PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PUTUSAN TERHADAP PEMBUNUHAN BERENCANA Studi Kasus Perkara Nomor : 273/Pid.B/2011/PN.PDG
|
|
- Sucianty Cahyadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PUTUSAN TERHADAP PEMBUNUHAN BERENCANA Studi Kasus Perkara Nomor : 273/Pid.B/2011/PN.PDG 1 Alfathly Gezano, 1 Syafridatati, 1 Rianda Seprasia 1 Jurusan, Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Bung Hatta alfathly.g3zano@gmail.com ABSTRACT Consideration of judges in applying the ceiminal provisions referring to the juridical considerations, facts trial, witness tetimony, the existing evidence and the judge s conviction. The crime of murder court decision based on the article violated the defendant as provided in Article 340 of the Criminal Code. The formulation of the problem is 1) How is the consideration of the judge in a criminal verdict against the crime of murder that occured in the region of Padang District Court of Class IA and 2) How does the application of the law to the crime of murder in the territory of the State Court Class IA Champaign. This research method is the juridical sociological research using qualitative analysis. It is shown that the consideration of the judge in determining a verdict in the criminal court had been based on legal facts were revealed in either trial testimony of victims, witness, defendant testimony, and physical evidence that resonable doubt in court. So the judge s rulling in applying the criminal verdict against AS are appropriate and prudent, because the judge has to consider the aggravating and mitigating factors defendant. The application of criminal law imposed by the judge is the death penalty. The implementation of this decision has fulfilled the requirements of Article 340 of the Criminal Code wich defendant found guilty of the crime of murder. Keyword : Consideration Judge, Murder, Crime, Decision Pendahuluan Seiring kemajuan budaya dan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), perilaku manusia di dalam hidup bermasyarakat dan bernegara justru semakin kompleks dan bahkan multikompleks. Perilaku demikian apabila ditinjau dari segi hukum tentunya ada perilaku yang dapat dikategorikan sesuai dengan 1
2 norma dan ada perilaku yang tidak sesuai dengan norma. dengan norma dan dapat menimbulkan tindak pidana Terhadap perilaku yang sesuai seperti penganiayaan, norma (hukum) yang berlaku tidak menjadi masalah, akan tetapi terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat menimbulkan permasalahan di bidang hukum dan merugikan masyarakat. Di dalam kehidupan bermasyarakat saat ini sering dijumpai perilaku yang tidak sesuai dengan norma yang biasanya dapat menimbulkan permasalahan di bidang hukum dan merugikan masyarakat, salah satunya adalah perilaku dendam yang tidak sesuai dengan norma dan dapat pengeroyokan, dan bahkan memicu terjadinya pembunuhan berencana yang dilakukan oleh seseorang sehingga dapat menimbulkan kematian atau hilangnya nyawa seseorang. Menurut Andi Hamzah dan A. Sumangalipu dalam bukunya yang berjudul PIDANA MATI DI INDONESIA, balas dendam atau pembalasan (revenge) adalah seseorang yang telah menyebabkan kerusakan dan malapetaka pada orang lain, menurut alasan tujuan pembalasan ini, wajib menderita menimbulkan masalah tindak sama dengan yang telah pidana dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dendam merupakan salah satu perilaku yang tidak sesuai ditimpakan kepada orang lain. Di dalam masyarakat primitif, tujuan pemidanaan lebih menonjol aspek pembalasan ini 2
3 sering terjadi, akibat perbuatan seseorang yang mengakibatkan tuntutan pembalasan terhadap orang lain, bahkan kesalahan tersebut dipertanggung jawabkan oleh kelompok atau clan. Pada Buku II Kitab Undangundang Hukum Pidana (KUHP), dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun. terhadap kejahatan Mengenai menghilangkan menghilangkan nyawa orang dapat dilihat dalam Pasal 338 KUHP dan Pasal 340 KUHP yang menyebutkan : Pasal 338 KUHP yang menyebutkan bahwa : Barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun. Pasal 340 KUHP yang menyebutkan bahwa : Barangsiapa dengan sengaja nyawa orang lain terutama dalam pembunuhan berencana, dendam merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya perbuatan tersebut, hal itu dapat dipahami dari bunyi atau unsurunsur Pasal 340 KUHP, ada kata dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu yang jelas-jelas adanya keterkaitan konflik antara pelaku dengan korban. Pada umumnya, para pakar hukum mengatakan bahwa 3
