COMPUTER PROGRAM FOR DESIGNING CATHODIC PROTECTION SYSTEM SACRIFICIAL ANODE METHOD MUTIA DELINA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "COMPUTER PROGRAM FOR DESIGNING CATHODIC PROTECTION SYSTEM SACRIFICIAL ANODE METHOD MUTIA DELINA"

Transkripsi

1 COMPUTER PROGRAM FOR DESIGNING CATHODIC PROTECTION SYSTEM SACRIFICIAL ANODE METHOD MUTIA DELINA GRADUATE PROGRAM IN MATERIAL SCIENCE FACULTY OF MATHEMATIC AND SCIENCES INDONESIA UNIVERSITY 2007

2 PEMBUATAN PERANGKAT LUNAK PEMBANTU PERANCANGAN PROTEKSI KATODIK SISTEM ANODA KORBAN Tesis diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister dalam bidang ilmu material MUTIA DELINA PROGRAM STUDI MATERIAL SCIENCE PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS INDONESIA 2007

3 ABSTRAK Korosi atau karat merupakan peristiwa penurunan mutu material pada bahan logam akibat intraksi yang tidak menguntungkan dengan lingkungan. Korosi tidak dapat dihindari atau dihilangkan, namun dapat dikendalikan dengan melakukan proteksi katodik sistem anoda korban, yaitu memasang anoda korban pada bagian yang hendak diproteksi. Pemasangan anoda korban memerlukan desain yang tepat dan akurat agar sesuai dengan kebutuhan arus proteksi. Oleh karena itu diperlukan sebuah perangkat lunak atau program yang dapat digunakan untuk membantu perancangan desain proteksi katodik system anoda korban. Perangkat lunak ini nantinya dapat diaplikasikan pada beberapa kasus seperti proteksi untuk pipa baja, tiang penyangga dermaga dan lambung kapal baja. Perangkat lunak proteksi katodik system anoda korban memerlukan input luas area yang akan diproteksi, jenis anoda yang akan dipergunakan, berat anoda dan umur desain proteksi. Output dari perangkat lunak ini antara lain jumlah anoda yang diperlukan, jarak pemasangan antar anoda, pemasangan anoda yang efektif (horizontal atau vertical). Perangkat lunak ini dibuat dengan menggunakan software Microsoft Visual Basic 6.0.

4 ABSTRACT Corrosion or rust is degradation of metal quality because of its disadvantages interaction with environment. We cannot avoid corrosion or annihilate it, but we can prevent it by protecting the metal with sacrificial anodizing system of cathodic protection. Sacrificial anodizing system is the sacrificial anode setting in the area that needs protection. The setting needs good design. So the design will appropriate with the current protection necessity. Because of that we need a program to help us for planning the protection design. The program will be applied in some cases such as protection for steel pipe, quay pole and ship hull. It needs some inputs, which are the wide area, kind of anode, weight of anode and the age of protection. This program output would be amount of anode, distance set between anode, effectiveness setting of anode (horizontal or vertical). The program is created using Microsoft Visual Basic 6.0 software.

5 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul : Pembuatan Perangkat Lunak Pembantu Perancangan Proteksi Katodik Sistem Anoda Korban Tesis ini merupakan salah satu peryaratan untuk memperoleh ijazah Magister pada program studi Ilmu Material Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia. Pada kesempatan yang berbahagia ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Dr. Ir. Johny Wahyuadi Soedarsono, DEA, selaku pembimbing yang telah memberikan pengarahan serta meluangkan waktu bagi penulis untuk menyelesaikan tesis ini. 2. Bapak Dr. Bambang Soegijono, selaku ketua Program Studi Ilmu Material Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia. 3. Bapak Dr. Mohammad Hikam, selaku sekretaris Program Studi ilmu Material Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia. 4. Staf Pengajar Program Studi Ilmu Material Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia. 5. Ibu Dra. Yuliarsi DR selaku Kepala Divisi Program Pendidikan PP IPTEK yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini. 6. Kedua orang tua, Mas Rinto serta adik-adikku yang telah memberikan dukungan moril dan materiil. i

6 7. Rekan-rekan Mahasiswa angkatan 2005 Program Studi Ilmu Material Program Pasca Sarjana universitas Indonesia yang telah memberikan semangat dan bantuan selama pembuatan tesis. Semoga Allah SWT melimpahkan kebahagiaan dan kesejahteraan atas jasa dan budi baik yang telah diberikan kepada penulis. Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat dan penulis juga berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran demi sempurnanya tesis ini. Jakarta, Juni 2007 Penulis ii

7 DAFTAR ISI Hal Lembar persetujuan Abstrak Kata Pengantar. i Daftar isi.. iii Daftar Gambar v Daftar Tabel vii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan Penelitian Pembatasan Masalah.3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Korosi Jenis-Jenis Korosi Korosi Merata Korosi Sumuran Korosi Antar Butir Korosi Erosi Korosi Galvanik Korosi Celah Laju Korosi Metode Pencegahan Korosi 16 iii

8 2.4.1 Pelapisan Perlakuan Lingkungan Pemilihan Material Desain Berlebih dan Perbaikan Desain Proteksi Katodik Rumus-rumus Proteksi Katodik dalam Program Program Visual basic BAB III PROSEDUR PENELITIAN 29 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Program perancangan proteksi katodik Melakukan pengujian Uji komposisi Uji Korosi Potensial Proteksi Analisi hasil perhitungan.. 50 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 55 Daftar Acuan 56 Lampiran 1 Fowchar Program. 57 Lampiran 2 Listing Program 60 Lampiran 4 Beberapa data yang dibutuhkan program 71 iv

9 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Mekanisme Korosi 5 Gambar 2.2 Korosi pada permukaan logam 5 Gambar 2.3 Reaksi elektrokimia pada logam... 6 Gambar 2.4 Korosi yang terjadi antara tembaga dan besi baja.. 9 Gambar 2.5 Korosi Merata.9 Gambar 2.6 Mekanisme Korosi Sumuran..10 Gambar 2.7 Korosi Sumuran 10 Gambar 2.8 Korosi Antar Butir...11 Gambar 2.9 Korosi Erosi 11 Gambar 2.10 Mekanisme Korosi Galvanik.13 Gambar 2.11 Korosi Galvanik..13 Gambar 2.12 Mekanisme Korosi Celah.14 Gambar 2.13 Korosi Celah 14 Gambar 2.14 Proteksi katodik dengan anoda korban. 18 Gambar 2.15 Auto List Member 27 Gambar 2.16 Tampilan IDE Visual Basic Gambar 2.17 Window Code. 28 Gambar 3.1. Pengamplasan 30 Gambar 3.2 Sebelum pengamplasan...30 Gambar 3.3 Setelah pengamplasan. 30 Gambar 3.4 Timbangan BOSCH SAE Gambar 3.5 Pengecekan sambungan kabel dengan multimeter 31 Gambar 3.6 Diagram alir penelitian.. 32 Gambar 4.1 Tampilan awal program.33 Gambar 4.2 Program desain proteksi untuk pipa baja v

10 Gambar 4.3 Program desain proteksi untuk penyangga dermaga 34 Gambar 4.4 Program untuk menghitung proteksi pada kapal baja...35 Gambar 4.5 Output Program.. 35 Gambar 4.6 Perhitungan desain proteksi pada kapal baja Gambar 4.7 Grafik pengaruh kecepatan air terhadap laju korosi baja AISI 1020 tanpa proteksi Gambar 4.8 Perbandingan kebutuhan berat anoda Al data pengujian dan hasil perhitungan program 44 Gambar 4.9 Perbandingan kebutuhan berat anoda seng data pengujian Dan hasil perhitungan program 47 Gambar 4.10 Perbandingan kebutuhan berat anoda magnesium data pengujian dan hasil perhitungan program.49 Gambar 4.11 Efek kecepatan air laut terhadap korosi baja. 51 vi

11 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Deret Elektrokimia Tabel 2.2 Deret Galvanis Tabel 2.3 Standar kimia alloy magnesium Tabel 2.4 Grade magnesium alloy Tabel 2.5 Komposisi anoda senguntuk lingkungan air laut 20 Tabel 2.6 Sifat anoda galvanis Tabel 2.7 Beberapa tombol toolbar dan fungsinya. 28 Tabel 4.1 Komposisi kimia baja AISI Tabel 4.2 Komposisi kimia anoda aluminium. 39 Tabel 4.3 Komposisi kimia anoda seng 39 Tabel 4.4 Komposisi kimia anoda magnesium.. 40 Tabel 4.5 Laju korosi baja AISI Tabel 4.6 Data eksperimen pengaruh kecepatan air terhadap pengurangan berat anoda aluminium.. 42 Tabel 4.7 Perhitungan kebutuhan anoda aluminium Tabel 4.8 Data eksperimen pengaruh kecepatan air terhadap pengurangan berat anoda seng. 44 Tabel 4.9 Perhitungan kebutuhan anoda Zn Tabel 4.10 Data eksperimen pengaruh kecepatan air terhadap pengurangan Berat anoda magnesium. 47 Tabel 4.11 Perhitungan kebutuhan anoda magnesium 49 Tabel 4.12 Potensial proteksi terhadap pasangan katoda dan anoda. 50 Tabel 4.13 Perbedaan nilaikebutuhan berat anoda aluminium hasil eksperimen Dan hasill perhitungan program. 52 Tabel 4.14 Perbedaan nilai kebutuhan berat anoda seng hasil eksperimen dan vii

12 Hasil perhitungan program.. 52 Tabel 4.15 Perbedaan nilai kebutuhan berat anoda magnesium hasil Eksperimen dan hasil perhitungan. 52 Tabel 4.16 Deret elektrokimia viii

13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Korosi merupakan salah satu masalah serius yang berakibat pada timbulnya kerugian dalam segi pembiayaan. Berdasarkan penelitian di Amerika, korosi telah menelan biaya ratusan milyar dolar setiap tahunnya. Biaya yang ditimbulkan oleh korosi telah dipelajari oleh beberapa negara, hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa biaya yang ditimbulkan oleh korosi adalah 1 sampai dengan 5% dari Gross National Product. Biaya tersebut meliputi utilitas 34.7%, transportasi 21.5%, infrastruktur 16.4%, pemerintahan 14.6%, produksi dan manufaktur 12,8% [1]. Korosi tidak dapat dihilangkan namun dapat dicegah dengan memproteksi material dari lingkungan. Salah-satunya adalah dengan proteksi katodik sistem anoda korban. Proteksi katodik sistem anoda korban telah digunakan secara meluas. Desain yang digunakan merupakan perpaduan antara pengalaman dan data experiment. Bagaimanapun kegagalan pada proteksi katodik tidak hanya akan berdapak pada kerugian secara ekonomi, tetapi juga pada keselamatan nyawa manusia dan lingkungan [2]. Kerugian secara ekonomi terjadi karena perusahaan harus mengeluarkan beberapa biaya ekstra. Biaya tersebut terbagi dalam biaya langsung berupa; perbaikan kerusakan material, dan biaya tidak langsung berupa; biaya yang timbul akibat menurunnya produksi, kentungan dan umur pakai alat. Proteksi katodik sistem anoda korban memerlukan perhitungan dan perancangan yang matang agar desain sesuai dengan kebutuhan proteksi material 1

