti Pulau Sekoi ). Di pulau Iabadui terdapat sebuah kota bernama Kota Perak. Vlekke menegaskan bahwa Semenanjung Emas yang dimaksudkan adalah Semenanjung Tanah Melayu, sedangkan pulau-pulau yang disebutkan ialah gugusan kepulauan Indonesia. Berdasarkan keterangan yang diberikan Alexander kepada Ptolomeus, tanpa ragu-ragu menjelaskan bahwa pada kurun waktu abad pertama Masehi telah ada hubungan perdagangan antara India dan Indonesia.

3 Perdagangan Kapur Barus Barus telah disebut-sebut Ptolomeus karena kedudukannya amat penting sebagai bandar internasional yang memperdagangkan dan mengekspor sejenis getah atau damar pohon yang wangi, yang dinamakan kamfer atau kapur barus (dryabanalops camphore), di samping damar kemenyan (styrax benzoin dryander). Kedua jenis komoditi ini nilainya sangat tinggi pada jaman purba dan hanya diperoleh di pelabuhan Barus. Ada keterangan yang menyebutkan kapur barus dari Indonesia pernah digunakan untuk pengawet mumi raja-raja Mesir purba. Dalam catatan Cina yang berdagang kapur barus dan kemenyan dari Sumatera pada abad ke-7 diketahui kapur barus dan Barus adalah yang paling murni sifatnya (Drakard, 2003: 17). Oleh karena mutunya yang tinggi itu, maka harganya jauh lebih mahal dari hasil kamfer negerinegeri lain. Siahaan yang mengutip Marco Polo menyebut harganya bahkan dibayar dengan emas sebanding beratnya (1964: 27). Marco Polo dalam perjalanan dari Cina ke Persia singgah di Aceh, karena kapalnya mengalami kerusakan dan terpaksa tinggal selama beberapa hari untuk memperbaikinya. Polo sedang mengantar seorang putri Mongol untuk Khan Persia yang permaisurinya meninggal. Dari laporan Belanda pada abad ke-17 diketahui bahwa pohon kapur barus dan perdu kemenyan tumbuh di daerah perbukitan yang terjal, ialah terletak antara tanah pantai yang datar dan dataran tinggi Toba. Dewasa ini pohon kapur tak tumbuh lagi, tidak diketahui apa yang menyebabkannya. Kecuali pohon keme-nyan masih tumbuh bertahan di beberapa tempat di Tapanuli Utara seperti di Parlilitan, Dolok Sanggul, Pangaribuan, Pahae, dan lain-lain. Walaupun tak pernah dibudidayakan, pohon kemenyan tumbuh secara alami, tetapi sumber penghasilannya tergolong primadona bagi income kabupaten ini. Sedikit penjelasan mengenai pohon kapur barus dikemukakan Sangti bahwa jenis pohon ini juga dijumpai di Kalimantan, Korea, dan Manchuria. Tetapi jenis pohon yang tumbuh di tempat-tempat lain itu berbeda dengan yang ada di Barus. Jenis pohon di Korea dan Manchuria itu dalam bahasa Latin dikenal sebagai cinnamomum camphore dari golongan lauraceae, sedangkan kayu kapur dari Barus termasuk golongan pohon meranti jenis diperocarpaciae (1977: 76-77). Perdagangan laut antara India, Cina, dan Indonesia mulai berlangsung dalam abad pertama sesudah Masehi. Ketika itu rempah-rempah, kayu wangi, kapur barus dan kemenyan dari Indonesia telah sampai di India dan kekaisaran Romawi (Burger, 1962: 15). Kapur barus dan kemenyan hampir dipastikan berasal dari Barus, sebab tak dijumpai daerah lain di Indonesia yang manghasilkan kedua jenis damar pohon tersebut. Keterangan Vlekke dan Burger di atas baru sebatas hubungan perdagangan antara India dan Indonesia serta jenis barang-barang yang diperdagangkan dari Indonesia pada abad-abad pertama Masehi. Namun hingga abad ke-7, saat perdagangan Cina sudah berlangsung dengan Sumatera, di mana orang-orang India dan Timur Tengah juga mencari kapur barus dan kemenyan dari Sumatera, belum memberi kesan bahwa mereka telah berkunjung sampai di Barus. Pada awal hubungan dengan India, kapur barus dan kemenyan merupakan hasil perdagangan terpenting Indonesia sudah sampai di India dan Eropa, tapi ternyata di India kedudukannya tak cukup penting, dan tampaknya memang sebagai barang perdagangan semata. Kitab-kitab India kuno termasuk yang memuat tentang pengobatan tak menyebut pemakaian kapur barus dan kemenyan sebagai bahan ramuan. Mengenai hasil-hasil perdagangan dari Indonesia, sebuah naskah kuno India hanya menyebut kayu gaharu dan kayu cendana yang berasal dari negeri asing. Kemudian kitab Raghuvamsa (kira-kira tahun 400 Masehi) memeriksa cengkeh (lavanga) yang banyak dicari pedagang India berasal dari dwipantara, yang maksudnya adalah kepulauan Indonesia. Orang-orang India yang ber-kedudukan sebagai pedagang perantara mengambil barang-barang hasil per-dagangan Asia Tenggara dan diangkut ke India. Selanjutnya pedagang-pedagang India dan Arab membawanya ke Timur Tengah dan Asia Barat untuk diteruskan ke Laut Tengah menuju Eropa. Perdagangan internasional India ditujukan ke Asia Barat termasuk Timur Tengah sudah berlangsung semenjak lama, dan mulai abad pertama Masehi Asia Tenggara menjadi bagian dari perdagangan internasional India, di mana Indonesia termasuk di dalamnya. Dari beberapa keterangan terdapat kesan bahwa orang-orang Asia Tenggara sudah ada yang tiba di India. Apakah orang-orang Indonesia sudah ikut serta di dalamnya, masih belum jelas, tetapi kemungkinannya besar sekali terutama mengingat nenek moyang Indonesia adalah pelaut-pelaut yang ulung. Barus tak terpisahkan dengan ekspor perdagangannya, kapur barus dan kemenyan. Daerahdaerah lain juga menjadi terkenal dengan hasil perdagangannya yang utama yang menandai ciri khas daerah bersangkutan. Seperti kepulauan Maluku misalnya dengan rempah-rempahnya, kepulauan Nusa Tenggara dengan kayu cendananya, atau predikat yang disandang Majapahit dan Mataram sebagai pengekspor beras. Jadi sejak abad ke-2 Masehi, setidak-tidaknya Barus sudah merupakan sebuah kota pantai, tempat mengumpulkan kapur barus dan

