PERSEPSI REMAJA TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA DI WILAYAH PUSKESMAS KUTA SELATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERSEPSI REMAJA TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA DI WILAYAH PUSKESMAS KUTA SELATAN"

Transkripsi

1 TESIS PERSEPSI REMAJA TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA DI WILAYAH PUSKESMAS KUTA SELATAN RINI WINANGSIH NIM PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

2 PERSEPSI REMAJA TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA DI WILAYAH PUSKESMAS KUTA SELATAN Tesis Untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Pasca Sarjana Universitas Udayana RINI WINANGSIH NIM PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

3 Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 27 April 2015 Pembimbing I, Pembimbing II, Dr. dr Dyah Pradnyaparamita Duarsa, Msi NIP dr. Desak Putu Yuli Kurniati, MKM NIP Mengetahui Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Mayarakat Program Pascasarjana Universitas Udayana Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana Prof.dr. D.N Wirawan, MPH NIP Prof. Dr. dr. A.A.Raka Sudewi,Sp.S (K) NIP

4 Tesis Ini Telah Di Uji Pada Tanggal 27 April 2015 Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana No 1230/ UN14.4/ HK/2015 Tanggal 27 April 2015 Ketua : Dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, Msi. Anggota : 1. dr. Desak Putu Yuli Kurniati, M.KM. 2. Prof. DR. dr. Mangku Karmaya, M.Repro, PA (K) 3. Dr. Luh Seriani, SKM, M.Kes. 4. dr. Ni Wayan Arya Utami, M. App. Bsc, PhD.

5 UCAPAN TERIMA KASIH Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan anugerah-nya tesis ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr.dr Dyah Pradnyaparamita Duarsa, Msi, pembimbing I yang dengan penuh perhatian telah memberikan semangat, bimbingan dan saran selama penulis menempuh pendidikan magister khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih sebesar-besarnya kepada dr. Desak Putu Yuli Kurniati, MKM, Pembimbing II yang selalu sabar dan penuh perhatian memberikan semangat, bimbingan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Ucapan yang sama ditujukan juga kepada Prof.dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH, ketua program studi magister ilmu kesehatan masyarakat dan pembimbing akademik penulis yang dengan penuh perhatian memberikan semangat, bimbingan serta saran selama penulis menempuh pendidikan magister ini. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana, Prof.Dr.dr. I ketut Suastika, SP.PD-KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan program magister di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof.Dr.dr.A.A.Raka Sudewi, SPS(K) atas kesempatan yang diberikan kepada

6 penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister Universitas Udayana. Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof.DR.dr. I Putu Astawa, SPOT(K)M.Kes, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan program magister. Pada Kesempatan ini, penulis juga mengucapkan rasa terima kasih kepada para penguji tesis yaitu Prof.DR.dr.Mangku karmaya, M. Repro, PA(K). DR. Luh Seriani, SKM.M.Kes dan DR. dr Arya Utami, yang telah memberikan saran, masukan, sanggahan dan koreksi sehingga tesis ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih juga peneliti ucapkan kepada kepala Puskesmas Kuta Selatan, Kepala Sekolah SMPN 3 Kuta Selatan dan Kepala Sekolah SMP Dwijendara yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada wakil kepala sekolah SMP Dwijendra, Guru BK SMPN 3 Kuta Selatan, siswa OSIS SMPN 3 Kuta Selatan dan siswa OSIS SMP Dwijendra yang telah bersedia menjadi informan dan membantu penulis dalam menyelesaikan teris ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada para guru dan dosen yang telah membimbing penulis dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ayah dan Bunda yang selalu memberikan motivasi, Do a dan memberikan kasih sayangnya hingga saat ini. Ahkirnya penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada Suami tercinta H.Nur Sodiq, SH, yang selalu memberikan dukungan moral dan materiil untuk menyelesaikan studi ini, serta anak-anakku tersayang

7 Rafael A.A.I dan Abiel A.S yang selalu menjadi penyemangat dalam setiap langkahhidup penulis. Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat serta hidayah-nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini, serta kepada penulis sekeluarga. Peneliti

8 ABSTRAK PERSEPSI REMAJA TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA DI WILAYAH PUSKESMAS KUTA SELATAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi remaja tentang keberadaan, faktor pendukung dan penghamba, bentuk kegiatan, materi dan penyampaian PKPR, serta harapan remaja terhadap program PKPR. Penelitian ini menggunakan rancangan kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pengumpulan data dengan focus group discussion (FGD) dan wawancara mendalam. FGD dilakukan sebanyak empat kali, pada 27 siswa yang tergabung dalam organisasi siswa intra sekolah (OSIS). Wawancara mendalam dilaksanakan pada empat informan yaitu guru bimbingan konseling (BK), wakil kepala sekolah, konselor sebaya dan pemegang program PKPR. Penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi dan harapan remaja terhadap program PKPR ini positif, akan tetapi ada beberapa faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi kunjungan ke puskesmas rendah dan kurang maksimalnya pemanfaatan PKPR. Menurut persepsi remaja, yang menjadi faktor pendukung diantaranya dukungan sekolah, materi dan penyampaian dalam penyuluhan serta peran konselor sebaya. Untuk faktor penghambatnya yaitu tidak adanya ruang konseling, minimnya pengetahuan dan sosisialisasi tentang PKPR dan kurang lengkapnya sarana dan prasarana kegiatan PKPR, minimnya tenaga kesehatan, kurangnya dana serta sikap petugas kesehatan yang kurang ramah. Siswa beranggapan keberadaan PKPR bermanfaat bagi siswa dan berharap tetap berlanjut serta lebih sering lagi diadakan sosialisasi. Bentuk kegiatannya menarik akan tetapi perlu di adakan inovasi. Materi dan penyampaiannya menarik akan tetapi bahassanya perlu diperjelas. Faktor pendukung diantaranya dukungan sekolah, materi, peran konselor sebaya, sedangkan faktor penghambatnya adalah sarana dan prasarana, minimnya tenaga kesehatan, dana serta sikap petugas. Kata Kunci : Persepsi, Remaja, PKPR, Kuta Selatan.

9 Abstract PERCEPTION OF ADOLESCENT ABOUT ADOLESENCE HEALTH CARE SERVICES IN THE SOUTH KUTA COMMUNITY HEALTH CENTRE This study aimed to determine the adolescent s perception about the existence, supporting and inhibiting factors, forms of activities, materials, and delivery PKPR, as well as expectation of adolescents about the PKPR program. This study used qualitative design with phenomenology approach. The number of samples in this study was twenty seven students council where data was collected by focus group discussion and indepth interviews on four informans namely counseling teachers, deputy principal, peer counselors and holder of the PKPR program. The results showed that the perceptions and expectations of adolescents to adolescent care health service program was positive, but the were some factors supporting and influencing the lack of visits the clinic and maximal utilization of PKPR program. According to the perseption of adolescent, supporting factors include school support, material and delivery in education and the role of peer counselors, while the inhibiting factor was the lack of counseling space, minimum number of health personnel, lack of funds and the attitude of health workers who were less friendly. Based on the research promotion is needed and dissemination of the PKPR program, these activities need equalization at each school, peer counselors need cadre formation, complete infastructure, improve coordination, promotion through the media, as well as the provision of spesialized personnel of PKPR, and additional allocation of funds for PKPR activities. Key world : Perception, adolescent, Adolescent Care Health Service

10 DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... PRASYARAT GELAR... LEMBAR PERSETUJUAN... PENETAPAN PANITIA PENGUJI... SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR SINGKATAN... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan Khusus Manfaat Penelitian... i ii iii iv v vi ix x xi xv xvi xvii xix

11 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, TEORI DAN MODEL PENELITIAN Kajian Pustaka RemajadanPermasalahannya Kesehatan Reproduksi Remaja Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja Konsep Penelitian Remaja PKPR Persepsi tentang PKPR Pengetahuan Sarana danprasarana SumberInformasi KebijakandanDukungan KonselorSebaya 2.3 Landasan Teori Teori Lawrence Green Teori Kurt Lewin... BAB III METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Subjek Penelitian

12 3.1.3 Jenis dan Sumber Data Instrumen Penelitian Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode dan Teknik Analisa Data Penyajian Hasil Analisa Data Keabsahan Data Etika Penelitian... BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 GambaranUmumLokasiPenelitian GambaranUmumKecamatanKuta Selatan GambaranUmumPuskesmasKuta Selatan GambaranUmum SMPN 3 Kuta Selatan GambaranUmum SMP Dwijendra KarakteristikInforman HasilPenelitian Persepsi Remaja terhadap Keberadaan, Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat PKPR PersepsiRemajatentangBentukKegiatan PKPR PersepsiRemajatentangMateridanPenyampaian PKPR PersepsiRemajatentangPeranKonselorSebaya HarapanRemajaTerhadap PKPR 4.4 Temuan Lain Penelitian 4.5 KeterbatasanPenelitian

13 4.6 Refleksi. BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan 5.2 Saran.. DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN-LAMPIRAN

14 DAFTAR GAMBAR Halaman 2.1 Model Teori Lawrence Green Model Teori Kurt Lewin

15 DAFTAR TABEL Halaman 3.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data KarakterisktikInforman FGD OSIS Perempuan. 4.2 KarakterisktikInforman FGD OSIS Laki-laki. 4.3KarakteristikInformanWawancaraMendalam

