Laporan Tahunan. Laporan Tahunan 2014 I Rutgers WPF Indonesia 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laporan Tahunan. Laporan Tahunan 2014 I Rutgers WPF Indonesia 1"

Transkripsi

1 Laporan Tahunan 2014 Laporan Tahunan 2014 I Rutgers WPF Indonesia 1

2 Daftar Isi 2 Laporan Tahunan 2014 I Rutgers WPF Indonesia

3 Daftar Isi Laporan ini dibuat dengan masukan dari staff dan mitra RutgersWPF Indonesia. Dikoordinasi dan disunting oleh Monique Soesman Rinaldi Ridwan Ditulis oleh Andre Susanto Dahlia Nur E. Ira Savitri Ely Sawitri Farhanah Ismi Wulandari Lingga Putra Permana Nurul Agustina Ramona Sari Siska Dewi Noya Testia Fajar Fitriyanti Disain oleh activ design studio Cover Jeroen Van Loon Dokumentasi RutgersWPF Indonesia RutgersWPF Indonesia office Jalan Pejaten Barat Raya No. 17B Pejaten Barat, Pasar Minggu Jakarta Selatan Jakarta, Indonesia T / F info@rutgerswpfindo.org facebook: Rutgers WPF Daftar isi 2 Daftar Singkatan 4 Pengantar dari Direktur 5 Kisah KB dan Tantangan Layanan Bagi Remaja 7 Dimana Kami Bekerja 8 Pendidikan Seksualitas Komprehensif 13 Mendukung Ketersediaan Layanan 18 Melibatkan Laki-laki dan Menghapus Kekerasan Terhadap Perempuan 23 Menghapus Kekerasan Melalui Kebijakan 27 Melibatkan Remaja Secara Bermakna 31 Mewujudkan Perubahan Positif Melalui Aliansi 35 Catatan Setahun Membangun Kapasitas Bersama 39 Laporan Keuangan Staff 43 Mitra Kami 45 Mendorong Perubahan Melalui Penyebaran Informasi 47 Laporan Tahunan 2014 I Rutgers WPF Indonesia 3

4 Daftar Singkatan AIDS ASK CPD CSE DAKU : Acquired Immune Deficiency Syndrome : Access Services Knowledge : Commission on Population and Development : Comprehensive Sexuality Education : Dunia Remajaku Seru DIFFABLED/ DIFFABILITY : Differently abled / different abilities (current term for disabled/disabilities) GWL INA HIV ICPD ICPD PoA IPPA LGBTI MDGs MFS II SGBV SIKOK SRHR PLHIV UFBR UNFPA UNGASS YFS STI : Gaya Warna Lentera Indonesia : Human Immunodeficiency Virus : International Conference on Population and Development : International Conference on Population and Development Programme of Action : Indonesian Planned Parenthood Association : Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender, Intersex : Millenium Development Goals : Medefinancieringsstelsel II : Sexual and Gender Based Violence : Sentra Informasi Orang Kito : Sexual and Reproductive Health and Rights : People Living with HIV : Unite For Body Rights : United Nations Population Fund : United Nations General Assembly Special Session : Youth Friendly Services : Sexually Transmitted Infection 4 Laporan Tahunan 2014 I Rutgers WPF Indonesia

5 MENGISI 2014 DENGAN PENUH WARNA-WARNI Tahun 2014 adalah tahun yang sangat berwarna bagi Rutgers WPF Indonesia. Kami mengerjakan semua program yang sudah dimulai tahun-tahun sebelumnya dengan tetap penuh semangat. Kami merasakan keseluruhan program sudah mendapat bentuk idealnya. Misalnya dalam program ASK yang ditujukan untuk kesehatan remaja kami dapat pembelajaran baru dari riset operational yang dilakukan tahun ini, yang akan kami share di laporan ini. Untuk program MenCare+ yang berfokus kepada pelibatan laki-laki, kami mulai bekerjasama dengan sektor kesehatan. Monique Soesman Direktur Bicara dalam semangat penuh warna, laporan ini akan berfokus pada tema bekerja sama untuk menghapus kekerasan sebagai titik tolak. Warna lain kami hadirkan tahun ini dengan beberapa perubahan staf, termasuk dalam manajemen. Pergantian beberapa staf ini pada awalnya menuntut kami menyesuaikan diri. Namun dengan semangat yang ada tim Rutgers WPF Indonesia dengan cepat beradaptasi dan menjadi tim yang utuh dan solid lagi yang bekerja penuh dedikasi untuk hal hal yang ada dalam visi dan misi kami, yaitu mewujudkan masyarakat yang bebas dari segala bentuk kekerasan dan terpenuhinya hak atas kesehatan reproduksi dan seksualitas. Rutgers WPF Indonesia sebagai organisasi yang telah bekerja di Indonesia sejak 1997 dan memiliki keahlian di bidang pendidikan seksualitas berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan khususnya pendidikan seksualitas dan reproduksi bagi anak dan remaja. Berbagai modul sudah kami hasilkan dan diadaptasi oleh pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya. Modul ini mulai dari modul untuk anak TK, SMA, difabel, lapas, dan yang paling terbaru adalah modul bagi pelajar SMP yakni SETARA (Semangat Masa Remaja). Selama 2014, kami masih melanjutkan pengajaran modul SETARA bagi pelajar SMP di empat provinsi yakni Jambi, Lampung, DKI Jakarta dan DI Yogyakarta. Kami sadar, informasi saja tidaklah cukup. Informasi perlu didukung dengan akses layanan kesehatan. Untuk kebutuhan inilah kami mulai menggandeng berbagai organisasi penyedia layanan kesehatan seksual dan reproduksi dan membuat system penyediaan layanan yang komprehensif bagi remaja, perempuan, dan kelompok marjinal lainnya. Untuk layanan kesehatan seksual dan reproduksi, kami bersama mitra mengadakan serangkaian pelatihan bagi tenaga kesehatan agar bisa mengintegrasikan layanan yang ramah remaja mulai dari konseling hingga tindakan. Kami juga bersama mitra mulai menyediakan layanan konseling laki-laki. Layanan ini disediakan khusus bagi laki-laki pelaku kekerasan. Di atas itu semua, semua program yang kami lakukan haruslah diperkuat dengan penelitian yang kuat maka tahun 2014 kami membuat penelitian yang berfokus kepada akses informasi remaja terkait seksualitas dan kesehatan reproduksi. Penelitian ini dilakukan di tiga provinsi dengan melibatkan remaja tak hanya sebagai subjek penelitian, namun juga sebagai peneliti itu sendiri. Hasil dari riset ini memperkuat program yang sedang kami lakukan agar lebih efisien dan efektif menjangkau remaja. Laporan tahunan ini adalah pembelajaran yang bisa digunakan bersama oleh berbagai pemangku kepentingan di Indonesia mulai dari pemerintah, akademisi, praktisi pembangunan, penyedia layanan kesehatan. Harapan kami, berbagai pembelajaran ini dapat menginspirasi dan menjadi refleksi kita demi mewujudkan Indonesia yang bebas dari kekerasan dan ramah bagi semua. Selamat membaca! Laporan Tahunan 2014 I Rutgers WPF Indonesia 5

6 6 Laporan Tahunan 2014 I Rutgers WPF Indonesia

7 KISAH KB DAN TANTANGAN LAYANAN BAGI REMAJA 11,3% remaja perempuan menikah di usia tahun 32% menikah di usia tahun 36,2% dari kasus AIDS berasal dari kelompok usia tahun Indonesia adalah Negara yang diakui sebagai pelaksana keluarga berencana yang sukses pada periode orde baru. Indonesia pun pernah mendapatkan penghargaan global atas kesuksesan ini. Memang banyak sekali kritik terhadap pelaksanaan mulai dari pelaksanaannya yang menggunakan pemaksaan dan kekerasan terhadap perempuan oleh Negara, namun sebaliknya masih banyak kelompok yang belum dapat mengakses dengan baik. Hal ini terkendala karena lokasi geografis sebagai Negara kepulauan terbesar sedunia, konteks sosial budaya yang menabukan seksualitas, hingga perundang-undangan yang masih belum sepenuhnya menjamin akses kesehatan warga Negara tanpa diskriminasi. Namun secara makro, Indonesia memiliki statistik cukup baik. Tingkat kesuburan per perempuan pada 2012 adalah 2.37 anak yang memungkinkan untuk membentuk keluarga yang lebih sejahtera dan berkualitas, dan angka harapan hidup yang makin tinggi yakni 69,59 tahun untuk laki-laki dan 74,88 tahun untuk perempuan per estimasi tahun Di sisi lain, Indonesia diproyeksikan akan memasuki masa bonus demografi pada tahun 2020 hingga 2030 dimana jumlah penduduk usia produktif tahun atau sekitar 70% akan lebih besar dibandingkan jumlah penduduk usia muda di bawah 15 tahun dan lanjut usia di atas 65 tahun atau kelompok yang tergantung pada kelompok usia produktif. Kondisi ini mesti dipersiapkan sedini mungkin. Namun di sisi lain, bonus demografi ini dihadapkan dengan berbagai penghambat seperti masih tingginya angka kematian ibu, yakni 359 per kelahiran hidup (2013), masih legalnya pernikahan anak bawah umur, tingginya kekerasan terhadap perempuan yang menghambat perempuan untuk berkontribusi penuh terhadap pembangunan Remaja sebagai pengakses layanan kontrasepsi Remaja punya rasa ingin tahu serta dorongan seksual sebagai bagian dari masa pubertas. Rasa dan hasrat ini alamiah dan wajar pada seusianya, maka penting mendapatkan informasi dan layanan yang komprehensif. Data menunjukan sebanyak 11,3% remaja perempuan menikah di usia tahun dan 32% menikah di usia tahun. Selain itu, 36,2% dari kasus AIDS di Indonesia per maret 2014 berasal dari kelompok usia tahun. Oleh sebab itu, membuka akses layanan yang komprehensif kepada remaja mulai dari informasi hingga layanan adalah hal yang mendesak. Saat ini sudah bermunculan berbagai lembaga yang menyediakan layanan bagi remaja yang belum terlayani dengan baik seperti remaja tidak menikah dan remaja berisiko tinggi baik dari lembaga non-pemerintah hingga klinik swasta. Namun berbagai inovasi ini masih perlu diadopsi oleh pemerintah untuk menjangkau seluruh remaja di Indonesia. Integrasi pelibatan laki-laki untuk menghapus kekerasan Meskipun KB di Indonesia sudah terbilang sukses, namun angka kematian ibu di Indonesia masih salah satu yang tertinggi di Asia Tenggara. Salah satu gap yang kami temukan adalah strategi penanggulangan kekerasan terhadap perempuan belum diintegrasikan dengan baik ke dalam layanan KB komprehensif. Di sisi lain, berbagai inovasi untuk melibatkan laki-laki juga mulai bermunculan. Berbagai penelitian menunjukan, lelaki yang terlibat aktif mulai dari pemeriksaan kehamilan, persalinan, hingga pengasuhan anak akan cenderung tidak melakukan kekerasan di dalam rumah tangga. Hal ini berkontribusi terhadap meningkatnya kesehatan Ibu dan Anak. Pendekatan yang kami gunakan Di dalam konteks ini, kami mempromosikan berbagai pendekatan untuk menyasar berbagai tantangan ini. Mulai dari penyediaan pendidikan seksualitas dan kesehatan reproduksi yang komprehensif, layanan kesehatan, penanggulangan kekerasan, hingga pelibatan laki-laki. Kesemuanya terangkum di dalam laporan tahunan 2014 ini. Laporan Tahunan 2014 I Rutgers WPF Indonesia 7