4 25 kemenyan, sekaligus sebagai pelabuhan yang membarternya. Dengan demikian Barus telah tumbuh dan berkembang menjadi pusat dan bandar perdagangan terkemuka di bagian barat Indonesia. Hingga saat itu belum tercatat adanya kota-kota pelabuhan lain di Indonesia berkedudukan sebagai pusat perdagangan. Artinya, Barus merupakan bandar perdagangan pertama dan yang tertua di Nusantara. Jika bukan karena Ptolomeus, lama sekali baru diperoleh keterangan mengenai Barus. Setelah keterangan Ptolomeus, keterangan mengenai Barus barulah ditemukan pada abad ke-7, berasal dari sumber Cina, itu pun tidak menyebutkan secara langsung nama Barus, kecuali perdagangan kapur barus dan kemenyan dari Sumatera, dalam kaitan ini tentulah yang dimaksudkan Barus. Sumber-sumber Arab menyusul pada abad ke-9. Ibn Chord Hadhbeh menyebut Balus (maksudnya Barus), tahun 846. Kemudian tahun 851, seorang Arab lainnya bernama Suleman menyebut Fansur dekat Barus (beberapa sumber menuliskan Barus mempersamakannya dengan Fansur, terkadang dieja dengan Pansur, atau Panchur). Ibn Bathutah ada pula mencatat Cakola (= Angkola), tahun Dari catatan-catatan Cina maupun Arab yang disebutkan, tetap menyisakan pertanyaan, apakah sampai abad ke-9 orang-orang Cina, Arab, dan India, benar-benar telah mengunjungi Barus, masih belum jelas. Kecuali sekitar abad ke-10 ada bukti yang memberikan kesan bahwa para pedagang dari Timur Tengah secara langsung telah mendatangi pantai barat Sumatera untuk mencari kapur barus dan kemenyan. Orang-orang Eropa berikutnya (kecuali Tome Pires) seperti Nicola Di Conti (1449), Advardus Barbosa (1516), De Barros (1563), dan Beaulieu (1622), pada umumnya meriwayatkan tanah Batak. 3. Orang-Orang Tamil di Barus Temuan arkeologi yang paling terkenal dari Barus ialah sebuah batu bertulis dari Lobu Tua (kirakira 12 kilometer dari Barus). Ditemukan oleh kontelir G.J.J. Deutz di Lobu Tua pada tahun Pada tahun 1932, K.A. Nilakanta Sastri, seorang guru besar ahli purbakala di Madras berhasil mener-jemahkannya. Batu bertulis dengan angka tahun 1088 itu menurut penafsiran Nilakanta Sastri berasal dari sebuah serikat dagang orang-orang Tamil berjumlah orang yang tinggal menetap di Barus untuk berdagang. Mereka bermukim di Barus dan Kalasan, yang menyebut daerah ini dengan Kalasapura. Ini memberi kesan bahwa mereka telah membentuk perkampungan sendiri. Seperti lazimnya terjadi di kota-kota pusat perdagangan, para saudagar asing hidup berkelompokkelompok membentuk perkampungan-perkampungan menurut daerah asal atau bangsanya. Pada umumnya tempat tinggal mereka demikian terpisah dari permukiman penduduk setempat. Perdagangan mengandung unsur persaingan untuk meraih keuntungan. Orang-orang Tamil datang ke Barus bertujuan untuk berdagang, maka guna mencegah dan menghindarkan persaingan di antara sesama mereka dalam perdagangan kapur barus dan kemenyan, mereka membentuk kesatuan di kalangannya sendiri, yaitu perkumpulan berbentuk korporasi atau semacam merchant guild. Drakard memperkirakan orang-orang Tamil sudah mulai tiba di Barus lebih dini dari angka tahun batu bertulis Lobu Tua, yakni sejak abad ke-8 atau ke-9 dan berdiam sampai paruh pertama abad ke-12 (2003: 17). Mereka berasal dari daerah-daerah di India Selatan seperti Cola, Pandya, Malayalam, dan lain-lain. Menurut hasil penyelidikan Nilakanta Sastri, batu bertulis Lobu Tua sejaman dengan pemerintahan raja Cola, Kulottunga I yang menguasai wilayah Tamil di India Selatan. Pada waktu terjalin persahabatan kerajaan Cola dan Sriwijaya banyak orang-orang Tamil menetap di Barus. Ketika itu Barus berada di bawah pengaruh Sriwijaya. Sebelum hubungan baik itu, Cola menyerang Sriwijaya (1024), tetapi tidak berhasil menaklukkannya. Memang saat itu India Selatan punya hubungan erat dengan kepulauan Nusantara dan cukup berpengaruh dalam bidang politik, ekonomi, dan kebudayaan. Sewaktu batu bertulis Lobu Tua dibuat, di India terdapat berbagai perkumpulan dagang orangorang Tamil, salah satunya yang menetap di Barus ialah perkumpulan bernama Mupakat 500. Perkumpulan dagang ini sangat kuat organisasinya dan berdiri sendiri serta tidak tunduk secara politis kepada seseorang raja mana pun, sehingga mereka diterima dengan tangan terbuka di negeri-negeri yang dikunjunginya. Perkumpulan dagang ini pun mempunyai pasukan tentara bayaran sendiri yang bertugas menjaga barang-barang terutama sewaktu transit dari satu tempat ke tempat lain. Keterangan batu bertulis Lobu Tua sangatlah penting artinya karena merupakan bukti yang menunjukkan bahwa orang-orang Tamil dalam kegiatan perdagangannya sudah tiba di Sumatera, bahkan sudah ada perkampungan mereka di Barus. Di antara para pedagang terdapat juga seniman yang memahat batu bertulis tersebut. Dengan demikian, selain orang-orang Tamil yang menetap di Barus, yang sudah barang tentu tercatat sebagai pedagangpedagang India, maka pedagang asing lain yang sudah mengunjungi langsung Barus ialah saudagar-saudagar asal Timur Tengah (abad ke-10). Melalui kontak orang-orang Tamil di Barus dengan orang-orang Batak di pedalaman, dan setelah terputus hubungan orang-orang Tamil dengan tanah leluhurnya (India Selatan), juga termasuk melalui kerajaan Panei di Padang Lawas, tersebarlah pengasuh unsur-unsur budaya Hindu ke tengah-tengah budaya orang-orang Batak. Di antaranya adalah aksara Batak,