16 DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG SINGKATAN AKI AIDS BB BNN BK FGD HIV IPA IPTEK IMS KEK KESPRO KIE KKR KMS KTD KRR LAB LCD LILA MOS NARKOBA OSIS P3K : Angka Kematian Ibu :Acquired Immune Deficiency Syndrome : BeratBadan : Badan Narkotika Nasional : Bimbingan Konseling : Focus Group Discussion :Human Immunodeficiency Virus : IlmuPengetahuanAlam : IlmuPengetahuandanTekhnologi : InfeksiMenularSeksual : KekuranganEnergiKronis : KesehatanReproduksi : Konseling Informasi Edukasi : KelompokKerjaRemaja : KartuMenujuSehat : KehamilanTidakDiinginkan. : Kelas Reproduksi Remaja : Laboratorium :Liquid Crystal Display : LingkarLenganAtas : MasaOrientasiSiswa : NarkotikdanObat-obatTerlarang : OrganisasiSiswa Intra Sekolah : PertolonganPertamaPadaKecelakaan

17 PKPR PMR PKHS PSK PUSKESMAS RISKESDAS SD SDKI SMP SMPN SOP TB UGD UKS UNICEF VCT WHO : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja : PalangMerahRemaja : PelatihanKetrampilanHidupSehat : PekerjaSeksKomersil : Pusat Kesehatan Msyarakat : Riset Kesehatan Dasar : SekolahDasar : Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia : Sekolah Menengah Pertama : Sekolah Menengah Pertama Negeri : Standar Operasional Prosedur : TinggiBadan : Unit GawatDarurat : Usaha KesehatanSekolah : United Nations International Children s Emergency Fund : Voluntary Counseling Testing : World Health Organization

18 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 : Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian : Panduan Focus Group Discussion : Lembar Persetujuan Menjadi Responden : Lembar Observasi Sarana dan Prasarana PKPR : Pedoman Pertanyaan Wawancara untuk Petugas Puskesmas Lampiran6 : Pedoman Pertanyaan Wawancara untuk Kepala Sekolah / GuruBK Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran9 Lampiran10 : Pedoman Pertanyaan Wawancara untuk Konselor Sebaya : Matrix AnalisisTesis : Dokumentasi : SuratIjinPenelitiandan Ethical Clearance

19 `BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Remaja merupakan investasi masa depan bangsa karena mereka merupakan generasi penerus yang produktif dan sangat berharga bagi kelangsungan pembangunan di masa mendatang, akan tetapi teknologi informasi serta ilmu pengetahuan dan tekhnologi (Iptek) yang mengalami perkembangan pesat, membawa dampak timbulnya permasalahan remaja yang semakin meningkat. Fenomena ini berpengaruh terhadap status kesehatan reproduksi remaja dan kualitas remaja di masa mendatang. United Nations International Children s Emergency Fund (UNICEF) menyatakan terjadi trend yang menghawatirkan karena terjadi peningkatan jumlah kematian remaja yang berusia tahun akibat Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) di seluruh dunia yaitu remaja pada tahun 2005 meningkat menjadi jiwa pada tahun 2012 ( Herman, 2013). Data riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan prevalensi umur perkawinan yang terjadi pada umur kurang dari 15 tahun yaitu sebesar 2,6 % dan usia tahun sebanyak 23,9 %. Fenomena inilah yang menyebabkan terjadinya ibu yang melahirkan pada usia terlalu muda (<20 tahun), bahkan ada yang melahirkan pada usia kurang dari 15 tahun. Data lainnya dari badan kesehatan keluarga berencana nasional (BKKBN) pada tahun 2013, menyebutkan bahwa sebanyak 4,38 % remaja usia tahun telah melakukan

20 aktivitas seks bebas, sedang remaja usia tahun sebanyak 41,8 %. Kejadian aborsi menurut catatan komisi nasional perlindungan anak terjadi peningkatan, yaitu dari 86 kasus pada tahun 2011 menjadi 121 kasus pada tahun Kasus tersebut mengakibatkan delapan orang meninggal. Berdasarkan data tersebut, kejadian ini cukup memprihatinkan karena kehamilan dan persalinan remaja di bawah umur 20 tahun sangat berisiko apalagi ditunjang dengan perilaku seks yang berisiko pula sehingga menambah deret permasalahan remaja khususnya yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi. Permasalahan lain yang erat kaitannya dengan remaja dan berhubungan dengan kesehatan reproduksi adalah masalah gizi, merokok serta narkotik dan zat adiktif (napza). Data Riskesdas 2013, menyebutkan bahwa remaja pendek (stunting) menurut prevalensi nasional sebanyak 30,7 %, remaja kurus sebanyak 11,2 %, remaja yang merokok pada usia tahun sebanyak 19,7 %, dan menurut badan narkotika nasional (BNN) terjadi peningkatan pengguna narkoba yaitu pada tahun 2012 dari 3,6 juta orang menjadi 3,8 juta orang pada tahun 2013 dan 22 % diantaranya adalah remaja ( Rohan & Siyoto, 2013) Di Bali permasalahan yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi remaja juga menunjukkan angka yang memprihatinkan, Berdasarkan penelitian, menyebutkan bahwa dari tiga ratus dua puluh tujuh remaja di Badung, 5 % (enam belas orang) diantaranya pernah berhubungan sex pada usia tahun, dari enam belas orang tersebut, satu pernah terkena penyakit kelamin dan dua pernah hamil hingga berakhir dengan aborsi. Pada tahun 2013, penelitian lain menyebutkan bahwa dari enam ratus tiga puluh tiga pelajar, % remaja yang

21 belum menikah pernah punya pengalaman berhubungan sex. Untuk pengguna narkoba Bali menyumbangkan angka 1,8 % atau lima ribu lima ratus lima puluh tiga orang. Berdasarkan data diatas, menunjukkan bahwa di Bali terjadi peningkatan yang signifikan terkait dengan masalah kesehatan reproduksi dan masalah lain yang terkait dengan remaja ( Faturrohman, 2009). Di Indonesia, Pemerintah mengadakan beberapa strategi untuk menyelesaikan permasalahan terkait kesehatan reproduksi remaja dan permasalahan remaja lainnya. Salah satu strateginya adalah program pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR). PKPR adalah suatu program yang dikembangakan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sebagai upaya untuk meningkatkan status kesehatan remaja yang menekankan kepada Puskesmas. Pengertian PKPR sendiri adalah suatu pelayanan yang ditujukan dan dapat di jangkau oleh remaja, peka akan kebutuhan terkait kesehatannya, dapat menjaga rahasia, efektif dan efisien dalam memnuhi kebutuhan tersebut. Singkatnya, PKPR adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk remaja, dimana pelayanannya dapat diakses oleh semua golongan remaja. Secara khusus, tujuan dari PKPR adalah meningkatkan pemanfaatan puskesmas oleh remaja untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, meningkatan penyediaan pelayanan kesehatan remja yang berkualitas, meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan remaja dalam pencegahan masalah kesehatan, meningkatkan keterlibatan remaja dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kesehatan remaja. Sasaran program ini adalah laki-laki dan perempuan usia tahun dan belum menikah, baik yang sekolah maupun tidak sekolah. Program ini dibentuk sejak

22 tahun 2003 dan kegiatan yang rutin dilakukan salah satunya adalah penjaringan ke sekolah- sekolah SMP, SMA maupun perkumpulan remaja seperti karang taruna dan remaja masjid untuk memberikan pendidikan kesehatan reproduksi remaja (Kemenkes RI, 2011). Menurut wawancara dengan Dinas Kesehatan Provinsi Bali, PKPR merupakan salah satu program remaja yang masih aktif sampai saat ini. Program ini dijalankan melalui Puskesmas untuk memfasilitasi kasus-kasus kesehatan reproduksi dan permasalahan remaja lainnya di wilayah Puskesmas. Di Puskesmas Kuta Selatan program PKPR ini sudah berjalan sejak tahun 2007, Puskesmas sebagai home based telah melaksanakan kegiatan rutin dan sosialisasi ke sekolah- sekolah akan tetapi selama ini pemanfaatannya di Puskesmas sangat sedikit. Permasalahan remaja di wilayah Puskesmas masih kompleks, berbagai kasus ditemukan oleh darbin dan informasi dari berbagai sumber, akan tetapi kasus-kasus remaja tersebut tidak tercatat sehingga tidak ada data tentang besaran masalahnya. Data di Puskesmas Kuta Selatan untuk bulan Agustus 2014 ada satu remaja dengan merokok, satu remaja putri anemia dan satu remaja hamil di usia enam belas tahun. Karena cakupan di Puskesmas sangat sedikit maka Puskesmas melakukan penjaringan ke sekolah-sekolah untuk memberikan materi terkait kesehatan reproduksi dan masalah remaja lainnya. Peneliti memilih wilayah Puskesmas Kuta Selatan karena Puskesmas Kuta Selatan merupakan salah satu Puskesmas yang cakupan remaja dan sekolahnya paling banyak diantara Puskesmas lain di Provinsi Bali, yaitu 9161 remaja dan dua puluh sekolah.

