Peningkatan Daya Saing Bangsa lewat Program Literasi Informasi: Sebuah Peran Perpustakaan Nasional di Era Informasi. Salmubi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Peningkatan Daya Saing Bangsa lewat Program Literasi Informasi: Sebuah Peran Perpustakaan Nasional di Era Informasi. Salmubi"

Transkripsi

1 1 Peningkatan Daya Saing Bangsa lewat Program Literasi Informasi: Sebuah Peran Perpustakaan Nasional di Era Informasi A. Pendahuluan Salmubi Dunia perpustakaan Indonesia sebenarnya telah lama mengenal dan melakukan aktivitas yang berkenaan dengan literasi informasi, meskipun dengan istilah yang berbeda pendidikan pemakai. Literasi informasi dikembangkan di Amerika Serikat sejak akhir 1980-an, yang memberikan penekanan kembali pada kegiatan bibliographic instruction yang diselenggarakan di perpustakaan-perpustakaan akademik. Di Inggris istilah bibliographic instruction ekuivalen dengan user education. Sekarang, penggunaan istilah literasi informasi menjadi lebih populer dibanding dengan user education, karena telah terjadi perubahan agenda dalam dunia pendidikan dan juga karena dari perkembangan hybrid library yang kemudian dikenal dengan digital library. Tidak hanya sampai pada konsep pengembangan digital library, sesungguhnya perkembangan pesat yang terjadi di dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi atau Information and Communication Technologies (ICTs) berdampak luas terhadap penyelenggaraan perpustakaan. Dampak itu, terutama berupa peningkatan jumlah dan jenis sumber-sumber informasi atau dikenal dengan istilah banjir informasi. Banjir informasi adalah suatu keadaan di mana informasi yang tersedia sangat banyak jumlahnya, baik sumber maupun formatnya. Banjir informasi terjadi karena setiap orang dimungkinkan menghasilkan informasi dengan lebih mudah dan dalam berbagai format tanpa harus melibatkan banyak orang atau institusi lain. Keadaan tersebut didukung pula oleh adanya peningkatan kepemilikan personal computer (PC). Harga komputer relatif lebih murah dan terjangkau oleh kebanyakan orang di seluruh dunia. Sementara, software yang tersedia semakin memudahkan pemakai bekerja dengan komputer untuk berbagai macam keperluan, termasuk kemudahan menghasilkan informasi. Sehingga, kemudian muncul prediksi bahwa produksi dan akses informasi dari rumah, tempat kerja, dan perpustakaan serta dari pusat-pusat informasi akan terus meningkat seiring perjalanan kita pada abad 21 ini. Hal ini sangat sejalan dengan dikemukan oleh Deegan dan Tanner (2002) dalam bukunya Digital Futures: Strategies for the Information Age. Mereka memberikan perkiraan bahwa produksi informasi dunia sekitar 1,5 juta milyar informasi per tahun. Jumlah tersebut kira-kira sama dengan 250 MB atau ekuivalen dengan 250 buku yang dihasilkan setiap orang di planet bumi ini. Selanjutnya, keuntungan lain yang diperoleh dari perkembangan dan keberadaan ICTs sekarang ini, adalah memungkinkan informasi disimpan, diakses, dan disebarkan dengan lebih mudah dan cepat. Hal ini pun menyebabkan informasi yang tersedia melimpah ruah sehingga pemakai informasi mengalami kesulitan untuk menemukan informasi yang lebih spesifik untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan atau pekerjaannya. Kondisi ini menjadi salah satu alasan kuat mengapa program literasi informasi semakin dibutuhkan dalam era informasi ini. Pada hakikatnya, tujuan penyelenggaraan program literasi informasi adalah agar setiap orang (pengguna informasi) mampu mengetahui kapan informasi diperlukan, mampu menemukannya, mengevaluasinya, dan menggunakannya secara efektif Di Indonesia, selama ini, program literasi informasi belum diposisikan sebagai agenda utama dunia perpustakaan. Namun, usaha-usaha ke arah pemasyarakatan dan implementasi

2 program tersebut telah dimulai. Bahkan, ada sejumlah perpustakaan perguruan tinggi, seperti Perpustakaan Universitas Indonesia (UI) telah mendisain program kurikulum literasi informasi dan mengajarkan kepada pemakai perpustakaannya. Sementara, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia sekitar 2 tahun lalu juga telah memperkenalkan program information skills kepada sejumlah pustakawan perguruan tinggi di tanah air. Masih di tingkat nasional, Kongres Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) di Bali tahun 2006 juga bertemakan literasi informasi. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan hal positif guna memperkenalkan program literasi informasi kepada pustakawan sebagai salah satu lokomotif utama di dalam mensukseskan implementasi program itu. Tentu saja, usaha-usaha yang telah kita lakukan belum sebanding dengan apa yang telah dikerjakan oleh negara lain seperti Australia, Amerika Serikat, atau bahkan negara tetangga seperti Singapura. 2

3 3 B. Latar Belakang Dunia pendidikan menjadi tumpuan dan harapan negara-bangsa Indonesia untuk dapat duduk sejajar dengan negara-bangsa lain. Sebab, kemajuan suatu negara-bangsa tidak bisa dicapai tanpa didukung oleh sistem pendidikan bermutu. Sistem pendidikan bermutu akan berkontribusi besar terhadap lahirnya SDM bermutu yang dapat meningkatkan kemandirian dan daya saing bangsa lewat penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, kebudayaan, dan peradaban. Sistem pendidikan dalam konteks ini tidak hanya terbatas pada pendidikan formal saja, tetapi juga pendidikan informal, seperti lewat berbagai layanan yang diberikan oleh perpustakaan. Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional , disebutkan bahwa salah satu arah, tahapan, dan prioritas pembangunan jangka panjang tahun adalah mewujudkan bangsa yang berdaya saing, karena hal ini menjadi kunci bagi tercapainya kemajuan dan kemakmuran bangsa. Untuk memperkuat daya saing bangsa, pembangunan nasional jangka panjang diarahkan pada beberapa hal, dua di antaranya adalah mengedepankan pembangunan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing dan meningkatkan penguasaan, pemanfaatan, dan penciptaan pengetahuan. Sementara, di dalam KPPTJP IV atau HELTS, visi pengembangan pendidikan tinggi diarahkan untuk memberikan kontribusi terhadap peningkatan daya saing bangsa (nation competitiveness). Perkembangan ICTs yang berlangsung cepat dan pesat atau biasa diistilahkan dengan nama revolusi teknologi mendorong dunia pendidikan Indonesia, khususnya pendidikan tinggi melakukan pendekatan baru terhadap sejumlah isu penting, salah satu di antaranya adalah tentang lifelong learning. Sehingga, revolusi teknologi harus dimaknai dengan sikap positive thinking, karena teknologi itu merupakan salah satu usaha untuk memberdayakan orang (empowerment process) agar dapat memanfaatkan informasi yang diperolehnya dengan lebih efektif lewat penggunaan teknologi yang tersedia dan proses lifelong learning. Informasi adalah fondasi untuk memberdayakan masyarakat. Informasi digunakan untuk melakukan kontrol terhadap kehidupan pribadi seseorang dan atau untuk memainkan peran lebih aktif dan positif di dalam pembangunan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan. Informasi memberikan kontribusi terhadap pembangunan demokrasi, pemberdayaan ekonomi, peningkatan nilai-nilai professional, dan lain-lain. Di sinilah sesungguhnya tanggung jawab sosial pustakawan yang dapat dilakukan lewat berbagai layanan (service) dan ketersediaan sumber-sumber informasi perpustakaan dalam berbagai ragam, format, dan konteks. Selain pemanfaatan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan pada era global ini juga sangat identik dengan adanya kompetisi dan kerjasama (competition and cooperation). Kompetisi ketat seperti yang terjadi sekarang ini, mengharuskan kita bekerja lebih keras guna mempersiapkan SDM yang sanggup dan mampu bersaing secara global. Implikasinya, sistem pendidikan kita (termasuk juga perpustakaan) sekarang harus segera dibenahi, sehingga lebih representatif untuk mendukung pembangunan SDM yang berkualitas. Dengan kata lain, institusi pendidikan kita harus dikembangkan berdasarkan trend global yang berstandar internasional. Tujuannya, agar institusi pendidikan dan juga produknya (alumni) mampu dan sanggup bersaing secara global. Secara sederhana, perpustakaan sebagai komponen utama dalam proses pembelajaran harus segera diberdayakan guna memberikan kontribusi optimal terhadap pengembangan SDM yang berkualitas. Sangat tepat, kalau dari sekarang kita menempatkan pengembangan SDM sebagai prioritas utama dalam pembangunan di negara ini. Sebab, SDM yang berkualitas dan berdaya