14 untuk jangka waktu tertentu. Desain yang tepat akan menolong perusahaan dari extracost akibat dari desain yang berlebihan atau kerusakan karena desain yang tidak tepat. Oleh karena itu diperlukan sebuah sarana berupa perangkat lunak untuk membantu desain proteksi katodik, sehingga desain yang yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan. Banyak penelitian yang berkaitan dengan perancangan proteksi katodik denngan menggunakan program komputer antara lain Ernesto Santana dan Robert Adey [3] dalam The Journal of Corrosion Science and Engineering 2006, meneliti Validation of Cathodic Protection Design Using Computer Simulation. Kemudian Ernesto Santana dan Robert Adey [4], meneliti tentang Predictive Modeling of Corrosion and Cathodic Protection System. V.G DeGiorgi [5] dalam Elsevier 2001, meneliti tentang Evaluation of Perfect Paint Assumption in Modeling of Cathodic Protection System. Robert A Adey dan John Baynham [2], dalam Corrosion 2000, meneliti tentang Design and Optimization of Cathodic Protection Systems Using Computer Simulation. 1.2 Tujuan Penelitian 1. Membuat perangkat lunak untuk membantu perncangan proteksi katodik system anoda korban untuk kapal baja, pipa baja dan tiang penyangga dermaga sehingga dihasilkan keluaran program berupa hasil perhitungan proteksi katodik system anoda korban. 2. Menghindari kesalahan dalam melakukan disain awal proteksi. 3. Menyediakan perkiraan disain proteksi dengan cepat dan murah. 4. Mengetahui efektifitas pemasangan anoda korban secara horizontal dibandingkan terhadap pemasangan anoda secara vertikal. 2

15 1.3 Pembatasan Masalah 1. Program yang digunakan adalah Visual Basic 6.0, karena terbatasnya kemampuan program ini, maka program hanya dapat digunakan untuk mendisain proteksi untuk lambung kapal baja, pipa baja dan tiang penyangga dermaga. 2. Material anoda yang digunakan dalam pemograman adalah aluminium, seng dan magnesium. 3. Untuk validasi, pemodelan dilakukan dengan pengujian laboratorium dengan metoda kehilangan berat (WGL : Weight Gain Loss) 4. Anoda yang digunakan pada eksperimen hanya aluminium, seng dan magnesium. 5. Pengambilan data akan memvariasikan kecepatan alir air garam antara lain; 0.00 m/s, 0.09 m/s, 0.18 m/s, 0.27 m/s dan 0.36 m/s 3

16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Korosi Korosi merupakan penurunan mutu logam akibat reaksi elektrokimia dengan lingkungannya. Secara umum korosi meliputi hilangnya logam pada bagian yang terekpose. Korosi terjadi dalam berbagai macam bentuk, mulai dari korosi merata pada seluruh permukaan logam sampai dengan korosi yang terkonsentrasi pada bagian tertentu saja. Korosi pada logam terjadi karena adanya aliran arus listrik dari satu bagian pada ke bagian yang lain di permukaan logam. Aliran arus ini akan menyebabkan hilangnya metal pada bagian dimana arus dilepaskan ke lingkungan (oksidasi atau reaksi anoda). Proteksi terjadi di titik dimana arus kembali ke permukaan logam (reaksi katoda). Terdapat empat unsur pokok yang harus dipenuhi agar korosi dapat terjadi. Jika salah satunya hilang, maka korosi tidak dapat terjadi. Empat unsur pokok tersebut antara lain; Anoda, tempat terjanya reaksi oksidasi. Katoda, tempat terjadinya reaksi reduksi. Elektrolit, Lingkungan tempat katoda dan anoda ter-ekpose. Sambungan logam, katoda dan anoda harus disambung dengan menggunaan sambungan logam agar arus listrik dapat mengalir. 4

17 Gambar 2.1 Mekanisme Korosi Pada logam yang sama, salah satu bagian permukaannya dapat menjadi anoda dan bagian permukaan lainnya menjadi katoda. Hal ini bisa saja terjadi karena kemungkinan logam terdiri dari phase yang berbeda, karena permukaan logam dilapisi dengan kondisi coating yang berbeda, atau karena di permukaan logam terdapat lebih dari satu macam elektrolit. Gambar 2.2 Korosi pada permukaan logam 5

18 Logam dapat dicelupkan pada elektrolit atau permukaan logam dapat digenangi oleh elektrolit dan membentuk lapisan tipis. Laju korosi bergantung pada konduktifitas listrik elektrolit. Air murni memiliki konduktifitas listrik yang kurang baik sehingga laju korosi yang terjadi akan lebih rendah jika dibandingkan dengan larutan asam yang memiliki konduktifitas listrik tinggi. Gambar 2.3 Reaksi elektrokimia pada logam Salah satu contohnya adalah korosi yang terjadi antara seng dan asam HCl. Berikut ini merupakan gambaran reaksi elektrokimia yang terjadi; Zn + 2HCl ZnCl 2 + H 2 (1) Seng bereaksi dengan larutan asam sehingga membentuk seng clorida dan melepaskan gas hidrogen ke udara. Reaksi ionik yang terjadi adalah sebagai berikut; Zn + 2H + + 2Cl - Zn Cl - + H 2 (2) Dengan menghapus Cl - pada kedua sisi, reaksi dapat disederhanakan menjadi; Zn + 2H + Zn 2+ + H 2 6

19 Reaksi di atas dapat dibagi menjadi reaksi anoda dan reaksi katoda. Zn Zn e - reaksi anoda 2H + + 2e - H 2 reaksi katoda (3) (4) Reaksi elektrokimia seperti pada (3) dan (4) hanya dapat terjadi pada nilai tertentu saja. Jika tersedia elektron pada (4), maka potensial pada permukaan akan menjadi lebih negatif, kelebihan elektron akan mengakibatkan arus negatif terkumpul pada logam atau pada larutan menunggu reaksi berikutnya terjadi. Reaksi tidak akan cukup cepat untuk mengakomodasi semua elektron yang tersedia. Potensial arus negatif ini disebut dengan polarisasi katodik. Kekurangan elektron pada metal karena pelepasan elektron yang terjadi pada (3) pada larutan akan menghasilkan perubahan arus positif yang disebut dengan polarisasi anoda. Jika kekurangan elektron (polarisasi) semakin besar, kecendrungan pemutusan hubungan anoda akan semakin besar. Polarisasi anoda yang terjadi akan mendorong terjadinya korosi dengan reaksi anoda (3). Pada larutan elektrolit, permukaan akan mencapai nilai potensial yang setimbang E corr, yang nilainya tergantung pada kemampuan dan laju pertukaran elektron pada reaksi katoda dan anoda. Pada saat nilai potensial meningkat dari E corr menjadi E, laju reaksi anoda atau laju korosi secara umum akan meningkat. Polarisasi anoda dapat didefinisikan sebagai Є a = E - E corr. Tanpa polarisasi, laju korosi akan terjadi sangat cepat. Polarisasi akan menurunkan reaksi korosi dan memperkecil logam yang hilang dengan cara merubah potensial pada anoda atau katoda atau pada keduanya, sehingga perbedaan potensial di antara kedua berubah menjadi minimum. Kemampuan logam untuk menahan korosi biasanya bergantung pada posisi mereka dalam deret elektrokimia. 7

20 Tabel 2.1 Deret Elektrokimia Element Ion Electrode Potential (Volts) Hydrogen Overvoltage (Volts) Magnesium Mg (Base End) 0.7 Zinc Al Aluminium Zn Chromium Cr Iron Fe Cadmium Cd Cobalt Co Nickel Ni Tin Sn Lead Pb Hydrogen H Antimony Sb Copper Cu Silver Ag Gold Au (Noble End) 0.35 Oxygen OH Chlorine Cl Jika dua buah logam yang jenisnya berbeda terpisah sangat jauh pada deret elektrokimia, maka arus listrik yang dihasilkan karena kontak yang terjadi diantara keduanya akan semakin besar. Logam yang berada pada deretan tabel bagian atas adalah logam yang aktif, sedangkan logam yang berada pada tabel bagian bawah adalah logam noble. Jadi, semakin kearah atas tabel maka logam akan semakin mudah terkorosi dan semakin ke arah bawah tabel maka logam akan semakin terproteksi. Salah satu contohnya adalah korosi yang terjadi antara tembaga dan besi baja yang direndam dalam larutan asam. 8

21 Gambar 2.4 Korosi yang terjadi antar tembaga dan besi baja 2.2 Jenis-Jenis korosi Berdasarkan bentuk dan tempat terjadinya, korosi terbagi dalam beberapa jenis antara lain; korosi merata (uniform corrosion), korosi sumuran, korosi antar butir, korosi erosi, korosi galvanik dan korosi celah dan masih banyak lainnya. Berikut ini merupakan penjelasannya; Korosi Merata Korosi merata atau general corrosion merupakan bentuk korosi yang paling lazim terjadi. Korosi yang muncul terlihat merata pada seluruh permukaan logam dengan intensitas yang sama. Salah satu contohnya adalah effek dari korosi atmosfer pada permukaan logam. Korosi merata terjadi apabila seluruh bagian logam memiliki komposisi yang sama. Korosi jenis ini biasanya dapat diatasi dengan cara meng-coating permukaan logam. Gambar 2.5 Korosi Merata 9

22 2.2.2 Korosi Sumuran Korosi sumuran merupakan korosi yang muncul dan terkonsentrasi pada daerah tertentu. Bentuk korosi ini biasanya disebabkan oleh klorida. Mekanisme terbentuknya korosi sumuran sama dengan korosi celah. Hanya saja korosi sumuran ukurannya lebih kecil jika dibandingkan dengan korosi celah. Karena jaraknya yang saling berdekatan satu sama lain, korosi sumuran akan mengakibatkan permukaan logam menjadi kasar. Korosi sumuran terjadi karena komposisi material yang tidak homogen, rusaknya lapisan pelindung, adanya endapan dipermukaan material, serta adanya bagian yang cacat pada material. Gambar 2.6 Mekanisme Korosi Sumuran Gambar 2.7 Korosi Sumuran Korosi Antar Butir Korosi antar butir atau interglanular corrosion merupakan korosi yang terjadi pada graind boundary sebuah logam atau alloy. Korosi tipe ini biasanya disebabkan 10

23 karena adanya impuritas atau pengotor pada batas butir dan dan terjadi secara lokal disepanjang batas butir pada logam paduan. Gambar 2.8 Korosi Antar Butir Gambar di atas menunjukkan sebuah logam stainless steel yang terkorosi pada bagian yang terkena panas dimana jaraknya tidak jauh dari bagian las-lasan. Ini merupakan tipikal dari korosi antar butir pada austenic stainless steel. Korosi tipe ini dapat dihilangkan dengan menggunakan stailess steel 321 atau 347 atau dengan menggunakan stainless stell yang tingkat karbonnya rendah (304L atau 316L) Korosi Erosi Korosi erosi merupakan gabungan dari kerusakan elekrokimia dan kecepatan fluida yang tinggi pada permukaan logam. Korosi erosi dapat pula terjadi karena adanya aliran fluida yang sangat tinggi melewati benda yang diam atau statis. Atau bisa juga terjadi karena sebuah objek bergerak cepat di dalam fluida yang diam, misalnya baling-baling kapal laut. Gambar 2.9 Korosi Erosi 11

24 Bagian permukaan logam yang terkena korosi biasanya relatif lebih bersih jika dibandingkan dengan permukaan logam yang terkena korosi jenis lain. Erosi korosi dapat dikendalikan dengan menggunakan material yang terbuat dari logam yang keras, merubah kecepatan alir fluida atau merubah arah aliran fluida Korosi Galvanik Korosi galvanik terjadi apabila dua buah logam yang jenisnya berbeda di pasangkan dan direndam dalam cairan yang sifatnya korosif. Logam yang rebih aktif atau anoda akan terkorosi, sementara logam yang lebih noble atau katoda tidak akan terkorosi. Pada tabel galvanisasi, aluminium dan seng lebih aktif jika dibandingkan dengan baja. Tabel 2.2 Deret Galvanis Metal Volt Commercially pure magnesium Magnesium Alloy (6%Al, 3% An, 0.15% Mn) -1.6 Zinc -1.1 Aluminium Alloy (5% seng) Commercially pure Aluminium -0.8 Mild steel (clean and shiny) -0.5 sd -0.8 Mild steel (rusted) -0.2 sd -0.5 Cast Iron (non graphitized) -0.5 Lead -0.5 Mild steel in concrete -0.2 Copper, brass, bronze -0.2 High silcon cast iron -0.2 Mill scale on steel -0.2 Carbon, graphite, coke

