PERANAN MODAL SOSIAL DALAM PENGEMBANGAN KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN PETANI MANGGIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANAN MODAL SOSIAL DALAM PENGEMBANGAN KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN PETANI MANGGIS"

Transkripsi

1 PERANAN MODAL SOSIAL DALAM PENGEMBANGAN KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN PETANI MANGGIS Kamaludin 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Dr. H. Djoni, Ir.,M.S. 2) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Hj. Tenten Tedjaningsih, Ir., M.Si. 3) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui modal sosial yang dimiliki oleh petani manggis dan karakteristik kewirausahaan petani manggis serta untuk mengetahui dan menganalisis hubungan antara modal sosial dengan karakteristik kewirausahaan petani manggis. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan teknik penentuan responden secara sensus terhadap 25 orang petani manggis yang merupakan seluruh anggota Kelompok Tani Sari Puspa di Desa Puspahiang Kecamatan Puspahiang Kabupaten Tasikmalaya. Analisis yang digunakan adalah nilai tertimbang serta uji statistik Koefisien Korelasi Konkordans Kendall W untuk menganalisis hubungan secara simultan antara modal sosial dengan karakteristik kewirausahaan. Sedangkan untuk menganalisis hubungan secara parsial antara subvariabel modal sosial dengan karakteristik kewirausahaan menggunkan uji Koefesien Korelasi Rank Spearman s. Berdasarkan hasil penelitian modal sosial dan karakteristik kewirausahaan yang dimiliki petani manggis yang tergabung dalam Kelompok Tani Sari Puspa secara keseluruhan berada pada kategori sedang dengan nilai tertimbang masing-masing sebesar 72,57 persen dan 77,64 persen. Hubungan antara modal sosial dengan karakteristik kewirausahaan secara simultan memiliki hubungan yang positif. Secara parsial subvariabel modal sosial yaitu lingkungan sosial, kapasitas petani, dan motivasi mempunyai hubungan yang sangat kuat dan positif dengan karakteristik kewirausahaan. Kata Kunci : Modal Sosial, Karakteristik Kewirausahaan, Kelompok Tani ABSTRACT The objective of this research was to determine the social capital possessed by farmers mangosteen and entrepreneurial characteristics of mangosteen farmers and also to know and analyze the correlation between social capital with entrepreneurial characteristics of mangosteen farmers. This research used the case study method with a technique to determine the respondents with the census on 25 people mangosteen farmers who are all members of Sari Puspa Farmers Group by taking located in Puspahiang Village Puspahiang Subdistrict Tasikmalaya Regency. The analysis used is the weighted value and statistic test with the Concordance Correlation Coefficient of Kendall W to analyze 1

2 simultaneously the correlation between social capital with entrepreneurial characteristics. While to analyze partially the correlation between social capital subvariabel with entrepreneurial characteristics used the Rank Spearman s Correlation Coefficient test. Based on the research of social capital and entrepreneurial characteristics possessed by mangosteen farmers who joined Sari Puspa Farmers Group as a whole is in a moderate category is the weighted value respectively 72,57 percent and 77,64 percent. Correlation between social capital with entrepreneurial characteristics simultaneously have a positive correlation. Partially subvariabel social capital was the social environment, farmers capacity and motivation have a significant and positive correlation with entrepreneurial characteristics. Keyword : Social Capital, Entrepreneurial Characteristics, Farmers Group PENDAHULUAN Pembangunan hortikultura di Kabupaten Tasikmalaya pada masa sekarang ini diarahkan pada pendekatan yang komprehensif dan terpadu, dengan memperhatikan keseluruhan aspek dan segmen agribisnis dari hulu sampai ke hilir dan perangkat penunjangnya serta menuju keseimbangan antara peningkatan konsumsi, peningkatan produksi dan perbaikan distribusi yang menguntungkan semua pihak. Sehingga mempunyai tujuan tercapainya kualitas sumberdaya manusia, termasuk didalamnya peran aktif para petani dalam mengembangkan dirinya menjadi petani yang mandiri yang berorientasi ke Agribisnis (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Tasikmalaya, 2008). Kabupaten Tasikmalaya merupakan wilayah sentra produksi utama buah manggis di Jawa Barat. Manggis (Garcinnia mangostana L) merupakan salah satu komoditas buah trofika eksotik yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan merupakan salah satu komoditas primadona ekspor yang menjadi andalan Indonesia untuk meningkatkan pendapatan devisa negara. Manggis dikenal sebagai Queen of the Tropical Fruits yang sangat dinikmati oleh konsumen luar negeri karena memiliki perpaduan keindahan warna dan kenikmatan rasa. Salah satu Kelompok Tani maju di Kabupaten Tasikmalaya yang mengembangkan usaha agribisnis manggis adalah Kelompok Tani Sari Puspa Desa Puspahiang Kecamatan Puspahiang. Produksi manggis di Kecamatan Puspahiang per satu kali musim tahun 2013 sebesar kuintal dengan produktivitas rata-rata 140 kuintal per hektar (BP3K Kecamatan Puspahiang Kabupaten Tasikmalaya, 2013). 2

3 Petani manggis di Desa Puspahiang Kecamatan Puspahiang masih menghadapi permasalahan diantaranya teknologi budidaya yang dilakukan masih bersifat tradisional, sistem proses produksinya masih tergantung pada alam, dan kebijakan pemerintah terkait kegiatan ekspor impor buah-buahan sehingga muncul pesaing dari luar serta persoalan kualitas sumberdaya manusia yang masih relatif rendah. Faktor penting yang menentukan keberhasilan pengembangan usaha dibidang agribisnis salah satunya adalah modal sosial (sosial capital). Sebagaimana modal ekonomi dan modal alam. Dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat atau kelompok terutama dalam pengembangan karakteristik kewirausahaan, kebanyakan petani seringkali mengabaikan pentingnya modal sosial dan terlalu menekankan pentingnya modal ekonomi dan modal alam (M. Mawardi, 2007). Fukuyama (1999) dalam Inayah (2012) menyatakan bahwa modal sosial memegang peranan yang sangat penting dalam memfungsikan dan memperkuat kehidupan masyarakat modern. Modal sosial merupakan syarat yang harus dipenuhi bagi pembangunan manusia terutama dalam pengembangan karakteristik kewirausahaan petani. Berkenaan dengan hal tersebut, untuk dapat bertahan dalam persaingan usaha dan mengembangkan karakteristik kewirausahaan, memperkuat peranan modal sosial merupakan cara yang paling tepat. Modal sosial berperandalam memelihara dan menopang pengembangan ekonomi terutama dalam menumbuhkan karakteristik kewirausahaan, sehingga dijadikan sebagai perekat dan motor penggerak bagi hubungan sosial yang terjalin. Peranan modal sosial yang mampu mendorong pengembangan karakteristik kewirausahaan diharapkan dapat menjadi strategi adaptasi dan pertahanan usaha, perluasan jaringan sosial, peningkatan kepercayaan antar stakeholder, serta strategi dalam membangun kepedulian sosial. Melihat fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji dan meneliti lebih mendalam mengenai : (1) Bagaimana modal sosial yang dimiliki petani manggis? (2) Bagaimana karakteristik kewirausahaan petani manggis? (3) Bagaimana hubungan antara modal sosial dengan karakteristik kewirausahaan petani manggis?. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui modal sosial dan karakteristik kewirausahaan yang dimiliki petani manggis dan menganalisis hubungan antara modal sosial dengan karakteristik kewirausahaan petani manggis yang tergabung dalam Kelompok Tani Sari Puspa di Desa Puspahiang Kecamatan Puspahiang Kabupaten Tasikmalaya. 3

4 METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus pada Kelompok Tani Sari Puspa di Desa Puspahiang Kecamatan Puspahiang Kabupaten Tasikmalaya. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra produksi utama pengembangan buah manggis di Kabupaten Tasikmalaya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik penentuan responden dilakukan secara sensus terhadap 25 orang petani manggis yang merupakan seluruh anggota Kelompok Tani Sari Puspa. Cara pengukuran untuk masing-masing indikator variabel yang diteliti dilakukan dengan skala ordinal. Pengukuran untuk klasifikasi dari setiap indikator-indikator atau variabel modal sosial dan karakteristik mengunakan rumus sebagai berikut : Skor Maksimal Skor Minimal P = Jumlah Kategori Keterangan : P = Rentang Interval Kelas Skor Maksimal = Skor tertinggi yang diperoleh dari masing-masing indikator atau variabel Skor Minimal = Skor terendah yang diperoleh dari masing-masing indikator atau variabel Sehingga diperoleh kategori sebagai berikut : Jika Skor min Rendah < Skor min + P Jika Skor min + P Sedang < Skor min + 2P Jika Skor min + 2P Tinggi < Skor maks Data dianalisis dengan tabulasi silang dan diukur dengan analisis nilai tertimbang (NT). Nilai tertimbang merupakan persentasi nilai yang berasal dari pengukuran-pengukuran indikator atau variabel, dengan menggunakan rumus (Djoni,2008) sebagai berikut : Nilai yang didapat NT = X 100 % Nilai ideal/maksimal Uji statistik yang digunakan dalam mengukur skala ordinal yaitu statistik nonparametik. Untuk mengetahui keeratan hubungan secara simultan antara variabel modal sosial dengan pengembangan karakteristik kewirausahaan digunakan Koefesien Korelasi Konkordans Kendall W dengan rumus (Sidney Siegel, 1992) : s W = 1 12 k2 (N 3 N) 4

