ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI PEPAYA (Carica papaya) DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PT. CIPTA DAYA AGRI JAYA DI BOGOR JAWA BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI PEPAYA (Carica papaya) DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PT. CIPTA DAYA AGRI JAYA DI BOGOR JAWA BARAT"

Transkripsi

1 ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI PEPAYA (Carica papaya) DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PT. CIPTA DAYA AGRI JAYA DI BOGOR JAWA BARAT OLEH : EDWIN HAPOSAN A POGRAM EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

2 RINGKASAN EDWIN HAPOSAN. Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Pepaya (Carica Pepaya) Dengan metode Activity Based Costing Pada PT Cipta Daya Agri Jaya di Bogor Jawa Barat Di bawah Bimbingan Harianto. Pepaya eksotik merupakan pepaya yang memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan jenis pepaya lokal, antara lain yaitu bentuk yang unik, ukuran kecil sampai sedang ( kg), kulit buah halus, warna daging buah jingga merah, segar, rasa manis, tekstur buah lembut. Keunggulan yang dimiliki pepaya eksotik dapat dijadikan kekuatan bersaing dengan pepaya jenis lain. Karena umumnya pepaya-pepaya yang diekspor berukuran kecil. Hal ini disebabkan konsumen luar negeri mempunyai jumlah keluarga yang sedikit dan mereka kurang menyukai pepaya yang berukuran besar sehingga secara umum pepaya yang diperdagangkan di pasar Internasional berukuran kecil sampai sedang. Hal ini dapat membuka peluang pepaya eksotik baik untuk tujuan pasar domestik maupun pasar ekspor. Selain itu dari segi budidaya, pepaya eksotik dibudidayakan secara intensif sehingga pepaya yang dihasilkan berkualitas. Peningkatan pola konsumsi masyarakat terhadap pepaya dan potensi pasar mempunyai prospek yang cukup cerah untuk pengembangan tingkat produksi pepaya khususnya pepaya eksotik ini Semakin ketatnya persaingan diantara perusahaan budidaya pepaya eksotik membuat setiap perusahaan termasuk harus menetapkan harga jual yang tepat untuk menghindari kerugian dan sekaligus mengukur sampai dimana perusahaan dapat berkembang. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis manfaat yang dicapai melalui metode ABC dengan membandingkan dengan metode yang ada di perusahaan sehingga bisa direkomendasikan sebagai alternatif lain dari perhitungan harga pokok produksi.

3 Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai pertimbangan bagi perusahaan dalam menentukan harga pokok produksi yang tepat. Penelitian ini dilaksanakan di PT Cipta Daya Agri Jaya, Bogor dimana pengambilan datanya dilakukan selama bulan November sampai Desember 2005, dengan pertimbangan bahwa PT Cipta Daya Agri Jaya memiliki diversifikasi produknya. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pihak menajemen, karyawan dan staf perusahaan. Data sekunder didapat dari laporan keuangan dan laporan produksi perusahaan. Selain itu diperoleh juga dari berbagai literatur dan tulisan yang dianggap relevan dengan penelitian ini. Metode yang digunakan perusahaan untuk menentukan harga pokok produksinya adalah metode kompensional. Metode ini relatif mudah untuk diaplikasikan, akan tetapi kurang mencerminkan konsumsi sumberdaya dalam pembuatan produk sehingga penentuan harga pokok produksi yang dihasilkan kurang tepat. Perhitungan harga pokok produksi melalui pendekatan activity based costing mampu mengidentifikasi biaya dasar kosumsi aktivitas pembuatan produk yang sesungguhnya. Berdasarkan perbandingan antara perhitungan harga pokok produksi perusahaan dengan perhitungan harga pokok produksi metode ABC diketahui bahwa metode ABC menghasilkan perhitungan harga pokok yang lebih tinggi untuk semua jenis pepaya tersebut yaitu Pepaya California, Hawaaii dan Jelita. Meskipun perhitungan harga pokok produksi dengan metode ABC lebih tinggi dari pada metode perusahaan, tetapi metode ABC mencatat biaya produksi yang benar-benar terjadi pada setiap proses produksi. Hal ini dapat dipahami karena ABC melakukan usaha yang lebih besar untuk menyeimbangkan pemakaian

4 sumberdaya, biaya, aktifitas dan produk. Oleh karena itu, informasi ini sangat diperlukan oleh manajemen dalam usaha meningkatkan efisiensi produk. Perhitungan harga pokok produksi dengan metode perusahan yang menghasilkan nilai yang lebih rendah biasa terjadi karena salah dalam pembebanan overhead, yaitu jumlah produk yang tinggi dibebani biaya overhead yang tinggi, demikian pula sebaliknya Jika perusahan ingin menetapkan metode ABC dan tetap memperoleh laba yang diinginkan, maka upaya yang dapat dilakukan perusahaan dengan cara meningkatkan harga jual secara kontinu untuk semua jenis pepaya ini yaitu Pepaya California, Pepaya Hawaii dan Pepaya Jelita dengan memperhatikan harga pokok menurut ABC. Faktor yang medukung untuk dilakukannya peningkatan harga jual ini juga dapat dilihat di tingkat swalayan seperti di Ada Swalayan harga Pepaya California, Pepaya Hawaii dan Pepaya Jelita masih jauh lebih rendah dibanding pepaya pesaing yaitu pepaya Bogor B-1 dengan harga jual Rp /Kg. Peningkatan harga ini disertai dengan adanya promosi serta pemberian label atau merek dari perusahaan, sehingga konsumen dapat lebih mengenal pepaya produksi PT Cipta Daya Agri Jaya. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari perhitungan harga pokok metode ABC, maka cara kedua yang dapat dilakukan yaitu dengan meningkatkan volume produksi atau peningkatan hasil panen semua jenis pepaya yang diproduksi, meningkatkan pemeliharaaan tanaman pepaya dalam kegiatan pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit serta dapat memenuhi jumlah pesanan yang cukup besar, sehingga dapat menurunkan biaya produksi.

5 ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI PEPAYA (Carica papaya) DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PT. CIPTA DAYA AGRI JAYA DI BOGOR JAWA BARAT Oleh EDWIN HAPOSAN A SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA PERTANIAN Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor POGRAM EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

6 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh: Nama : Edwin Haposan NRP : A Program Studi : Ekstensi Manajemen Agribisnis Judul Skripsi : Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Pepaya (Carica Pepaya) Dengan metode Activity Based Costing Pada PT Cipta Daya Agri Jaya di Bogor Jawa Barat Dapat diterima sebagai salah satu syarat kelulusan pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Menyetujui Dosen Pembimbing Dr. Ir Harianto, MS. NIP Mengetahui: Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr. NIP Tanggal Kelulusan : 4 Februari 2006

7 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI PEPAYA (Carica papaya) DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PT CIPTA DAYA AGRI JAYA DI BOGOR JAWA BARAT BENAR-BENAR MERUPAKAN KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN BOGOR, JANUARI 2006 EDWIN HAPOSAN A

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jambi pada tanggal 01 September Penulis adalah anak ke lima dari lima bersaudara pasangan A Lubis (Alm) dan T Pakpahan. Pada tahun 1993 Penulis menyelesaikan Pendidikan Dasar di Sekolah Dasar Negeri No 97 Kota Jambi. penulis melanjutkan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 14 Jambi, dan lulus tahun 1996 Pada tahun 1999 Penulis menyelesaikan Pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 3 Jambi. Tahun 1999 penulis diterima di Program Diploma Tiga Universitas Padjajaran melalui jalur umum pada Program Studi Kehutanan, dan selesai tahun Tahun 2003 penulis diterima di Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor melalui jalur umum.

9 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan karunianya, sehingga Skripsi ini yang berjudul Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Pepaya (Carica Pepaya) Dengan metode Activity Base Costing Pada PT Cipta Daya Agri Jaya di Bogor Jawa Barat, dapat diselesaikan yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.. Melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir. Haryanto MS. yang telah memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam menulis proposal penelitian ini. Selain itu, penulis mengucapkan terima kasih pula kepada Administratur PT. Cipta Daya Agri Jaya yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di tempat tersebut. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan proposal penelitian ini. Penulis berharap akan ada saran dan kritik yang dapat menyempurnakan proposal penelitian ini. Bogor, Januari 2006 Penulis

10 UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kehadirat TUHAN YANG MAHA ESA karena berkat rahmat dan kasih-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Ir. Harianto, MS. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, masukan dan bantuannya dengan sabar dalam penelitian dan penulisan skripsi ini. 2. Kedua orang tuaku yang tercinta bapak (Alm), ibu dan kakak-kakak dan abangku atas doa,dorongan moril dan materi, kesabaran dan kasih sayang yang tiada henti-hentinya. 3. Ir. Tanti Novianti, selaku dosen evaluator yang telah memberikan kritik dan masukan pada penulis. 4. Pak Nano, pak Iwan serta karyawan lainnya di PT Cipta Daya Agri Jaya Cikarawang Bogor, atas bantuannya dalam memperoleh data primer dan data sekunder. 5. Iwan, Titi, Siska lorentina, Reynold Tompul, Ronald Juntak yang selalu memberka inspirasi dan masukannya. 6. Iwan Siagian atas kesediaannya menjadi pembahas dalam seminar. 7. Teman-teman Ekstensi atas dukungan dan bantuannya selama ini 8. Semua pihak yang telah turut membantu dalam penyusunan skripsi semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas dan memberikan rahmat dan kasih-nya.

