BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut WHO disabilitas adalah suatu ketidak mampuan melaksanakan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut WHO disabilitas adalah suatu ketidak mampuan melaksanakan"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Disabilitas pada Osteoartritis Lutut Menurut WHO disabilitas adalah suatu ketidak mampuan melaksanakan suatu aktivitas/kegiatan tertentu sebagaimana layaknya orang normal yang disebabkan oleh kondisi kehilangan atau ketidak mampuan baik psikologis, fisiologis, maupun kelainan struktur atau fungsi anatomis. (Kemenpppa, 2014) Bagian tubuh yang mengalami cidera atau kerusakan akibat dari banyak faktor yang salah satu nya osteoartritis lutut adalah suatu kondisi karena dari proses degenerasi pada tubuh individu tersebut. proses tersebut dapat terus berkembang menjadi disabilitas, dimana disabilitas lebih merupakan akibat dan bukan penyebab bagi ketidakmampuan seseorang untuk berpartisipasi penuh dalam kehidupan masyarakat, jadi disabilitas adalah istilah payung yang mengacu pada keberfungsian individu yaitu kecacatan, keterbatasan aktivitas dan pembatasan partisipasi (ICF dikutip Arthtritis foundation, 2014). salah satunya disabilitas karena gangguan dari tungkai bawah, hal ini dapat mengganggu performance seseorang terutama saat beraktivitas. Mengenai osteoartritis lutut kompartemen medial tibiofemoral, lateral tibiofemoral dan bagian femoropatellar, misalnya bentuk kelainan varus/ kerusakan medial tibiofemoral, atau valgus/kerusakan lateral tibiofemoral. Kelainan varus atau valgus dapat mempengaruhi lingkup gerak sendi (range of 10

2 11 motion) dan mempercepat penyempitan celah sendi disebut instabiliti pada lutut (ligamentum laxity). Gambar; 2.1 Kelainan varus atau valgus dapat mempengaruhi stabilitas sendi (Hadi. 2009) Osteoartritis dapat mengubah postur, alignment pola jalan dan tingkat aktivitas fisik, yang sedikit banyaknya dipengaruhi peran adanya perubahan biomekanik sendi (Tamin. 2010) Osteoartritis lutut merupakan penyakit penyebab disabilitas yang sering ditemukan pada orang tua, sehingga mempengaruhi fungsi dan kualitas hidup penderita. Insidensi dan beratnya gejala OA lutut meningkat secara eksponensial setelah usia 50 tahun. Prevalensi osteoartritis lutut ini diperkirakan akan semakin meningkat, seiring dengan meningkatnya prevalensi faktor resiko osteoartritis seperti obesitas dan meningkatnya usia harapan hidup. Osteoartritis dapat menyebabkan terjadinya disabilitas sebagai akibat nyeri, inflamasi dan kekakuan sendi. Penyakit ini merupakan penyakit utama yang menyebabkan terjadinya disabilitas di Amerika Serikat. Pada tahun 2003 biaya langsung yang digunakan untuk penyakit ini sekitar 81 juta dolar dan biaya tidak langsung sekitar 47 juta dolar (Di Cesare PE, et al 2008). Di Indonesia di perkirakan 1-2 juta usia lanjut menderita cacat karena osteoartritis (Soeroso, dkk; 2006 ).

3 Anatomi Dan Fisiologi Sendi Lutut Sendi lutut merupakan bagian dari extremitas inferior yang menghubungkan tungkai atas (paha) dengan tungkai bawah. Fungsi dari sendi lutut ini adalah untuk mengatur pergerakan dari kaki. Dan untuk menggerakkan kaki ini juga diperlukan antara lain : 1). Otot- otot yang membantu menggerakkan sendi, 2). Capsul sendi yang berfungsi untuk melindungi bagian tulang yang bersendi supaya jangan lepas bila bergerak, 3). Adanya permukaan tulang yang dengan bentuk tertentu yang mengatur luasnya gerakan, 4). Adanya cairan dalam rongga sendi yang berfungsi untuk mengurangi gesekan antara tulang pada permukaan sendi. 5). Ligamentum-ligamentum yang ada di sekitar sendi lutut yang merupakan penghubung kedua buah tulang yang bersendi sehingga tulang menjadi kuat untuk melakukan gerakan-gerakan tubuh. Sendi lutut dibentuk oleh epiphysis distalis tulang femur, epiphysis proksimalis, tulang tibia dan tulang patella, serta mempunyai beberapa sendi yang terbentuk dari tulang yang berhubungan, yaitu antar tulang femur dan patella disebut articulatio patella femoral, antara tulang tibia dengan tulang femur disebut articulatio tibio femoral dan antara tulang tibia dengan tulang fibula proximal disebut articulatio tibio fibular proksimal (Kisner and Colby, 2013). Sendi lutut merupakan suatu sendi yang disusun oleh beberapa tulang, ligament beserta otot, sehingga dapat membentuk suatu kesatuan yang disebut dengan sendi lutut atau knee joint. Anatomi sendi lutut terdiri dari:

4 Tulang Tulang pembentuk sendi lutut a. Tulang Femur Merupakan tulang pipa terpanjang dan terbesar di dalam tulang kerangka pada bagian pangkal yang berhubungan dengan acetabulum membentuk kepala sendi yang disebut caput femoris. Di sebelah atas dan bawah dari columna femoris terdapat taju yang disebut trochantor mayor dan trochantor minor, di bagian ujung membentuk persendian lutut, terdapat dua buah tonjolan yang disebut condylus medialis dan condylus lateralis, di antara kedua condylus ini terdapat lekukan tempat letaknya tulang tempurung lutut (patella) yang disebut dengan fosa condylus (Syaifuddin, 2013). b. Tulang Tibia Tulang tibia bentuknya lebih kecil, pada bagian pangkal melekat pada os fibula, pada bagian ujung membentuk persendian dengan tulang pangkal kaki dan terdapat taju yang disebut os maleolus medialis. (Syaifuddin, 2013). c. Tulang Fibula Merupakan tulang pipa yang terbesar sesudah tulang paha yang membentuk persendian lutut dengan os femur pada bagian ujungnya. Terdapat tonjolan yang disebut os maleolus lateralis atau mata kaki luar. (Syaifuddin, 2013). d. Tulang Patella Pada gerakan fleksi dan ekstensi patella akan bergerak pada tulang femur. Jarak patella dengan tibia saat terjadi gerakan adalah tetap dan yang berubah

5 14 hanya jarak patella dengan femur. Fungsi patella di samping sebagai perekatan otot-otot atau tendon adalah sebagai pengungkit sendi lutut. Pada posisi flexi lutut 90 derajat, kedudukan patella di antara kedua condylus femur dan saat extensi maka patella terletak pada permukaan anterior femur (Syaifuddin, 2013). Gambar: 2.2 Patellofemoral joint (Putz and Pabst, 2008) Ligamentum Pada Sendi Lutut Ligamen merupakan stabilisasi pasif pada struktur tulang itu sendiri.ligamen berdiri sendiri dan merupakan penebalan dari tunica fibrosus. Stabilisator pasif sendi lutut terdiri dari beberapa ligament yaitu ligament collateral, ligamen cruciatum, ligamen transversus genu yang berkelompok dalam satu group disebut Ligamentum Extracapsular, sedangkan ligamen Popliteum obliqum dan ligamen patella disebut ligamen kapsuler (Putz and Pabst, 2008) Ligament cruciatum memegang peranan sebagai stabilitas utama sendi lutut dimana ligament cruciatum anterior membentang dari bagian anterior tibia melekat pada bagian lateral condilus lateralis femur yang berfungsi sebagai penahan gerak translasi os.tibia terhadap os.femur kearah anterior mencegah

6 15 hyperektensi lutut dan membantu saat roling dan gliding sendi lutut. Sedangkan ligament cruciatum posterior merupakan ligamen terkuat dari sendi lutut, ligamen ini berbentuk kipas membentang dari bagian posterior tibia ke bagian depan atas dan melekat pada condilus medialis femur, ligamen ini berfungsi sebagai penahan gerak translasi os tibia terhadap os femur ke arah posterior (Putz and Pabst, 2008). Ligament collateral berfungsi sebagai penahan berat badan baik dari medial maupun lateral. Arah ligament collateral lateral dan medial akan memberikan gaya bersilang sehingga akan memperkuat stabilitas sendi terutama pada posisi ekstensi. Ligament collateral medial terletak lebih posterior di permukaan medial sendi tibiofemoral, seluruh ligament collateral medial memegang pada gerakan full ROM ekstensi lutut. Ligament collateral lateral membentang dari permukaan luar condilus lateralis femoris ke arah caput fibula, dalam gerakan flexi lutut ligamen ini sisi lateral lutut (Putz and Pabst, 2008). Ligamentum popliteum obliquum merupakan ligamentum yang kuat, terletak pada bagian posterior dari sendi lutut, letaknya membentang secara oblique ke medial dan bawah. Sebagian dari ligamentum ini berjalan menurun pada dinding capsul dan fascia m. popliteus dan sebagian lagi membelok ke atas menutupi tendon m. semimembranosus (Putz and Pabst, 2008). Ligamentum Patellae melekat (diatas) pada tepi bawah patella dan pada bagian bawah melekat pada tuberositas tibiae. Ligamentum patellae ini sebenarnya merupakan lanjutan dari bagian pusat tendon bersama m. quadriceps femoris. Dipisahkan dari membran synovial sendi oleh bantalan lemak intra

7 16 patella dan dipisahkan dari tibia oleh sebuah bursa yang kecil. Bursa infra patellaris superficialis memisahkan ligamentum ini dari kulit. Ligamentum transversum lutut terletak membentang paling depan dan menghubungkannya dua insertio dari kedua meniscus lateral dan medial, terdiri dari jaringan connective (Putz and Pabst, 2008). Semua ligament tersebut berfungsi sebagai fiksator dan stabilisator sendi lutut. Di samping ligament ada juga bursa pada sendi lutut. Bursa merupakan kantong yang berisi cairan yang memudahkan terjadinya gesekan dan gerakan, berdinding tipis dan dibatasi oleh membran synovial. Ada beberapa bursa yang terdapat pada sendi lutut antara lain : (a) bursa popliteus, (b) bursa supra patellaris, (c) bursa infra patellaris, (d) bursa subcutan prapatellaris, (e) bursa sub patellaris, (f) bursa prapatellaris (Safrin Arifin dan Sriyani, 2013) Sistem Otot Otot merupakan suatu jaringan yang dapat dieksitasi yang kegiatannya berupa kontraksi, sehingga otot dapat digunakan untuk memindahkan bagianbagian skelet yang berarti suatu gerakan dapat terjadi. Hal ini terjadi karena otot mempunyai kemampuan untuk eksten-sibilitas, elastisitas, dan kontraktilitas. Lutut diperkuat oleh dua group otot besar yaitu group ekstensor dan group flexor lutut. Otot kuadrisep berperan penting dalam meneruskan beban melintasi sendi lutut. Otot quadrisep merupakan otot ekstensor utama sendi lutut yang sangat penting untuk menjaga stabilitas dan fungsi sendi lutut. quadricep femoris terdiri dari empat otot yaitu rektus femoris, vastus medialis, vastus lateralis dan vastus intermedialis adalah otot penggerak utama sendi lutut yang terletak di