5 26 pengetahuan astrologi, sejumlah kata-kata Sansekerta, pertanian irigasi termasuk beberapa alat pertanian, pertenunan dan kesenian, permainan catur, beberapa konsep dan praktek keagamaan, sebagian marga Sembiring, upacara kurban dalam hubungan pertanian, organisasi masyarakat dalam klen-klen berkaitan dengan totemisme, adat perkawinan eksogami, dan lain-lain (Neumann, 1972: 25-27; Sangti, 1977: 85; Castles, 2001: 5; Siahaan, 1964: 23, 27). Perkataan marga (klen) sendiri dalam istilah bahasa Batak berasal dari bahasa Sansekerta, varga. Mengenai dari mana masuknya orang-orang Tamil hingga sampai di Barus, masih belum dapat diketahui dengan jelas. Dalam Kronik Hulu (Asal Keturunan Raja Barus) dikisahkan di Lobu Tua, Guru Marsakot (salah seorang dari dua putera Raja Alang Pardoksi, pendiri garis keturunan baru di Barus) berjumpa dengan orang Tamil dan Hindu yang terdampar kapalnya. Kemudian Guru Marsakot dijadikan raja mereka (Drakard, 2003: 28). Menurut keterangan ini diperkirakan orang-orang Tamil tiba di Barus dengan menyusuri pantai barat Sumatera, bukan melalui jalan darat. 4. Sifat dan Bentuk Perdagangan Hingga abad ke-13 sampai abad ke-15 keterangan mengenai perdagangan di daerah Barus masih langka, meskipun terdapat acuan yang menunjukkan ada juga pedagang-pedagang asing yang mengun-jungi pelabuhan-pelabuhan pesisir barat Sumatera. Dalam dokumen Geniza dikisahkan bahwa pada abad ke-13 ada seorang pedagang Yahudi asal Kairo yang melakukan perjalanan ke Fansur lewat India, dan meninggal di sana. Perkembangan dalam dunia pelayaran abadabad berikutnya, di samping perdagangan semakin maju, telah membawa pedagang-pedagang asing tiba di Barus. Pada awal abad ke-16 pelawat Portugis, Tome Pires berkunjung ke Barus mengisahkan Barus sebagai pelabuhan yang ramai dan makmur. Di sana berkumpul pedagang-pedagang bangsa Parsi, Arab, Bengali, Keling, dan lain-lain. Keterangan bagaimana kapur barus dan kemenyan diperdagangkan dan diekspor dari Barus barulah lebih lengkap diperoleh setelah kedatangan orang-orang Barat, khususnya bangsa Belanda lewat VOC-nya yang berdagang di sana sejak abad ke-17. Dari laporan Belanda abad ke-17 diketahui bahwa getah pohon kapur barus dan kemenyan dipungut di daerah terjal dataran tinggi Toba oleh berbagai kelompok Batak dan diangkut ke tepi laut, adakalanya dengan melalui beberapa daerah lain (Drakard, 2003: 21). Orang-orang Batak di pedalaman menjualnya kepada pedagang-pedagang yang datang ke Barus untuk membelinya, yaitu orang-orang India, Cina, Melayu, dan Jawa (Siahaan, 1964: 27). Kapur barus dan kemenyan ditukarkan dengan barang-barang kebutuhan mereka seperti kain, besi, dan garam. Pada waktu yang relatif belum lama, beberapa daerah Batak membawa persembahan simbolis berupa kuda ke Barus, sebagai gantinya mereka menerima berkah (Castles, 2001: 5; Drakard 2003: 21). Pada awal abad ke-16 bentuk kegiatan perdagangan dikemukakan Tome Pires, bahwa barang-barang dagangan dikumpulkan kerajaankerajaan untuk diperdagangkan kepada orang-orang Gujarat yang datang setiap tahun dan melakukan perdagangan yang ramai. Pires mengungkapkan, orang-orang Keling yang lebih menguasai perdagangan Malaka, mereka juga mengangkut kapur barus dari Pansur, yang letaknya di daerah baratdaya dan pulau Sumatera (1977: 52). Orang Batak yang disebut-sebut sebagai pemungut kapur barus dan kemenyan dahulu kala, menurut Sangti, mereka adalah orang-orang Pakpak, yang mengumpulkan dan mengangkut hasil kapur barus sampai ke Lamuri (Aceh) untuk diperjualbelikan dengan barang-barang dari luar negeri. Diperkirakan Lobu Tua merupakan pusat puak Pakpak yang menjadi pribumi asli penghasil kapur barus dan kemenyan yang pertama sekali di kawasan tersebut. Lobu Tua hampir sama tuanya dengan bandar Barus maupun Fansur (1977: 103). Drakard menguatkan, raja-raja Barus, raja di Hulu dan raja di Hilir (sebelum ditetapkan oleh wakil VOC hanya satu orang raja Barus yang resmi, menjabat secara bergiliran sejak tahun 1693) masing-masing mempunyai daerahdaerah pengaruhnya sendiri di pedalaman. Raja di Hulu mempunyai hubungan khusus dengan orangorang Batak-Dairi yang memungut kapur barus di pedalaman Barus baratlaut, sedangkan raja di Hilir mempunyai pengaruh terbesar atas orang-orang Batak di Pasaribu dan Silindung yang memungut kemenyan di perbukitan di Barus timurlaut serta di pedalaman Sorkam dan Korlang (2003: 22-23). Sejak dahulu Barus lebih komunikatif dan terbuka dengan Pakpak, terus ke Aceh melalui Lipatkajang dan Singkil. Dalam hubungan komunitasnya pun demikian, setelah dengan puak Pakpak adalah Minangkabau (dari Tarusan), dan orang-orang Aceh pesisir barat. Mengenai daerah pedalaman Batak, Siahaan mengemukakan bahwa daerah pesisir Tapanuli dan Sumatera Timur, juga Singkil dan Air Bangis dari jaman ke jaman sudah dikunjungi pedagang-pedagang Nusantara maupun bangsa-bangsa asing, tetapi daerah pedalaman Tapanuli yang merupakan dataran tinggi yang sukar dimasuki, menyebabkannya tetap berada dalam spelendid isolation (1964: 114). Memperhatikan berbagai kete-rangan dengan jelas dapat dikemukakan bahwa sifat perdagangan bandar Barus sama halnya seperti kota-kota pelabuhan atau pusat-pusat perdagangan lainnya di Nusantara pada jaman kuno, bahkan di Asia pada umumnya.

