PENDEKATAN GENDER DALAM PANDANGAN ISLAM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDEKATAN GENDER DALAM PANDANGAN ISLAM"

Transkripsi

1 PENDEKATAN GENDER DALAM PANDANGAN ISLAM MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas pada Mata Kuliah Metodologi Studi Islam Dosen Pengampu : Ahmad Maghfur, M.Ag Oleh : Sarah Risqi Kamilah Anis Fitriyah Alief Reza Kurnia Chasa Afiatul Ajza Mulky Billadina Ferawati Oktaviani PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH JURUSAN SYARIAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PEKALONGAN 2014

2 PENDEKATAN GENDER DALAM PANDANGAN ISLAM I. PENDAHULUAN Pada dekade terakhir ini semakin merebak perdebatan tentang ajaran agama yang berkaitan dengan perempuan. Terutama Islam, banyak orang yang mulai mempertanyakan ajaran-ajaran agama yang terkesan bias gender. Dalam beberapa tradisi agama ditemukan beberapa hal yang terkesan mendiskreditkan perempuan. Islam, yang secara normatif mengajarkan kesetaraan laki-laki dan perempuan, tidak terlepas dari pemahaman bias gender. Hal ini mengandung tanda tanya besar di kalangan pemeluknya. Adakah kesalahan terletak pada teksnya ataukah pada cara memahaminya? Mungkinkah Islam mengajarkan prinsip kesetaraan itu memuat hal yang kontradiktif, seperti memandang rendah perempuan? Untuk mengungkap berbagai persoalan tersebut diperlukan kajian mendalam tentang ajaran Islam dari aspek tekstual dan kontekstualnya. Dalam makalah ini penulis membagi pembahasan menjadi tiga bagian, yaitu : 1) Definisi dan Konsep gender 2) Gender dalam pandangan Islam 3) Feminisme dan Feminis Muslim II. PEMBAHASAN A. Definisi dan Konsep Gender Kata Gender berasal dari Bahasa Inggris gender yang berarti jenis kelamin. Menurut Nasaruddin Umar, pengertian ini kurang tepat, sebab dengan pengertian tersebut Gender disamakan dengan sex yang berarti jenis kelamin pula. Persoalan ini muncul barangkali adalah karena kata

3 Gender termasuk kosa kata baru, sehingga pengertiannya belum ditemukan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia. 1 Meskipun kata Gender belum masuk dalam perbendaharaan kamus besar Bahasa Indonesia, istilah tersebut sudah lazim dipergunakan, khususnya, di Kantor Menteri Urusan Peranan Wanita dengan ejaan Gender. Gender diartikan sebagai penafsiran yang bersifat mental (interpretasi mental) dan budaya (cultural) terhadap perbedaan kelamin, laki-laki dan perempuan. Gender biasanya dipergunakan untuk menunjukkan pembagian kerja yang tepat bagi laki-laki dan perempuan. 2 Gender sebagai alat analisis umumnya digunakan oleh penganut aliran ilmu sosial konflik yang memusatkan perhatian pada ketidakadilan struktural dan sistem. Gender adalah perbedaan yang bukan biologis dan bukan kodrat Tuhan. Perbedaan biologis dan perbedaan jenis kelamin adalah kodrat Tuhan sehingga secara permanen berbeda. Sementara gender adalah behavioral differences antara laki-laki dan perempuan yang socially-constructed, yaitu perbedaan yang bukan kodrat atau bukan ciptaan Tuhan, melainkan diciptakan oleh kaum laki-laki dan perempuan melalui proses panjang dalam kehidupan sosial dan budaya. 3 Istilah gender digunakan berbeda dengan sex. Gender digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi sosialbudaya. Sementara sex digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan lakilaki dan perempuan dari segi anatomi biologi. Istilah sex lebih banyak berkonsentrasi pada aspek biologi seseorang, meliputi perbedaan komposisi kimia dan hormon dalam tubuh, anatomi fisik, reproduksi, dan karakteristik biologis lainnya. Sementara itu, gender lebih banyak 1 Supiana, Metodologi Studi Islam, (Jakarta : Direktorat Pendidikan Tinggi Islam, 2012) hlm Ibid. hlm Gusnarib wahab, Gender dalam Perspektif Islam Jurnal Hunafa Vol. 5, No. 2, Agustus 2008, hlm.228

4 berkonsentrasi kepada aspek sosial, budaya, psikologis, dan aspek-aspek non-biologis lainnya. 4 Mansoer Fakih menguraikan pengertian Gender secara lebih detail beserta contoh contohnya. Menurutnya, Gender adalah sifat yang melekat pada laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Misalnya, perempuan dikenal lemah lembut, cantik, emosional, dan keibuan. Sedangkan laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan dan perkasa. Ciri-ciri dan sifat-sifat tersebut merupakan sifat-sifat yang dapat dipertukarkan. Artinya ada laki-laki yang emosional, lemah lembut, keibuan, sementara ada juga perempuan yang rasional, kuat dan perkasa. 5 Perubahan ciri dan sifat-sifat tersebut dapat terjadi dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat lain. Jadi yang disebut Gender adalah semua hal yang dapat dipertukarkan antara sifat laki-laki dan perempuan yang bisa berubah dari waktu ke waktu serta dapat berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya maupun berbeda dari satu kelas ke kelas lain. Oleh karena itu pemahaman atas konsep gender sesungguhnya merupakan isu mendasar dalam rangka menjelaskan masalah kesetaraan hubungan, kedudukan, peran dan tanggung jawab antara kaum perempuan dan laki-laki. B. Gender dalam Pandangan Islam Berbicara tentang Gender, sama artinya dengan berbicara sekitar hubungan wanita dan pria. Berbicara hubungan wanita dan pria dalam Islam pada prinsipnya dapat disebut sama artinya dengan berbicara sekitar kemitrasejajaran pria dan wanita. Sebab dalam Islam secara prinsip hubungan kedua jenis kelamin ini adalah sejajar di hadapan Allah (khaliq). (Khoeruddin Nasution, 2007: ). 4 Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur'an (Jakarta: Paramadina, 1999), h Supiana. Op.cit. hlm. 330