8 17 bagian anterior, bagian posterior adalah musculus biceps femoris, musculus semitendinosus, musculus semimembranosus, musculus Gastrocnemius, bagian medial adalah otot pes anserinus yang terdiri musculus Sartorius, gracilis dan semi tendinosus, dan bagian lateral adalah musculus Tensorfacialatae (Syaifuddin, 2013) Otot otot mempunyai fungsi pada sendi lutut sebagai Flexi - flexor adalah M. biceps femoris, m. semitendinosus, m. semimembranosus, dibantu oleh m. gracilis, m. sartorius, dan m.popliteus. flexi dibatasi oleh kontak bagian belakang tungkai bawah dengan tungkai atas. Dan Extensi - extensor adalah M. quadriceps femoris. Extensi dihambat oleh kekuatan seluruh ligamentumligamentum utama sendi. Rotasi Medial lutut adalah M. sartorius, m. gracilis dan m. semitendinosus kemudian Rotasi Lateral dlakukan oleh peran M. biceps femoris (Safrin dan Sriyani, 2013, Putz and Pabst, 2008). Otot quadrisep merupakan otot yang sangat besar dan kuat yang mampu menerima beban sampai 4450 Newton atau 2200 kg. Mekanisme otot quadrisep menstabilkan patela pada semua sisi dan mengatur gerakan antara patela dan femur. Mekanisme kerja quadrisep ini dibutuhkan seperti saat berjalan otot quadriceps memberi control fleksi lutut saat initial contact (loading respons) kemudian ektensi lutut untuk midstance kemudian preswing heel-off to toe off pada aktifitas berjalan dan dalam mempertahankan fungsi sendi lutut saat melakukan gerakan closed-kinetic chain untuk mengangkat atau menurunkan tubuh, dan jika fungsi otot quadriceps terganggu tentu control gerak tersebut tidak dapat dilakukan dengan benar. (Kisner and Colby, 2013)

9 18 Otot hamstring mengontrol ayunan kaki kedepan selama terminal swing, hamstring juga memberi support pada posterior sendi lutut ketika lutut extensi selama phase stance. Kelemahan otot hamstring dapat menimbulkan genu recurvatum (Kisner and Colby, 2013). Pada pemeriksaan EMG, diketahui bahwa kontraksi seluruh otot kuadrisep terjadi pada rentang gerak 0-80 o fleksi lutut. Kekuatan puncak otot kuadrisep ada pada rentang fleksi lutut. Vastus medialis, yang merupakan otot yang paling aktif dari ketiga otot vasti, bertanggung jawab pada 20-30o terakhir pada mekanisme gerak ekstensi lutut. (Hamillton, et al. 2008) Stabilitas sendi lutut tergantung pada tonus otot-otot kuat yang bekerja pada sendi dan kekuatan ligamentum-ligamentum Persarafan sendi lutut Persarafan pada sendi lutut adalah melalui cabang-cabang dari nervus yang yang mensarafi otot-otot di sekitar sendi dan befungsi untuk mengatur pergerakan pada sendi lutut. Sehingga sendi lutut disarafi oleh : 1). N. Femoralis, 2). Obturatorius, 3). N. Peroneus communis, dan 4). Tibialis Suplai Darah Suplai darah pada sendi lutut berasal dari anastomose pembuluh darah disekitar sendi ini. Dimana sendi lutut menerima darah dari descending genicular arteri femoralis, cabang-cabang genicular arteri popliteal dan cabang descending arteri circumflexia femoralis dan cabang ascending arteri tibialis anterior (Guyton and Hall, 2011).

10 19 Aliran vena pada sendi lutut mengikuti perjalanan arteri untuk kemudian akan memasuki vena femoralis Biomekanik sendi lutut Aksis gerak fleksi dan ekstensi terletak di atas permukaan sendi, yaitu melewati condylus femoris. Sedangkan gerakan rotasi aksisnya longitudinal pada daerah condylus medialis. Secara biomekanik, beban yang diterima sendi lutut dalam keadaan normal akan melalui medial sendi lutut dan akan diimbangi oleh otot-otot paha bagian lateral, sehingga resultannya akan jatuh di bagian sentral sendi lutut (Kisner and Colby, 2013). a. Osteokinematika Osteokinematika yang memungkinkan terjadi adalah gerakan fleksi dan ekstensi pada bidang sagital dengan lingkup gerak sendi fleksi antara derajat, bila posisi hip fleksi penuh, dan dapat mencapai 140 derajat, bila hip ekstensi penuh, untuk gerakan ekstensi, lingkup gerak sendi antara 0 10 derajat gerakan putaran pada bidang rotasi dengan lingkup gerak sendi untuk endorotasi antara derajat, sedangkan untuk eksorotasi antara derajat dari posisi awal mid posision. Gerakan rotasi ini terjadi pada posisi lutut fleksi 90 derajat (Kapandji, 2010), gerakan yang terjadi pada kedua permukaan tulang meliputi gerakan roling dan sliding. Saat tulang femur yang bergerak maka, gerakan roling ke arah belakang dan sliding ke arah depan (berlawanan arah). Saat fleksi, femur roling ke arah belakang dan sliding ke belakang, untuk gerakan ekstensi, roling ke depan dan sliding ke belakang. Saat tibia yang bergerak fleksi adapun ekstensi maka roling maupun sliding bergerak searah, saat fleksi maka roling maupun

11 20 sliding bergerak searah, saat fleksi roling dan sliding ke arah belakang, sedangkan saat ekstensi roling dan sliding bergerak ke arah depan. b. Artrokinematika Artrokinematika pada sendi lutut di saat femur bergerak roling dan sliding berlawanan arah, disaat terjadi gerak fleksi femur roling ke arah belakang dan sliding-nya ke depan, saat gerakan ekstensi femur roling kearah depannya slidingnya ke belakang. Jika tibia bergerak fleksi ataupun ekstensi maka roling maupun sliding terjadi searah, saat fleksi menuju dorsal, sedangkan ekstensi menuju ventral (Kisner and Colby 2013) Osteoartritis Lutut Osteoartritis adalah kelainan pada tulang sendi yang merupakan akibat dari proses mekanik dan biologik yang menyebabkan ketidakstabilan serta penurunan sintesis tulang rawan subkondral dan artikular. Hal tersebut dapat dipicu oleh berbagai faktor, yaitu genetik, perkembangan, metabolik dan traumatik. (Soeroso, dkk; 2006) Patogenesa Terjadinya Osteoartritis Lutut Deformitas Proses degradasi yang progresif pada kartilago sendi dan jaringan sekitar sendi termasuk otot, tulang dan ligamen merupakan karakteristik perubahan histopatologis pada Osteoarthritis. Edema dan degradasi struktur molekular dari kartilago sendi mengurangi kemampuan jaringan ini untuk menurunkan beban yang melewati lutut atau mengurangi gesekan dalam sendi selama gerakan. Selain itu, kondisi ini juga disertai dengan skeloris tulang subkondral, laksitas ligamen

12 21 dan fungsi otot yang menurun menyebabkan penyakit ini berlangsung secara kronis. Faktor risiko terjadinya proses tersebut adalah usia lanjut, perempuan, obesitas, kelemahan otot dan riwayat trauma. Pencetus proses patologis ini diduga adalah beban mekanis, yang menyebabkan proses perusakan jaringan yang berlangsung lebih cepat daripada kemampuan tubuh memperbaikinya. (Felson, et al, 2004) Osteoartritis merupakan akibat dari kegagalan kondrosit untuk mempertahankan keseimbangan antara degradasi dengan sintesis matriks ekstraselular. Berbagai proteinase seperti matriks metalloproteinase turut berperan dalan proses perusakan kartilago. Selain itu, proinflamatory cytokines yang disintesa oleh kondrosit dan synoviocytes dapat memicu dihasilkannya enzimenzim yang menyebabkan terjadinya degradasi kartilago. Mediator inflamasi lain termasuk prostaglandin dan jenis reactive oxygen juga turut berkonstribusi dalam patogenesis Osteoartritis. (Anestherita, 2013) Faktor mekanis sangat penting dalam homeostasis kartilago dan stres mekanik berperan secara signifikan dalam terjadinya penyakit maupun progresivitasnya. Terdapat beberapa mekanisme yang menyebabkan stres mekanik pada sendi. Seringkali diawali cedera pada sendi yang mekanisme proteksinya tidak baik. Pelindung sendi meliputi: kapsul sendi, ligamen, otot, sensori aferen dan tulang di dalamnya. Kapsul sendi dan ligamen melindungi sendi dengan membatasi excursion, sehingga memfiksasi ruang lingkup sendi. Cairan sinovial mengurangi gesekan di antara permukaan kartilago artikuler, berperan sebagai pelindung utama terhadap

13 22 gesekan pada kartilago. Fungsi lubrikasi bergantung pada molekul lubricin, suatu glycoprotein mucinous yang disekresi oleh sel fibroblast sinovial yang konsentrasinya menurun setelah cedera sendi atau saat inflamasi sendi. (Fauci, et al, 2008) Otot dan tendon memberikan tegangan yang sesuai pada saat excursion sendi untuk melindungi sendi dan mengantisipasi beban yang melewatinya. Stres fokal yang melewati sendi diminimalkan dengan kontraksi otot yang mengurangi benturan pada sendi. Tulang yang berada di bawah kartilago juga dapat berfungsi sebagai shock absorbent. Kegagalan mekanisme pelindung sendi ini akan meningkatkan risiko cedera sendi dan OA. (Fauci, et al, 2008) Sebuah penelitian mengenai massa otot di Jepang menunjukkan bahwa total lean body mass ekstremitas bawah pada perempuan yang menderita OA genu lebih rendah secara signifikan daripada subjek kontrolnya yang merupakan individu sehat. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa penurunan massa otot merupakan risiko terjadinya OA lutut. Penelitian lain juga menyebutkan bahwa massa otot total tubuh memiliki hubungan positif dengan volume kartilago tibia dan peningkatan massa otot juga berhubungan dengan penurunan kecepatan kerusakan kartilago tibial. Sementara itu ada beberapa data yang menyebutkan bahwa peningkatan massa lemak menimbulkan efek buruk terhadap kartilago sendi lutut, terutama pada perempuan. (Teichtahl. et al, 2008) Prevalensi OA lutut yang lebih tinggi pada perempuan dan meningkatnya kejadian OA pada perempuan pasca menopouse dan adanya kejadian OA pada non weight bearing joint (misalnya tangan), menimbulkan dugaan adanya peranan

