BAB IV ANALISIS TERHADAP PENDAPAT IBN TAIMIYAH TENTANG JUMLAH MASA IDDAH BAGI WANITA YANG KHULUK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS TERHADAP PENDAPAT IBN TAIMIYAH TENTANG JUMLAH MASA IDDAH BAGI WANITA YANG KHULUK"

Transkripsi

1 61 BAB IV ANALISIS TERHADAP PENDAPAT IBN TAIMIYAH TENTANG JUMLAH MASA IDDAH BAGI WANITA YANG KHULUK Sebagaimana penulis sampaikan pada bab II, bahwa konsep perceraian dalam Islam dimaksudkan untuk memberi kemaslahatan bagi orang yang bercerai. Hanya saja konsep tersebut dipahami sebagai hubungan atau transaksi yang berimbas pada bentuk "merugikan dan dirugikan". Ini dapat dilihat dari terminologi yang ditawarkan oleh ahli fiqih yaitu terminologi suami diartikan sebagai kekuasaan atau kewenangan yang dapat dipaksakan, lebih-lebih lagi ketika membicarakan perceraian antara suami isteri yang pada dasarnya memang karena kesalahan suami. Oleh karena itu dalam Islam isteri diberikan hak untuk dapat bercerai dari suami, yaitu dengan jalan khuluk. Disini penulis ingin mencoba mengungkapkan pendapat Ibn Taimiyah tentang masa iddah bagi wanita yang khuluk. Di dalam pendapat Ibn Taimiyah masa iddah wanita yang khuluk adalah satu kali haid, pendapat ini bertentangan dengan pendapat para ulama yang menyatakan bahwa wanita yang khuluk masa iddahnya adalah tiga kali suci. Karena jumhur ulama menyamakan hukum khuluk dengan talak ba'in.

2 62 A. Analisis Terhadap Pendapat Ibn Taimiyah Tentang Jumlah Masa Iddah Bagi Wanita Yang Khuluk Islam adalah agama yang sempurna, mengatur segala aspek kehidupan manusia, baik ibadah, muamalah (ekonomi, sosial, budaya, perdata), jinayat (hukum pidana), siyasah (politik), kewarganegaraan dan seperti yang penulis bahas yakni munakahat. Dan semua itu Islam memberikan legalitas, kritik dan penyempurnaan hingga terbentuk suatu tatanan yang harmonis dan juga menciptakan tatanan sosial yang baru lebih mencerminkan bahwa Islam adalah Rahmatan lil alamin. Terhadap berbagai problem yang terjadi ditengah-tengah masyarakat kebanyakan al-quran tidak memberikan suatu solusi yang rinci. Aturan dan hukum-hukum yang tercantum dalam al-qur'an dirasa masih global. Sehingga para ulama masih merasa perlu untuk merinci hal yang global atau mujmal tersebut dalam bentuk ra'yi atau ijtihad mereka. Dengan demikian diharapkan hukum-hukum tersebut lebih mudah dimengerti dan diterapkan dalam kehidupan keseharian dalam masyarakat. Salah satu dari hasil ijtihad tersebut adalah pendapat Ibn Taimiyah tentang jumlah masa iddah bagi wanita yang khuluk. Dimana pendapat Ibn Taimiyah dalam kitabnya Majmu' al Fatawa" mengenai jumlah masa iddah bagi wanita yang khuluk adalah satu kali haid. Islam adalah suatu agama universal dalam setiap hukum yang diterapkan selalu adil, seperti dalam perceraian Sesuai dengan firman Allah SWT surat al-baqarah ayat 229 dan hadits Tsabit bin Qais, Islam tidak hanya

3 63 memberikan hak kepada suami untuk menceraikan isterinya, Namun dalam Islam seorang wanita pun diberikan hak untuk meminta cerai dari suaminya. Hak cerai dari pihak isteri disebut khuluk, akibat dari perceraian tersebut timbulah masa iddah (masa menunggu). Mengenai iddah bagi wanita yang khuluk ini menjadikan perdebatan yang sangat kuat dari kalangan Imam Madzhab. Hal ini disebabkan oleh pemikiran-pemikiran dan latarbelakang dalam mengambil istinbath hukum mengenai hal itu. Dari pemikiran Ibn Taimiyah dinyatakan bahwa iddah bagi wanita yang khuluk adalah satu kali haid, seperti kata beliau dalam kitabnya "Saya tidak mengetahui seseorang dari ahli ilmu dengan menukil hadits yang telah dinukil oleh sahabat bahwasanya khuluk itu adalah talak ba'in dan dihitung tiga kali sucian. Tetapi karena sudah ada hadits yang telah dinukil dari Utsman dan ahli ilmu menukil hadits dari Utsman dengan sanad yang sahih. Ibn Taimiyah berpendapat dalam kitabnya "Bahwasannya wanita yang khukuk diperintahkan untuk iddah satu kali haid dan ahli ilmu berkata tidak ada iddah bagi wanita yang khuluk". 1 Dengan berpijak pada informasi atau data-data yang telah penulis peroleh didepan, penulis melakukan analisis terhadap permasalahan yang ada. Sebelum mengkritisi apa yang disampaikan oleh Ibn Taimiyah, ada beberapa hal yang ingin penulis jelaskan. Pertama, perceraian adalah merusak hubungan perkawinan, dan oleh karenanya selalu menyakitkan. Perceraian juga menentukan kesetaraan 1 Ibn Taimiyah, Majmu Al Fatawa, Jilid 18, Beirut-Lebanon: Dar Al-Kutub Al-Ilmiah, t.th, hlm. 147

4 64 kekuasaan antara dua jenis kelamin. Siapa yang mempunyai kekuasaan untuk mengambil inisiatif cerai sangatlah fundamental terhadap masalah kesetaraan ini. Ada satu pendapat yang dipertahankan, dan ini benar adanya bahwa al- Qur an berpihak pada kelompok lemah di masyarakat, dan oleh karena itu membantu dalam memberdayakan perempuan. Lalu, kepada siapa al-qur an memberikan kekuasaan untuk cerai? Laki-laki? Atau perempuan? Atau keduanya? Atau, apakah mereka mempunyai sikap androsentrik dalam memahami dan menasirkan ayat-ayat al-qur an tentang perceraian? Kedua, benarkah khuluk adalah talak ba'in? Atau, apakah fasakh? Karena dari permasalahan tersebutlah terjadi perselisihan pendapat. Dari kalangan ulama' pada umumnya beranggapan bahwa khuluk adalah talak ba'in sehingga munculah pendapat bahwa wanita yang khuluk iddahnya adalah tiga kali suci. Jumhur fuqaha berpendapat bahwa khuluk adalah talak. Pendapat ini dikemukakan pula oleh Imam malik.imam Abu khanifah mempersamakan khuluk dengan talak dan fasakh bersama-sama. Sedang Imam Syafi'i berpendapat bahwa khuluk adalah fasakh. Pendapat ini juga dikemukakan oleh Ahmad dan Daud, dan dikemukakan pula oleh Ibn Abbas ra. Dari kalangan sahabat. 2 Diriwayatkan pula dari Imam Syafi'i bahwa khuluk adalah kata-kata sindiran (kinayah). Jadi, jika dengan kata-kata kinayah tersebut suami menghendaki talak, maka talak pun terjadi, dan jika tidak, maka menjadi 2 Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Jilid 3, Imam Ghozali Said (penerj), Jakarta: Pustaka Amani, 1995, hlm. 153

