Kata kunci : Kecemasan, Pasca Bercerai, wanita Dewasa Awal

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kata kunci : Kecemasan, Pasca Bercerai, wanita Dewasa Awal"

Transkripsi

1 ABSTRAKS KECEMASAN PASCA BERCERAI PADA WANITA DEWASA AWAL SARAH HOTMAULI Pembimbing : Prof. Dr. A. M. Heru Basuki, Mpsi Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam gambaran kecemasan pada wanita dewasa awal pasca bercerai, faktor-faktor penyebab kecemasan dan faktor-faktor yang menyebabkan bercerai. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Subjek dalam penelitian ini berjumlah satu orang dengan karakteristik berjenis kelamin wanita berada pada usia tahun dan berstatus janda. Wawancara yang dilakukan adalah berdasarkan pedoman wawancara yang ditulis secara rinci, lengkap dengan set pertanyaan, dan penjabarannya dalam kalimat. Observasi non partisipan adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara dimana peneliti berada diluar subjek yang diteliti dan tidak ikut dalam kegiatan yang mereka lakukan. Sedangkan observasi berstruktur adalah observasi dimana pengamat dalam melaksanakan observasinya mennggunakan pedoman pengamatan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa subjek mengalami kecemasan seperti sedih karena keluarganya tidak ada yang membantu, kecewa atas pernikahan dan kehidupan yang dialaminya, cemas dalam memikirkan kebutuhan hidup sehari-hari dengan tiga orang anak, wanita dewasa awal juga harus bisa mengatur ekonomi keluarga secara mandiri dan panik memikirkan masa depan anak-anaknya. Faktor yang menyebabkan kecemasan pasca bercerai pada wanita dewasa awal adalah sulitnya bagi subjek dalam mencari pekerjaan pada saat wanita tersebut pada awalnya sebagai ibu rumah tangga. Dan faktor yang menyebabkan perceraian pada subjek adalah tidak terdapatnya pencatatan perkawinan sipil sebagai syarat pegawai negeri sipil untuk memasukkan tanggungan anak-anak ke dalam daftar gaji, dan mantan subjek tidak memberikan santunan terhadap keluarga. Tetapi pada akhirnya subjek tersebut mandiri dan tegar dalam menjalani kehidupannya serta mengatasinya dengan berdoa memohon kepada Tuhan YME, selain itu juga wanita dewasa awal mengikuti kegiatan di gereja dan dengan adanya anak-anak yang selalu ada di dekatnya maka wanita dewasa awal ini merasa terhibur. Kata kunci : Kecemasan, Pasca Bercerai, wanita Dewasa Awal 1

2 PENDAHULUAN Latar belakang Masalah Didalam perkembangan hidup manusia selalu dimulai dari berbagai tahapan, yang dimulai dari masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Dalam setiap tahapan perkembangan terdapat tugas-tugas yang khas yang harus diselesaikan oleh individu untuk kemudian dilanjutkan ketahapan berikutnya. Salah satu tahapan dimana individu memulai suatu babak baru dalam kehidupan adalah tahapan dewasa muda (Turner, 1995). Pada saat seseorang telah berhasil melalui masa remaja dan harus menyiapkan diri untuk menghadapi tantangan kehidupan dewasa. Dalam kehidupan dewasa selalu dihadapkan pada suatu proses hidup dimana manusia dewasa harus melalui suatu perkawinan. Pada masyarakat modern, pada umumnya manusia dewasa yang sudah mengalami perkawinan, dalam menjalani kehidupan selalu diikuti oleh perasaan cemas ini dapat dilihat berdasarkan dari jenis kelamin, pengalaman, keadaan ekonomi dan status perkawinan (Mc Neil, dalam Fransisca, 2000). Cemas menurut sebagian ahli psikologi adalah seseorang yang merasa tidak mampu melawan bahaya yang mengancam bila sumbernya tidak diketahui. Menurut Atkinson (1992) orang yang mengalami gangguan kecemasan, baik kecemasan menyeluruh maupun gangguan panik biasanya tidak mengetahui sebabnya mengapa mereka tercekam, ketakutan, sehingga kecemasan ini disebut dengan mengambang dengan bebas atau kecemasan yang tidak jelas penyebabnya. Setiap pasangan tentunya menginginkan kehidupan perkawinannya akan berlangsung lebih lama. Namun, kadang kala sebuah perkawinan harus menghadapi masa-masa sulit yang tidak dapat dielakkan lagi dan akan berakhir dengan perceraian. Perceraian didefinisikan sebagai penghapusan perkawinan dengan putusan hakim, atau tuntutan salah satu pihak dalam perkawinan itu. Secara umum dan logika, kaum pria lebih banyak menderita kecemasan dan rasa takut dalam menghadapi masa depan setelah bercerai, mengingat fungsinya sebagai penanggung jawab atas diri dan keluarganya, serta sebagai pilar utama untuk membahagiakan rumah tangga. Akan tetapi pada kenyataannya setelah melalui penelitian dan studi ilmiah, terbukti bahwa wanitalah yang lebih sering merasakan kecemasan dan ketakutan dalam menghadapi masa depan setelah bercerai (Aqshari, 2007). Derajat kecemasan dan ketakutan akan masa depan setelah bercerai pada diri wanita dewasa awal menjadi lebih jelas dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Wanita dewasa awal lebih sering cemas dan takut setelah bercerai ketika sudah mempunyai anak yang telah memasuki usia sekolah. Selanjutnya pengertian kecemasan pasca bercerai adalah suatu keadaan emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai oleh perasaan tegang, ketakutan, dan gelisah yang bersifat subjektif. Ini disebabkan 2

3 karena adanya situasi yang mengancam yang membahayakan subjek serta sumbernya tidak diketahui, internal dan samar-samar. Argill (dalam Aqshari, 2007) menyakini bahwa rata-rata kecemasan dan ketakutan akan masa depan pada wanita setelah bercerai semakin bertambah, karena mereka menghadapi masalah yang lebih banyak. Itu karena wanita lebih perasa. Artinya, pada tingkat tertentu, mereka lebih sering terpengaruh dengan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sebagai orangtua tunggal (single parent). Selain sebagai orangtua tunggal (single parent) wanita juga mempunyai kesulitan dalam menghadapi masyarakat yang masih berpandangan negatif terhadap perceraian, sehingga hal ini dapat menimbulkan rasa malu dan keputusasaan pada wanita tersebut. Pentingnya penelitian ini karena di Indonesia masih banyak wanita yang mengalami kecemasan pasca bercerai hanya berpedoman kepada kemampuan yang kurang percaya diri dan selalu hanya memikirkan bagaimana kelangsungan hidup sehari-hari bersama anak-anak yang akan beranjak dewasa padahal tidak perlu demikian. Seharusnya mereka membuka diri dan menggali potensi mereka dalam menghadapi kehidupannya sehari-hari supaya mereka tidak cemas menghadapi kemungkinan yang ada dilingkungan hidupnya sebagai single parents. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran kecemasan pada subjek dalam keadaan pasca bercerai? 2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kecemasan pada subjek? 3. Bagaimanakah cara mengatasi kecemasan pada subjek? Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran kecemasan pada subjek pasca bercerai, faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kecemasan pada subjek dan bagaimanakah cara mengatasi kecemasan pada subjek. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki dua manfaat, yaitu : a. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wanita dewasa awal mengalami kecemasan pasca bercerai, seperti sedih karena keluarganya tidak ada yang membantu, kecewa atas pernikahan dan kehidupan yang dialaminya, cemas dalam memikirkan kebutuhan hidup sehari-hari dengan tiga orang anak, wanita dewasa awal juga harus bisa mengatur ekonomi keluarga secara mandiri dan panik memikirkan masa depan anak-anaknya. Faktor yang menyebabkan kecemasan pasca bercerai pada wanita dewasa awal adalah sulitnya bagi wanita dewasa awal dalam mencari pekerjaan pada saat wanita tersebut pada awalnya sebagai ibu rumah tangga. Tetapi pada akhirnya wanita dewasa awal tersebut mandiri dan tegar dalam menjalani kehidupannya serta mengatasinya dengan berdoa memohon kepada Tuhan YME, selain itu juga wanita dewasa awal mengikuti kegiatan di gereja dan dengan adanya anak-anak yang selalu 3