5 Keterangan : S K N : Jumlah kuadrat deviasi observasi dari mean : Banyak himpunan ranking penjenjangan : Banyaknya obyek atau individu yang diberi ranking Hipotesis yang akan diuji adalah: H 0 : W = 0 : Tidak terdapat hubungan antara modal sosial dengan karakteristik kewirausahaan petani manggis H 1 : W 0 : Terdapat hubungan antara modal sosial dengan karakteristik kewirausahaan petani manggis Adapun kriteria pengujian yang digunakan untuk menetapkan keputusan hipotesis tersebut adalah : Jika X 2 hitung < X 2 α(n-1) maka terima H 0 dan tolak H 1 : tidak nyata (non signifikan) Jika X 2 hitung X 2 α(n-1) maka tolak H 0 dan terima H 1 : nyata (signifikan) Sedangkan untuk mengetahui keeratan hubungan secara parsial antara subvariabel modal sosial dengan pengembangan karakteristik kewirausahaan menggunakan Korelasi Rank Spearman s dengan rumus (Sidney Siegel, 1992) : a) Bila sedikit rank kembar atau tidak sama sekali Keterangan : rs = 1-6 rs di 2 n di2 n i=1 n 3 n : Korelasi Rank Spearman : Perbedaan antara jumlah rank X dan jumlah rank Y : Jumlah sampel b) Bila cukup banyak rank kembar Keterangan : rs = X2 + Y 2 + di 2 2 X 2. Y 2 rs X 2 Y 2 di 2 : Korelasi Rank Spearman : Nilai dari variabel X : Nilai dari variabel Y : Perbedaan antara jumlah rank X dan jumlah rank Y Pengujian signifikansi untuk n 10, menggunakan tabel B (tabel t. student) dengan terlebih dahulu mengihitung nilai t rs, dengan rumus sebagai berikut : t rs = rs n 2 1 (rs) 2 5

6 A B C Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut: H 0 : rs = 0 : Tidak terdapat hubungan antara lingkungan sosial dengan karakteristik kewirausahaan petani manggis H 1 : rs 0 : Terdapat hubungan antara lingkungan sosial dengan karakteristik kewirausahaan petani manggis H 0 : rs = 0 : Tidak terdapat hubungan antara kapasitas petani dengan karakteristik kewirausahaan petani manggis H 1 : rs 0 : Terdapat hubungan antara kapasitas petani dengan karakteristik kewirausahaan petani manggis H 0 : rs = 0 : Tidak terdapat hubungan antara motivasi dengan karakteristik kewirausahaan petani manggis H 1 : rs 0 : Terdapat hubungan antara motivasi dengan karakteristik kewirausahaan petani manggis Adapun kriteria pengujian yang digunakan untuk menetapkan keputusan hipotesis tersebut adalah sebagai berikut : Jika t hitung < t tabel maka terima H 0 dan tolak H 1 : tidak nyata (non signifikan) Jika t hitung t tabel maka tolak H 0 dan terima H 1 : nyata (signifikan) Keterangan : nilai t tabel pada tarap nyata 0,01 dan 0,05 yang diperoleh dari table t pada derajat bebas (db) = n 2, Sugiyono (2010), menyatakan bahwa terdapat 5 tingkat keeratan hubungan berdasarkan nilai rs, yaitu dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Penaksiran Besarnya Koefesien Korelasi No Koefesien Korelasi Hubungan Taksiran Korelasi 1 0,00 0,199 Sangat rendah 2 0,20 0,399 Rendah 3 0,40 0,599 Sedang 4 0,60 0,799 Kuat 5 0,80 1,000 Sangat Kuat PEMBAHASAN Identitas Responden Respondenpada penelitian ini adalah petani manggis dengan jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 25 orang yang merupakan seluruh anggota Kelompok Tani Sari Puspa. Umur responden berada dikisaran 44 sampai 53 tahun yaitu sebanyak 11 orang atau 44 persen. Responden lebih banyak didominasi dalam golongan usia produktif.menurut Said Rusli (1984) bahwa usia produktif pada aktivitas kerja berkisar antara 14 sampai 64 tahun. Kemampuan petani dalam mengelola usahataninya seiring semakin tua umurnya maka mempunyai kecenderungan bertambah pula kemampuan dalam mengelola usahanya ketingkat yang lebih berhasil lagi. 6

7 Pendidikan responden dalam penelitian ini memiliki pendidikan yang sangat rendah. Responden tersebut didominasi oleh petani yang hanya menempuh pendidikan Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak 21 orang atau sekitar 84,00 persen. Tingkat pendidikan yang tergolong rendah merupakan salah satu kendala dalam menyerap teknologi baru, karena tingkat pendidikan akan mempengaruhi sikap dan cara petani dalam merespon teknologi dan inovasi baik dalam rangka pengembangan usahataninya ataupun teknologi dan inovasi yang lainnya. Petani responden umumya sudah berkeluarga dengan jumlah tanggungan keluarga rata-rata 3 orang. Jumlah tangungan kelurga petani responden yang paling banyak adalah 5 orang dan paling sedikit adalah tidak memiliki tanggungan keluarga. Pengalaman berusahatani dalam penelitian ini diukur berdasarkan lamanya responden berusahatani manggis. Pengalaman petani responden dalam berusahatani manggis cukup berpengalaman dan paling banyak berada dikisaran 5 sampai 12 tahun yaitu sebanyak 14 orang atau 56 persen. Luas lahan yang digunakan petani dalam melaksanakan kegiatan usahatani manggis cukup beragam dari mulai lahan yang sempit sampai lahan yang relatif luas. Pengelolaan usahatani manggis dalam penelitian ini banyak dilakukan petani pada kisaran luas lahan 0,07 sampai dengan 0,45 Ha yaitu sebanyak 21 orang atau 84 persen. Jumlah pohon yang dimiliki kebanyakan petani berada pada kisaran 5 sampai dengan 52 pohon manggis yaitu sebanyak 16 orang atau 64 persen.pohon produktif yang dimiliki rata-rata mampu menghasilkan produksi sebanyak 1-1,5 kuintal per pohon selama satu kali musim panen. Jumlah pohon produktif yang dimiliki kebanyakan petani berada pada kisaran 2 sampai 19 pohon yaitu sebanyak 19 orang atau 76 persen. Modal Sosial Modal sosial merupakan suatu hubungan yang tercipta yang membentuk kualitas dan kuantitas hubungan sosial dalam masyarakat ataupun kelompok. Edi Suharto (2007) mendefinisikan modal sosial sebagai sumber (resource) yang timbul dari adanya interaksi antara orang-orang dalam komunitas. Subvariabel yang digunakan untuk mengetahui modal sosial yang dimiliki oleh petani manggis yang tergabung dalam Kelompok Tani Sari Puspa yaitu : (1) Lingkungan sosial, (2) Kapasitas petani, dan (3) Motivasi. 7

8 Secara terperinci hasil penelitian mengenai modal sosial yang dimiliki oleh petani manggis yang tergabung dalam Kelompok Tani Sari Puspa Desa Puspahiang dapat disarikan hasil analisis tersebut dalam bentuk rata-rata, nilai tertimbang dan kategorinya, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Subvariabel Modal Sosial Petani Manggis No Subvariabel Skor Skor Rata-rata Nilai Kategori Modal Sosial Maksimal yang Didapat Tertimbang (%) 1 Lingkungan Sosial 30 24,20 Tinggi 80,67 2 Kapasitas Petani 24 13,28 Rendah 55,33 3 Motivasi 30 23,48 Tinggi 78,27 Modal Sosial 84 60,96 Sedang 72,57 Sumber : Data Primer Diolah. Berdasarkan data pada Tabel 2, menunjukkan bahwa modal sosial yang dimiliki oleh petani manggis yang tergabung dalam Kelompok Tani Sari Puspa secara keseluruhan berada pada kategori sedang dengan skor rata-rata yang didapat 60,96 dari skor maksimal 84 dan memiliki nilai tertimbang sebesar 72,57 persen artinya modal sosial yang dimiliki oleh petani manggis mencapai 72,57 persen. 1) Lingkungan Sosial Subvariabel lingkungan sosial pada Tabel 3 mencapai skor rata-rata 24,20 dari skor maksimal 30, sehingga berada pada kategori tinggi. Jika melihat pada nilai tertimbang sebesar 80,67 persen, artinya lingkungan sosial yang menjadi modal sosial petani mencapai 80,67 persen. Lingkungan sosial dalam penelitian ini dilihat dari tiga indikator yaitu aspek kepercayaan, kepatuhan terhadap norma, dan kekuatan jejaring. Kepercayaan (trust) merupakan hubungan sosial yang dibangun atas dasar rasa percaya dan rasa memiliki bersama. Aspek kepercayaan dapat digambarkan dalam hal : (1) adanya saling percaya antara petani yang satu dengan petani yang lain, (2) Adanya kepercayaan petani terhadap pihak luar, dan (3) Adanya kerja sama dan saling tukar kebaikan antar anggota kelompok. Aspek kepatuhan terhadap norma yang dilakukan oleh petani dapat dilihat dari ketaatan terhadap norma yang berlaku di masyarakat dan norma kelompok tani, ketepatan waktu dalam kegiatan rapat kelompok tani, dan konsistensi dalam penerapan budidaya manggis sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP). 8