5 Ada sejumlah nash yang berbicara tentang kemitrasejajaran perempuan dan laki-laki yang dapat dikelompokkan minimal menjadi delapan, yakni: (1) statemen umum tentang kesetaraan wanita dan pria, (2) asal usul, (3) Amal, (4)saling kasih dan mencintai, (5) keadilan dan persamaan, (6) jaminan sosial, (7) saling tolong menolong, dan (8) kesempatan mendapat pendidikan. (Khoeruddin Nasution, 2007:185). Adapun sebab-sebab lahirnya konsep bias Gender dalam Islam adalah sebagai akibat dari sepuluh faktor, yakni: (1) Penggunaan studi Islam yang parsial, (2) Belum ada kesadaran pentingnya pembedaan nash menjadi normatif-universal dengan praktistemporal, (3) terkesan sejumlah Nash memarginalkan wanita, sebagai akibat penggunaan parsial, (4) budaya-budaya Muslim merasuk terhadap ajaran Islam, (5) dominasi teologi laki-laki dalam memahami nash, (6)kajian Islam dengan pendekatan agama murni, (7) generalisasi (mengambil hukum umum) dari kasus khusus, (8) mengambil hukum sebagai produk hukum dari penetapan hukum berdasarkan siyasah al-syar iyah, (9) kajian Islam yang literalis dan historis (tekstual), dan (10) peran Kekuasaan (penguasa). (Khoeruddin Nasution, 2007:185). Sebenarnya, dalam Islam telah ditetapkan bahwa kedudukan wanita antara lain sebagai berikut: 1. Wanita adalah rekan, pasangan pria. Pria adalah pasangan wanita (An- Nisa : 1, an-nahl :72, al- Baqarah:187, ar- Ruum :21, al- A raf :189, at- taubah :71, al- Hujurat :13) 2. Wanita dan pria sama-sama mendapatkan pahala atas pandangan, sikap, dan perbuatan mereka di dunia (al- Ahzab:35, al- Jin :38, al- Imran:195) 3. Iman pria dan wanita dinilai sama dalam pandangan Islam (al- Ahzab:35, al- Buruj : 10, Muhammad:19) 4. Wanita dan pria sama-sama dapat berusaha memperoleh, memiliki dan membelanjakan harta kekayaan (al- Insyirah:4,32) 5. Wanita dan pria sama-sama memiliki hak waris (an- Nisa : 7)

6 6. Kaidah pokok pernikahan Islam adalah monogami sedang poligami diizinkan sebagai tidakan darurat.(anshari,1994:76) Al qur an mengakui adanya perbedaan (distinction) antara laki-laki dan perempuan, tetapi perbedaan tersebut bukanlah pembedaan (discrimination) yang menguntungan satu pihak dan merugikan pihak lainya. Perbedaan tersebut dimaksudkan untuk mendukung misi pokok al qur an, yaitu terciptanya hubungan harmonis yang didasari rasa kasih sayang (mawaddah wa rahmah) dilingkungan keluarga. Hal tersebut merupakan cikal bakal terwujudnya komunitas ideal dalam suatu negeri yang damai penuh ampunan Tuhan (baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur). Ini semua bisa terwujud manakala ada pola keseimbangan dan keserasian antara keduanya (laki-laki dan perempuan). Islam menempatkan perempuan pada posisi yang sama dengan lakilaki. Kesamaan tersebut dapat dilihat dari tiga hal. Pertama, dari hakikat kemanusiaanya. Islam memberikan sejumlah hak kepada perempuan dalam rangka peningkatan kualitas kemanusiaanya. Hak tersebut antara lain : waris (QS.AnNisa/4 : 11), persaksian (QS.Al- Baaqarah/2 : 282), aqiqah (QS.AT-Taubah/9 :21), dan lain lain. Kedua, Islam mengajarkan bahwa baik perempuan maupun laki laki mendapat pahala yang sama atas amal shaleh yang dibuatnya. Sebaliknya, laki-laki dan perempuan memperoleh azab yang sama atas pelanggaran yang diperbuatnya. Ketiga, Islam tidak mentolelir adanya perbedaan dan perlakuan tidak adil antar umat manusia. Hal ini ditegaskan dalam firmannya :

7 Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsabangsa dan bersuku-suku supaya saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al-Hujurat :13) Dari ayat tersebut tampak jelas bagaimana hubungan antara lakilaki dan perempuan diatur oleh norma agama. Ayat tersebut sekaligus memberi penjelasan bahwa pada dasarnya diciptakan sama, meskipun berasal dari bangsa atau suku yang berlainan. Secara lebih jelas, hubungan antar jenis kelamin atu prinsip gender dalam Islam ditegaskan dalam (QS.Al-Azhab/33 : 35) Artinya : Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin[1218], 6 laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, lakilaki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang 6 [1218] Yang dimaksud dengan Muslim di sini ialah orang-orang yang mengikuti perintah dan larangan pada lahirnya, sedang yang dimaksud dengan orang-orang mukmin di sini ialah orang yang membenarkan apa yang harus dibenarkan dengan hatinya.

8 berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. Jika kita meletakkan beberapa ayat diatas secara bersama-sama dan melihatnya secara tepat sesuai dengan dimensi waktu, jelaslah bahwa Allah tidak membeda-bedakan jenis kelamin atau kodrat yang dibawa sejak lahir. Lalu, bagaimana dengan kemunculan beberapa hadist yang terkesan memojokkan perempuan, sehingga membentuk rasa benci terhadap perempuan? dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan (hubungan Gender) ada sebuah hadist yang sangat populer dan terkesan memojokkan perempuan, yaitu : Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan kepemimpinanya kepada perempuan. Pembacaan hadist diatas harus dilakukan secara kritis. Hadist ini tidak dapat diterjemahkan bila dihadapkan pada bukti-bukti sejarah. Bahkan Islam sendiri mengabadikan kesuksesan kepemimpinan perempuan sebagaimana dilukiskan dalam diri Ratu Balqis. Kisah kebesaran Ratu Balqis diuraikan paling tidak dalam dua surah yakni an- Naml dan al-anbiya. Ada sementara pendapat yang mengatakan, bisa jadi as-bab alwurud hadist ini merupakan respons spontan Nabi terhadap keinginan Raja Kisra di Persia untuk mewariskan kepemimpinan kepada anak perempuanya yang memang belum siap saat itu. Bagaimana pula terhadap hadist yang emngatakan bahwa perempuan tercipta dari tulang rusuk yang bengkok? Dalam sebuah hadist disebutkan: Dari Abu Hurairah ra berkata, Nasihatilah olehmu wanita, sebab wanita itu tercipta dari tulang rusuk yang bengkok, jika kau paksa meluruskanya dengan kekerasan, pasti dia akan tetap bengkok. Karena itu, nasihatilah olehmu wanita.

9 Hadist tersebut memberikan kesan bahwa perempuan merupakan ciptaan kedua, sementara laki-laki adalah ciptaan pertama dan utama. Tentu saja yang dimaksud laki-laki disini adalah Adam dan yang perempuan adalah Hawa. Ketika hadist ini diuji dan diperbandingkan dengan ayat-ayat Al- Qur an ada 30-an ayat yang berbicara tentang penciptaan manusia-tak satupun ayat yang dapat ditafsirkan sebagai penegasan atau merujuk pada keyakinan bahwa laki-laki diciptakan terlebih dahulu ketimbang perempuan atau bahwa perempuan diciptakan dari laki-laki. Beberapa ayat dapat ditafsirkan bahwa penciptaan pertama (nafsin wahidah) justru bersifat perempuan, bukan laki-laki. Dengan demikian, jelas bahwa hubungan antara laki-laki dan perempuan merupakan hubungan kemitraan yang sejajar. Sekali lagi, ini ditegaskan dalam firman-nya (Q.S. at-taubah/9 : 71) : Artinya : dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. C. Feminisme dan Feminis Muslim Menurut Kamla Bhasin dan Nighat Said Khan, dua orang Feminis dari Asia Selatan, tidak mudah untuk merumuskan definisi feminisme yang dapat diterima oleh atau diterapkan kepada semua feminis dalam semua waktu dan disemua tempat. Karena feminisme tidak mengambil dasar konseptual dan