5 65 fasakh. Tetapi dalam qaul jadidnya dikatakan bahwa khuluk adalah talak. Kegunaan pemisahan tersebut adalah, apakah khuluk itu dihitung dalam bilangan talak atau tidak. Jumhur fuqaha yang berpendapat bahwa khuluk adalah talak menjadikanya sebagai talak bain. Demikian itu apabila suami dapat merujuk isterinya pada masa iddah, maka penebusannya itu tidak akan berarti lagi. Abu Tsaur berpendapat bahwa apabila khuluk tidak menggunakan kata-kata talak, maka suami tidak akan bisa merujuk isterinya. Fuqaha' yang menganggap khuluk sebagai talak mengemukakan alasan bahwa fasakh itu tidak lain merupakan perkara yang menjadikan suami sebagai pihak yang kuat dalam pemutusan ikatan perkawinan dan yang bukan berasal dari kehendaknya. Sedang khuluk ini berpangkal pada kehendak (ikhtiyar). Oleh karenanya, khuluk itu bukan fasakh. Akan halnya fuqaha yang tidak menganggap khuluk sebagai talak mengemukakan alasan bahwa dalam al-qur'an, mula-mula Allah swt. Menyebutkan tentang talak, maka firman-nya: Talak (yang dapat dirujuki) itu dua kali, kemudian Dia berfirman: Jika suami mentalaknya (sesudah talak yang kedua), maka perempuan itu tidak halal lagi baginya sehingga ia kawin dengan suami yang lain (Q.S. al-baqarah: ). 3 Jika tebusan itu adalah talak, berarti dimana isteri tidak halal lagi bagi suami kecuali sesudah ia kawin lagi dengan lelaki yang lain itu, menjadi talak yang keempat. 3 Depag RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, Semarang: CV Al-Waah, 1994, hlm.55

6 66 Tatanan struktur sosial dan budaya yang membawa perempuan terdiskriminasi diperkuat oleh pendapat ulama yang mengharuskan wanita khuluk beriddah dengan tiga kali haid. Memang ulama tidak murni harus dipersalahkan, sebab ulama mempunyai hak untuk berfatwa dan berpendapat berdasarkan pemahaman yang dimilikinya. Perlu diingat bahwa dalam memberikan fatwa atau pendapat mereka tidak lepas dari bingkai ruang dan waktu. Solusi bijak yang mungkin bisa dilakukan yaitu dengan cara merubah pola pikir bahwa perempuan juga berhak menerima hak yang sama dengan laki-laki. Salah satunya dengan khuluk yang merupakan prioritas perempuan. Dalam bab terdahulu dijelaskan mengenai ulama yang membedakan antara khuluk sebagai fasakh atau talak. Ulama yang menganggap khuluk bagian dari talak adalah mengenai pendapat Ibn Taimiyah yang menyatakan barang siapa memperhatikan pendapat bahwa iddah hanya ditetapkan sebanyak tiga kali haid, agar masa rujuk cukup lama dan suami bisa berpikir panjang serta mendapatkan kesempatan untuk rujuk selama masa iddah ini. Tetapi kalau kesempatan untuk rujuk kepada istrinya (yang pisah) tidak ada, maka maksud (peraturan) tersebut adalah untuk membersihkan rahim dari kehamilan. Dan untuk membuktikan kebersihan ini cukup dengan satu kali masa haid saja, hal ini dapat dilihat dalam karyanya Majmu Fatawa. Yang demikian ini adalah pendapat Khalifah Utsman, Abdullah bin Umar, Rubayyi binti Muawwiz dan pamannya. Pendapat ini yang diikuti oleh Ibn Abbas dan riwayat yang kuat dari Ahmad, juga pendapat Ishaq bin Rahawaih dan yang dipilih oleh Syaikhul Islam Ibn Taimiyah.

7 67 Dari pemikiran Ibn Taimiyah dinyatakan bahwasanya khuluk itu bukan talak. Seperti halnya pendapat Ibnu Abbas bahwa sistem tebus bukan suatu talak. Namun kebanyakan seseorang menyamakan dan mencampur adukkan kedua istilah itu. Berkaitan dengan pendapatnya diatas, Ibnu Abbas menguatkan argumennya pada firman Allah SWT dalam surat al-baqarah ayat bahwa Allah SWT telah menjelaskan tentang tebusan setelah talak dua kali. Dimana tebusan dalam ayat diatas termasuk sesuatu yang khusus, sedangkan yang lainya adalah bersifat umum. Oleh karena itu meskipun tebusan itu dianggap sebagai talak, maka tebusan termasuk bentuk talak yang keempat. Pendapat ini dipegangi oleh Imam Ahmad dan dikutip oleh Ibnu Abbas Dari sini penulis menganalisa bahwasanya Ibn taimiyah dalam mengemukakan pendapatnya didasarkan pada as-sunnah dan Ijma sahabat yang menyatakan perbedaan secara jelas bahwa khuluk berbeda dengan talak. Mengenai iddah khuluk ia bersandar pada Hadits serta Ijma yang menegaskan bahwa tidak ada rujuk dalam khuluk. Dan tersebut dalam sunnah dan pendapat para sahabat bahwa iddah khuluk adalah satu kali haid. Menurut nash juga khuluk boleh dilakukan setelah talak kedua kali. Dan sesudahnya, masih bisa talak kedua kalinya. Dengan ini jelas sekali bahwa khuluk bukan talak sehingga iddahnya juga berbeda. 4 B. Analisis Terhadap Istinbath Hukum Ibn Taimiyah Tentang Jumlah Masa Iddah Bagi Wanita Yang Khuluk 4 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Juz 8, Beirut-Lebanon: Dar al-fikr, t.th, hlm. 262

8 68 Ibn Taimiyah sejak kecil dikenal sebagai seorang anak yang mempunyai kecerdasan otak luar biasa, tinggi kemauan dan kemampuan dalam studi, tekun dan cermat dalam memecahkan masalah, tegas dan teguh dalam menyatakan dan mempertahankan pendapat (pendirian), ikhlas dan rajin dalam beramal shaleh, rela berkorban dan siap berjuang untuk jalan yang benar. Sumber-sumber hukum yang dipergunakan oleh Ibn Taimiyah dalam menetapkan suatu hukum telah jelas. Setiap mujtahid memiliki metode tersendiri dalam memecahkan atau menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Penggunaan metode itu dipengaruhi oleh back-ground (latar belakang) meliputi latar belakang pendidikan, pola hidup, serta kondisi masyarakat sekitar. Diawal sedikit banyak telah penulis jelaskan mengenai Istinbath hukum Ibn Taimiyah yang berbeda dengan Imam madzhab yang dianutnya, Imam Ahmad Ibn Hanbal. Secara umum dalam pengambilan suatu hukum Ibn Taimiyah selalu mengembalikannya kepada al-qur an dan sunnah Nabi. Beliau juga menggalakkan ijtihad dan sangat menentang taqlid, sebab beliau hidup ketika terjadi kemunduran dan masa ketika masyarakat mengalami kejumudan. Hal itu merupakan langkah inovatif yang dilakukan oleh beliau untuk mendobrak tatanan yang telah mapan, dimana kondisi umat terbelenggu oleh kejumudan. Menurut penulis, kalau dalam sebagian masalah ada pendapat Ibn Taimiyah yang menyalahi pendapat Ahmad Ibn Hambal, itu hanya menurut

9 69 sebagian riwayat, karena bersamaan dengan itu, hampir selalu ada riwayat lain yang menyebutkan bahwa pendapat Ibn Hambal justru sama dengan pendapat yang dikemukakan oleh Ibn Taimiyah. Salah satu corak pemikiran Ibn Taimiyah adalah kedekatannya dengan nash, terutama dalam masalah ibadah. Sesuatu yang tidak disebutkan dalam nash dinilai inkonstitusional dan dikategorikan dalam amalan bid ah. Beliau sangat membenci terhadap amalan yang disebut olehnya dengan bid ah ini. Bila dalam Al-Qur an tidak diketemukan dasar hukum terhadap suatu kasus, maka Ibn Taimiyah beralih pada penggunaan as-sunnah. Tetapi sering kali dalam beberapa kasus disamping diketemukan dasarnya dalam Al- Qur an, juga diketemukan dasar-dasarnya di dalam as-sunnah. maka keduaduanya dipergunakan dengan saling menguatkan. Ibn Taimiyah dikenal sebagai mufti yang dalam menyampaikan fatwa-fatwanya banyak berpegang pada As-Sunnah. Oleh karena itu, tidaklah mengheranklan jika dalam menetapkan hukum suatu masalah, ia tidak akan pergi kepada dalil lain selama ada nash-nash Al-Qur an dan As-Sunnah. Walaupun Ibn Taimiyah dinilai oleh banyak ulama sebagai pengikut Hadits yang tulen, namun dalam kesempatan yang sama beliau ketat dalam menilai keabsahan Hadits. Langkah selanjutnya, bila tidak diketemukan dasar hukumnya baik dalam al-qur an maupun dalam as-sunnah, maka Ibn Taimiyah menggunakan Ijma. Sedangkan Ijma menurut versi Ibn Taimiyah adalah kesepakatan ulama kaum muslimin mengenai suatu hukum dari beberapa hukum.

