DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN. 01 A. Latar Belakang.. 01 Tujuan Instruksional Umum.. 01 Tujuan Instruksional Khusus. 01

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN. 01 A. Latar Belakang.. 01 Tujuan Instruksional Umum.. 01 Tujuan Instruksional Khusus. 01"

Transkripsi

1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN. 01 A. Latar Belakang.. 01 Tujuan Instruksional Umum.. 01 Tujuan Instruksional Khusus. 01 BAB II UNIT DAN SATUAN.. 03 A. Paparan. 03 B. Laju Paparan Pengukuran Paparan Bilik Udara Bebas Pengukuran Bilik Dindin Udara.. 06 C. Dosis Serap Laju Dosis Serap Hubungan Dosis Serap dan Paparan 09 D. Kerma 10 E. Dosis Ekivalen 11 F. Dosis Efektif.. 13 G. Dosis terikat 15 H. Dosis Kolektif 15 BAB. III DOSIMETRI EKSTERNA 18 A. Faktor Gamma.. 18 B. Laju Paparan dari Sumber Gamma Berbentuk Titik. 21 C. Rumus Pendekatan Laju Dosis Ekivalen.. 21 BAB IV. DOSIMETRI INTERNA 23 A. Waktu Paro Efektif 23 B. Radioisotop Pemancar Partikel Alfa dan Beta. 23 C. Radioisotop Pemancar Gamma 24 D. Dosimetri Neutron 25 Daftar Pustaka.. 29

2 DOSIMETRI BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Dosimetri radiasi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari berbagai besaran dan satuan dosis radiasi, sedangkan pengertian dosis adalah kuantisasi dari proses yang ditinjau sebagai akibat radiasi mengenai materi. Dalam hal ini, berbagai faktor yang perlu diperhatikan antara lain adalah jenis radiasi dan bahan yang dikenainya. Apabila yang terkena radiasi adalah benda hidup, maka perlu juga diperhatikan tingkat kepekaan masing-masing jaringan tubuh terhadap radiasi. Demikian pula apabila zat radioaktif sebagai sumber radiasi masuk ke dalam tubuh, maka pola distribusi dan proses metabolisme yang terjadi di dalam tubuh sangat perlu diperhatikan. Dalam modul ini akan diuraikan pengertian paparan dan satuan paparan, pengertian dan satuan dosis serap, kerma dan faktor kualitas/bobot radiasi, pengertian dan satuan dosis ekivalen dan faktor bobot jaringan, pengertian dan satuan dosis efektif, pengertian dosimetri interna dan dosis kolektif, hubungan aktivitas sumber radiasi gamma dan laju paparan serta konstanta gamma, pengertian dosis serap sumber gamma titik dan diameter besar, waktu paro efektif, laju dosis radioisotop pemancar alfa, beta dan gamma yang terdeposit dalam organ tubuh dan dosimetri neutron. Tujuan Instruksional Umum: Setelah perkuliahan ini diharapkan para siswa mampu memahami satuansatuan dosis radiasi dan menguasai konsep dasar pengukuran dosis. Tujuan Instruksional Khusus: Setelah pekuliahan ini diharapkan para siswa mampu: 1

3 1. Menjelaskan penerapan satuan-satuan dosis radiasi. 2. Menguraikan konsep paparan, dosis serap, kerma, dosis ekivalen dan dosis ekivalen efektif. 3. Memahami konsep dosimetri interna dan dosimetri neutron. 4. Melakukan perhitungan sederhana dosimetri dalam hubungan dengan jarak, aktivitas sumber gamma dsb. 2

4 BAB II. UNIT DAN SATUAN A. Paparan Besaran radiasi yang untuk pertama kali diperhatikan adalah paparan (exposure), dengan simbol X, yang pada kongres Radiologi tahun 1928 didefinisikan sebagai kemampuan radiasi sinar-x atau gamma untuk menimbulkan ionisasi di udara dalam volume tertentu. Satuan paparan merupakan suatu ukuran fluks foton dan bertalian dengan jumlah energi yang dipindahkan dari medan sinar-x pada suatu satuan masa udara. Satu satuan paparan didefinisikan sebagai jumlah radiasi gamma atau X yang di udara menghasilkan ion-ion yang membawa 1 coulomb muatan, dengan tanda apapun, per kilogram udara. 1 satuan X = 1 C/kg udara.. (II-1) Secara matematis paparan dapat dituliskan sebagai: dq X =. (II-2) dm dq adalah jumlah muatan pasangan ion yang terbentuk dalam suatu elemen volume udara bermassa dm. Pada sistem satuan internasional (SI), satuan paparan adalah coulomb/kilogram (C/kg). Pengertian 1 C/kg adalah besar paparan yang dapat menyebabkan terbentuknya muatan listrik sebesar satu coulomb pada suatu elemen volume udara yang mempunyai massa 1 kg. Pada awalnya, dengan sistem CGS digunakan satuan Roentgen (R). Satu roentgen didefinisikan sebagai sebagai intensitas sinar-x yang 3

5 menghasilkan ionisasi di udara sebanyak 1,61 x pasangan ion per kg udara. Karena 1 buah ion bermuatan listrik 1,6 x C maka: 1 R = 1,61 x (kg -1 ) x 1,6 x (C) 1 R = 2,58 x 10-4 C/kg. Pada tahun 1973 satuan ini didefinisikan ulang sehingga berlaku juga untuk sinar-γ. Pengertian baru dari rontgen ini adalah bahwa: 1 R merupakan kuantitas radiasi sinar-x atau sinar-γ yang menghasilkan 1 esu ion positif atau negatif di dalam 1 cm 3 udara normal (NPT). Dari definisi baru tersebut, energi sinar-x atau sinar-γ yang terserap di dalam 1 gram udara dapat menjadi: 1 R = 1 esu/cm 3 udara (NPT) Karena muatan satu pasang ion adalah 4,8 x esu, maka: 1 esu = (1/4,8) x pasang ion, sehingga: 1 R = (1/4,8) x pasang ion/cm 3 -udara (NPT) Untuk menghasilkan satu pasang ion di udara diperlukan energi sekitar 34 ev, sehingga: 1 R = (34/4,8) x ev/cm 3 -udara (NPT) Karena 1 ev=1,6x10-12 erg, dan 1 cm 3 udara beratnya adalah: 0, gr, maka: 1 R = [(34/4,8) x ] [(1,6/0,001293) x ] erg/gr 1 R = 87,7 (erg/gr) = 0,00877 (J/kg) 4

6 B. Laju Paparan Laju paparan adalah besar paparan persatuan waktu, dan diberi simbol X 0. Satuan laju paparan dalam SI adalah C/kg.jam dan satuan lama adalah R/jam. 1. Pengukuran Paparan: Bilik Udara Bebas (Free Air Chamber) Bagaimanakah pada awalnya orang mengukur laju paparan? NBS Handbook No 64 tahun 1957 menggambarkan suatu desain bilik ionisasi udara bebas sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar 1. Gambar 1. Diagram skematik bilik ionisasi udara bebas Berkas sinar-x masuk melalui pintu dan berinteraksi dengan gumpalan udara berbentuk silindris yang dibatasi oleh diafragma pintu masuk. Pelat Kolektor C mengumpulkan ion-ion yang dihasilkan dari interaksi antara sinar-x dengan volume udara. Gelang pengaman (guard ring), G dan kawat tangkap (guard wire), W, membantu mempertahankan agar garis-garis medan listrik ini tetap lurus dan tegak lurus pada pelat tersebut. Kawat-kawat tangkap tersebut dihubungkan dengan suatu jaringan pembagi voltase untuk memastikan adanya beda potensial merata pada lempeng/pelat tersebut. 5

7 Jumlah ion yang terkumpul karena interaksi sinar-x dalam volume pengumpul dihitung dari aliran arus, dan kemudian angka dosis dapat dihitung dalam rontgen persatuan waktu. Untuk satuan paparan yang akan diukur dengan cara ini, maka semua energi dari elektron-elektron utama harus tersebar dalam udara yang terdapat dalam alat ukur tersebut. Syarat ini dapat dipenuhi dengan membuat suatu bilik udara yang lebih besar dari jangkauan maksimum elektron-elektron utama. (Untuk sinar-sinar-x 300 kev, jarak antara pelat-pelat pengumpul (kolektor) adalah sekitar 30 cm, dan kotak keseluruhannya merupakan suatu kubus yang bersisi 50 cm). Dengan ukuran yang sebesar itu, maka pengukuran menjadi tidak praktis dari segi proteksi radiasi. Beberapa kelemahan lain juga kemudian terbukti bahwa desain tersebut hanya menjamin pengukuran sinar-x dengan energi di atas 500 kv. 2 Pengukuran Paparan: Bilik Dinding Udara (Air Wall Chamber) Untuk memperbaiki pengukuran laju paparan, dibuat suatu bilik ionisasi dinding udara dalam bentuk kapasitor listrik dengan ukuran sekitar 2 cm 3. Prinsip pengoperasiannya dapat dijelaskan dengan bantuan diagram berikut: Gambar 2. Diagram skematik bilik ionisasi dinding udara Instrumen terdiri atas dinding luar yang berbentuk silindris, dengan tebal sekitar 4,75 mm, yang terbuat dari plastik penghantar listrik. Sebuah kawat pusat, yang koaksial (satu sumbu) dengan dinding luar, 6

8 namun dipisahkan dengan suatu isolator yang bermutu tinggi. Kawat pusat (sentral), atau anoda sentral ini bermuatan positif sehubungan dengan dinding tersebut. Bilamana bilik tersebut disinari dengan radiasi gamma atau sinar-x, maka ionisasi yang dihasilkan dalam rongga pengukuran tersebut, sabagai hasil dari interaksi antara foton dan dinding, akan menghilangkan muatan kondensor tersebut, dan dengan demikian menurunkan potensial anoda. Penurunan voltase anoda ini berbanding lurus dengan paparan radiasi. Penentuan ketebalan optimum dapat diilustrasikan melalui suatu eksperimen yang membuat ionisasi yang dihasilkan dalam rongga suatu bilik ionisasi diukur bersamaan dengan peningkatan ketebalan dinding dari suatu dinding yang sangat tipis hingga mencapai suatu ketebalan yang relatif tebal. Dalam melaksanakan eksperimen ini kita harus mencegah elektron-elektron sekunder yang terbentuk di luar dinding bilik serta sinar-sinar beta yang berasal dari sumber sinar gamma agar tidak mencapai volume sensitif pada bilik tersebut. Bilamana hal ini dilakukan dan ionisasi dalam rongga tersebut diplot terhadap ketebalan dinding, maka akan dihasilkan sebuah kurva yang diperlihatkan dalam gambar 3. Gambar 3. Jumlah pasangan ion per satuan volume sebagai 7