14 23 faktor sistemik dalam patogenesa OA. Jaringan adiposa yang awalnya diduga hanya merupakan cadangan energi pasif, kini dipertimbangkan merupakan organ endokrin yang melepaskan berbagai faktor, termasuk cytokines seperti tumor necrosis factor (TNF) dan interleukin 1 (IL-1), serta adipokines seperti leptin, adiponectin, dan resistin. Oleh karena itu, disregulasi homeostasis lipid dapat merupakan faktor perantara yang penting dalam osteoarthritis lutut. (Teichtahl, et al. 2008) Peningkatan gaya mekanik yang melalui sendi weight bearing juga diduga merupakan faktor yang menyebabkan degenerasi. Aktifitas fisik yang berat juga merupakan faktor risiko tambahan terjadinya OA lutut. Kartilago sendi dikenal memiliki ketahanan terhadap shear force, tapi rentan terhadap akibat dari beban yang berulang. Beban yang berlebih dapat mengakibatkan mikrofraktur dari trabekula subchondral, yang akan mengalami proses pemulihan melalui pembentukan callus dan remodelling. Proses ini menghasilkan subchondral yang lebih kaku daripada tulang normal dan kurang efektif sebagai shock absorber, sehingga memicu terjadinya degenerasi kartilago artikuler. Stres mekanik juga menyebabkan kerusakan pada kondrosit, sehingga melepaskan enzim-enzim degeneratif. (Di Cesare, et al. 2008) Diagnosis Osteoartritis Lutut Diagnosis Osteoartritis biasanya sudah dapat ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan jasmani. Pemeriksaan penunjang yang dapat membantu adalah pemeriksaan radiologis yang dapat memberikan gambaran

15 24 adanya penyempitan celah sendi, pembentukan osteofit, serta terjadinya sclerosis tulang subkondral (Albar, 2002). Tabel 2,1 Kriteria OA lutut menurut klasifikasi American College of Berdasarkan kriteria klinis: Reumathology (ACR - ICD 2014). Berdasarkan kriteria klinis dan radiologis: Nyeri sendi lutut dan paling sedikit 3 dari 6 kriteria di bawah ini: 1. krepitus saat gerakan aktif 2. kaku sendi < 30 menit 3. umur > 50 tahun 4. pembesaran tulang sendi lutut 5. nyeri tekan tepi tulang 6. tidak teraba hangat pada sinovium sendi lutut. Sensitivitas 95% dan spesifisitas 69%. Nyeri sendi lutut Adanya osteofit Dan paling sedikit 1 dari 3 kriteria di bawah ini: 1. kaku sendi <30 menit 2. umur > 50 tahun 3. krepitus pada gerakan sendi aktif Sensitivitas 91% dan spesifisitas 86%. Deformitas dapat terjadi pada sendi secara signifikan, pasien biasanya menunjukan bahwa salah satu sendi nya secara pelan-pelan membesar Kriteria Radiologis Kellgren dan Lawrence memperkenalkan sistem penderajatan yang telah diterima oleh World Health Organization (WHO) dan menjadi gold standard pada diagnosis OA. (Campion and Watt, 2000) dimana osteoarthritis lutut di klasifikasikan menjadi 5 derajat kerusakan yaitu: Derajat 0 apabila gambaran radiologi normal, derajat 1 apabila terdapat penyempitan celah sendi meragukan dan kemungkinan adanya osteofit, derajat 2 apabila terdapat osteofit nyata dan penyempitan celah sendi tak ada atau meragukan, derajat 3 osteofit nyata,

16 25 penyempitan celah sendi dan sedikit sclerosis, kemungkinan deformitas, derajat 4 apabila terdapat osteofit besar, penyempitan berat, sclerosis berat, deformitas nyata Mekanisme Disabilitas pada Osteoartrits Lutut Periode inaktivitas dalam waktu yang lama karena nyeri sendi menyebabkan disuse atropy dan kekuatan otot yang berkurang sebesar 3% dalam satu minggu. Kelemahan otot ekstremitas adalah salah satu kondisi yang paling awal dan paling sering di temukan pada osteoartritis lutut (Roos, et al. 2011). Lebih lanjut karena pembebanan yang tidak seimbang pada permukaan sendi akan terjadi peregangan kapsuloligamenter pada satu sisi sehingga terjadi ligamen laxity dan pada sisi yang lain akibat penekanan yang berlebihan maka akan menimbulkan erosi permukaan sendi, akibatnya akan terjadi instabilitas dan deformitas sendi dalam posisi valgus dan varus (Hadi, 2009) Akibat adanya anatomic impairment dari iritasi pada periostal, inflamasi, kompresi jaringan lunak, otot yang imbalance, mikrofraktur tulang subkondral, efusi, dan spasme otot sekitarnya memberikan kontribusi dalam timbulnya keluhan nyeri yang dirasakan pasien, sehingga terjadi functional limitation berupa hypomobile, instabil, dan berbagai macam aktivitas yang terbatas seperti tidak bisa jongkok, bangkit dari duduk, berdiri lama, berjalan pincang, bekerja, berolahraga dan bahkan rekreasi, disabilitas tersebut akan menimbulkan ketidakmandirian dalam aktivitas kehidupan sehari-hari dan menurunkan kualitas hidup dan pada akhirnya dapat menimbulkan handicap. (Sugjianto, 2014, Anonim, 2011, Ennohumah and Imanrangiaye. 2008)

17 Pengaruh Osteoartritis terhadap Kekuatan Otot Otot memberikan kekuatan yang dibutuhkan untuk menggerakkan sendi sinovial. Otot sebagai stabilisator pada hubungan dengan atau antar sendi dan struktur sekitar sendi. Perubahan kekuatan otot atau integritas dapat mempengaruhi fungsi sendi dan merupakan tumpuan penting pada sendi OA. Penelitian yang lalu menunjukkan bahwa kelemahan otot kuadrisep merupakan faktor yang lebih berhubungan dengan disabilitas daripada derajat beratnya osteoartritis pada gambaran radiologis. Dan penelititan yang lain menyatakan Berkurangnya kekuatan, terutama pada otot kuadrisep, merupakan faktor risiko terjadinya onset maupun progresivitas osteoartritis lutut, akibat berkurangnya kemampuan otot mengontrol pergerakan sendi secara akurat ( Roos, et al; 2011). Nyeri pada Osteoartritis lutut berhubungan erat dengan menurunnya kekuatan otot sekitar lutut. Periode inaktivitas dalam waktu yang lama karena nyeri sendi menyebabkan disuse atropy dan kekuatan otot yang berkurang sebesar 3% dalam satu minggu. Kelemahan otot ekstremitas adalah salah satu kondisi yang paling awal dan paling sering di temukan pada Osteoartritis lutut (Roos, et al, 2011). Selain nyeri yang ditimbulkan dari osteoartritis, meningkatnya beban pada lutut, juga menyebabkan kebutuhan lebih besar terhadap otot maupun ligamen dalam menjaga stabilitas sendi pada kondisi dinamis, sehingga dapat menyebabkan kelelahan pada otot sehingga timbul kelemahan otot. Penelitian Nicola et al (2007) menyebutkan bahwa, pada individu dengan osteoarthritis sendi

18 27 lutut ditambah obesitas memiliki otot kuadrisep dengan ketahanan terhadap fatigue lebih rendah daripada individu tanpa obesitas. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, otot adalah komponen yang sangat diperlukan dalam mempertahankan pergerakan, stabilitas, dan fungsi sendi serta berperan dalam mengatur transfer beban yang melewati sendi, (Roos et al, 2011). Pada individu dengan kelemahan otot, saat heel strike kemampuan otot kuadrisep sebagai shock absorption pun akan menurun sehingga lebih meningkatkan beban lutut. Fisher et al menyebutkan bahwa kelemahan otot kuadrisep dan hamstring dapat menyebabkan beban pada lutut meningkat 21 % daripada lutut yang memiliki otot-otot yang kuat (Hamillton, et al, 2008). Gambar. 2.3 Sendi lutut dan kerja pada patella (Felson, 2004) Pengaruh Osteoartritis lutut terhadap Kemampuan Fungsional Lutut Seperti yang disebutkan di atas, penelitian yang dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara intensitas nyeri dengan kemampuan fungsional sendi lutut. Periode inaktivitas dalam waktu yang lama

19 28 karena nyeri menunjukkan korelasi dengan hasil analisa pola jalan, dan menunjukkan korelasi dengan waktu yang dibutuhkan dalam siklus berjalan. Gambaran yang sama juga didapat dari hasil penelitian Manninen et al (2000) juga menunjukkan adanya korelasi linier antara nyeri, beban mekanikal tubuh dengan kejadian disabilitas pada penderita osteoartritis lutut (Roos, et al; 2011, Teichtahl, et al. 2008, Marks, 2007). Penelitian yang lain membandingkan kekuatan kuadrisep, voluntary activation, dan ketepatan proprioseptif pada penderita osteoarthritis lutut dan subjek sehat sebagai kontrol. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa, subjek dengan osteoarthritis lutut memiliki otot quadrisep yang lebih lemah, voluntary activation yang lebih buruk, gangguan pada ketepatan posisi sendinya, serta kemampuan fungsional lutut yang lebih buruk. Mereka mengambil kesimpulan bahwa kerusakan sendi dapat menurunkan eksitabilitas motorneuron quadrisep sehingga terjadi penurunan voluntary quadrisep activation yang akan berkontribusi terhadap kelemahan quadrisep, serta terjadi hilangnya ketepatan proprioseptif. Gangguan arthrogenic pada fungsi sensorimotor quadrisep dan penurunan stabilitas postural tersebut berhubungan dengan penurunan kemampuan fungsional pasien osteoarthritis lutut ( Hurley, et al, 1997). Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien. Hampir semua pasien osteoarthritis berkembang menjadi pincang (Albar, 2002) Gangguan Stabilitas dan Alignment pada Osteoartritis Lutut Postur tubuh yang baik (good posture) adalah keadaan seimbang antara otot dan tulang, sehingga dapat melindungi struktur-struktur penunjang dari