10 70 Lebih lanjut Ibn Taimiyah mengatakan orang yang keluar dari Ijma kaum muslimin dinilai sebagai orang yang menempuh jalan selain yang ditempuh oleh orang-orang yang beriman, yang demikian ini dicela oleh al- Qur an. Dari uraian di atas, penulis dapat memberikan indikasi betapa kuat Ibn Taimiyah berpegang kepada Ijma kaum muslimin sebagai kebenaran yang tidak bercampur dengan kebatilan. Beliau mensyaratkan penggunaan Ijma harus benar-benar merupakan seluruh ulama dalam masa tertentu dan tidak memandang cukup Ijma yang hanya didasarkan pada kesepakatan sebagian ulama tanpa disetujui oleh sebagian ulama yang lain. Adapun kesepakatan kaum muslimin yang dijadikan hujah oleh Ibn Taimiyah, penulis kurang setuju dengan penggunaan tersebut, karena belum tentu kaum muslimin yang sepakat tentang suatu permasalahan mengetahui istinbath hukum terhadap kasus tertentu, dan juga di dukung oleh pendapat ulama-ulama bahwa kesepakatan kaum muslimin bukanlah hujjah yang mengikat dan bukan pula Ijma. Berkaitan dengan Ijma, Ibn Taimiyah bukan orang yang mengabaikan akal pikiran, namun ia meletakkan akal sesuai dengan proposisinya, yaitu dibelakang nash-nash agama, karena menurut kemampuan akal itu terbatas, sehingga ketika seseorang mempergunakan akal pikirannya di dalam memahami sesuatu khususnya al-qur an dan as-sunnah haruslah mengetahui batasan kemampuan akalnya.

11 71 Selain menggunakan dasar Ijma, beliau juga menggunakan Qiyas, menurut beliau Qiyas adalah menghimpun dua masalah yang serupa dan memisahkan (membedakan) dua masalah yang berbeda. Sama halnya dengan Ijma, batasan Qiyas pun sederhana. Namun dalam prakteknya tidak banyak berbeda dengan penggunaan Qiyas Ibn Taimiyah dengan para ulama pada umumnya. Hanya saja Ibn Taimiyah termasuk ulama yang membolehkan penggunaan Qiyas berdasarkan hikmah. Menurut penulis, penggunaan metode Qiyas oleh Ibn Taimiyah yang berdasarkan hikmah kurang tepat, karena pada dasarnya hikmah berbeda dengan illat. Illat adalah sifat yang jelas (Mundhabit), sedangkan hikmah ini merupakan sifat yang tidak jelas (ghairu Mundhabit). Jadi ketika menggunakan analogi berdasarkan illat, maka akan menghasilkan hukum yang jelas, sedangkan jika menggunakan berdasarkan hikmah maka sebaliknya, akan menghasilkan hukum yang tidak jelas (rancu). Lebih dari itu hikmah hanya bisa diketahui oleh panca indra dan tergantung pada aspek apa dan siapa yang memandangnya. Adakalanya sesuatu yang bernilai positif dapat berdampak (hikmah) negatif, sebaliknya sesuatu yang bernilai negatif dapat berdampak positif. Oleh karena itu, penggunaan Qiyas berdasarkan hikmah akan lebih banyak menghasilkan kesimpulan hukum yang rancu. Hal ini sesuai dengan pendapat jumhur ulama bahwa penentuan hukum terutama dalam Qiyas, harus didasarkan pada illat bukan pada hikmah. Sehingga dengan menggunakan illat tersebut dapat menghasilkan kesimpulan yang tidak rancu.

12 72 Sebagaimana yang dijelaskan diawal bahwa menurut Ibn Taimiyah seluruh nash syari at diillati dengan kemaslahatan, begitu juga mengenai iddah bagi wanita yang khuluk. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Anbiya : وما ارسلنك الا رحمة للعلمين (الا نبياء: 18) Artinya: dan tidaklah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Qs. Al-Anbiya : 107). 5 Dalam masalah iddah khuluk Ibn Taimiyah beristinbath menggunakan al-hadist dikisahkan dari isteri Tsabit bin Qais yang datang kepada khalifah Utsman,. قال رسول االله صلى االله عليه وسلم لثابت خذ الذى لها عليك وخل سبيلها نعم. قال : فا مرها رسول االله (ص) ا ن تعتد بحيضة واحدة وتلحق با هلها 6 Artinya: bersabda Rasulullah SAW kepada tsabit: ambillah miliknya (isteri Tsabit) untukmu (Tsabit) dan mudahkanlah urusannya. Lalu ia menjawab: baik. Lalu Rasulullah S.A.W. menyuruh isteri Tsabit beriddah dengan satu kali haid dan dikembalikan kepada keluarganya. (H.R Nasa'I dengan perawi-perawi yang kepercayaan). Demikianlah pendapat yang diikuti oleh Utsman, Ibnu Abas dan riwayat yang paling kuat dari Ahmad, juga pendapat Ishaq bin Rahawaih dan yang dipilih oleh Syaikhul Islam Ibn Taimiyah Dari istinbath hukum Ibn Taimiyah yang dilandaskan pada hadits tersebut menurut penulis dapat diakui validitasnya, karena sanadnya tidak terputus-putus, sehingga dapat diakui kebenarannya dan juga rawinya dapat dipercaya dan diakui kredibilitasnya. 5 Depag RI, op. cit. hlm Imam An-Nasa I, Sunan An-Nasa I, Juz 5, Beirut: Dar Al-Fikr, t.th, hlm. 169

13 73 Berdasarkan hadits tersebut Ibn Taimiyah menguatkan pendapatnya bahwa iddah khuluk dengan satu kali haid. Kalau ditelusuri lebih mendalam dalam menggunakan suatu dasar dalam beristinbath hukum, Ibn Taimiyah tetap mengacu dan mendasarkan pada dasar yang lebih kuat. Dan sangatlah bermanfaat dalam rangka menghindari penetapan hukum yang bertentangan dengan syara yang lain. Selain hadits Ibn Taimiyah juga menggunakan al-ijma sebagai dalil Naqli ketiga, yang disandarkan pada kesepakatan sahabat bahwa iddah wanita yang khuluk cukup dengan satu kali haid. Pendapat ini yang dipegangi oleh Utsman, Ibnu Abbas, Umar pendapat ini bukan dari salah seorang ulama salaf, madzhab Ishaq, Ibn Mundzir dan selain keduanya dan ini diriwayatkan dari sabda Rasulullah SAW dalam beberapa sunnah Rasul. 7 Seperti diketahui bahwa cerai khuluk adalah gugatan dari pihak isteri kepada suami karena adanya ketidak cocokan antara keduanya lalu dengan tebusan maka isteri bisa melepaskan diri dari suami. Akan tetapi yang menjadi persoalan gugatan cerai kebanyakan atas dasar kesalahan suami. Sehingga dengan putusnya hubungan perkawinan akan berimbas pada keluarga terutama pihak isteri dan anak-anaknya. Dari pendapat Ibn Taimiyah dinyatakan jika cerai khuluk cukup beriddah dengan satu kali haid. Karena dari sisi hukum jelas khuluk tidak boleh dirujuk maka kalau masa iddah dimaksudkan untuk membersihkan rahim dari kehamilan maka cukup dengan satu kali haid. 7 Majmu al-fatawa, op. cit. hlm. 147

