Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan. Labelisasi Pohon
|
|
- Yenny Hartanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan Labelisasi Pohon BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2006
2 I. PENDAHULUAN a. Latar Belakang Kawasan Taman Nasional Baluran memiliki beberapa tipe ekosistem yang tersebar mulai dari ketinggian m dpl. Tipe ekosistem tersebut, meliputi : hutan pantai, hutan bakau / mangrove, hutan savana, hutan musim dataran rendah (hutan evergreen) dan hutan musim pegunungan. Musim kemarau yang panjang menciptakan kondisi yang ekstrim dengan musim penghujan serta berbagai fenomena alam yang atraktif di dalam kawasan seluas ha. Taman Nasional Baluran mempunyai 422 jenis flora yang tersebar di dalam kawasan dari 87 famili yang ditemukan. Flora yang tumbuh di Taman Nasional Baluran mempunyai jenis jenis yang tidak jauh berbeda dengan jenis jenis yang tumbuh di Pulau Jawa dan Sumatera, sehingga masih memiliki hubungan yang erat dengan tipe tipe flora di Semenanjung Malaya. Vegetasi di daerah tersebut umumnya didominasi oleh tipe hutan hujan tropika. Keanekaragaman jenis flora yang terdapat di kawasan Taman Nasional Baluran memerlukan kemampuan untuk mengidentifikasinya baik untuk kepentingan pengunjung, penelitian maupun pengamatan dan pengawasan internal dari pihak Balai Taman Nasional Baluran sendiri. Oleh karena itu perlu dilakukan kegiatan labelisasi jenis pohon untuk memudahkan identifikasi di lapangan. b. Tujuan Tujuan dilaksanakannya kegiatan labelisasi jenis pohon antara lain : Memudahkan petugas dalam memberikan informasi kepada pengunjung maupun pihak lain yang berkepentingan pada kegiatan pemanduan Memudahkan dalam kegiatan pendataan, pengawasan dan pengamanan. Mendukung kegiatan wisata pendidikan 2
3 II. TINJAUAN PUSTAKA a. Keadaan Umum Taman Nasional Baluran terletak antara 7 o o LS dan 114 o o BT, terletak di ujung timur laut propinsi Jawa Timur dan termasuk dalam wilayah Kabupaten Situbondo. Batas administrasi sebelah utara selat Madura dan sebelah timur selat Bali, sebelah selatan sungai Bajulmati (Desa Wonorejo), sebelah barat sungai Klokoran (Desa Sumberwaru dan Desa Sumberanyar). Taman Nasional Baluran berbentuk menyerupai segi empat dengan gunung Baluran yang sudah tidak aktif mendominasi bagian tengah. Dinding kawah yang mempunyai ketinggian berkisar antara m dpl, membatasi kaldera yang dalamnya ± 600, dengan dikelilingi oleh bukit bikit datar / sedikit bergelombang yaitu bukit Glengseran (124 m), bukit Bekol (64 m) dan bukit Griyuk (211 m) serta daerah pantai. Daerah tertinggi terletak di tengah tengah kawasan yaitu gunung Baluran (1.247m dpl) sedangkan gunung gunung yang lain diantaranya : gunung Klosot (940 m dpl), gunung kakapa (114 m dpl), gunung priuk (211 m dpl) dan gunung Montor (64 m dpl) Kawasan Taman Nasional Baluran didominasi oleh batuan vulkanik tua dan batuan alluvium. Batuan vulkanik tua hampir mendominasi seluruh kawasan sedangkan batuan alluvium terletak di sepanjang pantai meliputi : daerah Pandean, tanjung Sedono, tanjung Sumber Batok dan tanjung Lumut. Sedangkan jenis tanah yang ada di kawasan Taman Nasional Baluran antara lain : andosol, latosol, mediteran merah kuning, grumusol dan alluvium. Taman Nasional Baluran beriklim monsoon, menurut Schmith dan Ferguson iklim ini termasuk tipe iklim E dengantemperatur berkisar antara 27,2 30,9 o C, kelembaban udara 77%, kecepatan angin 7 knots, arah angin sangat dipengaruhi oleh arus angin tenggara yang kuat. Dampak dari kondisi iklim yang demikian mengakibatkan distribusi musim kemarau dan penghujan yang relatif tidak seimbang, dimana musim kemarau berlangsung sangat lama. 3
4 b. Tipe tipe Ekosistem Hutan merupakan suatu ekosistem ekologis yang didalamnya terjadi hubungan yang sangat erat antara tumbuhan, satwa dan alam lingkunganya. Tipe tipe hutan di permukaan bumi bermacam macam tergantung kepada keadaan lingkungannya, terutama iklim. Secara keseluruhan hutan musim lebih luas dari pada hutan hujan teropika. Vegetasinya tidak begitu lebat seperti hutan tropika basah, meskipun bervariasi dalam kenampakannya (Polunin, 1990). Ekosistem hutan musim mempunyai pohon yang tidak abanyak dengan tumbuhan bawah yang cukup rapat. Hutan musim di Taman Nasional Baluran merupakan salah satu kawasan yang dapat dipergunakan untuk mengamati struktur san komposisi vegetasi serta hubungan faktor ekologi dengan vegetasi penyusunnya (Partomihardjo dan Mirmanto, 1986). Menurut Arifin (1996), hutan musim berdasarkan ketinggian tempatnya dibagi dalam 2 zona, yaitu : 1. Zona bawah / hutan musim bawah dengan ketinggian tempat m dpl, seperti di Jawa yang sebagian besar telah dijadikan kawasan cagar alam / kawasan konservasi dengan jenis pohon yang khas antara lain : Tectona grandis, Acacia leucoploea, Actinophora fragans, Albizia chinensis, Azadirachta indica, Caesalpinia digyna. Sedangkan di Nusa Tenggara terdapat jenis jenis yang khas, seperti : Eucalyptus alba dan Santalum album serta di Maluku dan Irian Jaya yaitu : Melaleuca leucadendron dan Eucalyptus. 