6 27 Para penguasa pribumi (dalam konteks ini raja-raja Barus) sebagai penguasa pemerintah, juga adalah penguasa perdagangan. Mereka berkedudukan sebagai pedagang perantara kapur barus dan kemenyan yang dikumpulkan oleh orang-orang Batak dari pedalaman, kemudian memperdagangkannya kepada para pedagang asing. Meskipun di antara raja di Hulu dan raja di Hilir terpendam perasaan cemburu mengenai rejeki hasil perdagangan, tetapi itu tidak menyebabkan pecahnya peperangan. 5. Kemunduran Bandar Barus Pada abad ke-16 perdagangan Barus mulai terganggu akibat ekspansi Aceh ke pesisir timur dan barat Sumatera. Selama periode ini perdagangan luar negeri Barus lebih tertuju dengan pedagang-pedagang Islam dari India dan Timur Tengah. Orang-orang Inggris dan Belanda sekalipun tak berkutik terhadap hegemoni Aceh. Ketika mereka ingin mengunjungi pelabuhan-pelabuhan pesisir barat pada awal abad ke- 17, mereka harus mendapat izin Aceh. Pada umumnya raja-raja pesisir barat tidak senang atas kekuasaan Aceh di kawasan ini. Terutama ditempatkannya wakil-wakil Aceh untuk mengamatamati gerak-gerik mereka dan pihak militer Aceh adakalanya melakukan tindakan kekerasan dengan alasan penertiban keamanan. Pada tahun 1668 mereka bergabung dengan meminta bantuan VOC untuk mengusir Aceh guna memperoleh daerah-daerah pesisir barat kembali ke tangan Minangkabau. Namun VOC memanfaatkan situasi ini untuk menanamkan monopolinya atas ekspor lada daerah ini yang menguntungkan. Sejak itu VOC pun terlibat secara politis dengan kerajaan-kerajaan pesisir barat Sumatera, sehingga di Barus ditempatkan pegawaipegawai VOC. Menghadapi persaingan dagang Inggris dan penyelundup Aceh di pantai baratlaut ini selama abad ke-18, VOC semakin memperkeras monopolinya di Barus. Akibat sistem monopoli VOC, maka Barus mengalami kemunduran sebagai pusat perdagangan, sebaliknya pusat-pusat perdagangan yang lebih kecil memperoleh kemajuan. Dengan demikian sistem monopoli VOC telah meng-hancurkan perdagangan Barus, sehingga para pedagang meninggalkannya, dan mengalihkan kegiatan perdagangan ke tempat-tempat lain. Faktor lain penyebab Barus semakin tidak penting adalah Singkil dijadikan pusat pemerintahan administratif regional dan kemajuan pelayanan modern, ditambah lenyapnya kekuasaan dan wewenang raja-rajanya. Setelah Barus dimasukkan ke dalam wilayah kekuasaan pemerintahan Hindia Belanda, maka berdasarkan sistem pemerintahan kolonial yang dijalankan, maka dengan kedudukan Barus sebagai sebuah onderafdeeling, raja di Hulu dan raja di Hilir daerahnya hanya setingkat kuria, dan mereka pun menjabat kepala kuria (kepala distrik), sebagai pegawai negeri Belanda yang memperoleh gaji. 6. Penutup Barus sebagai pusat perdagangan kapur barus dan kemenyan sejak jaman purba ramai dikunjungi para pedagang, termasuk pedagang asing seperti Cina, India, Arab, dan lain-lain. Raja-raja Barus menjadi penguasa perdagangan dan berkedudukan sebagai pedagang perantara dengan para pedagang asing. Orang-orang Batak mengumpulkan kapur barus dan kemenyan di pedalaman, kemudian mengangkutnya ke pantai. Meskipun antara kedua raja di Barus terdapat persaingan, tetapi sifatnya terselubung, sehingga perdagangan tak pernah terganggu, sebab mereka mempunyai daerah pengaruh masing-masing penghasil kapur barus dan kemenyan di pedalaman. Kemunduran Barus sebagai pusat perdagangan terjadi secara bertahap, berawal ekspansi Aceh ke wilayah pesisir barat Sumatera, menyusul monopoli VOC dan lenyapnya wewenang dan kedudukan raja-rajanya. Daftar Pustaka Burger, D.H.; Prajudi Atmosudirdjo, Sejarah Ekonomis Sosiologis Indonesia, jilid I, Jakarta: Pradnya Paramita, Castles, Lance, Kehidupan Politik Suatu Keresidenan di Sumatera : Tapanuli , Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, Drakard, Jane, Sejarah Raja-Raja Barus: Dua Naskah dari Barus, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, Hall, D.G.E., Sejarah Asia Tenggara, Kuala Lumpur; Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pelajaran Malaysia, Harahap, E. St., Perihal Bangsa Batak, Jakarta: Dep. PP. dan K., Loeb, Edwin M., Sumatera Its History and People, Kuala Lumpur: Oxford University Press / Oxford in Asia Paperbacks, Neumann, J.H., Sejarah Batak Karo Sebuah Sumbangan, Jakarta: Bhratara, Pires, Tome, Tentang Malaka, dalam Sartono Kartodirdjo, ed., Masyarakat Kuno & Kelompok-kelompok Sosial, Jakarta: Bhratara Karya Aksara, Putuhena, M. Saleh A., Sejarah Agama Islam di Ternate, dalam Majalah Ilmu-ilmu Sastra Indonesia, Jakarta: Bhratara, no. 3, jilid VIII, Reid, Anthony, Asia Tenggara dalam Kurun Niaga , terj. Mochtar Pabotinggi, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, Sangti, Batara, Sejarah Batak, Balige: Karl Sianipar Company, 1977.

7 28 Siahaan, N., Sejarah Kebudayaan Batak, Medan: CV Napitupulu & Sons, Vlekke, Bernard H.M., Nusantara (Sejarah Indonesia), Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan pustaka Kementerian Pelajaran Malaysia, 1967.

KATA PENGANTAR. Dalam kesempatan ini pula saya menyampaikan rasa bahagia dan ucapan rasa terima kasih kepada :

KATA PENGANTAR. Dalam kesempatan ini pula saya menyampaikan rasa bahagia dan ucapan rasa terima kasih kepada : KATA PENGANTAR Puji syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas sejarah yang berjudul Terbentuknya Jaringan Nusantara Melalui Perdagangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang damai, dimana agama ini mengajarkan keharusan terciptanya keseimbangan hidup jasmani maupun rohani sehingga dimanapun Islam datang selalu

Lebih terperinci

BAB II JEJAK BANGSA INDIA DI SUMATERA TIMUR. dari Lobu Tua (kira-kira 12 kilometer dari Barus) yang ditemukan oleh G.J.J. Deutz

BAB II JEJAK BANGSA INDIA DI SUMATERA TIMUR. dari Lobu Tua (kira-kira 12 kilometer dari Barus) yang ditemukan oleh G.J.J. Deutz BAB II JEJAK BANGSA INDIA DI SUMATERA TIMUR 2.1 Kedatangan Bangsa India ke Nusantara 2.1.1 Orang-Orang India di Barus Temuan arkeologi yang paling terkenal dari Barus ialah sebuah batu bertulis dari Lobu

Lebih terperinci

BAB III MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA JALUR ISLAMISASI. 3.1 Proses Islamisasi dan Perkembangan Islam di Indonesia

BAB III MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA JALUR ISLAMISASI. 3.1 Proses Islamisasi dan Perkembangan Islam di Indonesia BAB III MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA JALUR ISLAMISASI 3.1 Proses Islamisasi dan Perkembangan Islam di Indonesia Pada masa kedatangan dan penyebaran Islam di Indonesia terdapat beraneka ragam suku bangsa,

Lebih terperinci

INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA

INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA by: Dewi Triwahyuni INTERNATIONAL RELATIONS DEPARTMENT COMPUTER UNIVERSITY OF INDONESIA (UNIKOM) BANDUNG 2013 1 SOUTHEAST ASIA (SEA) 2 POSISI GEOGRAFIS

Lebih terperinci

Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1

Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1 Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1 Latar Belakang Kesultanan Gowa adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi

Lebih terperinci

Sejarah Sosial & Politik Indonesia.

