PENERAPAN PRINSIP SANITASI DAN HYGIENE DALAM INDUSTRI PERIKANAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN PRINSIP SANITASI DAN HYGIENE DALAM INDUSTRI PERIKANAN"

Transkripsi

1

2 PK. TPHPi. J. 01. M PENERAPAN PRINSIP SANITASI DAN HYGIENE DALAM INDUSTRI PERIKANAN Penyusun : Retina Siswati Editor : Tim Konsultan 1. Dr. A. B. Susanto, M.Sc 2. Karyawan Perangin Angin 3. Ir. Khoironi, M.Si 4. Niken Maharani, S.Pi 5. Dina Ariana, S.Pi 6. Ade Saefudin, S.IP DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL JAKARTA 2004

3 KATA PENGANTAR Kurikulum SMK Edisi 2004 merupakan penyempurnaan kurikulum SMK Edisi 1999, dengan pendekatan berbasis kompetensi, berbasis luar dan mendasar, pemelajaran berbasis kompetensi (CBT), berbasis produksi (PBT) dan belajar tuntas (mastery learning), yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kompetensi lulusan sesuai dengan standar kompetensi yang dipersyaratkan DU/DI. Pegimplementasian konsep pemelajaran tersebut pada kurikulum SMK edisi 2004 diharapkan dapat terlaksana sebagaimana mestinya di sekolah. Untuk dapat melaksanakan hal tersebut, selain kebutuhan sumber daya manusia yang handal baik guru maupun tenaga pendidikan lainnya, juga dibutuhkan sarana prasarana yang memadai, serta sarana penunjang lainnya seperti ketersediaan bahan ajar yang diperlukan untuk menghasilkan lulusan yang kompeten. Pengembangan pemelajaran berbasis kompetensi, perlu didukung dengan bahan ajar yang memungkinkan setiap peserta diklat dapat belajar secara individual dan mandiri dalam menyelesaikan suatu unit kompetensi secara utuh. Salah satu pengembangan yang dilaksanakan di Direktorat Pendidikan Menengah dan Kejuruan, melalui proyek pengembangan Pendidikan Perikanan dan Kelautan adalah pengembangan MODUL sebagai bahan ajar. Modul ini dapat digunakan sebagai bahan ajar sesuai dengan kompetensi yang dipersyaratkan DU/DI dan tertuang dalam kurikulum SMK Edisi 2004 dengan berbagai inovasi dan modifikasi oleh guru pembimbing peserta diklat. Modul ini diharapkan akan dapat membantu guru dalam pelaksanaan pemelajaran berbasis kompetensi secara utuh. Jakarta, November 2004 Direktur Pendidikan Menengah Kejuruan, DR. Ir. Gatot Hari Priowirjanto

4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... PETA KEDUDUKAN MODUL... GLOSARIUM... i ii ii iv BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Deskripsi... 1 B. Prasayarat... 1 C. Cek Kemampuan... 1 D. Petunjuk Penggunaan Modul... 2 E. Tujuan Akhir Pemelajaran... 4 F. Kompetensi... 4 BAB II PEMELAJARAN... 5 A. Rencana Belajar Siswa... 5 B. Kegiatan Belajar Sanitasi Industri Perikanan Hygiene Industri Perikanan BAB III EVALUASI A. Instrumen Penilaian B. Kunci Jawaban BAB IV PENUTUP DAFTAR PUSTAKA ii

5 PETA KEDUDUKAN MODUL Diagram ini menunjukan tahapan atau tata urutan kompetensi yang dilatihkan pada peserta didik dalam kurun waktu 3 tahun dan kemungkinan multiexit-entry yang dapat diterapkan. C L I B F M J A D G N O E H Q P K No Manual Kode Judul 1 PK. TPHPi. J. 01. M Penerapan Prinsip Sanitasi dan Hygiene Dalam Industri Perikanan 2 PK. TPHPi. J. 02. M Penggunaan Air Sebagai Pembantu Industri Perikanan Sesuai Standar 3 PK. TPHPi. J. 03. M Pencegahan Terjadinya Kontaminasi Dengan Sanitasi Lingkungan dan Peralatan serta Hygiene Pekerja iii

6 GLOSARIUM Sanitasi pengendalian yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan-bahan baku, peralatan dan pekerja untuk mencegah pencemaran pada hasil olah, kerusakan hasil olah, mencegah terlanggarnya nilai estetika konsumen serta mengusahakan lingkungan kerja yang bersih dan sehat. Kontaminasi pencemaran atau cemaran. Estetika nilai-nilai yang berlandaskan perasaan halus. Inderawi yang dapat diamati dengan panca indera. Perishable food bahan pangan yang mudah mengalami kerusakan. Hygiene kebersihan dan penyehatan. iv

7 BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Modul ini berisikan menerapkan prinsip sanitasi dan hygiene dalam industri perikanan. Agar lebih mudah menguasai modul tersebut maka siswa dianjurkan untuk memahami ruang lingkup sanitasi dan hygiene sehingga dapat secara cermat dan teliti dalam menerapkan prinsip sanitasi dan hygiene dalam industri perikanan yang dilakukan sesuai standar operasional prosedur (SOP). Sebagai salah satu referensi dalam penguasaan modul ini siswa seyogyanya dapat melakukan observasi dalam menerapkan prinsip sanitasi dan hygiene yang ada pada kegiatan tempat pemelajaran (laboratorium pengolahan) atau unit produksi di sekolah atau pada dunia industri perikanan. B. Prasyarat Untuk mempelajari modul ini maka siswa atau peserta diklat harus mempunyai kemampuan awal yang disyaratkan antara lain : 1. Mempunyai kompetensi dalam mengidentifikasi mikroba pada produk perikanan. 2. Mempunyai kompetensi dalam menggunakan alat dan mesin pengolahan hasil perikanan. 3. Mempunyai kompetensi dalam mengolah produk perikanan. C. Cek Kemampuan Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda pada kolom yang telah tersedia. 1

8 No. Pertanyaan Ya Tidak Apakah anda mengetahui prinsip sanitasi dan hygiene dalam industri perikanan? Apakah anda mengetahui tujuan dan peranan sanitasi dan hygiene dalam industri perikanan? Apakah anda mampu menerapkan sanitasi dan hygiene dalam industri perikanan? Apakah anda telah melakukan kegiatan sanitasi di industri perikanan sesuai standar operasional prosedur? Apakah anda telah melakukan kegiatan hygiene di industri perikanan sesuai standar operasional prosedur? Apabila anda menjawab TIDAK pada salah satu pertanyaan diatas, pelajari modul ini, sebaliknya apabila anda menjawab YA pada semua pertanyaan, maka lanjutkanlah dengan mengerjakan evaluasi yang ada pada modul ini. D. Petunjuk Penggunaan Modul 1. Rambu-rambu bagi siswa : a. Bacalah modul ini secara berurutan dari kata pengantar sampai cek kemampuan pahami dengan benar isi dari setiap babnya. Setelah anda mengisi cek kemampuan, apakah anda 2

9 termasuk kategori orang yang perlu mempelajari modul ini? Apabila anda menjawab ya, maka pelajari modul ini. b. Untuk mempermudah belajar anda dalam mencapai kompetensi ini maka pelajari prosedur pemelajaran. c. Buatlah rencana belajar anda dengan menggunakan format yang ada dalam modul ini dengan berkonsultasi pada guru hingga mendapat persetujuan. d. Lakukan kegiatan belajar untuk mendapatkan kompetensi sesuai rencana kegiatan yang telah anda susun dan disetujui oleh guru. e. Laksanakan semua tugas-tugas yang ada dalam modul ini agar kompetensi anda berkembang sesuai standar. Apabila anda mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas ini, konsultasikan dengan guru pembimbing anda. 2. Peran guru dalam penggunaan modul ini : a. Membantu siswa dalam merencanakan proses belajar. b. Membimbing siswa melalui tugas-tugas pelatihan yang dikerjakan dalam tahap belajar. c. Membantu siswa dalam memahami konsep, praktik dan menjawab pertanyaan/kendala proses belajar siswa. d. Membantu untuk menentukan dan mengakses sumber tambahan lain yang diperlukan untuk belajar. e. Mengorganisasikan kegiatan belajar kelompok jika diperlukan. f. Merencanakan seorang ahli/pendamping guru dan tempat kerja untuk membantu jika diperlukan. g. Mencatat pencapaian kemajuan belajar siswa h. Melaksanakan penilaian. i. Menjelaskan kepada siswa mengenai bagian yang perlu untuk dibenahi dan merundingkan rencana pemelajaran selanjutnya. 3