9 fungsi ketebalan dinding. Karena bahan dinding diasumsikan berkaitan dengan ekivalensi udara, maka respon bilik ionisasi menjadi bersifat tergantung pada energi. Dengan memilih bahan dinding dan ketebalan yang sesuai, maka nilai maksimum dalam kurva pada Gambar 3. dapat dibuat cukup lebar, dan bilik ionisasi, sebagai akibatnya, dibuat relatif tidak terikat (independen) pada energi dalam kisaran energi kuantum yang cukup lebar. Hal-hal lebih jauh mengenai metode pengukuran dosis radiasi dan besaran-besaran lainnya akan dibicarakan secara lebih rinci pada modul Alat Ukur Radiasi. C. Dosis Serap Dosis serap (D) adalah energi rata-rata yang diberikan oleh radiasi pengion sebesar de kepada bahan yang dilaluinya dengan massa dm. Satuan yang digunakan sebelumnya adalah rad. Satu rad adalah energi rata-rata sebesar 100 erg yang diserap bahan dengan massa 1 gram. yang didefinisikan sebagai: 1 rad = 100 erg/gr 1 gray (Gy) = 100 rad Satuan dosis serap dalam SI adalah Joule/kg atau sama dengan gray (Gy). Satu gray adalah dosis radiasi yang diserap dalam satu joule per kilogram. 1 gray (Gy) = 1 joule/kg Secara matematis dosis serap dituliskan sebagai berikut: de D =. (II-3) dm 8

10 de adalah energi yang diserap oleh bahan yang mempunyai massa dm. Besaran dosis serap ini berlaku untuk semua jenis radiasi dan semua jenis bahan yang dikenainya, namun bila menyangkut akibat paparan terhadap mahluk hidup, maka informasi yang diperoleh tidak cukup. Jadi diperlukan besaran lain yang sekaligus memperhitungkan efek radasi untuk jenis radiasi yang berbeda. 1. Laju Dosis Serap Laju dosis serap adalah dosis serap per satuan waktu, dan diberi simbol o D. Satuan laju dosis serap dalam SI adalah joule/kg.jam atau gray/jam (Gy/jam) dan dalam satuan lama adalah rad/jam. 2. Hubungan Dosis Serap dan Paparan Hubungan laju dosis serap dengan laju paparan adalah: D = f x X. (II-4) Keterangan: D = dosis serap (Rad) X = paparan (R) f = faktor konversi dari laju paparan ke laju dosis serap (Rad/R) Jadi, bila medium yang digunakan udara, maka f = 0,877 rad/r, sebagaimana dijelaskan pada bagian akhir fasal 2.1. Bila medium yang digunakan bukan udara maka faktor konversi dari laju paparan ke laju dosis serap adalah: f = µ ρ µ ρ m 0,877 (II-5) u 9

11 dengan µ ρ m adalah koefisiens atenuasi massa medium (cm 2 /gr) dan µ ρ u adalah koefisien atenuasi massa udara (cm 2 /gr) Tabel II-1 Konversi dosis serap terhadap paparan pada foton berbagai energi Nilai f dalam Energi Foton Nilai f dalam Nilai f dalam Tulang Keras (MeV) Udara (rad/r) Otot (rad/r) (rad/r) 0,010 0,019 0,925 3,55 0,020 0,879 0,927 4,23 0,040 0,879 0,920 4,14 0,060 0,905 0,929 2,91 0,080 0,932 0,940 1,91 0,10 0,949 0,949 1,46 0,50 0,965 0,957 0,925 1,00 0,965 0,957 0,919 2,00 0,965 0,955 0,912 3,00 0,962 0,955 0,929 Berdasarkan nilai konversi dosis di atas, dalam bidang proteksi radiasi praktis, disepakati (ditetapkan) nilai konversi dosis (f) besarnya = 1 rad/r. 10

12 D. Kerma Dalam hal radiasi ionisasi langsung, seperti misalnya sinar-x dan netron cepat, kadang-kadang kita berkepentingan dengan energi kinetik awal dari partikel-partikel penyebab ionisasi utama (fotoelektron, elektron Compton, atau pasangan positron-negatron dalam kaitannya dengan radiasi foton dan inti yang terhambur sehubungan dengan netron cepat yang dihasilkan melalui interaksi radiasi insiden per satuan massa medium yang berinteraksi. Kuantitas (besaran) ini disebut sebagai kerma, dan dalam satuan SI diukur dalam satuan joule per kilogram, atau gray (atau dalam sistem satuan sebelumnya dalam rad). Kerma menurun secara kontinu bersama dengan bertambahnya kedalaman dalam medium penyerap, karena dosis yang diserap meningkat bersama bertambahnya kedalaman karena densitas partikel-partikel penyebab ionisasi utama dan ionisasi sekunder yang dihasilkan juga meningkat, sehingga dicapai suatu nilai maksimum. Setelah nilai maksimum itu, dosis yang terserap menurun bersama dengan menurunnya kedalaman secara kontinu. Dosis maksimum yang terjadi pada suatu kedalaman hampir sama dengan jangkauan maksimum partikel-partikel penyebab ionisasi utama (primer). Hubungan antara kerma dan dosis radiasi foton atau netron-netron cepat diperlihatkan dalam Gambar 6. Log dosis yang terserap atau Kerma Kerma Dosis Kedalaman pada Medium Penyerap Gambar 6. Hubungan antara Kerma dengan Dosis Radiasi Foton Dan Netron-Netron Cepat 11

13 E. Dosis Ekivalen Dosis Ekivalen (H) dapat didefinisikan sebagai dosis serap yang diterima oleh tubuh manusia secara keseluruhan dengan memperhatikan kualitas radiasi dalam merusak jaringan tubuh dan faktor metode perhitungan di laboratorium. Jadi, H merupakan hasil kali antara dosis serap (D), faktor kualitas (Q), dan perkalian antara seluruh faktor modifikasi lainnya (N). Seperti diketahui, dosis serap yang sama tetapi berasal dari jenis radiasi yang berbeda akan memberikan efek biologi yang berbeda pada sistem tubuh mahluk hidup. Pengaruh interaksi yang terjadi sepanjang lintasan radiasi di dalam jaringan tubuh yang terkena radiasi terutama berasal dari besaran proses yang disebut alih energi linier (LET, linear energy transfer). Yang paling berperan dalam hal ini adalah peristiwa ionisasi yang terjadi sepanjang lintasan radiasi di dalam materi yang dilaluinya. Dengan demikian daya ionisasi masing-masing jenis radiasi berbeda. Makin besar daya ionisasi, makin tinggi tingkat kerusakan biologi yang ditimbulkannya. Besaran yang merupakan kuantisasi dari sifat tersebut dinamakan faktor kualitas Q. Dengan demikian dosis serap H dapat dituliskan sebagai: H = D.Q.N. (II-6) Di sini, digunakan Sievert (Sv) untuk satuan dosis ekivalen dalam SI. 1 Sv = 1 J.kg -1 Dosis ekivalen juga dapat dinyatakan dalam satuan rem. 1 rem = 10-2 Sv 1 Sv = 100 rem Dalam perumusan di atas, digunakan N yang didefiniskan suatu faktor modifikasi, misalnya pengaruh laju dosis, distribusi zat radioaktif dalam tubuh, dsb. Untuk keperluan Proteksi Radiasi, faktor N tersebut selalu dianggap N=1. 12

14 Besaran yang merupakan kuantisasi radiasi untuk menimbulkan kerusakan pada jaringan/organ dinamakan faktor bobot radiasi (W r ). Faktor bobot radiasi sebelumnya juga disebut faktor kualitas (QF),. Sedangkan untuk aplikasi di bidang radiobiologi dinyatakan dengan relative biological effectiviness (RBE). Tabel II-2 menunjukan nilai faktor bobot radiasi berbagai jenis radiasi. Secara matematis dosis ekivalen dituliskan sebagai berikut: H = D x W )... ( r (II-7) Dengan H adalah dosis ekivalen. Satuan dosis ekivalen dalam SI adalah sievert (Sv) dan satuan lama adalah rem. Hubungan antara kedua satuan tersebut adalah: 1. Laju Dosis Ekivalen Laju dosis ekivalen adalah dosis ekivalen per satuan waktu, dan diberi simbol o H. Satuan laju dosis ekivalen dalam SI adalah sievert/jam (Sv/jam) dan satuan lama adalah rem/jam. Tabel II-2 Nilai faktor bobot berbagai jenis radiasi Jenis Radiasi W R (tanpa satuan) 1. Foton, untuk semua energi 1 2. Elektron dan muon, semua energi 1 3. Neutron dengan energi a. < 10 kev 5 b. 10 kev hingga 100 kev 10 c. > 100 kev hingga 2 MeV 20 d. > 2 MeV hingga 20 MeV 10 e. > 20 MeV 5 4. Proton, selain proton rekoil, dengan Energi> 2 MeV 5 5. Partikel alfa, fragmen fisi, inti berat 20 13

15 Catatan: i) semua harga tersebut berlaku untuk radiasi eksterna dan interna. ii) Untuk elektron tidak termasuk elektron Auger yang dipancarkan oleh inti yang terikat pada DNA. iii) Harga W R berdasarkan ICRP No.60 (1990) F. Dosis Efektif Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa pada paparan radiasi yang mengenai seluruh tubuh dengan setiap organ/jaringan menerima dosis ekivalen yang sama, terbukti bahwa efek biologi terhadap setiap organ/jaringan berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan sensitivitas organ/jaringan tersebut terhadap radiasi. (Dalam hal ini efek radiasi yang diperhitungkan adalah efek stokastik, sebab efek deterministik hanya akan terlihat akibatnya bila dosis yang diterima tubuh melebihi ambang batas tertentu. Di bawah ambang batas itu maka efek stokastik harus diperhatikan. Lihat modul Efek Radiasi Terhadap Tuuh Manusia.) Oleh sebab itu diperlukan besaran dosis lain yang disebut dosis efektif, dengan simbol E τ. Tingkat kepekaan organ atau jaringan tubuh terhadap efek stokastik akibat radiasi disebut faktor bobot organ atau faktor bobot jaringan tubuh, dengan simbol faktor bobot berbagai organ tubuh. W T. Tabel II-3 menggambarkan nilai Secara matematis dosis efektif diformulasikan sebagai berikut: atau, E E τ τ = ( WT H ).... (II-8) = ( Wr WT D) (II-9) Satuan dosis efektif ialah rem atau sievert (Sv) 14