2. Zone atas dengan ketinggiantempat m dpl, dimana kawasan hutan ini umumnya terdapat dekat dengan gunung api. Hutan ini terbentuk akibat adanya letusan gunung apai atau kebakaran. Sedangkan jenis pohon yang menjadikan ciri khas hutan ini adalah Casuarina junghuhniana untuk wilayah Jawa dan Eucalyptus untuk Indonesia bagian timur serta Pinus mercusii untuk kawasan Sumatera. c. Jenis jenis Vegetasi Hutan musim tropika terbentuk di daerah dengan musim kering yang panjang, seringkali 6 bulan atau lebih. Hutan ini menempati daerah yang suhunya tidak pernah di bawah 5 o C. Curah hujan terendah mm dan tertinggi mm per tahun, 4
5 tetapi selalu mengalami musim kering yang jelas batasnya dengan curah hujan 50 mm sampai selama 8 bulan (Daniel et.al., 1987) Hutan musim merupakan habitat pokok dengan keadaan vegetasi yang agak terbuka dengan semak semak yang lebat. Hutan musim mengalami musim hujan dan musim kering yang akan tampak hijau pada musim hujan saja. Sebaliknya pada musim kemarau hanya terlihat ranting ranting tanpa daun, karena sebagian besar pohon pohon banyak yang meranggas. Tingkat pengguguran daun selama musim kering tergantung kekerasan dan lamanya musim kering, sedangkan untuk daerah di sepanjang aliran air pohon pohon cenderung dapat mempertahankan daun daunnya sepanjang tahun. Musim hujan merupakan musim paling subur dalam setahun. Struktur dan komposisi vegetasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu flora dan tempat tumbuh (habitat) yang berupa situasi iklim dan keadaan tanah. Komposisi vegetasi / disebut juga bentuk pertumbuhan / bentuk hidup dari tumbuhan mencakup jenis jenis tumbuhan yang mempunyai ciri ciri morfologi yang sama dikelompokkan dalam satu tipe bentuk pertumbuhan (Mueller et.al., 1974). Akibat pengaruh iklim, Taman Nasional Baluran mempunyai kondisi fisik alam yang khas dibandingkan dengan Taman Nasional lainnya di Pulau Jawa. Kakhasan Taman Nasional Baluran mempengaruhi komposisi jenis vegetasi penyusun tumbuhan yang hidup di dalamnya. Baik berupa bentuk pohon, jenis, struktur penutupan tajuk, maupun asosiasi dan kompetisi di antara beberapa vegetasi yang terbentuk. Vegetasi hutan musim menunjukkan kenampakan yang jauh lebih bervariasi. Persyaratan ekologinya cenderung menjadi demikian kritis, sehingga perubahan sedikit saja dalam iklim tanah dapat menimbulkan perubahan yang nyata dalam formasi tumbuh tumbuhan. Musim kemarau yang panjang dapat mengakibatkan kekeringan pada tanah sampai ke dalam, karena itu tumbuhan di hutan musim umumnya berakar dalam (Tjitrosomo, 1983). Vegetasi hutan musim cenderung lebih terbuka dengan pohon pohon penyusunnya lebih berjauhan dan tidak ada persaingan di antara semua tumbuhan untuk mendapatkan cahaya. Batang pokok pohon cenderung bersifat masif, agak pendek, tajuk biasanya bulat dan besar, seringkali memencar luas dari ketinggian tidak seberapa jauh dari permukaan tanah. Langit langit pohon tidak setebal dan serapat hutan hujan tropik. Cahaya dapat menembus lantai hutan yang menyebabkan lantai hutan tertutup rapat oleh tumbuhan bawah (Idjah, 1990). 5
6 Komunitas hutan musim terdiri atas 3 tingkat yaitu : Pohon pohon dengan tajuk terpisah, vegetasi tumbuhan bawah yang lebat serta berdaun kecil dan keras, lapisan tanah / serasah yang terdiri atas terna kecil dan pendek (Polunin, 1990). Pohon pohonnya tidak terlalu tinggi, jarang melebihi 30 m sampai puncak tajuk utama. Tajuk lebih berkembang, batang lebih pendek dan lebih kuat dari pada pohon penyusun hutan hujan tropika dan biasanya kurang rapat (Daniel et.al., 1987). Ciri khas biomassa hutan ini sebagian besar pohon pohon yang menempati kanopi atas meranggas pada musim kemarau dan sebagian besar pohon kanopi bawah tetap berdaun (Desmukh, 1980). Distribusi hutan musim ditemukan di India, Myanmar, Indo-Cina, Australia Barat, juga di tepi hutan hutan tropika basah di Afrika, Malagasi, Indonesia, Amerika Tengah dan Selatan. Di Indonesia, hutan musim terdapat secara mozaik di antara hutan hujan tropik seperti Karawang, Cirebon (Jawa Barat), Jawa Tengah dan Jawa Timur dan kepulauan Nusa Tenggara. Vegetasi hutan musim di Jawa, antara lain : bungur (Langerstoemia sp), saga (Adenanthera sp), Kehiang (Albizia procera Benth). 6