23 Hal lain yang mendasari pemilihan Kuta Selatan karena wilayah Kuta Selatan merupakan kawasan wisata. Menurut penelitian Ida Ayu Alit Laksmini (2003), menyebutkan bahwa pembangunan daerah wisata membawa dampak negatif terhadap perkembangan perilaku reproduksi/ perilaku sex remaja, selain itu juga berdampak terhadap meluasnya masalah remaja lainnya seperti peredaran narkoba. Di Bali, pelaksanaan PKPR lebih ditujukan ke sekolah menengah pertama (SMP), karena mengingat upaya pencegahan sebaiknya dimulai sejak dini. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemegang program di Puskesmas, didapatkan informasi bahwa diantara dua puluh sekolah tersebut, yang pelasksanaan PKPRnya belum berjalan dengan baik yaitu SMP Dwijendra dan SMP yang program PKPRnya sudah berjalan dengan baik yaitu sekolah menengah pertama negeri (SMPN) 3 Kuta Selatan, dimana di SMP tersebut sudah mempunyai konselor sebaya di sekolah. Beranjak dari data dan permasalahan di atas, Peneliti bermaksud melakukan penelitian tentang Persepsi Remaja Terhadap Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di Wilayah Puskesmas Kuta Selatan. Penelitian ini penting untuk dilakukan, agar dapat memberi masukan kepada instansi terkait mengenai bagaimana persepsi remaja saat ini. Diharapkan pendidikan pendidikan kespro remaja dapat memiliki kurikulum tersendiri di sekolah dan pada akhirnya penelitian ini dapat bermanfaat dalam melengkapi fasilitas pelayanan kesehatan peduli remaja baik di Puskesmas maupun di sekolah, meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan dan tenaga pendukung untuk program ini, mengembangkan informasi sehingga remaja tahu dan mau

24 memanfaatkan program ini dan diharapkan lingkungan sosial tidak menstigma remaja yang mengalami permasalahan. 1.2 Rumusan Masalah Program PKPR yang merupakan salah satu strategi dalam mencegah masalah remaja sudah dilaksanakan di Puskesmas Kuta Selatan sejak tahun 2007, program tersebut sudah rutin dilaksanakan baik di Puskesmas maupun sosialisasi dan kunjungan ke sekolah, bahkan disekolah juga sudah dibetuk konselor sebaya, akan tetapi rata-rata kunjungan remaja ke puskesmas dengan permasalahan kespro dan permasalahan remaja lainnya di Puskesmas Kuta Selatan < 5 remaja perbulan. Kunjungan remaja pada konselor sebaya di sekolah juga sangat minim, padahal sebenarnya permasalahan remaja di wilayah Puskesmas Kuta Selatan sangat kompleks. Berdasarkan data tersebut, peneliti ingin mengetahui apa saja yang menjadi faktor penghambat dan pendukung program PKPR ini di wilayah puskesmas Kuta Selatan. Berdasarkan fakta tersebut, maka pertanyaan penelitian diuraikan seperti di bawah ini. 1. Bagaimana persepsi remaja terhadap keberadaan, faktor pendukung dan faktor penghambat PKPR? 2. Bagaimana persepsi remaja tentang bentuk kegiatan PKPR? 3. Bagaimana persepsi remaja tentang materi dan cara penyampaiannya PKPR? 4. Bagaimana persepsi remaja tentang peran konselor sebaya?

25 5. Bagaimana harapan remaja terhadap PKPR? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Untuk mengetahui persepsi remaja di wilayah Puskesmas Selatan terhadap pelayanan kesehatan peduli remaja Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui persepsi remaja seperti yang diuraikan berikut ini. 1. Persepsi remaja tentang keberadaan, faktor pendukung dan faktor penghambat PKPR. 2. Persepsi remaja tentang bentuk kegiatan PKPR. 3. Persepsi remaja tentang materi dan cara penyampaian PKPR 4. Persepsi siswa tentang peran konselor sebaya 5. Harapan remaja terhadap PKPR 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran ilmiah dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan dijadikan sebagai masukan serta tambahan informasi serta pengembangan untuk penelitian selanjutnya, mungkin untuk mencari proporsi dari faktor-faktor yang berkaitan dengan program PKPR.

26 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi tenaga kesehatan dan penyelenggaran PKPR yaitu Puskesmas Kuta Selatan diharapkan dengan penelitian ini mampu memberikan masukan untuk mengembangkan program PKPR. 2. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai tambahan informasi kepada masyarakat pada umumnya, orang tua dan guru pada khususnya bahwa pendidikan kespro remaja penting bagi anak. Dengan tambahan informasi tersebut diharapkan masyarakat dapat turut serta menyukseskan program PKPR ini sehingga dapat mengurangi deret permasalahan remaja di masyarakat dan menjadikan lingkungan masyrakat yang aman dan kondusif. 3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat memberi masukan kepada pihak sekolah untuk menentukan kebijakan terkait pendidikan kesehatan reproduksi remaja dan permasalahan remaja lainnya di sekolah. Sekolah memiliki kurikulum tersendiri tentang peningkatan status kesehatan remaja dan pada akhirnya penelitian ini dapat bermanfaat dalam melengkapi fasilitas pelayanan kesehatan peduli remaja di sekolah. 4. Bagi remaja, pengembangan dan perbaikan program PKPR diharapkan menjadikan remaja lebih antusias mengikuti kegiatan terkait pelayanan kesehatan peduli remaja dan bisa mencegah permasalahan terkait kesehatan reproduksi dan masalah remaja lainnya

27 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Remaja dan Permasalahannya UNICEF menyatakan terjadi trend yang menghawatirkan karena terjadi peningkatan jumlah kematian remaja yang berusia tahun akibat HIV/AIDS di seluruh dunia yaitu remaja pada tahun 2005 meningkat menjadi jiwa pada tahun 2012 (Herman, 2013). Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan prevalensi umur perkawinan yang terjadi pada umur kurang dari 15 tahun yaitu sebesar 2,6 % dan usia tahun sebanyak 23,9 %. Fenomena inilah yang menyebabkan terjadinya ibu yang melahirkan pada usia terlalu muda (<20 tahun), bahkan ada yang melahirkan pada usia kurang dari 15 tahun. Data lainnya dari BKKBN pada tahun 2013, menyebutkan bahwa sebanyak 4,38 % remaja usia tahun telah melakukan aktivitas seks bebas, sedangkan remaja pada usia tahun sebanyak 41,8 %. Kejadian aborsi menurut catatan Komisi Nasional Perlindungan Anak terjadi peningkatan, yaitu dari 86 pada tahun 2011 menjadi 121 kasus pada tahun 2012, dan dari kasus tersebut mengakibatkan delapan orang meninggal. Berdasarkan data tersebut, hal ini cukup memprihatinkan karena kehamilan dan persalinan remaja di bawah umur 20 tahun sangat beresiko apalagi ditunjang dengan perilaku seks yang beresiko pula sehingga menambah permasalahan remaja khususnya yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi.

28 Permasalahan lain yang erat kaitannya dengan remaja dan berhubungan dengan kesehatan reproduksi adalah masalah gizi, merokok dan napza. Data Riskesdas 2013 menyebutkan bahwa remaja pendek menurut prevalensi nasional sebanyak 30,7 %, remaja kurus 11,2 %, remaja yang merokok pada usia tahun sebanyak 19,7 %. Menurut BNN terjadi peningkatan pengguna narkoba pada tahun 2012, dari 3,6 juta orang menjadi 3,8 juta orang pada tahun 2013 dan 22 % diantaranya adalah remaja ( Rohan & Siyoto, 2013). Di Bali permasalahan yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi remaja juga menunjukkan angka yang memprihatinkan, Faturohman tahun 2009 dalam penelitiannya menyebutkan bahwa dari tiga ratus dua puluh tujuh remaja di Kabupaten Badung, 5 % (enam belas orang) diantaranya pernah berhubungan sex pada usia tahun, dari enam belas orang tersebut, satu pernah terkena penyakit kelamin dan dua pernah hamil hingga berakhir dengan aborsi. Pada tahun 2013, penelitian lain menyebutkan bahwa dari enam ratus tiga puluh tiga pelajar, % remaja yang belum menikah pernah punya pengalaman berhubungan sex. Kasus narkoba di Bali menyumbangkan angka 1,8 % atau orang dengan permasalahan narkoba. Berdasarkan data diatas, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan terkait dengan masalah kesehatan reproduksi dan permasalahan remaja lainnya di Bali ( Faturrahman, 2009). Berdasarkan data diatas, permasalahan kesehatan reproduksi remaja yang menjadi prioritas dapat dikelompokkan seperti di bawah ini.

29 a. Aborsi tidak aman yang diakibatkan sebagian besar dari kehamilan tidak diinginkan. b. Kehamilan dan persalinan dini (terjadi pada usia terlalu muda). c. Penyakit menular seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS. d. Kekerasan seksual termasuk pemerkosaan, pelecehan dan perdagangan perempuan (Rohan dan Siyoto, 2013) Batasan Usia Remaja Masa remaja adalah masa terjadinya peralihan terhadap perubahan secara fisik dan psikologis dari masa anak-anak ke masa dewasa (Hurlock, 2003). Perubahan psikologis yang terjadi pada remaja meliputi intelektual, kehidupan emosi, dan kehidupan sosial. Perubahan fisik mencakup organ seksual yaitu alatalat reproduksi sudah mencapai kematangan dan mulai berfungsi dengan baik (Sarwono, 2005). Remaja adalah fase peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa, dimana mulai timbul ciri-ciri seks skunder, terjadi pacu tumbuh, tercapainya fertilitas dan terjadinya perubahan-perubahan kognitif dan psikologik. Remaja sebenarnya berada diantara masa anak-anak dan masa dewasa sehingga berada dalam tempat yang tidak jelas, oleh karena itu masa remaja sering disebut masa pencarian jati diri (Rohan & Siyoto, 2013). Remaja dapat diartikan sebagai masa peralihan dari perkembangan antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perkembangan biologis, kognitif, sosial dan mental-emosional (Santrock, 2003).