16 Tabel II-3 Nilai Faktor Bobot Berbagai Organ Tubuh No Organ atau Jaringan Tubuh W T 1. Gonad 0,20 2. Sumsum Tulang 0,12 3. Colon 0,12 4. Lambung 0,12 5. Paru-paru 0,12 6. Ginjal 0,05 7. Payudara 0,05 8. Liver 0,05 9. Oesophagus 0, Kelenjar Gondok (Tiroid) 0, Kulit 0, Permukaan tulang 0, Organ atau jaringan tubuh lainnya 0,05 Catatan: Harga W T berdasarkan ICRP No. 60 (1990) Laju Dosis Efektif Definisi laju dosis ekivalen adalah dosis efektif per satuan waktu. Dan diberi simbol o E τ. Satuan laju dosis efektif ialah sievert/jam atau rem/jam. G. Dosis Terikat Dosis terikat adalah dosis total yang diterima akibat zat radioaktif masuk ke dalam tubuh atau paparan radiasi eksternal dalam selang waktu tertentu. Dosis terikat merupakan integral waktu dari laju dosis. Secara matematis dosis terikat dituliskan sebagai berikut: 15

17 t 0 D( t) = D dt (II-10) Dengan D(t) menyatakan dosis, D menyatakan dosis terikat dan (0,t) menyatakan selang waktu paparan atau selang waktu zat radioaktif masuk ke dalam tubuh (intake). Jika t tidak diketahui secara khusus, maka diambil harga 50 tahun untuk orang dewasa dan 70 tahun untuk anak-anak. Dosis terikat berlaku untuk dosis eksterna dan interna yang dapat dinyatakan dalam bentuk dosis serap terikat, dosis ekivalen terikat dan dosis efektif terikat. H. Dosis Kolektif Dosis kolektif ialah dosis ekivalen atau dosis efektif yang digunakan apabila terjadi paparan pada sejumlah besar populasi (penduduk). Paparan ini biasanya muncul apabila terjadi kecelakaan radiasi. Dalam hal ini perlu diperhitungkan distribusi dosis radiasinya dan distribusi populasi yang terkena paparan. Simbol untuk besaran dosis kolektif ini adalah S T dengan satuan sievert-man (Sv-man). Secara matematis dituliskan sebagai berikut: Untuk dosis ekivalen kolektif, S T = p H (II-11) Untuk dosis efektif kolektif S T = p E. (II-12) Keterangan: S T = dosis ekivalen kolektif p = jumlah populasi H = dosis ekivalen E = dosis efektif 16

18 Dosis kolektif digunakan untuk memperkirakan beberapa jumlah manusia dalam populasi tersebut yang akan menderita akibat radiasi, yaitu dengan memperhitungkan faktor resiko. Latihan: 1. Energi rata-rata yang diberikan oleh radiasi pengion sebesar de kepada bahan yang dilaluinya dengan massa dm disebut? 2. Desain perlindungan medis sinar-x didasarkan pada paparan mingguan maksimum sebesar 200 mr untuk daerah-daerah yang dikontrol dan 20 mr untuk daerah yang tidak terkontrol. Berapakah paparan yang cocok dinyatakan dalam satuan SI? 3. Berapa besarnya dosis ekivalen yang mengenai suatu organ/tisue, apabila diketahui dosis serap dari radiasi gamma adalah 0,5 Gy dan dosis serap dari radiasi neutron dengan energi 20 kev adalah 100 rad. 4. Berapa dosis efektif yang diterima pekerja secara total jika mendapat dosis serap radiasi sinar-x sebesar 2 gray pada organ gonad; 0,2 gray dari radiasi alfa pada lambung dan ginjal. Bila diketahui bahwa faktor bobot radiasi sinar-x dan alfa adalah 1 dan 20, sedangkan faktor bobot organ gonad, lambung dan ginjal masing-masing adalah 0,20; 0,12 dan 0, Berapa 150 mrad jika dikonversikan ke dalam satuan Gray? Jawaban 1. Dosis Serap 2. Untuk daerah yang dikontrol: 51,6 µc/kg Untuk daerah yang tidak dikontrol: 5,16 µc/kg 3. 10,5 sievert 4. 1,08 sievert 5. 1,5 mgy 17

19 BAB III. DOSIMETRI EKSTERNA Untuk menentukan besarnya paparan suatu sumber radiasi yang terletak di luar suatu medium atau di luar tubuh manusia pada suatu titik di udara diperlukan suatu pengukuran yang dinamakan dosimetri eksterna. Begitu juga untuk menentukan besarnya dosis yang diterima oleh suatu medium atau tubuh manusia dari suatu sumber yang terletak di luarnya, digunakan metode yang juga termasuk dosimetri eksterna. A. Faktor Gamma Persyaratan utama dalam proteksi radiasi apabila seseoang akan bekerja di dalam medan radiasi maka ia harus telah mengetahui laju paparan radiasi agar ia dapat bekerja dengan aman. Untuk sumber radiasi dalam bentuk titik, laju paparan dari sumber dengan aktivitas 1 Ci pada jarak 1 m telah diketahui dan disajikan pada table III.1 berikut. Tabel III.1. Laju Paparan Sinar-γ untuk bermacam-nacam isotop dengan aktivitas 1 Ci pada jarak 1 m Isotop Waktu Paro Energi Sinar-γ Laju Paparan pada (MeV) jarak 1 m (R/Jam) 22 Na 2,6 tahun 2,3 1,32 24 Na 15 jam 1,38 ; 2,76 1,89 42 K 12,4 jam 1,5 0,15 51 Cr 27 hari 0,32 0,02 52 Mn 5,7 hari 0,73 ; 1,46 1, Ir 74 hari 0,13-0,61 0,50 60 Co 5,3 tahun 1,17 ; 1,33 1, Cs 30 tahun 0,66 0,33 Ra(B+C) (utama 0.41) Catatan: 18

20 Filter 0,5 mm Pt (f=1, Q=1) Nilai laju paparan jarak 1 m dari sumber dengan aktivitas 1 Ci sebagaimana tercantum dalam table III.1, dinamakan konstanta gamma, Γ, yang kadang-kadang disebut juga sebagai faktor K. Untuk suatu sumber radiasi dengan energi E MeV, nilai konstanta gamma dapat ditentukan sebagai berikut: Energi radiasi yang dipancarkan oleh titik sumber radiasi energi tunggal dengan aktivitas 37 GBq atau 1 Ci adalah: 3,7 x x E MeV per detik (1 MeV = 1,6 x 10-6 erg) , 7x10 1,6 x10 x3600 µ Γ = x x E x( R / 2 4π x100 x87,7 ρ jam) pada jarak 1 m = 19,388 x [ ρ µ ] x E (R/jam) Untuk sumber radiasi yang memancarkan beberapa macam radiasi dengan energi yang berbeda-beda, nilai konstanta radiasi gamma adalah: Γ = 19,338 f 1 [ ρ µ ]1 x E 1 + f 2 [ ρ µ ]2 x E 2 +.f n [ ρ µ ]n x E n dengan f n = Prosentase radiasi gamma ke-n terhadap jumlah seluruh radiasi yang dipancarkan 19

21 Persamaan sebelumnya masih dapat disederhanakan. Untuk energi kuantum dari 60 kev hingga 2 MeV, koefisien serapan liniernya (µ) bervariasi kecil sekali terhadap energi, yaitu: µ = 3,5 x 10-5 cm -1, dan ρ = 1293 x 10-3 g/cm 3 Sehingga, pada jarak 1 m dari sumber dengan akitivitas 37 GBq atau 1 Ci n Γ = 0,53 fi E i (R/jam) i= 1 n = 0,59 fi E i (rad/jam) i= 1 Dengan demikian, secara umum dapat digunakan perumusan pendekatan sbb: Γ = 0,53 Σ f i E i [R.m2 / Ci.jam]. (III-1) Dengan f i = prosentase radiasi gamma dengan energi E i terhadap jumlah total radiasi yang dipancarkan E i = energi radiasi gamma Dari hasil perhitungan dengan menggunakan perumusan di atas, nilai dan satuan faktor gamma dapat disusun bervariasi, seuai dengan paparan atau besaran dosis yang akan digunakan. Lihat Tabel III.2 dan bandingkan dengan Tabel III.1 yang dibuat berdasarkan hasil pengukuran paparan di lapangan. Tabel III.2 Faktor Gamma Radioisot op Ener gi (MeV Γ (R.m2/Ci.h) Γ k [µgy.m2/mbq.h] Γ 1cm [µsv.m2/mb q.h] 20

22 ) Na-22 1,27 5 Na-24 1,36 9 2,75 4 Co-60 1,17 3 1,33 3 I-131 0,36 4 Cs-137 0,66 2 Ir-192 0,31 7 0,46 8 Au-198 0,41 6 1,19 0,280 0,327 1,82 0,431 0,486 1,30 0,306 0,347 0,22 0,0512 0,0648 0,34 0,0771 0,0910 0,48 0,109 0,138 0,24 0,0545 0,0683 Catatan: menurut JRIA (Japan Radioisotop Association), ICRU 1985 B. Laju Paparan dari Sumber Gamma Berbentuk Titik Nilai laju paparan pada jarak r meter dari sumber radiasi gamma berbentuk titik dengan aktivitas sebesar A curie adalah: o X = ΓA/r 2. (III-2) Dengan: Γ A o X = laju paparan (R/jam) = faktor gamma (R.m2/Ci.jam) = Aktivitas (Ci) 21

