BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN. UNICEF menyatakan terjadi trend yang menghawatirkan karena terjadi peningkatan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN. UNICEF menyatakan terjadi trend yang menghawatirkan karena terjadi peningkatan"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Remaja dan Permasalahannya UNICEF menyatakan terjadi trend yang menghawatirkan karena terjadi peningkatan jumlah kematian remaja yang berusia tahun akibat HIV/AIDS di seluruh dunia yaitu remaja pada tahun 2005 meningkat menjadi jiwa pada tahun 2012 (Herman, 2013). Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan prevalensi umur perkawinan yang terjadi pada umur kurang dari 15 tahun yaitu sebesar 2,6 % dan usia tahun sebanyak 23,9 %. Fenomena inilah yang menyebabkan terjadinya ibu yang melahirkan pada usia terlalu muda (<20 tahun), bahkan ada yang melahirkan pada usia kurang dari 15 tahun. Data lainnya dari BKKBN pada tahun 2013, menyebutkan bahwa sebanyak 4,38 % remaja usia tahun telah melakukan aktivitas seks bebas, sedangkan remaja pada usia tahun sebanyak 41,8 %. Kejadian aborsi menurut catatan Komisi Nasional Perlindungan Anak terjadi peningkatan, yaitu dari 86 pada tahun 2011 menjadi 121 kasus pada tahun 2012, dan dari kasus tersebut mengakibatkan delapan orang meninggal. Berdasarkan data tersebut, hal ini cukup memprihatinkan karena kehamilan dan persalinan remaja di bawah umur 20 tahun sangat beresiko apalagi ditunjang dengan perilaku seks yang beresiko pula sehingga menambah permasalahan remaja khususnya yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi. Permasalahan lain yang erat kaitannya dengan remaja dan berhubungan dengan kesehatan reproduksi adalah masalah gizi, merokok dan napza. Data Riskesdas 2013 menyebutkan bahwa remaja pendek menurut prevalensi nasional sebanyak 30,7 %, remaja kurus

2 11,2 %, remaja yang merokok pada usia tahun sebanyak 19,7 %. Menurut BNN terjadi peningkatan pengguna narkoba pada tahun 2012, dari 3,6 juta orang menjadi 3,8 juta orang pada tahun 2013 dan 22 % diantaranya adalah remaja ( Rohan & Siyoto, 2013). Di Bali permasalahan yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi remaja juga menunjukkan angka yang memprihatinkan, Faturohman tahun 2009 dalam penelitiannya menyebutkan bahwa dari tiga ratus dua puluh tujuh remaja di Kabupaten Badung, 5 % (enam belas orang) diantaranya pernah berhubungan sex pada usia tahun, dari enam belas orang tersebut, satu pernah terkena penyakit kelamin dan dua pernah hamil hingga berakhir dengan aborsi. Pada tahun 2013, penelitian lain menyebutkan bahwa dari enam ratus tiga puluh tiga pelajar, % remaja yang belum menikah pernah punya pengalaman berhubungan sex. Kasus narkoba di Bali menyumbangkan angka 1,8 % atau orang dengan permasalahan narkoba. Berdasarkan data diatas, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan terkait dengan masalah kesehatan reproduksi dan permasalahan remaja lainnya di Bali ( Faturrahman, 2009). Berdasarkan data diatas, permasalahan kesehatan reproduksi remaja yang menjadi prioritas dapat dikelompokkan seperti di bawah ini. a. Aborsi tidak aman yang diakibatkan sebagian besar dari kehamilan tidak diinginkan. b. Kehamilan dan persalinan dini (terjadi pada usia terlalu muda). c. Penyakit menular seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS. d. Kekerasan seksual termasuk pemerkosaan, pelecehan dan perdagangan perempuan (Rohan dan Siyoto, 2013) Batasan Usia Remaja

3 Masa remaja adalah masa terjadinya peralihan terhadap perubahan secara fisik dan psikologis dari masa anak-anak ke masa dewasa (Hurlock, 2003). Perubahan psikologis yang terjadi pada remaja meliputi intelektual, kehidupan emosi, dan kehidupan sosial. Perubahan fisik mencakup organ seksual yaitu alat-alat reproduksi sudah mencapai kematangan dan mulai berfungsi dengan baik (Sarwono, 2005). Remaja adalah fase peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa, dimana mulai timbul ciri-ciri seks skunder, terjadi pacu tumbuh, tercapainya fertilitas dan terjadinya perubahanperubahan kognitif dan psikologik. Remaja sebenarnya berada diantara masa anak-anak dan masa dewasa sehingga berada dalam tempat yang tidak jelas, oleh karena itu masa remaja sering disebut masa pencarian jati diri (Rohan & Siyoto, 2013). Remaja dapat diartikan sebagai masa peralihan dari perkembangan antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perkembangan biologis, kognitif, sosial dan mental-emosional (Santrock, 2003). WHO ( 2009 ) menyebutkan, yang dimaksud dengan usia remaja yaitu antara usia 12 sampai usia 24 tahun. Menurut Menteri Kesehatan RI (2010), batasan usia remaja adalah antara usia 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Remaja dibagi menjadi tiga tahap yaitu masa remaja awal (usia tahun), masa remaja tengah yaitu (usia tahun) dan remaja akhir (usia tahun) (Rohan & Sayito, 2013). Masa remaja menurut Santrock (2003), yaitu usia tahun dan berakhir saat menginjak usia tahun Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja

4 Saat memasuki masa remaja akan diawali dengan perubahan fisik dulu kemudian diikuti perubahan psikis pada remaja. Perubahan yang mencolok pada remaja laki-laki dan perempuan umumnya terjadi saat usia 9-19 tahun. Perubahan yang terjadi bukan hanya bertambah tinggi dan besar saja, tetapi juga terjadi perubahan organ reproduksi sehingga mereka bisa menghasilkan keturunan. Perubahan tersebut dikenal dengan istilah pubertas yaitu perubahan dari masa kanakkanak menuju masa dewasa. Remaja perempuan ditandai dengan datangnya menstruasi, sedangkan pada remaja laki-laki ditandai dengan mimpi basah. Remaja laki-laki juga mengalami ejakulasi yaitu keluarnya sperma melalui penis, dan kejadian ini dapat disengaja maupun tidak disengaja yaitu melalui mimpi basah. Proses menstruasi terjadi kerena luruhnya lapisan pada dinding rahim yang mengandung pembulu darah tempat sel telur yang tidak dibuahi menempel, biasanya terjadi antara tiga sampai tujuh hari. Siklus haid masing-masing remaja berbeda, yaitu dua puluh tujuh hari atau tiga puluh lima hari. Perubahan Alat reproduksi pada perempuan terjadi pada labia minora atau bibir luar, clitoris atau kelentit, rambut kemaluan, lubang vagina, uterus, servik, sel telur, indung telur. Perubahan alat reproduksi laki-laki terjadi pada zakar, buah zakar, saluran kencing (uretra), saluran sperma, skrotum, kelenjar prostat, kandung kencing (Rohan &Siyoto, 2013). Perkembangan secara psikis juga melewati beberapa tahap yang mungkin dipengaruhi oleh kontak dengan lingkungan sekitarnya. Fase remaja di bagi dalam beberapa tahap perkembangan remaja diantaranya : a. Fase remaja awal (usia tahun) Pada fase ini remaja merasa dan tampak lebih dekat dengan teman sebaya, menginginkan kebebasan, mulai tampak berfikir khayal terhadap bentuk tubuh. b. Fase remaja tengah (usia tahun)

5 Pada masa ini remaja mulai mencari jati diri, ada ketertarikan terhadap lawan jenis, ingin berkencan, mulai merasakan cinta yang mendalam kemampuan berfikir abstraknya semakin berkembang, dan berimajinasi tentang seksual. c. Fase remaja akhir (usia tahun) Remaja pada fase ini mulai menampakkan kebebasan dirinya, lebih selektif dalam mencari teman, mulai memiliki citra diri ( gambaran, keadaan dan peran ) terhadap dirinya, mampu untuk mengungkapkan perasaan cintanya, mempunyai kemampuan yang baik untuk berfikir abstrak atau khayal. Remaja seharusnya mengetahui informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi dan hal-hal lain yang menyebabkan permaslahan remaja, supaya remaja mempunyai sikap dan perilaku yang baik terhadap hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi mereka sehingga bisa terhindar dari permasalahan remaja (Rohan & Siyoto, 2013) Kesehatan Reproduksi Remaja Pengertian Kesehatan Reproduksi WHO mengartikan kesehatan reproduksi bukan karena tidak adanya penyakit dan kecacatan tentang sistem, fungsi dan proses reproduksi tetapi juga adanya kesejahteraan secara fisik, mental dan sosial (Saparinah Sadli, dkk. 2006). Menurut BKKBN (2009), Kesehatan reproduksi selain mengedepankan kesejahteraan sosial secara menyeluruh terhadap hal yang berkaitan dengan sistem dan fungsi reproduksi, juga mengedepankan kesehatan secara fisik, jadi tidak hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan Upaya Pencegahan Permasalahan Kesehatan Reproduksi Remaja

6 Pencegahan permasalahan remaja bisa dilakukan melalui upaya memberikan pengetahuan dasar pada remaja tentang kesehatan reproduksi remaja, pengetahuan dasar tersebut dapat diuraikan seperti dibawah ini. 1. Pengetahuan mengenai sistem reproduksi, proses reproduksi dan fungsi alat reproduksi beserta hak-hak reproduksi. 2. Informasi mengenai usia kawin dan perencanaan dalam membentuk keluarga berencana. 3. Permasalahan pre menstruasi syndrome (PMS), HIV/AIDS dan berbagai dampaknya. 4. Pengaruh napza dan minuman keras terhadap kesehatan reproduksi. 5. Pengaruh sosial media dan interaksi sosial terhadap sikap dan perilaku seksual. 6. Bentuk-bentuk kekerasan seksual dan berbagai upaya menghindarinya. 7. Komunikasi yang baik dan harus percaya diri agar mampu menghindari berbagai hal negatif. Peran bidan dalam penanggulangan masalah remaja yaitu sebagai fasilitator dan konselor. Sebagai media konseling bagi remaja untuk memecahkan masalahnya, bidan harus memiliki pengetahuan dan wawasan yang baik dan benar tentang kesehatan reproduksi remaja dan berbagai permasalahannya. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengeluarkan kebijakan untuk menanggulangi berbagai permasalahan remaja melalui berbagai prorgam remaja, salah program tersebut yaitu program PKPR dimana program ini menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan yang pelaksanaanya dilakukan oleh Puskesmas Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) PKPR adalah suatu program yang dikembangakan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, sebagai upaya untuk meningkatkan status kesehatan remaja yang menekankan kepada Puskesmas. Pengertian PKPR sendiri adalah suatu pelayanan yang ditujukan dan dapat di

7 jangkau oleh remaja, peka akan kebutuhan terkait kesehatannya, dapat menjaga rahasia, efektif dan efisien dalam memnuhi kebutuhan tersebut. Singkatnya, PKPR adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk remaja, dimana pelayanannya dapat diakses oleh semua golongan remaja, dapat diterima, sesuai, komprehensif, efektif dan efisien. Program ini dalam pelaksanaannya, diharapkan petugas Puskesmas mempunyai kepedulian yang tinggi, mau menerima remaja dengan permasalahnnya dan dapat menciptakan suasana konseling yang menyenangkan tanpa adanya stigma dan diskriminasi terhadap remaja tersebut. Lokasi pelayanan PKPR harus mudah dijangkau, nyaman, aman, kerahasiaan remaja dijaga tanpa ada diskriminasi dan stigma (Kemenkes RI, 2011). Dasar hukum yang menunjang prorgam PKPR diantaranya adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan yang tercantum dalam beberapa pasal dibawah ini. a. Pasal 131 Pasal 131 Ayat (1) Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas dan berkualitas serta menurunkan angka kematian bayi dan anak. (2) Upaya pemeliharaan kesehatan anak dimulai sejak anak masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan dan sampai berusia 19 tahun. (3) Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak sebagai mana dimaksud pada ayat (1) dan (2) menjadi tanggung jawab dan kewajiban bersama bagi orang tua, keluarga, masyarakat, Pemerintah dan Pemerintah Daerah. b. Pasal 136 Pasal 136 Ayat (1) Upaya pemeliharaan kesehatan remaja harus ditujukan untuk mempersiapkan menjadi orang dewasa yang sehat dan produktif baik sosial maupun ekonomi,