20 29 cedera atau deformitas yang progresif baik pada posisi tegak, berbaring, duduk, maupun jongkok. Postur yang buruk (poor posture) adalah susunan yang tidak sesuai dari beberapa bagian tubuh, sehingga meningkatkan tegangan pada struktur penunjang dan mengakibatkan ketidakseimbangan tubuh terhadap base of support (Hall and Brody. 2003, Hunter, et al. 2009). Postur dan pergerakan dapat dinilai dengan melihat titik pusat yang melewati bagian tubuh, yang biasa disebut pusat gravitasi. Pusat gravitasi berada 1 inch di depan sacral 2, sedangkan garis imajiner yang melewati pusat gravitasi dinamakan garis gravitasi. Menurut Kendall, garis ini melalui sutura coronaria di posterior, meatus akustikus eksterna, corpus vertebra cervikal dan lumbal, promontorium tulang sakrum, posterior sendi panggul, anterior lutut dan sedikit di depan maleolus lateralis. Osteoartritis lutut dapat mengubah postur, alignment pola jalan dan tingkat aktivitas fisik, yang sedikit banyaknya dipengaruhi peran adanya perubahan biomekanik sendi. Peningkatan berat badan dan rasa nyeri dapat mengubah center of gravity (COG) ke anterior, dan cenderung untuk menyebabkan postur hiperlodotik. Sebagian besar individu dengan obesitas terutama perempuan menunjukkan deformitas varus pada lututnya, sebagai akibat dari peningkatan joint reaction force pada kompartemen medial lutut yang selanjutnya dapat mempercepat terjadinya proses degenerasi pada lutut. (Tamin, 2010, Di Cesare, et al, 2008). Pada individu dengan osteoartritis juga dapat terjadi deformitas valgus. Seiring dengan nyeri dan peningkatan beban mekanik, seseorang cenderung untuk

21 30 mengayunkan tubuhnya ke lateral ketika berjalan. Manuver tersebut mengurangi gaya yang harus dilakukan oleh otot abduktor panggul untuk menyeimbangi peningkatan berat badan. Lebih lanjut lagi, manuver ini akan menggeser gaya dari berat badan yang awalnya di medial lutut menjadi ke sisi lateral lutut, sehingga gaya sendi tibiofemoral pun akan bergeser ke lateral. Hal ini menyebabkan distribusi beban yang lebih besar di kompartemen lateral lutut dan selanjutnya dapat menyebabkan deformitas valgus (Hunter, et al. 2009). Beban yang tinggi dan berulang pada sendi lutut selama berjalan maupun aktivitas lain diyakini sebagai faktor yang sangat berperan dalam patomekanika osteoartritis lutut. Sendi lutut adalah struktur kompleks yang terdiri dari 3 kompartemen yaitu kompartemen tibiofemoral medial dan lateral, serta kompartemen patelofemoral. Selama berjalan, beban yang melewati sendi lutut tidak ditransmisikan secara seimbang antara kompartemen medial dan lateral. Beban pada kompartemen medial sekitar 2,5 kali lebih besar daripada beban pada kompartemen lateral. Hal ini dapat menjelaskan tingginya prevalensi osteoartritis lutut kompartemen medial (75 % dari seluruh kasus) daripada kompartemen lateral. (Gangeddula. 2009)

22 31 Gambar 2.4 Perubahan alignment pada lutut (Kakarlapudi and Bickeckerstaff, 2000) Pada penderita osteoartritis lutut terjadi peningkatan beban aksial yang terus menerus, sehingga beban yang melewati lutut pun akan meningkat. Selama fase single leg stance, lutut akan menerima beban sebesar 3-6 kali berat badan. Setiap kenaikan berat badan akan dikalikan angka ini menggambarkan betapa besar beban yang melewati lutut pada seorang yang overweight pada saat berjalan (Roos, et al, 2011). Saat berdiri, lutut dilalui oleh gaya (R) yang merupakan hasil dari 2 gaya yang bekerja pada lutut yaitu berat badan (P, garis imajiner yang merupakan proyeksi center of gravity dari sakrum) dan gaya yang dihasilkan oleh kerja otot gluteus maksimus dan tensor fasia lata (M). Pada kondisi keseimbangan, gaya R akan melalui pertengahan lutut, sehingga gaya kompresi terbagi sama rata pada permukaan weight bearing tibia. Nyeri dan peningkatan berat tubuh akan mengubah keseimbangan antara gaya P dan M, sehingga menggeser R lebih ke medial lutut dan menyebabkan pembagian gaya kompresi yang lebih besar pada

23 32 kompartemen medial lutut dibandingkan dengan kompartemen lateral lutut. Pada area yang mendapat tekanan lebih dapat timbul nyeri, destruksi kartilago dan OA pada kompartemen medial lutut (Mazières and Mansat, 2008). Ganbar 2. 5 Gaya beban yang bekerja pada Lutut (Mazières and Mansat, 2008) Ketika seseorang berjalan saat kaki menyentuh lantai, gaya dari berat badan akan dilawan dengan gaya yang sama besar dan arah yang berlawanan. Gaya reaksi tersebut adalah Ground Reaction Force (GRF) yang garis gayanya berada di sebelah medial sendi lutut. Semakin besar GRF atau semakin jauh jarak antara sendi lutut dengan garis gaya GRF (misalnya pada deformitas varus lutut), semakin besar adduction moment yang menyebabkan tibia menjadi lebih varus terhadap femur Besarnya knee adduction moment ini menggambarkan beban yang melewati kompartemen medial lutut dan berpotensi memicu proses degradasi pada kompartemen medial lutut dan berperan besar dalam tingkat keparahan penyakit. (Hunter, et al. 2009).

24 33 Hal yang terpenting adalah apabila terjadi pergeseran garis gravitasi atau perpindahan pusat gravitasi, mengakibatkan kesalahan postur atau terjadi perpindahan tumpuan berat badan, sehingga dampak selanjutnya akan timbul. Untuk menyangga berat tubuh, sendi harus dalam posisi stabil atau dalam posisi ekuilibrium, garis gravitasi harus tepat jatuh melalui rotasi aksis atau harus ada kekuatan untuk melawan gravitasi. Selain itu diperlukan juga struktur penunjang postur yang baik. Struktur penunjang postur terdiri dari struktur statis dan dinamis. Ligamen, fasia, tulang dan sendi adalah struktur statis yang menopang tubuh, sedangkan otot dan tendon adalah struktur dinamis yang menstabilkan postur tubuh saat gerakan dari satu posisi ke posisi lainnya (Kisner and Colby, 2013) Gambar 2.6 Pergeseran garis gravitasi mengakibatkan kesalahan postur atau terjadi perpindahan tumpuan berat badan 2.4. Terapi Ultrasound Bentuk pelayanan fisioterapi dengan menggunakan Ultrasound yaitu terapi dengan menggunakan gelombang suara, dengan getaran mekanik dengan

25 34 frekuensi di atas Hz. Ultrasound merupakan suatu generator yang menghasilkan arus bolak-balik berfrekuensi tinggi (high frequency alternating current) yang mencapai 0,75 sampai 3 MHz (Edenbichler, et al, 1999), Arus ini berjalan menembus kabel koaksial pada tranduser yang kemudian di konversikan menjadi vibrasi oleh adanya efek piezoelectric (Low dan Reed, 2002). Efek terapi dari ultrasound dihasilkan dari gelombang suara dengan frekuensi 0,75 MHz, 0,87 MHz, 1 MHz, 1,5 MHz, dan 3 MHz (Sugijanto, 2001) Penyerapan energi secara maksimum ada di jaringan lunak dikedalaman 2,5 cm, makin dalam letak jaringan makin rendah intensitas yang diterimanya. Terutama penyerapan oleh jaringan pengikat seperti ligamen, tendon dan fascia juga jaringan parut, efek yang sama juga terjadi di daerah otot dan sendi (Brukner and Khan, 2005). Ada dua efek utama yang dihasilkan dari gelombang ultrasound yaitu efek thermal dan efek non thermal ; 1. Efek thermal memberikan peningkatan temperatur sehingga mempercepat proses metabolisme, mengurangi nyeri dan spasme otot sehingga meningkatkan daya hantar saraf juga sirkulasi darah (Low and Reed, 2000), efek thermal pada ultra sound ini sangat cocok sebagai langkah awal sebelum melakukan peregangan otot yang memendek (Low and Reed, 2000, Sugijanto, 2001), tetapi ultrasound tidak boleh diaplikasikan pada pasien dengan kelainan sensibilitas. 2. Efek non thermal didapat dari cavitasi vibrasi jaringan yang menimbulkan gelembung mikroskopik, yang akan mentransmisikan vibrasi langsung ke

26 35 membran sel sehingga memberikan efek perbaikan pada sel dan sendi yang terkena (Nikita, 2010). Efek-efek yang ditimbulkan ini merupakan efek mekanik termasuk cavitasi, micro streaming, dan acoustic steaming, Pada ultra sound pulse terjadi peningkatan aliran kalsium intraseluler, peningkatan membran sel dan kulit, peningkatan degranulasi mast cell, peningkatan pelepasan chemotactic faktor dan histamin, peningkatan reaksi micropagus, dan peningkatan sintesa protein oleh fibroblas. Terutama pada efek non thermal memacu peningkatan permeabilitas membran dalam kaitannya untuk proses penyembuhan jaringan (Nikita, 2010). Ultra sound sangat tepat untuk jaringan dengan coefisiensi absorbsi yang tinggi di banding dengan jaringan yang coefisiensinya rendah. Jaringan dengan coefisiensi absorbsi yang tinggi adalah jaringan yang banyak mengandung kolagen, sedangkan jaringan yang coefisiensi absorbsinya rendah adalah jaringan yang banyak mengandung air. Sehingga ultrasound sangat tepat untuk terapi panas pada tendon dan ligamen, kapsul sendi dan fasia (Brukner and Khan 2005) Latihan Stabilitas Lutut Nyeri dan ketidak mampuan pada kondisi osteoartritis akan bertambah dengan munculnya kelemahan dan atropi otot. Sedangkan otot-otot ini adalah merupakan komponen yang penting dalam membantu menstabilisir persendian, sementara kelemahan otot-otot seperti quadriceps, pes anserinum, iliotibialis dan hamstring dapat mengakibatkan semakin parahnya cidera. Sebaliknya dengan latihan stabilisasi akan terjadi penguatan otot-otot sehingga dapat mengurangi

27 36 atropi otot dan membantu melindungi serta memperbaiki problem yg muncul akibat instabilitas atau nyeri yang diakibatkan oleh kelemahan. Penurunan protein yang rata-rata tinggi di sekililing lutut yang mengalami cidera dapat mengganggu stabilitas. Akan tetapi akibat dari latihan stabilitasi, maka otot-otot stabilisator aktif pada sendi lutut dapat memperbaiki kekuatan, ukuran, daya kenyal, serta mencegah peradangan. Berkurangnya nyeri akan menimbulkan peningkatan kemampuan menyangga beban tubuh sehingga meningkatkan kemampuan fungsional (Kakarlapudi and Bickerstaff, 2000). Terapi latihan adalah modalitas fisioterapi yang digunakan untuk mengembalikan dan meningkatkan kapasitas muskuloskeletal atau kardiopulmoner dengan memanfaatkan gerakan anggota tubuh (Kisner and Colby, 2013). Aplikasi terapi latihan untuk penderita osteoartritis seharusnya dimulai dengan latihan yang dapat meningkatkan kapasitas fungsional, baru kemudian mengarah ke kebugaran fisik sehingga penderita dapat beraktivitas tanpa keluhan nyeri dan tidak mudah lelah. Diawali dengan latihan fleksibilitas untuk mencegah kontraktur sendi, kemudian dilanjutkan latihan penguatan yang fokus pada gerak fungsional untuk meningkatkan daya tahan dan kecepatan kontraksi otot, serta dapat dilanjutkan dengan latihan aerobik (Sisto and Malanga, 2006). Disimpulkan potensi manfaat aktivitas fisik dan olahraga pada OA (Mohammad, et al, 2003) sebagai berikut; 1) Meminimalkan atau memperlambat proses patologis yang terjadi di OA sendi. Latihan membantu dalam meningkatkan gizi minor kartilago dan