10 teoritisnya dari suatu rumusan teori tunggal. Definisi feminisme berubahubah sesuai dengan perbedaan realitas sosio-kultural yang melatarbelakangi lahirbya faham ini, dan perbedaan tingkat kesadaran, persepsi serta tindakan yang dilakukan oleh para feminis itu sendiri. 7 Menurut kaum feminis, penindasan dan pemerasan terhadap perempuan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat sebagaimana yang diungkapkan dalam definisi diatas hanyalah salah satu saja dari fenomena ketidakadilan gender (gender ineaqualities) yang menimpa kaum perempuan. Secara lebih lengkap Mansour Fakih, seorang feminis Muslim Indonesia menyebutkan lima fenomena ketidakadilan gender lainnya yaitu : 1) Marginalisasi perempuan baik di rumah tangga, di tempat kerja, maupun di dalam bidang kehidupan bermasyarakat lainnya. Proses marginalisasi ini berakibat pada kemiskinan ekonomi perempuan. 2) Subordinasi terhadap perempuan karena adanya anggapan bahwa perempuan itu irrasional, emosional, maka ia tidak bisa memimpin dan oleh karena itu harus ditempatkan pada posisi yang tidak penting. 3) Stereotype yang merugikan kaum perempuan, misalnya asumsi bahwa perempuan bersolek dalam rangka memancing perhatian lawan jenisnya, maka setiap ada kasus kekerasan seksual atau pelecehan seksual selalu dikaitkan dengan label ini. Masyarakat punya kecenderungan menyalahkan perempuan sebagai korban perkosaan akibat stereotype tadi. 4) Berbagai bentuk kekerasan menimpa perempuan baik fisik maupun psikologis karena anggapan bahwa perempuan lemah dibandingkan dengan laki-laki sehingga laki-laki leluasa melakukan kekerasan terhadap perempuan. 5) Pembagian kerja secara seksual yang merugikan kaum perempuan, misalnya perempuan hanya cocok dengan pekerjaan domestik, oleh sebab itu tidak pantas melakukan pekerjaan publik seperti laki-laki. 7 Kamla Bhasin dan Nighat Said Khan, Persoalan Pokok Mengenai Feminisme dan Relevansinya, terjemahan S. Herlina (jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995), hlm. 4.

11 Akibatnya peremuan terkurung dalam ruang dan wawasan yang sempit. Karena kesadaran akan penindasan dan pemerasan terhadap perempuan hanyalah salah satu saja dari kesadaran terhadap ketidakadilan gender, maka kiranya menurut hemat penulis, feminisme lebih tepat kalau didefinisikan sebagai berikut : Kesadaran akan ketidakadilan gender yang menimpa kaum perempuan baik dalam keluarga maupun masyarakat serta tindakan sadar oleh perempuan maupun lelaki untuk mengubah keadaan tersebut. Dalam analisis feminisme, sejarah perbedaan gender antara manusia jenis laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu terbentuknya perbedaan gender dikarenakan oleh banyak hal,diantaranya dibentuk, disosialisasikan, diperkuat bahkan dikonstruksi secara sosial,kultural, melaui ajaran keagamaan bahkan oleh negara. Melalui proses panjang, sosialisasi gender tersebut akhirnya dianggap menjadi ketentuan Tuhan seolah-olah bersifat biologis yang tidak bisa diubah lagi. Kodrat laki-laki dan kodrat perempuan dipahami sebagai perbedaan gender. Misalnya sifat lemah lembut, sifat memelihara dan sifat emosional yang dimiliki oleh kaum perempuan dikatakan sebagai kodrat kaum perempuan. Karena perspektif ekofeminisme tidak lagi sejalan dengan paradigma utama feminisme yaitu menolak konsep gender sebagai sesuatu yang kodrati tapi merupakan hasil konstruksi sosio-kultural, maka dalam pembahasan selanjutnya penulis tidak akan memasukkan ekofeminisme sebagai salah satu dari aliran-aliran feminisme, apalagi aliran ini belum merupakan aliran yang besar dibandingkan dengan keempat aliran yang akan diuraikan di bawah ini. 1. Feminisme Liberal Dasar filosofis gerakan aliran ini adalah liberalisme, yakni bahwa semua orang diciptakan dengan hak-hak yang sama, dan setiap orang harus punya kesempatan yang sama untuk memajukan dirinya.

12 Bagi kaum feminis liberal ada dua cara untuk mencapai tujuan ini. Pertama adalah melakukan pendekatan psikologis dengan cara membangkitkan kesadaran individu, antara lain melalui diskusi-diskusi yang membicarakan pengalaman-pengalaman perempuan pada masyarakat yang dikuasai laki-laki. Cara kedua adalah dengan menuntut pembaruanpembaruan hukum yang tidak menguntungkan perempuan, dan mengubah hukum ini menjadi peraturan-peraturan baru yang memperlakukan perempuan setara dengan laki-laki Feminisme Marxis-Sosialis Aliran ini berupaya menghilangkan struktur kelas dalam masyarakat berdasarkan jenis kelamin dengan melontarkan isu bahwa ketimpangan peran antara kedua jenis kelamin itu sesungguhnya lebih disebabkan oleh faktor budaya alam. Struktur ekonomi atau kelas di dalam masyarakat memberikan pengaruh efektif terhadap status perempuan, karena itu, untuk mengangkat harkat dan martabat perempuan supaya seimbang dengan laki-laki, diperlukan peninjauan kembali struktur secara mendalam, terutama dengan menghapuskan dikotomi pekerjaan sektor domestik dan sektor publik. 3. Feminisme Radikal Gerakan feminis radikal dapat didefinisikan sebagi gerakan perempuan yang berjuang di dalam realitas seksual, dan kurang pada realitas-realitas lainnya. Karena itu gerakan ini terutama mempersoalkan bagaimana caranya masyarakat. Kelompok yang paling ekstrem dari gerakan kaum feminis radikal bahkan berusaha memutuskan hubungannya dengan laki-laki. Kelompok ekstrem ini menamakan kaum feminis lesbian. Mereka berkata ini dari politik kaum feminis lesbian adalah berusaha menunjukkan bahwa hubungan heteroksesual sebagai suatu lembaga dan ideologi merupakan benang utama dari kekuatan laki-laki. 8 Arief Budiman, Pembagian Kerja, hlm