10 E. Tujuan Akhir Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini siswa mampu menerapkan prinsip sanitasi dan hygiene dalam industri perikanan secara cermat dan teliti yang dilakukan sesuai standar operasional prosedur. F. Kompetensi Kompetensi menerapkan sanitasi dan hygiene hasil perikanan. Kode : K 4

11 BAB II PEMELAJARAN A. Rencana Belajar Siswa Sebagaimana telah diinformasikan dalam bab pendahuluan bahwa modul ini hanya sebagian dari sumber belajar yang dapat anda pelajari untuk menguasai suatu kompetensi menerapkan sanitasi dan hygiene hasil perikanan dengan sub kompetensi menerapkan prinsip sanitasi dan hygiene dalam industri perikanan, untuk mengembangkan kompetensi anda dalam life skill, anda perlu latihan. Untuk itu maka dalam menggunakan modul ini anda harus melaksanakan tugas-tugas yang telah dirancang untuk anda. Buatlah rencana belajar anda berdasarkan rencangan pemelajaran yang telah disusun oleh guru untuk menguasai suatu kompetensi menerapkan sanitasi dan hygiene hasil perikanan dengan sub kompetensi menerapkan prinsip sanitasi dan hygiene dalam industri perikanan dengan menggunakan format sebagai berikut : Pencapaian Alasan Paraf No Kegiatan Tgl Jam Tempat Perubahan bila ada Siswa Guru 1. Membuat resume tentang prinsip sanitasi dalam industri perikanan 2. Melakukan observasi tentang kegiatan sanitasi dalam industri perikanan 3. Membuat resume tentang prinsip hygiene dalam 5

12 No Kegiatan industri perikanan 4. Melakukan observasi tentang kegiatan hygiene dalam industri perikanan 5. Melakukan diskusi terhadap hasil resume dan observasi Membuat laporan Mengetahui Guru Pembimbing Pencapaian Tgl Jam Tempat Alasan Paraf Perubahan bila ada Siswa Guru Jepara,.. Siswa ( ) (..) B. Kegiatan Belajar Rangkaian pengalaman belajar yang diorganisasikan dalam kegiatan belajar untuk mempermudah siswa menguasai kompetensi / sub kompetensi yang dipelajari dalam satu modul maka modul ini terdiri dari 2 kegiatan belajar yaitu : - Kegiatan belajar 1 tentang Sanitasi Industri Perikanan. - Kegiatan belajar 2 tentang Hygiene Industri Perikanan. 6

13 1. Kegiatan Belajar 1 SANITASI INDUSTRI PERIKANAN Tujuan kegiatan pembelajaran Setelah mempelajari sub kompetensi ini maka siswa mampu: a. memahami konsep tentang pengertian dan ruang lingkup sanitasi industri. b. memahami konsep tentang tujuan dan peranan sanitasi c. menerapkan prinsip sanitasi dalam industri perikanan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP). Uraian Materi Pengertian dan ruang lingkup sanitasi industri Setiap usaha dalam penanganan, pengolahan dan distribusi bahan atau produk pangan harus selalu disertai dengan usaha untuk memperoleh bahan atau produk pangan yang bermutu baik bahan atau produk pangan yang bermutu serta aman untuk dikonsumsi. Sebaliknya bila bahan atau produk pangan yang dihasilkan bermutu jelek perlu mendapatkan perhatian terutama jika sifat jelek tersebut berupa sifat yang membahayakan kesehatan konsumen seperti menyebabkan penyakit dan beracun. Menghadapi sifat yang membahayakan kesehatan dari bahan atau produk pangan yang bermutu jelek ini maka hampir semua negara memiliki undang-undang atau peraturan-peraturan yang melandasi warganya sebagai konsumen. Peraturan tersebut berlaku juga bagi bahan atau produk pangan yang diimpor ke negara yang bersangkutan. Sifat yang membahayakan ini umumnya tergolong sifat non inderawi atau sifat tersembunyi berupa adanya cemaran bahan- 7

14 bahan kimia yang bersifat racun, adanya bibit-bibit penyakit dan penghasil toxin (racun) berupa mikroba. Adanya tanda-tanda bahwa hasil olah pernah diperlakukan dengan kurang hati-hati sehingga menimbulkan dugaan membahayakan kesehatan seperti adanya bagian yang digigit lalat, kecoa, tikus dan lain-lain telah mengundang anggapan bahwa hasil olah itu termasuk katagori yang membahayakan kesehatan. Bahkan jika diketahui bahwa hasil olah dibuat dengan cara yang memberikan peluang untuk kemungkinan menyebabkan hasil olah membahayakan seperti diinjak-injak pekerja akan menyebabkan dihindarinya hasil olah demikian oleh konsumen. Adanya kaki lalat dan diketahui bahwa hasil olah pernah diinjak-injak pekerja telah melanggar nilai perasaan halus atau nilai estetika konsumen. Dalam memproduksi hasil olah harus dilakukan usaha untuk menghindari atau mencegah hasil olah yang bersifat membahayakan kesehatan dalam industri pengolahan yang dikenal dengan sanitasi industri. Sanitasi dapat diringkaskan sebagai pengendalian yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan-bahan baku, peralatan dan pekerja untuk mencegah pencemaran pada hasil olah, kerusakan hasil olah, mencegah terlanggarnya nilai estetika konsumen serta mengusahakan lingkungan kerja yang bersih dan sehat. 8

15 Tujuan dan Peranan Sanitasi Didepan telah disinggung bahwa dengan kegiatan sanitasi dapat mencegah produk dari cemaran yang merugikan. Mencegah kontaminasi atau pencemaran tidak berarti bahwa hasil olah menjadi bebas sama sekali dari cemaran tetapi sampai batas yang dapat diterima oleh konsumen. Cemaran ini terutama yang membahayakan tergolong cemaran yang tidak terindera sehingga seringkali cemaran ini mengganggu kesehatan manusia berupa keracunan, menderita sakit dan bahkan dapat merenggut nyawanya. Rusaknya hasil olah ini sebenarnya bermula dari cemaran yang karena sifatnya menyebabkan perubahan-perubahan sifat inderawi hasil olah seperti rasa bau, warna dan tekstur. Perubahan ini dapat terjadi sewaktu bahan dalam pengolahan misalnya karena cemaran mikroba pembusuk pada bahan yang diolah atau hasil olahnya menyimpang dari yang dikehendaki. Kesan tidak estetis bagi konsumen tidak hanya menyangkut sifat hasil olah tetapi dapat juga terjadi jika konsumen mengetahui tempat dan cara pengolahan yang dilakukan misalnya dekat tempat pembuangan sampah, ruang proses produksi kotor dan jorok, dan lain-lain. Dalam mencegah kerugian-kerugian tersebut diatas kecuali tindakan-tindakan operasional yang dilakukan berupa pengangkutan dan pemusnahan sumber pencemaran, dilakukan juga pencegahan lewat perencanaan pabrik menuju kemudahan operasi sanitasi. Dengan usaha sanitasi yang baik akan dapat : - Diperoleh produk yang tidak membahayakan konsumen. - Dipenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan dan undangundang. 9