7 III. METODOLOGI a. Waktu dan Tempat Kegiatan dilaksanakan pada tanggal Juni 2006 pada jalur Evergreen Bekol, Taman Nasional Baluran. b. Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah : gunting, seng, kuas, amplas air, cutter, double tape, meteran, penggaris (plastik, besi dan siku siku), palu, isolasi, tang, gergaji, sabit, clipboard / hardboard, ballpoint, pensil, spidol, klip, stapper dan stake holder. Bahan yang digunakan adalah : thinner, cat, seng, paku payung,dan kertas karton. c. Cara Kerja Rangkaian pelaksanaan kegiatan labelisasi jenis pohon adalah sebagai berikut : 1. Penentuan dan survei lokasi Kegiatan ini meliputi penetapan lokasi pelaksanaan kegiatan yang juga merupakan jalur jalur kunjungan wisata. Survei dimaksudkan untuk mengetahui jenis jenis pohon yang ada dan yang perlu diberi label (papan nama) serta ulangan terhadap beberapa jenis pohon yang spesiesnya sama bila dipandang perlu. Hal ini terkait dengan jumlah alat dan bahan yang perlu disediakan. Pemilihan pohon yang akan diberi label berdasarkan beberapa kriteria antara lain : letak pohon berada di tempat yang sering dikunjungi atau mudah terlihat, bentuk batang bagus, pohon berukuran cukup besar dan tidak tertutup oleh vegetasi vegetasi tumbuhan bawah. 2. Pengadaan alat dan bahan 3. Pembuatan label (papan nama pohon), yang meliputi : membuat tulisan (mal) nama- nama pohon yang akan disablon dengan menggunakan kertas karton. memotong seng dengan ukuran 15 x 30 cm melubangi seng sebagai tempat menancapkan paku mengamplas seng sebelum dicat agar cat lebih menempel sehingga tidak mengelupas bila terkena hujan dan panas 7
8 mengecat seng secara merata, kemudian diangin anginkan mengamplas kembali untuk memperoleh hasil pengecatan yang rata, halus dan merekat dengan sempurna pada papan seng. mengecat kembali secara merata dengan ketebalan sesuai dengan yang diinginkan. setelah diangin anginkan kembali dan kering, dilakukan penyablonan nama- nama pohon hasil survei yang terdiri dari nama daerah, nama ilmiah dan famili-nya. setelah disablon dan tulisannya kering, seluruh permukaan label dilapisi vernis agar label tidak mudah menyerap air. label yang telah jadi dipasang pada batang pohon yang sesuai dengan ketinggian ± 1,75 m dari permukaan tanah. Tumbuhan bawah / vegetasi lain di sekitar pohon yang menghalangi / menutupi pohon / label dibersihkan sehingga label dapat lebih terbaca dengan jelas. 8
9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan labelisasi jenis pohon ini berhasil memasang label pada 18 pohon di jalur Evergreen Bekol dengan rincian sebagai berikut : No. Nama Daerah Nama Latin Famili Jumlah Label 1. Asam Tamarindus indica Leguminosae 1 2. Serut Streblus asper Lour Moraceae 3 3. Timongo Kleinhovia hospita L. Streculiaceae 3 4. Talok Grewia eriocarpa Juss Tiliaceae 2 5. Kesambi Schleichera oleosa Sapindaceae 3 6. Gebang Corypha utan Palmae 1 7. Kepuh Streculia foetida L. Streculiaceae 1 8. Glingsem Ilomalium sp. Flacourtiaceae 1 9. Widoro Bukol Zizyphus rotundifolia Ramnaceae Rukem Flacourtia rukem Merr. Flacourtiaceae Kendal Cordia obliqua Willd. Boraginaceae 1 Jumlah 18 Label jenis pohon ditempatkan secara merata. Bila dalam sederet pohon di sebelah kiri dan kanan jalan terdapat banyak spesies yang sama dalam tiap tiap jenisnya, maka pemasangan label dilakukan dengan posisi selang seling dengan jarank yang agak berjauhan (± 3 5 m). Hal tersebut untuk menghindari kesan monoton dan anggapan pengunjung bahwa heterogenitas vegetasi di Taman Nasional Baluran terbatas, selain itu juga untuk menambah nilai estetika pemasangan dan pengecekan oleh petugas. Pemasangan label jenis pohon pad batang dengan ketinggian kurang lebih 1,75 m dari permukaan tanah dimaksudkan untuk keamanan (dari resiko vandalisme pengunjung maupun gangguan satwa) serta jarak dan sudut pandang yang nyaman. 9
10 Dari hasil pengamatan, terdapat beberapa jenis yang perlu dibuatkan label yaitu : No. Nama Daerah Nama Latin Famili 1. Segawe Adenanthera microsperma Leguminosae 2. Kayu pait Strychnos lucida Loganiaceae 3. Sanek Xanthophyllum sp. Poligonaceae 4. Tekik Carex raflessiana Boott Cyperaceae 5. Mundu alas Garcinia balica Miq Guttiferae 6. Dadap cangkring Erytrina microcarpa Leguminosae 7. Mustam / budeng Maba hermaphroditica Euphorbiaceae 8. Laban Vitex pubescens Verbenaceae Pemasangan label pada pohon timongo (Kleinhovia hospita L.) 10