4 4 saing yang akan menjadi penggerak utama pembangunan dalam berbagai sektor kehidupan. Hal ini sangat realistis. Kita memiliki potensi kekayaan sumber daya alam (SDA) yang melimpah. Tetapi, tidak didukung dengan ketersediaan SDM yang berkualitas dalam jumlah yang memadai. Sementara, SDA akan habis karena tidak terbaharukan. Karenanya, kita harus melahirkan SDM yang berkualitas, trampil, dan profesioanal yang akan mengelola dan memberikan nilai tambah (value-added) dari kekayaan SDA yang kita miliki. Kondisi ini akan mengurangi ketergantungan kita terhadap negara lain, di samping akan mengurangi penyakitpenyakit sosial yang ada, seperti kemiskinan, pengangguran, dan kriminilitas. Di dalam buku Centred on Learning dijelaskan bahwa perubahan terjadi sangat berpengaruh kebutuhan SDM di dunia usaha. Kondisi ini menimbulkan ekspektasi tinggi dari dunia usaha untuk mempekerjakan SDM yang berkualitas tinggi dan sejumlah syarat ketat lainnya agar dapat memasuki dunia kerja. Implikasi dari ekspektasi semacam itu terhadap institusi pendidikan adalah peserta didik harus dibekali dengan berbagai pengetahuan dan ketrampilan baru yang diperlukan di dalam tatanan ekonomi global, sehingga mereka harus memiliki sejumlah keunggulan untuk dapat bersaing, survive, dan berhasil. Selanjutnya, Harvey dan Mason (1996) menyatakan bahwa ada lima hal penting yang harus dimiliki oleh setiap SDM di dalam persaingan global ini, yakni (1) pengetahuan, (2) kemampuan intelektual, (3) kemampuan bekerja dalam organisasi modern, (4) interpersonal skills, dan (5) ketrampilan komunikasi. Persyaratan-persyaratan seperti itu, sebenarnya merupakan hasil dari perkembangan teknologi yang sangat kompleks dan kemudian membawa kita kepada intraksi global yang semakin meningkat dan berdampak pada adanya keharusan setiap peserta didik memiliki sejumlah keunggulan sehingga menjadi SDM yang produktif di dunia kerja. Berangkat dari isu pengembangan SDM Indonesia itu, maka literasi informasi harus segera dimasyarakatkan (disosialisasikan), kemudian diterapkan di dalam sistem pendidikan di Indonesia. Tujuannya, agar kita dapat meningkatkan kemandirian dan daya saing bangsa lewat penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, kebudayaan, dan peradaban yang memungkinkan kita dapat hidup setara dan sejajar dengan negara-bangsa lain. C. Literasi Informasi dan Lifelong Learning Paradigma dunia pendidikan pada abad 21 tidak bisa dilepaskan dari pengaruh dan perkembangan ICTs. Dunia virtual telah membuka sejumlah peluang baru bagi pustakawan untuk memberikan kontribusi lebih optimal terhadap proses pendidikan yang ada. Dalam hal ini, pustakawan menyandang predikat sebagai information professional yang berkewajiban membuka akses seluas-luasnya terhadap sumber-sumber informasi kepada seluruh pemakai perpustakaan. Informasi sangat diperlukan untuk membangun learning society sebagai sasaran yang akan dicapai dari pelaksanaan literasi informasi dan proses pembelajaran sepanjang hayat (lifelong learning). Karenanya, isu tentang literasi informasi dan lifelong learning menjadi isu yang sangat penting tidak hanya bagi perpustakaan, tetapi juga dunia pendidikan pada era informasi ini. 1. Literasi Informasi Konsep literasi informasi dan peranan pentingnya dalam pembelajaran formal telah menjadi kajian utama, terutama di negera-negara maju seperti Inggris, Amerika Serikat, dan Australia. Concern mereka terhadap hal tersebut disebabkan adanya ledakan informasi (information explosion) di samping kemampuan ICTs dalam menyimpan dan menyebarkan informasi. Akibatnya, informasi yang tersedia begitu banyak, baik sumbernya maupun formatnya. Keadaan ini akan mempersulit pengguna informasi bila ia tidak memiliki skill yang cukup sebagaimana orang yang information literate miliki. Skill itu akan membantu pengguna informasi untuk memilih informasi yang lebih spesifik dan pas dengan kebutuhannya.

5 5 Di samping itu, dibutuhkan pula kemampuan untuk melakukan evaluasi akan keotentikan, kesahihan (validitas), dan realibilitas dari informasi yang didapatkan. Kondisi tersebut mendorong sejumlah kalangan memberikan komentar terhadap pentingnya seseorang memahami hakikat dan tujuan literasi informasi di dalam kehidupan setiap individu. Literasi informasi dianggap sebagai ketrampilan penting dan utama dalam menyelesaikan berbagai masalah atau dikenal dengan istilah problem solving and decision making skills. Kemampuan ini teramat sangat diperlukan dan menjadi salah satu kebutuhan dasar agar dapat tetap survive di era informasi seperti sekarang ini. Untuk itu, kita harus meredefinisi peran informasi yang sesungguhnya di dalam kehidupan kita di rumah, di tempat kerja, dan di dalam kehidupan masyarakat. Literasi informasi menurut Association of College and Reseach Libraries (ACRL) adalah a set of abilities to recognize when information is needed and have the abilitiy to locate, evaluate, and use needed information effectively Seseorang yang trampil dalam literasi informasi tidak hanya akan memiliki kemampuan untuk mengenal kapan ia membutuhkan informasi, tetapi ia juga memiliki kemampuan untuk menemukan informasi, dan mengevaluasinya, serta mampu mengeksploitasi informasi untuk mengambil berbagai keputusan yang tepat sasaran. Individu yang information literate, akan memiliki rasa percaya diri, kemandirian, penuh inisiatif, dan memiliki motivasi tinggi dalam melakukan berbagai aktivitas. Di samping itu, ia adalah individu yang tahu bagaimana cara belajar dan terus melakukan upaya untuk melakukan lifelong learning yang menjadi misi utama dari penyelenggaraan pendidikan. Literasi informasi, pada hakikatnya merupakan prasyarat, inti (core), dan dasar atau fondasi dari lifelong learning. Sehingga, kedua konsep ini tidak dapat dipisahkan, satu dengan lainnya. Di dalam buku Australian and New Zealand Information Framework dinyatakan bahwa orang yang information literate adalah mereka yang dapat: Recognize a need for information Determine the extend of information needed Access information efficiently Critically evaluate information and its sources Classify, store, manipulate and redraft information collected or generated Incorporate selected information into their knowledge base Use information effectively to learn, create new knowledge, solve problems and make decisions Understand economic, legal, social, political and cultural issues in the use of information Access and use information ethically and legally Use information and knowledge for participative citizenship and social responsibility Experience information literacy as part of independent learning and lifelong learning Dari sejumlah kemampuan yang harus dimiliki oleh seseorang yang information literate, maka hal itu bermakna bahwa literasi informasi adalah suatu proses pemberdayaan seseorang di dalam setiap tahap perjalanan hidupnya guna mencari, mengevaluasi, menggunakan, dan menciptakan informasi secara efektif untuk mencapai tujuan pribadi, sosial, pekerjaan, tujuan pendidikan, dan tujuan-tujuan lainnya. Dengan demikian, literasi informasi merupakan hak asasi manusia di dalam era informasi ini.

6 6 Peran signifikan literasi informasi semakin penting bila kita mencermati dan menelaah apa yang dinyatakan dalam dokumen The Alexandria Proclamation on Information Literacy and Lifelong Learner. Di situ ada statement yang menyatakan bahwa: Information literacy is crucial to the competitive advantage of individuals, enterprises (especially small and medium enterprises), region and nations (and) provides the key to effective access, use and creation of content to support economic development, education, health and human services, and all other aspects of contemporary societies.. Dari kutipan itu jelas sekali bahwa setiap aspek kehidupan manusia tercakup dalam konsep literasi informasi. Namun, untuk sampai pada tahap implementasi diperlukan rumusan yang intergral dan komprehensif yang melibatkan berbagai komponen di dalam sistem pendidikan dan perpustakaan serta komponen masyarakat lainnya yang memiliki perhatian terhadap kemajuan dunia pendidikan dan juga pengembangan SDM Indonesia. 2. Lifelong Learning Sebagai salah satu bagian terpenting dari paradigma dunia pendidikan abad 21 (era informasi), lifelong learning harus menjadi salah satu concern perpustakaan guna memberikan kontribusi optimal di dalam proses pendidikan. Lifelong learning telah menjadi bagian integral dari sistem pendidikan di sejumlah negara maju, seperti Amerika Serikat. Sehingga, tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa konsep lifelong learning telah menjadi embrio lahirnya budaya belajar (termasuk budaya baca) yang kuat di dalam kehidupan masyarakatnya. Memang, lifelong learning merupakan fondasi dasar untuk membangun masyarakat pembelajar (learner society) yang juga menjadi harapan dan cita-cita negara bangsa Indonesia. Menurut hemat penulis, agenda ini sesungguhnya telah lama menjadi agenda dunia perpustakaan Indonesia - yang salah satunya lewat kegiatan kampanye gemar membaca dengan tujuan utama adalah untuk membangun budaya belajar masyarakat. Menurut Brophy, Fisher, dan Craven (1998), lifelong learning diartikan sebagai: a deliberate progression throughout the life of an individual, where the initial acquisition of knowledge and skills is reviewed and upgraded continuously, to meet challenges set by an everchanging society Konsep pembelajaran sepanjang hayat yang disampaikan oleh Brophy, Fisher, dan Craven itu mengindikasikan adanya proses yang berlangsung dinamis dan terus menerus, kemudian melahirkan pembaharuan di dalam diri lifelong learner - yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan zaman. Dan, tentu saja secara kualitatif, lifelong learning berbeda dengan konsep pembelajaran konvensional (tradisional) yang lebih terstruktur sebagaimana yang ada di dalam sistem sekolah dan atau pendidikan tinggi. Sejumlah karakteristik dari proses lifelong learning, seperti: aktivitas pembelajaran yang berlangsung terus menerus, berintikan pada pengembangan skill, berlangsung informal, tidak terpusat, dapat berlangsung kapan dan di mana saja, modul pembelajaran yang tidak terstruktur, mandiri (independent), pembelajaran kelompok sebagai kegiatan sosial, dan tidak bersifat eksklusif. Dengan kata lain, kunci lifelong learning ini adalah kemampuan untuk mengembangkan proses belajar melampaui batas ruang kelas, menciptakan kesempatan belajar sendiri dan mandiri, menyediakan sarana praktek dan bertanggung jawab secara profesional dalam berbagai bidang kehidupan.