16 - Diperoleh jumlah hasil olah yang tidak berkurang sebagai akibat kerusakan selama pengolahan dan karena hasil olah lebih lama disimpan. - Diperoleh kemantapan hasil olah sebagai komoditi perdagangan di pasaran. - Dicapai kepercayaan konsumen terhadap hasil olah. - Memperkuat kedudukan perusahaan dan meningkatkan kepercayaan badan-badan yang diperlukan perusahaan. Sebaliknya sanitasi yang tidak baik akan menyebabkan : - Hasil olah dapat memiliki potensi membahayakan masyarakat konsumen. - Tidak dipenuhinya persyaratan sesuai dengan peraturan dan undang-undang yang diterbitkan. - Menimbulkan kericuhan perdagangan berupa tuntutan oleh konsumen. - Mengurangi tersedianya hasil olah bagi masyarakat karena ada yang rusak. - Melemahkan kedudukan hasil olah sebagai komoditi perdagangan di pasaran. - Mengurangi kepercayaan pembeli terhadap perusahaan. - Mengurangi kepercayaan badan-badan yang diperlukan perusahaan. - Akan terjadi keadaan yang tidak menguntungkan bagi pengusaha karena hasil olahnya mengandung racun yang dapat menyebabkan meningkatnya sejumlah konsumen sehingga dapat mengakibatkan ditutupnya perusahaan dan dituntutnya pengusaha ke depan pengadilan. 10

17 Penerapan sanitasi dalam industri perikanan Ikan merupakan komoditas yang mudah mengalami kerusakan (perishable food) karena + 80 % dari komposisi ikan adalah air sehingga mudah ditumbuhi oleh mikroorganisasi terutama mikroorganisme yang bersifat pembusuk dan perusak. Oleh karena itu dalam industri perikanan kegiatan sanitasi dimulai dari penanganan (handling) ikan segar sehingga dapat mempertahankan kesegaran ikan. Ikan yang akan diolah tidak boleh berasal dari daerah atau perairan yang tercemar. Ikan yang diolah harus bersih, segar, bebas dari setiap bau yang menandakan pembusukan, bebas dari tanda dekomposisi dan pemalsuan sehingga tidak membahayakan kesehatan. Ikan yang telah rusak/terkontaminasi tidak boleh diolah sehingga harus yang bermutu baik. Bahan pembantu yang digunakan dalam penanganan dan pengolahan ikan harus memenuhi standar mutu yang ditetapkan. Bahan pembantu yang biasa digunakan berupa air dan es. Air yang digunakan harus tersedia dalam jumlah cukup dengan memenuhi standart internasional untuk air minum, tidak tercemar, aman dan saniter, sedangkan es yang digunakan dibuat secara higienis dari air bersih. Dalam penggunaannya es harus ditangani dan disimpan baik. Sanitasi terhadap lingkungan produksi industri perikanan juga harus dikendalikan terutama lingkungan kerja dan lingkungan di sekitar pabrik pengolahan ikan. Lingkungan kerja harus bersih, tidak mudah kotor dan mudah dibersihkan, aman dan nyaman untuk bekerja selama berlangsungnya operasi pengolahan. Lingkungan di sekitar pabrik juga harus bersih bebas dari sumber cemaran kotoran yang dapat mengkontaminasi ikan yang diolah. 11

18 Peralatan dan sarana pengolahan dalam industri perikananjuga dilakukan pengandalian terencana terhadap alat untuk mencegah pencemaran dan kerusakan seperti yang dimaksud dalam salah satu aspek sanitasi misalnya dengan usaha akan kemudahan pembersihan alat, pemilihan bahan konstruksi yang tepat dengan permukaan rata dan tidak menyudut. Pengendalian terhadap pekerja yang bekerja diindustri perikanan mengandung aspek pengarahan kebiasaan, pemberian perlengkapan, pelayanan kesehatan dan pemberian pengertian dan pengetahuan agar pekerja tidak merupakan penyebab cemaran, kerusakan dan terlanggarnya nilai estetika ikan yang diolah. Mengingat pentingnya sanitasi dalam industri perikanan serta bagi masyarakat sebagai konsumennya maka sanitasi ini tidak dapat diabaikan. Kegiatan sanitasi dalam industri perikanan harus merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan terus menerus disertai tanggung jawab tidak hanya sewaktu-waktu. Semakin banyak konsumen yang menuntut mutu hasil olah ikan lebih baik maka cara pelaksanaan pengolahan bahan-bahan, peralatan dan sarana lainnya harus menjadi obyek evaluasi yang terus menerus. Rangkuman Komoditas hasil olah perikanan umumnya dipersyaratkan harus bermutu baik dan tidak mengandung cemaran yang dapat membahayakan kesehatan konsumen. Maka dalam memproduksi olahan hasil perikanan harus dilakukan usaha untuk menghindari atau mencegah hal-hal yang tidak dikehendaki konsumen dengan menerapkan kegiatan sanitasi. Sanitasi merupakan pengendalian yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan baku, peralatan dan pekerja untuk mencegah pencemaran pada hasil olah, kerusakan hasil olah, 12

19 mencegah terlanggarnya estetika konsumen serta mengusahakan lingkungan kerja yang bersih dan sehat. Tugas 1. Buatlah resume menurut pengertian anda sendiri tentang prinsip sanitasi dalam industri perikanan berdasarkan informasi yang anda ketahui. 2. Lakukan observasi kegiatan sanitasi yang dilakukan di laboratorium pengolahan atau unit produksi yang ada di sekolah serta dunia industri pengolahan ikan. 3. Diskusikan dengan teman dan guru pembimbing anda terhadap hasil resume dan observasi tentang kegiatan dan penerapan prinsip sanitasi dalam industri perikanan. 4. Hasil diskusi yang telah disetujui guru pembimbing anda selanjutnya dapat difail dalam odner portopolio hasil belajar anda. Tes Formatif 1. Mengapa komoditas hasil olah perikanan disyaratkan bermutu baik? 2. Apakah yang dimaksud dengan sanitasi industri? 3. Terangkan peranan sanitasi dalam industri perikanan! 4. Apakah yang didapat bila usaha sanitasi berjalan dengan baik? 5. Mengapa pekerja merupakan salah satu aspek yang harus dikendalikan pada kegiatan sanitasi? Kunci Jawaban Formatif 1. Komoditas hasil olah perikanan dipersyaratkan bermutu baik karena untuk mencegah timbulnya sifat-sifat jelek yang membahayakan kesehatan seperti menyebabkan penyakit dan beracun terutama racun (toksin) yang dihasilkan mikroba. 13

20 2. Sanitasi industri adalah pengendalian yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan baku, peralatan dan pekerja untuk mencegah pencemaran pada hasil olah, kerusakan hasil olah, mencegah terlanggarnya nilai estetika konsumen serta mengusahakan lingkungan kerja yang bersih dan sehat. 3. Peranan sanitasi dalam industri perikanan adalah dengan dilaksanakan prinsip sanitasi dalam industri perikanan dapat menjamin kesehatan masyarakat karena diperoleh produk yang tidak membahayakan konsumen, juga menjamin bagi masyarakat dengan persediaan hasil olah yang tidak menyusut karena rusak dalam pengolahan dan penyimpanan. 4. Apabila usaha sanitasi yang baik akan dapat : - Diperoleh produk yang tidak membahayakan konsumen - Dipenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan dan undangundang - Diperoleh jumlah hasil olah yang tidak berkurang sebagai akibat kerusakan selama pengolahan dan karena hasil olah lebih lama disimpan - Diperoleh kemantapan hasil olah sebagai komoditi perdagangan di pasaran - Dicapai kepercayaan konsumen terhadap hasil olah - Memperkuat kedudukan perusahaan dan meningkatkan kepercayaan badan-badan yang diperlukan perusahaan 5. Pekerja merupakan salah satu aspek yang harus dikendalikan dalam sanitasi agar pekerja tidak merupakan penyebab cemaran, kerusakan dan terlanggarnya nilai estetika ikan yang diolah. 14

21 Lembar kerja 1. Acara Penerapan prinsip sanitasi di industri perikanan 2. Tujuan Setelah menyelesaikan pelajaran/praktik ini anda mampu menerapkan prinsip sanitasi di industri perikanan (laboratorium pengolahan) secara cermat dan teliti. 3. Alat dan Bahan a. Alat tulis menulis b. Alat-alat sanitasi c. Bahan sanitier d. Buku referensi 4. Keselamatan dan Kesehatan Kerja a. Pakailah pakaian kerja (jas laboratorium) b. Hati-hati dalam menggunakan alat yang tajam c. Simpan dan bersihkan alat yang selesai digunakan 5. Langkah Kerja a. Siapkan alat dan bahan yang sesuai kebutuhan b. Lakukan pengamatan terhadap kegiatan sanitasi yang dilakukan meliputi - Sanitasi bahan baku - Sanitasi peralatan - Sanitasi pekerja - Sanitasi lingkungan produksi c. Lakukan kegiatan sanitasi lingkungan produksi dengan alat dan bahan yang sesuai d. Pengadministrasian : - Catat kegiatan tersebut sebagai laporan - Simpan ke fail yang anda punya sebagai bukti belajar 15

