BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Teori Investasi Menurut Jones, C.P (2002) investasi adalah an investment can be defined as the commitment of funds to one or more assets that will be held over some futures time period (p.5). Jadi bisa diartikan bahwa tujuan yang paling mendasar dari investasi adalah suatu kekayaan harus menghasilkan nilai yang lebih saat dihitung pada akhir periode investasi. Ada beberapa jenis media yang dipakai dalam melakukan investasi, diantaranya: 1 Real Asset. Yaitu investasi yang ditempatkan pada sector-sektor yang bentuk fisik dari investasi kelihatan, seperti: tanah, bangunan dan berbagai jenis usaha yang nyata dari segi visual dan fisiknya. 2 Capital Market Financial Asset. Yaitu investasi pada sektor keuangan dan jasa permodalan, umumnya investasi ini ditempatkan pada sektor pasar modal dengan berbagai macam instrumennya seperti: saham, obligasi dan lain-lain. 3 Money Market Financial Asset. Investasi ini pada umumnya adalah investasi yang berkaitan langsung dengan nilai mata uang satu Negara ataupun perbandingan nilai tukar mata uang tersebut terhadap mata uang Negara lain. Adapun karakteristik dari investasi dalam mata uang menurut Dahlan Slamet, (2004) adalah: sifatnya jangka pendek, mudah diperjualbelikan, liquid, hutang dengan resiko yang rendah. 6

2 II.2 Teori Inflasi dan Suku Bunga 1 Teori Inflasi Menurut William A. McEachern yang di alih bahasa oleh Sigit Tanadaru SE (2000), inflasi adalah kenaikan terus-menerus dalam tingkat harga satu perekonomian akibat adanya kenaikan permintaan agregat atau penurunan penawaran agregat (h.123). Jadi bisa dikatakan bahwa bila terjadi kenaikan harga pada bulan ini, namun bulan berikutnya harga mengalami penurunan, itu tidak bisa dikatakan inflasi. Inflasi karena kenaikan permintaan agregat sering disebut dengan Demand Pull Inflation (inplasi karena ditarik permintaan). Dalam inflasi tersebut, kenaikan permintaan agregat menarik tingkat harga menjadi lebih tinggi. Sebagai contoh inflasi yang dialami Amerika Serikat pada sekitar tahun 1960 adalah karena demand pull inflation, yaitu karena pada saat terjadi pertumbuhan belanja federal untuk perang Vietnam dan perluasan program sosial yang menaikan permintaan agregat. Inflasi juga dapat terjadi karena penurunan penawaran agregar, inflasi semacam ini dinamakan Cost Pull Inflation. Bila terjadi kondisi penawaran yang menurun, maka menurut hukum ekonomi harga yang akan terbentuk menjadi lebih tinggi. Sebagai contoh: adanya kegagalan panen padi akan menyebabkan harga beras menjadi lebih mahal. Pengukuran tingkat inflasi biasanya diukur dengan indek harga konsumen (consumer price index). CPI akan mengukur tingkat kenaikan harga barang-barang konsumsi dibandingkan dengan tahun dasar perhitungan. Hasil akhir dari perhitungan inflasi adalah sebuah angka yang menunjukan berapa besar persentase kenaikan harga barang dibandingkan dengan tahun dasar perhitungan. 7

3 2 Teori Suku Bunga Menurut William A. McEachern yang dialih bahasa oleh Sigit Tanadaru SE (2000), tingkat suku bunga adalah sejumlah uang yang dibayarkan oleh peminjam kepada pemberi pinjaman atas balas jasa karena hilangnya kesempatan konsumsi saat itu (h.138). Tingkat bunga nominal dinyatakan dalam angka persentase pertahun, artinya uang yang harus dibayarkan untuk nilai pinjaman yang diperoleh. II.3 Sejarah Perkembangan Perdagangan Mata Uang Pasar valuta asing (foreign exchange market) memungkinkan berbagai valuta dipertukarkan demi mempermudah transaksi perdagangan dan keuangan internasional. Dalam perkembanganya, perdagangan valuta asing (valas) telah mengalami beberapa evolusi sesuai dengan perkembangan jaman. Sistem penentuan nilai tukar telah berubah beberapa kali. Dari tahun 1876 hingga 1913, nilai tukar ditentukan oleh standar emas (gold standard). Tiap valuta dapat dikonversikan ke dalam emas memakai suatu formula tertentu, sehingga nilai antara dua valuta ditentukan oleh daya konversi relatif mereka terhadap per-ons emas. Tiap negara menggunakan cadangan emas untuk mendukung valutanya. Pada tahun 1914, Perang Dunia I dimulai dan standar emas untuk sementara tidak dilakukan. Sejumlah negara kembali memakai standar emas pada tahun Namun standar emas ditinggalkan menyusul kepanikan perbankan di AS dan Eropa tidak lama setelah adanya great depression. Pada tahun 1930 sejumlah negara berupaya mematok valuta mereka ke dolar atau pound, tetapi terjadi revisi beberapa kali. Sebagai akibat dari 8

4 ketidakstabilan dalam pasar valas dan ketatnya pembatasan atas transaksi internasional selama periode ini, mengakibatkan volume perdagangan internasional menurun. Menurut Eun dan Resnick 2004 the US dolar was the only currency that was fully convertible to gold (h.31). Hal ini bisa dilihat pada tahun 1944, kesepakatan antarnegara yang dikenal dengan Bretoon Woods Agreement menghasilkan sistem nilai tukar. Dalam sistem ini mata uang akan dipatok ke dalam dolar Amerika, sementara itu dolar Amerika kembali akan dipatok ke emas menggunakan kurs yang dipatok sebesar $ 35/oz. Gambar 2.1 Skema Nilai Tukar Menurut Bretton Woods System Dalam sistem ini juga dijelaskan bahwa pemerintah berbagai negara akan melakukan intervensi untuk mencegah nilai tukar bergerak lebih dari 1% ke atas atau ke bawah dari level yang telah ditentukan sebelumnya. Tahun 1971, dolar AS tampaknya mengalami overvalued yang disebabkan permintaan luar negeri terhadap dolar AS lebih kecil dari penawaran dolar. Wakil dari negara-negara penting bertemu untuk membahas bagaimana menangani dilema ini. Konfrensi kemudian menghasilkan Smithsonian Agreement dan kemudian dolar AS akan didevaluasi relatif terhadap valuta lain. Nilai dolar tidak hanya dirubah, tetapi juga nilai tukar diperbolehkan berfluktuasi sampai dengan 2.25% turun atau naik. Ini merupakan 9

5 langkah pertama dalam rangka membiarkan kekuatan pasar menentukan nilai yang tepat bagi suatu valuta. Karena besarnya kekuatan pasar dalam menentukan nilai tukar, akhirnya pada tahun 1973 nilai tukar mata uang dibiarkan bebas terbentuk sesuai mekanisme harga yang terbentuk dari permintaan dan penawaran. Setiap perdagangan valuta asing melibatkan pembelian satu mata uang dan menjual mata uang lainya. Kedua mata uang ini disebut currencies fair. Mata uang yang pertama disebut base currencies, sedangkan mata uang yang kedua disebut quote currencies. Nilai tukar menjelaskan harga base currencies dibandingkan dengan quote currencies. Dengan kata lain nilai tukar atau kurs mengukur nilai suatu valuta dari perspektif valuta lain. Sejalan dengan berubahnya kondisi ekonomi, nilai tukar juga bisa berubah secara substansial. Penurunan nilai valuta dinamakan dengan depresiasi (depreciation), sedangkan peningkatan nilai valuta dinamakan apresiasi (appreciation). II.4 Ekuilibrium Nilai Tukar Menurut Jeff Madura (2003) at any point in time, a currency should exhibit the price at which the demand for that currency is equal to supply, and this represents the equilibrium exchange rate (h.108). Meskipun mudah untuk mengukur persentase perubahan nilai tukar suatu valuta, yang paling sulit adalah menjelaskan mengapa nilai tersebut bisa berubah, atau untuk meramalkan bagaimana nilai tersebut akan berubah di masa depan. Menurut Jeff Madura (2003) ada dua hal yang menjadikan nilai tukar ekuilibrium, yaitu: 1 Permintaan Terhadap Valuta. Kurs valuta akan dibentuk oleh hukum ekonomi, dimana permintaan menjadi faktor penting dalam penentuan pembentukan harga. 10

