BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Laporan Keuangan Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan Laporan keuangan menyediakan informasi mengenai sumber daya yang tersedia untuk manajemen, bagaimana sumber dana diperoleh, dan bagaimana sumber daya tersebut digunakan (Reilly, 2003). Laporan keuangan menjadi informasi yang berguna, seperti melalui analisis laporan keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan dapat memberikan informasi tentang posisi keuangan perusahaan, perubahan posisi keuangan, dan kinerja perusahaan. Laporan keuangan yang diperlukan investor terdiri atas neraca, laporan rugi-laba, dan laporan arus kas. Tujuan dari penyajian laporan keuangan (Kieso, 2006): a. Untuk membantu investor, kreditor, dan pengguna lain yang telah ada sekarang maupun yang potensial dalam membuat keputusan rasional tentang investasi, kredit, dan lain lain. b. Untuk membantu investor, kreditor, dan pengguna lain yang telah ada sekarang maupun yang potensial dalam menilai jumlah, waktu, dan ketidakpastian mengenai penerimaan kas di masa mendatang dalam bentuk dividen atau bunga, serta hasil dari penjualan, redemption, ataupun jatuh tempo dari sekuritas dan pinjaman. c. Memberi gambaran tentang sumber daya ekonomi dari perusahaan, klaim atas sumber daya tersebut serta pengaruh dari transaksi dan kejadiankejadian yang dapat mengubah sumber daya dan klaim tersebut. Informasi dari laporan keuangan dapat digunakan untuk menghitung rasio dan analisis aktivitas bisnis, perencanaan, pembiayaan, investasi, dan operasi pusahaan untuk menentukan faktor yang mempengaruhi pendapatan perusahaan, serta arus kas. 9

2 Analisis Rasio Keuangan Analisis menggunakan rasio keuangan untuk melihat hubungan antara nilai individu dalam laporan keuangan. Rasio keuangan ini bukan hanya untuk satu perusahaan saja, melainkan dibandingkan dengan faktor lain seperti makroekonomi, kondisi industri, pesaing diantara industri, dan kinerja masa lalu. Analisis rasio keuangan dibagi dalam 5 kategori yang akan membantu analis dalam memahami karakteristik ekonomi yang penting dalam perusahaan (Reilly, 2003): 1. Common size analysis Menganalisis laporan keuangan seperti neraca dan laporan rugi-laba dengan melakukan presentase setiap elemen terhadap total aset dan total penjualan pada tahun tertentu sehingga analis dapat mengetahui bagaimana struktur dari pembiayaan perusahaan. 2. Internal liquidity (solvency) Rasio likuiditas mengindikasikan kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendeknya. Semakin likuid semakin kecil risikonya. Perhitungan dapat dilakukan dengan rumus: current ratio, quick aset ratio, working capital, atau analisis cash flow. 3. Evaluating operating performance Rasio ini mengidentifikasikan seberapa baik manajemen mengoperasikan bisnisnya. Rasio ini terbagi atas operating efficiency & operating profitability. 4. Risk analysis Total risiko perusahaan terdiri dari dua komponen internal, yaitu risiko bisnis dan risiko finansial. Risiko bisnis merupakan ketidakpastian pendapatan yang disebabkan karena fluktuasi penjualan dan laba operasi perusahaan,

3 11 sedangkan risiko finansial berupa ketidakpastian ROE karena perusahaan menggunakan hutang dalam pembiayaannya. Risiko lain yang ditanggung perusahaan yaitu external liquidity risk, yaitu risiko perusahaan untuk dapat membeli/menjual aset dengan cepat dan sedikit terjadinya perubahan harga. Dipengaruhi oleh price earning ratio dan price to book value. Rasio itu semakin rendah semakin kecil risiko yang dihadapi, karena adanya undervalue valuasi harga saham. 5. Growth analysis Nilai suatu perusahaan tergantung dari pertumbuhan pendapatan, arus kas, dan dividen di masa yang akan datang. Ada dua faktor yang mempengaruhi, antara lain besarnya sumber daya yang ditahan kembali untuk investasi dan besarnya ROE. Berdasarkan Reilly (2003) pula, dinyatakan bahwa dalam pasar yang efisien seharusnya terdapat hubungan antara variabel risiko internal perusahaan dengan ukuran risiko pasar seperti beta. Jadi, analisis laporan keuangan berupa rasio-rasio keuangan dapat digunakan untuk memperkirakan risiko sistematis suatu aset. 2.2 Risiko Pengertian Risiko Capital Market Theory menjelaskan perilaku investor dalam melakukan pengambilan keputusan berinvestasi. Investor akan mempertimbangkan dua faktor penting dalam mengambil keputusan berinvestasi, yaitu besarnya imbal hasil yang diharapkan (expected return) dan risiko. Oleh karena itu konsep risiko tidak terlepas kaitannya dengan imbal hasil (return). Pengertian imbal hasil itu sendiri merupakan tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor di masa depan atas investasinya di masa sekarang.

4 12 Berdasarkan pengertian imbal hasil (return), bahwa imbal hasil (return) suatu saham adalah hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara menghitung selisih harga saham periode berjalan dengan periode sebelumnya dengan mengabaikan dividen, maka dapat ditulis rumus (Ross et al., 2003) : p p t t 1 R t (2.1) pt 1 Perhitungan di atas menurut Brooks, merupakan jenis metode perhitungan imbal hasil (return) sebagai simple returns. Metode selanjutnya yaitu continuosly compounded returns. Adapun formula perhitungannya adalah sebagai berikut: pt r ln t (2.2) pt 1 Dimana: r t = Continuosly compounded returns pada periode t p t = Harga saham pada periode t p t-1 = Harga saham pada periode t-1 Seperti telah dijelaskan sebelumnya, investor selalu mengharapkan tingkat imbal hasil yang sesuai atas setiap risiko investasi yang dihadapinya. Risiko adalah ketidakpastian mengenai tingkat pengembalian di masa yang akan datang (Bodie et al., 2007). Menurut Reilly et al. (2003) risiko dapat diartikan bahwa risiko merupakan ketidakpastian atas investasi yang akan diperoleh terhadap imbal hasil yang diharapkan. Sedangkan Sharpe (1999) menyatakan Risk is the think for measuring of actual return deviation to expected return. Jones (2000) mendefinisikan Risk is defined as the change that actual return on an investment will be different from the expected return. Jadi, risiko merupakan perubahan dimana imbal hasil yang terjadi dari investasi akan berbeda-beda terhadap imbal hasil yang diharapkan.