11 Skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan kelemahan untuk dianggap sempurna. Penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk penulis dan pembaca Bogor, Januari 2006 Penulis

12 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii v BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 8 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Produk Agribisnis Biaya dan Klasifikasinya Penetapan Harga Harga Pokok Produksi Metode Penentuan Harga Pokok Produksi Pengertian dan Definisi Activity Based Costing System (ABC) Sistem Penentuan Tarif Perbedaan antara Sistem ABC dengan Sistem Kalkulasi Biaya Tradisional Keunggulan dan Kelemahan Metode ABC Keunggulan, Kelemahan dan Manfaat metode ABC Hasil Penelitian Terdahulu 29 BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka Pemikiran oprasional BAB IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan Data dan Analisis Data... 40

13 4.4 Defenisi Operasional BAB V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Latar Belakang Perusahaan Lokasi Dan Tata Letak Perusahaan Organisasi Perusahaan Sumber Daya Manusia Aktivitas Perusahaan BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Perusahan Perhitungan Harga Pokok Penjualan Metode Perusahaan Perhitungan Harga Pokok Produksi Pepaya PT Cipta Daya Agri Jaya dengan Metode ABC Penggunaan Sumberdaya dan Biaya Langsung Penggunaan Sumber Daya Tidak Langsung Perhitungan Pemacu Biaya Pengelompokkan Aktivitas Menghitung Tarif Biaya Pengalokasian Biaya Perhitungan Harga Pokok Produksi Analisis Perbandingan Harga Pokok Produksi Metode Perusahaan Dengan Metode ABC BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR TABEL

14 1 Konsumsi Per kapita Buah-buahan di Indonesia tahun Komposisi Zat Gizi Pepaya per 100 g Bahan Harga jual pepaya yang ditentukan oleh PT Cipta Daya Agri Jaya. Tahun Perbedaan antara Penetapan Harga Pokok Proses dan Penetapan Harga Pokok Pesanan Produksi pepaya PT. Cipta Daya Agri Jaya pada tahun Tahap Proses Produksi Pepaya di PT. Cipta Daya Agri Jaya Tahun Tenaga Kerja Langsung dan Tidak Langsung Pada Tiap-Tiap Tahap Produksi PT. Cipta Daya Agri Jaya Tahun Jenis Peralatan yang Digunakan pada Tiap-Tiap Tahap Produksi PT.Cipta Daya Agri Jaya Perhitungan Harga Pokok Produksi Tanaman Pepaya dengan Metode Perusahaan PT. Cipta Daya Agri Jaya, Tahun Biaya Tenaga Kerja Langsung PT. Cipta Daya Agri Jaya Tahun 2005 (Rupiah) Penggunaan Biaya Bahan Penolong pada PT Cipta Daya Agri Jaya tahun 2005 (Rupiah) Biaya Penyusutan Mesin dan Alat pada PT. Cipta Daya Agri Jaya Tahun 2005 (Rupiah) Penggunaan Bangunan Pada PT Cipta Daya Agri Jaya Tahun Biaya Administrasi dan Umum Produksi PT. Cipta Daya Agri Jaya Tahun Konsumsi Pemacu Biaya Pada PT Cipta Daya Agri Jaya Tahun Konsumsi Pemacu Biaya JKK dalam Tahun Jumlah Produksi Kultur jaringan PT Cipta Daya Agri Jaya Tahun Konsumsi Luas Bangunan PT Cipta Daya Agri Jaya Tahun Penggunaan Sumberdaya Tidak langsung yang Timbul pada Produksi Pepaya PT Cipta Daya Agri Jaya Tahun

15 20. Pengelompokkan dan Pembebanan Biaya Tidak Langsung Berdasar Pemacu Biaya Jam Peralatann (JPR) Pengelompokkan dan Pembebanan Biaya Tidak Langsung Berdasar Pemacu Biaya Jam Kerja Karyawan (JKK) Pengelompokkan dan Pembebanan Biaya Tidak Langsung Berdasarkan Pemacu Luas Bangunan Perhitungan Tarif Biaya Kelompok Biaya Tidak langsung PT Cipta Daya Agri Jaya Perhitungan Harga Pokok Produksi per Kilogram (Rupiah/Kg) dengan Metode ABC Analisis Perbandingan Harga Pokok Produksi Metode Perusahaan dengan Metode ABC... 68

16 DAFTAR GAMBAR 1. Hubungan Alokasi Biaya Ke Produk Pembandingan Metode Konvensional dengan ABC Alur Kerangka Pemikiran Konseptual Bagan Struktur Organisasi PT Cipta Daya Agri Jaya... 46

17 DAFTAR LAMPIRAN 1. Perhitungan Harga Pokok Pepaya Metode Perusahaan PT Cipta Daya Agri Jaya Tahun a. Perhitungan Harga Pokok Pepaya California b. Perhitungan Harga Pokok Pepaya Hawaii c. Perhitungan Harga Pokok Pepaya Jelita d. Akumulasi Total Perhitungan Harga Pokok Perusahaan Penggunaan Biaya Bahan Baku pada PT Cipta Daya Agri Jaya tahun 2005 (Rupiah) Pengelompokkan dan Pembebanan Biaya Tidak langsung Berdasar Pemacu Biaya Unit yang Diproduksi Tahun Konsumsi Jam Peralatan Sarana Produksi PT Cipta Daya Agri Jaya Perhitungan Alokasi Biaya Tidak Langsung ke Masing-masing Jenis Pepaya Cara Perhitungan Konsumsi Pemacu Biaya Jam Peralatan (JPR) Cara Perhitungan Konsumsi Pemacu Biaya Jam Kerja Karyawan (JKK) Peta Lahan Bawah Pepaya Peta Lahan Atas Pepaya... 84

18 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu negara tropis yang iklimnya menunjang bagi pertumbuhan buah-buahan terutama buah-buahan tropika, potensi yang dimiliki Indonesia adalah beragam buah-buahan khas tropika yang mempunyai cita rasa yang khas (exotic fruits). Peluang pengembangan buah-buahan segar Indonesia didukung oleh tingkat konsumsi sebagian besar buah-buahan segar yang selalu meningkat secara fluktuatif. Peningkatan konsumsi buah-buahan segar ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Konsumsi Per Kapita Buah-buahan di Indonesia Tahun No Komoditi Jeruk Mangga Apel Alpukat Rambutan Duku Durian Salak Nenas Pisang Pepaya Jumlah Rata-rata perkembangan (%) (14.80) (7.57) Sumber : BPS, 2002 Berdasarkan Tabel diatas terlihat konsumsi buah-buahan di Indonesia mulai tahun mengalami banyak pergeseran tingkat konsumsi per kapita pertahun. Pada tahun 1990 jumlah rata-rata konsumsi buah di Indonesia

19 27.29 kg/perkapita/tahun, kemudian menurun menjadi kg/kapita/tahun pada tahun 1993 yaitu kg/kapita/tahun pada tahun 1996, Kemudian disusul penurunan yang cukup drastis yaitu kg/kapita/tahun pada tahun 1999, hal ini disebabkan karena terjadinya krisis moneter di Indonsia yang berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat akibat inflasi. Sementara tingkat konsumsi buah-buahan yang dianjurkan FAO yaitu 60 kg/kapita/tahun untuk negara-negara berkembang. Pada tahun 2002, tingkat konsumsi kembali meningkat hampir 90 persen dari tahun 1999 yaitu kg/kapita/tahun. Tingkat konsumsi buahbuahan untuk tahun-tahun mendatang tingkat konsumsi buah-buahan akan semakin meningkat seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian nasional. Buah-buahan merupakan produk hortikultura yang memiliki karakteristik cepat rusak (perishable). Karena masih berjalannya proses-proses kehidupan, baik itu penyerapan unsur-unsur hara dan tingkat kematangan dan kualitas yang beragam, penanganan produk hortikultura termasuk buah pepaya perlu dilakukan secara baik agar mutu dan kualitas tetap terjaga dapat memenuhi selera konsumen. Pepaya merupakan buah yang dikenal dan cukup digemari masyarakat, buah pepaya mengandung zat pembangun tubuh serta pengatur proses dalam tubuh berupa air mineral dan vitamin. Selain itu buah pepaya mempunyai banyak manfaat yaitu untuk terapi memperlancar pencernaan, menghaluskan kulit, mengobati lambung (sakit maag), sariawan, sembelit dan mengurangi panas tubuh, serta membantu membuang lemak dalam tubuh. Bagian tanaman pepaya yang mengandung enzim papain yang digunakan dalam berbagai industri. Nilai gizi buah pepaya dapat dilihat pada Tabel 2.

