PEMBELAJARAN TEMATIK DI SEKOLAH DASAR KELAS RENDAH DAN PELAKSANAANNYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBELAJARAN TEMATIK DI SEKOLAH DASAR KELAS RENDAH DAN PELAKSANAANNYA"

Transkripsi

1 PEMBELAJARAN TEMATIK DI SEKOLAH DASAR KELAS RENDAH DAN PELAKSANAANNYA Sukini* Abstrak : Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 menetapkan bahwa pendekatan dalam pembelajaran di SD kelas rendah (kelas I, II, dan III) adalah pembelajaran tematik. Sementara itu, di pihak lain banyak guru di sekolah dasar yang belum memahami pembelajaran tematik sehingga menjadi kendala tersendiri bagi pelaksanaan pembelajaran di SD kelas rendah. Dalam tulisan ini akan dibahas beberapa hal, meliputi: (1) pengertian pembelajaran tematik, (2) karakteristik pembelajaran tematik, dan (3) implementasi pembelajaran tematik, (4) pelaksanaan pembelajaran tematik selama ini. Ditinjau dari komponen guru, dalam pelaksanaan pembelajaran tematik ditemukan adanya beberapa permasalahan sebagai berikut. (1) Guru masih kurang memahami langkah-langkah melakukan pemetaan KD dengan tema dari beberapa mata pelajaran terkait. (2) Guru masih kurang memahami perancangan pembelajaran yang berupa penyusunan silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dengan menggunakan pendekatan tematik. (3) Guru belum dapat menyampaikan pembelajaran tematik. Pembelajaran yang disampaikan masih terkotakkotak dalam berbagai mata pelajaran yang ditematikkan. (4) Guru belum mampu menyusun instrumen penilaian untuk pembelajaran tematik. Kata Kunci: pembelajaran tematik, SD kelas rendah, pengalaman belajar yang utuh dan bermakna, silabus, RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran), instrumen penilaian PENDAHULUAN Sebelum dikeluarkannya Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 kegiatan pembelajaran di sekolah dasar kelas rendah (I,II, dan III) untuk setiap mata pelajaran dilakukan secara terpisah, misalnya IPA 2 jam pelajaran, IPS 2 jam pelajaran, Bahasa Indonesia 2 jam pelajaran dsb. Pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah tersebut dinilai kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan menyulitkan mereka dalam belajar. Selain itu, juga menimbulkan berbagai permasalahan, antara lain tingginya angka mengulang kelas dan putus sekolah pada siswa SD kelas rendah. Menurut Depdiknas (tth:1) data tahun 1999/2000 menunjukkan, angka mengulang kelas untuk kelas satu sebesar 11,6 %, kelas dua 7,51 %, kelas tiga 6,13 %, kelas empat 4,64 %, kelas lima 3,1 %, dan kelas enam 0,37 %. Pada tahun yang sama angka putus sekolah untuk kelas satu sebesar 4,22 %, kelas dua 0,83 %, kelas tiga 2,27 %, kelas empat 2,71 %, kelas lima 3,79 %, dan kelas enam 1,78 %. Data tersebut menunjukkan bahwa angka mengulang kelas dan angka putus sekolah untuk kelas awal SD cukup tinggi. * Staf Pengajar Prodi Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia FKIP UNWIDHA Klaten 59

2 Melihat kelemahan-kelemahan tersebut, pemerintah mengeluarkan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 yang menyatakan bahwa pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran di SD kelas rendah (kelas I, II, dan III) adalah pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema yang dimaksud di sini adalah pokok pikiran atau dasar cerita yang dipercakapkan (KBBI, 1994:1029). Teori pembelajaran ini dimotori oleh para tokoh Psikologi Gestalt, antara lain Piaget (Puskur, tth:6). Menurut Piaget (dalam Joni, 1996) anak di kelas awal SD berada pada masa rentangan usia dini dan pada masa tersebut kemampuan anak untuk bergaul dengan hal-hal yang bersifat abstrak pada umumnya baru terbentuk pada usia ketika mereka duduk di kelas terakhir SD dan berkembang lebih lanjut pada usia SMP. Oleh sebab itu, pengalaman belajar yang lebih menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptualnya, baik intra maupun antarbidang studi akan meningkatkan peluang bagi terjadinya pembelajaran yang lebih efektif. Sejalan dengan pendapat di atas, Depdiknas (2003:1) mengatakan, sebagian besar siswa (SD) tidak mampu menghubungkan antara pengetahuan yang dipelajari dengan cara menggunakan dan memanfaatkan pengetahuan itu. Oleh karena itu, melalui pembelajaran tematik diharapkan permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran di kelas awal SD dapat diatasi dengan baik. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Sangat disayangkan, realitasnya banyak guru sekolah dasar - yang diharapkan dapat menyampaikan pembelajaran tematik untuk membantu siswa memperoleh pengalaman belajar yang bermakna dan holistik - belum benar-benar memahami pembelajaran tematik. Hal ini tentu akan berakibat buruk terhadap proses pembelajaran yang terjadi di sekolah-sekolah dasar, khususnya di sekolah dasar kelas I, II, dan III. Adanya realitas tersebut, pemaparan materi dengan topik pembelajaran tematik dipandang sangat penting dan sesuai dengan kebutuhan guru. Oleh karena itu, dalam tulisan ini akan dibahas beberapa permasalahan mengenai pembelajaran tematik, meliputi: (1) apakah pembelajaran tematik itu, (2) bagaimanakah karakteristik pembelajaran tematik, (3) bagaimanakah implementasi pembelajaran tematik, dan (4) Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran tematik selama ini. Sesuai dengan permasalahanpermasalahan tersebut, tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) pengertian pembelajaran tematik, (2) karakteristik pembelajaran tematik, dan (3) implementasi pembelajaran tematik, (4) pelaksanaan pembelajaran tematik selama ini. PEMBAHASAN Sesuai dengan permasalalahan yang hendak dibicarakan dan tujuan yang tersebut di atas, dalam tulisan ini akan diuraikan beberapa hal secara berturut-turut, mengenai: pengertian pembelajaran tematik, karakteristik pembelajaran tematik, implementasi pembelajaran tematik, dan pelaksanaan pembelajaran tematik selama ini. 60