25 Gambar 2.10 Mekanisme korosi galvanik Gambar 2.11 Korosi Galvanik Korosi galvanik ini banyak terjadi pada benda yang menggunakan lebih dari satu macam logam sebagai komponennya, misalnya pada automotif. Jika aluminium terhubung langsung dengan baja, maka aluminium akan terkorosi. Untuk mengatasi hal ini, maka di antara aluminium dan baja harus ditempatkan sebuah benda non logam atau isolator untuk memisahkan kontak listrik di antara keduanya. Mekanisme korosi galvanik biasanya digunakan untuk sistem proteksi pada komponen baja, misalnya proteksi pada lambung kapal, tiang penyangga dermaga, pipa baja, tiang penyangga jembatan dan lain sebagainya. 13

26 2.2.6 Korosi Celah Korosi celah merupakan korosi yang terkonsentrasi pada daerah tertentu. Korosi celah terjadi karena adanya larutan atau elektrolit yang terperangkap di dalam celah atau lubang, misalnya pada sambungan dua permukaan logam yang sejenis, permukaan logam yang retak, baut dan tapal. Elektrolit yang terperangkap pada lubang akan menimbulkan beda konsentrasi oksigen, sehingga terbentuk sel korosi. Daerah dengan konsentrasi oksigen tinggi berperan sebagai katoda dan daerah konsentrasi oksigen rendah berperan sebagai anoda. Gambar 2.12 Mekanisme korosi celah Gambar 2.13 Korosi Celah 14

27 2.3 Laju Korosi Korosi sangat dipengaruhi oleh lingkungan misalnya temperatur ph, oksigen, kecepatan fluida, dan zat-zat oksidator. Untuk menghitung laju korosi, terdapat dua metode yang dapat digunakan antara lain metode kehilangan berat atau weight gain loss (WGL) dan metode elektrokimia. W R 534 DAT = (2.1) Dimana R W = laju korosi (mil per year) = kehilangan berat (mg) D = Berat jenis (g/cm 3 ) A = Luas permukaan (inchi 2 ) T = Rentan waktu yang digunakan untuk pengujian (jam) Satuan laju korosi MPY diatas dapat dikonversi dalam beberapa tipe satuan lainnya, antara lain 1 mpy = mm/yr = 25.4 µm/yr = 2.90 mm/h = pm/s. Atau laju korosi dapat dihitung dengan persamaan berikut ini; Dimana W R DAT = (2.2) R W = laju korosi (mil per year) = kehilangan berat (mg) 15

28 D = Berat jenis (g/cm 3 ) A = Luas permukaan (cm 2 ) T = Rentan waktu yang digunakan untuk pengujian (jam) R 87.6 W DAT = (2.3) Dimana R W = laju korosi (mil per year) = kehilangan berat (mg) D = Berat jenis (g/cm 3 ) A = Luas permukaan (cm 2 ) T = Rentan waktu yang digunakan untuk pengujian (jam) 2.4 Metode Pencegahan Korosi Lima macam metode yang digunakan untuk mengontrol korosi adalah pelapisan atau coating, perlakuan lingkungan, pemilihan material, desain berlebih dan proteksi katodik Pelapisan Pelapisan merupakan cara yang paling umum dilakukan untuk melindungi logam dari serangan korosi. Pelapis yang dapat digunakan antara lain cat, logam (galvanisasi, plastik dan semen. Pada dasarnya pelapis-pelapis ini berfungsi untuk melindungi logam dari reaksi yang tidak menguntungkan dengan lingkungan, oleh karena itu pelapis-pelapis ini harus bersifat mudah dilapiskan, memiliki daya adhesi 16

29 yang baik, dapat bertahan lama dan memiliki sifat tahan terhadap korosi, tahan terhadap temperatur tinggi, tahan air, dan lain sebagainya Perlakuan Lingkungan Perlindungan terhadap korosi dapat juga dilakukan dengan mengusahakan lingkungan menjadi tidak korosif. Namun hal ini biasanya hanya bisa dilakukan pada lingkungan terbatas. Misalnya mengurangi atau menghilangkan uap air dan partikelpartikel korosi yang bersifat korosif Pemilihan Material Pencegahan korosi dengan memilih material dilakukan dengan menggunakan material logam ataupun paduannya yang bersifat tahan korosi, misalnya titanium ataupun baja tahan karat Desain Berlebih dan Perbaikan Desain Pencegahan korosi dengan menggunakan desain berlebih dilakukan dengan cara menambah ukuran material yang sebenarnya, agar umur pakainya dapat diperpanjang sesuai dengan kebutuhan Proteksi Katodik Proteksi katodik dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menggunakan anoda korban (sacrificial anode) dan inpress current (ICCP). Proteksi katodik dengan anoda korban terjadi saat sebuah logam dihubungkan dengan logam yang lebih reaktif (anoda). Hubungan ini mengarah pada sebuah rangkaian galvanik. Untuk memindahkan korosi secara efektif dari struktur logam, material anoda harus 17

30 mempunyai beda potensial cukup besar untuk menghasilkan arus listrik. Penggunaan proteksi katodik secara efektif akan menyediakan proteksi yang baik pada seluruh area permukaan material. Kombinasi coating dan proteksi katodik akan memberikan pilihan yang lebih ekonomis dan efektif untuk memproteksi material pada lingkungan tanah dan air laut. Gambar 2.14 Proteksi katodik dengan anoda korban Terdapat tiga macam material yang dibiasanya digunakan dalam proteksi katodik untuk material baja, yaitu magnesium, seng dan aluminium. Pemilihan anoda untuk proteksi tergantung pada restifitas dan elektrolit yang akan digunakan. Berikut ini merupakan keterangannya; Magnesium Anoda magnesium biasanya digunakan untuk proteksi katodik pada lingkungan tanah. Terdapat dua buah alloy megnesium yang umum digunakan pada proteksi katodik yaitu High-Potential Magnesium dan H-1 Alloy. High Potential Alloy dihasilkan langsung dari magnesium yang disuling dari air laut, sementara H-1 Alloy dihasilkan dari magnesium yang diperoleh dari recycling facilities. High-Potential Alloy menyediakan maksimum tegangan keluaran sebesar volt relatif terhadap tembaga sulfat sedangkan H-1 18

31 Alloy menghasilkan tegangan keluaran yang lebih rendah yaitu volt relatif terhadap tembaga sulfat. Pemilihan alloy magnesium pada proteksi katodik membutuhkan pertimbangan kebutuhan arus, resistifitas tanah, dan biaya yang akan dikeluarkan. Standar kimia yang dibutuhkan pada alloy magnesium adalah sebagai berikut; Tabel 2.3 Standar kimia alloy magnesium Tabel 2.4 Grade Magnesium Alloy 19

32 Seng Anoda seng digunakan untuk protesi katodik pada lingkungan tanah yang memiliki resistifitas rendah, beberapa kondisi air seperti air laut, air payau dan air tawar. Berikut ini merupakan tabel komposisi anoda seng untuk pengunaan pada lingkungan air laut. Tabel 2.5 Komposisi anoda seng untuk lingkungan air laut Anoda seng yang standar digunakan pada proteksi katodik di lingkungan air laut dan lingkungan air payau adalah mengandung aluminium dan cadminium. Aluminium Anoda aluminium digunakan pada lingkungan air laut dan beberapa kondisi air tawar. Aluminium memiliki umur yang lebih panjang jika dibandingkan dengan magnesium. Aluminium juga memiliki arus dan karakteristik berat yang lebih baik jika dibandingkan dengan seng. Dalam pembuatannya aluminium biasanya dicampur dengan mercuri, antimoni, indium, tin. 20

33 Material anoda yang dipilih harus dipertimbangkan dari material yang akan diproteksi. Anoda harus lebih reaktif jika dibandingkan dengan material yang akan diproteksi. Kelemahan dari proteksi katodik sistem anoda korban ini adalah terbatasnya umur pakai anoda serta arus proteksi yang dapat digunakan. Dengan demikian anoda korban harus diganti secara berkala. Berkut ini merupakan tabel sifat anoda galvanis. Anoda Tabel 2.6 Sifat anoda galvanis Effisiensi (%) Energy Capability (Ah/lb) Laju Konsumsi (lb/ay) Potesial Vs CuCuSO4 (volts) Seng Aluminium (Al-Zn-In) Magnesium (H-1 Alloy) Magnesium (High Potensial Alloy) Rumus-Rumus Proteksi Katodik dalam Program Luas permukaan pipa baja yang diproteksi ( D / ) L A = 100 dengan : A = luas permukaan pipa (cm 2 ) π = 3.14 D = dimeter pipa (cm) L = panjang pipa (m) π (2.4) 21

34 Kebutuhan total arus proteksi ( Cd ) lp A 1000 dengan: lp = kebutuhan total arus proteksi (A) A = luas permukaan pipa (m 2 ) Cd = rapat arus (ma/m 2 ) = (2.5) Berat total anoda yang diperlukan lp Y C w tot μ = (2.6) dengan: w tot = berat total anoda yang diperlukan (kg) lp = kebutuhan total arus proteksi (A) Y = umur disain proteksi (tahun) C = laju konsumsi anoda (kg/ampere.tahun) μ = faktor utilisasi (0< μ <1) Jumlah anoda yang diperlukan w tot n = (2.7) w a 22

35 dengan: n = jumlah anoda yang diperlukan (buah) w tot = berat total anoda yang diperlukan (kg) w a = berat tiap anoda (kg) Jarak pemasangan antar anoda dengan: s = jarak pemasangan antar anoda (m) L = panjang pipa (m) n = jumlah anoda yang diperlukan (buah) L s = (2.8) n Kebutuhan arus proteksi tiap jarak anoda dengan: lp lps = (2.9) n lps = kebutuhan arus proteksi tiap jarak anoda (A) lp = kebutuhan total arus proteksi (A) n = jumlah anoda yang diperlukan (buah) Tahanan Anoda yang dipasang Horizontal ρ 4la Rh = ln 1 2πla dal (2.10) 23

36 dengan: Rh = tahanan anoda yang dipasang horizontal (ohm) ρ = resistivitas lingkungan (ohm.cm) la = panjang anoda (cm) dal = diameter anoda (cm) Tahanan Anoda yang dipasang Vertikal ρ 8la Rv = ln 1 2πla dal (2.11) dengan: Rv = tahanan anoda yang dipasang vertikal (A) ρ la = resistivitas lingkungan (ohm.cm) = panjang anoda (cm) dal = diameter anoda (cm) Keluaran Arus Proteksi Tiap Anoda Horizontal ( Ea Ec) lah = (2.12) Rh dengan: lah =keluaran arus proteksi tiap anoda horizontal (A) Ea =Potensial anoda (volt) 24

37 Ec =potensial katoda (volt) Rh = tahanan anoda yang dipasang horizontal (ohm) Keluaran Arus Proteksi Tiap Anoda Vertikal lav ( Ea Ec) = (2.13) Rv dengan: lav = keluaran arus proteksi tiap anoda vertikal (A) Ea =Potensial anoda (volt) Ec =potensial katoda (volt) Rv = tahanan anoda yang dipasang vertikal (ohm) Rumus proteksi katodik pada kapal baja Luas bawah garis air Bm D Cb A = 1.56 Lpp Dp (2.14) 35 dengan: A = Luas bawah garis air (m 2 ) Lpp =Panjang garis air (m) Bm = Lebar terbesar garis air (m) D = Draft sarat/daya muat kapal (m) Cb = Coefisien block Dp =Diameter propeller (m) 25

38 Kuat arus yang dibutuhkan 20 A I reg 1000 = (2.15) Dengan: I reg =Arus yang dibutuhkan (A) A = Luas bawah garis air (m 2 ) Current density air laut = 20 mv/a Berat total anoda yang dibutuhkan W = I reg Y 8760 tot (2.16) dengan: W tot = berat total kebutuhan anoda (kg) I reg = Arus yang dibutuhkan (A) 2.6 Program Visual Basic 6.0 Visual Basic 6.0 merupakan program penghasil aplikasi yang berkerja pada system operasi windows. Kelebihan dari program ini adalah pemakai tidak perlu bersusah payah untuk menghapal Syntax Procedure karena Auto List Member dan Auto Quick akan selalu menampilkan beberapa pilihan yang dapat digunakan. 26