Sejarah Sosial & Politik Indonesia. Sejarah Sosial & Politik Indonesia Sejarah Ina Modern * Ricklefs: sejarah tertulis dimulai prasasti Yupa, Kutai 400M *3 unsur fundamental sbg kesatuan historis Budaya & agama: Islamisasi Ina 1300 M Unsur

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara

BAB V KESIMPULAN. Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara BAB V KESIMPULAN Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara merupakan salah satu tempat tujuan maupun persinggahan bagi kapal-kapal dagang dari berbagai negara di dunia. Nusantara

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 4. INDONESIA MASA HINDU BUDHALatihan Soal 4.2

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 4. INDONESIA MASA HINDU BUDHALatihan Soal 4.2 SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 4. INDONESIA MASA HINDU BUDHALatihan Soal 4.2 1. Persentuhan antara India dengan wilayah Nusantara didorong oleh berbagai faktor, salah satu faktor yang paling penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Batubara merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang baru menginjak usia 8 tahun ini diresmikan tepatnya pada 15

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah usaha untuk memperluas, menjamin lalu lintas perdagangan rempah-rempah hasil hutan yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing BAB V KESIMPULAN Barus merupakan bandar pelabuhan kuno di Indonesia yang penting bagi sejarah maritim Nusantara sekaligus sejarah perkembangan Islam di Pulau Sumatera. Pentingnya Barus sebagai bandar pelabuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping menjadi salah satu faktor pemersatu bangsa juga memberikan nuansa baru dalam keberislamannya

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN NO: 1 Mata Pelajaran : Program Studi IPA (Sejarah) Kelas/Semester : XI/1 Materi Pokok : Kerajaan Kutai dan Tarumanegara Pertemuan Ke- : 1 Alokasi Waktu : 1 x pertemuan

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 7. INDONESIA MASA ISLAMLATIHAN SOAL BAB 7

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 7. INDONESIA MASA ISLAMLATIHAN SOAL BAB 7 SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 7. INDONESIA MASA ISLAMLATIHAN SOAL BAB 7 1. Masuknya Islam ke Indonesia berasal dari Persia. Hal ini diperkuat dengan adanya... Bukti arkeologis tentang makam Sultan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. internasional, adanya kontrol terhadap labour dan hasil tanah serta sudah memilki

I. PENDAHULUAN. internasional, adanya kontrol terhadap labour dan hasil tanah serta sudah memilki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nusantara adalah sebuah wilayah yang telah berkembang menjadi wilayah perdagangan internasional, karena sudah memiliki perniagaan regional dan internasional, adanya kontrol

Lebih terperinci

KERJASAMA KERAJAAN SRIWIJAYA DENGAN DINASTI TANG PADA TAHUN M

KERJASAMA KERAJAAN SRIWIJAYA DENGAN DINASTI TANG PADA TAHUN M 62 Kerjasama Kerajaan Sriwijaya dengan Dinasti Tang. Alan Saputra, Yunani Hasan. KERJASAMA KERAJAAN SRIWIJAYA DENGAN DINASTI TANG PADA TAHUN 683-740 M Alan Saputra, Yunani Hasan Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Katulistiwa. Sejak awal abad Masehi, Pulau Sumatera telah

BAB I PENDAHULUAN. di Katulistiwa. Sejak awal abad Masehi, Pulau Sumatera telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pulau Sumatera atau yang dahulu dikenal dengan nama Pulau Swarnadwipa merupakan pulau terbesar keenam di dunia yang memanjang dari 6 0 Lintang Utara hingga

Lebih terperinci

BAB IV BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN ISLAM DAN BARAT

BAB IV BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN ISLAM DAN BARAT BAB IV BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN ISLAM DAN BARAT A. Pengaruh Kebudayaan Islam Koentjaraningrat (1997) menguraikan, bahwa pengaruh kebudayaan Islam pada awalnya masuk melalui negara-negara

Lebih terperinci

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurun waktu 1945-1949, merupakan kurun waktu yang penting bagi sejarah bangsa Indonesia. Karena Indonesia memasuki babakan baru dalam sejarah yaitu masa Perjuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam di Desa Sukkean Kecamatan Onanrunggu Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam di Desa Sukkean Kecamatan Onanrunggu Kabupaten Samosir. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejarah merupakan peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian masa lampau, baik bidang politik, militer, sosial, agama, dan ilmu pengetahuan yang dapat dibuktikan

Lebih terperinci

MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA

MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA Peta Konsep Peran Indonesia dalam Perdagangan dan Pelayaran antara Asia dan Eropa O Indonesia terlibat langsung dalam perkembangan perdagangan dan pelayaran antara Asia

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam. Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun , maka dapat diambil

BAB V KESIMPULAN. Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam. Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun , maka dapat diambil BAB V KESIMPULAN Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun 1607-1636, maka dapat diambil kesimpulan baik dari segi historis maupun dari segi paedagogis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu sistem yang membentuk tatanan kehidupan dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh individu dengan individu lainnya atau antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini didiami oleh beberapa kelompok etnis yaitu Etnis Melayu, Batak Karo dan Batak Simalungun.

Lebih terperinci

BAB 10 PROSES KEDATANGAN DAN KOLONIALISME BANGSA BARAT DI INDONESIA

BAB 10 PROSES KEDATANGAN DAN KOLONIALISME BANGSA BARAT DI INDONESIA BAB 10 PROSES KEDATANGAN DAN KOLONIALISME BANGSA BARAT DI INDONESIA TUJUAN PEMBELAJARAN Dengan mempelajari bab ini, kamu diharapkan mampu: mendeskripsikan sebab dan tujuan kedatangan bangsa barat ke Indonesia;

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pulau-pulau besar dan Pulau Sumatera salah satunya. Pulau Sumatera memiliki

I. PENDAHULUAN. pulau-pulau besar dan Pulau Sumatera salah satunya. Pulau Sumatera memiliki I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang terdiri dari berbagai macam pulau-pulau besar dan Pulau Sumatera salah satunya. Pulau Sumatera memiliki kota-kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada awal abad ke-19 kota Tarutung dulunya sudah ramai dikunjungi oleh orangorang

BAB I PENDAHULUAN. pada awal abad ke-19 kota Tarutung dulunya sudah ramai dikunjungi oleh orangorang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tarutung adalah sebutan untuk buah durian yang dalam bahasa Batak disebut tarutung. Oleh karena itu, nama kota Tarutung sebagai sebutan untuk nama ibukota Kabupaten

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional

Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional Oleh : Andy Wijaya NIM :125110200111066 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya Malang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan penting

Lebih terperinci

BAB I STRATEGI MARITIM PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA

BAB I STRATEGI MARITIM PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA BAB I PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA Tahun 1620, Inggris sudah mendirikan beberapa pos perdagangan hampir di sepanjang Indonesia, namun mempunyai perjanjian dengan VOC untuk tidak mendirikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia diawali melalui hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu kemudian berkembang ke berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah pelabuhan perdagangan internasional pertengahan abad VII.