3 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik merupakan model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Melalui pembelajaran tematik, siswa diajak memahami konsep-konsep yang dipelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah dipahaminya. Menurut Robin Foganty (1991) model pembelajaran tematik disebut model webbed, merupakan model yang paling popular dalam pembelajaran terpadu. Pembelajaran tematik bertolak dari topik atau tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama-sama dengan siswa. Tema yang dipilih tidak hanya untuk menguasai konsepkonsep mata pelajaran, tetapi konsep-konsep dari mata pelajaran terkait digunakan sebagai alat dan wahana untuk mempelajari dan menjelajahi topik atau tema tersebut. Dengan demikian, pembelajaran tematik dapat dipandang sebagai salah satu pendekatan pembelajaran yang bisa mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran dan pembuatan keputusan. Fokus perhatian pembelajaran tematik terletak pada proses yang ditempuh siswa pada saat berusaha memahami isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk kompetensi yang harus dikembangkannya. Berdasarkan hal tersebut, menurut Hernawan (tth:2) pengertian pembelajaran tematik dapat dilihat sebagai: 1. Pembelajaran yang beranjak dari tema tertentu sebagai pusat perhatian (center of interest) yang digunakan untuk memahami gejala-gejala dan konsep lain, baik yang berasal dari mata pelajaran yang bersangkutan maupun dari mata pelajaran lainnya; 2. Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai mata pelajaran yang mencerminkan dunia nyata di sekeliling dan dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak; 3. Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara serempak (simultan); 4. Merakit dan menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa mata pelajaran yang berbeda, dengan harapan siswa akan belajar dengan lebih baik dan bermakna. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, diperlukan kecakapan guru dalam mengemas atau merancang pembelajaran agar siswa memperoleh pengalaman belajar yang bermakna, pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual intra maupun antarmata pelajaran. Kaitan unsur-unsur konseptual itu akan membentuk skema sehingga siswa memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Depdiknas (tth:6) menyatakan, pembelajaran tematik mempunyai beberapa ciri khas. Beberapa ciri khas pembelajaran tematik, antara lain: (1) pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar; (2) kegiatankegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa, (3) kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama, (4) membantu 61

4 mengembangkan keterampilan berpikir siswa, (5) menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya, dan (6) mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain. Dengan diterapkannya pembelajaran tematik ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh. Manfaat pembelajaran tematik itu antara lain sebagai berikut. a. Dengan adanya penggabungan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta mata pelajaran dapat lebih mengefektifkan pembelajaran dan menghindari terjadinya tumpang tindih materi pembelajaran; b. Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir; c. Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah; d. Dengan adanya pemaduan antarmata pelajaran, penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat (Depdiknas, sosialisasi KTSP ). 2. Karakteristik Pembelajaran Tematik Seringkali dalam proses pembelajaran, termasuk proses pembelajaran di sekolah dasar kelas rendah, guru hanya mengejar ketuntasan kompetensi dasar yang digariskan dalam kurikulum, dan kadang-kadang kurang memerhatikan perkembangan belajar siswa. Siswa hanya dituntut merespons segala sesuatu dari guru: melakukan aktivitas atau mengerjakan tugas-tugas yang melebihi kapasitas dan kebutuhan mereka. Akibatnya, siswa akan kehilangan pengalaman belajar yang alamiah dan langsung (direct experiences) yang merupakan karakteristik utama perkembangan anak usia sekolah dasar kelas rendah padahal pengalaman sensorik yang diperoleh dari pembelajaran alamiah dan langsung menjadi dasar bagi mereka dalam mengembangkan kemampuan dalam memahami konsep-konsep dan pengetahuan yang bersifat abstrak. Merespons gejala tersebut, pembelajaran tematik di sekolah dasar kelas awal diharapkan dapat memperbaiki kualitas pendidikan, terutama untuk mengimbangi gejala penjejalan isi kurikulum yang sering terjadi di sekolah-sekolah selama ini. Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki beberapa karakterisik yang perlu dipahami, yaitu sebagai berikut. a. Berpusat pada siswa (student centered) Hal ini sesuai dengan pendekatan pembelajaran modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, memberikan kemudahankemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar. b. Memberikan pengalaman langsung Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. 62

5 c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas Dalam pembelajaran tematik pemisahan antarmata pelajaran tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa. d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa dapat memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. e. Bersifat luwes/fleksibel Oleh karena bersifat fleksibel, guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan dapat mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan sekolah dan lingkungan tempat tinggal siswa. f. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya. g. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan (Depdiknas, tth:7) 3. Implementasi Pembelajaran Tematik Implementasi pembelajaran tematik di sekolah dasar berimplikasi dengan berbagai komponen pembelajaran, mencakup: implikasi dengan guru, siswa, sarana prasarana, sumber belajar dan media, pengaturan ruangan, pemilihan metode pembelajaran, dan penilaian. a. Implikasinya dengan Guru Penerapan pembelajaran tematik menuntut guru yang kreatif baik dalam menyiapkan kegiatan/pengalaman belajar, dalam memilih kompetensi dasar dari berbagai mata pelajaran dan mengaturnya agar pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan, dan utuh. Oleh karena itu, guru harus merencanakan pembelajaran dengan sebaik mungkin hingga memungkinkan siswa dapat belajar dalah siatuasi yang menarik dan menyenangkan sehingga mereka memperoleh pengalaman belajar yang utuh dan bermakna. b. Implikasinya dengan Siswa Dalam pembelajaran tematik siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran: (1) yang dalam pelaksanaannya memungkinkan siswa untuk bekerja baik secara individual, berpasangan, berkelompok, maupun klasikal; (2) yang memungkinkan siswa melakukan berbagai kegiatan secara aktif dan variatif, misalnya melakukan diskusi kelompok, mengadakan penelitian sederhana, dan melakukan pemecahan masalah. 63

6 c. Implikasinya dengan Sarana Prasarana, Sumber Belajar, dan Media (1) Pelaksanaan pembelajaran tematik memerlukan berbagai sarana dan prasarana belajar yang memungkinkan siswa aktif mencari, menggali, menemukan konsep-konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik baik secara individual maupun kelompok. (2) Dalam penerapan pembelajaran tematik diperlukan berbagai sumber belajar baik yang sifatnya didesain secara khusus (by design) maupun sumber belajar yang tersedia di lingkungan yang dapat dimanfaatkan (by utilization). (3) Pembelajaran tematik juga perlu mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran yang bervariasi sehingga akan membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang abstrak. (4) Penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar masih dapat menggunakan buku ajar yang sudah ada saat ini untuk tiap-tiap mata pelajaran dan dimungkinkan pula untuk menggunakan buku suplemen khusus yang memuat bahan ajar yang terintegrasi. d. Implikasinya dengan Pengaturan Ruangan Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik diperlukan pengaturan ruangan yang memungkinkan siswa dapat belajar dalam situasi yang aman, nyaman, dan menyenangkan untuk memperoleh pengalaman belajar yang otentik, bermakna, dan holistik. Oleh karena itu, perlu diadakan pengaturan ruangan, misalnya sebagai berikut. (1) Ruangan perlu ditata secara variatif, disesuaikan dengan tema yang sedang dipelajari dan komponen-komponen pembelajaran yang lain, seperti metode dan media pembelajaran. (2) Susunan bangku siswa dapat berubahubah disesuaikan dengan keperluan pembelajaran yang sedang berlangsung. (3) Siswa tidak selalu duduk di kursi tetapi dapat pula duduk di tikar atau karpet. (4) Kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan bervaariasi dan dapat dilaksanakan baik di dalam kelas maupun di luar kelas. (5) Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya siswa dan sebagai sumber belajar. (6) Tersedia tempat yang memadai untuk mengelola alat, sarana, dan sumber belajar sehingga memudahkan siswa dalam menggunakan dan menyimpannya kembali. e. Implikasinya dengan Pemilihan Metode Sesuai dengan karakteristik pembelajaran tematik, dalam pelaksanaan pembelajaran tematik perlu disiapkan berbagai variasi kegiatan pembelajaran dengan berbagai metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar, bersifat inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, sesuai dengan model 64

7 pembelajaran yang dipilih guru dan yang sesuai dengan kompetensi dasar, indikator, dan tujuan pembelajaran dari berbagai mata pelajaran yang ditematikkan. Misalnya, metode ceramah, tanya jawab, bermain peran, demosntrasi, bercakap-cakap. Oleh karena itu, guru harus menguasai berbagai model dan metode pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan (Depdiknas, tth: 8-9). f. Implikasi dengan Penilaian Penilaian dalam pembelajaran merupakan suatu usaha untuk mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh siswa melalui program kegiatan belajar. Penilaian di SD kelas rendah mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut. (1) Penilaian mengikuti aturan-aturan mata pelajaran lain di sekolah dasar. Mengingat siswa kelas I SD belum semua lancar membaca dan menulis, cara penilaian tidak ditekankan pada penilaian tertulis. (2) Kemampuan membaca, menulis, berhitung merupakan kemampuan yang harus dikuasai oleh siswa SD kelas rendah sehingga penguasaan terhadap ketiga kemampuan tersebut merupakan prasyarat untuk kenaikan kelas. (3) Penilaian dilakukan dengan mengacu pada indikator dari tiap-tiap kompetensi dasar dan hasil belajar dari mata pelajaran-mata pelajaran yang ditematikkan. (4) Penilaian dilakukan secara terusmenerus dan selama proses belajar, misalnya ketika siswa bercerita pada kegiatan awal, membaca pada kegiatan inti, dan menyanyi pada kegiatan akhir. (5) Hasil kerja/karya siswa dapat digunakan sebagai bahan masukan guru dalam mengambil keputusan. Penilaian bisa dilakukan dengan teknik tes dan nontes. Teknik tes mencakup: tes tertulis dan lisan, sedangkan teknik nontes mencakup tes perbuatan, catatan harian perkembangan siswa (diperoleh melalui pengamatan), dan portofolio. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas awal SD penilaian yang sering dilakukan adalah penilaian melalui pemberian tugas dan portofolio.guru menilai anak melalui pengamatan yang dicatat pada sebuah buku bantu. Tes tertulis digunakan untuk menilai kemampuan menulis siswa, khususnya untuk mengetahui tentang penggunaan tanda baca, kata, angka, dan kalimat-kalimat sederhana. 4. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Pelaksanaan pembelajaran akan selalu melibatkan beberapa komponen terkait, meliputi: guru, siswa, sumber belajar dan atau bahan ajar, metode pembelajaran, sarana dan prasarana, media pembelajaran, serta penilaian pembelajaran. Oleh karena adanya keterbatasan, dalam tulisan ini pelaksanaan pembelajaran tematik hanya akan dilihat dari segi guru. Tidak terelakkan lagi bahwa guru memegang peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran. 65

8 Guru dituntut untuk dapat memerankankan dirinya sebagai pendidik, motivator, fasilitator, administrator, evaluator, dan masih banyak lagi peran lain yang diembannya. Untuk melaksanakan pembelajaran tematik, setidaknya guru harus dapat memerankan diri sebagai pendidik yang baik. Sebagai pendidik yang baik, guru (termasuk di dalamnya guru yang mengajar di SD kelas rendah) dituntut dapat merancang/ merencanakan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa, melaksanakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, dan dapat mengadakan penilaian sesuai dengan prinsip-prinsip penilaian yang berlaku, serta dapat menentukan langkah tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian. Yang menjadi pertanyaan, apakah selama ini guru-guru yang mengajar siswa SD kelas rendah sudah dapat menjalankan perannya sebagai pendidik yang baik dalam melaksanakan pembelajaran tematik? Chatarina dan Astuti Waluyati (2010:2) mengatakan, dari hasil monitoring dan evaluasi program BERMUTU (Better Education through Reformed Management and Universal Teacher Upgrading) yang diadakan oleh PPPPTK (Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan) tahun 2009 tentang pelaksanaan pembelajaran tematik di kelas awal SD diketahui adanya kelemahan-kelamah dari para guru. Beberapa kelemahan berkenaan dengan pelaksanaan pembelajaran tematik di SD kelas rendah, tercatat antara lain sebagai berikut. (1) Guru masih kurang memahami langkahlangkah melakukan pemetaan KD dengan tema dari beberapa mata pelajaran terkait. (2) Guru masih kurang memahami perancangan pembelajaran yang berupa penyusunan silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dengan menggunakan pendekatan tematik. Kedua kelemahan tersebut menyangkut penyusunan perangkat pembelajaran. Penyusunan perangkat pembelajaran termasuk dalam tahap persiapan pelaksanaan pembelajaran. Adanya kelemahan tersebut pun nyata adanya pada saat guru-guru SD mengikuti PLPG (Pendidikan dan Latihan Profesi Guru). Kelemahan-kelemahan lain yang ditunjukkan guru dalam melaksanakan pembelajaran tematik dapat dikemukakan sebagai berikut. a. Tahap Persiapan Pelaksanaan Pembelajaran Sebelum melaksanakan pembelajaran, guru dituntut untuk menyusun perangkat pembelajaran. Dalam menyusun perangkat pembelajaran tematik, banyak guru mengalami kesulitan dalam beberapa hal, menyangkut: (1) Penentuan tema dan penyusunan jaring tema Banyak guru peserta PLPG yang kebingungan dalam menentukan tema yang sesuai untuk mencapai kompetensi dasar dari setidaknya tiga mata pelajaran yang ditematikkan. Akibatnya, tema yang dipilih kurang dapat digunakan untuk mengeksploitasi KD dari mata pelajaran tertentu yang ditematikkan, bahkan ada pula peserta 66

9 PLPG yang terjebak pada KD tertentu yang diterima dari panitia sehingga hanya membahas KD yang diterima dan tidak dipadukan dengan mata pelajaranmata pelajaran yang lain. (2) Penyusunan silabus Banyak peserta yang mengalami kesulitan dalam menyusun silabus, terutama dalam menentukan indikator untuk ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik, serta dalam menentukan teknik dan bentuk penilaian yang sesuai dengan indikator dan kegiatan pembelajaran), (3) Penyusunan RPP Banyak peserta yang mengalami kesulitan dalam menyusun RPP, terutama dalam menentukan bagianbagian inti kegiatan pembelajan yang meliputi eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, serta dalam mengembangkan model pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran). (4) Pemilihan materi ajar Materi ajar antarmapel kurang terintegrasi sehingga pergantian dari mapel yang satu ke mapel yang lain nampak dengan jelas, dan (5) Penyusunan instrumen penilaian. Banyak instrumen penilaian yang tidak sesuai dengan indikator dan tujuan pembelajaran. b. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Dalam tahap pelaksanaan pembelajaran tematik ditemukan adanya beberapa permasalahan penting yang menyimpang dari prinsip-prinsip pembelajaran tematik. Permasalahan itu dapat diidentifikasi sebagai berikut. (1) Materi pelajaran yang disampaikan dalam pembelajaran tematik belum benar-benar terintegrasi sehingga pergantian antara mata pelajaran yang satu ke mata pelajaran yang lain tampak dengan jelas, bahkan ada pula guru yang menyebut adanya beberapa mata pelajaran yang hendak diajarkan kepada siswa dalam sekali tatap muka itu. (2) Ada mata pelajaran tertentu yang ditematikkan tetapi tidak disampaikan pada saat pelaksanaan pembelajaran. Yang disampaikan hanya satu KD dari mata pelajaran tertentu. (3) Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa dalam kegiatan belajar banyak yang sifatnya hanya mengulang materi pembelajaran yang telah disampaikan guru sehingga tahap elaborasi yang diharapkan dapat menggali dan memperluas pengetahuan yang telah dimiliki siswa, tidak dialami oleh siswa. (4) Penerapan metode-metode pembelajaran baru yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan masih sangat kurang karena banyak guru yang kurang memahami metodemetode pembelajaran baru yang berpusat pada siswa. 67

10 (5) Pembelajaran kurang dikaitkan dengan pengetahuan yang relevan. (6) Media pembelajaran banyak yang kurang memadai: terlalu kecil sehingga tidak terbaca oleh siswa yang duduk di deretan kursi belakang. (7) Pembelajaran kurang kontekstual. (8) Pembelajaran kurang menimbulkan antusiasme dan keceriaan pada siswa. (9) Banyak yang tidak melakukan refleksi; bersama-sama dengan siswa membuat simpulan atas pengalaman belajar yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran yang baru saja dilalui. Itulah beberapa permasalahan penting yang ditemukan dalam pelaksanaan pembelajaran tematik di lapangan yang diamati melalui pelaksanaan peer teaching pembelajaran tematik bagi guru-guru SD peserta PLPG. c. Penilaian Pembelajaran Penilaian pembelajaran dilakukan selama proses pembelajaran dan pada akhir pembelajaran. Pada waktu mengadakan penilaian, ada beberapa permasalahan penting yang ditemukan, antara lain: (1) Banyak guru tidak melakukan penilaian proses padahal dalam prosedur penilaian dikemukakan adanya penilaian proses dan hasil dan telah disiapkan blangko penilaian proses beserta pedoman penilaiannya. Penilaian proses penting untuk menilai ranah afektif dan perfomansi peserta didik dalam proses pembelajaran. (2) Penilaian akhir yang dilakukan guru kurang dapat mengukur ketercapaian indikator dan tujuan pembelajaran karena banyak instrumen penilaian (akhir) yang menyimpang dari indikator dan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. (3) Banyak guru yang tidak melaksanakan penilaian akhir karena merasa tugas kelompok yang telah diberikan kepada siswa dalam bentuk LKS sudah merupakan penilaian akhir. Itulah beberapa temuan penting sehubungan dengan pelaksanaan pembelajaran tematik berdasarkan pengamatan selayang pandang. Semoga temuan ini bisa menjadi semacam pelecut bagi para guru yang mengajar di SD kelas rendah, untuk melaksanakan pembelajaran tematik secara lebih baik lagi, mulai dari tahap persiapan pembelajaran, pelaksanaan, hingga tahap evaluasi pembelajaran sehingga pembelajaran tematik berhasil. SIMPULAN Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 menetapkan bahwa pendekatan dalam pembelajaran di SD kelas rendah (kelas I, II, dan III) adalah pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik mempunyai karakteristik yang berbeda dengan pembelajaran di SD kelas tinggi dan di sekolahsekolah menengah. Implementasi pembelajaran tematik berimplikasi dengan beberapa komponen, mencakup: guru, siswa, materi dan sumber belajar, sarana dan prasarana, penataan ruangan, dan pemilihan metode. 68

11 Ada beberapa permasalahan penting sehubungan dengan pelaksanaan pembelajaran tematik di lapangan, baik dalam tahap persiapan pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, maupun dalam tahap penilaian pembelajaran. Adanya beberapa permasalahan penting itu perlu segera dicarikan jalan keluarnya oleh berbagai pihak terkait, seperti dinas pendidikan, MGMP, KKG, forum guru, dan sebagainya melalui pemberian pelatihan pembelajaran tematik pada para guru SD yang mengajar di kelas rendah. Hal ini penting dilakukan agar guru benar-benar paham akan selukbeluk pembelajaran tematik, dapat menerapkan pembelajaran tematik itu dalam kegiatan pembelajaran sehingga mampu menghasilkan pengalaman belajar yang holistik, efektif, dan bermakna bagi siswa SD kelas rendah. DAFTAR PUSTAKA Catharina, Istiyati dan Astuti Waluyati Penyusunan Rancangan Pembelajaran dengan Menggunakan Tematik di Kelas I SD. Jakarta: Kemendiknas, Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Depdiknas Kurikulum Jakarta: Depdiknas. Depdiknas. Tth. Model Pembelajaran Tematik Kelas Awal SD. Jakarta: Depdiknas, Badan Penelitian dan Pngembangan Pendidikan Nasional, Puskur. (Diakses 3 Februari 2011). Fogarty, Robin The mindful school: How to Integrated the Curricula. Pallatine, Illionis: IRI/ Skylight Publishing, Inc. Grisham, D.L. 1995, April. Integrating the curriculum: The case of an award-winning elementary school. Paper presented at the annual meeting of the American Educational Research Association, Berkeley, CA. Hernawan, Asep Hery. Tth. Pengembangan Model Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar Kelas Awal. (Diunduh 28 Agustus 2012). Hidayat, Rahman Model Pembelajaran Tematik (pembelajaran Terpadu)- Latar Belakang Mengapa Disarankan untuk Digunakan di SD dan MI dalam Kompasiana, 9 Oktober (Diunduh 28 Agustus 2012). Joni, T. Raka Pembelajaran terpadu. Naskah Program Pelatihan Guru Pamong, BP3GSD PPTG Ditjen Dikti, Kartono, dkk Modul PLPG: Workshop SSP (Pengembangan dan Pengemasan Perangkat Pembelajaran) Guru Kelas SD. Surakarta: Panitia Sergur Rayon 113. Permendiknas No. 22 Tahun Sukayati dan Sri Wulandari Pembelajaran Tematik di SD. Jakarta: Depdiknas, Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 69

PEMBELAJARAN TEMATIK BERBASIS REAL OBJECT DI SEKOLAH DASAR

PEMBELAJARAN TEMATIK BERBASIS REAL OBJECT DI SEKOLAH DASAR PEMBELAJARAN TEMATIK BERBASIS REAL OBJECT DI SEKOLAH DASAR Yeni Puji Astuti Prodi PGSD STKIP PGRI Sumenep Email: yeni_puji.062003@yahoo.co.id Abstract Permendiknas number 22 of 2006 which the states that

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-III. Sosialisasi KTSP

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-III. Sosialisasi KTSP MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-III Latar Belakang Peserta didik kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) sehingga

Lebih terperinci

PERANGKAT PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR. Sosialisasi KTSP

PERANGKAT PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR. Sosialisasi KTSP PERANGKAT PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR JENIS: 1. PERANGKAT PEMBELAJARAN TEMATIK 2. PERANGKAT PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN Latar Belakang Peserta didik kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia

Lebih terperinci

Oleh AGUNG HASTOMO, M.Pd ANWAR SENEN, M.Pd. Sosialisasi KTSP

Oleh AGUNG HASTOMO, M.Pd ANWAR SENEN, M.Pd. Sosialisasi KTSP MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-IIIIII Oleh AGUNG HASTOMO, M.Pd ANWAR SENEN, M.Pd Latar Belakang Peserta didik kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini yang masih melihat segala

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-III. Sosialisasi KTSP

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-III. Sosialisasi KTSP MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-III Latar Belakang Peserta didik kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Karakteristik Perkembangan anak usia kelas awal SD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Karakteristik Perkembangan anak usia kelas awal SD 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Perkembangan anak usia kelas awal SD Anak yang berada di kelas awal SD adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa yang

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU

PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU PPT 2.2 BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Pengertian Pembelajaran tematik

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-III

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-III Tujuan MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-III Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang pembelajaran tematik. Memberikan pemahaman kepada guru tentang pembelajaran tematik yang sesuai dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai sarana yang sangat penting dalam berkomunikasi. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini disebabkan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar dan Pembelajaran Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN TEMATIK: PENYUSUNAN RPP Oleh: Suyantiningsih, M.Ed.

PEMBELAJARAN TEMATIK: PENYUSUNAN RPP Oleh: Suyantiningsih, M.Ed. Latar belakang PEMBELAJARAN TEMATIK: PENYUSUNAN RPP Oleh: Suyantiningsih, M.Ed. Peserta didik usia sekolah dasar, terutama siswa kelas satu, dua, dan tiga, pada hakekatnya berada pada rentangan usia dini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peserta didik sekolah dasar kelas awal, yaitu kelas I, II, dan III berada pada rentang usia dini. Masa usia dini merupakan masa yang pendek, tetapi sangat penting bagi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori. 2.1.1. Prestasi Belajar Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:2) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di sekolah yang

Lebih terperinci

ISSN: Inovasi Kurikulum, Februari 2009, Thn.4 Vol. 1 No: 4

ISSN: Inovasi Kurikulum, Februari 2009, Thn.4 Vol. 1 No: 4 PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN TERPADU MODEL CONNECTED UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (Studi Pengembangan pada Madrasah Tsanawiyah di Kabupaten Gunungkidul)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Implementasi peraturan pemerintah No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

I. PENDAHULUAN. Implementasi peraturan pemerintah No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Implementasi peraturan pemerintah No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada bab IV tentang standar proses pasal 22 ayat (1) yang berbunyi: penilaian hasil

Lebih terperinci

EDISI : 4 PENGEMBANGAN SILABUS. Modul : Pengembangan Silabus Soal-soal Pengembangan Silabus

EDISI : 4 PENGEMBANGAN SILABUS. Modul : Pengembangan Silabus Soal-soal Pengembangan Silabus EDISI : 4 PENGEMBANGAN SILABUS Modul : Pengembangan Silabus Soal-soal Pengembangan Silabus PENGEMBANGAN SILABU Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU TEMA PEMANASAN GLOBAL BERBASIS KOMIK DI SMPN 4 DELANGGU

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU TEMA PEMANASAN GLOBAL BERBASIS KOMIK DI SMPN 4 DELANGGU PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU TEMA PEMANASAN GLOBAL BERBASIS KOMIK DI SMPN 4 DELANGGU Kristanti 1), Widha Sunarno 2), Cari 3) 1 tantiwidodo@gmail.com 2 widhasunarno@gmail.com 3 carinln@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK SISWA SD KELAS AWAL

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK SISWA SD KELAS AWAL MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK SISWA SD KELAS AWAL Dwi Esti Andriani, M. Pd Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNY Yogyakarta, Oktober 2007 Pengertian Belajar: upaya individu untuk melakukan perubahan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU (IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013)

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU (IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013) PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU (IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013) Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd Pendidikan IPA, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta Makalah disampaikan dalam PPM Workshop Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurikulum 2013 (Kemendikbud, 2014: 2) merupakan Kurikulum penyempurnaan KTSP yang tertera pada Peraturan Menteri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurikulum 2013 (Kemendikbud, 2014: 2) merupakan Kurikulum penyempurnaan KTSP yang tertera pada Peraturan Menteri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurikulum 2013 (Kemendikbud, 2014: 2) merupakan Kurikulum penyempurnaan KTSP yang tertera pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 68,69 dan 70 Tahun 2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. RUMUSAN MASALAH C. TUJUAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. RUMUSAN MASALAH C. TUJUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sebelum memasuki bangku sekolah, anak terbiasa memandang dan mempelajari segala peristiwa yang terjadi di sekitarnya atau dialaminya sebagai suatu kesatuan yang utuh

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. mendalam mengenai makna hasil belajar, akan dibahas. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3), hasil belajar merupakan hasil dari

KAJIAN PUSTAKA. mendalam mengenai makna hasil belajar, akan dibahas. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3), hasil belajar merupakan hasil dari II. KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Hasil belajar mendalam mengenai makna hasil belajar, akan dibahas dan kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Hasil tidak akan

Lebih terperinci

proposal PTK tematik SD

proposal PTK tematik SD proposal PTK tematik SD A. JUDUL PENGGUNAAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI MEDIA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN KETERAMPILAN MENULIS SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS RENDAH (Penelitian

Lebih terperinci

A. PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU

A. PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU A. PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU A. Konsep Pembelajaran Tematik Terpadu Pembelajaran Tematik Terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deni Ahmad Munawar, 2013 :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deni Ahmad Munawar, 2013 : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 1 SD, salah satunya kita harus melihat seluruh aspek perkembangannya sebagai satu kesatuan yang utuh (holistik).

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK KELAS IV SEKOLAH DASAR 05 KETAPANG

PENINGKATAN AKTIVITAS PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK KELAS IV SEKOLAH DASAR 05 KETAPANG PENINGKATAN AKTIVITAS PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK KELAS IV SEKOLAH DASAR 05 KETAPANG ARTIKEL PENELITIAN OLEH : ENITA NIM. F 34212123 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN

Lebih terperinci

MODEL KETERPADUAN PEMBELAJARAN SAINS DALAM KURIKULUM 2013

MODEL KETERPADUAN PEMBELAJARAN SAINS DALAM KURIKULUM 2013 MODEL KETERPADUAN PEMBELAJARAN SAINS DALAM KURIKULUM 2013 Eli Trisnowati Jl. Raya Kalibeber km. 3, Wonosobo, Jawa Tengah, Indonesia elitrisnowati@ymail.com ABSTRAK Kurikulum 2013 memiliki beberapa perubahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dini Herdiani, 2014 Pembelajran Terpadu dalam Kurikulum 2013 di Kelas VIII SMP Pasundan 3 Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dini Herdiani, 2014 Pembelajran Terpadu dalam Kurikulum 2013 di Kelas VIII SMP Pasundan 3 Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Keberadaan dan kebermaknaan kurikulum akan terwujud apabila ada proses pembelajaran

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII MTs AL-MAARIF 01 SINGOSARI

PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII MTs AL-MAARIF 01 SINGOSARI PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII MTs AL-MAARIF 01 SINGOSARI Oleh: Cendika M Syuro Mahasiswi Jurusan Matematika FMIPA UM email: cendikahusein@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik kelas rendah di Sekolah Dasar merupakan rentang usia yang

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik kelas rendah di Sekolah Dasar merupakan rentang usia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peserta didik kelas rendah di Sekolah Dasar merupakan rentang usia yang berada pada tahap operasional konkret, yaitu peserta didik yang berada pada usia 7-11 tahun (Rusman,

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBELAJARAN TEMATIK PADA KURIKULUM 2013 DI SDN TANJUNGREJO 1 MALANG

ANALISIS PEMBELAJARAN TEMATIK PADA KURIKULUM 2013 DI SDN TANJUNGREJO 1 MALANG ANALISIS PEMBELAJARAN TEMATIK PADA KURIKULUM 2013 DI SDN TANJUNGREJO 1 MALANG 1) Nury Yuniasih 1, 2) Iskandar Ladamay, 3) Dyah Tri Wahyuningtyas 1 FKIP Universitas Kanjuruhan Malang Jl. Soedanco Supriadi

Lebih terperinci

JURNAL OLEH YENI FARIDA The Learning University

JURNAL OLEH YENI FARIDA The Learning University PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS SEJARAH KELAS VII SMP NEGERI 1 MALANG SEMESTER GASAL TAHUN AJARAN 2011/2012 JURNAL OLEH YENI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan untuk kehidupan. (KTSP). Sesuai dengan amanat KTSP, model pembelajaran terpadu

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan untuk kehidupan. (KTSP). Sesuai dengan amanat KTSP, model pembelajaran terpadu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Beragam strategi yang dilakukan bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar

Lebih terperinci

Melihat Lebih Jauh Manfaat Pembelajaran IPA Terpadu Tipe Shared

Melihat Lebih Jauh Manfaat Pembelajaran IPA Terpadu Tipe Shared Melihat Lebih Jauh Manfaat Pembelajaran IPA Terpadu Tipe Shared Noeraida, S.Si., M.Pd., Widyaiswara PPPPTK IPA noeraida67@yahoo.co.id Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang

Lebih terperinci

Oleh: Nyoman Dantes PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

Oleh: Nyoman Dantes PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA Beberapa Butir Konsep Dasar Implementasi Pembelajaran Tematik di Kelas Awal Sekolah Dasar DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL U NDIKS H A Oleh: Nyoman Dantes PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek, baik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek, baik BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran Terpadu 2.1.1 Pengertian Pembelajaran Terpadu Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan dalam proses pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi kunci penting dalam menghadapi tantangan di masa depan. Untuk itu, pendidikan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara siswa dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini mengakibatkan pembelajaran IPA perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rika Nurjanah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah  Rika Nurjanah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam standar proses pendidikan, pembelajaran menempatkan siswa sebagai subjek yang berorientasi pada aktivitas siswa. Seperti yang dikemukakan pada Bab IV pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran. Menurut UU No. 20 Tahun 2003

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang model pembelajaran 1. Pengertian pembelajaran Istilah belajar dan pembelajaran merupakan suatu istilah yang memiliki keterkaitan yang sangat erat dan tidak dapat

Lebih terperinci

KOMPETENSI INDIKATOR KEGIATAN PERKULIAHAN. 1. Mampu memahami

KOMPETENSI INDIKATOR KEGIATAN PERKULIAHAN. 1. Mampu memahami B. MATRIK PERKULIAHAN MINGGU KE- KOMPETENSI INDIKATOR KEGIATAN PERKULIAHAN 1 Memahami rencana memahami 1. Informasi dan perkuliahan dan rencana diskusi tentang memahami hakikat IPA perkuliahan rencana

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PENERAPAN KURIKULUM

STUDI TENTANG PENERAPAN KURIKULUM STUDI TENTANG PENERAPAN KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SMA/MA/SMK SASARAN SE KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2015/2016 JURNAL Oleh: DITA ASTRI MARTINA

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD Penulis: Sukayati Sri Wulandari Penilai: Mulyadi HP Ahmad Thalib Editor: Astuti Waluyati Lay out: Rr. Noor Ambarwati Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Peningkatan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 7, No. 2, April 2017 ISSN 0854-2172 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR SD Negeri Purbasana

Lebih terperinci

MONITORING DAN EVALUASI PELATIHAN GURU/KEPALA SEKOLAH/PENGAWAS SEKOLAH KURIKULUM 2013

MONITORING DAN EVALUASI PELATIHAN GURU/KEPALA SEKOLAH/PENGAWAS SEKOLAH KURIKULUM 2013 Kode Kuesioner Tanggal Lokasi Kota : : - -2014 : MONITORING DAN EVALUASI PELATIHAN GURU/KEPALA SEKOLAH/PENGAWAS SEKOLAH KURIKULUM 2013 Satuan Pendidikan SD SMP SMA SMK (tandai salah satu) A. DATA RESPONDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan upaya sadar yang dilakukan sekolah dengan berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki

PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki A. Pendahuluan Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) merupakan kelanjutan dari kurikulum tahun 2004

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perkembangan peserta didik sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perkembangan peserta didik sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakekat Guru Dalam pendidikan, Guru merupakan komponen dari perangkat sistem pendidikan yang ada di sekolah, sebagai pendidik guru membimbing dalam arti menuntun peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum memainkan peran yang sangat penting dalam Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum memainkan peran yang sangat penting dalam Sistem Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum memainkan peran yang sangat penting dalam Sistem Pendidikan Indonesia. Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kualitas pendidikan ditentukan oleh kualitas guru. Sebaik apapun

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kualitas pendidikan ditentukan oleh kualitas guru. Sebaik apapun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berimplikasi pada kemajuan suatu daerah bahkan bangsa. Kualitas pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk pembangunan pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk pembangunan pendidikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk pembangunan pendidikan dengan baik yang berkaitan dengan peningkatan kuantitas maupun kualitasnya. Dalam prakteknya, upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan Nasional yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dapat ditempatkan pada siswa kelas rendah (yaitu:siswa kelas I, II dan III) KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidik) dijelaskan bahwa

I. PENDAHULUAN. dapat ditempatkan pada siswa kelas rendah (yaitu:siswa kelas I, II dan III) KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidik) dijelaskan bahwa I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat ditempatkan pada siswa kelas rendah (yaitu:siswa kelas I, II dan III) di sekolah dasar. Konsep

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peningkatan kualitas guru dan peningkatan pelayanan sekolah pada masyarakat

I. PENDAHULUAN. peningkatan kualitas guru dan peningkatan pelayanan sekolah pada masyarakat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai wahana pendidikan formal mempunyai tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, oleh karena itu mempersiapkan sekolah dengan segala sarana maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sangat membantu proses perkembangan di semua aspek kehidupan bangsa. Salah satunya adalah aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Desentralisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Desentralisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberlakuan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah menuntut pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan demokrasi dalam

Lebih terperinci

Permasalahan yang timbul akhir-akhir ini dalam kaitannya dengan mengaktifkan peserta didik, adalah apa yang diinginkan dengan metode aktif

Permasalahan yang timbul akhir-akhir ini dalam kaitannya dengan mengaktifkan peserta didik, adalah apa yang diinginkan dengan metode aktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai inovasi dalam pendidikan sains seperti pendekatan dalam pembelajaran timbul dalam kurun waktu terakhir ini. Hal ini merupakan upaya untuk membelajarkan peserta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Guru sering mendapat kesulitan di dalam proses belajar mengajar di kelas. Penyebabnya mungkin terjadi dari siswa atau bahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tsani Fathani, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tsani Fathani, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan rangkaian terpadu dari berbagai komponen yang saling berinteraksi dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.salah satu komponen tersebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Tematik Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar, konsep

Lebih terperinci

Oleh : DR. H. MUKMINAN Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta

Oleh : DR. H. MUKMINAN Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta Oleh : DR. H. MUKMINAN Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta Mkn.PPs.PD 2015/2016 1 Mkn.PPs.PD 2015/2016 2 Mkn.PPs.PD 2015/2016 X. IPS DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU SD/MI 3 Mkn.PPs.PD

Lebih terperinci

Lampiran I. Hasil Observasi RPP Berpendekatan Saintifik pada Materi Menulis Teks Prosedur Siswa Kelas VII CI di SMP Negeri 1 Kota Jambi.

Lampiran I. Hasil Observasi RPP Berpendekatan Saintifik pada Materi Menulis Teks Prosedur Siswa Kelas VII CI di SMP Negeri 1 Kota Jambi. Lampiran I Hasil Observasi RPP Berpendekatan Saintifik pada Materi Menulis Teks Prosedur Siswa Kelas VII CI di SMP Negeri 1 Kota Jambi. NO Aspek yang diamati Ada ( ) 1. Nama Institusi / Sekolah Keterangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan ranah pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan ranah pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan tertentu. Kunci

Lebih terperinci

BAB I TUJUAN UMUM MODEL PEMBELAJARAN A. MODEL PEMBELAJARAN

BAB I TUJUAN UMUM MODEL PEMBELAJARAN A. MODEL PEMBELAJARAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU dalam TEORI DAN PRAKTEK BAB I TUJUAN UMUM MODEL PEMBELAJARAN A. MODEL PEMBELAJARAN Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik dalam

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS AWAL SEKOLAH DASAR

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS AWAL SEKOLAH DASAR PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS AWAL SEKOLAH DASAR Oleh: Asep Herry Hernawan Staf Dosen Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA 2011 Perencanaan Mengkaji dan memetakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dari pembelajaran. penting dalam membangun kompetensi peserta didik.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dari pembelajaran. penting dalam membangun kompetensi peserta didik. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritis 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dari pembelajaran terpadu. Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran

Lebih terperinci

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS A. Pengertian Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2013 2014 Sugiani Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak:

Lebih terperinci

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010 PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN C T L (Contextual Teaching and Learning) MELALUI METODE DEMONSTRASI Rini Budiharti Pendidikan Fisika P.MIPA UNS ABSTRAK Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah

Lebih terperinci

Konsep Dasar dan Model-model Pembelajaran Terpadu

Konsep Dasar dan Model-model Pembelajaran Terpadu Modul 1 Konsep Dasar dan Model-model Pembelajaran Terpadu Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd. Dra. Novi Resmini, M.Pd. S PENDAHULUAN ebelum memasuki bangku sekolah, anak terbiasa memandang dan mempelajari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif. 6 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN. M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate)

KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN. M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate) 1 KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate) I. Pendahuluan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Action Research (Wardhani, dkk., 2007: 1.3). Selanjutnya Suharsimi

BAB III METODE PENELITIAN. Action Research (Wardhani, dkk., 2007: 1.3). Selanjutnya Suharsimi 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Prosedur Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom Action Research

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran digunakan guru sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran digunakan guru sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah unsur penting dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Buku Teks 1. Pengertian Buku Teks

BAB II KAJIAN TEORI. A. Buku Teks 1. Pengertian Buku Teks BAB II A. Buku Teks 1. Pengertian Buku Teks KAJIAN TEORI Materi pelajaran biasanya tercantum dalam sebuah kumpulan kertas yang disebut dengan buku. Buku dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu lembar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengalaman langsung dan nyata. Model ini memberi contoh bagi guru di kelas awal SD untuk menyusun

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengalaman langsung dan nyata. Model ini memberi contoh bagi guru di kelas awal SD untuk menyusun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan saat ini sedang dihadapkan pada dua masalah besar, yaitu mutu pendidikan yang rendah dan sistem pembelajaran di sekolah yang kurang memadai.

