USULAN RANCANGAN PERBAIKAN MEJA DAN KURSI BELAJAR SISWA SLTP DITINJAU DARI ASPEK ERGONOMI (STUDI KASUS SLTP N 6 WONOGIRI)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "USULAN RANCANGAN PERBAIKAN MEJA DAN KURSI BELAJAR SISWA SLTP DITINJAU DARI ASPEK ERGONOMI (STUDI KASUS SLTP N 6 WONOGIRI)"

Transkripsi

1 USULAN RANCANGAN PERBAIKAN MEJA DAN KURSI BELAJAR SISWA SLTP DITINJAU DARI ASPEK ERGONOMI (STUDI KASUS SLTP N 6 WONOGIRI) Skripsi Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik IWAN BUDI LAKSONO I JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

2 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr.Wb Puji syukur kepada Allah SWT atas segala karunia yang telah dilimpahkan-nya sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar. Pada kesempatan ini saya juga mengucapan terima kasih kepada pihakpihak yang secara langsung dan tidak langsung telah membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini, antara lain : 1. Bapak Ir. Lobes Herdiman, MT., selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Universitas Sebelas Maret. 2. Bapak Taufiq Rochman, STP, MT., selaku Dosen Pembimbing I yang sangat membantu dalam penelitian serta pembuatan laporan ini. 3. Bapak Retno Wulan Damayanti ST, MT., selaku Dosen Pembimbing II yang sudah membimbing dan senantiasa menyediakan waktunya selama penyusunan tugas akhir ini. 4. Bapak Bambang Suhardi, ST, MT. dan Ibu Azizah Aisyati, ST, MT., selaku Dosen Penguji atas semua saran bagi perbaikan laporan skripsi ini. 5. Bapak Taufiq Rochman, ST, MT., selaku dosen pembimbing akademik 6. Bapak Drs ngatijo, MPd selaku kepala sekolah SLTP N 6 Wonogiri yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk melakukan penelitian. 7. Keluarga yang senantiasa mendukung dan mendoakan dari jauh. 8. Teman seperjuangan di Teknik Industri, semoga semuanya sukses selalu, amiin. Semoga apa yang penulis sampaikan dalam laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis, rekan-rekan mahasiswa maupun siapa saja yang membutuhkan. Wassalamu alaikum Wr.Wb Surakarta, Januari 2010 Penulis

3 LEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : USULAN RANCANGAN PERBAIKAN MEJA DAN KURSI BELAJAR SISWA SLTP DITINJAU DARI ASPEK ERGONOMI Ditulis Oleh : IWAN BUDI LAKSONO I Mengetahui, Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Taufiq Rochman, STP, MT NIP Retno Wulan Damayanti, ST, MT NIP Ketua Program S-1 Non Reguler Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik UNS Taufiq Rochman, STP, MT NIP Pembantu Dekan I Fakultas Teknik UNS Ketua Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik UNS Ir. Noegroho Djarwanti, MT NIP Ir. Lobes Herdiman, MT NIP

4 LEMBAR VALIDASI Judul Skripsi : USULAN RANCANGAN PERBAIKAN MEJA DAN KURSI BELAJAR SISWA SLTP DI TINJAU DARI ASPEK ERGONOMI Ditulis Oleh : IWAN BUDI LAKSONO I Telah disidangkan pada hari Jumat tanggal 10 September 2009 Di Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta, dengan Dosen Penguji 1. Bambang Suhardi, ST, MT NIP Azizah Aisyati, ST, MT NIP Dosen Pembimbing 1. Taufiq Rochman, STP, MT NIP Retno Wulan Damayanti, ST, MT NIP ABSTRAK

5 Iwan Budi Laksono. NIM. I USULAN RANCANGAN PERBAIKAN MEJA DAN KURSI BELAJAR SISWA SLTP DITINJAU DARI ASPEK ERGONOMI STUDI KASUS SLTP N 6 WONOGIRI. Skripsi Surakarta : Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Januari 2010 Meja dan kursi belajar merupakan sarana proses belajar mengajar di sekolah. Ketidaksesuaian meja dan kursi belajar siswa yang ada dengan aspek ergonomi dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada diri siswa, misal meja dan kursi sekolah tidak sesuai dengan dimensi tubuh siswa antara lain dapat mengakibatkan anak cepat mengalami kelelahan, kurang konsentrasi dan sakit pada bagian tubuh waktu kegiatan belajar mengajar di sekolah. Ketidaksesuaian meja dan kursi belajar dengan dimensi tubuh siswa terjadi di SLTP N 6 wonogiri. Berdasarkan observasi studi kasus dengan menggunakan kuisoner di SLTP N 6 wonogiri, 80% dari responden menyatakan bahwa posisi duduknya tidak nyaman. Berdasarkan kuisoner Nordic Body Map, yang disebarkan kepada 90 responden dalam studi pendahuluan ketidaknyamanan tersebut menimbulkan keluhan sakit pada anggota tubuh antara lain Tengkuk 88,89%, Punggung 66,67%, Bahu 66,67%, pinggang 88,89%, Pantat 77,78%. ketidaksesuaian antara sarana belajar dengan anatomi tubuh adalah dimensi ketinggian alas meja saat ini terlalu rendah dan tiada sudut kemiringan, sehingga saat siswa melakukan aktivitas belajar harus menyesuaikan ketinggian. Permasalahan lainya adalah dimensi ketinggian laci meja di nilai kurang memberikan keleluasaan dalam penempatan jarak di antara pijakan kaki dengan permukaan dasar laci, sehingga menyebabkan siswa berkaki panjang kurang memperoleh kenyamanan. Permasalahan terakhir adalah kaki meja belakang menganggu keleluasaaan siswa saat mengeser kursi. Pemecahan masalah adalah pertama agar ketinggian alas meja dapat di pakai siswa dari kelas 1 sampai kelas 3 SLTP maka besarnya nilai antropomeri yang di gunakan adalah nilai tinggi popliteal persentil 50, di tambah tinggi siku duduk persentil 50 dan di tambah tebal paha persentil 95 dengan sudut kemiringan 12 adanya sudut tersebut akan menghasilkan peningkatan signifikan tanpa adanya jatuhnya obyek terlalu miring. Untuk memperoleh kenyamanan dan kelongaran kaki dalam duduk maka di perlukan dimensi tinggi popliteal persentil 50 di tambah tebal paha persentil 95. Untuk memperoleh keleluasaan kaki perlu gabungan dimensi 2 kali siku sampai ujung jari persentil 5 dan panjang telapak kaki persentil 50 sehingga di dapatkan keleluasaan kaki saat bersandar. Kata kunci : meja kursi sltp, kuisoner nordic, antropomeri, ergonomi xi halaman; 36 gambar; 11 tabel; 3 lampiran. Daftar pustaka : 11 ( )

6 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah dari penelitian, perumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini, tujuan dan manfaat dari penelitian yang dilakukan serta sistematika penulisan untuk menyelesaikan penelitian 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Ergonomi yaitu suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenal sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang di inginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif, aman, dan nyaman (Wignjosoebroto S, 1995). Pada lingkungan sekolah, konsep ergonomi di aplikasikan antara lain terhadap sarana dan prasarana yang digunakan siswa dalam proses belajar mengajar. Meja dan kursi belajar merupakan sarana proses belajar mengajar di sekolah. Ketidaksesuaian meja dan kursi belajar siswa yang ada dengan aspek ergonomi dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada diri siswa, misal meja dan kursi sekolah tidak sesuai dengan dimensi tubuh siswa antara lain dapat mengakibatkan anak cepat mengalami kelelahan, kurang konsentrasi dan sakit pada bagian tubuh waktu kegiatan belajar mengajar di sekolah. Ketidaksesuaian meja dan kursi belajar dengan dimensi tubuh siswa terjadi di SLTP N 6 wonogiri. Berdasarkan observasi studi kasus dengan menggunakan kuisoner di SLTP N 6 wonogiri, 80% dari responden menyatakan bahwa posisi duduknya tidak nyaman. Ketidaknyaman tersebut antara lain ketinggian laci meja tidak sesuai dengan ketinggian lutut siswa sehingga menimbulkan kesemutan pada bagian kaki, kaki bagian belakang meja menganggu keleluasaan kaki bila siswa keluar dari posisi duduk, desain satu meja untuk dua orang sangat menganggu siswa dalam menulis sehingga menyebabkan siswa kurang memperoleh keleluasaan bergerak, ketinggian alas meja tidak sesuai dimensi tubuh siswa sehingga pada posisi menulis siswa tersebut terlalu

7 membungkuk, lebar alas dan sandaran kaki tidak sesuai dengan dimensi tubuh siswa sehingga sering mengeluh pada bagian pantat dan bahu. Berdasarkan kuisoner Nordic Body Map, yang disebarkan kepada 90 responden dalam studi pendahuluan ketidaknyamanan tersebut menimbulkan keluhan sakit pada anggota tubuh antara lain Tengkuk 88,89%, Punggung 66,67%, Bahu 66,67%, pinggang 88,89%, Pantat 77,78%. Hasil kuisoner keseluruhan dapat di lihat pada lampiran. Berdasarkan adanya permasalahan tersebut, maka perlu di lakukan perbaikan fasilitas belajar siswa yaitu dengan melakukan perancangan ulang meja dan kursi siswa SLTP berdasarkan konsep ergonomi. Adanya rancangan baru diharapkan dimensi meja dan kursi lebih sesuai dengan dimensi tubuh siswa, Sehingga siswa dapat dapat belajar di sekolah lebih nyaman. 1.2 PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana merancang ulang meja dan kursi belajar siswa SLTP yang ergonomis. 1.3 TUJUAN PENELITIAN Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah merancang ulang meja dan kursi belajar sehingga didapatkan fasilitas belajar SLTP yang ergonomis 1.4 MANFAAT PENELITIAN Manfaat dalam penelitian ini menghasilkan rancangan meja dan kursi yang ergonomis bagi pihak SLTP. 1.5 BATASAN MASALAH

8 Untuk memfokuskan agar masalah tidak meluas dan menyimpang dari sasaran dan lebih terarah, maka dalam penelitian ini dilakukan pembatasan masalah meliputi : 1. Tidak membahas masalah biaya dari perancangan 2. Nilai persentil yang digunakan dalam perancangan meja dan kursi sekolah ini adalah P 5, P 50 dan P Nilai selang kepercayaan dan derajat kebebasan yang dipakai masing-masing 95% dan 5%. 4. Dalam penelitian ini hanya sampai pada perancangan produk dalam bentuk gambar dan animasi 1.6 SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan yang digunakan pada penyusunan laporan tugas akhir ini, yaitu: BAB I BAB II PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan masalah, asumsi serta sistematika penulisan. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dijelaskan mengenai teori-teori yang mendukung dan terkait langsung dengan perancangan meja dan kursi sekolah khususnya pada cabang disipilin ilmu ergonomi, antara lain antropometri dan dinamika posisi duduk. ]BAB III METODOLOGI PENELITIAN MASALAH