8 HIGHLIGHTS IN 2014 Tahun 2014 upaya Rutgers WPF difokuskan pada peningkatan kualitas pendidikan seksualitas serta layanan kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk memulai tradisi melakukan intervensi yang berbasis bukti (evidence-based intervention) melalui riset operasional. Ini kami lakukan semata-mata agar investasi yang ditanamkan mendatangkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi remaja. Pendidikan seksualitas komprehensif Melibatkan guru memberikan materi yang sesuai tren remaja Pendidikan seksualitas komprehensif bagi anak dan remaja adalah keahlian utama kami yang telah dikembangkan sejak kami berkarya pertama kali di Indonesia. Sepanjang tahun 2014, upaya untuk membuka akses dan meningkatkan kualitas pendidikan seksualitas kami wujudkan melalui pelatihan bagi pendidik sebaya, guru, hingga membuka akses langsung melalui kanal elektronik dan gawai. Untuk memperkuat kapasitas pendidik dan pendidik sebaya, pada 3 6 April 2014 kami mengadakan lokakarya Heart Connection Tour dance4life dengan mengundang pelatih internasional dari Red Zebra Afrika Selatan. Sebanyak 20 peserta dari 11 organisasi dari pulau Sumatera, Jawa, dan Papua hadir dan siap menjadi agen perubahan di daerahnya masing-masing. Kemudian pada 9 12 Juni 2014 kami mengadakan Pelatihan Penyegaran Pendidikan Seksualitas yang Komprehensif mengundang para guru yang telah kami latih sebelumnya. Guru-guru ini telah menjadi pusat rujukan untuk modul yang telah kami buat sebelumnya yakni DAKU!, DAKU! Papua, Seru, Maju, Langkah Pastiku, Aku dan Kamu, hingga SETARA. Selama ini pengajar yang telah kami latih telah berhasil menerapkan program ini secara mandiri. Pelatihan penyegaran ini adalah upaya kami untuk terus mendukung pengajar yang selama ini berdedikasi tinggi mengajarkan pendidikan seksualitas kepada murid-muridnya. Namun pendidikan tidak bisa dibatasi dengan dinding kelas. Kami menyadari perkembangan teknologi komunikasi dan informasi adalah hal yang tak bisa dihindari. Selain beragam tantangan, teknologi komunikasi dan informasi modern juga menyediakan ruang dan kesempatan bagi kami untuk menjangkau remaja terutama yang berbasis komunitas, bukan sekolah. Pada 7 Desember 2014 kami meluncurkan portal yang menyasar remaja dan menyediakan pendidikan seksualitas komprehensif bagi remaja secara online di Menghapus kekerasan dengan kebaikan Kekerasan hanya akan membuahkan kekerasan, dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kekerasan bisa hadir dalam berbagai wajah. Dari mulai kekerasan fisik yang sangat kentara akibatnya, hingga kekerasan yang lebih subtil dan tidak disadari kehadirannya seperti pelanggaran hak remaja untuk memperoleh informasi dan layanan, hingga pembiaran ketika menyaksikan pelanggaran itu terus terjadi. Di tahun 2014 kami mengadakan lokakarya strategi komunikasi pada Juni dengan mengundang mitra dan ahli-ahli komunikasi. Hasilnya adalah strategi kampanye 2014 yang akan difokuskan kepada dua kelompok: kelompok laki-laki dewasa dan remaja. Untuk kelompok laki-laki dewasa kami meluncurkan kampanye Laki-laki Peduli, yang menekankan keterlibatan dan kepedulian suami atau ayah pada fasefase penting, sejak dari kehamilan, persalinan, hingga pengasuhan anak. Sementara untuk kelompok remaja kami meluncurkan kampanye #GenerasiJagoan yang ditujukan untuk menumbuhkan sensitivitas mereka terhadap kekerasan sejak dini, sekaligus untuk menghindari menjadi korban maupun pelaku kekerasan. Untuk memperkuat kapasitas mitra dalam menganalisa secara tajam permasalahan kekerasan, kami menyelenggarakan kuliah umum yang diberikan oleh Michael Kaufman pada 7 November Michael Kaufman adalah penggagas kampanye Pita Putih yang bertujuan menghapus kekerasan terhadap perempuan, dewasa dan remaja, yang dimulai sejak tahun 1991 di Kanada hingga sekarang memiliki jangkauan global. Sebagai tindaklanjutnya, pada Desember 2014 kami mengadakan lokakarya mengundang berbagai ahli, termasuk dokter, akademisi, hingga profesional NGO. Lokakarya ini bertujuan untuk membangun sensitivitas sektor kesehatan untuk lebih sensitive terhadap isu kekerasan terhadap perempuan, serta mendorong laki-laki lebih peduli terhadap kesehatan perempuan khususnya selama kehamilan dan persalinan. 8 Laporan Tahunan 2014 I Rutgers WPF Indonesia

9 Kekerasan terhadap sesama juga terjadi manakala ada sekelompok orang yang disingkirkan dan hak-hak sipil-politiknya tidak dipenuhi hanya karena orientasi seksual dan identitas gendernya. Untuk itu, bertempat di Jakarta, pada November 2014 kami mengadakan pelatihan pengarusutamaan keberagaman gender dan seksualitas. Pelatihan ini bertujuan untuk membangun sensitivitas organisasi mitra yang bekerja dengan kelompok ragam orientasi seksualitas dan identitas gender agar dapat memberikan layanan dan pendidikan sesuai kebutuhan. Hasilnya sebanyak 15 orang change maker dari masing-masing organisasi yang siap untuk mendorong reformasi kebijakan organisasi agar lebih sensitif dan ramah bagi kelompok ini. Merancang Strategi Berbasis Data Kami percaya bahwa intervensi baru akan membuahkan hasil yang maksimal jika rancangannya didasarkan pada informasi dan data awal yang akurat. Karena itu setiap program yang kami implementasikan harus dimulai dengan baseline survey untuk dibandingkan dengan endline survey pada akhir periode. Dengan demikian perubahan yang direncanakan bisa diukur dan strategi bisa dinilai tepat-tidaknya. kampanye #GenerasiJagoan yang ditujukan untuk menumbuhkan sensitivitas mereka terhadap kekerasan sejak dini, sekaligus untuk menghindari menjadi korban maupun pelaku kekerasan. Pada tahun 2014 kami mulai melakukan riset operasional yang tujuannya memastikan strategi yang diambil sesuai dengan kondisi di lapangan. Riset operasional pertama yang kami lakukan adalah mengenai pola pencarian dan akses remaja terhadap informasi kesehatan reproduksi dan seksualitas. Riset ini difokuskan di tiga provinsi yakni DKI Jakarta, DI Yogyakarta, dan JawaTimur. Hasilnya digunakan untuk mempertajam strategi implementasi oleh mitra. Riset ini juga memiliki keunggulan berupa pelibatan peneliti muda secara bermakna untuk menggali informasi dari rekan-rekan sebaya mereka terkait topik HKSR yang penting-kurang penting, disukai-kurang disukai, serta dari mana mereka biasanya mengakses informasi. Proses ini dimulai sejak semester pertama2014, dan hasilnya akan kami publikasikan untuk umum pada awal Laporan Tahunan 2014 I Rutgers WPF Indonesia 9

10 Dimana Kami Bekerja Sumatera Utara Riau Jambi Jawa Tengah Jawa Timur DKI Jakarta Yogyakarta Bali Lampung 10 Laporan Tahunan 2014 I Rutgers WPF Indonesia

11 Selayang pandang Rutgers WPF Indonesia Rutgers WPF Indonesia berdedikasi di bidang kesehatan reproduksi, seksualitas, dan hak asasi manusia. Kami melihat seksualitas manusia dan kesehatan reproduksi dalam kacamata yang positif untuk mewujudkan Indonesia yang bebas dari kekerasan. Rutgers WPF Indonesia bekerja sebagai organisasi perantara bagi pemerintah dan pemangku kepentingan di Indonesia dengan memberikan bantuan finansial dan teknis melalui transfer pengetahuan, mengembangkan dan mengimplementasikan intervensi kesehatan reproduksi, seksualitas, dan penanggulangan kekerasan berbasis gender dan seksualitas (SGBV) yang komprehensif, efektif & inovatif, berdasarkan pendekatan partisipatif, untuk mencapai tatanan sosial yang setara, adil dan menghargai hak asasi manusia terutama untuk anak, remaja, perempuan, dan kelompok marjinal lainnya. Papua Laporan Tahunan 2014 I Rutgers WPF Indonesia 11