20 Tabel 2. Komposisi Zat Gizi Pepaya per 100 g Bahan Zat Gizi Pepaya Per 100 g Zat Gizi Pepaya Per 100 g Karbohidrat (g) Lemak (g) Protein (g) Vitamin B1 (g) Vitamin B2 (g) ,04 Vitamin C (mg) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Zat Besi (mg) Serat (mg) Sumber : Ditjen BPPHP Departemen Pertanian, Kecenderungan pola makan yang tidak seimbang menyebabkan ketersediaan buah pepaya semakin dibutuhkan sebagai sumber serat dengan harga relatif lebih murah. Budidaya pepaya umumnya ditunjukkan untuk dijual dalam bentuk buah segar. Daya serap pasar cenderung masih terbuka lebar. Ini ditunjukkan oleh konsumsi per kapita sebesar 2.86 kg pepaya pertahun. Prediksi angka tersebut terus bertambah, tetapi konsumsi pepaya per kapita sebesar 6 kg pepaya per tahun (PT. Cakrawala Pengembangan Agro Sejahtera, 2003). Proyeksi permintaan pasar terhadap pepaya mencapai 0,77 juta ton pada tahun 2010, sementara itu data produksi pepaya di Indonesia tecatat di Biro Pusat Statistik (BPS) menunjukkan produk rata-rata pada tahun baru mencapai 0,43 juta ton sehingga Indonesia masih berpeluang untuk meningkatkan produksi pepaya sekitar 0.34 juta ton (79%) untuk memenuhi proyeksi permintaan pada tahun 2010 (Sawit et al,1997). Pepaya eksotik merupakan pepaya yang memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan jenis pepaya lokal, antara lain yaitu bentuk yang unik, ukuran kecil sampai sedang (0,5 1,5 kg), kulit buah halus, warna daging buah jingga merah, segar, rasa manis, tekstur buah lembut. Keunggulan yang dimiliki pepaya eksotik dapat dijadikan kekuatan bersaing dengan pepaya lokal. Pepaya

21 eksotik ini banyak dikonsumsi oleh konsumen luar negeri, Hal ini disebabkan konsumen luar negeri mempunyai jumlah keluarga yang sedikit dan mereka kurang menyukai pepaya yang berukuran besar sehingga secara umum pepaya yang diperdagangkan di pasar Internasional berukuran kecil sampai sedang. Hal ini dapat membuka peluang pepaya eksotik baik untuk tujuan pasar domestik maupun pasar ekspor. Selain itu dari segi budidaya, pepaya eksotik dibudidayakan secara intensif sehingga pepaya yang dihasilkan berkualitas Perumusan Masalah Buah pepaya yang dibudidayakan petani dan dinikmati oleh konsumen terdiri dari jenis pepaya eksotik dan jenis pepaya lokal. Jenis pepaya eksotik terdiri dari Pepaya California, Pepaya Hawaii (Solo, Honolulu, Pontianak, Medan, Taiwan, Jumbo) yang mempunyai ukuran relatif lebih kecil sampai sedang yaitu 0,5-1,5 kg, sedangkan untuk pepaya lokal yang terdiri dari Pepaya Bangkok, Pepaya Malang, Pepaya Bangkok Bogor, Pepaya Paris, Pepaya Jinggo, merupakan pepaya yang memiliki ukuran relatif besar. Peningkatan pola konsumsi masyarakat terhadap pepaya dan potensi pasar mempunyai prospek yang cukup cerah untuk pengembangan tingkat produksi pepaya khususnya pepaya eksotik. PT Cipta Daya Agri Jaya merupakan salah satu perusahaan pertanian yang membudidayakan jenis pepaya eksotik. Jenis pepaya eksotik yang terdapat pada PT Cipta Daya Agri Jaya yaitu Pepaya California, Pepaya Hawaii, Pepaya Jelita (IPB 9) yang merupakan hasil persilangan. Konsumsi biaya yang cukup besar, dan keinginan untuk produksi pepaya yang terus dapat ditingkatkan penjualannya, serta keinginan agar produk

22 yang dihasilkan tetap dikonsumsi oleh konsumen tanpa beralih kepada produk lain, produk subsitusi atau pun produk komplementer maka setiap perusahaan termasuk PT Cipta Daya Agri Jaya harus menetapkan harga jual yang tepat untuk menghindari kerugian dan sekaligus mengukur sampai dimana perusahaan dapat berkembang serta upaya efisiensi yang bagaimana yang dapat dilakukan oleh perusahan sehingga mampu meminimalisasi jumlah biaya yang akan dikeluarkan pada periode berikutnya. Perusahaan pada saat ini masih belum efektif dalam menetapkan harga jualnya, sementara itu setiap volume penjualan pepaya yang dipasok oleh perusahaan baik itu ke supermarket atau toko-toko buah produksi pepaya PT Cipta Daya Agri Jaya berapa pun jumlah pasokannya selalu habis, ini dimungkinkan karena harga yang ditetapkan oleh perusahaan masih relatif murah yaitu bervariasi berkisar antara Rp 3.500,- sampai Rp 5.500,- harga jual masingmasing jenis pepaya yang ditetapkan dapt dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Harga jual pepaya yang ditentukan oleh PT Cipta Daya Agri Jaya. Tahun 2005 Jenis Pepaya Harga Jual Per kilogram (Rupiah) California 4.095,00 Hawaii 4.680,00 Jelita 3.375,00 Dari Tabel 3 diatas terlihat bahwa harga jual tertinggi yang ditetapkan persahaan pada jenis Pepaya California, sedangkan harga terendah ditetapkan untuk jenis Pepaya Jelita. Harga Pepaya California ditetapkan lebih tinggi ini dikarenakan Pepaya California secara fisik lebih baik penampakannya, dalam

23 tekstur kulit luar, warna kulit serta bentuknya yang lonjong. Jadi secara fisik karakteristik fisik Pepaya California ini akan menarik konsumen untuk membelinya. Pepaya Jelita ditetapkan dengan harga jual yang paling rendah, karena jenis pepaya ini merupakan jenis pepaya eksotik yang masih baru, sehingga perusahaan menetapkan dengan harga yang lebih rendah. Secara fisik dan juga rasa manisnya, Pepaya Jelita juga memiliki rasa manis yang sama dengan kedua jenis pepaya lainnya. Penentuan harga jual ini ditetapkan perusahaan masih menggunakan rumusan tersendiri dan tidak sepenuhnya didasarkan pada harga pokok produksinya. Rumusan tersendiri yang dimaksud yaitu pada saat pemasaran pepaya harga ditentukan dengan memperhitungkan berapa jumlah biaya yang telah dikeluarkan, ditambah biaya pemasaran serta porsentase keuntungan, kemudian dibagi dengan jumlah kilogram pepaya yaangdihasilkan Meskipun harga jual telah dirumuskan, tetapi harga yang tersebut harus distujui oleh pemasok, sehingga didapat berapa harga kesepakan yang yang diinginkan,. Kondisi di pasar belum terlihat banyaknya pesaing, jadi perusahaan berperan sebagai penentu harga ( price maker ). Salah satu penyebab kurang efektifnya harga jual yang ditetapkan perusahaan karena diperkirakan perusahaan masih belum tepat dalam melakukan perhitungan harga pokok produksinya, terutama dalam mengidentifikasi dan mengelompokkan biaya-biaya yang dikeluarkan. Biaya administrasi dan umum (biaya telepon dan biaya pembelian perlengkapan dan tulis) dan biaya penyusutan aktiva (mesin dan bangunan) tidak dimasukkan perusahaan dalam perhitungan harga pokok produksinya. Salah satu akibat dari perhitungan harga pokok

24 produksi tersebut adalah terjadinya penurunan produksi yang mengakibatkan menurunnya tingkat keuntungan perusahaan. Hal ini menyebabkan PT Cipta Daya Agri Jaya perlu melakukan perhitungan harga pokok produksi dengan lebih tepat agar dapat menetapkan harga jual dengan lebih baik, sehingga perusahaan dapat memelihara kontinuitas penjualan dan meningkatkan daya saingnya. Selain itu pelaksanaan kegiatan produksi dan pemasaran yang efektif dan efisien juga perlu dilakukan. Efektif yaitu dengan cara mengoptimalkan kemampuan faktor-faktor produksi untuk memperoleh hasil yang maksimal. Efisien juga mengandung arti yaitu mengupayakan biaya produksi minimum sehingga harga pokok dapat lebih rendah. Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana aktivitas proses produksi pepaya pada PT Cipta Daya Agri Jaya? 2. Bagaimana perhitungan harga pokok penjualan PT Cipta Daya Agri Jaya? 3. Apakah metode ABC bisa direkomendasikan sebagai alternatif dari perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan perusahaan selama ini? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas tujuan yang ingin di capai dari penelitian ini adalah : 1. Mempelajari proses produksi pepaya di PT Cipta Daya Agri Jaya 2. Menganalisis perhitungan harga pokok penjualan pada PT Cipta Daya Agri Jaya

25 3. Menganalisis manfaat yang dicapai melalui metode ABC dengan membandingkan dengan metode yang ada di perusahaan sehingga bisa direkomendasikan sebagai alternatif lain dari perhitungan harga pokok produksi Kegunaan penelitian Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam menyusun harga pokok penjualan dalam rangka menetapkan harga jual dan efisiensi biaya. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi tambahan wawasan pengetahuan dan pengalamaan sebagai media penerapan ilmu yang diperoleh selama kuliah. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi pihak-pihak yang memerlukan dan masukan bagi para pengambil keputusan serta sebagai bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitan ini adalah sebatas mengkaji penetapan harga pokok pesanan secara activity base costing (ABC) di PT Cipta Daya Agri Jaya untuk penetapan harga jual pepaya dengan melakukan identifikasi biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengetahui metode manakah yang lebih baik dalam menetapkan harga jual yang lebih efektif.