9 Pada bab ini dijelaskan mengenai langkah-langkah yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dan langkah-langkah pengolahan data melalui diagram metodologi penelitian. BAB IV BAB V BAB VI PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini dimulai dengan pengumpulan data-data yang diperoleh sehingga dapat dipergunakan dalam evaluasi, kemudian dilanjutkan ke tahap pengolahan data serta hasil perancangan ulang meja dan kursi. ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi analisis terhadap hasil perhitungan dan interpretasi hasil pengolahan data yang telah dilakukan. KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini dikemukakan berbagai kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya serta dikemukakan pula saransaran yang dapat diberikan untuk penelitian lebih lanjut dan bagi sekolah yang bersangkutan tempat dilakukannya penelitian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 GAMBARAN UMUM SEKOLAH SLTP N 6 Wonogiri merupakan salah satu sekolah favorit menengah pertama di kawasan kabupaten wonogiri pertama kali di dirikan pada tahun 1956 dulunya adalah sekolah teknik (ST) kemudian pada tahun berubah menjadi SMP PPK (Sekolah menengah pertama pendidikan kejuruan) dan pada tahun menjadi SLTP reguler atau SLTP Negeri adapun letaknya sangat dekat dengan jalan raya di dalam kota wonogiri tepatnya di jln kedung ringin II/16

10 Wonogiri (Telp; ). SLTP N 6 Wonogiri terdiri dari delapan belas ruang kelas, satu ruang guru, satu ruang kepala sekolah, satu ruang aula, satu ruang koprasi, satu ruang OSIS, satu laburatorium komputer, satu laboratorium multimedia, satu laburatorium IPA. Dengan jumlah guru pengajar terdiri dari 54 tenagaa pendidik dan jumlah siswa 722 orang dari kelas 1-3 adapun visi, misi dan struktur organisasi akan di jelasakan dan di gambarkan sebagai berikut Visi : Beriman, Bertaqwa, Berprestasi, Berdaya saing, berbudaya Indikator 1. Terwujudnya lulusan yang cerdas, berprestasi, beriman, berbudaya 2. Terselengaranya kegiatan olah raga berprestasi di sekolah 3. Terwujudnya kegiatan seni budaya yang unggul di sekolah 4. Terwujudnya kegitan keagamaan yang rutin dan tertib di sekolah 5. Terwujudnya sikap dan perilaku yang santun, jujur, dan disiplin di sekolah 6. Terwujudnya kegiatan ketrampilan yang beriorentasi kecakapan hidup di sekolah 7. Terciptanya lingkungan sekolah yang nyaman, aman, rindang, asri, bersih, dan kondusif Misi Sekolah 1. Mewujudkan pendidikan yang berkualitas, kreatif, inivatif, beriorentasi kecakapan hidup yang berdasarkan keimanan dan ketaqwaan kepada tuhan yang maha Esa 2. Memberdyakan tenaga pendidik dan tenaga pendidikan secra optimal, penuh keteladanan dengan etos kerja yang tinggi 3. Menyelengarakan dan mengembangkan olah raga prestasi di sekolah 4. Menyelengarakan seni budaya yang unggul di sekolah 5. Mewujudkan kegiatan pembinaan kesiswaan dan ketahanan sekolah

11 6. Mewujudkan budaya sekolah yang dapat membentuk sikap-sikap terpuji bagi seluruh warga sekolah 7. Menyelengarakan kegiatan ketrampilan TIK yang kompetitif 8. menciptakan kondisi kebersihan, keindahan, keamanan, ketertiban, kerapian, kerindangan dan kekeluargaan yang mantap 9. Mewujudkan keterbukaan dengan semua pihak dalam membawa sekolah ke arah kemajuan

12 Gambar 2.1 Struktur Organisasi SLTP N 6 Wonogiri periode 2008 /2009 Dalam bab ini selain latar belakang dari tempat studi kasus juga di bahas teori pendukung antara lain tentang konsep ergonomi, antropometri, dinamika posisi duduk dan sikap duduk yang benar.

13 2.2 ERGONOMI Istilah ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu ergon (kerja) dan nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain perancangan. Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah dan tempat rekreasi. Di dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya. Ergonomi disebut juga Human Factors. Ergonomi juga digunakan oleh berbagai macam ahli profesional pada bidangnya misalnya: ahli anatomi, arsitektur, perancangan produk industri, fisika, fisioterapi, terapi pekerjaan, psikologi dan teknik industri. (Definisi diatas adalah berdasar pada International Ergonomics Association). Selain itu ergonomi juga dapat diterapkan untuk bidang fisiologi, psikologi, perancangan, analisis, sintesis, evaluasi proses kerja dan produk bagi wiraswastawan, manajer, pemerintahan, militer, dosen dan mahasiswa (Nurmianto, 1991) Definisi atau pengertian penting sebagai wawasan kita dalam menggunakan istilah. McCormick (1987) mendefinisikan pengertian ergonomi ini dalam 3 tahap sebagai berikut : a) Fokus ustama dari ergonomi berkaitan dengan pemikiran manusia dalam mendesain peralatan, fasilitas dan lingkungan yang dibuat oleh manusia, yang digunakan dalam berbagai aspek kehidupannya. b) Tujuan dari ergonomi dalam mendesain peralatan, fasilitas dan lingkungan yang dibuat oleh manusia ada 2 hal : 1. Untuk meningkatkan efektifitas fungsional penggunanya 2. Untuk mempertahankan atau meningkatkan human value tertentu misalnya kesehatan, keselamatan dan kepuasan. c) Pendekatan utama dari ergonomi adalah penerapan yang sistematik dari informasi yang relevan mengenai karakteristik dan tingkah laku manusia untuk mendesain peralatan, fasilitas dan lingkungan yang dibuat oleh manusia

14 Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan aktivitas rancang bangun (desain) ataupun rancang ulang (re-desain). Hal ini dapat meliputi perangkat keras seperti misalnya perkakas kerja (tools), bangku kerja (benches), platform, kursi, pegangan alat kerja (workholders), sistem pengendali (controls), alat peraga (displays), jalan/lorong (acces ways), pintu (doors), jendela (windows), dan lain-lain. Ergonomi juga memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya: desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka dan otot manusia, desain stasiun kerja untuk alat peraga (visual display unit station). Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi (Tarwaka, 2004), yaitu: a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja. b. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif. c. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi. Secara ringkas ergonomi dapat didefinisikan sebagai cabang ilmu yang secara sistematis memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman dan nyaman. Menurut Sutalaksana (1996) Untuk mempermudah proses mempelajari ergonomi, di bagi menjadi hal-hal sebagai berikut : a. Penyelidikan mengenai display Yang dimaksud dengan display disini adalah bagian dari lingkungan yang mengkomunikasikan keadaannya kepada manusia, misalnya: speedometer untuk menunjukkan kecepatan kendaraan yang sedang kita kemudikan. b. Penyelidikan mengenai hasil kerja manusia dan proses pengendalinya

15 Dalam hal ini diselidiki tentang aktivitas-aktivitas manusia ketika bekerja dan kemudian mempelajari cara mengukur dari setiap aktivitas tersebut, dimana penyelidikan ini banyak berhubungan dengan biomekanik. c. Penyelidikan mengenai tempat kerja Agar diperoleh tempat kerja yang baik, dalam arti kata sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan manusia. Hal-hal yang bersangkutan dengan tubuh manusia dalam hal ini dipelajari dalam antropometri. d. Penyelidikan mengenai lingkungan fisik Yang dimaksud dengan lingkungan fisik disini meliputi ruangan dan fasilitasfasilitas yang digunakan oleh manusia, serta kondisi-kondisi lingkungan kerja yang keduanya banyak dipengaruhi oleh tingkah laku manusia. Banyak penerapan ergonomi yang hanya berdasar sekedar common sense (dianggap suatu hal yang sudah biasa terjadi), dan hal itu benar, jika sekirannya suatu keuntungan yang besar bisa didapat hanya sekedar dengan penerapan suatu prinsip sederhana. Hal ini biasanya merupakan kasus dimana ergonomi belum dapat diterima sepenuhnya sebagai alat untuk proses desain, akan tetapi masih banyak aspek ergonomi yang jauh dari kesadaran manusia. Penerapan ergonomi harus diikuti dengan pendekatan ilmiah, hal tersebut berguna untuk mendapatkan perancangan produk yang optimum tanpa harus mengalami trial and error. Suatu hal yang vital pada penerapan ilmiah untuk ergonomi adalah Antropometri (kalibrasi tubuh manusia). Dalam hal ini terjadi penggabungan dan pemakaian data antropometri dengan ilmu-ilmu statistik yang menjadi prasyarat utamanya. 2.3 ANTROPOMETRI Istilah antropometri berasal dari anthro yang berarti manusia dan metri yang berati ukuran. Antropometri adalah pengetahuan yang menyangkut pengukuran tubuh manusia khususnya dimensi tubuh (Wignjosoebroto S., 2000). Antropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan (design) produk maupun sistem kerja yang akan memerlukan interaksi manusia.