12 12 Laporan Tahunan 2014 I Rutgers WPF Indonesia

13 Pendidikan Seksualitas Komprehensif: MEMASTIKAN KEMAMPUAN REMAJA MENOLAK KEKERASAN Hampir setiap hari media menyajikan kepada kita berbagai masalah yang dihadapi oleh remaja. Trafficking, penyalahgunaan obat terlarang, kekerasan, hingga seks dan aborsi tidak aman. Data Badan Narkotika Nasional (BNN) tahun 2013 menyebut 22% dari sekitar 4 juta pengguna narkoba, atau sekitar 880 ribu orang, adalah remaja. Lebih lanjut, data Kementerian Kesehatan RI tahun 2014 menunjukkan hampir 50 persen pengidap HIV adalah kelompok remaja dan dewasa muda (15-29 tahun). Sementara itu, di level internasional UNFPA melansir pada 2008 bahwa sepertiga dari 200 juta kehamilan setiap tahun adalah kehamilan tidak dikehendaki, baik di kalangan perempuan yang menikah maupun yang tidak, dan 200 perempuan meninggal setiap hari akibat aborsi tidak aman. Di Indonesia belum ada angka yang bisa diandalkan untuk mengetahui besaran masalah yang sesungguhnya karena sensitifnya topik ini. Hal ini terbukti dari studi terakhir yang dilakukan setidaknya 14 tahun lalu pada 2001 dimana setiap tahunnya ada 2 juta aborsi tak aman dilakukan di Indonesia. Padahal aborsi tidak aman berkontribusi terhadap seperlima penyebab dari Angka Kematian Ibu. Selain kebijakan yang tidak berpihak pada remaja, masalah-masalah yang mengancam hidup dan masa depan generasi Indonesia itu juga disebabkan oleh minimnya akses remaja terhadap informasi dan layanan kesehatan reproduksi dan seksualitas. Meluasnya jaringan internet membuka peluang sangat lebar bagi remaja untuk mengakses informasi apapun yang mereka butuhkan dengan sangat mudah. Tetapi sayangnya, tanpa bekal yang cukup, mereka akan mudah juga tergelincir ke situs-situs yang tidak akurat dan ilmiah ketika melakukan pencarian terkait topik seksualitas dan kesehatan reproduksi. Padahal perkembangan mental dan fisik yang amat cepat di periode ini membuat kebutuhan untuk informasi yang benar dan bertanggungjawab tidak bisa diabaikan. Rutgers WPF sudah lebih dari satu dasawarsa bekerja untuk membantu dan menemani remaja menemukan jawaban-jawaban atas pertanyaan yang senantiasa membuat remaja penasaran. Kami membuat berbagai modul pendidikan seksualitas komprehensif Comprehensive Sexuality Education yang tujuannya adalah memberdayakan remaja. Laporan Tahunan 2014 I Rutgers WPF Indonesia 13

14 337 pendidik dari 4 provinsi dilatih menggunakan berbagai modul pendidikan seksualitas 230 orang dilatih modul SETARA untuk SMP Tidak seperti yang sering diasumsikan secara salah bahwa pendidikan seksualitas akan mendorong remaja untuk berhubungan seks, CSE justru bertujuan untuk mendidik anak dan remaja untuk mencintai dan menghargai tubuhnya, menghormati sesama, sehingga mampu melindungi diri dari kekerasan atau menjadi pelaku kekerasan. Berbagai penelitian juga menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas akan menunda remaja melakukan hubungan seks pertama kali, menghindarkan dari kehamilan tidak dikehendaki, dan penularan berbagai infeksi menular seksual termasuk HIV. Pemberian pendidikan seksualitas komprehensif selama 2014 Dalam program UFBR, kami mendukung penyusunan dan implementasi modul SETARA (Semangat Dunia Remaja), yang diperuntukkan bagi siswa Sekolah Menengah Pertama. Meski demikian, mitra kami tetap meneruskan pelaksanaan dan penguatan guru DAKU (Dunia Remajaku Seru), modul bagi siswa Sekolah Menengah Atas yang telah dimulai sejak program sebelumnya. Selain itu kami mendukung penyusunan modul pendidikan seksualitas dan kesehatan reproduksi untuk kelompok ragam orientasi seksual dan identitas gender. Saya merasa menjadi remaja yang berbeda lewat dance4life, mendapatkan informasi baru tentang HKSR dan sekarang saya sadar apa yang harus saya lakukan saat ini sebagai remaja yang sudah terpapar informasi. Menjadi pembuat perubahan dengan menyalurkan informasi pada remaja lainnya. Di tahun ini jumlah guru yang mendapatkan pelatihan dan penguatan agar mampu menggunakan modul SETARA berjumlah 230 orang, tersebar di provinsi Jambi, Lampung, Jakarta dan Yogyakarta. Total ada 337 pendidik juga di empat provinsi tersebut yang telah mendapat pelatihan untuk menggunakan berbagai modul pendidikan kesehatan sepanjang Jumlah ini jauh melampaui target yang hanya 94 orang. Aby Syahputra (remaja komunitas, Bandar Lampung) Secara keseluruhan tahun ini kami mampu menjangkau 14,219 remaja sekolah dan komunitas termasuk kelompok ragam orientasi seksual dan identitas gender, melalui program pendidikan kespro dan seksualitas yang kami rancang bersama mitra. Selama ini kami hanya memahami tentang HIV/AIDS saja, karena organisasi kami memang hanya bergerak untuk penjangkauan dan pendampingan bagi korban HIV/AIDS, namun setelah kami berjejaring dan mengikuti kegiatan penguatan seperti ini, kami menjadi faham bahwa ketika kita bicara tentang HIV/AIDS ternyata tidak terlepas dari seksualitas dan gender. Tony ((Koordinator organisasi komunitas ragam seksualitas Jambi) Dance4life 2014 Dance4life adalah insentif yang sangat menarik bagi siswa yang mengikuti pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas. Pendekatan musik dan tari yang sesuai dengan jiwa remaja dinamis mendorong minat siswa untuk mengikuti kegiatan dance4life baik di sekolah maupun di komunitas. Tahun ini, melalui dua program ASK dan UFBR, dance4life menjangkau 32,172 remaja di sekolah dan komunitas, di 9 provinsi: Sumatra Utara, Riau, Jambi, Lampung, DKI Jakarta, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Papua. 14 Laporan Tahunan 2014 I Rutgers WPF Indonesia

15 Dari jumlah itu sebanyak 4,823 remaja menjadi agent4change yang siap menjangkau remaja lainnya dan membuka akses terhadap informasi dan layanan kesehatan reproduksi dan seksualitas. Dan sepanjang 2014 para agent4change ini telah berhasil menjangkau 4,356 remaja lain. Tantangan di Depan Strategi advokasi yang kuat dibutuhkan untuk memastikan penerimaan dan keberlanjutan implementasi CSEdi sekolahsekolah dan melalui fase educate dari dance4life. Di tingkat lokal (provinsi dan kabupaten), advokasi perlu dilakukan untuk memastikan dukungan baik untuk penguatan kapasitas guru maupun pengadaan fasilitas materi ajar. Tahun ini pelaksanaan Kurikulum 2013 (K-13) memaksa guru untuk berkonsentrasi pada penguasaan materi belajar K-13. Kendati akhirnya pelaksanaan K-13 ditunda, namun uji coba pada lebih dari 6000 sekolah tetap dijalankan. Artinya ke depan K-13 kemungkinan akan menjadi acuan belajar-mengajar nasional. Tantangannya adalah bagaimana CSE yang telah disusun sedemikian rupa untuk menumbuhkan self-efficacy (kemampuan seseorang untuk mengontrol motivasi dan perilaku pribadi) pada remaja dapat diintegrasikan ke dalam K-13. Tahun ini, melalui dua program ASK dan UFBR, dance4life menjangkau 32,172 remaja di sekolah dan komunitas 9 provinsi Sumatra Utara, Riau, Jambi, Lampung, DKI Jakarta, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Papua. Belajar SETARA menurut saya sangat menyenangkan, saya jadi lebih tahu banyak hal tentang perkembangan tubuh saya yang selama ini tidak saya ketahui secara langsung. Selama ini saya banyak belajar dari internet dibandingkan dengan guru atau orang tua." 4,823 remaja menjadi agent4change Gilang (SMPN 10, Bandar Lampung) Laporan Tahunan 2014 I Rutgers WPF Indonesia 15

16 16 Laporan Tahunan 2014 I Rutgers WPF Indonesia

17 MENDUKUNG KETERSEDIAAN LAYANAN MITRA DAN PEMERINTAH Di penghujung tahun 2013, Indonesia membuat terobosan besar di bidang kesehatan. Skema akses universal kesehatan diluncurkan oleh pemerintah dalam bentuk BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial). Program ini memungkinkan setiap warga negara Indonesia mendapatkan jaminan layanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang ditunjuk oleh pemerintah. Di sisi lain, meskipun masyarakat bisa mengakses fasilitas ini di unit yang dituju, masih banyak gap yang perlu didukung oleh organisasi sosial kemasyarakatan. Tantangan ini antara lain ketersediaan layanan yang ramah remaja, layanan kesehatan seksual dan reproduksi yang komprehensif, dan layanan penanggulangan kekerasan berbasis gender. Laporan Tahunan 2014 I Rutgers WPF Indonesia 17