26 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produk Agribisnis Produk Agribisnis meliputi produk-produk hasil pertanian, perikanan dan peternakan baik segar maupun olahan. Produk segar adalah produk yang dijual dalam keadaan yang segar dan belum mengalami penanganan seperti pengawetan, pengasinan, dan lain-lain. Menurut Harjadi (1989), ciri-ciri dari produk agribisnis adalah sebagai berikut: 1. Bersifat mudah rusak 2. Komponen utama mutu ditentukan oleh kandungan air, bukan oleh kandungan kering. 3. Bersifat meruah, sehingga susah dan mahal dalam biaya pengangkutannya. 4. Ketersediaan sangat tergantung dengan musim. 5. Kualitas tidak seragam. 6. Harga per komoditi ditentukan oleh mutunya bukan oleh kuantitasnya. 7. Merupakan kebutuhan pokok yang dibutuhkan dalam jumlah yang besar seperti tanaman hortikultura yang diperlukan yang dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit setiap harinya. 8. Dari segi gizi penting sebagai sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) berasal dari Amerika Tengah. Tanaman pepaya mudah tumbuh dimana saja sehingga tamanan ini dapat kita jumpai di seluruh Indonesia. Sentra produk pepaya antara lain Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Sulawesi Selatan, Bali, NTB. Buah pepaya

27 kaya akan sumber gizi dan harganya relatif murah. Hampir seluruh bagian tanaman pepaya dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan maupun sebagai bahan industri yaitu mulai dari akar, batang, daun, kuntum bunga, buah, kulit pohon, dan getahnya. Tipe ideal buah pepaya untuk buah segar antara lain (1). Ukuran; kecilsedang (0,5-1 kg/buah) dan besar (3 kg/buah), (2). Warna Buah; jingga-merah, (3). Warna Kulit; hijau dengan warna orange diselanya, (4). Erdible portion tinggi, (5). Kulit halus, (6). Bentuk oblong, (7). Tekstur renyah, (8). Rasa manis tidak ada pahitnya, (9). Kematangan seragam, (10). Rongga buah kecil, (11). Aroma khas, (12). Kulit tebal, tahan gesekan, dan benturan, serta (13). Daya simpan lebih dari 15 hari, selain itu pepaya unggul harus tahan terhadap cekaman biotik, tahan terhadap cekaman abiotik, dan produktivitas tingi minimal 60 kg/tahun (Pusat Kajiaan Buah Tropika IPB,2002). Pepaya lokal merupakan pepaya yang sudah lama dibudidayakan petani dan konsumen sudah umum mengenalnya dan biasa mengkonsumsinya. Salah satu jenis pepaya lokal yaitu Pepaya bangkok, menurut warisno (2003) Pepaya Bangkok memiliki karakteristik antara lain buah berbentuk panjang besar dan lancip pada bagian ujung, kulit buah kasar dan tidak rata atau berbenjol-benjol, daging buah berwarna jingga kemerahan, keras dan memiliki rasa manis. Pepaya eksotik merupakan pepaya jenis baru yang secara umum belum dikenal oleh konsumen maupun petani. Menurut Chan et al. (1994) pohon pepaya sunrise solo berbentuk tinggi tegak dengan buah pertama dihasilkan kira-kira 100 cm dari permukaan tanah. Buah pertama dapat dipanen 46 minggu setelah tanam. Pohonnya merupakan kanopi tinggi, populasi optimal 2000 tanaman/ha. Buah pepaya sunrise solo mempunyai ukuran yang sangat kecil, diameternya

28 berkisar antara 7,5-12,5 cm, kulit buahnya licin dan tipis berwarna hijau sampai sangat jingga, ketebalan daging buah bervariasi antara 2,25-5 cm dan bagian dalam buah berwarna kuning sampai agak kemerahan. Rasa buah ini manis dan aromanya tajam. Menurut PKBT (2004) program pemulihan tanaman pepaya menghasilkan varietas IPB-1 yang memiliki karakteristik antara lain bentuk buah lonjong, ukuran buah kecil, panjang buah (cm); 14±1, diameter buah (cm) 10±1, bobot per buah (g) 654±146, warna daging buah kemerahan/jingga, kulit buah hijau sedang, rasa daging buah sangat manis (11-12% Brix), kadar air (%) : 88±2, kadar vitamin C (mg/100g); 122±30, umur petik: ±140 hari setelah anthesis (bunga mekar). 2.2 Biaya dan Klasifikasinya Biaya merupakan dasar dalam penentuan harga, sebab suatu tingkat harga yang tidak dapat menutup biaya akan mengakibatkan kerugian. Sebaliknya apabila suatu tingkat harga melebihi semua biaya, baik biaya produksi, biaya operasi maupun biaya non operasi, akan menghasilkan keuntungan (Swasta dan Sukotjo, 1995). Menurut Mulyadi (1990). Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Unsur pokok dalam definisi biaya terjadi menjadi empat, yaitu: (a) Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, (b) diukur dalam satuan uang, (c) yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi, dan (d) pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.

29 Biaya dapat digolongkan dengan berbagai macam cara tapi umumnya ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai. Lebih lanjut klasifikasi biaya menurut Mulyadi (1999) adalah : 1. Berdasarkan objek pengeluaran Objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya : nama objek pengeluaran adalah bahan bakar, maka pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan bakar. 2. Berdasarkan fungsi pokok dalam perusahaan (a) Biaya Produksi Biaya produksi merupakan biaya-biaya untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual, meliputi bahan baku, biaya bahan penolong, biaya penyusutan mesin dan peralatan, biaya gaji karyawan yang bekerja dalam bagian-bagian, baik yang langsung maupun yang tidak langsung berhubungan dengan proses produksi. Menurut objek pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi ini dapat dibagi menjadi biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung dapat disebut dengan istilah biaya utama (prime cost), selain itu biaya tenaga kerja tidak langsung dan biaya overhead pabrik disebut pula dengan istilah biaya konversi (mengubah) bahan baku menjadi produk jadi. (b) Biaya Pemasaran Biaya pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contoh biaya pemasaran adalah biaya iklan, biaya promosi, biaya angkutan dari gudang perusahaan ke gudang

30 pembeli, gaji karyawan pada bagian pemasaran, dan biaya contoh (sample). (c) Biaya Administrasi dan Umum Biaya administrasi dan umum merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contohnya adalah biaya gaji karyawan (bagian keuangan, bagian akuntansi, bagian personalia, dan bagian hubungan masyarakat), bagian pemeriksaan akuntan, dan biaya fotocopy. 3. Berdasarkan hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai Sesuatu yang dapat dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Biaya ini diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu : (a) Biaya Langsung (direct cost) Biaya langsung merupakan biaya yang terjadi dimana penyebab satusatunya adalah karena adanya biaya yang dibiayai. Contoh biaya langsung adalah biaya produk langsung (biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung). (b) Biaya Tidak Langsung (indirect cost) Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak terjadi hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Salah satu contoh dari biaya tidak langsung adalah biaya listrik. 4. Berdasarkan perilaku dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan (a) Biaya Variabel (variable cost)

31 Biaya variabel merupakan biaya yang jumlah totalnya berubah seiring dengan perubahan volume kegiatan. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. (b) Biaya semivariabel (semivariable cost) Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semivariabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel. Menurut Madiasmo (1994), biaya adalah penggunaan sumber-sumber ekonomi yang diukur dengan satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan terjadi untuk objek atau tujuan tertentu Penetapan Harga Harga merupakan alat persaingan yang penting dan masih dipercaya konsumen sebagai petunjuk kualitas produk. Secara singkat dapat dikatakan bahwa harga adalah jumlah uang yang diterima untuk barang dan jasa tertentu, sedangkan secara luas dapat pula dikatakan bahwa harga adalah jumlah nilai yang dipertukarkan para konsumen untuk mencapai manfaat penggunaan barang-barang atau jasa-jasa (Winardi, 1992). Harga adalah satu-satunya unsur dalam bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan penjualan. Unsur-unsur lainnya jelas mengakibatkan keluarnya biaya. Sungguhpun demikian masih banyak perusahaan yang tidak menggarap masalah harga jual dengan baik. Kesalahan-kesalahan yang umumnya terjadi ialah : penetapan harga sangat mengarah pada biaya; harga jual kurang sering ditinjau padahal pasar selalu berubah; harga jual ditentukan secara