22 2. Kegiatan Belajar 2 HYGIENE INDUSTRI PERIKANAN Tujuan kegiatan pembelajaran Setelah mempelajari sub kompetensi ini anda mampu menerapkan hygiene dalam industri perikanan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP). Uraian materi Untuk mendapatkan hasil olah perikanan yang memenuhi persyaratan kesehatan dan keamanannya upaya dan perlakuan dalam mengolah hasil perikanan tidak cukup difokuskan pada tahap akhir suatu proses produksi. Upaya dan tindakan secara terpadu diperlukan sehingga setiap orang atau perusahaan yang terlibat dalam pengadaan bahan pengolah dan penyalur turut bertanggungjawab dan menerapkan tindakan hygiene. Semua tindakan dan perlakuan hygienis diperlukan dalam proses produksi di industri perikanan sehingga diperoleh hasil olah yang dapat dikonsumsi secara aman dan sehat. Untuk mendapatkan produk olahan yang aman dan sehat maka terhadap bahan mentah ikan harus diperhatikan hal-hal berikut : a. Perlu diketahui flora bakteri asli ikan yang terpusat di bagian insang, isi perut dan selaput lendir. b. Adanya penyakit atau parasit yang mungkin dapat membahayakan kesehatan manusia. c. Terjadinya kontaminasi selama penanganan oleh bakteri pathogen. d. Terjadinya kontaminasi oleh logam berat. e. Terjadinya kontaminasi oleh insektisida, pestisida, herbisida dari lingkungan perairan akibat kegiatan sektor pertanian. f. Terdapatnya racun yang secara alami terkandung dalam ikan. 16

23 Pencegahan kontaminasi terhadap ikan sebagai bahan mentah dapat dilakukan apabila semua pihak bertanggung jawab untuk tidak menimbulkan pencemaran. Desain dan fasilitas perusahan dalam industri perikanan harus diatur dan disediakan sehingga menciptakan keadaan yang aman dan nyaman. Alir proses lancar dapat dicegah kemungkinan pencemaran zat kimia, mikroorganisme dan zat asing melalui alat bangunan, air, sampah dan fasilitas lainnya serta memudahkan pembersihan dan pengawasan hygiene produk yang diperoleh. Pekerja yang ada di industri perikanan perlu mendapat pendidikan tentang hygiene pengolahan sehingga dengan penuh kesadaran dapat melakukan tindakan untuk mencegah terkontaminasi pada hasil olah terutama oleh mikroorganisme. Cara yang dapat dilakukan untuk persyaratan hygiene pekerja adalah : a. Menanggulangi gangguan kesehatan pekerja b. Mengobati luka dan mencuci tangan kotor c. Menanamkan kebersihan dan perilaku pekerja yang baik d. Menggunakan pakaian dan perlengkapan kerja Persyaratan hygiene dalam proses pengolahan dapat dicapai dengan mengendalikan tiap tahapan proses untuk mencegah pencemaran dan penurunan mutu produk yang dihasilkan. Rangkuman Penerapan prinsip hygiene dalam industri perikanan harus dilakukan dengan kesadaran mulai dari pengadaan bahan mentah hingga menjadi produk yang dikonsumsi sehingga setiap keadaan yang dapat mengganggu kesehatan dapat dicegah sejak awal. 17

24 Tugas 1. Buatlah resume menurut pengertian anda sendiri tentang prinsip hygiene dalam industri perikanan berdasarkan informasi yang anda ketahui. 2. Lakukan survei atau observasi tindakan hygiene di laboratorium pengolahan atau unit produksi yang ada disekolah serta dunia industri pengolahan ikan. 3. Diskusikan dengan guru pembmbing hasil observasi dan dibuat laporan untuk disimpan dalam fail. Tes Formatif a) Apakah kaitannya antara kegiatan sanitasi dengan hygiene dalam industri perikanan? b) Bagaimana tindakan yang dilakukan oleh industri perikanan agar persyaratan hygiene pekerja dapat tercapai? c) Mengapa untuk mencapai persyaratan hygiene tahapan proses pengolahan harus dikendalikan? d) Mengapa suatu industri perikanan harus mendesain dan memiliki fasilitas perusahaan yang mencukupi? e) Mengapa penerapan hygiene pengolahan pada setiap industri berneda satu sama lain? Kunci Jawaban Formatif 1. Kegiatan sanitasi dengan hygiene dalam industri perikanan sangat erat kaitannya satu dengan lain. Kegiatan sanitasi merupakan pengendalian yang sudah terencana terhadap lingkungan produksi, bahan baku, peralatan dan pekerja, sedangkan tindakan hygiene merupakan usaha kebersihan dan penyehatan. Kedua kegiatan tersebut mempunyai tujuan yang sama yaitu mencegah pencemaran dan kerusakan yang sma 18

25 yaitu mencegah pencemaran dan kerusakan hasil olah terutama yang bersifat membahayakan kesehatan konsumen. 2. Tindakan untuk mencapai persyaratan hygiene pekerja adalah : - Menanggulangi gangguan kesehatan pekerja. - Mengobati luka pekerja dan mencuci tangan kotor. - Menanamkan kebersihan dan perilaku pekerja yang baik. - Menggunakan pakaian dan perlengkapan kerja. 3. Untuk mencapai persyaratan hygiene tahapan proses pengolahan harus dikendalikan karena untuk mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan bahan pada setiap tahapan proses sehingga diperoleh produk bermutu baik serta aman untuk dikonsumsi (tidak membahayakan kesehatan). 4. Suatu industri perikanan harus mendisain dan memiliki fasilitas perusahaan yang mencukup untuk menciptakan keadaan sepert: a. Suasana nyaman dan aman. b. Alur proses lancar. c. Dapat dicegah kemungkinan pencemaran zat kimia, mikroorganisme dan zat asing ke dalam makanan melalui peralatan, bangunan air, sampah dan fasilitas lainnya. d. Kemudahan pembersihan dan pengawasan hygiene produk yang diperoleh. 5. Penerapan hygiene pengolahan pada setiap industri berbeda karena dipengaruhi oleh faktor seperti tingkat pendidikan dan kesadaran, kebiasaan dan fasilitas yang dimiliki. 19

26 Lembar kerja 1. Acara Prinsip Hygiene di industri perikanan 2. Tujuan Setelah menyelesaikan pelajaran/praktik ini anda mampu menerapkan prinsip hygiene di industri perikanan (laboratorium pengolahan) secara cermat dan teliti. 3. Alat dan Bahan a. Alat tulis menulis b. Buku referensi c. Sapu ijuk / lidi d. Ember e. Sikat f. Lap pel g. Tempat sampah h. Sabun 4. Keselamatan dan Kesehatan Kerja a. Pakailah pakaian kerja (jas laboratorium) b. Hati-hati dalam menggunakan alat c. Simpan dan bersihkan alat yang selesai digunakan 5. Langkah Kerja a. Siapkan alat dan sabun yang sesuai kebutuhan b. Sapukan ruangan baik dinding, langit-langit maupun lainnya c. Bersihkanlah peralatan yang ada di ruangan dengan sulak dan lap dengan kain basah serta keringkan dengan lap d. Bagian sudut peralatan disikat sampai bersih dan keringkan dengan lap e. Rapikan dan atur peralatan sesuai alur proses dengan diberi jarak 20

27 f. Siram lantai dengan air lalu sikat dan menfaatkan sabun untuk membersihkan lantai g. Setelah disikat lalu disiram kembali dengan air sampai bersih h. Lakukan pengeringan dengan menggunakan lap pel i. Pengadministrasian : j. Catat kegiatan tersebut sebagai laporan k. Simpan ke fail yang anda punya sebagai bukti belajar 21