11 IV. PENUTUP Labelisasi jenis pohon merupakan salah satu bagian rangkaian kegiatan identifikasi yang menggambarkan ciri ciri morfologi dan anatomi masing masing jenisnya. Selain sebagai upaya untuk mengangkat potensi kawasan dan mendukung kegiatan wisata pendidikan dan penelitian, juga dapat memberikan nilai estetika untuk menambah daya tarik pengunjung atas keanekaragaman jenis flora di Taman Nasional Baluran. 11
12 DAFTAR PUSTAKA Arifin, Anek Ragam Hayati. Institut Pertanian Malang. Citra Press. Malang Daniel et. al 12
POTENSI EDUWISATA KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BALURAN. Ambar Kristiyanto NIM
POTENSI EDUWISATA KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BALURAN Ambar Kristiyanto NIM. 10615010011005 http://www.ppt-to-video.com Latar Belakang Taman Nasional Baluran merupakan salah satu taman nasional tertua
Lebih terperinciBALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2004
Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan Pembuatan Herbarium BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2004 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taman Nasional Baluran sebagai salah satu kawasan konservasi sudah
Lebih terperinciBAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
19 3.1 Luas dan Lokasi BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai luas wilayah seluas 2.335,33 km 2 (atau 233.533 ha). Terletak pada 2 o l'-2 o 28' Lintang Utara dan
Lebih terperinciIII. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah, Letak dan Luas Kawasan Upaya penunjukan kawasan Baluran menjadi suaka margasatwa telah dirintis oleh Kebun Raya Bogor sejak tahun 1928, rintisan tersebut
Lebih terperinciIV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota
IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gunung Lawu adalah gunung yang terletak di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Gunung ini mempunyai ketinggian 3265 m.dpl. Gunung Lawu termasuk gunung dengan
Lebih terperinciGEOGRAFI REGIONAL ASIA VEGETASI ASIA PENGAJAR DEWI SUSILONINGTYAS DEP GEOGRAFI FMIPA UI
GEOGRAFI REGIONAL ASIA VEGETASI ASIA PENGAJAR DEWI SUSILONINGTYAS DEP GEOGRAFI FMIPA UI Selamat Pagi, Semoga hari ini menjadi hari yang menyenangkan DTI_09 VEGETASI ASIA Iklim merupakan faktor utama yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar peranannya dalam Pembangunan Nasional, kurang lebih 70% dari luas daratan berupa hutan. Hutan sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya. Adapun yang membedakannya dengan hutan yang lainnya yaitu
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320
28 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Kepulauan Krakatau terletak di Selat Sunda, yaitu antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Luas daratannya sekitar 3.090 ha terdiri dari Pulau Sertung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman hayati (biological
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai ecosystem engineer (Keller & Gordon, 2009) atau juga soil
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semut adalah serangga yang memiliki keanekaragaman cukup tinggi. Seluruh anggota semut masuk dalam anggota Famili Formicidae. Keberadaan serangga ini sangat melimpah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hujan Tropis Hutan adalah satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi, baik flora maupun fauna yang penyebarannya sangat luas. Hutan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Propinsi Sumatera Utara, dan secara geografis terletak antara 98 o o 30 Bujur
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Lokasi a. Letak dan Luas Taman Wisata Alam (TWA) Sicike-cike secara administratif berada di Dusun Pancur Nauli Desa Lae Hole, Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi Propinsi
Lebih terperinciANALISIS DAN SINTESIS
55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berasal dari Bryophyta (Giulietti et al., 2005). Sedangkan di Indonesia sekitar
14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, setelah Brazil (Anonimus, 2009). Brazil merupakan salah satu negara dengan flora
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keanekaragaman Hayati Tanah Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan keseluruhan atau totalitas variasi gen, jenis dan ekosistem pada suatu daerah.