13 4. Feminisme Sosialis Gerakan feminisme sosialis lebih difokuskan kepada penyadaran kaum perempuan akan posisi mereka yang tertindas. Menurut mereka banyak perempuan yang tidak sadar bahwa mereka adalah kelompok yang ditindas oleh sistem partiarkhi. Contohnya, dengan menonjolkan isu-isu betapa perempuan diperlakukan tidak manusiawi, dikurung dalam sangkar emas, sampai pada isu mengapa perempuan yang harus membuat kopi untuk pada suami dan sebagainya. Timbulnya kesadaran ini akan membuat kaum perempuan bangkit emosinya, dan secara kelompok diharapkan mengadakan konflik langsung dengan kelompok dominan ( laki-laki ). Semakin tinggi tingkat konflik antara kelas perempuan dan kelas dominan, diharapkan dapat meruntuhkan sistem partiarkhi. 9 Menurut Drs. H. Yubahar Ilyas, Lc., M.A., para feminis yang beragama Islam, tapi tidak mempersoalkan ajaran Islam, baik normativitas maupun historisitasnya, dan sepenuhnya berdasarkan perspektif feminism, baik liberal, radikal, Marxis, Sosialis dan aliran lainnya, maka feminis seperti itu tidak penulis kategorikan sebagai feminis Muslim. Di antara para feminis Muslim kontemporer yang mempersoalkan historisitas ajaran Islam adalah Asghar Ali Engineer, Riffat Hasan dan Amina Wadud Muhsin. Dalam pandangan mereka bertiga, Al-Qur an tidak melihat inferioritas perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Laki-laki dan perempuan, menurut mereka, setara dalam pandangan Allah SWT. Hanya para mufassirlah ----yang hampir semuanya laki-laki itu--- yang menafsirkan ayat-ayat Al-Qur an secara tidak tepat. Di antara ayat-ayat yang penafsirannya mereka persoalkan adalah ayat-ayat tentang penciptaan perempuan, kepimimpinan rumah tangga, kesaksian dan kewarisan perempuan. Asghar Ali Engineer adalah seorang pemikir dan teologi Islam dari India dengan reputasi internasional. Untuk mendapatkan gambaran tentang 9 Ratna Megawangi, Perkembangan, hlm. 10.

14 bagaimana pandangan Asghar tentang hak-hak perempuan dalam Islam mari kita kutip paragraf pengantar buku yang dia tulis sendiri : Walaupun Al-Qur an menganugerahkan status yang setara bagi lakilaki dan perempuan dalam pengertian normatif, namun Al-Qur an juga mengakui adanya superioritas laki-laki dalam konteks sosial tertentu. Namun, para teolog telah mengabaikan konteks tersebut dan menjadikan laki-laki sebagai makhluk superior dalam pengertian yang absolut. 10 Terakhir tentang Amina Wadud Muhsin, dalam bukunya yang berjudul Wanita di dalam Al-Qur an, Amina mencoba menafsirkan kembali beberapa ayat-ayat tentang perempuan dengan metodologi model hermeneutik, yaitu : Salah satu bentuk metode penafsiran kitab suci, yang di dalam pengoperasiannya untuk memperoleh kesimpulan makna suatu teks (ayat), selalu berhubungan dengan tiga aspek dari teks itu yakni : 1. ddalam konteks apa suatu teks ditulis (jika dikaitkan dengan Al-Qur an, dalam konteks apa ayat itu diwahyukan); 2. Bagaimana komposisi tata bahasa teks (ayat) tersebut (bagaimana pengungkapannya, apa yang dikatakannya) dan 3. Bagaimana keseluruhan teks (ayat), Weltanschauung-nya atau pandangan hidupnya. Kerapkali perbedaan pendapat bisa dilacak dari variasi dalam penekanan ketiga aspek ini Asghar Ali Engineer, Hak-hak Perempuan dalam Islam, terjemahan Farid Wajidi dan Cici Farkha Assegaf (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1994), hlm. Xi-xii. 11 Amina Wadud Muhsin, Wanita di dalam Al-Qur an, terjemahan Yaziar Radianri (Bandung:Pustaka, 1994), hlm. 4.

15 III. KESIMPULAN Dalam makalah ini dapat disimpulkan bahwa Istilah gender digunakan berbeda dengan sex. Gender digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi sosial-budaya. Sementara sex digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi anatomi biologi. Selain itu, Berbicara hubungan wanita dan pria dalam Islam pada prinsipnya dapat disebut sama artinya dengan berbicara sekitar kemitrasejajaran pria dan wanita. Sebab dalam Islam secara prinsip hubungan kedua jenis kelamin ini adalah sejajar di hadapan Allah (khaliq). Al qur an mengakui adanya perbedaan (distinction) antara laki-laki dan perempuan, tetapi perbedaan tersebut bukanlah pembedaan (discrimination) yang menguntungan satu pihak dan merugikan pihak lainya. Perbedaan tersebut dimaksudkan untuk mendukung misi pokok al qur an, yaitu terciptanya hubungan harmonis yang didasari rasa kasih sayang (mawaddah wa rahmah) dilingkungan keluarga. Dan yang terakhir, paham mengenai feminisme menunculkan banyak aliran-aliran yaitu aliran Feminisme liberal, Feminisme marxsosialis, feminisme radikal, dan feminisme sosialis. Sedangkan para feminis muslim sendiri beranggapan bahwa Al-Qur an tidak melihat inferioritas perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Laki-laki dan perempuan, menurut mereka, setara dalam pandangan Allah SWT. Hanya para mufassirlah ----yang hampir semuanya laki-laki itu--- yang menafsirkan ayat-ayat Al-Qur an secara tidak tepat.

16 DAFTAR PUSTAKA Supiana Metodologi Studi Islam. Jakarta : Direktorat Pendidikan Tinggi Islam. Umar, Nasaruddin Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Al-Qur'an. Jakarta: Paramadina. Bhasin, Kamla dan Nighat Said Khan, Persoalan Pokok Mengenai Feminisme dan Relevansinya, diterjemahkan S. Herlina. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Muhsin, Amina Wadud Wanita di dalam Al-Qur an, diterjemahkan Yaziar Radianri. Bandung:Pustaka Engineer, Asghar Ali Hak-hak Perempuan dalam Islam, diterjemahkan Farid Wajidi dan Cici Farkha Assegaf. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya. Qahab, Gusnarib Gender dalam Perspektif Islam Jurnal Hunafa Vol. 5, No. 2.

STUDI TENTANG KESETARAAN GENDER

STUDI TENTANG KESETARAAN GENDER STUDI TENTANG KESETARAAN GENDER Oleh: Dr. Marzuki PKnH FIS -UNY Pendahuluan 1 Isu-isu tentang perempuan masih aktual dan menarik Jumlah perempuan sekarang lebih besar dibanding laki-laki Perempuan belum

Lebih terperinci

GENDER DALAM PERSPEKTIF AGAMA (ISLAM)

GENDER DALAM PERSPEKTIF AGAMA (ISLAM) GENDER DALAM PERSPEKTIF AGAMA (ISLAM) Oleh: Dr. Marzuki Pusat Studi Wanita Universitas Negeri Yogyakarta 1 Pendahuluan1 Isu-isu tentang perempuan masih aktual dan menarik hingga sekarang ini. Sekarang

Lebih terperinci

HANIFAH MUYASSARAH FAK. DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM IMAM GHAZALI CILACAP

HANIFAH MUYASSARAH FAK. DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM IMAM GHAZALI CILACAP HANIFAH MUYASSARAH FAK. DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM IMAM GHAZALI CILACAP WACANA GENDER Wacana gender dalam masyarakat pesantren sangat kontradiktif disamping memang tidak diketemukan dalam kitab-kitab

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN RIFFAT HASSAN DAN MANSOUR FAKIH TENTANG KESETARAAN JENDER DALAM ISLAM: SEBUAH PERBANDINGAN

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN RIFFAT HASSAN DAN MANSOUR FAKIH TENTANG KESETARAAN JENDER DALAM ISLAM: SEBUAH PERBANDINGAN BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN RIFFAT HASSAN DAN MANSOUR FAKIH TENTANG KESETARAAN JENDER DALAM ISLAM: SEBUAH PERBANDINGAN A. Persamaan antara Pemikiran Riffat Hassan dan Mansour Fakih tentang Kesetaraan Jender