23 r = jarak (m) Harus diingat bahwa sumber yang digunakan untuk penerapan rumus di atas adalah bergeometri titik. Artinya, ukurannya dapat diabaikan jika dibandingkan dengan jarak pengamatan. C. Rumus Pendekatan Laju Dosis Ekivalen Hubungan antara laju dosis ekivalen dengan aktivitas dapat ditentukan dengan menggunakan rumus pendekatan sebagai berikut: o H = A.E./6.r 2 (µsv/jam).. (III-3) Dengan: A= aktivitas (MBq) E = energi (MeV) r = jarak (meter) Latihan 1. Sumber radiasi 5 Ci Cs-137 akan digunakan dalam industri. Perlu diketahui laju paparan pada jarak 10 m dari sumber agar selanjutnya dapat diperhitungkan besar dosis serap dan dosis ekivalennya. 2. Hitung laju dosis ekivalen pada jarak 2 m dari 240 Mbq Co-60, Energi Gamma Co-60: 1,17 MeV dan 1,33 MeV per peluruhan 3. Jika diketahui laju paparan radiasi Co-60 pada jarak 5 meter adalah 52 mr/jam dan faktor gamma untuk Co-60 Γ = 1,3 (R.m 2 /Ci.jam) maka berapakah aktivitas sumber Co-60 tersebut? 4. Sumber radiasi Ir-192 dengan aktivitas 2 Ci pada 5 bulan yang lalu akan digunakan di Industri (T 1/2 Ir-192 = 75 hari). Berapa laju paparan pada jarak 10 meter apabila diketahui faktor gamma untuk Ir-192 Γ = 0,5 (R.m 2 /Ci.jam) 5. Pada Jarak berapakah jika diketahui laju dosis ekivalen Co-60 adalah 25 µsv, aktivitas sumber Co-60 adalah 960 MBq, dan energi gamma Co-60 adalah: 1,17 MeV dan 1,33 MeV? 22

24 Jawaban 1. Dari table data dilihat: T untuk Cs-137 = 0,33 2. o 0,33 x5 X 10 m = 2 10 = 0,0165 R/jam = 16,5 mr/jam Faktor konversi f berdasarkan pertimbangan praktis proteksi radiasi dianggap mendekati satu (f 1) D 10m = 1 x 16,5 mr/jam = 16,5 mrem/jam H 10m = D 10m Q = 16,5 x 1 = 16,5 mrem/jam o H = A.E./6.r 2 (µsv/jam) = 240 (1,17 + 1,33) / (6 x 2 2 ) = 25 µsv/jam mci 4. 2,5 mr/jam 5. 4 meter 23

25 BAB IV. DOSIMETRI INTERNA A. Waktu Paro Efektif Apabila terjadi masukan zat radioaktif, maka informasi lamanya zat radioaktif tinggal di dalam tubuh menjadi sangat penting. Dalam proteksi radiasi, konstanta peluruhan efektif (λ eff ) digunakan untuk menggambarkan laju peluruhan radiasi dan laju pengeluaran zat radioaktif dari dalam tubuh yang secara matematika dirumuskan sebagai berikut: λ eff = λ f + λ b (IV.1) dengan, λ eff = Konstanta peluruhan efektif λ f = Konstanta peluruhan fisik radionuklida λ b = Konstanta peluruhan biologi ln 2 Oleh karena λ = T berikut:, maka waktu paro effektif dapat dituliskan sebagai 1/T eff = 1/T f + 1/T b. (IV.2) dengan, T eff = waktu paro efektif radionuklida T f = waktu paro fisik radionuklida T b = waktu paro biologi radionuklida di dalam tubuh Waktu paro fisik radionuklida hanya bergantung kepada jenis radionuklida. Waktu paro biologi dan waktu paro efektif tergantung pada sifat kimia dan sifat fisika kontaminan radioaktif serta karakteristik anatomi, karakteristik fisiologi dan karakteristik metabolisme seseorang. 24

26 B. Radioistop Pemancar Partikel alfa dan Beta Perhitungan dosis serap dari radioisotop yang terdeposit dalam tubuh mengacu pada definisi gray. Bila radioisotop pemancar partikel alfa dan beta terdistribusi secara merata di dalam tubuh, maka energi yang diserap sama dengan energi yang dipancarkan. Energi yang diserap per satuan massa per peluruhan disebut Energi Efektif Spesifik (Specific Effective Energy/SEE). Untuk radioisotop pemancar partikel, SEE adalah energi rata-rata dibagi dengan massa jaringan tubuh dimana radioisotop terdeposit. SEE (α atau β) = Eα atau β m MeV dis Kg (IV.3) laju dosis dari radioisotop tersebut dihitung dengan menggunakan rumus sbb: = D A Bq x 1 dis Bq.det ik x SEE MeV dis. kg 1 x J kg. Gy 1,6 x10 13 J MeV x 8,64x10 4 det k hari Atau, D = 8 1,3824 x 10 x A x SEE (IV.4) Gy hari C. Radioisotop Pemancar Gamma Bila diasumsikan bahwa radioisotop pemancar gamma yang terdeposit dalam organ tubuh berbentuk bola, maka laju dosis pada pusat bola D = C Γ g (IV.5) Dengan: C = Konsentrasi isotop (aktivitas per satuan volume) Γ = faktor gamma 25

27 g = faktor geometri g = v r e µ 2 0 r dv untuk keperluan proteksi radiasi, umumnya digunakan faktor geometri ratarata. Untuk geometri bola harga g rata-rata dinyatakan dengan g = 3 4 g pusat 4 µ R π g pusat = (1 e µ Dengan µ = koefisien serapan linier dan R = jari-jari bola. ) D. Dosimetri Neutron Dosis yang diserap dari suatu berkas neutron dapat dihitung dengan mempertimbangkan energi yang terserap oleh masing-masing jaringan yang bereaksi dengan neutron-neutron tersebut. Tipe reaksi, tentu saja tergantung pada energi neutron. Untuk neutron-neutron cepat, hingga sekitar 20 MeV, mekanisme perpindahan energi yang utama adalah tumbukan elastik sempurna, sedang neutron-neutron termal mungkin akan tertangkap oleh inti jaringan dan memulai reaksi inti. Sehubungan dengan penghamburan elastik, inti-inti yang terhambur melepaskan energinya di sekitar interaksi neutron primer. Dosis radiasi yang terserap secara lokal dengan cara ini disebut sebagai dosis tumbukan yang pertama, dan keseluruhannya ditentukan oleh fluks neutron primer; setelah interaksi utama ini, neutron yang terhambur tidak lagi dipertimbangkan. Untuk neutron-neutron cepat, angka dosis tumbukan pertama dari neutron yang berenergi E adalah: 26

28 φ( E) E N i σ i ( E) = n 1J / kg Gy D f i Dengan: φ (E) = fluks neutron yang energinya sebesar E, [neutron/cm2- det] E = energi neutron, dalam joule N i = atom per kilogram pada unsure ke-i σ I = sayatan melinting penghamburan dari unsure ke-i untuk neutron yang berenergi E, dalam satuan barn x cm2 f = fraksi energi rata-rata yang dipindahkan dari neutron ke atom yang terhambur pada saat bertumbukan dengan neutron untuk penghambur isotropis, fraksi rata-rata energi neutron yang dipindahkan dalam suatu tumbukan dengan sebuah inti yang bernomor massa atom M adalah: 2M f = ( M + 1) 2 Komposisi jaringan lunak, untuk maksud dosimetri radiasi, diberikan dalam tabel IV.1. Tabel tersebut juga mencantumkan fraksi rata-rata dari energi neutron yang dipindahkan ke masing-masing unsur penyusun jaringan. Tabel IV. Komposisi Jaringan Buatan Unsur % Massa N, atom/kg f Oksigen ,69 x ,111 Karbon 14,89 6,41 x ,142 Hidrogen 10,00 5,98 x ,500 Nitrogen 3,47 1,49 x ,124 Sodium 0,15 3,93 x ,080 Khlor 0,10 1,70 x ,053 Untuk energi neutron-neutron thermal, terdapat dua reaksi yang dipertimbangan, yakni, reaksi 14 N(n,p) 14 C dan kreaksi 1 H(n, γ) 2 H Untuk reaksi yang disebut pertama, angka dosis bisa dihitung dari persamaan 27

29 D np φ = N σ 13 Q x1.6 x10 J / MeV 1 J / kg Gy Dengan: φ = fluks termal, neutron per cm 2 tiap detik N = jumlah atom nitrogen per kg jaringan 1,49 x σ = sayatan melintang penyerapan nitrogen, 1,75 x cm 2 Q = energi yang dibebaskan oleh reaksi = 0,63 MeV Reaksi berikutnya, 1 H(n, γ) 2 H setara dengan memiliki isotop yang memancarkan gamma yang tersebar secara merata di seluruh tubuh, dan menimbulkan suatu dosis sinar gamma otointegral. Aktivitas jenis (spesifik) dari pemancar gamma yang tersebar ini, jumlah reaksi tiap detik per gram, ditentukan oleh fluks neutron, dan disajikan oleh persamaan: Dengan: A= φ Nσ Bq /kg φ = fluks thermal, neutron per cm 2 tiap detik N = jumlah atom hidrogen per kg jaringan = 5,98 x σ = sayatan melintang penyerapan hidrogen = 0,33 x cm 2 Dalam hal ini, kita tidak dapat menambahkan dosis sinar gamma otointegral ke dalam dosis yang didapat dari reaksi n,p karena dosis serapan sebesar 1 Gy radiasi gamma secara biologis tidak setara dengan 1 Gy radiasi foton. Latihan 1. Diketahui laju dosis per hari dari radioisotop S-35 adalah 3, Gy/hari dengan maksimum energi 0,1674 MeV yang terdistribusi merata pada testis, berapa aktivitas S-35 jika berat testis 18 gram? 2. Radioisotop pemancar alfa dengan aktivitas 30 MBq terhisap dalam paru-paru. Jika energi rerata partikel alfa itu adalah 5 MeV dan terserap 28

30 seluruhnya dalam jaringan paru-paru, berapa laju dosis serap dalam paru-paru? Massa paru-paru = 1000 g. 3. Volume bilik = 2 cm3 Bilik diisi dengan udara pada S.T.P Kapasitas listrik = 5 µµf Voltase pada bilik sebelum diadakan paparan = 180 V Voltase pada bilik setelah diadakan paparan = 160 V Waktu paparan = 0,5 jam Hitunglah angka paparan radiasi dan angka paparan? 4. Berapakah angka dosis yang terserap oleh suatu jaringan lunak dalam suatu berkas neutron 5-MeV yang intensitasnya adalah 2000 neutron per cm2 tiap detik? Sayatan melintang penghamburan dari masing-masing unsur pada jaringan tersebut untuk neutron 5 MeV, dicantumkan sebagai berikut: Unsur σ, cm 2 N i σ i f i O 1,55 X ,628 X 10 0 C 1,65 X ,502 X 10 0 H 1,50 X ,485 X 10 1 N 1,00 X ,848 X 10-1 Na 2,3 X ,231 X 10-3 Cl 2,8 X ,523 X 10-3 Σ N i σ i f i = 5,117 x 10 1 cm 2 /kg 5. Berapakah angka dosis yang terserap oleh orang yang memiliki berat 70 kg dari suatu paparan keseluruhan tubuh dengan fluks thermal rata-rata sebesar neutron per cm 2 tiap detik? 29