39 Gambar 2.15 Auto List Member Dalam Visual Basic 6.0, program aplikasi dibuat pada sebuah bidang kerja yang sebut dengan integrated Development Integration (IDE). Bagian-bagian yang terdapat pada IDE antara lain menu, toolbar, form, window code, toolbox, project explorer, window properties, window form layout dan window immediate. Toolbox Menu Form Toolbar Project Explorer Gambar 2.16 Tampilan IDE Visual Basic 6.0 Window Properties Window Form Layout 27

40 Agar program berjalan sesuai dengan keinginan, listing program ditulis pada window code. Gambar 2.17 Window Code Selain listing, program membutuhkan beberapa tombol yang digunakan untuk menjalankan program, tombol ini dapat dipilih dari toolbox. Beberapa tombol yang digunakan dalam perangkat lunak proteksi katodik antara lain; Tabel 2.7 Beberapa tombol toolbar dan fungsinya Tombol Nama Fungsi Pointer Penunjuk control. Picture box Menampilkan gambar statis Label Text Box Frame Kontrol untuk menampilkan teks yang tidak dapat diubah oleh pengguna program aplikasi Kontrol untuk membuat area dimana teknya dapat dirubah oleh pengguna program aplikasi Tempat mengelompokkan beberapa kontrol Command Button Option Button Image Tombol pelaksana perintah Melakukan pepilihan dari banyak pilihan Menampilkan gambar Bipmap 28

41 BAB III PROSEDUR PENELITIAN Dalam perrcobaan ini terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan untuk membuat perangkat lunak pembantu perancangan proteksi katodik system anoda korban. Tahapan-tahapan tersebut antara lain: 1. Studi literatur Pada tahapan ini dikumpulkan data-data antara lain persamaan-persamaan yang akan digunakan dalam perhitungan proteksi katodik system anoda korban. 2. Membuat program 2.1 Membuat flowchart program 2.2 Membuat program perancangan proteksi katodik system anoda korban. Program atau perangkat lunak Proteksi Katodik Sistem Anoda Korban ini dibuat dengan menggunakan software Visual Basic 6.0. Program dibuat untuk memperoteksi kapal baja, pipa baja dan tiang penyangga dermaga, seperti yang tertera pada Bab I Pendahuluan. 3. Melakukan pengujian Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan hasil perhitungan program dengan data yang didapat dari hasil percobaan di laboratorium. Percobaan dilakukan dengan cara mengukur laju korosi dengan menggunakan metode kehilangan berat. Pengujian program ini hanya akan dilakukan dengan menggunakan anoda aluminium, seng dan magnesium sesuai dengan yang tertera pada Bab I Pendahuluan. Baja yang digunakan pada pengujian ini adalah baja tipe AISI Lingkungan air laut diganti dengan air garam 3,5 % dengan variasi kecepatan air. 29

42 3.1 Persiapan sampel Baja dan anoda diberi tanda dengan menggunakan stamping. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi sampel. Tanda yang dipilih adalah sebagai berikut: 1 = Baja 2 = Anoda Al 3 = Anoda Zn Permukaan baja dibersihkan dari karat dengan menggunakan amplas Gambar 3.1 Pengamplasan Gambar 3.2 Sebelum pengamplasan Gambar 3.3 Setelah pengamplasan 30

43 3.1.3 Membersihkan baja dari organik seperti gemuk maupun minyak dengan menggunakan aseton Menimbang massa awal baja dan anoda korban menggunakan timbangan dengan ketelitian 0,1 mg. Gambar 3.4 Timbangan BOSCH SAE Baja dihubungkan dengan anoda korban menggunakan kawat tembaga Memeriksa sambungan baja dan anoda dengan menggunakan multimeter Gambar 3.5 Pengecekan sambungan kabel dengan multimeter 31

44 3.2 Pelaksanaan Uji Korosi Dalam uji korosi sampel direndam dalam air garam selama 3 hari atau 72 jam dengan beberapa kondisi antara lain; Air diam (0 m/s) Air bergerak (0.09 m/s, 0.18 m/s, 0.27 m/s, 0.36 m/s) Agar penelitian dapat lebih terfokus maka dibuat sistimatika penelitian sebagaimana tertera dibawah ini. DIAGRAM ALIR PENELITIAN Merencanakan tujuan dan program yang akan dibuat Perangkat lunak pembantu perhitungan proteksi katodik system anoda korban Literatur Rumus-rumus proteksi system anoda korban Proses pembuatan program Hasil perhitungan program Literatur Analisis hasil program dan validasi Data penelitian Kesimpulan Gambar 3.6. Diagram Alir Penelitian 32

45 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Program Perancangan Proteksi Katodik Program perancangan proteksi katodik dibuat dengan menggunakan software visual basic 6.0. Program ini menyediakan tiga pilihan aplikasi pada tampilan awal yaitu untuk pipa baja, penyangga dermaga dan kapal baja. Gambar 4.1 Tampilam awal program Masing-masing pilihan aplikasi akan menyediakan perhitungan desain proteksi katodik system anoda korban sesuai dengan kondisi lingkungan yang dikehendaki; di dalam tanah, air laut mengalir, air laut diam. Pada masing-masing aplikasi, pengguna program diminta untuk memasukkan beberapa input data antara lain kondisi lingkungan, jenis anoda yang akan digunakan, presentase coating, umur desain proteksi, dimensi daerah yang akan 33

46 diproteksi, factor utilisasi, dimensi serta berat anoda yang akan digunakan, potensial anoda dan resistifitas lingkungan. Gambar 4.2 Program desain proteksi untuk pipa baja Gambar 4.3 Program desain proteksi untuk penyangga dermaga 34

47 Gambar 4.4 Program untuk menghitung proteksi pada kapal baja Dari input data tersebut program akan meng-output luas area yang diproteksi, kebutuhan total arus, berat total anoda yang diperlukan, jumlah anoda yang dibutuhkan, jarak pemasangan antar anoda, kebutuhan arus proteksi tiap jarak anoda, tahanan anoda yang dipasang vertical dan horizontal serta keluaran proteksi tiap anoda vertical dan horizontal. Gambar 4.5. Output Program 35

48 Output program juga akan memberikan informasi apakah disain proteksi tersebut dapat diaplikasikan atau tidak. Untuk mencoba program ini maka pada program perhitungan proteksi katodik digunakan contoh perhitungan proteksi pada kapal baja dengan data masukkan sebagai berikut: Potensial baja kelingkungan Resistifitas lingkungan Panjang anoda Potensial anoda Panjang garis air Draft Lebar terbesar garis air Diameter propeller Umur desain proteksi Current density air laut Berat anoda Jenis Anoda :1.1 volt : 25 ohm.cm : 30 cm : 1 volt : 82.5 m : 3 m : m : 1.5 m : 3 tahun : 20 mv/a : 9 kg : Aluminium Coefficient Block : 0.85 Panjang Anoda Diameter Anoda : 30 cm : cm Maka nilai keluaran yang dihasilkan oleh program adalah sebagai berikut; Luas area proteksi : m 2 Kuat arus yang dibutuhkan Berat anoda yang dibutuhkan : Ampere :269 kg 36

49 Jumlah anoda yang dibutuhkan : 30 buah Jarak pemasangan antar anoda : m Kebutuhan arus proteksi tiap jarak anoda Tahanan anoda yang dipasang horizontal Tahanan anoda yang dipasang vertikal : 0.78 Ampere : ohm : ohm Keluaran Arus Proteksi Tiap Anoda Horizontal : Ampere Keluaran Arus Proteksi Tiap Anoda Vertikal : Ampere Nilai keluaran arus proteksi horizontal dan vertikal dibandingkan dengan kebutuhan arus proteksi tiap jarak anoda. Jika nilai keluaran arus proteksi lebih kecil dari pada kebutuhan arus proteksi, maka desain tersebut tidak dapat diaplikasikan. Karena nilai keluaran arus proteksi anoda horizontal Ampere lebih kecil dari pada kebutuhan arus proteksi Ampere maka disain ini tidak dapat diaplikasikan. Karena nilai keluaran arus anoda vertikal Ampere juga lebih kecil dari pada kebutuhan arus proteksi Ampere, maka desain ini juga tidak dapat diaplikasikan. Untuk itu pengguna program harus memasukkan data baru dan mencari desain yang sesuai dengan kebutuhan arus proteksi. Gambar 4.6 Perhitungan desain protesi pada kapal baja 37

50 4.2 Melakukan Pengujian Untuk membuktikan keakuratan program maka dilakukan penelitian dengan melakukan perendaman pada material baja AISI Material baja ini direndam dengan empat kondisi yaitu direndam tanpa perlindungan anoda, direndam dengan proteksi anoda aluminium, direndam dengan proteksi anoda seng, dan direndam dengan proteksi anoda magnesium Uji Komposisi Sebelum melakukan pengujian ketiga macam material ini dilakukan uji komposisi dengan XRF merek JEOL. Berikut ini merupakan hasil uji komposisinya. a. Komposisi Baja AISI 1020 Tabel 4.1 Komposisi kimia Baja AISI 1020 No Element Designation 1 Carbon (C) Silicon (Si) Tembaga (Cu) Pospor (P) Mangan (Mn) Lead (Pb) Silicon (Si) Timah (Sn) Aluminium (Al) Niobium (Nb) Nikel (Ni) Molibdenum (Mo) Zirkonium (Zr) Vanadium (V) Wolfram (W) Titanium (Ti) Cromium (Cr) Besi (Fe)

51 b. Komposisi Anoda Anoda Korban Tabel 4.2 Komposisi Kimia Anoda Aluminium No Element Designation 1 Aluminium (Al) Remainder 2 Silicon (Si) Titanium (Ti) Mercury (Hg) - 5 Besi (Fe) Seng (Zn) Magnesium (Mg) - 8 Indium (In) Tembaga (Cu) - 10 Cadmium (Cd) - Tabel 4.3 Komposisi Kimia Anoda Seng No Element Designation 1 Seng (Zn) remaider 2 Besi (Fe) Timah (Sn) - 4 Tembaga (Cu) - 5 Aluminium (Al) Cadmium (Cd) Indium (In) - 8 Lead (Pb) Silicon (Si) Thalium (Tl) - 39

52 Tabel 4.4 Komposisi kimia anoda magnesium No Element Designation 1 Aluminium (Al) Seng (Zn) Mangan (Mn) - 4 Silicon (Si) Tembaga (Cu) - 6 Nikel (Ni) - 7 Besi (Fe) Calcium (Ca) - 9 Timbal (Pb) Magnesium (Mg) Remainder Uji Korosi Dimensi dan massa seluruh sampel di ukur sebelum melakukan pengujian. Dimensi diukur dengan menggunakan jangka sorong dengan ketelitian cm. Sedangkan berat sampel diukur menggunakan timbangan dengan ketelitian 0.1 mg. Sesuai dengan kondisi lingkungan yang telah disebutkan pada Bab III bahwa sampel di rendam dalam air garam dengan variasi kecepatan; 0.00 m/s, 0.09 m/s, 0.18 m/s, 0.27 m/s dan 0.36 m/s selama 3 hari atau 72 jam. Berikut ini merupakan data yang didapat dari hasil pengujian. a. Baja AISI 1020 tanpa proteksi Tabel 4.5 Laju korosi baja AISI 1020 Kecepatan Air (m/s) ph rata-rata Pengurangan Berat (mg) Laju Korosi (mm/yr)

53 Dari table data 4.5 dibuat sebuah grafik hubungan antara kecepatan alir air dengan laju korosi baja AISI Gambar 4.7 Grafik pengaruh kecepatan air terhadap laju korosi baja AISI 1020 tanpa proteksi Laju korosi baja AISI 1020 dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.3) pada BAB II. Berikut ini merupakan salah satu contoh perhitungannya W = 25.1 mg D = 7.86 g/cm 3 A = cm 3 T = 72 jam 41