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERLINDUNGAN HAK NAFKAH PEREMPUAN DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF FEMINISME

BAB IV ANALISIS PERLINDUNGAN HAK NAFKAH PEREMPUAN DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF FEMINISME 51 BAB IV ANALISIS PERLINDUNGAN HAK NAFKAH PEREMPUAN DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF FEMINISME A. Analisis Terhadap Perlindungan Hak Nafkah Perempuan dalam Kompilasi Hukum Islam Hak perkawinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV TAFSIR QUR AN SURAT AL-NISÂ AYAT 34 PERSPEKTIF ASGHAR ALI ENGINEER. A. Konsep Kesetaraan Gender Perspektif Asghar Ali Engineer

BAB IV TAFSIR QUR AN SURAT AL-NISÂ AYAT 34 PERSPEKTIF ASGHAR ALI ENGINEER. A. Konsep Kesetaraan Gender Perspektif Asghar Ali Engineer BAB IV TAFSIR QUR AN SURAT AL-NISÂ AYAT 34 PERSPEKTIF ASGHAR ALI ENGINEER A. Konsep Kesetaraan Gender Perspektif Asghar Ali Engineer Dalam sebuah rentetan sejarah, telah terjadi dominasi laki-laki dalam

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional ( 2005:588), konsep didefenisikan sebagai

Lebih terperinci

Merupakan metodologi penafsiran Al Qur an Bertujuan untuk menghasilkan produk tafsir berkeadilan Gender Kerangka berpikir didasari oleh Pemikiran

Merupakan metodologi penafsiran Al Qur an Bertujuan untuk menghasilkan produk tafsir berkeadilan Gender Kerangka berpikir didasari oleh Pemikiran Merupakan metodologi penafsiran Al Qur an Bertujuan untuk menghasilkan produk tafsir berkeadilan Gender Kerangka berpikir didasari oleh Pemikiran Amina Wadud Konsep terstruktur untuk menafsirkan Al Qur

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Munculnya feminisme memang tak lepas dari akar persoalan yang ada di kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih dianggap sebagai makhluk inferior.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun lalu. Penelitian terhadap karya sastra penting

Lebih terperinci

BAB II. Kajian Pustaka. hukum adat. Harta orangtua yang tidak bergerak seperti rumah, tanah dan sejenisnya

BAB II. Kajian Pustaka. hukum adat. Harta orangtua yang tidak bergerak seperti rumah, tanah dan sejenisnya BAB II Kajian Pustaka 2.1. Perempuan Karo Dalam Perspektif Gender Dalam kehidupan masyarakat Batak pada umumnya dan masyarakat Karo pada khususnya bahwa pembagian harta warisan telah diatur secara turun

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan BAB V PENUTUP Pada bagian ini peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan kesimpulan dan saran sebagai penutup dari pendahuluan hingga analisa kritis yang ada dalam bab 4. 5.1 Kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun

BAB I PENDAHULUAN. gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembicaraan tentang gender sudah semakin merebak. Konsep gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Masyarakat hidup secara berkelompok dalam suatu kesatuan sistem sosial atau organisasi. Salah satu bidang dalam organisasi yaitu bidang politik (Wirawan,

Lebih terperinci

Analisis Gender dan Transformasi Sosial Pembahas: Luh Anik Mayani

Analisis Gender dan Transformasi Sosial Pembahas: Luh Anik Mayani Analisis Gender dan Transformasi Sosial Pembahas: Luh Anik Mayani Pokok bahasan dalam buku Analisis Gender dan Transformasi Sosial karya Mansour Fakih ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu tentang analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik 68 BAB IV KESIMPULAN Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik (ekonomi) merupakan konsep kesetaraan gender. Perempuan tidak selalu berada dalam urusan-urusan domestik yang menyudutkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perempuan adalah tiang negara, artinya tegak runtuhnya suatu negara berada di tangan kaum perempuan. Penerus peradaban lahir dari rahim seorang perempuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seluruh umat Muslim di dunia. Dalam ibadah yang disyariatkan Allah kepada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seluruh umat Muslim di dunia. Dalam ibadah yang disyariatkan Allah kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mendirikan shalat merupakan suatu ibadah yang wajib dilakukan bagi seluruh umat Muslim di dunia. Dalam ibadah yang disyariatkan Allah kepada manusia tersebut,

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. 1. Kesimpulan

BAB VI PENUTUP. 1. Kesimpulan BAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan Kedudukan perempuan dalam pandangan ajaran Islam tidak sebagaimana diduga atau dipraktekkan sementara masyarakat. Ajaran Islam pada hakikatnya memberikan perhatian yang sangat

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Praktik poligami dalam bentuk tindakan-tindakan seksual pada perempuan dan keluarga dekatnya telah lama terjadi dan menjadi tradisi masyarakat tertentu di belahan

Lebih terperinci

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang melahirkan aliran feminisme, yakni: 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik * *Tokoh : Robert Merton & Talcott Parsons. *Teori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERSPEKTIF FEMINISME. emansipasi atau kesamaan dan keadilan hak dengan lelaki baik bersifat struktural

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERSPEKTIF FEMINISME. emansipasi atau kesamaan dan keadilan hak dengan lelaki baik bersifat struktural 14 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERSPEKTIF FEMINISME Feminisme merupakan sebuah gerakan perempuan yang menuntut emansipasi atau kesamaan dan keadilan hak dengan lelaki baik bersifat struktural maupun personal.sebagai

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perempuan di berbagai belahan bumi umumnya dipandang sebagai manusia yang paling lemah, baik itu oleh laki-laki maupun dirinya sendiri. Pada dasarnya hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan oleh masyarakat kadang-kadang masih dianggap sebagai manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan tidak lebih penting

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Behavior dalam Pandangan Nitze tentang Perspektif Tuan dan Buruh Sosiologi perilaku memusatkan perhatian pada hubungan antara pengaruh perilaku seorang aktor terhadap lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk organ tubuh masyarakat. Jika keluarga baik, masyarakat secara

BAB I PENDAHULUAN. membentuk organ tubuh masyarakat. Jika keluarga baik, masyarakat secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sudah menjadi aksioma bahwa keluarga adalah sel hidup utama yang membentuk organ tubuh masyarakat. Jika keluarga baik, masyarakat secara keseluruhan akan ikut baik

Lebih terperinci

KESETARAAN GENDER DALAM ISLAM. Jihan Abdullah *

KESETARAAN GENDER DALAM ISLAM. Jihan Abdullah * KESETARAAN GENDER DALAM ISLAM Jihan Abdullah * Abstract This paper deals with Gender equality from the perspective of Islam. To establish an equal Gender relation, it is necessary to eliminate unfair relation

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Peran Pekerjaan dan Keluarga Fenomena wanita bekerja di luar rumah oleh banyak pihak dianggap sebagai sesuatu yang relatif baru bagi masyarakat Indonesia. Kendati semakin lumrah,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki dan perempuan dibedakan sesuai dengan perannya masing-masing yang dikonstruksikan

Lebih terperinci

PERSPEKTIF GENDER DALAM ISLAM, Pendekatan Tafsir Al-Qur an Dan Kritik Hadits * H. Yunahar Ilyas ** Abstrak