9 Aspek kekuatan jejaring (network) dapat digambarkan dalam hal luasnya hubungan bisnis yang dibangun dengan orang lain, banyaknya jalinan bisnis yang terjalin, keterbukaan dalam melakukan hubungan sosial dengan siapapun, serta keaktifan dan keterlibatan dalam mencari kesempatan yang dapat memperkaya hubungan-hubungan sosial dan menguntungkan kelompok. 2) Kapasitas Petani Salah satu yang menjadi unsur modal sosial yang sangat penting dalam suatu kelompok adalah kapasitas petani itu sendiri. Kapasitas petani merupakan kemampuankemampuan yang dimilki oleh individu petani agar mampu berkontribusi terhadap kemajuan kelompoknya, baik dari segi pengetahuan, sikap, maupun keterampilannya. Kapasitas petani yang dimiliki oleh anggota yang bergabung dalam Kelompok Tani Sari Puspa tergolong pada kategori rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor ratarata yang didapat yaitu 13,28 dari skor maksimal yaitu 24 dengan nilai tertimbang sebesar 55,33 persen. Artinya kapasitas petani dalam menjalankan usahataninya baik dari segi pengetahuan, sikap, maupun keterampilannya baru mencapai 55,33 persen. 3) Motivasi Motivasi adalah alasan atau keinginan yang mendorong petani untuk melaksanakan kegiatan usahatani manggis. M otivasi tersebut terdiri dari motivasi ekonomis dan motivasi sosiologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subvariabel motivasi berada pada kategori tinggi, dengan skor rata-rata yang didapat yaitu 23,48 dari skor masimal 30 dengan nilai tertimbang sebesar 78,27 persen. Artinya, motivasi petani dalam melaksanakan usahatani manggis mencapi 78,27 persen. Motivasi ekonomis yaitu dorongan petani untuk memenuhi kebutuhan ekonomi yang dapat digambarkan dalam hal keinginan petani untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, keinginan untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi, keinginan untuk membeli barang-barang mewah, keinginan untuk memiliki dan meningkatkan tabungan serta keinginan untuk hidup lebih sejahtera atau hidup lebih baik. Sedangkan motivasi sosiologis adalah dorongan petani untuk memenuhi kebutuhan sosial dan berinteraksi dengan orang lain yang dapat digambarkan dalam hal keinginan petani untuk menambah relasi, keinginan untuk bekerjasama dengan orang lain, keinginan untuk mempererat kerukunan, keinginan untuk dapat bertukar pendapat dan keinginan untuk memperoleh bantuan dari pihak lain. 9

10 No Karakterisrik Kewirausahaan Petani Manggis Suryana (2003) menyatakan bahwa kewirausahaan adalah suatu kemampuan kreatif dan inovatif (create new and different) yang dijadikan kiat, dasar, sumber daya, proses, dan perjuangan untuk menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang dilakukan dengan keberanian untuk menghadapi risiko. Karakteristik kewirausahaan petani adalah suatu kemampuan yang ada dalam diri petani dalam rangka melakukan sesuatu aktivitas usaha. Indikator yang digunakan untuk mengetahui karakteristik kewirausahaan petani manggis dalam penelitian ini diantaranya : (1) rasa percaya diri, (2) berorientasi tugas dan hasil, (3) keberanian dalam mengambil resiko, (4) kepemimpinan, (5) berorientasi ke masa depan, serta (6) sifat kreatif dan inovatif. Secara terperinci hasil penelitian mengenai karakteristik kewirausahaan petani manggis yang ada pada Kelompok Tani Sari Puspa di Desa Puspahiang dapat disarikan hasil analisis dalam bentuk rata-rata, nilai tertimbang dan kategorinya (Tabel 3). Tabel 3. Indikator Karakteristik Kewirausahaan Petani Manggis Indikator Karakteristik Kewirausahaan Skor Maksimal Skor Rata-rata yang didapat Kategori Nilai Tertimbang (%) 1 Percaya Diri 15 12,24 Tinggi 81,60 2 Berorientasi Tugas dan Hasil 12 8,40 Sedang 70,00 3 Keberanian Mengambil Resiko 9 5,24 Sedang 58,22 4 Kepemimpinan 12 8,44 Sedang 70,33 5 Berorientasi Ke Masa Depan 9 4,96 Rendah 55,11 6 Kreatif dan Inovatif 12 7,56 Sedang 63,00 Kewirausahaan Petani 57 44,26 Sedang 77,64 Sumber : Data Primer Diolah. Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa karakteristik kewirausahaan petani manggis yang tergabung dalam Kelompok Tani Sari Puspa secara keseluruhan berada pada kategori sedang dengan skor rata-rata 44,26 dari skor maksimal 57 dan memiliki nilai tertimbang sebesar 77,64 persen. Artinya karakteristik kewirausahaan yang dimiliki petani manggis sudah mencapai 77,64 persen. Indikator karakteristik kewirausahaan yang paling menonjol dapat dilihat dari rasa percaya diri petani. Kepercayaan diri merupakan sikap dan keyakinan seseorang atau petani dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugas atau pekerjaan yang dihadapinya. Karakter percaya diri petani manggis mencapai skor rata-rata 12,24 dari skor maksimal 15 sehingga termasuk pada kategori tinggi. Rasa percaya diri petani dapat dilihat dan digambarkan dari segi keyakinan petani terhadap usaha yang dilakukannya, yakin terhadap harga jual manggis yang diusahakannya akan menguntungkan, yakin dengan 10

11 hasil usaha yang dikelolanya lebih baik dari yang lain, yakin dengan produk yang dihasilkannya memiliki kualitas ekspor, dan mereka juga yakin bahwa dengan menerapkan SOP manggis produksinya menjadi meningkat. Jika melihat pada nilai tertimbang sangat tinggi yaitu sebesar 81,60 persen yang artinya rasa kepercayaan diri petani dalam menjalankan usahatani manggis mencapai 81,60 persen. Indikator karakter berorientasi tugas dan hasil yang dimiliki oleh petani manggis mencapai skor rata-rata 8,40 dari skor maksimal 12 dan berada pada kategori sedang. Seorang petani yang selalu mengutamakan tugas dan hasil dapat digambarkan dalam hal mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba/keuntungan, memiliki ketekunan dan semangat kerja keras, dan berkeinginan untuk selalu mencari dan memulai. Jika melihat nilai tertimbang yaitu sebesar 70 persen artinya karakter berorientasi tugas dan hasil yang dicapai petani sebesar 70 persen. Keberanian petani dalam mengambil resiko digambarkan dalam penanganan kegagalan dengan berusaha memperbaiki dan mencari informasi ke berbagai sumber atau intansi. Memanfaatkan semua kesempatan yang dianggap menguntungkan bagi kegiatan usahanya dan berani mengambil keputusan untuk mengambil resiko yang diperhitungkan agar memperoleh keuntungan besar. Kebanyakan petani merasa cukup dengan keadaan yang ada. Mereka sudah merasa puas dan menikmati hasil yang diperoleh dari kegiatan usahatani manggis tersebut. Jika melihat pada nilai tertimbang yang ada sebesar 58,22 persen. Hal ini berarti pencapaian petani manggis dalam menanggung risiko sebesar 58,22 persen. Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan. Hasil penelitian mengenai karakter kepemimpinan petani mencapai skor rata-rata 8,44 dari skor maksimal 12 dan termasuk pada kategori sedang. Petani yang memiliki karakter kepemimpinan dapat digambarkan dalam hal menerapkan sistem perencanaan dan evaluasi setiap kegiatan usahataninya, menanggapi setiap saran dan kritik, keterlibatan dalam kegiatan kelompok, serta keberhasilan dalam memecahkan masalah dan bertanggung jawab. Jika melihat nilai tertimbang sebesar 70,33 persen artinya karakter kepemimpinan yang dimiliki petani mencapai 70,33 persen, Karakteristik kewirausahaan yang sampai saat ini masih menjadi kelemahan yaitu para petani manggis belum memiliki karakter orientasi ke masa depan terkait pengembangan usahataninya. Hal ini dapat ditunjukkan dengan nilai skor rata-rata yang 11