4 ada di dekatnya maka wanita dewasa awal ini merasa terhibur. Dengan penelitian ini di harapkan dapat memberikan masukan bagi setiap wanita, khususnya bagi wanita yang mengalami perceraian memberi gambaran secara mendalam tentang bagaimana kecemasan pada wanita yang bercerai, untuk dapat melihat bagaimana wanita lain mengatasi kecemasannya setelah mengalami perceraian, dan memberikan masukan kepada ahli bahwa selain kekerasan dalam rumah tangga, perselingkuhan, terdapat juga tidak bertanggung jawabnya seseorang dalam rumah tangga yang dapat menimbulkan seseorang bercerai, sehingga konselor perkawinan dapat mengetahui masalah-masalah apa saja yang sering dialami pada wanita yang bercerai, dan bagaimana pula mengatasinya. b. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wanita dewasa awal mengalami kecemasan pasca bercerai, seperti sedih karena keluarganya tidak ada yang membantu, kecewa atas pernikahan dan kehidupan yang dialaminya, cemas dalam memikirkan kebutuhan hidup sehari-hari dengan tiga orang anak, wanita dewasa awal juga harus bisa mengatur ekonomi keluarga secara mandiri dan panik memikirkan masa depan anak-anaknya. Faktor yang menyebabkan kecemasan pasca bercerai pada wanita dewasa awal adalah sulitnya bagi wanita dewasa awal dalam mencari pekerjaan pada saat wanita tersebut pada awalnya sebagai ibu rumah tangga. Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ragam ilmu psikologi khususnya dibidang psikologi klinis, yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam penelitian lebih lanjut, terutama yang mendapat gambaran mengenai konsep-konsep yang berkaitan dengan judul penelitian ini baik melalui metode kualitatif maupun kuantitatif, dan penelitian ini diharapkan agar menjadi bahan kajian mengenai kecemasan pada wanita dewasa awal yang mengalami perceraian. TINJAUAN PUSTAKA Kecemasan adalah suatu penyerta yang normal dalam kehidupan kita sehari-hari, dari perubahan atau dari pengalaman sesuatu yang baru dan belum pernah dicoba. Setiap orang, siapapun dia pasti pernah mengalami kecemasan, seperti halnya seorang anak yang terancam perpisahan dengan orangtuanya, atau bagi remaja pada saat kencan pertamanya. Kecemasan diartikan sebagai respon dari suatu keadaan yang disebabkan adanya ancaman yang sumbernya tidak diketahui, internal dan samar-samar (Kaplan dkk, 1997). Selain itu pengertian kecemasan adalah suatu keadaan emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai oleh perasaan tegang, ketakutan, dan gelisah yang bersifat subjektif. Ini disebabkan karena adanya situasi yang mengancam yang membahayakan subjek serta sumbernya tidak diketahui, internal dan samar-samar. Sedangkan menurut Davison dan Neale (dalam Fausiah dkk, 2005) kecemasan adalah munculnya perasaan takut dan kehatihatian atau kewaspadaan yang tidak jelas dan tidak menyenangkan. Kecemasan 4

5 seringkali ditandai dengan gejala fisik seperti sakit kepala, jantung berdebar cepat, dada terasa sesak, tidak tenang dan tidak dapat duduk tenang. Faktor-Faktor Penyebab Kecemasan Penyebab timbulnya kecemasan yang dialami oleh seseorang masih sulit untuk diperkirakan dengan tepat. Hal ini disebabkan oleh adanya sifat subjektif dari kecemasan, yaitu kejadian atau pengalaman yang sama (serupa) belum tentu dirasakannya sama oleh masing-masing individu, dengan kata lain suatu rangsangan atau kejadian dengan kualitas dan kuantitas yang sama, namun dapat diinterpretasikan secara berbeda oleh setiap individu (dalam Hermawati dkk, 1994). Menurut Beck dan beberapa para ahli psikologi kognitif lainnya (dalam Freeman & Di Tomasso, 1994) penyebab dari kecemasan seseorang kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor dari potensial penentu (predisposisi) dan faktor pencetus (precipitating), yaitu : a. Faktor-faktor potensial penentu (predisposisi). 1) Pewaris genetik 2) Penyakit fisik 3) Trauma mental 4) Pikiran-pikiran, asumsi dan kesalahan proses kognisi 5) Kurang efektifnya mekanisme penyesuaian diri (coping) b. Faktor-faktor pencetus (precipitating) 1) Masalah fisik 2) Stressor eksternal yang berat 3) Kepekaan emosi Komponen Kecemasan Menurut Leitenberg & Mc Neil (dalam Fransisca, 2000) kecemasan memiliki tiga komponen, yaitu : a. Kognisi yang ditandai adanya gejala : 1) Berbicara pada diri sendiri mengenai hal-hal yang negatif (negatif self talk). Menurut Blackburn & Eunson (dalam Blackburn & Davidson, 1994) ini merupakan pikiran otomatis dan berlangsung secara reflek yang merupakan komentar-komentar langsung terhadap situasi yang sedang dihadapi. 2) Kepercayaan pada kemampuan diri untuk menyelesaikan suatu tugas rendah (low self efficacy belief). 3) Kekhawatiran yang berlebihan, bahkan seringkali dalam derajat yang tidak masuk akal (absessive worring). 4) Penyangkalan diri (self abnegation). b. Tingkah laku Tingkah laku yang diasosiasikan dengan kecemasan biasanya bersifat motorik dan dapat diamati. Biasanya tindakan yang dilakukan yaitu menghindari atau melarikan diri. Marks (dalam Fransisca, 2000) menemukan empat macam tingkah laku yang diasosiasikan dengan kecemasan, yaitu : 1) Menarik diri (Withdrawal), ada 2 (dua) macam : a). Menghindari (Avoidance) : menghindar terhadap objek 5