4 hukum pidana perlu menjaga ketentuan-ketentuan hukum agar selalu dipatuhi oleh masyarakat, mengatur tentang perbuatanperbuatan yang diancam pidana bagi yang melanggarnya. Penjatuhan pidana sebagai suatu nestapa kepada pelanggar hanya merupakan obat terakhir (ultimum remedium), yang hanya dijalankan jika usaha-usaha lain seperti pencegahan sudah tidak berjalan. Penjatuhan sanksi bagi yang melanggar hukum pidana, salah satunya yang paling berat ialah pidana mati, Masalah pidana mati ini telah diperdebatkan ratusan tahun lamanya oleh para sarjana hukum pidana dan para ahli melanggar hak asasi manusia. Landasan hukum pidana mati dalam ketentuan hukum pidana Indonesia terdapat didalam Pasal 10 KUHP, dimana jelas disebutkan salah satu bentuk hukum pidana pokok adalah pidana mati. Sampai sekarang penegak hukum tentap menjadikan dasar hukum untuk menuntut dan memutus seseorang yang dianggap pantas dijatuhkan hukuman mati. Sekitar tahun 2011 silam masyarakat kota Padang dikejutkan dengan berita pembunuhan terhadap salah satu mahasiswi Universitas Swasta di kota Padang. Kejadian tersebut berawal dari si pelaku yang kriminologi. Begitu juga saat meminta melakukan hubungan sekarang, pro dan kontra masalah pidana mati terus bergulir, karena dianggap intim dengan pacarnya, tetapi ditolak oleh korban dengan menepis tangan si pelaku dengan 4
5 keras, dan si korban mengatakan merupakan asas yang harus sesuatu yang membuat si pelaku diprioritaskan dalam merasa dendam kepada korban. Saat itu si pelaku dendam dan berencana menghabisi nyawa si korban dengan mengambil sulo yang berada di rumah si pelaku. Sesampainya di belakang korban, pelaku langsung memukul pundak si korban hingga pingsan. Saat itu si pelaku memperkosa si korban, akan tetapi si korban tersadar dan melakukan perlawanan, langsung saja si pelaku melayangkan sulo tersebut ke wajah korban. Korban meninggal dan jasadnya diletakkan di bawah batang kelapa yang ditutupi daun kelapa dan daun-daun kering. Sebagai konsekuensi ketentuan-ketentuan hukum, pembangunan. Asas kesadaran hukum berarti menyadarkan setiap warga untuk selalu taat kepada hukum, disamping itu mewajibkan pula bagi negara beserta aparatnya untuk menegakkan dan menjamin berlakunya kepastian hukum di Indonersia. Perumusan Masalah Dari uraian di atas, yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalalah : 1. Bagaimana pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan pidana terhadap tindak pidana pembunuhan berencana yang terjadi di Wilayah Pengadilan Negeri Klas IA Padang (Studi Kasus maka asas kesadaran hukum 5
6 Perkara Pidana Nomor :273/Pid/B/2011/PN.PDG)? Pengadilan Negeri Klas IA Padang (Studi Kasus Perkara 2. Bagaimana penerapan hukum Pidana Nomor terhadap terjadinya tindak pidana pembunuhan berencana di Wilayah Pengadilan Negeri Klas IA Padang (Studi Kasus Perkara Pidana Nomor :273/Pid/B/2011/PN.PDG)? Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui penerapan hukum terhadap terjadinya tindak pidana pembunuhan berencana di Wilayah Pengadilan Negeri Klas I.A :273/Pid/B/2011/PN.PDG). Metode Penelitian Metode yang digunakan penulis dalam melakukan penulisan ini adalah dengan menggunakan metode pendekatan yuridis sosiologis, yaitu suatu metode pendekatan masalah melalui peraturan dan teori yang ada kemudian dihubungkan dengan kenyataan atau fakta yang ada di masyarakat. Selain itu juga Padang (Studi Kasus Perkara menggunakan literatur-literatur Pidana Nomor kepustakaan, juga melakukan :273/Pid/B/2011/PN.PDG). 2. Untuk mengetahui putusan pidana yang dijatuhkan oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pembunuhan berencana di Wilayah penelitian lapangan di Pengadilan Negeri Klas IA Padang. Data ini diperoleh melalui penelitian di lapangan dengan 6
7 cara wawancara (Interview) dilakukan dengan wawancara yaitu dengan 3 (tiga) orang semi terstruktur dan terarah Hakim di Pengadilan Negeri dengan mengajukan Klas IA Padang. Data Sekunder diperoleh dari Pengadilan Negeri Klas IA Padang, yaitu berupa berkas perkara dalam bentuk putusan dan data lainnya dirasa perlu dalam penulisan ini. Dalam pengumpulan data sebanyak yang bermanfaat untuk penulisan ini ditempuh dengan cara : a. Studi dokumen atau bahan perpustakaan yaitu alat pengumpul data yang dilakukan melalui data tertulis, data diperoleh langsung dari lapangan berupa data tertulis seperti dokumen-dokumen. b. Wawancara untuk memperoleh data yang pertanyaan kepada Hakim di Pengadilan Negeri Klas IA Padang. Dari bahan-bahan dan data yang diperoleh dari data primer maupun dari data sekunder kemudian setelah terkumpul data tersebut dianalisa secara kualitatif, sehingga akan diperoleh suatu kesimpulan yang sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian ini Hasil Penelitian dan Pembahasan Menurut ketentuan putusan hakim sering pula disebut putusan pengadilan yang dalam, hal ini dapat terlihat dalam Pasal 1 ayat (11) KUHAP berbunyi: Putusan Pengadilan adalah 7
8 pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undangundang ini. Karena itu putusan yang dijatuhkan oleh hakim didasarkan pada bukti faktafakta hukum yang terungkap dalam persidangan. Sehubungan dengan putusan tersebut menurut ketentuan Pasal 183 Undang- bahwa terdakwa yang bersalah melakukannya. Putusan hakim merupakan faktor penting dalam menyelesaikan perkara pidana, karena merupakan puncak dari pada pergelaran perkara di pengadilan, untuk itu hakim dalam menjatuhkan amar putusan haruslah mengedepankan sikap kehati-hatian, agar putusanya benar-benar mencerminkan rasa keadilan bagi mereka yang berperkara. Undang Nomor 8 Tahun 1981 Sebagaimana diketahui tentang Hukum Acara Pidana menyebutkan : Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah dan memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa hakim memiliki tiga bentuk putusan yang dalam sidang pengadilan yakni, putusan bebas (vrisjpraak) dapat diambil jika salah satu unsur pasal yang didakwakan tidak terbukti, putusan lepas dari segala tuntutan hukum (onslag van alie rechtsvervolging) jika 8