30 WHO ( 2009 ) menyebutkan, yang dimaksud dengan usia remaja yaitu antara usia 12 sampai usia 24 tahun. Menurut Menteri Kesehatan RI (2010), batasan usia remaja adalah antara usia 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Remaja dibagi menjadi tiga tahap yaitu masa remaja awal (usia tahun), masa remaja tengah yaitu (usia tahun) dan remaja akhir (usia tahun) (Rohan & Sayito, 2013). Masa remaja menurut Santrock (2003), yaitu usia tahun dan berakhir saat menginjak usia tahun Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja Saat memasuki masa remaja akan diawali dengan perubahan fisik dulu kemudian diikuti perubahan psikis pada remaja. Perubahan yang mencolok pada remaja laki-laki dan perempuan umumnya terjadi saat usia 9-19 tahun. Perubahan yang terjadi bukan hanya bertambah tinggi dan besar saja, tetapi juga terjadi perubahan organ reproduksi sehingga mereka bisa menghasilkan keturunan. Perubahan tersebut dikenal dengan istilah pubertas yaitu perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Remaja perempuan ditandai dengan datangnya menstruasi, sedangkan pada remaja laki-laki ditandai dengan mimpi basah. Remaja laki-laki juga mengalami ejakulasi yaitu keluarnya sperma melalui penis, dan kejadian ini dapat disengaja maupun tidak disengaja yaitu melalui mimpi basah. Proses menstruasi terjadi kerena luruhnya lapisan pada dinding rahim yang mengandung pembulu darah tempat sel telur yang tidak dibuahi menempel, biasanya terjadi antara tiga sampai tujuh hari. Siklus haid masing-masing remaja berbeda, yaitu dua puluh tujuh hari atau tiga puluh lima hari. Perubahan Alat

31 reproduksi pada perempuan terjadi pada labia minora atau bibir luar, clitoris atau kelentit, rambut kemaluan, lubang vagina, uterus, servik, sel telur, indung telur. Perubahan alat reproduksi laki-laki terjadi pada zakar, buah zakar, saluran kencing (uretra), saluran sperma, skrotum, kelenjar prostat, kandung kencing (Rohan &Siyoto, 2013). Perkembangan secara psikis juga melewati beberapa tahap yang mungkin dipengaruhi oleh kontak dengan lingkungan sekitarnya. Fase remaja di bagi dalam beberapa tahap perkembangan remaja diantaranya : a. Fase remaja awal (usia tahun) Pada fase ini remaja merasa dan tampak lebih dekat dengan teman sebaya, menginginkan kebebasan, mulai tampak berfikir khayal terhadap bentuk tubuh. b. Fase remaja tengah (usia tahun) Pada masa ini remaja mulai mencari jati diri, ada ketertarikan terhadap lawan jenis, ingin berkencan, mulai merasakan cinta yang mendalam kemampuan berfikir abstraknya semakin berkembang, dan berimajinasi tentang seksual. c. Fase remaja akhir (usia tahun) Remaja pada fase ini mulai menampakkan kebebasan dirinya, lebih selektif dalam mencari teman, mulai memiliki citra diri ( gambaran, keadaan dan peran ) terhadap dirinya, mampu untuk mengungkapkan perasaan cintanya, mempunyai kemampuan yang baik untuk berfikir abstrak atau khayal.

32 Remaja seharusnya mengetahui informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi dan hal-hal lain yang menyebabkan permaslahan remaja, supaya remaja mempunyai sikap dan perilaku yang baik terhadap hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi mereka sehingga bisa terhindar dari permasalahan remaja (Rohan & Siyoto, 2013) Kesehatan Reproduksi Remaja Pengertian Kesehatan Reproduksi WHO mengartikan kesehatan reproduksi bukan karena tidak adanya penyakit dan kecacatan tentang sistem, fungsi dan proses reproduksi tetapi juga adanya kesejahteraan secara fisik, mental dan sosial (Saparinah Sadli, dkk. 2006). Menurut BKKBN (2009), Kesehatan reproduksi selain mengedepankan kesejahteraan sosial secara menyeluruh terhadap hal yang berkaitan dengan sistem dan fungsi reproduksi, juga mengedepankan kesehatan secara fisik, jadi tidak hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan Upaya Pencegahan Permasalahan Kesehatan Reproduksi Remaja Pencegahan permasalahan remaja bisa dilakukan melalui upaya memberikan pengetahuan dasar pada remaja tentang kesehatan reproduksi remaja, pengetahuan dasar tersebut dapat diuraikan seperti dibawah ini. 1. Pengetahuan mengenai sistem reproduksi, proses reproduksi dan fungsi alat reproduksi beserta hak-hak reproduksi. 2. Informasi mengenai usia kawin dan perencanaan dalam membentuk keluarga berencana.

33 3. Permasalahan pre menstruasi syndrome (PMS), HIV/AIDS dan berbagai dampaknya. 4. Pengaruh napza dan minuman keras terhadap kesehatan reproduksi. 5. Pengaruh sosial media dan interaksi sosial terhadap sikap dan perilaku seksual. 6. Bentuk-bentuk kekerasan seksual dan berbagai upaya menghindarinya. 7. Komunikasi yang baik dan harus percaya diri agar mampu menghindari berbagai hal negatif. Peran bidan dalam penanggulangan masalah remaja yaitu sebagai fasilitator dan konselor. Sebagai media konseling bagi remaja untuk memecahkan masalahnya, bidan harus memiliki pengetahuan dan wawasan yang baik dan benar tentang kesehatan reproduksi remaja dan berbagai permasalahannya. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengeluarkan kebijakan untuk menanggulangi berbagai permasalahan remaja melalui berbagai prorgam remaja, salah program tersebut yaitu program PKPR dimana program ini menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan yang pelaksanaanya dilakukan oleh Puskesmas Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) PKPR adalah suatu program yang dikembangakan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, sebagai upaya untuk meningkatkan status kesehatan remaja yang menekankan kepada Puskesmas. Pengertian PKPR sendiri adalah suatu pelayanan yang ditujukan dan dapat di jangkau oleh remaja, peka akan kebutuhan terkait kesehatannya, dapat menjaga rahasia, efektif dan efisien dalam memnuhi kebutuhan tersebut. Singkatnya, PKPR adalah pelayanan

34 kesehatan yang ditujukan untuk remaja, dimana pelayanannya dapat diakses oleh semua golongan remaja, dapat diterima, sesuai, komprehensif, efektif dan efisien. Program ini dalam pelaksanaannya, diharapkan petugas Puskesmas mempunyai kepedulian yang tinggi, mau menerima remaja dengan permasalahnnya dan dapat menciptakan suasana konseling yang menyenangkan tanpa adanya stigma dan diskriminasi terhadap remaja tersebut. Lokasi pelayanan PKPR harus mudah dijangkau, nyaman, aman, kerahasiaan remaja dijaga tanpa ada diskriminasi dan stigma (Kemenkes RI, 2011). Dasar hukum yang menunjang prorgam PKPR diantaranya adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan yang tercantum dalam beberapa pasal dibawah ini. a. Pasal 131 Pasal 131 Ayat (1) Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas dan berkualitas serta menurunkan angka kematian bayi dan anak. (2) Upaya pemeliharaan kesehatan anak dimulai sejak anak masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan dan sampai berusia 19 tahun. (3) Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak sebagai mana dimaksud pada ayat (1) dan (2) menjadi tanggung jawab dan kewajiban bersama bagi orang tua, keluarga, masyarakat, Pemerintah dan Pemerintah Daerah. b. Pasal 136 Pasal 136 Ayat (1) Upaya pemeliharaan kesehatan remaja harus ditujukan untuk mempersiapkan menjadi orang dewasa yang sehat dan

35 produktif baik sosial maupun ekonomi, (2) Upaya pemeliharaan kesehatan remaja sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) termasuk untuk reproduksi remaja dilakukan agar terbebas dari berbagai gangguan kesehatan yang dapat menghambat kemampuan menjalani kehidupan reproduksi secara sehat, (3) Upaya pemeliharaan kesehatan remaja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat. c. Pasal 137 Pasal 137 Ayat (1) Pemerintah berkewajiban menjamin agar remaja dapat memperoleh edukasi, informasi dan layanan mengenai kesehaatan remaja agar mampu hidup sehat dan bertanggung jawab, (2) Ketentuan mengenai kewajiban Pemerintah dalam menjamin agar remaja memperoleh edukasi, informasi dan layanan mengenai kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai pertimbangan moral nilai agama dan berdasarkan ketentuan dan peraturan perundang - undangan. Puskesmas yang mampu melaksanakan program PKPR mempunyai kriteria diantaranya mempunyai petugas yang dilatih oleh Dinas Kesehatan untuk program PKPR, melatih kader atau konselor sebaya minimal 10 % dari jumlah murid di sekolah binaan, melakukan konseling informasi dan edukasi (KIE) di sekolah binaan 2x setahun, melayani konseling pada semua remaja yang membutuhkan. Menurut Fadhlina (2012), beberapa manfaat dari PKPR dapat diuraikan seperti di bawah ini.

36 1. Meningkatkan dan menambah wawasan dari petugas kesehatan maupun konselor sebaya melalui kegiatan - kegiatan penyuluhan, dialog interaktif, jambore, Focus Group Discussion (FGD), seminar, dan lain sebagainya. 2. Menjamin kerahasiaan remaja dengan permasalahannya dan memberikan solusi atas masalahnya 3. Meningkatkan peran remaja dalam membantu mengatasi masalah temannya dan menyebarkan informasi dengan menjadi konselor sebaya. Program PKPR mempunyai sasaran yaitu semua remaja usia tahun dan belum menikah, remaja yang dimaksud disini adalah remaja baik sekolah maupun tidak, sehingga bisa melalui karang taruna, remaja masjid, dan lain-lain. Bentuk kegiatan PKPR diantaranya adalah memberikan edukasi dan informasi, layanan medis dan klinik seperti pemeriksaan penunjang jika dibutuhkan, pendidikan keterampilan hidup sehat (PKHS), pelatihan konselor sebaya, konseling, penyuluhan kesehatan, dan pelayanan rujukan baik medis maupun sosial. Kegiatan PKPR di sekolah meliputi penyuluhan, konseling, pelatihan konselor sebaya, pemeriksaan kesehatan, penemuan kasus-kasus dini serta rujukan jika diperlukan. Upaya untuk keberhasilan mengembangkan pemanfaatan PKPR digunakan berbagai strategi yang dapat diuraikan seperti dibawah ini. 1. Pemenuhan sarana dan prasarana yang dilaksanakan secara bertahap 2. Penyertaan remaja secara aktif. 3. Penentuan biaya pelayanan serendah mungkin, bahkan kalau memungkinkan gratis.