5 13 Menurut Scott et al. (2000), risiko adalah penyimpangan yang terjadi antara actual return dengan imbal hasil yang diharapkan sebelumnya (expected return). Keown et al. (2002) mendefinisikan risiko adalah munculnya variabilitas yang berhubungan dengan penerimaan atau arus pendapatan yang diharapkan. Jadi, risiko dari sudut pandang investasi merupakan trade off untuk imbal hasil yang diharapkan (expected return). Jika ingin memperoleh tingkat pengembalian yang lebih tinggi maka risiko yang diterima akan juga lebih besar. Pengukuran risiko dibutuhkan sebagai tolak ukur untuk memahami signifikansi dari kerugian yang akan ditimbulkan oleh terealisirnya suatu risiko, baik secara individual maupun portfolio. Menurut Ross et al (2005) : The variance and its square root, the standard deviation, are the most commonly used measure of volatility. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk menghitung besarnya risiko digunakan perhitungan varians dan standar deviasi. Varians merupakan rata-rata kuadrat selisih antara actual return dengan imbal hasil (return) rata-rata. Sedangkan standar deviasi merupakan akar dari varians. Risiko dinyatakan dalam standar deviasi yang dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: n i 1 ( r r) P( 2 i r i ) (2.3) Dimana: σ = standar deviasi (simpangan) r i = kemungkinan imbal hasil pada saat i r = imbal hasil yang diharapkan P(r i ) = kemungkinan imbal hasil i akan terjadi

6 Jenis-jenis Risiko Berdasarkan sifat dapat didiversifikasikan atau tidak dapat didiversifikasi, risiko investasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu (1) risiko sistematis (systematic risk), yang tidak dapat didiversifikasikan, dan (2) risiko tidak sistematis (unsystematic risk, yang dapat didiversifikasikan). 1. Risiko Sistematis (Beta) Risiko sistematis atau risiko yang tidak dapat didiversifikasi disebut juga dengan risiko pasar. Risiko ini berkaitan dengan kondisi yang terjadi di pasar secara umum, misalnya perubahan dalam perekonomian secara makro, risiko tingkat bunga, risiko politik, risiko inflasi, risiko nilai tukar dan risiko pasar. Risiko ini mempengaruhi semua perusahaan dan karenanya tidak bisa dihilangkan dengan diversifikasi. Parameter yang digunakan dalam mengukur risiko ini adalah beta. Pengertian beta menurut Jones (2000) yaitu suatu ukuran volatilitas, atau suatu risiko sistematis relatif, dimana pengertian volatilitas adalah sebagai fluktuasi dari imbal hasil (return) suatu sekuritas dalam suatu periode tertentu. Jika fluktuasi imbal hasil (return) sekuritas secara statistik mengikuti fluktuasi imbal hasil (return) pasar, maka beta dari sekuritas tersebut bernilai 1. Misalnya apabila return pasar naik sebesar 5%, maka investor akan mengharapkan kenaikan return sekuritasnya sebesar 5% pula. Berdasarkan pengertian menurut Scott et al. (2000) serta Ross et al. (2003), dapat disimpulkan bahwa beta adalah pengukur volatilitas suatu risiko sistematis pada sekuritas. Beta suatu sekuritas dapat dihitung dengan titik estimasi yang menggunakan data historis maupun estimasi secara subjektif. Beta historis dapat dihitung dengan menggunakan data historis berupa data pasar (imbal hasil (return) sekuritas dan imbal hasil (return) pasar). Secara matematis menurut Bodie et al.(2007), beta dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

7 15 β = N N XY X 2 X Y 2 X (2.4) Dimana: X = Imbal hasil (return) pasar (R m ) Y = Imbal hasil (return) saham (R i ) N = Jumlah data β = Beta saham Atau dapat dinyatakan dengan rumus (Ross et al.; 2005) Cov i i, m 2 m (2.5) Dimana: β = Beta saham Cov i,m = Covarian antara saham i dengan pasar σ 2 = Varians pasar 2. Risiko Tidak Sistematis Risiko tidak sistematik merupakan risiko yang berpengaruh khusus pada sebuah aset tunggal atau sebuah aset kelompok kecil. Risiko tidak sistematis dipengaruhi oleh faktor mikro yang terdapat pada perusahaan atau industri tertentu, sehingga risiko ini hanya mempengaruhi perusahaan itu saja. Risiko tidak sistematis ini bisa diminimumkan dengan melakukan diversifikasi.

8 16 Sementara itu, berdasarkan Reilly (2003), investor dihadapkan kepada lima jenis sumber risiko fundamental sebagai berikut: 1. Risiko bisnis Risiko bisnis merupakan ketidakpastian arus pendapatan yang muncul karena kondisi bisnis perusahaan. Semakin fluktuatif pendapatan yang masuk ke perusahaan berarti semakin fluktuatif pula arus pendapatan yang diterima investor. 2. Risiko keuangan Risiko keuangan merupakan ketidakpastian yang muncul dari cara perusahaan mendanai kegiatannya. Pendanaan perusahaan bisa berasal dari penerbitan ekuitas atau penerbitan utang. Jika perusahaan menggunakan utang sebagai salah satu sumber pendanaan, maka perusahaan harus mendahulukan pembayaran bunga kepada kreditor daripada menghasilkan pendapatan untuk pemegang saham, dan akhirnya ketidakpastian imbal hasil pemegang saham akan meningkat. 3. Risiko likuiditas Risiko likuiditas merupakan ketidakpastian yang muncul saat investor merubah sekuritasnya menjadi kas, yang akan digunakan untuk konsumsi saat ini atau investasi lainnya. Semakin cepat dan mudah suatu asset diubah menjadi kas, berarti aset itu semakin likuid. Penilaian likuiditas tersebut terdiri atas berapa lama waktu yang diperlukan untuk merubah aset menjadi kas serta seberapa besar kepastian akan harga yang diperoleh. 4. Risiko nilai tukar Risiko nilai tukar merupakan ketidakpastian yang muncul ketika investor memiliki aset yang didominasi dengan mata uang yang berbeda dengan mata uang investor. Fluktuasi nilai tukar akan menimbulkan ketidakpastian pada pendapatan yang akan diperoleh investor.

9 17 5. Risiko negara (keadaan politik) Risiko negara (keadaan politik) merupakan ketidakpastian yang muncul karena terjadinya perubahan besar pada kondisi ekonomi dan politik suatu negara. Selanjutnya, penelitian ini fokus pada risiko yang tidak dapat didiversifikasi (systematic risk). Seperti dikutip pada Reilly (2003), banyak studi yang meneliti hubungan antara risiko sistematis dan variabel akuntansi. Penulis studi tersebut, terutama Thompson (1976), secara umum menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara ukuran risiko pasar dengan ukuran risiko fundamental yang berasal dari data akuntansi. Selain itu, berdasarkan Subramanyam (2004), elemen-elemen dari risiko sistematis antara lain: a. Risiko ekonomi (Economic risk) Risiko yang disebabkan dari lingkungan operasional pusahaan, seperti: fluktuasi dalam aktivitas bisnis, capital market risk dan purchasing power risk. Risiko bisnis merupakan risiko yang terjadi karena ketidakpastian kemampuan pusahaan memperoleh tingkat pengembalian investasinya, terjadi karena adanya perubahan faktor biaya dan pendapatan perusahaan. Faktor tersebut berubah karena persaingan, product mix, dan kemampuan manajemen. b. Risiko keuangan (Financial risk) Risiko ini terjadi karena struktur finanasial perusahaan dalam mengkombinasikan hutang dan ekuitas. c. Risiko akuntansi (Accounting risk) Merupakan risiko yang terjadi karena penggunaan metode akuntansi, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi hasil akhir perhitungan pendapatan (laba) perusahaan. Penggunaan metode akuntansi yang berbeda (dalam

