BAB IV. A. Analisis Pelaksanaan Sistem Kredit Semester (SKS) Di SMA Tahassus al-

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN EVALUASI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DALAM SISTEM KREDIT SEMESTER (SKS) DI SMA TAKHASUS AL-QURAN KALIBEBER KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2014 A. Analisis Pelaksanaan Sistem Kredit Semester (SKS) Di SMA Tahassus al- Quran Kalibeber Kabupaten Wonosobo Salah satu beban belajar yang diatur dalam standar isi adalah Sistem Kredit Semester (SKS) yang memungkinkan peserta didik menentukan sendiri beban belajarnya tentunya sesuai dengan satuan kredit semester (sks) yang didapat. Jumlah satuan kredit semester (sks) yang harus didapatkan oleh peserta didik bila ingin lulus sesuai dengan masa studi di SMA pada umumnya adalah 22 sks. Akan tetapi, apabila kurang dari 22/14 sks maka akan lebih bari masa studi di SMA pada umumnya dan bila batas maksimal studi terlampaui maka bisa saja mendapatkan (drop out) dari pihak sekolah, kecuali bila memang peserta didik memiliki IP <1 maka bimbingan khusus perlu dilakukan kepada peserta didik itu. Kelebihan dari Sistem Kredit Semester (SKS) adalah adanya pembelajaran fleksibel dengan pola on-off dengan peserta didik bisa memilih untuk mengambil mata pelejaan tertentu di semster tertentu. Akan tetapi, untuk mata pelajaran yang menjadi syarat bagi pelajaran lain apabila belum tuntas maka belum dapat melanjutkan ke mata pelajaran selanjutnya. Dengan adanya seri penjadwalan fleksibel memungkinkan peserta didik memilih seri jadwal mereka masing-masing. 106

2 107 Penjurusan yang dilakukan di SMA Takhassus al-quran terdapat unsur penting yang menjadi pengendali dari kelebihan peserta didik yang minat terhadap salah satu jurusan dan mengakibatkan sedikitnya jurusan lain yang berdampak pada hilangnya kegiatan belajar mengajar untuk sebuah jurusan adalah sistem kuota. Di setiap SMA tentu ada jurusan yang menjadi jurusan terfavorit menurut peserta didik seperti contoh jurusan Matematika dan Sains, tentu kebanyakan peserta didik berbondong-bondong ingin masuk ke jurusan itu. Akan tetapi, dengan adanya sistem kuota hal itu dapat dikendalikan. Pelaksanaan SKS di SMA Takhassus al-quran secara sistem memang sama seperti di perguruan tinggi. Akan tetapi, secara administrasi, pelayanan dan bimbingan kepada peserta didik berbeda. Hal ini dilakukan karena masa SMA, peserta didik sangat membutuhkan arahan dan bimbingan baik dalam hal administrasi, pelayanan maupun bimbingan itu sendiri. Sistem kuota ini seperti mematikan minat dan semangat peserta didik untuk belajar tetapi sebenarnya tidak, karena hal yang paling diutamakan dalam penjurusan adalah minat peserta didik bukan kuota sehingga, minat dan bakat peserta didik dapat terpenuhi Sehingga, tidak ada jurusan yang pendidinya tidak mengajar karena jurusan itu tidak ada peminatnya. Sistem Kredit Semester (SKS) sepertinya memang lebih enak diterapkan dalam kurikulum 2013 karena melihat struktur kurikulum 2013 yang mempunyai banyak mata pelajaran dan adanya pembelajaran lintas minat dan pendalaman minat. Dengan adanya pembelajaran lintas minat

3 108 peserta didik dapat mengetahui selain dari minat yang sedang dilakukan walaupun hanya sekedar ingin tahu atau tidak ingin mengetahui secara mendalam seperti jurusan Matematika dan Sains ingin sekedar mengetahui pelajaran Geografi. Untuk pendalaman minat peserta didik dapat mendalami pelajaran-pelajaran yang sudah menjadi minatnya sejak awal. Selain itu, penggunaan SKS dirasa sangat tepat kerena peserta didik belajar mata pelajaran yang sesuai dengan minatnya dan tersedia pilihan mata pelajaran untuk melanjutkan ke perguruan tinggi atau hanya sekedar ingin tahu. Akan tetapi, menciptakan sebuah problem yang mungkin lebih kompleks lagi. Mengingat SKS perlu adanya kesempurnaan dalam setiap komponen baik dalam administrasi dan kelengkapannya, pengelolaan administrasi dan program-program yang ditawarkan dan yang akan dilaksanakan. Salah satunya program yang ada memungkinkan timbulnya stigma jurusan yang lebih unggul seperti yang penulis bahas di paragraf awal, sistem UN harus diubah, perbaikan-perbaikan dalam sistem administrasi, efektifitas proses bimbingan di suatu lembaga dan yang perlu diperhatikan adalah Perlu membedakan mata pelajaran untuk persiapan ke perguruan tinggi dan untuk memenuhi rasa ingin tahu saja. Dalam hal ini, perlu adanya integrasi vertikal dengan perguruan tinggi.