9 perbuatan terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum tetapi perbuatan alternatif atau subsidair. Timbulnya bentuk surat dakwaan ini seiring dengan tersebut bukanlah merupakan perkembangan dibidang tindak pidana, dan putusan pemidanaan (veroordeling) jika semua unsur dakwaan dapat diungkap fakta-faktanya dalam pengadilan. Menurut penulis surat kriminalitas yang semakin variatif baik dalam bentuk atau jenis kejahatannya. Misalnya terdakwa diduga melakukan pembunuhan, maka dakwaan Kesatunya : primair dakwaan yang disusun oleh JPU pembunuhan berencana, telah memenuhi syarat formal dan materiil seperti surat dakwaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 143 ayat (2) huruf a subsidair pembunuhan biasa, lebih subsidair penganiayaan yang mengakibatkan orang mati. Dakam dakwaan keduanya dan huruf b Undang-Undang primair mencuri dengan Nomor 8 Tahun 1981 tentang pemberatan, subsidairnya Hukum Acara Pidana. Dalam pencurian biasa, begitu Perkara No. selanjutnya. 273/Pid.B/2011/PN.PDG, JPU telah menyusun dakwaan dalam bentuk kombinasi, maksudnya pengabungan antara dakwaan komulatif dengan dakwaan Terdakwa dalam kasus ini berdasarkan surat dakwaan dan tuntutan JPU, di kenakan melanggar ketentuan Pasal 340 KUHP, dimana perbuatan 9
10 terdakwa telah memenuhi unsurunsur sebagai berikut : nyawa korban Mawar, adalah besi sulo sepanjang 50 cm diameter 16mm, maka siapapun dapat mengira bila besi tersebut dipukul dan Unsur barang siapa; Bahwa tentang unsur kesatu yaitu Barangsiapa, oleh pembuat Undang-undang adalah orang atau manusia, sebagai pendukung hak dan kewajiban yang dapat bertanggung jawab atas perbuatannya secara hukum. Unsur dengan sengaja dan direncanakan terlebih dahulu; Bahwa unsur kedua yaitu Dengan Sengaja terhadap unsur tersebut pengadilan berpendapat dan berkesimpulan telah terbukti dengan alasan sebagai berikut; 1. Bahwa alat yang dipakai oleh terdakwa menghilangkan ditusukkan ketubuh manusia pasti berakibat kematian 2. Bahwa dari banyaknya pukula dan tusukan yang dilakukan terdakwa terhadap tubuh korban Mawar, seperti dimuat dalam surat Visum et Refertum, maka siapapun juga memperkirakan berakibat kematian 3. Bahwa dilihat dari tempat luka ditubuh korban Mawar, sebagai akibat dan tusukan besi sulo yang dilakukan terdakwa, terdapat beberapa luka terbuka pada daerah wajah, kepala, dada, lengan, punggung, perut, dan beberapa luka lecet, memar, 10
11 dan terbuka pada bagian tubuh korban. Maka siapapun dapat memperkirakan bahwa perbuatan tersebut berakibat kematian. Unsur menghilangkan nyawa orang lain Bahwa tentang unsur ketiga dengan direncanakan terlebih dahulu terhadap unsur tersebut tergambar dalam : 1. Pengakuan terdakwa dipersidangan dan cukup lama bagi terdakwa untuk tidak membunuh korban Mawar dengan besi sulo tesebut; 2. Pengakuan terdakwa tersebut dikuatkan oleh keterangan saksi-saksi seperti Rum menyatakan bahwa benar anaknya Mawar telah meninggal akibat pukulan dan tusukan dari benda tajam, dan dikuatkan pula oleh saksisaksi lainnya; dihubungkan dengan hasil rekonstruksi dan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) yang dibuat oleh penyidik, terdapat tenggang waktu yang cukup lama bagi terdakwa untuk menghilangkan nyawa korban Mawar atau tidak, pada saat terdakwa hendak memukul kepala korban Mawar terdapat tenggang waktu yang 3. Berdasarkan hasil Visum et Refertum yang menyimpulkan bahwa korban telah meninggal akibat pukulan dan tusukan benda keras; Berdasarkan analisis penulis, maka penulis berpendapat bahwa penerapan hukum pidana materil pada perkara ini yakni Pasal 340 KUHP telah sesuai dengan peraturan perundang- 11
12 undangan yang berlaku. Dakwaan yang digunakan oleh JPU yang semulanya memakai 2. Pertimbangan Hakim dalam menerapkan ketentuan pidana mati terhadap pelaku tindak dakwaan kombinasi, namun dalam tuntutannya telah dapat pidana berencana pembunuhan Perkara membuktikan dakwaan kesatu primair, maka dengan demikian dakwaan subsidair tidak dipertimbangkan lagi dan No.273/Pid/B/2011/PN.PDG telah sesuai menurut ketentuan hukum yang berlaku, dimana Hakim telah sekaligus dikesampingkan. mempertimbangkan dengan Kesimpulan Berdasarkan uraian penulis di atas, maka penulis berkesimpulan sebagai berikut : 1. Penerapan hukum pidana oleh Majelis Hakim dalam Perkara No.273/Pid/B/2011/PN.PDG., kepada terdakwa Abu Santiang yang didakwa, di tuntut, dan di putus melanggar Pasal 340 KUHP sudah tepat, karena telah memenuhi unsur-unsur pasal dimaksud. baik dari pertimbangan yuridis, fakta-fakta yang terungkap di persidangan, keterangan saksi-saksi, alat bukti yang sah dan meyakinkan, serta kebijaksanaan Hakim yang mendukung dan sanksi pidana yang jatuhkan pada perkara tersebut diatas sudah maksimal, sehingga dapat menimbulkan efek jera dan memberikan rasa takut bagi terpidana pada khususnya, 12