BAB I PENDAHULUAN. sebuah pelabuhan perdagangan internasional pertengahan abad VII. BAB I PENDAHULUAN a. Latar belakang Masalah Manduamas adalah salah satu daerah yang terletak diperbatasan antara Kabupaten Tapanuli tengah dengan Aceh singkil. Daerah penduduknya berada di pantai daerah

Lebih terperinci

Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke

Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama

Lebih terperinci

LETAK KERAJAAN ACEH YANG STRATEGIS YAITU DI PULAU SUMATERA BAGIAN UTARA DAN DEKAT JALUR PELAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL MENYEBABKAN KERAJAAN ACEH

LETAK KERAJAAN ACEH YANG STRATEGIS YAITU DI PULAU SUMATERA BAGIAN UTARA DAN DEKAT JALUR PELAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL MENYEBABKAN KERAJAAN ACEH 5W + 1H Apa Asal-usul Kerajaan AcehDarussalam? Siapakah Raja-raja yang memerintah di Kerajaan Aceh Darussalam? Kapan Kerajaan Aceh didirikan? Dimana Terletak Kerajaan Aceh? Mengapa Kerajaan Aceh Darussalam

Lebih terperinci

BAB III BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN HINDU DAN BUDHA

BAB III BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN HINDU DAN BUDHA BAB III BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN HINDU DAN BUDHA A. Pengaruh kebudayaan Hindu dan Budha Koentjaraningrat (1997) menyusun uraian, bahwa tanda-tanda tertua dari adanya pengaruh kebudayaan

Lebih terperinci

BAB II GEOGRAFI DAN MASYARAKAT. Bengkalis di sebelah Tenggara, dan Selat Malaka di bagian Timur Laut. 14 Luas

BAB II GEOGRAFI DAN MASYARAKAT. Bengkalis di sebelah Tenggara, dan Selat Malaka di bagian Timur Laut. 14 Luas BAB II GEOGRAFI DAN MASYARAKAT 2.1 Selayang Pandang Sumatera Timur Ruang lingkup geografi sebagai unit analisis penelitian ini adalah Daerah Sumatera Timur. Sumatera Timur terletak diantara garis Khatulistiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda.

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Banyak fasilitas yang dibangun oleh Belanda untuk menunjang segala aktivitas Belanda selama di Nusantara. Fasilitas yang dibangun Belanda dapat dikategorikan ke dalam

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PEREKONOMIAN GLOBAL

KONSEP DASAR PEREKONOMIAN GLOBAL Indah Oktaviani, M. Si KONSEP DASAR PEREKONOMIAN GLOBAL TPB SEM. II 2017/2018 Kebutuhan 1. Kebutuhan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan oleh seseorang, yang apabila tidak terpenuhi maka dapat menganggu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Museum merupakan suatu lembaga yang sifatnya tetap dan tidak mencari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Museum merupakan suatu lembaga yang sifatnya tetap dan tidak mencari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Museum merupakan suatu lembaga yang sifatnya tetap dan tidak mencari keuntungan dalam melayani masyarakat dan dalam pengembangannya terbuka untuk umum, yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dikenal sebagai salah satu Kerajaan Maritim terbesar di Indonesia. Wilayah

I. PENDAHULUAN. dikenal sebagai salah satu Kerajaan Maritim terbesar di Indonesia. Wilayah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jauh sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk dan memerdekakan diri pada 17 Agustus 1945, bangsa ini pernah menemukan atau memiliki sebuah masa kejayaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia, sehingga kemudian jalur perdagangan berpindah tangan ke para

Lebih terperinci

SENI ORNAMEN DALAM KONTEKS BUDAYA MELAYU RIAU

SENI ORNAMEN DALAM KONTEKS BUDAYA MELAYU RIAU SENI ORNAMEN DALAM KONTEKS BUDAYA MELAYU RIAU Purwo Prihatin Abstrak Tulisan ini untuk mengungkapkan seni ornamen dalam konteks budaya masyarakat Melayu Riau. Berkaitan dengan itu maka pelacakannya dilakukan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 102 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Peran Cheng Ho dalam proses perkembangan agama Islam di Nusantara pada tahun 1405-1433 bisa dikatakan sebagai simbol dari arus baru teori masuknya agama Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah Negara yang sangat luas. Wilayah Indonesia memiliki luas sekitar 1.910.931.32 km. dengan luas wilayah yang begitu besar, Indonesia memiliki banyak

Lebih terperinci

Setelah selesai kegiatan pembelajaran, siswa dapat :

Setelah selesai kegiatan pembelajaran, siswa dapat : RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SMP / MTs :.. Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas/Semester : VII/2 Alokasi waktu : 8 x 40 menit ( 4 pertemuan) A. Standar Kompetensi 5. Memahami perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki sekitar 500 kelompok etnis, tiap etnis memiliki warisan budaya yang berkembang selama berabad-abad, yang dipengaruhi oleh kebudayaan India,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku bangsa, yang pada dasarnya adalah pribumi. Suku bangsa yang berbeda ini menyebar dari Sabang

Lebih terperinci

1. Bukti-Bukti Masuknya Islam di Indonesia

1. Bukti-Bukti Masuknya Islam di Indonesia 1. Bukti-Bukti Masuknya Islam di Indonesia Diperkirakan pengaruh Islam masuk ke Indonesia lebih awal daripada yang diduga banyak orang. Orang-orang gujaat lebih awal menerima pengaruh Islam dan mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, juga termasuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, juga termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, juga termasuk kota terbesar ketiga di Indonesia. Tidak hanya besar dari segi wilayah, namun juga besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan semakin menjadi primadona sejak krisis ekonomi melanda Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan semakin menjadi primadona sejak krisis ekonomi melanda Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan yang timbul dalam pembangunan dengan masalah pengangguran dan kesenjangan yang ketiganya saling kait mengkait.

Lebih terperinci

KERAJAAN HINDU-BUDHA DAN ISLAM DI INDONESIA BESERTA PENINGGALANNYA

KERAJAAN HINDU-BUDHA DAN ISLAM DI INDONESIA BESERTA PENINGGALANNYA KERAJAAN HINDU-BUDHA DAN ISLAM DI INDONESIA BESERTA PENINGGALANNYA STANDAR KOMPETENSI: 1. Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-Budha dan Islam, keragaman

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Multimedia Interaktif Flash Flip Book Pakaian Adat Betawi

BAB I Pendahuluan. 1.1 Multimedia Interaktif Flash Flip Book Pakaian Adat Betawi 1 BAB I Pendahuluan 1.1 Multimedia Interaktif Flash Flip Book Pakaian Adat Betawi Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada

Lebih terperinci

KAJIAN POLA STRUKTUR RUANG KOTA LASEM DITINJAU DARI SEJARAHNYA SEBAGAI KOTA PANTAI TUGAS AKHIR. Oleh: M Anwar Hidayat L2D

KAJIAN POLA STRUKTUR RUANG KOTA LASEM DITINJAU DARI SEJARAHNYA SEBAGAI KOTA PANTAI TUGAS AKHIR. Oleh: M Anwar Hidayat L2D KAJIAN POLA STRUKTUR RUANG KOTA LASEM DITINJAU DARI SEJARAHNYA SEBAGAI KOTA PANTAI TUGAS AKHIR Oleh: M Anwar Hidayat L2D 306 015 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

KESASTRAAN MELAYU KLASIK oleh Halimah FPBS UPI Bandung

KESASTRAAN MELAYU KLASIK oleh Halimah FPBS UPI Bandung KESASTRAAN MELAYU KLASIK oleh Halimah FPBS UPI Bandung Nama Melayu pertama kali dipakai sebagai nama kerajaan tua di daerah Jambi di tepi sungai Batang hari. Peninggalan paling tua dari bahasa Melayu adalah