32 tersendiri, lepas dari bauran pemasaran dan bukannya merupakan satu unsur yang terpadu dalam strategi penempatan pasar; harga jual kurang bervariasi bagi jenis produk dan segmen pasar yang berlainan (Kotler,1994). Masalah penetapan harga mencakup segala usaha-usaha mencocokkan biaya dan volume penjualan dengan barang yang tersedia dibayar oleh pembeli sedemikian rupa sehingga mampu memberikan nafkah bagi pemilik usaha, menyediakan lapangan kerja yang layak bagi karyawan dan memberikan laba bagi pembiayaan usaha dimasa depan, dan dalam unit usaha yang besar. Serta membayar deviden bagi para pemegang saham (Lewis,1994). Harga suatu barang lebih ditentukan oleh pandangan orang mengenai nilai barang. Jadi tidak serta merta terkait secara langsung dengan biaya pembuatan barang tersebut. Hal ini menyebabkan mengapa gagasan yang baik cenderung tidak komersil karena biaya pembuatan dan pemasarannya melampaui kesediaan orang untuk membayar biaya pembuatan suatu barang ataupun pengadaan suatu barang atau jasa harus benar-benar dihitung secara cermat dan diperbandingkan dengan harga pasar sedemikian rupa sehingga kita dapat memperkirakan rentabilitasnya (Lewis,1994). Menurut Kotler (1994), perusahaan harus mempertimbangkan banyak faktor dalam membuat kebijakan atas penetapan harga jual. Enam langkah untuk menetapkan harga jual tersebut adalah: 1. Menentukan tujuan harga Lima tujuan usaha yang utama yang dapat diraih oleh perusahaan melalui harga adalah bertahan hidup (survival), maksimalisasi laba jangka pendek,

33 maksimisasi pertumbuhan penjualan, unggul dalam pasar dan unggul dalam mutu produk. 2. Menentukan permintaan Setiap harga yang ditetapkan perusahaan akan menarik sejumlah permintaan yang berlainan. Hubungan antara harga jual dengan apa yang disebut dengan kurva permintaan (demand Schedule). Kurva permintaan ini menggambarkan jumlah produk yang akan dibeli di pasar dalam periode tertentu pada berbagai tingkat harga. Hubungan antara permintaan dan harga jual biasanya berbanding terbalik, yaitu makin tinggi harga, semakin sedikit jumlah permintaan dan demikian sebaliknya. 3. Seluruh biaya yang telah dikeluarkan perusahaan akan menjadi batas harga jual terendah. Perusahaan atau penjual harga tertentu saja menginginkan harga yang mampu menutup seluruh biaya produksi, distribusi, biaya penjualan, serta sejumlah keuntungan yang memadai bagi segala usaha dan resiko yang dihadapinya. 4. Harga jual yang dipasang oleh para pesaing serta kemungkinan reaksi-reaksi yang timbul akan ikut menentukan strategi harga jual yang ditempuh perusahaan. Perusahan dapat memanfaatkan tingkat harga jual serta tawaran pesaing sebagai titik orientasi strategi harga jual tersendiri. 5. Pemilihan metode penetapan harga Dalam memecahkan masalah penetapan harga, banyak perusahaan memilih metode penetapan harga yang melibatkan satu atau lebih dari ketiga pertimbangan mengenai biaya-biaya produk, harga jual pesaing dan harga jual barang substitusi serta ciri-ciri produk yang khas.

34 6. Menyeleksi harga akhir Tujuan dari berbagai metode penetapan harga di atas adalah mempersempit skala harga yang berikutnya akan mempermudah dalam pemilihan. Dalam menentukan harga akhir perusahaan harus melihat pertimbangan seperti faktor psikologi, pengaruh unsur-unsur bauran pemasaran lainnya terhadap harga, kebijakan perusahaan dalam harga jual dan dampak harga pada pihak-pihak lain. Dengan mempertimbangkan enam faktor diatas maka pihak perusahaan dapat dengan tepat dalam mengambil kebijakan dalam menentukan harga jual produknya, sehingga dengan harga tersebut dapat memberikan keuntungan serta dapat diterima konsumen sebagi harga yang sesuai Harga Pokok dan Fungsinya Harga pokok menurut Mulyadi (1993) adalah pengorbanan sumber ekonomi untuk mengubah aktiva (berupa persediaan bahan baku) menjadi aktiva lain (berupa persediaan produk jadi). Sedangkan menurut Adikoesoema (1986) dalam Osa (2002), harga pokok adalah gambaran kuantitatif dari pengorbanan (yang bertujuan) yang harus dikeluarkan oleh produsen pada penukaran barang/jasa yang ditawarkan di pasar, jadi prinsipnya bahwa harga pokok adalah merupakan nilai dari pengorbanan-pengorbanan yang seharusnya dilakukan oleh produsen untuk sesuatu barang atau jasa hasil produksi. Menurut Mulyadi (1999), tujuan utama dari perhitungan harga pokok produk yaitu : 1. Sebagai dasar untuk menetapkan harga di pasar penjualan produk.

35 2. Untuk menetapkan beda laba yang akan didapatkan dalam pertukaran. 3. Sebagai alat untuk menilai efisiensi dari suatu proses produksi. 4. Membuat keputusan menerima atau menolak pesanan. Berdasarkan pendapat di atas tentang tujuan perhitungan harga pokok tersebut maka semakin jelas betapa pentingnya penentuan harga pokok sebab dapat mengetahui apakah penukaran dari barang produksi menghasilkan laba atau tidak. Perhitungan harga pokok harus dilakukan secara teliti dan benar, karena jika terjadi kesalahan dalam perhitungan harga pokok akan menyebabkan kerugian perusahaan dalam bidang usahanya. Ada dua kemungkinan yang akan ditemui apabila perusahaan tidak teliti dalam melakukan perhitungan harga pokok yaitu: 1. Harga pokok yang diperhitungkan terlalu rendah Perhitungan harga pokok yang terlalu rendah akan menyebabkan harga yang ditawarkan oleh perusahaan di pasar juga terlalu rendah, sehingga perusahaan akan mengalami kerugian karena pendapatan yang diperoleh dari barang yang ditawarkan tidak dapat menutupi biaya-biaya yang dikorbankan untuk memproduksi barang tersebut. 2. Harga pokok yang diperhitungkan terlalu tinggi Perhitungan harga pokok yang terlalu tinggi menyebabkan harga produk yang ditawarkan terlalu tinggi, sehingga perusahaan akan mengalami kesulitan dalam memasarkan hasil peroduksinya dengan persaingan dengan perusahaan lain yang memproduksi produk yang sama.

36 2.5. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi Sebelum mengkalkulasikan biaya-biaya ke dalam harga pokok produksi, perlu diketahui dan ditetapkan terlebih dahulu metode perhitungan harga pokok yang akan digunakan. Menurut Garrison (1997), ada dua sistem dalam penentuan harga pokok yang timbul dalam menanggapi variasi proses produksi yang akan dijalankan, yaitu : 1. Penetapan harga pokok proses (Process Costing) Digunakan dalam situasi yang hanya melibatkan satu produk tunggal yang dibuat dalam satu jangka waktu yang lama secara sekaligus. Pendekatan dasar penentuan harga pokonya adalah mengumpulkan biaya dalam suatu operasi atau departemen tertentu selama suatu periode penuh (bulan, kwartal, tahun). Selanjutnya membagi biaya total tersebut dengan jumlah satuan yang diproduksi selama periode yang bersangkutan. 2. Penetapan harga pokok pesanan (Job Order Costing) Digunakan pada situasi produksi yang menghasilkan berbagai produk yang berbeda, pesanan berbeda atau kump ulan produksi yang berbeda setiap periode. Madiasmo (1994) mengidentifikasikan perbedaan antara penetapan harga pokok proses dan penetapan harga pokok pesanan dapat dilihat pada Tabel 4.

37 Tabel 4. Perbedaan Penetapan Harga Pokok Proses dan Harga Pokok Pesanan Penetapan harga pokok proses Penetapan harga pokok pesanan 1. Harga pokok produk dihitung berdasarkan periode tertentu. 2. Harga pokok produksi ditentukan pada akhir periode tertentu. 3. Harga pokok per unit produk dihitung dengan cara membagi harga pokok produksi selesaiu periode dengan jumlah unit produk selesai dalam periode yang bersangkutan. Sumber : Madismo (1994) 1. Harga pokok produk dihitung berdasarkan setiap produk pesanan. 2. Penentuan harga pokok setiap produk pesanan dilakukan setelah produk tersebut selesai dikerjakan. 3. Harga pokok per unit produk pesanan dihitung dengan cara membagi harga pokok produk pesanan dengan jumlah unit produk pesanan yang bersangkutan. Menurut Horngren dalam Osa (2002), metode perhitungan harga pokok terdiri dari dua metode, yaitu : 1. Volume Based Costing System Metode ini adalah suatu sistem dimana pola konsumsi input, jumlah overhead serta overhead per unit produk dialokasin pada masing-masing produk berdasarkan volume atau unit. Alokasi ini kurang mencerminkan biaya aktivitas penanganan produk yang sesungguhnya walaupun mudah untuk diterapkan. Hal ini, mengakibatkan penentuan harga pokok menjadi kurang tepat dalam arti produk dalam jumlah besar dialokasikan biayanya terlalu besar, begitu juga sebaliknya. 2. Activity Based Costing System Semua metode yang menelusuri biaya atas dasar aktivitas dan kemudian ke produknya. Metode ini sangat cocok untuk perusahaan yang menghasilkan macam-macam produk. Alokasi ini berhubungan dengan konsumsi aktivitas dan penanganan produk yang sesungguhnya. Konsep ini mendorong