31 30

32 Daftar Pustaka 1. Keputusan Kepala BAPETEN No.01/Ka-BAPETEN/V-1999 tentang Ketentuan Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi. 2. Herman Cember, Introduction to Health Physics, Pergamon Press, John Lilley, Nuclear Physics: Principles and Applications, John Wiley & Sons, Glenn F. Knoll, Radiation Detection and Measurement, John Wiley & Sons, Nicholas Tsoulfanidis, Measurement and Detection of Radiation, Hemisphere Publishing Corp., J.U. Burnham, Radiation Protection, New Brunswick Power Corp.,

BAB II Besaran dan Satuan Radiasi

BAB II Besaran dan Satuan Radiasi BAB II Besaran dan Satuan Radiasi A. Aktivitas Radioaktivitas atau yang lebih sering disingkat sebagai aktivitas adalah nilai yang menunjukkan laju peluruhan zat radioaktif, yaitu jumlah inti atom yang

Lebih terperinci

BAB III BESARAN DOSIS RADIASI

BAB III BESARAN DOSIS RADIASI BAB III BESARAN DOSIS RADIASI Yang dimaksud dengan dosis radiasi adalah jumlah radiasi yang terdapat dalam medan radiasi atau jumlah energi radiasi yang diserap atau diterima oleh materi yang dilaluinya.

Lebih terperinci

TEORI DASAR RADIOTERAPI

TEORI DASAR RADIOTERAPI BAB 2 TEORI DASAR RADIOTERAPI Radioterapi atau terapi radiasi merupakan aplikasi radiasi pengion yang digunakan untuk mengobati dan mengendalikan kanker dan sel-sel berbahaya. Selain operasi, radioterapi

Lebih terperinci

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional 1 Pokok Bahasan STRUKTUR ATOM DAN INTI ATOM A. Struktur Atom B. Inti Atom PELURUHAN RADIOAKTIF A. Jenis Peluruhan B. Aktivitas Radiasi C. Waktu

Lebih terperinci

BAB II RADIASI PENGION

BAB II RADIASI PENGION BAB II RADIASI PENGION Salah satu bidang penting yang berhubungan dengan keselamatan radiasi pengukuran besaran fisis radiasi terhadap berbagai jenis radiasi dan sumber radiasi. Untuk itu perlu perlu pengetahuan

Lebih terperinci

Materi. Radioaktif Radiasi Proteksi Radiasi

Materi. Radioaktif Radiasi Proteksi Radiasi Fisika Radiasi Materi Radioaktif Radiasi Proteksi Radiasi PENDAHULUAN kecil dan berbeda, sama atom- Perkembanagn Model Atom : * Model Atom Dalton: - Semua materi tersusun dari partikel- partikel yang sangat

Lebih terperinci

VII. PELURUHAN GAMMA. Sub-pokok Bahasan Meliputi: Peluruhan Gamma Absorbsi Sinar Gamma Interaksi Sinar Gamma dengan Materi

VII. PELURUHAN GAMMA. Sub-pokok Bahasan Meliputi: Peluruhan Gamma Absorbsi Sinar Gamma Interaksi Sinar Gamma dengan Materi VII. PELURUHAN GAMMA Sub-pokok Bahasan Meliputi: Peluruhan Gamma Absorbsi Sinar Gamma Interaksi Sinar Gamma dengan Materi 7.1. PELURUHAN GAMMA TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS: Setelah mempelajari Sub-pokok

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 3 BAB II STRUKTUR DAN INTI ATOM 5 A Struktur Atom 6 B Inti atom 9 1. Identifikasi Inti Atom (Nuklida) 9 2. Kestabilan Inti Atom 11 Latihan 13 Rangkuman Bab II. 14 BAB III PELURUHAN

Lebih terperinci

PELURUHAN GAMMA ( ) dengan memancarkan foton (gelombang elektromagnetik) yang dikenal dengan sinar gamma ( ).

PELURUHAN GAMMA ( ) dengan memancarkan foton (gelombang elektromagnetik) yang dikenal dengan sinar gamma ( ). PELURUHAN GAMMA ( ) Peluruhan inti yang memancarkan sebuah partikel seperti partikel alfa atau beta, selalu meninggalkan inti pada keadaan tereksitasi. Seperti halnya atom, inti akan mencapai keadaan dasar

Lebih terperinci

BAB V Ketentuan Proteksi Radiasi

BAB V Ketentuan Proteksi Radiasi BAB V Ketentuan Proteksi Radiasi Telah ditetapkan Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2000 tentang Keselamatan dan kesehatan terhadap pemanfaatan radiasi pengion dan Surat Keputusan Kepala BAPETEN No.01/Ka-BAPETEN/V-99

Lebih terperinci

MODEL ATOM. Atom : bagian terkecil suatu elemen yg merupakan suatu partikel netral, dimana jumlah muatan listrik positif dan negatif sama.

MODEL ATOM. Atom : bagian terkecil suatu elemen yg merupakan suatu partikel netral, dimana jumlah muatan listrik positif dan negatif sama. BAB.19 ATOM ATOM Atom : bagian terkecil suatu elemen yg merupakan suatu partikel netral, dimana jumlah muatan listrik positif dan negatif sama. MODEL ATOM J.JTHOMSON ( 1910 ) ERNEST RUTHERFORD ( 1911 )

Lebih terperinci

BAB I Jenis Radiasi dan Interaksinya dengan Materi

BAB I Jenis Radiasi dan Interaksinya dengan Materi BAB I Jenis Radiasi dan Interaksinya dengan Materi Radiasi adalah pancaran energi yang berasal dari proses transformasi atom atau inti atom yang tidak stabil. Ketidak-stabilan atom dan inti atom mungkin

Lebih terperinci

KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA. Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif

KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA. Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif Oleh : Arif Novan Fitria Dewi N. Wijo Kongko K. Y. S. Ruwanti Dewi C. N. 12030234001/KA12 12030234226/KA12 12030234018/KB12 12030234216/KB12

Lebih terperinci

PENGUKURAN RADIASI. Dipresentasikan dalam Mata Kuliah Pengukuran Besaran Listrik Dosen Pengajar : Dr.-Ing Eko Adhi Setiawan S.T., M.T.

PENGUKURAN RADIASI. Dipresentasikan dalam Mata Kuliah Pengukuran Besaran Listrik Dosen Pengajar : Dr.-Ing Eko Adhi Setiawan S.T., M.T. Dipresentasikan dalam Mata Kuliah Pengukuran Besaran Listrik Dosen Pengajar : Dr.-Ing Eko Adhi Setiawan S.T., M.T. Oleh : ADI WIJAYANTO 1 Adi Wijayanto Badan Tenaga Nuklir Nasional www.batan.go.id CAKUPAN

Lebih terperinci

Dualisme Partikel Gelombang

Dualisme Partikel Gelombang Dualisme Partikel Gelombang Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung agussuroso10.wordpress.com, agussuroso@fi.itb.ac.id 19 April 017 Pada pekan ke-10 kuliah

Lebih terperinci

INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI NANIK DWI NURHAYATI,S.SI,M.SI

INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI NANIK DWI NURHAYATI,S.SI,M.SI INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI NANIK DWI NURHAYATI,S.SI,M.SI suatu emisi (pancaran) dan perambatan energi melalui materi atau ruang dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau partikel 2 3 Peluruhan zat

Lebih terperinci

FISIKA ATOM & RADIASI

FISIKA ATOM & RADIASI FISIKA ATOM & RADIASI Atom bagian terkecil dari suatu elemen yang berperan dalam reaksi kimia, bersifat netral (muatan positif dan negatif sama). Model atom: J.J. Thomson (1910), Ernest Rutherford (1911),

Lebih terperinci

PELURUHAN SINAR GAMMA

PELURUHAN SINAR GAMMA PELURUHAN SINAR GAMMA Pendahuluan Radioaktivitas disebut juga peluruhan radioaktif, yaitu peristiwa terurainya beberapa inti atom tertentu secara spontan yang diikuti dengan pancaran partikel alfa (inti

Lebih terperinci

PELURUHAN RADIOAKTIF. NANIK DWI NURHAYATI,S.Si,M.Si nanikdn.staff.uns.ac.id

PELURUHAN RADIOAKTIF. NANIK DWI NURHAYATI,S.Si,M.Si nanikdn.staff.uns.ac.id PELURUHAN RADIOAKTIF NANIK DWI NURHAYATI,S.Si,M.Si nanikdn.staff.uns.ac.id 081556431053 Istilah dalam radioaktivitas Perubahan dari inti atom tak stabil menjadi inti atom yg stabil: disintegrasi/peluruhan

Lebih terperinci

ANALISIS DOSIS RADIASI PADA KOLAM AIR IRADIATOR GAMMA 2 MCi MENGGUNAKAN MCNP

ANALISIS DOSIS RADIASI PADA KOLAM AIR IRADIATOR GAMMA 2 MCi MENGGUNAKAN MCNP ANALISIS DOSIS RADIASI PADA KOLAM AIR IRADIATOR GAMMA 2 MCi MENGGUNAKAN MCNP Kristiyanti, Edy Karyanta Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir - BATAN Email : kristiyantiwst@yahoo.com ABSTRAK ANALISIS DOSIS RADIASI

Lebih terperinci

PELURUHAN RADIOAKTIF

PELURUHAN RADIOAKTIF PELURUHAN RADIOAKTIF Inti-inti yang tidak stabil akan meluruh (bertransformasi) menuju konfigurasi yang baru yang mantap (stabil). Dalam proses peluruhan akan terpancar sinar alfa, sinar beta, atau sinar

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN. Prasyarat : 1. Deteksi Dan Pengukuran Radiasi 2. Fisika Atom Dan Inti

RENCANA PROGRAM KEGIATAN. Prasyarat : 1. Deteksi Dan Pengukuran Radiasi 2. Fisika Atom Dan Inti RENCANA PROGRAM KEGIATAN Nama Matakuliah : Proteksi Radiasi Dan Keselamatan Kerja Kode/sks : TKN 364/3 sks Prasyarat : 1. Deteksi Dan Pengukuran Radiasi 2. Fisika Atom Dan Inti Status kuliah : Wajib DESKRIPSI

Lebih terperinci

FISIKA MODERN UNIT. Radiasi Benda Hitam. Hamburan Compton & Efek Fotolistrik. Kumpulan Soal Latihan UN

FISIKA MODERN UNIT. Radiasi Benda Hitam. Hamburan Compton & Efek Fotolistrik. Kumpulan Soal Latihan UN Kumpulan Soal Latihan UN UNIT FISIKA MODERN Radiasi Benda Hitam 1. Suatu benda hitam pada suhu 27 0 C memancarkan energi sekitar 100 J/s. Benda hitam tersebut dipanasi sehingga suhunya menjadi 327 0 C.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker merupakan suatu penyakit dimana pembelahan sel tidak terkendali dan akan mengganggu sel sehat disekitarnya. Jika tidak dibunuh, kanker dapat menyebar ke bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Radiasi nuklir merupakan suatu bentuk pancaran energi. Radiasi nuklir dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan kemampuannya mengionisasi partikel pada lintasan yang dilewatinya,

Lebih terperinci

PENEMUAN RADIOAKTIVITAS. Sulistyani, M.Si.