7 7 Karakteristik lifelong learning di atas sangat sejalan dengan apa yang dinyatakan oleh Cropley (Wooliscroft, 1997) bahwa lifelong learning meliputi the conviction that all individual ought to have organized and systematic opportunities for instruction, study and learning at any times throughout their lives Konsep lifelong learning ini juga sangat relevan dengan keberadaan perpustakaan sebagai institusi pendidikan informal. Sebab, perpustakaan dalam era informasi ini akan menjadi agen yang memungkinkan setiap orang pada berbagai tingkat usia, pendidikan, dan status sosial untuk dapat memperoleh keberhasilan. Perpustakaan membantu masyarakat pemakainya mendapatkan skill yang diperlukan untuk dunia kerja. Pemakai perpustakaan dapat menggunakan informasi secara kreatif sehingga meningkatkan kualitas hidup mereka. Artinya, perpustakaan memainkan peran yang utama guna mendukung pengembangan diri pemakai perpustakaan yang merupakan bagian inti dari konsep lifelong learning. Bila konsep lifelong learning dapat diperankan dan dilaksanakan dengan baik oleh perpustakaan (melalui pelaksanaan program literasi informasi), maka pengembangan SDM Indonesia dalam rangka peningkatan daya saing negara-bangsa dapat diwujudkan. Hal ini sangat sejalan dengan apa yang dinyatakan oleh Candy, Crebert dan O Leary (Wooliscroft, 1997) Access to, and critical use of information and of information technology is absolutely vital to lifelong learning, and accordingly no graduate can be judged educated unless he or she is information literate. Mereka secara tegas menyatakan bahwa seorang tidak dapat dinyatakan lulus, bilamana ia belum menyandang status sebagai information literate person. Artinya, untuk melakukan hal yang demikian, lembaga pendidikan tinggi harus menetapkan literasi informasi sebagai sebuah standar kompetensi (sebagai syarat) yang wajib dimiliki oleh setiap peserta didik sebelum meninggalkan universitas. D. Perpustakaan Nasional dan Literasi Informasi Mencermati perkembangan ICTs dan pembangunan SDM Indonesia yang pada era globalisasi ini, maka program literasi informasi harus mendapatkan perhatian serius. Program ini perlu dijadikan sebagai salah satu agenda nasional yang harus dilaksanakan segera. Karena, literasi informasi sesungguhnya bukan sekedar isu perpustakaan atau pendidikan saja, akan tetapi literasi informasi adalah isu penting dalam pengembangan ekonomi, kesehatan, kemasyarakatan, dan peningkatan kualitas hidup manusia. Sehingga, literasi informasi itu dapat dikatakan sebagai ketrampilan yang harus dimiliki dan dipraktekkan secara nasional. Literasi informasi sebagai a key skill nationally makin mengukuhkan peran perpustakaan Nasional Republik Indonesia untuk mengambil porsi yang lebih besar dalam pemasyarakatkan dan penerapkan literasi informasi secara nasional. Perpustakaan Nasional dan juga jenis perpustakaan lainnya sebagai bagian dari sistem nasional perpustakaan memiliki kedudukan sebagai infrastruktur pendidikan dan kebudayaan. Untuk itu, perpustakaan harus dipertahankan agar tetap menjadi pusat informasi di tengah perkembangan dan tantangan ICTs. Sebab, ketersediaan dan akses sumber-sumber informasi elektronik (internet) yang dapat diakses dengan lebih mudah, cepat, dan menarik dapat berakibat pada berkurangnya jumlah kunjungan pemakai (secara fisik) dan penurunan akses sumber-sumber informasi tercetak/terekam di perpustakaan. Sehingga, dari keadaan ini menuntut peran perpustakaan untuk memberdayakan pemakainya memanfaatkan informasi secara efektif dan efisien lewat program literasi informasi. Di samping, dasar-dasar pemikiran seperti tersebut di atas, literasi informasi sangat layak untuk diangkat sebagai salah satu agenda nasional. Sebab, pengembangan dan penerapannya sangat relevan dengan sasaran pendidikan nasional yang bertujuan meningkatkan daya saing (national competitiveness). Sasaran ini hanya akan dicapai bilamana SDM yang

8 8 dilahirkan institusi pendidikan kita, adalah orang-orang yang information literate dan menjadi lifelong learner. Untuk mengimplementasikan literasi informasi di Indonesia, maka kita perlu belajar dari pengalaman negara lain yang berhasil mengembangkan literasi informasi. Di Amerika Serikat, ada Association of College and Reseach Libraries (ACRL) yang disponsori oleh American Library Association (ALA). Organisasi tersebut telah memberikan kontribusi berharga di dalam menetapkan landasan teoritis, rumusan, standar, dan hal lain yang berkenaan dengan pelaksanaan literasi informasi di Amerika Serikat. Sementara, di Australia dan Selandia Baru melakukan pengembangan literasinya dengan membentuk gugus tugas (taskforce) yang dinamakan Australian and New Zealand Institute for Information Literacy. Gugus tugas ini telah menetapkan model dan framework literasi informasi. Lain halnya dengan yang dilakukan oleh United Kingdom (UK), di mana perumusan literasi informasi lewat Society of College, National, and University Libraries (SCONUL). Untuk pengembangan literasi informasi di Indonesia, paling realistis kalau hal ini kembali dilakoni oleh Perpustakaan Nasional sebagai pemain utama untuk pengembangannya di tingkat nasional. Tentu, kita tidak dapat mengabaikan peran organisasi semacam Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi (FPPTI), seperti halnya ACRL di Amerika Serikat, yang telah melakukan pengembangan literasi informasi hingga menetapkan sejumlah standar. Tetapi, untuk saat sekarang, sepertinya FPPTI dan juga Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) belum siap karena sejumlah agenda mendesak, seperti konsolidasi internal organisasi agar kedudukannya lebih kokoh di tingkat nasional (Salmubi, 2006). Hal ini tidak berarti bahwa SDM yang ada di dua organisasi tersebut tidak dapat terlibat atau dinihilkan perannya untuk menyusun pengembangan literasi informasi di Indonesia. Idealnya, pengembangan literasi informasi secara nasional melibatkan berbagai komponen bangsa dan komponen masyarakat serta public figure. Sebab, literasi informasi bukan terbatas pada isu perpustakaan dan pendidikan saja, tetapi program ini menyangkut berbagai aspek kehidupan mulai dari pembangunan ekonomi sampai kepada persoalan kesehatan. Pokoknya, sangat luas cakupannya. Untuk itu, kita harus melibatkan unsur-unsur, seperti dari Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Badan Akreditasi Pendidikan, kalangan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Pemerintah, Pustakawan, dosen, guru (sebagai praktisi), Perpustakaan Umum (termasuk Perpustakaan Daerah Provinsi), Perpustakaan Nasional, pelaku bisnis, LSM, dan pihak-pihak lain yang memiliki concern terhadap dunia pendidikan dan pengembangan SDM di Indonesia. Tentu saja, untuk sampai pada pelaksanaan yang ideal dari program literasi informasi membutuhkan kerja keras. Bukan hanya pada aspek yang menyangkut hal-hal yang bersifat strategis, tetapi juga meliputi aspek-aspek yang bersifat teknis dan operasional. Meskipun ada sejumlah pengembangan literasi informasi yang dapat kita contoh dan adopsi dari negara lain, tetapi kita harus tetap melakukan sejumlah penyesuaian. Karena, ada berbagai kondisi ril (kondisi lapangan) yang sangat berbeda dengan keadaan kita, seperti keadaan perpustakaan, pustakawan, dan kualifikasi tenaga pengajar (guru atau dosen). Untuk tahap awal dari pengembangan literasi informasi tingkat nasional, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia sebaiknya membentuk taskforce yang tugas utamanya adalah akan melibatkan organisasi kepustakawanan Indonesia (IPI dan FPPTI), para pemerhati dunia pendidikan, baik yang berasal dari kalangan pemerintahan, legislatif, Lembaga Swadaya Masayarakat (LSM), dan komponen masyarakat lainnya untuk terlibat dalam rencana awal pengembangan literasi informasi. Pada saat yang bersamaan taskforce yang terbentuk dapat