Lebih terperinciPENGARUH ELEVASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KUALITAS KAYU MUHDI. Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PENGARUH ELEVASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KUALITAS KAYU MUHDI Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara I. PENDAHULUAN Laju pertumbuhan pohon dan macam pohon apa yang tumbuh
Lebih terperinciToleransi di bidang kehutanan berbeda dengan toleransi secara umum. Toleransi secara umum mengacu khusus pada ketahanan terhadap stres lingkungan
TOLERANSI POHON Toleransi di bidang kehutanan berbeda dengan toleransi secara umum. Toleransi secara umum mengacu khusus pada ketahanan terhadap stres lingkungan Air, keasaman, salinitas, dingin, panas
Lebih terperinciTASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015
TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015 SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS POHON HUTAN RAKYAT BAGI PETANI PRODUKTIFITAS TANAMAN SANGAT DIPENGARUHI OLEH FAKTOR KESESUAIAN JENIS DENGAN TEMPAT TUMBUHNYA, BANYAK PETANI YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki mega biodiversity
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki mega biodiversity setelah Brazil dan Madagaskar. Keanekaragaman sumber daya hayati Indonesia termasuk dalam golongan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari pemanfaatan yang tidak banyak mempengaruhi kondisi ekosistem hutan sampai kepada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan semakin banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia seiring dengan perkembangan zaman. Pemanfaatan hutan biasanya sangat bervariasi, mulai dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, setelah Brazil (Anonimus, 2009). Brazil merupakan salah satu negara dengan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hutan merupakan salah satu pusat keanekaragaman jenis tumbuhan yang belum banyak diketahui dan perlu terus untuk dikaji. Di kawasan hutan terdapat komunitas tumbuhan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Menurut Suhartini (2009, h.1)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terletak di daerah beriklim tropis sehingga memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Menurut Suhartini (2009, h.1) Indonesia menjadi salah
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS
FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS IKLIM INDONESIA Pengertian Iklim Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:
Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: 978-602-60401-3-8 JENIS TUMBUHAN MORACEAE DI KAWASAN STASIUN KETAMBE TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER ACEH TENGGARA Hasanuddin Magister Pendidikan Biologi FKIP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman hayati (biological diversity atau biodiversity) adalah istilah yang digunakan untuk menerangkan keragaman ekosistem dan berbagai bentuk serta variabilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. batas pasang surut air disebut tumbuhan mangrove.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata mangrove dipakai sebagai pengganti istilah kata bakau untuk menghindari salah pengertian dengan hutan yang melulu terdiri atas Rhizophora spp., (Soeroyo.1992:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sulit untuk dihindari dan mulai dapat dirasakan dampaknya terhadap kehidupan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Iklim merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap persebaran vegetasi di suatu wilayah. Perubahan iklim yang terjadi saat ini sudah sulit untuk dihindari
Lebih terperinciLaporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan. Ujicoba Pembibitan Ceriops tagal
Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan Ujicoba Pembibitan Ceriops tagal BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 PENDAHULUAN Latar Belakang Taman Nasional Baluran merupakan salah satu kawasan konservasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mangrove merupakan ekosistem yang kompleks terdiri atas flora dan fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut. Ekosistem mangrove
Lebih terperinciLanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.
Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Tujuan Memahami makna dan manfaat hutan kota pada penerapannya untuk Lanskap Kota. Memiliki
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kondisi hutan di Cagar Alam Gunung Ambang pada ketinggian 1500-
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Kondisi hutan di Cagar Alam Gunung Ambang pada ketinggian 1500-1750 m dpl sudah mengalami degradasi akibat
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi umum daerah Wonorejo Kawasan mangrove di Desa Wonorejo yang tumbuh secara alami dan juga semi buatan telah diputuskan oleh pemerintah Surabaya sebagai tempat ekowisata.
Lebih terperinciFaktor-faktor Pembentuk Iklim Indonesia. Perairan laut Indonesia Topografi Letak astronomis Letak geografis
IKLIM INDONESIA Pengertian Iklim Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun dan meliputi wilayah yang luas. Secara garis besar Iklim dapat terbentuk karena adanya: a. Rotasi dan revolusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan kehidupan dan peradaban manusia, hutan semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan kehidupan dan peradaban manusia, hutan semakin banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Pemanfaatan hutan dilakukan dengan cara
Lebih terperinciBeberapa fakta dari letak astronomis Indonesia:
Pengaruh Letak Geografis Terhadap Kondisi Alam dan Flora Fauna di Indonesia Garis Lintang: adalah garis yang membelah muka bumi menjadi 2 belahan sama besar yaitu Belahan Bumi Utara dan Belahan Bumi Selatan.