14 74 Dari sisi kemaslahatan kaitannya dengan realita sekarang banyak dari mereka kaum janda yang harus menanggung keluarganya sendiri karena tidak adanya tanggungjawab dari suami. Sehingga jika harus beriddah yang cukup lama kemungkinan keluarga akan terlantar. Karena kebanyakan kasus setelah adanya perceraian maka suami lari dari tanggungjawab dengan meninggalkan kewajibannya. Sebagaimana pendapat yang dikemukakan Ibn Taimiyah dalam fatwanya, penulis sepakat bahwa wanita yang khuluk iddahnya adalah satu kali haid. Dilihat dari syari at dan kemaslahatannya pada masa sekarang bahwa seorang wanita yang khuluk kemudian menyandang predikat (janda) apalagi kalau sudah ada anak tentu saja tidak mudah dalam menjalani hidup yang penuh tantangan ini. Dengan demikian, pemahaman bahwa khuluk adalah talak yang berimbas pada masa iddah yang lebih panjang tidak bisa memberikan solusi yang lebih baik kedepan. Mengenai dasar hukum khuluk sudah jelas bahwa Rasulullah sendiri bersabda bahwa wanita yang khuluk hendaknya beriddah dengan satu kali haid. Yang demikian adalah pendapat Ibn Taimiyah.

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI A. Analisis Perhitungan Iddah Perempuan Yang Berhenti Haid Ketika

Lebih terperinci

TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN

TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN 1 TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN (Studi Komparatif Pandangan Imam Hanafi dan Imam Syafi i dalam Kajian Hermeneutika dan Lintas Perspektif) Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH

BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH A. Persamaan Pendapat Mazhab H{anafi Dan Mazhab Syafi i Dalam Hal Status Hukum Istri Pasca Mula> anah

Lebih terperinci

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Dasar Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung Terhadap Putusan Waris Beda Agama Kewarisan beda agama

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK DAN IMAM SHAFI I TERHADAP. A. Komparasi Pendapat Imam Malik dan Imam Shafi i terhadap Ucapan

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK DAN IMAM SHAFI I TERHADAP. A. Komparasi Pendapat Imam Malik dan Imam Shafi i terhadap Ucapan BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK DAN IMAM SHAFI I TERHADAP UCAPAN ISTINSHA@ DALAM IKRAR TALAK A. Komparasi Pendapat Imam Malik dan Imam Shafi i terhadap Ucapan Istinsha> dalam Ikrar Talak Hukum Islam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PRAKTIK PENJATUHAN TALAK SEORANG SUAMI MELALUI TELEPON DI DESA RAGANG KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PRAKTIK PENJATUHAN TALAK SEORANG SUAMI MELALUI TELEPON DI DESA RAGANG KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN 55 BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PRAKTIK PENJATUHAN TALAK SEORANG SUAMI MELALUI TELEPON DI DESA RAGANG KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN A. Analisis Tentang Praktik Penjatuhan Talak Seorang Suami Melalui

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDAPAT HUKUM TENTANG IDDAH WANITA KEGUGURAN DALAM KITAB MUGHNI AL-MUHTAJ

BAB IV ANALISIS PENDAPAT HUKUM TENTANG IDDAH WANITA KEGUGURAN DALAM KITAB MUGHNI AL-MUHTAJ BAB IV ANALISIS PENDAPAT HUKUM TENTANG IDDAH WANITA KEGUGURAN DALAM KITAB MUGHNI AL-MUHTAJ A. Analisis Pendapat Tentang Iddah Wanita Keguguran Dalam Kitab Mughni Al-Muhtaj Dalam bab ini penulis akan berusaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan sunnah Rasul yang dilakukan oleh kaum muslim

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan sunnah Rasul yang dilakukan oleh kaum muslim 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan sunnah Rasul yang dilakukan oleh kaum muslim baik laki-laki maupun perempuan yang telah memenuhi syarat. Tidak jarang pernikahan yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan Syariat Islam telah menjadikan pernikahan menjadi salah

Lebih terperinci

IMA>MIYAH TENTANG HUKUM MENERIMA HARTA WARISAN DARI

IMA>MIYAH TENTANG HUKUM MENERIMA HARTA WARISAN DARI BAB IV ANALISIS TERHADAP PANDANGAN IMAM SYAFI I DAN SYI> AH IMA>MIYAH TENTANG HUKUM MENERIMA HARTA WARISAN DARI PEWARIS NON MUSLIM A. Persamaan Pandangan Imam Syafi i dan Syi> ah Ima>miyah tentang Hukum

Lebih terperinci

Amir Syarifudin, Garis-Garis Besar FIQIH, (Jakarta:KENCANA. 2003), Hal-141. Totok Jumantoro, Kamus Ilmu Ushul Fiqih, (Jakarta: AMZAH.

Amir Syarifudin, Garis-Garis Besar FIQIH, (Jakarta:KENCANA. 2003), Hal-141. Totok Jumantoro, Kamus Ilmu Ushul Fiqih, (Jakarta: AMZAH. I. PENDAHULUAN Pada dasarnya perkawinan itu dilakukan untuk waktu selamanya sampai matinya salah seorang suami-istri. Inlah yang sebenarnya dikehendaki oleh agama Islam. Namun dalam keadaan tertentu terdapat

Lebih terperinci

Mazhab menurut bahasa: isim makan (kata benda keterangan tempat) dari akar kata dzahab (pergi) (Al-Bakri, I ânah ath- Thalibin, I/12).

Mazhab menurut bahasa: isim makan (kata benda keterangan tempat) dari akar kata dzahab (pergi) (Al-Bakri, I ânah ath- Thalibin, I/12). Mazhab menurut bahasa: isim makan (kata benda keterangan tempat) dari akar kata dzahab (pergi) (Al-Bakri, I ânah ath- Thalibin, I/12). Jadi, mazhab itu secara bahasa artinya, tempat pergi, yaitu jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam di Indonesia, Jakarta, Departemen Agama, 2001, hlm. 14.

BAB I PENDAHULUAN. Islam di Indonesia, Jakarta, Departemen Agama, 2001, hlm. 14. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap keluarga lazim menghadapi permasalahan, karena keluarga merupakan kumpulan dari setidaknya dua orang yang pada umumnya mempunyai latar belakang sosial, pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah menjadikan hubungan laki-laki dan perempuan tercakup dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Allah menjadikan hubungan laki-laki dan perempuan tercakup dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berpasang-pasangan merupakan salah satu sunnatullah atas seluruh ciptaan-nya, tidak terkecuali manusia, hewan dan tumbuhan. Berpasangpasangan merupakan pola

Lebih terperinci

Waris Tanpa Anak. WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006)

Waris Tanpa Anak. WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006) Waris Tanpa Anak WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006) Pertanyaan: Kami lima orang bersaudara: 4 orang laki-laki

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IBNU HAZM TENTANG STATUS KHULU SEBAGAI TALAK RAJ I. A. Analisis Pendapat Ibnu Hazm Tentang Status Khulu Sebagai Talak

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IBNU HAZM TENTANG STATUS KHULU SEBAGAI TALAK RAJ I. A. Analisis Pendapat Ibnu Hazm Tentang Status Khulu Sebagai Talak BAB IV ANALISIS PENDAPAT IBNU HAZM TENTANG STATUS KHULU SEBAGAI TALAK RAJ I A. Analisis Pendapat Ibnu Hazm Tentang Status Khulu Sebagai Talak Raj i Ibnu Hazm dalam al-muhalla menyebutkan bahwa khulu termasuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK A. Analisis Terhadap Prosedur Pernikahan Wanita Hamil di Luar Nikah di Kantor Urusan Agama