8 (2) Upaya pemeliharaan kesehatan remaja sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) termasuk untuk reproduksi remaja dilakukan agar terbebas dari berbagai gangguan kesehatan yang dapat menghambat kemampuan menjalani kehidupan reproduksi secara sehat, (3) Upaya pemeliharaan kesehatan remaja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat. c. Pasal 137 Pasal 137 Ayat (1) Pemerintah berkewajiban menjamin agar remaja dapat memperoleh edukasi, informasi dan layanan mengenai kesehaatan remaja agar mampu hidup sehat dan bertanggung jawab, (2) Ketentuan mengenai kewajiban Pemerintah dalam menjamin agar remaja memperoleh edukasi, informasi dan layanan mengenai kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai pertimbangan moral nilai agama dan berdasarkan ketentuan dan peraturan perundang - undangan. Puskesmas yang mampu melaksanakan program PKPR mempunyai kriteria diantaranya mempunyai petugas yang dilatih oleh Dinas Kesehatan untuk program PKPR, melatih kader atau konselor sebaya minimal 10 % dari jumlah murid di sekolah binaan, melakukan konseling informasi dan edukasi (KIE) di sekolah binaan 2x setahun, melayani konseling pada semua remaja yang membutuhkan. Menurut Fadhlina (2012), beberapa manfaat dari PKPR dapat diuraikan seperti di bawah ini. 1. Meningkatkan dan menambah wawasan dari petugas kesehatan maupun konselor sebaya melalui kegiatan - kegiatan penyuluhan, dialog interaktif, jambore, Focus Group Discussion (FGD), seminar, dan lain sebagainya. 2. Menjamin kerahasiaan remaja dengan permasalahannya dan memberikan solusi atas masalahnya

9 3. Meningkatkan peran remaja dalam membantu mengatasi masalah temannya dan menyebarkan informasi dengan menjadi konselor sebaya. Program PKPR mempunyai sasaran yaitu semua remaja usia tahun dan belum menikah, remaja yang dimaksud disini adalah remaja baik sekolah maupun tidak, sehingga bisa melalui karang taruna, remaja masjid, dan lain-lain. Bentuk kegiatan PKPR diantaranya adalah memberikan edukasi dan informasi, layanan medis dan klinik seperti pemeriksaan penunjang jika dibutuhkan, pendidikan keterampilan hidup sehat (PKHS), pelatihan konselor sebaya, konseling, penyuluhan kesehatan, dan pelayanan rujukan baik medis maupun sosial. Kegiatan PKPR di sekolah meliputi penyuluhan, konseling, pelatihan konselor sebaya, pemeriksaan kesehatan, penemuan kasus-kasus dini serta rujukan jika diperlukan. Upaya untuk keberhasilan mengembangkan pemanfaatan PKPR digunakan berbagai strategi yang dapat diuraikan seperti dibawah ini. 1. Pemenuhan sarana dan prasarana yang dilaksanakan secara bertahap 2. Penyertaan remaja secara aktif. 3. Penentuan biaya pelayanan serendah mungkin, bahkan kalau memungkinkan gratis. 4. Dilaksanakannya kegiatan minimal yaitu memberikan konseling, pelayanana klinis medis dan melaksanakan rujukan. 5. Ketepatan penentuan prioritas sasaran. 6. Ketepatan pengembangan jenis kegiatan, missal memperluas kegiatan konseling sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan yang terjadi di wilayah setempat serta disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas. 7. Melaksanakan monitoring dan evaluasi. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan berkala oleh dinas kesehatan dan tim Puskesmas (Kemenkes RI, 2011).

10 Berdasarkan penelitian Arsani, dkk, pada tahun 2013 di Kecamatan Buleleng menunjukkan bahwa ; 1) Peranan Puskesmas dalam program PKPR adalah sebagai ujung tombak pemberi pelayanan kesehatan di masyarakat termasuk remaja; 2) Program PKPR yang dicanangkan Puskesmas Buleleng 1 sebagian besar sudah terlaksana dengan baik, namun masih terdapat 1 sasaran yang belum tercapai yaitu pembentukan konselor sebaya serta belum maksimalnya sosialisasi kepada remaja secara luas; 3) PKPR dirasakan memiliki peranan yang sangat penting bagi remaja. Hadiningsih (2010), dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pelaksanaan program PKPR di Puskesmas Kabupaten Tegal belum memenuhi kriteria pelayanan remaja seperti yang ditetapkan Depkes RI. Ada beberapa faktor penghambat diantaranya Semua Puskesmas belum melaksanakan semua kegiatan puskesmas PKPR diantaranya pelatihan pendidik sebaya dan konselor sebaya, alur dan pelaksanaan pelayanan PKPR kurang sesuai, kurangnya cakupan layanan kepada remaja, dan kurangnya dukungan dari instansi instansi lain yang terkait dengan program PKPR. Faktor penyebabnya adalah kurangnya sosialisasi program PKPR kepada remaja, pelaksana program PKPR dan kurang konsistennya Kabupaten Tegal dalam pelaksanaan program PKPR, petugas yang terlibat dalam pelaksanaan PKPR belum semuanya terlatih, serta kurangnya dukungan dana dan sarana prasarana. Beberapa faktor pendukung diantaranya adalah sikap pelaksana program, remaja dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal terhadap program sangat positif, namun tidak tersedia dana guna memotivasi pelaksana program dalam melaksanakan program PKPR di Puskesmas. Dalam pelaksanaan program PKPR kurang adanya kerjasama yang baik antara berbagai pihak yang terkait program PKPR, disamping itu belum ada stadart operasional prosedur (SOP) pelaksanaan program PKPR di Puskesmas dan di Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal.