16 Secara definisi antropometri dapat dinyatakan sebagai studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran (tinggi, lebar dan sebagainya) berat dan lainlainnya. Antropometri secara luas digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomi dalam proses perancangan (desain) produk maupun sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia (Wignjosoebroto S., 2000). Antropometri menurut Stevenson (1989) dan Nurmianto (1991) adalah suatu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik tubuh manusia, ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain Data Antropometri Dan Cara Pengukurannya Manusia pada umumnya berbeda-beda dalam hal bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi ukuran tubuh manusia (Wignjosoebroto S., 2000) yaitu: a. Umur, Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai sekitar 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Setelah itu, tidak lagi akan terjadi pertumbuhan bahkan justru akan cenderung berubah menjadi pertumbuhan menurun ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40 tahunan. b. Jenis kelamin (sex), Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar dibandingkan dengan wanita, terkecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti pinggul, dan sebagainya. c. Suku/bangsa (etnic), Setiap suku, bangsa ataupun kelompok etnic akan memiliki karakteristik fisik yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dimensi tubuh suku bangsa negara Barat pada umumnya mempunyai ukuran yang lebih besar daripada dimensi tubuh suku bangsa negara Timur. d. Sosio ekonomi, Tingkat sosio ekonomi sangat mempengaruhi dimensi tubuh manusia. Pada negara-negara maju dengan tingkat sosio ekonomi tinggi, penduduknya

17 mempunyai dimensi tubuh yang besar dibandingkan dengan negara-negara berkembang. e. Posisi tubuh (posture), Sikap ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh oleh karena itu harus posisi tubuh standar harus diterapkan untuk survei pengukuran. Berkaitan dengan posisi tubuh manusia antropometri dibagi atas dua bagian, yaitu: a. Antropometri statis (structural body dimensions), Pengukuran manusia pada posisi diam dan linier pada permukaan tubuh. Ada beberapa metode pengukuran tertentu agar hasilnya representative Disebut juga pengukuran dimensi struktur tubuh dimana tubuh diukur dalam berbagai posisi standar dan tidak bergerak (tetap tegak sempurna). Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap antara lain meliputi berat badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri maupun duduk, ukuran kepala, tinggi atau panjang lutut pada saat berdiri atau duduk, panjang lengan, dan sebagainya. Ukuran dalam hal ini diambil dengan percentile tertentu seperti 5-th percentile, 50-th percentile dan 95-th percentile. b. Antropometri dinamis (functional body dimensions), Antropometri dinamis adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan kegiatannya. Hasil yang diperoleh merupakan ukuran tubuh yang nantinya akan berkaitan erat dengan gerakangerakan nyata yang diperlukan tubuh untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Antropometri dalam posisi tubuh melaksanakan fungsinya yang dinamis akan banyak diaplikasikan dalam proses perancangan fasilitas ataupun ruang kerja. Terdapat tiga kelas pengukuran antropometri dinamis, yaitu: 1. Pengukuran tingkat ketrampilan sebagai pendekatan untuk mengerti keadaan mekanis dari suatu aktifitas. Contoh : Dalam mempelajari performansi atlet. 2. Pengukuran jangkauan ruang yang dibutuhkan saat kerja.

18 Contoh : Jangkauan dari gerakan tangan dan kaki efektif pada saat bekerja, yang dilakukan dengan berdiri atau duduk. 3. Pengukuran variabilitas kerja. Contoh : Analisis kinematika dan kemampuan jari-jari tangan dari seorang juru ketik atau operator komputer Aplikasi Distribusi Normal dan Pengukuran Data Antropometri Data antropometri jelas diperlukan supaya rancangan suatu produk dapat sesuai dengan orang yang akan mengoperasikannya. Permasalahan akan adanya variasi ukuran sebenarnya akan lebih mudah diatasi bilamana kita mampu merancang produk yang memiliki fleksibilitas dan sifat mampu suai (adjustable) dengan suatu rentang ukuran tertentu (Wignjosoebroto S., 2000). Penerapan distribusi normal dalam penetapan data antropometri untuk perancangan alat bantu ataupun stasiun kerja seperti terlihat pada gambar 2.2 berikut ini. N( x, X) 95% 2.5% 2.5% 1.96 X 1.96 X 2.5-th percentile X 97.5-th percentile Gambar 2.2 Distribusi Normal Dengan Data Antropometri 95-th Percentile Sumber: Wignjosoebroto S., 2000

19 Penetapan data antropometri ini, pemakaian distribusi normal akan umum diterapkan. Dalam statistik, distribusi normal dapat diformulasikan berdasarkan harga rata-rata (mean, x ) dan simpangan standarnya (standar deviation, X ) dari data yang ada. Percentiles dapat ditetapkan sesuai dengan tabel probabilitas distribusi normal. Percentile adalah suatu nilai yang menunjukkan prosentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau dibawah nilai tersebut. Sebagai contoh, 95-th percentile akan menunjukkan 95% populasi akan berada pada atau dibawah ukuran tersebut; sedangkan 5-th percentile akan menunjukkan 5% populasi akan berada pada atau dibawah ukuran itu. Dalam antropometri, angka 95-th akan menggambarkan ukuran manusia yang terbesar dan 5-th percentile sebaliknya akan menunjukkan ukuran terkecil. Persentil 50 yang merupakan nilai dari suatu rata-rata, merupakan nilai yang membagi data menjadi dua bagian, yaitu yang berisi data bernilai terkecil dan terbesar masing-masing sebesar 50% dari keseluruhan nilai tersebut. Persentil ke-50 memberi gambaran yang mendekati nilai rata-rata ukuran dari suatu kelompok tertentu. Suatu kesalahan yang serius pada penerapan suatu data adalah dengan mengasumsikan bahwa setiap ukuran pada persentil ke-50 mewakili pengukuran manusia rata-rata pada umumnya, sehingga sering digunakan sebagai pedoman perancangan. Kesalahpahaman yang terjadi dangan asumsi tersebut mengaburkan pengertian atas makna 50% dari kelompok. Sebenarnya tidak ada yang dapat disebut manusia rata-rata. Ada dua hal penting yang harus selalu diingat bila menggunakan persentil. Pertama, suatu presentil antropometri dari tiap individu hanya berlaku untuk satu data dimensi tubuh saja. Hal dapat merupakan data tinggi badan atau data tinggi duduk. Kedua, tidak dapat dikatakan seseorang memiliki persentil yang sama, ke-95 atau ke-90 atau ke-5, untuk keseluruhan dimensi tubuhnya. Hal ini hanya nerupakan gambaran dari suatu makhluk dalam khayalan, karena seseorang dengan presentil ke-50 untuk data tinggi badannya, dapat saja memiliki presentil ke-40 untuk data tinggi lututnya, atau presentil ke-60 untuk data panjang lengannya Bilamana diharapkan ukuran yang mampu mengakomodasikan 95% dari populasi yang ada, maka diambil rentang 2.5-th dan 97.5-th percentile sebagai batas-batasnya.

20 Pemakaian nilai-nilai persentil yang umum diaplikasikan dalam perhitungan data antropometri dapat dilihat dalam tabel 2.1 berikut ini. Tabel 2.1 Jenis Precentile dan Cara Perhitungan Dalam Distribusi Normal Percentile Perhitungan 1 st x x 2.5 th x 1.96 x 5 th x x 10 th x 1.28 x 50 th x 90 th x 1.28 x 95 th x x 97.5 th x 1.96 x 99 th x x Sumber: Wignjosoebroto S., 2000 Selanjutnya untuk memperjelas mengenai data antropometri untuk bisa diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja diperlukan informasi tentang berbagai macam anggota tubuh yang perlu diukur seperti terlihat pada gambar 2.3 dibawah ini.

21 Gambar 2.3 Data Antropometri Untuk Perancangan Produk atau Fasilitas Sumber: Wignjosoebroto S., 2000 Keterangan gambar 2.3, yaitu: 1 = dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai sampai dengan ujung kepala) 2 = tinggi mata dalam posisi berdiri tegak 3 = tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak 4 = tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus) 5 = tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam gambar tidak ditunjukkan) 6 = tinggi tubuh dalam posisi duduk (diukur dari alas tempat duduk pantat sampai dengan kepala) 7 = tinggi mata dalam posisi duduk 8 = tinggi bahu dalam posisi duduk 9 = tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus) 10 = tebal atau lebar paha 11 = panjang paha yang diukur dari pantat sampai dengan ujung lutut 12 = panjang paha yang diukur dari pantat sampai dengan. bagian belakang dari lutut atau betis 13 = tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk 14 = tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai dengan paha 15 = lebar dari bahu (bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk) 16 = lebar pinggul ataupun pantat 17 = lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukkan dalam gambar) 18 = lebar perut

22 19 = panjang siku yang diukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam posisi siku tegak lurus 20 = lebar kepala 21 = panjang tangan diukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari 22 = lebar telapak tangan 23 = lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar-lebar kesamping kirikanan (tidak ditunjukkan dalam gambar) 24 = tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak, diukur dari lantai sampai dengan telapak tangan yang terjangkau lurus keatas (vertikal) 25 = tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak, diukur seperti halnya nomor 24 tetapi dalam posisi duduk (tidak ditunjukkan dalam gambar) 26 = jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan diukur dari bahu sampai ujung jari tangan 2.4 DINAMIKA POSISI DUDUK Dinamika posisi duduk dapat lebih mudah digambarkan dengan mempelajari sistem penyangga dan keseluruhan struktur tulang yang terlibat di dalam geraknya. Menurut Tichauer, sumbu penyangga dari batang tubuh yang diletakkan dalam posisi duduk adalah sebuah garis pada bidang datar koronal, melalui titik terendah dari tulang duduk (ischial tuberotisies) di atas permukaan tempat duduk. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada gambar 2.4 di bawah.

23 Gambar 2.4 Potongan Tulang Duduk (Ischial Tuberotisies) Posisi Duduk Sumber : Panero J dan Zelnik M., 2003 Pengamatan Branton pertama menunjukkan bahwa 75% dari keseluruhan berat badan hanya disangga oleh daerah seluas 4 inci 2 atau 26 cm 2 persegi dari tulang duduk ini. Data lain menunjukkan bahwa gaya tekan (kompresi) yang terjadi pada daerah-daerah kulit pantat dan landasan kursi yang keras besarnya sekitar 40 sampai 60 psi, sedangkan tekanan pada jarak beberapa inci besarnya hanya 4 psi. Tekanan-tekanan ini menimbulkan perasaan lelah dan tidak nyaman, serta menyebabkan subyek mengubah posisi duduknya agar mencapai kondisi yang nyaman. Bertahan pada posisi duduk dalam jangka waktu yang lama tanpa mengubah-ubah posisinya, di bawah tekanan kompresi yang terjadi, dapat menyebabkan kurangnya aliran darah pada suatu daerah (ischemia), gangguan pada sirkulasi darah, menyebabkan nyeri, sakit dan rasa kebal (mati rasa). Pengamatan Branton yang kedua menunjukkan bahwa secara struktural, tulang duduk membentuk sistem penopang atas dua titik yang pada dasarnya tidak stabil. Oleh karenanya, landasan tempat duduk saja tidak cukup untuk menciptakan kestabilan. Secara teoritis, kaki, telapak kaki dan punggung, yang juga bersinggungan dengan bagian lain dari tempat duduk selain dari bagian landasannya, seharusnya juga dapat turut menciptakan kestabilan yang dimaksud. Sebenarnya titik pusat gaya berat dari tubuh pada posisi duduk tegak lurus terletak sekitar 1 inci atau 2,5 cm di depan pusar, seperti ditunjukkan pada gambar 2.5. Branton mengungkapkan bahwa sistem massa pada keberadaannya memang tidak stabil di atas tempat duduk (Panero J dan Zelnik M., 2003)