9 9 merumuskan langkah-langkah strategis yang diperlukan untuk memulai inisiatif pengembangan literasi informasi. Bagi Perpustakaan Nasional adalah penting untuk meneliti, mengkaji, dan menelaah sejumlah dokumen tentang literasi informasi yang khas Indonesia plus dokumen dari negara lain yang telah mengembangkan program tersebut sehingga menjadi acuan untuk dilaksanakan di Indonesia. Di samping itu, dokumen-dokumen dari sejumlah perpustakaan perguruan tinggi di tanah air yang telah mengimplementasikan literasi informasi dapat menjadi bahan berharga untuk memperkaya konsep-konsep pengembangan literasi informasi yang sedang dikembangkan. Dalam tataran yang lebih praktis, Perpustakaan Nasional perlu memikirkan dan mempersiapkan sejumlah langka antisipasi terhadap berbagai kendala yang akan muncul dalam penerapan literasi informasi di perpustakaan. Bukan hanya karena kita minim pengalaman dalam melaksanakan program itu, tetapi kompetensi kita dalam literasi informasi masih harus ditingkatkan. Jangankan di Indonesia, di negara-negara yang sudah lama mengimplementasikan literasi informasi, juga mengalami sejumlah kendala sebagaimana yang dinyatakan oleh Godwin (Martin dan Rader, 2003). Ia mencatat sejumlah kendala yang berkaitan dengan pelaksanaan literasi informasi, yakni (1) kurangnya apresiasi yang ditunjukkan oleh staf pengajar, (2) kurangnya pengetahuan staf pengajar (3) kurangnya komitmen institusi untuk mengintegrasikan literasi informasi dengan kurikulum dan alokasi waktu pelaksanaan literasi informasi (4) ada persepsi yang salah dari staf pengajar dan mahasiswa yang beranggapan bahwa information skills (literasi informasi) sama saja dengan information technology skills. Selanjutnya, Perpustakaan Nasional perlu menyusun sejumlah program kerja tentang pemasyarakatan (sosialisasi) literasi informasi kepada semua jenis perpustakaan dan institusi pendidikan secara bertahap dan membatasi dulu pada wilayah tertentu sebagai semacam proyek percontohan. Di samping itu, program penting untuk segera dilakukan adalah sosialisasi dan pelatihan bagi pustakawan dan tenaga pengajar (guru dan dosen) tentang literasi informasi. Kedua kelompok ini merupakan lokomotif utama dalam melaksanakan program literasi informasi. Keberhasilan program ini, salah satunya ditentukan oleh kemampuan kita menjalin kolaborasi dan kemitraan antara pihak perpustakaan dengan para guru dan dosen agar program literasi informasi dapat diintegrasikan di dalam kurikulum dan ditetapkan alokasi waktu pengajaran. Bahkan, bila perlu literasi informasi dijadikan sebagai salah satu komponen penentuan kelulusan dari suatu sistem lembaga pendidikan. Wujud kolaborasi dan kemitraan antara pustakawan dan tenaga pengajar dapat tercermin dari keterlibatan pihak-pihak tersebut dalam proses mendisain kurikulum, pengajaran, evaluasi, dan assessment terhadap pelaksanaan literasi informasi. D. Kesimpulan Keberadaan kita pada era informasi ini membawa kita ke dalam suatu paradigma baru yang mengharuskan melakukan pendekatan-pendekatan baru di dalam merespon sejumlah isu penting yang berhubungan dengan penyelenggaraan perpustakaan sebagai bagian penting dari sistem pendidikan di Indonesia. Perkembangan ICTs telah menciptakan sejumlah peluang dan tantangan bagi perpustakaan. Implementasi ICTs di perpustakaan telah membuka kesempatan besar bagi perpustakaan untuk ikut serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan SDM yang berkualitas lewat berbagai layanan dan program pendidikan yang diselenggarakan di perpustakaan.

10 10 Literasi informasi dan konsep lifelong learning (pembelajaran sepanjang hayat) sebagai bagian dari paradigama baru dunia pendidikan sepatutnya diangkat sebagai salah satu agenda nasional. Karena itu, seluruh sistem nasional perpustakaan harus mengambil peran penting untuk mengimplementasikan kedua konsep tersebut di dalam penyelenggaraan perpustakaan secara khusus dan pendidikan pada umumnya. Literasi informasi dan lifelong learning bukan hanya sebagai isu perpustakaan dan pendidikan saja, tetapi keduanya memiliki keterkaitan dengan isu-isu pembangunan ekonomi, kesehatan, layanan publik, dan aspek-aspek lainnya di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk itulah, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia sebagai bagian utama dari sistem nasional perpustakaan diharapkan mengambil peran yang lebih besar dalam berbagai upaya memasyarakatkan dan mengimplementasikan literasi inforamasi di dalam kehidupan masyarakat secara luas. Peran Perpustakaan Nasional lewat pengembangan literasi informasi di Indonesia diharapkan dapat memberikan kontribusi optimal terhadap berbagai upaya peningkatan daya saing bangsa sebagai salah satu arah dan sasaran pembangunan jangka panjang tahun Karena itu, saatnya sekarang mengubah slogan Information for All menjadi Information Literasi for All. Semoga. BIBLIOGRAFI Albitz, R.S. (2007). The What and Who of Information Literacy and Critical Thinking in Higher Education. Libraries and Academy 7(1). Angeley, R. and Purdue, J. Information Literacy: An Overview. (Online), ( diakses 25 Juli 2007). Armstrong, A. and Georges, H. (2006). Using Interactive Technology to Teach Information Literacy Concepts to Undergraduate Students. Reference Service Review 34(4). Brandt, D.S. (2001). Information Technology Literacy: Task Knowledge and Mental Models. Library Trends 50(1). Brophy, P., Fisher, S. and Craven, J. (1998). The Development of UK Academic Library Services in the Context of Lifelong Learning: Final Report. (Online), ( dikses 10 Februari 2005)

11 11 Bundy, A.(ed).(2004). Australian and New Zealand Information Framework: Principles, Standards and Practices. 2 nd. Adelaide: Australian and New Zealand Institute for Information Literacy. Bundy, A. (1998). Information Literacy: A Competency for the 21 st Century. University South of Australia. (Online),( diakses 5 Agustus 2005) Burkhardt, J.M.(2007). Assessing Library Skills: A First Step to Information Literacy. Libraries and the Academy 7(1). Deegan, M. and Tanner, S. (2002). Digital Futures: Strategies for the Information Age. London: Library Association. Information Literacy Summit (2006). American Competitiveness in the Internet Age. (Repaort). Washington D.C. Garner, S.D.(2006). High-Level Colloquium on Information Literacy and Lifelong Learning. Alexandria Egypt : Bibliotheca Alexandria. Gary, B.T.(2002). Information Literacy Accreditation Mandates: What They Mean for Faculty and Libraries. Library Trends 51 (2). Harvey, L. and Mason, S. (1996). A Quality Graduate. London: Kogan Page. Hornby, S. and Clarke, Z. (2003). Challenge and Change in the Information Society. London: Facet Publishing. Jager, K.D. ; Nassimbeni, M. (2002). Institutionalizing Information Literacy in Tertiary Education: Lesson Learner from South African Programs. Library Trends 51(2). Martin, A. and Rader, H. (Ed).(2003). Information Literacy and IT Literacy: Enabling Learning in the 21 st Century. London: Facet Publishing. McMenemy, D. and Poulter, A.(2005). Delivering Digital Services: A Handbook for Public Library and Learning Centres. London : Facet Publishing. Morrison, H. (1997). Information Literacy Skills: An Exploratory Focus Group Study of Student Perceptions. Research Strategies 15(1). Nimon, M. (2002). The Role of Academic Libraries in the Development of the Information Literate Student: The Interface between Librarian, Academic and Other Stakeholders. AARL 33(3) September Nutefall, J.E. (2001). Information Literacy: Developing Partnerships Across Library Types. Research Strategies 18 Oyston, E. (ed). (2003). Centred on Learning Academic Case Studies on Learning Centre Development. England: Ashgate.