Lebih terperinci

dengan amanat pasal 27 ayat 1 Undang-undang Nomor 14 tahun 1970 tentang Kekuasaan Kehakiman. Peraturan tersebut menyatakan bahwa

dengan amanat pasal 27 ayat 1 Undang-undang Nomor 14 tahun 1970 tentang Kekuasaan Kehakiman. Peraturan tersebut menyatakan bahwa 53 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN HAKIM PENGADILAN AGAMA PASURUAN TENTANG IKRAR TALAK BAGI SUAMI ISTRI PASCA PUTUSAN BERKEKUATAN HUKUM TETAP Ketika tidak ada peraturan yang tegas mengatur

Lebih terperinci

Prosiding Peradilan Agama ISSN:

Prosiding Peradilan Agama ISSN: Prosiding Peradilan Agama ISSN: 2460-6391 Pendapat Ulama Hanafiyah dan Ulama Syafi iyah Tentang Penarikan Analisis Pendapat Imam Syafi i terhadap Pasal 116 (Huruf E) KHI Tentang Kriteria Cacat Badan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu persoalan berada pada tangan beliau. 2. Rasulullah, penggunaan ijtihad menjadi solusi dalam rangka mencari

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu persoalan berada pada tangan beliau. 2. Rasulullah, penggunaan ijtihad menjadi solusi dalam rangka mencari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur an sebagai firman Allah dan al-hadits merupkan sumber dan ajaran jiwa yang bersifat universal. 1 Syari at Islam yang terkandung dalam al- Qur an telah mengajarkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama 58 BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama Saudara Dan Relevansinya Dengan Sistem Kewarisan

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam Modul ke: Sumber Ajaran Islam Fakultas PSIKOLOGI Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Dian Febrianingsih, M.S.I Pengantar Ajaran Islam adalah pengembangan agama Islam. Agama

Lebih terperinci

KAIDAH FIQHIYAH. Pendahuluan

KAIDAH FIQHIYAH. Pendahuluan KAIDAH FIQHIYAH Pendahuluan Jika dikaitkan dengan kaidah-kaidah ushulliyah yang merupakan pedoman dalam mengali hukum islam yang berasal dari sumbernya, Al-Qur an dan Hadits, kaidah FIQHIYAH merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perkawinan sebagaimana yang diisyaratkan oleh Al-Quran dan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perkawinan sebagaimana yang diisyaratkan oleh Al-Quran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan perkawinan sebagaimana yang diisyaratkan oleh Al-Quran dan Undang-Undang dapat diwujudkan dengan baik dan sempurna jika perkawinan tersebut sejak proses pendahuluannya

Lebih terperinci

Berpegang kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan tidak bertaqlid kepada seseorang

Berpegang kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan tidak bertaqlid kepada seseorang MAJLIS TAFSIR AL-QUR AN (MTA) PUSAT http://www.mta-online.com e-mail : humas_mta@yahoo.com Fax : 0271 661556 Jl. Serayu no. 12, Semanggi 06/15, Pasarkliwon, Solo, Kode Pos 57117, Telp. 0271 643288 Ahad,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi perseorangan maupun kelompok. Dengan jalan perkawinan yang sah, pergaulan laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau 14 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Harta Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau berpaling dari tengah ke salah satu sisi, dan al-mal diartikan sebagai segala sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam menyalurkan kebutuhan biologisnya. diliputi rasa kasih sayang antara sesama anggota keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam menyalurkan kebutuhan biologisnya. diliputi rasa kasih sayang antara sesama anggota keluarga. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Islam dengan disyari atkannya nikah pada hakekatnya adalah sebagai upaya legalisasi hubungan seksual sekaligus untuk mengembangkan keturunan yang sah dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN. 1) Mengetahui atau mengepalai, 2) Memenangkan paling banyak, 3)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN. 1) Mengetahui atau mengepalai, 2) Memenangkan paling banyak, 3) 12 A. Terminologi Pemimpin BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN Pemimpin dalam Kamus Bahasa Indonesia berarti: 1) Orang yang memimpin. 2) Petunjuk, buku petunjuk (pedoman), sedangkan Memimpin artinya:

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam Modul ke: 02Fakultas Ekonomi dan Bisnis Pokok Bahasan : SUMBER AJARAN ISLAM Dr. Achmad Jamil, M.Si Program Studi S1 Manajemen AL QUR AN. Secara etimologi Alquran berasal dari kata

Lebih terperinci

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI A. Abdul Wahab Khallaf 1. Biografi Abdul Wahab Khallaf Abdul Wahab Khallaf merupakan seorang merupakan

Lebih terperinci

A. Pengertian Fiqih. A.1. Pengertian Fiqih Menurut Bahasa:

A. Pengertian Fiqih. A.1. Pengertian Fiqih Menurut Bahasa: A. Pengertian Fiqih A.1. Pengertian Fiqih Menurut Bahasa: Fiqih menurut bahasa berarti paham, seperti dalam firman Allah : Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan

Lebih terperinci

studipemikiranislam.wordpress.com RUANG LINGKUP AJARAN ISLAM

studipemikiranislam.wordpress.com RUANG LINGKUP AJARAN ISLAM studipemikiranislam.wordpress.com RUANG LINGKUP AJARAN ISLAM Studi Objektif Berdasarkan kaidah ke-ilmuan Islam Berdasarkan sumber/riwayat terpercaya Tidak bertentangan dengan Dalil Syariah Mengutamakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Salah satu hikmah

I. PENDAHULUAN. bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Salah satu hikmah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami-isteri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal

Lebih terperinci

BAB III DEFINISI IJBAR, DASAR HUKUM DAN SYARAT IJBAR. Kata ijbar juga bisa mewajibkan untuk mengerjakan. 2 Sedangkan Ijbar

BAB III DEFINISI IJBAR, DASAR HUKUM DAN SYARAT IJBAR. Kata ijbar juga bisa mewajibkan untuk mengerjakan. 2 Sedangkan Ijbar 29 BAB III DEFINISI IJBAR, DASAR HUKUM DAN SYARAT IJBAR A. Pengertian Ijbar Ijbar berarti paksaan, 1 yaitu memaksakan sesuatu dan mewajibkan melakukan sesuatu. Kata ijbar juga bisa mewajibkan untuk mengerjakan.

Lebih terperinci

HAK WARIS DZAWIL ARHAM

HAK WARIS DZAWIL ARHAM Nama Kelompok : M. FIQHI IBAD (19) M. ROZIQI FAIZIN (20) NADIA EKA PUTRI (21) NANDINI CHANDRIKA (22) NAUFAL AFIF AZFAR (23) NOER RIZKI HIDAYA (24) XII-IA1 HAK WARIS DZAWIL ARHAM A. Definisi Dzawil Arham

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA 54 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA A. Analisis terhadap mekanisme transaksi pembayaran dengan cek lebih Akad merupakan suatu perikatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diucapkan sebagai bentuk perjanjian suami atas isterinya, diucapkan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diucapkan sebagai bentuk perjanjian suami atas isterinya, diucapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Taklik talak adalah suatu ucapan talak yang digantungkan pada suatu syarat yang syarat tersebut terjadi pada waktu yang akan datang. Syarat tersebut diucapkan

Lebih terperinci

I TIKAF. Pengertian I'tikaf. Hukum I tikaf. Keutamaan Dan Tujuan I tikaf. Macam macam I tikaf

I TIKAF. Pengertian I'tikaf. Hukum I tikaf. Keutamaan Dan Tujuan I tikaf. Macam macam I tikaf I TIKAF Pengertian I'tikaf Secara harfiyah, I tikaf adalah tinggal di suatu tempat untuk melakukan sesuatu yang baik. Dengan demikian, I tikaf adalah tinggal atau menetap di dalam masjid dengan niat beribadah