6 2 Penawaran Valuta Hal lain yang membentuk kurs valuta adalah penawaran valuta itu sendiri, semakin banyak penawaranya maka menurut hukum ekonomi harga yang akan terbentuk semakin rendah, begitupun sebaliknya. Setiap saat, nilai valuta akan mencerminkan harga yang mempertemukan jumlah permintaan dengan jumlah penawaran inilah yang dinamakan dengan nilai tukar ekuilibrium. Nilai ekuilibrium akan selalu mencari titik keseimbangan jika variabelvariabel ekonomi dirubah. Tentu saja, kondisi yang terus berubah, membuat permintaan dan penawaran juga berubah dan pada akhirnya akan menyebabkan nilai tukar mata uang akan berubah pula. II.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar Nilai tukar ekuilibrium akan berubah sepanjang waktu seiring dengan perubahan permintaan dan penawaran. Menurut Jeff Madura (2003), ada enam faktor yang menyebabkan perubahan nilai tukar: 1 Laju Inflasi Relatif Perubahan dalam laju inflasi dapat mempengaruhi aktivitas perdagangan international, karena mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta, dan kemudian efeknya akan mempengaruhi nilai tukar. Sebagai contoh: inflasi di AS meningkat secara signifikan, sementara di Jepang diasumsikan sama, (asumsikan bahwa perusahaan AS dan Jepang menjual produk yang bisa saling mengantikan). Kenaikan inflasi di AS akan mengakibatkan peningkatan permintaan AS terhadap yen, selain itu akan mengurangi keinginan konsumen Jepang atas produk-produk AS. Efek berikutnya adalah permintaan 11

7 USD menurun dan penawaran yen juga menurun. Jelas disini bisa dilihat bahwa inflasi suatu negara dapat menjadikan mata uang negara tersebut mengalami depresiasi. 2 Suku Bunga Relatif Perubahan dalam suku bunga relatif mempengaruhi investasi dalam sekuritassekuritas asing, yang selanjutnya akan mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing, dan nilai tukar. Asumsikan bahwa suku bunga AS meningkat, sedangkan suku bunga di Jepang konstan. Hal yang mungkin akan terjadi adalah korporasi-korporasi besar AS kemungkinan akan mengurangi perminttan mereka terhadap yen karena suku bunga AS sekarang lebih menarik. Bahkan mungkin mereka akan menarik deposito di Jepang dan memindahkan ke bank di AS. Begitupun kalau hal sebaliknya dilakukan. Walaupun suku bunga yang relatif tinggi dapat menarik arus kas dari luar negeri, suku bunga yang relatif tinggi di sisi lain mungkin mencerminkan ekspektasi tingginya tingkat inflasi. Karena inflasi yang tinggi dapat menekan nilai tukar, hal ini dapat membuat sejumlah investor luar negeri membatalkan investasi dalam bentuk sekuritassekuritas yang didenominasi dalam valuta tersebut. Oleh karena itu kita perlu memperhatikan suku bunga riil, yaitu suku bunga nominal yang telah disesuaikan dengan inflasi. Suku bunga riil = suku bunga nominal laju inflasi Artinya bahwa kebijakan penurunan tingkat suku bunga suatu negara dalam kondisi normal (inflasi sama dengan konstan) akan mengakibatkan mata uang negara tersebut mengalami depresiasi, dan sebaliknya. Pergerakan suku bunga merupakan faktor yang dominan dalam gejolak nilai tukar sepanjang periode. Perbedaan suku bunga antar negara memberikan insentif yang cukup 12

8 kuat bagi pemodal untuk mengalirkan investasinya ke dalam sekuritas-sekuritas yang mempunyai yield tinggi. Dalam sejumlah kasus, nilai tukar antara dua valuta dapat dipengaruhi oleh perubahan suku bunga negara ketiga. Sebagai contoh suku bunga di Kanada meningkat dan menjadi lebih menarik sejumlah investor Jepang daripada suku bunga Amerika Serikat. Hal ini menyebabkan investor-investor Jepang mengurangi permintaan mereka atas Dolar Amerika, kondisi seperti ini dapat menyebabkan pelemahan atas nilai Dolar. 3 Tingkat Pendapatan Relatif Jika pendapatan relatif suatu negara bertambah, maka secara otomatis konsumsi negara tersebut akan meningkat, termasuk konsumsi barang luar negeri. Ini berarti jika suatu negara mengalami peningkatan pendapatan maka nilai tukar mata uangnya kemungkinan akan mengalami depresiasi, dan sebaliknya. Namun dalam kasus lain peningkatan pendapatan relatif juga bisa menimbulkan laju inflasi yang cukup tinggi, hal ini diakibatkan karena peningkatan konsumsi dan seperti yang telah dibahas sebelumnya inflasi dapat menyebabkan depresiasi nilai tukar mata uang. 4 Kontrol Pemerintah Faktor keempat yang dapat mempengaruhi nilai tukar adalah kontrol pemerintah. Pemerintah negara-negara asing dapat mempengaruhi nilai tukar ekuilibrium dengan berbagai cara, diantaranya: hambatan jual beli valuta asing, hambatan perdagangan, intervensi dan pengubahan variabel-variabel ekonomi, seperti tingkat suku bunga dan inflasi. Dalam hal ini pemerintah berkepentingan untuk menjaga nilai tukar, hal ini dimaksudkan untuk menjaga kelangsungan perekonomian negara tersebut. 13

9 5 Ekspektasi Ekspektasi merupakan harapan yang muncul akibat reaksi cepat terhadap berita yang mempunyai pengruh terhadap market, dalam tahap selanjutnya akan menjadi motivasi seseorang dalam mengambil keputusan investasinya. Sebagai contoh pertengahan Desember 2008, AS akan kembali memangkas suku bunga FED. Ini akan memungkinkan sebagian investor akan menjual USD yang mereka miliki, dan dampak dari itu semua adalah USD akan menglami depresiasi. Biasaya data-data (indicator) ekonomi yang dikeluarkan pemerintah secara langsung maupun tidak langsung akan mengubah ekspektasi setiap investor. Beberapa jenis indikator ekonomi yang biasanya menimbulkan ekspektasi di market adalah: Gross National Product (GNP), Factory Order, Durable Goods Orders, Consumer Spending Indicator dan lain-lain. Spekulsi mengenai nilai tukar di masa yang akan datang umumnya didorong oleh sinyal-sinyal perubahan suku bunga, dan faktor yang lain. Sebagai contoh: selama periode akhir tahun 2007 sejumlah indikator-indikator ekonomi Amerika Serikat dalam sektor tenaga kerja, perumahan dan konsumsi memburuk. Hal ini akan menyebabkan ekspektasi pasar terhadap dolar melemah, dan dampak berikutnya para investor akan mengalihkan investasi dolar mereka ke instrumen investasi yang lain seperti: komuditi, emas, obligasi atau pasar modal. Efek domino berikutnya adalah akan mendorong permintaan dolar menjadi berkurang. Jadi walaupun berita yang akan muncul belum diketahui secara pasti, namun ekspektasi dari investor bisa bereaksi lebih cepat terhadap market. 14