54 b. Kebutuhan berat anoda korban Tabel 4.6 Data eksperimen pengaruh kecepatan air terhadap pengurangan berat anoda aluminium Kecepatan air (m/s) ph rata-rata Luas area (cm 2 ) T (jam) Pengurangan berat (mg) Sementara nilai yang didapat dari perhitungan program adalah sebagai berikut; V = 0 m/s (air diam) A = cm 2 atau m 2 Y = 3 hari atau tahun Cd = 269 ma/m 2 C = 3.2 kg/ay = 0.90 Perhitungan kebutuhan proteksi Ampere 42

55 V = 0.09 m/s (air bergerak) A = cm 2 atau m 2 Y = 3 hari atau tahun Cd = 377 ma/m 2 C = 3.2 kg/ay = 0.90 Perhitungan kebutuhan proteksi Ampere 43

56 Berikut ini merupakan table data dari hasil perhitungan kebutuhan berat anoda Al Tabel 4.7 Perhitungan kebutuhan anoda aluminium Kecepatan Air (m/s) Luas Area (cm 2 ) T (Jam) W (mg) Hasil perhitungan program kemudian dibandingkan dengan data pengujian dalam grafik berikut ini Gambar 4.8 Perbandingan kebutuhan berat anoda Al dari data pengujian dan hasil perhitungan program Tabel 4.8 Data eksperimen pengaruh kecepatan air terhadap pengurangan berat anoda seng ph rata-rata Luas area (cm 2 ) T (jam) Kecepatan air (m/s) Pengurangan berat (mg) 44

57 Sementara nilai yang didapat dari perhitungan program adalah sebagai berikut; V = 0 m/s (air diam) A = cm 2 atau m 2 Y = 3 hari atau tahun Cd = 269 ma/m 2 C = 11.2 kg/ay = 0.90 Perhitungan kebutuhan proteksi Ampere V = 0.09 m/s (air bergerak) A = cm 2 atau m 2 Y = 3 hari atau tahun Cd = 377 ma/m 2 C = 11.2 kg/ay =

58 Perhitungan kebutuhan proteksi Ampere Tabel 4.9 Perhitungan kebutuhan anoda Seng Kecepatan Air (m/s) Luas Area (cm 2 ) T (Jam) W (mg) Hasil perhitungan program kemudian dibandingkan dengan data pengujian dalam grafik berikut ini 46

59 Gambar 4.9 Perbandingan kebutuhan berat anoda seng dari data pengujian dan hasil perhitungan program Tabel 4.10 Data eksperimen pengaruh kecepatan air terhadap pengurangan berat anoda magnesium Kecepatan air (m/s) ph rata-rata Luas area (cm 2 ) T (jam) Pengurangan berat (mg) Sementara nilai yang didapat dari perhitungan program adalah sebagai berikut; V = 0 m/s (air diam) A = cm 2 atau m 2 Y = 3 hari atau tahun Cd = 269 ma/m 2 C = 8 kg/ay =

60 Perhitungan kebutuhan proteksi Ampere V = 0.09 m/s (air bergerak) A = cm 2 atau m 2 Y = 3 hari atau tahun Cd = 377 ma/m 2 C = 8 kg/ay = 0.90 Perhitungan kebutuhan proteksi Ampere 48

61 Tabel 4.11 Perhitungan kebutuhan anoda magnesium Kecepatan Air (m/s) Luas Area (cm 2 ) T (Jam) W (mg) Gambar 4.10 Perbandingan kebutuhan berat anoda Magnesium dari data pengujian dan hasil perhitungan program Potensial Proteksi Potensial proteksi anoda korban aluminium, seng dan magnesium terhadap katoda baja AISI Berikut ini merupakan hasil pengukuran yang telah dilakukan; 49

62 Tabel 4.12 Potensial proteksi terhadap pasangan katoda dan anoda No Anoda korban Potensial proteksi ph 1 Aluminium Seng Magnesium Jika dilihat dari data pada table 4.12 dapat diketahui bahwa potensial proteksi anoda aluminium lebih positif jika dibandingkan dengan anoda seng dan magnesium 4.3 Analisis Hasil Perhitungan Hasil perhitungan dari program proteksi katodik system anoda korban yang telah dibuat dengan program Visual Basic 6.0 dibandingkan dengan data yang diperoleh dari hasil eksperimen. Perbandingan yang dilakukan meliputi angka-angka yang diperoleh program serta presentase selisihnya terhadap angka yang diperoleh dari data eksperimen Baja AISI 1020 tanpa proteksi Baja yang berada pada lingkungan air laut (NaCl) akan mengalami korosi karena adanya ion Cl-. Ion Cl- akan memecah lapisan pasif pada baja. Saat bersentuhan dengan permukaan logam, ion Cl- akan melarutkan ion-ion logam dan memudahkan ion-ion tersebut masuk ke larutan. Laju korosi baja AISI 1020 ternyata akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya nilai kecepatan air. Berikut ini merupakan grafik pengaruh kecepatan air terhadap perubahan laju korosi pada baja. 50

63 Gambar 4.11 Efek kecepatan air laut terhadap laju korosi pada baja [9] Gambar grafik tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi kecepatan air laut maka semakin tinggi pula laju korosi pada baja. Hal ini sesuai dengan teori yang tercantum pada Bab 2. Landasan teori bahwa laju korosi logam dipengaruhi oleh aliran fluida Anoda Aluminium Berat total anoda aluminium yang diperlukan untuk memproteksi baja AISI 1020 dalam kondisi air diam pada experiment adalah mg. Sementara kebutuhan berat anoda aluminium yang didapat dari hasil perhitungan adalah mg, terdapat perbedaan nilai yang signifikan. Jadi perbedaan hasil perhitungan program terhadap hasil eksperiment adalah sebagai berikut 51

64 Tabel 4.13 Perbedan nilai kebutuhan berat anoda aluminium hasil experiment dan hasil perhitungan program Kecepatan Air (m/s) Data Eksperiment (mg) Data Perhitungan Program (mg) Persentase Perbedaan % % % % % Anoda Seng Tabel 4.14 Perbedan nilai kebutuhann berat anoda seng hasil experiment dan hasil perhitungan program Kecepatan Air (m/s) Data Eksperiment (mg) Data Perhitungan Program (mg) Persentase Perbedaan % % % % % Anoda Magnesium Tabel 4.15 Perbedan nilai kebutuhan berat anoda magnesium hasil experiment dan hasil perhitungan program Kecepatan Air (m/s) Data Eksperiment (mg) Data Perhitungan Program (mg) Persentase Perbedaan % % % % % 52

65 Jika melihat nilai pengurangan berat yang terdapat pada anoda magnesium, jelas sekali bahwa pengurangan berat yang terjadi sangat besar jika dibandingkan dengan pengurangan berat yang terjadi pada anoda aluminium dan seng. Pada table deret elektrokimia berikut ini juga diterangkan bahwa pada table bagian atas merupakan logam yang lebih reaktif atau lebih mudah terkorosi. Tabel 4.16 Deret Elektrokimia Metal Volt Commercially pure magnesium Magnesium Alloy (6%Al, 3% An, 0.15% Mn) -1.6 Zinc -1.1 Aluminium Alloy (5% seng) Commercially pure Aluminium -0.8 Mild steel (clean and shiny) -0.5 sd -0.8 Mild steel (rusted) -0.2 sd -0.5 Cast Iron (non graphitized) -0.5 Lead -0.5 Mild steel in concrete -0.2 Copper, brass, bronze -0.2 High silcon cast iron -0.2 Mill scale on steel -0.2 Carbon, graphite, coke +0.3 Magnesium berada pada table bagian paling atas serta memiliki nilai elektrode potensial paling negative jika dibandingkan dengan aluminium dan seng. Dengan demikian magnesium paling reaktif jika dibandingkan dengan aluminium dan seng. Hal inilah yang menyebabkan pengurangan berat anoda magnesium lebih besar jika dibandingkan dengan pengurangan berat anoda aluminium dan anoda seng. Oleh 53

66 karena itu sebaiknya anoda magnesium tidak digunakan untuk memproteksi baja pada lingkungan air laut. Demikian halnya dengan seng, seng memiliki elektroda potensial yang lebih negative dari pada aluminium dan lebih positif jika dibandingkan dengan magnesium. Hal inilah yang menyebabkan pengurangan berat anoda seng lebih tinggi jika dibandingkan dengan aluminium dan lebih rendah jika dibandingkan dengan magnesium. Jika membandingkan nilai pengurangan berat anoda yang didapat dari eksperimen dan nilai pengurangan berat anoda yang didapat dari perhitungan program, terlihat adanya perbedaan nilai kebutuhan berat anoda. Hal ini terjadi karena program tidak memperhitungkan kecepatan air laut, sementara data pada eksperimen menunjukkan bahwa kecepatan air laut sangat mempengaruhi kebutuhan berat anoda. Dimana semakin tinggi kecepatan air maka semakin tinggi pula kebutuhan berat anoda korban. Selain itu pada bab 2 landasan teori juga disebutkan bahwa laju korosi dipengaruhi oleh beberapa factor, dimana salah satunya adalah laju fluida. Agar program ini dapat digunakan maka program harus memasukkan sebuah nilai konstanta pengali pada kebutuhan berat anoda agar perhitungan program sesuai dengan data yang didapat dari eksperimen atau menambahkan persamaan yang memperhitungkan pengaruh laju fluida terhadap laju korosi dan pengurangan berat anoda. 54

PROTEKSI KATODIK BAJA AISI 1020 MENGGUNAKAN ANODA ALUMUNIUM

PROTEKSI KATODIK BAJA AISI 1020 MENGGUNAKAN ANODA ALUMUNIUM PROTEKSI KATODIK BAJA AISI 1020 MENGGUNAKAN ANODA ALUMUNIUM Jeni Fariadhie Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sultan Fatah (UNISFAT) Jl. Sultan Fatah No. 83 Demak Telpon (0291) 681024

Lebih terperinci

Moch. Novian Dermantoro NRP Dosen Pembimbing Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. NIP

Moch. Novian Dermantoro NRP Dosen Pembimbing Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. NIP Pengaruh Variasi Bentuk dan Ukuran Scratch Polyethylene Wrap Terhadap Proteksi Katodik Anoda Tumbal Al-Alloy pada Baja AISI 1045 di Lingkungan Air Laut Moch. Novian Dermantoro NRP. 2708100080 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

Perlindungan Lambung Kapal Laut Terhadap Korosi Dengan Sacrificial Anode. Oleh : Fahmi Endariyadi

Perlindungan Lambung Kapal Laut Terhadap Korosi Dengan Sacrificial Anode. Oleh : Fahmi Endariyadi Perlindungan Lambung Kapal Laut Terhadap Korosi Dengan Sacrificial Anode Oleh : Fahmi Endariyadi 20408326 1.1 Latar Belakang Salah satu sumber kerusakan terbesar pada pelat kapal laut adalah karena korosi

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR. Aisha Mei Andarini. Oleh : Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat.Triwikantoro, M.Sc. Surabaya, 21 juli 2010

SEMINAR TUGAS AKHIR. Aisha Mei Andarini. Oleh : Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat.Triwikantoro, M.Sc. Surabaya, 21 juli 2010 SEMINAR TUGAS AKHIR STUDI KASUS DESAIN PROTEKSI KATODIK ANODA KORBAN PADA PIPA BAWAH TANAH PDAM JARINGAN KARANG PILANG III Oleh : Aisha Mei Andarini Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat.Triwikantoro, M.Sc Surabaya,

Lebih terperinci

Semarang, 6 juli 2010 Penulis

Semarang, 6 juli 2010 Penulis v KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan Tesis ini. Dalam penyusunan Tesis dengan judul Efektivitas Penggunaan

Lebih terperinci

TERSELESAIKAN H+7 P2

TERSELESAIKAN H+7 P2 TELAH TERSELESAIKAN PADA P2 Penyusunan Pendahuluan Penyusunan Dasar Teori Metodologi : - Studi Literatur - Pengumpulan Data Lapangan dan Non lapangan - Mapping Sector dan Input Data - Pembuatan Spread

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata korosi berasal dari bahasa latin Corrodere yang artinya perusakan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata korosi berasal dari bahasa latin Corrodere yang artinya perusakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Dasar Korosi Kata korosi berasal dari bahasa latin Corrodere yang artinya perusakan logam atau berkarat. Korosi adalah terjadinya perusakan material (khususnya logam)

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk mendistribusikan aliran fluida dari suatu tempat ketempat yang lain. Berbagi jenis pipa saat ini sudah beredar

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA BEDA POTENSIAL SEL VOLTA

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA BEDA POTENSIAL SEL VOLTA LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA BEDA POTENSIAL SEL VOLTA Disusun oleh : Faiz Afnan N 07 / XII IPA 4 SMA NEGERI 1 KLATEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 I. Praktikum ke : II ( Kedua ) II. Judul Praktikum : Beda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelasan merupakan proses penyambungan setempat dari logam dengan menggunakan energi panas. Akibat panas maka logam di sekitar lasan akan mengalami siklus termal

Lebih terperinci

PENGARUH LAJU KOROSI PELAT BAJA LUNAK PADA LINGKUNGAN AIR LAUT TERHADAP PERUBAHAN BERAT.