12 12 Salmubi (2002). Program Literasi Informasi: Sebuah Upaya Pemberdayaan Pemakai dalam Mewujudkan Pendidikan Bermutu (Makalah). Makassar : Politeknik Negeri Ujung Pandang. Salmubi (2006). Pelestarian Khasanah Budaya Bangsa lewat Kerjasama Perpustakaan dan Resource Sharing: Sebuah Peran Perpustakaan Nasional. Visi Perpustakaan 8(2). Society of College, National and University Libraries (SCONUL). (1999). Information Skills in Higher Education: Briefing Paper (prepared by the SCONUL Advisory Committee on Information Literacy). Sun, P.(2002). Information Literacy in Chinese Higher Education. Library Trends 51(2). Undang-Undang Republik Indonesia No. 17 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (2007). Jakarta : Sekretariat Negara Republik Indonesia Woolistcrof, M. (1997). From Library User Education to Information Literacy: Some Issues arising in this Evolutionary Process. Paper for COMLA Workshop. Gabarone, Botswana, July, (Online), diakses, 25 Juli 2007)

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Pengertian Literasi Informasi Definisi tentang literasi informasi sangat banyak dan terus berkembang sesuai kondisi waktu dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam

Lebih terperinci

Dipresentasikan pada acara Seminar dan workshop nasional: Perpustakaan dan pustakawan inovatif dan kreatif Diselenggarakan oleh Perpustakaan

Dipresentasikan pada acara Seminar dan workshop nasional: Perpustakaan dan pustakawan inovatif dan kreatif Diselenggarakan oleh Perpustakaan Dipresentasikan pada acara Seminar dan workshop nasional: Perpustakaan dan pustakawan inovatif dan kreatif Diselenggarakan oleh Perpustakaan Universitas Airlangga Hotel Swissbellin, Surabaya, 3-4 Mei 2017

Lebih terperinci

LITERASI INFORMASI DI PERGURUAN TINGGI

LITERASI INFORMASI DI PERGURUAN TINGGI LITERASI INFORMASI DI PERGURUAN TINGGI http://www.wla.lib.wi.us/waal/newsletter/211.html http://bunchlibrary.pbwiki.com/information+literacy+across+the+curriculum Literasi Informasi di Perguruan Tinggi

Lebih terperinci

BUDAYA LITERASI INFORMASI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENULIS KARYA ILMIAH

BUDAYA LITERASI INFORMASI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENULIS KARYA ILMIAH BUDAYA LITERASI INFORMASI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENULIS KARYA ILMIAH Riskha Arfiyanti Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon Abstrak Pendidikan

Lebih terperinci

Pendahuluan. Implementasi Program Information Skills di Universitas Indonesia 1. Mohamad Aries 2

Pendahuluan. Implementasi Program Information Skills di Universitas Indonesia 1. Mohamad Aries 2 Implementasi Program Information Skills di Universitas Indonesia 1 Mohamad Aries 2 Pendahuluan Universitas Indonesia (UI) memiliki rencana strategi dalam dua hal. Meningkatkan kualitas pendidikan/pengajaran

Lebih terperinci

Evaluasi Kurikulum Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia FTI UII Yogyakarta

Evaluasi Kurikulum Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia FTI UII Yogyakarta Evaluasi Kurikulum Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia FTI UII Yogyakarta Sejarah Kurikulum Prodi Teknik Informatika Hingga saat ini, Program Studi Teknik Informatika

Lebih terperinci

Peran lembaga pendidikan ilmu perpustakaan dan informasi dalam mempersiapkan kompetensi lulusan

Peran lembaga pendidikan ilmu perpustakaan dan informasi dalam mempersiapkan kompetensi lulusan Peran lembaga pendidikan ilmu perpustakaan dan informasi dalam mempersiapkan kompetensi lulusan Nove E. Variant Anna Departemen Informasi & Perpustakaan FISIP Univeristas Airlangga nove_hartanto@yahoo.co.uk

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA VISI PROGRAM STUDI Unggul dan terkemuka dalam pengembangan ilmu perpustakaan dan informasi berbasis keislaman

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BACA DI SEKOLAH

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BACA DI SEKOLAH UPAYA MENINGKATKAN MINAT BACA DI SEKOLAH A. Ridwan Siregar Universitas Sumatera Utara I. PENDAHULUAN Minat baca adalah keinginan atau kecenderungan hati yang tinggi (gairah) untuk membaca. Minat baca dengan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KONSEP DASAR PKN

PENGEMBANGAN KONSEP DASAR PKN Handout Perkuliahan PENGEMBANGAN KONSEP DASAR PKN Program Studi PGSD Program Kelanjutan Studi Semester Gasal 2011/2012 Kelas G, H, dan I. Oleh: Samsuri E-mail: samsuri@uny.ac.id Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

Information Literacy Kunci Sukses Pembelajaran Di Era Informasi. Sri Andayani Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY

Information Literacy Kunci Sukses Pembelajaran Di Era Informasi. Sri Andayani Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY Information Literacy Kunci Sukses Pembelajaran Di Era Informasi Sri Andayani Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY Abstrak Pembelajaran di abad informasi menyebabkan terjadinya pergeseran fokus dari

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENERAPAN LITERASI INFORMASI DI PERPUSTAKAAN SMA NEGERI 1 PADANG

OPTIMALISASI PENERAPAN LITERASI INFORMASI DI PERPUSTAKAAN SMA NEGERI 1 PADANG OPTIMALISASI PENERAPAN LITERASI INFORMASI DI PERPUSTAKAAN SMA NEGERI 1 PADANG Meuthia Septiana 1, Marlini 2 Program Studi Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan FBS Universitas Negeri Padang email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fuja Siti Fujiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Fuja Siti Fujiawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan oleh setiap negara. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. miliar giga byte informasi baru di produksi pada tahun 2002 dan 92% dari

BAB I PENDAHULUAN. miliar giga byte informasi baru di produksi pada tahun 2002 dan 92% dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Informasi merupakan satu hal yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan karena dengan adanya informasi kita dapat mengambil keputusan secara tepat. Informasi berkembang

Lebih terperinci

Sistem Informasi untuk Pendidikan (3) Pengembangan Kurikulum S2 KRK640 3 SKS

Sistem Informasi untuk Pendidikan (3) Pengembangan Kurikulum S2 KRK640 3 SKS Sistem Informasi untuk Pendidikan (3) Pengembangan Kurikulum S2 KRK640 3 SKS SISTEM BELAJAR MENGAJAR ON-LINE Pembelajaran on-line adalah pembelajaran yang menggunakan internet untuk menyampaikan bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana berbagai informasi mudah didapatkan oleh semua orang di. Perkembangan IPTEK yang sangat pesat dapat berimbas pada tantangan

BAB I PENDAHULUAN. dimana berbagai informasi mudah didapatkan oleh semua orang di. Perkembangan IPTEK yang sangat pesat dapat berimbas pada tantangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini kita telah memasuki abad ke-21. Abad 21 merupakan abad dimana berbagai informasi mudah didapatkan oleh semua orang di penjuru dunia tanpa terkecuali. Batasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan dinamika kerja saat ini menimbulkan tantangan baru bagi mental pekerja, salah satunya adalah ancaman stres. Diuraikan dalam Harvey et al. (2012), dari beberapa

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2007: UPAYA MEMULIAKAN KEPUSTAKAWANAN NASIONAL MENUJU MASYARAKAT INFORMASI INDONESIA 2015

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2007: UPAYA MEMULIAKAN KEPUSTAKAWANAN NASIONAL MENUJU MASYARAKAT INFORMASI INDONESIA 2015 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2007: UPAYA MEMULIAKAN KEPUSTAKAWANAN NASIONAL MENUJU MASYARAKAT INFORMASI INDONESIA 2015 A. Pendahuluan Oleh: Salmubi 1 Sejarah telah mencatat bahwa negara-bangsa

Lebih terperinci

PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN MANAJEMEN PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI DALAM ERA GLOBALISASI INFORMASI

PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN MANAJEMEN PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI DALAM ERA GLOBALISASI INFORMASI PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN MANAJEMEN PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI DALAM ERA GLOBALISASI INFORMASI A. Ridwan Siregar Universitas Sumatera Utara Pendahuluan Perpustakaan perguruan

Lebih terperinci

LITERASI INFORMASI: PERSPEKTIF PUSTAKAWAN. Iskandar Pustakawan Madya Unhas

LITERASI INFORMASI: PERSPEKTIF PUSTAKAWAN. Iskandar Pustakawan Madya Unhas Iskandar / JUPITER Volume XV No.1 (2016) 10 LITERASI INFORMASI: PERSPEKTIF PUSTAKAWAN Iskandar Pustakawan Madya Unhas Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk memberi gambaran tentang literasi informasi perspektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi dari satu tempat ke seluruh penjuru dunia terjadi dengan sangat

BAB I PENDAHULUAN. informasi dari satu tempat ke seluruh penjuru dunia terjadi dengan sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang terjadi saat ini, menyebabkan penyebaran informasi dari satu tempat ke seluruh penjuru dunia terjadi dengan sangat cepat. Untuk mendapatkan

Lebih terperinci

PRAKTIK BELAJAR LAPANGAN TERINTEGRASI

PRAKTIK BELAJAR LAPANGAN TERINTEGRASI www.iakmi.or.id PRAKTIK BELAJAR LAPANGAN TERINTEGRASI Aplikasi Student Centered Active Learning untuk Meningkatkan Mutu Lulusan Agustin Kusumayati, dr., MSc., PhD. Ketua Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kita semua menyadari bahwa dalam upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkualitas tinggi demi tercapainya kemajuan suatu bangsa bergantung dan tidak