37 4. Dilaksanakannya kegiatan minimal yaitu memberikan konseling, pelayanana klinis medis dan melaksanakan rujukan. 5. Ketepatan penentuan prioritas sasaran. 6. Ketepatan pengembangan jenis kegiatan, missal memperluas kegiatan konseling sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan yang terjadi di wilayah setempat serta disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas. 7. Melaksanakan monitoring dan evaluasi. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan berkala oleh dinas kesehatan dan tim Puskesmas (Kemenkes RI, 2011). Berdasarkan penelitian Arsani, dkk, pada tahun 2013 di Kecamatan Buleleng menunjukkan bahwa ; 1) Peranan Puskesmas dalam program PKPR adalah sebagai ujung tombak pemberi pelayanan kesehatan di masyarakat termasuk remaja; 2) Program PKPR yang dicanangkan Puskesmas Buleleng 1 sebagian besar sudah terlaksana dengan baik, namun masih terdapat 1 sasaran yang belum tercapai yaitu pembentukan konselor sebaya serta belum maksimalnya sosialisasi kepada remaja secara luas; 3) PKPR dirasakan memiliki peranan yang sangat penting bagi remaja. Hadiningsih (2010), dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pelaksanaan program PKPR di Puskesmas Kabupaten Tegal belum memenuhi kriteria pelayanan remaja seperti yang ditetapkan Depkes RI. Ada beberapa faktor penghambat diantaranya Semua Puskesmas belum melaksanakan semua kegiatan puskesmas PKPR diantaranya pelatihan pendidik sebaya dan konselor sebaya, alur dan pelaksanaan pelayanan PKPR

38 kurang sesuai, kurangnya cakupan layanan kepada remaja, dan kurangnya dukungan dari instansi instansi lain yang terkait dengan program PKPR. Faktor penyebabnya adalah kurangnya sosialisasi program PKPR kepada remaja, pelaksana program PKPR dan kurang konsistennya Kabupaten Tegal dalam pelaksanaan program PKPR, petugas yang terlibat dalam pelaksanaan PKPR belum semuanya terlatih, serta kurangnya dukungan dana dan sarana prasarana. Beberapa faktor pendukung diantaranya adalah sikap pelaksana program, remaja dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal terhadap program sangat positif, namun tidak tersedia dana guna memotivasi pelaksana program dalam melaksanakan program PKPR di Puskesmas. Dalam pelaksanaan program PKPR kurang adanya kerjasama yang baik antara berbagai pihak yang terkait program PKPR, disamping itu belum ada stadart operasional prosedur (SOP) pelaksanaan program PKPR di Puskesmas dan di Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal. Lola & Erwinda (2009), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa pengetahuan mempengaruhi sikap responden terhadap pemanfaatan PKPR di SMPN 01 Sitiung Kabupaten Dharmasraya. Cutia (2012), dalam penelitiannya menyebutkan bahwa banyak sekali faktor penghambat dalam pelaksanaan PKPR diantaranya kegiatan PKPR masih terbatas pada penyuluhan di sekolah dengan materi Kesehatan Reproduksi Remaja. Remaja yang datang ke Puskesmas belum mendapatkan pelayanan seperti alur model pelayanan PKPR Dinas Kesehatan. Akses remaja ke Puskesmas terbentur dengan jam sekolah. Puskesmas belum melakukan pelatihan

39 konselor sebaya. Belum ada alokasi dana yang cukup untuk kegiatan PKPR. Bahan-bahan penyuluhan masih kurang, belum ada form pelayanan, panduan konseling dan pedoman pelaksanaan, alat bantu pembelajaran edukatif dan transportasi serta ruangan pelayanan. Pemahaman petugas tentang program masih kurang, tidak semua petugas bersikap youth friendly dan memiliki sikap yang positif terhadap pencapaian tujuan, beban kerja petugas tinggi, pengawasan hanya berupa pemeriksaan laporan, kualitas laporan masih rendah, forum kerjasama lintas sektoral belum digunakan untuk menggalang dukungan bagi terselenggaranya PKPR dan standar operasional prosedur dan standar pelayanan minimal belum tersedia. 2.2 Konsep Penelitian Konsep penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep remaja, konsep PKPR, konsep sarana dan prasarana, konsep kebijakan dan dukungan, konsep persepsi, konsep pengetahuan serta konsep konselor sebaya. Berbagai uraian mengenai konsep penelitian dapat dilihat seperti di bawah ini Konsep Remaja Remaja adalah fase peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa, dimana mulai timbul ciri-ciri seks skunder, terjadi pacu tumbuh, tercapainya fertilitas dan terjadinya perubahan-perubahan kognitif dan psikologik. Remaja sebenarnya berada diantara masa anak-anak dan masa dewasa sehingga berada dalam tempat yang tidak jelas, oleh karena itu remaja sering disebut masa pencarian jati diri.

40 Pengertian remaja dalam penelitian ini adalah siswa SMP di wilayah puskesmas Kuta Selatan yang berusia antara tahun dan belum menikah Konsep PKPR Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) dalam penelitian ini adalah suatu program yang bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan remaja SMP di wilayah Puskesmas Kuta Selatan. Kegiatan PKPR mencakup pelayanan klinik dan konseling di Puskesmas dan kegiatan di luar Puskesmas yaitu di sekolah yang meliputi penyuluhan, pembinaan, penjaringan dan pembentukan konselor sebaya Konsep Persepsi Mangkunegara mengatakan bahwa persepsi merupakan proses memberi arti dan makna terhadap lingkungan. Proses dalam persepsi dimulai dengan menafsirkan obyek lalu menerima stimulus (Input), mengorganisasikan stimulus, dan menafsirkan stimulus yang telah diorganisasikan dengan cara membentuk sikap sehingga mempengaruhi perilaku dan menciptakan keseluruhan gambaran yang berarti. Persepsi dalam penelitian ini adalah pendapat atau suatu proses pemberian arti oleh siswa SMP terhadap program pelayanan kesehatan reproduksi remaja (PKPR) di sekolah dan di Puskesmas, yang dipengaruhi oleh faktor internal diantaranya pengetahuan, informasi baru, harapan, motivasi, sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi diantaranya dukungan sekolah, sosial budaya, kebijakan, sarana dan prasarana serta kelompok sebaya.

41 2.2.4 Konsep Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek menggunakan panca indara yaitu indra pendengaran, penglihatan, indra perasa, peraba, penciuman sehingga menghasilkan tahu. Penginderaan yang sangat berpengaruh yaitu indra penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan sangat mempengaruhi sikap seseorang yang nantinya berpengaruh juga terhadap perilaku seseorang. Berbagai penelitian menyatakan bahwa perilaku yang didasari dengan pengetahuan lebih konsisten dibandingkan dengan tanpa adanya pengetahuan. Pengetahuan dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang diketahui remaja tentang program pelayanan kesehatan reproduksi remaja dan informasi tentang kesehatan reproduksi remaja itu sendiri, meliputi pengetahuan tentang HIV/AIDS, infeksi melular seksual (IMS), narkotik dan zat adiktif (NAPZA), anemia dan lain sebagiainya. Pengetahuan siswa tersebut dipengaruhi oleh informasi, daya ingat, salah penafsiran, kognitif, minat, dan sumber informasi Konsep Sarana dan Prasarana Sarana adalah perangkat atau peralatan yang digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan prasarana adalah faktor penunjang yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut atau terselenggaranya suatu kegiatan.

42 Sarana dalam penelitian ini adalah leaflet, buku panduan dan kelengkapan alat-alat yang digunakan dalam pelayanan kesehatan perduli remaja, sedangkan prasarananya adalah ruangan khusus di sekolah dan puskesmas untuk pelayanan remaja Konsep Sumber Informasi Sumber informasi adalah segala hal yang dapat digunakan oleh seseorang sehingga mengetahui tentang hal yang baru, dan mempunyai cirri-ciri yaitu, 1) dapat dilihat, dibaca dan dipelajari; 2) diteliti, dikaji dan dianalisis; 3) dimanfaatkan dan dikembangkan didalam kegiatan-kegiatan pendidikan, penelitian, laboratorium; 4) ditransformasikan kepada orang lain. Sumber Informasi dalam penelitian ini adalah segala hal yang dapat digunakan siswa untuk mendapatkan informasi tentang PKPR, dapat berupa leaflet, media elektronik, penyuluhan oleh petugas puskesmas, guru, orang tua dan lain sebagainya Konsep Kebijakan dan Dukungan Kebijakan adalah keputusan suatu organisasi yang dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan tertentu sebagai keputusan atau untuk mencapai tujuan tertentu, berisikan ketentuan-ketentuan yang dapat dijadikan pedoman perilaku dalam 1) pengambilan keputusan lebih lanjut, yang harus dilakukan baik kelompok sasaran ataupun (unit) organisasi pelaksana kebijakan; 2) penerapan atau pelaksanaan dari suatu kebijakan yang telah ditetapkan baik dalam hubungan

43 dengan (unit) organisasi pelaksana maupun dengan kelompok sasaran yang dimaksud. Kebijakan dan dukungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kebijakan dan dukungan dari sekolah serta Puskesmas terkait penyelenggaraan program PKPR Konsep Konselor Sebaya Konselor sebaya adalah pendidik sebaya yang punya komitmen dan motivasi yang tinggi untuk memberikan konseling dalam program PKPR bagi kelompok siswa di sekolahnya. Konselor sebaya dalam penelitian ini adalah siswa SMP yang terpilih menjadi konselor sebaya dalam program PKPR di sekolah. 2.3 Landasan Teori Penelitian ini menggunakan modifikasi antara teori Lawrence Green dan Kurt Lewin. Uraian tentang kedua teori tersebut dapat diuraiakan sebagai berikut Teori Lawrence Green Lawrence Green melakukan analisis perilaku manusia terkait kesehtaan. Kesehatan individu atau masyarakat dipengaruhi oleh faktor diluar perilaku dan faktor perilaku, sedangkan perilaku itu sendiri dibentuk melalui beberapa faktor, diantaranya seperti dibawah ini.