10 6 Interaksi Antar Faktor Faktor-faktor yang berhubungan dengan perdagangan dan faktor-faktor keuangan kadang-kadang saling berinteraksi. Sebagai contoh peningkatan GNP akan memunculkan ekspektasi akan meningkatnya suku bunga. Jadi walaupun kenaikan tingkat GNP bisa menaikan impor, secara tidak langsung juga akan menarik lebih banyak modal masuk. Karenanya kenaikan tingkat GNP seringkali diharapkan akan meningkatkan valuta lokal karena besarnya arus masuk modal mungkin dapat menutupi keluarnya valuta karena impor. Gambar 2.2 memisahkan arus pembayaran antar Negara kedalam pembayaran yang berhubungan dengan perdagangan dan pembayaran yang arus modal. Inflasi Relatif Permintaan AS Permintaan AS Terhadap Produk Akan Valuta Asing Level GNP Relatif Luar Negeri & Permintaan Restriksi Perdanganan Luar Negeri Penawaran Pemerintah Akan Produk AS Valuta Asing Nilat Tukar Valuta Asing Dengan USD Suku Bunga Permintaan AS Permintaan AS Relatif Akan Sekuritas Akan Valuta Asing Luar Negeri & Permintaan Luar Restriksi- Restriksi Negeri Akan Penawaran Arus Modal Sekuritas AS Valuta Asing Gambar 2.2 Iktisar Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar. & & Nilai mata uang berubah dalam persentase yang berbeda terhadap masing-masing valuta asing. Hal ini mungkin disebabkan adanya perbedaan seberapa besar hubungan negara tersebut dalam bidang ekonomi dan perdagangan dengan negara yang lain. 15

11 Semakin besar hubungan ekonomi dan perdagangan antara kedua negara, maka akan semakin besar pula pengaruh Interaksi Antarfaktor. II.6 Peramalan Fundamental Nilai Tukar Mata Uang Menurut Callum Henderson, (2002) analisis fundamental merupakan metode dalam mengevaluasi asset dengan mencoba mengukur nilai intrinsik dengan menganalisa data ekonomi, financial dan faktor kualitatif dan kuantitatif. Analisis fundamental mencoba mempelajari semua hal yang dapat bereffek terhadap mata uang, dan hasil akhir dari analisis ini adalah mengukur apakah nilai tukar mata uang tersebut overprice atau underprice. Analisis fundamental biasanya dilakukan dengan melihat bagaimana data ekonomi kedua Negara akan mempengaruhi nilai tukar mata uang Negara tersebut, tetapi bisa juga dengan membandingkan mata uang Negara yang dianalisis dengan Negara lain (crossrate) dengan tujuan melihat kecendrungan apakan mata uang Negara tersebut sedang mengalami pengauantan atau sebaliknya. Proyeksi nilai tukar bisa muncul semata-mata dari penilaian subjektif menyangkut sejauh mana pergerakan umum dari variable-variabel ekonomi di suatu negara akan mempengaruhi pergerakan nilai tukar mata uang negara tersebut. Sebenarnya sangatlah sulit untuk mengukur secara kuantitatif dampak dari data fundamental yang muncul terhadap nilai tukar, namun hal itu bisa diukur secara kualitatif. Dari perspektif statistik, proyeksi akan didasarkan pada dampak kuantitatif dari faktor-faktor yang dimaksud atas nilai tukar. Menurut Ivan Susanto (2007), ada beberapa faktor fundamental yang dapat berpengaruh pada market mata uang (forex): 16

12 1 Faktor Keuangan. Perubahan kebijakan keuangan suatu negara, nilai ekspor, pendapatan, penganguran, dan lain-lain akan sangat berpengaruh terhadap nilai tukar mata uang negara tersebut. 2 Tingkat Suku Bunga. Besar kecilnya tingkat suku bunga berpengaruh terhadap nilai suku bunga kredit, ketertarikan investor dan akhirnya mempengaruhi nilai mata uang negara tersebut. 3 Faktor Politik dan Sosial. Perubahan politik suatu negara, pergantian pemimpin, kabinet, tingkat keamanan, dan lain-lain akan berpengaruh juga terhadap pergerakan mata uang. Semakin stabil kondisi politik dan sosial negara tersebut, akan semakin setabil pula nilai mata uang negara tersebut. 4 Kerusuhan atau Bencana. Faktor lain yang tidak bisa diprediksikan, namun pengaruhnya akan cukup besar pada pergerakan nilai mata uang. II.7 Hubungan Antara Inflasi, Suku Bunga dan Nilai Tukar Perubahan dalam laju inflasi dan suku bunga dapat menimbulkan dampak yang sangat signifikan atas pergerakan nilai tukar. Menurut Jeff Madura (2003) hubungan antara inflasi, suku bunga dan nilai tukar dapat diukur menggunakan teori sebagai berikut: II.7.1 Purchasing Power Parity Salah satu teori yang sangat populer dan kontroversial dalam keuangan internasional adalah teori paritas daya beli (purchasing power parity). Teori ini berfokus pada tingkat inflasi dan hubunganya dengan nilai tukar. 17

13 Bentuk absolut (absolute form), juga dinamakan hukum satu harga, yang menyatakan bahwa harga dari produk-produk yang sama di dua negara yang berbeda seharusnya sama jika diukur memakai valuta yang sama. Jika terdapat perbedaaan harga setelah memakai valuta yang sama, akan terjadi perubahan permintaan sehingga harga yang satu akan mendekati harga yang lain. Sebagai contoh, jika produk yang sama diproduksi oleh Jepang dan AS, dan harga di Jepang lebih rendah jika diukur memakai valuta yang sama, maka permintaan produk di Jepang akan meningkat dan di AS akan menurun. Konskuensinya, harga aktual yang dikenakan di masing-masing negara bisa berubah dan atau nilai tukar yang berubah. Kedua kekuatan tersebut akan mendorong harga produk yang sama akan dinilai sama jika menggunakan valuta yang sama. Namun dalam keyataanya, eksistensi biaya transportasi, tarif dan kuota mungkin mencegah betuk absolut dari Purchasing Power Parity. A Latar Belakang Pemikiran Teori Purchasing Power Parity Jika dua negara menghasilkan produk yang saling mensubstitusi, permintaan atas produk harus berubah jika laju inflasi berbeda. Sebagai contoh harga-harga di AS meningkat 9 %, sementara di Jepang 5 %. Hal ini awalnya akan menyebabkan konsumen AS meningkatkan impor dari Jepang dan konsumen Jepang menurunkan impor dari AS. Kedua dampak ini akan mendorong nilai Yen untuk naik. Perpindahan konsumen dari AS ke Jepang ini yang akan terus terjadi sampai nilai Yen mengalami apresiasi sampai ke tingkat dimana: 1 Harga yang dibayarkan untuk produk-produk Jepang oleh konsumen AS tidak lebih rendah daripada produk yang sama yang dibuat di AS. 18

14 2 Harga yang dibayarkan oleh konsumen Jepang untuk produk AS tidak lebih tinggi daripada produk yang sama yang diproduksi di Jepang. B Persamaan Purchasing Power Parity Asumsikan bahwa indek harga domestik (h) dan indek-indek harga di sebuh negara asing (f) sama. Sekarang anggaplah bahwa dengan berlalunya waktu, negara itu mengalami laju inflasi sebesar Ih, sementara negara asing yang dimaksud mengalami inflasi sebesar If. Karena inflasi, indek harga barang domestik (Ph) menjadi: Ph(1 + Ih) Indek harga di negara asing (Pf) juga akan berubah karena inflasi di negara tersebut: Pf(1 + If) Jika Ih > If dan nilai tukar antara valuta dari kedua negara tidak berubah, maka daya beli anda atas barang-barang luar negeri lebih besar daripada daya beli anda atas barangbarang domestik. Dalam hal ini, PPP tidak eksis. Jika Ih < If dan nilai tukar tidak berubah, maka daya beli anda atas produk-produk domestik lebih besar daripada daya beli anda atas produk-produk luar negeri. Dalam kasus ini PPP juga tidak eksis. Teori PPP mengisyaratkan bahwa nilai tukar tidak akan tetap, tetapi akan menyesuaikan diri untuk mempertahankan paritas daya beli. Jika inflasi terjadi dan nilai tukar antara valuta lokal dengan valuta asing berubah, maka indek harga luar negara dari perspektif konsumen domestik menjadi: Pf (1 + If)(1 + ef) Dimana ef mewakili persentase perubahan dalam nilai valuta asing yang bersangkutan. Menurut teori paritas daya beli, persentase perubahan nilai valuta asing (ef) harus berubah untuk mempertahankan paritas dalam indek harga yang baru dari kedua negara. 19