10 18 lingkup SAK) juga tidak memberikan jaminan konsistensi dan komparibilitas bila dibandingkan dengan perusahaan lain. Sementara itu, menurut Rosenberg dan Guy (dikutip dari Bodie, et al 2007), untuk memperkirakan pengukuran beta perlu memperhatikan beberapa variabel sebagai berikut: a. Variance of earnings b. Variance of Cash Flow c. Growth in EPS d. Market capitalization e. Debt to Total asset ratio f. Dividend yearly 2.3 Studi Literatur Mengenai Risiko Pasar Teori Portofolio (Portofolio Theory) oleh Markowitz Markowitz (1952) menerbitkan artikel tentang teori portofolio. Esensi alokasi portofolio yang rasional tercakup dalam frase don t put all your eggs in one basket. Markowitz menunjukkan bahwa variance portofolio akan turun secara asimtotik mendekati covariance-nya. Dengan kata lain, variance sekuritas individunya dapat didiversifikasikan, tetapi covariance-nya tidak dapat didiversifikasikan. Dengan demikian setiap penambahan sekuritas akan mengurangi risiko portofolio tersebut. Berikut ini merupakan gambar dari penurunan risiko portofolio.

11 19 Variance of portofolio s return Diversifiable risk, unique risk, or unsystematic risk Covariance Portofolio risk, market risk, or systematic risk Number of securities Gambar 2.1 Penurunan Risiko Portofolio Secara Asymtotic Sumber : Ross, Westerfield, dan Jaffe (2005) berikut: Gambar di atas dapat dituliskan dalam persamaan matematis sebagai Total individual risk (var)=portfolio risk (cov) + unsystematic risk (var-cov) (2.6) Variance merupakan ukuran variabilitas imbal hasil saham individu. Namun, karena satu saham tidak bisa dilepaskan dari hubungannya dengan saham lainnya, maka muncul konsep covariance dan correlation yang melihat hubungan antar saham-saham tersebut. Variance portofolio dapat ditulis dalam persamaan matematis sebagai berikut (untuk kasus portofolio yang terdiri dari dua jenis aset): Var = X A 2 σ A X A X B ρ A,B σ A σ B + X B 2 σ B 2 (2.7) Dimana: X A = proporsi aset A pada portofolio σ A = standar deviasi aset A X B = proporsi asset B pada portofolio σ B = standar deviasi aset B ρ A,B = korelasi antara aset A dan aset B

12 20 Korelasi antara satu aset dangan aset lainnya berkisar dari angka +1 sampai -1. Jika korelasi antar aset tersebut +1 atau korelasi positif sempurna (perfect positive correlation), maka imbal hasil aset-aset tersebut lebih tinggi dari pada imbal hasil rata-rata pada saat yang bersamaan, dan akan lebih rendah dari imbal hasil rata-rata pada saat yang sama pula. Tanda positif menunjukkan pergerakan imbal hasil aset-aset tersebut yang searah. Jika korelasi antar aset-aset tersebut -1 atau korelasi negatif sempurna (perfect negative correlation), maka imbal hasil suatu aset akan lebih tinggi dari pada imbal hasil rata-rata sedangkan aset lainnya akan lebih rendah dari imbal hasil rata-rata. Tanda negatif menunjukkan arah pergerakan imbal hasil aset-aset tersebut yang berlawanan arah. Sedangkan jika korelasi antar aset-aset tersebut nol, berarti pergerakan imbal hasil suatu asset tidak memiliki keeratan hubungan pada pergerakan imbal hasil aset lainnya. Dalam menyusun sebuah portofolio, korelasi antar aset harus diperhatikan. Selama korelasi antar aset tersebut kecil dari 1, maka standar deviasi (risiko) portofolionya akan lebih kecil dari rata-rata tertimbang standar deviasi (risiko) individual asetnya. Melalui diversifikasi portofolio ini diharapkan investor dapat mendiversifikasikan risiko tidak sistematisnya dan hanya menghadapi risiko sistematis saja. Sehingga diversifikasi portofolio dapat dijadikan strategi bagi investor untuk memperkecil risiko yang dihadapi CAPM (Capital Asset Pricing Model ) Teori harga pasar aset (Capital Asset Pricing Model) dikembangkan pertama kali pada tahun 1960 oleh William F Sharpe, Lintner dan Mossin. CAPM merupakan suatu model yang menghubungkan tingkat pengembalian yang diharapkan dari suatu aset yang berisiko dengan risiko sistematis dari aset tersebut pada kondisi pasar yang seimbang. Penjelasan CAPM oleh Sharpe dan Lintner mengasumsikan adanya lending dan borrowing pada tingkat bunga risk free rate. Berdasarkan hal tersebut, maka imbal hasil yang diharapkan (expected return) dari aset i akan diperoleh sebagai berikut:

13 21 E(R i ) = R f + β i, (E[R m ] - R f ) (2.7) Dimana: E(R i ) = Tingkat pengembalian yang diharapkan dari sekuritas i yang mengandung risiko R f = Tingkat pengembalian bebas risiko E[R m ] = Tingkat pengembalian yang diharapkan dari portofolio pasar. β i = Risiko sistematis yang tidak bisa terdiversifikasi dari sekuritas i Berdasarkan CAPM, tingkat pengembalian dari aset memiliki hubungan yang linier terhadap covariance imbal hasil (returns)-nya pada return pasar (market returns). CAPM mengasumsikan bahwa aset dengan risiko sistematis (systematic risk) yang lebih besar akan menghasilkan imbal hasil (return) yang lebih besar pula, dibandingkan dengan aset yang risiko sistematis-nya lebih kecil. Oleh karena itu, apabila investor memiliki saham dengan risiko sistematis (systematic risk) sama dengan pasar, maka koefisien beta adalah 1, lalu imbal hasil yang diharapkan (expected return) adalah sama dengan imbal hasil pasar (market return). Jika koefisien beta adalah 0, maka imbal hasil yang diharapkan (expected return) akan sama dengan imbal hasil bebas risiko (risk free rate return). Dalam CAPM dinyatakan bahwa semakin tinggi risiko beta saham yang ditolerir investor maka semakin tinggi tingkat pengembalian saham yang diinginkannya. Bila beta tersebut dikaitkan dengan pengelompokkan saham bahwa saham yang memiliki beta diatas satu adalah saham yang berisiko tinggi dan saham yang memiliki beta dibawah satu disebut saham berisiko rendah, maka investor sebaiknya membeli saham yang memiliki beta di atas satu ketika pasar sedang mengalami kenaikan dan membeli saham beta dibawah satu ketika pasar sedang mengalami penurunan.