44 a. Faktor-faktor predesposisi (predisposing faktor) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nila-nilai sosial budaya, dan sebagainya. b. Faktor- faktor pendukung (enabling factors), berkaitan dengan keadaan fisik, seperti sarana dan prasarana, fasilitas puskesmas, keberadaan jamban, dan lain sebagainya. c. Faktor-faktor pendorong ( reinforcing faktor), yaitu berhubungan dengan kebijakan, petugas kesehatan, atau petugas lain yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat. Model teori Lawrence Green dapat digambarkan sebagai seperti gambar di bawah ini. Kerangka Teori Faktor Predisposisi : -Pengetahuan -Sikap -Kepercayaan Faktor Pendukung : -Lingkungan Perilaku Kesehatan -Sarana dan Prasarana Faktor Pendorong : Sikap dan perilaku petugas kesehatan Gambar 2.1 Skema Teori Lawrence Green Sumber : Teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo, 2003

45 Berdasarkan teori diatas disimpulkan bahwa perilaku kesehatan individu atau masyarakat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, kepercayaan, sikap dan nilai-nilai dalam masyarakat, disamping itu fasilitas yang tersedia, kelengkapan alat, kenyamanan tempat, sikap petugas kesehatan serta kebijakan pemerintah dapat memperkuat prilaku dalam kesehatan (Notoatmodjo, 2012) Teori Kurt Lewin Kurt Lewin (1970) mengemukakan bahwa suatu keseimbangan antara berbagai kekuatan pendorong ( driving forces) dan berbagai kekuatan penahan (restraining force) membentuk perilaku seseorang. Model teori Kurt Lewin dapat digambarkan seperti gambar dibawah ini. Gambar 2.2 Skema Teori Kurt Lewin Sumber : Teori Kurt Lewin dalam Notoatmodjo, 2003.

46 Adanya ketidakseimbangan antara kekuatan pendorong dan kekuatan penahan tersebutdi dalam diri seseorang menyebabkan perubahan perilaku, sehingga kemungkinan tiga perubahan perilaku pada diri seseorang adalah sebagai berikut. a. Meningkatnya kekuatan-kekuatan pendorong. Keadaan ini dapat terjadi karena adanya rangsangan-rangsangan yang mendorong untuk terjadinya perubahan perilaku. rangsangan ini berupa konseling, penyuluhan, pemberian informasi tentang hal yang berkaitan dengan perilaku tersebut. b. Menurunnya kekuatan penahan. Keadaan ini disebabkan oleh melemahnya stimulus yang menyebabkan menurunnya kekuatan penahan. c. Meningkatnya kekuatan pendorong dan menurunnya kekuatan penahan sehingga menyebabkan perubahan perilaku (Notoatmodjo, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. mendatang, akan tetapi teknologi informasi serta ilmu pengetahuan dan tekhnologi (Iptek) yang

BAB I PENDAHULUAN. mendatang, akan tetapi teknologi informasi serta ilmu pengetahuan dan tekhnologi (Iptek) yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Remaja merupakan investasi masa depan bangsa karena mereka merupakan generasi penerus yang produktif dan sangat berharga bagi kelangsungan pembangunan di masa mendatang,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN. UNICEF menyatakan terjadi trend yang menghawatirkan karena terjadi peningkatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN. UNICEF menyatakan terjadi trend yang menghawatirkan karena terjadi peningkatan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Remaja dan Permasalahannya UNICEF menyatakan terjadi trend yang menghawatirkan karena terjadi peningkatan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa perubahan atau masa peralihan dari masa anakanak ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis maupun

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA (PKPR) DI WILAYAH UPT KESMAS GIANYAR I TAHUN 2016

PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA (PKPR) DI WILAYAH UPT KESMAS GIANYAR I TAHUN 2016 UNIVERSITAS UDAYANA PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA (PKPR) DI WILAYAH UPT KESMAS GIANYAR I TAHUN 2016 NI KADEK BUDIASIH NIM. 1420015045 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa yang memiliki banyak masalah, seperti masalah tentang seks. Menurut Sarwono (2011), menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World Health Organization (WHO) sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan kelompok yang unik dengan kebutuhan yang khas, yaitu kebutuhan untuk mengenal identitas/ jati dirinya. Dalam memenuhi kebutuhannya tersebut, remaja

Lebih terperinci

TESIS FUNGSI MANAJEMEN DALAM PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA ( PKPR ) DI PUSKESMAS KABUPATEN GIANYAR IDA AYU GEDE WARTINI

TESIS FUNGSI MANAJEMEN DALAM PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA ( PKPR ) DI PUSKESMAS KABUPATEN GIANYAR IDA AYU GEDE WARTINI TESIS FUNGSI MANAJEMEN DALAM PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA ( PKPR ) DI PUSKESMAS KABUPATEN GIANYAR IDA AYU GEDE WARTINI PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA 2015 i TESIS FUNGSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

DETERMINAN LOSS TO FOLLOW UP

DETERMINAN LOSS TO FOLLOW UP TESIS DETERMINAN LOSS TO FOLLOW UP PASIEN ODHA YANG MENERIMA TERAPI ANTIRETROVIRAL DI LAYANAN VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING SEKAR JEPUN RSUD BADUNG TAHUN 2006-2014 PUTU DIAN PRIMA KUSUMA DEWI PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Remaja 2.1.1 Pengertian Remaja Remaja atau adolescence (Inggris), berasa dari bahasa latin yang berarti tumbuh tumbuh ke arah kematangan. Kematangan yang dimaksud

Lebih terperinci

UNIVERSITAS UDAYANA LUH GD. DWI KARTIKA PUTRI

UNIVERSITAS UDAYANA LUH GD. DWI KARTIKA PUTRI UNIVERSITAS UDAYANA PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG TRIAD KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (KRR) PADA SEKOLAH DENGAN PUSAT INFORMASI KONSELING REMAJA (PIK-R) DAN TANPA PIK-R DI KOTA DENPASAR TAHUN 2016

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi, globalisasi teknologi, dan informasi serta berbagai faktor lainnya turut mempengaruhi pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia, sejak tahun Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia, sejak tahun Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program kesehatan reproduksi remaja diintegrasikan dalam program kesehatan remaja di Indonesia, sejak tahun 2003. Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian kehamilan diluar nikah pada remaja di pedesaan dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang rendah akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan penduduk terbanyak keempat di dunia yaitu sebesar 256 juta jiwa pada tahun 2015. Pada tahun 2025 diproyeksikan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun tersebut usia produktif penduduk Indonesia paling banyak dengan usia

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun tersebut usia produktif penduduk Indonesia paling banyak dengan usia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada tahun 2045 diperkirakan Indonesia akan mendapatkan bonus demografi. Pada tahun tersebut usia produktif penduduk Indonesia paling banyak dengan usia 30 tahun sampai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah remaja usia tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah remaja usia tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah remaja usia 10-19 tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik saat ini mencapai 62 juta jiwa, yang merupakan 28,5%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang padat, yaitu mencapai 248,8 juta jiwa dengan jumlah penduduk berusia 10 sampai 19 tahun mencapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Remaja adalah suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, ini berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun. Remaja terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu sasaran kesehatan reproduksi adalah remaja terkait dengan masa pubertasnya dimana pada fase transisi ini merupakan segmen perkembangan individu yang diawali

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA DENPASAR DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR PUSKESMAS IV DENPASAR SELATAN JALAN PULAU MOYO NO 63A PEDUNGAN

PEMERINTAH KOTA DENPASAR DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR PUSKESMAS IV DENPASAR SELATAN JALAN PULAU MOYO NO 63A PEDUNGAN PEMERINTAH KOTA DENPASAR DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR PUSKESMAS IV DENPASAR SELATAN JALAN PULAU MOYO NO 63A PEDUNGAN NO TELP. (0361) 722475 EMAIL :puskesmasivdensel@gmail.com KERANGKA ACUAN KERJA PROGRAM

Lebih terperinci

ANALISIS JUMLAH, BIAYA DAN FAKTOR PENENTU TERJADINYA SISA MAKANAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR

ANALISIS JUMLAH, BIAYA DAN FAKTOR PENENTU TERJADINYA SISA MAKANAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR TESIS ANALISIS JUMLAH, BIAYA DAN FAKTOR PENENTU TERJADINYA SISA MAKANAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR NI LUH PARTIWI WIRASAMADI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa. Sebesar 63,4 juta jiwa diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa. Sebesar 63,4 juta jiwa diantaranya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa. Sebesar 63,4 juta jiwa diantaranya adalah remaja yang