PERSPEKTIF GENDER DALAM ISLAM, Pendekatan Tafsir Al-Qur an Dan Kritik Hadits * H. Yunahar Ilyas ** Abstrak PERSPEKTIF GENDER DALAM ISLAM, Pendekatan Tafsir Al-Qur an Dan Kritik Hadits * H. Yunahar Ilyas ** Abstrak Pembicaraan mengenai isu gender sudah banyak dikumandangkan baik dikalangan umum maupun di kalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan terhadap sesama manusia, sumber maupun alasannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan terhadap sesama manusia, sumber maupun alasannya A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kekerasan terhadap sesama manusia, sumber maupun alasannya bermacam-macam, seperti politik, rasisme bahkan keyakinan keagamaan/apa saja.dalam bentuk ekstrim,

Lebih terperinci

RAPOR MERAH KAUM FEMINIS Kritik atas Relativitas Tafsir Feminisme terhadap Al-Quran. Nunuy Nurjanah

RAPOR MERAH KAUM FEMINIS Kritik atas Relativitas Tafsir Feminisme terhadap Al-Quran. Nunuy Nurjanah RAPOR MERAH KAUM FEMINIS Kritik atas Relativitas Tafsir Feminisme terhadap Al-Quran Nunuy Nurjanah Tulisan ini akan memaparkan 1. fakta adanya upaya-upaya penafsiran ulang terhadap Al-Quran yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Realitas Patriarkhi dalam Pesantren di Kabupaten Kediri

BAB V PENUTUP. dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Realitas Patriarkhi dalam Pesantren di Kabupaten Kediri 198 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan data yang telah dipaparkan pada bab terdahulu dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Realitas Patriarkhi dalam Pesantren di Kabupaten Kediri Pondok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan

BAB I PENDAHULUAN. masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Timbulnya anggapan bahwa perempuan merupakan kaum lemah masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan perempuan yang telah di konstruksikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN MENURUT MASDAR FARID MAS UDI DAN KIAI HUSEN MUHAMMAD

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN MENURUT MASDAR FARID MAS UDI DAN KIAI HUSEN MUHAMMAD BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN MENURUT MASDAR FARID MAS UDI DAN KIAI HUSEN MUHAMMAD A. Persamaan dan Perbedaan Pandangan Masdar Farid Mas udi dan Kiai Husen Muhammad Tentang Kepemimpinan Perempuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Relasi Kekuasaan Sejarah perbedaan gender (gender differences) antara manusia jenis laki- laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

Lebih terperinci

EKSISTENSI MANUSIA. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. MUHAMMAD ALVI FIRDAUSI, S.Si, MA. Modul ke: Fakultas TEHNIK

EKSISTENSI MANUSIA. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. MUHAMMAD ALVI FIRDAUSI, S.Si, MA. Modul ke: Fakultas TEHNIK Modul ke: EKSISTENSI MANUSIA Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Fakultas TEHNIK MUHAMMAD ALVI FIRDAUSI, S.Si, MA Program Studi INFORMATIKA www.mercubuana.ac.id Dari proses sebelum lahir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan berdasarkan imajinasi dan berlandaskan pada bahasa yang digunakan untuk memperoleh efek makna tertentu guna mencapai efek estetik. Sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang

Lebih terperinci

2016 EKSISTENSI MAHASISWI D ALAM BERORGANISASI D I LINGKUNGAN FAKULTAS PEND ID IKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

2016 EKSISTENSI MAHASISWI D ALAM BERORGANISASI D I LINGKUNGAN FAKULTAS PEND ID IKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mahasiswa identik dengan kaum terdidik yang sedang menjalani proses pematangan intelektual. Peran ganda yang dijalani oleh mahasiswa mendorong mereka untuk

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam Modul ke: 06Fakultas Ekonomi dan Bisnis Akhlak Sosial Islam Dr. Achmad Jamil, M.Si Program Studi S1 Manajemen Akhlak Sosial Islami Terkait dengan hidup sosial bersama orang lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dalam penelitian ini, peneliti meneliti mengenai pemaknaan pasangan suami-istri di Surabaya terkait peran gender dalam film Erin Brockovich. Gender sendiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian tantang Analisis Perbedaan Persepsi Mahasiswa dan Mahasiswi Akuntansi S1 Terhadap Pentinngnya Laporan Keuangan (Studi Pada Program Studi Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki pada posisi dan kekuasaan yang lebih dominan dibandingkan perempuan. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tersebut didasarkan pada Pasal 28 UUD 1945, beserta

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tersebut didasarkan pada Pasal 28 UUD 1945, beserta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan bebas dan segala bentuk kekerasan sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD 1945. Pandangan tersebut didasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan 1. Mulyasa

BAB I PENDAHULUAN. paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan 1. Mulyasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan 1. Mulyasa mengungkapkan kepala sekolah bertanggung

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN FIQH SIYASAH DAN UU NO. 8 TAHUN 2012 MENGENAI IMPLEMENTASI KUOTA 30% KETERWAKILAN CALON LEGISLATIF PEREMPUAN DI DAPIL 4 GRESIK

BAB IV TINJAUAN FIQH SIYASAH DAN UU NO. 8 TAHUN 2012 MENGENAI IMPLEMENTASI KUOTA 30% KETERWAKILAN CALON LEGISLATIF PEREMPUAN DI DAPIL 4 GRESIK 74 BAB IV TINJAUAN FIQH SIYASAH DAN UU NO. 8 TAHUN 2012 MENGENAI IMPLEMENTASI KUOTA 30% KETERWAKILAN CALON LEGISLATIF PEREMPUAN DI DAPIL 4 GRESIK A. Analisis Terhadap Implementasi kuota 30% Keterwakilan

Lebih terperinci

Tafsir Edisi 3 : Sekali Lagi: Pemimpin Perempuan!

Tafsir Edisi 3 : Sekali Lagi: Pemimpin Perempuan! Pemimpin didefinisikan sebagai orang yang diikuti ucapan dan tindakannya, baik mau pun yang buruk. Kaum muslimin menyebutnya: Imam atau sebuatan lain yang semakna. Al Qur-an menyatakan : "Dan Kami telah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Bentuk marginalisasi yang terdapat dalam novel Adam Hawa karya. Muhidin M. Dahlan terdapat 5 bentuk. Bentuk marginalisasi tersebut

BAB V PENUTUP. 1. Bentuk marginalisasi yang terdapat dalam novel Adam Hawa karya. Muhidin M. Dahlan terdapat 5 bentuk. Bentuk marginalisasi tersebut BAB V PENUTUP A. Simpulan Setelah dilakukan penelitian sesuai dengan fokus permasalahan, tujuan penelitian dan uraian dalam pembahasan, diperoleh simpulan sebagai berikut. 1. Bentuk marginalisasi yang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 318 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan capaian hasil penelitian dan pembahasan seperti yang tertuang pada bab IV, bahwa penelitian ini telah menghasilkan dua analisis, pertama

Lebih terperinci

Artikel HUMANIORA: KEKERASAN GENDER DALAM WACANA TAFSIR KEAGAMAAN DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF ISLAM 1. Oleh: Marzuki 2