Lebih terperinci

Peran Strategis e-library dalam Pembangunan Infrastruktur Intelektual. Sri Andayani Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY

Peran Strategis e-library dalam Pembangunan Infrastruktur Intelektual. Sri Andayani Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY Peran Strategis e-library dalam Pembangunan Infrastruktur Intelektual Sri Andayani Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY Abstrak Sentuhan elegan teknologi informasi telah mentransformasi perpustakan

Lebih terperinci

PENGUATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH. A. Ridwan Siregar Universitas Sumatera Utara Abstrak

PENGUATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH. A. Ridwan Siregar Universitas Sumatera Utara Abstrak PENGUATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH A. Ridwan Siregar Universitas Sumatera Utara ridwan@library.usu.ac.id Abstrak Peran perpustakaan sekolah sangat penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Kondisi perpustakaan

Lebih terperinci

Scholarly communication

Scholarly communication M Faizuddin Harliansyah, MIM 1 akalah singkat ini bertujuan untuk mengeksplorasi titik-titik singgung antara scholarly communication dan information literacy. Dengan memahami wilayah-wilayah yang menjadi

Lebih terperinci

PERANAN GURU DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN

PERANAN GURU DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN PERANAN GURU DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN Prof. Udin S. Sa ud, Ph.D UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2010 RASIONAL Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak positif terhadap peningkatan

Lebih terperinci

PENGUATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH A. RIDWAN SIREGAR. Program Studi Perpustakaan dan Informasi Universitas Sumatera Utara. Abstract

PENGUATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH A. RIDWAN SIREGAR. Program Studi Perpustakaan dan Informasi Universitas Sumatera Utara. Abstract PENGUATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH A. RIDWAN SIREGAR Program Studi Perpustakaan dan Informasi Universitas Sumatera Utara Abstract The role of school libraries is very important in increasing the quality of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah komunikasi dalam konteks pedagogi adalah hal yang penting karena ketika proses pembelajaran berlangsung didalamnya terdapat interaksi antara guru dengan siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) juga. persaingan global yang dihadapi oleh setiap negara, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) juga. persaingan global yang dihadapi oleh setiap negara, khususnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kini kita telah memasuki abad 21, abad dimana berbagai informasi dapat diperoleh oleh semua orang di penjuru dunia tanpa terkecuali. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat dilakukan melalui pengelolaan strategi pendidikan dan pelatihan, karena itu pembangunan

Lebih terperinci

MENYUSUN KURIKULUM: MENJAWAB TANTANGAN KERJA GLOBAL

MENYUSUN KURIKULUM: MENJAWAB TANTANGAN KERJA GLOBAL MENYUSUN KURIKULUM: MENJAWAB TANTANGAN KERJA GLOBAL I ndonesia merupakan salah satu Negara yanga mempunyai jumlah perguruan tinggi terbanyak di dunia, baik negeri maupun swasta. Jenis program studi maupun

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KREATIF DAN KOLABORATIF PADA ABAD 21 TINJAUAN KURIKULUM Dr. H. Ahmad Zaki Mubarak, M.Si.

PEMBELAJARAN KREATIF DAN KOLABORATIF PADA ABAD 21 TINJAUAN KURIKULUM Dr. H. Ahmad Zaki Mubarak, M.Si. PEMBELAJARAN KREATIF DAN KOLABORATIF PADA ABAD 21 TINJAUAN KURIKULUM 2013 Dr. H. Ahmad Zaki Mubarak, M.Si. Disajikan dalam Pelatihan Guru MI Persis Gandok Tasikmalaya, 11 Juli 2017 Outline 1. Kecenderungan

Lebih terperinci

INOVASI PENDIDIKAN Bunga Rampai Kajian Pendidikan Karakter, Literasi, dan Kompetensi Pendidik dalam Menghadapi Abad 21

INOVASI PENDIDIKAN Bunga Rampai Kajian Pendidikan Karakter, Literasi, dan Kompetensi Pendidik dalam Menghadapi Abad 21 LITERASI INFORMASI UNTUK MAHASISWA KEPENDIDIKAN Siti Zaenab, Noviatun Khasanah, Moh.Salimi Universitas Sebelas Maret zaenabsizae3@gmail.com Abstrak. Kemudahan mencari informasi oleh mahasiswa saat ini

Lebih terperinci

Sebuah Kota bagi Semua Menuju Sydney yang tangguh dan berkeadilan sosial

Sebuah Kota bagi Semua Menuju Sydney yang tangguh dan berkeadilan sosial Sebuah Kota bagi Semua Menuju Sydney yang tangguh dan berkeadilan sosial Rangkuman Makalah Diskusi Mengenai Keberlanjutan Sosial Maret 2016 Kota Sydney Rangkuman Sebuah kota untuk semua: semua orang berkembang

Lebih terperinci

Studi pelayanan perpustakaan sekolah menengah atas sebagai sumber belajar (studi kasus di SMA Negeri 7 Surakarta)

Studi pelayanan perpustakaan sekolah menengah atas sebagai sumber belajar (studi kasus di SMA Negeri 7 Surakarta) Studi pelayanan perpustakaan sekolah menengah atas sebagai sumber belajar (studi kasus di SMA Negeri 7 Surakarta) Sri Wahyudi K.8405037 UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SWOT DAN ASUMSI-ASUMSI

BAB III ANALISIS SWOT DAN ASUMSI-ASUMSI BAB III ANALISIS SWOT DAN ASUMSI-ASUMSI 3.1. Kekuatan 1. STMIK AMIKOM YOGYAKARTA saat ini telah meraih 6 penghargaan dalam bidang penelitian bertaraf internasional, yang dapat meningkatkan reputasi STMIK

Lebih terperinci

Resources Sharing Perpustakaan melalui konsorsium: manfaat dan tantangan

Resources Sharing Perpustakaan melalui konsorsium: manfaat dan tantangan Resources Sharing Perpustakaan melalui konsorsium: manfaat dan tantangan Latar belakang Situasi yang selalu berubah yang dihadapi pustakawan: pergantian pimpinan, perubahan peraturan, lingkungan pemustaka,

Lebih terperinci

PERAN PUSTAKAWAN DI ERA INFORMASI

PERAN PUSTAKAWAN DI ERA INFORMASI ARTIKEL PERAN PUSTAKAWAN DI ERA INFORMASI Elok Setyorini, S.Sos* Abstrak Perpustakaan Perguruan Tinggi merupakan tempat layanan sumber informasi yang menunjang sukses tidaknya proses belajar mengajar di

Lebih terperinci

Tuntutan Perkembangan Pendidikan Teknologi Kejuruan di Bidang Teknologi Informasi

Tuntutan Perkembangan Pendidikan Teknologi Kejuruan di Bidang Teknologi Informasi Tuntutan Perkembangan Pendidikan Teknologi Kejuruan di Bidang Teknologi Informasi Wisnu Djatmiko Jurusan Teknik Elektro FT - UNJ Latar Belakang Perkembangan dunia pendidikan saat ini mulai memasuki era

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) menyebutkan salah satu tujuan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) menyebutkan salah satu tujuan Pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam Undang-Undang (UU) No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) menyebutkan salah satu tujuan Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan mutu lulusan guna memenuhi tuntutan pasar kerja internasional, (UI) mengembangkan kurikulum yang bernama Program Dasar Pendidikan Tinggi (PDPT).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan informasi sesuai dengan kondisi lingkungan informasi saat ini dan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan informasi sesuai dengan kondisi lingkungan informasi saat ini dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Literasi informasi diajarkan pada mahasiswa dengan tujuan menyiapkan kemampuan informasi sesuai dengan kondisi lingkungan informasi saat ini dan masa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di sekolah dasar, Ilmu Pengetahuan Alam atau sains merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Di sekolah dasar, Ilmu Pengetahuan Alam atau sains merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di sekolah dasar, Ilmu Pengetahuan Alam atau sains merupakan salah satu pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional selain matematika dan bahasa Indonesia.

Lebih terperinci

PROGRAM HIBAH KOMPETISI 2004 INFORMASI UMUM

PROGRAM HIBAH KOMPETISI 2004 INFORMASI UMUM PROGRAM HIBAH KOMPETISI 2004 I INFORMASI UMUM Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional 2003 I. PENGANTAR Disadari bahwa paradigma pengembangan pendidikan tinggi di masa depan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan titik berat pembangunan dalam memasuki era global. Era globalisasi dan pasar bebas tingkat AFTA dan AFLA

Lebih terperinci

PENGANTAR E-LEARNING Apa yang kita bahas? Perkembangan/Trends ICT Tantangan Pendidik Bagaimana menghadapinya?