6 atau situasi telah lama menjadi tanda dari fobia. Menghindar merupakan bentuk kecemasan atau ketakutan dengan cara menghindari objek atau situasi tersebut. b). Melarikan diri (Escape) : tingkah laku yang mirip dengan avoidance, tetapi individu tidak langsung menghindari objek atau situasi seperti pada avoidance. Disini individu menghadapi objek atau situasi tersebut terlebih dahulu, baru kemudian meninggalkannya sebelum waktunya. 2) Diam (Immobility) : ada 2 (dua) macam, yaitu : a). Membeku (Freezing) : immobility (diam), tetapi tetap waspada atau penuh perhatian, artinya walaupun merasa tidak berdaya atau takut, tetapi tetap meningkatkan kesadaran akan adanya bahaya yang mungkin timbul. b). Tidak berespon (Unresponsive) : organisme tampak seperti mati. Respon-respon kecemasan seperti ini jarang terjadi pada manusia, tetapi dapat dilihat pada reaksi yang ekstrim terhadap sumbersumber stress yang utama. 3) Tunduk atau patuh (Submission) Organisme berusaha untuk mengelak dari serangan pada dirinya atau berusaha untuk menerangkan organisme yang terancam. Pada manusia, penenangan dapat diamati dalam setiap interaksi sosial, seperti situasi dimana individu dengan status yang lebih rendah berusaha untuk menentramkan orang dengan status yang lebih tinggi, dengan cara menghindari kontak mata. 4) Agresi (Agression) : respon individu terhadap ancaman dapat dilakukan dengan mengurangi serangan dari orang lain. Contohnya, verbal attack (serangan secara verbal) dan threats (ancaman). c. Respon Fisiologis Kecemasan yang diasosiasikan dengan perubahan-perubahan pada organ dan sistem tubuh, seperti pada denyut jantung, aliran darah, tekanan darah, dan lain-lain. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berbentuk studi kasus. Menurut Stake (dalam Heru Basuki, 2006) menjelaskan bahwa nama studi kasus ditekankan oleh beberapa peneliti karena memokuskan tentang apa yang dapat dipelajari secara khusus pada kasus tunggal. Studi kasus tidak selalu menggunakan pendekatan kualitatif, ada beberapa studi kasus yang menggunakan pendekatan kuantitatif. 6

7 Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah satu orang dengan karakteristik wanita dewasa awal berumur tahun yang telah bercerai. Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan tiga alat pengumpul data yaitu pedoman wawancara disusun berdasarkan gambaran kecemasan pada subjek dalam keadaan pasca bercerai, faktorfaktor yang menyebabkan kecemasan pada subjek, dan bagaimana cara mengatasi kecemasan pada subjek, pedoman observasi digunakan untukmencatat hal-hal penting yang terjadi selama wawancara. Catatan ini berisikan deskripsi tentang hal-hal yang diamati, yang dianggap penting oleh peneliti, misalnya: penampilan dan gerakgerik responden selama wawancara yang dirasakan penting, gangguan-gangguan yang dialami saat wawancara, dan alat perekam alat berguna sebagai alat bantu pada saat wawancara, agar penulis dapat benar-benar berkonsentrasi pada saat pengambilan data tanpa harus berhenti untuk mencatat jawaban-jawaban responden. Dalam mengumpulkan data, baru dapat dipergunakan setelah penulis memperoleh izin dari subjek untuk menggunakan alat tersebut selama proses wawancara berlangsung. Keakuratan Penelitian Untuk menjaga keakuratan penelitian, peneliti menggunakan triangulasi penelitian: triangulasi metode, triangulasi sumber, triangulasi teori dan penyelidik. Hasil dan Analisis Dalam pelaksanaan penelitian ini, observasi dan wawancara dilakukan secara terpisah, pada hari yang berbeda. Hal ini dilakukan, agar peneliti mendapatkan data yang lebih akurat. Pelaksanaan observasi dilakukan dirumah tanggal 10 Desember 2008 dan ditempat subjek bekerja pada tanggal 13 Desember Wawancara dengan subjek dan significant other dilakukan satu kali tanggal 7 Desember 2008 pada saat hari libur kerja subjek dan juga hari libur kerja significant other. Analisis Hasil observasi Pada saat observasi pada subjek dapat dilihat bahwa subjek tidak memikirkan orang sekelilingnya. Setelah bercerai subjek terlihat sangat cemas memikirkan bagaimana memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari anak-anaknya. namun demikian subjek percaya pada kemampuan dirinya bahwa subjek dapat memecahkan masalah ekonomi keluarga secara mandiri. Subjek sangat takut dan panik ketika anak-anaknya sakit dimana pada saat itu uang ditangan tidak ada sama sekali dan subjek juga belum mempunyai pekerjaan yang menetap. Namun demikian subjek tidak pernah putus asa dan berusaha terus dari mulai subjek mulai berdagang baju, melamar pekerjaan untuk mengajar di SMA sampai Universitas swasta sebelum mendapat pekerjaan yang tetap sebagai PNS. Subjek percaya dan menyandarkan harapan dan kehidupannya hanya kepada Tuhan yang dapat menolongnya walaupun berbagai rintangan yang dihadapinya sampai anakanaknya menanjak dewasa. Subjek hanya berprinsip bahwa kehidupan hanya dijalani 7

8 sendiri tanpa adanya keluarga yang normal. Subjek juga sebelum mendapat pekerjaan yang tetap kondisi fisiknya selalu terganggu namun subjek dapat mengatasi dengan cara istirahat yang cukup dan minum obat. Analisis Hasil Wawancara Dari hasil wawancara terdapat bahwa subjek dalam menjalani kehidupan tidak memikirkan tanggapan sekelilingnya. Dalam hal ini subjek hanya memikirkan bagaimana memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dengan tiga orang anak yang akan memasuki usia sekolah. Subjek mengalami kecemasan pasca bercerai dalam mencari pekerjaan namun subjek dapat mengatasinya dengan cara bekerja apa pun dan pasrah dengan menyandarkan keyakinannya pada Tuhan. Walaupun subjek di dalam melakukan pekerjaan memasrahkan dirinya kepada Tuhan, subjek seringkali merasa panik dalam memenuhi kebutuhan anak-anak terlebih lagi pada saat anaknya sakit sementara subjek tidak memiliki uang ditangan. Subjek sebagai single parent menjalani kehidupannya tanpa bantuan orang lain, subjek bekerja keras dan selalu dengan sukacita menghadapi masyarakat dan keluarga. Subjek juga selalu menjaga kondisi fisiknya agar terlihat baik dengan secara minum obat yang teratur dan menjaga penampilannya agar tetap fresh. Subjek tidak pernah menarik diri dan menghindari mantan keluarga atau suami karena subjek merasa tidak pernah bertemu. Subjek tetap merasa bersemangat dan bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga dan anak-anak. Subjek tidak berperilaku agresi dalam berinteraksi dengan orang dilingkungan rumahnya. Subjek tidak menginginkan lagi untuk mempunyai kehidupan normal. Dalam hal ini subjek puas dengan kesendiriannya bersama anakanak. Pembahasan A. Gambaran Kecemasan Pada Subjek Dalam Keadaan Pasca Bercerai Masa ketika perceraian terjadi merupakan masa yang sangat sulit bagi subjek, terutama menyangkut keadaan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari bersama anak-anaknya. Pada saat pasca bercerai subjek adalah seorang ibu rumah tangga yang belum bekerja. Hal inilah yang membuat subjek dalam menjalani kehidupannya sehari-hari merasa cemas dan takut tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup dan biaya sekolah anakanaknya. Subjek berusaha bekerja keras dari mulai berdagang baju sampai akhirnya subjek diterima sebagai PNS yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya hal tersebut diatas tidak meruntuhkan percaya diri subjek untuk bekerja dan selalu pasrah bahwa suatu saat Tuhan akan memberikan yang terbaik pada subjek. Subjek menjalani kehidupannya bersama anak-anaknya dengan percaya diri walaupun suatu waktu subjek mengalami kepanikan karena anaknya sakit dimana pada saat itu subjek tidak memegang uang ditangan. Walaupun demikian subjek tetap pasrah dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Subjek tetap percaya 8