15 Dengan demikian, kita bisa memecahkan ef dalam kondisi PPP dengan cara sebagai berikut: Pf (1 + If)(1 + ef) = Ph (1 + Ih) Kita keluarkan ef dari persamaan tersebut sehingga kita peroleh: (1 + ef) = Ph (1 + Ih) Pf (1 + If) ef = Ph (1 + Ih) 1 Pf (1 + If) Karena Ph sama dengan Pf ( karena indek harga awalnya diasumsikan sama di kedua negara), maka: ef = (1 + Ih) 1 (1 + If) Formula ini mencerminkan hubungan antara laju inflasi relatif dengan nilai tukar menurut teori Purchasing Power Parity. formula ini dapat disederhanakan lagi, meskipun tidak secara akurat menjadi: ef = Ih - If C Analisis Grafik dari Purchasing Power Parity Dengan menggunakan teori Purchasing Power Parity kita dapat menilai dampak potensial dari inflasi terhadap nilai tukar mata uang. Gambag 2.3 merupakan salah satu bentuk grafis dari teori PPP. Titik-titik yang terdapat dalam gambar tersebut menyiratkan bahwa, jika diketahui selisih inflasi antara negara asal dengan negara lain (katakanlah X persen), maka nilai valuta asing yang dimaksud juga harus berubah X persen. Garis diagonal yang menghubungkan semua titik ini dinamakan dengan garis paritas daya beli (purchasing power parity). Titik A mewakili laju inflasi AS (sebagai 20

16 negara asal) dan Inggris masing-masing 9% dan 5%, sehingga Ih-If = 4%. Ingat hal ini akan menjadikan Pound Inggris mengalami apresiasi sebesar 4% seperti yang diilustrasikan oleh titika. Titik B mencerminkan laju inflasi AS dan Perancis, diasumsikan masing-masing 1% dan 6% sehingga mendorong Franc Prancis mengalami depresiasi sebesar 5%. Gambar 2.3 Ilustrasi Paritas Daya Beli. D Mengapa Purchasing Power Parity Tidak Terjadi Ada dua alasan yang paling sering dikemukakan tentang mengapa teori purchasing power parity tidak terjadi secara terus-menerus adalah karena adanya: 1 Faktor Lain yang Berpengaruh Nilai tukar dipengaruhi oleh faktor-faktor lain selain selisih inflasi. Ingat bahwa perbedaan tingkat suku bunga, tingkat pendapatan nasional, indikator-indikator ekonomi dan kontrol pemerintah adalah penting. Sebagai ilustrasi, asumsikan bahwa laju inflasi Jepang adalah 5% di atas laju inflasi Amerika Serikat. Dari informasi ini, menurut PPP menyatakan bahwa Yen Jepang harus mengalami depresiasi sebesar sekitar 5% terhadap Dolar AS. Tetapi jika pemerintah Jepang menciptakan kendala-kendala perdagangan atas impor AS, konsumen dan 21

17 perusahaan-perusahaan Jepang tidak bisa menyesuaikan pengeluaran mereka atas reaksi dari selisih inflasi. 2 Tidak Ada Produk Substitusi Ide dibelakang teori PPP adalah bahwa segera setelah harga-harga di sebuah negara menjadi relatif lebih tinggi, negara lain akan mengurangi impor dari negara tersebut dan beralih ke produk-produk domestik atau dari negara yang lain lagi yang harganya tidak naik. Pengalihan permintaan barang ini akan juga mempengaruhi nilai tukar. Namun bagaimana jika produk pengganti tidak tersedia di pasar? Jika ini terjadi maka terpaksa konsumsi tidak akan dialihkan, namun hal yang mungkin adalah dikurangi. Hal ini akan menyebabkan teori purchasing power parity akan terjadi, namun mungkin keakuratanya tidak mendekati. E Keterbatasan Dalam Pengujian Purchasing Power Parity Salah satu keterbatasan dalam pengujian teori paritas daya beli adalah bahwa hasil pengujian akan bervariasi menurut periode dasar perhitungan yang digunakan. Seharusnya periode dasar harus mencerminkan suatu posisi ekuilibrium, karena periode berikutnya akan dievaluasi dalam perbandinganya dengan periode dasar. Sayangnya sangatlah sulit untuk memilih suatu periode dasar. II.7.2 International Fisher Effect Selain teori Purchasing Power Parity, teori penting dalam keuangan internasional adalah teori dampak fisher internasional (international fisher effect-ife). Teori IFE menggunakan suku bunga, bukan selisih laju inflasi, untuk menjelaskan mengapa nilai 22

18 tukar berubah sepanjang waktu. Tetapi teori IFE berhubungan erat dengan teori PPP karena suku bunga seringkali berkorelasi erat dengan tingakat laju inflasi. Menurut apa yang dinamakan dengan dampak fisher (fisher effect), suku bunga bebas resiko nominal mengandung tingkat pengembalian riil dan ekspektasi inflasi. Jika investor-investor dari semua negara meminta tingkat pengembalian riil yang sama, perbedaan suku bunga antara negara mungkin ditimbulkan oleh perbedaan dalam ekspektasi inflasi. Ingat bahwa teori PPP menyiratkan bahwa pergerakan nilai tukar disebabkan oleh perbedaan laju inflasi. Jika suku bunga riil sama di semua negara, maka setiap perbedaan dalam suku bunga nominal ditimbulkan oleh perbedaan dalam ekspektasi inflasi. Teori IFE menyatakan bahwa valuta-valuta asing yang memiliki suku bunga relatif akan mengalami depresiasi karena suku bunga nominal yang tinggi mencerminkan ekspektasi inflasi yang tinggi pula. Asumsikan bahwa investor-investor di AS memperkirakan laju inflasi 6% sepanjang satu tahun, dan meminta pengembalian riil 2% dalam jangka waktu yang sama, maka suku bunga nominal dari sekuritas Treasury berjangka waktu satu tahun haruslah 8%. Jika investor-investor di semua negara meminta tingkat pengembalian yang sama untuk jangka waktu satu tahun, maka perbedaan dalam suku bunga nominal antara dua negara manapun akan mencerminkan perbedaan ekspektasi inflasi di masingmasing negara. Sebagai contoh, asumsikan bahwa suku bunga nominal di AS adalah 8% dan di Jepang 5%. Jika investor-investor di kedua Negara meminta tingkat pengembalian riil 2%, maka perbedaan ekspektasi inflasi adalah 3% di Jepang dan 5% di AS. Menurut teori PPP Yen Jepang akan mengalami apresiasi sebesar 3 %. Jika nilai tukar berubah sesuai dengan perkiraan, investor-investor Jepang yang ingin mengambil keuntungan 23

19 atas tingginya suku bunga di AS akan menghaslilkan tingkat pengembalian yang sama dengan di Jepang. Walaupun suku bunga di AS 3% lebih tinggi dibandingkan di Jepang, investor Jepang harus membeli Yen di akhir periode investasi dengan harga 3% lebih tinggi dibanding harga yang mereka peroleh saat menjual Yen sebelumnya. A Persamaan International Fisher Effect Hubung antara selisih suku bunga antara dua negara dengan ekspektasi perubahan nilai tukar menurut teori IFE dapat diderivasikan sebagai berikut. Pertama, pengembalian aktual bagi investor yang berinvestasi dalam sekuritas-sekuritas pasar uang di negara mereka adalah adalah suku bunga yang ditawarkan oleh sekuritassekuritas tersebut. Namun, pengembalian aktual bagi investor yang berinvestasi dalam sekuritas pasar uang luar negeri tergantung tidak hanya pada suku bunga luar negeri (if), tetapi juga pada persentasi perubahan nilai valuta asing yang mendenominasi sekuritas tersebut (ef). Pormula penentuan pengembalian aktual atau apa yang dinamakan pengembalian efektif (pasca penyesuaian) dari deposito (atau sekuritas pasar uang) luar negeri adalah: r = (1 + if) (1 + ef) 1 Menurut IFE, pengembalian efektif dari investasi domestik secara rata-rata harus sama dengan pengembalian efektif dari investasi luar negeri, yaitu: r = ih Dimana r adalah pengembalian efektif dari deposito luar negeri dan ih adalah suku bunga deposito _omestic. Kita bisa menentukan berapa besar nilai valuta asing harus berubah agar membuat investasi di kedua negara menghasilkan pengembalian yang sama. Dengan mensubstitusikan r dengan ih, kita mendapatkan: 24