38 identifikasi aktivitas yang bernilai tambah, sehingga yang tidak bernilai tambah dapat dieliminasi. 2.6 Pengertian Activity Based Costing System (ABC) Activity Based Costing merupakan data yang harus digunakan secara efektif dan kreatif, sebab kalau tidak suatu proyek ABC hanyalah sesuatu yang membuang waktu saja. ABC merupakan bagian dari manajemen perusahaan yang juga merupakan alat yang dapat membentuk timbulnya usaha-usaha perbaikan yang berkesinabungan dan untuk pengambilan keputusan. ABC menyajikan informasi manajerial dalam bentuk angka-angka keuangan kepada manajer non keuangan secara lebih baik dibandingkan dengan yang biasa disampaikan melalui akuntansi biaya tradisional, karena ABC benar-benar mencerminkan kegiatan yang dilakukan oleh kerja mesin dan peralatan. Para ahli manajemen biaya memberikan defenisi ABC sebagai berikut dalam Osa (2002) : 1. Motse, Davis dan Hargraves dalam bukunya Manajemen Accounting (1991), mendefinisikan ABC sebagai : Pengalokasian dan pengalokasian kembali biaya ke objek biaya dengan dasar aktivitas yang menyebabkan biaya. ABC berdasar premis atau dasar pemikiran bahwa aktivitas menyebabkan biaya dan biaya aktivitas harus dialokasikan ke objek biaya dengan dasar aktivitas biaya tersebut dikonsumsi. ABC menelusuri biaya ke produk dengan dasar aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk tersebut.

39 2. Hansen dan Mowen Dalam bukunya Manajemen Accounting (1992) halaman 244 mendefinisikan ABC sebagai berikut : Suatu system kalkulasi biaya yang pertama kali ditelusuri biaya ke aktivitas dan kemudian ke produk. 3. Anderson dan Sollenberger dalam bukunya Managerial Accounting (1992) halaman 97 mendefenisikan ABC sebagai berikut : Suatu sistem akuntansi yang memfokus pada suatu aktivitas yang dilakukan untuk memproduksi produk. Aktivitas menjadi titik akumulasi biaya fundamental. Biaya ditelusuri ke aktivitas, dan aktivitas ditelusuri ke produk berdasarkan pemakaian aktivitas dari setiap produk. Sumberdaya Aktivitas Produk Gambar 1. Hubungan Alokasi Biaya ke Produk dalam Sistem ABC 4. Heitger, Ogan dan Matulich dalam bukunya Cost Accounting (1992) halaman 18 mendefisikan Activity Based Costing sebagai : Proses mengidentifikasi sumber biaya atau penyebab biaya dalam memanufakturing atau aktivitas usaha lain. Sumber biaya ini dinamakan pemacu atau penyebab biaya digunakan sebagai dasar untuk mengidentifikasi atau mengalokasi biaya ke aktivitas dan akhirnya ke produk yang mengkonsumsi aktivitas. Kemampuan perusahaan mengelola kegiatan dipengaruhi oleh ketersediaan informasi biaya yang mencerminkan konsumsi sumberdaya dalam berbagai aktivitas. sistem ABC dikenal empat kelompok aktivitas, yaitu :

40 1. Unit Level Activities adalah kegiatan untuk membuat unit produk dimana biaya yang terjadi dibebankan kepada produk berdasarkan jumlah unit produk yang dihasilkan, contohnya : perolehan bahan, menjalankan mesin, kegiatan inpeksi, tenaga kerja supervisor. 2. Product Sustaining Aktivities meliputi kegiatan untuk mengembangkan produk atau mempertahankan produk agar tetap dipasarkan, meliputi : desain produk, informasi rutin, dan bagian administrasi. 3. Batch Related Activities adalah kegiatan yang berlangsung untuk mendukung proses produksi sekelompok produk, meliputi : set-up mesin, pemenuhan pesanan, dan penanganan bahan. 4. Facility Sustaining Activities adalah kegiatan yang berlangsung untuk mempertahankan kapasitas normal pabrik, yaitu : keamanan, asuransi, pengaturan fasilitas, kebersihan dan penyediaan tenaga listrik Sistem Penentuan Tarif Penentuan tarif dilakukan untuk menetapkan harga pokok produk sebelum produk tersebut diproduksi., selain itu juga untuk melakukan evaluasi terhadap proses produksi yang telah dilakukan untuk sejumlah produk tertentu. Menurut Mulyadi, (1999) penentuan tarif biaya tidak langsung produksi dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu : 1. Menyusun anggaran biaya tidak langsung Penyusunan anggaran biaya tidak langsung harus memperhatikan tingkat kapasitas kegiatan yang akan dipakai sebagai dasar pembebanan biaya

41 produksi tidak langsung. Ada tiga macam kapasitas yang dipakai sebagai dasar pembuatan anggaran biaya produksi tidak langsung, yaitu : a. Kapasitas praktis, yaitu kapasitas teoritis dikurangi dengan kerugiankerugian waktu yang tidak dapat dihindari karena hambatan-hambatan internal perusahaan, kapasitas teoritis (theoritis capacity), yaitu kapasitas pabrik atau departemen untuk menghasilkan produk pada kecepatan penuh tanpa berhenti selama jangka waktu tertentu. b. Kapasitas Normal (normal capacity), adalah kemampuan perusahaan untuk memproduksi dan menjual produknya dalam jangka panjang dengan memperhitungkan pula kecenderungan penjualan dalam jangka panjang (faktor eksternal). c. Kapasitas sesungguhnya yang diharapkan (expected actual capacity), yaitu kapasitas yang sesungguhnya diperkirakan akan dicapai dalam tahun (periode) yang akan datang. Jika anggaran produksi tidak langsung didasarkan pada kapasitas sesungguhnya yang diharapkan maka ramalan penjualan tahun yang akan datang dipakai sebagai dasar penentuan kapasitas. Dimensi ini merupakan pendekatan jangka pendek, jika anggaran tersebut didasarkan pada aktivitas praktis maka titik berat didasarkan pada kapasitas fisik dengan memperhatikan anggaran internal, sedangkan jika digunakan kapasitas normal maka dipertimbangkan baik faktor internal maupun faktor eksternal perusahaan. Dimensi ini merupakan jangka panjang dengan memasukkan permintaan dan penawaran dalam menentukan kapasitas produksi.

42 2. Memilih dasar pembebanan biaya produksi tidak langsung kepada produk. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih dasar pembebanan yang dipakai adalah : a. Harus diperhatikan jenis biaya produksi tidak langsung yang dominan jumlahnya dalam departemen produksi. b. Harus diperhatikan sifat-sifat biaya produksi tidak langsung yang dominan tersebut dan eratnya hubungan sifat-sifat tersebut dengan dasar pembebanan yang akan dipakai. Dasar pembebanan yang dipakai yaitu : Unit yang diproduksi, jam kerja langsung, jam peralatan mesin, luas bangunan, dan lain-lain. c. Menghitung tarif biaya produksi tidak langsung Perbedaan antara Sistem ABC dengan Sistem Kalkulasi Biaya Tradisional Menurut Tunggal (1995), sistem ABC dengan sistem tradisional mempunyai perbedaan sebagai berikut : 1. ABC membagi konsumsi overhead ke dalam empat kategori : unit, batch, produk dan penopang fasilitas. Sitem tradisional membagi biaya overhead kedalam unit. Sebagai akibatnya ABC mengkalkulasikan konsumsi sumberdaya, tidak semata-mata pengeluaran operasional, sehingga ABC lebih berguna untuk pengambilan keputusan bagi manajemen. 2. ABC menggunakan aktivitas-aktivitas sebagai pemacu untuk menetapkan berapa besar setiap overhead tidak langsung dari setiap produk

ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI PEPAYA (Carica papaya) DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PT. CIPTA DAYA AGRI JAYA DI BOGOR JAWA BARAT

ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI PEPAYA (Carica papaya) DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PT. CIPTA DAYA AGRI JAYA DI BOGOR JAWA BARAT ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI PEPAYA (Carica papaya) DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PT. CIPTA DAYA AGRI JAYA DI BOGOR JAWA BARAT OLEH : EDWIN HAPOSAN A14102671 POGRAM EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim tropis, berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan, terutama buah-buahan tropika.