Artikel HUMANIORA: KEKERASAN GENDER DALAM WACANA TAFSIR KEAGAMAAN DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF ISLAM 1. Oleh: Marzuki 2 Artikel HUMANIORA: KEKERASAN GENDER DALAM WACANA TAFSIR KEAGAMAAN DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF ISLAM 1 Oleh: Marzuki 2 Abstrak Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran wacana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses memberikan manusia berbagai macam situasi yang bertujuan memberdayakan diri. 1 Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian terhadap perempuan dalam roman Au Bonheur des Dames karya Émile Zola yang diambil sebagai objek penelitian ini memiliki beberapa implikasi.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Perilaku 1. Definisi Perilaku Menurut Skinner dalam Notoatmojo (2003), perilaku merupakan respon berdasarkan stimulus yang diterima dari luar maupun dari dalam

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. digolongkan dalam beberapa bagian: Pertama, perempuan mempunyai. Ketiga, teks keagamaan sangat menghargai perempuan, sehingga

BAB V PENUTUP. digolongkan dalam beberapa bagian: Pertama, perempuan mempunyai. Ketiga, teks keagamaan sangat menghargai perempuan, sehingga BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Konsep keadilan gender perspekitf Mansour Fakih sebenarnya memiliki cakupan luas, akan tetapi pemikiran Mansour Fakih tersebut dapat di ringkas, yaitu bahwa keadilan gender,

Lebih terperinci

{mosimage}pergaulan Berdasarkan Sistem Islam, Bukan Nilai-nilai Barat yang Rusak

{mosimage}pergaulan Berdasarkan Sistem Islam, Bukan Nilai-nilai Barat yang Rusak {mosimage}pergaulan Berdasarkan Sistem Islam, Bukan Nilai-nilai Barat yang Rusak Sistem pergaulan adalah sistem yang mengatur interaksi antara laki-laki dan perempuan di tengah masyarakat. Sistem pergaulan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. ISLAM DAN ISU-ISU KONTEMPORER Oleh E.S

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. ISLAM DAN ISU-ISU KONTEMPORER Oleh E.S PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ISLAM DAN ISU-ISU KONTEMPORER Oleh E.S ISLAM dan ISU-ISU KONTEMPORER P A I Demokrasi dan Kepemimpinan Islam Musyawarah Islam Versus Demokrasi Teokrasi dan Demokrasi Titik Temu Demokrasi

Lebih terperinci

1Konsep dan Teori Gender

1Konsep dan Teori Gender 1Konsep dan Teori Gender Pengantar Dalam bab ini akan disampaikan secara detil arti dan makna dari Gender, serta konsepsi yang berkembang dalam melihat gender. Hal-hal mendasar yang perlu dipahami oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra menggambarkan jiwa masyarakat. Karya sastra sebagai interpretasi kehidupan, melukiskan perilaku kehidupan manusia yang terjadi dalam masyarakat. Segala

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN INDIVIDU. DINA MARTIANY, S.H., M.Si.

LAPORAN PENELITIAN INDIVIDU. DINA MARTIANY, S.H., M.Si. LAPORAN PENELITIAN INDIVIDU DINA MARTIANY, S.H., M.Si. PERSEPSI KALANGAN PESANTREN TERHADAP RELASI PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI (STUDI DI JAWA TIMUR DAN JAWA TENGAH) PUSAT PENELITIAN BADAN KEAHLIAN DPR-RI TAHUN

Lebih terperinci

Issue Gender & gerakan Feminisme. Rudy Wawolumaja

Issue Gender & gerakan Feminisme. Rudy Wawolumaja Issue Gender & gerakan Feminisme Rudy Wawolumaja Feminsisme Kaum feminis berpandangan bahwa sejarah ditulis dari sudut pandang pria dan tidak menyuarakan peran wanita dalam membuat sejarah dan membentuk

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. telah terdapat beberapa kesimpulan sebagaimana berikut: perempuan tercermin dalam kalimat wa bimaa anfaqu min amwaalihim yang

BAB V PENUTUP. telah terdapat beberapa kesimpulan sebagaimana berikut: perempuan tercermin dalam kalimat wa bimaa anfaqu min amwaalihim yang BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian penelitian pada bab-bab sebelumnya, maka setidaknya telah terdapat beberapa kesimpulan sebagaimana berikut: 1. Kelebihan laki-laki atas perempuan yang terdapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gender dengan kata seks atau jenis kelamin yang ditentukan secara biologis. Misalnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gender dengan kata seks atau jenis kelamin yang ditentukan secara biologis. Misalnya BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gender dan Kekerasan Terhadap Perempuan Menurut fakih (1996) dalam memahami konsep gender maka harus dibedakan pada kata gender dengan kata seks atau jenis kelamin yang ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam masyarakat. Kehidupan sosial, kehidupan individu, hingga keadaan psikologi tokoh tergambar

Lebih terperinci

Pemahaman Analisis Gender. Oleh: Dr. Alimin

Pemahaman Analisis Gender. Oleh: Dr. Alimin Pemahaman Analisis Gender Oleh: Dr. Alimin 1 2 ALASAN MENGAPA MENGIKUTI KELAS GENDER Isu partisipasi perempuan dalam politik (banyak caleg perempuan) Mengetahui konsep gender Bisa menulis isu terkait gender

Lebih terperinci

KOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA

KOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA KOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA Disusun Oleh : ANDRE RISPANDITA HIRNANTO D 1114001 SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat masih terkungkung oleh tradisi gender, bahkan sejak masih kecil. Gender hadir di dalam pergaulan, percakapan, dan sering juga menjadi akar perselisihan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kajian perempuan merupakan suatu kajian yang sangat menarik perhatian. Hal ini terbukti banyak penelitian tentang kaum perempuan. Perempuan merupakan hal penting

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan paparan pada bab-bab terdahulu, penulis dengan segenap kesadarannya dan berupaya untuk mengambil beberapa kesimpulan dari uraian-uraian di atas, sebagai jawaban

Lebih terperinci

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR Norma dan nilai gender dalam masyarakat merujuk pada gagasan-gagasan tentang bagaimana seharusnya

Lebih terperinci

Assalamu alaikum wr. wb.