13 dan khalayak pada umumnya, sebagaimana fungsi pidana pada mestinya. 2. Kepada setiap kaum Hawa agar dapat menjaga dan tidak mudah percaya kepada kaum Adam terhadap janji manis dan Saran Adapun saran yang dapat penulis berikan sehubungan dengan penulisan skripsi ini adalah : 1. Penulis mengharapkan kepada segenap aparat penegak hukum agar setiap pelaku kejahatan sekiranya ditindak dengan tegas dan diberikan sanksi yang bujuk rayu yang di berikan. 3. Penulis berharap agar tidak adanya pengajuan banding serta kasasi dalam perkara tindak pidana pembunuhan atau yang menyebebkan hilangnya nyawa orang lain. 4. Kepada aparatur hukum agar dapat memberikan sosialisasi kepada setiap warga yang dominan tidak mengetahui hukum secara tertulis, yang setimpal serta mampu bertujuan untuk membuat pada pelaku tindak pidana jera berdasarkan pada memberitahukan eksistensi atas berlakunya hukum serta sanksi atau ketentuan-ketentuan keterangan korban dan saksisaksi sehingga keputusan hakim dapat memenuhi keadilan. pidana yang ada dan berlaku di Indonesia. 5. Agar setiap warga Indonesia peduli atas sesama dan saling 13
14 menghormati dalam Lilik Mulyadi, 2006, Hukum Acara menjalani kehidupan seharihari, agar tidak timbul gejalagejala yang menyebabkan terjadinya tindak pidana, khususnya tindak pidana pembunuhan. Pidana Normatif, Teoritis, Praktik dan Permasalahannya, Bandung Moeljatno, 1993, Asas-asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta DAFTAR PUSTAKA Adami Chazawi, 2000, Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa, Raja Grafindo Persada, Malang. Andi Hamzah dan Sumangalipu A, 1984, Pidana Mati Di Indonesia Di Masa Lalu, Pompe dan Tjeenk Willink, 1982, Handboek Van Het Nederlandse Strafrecht, Zwolle, Ghalia Indonesia, Bandung. Soerjono Soekamto, 1997, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, Kini Dan Di Masa Depan, Ghalia Indonesia, Jakarta. Andi Hamzah, 1985, Tata Tentram Kerta Raharja, Ghalia Indonesia, Jakarta Bambang Waluyo, 2004, Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta. 14
BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana (kepada barangsiapa yang melanggar larangan tersebut), untuk singkatnya dinamakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang siapa sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik. Perilaku warga negara yang menyimpang dari tata hukum yang harus
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara berkewajiban untuk menjamin adanya suasana aman dan tertib dalam bermasyarakat. Warga negara yang merasa dirinya tidak aman maka ia berhak meminta perlindungan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tindak Pidana Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan atau perbuatan jahat dapat diartikan secara yuridis atau kriminologis.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban pidana ( criminal liability) atau ( straafbaarheid),
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pertanggungjawaban Pidana Pertanggungjawaban pidana ( criminal liability) atau ( straafbaarheid), sesungguhnya tidak hanya menyangkut soal hukum semata-mata, melainkan juga menyangkut
Lebih terperinciMakalah Daluwarsa Penuntutan (Hukum Pidana) BAB I PENDAHULUAN
Makalah Daluwarsa Penuntutan (Hukum Pidana) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan apa yang tertuang dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana bahwa wewenang penghentian penuntutan ditujukan kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui media massa maupun media elektronik seperti televisi dan radio.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejahatan pembunuhan mengalami peningkatan yang berarti dari segi kualitas dan kuantitasnya. Hal ini bisa diketahui dari banyaknya pemberitaan melalui media massa maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka kehidupan masyarakat tidak lepas dari aturan hukum. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Globalisasi menyebabkan ilmu pengetahuan kian berkembang pesat termasuk bidang ilmu hukum, khususnya dikalangan hukum pidana. Banyak perbuatan-perbuatan baru yang
Lebih terperinciTINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DENGAN RENCANA LEBIH DULU SECARA BERSAMA-SAMA. (Tinjauan Yuridis Terhadap Putusan No. 180/Pid.B/2011/PN.
TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DENGAN RENCANA LEBIH DULU SECARA BERSAMA-SAMA (Tinjauan Yuridis Terhadap Putusan No. 180/Pid.B/2011/PN.Pwt) S K R I P S I Oleh : MOHAMAD RIANSYAH SUGORO E1E004146 KEMENTERIAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciSANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU PEMBANTU KEJAHATAN TERHADAP NYAWA
SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU PEMBANTU KEJAHATAN TERHADAP NYAWA Oleh: I Wayan Agus Vijayantera Ni Putu Purwanti Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Murder is a brutal crime
Lebih terperinciBAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA
BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA A. Batasan Pengaturan Tindak Pidana Kekekerasan Fisik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Hakim memiliki peranan penting dalam suatu proses persidangan yaitu. mengambil suatu keputusan hukum dalam suatu perkara dengan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakim memiliki peranan penting dalam suatu proses persidangan yaitu mengambil suatu keputusan hukum dalam suatu perkara dengan mempertimbangkan semua bukti-bukti yang ada.