9 diri walaupun tidak ada keluarga yang membantunya. Sampai sekarang subjek masih tetap panik dalam memenuhi kebutuhan anak-anaknya dan subjek merasa cemas akan masa depan subjek dan anakanaknya. Menurut Leitenberg & Mc Neil (dalam Fransisca, 2000) kecemasan memiliki tiga komponen, yaitu yang peratama adalah kognisi yang ditandai adanya gejala ; berbicara pada diri sendiri mengenai hal-hal yang negatif (negatif self talk). Menurut Blackburn & Eunson (dalam Blackburn & Davidson, 1994) ini merupakan pikiran otomatis dan berlangsung secara reflek yang merupakan komentar-komentar langsung terhadap situasi yang sedang dihadapi, kepercayaan pada kemampuan diri untuk menyelesaikan suatu tugas rendah (low self efficacy belief), kekhawatiran yang berlebihan, bahkan seringkali dalam derajat yang tidak masuk akal (absessive worring), penyangkalan diri (self abnegation). Yang kedua dari komponen kecemasan adalah tingkah lakuyaitu, tingkah laku yang diasosiasikan dengan kecemasan biasanya bersifat motorik dan dapat diamati. Biasanya tindakan yang dilakukan yaitu menghindari atau melarikan diri. Marks (dalam Fransisca, 2000) menemukan empat macam tingkah laku yang diasosiasikan dengan kecemasan, yaitu menarik diri (withdrawal), ada 2 (dua) macam dalam menarik diri yaitu yang pertama, menghindari (avoidance) : menghindar terhadap objek atau situasi telah lama menjadi tanda dari fobia. Menghindar merupakan bentuk kecemasan atau ketakutan dengan cara menghindari objek atau situasi tersebut. Yang kedua melarikan diri (escape) : tingkah laku yang mirip dengan avoidance, tetapi individu tidak langsung menghindari objek atau situasi seperti pada avoidance. Disini individu menghadapi objek atau situasi tersebut terlebih dahulu, baru kemudian meninggalkannya sebelum waktunya. Yang kedua dari tingkah laku adalah diam (immobility) ; ada 2 (dua) macam diam, yaitu ; membeku (freezing), immobility (diam), tetapi tetap waspada atau penuh perhatian, artinya walaupun merasa tidak berdaya atau takut, tetapi tetap meningkatkan kesadaran akan adanya bahaya yang mungkin timbul, tidak berespon (unresponsive) : organisme tampak seperti mati. Respon-respon kecemasan seperti ini jarang terjadi pada manusia, tetapi dapat dilihat pada reaksi yang ekstrim terhadap sumber-sumber stress yang utama. Tunduk atau patuh (submission) adalah organisme berusaha untuk mengelak dariserangan pada dirinya atau berusaha untuk menerangkan organisme yang terancam. Pada manusia, penenangan dapat diamati dalam setiap interaksi sosial, seperti situasi dimana individu dengan status yang lebih rendah berusaha untuk menentramkan orang dengan status yang lebih tinggi, dengan cara menghindari kontak mata. Agresi (agression) : respon individu terhadap ancaman dapat dilakukan dengan mengurangi serangan dari orang lain. Contohnya, verbal attack (serangan secara verbal) dan threats (ancaman). Ketiga dari 9

10 komponen kecemasan adalah respon fisiologis yaitu kecemasan yang diasosiasikan dengan perubahan-perubahan pada organ dan sistem tubuh, seperti pada denyut jantung, aliran darah, tekanan darah, dan lain-lain. Dari komponen kecemasan diatas terdapat gambaran kecemasan pada subjek seperti berbicara pada diri sendiri mengenai hal-hal yang negatif tentang memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan masa depan subjek bersama anak-anaknya, kepercayaan pada kemampuan diri untuk menyelesaikan suatu tugas sebagai single parent seperti dalam hal subjek harus mampu memecahkan masalah ekonomi keluarganya secara mandiri, kekhawatiran yang berlebihan ketika anak subjek sakit sementara subjek tidak memiliki uang, dalam bertingkah laku subjek tidak menunjukkan agresi, dan dalam respon fisiologis subjek merasakan adanya perubahan-perubahan pada organ dan sistem tubuhnya, seperti pada denyut jantung dan tekanan darah. Hal ini menurut Chaplin (2004) mengemukakan bahwa kecemasan adalah perasaan campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masamasa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut. Biasanya cara mengatasi kecemasan oleh subjek sebagai umat nasrani adalah menambah ibadahnya di gereja dan berdoa agar membuat pikirannya lebih tenang, selalu bersyukur atas sesuatu yang sudah dimiliki, tidak selalu berfikir atau menuntut yang tidak ada serta mengurangi tingkat stress dengan cara positive thinking dan rileks dalam menjalani kehidupan. Menurut Ellis (dalam Octaria, 2004) ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam mengatasi rasa cemas, antara lain menantang pikiran yang tidak rasional (misalnya: berfikir yang positif dan berfikir kearah yang lebih rasional) dan penghentian pikiran (misalnya: tenang dan rileks). B. Faktor-Faktor Apa Saja yang Menyebabkan Kecemasan pada subjek Perceraian adalah penyebab dari kecemasan seseorang dalam menghadapi kehidupan seseorang. Dalam hal ini ada beberapa faktor yang menyebabkan kecemasan pada subjek yaitu dapat dilihat dari faktor tidak siapnya subjek bercerai karena subjek pada awalnya sebagai ibu rumah tangga dan pada saat bercerai subjek belum bekerja sementara subjek bercerai dengan ditinggalkan tiga orang anak serta sulitnya mencari pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Begitu juga subjek tidak mendapatdukungan maupun bantuan dari pihak keluarga. Menurut Beck (dalam Freeman & Di Tomasso, 1994) penyebab dari kecemasan seseorang kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor dari potensial penentu (predisposisi) dan faktor pencetus (precipitating). faktor dari potensial penentu (predisposisi) adalah pewaris genetik, penyakit fisik, Trauma mental, pikiranpikiran, asumsi dan kesalahan proses kognisi, kurang efektifnya mekanisme penyesuaian diri (coping). Faktor pencetus (precipitating) adalah masalah fisik, stressor eksternal yang berat, kepekaan emosi. 10