Lebih terperinci

HUKUM MENGENAKAN SANDAL DI PEKUBURAN

HUKUM MENGENAKAN SANDAL DI PEKUBURAN HUKUM MENGENAKAN SANDAL DI PEKUBURAN I. Muqodimah : Prof. Abdul Wahhab Kholaf berkata dalam bukunya Ilmu Ushul Fiqih (hal. 143) : - - " "."." Nash Syar I atau undang-undang wajib untuk diamalkan sesuai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Pembayaran Upah Buruh Tani Oleh Pemberi Kerja

BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Pembayaran Upah Buruh Tani Oleh Pemberi Kerja BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Pembayaran Upah Buruh Tani Oleh Pemberi Kerja Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Samlawi selaku sesepuh desa Tanjung Anom, dan masyarakat setempat lainnya. Pada dasarnya

Lebih terperinci

WAWANCARA KEPADA PELAKU TALAK DI LUAR PENGADILAN

WAWANCARA KEPADA PELAKU TALAK DI LUAR PENGADILAN WAWANCARA KEPADA PELAKU TALAK DI LUAR PENGADILAN NAMA ALAMAT : Siti (Nama Samaran) : Desa Boja Kecamatan Boja 1. Apakah ibu pernah di talak oleh suami ibu? Iya, saya pernah di talak suami saya 2. Berapa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Akibat Hukum Pengabaian Nafkah Terhadap Istri. Menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974.

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Akibat Hukum Pengabaian Nafkah Terhadap Istri. Menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974. BAB IV ANALISIS A. Analisis Akibat Hukum Pengabaian Nafkah Terhadap Istri Menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974. Di dalam Undang-Undang Perkawinan tidak mengatur masalah nafkah secara terperinci.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda:

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan wadah penyaluran kebutuhan biologis manusia yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mafqud (orang hilang) adalah seseorang yang pergi dan terputus kabar beritanya, tidak diketahui tempatnya dan tidak diketahui pula apakah dia masih hidup atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan dan kemudian dijadikan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar supaya saling kenal-mengenal

Lebih terperinci

Ceramah Ramadhan 1433 H/2012 M Bagaimana Kita Merespon Perintah Puasa

Ceramah Ramadhan 1433 H/2012 M Bagaimana Kita Merespon Perintah Puasa www.bersamadakwah.com 1 Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah Saat kita menunggu tamu istimewa datang, ada perasaan berharap untuk segera mendapatkan kepastian kedatangannya. Anggaplah ia pejabat, sahabat

Lebih terperinci

Al-Qur an Al hadist Ijtihad

Al-Qur an Al hadist Ijtihad Al-Qur an Al hadist Ijtihad Al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia hingga akhir zaman (Saba'

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN OBYEK PENELITIAN. A. Gambaran Umum Desa Telukawur Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara

BAB III KAJIAN OBYEK PENELITIAN. A. Gambaran Umum Desa Telukawur Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara BAB III KAJIAN OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Desa Telukawur Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara 1. Letak Geografis Ditinjau dari segi geografis wilayah Desa Telukawur Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPAT IMAM MALIK DAN IMAM AL- AUZA I TENTANG PENUNDAAN PEMBAYARAN MAHAR

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPAT IMAM MALIK DAN IMAM AL- AUZA I TENTANG PENUNDAAN PEMBAYARAN MAHAR BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPAT IMAM MALIK DAN IMAM AL- AUZA I TENTANG PENUNDAAN PEMBAYARAN MAHAR A. Analisis Terhadap pendapat Imam Malik dan Imam al-auza i Tentang Penundaan Pembayaran Mahar Pembahasan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TENTANG KEDUDUKAN DAN TUGAS LEMBAGA JURU DAMAI DALAM PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ

BAB III TINJAUAN TENTANG KEDUDUKAN DAN TUGAS LEMBAGA JURU DAMAI DALAM PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ 59 BAB III TINJAUAN TENTANG KEDUDUKAN DAN TUGAS LEMBAGA JURU DAMAI DALAM PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ A. Kedudukan Mediator dan Hakam Dalam Menyelesaikan Perkara Syiqaq 1) Kedudukan Mediator Dalam Penyelesaian

Lebih terperinci

Wa ba'du: penetapan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat hilal menurut semua ulama, berdasarkan sabda Nabi r:

Wa ba'du: penetapan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat hilal menurut semua ulama, berdasarkan sabda Nabi r: Penetapan Awal Bulan dan Jumlah Saksi Yang Dibutuhkan hilal? Bagaimana penetapan masuknya bulan Ramadhan dan bagaimana mengetahui Dengan nama Allah I Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji

Lebih terperinci

PERNIKAHAN LINTAS AGAMA

PERNIKAHAN LINTAS AGAMA PERNIKAHAN LINTAS AGAMA Yang dimaksud nikah beda agama disini ialah wanita muslimah menikah dengan laki-laki ahlul kitab; Yahudi dan Nasrani. Sebab fenomena tersebut akhir-akhir ini mencuat ke permukaan.fenomena

Lebih terperinci

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle Halal Guide.INFO Guide to Halal and Islamic Lifestyle Pembiayaan Multijasa Kontribusi dari Administrator Thursday, 18 May 2006 Terakhir kali diperbaharui Thursday, 18 May 2006 Fatwa Dewan Syari'ah Nasional

Lebih terperinci

SIAPAKAH MAHRAMMU? Mahram adalah orang yang haram untuk dinikahi karena hubungan nasab atau hubungan susuan atau karena ada ikatan perkawinan1)

SIAPAKAH MAHRAMMU? Mahram adalah orang yang haram untuk dinikahi karena hubungan nasab atau hubungan susuan atau karena ada ikatan perkawinan1) SIAPAKAH MAHRAMMU? Mahram adalah orang yang haram untuk dinikahi karena hubungan nasab atau hubungan susuan atau karena ada ikatan perkawinan1) Adapun ketentuan siapa yang mahram dan yang bukan mahram

Lebih terperinci

MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki

MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki Perkawinan atau pernikahan merupakan institusi yang istimewa dalam Islam. Di samping merupakan bagian dari syariah Islam, perkawinan memiliki hikmah

Lebih terperinci

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA Pertanyaan Dari: Ny. Fiametta di Bengkulu (disidangkan pada Jum at 25 Zulhijjah 1428 H / 4 Januari 2008 M dan 9 Muharram 1429 H /

Lebih terperinci

Penetapan Awal Bulan Ramadhan dan Syawal

Penetapan Awal Bulan Ramadhan dan Syawal Penetapan Awal Bulan Ramadhan dan Syawal [ Indonesia Indonesian ] Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz Rahimahullah- Terjemah : Muhammad Iqbal AG Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad 2009-1430 ( ) www.binbaz.org.sa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu kejadian penting dalam suatu masyarakat tertentu, yaitu ada seorang anggota dari

Lebih terperinci

MAD{IAH ISTRI AKIBAT PERCERAIAN DI KELURAHAN SEMOLOWARU

MAD{IAH ISTRI AKIBAT PERCERAIAN DI KELURAHAN SEMOLOWARU BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENARIKAN KEMBALI NAFKAH MAD{IAH ISTRI AKIBAT PERCERAIAN DI KELURAHAN SEMOLOWARU KECAMATAN SUKOLILO KOTA SURABAYA A. Tinjuan Hukum Islam Terhadap Penarikan Kembali

Lebih terperinci

Hukum Memakai Emas Dan Intan Bagi Laki-Laki

Hukum Memakai Emas Dan Intan Bagi Laki-Laki Hukum Memakai Emas Dan Intan Bagi Laki-Laki ] ندونييس Indonesian [ Indonesia Syaikh Abdul Aziz bin Baz Syaikh Abdullah bin Jibrin Terjemah : Muhammad Iqbal A. Gazali Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad 2012-1433

Lebih terperinci

BAB IV. PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV. PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Analisis implementasi Hukum Islam terhadap ahli waris non-muslim dalam putusan hakim di Pengadilan Agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama islam adalah agama yang penuh kemudahan dan menyeluruh meliputi segenap aspek kehidupan, selalu memperhatikan berbagai maslahat dan keadaan, mengangkat