24 Gambar 2.5 Pusat Gaya Berat Manusia Pada Posisi Duduk Sumber : Panero J dan Zelnik M., SIKAP DUDUK Melakukan pekerjaan di kantor, di sekolah, di pabrik, di pasar, dan di rumah tidak terlepas dari posisi duduk. Duduk memerlukan lebih sedikit energi daripada berdiri, karena hal ini dapat mengurangi banyaknya beban otot statis pada kaki. Seorang operator yang bekerja sambil duduk memerlukan sedikit istirahat dan secara potensial lebih produktif, disamping itu operator tersebut juga lebih kuat bekerja dan oleh karena itu lebih cekatan dan mahir. Namun sikap duduk yang salah akan merupakan penyebab adanya masalah-masalah punggung. Demikian juga dengan anak-anak sekolah yang sebagian besar waktunya digunakan untuk berada dibangku sekolah. Apabila kejadian pada industri terjadi pada anak-anak sekolah, maka akan dapat mengakibatkan kelainan pada susunan tulang belakang dan gangguan-gangguan lainnya Duduk Lama Menyebabkan Nyeri Pinggang Bawah Duduk lama dengan posisi yang salah akan menyebabkan otot-otot pinggang menjadi tegang dan dapat merusak jaringan lunak sekitarnya. Terutama bila duduk dengan posisi terus membungkuk. Posisi itu menimbulkan tekanan tinggi pada bantalan syaraf tulang belakang yang mengakibatkan hernia nukleus pulposus. Seseorang yang melakukan pekerjaan dengan sikap duduk yang salah akan menderita pada bagian punggungnya. Tekanan pada bagian tulang belakang akan meningkat pada saat duduk, dibandingkan dengan saat berdiri atau berbaring. Jika diasumsikan tekanan tersebut 100%, maka cara duduk yang tegang atau kaku (erect posture) dapat menyebabkan tekanan tersebut mancapai 140% dan cara duduk yang dilakukan dengan membungkuk kedepan menyebabkan tekanan tersebut mencapai 190%. Sikap duduk tegang lebih banyak memerlukan aktivitas otot atau urat saraf belakang dari pada sikap duduk yang condong kedepan (Nurmianto, 1991). Setelah duduk selama menit, otot-otot punggung biasanya mulai letih dan merasakan nyeri pinggang bawah. Penelitian terhadap murid sekolah di Skandinavia menemukan 41,6% yang menderita nyeri pinggang bawah selama

25 duduk di kelas, terdiri dari 30% yang duduk selama satu jam, dan 70% yang duduk lebih dari satu jam. Hal-hal yang harus dihindari selama duduk supaya tidak terjadi nyeri pinggang bawah antara lain jangan duduk pada kursi yang terlalu tinggi, duduk dengan membengkokkan pinggang, atau duduk tanpa sandaran di pinggang bawah (pendukung lumbar). Selain itu, selama duduk perlu menghindari duduk dengan mencondongkan kepala kedepan karena dapat menyebabkan gangguan pada leher, duduk dengan lengan terangkat karena dapat menyebabkan nyeri pada bahu dan leher Sikap Duduk Yang Benar Sikap duduk yang benar sebaiknya duduk dengan punggung lurus dan bahu berada di belakang serta pantat menyentuh belakang kursi. Seluruh lengkung tulang belakang harus terdapat selama duduk. Duduklah dengan lutut tetap setinggi atau sedikit lebih tinggi panggul (gunakan penyangga kaki bila perlu) dan sebaiknya kedua tungkai tidak saling menyilang dan jaga agar kedua kaki tidak menggantung. Hindari duduk dengan posisi yang sama lebih dari menit. Selama duduk, istirahatkan siku dan lengan pada kursi atau meja, juga bahu tetap rileks. Berkaitan dengan adanya pengaruh sikap duduk yang salah terhadap tulang punggung, berikut digambarkan bentuk tulang punggung dilihat dari sikap duduk terlihat pada gambar 2.6 dibawah.

26 Gambar 2.6 Bentuk Tulang Punggung Dilihat Dari Sikap Duduk Sumber : Keterangan gambar 2.3, yaitu: A = Normal (Kelenturan normal/alami, tidak ada tekanan pada cakram tulang belakang), B = Kifosis (tulang punggung terlalu bengkok kebelakang, cakram terjepit), C = Lordosis (tulang punggung bengkok ke depan, cakram terjepit), D = Skoliosis (tulang punggung bengkok ke kiri dan kanan, cakram terjepit) 2.6 PERANCANGAN KURSI Tempat duduk yang nyaman untuk digunakan untuk jangka waktu yang lama adalah tempat duduk yang memperhatikan juga faktor kepuasan psikologis Pendekatan-Pendekatan Untuk Perancangan Kursi Menurut Nurmianto (1991), pendekatan-pendekatan yang dilakukan dalam perancangan kursi antara lain: a. Merancang penyangga lumbar pada posisi duduk Pendekatan ini menekankan pada ketentuan dari sandaran punggung yang dapat disetel untuk menyangga daerah lumbar atau daerah yang lebih rendah pada tulang belakang. Ini dapat mengurangi usaha otot yang diperlukan untuk menjaga suatu sikap duduk yang kaku atau tegang. Hal ini juga dapat mengurangi kecenderungan tulang belakang ke arah bentuk khyphosis. Sandaran kursi juga menstabilkan sikap duduk dan menghasilkan suatu reaksi terhadap gerakan yang agak sedikit mendorong kedepan selama bekerja.

27 Persyaratan adanya bantalan punggung akan bermanfaat untuk mengatasi sakit punggung. Banyak sandaran tempat duduk (pesawat terbang, teater,dll) yang tidak mempunyai penyangga empuk yang berguna sebagai bantalan penyangga. Kursi eksekutif saat ini umumnya dikembangkan dengan penyangga ruas belakang bagian bawah (lumbar), sedangkan tempat duduk mobil yang dapat disetel semakin banyak dikagumi. b. Perancangan tempat duduk yang miring kedepan Pada umumya permukaan duduk dimiringkan sekitar 5 0 kearah belakang untuk mengurangi kemungkinan operator meluncur kedepan. Mandal (1981) memperkirakan kemiringan bangku kedepan sampai 15 0 dari permukaan, 20 0 dari lekukan lumbar. Oleh karena itu perancangan kursi harus lebih sedikit miring kedepan dengan tujuan agar operator merasa condong dengan meja kerja sehingga akan lebih mudah untuk melakukan aktivitas diatas meja kerja. c. Postur Duduk Berlutut Kursi keseimbangan adalah suatu hasil logika terhadap problema dari perubahan tekukan tulang belakang jika duduk. Perputaran pinggul dapat dikurangi dengan cepat dan rotasi pinggul hampir dapat dihilangkan. Akan tetapi kelemahannya seseorang akan dapat meluncur pada kursi ini jika kursi model seperti ini tidak dilengkapi sandaran untuk lutut. Kursi keseimbangan banyak menawarkan kenyamanan pada penderita nyeri atau sakit punggung, namun kursi ini juga menimbulkan banyak masalah seperti : 1) Kesulitan untuk perubahan sikap duduk 2) Tekanan pada lutut 3) Putaran dari kaki dan ibu jari kaki d. Perancangan sudut sandaran kursi sampai suatu posisi semi-reclining Hal ini akan mengurangi reaksi pada berat badan bagian atas sepanjang punggung, dan sepanjang tulang belakang. Suatu sandaran punggung yang sesuai untuk kursi panjang (kursi malas) dan yang paling penting lagi untuk tempat duduk kendaraan adalah sama sudut E.Grandjean (1987) memberikan suatu sudut yang sejenis untuk kursi panjang (kursi malas) Ukuran (Dimensi Kursi)

28 Ukuran-ukuran kursi seharusnya didasarkan pada data antropometri yang sesuai, dan ukuran-ukurannya ditetapkan. Penyesuaian tinggi dan posisi sandaran punggung sangat diharapkan, tetapi belum praktis dalam banyak keadaan (transportasi umum, gedung-gedung pertunjukkan, restoran, dan-lain-lain). Dalam pemilihan ukuran kursi harus diperhatikan jangkauan penyesuaian untuk tinggi tempat duduk. Adapun dalam hal ini dibedakan menjadi : a. Kursi Rendah, yang digunakan pada bangku dan meja (desk and tables) Tujuan perancangan kursi ini adalah membiarkan kaki untuk istirahat langsung diatas lantai dan menghindari tekanan pada sisi bagian bawah paha. Terlalu rendahnya sebuah tempat duduk akan dapat menimbulkan masalahmasalah baru pada tulang belakang. Menurut Panero J dan Zelnik M jika suatu landasan tempat duduk terlalu rendah dapat menyebabkan kaki condong menjulur ke depan, menjauhkan tubuh dari keadaan stabil dan akan menjauhkan punggung dari sandaran sehingga penopangan lumbar tidak terjaga dengan tepat, seperti yang ditunjukkan gambar 2.7. Oleh karena itu ukuran antropometri membentuk dasar untuk tinggi tempat duduk yang jaraknya dari tumit kaki sampai permukaan yang lebih rendah dari paha disamping lutut dengan lekukan pada sudut Gambar 2.7 Landasan Tempat Duduk Yang Terlalu Rendah Sumber : Panero J dan Zelnik M., 2003 Jika suatu landasan tempat duduk terlalu tinggi letaknya, bagian bawah paha akan tertekan dan menghambat peredaran darah, seperti yang ditunjukkan gambar 2.7. Telapak kaki yang tidak dapat menapak dengan baik di atas permukaan lantai akan mengakibatkan melemahnya stabilitas tubuh,

29 Ketebalan sol sepatu dapat di tambah dalam hal ini dengan memberikan suatu tinggi tempat duduk yang maksimum. Untuk menghindari kompresi paha diharapkan tinggi tempat duduk adalah 5 th persentil wanita dan 95 th persentil pria. Untuk tinggi tempat duduk yang tetap dapat menyebabkan kesalahan pada ketinggian yang rendah. Gambar 2.8 Landasan Tempat Duduk Yang Terlalu Tinggi Sumber : Panero J dan Zelnik M., 2003 Sebuah gambaran dari susunan dasar kursi yang menjamin bahwa penyangga lumbar yang baik akan tersedia dan hal ini memberikan variasi yang mudah dari sikap duduk dengan permukaan tempat duduk yang horisontal dan tingginya dapat dengan mudah disetel, seperti terlihat pada gambar 2.9 dibawah.