PENGARUH LAJU KOROSI PELAT BAJA LUNAK PADA LINGKUNGAN AIR LAUT TERHADAP PERUBAHAN BERAT. PENGARUH LAJU KOROSI PELAT BAJA LUNAK PADA LINGKUNGAN AIR LAUT TERHADAP PERUBAHAN BERAT. Hartono Program Diploma III Teknik Perkapala, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro ABSTRACT One of the usage

Lebih terperinci

Analisa Desain Sistem Impressed Current Cathodic Protection (ICCP) pada Offshore Pipeline milik JOB Pertamina-Petrochina East Java

Analisa Desain Sistem Impressed Current Cathodic Protection (ICCP) pada Offshore Pipeline milik JOB Pertamina-Petrochina East Java Analisa Desain Sistem Impressed Current Cathodic Protection (ICCP) pada Offshore Pipeline milik JOB Pertamina-Petrochina East Java Rizky Ayu Trisnaningtyas (1), Hasan Ikhwani (2), Heri Supomo (3) 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

Sel Volta KIM 2 A. PENDAHULUAN B. SEL VOLTA ELEKTROKIMIA. materi78.co.nr

Sel Volta KIM 2 A. PENDAHULUAN B. SEL VOLTA ELEKTROKIMIA. materi78.co.nr Sel Volta A. PENDAHULUAN Elektrokimia adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari aspek elektronik dari reaksi kimia. Sel elektrokimia adalah suatu sel yang disusun untuk mengubah energi kimia menjadi energi

Lebih terperinci

TES AWAL II KIMIA DASAR II (KI-112)

TES AWAL II KIMIA DASAR II (KI-112) TES AWAL II KIMIA DASAR II (KI112) NAMA : Tanda Tangan N I M : JURUSAN :... BERBAGAI DATA. Tetapan gas R = 0,082 L atm mol 1 K 1 = 1,987 kal mol 1 K 1 = 8,314 J mol 1 K 1 Tetapan Avogadro = 6,023 x 10

Lebih terperinci

Elektrokimia. Sel Volta

Elektrokimia. Sel Volta TI222 Kimia lanjut 09 / 01 47 Sel Volta Elektrokimia Sel Volta adalah sel elektrokimia yang menghasilkan arus listrik sebagai akibat terjadinya reaksi pada kedua elektroda secara spontan Misalnya : sebatang

Lebih terperinci

Sel Volta (Bagian I) dan elektroda Cu yang dicelupkan ke dalam larutan CuSO 4

Sel Volta (Bagian I) dan elektroda Cu yang dicelupkan ke dalam larutan CuSO 4 KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 04 Sesi NGAN Sel Volta (Bagian I) Pada sesi 3 sebelumnya, kita telah mempelajari reaksi redoks. Kita telah memahami bahwa reaksi redoks adalah gabungan dari reaksi

Lebih terperinci

ELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra

ELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra ELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra 3.3 KOROSI Korosi dapat didefinisikan sebagai perusakan secara bertahap atau kehancuran atau memburuknya suatu logam yang disebabkan oleh reaksi kimia

Lebih terperinci

STUDI IMPRESSED CURRENT CATHODIC PROTECTION

STUDI IMPRESSED CURRENT CATHODIC PROTECTION TUGAS SARJANA STUDI IMPRESSED CURRENT CATHODIC PROTECTION PADA BAJA AISI 1018 DENGAN MENGGUNAKAN ANODA SCRAP STEEL DAN PENGGUNAAN TEMBAGA SEBAGAI ANODA KEDUA PADA MEDIUM NaCl Diajukan Sebagai Salah Satu

Lebih terperinci

Proteksi Katodik dengan Menggunakan Anoda Korban pada Struktur Baja Karbon dalam Larutan Natrium Klorida

Proteksi Katodik dengan Menggunakan Anoda Korban pada Struktur Baja Karbon dalam Larutan Natrium Klorida Proteksi Katodik dengan Menggunakan Anoda Korban pada Struktur Baja Karbon dalam Larutan Natrium Klorida Rahmat Ilham, Komalasari, Rozanna Sri Irianty Jurusan S1 Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

ANTI KOROSI BETON DI LINGKUNGAN LAUT

ANTI KOROSI BETON DI LINGKUNGAN LAUT ANTI KOROSI BETON DI LINGKUNGAN LAUT Pendahuluan : Banyak bangunan di lingkungan Unit Bisnis Pembangkitan Suralaya terkena korosi terutama konstruksi beton di bawah duck beton dermaga Oil Jetty ( SPOJ

Lebih terperinci

UH : ELEKTROLISIS & KOROSI KODE SOAL : A

UH : ELEKTROLISIS & KOROSI KODE SOAL : A UH : ELEKTROLISIS & KOROSI KODE SOAL : A Selesaikan dengan cara!!! 1. Reduksi 1 mol ion SO 4 2- menjadi H 2S, memerlukan muatan listrik sebanyak A. 4 F D. 6 F B. 8F E. 16 F C. 20 F 2. Proses elektrolisis

Lebih terperinci

Elektrokimia. Tim Kimia FTP

Elektrokimia. Tim Kimia FTP Elektrokimia Tim Kimia FTP KONSEP ELEKTROKIMIA Dalam arti yang sempit elektrokimia adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam sel elektrokimia. Sel jenis ini merupakan

Lebih terperinci

Pertemuan <<22>> <<PENCEGAHAN KOROSI>>

Pertemuan <<22>> <<PENCEGAHAN KOROSI>> Matakuliah Tahun : Versi : / : Pertemuan 1 Learning Outcomes Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu

Lebih terperinci

Pengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai

Pengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai Pengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai Muhammad Nanang Muhsinin 2708100060 Dosen Pembimbing Budi Agung Kurniawan, ST,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Laju Korosi Baja Karbon Pengujian analisis dilakukan untuk mengetahui prilaku korosi dan laju korosi baja karbon dalam suatu larutan. Pengujian ini dilakukan dengan

Lebih terperinci

APLIKASI REAKSI REDOKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI Oleh : Wiwik Suhartiningsih Kelas : X-4

APLIKASI REAKSI REDOKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI Oleh : Wiwik Suhartiningsih Kelas : X-4 APLIKASI REAKSI REDOKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI Oleh : Wiwik Suhartiningsih Kelas : X-4 A. DESKRIPSI Anda tentu pernah mengalami kekecewaan, karena barang yang anda miliki rusak karena berkarat. Sepeda,

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 PENGARUH VARIASI BENTUK DAN UKURAN GORESAN PADA LAPIS LINDUNG POLIETILENA TERHADAP SISTEM PROTEKSI KATODIK ANODA TUMBAL PADUAN ALUMINIUM PADA BAJA AISI

Lebih terperinci

Proteksi Katodik Metoda Anoda Tumbal Untuk Mengendalikan Laju Korosi

Proteksi Katodik Metoda Anoda Tumbal Untuk Mengendalikan Laju Korosi Proteksi Katodik Metoda Anoda Tumbal Untuk Mengendalikan Laju Korosi Fitri Afriani S, Komalasari, Zultiniar Laboratorium Konversi Elektrokimia Program Studi Sarjana Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk adalah perusahaan yang bergerak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk adalah perusahaan yang bergerak BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Permasalahan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang transportasi dan distribusi gas bumi, penggunaan jaringan pipa merupakan

Lebih terperinci

TUGAS KOROSI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU KOROSI

TUGAS KOROSI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU KOROSI TUGAS KOROSI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU KOROSI Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Korosi Dosen pengampu: Drs. Drs. Ranto.H.S., MT. Disusun oleh : Deny Prabowo K2513016 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN BAB II : MEKANISME KOROSI dan MICHAELIS MENTEN 4 BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN Di alam bebas, kebanyakan logam ditemukan dalam keadaan tergabung secara kimia dan disebut bijih. Oleh karena keberadaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Korosi dapat didefinisikan sebagai penurunan mutu suatu logam akibat reaksi elektrokimia dengan lingkungannya, yang melibatkan pergerakan ion logam ke dalam larutan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Uji Korosi Dari pengujian yang telah dilakukan maka diperoleh hasil berupa data hasil perhitungan weight loss, laju korosi dan efisiensi inhibitor dalam Tabel

Lebih terperinci

STUDI KINERJA BEBERAPA RUST REMOVER

STUDI KINERJA BEBERAPA RUST REMOVER STUDI KINERJA BEBERAPA RUST REMOVER Ferry Budhi Susetyo Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta e-mail : fbudhi@unj.ac.id Abstrak Rust remover akan menghilangkan seluruh karat

Lebih terperinci

Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP

Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP KONSEP ELEKTROKIMIA Dalam arti yang sempit elektrokimia adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam sel elektrokimia. Sel jenis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pengembangan (swelling) tanah lempung tanpa elektrokinetik Hasil pengujian pengembangan tanah lempung tanpa elektrokinetik dapat dilihat pada Lampiran

Lebih terperinci

ANALISA DESAIN SISTEM SS IMPRESSED CURRENT CATHODIC PROTECTION (ICCP) PADA OFFSHORE PIPELINE MILIK JOB PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA

ANALISA DESAIN SISTEM SS IMPRESSED CURRENT CATHODIC PROTECTION (ICCP) PADA OFFSHORE PIPELINE MILIK JOB PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA ANALISA DESAIN SISTEM SS IMPRESSED CURRENT CATHODIC PROTECTION (ICCP) PADA OFFSHORE PIPELINE MILIK JOB PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA OLEH : Rizky Ayu Trisnaningtyas 4306100092 DOSEN PEMBIMBING : 1. Ir.

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing : Sutarsis,ST,M.Sc.Eng. Oleh : Sumantri Nur Rachman

Dosen Pembimbing : Sutarsis,ST,M.Sc.Eng. Oleh : Sumantri Nur Rachman Pengaruh Konsentrasi O 2 Terhadap Kebutuhan Arus Proteksi dan Umur Anoda pada sistem Impressed Current Cathodic Protection (ICCP) dengan menggunakan anoda SS 304 mesh pada Beton Bertulang Oleh : Sumantri

Lebih terperinci

DR. IR. ACHMAD SULAIMAN

DR. IR. ACHMAD SULAIMAN DR. IR. ACHMAD SULAIMAN EDUCATION EMPLOYER CERTIFICATES TEACHING : ITB, TH DELFT, UNSW, JAPAN : LIPI, RETIRED AS APU (RESEARCH PROF) : Corr. Specialist (Depnaker), CP Specialist (INDOCOR). : ITB, UI, SESKOAD,

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN PROSES PENYEPUHAN EMAS

LAPORAN PENELITIAN PROSES PENYEPUHAN EMAS LAPORAN PENELITIAN PROSES PENYEPUHAN EMAS Oleh : Anna Kristina Halim (02) Ardi Herdiana (04) Emma Ayu Lirani (11) Lina Widyastiti (14) Trisna Dewi (23) KELAS XII IA6 SMA NEGERI 1 SINGARAJA 2011/2012 BAB

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang tersusun dalam

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) Sudaryatno Sudirham ing Utari Mengenal Sifat-Sifat Material (1) 16-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) BAB 16 Oksidasi dan Korosi Dalam reaksi kimia di mana oksigen tertambahkan

Lebih terperinci

PRODUKSI GAS HIDROGEN MELALUI PROSES ELEKTROLISIS SEBAGAI SUMBER ENERGI

PRODUKSI GAS HIDROGEN MELALUI PROSES ELEKTROLISIS SEBAGAI SUMBER ENERGI PRODUKSI GAS HIDROGEN MELALUI PROSES ELEKTROLISIS SEBAGAI SUMBER ENERGI Oleh: Ni Made Ayu Yasmitha Andewi 3307.100.021 Dosen Pembimbing: Prof. Dr.Ir. Wahyono Hadi, M.Sc JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan jenis martensitik, dan feritik, di beberapa lingkungan korosif seperti air

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan jenis martensitik, dan feritik, di beberapa lingkungan korosif seperti air BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Baja nirkarat austenitik AISI 304, memiliki daya tahan korosi lebih baik dibandingkan jenis martensitik, dan feritik, di beberapa lingkungan korosif seperti air laut.