11 Ditinjau dari faktor potensial penentu (predisposisi) yaitu penyebab kecemasan pada subjek yang pertama adalah pikiranpikiran, asumsi-asumsi dan kesalahan proses kognisi, seperti subjek tidak mampu, tapi subjek harus bisa mengatasi masalah ekonomi keluarganya sendiri, Karena orang lain tidak akan membantu subjek, subjek memikirkan bagaimana untuk memenuhi kebutuhan hidup subjek dan masa depan anak-anaknya. Faktor-faktor penyebab kecemasan kedua adanya penyakit fisik yang dialami subjek yaitu adanya perubahan kesehatan pada subjek seperti sesak nafas, susah tidur, pusing dan detak jantung meningkat. Menurut Davison dan Neale (dalam Fausiah dkk, 2005) kecemasan adalah munculnya perasaan takut dan kehati-hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas dan tidak menyenangkan. Kecemasan ini seringkali ditandai dengan gejala fisik seperti sakitkepala, jantung berdebar cepat, dada terasa sesak, tidak tenang dan tidak dapat duduk tenang. Perubahan tersebut dapat terjadi apabila subjek mengalami perubahan pada denyut jantungnya dalam hal pengeluaran untuk kebutuhan sekolah, kehidupan sehari-hari, subjek sakit kepala melihat tingkah laku anak-anaknya nakal, dan belum pulang kerumah tepat pada waktunya. Ditinjau dari faktor pencetus (precipitating) yaitu penyebab kecemasan pada subjek yang pertama adalah masalah fisik yaitu adanya perubahan kesehatan pada subjek seperti sesak nafas, susah tidur, pusing dan detak jantung meningkat. Faktor pencetus (precipitating) yaitu penyebab kecemasan pada subjek yang kedua adalah stressor eksternal, seperti menjauhnya keluarga dalam kehidupan subjek yang sebelumnya subjek selalu mendapat perhatian dan solusi terhadap masalah yang dihadapinya sebelum perceraian, namun setelah bercerai keluarga subjek menjauh dan tidak mempunyai respon lagi terhadap apa yang dialami subjek. Hal ini menyebabkan subjek mengalami kecemasan yang berlebihan yang mengakibatkan emosi meningkat dan tidak terkendali. C. Bagaimana Cara Mengatasi Kecemasan pada Subjek Setelah bercerai subjek sangat sulit mengatasi kecemasan didalam kehidupannya sehari-hari namun demikian subjek mencari cara dalam mengatasi kecemasannya dimana subjek berusaha bekerja untuk memenuhi kebutuhanekonomi keluarga sebagai single parent sampai subjek mandapatkan pekerjaan menetap sebagai PNS. Dalam hal ini subjek juga mempunyai cara mengatasi kecemasannya mencari pekerjaan tambahan, subjek berusaha untuk mampu memecahkan masalah ekonomi keluarganya dengan cara subjek memilih hidup yang sederhana, subjek pasrah dan selalu bergantung pada Tuhan karena bagi subjek tiada yang mustahil bagi Tuhan, subjek tidak pernah berperilaku agresi, karena subjek dapat menenangkan pikirannya 11

12 dengan cara berdoa, subjek berobat ke rumah sakit serta makan yang teratur dan bergizi, subjek harus selalu positive thinking dalam menghadapi kehidupan sehari-harinya, dan subjek juga harus bisa mengontrol emosinya. Menurut Ellis (dalam Octaria, 2004) ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam mengatasi rasa cemas, antara lain menantang pikiran yang tidak rasional, penghentian pikiran, relaksasi, latihan jasmani, pengalihan, cara invivo, desentisasi sistematis dapat dilakukan dengan tiga tahap, yaitu tempatkan diri dalam keadaan rileks, bayangkan urutan situasi dengan intensitas yang besar dan pusatkan disekitar peristiwa, bayangkan cara mengatasi situasi yang tidak menyenangkan. Kesimpulan Setelah dilakukan tahap-tahap penelitian, mulai dari penyusunan konsep dan teori, penyusunan pedoman untuk pengambilan data, analisis, maka tahap terakhir dari penelitian adalah memberikan kesimpulan dari penelitian. Kecemasan pada wanita yang mengalami perceraian, suatu studi kasus pada wanita yang bercerai dan mengalami kecemasan, maka kesimpulan yang bisa didapat, yaitu : 1. Bagaimana Gambaran Kecemasan pada Subjek dalam Keadaan Pasca bercerai Pada wanita yang bercerai merupakan masa yang sangat sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang pendidikan apalagi wanita tersebut pada saat bercerai adalah sebagai ibu rumah tangga. Menurut subjek dalam menjalankan kehidupan sehari-hari merasa cemas dan takut tidak dapat memenuhi kehidupan sehari-hari bersama anak-anaknya. Rasa takut dan cemas tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup anaknya membuat subjek panik yang mengakibatkan emosi yang meningkat. 2. Faktor yang Menyebabkan Kecemasan pada Subjek Faktor yang menyebabkan kecemasan pada subjek adalah karena tidak siapnya subjek bercerai karena subjek pada awalnya sebagai ibu rumah tangga. Subjek pada saat bercerai belum bekerja dan sulit mencari pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang pendidikan. Dengan ditinggalkan tiga orang anak, subjek cemas dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan kebutuhan sekolah. Begitu juga subjek tidak mendapat dukungan maupun bantuan dari pihak keluarga. 3. Bagaimana Cara Mengatasi Kecemasan pada Subjek Setelah bercerai subjek sangat sulit mengatasi kecemasan didalam kehidupannya sehari-hari namun demikian subjek mencari cara dalam mengatasi kecemasannya dimana subjek berusaha bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga sebagai single parent sampai subjek mandapatkan pekerjaan menetap sebagai PNS. Dalam hal ini subjek juga mempunyai cara mengatasi 12

13 kecemasannya mencari pekerjaan tambahan, subjek berusaha untuk mampu memecahkan masalah ekonomi keluarganya dengan cara subjek memilih hidup yang sederhana. subjek pasrah dan selalu bergantung pada Tuhan karena bagi subjek tiada yang mustahil bagi Tuhan, subjek tidak pernah berperilaku agresi, karena subjek dapat menenangkan pikirannya dengan cara berdoa, subjek harus selalu positive thinking dalam menghadapi kehidupan sehari-harinya, dan subjek juga harus bisa mengontrol emosinya. Saran Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1. Untuk subjek diharapkan subjek tidak berputus asa dalam menghidupi kebutuhan anak-anak yang akan beranjak remaja, dan tetap tegar menjalani kehidupan sendiri sebagai single parent serta tidak meninggalkan pekerjaan yang telah ada. 2. Untuk keluarga subjek diharapkan agar lebih sering memperhatikan subjek serta anak-anaknya. dan jangan membiarkan subjek dalam kesendiriannya untuk berfikir. Karena kehidupan yang dijalani subjek cukup berat, jadi diperlukan dukungan serta motivasi yang kuat untuk menjalani kehidupan dengan ikhlas. 3. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian dengan melihat faktor-faktor lain yang menyebabkan kecemasan pada subjek, misalnya pergaulan, tempat tinggal, gaya hidup, dan menambah jumlah subjek. DAFTAR PUSTAKA Atkinson, R. L. (1992). Pengantar Psikologi. Jakarta : Erlangga. Aqshari, A. Y. (2007). Apakah Anda Merasa Cemas akan Masa Depan. Jakarta : Cendekia Sentra Muslim. Basuki, H. (2006). Penelitian Kualitatif untuk ilmu-ilmu Kemanusiaan dan Budaya. Jakarta : Universitas Gunadarma. Blackburn, I. M., & Davidson, K. (1994). Terapi Kognitif untuk Depresi dan Kecemasan Suatu Petunjuk Bagi Praktisi. (Dra. Rusda koto sutadi, Pengalih bahasa). Semarang : IKIP Semarang Press. Chaplin, J. P. (2004). Kamus Lengkap Psikologi. (Ed. 1/cet. 9). Jakarta : PT. Raja Penerjemah : Kartini kartono. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Fausiah, F. (2005). Psikologi Abnormal (Klinis Dewasa). Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Fransisca. (2000). Hubungan Persepsi terhadap Isu yang Mengancam dengan Kecemasan terhadap Penduduk Jakarta. Skripsi. (Tidak diterbitkan). Depok : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Freeman, A. & Di Tomasso, R. A. (1994). The Cognitive Theory of Anxiety : In a handbook anxiety and related disorder. Editor : Wolman, B. B. & Stricker, G. New York : John Wiley & Sons. Hermawati, I., Hartanti. & Lasmono, H. K. (1994). Hubungan antara kecemasan pada kehamilan akhir triwulan ketiga dengan lama persalinan pada ibu yang 13