28 37 remodeling, meningkat aliran darah sinovial, menurunkan pembengkakan, dan meningkatkan kekuatan otot. Dengan demikian, efek latihan termasuk memperlambat proses degenerasi tulang rawan, mengurangi kekakuan tulang, penurunan efusi sendi dan meningkatkan kekuatan otot. 2) Mengurangi gangguan yang terjadi dari OA dengan mengurangi faktor gangguan utama. Latihan membantu dalam mengurangi rasa sakit, meningkatkan kekuatan dan daya tahan, dan meningkatkan jangkauan gerak dan elastisitas jaringan ikat. 3) Mengurangi batasan fungsional dengan meningkatnya kecepatan berjalan/gait, dan aktivitas fisik dan penurunan aktivitas sehari-hari, kurang tidur dan kelelahan, depresi/kecemasan merupakan faktor umum yang terkait dengan kondisi OA. 4) Osteoartritis dapat berhubungan dengan beberapa masalah cacat seperti penurunan aktivitas sosial, penurunan kualitas hidup, peningkatan risiko kesehatan, penurunan produktivitas kerja. Dengan meningkatnya status kesehatan, kebugaran fisik, dan kualitas hidup dapat meminimalkan masalah disabilitas tersebut. Terapi latihan untuk penderita osteoartritis lutut terutama ditujukan untuk pada otot-otot seperti quadriceps, pes anserinus, iliotibial dan hamstring sebagai penggerak utama sendi lutut. Otot ini sangat penting bagi stabilitas dan mobilitas sendi lutut. Untuk mencapai hal tersebut, program terapi latihan yang diberikan harus mencakup latihan penguatan dan peregangan. Efek terapi sesaat yang diperoleh dari latihan ini adalah peningkatan alirah darah otot, relaksasi otot dan

29 38 pengurangan nyeri. Latihan yang dilakukan secara berkelanjutan akan menghasilkan peningkatan kekuatan dan fleksibilitas otot sehingga otot mampu berfungsi secara optimal dalam menjaga stabilitas dan mobilitas sendi serta mencegah cidera (Elizabeth, 2013). Latihan stabilitas lutut ini bertujuan untuk menstimulasi kerja otot keempat sisinya yaitu: dapat meningkatkan kekuatan otot, memperbaiki alignment sehingga memberikan gaya yang seimbang pada jaringan yang mengalami kompresi pada lutut, mencegah re-injuri dan dapat meningkatkan stabilitas lutut (Mohammad, et al, 2003) Mekanisme pemberian latihan stabilisasi lutut dalam penurunan disabilitas akibat osteoartritis. Latihan stabilisasi fungsional sebagai salah satu modalitas fisioterapi, dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan otot yaitu dengan memberikan latihan strengthening. Karena dengan memberikan latihan strengthening maka akan terjadi penambahan jumlah sarkomer dan serabut otot (filamen aktin dan miosin yang diperlukan dalam kontraksi otot), sehingga dengan terbentuknya serabut-serabut otot yang baru maka kekuatan otot dapat meningkat dan memperoleh stabilitas aktif daripada sendi tersebut. Dan di dalam sendi, latihan beban dapat meningkatkan aksi pemompaan yang membantu dalam meningkatkan intra-artikular difusi nutrisi dan merangsang penyembuhan atau perbaikan kartilago (Mohammad, et al, 2003).

30 39 Latihan fungsional (beberapa mungkin merujuk kepada mereka sebagai latihan close chain kinetik) telah terbukti memiliki banyak manfaat lebih dari open chain kinetik: karena mereka memberikan beban axial pada sendi, latihan lebih dari satu sendi pada saat yang sama, melibatkan kedua konsentrik dan eksentrik kontraksi otot, mensimulasikan kegiatan sehari-hari, meningkatkan kontraksi otot dan meminimalkan gaya geser pada sendi lutut. Manfaat lain yang diusulkan meliputi peningkatan proprioception dan koordinasi ekstremitas bawah dan meningkat membawa ke kegiatan fungsional, termasuk kembali lebih cepat untuk kegiatan sehari-hari dan kegiatan fisik canggih seperti kegiatan olahraga (Mohammad, et al, 2003) Sebagai manfaat dari latihan penguatan otot maka latihan akan merangsang serabut afferen tipe Ia dan II yang berdiameter besar (Proprioseptor), sehingga aktivitas dari serabut afferen tersebut dapat menurunkan spasme otot disamping memperbaiki sistem pendarahan darah tepi dan getah bening oleh adanya pumping action sehingga mengatasi terjadinya pembengkakan, penurunan spasme otot dan mampu mengurangi nyeri pada level sensorik yang dapat mengganggu gerakan dan fungsi sendi, dengan demikian akan memperbaiki kekuatan dan fungsi jaringan (tissue) sekeliling persendian berikut akan mengurangi resiko cidera kronik pada persendian. Berarti semua struktur fungsional seperti otot, ligamen, tendon, kapsul, dan proprioceptors sebagai bagian dari sendi. Telah terbukti bahwa latihan sangat bermanfaat dalam meningkatkan kekuatan otot, rentang gerak sendi, proprioception, dan feed back.

31 40 Kontraksi otot yang dilakukan terus-menerus akan meningkatkan kecepatan potensial aksi dan impuls saraf yang berasal dari medula spinalis. Impuls saraf ini akan diatur sebagian oleh sinyal-sinyal yang dijalarkan dari otak ke motor neuron yang ada di anterior medula spinalis yang sesuai, dan sebagian lagi oleh sinyal-sinyal yang berasal dari gelendong otot yang terdapat dalam otot itu sendiri. Pengaruh dari adanya kontraksi juga akan merangsang perbaikan sirkulasi arteri perifer akibat pelepasan subtansi kimia yang menyebabkan terjadinya vasodilatasi, dan efek kontraksi juga menjadi fungsi pompa vena atau pompa otot, dan pompa ini cukup efisien mendorong aliran vena menuju ke jantung (Guyton and Hall, 2011). Pemberian latihan stabilisasi yang teratur dan termonitor akan meningkatkan fungsi syaraf dan perbaikan sirkulasi darah yang berdampak pada peningkatan fleksibilitas otot, meningkatkan kekuatan otot dan memperbaiki stabilitas dan mobilitas sendi lutut pada penderita osteoartritis, sehingga menghasilkan pengurangan disabilitas. Manfaat exercise dilihat secara komprehensif ada tiga level berikut: pertama, di tingkat mikro atau bagian dalam dari sendi yang meliputi kartilago, jaringan sinovial, dan tulang subchondral; Kedua, pada tingkat fungsional dari sendi, dimana sendi dianggap sebagai unit fungsional yang meliputi struktur fungsional seperti otot sekitarnya, ligamen, tendon, kapsul, proprioceptors, dll; dan ketiga, pada tingkat seluruh sistem tubuh dari sudut pandang kardiovaskular, muskuloskeletal, neurofisiologis, imunologi dan / atau sistem psikologis (Mohammad, et al, 2003).

32 Pelaksanaan latihan stabilitas lutut. Pada pelaksanaan pelatihan stabilitas sendi lutut ini, bertujuan untuk peningkatan kekuatan otot di sekitar lutut yaitu quadriceps, pes anserinus, iliotibial dan hamstring, namun pada pelaksanaan program latihan dimulai dengan latihan peregangan untuk ruang lingkup gerak sendi dan fleksibilitas penderita osteoartritis. Beberapa faktor harus diperhatikan dalam pemberian latihan peregangan untuk memperbaiki lingkup gerak sendi (LGS) dan fleksibilitas penderita osteoartritis. Pertama, sendi harus digerakkan sampai LGS maksimal yang mampu dicapai minimal sekali dalam sehari. Prinsip ke dua, peregangan seluruh otot-otot besar yang melewati sendi setiap hari tanpa menimbulkan penekanan berlebih pada sendi (Sisto and Malanga, 2006). Sebagian besar penelitian yang berkaitan dengan intervensi latihan untuk penyakit OA memperkenalkan program latihan yang berkisar durasi menit per sesi, 2 sampai 3 kali per minggu, dengan intensitas detak jantung dari 50% sampai 80% dari HR maksimum. Rentang parameter ini sejalan dengan pedoman ACSM, yang menyarankan sesi latihan harus mencakup 10 menit pemanasan, 20 sampai 60 menit kegiatan inti dan 5 sampai 10 menit pendinginan (Mohammad, et al, 2003, Franklin et al, 2000) 1. Latihan Peregangan ( Latihan Pemanasan dan Latihan Pendinginan) Latihan ini merupakan bentuk latihan stabilisasi untuk pemanasan dan pendinginan pada saat latihan inti hendak dilakukan.

33 42 Peregangan otot quadriceps femoris dilakukan pada posisi tengkurap, kemudian penderita diminta menekuk lutut secara aktif dengan mengkontraksikan otot hamstring semaksimal mungkin untuk mengasilkan efek inhibisi resiprokal pada otot quadriceps. Selanjutnya diberikan dorongan/tarikan pasif lebih lanjut ke arah fleksi lutut sampai batas LGS fleksi maksimal. Selama latihan ini harus dihindari terjadinya nyeri berlebihan di dalam sendi lutut karena hal ini merupakan tanda adanya kompresi sendi yang mungkin disebabkan adanya formasi osteofit (Sisto and Malanga, 2006). Gambar 2.7. Latihan peregangan otot quadriceps femoris (Sumber; Sisto and Malanga, 2006) Peregangan otot hamstring dilakukan pada posisi terlentang, tungkai yang bersangkutan lurus sedangkan tungkai yang lain sedikit ditekuk untuk menghindari ketegangan berlebihan pada pinggang. Peregangan dilakukan dengan mengangkat tungkai (fleksi sendi panggul) sampai terasa ada peregangan di paha atau lutut bagian belakang dengan tetap mempertahankan posisi ekstensi penuh sendi lutut. Tiap gerakan peregangan dipertahankan selama 30 detik (Sisto and Malanga, 2006).