Lebih terperinciTanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala
Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Hutan merupakan salah satu ekosistem yang jumlahnya cukup luas di Indonesia,
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Hutan merupakan salah satu ekosistem yang jumlahnya cukup luas di Indonesia, luasnya mencapai 130.609.014,98 ha (Departemen Kehutanan, 2011). Ekosistem tersebut
Lebih terperinciINVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO
1 INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO (Johannes teijsmania altifrons) DI DUSUN METAH, RESORT LAHAI, TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH PROVINSI RIAU- JAMBI Yusi Indriani, Cory Wulan, Panji
Lebih terperinciLaporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan REHABILITASI SAVANA BEKOL DENGAN PEMBERANTASAN GULMA. Oleh : TIM PENGENDALI EKOSISTEM HUTAN
Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan REHABILITASI SAVANA BEKOL DENGAN PEMBERANTASAN GULMA Oleh : TIM PENGENDALI EKOSISTEM HUTAN TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 LAPORAN KEGIATAN REHABILITASI SAVANA BEKOL
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM LOKASI
24 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Sejarah Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu merupakan kawasan yang berubah peruntukannya dari kebun percobaan tanaman kayu menjadi taman wisata di Kota Palembang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia perkiraan luas mangrove sangat beragam, dengan luas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia perkiraan luas mangrove sangat beragam, dengan luas garis pantai yang panjang + 81.000 km (Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2007), ada beberapa yang
Lebih terperinciIII. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Fisik 1. Sejarah Penetapan Menurut Buku Informasi (2001), Taman Nasional Baluran ditetapkan sebagai taman nasional berdasarkan pengumuman Menteri Pertanian
Lebih terperinciIDENTIFIKASI JENIS-JENIS TANAH DI INDONESIA A. BAGAIMANA PROSES TERBENTUKNYA TANAH
IDENTIFIKASI JENIS-JENIS TANAH DI INDONESIA A. BAGAIMANA PROSES TERBENTUKNYA TANAH Tanah adalah salah satu bagian bumi yang terdapat pada permukaan bumi dan terdiri dari massa padat, cair, dan gas. Tanah
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hutan merupakan kumpulan pepohonan yang tumbuh rapat beserta tumbuh tumbuhan memanjat dengan bunga yang beraneka warna yang berperan sangat penting bagi kehidupan di bumi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Perencanaan Hutan Kota Arti kata perencanaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Fak. Ilmu Komputer UI 2008) adalah proses, perbuatan, cara merencanakan (merancangkan).
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hutan dapat dipandang sebagai suatu sistem ekologi atau ekosistem yang sangat. berguna bagi manusia (Soerianegara dan Indrawan. 2005).
I. PENDAHULUAN Hutan adalah masyarakat tetumbuhan dan hewan yang hidup di lapisan permukaan tanah yang terletak pada suatu kawasan, serta membentuk suatu kesatuan ekosistem yang berada dalam keseimbangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Alam Hayati dan Ekosistemnya pengertian Taman Nasional adalah kawasan pelestarian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya pengertian Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun Hutan Kota
23 IV. GAMBARAN UMUM A. Status Hukum Kawasan Kawasan Hutan Kota Srengseng ditetapkan berdasarkan surat keputusan Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun 1995. Hutan Kota Srengseng dalam surat keputusan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia bersama sejumlah negara tropis lain seperti Brazil, Zaire dan Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya (mega biodiversity).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan dikelola dengan zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Taman nasional adalah kawasan pelestarian yang mempunyai ekosistem asli dan dikelola dengan zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
38 IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Hutan Mangrove di Tanjung Bara termasuk dalam area kawasan konsesi perusahaan tambang batubara. Letaknya berada di bagian pesisir timur Kecamatan Sangatta