12 didapat yaitu 4,96 dari skor maksimal 9 dengan nilai tertimbang sebesar 55,11 persen, artinya karakter berorientasi ke masa depan yang dimiliki petani manggis baru mencapai 55,11 persen. Rendahnya karakterstik ini dapat digambarkan dari pandangan petani yang merasa cukup dengan keadaan yang ada dan merasa puas dengan penghasilan yang diperoleh selama menjalankan usahataninya, sehingga para petani tersebut belum melakukan perluasan usaha yang disertai dengan langkah kongkrit misalnya dengan menjalin hubungan dingan pihak lain. Karena perluasan usaha ini erat kaitannya dengan luas lahan yang dimiliki oleh petani, sehingga kalaupun mereka ingin memiliki banyak pohon manggis maka harus didukung oleh ketersediaan lahan yang ada. Karakteristik kewirausahaan lain yang tidak kalah pentingnya bagi seorang wirausahawan adalah sifat kreatif dan inovatif. Suatu inovasi akan dicapai jika didahului oleh suatu kreatifitas. Seseorang yang kreatif dan inovatif selalu berada didepan, memulai sesuatu yang baru, menjadikan sesuatu yang berbeda dan selalu memanfaatkan perbedaan untuk membuka peluang pasar baru. Hasil penelitian mengenai karakteristik kewirausahaan yang mencakup kreatif dan inovatif mencapai skor rata-rata 7,56 dari skor maksimal 12 termasuk pada kategori sedang. Karakter kreatif dan inovatif petani manggis dapat dilihat dari keadaan petani ketika ada ide atau teknologi yang baru dalam teknik budidaya manggis selalu berusaha mempraktekkannya. Kemampuan petani dalam melihat peluang usaha dan mencari peluang baru yang lebih baik terkadang dilakukan, Akan tetapi dalam kegiatan pengembangan produk berupa olahan manggis belum bisa dilakukan oleh petani. Jika melihat pada nilai tertimbang sebesar 63 persen artinya karakteristik kewirausahaan berupa sifat kreatif dan inovatif yang dimiliki petani manggis mecapai 63 persen. Hubungan Antara Modal Sosial Dengan Karakteristik Kewirausahaan Petani Manggis Hasil analisis hubungan secara simultan antara modal sosial (lingkungan sosial, kapasitas petani, dan motivasi) dengan karakteristik kewirausahaan (percaya diri, berorientasi tugas dan hasil, keberanian mengambil resiko, kepemimpinan, berorientasi ke masa depan, serta kreatif dan inovatif) yang menggunakan pengujian Koefesien Korelasi Konkordans Kendal Wdisajikan pada Tabel 4. 12

13 Tabel 4. Hasil Analisis Hubungan Antara Modal Sosial Dengan Karakteristik Kewirausahaan Test Statistics N 25 Kendall's W a.930 Chi-square Df 3 Asymp. Sig..000 a. Kendall's Coefficient of Concordance Berdasarkan Tabel 4, menunjukkan bahwa pengujian yang menggunakan Koefesien Korelasi Konkordans Kendal W antara modal sosial dengan karakteristik kewirausahaan mempunyai korelasi positif sebesar 93,0 persen dan ditunjukkan dengan nilai probabilitas sebesar 0,000 dan nilai ini lebih kecil daripada nilai alfa sebesar 0,05 maka H 0 ditolak artinya modal sosial memiliki hubungan nyata (signifikan) dengan karakteristik kewirausahaan, sehingga semakin tinggi modal sosial yang dimiliki oleh petani maka akan semakin tinggi pula karakteristik kewirausahaannya dan sebaliknya. Hubungan Antara Subvariabel Modal Sosial Dengan Karakteristik Kewirausahaan Petani Manggis Hasil analisis hubungan secara parsial antara subvariabel modal sosial yaitu lingkungan sosial, kapasitas petani, dan motivasi dengan karakteristik kewirausahaan yang mengunakan pengujian Korelasi Rank Spearman dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil Analisis Korelasi Rank Spearman Antara Subvariabel Modal Sosial Dengan Karakteristik Kewirausahaan. No Modal Sosial rs t hit t 0,01 t 0, Lingkungan Sosial Kapasitas Petani Motivasi 0,975 0,961 0,854 21,043 ** 16,665 ** 7,872 ** 2,807 2,807 2,807 2,069 2,069 2,069 Keterangan : ** Hubungan Signifikan pada α 0,01 Tabel 5menujukkan bahwa ketiga subvariabel modal sosial yaitu lingkungan sosial, kapasitas petani dan motivasi masing-masing mempunyai hubungan yang positif dengan karakteristik kewirausahan. Berdasarkan hasil uji-t diperoleh nilai t hitung > t tabel, sehingga terdapat hubungan yang nyata (sangat signifikan). Subvariabel lingkungan sosial memiliki nilai rs = 0,975, artinya lingkungan sosial yang terdiri dari aspek kepercayaan, kepatuhan terhadap norma, dan kekuatan jejaring yang dimiliki oleh petani manggis mempunyai keeratan hubungan dengan karakteristik kewirausahaan sebesar 97,5 persen. Kapasitas petani dalam melakukan aktivitas usahataninya diketahui 13

14 memiliki nilai rs = 0,961, artinya bahwa kapasitas petani baik dari segi aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan mempunyai keeratan hubungan dengan karakteristik kewirausahaan sebesar 96,1 persen. Motivasi petani dalam melakukan aktivitas usahataninya diketahui dengan nilai rs = 0.854, artinya bahwa motivasi petani yang terdiri dari motivasi ekonomis dan motivasi sosiologis memiliki keeratan hubungan dengan karakteristik kewirausahaan sebesar 85,4 persen. Jika mengacu kepada batasan-batasan koefesien korelasi menurut Sugiyono (2010), bahwa ketiga subvariabel modal sosial tersebut memiliki hubungan yang sangat kuat dengan karakteristik kewirausahaan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pengukuran yang dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) Modal sosial yang dimiliki oleh petani manggis yang tergabung dalam Kelompok Tani Sari Puspa secara keseluruhan berada pada kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa modal sosial belum sepenuhnya dimiliki oleh petani, akan tetapi sudah memiliki peranan yang cukup baik. 2) Karakteristik kewirausahaan petani manggis yang tergabung dalam Kelompok Tani Sari Puspa secara keseluruhan berada pada kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik kewirausahaan belum sepenuhnya dimiliki oleh petani, akan tetapi sudah cukup berkembang dan tertanam dalam diri petani. 3) Hubungan antara modal sosial dengan karakteristik kewirausahaan secara simultan mempunyai hubungan yang positif dan secara parsial subvariabel modal sosial yaitu lingkungan sosial, kapasitas petani, dan motivasi mempunyai hubungan yang sangat kuat dan positif dengan karakteristik kewirausahaan. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan maka disarankan : 1) Masih diperlukan adanya peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan bagi para petani manggis, sehingga kapasitas petani yang masih rendah dapat meningkat dan menjadi lebih baik lagi. Dengan demikian modal sosial yang dimiliki petaniakan semakin kuat dari yang sekarang ini. 14

15 2) Dinas Pertanian melalui BP3K Kecamatan harus lebih banyak lagi melaksanakan program-program seperti kegiatan penyuluhan dan seminar terkait pengembangan usahatani manggis. 3) Dalam rangka pengembangan usahanya petani harus banyak menjalin hubungan bisnis dengan pihak lain dengan mencari informasi ke berbagai sumber, agar usahatani manggisnya lebih berkembang lagi. 4) Untuk meningkatkan dan mengembangkan kewirausahaan secara menyeluruh yang dicirikan oleh berbagai indikatornya, maka seyogyanya para petani terus diberikan berbagai rangsangan bisa berupa pendidikan dan pelatihan dengan frekuensi ditingkatkan, proses pemagangan para petani serta penumbuhan karakteristik kewirausahaan melalui pemberian materi-materi yang terkait dengan pembentukan jiwa wirausaha DAFTAR PUSTAKA BP3K Kecamatan Puspahiang Data Luas, Produktivitas, Produksi Tanaman Manggis Di Kecamatan Puspahiang. Tasikmalaya. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Tasikmalaya Profil Komoditi Hortikultura Kabupaten Tasikmalaya. Djoni Metode Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Agribisnis Fakultas Pertanian. Universitas Siliwangi. Tasikmalaya. Edi Suharto Modal Sosial dan Kebijakan Publik.http : // suharto/ Naskah. PDF/ MODAL_SOSIAL_DAN_KEBIJAKAN_SOSIA. pdf. (diakses tanggal 22 April 2013) Inayah Peranan Modal Sosial dalam Pembangunan. Jurnal Pengembangan Humaniora. Vol 12 No 1, April M. Mawardi Peranan Sosial Capital Dalam Pemberdayaan Masyarakat. Vol 3 No2, Juni Said Rusli Pengantar Ilmu Kependudukan. LP3ES. Jakarta. Sidney Siegel Statistik Nonparametrik Untuk Ilmu-ilmu Sosial. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Sugiyono Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung. Suryana Kewirausahaan : Pedoman Praktis, Kiat dan Proses menuju Sukses. PT. Salemba Empat. Jakarta. 15