14 melahirkan anak pertama. Vol. IX (No. 34), (Hal : 63-82). Anima : Media Psikologi Indonesia. Kaplan, H. I., Sadock, B. J., & Grebb, J. A. (1997). Sinopsis Psikiatri Jilid II. (Ed. 7). Ahli Bahasa : Widjaja Kusuma. Jakarta : Binarupa Aksara. Octaria, N. (2004). Perbedaan Kecemasan Menghadapi Perkawinan Pada Wanita dan Pria Dewasa Muda. Penelitian Ilmiah. (Tidak Diterbitkan). Depok : Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. Turner, J. S. dan Helms,D. B. (1995). Lifespan Development. (5 th ed). New York : Holt, Rinehart and Winston, inc. 14

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. menjadi tidak teratur atau terasa lebih menyakitkan. kebutuhan untuk menjadi orang tua dan menolak gaya hidup childfree dan juga

BAB V PENUTUP. menjadi tidak teratur atau terasa lebih menyakitkan. kebutuhan untuk menjadi orang tua dan menolak gaya hidup childfree dan juga BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya seluruh subjek mengalami stres. Reaksi stres yang muncul pada subjek penelitian antara lain berupa reaksi

Lebih terperinci

Pedologi. Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

Pedologi. Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI Pedologi Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengertian Kecemasan : Kecemasan (anxiety) dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecemasan merupakan suatu keadaan tegang dimana kita termotivasi untuk melakukan sesuatu dan memperingatkan individu bahwa adanya ancaman yang membahayakan individu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Kalau melihat data penduduk dari Biro Pusat Statistik (http://www.biropusatstatistik.org), maka setiap tahun akan terlihat bahwa banyak la

PENDAHULUAN Kalau melihat data penduduk dari Biro Pusat Statistik (http://www.biropusatstatistik.org), maka setiap tahun akan terlihat bahwa banyak la KECEMASAN SEORANG SINGLE PARENT YANG MEMILIKI ANAK KETERBELAKANGAN MENTAL SHITA TRISTANI Pembimbing: Prof. Dr. A. M. Heru Basuki, M. Si ABSTRAK Beberapa tahun belakangan ini sering sekali terjadi perceraian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada hakikatnya adalah mahkluk sosial dan mahkluk pribadi. Manusia sebagai mahluk sosial akan berinteraksi dengan lingkungannya dan tidak dapat hidup sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu memiliki berbagai macam masalah didalam hidupnya, masalah dalam diri individu hadir bila apa yang telah manusia usahakan jauh atau tidak sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap pasangan. Saling setia dan tidak terpisahkan merupakan salah satu syarat agar tercipta keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individual dan makhluk sosial. Sejak manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individual dan makhluk sosial. Sejak manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk individual dan makhluk sosial. Sejak manusia dilahirkan, manusia membutuhkan pergaulan dengan manusia lainnya (Gerungan, 2004). Hal ini berarti

Lebih terperinci

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin. angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin. angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik. Pengertian Kecemasan Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik. Menurut Freud (dalam Alwisol, 2005:28) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam pendidikan. Perguruan Tinggi diadakan dengan tujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia akan mengalami perkembangan sepanjang hidupnya, mulai dari masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, dewasa menengah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah ini merupakan masalah sensitif yang menyangkut masalah-masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah ini merupakan masalah sensitif yang menyangkut masalah-masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak kejahatan atau perilaku kriminal selalu menjadi bahan yang menarik serta tidak habis-habisnya untuk dibahas dan diperbincangkan, masalah ini merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian pustaka 2.1.1 Kehamilan 2.1.1.1 Definisi Kehamilan adalah suatu keadaan mengandung embrio atau fetus di dalam tubuh, setelah bertemunya sel telur

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS 12 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan Suatu keadaan yang mengancam keberadaan kehidupan seseorang, akan menimbulkan suatu perasaan yang tidak menyenangkan pada diri orang tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak karena pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak karena pada masa ini anak belum memiliki kemampuan berpikir yang baik. Hal ini membuat mereka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Teori 1. Kecemasan Situasi yang mengancam atau yang dapat menimbulkan stres dapat menimbulkan kecemasan pada diri individu. Atkinson, dkk (1999, p.212) menjelaskan kecemasan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan hidup manusia dialami dalam berbagai tahapan, yang dimulai dari masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Dalam setiap tahapan perkembangan terdapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres Kerja 2.1.1 Pengertian Stres Kerja Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Stepen P. Robbins (2003 : 793), bahwa stress kerja adalah kondisi dinamik yang didalamnya individu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI

PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI Pedoman Wawancara 1. Latar belakang berkaitan dengan timbulnya kecemasan - Kapan anda mulai mendaftar skripsi? - Bagaimana perasaan anda ketika pertama kali mendaftar skripsi?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Kazdin (2000) dalam American Psychological Association mengatakan kecemasan merupakan emosi yang ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri kehidupan. Komitmen laki-laki dan perempuan untuk menjalani sebagian kecil

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal HARGA DIRI PADA WANITA DEWASA AWAL MENIKAH YANG BERSELINGKUH KARTIKA SARI Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran harga diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik maupun emosional. Semakin bertambahnya usia, individu akan mengalami berbagai macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rentang kehidupannya, manusia akan selalu mengalami perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan periode, dimana setiap periode

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Wanita

BAB II LANDASAN TEORI. A. Wanita 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Wanita 1. Defenisi Wanita Murad (dalam Purwoastuti dan Walyani, 2005) mengatakan bahwa wanita adalah seorang manusia yang memiliki dorongan keibuan yang merupakan dorongan instinktif

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang paling penting pada seseorang. Kepercayaan diri merupakan atribut yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, olahraga merupakan hal sangat penting bagi kesehatan tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, olahraga merupakan hal sangat penting bagi kesehatan tubuh. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, olahraga merupakan hal sangat penting bagi kesehatan tubuh. Dengan berolahraga badan akan terasa segar dan sehat. Banyak macam olah raga yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak dapat hidup tanpa berelasi dengan orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak dapat hidup tanpa berelasi dengan orang lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak dapat hidup tanpa berelasi dengan orang lain. Relasi dengan individu lain merupakan aspek sentral dalam kehidupan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Anastasi, A. dan Urbina, S Tes Psikologi. Edisi Bahasa Indonesia. Jilid 1. Alih Bahasa : Imam, R.H. Jakarta : Prenhallindo.