28 BAB III EVALUASI A. Instrumen Penilaian 1. Evaluasi Psikomotorik Berilah tanda (v) pada kolom ya atau tidak sesuai dengan kemampuan anda No. Kriteria Ya Tidak A. Sanitasi Industri Perikanan Kegiatan sanitasi di industri diamati dan dicatat sesuai dengan prosedur Peralatan sanitasi disiapkan dan digunakan sesuai petunjuk dan prosedur yang ditentukan Bahan sanitasi disiapkan dan digunakan sesuai petunjuk dan prosedur yang ditentukan B. Hygiene Industri Perikanan Kegiatan hygiene dilakukan sesuai prosedur yang ditentukan Peralatan kebersihan disiapkan dan digunakan sesuai petunjuk dan prosedur yang ditentukan 3. Bahan kebersihan disiapkan dan digunakan sesuai petunjuk dan prosedur yang ditentukan 2. Evaluasi Kognitif a. Mengapa hasil olah industri perikanan menjadi bermutu jelek bila tidak memperhatikan kondisi-kondisi yang saniter? b. Mengapa pekerja yang menangani hasil olah industri perikanan merupakan sumber kontaminasi yang penting? c. Sebutkan persyaratan hygiene bagi pekerja! 22

29 d. Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan pada ikan sebagai bahan baku pengolahan sehingga diperoleh produk olahan yang aman dikonsumsi? e. Siapa sajakah yang turut bertanggungjawab dalam menerapkan tindakan hygienis di industri perikanan? B. Kunci Jawaban a. Apabila tidak memperhatikan kondisi yang saniter hasil olah industri perikanan menjadi bermutu jelek karena dengan kondisi sanitasi yang buruk menyebabkan hasil olah terkontaminasi dengan cemaran yang dapat membahayakan kesehatan. b. Pekerja yang menangani hasil olah industri perikanan merupakan sumber kontaminasi yang penting karena kandungan mikroba patogen pada manusia dapat menimbulkan penyakit yang ditularkan melalui hasil olah tersebut. c. Persyaratan hygiene bagi pekerja adalah : Kesehatan pekerja yang baik Kebersihan pekerja Kemauan pekerja untuk mengerti tentang sanitasi dan hygiene d. Hal-hal yang harus diperhatikan pada ikan sebagai bahan baku pengolahan adalah : Perlu diketahui flora bakteri asli ikan yang terpusat dibagian insang, isi perut dan selaput lendir Adanya penyakit atau parasit yang mungkin dapat membahayakan kesehatan manusia Terjadinya kontaminasi oleh logam berat Terjadinya kontaminasi oleh insektisida, pestisida, herbisida dari lingkungan perairan akibat kegiatan sektor perikanan 23

30 Terdapatnya racun yang secara alami terkandung dalam ikan e. Yang turut bertanggungjawab dalam menerapkan tindakan hygiene di industri perikanan adalah orang atau perusahaan yang terlibat dalam pengadaan bahan, pengolah dan penyalur sehingga diperoleh hasil olah yang dapat dikonsumsi secara aman dan sehat 24

31 BAB IV PENUTUP Modul ini secara keseluruhan berisikan tentang prinsip sanitasi dan hygiene yang dapat diterapkan di industri perikanan untuk mendapatkan hasil olah yang bermutu baik dan aman dikonsumsi (tidak membahayakan kesehatan). Program tindak lanjut yang harus dilakukan oleh siswa setelah diperoleh hasil penilaian yaitu : 1. Siswa harus mepelajari modul ini kembali jika belum memenuhi standar minimal. 2. Siswa dapat memperoleh sertifikat bila telah menguasai kompetensi dengan benar sesuai prosedur dan kriteria keberhasilan yang telah disepakati antara sekolah dan industri pasangan sebagai penjamin mutu. 3. Siswa dapat melanjutkan ke modul berikutnya apabila telah memperoleh sertifikat kompetensi. 25

32 DAFTAR PUSTAKA Fardiaz Ir.Dr., Srikandi Sanitasi dalam Industri Makanan. Pusat Pelatihan Ekspor Indonesia (PPEI). Departemen Perdagangan RI. Jakarta. Laksmie Jenie, B.S Sanitasi dalam Industri Pangan. Departemen Teknologi Hasil Pertanian. FATEMETA IPB. Bogor. Nasran, Suyuti Persyaratan Teknis dan Hygiene dalam Unit Pembekuan Ikan. Pusat Pelatihan Ekspor Indonesia (PPEI). Departemen Perdagangan RI. Jakarta. Suteja, Drs Pedoman Umum Hygiene Makanan. Pusat Pelatihan Ekspor Indonesia (PPEI). Depatemen Perdagangan RI. Jakarta. 26

BAB IX SANITASI PABRIK

BAB IX SANITASI PABRIK BAB IX SANITASI PABRIK Sanitasi merupakan suatu kegiatan yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan baku, peralatan dan kebersihan, kesehatan, kesejahteraan pekerja, mencegah terjadinya pencemaran

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 113 LAMPIRAN 113 114 Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 1 Lokasi Lokasi produksi harus jauh dari tempattempat yang menjadi sumber cemaran, seperti: tempat pembuangan sampah,

Lebih terperinci

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 APA ITU CPPOB? adalah cara produksi yang memperhatikan aspek keamanan pangan, antara lain dengan cara : a. mencegah tercemarnya pangan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PROSEDUR DAN LEMBAR KERJA

PENGEMBANGAN PROSEDUR DAN LEMBAR KERJA PENGEMBANGAN PROSEDUR DAN LEMBAR KERJA BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Direktorat Surveilan dan Penyuluhan 1 PROSEDUR Direktorat

Lebih terperinci

Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan Standar Nasional Indonesia Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit

2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI LINGKUNGAN HIDUP. Perikanan. Hasil. Jaminan Mutu. Keamanan. Sistem. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 181). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat melangsungkan kehidupan selain sandang dan perumahan. Makanan, selain mengandung nilai gizi, juga merupakan media untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. dapat melangsungkan kehidupan selain sandang dan perumahan. Makanan, selain mengandung nilai gizi, juga merupakan media untuk dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia untuk dapat melangsungkan kehidupan selain sandang dan perumahan. Makanan, selain mengandung nilai gizi, juga merupakan

Lebih terperinci

Filet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Filet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan Standar Nasional Indonesia Filet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan Teknologi Pangan Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan tujuan industri untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

BAB IV KURSUS HIGIENE SANITASI MAKANAN

BAB IV KURSUS HIGIENE SANITASI MAKANAN - 18 - BAB IV KURSUS HIGIENE SANITASI MAKANAN A. PENYELENGGARAAN 1. Peserta, Penyelenggara, Penanggung Jawab dan Pembina Teknis a. Peserta pelatihan adalah setiap orang dan/atau pengusaha/pemilik/penanggung

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Udang beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

SNI Standar Nasional Indonesia. Udang beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan Standar Nasional Indonesia Udang beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3

Lebih terperinci

Ikan tuna dalam kaleng Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Ikan tuna dalam kaleng Bagian 3: Penanganan dan pengolahan Standar Nasional Indonesia Ikan tuna dalam kaleng Bagian 3: Penanganan dan pengolahan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atau dikenal dengan kampus induk/pusat, kampus 2 terletak di Jalan Raden Saleh,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atau dikenal dengan kampus induk/pusat, kampus 2 terletak di Jalan Raden Saleh, 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Universitas Negeri Gorontalo merupakan salah satu perguruan tinggi di Gorontalo. Kampus Universitas Negeri Gorontalo terbagi atas 3, yaitu kampus

Lebih terperinci

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI A. IDENTITAS PEKERJA Nama Alamat Usia :... :... :. Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Status Perkawinan : 1.Kawin 2.