14 Model Indeks Tunggal (Single Indeks Model) atau Market Model Untuk mengiplementasikan CAPM, digunakanlah bentuk index model dengan mengunakan realized return. Single index model, yang juga dinamakan market model dikembangkan oleh Sharpe, yang merupakan pengembangan model yang dikemukakan oleh Markowitz. Model Markowitz dan single-index model, keduanya adalah model portofolio untuk meminimumkan varian. Perbedaan kedua model pada rumus yang digunakan untuk menentukan varian portofolio. Model Markowitz rumusnya diasumsikan untuk kondisi sangat sempurna, sedangkan single-index model diasumsikan terdapat sisa saham yang tidak berkorelasi sempurna. Sebagai salah satu alternatif, single-index model dapat digunakan untuk perkiraan imbal hasil (return) berbagai sekuritas individual maupun portofolio. Model ini didasarkan atas asumsi bahwa hasil pengembalian suatu sekuritas maupun portofolio dapat ditunjukkan sebagai suatu fungsi linier dari imbal hasil indeks pasar. Model ini berdasarkan pada asumsi bahwa imbal hasil (return) beberapa sekuritas atau portofolio dapat ditunjukkan sebagai fungsi linier dari indeks imbal hasil (return) pasar. Contohnya Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta ; S&P Index. Secara aljabar, model single-index ditunjukkan sebagai berikut r it irm, t i t (2.8) i, Dimana: r it = return sekuritas i pada periode waktu r M,t = return pasar pada periode waktu t α i = konstanta yang diukur dari return Sekuritas i yang tidak dihubungkan atau dipengaruhi oleh return pasar.

15 23 β i = beta, ukuran sensitifitas dari return sekuritas terhadap perubahan return pasar. ε i,t = tingkat kesalahan (error) merupakan bagian dari return sekuritas yang diabaikan αi dan βi. Jadi, model indeks tunggal didasarkan pengamatan bahwa harga dari suatu sekuritas berfluktuasi searah dengan indeks harga pasar. Secara khusus, dapat diamati bahwa kebanyakan saham cenderung mengalami kenaikan harga jika indeks harga saham naik. Hal tersebut menyarankan bahwa return dari sekuritas mungkin berkorelasi karena adanya reaksi umum terhadap perubahan nilai pasar. Model indeks tunggal pun membagi dua sumber risiko dari return sekuritas menjadi risiko sistematis, yaitu risiko yang timbul secara makroekonomi dan risiko yang unik dari sekuritas. 2.4 Penelitian Sebelumnya Mengenai Pengaruh Ukuran Risiko Berdasarkan Akuntansi terhadap Risiko Sistematis Beaver, Kettler dan Scholes (1970) dan Beaver dan Manengold (1975) menyimpulkan bahwa terdapat beberapa indikator atau ukuran risiko berdasarkan akuntansi yang memiliki pengaruh terhadap beta sebagai risiko pasar. Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Abdelghany (2005) menyimpulkan bahwa ukuran risiko berdasarkan akuntansi memiliki pengaruh terhadap risiko pasar pada perusahaan yang terdaftar di NYSE. Hasil-hasil penelitian sebelumnya, yang akan dijelaskan lebih lanjut, akan membantu memahami faktor atau variabel apakah yang dapat mempengaruhi risiko sistematis (beta). BKS (1970) melakukan pengujian empiris tentang penggunaaan laporan keuangan dalam membantu investor menilai risiko sistematis. Variabel yang diuji adalah dividend payout, yang diharapkan memiliki hubungan negatif dengan beta, pertumbuhan aset yang diharapkan mempunyai hubungan positif, leverage yang diprediksikan mempunyai hubungan positif, serta likuiditas dan ukuran perusahaan yang diharapkan memiliki hubungan negatif dengan beta. Sedangkan variabilitas laba dan beta akuntansi diprediksi mempunyai hubungan positif

16 24 dengan beta. Sampel penelitian adalah perusahaan yang terdaftar di NYSE periode sebanyak 307 perusahaan, dan pengolahan regresi berganda dilakukan dengan metode cross-sectional. Perhitungan beta menggunakan data saham perusahaan individual dan juga membentuk portfolio saham. Hasil penelitian menunjukan model akhir yang terbentuk dalam menunjukkan hubungan antara variabel akuntansi dan beta terdiri atas tiga variabel, yang secara statistik signifikan, yaitu dividend payout, leverage, dan variabilitas laba. Farrelly, Ferris dan Reichenstein (1985) menginvestigasi apakah informasi laporan keuangan dapat merefleksikan mengenai risiko pasar dari perusahaan yang bersangkutan, dengan menggunakan tujuh variabel akuntansi yang sama seperti penelitian BKS. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 25 saham yang widely-held dan widely-recognized di Amerika pada tahun Hasil penelitian menyimpulkan bahwa laporan keuangan setidaknya secara implisit mampu memberikan informasi mengenai risiko pasar saham perusahaan. Current ratio, variabilitas laba, dan dividend payout menghasilkan pengaruh statistik yang signifikan dengan beta. Namun, tidak seperti penelitian sebelumnya, current ratio menunjukkan hubungan yang positif. Begitu pula dengan total aset menunjukkan hubungan positif dengan beta, yaitu tidak sesuai dengan perkiraan awal, serta beta akuntansi juga menunjukkan hubungan negatif dengan beta. Sementara itu, Abdelghany (2005) juga melakukan replikasi penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh BKS (1970), dengan menggunakan ketujuh variabel akuntansi yang sama. Sampel penelitian adalah 323 perusahaan yang terdaftar di NYSE, dengan tujuan memeriksa hubungan antara risiko pasar dan indikator risiko berdasarkan akuntansi untuk menentukan variabel akuntansi mana yang dapat diumumkan sebagai pengganti dari risiko pasar, apabila tidak terdapat data pasar, untuk memenuhi persyaratan SEC. Penelitian tersebut menunjukkan hasil yang agak berbeda dengan yang dilakukan oleh BKS (1970), di mana terdapat 4 variabel yang secara statistik signifikan mempengaruhi beta sebagai risiko pasar, yaitu total aset, current ratio sebagai ukuran likuiditas, dividend payout, dan variabel pertumbuhan. Sedangkan leverage dan variabilitas laba yang

17 25 dalam penelitian BKS (1975) signifikan ternyata tidak menunjukkan hasil yang serupa pada penelitian Abdelghany (2005). Young et al (1991) juga melakukan perluasan studi yang telah dilakukan BKS (1970) mengenai hubungan pengukuran ukuran risiko berdasarkan akuntansi dengan risiko sistematis. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa variabel ukuran risiko akuntansi dapat menjadi alat yang berguna bagi investor dalam menilai risiko saham serta memiliki kemampuan memprediksi beta di masa depan. Faff, Brooks, dan Kee (1997) melakukan pengujian empiris tentang hubungan financial leverage dengan risiko sistematis, pengujian dilakukan menggunakan 348 perusahaan dari berbagai industri yang diperoleh dari CRSP database dengan pendekatan time series. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa leverage mempunyai hubungan signifikan terhadap beta saham. Di Indonesia, Tandelilin (1997) berusaha mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi beta dengan menggunakan variabel fundamental dan makroekonomi. Sampel penelitian adalah perusahaan yang tidak tergolong perusahaan finansial di BEJ dari periode Jumlah observasi adalah 60 perusahaan. Variabel fundamental yang digunakan adalah 20 rasio keuangan yang dikelompokkan menjadi rasio likuiditas, leverage, aktivitas, profitabilitas, dan rasio pasar modal. Variabel fundamental secara bersama-sama signifikan berpengaruh terhadap beta saham. Variabel Quick ratio, CL/TA, LD/TA, Sales/net worth turnover, GPM, NPM, dan total aset memiliki pengaruh signifikan terhadap beta saham. Raharjo, Rodioni, dan Heryanto (2004) meneliti rasio keuangan yang mempengaruhi beta saham dengan menggunakan 33 saham perusahaan manufaktur di BEJ periode Rasio keuangan yang digunakan adalah likuiditas, financial leverage, operating leverage, dan pertumbuhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya financial leverage dan operating leverage yang secara statistik signifikan berpengaruh terhadap beta saham Penelitian mengenai beta saham di Indonesia juga dilakukan oleh Gudono dan Nurhayati (2001) yang melakukan pengujian terhadap hubungan faktor