18 Setiap harinya: 4,3 anak mengalami kekerasan 8 perempuan dan 2,5 anak mengalami kekerasan seksual 89 orang terinfeksi HIV aborsi terjadi Tantangan dalam mewujudkan Indonesia yang sehat Berbagai data terkait kesehatan seksual dan reproduksi menunjukkan, masyarakat Indonesia menghadapi beberapa tantangan besar Di sisi lain, Indonesia masih dihantui oleh tingginya Angka Kematian Ibu. Data terakhir tahun 2013 menunjukkan AKI berada di angka 359 per kelahiran hidup yang berarti setiap 15 menit, 1 ibu meninggal karena komplikasi terkait kelahiran. Tak hanya itu, kekerasan juga menjadi momok terutama bagi perempuan dan anak. Pada 2014, Komnas Perempuan mendapatkan laporan kekerasan terhadap perempuan. Tantangan yang dihadapi untuk menangani masalah ini adalah masih tabunya membicarakan langsung persoalan seksualitas dan kekerasan yang membuat banyak warga enggan mengakses layanan kesehatan. Mendukung pemerintah dalam penyediaan layanan kesehatan seksual dan reproduksi Berbagai data ini menunjukkan bahwa layanan kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk penanggulangan kekerasan bagi perempuan, anak, dan remaja menjadi sangat penting untuk mendukung generasi muda yang sehat dan juga mengurangi angka kematian ibu terkait kelahiran. Sudah banyak organisasi yang menyediakan layanan ini baik secara swadaya maupun dengan dukungan berbagai pihak. Namun layanan ini, pada prinsipnya harus bisa diintegrasikan ke dalam sistem pelayanan kesehatan publik baik yang disediakan oleh pemerintah maupun swasta. Rutgers WPF Indonesia bersama dengan mitra mengembangkan layanan terkait kesehatan reproduksi, seksual, dan penanggulangan kekerasan untuk menutup gap yang belum disediakan oleh pemerintah. Selain itu berbagai upaya kami lakukan mulai dari mengembangkan Modul Pelatihan Layanan Ramah Remaja, pelibatan sektor kesehatan untuk menanggulangi kekerasan dengan memberikan pelatihan sensitisasi kekerasan, hingga pelatihan bagi tenaga kesehatan agar mampu memberikan layanan yang ramah remaja. Layanan kesehatan seksual dan reproduksi ramah remaja dan komprehensif Untuk menghindari salah paham dan pemikiran yang keliru mengenai persoalan kesehatan seksual dan reproduksi, remaja perlu diberikan informasi secara lengkap agar paham tentang tubuhnya. Program untuk meningkatkan kesehatan reproduksi remaja harus dapat 18 Laporan Tahunan 2014 I Rutgers WPF Indonesia

19 memberikan informasi dan pelayanan klinis yang tepat. Salah satunya adalah dengan memberikan layanan yang memenuhi standar IPES yang dikembangkan oleh International Planned Parenthood Federation. Pelayanan berdasarkan IPES ini belum dapat diakses di semua tingkat Puskesmas. Kami bersama mitra mendorong agar klinik pemerintah bisa menyediakan layanan ini melalui berbagai program yang sedang kami kerjakan yakni UFBR, ASK, dan MenCare+. Karakteristik layanan kesehatan seksual dan reproduksi ramah remaja Program Remaja dilibatkan dalam disain program Remaja apapun gendernya disambut dan dilayani dengan baik Klien yang tidak menikah dilayani dengan baik Biaya terjangkau Jenis layanan yang ditawarkan cukup lengkap dan ada sistem rujukan Waktu tunggu pendek Materi pendidikan kesehatan tersedia Petugas layanan Petugas dilatih tentang isu kesehatan remaja Menghargai remaja Kerahasiaan terjaga Ada konselor sebaya Waktu interaksi petugas dengan klien cukup Fasilitas kesehatan Jam operasional yang sesuai dengan remaja Lokasi dan lingkungan yang nyaman Ruang cukup dan terjaga kerahasiaannya Persepsi remaja terhadap program Kerahasiaan terjaga Remaja dilayani dengan baik apapun status pernikahan dan gendernya Petugas memberi perhatian pada kebutuhan remaja IPES (INTEGRATED PACKAGE ESSENTIAL SERVICES) DALAM LAYANAN KESEHATAN SEKSUAL DAN REPRODUKSI TERDIRI DARI 1. Konseling: Seks dan Seksualitas, Hubungan dan konseling layanan SRH lainnya 2. Kontrasepsi: Konseling, kontrasepsi oral, kondom, suntik, kontrasepsi jangka menengah dan panjang, dan kontrasepsi darurat 3. Pelayanan kehamilan tidak diinginkan: konseling sebelum dan sesudah keguguran, layanan medis dan bedah, dan layanan pasca keguguran. 4. Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) dan Infeksi Menular Seksual (IMS): paling tidak satu layanan perawatan ISR/IMS, paling tidak satu layanan lab ISR/IMS, pemberian kondom 5. HIV: konseling pre dan post, HIV sero status lab tes, staging dan monitoring lab tes, kondom 6. Ginekologi: pemeriksaan pelvic manual, pemeriksaan payudara manual, papsmear dan metode pelayanan kanker rahim lainnya 7. Perawatan pre dan post natal: konfirmasi kehamilan (tes kehamilan), perawatan pre natal essensial, perawatan post natal esensial 8. SGBV: Penapisan SGBV, mekanisme rujukan untuk layanan klinis, psikologis dan perlindungan Rutgers WPF Indonesia melalui dukungan program UFBR dan ASK (Akses, Servis dan Ketahui) bersama mitra memberikan pelatihan layanan ramah remaja bagi pemberi layanan kesehatan di Puskesmas dan juga klinik mitra dengan menggunakan modul yang telah dikembangkan. Hingga saat ini, Rutgers WPF Indonesia telah melati pemberi layanan kesehatan yang tersebar di wilayah program ASK yakni Jawa Timur (Pamekasan, Jombang dan Surabaya), Yogyakarta, DKI Jakarta, Jawa Tengah (Kabupaten Semarang dan Kota Semarang) dan Bali. Melalui program ASK ini Rutgers WPF Indonesia bersama mitranya juga mengembangkan pertemuan rutin untuk membangun mekanisme rujukan dan juga ajang saling berbagi pengetahuan dan keahlian terkait dengan layanan kesehatan seksual dan reproduksi bagi remaja. NO INDIKATOR PROGRAM Jumlah kontrasepsi yang diberikan kepada remaja di bawah 25 tahun Jumlah klien yang menerima ARV di klinik dan penjangkauan Jumlah penyedia layanan kesehatan yang mendapat pelatihan layanan ramah remaja Jumlah layanan kesehatan seksual dan reproduksi yang diberikan melalui layanan kesehatan dan penjangkauan kepada remaja JUMLAH Jumlah tenaga kesehatan yang dilatih mengenai pentingnya melibatkan ayah dalam proses kehamilan hingga persalinan Jumlah konselor yang dilatih konseling penanganan kekerasan dalam rumah tangga Jumlah lelaki yang mengakses konseling penanggulangan kekerasan Jumlah pendidik yang dilatih pendidikan seksualitas dan kesehatan reproduksi Jumlah remaja, perempuan dan kelompok ragam seksualitas yang mendapat pendidikan seksualitas dan kesehatan reproduksi Jumlah penyedia layanan yang dilatih memberikan layanan kesehatan seksual dan reproduksi, penanggulangan kekerasan, dan kepada kelompok ragam seksualitas Jumlah layanan kesehatan seksual dan reproduksi yang diberikan oleh mitra Laporan Tahunan 2014 I Rutgers WPF Indonesia 19

20 Kelompok ragam seksualitas menghadapi situasi kompleks karena akses kami terhadap layanan sangat terbatas. Namun kami kini paham bahwa kami tidak sendirian karena klinik PKBI bisa membantu kami menangani kesehatan kami dan juga ada lembaga bantuan hukum di kala kami menghadapi masalah hukum (Michelle, Klien Klinik PKBI Lampung). Saya merasa nyaman dan puas dengan layanan di klinik ini. Staffnya sangat bersahabat dan memperlakukan saya seperti keluarga sendiri. Saya sangat menganjurkan teman saya yang khawatir memiliki IMS untuk datang ke klinik ini (Klien Klinik ProCare PKBI DKI Jakarta) Tantangan dalam menyediakan layanan bagi remaja marjinal Penyediaan layanan bagi remaja khususnya remaja marjinal memiliki tantangannya tersendiri. Tantangan menuntut kami dan mitra untuk berinovasi dalam memberikan layanan yang terbaik. Tantangan ini antara lain: Lokasi layanan kesehatan yang kadang sulit dijangkau remaja Pertentangan nilai yang dimiliki tenaga kesehatan dalam menyediakan kontrasepsi kepada remaja tidak menikah, ragam seksualitas, dan remaja yang mengalami kehamilan tidak diinginkan. Sebagai contoh, kadang ada puskesmas yang enggan memberikan layanan kepada remaja waria Pencatatan yang belum komprehensif dimana kadang klien yang berumur di bawah 25 tahun dan tidak menikah tidak diagregat. Pelatihan layanan ramah remaja membantu saya memahami bagaimana seharusnya layanan ramah remaja disediakan. Dulu saya punya klien dengan IMS, dan gonorhea dan sikap saya telah berubah dari yang dulunya menghakimi dan diskriminatif. Meskipun saya masih memiliki pertentangan batin, namun sekarang saya paham bahwa saya bisa lebih suportif dan professional dalam kerja saya (Bie, MD, dari Klinik Satelit) Untuk mengatasi hal ini, beberapa mitra melakukan pendekatan dengan tokoh agama yang berpengaruh untuk terus memberikan informasi terkait pentingnya mendukung upaya yang dilakukan mitra baik dalam pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual maupun menentang pernikahan usia anak yang masih banyak terjadi. Layanan penanggulangan kekerasan dengan dukungan program MenCare+ Salah satu elemen terpenting dalam menangani permasalahan kekerasan berbasis gender adalah dengan mendukung ketersediaan layanan. Rutgers WPF Indonesia berkomitmen untuk memperkuat mitra kami dalam meningkatkan kualitas layanan yang sesuai kebutuhan baik untuk remaja maupun perempuan dan anak korban kekerasan. Kualitas layanan yang dimaksud adalah upaya pemberian layanan medis dan psikologis melalui pendekatan khusus yang berperspektif ramah remaja dan sensitif terhadap korban. Pada tahun 2014, Rutgers WPF Indonesia memfokuskan pada layanan kekerasan seksual dan saat ini program ini tengah dikembangkan di 3 Wilayah yaitu Jawa Timur, Yogyakarta dan Lampung. Rutgers WPF Indonesia melalui program MenCare+ bersama dengan mitra seperti PULIH, RIFKA ANNISA, PKBI Daerah Lampung dan PKBI Daerah Jawa Timur telah melatih 221 konselor yang siap untuk memberikan layanan konseling bagi laki laki pelaku kekerasan dan juga bagi perempuan penyintas kekerasan. Konselor yang dilatih terdiri dari pemberi layanan di Puskesmas dan juga konselor mitra Rutgers WPF Indonesia. Di dalam program ini para mitra yang tidak menyediakan layanan, turut mengembangkan mekanisme rujukan bagi layanan kekerasan berbasis gender dan seksualitas ini. 20 Laporan Tahunan 2014 I Rutgers WPF Indonesia