11 Lola & Erwinda (2009), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa pengetahuan mempengaruhi sikap responden terhadap pemanfaatan PKPR di SMPN 01 Sitiung Kabupaten Dharmasraya. Cutia (2012), dalam penelitiannya menyebutkan bahwa banyak sekali faktor penghambat dalam pelaksanaan PKPR diantaranya kegiatan PKPR masih terbatas pada penyuluhan di sekolah dengan materi Kesehatan Reproduksi Remaja. Remaja yang datang ke Puskesmas belum mendapatkan pelayanan seperti alur model pelayanan PKPR Dinas Kesehatan. Akses remaja ke Puskesmas terbentur dengan jam sekolah. Puskesmas belum melakukan pelatihan konselor sebaya. Belum ada alokasi dana yang cukup untuk kegiatan PKPR. Bahan-bahan penyuluhan masih kurang, belum ada form pelayanan, panduan konseling dan pedoman pelaksanaan, alat bantu pembelajaran edukatif dan transportasi serta ruangan pelayanan. Pemahaman petugas tentang program masih kurang, tidak semua petugas bersikap youth friendly dan memiliki sikap yang positif terhadap pencapaian tujuan, beban kerja petugas tinggi, pengawasan hanya berupa pemeriksaan laporan, kualitas laporan masih rendah, forum kerjasama lintas sektoral belum digunakan untuk menggalang dukungan bagi terselenggaranya PKPR dan standar operasional prosedur dan standar pelayanan minimal belum tersedia. 2.2 Konsep Penelitian Konsep penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep remaja, konsep PKPR, konsep sarana dan prasarana, konsep kebijakan dan dukungan, konsep persepsi, konsep pengetahuan serta konsep konselor sebaya. Berbagai uraian mengenai konsep penelitian dapat dilihat seperti di bawah ini Konsep Remaja

12 Remaja adalah fase peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa, dimana mulai timbul ciri-ciri seks skunder, terjadi pacu tumbuh, tercapainya fertilitas dan terjadinya perubahanperubahan kognitif dan psikologik. Remaja sebenarnya berada diantara masa anak-anak dan masa dewasa sehingga berada dalam tempat yang tidak jelas, oleh karena itu remaja sering disebut masa pencarian jati diri. Pengertian remaja dalam penelitian ini adalah siswa SMP di wilayah puskesmas Kuta Selatan yang berusia antara tahun dan belum menikah Konsep PKPR Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) dalam penelitian ini adalah suatu program yang bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan remaja SMP di wilayah Puskesmas Kuta Selatan. Kegiatan PKPR mencakup pelayanan klinik dan konseling di Puskesmas dan kegiatan di luar Puskesmas yaitu di sekolah yang meliputi penyuluhan, pembinaan, penjaringan dan pembentukan konselor sebaya Konsep Persepsi Mangkunegara mengatakan bahwa persepsi merupakan proses memberi arti dan makna terhadap lingkungan. Proses dalam persepsi dimulai dengan menafsirkan obyek lalu menerima stimulus (Input), mengorganisasikan stimulus, dan menafsirkan stimulus yang telah diorganisasikan dengan cara membentuk sikap sehingga mempengaruhi perilaku dan menciptakan keseluruhan gambaran yang berarti. Persepsi dalam penelitian ini adalah pendapat atau suatu proses pemberian arti oleh siswa SMP terhadap program pelayanan kesehatan reproduksi remaja (PKPR) di sekolah dan di Puskesmas, yang dipengaruhi oleh faktor internal diantaranya pengetahuan, informasi baru,

13 harapan, motivasi, sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi diantaranya dukungan sekolah, sosial budaya, kebijakan, sarana dan prasarana serta kelompok sebaya Konsep Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek menggunakan panca indara yaitu indra pendengaran, penglihatan, indra perasa, peraba, penciuman sehingga menghasilkan tahu. Penginderaan yang sangat berpengaruh yaitu indra penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan sangat mempengaruhi sikap seseorang yang nantinya berpengaruh juga terhadap perilaku seseorang. Berbagai penelitian menyatakan bahwa perilaku yang didasari dengan pengetahuan lebih konsisten dibandingkan dengan tanpa adanya pengetahuan. Pengetahuan dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang diketahui remaja tentang program pelayanan kesehatan reproduksi remaja dan informasi tentang kesehatan reproduksi remaja itu sendiri, meliputi pengetahuan tentang HIV/AIDS, infeksi melular seksual (IMS), narkotik dan zat adiktif (NAPZA), anemia dan lain sebagiainya. Pengetahuan siswa tersebut dipengaruhi oleh informasi, daya ingat, salah penafsiran, kognitif, minat, dan sumber informasi Konsep Sarana dan Prasarana

14 Sarana adalah perangkat atau peralatan yang digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan prasarana adalah faktor penunjang yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut atau terselenggaranya suatu kegiatan. Sarana dalam penelitian ini adalah leaflet, buku panduan dan kelengkapan alat-alat yang digunakan dalam pelayanan kesehatan perduli remaja, sedangkan prasarananya adalah ruangan khusus di sekolah dan puskesmas untuk pelayanan remaja Konsep Sumber Informasi Sumber informasi adalah segala hal yang dapat digunakan oleh seseorang sehingga mengetahui tentang hal yang baru, dan mempunyai cirri-ciri yaitu, 1) dapat dilihat, dibaca dan dipelajari; 2) diteliti, dikaji dan dianalisis; 3) dimanfaatkan dan dikembangkan didalam kegiatankegiatan pendidikan, penelitian, laboratorium; 4) ditransformasikan kepada orang lain. Sumber Informasi dalam penelitian ini adalah segala hal yang dapat digunakan siswa untuk mendapatkan informasi tentang PKPR, dapat berupa leaflet, media elektronik, penyuluhan oleh petugas puskesmas, guru, orang tua dan lain sebagainya Konsep Kebijakan dan Dukungan Kebijakan adalah keputusan suatu organisasi yang dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan tertentu sebagai keputusan atau untuk mencapai tujuan tertentu, berisikan ketentuan-ketentuan yang dapat dijadikan pedoman perilaku dalam 1) pengambilan keputusan lebih lanjut, yang harus dilakukan baik kelompok sasaran ataupun (unit) organisasi pelaksana