18 26 fundamental dengan beta. Penelitian mereka menggunakan variabel yang sama dengan BKS. Sampel penelitian adalah 55 perusahaan teraktif pada tahun Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang memiliki pengaruh signifikan dengan beta hanyalah variabel pertumbuhan. Berdasarkan penelitian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa data akuntansi memiliki hubungan dan pengaruh pada beta saham. Untuk itu, penelitian ini berusaha menganalisis kembali mengenai pengaruh variabel berdasarkan indikator atau ukuran risiko berdasarkan akuntansi terhadap risiko pasar, yang direfleksikan oleh beta sebagai risiko sistematis saham.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya pada BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Investasi Teori investasi menjelaskan bahwa keputusan investasi selalu menyangkut dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Investasi. cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Investasi. cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang (Halim, 2005:4). Untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan sebesar-besarnya demi menyejahterakan karyawan dan

BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan sebesar-besarnya demi menyejahterakan karyawan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini persaingan dalam dunia bisnis semakin tinggi. Semakin banyak perusahaan baru yang muncul untuk bersaing dengan perusahaan lama. Tujuan perusahaan

Lebih terperinci

PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL

PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL Bahan ajar digunakan sebagai materi penunjang Mata Kuliah: Manajemen Investasi Dikompilasi oleh: Nila Firdausi Nuzula, PhD Portofolio Efisien PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL Portofolio efisien diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam portofolio sering disebut dengan return. Return merupakan hasil yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam portofolio sering disebut dengan return. Return merupakan hasil yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tingkat Pengembalian Saham Pada dasarnya tujuan investasi adalah memperoleh imbalan atas dana yang ditanamkanya, imbalan ini sering disebut dengan tingkat pengembalian saham

Lebih terperinci

Nurdin (1999), dengan objek penelitiannya adalah perusahaan - perusahaan. Properti yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode , seperti

Nurdin (1999), dengan objek penelitiannya adalah perusahaan - perusahaan. Properti yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode , seperti II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian tentang Risiko Investasi Pada Saham, pernah dilakukan oleh Nurdin (1999), dengan objek penelitiannya adalah perusahaan - perusahaan Properti yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. jangka panjang akan menimbulkan suatu efek yang biasa disebut dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. jangka panjang akan menimbulkan suatu efek yang biasa disebut dengan 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Leverage Penggunaan sumber-sumber pembiayaan perusahaan, baik yang merupakan sumber pembiayaan jangka pendek maupun sumber pembiayaan jangka panjang akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dekade 1950-an yang disebut dengan Teori Portofolio Markowitz. Teori ini

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dekade 1950-an yang disebut dengan Teori Portofolio Markowitz. Teori ini 24 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Portofolio Portofolio optimal dapat ditentukan mengunakan model Markowitz atau model indeks tunggal. Harry M. Markowitz

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Literatur Tinjauan literatur merupakan pembahasan teori-teori yang menjadi dasar dalam penelitian. II.1.1 Risiko Saham Pada umumnya dalam setiap alternatif investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. debt to equity ratio, rasio profitabilitas yaitu return on equity, earning per

BAB I PENDAHULUAN. debt to equity ratio, rasio profitabilitas yaitu return on equity, earning per 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor fundamental terhadap beta saham perusahaan. Penelitian ini penting karena dalam melakukan investasi, setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu tempat bagi suatu perusahaan untuk memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal menjadi alternatif bagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investasi adalah pemahaman hubungan antara return yang diharapkan dan. return yang diharapkan. (Tandelilin, 2001 : 3)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investasi adalah pemahaman hubungan antara return yang diharapkan dan. return yang diharapkan. (Tandelilin, 2001 : 3) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Investasi Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Hal

Lebih terperinci

Return Portofolio. Bahan ajar digunakan sebagai materi penunjang Mata Kuliah: Manajemen Investasi Dikompilasi oleh: Nila Firdausi Nuzula, PhD

Return Portofolio. Bahan ajar digunakan sebagai materi penunjang Mata Kuliah: Manajemen Investasi Dikompilasi oleh: Nila Firdausi Nuzula, PhD Bahan ajar digunakan sebagai materi penunjang Mata Kuliah: Manajemen Investasi Dikompilasi oleh: Nila Firdausi Nuzula, PhD RISK PREMIUM DAN PORTFOLIO THEORY Pembahasan lebih lanjut tentang resiko banyak

Lebih terperinci

dibidang keuangan serta surat-surat berharga jangka panjang dan

dibidang keuangan serta surat-surat berharga jangka panjang dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Wai dan Patrick, dalam Panji dan Puji (2001) menyebutkan tiga pengertian tentang pasar modal sebagai berikut: 1. Definisi yang luas:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Studi Literatur atas Ukuran Risiko Berdasarkan Pasar Kemajuan besar di dalam teori keuangan terjadi ketika Harry Markowitz mempublikasikan artikelnya yang terkenal mengenai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. korelasi antar return. Teori ini memformulasikan keberadaan unsur return dan risiko

BAB II KAJIAN PUSTAKA. korelasi antar return. Teori ini memformulasikan keberadaan unsur return dan risiko BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Portofolio Harry Markowitz mengembangkan suatu teori pada dekade 1950- an yang disebut dengan Teori Portofolio Markowitz. Teori Markowitz menggunakan beberapa pengukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi Gambaran Umum LQ Kriteria Pemilihan Saham LQ45

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi Gambaran Umum LQ Kriteria Pemilihan Saham LQ45 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi 1.1.1 Gambaran Umum LQ45 Indeks LQ45 terdiri dari 45 saham dengan likuiditas (liquidity) tinggi yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan.