20 r = ih (1 + if) (1 + ef) 1 = ih Kita peroleh ef sebagai berikut: (1 + if) (1 + ef) = (1 + ih) (1 + ef) = (1 + ih) (1 + if) ef = (1 + ih) 1 ( 1 + if) Seperti yang ditunjukan dalam formula ini, teori IFE menyatakan bahwa pada saat ih > if, ef akan positif. Yaitu, valuta asing akan mengalami apresiasi pada saat suku bunga luar negeri lebih rendah daripada suku bunga domestik. Persamaan ini dapat disederhanakan menjadi: ef = ih if B Analisa Grafik dari International Fisher Effect Gambar 2.4 memperlihatkan sekelompok titik yang mendukung argumen dibelakang pemikiran teori IFE. Sebagai contoh, titik E mencerminkan sebuah situasi suku bunga luar negeri melampaui suku bunga dalam negeri sebesar 3%. Tetapi, valuta luar negeri telah mengalami depresiasi 3% untuk menutupi keunggulan suku bunga. Jadi seorang investor yang memiliki deposito di luar negeri akan menghasilkan pengembalian yang bisa diperoleh di dalam negeri. Titik F mewakili situasi di mana suku bunga dalam negeri melebihi melebihi suku bunga luar negeri sebesar 2%. Jika investor domestik membuka deposito di luar negeri, mereka menerima suku bunga yang lebih rendah. Namun teori IFE menyatakan bahwa valuta asing yang dimaksud akan mengalami apresiasi sebesar 2% untuk menutupi rendahnya suku bunga luar negeri. 25

21 Gambar 2.4 Ilustrasi Garis IFE Titi F dalam gambar 2.4 dapat juga mengilustrasikan dari perspektif investor luar negeri. Namun, teori IFE menyiratkan bahwa valuta luar negeri akan mengalami apresiasi akan mengalami apresiasi 2%. Semua titik di sepanjang garis IFE dalam gambar 2.4 mencerminkan penyesuaian nilai tukar yang terjadi untuk menutupi perbedaan suku bunga. Ini berarti seorang investor pada akhir horizon investasi akan menghasilkan pengembalian yang sama (setelah disesuaikan dengan fluktuasi nilai tukar) antara berinvestasi di luar maupun di dalam negeri. C Mengapa International Fisher Effect Tidak Muncul Paritas daya beli tidak eksis selama periode-periode tertentu. Karena dampak fisher internasional didasarkan pada paritas daya beli, IFE juga tidak akan terus-menerus eksis. Karena mendapat faktor-faktor selain inflasi yang mempengaruhi nilai tukar, nilai tukar tidak berubah sesuai dengan selisih inflasi. II.8 Pengujian Statistik Purchasing Power Parity dan International Fisher Effect Untuk membuktikan kebenaran teori PPP dan IFE maka teori tersebut harus diuji kebenaranya secara statistik. Menurut J Supranto (2000), apabila terdapat lebih dari dua 26

22 variabel, maka hubungan linear dapat dinyatakan dalam persamaan regresi linear berganda sebagai berikut: Y = bo + b1x1 + b2x2..bkxk (h.186). Hubungan antara nilai tukar (variabel Y), selisih tingkat inflasi (X1) dan selisih suku bunga (X2) dapat dinyatakan dalam persamaan: Y = bo + b1x1 + b2x2 bo = Nilai Y, apabila X1 dan X2 = 0 b1 = Besarnya kenaikan atau penurunan Y dalam satuan tertentu, jika X1 naik atau turun satu satuan, sedangkan X2 konstan. B2 = Besarnya kenaikan atau penurunan Y dalam satuan tertentu, jika X2 naik atau turun satu satuan, sedangkan X1 konstan. Untuk mendapatkan nilai dari bo, b1 dan b2 penulis menggunakan Microsoft Excel dengan pasilitas Data Anatyst. Hubungan antara selisih inflasi, suku bunga dan nilai tukar dapat dihitung dengan menggunakan Microsoft Excel dengan pasilitas data analyst. Menurut Mc Clave Benson, (1996) kategori hubungan yang dinyatakan dalam R-square adalah: 0% - 20% : sangat rendah 21% - 40% : rendah 41% - 60% : sedang 61% - 80% : tinggi 81% - 100% : sangat tinggi 27

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Pergerakan Nilai Tukar USD/JPY Tahun 2008

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Pergerakan Nilai Tukar USD/JPY Tahun 2008 BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Pergerakan Nilai Tukar USD/JPY Tahun 2008 Dalam semester pertama di tahun 2008, pergerakan USD/JPY lebih cendrung mengalami konsolidasi. Ini diakibatkan karena kondisi ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah Atas Dollar Amerika Serikat Periode 2004Q.!-2013Q.3

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah Atas Dollar Amerika Serikat Periode 2004Q.!-2013Q.3 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi internasional pada saat ini semakin berkembang pesat sehingga setiap negara di dunia mempunyai hubungan yang kuat dan transparan. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dihasilkannya (Hariyani dan Serfianto, 2010 : 1). Menurut Tri Wibowo dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dihasilkannya (Hariyani dan Serfianto, 2010 : 1). Menurut Tri Wibowo dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi perdagangan saat ini, kemajuan suatu negara tidak dapat dilepaskan dari keberhasilan negara tersebut melakukan ekspor barang dan jasa yang

Lebih terperinci

Kondisi Paritas Internasional dan Penentuan Nilai Tukar

Kondisi Paritas Internasional dan Penentuan Nilai Tukar Kondisi Paritas Internasional dan Penentuan Nilai Tukar Mater 5 Andri Helmi M, S.E., M.M. Pengantar Kita akan mempelajari hubungan penting paritas internasional yang memiliki pengaruh besar bagi penentuan

Lebih terperinci

BAB 8 HUBUNGAN KURS VALAS DENGAN INFLASI DAN TINGKAT BUNGA

BAB 8 HUBUNGAN KURS VALAS DENGAN INFLASI DAN TINGKAT BUNGA BAB 8 HUBUNGAN KURS VALAS DENGAN INFLASI DAN TINGKAT BUNGA A. INTEREST RATE PARITY THEORY (IRP THEORY) Adalah salah satu teori yang paling dikenal dalam keuangan internasional yang menerangkan bagaimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kestabilan suatu negara sangat bergantung pada kestabilan mata uang negara tersebut. Kehidupan politik, ekonomi, pertahanan dan keamanan, serta bidang-bidang lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan tersebut sangat terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut setiap manusia tidak dapat

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan. perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin

I.PENDAHULUAN. Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan. perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin berkembangnya globalisasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan investasi para pemegang dana

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP HARGA SAHAM PERBANKAN

ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP HARGA SAHAM PERBANKAN ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP HARGA SAHAM PERBANKAN Skripsi Disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas dan syarat-syarat Guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi,

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi, salah satunya adalah dengan melakukan investasi di Pasar Modal. Dalam hal ini Pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Nominal perbandingan antara mata uang asing dengan mata uang dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Nominal perbandingan antara mata uang asing dengan mata uang dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nominal perbandingan antara mata uang asing dengan mata uang dalam negeri biasa sering dikenal sebagai kurs atau nilai tukar. Menurut Bergen, nilai tukar mata uang

Lebih terperinci

BAB 9 HUBUNGAN KURS VALAS DAN INFLASI

BAB 9 HUBUNGAN KURS VALAS DAN INFLASI BAB 9 HUBUNGAN KURS VALAS DAN INFLASI Masih ingat penjelasan terhadap gambar di bawah ini : Kebijakan Moneter Longgar JUB Meningkat Naiknya Konsumsi & Permintaan Masy. Bunga riil Turun Memicu Kenaikan