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV DATA DAN HASIL PENELITIAN BAB IV DATA DAN HASIL PENELITIAN 4.1.HASIL PENGUJIAN OPTICAL SPECTROSCOPY BAJA DARI SPONGE BIJIH BESI LATERITE T1 22320 QUALITY CQ1 SRK DAN BAJA KARBON Dari pengujian Optical spectroscopy baja dari sponge

Lebih terperinci

KIMIA ELEKTROLISIS

KIMIA ELEKTROLISIS KIMIA ELEKTROLISIS A. Tujuan Pembelajaran Mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi pada reaksi elektrolisis larutan garam tembaga sulfat dan kalium iodida. Menuliskan reaksi reduksi yang terjadi di

Lebih terperinci

ANALISIS LAJU KOROSI PADA BAJA KARBON DENGAN MENGGUNAKAN AIR LAUT DAN H 2 SO 4

ANALISIS LAJU KOROSI PADA BAJA KARBON DENGAN MENGGUNAKAN AIR LAUT DAN H 2 SO 4 ANALISIS LAJU KOROSI PADA BAJA KARBON DENGAN MENGGUNAKAN AIR LAUT DAN H 2 SO 4 Kevin J. Pattireuw, Fentje A. Rauf, Romels Lumintang. Teknik Mesin, Universitas Sam Ratulangi Manado 2013 ABSTRACT In this

Lebih terperinci

Mengubah energi kimia menjadi energi listrik Mengubah energi listrik menjadi energi kimia Katoda sebagi kutub positif, anoda sebagai kutub negatif

Mengubah energi kimia menjadi energi listrik Mengubah energi listrik menjadi energi kimia Katoda sebagi kutub positif, anoda sebagai kutub negatif TUGAS 1 ELEKTROKIMIA Di kelas X, anda telah mempelajari bilangan oksidasi dan reaksi redoks. Reaksi redoks adalah reaksi reduksi dan oksidasi. Reaksi reduksi adalah reaksi penangkapan elektron atau reaksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR PENELITIAN Untuk mengetahui perilaku korosi pada baja dari sponge bijih besi laterite dan membandingkannya secara kuantitatif dengan perilaku korosi dari baja

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PROTEKSI KATODIK (CP) ANODA KORBAN PADA PIPA BAJA (Studi Kasus Pipa PGN di PT. Nippon Sokubai Indonesia)

PERANCANGAN SISTEM PROTEKSI KATODIK (CP) ANODA KORBAN PADA PIPA BAJA (Studi Kasus Pipa PGN di PT. Nippon Sokubai Indonesia) PERANCANGAN SISTEM PROTEKSI KATODIK (CP) ANODA KORBAN PADA PIPA BAJA (Studi Kasus Pipa PGN di PT. Nippon Sokubai Indonesia) Dadang Kurnia; Bayu Prabowo Universitas Pamulang Abstract SYSTEM DESIGN CATHODIC

Lebih terperinci

Fe Fe e - (5.1) 2H + + 2e - H 2 (5.2) BAB V PEMBAHASAN

Fe Fe e - (5.1) 2H + + 2e - H 2 (5.2) BAB V PEMBAHASAN 63 BAB V PEMBAHASAN 5. 1. KETAHANAN KOROSI SUS 316L 5.1.1 Uji Celup SUS 316L Baja tahan karat mendapatkan ketahanan korosi hasil dari terbentuknya lapisan pasif pada permukaan logam. Lapisan pasif adalah

Lebih terperinci

Kata kunci : BEM, Korosi, Beton berulang, Proteksi katodik, Anoda korban, Simulasi

Kata kunci : BEM, Korosi, Beton berulang, Proteksi katodik, Anoda korban, Simulasi Simulasi Desain Sistem Proteksi Katodik Anoda Korban pada Balok Beton Bertulang Dermaga Menggunakan Metode Elemen Batas M. Ridha a, S. Fonna b, M. R. Hidayatullah c, S. Huzni, S. Thalib Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan.

BAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk mendistribusikan aliran fluida dari suatu tempat ketempat yang lain. Berbagi jenis pipa saat ini sudah beredar

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA. KOROSI GALVANIS PADA STEEL AISI Cu DENGAN VARIASI PEMBIASAN SCRAP STEEL SEBAGAI ANODA KEDUA PADA MEDIUM NaCl

TUGAS SARJANA. KOROSI GALVANIS PADA STEEL AISI Cu DENGAN VARIASI PEMBIASAN SCRAP STEEL SEBAGAI ANODA KEDUA PADA MEDIUM NaCl TUGAS SARJANA KOROSI GALVANIS PADA STEEL AISI 1018 - Cu DENGAN VARIASI PEMBIASAN SCRAP STEEL SEBAGAI ANODA KEDUA PADA MEDIUM NaCl Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan Strata

Lebih terperinci

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 BAB I MATERI Materi adalah sesuatu yang menempati ruang dan mempunyai massa. Materi dapat berupa benda padat, cair, maupun gas. A. Penggolongan

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian Bahan-bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini antara lain bubuk magnesium oksida dari Merck, bubuk hidromagnesit hasil sintesis penelitian

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Klasifikasi Baja [7]

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Klasifikasi Baja [7] BAB II DASAR TEORI 2.1 BAJA Baja merupakan material yang paling banyak digunakan karena relatif murah dan mudah dibentuk. Pada penelitian ini material yang digunakan adalah baja dengan jenis baja karbon

Lebih terperinci

Sulistyani, M.Si.

Sulistyani, M.Si. Sulistyani, M.Si. sulistyani@uny.ac.id Reaksi oksidasi: perubahan kimia suatu spesies (atom, unsur, molekul) melepaskan elektron. Cu Cu 2+ + 2e Reaksi reduksi: perubahan kimia suatu spesies (atom, unsur,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN OBAT SAKIT KEPALA SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3,5% NaCl DAN 0,1M HCl

PEMANFAATAN OBAT SAKIT KEPALA SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3,5% NaCl DAN 0,1M HCl PEMANFAATAN OBAT SAKIT KEPALA SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3,5% NaCl DAN 0,1M HCl Pandhit Adiguna Perdana 2709100053 Dosen Pembimbing : Budi Agung Kurniawan, S.T.,M.Sc.

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA COATING WRAPPING TAPE TERHADAP COATING BREAKDOWN

PENGARUH TEMPERATUR PADA COATING WRAPPING TAPE TERHADAP COATING BREAKDOWN PENGARUH TEMPERATUR PADA COATING WRAPPING TAPE TERHADAP COATING BREAKDOWN DAN CURRENT DENSITY PADA PIPA BAJA DALAM APLIKASI IMPRESSED CURRENT CATHODIC PROTECTION (ICCP) R.E.Dinar Rahmawati 1,a, Muhammad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Percobaan 1.3 Batasan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Percobaan 1.3 Batasan Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Korosi merupakan proses rusaknya logam (degradasi material) secara alamiah yang tidak dapat dicegah, tetapi dapat dikendalikan. Proses korosi pada material terjadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam proses desain sistim proteksi katodik landasan teori merupakan hal yang paling utama terutama ketika tahap perhitungan. Desain sistim proteksi katodik pada jaringan pipa onshore

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 16 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Korosi Pada Logam Korosi memiliki arti proses perusakan atau degradasi material logam akibat terjadinya reaksi kimia antara paduan logam dengan lingkungannya. Proses perusakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gas HHO Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses elektrolisis air. Elektrolisis air akan menghasilkan gas hidrogen dan gas oksigen, dengan

Lebih terperinci

ANALISA PROTEKSI KATODIK DENGAN MENGGUNAKAN ANODA TUMBAL PADA PIPA GAS BAWAH TANAH PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR DARI STASIUN KOMPRESSOR GAS KE KALTIM-2

ANALISA PROTEKSI KATODIK DENGAN MENGGUNAKAN ANODA TUMBAL PADA PIPA GAS BAWAH TANAH PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR DARI STASIUN KOMPRESSOR GAS KE KALTIM-2 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 ANALISA PROTEKSI KATODIK DENGAN MENGGUNAKAN ANODA TUMBAL PADA PIPA GAS BAWAH TANAH PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR DARI STASIUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam proses pembuatan komponen-komponen atau peralatan-peralatan permesinan dan industri, dibutuhkan material dengan sifat yang tinggi maupun ketahanan korosi yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengenalan Korosi Korosi atau karat terjadi secara terus menerus tanpa mau berhenti. Tidak ada suatu bahanpun di dunia ini yang sanggup menghindar dari korosi. NACE mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 41 BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1 PENDAHULUAN Metode Pelaksanaan merupakan cara atau prosedur yang berisi tahapan tahapan yang jelas yang disusun secara sistematis dalam proses penelitian dimulai dari

Lebih terperinci

PENGARUH KEHADIRAN TEMBAGA TERHADAP LAJU KOROSI BESI TUANG KELABU

PENGARUH KEHADIRAN TEMBAGA TERHADAP LAJU KOROSI BESI TUANG KELABU Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Lembaga Penelitian Universitas Trisakti Vol. 3, No. 1, Januari 2018, ISSN (p): 0853-7720, ISSN (e): 2541-4275 PENGARUH KEHADIRAN TEMBAGA TERHADAP LAJU KOROSI BESI TUANG

Lebih terperinci

Contoh Soal & Pembahasan Sel Volta Bag. I

Contoh Soal & Pembahasan Sel Volta Bag. I Contoh Soal & Pembahasan Sel Volta Bag. I Soal No.1 Diketahui potensial elektrode perak dan tembaga sebagai berikut Ag + + e Ag E o = +0.80 V a. Tulislah diagram sel volta yang dapat disusun dari kedua

Lebih terperinci

4.1 INDENTIFIKASI SISTEM

4.1 INDENTIFIKASI SISTEM BAB IV ANALISIS 4.1 INDENTIFIKASI SISTEM. 4.1.1 Identifikasi Pipa Pipa gas merupakan pipa baja API 5L Grade B Schedule 40. Pipa jenis ini merupakan pipa baja dengan kadar karbon maksimal 0,28 % [15]. Pipa

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT UJI KOROSI SALT SPRAY CHAMBER DAN APLIKASI PENGUKURAN LAJU KOROSI PLAT BODY AUTOMOBILES PRODUKSI EROPA DAN PRODUKSI JEPANG PADA

PERANCANGAN ALAT UJI KOROSI SALT SPRAY CHAMBER DAN APLIKASI PENGUKURAN LAJU KOROSI PLAT BODY AUTOMOBILES PRODUKSI EROPA DAN PRODUKSI JEPANG PADA PERANCANGAN ALAT UJI KOROSI SALT SPRAY CHAMBER DAN APLIKASI PENGUKURAN LAJU KOROSI PLAT BODY AUTOMOBILES PRODUKSI EROPA DAN PRODUKSI JEPANG PADA MEDIA NaCl DENGAN VARIASI KONSENTRASI RANDI AGUNG PRATAMA

Lebih terperinci

14. Magnesium dan Paduannya (Mg and its alloys)

14. Magnesium dan Paduannya (Mg and its alloys) 14. Magnesium dan Paduannya (Mg and its alloys) Magnesium adalah logam ringan dan banyak digunakan untuk aplikasi yang membutuhkan massa jenis yang ringan. Karakteristik : - Memiliki struktur HCP (Hexagonal

Lebih terperinci

Hand Out HUKUM FARADAY. PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang dibina oleh Pak I Wayan Dasna. Oleh: LAURENSIUS E. SERAN.