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK DENGAN KENAIKAN TINGKAT PENDAPATAN PETANI KOPI

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK DENGAN KENAIKAN TINGKAT PENDAPATAN PETANI KOPI HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK DENGAN KENAIKAN TINGKAT PENDAPATAN PETANI KOPI Siti Aminah 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Siti_sarahaminah@yahoo.co.id Tedi Hartoyo 2) Fakultas

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR INTERNAL PETANI DALAM MENGADOPSI TEKNOLOGI

PENGARUH FAKTOR INTERNAL PETANI DALAM MENGADOPSI TEKNOLOGI PENGARUH FAKTOR INTERNAL PETANI DALAM MENGADOPSI TEKNOLOGI Pandu Sumarna 1, Neneng Sri Mulyati 2 1 Fakultas Pertanian Universitas Wiralodra, Jl. Ir. H. Juanda Km 3 Indrmayu, sumarnapandu@gmail.com 2 Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI PETANI DALAM KEGIATAN SEKOLAH LAPANGAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SL-PHT) PADA USAHATANI MANGGIS

ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI PETANI DALAM KEGIATAN SEKOLAH LAPANGAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SL-PHT) PADA USAHATANI MANGGIS ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI PETANI DALAM KEGIATAN SEKOLAH LAPANGAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SL-PHT) PADA USAHATANI MANGGIS (Studi Kasus pada Kelompok Tani Kencana Mekar di Desa Puspajaya Kecamatan Puspahiang

Lebih terperinci

By : Tedi Hartoyo. Key Word : The Role, Participation, Rank-Spearman Correliation

By : Tedi Hartoyo. Key Word : The Role, Participation, Rank-Spearman Correliation The Correlation between the Roll of UPTD Developing Intitution of Paddy Seed in Cihea with Participation of Breeding s Farmer in Supplying of Superior Paddy s Seed (Case study at The Farmer Group (Sarinah)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Definisi operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk

III. METODE PENELITIAN. Definisi operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk 35 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Definisi operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data penelitian yang selanjutnya akan dianalisis dan di uji sesuai dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel. variabel X yang akan diukur untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel. variabel X yang akan diukur untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan 37 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1.Variabel (X) Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diuraikan beberapa batasan, dan ukuran dari variabel

Lebih terperinci

Hubungan antara Karakteristik Petani dan Dinamika Kelompok Tani dengan Keberhasilan Program PUAP

Hubungan antara Karakteristik Petani dan Dinamika Kelompok Tani dengan Keberhasilan Program PUAP Prosiding SNaPP011: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 089-590 Hubungan antara Karakteristik Petani dan Dinamika Kelompok Tani dengan Keberhasilan Program PUAP Achmad Faqih Jurusan Agribisnis Fakultas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode yang memusatkan diri dalam meneliti

Lebih terperinci

MOTIVASI PETANI UNTUK BERGABUNG DALAM KELOMPOK TANI DI DESA PAGARAN TAPAH KECAMATAN PAGARANTAPAH DARUSSALAM KABUPATEN ROKAN HULU

MOTIVASI PETANI UNTUK BERGABUNG DALAM KELOMPOK TANI DI DESA PAGARAN TAPAH KECAMATAN PAGARANTAPAH DARUSSALAM KABUPATEN ROKAN HULU MOTIVASI PETANI UNTUK BERGABUNG DALAM KELOMPOK TANI DI DESA PAGARAN TAPAH KECAMATAN PAGARANTAPAH DARUSSALAM KABUPATEN ROKAN HULU MOTIVATION OF FARMERS TO JOINT FARMER GROUPS IN PAGARAN TAPAH VILLAGE PAGARAN

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di 63 BAB VI PEMBAHASAN Berdasarkan data hasil analisis kesesuaian, pengaruh proses pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende dapat dibahas

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Faktor-Faktor Yang berhubungan dengan Partisipasi Petani dalam Kebijakan Optimalisasi dan Pemeliharaan JITUT 5.1.1 Umur (X 1 ) Berdasarkan hasil penelitian terhadap

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) MELATI

HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) MELATI HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) MELATI (Studi Kasus Pada Kelompok Wanita Tani Melati di Desa Dewasari Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis)

Lebih terperinci

PERANAN PENYULUH PERTANIAN HUBUNGANNYA DENGAN ADOPSI TEKNOLOGI PADI POLA PTT

PERANAN PENYULUH PERTANIAN HUBUNGANNYA DENGAN ADOPSI TEKNOLOGI PADI POLA PTT PERANAN PENYULUH PERTANIAN HUBUNGANNYA DENGAN ADOPSI TEKNOLOGI PADI POLA PTT Febrian Husnuzhan 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi zhancrash@gmail.com Dedi Djuliansyah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deskriptif bukan saja memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena, tetapi

METODE PENELITIAN. deskriptif bukan saja memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena, tetapi III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Metode dasar yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. adalah metode deskriptif analisis. Metode deskripsi yaitu suatu penelitian yang

III. METODE PENELITIAN. adalah metode deskriptif analisis. Metode deskripsi yaitu suatu penelitian yang III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Metode penelitian merupakan suatu cara yang harus ditempuh dalam suatu penelitian untuk mencapai tujuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH

HUBUNGAN ANTARA IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH HUBUNGAN ANTARA IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH (Suatu Kasus pada Gapoktan Tahan Jaya di Desa Buahdua Kecamatan Buahdua Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. petunjuk terhadap variabel-variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan

III. METODE PENELITIAN. petunjuk terhadap variabel-variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan 36 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Definisi operasional merupakan pengertian atau definisi yang dijadikan petunjuk terhadap variabel-variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

PENGARUH KEMAMPUAN KEWIRAUSAHAAN DAN SISTEM KEMITRAAN TERHADAP MOTIVASI PETERNAK AYAM PEDAGING DI KECAMATAN BANTIMURUNG KABUPATEN MAROS

PENGARUH KEMAMPUAN KEWIRAUSAHAAN DAN SISTEM KEMITRAAN TERHADAP MOTIVASI PETERNAK AYAM PEDAGING DI KECAMATAN BANTIMURUNG KABUPATEN MAROS PENGARUH KEMAMPUAN KEWIRAUSAHAAN DAN SISTEM KEMITRAAN TERHADAP MOTIVASI PETERNAK AYAM PEDAGING DI KECAMATAN BANTIMURUNG KABUPATEN MAROS Ilham Rasyid, Amrulah, Muhammad Darwis Fakultas Peternakan Universitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai metode yang mempelajari

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai metode yang mempelajari III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai metode yang mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu tentang data

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu tentang data III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOM TERHADAP KEWIRAUSAHAAN PENGUSAHA INDUSTRI KECIL DI KECAMATAN KUOK KABUPATEN KAMPAR

ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOM TERHADAP KEWIRAUSAHAAN PENGUSAHA INDUSTRI KECIL DI KECAMATAN KUOK KABUPATEN KAMPAR ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOM TERHADAP KEWIRAUSAHAAN PENGUSAHA INDUSTRI KECIL DI KECAMATAN KUOK KABUPATEN KAMPAR ANALYSIS RELATIONSHIP OF SOCIOECONOMIC CHARACTERISTICS ON CHARACTERISTICS

Lebih terperinci

Peranan Fasilitator Kecamatan dalam Mendinamiskan Kelompok Masyarakat pada Program GSMK Kabupaten Tulang Bawang

Peranan Fasilitator Kecamatan dalam Mendinamiskan Kelompok Masyarakat pada Program GSMK Kabupaten Tulang Bawang Prosiding Seminar Nasional Swasembada Pangan Politeknik Negeri Lampung 29 April 2015 ISBN 978-602-70530-2-1 halaman 302-308 Peranan Fasilitator Kecamatan dalam Mendinamiskan Kelompok Masyarakat pada Program

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode deskriptif dilakukan untuk melihat hubungan status sosial ekonomi petani

III. METODE PENELITIAN. Metode deskriptif dilakukan untuk melihat hubungan status sosial ekonomi petani III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dilakukan untuk melihat hubungan status sosial ekonomi petani karet dengan perilaku menabung

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 5 No. 3, AGUSTUS 2017

JIIA, VOLUME 5 No. 3, AGUSTUS 2017 JARINGAN KOMUNIKASI PETANI DALAM ADOPSI INOVASI PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI DESA REJO BINANGUN KECAMATAN RAMAN UTARA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR (Farmers Communication Networks on Food Crop Agriculture Adoption-Inovation

Lebih terperinci

PERSEPSI PETANI TENTANG KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYURAN

PERSEPSI PETANI TENTANG KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYURAN JURNAL P ENYULUHAN ISSN: 1858-2664 Maret 2006,Vol. 2, No.1 PERSEPSI PETANI TENTANG KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYURAN ( Kasus Petani Sayuran Peserta Program Kawasan

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. sistematis, faktual dan akuran mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan

METODELOGI PENELITIAN. sistematis, faktual dan akuran mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Dasar Metode penelitian adalah suatu cara yang harus di tempuh dalam suatu penelitian untuk mencapai tujuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 5 No. 1 FEBRUARI 2017