Lebih terperinci

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 17 Tahun 2013 Tentang BERISTRI LEBIH DARI EMPAT DALAM WAKTU BERSAMAAN

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 17 Tahun 2013 Tentang BERISTRI LEBIH DARI EMPAT DALAM WAKTU BERSAMAAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 17 Tahun 2013 Tentang BERISTRI LEBIH DARI EMPAT DALAM WAKTU BERSAMAAN (MUI), setelah : MENIMBANG : a. bahwa dalam Islam, pernikahan adalah merupakan bentuk ibadah yang

Lebih terperinci

MUNAKAHAT : IDDAH, RUJUK, FASAKH,KHULU DISEDIAKAN OLEH: SITI NUR ATIQAH

MUNAKAHAT : IDDAH, RUJUK, FASAKH,KHULU DISEDIAKAN OLEH: SITI NUR ATIQAH MUNAKAHAT : IDDAH, RUJUK, FASAKH,KHULU DISEDIAKAN OLEH: SITI NUR ATIQAH IDDAH PENGERTIAN Iddah adalah hari-hari di mana seorang wanita berpisah (bercerai) dengan suaminya menjalani masa menunggu. Selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak mau seorang manusia haruslah berinteraksi dengan yang lain. Agar kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. tidak mau seorang manusia haruslah berinteraksi dengan yang lain. Agar kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang akan saling membutuhkan satu sama lain sampai kapanpun, hal tersebut dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan. Maka dari itu mau

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UPAH SISTEM TANDON DI TOKO RANDU SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UPAH SISTEM TANDON DI TOKO RANDU SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UPAH SISTEM TANDON DI TOKO RANDU SURABAYA A. Analisis Hukum Islam Terhadap Upah Sistem Tandon Di Toko

Lebih terperinci

BAB IV YANG BERHUTANG. dibedakan berdasarkan waktu dan tempat. Fatwa fatwa yang dikeluarkan oleh

BAB IV YANG BERHUTANG. dibedakan berdasarkan waktu dan tempat. Fatwa fatwa yang dikeluarkan oleh BAB IV ANALISIS TERHADAP DALIL DALIL QAWL QADIM DAN QAWL JADIm dan qawl jadi>d Imam Sha>fi i> dibedakan

Lebih terperinci

$! " # %& ' ( ) * &+, -. /0 1 &+ 23 4 52 6 27! "#$

$!  # %& ' ( ) * &+, -. /0 1 &+ 23 4 52 6 27! #$ [ ] : : : Ikhtilaf Ulama, Sebab dan Sikap Kita Terhadapnya Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kepada kita nikmat iman dan islam serta kesehatan, karunia yang tiada taranya yang telah diberikan-nya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HEDGING TERHADAP KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK-BBM DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HEDGING TERHADAP KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK-BBM DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV ANALISIS HEDGING TERHADAP KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK-BBM DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Analisis Hedging Terhadap Dampak Kenaikan Harga BBM Ditinjau Dari Hukum Islam. Sebagaimana dijelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman Rasulullah SAW, hadis belumlah dibukukan, beliau tidak sempat

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman Rasulullah SAW, hadis belumlah dibukukan, beliau tidak sempat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman Rasulullah SAW, hadis belumlah dibukukan, beliau tidak sempat membimbing para sahabat dalam membukukan hadis. Hal tersebut disebabkan beberapa faktor,

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 0804/Pdt.G/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor 0804/Pdt.G/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor 0804/Pdt.G/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu dalam tingkat

Lebih terperinci

BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM.. yang berarti jual atau menjual. 1. Sedangkan kata beli berasal dari terjemahan Bahasa Arab

BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM.. yang berarti jual atau menjual. 1. Sedangkan kata beli berasal dari terjemahan Bahasa Arab RASCAL321RASCAL321 BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM A. Pengertian Jual Beli Seperti yang kita ketahui jual beli terdiri dari dua kata yaitu jual dan beli. Jual berasal dari terjemahan

Lebih terperinci

BAB IV. dalam perkara nomor : 1517/Pdt.G/2007/PA.Sda mengenai penolakan gugatan

BAB IV. dalam perkara nomor : 1517/Pdt.G/2007/PA.Sda mengenai penolakan gugatan BAB IV ANALISIS TENTANG PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SIDOARJO MENGENAI PENOLAKAN GUGATAN NAFKAH MAD{IYAH DALAM PERMOHONAN CERAI TALAK NOMOR : 1517/Pdt.G/2007/PA.Sda A. Analisis Undang-Undang Perkawinan dan

Lebih terperinci

SUMBER AJARAN ISLAM. Erni Kurnianingsih ( ) Nanang Budi Nugroho ( ) Nia Kurniawati ( ) Tarmizi ( )

SUMBER AJARAN ISLAM. Erni Kurnianingsih ( ) Nanang Budi Nugroho ( ) Nia Kurniawati ( ) Tarmizi ( ) SUMBER AJARAN ISLAM Erni Kurnianingsih (10301241001) Nanang Budi Nugroho (10301241012) Nia Kurniawati (10301241026) Tarmizi (10301249002) Dasar penggunaan sumber agama islam di dasarkan ayat al-qur an

Lebih terperinci

BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEWARISAN TUNGGU TUBANG ADAT SEMENDE DI DESA MUTAR ALAM, SUKANANTI DAN SUKARAJA

BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEWARISAN TUNGGU TUBANG ADAT SEMENDE DI DESA MUTAR ALAM, SUKANANTI DAN SUKARAJA BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEWARISAN TUNGGU TUBANG ADAT SEMENDE DI DESA MUTAR ALAM, SUKANANTI DAN SUKARAJA A. Analisis Tradisi Pelaksanaan Kewarisan Tunggu Tubang Adat Semende di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. boleh diadakan persetujuan untuk meniadakannya 1. Diakui secara ijma

BAB I PENDAHULUAN. boleh diadakan persetujuan untuk meniadakannya 1. Diakui secara ijma BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Para Ulama sepakat bahwa mahar merupakan syarat nikah dan tidak boleh diadakan persetujuan untuk meniadakannya 1. Diakui secara ijma bahwa dalam rukun Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah salah satu bentuk ibadah yang kesuciannya perlu dijaga oleh kedua belah pihak baik suami maupun istri. Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga

Lebih terperinci

Ji a>lah menurut masyarakat Desa Ngrandulor Kecamatan Peterongan

Ji a>lah menurut masyarakat Desa Ngrandulor Kecamatan Peterongan BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN JI A>LAH DAN PANDANGAN PENDUDUK DI DESA NGRANDULOR KECAMATAN PETERONGAN KABUPATEN JOMBANG A. Analisis Pelaksanaan Ji a>lah dan pandangan penduduk di Desa

Lebih terperinci

FIQHUL IKHTILAF (MEMAHAMI DAN MENYIKAPI PERBEDAAN DAN PERSELISIHAN) Oleh : Ahmad Mudzoffar Jufri

FIQHUL IKHTILAF (MEMAHAMI DAN MENYIKAPI PERBEDAAN DAN PERSELISIHAN) Oleh : Ahmad Mudzoffar Jufri FIQHUL IKHTILAF (MEMAHAMI DAN MENYIKAPI PERBEDAAN DAN PERSELISIHAN) Oleh : Ahmad Mudzoffar Jufri MACAM-MACAM IKHTILAF (PERBEDAAN) 1. Ikhtilaful qulub (perbedaan dan perselisihan hati) yang termasuk kategori

Lebih terperinci

BAB IV. PERSPEKTIF IMAM SYAFI'I TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA GRESIK TENTANG CERAI GUGAT KARENA SUAMI MAFQU>D NO: 0036/PDT. G/2008/PA Gs.