Lebih terperinci

SEIKATSU KAIZEN. Reformasi Pola Hidup Jepang

SEIKATSU KAIZEN. Reformasi Pola Hidup Jepang SEIKATSU KAIZEN Reformasi Pola Hidup Jepang SEIKATSU KAIZEN Reformasi Pola Hidup Jepang Panduan Menjadi Masyarakat Unggul dan Modern Susy ONG Penerbit PT Elex Media Komputindo SEIKATSU KAIZEN Reformasi

Lebih terperinci

: SARJANA/DIPLOMA. PETUNJUK KHUSUS Pilihlah salah satu jawaban yang saudara anggap paling tepat diantara 5 pilihan yang tersedia

: SARJANA/DIPLOMA. PETUNJUK KHUSUS Pilihlah salah satu jawaban yang saudara anggap paling tepat diantara 5 pilihan yang tersedia MATA UJIAN BIDANG TINGKAT : P.ENGETAHUAN UMUM : SEJARAH : SARJANA/DIPLOMA PETUNJUK UMUM 1) Dahulukan menulis nama dan nomor peserta pada lembar jawaban 2) Semua jawaban dikerjakan di lembar jawaban yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aceh secara geografis terletak di jalur perdagangan Internasional yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Aceh secara geografis terletak di jalur perdagangan Internasional yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aceh secara geografis terletak di jalur perdagangan Internasional yaitu selat malaka, banyaknya pelayaran dan pelabuhan di pantai Aceh membuat kapalkapal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituturkan di sejumlah wilayah di Indonesia, dan ada pula bahasa-bahasa etnik

BAB I PENDAHULUAN. dituturkan di sejumlah wilayah di Indonesia, dan ada pula bahasa-bahasa etnik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara multibahasa. Ada bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi kenegaraan, ada bahasa Melayu lokal yang dituturkan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurut sumber lisan turun-menurun berasal dari bahasa simalungun: sima-sima dan

BAB I PENDAHULUAN. menurut sumber lisan turun-menurun berasal dari bahasa simalungun: sima-sima dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Simalungun adalah salah satu Kabupaten di Sumatra Utara. Kabupaten Simalungun secara geografis terletak diantara 03 16-02 22 Lintang Utara dan 98 25-99 32 Bujur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki etnis yang sangat beragam, yaitu terdiri atas 300

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki etnis yang sangat beragam, yaitu terdiri atas 300 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki etnis yang sangat beragam, yaitu terdiri atas 300 kelompok etnis. Setiap kelompok masyarakat (etnis) ini memanfaatkan tumbuhan dalam kehidupan mereka.

Lebih terperinci

RESUME BUKU. : Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah Pergerakan Nasional Dari. Kolonialisme sampai Nasionalisme (Jilid 2)

RESUME BUKU. : Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah Pergerakan Nasional Dari. Kolonialisme sampai Nasionalisme (Jilid 2) RESUME BUKU Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional dari Kolonialisme sampai Nasionalisme (Jilid 2) Penulis : Sartono Kartodirdjo Judul : Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah

Lebih terperinci

Kerajaan Sriwijaya. 1. Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya. 1. Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Sriwijaya Kerajaan Sriwijaya Sriwijaya adalah salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusanatara. Dalam bahasa sansekerta, Sri berarti kemenangan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka 1.Konsep Perjuangan Perjuangan merupakan suatu usaha yang penuh kesukaran dan bahaya, dilakukan dengan kekuatan fisik maupun mental

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 27 BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 5.1.Konsep Visual DARI EROPA HINGGA INDONESIA Gambar 5.1 Buku ini menceritakan tentang bagaimana pentingnya perjalanan bangsa Eropa mencari rempah yang kemudian mengubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Kehidupan masyarakat masa kini tentu saja tidak terlepas dari apa

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Kehidupan masyarakat masa kini tentu saja tidak terlepas dari apa BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kehidupan masyarakat masa kini tentu saja tidak terlepas dari apa yang terjadi di masa lampau, apa yang ada saat ini tentu saja diakibatkan oleh peristiwa masa lalu

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim

Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim PARADIGMA KEMARITIMAN DAK JEJAK SEJARAH KEMARITIMAN YANG TERHAPUS 1. Aditya Ramadinata 1601552010 2. Dewi Fitrianingsi 160155201017 3. Friska Emelia Tindaon 160155201015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdasarkan posisi geografisnya Aceh berada di pintu gerbang masuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdasarkan posisi geografisnya Aceh berada di pintu gerbang masuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan posisi geografisnya Aceh berada di pintu gerbang masuk wilayah Indonesia bagian barat. Karena letaknya berada pada pantai selat Malaka, maka daerah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Etnis Cina di Salatiga Bangsa Cina pada awal kedatangannya di Indonesia adalah untuk melakukan perdagangan. Seperti halnya para pedagang dari Arab,

Lebih terperinci

Wujud Akulturasi Budaya Islam Di Indonesia

Wujud Akulturasi Budaya Islam Di Indonesia Wujud Akulturasi Budaya Islam Di Indonesia Islam Budaya lokal Pengantar 611M Masa Kelahiran Islam Di Arab. 632-661 M Mulai muncul Kekhafilahan di Arab untuk menggantikan kepemimpinan Nabi Muhammad SAW.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bismillahhirrohmannirrohim

KATA PENGANTAR. Bismillahhirrohmannirrohim Bismillahhirrohmannirrohim KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT. Yang telah menciptakan dan senantiasa meridhoi amal ibadah kita. Kesejahteraan dan keselamatan semoga senantiasa dilimpahkan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Deli. Bandar merupakan sebutan dari masyarakat suku Melayu Deli yang

BAB I PENDAHULUAN. Deli. Bandar merupakan sebutan dari masyarakat suku Melayu Deli yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Labuhan Deli merupakan cikal bakal lahirnya Pelabuhan Belawan. Labuhan Deli dulunya merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Deli yang kesohor di kawasan Sumatera

Lebih terperinci

ISLAM DI INDONESIA. UNIVERSITAS MERCU BUANA BEKASI Sholahudin Malik, S.Ag, M.Si. MATA KULIAH AGAMA ISLAM. Modul ke: 04Fakultas.