JIIA, VOLUME 5 No. 1 FEBRUARI 2017 KINERJA DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA ANGGOTA KELOMPOK TANI NANAS DI DESA ASTOMULYO KECAMATAN PUNGGUR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (Performance and Household Income of Pineapple Farmer Group Members in Astomulyo

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel 26 METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi petani terhadap kompetensi penyuluh pertanian. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut rancangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tugusari Kecamatan Sumberjaya

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tugusari Kecamatan Sumberjaya 48 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tugusari Kecamatan Sumberjaya Lampung Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive (sengaja). Kecamatan

Lebih terperinci

Analisis Hubungan Fungsi Pemasaran.Rika Destriany

Analisis Hubungan Fungsi Pemasaran.Rika Destriany ANALISIS HUBUNGAN FUNGSI PEMASARAN DENGAN VOLUME PENJUALAN PEDAGANG PENGECER SUSU SEGAR DI KOPERASI PETERNAK SAPI BANDUNG UTARA (KPSBU) LEMBANG Rika Destriany*, Maman Paturochman, Achmad Firman Universitas

Lebih terperinci

Luas areal tanaman Luas areal serangan OPT (ha)

Luas areal tanaman Luas areal serangan OPT (ha) 1 HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI PHT PASCA SLPHT PADI DI DESA METUK, KECAMATAN MOJOSONGO, KABUPATEN BOYOLALI Paramesti Maris, Sapja Anantanyu, Suprapto

Lebih terperinci

Sikap Petani Padi Organik Terhadap Program OVOP (One Village One Product) Berbasis Koperasi Produk Beras Organik Di Kabupaten Karanganyar

Sikap Petani Padi Organik Terhadap Program OVOP (One Village One Product) Berbasis Koperasi Produk Beras Organik Di Kabupaten Karanganyar Sikap Petani Padi Organik Terhadap Program OVOP (One Village One Product) Berbasis Koperasi Produk Beras Organik Di Kabupaten Karanganyar Sendy Christina Kusumawardhani, Bekti Wahyu Utami, Widiyanto Program

Lebih terperinci

Analisis Kompetensi Petani Pepaya California (Studi Kasus Kelompok Tani Merta Giri Kusuma Desa Abang, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem)

Analisis Kompetensi Petani Pepaya California (Studi Kasus Kelompok Tani Merta Giri Kusuma Desa Abang, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem) Analisis Kompetensi Petani Pepaya California (Studi Kasus Kelompok Tani Merta Giri Kusuma Desa Abang, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem) I GEDE ARTHA SUDIARSANA, DWI PUTRA DARMAWAN, I DEWA GEDE RAKA

Lebih terperinci

ANALISIS KAPABILITAS PETANI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKSI DALAM USAHATANI PADI SAWAH

ANALISIS KAPABILITAS PETANI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKSI DALAM USAHATANI PADI SAWAH ANALISIS KAPABILITAS PETANI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKSI DALAM USAHATANI PADI SAWAH (Studi Kasus di Desa Bugel Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya) Oleh: Husni Khamdan Fariz 1, Dedi Herdiansah S

Lebih terperinci

MIMBAR AGRIBISNIS Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis (1): 64-72

MIMBAR AGRIBISNIS Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis (1): 64-72 PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK PADA USAHATANI MENDONG TENTEN TEDJANINGSIH Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi e-mail : tenten_ks@yahoo.co.id SUYUDI Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

KATA KUNCI: PUAP, Dinamika Organisasi dan Karakteristik Sosial Ekonomi Pertanian

KATA KUNCI: PUAP, Dinamika Organisasi dan Karakteristik Sosial Ekonomi Pertanian DINAMIKA ORGANISASI GAPOKTAN DALAM PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN(PUAP) Evri Ricky Rodesta Sianturi *), Meneth Ginting **), dan Rahmanta Ginting **) *) Alumni Program Studi Agribisnis Departemen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode yang menggambarkan, mendeskripsikan dan memaparkan fakta-fakta

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian lapangan dilaksanakan Kecamatan Sayegan, Kabupaten Sleman,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian lapangan dilaksanakan Kecamatan Sayegan, Kabupaten Sleman, III. METODE PENELITIAN Penelitian lapangan dilaksanakan Kecamatan Sayegan, Kabupaten Sleman, Propinsi DIY. Penelitian ini berlangsung pada bulan April sampai dengan Mei 2017. Kecamatan Sayegan berada pada

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH BIAYA INPUT DAN TENAGA KERJA TERHADAP KONVERSI LUAS LAHAN KARET MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT

ANALISIS PENGARUH BIAYA INPUT DAN TENAGA KERJA TERHADAP KONVERSI LUAS LAHAN KARET MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT ANALISIS PENGARUH BIAYA INPUT DAN TENAGA KERJA TERHADAP KONVERSI LUAS LAHAN KARET MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT ( Studi Kasus : Desa Kampung Dalam, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan Batu ) Cindi Melani

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. yang digunakan dalam penelitian ini. Faktor-faktor yang diteliti dalam

III METODE PENELITIAN. yang digunakan dalam penelitian ini. Faktor-faktor yang diteliti dalam 40 III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini. Faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam suatu negara karena memberikan kontribusi yang cukup besar dalam bidang ekonomi. Menurut

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Alasan pemilihan lokasi karena pada wilayah Kecamatan Cibinong

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DAN PARTISIPASI PETANI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI POLA TANAM PADI

PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DAN PARTISIPASI PETANI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI POLA TANAM PADI PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DAN PARTISIPASI PETANI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI POLA TANAM PADI (Oryza sativa L) JAJAR LEGOWO 4 : 1 (Studi Kasus pada Kelompoktani Gunung Harja di Desa Kalijaya Kecamatan

Lebih terperinci

DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH

DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH (Studi Kasus : Desa Pematang Setrak, Kec Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai) Ikram Anggita Nasution

Lebih terperinci

PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN (P2KP) DI KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN (P2KP) DI KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN (PKP) DI KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO Riska Yulianti, Agung Wibowo, Arip Wijianto Program Studi

Lebih terperinci

Kata kunci: Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan, Tingkat Pengembalian Dana, Karakteristik Sosial Ekonomi Petani ABSTRACT

Kata kunci: Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan, Tingkat Pengembalian Dana, Karakteristik Sosial Ekonomi Petani ABSTRACT STUDI MENGENAI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) HORTIKULTURA KABUPATEN KARO (Studi Kasus : Desa Serdang dan Desa Paribun Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo) Syafrizal Barus*), Meneth

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS DAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN PERKOTAAN (P2KP) DI KOTA BANDAR LAMPUNG

EFEKTIVITAS DAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN PERKOTAAN (P2KP) DI KOTA BANDAR LAMPUNG EFEKTIVITAS DAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN PERKOTAAN (PKP) DI KOTA BANDAR LAMPUNG (EFFECTIVENESS AND PARTICIPATION SOCIETY AGAINST THE URBAN POVERTY ERADICATION

Lebih terperinci

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU JURNAL Motivasi Pembudidaya Dalam Usaha Pembenihan Ikan Mas (Cyprinus carpio) di Jorong Rambahan Nagari Tanjung Betung Kecamatan Rao Selatan Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat OLEH RAFIKAH NIM:

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi 45 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, secara operasional dapat diuraikan tentang definisi operasional,

Lebih terperinci

METODOLOGI. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 37

METODOLOGI. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 37 Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 37 Penyusunan Master Plan Kawasan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Timur meliputi beberapa tahapan kegiatan utama, yaitu : 1) Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONVERSI USAHA TANI KARET KE USAHA TANI KELAPA SAWIT DI DESA BATIN KECAMATAN BAJUBANG KABUPATEN BATANG HARI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONVERSI USAHA TANI KARET KE USAHA TANI KELAPA SAWIT DI DESA BATIN KECAMATAN BAJUBANG KABUPATEN BATANG HARI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONVERSI USAHA TANI KARET KE USAHA TANI KELAPA SAWIT DI DESA BATIN KECAMATAN BAJUBANG KABUPATEN BATANG HARI MAMAN SUKARMAN NPM. 0910483020987 ABSTRAK Data statistik perkebunan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN MEDIA INTERNET SEBAGAI MEDIA INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM PEMBERDAYAAN PETANI DI DESA PONCOKUSUMO KECAMATAN PONCOKUSUMO

PEMANFAATAN MEDIA INTERNET SEBAGAI MEDIA INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM PEMBERDAYAAN PETANI DI DESA PONCOKUSUMO KECAMATAN PONCOKUSUMO PEMAFAATA MEDIA ITERET SEBAGAI MEDIA IFORMASI DA KOMUIKASI DALAM PEMBERDAYAA PETAI DI DESA POCOKUSUMO KECAMATA POCOKUSUMO Use Of The Internet As A Media Information And Communication In The Empowerment

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI e-j. Agrotekbis 2 (3) : 332-336, Juni 2014 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI Analysis of income and feasibility farming

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Upaya perusahaan untuk meningkatkan kemajuannya lebih banyak diorientasikan kepada manusia sebagai salah satu sumber daya yang penting bagi perusahaan.

Lebih terperinci

(PERFORMANCE ANALYSIS OF FARMER GROUP AND ITS RELATIONSHIP WITH HOUSEHOLD FOOD SECURITY LEVEL (CASE STUDY IN RASANAE TIMUR SUBDISTRICT BIMA CITY)

(PERFORMANCE ANALYSIS OF FARMER GROUP AND ITS RELATIONSHIP WITH HOUSEHOLD FOOD SECURITY LEVEL (CASE STUDY IN RASANAE TIMUR SUBDISTRICT BIMA CITY) AGRISE Volume XIV No. 2 Bulan Mei 2014 ISSN: 1412-1425 ANALISIS TINGKAT KINERJA KELOMPOK TANI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI (STUDI KASUS DI KECAMATAN RASANAE TIMUR

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERANAN WANITA TANI DALAM BUDIDAYA PADI SAWAH DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT)

HUBUNGAN PERANAN WANITA TANI DALAM BUDIDAYA PADI SAWAH DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) HUBUNGAN PERANAN WANITA TANI DALAM BUDIDAYA PADI SAWAH DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) (Suatu Kasus di Desa Wanareja Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap) Oleh: Eni Edniyanti

Lebih terperinci

dalam belajar tidak nyaman. Oleh karena itu kelestarian lingkungan sekolah perlu mendapat perhatian dari semua pihak, terutama pihak sekolah yang

dalam belajar tidak nyaman. Oleh karena itu kelestarian lingkungan sekolah perlu mendapat perhatian dari semua pihak, terutama pihak sekolah yang HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN MENGARANG ARGUMENTASI TENTANG LINGKUNGAN DAN SIKAP TERHADAP KELESTARIAN LINGKUNGAN DENGAN PERILAKU MEMELIHARA KELESTARIAN LINGKUNGAN SEKOLAH (The Relationship Between The Ability

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN KOMPETENSI AGRIBISNIS PADA

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN KOMPETENSI AGRIBISNIS PADA JURNAL P ENYULUHAN ISSN: 1858-2664 September 2005, Vol. 1, No.1 HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN KOMPETENSI AGRIBISNIS PADA USAHATANI SAYURAN DI KABUPATEN KEDIRI JAWA TIMUR Rini Sri Damihartini dan

Lebih terperinci

KORELASI OLEH: JONATHAN SARWONO

KORELASI OLEH: JONATHAN SARWONO KORELASI OLEH: JONATHAN SARWONO 4.1 Mengenal Korelasi 56 4.2 Kegunaan Korelasi 4.3 Konsep Linieritas dan Korelasi 57 4.4 Asumsi Asumsi Dalam Korelasi 4.5 Karakteristik Korelasi 58 4.6 Pengertian Koefesien

Lebih terperinci

INTERNALISASI MODAL SOSIAL DALAM KELOMPOK TANI GUNA MENINGKATKAN DINAMIKA KELOMPOK TANI DI KABUPATEN JEMBER. Sri Subekti Fak. Pertanian RINGKASAN

INTERNALISASI MODAL SOSIAL DALAM KELOMPOK TANI GUNA MENINGKATKAN DINAMIKA KELOMPOK TANI DI KABUPATEN JEMBER. Sri Subekti Fak. Pertanian RINGKASAN INTERNALISASI MODAL SOSIAL DALAM KELOMPOK TANI GUNA MENINGKATKAN DINAMIKA KELOMPOK TANI DI KABUPATEN JEMBER Sri Subekti Fak. Pertanian RINGKASAN PENDAHULUAN Kelompok tani merupakan ujung tombak pembangunan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai

III. METODE PENELITIAN. Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai 50 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai bagaimana variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan diukur dan diidentifikasi.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian didesain sebagai suatu penelitian deskriptif korelasional. Singarimbun dan Effendi (2006) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran

Lebih terperinci

Fishermen's Perceptions About Business Fishing in The Kepenghuluan Parit Aman Bangko Subdistrict Rokan Hilir District Riau province ABSTRACT

Fishermen's Perceptions About Business Fishing in The Kepenghuluan Parit Aman Bangko Subdistrict Rokan Hilir District Riau province ABSTRACT Fishermen's Perceptions About Business Fishing in The Kepenghuluan Parit Aman Bangko Subdistrict Rokan Hilir District Riau province By Gita Rizanty 1) Kusai 2) and Lamun Bathara 3) ABSTRACT The research

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang penulis berhasil dikumpulkan kemudian akan diolah dengan metode regresi linier berganda untuk menguji pengaruh variabel independen yaitu persepsi kualitas

Lebih terperinci

C. Definisi dan Operasionalisasi Variabel BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian

C. Definisi dan Operasionalisasi Variabel BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada perusahaan PT Bank Sahabat Sampoerna Cabang Puri yang beralamat di Jalan Puri Indah Raya Blok A/15, Kembangan, Jakarta

Lebih terperinci

MOTIVASI PETANI KAKAO BERGABUNG DALAM KELOMPOK TANI DI KELURAHAN KAPALO KOTO KECAMATAN PAYAKUMBUH SELATAN (Studi Kasus Kelompok Tani Tanjung Subur)

MOTIVASI PETANI KAKAO BERGABUNG DALAM KELOMPOK TANI DI KELURAHAN KAPALO KOTO KECAMATAN PAYAKUMBUH SELATAN (Studi Kasus Kelompok Tani Tanjung Subur) 0 MOTIVASI PETANI KAKAO BERGABUNG DALAM KELOMPOK TANI DI KELURAHAN KAPALO KOTO KECAMATAN PAYAKUMBUH SELATAN (Studi Kasus Kelompok Tani Tanjung Subur) MOTIVATION OF COCOA FARMERS TO JOINED WITH FARMER GROUP

Lebih terperinci

E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: Vol. 6, No. 4, Oktober 2017

E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: Vol. 6, No. 4, Oktober 2017 Hubungan antara Karakteristik Petani dengan Motivasinya dalam Membudidayakan Tanaman Tebu (Kasus Kelompok Tani Dewi Ratih 1, Desa Maospati, Kecamatan Maospati, Kabupaten Magetan) DIAN KURNIASIH, WAYAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN SIKAP KARYAWAN DALAM USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN SIKAP KARYAWAN DALAM USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN SIKAP KARYAWAN DALAM USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH (Kasus Perusahaan Peternakan Rian Puspita Jaya Jakarta Selatan) SKRIPSI EVA SUSANTI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

KORELASI DAN ASOSIASI

KORELASI DAN ASOSIASI KORELASI DAN ASOSIASI Kata korelasi diambil dari bahasa Inggris, yaitu correlation artinya saling hubungan atau hubungan timbal balik. Dalam ilmu statistika istilah korelasi diberi pengertian sebagai hubungan

Lebih terperinci

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP ICE CREAM DALAM WADAH BATOK KELAPA MUDA DI KOTA MEDAN

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP ICE CREAM DALAM WADAH BATOK KELAPA MUDA DI KOTA MEDAN ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP ICE CREAM DALAM WADAH BATOK KELAPA MUDA DI KOTA MEDAN ABSTRAK Risa Yanti Diannisa Siregar*), Iskandarini**), Emalisa**) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dalam penelitian ini yaitu Home Industry keripik singkong di Kota

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dalam penelitian ini yaitu Home Industry keripik singkong di Kota 56 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini yaitu Home Industry keripik singkong di Kota Cimahi Kabupaten Bandung. Sedangkan variabel yang digunakan dalam penelitian ini

Lebih terperinci

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian SEKOLAH PASCA SARJANA IPB MAYOR ILMU MANAJEMEN

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian SEKOLAH PASCA SARJANA IPB MAYOR ILMU MANAJEMEN Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian SEKOLAH PASCA SARJANA IPB MAYOR ILMU MANAJEMEN Responden yang terhormat, Saya, Rima Handayani, Mahasiswa Program Master Science Sekolah Pasca Sarjana IPB dengan Mayor

Lebih terperinci

PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL INSPEKTORAT JENDERAL DIKLAT METODOLOGI PENELITIAN SOSIAL PARUNG BOGOR, 25 27 MEI 2005 PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA Oleh: NUGRAHA SETIAWAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PENGOLAHAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian yang Digunakan Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah menurut Sugiyono dalam buku Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D (2014). Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI TUMPANGSARI MANGGIS DENGAN KAPULAGA Pipih Nuraeni 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI TUMPANGSARI MANGGIS DENGAN KAPULAGA Pipih Nuraeni 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi ANALISIS FINANSIAL USAHATANI TUMPANGSARI MANGGIS DENGAN KAPULAGA Pipih Nuraeni 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi Pipihnuraeni01@gmail.com Betty Rofatin 2) Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel 41 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini didesain dalam bentuk metode survei yang bersifat explanatory research, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan peubah-peubah yang diamati,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI 10 HUBUNGAN ANTARA KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI Oleh : Arip Wijianto*, Emi Widiyanti * ABSTRACT Extension activity at district

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Sampel Penelitian 3.1.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang terletak di Jalan Dr. Setiabudhi No.229,