21 Pembuatan modul pelatihan bagi tenaga kesehatan Di tahun 2014, Rutgers WPF Indonesia bersama dengan Yayasan PULIH mengembangkan modul pelatihan untuk tenaga kesehatan dalam melibatkan laki-laki untuk menurunkan angka kematian ibu dan meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Dalam proses pengembangan modul tersebut, Rutgers WPF melakukan konsultasi dengan Badan Pelatihan Kesehatan, Kementrian Kesehatan. Hasil konsultasi tersebut sangat berguna ketika kami melakukan uji coba modul dengan mengundang tenaga kesehatan yang terdiri dari Dinas Kesehatan, Bidan, Perawat dan Dokter Puskesmas. Tantangan dalam penyediaan layanan penanggulangan kekerasan Masih rendahnya partisipasi laki-laki dalam mengakses layanan. Hanya 12 % laki-laki pelaku kekerasan yang mau mengakses layanan penanggulangan kekerasan. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh konsep maskulinitas yang diyakini oleh para laki-laki di mana laki-laki dipersepsikan sebagai sosok yang kuat yang menyebabkan rendahnya help seeking behavior pada laki-laki. Selain itu letak layanan yang berada satu atap dengan Women Crisis Center menyebabkan laki-laki tidak nyaman untuk datang. Dari sisi kebijakan, tidak adanya regulasi yang mewajibkan laki-laki untuk mengikuti konseling perubahan perilaku berdampak pada keengganan laki-laki untuk mengakses layanan. Tingginya tingkat putus layanan. Rata-rata tingkat kunjungan lakilaki untuk melakukan konseling hanya 3-4 kali sehingga tidak bisa secara optimal menyelesaikan konseling yang diperlukan. Kesibukan laki-laki dalam bekerja seringkali diungkapkan sebagai alasan tidak kembali untuk mengikuti konseling. Adanya klien pelaku kekerasan seksual yang dirujuk untuk melakukan konseling sementara modul yang dimiliki baru sebatas konseling dalam konteks pasangan intim. Hal ini menjadi tantangan sekaligus peluang untuk mengembangkan panduan konseling khusus bagi pelaku kekerasan seksual. Kisah Klien MenCare+ mengantar istri ke Puskesmas Saya berumur 29 tahun yang baru saja mendapat anak kedua saya. Kelahiran anak saya yang kedua merupakan pengalaman yang luar biasa dibandingkan dengan persalinan anak saya yang pertama 2 tahun yang lalu di tempat yang sama. 2 bulan sebelum anak kedua saya lahir, istri saya meminta saya untuk menemaninya ketika pemeriksaan kehamilan ke Puskesmas. Saya merasa heran, karena biasanya saya tidak pernah diminta begitu. Istri saya menjelaskan bahwa kehadiran saya diminta oleh bidan yang memeriksa. Saya sempat merasa takut dan kuatir, apakah ada sesuatu yang tidak baik yang terjadi pada istri maupun bayi yang sedang dikandungnya. Kebetulan saya sedang luang waktunya dan saya pun mengantar istri pada saat waktunya berkunjung ke puskesmas tiba. Ternyata di puskes saya mendapatkan penjelasan, bahwa kehadiran saya sebagai seorang suami maupun sebagai ayah sangatlah dibutuhkan demi keselamatan dan lancarnya persalinan anak saya. Selama ini saya piker persoalan melahirkan hanya urusan istri dan bidan. Ternyata banyak hal yang dapat saya berikan kepada istri saya sebagai tanda dukungan dan cinta saya pada istri dan keluarga dan bu bidan menjelaskan bahwa peran saya sebagai suami dan ayah itu akan banyak membantu. Pada hari persalinan tiba, saya berdoa dan memohon agar persalinan istri saya lancar. Saya bahkan berkeringat dingin dan mata saya berkunang-kunang ketika bayi telah lahir dan diletakkan di atas perut ibu. Sungguh tak terbayangkan sebelumnya bahwa saya benar-benar terlibat menyambut kelahiran anak saya.masih ada lagi proses lain di kamar persalinan yang saya ikuti, seperti membantu bidan mengawasi ada tidaknya perdarahan setelah bersalin dengan memberikan pijatan-pijatan lembut pada perut istri saya. Alhamdulillah, saya mendapat kesempatan yang langka ini, yang membuat saya sadar bahwa laki-laki yang baik itu harus selalu ada untuk keluarganya. Laporan Tahunan 2014 I Rutgers WPF Indonesia 21

22 22 Laporan Tahunan 2014 I Rutgers WPF Indonesia

23 MELIBATKAN LAKI-LAKI DAN MENGHAPUS KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN Sudah menjadi komitmen kami di Rutgers WPF Indonesia untuk meningkatkan kesehatan perempuan dengan menggunakan perspektif kekerasan sebagai pendukung untuk menganalisa permasalahan dan dicarikan jalan keluarnya. Berbagai intervensi untuk menghapus kekerasan terhadap perempuan sudah banyak dilakukan oleh pemerintah, lembaga donor, hingga organisasi sosial kemasyarakatan. Kebanyakan program lebih difokuskan kepada perempuan sebagai korban saja, sedangkan belum banyak menyasar kepada kelompok yang kerap melakukan kekerasan dan perlu untuk dilibatkan lebih jauh yakni laki-laki. Sehingga dalam program pun ada perhatian baik untuk korban maupun pelaku. Laporan Tahunan 2014 I Rutgers WPF Indonesia 23

24 2014 ini tercatat kasus kekerasan terhadap Perempuan Selama tahun 2014, Rutgers WPF Indonesia masih terus mengimplementasikan program pelibatan laki-laki melalui program MenCare+. Program ini diadaptasi di Indonesia menjadi program Laki-laki peduli yang bertujuan menurunkan angka kekerasan terhadap perempuan dan pemenuhan hak kesehatan ibu dan anak untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Berikut adalah beberapa usaha yang kami lakukan bersama mitra pada tahun 2014 untuk melibatkan semakin banyak lakilaki untuk menghapus kekerasan terhadap perempuan. 59% kasus berupa kekerasan terhadap istri Melibatkan laki-laki sedini mungkin melalui #GenerasiJagoan Selain melibatkan laki-laki usia tahun, pada akhir tahun 2014, Program MenCare+ meluncurkan kampanye generasi jagoan. Generasi Jagoan adalah kampanye anti kekerasan untuk remaja laki-laki usia tahun yang bertujuan untuk mendefinisikan ulang nilai maskulinitas yang selama ini dianut oleh remaja laki-laki pada umumnya. Kami mendefinisikan ulang maskulinitas positif yakni mempromosikan sikap dan perilaku anti kekerasan. Bersama dengan mitra di tingkat provinsi, kami mengembangkan berbagai macam strategi untuk mempromosikan maskulinitas positif kepada remaja berawal dari diskusi komunitas hingga kampanye publik, mulai dari pembuatan iklan layanan masyarakat hingga kampanye digital menggunakan berbagai media online seperti youtube, twitter, dan facebook. 21% kasus kekerasan dalam pacaran Strategi lain yang dikembangkan adalah melalui media musik. Salah satu mitra Laki-laki peduli yaitu Rifka Annisa Yogyakarta mengadakan kompetisi cipta lagu yang dibuka untuk umum. Kompetisi ini sangat menarik dan mendapatkan antusiasme dari kelompok pencipta lagu dan pada akhirnya menghasilkan satu album kompilasi lagu-lagu pop yang mengandung lirik anti terhadap kekerasan. Pelibatan laki-laki di sektor tenaga kesehatan Dalam rangka upaya pemenuhan hak kesehatan bagi perempuan dan anak yang nantinya akan berkontribusi dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi, program MenCare+ bekerja sama dengan Yayasan Pulih untuk mengembangkan modul panduan tentang pelibatan laki-laki dan juga panduan teknis layanan bagi tenaga kesehatan. Pada bulan Desember lalu, program MenCare+ telah melaksanakan pelatihan fasilitator yang ikuti oleh dokter dan bidan perwakilan dari wilayah intervensi MenCare+. 10% 843 kasus kekerasan terhadap anak perempuan Tujuan modul ini antara lain: 1. Meningkatkan kesadaran petugas kesehatan bahwa norma-norma sosial dan budaya mengenai gender berpengaruh pada pemenuhan hak seksualitas dan kesehatan reproduksi laki-laki dan perempuan, muda dan dewasa 2. Meningkatkan pemahaman petugas kesehatan mengenai nilai penting dan dampak positif dari pelibatan laki-laki muda dan dewasa dalam program kesehatan reproduksi, kesehatan ibu dan anak, serta pencegahan kekerasan seksual dan berbasis gender di tempat pelayanan kesehatan. 3. Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan dan informasi rujukan kesehatan yang peka gender. 4. Meningkatkan kemampuan petugas kesehatan untuk mengintegrasikan pelibatan laki-laki dalam program kesehatan di pusat-pusat pelayanan kesehatan. 9% 750 kasus kekerasan dalam relasi personal lain. Catatan Tahunan Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan 2014 Keterlibatan ayah ini bisa dilakukan dengan cara ikut berpartisipasi dalam pemeriksaan rutin kehamilan, pada proses kelahiran dan pasca kelahiran seperti memotong tali pusar bayi yang baru lahir. Dengan keterlibatan ini diyakini bahwa sang ayah akan merasa lebih dekat secara emosional terhadap anak dan menunjukkan perubahan persepsi bahwa kesehatan perempuan merupakan urusan bersama. Membangun kemitraan dengan pemerintah Pada tahun 2014 Rutgers WPF Indonesia bersama mitra program MenCare+ masuk ke dalam National Reference Group yang di inisiasi oleh Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan 24 Laporan Tahunan 2014 I Rutgers WPF Indonesia