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24 DAFTAR TABEL Tabel 5.1 Persentase Analisis Univariat Masing-masing Variabel Berdasarkan Kepmenkes No.715 Tahun 2008 Penelitian di Universitas X (n=100)... 38 Tabel 5.2.1 Hubungan Sanitasi Kantin Dengan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN HYGIENE SANITASI DEPOT AIR MINUM DI KECAMATAN MEDAN JOHOR TAHUN 2010

KUESIONER PENELITIAN PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN HYGIENE SANITASI DEPOT AIR MINUM DI KECAMATAN MEDAN JOHOR TAHUN 2010 KUESIONER PENELITIAN PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN HYGIENE SANITASI DEPOT AIR MINUM DI KECAMATAN MEDAN JOHOR TAHUN 2010 Karakteristik Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Pendidikan Terakhir : a. Tamat SD b.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Desa Kaliyoso terdapat di Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah barat

Lebih terperinci

SERI MODUL BERBASIS KOMPETENSI PR.KLT.D.02 MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN

SERI MODUL BERBASIS KOMPETENSI PR.KLT.D.02 MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN SERI MODUL BERBASIS KOMPETENSI PR.KLT.D.02 MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Seri Modul Berbasis Kompetensi Mengolah Agarofit Menjadi Agar Kertas Penulis Carolina, S.St.Pi DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman diperlukan peraturan dalam memproses makanan dan pencegahan terjadinya food borne disease. Selain itu

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI UKURAN KAPAL

IDENTIFIKASI UKURAN KAPAL IDENTIFIKASI UKURAN KAPAL PK. NPL. G. 02. M BIDANG KEAHLIAN PROGRAM KEAHLIAN : PELAYARAN : NAUTIKA PERIKANAN LAUT DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT

Lebih terperinci

MENGOLAH KARAGENOFIT MENJADI REFINED KARAGENAN

MENGOLAH KARAGENOFIT MENJADI REFINED KARAGENAN MENGOLAH KARAGENOFIT MENJADI REFINED KARAGENAN PK. PR BIDANG KEAHLIAN : PERIKANAN DAN KELAUTAN PROGRAM KEAHLIAN : PENGOLAHAN RUMPUT LAUT DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 922-933 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG Volume 1, Nomor 2, Tahun 212, Halaman 147-153 FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG * ) Alumnus FKM

Lebih terperinci

Studi Kelayakan Unit Pengolahan Udang Putih Beku Tanpa Kepala di PT. XX Gorontalo

Studi Kelayakan Unit Pengolahan Udang Putih Beku Tanpa Kepala di PT. XX Gorontalo Studi Kelayakan Unit Pengolahan Udang Putih Beku Tanpa Kepala di PT. XX Gorontalo 1,2 Saprin Hayade, 2 Rieny Sulistijowati, 2 Faiza A. Dali 1 saprin_hayade@yahoo.com 2 Jurusan Teknologi Perikanan Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam beberapa tahun belakangan ini, media di Indonesia sangat gencar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam beberapa tahun belakangan ini, media di Indonesia sangat gencar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam beberapa tahun belakangan ini, media di Indonesia sangat gencar dalam mengulas berita tentang keamanan pangan. Ulasan berita tersebut menjadi tajuk utama, khususnya

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK. 00.05.5.1639 TENTANG PEDOMAN CARA PRODUKSI PANGAN YANG BAIK UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA (CPPB-IRT) KEPALA BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 02/MEN/2007 TENTANG CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 02/MEN/2007 TENTANG CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 02/MEN/2007 TENTANG CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan penyusunan dan penelitian tugas akhir ini dilakukan di Usaha Kecil Menengah

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan penyusunan dan penelitian tugas akhir ini dilakukan di Usaha Kecil Menengah 20 BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan penyusunan dan penelitian tugas akhir ini dilakukan di Usaha Kecil Menengah (UKM) Chrisna Snack, Perumahan Josroyo 19 RT 7 RW

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN LAMPIRAN 58 LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN KARAKTERISTIK SAMPEL Responden adalah penjamah makanan di rumah makan Jumlah responden adalah seluruh penjamah makanan di rumah makan Lembar

Lebih terperinci

MENGGAMBAR PROYEKSI ORTOGONAL

MENGGAMBAR PROYEKSI ORTOGONAL MENGGAMBAR TEKNIK DASAR MENGGAMBAR PROYEKSI ORTOGONAL A.20.05 BAGIIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIIKULUM DIIREKTORAT PENDIIDIIKAN MENENGAH KEJURUAN DIIREKTORAT JENDERAL PENDIIDIIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN

Lebih terperinci

CHECKLIST PEMBINAAN KANTIN SEKOLAH SEHAT SDN 04 LEBAK BULUS

CHECKLIST PEMBINAAN KANTIN SEKOLAH SEHAT SDN 04 LEBAK BULUS NO SARANA & PRASARANA / TANGGAL 1 LOKASI DAN BANGUNAN A. LANTAI BERSIH, TIDAK LICIN B. DINDING BERSIH, WARNA TERANG, KEDAP AIR C. LANGIT-LANGIT TIDAK BOCOR, TIDAK MENGELUPAS D. PINTU DAPAT DIBUKA TUTUP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam membentuk 1 BAB I PENDAHULUAN B. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam membentuk dan meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui pendidikan dapat menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi alternatif makanan dan minuman sehari-hari dan banyak dikonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi alternatif makanan dan minuman sehari-hari dan banyak dikonsumsi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan dan minuman merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi dan diupayakan agar lebih tersedia dalam kualitas dan kuantitas secara memadai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mutu dan keamanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. mutu dan keamanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya merupakan hak azasi setiap warga masyarakat sehingga harus tersedia dalam jumlah yang cukup, aman, bermutu,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG CARA PRODUKSI KOSMETIKA YANG BAIK MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa langkah utama untuk menjamin keamanan kosmetika adalah penerapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk makanan dari jasaboga. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk makanan dari jasaboga. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya pendapatan masyarakat dan meningkatnya kegiatan pekerjaan di luar rumah, akan meningkatkan kebutuhan jasa pelayanan makanan terolah termasuk makanan dari

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB XV PENGENDALIAN MUTU SELAMA PROSES KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU

Lebih terperinci

Lembar Kuesioner Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Siomay di Jl. Dr. Mansyur. Padang Bulan Di Kota Medan Tahun Nama : No.

Lembar Kuesioner Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Siomay di Jl. Dr. Mansyur. Padang Bulan Di Kota Medan Tahun Nama : No. LAMPIRAN Lembar Kuesioner Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Siomay di Jl. Dr. Mansyur Padang Bulan Di Kota Medan Tahun 2011 Nama : No.Sampel : Lokasi : Jenis Kelamin : Umur : Lama Berjualan : No Pertanyaan

Lebih terperinci

MEMASANG RANGKA DAN PENUTUP PLAFON

MEMASANG RANGKA DAN PENUTUP PLAFON KODE MODUL KYU.BGN.214 (2) A Milik Negara Tidak Diperdagangkan SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK BANGUNAN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK INDUSTRI KAYU MEMASANG RANGKA DAN PENUTUP PLAFON DIREKTORAT

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Sungai Bulango. b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Ipilo

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Sungai Bulango. b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Ipilo BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Berikut ini adalah deskripsi lokasi penelitian yang dilihat atas dua aspek, yaitu Geografi dan Demografi : 1.1.1 Keadaan Geografis Pasar jajan

Lebih terperinci

Dokumentasi SSOP (Sanitation Standard Operating Procedures) S P O Sanitasi

Dokumentasi SSOP (Sanitation Standard Operating Procedures) S P O Sanitasi Dokumentasi SSOP (Sanitation Standard Operating Procedures) S P O Sanitasi HANDOUT MATA KULIAH : REGULASI PANGAN (KI 531) OLEH : SUSIWI S JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA F P M I P A UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan ikan segar. Menurut Handajani (1994) (dalam Sari, 2011), ikan asin lebih menguntungkan dalam hal kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan ikan segar. Menurut Handajani (1994) (dalam Sari, 2011), ikan asin lebih menguntungkan dalam hal kesehatan. 1 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan ilmu dan teknologi maka berkembang pula peralatan-peralatan mekanis yang dapat mempercepat dan memperbaiki mutu produknya. Produkproduk perikanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk hidup sangat tergantung pada sumber daya alam yang ada di sekitarnya. Sebagai kebutuhan dasar, manusia memerlukan makanan yang terdiri dari flora