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah hubungan antara karakteristik perusahaan dengan risiko sistematis baik parsial maupun simultan. Karakteristik perusahaan

Lebih terperinci

PENGARUH RETURN SAHAM DAN LABA AKUNTANSI TERHADAP RISIKO SISTEMATIK. (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

PENGARUH RETURN SAHAM DAN LABA AKUNTANSI TERHADAP RISIKO SISTEMATIK. (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia PENGARUH RETURN SAHAM DAN LABA AKUNTANSI TERHADAP RISIKO SISTEMATIK (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2002-2006) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada pertengahan tahun 1997

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada pertengahan tahun 1997 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada pertengahan tahun 1997 telah menyebabkan perekonomian nasional semakin terpuruk, bahkan dampak dari krisis moneter

Lebih terperinci

Dua model keseimbangan:

Dua model keseimbangan: Dua model keseimbangan: 3/40 Capital Asset Pricing Model (CAPM) Arbitrage Pricing Theory (APT) CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) CAPM adalah model hubungan antara tingkat return harapan dari suatu aset

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jika kita amati, pada umumnya masyarakat menengah keatas menyimpan sebagian pendapatannya secara periodik atau bahkan telah memiliki akumulasi pendapatan, diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat pertumbuhan perekonomian suatu negara dapat dilihat dari perkembangan pasar modalnya. Pasar modal merupakan suatu wadah atau tempat untuk memperjualbelikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungan atau merugikan. Ketidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungan atau merugikan. Ketidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Risiko Pada dasarnya risiko muncul akibat adanya kondisi ketidakpastian akan sesuatu yang diharapkan terjadi dimasa yang akan datang. Sesuatu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 8 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Budget Budget adalah ungkapan kuantitatif dari rencana yang ditujukan oleh manajemen selama periode tertentu dan membantu mengkoordinasikan apa yang dibutuhkan untuk diselesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dalam pasar modal saat ini kian menarik banyak investor untuk melakukan investasi. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Risiko Dan Tingkat Imbal Hasil (Return) Dalam melakukan segala hal, kita selalu dihadapkan pada risiko (risk). Objek penelitian tesis ini adalah NAB pada sebuah reksadana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat hutang (obligasi),

BAB I PENDAHULUAN. keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat hutang (obligasi), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis saat ini semakin memudahkan para pelaku usaha untuk mengembangkan usahanya terlebih bagi perusahaan yang telah go public. Dalam upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa datang. Harapan keuntungan (return) di masa datang tersebut

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa datang. Harapan keuntungan (return) di masa datang tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan komitmen sejumlah dana dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang. Harapan keuntungan (return) di masa datang tersebut merupakan kompensasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal (capital market) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal (capital market) adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal mempunyai peranan sangat penting dalam perekonomian suatu negara, sebagai sarana untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biasanya mereka akan mendasarkan keputusannya pada beberapa informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. biasanya mereka akan mendasarkan keputusannya pada beberapa informasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat awal seorang investor berniat melakukan transaksi di pasar modal, biasanya mereka akan mendasarkan keputusannya pada beberapa informasi yang dimilikinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal adalah salah satu alternatif sumber dana eksternal bagi perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal adalah salah satu alternatif sumber dana eksternal bagi perusahaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal adalah salah satu alternatif sumber dana eksternal bagi perusahaan, dan juga sebagai salah satu alternatif investasi bagi para investor. Pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa capital gain. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002: 133),

BAB I PENDAHULUAN. berupa capital gain. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002: 133), BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi perekenomian yang tidak stabil dan sulit diprediksi sangat berpengaruh terhadap perkembangan dunia bisnis dewasa ini. Kondisi tersebut bisa menyebabkan penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah memberikan informasi yang berguna kepada investor, kreditor,

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah memberikan informasi yang berguna kepada investor, kreditor, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Statement of Financial Accounting Concepts No.1 tujuan pertama laporan keuangan adalah memberikan informasi yang berguna kepada investor, kreditor, calon investor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya. Berikut beberapa penelitian terdahulu beserta persamaan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya. Berikut beberapa penelitian terdahulu beserta persamaan dan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan yang dilakukan dalam penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya. Berikut beberapa penelitian terdahulu beserta persamaan dan perbedaannya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. telah memperlihatkan kemajuan seiring dengan perkembangan ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. telah memperlihatkan kemajuan seiring dengan perkembangan ekonomi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini pasar modal merupakan salah satu sarana informasi yang banyak diminati oleh para investor. Pasar modal sebagai sarana investasi, dapat

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka. memberikan tingkat return yang sesuai dengan tingkat return yang

BAB II. Tinjauan Pustaka. memberikan tingkat return yang sesuai dengan tingkat return yang BAB II Tinjauan Pustaka A. Tinjauan Teoritis 1. Analisis Saham Seorang investor perlu melakukan analisis terlebih dahulu terhadap sahamsaham yang akan dipilihnya guna memprediksi apakah saham tersebut

Lebih terperinci

CAKUPAN PEMBAHASAN MATERI 6 MODEL-MODEL KESEIMBANGAN

CAKUPAN PEMBAHASAN MATERI 6 MODEL-MODEL KESEIMBANGAN MATERI 6 MODEL-MODEL KESEIMBANGAN Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. CAKUPAN PEMBAHASAN Overview CAPM (Capital Asset Pricing Model) Portofolio pasar Garis pasar modal Garis pasar sekuritas Estimasi Beta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal di Indonesia terus berkembang dan semakin menarik bagi para

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal di Indonesia terus berkembang dan semakin menarik bagi para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal di Indonesia terus berkembang dan semakin menarik bagi para investor baik dalam dan luar negeri. Tahun 2007 lalu, Bursa Efek Indonesia mencatat kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mereka peroleh dengan melakukan penerbitan saham kepada masyarakat luas yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat mereka peroleh dengan melakukan penerbitan saham kepada masyarakat luas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pesatnya perkembangan perusahaan-perusahaan di Indonesia menyebabkan meningkatnya kebutuhan perusahaan akan dana yang lebih besar. Sumber pendanaan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang akan menginvestasikan dananya (investor). Prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang akan menginvestasikan dananya (investor). Prinsip-prinsip BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal Indonesia sebagai lembaga keuangan selain perbankan keberadaannya dapat dijadikan tempat untuk mencari sumber dana baru dengan tugasnya sebagai

Lebih terperinci

Model-model Keseimbangan

Model-model Keseimbangan Materi 5 Model-model Keseimbangan Prof. Dr. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. MODEL-MODEL MODEL KESEIMBANGAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) PORTOFOLIO PASAR GARIS PASAR MODAL (CAPITAL GARIS PASAR SEKURITAS

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 2.1. PENILAIAN PERUSAHAAN BERDASARKAN PER, PBV, DAN EV/EBITDA Menurut Damodaran (2002), ada tiga pendekatan untuk menilai suatu perusahaan, yaitu: penilaian menggunakan discounted

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. more assets that will be held over some future time period, sedangkan Jogiyanto

BAB I PENDAHULUAN. more assets that will be held over some future time period, sedangkan Jogiyanto BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Investasi merupakan sebuah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang akan dikorbankan saat ini dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan pasar modal di Indonesia memiliki peran penting bagi. berkembangnya perekonomian, karena para investor dan perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan pasar modal di Indonesia memiliki peran penting bagi. berkembangnya perekonomian, karena para investor dan perusahaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan pasar modal di Indonesia memiliki peran penting bagi berkembangnya perekonomian, karena para investor dan perusahaan, keduanya sama-sama memerlukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Laporan Keuangan dan Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan disusun setiap akhir periode sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Akan tetapi usaha-usaha tersebut belum menunjukan hasil

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Akan tetapi usaha-usaha tersebut belum menunjukan hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1998 telah memberikan dampak yang buruk pada hampir semua sektor, terutama sektor ekonomi. Banyak perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. / stock. Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. / stock. Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Saham Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam bentuk saham / stock. Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. atau keuntungan atas uang tersebut (Ahmad, 1996:3). Investasi pada hakikatnya