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dikenal berkembang luas di Indonesia, merupakan tanaman monodioecious

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dikenal berkembang luas di Indonesia, merupakan tanaman monodioecious II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pepaya Pepaya (Carica papaya L.), salah satu buah introduksi yang telah lama dikenal berkembang luas di Indonesia, merupakan tanaman monodioecious (berumah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya salah satu bagian atau unsur dari harga pokok dan juga unsur yang paling pokok dalam akuntansi biaya, untuk itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskanberdasarkanlatarbelakangdanrumusanmasalah, Indonesia mempunyai banyak wilayah yang dapat dijadikan sebagai lahan

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskanberdasarkanlatarbelakangdanrumusanmasalah, Indonesia mempunyai banyak wilayah yang dapat dijadikan sebagai lahan 1 BAB I PENDAHULUAN Padababiniakandibahasmengenaipendahuluan merupakanbagianawaldarisuatupenelitian. pendahuluaniniterdiridarilatarbelakangmasalah yang Bab yang menjelaskantimbulnyaalasan-alasanmasalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang Pepaya merupakan salah satu komoditi buah penting dalam perekonomian Indonesia. Produksi buah pepaya nasional pada tahun 2006 mencapai 9.76% dari total produksi buah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 2.1.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, dan 3 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memegang

I. PENDAHULUAN. Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memegang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memegang peranan penting bagi pembangunan pertanian di Indonesia. Fungsi buah-buahan sangat penting bagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama halnya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, akuntansi pajak, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Biaya Setiap perusahaan yang berorientasi pada peningkatan pendapatan akan selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tren produksi buah-buahan semakin meningkat setiap tahunnya, hal ini disebabkan terjadinya kenaikan jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Perkembangan tersebut tampak pada

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis, oleh karena itu Indonesia memiliki keanekaragaman buah-buahan tropis. Banyak buah yang dapat tumbuh di Indonesia namun tidak dapat tumbuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Ada beberapa pengertian biaya yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya: Daljono (2011: 13) mendefinisikan Biaya adalah suatu pengorbanan sumber

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki potensi yang besar dalam menghasilkan produksi pertanian. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang mampu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau lebih popular dengan singkatan UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya merupakan salah satu pengeluaran yang pasti dalam suatu perusahaan, oleh karenanya, biaya sangat diperlukan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya menyediakan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi suatu perusahaan. Akuntansi biaya mengukur

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman buah dari famili caricaceae yang berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat. Tanaman pepaya banyak ditanam baik di daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi keuangan yang membahas mengenai penentuan harga pokok produk. Akuntansi biaya secara khusus berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya 2.2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi sebagai salah satu ilmu terapan mempunyai dua tipe, yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Salah satu yang

Lebih terperinci

ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DAN ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM)

ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DAN ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM) ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DAN ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM) A. Pengertian Activity Based Costing ( ABC ) Sebelum mengetahui apa itu yang dimaksud dengan Activity Based Costing (ABC), telebih dahulu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya mengukur dan melaporkan setiap informasi keuangan dan non keuangan yang terkait dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi di dalam

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi di dalam BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Biaya 1. Pengertian Biaya Dalam penerapan activity based costing, pemahaman konsep dan klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Manajemen. Pengertian akuntansi manajemen menurut Horngren (2000) adalah proses

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Manajemen. Pengertian akuntansi manajemen menurut Horngren (2000) adalah proses 19 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Akuntansi Manajemen 1. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Manajemen Pengertian akuntansi manajemen menurut Horngren (2000) adalah proses identifikasi, pengukuran,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. proses produksinya. Minyak goreng digunakan sebagai media pengering serta

TINJAUAN PUSTAKA. proses produksinya. Minyak goreng digunakan sebagai media pengering serta II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keripik Salak dan Keripik Nangka 2.1.1 Keripik Salak Keripik salak adalah salah satu jenis makanan ringan yang menggunakan bahan baku dari buah salak asli tanpa ada penambahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Menurut Hansen dan Mowen (2011:47) Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi

Lebih terperinci

BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING

BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING II.1. Harga Jual Penentuan harga jual suatu produk atau jasa merupakan salah satu keputusan penting manajemen karena harga yang ditetapkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produk hortikultura memiliki peranan penting bagi pembangunan pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Produk hortikultura memiliki peranan penting bagi pembangunan pertanian yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produk hortikultura memiliki peranan penting bagi pembangunan pertanian yang meliputi buah-buahan dan sayuran. Buah-buahan berfungsi penting dalam proses metabolisme tubuh

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg) I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki potensi yang besar dalam menghasilkan produksi pertanian. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN menunjukkan bahwa masih rendahnya kepercayaan atau loyalitas konsumen

I. PENDAHULUAN menunjukkan bahwa masih rendahnya kepercayaan atau loyalitas konsumen I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin maraknya buah-buahan impor masuk ke pasar dalam negeri menunjukkan bahwa masih rendahnya kepercayaan atau loyalitas konsumen terhadap kualitas buah-buahan lokal.

Lebih terperinci

TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA

TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA - Jurusan Teknik Industri TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA Teknik Industri Lesson 1 RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER Mata Kuliah : Kode : TID 4019 Semester : 3 Beban Studi : 3 SKS Capaian Pembelajaran (CPL): 1. Menguasai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlebih keuntungan dalam sektor pertanian. Sektor pertanian terutama

BAB I PENDAHULUAN. terlebih keuntungan dalam sektor pertanian. Sektor pertanian terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki iklim tropis yang banyak memberikan keuntungan, terlebih keuntungan dalam sektor pertanian. Sektor pertanian terutama hortikultura seperti buah-buahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buahan juga bersifat spesifik lokasi, responsif terhadap teknologi maju, produk

BAB I PENDAHULUAN. buahan juga bersifat spesifik lokasi, responsif terhadap teknologi maju, produk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditi buah buahan mempunyai keragaman dalam jenisnya serta memiliki nilai ekonomi yang tinggi dibandingkan dengan tanaman pangan. Selain itu, buah buahan juga bersifat

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. telah mengembangkan konsep biaya menurut kebutuhan mereka masing-masing. akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.

BAB III PEMBAHASAN. telah mengembangkan konsep biaya menurut kebutuhan mereka masing-masing. akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya 1. Pengertian Biaya Dalam menjalankan suatu perusahaan diperlukan keputusan yang tepat dan akurat terhadap konsep biaya yang ada. Ada beberapa

Lebih terperinci

Bab 1. Konsep Biaya dan Sistem Informasi Akuntansi Biaya Hubungan Akuntansi Biaya dengan Akuntansi Keuangan

Bab 1. Konsep Biaya dan Sistem Informasi Akuntansi Biaya Hubungan Akuntansi Biaya dengan Akuntansi Keuangan Bab 1 Konsep Biaya dan Sistem Informasi Akuntansi Biaya 1.1 Pengertian Akuntansi biaya adalah suatu bidang akuntansi yang mempelajari bagaimana mencatat, megukur dan melaporkan tentang informasi biaya

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pengertian dan Penggolongan Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya berkaitan dengan semua tipe organisasi bisnis, non-bisnis, manufaktur, eceran dan jasa. Umumnya, berbagai macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat mendukung untuk pengembangan usaha perikanan baik perikanan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat mendukung untuk pengembangan usaha perikanan baik perikanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu Negara yang memiliki kawasan perairan yang hampir 1/3 dari seluruh kawasannya, baik perairan laut maupun perairan tawar yang sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan berperan

Lebih terperinci

Perkembangan luas panen buah-buahan di Indonesia dalam. lain disebabkan terjadinya peremajaan tanaman tua yang tidak produktif

Perkembangan luas panen buah-buahan di Indonesia dalam. lain disebabkan terjadinya peremajaan tanaman tua yang tidak produktif A. LATAR BELAKANG Perkembangan luas panen buah-buahan di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini cenderung mengalami penman, yang antara lain disebabkan terjadinya peremajaan tanaman tua yang tidak

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN 2.1 Harga Pokok Produksi 1. Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A14105570 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMENAGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biaya Informasi biaya sangat bermanfaat bagi manajemen perusahaan. Diantaranya adalah untuk menghitung harga pokok produksi, membantu manajemen dalam fungsi perencanaan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi berarti peluang pasar internasional bagi produk dalam negeri dan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi berarti peluang pasar internasional bagi produk dalam negeri dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi membuat keterkaitan ekonomi nasional dengan perekonomian internasional menjadi makin erat. Dalam skala nasional, globalisasi berarti peluang pasar internasional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Harga Pokok Produk. rupa sehingga memungkinkan untuk : a. Penentuan harga pokok produk secara teliti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Harga Pokok Produk. rupa sehingga memungkinkan untuk : a. Penentuan harga pokok produk secara teliti BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Harga Pokok Produk 1. Pengertian Harga Pokok Produk Tujuan akuntansi biaya adalah untuk menyediakan informasi biaya untuk kepentingan manajemen guna membantu

Lebih terperinci

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen.akuntansi biaya bukan merupakan tipe akuntansi tersendiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya salah satu bagian atau unsure dari harga dan juga unsur yang paling pokok dalam akuntansi biaya, untuk itu perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan produk. Sistem akuntansi biaya tradisional yang selama ini

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan produk. Sistem akuntansi biaya tradisional yang selama ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan perubahan dunia bisnis, telah menciptakan kebutuhan akan pendekatan strategi manajemen yang baru, serta dapat memberikan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari pemerintah karena memiliki peranan yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi jangka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini, penulis akan menguraikan teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli yang akan digunakan sebagai landasan dalam menganalisa permasalahan yang ada diperusahaan PT

Lebih terperinci

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU MENTE (Anacardium Occidentale L.) (Kasus di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur ) Oleh : Apollonaris Ratu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya memiliki peranan penting bagi manajemen perusahaan agar dapat memiliki perusahaan dalam