PENEMUAN RADIOAKTIVITAS. Sulistyani, M.Si. PENEMUAN RADIOAKTIVITAS Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id SINAR KATODE Penemuan sinar katode telah menginspirasi penemuan sinar-x dan radioaktivitas Sinar katode ditemukan oleh J.J Thomson

Lebih terperinci

X. ADMILNISTRASI. 1. Konsep satuan-satuan radiasi. Besaran-besaran radiologis yang banyak digunakan dalam proteksi radiasi adalah :

X. ADMILNISTRASI. 1. Konsep satuan-satuan radiasi. Besaran-besaran radiologis yang banyak digunakan dalam proteksi radiasi adalah : X. ADMILNISTRASI Dalam bekerja dengan radioisotop dan sumber radiasi lainnya, kita hams selalu berhati-hati terhadap efek biologis dari radiasi. Radiasi tak terlihat dan tak terasa, hanya setelah beberapa

Lebih terperinci

ANALISIS WAKTU PELURUHAN TERHADAP PERSYARATAN DOSIS RADIOISOTOP UNTUK PEMERIKSAAN GONDOK

ANALISIS WAKTU PELURUHAN TERHADAP PERSYARATAN DOSIS RADIOISOTOP UNTUK PEMERIKSAAN GONDOK ANALISIS WAKTU PELURUHAN TERHADAP PERSYARATAN DOSIS RADIOISOTOP UNTUK PEMERIKSAAN GONDOK Kristiyanti 1, Wahyuni Z Imran 1, Lely Yuniarsari 1 1 Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir BATAN ABSTRAK ANALISIS WAKTU

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Atom berasal dari bahasa Yunani atomos yang artinya tidak dapat dibagi-bagi lagi.

PENDAHULUAN. Atom berasal dari bahasa Yunani atomos yang artinya tidak dapat dibagi-bagi lagi. PENDAHULUAN Atom berasal dari bahasa Yunani atomos yang artinya tidak dapat dibagi-bagi lagi. Demokritus (460-370-S.M) Bagian terkecil yang tidak dapat dibagi lagi disebut: ATOM Konsep atom yang dikemukakan

Lebih terperinci

Penulis koresponden. Alamat

Penulis koresponden. Alamat Analisis Radiasi Sinar Gamma (γ) Yang Dipancarkan Pesawat Televisi Di Warung Internet (Warnet) Game On Line Jumardin *1, Sri Suryani 1, dan Dahlang Tahir 2 1 Jurusan Fisika, FMIPA UNNHAS, Kampus UNHAS

Lebih terperinci

Partikel sinar beta membentuk spektrum elektromagnetik dengan energi

Partikel sinar beta membentuk spektrum elektromagnetik dengan energi Partikel sinar beta membentuk spektrum elektromagnetik dengan energi yang lebih tinggi dari sinar alpha. Partikel sinar beta memiliki massa yang lebih ringan dibandingkan partikel alpha. Sinar β merupakan

Lebih terperinci

Dasar Fisika Radiasi. Daftar Isi

Dasar Fisika Radiasi. Daftar Isi Dasar Fisika Radiasi (Hendriyanto Haditjahyono) Daftar Isi I. Pendahuluan... 2 II. Struktur Atom dan Inti Atom... 4 II.1 Struktur Atom...5 II.2 Inti Atom...8 III. Peluruhan Radioaktif... 13 III.1 Jenis

Lebih terperinci

PREDIKSI UN FISIKA V (m.s -1 ) 20

PREDIKSI UN FISIKA V (m.s -1 ) 20 PREDIKSI UN FISIKA 2013 1. Perhatikan gambar berikut Hasil pengukuran yang bernar adalah. a. 1,23 cm b. 1,23 mm c. 1,52mm d. 1,73 cm e. 1,73 mm* 2. Panjang dan lebar lempeng logam diukur dengan jangka

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD 01) FISIKA INTI

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD 01) FISIKA INTI A. Materi Pembelajaran : Struktur Inti LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD 01) FISIKA INTI B. Indikator Pembelajaran : 1. Mengidentifikasi karakterisrik kestabilan inti atom 2. Menjelaskan pengertian isotop,isobar

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1994

Fisika EBTANAS Tahun 1994 Fisika EBTANAS Tahun 1994 EBTANAS-94-01 Diantara kelompok besaran di bawah ini yang hanya terdiri dari besaran turunan saja adalah A. kuat arus, massa, gaya B. suhu, massa, volume C. waktu, momentum, percepatan

Lebih terperinci

PENEMUAN RADIOAKTIVITAS. Sulistyani, M.Si.

PENEMUAN RADIOAKTIVITAS. Sulistyani, M.Si. PENEMUAN RADIOAKTIVITAS Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id APA ITU KIMIA INTI? Kimia inti adalah ilmu yang mempelajari struktur inti atom dan pengaruhnya terhadap kestabilan inti serta reaksi-reaksi

Lebih terperinci

Fungsi distribusi spektrum P (λ,t) dapat dihitung dari termodinamika klasik secara langsung, dan hasilnya dapat dibandingkan dengan Gambar 1.

Fungsi distribusi spektrum P (λ,t) dapat dihitung dari termodinamika klasik secara langsung, dan hasilnya dapat dibandingkan dengan Gambar 1. Fungsi distribusi spektrum P (λ,t) dapat dihitung dari termodinamika klasik secara langsung, dan hasilnya dapat dibandingkan dengan Gambar 1. Hasil perhitungan klasik ini dikenal sebagai Hukum Rayleigh-

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 PEKAN VIII

SOAL LATIHAN PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 PEKAN VIII SOAL LATIHAN PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 PEKAN VIII 1. Tumbukan dan peluruhan partikel relativistik Bagian A. Proton dan antiproton Sebuah antiproton dengan energi kinetik = 1,00 GeV menabrak proton

Lebih terperinci

PEMANTAUAN PAPARAN RADIASI DAN KONTAMINASI RADIOAKTIF DI RUANG PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH RADIOAKTIF PTKMR-BATAN

PEMANTAUAN PAPARAN RADIASI DAN KONTAMINASI RADIOAKTIF DI RUANG PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH RADIOAKTIF PTKMR-BATAN PEMANTAUAN PAPARAN RADIASI DAN KONTAMINASI RADIOAKTIF DI RUANG PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH RADIOAKTIF PTKMR-BATAN Muji Wiyono dan Wahyudi Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi BATAN ABSTRAK

Lebih terperinci

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-16

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-16 MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASAR II : EL-122 : Dr. Budi Mulyanti, MSi Pertemuan ke-16 CAKUPAN MATERI 1. INTI ATOM 2. BILANGAN ATOM DAN BILANGAN MASSA 3. MASS DEFECT 4. RADIOAKTIVITAS 5. WAKTU PARUH

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP 01 )

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP 01 ) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP 0 ) Sekolah : SMA Advent Makassar Kelas / Semester : XII/ 2 Mata Pelajaran : FISIKA Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit I. Standar Kompetensi 4. Menunjukkan penerapan konsep

Lebih terperinci

INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI

INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI Disusun Oleh : ERMAWATI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 1999 1 ABSTRAK Dalam mendesain semua sistem nuklir, pelindung radiasi, generator isotop, sangat tergantung dari jalan

Lebih terperinci

Radioaktivitas dan Reaksi Nuklir. Rida SNM

Radioaktivitas dan Reaksi Nuklir. Rida SNM Radioaktivitas dan Reaksi Nuklir Rida SNM rida@uny.ac.id Outline Sesi 1 Radioaktivitas Sesi 2 Peluruhan Inti 1 Radioaktivitas Tujuan Perkuliahan: Partikel pembentuk atom dan inti atom Bagaimana inti terikat

Lebih terperinci

CROSS SECTION REAKSI INTI. Sulistyani, M.Si.

CROSS SECTION REAKSI INTI. Sulistyani, M.Si. CROSS SECTION REAKSI INTI Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id Tampang Lintang (Cross Section) Reaksi Nuklir Kemungkinan terjadinya reaksi nuklir disebut penampang lintang (σ) yang mempunyai dimensi

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN NASIONAL

LATIHAN UJIAN NASIONAL LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka

Lebih terperinci

4. Sebuah sistem benda terdiri atas balok A dan B seperti gambar. Pilihlah jawaban yang benar!

4. Sebuah sistem benda terdiri atas balok A dan B seperti gambar. Pilihlah jawaban yang benar! Pilihlah Jawaban yang Paling Tepat! Pilihlah jawaban yang benar!. Sebuah pelat logam diukur menggunakan mikrometer sekrup. Hasilnya ditampilkan pada gambar berikut. Tebal pelat logam... mm. 0,08 0.,0 C.,8

Lebih terperinci

REAKSI NUKLIR NANIK DWI NURHAYATI,S.SI, M.SI

REAKSI NUKLIR NANIK DWI NURHAYATI,S.SI, M.SI REAKSI NUKLIR NANIK DWI NURHAYATI,S.SI, M.SI nanikdn.staff.uns.ac.id nanikdn.staff.fkip.uns.ac.id 081556431053 / (0271) 821585 REAKSI INTI Reaksi Inti adalah proses perubahan yang terjadi dalam inti atom

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Sinar-X

BAB II DASAR TEORI Sinar-X BAB II DASAR TEORI 2.1. Sinar-X Sinar-X adalah gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang antara 10-9 sampai 10-8 m (0,1-100 Å). Berarti sinar-x ini mempunyai panjang gelombang yang jauh lebih

Lebih terperinci

UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A. 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut!

UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A. 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut! SOAL UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut! 2 cm 3 cm 0 5 10 Dari gambar dapat disimpulkan bahwa diameter

Lebih terperinci

Prinsip Dasar Pengukuran Radiasi

Prinsip Dasar Pengukuran Radiasi Prinsip Dasar Pengukuran Radiasi Latar Belakang Radiasi nuklir tidak dapat dirasakan oleh panca indera manusia oleh karena itu alat ukur radiasi mutlak diperlukan untuk mendeteksi dan mengukur radiasi

Lebih terperinci

BORON NEUTRON CAPTURE THERAPY (BNCT)

BORON NEUTRON CAPTURE THERAPY (BNCT) BAB 3 BORON NEUTRON CAPTURE THERAPY (BNCT) Boron Neutron Capture Therapy (BNCT), merupakan terapi kanker dengan memanfaatkan reaksi penangkapan neutron termal oleh isotop boron-10 yang kemudian menghasilkan

Lebih terperinci

Jumlah Proton = Z Jumlah Neutron = A Z Jumlah elektron = Z ( untuk atom netral)

Jumlah Proton = Z Jumlah Neutron = A Z Jumlah elektron = Z ( untuk atom netral) FISIKA INTI A. INTI ATOM Inti Atom = Nukleon Inti Atom terdiri dari Proton dan Neutron Lambang Unsur X X = nama unsur Z = nomor atom (menunjukkan banyaknya proton dalam inti) A = nomor massa ( menunjukkan

Lebih terperinci

RADIOKIMIA Kinetika dan waktu paro peluruhan. Drs. Iqmal Tahir, M.Si.

RADIOKIMIA Kinetika dan waktu paro peluruhan. Drs. Iqmal Tahir, M.Si. Departemen Kimia - FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) RADIOKIMIA Kinetika dan waktu paro peluruhan Drs. Iqmal Tahir, M.Si. Laboratorium Kimia Fisika,, Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1996

Fisika EBTANAS Tahun 1996 Fisika EBTANAS Tahun 1996 EBTANAS-96-01 Di bawah ini yang merupakan kelompok besaran turunan A. momentum, waktu, kuat arus B. kecepatan, usaha, massa C. energi, usaha, waktu putar D. waktu putar, panjang,

Lebih terperinci

UJIAN MASUK BERSAMA PERGURUAN TINGGI (UMB - PT) Mata Pelajaran : Fisika Tanggal : 07 Juni 2009 Kode Soal : 220 220 Daftar konstanta alam sebagai pelengkap soal-soal fisika g = 0 m s -2 (kecuali m e = 9,

Lebih terperinci

I. Pendahuluan Listrik Magnet Listrik berkaitan dengan teknologi modern: komputer, motor dsb. Bukan hanya itu

I. Pendahuluan Listrik Magnet Listrik berkaitan dengan teknologi modern: komputer, motor dsb. Bukan hanya itu I. Pendahuluan Listrik Magnet Listrik berkaitan dengan teknologi modern: komputer, motor dsb. Bukan hanya itu 1 Muatan Listrik Contoh klassik: Penggaris digosok-gosok pada kain kering tarik-menarik dengan

Lebih terperinci

Copyright all right reserved

Copyright  all right reserved Latihan Soal UN SMA / MA 2011 Program IPA Mata Ujian : Fisika Jumlah Soal : 20 1. Gas helium (A r = gram/mol) sebanyak 20 gram dan bersuhu 27 C berada dalam wadah yang volumenya 1,25 liter. Jika tetapan

Lebih terperinci

RADIOKIMIA Tipe peluruhan inti

RADIOKIMIA Tipe peluruhan inti LABORATORIUM KIMIA FISIK Departemen Kimia Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) RADIOKIMIA Tipe peluruhan inti Drs. Iqmal Tahir, M.Si., Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 10, Oktober 2007

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 10, Oktober 2007 PERHITUNGAN PEMBUATAN KADMIUM-109 UNTUK SUMBER RADIASI XRF MENGGUNAKAN TARGET KADMIUM ALAM Rohadi Awaludin Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka (PRR), BATAN Kawasan Puspiptek, Tangerang, Banten ABSTRAK PERHITUNGAN

Lebih terperinci

PERTEMUAN KEEMPAT FISIKA MODERN TEORI KUANTUM TENTANG RADIASI ELEKTROMAGNET TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

PERTEMUAN KEEMPAT FISIKA MODERN TEORI KUANTUM TENTANG RADIASI ELEKTROMAGNET TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MULAWARMAN PERTEMUAN KEEMPAT FISIKA MODERN TEORI KUANTUM TENTANG RADIASI ELEKTROMAGNET TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MULAWARMAN TEORI FOTON Gelombang Elektromagnetik termasuk cahaya memiliki dwi-sifat (Dualisme)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Keselamatan radiasi merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah kesehatan manusia maupun lingkungan yang berkaitan dengan pemberian perlindungan kepada seseorang

Lebih terperinci

Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS

Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS 1 - Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang - " Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan

Lebih terperinci

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 UAN-03-01 Perhatikan tabel berikut ini! No. Besaran Satuan Dimensi 1 Momentum kg. ms 1 [M] [L] [T] 1 2 Gaya kg. ms 2 [M] [L] [T] 2 3 Daya kg. ms 3 [M] [L] [T] 3 Dari

Lebih terperinci

RADIOKIMIA Pendahuluan Struktur Inti

RADIOKIMIA Pendahuluan Struktur Inti LABORATORIUM KIMIA FISIK Departemen Kimia Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) RADIOKIMIA Pendahuluan Struktur Inti Drs. Iqmal Tahir, M.Si., Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1991

Fisika EBTANAS Tahun 1991 Fisika EBTNS Tahun 99 EBTNS-9-0 Sebuah benda dijatuhkan dari ujung sebuah menara tanpa kecepatan awal. Setelah detik benda sampai di tanah (g = 0 m s ). Tinggi menara tersebut. 40 m B. 5 m C. 0 m D. 5

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Soal Fismod 2

Xpedia Fisika. Soal Fismod 2 Xpedia Fisika Soal Fismod Doc. Name: XPPHY050 Version: 013-04 halaman 1 01. Peluruhan mana yang menyebabkan jumlah neutron di inti berkurang sebanyak satu? 0. Peluruhan mana yang menyebabkan identitas

Lebih terperinci

Radioaktivitas Henry Becquerel Piere Curie Marie Curie

Radioaktivitas Henry Becquerel Piere Curie Marie Curie Radioaktivitas Inti atom yang memiliki nomor massa besar memilikienergi ikat inti yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan nomor massa menengah. Kecenderungan inti atom yang memiliki nomor massa besar

Lebih terperinci

RADIOAKTIF. Oleh : I WAYAN SUPARDI

RADIOAKTIF. Oleh : I WAYAN SUPARDI RADIOAKTIF Oleh : I WAYAN SUPARDI PENDAHULUAN Fluoresensi yakni perpendaran suatu bahan selagi disinari cahaya. Fosforecensi yaitu berpendarnya suatu bahan setelah disinari cahaya, jadi berpendar setelah

Lebih terperinci

Bab 2. Nilai Batas Dosis

Bab 2. Nilai Batas Dosis Bab 2 Nilai Batas Dosis Teknik pengawasan keselamatan radiasi dalam masyarakat umumnya selalu berdasarkan pada konsep dosis ambang. Setiap dosis betapapun kecilnya akan menyebabkan terjadinya proses kelainan,

Lebih terperinci

CATATAN KULIAH ATOM, INTI DAN RADIOAKTIF. Diah Ayu Suci Kinasih Departemen Fisika Universitas Diponegoro Semarang 2016

CATATAN KULIAH ATOM, INTI DAN RADIOAKTIF. Diah Ayu Suci Kinasih Departemen Fisika Universitas Diponegoro Semarang 2016 CATATAN KULIAH ATOM, INTI DAN RADIOAKTIF Diah Ayu Suci Kinasih -24040115130099- Departemen Fisika Universitas Diponegoro Semarang 2016 FISIKA NUKLIR Atom, Inti dan Radioaktif 1. Pekembangan Teori Atom

Lebih terperinci

CHAPTER III INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS

CHAPTER III INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS CHAPTER III INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS CHAPTER iii INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS -Inti atom atau nukllida terdiri atas neutron (netral) dan proton (muatan positif) -Massa neutron sedikit lebih besar

Lebih terperinci

1. Pengukuran tebal sebuah logam dengan jangka sorong ditunjukkan 2,79 cm,ditentikan gambar yang benar adalah. A

1. Pengukuran tebal sebuah logam dengan jangka sorong ditunjukkan 2,79 cm,ditentikan gambar yang benar adalah. A PREDIKSI 7 1. Pengukuran tebal sebuah logam dengan jangka sorong ditunjukkan 2,79 cm,ditentikan gambar yang benar adalah. A B C D E 2. Pak Pos mengendarai sepeda motor ke utara dengan jarak 8 km, kemudian

Lebih terperinci

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) 1. Gambar di samping ini menunjukkan hasil pengukuran tebal kertas karton dengan menggunakan mikrometer sekrup. Hasil pengukurannya adalah (A) 4,30 mm. (D) 4,18

Lebih terperinci

REAKSI NUKLIR NANIK DWI NURHAYATI,S.SI, M.SI. nanikdn.staff.uns.ac.id nanikdn.staff.fkip.uns.ac.id / (0271)

REAKSI NUKLIR NANIK DWI NURHAYATI,S.SI, M.SI. nanikdn.staff.uns.ac.id nanikdn.staff.fkip.uns.ac.id / (0271) REAKSI NUKLIR NANIK DWI NURHAYATI,S.SI, M.SI nanikdn.staff.uns.ac.id nanikdn.staff.fkip.uns.ac.id 081556431053 / (0271) 821585 REAKSI INTI Reaksi Inti adalah proses perubahan yang terjadi dalam inti atom