34 43 Gambar 2.8. Latihan peregangan otot hamstring (Sumber; Sisto and Malanga 2006) Dosis latihan: 1). Durasi : 6 detik kemudian relaks, 2). Repetisi: 10 kali, 3). Frekuensi: 3 kali per minggu 2. Latihan penguatan otot (Latihan Inti) Latihan penguatan untuk penderita osteoartritis sendi lutut pada awalnya memang harus difokuskan pada otot quadriceps femoris dan hamstring, namun dalam perkembangan selanjutnya harus melibatkan semua otot tungkai. a. Latihan isometrik Latihan diawali dengan kontraksi isometrik yang ditujukan untuk mengurangi nyeri dan menambah kepercayaan diri penderita untuk mengkontraksikan ototnya. Latihan isometrik dilakukan pada posisi tidur terlentang, tungkai lurus di atas permukaan yang datar. Untuk otot quadriceps penderita diminta menekan lututnya ke arah tempat tidur, sedangkan untuk otot hamstring dengan menekan tumit ke arah tempat tidur.

35 44 Gambar 2.9 latihan isometrik (Sumber; Kisner and Colby, 2013) Dosis latihan: 1). Durasi: 6 detik kemudian relaks, 2). Repetisi : 10 kali, 3). Frekuensi: 3 kali per minggu b. Latihan Closed chain exercise dengan quads and wall sits Latihan ini harus dilakukan dengan hati-hati karena sendi lutut menyangga berat badan. Untuk mengurangi pembebanan sendi maka latihan dilakukan pada posisi semiflexi sendi lutut. Jenis latihannya antara lain adalah quads dan wall sits. Teknik latihan ini mempunyai manfaat tambahan yaitu untuk melatih proprioseptif sendi yang sering juga mengalami gangguan pada penderita osteoartritis sendi lutut. Pasien di mulai dengan posisi tegak kemudian langkah maju kedepan tanpa berjalan kemudian kembali lagi di posisi tegak (Gambar 2.10a). Pasien dengan posisi trunk tegak bersandar pada dinding kemudian posisi lutut flexi 30 sampai 45 dan dibagian medial lutut yang semiflexi di berikan bola, lalu beri tekanan kedua lutut ke arah medial (Gambar 2.10b)

36 45 Gambar 2.10 Latihan closed chain, (a) quads, (b) wall sits (Sumber; Sisto and Malanga, 2006) Dosis latihan: 1). Durasi: 6 detik kemudian relaks, 2). Repetisi: 10 kali, 3). Frekuensi: 3 kali per minggu c. Latihan Closed chain exercise resisted mini-squats Latihan penguatan merupakan peran dasar dari musculoskeletal, kekuatan dari sebuah otot tergantung dari luas atau besarnya diameter otot tersebut. Pada proses ini serabut otot tidak bertambah namun masing-masing otot bertambah dalam massanya. Stimulus untuk menambah kekuatan otot terjadi saat tegang (tension) selama kontraksi ( Kisner and Colby, 2013). Latihan resisted mini-squats; closed-chain pelatihan short-arc. Resistence elastis terhadap ekstensi lutut disediakan untuk gerak short-arc. penting untuk penguatan otot quadriceps femoris. Pasien di mulai dengan posisi lutut flexi 30 sampai 45 dan kemudian diextensikannya. Kemudian menggunakan resistensi elastis ditempatkan di bawah kedua kaki, dengan kedua ujungnya di pegang. pasien harus menjaga trunk tegak, dan menurunkan pinggul seolah-olah duduk

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi optimal untuk berinteraksi dengan lingkungan menjadi tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi optimal untuk berinteraksi dengan lingkungan menjadi tuntutan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi optimal untuk berinteraksi dengan lingkungan menjadi tuntutan terhadap manusia, untuk dapat melakukan aktivitas dengan menggunakan kapasitas individu yang dimilikinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif kronik non inflamasi yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Penyakit ini bersifat progresif lambat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menghambat aktivitas kegiatan sehari-hari, di Jerman persentase

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menghambat aktivitas kegiatan sehari-hari, di Jerman persentase BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cedera ligamen kolateral medial sendi lutut merupakan salah satu gangguan yang dapat menyebabkan gangguan mobilitas dan fungsional, sehingga menghambat aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat disuatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat disuatu negara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat disuatu negara, termasuk masyarakat Indonesia. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu gerak yang merupakan kebutuhan dasar manusia untuk beraktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu gerak yang merupakan kebutuhan dasar manusia untuk beraktivitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu gerak yang merupakan kebutuhan dasar manusia untuk beraktivitas adalah berjalan. Untuk dapat menghasilkan mekanisme pola berjalan yang harmonis, maka kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekedar jalan-jalan atau refreshing, hobi dan sebagainya. Dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. sekedar jalan-jalan atau refreshing, hobi dan sebagainya. Dalam melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupannya manusia memiliki banyak aktivitas untuk dilakukan baik itu rutin maupun tidak rutin. Ada berbagai macam aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

yang sangat penting dalam aktifitas berjalan, sebagai penompang berat tubuh dan memiliki mobilitas yang tinggi, menyebabkan OA lutut menjadi masalah

yang sangat penting dalam aktifitas berjalan, sebagai penompang berat tubuh dan memiliki mobilitas yang tinggi, menyebabkan OA lutut menjadi masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Disabilitas (ketidakmampuan) baik secara langsung ataupun tidak dapat mempengaruhi kehidupan setiap orang. Adanya nyeri pada lutut yang disebabkan oleh osteoarthtritis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsionalnya. Kompleksnya suatu gerakan dalam aktifitas seperti. tulang-tulang yang membentuk sendi ini masing-masing tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. fungsionalnya. Kompleksnya suatu gerakan dalam aktifitas seperti. tulang-tulang yang membentuk sendi ini masing-masing tidak ada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia banyak melakukan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia melakukan aktifitasnya tidak pernah lepas dari proses gerak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. degeneratif atau osteoarthritis (OA). Sendi merupakan faktor penunjang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. degeneratif atau osteoarthritis (OA). Sendi merupakan faktor penunjang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan pembangunan disegala bidang kehidupan menyebabkan perubahan dalam tingkah laku dan pola hidup masyarakat. Berbagai macam penyakit yang banyak terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perubahan ini terjadi sejak awal kehidupan sampai lanjut usia pada

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perubahan ini terjadi sejak awal kehidupan sampai lanjut usia pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Perubahan akan terjadi pada tubuh sejalan dengan semakin meningkatnya usia manusia. Perubahan ini terjadi sejak awal kehidupan sampai lanjut usia pada semua organ dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin tingginya. tuntut untuk memperbaiki kualitas kehidupan manusia, karena banyak

BAB I PENDAHULUAN. Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin tingginya. tuntut untuk memperbaiki kualitas kehidupan manusia, karena banyak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin tingginya pengetahuan masyarakat akan arti hidup sehat, maka ilmu kedokteran selalu di tuntut untuk memperbaiki kualitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang paling banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang paling banyak BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang paling banyak dijumpai dibanding dengan penyakit sendi lainnya. Semua sendi dapat terserang, tetapi yang paling

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN MWD DAN LATIHAN ISOMETRIK QUADRISEP DENGAN TENS DAN LATIHAN ISOMETRIK QUADRISEP TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA OA LUTUT

PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN MWD DAN LATIHAN ISOMETRIK QUADRISEP DENGAN TENS DAN LATIHAN ISOMETRIK QUADRISEP TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA OA LUTUT PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN MWD DAN LATIHAN ISOMETRIK QUADRISEP DENGAN TENS DAN LATIHAN ISOMETRIK QUADRISEP TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA OA LUTUT SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan, sehingga membuat manusia menjadi kurang bergerak (hypokinetic),

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan, sehingga membuat manusia menjadi kurang bergerak (hypokinetic), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini tehnologi sudah sangat berkembang sehingga memudahkan semua kegiatan, sehingga membuat manusia menjadi kurang bergerak (hypokinetic), seperti contohnya tehnologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. serta bidang kesehatan. Setiap orang yang hidup baik usia produktif maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. serta bidang kesehatan. Setiap orang yang hidup baik usia produktif maupun 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di era yang serba modern seperti sekarang ini maka mudah sekali untuk mendapatkan semua informasi baik dalam bidang teknologi, bisnis, serta bidang kesehatan. Setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gerak. Manusia selalu berhubungan dengan proses gerak untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. gerak. Manusia selalu berhubungan dengan proses gerak untuk melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sepanjang hidupnya tidak pernah terlepas dari aktivitas gerak. Manusia selalu berhubungan dengan proses gerak untuk melakukan aktivitasnya sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan dalam olahraga. Kelincahan pada umumnya didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan dalam olahraga. Kelincahan pada umumnya didefinisikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelincahan merupakan salah satu komponen fisik yang banyak dipergunakan dalam olahraga. Kelincahan pada umumnya didefinisikan sebagai kemampuan mengubah arah secara

Lebih terperinci

Dewasa ini didapati angka kehidupan masyarakat semakin meningkat. Hal ini

Dewasa ini didapati angka kehidupan masyarakat semakin meningkat. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini didapati angka kehidupan masyarakat semakin meningkat. Hal ini diperkirakan disebabkan oleh semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, begitu juga dalam bidang kesehatan. Salah satu Negara kita, yaitu dari

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, begitu juga dalam bidang kesehatan. Salah satu Negara kita, yaitu dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan pembangunan dan teknologi memberikan dampak bagi segala bidang pembangunan, begitu juga dalam bidang kesehatan. Salah satu Negara kita, yaitu dari penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan peradaban manusia sudah semakin berkembang pesat di

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan peradaban manusia sudah semakin berkembang pesat di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan peradaban manusia sudah semakin berkembang pesat di segala bidang kehidupan. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa data yang tersedia menurut World Health Organization (2010),

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa data yang tersedia menurut World Health Organization (2010), BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Beberapa data yang tersedia menurut World Health Organization (2010), menunjukkan bahwa kejadian osteoartritis lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria di antara semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya kemajuan dibidang teknologi dan komunikasi menyebabkan perubahan gaya hidup manusia, dampak besar yang terjadi terlihat jelas pada status kesehatan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka kesehatan fisik ialah salah satu hal yang penting. Kesehatan fisik

BAB I PENDAHULUAN. maka kesehatan fisik ialah salah satu hal yang penting. Kesehatan fisik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin majunya perkembangan jaman, persaingan dalam segala bidang semakin ketat. Untuk mampu mengikuti persaingan yang semakin ketat dibutuhkan kualitas sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Osteoarthritis (OA) merupakan salah satu penyakit muskuloskeletal yang