PENGANTAR E-LEARNING Apa yang kita bahas? Perkembangan/Trends ICT Tantangan Pendidik Bagaimana menghadapinya? 1 2 PENGANTAR E-LEARNING Apa yang kita bahas? Perkembangan TIK Mengapa perlu TIK untuk pembelajaran Pengertian E-learning Kelebihan dan kekurangan Framework E-learning Komponen E-learning Konten E-learning

Lebih terperinci

B. Maksud dan Tujuan Maksud

B. Maksud dan Tujuan Maksud RINGKASAN EKSEKUTIF STUDI IDENTIFIKASI PERMASALAHAN OTONOMI DAERAH DAN PENANGANANNYA DI KOTA BANDUNG (Kantor Litbang dengan Pusat Kajian dan Diklat Aparatur I LAN-RI ) Tahun 2002 A. Latar belakang Hakekat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Pendidikan Nasional adalah upaya mencerdasakan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa dan berahlak mulia

Lebih terperinci

2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP

2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Abad 21 merupakan abad kompetitif di berbagai bidang yang menuntut kemampuan dan keterampilan baru yang berbeda. Perubahan keterampilan pada abad 21 memerlukan perhatian

Lebih terperinci

Australia Awards Indonesia

Australia Awards Indonesia Australia Awards Paket Aplikasi Studi Singkat Kepemimpinan Organisasi dan Praktek-praktek Manajemen untuk Organisasi Penyandang Disabilitas (OPD) Page 1 Maksud dan tujuan Australia Awards Australia Awards

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI PADA ERA TIK

KEPEMIMPINAN PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI PADA ERA TIK KEPEMIMPINAN PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI PADA ERA TIK Oleh: Yooke Tjuparmah S. Komaruddin Seminar Ilmiah dan Workshop Digital Library for Resource Sharing FPPPTI Bogor, 19 21 Agustus 2008 A. PERMASALAHAN

Lebih terperinci

Perpustakaan Digital sebagai Wujud Penerapan Teknologi Informasi di Perguruan Tinggi

Perpustakaan Digital sebagai Wujud Penerapan Teknologi Informasi di Perguruan Tinggi Perpustakaan Digital sebagai Wujud Penerapan Teknologi Informasi di Perguruan Tinggi Supsiloani Jurusan Sejarah Universitas Negeri Medan Abstract The advantage of information technology is a part of in

Lebih terperinci

LO = CP, CAPAIAN PEMBELAJARAN

LO = CP, CAPAIAN PEMBELAJARAN LO = CP, CAPAIAN PEMBELAJARAN SERANGKAIAN PERNYATAAN KOMPETENSI/KEMAMPUAN YANG DIPEROLEH LULUSAN SECARA UMUM DAN KHUSUS UNTUK BEKAL IMPLEMENTASI DI DUNIA PEKERJAAN HARUS TERUJI DAN DENGAN INSTRUMEN PENILAIAN

Lebih terperinci

Oleh :Yusuf Dzul Ikram Al Hamidy, Heriyanto, S.Sos., MIM *

Oleh :Yusuf Dzul Ikram Al Hamidy, Heriyanto, S.Sos., MIM * KEMAMPUAN LITERASI INFORMASI MAHASISWA PADA LAYANAN AMERICAN CORNER DI UPT PERPUSTAKAAN IAIN WALISONGO SEMARANG MENURUT ASSOCIATION OF COLLEGE AND RESEARCH LIBRARIES Oleh :Yusuf Dzul Ikram Al Hamidy, Heriyanto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun budaya. Kondisi ini akan

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun budaya. Kondisi ini akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi telah membawa dampak bagi segala aspek kehidupan, baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun budaya. Kondisi ini akan membawa persaingan yang semakin

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. pengetahuan dan keahlian ( skill and knowledge ) yang dibutuhkan untuk

BAB I P E N D A H U L U A N. pengetahuan dan keahlian ( skill and knowledge ) yang dibutuhkan untuk BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Masalah Selama ini ekspansi sekolah tidak menghasilkan lulusan dengan pengetahuan dan keahlian ( skill and knowledge ) yang dibutuhkan untuk membangun masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizkika Fitri, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizkika Fitri, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dengan segala potensi yang dimilikinya, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) diharapkan dapat menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mudah terserap oleh dunia

Lebih terperinci

21 (elearning for 21 st Century Skills)

21 (elearning for 21 st Century Skills) elearning untuk Kecakapan Abad ke-21 21 (elearning for 21 st Century Skills) Seminar Improving Teacher s Professionalism in Implementing IT Based Learning to Prepare Students Global Mindset Solo, 11 April

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Mahasiswa sering menganggap dirinya mahir dalam mempergunakan teknologi-teknologi modern, tetapi beberapa diantaranya cenderung keliru dalam konteks akademis. Banyak mahasiswa yang

Lebih terperinci

PENGANTAR E-LEARNING

PENGANTAR E-LEARNING PENGANTAR E-LEARNING Prof. Herman Dwi Surjono, Ph.D. Dosen FT dan PPs UNY Kaprodi S2 TP PPs UNY http://blog.uny.ac.id/hermansurjono Apa yang kita bahas? Perkembangan TIK Mengapa perlu TIK untuk pembelajaran

Lebih terperinci

EFFECTIVE TEACHER AND EFFECTIVE TEACHING

EFFECTIVE TEACHER AND EFFECTIVE TEACHING EFFECTIVE TEACHER AND EFFECTIVE TEACHING Disajikan dalam Seminar Nasional dengan Tema Strategi Belajar Mengajar Yang Efektif Untuk Mewujudkan Generasi Emas Moh Salimi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era reformasi yang sedang berjalan atau bahkan sudah memasuki pasca reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan, politik, moneter, pertahanan

Lebih terperinci

ORGANISASI PEMBELAJARAN. Hendrawan Soetanto. Bagian Ketiga

ORGANISASI PEMBELAJARAN. Hendrawan Soetanto. Bagian Ketiga ORGANISASI Bagian Ketiga PEMBELAJARAN YANG AKAN KITA DISKUSIKAN TTG ORGANISASI PEMBELAJARAN : APA DAN BAGAIMANA? KARAKTERISTIK ORGANISASI PEMBELAJARAN PERGURUAN TINGGI SBG ORGANISASI PEMBELAJARAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan suatu bangsa. Ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu berubahnya sistem pembelajaran dari teacher centered menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yaitu berubahnya sistem pembelajaran dari teacher centered menjadi A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pembelajaran pada abad 21 merupakan pembelajaran yang menekankan peserta didik harus aktif. Perubahan dari abad 19 ke abad 21 yaitu berubahnya sistem pembelajaran

Lebih terperinci

VISI, MISI, DAN PROGRAM UB TAHUN

VISI, MISI, DAN PROGRAM UB TAHUN VISI, MISI, DAN PROGRAM UB TAHUN 2014-2018 HARI DWI UTAMI FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA Capaian UB Sebagai World Class University MOU dengan Universitas di luar negeri. Kolaborasi dalam riset

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari-hari terkadang tidak terlepas dari kegiatan ekonomi yang mengaitkan antara konsep ekonomi dengan kegiatan ekonomi pada tataran praktiknya.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan penelitian ini, dapat diambil beberapa simpulan sesuai dengan permasalahan yang diteliti, sebagai berikut: Dukungan kebijakan

Lebih terperinci

PEMBINAAN PERPUSTAKAAN KHUSUS INSTITUSI PERTANIAN: Observasi terhadap Perpustakaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat

PEMBINAAN PERPUSTAKAAN KHUSUS INSTITUSI PERTANIAN: Observasi terhadap Perpustakaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat PEMBINAAN PERPUSTAKAAN KHUSUS INSTITUSI PERTANIAN: Observasi terhadap Perpustakaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat Saefudin dan Setiawan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat

Lebih terperinci

SAINS & TEKNOLOGI INFORMASI DALAM KONTEKS PENDIDIKAN SEJARAH. Hansiswany Kamarga

SAINS & TEKNOLOGI INFORMASI DALAM KONTEKS PENDIDIKAN SEJARAH. Hansiswany Kamarga SAINS & TEKNOLOGI INFORMASI DALAM KONTEKS PENDIDIKAN SEJARAH Hansiswany Kamarga E-education Sistem pendidikan berbasis media elektronik internet Pola e-education berkembang sejalan dengan perkembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia menjadi semakin beragam dan kompleks sifatnya. Berbagai hal sebisa

I. PENDAHULUAN. manusia menjadi semakin beragam dan kompleks sifatnya. Berbagai hal sebisa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laju globalisasi yang berkembang semakin cepat ini menuntut kebutuhan manusia menjadi semakin beragam dan kompleks sifatnya. Berbagai hal sebisa mungkin tersaji dengan

Lebih terperinci

Kurikulum Berbasis TIK

Kurikulum Berbasis TIK PENDAHULUAN Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang terus, bahkan dewasa ini berlangsung dengan pesat. Perkembangan itu bukan hanya dalam hitungan tahun, bulan, atau hari, melainkan jam, bahkan menit

Lebih terperinci

Sharing vision mempunyai penekanan membangun dan mengasah kemampuan. analisis setiap individu. Oleh karena itu, data dan informasi kondisi perusahaan

Sharing vision mempunyai penekanan membangun dan mengasah kemampuan. analisis setiap individu. Oleh karena itu, data dan informasi kondisi perusahaan 18 2. Mengadakan sharing vision secara periodik Sharing vision mempunyai penekanan membangun dan mengasah kemampuan analisis setiap individu. Oleh karena itu, data dan informasi kondisi perusahaan yang