Lebih terperinci

Manajemen Investasi. SUTIA BUDI STIE AHMAD DAHLAN JAKARTA

Manajemen Investasi.  SUTIA BUDI STIE AHMAD DAHLAN JAKARTA Manajemen Investasi SUTIA BUDI sutia_budy@yahoo.com sutiabudi19@gmail.com STIE AHMAD DAHLAN JAKARTA INVESTMENT MANAGEMENT Session 2 Times 2 Times 2 Times 2 Times 2 Times 2 Times 2 Times Chapter Introduction

Lebih terperinci

KONSEP PURCHASING POWER PARITY DALAM PENENTUAN KURS MATA UANG

KONSEP PURCHASING POWER PARITY DALAM PENENTUAN KURS MATA UANG KONSEP PURCHASING POWER PARITY DALAM PENENTUAN KURS MATA UANG Yovita Vivianty Indriadewi Atmadjaja Dosen Fakultas Ekonomi Prodi Manajemen Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi ABSTRAKSI Salah satu konsep

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORI. Anggraeni (2003) melakukan penelitian dengan judul The Foreign

BAB II URAIAN TEORI. Anggraeni (2003) melakukan penelitian dengan judul The Foreign BAB II URAIAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Anggraeni (2003) melakukan penelitian dengan judul The Foreign Exchange Exposure pada Bank-Bank yang Go Public di Bursa Efek Jakarta menunjukkan adanya foreign

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN Hubungan Nilai Tukar Riil dengan Indeks Harga Saham Gabungan

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN Hubungan Nilai Tukar Riil dengan Indeks Harga Saham Gabungan BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian 3.1.1 Hubungan Antar Variabel 3.1.1.1 Hubungan Nilai Tukar Riil dengan Indeks Harga Saham Gabungan Melemahnya nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS KURS VALUTA ASING YANG MEMPENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING (PMA), EKSPORT, DAN PENGELUARAN PEMBANGUNAN DI JAWA TIMUR SKRIPSI

ANALISIS KURS VALUTA ASING YANG MEMPENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING (PMA), EKSPORT, DAN PENGELUARAN PEMBANGUNAN DI JAWA TIMUR SKRIPSI ANALISIS KURS VALUTA ASING YANG MEMPENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING (PMA), EKSPORT, DAN PENGELUARAN PEMBANGUNAN DI JAWA TIMUR SKRIPSI Di ajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1)

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi internasional semakin pesat sehingga hubungan ekonomi antar negara menjadi saling terkait dan mengakibatkan peningkatan arus perdagangan barang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut di banding dengan mata uang negara lain. Semakin tinggi nilai tukar mata

BAB I PENDAHULUAN. tersebut di banding dengan mata uang negara lain. Semakin tinggi nilai tukar mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu indikator yang menunjukan bahwa perekonomian sebuah negara lebih baik dari negara lain adalah melihat nilai tukar atau kurs mata uang negara tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Reksa Dana 2.1.1 Pengertian Reksa Dana Berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nilai tukar mata uang adalah catatan harga pasar dari mata uang asing (foreign

I. PENDAHULUAN. Nilai tukar mata uang adalah catatan harga pasar dari mata uang asing (foreign 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nilai tukar mata uang adalah catatan harga pasar dari mata uang asing (foreign currency) dalam harga mata uang domestik (domestic currency) atau harga mata uang domestik

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORETIS. Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Suku Bunga, dan Inflasi Terhadap Harga Saham

BAB II URAIAN TEORETIS. Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Suku Bunga, dan Inflasi Terhadap Harga Saham BAB II URAIAN TEORETIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Pane tahun 2009 dengan judul Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Suku Bunga, dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri

Lebih terperinci

KULIAH VI INTERNATIONAL PARITY CONDITION FISHER EFFECT & INTERNATIONAL FISHER EFFECT

KULIAH VI INTERNATIONAL PARITY CONDITION FISHER EFFECT & INTERNATIONAL FISHER EFFECT KULIAH VI INTERNATIONAL PARITY CONDITION FISHER EFFECT & INTERNATIONAL FISHER EFFECT Mata Kuliah : Manajemen Keuangan Internasional (MKI). Dosen : Pedro Ximenes, ST,MM Pengertian (Fisher Effect) Currencies

Lebih terperinci

Kondisi Paritas Internasional

Kondisi Paritas Internasional Kondisi Paritas Internasional Kondisi Paritas Internasional merupakan sejumlah kondisi keseimbangan di pasar valuta asing terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kurs suatu mata uang Kondisi paritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melebihi batas maksimum yang diindikasikan dengan tingginya debt to equity

BAB I PENDAHULUAN. melebihi batas maksimum yang diindikasikan dengan tingginya debt to equity BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Pembiayaan dari sebuah perusahaan diperoleh dari dua sumber yaitu sumber dari dalam perusahaan (internal) berupa laba dan dari luar perusahaan (eksternal) berupa hutang

Lebih terperinci

Perekonomian Indonesia

Perekonomian Indonesia Perekonomian Indonesia Modul ke: Membahas Konsep Neraca Pembayaran Luar Negeri - Indonesia Fakultas Ekonomi & Bisnis Abdul Gani,SE MM Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id NERACA PEMBAYARAN REKENING

Lebih terperinci

Ilmu Il Ek E o k n o omi o Nilai Tuk T ar PIEw11 1

Ilmu Il Ek E o k n o omi o Nilai Tuk T ar PIEw11 1 Ilmu Ekonomi Nilai Tukar PIEw11 1 Perekonomian Terbuka Perdagangan dapat mensejahterakan setiap orang Perekonomian tertutup (closed economy): sebuah perekonomian yang tidak berinteraksi dengan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikuknya kehidupan globalisasi, tentu saja tidak bijaksana membiarkan harta

BAB I PENDAHULUAN. pikuknya kehidupan globalisasi, tentu saja tidak bijaksana membiarkan harta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Sebagai masyarakat modern yang ingin diakui terlibat dalam hiruk pikuknya kehidupan globalisasi, tentu saja tidak bijaksana membiarkan harta yang dimiliki hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kompleksitas sistem pembayaran dalam perdagangan internasional semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang berkembang akhir-akhir ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan bebas. Perdagangan bebas merupakan suatu kegiatan jual beli produk antar negara tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Persaingan usaha yang semakin ketat membuat perusahaan mencari cara untuk tetap mampu bertahan, cara yang dapat dilakukan adalah dengan menambah modal kerja dan memperluas

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. diambil dari mata uang India Rupee. Sebelumnya di daerah yang sekarang disebut

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. diambil dari mata uang India Rupee. Sebelumnya di daerah yang sekarang disebut BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK 2.1 Rupiah Rupiah (Rp) adalah mata uang Indonesia (kodenya adalah IDR). Nama ini diambil dari mata uang India Rupee. Sebelumnya di daerah yang sekarang disebut Indonesia menggunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESA. Seasoned equity offerings (SEO) merupakan penawaran saham tambahan yang dilakukan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESA. Seasoned equity offerings (SEO) merupakan penawaran saham tambahan yang dilakukan BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESA 2.1 Seasoned Equity Offerings (SEO) Seasoned equity offerings (SEO) merupakan penawaran saham tambahan yang dilakukan perusahaan yang listed di pasar modal,

Lebih terperinci

Keseimbangan Ekonomi Empat Sektor. Oleh: Ruly Wiliandri, SE., MM

Keseimbangan Ekonomi Empat Sektor. Oleh: Ruly Wiliandri, SE., MM Keseimbangan Ekonomi Empat Sektor Oleh: Ruly Wiliandri, SE., MM Perekonomian empat sektor adalah perekonomian yg terdiri dari sektor RT, Perusahaan, pemerintah dan sektor LN. Perekonomian empat sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sektor riil dalam pembahasan mengenai ekonomi makro menggambarkan kondisi perekonomian dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Pengaruh Tingkat Suku Bunga Deposito, Gross Domestic Product (GDP), Nilai Kurs, Tingkat Inflasi, dan Jumlah Uang Beredar