25 Perlindungan Anak dan bekerjasama dengan KPAN, BKKBN, Kemenkes, Komnas Perempuan dengan dukungan dari UNFPA. Sebagus apapun program yang telah dibuat, namun jika tidak didukung secara luas oleh pemerintah maka akan sulit untuk terus berlanjut diadopsi dan direplikasi. Berdasarkan keyakinan ini, bersama mitra kami bekerjasama dengan pemerintah untuk mendukung terbentuknya kebijakan yang mendukung penghapusan kekerasan. Selain itu, di tingkat provinsi berbagai kebijakan telah dihasilkan oleh mitra kami sebagai hasil advokasi di tingkat lokal: Jawa Timur - Adanya dukungan Bupati Jombang terhadap kerjasama antara program MenCare+ dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk menunjukkan unsur pelibatan laki-laki dalam implementasi Undang-Undang Desa dalam upaya menurunkan angka kematian ibu di Jombang Yogyakarta - Terbitnya 3 kebijakan publik yang dihasilkan selama tahun 2014 tentang pelibatan laki-laki yaitu Deklarasi Dukuh (kampung) se-kecamatan Gedangsari, Yogyakarta terkait dengan pencegahan pernikahan dini usia anak Adanya MoU antara Rifka Annisa, Dinas Pendidikan dan Pengadilan Agama tentang pencegahan pernikahan dini usia anak di Gunung Kidul Kebijakan mengenai pembentukan Jaringan Korban Kekerasan Terhadap perempuan dan Anak di Kulon progo. Lampung Terbentuknya mekanisme penguatan rujukan pelaku kekerasan berbasis gender yang terdiri dari PKBI Lampung, Unit PPA Polda Lampung, Unit PPA Polresta Bandar Lampung, Lembaga Advokasi perempuan Damar, Lembaga Bantuan Hukum Bandar Lampung, UPT PKTK RSUAM, TeSA, P2TP2A LIP, Kejaksaan Tinggi Lampung, Puskesmas Sukaraja, Puskesmas Pinang Jaya. Jakarta Adanya perhatian khusus dari KPPPA pada implementasi Program MenCare+. Pada bulan Desember, staf divisi Perlindungan Perempuan dan Anak mengunjungi daerah intervensi MenCare+ yaitu di Gunung Kidul, Yogyakarta untuk melihat sejauh mana pemerintah daerah bias melakukan integrasi program MenCare+ dalam rencana kerja tahun Kunjungan ini juga merupakan uji coba inisiatif draft Kebijakan tentang Pedoman Pelibatan laki-laki Dalam Pencegahan Kekerasan berbasis gender Laporan Tahunan 2014 I Rutgers WPF Indonesia 25

26 26 Laporan Tahunan 2014 I Rutgers WPF Indonesia

27 MENGHAPUS KEKERASAN MELALUI PEMBENTUKAN KEBIJAKAN PUBLIK DAN LINGKUNGAN YANG RAMAH PEREMPUAN, REMAJA, DAN KELOMPOK MARJINAL Kekerasan tidak melulu terkait dengan konflik bersenjata atau perang. Kekerasan muncul dalam berbagai aspek kehidupan dengan beragam faktor pendukung, mulai dari kebijakan publik yang mendukung terciptanya kekerasan hingga nilai dan norma masyarakat. Berefleksi pada dua faktor ini, kami bekerja untuk menghapus kekerasan melalui tiga wadah yakni kebijakan publik, nilai dan norma masyarakat, dan memperkuat kapasitas mitra melalui peningkatan kapasitas. Laporan Tahunan 2014 I Rutgers WPF Indonesia 27

28 Kebijakan untuk Penghapusan Kekerasan Pada 2014 Rutgers WPF Indonesia bersama dengan mitra program MenCare+ turut bergabung ke dalam National Reference Group yang dibentuk oleh Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang didukung oleh KPAN, BKKBN, Kemenkes, dan Komnas Perempuan untuk turut serta memberikan masukan terhadap kebijakan nasional yakni Petunjuk dalam melibatkan laki-laki dalam mencegah kekerasan berbasis gender. Kebijakan ini diharapkan akan menjadi acuan untuk mengarusutamakan pelibatan laki-laki dalam program pemerintah khususnya kekerasan berbasis gender, HIV dan AIDS, KB dan akses ke kontrasepsi khususnya untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Di tingkat provinsi, kami bersama mitra bekerjasama dengan pemerintah lokal mendorong kebijakan pelibatan laki-laki untuk menghapus kekerasan. Di Jawa Timur yakni di Jombang dan Bondowoso. Pemerintah Jombang saat ini sedang membuat naskah kebijakan untuk pelibatan laki-laki dalam mengurangi angka kematian ibu. Di Jogjakarta ada tiga kebijakan public selama 2014 yang dikeluarkan untuk mencegah pernikahan anak bawah umur di Gunung Kidul hingga pembentukan jaringan untuk mendukung korban kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kulonprogo. Di Lampung, mekanisme rujukan untuk menangani pelaku kekerasan telah terbentuk. Rujukan ini mencakup jaringan dengan kepolisian, LSM, lembaga bantuan hukum, Puskesmas hingga pengadilan. 28 Laporan Tahunan 2014 I Rutgers WPF Indonesia

29 Kampanye publik Selama 2014 pula, kami membuat berbagai kampanye kepada public untuk menghapus kekerasan. Mulai dari promosi konsep laki-laki peduli yang dituangkan ke dalam berbagai materi, konseling bagi laki-laki pelaku kekerasan, dan #GenerasiJagoan tanpa kekerasan. Pengarusutamaan keberagaman gender dan seksualitas Kekerasan terhadap kelompok ragam gender dan seksualitas sangatlah rentan terjadi. Untuk menanggulangi hal ini, kami memulai perubahan dengan menyasar mitra kerja kami. Pada November 2014 kami mengadakan pelatihan pengarusutamaan keberagaman gender dan seksualitas. Pelatihan ini mengundang narasumber ahli dari berbagai latar belakang dan pesertanya berasal dari berbagai macam organisasi sosial kemasyarakatan. Sasaran dari pelatihan ini adalah individu yang memegang posisi penting dalam organisasi untuk nantinya menjadi agen perubahan dengan mempromosikan pendekatan yang sensitif terhadap kelompok ragam gender dan seksualitas. (masukin foto peserta memegang kertas testimoni) Laporan Tahunan 2014 I Rutgers WPF Indonesia 29

30 30 Laporan Tahunan 2014 I Rutgers WPF Indonesia

31 MELIBATKAN REMAJA SECARA BERMAKNA UNTUK MEMPERJUANGKAN HAKNYA Sebanyak seperlima dari penduduk Indonesia saat ini adalah remaja. Dengan jumlah yang cukup besar ini, remaja menjadi salah satu kekuatan yang dapat diberdayakan untuk ikut serta dalam pembangunan di segala bidang. Peran remaja dalam pembangunan antara lain untuk menguatkan kemampuan remaja sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan mereka sendiri, mencegah dan mengurangi kerentanan terhadap lingkungan ekonomi, politik, dan sosial yang tidak stabil, mempromosikan kepemilikan (ownership) dan keberlanjutan (sustainability) intervensi-intervensi yang sedang dilaksanakan, dan membantu memperoleh jalan masuk ke komunitas sasaran dan membangun kepercayaan. Laporan Tahunan 2014 I Rutgers WPF Indonesia 31

MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA!

MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA! MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA! 4 dari 5 laki-laki seluruh dunia pada satu masa di dalam hidupnya akan menjadi seorang ayah. Program MenCare+ Indonesia adalah bagian dari kampanye global

Lebih terperinci

Latar Belakang kasus kasus. per KELAHIRAN HIDUP

Latar Belakang kasus kasus. per KELAHIRAN HIDUP Kampanye Men Care+ bertujuan untuk mendorong laki-laki mengambil peran aktif dalam menghentikan kekerasan terhadap perempuan dengan cara mendefinisikan ulang konsep maskulinitas dan peran keayahan (fatherhood).

Lebih terperinci

ASK Laporan Analisis Kebijakan

ASK Laporan Analisis Kebijakan A. Informasi Wawancara Laporan Analisis Kebijakan Provinsi Kota/Kabupaten Jenis Kelamin Informan Nama Informan Nama Lembaga Nama Pewawancara 1. DKI Jakarta 2. DI Yogyakarta 3. Jawa Timur Surabaya 1. Laki-laki

Lebih terperinci

9 Kebutuhan dan Rekomendasi Utama Orang Muda (Young People) Indonesia terkait ICPD PoA

9 Kebutuhan dan Rekomendasi Utama Orang Muda (Young People) Indonesia terkait ICPD PoA 9 Kebutuhan dan Rekomendasi Utama Orang Muda (Young People) Indonesia terkait ICPD PoA Yayasan Aliansi Remaja Independen (ARI), sebuah lembaga non-profit yang dibentuk dan dijalankan oleh orang muda di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa perubahan atau masa peralihan dari masa anakanak ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis maupun

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN 2012

LAPORAN TAHUNAN 2012 LAPORAN TAHUNAN 2012 DAFTAR ISI Laporan ini dibuat dengan masukan dari staff dan mitra RutgersWPF Indonesia. Dikoordinasi dan disunting oleh Rinaldi Ridwan Ditulis oleh Andreas Happy Susanto Dahlia Nur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan penduduk terbanyak keempat di dunia yaitu sebesar 256 juta jiwa pada tahun 2015. Pada tahun 2025 diproyeksikan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan permasalahan penyakit menular seksual termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan kualitatif. HIV merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan peningkatan pelayanan kesehatan dan sosial bagi remaja semakin menjadi perhatian di seluruh dunia sejalan dengan rekomendasi International Conference

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Remaja berarti tumbuh menjadi dewasa. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun. Sementara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendatang, akan tetapi teknologi informasi serta ilmu pengetahuan dan tekhnologi (Iptek) yang

BAB I PENDAHULUAN. mendatang, akan tetapi teknologi informasi serta ilmu pengetahuan dan tekhnologi (Iptek) yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Remaja merupakan investasi masa depan bangsa karena mereka merupakan generasi penerus yang produktif dan sangat berharga bagi kelangsungan pembangunan di masa mendatang,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara mental, fisik dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi

Lebih terperinci

MELINDUNGI SECARA UTUH : Layanan Sinergitas. Gama Triono

MELINDUNGI SECARA UTUH : Layanan Sinergitas. Gama Triono MELINDUNGI SECARA UTUH : Layanan Sinergitas Gama Triono www.pkbi-diy.info Fakta 2015 Prevalensi HIV & AIDS 2015 Melalui hubungan Seksual : Perempuan Rumah Tangga > dr Pekerja Seks Perempuan positif : akseptor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur 10-19 tahun (WHO, 2015 a ). Jumlah

Lebih terperinci

1 DESEMBER HARI AIDS SE-DUNIA Stop AIDS: Akses untuk Semua! Mardiya. Kondisi tersebut jauh meningkat dibanding tahun 1994 lalu yang menurut WHO baru

1 DESEMBER HARI AIDS SE-DUNIA Stop AIDS: Akses untuk Semua! Mardiya. Kondisi tersebut jauh meningkat dibanding tahun 1994 lalu yang menurut WHO baru Artikel 1 DESEMBER HARI AIDS SE-DUNIA Stop AIDS: Akses untuk Semua! Mardiya Tidak dapat dipungkiri, epidemi HIV/AIDS telah berkembang begitu pesat di seluruh dunia termasuk Indonesia. Kasus ini paling

Lebih terperinci

Panduan Wawancara Mendalam dengan CSO/CBO. I. Panduan untuk Peneliti

Panduan Wawancara Mendalam dengan CSO/CBO. I. Panduan untuk Peneliti Panduan Wawancara Mendalam dengan CSO/CBO I. Panduan untuk Peneliti Persiapan: 1. Pastikan anda sudah mengkonfirmasi jadwal dan tempat diskusi dengan informan. 2. Pastikan anda sudah mempelajari CSO/CBO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dampaknya terus berkembang (The Henry J. Kaiser Family Foundation, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. dampaknya terus berkembang (The Henry J. Kaiser Family Foundation, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan telah terpengaruh oleh HIV sejak awal epidemi terjadi dan dampaknya terus berkembang (The Henry J. Kaiser Family Foundation, 2010). Secara global HIV dan

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pelayanan Kesehatan adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pelayanan Kesehatan adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian No.169, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Reproduksi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5559) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014

Lebih terperinci

Lintasan terpusat penelitian operasional ASK:

Lintasan terpusat penelitian operasional ASK: 1 Lintasan terpusat penelitian operasional ASK: Kesempatan untuk meningkatkan akses seksual dan reproduksi bagi remaja marjinal di Indonesia Sambutan Penelitian ini dikordinasikan oleh Rutgers WPF Indonesia

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome atau yang kita kenal dengan HIV/AIDS saat ini merupakan global health issue. HIV/AIDS telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World Health Organization (WHO) sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO TAHUN 2013 DAFTAR ISI Daftar Isi... 2 Pendahuluan... 3 Kegiatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Sydrome) merupakan masalah kesehatan di dunia sejak tahun 1981, penyakit ini berkembang secara pandemi.

Lebih terperinci

LEMBAR FAKTA HARI AIDS SEDUNIA 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN 1 DESEMBER 2014

LEMBAR FAKTA HARI AIDS SEDUNIA 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN 1 DESEMBER 2014 LEMBAR FAKTA HARI AIDS SEDUNIA 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN 1 DESEMBER 2014 1. Hari AIDS Sedunia diperingati setiap tahun, dengan puncak peringatan pada tanggal 1 Desember. 2. Panitia peringatan Hari AIDS

Lebih terperinci

Kerangka Acuan Desiminasi Hasil Analisa Pendokumentasian Data Kasus Kekerasan terhadap perempuan dengan HIV dan AIDS di 8 provinsi di Indonesia.

Kerangka Acuan Desiminasi Hasil Analisa Pendokumentasian Data Kasus Kekerasan terhadap perempuan dengan HIV dan AIDS di 8 provinsi di Indonesia. Kerangka Acuan Desiminasi Hasil Analisa Pendokumentasian Data Kasus Kekerasan terhadap perempuan dengan HIV dan AIDS di 8 provinsi di Indonesia. Latar Belakang Perkembangan HIV-AIDS di Indonesia Triwulan

Lebih terperinci

Laporan Tahunan RutgersWPF Indonesia 2013 LAPORAN TAHUNAN

Laporan Tahunan RutgersWPF Indonesia 2013 LAPORAN TAHUNAN LAPORAN TAHUNAN 2013 1 2 DAFTAR ISI Daftar isi 3 Sekapur sirih dari Sekapur sirih dari Direktur 4 Ringkasan eksekutif 6 Indonesian Youth Diversity Celebration 2013 8 Laki-laki Peduli 10 dance4life 16 Unite

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa adalah remaja usia tahun (BkkbN,2014). Menurut bidang

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa adalah remaja usia tahun (BkkbN,2014). Menurut bidang BAB I PENDAHULUAN 1.5 Latar Belakang Penduduk Indonesia merupakan salah satu penduduk terbesar di dunia. Pada data sensus penduduk tahun 2010, Indonesia memiliki jumlah penduduk sebanyak 237,6 juta jiwa,

Lebih terperinci

HASIL LOKAKARYA REVIEW PENANGGULANGAN HIV & AIDS PROVINSI JAWA TENGAH

HASIL LOKAKARYA REVIEW PENANGGULANGAN HIV & AIDS PROVINSI JAWA TENGAH HASIL LOKAKARYA REVIEW PENANGGULANGAN HIV & AIDS PROVINSI JAWA TENGAH Upaya Penyelamatan Perempuan & Anak dari Kematian Sia-Sia Karena HIV & AIDS Bahan masukan RPJMD Propinsi Jawa Tengah TAHUN 2013-2018

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah internasional dalam bidang kesehatan adalah upaya menghadapi masalah Infeksi Menular Seksual (IMS) yang tertuang pada target keenam Millennium Development

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG Menimbang: a. bahwa HIV merupakan virus perusak sistem kekebalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN HIV (Human Immunodeficiency Virus) virus ini adalah virus yang diketahui sebagai penyebab AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). HIV merusak sistem ketahanan tubuh,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Program For Appropriate Technology in Health (PATH, 2000)

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Program For Appropriate Technology in Health (PATH, 2000) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Program For Appropriate Technology in Health (PATH, 2000) hampir 1 diantara 6 manusia di bumi ini adalah remaja. Dimana 85% antaranya hidup di negara berkembang.

Lebih terperinci

KULONPROGO BANGKIT TANGGULANGI AIDS

KULONPROGO BANGKIT TANGGULANGI AIDS Artikel Kerjasama BPMPDP dan KB Kulonprogo dan KR KULONPROGO BANGKIT TANGGULANGI AIDS Mardiya & Esti Sutari Pasca peringatan Hari AIDS Se-Dunia (HAS) 2010, Rabu (1/12) lalu, dapat dipastikan banyak warga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Pada masa remaja terjadilah suatu perubahan organ-organ fisik secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan. Terjadinya perubahan ini

Lebih terperinci

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS DAN ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan kelompok yang unik dengan kebutuhan yang khas, yaitu kebutuhan untuk mengenal identitas/ jati dirinya. Dalam memenuhi kebutuhannya tersebut, remaja

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Youth Center PKBI DIY 1. Sejarah Singkat Youth Center PKBI DIY PKBI atau yang biasa dikenal dengan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. baik fisik, psikologis, intelektual maupun sosial. Baik buruknya perkembangan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. baik fisik, psikologis, intelektual maupun sosial. Baik buruknya perkembangan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan fase terjadinya pertumbuhan dan perkembangan baik fisik, psikologis, intelektual maupun sosial. Baik buruknya perkembangan remaja lingkungan ikut

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN HIV/AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN HIV/AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN HIV/AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang: a. bahwa HIV merupakan virus perusak sistem kekebalan tubuh

Lebih terperinci

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR,

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR, WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR, Menimbang: a. b. c. bahwa dalam upaya untuk memantau penularan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan retrovirus RNA yang dapat menyebabkan penyakit klinis, yang kita kenal sebagai Acquired Immunodeficiency

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN BARAT Menimbang : a. bahwa kesehatan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa yang memiliki banyak masalah, seperti masalah tentang seks. Menurut Sarwono (2011), menyatakan

Lebih terperinci

Berbincang Kesehatan Reproduksi PKBI DIY

Berbincang Kesehatan Reproduksi PKBI DIY Berbincang Kesehatan Reproduksi PKBI DIY Kesehatan-sehat Kondisi yang bebas dari segala macam penyakit Sehat secara fisik, psikis/mental, seksual, sosial dan ekonomi dalam satu kesatuan utuh. Reproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. commit to user. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan salah satu penyebab masalah kesehatan, sosial dan ekonomi di banyak negara serta merupakan salah satu pintu masuk HIV. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai penanggulangannya, merupakan masalah yang sangat kompleks. Penularan HIV- AIDS saat ini tidak hanya terbatas

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV) DAN ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME (AIDS) DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa, 10 BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat kelamin dari tahap anak ke dewasa. Masa remaja yang

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR Gerakan mondial dalam rangka mengendalikan penyebaran HIV dan AIDS telah ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) didalam dokumen Millenium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV) dan ditandai dengan imunosupresi berat yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1]

PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1] PENDAHULUAN Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang salah satu jenis sel darah putih yang berperan sebagai sistem kekebalan tubuh manusia. Sedangkan AIDS adalah gejala penyakit yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut DR. Nana Mulyana selaku Kepala Bidang Advokasi dan. Kemitraan Kementerian Kesehatan hasil Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut DR. Nana Mulyana selaku Kepala Bidang Advokasi dan. Kemitraan Kementerian Kesehatan  hasil Riset Kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut DR. Nana Mulyana selaku Kepala Bidang Advokasi dan Kemitraan Kementerian Kesehatan www.depkes.go.id hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah HIV merupakan famili retrovirus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia terutama limfosit (sel darah putih) dan penyakit AIDS adalah penyakit yang merupakan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA. NOMOR: KEP. 68/MEN/IV/2004

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA. NOMOR: KEP. 68/MEN/IV/2004 KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA. NOMOR: KEP. 68/MEN/IV/2004 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/ AIDS DI TEMPAT KERJA Tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS

Lebih terperinci

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun adalah suatu periode masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1]

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1] BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang salah satu jenis sel darah putih yang berperan sebagai sistem kekebalan tubuh manusia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan pandemi global yang menimbulkan dampak kesehatan, sosial, ekonomi, dan politik.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, Menimbang : a. bahwa HIV merupakan virus perusak sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja ialah suatu waktu kritis seseorang dihadapkan pada berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan menyangkut moral, etika, agama,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi menurut International Cooperation Populatiom and Development (ICPD) 1994 adalah suatu keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit yang datang.