Assalamu alaikum wr. wb. Assalamu alaikum wr. wb. Islam dan Isu-Isu Kontemporer Pada pokok bahasan Islam dan Isu-isu kontemporer ini akan dibahas: 1. Islam dan Demokrasi 2. Islam dan Masalah Gender 3. Islam dan Hak Azasi Manusia

Lebih terperinci

BAB VII CATATAN REFLEKSI PENDAMPINGAN. yang melatarbelakanginya. Dari persoalan ekonomi, pendidikan, agama, budaya,

BAB VII CATATAN REFLEKSI PENDAMPINGAN. yang melatarbelakanginya. Dari persoalan ekonomi, pendidikan, agama, budaya, BAB VII CATATAN REFLEKSI PENDAMPINGAN A. Nikah Sirri: Problem yang Kompleks Praktik nikah sirri di Indonesia tidak terlepas dari rantai permasalahan yang melatarbelakanginya. Dari persoalan ekonomi, pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi melangsungkan eksistensinya sebagai makhluk. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan psikologis dimana

Lebih terperinci

Hakikat Manusia Menurut Islam

Hakikat Manusia Menurut Islam Hakikat Manusia Menurut Islam Manusia adalah salah satu makhluk ciptaan Allah SWt yang memiliki peranan penting dalam kehidupan di muka bumi. Manusia juga dipandang sebagai makhluk yang paling tinggi derajatnya

Lebih terperinci

BAB II. Kajian Pustaka. Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9

BAB II. Kajian Pustaka. Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9 BAB II Kajian Pustaka Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9 Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) sudah menjadi isu yang sangat penting dan sudah menjadi komitmen bangsa-bangsa di dunia

Lebih terperinci

Mendidik Anak Menuju Surga. Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Tugas Mendidik Generasi Unggulan

Mendidik Anak Menuju Surga. Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Tugas Mendidik Generasi Unggulan Mendidik Anak Menuju Surga Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA Tugas Mendidik Generasi Unggulan Pendidikan merupakan unsur terpenting dalam proses perubahan dan pertumbuhan manusia. Perubahan dan pertumbuhan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkebunan merupakan aktivitas budi daya tanaman tertentu pada lahan yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman tahunan yang jenis

Lebih terperinci

Cara Pandang HAM dan Islam terhadap Bagian Perempuan Dalam Hukum Waris Islam

Cara Pandang HAM dan Islam terhadap Bagian Perempuan Dalam Hukum Waris Islam Cara Pandang HAM dan Islam terhadap Bagian Perempuan Dalam Hukum Waris Islam Muhammad Ilyas Program Studi Pendidikan Islam, Fakultas Pascasarjana, Universitas Ibnu Khaldun ABSTRAK Tulisan ini mengkaji

Lebih terperinci

MENGENAL ISLAM. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK H. U. ADIL, SS., SHI., MH. Modul ke: Fakultas ILMU KOMPUTER

MENGENAL ISLAM. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK H. U. ADIL, SS., SHI., MH. Modul ke: Fakultas ILMU KOMPUTER Modul ke: MENGENAL ISLAM Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK Fakultas ILMU KOMPUTER H. U. ADIL, SS., SHI., MH. Program Studi SISTEM INFORMASI www.mercubuana.ac.id Sumbangan Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi fisik yang lebih lemah dan dikenal lembut sering menjadi alasan untuk menempatkan kaum perempuan dalam posisi yang lebih rendah dari lakilaki. Secara

Lebih terperinci

Munakahat ZULKIFLI, MA

Munakahat ZULKIFLI, MA Munakahat ZULKIFLI, MA Perkawinan atau Pernikahan Menikah adalah salah satu perintah dalam agama. Salah satunya dijelaskan dalam surat An Nuur ayat 32 : Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan-perusahaan, terutama perbankan, banyak mengeluarkan produk

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan-perusahaan, terutama perbankan, banyak mengeluarkan produk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ekonomi syariah, banyak dibicarakan beberapa tahun belakangan ini. Perusahaan-perusahaan, terutama perbankan, banyak mengeluarkan produk yang berlabel syariah.

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas dan menjelaskan hasil dan analisis pengujian

BAB 6 PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas dan menjelaskan hasil dan analisis pengujian BAB 6 PEMBAHASAN Pada bab ini akan membahas dan menjelaskan hasil dan analisis pengujian terhadap hipotesis yang telah diajukan. Penjelasan secara diskripsi tentang hasil pnelitian ini menekankan pada

Lebih terperinci

EMPAT AGENDA ISLAM YANG MEMBEBASKAN

EMPAT AGENDA ISLAM YANG MEMBEBASKAN l Edisi 001, Agustus 2011 EMPAT AGENDA ISLAM YANG MEMBEBASKAN P r o j e c t i t a i g k a a n D Luthfi Assyaukanie Edisi 001, Agustus 2011 1 Edisi 001, Agustus 2011 Empat Agenda Islam yang Membebaskan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi bahkan hampir seluruh waktu yang kita habiskan adalah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi bahkan hampir seluruh waktu yang kita habiskan adalah untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan keseharian kita tidak akan pernah terlepas dari kegiatan komunikasi bahkan hampir seluruh waktu yang kita habiskan adalah untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

FENOMENA PEMISAHAN ANTARA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DALAM PEMBELAJARAN DITINJAU DARI SEGI PANDANGAN ISLAM

FENOMENA PEMISAHAN ANTARA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DALAM PEMBELAJARAN DITINJAU DARI SEGI PANDANGAN ISLAM FENOMENA PEMISAHAN ANTARA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DALAM PEMBELAJARAN DITINJAU DARI SEGI PANDANGAN ISLAM S K R I P S I Diajukan Oleh : LATIFAH Mahasiswi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Zawiyah Cot Kala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran kaum perempuan Indonesia dalam menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam menegakkan NKRI dipelopori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut

BAB I PENDAHULUAN. ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan ekspresi kreatif untuk menuangkan ide, gagasan, ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut akan senantiasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi perseorangan maupun kelompok. Dengan jalan perkawinan yang sah, pergaulan laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh daya saing dan keterampilan (meritokration). Pria dan wanita sama-sama

BAB I PENDAHULUAN. oleh daya saing dan keterampilan (meritokration). Pria dan wanita sama-sama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi yang penuh dengan persaingan, peran seseorang tidak lagi banyak mengacu kepada norma-norma kebiasaan yang lebih banyak mempertimbangkan

Lebih terperinci

PERAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER. Erniati*

PERAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER. Erniati* PERAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER Erniati* Abstract This writing intends to explain the role (the right and duty) of woman in gender perspective development. Gender perpective development

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A.

BAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A. BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Kajian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Nikmawati yang berjudul Perlawanan Tokoh Terhadap Diskriminasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49).

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Quran dinyatakan bahwa hidup berpasang-pasangan, hidup berjodoh-jodohan adalah naluri segala makhluk Allah, termasuk manusia. 1 Dalam surat Adz-Dzariyat ayat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Laki-laki dan perempuan memang berbeda, tetapi bukan berarti perbedaan itu diperuntukkan untuk saling menindas, selain dari jenis kelamin, laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gender Istilah gender diketengahkan oleh para ilmuwan sosial untuk menjelaskan mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan Tuhan dan mana

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH AL QUR AN AL-QURAN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP. Dosen pengampu : Masyhudi Riaman, S.Pd. Disusun Oleh : Sahri Ramadani

TUGAS MATA KULIAH AL QUR AN AL-QURAN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP. Dosen pengampu : Masyhudi Riaman, S.Pd. Disusun Oleh : Sahri Ramadani TUGAS MATA KULIAH AL QUR AN AL-QURAN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP Dosen pengampu : Masyhudi Riaman, S.Pd Disusun Oleh : Sahri Ramadani SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL IBROHIMY TANJUNGBUMI BANGKALAN 2012 KATA

Lebih terperinci

2015 OPTIMALISASI ZAKAT PROFESI DALAM UPAYA PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA BANDUNG

2015 OPTIMALISASI ZAKAT PROFESI DALAM UPAYA PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA BANDUNG 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kemiskinan merupakan permasalahan yang dihadapi oleh setiap negara. Kemiskinan absolut merupakan tingkat kemiskinan yang diukur berdasarkan suatu garis kemiskinan tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya

Lebih terperinci