Lebih terperinci

Forum Bisnis Dan Kewirausahaan Jurnal Ilmiah STIE MDP. Trisnadi Wijaya. STIE MDP 1. PENDAHULUAN

Forum Bisnis Dan Kewirausahaan Jurnal Ilmiah STIE MDP. Trisnadi Wijaya. STIE MDP 1. PENDAHULUAN Analisis Pengujian Purchasing Power Parity Dan International Fisher Effect Dalam Jangka Pendek Terhadap Nilai Tukar Dolar Hong Kong Dan Rupiah Indonesia Trisnadi Wijaya STIE MDP trisnadi@stie-mdp.ac.id

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan 0 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Harga mata uang suatu negara dalam harga mata uang negara lain disebut kurs atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan perekonomian

Lebih terperinci

NERACA PEMBAYARAN ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA

NERACA PEMBAYARAN ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA NERACA PEMBAYARAN ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA III. NERACA PEMBAYARAN PENDAHULUAN REKENING NERACA PEMBAYARAN REKENING TRANSAKSI BERJALAN REKENING MODAL KETIDAKSESUAIAN STATISTIK REKENING

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kurs (Nilai Tukar) a. Pengertian Kurs Beberapa pengertian kurs di kemukakan beberapa tokoh antara lain, menurut Krugman (1999) kurs atau exchange rate adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Umum Suku Bunga Keynes berpendapat bahwa suku bunga itu adalah semata-mata gejala moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena tingkat bunga

Lebih terperinci

EKONOMI MAKRO RINA FITRIANA,ST,MM

EKONOMI MAKRO RINA FITRIANA,ST,MM EKONOMI MAKRO RINA FITRIANA,ST,MM EKONOMI MAKRO Ekonomi Tertutup : Ekonomi yang tidak berinteraksi dengan ekonomi lain di dunia Ekonomi Terbuka : Ekonomi yang berinteraksi secara bebas dengan ekonomi lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (KOJA Container Terminal :2008)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (KOJA Container Terminal :2008) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Krisis ekonomi yg melanda Amerika Serikat telah memberikan dampaknya ke hampir seluruh dunia dan hampir di seluruh sektor. Krisis keuangan global menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Uang mempermudah manusia untuk saling memenuhi kebutuhan hidup dengan cara melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor properti. Pada umumnya banyak masyarakat yang tertarik menginvestasikan dananya di sektor properti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Produk Domestik Bruto Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu negara sebagai ukuran utama bagi

Lebih terperinci

Materi 3 NERACA PEMBAYARAN. 1

Materi 3 NERACA PEMBAYARAN.  1 Materi 3 NERACA PEMBAYARAN http://www.deden08m.com 1 PENDAHULUAN (1) Berita di media masa tentang neraca pembayaran (BOP): fenomena Cina sebagai kekuatan ekonomi dunia yang baru. Ada tiga alasan mempelajari

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Makroekonomi Makroekonomi adalah teori dasar kedua dalam ilmu ekonomi, setelah mikroekonomi. Teori mikroekonomi menganalisis mengenai kegiatan di dalam perekonomian dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penganut sistem perekonomian terbuka yang tidak terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era perdagangan bebas saat ini telah meningkatkan interaksi antara Negara berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dijadikan sebagai referensi untuk saling melengkapi. Terhadap Kurs Rupiah Tahun Teknik analisis yang digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dijadikan sebagai referensi untuk saling melengkapi. Terhadap Kurs Rupiah Tahun Teknik analisis yang digunakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian terdahulu Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Meskipun ruang lingkup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam penggerakan dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. dalam penggerakan dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia karena pasar modal merupakan sarana pembentuk modal dan akumulasi dana jangka panjang yang diarahkan

Lebih terperinci

SISTEM MONETER INTERNASIONAL. Oleh : Dr. Chairul Anam, SE

SISTEM MONETER INTERNASIONAL. Oleh : Dr. Chairul Anam, SE SISTEM MONETER INTERNASIONAL Oleh : Dr. Chairul Anam, SE PENGERTIAN KURS VALAS VALUTA ASING (FOREX) Valas atau Forex (Foreign Currency) adalah mata uang asing atau alat pembayaran lainnya yang digunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di tingkat dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau emiten). Dengan adanya pasar modal, pihak yang memiliki kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. atau emiten). Dengan adanya pasar modal, pihak yang memiliki kelebihan dana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan yang penting terhadap perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Sebuah negara yang memiliki keuangan yang kuat dan modern, berarti telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini menjadi sangat di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diterbitkan oleh pemerintah, publik ( autoritas ) maupun perusahaan swasta. Pasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diterbitkan oleh pemerintah, publik ( autoritas ) maupun perusahaan swasta. Pasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep-Konsep Dasar 2.1.1 Pasar Modal. Menurut Suad Husnan ( 1999 ) pasar modal didefinisikan sebagai suatu pasar untuk berbagai instrumen keuangan ( sekuritas ) jangka panjang

Lebih terperinci

KULIAH V INTERNATIONAL PARITY CONDITION

KULIAH V INTERNATIONAL PARITY CONDITION KULIAH V INTERNATIONAL PARITY CONDITION Manajemen Keuangan Internasional PEDRO XIMENES, ST,MM Pengertian Internasional Parity Condition adalah : Sekumpulan persamaan yang menghubungkan Harga Produk Suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Arus globalisasi dan era pasar bebas akan menimbulkan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Arus globalisasi dan era pasar bebas akan menimbulkan persaingan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arus globalisasi dan era pasar bebas akan menimbulkan persaingan yang semakin ketat dalam dunia usaha. Hanya negara yang bisa bersainglah yang akan menguasai

Lebih terperinci

BAB 3 TRANSAKSI MATA UANG ASING

BAB 3 TRANSAKSI MATA UANG ASING BAB 3 TRANSAKSI MATA UANG ASING Suatu perusahaan dapat melakukan aktivitas yang menyangkut valuta asing (foreign activities) dalam dua cara, yaitu melakukan transaksi dalam mata uang asing atau memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nilai tukar atau dikenal pula sebagai kurs dalam keuangan adalah sebuah

I. PENDAHULUAN. Nilai tukar atau dikenal pula sebagai kurs dalam keuangan adalah sebuah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nilai tukar atau dikenal pula sebagai kurs dalam keuangan adalah sebuah perjanjian yang dikenal sebagai nilai tukar mata uang terhadap pembayaran saat kini atau di kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki mata uang yang menunjukkan harga-harga barang dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki mata uang yang menunjukkan harga-harga barang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap negara memiliki mata uang yang menunjukkan harga-harga barang dan jasa. Jika suatu negara memiliki hubungan ekonomi dengan negara-negara lain maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami peningkatan yang semakin pesat sejak krisis ekonomi global pada tahun 1998 yang tidak hanya melanda di negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beredar juga mempengaruhi perekonomian. Dengan berkurangnya jumlah yang. mengganggu aktivitas perekonomian nasional.