Lebih terperinci

PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA

PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Direktorat Produksi 2010 Pendahuluan Dalam rangka menghadapi era globalisasi, maka produk perikanan

Lebih terperinci

MATERI III : ANALISIS BAHAYA

MATERI III : ANALISIS BAHAYA MATERI III : ANALISIS BAHAYA (Prinsip HACCP I) Tahap-tahap Aplikasi HACCP 1 1. Pembentukan Tim HACCP 2. Deskripsi Produk 3. Indentifikasi Konsumen Pengguna 4. Penyusunan Bagan alir proses 5. Pemeriksaan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 02/MEN/2007 TENTANG CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 02/MEN/2007 TENTANG CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 02/MEN/2007 TENTANG CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.23.04.12.2207 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional dilaksanakan melalui tiga jalur yaitu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional dilaksanakan melalui tiga jalur yaitu pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan nasional dilaksanakan melalui tiga jalur yaitu pendidikan formal, nonformal, dan informal. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa merupakan komoditas penting bagi rakyat Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa merupakan komoditas penting bagi rakyat Indonesia dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kelapa merupakan komoditas penting bagi rakyat Indonesia dan merupakan salah satu sumber devisa negara. Daerah penghasil kelapa di Indonesia antara lain Sulawesi Utara,

Lebih terperinci

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak Gambar lampiran : Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak Gambar lampiran 2: saluran limbah yang kotor dan tidak tertutup dekat dengan Pengolahan sambal Gambar lampiran 3: keadaan dapur yang

Lebih terperinci

Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012

Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012 Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012 Febriyani Bobihu, 811408025 Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas

Lebih terperinci

Teknik Pengoperasian CCU (Cardphone Connection Unit)

Teknik Pengoperasian CCU (Cardphone Connection Unit) KODE MODUL TS.011 SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK TELEKOMUNIKASI PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK SUITSING Teknik Pengoperasian CCU (Cardphone Connection Unit) Key Telephone Cabang Ke sambungan

Lebih terperinci

TATA CARA PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA

TATA CARA PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA 5 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.23.04.12.2207 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TATA CARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pangan yang ada. Betapapun tinggi nilai gizi suatu bahan pangan atau. maka makanan tersebut tidak ada nilainya lagi.

BAB I PENDAHULUAN. pangan yang ada. Betapapun tinggi nilai gizi suatu bahan pangan atau. maka makanan tersebut tidak ada nilainya lagi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk makanan dan minuman merupakan kebutuhan pokok bagi manusia yang dibutuhkan setiap waktu sehingga harus ditangani dan dikelola dengan baik dan benar agar produk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI...i TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN...1 STANDAR KOMPETENSI KEAHLIAN...2 PROFIL KOMPETENSI LULUSAN Kompetensi Umum...4

DAFTAR ISI...i TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN...1 STANDAR KOMPETENSI KEAHLIAN...2 PROFIL KOMPETENSI LULUSAN Kompetensi Umum...4 DAFTAR ISI DAFTAR ISI...i TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN...1 STANDAR KOMPETENSI KEAHLIAN...2 PROFIL KOMPETENSI LULUSAN...4 1. Kompetensi Umum...4 2. Kompetensi Kejuruan...5 RUANG LINGKUP PEKERJAAN...8 SUBSTANSI

Lebih terperinci

HIGIENE SANITASI PANGAN

HIGIENE SANITASI PANGAN HIGIENE SANITASI PANGAN Oleh Mahmud Yunus, SKM.,M.Kes KA. SUBDIT HIGIENE SANITASI PANGAN DIREKTORAT PENYEHATAN LINGKUNGAN, DITJEN PP & PL KEMENTERIAN KESEHATAN RI Disampaikan pada Workshop Peringatan Hari

Lebih terperinci

PENERAPAN PRINSIP SANITASI DAN HYGIENE DALAM INDUSTRI PERIKANAN

PENERAPAN PRINSIP SANITASI DAN HYGIENE DALAM INDUSTRI PERIKANAN PENERAPAN PRINSIP SANITASI DAN HYGIENE DALAM INDUSTRI PERIKANAN PK.TPHPi. K. 01. M SANITASI DAN HYGIENE BIDANG KEAHLIAN : PERIKANAN DAN KELAUTAN PROGRAM KEAHLIAN : TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN

Lebih terperinci

FORMULIR PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA. Kabupaten / Kota Propinsi Nomor P-IRT. Penanggungjawab :

FORMULIR PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA. Kabupaten / Kota Propinsi Nomor P-IRT. Penanggungjawab : Sub Lampiran 1 FORMULIR PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA Nama dan alamat fasilitas yang diperiksa Kabupaten / Kota Propinsi Nomor P-IRT Pemilik Fasilitas (Perusahaan atau Perorangan)

Lebih terperinci

KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT. keterkaitannya dengan penyakit akibat pangan di mana masalah keamanan pangan di suatu

KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT. keterkaitannya dengan penyakit akibat pangan di mana masalah keamanan pangan di suatu KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) menekankan tentang tantangan dan peluang terkait Keamanan Pangan. Keamanan pangan sangat penting karena keterkaitannya

Lebih terperinci

SANITASI DAN KEAMANAN

SANITASI DAN KEAMANAN SANITASI DAN KEAMANAN Sanitasi adalah.. pengendalian yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan bahan baku, peralatan dan pekerja untuk mencegah pencemaran pada hasil olah, kerusakan hasil olah,

Lebih terperinci

PERANAN HYGIENE DAN SANITASI MAKANAN UNTUK MENJAGA KUALITAS MAKANAN HOTEL. Oleh: Nama : I Wayan Lingga Dwi Prabawa Kelas : XI IPA 2 No : 15

PERANAN HYGIENE DAN SANITASI MAKANAN UNTUK MENJAGA KUALITAS MAKANAN HOTEL. Oleh: Nama : I Wayan Lingga Dwi Prabawa Kelas : XI IPA 2 No : 15 PERANAN HYGIENE DAN SANITASI MAKANAN UNTUK MENJAGA KUALITAS MAKANAN HOTEL Oleh: Nama : I Wayan Lingga Dwi Prabawa Kelas : XI IPA 2 No : 15 SMA NEGERI 3 AMLAPURA TAHUN AJARAN 2015/2016 KATA PENGANTAR Om

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dikonsumsi. Maka dari itu, dalam hal ini higienitas sangat berperan penting

BAB I PENDAHULUAN. untuk dikonsumsi. Maka dari itu, dalam hal ini higienitas sangat berperan penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan yang bergizi sangat penting untuk kebutuhan tubuh tetapi makanan yang aman atau terjamin mutunya juga sangat penting agar tidak merusak tubuh karena penularan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia, selain kebutuhan sandang dan papan. Sandang dan papan menjadi kebutuhan pokok manusia karena

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. Penerapan sanitasi dan higiene diruang penerimaan lebih dititik beratkan pada penggunaan alat dan bahan sanitasi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGAWASAN HIGIENE SANITASI MAKANAN DAN MINUMAN DAN PENGERTIAN RESTORAN HOTEL

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGAWASAN HIGIENE SANITASI MAKANAN DAN MINUMAN DAN PENGERTIAN RESTORAN HOTEL 18 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGAWASAN HIGIENE SANITASI MAKANAN DAN MINUMAN DAN PENGERTIAN RESTORAN HOTEL 2.1 Pengawasan 2.2.1 Pengertian Pengawasan Pengawasan secara umum merupakan serangkaian kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia (Sumantri, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia (Sumantri, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan zat yang memiliki peranan sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia.tanpa air, berbagai proses kehidupan tidak dapat berlangsung. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 236/MENKES/PER/IV/1997 TENTANG PERSYARATAN KESEHATAN MAKANAN JAJANAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 236/MENKES/PER/IV/1997 TENTANG PERSYARATAN KESEHATAN MAKANAN JAJANAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 236/MENKES/PER/IV/1997 TENTANG PERSYARATAN KESEHATAN MAKANAN JAJANAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang

Lebih terperinci

CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK

CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi SIAP SAJI YANG BAIK BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Direktorat Surveilan dan Penyuluhan