Lebih terperinci

Katalog BPS: KESEHATAN SEKSUAL DAN REPRODUKSI DALAM PEMBANGUNAN: Yang Harus Diperbuat oleh Wakil Rakyat

Katalog BPS: KESEHATAN SEKSUAL DAN REPRODUKSI DALAM PEMBANGUNAN: Yang Harus Diperbuat oleh Wakil Rakyat Katalog BPS: 4201005 KESEHATAN SEKSUAL DAN REPRODUKSI DALAM PEMBANGUNAN: Yang Harus Diperbuat oleh Wakil Rakyat 4 GENDER 3 Kesehatan Seksual dan Reproduksi 2 Kependudukan dan Keluarga Berencana 1 PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. populasi yang terbesar dari penduduk dunia. Sekitar seperlima penduduk dunia

BAB I PENDAHULUAN. populasi yang terbesar dari penduduk dunia. Sekitar seperlima penduduk dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data demografi menunjukkan bahwa remaja merupakan populasi yang terbesar dari penduduk dunia. Sekitar seperlima penduduk dunia adalah remaja berumur 14-24

Lebih terperinci

Peningkatan Pengetahuan Remaja dan Pemuda tentang Kesehatan Reproduksi dan Hubungannya dengan Lingkungan Sosial di Palangka Raya ABSTRAK

Peningkatan Pengetahuan Remaja dan Pemuda tentang Kesehatan Reproduksi dan Hubungannya dengan Lingkungan Sosial di Palangka Raya ABSTRAK 60 Peningkatan Pengetahuan Remaja dan Pemuda tentang Kesehatan Reproduksi dan Hubungannya dengan Lingkungan Sosial di Palangka Raya Oleh : Septi Handayani ABSTRAK Tulisan ini bertujuan untuk meningkatan

Lebih terperinci

PERCEPATAN PENCAPAIAN MDGs GOAL 5 DI PROVINSI BENGKULU

PERCEPATAN PENCAPAIAN MDGs GOAL 5 DI PROVINSI BENGKULU PERCEPATAN PENCAPAIAN MDGs GOAL 5 DI PROVINSI BENGKULU encegahan terhadap kehamilan yang tidak diinginkan dan pemenuhan kebutuhan melalui KB adalah langkah besar menuju perbaikan kesehatan ibu dan pengurangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah remaja usia tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah remaja usia tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah remaja usia 10-19 tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik saat ini mencapai 62 juta jiwa, yang merupakan 28,5%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah perempuan yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah perempuan yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dari tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah perempuan yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dari tahun ke tahun semakin meningkat, seiring dengan meningkatnya jumlah laki-laki yang melakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus tersebut merusak sistem

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan masalah kesehatan di dunia sejak tahun 1981, penyakit ini berkembang secara pandemik.

Lebih terperinci

Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari

Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari penyakit atau kelemahan fisik, tetapi meliputi aspek mental

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Virus ini menyerang sistem kekebalan (imunitas) tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik yang dilakukan pada diri sendiri, lawan jenis maupun sesama jenis yang dapat diwujudkan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia, sejak tahun Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia, sejak tahun Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program kesehatan reproduksi remaja diintegrasikan dalam program kesehatan remaja di Indonesia, sejak tahun 2003. Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan keluarga Indonesia yang sejahtera. Sesuai dengan

Lebih terperinci

Penyebab dan Akar Masalah

Penyebab dan Akar Masalah Membedah Angka Kematian Ibu: Penyebab dan Akar Masalah Tingginya Angka Kematian Ibu Konferensi INFID, 26-27 November 2013 Institut KAPAL Perempuan Jl. Kalibata Timur Raya No.5 Jakarta Selatan Telp/Fax:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia, sehingga perlu mendapat perhatian khusus secara global. Hal ini diperjelas dengan diangkatnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis, maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai rasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia tahun , BPS, BAPPENAS, UNFPA, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia tahun , BPS, BAPPENAS, UNFPA, 2005). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan populasi terbesar di Indonesia, berdasarkan data sensus penduduk jumlah remaja 10-24 tahun mencapai 64 juta pada tahun 2010 atau 28,64% dari total

Lebih terperinci

PERAN CERAMAH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AIDS PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 4 SURAKARTA SKRIPSI

PERAN CERAMAH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AIDS PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 4 SURAKARTA SKRIPSI PERAN CERAMAH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AIDS PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 4 SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S1 Diajukan Oleh : SLAMET WIDODO

Lebih terperinci

Integrasi Program PPIA (PMTCT ) di Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

Integrasi Program PPIA (PMTCT ) di Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Integrasi Program PPIA (PMTCT ) di Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Direktur Jenderal Bina Gizi dan KIA Disampaikan pada Lecture Series Pusat Penelitian HIV/AIDS UNIKA ATMAJAYA: Peranan Bidan dalam Mendukung

Lebih terperinci

PESAN POKOK LAYANAN HIV & AIDS YANG KOMPREHENSIF DAN BERKESINAMBUNG- AN (LKB): PERAN PEMERINTAH DAERAH DAN MASYARAKAT SIPIL

PESAN POKOK LAYANAN HIV & AIDS YANG KOMPREHENSIF DAN BERKESINAMBUNG- AN (LKB): PERAN PEMERINTAH DAERAH DAN MASYARAKAT SIPIL POLICY BRIEF 03 PESAN POKOK LAYANAN HIV & AIDS YANG KOMPREHENSIF DAN BERKESINAMBUNG- AN (LKB): PERAN PEMERINTAH DAERAH DAN MASYARAKAT SIPIL Layanan HIV dan AIDS yang Komprehensif dan Berkesinambungan (LKB)

Lebih terperinci

Revisi Pedoman Pelaporan dan Pencatatan. Pemutakhiran pedoman pencatatan Monev

Revisi Pedoman Pelaporan dan Pencatatan. Pemutakhiran pedoman pencatatan Monev www.aidsindonesia.or.id MARET 2014 L ayanan komprehensif Berkesinambungan (LKB) merupakan strategi penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan No 21 tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan pesat baik fisik, psikologis maupun intelektual. Pola karakteristik pesatnya tumbuh kembang ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periode SMA adalah periode dimana seseorang masih menginjak masa remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur 10 20 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah salah satu fase kehidupan yang pasti akan dilewati oleh semua manusia. Fase ini sangat penting, karena pada saat remaja seseorang akan mencari jati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan system dan fungsi, serta proses

Lebih terperinci

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI KELAS XI SMA YADIKA CICALENGKA

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI KELAS XI SMA YADIKA CICALENGKA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sejak pertama kali ditemukan (1987) sampai dengan Juni 2012, kasus HIV/AIDS tersebar di 378 (76%) dari 498 kabupaten/kota di seluruh (33) provinsi di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang memiliki remaja yang kuat serta memiliki kecerdasan spiritual,intelektual serta emosional yang kuat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) merupakan salah satu masalah kesehatan global yang jumlah penderitanya meningkat setiap

Lebih terperinci

Peringatan Hari AIDS Sedunia 2013: Cegah HIV dan AIDS. Lindungi Pekerja, Keluarga dan Bangsa

Peringatan Hari AIDS Sedunia 2013: Cegah HIV dan AIDS. Lindungi Pekerja, Keluarga dan Bangsa Peringatan Hari AIDS Sedunia 2013: Cegah HIV dan AIDS. Lindungi Pekerja, Keluarga dan Bangsa Menkokesra selaku Ketua KPA Nasional menunjuk IBCA sebagai Sektor Utama Pelaksana Peringatan HAS 2013 Tahun

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Kondisi sehat individu tidak bisa hanya dilihat dari kondisi fisik saja melainkan juga kondisi mental dan kondisi sosial. Dalam kasus anak-anak yang mengidap HIV/AIDS memperhatikan

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGAWASAN TERHADAP PENCEGAHAN DAN PERLINDUNGAN KORBAN TINDAK KEKERASAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs) sebagai road map atau arah

BAB 1 PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs) sebagai road map atau arah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millennium Development Goals (MDGs) sebagai road map atau arah pembangunan kesehatan di Indonesia mempunyai delapan tujuan, dimana dua diantaranya adalah untuk menurunkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masa dewasa yang berkisar antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Seorang remaja, memiliki tugas perkembangan dan fase

BAB 1 PENDAHULUAN. masa dewasa yang berkisar antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Seorang remaja, memiliki tugas perkembangan dan fase BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berkisar antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Seorang remaja, memiliki tugas perkembangan

Lebih terperinci

TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 48 TAHUN 2004 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Acquired immune deficiency syndrome (AIDS), merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan karena menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh human immunodeficiency

Lebih terperinci

Aborsi dan Kegagalan Kontrasepsi IUD 1

Aborsi dan Kegagalan Kontrasepsi IUD 1 Aborsi dan Kegagalan Kontrasepsi IUD 1 Budi Wahyuni 2 I. Pendahuluan. Belum lama ini di New York telah berlangsung sebuah pertemuan yang diprakarsai oleh PBB untuk mengevaluasi implementasi kesepakatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini merupakan era globalisasi dimana sering terjadi perdagangan manusia, budaya luar dengan mudahnya masuk dan diadopsi oleh masyarakat sehingga memunculkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia. Hal ini dilihat dari prevalensi

Lebih terperinci