BAB I PENDAHULUAN. beredar juga mempengaruhi perekonomian. Dengan berkurangnya jumlah yang. mengganggu aktivitas perekonomian nasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian suatu negara merupakan salah satu hal yang penting bagi keberlangsungan negara tersebut. Sebuah negara yang berkembang pasti menghadapi berbagai masalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter atau bank sentral mempunyai tujuan

I. PENDAHULUAN. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter atau bank sentral mempunyai tujuan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank Indonesia sebagai otoritas moneter atau bank sentral mempunyai tujuan utama yaitu mencapai dan menjaga kestabilan nilai rupiah. Hal ini tertulis dalam UU No. 3 tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. maka meningkatkan juga aktivitas perdagangan international. Beberapa aktivitas

BAB 1 PENDAHULUAN. maka meningkatkan juga aktivitas perdagangan international. Beberapa aktivitas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya pasar bebas, globalisasi, tuntutan ekonomi maka meningkatkan juga aktivitas perdagangan international. Beberapa aktivitas perdagangan international

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam pasar modal tidaklah terpisah dari stabilitas perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam pasar modal tidaklah terpisah dari stabilitas perekonomian suatu BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Investasi dalam pasar modal tidaklah terpisah dari stabilitas perekonomian suatu negara, sehingga dalam melakukan investasi seorang investor memerlukan suatu analisis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Inflasi Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus maksudnya

Lebih terperinci

Perekonomian Indonesia

Perekonomian Indonesia Perekonomian Indonesia Modul ke: 11Fakultas Ekonomi & Bisnis Membahas Konsep Neraca Pembayaran Luar Negeri - Indonesia Abdul Gani,SE MM Program Studi Manajemen NERACA PEMBAYARAN REKENING NERACA PEMBAYARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam ilmu keuangan, kurs adalah sebuah nilai yang merefleksikan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam ilmu keuangan, kurs adalah sebuah nilai yang merefleksikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Di dalam ilmu keuangan, kurs adalah sebuah nilai yang merefleksikan suatu mata uang yang dapat ditukarkan dengan mata uang lain (O Sullivan, Sheffrin dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cadangan devisa merupakan salah satu indikator yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Cadangan devisa merupakan salah satu indikator yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Cadangan devisa merupakan salah satu indikator yang sangat penting untuk menunjukan kuat atau lemahnya fundamental perekonomian suatu negara. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi dalam bidang ekonomi menyebabkan berkembangnya sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi dalam bidang ekonomi menyebabkan berkembangnya sistem BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi dalam bidang ekonomi menyebabkan berkembangnya sistem perekonomian ke arah yang lebih terbuka antar negara.perekonomian terbuka membawa suatu dampak ekonomis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negara. Pasar modal menjadi media yang dapat digunakan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negara. Pasar modal menjadi media yang dapat digunakan untuk memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis di Indonesia didukung oleh perkembangan pasar modal. Pasar modal dibentuk untuk menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan dalam sistem perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai

I. PENDAHULUAN. Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai ekonomis. Hal ini dikarenakan adanya permintaan yang timbul karena adanya kepentingan

Lebih terperinci

Analisis fundamental. Daftar isi. [sunting] Analisis fundamental perusahaan. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Analisis fundamental. Daftar isi. [sunting] Analisis fundamental perusahaan. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Analisis fundamental Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Analisis fundamental adalah metode analisis yang didasarkan pada fundamental ekonomi suatu perusahaan. Teknis ini menitik beratkan

Lebih terperinci

2. Derivasi Atau Perolehan Kurva BP (Neraca Pembayaran BOP)

2. Derivasi Atau Perolehan Kurva BP (Neraca Pembayaran BOP) Bahan 5 - Ekonomi Terbuka PEREKONOMIAN TERBUKA (AN OPEN ECONOMY) DAN DERIVASI KURVA BP (NERACA PEMBAYARAN) SERTA SISTEM KURS DAN SISTEM DEVISA YANG DIBERLAKUKAN 1. Transaksi Internasional Perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sementara investor pasar modal merupakan lahan untuk menginvestasikan

BAB I PENDAHULUAN. sementara investor pasar modal merupakan lahan untuk menginvestasikan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pasar modal merupakan lahan untuk mendapatkan modal investasi, sementara investor pasar modal merupakan lahan untuk menginvestasikan uangnya. Setiap investor dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang. dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang. dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

Lebih terperinci

P A S A R U A N G. Resiko yang mungkin dihadapi dalam kegiatan investasi di pasar uang antara lain :

P A S A R U A N G. Resiko yang mungkin dihadapi dalam kegiatan investasi di pasar uang antara lain : P A S A R U A N G Sekelompok pasar dimana instrumen kredit jangka pendek (biasanya jatuh tempo dalam waktu 1 tahun atau kurang), yang umumnya berkualitas tinggi diperjual-belikan. Fungsi Pasar Uang : Merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Nilai Tukar ( Exchange Rate

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Nilai Tukar ( Exchange Rate 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam hubungan dengan penelitian ini, maka beberapa teori yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yangn memengaruhi impor di kawasan ASEAN+6 dan non

Lebih terperinci

Penentuan Nilai Tukar Mata Uang Asing dengan Menerapkan Konsep Paritas Daya Beli

Penentuan Nilai Tukar Mata Uang Asing dengan Menerapkan Konsep Paritas Daya Beli 14 Penentuan Nilai Tukar Mata Uang Asing dengan Menerapkan Konsep Paritas Daya Beli Ivan Haryanto Diana Wibisono Alumni Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Kristen Petra Wang Sutrisno Staf Pengajar

Lebih terperinci

Makro ekonomi adalah Makro artinya besar, analisis makro ekonomi merupakan analisis keseluruhan kegiatan perekonomian. Bersifat global dan tidak

Makro ekonomi adalah Makro artinya besar, analisis makro ekonomi merupakan analisis keseluruhan kegiatan perekonomian. Bersifat global dan tidak TEORI EKONOMI MAKRO Makro ekonomi adalah Makro artinya besar, analisis makro ekonomi merupakan analisis keseluruhan kegiatan perekonomian. Bersifat global dan tidak memperhatikan kegiatan ekonomi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan dana untuk membiayai berbagai proyeknya. Dalam hal ini, pasar

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan dana untuk membiayai berbagai proyeknya. Dalam hal ini, pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan sarana untuk menghubungkan investor (pemodal) dengan perusahaan atau institusi pemerintah. Investor merupakan pihak yang mempunyai kelebihan dana,

Lebih terperinci

Masalah uang adalah masalah yang tidak sederhana. Uang berkaitan erat dengan hampir

Masalah uang adalah masalah yang tidak sederhana. Uang berkaitan erat dengan hampir I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Masalah uang adalah masalah yang tidak sederhana. Uang berkaitan erat dengan hampir seluruh aspek dalam perekonomian; itulah sebabnya proses kebijakan moneter

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian. Penelitian penelitian sebelumnya telah mengkaji masalah pengaruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian. Penelitian penelitian sebelumnya telah mengkaji masalah pengaruh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu berfungsi sebagai pendukung untuk melakukan penelitian. Penelitian penelitian sebelumnya telah mengkaji masalah pengaruh inflasi, suku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Bentuk instrumen di pasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Bentuk instrumen di pasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan

Lebih terperinci

Materi Minggu 6. Lalu Lintas Pembayaran Internasional

Materi Minggu 6. Lalu Lintas Pembayaran Internasional E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 43 Materi Minggu 6 Lalu Lintas Pembayaran Internasional 6.1. Gambaran Umum Lalu Lintas Pembayaran Internasional Transaksi-transaksi pembayaran antar daerah tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era globalisasi, perekonomian dunia memberikan peluang yang besar bagi berbagai negara untuk saling melakukan hubunga antarnegara, salah satunya dibidang ekomomi.

Lebih terperinci

RETURN DAN RESIKO AKTIVA TUNGGAL

RETURN DAN RESIKO AKTIVA TUNGGAL 1 Pertemuan 9 RETURN DAN RESIKO AKTIVA TUNGGAL A. Pengertian Return & Resiko Suatu Investasi Seorang investor maupun perusahaan yang melakukan kegiatan investasi selalu dihadapkan pada resiko dan return

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas (freely floating system) yang dimulai sejak Agustus 1997, posisi nilai tukar rupiah terhadap mata uang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. Penanaman modal dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tapak maupun apartemen yang dibangun oleh pengembang. Keputusan Bank Indonesia untuk menaikan Down Payment untuk kredit

BAB I PENDAHULUAN. tapak maupun apartemen yang dibangun oleh pengembang. Keputusan Bank Indonesia untuk menaikan Down Payment untuk kredit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri properti dan real estate merupakan industri yang berkembang dalam beberapa tahun ini di Indonesia. Dari segi fisik terlihat banyak proyek rumah tapak maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara ke arah yang lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat aktivitas perdagangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semenjak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan 1997, kinerja pasar modal mengalami penurunan tajam bahkan diantaranya mengalami kerugian. Kondisi

Lebih terperinci