30 Gambar 2.9 Perancangan Kursi Duncan Sumber : Nurmianto, 1991 b. Kursi yang tinggi Tinggi bangku untuk pekerjaan sambil berdiri didasarkan pada tinggi siku saat berdiri. Bangku-bangku seperti ini diharapkan dapat dirancang, namun bangku ini tidak dapat digunakan setiap waktu. Kursi tinggi dengan tinggi tempat duduk yang dapat disetel dapat menyangga badan bagian atas sedemikian rupa sehingga tinggi siku berada beberapa sentimeter diatas pekerjaan. Ukuran yang biasanya ada dalam antropometri adalah jarak vertikal dari titik terendah dari tekukan siku sampai permukaan untuk duduk yang horisontal. Masalah utama yang timbul dari kursi seperti ini adalah terbatasnya gerak untuk lutut. Perancangan ulang untuk kursi yang memiliki ruang untuk lutut lebih diinginkan. Jelasnya sebuah sandaran kaki merupakan bagian yang paling penting dari suatu kursi yang tinggi, tanpa sandaran tersebut beban kaki bagian bawah akan dipindahkan pada sisi dalam dari lipat paha. Sandaran kaki seharusnya dapat disetel untuk tinggi yang tidak bergantung pada tinggi tempat duduk, untuk panjang kaki yang lebih rendah. Berikut adalah contoh kursi tinggi yang banyak digunakan di industri terlihat pada gambar 2.10 di bawah.

31 Gambar 2.10 Kursi Tinggi Yang Banyak Digunakan Di Industri Sumber : Nurmianto, 1991 c. Kedalaman Tempat Duduk Pertimbangan dasar lainnya dari perancangan sebuah kursi adalah kedalaman landasan tempat duduk. Bila kedalaman landasan tempat duduk terlalu besar, bagian depan dari permukaan atau ujung dari tempat duduk tersebut akan menekan daerah tepat dibelakang lutut, memotong peredaran darah pada bagian kaki, seperti ditunjukkan pada gambar 2.11 di bawah. Gambar 2.11 Landasan Tempat Duduk Yang Terlalu Lebar Sumber : Panero J dan Zelnik M., 2003 Bila kedalaman landasan tempat duduk terlalu sempit, akan menimbulkan situasi yang buruk pula, yaitu dapat menimbulkan perasaan terjatuh atau terjungkal dari kursi dan akan menyebabkan berkurangnya penopangan pada bagian bawah paha, seperti ditunjukkan pada gambar 2.12 dibawah.

32 Gambar 2.12 Landasan Tempat Duduk Yang Terlalu Sempit Sumber : Panero J dan Zelnik M., KRITERIA KURSI YANG IDEAL Perancangan kursi kerja harus dikaitkan dengan jenis pekerjaan, posture yang diakibatkan, gaya yang dibutuhkan, arah visual (pandangan mata), dan kebutuhan akan perlunya merubah posisi (postur). Kursi tersebut haruslah terintegrasi dengan bangku atau meja. Kursi untuk kerja dengan posisi duduk adalah dirancang dengan metode floor-up yaitu berawal pada permukaan lantai, untuk menghindari tekanan dibawah paha. Setelah ketinggian kursi dapat ditentukan kemudian barulah menentukan ketinggian meja kerja yang sesuai dan konsisten dengan ruang yang diperlukan untuk paha dan lutut. Adapun kriteria kursi kerja yang ideal adalah sebagai berikut: (1) Stabilitas Produk Diharapkan suatu kursi mempunyai empat atau lima kaki untuk menghindari ketidakstabilan produk. Kursi lingkar yang berkaki lima dirancang dengan posisi kaki kursi berada pada bagian luar proyeksi tubuh. Sedangkan kursi dengan kaki gelinding sebaiknya dirancang untuk permukaan yang berkarpet. (2) Kekuatan Produk Kursi kerja haruslah dirancang sedemikian rupa sehingga kompak dan kuat dengan konsentrasi perhatian pada bagian-bagian yang mudah retak dilengkapi dengan sistem mur-baut ataupun keling pasak pada bagian sandaran tangan (arm-rest) dan sandaran punggung (back-rest). Kursi kerja tidak boleh dirancang pada populasi dengan persentil kecil dan seharusnya cukup kuat untuk menahan beban pria yang berpersentil 99 th.

33 (3) Mudah Dinaik-turunkan (adjustable) Ketinggian kursi hendaknya mudah diatur saat kita duduk, tanpa harus turun dari kursi. (4) Sandaran punggung Sandaran punggung sangat penting untuk menahan beban punggung kearah belakang (lumbar spine). Hal ini haruslah dirancang agar dapat digerakkan naik-turun maupun maju mundur. Selain itu harus dapat pula diatur fleksibilitasnya sehingga sesuai dengan bentuk punggung. (5) Fungsional Bentuk tempat duduk tidak boleh menghambat berbagai macam alternatif perubahan postur (posisi). (6) Bahan material Tempat duduk dan sandaran harus dilapisi dengan material yang cukup lunak. (7) Kedalaman kursi Kedalaman kursi (depan-belakang) harus sesuai dengan dimensi panjang antara lutut (popliteal) dan pantat (buttock). (8) Lebar kursi Lebar kursi minimal sama dengan lebar pinggul wanita 5 persentil populasi. (9) Lebar sandaran kursi Lebar sandaran punggung seharusnya sama dengan lebar punggung wanita persentil 5 populasi. Jika terlalu lebar maka akan mempengaruhi kebebasan gerak siku. (10) Bangku tinggi Kursi untuk bangku tinggi harus diberi sandaran kaki yang dapat digerakkan naik-turun. Sedangkan berikut ini adalah rekomendasi bangku atau kursi untuk menulis yang dianjurkan Mandal (1981) seperti terlihat pada gambar 2.13 berikut ini.

34 Gambar 2.13 Rekomendasi Pada Bangku Atau Kursi Untuk Menulis (Mandal, dalam nurmianto) 2.8 APLIKASI ERGONOMI UNTUK PERANCANGAN TEMPAT KERJA Menurut Nurmianto perancangan tempat kerja pada dasarnya merupakan suatu aplikasi data antropometri, tetapi masih memerlukan dimensi fungsional yang tidak terdapat pada data statis. Dimensi-dimensi tersebut lebih baik diperoleh dengan cara pengukuran langsung daripada data statis. Misalnya gerakan menjangkau, mengambil sesuatu, mengoperasikan suatu alat Daerah Kerja Horisontal Diperlukan untuk mendefinisikan batasan-batasan dari suatu daerah kerja horisontal untuk memastikan bahwa material atau alat kontrol tidak ditempatkan begitu saja diluar jangkauan tangan. Begitu juga untuk batasan daerah kerja vertikal. Rekomendasi R.R Farley untuk daerah kerja horizontal yang telah dikembangkan secara meluas seperti terlihat pada gambar 2.13 berikut ini.

35 Gambar 2.14 Batasan-Batasan Daerah Kerja Sumber : Nurmianto, Kemiringan Permukaan Kerja Kemiringan permukaan kerja pada operator antara lain ditunjukkan pada meja-meja sekolah, papan gambar dan podium. Sebenarnya telah bertahun-tahun peralatan kerja dipabrik atau industri telah dimiringkan kearah operator, manfaatnya seseorang dapat duduk lebih kebelakang dengan sedikit memiringkan kepalanya. Suatu kemiringan 12 0 akan menghasilkan peningkatan yang signifikan tanpa adanya kekhawatiran jatuhnya obyek karena terlalu miring. Namun hal tersebut tidak boleh mempengaruhi ketinggian tempat kerja sehingga lengan atas tidak harus diangkat keatas (abduksi). 2.9 PENGUJIAN DATA Pengujian data berguna untuk menentukan bahwa data antropometri yang digunakan valid dan dapat merepresentasikan data ukuran tubuh siswa sekolah pada umumya dan siswa SLTP N 6 Wonogiri pada khususnya, pengujian tersebut meliputi uji kecukupan, uji keseragaman dan uji normalitas. a. Uji Kecukupan Data Uji kecukupan data diperlukan untuk memastikan bahwa data yang telah dikumpulkan adalah cukup secara objektif. Idealnya pengukuran harus dilakukan dalam jumlah yang banyak, bahkan sampai jumlah yang tak terhingga agar data hasil pengukuran layak untuk digunakan. Namun pengukuran dalam jumlah yang

36 tak terhingga sulit dilakukan mengingat keterbatasan-keterbatasan yang ada, baik segi tenaga, biaya, waktu, dan sebagainya. Pengumpulan data dalam jumlah yang sekadarnya juga kurang baik karena tidak dapat mewakili keadaan yang sebenarnya. Untuk itu, pengujian kecukupan data dilakukan dengan berpedoman pada konsep statistik, yaitu tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan. Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya, sedangkan tingkat keyakinan menunjukkan besarnya keyakinan pengukur akan ketelitian data waktu yang telah diamati dan dikumpulkan. Pengaruh tingkat ketelitian dan keyakinan adalah bahwa semakin tinggi tingkat ketelitian dan semakin besar tingkat keyakinan, semakin banyak pengukuran yang diperlukan. Uji kecukupan data dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: k N = s N X 2 X X (2.1) Dimana : k = tingkat keyakinan s = derajat ketelitian N = jumlah data pengamatan N = jumlah data teoritis Penelitian ini menggunakan tingkat kepercayaan 95 % dengan harga indeks k = 2 dan tingkat ketelitian 5 %. Jika N N, data dianggap cukup, jika N N data tidak cukup (kurang) dan perlu dilakukan penambahan data. b. Uji Keseragaman Data Uji keseragaman dan kecukupan data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh pada pengamatan cukup mewakili untuk menentukan nilai

37 rata-ratanya. Untuk melakukan uji keseragaman, data yang telah diperoleh diplot ke dalam grafik dengan batas kendali atas dan batas kendali bawah sebagai acuannya. Jika data melewati kedua batas tersebut data akan dihilangkan dan perhitungan keseragaman diulang. Perhitungan batas kendali menggunakan persamaan sebagai berikut: BKA x 2SD... (2.2) BKB x 2SD... (2.3) dimana: X = Nilai rata-rata SD = Standar deviasi Nilai standard deviasi diperoleh dengan persamaan: 2 xi x SD... (2.4) N 1 c. Uji Normalitas.1 Dengan Program SPSS Untuk mengetahui normalitas suatu distribusi data dapat dilakukan dengan Uji Kolmogorov-Smirnov. Terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu: H 0 : Data berdistribusi secara normal H 1 : Data tidak berdistribusi secara normal Penentuan uji normalitas dengan melihat nilai signifikansinya yang dibandingkan dengan tingkat ketelitian yang digunakan (α). Disini α yang digunakan adalah Bila nilai signifikansi lebih besar dari 0.05 maka H 0 diterima yang berarti bahwa data berdistribusi secara normal dan bila lebih kecil dari 0.05 maka H 0 ditolak yang berarti bahwa data tidak berdistribusi secara normal. 2 Perhitungan Manual Pengujian normalitas yang paling umum digunakan adalah uji Kolmogorov- Smirnov Normality Test yang sudah dikembangkan lebih lanjut oleh Lilliefors. Konsep dasar pengujian ini adalah menentukan selisih terbesar antara peluang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Ergonomi Ergonomi adalah ilmu yang menemukan dan mengumpulkan informasi tentang tingkah laku, kemampuan, keterbatasan, dan karakteristik manusia untuk perancangan mesin, peralatan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kursi Kerja a. Pengertian Kursi Kerja Kursi kerja merupakan perlengkapan dari meja kerja atau mesin, sehingga kursi akan dapat dijumpai dalam jumlah yang lebih