BAB I PENDAHULUAN. Osteoarthritis (OA) merupakan salah satu penyakit muskuloskeletal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Osteoarthritis (OA) merupakan salah satu penyakit muskuloskeletal yang paling sering ditemui, yang ditandai dengan kerusakan kartilago dan penyempitan celah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muskulus kuadrisep adalah salah satu jaringan lunak yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN. Muskulus kuadrisep adalah salah satu jaringan lunak yang paling penting 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Muskulus kuadrisep adalah salah satu jaringan lunak yang paling penting dalam mempertahankan fungsi sendi patellofemoral dengan menarik patela ke arah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada masa sekarang banyak penduduk baik yang berusia produktif maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada masa sekarang banyak penduduk baik yang berusia produktif maupun BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada masa sekarang banyak penduduk baik yang berusia produktif maupun yang sudah usia non produktif yang mengalami gangguan kesehatan. Seiring dengan bertambahnya jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu bergerak dalam menjalankan aktivitasnya. Sering kita jumpai seseorang mengalami keterbatasan gerak dimana hal tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya jaman dan pembangunan disegala bidang kehidupan menyebabkan perubahan dalam tingkah laku dan pola hidup manusia. Perkembangan tersebut memberikan

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Nama : Ariyanto Nim : J

Disusun Oleh : Nama : Ariyanto Nim : J STUDI KORELASI ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN TERJADINYA OSTEOARTRITIS (OA) SENDI LUTUT SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Tugas-tugas dan Persyaratan Akhir Dalam Meraih Gelar Sarjana Sains Terapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga,

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang hidupnya, manusia tidak terlepas dari proses gerak. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia melakukan berbagai macam aktifitas yang dipengaruhi oleh tugas,

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI MICRO WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU UNILATERAL

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI MICRO WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU UNILATERAL PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI MICRO WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU UNILATERAL Oleh: SURATMAN NIM.J.100.050.005 Diajukan guna untuk melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI LATIHAN SETELAH PEMBERIAN TERAPI GABUNGAN ULTRASOUND DAN TENS PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS LUTUT KRONIS SKRIPSI

PENGARUH TERAPI LATIHAN SETELAH PEMBERIAN TERAPI GABUNGAN ULTRASOUND DAN TENS PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS LUTUT KRONIS SKRIPSI PENGARUH TERAPI LATIHAN SETELAH PEMBERIAN TERAPI GABUNGAN ULTRASOUND DAN TENS PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS LUTUT KRONIS SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Sains

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Dengan tingkat kesehatan yang optimal maka akan dapat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Dengan tingkat kesehatan yang optimal maka akan dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin berkembangnya ilmu kesehatan, semakin maju juga tingkat kesadaran manusia untuk hidup sehat. Hal ini dibuktikan dengan semakin tingginya tingkat kesadaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengguna jasa asuransi kesehatan. Pengertian sehat sendiri adalah suatu kondisi

BAB I PENDAHULUAN. pengguna jasa asuransi kesehatan. Pengertian sehat sendiri adalah suatu kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kesehatan saat ini merupakan hal yang sangat penting dikarenakan meningkatnya jumlah pasien di rumah sakit dan meningkat juga pengguna jasa asuransi kesehatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas sendi dapat menurunkan proprioseptif dan koordinasi yang dapat. mengakibatkan meningkatkan risiko cedera.

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas sendi dapat menurunkan proprioseptif dan koordinasi yang dapat. mengakibatkan meningkatkan risiko cedera. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekuatan dan daya tahan otot saling mempengaruhi. Saat kekuatan otot meningkat, daya tahan juga meningkat dan sebaliknya. Lemahnya stabilitas sendi dapat menurunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas. Aktivitas-aktivitas tersebut berlangsung di tempat kerja, sekolah, kampus

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas. Aktivitas-aktivitas tersebut berlangsung di tempat kerja, sekolah, kampus 15 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sepanjang daur kehidupannya, manusia tidak akan terlepas dari gerak dan aktivitas. Aktivitas-aktivitas tersebut berlangsung di tempat kerja, sekolah, kampus maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan. Harapan Hidup (UHH). Data badan pusat statistik menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan. Harapan Hidup (UHH). Data badan pusat statistik menunjukkan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia sedang giat melaksanakan pembangunan di segala bidang, salah satunya pembangunan di bidang kesehatan. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia tidak akan terlepas dari masa remaja. Masa remaja merupakan saah satu periode dari perkembangan manusia, masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi. kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi. kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan di mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas

Lebih terperinci

SENDI LUTUT FITRIANI LUMONGGA. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN

SENDI LUTUT FITRIANI LUMONGGA. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN SENDI LUTUT FITRIANI LUMONGGA Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Persendian atau artikulasio adalah suatu hubungan antara dua buah tulang atau lebih yang dihubungkan melalui pembungkus

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena

PENDAHULUAN. Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena olahraga dapat mempertahankan dan meningkatkan kesehatan tubuh, serta akan dapat berdampak kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Osteoartritis (OA) penyakit sendi degeneratif atau artritis hipertropi.

BAB I PENDAHULUAN. Osteoartritis (OA) penyakit sendi degeneratif atau artritis hipertropi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Osteoartritis (OA) penyakit sendi degeneratif atau artritis hipertropi. Penyakit ini merupakan kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang dinamis, dimana pada hakekatnya selalu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang dinamis, dimana pada hakekatnya selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang dinamis, dimana pada hakekatnya selalu bergerak dan beraktivitas dalam kehidupannya. Semua bentuk kegiatan manusia selalu memerlukan dukungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. klinis, histologist, dan radiologi. Penyakit ini bersifat asimetris, tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. klinis, histologist, dan radiologi. Penyakit ini bersifat asimetris, tidak ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Osteoarthritis disebut juga penyakit sendi degeneratif yaitu suatu kelainan pada kartilago (tulang rawan sendi) yang ditandai dengan perubahan klinis, histologist,

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Sindroma miofasial adalah kumpulan gejala dan tanda dari satu atau

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Sindroma miofasial adalah kumpulan gejala dan tanda dari satu atau 61 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Sindroma miofasial adalah kumpulan gejala dan tanda dari satu atau beberapa titik picu (trigger points) dan dicirikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah

BAB I PENDAHULUAN. melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan sangat penting bagi manusia untuk hidup dan untuk melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktifitas masyarakat diluar maupun didalam ruangan. melakukan atifitas atau pekerjaan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktifitas masyarakat diluar maupun didalam ruangan. melakukan atifitas atau pekerjaan sehari-hari. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Negara Indonesia merupakan negara dengan jumah penduduk yang memasuki peringkat 5 besar penduduk terbanyak didunia. Dengan banyaknya jumlah penduduk di Indonesia membuat

Lebih terperinci

OSTEOARTHRITIS GENU. 1. Definisi

OSTEOARTHRITIS GENU. 1. Definisi OSTEOARTHRITIS GENU 1. Definisi Osteoarthritis (OA) adalah gangguan sendi yang bersifat kronis disertai kerusakan tulang sendi berupa disintegritas dan perlunakan progesif, diikuti penambahan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sosial masyarakat dan bangsa bertujuan untuk. memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sosial masyarakat dan bangsa bertujuan untuk. memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sosial masyarakat dan bangsa bertujuan untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembangunan yang telah kita laksanakan selama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan teori 1. Articulatio Genu Definisi umum articulatio genu Persendian pada articulatio genu, merupakan persendian sinovial berdasarkan klasifikasi struktural. Penilaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dizaman globalisasi seperti sekarang ini, dimana perkembangan dan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Dizaman globalisasi seperti sekarang ini, dimana perkembangan dan ilmu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dizaman globalisasi seperti sekarang ini, dimana perkembangan dan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat membawa dampak perubahan yang sangat besar terhadap kehidupan

Lebih terperinci

OSTEOARTHRITIS GENU (http://www.diskdr-online.com/news/5/osteoarthritis-genu)

OSTEOARTHRITIS GENU (http://www.diskdr-online.com/news/5/osteoarthritis-genu) OSTEOARTHRITIS GENU (http://www.diskdr-online.com/news/5/osteoarthritis-genu) Definisi Osteoarthritis genu adalah suatu penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi lutut,

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE DEXTRA DI RSUD KOTA SRAGEN

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE DEXTRA DI RSUD KOTA SRAGEN KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE DEXTRA DI RSUD KOTA SRAGEN Diajukan guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk menyelesaikan program Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era yang lebih maju dan berkembang disertai dengan peningkatan teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan perilaku hidup, hal ini mengakibatkan

Lebih terperinci

Pada sistem kardiovaskuler dan respirasi terjadi perubahan yaitu penurunan kekuatan otot otot pernafasan, menurunnya aktivitas silia, menurunnya

Pada sistem kardiovaskuler dan respirasi terjadi perubahan yaitu penurunan kekuatan otot otot pernafasan, menurunnya aktivitas silia, menurunnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses penuaan dianggap sebagai peristiwa fisiologis yang memang harus dialami oleh semua makhluk hidup. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA OSTEOARTHRITISKNEE JOINT

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA OSTEOARTHRITISKNEE JOINT PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA OSTEOARTHRITISKNEE JOINT Disusun oleh : MIFTAHUDDIN ULINNUHA ABROR P27226015077 PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA KARANGANYAR 2015 BAB

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Kinesiologi dan Biomekanika Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu melakukan gerakan. 6 Beberapa disiplin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional pada hakekatnya adalah penyelenggara upaya kesehatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. nasional pada hakekatnya adalah penyelenggara upaya kesehatan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan sebagai bagian integral dari Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah penyelenggara upaya kesehatan untuk mencapai kemampuan hidup sehat

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN SHORT WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU DEXTRA DI RSOP dr. SOEHARSO SURAKARTA

PENATALAKSANAAN SHORT WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU DEXTRA DI RSOP dr. SOEHARSO SURAKARTA PENATALAKSANAAN SHORT WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU DEXTRA DI RSOP dr. SOEHARSO SURAKARTA Oleh: FITRIA ENDAH WIDYASTUTI J 100 050 022 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. vertebralis servikal dan lumbal merupakan sendi yang paling banyak

BAB I P E N D A H U L U A N. vertebralis servikal dan lumbal merupakan sendi yang paling banyak BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar belakang Sendi ekstremitas bawah, sendi panggul dan sendi lutut, juga kolumna vertebralis servikal dan lumbal merupakan sendi yang paling banyak gerakannya dan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menuju Indonesia Sehat 2010 merupakan program pemerintah dalam mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai macam kondisi yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung dan tidak langsung, kesehatan masyarakat juga perlu. With Low Back Pain : A Randomized Controllled Trial Bukti juga

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung dan tidak langsung, kesehatan masyarakat juga perlu. With Low Back Pain : A Randomized Controllled Trial Bukti juga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan dan keselamatan dalam bekerja sangat penting bagi masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan faktor potensial yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun jumlahnya cenderung mengalami peningkatan. Menurut Kantor

BAB I PENDAHULUAN. tahun jumlahnya cenderung mengalami peningkatan. Menurut Kantor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan penduduk lanjut usia (Lansia) di Indonesia dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung mengalami peningkatan. Menurut Kantor Kementrian Koordinator Kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian telah banyak di kembangkan untuk mengatasi masalah-masalah penuaan.