15 kebijakan; 2) penerapan atau pelaksanaan dari suatu kebijakan yang telah ditetapkan baik dalam hubungan dengan (unit) organisasi pelaksana maupun dengan kelompok sasaran yang dimaksud. Kebijakan dan dukungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kebijakan dan dukungan dari sekolah serta Puskesmas terkait penyelenggaraan program PKPR Konsep Konselor Sebaya Konselor sebaya adalah pendidik sebaya yang punya komitmen dan motivasi yang tinggi untuk memberikan konseling dalam program PKPR bagi kelompok siswa di sekolahnya. Konselor sebaya dalam penelitian ini adalah siswa SMP yang terpilih menjadi konselor sebaya dalam program PKPR di sekolah. 2.3 Landasan Teori Penelitian ini menggunakan modifikasi antara teori Lawrence Green dan Kurt Lewin. Uraian tentang kedua teori tersebut dapat diuraiakan sebagai berikut Teori Lawrence Green Lawrence Green melakukan analisis perilaku manusia terkait kesehtaan. Kesehatan individu atau masyarakat dipengaruhi oleh faktor diluar perilaku dan faktor perilaku, sedangkan perilaku itu sendiri dibentuk melalui beberapa faktor, diantaranya seperti dibawah ini. a. Faktor-faktor predesposisi (predisposing faktor) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nila-nilai sosial budaya, dan sebagainya. b. Faktor- faktor pendukung (enabling factors), berkaitan dengan keadaan fisik, seperti sarana dan prasarana, fasilitas puskesmas, keberadaan jamban, dan lain sebagainya.

16 c. Faktor-faktor pendorong ( reinforcing faktor), yaitu berhubungan dengan kebijakan, petugas kesehatan, atau petugas lain yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat. Model teori Lawrence Green dapat digambarkan sebagai seperti gambar di bawah ini. Kerangka Teori Faktor Predisposisi : -Pengetahuan -Sikap -Kepercayaan Faktor Pendukung : -Lingkungan Perilaku Kesehatan -Sarana dan Prasarana Faktor Pendorong : Sikap dan perilaku petugas kesehatan Gambar 2.1 Skema Teori Lawrence Green Sumber : Teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo, 2003 Berdasarkan teori diatas disimpulkan bahwa perilaku kesehatan individu atau masyarakat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, kepercayaan, sikap dan nilai-nilai dalam masyarakat, disamping itu fasilitas yang tersedia, kelengkapan alat, kenyamanan tempat, sikap petugas kesehatan serta kebijakan pemerintah dapat memperkuat prilaku dalam kesehatan (Notoatmodjo, 2012) Teori Kurt Lewin

17 Kurt Lewin (1970) mengemukakan bahwa suatu keseimbangan antara berbagai kekuatan pendorong ( driving forces) dan berbagai kekuatan penahan (restraining force) membentuk perilaku seseorang. Model teori Kurt Lewin dapat digambarkan seperti gambar dibawah ini. Gambar 2.2 Skema Teori Kurt Lewin Sumber : Teori Kurt Lewin dalam Notoatmodjo, Adanya ketidakseimbangan antara kekuatan pendorong dan kekuatan penahan tersebutdi dalam diri seseorang menyebabkan perubahan perilaku, sehingga kemungkinan tiga perubahan perilaku pada diri seseorang adalah sebagai berikut. a. Meningkatnya kekuatan-kekuatan pendorong. Keadaan ini dapat terjadi karena adanya rangsangan-rangsangan yang mendorong untuk terjadinya perubahan perilaku. rangsangan ini berupa konseling, penyuluhan, pemberian informasi tentang hal yang berkaitan dengan perilaku tersebut.

18 b. Menurunnya kekuatan penahan. Keadaan ini disebabkan oleh melemahnya stimulus yang menyebabkan menurunnya kekuatan penahan. c. Meningkatnya kekuatan pendorong dan menurunnya kekuatan penahan sehingga menyebabkan perubahan perilaku (Notoatmodjo, 2012). 2.4 Model Penelitian Berdasarkan teori Lawrence Green dan Kurt Lewin, maka peneliti menggambarkan model penelitian dalam kerangka di bawah ini. Predisposing Factor : Persepsi : Penghambat - Pengetahuan -Harapan -Motivasi Enabling factors : Sarana & Prasarana Pemanfaatan PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja) Reinforcing Factors : Kebijakan Pendorong Sumber Informasi Dukungan Sekolah Gambar 2.3 Kerangka Berfikir dan Konsep Penelitian Sumber : Teori Kurt Lewin dan Lawrence Green Dalam penelitian ini menggunakan modifiaksi antara teori Kurt Lewin dan Lawrence Green, dimana untuk teori Lawrence Green bahwa perilaku remaja (pemanfaatan PKPR) dibentuk oleh tiga faktor yaitu faktor predisposisi, faktor pendorong dan faktor pendukun. faktor

19 predisposisi yaitu berupa persepsi. Persepsi itu sendiri dibentuk oleh faktor internal dan juga faktor eksternal. Faktor internal antara lain adalah pengetahuan, harapan dan motivasi, sedangkan untuk faktor eksternalnya adalah sosial budaya dan lingkungan. Selain faktor predesposisi, perilaku juga dibentuk oleh faktor pendukung yaitu adanya sarana prasarana dan sumber informasi program PKPR. Faktor pendorongnya yaitu kebijakan/dukungan sekolah, peran konselor sebaya dan juga peran petugas Puskesmas. Dari ketiga faktor tersebut bisa menjadi faktor pendorong dan juga faktor penghambat dalam pemanfaatan program PKPR ini. Oleh karena itu peneliti menggabungkan kedua teori ini yaitu Lawrence Green dan Kurt Lewin sehingga dapat menjawab tujuan penelitian.

20

BAB I PENDAHULUAN. mendatang, akan tetapi teknologi informasi serta ilmu pengetahuan dan tekhnologi (Iptek) yang

BAB I PENDAHULUAN. mendatang, akan tetapi teknologi informasi serta ilmu pengetahuan dan tekhnologi (Iptek) yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Remaja merupakan investasi masa depan bangsa karena mereka merupakan generasi penerus yang produktif dan sangat berharga bagi kelangsungan pembangunan di masa mendatang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa perubahan atau masa peralihan dari masa anakanak ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Remaja 2.1.1 Pengertian Remaja Remaja atau adolescence (Inggris), berasa dari bahasa latin yang berarti tumbuh tumbuh ke arah kematangan. Kematangan yang dimaksud