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tumbuhan Herba Herba adalah semua tumbuhan yang tingginya sampai dua meter, kecuali permudaan pohon atau seedling, sapling dan tumbuhan tingkat rendah biasanya banyak ditemukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. plasma nutfah serta fungsi sosial budaya bagi masyarakat di sekitarnya dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan lindung sebagai kawasan yang mempunyai manfaat untuk mengatur tata air, pengendalian iklim mikro, habitat kehidupan liar, sumber plasma nutfah serta fungsi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. pada tumbuhan lain yang lebih besar dan tinggi untuk mendapatkan cahaya
5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Liana Liana merupakan tumbuhan yang berakar pada tanah, tetapi batangnya membutuhkan penopang dari tumbuhan lain agar dapat menjulang dan daunnya memperoleh cahaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar
Lebih terperinciLAPORAN KEGIATAN Pengendali Ekosistem Hutan PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI PRODUKTIFITAS SAVANA BEKOL PADA MUSIM PENGHUJAN
LAPORAN KEGIATAN Pengendali Ekosistem Hutan PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI PRODUKTIFITAS SAVANA BEKOL PADA MUSIM PENGHUJAN TAMAN NASIONAL BALURAN 2006 I. PENDAHULUAN a. Latar Belakang Savana merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Jati (Tectona grandis Linn. f) Jati (Tectona grandis Linn. f) termasuk kelompok tumbuhan yang dapat menggugurkan daunnya sebagaimana mekanisme pengendalian diri terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati tersebut harus dimanfaatkan untuk kesejahteraan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman hayati di Indonesia sangat tinggi baik flora dan faunanya, keanekaragaman hayati tersebut harus dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lichenes yang lazim dikenal dengan nama lumut kerak merupakan jenis tumbuhan yang belum banyak diketahui oleh sebagian orang. Dan sesungguhnya berbeda dari
Lebih terperinciDeskripsi KHDTK Siali-ali Sumatera Utara
Deskripsi KHDTK Siali-ali Sumatera Utara Gambar 1. Papan Nama KHDTK Siali-ali KHDTK Siali-ali dengan luasan ± 130,10 Hektar, secara geografis terletak pada koordinat 1º08 10,3-1º09 18,4 LU dan 99º49 57,9-99
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Tentang Struktur Vegetasi Struktur vegetasi merupakan komponen penyusun vegetasi itu sendiri. Struktur vegetasi disusun oleh tumbuh-tumbuhan baik berupa pohon, pancang,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Pegunungan Hutan pegunungan adalah hutan yang tumbuh di daerah ketinggian di atas 1.000 meter di atas permukaan air laut. Daerah pegunungan ini sangat dipengaruhi oleh
Lebih terperinci2 KONDISI UMUM 2.1 Letak dan Luas 2.2 Kondisi Fisik Geologi dan Tanah
2 KONDISI UMUM 2.1 Letak dan Luas Taman Nasional Manupeu Tanahdaru (TNMT) secara geografi terletak di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur pada 119º27-119º55 BT dan 09º29`-09º54` LS sedangkan secara administratif
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia tergolong dalam 10 negara megadiversitas dunia yang memiliki keanekaragaman paling tinggi di dunia (Mackinnon dkk dalam Primack dkk, 2007:454). Keanekaragaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ancaman perubahan iklim sangat menjadi perhatian masyarakat dibelahan dunia manapun. Ancaman dan isu-isu yang terkait mengenai perubahan iklim terimplikasi dalam Protokol
Lebih terperinciJurusan Geofisika dan Meteorologi, FMlPA IPB
IKLlM INDONESIA HANDOKO Jurusan Geofisika dan Meteorologi, FMlPA IPB Secara umum, daerah tropika terletak di antara lintang 23,5O LU (tropika Cancer) sampai 23,5O LS (tropika Capricorn). Batasan ini berdasarkan
Lebih terperinciPegunungan-Pegunungan di Indonesia : Pegunungan Jaya Wijaya di Irian Jaya. Pegunungan Bukit Barisan di Sumatra. Dataran tinggi di Indonesia :
JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SD V (LIMA) ILMU PENGETAHUAN ALAM KENAMPAKAN ALAM DAN BUATAN DI INDONESIA A. KENAMPAKAN ALAM 1. Ciri-Ciri Kenampakan Alam Kenampakan Alam di Indonesia mencakup
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hutan dapat diberi batasan sesuai dengan sudut pandang masing-masing pakar. Misalnya dari sisi ekologi dan biologi, bahwa hutan adalah komunitas hidup yang terdiri dari
Lebih terperinciNama Alat Peraga: Ruang Ajaib Gambar Alat Peraga:
Nama Alat Peraga: Ruang Ajaib Gambar Alat Peraga: Sasaran: Siswa SMP kelas 3 untuk konsep kesebangunan Siswa SMA kelas 3 untuk konsep dilatasi Indikator: Mengenalkan kepada siswa tentang materi kesebangunan
Lebih terperinciKONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
15 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Lokasi Kabupaten Lebak secara geografis terletak antara 6º18'-7º00' Lintang Selatan dan 105º25'-106º30' Bujur Timur, dengan luas wilayah 304.472 Ha atau 3.044,72 km².