4 109 B. Analisis Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Dalam Sistem Kredit Semester (SKS) Di SMA Takhassus al-quran Kalibeber Kabupaten Wonosobo Pekerjaan yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan, ketepatan dan kelemahan sebuah program adalah evaluasi, baik secara makro maupun secara mikro. Secara makro untuk evaluasi pembelajaran di satuan pendidikan meliputi sarana dan prasarana, proses, hasil yang ada dalam sistem di satuan pendidikan. atau lebih jauh lagi lingkup dari evaluasi pembelajaran makro meliputi keuangan, tenaga, karakteristik siswa, tujuan yang ingin dicapai, rencana kegiatan maupun proses pelaksanaan di lapangan, urutan kegiatan, penjadwalan waktu, bentuk interaksi antara guru dan murid, cara menilai hasil belajar peserta didik di kelas, hasil yang dicapai peserta didik, reaksi pendidik terhadap sistem yang ada, efek samping dari adanya sistem. Evaluasi pembelajaran secara makro dalam kegiatannya tidak hanya berakhir pada suatu gambaran dari sistem yang dinilai, maka perlu adanya judgment mengenai baik buruknya, efektif tidaknya sistem yang ada. Untuk mengetahui baik buruknya, efektif tidaknya suatu sistem maka bisa dilakukan dalam bentuk perbandingan dengan sistem pendidikan lain. Ketika melihat dari fungsi evaluasi maka satuan pendidikan dapat menggunakan evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif bisa digunakan untuk keperluan penyempurnaan sistem, yang dilakukan pada saat kurikulum itu masih dalam tingkat pengembangan dan dalam tahap penyempurnaan, dan

5 110 evaluasi summatif bisa digunakan untuk penyimpulan kebaikan dari sistem secara keseluruhan, ini dilakukan pada saat kurikulum dalam keadaan siap. Evaluasi pembelajaran mikro mempunyai lingkup yang lebih kecil yaitu program pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan hasil pembelajaran. komponen program pembelajaran adalah tujuan pembelajaran, tujuan pembelajaran ini mempunyai kesesuaian yang saling terkait baik antara tujuan kurikuler, institusional maupun intruksional, dan terdapat poin penting dalam tujuan pembelajaran ini adalah meningkatnya lulusan SMA Takhassus al- Quran yang dapat menghafakan 30 juz dari al-quran. Komponen program yang selanjutnya dan memiliki keterkaitan satu sama lain dalam penggunaannya adalah, media, metode dan sumber pembelajaran. ketersediaan media sangat berpengaruh dalam mencapai tujuan belajar karena media dapat memvisualisasikan yang verbal dan keterbatasan media pembelajaran bukan berarti mengurangi pengetahuan peserta didik dalam membahas makalah yang akan dipresentasikan sebagai contoh tidak adanya LCD dan proyektor maka peserta didik dapat membawa gambargambar yang berhubungan materi yang sedang dibahas oleh kelompoknya. Pembelajaran dengan menggunakan metode oleh pendidik sangat membantu dalam mensukseskan dan menutupi segala kekurangan dalam pembelajaran sebagai contoh menggunakan metode diskusi kelas memang mempunyai kelemahan yaitu hanya beberapa anak yang akan aktif dan ini bisa disempurnakan dengan metode lain seperti ceramah, inquiri dan problem solving sehingga tidak hanya beberapa anak yang aktif tetapi juga

6 111 kebanyakan anak akan aktif dalam kegiatan pembelajaran, atau menggunakan metode diskusi kelompok yang lingkupnya lebih kecil, dengan adanya diskusi kelompok maka setiap kelompok akan mengetahui apa-apa yang sedang dibahas oleh kelompok lain. Penggunaan sumber belajar yang sudah dilakukan di SMA Takhassus al-quran tidak hanya sumber dari buku. Akan tetapi, sumber dari internet dan biasanya menjadi sumber yang seperti biasanya diutamakan padahal bukan yang pertama. bagaimanapun juga data-data/sumber belajar yang dicari oleh peserta didik dalam upaya mereka untuk memenuhi teori/konsep, prinsip, proses dan keterampilan mereka dalam pembelajaran. Lingkungan juga merupakan komponen yang penting dalam evaluasi pembelajaran. bisa dikatan lingkungan menjadi sorotan pertama dalam pendidikan, sekolah mempunyai tanggung jawab satu hari penuh peserta didik dan lingkungan pondok/kos juga mempunyai tanggung jawab terhadap santri/anak kost sehingga perlu adanya kerjasama dalam bentuk pengawasan dan bimbingan yang intensif dari pihak-pihak yang bertanggung jawab sehingga terdapat kontrol setiap saat dan adanya laporan perkembangan tingkah laku peserta didik baik lingkungan sekolah maupun diluar sekolah.