Lebih terperinciDASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA PENJARA TERHADAP ANAK
DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA PENJARA TERHADAP ANAK Oleh : Made Agus Indra Diandika I Ketut Sudantra Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT The paper is titled
Lebih terperinciIMPLEMENTATION OF PROVISION OF LEGAL ASSISTANCE FREE OF CHARGE TO DEFENDANT IN COURT KLAS IA PADANG.
IMPLEMENTATION OF PROVISION OF LEGAL ASSISTANCE FREE OF CHARGE TO DEFENDANT IN COURT KLAS IA PADANG Mila Artika 1, Syafridatati 1, Yetisma Saini 1 1 Jurusan Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Bung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kekuasaan tertinggi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Konsep Negara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara yang meletakkan hukum sebagai supremasi kekuasaan tertinggi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Konsep Negara hukum dalam berbangsa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat), tidak
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Pernyataan tersebut secara tegas tercantum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum sebagai subsistem sosial menempati posisi penting dalam eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha membangun sistem hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada hakekatnya adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid) terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pribadi maupun makhluk sosial. Dalam kaitannya dengan Sistem Peradilan Pidana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara berdasarkan hukum bukan semata-mata kekuasaan penguasa. Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, maka seluruh warga masyarakatnya
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG. yang diajukan oleh warga masyarakat. Penyelesaian perkara melalui
BAB I LATAR BELAKANG Lembaga peradilan merupakan institusi negara yang mempunyai tugas pokok untuk memeriksa, mengadili, memutuskan dan menyelesaikan perkaraperkara yang diajukan oleh warga masyarakat.
Lebih terperinciKioge Lando, Kristiyadi. Abstrak. Abstract
KESESUAIAN ALASAN PENGAJUAN UPAYA BANDING PARA TERDAKWA DAN PERTIMBANGAN HAKIM MENERIMA PERMOHONAN BANDING DALAM PERKARA PEMBUNUHAN (Studi Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta Nomor: 50/PID/2014/PT.DKI) Kioge
Lebih terperinciPENGADILAN TINGGI MEDAN
P U T U S A N NOMOR : 514/PID/2016/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam peradilan tingkat banding, telah menjatuhkan putusan sebagai
Lebih terperinciUNSUR MELAWAN HUKUM DALAM PASAL 362 KUHP TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN
UNSUR MELAWAN HUKUM DALAM PASAL 362 KUHP TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN Oleh I Gusti Ayu Jatiana Manik Wedanti A.A. Ketut Sukranatha Program Kekhususan Hukum Pidana Fakultas Hukum, Universitas Udayana
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS PEMBUKTIAN TURUT SERTA DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN (Studi Kasus Putusan No. 51/Pid.B/2009 /PN.PL) MOH. HARYONO / D
TINJAUAN YURIDIS PEMBUKTIAN TURUT SERTA DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN (Studi Kasus Putusan No. 51/Pid.B/2009 /PN.PL) MOH. HARYONO / D 101 08 100 ABSTRAK Tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemberantasan atau penindakan terjadinya pelanggaran hukum. pada hakekatnya telah diletakkan dalam Undang-Undang Nomor 48 tahun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara hukum dimana penyelenggaraan kekuasaan pemerintahannya didasarkan atas hukum. Negara hukum dalam kekuasaan pemerintahan berdasarkan kedaulatan
Lebih terperinciPENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA MUTILASI
PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA MUTILASI Oleh Made Wira Kusumajaya Ni Nengah Adi Yaryani, SH., MH Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Crime by mutilation
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyelesaian perkara pidana, keterangan yang diberikan oleh seorang saksi. pidana atau tidak yang dilakukan terdakwa.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alat bukti berupa keterangan saksi sangatlah lazim digunakan dalam penyelesaian perkara pidana, keterangan yang diberikan oleh seorang saksi dimaksudkan untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa Negara Indonesia
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara hukum, pernyataan tersebut termuat dalam Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas
Lebih terperinciFUNGSI BARANG BUKTI BAGI HAKIM DALAM MEJATUHKAN PUTUSAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA
FUNGSI BARANG BUKTI BAGI HAKIM DALAM MEJATUHKAN PUTUSAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Klas I-A Padang) JURNAL Diajukan Oleh: DEDI SURYA PUTRA 0810005600138
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penegakan hukum di Indonesia, pembinaan dan pengarahan, perlu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penegakan hukum di Indonesia, pembinaan dan pengarahan, perlu dilakukan supaya hukum mampu memenuhi kebutuhan sesuai dengan tingkat kemajuan masyarakat Indonesia.