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG MEJA KURSI BACA BERDASARKAN ASPEK FUNGSI DAN KENYAMANAN SESUAI KEBUTUHAN PENGGUNA PERPUSTAKAAN

PERANCANGAN ULANG MEJA KURSI BACA BERDASARKAN ASPEK FUNGSI DAN KENYAMANAN SESUAI KEBUTUHAN PENGGUNA PERPUSTAKAAN PERANCANGAN ULANG MEJA KURSI BACA BERDASARKAN ASPEK FUNGSI DAN KENYAMANAN SESUAI KEBUTUHAN PENGGUNA PERPUSTAKAAN (Studi Kasus Di Kantor Arsip Dan Perpustakaan Kabupaten Klaten) Skripsi Sebagai Persyaratan

Lebih terperinci

PERANCANGAN MEJA DAN KURSI PADA ALAT PEMOTONG BULU INDUSTRI SHUTTLE COCK MERK T3 BERDASARKAN PENDEKATAN ANTROPOMETRI DI KELURAHAN SERENGAN SURAKARTA

PERANCANGAN MEJA DAN KURSI PADA ALAT PEMOTONG BULU INDUSTRI SHUTTLE COCK MERK T3 BERDASARKAN PENDEKATAN ANTROPOMETRI DI KELURAHAN SERENGAN SURAKARTA PERANCANGAN MEJA DAN KURSI PADA ALAT PEMOTONG BULU INDUSTRI SHUTTLE COCK MERK T3 BERDASARKAN PENDEKATAN ANTROPOMETRI DI KELURAHAN SERENGAN SURAKARTA Skripsi Satya Budi Darmawan I 030596 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Ergonomi Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergon (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Ergonomi adalah penerapan ilmu ilmu biologis tentang manusia bersama

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 14 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Ergonomi Kata Ergonomi berasal dari dua kata Latin yaitu ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum alam. Ergonomi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah.

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Penyelesaian masalah yang diteliti dalam penelitian ini memerlukan teoriteori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP ERGONOMI DALAM DESIGN KURSI DAN MEJA BELAJAR YANG BERGUNA BAGI MAHASISWA

PENERAPAN KONSEP ERGONOMI DALAM DESIGN KURSI DAN MEJA BELAJAR YANG BERGUNA BAGI MAHASISWA PENERAPAN KONSEP ERGONOMI DALAM DESIGN KURSI DAN MEJA BELAJAR YANG BERGUNA BAGI MAHASISWA Endang Susanti (Dosen Tetap Prodi Teknik Elektro UNRIKA Batam) ABSTRAK Meja dan kursi adalah salah satu fasilitas

Lebih terperinci

1 Pendahuluan. 2 Tinjauan Literatur

1 Pendahuluan. 2 Tinjauan Literatur Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.4 No. (015) 17-3 ISSN 30 934X Ergonomic and Work System Perancangan Kursi yang Ergonomis sebagai Alat Bantu di Stasiun Kerja Produksi Air Galon ( Studi Kasus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pentingnya Konsep Ergonomi untuk Kenyamanan Kerja Ergonomi adalah ilmu, teknologi dan seni yang berupaya menserasikan antara alat, cara, dan lingkungan kerja terhadap kemampuan,

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG KURSI ANTROPOMETRI UNTUK MEMENUHI STANDAR PENGUKURAN

PERANCANGAN ULANG KURSI ANTROPOMETRI UNTUK MEMENUHI STANDAR PENGUKURAN PERANCANGAN ULANG KURSI ANTROPOMETRI UNTUK MEMENUHI STANDAR PENGUKURAN Agung Santoso 1, Benedikta Anna 2,Annisa Purbasari 3 1 Program Studi Teknik Industri, Universitas Riau Kepulauan Batam 2,3 Staf Pengajar

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu Ukuran dan model dari kursi taman/teras yang lama. Data anthropometri tentang ukuran

Lebih terperinci

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI Jenis Data 1. Dimensi Linier (jarak) Jarak antara dua titik pada tubuh manusia yang mencakup: panjang, tinggi, dan lebar segmen tubuh, seperti panjang jari, tinggi lutut,

Lebih terperinci

Modul ke: Studio Desain II 10FDSK. Lalitya Talitha Pinasthika M.Ds Hapiz Islamsyah, S.Sn. Fakultas. Program Studi Desain Produk

Modul ke: Studio Desain II 10FDSK. Lalitya Talitha Pinasthika M.Ds Hapiz Islamsyah, S.Sn. Fakultas. Program Studi Desain Produk Modul ke: Studio Desain II Lalitya Talitha Pinasthika M.Ds Hapiz Islamsyah, S.Sn Fakultas 10FDSK Program Studi Desain Produk ERGONOMI Studi ergonomi dilakukan bedasarkan panduan dari Human Factor Design

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM KAJIAN PUSTAKA ANTROPOMETRI & ERGONOMI FASILITAS DUDUK

MODUL PRAKTIKUM KAJIAN PUSTAKA ANTROPOMETRI & ERGONOMI FASILITAS DUDUK MODUL PRAKTIKUM KAJIAN PUSTAKA ANTROPOMETRI & ERGONOMI FASILITAS DUDUK MATA KULIAH : DESAIN MEBEL I KODE : DI2313 SKS : 3 SKS SEMESTER : III / Ganjil TAHUN AJARAN : 2015/2016 KOORDINATOR : Rangga Firmansyah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai model dan kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian mengenai desain perbaikan kursi untuk karyawan pada bagian kerja penyetelan dan pelapisan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ULANG MEJA DAN KURSI BELAJAR UNTUK USIA PRA SEKOLAH BERDASARKAN DATA ANTROPOMETRI PADA TK RAUDHATUL ATFAL PONTIANAK

RANCANG BANGUN ULANG MEJA DAN KURSI BELAJAR UNTUK USIA PRA SEKOLAH BERDASARKAN DATA ANTROPOMETRI PADA TK RAUDHATUL ATFAL PONTIANAK RANCANG BANGUN ULANG MEJA DAN KURSI BELAJAR UNTUK USIA PRA SEKOLAH BERDASARKAN DATA ANTROPOMETRI PADA TK RAUDHATUL ATFAL PONTIANAK Irsyad Abinowo Jurusan Teknik Elektro, Program Studi Teknik Industri,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN (Studi Kasus Industri Tenun Pandai Sikek Sumatera Barat) Nilda Tri Putri, Ichwan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN

PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT207 ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Data Meja Belajar Tabel 4.1 Data pengukuran meja Pengukuran Ukuran (cm) Tinggi meja 50 Panjang meja 90 Lebar meja 50 4.1.. Data Kursi Belajar

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERBAIKAN BENTUK FISIK KURSI KERJA OPERATOR MENJAHIT DENGAN MEMPERHATIKAN ASPEK ERGONOMI (STUDI KASUS PADA PD.

ANALISIS DAN PERBAIKAN BENTUK FISIK KURSI KERJA OPERATOR MENJAHIT DENGAN MEMPERHATIKAN ASPEK ERGONOMI (STUDI KASUS PADA PD. ANALISIS DAN PERBAIKAN BENTUK FISIK KURSI KERJA OPERATOR MENJAHIT DENGAN MEMPERHATIKAN ASPEK ERGONOMI (STUDI KASUS PADA PD. SONATA JAYA) PURWATI Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik Industri, Universitas

Lebih terperinci

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR Abstrak. Meja dan kursi adalah fasilitas sekolah yang berpengaruh terhadap postur tubuh siswa. Postur tubuh akan bekerja secara alami jika menggunakan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH 2.1 Sejarah Sekolah Sekolah Dasar Negeri (SDN) 060798 merupakan salah satu sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah. SDN 060798 beralamat di Jalan Medan Area Selatan. Kel.

Lebih terperinci

PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI

PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI BASUKI ARIANTO Program Studi Teknik Industri Universitas Suryadarma Jakarta ABSTRAK Rumah tinggal adalah rumah yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan setelah perang dunia kedua, tepatnya tanggal 12 Juli 1949 di Inggris

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan setelah perang dunia kedua, tepatnya tanggal 12 Juli 1949 di Inggris BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pengkajian hubungan manusia dengan lingkungan kerja sebenarnya sudah lama dilakukan oleh manusia, tetapi pengembangannya yang lebih mendalam baru dilakukan setelah

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor 1 2017 ISSN 1412-7350 PERANCANGAN ALAT ANGKUT TABUNG LPG 3 KG YANG ERGONOMIS (STUDI KASUS DI UD. X) Ronal Natalianto Purnomo, Julius Mulyono *, Hadi Santosa Jurusan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Anthropometri Menurut Sritomo (1989), salah satu bidang keilmuan ergonomis adalah istilah anthropometri yang berasal dari anthro yang berarti manusia dan metron yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi 2.1.1. Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Ergonomi Menurut Adnyana Manuaba (2000) Ergonomi didefinisikan sebagai suatu upaya dalam bentuk ilmu, teknologi dan seni untuk menyerasikan peralatan, mesin,

Lebih terperinci

B A B III METODOLOGI PENELITIAN

B A B III METODOLOGI PENELITIAN B A B III METODOLOGI PENELITIAN Dalam penulisan laporan ini, penulis membagi metodologi pemecahan masalah dalam beberapa tahap, yaitu : 1. Tahap Indentifikasi Masalah 2. Tahap Pengumpulan Data dan Pengolahan

Lebih terperinci

PERANCANGAN KURSI OPERATOR WANITA SPBU DENGAN MEMPERTIMBANGKAN ANTHROPOMETRI UNTUK MENGURANGI NYERI OTOT

PERANCANGAN KURSI OPERATOR WANITA SPBU DENGAN MEMPERTIMBANGKAN ANTHROPOMETRI UNTUK MENGURANGI NYERI OTOT PERANCANGAN KURSI OPERATOR WANITA SPBU DENGAN MEMPERTIMBANGKAN ANTHROPOMETRI UNTUK MENGURANGI NYERI OTOT Skripsi Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik NUR CAHYO SAPUTRO I 030590 JURUSAN

Lebih terperinci

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X ANALISA KELUHAN DAN USULAN PERANCANGAN TROLI ERGONOMIS SEBAGAI ALAT BANTU ANGKUT DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA ( Studi Kasus : Pelelangan Ikan Muara Angke ) Renty Anugerah Mahaji Puteri 1*, Yakub 2 12

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon (kerja) dan nomos

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon (kerja) dan nomos BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.. Ergonomi 2... Definisi Ergonomi Istilah ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon (kerja) dan nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek - aspek

Lebih terperinci

ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA

ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA Definisi Antropometri adalah suatu studi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia Antropometri

Lebih terperinci

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X.