LANDASAN TEORI. atau keuntungan atas uang tersebut (Ahmad, 1996:3). Investasi pada hakikatnya II. LANDASAN TEORI 2.1. Investasi Investasi adalah menempatkan dana dengan harapan memperoleh tambahan uang atau keuntungan atas uang tersebut (Ahmad, 1996:3). Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal di Indonesia makin menunjukkan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal di Indonesia makin menunjukkan perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar modal di Indonesia makin menunjukkan perkembangan yang signifikan ditunjukkan dengan kapitalisasi pasar modal mencapai Rp 5.071 triliun (Oktober

Lebih terperinci

MATERI 6 MODEL-MODEL KESEIMBANGAN

MATERI 6 MODEL-MODEL KESEIMBANGAN MATERI 6 MODEL-MODEL KESEIMBANGAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) PORTOFOLIO PASAR GARIS PASAR MODAL (CAPITAL MARKET LINE/CML) GARIS PASAR SEKURITAS (SECURITY MARKET LINE/SML) PENGUJIAN TERHADAP CAPM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi pada umumnya dilakukan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi pada umumnya dilakukan untuk memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi pada umumnya dilakukan untuk memperoleh keuntungan tertentu. Investasi memiliki 2 bentuk yaitu investasi pada real asset produktif seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berinvestasi banyak cara yang dipilih oleh para investor, pasar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berinvestasi banyak cara yang dipilih oleh para investor, pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam berinvestasi banyak cara yang dipilih oleh para investor, pasar modal merupakan salah satu pilihan alternatif. Menurut UU No.8 Th 1995 Pasar Modal adalah

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 71 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis/Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan studi deskriptif, karena tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. namun juga bagi suatu perusahaan untuk mengelola uangnya dengan harapan

BAB I PENDAHULUAN. namun juga bagi suatu perusahaan untuk mengelola uangnya dengan harapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan suatu pilihan, tidak hanya bagi masyarakat umum, namun juga bagi suatu perusahaan untuk mengelola uangnya dengan harapan memperoleh hasil yang lebih

Lebih terperinci

keterkaitannya dalam investasi lebih dari satu tahun. Berdasarkan definisi

keterkaitannya dalam investasi lebih dari satu tahun. Berdasarkan definisi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Pasar Modal Pasar modal merupakan sarana pembentukan modal dan akumulasi dana yang diarahkan, untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengarahan dana

Lebih terperinci

RETURN YANG DIHARAPKAN DAN RISIKO PORTFOLIO ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANDRI HELMI M, SE., MM.

RETURN YANG DIHARAPKAN DAN RISIKO PORTFOLIO ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANDRI HELMI M, SE., MM. RETURN YANG DIHARAPKAN DAN RISIKO PORTFOLIO ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANDRI HELMI M, SE., MM. OVERVIEW Tujuan dari bab ini adalah untuk mempelajari konsep return dan risiko portofolio dalam investasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh

BAB II LANDASAN TEORI. penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Investasi Investasi adalah menempatkan dana dengan harapan memperoleh tambahan uang atau keuntungan tersebut (Rodoni, 1996). Investasi pada hakikatnya meruapakan penempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan dengan ditandai semakin maraknya kegiatan investasi di Pasar

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan dengan ditandai semakin maraknya kegiatan investasi di Pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan keberadaan isu globalisasi tidak dapat di elakkan lagi. Hal itu dapat kita lihat dampaknya pada perkembangan perekonomian dunia yang semakin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan suatu perhitungan rasio dengan menggunakan laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sarana yang dapat dimanfaatkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sarana yang dapat dimanfaatkan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu sarana yang dapat dimanfaatkan untuk memobilisasi dana, baik dana dari dalam maupun luar negeri. Kehadiran pasar modal menambah banyaknya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan informasi bagi pihak-pihak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan informasi bagi pihak-pihak yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan, selain itu laporan keuangan merupakan faktor yang signifikan dalam pencapaian efisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana tersebut ke sektor-sektor yang produktif. memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi.

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana tersebut ke sektor-sektor yang produktif. memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan tempat terjadinya transaksi aset keuangan jangka panjang. Pasar modal mempunyai peran penting dalam menggali dana dari masyarakat. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nilai investasi yang diserahkan oleh investor sedangkan risiko adalah

BAB I PENDAHULUAN. nilai investasi yang diserahkan oleh investor sedangkan risiko adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam teori investasi dikatakan bahwa setiap sekuritas akan menghasilkan return dan risiko. Return merupakan tingkat pengembalian dari nilai investasi yang diserahkan

Lebih terperinci

A LA TAR BELAKANG MASALAH

A LA TAR BELAKANG MASALAH BABI PENDAHULUAN A LA TAR BELAKANG MASALAH Perkembangan bisnis yang menggunakan pnns1p-pnns1p syariah merupakan fenomena baru dalam kancah perekonomian Indonesia. Bangkitnya ekonomi islam di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah saham kepada public di pasar modal atau go public. Selain untuk

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah saham kepada public di pasar modal atau go public. Selain untuk BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu akibat dari persaingan bisnis yang semakin ketat adalah perusahaan harus mencari sumber modal lebih untuk mendanai kegiatan ekspansinya.

Lebih terperinci

AKTIVA TUNGGAL. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tunas Pembangunan Surakarta.

AKTIVA TUNGGAL. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tunas Pembangunan Surakarta. ETURN DAN ISIKO AKTIVA TUNGGAL Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tunas Pembangunan Surakarta ririkyunita@yahoo.co.id Return Investasi Rate of return dari suatu investasi dapat dihitung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini banyak orang tertarik untuk melakukan investasi.

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini banyak orang tertarik untuk melakukan investasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sekarang ini banyak orang tertarik untuk melakukan investasi. Mereka berharap dengan melakukan investasi dapat memperoleh keuntungan di waktu mendatang. Sesuai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kegiatan investasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam. kemajuan perekonomian suatu negara. Krisis moneter pada tahun 1997

I. PENDAHULUAN. Kegiatan investasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam. kemajuan perekonomian suatu negara. Krisis moneter pada tahun 1997 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan investasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kemajuan perekonomian suatu negara. Krisis moneter pada tahun 1997 mengakibatkan kondisi perekonomian Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdampak kepada Indonesia. Krisis keuangan tersebut disebabkan oleh jatuhnya

BAB I PENDAHULUAN. berdampak kepada Indonesia. Krisis keuangan tersebut disebabkan oleh jatuhnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2008 dunia dihadapkan pada krisis keuangan global yang juga berdampak kepada Indonesia. Krisis keuangan tersebut disebabkan oleh jatuhnya beberapa lembaga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Laporan tahunan (annual report) adalah suatu laporan resmi mengenai keadaaan

BAB II LANDASAN TEORI. Laporan tahunan (annual report) adalah suatu laporan resmi mengenai keadaaan 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Laporan Tahunan Perusahaan Laporan tahunan (annual report) adalah suatu laporan resmi mengenai keadaaan keuangan emiten dalam jangka waktu satu tahun. Termasuk di dalam laporan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Karakteristik Laba. dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2008:113)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Karakteristik Laba. dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2008:113) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertumbuhan Laba 1. Pengertian dan Karakteristik Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu (Jogiyanto,2003). Investasi ke dalam produksi yang efisien dapat