Lebih terperinci

PERSEPSI REMAJA TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA DI WILAYAH PUSKESMAS KUTA SELATAN

PERSEPSI REMAJA TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA DI WILAYAH PUSKESMAS KUTA SELATAN TESIS PERSEPSI REMAJA TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA DI WILAYAH PUSKESMAS KUTA SELATAN RINI WINANGSIH NIM 1392161003 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH MEDIA BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SANTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI PESANTREN DARUL HIKMAH TAHUN 2010

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH MEDIA BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SANTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI PESANTREN DARUL HIKMAH TAHUN 2010 KUESIONER PENELITIAN Nomor Responden : PENGARUH MEDIA BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SANTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI PESANTREN DARUL HIKMAH TAHUN 2010 IDENTITAS RESPONDEN : 1. NAMA : 2.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan kelompok yang unik dengan kebutuhan yang khas, yaitu kebutuhan untuk mengenal identitas/ jati dirinya. Dalam memenuhi kebutuhannya tersebut, remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa. Sebesar 63,4 juta jiwa diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa. Sebesar 63,4 juta jiwa diantaranya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa. Sebesar 63,4 juta jiwa diantaranya adalah remaja yang

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi, globalisasi teknologi, dan informasi serta berbagai faktor lainnya turut mempengaruhi pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World Health Organization (WHO) sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan penduduk terbanyak keempat di dunia yaitu sebesar 256 juta jiwa pada tahun 2015. Pada tahun 2025 diproyeksikan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa yang memiliki banyak masalah, seperti masalah tentang seks. Menurut Sarwono (2011), menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu sasaran kesehatan reproduksi adalah remaja terkait dengan masa pubertasnya dimana pada fase transisi ini merupakan segmen perkembangan individu yang diawali

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia, sejak tahun Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia, sejak tahun Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program kesehatan reproduksi remaja diintegrasikan dalam program kesehatan remaja di Indonesia, sejak tahun 2003. Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) UPTD PUSKESMAS WAY JEPARA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

KERANGKA ACUAN Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) UPTD PUSKESMAS WAY JEPARA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMPUNG TIMUR KERANGKA ACUAN Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) UPTD PUSKESMAS WAY JEPARA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMPUNG TIMUR BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Usia anak remaja merupakan masa yang rawan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

Lebih terperinci

SEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN

SEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN SEKSUALITAS endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN - 2012 KOMPETENSI DASAR Setelah mempelajari materi ini peserta diharapkan dapat memahami seksualitas sebagai bagian

Lebih terperinci

KESEHATAN REPRODUKSI. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes

KESEHATAN REPRODUKSI. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes KESEHATAN REPRODUKSI Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes Introduction Kespro keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit dan kecacatan, dalam semua hal yang berkaitan

Lebih terperinci

DETEKSI DINI MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA MELALUI PENJARINGAN ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN ( SMP/MTs & SMA/ MA sederajat )

DETEKSI DINI MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA MELALUI PENJARINGAN ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN ( SMP/MTs & SMA/ MA sederajat ) DETEKSI DINI MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA MELALUI PENJARINGAN ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN ( SMP/MTs & SMA/ MA sederajat ) Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sehat baik secara fisik, jiwa maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang padat, yaitu mencapai 248,8 juta jiwa dengan jumlah penduduk berusia 10 sampai 19 tahun mencapai

Lebih terperinci

Program Kesehatan Peduli Remaja PERTEMUAN 11 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes

Program Kesehatan Peduli Remaja PERTEMUAN 11 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes Program Kesehatan Peduli Remaja PERTEMUAN 11 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Mahasiswa mampu menguraikan dan menjelaskan mengenai Program Kesehatan Peduli Remaja Pengertian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Reproduksi 2.1.1 Pengertian Kesehatan Reproduksi Menurut WHO, kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA DENPASAR DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR PUSKESMAS IV DENPASAR SELATAN JALAN PULAU MOYO NO 63A PEDUNGAN

PEMERINTAH KOTA DENPASAR DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR PUSKESMAS IV DENPASAR SELATAN JALAN PULAU MOYO NO 63A PEDUNGAN PEMERINTAH KOTA DENPASAR DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR PUSKESMAS IV DENPASAR SELATAN JALAN PULAU MOYO NO 63A PEDUNGAN NO TELP. (0361) 722475 EMAIL :puskesmasivdensel@gmail.com KERANGKA ACUAN KERJA PROGRAM

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI LAMPIRAN 1 GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan lingkari pada jawaban yang paling

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah remaja usia tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah remaja usia tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah remaja usia 10-19 tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik saat ini mencapai 62 juta jiwa, yang merupakan 28,5%

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Remaja adalah suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, ini berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun. Remaja terdiri dari

Lebih terperinci

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun adalah suatu periode masa

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara mental, fisik dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu masa transisi dari masa anak-anak menuju ke jenjang masa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu masa transisi dari masa anak-anak menuju ke jenjang masa BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Remaja adalah suatu masa transisi dari masa anak-anak menuju ke jenjang masa dewasa, dengan rentang usia 10-19 tahun (WHO, 2003). Secara demografis kelompok remaja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Kesehatan Reproduksi Menurut WHO (1992), sehat adalah suatu keadaan yang lengkap meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun tersebut usia produktif penduduk Indonesia paling banyak dengan usia

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun tersebut usia produktif penduduk Indonesia paling banyak dengan usia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada tahun 2045 diperkirakan Indonesia akan mendapatkan bonus demografi. Pada tahun tersebut usia produktif penduduk Indonesia paling banyak dengan usia 30 tahun sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan dewasa dan relatif belum mencapai tahap kematangan mental dan sosial sehingga mereka harus menghadapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya pendidikan seks untuk anak dan remaja sangat perlu, peran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya pendidikan seks untuk anak dan remaja sangat perlu, peran BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Seks Pada dasarnya pendidikan seks untuk anak dan remaja sangat perlu, peran orang tua yang sangat dituntut lebih dominan untuk memperkenalkan sesuai dengan usia dan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang berusia tahun. Remaja adalah

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang berusia tahun. Remaja adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO (1995) masa remaja merupakan masa transisi seseorang dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang berusia 10-19 tahun. Remaja adalah populasi besar dari

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan 1. Pelaksanaan pelayanan konseling oleh konselor sebaya 1.1. Konseling oleh konselor sebaya dilakukan bukan di ruangan khusus konseling melainkan di tempat lain

Lebih terperinci

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo Bebas Pada (Role Of Peers Relations With Adolescent Sexual Behavior In Smk Bina Patria 1 Sukoharjo) Abstract :

Lebih terperinci

Organ Reproduksi Perempuan. Organ Reproduksi Bagian Dalam. Organ Reproduksi Bagian Luar. 2. Saluran telur (tuba falopi) 3.