Lebih terperinciPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI PEMBELI BARANG HASIL KEJAHATAN DITINJAU DARI PASAL 480 KUHP TENTANG PENADAHAN
PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI PEMBELI BARANG HASIL KEJAHATAN DITINJAU DARI PASAL 480 KUHP TENTANG PENADAHAN I Gede Made Krisna Dwi Putra I Made Tjatrayasa I Wayan Suardana Hukum Pidana, Fakultas Hukum,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. nampaklah bahwa pembuktian itu hanyalah diperlukan dalam berperkara dimuka
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Pembuktian Pengertian dari membuktikan ialah meyakinkan Hakim tentang kebenaran dalil atau dalil-dalil yang dikemukakan dalam suatu persengketaan. Dengan demikian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang sering digunakan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kehidupan manusia merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang harus dijalani oleh setiap manusia berdasarkan aturan kehidupan yang lazim disebut norma. Norma
Lebih terperinciV. PENUTUP. polri studi putusan No: 283/pid.B./2011/PN.MGL. Pertanggungjawaban atas
V. PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan mengenai permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini pada bab sebelumnya, maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pertanggungjawaban pidana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat kejahatan terhadap harta benda orang banyak sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap kepentingan
Lebih terperinciPenerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)
Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis) 1. Dany Try Hutama Hutabarat, S.H.,M.H, 2. Suriani, S.H.,M.H Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum,
Lebih terperinciFAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ATMAJAYA YOGYAKARTA
NASKAH PUBLIKASI PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PUTUSAN PIDANA PENJARA TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENCURIAN Diajukan Oleh : Nama : Yohanes Pandu Asa Nugraha NPM : 8813 Prodi : Ilmu
Lebih terperinciJURNAL PENJATUHAN PIDANA TERHADAP PENJUAL MINUMAN KERAS OPLOSAN YANG MENGAKIBATKAN KEMATIAN (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI KOTA YOGYAKARTA)
JURNAL PENJATUHAN PIDANA TERHADAP PENJUAL MINUMAN KERAS OPLOSAN YANG MENGAKIBATKAN KEMATIAN (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI KOTA YOGYAKARTA) Diajukan oleh : Erico Aldeo Hasanussy NPM : 100510423 Program
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis formal, tindak kejahatan
18 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tindak Pidana Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana. Tindak pidana merupakan suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah perbuatan jahat
Lebih terperinciKEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM BAGI HAKIM DALAM MEMPERTIMBANGKAN PUTUSANNYA. Oleh : Sumaidi, SH.MH
KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM BAGI HAKIM DALAM MEMPERTIMBANGKAN PUTUSANNYA Oleh : Sumaidi, SH.MH Abstrak Aparat penegak hukum mengalami kendala dalam proses pengumpulan alat-alat bukti yang sah
Lebih terperinciJURNAL PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU PEMALSUAN SURAT (STUDI PUTUSAN NOMOR 53/PID.B/2015/PN.MTR)
JURNAL PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU PEMALSUAN SURAT (STUDI PUTUSAN NOMOR 53/PID.B/2015/PN.MTR) Oleh : FAHMI KUNIA D1A 012 127 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM 2016 HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING
Lebih terperinciFAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008
1 PENYANTUNAN BAGI KELUARGA MENINGGAL ATAU LUKA BERAT KECELAKAAN LALU LINTAS DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PENGAMBILAN PUTUSAN HAKIM Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat Guna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)
BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara berdasarkan hukum. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3) yang berbunyi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penegakan hukum merupakan salah satu usaha untuk menciptakan tata tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan usaha pencegahan maupun
Lebih terperinciPEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA MELARIKAN WANITA YANG BELUM CUKUP UMUR
PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA MELARIKAN WANITA YANG BELUM CUKUP UMUR Oleh: I Gusti Bagus Eka Pramana Putra I Ketut Mertha I Wayan Suardana Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat di pandang sama dihadapan hukum (equality before the law). Beberapa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah Negara hukum, dimana setiap orang dapat di pandang sama dihadapan hukum (equality before the law). Beberapa penerapan peraturan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara hukum, hal ini telah dinyatakan dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara hukum, hal ini telah dinyatakan dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum, tidak berdasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana adalah suatu pelanggaran norma-norma yang oleh pembentuk undang-undang ditanggapi dengan suatu hukuman pidana. Maka, sifat-sifat yang ada di dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang baik dan yang buruk, yang akan membimbing, dan mengarahkan. jawab atas semua tindakan yang dilakukannya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan akal budi dan nurani yang memberikan kepadanya kemampuan untuk membedakan yang baik dan yang buruk, yang
Lebih terperinciPERANAN VISUM ET REPERTUM PADA KASUS PEMBUNUHAN OLEH IBU TERHADAP ANAK (BAYI)
PERANAN VISUM ET REPERTUM PADA KASUS PEMBUNUHAN OLEH IBU TERHADAP ANAK (BAYI) Oleh : Putu Dian Asthary I Gst Agung Ayu Dike Widhyaastuti Bagian Hukum Administrasi Negara Universitas Udayana ABSTRAK Makalah
Lebih terperinciABSTRAK ACHMAD IMAM LAHAYA, Nomor Pokok B , Tinjauan Yuridis Terhadap Penyertaan Tindak
ABSTRAK ACHMAD IMAM LAHAYA, Nomor Pokok B 111 09 315, Program Studi Hukum Pidana, Jurusan Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin. Menyusun skripsi dengan judul Tinjauan Yuridis Terhadap Penyertaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditinjau dari aspek yuridis maka pengertian anak dalam hukum positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/ minderjaring, 1 orang yang di
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMENJARAAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PUTUSAN NO.203/PID.SUS/2011/PN.
BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMENJARAAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PUTUSAN NO.203/PID.SUS/2011/PN.SKH A. Analisis Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Pidana. hukum yang berlaku disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturanaturan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Pidana Menurut Moeljatno (2000: 1), hukum pidana adalah bagian dari pada keseluruhan hukum yang berlaku disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Didalam proses perkara pidana terdakwa atau terpidana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Didalam proses perkara pidana terdakwa atau terpidana dimungkinkan untuk melakukan upaya hukum. Ada upaya hukum biasa dan upaya hukum luar biasa. Upaya hukum
Lebih terperinciAbstrak. Kata kunci: Peninjauan Kembali, Kehkilafan /Kekeliranan Nyata, Penipuan. Abstract. Keywords:
Abstrak Penelitian hukum ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian alasan terpidana pelaku tindak pidana penipuan dalam mengajukan upaya hukum Peninjauan Kembali dengan dasar adanya suatu kehilafaan hakim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hidup tenteram, damai, tertib serta berkeadilan merupakan dambaan setiap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hidup tenteram, damai, tertib serta berkeadilan merupakan dambaan setiap orang yang hidup di dunia ini. Oleh karena itu untuk mewujudkan tujuan tersebut perlu
Lebih terperinciKEDUDUKAN SAKSI A DE CHARGE PADA PROSES PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI ARTIKEL ILMIAH
KEDUDUKAN SAKSI A DE CHARGE PADA PROSES PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI ARTIKEL ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum Oleh: SAKTIAN NARIS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Adanya hukum dan di buat tumbuh dan berkembang dalam masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Adanya hukum dan di buat tumbuh dan berkembang dalam masyarakat dengan tujuan untuk mengatur kehidupan masyarakat baik masyarakat modren maupun masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara hukum, Pasal 28 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai Negara hukum, Pasal 28 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bernegara, sebagaimana yang telah diamanahkan oleh Undang-undang Dasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah Negara Indonesia adalah negara yang meletakkan hukum sebagai supremasi kekuasaan tertinggi dalam menata seluruh kehidupan berbangsa dan bernegara, sebagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam hal dan menurut tata cara yang diatur dalam undang-undang untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyidikan tindak pidana merupakan serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut tata cara yang diatur dalam undang-undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keberlangsungan hidup manusia dan keberlangsungan bangsa dan negara. Dalam konstitusi Indonesia, anak memiliki peran strategis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum Acara Pidana adalah memberi perlindungan kepada Hak-hak Asasi Manusia dalam keseimbangannya dengan kepentingan umum, maka dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan yang sudah diuraikan sebelumnya maka penulis. menyimpulkan bahwa :
61 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang sudah diuraikan sebelumnya maka penulis menyimpulkan bahwa : 1. Dalam memperoleh suatu keyakinan oleh hakim, ia harus mendasarkan keyakinannya
Lebih terperinciP U T U S A N Nomor : 33/Pid.B/2013/PN.M DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
P U T U S A N Nomor : 33/Pid.B/2013/PN.M DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Majene yang mengadili perkara pidana dengan Acara Pemeriksaan Biasa pada tingkat pertama telah
Lebih terperinciPERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA. Oleh : Yulia Monita dan Dheny Wahyudhi 1 ABSTRAK
Peranan Dokter Forensik, Pembuktian Pidana 127 PERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA Oleh : Yulia Monita dan Dheny Wahyudhi 1 ABSTRAK Di dalam pembuktian perkara tindak pidana yang berkaitan
Lebih terperincidikualifikasikan sebagai tindak pidana formil.
12 A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana adalah suatu perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana oleh undang-undang 1. Hukum pidana sebagai peraturan-peraturan yang bersifat abstrak merupakan
Lebih terperinciKEKUATAN HUKUM SAKSI A DE CHARGE DALAM PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN DIPENGADILAN NEGERI KISARAN JURNAL
KEKUATAN HUKUM SAKSI A DE CHARGE DALAM PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN DIPENGADILAN NEGERI KISARAN JURNAL Oleh: EKA PUJI ASTUTI SITORUS NIM. 120200002 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hukum Pidana Sebagaimana yang telah diuraikan oleh banyak pakar hukum mengenai hukum pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi terhadap
Lebih terperinciPENERAPAN ALAT BUKTI PETUNJUK OLEH HAKIM DALAM MENJATUHKAN PUTUSAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN (Studi Kasus : Putusan Pengadilan Negeri Solok)
PENERAPAN ALAT BUKTI PETUNJUK OLEH HAKIM DALAM MENJATUHKAN PUTUSAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN (Studi Kasus : Putusan Pengadilan Negeri Solok) ARTIKEL/JURNAL Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk dipenuhi. Manusia dalam hidupnya dikelilingi berbagai macam bahaya. kepentingannya atau keinginannya tidak tercapai.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia adalah mendukung atau penyandang kepentingan, kepentingan adalah suatu tuntutan perorangan atau kelompok yang diharapkan untuk dipenuhi. Manusia dalam
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis
I. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Unsur-Unsur Tindak Pidana Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana. Tindak pidana merupakan suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum sebagai konfigurasi peradaban manusia berjalan seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat sebagai komunitas dimana manusia tumbuh dan berkembang
Lebih terperinciPENANGGUHAN PENAHANAN DALAM PROSES PERKARA PIDANA (STUDI KASUS KEJAKSAAN NEGERI PALU) IBRAHIM / D Abstrak