Hand Out HUKUM FARADAY. PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang dibina oleh Pak I Wayan Dasna. Oleh: LAURENSIUS E. SERAN. Hand Out HUKUM FARADAY Disusun untuk memenuhi tugas work shop PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang dibina oleh Pak I Wayan Dasna Oleh: LAURENSIUS E. SERAN 607332411998 Emel.seran@yahoo.com UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisa Laju Korosi Stainless Steel AISI 304 Pengujian terhadap impeller dengan material baja tahan karat AISI 304 dengan media limbah pertambangan batu bara di BATAN Puspitek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses akhir logam (metal finishing) merupakan bidang yang sangat luas,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses akhir logam (metal finishing) merupakan bidang yang sangat luas, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses akhir logam (metal finishing) merupakan bidang yang sangat luas, yang dimana tujuan utamanya adalah untuk mencegah logam dengan korosifnya, namun juga mendapatkan

Lebih terperinci

10/16/2015 ELEKTROKIMIA ELEKTROKIMIA ELEKTROKIMIA. Penyebab Korosi. Dampak Korosi

10/16/2015 ELEKTROKIMIA ELEKTROKIMIA ELEKTROKIMIA. Penyebab Korosi. Dampak Korosi Penyebab Korosi Sebagian besar logam secara alamiah (dalam bijih dan mineral) mempunyai sifat sebagai senyawa seperti oksida, sulfida, sulfat, dan lain-lain, karena senyawa-senyawa tersebut merepresentasikan

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pengertian Korosi Korosi berasal dari bahasa Latin corrous yang berarti menggerogoti. Korosi didefinisikan sebagai berkurangnya kualitas suatu material (biasanya berupa logam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara Untuk mengetahui laju korosi baja karbon dalam lingkungan elektrolit jenuh udara, maka dilakukan uji korosi dengan

Lebih terperinci

BAB 8. ELEKTROKIMIA 8.1 REAKSI REDUKSI OKSIDASI 8.2 SEL ELEKTROKIMIA 8.3 POTENSIAL SEL, ENERGI BEBAS, DAN KESETIMBANGAN 8.4 PERSAMAAN NERNST 8

BAB 8. ELEKTROKIMIA 8.1 REAKSI REDUKSI OKSIDASI 8.2 SEL ELEKTROKIMIA 8.3 POTENSIAL SEL, ENERGI BEBAS, DAN KESETIMBANGAN 8.4 PERSAMAAN NERNST 8 BAB 8 BAB 8. ELEKTROKIMIA 8.1 REAKSI REDUKSI OKSIDASI 8.2 SEL ELEKTROKIMIA 8.3 POTENSIAL SEL, ENERGI BEBAS, DAN KESETIMBANGAN 8.4 PERSAMAAN NERNST 8.5 SEL ACCU DAN BAHAN BAKAR 8.6 KOROSI DAN PENCEGAHANNYA

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan.

BAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan. BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Data Pengujian. 4.1.1. Pengujian Kekerasan. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan metoda Rockwell C, pengujian kekerasan pada material liner dilakukan dengan cara penekanan

Lebih terperinci

Penyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi. Satriananda *) ABSTRAK

Penyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi. Satriananda *) ABSTRAK Penyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi Satriananda *) ABSTRAK Air yang mengandung Besi (Fe) dapat mengganggu kesehatan, sehingga ion-ion Fe berlebihan dalam air harus disisihkan.

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK

ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK * Ir. Soewefy, M.Eng, ** Indra Prasetyawan * Staff Pengajar Jurusan Teknik Perkapalan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hidupnya. Salah satu contoh diantaranya penggunaan pelat baja lunak yang biasa

I. PENDAHULUAN. hidupnya. Salah satu contoh diantaranya penggunaan pelat baja lunak yang biasa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia telah banyak memanfaatkan logam untuk berbagai keperluan di dalam hidupnya. Salah satu contoh diantaranya penggunaan pelat baja lunak yang biasa digunakan sebagai

Lebih terperinci

Oleh: Az Zahra Faradita Sunandi Dosen Pembimbing: Prof.Dr.Ir. Sulistijono, DEA

Oleh: Az Zahra Faradita Sunandi Dosen Pembimbing: Prof.Dr.Ir. Sulistijono, DEA Seminar Proposal Tugas Akhir Oleh: Az Zahra Faradita Sunandi 2710100026 Dosen Pembimbing: Prof.Dr.Ir. Sulistijono, DEA Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Instiut Teknologi

Lebih terperinci

REDUKSI-OKSIDASI PADA PROSES KOROSI DAN PENCEGAHANNYA Oleh Sumarni Setiasih, S.Si., M.PKim.

REDUKSI-OKSIDASI PADA PROSES KOROSI DAN PENCEGAHANNYA Oleh Sumarni Setiasih, S.Si., M.PKim. REDUKSI-OKSIDASI PADA PROSES KOROSI DAN PENCEGAHANNYA Oleh Sumarni Setiasih, S.Si., M.PKim. e-mail enni_p3gipa@yahoo.co.id Di sekitar kita terdapat berbagai proses kimia yang dapat dijelaskan dengan konsep

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl TERHADAP KETAHANAN KOROSI HASIL ELEKTROPLATING Zn PADA COLDROLLED STEEL AISI 1020

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl TERHADAP KETAHANAN KOROSI HASIL ELEKTROPLATING Zn PADA COLDROLLED STEEL AISI 1020 SIDANG TUGAS AKHIR PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl TERHADAP KETAHANAN KOROSI HASIL ELEKTROPLATING Zn PADA COLDROLLED STEEL AISI 1020 Oleh: Pathya Rupajati (2706 100 039) Dosen Pembimbing: Prof.

Lebih terperinci

Soal-soal Redoks dan elektrokimia

Soal-soal Redoks dan elektrokimia 1. Reaksi redoks : MnO 4 (aq) + C 2 O 4 2- (aq) Mn 2+ (aq) + CO 2 (g), berlangsung dalam suasana asam. Setiap mol MnO 4 memerlukan H + sebanyak A. 4 mol B. 6 mol D. 10 mol C. 8 mol E. 12 mol 2. Reaksi

Lebih terperinci

SKRIPSI. PENGARUH PENAMBAHAN SILIKON TERHADAP LAJU KOROSI PADA PADUAN PERUNGGU TIMAH PUTIH ( 85 Cu 15 Sn ) Oleh : Yoppi Eka Saputra NIM :

SKRIPSI. PENGARUH PENAMBAHAN SILIKON TERHADAP LAJU KOROSI PADA PADUAN PERUNGGU TIMAH PUTIH ( 85 Cu 15 Sn ) Oleh : Yoppi Eka Saputra NIM : SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN SILIKON TERHADAP LAJU KOROSI PADA PADUAN PERUNGGU TIMAH PUTIH ( 85 Cu 15 Sn ) Oleh : Yoppi Eka Saputra NIM : 1104305004 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA

Lebih terperinci

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S Oleh : Agus Solehudin Dipresentasikan pada : Seminar Nasional VII Rekayasa dan Aplikasi Teknik Mesin di Industri Diselenggarakan

Lebih terperinci

ANALISIS DESAIN SACRIFICIAL ANODE CATHODIC PROTECTION PADA JARINGAN PIPA BAWAH LAUT

ANALISIS DESAIN SACRIFICIAL ANODE CATHODIC PROTECTION PADA JARINGAN PIPA BAWAH LAUT ANALISIS DESAIN SACRIFICIAL ANODE CATHODIC PROTECTION PADA JARINGAN PIPA BAWAH LAUT Fajar Alam Hudi 1 dan Rildova, Ph.D 2 Program Studi Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

ANALISIS PENAMBAHAN LARUTAN BENTONIT DAN GARAM UNTUK MEMPERBAIKI TAHANAN PENTANAHAN ELEKTRODA PLAT BAJA DAN BATANG

ANALISIS PENAMBAHAN LARUTAN BENTONIT DAN GARAM UNTUK MEMPERBAIKI TAHANAN PENTANAHAN ELEKTRODA PLAT BAJA DAN BATANG JETri, Volume 13, Nomor 2, Februari 2016, Halaman 61-72, ISSN 1412-0372 ANALISIS PENAMBAHAN LARUTAN BENTONIT DAN GARAM UNTUK MEMPERBAIKI TAHANAN PENTANAHAN ELEKTRODA PLAT BAJA DAN BATANG Ishak Kasim, David

Lebih terperinci

Jurnal Foundry Vol. 3 No. 1 April 2013 ISSN :

Jurnal Foundry Vol. 3 No. 1 April 2013 ISSN : ANALISA KOROSI DAN PENGENDALIANNYA M. Fajar Sidiq Akademi Perikanan Baruna Slawi E-mail : mr_paimin@yahoo.com Abstrak Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dengan tingkat curah hujan dan kelembaban

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan di laboratorium korosi pada Jurusan Metalurgi dan Material Fakultas Teknik. Variabel penelitian yang akan - digunakanadalah konsentrasi bikarbonat (HCO3)

Lebih terperinci

Perhitungan Laju Korosi di dalam Larutan Air Laut dan Air Garam 3% pada Paku dan Besi ASTM A36

Perhitungan Laju Korosi di dalam Larutan Air Laut dan Air Garam 3% pada Paku dan Besi ASTM A36 Perhitungan Laju Korosi di dalam Larutan Air Laut dan Air Garam 3% pada Paku dan Besi ASTM A36 Gurum AP. Ayu SA, Dita Rahmayanti, dan Nindy EM. Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung. Jl Prof. Dr. Sumantri

Lebih terperinci

Recovery logam dengan elektrolisis

Recovery logam dengan elektrolisis Recovery logam dengan elektrolisis Electrolysis Elektrolisis adalah proses dengan penggunaan arus listrik untuk memisahkan unsur unsur dari senyawanya. Elektrolisis membutuhkan biaya tinggi, dan karenanya

Lebih terperinci

PERCOBAAN LOGAM KOROSI BASAH DAN KOROSI ATMOSFERIK

PERCOBAAN LOGAM KOROSI BASAH DAN KOROSI ATMOSFERIK LAPORAN RESMI PRAKTIKUM REKAYASA BAHAN P1 PERCOBAAN LOGAM KOROSI BASAH DAN KOROSI ATMOSFERIK DIONISIUS ANDY K NRP 2412.100.106 ASISTEN NUR KHOLIS JAUHARI NRP 2411.100.093 PROGRAM STUDI S1 TEKNIK FISIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang kaya akan energi panas bumi.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang kaya akan energi panas bumi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang kaya akan energi panas bumi. Potensi panas bumi di Indonesia mencapai 27.000 MWe yang tersebar di Sumatera bagian

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SUPLEMEN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1 M HCl

PEMANFAATAN SUPLEMEN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1 M HCl PEMANFAATAN SUPLEMEN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1 M HCl Abdur Rozak 2709100004 Dosen Pembimbing : Budi Agung Kurniawan ST, M.sc. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. 1. Pengembangan Tanah (Swelling) Lempung Ekspansif tanpa Metode Elektrokinetik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. 1. Pengembangan Tanah (Swelling) Lempung Ekspansif tanpa Metode Elektrokinetik BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pengembangan Tanah (Swelling) Lempung Ekspansif tanpa Metode Elektrokinetik Hasil pengujian berikut dilakukan sebagai pembanding bagaimana nilai pengembangan

Lebih terperinci