DAFTAR PUSTAKA. Anastasi, A. dan Urbina, S Tes Psikologi. Edisi Bahasa Indonesia. Jilid 1. Alih Bahasa : Imam, R.H. Jakarta : Prenhallindo. DAFTAR PUSTAKA Anastasi, A. dan Urbina, S. 1997. Tes Psikologi. Edisi Bahasa Indonesia. Jilid 1. Alih Bahasa : Imam, R.H. Jakarta : Prenhallindo. Apollo. 2007. Hubungan antara Konsep Diri dengan Kecemasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup senantiasa barada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan berakhir ketika individu memasuki masa dewasa awal, tetapi

Lebih terperinci

BABI. kehidupan yang memiliki tugas perkembangan yang berbeda-beda. Tahap-tahap

BABI. kehidupan yang memiliki tugas perkembangan yang berbeda-beda. Tahap-tahap BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap individu melewati tahap-tahap perkembangan di sepanjang rentang kehidupan yang memiliki tugas perkembangan yang berbeda-beda. Tahap-tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan unit sosial terkecil di dalam lingkungan masyarakat. Bagi anak, keluarga merupakan tempat pertama mereka untuk berinteraksi. Keluarga yang

Lebih terperinci

1. Bab II Landasan Teori

1. Bab II Landasan Teori 1. Bab II Landasan Teori 1.1. Teori Terkait 1.1.1. Definisi kecemasan Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selesaikan oleh individu untuk kemudian di lanjutkan ketahapan berikutnya.

BAB I PENDAHULUAN. selesaikan oleh individu untuk kemudian di lanjutkan ketahapan berikutnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam perkembangan hidup manusia selalu di mulai dari berbagai tahapan, yang di mulai dari masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Dalam setiap tahapan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perceraian merupakan suatu perpisahan secara resmi antara pasangan suami-istri dan berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin maju menuntut masyarakat untuk semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah satu tujuan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan mengalami masa transisi peran sosial, individu dewasa awal akan menindaklanjuti hubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi nanti (Rini, 2008). Masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi nanti (Rini, 2008). Masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pensiun seringkali dianggap sebagai kenyataan yang tidak menyenangkan sehingga menjelang masanya tiba sebagian orang sudah merasa cemas karena tidak tahu kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehamilan merupakan suatu kejadian yang ditunggu-tunggu oleh pasangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehamilan merupakan suatu kejadian yang ditunggu-tunggu oleh pasangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu kejadian yang ditunggu-tunggu oleh pasangan suami-istri. Saat ini pada umumnya seorang ibu sudah mengerti bagaimana seharusnya ia lebih menjaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecemasan merupakan suatu emosi yang paling sering di alami oleh manusia. Kadang-kadang kecemasan sering disebut sebagai bentuk ketakutan dan perasaan gugup yang dialami

Lebih terperinci

STRATEGI PENGUBAHAN POLA PIKIR UNTUK MENGURANGI KECEMASAN SISWA DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT

STRATEGI PENGUBAHAN POLA PIKIR UNTUK MENGURANGI KECEMASAN SISWA DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT STRATEGI PENGUBAHAN POLA PIKIR UNTUK MENGURANGI KECEMASAN SISWA DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT Yuni Nur Faridah 1 dan Retno Tri Hariastuti 2 Penelitian ini bertujuan untuk menguji keefektifan penggunaan strategi

Lebih terperinci

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB 2 Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Kecemasan 2.1.1. Definisi Menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb (Fausiah&Widury, 2007), kecemasan adalah respons terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Fungsi utama Rumah Sakit yakni melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Seiring dengan berjalannya waktu dan semakin majunya teknologi kedokteran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perguruan tinggi merupakan satuan pendidikan yang menyelenggrakan pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk meningkat taraf pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap individu memiliki harapan untuk bahagia dalam kehidupan perkawinannya. Karena tujuan perkawinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan. intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan. intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin menuntut pengorbanan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu bisa mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya, agar. dalam kehidupan suami istri. Putusnya hubungan perkawinan yang

BAB I PENDAHULUAN. individu bisa mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya, agar. dalam kehidupan suami istri. Putusnya hubungan perkawinan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kodrat individu sebagai mahluk sosial yang menyebabkan individu tidak dapat menghidar dari interaksi dengan lingkungan. Dalam diri individu terdapat suatu dorongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu kemampuan memahami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai efek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah seseorang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai efek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah seseorang yang 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan Menurut Durand & Barlow (2006), kecemasan adalah keadaan suasana hati yang ditandai efek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang indah, tetapi tidak setiap remaja dapat menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang beberapa permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan hal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan hal yang berjalan terus menerus dimulai dari bayi baru lahir, masa anak-anak, masa dewasa dan masa tua. Dalam pertumbuhannya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI Diajukan oleh : Rachmad Darmawan F100090178 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Pengertian Self Efficacy Self efficacy berasal dari teori Bandura (1997) yaitu teori kognisi belajar sosial. Teori kognisi belajar sosial mengacu pada kemampuan

Lebih terperinci

bagaimana seseorang melihat atau memahami dirinya (sense of self) serta

bagaimana seseorang melihat atau memahami dirinya (sense of self) serta 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas, institut atau akademi. Mereka yang terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi

Lebih terperinci

Eni Yulianingsih F

Eni Yulianingsih F HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN KECEMASAN MEMPEROLEH PASANGAN HIDUP PADA PEREMPUAN DEWASA AWAL Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh: Eni

Lebih terperinci

TINGKAT KECEMASAN KELUARGA DALAM MENGHADAPI ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI SERANGAN STROKE DI RUANG STROKE RUMAH SAKIT FAISAL MAKASSAR

TINGKAT KECEMASAN KELUARGA DALAM MENGHADAPI ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI SERANGAN STROKE DI RUANG STROKE RUMAH SAKIT FAISAL MAKASSAR 892 TINGKAT KECEMASAN KELUARGA DALAM MENGHADAPI ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI SERANGAN STROKE DI RUANG STROKE RUMAH SAKIT FAISAL MAKASSAR * Yourisna Pasambo * Dosen Tetap Akademi Keperawatan Sandi Karsa

Lebih terperinci

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress / Coping Stress. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress / Coping Stress. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Kesehatan Mental Mengatasi Stress / Coping Stress Fakultas Psikologi Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Coping Stress Coping Proses untuk menata tuntutan

Lebih terperinci

Bisma, Vol 1, No. 9, Januari 2017 FAKTOR-FAKTOR STRES KERJA PADA CV SUMBER HIDUP PONTIANAK

Bisma, Vol 1, No. 9, Januari 2017 FAKTOR-FAKTOR STRES KERJA PADA CV SUMBER HIDUP PONTIANAK FAKTOR-FAKTOR STRES KERJA PADA CV SUMBER HIDUP PONTIANAK Hariyanti Email: hariyanti.ng@gmail.com Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak ABSTRAK Stres merupakan suatu keadaan dimana seseorang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. (Wawancara dengan Bapak BR, 3 Maret 2008)

1. PENDAHULUAN. (Wawancara dengan Bapak BR, 3 Maret 2008) 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketika putri saya meninggal dunia, saya merasa kehilangan bagian dari diri saya. Saya merasa tidak utuh dan segala sesuatu tidak akan pernah sama lagi. Beberapa hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang memberikan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang memberikan pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang memberikan pelayanan kesehatan dengan usaha menyeluruh, yaitu usaha promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh (WHO, 2015). Menurut National

Lebih terperinci

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL. Skripsi

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL. Skripsi PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh : Amila Millatina

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Peran Orang Tua 2.1.1. Definisi Peran Orang Tua Qiami (2003) menjelaskan bahwa orangtua adalah unsur pokok dalam pendidikan dan memainkan peran penting dan terbesar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga menimbulkan beberapa macam penyakit dari mulai penyakit dengan kategori ringan sampai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Mahasiswa IAIN Tulungagung sebagai berikut:

BAB V PENUTUP. Mahasiswa IAIN Tulungagung sebagai berikut: 95 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan paparan pembahasan masalah dan hasil penelitian yang telah dilakukan, makadapatdisimpulkan mengenai Kecemasan dalam Penyusunan Skripsi Pasca Mengikuti KKN-PPL

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah BAB II 6 KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah Menurut Gibson (1996) Kemampuan (ability) adalah kapasitas individu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan adalah reaksi normal terhadap stressor yang membantu seorang individu untuk menghadapi situasi yang menuntut motivasi untuk mengatasinya, tetapi ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. langgeng hingga akhir hayat mereka. Namun, dalam kenyataannya harapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. langgeng hingga akhir hayat mereka. Namun, dalam kenyataannya harapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Setiap pasangan menikah pasti menginginkan agar perkawinannya langgeng hingga akhir hayat mereka. Namun, dalam kenyataannya harapan akan kelanggengan perkawinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa mengalami masa peralihan dari remaja akhir ke masa dewasa awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih dituntut suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap anak berhak memperoleh pendidikan yang layak bagi kehidupan mereka,

BAB I PENDAHULUAN. setiap anak berhak memperoleh pendidikan yang layak bagi kehidupan mereka, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bertanggung jawab untuk mengembangkan kepribadian anak sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, setiap anak berhak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres 2.1.1 Definisi Stres dan Jenis Stres Menurut WHO (2003) stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Tindakan operasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya merupakan makhluk hidup yang harus terus berjuang agar dapat mempertahankan hidupnya. Manusia dituntut untuk dapat mengembangkan dirinya

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S1 Psikologi

SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S1 Psikologi HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMBERIAN PUNISHMENT OLEH GURU DENGAN KECEMASAN DI DALAM KELAS PADA SISWA KELAS VII SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA (SLTPN) 1 DAWE KUDUS SKRIPSI Diajukan Kepada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Kecemasan 1. Defenisi Kecemasan adalah keadaan yang menggambarkan suatu pengalaman subyektif mengenai ketegangan mental kesukaran dan tekanan yang menyertai suatu konflik atau

Lebih terperinci

kalangan masyarakat, tak terkecuali di kalangan remaja. Beberapa kejadian misalnya; kehilangan orang yang dicintai, konflik keluarga,

kalangan masyarakat, tak terkecuali di kalangan remaja. Beberapa kejadian misalnya; kehilangan orang yang dicintai, konflik keluarga, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini stres menjadi problematika yang cukup menggejala di kalangan masyarakat, tak terkecuali di kalangan remaja. Beberapa kejadian misalnya; kehilangan orang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana seseorang akan kehilangan orang yang meninggal dengan penyebab dan peristiwa yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan pekerjaan ataupun kegiatan sehari hari yang tidak. mata bersifat jasmani, sosial ataupun kejiwaan.

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan pekerjaan ataupun kegiatan sehari hari yang tidak. mata bersifat jasmani, sosial ataupun kejiwaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Di era modern masa kini, banyak ditemukannya permasalahan yang disebabkan pekerjaan ataupun kegiatan sehari hari yang tidak sesuai dengan rencana. Segala permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti mempunyai harapan-harapan dalam hidupnya dan terlebih pada pasangan suami istri yang normal, mereka mempunyai harapan agar kehidupan mereka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kecemasan a. Pengertian Kecemasan Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI Ibrahim N. Bolla ABSTRAK Tindakan pembedahan adalah suatu tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa bayi adalah periode dalam hidup yang dimulai setelah kelahiran dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa bayi adalah periode dalam hidup yang dimulai setelah kelahiran dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa bayi adalah periode dalam hidup yang dimulai setelah kelahiran dan berakhir dengan berkembangnya penggunaan bahasa. Masa bayi berlangsung sekitar 18

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang 15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa, pada dasarnya sebagai generasi penerus. Mereka diharapkan sebagai subyek atau pelaku didalam pergerakan pembaharuan. Sebagai bagian dari masyarakat,

Lebih terperinci

BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS

BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Definisi Kecemasan Kecemasan (anxiety) adalah variabel penting dari hampir semua teori kepribadian.kecemasan sebagai dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sekolah merupakan sarana untuk menuntut ilmu yang di percaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sekolah merupakan sarana untuk menuntut ilmu yang di percaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan sarana untuk menuntut ilmu yang di percaya oleh masyarakat maupun pemerintahan Indonesia. Indonesia mewajibkan anak-anak bangsanya untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN A. STRES. yang berasal dari situasi dengan sumber-sumber daya sistem biologis, psikologis dan

BAB II PEMBAHASAN A. STRES. yang berasal dari situasi dengan sumber-sumber daya sistem biologis, psikologis dan BAB II PEMBAHASAN A. STRES 1. Pengertian Stres Stres adalah bagian dari kehidupan manusia. Stres dapat menimbulkan penderitaan atau dapat pula menyertai kegembiraan. Stres adalah pengalaman subjektif yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian lagi menganggap

BAB I PENDAHULUAN. adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian lagi menganggap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres pada Wanita Karir (Guru) 1. Pengertian Istilah stres dalam psikologi menunjukkan suatu tekanan atau tuntutan yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi

Lebih terperinci

Kecemasan ialah suatu perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung

Kecemasan ialah suatu perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal merupakan salah satu unsur penentu status kesehatan. Angka kematian ibu (AKI) melahirkan yang terjadi pada saat kehamilan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SIKAP PENYELESAIAN MASALAH DAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN SOMATISASI PADA WANITA KARIR

HUBUNGAN ANTARA SIKAP PENYELESAIAN MASALAH DAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN SOMATISASI PADA WANITA KARIR HUBUNGAN ANTARA SIKAP PENYELESAIAN MASALAH DAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN SOMATISASI PADA WANITA KARIR SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : TRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dimana pada masa itu remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, sedang mencari jati diri, emosi labil serta butuh pengarahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, seperti waktu latihan, waktu makan, dan waktu istirahat pun diatur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, seperti waktu latihan, waktu makan, dan waktu istirahat pun diatur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjadi seorang atlet diperlukan kerja keras dari awal sampai akhir, seperti persiapan saat latihan yang keras, mempersiapkan kondisi fisik dan tubuh mereka,

Lebih terperinci

PENGARUH PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK TERHADAP KECENDERUNGAN SOMATISASI DI SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

PENGARUH PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK TERHADAP KECENDERUNGAN SOMATISASI DI SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA PENGARUH PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK TERHADAP KECENDERUNGAN SOMATISASI DI SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia dalam kehidupannya bisa menghadapi masalah berupa tantangan, tuntutan dan tekanan dari lingkungan sekitar. Setiap tahap perkembangan dalam rentang kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan proses belajar mengajar, diantaranya siswa, tujuan, dan. antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya.

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan proses belajar mengajar, diantaranya siswa, tujuan, dan. antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semua orang, hal ini disebabkan oleh tingginya angka kematian yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semua orang, hal ini disebabkan oleh tingginya angka kematian yang disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit kanker adalah penyakit yang sangat berbahaya bahkan dapat mengakibatkan kematian. Sampai saat ini kanker masih menjadi momok bagi semua orang, hal ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang

BAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang BAB II TINJAUAN TEORI A. Kecemasan 1. Definisi Kecemasan Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram disertai berbagai keluhan

Lebih terperinci