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN DEMONSTRASI PLOT PADI SAWAH

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN DEMONSTRASI PLOT PADI SAWAH Efektivitas Penggunaan Demonstrasi Plot Padi Sawah 37 (Dina Lesmana dan Suci Wulandari) EFEKTIVITAS PENGGUNAAN DEMONSTRASI PLOT PADI SAWAH (Oryza sativa L.) TERHADAP TINGKAT PRODUKSI PADI DI DESA BUKIT

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERAN PENYULUH PERTANIAN DENGAN PARTISISPASI PETANI DALAM PROGRAM UPAYA KHUSUS SWASEMBADA PADI, JAGUNG DAN KEDELAI (UPSUS-PAJALE)

HUBUNGAN ANTARA PERAN PENYULUH PERTANIAN DENGAN PARTISISPASI PETANI DALAM PROGRAM UPAYA KHUSUS SWASEMBADA PADI, JAGUNG DAN KEDELAI (UPSUS-PAJALE) HUBUNGAN ANTARA PERAN PENYULUH PERTANIAN DENGAN PARTISISPASI PETANI DALAM PROGRAM UPAYA KHUSUS SWASEMBADA PADI, JAGUNG DAN KEDELAI (UPSUS-PAJALE) Sani Firmansyah 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

V. KARAKTERISTIK, MOTIVASI KERJA, DAN PRESTASI KERJA RESPONDEN

V. KARAKTERISTIK, MOTIVASI KERJA, DAN PRESTASI KERJA RESPONDEN V. KARAKTERISTIK, MOTIVASI KERJA, DAN PRESTASI KERJA RESPONDEN 5.1 Karakteristik Responden Karyawan Harian Jurnal Bogor yang menjadi responden pada penelitian ini berjumlah 35 orang. Dari 35 orang tersebut,

Lebih terperinci

APLIKASI KOMPUTER LANJUT ANALISIS KORELASI KENDALL DAN SPEARMAN

APLIKASI KOMPUTER LANJUT ANALISIS KORELASI KENDALL DAN SPEARMAN APLIKASI KOMPUTER LANJUT ANALISIS KORELASI KENDALL DAN SPEARMAN Korelasi spearman merupakan korelasi tata jenjang yang paling terkenal. Uji korelasi rank spearman digunakan untuk mencari hubungan data

Lebih terperinci

ANALISIS KEEFEKTIFAN KELOMPOK TANI DALAM PEMBERDAYAAN PETANI HORTIKULTURA DI KABUPATEN SEMARANG

ANALISIS KEEFEKTIFAN KELOMPOK TANI DALAM PEMBERDAYAAN PETANI HORTIKULTURA DI KABUPATEN SEMARANG ANALISIS KEEFEKTIFAN KELOMPOK TANI DALAM PEMBERDAYAAN PETANI HORTIKULTURA DI KABUPATEN SEMARANG Okta Andriana Suyadi, Sapja Anantanyu, Nuning Setyowati Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

Statistik Nonparametrik:

Statistik Nonparametrik: ANALISIS KORELASI B Ali Muhson, M.Pd. Jenis Analisis Korelasi Statistik parametrik: Korelasi Product Moment (Pearson) Korelasi Parsial Korelasi Semi Parsial Korelasi Ganda, dsb Statistik Nonparametrik:

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KELOMPOK PADA SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SL-PHT) LADA DI UPT BUKIT KEMUNING LAMPUNG UTARA

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KELOMPOK PADA SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SL-PHT) LADA DI UPT BUKIT KEMUNING LAMPUNG UTARA EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KELOMPOK PADA SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SLPHT) LADA DI UPT BUKIT KEMUNING LAMPUNG UTARA Oleh Dewangga Nikmatullah 1) Abstrak Peningkatan produksi lada hitam di Provinsi

Lebih terperinci

BAB VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. berupa kontribusi dalam keilmuan dan implikasi kebijakan. Masing-masing

BAB VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. berupa kontribusi dalam keilmuan dan implikasi kebijakan. Masing-masing BAB VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan hasil penelitian, dan selanjutnya dirumuskan implikasi penelitian berupa kontribusi

Lebih terperinci

Ika Martina 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Ika Martina 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian HUBUNGAN ANTARA PROSES KOMUNIKASI SEKOLAH LAPANGAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL-PTT) DENGAN ADOPSI TEKNOLOGI PTT PADI SAWAH (Kasus pada Kelompok Tani Budi Karya II di Desa Sindangsari Kecamatan Banjarsari

Lebih terperinci

Nisa Fauziah Hasanah 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi

Nisa Fauziah Hasanah 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi HUBUNGAN ANTARA HARGA BERAS DAN HARGA PAKAN TERNAK DENGAN HARGA JAGUNG DALAM DWIFUNGSI JAGUNG SEBAGAI BARANG SUBSTITUSI BERAS DAN BAHAN BAKU PAKAN TERNAK DI KABUPATEN TASIKMALAYA Nisa Fauziah Hasanah 1)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Sidamulih, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis. Pengumpulan data dilakukan pada Bulan Desember 2011 dan Bulan

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 3 No. 3, JUNI 2015

JIIA, VOLUME 3 No. 3, JUNI 2015 PERANAN KELOMPOK TANI DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KOPI DI KELURAHAN TUGUSARI KECAMATAN SUMBERJAYA KABUPATEN LAMPUNG BARAT (Role of Farmers Group on the Income Improvement of Coffee Farmers in Tugusari

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dalam kelompok peternak Lebaksiuh yang ada di desa Sindanggalih, kecamatan

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dalam kelompok peternak Lebaksiuh yang ada di desa Sindanggalih, kecamatan 25 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek penelitian Objek yang diamati dalam penelitian ini adalah peternak yang tergabung dalam kelompok peternak Lebaksiuh yang ada di desa Sindanggalih, kecamatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN A.

III. METODE PENELITIAN A. 34 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Menurut Sugiyono (2012) Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Jenis penelitian

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keyword: Perception, Tanjung Rambutan Village, Ex quarry land (Quarri)

ABSTRACT. Keyword: Perception, Tanjung Rambutan Village, Ex quarry land (Quarri) PUBLIC PERCEPTION OF EX QUARRY LAND UTILIZATION (QUARRY) AS BUSSINESS PLACE OF FLOATING NET CAGES CULTURE (FNC) IN TANJUNG RAMBUTAN VILLAGE KAMPAR DISTRICT KAMPAR REGENCY RIAU PROVINCE By Jalisman 1) ;

Lebih terperinci

Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE)

Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE) Volume 7, Nomor 1, Juli 2016 ISSN 2087-409X Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE) PERAN PENYULUHAN DAN HUBUNGANNYA TERHADAP TINGKAT KEBERDAYAAN PETANI SAGU DI KECAMATAN TEBING TINGGI TIMUR

Lebih terperinci

Nanparametrik_Korelasi_M.Jain uri, M.Pd 1

Nanparametrik_Korelasi_M.Jain uri, M.Pd 1 Nanparametrik_Korelasi_MJain uri, MPd 1 Pengertian Pada penelitian yang ingin mengetahui ada tidaknya hubungan di antara variabel yang diamati, atau ingin mengetahui seberapa besar derajat keeratan hubungan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KINERJA USAHA PENGOLAHAN UBI MENJADI OPAK

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KINERJA USAHA PENGOLAHAN UBI MENJADI OPAK HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KINERJA USAHA PENGOLAHAN UBI MENJADI OPAK (Kasus: Desa Tuntungan I Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang) Ulfi Widya Sari 1), Yusak Maryunianta 2), A.T.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan berperan penting dalam perekonomian bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan berperan penting dalam perekonomian bangsa dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kewirausahaan berperan penting dalam perekonomian bangsa dan merupakan persoalan penting di dalam perekonomian suatu bangsa yang sedang berkembang. Menurut Ciputra

Lebih terperinci

TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP TEKNOLOGI PERTANIAN TERPADU USAHATANI PADI ORGANIK

TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP TEKNOLOGI PERTANIAN TERPADU USAHATANI PADI ORGANIK TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP TEKNOLOGI PERTANIAN TERPADU USAHATANI PADI ORGANIK (Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai ) Melfrianti Romauli *), Lily Fauzia **),

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden. BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran umum responden Responden dalam penelitian ini adalah anggota dari organisasi nonprofit yang berjumlah 40 orang. Pada bab ini akan dijelaskan tentang

Lebih terperinci

MOTIVASI PETANI DALAM MENGGUNAKAN BENIH PADI HIBRIDA PADA KECAMATAN NATAR DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN. Oleh: Indah Listiana *) Abstrak

MOTIVASI PETANI DALAM MENGGUNAKAN BENIH PADI HIBRIDA PADA KECAMATAN NATAR DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN. Oleh: Indah Listiana *) Abstrak MOTIVASI PETANI DALAM MENGGUNAKAN BENIH PADI HIBRIDA PADA KECAMATAN NATAR DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Oleh: Indah Listiana *) Abstrak Penelitian ini dilakukan pada petani padi yang menggunakan benih padi

Lebih terperinci