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN KEHAMILAN PADA USIA REMAJA DI WILAYAH KERJA UPT KESMAS PAYANGAN

SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN KEHAMILAN PADA USIA REMAJA DI WILAYAH KERJA UPT KESMAS PAYANGAN SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN KEHAMILAN PADA USIA REMAJA DI WILAYAH KERJA UPT KESMAS PAYANGAN Oleh : NI WAYAN DEVIANI Nim. 1202115009 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun adalah suatu periode masa

Lebih terperinci

KINERJA PROGRAM KONSELING DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PELAYANAN KELUARGA BERENCANA DI KABUPATEN KLATEN TESIS

KINERJA PROGRAM KONSELING DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PELAYANAN KELUARGA BERENCANA DI KABUPATEN KLATEN TESIS KINERJA PROGRAM KONSELING DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PELAYANAN KELUARGA BERENCANA DI KABUPATEN KLATEN TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister

Lebih terperinci

Predisposing, Supporting and Driving Factors for Utilization of Adolescent Care Health Services in South Kuta

Predisposing, Supporting and Driving Factors for Utilization of Adolescent Care Health Services in South Kuta Laporan hasil penelitian Faktor Predisposisi, Pendukung dan Pendorong Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja di Kuta Selatan Rini Winangsih 1, D.P.Yuli Kurniati 1,2, Dyah Pradnyaparamita Duarsa

Lebih terperinci

HALAMAN JUDUL UNIVERSITAS UDAYANA

HALAMAN JUDUL UNIVERSITAS UDAYANA UNIVERSITAS UDAYANA PERSEPSI REMAJA TERHADAP PROGRAM KELOMPOK SISWA PEDULI AIDS DAN NARKOBA (KSPAN) SERTA PROGRAM PUSAT INFORMASI KONSELING REMAJA (PIK-R) PADA SEKOLAH DI KOTA DENPASAR NI LUH EKA PURNI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang berusia tahun. Remaja adalah

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang berusia tahun. Remaja adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO (1995) masa remaja merupakan masa transisi seseorang dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang berusia 10-19 tahun. Remaja adalah populasi besar dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia. Hal ini dilihat dari prevalensi

Lebih terperinci

PENERIMAAN KONTRASEPSI VASEKTOMI DI KECAMATAN WANASABA KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PENERIMAAN KONTRASEPSI VASEKTOMI DI KECAMATAN WANASABA KABUPATEN LOMBOK TIMUR TESIS PENERIMAAN KONTRASEPSI VASEKTOMI DI KECAMATAN WANASABA KABUPATEN LOMBOK TIMUR YUDI ARDIANA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS PENERIMAAN KONTRASEPSI VASEKTOMI DI KECAMATAN

Lebih terperinci

NANDINI PARAHITA SUPRABA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

NANDINI PARAHITA SUPRABA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR TESIS HUBUNGAN AKTIVITAS SOSIAL, INTERAKSI SOSIAL, DAN FUNGSI KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP LANJUT USIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR UTARA KOTA DENPASAR NANDINI PARAHITA SUPRABA PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara mental, fisik dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) UPTD PUSKESMAS WAY JEPARA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

KERANGKA ACUAN Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) UPTD PUSKESMAS WAY JEPARA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMPUNG TIMUR KERANGKA ACUAN Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) UPTD PUSKESMAS WAY JEPARA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMPUNG TIMUR BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Usia anak remaja merupakan masa yang rawan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis, maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai rasa

Lebih terperinci

UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA SEKAA TERUNA TERUNI DI DESA BENGKALA TAHUN 2015 LUH ANIEK PRAWISANTI

UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA SEKAA TERUNA TERUNI DI DESA BENGKALA TAHUN 2015 LUH ANIEK PRAWISANTI UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA SEKAA TERUNA TERUNI DI DESA BENGKALA TAHUN 2015 LUH ANIEK PRAWISANTI PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

Lebih terperinci

PERANAN PROGRAM PKPR (PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA) TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KECAMATAN BULELENG

PERANAN PROGRAM PKPR (PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA) TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KECAMATAN BULELENG PERANAN PROGRAM PKPR (PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA) TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KECAMATAN BULELENG Ni Luh Kadek Alit Arsani 1, Ni Nyoman Mestri Agustini 2, I Ketut Indra Purnomo 3 1,3

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH MEDIA BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SANTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI PESANTREN DARUL HIKMAH TAHUN 2010

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH MEDIA BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SANTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI PESANTREN DARUL HIKMAH TAHUN 2010 KUESIONER PENELITIAN Nomor Responden : PENGARUH MEDIA BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SANTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI PESANTREN DARUL HIKMAH TAHUN 2010 IDENTITAS RESPONDEN : 1. NAMA : 2.

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, Menimbang :

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI OLEH REMAJA DI SMPN 19 WILAYAH KERJA PUSKESMAS AUR DURI KOTA JAMBI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI OLEH REMAJA DI SMPN 19 WILAYAH KERJA PUSKESMAS AUR DURI KOTA JAMBI Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat Vol.1 No.2 Edisi November ISSN 2580-0590 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI OLEH REMAJA DI SMPN 19 WILAYAH KERJA PUSKESMAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah perempuan yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah perempuan yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dari tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah perempuan yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dari tahun ke tahun semakin meningkat, seiring dengan meningkatnya jumlah laki-laki yang melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini merupakan era globalisasi dimana sering terjadi perdagangan manusia, budaya luar dengan mudahnya masuk dan diadopsi oleh masyarakat sehingga memunculkan

Lebih terperinci

Program Kesehatan Peduli Remaja PERTEMUAN 11 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes

Program Kesehatan Peduli Remaja PERTEMUAN 11 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes Program Kesehatan Peduli Remaja PERTEMUAN 11 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Mahasiswa mampu menguraikan dan menjelaskan mengenai Program Kesehatan Peduli Remaja Pengertian

Lebih terperinci

Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari

Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari penyakit atau kelemahan fisik, tetapi meliputi aspek mental

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR PELATIHAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN IMPLEMENTASI PASCA PELATIHAN PADA KONSELOR SEBAYA KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI PROVINSI BALI

HUBUNGAN FAKTOR PELATIHAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN IMPLEMENTASI PASCA PELATIHAN PADA KONSELOR SEBAYA KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI PROVINSI BALI TESIS HUBUNGAN FAKTOR PELATIHAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN IMPLEMENTASI PASCA PELATIHAN PADA KONSELOR SEBAYA KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI PROVINSI BALI NI MADE ASTITI NIM : 0992162040 PROGRAM MAGISTER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu masa transisi dari masa anak-anak menuju ke jenjang masa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu masa transisi dari masa anak-anak menuju ke jenjang masa BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Remaja adalah suatu masa transisi dari masa anak-anak menuju ke jenjang masa dewasa, dengan rentang usia 10-19 tahun (WHO, 2003). Secara demografis kelompok remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era globalisasi. Hal tersebut membuat banyak nilai-nilai dan

Lebih terperinci

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular seksual (PMS) adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit atau jamur, yang penularannya terutama melalui hubungan seksual dari seseorang

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH KAMPANYE AKU BANGGA AKU TAHU TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG HIV/AIDS DI SMA DHARMA PRAJA DENPASAR

SKRIPSI PENGARUH KAMPANYE AKU BANGGA AKU TAHU TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG HIV/AIDS DI SMA DHARMA PRAJA DENPASAR SKRIPSI PENGARUH KAMPANYE AKU BANGGA AKU TAHU TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG HIV/AIDS DI SMA DHARMA PRAJA DENPASAR OLEH : NI WAYAN AYU ANGGRENI PANJI NIM. 1202115007 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

SEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN

SEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN SEKSUALITAS endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN - 2012 KOMPETENSI DASAR Setelah mempelajari materi ini peserta diharapkan dapat memahami seksualitas sebagai bagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan pesat baik fisik, psikologis maupun intelektual. Pola karakteristik pesatnya tumbuh kembang ini

Lebih terperinci

MORALITAS INDIVIDU, MANAJEMEN LABA, SALAH SAJI, PENGUNGKAPAN, BIAYA DAN MANFAAT, SERTA TANGGUNG JAWAB DALAM ETIKA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

MORALITAS INDIVIDU, MANAJEMEN LABA, SALAH SAJI, PENGUNGKAPAN, BIAYA DAN MANFAAT, SERTA TANGGUNG JAWAB DALAM ETIKA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN TESIS MORALITAS INDIVIDU, MANAJEMEN LABA, SALAH SAJI, PENGUNGKAPAN, BIAYA DAN MANFAAT, SERTA TANGGUNG JAWAB DALAM ETIKA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN \ INGRID SARASWATI BAYUSENA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu masa transisi antara masa anak-anak dengan masa dewasa. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mendefinisikan remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja atau young people adalah anak yang berusia tahun (World

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja atau young people adalah anak yang berusia tahun (World BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja atau young people adalah anak yang berusia 10-19 tahun (World Health Organization, 2011). Pada periode ini manusia mengalami masa transisi dengan kebutuhan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Epidemi Human Immunodeficiency Virus (HIV) secara global masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Masalah kesehatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. populasi yang terbesar dari penduduk dunia. Sekitar seperlima penduduk dunia

BAB I PENDAHULUAN. populasi yang terbesar dari penduduk dunia. Sekitar seperlima penduduk dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data demografi menunjukkan bahwa remaja merupakan populasi yang terbesar dari penduduk dunia. Sekitar seperlima penduduk dunia adalah remaja berumur 14-24