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh : LAKSMI PUSPITASARI K4308019

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Sumber Daya Manusia (SDM) seluruh kemampuan atau potensi penduduk yang berada di dalam suatu wilayah tertentu dengan semua karakteristik atau ciri demografis,

Lebih terperinci

Oleh : Adi Saputra, M.Pd Pendahuluan

Oleh : Adi Saputra, M.Pd Pendahuluan Cara Membuat RPP Kurikulum 2013 Terbaru Tahun Pelajaran 2017-2018 (Mengintegrasikan PPK, Literasi, 4C, dan HOTS) Oleh : Adi Saputra, M.Pd A. Pendahuluan Tahap pertama dalam pembelajaran yaitu perencanaan

Lebih terperinci

2015 PENGARUH KOMPETENSI SISWA TERHADAP DAYA SAING LULUSAN PADA PROGRAM ADMINISTRASI PERKANTORAN DI SMKN 11 BANDUNG

2015 PENGARUH KOMPETENSI SISWA TERHADAP DAYA SAING LULUSAN PADA PROGRAM ADMINISTRASI PERKANTORAN DI SMKN 11 BANDUNG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa banyak perubahan dalam berbagai kehidupan manusia dan lingkungan bisnis, tidak terkecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pemerintah kabupaten dan kota di

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pemerintah kabupaten dan kota di BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini, peneliti akan membahas tentang: 1) latar belakang; 2) fokus penelitian; 3) rumusan masalah; 4) tujuan penelitian; 5) manfaat penelitian; dan 6) penegasan istilah.

Lebih terperinci

Dyana Purwandini. NIP : Pendidikan Terakhir : S1 Ilmu Informasi & Perpustakaan Institusi : STIE Perbanas Surabaya Pustakawan

Dyana Purwandini. NIP : Pendidikan Terakhir : S1 Ilmu Informasi & Perpustakaan Institusi : STIE Perbanas Surabaya Pustakawan Dyana Purwandini NIP : 36090261 Pendidikan Terakhir : S1 Ilmu Informasi & Perpustakaan Institusi : STIE Perbanas Surabaya Pustakawan PENGALAMAN ORGANISASI Pengurus IPI JATIM, sebagai anggota komisi Pengabdian

Lebih terperinci

ICT for Development: Multi-stakeholder

ICT for Development: Multi-stakeholder Indonesia MCIT National Coordination Meeting 8 June 2015, Jakarta - Indonesia ICT for Development: Multi-stakeholder Donny B.U. donnybu@ictwatch.id @donnybu +62818930932 No. 55/2. 2000: Millennium (Development

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan nasional dalam tujuan mencapai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap warga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dihasilkan melalui pendidikan.dalam proses pendidikan pula, manusia. belajar dari, tentang, dan dengan tehnologi itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. dan dihasilkan melalui pendidikan.dalam proses pendidikan pula, manusia. belajar dari, tentang, dan dengan tehnologi itu sendiri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana utama untuk memperoleh,menerapakan dan mengembangkan ipteks. Pendidikan termasuk kegiatan pembelajaran dan penanaman nilai-nilai

Lebih terperinci

Bismillahi rahmani rahiim,

Bismillahi rahmani rahiim, Pidato Utama Seminar IDB: Mencetak Sumber Daya Manusia yang Kompetitif bagi Pemberdayaan Ekonomi Dr. Hendar (Deputi Gubernur, Bank Indonesia) Jakarta, 13 Mei 2016 Bismillahi rahmani rahiim, Yang saya hormati:

Lebih terperinci

Permintaan Aplikasi Hibah (Request for Applications) Knowledge Sector Initiative. Untuk. Judul Kegiatan: Skema Hibah Pengetahuan Lokal

Permintaan Aplikasi Hibah (Request for Applications) Knowledge Sector Initiative. Untuk. Judul Kegiatan: Skema Hibah Pengetahuan Lokal Permintaan Aplikasi Hibah (Request for Applications) Untuk Knowledge Sector Initiative Judul Kegiatan: Skema Hibah Pengetahuan Lokal Nomor Permintaan Aplikasi: 01/KSI/SG-S/Des/2014 Tanggal Mulai dan Penutupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 21, manusia memasuki periode di mana teknologi informasi merambah ke hampir

BAB I PENDAHULUAN. 21, manusia memasuki periode di mana teknologi informasi merambah ke hampir 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran internet menandai babak baru sejarah manusia. Sekitar abad ke- 21, manusia memasuki periode di mana teknologi informasi merambah ke hampir seluruh aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, banyak usaha atau bahkan industri yang menolak para pelamar kerja karena

BAB I PENDAHULUAN. ini, banyak usaha atau bahkan industri yang menolak para pelamar kerja karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, salah satu masalah yang menarik untuk dikaji yaitu berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan adalah mengenai kesiapan kerja siswa. Saat ini, banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan aspek strategis bagi suatu negara. Sifat pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan aspek strategis bagi suatu negara. Sifat pendidikan adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan elemen penting dari kehidupan seseorang dan merupakan aspek strategis bagi suatu negara. Sifat pendidikan adalah kompleks, dinamis, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup global, setiap tahun pada bulan April diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup global, setiap tahun pada bulan April diselenggarakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam lingkup global, setiap tahun pada bulan April diselenggarakan sebuah kampanye global bertajuk "Education for All" atau "Pendidikan untuk Semua". Kampanye "Education

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi membawa konsekuensi dilakukakannya proses pengolahan data

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi membawa konsekuensi dilakukakannya proses pengolahan data BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Kemajuan teknologi informasi yang begitu pesat didukung teknologi komunikasi membawa konsekuensi dilakukakannya proses pengolahan data berbasis teknologi informasi

Lebih terperinci

MAKALAH PENGGUNAAN PERPUSTAKAAN DIGITAL SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR

MAKALAH PENGGUNAAN PERPUSTAKAAN DIGITAL SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR MAKALAH PENGGUNAAN PERPUSTAKAAN DIGITAL SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Pengelolaan Perpustakaan Pendidikan Dosen Pengampu : Nanik Arkiyah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajaran. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajaran. Melalui pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan abad 21 adalah pendidikan era digital yang memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajaran. Melalui pendidikan di Indonesia, harapannya dapat dihasilkan

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SKRIPSI OLEH: YENNY PUTRI PRATIWI K4308128 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEMATIS TERHADAP INFORMASI MANAJEMEN LABORATORIUM Oleh Luh Putu Ary Sri Tjahyanti, S.T., M.Kom. 8

ANALISIS SISTEMATIS TERHADAP INFORMASI MANAJEMEN LABORATORIUM Oleh Luh Putu Ary Sri Tjahyanti, S.T., M.Kom. 8 ANALISIS SISTEMATIS TERHADAP INFORMASI MANAJEMEN LABORATORIUM Oleh Luh Putu Ary Sri Tjahyanti, S.T., M.Kom. 8 Abstrak: Abad ke-21 adalah abad Informasi dan Era Internet. Dengan pesatnya perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju serta terbukanya pasar global akan menstimulus kita untuk selalu meningkatkan

Lebih terperinci

Program Studi Pendidikan Fisika UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN 2016

Program Studi Pendidikan Fisika UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN 2016 Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran Fisika Drs. Ishafit, M.Si. ishafit@pfis.uad.ac.id ; hafit_uad@yahoo.com http://ishafit.pfis.uad.ac.id Laboratorium Teknologi Pembelajaran Sains Program

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PEMBELAJARAN SISTEM JARAK JAUH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN TINGGI KEPERAWATAN KARYA ILMIAH

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PEMBELAJARAN SISTEM JARAK JAUH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN TINGGI KEPERAWATAN KARYA ILMIAH UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PEMBELAJARAN SISTEM JARAK JAUH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN TINGGI KEPERAWATAN KARYA ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Tugas Dalam Mata Kuliah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak berbanding lurus dengan lembaga pendidikan baik pendidikan dasar,

BAB I PENDAHULUAN. tidak berbanding lurus dengan lembaga pendidikan baik pendidikan dasar, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Harapan untuk diterima di dunia kerja tentunya bukanlah suatu kesalahan, akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa kesempatan kerja sangat terbatas dan tidak berbanding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan Dan..., Sarwo Edy, Program Pascasarjana, 2008

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan Dan..., Sarwo Edy, Program Pascasarjana, 2008 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Secara tradisional kebanyakan pengembangan karir sebagai bagian dari Pengembangan Sumber Daya Manusia di perusahaan dan atau organisasi masih atas dasar kekeluargaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mathieson, 2006). Pariwisata diyakini menjadi salah satu primadona

BAB I PENDAHULUAN. Mathieson, 2006). Pariwisata diyakini menjadi salah satu primadona BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan pariwisata merupakan kegiatan ekonomi besar yang memiliki pengaruh signifikan terhadap perkembangan sosial. Lebih dari 720 juta wisatawan dunia menghabiskan

Lebih terperinci