PENANGGUHAN PENAHANAN DALAM PROSES PERKARA PIDANA (STUDI KASUS KEJAKSAAN NEGERI PALU) IBRAHIM / D 101 10 523 Abstrak Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechstaat), tidak berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun yang benar-benar menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia serta
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang benar-benar menjunjung
Lebih terperinciBAB IV HAMBATAN-HAMBATAN BAGI PENUNTUT UMUM DALAM MELAKUKAN PENUNTUTAN DILIHAT DARI PERAN KORBAN DALAM TERJADINYA TINDAK PIDANA
70 BAB IV HAMBATAN-HAMBATAN BAGI PENUNTUT UMUM DALAM MELAKUKAN PENUNTUTAN DILIHAT DARI PERAN KORBAN DALAM TERJADINYA TINDAK PIDANA Memahami masalah terjadinya suatu kejahatan, terlebih dahulu harus memahami
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. secara konstitusional terdapat dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara berdasarkan atas hukum, penegasan ini secara konstitusional terdapat dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi:
Lebih terperinciTINJAUAN TERHADAP LANGKAH JAKSA PENUNTUT UMUM DALAM MEMBUKTIKAN PERKARA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA YANG MENGGUNAKAN RACUN
Jurnal Skripsi TINJAUAN TERHADAP LANGKAH JAKSA PENUNTUT UMUM DALAM MEMBUKTIKAN PERKARA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA YANG MENGGUNAKAN RACUN Disusun oleh : 1.Laurensius Geraldy Hutagalung Dibimbing
Lebih terperinciPERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMBUKTIKAN TERJADINYA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN HUBUNGAN KELUARGA. Oleh: Marwan Busyro * Abstrak
PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMBUKTIKAN TERJADINYA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN HUBUNGAN KELUARGA Oleh: Marwan Busyro * Abstrak Permasalahan dalam penelitian ini adalah, pertama, apakah pertimbangan Hakim dalam
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. bentuk kejahatan terhadap nyawa manusia, diatur dalam Pasal 340 yang
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pembunuhan Berencana Pembunuhan dengan rencana terlebih dahulu atau disingkat pembunuhan berencana adalah pembunuhan yang paling berat ancaman pidananya dari seluruh
Lebih terperinciKONSEKUENSI HUKUM PENGINGKARAN ISI BERITA ACARA PEMERIKSAAN OLEH TERDAKWA DI PERSIDANGAN Oleh :
KONSEKUENSI HUKUM PENGINGKARAN ISI BERITA ACARA PEMERIKSAAN OLEH TERDAKWA DI PERSIDANGAN Oleh : Cintya Dwi Santoso Cangi Gde Made Swardhana Bagian Hukum Peradilan, Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melanggarnya, sedangkan kejahatan adalah perbuatan dengan proses yang sama dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan yang disertai ancaman (sanksi) berupa pidana tertentu bagi siapa saja yang melanggarnya,
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. Fenomena yang aktual saat ini yang dialami negara-negara yang sedang
I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena yang aktual saat ini yang dialami negara-negara yang sedang berkembang maupun negara maju sekalipun yaitu pencapaian kemajuan di bidang ekonomi dan ilmu pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dasar Tahun 1945 Pasal 1 ayat (3). Sebagai negara hukum tata. kehidupan bangsa dan bernegara harus sesuai dengan norma dan hukum.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan Undangundang Dasar Tahun 1945 Pasal 1 ayat (3). Sebagai negara hukum tata kehidupan bangsa dan bernegara harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harus diselesaikan atas hukum yang berlaku. Hukum diartikan sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum, sehingga segala sesuatu permasalahan yang melanggar kepentingan warga negara indonesia (WNI) harus diselesaikan atas hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berada disekitar kita. Pemerkosaan merupakan suatu perbuatan yang dinilai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat perkembangan kasus perkosaan yang terjadi di masyarakat pada saat ini dapat dikatakan bahwa kejahatan pemerkosaan telah berkembang dalam kuantitas maupun kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa negara Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum dan tidak berdasarkan atas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. evaluasi hukum. Penegakan hukum pada hakikatnya merupakan interaksi antara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penegakan hukum merupakan pusat dari seluruh aktivitas kehidupan hukum yang dimulai dari perencanaan hukum, pembentukan hukum, penegakan hukum dan evaluasi hukum.
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI
20 BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI A. Undang-Undang Dasar 1945 Adapun terkait hal keuangan, diatur di dalam Pasal 23 Undang-Undang Dasar 1945, sebagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan menjunjung tinggi hak asasi manusia serta menjamin segala
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Tindak Pidana, Pelaku Tindak Pidana dan Tindak Pidana Pencurian
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tindak Pidana, Pelaku Tindak Pidana dan Tindak Pidana Pencurian Tindak pidana merupakan perbuatan yang dilakukan oleh seseorang dengan melakukan suatu kejahatan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) mengatur bahwa dalam beracara pidana, terdapat alat bukti yang sah yakni: keterangan Saksi,
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Tindak Pidana pembunuhan termasuk dalam tindak pidana materiil ( Materiale
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak Pidana pembunuhan termasuk dalam tindak pidana materiil ( Materiale delicht), artinya untuk kesempurnaan tindak pidana ini tidak cukup dengan dilakukannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berbunyi Negara Indonesia adalah Negara Hukum.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara Hukum sebagaimana dicantumkan pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 yang berbunyi Negara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin kepastian hukum, ketertiban dan perlindungan masyarakat, sehingga berbagai dimensi hukum
Lebih terperinciPELAKSANAAN PUTUSAN PIDANA PEMBAYARAN UANG PENGGANTI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI DI SURAKARTA
PELAKSANAAN PUTUSAN PIDANA PEMBAYARAN UANG PENGGANTI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI DI SURAKARTA Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Pada Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan bahwa Negara Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum dan tidak berdasar atas kekuasaan
Lebih terperinci