ISLAM DI INDONESIA. UNIVERSITAS MERCU BUANA BEKASI Sholahudin Malik, S.Ag, M.Si. MATA KULIAH AGAMA ISLAM. Modul ke: 04Fakultas. ISLAM DI INDONESIA Modul ke: 04Fakultas MATA KULIAH AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MERCU BUANA BEKASI Sholahudin Malik, S.Ag, M.Si. Program Studi A. Sejarah Masuknya Islam di Indonesia Pada tahun 30 H/651M Khalifah

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Hubungan Malayu..., Daulat Fajar Yanuar, FIB UI, 2009

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Hubungan Malayu..., Daulat Fajar Yanuar, FIB UI, 2009 91 BAB 5 KESIMPULAN Pada masa Jawa Kuno, raja merupakan pemegang kekuasaan dan otoritas tertinggi dalam pemerintahan. Seorang raja mendapatkan gelarnya berdasarkan hak waris yang sifatnya turun-temurun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanah Dairi terletak di bagian pegunungan bukit barisan melintang di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanah Dairi terletak di bagian pegunungan bukit barisan melintang di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah Dairi terletak di bagian pegunungan bukit barisan melintang di sepanjang pulau sumatera dengan posisi yang jauh lebih dekat ke pantai Barat. disebelah utara

Lebih terperinci

KOLONIALISME DAN IMPERIALISME

KOLONIALISME DAN IMPERIALISME KOLONIALISME DAN IMPERIALISME Kolonialisme adalah pengembangan kekuasaan sebuah negara atas wilayah dan manusia di luar batas negaranya, seringkali untuk mencari dominasi ekonomi dari sumber daya, tenaga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mempromosikan museum-museum tersebut sebagai tujuan wisata bagi wisatawan

BAB 1 PENDAHULUAN. mempromosikan museum-museum tersebut sebagai tujuan wisata bagi wisatawan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia kaya akan keragaman warisan sejarah, seni dan budaya yang tercermin dari koleksi yang terdapat di berbagai museum di Indonesia. Dengan tujuan untuk mempromosikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal memiliki segudang sejarah yang panjang dari kebudayaankebudayaan masa lampau. Sejarah tersebut hingga kini masih dapat dinikmati baik dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara. Luas wilayahnya 60 km. Kota ini berada ditepi Sungai Asahan, sebagai salah satu sungai terpanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing yang sangat strategis, yang terletak di tengah-tengah jalur perdagangan yang menghubungkan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota selalu menjadi bahan kajian yang menarik untuk diperbincangkan dalam setiap level dengan segala permasalahan yang dihadapinya. Membicarakan sebuah kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia dahulu dikenal dengan bahasa melayu yang merupakan bahasa penghubung antar etnis yang mendiami kepulauan nusantara. Selain menjadi bahasa penghubung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan Aceh. Ia menjadi anak beru dari Sibayak Kota Buluh di Tanah Karo.

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan Aceh. Ia menjadi anak beru dari Sibayak Kota Buluh di Tanah Karo. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Langkat adalah salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Letaknya di barat provinsi Sumatera Utara, berbatasan dengan provinsi Aceh. Sebelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Masalah. Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu Kotamadya dari 33 kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Masalah. Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu Kotamadya dari 33 kabupaten BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu Kotamadya dari 33 kabupaten dan kota di Sumatera Utara. Tebing Tinggi memiliki luas daerah kurang dari 31 km² dan berjarak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan semua peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan semua peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah merupakan semua peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang benar-benar terjadi pada masa lampau, baik dalam bidang politik, militer, sosial, agama, dan

Lebih terperinci

SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7

SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7 SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7 1. Sejarah Sunda Kata Sunda artinya Bagus/ Baik/ Putih/ Bersih/ Cemerlang, segala sesuatu yang mengandung unsur kebaikan, orang

Lebih terperinci

1.Sejarah Berdiri Istana Maimun, terkadang disebut juga Istana Putri Hijau, merupakan istana kebesaran Kerajaan Deli. Istana ini didominasi warna

1.Sejarah Berdiri Istana Maimun, terkadang disebut juga Istana Putri Hijau, merupakan istana kebesaran Kerajaan Deli. Istana ini didominasi warna 1.Sejarah Berdiri Istana Maimun, terkadang disebut juga Istana Putri Hijau, merupakan istana kebesaran Kerajaan Deli. Istana ini didominasi warna kuning, warna kebesaran kerajaan Melayu. Pembangunan istana

Lebih terperinci

DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI Matakuliah : Agama (Islam, Kristen, Khatolik)* Deskripsi :Matakuliah ini mengkaji tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural, agama maupun geografis yang

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural, agama maupun geografis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia, terdiri dari banyak suku bangsa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia selalu mengalami yang namanya perubahan. Perubahan tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran

Lebih terperinci

BAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN

BAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN BAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN a. Latar Belakang (Times New Roman 14) Menguraikan tentang alasan dan motivasi dari penulis terhadap topik permasalahan yang diteliti / dikaji. Indonesia memiliki

Lebih terperinci

BAB VII RAGAM SIMPUL

BAB VII RAGAM SIMPUL BAB VII RAGAM SIMPUL Komunitas India merupakan bagian dari masyarakat Indonesia sejak awal abad Masehi. Mereka datang ke Indonesia melalui rute perdagangan India-Cina dengan tujuan untuk mencari kekayaan,

Lebih terperinci

Kerajaan Ternate dan Tidore. Oleh Kelompok 08 : Faiqoh Izzati Salwa (08) Muhammad Anwar R (21) Shela Zahidah Wandadi (27)

Kerajaan Ternate dan Tidore. Oleh Kelompok 08 : Faiqoh Izzati Salwa (08) Muhammad Anwar R (21) Shela Zahidah Wandadi (27) Kerajaan Ternate dan Tidore Oleh Kelompok 08 : Faiqoh Izzati Salwa (08) Muhammad Anwar R (21) Shela Zahidah Wandadi (27) 1 Letak Kerajaan Sejarah Berdirinya Keadaan Kerajaan Kerajaan Ternate dan Tidore

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barat wilayah propinsi Sumatera Utara, berbatasan sengan propinsi Sumatera Barat.

BAB I PENDAHULUAN. barat wilayah propinsi Sumatera Utara, berbatasan sengan propinsi Sumatera Barat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mandailing adalah nama sebuah wilayah terletak di bagian paling selatan dan bagian barat wilayah propinsi Sumatera Utara, berbatasan sengan propinsi Sumatera

Lebih terperinci

LANDASAN KERJA SAMA INDONESIA YUNANI DARI SISI KESEJARAHAN

LANDASAN KERJA SAMA INDONESIA YUNANI DARI SISI KESEJARAHAN LANDASAN KERJA SAMA INDONESIA YUNANI DARI SISI KESEJARAHAN Apabila kita tarik ke masa lampau, jauh sebelum Nusantara memiliki suatu peradaban yang ditandai dengan kehadiran institusi kerajaan, 1 berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG HARI JADI KOTA OTONOM TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG HARI JADI KOTA OTONOM TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG HARI JADI KOTA OTONOM TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG, Menimbang : a. bahwa Kota Tanjungpinang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. islam di Nusantara. Dan proses masuknya agama Islam di Indonesia menjadi

BAB I PENDAHULUAN. islam di Nusantara. Dan proses masuknya agama Islam di Indonesia menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Penyebaran Islam yang terjadi di Asia Tenggara menghasilkan terjadinya akulturasi dan asimilasi budaya lokal sehingga membuahkan budaya baru yang dinamis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah dikunjungi dari transportasi apapun sering menjadi primadona bagi pendatang yang ingin keluar dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam upaya ini pemerintah berupaya mencerdaskan anak bangsa melalui proses pendidikan di jalur

Lebih terperinci