BAB I PENDAHULUAN. tertentu (Jogiyanto,2003). Investasi ke dalam produksi yang efisien dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi merupakan penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan dalam produksi yang efisien selama periode waktu yang tertentu (Jogiyanto,2003). Investasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suatu perusahaan, alat ukur yang utama digunakan adalah laporan keuangan

I. PENDAHULUAN. suatu perusahaan, alat ukur yang utama digunakan adalah laporan keuangan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Faktor fundamental selalu dijadikan acuan investor dalam membuat keputusan investasi di pasar modal. Untuk mengukur dan menganalisa kondisi fundamental suatu perusahaan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Menginvestasikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Menginvestasikan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Menginvestasikan sejumlah dana pada asset

Lebih terperinci

OVERVIEW. Dua model keseimbangan: Arbitrage Pricing Theory (APT) Capital Asset Pricing Model (CAPM) 3/40

OVERVIEW. Dua model keseimbangan: Arbitrage Pricing Theory (APT) Capital Asset Pricing Model (CAPM) 3/40 OVERVIEW Dua model keseimbangan: 3/40 Capital Asset Pricing Model (CAPM) Arbitrage Pricing Theory (APT) PENDAHULUAN TENTANG CAPM Penentuan asset pricing suatu sekuritas individual dan/atau portofolio merupakan

Lebih terperinci

Bab II. Tinjauan Pustaka

Bab II. Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka 2.1Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada hakekatnya adalah hasil dari proses akuntansi yang disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi berterima

Lebih terperinci

RISIKO. Untuk menghitung risiko berdasarkan probabilitas, investor menggunakan standar deviasi dengan rumus sebagai berikut.

RISIKO. Untuk menghitung risiko berdasarkan probabilitas, investor menggunakan standar deviasi dengan rumus sebagai berikut. Bahan ajar digunakan sebagai materi penunjang Mata Kuliah: Manajemen Investasi Dikompilasi oleh: Nila Firdausi Nuzula, PhD RISIKO Perhitungan risiko digunakan untuk melengkapi perhitungan tingkat return

Lebih terperinci

Ratih Paramitasari Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka UPBJJ Surakarta ABSTRACT

Ratih Paramitasari Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka UPBJJ Surakarta ABSTRACT PENGARUH RISIKO SISTEMATIS DAN RISIKO TIDAK SISTEMATIS TERHADAP EXPECTED RETURN SAHAM DALAM RANGKA PEMBENTUKAN PORTOFOLIO SAHAM LQ-45 YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN SINGLE INDEX MODEL PERIODE

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Harga saham a. Pengertian saham Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Parwati (2005) melakukan penelitian yang berjudul: Faktor-Faktor yang

BAB II URAIAN TEORITIS. Parwati (2005) melakukan penelitian yang berjudul: Faktor-Faktor yang BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Parwati (2005) melakukan penelitian yang berjudul: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Pada Saham LQ45 di Bursa Efek Jakarta Tahun 2000-2002.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara teoritis pasar modal (capital market) didefinisikan sebagai perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Secara teoritis pasar modal (capital market) didefinisikan sebagai perdagangan Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara teoritis pasar modal (capital market) didefinisikan sebagai perdagangan instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang, baik dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proporsi dana dan sumber daya yang mereka miliki untuk konsumsi saat ini dan

BAB I PENDAHULUAN. proporsi dana dan sumber daya yang mereka miliki untuk konsumsi saat ini dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan proporsi dana dan sumber daya yang mereka miliki untuk konsumsi saat ini dan masa yang akan datang. Memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Sinyal (Signalling Theory) Teori sinyal (signalling theory) menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1989 menjadi 288 emiten pada tahun 1999 (Susilo dalam. di Bursa Efek Indonesia mencapai 442 emiten (www.sahamok.com).

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1989 menjadi 288 emiten pada tahun 1999 (Susilo dalam. di Bursa Efek Indonesia mencapai 442 emiten (www.sahamok.com). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal di Indonesia sejak tahun 1997 mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dari 56 emiten pada tahun 1989 menjadi 288 emiten pada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada. saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang.

PENDAHULUAN. Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada. saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Namun dalam dunia yang sebenarnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Pesinyalan (Signalling Theory)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Pesinyalan (Signalling Theory) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis 2.1.1 Teori Pesinyalan (Signalling Theory) Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan perusahaan terhadap keputusan investasi

Lebih terperinci

BAB III PORTOFOLIO OPTIMAL. Capital assets pricing model dipelopori oleh Treynor, Sharpe, Lintner

BAB III PORTOFOLIO OPTIMAL. Capital assets pricing model dipelopori oleh Treynor, Sharpe, Lintner BAB III PORTOFOLIO OPTIMAL 3.1 Capital Asset Pricing Model Capital assets pricing model dipelopori oleh Treynor, Sharpe, Lintner dan Mossin pada tahun 1964 hingga 1966. Capital assets pricing model merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2. 1.1. Penilaian Saham Modal atau efek yang diperjualbelikan di pasar modal Indonesia pada umumnya berbentuk saham dan obligasi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rasio Keuangan 2.1.1 Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis untuk menjelaskan hubungan antara elemen satu dengan elemen lain dalam suatu laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Investasi Investasi merupakan penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan didalam produksi efisien selama periode waktu tertentu (Hartono,2010:5). Investasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga semakin kuat.

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga semakin kuat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk sarana mendapatkan dana dalam jumlah besar dari masyarakat pemodal (investor), baik dari dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. datang. (Tandelilin, 2010:2). Investasi merupakan Penundaan konsumsi sekarang

BAB I PENDAHULUAN. datang. (Tandelilin, 2010:2). Investasi merupakan Penundaan konsumsi sekarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengambil keputusan investasi. Investor tidak terlibat secara langsung dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengambil keputusan investasi. Investor tidak terlibat secara langsung dalam BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan sebuah informasi yang penting bagi investor dalam mengambil keputusan investasi. Investor tidak terlibat secara langsung dalam operasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara serta menunjang ekonomi suatu negara ( Parmono, 2001 ).

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara serta menunjang ekonomi suatu negara ( Parmono, 2001 ). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal atau bursa efek merupakan suatu obyek penelitian yang menarik untuk diteliti. Hal ini dikarenakan bahwa pasar modal memiliki daya tarik. Pertama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Model penetapan harga asset Capital Assets Pricing Model, biasa disebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Model penetapan harga asset Capital Assets Pricing Model, biasa disebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Model penetapan harga asset Capital Assets Pricing Model, biasa disebut CAPM. Model ini memberikan prediksi yang tepat tentang bagaimana hubungan antara risiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal saat ini sudah marak diperbincangkan di kalangan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal saat ini sudah marak diperbincangkan di kalangan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal saat ini sudah marak diperbincangkan di kalangan masyarakat luas. Banyak orang yang menginvestasikan uang mereka dalam pasar modal, yaitu dengan cara jual

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sejarah Bursa Efek Indonesia Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan

Lebih terperinci