BAB I PENDAHULUAN. penelitian telah banyak di kembangkan untuk mengatasi masalah-masalah penuaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan pembangunan dan pengetahuan serta teknologi memberikan dampak bagi segala bidang, khususnya dalam bidang ilmu kesehatan dan informasi. Meningkatnya ilmu pengetahun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian mengenai hubungan antara gejala klinis OA lutut dengan derajat OA lutut dilakukan pada bulan Oktober November 2016 di RSUD Tidar kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. robek pada ligamen,atau patah tulang karena terjatuh. Cedera tersebut

BAB I PENDAHULUAN. robek pada ligamen,atau patah tulang karena terjatuh. Cedera tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera sering dialami oleh seorang atlit, seperti cedera goresan, robek pada ligamen,atau patah tulang karena terjatuh. Cedera tersebut biasanya memerlukan pertolongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan tugas-tugasnya dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. sendi bahu dan mengakibatkan gangguan aktivitas fungsional.

BAB I PENDAHULUAN. dan tugas-tugasnya dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. sendi bahu dan mengakibatkan gangguan aktivitas fungsional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sehat menurut WHO adalah suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Dengan kondisi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sendi lutut berada di antara tulang femur dan tibia. a. Permukaan Artikulasi Sendi Lutut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sendi lutut berada di antara tulang femur dan tibia. a. Permukaan Artikulasi Sendi Lutut BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Anatomi lutut Komponen sendi lutut besar karena menanggung tekanan beban yang berat dan mempunyai ROM yang luas. Gerakannya penting untuk memendekkan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Olahraga merupakan kebutuhan yang tidak asing lagi.

BAB I PENDAHULUAN. sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Olahraga merupakan kebutuhan yang tidak asing lagi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain sehingga manusia harus memiliki kemampuan untuk bergerak atau melakukan aktivitas demi memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan dinamis dan dapat ditingkatkan sehingga manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan dinamis dan dapat ditingkatkan sehingga manusia dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Setiap orang mendambakan bebas dari penyakit, baik fisik maupun mental serta terhindar dari kecacatan. Sehat bukan suatu keadaan yang sifatnya statis tapi merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut manusia melakukan macam aktivitas. Aktivitas yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut manusia melakukan macam aktivitas. Aktivitas yang sangat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan membuat manusia dituntut untuk hidup lebih maju mengikuti perkembangan tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang melakukan aktifitas fisik untuk menunjang hidup sehat, karena Kesehatan sangat penting bagi kehidupan manusia untuk hidup dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekarang ini, terjadi banyak perkembangan di berbagai bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekarang ini, terjadi banyak perkembangan di berbagai bidang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang ini, terjadi banyak perkembangan di berbagai bidang kehidupan manusia. Baik dalam bidang ekonomi, politik, pendidikan, sosial budaya, ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Osteoarthritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang,

BAB I PENDAHULUAN. Osteoarthritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Osteoarthritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang, arthro yang berarti sendi dan itis yang berarti inflamasi. Osteoarthritis tergolong penyakit

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS SEBAGAI FAKTOR RISIKO OSTEOARTHRITIS LUTUT DENGAN AKTIVITAS FUNGSIONAL

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS SEBAGAI FAKTOR RISIKO OSTEOARTHRITIS LUTUT DENGAN AKTIVITAS FUNGSIONAL HUBUNGAN ANTARA OBESITAS SEBAGAI FAKTOR RISIKO OSTEOARTHRITIS LUTUT DENGAN AKTIVITAS FUNGSIONAL NASKAH PUBLIKASI DISUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA FISIOTERAPI Disusun Oleh:

Lebih terperinci

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA Fraktur tibia umumnya dikaitkan dengan fraktur tulang fibula, karena gaya ditransmisikan sepanjang membran interoseus fibula. Kulit dan jaringan subkutan sangat tipis pada bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, dimana harus mempunyai kemampuan fungsi yang optimal

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, dimana harus mempunyai kemampuan fungsi yang optimal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan mahkluk sosial yang saling berinteraksi dengan lingkungannya, dimana harus mempunyai kemampuan fungsi yang optimal dalam bergerak atau beraktivitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Terutama

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Terutama BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap mahluk hidup secara sosial dan ekonomi. Sehat adalah suatu kondisi yang terbebas dari segala jenis penyakit baik

Lebih terperinci

Protokol Intervensi Fisioterapi Kelompok Perlakuan

Protokol Intervensi Fisioterapi Kelompok Perlakuan Lampiran 5 Protokol Intervensi Fisioterapi Kelompok Perlakuan Intervensi Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Ultrasound Frekuensi : 1MHz Intensitas : 1,0w/cm 2 Frekuensi : 1MHz Intensitas :1,0w/cm 2 Frekuensi :

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Usia, Jenis Kelamin, dan Indeks Masa Tubuh dengan Osteoartritis Lutut.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Usia, Jenis Kelamin, dan Indeks Masa Tubuh dengan Osteoartritis Lutut. digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian mengenai hubungan antara Usia, Jenis Kelamin, dan Indeks Masa Tubuh dengan Osteoartritis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia setiap hari melakukan gerakan untuk melakukan suatu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia setiap hari melakukan gerakan untuk melakukan suatu tujuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia setiap hari melakukan gerakan untuk melakukan suatu tujuan atau aktivitas sehari-hari dalam kehidupannya. Salah satu contoh aktivitas seharihari adalah bersekolah,kuliah,bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Colin Mathers, koordinator divisi kematian dan penyakit di WHO,

BAB I PENDAHULUAN. Colin Mathers, koordinator divisi kematian dan penyakit di WHO, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya perkembangan tekhnologi informasi pada era sekarang ini, menyebabkan perbaikan kuwalitas hidup manusia diseluruh dunia. Colin Mathers, koordinator divisi kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsional untuk menjadikan manusia menjadi berkualitas dan berguna

BAB I PENDAHULUAN. fungsional untuk menjadikan manusia menjadi berkualitas dan berguna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepanjang hidupnya, manusia tidak terlepas dari proses gerak. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia melakukan berbagai macam aktifitas yang dipengaruhi oleh tugas, kepribadian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persendian melakukan aktivitas atau gerakan (Helmi, 2012). Usia tua merupakan salah satu faktor risiko terjadi osteoarthritis.

BAB I PENDAHULUAN. persendian melakukan aktivitas atau gerakan (Helmi, 2012). Usia tua merupakan salah satu faktor risiko terjadi osteoarthritis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi osteoarthritis merupakan suatu penyakit degenaratif pada persendiaan yang disebabkan oleh beberapa macam faktor. Penyakit ini mempunyai karakteristik

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FRAKTUR TIBIA PLATEAU DEXTRA DI RSUD SRAGEN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FRAKTUR TIBIA PLATEAU DEXTRA DI RSUD SRAGEN PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FRAKTUR TIBIA PLATEAU DEXTRA DI RSUD SRAGEN Naskah Publikasi Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Osteoartritis Osteoartitis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif, dimana keseluruhan struktur dari sendi mengalami perubahan patologis. Ditandai dengan kerusakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, tingkat aktivitas masyarakat Indonesia semakin tinggi. Hal ini disebabkan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang memanjakan kehidupan manusia. Sehingga akifitas fisik. mengalami peningkatan yang begitu pesat.

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang memanjakan kehidupan manusia. Sehingga akifitas fisik. mengalami peningkatan yang begitu pesat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan teknologi dan pola pikir masyarakat yang terus berkembang memanjakan kehidupan manusia. Sehingga akifitas fisik menjadi berkurang, yang mengakibatkanterjadinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. 4 kg, sedangkan untuk kelas junior putra 5 kg dan putri 3 kg.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. 4 kg, sedangkan untuk kelas junior putra 5 kg dan putri 3 kg. BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Tolak Peluru Tolak peluru termasuk nomor lempar dalam olahraga atletik yang memiliki kriteria tersendiri dari alat hingga lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga kehidupan yang berkaitan dengan lingkungan sekitar. Sehat

BAB I PENDAHULUAN. hingga kehidupan yang berkaitan dengan lingkungan sekitar. Sehat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan sangat penting bagi manusia untuk hidup, dan melakukan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam memenuhi kebutuhan sehariharinya hingga kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas sehari-hari. Gangguan pada kaki bisa menghambat aktivitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas sehari-hari. Gangguan pada kaki bisa menghambat aktivitasnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kaki menjadi bagian penting bagi manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Gangguan pada kaki bisa menghambat aktivitasnya. Dibandingkan dengan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan populasi yang besar. Menurut World Health Organization,2007 sekitar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan populasi yang besar. Menurut World Health Organization,2007 sekitar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data Demografi menunjukkan bahwa penduduk di dunia jumlah populasi remaja merupakan populasi yang besar. Menurut World Health Organization,2007 sekitar seperlima dari

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA STIFFNESS ELBOW DEXTRA POST FRAKTUR SUPRACONDYLAR HUMERI DENGAN K-WIRE DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J 100 090 02

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan sehari-hari manusia dalam bekerja dan beraktivitas selalu melibatkan anggota gerak tubuhnya. Manusia adalah makhluk yang memerlukan gerak karena hampir seluruh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian A.1 Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Saraf dan Radiologi Rumah Sakit di Kota Yogyakarta,yaitu Rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas sehari- hari, beradaptasi dan berkontribusi di lingkungan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas sehari- hari, beradaptasi dan berkontribusi di lingkungan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidup sehat adalah tujuan semua orang. Salah satu yang mempengaruhi kualitas hidup individu adalah kondisi fisiknya sendiri. Sehingga manusia yang sehat sudah tentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. sehingga dengan demikian walaupun etiologi LBP dapat bervariasi dari yang

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. sehingga dengan demikian walaupun etiologi LBP dapat bervariasi dari yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan manifestasi keadaan patologik yang dialami oleh jaringan atau alat tubuh yang merupakan bagian pinggang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan menjadi sekitar 11,34%. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan menjadi sekitar 11,34%. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2000 sebesar 7,28% dan pada tahun 2020 diperkirakan menjadi sekitar 11,34%. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menyatakan bahwa

Lebih terperinci

PENGARUH FREE ACTIVE EXERCISE TERHADAP PENINGKATAN RANGE OF MOTION SENDI LUTUT WANITA LANJUT USIA

PENGARUH FREE ACTIVE EXERCISE TERHADAP PENINGKATAN RANGE OF MOTION SENDI LUTUT WANITA LANJUT USIA PENGARUH FREE ACTIVE EXERCISE TERHADAP PENINGKATAN RANGE OF MOTION SENDI LUTUT WANITA LANJUT USIA DI POSYANDU LANSIA SRIKANDI DESA SAMPANG GEDANG SARI GUNUNG KIDUL SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci