PELAKSANAAN PERJANJIAN ASURANSI ATAS BARANG YANG DIKIRIM MELAUI PERUSAHAAN JASA PENITIPAN PT. CITRA VAN TITIPAN KILAT (TIKI) BANDAR LAMPUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PELAKSANAAN PERJANJIAN ASURANSI ATAS BARANG YANG DIKIRIM MELAUI PERUSAHAAN JASA PENITIPAN PT. CITRA VAN TITIPAN KILAT (TIKI) BANDAR LAMPUNG"

Transkripsi

1 PELAKSANAAN PERJANJIAN ASURANSI ATAS BARANG YANG DIKIRIM MELAUI PERUSAHAAN JASA PENITIPAN PT. CITRA VAN TITIPAN KILAT (TIKI) BANDAR LAMPUNG Oleh Sri Zanariyah Dosen Tetap Pada Fakultas Hukum USBRJ ABSTRAK Pengiriman suatu barang melalui perusahaan jasa angkutan, akan dihadapi suatu risiko dari peristiwa yang tidak pasti(evenemen), apabila peristiwa tertentu benar-benar terjadi yang mengakibatkan kerusakan atau kehilangan barang yang dikirim tersebut, sebagian atau seluruhnya.. Oleh karena itu perusahaan jasa angkutan pengiriman barang dapat memberikan pelayanan khusus yang dapat menjadi goodwill bagi perusahaan tersebut dengan memberikan perlindungan asuransi, ada tidaknya asuransi tersebut ditentukan oleh pihak-pihak dengan memperhatikan ketentuan pada perusahaan angkutan penitipan barang. Adanya asuransi pada pengiriman barang menarik untuk dilakukan penelitian dari aspek hukum perjanjian maupun hukum perusahaan. Permasalahannya adalah: Jenis barang kiriman yang bagaimanakah yang dapat diasuransikan dan bagaimanakah pelaksanaan perjanjian asuransi terhadap barang yang dikirim melalui Perusahaan Titipan Kilat Bandar Lampung. Penelitian ini termasuk penelitian normatif terapan atau normatif empiris. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa tidak semua barang yang dikirim dibebankan asuransi, tetapi hanya pada kategori tertentu, terhadap barang yang diasuransikan apabila hilang maka perusahaan TIKI Bandar Lampung yang akan memproses klaim pada perusahaan asuransi yang terikat dari suatu perjanjian,dilakukan oleh perusahaan jasa PT. Citra Van Titipan Kilat Bandar Lampung untuk kepentingan Pengirim/konsumen/pelanggan kepada PT Asuransi Ramayana Tbk. Kata Kunci : Asuransi, Barang, Perusahaan Jasa Angkutan PENDAHULUAN Sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan akan suatu barang, seseorang atau kelompok dapat melakukan dengan transaksi langsung dengan mendatangkan tempat dimana barang yang dibutuhkan itu berada, atau tidak langsung yakni melalui pemesanan dengan menggunakan sarana teknologi modern yang semakin hari terus berkembang, sehingga segala kebutuhan dapat dipenuhi dengan cepat, aman dan lancar. Selanjutnya barang yang dibutuhkan tersebut dapat menggunakan jasa angkutan barang atau jasa pengiriman barang dengan biaya yang relatif murah, dilakukan melalui suatu proses atau mekanisme tertentu pula. Sarana ini merupakan pelayanan jasa yang dilakukan pihak lain (perusahaan jasa angkutan/pengiriman barang) untuk membantu masayarakat tertentu yang memerlukan, sebagai suatu jenis usaha yang dilakukan guna memperoleh keuntungan yang diharapkan. Peranan jasa pengiriman dalam masyarakat umum maupun masyarakat dunia usaha sangat dibutuhkan, karena akan memudahkan pihak yang membutuhkan untuk membawa barang dari suatu tempat ke tempat lainnya, yang mana pihak pengguna jasa angkutan akan membayar ongkos sesuai dengan ketentuan atau kesepakatan pihak-pihak, yang nilainya tergantung pada objek yang 1

2 diangkut, jarak perjalanan serta tingkat risiko yang dihadapi. Biasanya pihak pengirim telah memiliki daftar harga standar untuk memudahkan dalam menentukan ongkos kirim tersebut, serta dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku, apakah peraturan perundang-undangan maupun peraturan pelaksanaan, serta peraturan daerah setempat. Jenis usaha semacam ini sudah banyak dilakukan oleh kalangan pengusaha, karena merupakan peluang pasar yang dapat dijadikan sarana untuk memperoleh suatu keuntungan. Sehubungan dengan pelaksanaan pengiriman barang tentunya ada hal yang menyangkut risiko yang dapat berupa kerusakan atau kehilangan barang yang dikirim, sehingga perludisepakati hal-hal yang menyangkut risiko tersebut, siapa yang bertanggung jawab jika risiko tersebut benar-benar terjadi. Sehubungan dengan adanya risiko atas pengiriman barang sebagaimana disebut di atas, terhadap suatu risiko dapat dialihkan kepada pihak lain, dalam dunia usaha dikenal dengan usaha perasuransian. Asuransi merupakan perikatan yang berupa pengalihan risiko yang dapat terjadi pada jiwa manusia (asuransi jiwa) dan dapat pula terjadi pada barang (asuransi kerugian) dengan pembayaran premi oleh pihak yang berkepentingan(tertanggung) kepada penanggung sebagai pihak yang menerima peralihan risiko. Pihak penanggung akan membayar sejumlah uang pertanggungan kepada tertanggung apabila risiko benar-benar terjadi dan menimbulkan kerugian, sesuai dengan kesepakatan yang ditentukan oleh kedua belah pihak atau ketentuan yang berlaku. Berkaitan dengan asuransi atas barang yang dikirim melalui jasa titipan kilat, hal ini menarik untuk dikaji melalui penelitian dengan judul Perjanjian Asuransi Atas Barang Yang Dikirim Melalui Perusahaan Jasa Penitipan PT. Citra Van Titipan Kilat (TIKI) Bandar lampung. Permasalahan yang akan dibahas adalah : 1) Jenis barang kiriman yang bagaimanakah yang dapat diasuransikan? 2) Bagaimanakah Perjanjian asuransi terhadap barang yang dikirim melalui Titipan Kilat Bandar Lampung? Agar penelitian dan pembahasan dapat terfokus pada objek yang diteliti, perlu dilakukan pembatasan ruang lingkup permasalahan terhadap materi penelitian maupun lokasi penelitian. Ruang lingkup materi penelitian ini dibatasi pada ruang lingkup kajian hukum perdata pada umumnya yang berkaitan dengan perjanjian dan hukum perusahaan khususnya yang menitik beratkan pada kreteria barang yang dapat diasuransikan yang dikirim melaui Perusahaan Titipan Kilat dan perjanjian asuransi atas barang yang dikirim melalui Perusahaan Jasa Titipan Kilat di Bandar Lampung. Ruang lingkup permasalahan dan pembahasan dibatasi pula pada lokasi penelitian yaitu pada Perusahaan Titipan Kilat (TIKI) di Bandar Lampung. Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui jenis barang kiriman yang dapat diasuransikan. 2

3 2. Untuk mengetahui perjanjian asuransi terhadap barang yang dikirim melalui Titipan Kilat Bandar Lampung? Manfaat dari penelitian ini dilihat secara teoritis dan secara praktis adalah sebagai berikut: 1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya pada bidang hukum asuransi atas barang yang dikirim melalui perusahaan jasa titikan kilat, 2. Secara praktis diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah bahan bacaan kepada masyarakat yang membutuhkan akan informasi tentang hal yang berkaitan dengan asuransi atas pengiriman barang dan dapat dijadikan bahan penelitian lebih lanjut. Perjanjian Perjanjian adalah suatu persetujuan yang merupakan perbuatan yang terjadi antara satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap orang lain atau lebih (Pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, selanjutnya ditulis singkat KUH Perdata). Ketentuan Pasala 1313 KUH Perdata ini mengandung kelemahan dan terlalu luas, karena hanya menyebutkan perjanjian sepihak saja artinya beban kewajiban hanya dilakukan oleh satu pihak saja, sedangkan kenyataannya bahwa perjanjian itu ada yang timbale balik artinya beban kewajiban dilakukan oleh keduabelah pihak secara timbale balik sesuai apa yang diperjanjikan. Dikatakan terlalu luas karena mencakup pula perjanjian dalam hukum keluarga, sedangkan pada bab ini adalah hanya perjanjian kebendaan saja. Pada umumnya perjanjian tidak terikat pada bentuk tertentu dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis, andaikan dibuat tertulis, maka perjanjian ini bersifat sebagai alat pembuktian apabila terjadi perselisihan (Mariam Darus Badrulzaman, 1994: 18). Tentunya perjanjian yang dibuat secara tertulis akan lebih mudah dalam hal terjadi perselisihan, karena pada perjanjian tertulis merupakan dokumen yang mencatat hal-hal kesepakatan antara pihak-pihak yang berjanji, sedangkan pada perjanjian yang dibuat secara lisan saja tidak mempunyai dokumen, walaupun kedua pihak dapat menunjuk para saksi yang telak mengetahui bahwa antara kedua pihak telah membuat kesepakatan, tentunya keterikatannya para saksi akan sangat sulit jika mereka kelak tidak diketahui keberadaannya. Syarat Sah Perjanjian Asuransi Perjanjian yang dibuat oleh pihak-pihak harus memenuhi syarat sah perjanjian sebagaimana diatur pada Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu sebagai berikut: 1. Kesepakatan pihak-pihak 2. Cakap untuk melakukan perbuatan hukum 3. Suatu hal tertentu, artinya ada objek yang ditentukan 4. Harus halal. Syarat pertama dan kedua dari syarat sah perjanjian di atas disebut sebagai sarat subyektif, artinya syarat yang berkaitan dengan diri para pihak yang berjanji, bila salah satu syarat ini tidak dipenuhi maka perjanjian tersebut atas permohonan dari pihak yang 3

4 bersangkutan dapat dibatalkan oleh hakim, selama belum ada pembatalan perjanjian tersebut masih tetap berlaku. Syarat ketiga dan keempat dikategorikan sebagai syarat obyektif artinya syarat yang berkaitan dengan obyek yang dijanjikan, apabila tidak dipenuhinya syarat obyektif, maka perjanjian batal demi hukum, tidak perlu ada permintaan batal dari pihak-pihak yang berjanji., karena perjanjian tersebut tidak sah oleh hakim, akibat adanya pembatalan ini, maka keadaan dikembalikan sebagaimana keadaan sejak semula kedua belah pihak belum melakukan kesepakatan. Berkaitan dengan syarat obyektif ini, pada perjanjian asuransi berlaku syarat khusus lainnya yakni sebagaimana tercantum dalam Pasal 250 dan 251 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD). Pasal 250 KUHD menentukan bahwa pada objek yang diasuransikan harus melekat kepentingan tertanggung, jika asuransi diadakan tanpa adanya kepentingan tertanggung maka tidak ada asuransi, artinya asuransi batal. Pasal 251 KUHD tertanggung wajib memberitahukan kepada penanggung mengenai keadaan objek asuransi pada saat mengadakan asuransi, apabila tertanggung lalai maka akibat hukumnya asuransi menjadi batal, semua pemberitahuan yang salah atau tidak benar atau menyembunyikan keadaan yang diketahui oleh tertanggung tentang objek asuransi, mengakibatkan asuransi itu batal. Perjanjian yang telah dibuat oleh pihak-pihak sesuai dengan ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata serta Pasal 250 dan 251 KUHD menjadi sah dan berlaku sebagai undang-undang bagi keduanya, keduanya harus melaksanakan dengan itikad baik dan tidak dapat dibatalkan secara sepihak sesuia dengan ketentuan Pasal 1338 KUH Perdata. Asas-Asas Perjanjian Dalam hukum perjanjian dapat dijumpai bebarapa asas penting yang perlu diketahui, Abdulkadir Muhammad (2000, ) merinci asas-asas perjanjian sebagai berikut: a. Sistem terbuka ( open system). Asas ini mempunyai arti bahwa setiap orang boleh mengadakan perjanjian apa saja, walaupun belum atau tidak diatur dalam undang-undang. Asas ini sering disebut juga asas kebebasan berkontrak ( freedom of contract), kebebasan berkontrak disini harus dibatasi oleh tiga hal, yaitu tidak bertentangan dengan kesusilaan dan tidak dilarang oleh undang-undang, tidak bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum. b. Bersifat pelengkap ( Optimal), artinya pasal-pasal undangundang boleh disingkirkan apabila pihak-pihak yang membuat perjanjian menghendaki. c. Bersifat konsensual, artinya perjanjian itu terjadi sejak saat tercapainya kata sepakat antara pihak-pihak, dapat dilakukan secara lisan, dapat pula dituangkan dalam bentuk tulisan bersifat formal yang dapat digunakan sebagai alat bukti pelengkap dari apa yang mereka perjanjikan. 4

5 d. Bersifat obligatoir ( obligatory), artinya perjanjian yang dibuat oleh pihak-pihak itu baru pada tahap menimbulkan hak dan kewajiban saja, belum memindahkan hak milik (ownership), baru berpindah apabila diperjanjikan tersendiri yang bersifak kebendaan (zakelijke overeencomst). Asuransi Berdasarkan Pasal 246 KUHD Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu evenemen. Rumusan Pasal 246 KUHD di atas menurut Abdulkadir Muhammad (2000: 197) lebih menekankan pada asuransi kerugian, tidak termasuk asuransi jiwa dan asuransi sosial, namun pada pasalpasal berikutnya juga menyebutkan tentang asuransi jiwa sebagai salah satu jenis asuransi yang diatur dalam KUHD, yaki pada Pasal 247, 302 sampai Pasal 308 KUHD. Pada Pasal 1 angka (1) Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, ditulis bahwa Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana Penanggung mengikatkan diri kepada Tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hkum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita Tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan, Dari rumusan ini di Indonesia nampak lebih luas lingkupnya, bukan hanya asuransi kerugian saja namun meliputi pula asuransi jiwa dan asurasi sosial. Asuransi Jiwa dan Asuransi kerugian terjadi karena diperjanjikan antara pihak-pihak, sedangkan asuransi Sosial karena ditentukan oleh undang-undang, oleh karenya lebih tepat dikatakan bahwa asuransi adalah suatu perikatan bukan perjanjian, untuk menunjukkan bahwa asuransi terjadi bukan hanya karena perjanjian melainkan karena undang-undang, istilah perjanjian lebih sempit dari perikatan, karena perikatan dapat timbul karena perjanjian dan dapat pula karena undang-undang. Macam-macam Asuransi Abdulkadir Muhammad (2000: 210) menyebutkan bahwa asuransi sukarela ( Voluntary insurance) adalah asuransi yang terjadi berdasarkan perjanjian, yaitu asuransi kerugian dan asuransi jiwa. Untuk golongan asuransi berdasarkan undang-undang disebut juga dengan asuransi wajib (Compulsary insurance), yaitu asuransi sosial diantaranya,: Asuransi Sosial Tenaga Krja (ASTEK). Asuransi Sosial Kesehatan (ASKES), Tabungan Asuransi Pegawai Negeri Sipil (Taspen), Asuransi Sosial Kecelakaan Penumpang (Askep) dan 5

6 Asuransi Kecelakaan Lalu lintas (Askel). METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian hokum normatif terapan dengan menggunakan pendekatan masalah secara normatif dan empiris. Pendekatan secara normatif merupakan analisis yuridis terhadap peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan, dalam hal ini adalah ketentuan perjanjian pada umumnya dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata), ketentuan pengangkutan dalam Kitab Undangundang Hukum Dagang (KUHD) dan dokumen perjanjian yang dibuat oleh pihak-pihak. Pendekatan secara empiris adalah dengan melihat secara nyata proses perjanjian disepakati dan dilaksanakan di lokasi penelitian. Jenis data yang diperlakukan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Jenis data sekunder bersumber pada bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. 1. Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang terdapat pada peraturan perundang-undangan dan aturan teknis pelaksanaannya. Dalam hal penelitian ini adalah akan diambil dalam KUH Perdata, KUHD serta peraturan lainnya, termasuk disini adalah dokumen perjanjian yang dapat berupa bukti surat perjanjian pengiriman barang dan bukti pembayaran dan bukti adanya asuransi.. 2. Bahan hukum sekunder merupakan penjelasan peraturan perundang-undangan serta literur atau buku-buku bacaan yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas. 3. Bahan hukum tersier merupakan kamus hukum, kamus bahasa Indonesia, kamus populer ataupun ensklopedia, digunakan untuk mengetahui pengertian dari istilah-istilah (kata -kata) yang sulit dimengerti. Jadi bahan hukum tersier ini merupakan pendukung atau penunjang dari bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder. Jenis data primer adalah data yang diperoleh langsung di tempat lokasi penelitian, untuk memperoleh secara nyata informasi ataupun respon dari pihak perusahaan penitipan barang yang dibebankan asuransi. Untuk memperoleh data sekunder maupun data primer diperlukan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Pengumpulan data sekunder dengan cara melakukan studi pustaka dan studi dokumen. Studi pustaka adalah dengan mencari literatur atau bacaan yang sesuai dengan permasalahan, selanjutnya peneliti membaca hal-hal yang diperlukan serta melakukan pencatatan terhadap data yang diperlukan. Studi dokumen adalah dengan meminta kepada pihak perusahaan pengiriman barang untuk memberikan contoh surat perjanjian angkutan/penitipan barang dan surat perjanjian asuransi serta dokumen lainnya yang diperlukan sebagai bukti telahterjadi kontrak perjanjian angkutan/pengiriman barang dengan pembebanan 6

7 asuransi. Seluruh data sekunder yang diperoleh dibaca dan dicatat sebagai data yang diperlukan untuk membahas permasalahan. 2) Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara observasi nonpartisipan dan wawancara. Observasi nonpartisipan merupakan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti, dalam hal ini peneliti harus tahu betul bahwa ia bukan bagian dari objek yang diteliti atau bukan pihak yang berperan dalam proses pengiriman barang, melainkan sebagai pihak yang sedang memerlukan data untuk bahan penelitian. Hal yang diamati adalah jenis barang yang bagaimanakah yang dijamin dalam asuransi, bagaimana pembuatan kontrak pengiriman barang dengan jaminan asuransi. Untuk wawancara terlebih dahulu membuat daftar pertanyaan yang berkaitan dengan informasi apa saja yang diperlukan. Wawancara dilakukan secara langsung bertatap muka, peneliti mengajukan pertanyaan dan pihak yang diwawancarai menjawab pertanyaan yang diperlukan. Tanya jawab tentunya dapat berkembang sepanjang itu diperlukan guna memperoleh data secara maksimal. Pihak yang akan diwawancarai adalah pimpinan perusahaan serta staf/karyawan yang bertugas dalam pengiriman barang, karena mereka ini dianggap mengetahui informasi akan data yang diperlukan dalam membahas permasalahan yang diteliti. Data yang sudah terkumpul diolah dengan cara : a. Pemeriksaan Data: terhadap data yang diambil dengan cara studi pustaka maupun studi lapangan diperiksa kembali, maksudnya agar data tersebut adalah data yang benar sesuai dengan keinginan peneliti. Jika masih ditemukan kesalahan data atau kurang lengkap, maka peneliti harus kembali kepada pihak yang berkaitan sampai diperoleh kembali data yang benar dan lengkap. Apabila data yang dikumpulkan telah dianggap cukup dan benar, langkah selanjutnya adalah melakukan klasifikasi data. b. Klasifikasi Data: semua data yang telah dianggap cukup dikelompokkan dan disusun pada bagiannya masing-masing untuk memudahkan pembahasan berdasarkan permasalahan. c. Penyusunan Data : setelah data dikelompokkan pada bagiannya masing-masing, maka proses selanjutnya adalah menyusun data secara sistematis guna memudahkan dalam melakukan analisis data. Proses analisis data dilakukan secara analisis kualitatif, karena data yang diperoleh bukan berupa angka-angka melainkan berupa kalimat-kalimat yang disusun secara teratur. Tujuan dari analisis data ini adalah agar dapat menentukan kesimpulan berdasarkan permasalahan. Selanjutnya dapat memberikan saran yang membangun dan bermafaat bagi perusahaan maupun masyarakat pada umumnya tentang perjanjian pengiriman barang yang disuransikan melalui perusahaan pengiriman barang Titipan Kilat (TIKI) Bandar Lampung. 7

8 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Peranan jasa angkutan dalam masyarakat umum maupun masyarakat dunia usaha sangat dibutuhkan, karena akan memudahkan pihak yang membutuhkan untuk mengangkut penumpang atau barang dari suatu tempat ke tempat lainnya, yang mana pihak pengguna jasa angkutan akan membayar ongkos sesuai dengan ketentuan atau kesepakatan pihakpihak, yang nilainya tergantung pada objek yang diangkut, jarak perjalanan serta tingkat risiko yang dihadapi. Salah satu perusahaan jasa angkutan titipan barang adalah PT. Citra Van Titipan Kilat (TIKI), Head office beralamatkan di Jalan Raden Saleh Raya No. 2 Jakarta 10430, Branch Office di Jalan Nusantara No 2 Way Halim Bandar Lampung. Saat ini sebagai Pimpinan Perusahaan adalah Ir. Yohanes, Wakil Pimpinan Ratih S, S.E., sebagai Kepala Operasional Perusahaan sekaligus sebagai informan utama dalam penelitian ini adalah Bapak Jeckson, S.T. informan lainnya adalah Bapak Rudi HC (Klaim dan membawahi Keagenan) dan beberapa staf pelayanan pelanggan. Tujuan dari usaha titipan kilat yang dilakukan di PT. CV. Titipan Kilat (TIKI) Bandar lampung adalah pengiriman barang ke seluruh Indonesia. Pengirimana barang ini tentunya diperlukan adanya partner usaha angkutan udara (Bandara raden Intan, PT. Garuda Air Line Indonesia, PT. Sriwijaya Air Line) dan darat antara lain PT. Kartika Cargo Sukarno Hatta Bandar Lampung. Khusus mengenai Asuransi, mengikuti ketentuan dari Kantor Pusat TIKI yaitu PT. Asuransi Ramayana Tbk. Hasil Penelitian (Temuan) Pengangkutan barang/titipan merupakan salah satu jenis usaha di bidang jasa yang sudah banyak dilakukan oleh kalangan pengusaha, karena merupakan peluang pasar yang dapat dijadikan sarana untuk memperoleh suatu keuntungan. Pengangkutan merupakan perjanjian timbal balik antara perusahaan pengangkutan dengan pengirim (pemilik) barang, dimana pengangkut mempunyai kewajiban menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang dari suatu tempat ketempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim mempunyai kewajiban membayar uang angkutan. Pihak-pihak harus bersepakat terlebih dahulu mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pengangkutan, hal ini untuk mengetahui prestasi apa yang akan dilaksanakan masing-masing, dan siapa yang bertanggung jawab terhadap objek yang diangkut sampai tujuan (penerima). Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Operasional Bapak Jackson, S.T. bahwa pengangkutan barang yang dilaksanakan pada PT. CV. Titipan Kilat (selanjutnya dituulis singkat TIKI) mengacu pada Pedoman dan Syarat Pengiriman PT. Citra van Titipan Kilat (TIKI). TIKI sebagai pihak Pengangkut tunduk pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 40 tahun 1995 yang mengatur dan membatasi tanggung jawab Pengangkut atas ganti rugi karena kehilangan, kerusakan dan keterlambatan yang disebabkan kesalahan Pengangkut dan 8

9 Ketentuan Ketentuan Ordonansi Pengangkutan Udara No. 100 Tahun Titipan barang yang menjadi tanggung jawab pengangkut, bilamana pengirim telah membayar lunas semua biaya pengiriman dan memiliki bukti tanda terima asli dari pengangkut atas titipan yang dikirimnya. Pedoman dan syarat pengiriman yang berlaku pada PT. CV. Titipan Kilat, disampaikan saat wawancara dengan Bapak Jackson, S.T. Dijelaskan sebagimana uraian berikut ini: Dalam pengangkutan barang tersebut, pengirim dilarang memasukkan ke dalam titipan barang-barang sebagai berikut : a. Uang tunai Rupiah ataupun mata uang asing lainnya, surat-surat berharga (Cek, Bilyet Giro, Saham, dan sebagainya), Arloji, Handphone/Perhiasan dan lainlain yang sejenis. b. Surat, Warkat Pos, Kartu Pos. c. Barang-barang yang mudah meledak, beracun atau yang dapat merusak barang lainnya. d. Narkotik, Ganja, Morphin atau jenis dan obat terlarang lainnya. e. Barang Cetakan, rekaman dan lainnya yang isinya menyinggung kesusilaan, menganggu ketertiban dan keamanan. Isi Titipan yang tidak sesuai dengan keterangan yang diberikan akan menjadi suatu pelanggaran yang dapat dituntut melalui jalur hukum yang berlaku. Terhadap titipan yang dicurigai oleh pihak pengangkut berhak mengadakan pemeriksaan (uj i petik) sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia. Pengangkut tidak bertanggung jawab atas hal-hal: a. Semua risiko teknik yang terjadi selama dalam pengangkutan, yang menyebabkan barang yang dikirim tidak berfungsi atau berubah fungsinya baik yang menyangkut mesin atau sejenisnya maupun barang-barang elektronik seperti halnya TV, Komputer Disket, AC, Kulkas, Video, Mesin Cuci dan lain yang sejenis. b. Kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan akibat dari kehilangan, kerusakan dan keterlambatan penyerahan barang. c. Bila terjadi kesalahan teknis yang mengakibatkan kerugian immaterial. d. Keterlambatan ke kota-kota tujuan yang diakibatkan oleh keadaan memaksa. e. Kerusakan, keterlambatan ataupun kehilangan karena force majeure, yang tidak terbatas pada huru hara, bencana alam, perang pembajakan. f. Kebocoran, kerusakan dan matinya jenis titipan seperti: barang cair, barang pecah belah, cetakan, makanan/buah-buahan, binatang hidup, tumbuhtumbuhan, dan lain-lain. g. Penahanan dan penyitaan serta pemusnahan terhadap suatu jenis titipan oleh instansi pemerintah terkait (Bea Cukai, Kaantina, Kepolisian, Kejaksaan, dan sebagainya) sebagai akibat hokum dari keberadaan jenis titipan yang bersangkutan Bilamana tidak ada keluhan/tuntutan dari penerima pada saat titipan diserahkan maka titipan dianggap telah diterima dengan baik 9

10 dan benar. Pengangkut tidak melayani dan tidak bertanggungjawab atas tuntutan dalam bentuk apapun atas tidak diterimanya suatu titipan setelah 2 (dua) bulan terhitung tanggal pengiriman. Bilamana terjadi kehilangan dan kekurangan atas titipan yang tidak diasuransikan, penggantian maksimum sebesar 10 (sepuluh) kali biaya pengiriman untuk titipan yang hilang dan kurang saja. Untuk titipan yang nilai barangnya melebihi 10 (sepuluh) kali biaya pengiriman wajib diasuransikan, dan penggantian kerugian diselesaikan sesuai dengan Polis Kontrak asuransi Jasa Titipan, Premi asuransi dibayar oleh Pengirim. Semua Klaim hanya dapat diselesaikan di Kantor kirim Pengangkut, dan pengajuan klaim harus melampirkan: a. Berita Acara yang ditandatangani penerima dan pengangkut di tujuan. b. Dokumen-dokumen pendukung antara lain: faktur/kwitansi dari titipan yang bersangkutan, bukti tanda terima asli dari Pengangkut atas titipan yang bersangkutan dan surat penutupan asuransi (bila diasuransikan). Jenis Barang yang Diasuransikan Dalam praktek khususnya pada pengangkutan barang, merupakan usaha pelayanan jasa, dimana pengangkut berfungsi memindahkan barang/orang dari suatu tempat ketempat lain yang bertujuan meningkatkan daya guna dan nilai dari barang yang diangkut. Pengangkutan barang dapat terjadi dalam suatu kota/daerah saja, dan dapat pula terjadi dari satu kota ke kota lainnya (antar kabupaten, antar daerah/ antar pulau), hal ini akan berpengaruh pada tingkat risiko yang dihadapi, dan penentuan besarnya biaya angkutan. Suatu peristiwa tertentu dapat saja terjadi dalam perjalanan pengangkutan barang yang dikirim, akibat dari peristiwa tertentu tersebut dapat berupa kehilangan atau kerusakan barang, sehingga menimbulkan kerugian bagi pihak pengirim. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Operasional TIKI Bandar Lampung tentang jenis barang yang diasuransikan, bahwa tidak semua barang yang dikirim melalui TIKI dapat/harus diasuransikan, yakni sebagimana disebutkan berikut ini: a. untuk titipan yang nilai barangnya melebihi 10 (sepuluh) kali biaya pengiriman. b. Akta/Sertivikat/Dokumen yang dikeluarkan oleh Pemerintah (akta lahir, sertivikat tanah, sertivikat akreditasi, akta notaries, lembaran berita negara, dan lain-lain) c. Dokumen Perbankan (Bank garansi, Kartu kredit, dan lainlain) d. Dokumen Pribadi/Perusahaan (bill of lading, Dokumen kepesertaan tender, KTP, SIM, STNK, BPKB, Pasport, Ijazah, dan lain-lain). Jenis barang yang dibebankan asuransi ditulis dalam Formulir Barang khusus, setelah ditulis jenis barang tersebut, selanjutnya formulir ditandatangani oleh pihak pengirim dan perusahaan TIKI (Pramugerai TIKI) Dari jenis-jenis barang yang dapat diasuransikan tersebut di atas, bahwa untuk titipan yang nilai 10

11 barangnya melebihi 10 (sepuluh) kali biaya pengiriman, perlu diketahui standar harga barang yang dikirim, sehingga dapat ditentukan apakah barang tersebut harus dibebankan asuransi, dan premi asuransi ditanggung oleh pengirim barang. Adanya penentuan standar harga barang untuk menentukan tingkat pembayaran premi yang harus dibayar oleh pengirim selain biaya pengiriman itu sendiri. Tentunya penentuan nilai harga barang ini harus dapat disetujui oleh pihak pengirim sebagai kesepakatan yang menjadi dasar mengikatnya kedua belah pihak, artinya bahwa ketentuan yang dibuat oleh pihak perusahaan hanyalah sebagai pedoman penentuan harga, sebagai bukti kesepakatan, kedua pihak harus menanda tangani surat penutupan asuransi jasa pengiriman, namun yang ditemukan pada dokumen Surat Penutupan asuransi Jasa Pengiriman pada perusahaan TIKI Bandar Lampung, bahwa yang menandatangani surat hanya pihak perusahaan saja. Dalam surat tersebut berisikan nama barang, nilai/harga barang, premi dan surat bukti pengiriman barang, tanggal peniriman dan tanda tangan pihak perusahaan. Surat Penutupan Asuransi tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Polis Induk dan sebagai bukti yang sah telah berasuransi. Polis Induk adalah Akta perjanjian asuransi antara Tertanggung dalam hal ini adalah Perusahaan TIKI (kantor pusat di Jakarta) untuk kepentingan pengirim, dengan pihak Perusahaan Asuransi dalam hal ini adalah PT. Asuransi Ramayana Tbk. yang berkedudukan di Jakarta. Pelaksanaan Perjanjian Asuransi Terhadap Barang yang Dikirim Melalui Perusahaan PT. CV. Titipan Kilat Bandar Lampung. Untuk membahas pelaksanaan perjanjian asuransi perlu diketahui terlebih dahulu tentang terjadinya perjanjian asuransi terhadap barang yang dikirim melalui PT. CV. Titipan Kilat Bandar Lampung. Untuk memudahkan pembahasan ini, ditulis berdasarkan tahapan sebagai berikut: a. Tahap Prakontrak Tahapan ini tentunya dimulai dari kebutuhan pihak pengirim untuk mengirimkan barang tertentu ke tempat tujuan tertentu. Pihak Perusahaan memberikan informasi berkaitan dengan pengiriman barang melalui TIKI. Setelah diketahui bahwa barang yang dikirim termasuk barang yang dikenakan asuransi sebagai mana penjelasan pada hasil penelitian/temuan yang ditulis pada uraian di atas. Pihak TIKI selanjutnya menjelaskan syarat dan ketentuan yang berlaku, yaitu: 1) Pengirim diharuskan mengisi formulir barang khusus (diasuransikan) 2) Jenis barang yang dikirim harus diasuransikan. 3) Kiriman harus dikemas dengan kemasan khusus, sesuai dengan peraturan TIKI. 4) Sebagai pengangkut TIKI hanya bertanggung jawab atas nilai yang telah dipertanggungkan oleh asuransi. 11

12 5) Risiko berupa kehilangan, tidak termasuk kerusakan barang. Setelah penjelasan tentang syarat dan ketentuan pengiriman, sebagai bentuk persetujuan dari pihak pengirim adalah dengan mengisi formulir barang khusus, hal ini menunjukkan bahwa pengirim bersedia memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku pada TIKI, dan formulir tersebut ditandatangani oleh kedua belah pihak. Ini merupakan bukti permulaan telah terjadinya perjanjian, untuk selanjutnya diproses oleh pihak TIKI yakni penyelesaian surat-surat pengiriman barang dan surat penutupan asuransi jasa pengiriman. b. Tahap Kontrak Berdasarkan kesepakatan awal yang telah dilakukan pada saat tahap prakontrak, selanjutnya adalah penyelesaian kontrak. Pada tahap ini kedua belah pihak harus memenuhi ketentuan yang berlaku berkaitan dengan perjanjian asuransi sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata, Pasal 1338 KUH Perdata sebagai ketentuan umum semua perjanjian dan Pasal 250, 251 KUHD sebagai ketentuan yang bersifat khusus perjanjian asuransi, serta berlakunya ketentuan perusahaan TIKI tentang pengiriman barang yang dibebankan asuransi. Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut maka syarat sah perjanjian asuransi melalui perusahaan TIKI adalah sebagai berikut: 1) Kesepakatan antara kedua pihak, dilakukan dengan sukarela, sadar tanpa adanya paksaan, dengan penandatangan surat kontrak. 2) Kedua pihak harus cakap, mampu melaksanakan perbuatan hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku (tidak di bawah umur, sehat akal/fikiran, tidak di bawah pengampuan. 3) Objek asuransi berupa barang yang dikirim adalah jenis barang yang sesuai dengan Pedoman dan Syarat Pengiriman PT. Citra Van Titipan Kilat, dan memenuhi ketentuan Pasal 251 KUHD, bahwa barang yang dikirim melekat pada pemilik barang yang mempunya kepentingan atas barang yang dikirim. 4) Barang yang dikirim adalah halal, bukan barang terlarang. 5) Pengirim harus secara jujur (benar) memberikan informasi tentang barang yang dikirim. 6) Risiko yang ditanggung adalah berupa kehilangan barang, tidak termasuk kerusakan barang kiriman. 7) Barang yang dikirim harus dikemas secara khusus. Setelah semua syarat sah perjanjian dipenuhi oleh kedua belah pihak, maka kedua pihak terikat dalam perjanjian sama terikatnya ketentuan undang-undang, perjanjian tersebut harus dilaksanakan secara jujur dan itikad baik, dan perjanjian tersebut tidak dapat dibatalkan oleh kedua pihak. Sebagai wujud kesepakatan tersebut sesuai ketentuan dalam perjanjian asuransi, bahwa perjanjian asuransi harus dibuat secara tertulis yang disebut dengan Polis (Pasal 255 KUHD), selanjutnya Pasal 19 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 menentukan, bahwa polis atau bentuk perjanjian asuransi dengan nama apapun, berikut lampiran yang merupakan satu kesatuan dengannya, tidak boleh 12

13 mengandung kata-kata atau kalimat yang dapat menimbulkan penafsiran yang berbeda mengenai risiko yang ditutup asuransinya, kewajiban penanggung dan tertanggung, serta tidak boleh mempersulit tertanggung mengurus haknya. Berdasarkan ketentuan tentang polis dan isi polis di atas, maka surat permohonan pengiriman barang, formulir barang khusus, surat bukti pengiriman barang adalah merupakan satu kesatuan dengan surat penutupan asuransi jasa pengiriman. Surat-surat tersebut merupakan bukti keterikatan antara pihak-pihak dalam pengiriman barang yang diasuransikan. Ramayana Tbk. Melalui Perusahaan PT. CV. Titipan Kilat Bandar lampung. Dan pihak Tiki menerima barang yang akan dikirim untuk dikemas dan dikirim sampai tempat yang dituju, serta menerima pembayaran uang dengan memberikan bukti pembayaran, apabila terjadi risiko kehilangan atas barang yang dikirim, maka pihak perusahaan akan membayar uang pertanggungan sesuai dengan nilai pertanggungan yang sudah disepakati. c. Tahap Pasca kontrak Sebagai tahapan terakhir dari perjanjian asuransi jasa pengiriman barang adalah tahap pascakontrak sebagai perwujudan dari perjanjian yang sudah disepakati bersama, yakni perwujudan prestasi berupa pelaksanaan hak dan kewajiban kedua belah pihak, dimana pihak pengirim membayar biaya pengiriman dan premi asuransi, sehingga risiko kehilangan barang beralih dari pengirim kepada Perusahaan Asuransi yaklni PT Asuransi Ramayana Tbk melalui PT. CV Titipan Kilat. Berperannyan perusahaan asuransi dalam pengiriman barang adalah apabila terjadi risiko kehilangan barang. Bahwa sesuai dengan kesepakatan perusahaan asuransi akan menanggung kerugian akibat terjadinya risiko. Semua klaim hanya dapat diselesaikan di kantor kirim Pengangkut. Dan pengajuan klaim harus melampirkan : 1) Berita acara yang ditanda tangani penerima dan Pengangkut di tujuan. 2) Dokumen-dokumen pendukung antara lain: faktur/kwitansi dari titipan yang bersangkutan, bukti tanda terima asli dari pengangkut atas titipan yang bersangkutan dan surat penutupan asuransi (Pasal 10 pedoman dan Syarat pengiriman PT. CV. Titipan Kilat (TIKI). Pengajuan klaim asuransi atas barang yang dikirim hilang melalui tata cara sebagai berikut: 1) Adanya laporan barang kiriman yang hilang oleh yang bersangkutan (penerima/pengirim). 2) Konfirmasi ke agen Perusahaan TIKI di tempat tujuan, bahwa telah terjadi kehilangan barang yang dikirim melalui Perusahaan TIKI 3) Mengurus Surat Bukti hilang dari kepolisian. 4) Membuat Berita acara kehilangan yang dibuat oleh agen TIKI di empat tujuan. 5) Surat klaim diajukan oleh Perusahaan TIKI (kantor pusat), kepada Perusahaan Asuransi Ramayana Tbk dengan 13

14 melampirkan dokumen-dokumen yang ditentukan berdasarkan Pasal 10 Pedoman dan Syarat Pengiriman PT. CV. TIKI, yang sudah disebutkan di atas. Lamanya proses antara 1 sampai 3 bulan. Lebih lanjut dijelaskan oleh pihak TIKI Bandar lampung, bahwa proses laporan kehilangan tidak boleh lebih dari 2 (bulan) sejak tanggal pengiriman, apabila melebihi waktu yang ditentukan pihak pengangkut tidak bertanggung jawab atas kehilangan barang yang dikirim. Ini menunjukkan bahwa pihak pengirim barang harus aktif atau tanggap apabila barang yang dikirim tidak sampai pada waktu yang telah ditentukan, karena lamanya perjalanan pengiriman barang dapat diperkirakan. Bentuk pemberian pertanggungan adalah berupa uang bukan barang, sesuai dengan standar nilai harga barang yang ditentukan oleh Perusahaan TIKI. Misalnya jenis barang yang dikirim adalah Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) maka perusahaan asuransi tidak akan meyerahkan BPKB baru, melainkan sejumlah uang tertentu, untuk BPKB mobil nilainya adalah Rp ,00 (tiga juta lima ratus ribu rupiah) dengan premi asuransi sebesar Rp 7.875,00 (tujuh ribu delapan ratus tujuh puluh lima rupiah). Dengan dibayarnya uang asuransi/pertanggungan oleh PT Asuransi Ramayana melalui perusahaan PT CV Titipan Kilat, maka perjanjian asuransi jasa pengiriman barang berakhir. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Tidak semua barang yang dikirim melalui Perusahaan Jasa Titipan Kilat dilindungi asuransi. Jenis barang kiriman tersebut berupa Dokumen Yang dikeluarkan oleh pemerintah, Dokumen Perbankan, Dokumen pribadi/perusahaan, dan jenis barang tertentu yang nilainya melebihi 10 (sepuluh) kali lipat dari biaya pengiriman. 2. Perjanjian asuransi jasa pengiriman barang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada PT. CV. TIKI yang telah disepakati dengan pihak pengirim, dari risiko berupa kehilangan barang, tidak termasuk risiko kerusakan barang kiriman. Pertanggungan/asuransi di tanggung oleh PT Asuransi Ramayana Tbk. Melalui PT. CV. Titipan Kilat Bandar Lampung untuk kepentingan Tertanggung yakni pihak pengirim barang. Bentuk pertanggungan adalah berupa pembayaran sejumlah uang, tidak berupa barang, besarnya uang sudah ditentukan pada saat kontrak dibuat. Saran Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian, dapat diberikan saran sebagaimana berikut ini: 1. Bahwa jenis barang kiriman yang dapat diasuransikan sebaiknya tidak hanya risiko kehilangan barang, tetapi juga termasuk kerusakan barang juga dapat diasuransikan, sehingga lebih memberikan kepercayaan 14

15 pengirim/konsumen kepada perusahaan, karena lebih memberikan rasa nyaman dan aman terhadap barang yang dikirim, jika terjadi kerusakan akan ada pihak yang menanggung risiko kerugian. 2. Hendaknya peraturan yang dibuat oleh perusahaan yang mengandung klausula eksonerasi yakni pelepasan tanggung jawab terhadap hal tertentu yang terjadi atas barang kiriman (keruskan/kehilangan) harus dijelaskan kepada pengirim, sehingga dapat diketahui kemungkinan yang dapat mengakibatkan terjadi kerusakan secara dini, dan apabila tidak sesuai dengan pedoman dan syarat pengiriman yang ditentukan oleh PT. CV. Titipan Kilat, pihak perusahaan dapat secara tegas menolak barang yang akan dikirim tersebut, sehingga perjanjian disepakati dengan sukarela bukan karena paksaan. DAFTAR PUSTAKA Badrulzaman, Mariam Darus Mencari Hukum Benda Nasional. Alumni Bandung. Darmawi, Herman Manajemen Asuransi. PT. Bumi Aksara, Jakarta. Hartono, Sri Rejeki Asuransi dan Perusahaan Asuransi. Sinar Granka, Jakarta. Idjard, Arsel dan Nico Ngani Profil Hukum Perasuransian di Indonesia. Liberty, Yogyakarta. Mashudi Moch. Chidir Ali Pokok-Pokok Asuransi Indonesia. Pradya Paramita, Jakarta. Muhammad, Abdulkadir Hukum dan Penelitian Hukum. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung Hukum Asuransi Indonesia. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung Hukum Perusahaan Indonesia. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Prodjodikoro, Wiryono Hukum Asuransi di Indonesia. PT. Pembimbing Masa, Jakarta. Ridho, Ali. Dkk Hukum Perusahaan di Indonesia. Alumni, Bandung. Salim, Abas Asuransi dan Menejemen Risiko. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. R. Subekti dan Tjitrosudibio Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Terjemahan Burgerlijk Wetboek. Pradnya Paramitya, Jakarta Kitab Undang- Undang Hukum Dagang dan Undang-Undang Kepailitan. Terjemahan Wetboek Van Koophandel en Faillissements Vorordening. Pradnya Paramitya, Jakarta Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian (Lembaran Negara Nomor 12 Tahun 1992 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3647) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian 15

ABSTRAK. Keywords: Tanggung Jawab, Pengangkutan Barang LATAR BELAKANG

ABSTRAK. Keywords: Tanggung Jawab, Pengangkutan Barang LATAR BELAKANG 35 TANGGUNGJAWAB PERUSAHAAN PENGANGKUTAN BARANG ATAS BARANG YANG DIKIRIM MELALUI PERUSAHAAN JASA PENITIPAN BARANG TITIPAN KILAT (TIKI) DI BANDAR LAMPUNG Oleh: Sri Zanariyah Dosen Tetap pada Fakultas Hukum

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. maka pihak EMKL atau Pengangkut akan bertanggungjawab. barang harus melampirkan Berita Acara yang di tanda tangani Penerima Paket

BAB III PENUTUP. maka pihak EMKL atau Pengangkut akan bertanggungjawab. barang harus melampirkan Berita Acara yang di tanda tangani Penerima Paket 46 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Ekspedisi Muatan Kapal Laut bertanggungjawab atas kerusakan barang apabila barang yang dikirim tersebut mengalami kerusakan yang di sebabkan oleh kelalain dari EMKL

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian adalah peristiwa seseorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian adalah peristiwa seseorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian Asuransi 1. Pengertian Perjanjian Perjanjian adalah peristiwa seseorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang itu berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Menurut

Lebih terperinci

ANALISIS HUKUM PEMBERATAN RISIKO DALAM ASURANSI JIWA PADA PERUSAHAAN AJB BUMIPUTERA 1912 BANDAR LAMPUNG

ANALISIS HUKUM PEMBERATAN RISIKO DALAM ASURANSI JIWA PADA PERUSAHAAN AJB BUMIPUTERA 1912 BANDAR LAMPUNG 123 ANALISIS HUKUM PEMBERATAN RISIKO DALAM ASURANSI JIWA PADA PERUSAHAAN AJB BUMIPUTERA 1912 BANDAR LAMPUNG Oleh: Sri Zanariah Dosen Tetap Yayasan Pada Fakultas Hukum Universitas Saburai ABSTRAK Terjadinya

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015 PEMBERLAKUAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK MENURUT HUKUM PERDATA TERHADAP PELAKSANAANNYA DALAM PRAKTEK 1 Oleh : Suryono Suwikromo 2 A. Latar Belakang Didalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia akan selalu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut 1 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian Ekspedisi Perjanjian ekspedisi adalah perjanjian timbal balik antara ekspeditur dengan pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut yang

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA. dapat dengan mudah memahami jual beli saham dalam perseroan terbatas.

BAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA. dapat dengan mudah memahami jual beli saham dalam perseroan terbatas. BAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA A. Tinjauan Umum tentang Jual Beli 1. Pengertian Jual Beli Sebelum membahas mengenai aturan jual beli saham dalam perseroan

Lebih terperinci

KETENTUAN-KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT PPJB

KETENTUAN-KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT PPJB KETENTUAN-KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT PPJB Form.# Tgl. R Halaman 1 dari 8 Pasal 1 Letak 1.1. Pengembang dengan ini berjanji dan mengikatkan dirinya sekarang dan untuk kemudian pada waktunya menjual dan

Lebih terperinci

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING A. Pelaksanaan Jual Beli Sistem Jual beli Pre Order dalam Usaha Clothing Pelaksanaan jual beli sistem pre order

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN. Menurut R. Djatmiko Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN. Menurut R. Djatmiko Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti 17 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN 2.1 Pengertian Perjanjian Pengangkutan Istilah pengangkutan belum didefinisikan dalam peraturan perundangundangan, namun banyak sarjana yang mengemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas masyarakat yang semakin tinggi di era globalisasi sekarang ini. mengakibatkan kerugian pada konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas masyarakat yang semakin tinggi di era globalisasi sekarang ini. mengakibatkan kerugian pada konsumen. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dari perekonomian yang modern dapat dilihat dari kebutuhan hidup manusia yang semakin meningkat. Salah satu kebutuhan itu adalah tentang kebutuhan akan

Lebih terperinci

BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR. A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor

BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR. A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor Menurut sistem terbuka yang mengenal adanya asas kebebasan berkontrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan yang harus dipenuhi, seperti kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan.dalam usaha untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jasa pengiriman paket dewasa ini sudah menjadi salah satu kebutuhan hidup. Jasa pengiriman paket dibutuhkan oleh perusahaan, distributor, toko, para wiraswastawan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TERTANGGUNG DAN SYARAT-SYARAT PERJANJIAN ASURANSI BERDASARKAN KUHD

BAB II TINJAUAN MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TERTANGGUNG DAN SYARAT-SYARAT PERJANJIAN ASURANSI BERDASARKAN KUHD 17 BAB II TINJAUAN MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TERTANGGUNG DAN SYARAT-SYARAT PERJANJIAN ASURANSI BERDASARKAN KUHD A. Pengertian Asuransi Dalam ketentuan Pasal 1774 KUHPerdata yang sudah dikemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang serius ialah lembaga jaminan. Karena perkembangan ekonomi akan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang serius ialah lembaga jaminan. Karena perkembangan ekonomi akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkembangnya jumlah populasi manusia semakin meningkatkan kebutuhan. Untuk itu mereka melakukan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh manusia. Salah satu cara untuk mengurangi risiko tersebut di

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh manusia. Salah satu cara untuk mengurangi risiko tersebut di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan dan kegiatan manusia, pada hakikatnya mengandung berbagai hal yang menunjukkan sifat hakiki dari kehidupan itu sendiri. Sifatsifat hakiki yang dimaksud di

Lebih terperinci

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang ekonomi yang semakin meningkat mengakibatkan keterkaitan yang erat antara sektor riil dan sektor moneter, di mana kebijakan-kebijakan khususnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat kompleks karena mencakup berbagai bidang baik hukum, ekonomi, dan politik. Salah satu kegiatan usaha yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia selalu berusaha untuk mencapai kesejahteraan dalam hidupnya. Hal ini menyebabkan setiap manusia di dalam kehidupannya senantiasa melakukan berbagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan, perikatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan, perikatan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian Pada Umumnya 1. Pengertian Perjanjian Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan, perikatan yang berasal dari perjanjian dikehendaki

Lebih terperinci

BAB III KEABSAHAN AKTA HIBAH MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi di Kantor Notaris dan PPAT Dina Ismawati, S.H.,MM)

BAB III KEABSAHAN AKTA HIBAH MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi di Kantor Notaris dan PPAT Dina Ismawati, S.H.,MM) BAB III KEABSAHAN AKTA HIBAH MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi di Kantor Notaris dan PPAT Dina Ismawati, S.H.,MM) A. Profil Kantor Notaris dan PPAT Dina Ismawati, S.H.,MM Kantor Notaris dan

Lebih terperinci

KETENTUAN DAN PERSYARATAN KHUSUS PEMBUKAAN REKENING INVESTOR Ketentuan dan Persyaratan Khusus Pembukaan Rekening Investor ini (berikut semua lampiran, perubahan dan atau pembaharuannya selanjutnya disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu alat transportasi yang banyak dibutuhkan oleh manusia adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. tertulis atau dengan lisan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. tertulis atau dengan lisan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, perjanjian adalah persetujuan tertulis atau dengan lisan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN

SYARAT DAN KETENTUAN SYARAT DAN KETENTUAN 1. DEFINISI (1) Bank adalah PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk., yang berkantor pusat di Bandung, dan dalam hal ini bertindak melalui kantor-kantor cabangnya, meliputi kantor cabang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh para pengusaha untuk mengembangkan usahanya. kedua belah pihak, yakni pembeli dan penjual.

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh para pengusaha untuk mengembangkan usahanya. kedua belah pihak, yakni pembeli dan penjual. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan dunia bisnis saat ini berbagai macam usaha dan kegiatan dapat dilakukan dalam rangka untuk memenuhi pangsa pasar di tengah-tengah masyarakat.permintaa

Lebih terperinci

Dokumen Perjanjian Asuransi

Dokumen Perjanjian Asuransi 1 Dokumen Perjanjian Asuransi Pada prinsipnya setiap perbuatan hukum yang dilakukan para pihak dalam perjanjian asuransi perlu dilandasi dokumen perjanjian. Dari dokumen tersebut akan dapat diketahui berbagai

Lebih terperinci

ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN BAKU 1 Oleh: Dyas Dwi Pratama Potabuga 2

ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN BAKU 1 Oleh: Dyas Dwi Pratama Potabuga 2 ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN BAKU 1 Oleh: Dyas Dwi Pratama Potabuga 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana ketentuan hukum mengenai pembuatan suatu kontrak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. A. Syarat-syarat dan Prosedur Pengiriman Barang di Aditama Surya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. A. Syarat-syarat dan Prosedur Pengiriman Barang di Aditama Surya BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Syarat-syarat dan Prosedur Pengiriman Barang di Aditama Surya Express 1. Syarat Sahnya Perjanjian Pengiriman Barang di Aditama Surya Express Perjanjian dapat dikatakan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG PERSEKUTUAN PERDATA, PERSEKUTUAN FIRMA, DAN PERSEKUTUAN KOMANDITER

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG PERSEKUTUAN PERDATA, PERSEKUTUAN FIRMA, DAN PERSEKUTUAN KOMANDITER RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.... TAHUN. TENTANG PERSEKUTUAN PERDATA, PERSEKUTUAN FIRMA, DAN PERSEKUTUAN KOMANDITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin pesat, dan untuk itu masyarakat dituntut untuk bisa mengimbangi

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin pesat, dan untuk itu masyarakat dituntut untuk bisa mengimbangi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat pada saat ini diperlukan adanya perlindungan, salah satu nya dengan adanya perlindungan asuransi. Hal itu terjadi karena dampak dari adanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. Istilah perjanjian secara etimologi berasal dari bahasa latin testamentum,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. Istilah perjanjian secara etimologi berasal dari bahasa latin testamentum, 19 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN 2.1 Perjanjian Pembiayaan Konsumen 2.1.1 Pengertian Perjanjian Pembiayaan konsumen Istilah perjanjian secara etimologi berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibidang asuransi. Mulai sejak zaman sebelum masehi yaitu pada masa kekaisaran

BAB I PENDAHULUAN. dibidang asuransi. Mulai sejak zaman sebelum masehi yaitu pada masa kekaisaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sudah mengalami perkembangan yang begitu signifikan dibidang asuransi. Mulai sejak zaman sebelum masehi yaitu pada masa kekaisaran Yunani kuno yang dipimpin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat vital dalam kehidupan masyarakat, hal ini didasari beberapa faktor

BAB I PENDAHULUAN. sangat vital dalam kehidupan masyarakat, hal ini didasari beberapa faktor BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Negara Indonesia merupakan daratan yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar dan kecil serta berupa perairan yang terdiri dari sebagian besar laut dan sungai,

Lebih terperinci

Manfaat Dan Mekanisme Penyelesaian Klaim Asuransi Prudential. Ratna Syamsiar. Abstrak

Manfaat Dan Mekanisme Penyelesaian Klaim Asuransi Prudential. Ratna Syamsiar. Abstrak Manfaat Dan Mekanisme Penyelesaian Klaim Asuransi Prudential Ratna Syamsiar Dosen Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Lampung Abstrak PT Prudential Life Assurance memberikan perlindungan bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam hidupnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan itu berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, pemenuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Pasal 1313 KUH Perdata menyatakan Suatu perjanjian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua belah pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua belah pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian Asuransi Kendaraan Bermotor Berdasarkan Pasal 1 sub (1) UU No. 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian, dinyatakan bahwa pengertian asuransi atau pertanggungan adalah

Lebih terperinci

A. Perlindungan Hukum yang dapat Diperoleh Konsumen Terhadap Cacat. Tersembunyi yang Terdapat Pada Mobil Bergaransi yang Diketahui Pada

A. Perlindungan Hukum yang dapat Diperoleh Konsumen Terhadap Cacat. Tersembunyi yang Terdapat Pada Mobil Bergaransi yang Diketahui Pada BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS CACAT TERSEMBUNYI PADA OBJEK PERJANJIAN JUAL BELI MOBIL YANG MEMBERIKAN FASILITAS GARANSI DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BURGERLIJK WETBOEK JUNCTO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan dan kesatuan serta mempengaruhi

Lebih terperinci

KETENTUAN DAN PERSYARATAN KHUSUS PEMBUKAAN REKENING INVESTOR

KETENTUAN DAN PERSYARATAN KHUSUS PEMBUKAAN REKENING INVESTOR KETENTUAN DAN PERSYARATAN KHUSUS PEMBUKAAN REKENING INVESTOR Ketentuan dan Persyaratan Khusus Pembukaan Rekening Investor ini (berikut semua lampiran, perubahan dan atau pembaharuannya selanjutnya disebut

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG USAHA PERSEORANGAN DAN BADAN USAHA BUKAN BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG USAHA PERSEORANGAN DAN BADAN USAHA BUKAN BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG USAHA PERSEORANGAN DAN BADAN USAHA BUKAN BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sehubungan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 259/PMK.04/2010 TENTANG JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 259/PMK.04/2010 TENTANG JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 259/PMK.04/2010 TENTANG JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi 142 PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT Deny Slamet Pribadi Dosen Fakultas Hukum Universitas Mulawarman Samarinda ABSTRAK Dalam perjanjian keagenan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan itu berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM A. Segi-segi Hukum Perjanjian Mengenai ketentuan-ketentuan yang mengatur perjanjian pada umumnya terdapat dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata pada Buku

Lebih terperinci

Syarat dan Ketentuan Umum Layanan PermataMobile berbasis SMS dari PermataBank

Syarat dan Ketentuan Umum Layanan PermataMobile berbasis SMS dari PermataBank Syarat dan Ketentuan Umum Layanan PermataMobile berbasis SMS dari PermataBank Syarat dan Ketentuan Umum Layanan PermataMobile berbasis SMS dari PermataBank (berikut semua lampiran, dan/atau perubahannya

Lebih terperinci

BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA 25 BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA A. Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Hukum perjanjian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transportasi merupakan salah satu jenis kegiatan pengangkutan. Dalam. membawa atau mengirimkan. Sedangkan pengangkutan dalam kamus

BAB I PENDAHULUAN. transportasi merupakan salah satu jenis kegiatan pengangkutan. Dalam. membawa atau mengirimkan. Sedangkan pengangkutan dalam kamus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang hampir setiap orang menggunakan alat transportasi untuk mereka bepergian, pada dasarnya penggunaan alat transportasi merupakan salah satu

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perikatan merupakan hubungan hukum yang tercipta karena adanya peristiwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perikatan merupakan hubungan hukum yang tercipta karena adanya peristiwa 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian dan Syarat Sah Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Perikatan merupakan hubungan hukum yang tercipta karena adanya peristiwa hukum antara para pihak yang melakukan perjanjian.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN BARANG. A. Sejarah dan Pengertian Pengangkutan Barang

BAB II KAJIAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN BARANG. A. Sejarah dan Pengertian Pengangkutan Barang 16 BAB II KAJIAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN BARANG A. Sejarah dan Pengertian Pengangkutan Barang 1. Sejarah Pengangkutan Barang Keberadaan kegiatan pengangkutan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan atau

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alat penghubung pengangkutan antar daerah, untuk pengangkutan orang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alat penghubung pengangkutan antar daerah, untuk pengangkutan orang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sarana transportasi massal saat ini menjadi sangat penting karena letak Indonesia yang begitu luas serta dikelilingi lautan. Transportasi tersebut akan menjadi

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. Istiana Heriani*

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. Istiana Heriani* Al Ulum Vol.61 No.3 Juli 2014 halaman 17-23 17 AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA Istiana Heriani* ABSTRAK Masalah-masalah hukum yang timbul dalam perjanjian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya lembaga keuangan di Indonesia dibedakan atas dua bagian, yakni lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank, namun dalam praktek sehari-hari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Perjanjian adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak, yang isinya adalah hak dan kewajiban, suatu hak untuk menuntut sesuatu

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017 PENGATURAN HUKUM SURAT BERHARGA YANG BERSIFAT KEBENDAAN DALAM TRANSAKSI BISNIS DI INDONESIA 1 Oleh: Deasy Soeikromo 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana pengaturan

Lebih terperinci

Dengan adanya pengusaha swasta saja belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini antara lain karena perusahaan swasta hanya melayani jalur-jalur

Dengan adanya pengusaha swasta saja belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini antara lain karena perusahaan swasta hanya melayani jalur-jalur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia pembangunan meningkat setiap harinya, masyarakat pun menganggap kebutuhan yang ada baik diri maupun hubungan dengan orang lain tidak dapat dihindarkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak berkembang usaha-usaha bisnis, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak berkembang usaha-usaha bisnis, salah satunya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini banyak berkembang usaha-usaha bisnis, salah satunya adalah usaha jasa pencucian pakaian atau yang lebih dikenal dengan jasa laundry. Usaha ini banyak

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Dalam Pasal 1313 KUH Perdata, bahwa suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya

Lebih terperinci

KETENTUAN DAN PERSYARATAN KHUSUS PEMBUKAAN REKENING INVESTOR Ketentuan dan Persyaratan Khusus Pembukaan Rekening Investor ini (berikut semua lampiran, perubahan dan atau pembaharuannya selanjutnya disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan manusia untuk mencukupi kebutuhan, baik langsung untuk kehidupan seperti bercocok tanam atau tempat tinggal,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Di dalam Buku III KUH Perdata mengenai hukum perjanjian terdapat dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK 44 BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK 3.1 Hubungan Hukum Antara Para Pihak Dalam Perjanjian Kartu Kredit 3.1.1

Lebih terperinci

PERANAN POLIS ASURANSI JIWA DALAM PENUNTUTAN KLAIM (STUDI PADA PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE DENPASAR)

PERANAN POLIS ASURANSI JIWA DALAM PENUNTUTAN KLAIM (STUDI PADA PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE DENPASAR) PERANAN POLIS ASURANSI JIWA DALAM PENUNTUTAN KLAIM (STUDI PADA PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE DENPASAR) Oleh Anak Agung Gede Agung Ngakan Ketut Dunia I Ketut Markeling Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk sosial, oleh karenanya manusia itu cenderung untuk hidup bermasyarakat. Dalam hidup bermasyarakat ini

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-undang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Asuransi dan Pengaturan Asuransi. sehingga kerugian itu tidak akan pernah terjadi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Asuransi dan Pengaturan Asuransi. sehingga kerugian itu tidak akan pernah terjadi. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Asuransi dan Pengaturan Asuransi 1. Pengertian Asuransi Apabila seseorang menginginkan supaya sebuah resiko tidak terjadi, maka seharusnyalah orang tersebut mengusahakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya

BAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara hukum, dimana Negara hukum memiliki prinsip menjamin kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum yang berintikan kepada kebenaran dan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 40-2007 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 13, 1995 ( Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3587) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

Oleh : Ayu Cholisna 1

Oleh : Ayu Cholisna 1 KAJIAN TENTANG KEDUDUKKAN HUKUM TERTANGGUNG DALAM ASURANSI RANGKAP (Studi Kasus Tentang Tertanggung Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Dalam Kecelakaan Lalu-Lintas) Oleh : Ayu Cholisna 1 ABSTRAK Sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah perjanjian baku berasal dari terjemahan bahasa Inggris, yaitu standard

BAB I PENDAHULUAN. Istilah perjanjian baku berasal dari terjemahan bahasa Inggris, yaitu standard BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah perjanjian baku berasal dari terjemahan bahasa Inggris, yaitu standard contract. Perjanjian baku merupakan perjanjian yang ditentukan dan telah dituangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan faktor penunjang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan faktor penunjang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin meningkat dan diikuti oleh majunya pemikiran masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM TANGGUNG JAWAB PO. CV. SUMBER REZEKI TERHADAP PENGIRIM DALAM PERJANJIAN PENGIRIMAN BARANG DI KOTA JAMBI SKRIPSI Disusun

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN Peraturan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan mengenai isinya harap merujuk kepada teks aslinya.

Lebih terperinci

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 56 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana yang telah termuat dalam Bab II, dapat ditarik kesimpulan bahwa agen PO. Safari Dharma Raya telah melakukan wanprestasi

Lebih terperinci

2001 Fanny Kurniawan, S.H. PERJANJIAN JUAL BELI

2001 Fanny Kurniawan, S.H. PERJANJIAN JUAL BELI PERJANJIAN JUAL BELI Pada hari ini, Senin 19 November 2001, Kami yang bertanda tangan di bawah ini 1. Fanny Kurniawan, swasta, beralamat di jalan Kaliurang km 5,6; Pandega Duta III No.8, Sleman, Daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN 2.1 Perjanjian 2.1.1 Pengertian Perjanjian Definisi perjanjian diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Selanjutnya

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERSEKUTUAN PERDATA, PERSEKUTUAN FIRMA, DAN PERSEKUTUAN KOMANDITER

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERSEKUTUAN PERDATA, PERSEKUTUAN FIRMA, DAN PERSEKUTUAN KOMANDITER RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERSEKUTUAN PERDATA, PERSEKUTUAN FIRMA, DAN PERSEKUTUAN KOMANDITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TERTANGGUNG ASURANSI MIKRO KETIKA TERJADI PERISTIWA TIDAK PASTI

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TERTANGGUNG ASURANSI MIKRO KETIKA TERJADI PERISTIWA TIDAK PASTI BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TERTANGGUNG ASURANSI MIKRO KETIKA TERJADI PERISTIWA TIDAK PASTI 3.1 Tanggung Jawab Para Pihak Dalam Asuransi Mikro Asuransi adalah perjanjian timbal balik yang menimbulkan

Lebih terperinci

ASAS NATURALIA DALAM PERJANJIAN BAKU

ASAS NATURALIA DALAM PERJANJIAN BAKU ASAS NATURALIA DALAM PERJANJIAN BAKU Oleh : Putu Prasintia Dewi Anak Agung Sagung Wiratni Darmadi Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACK Standard contract is typically made

Lebih terperinci

BAB II PENGERTIAN UMUM PERJANJIAN BAKU. A. Pengertian Perjanjian dan Syarat-Syarat Sah Suatu Perjanjian

BAB II PENGERTIAN UMUM PERJANJIAN BAKU. A. Pengertian Perjanjian dan Syarat-Syarat Sah Suatu Perjanjian BAB II PENGERTIAN UMUM PERJANJIAN BAKU A. Pengertian Perjanjian dan Syarat-Syarat Sah Suatu Perjanjian Menurut pasal 1313 KUHPerdata: Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau

Lebih terperinci

2001 Fanny Kurniawan, S.H. PERJANJIAN JUAL BELI

2001 Fanny Kurniawan, S.H. PERJANJIAN JUAL BELI PERJANJIAN JUAL BELI Pada hari ini, Senin 19 November 2001, Kami yang bertanda tangan di bawah ini 1. Fanny Kurniawan, swasta, beralamat di jalan Kaliurang km 5,6; Pandega Duta III No.8, Sleman, Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya sesuai dengan prinsip ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya sesuai dengan prinsip ekonomi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini berbagai usaha dapat saja dilakukan oleh para pengusaha dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidup. Usaha yang dilakukan tersebut bentuknya bermacam-macam,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia di dalam hidupnya selalu berada dalam ketidakpastian dan selalu

I. PENDAHULUAN. Manusia di dalam hidupnya selalu berada dalam ketidakpastian dan selalu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia di dalam hidupnya selalu berada dalam ketidakpastian dan selalu mengalami risiko, yaitu suatu peristiwa yang belum dapat dipastikan terjadinya dan bila terjadi

Lebih terperinci

POTENSI KEJAHATAN KORPORASI OLEH LEMBAGA PEMBIAYAAN DALAM JUAL BELI KENDARAAN SECARA KREDIT Oleh I Nyoman Gede Remaja 1

POTENSI KEJAHATAN KORPORASI OLEH LEMBAGA PEMBIAYAAN DALAM JUAL BELI KENDARAAN SECARA KREDIT Oleh I Nyoman Gede Remaja 1 POTENSI KEJAHATAN KORPORASI OLEH LEMBAGA PEMBIAYAAN DALAM JUAL BELI KENDARAAN SECARA KREDIT Oleh I Nyoman Gede Remaja 1 Abstrak: Klausula perjanjian dalam pembiayaan yang sudah ditentukan terlebih dahulu

Lebih terperinci

LAMPIRAN (Contoh Perjanjian BOT Dalam Format Akta Notaris)

LAMPIRAN (Contoh Perjanjian BOT Dalam Format Akta Notaris) LAMPIRAN (Contoh Perjanjian BOT Dalam Format Akta Notaris) PERJANJIAN PEMBANGUNAN, PENGELOLAAN DAN PENYERAHAN KEMBALI TANAH, BANGUNAN DAN FASILITAS PENUNJANG Nomor : - Pada hari ini, - Pukul -Hadir dihadapan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1998 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1998 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1998 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana

Lebih terperinci

TEKNIK PENYUSUNAN KONTRAK

TEKNIK PENYUSUNAN KONTRAK TEKNIK PENYUSUNAN KONTRAK Sularto MHBK UGM PERISTILAHAN Kontrak sama dengan perjanjian obligatoir Kontrak sama dengan perjanjian tertulis Perjanjian tertulis sama dengan akta Jadi antara istilah kontrak,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian Dalam Pasal 1313 KUH Perdata, bahwa suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 16, 1999 BURSA BERJANGKA. PERDAGANGAN. KOMODITI. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. BAPPEBTI. (Penjelasan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X 44 BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X 4.1 Kedudukan Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Perjanjian yang akan dianalisis di dalam penulisan skripsi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam Kitab Undangundang

Lebih terperinci