Lebih terperinci

Modul Pelatihan PEDOMAN PERSONAL HYGIENE

Modul Pelatihan PEDOMAN PERSONAL HYGIENE TROPICAL PLANT CURRICULUM PROJECT Modul Pelatihan PEDOMAN PERSONAL HYGIENE Nyoman Semadi Antara Pusat Studi Ketahanan Pangan Universitas Udayana 2012 DISCLAIMER This publication is made possible by the

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PK.TPL.J.02.M PENGOPERASIAN INSTALASI LISTRIK PADA KAPAL PERIKANAN

PK.TPL.J.02.M PENGOPERASIAN INSTALASI LISTRIK PADA KAPAL PERIKANAN PK.TPL.J.02.M PENGOPERASIAN INSTALASI LISTRIK PADA KAPAL PERIKANAN Penyusun : DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN 2004

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 942/MENKES/SK/VII/2003 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN HYGIENE SANITASI MAKANAN JAJANAN

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 942/MENKES/SK/VII/2003 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN HYGIENE SANITASI MAKANAN JAJANAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 942/MENKES/SK/VII/2003 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN HYGIENE SANITASI MAKANAN JAJANAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Rancangan sistem..., Putih Sujatmiko, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Rancangan sistem..., Putih Sujatmiko, FKM UI, 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan modal pokok dalam mewujudkan kesejahteraan bangsa dan negara. Pemerintah telah telah merencanakan gerakan pembangunan berwawasan kesehatan

Lebih terperinci

Tidak (b) Universitas Sumatera Utara

Tidak (b) Universitas Sumatera Utara Lembar Observasi Hygiene Sanitasi Pada Pembuat/Penjual Sop Buah di Pasar Kabanjahe Kabupaten Karo Tahun 2011 Nama : Jenis Kelamin : Umur : Pendidikan : Lama berjualan : Merupakan jawaban yang sesuai dengan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

2015, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH P

2015, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH P LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.181, 2015 LINGKUNGAN HIDUP. Perikanan. Hasil. Jaminan Mutu. Keamanan. Sistem. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5726). PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK

CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi SIAP SAJI YANG BAIK BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Direktorat Surveilan dan Penyuluhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu,

Lebih terperinci

Kuesioner ditujukan kepada karyawan pengolah makanan

Kuesioner ditujukan kepada karyawan pengolah makanan Kuesioner ditujukan kepada karyawan pengolah A. Karakteristik Responden 1. Nama :. Umur :. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : B. Pertanyaan 1. Apakah ibu/bapak sebelum dan sesudah bekerja mengolah selalu

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN (K3L) NO. KODE :.K BUKU KERJA DAFTAR

Lebih terperinci

1. Pengertian Makanan

1. Pengertian Makanan PENYEHATAN MAKANAN 1. Pengertian Makanan Makanan merupakan satu hal yang sangat penting di dalam kehidupan manusia, makanan yang kita makan bukan saja harus memenuhi gizi dan mempunyai bentuk yang menarik,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Higiene dan Sanitasi Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1096/MENKES /PER/VI tahun 2011 menyebutkan bahwa higiene sanitasi adalah upaya untuk

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA KEAMANAN PANGAN (STUDI TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN MAKANAN SIAP SAJI DI WILAYAH HUKUM SURAKARTA) SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melaksanakan Tugas dan Syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk

Lampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk 94 Lampiran 1 Lembar Observasi Higiene Sanitasi Pengolahan Tahu Pada Industri Rumah Tangga Pembuatan Tahu di Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia Kota Medan Tahun 2016 (Sumber : Keputusan Menteri

Lebih terperinci

Tugas Manajemen Mutu Terpadu. 3. Penanganan dan pengolahan Penanganan dan pengolahan cumi-cumi beku sesuai SNI :2010.

Tugas Manajemen Mutu Terpadu. 3. Penanganan dan pengolahan Penanganan dan pengolahan cumi-cumi beku sesuai SNI :2010. Nama : RaisAbdullah NPM : 230110097026 Kelas : Perikanan B Tugas Manajemen Mutu Terpadu Spesifikasi CUMI-CUMI BEKU SNI 2731.1:2010 1. Istilah dan definisi cumi-cumi beku merupakan produk olahan hasil perikanan

Lebih terperinci

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL BINA HUBUNGAN KETENAGAKERJAAN DAN PENGAWASAN NORMA KERJA NO. : SE.86/BW/1989

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL BINA HUBUNGAN KETENAGAKERJAAN DAN PENGAWASAN NORMA KERJA NO. : SE.86/BW/1989 SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL BINA HUBUNGAN KETENAGAKERJAAN DAN PENGAWASAN NORMA KERJA NO. : SE.86/BW/1989 TENTANG PERUSAHAAN CATERING NG MENGELOLA MAKANAN BAGI TENAGA KERJA Dalam rangka tindakan lanjut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisa melaksanakan rutinitasnya setiap hari(depkesri,2004).

BAB I PENDAHULUAN. bisa melaksanakan rutinitasnya setiap hari(depkesri,2004). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan adalah produk pangan yang siap hidang atau yang langsung dapat dimakan, biasanya dihasilkan dari bahan pangan setelah terlebih dahulu diolah atau di masak.

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) : Ilmu Kesehatan Masyarakat. Semester : Dosen Pengampuh :

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) : Ilmu Kesehatan Masyarakat. Semester : Dosen Pengampuh : RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Fakultas : Kesehatan Masyarakat Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat Mata Kuliah/ Kode : Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman/ KML 1709 Jumlah SKS : 3 SKS Semester

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Tinjauan Pustaka Ikan merupakan sumber protein hewani dan juga memiliki kandungan gizi yang tinggi di antaranya

Lebih terperinci

Sanitasi Penyedia Makanan

Sanitasi Penyedia Makanan Bab 6 Sanitasi Penyediaan Makanan Sanitasi Penyedia Makanan Sanitasi Jasa Boga Sanitasi Rumah Makan & Restoran Sanitasi Hotel Sanitasi Rumah Sakit Sanitasi Transportasi Penggolongan Jasa Boga Jasa boga

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 038 TAHUN 2016

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 038 TAHUN 2016 PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 038 TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN PANGAN SEGAR HASIL PERTANIAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN KELAIKAN HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DAN RESTORAN 1. Nama rumah makan/restoran :. 2. Alamat :.

PEMERIKSAAN KELAIKAN HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DAN RESTORAN 1. Nama rumah makan/restoran :. 2. Alamat :. b.. CONTOH FORMULIR RM.. PEMERIKSAAN KELAIKAN HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DAN RESTORAN. Nama rumah makan/restoran :.. Alamat :... NamaPengusaha/penanggungjawab :.. Jumlah karyawan :... orang. Jumlah penjamah

Lebih terperinci

sebagai vector/ agen penyakit yang ditularkan melalui makanan (food and milk

sebagai vector/ agen penyakit yang ditularkan melalui makanan (food and milk BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup manusia yang harus dicapai, untuk itu diperlukan upaya-upaya dalam mengatasi masalah kesehatan

Lebih terperinci

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea. Langkah 3 Penggunaan formalin: Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih: lantai, kapal, gudang, pakaian. Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain. Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Lembar ObservasiHigiene Sanitasi Pembuatan Ikan Asin di Kota Sibolga Tahun 2012

Lampiran 1. Lembar ObservasiHigiene Sanitasi Pembuatan Ikan Asin di Kota Sibolga Tahun 2012 Lampiran 1. Lembar ObservasiHigiene Sanitasi Pembuatan Ikan Asin di Kota Sibolga Tahun 2012 Lembar Observasi Higiene Sanitasi Pembuatan Ikan Asin di Kota Sibolga Tahun 2012 Nama Pemilik Usaha : Umur :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga dari hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga dari hal-hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu

Lebih terperinci

SAFETY FOOD (Keamanan Pangan) A. Prinsip Safety Food

SAFETY FOOD (Keamanan Pangan) A. Prinsip Safety Food SAFETY FOOD (Keamanan Pangan) A. Prinsip Safety Food Safety Food (keamanan pangan) diartikan sebagai kondisi pangan aman untuk dikonsumsi. Safety Food secara garis besar digolongkan menjadi 2 yaitu aman

Lebih terperinci