Organ Reproduksi Perempuan. Organ Reproduksi Bagian Dalam. Organ Reproduksi Bagian Luar. 2. Saluran telur (tuba falopi) 3. Organ Reproduksi Perempuan Organ Reproduksi Bagian Dalam 2. Saluran telur (tuba falopi) 1. Indung telur (ovarium) 3. Rahim (uterus) 4. Leher Rahim (cervix) 5. Liang Kemaluan (vagina) Organ Reproduksi Bagian

Lebih terperinci

Asuhan kesehatan reproduksi pada remaja

Asuhan kesehatan reproduksi pada remaja Humongous Insurance Asuhan kesehatan reproduksi pada remaja Pertemuan ke 2 Oleh levi, skm Upaya advokasi, promosi, KIE, dan konseling dalam kespro remaja Tujuan program kespro remaja: untuk membantu remaja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja adalah generasi penerus bangsa di masa yang akan datang. Masa depan bangsa ditentukan dengan bagaimana kondisi dari remaja bangsa pada masa kini. Masa remaja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa remaja umumnya anak telah mulai menemukan nilai-nilai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa remaja umumnya anak telah mulai menemukan nilai-nilai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa remaja umumnya anak telah mulai menemukan nilai-nilai hidup, cinta, persahabatan, agama dan kesusilaan, kebenaran dan kebaikan. Maka dari itu dapat dinamakan

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7 PENELITIAN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7 Vivin Sabrina Pasaribu*, El Rahmayati*, Anita Puri* *Alumni Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang *Dosen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis, maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai rasa

Lebih terperinci

KEPALA DESA KALIBENING KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DESA KALIBENING KECAMATAN DUKUN NOMOR 07 TAHUN 2017 TENTANG

KEPALA DESA KALIBENING KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DESA KALIBENING KECAMATAN DUKUN NOMOR 07 TAHUN 2017 TENTANG KEPALA DESA KALIBENING KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DESA KALIBENING KECAMATAN DUKUN NOMOR 07 TAHUN 2017 TENTANG PEMENUHAN HAK KESEHATAN REPRODUKSI DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA

Lebih terperinci

Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY

Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY Pendahuluan Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Menurut

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Menurut BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Menurut World Health Organzation (WHO), remaja (Adolescence) adalah mereka yang berusia 10 sampai dengan

Lebih terperinci

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON Disusun oleh: Nama : NIP : LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan satu periode dalam kehidupan manusia yang batasan usia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 PIK-R 1.1.1 Definisi PIK-R Masa remaja merupakan suatu masa transisi antara masa anak-anak dengan masa dewasa. Definisi remaja menurut BKKBN adalah penduduk dalam usia 10-24

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Definisi Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio: pengumpulan, penerimaan, pandangan, dan pengertian. Persepsi adalah kesadaran intuitif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia, sehingga perlu mendapat perhatian khusus secara global. Hal ini diperjelas dengan diangkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Pada masa remaja terjadilah suatu perubahan organ-organ fisik secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan. Terjadinya perubahan ini

Lebih terperinci

BAB 1. All About Remaja

BAB 1. All About Remaja BAB 1. All About Remaja Siapakah Remaja? Pengertian remaja, Klasifikasi remaja (umur) Setiap dari kita pasti pernah mengalami masa remaja, atau mungkin kita sekarang sedang dalam masa remaja? tapi pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak,

BAB I PENDAHULUAN. Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak, remaja dan dewasa. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu 1. Pengertian Pos Pelayanan Terpadu atau yang sering disebut dengan Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang. Usia remaja berlangsung antara umur tahun, dengan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang. Usia remaja berlangsung antara umur tahun, dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja diawali dari suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seseorang. Usia remaja berlangsung antara umur 12-21 tahun, dengan pembagian 12-15

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan system dan fungsi, serta proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, dimana pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja ialah suatu waktu kritis seseorang dihadapkan pada berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan menyangkut moral, etika, agama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masuk dan berkembang biak di dalam tubuh yang ditularkan melalui free

BAB I PENDAHULUAN. masuk dan berkembang biak di dalam tubuh yang ditularkan melalui free BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular seksual adalah bagian dari infeksi saluran reproduksi (ISR) yang disebabkan oleh kuman seperti jamur, virus, dan parasit yang masuk dan berkembang biak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Kesehatan Reproduksi Siswa 1. Defenisi perilaku Menurut Notoatmojo (2003.hal.114) perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang diamati secara langsung

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN BARAT Menimbang : a. bahwa kesehatan merupakan

Lebih terperinci

GAMBARAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (HASIL SURVEI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA INDONESIA TAHUN 2007 DAN SURVER RPJM TAHUN

GAMBARAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (HASIL SURVEI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA INDONESIA TAHUN 2007 DAN SURVER RPJM TAHUN GAMBARAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (HASIL SURVEI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA INDONESIA TAHUN 2007 DAN SURVER RPJM TAHUN 2007) 1. Pendahuluan Isu strategis dalam pelaksanaan

Lebih terperinci

KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI

KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI I. Pendahuluan Salah satu tujuan dari membentuk keluarga agar mempunyai keturunan yang sehat jasmani dan rohani. Orang tua menginginkan anaknya sehat jasmani,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki jumlah remaja sebesar 43,5 juta jiwa (usia 10-

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki jumlah remaja sebesar 43,5 juta jiwa (usia 10- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki jumlah remaja sebesar 43,5 juta jiwa (usia 10-19 tahun) atau sekitar 18,3 persen dari jumlah penduduk pada tahun 2010 yang berjumlah 237,6