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan. Pengembangan hortikuktura diharapkan mampu menambah pangsa pasar serta berdaya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Biaya Penentuan biaya selalu menjadi fokus utama bagi para manajer karena melalui pembebanan biaya bagi setiap item (produk maupun jasa) yang dihasilkan membantu para manajer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan domestik harus mempersiapkan secara matang kinerja dan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan domestik harus mempersiapkan secara matang kinerja dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era perdagangan bebas setiap perusahaan bersaing tidak hanya pada perusahaan domestik saja, tetapi juga pada perusahaan internasional. Oleh karena

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN EKSPOR BUAH-BUAHAN PADA PT. AGROINDO USAHA JAYA. Oleh : YAYAN MUHAMAD AHYANI A

STRATEGI PEMASARAN EKSPOR BUAH-BUAHAN PADA PT. AGROINDO USAHA JAYA. Oleh : YAYAN MUHAMAD AHYANI A STRATEGI PEMASARAN EKSPOR BUAH-BUAHAN PADA PT. AGROINDO USAHA JAYA Oleh : YAYAN MUHAMAD AHYANI A 14104631 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan dunia bisnis menuju era pasar bebas, membuat perusahaan lebih berhati-hati dalam menetapkan kebijakan-kebijakan terutama dalam memasarkan produknya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Harga Pokok Produksi 2.1.1 Pengertian harga pokok produksi Harga pokok produksi adalah harga pokok produk yang sudah selesai dan ditransfer ke produk dalam proses pada periode

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah dan kondisi alam yang subur untuk pertanian. Sebagai negara tropis, Indonesia mempunyai

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama hal nya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, akuntansi pajak, dan sebagainya.

Lebih terperinci

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan Juli 1997 mempunyai dampak yang besar terhadap perekonomian negara. Sektor pertanian di lndonesia dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Biaya Menjalankan suatu usaha membutuhkan biaya yang harus dikeluarkan agar perusahaan mampu terus berkualitas. Biaya sendiri merupakan hal yang sangat penting dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Pada dasarnya informasi dari suatu perusahaan terutama informasi keuangan dibutuhkan oleh berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan, baik pihak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Ada beberapa penafsiran mengenai pengertian Akuntansi Biaya seperti yang dikemukakan oleh : Menurut Mulyadi (2005:7) dalam bukunya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang terkenal dengan sebutan negara agraris,

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang terkenal dengan sebutan negara agraris, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang terkenal dengan sebutan negara agraris, sehingga pemerintah memprioritaskan pembangunan bidang ekonomi yang menitikberatkan pada sektor pertanian.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi masyarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat (Sugiarti, 2003).

Lebih terperinci

Pengaruh Biaya Produksi Terhadap Penjualan Dan Laba Operasi Pada Perusahaan Manufaktur

Pengaruh Biaya Produksi Terhadap Penjualan Dan Laba Operasi Pada Perusahaan Manufaktur Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Thesis of Accounting http://repository.ekuitas.ac.id Financial Accounting 2015-12-21 Pengaruh Biaya Produksi Terhadap Penjualan Dan Laba Operasi Pada Perusahaan

Lebih terperinci

Penentuan Biaya Overhead Produk Teh Hijau Menggunakan Metode Activity Based Costing

Penentuan Biaya Overhead Produk Teh Hijau Menggunakan Metode Activity Based Costing Jurnal Teknik Industri, Vol.1, No.4, Desember 2013, pp.278-283 ISSN 2302-495X Penentuan Biaya Overhead Produk Teh Hijau Menggunakan Metode Activity Based Costing Masitoh 1, Hadi Setiawan 2, Sirajuddin

Lebih terperinci

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI DAN INDUSTRI KECIL MENENGAH

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI DAN INDUSTRI KECIL MENENGAH BAB II HARGA POKOK PRODUKSI DAN INDUSTRI KECIL MENENGAH 3.1 Biaya 3.1.1 Pengertian Biaya Biaya memiliki dua pengertian baik pengertian secara luas dan pengertian secara sempit. Dalam arti luas, biaya adalah

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A14104024 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS 6 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian dan Penggolongan Biaya Menurut Mulyadi (2011:8) Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Akuntani Biaya 1. Pengertian biaya Biaya merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam proses produksi dalam satu perusahaan manufaktur. Terdapat

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PISANG INDONESIA SKRIPSI. Oleh : DEVI KUNTARI NPM :

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PISANG INDONESIA SKRIPSI. Oleh : DEVI KUNTARI NPM : ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PISANG INDONESIA SKRIPSI Oleh : DEVI KUNTARI NPM : 0824010021 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JATIM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha. Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha. Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah 2.1.1. Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah bahwa

Lebih terperinci

Penentuan Biaya Overhead Produk Teh Hijau Menggunakan Metode Activity Based Costing (ABC)

Penentuan Biaya Overhead Produk Teh Hijau Menggunakan Metode Activity Based Costing (ABC) Penentuan Biaya Overhead Produk Teh Hijau Menggunakan Metode Activity Based Costing (ABC) Masitoh 1, Hadi Setiawan 2, Sirajuddin 3 Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa masitoh_12ipa3@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENELITIAN TERDAHULU Telah ada beberapa penelitian-penelitian terdahulu mengenai penetapan harga pokok produk dengan metode biaya yang mempunyai kaitan dengan penelitian ini.

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. membantu perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi ekonomi global menuntut perusahaan menata manajemennya, mengingat ketatnya persaingan dan segala bentuk perubahan yang tidak dapat diprediksi sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan bagian akuntansi yang mencatat berbagai macam biaya, mengelompokkan, mengalokasikannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah) 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Sektor pertanian adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai keanekaragaman sumberdaya hayati yang berlimpah. Terdapat banyak sekali potensi alam yang dimiliki oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya memberikan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai agroekologi dataran rendah sampai dataran tinggi yang hampir semua dapat menghasilkan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai agroekologi dataran rendah sampai dataran tinggi yang hampir semua dapat menghasilkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai agroekologi dataran rendah sampai dataran tinggi yang hampir semua dapat menghasilkan buah-buahan. Indonesia menghasilkan banyak jenis buah-buahan.

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN ASPARAGUS (Asparagus officinalis L.) OLEH MUTIARA HANUM A

PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN ASPARAGUS (Asparagus officinalis L.) OLEH MUTIARA HANUM A PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN ASPARAGUS (Asparagus officinalis L.) OLEH MUTIARA HANUM A24050822 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era perdagangan bebas setiap perusahaan bersaing tidak hanya pada perusahaan domestik saja, tetapi juga pada perusahaan internasional. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang cukup berperan dalam menentukan daya saing

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang cukup berperan dalam menentukan daya saing -1- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu aspek yang cukup berperan dalam menentukan daya saing perusahaan adalah penentuan harga jual produk yang ditawarkan. Perusahaan yang dapat

Lebih terperinci

Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Metode Full Costing Sebagai Dasar Penentuan Harga Jual Produksi Tahu Pas (Putra H.

Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Metode Full Costing Sebagai Dasar Penentuan Harga Jual Produksi Tahu Pas (Putra H. Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Accounting 2017-01-07 Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Metode

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Manajemen Pihak pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangat memerlukan informasi akuntansi, untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Tinjauan Umum Akuntansi Biaya Akuntansi dalam suatu organisasi atau perusahaan dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu akuntansi keuangan (financial accounting) dan akuntansi manajemen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis. Tanah yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis. Tanah yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis. Tanah yang dimiliki mampu ditanami berbagai macam jenis tanaman holtikultura. Bahan pencukup kebutuhan manusia yang

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING. I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING. I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR 2014 1 PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia akan terlindas oleh era globalisasi dan perdagangan bebas.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia akan terlindas oleh era globalisasi dan perdagangan bebas. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia agribisnis di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia umumnya merupakan suatu sistem pertanian rakyat dan hanya sedikit saja yang berupa sistem perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya memasukkan bagian-bagian akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan tentang bagaimana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Manajemen Akuntansi dapat dipandang dari dua tipe akuntansi yang ada yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Sebagai salah satu tipe informasi akuntansi manajemen

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. ekonomi, dan pihak lainnya yang telah dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan

BAB III PEMBAHASAN. ekonomi, dan pihak lainnya yang telah dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya 1. Pengertian Biaya Dalam menjalankan suatu perusahaan, pengambilan keputusan yang tepat dan akurat memerlukan pemahaman tentang konsep biaya

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Biaya dan Beban Salah satu data penting yang diperlukan oleh perusahaan dalam menentukan harga pokok adalah biaya. Biaya mengandung dua pengertian, yaitu dalam beban

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Pembiayaan Sistem pembiayaan (costing system) secara umum terbagi menjadi dua tipe, yaitu sistem akuntansi biaya konvensional. Sistem akuntansi biaya konvensional menggunakan

Lebih terperinci

Oleh : THOMSON BERUTU A

Oleh : THOMSON BERUTU A ANALISIS MANAJEMEN STRATEGI GIANT (PT. HERO SUPERMARKET, Tbk.) DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN RITEL DI KOTA BOGOR (Studi Kasus di Giant PT. Hero Supermarket, Tbk. Botani Square) Oleh : THOMSON BERUTU A 14105616

Lebih terperinci

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TUNJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Menurut Bastian (2006:137) Biaya adalah suatu bentuk pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan entitas.

Lebih terperinci