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X. ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X. ABSTRAK PT. X adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur pengolahan logam spesialis pembuatan cetakan

Lebih terperinci

ANALISIS SERTA USULAN PERBAIKAN FASILITAS FISIK DAN LINGKUNGAN FISIK DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI (Studi kasus di Mini Market 5001 Mart Cabang Cimahi)

ANALISIS SERTA USULAN PERBAIKAN FASILITAS FISIK DAN LINGKUNGAN FISIK DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI (Studi kasus di Mini Market 5001 Mart Cabang Cimahi) ANALISIS SERTA USULAN PERBAIKAN FASILITAS FISIK DAN LINGKUNGAN FISIK DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI (Studi kasus di Mini Market 5001 Mart Cabang Cimahi) Effie Yuswandi 1 Abstrak Dalam sebuah mini market, faktor

Lebih terperinci

PDF Compressor Pro KATA PENGANTAR. Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi -- 1

PDF Compressor Pro KATA PENGANTAR. Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi -- 1 Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi -- 1 KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah, kami sampaikan ke hadirat Allah YME, karena terealisasinya Tekinfo, Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini terfokus pada lingkungan kerja saat ini dan data antropometri yang dibutuhkan untuk perancangan

Lebih terperinci

Kata kunci : Kursi, Ergonomis, Antropometri, Perancangan Produk, Quality Function Deployment

Kata kunci : Kursi, Ergonomis, Antropometri, Perancangan Produk, Quality Function Deployment RANCANG BANGUN ULANG KURSI KULIAH YANG ERGONOMIS BERDASARKAN DATA ANTROPOMETRI MAHASISWA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TANJUNGPURA Rudy Bastian Hutabarat Jurusan Teknik Elektro, Program Studi Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD Satria merupakan usaha kecil menengah yang bergerak di bidang produksi linggis. Usaha ini dikelola secara turun menurun yang didirikan pada tahun

Lebih terperinci

Bab 3. Metodologi Penelitian

Bab 3. Metodologi Penelitian Bab 3 Metodologi Penelitian Penelitian dimulai dengan melakukan studi pendahuluan untuk dapat merumuskan permasalahan berdasarkan pengamatan terhadap kondisi obyek yang diamati. Berdasarkan permasalahan

Lebih terperinci

PERANCANGAN STASIUN KERJA OPERATOR PADA LINI PACKING PT. X SURABAYA

PERANCANGAN STASIUN KERJA OPERATOR PADA LINI PACKING PT. X SURABAYA PERANCANGAN STASIUN KERJA OPERATOR PADA LINI PACKING PT. X SURABAYA Fadilatus Sukma Ika Noviarmi 1, Martina Kusuma Ningtiyas 1 1 Universitas Airlangga fadilasukma@gmail.com Abstrak Stasiun kerja dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kerja merupakan modal utama serta pelaksanaan dari. pembangunan masyarakat Pancasila. Tujuan terpenting dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kerja merupakan modal utama serta pelaksanaan dari. pembangunan masyarakat Pancasila. Tujuan terpenting dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tenaga kerja merupakan modal utama serta pelaksanaan dari pembangunan masyarakat Pancasila. Tujuan terpenting dari pembangunan masyarakat tersebut adalah kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Postur tubuh yang tidak seimbang dan berlangsung dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan stress pada bagian tubuh tertentu, yang biasa disebut dengan postural

Lebih terperinci

PERANCANGAN KURSI KERJA BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. PROPAN RAYA ICC TANGERANG

PERANCANGAN KURSI KERJA BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. PROPAN RAYA ICC TANGERANG PERANCANGAN KURSI KERJA BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. PROPAN RAYA ICC TANGERANG Tri Widodo & Heli Sasmita Tiga_wd@yahoo.co.id Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas kerja adalah jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan dalam suatu periode tertentu. (15) Umumnya

Lebih terperinci

Ketidaknyamanan sikap duduk berperan terhadap timbulnya keluhan rasa sakit yang dirasakan. Untuk itu diperlukan pengembangan produk yang dapat berfung

Ketidaknyamanan sikap duduk berperan terhadap timbulnya keluhan rasa sakit yang dirasakan. Untuk itu diperlukan pengembangan produk yang dapat berfung ANALISIS BENTUK KURSI LABORATORIUM DENGAN MENGGUNAKAN DESAIN ERGONOMI UNTUK MENDAPATKAN TINGKAT KENYAMANAN Tomy Fredyan 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Industri, Universitas Gunadarma, Bekasi. E-mail: know_toms@yahoo.com

Lebih terperinci

Desain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG

Desain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG Desain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG Darsini Teknik Industri Fakultas Teknik - Univet Bantara Sukoharjo e-mail: dearsiny@yahoo.com Abstrak Tujuan Penelitian ini adalah merancang desain troli

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC BAB V ANALISA HASIL 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, OWAS & QEC Berdasarkan bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dilakukan analisis hasil pengolahan data terhadap pengukuran

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN STANDARD NORDIC QUESTIONNAIRE I. IDENTITAS PRIBADI (Tulislah identitas saudara dan coret yang tidak perlu) 1. Nama :... 2. Umur/Tgl. Lahir :.../... 3. Stasiun Kerja :... 4. Status : Kawin/Belum

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi 2.1.1. Definisi Ergonomi Istilah Ergonomi disebut pula sebagai human factors di Amerika, human engineering di dunia militer. Istilah ergonomi lebih dikenal di Eropa

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN RANCANGAN MEJA-KURSI SEKOLAH DASAR BERDASARKAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA SISWA/I DI SDN MERUYUNG

USULAN PERBAIKAN RANCANGAN MEJA-KURSI SEKOLAH DASAR BERDASARKAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA SISWA/I DI SDN MERUYUNG USULAN PERBAIKAN RANCANGAN MEJA-KURSI SEKOLAH DASAR BERDASARKAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA SISWA/I DI SDN MERUYUNG Nama : Dimas Triyadi Wahyu P NPM : 32410051 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Ir. Asep

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi 2.1.1 Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah suatu ilmu yang dapat digunakan untuk menggunakan informasi/data sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang sistem

Lebih terperinci

Perancangan Fasilitas Fisik Operator SPBU dengan Pendekatan Ergonomi untuk Mengurangi Beban Kerja

Perancangan Fasilitas Fisik Operator SPBU dengan Pendekatan Ergonomi untuk Mengurangi Beban Kerja Performa (010) Vol. 9, No.: 38-46 Perancangan Fasilitas Fisik Operator SPBU dengan Pendekatan Ergonomi untuk Mengurangi Beban Kerja Taufiq Rochman *, Rahmaniyah Dwi Astuti, Nur Cahyo Saputro Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB 6 HASIL PENELITIAN BAB 6 HASIL PENELITIAN 6.1. Hasil Penelitian Hasil penelitian disajikan dalam bentuk narasi, tabel, dan gambar berdasarkan data antropometri, data pengukuran kursi kantor di bagian Main Office khususnya

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALSIN YANG ERGONOMIS

PERANCANGAN ALSIN YANG ERGONOMIS PERANCANGAN ALSIN YANG ERGONOMIS Rini Yulianingsih Bagaimanakah perancangan yang baik? Aktivitas yang dilakukan oleh perancang adalah untuk menciptakan alat/mesin/sturktur/proses yang memenuhi kebutuhan:

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 2.2 Teori Domino Penyebab Langsung Kecelakaan Penyebab Dasar... 16

DAFTAR ISI. 2.2 Teori Domino Penyebab Langsung Kecelakaan Penyebab Dasar... 16 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR NOTASI... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang Penelitian...

Lebih terperinci

MODUL I DESAIN ERGONOMI

MODUL I DESAIN ERGONOMI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu sistem kerja, pada dasarnya terdiri dari empat komponen utama, yaitu: manusia, bahan, mesin dan lingkungan kerja. Dari keempat komponen tersebut, komponen manusia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Ergonomi Ergonomi atau ergonomics berasal dari kata Yunani yaitu ergo yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum. Dengan demikian ergonomi yang dimaksud disini

Lebih terperinci

Antropometri Dan Aplikasinya Dalam Perancangan Fasilitas Kerja

Antropometri Dan Aplikasinya Dalam Perancangan Fasilitas Kerja Modul- 3 Antropometri Dan Aplikasinya Dalam Perancangan Fasilitas Kerja Ir. MUH. ARIF LATAR, MSc Kegiatan Belajar -4 POKOK BAHASAN KONSEP DASAR DAN APLIKASI PENGUKURAN ANTROPOMETRI VARIABEL ANTROPOMETRI

Lebih terperinci

GANGGUAN FISIK MAHASISW A SELAMA BEKERJA DENGAN KOMPUTER (STUDI KASUS : MAHASISW A GUNADARMA)

GANGGUAN FISIK MAHASISW A SELAMA BEKERJA DENGAN KOMPUTER (STUDI KASUS : MAHASISW A GUNADARMA) .~5."':!>.~~ Computer.BasedSystems GANGGUAN FISIK MAHASISW A SELAMA BEKERJA DENGAN KOMPUTER (STUDI KASUS : MAHASISW A GUNADARMA) Farry Firman H., Rina Prisilia Laboratorium Teknik Industri Menengah Jurusan

Lebih terperinci

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN Daryono Mahasiswa (S1) Jurusan Teknik Industri Universitas Gunadarma Scochuu_kuro@yahoo.co.id ABSTRAKSI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merugikan terhadap kesehatan pekerja ( Naiem, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merugikan terhadap kesehatan pekerja ( Naiem, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industrialisasi dalam pembangunan Indonesia telah berkembang pesat di semua sektor, baik formal maupun informal. Perkembangan tersebut bukan saja menyajikan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. istilah "ergonomi" berasal dari bahasa Latin yaitu. ERGON (KERJA) dan NOMOS (HUKUM ALAM) dan dapat didefinisikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. istilah ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu. ERGON (KERJA) dan NOMOS (HUKUM ALAM) dan dapat didefinisikan sebagai 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi Nurmianto : (2008) istilah "ergonomi" berasal dari bahasa Latin yaitu ERGON (KERJA) dan NOMOS (HUKUM ALAM) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek