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan undang-undang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan undang-undang yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat adalah kebutuhan dasar bagi manusia. Kepentingan kesegaran jasmani dalam pemeliharaan kesehatan tidak diragukan lagi, semakin tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini merupakan era globalisasi dimana sering terjadi perdagangan manusia, budaya luar dengan mudahnya masuk dan diadopsi oleh masyarakat sehingga memunculkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi menurut International Cooperation Populatiom and Development (ICPD) 1994 adalah suatu keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. baik fisik, psikologis, intelektual maupun sosial. Baik buruknya perkembangan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. baik fisik, psikologis, intelektual maupun sosial. Baik buruknya perkembangan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan fase terjadinya pertumbuhan dan perkembangan baik fisik, psikologis, intelektual maupun sosial. Baik buruknya perkembangan remaja lingkungan ikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian kehamilan diluar nikah pada remaja di pedesaan dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang rendah akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan pesat baik fisik, psikologis maupun intelektual. Pola karakteristik pesatnya tumbuh kembang ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Perilaku seksual dapat diwujudkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan BAB I PENDAHULUAN Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan penelitian mulai dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan nasional yang diselenggarakan oleh pemerintah merupakan salah satu usaha untuk mecapai kehidupan sumber daya manusia yang berkualitas. Kualitas sumber daya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mencangkup perubahan fisik dan psikologis. Perubahan psikologis yang terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mencangkup perubahan fisik dan psikologis. Perubahan psikologis yang terjadi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang mencangkup perubahan fisik dan psikologis. Perubahan psikologis yang terjadi pada remaja meliputi

Lebih terperinci

Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS Pada Penduduk Usia Muda. Dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional

Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS Pada Penduduk Usia Muda. Dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS Pada Penduduk Usia Muda Dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional 1 Outline Paparan Bagaimana Transmisi HIV Terjadi Situasi HIV

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi ( P4K ) Pada tahun 2007 Menteri Kesehatan RI mencanangkan P4K dengan stiker yang merupakan upaya terobosan dalam percepatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. instrumental. Orang menghargai kesehatan karena kesehatan ikut mendasari

BAB 1 PENDAHULUAN. instrumental. Orang menghargai kesehatan karena kesehatan ikut mendasari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan bukanlah suatu nilai akhir melainkan lebih merupakan nilai instrumental. Orang menghargai kesehatan karena kesehatan ikut mendasari tercapainya tujuan yang

Lebih terperinci

KESEHATAN REPRODUKSI OLEH: DR SURURIN

KESEHATAN REPRODUKSI OLEH: DR SURURIN KESEHATAN REPRODUKSI 1 OLEH: DR SURURIN Pandangan Internasional pada Kesehatan Reproduksi (Kespro) 2 Kesepakatan-kesepakatan: ICPD ( International Converence on Population and Depelopment ) di kairo Mesir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara berkembang, remaja merupakan bagian terbesar dalam populasi. Data demografi menunjukkan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat SKRIPSI HUBUNGAN SUMBER INFORMASI DAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 7 SURAKARTA TAHUN 2011 Proposal skripsi Skripsi ini Disusun untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan aset dan generasi penerus bangsa yang harus sehat secara jasmani, mental dan spiritual. Usia remaja merupakan fase umur penduduk yang sangat menentukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Perilaku Semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar (Notoatmodjo, 2005) Lawrence Green

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kesehatan berupaya membangun perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat diharapkan mampu melakukan upaya pencegahan secara lebih efisein dan efektif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang merupakan salah satu faktor yang memiliki peran besar dalam menentukan tingkat pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Sarah Dessy Oktavia, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Sarah Dessy Oktavia, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu masa transisi antara masa anak-anak dengan masa dewasa. Remaja dalam beberapa literatur biasanya merujuk pada usia 10-19 tahun. Badan Koordinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan reproduksi remaja (Kemenkes RI, 2015). reproduksi. Perilaku seks berisiko antara lain seks pranikah yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan reproduksi remaja (Kemenkes RI, 2015). reproduksi. Perilaku seks berisiko antara lain seks pranikah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis, maupun intelektual. Sifat khas pada remaja adalah rasa ingin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak merupakan potensi dan penerus untuk mewujudkan kualitas dan keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan sejak dini dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peduli Remaja (PKPR) yang menekankan kepada petugas yang peduli remaja,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peduli Remaja (PKPR) yang menekankan kepada petugas yang peduli remaja, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) 2.1.1 Pengertian Untuk meningkatkan status kesehatan remaja yang bersekolah maupun tidak bersekolah, Kementrian Kesehatan RI telah mengembangkan

Lebih terperinci

Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari

Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari penyakit atau kelemahan fisik, tetapi meliputi aspek mental

Lebih terperinci

KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA. By : Basyariah Lubis, SST, MKes

KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA. By : Basyariah Lubis, SST, MKes KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA By : Basyariah Lubis, SST, MKes Pengertian Kesehatan reproduksi remaja adalah kondisi kesehatan pada remaja khususnya menyangkut masalah kesehatan reproduksi manusia yang kesiapannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya

BAB I PENDAHULUAN. mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa, di mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya fertilitas, dan terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa ini terjadi perubahan dan perkembangan yang cepat baik fisik, mental, dan psikososial

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Seksual pra nikah 2.1.1. Pengertian Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara hubungan intim

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya hidup mereka yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi merupakan hal yang sangat penting dalam skala global. Pada tahun 2005, terdapat 1.21 miliar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis, maupun intelektual. Menurut WHO, remaja adalah penduduk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam istilah asing yaitu adolescence yang berarti tumbuh kearah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam istilah asing yaitu adolescence yang berarti tumbuh kearah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Remaja a. Pengertian Remaja Menurut World Health Organization (WHO) (2014) remaja atau dalam istilah asing yaitu adolescence yang berarti tumbuh kearah kematangan.

Lebih terperinci

MENGAPA PERLU MENANGANI REMAJA

MENGAPA PERLU MENANGANI REMAJA MENGAPA PERLU MENANGANI REMAJA LATAR BELAKANG Siapa Remaja? Remaja : Anak yang berusia antara 10-19 tahun. UU No 23/2002, sejak dalam kandungan hingga belum berusia 18 tahun, termasuk di dalamnya adalah

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI SKRIPSI PERBEDAAN PERILAKU PENCARIAN INFORMASI, PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS (SLTA) NEGERI DAN SWASTA DI KABUPATEN SUKOHARJO Skripsi ini Disusun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan dewasa dan relatif belum mencapai tahap kematangan mental dan sosial sehingga mereka harus menghadapi

Lebih terperinci