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. goncangan dan stres karena masalah yang dialami terlihat begitu

BAB I PENDAHULUAN. goncangan dan stres karena masalah yang dialami terlihat begitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi seseorang dari masa anakanak untuk menuju masa dewasa. Remaja memiliki keunikan dalam tahap pertumbuhan dan perkembangannya yang pesat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data Pusat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR) dan Perkumpulan. Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jateng tahun 2012 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Data Pusat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR) dan Perkumpulan. Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jateng tahun 2012 mengenai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Survei Penduduk yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237,6 juta jiwa, 63,4 juta

Lebih terperinci

KESEHATAN REPRODUKSI. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes

KESEHATAN REPRODUKSI. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes KESEHATAN REPRODUKSI Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes Introduction Kespro keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit dan kecacatan, dalam semua hal yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan kesehatan yang dikenal dengan promosi kesehatan adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan kemampuan (ability) masyarakat untuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG Menimbang: a. bahwa HIV merupakan virus perusak sistem kekebalan

Lebih terperinci

PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill) BERDASARKAN NERACA AIR DI DAERAH KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG

PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill) BERDASARKAN NERACA AIR DI DAERAH KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG TESIS PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill) BERDASARKAN NERACA AIR DI DAERAH KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG ERLINA PANCA HANDAYANINGSIH PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

TESIS PERAN MEDIASI KEPUASAN KERJA PADA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN BUDAYA PATIENT SAFETY TENAGA KESEHATAN

TESIS PERAN MEDIASI KEPUASAN KERJA PADA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN BUDAYA PATIENT SAFETY TENAGA KESEHATAN TESIS PERAN MEDIASI KEPUASAN KERJA PADA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN BUDAYA PATIENT SAFETY TENAGA KESEHATAN AYU DIANDRA SARI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 TESIS PERAN MEDIASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi yang terunggul dalam berbagai aspek kehidupan. Pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. menjadi yang terunggul dalam berbagai aspek kehidupan. Pembangunan sumber daya BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pada era pembangunan saat ini, hampir setiap negara di dunia berusaha untuk menjadi yang terunggul dalam berbagai aspek kehidupan. Pembangunan sumber daya manusia menjadi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN BARAT Menimbang : a. bahwa kesehatan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Remaja berarti tumbuh menjadi dewasa. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun. Sementara

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2017

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2017 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2017 Irma Fitria 1*) Herrywati Tambunan (2) 1,2 Dosen Program

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan 1. Pelaksanaan pelayanan konseling oleh konselor sebaya 1.1. Konseling oleh konselor sebaya dilakukan bukan di ruangan khusus konseling melainkan di tempat lain

Lebih terperinci

PEDOMAM PELAYANAN KESPRO REMAJA oleh. dr. Yuliana Tjawan

PEDOMAM PELAYANAN KESPRO REMAJA oleh. dr. Yuliana Tjawan PEDOMAM PELAYANAN KESPRO REMAJA oleh dr. Yuliana Tjawan 1 LATAR BELAKANG penduduk remaja 10-19 tahun, sekitar 19% populasi yakni sekitar 41,897,400 remaja. UU RI 36/2009 tentang Kesehatan mengatur layanan

Lebih terperinci

DAMPAK KEGIATAN PERTANIAN TERHADAP TINGKAT EUTROFIKASI DAN JENIS JENIS FITOPLANKTON DI DANAU BUYAN KABUPATEN BULELENG PROVINSI BALI

DAMPAK KEGIATAN PERTANIAN TERHADAP TINGKAT EUTROFIKASI DAN JENIS JENIS FITOPLANKTON DI DANAU BUYAN KABUPATEN BULELENG PROVINSI BALI TESIS DAMPAK KEGIATAN PERTANIAN TERHADAP TINGKAT EUTROFIKASI DAN JENIS JENIS FITOPLANKTON DI DANAU BUYAN KABUPATEN BULELENG PROVINSI BALI NI PUTU VIVIN NOPIANTARI NIM. 1191261003 PROGRAM MAGISTER PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) di Indonesia terhitung mulai tanggal 1 Januari 2013 sampai dengan 30 Desember

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV) dan ditandai dengan imunosupresi berat yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Perilaku seksual dapat diwujudkan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa remaja umumnya anak telah mulai menemukan nilai-nilai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa remaja umumnya anak telah mulai menemukan nilai-nilai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa remaja umumnya anak telah mulai menemukan nilai-nilai hidup, cinta, persahabatan, agama dan kesusilaan, kebenaran dan kebaikan. Maka dari itu dapat dinamakan

Lebih terperinci

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KURANG ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS I DENPASAR SELATAN TAHUN 2015

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KURANG ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS I DENPASAR SELATAN TAHUN 2015 UNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KURANG ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS I DENPASAR SELATAN TAHUN 2015 PUTU AYU PEGGY ARISTYA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Menurut

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Menurut BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Menurut World Health Organzation (WHO), remaja (Adolescence) adalah mereka yang berusia 10 sampai dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi menurut International Cooperation Populatiom and Development (ICPD) 1994 adalah suatu keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit yang datang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan AIDS adalah suatu penyakit yang fatal. Penyakit ini disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus atau

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. baik fisik, psikologis, intelektual maupun sosial. Baik buruknya perkembangan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. baik fisik, psikologis, intelektual maupun sosial. Baik buruknya perkembangan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan fase terjadinya pertumbuhan dan perkembangan baik fisik, psikologis, intelektual maupun sosial. Baik buruknya perkembangan remaja lingkungan ikut

Lebih terperinci

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI KELAS XI SMA YADIKA CICALENGKA

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI KELAS XI SMA YADIKA CICALENGKA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sejak pertama kali ditemukan (1987) sampai dengan Juni 2012, kasus HIV/AIDS tersebar di 378 (76%) dari 498 kabupaten/kota di seluruh (33) provinsi di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Sydrome) merupakan masalah kesehatan di dunia sejak tahun 1981, penyakit ini berkembang secara pandemi.

Lebih terperinci

HUBUNGAN SUMBER INFORMASI DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 NGEMPLAK SLEMAN

HUBUNGAN SUMBER INFORMASI DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 NGEMPLAK SLEMAN HUBUNGAN SUMBER INFORMASI DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 NGEMPLAK SLEMAN KARYA TULIS ILMIAH Disusun guna mencapai derajat Ahli Madya Kebidanan Di susun oleh

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGETAHUAN HIV/AIDS PADA REMAJA SEKOLAH DENGAN METODE PEMUTARAN FILM DAN METODE LEAFLET DI SMK BINA DIRGANTARA KARANGANYAR

PERBEDAAN PENGETAHUAN HIV/AIDS PADA REMAJA SEKOLAH DENGAN METODE PEMUTARAN FILM DAN METODE LEAFLET DI SMK BINA DIRGANTARA KARANGANYAR PERBEDAAN PENGETAHUAN HIV/AIDS PADA REMAJA SEKOLAH DENGAN METODE PEMUTARAN FILM DAN METODE LEAFLET DI SMK BINA DIRGANTARA KARANGANYAR ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan BAB I PENDAHULUAN Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan penelitian mulai dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan metode

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai individu yang berada pada rentang usia tahun (Kemenkes RI, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai individu yang berada pada rentang usia tahun (Kemenkes RI, 2014). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) mendefenisikan remaja sebagai masa dimana individu berkembang pada saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual sampai mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut DR. Nana Mulyana selaku Kepala Bidang Advokasi dan. Kemitraan Kementerian Kesehatan hasil Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut DR. Nana Mulyana selaku Kepala Bidang Advokasi dan. Kemitraan Kementerian Kesehatan  hasil Riset Kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut DR. Nana Mulyana selaku Kepala Bidang Advokasi dan Kemitraan Kementerian Kesehatan www.depkes.go.id hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang memiliki remaja yang kuat serta memiliki kecerdasan spiritual,intelektual serta emosional yang kuat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus tersebut merusak sistem

Lebih terperinci

NI MADE SIRAT NIM: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

NI MADE SIRAT NIM: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR TESIS PENGARUH PELAYANAN ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT TERHADAP STATUS KESEHATAN GIGI DAN MULUT SISWA SD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR SELATAN TAHUN 2011 NI MADE SIRAT NIM: 0992162009 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa dimana seorang anak mengalami pubertas dan mulai mencari jati diri mereka ingin menempuh jalan sendiri dan diperlakukan secara khusus. Disinilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu aspek kesehatan pada akhir abad ke-20 yang merupakan bencana bagi manusia adalah munculnya penyakit yang disebabkan oleh suatu virus yaitu HIV (Human Immunodeficiency

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Pada masa remaja terjadilah suatu perubahan organ-organ fisik secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan. Terjadinya perubahan ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan masalah kesehatan di dunia sejak tahun 1981, penyakit ini berkembang secara pandemik.

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN METODE PEER EDUCATOR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS

EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN METODE PEER EDUCATOR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN METODE PEER EDUCATOR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan

Lebih terperinci

AL UM ANISWATUN KHASANAH

AL UM ANISWATUN KHASANAH TESIS PENAMBAHAN SENAM OTAK PADA PROGRAM SKJ 2008 LEBIH MENINGKATKAN KOORDINASI ANTARA MATA DAN TANGAN DARIPADA SKJ 2008 PADA ANAK USIA 7 8 TAHUN DI SD NEGERI 3 SUMBERJO LAMPUNG TENGAH AL UM ANISWATUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang dan menjadi masalah global yang melanda dunia. Menurut data WHO (World Health Organization) tahun 2012,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Notoatmodjo (2007) masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

Lebih terperinci