Lebih terperinci

basah, kelembaban relatif serta gerakan angin pada desain interior lama dan ergodesain

basah, kelembaban relatif serta gerakan angin pada desain interior lama dan ergodesain 100 Data pada Tabel 5.1 menunjukkan intensitas cahaya, suhu kering dan suhu basah, kelembaban relatif serta gerakan angin pada desain interior lama dan ergodesain interior berbeda bermakna atau tidak sama

Lebih terperinci

BAB II STUDI LITERATUR

BAB II STUDI LITERATUR BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data penelitian untuk perencanaan atau perancangan arsitektur atau kota dibagi dalam tiga kelompok yaitu survei, observasi dan arsip.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. vii. Unisba.Repository.ac.id

DAFTAR ISI. vii. Unisba.Repository.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... ii AYAT AL-QURAN... iii PEDOMAN PENGGUNAAN TUGAS AKHIR... iv KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xv DAFTAR

Lebih terperinci

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN PERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN Disusun oleh: Daryono (344169) Jurusan : Teknik Industri Fakultas : Teknologi Industri

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT BELAJAR DAN BERMAIN YANG ERGONOMIS DI TAMAN KANAK-KANAK ISLAM PERMATA SELAT PANJANG

PERANCANGAN ALAT BELAJAR DAN BERMAIN YANG ERGONOMIS DI TAMAN KANAK-KANAK ISLAM PERMATA SELAT PANJANG Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 10, No. 1, Juni 2011 ISSN 1412-6869 PERANCANGAN ALAT BELAJAR DAN BERMAIN YANG ERGONOMIS DI TAMAN KANAK-KANAK ISLAM PERMATA SELAT PANJANG Nofirza 1 dan Zul Infi 2 Abstrak:

Lebih terperinci

Identifikasi keluhan biomekanik dan kebutuhan operator proses packing di PT X

Identifikasi keluhan biomekanik dan kebutuhan operator proses packing di PT X Identifikasi keluhan biomekanik dan kebutuhan operator proses packing di PT X I Wayan Sukania, Lamto Widodo, Desica Natalia Program Studi Teknik Industri Universitas Tarumanagara Jakarta E-mail: iwayansukania@tarumanagara.ac.id,

Lebih terperinci

Analisa Ergonomi Fasilitas Duduk Ruang Kuliah Bagi Pengguna dengan Kelebihan Berat Badan

Analisa Ergonomi Fasilitas Duduk Ruang Kuliah Bagi Pengguna dengan Kelebihan Berat Badan Analisa Ergonomi Fasilitas Duduk Ruang Kuliah Bagi Pengguna dengan Kelebihan Berat Badan Grace Mulyono Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra Email: gracem@petra.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhan siswa karena jika digunakan perabot kelas yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhan siswa karena jika digunakan perabot kelas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perabot kelas merupakan fasilitas fisik yang penting karena aktivitas belajar siswa banyak dihabiskan di dalam kelas seperti membaca, menggambar, menulis dan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri yang semakin pesat saat ini memunculkan berbagai jenis usaha. Semua kegiatan perindustrian tersebut tidak terlepas dari peran manusia, mesin dan

Lebih terperinci

RANCANG ULANG WHEELBARROW YANG ERGONOMIS DAN EKONOMIS

RANCANG ULANG WHEELBARROW YANG ERGONOMIS DAN EKONOMIS PKMT-2-1-1 RANCANG ULANG WHEELBARROW YANG ERGONOMIS DAN EKONOMIS Mirta Widia, Mia Monasari, Vera Methalina Afma, Taufik Azali Jurusan Teknik Industri, Universitas Andalas, Padang ABSTRAK Perancangan wheelbarrow

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan BAB I PENDAHULUAN 1.1.1. Latar Belakang Masalah Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan adanya aktivitas manual yaitu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Antropometri

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Antropometri BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Fasilitas ergonomi telah menjadi suatu bidang khusus, itu semua dikarenakan dampak yang mengacu pada keselamatan, kesehatan, produktifitas dan perekonomian serta daya

Lebih terperinci

Perancangan Ulang Alat Perajangan Daun Tembakau Untuk Mengurangi Keluhan Pada Pekerja

Perancangan Ulang Alat Perajangan Daun Tembakau Untuk Mengurangi Keluhan Pada Pekerja Performa (013) Vol. 1, No.: 105-114 Perancangan Ulang Alat Perajangan Daun Tembakau Untuk Mengurangi Keluhan Pada Pekerja Lobes Herdiman, Taufiq Rochman *), dan Agus Budi Susilo Jurusan Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator

BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Postur kerja adalah sikap tubuh pekerja saat melaksanakan aktivitas kerja. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator yang kurang

Lebih terperinci

RANCANGAN KURSI OPERATOR SPBU YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN ANTROPOMETRI

RANCANGAN KURSI OPERATOR SPBU YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN ANTROPOMETRI RANCANGAN KURSI OPERATOR SPBU YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN ANTROPOMETRI Eko Prasetyo 1) Agri Suwandi ) Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Pancasila, Jakarta Srengseng Sawah,

Lebih terperinci

Furnitur Ergonomis untuk Siswa Sekolah Dasar Usia 6-10 Tahun

Furnitur Ergonomis untuk Siswa Sekolah Dasar Usia 6-10 Tahun Petunjuk Sitasi: Zadry, H. R., Rahmayanti, D., Riski, H., Meilani, D., & Susanti, L. (2017). Furnitur Ergonomis untuk Siswa Sekolah Dasar Usia 6-10 Tahun. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. B76-81).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu ergon (kerja) dan nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PENGUPAS KULIT LADA TIPE TIRUS PUTARAN VERTIKAL BERDASARKAN METODE NORDIC BODY MAP (NBM) DAN PENDEKATAN ANTROPOMETRI

RANCANG BANGUN MESIN PENGUPAS KULIT LADA TIPE TIRUS PUTARAN VERTIKAL BERDASARKAN METODE NORDIC BODY MAP (NBM) DAN PENDEKATAN ANTROPOMETRI RANCANG BANGUN MESIN PENGUPAS KULIT LADA TIPE TIRUS PUTARAN VERTIKAL BERDASARKAN METODE NORDIC BODY MAP (NBM) DAN PENDEKATAN ANTROPOMETRI ALMIZAN Program Studi Teknik Industri, Universitas Tanjungpura

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini semakin pesat, terutama teknologi komputerisasi. Hal ini terbukti dengan peningkatan kurikulum pendidikan

Lebih terperinci

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las Sulistiawan I 1303010 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini akan diuraikan proses pengumpulan dan pengolahan

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Hasil penilaian REBA nilai action level tertinggi dengan kriteria

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1.Tinjauan Pustaka Penelitian yang dilakukan oleh Fitriadi dan Bambang (2015) ini mengangkat judul Perancangan Alat Bantu Penyayatan untuk Peningkatan Kapasitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keluhan Muskuloskeletal Menurut Tarwaka (2004), keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat ringan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Ergonomi merupakan keilmuan multidisiplin yang mempelajari pengetahuan-pengetahuan dari ilmu kehayatan (kedokteran, biologi), ilmu kejiwaan (psikologi) dan kemasyarakatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluhan terbanyak dari mahasiswa Universitas Kristen Maranatha mengenai kursi kuliah yang digunakan saat ini adalah kurang memberikan

Lebih terperinci

Perancangan Ulang Fasilitas Fisik Kerja Operator di Stasiun Penjilidan pada Industri Percetakan Berdasarkan Prinsip Ergonomi

Perancangan Ulang Fasilitas Fisik Kerja Operator di Stasiun Penjilidan pada Industri Percetakan Berdasarkan Prinsip Ergonomi Performa (2012) Vol. 11, No. 1: 1-8 Perancangan Ulang Fasilitas Fisik Kerja Operator di Stasiun Penjilidan pada Industri Percetakan Berdasarkan Prinsip Ergonomi Taufiq Rochman 1), Rahmaniyah Dwi Astuti

Lebih terperinci

Latihan Kuatkan Otot Seluruh Badan

Latihan Kuatkan Otot Seluruh Badan Latihan Kuatkan Otot Seluruh Badan latihan dengan gerakan-gerakan berikut ini. "Saya seorang wanita berusia 30 tahun. Secara teratur, saya melakukan olahraga jalan pagi. Setiap latihan waktunya antara

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi analisis dan interpretasi hasil berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan untuk menjelaskan hasil dari

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 30 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1. Pengumpulan data 4.1.1 Layout Lini Produksi Sekarang Gambar 4.1 Layout Assembly Line Gambar di atas menunjukkan denah lini produksi PT. Federal Karyatama yang

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Analisis Postur Tubuh Dan Pengukuran Skor REBA Sebelum melakukan perancangan perbaikan fasilitas kerja terlebih dahulu menganalisa postur tubuh dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KELELAHAN 1. Pengertian Kelelahan Kelelahan merupakan suatu perasaan yang bersifat subjektif. Kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan kebutuhan dalam

Lebih terperinci

PERANCANGAN MEJA DAN KURSI KERJA YANG ERGONOMIS PADA STASIUN KERJA PEMOTONGAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS

PERANCANGAN MEJA DAN KURSI KERJA YANG ERGONOMIS PADA STASIUN KERJA PEMOTONGAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 10, No. 2, Desember 2011 ISSN 1412-6869 PERANCANGAN MEJA DAN KURSI KERJA YANG ERGONOMIS PADA STASIUN KERJA PEMOTONGAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS Pendahuluan

Lebih terperinci

ASPEK PERANCANGAN BODI KENDARAAN (2)

ASPEK PERANCANGAN BODI KENDARAAN (2) ASPEK PERANCANGAN BODI KENDARAAN (2) 2. Ergonomi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang segala pertimbangan manusia (membahas kelebihan dan keterbatasan manusia), dan secara sistematis manfaat tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam era globalisasi sekarang ini aktivitas penduduk semakin meningkat, dalam

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam era globalisasi sekarang ini aktivitas penduduk semakin meningkat, dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam era globalisasi sekarang ini aktivitas penduduk semakin meningkat, dalam melaksanakan pekerjaannya seseorang dapat saja terkena gangguan atau cidera. Disadari

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN LAMPIRAN 1. SURAT IJIN PENELITIAN LAMPIRAN 2. SURAT KETERANGAN SELESAI PENELITIAN LAMPIRAN 3 KUESIONER PENELITIAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PETANI PEMETIK KOPI DI DUSUN BANUA TAHUN 2015 Karakteristik

Lebih terperinci