Lebih terperinci

U Th He 2

U Th He 2 MODUL UNSUR RADIOAKTIF dan RADIOISOTOP Radiasi secara spontan yang di hasilkan oleh unsure di sebut keradioaktifan, sedangkan unsure yang bersifat radioaktif disebut unsure radioaktif.unsur radioaktif

Lebih terperinci

PERHITUNGAN KETEBALAN BAHAN PERISAI Pb SEBAGAI KONTAINER ISOTOP Ir-192 UNTUK BRAKITERAPI MENGGUNAKAN SOFTWARE MCNP

PERHITUNGAN KETEBALAN BAHAN PERISAI Pb SEBAGAI KONTAINER ISOTOP Ir-192 UNTUK BRAKITERAPI MENGGUNAKAN SOFTWARE MCNP PERHITUNGAN KETEBALAN BAHAN PERISAI Pb SEBAGAI KONTAINER ISOTOP Ir-192 UNTUK BRAKITERAPI MENGGUNAKAN SOFTWARE MCNP Kristiyanti 1, Kasmudin 1 1) PRFN-BATAN, email: kristiyantiwst@yahoo.com, kasmudin@batan.go.id

Lebih terperinci

Kunci dan pembahasan soal ini bisa dilihat di dengan memasukkan kode 5976 ke menu search. Copyright 2017 Zenius Education

Kunci dan pembahasan soal ini bisa dilihat di  dengan memasukkan kode 5976 ke menu search. Copyright 2017 Zenius Education 01. Batas ambang frekuensi dari seng untuk efek fotolistrik adalah di daerah sinar ultraviolet. Manakah peristiwa yang akan terjadi jika sinar-x ditembakkan ke permukaan logam seng? (A) tidak ada elektron

Lebih terperinci

PAKET SOAL 1.c LATIHAN SOAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012

PAKET SOAL 1.c LATIHAN SOAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012 UJI COBA MATA PELAJARAN KELAS/PROGRAM ISIKA SMA www.rizky-catatanku.blogspot.com PAKET SOAL 1.c LATIHAN SOAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012 : FISIKA : XII (Dua belas )/IPA HARI/TANGGAL :.2012

Lebih terperinci

DASAR-DASAR TEORI YANG MENDASARI KAJIAN BIORADIASI ANTARA LAIN MODEL ATOM, INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS ENERGI ABSORSI

DASAR-DASAR TEORI YANG MENDASARI KAJIAN BIORADIASI ANTARA LAIN MODEL ATOM, INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS ENERGI ABSORSI BIORADIASI DISAMPAIKAN PADA KULIAH FISIKA PROGRAM S1 KEPERAWATAN STIKES ABI OLEH: IMAM SAPUAN S.Si.,M.Si (STAF PENGAJAR FISIKA UNIVERSITAS AIRLANGGA) DASARDASAR TEORI YANG MENDASARI KAJIAN BIORADIASI ANTARA

Lebih terperinci

DOSIS SERAP DI SEKITAR BATAS DISTRIBUSI BORON

DOSIS SERAP DI SEKITAR BATAS DISTRIBUSI BORON BAB 4 DOSIS SERAP DI SEKITAR BATAS DISTRIBUSI BORON Metode perhitungan dosis serap pada bab 3 dapat digunakan untuk melihat sebaran energi serap di sekitar batas daerah yang mengandung boron dan daerah

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Persiapan UAS 2 Doc. Name: AR12FIS02UAS Version : 2016-09 halaman 1 01. Batas ambang frekuensi dari seng untuk efek fotolistrik adalah di daerah sinar ultraviolet. Manakah peristiwa

Lebih terperinci

BAB I BESARAN DAN SISTEM SATUAN

BAB I BESARAN DAN SISTEM SATUAN 1.1. Pendahuluan BAB I BESARAN DAN SISTEM SATUAN Fisika berasal dari bahasa Yunani yang berarti Alam. Karena itu Fisika merupakan suatu ilmu pengetahuan dasar yang mempelajari gejala-gejala alam dan interaksinya

Lebih terperinci

Rekayasa Bahan untuk Meningkatkan Daya Serap Terhadap Gelombang Elektromagnetik dengan Matode Deposisi Menggunakan Lucutan Korona

Rekayasa Bahan untuk Meningkatkan Daya Serap Terhadap Gelombang Elektromagnetik dengan Matode Deposisi Menggunakan Lucutan Korona Rekayasa Bahan untuk Meningkatkan Daya Serap Terhadap Gelombang Elektromagnetik dengan Matode Deposisi Menggunakan Lucutan Korona Vincensius Gunawan.S.K Laboratorium Fisika Zat Padat, Jurusan Fisika, Universitas

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010 PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 200 Mata Pelajaran : Fisika Kelas : XII IPA Alokasi Waktu : 20 menit

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Fisika Eksperimental Lanjut Laboratorium Radiasi. PERCOBAAN R2 EKSPERIMEN RADIASI β DAN γ Dosen Pembina : Drs. R. Arif Wibowo, M.

Laporan Praktikum Fisika Eksperimental Lanjut Laboratorium Radiasi. PERCOBAAN R2 EKSPERIMEN RADIASI β DAN γ Dosen Pembina : Drs. R. Arif Wibowo, M. Laporan Praktikum Fisika Eksperimental Lanjut Laboratorium Radiasi PERCOBAAN R2 EKSPERIMEN RADIASI β DAN γ Dosen Pembina : Drs. R. Arif Wibowo, M.Si Septia Kholimatussa diah* (891325), Mirza Andiana D.P.*

Lebih terperinci

MATA PELAJARAN WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM

MATA PELAJARAN WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM MATA PELAJARAN Mata Pelajaran Jenjang Program Studi : Fisika : SMA/MA : IPA Hari/Tanggal : Kamis, 3 April 009 Jam : 08.00 0.00 WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM. Isikan identitas Anda ke dalam Lembar Jawaban

Lebih terperinci

MATA PELAJARAN WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM

MATA PELAJARAN WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM MATA PELAJARAN Mata Pelajaran Jenjang Program Studi : Fisika : SMA/MA : IPA Hari/Tanggal : Kamis, 3 April 009 Jam : 08.00 0.00 WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM. Isikan identitas Anda ke dalam Lembar Jawaban

Lebih terperinci

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005 2. 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

RADIOAKTIVITAS BAGIAN I

RADIOAKTIVITAS BAGIAN I RADIOAKTIVITAS BAGIAN I Radioaktif : berhubungan dengan pemancaran partikel dari sebuah inti atom. Inti Radioaktif : Unsur inti atom yg mempunyai sifat memancarkan salah satu partikel alfa, beta atau gamma.

Lebih terperinci

CHAPTER iii INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS

CHAPTER iii INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS CHAPTER iii INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS -Inti atom atau nukllida terdiri atas neutron (netral) dan proton (muatan positif) -Massa neutron sedikit lebih besar daripada massa proton -ukuran inti atom berkisar

Lebih terperinci

ANALISIS DOSIS YANG DITERIMA PASIEN PADA PEMERIKSAAN RENOGRAF

ANALISIS DOSIS YANG DITERIMA PASIEN PADA PEMERIKSAAN RENOGRAF ANALISIS DOSIS YANG DITERIMA PASIEN PADA PEMERIKSAAN RENOGRAF KRISTIYANTI, WIRANTO BUDI SANTOSO, ISTOFA PUSAT REKAYASA PERANGKAT NUKLIR Abstrak ANALISIS DOSIS YANG DITERIMA PASIEN PADA PEMERIKSAAN RENOGRAF.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sinar-X Sinar-X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang radio, cahaya tampak (visible light) dan sinar ultraviolet, tetapi dengan panjang

Lebih terperinci

PRA RANCANGAN KONTAINER TEMPAT PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF SUMBER TERBUNGKUS 192 Ir

PRA RANCANGAN KONTAINER TEMPAT PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF SUMBER TERBUNGKUS 192 Ir ABSTRAK PRA RANCANGAN KONTAINER TEMPAT PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF SUMBER TERBUNGKUS 192 Ir Suhartono, Suparno, Suryantoro Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN PRARANCANGAN KONTAINER TEMPAT PENYIMPANAN

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1986

Fisika EBTANAS Tahun 1986 Fisika EBTANAS Tahun 1986 EBTANAS-86-01 Pada pengukuran panjang benda, diperoleh hasil pengukuran 0,07060 m. Banyaknya angka penting hasil pengukuran tersebut adalah dua tiga C. empat D. lima E. enam EBTANAS-86-0

Lebih terperinci

BAB II PROSES-PROSES PELURUHAN RADIOAKTIF

BAB II PROSES-PROSES PELURUHAN RADIOAKTIF BAB II PROSES-PROSES PELURUHAN RADIOAKTIF 1. PROSES PROSES PELURUHAN RADIASI ALPHA Nuklida yang tidak stabil (kelebihan proton atau neutron) dapat memancarkan nukleon untuk mengurangi energinya dengan

Lebih terperinci

PENELITIAN DAN NUKLIR ABSTRAK PEKERJA BKTPB 1,27. msv. BEM. merupakan. tahun. ABSTRACTT. for radiation. carried out. on radiation.

PENELITIAN DAN NUKLIR ABSTRAK PEKERJA BKTPB 1,27. msv. BEM. merupakan. tahun. ABSTRACTT. for radiation. carried out. on radiation. PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Yogyakarta, 26 September 2012 EVALUASI PENERIMAAN DOSIS RADIASI EKSTERNA PEKERJA RADIASI DI PTAPB-BATAN YOGYAKARTA TAHUN 2011 Fajar Panuntun, Suparno Pusat Teknologi

Lebih terperinci

1BAB I PENDAHULUAN. sekaligus merupakan pembunuh nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular. World

1BAB I PENDAHULUAN. sekaligus merupakan pembunuh nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular. World 1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat baik di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 21% dari seluruh kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, bahkan bisa dikatakan tanpa kesehatan yang baik segala yang dilakukan tidak akan maksimal.

Lebih terperinci

INTI DAN RADIOAKTIVITAS

INTI DAN RADIOAKTIVITAS KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA INTI DAN RADIOAKTIVITAS Disusun oleh Kelompok A 1: Siti Lailatul Arifah 12030234021/ KB 2012 Nuril Khoiriyah 12030234022/ KB 2012 Nurma Erlita Damayanti 12030234204/ KB 2012 Amardi

Lebih terperinci

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Kelompok besaran berikut yang merupakan besaran

Lebih terperinci