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMBELAJARAN TEMATIK PADA MIN KOTA SIGLI KABUPATEN PIDIE

MANAJEMEN PEMBELAJARAN TEMATIK PADA MIN KOTA SIGLI KABUPATEN PIDIE MANAJEMEN PEMBELAJARAN TEMATIK PADA MIN KOTA SIGLI KABUPATEN PIDIE Tadriana 1 Abstrak: Pembelajaran tematik pada hakikatnya merupakan model pembelajaran terpadu, yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang

Lebih terperinci

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016, Halaman 141 146 ISSN: 2442 4668 PEMBELAJARAN TEMATIK PADA PENJUMLAHAN BILANGAN KELAS I SEKOLAH DASAR Ari Indriani Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

Menurut Gagne, 1985 dalam Sri Anita (2009:1.3) menyatakan bahwa

Menurut Gagne, 1985 dalam Sri Anita (2009:1.3) menyatakan bahwa BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar dan Pembelajaran 1. Hakikat Belajar Menurut Slameto (2010:2), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

Lebih terperinci

Oleh: Mulyani SD Negeri 3 Karanggandu, Watulimo, Trenggalek

Oleh: Mulyani SD Negeri 3 Karanggandu, Watulimo, Trenggalek Mulyani, Penggunaan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan... 45 PENGGUNAAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TENTANG RANGKAIAN LISTRIK SERI DAN PARALEL PELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS VI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN digilib.uns.ac.id 71 BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Simpulan penelitian ini berdasarkan pada kajian teori, hasil penelitian, dan pembahasan yang telah dilakukan penulis. Hasil penilaian

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING. Oleh

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING. Oleh EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING Pengembangan Model Pembelajaran Tematik Berorientasi Life Skills untuk Kelas Permulaan Sekolah Dasar Oleh Ketua Dr. Arju Muti'Ah, M.Pd NIDN:0012036007 Anggota

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. Oleh: Ajat Sudrajat

PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. Oleh: Ajat Sudrajat PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Oleh: Ajat Sudrajat PRODI ILMU SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Lebih terperinci

MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD SKS)

MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD SKS) MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD 321 4 SKS) TATAP MUKA 5 PENGORGANISASIAN MODEL KURIKULUM PEMBELAJARAN TERPADU WEBBED Dr. RATNAWATI SUSANTO., M.M., M.Pd KEMAMPUAN AKHIR : MAHASISWA MEMILIKI KEMAMPUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nita Solina, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nita Solina, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pembangunan nasional dalam jangka panjang menjadi pedoman seluruh kementerian dalam merancang program kerja masing-masing, termasuk Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN MADYA BIDANG KEILMUAN

LAPORAN PENELITIAN MADYA BIDANG KEILMUAN LAPORAN PENELITIAN MADYA BIDANG KEILMUAN KEMAMPUAN GURU SD DALAM MENERAPKAN PEMBELAJARAN TEMATIK DI SEKOLAH Oleh: Drs.Munasik, M.Pd(munasik@ut.ac.id) Dra. Sukiniarti, M.Pd(kuniarti@ut.ac.id) FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Formal dalam memasuki era globalisasi ditandai dengan adanya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Formal dalam memasuki era globalisasi ditandai dengan adanya 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Formal dalam memasuki era globalisasi ditandai dengan adanya suatu perubahan (inovasi). Perubahan pada hakekatnya adalah sesuatu yang wajar karna itu adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Banyak pengertian yang tentang masalah belajar dan pembelajaran,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Banyak pengertian yang tentang masalah belajar dan pembelajaran, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar Dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran Banyak pengertian yang tentang masalah belajar dan pembelajaran, salah satunya menurut Skiner belajar adalah

Lebih terperinci

BAB IV PENERAPAN PEMBELAJARAN TEMATIK DALAM MENGEMBANGKAN KREATIFITAS PESERTA DIDIK MI SALAFIYAH SENGON SUBAH BATANG

BAB IV PENERAPAN PEMBELAJARAN TEMATIK DALAM MENGEMBANGKAN KREATIFITAS PESERTA DIDIK MI SALAFIYAH SENGON SUBAH BATANG BAB IV PENERAPAN PEMBELAJARAN TEMATIK DALAM MENGEMBANGKAN KREATIFITAS PESERTA DIDIK MI SALAFIYAH SENGON SUBAH BATANG A. Analisis Penerapan Pembelajaran Tematik Dalam Mengembangkan Kreatifitas Peserta Didik

Lebih terperinci

PENERAPAN KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN TEMATIK SAINTIFIK DENGAN MEDIA LINGKUNGAN SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

PENERAPAN KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN TEMATIK SAINTIFIK DENGAN MEDIA LINGKUNGAN SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PENERAPAN KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN TEMATIK SAINTIFIK DENGAN MEDIA LINGKUNGAN SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA M. Minan Chusni 1), Astuti Mahardika 2) dan Dhuta Sukmarani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia harus menapaki

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Standar Isi BSNP yang diterapkan di SD Kreatif The naff

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Standar Isi BSNP yang diterapkan di SD Kreatif The naff BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Standar Isi BSNP yang diterapkan di SD Kreatif The naff Deskripsi dan analisis data penelitian ini menggambarkan data yang diperoleh di lapangan melalui instrumen

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI SIKLUS ACE PADA PEMBELAJARAN KIMIA Oleh I Wayan Soma 1

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI SIKLUS ACE PADA PEMBELAJARAN KIMIA Oleh I Wayan Soma 1 MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI SIKLUS ACE PADA PEMBELAJARAN KIMIA Oleh I Wayan Soma 1 Abstrak: Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas

Lebih terperinci

Universitas Sebelas Maret, 57126

Universitas Sebelas Maret, 57126 SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Pengembangan Model dan Perangkat Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Magister Pendidikan Sains dan Doktor Pendidikan IPA FKIP UNS Surakarta,

Lebih terperinci