BAB IV. PERSPEKTIF IMAM SYAFI'I TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA GRESIK TENTANG CERAI GUGAT KARENA SUAMI MAFQU>D NO: 0036/PDT. G/2008/PA Gs. BAB IV PERSPEKTIF IMAM SYAFI'I TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA GRESIK TENTANG CERAI GUGAT KARENA SUAMI MAFQU>D NO: 0036/PDT. G/2008/PA Gs. A. Pendapat Imam Syafi i Tentang Cerai Gugat Karena Suami

Lebih terperinci

IRSYAD AL-FATWA SIRI KE-208: HUKUM WANITA MEMBUKA SYARIKAT SENDIRI

IRSYAD AL-FATWA SIRI KE-208: HUKUM WANITA MEMBUKA SYARIKAT SENDIRI IRSYAD AL-FATWA SIRI KE-208: HUKUM WANITA MEMBUKA SYARIKAT SENDIRI Soalan: Apakah hukum wanita membuka syarikat sendiri? Jawapan: Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, selawat dan salam kepada junjungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghimpit, menindih atau berkumpul, sedangkan arti kiasanya ialah watha

BAB I PENDAHULUAN. menghimpit, menindih atau berkumpul, sedangkan arti kiasanya ialah watha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan menurut istilah ilmu fiqih dipakai perkataan nikah dan perkataan ziwaj, nikah menurut bahasa mempunyai arti sebenarnya ( hakikat ) dan arti kiasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini dikarenakan pada hakikatnya kehidupan setiap manusia diawali dengan perjanjian dengan-nya untuk

Lebih terperinci

Landasan Sosial Normatif dan Filosofis Akhlak Manusia

Landasan Sosial Normatif dan Filosofis Akhlak Manusia Landasan Sosial Normatif dan Filosofis Akhlak Manusia A. Landasan Sosial Normatif Norma berasal dari kata norm, artinya aturan yang mengikat suatu tindakan dan tinglah laku manusia. Landasan normatif akhlak

Lebih terperinci

Jangan Taati Ulama Dalam Hal Dosa dan Maksiat

Jangan Taati Ulama Dalam Hal Dosa dan Maksiat Jangan Taati Ulama Dalam Hal Dosa dan Maksiat Khutbah Pertama:???????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.????????????:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????:

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN TENTANG ZINA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB II PENGATURAN TENTANG ZINA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN BAB II PENGATURAN TENTANG ZINA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN A. Zina Dalam Perspektif Hukum Islam Dalam perspektif hukum Islam, zina adalah hubungan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP ANAK TEMUAN (AL-LAQITH) MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

BAB IV ANALISIS TERHADAP ANAK TEMUAN (AL-LAQITH) MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF BAB IV ANALISIS TERHADAP ANAK TEMUAN (AL-LAQITH) MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF Salah satu dampak menurunnya moral masyarakat, membawa dampak meluasnya pergaulan bebas yang mengakibatkan banyaknya

Lebih terperinci

KELOMPOK 1 : AHMAD AHMAD FUAD HASAN DEDDY SHOLIHIN

KELOMPOK 1 : AHMAD AHMAD FUAD HASAN DEDDY SHOLIHIN KELOMPOK 1 : AHMAD AHMAD FUAD HASAN DEDDY SHOLIHIN A. Al-Qur an Sebagai Sumber Ajaran Islam Menurut istilah, Al-Qur an adalah firman Allah yang berupa mukjizat, diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, ditulis

Lebih terperinci

BERSETUBUH SEBAGAI HAK SUAMI DALAM PERKAWINAN MENURUT IMAM MUHAMMAD BIN IDRIS AL SYAFI I

BERSETUBUH SEBAGAI HAK SUAMI DALAM PERKAWINAN MENURUT IMAM MUHAMMAD BIN IDRIS AL SYAFI I BERSETUBUH SEBAGAI HAK SUAMI DALAM PERKAWINAN MENURUT IMAM MUHAMMAD BIN IDRIS AL SYAFI I Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam Program Strata

Lebih terperinci

Hukum Berkabung Atas Kematian Raja dan Pemimpin

Hukum Berkabung Atas Kematian Raja dan Pemimpin Hukum Berkabung Atas Kematian Raja dan Pemimpin حكم لا حد بل مللو لزعما [ Indonesia Indonesian ند نيn ] Penyusun : Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah Terjemah : Muhammad Iqbal A. Gazali Editor : Eko

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP BISNIS PULSA DENGAN HARGA DIBAWAH STANDAR

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP BISNIS PULSA DENGAN HARGA DIBAWAH STANDAR BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP BISNIS PULSA DENGAN HARGA DIBAWAH STANDAR A. Analisis Hukum Islam Terhadap Jual Beli Pulsa Dengan Harga Dibawah Standar Sebagaimana penjelasan yang telah tertulis pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu merupakan cara yang paling tepat untuk menyalurkan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. itu merupakan cara yang paling tepat untuk menyalurkan kebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam mengajak dan menganjurkan umatnya untuk menikah karena itu merupakan cara yang paling tepat untuk menyalurkan kebutuhan biologis seseorang. Selain itu,

Lebih terperinci

SIAPAKAH MAHRAMMU? 1

SIAPAKAH MAHRAMMU? 1 SIAPAKAH MAHRAM KITA SIAPAKAH MAHRAMMU? 1 Mahram adalah orang yang haram untuk dinikahi karena hubungan nasab atau hubungan susuan atau karena ada ikatan perkawinan. 2 Adapun ketentuan siapa yang mahram

Lebih terperinci

INTENSIFIKASI PELAKSANAAN ZAKAT FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA TENTANG

INTENSIFIKASI PELAKSANAAN ZAKAT FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA TENTANG INTENSIFIKASI PELAKSANAAN ZAKAT FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA TENTANG INTENSIFIKASI PELAKSANAAN ZAKAT Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia dalam sidangnya pada tanggal 1 Rabi'ul Akhir 1402 H, bertepatan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Praktek Dan Pemahaman Masyarakat Desa Pinggirsari Kecamatan Ngantru tentang Kafa ah Dalam Perkawinan

BAB V PEMBAHASAN. A. Praktek Dan Pemahaman Masyarakat Desa Pinggirsari Kecamatan Ngantru tentang Kafa ah Dalam Perkawinan BAB V PEMBAHASAN A. Praktek Dan Pemahaman Masyarakat Desa Pinggirsari Kecamatan Ngantru tentang Kafa ah Dalam Perkawinan Kafa ah dalam perkawinan merupakan persesuaian keadaan antara si suami dengan perempuannya

Lebih terperinci

Munakahat ZULKIFLI, MA

Munakahat ZULKIFLI, MA Munakahat ZULKIFLI, MA Perkawinan atau Pernikahan Menikah adalah salah satu perintah dalam agama. Salah satunya dijelaskan dalam surat An Nuur ayat 32 : Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara

Lebih terperinci

HUKUM BERBUKA PUASA BAGI WANITA HAMIL DAN MENYUSUI

HUKUM BERBUKA PUASA BAGI WANITA HAMIL DAN MENYUSUI HUKUM BERBUKA PUASA BAGI WANITA HAMIL DAN MENYUSUI I. Mukadimah : Wanita yang hamil atau menyusui pada umumnya kondisi mereka sangat lemah ketika harus tidak makan dan minum mulai dari terbit fajar sampai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dapat dijerat dengan pasal-pasal : (1) Pasal 285 Kitab Undang-undang Hukum

BAB V PENUTUP. dapat dijerat dengan pasal-pasal : (1) Pasal 285 Kitab Undang-undang Hukum BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sanksi hukum bagi seorang ayah melakukan tindak pidana pemerkosaan terhadap anak kandungnya, berdasarkan ketentuan hukum positif di Indonesia, ia dapat dijerat dengan pasal-pasal

Lebih terperinci

Surat Untuk Kaum Muslimin

Surat Untuk Kaum Muslimin Surat Untuk Kaum Muslimin Khutbah Pertama:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Lebih terperinci