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN ANALISIS VEGETASI METODE TITIK MENYINGGUNG OLEH : JEAN NIHANA MANALU
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN ANALISIS VEGETASI METODE TITIK MENYINGGUNG OLEH : JEAN NIHANA MANALU 05121007071 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA 2012/2013
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Terdegradasi ,
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Terdegradasi Degradasi lahan adalah proses menurunnya kapasitas dan kualitas lahan untuk mendukung suatu kehidupan (FAO 1993). Degradasi lahan mengakibatkan hilang atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tumbuhan paku (Pteridophyta) merupakan salah satu golongan tumbuhan yang hampir dapat dijumpai pada setiap wilayah di Indonesia. Tumbuhan paku dikelompokkan dalam
Lebih terperinciANALISIS VEGETASI STRATA SEEDLING PADA BERBAGAI TIPE EKOSISTEM DI KAWASAN PT. TANI SWADAYA PERDANA DESA TANJUNG PERANAP BENGKALIS, RIAU
ANALISIS VEGETASI STRATA SEEDLING PADA BERBAGAI TIPE EKOSISTEM DI KAWASAN PT. TANI SWADAYA PERDANA DESA TANJUNG PERANAP BENGKALIS, RIAU Khairijon, Mayta NovaIiza Isda, Huryatul Islam. Jurusan Biologi FMIPA
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN
35 IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Barat Menurut Pemerintah Kabupaten Lampung Barat (2011) bahwa Kabupaten Lampung Barat dengan ibukota Liwa merupakan pemekaran dari Kabupaten
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tumbuhan asing yang dapat hidup di hutan-hutan Indonesia (Suryowinoto, 1988).
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Dibuktikan dengan terdapat berbagai macam jenis tumbuhan dan hewan endemik yang hanya dapat
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas
42 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas Secara geografis, perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) terletak pada 06.53 LS-06.56 LS dan 106.78 BT sedangkan perumahan Taman Yasmin terletak pada
Lebih terperinciREKOMENDASI Peredam Kebisingan
83 REKOMENDASI Dari hasil analisis dan evaluasi berdasarkan penilaian, maka telah disimpulkan bahwa keragaman vegetasi di cluster BGH memiliki fungsi ekologis yang berbeda-beda berdasarkan keragaman kriteria
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi
TINJAUAN PUSTAKA Defenisi Lahan Kritis Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : a. Lahan yang tidak mampu secara efektif sebagai unsur produksi pertanian, sebagai media pengatur tata air, maupun
Lebih terperinciBAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI
BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI Pengetahuan tentang faktor penentu kepekaan tanah terhadap longsor dan erosi akan memperkaya wawasan dan memperkuat landasan dari pengambil
Lebih terperinciROMMY ANDHIKA LAKSONO. Agroklimatologi
ROMMY ANDHIKA LAKSONO Agroklimatologi Gambar : Pembagian daerah iklim matahari A. Iklim Matahari Iklim matahari didasarkan pada banyak sedikitnya sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi. Pembagiannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan
I. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia adalah salah satu negara yang dikenal memiliki banyak hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan tropis Indonesia adalah
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Cagar Alam Gunung Ambang subkawasan
BAB III METODOLOGI PEELITIA 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Cagar Alam Gunung Ambang subkawasan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan ketinggian 700-1000 m dpl,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pandangan al-qur an, mempelajari dan mengamati fenomena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pandangan al-qur an, mempelajari dan mengamati fenomena makhluk hidup sangat dianjurkan. Kita semua dianjurkan untuk menjaga kelestarian yang telah diciptakan
Lebih terperinci2015 STRUKTUR VEGETASI DAN KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PANTAI DI HUTAN PANTAI LEUWEUNG SANCANG, KECAMATAN CIBALONG, KABUPATEN GARUT
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki sekitar 17.508 pulau dan panjang garis pantai sekitar 80.791,42 km (Soegianto, 1986). Letak Indonesia sangat
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan
Lebih terperinciAssAlAmu AlAyku m wr.wb
AssAlAmu AlAyku m wr.wb BIOMA Bioma adalah wilayah yang memiliki kondisi iklim tertentu dan batas-batas yang sebagian besar dikendalikan di daratan oleh iklim dan yang dibedakan oleh dominasi tertentu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya (mega biodiversity). Keanekaragaman hayati (biological diversity atau biodiversity) adalah
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN WILAYAH
BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas
III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas wilayah Kabupaten Kuningan secara keseluruhan mencapai 1.195,71
Lebih terperinciEKOLOGI TANAMAN. Pokok Bahasan II KONSEP EKOLOGI (1)
EKOLOGI TANAMAN Pokok Bahasan II KONSEP EKOLOGI (1) Pokok Bahasan II KONSEP EKOLOGI 2.1. Ekosistem 2.2. Proses Produksi dan Dekomposisi 2.3. Konsep Homeostatis 2.4. Energi dalam Ekosistem 2.4.1. Rantai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan
Lebih terperinciSMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2
SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2 1. Berikut ini yang tidak termasuk kegiatan yang menyebabkan gundulnya hutan adalah Kebakaran hutan karena puntung
Lebih terperinciTim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya
Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya 1. Faktor Genetik : Faktor dalam yang sifatnya turun temurun + 2. Faktor lingkungan: - Tanah - Air - Lingkungan - udara (iklim) Iklim-------- sifat/peradaban
Lebih terperinci5/4/2015. Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya
Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya 1. Faktor Genetik : Faktor dalam yang sifatnya turun temurun + 2. Faktor lingkungan: - Tanah - Air - Lingkungan - udara (iklim) Iklim-------- sifat/peradaban
Lebih terperinci