BAB 2 TINJAUAN TEORI DAN FAKTOR PERTIMBANGAN PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA BTS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN TEORI DAN FAKTOR PERTIMBANGAN PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA BTS"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN TEORI DAN FAKTOR PERTIMBANGAN PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA BTS 2.1 Karakteristik Menara Telekomunikasi Menara telekomunikasi adalah bangunan yang berfungsi sebagai sarana penunjang untuk menempatkan peralatan telekomunikasi yang desain/bentuk konstruksinya disesuaikan dengan keperluan penyelenggaraan telekomunikasi (ketentuan umum pasal 1 Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia No 02 tahun 2008 dan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No 89 tahun 2006 ketentuan umum pasal 1). Menara ini diperlukan untuk memancarkan sinyal ke seluruh wilayah yang biasanya memiliki ketinggian meter. Menurut ketentuan umum pasal 1 Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No 89 tahun 2006, terdapat beberapa jenis telekomunikasi antara lain: - Menara telekomunikasi khusus adalah yang berfungsi sebagai penunjang jaringan telekomunikasi khusus. - Menara telekomunikasi bersama adalah telekomunikasi yang dapat digunakan oleh lebih dari satu operator. - Menara telekomunikasi rangka adalah telekomunikasi yang bangunannya merupakan rangka baja yang diikat oleh berbagai simpul untuk menyatukannya. - Menara telekomunikasi tunggal adalah telekomunikasi yang bangunannya berbentuk tunggal tanpa adanya simpul-simpul yang mengikat rangka satu sama lain. 15

2 Struktur Menara Pada umumnya ada tiga jenis struktur yang biasa digunakan untuk menopang (LPPM ITB, 2008) yaitu: - Monopole adalah tiang tunggal yang biasanya dibuat berlubang dan ukurannya mengecil ke atas. Monopole banyak dipakai pada lingkungan perkotaan dengan ruang terbatas untuk perletakan. Ukuran tapak maksimum untuk monopole setinggi 60 m adalah 2x2 m. Menara jenis ini biasanya sering disamarkan dengan bentuk pohon karena bentuknya yang tunggal dan lurus. - Self supporting adalah yang berdiri sendiri tanpa bantuan kabel-kabel cancang (guy wires). Tapak yang dibutuhkan self supporting lebih besar daripada monopole, tetap jauh lebih kecil dari yang diperlukan untuk guyed mast. Jenis ini banyak dipergunakan pada wilayah yang tidak mudah mencari ruang bebas dan biasanya tidak disamarkan sehingga kurang indah bagi estetika kota. - Guyed adalah yang dicancang dengan kabel yang dijangkarkan pada pondasi beton. Menara ini terdiri dari bagian-bagian dengan ukuran sama kira-kira sepanjang 3 m yang dipasang satu di atas yang lainnya. Tapak jenis ini menjadi besar karena sudut utama dengan kabel cancang harus dibuat dengan sudut yang cukup besar dan biasanya di letakan di atas gedung. Adapun contoh dari jenis-jenis di atas dapat dilihat pada Gambar 2.1

3 17 GAMBAR 2.1 JENIS-JENIS SISTEM STRUKTUR MENARA ANTENA (30-60 meter) ( meter) ( meter) Sumber : LPPM ITB, 2008 Selain ketiga jenis struktur di atas, saat ini di kota-kota luar negeri telah banyak digunakan yang dikamuflase dan diserasikan dengan lingkungan sekitar, sehingga tidak terlihat sebagai bangunan rangka yang selama ini dinilai mengurangi estetika kota. Contoh yang dikamuflase dapat dilihat pada Gambar 2.2.

4 18 GAMBAR 2.2 CONTOH KAMUFLASE MENARA TELEKOMUNIKASI Gambar 2.2 Menara yang disamarkan dengan bentuk pohon kelapa Sumber : Radiasi dan Frekuensi Terdapat dua standar internasional ambang batas radiasi menurut WHO dan IEEE C Dimana radiasi yang dihasilkan sangat terkait dengan frekuensi yang dimiliki oleh telekomunikasi. Semakin besar frekuensi yang dimiliki, maka radiasi yang dihasilkan akan lebih besar. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel II.1 di bawah ini.

5 19 TABEL II.1 AMBANG BATAS RADIASI Radiasi Frekuensi 900Mhz 1800MHz WHO 4,5 Watt/m 2 9 Watt/m 2 IEEE C Watt/m 2 12 Watt/m 2 Sumber : Gunung Hadi Widodo (dalam Kurniawan, 2007) Menurut Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (draft ke-6) tentang Pedoman Pendirian Menara Telekomunikasi dan Penyiaran, terdapat ketentuan frekuensi yang harus ada pada tempat tertentu yaitu di kawasan tempat umum (3-3000MHz = 1 Watt/m 2 ) dan kawasan rumah tinggal dan rumah sakit (0,1 MHz - 300GHz = 0,1 Watt/m 2 ). Selain ketentuan tersebut, terdapat contoh perhitungan emisi radiasi salah satu operator BTS di Jawa Barat (Gunung Hadi Widodo, dalam Kurniawan 2007), seperti Tabel II.2 di bawah ini. TABEL II.2 HASIL PERHITUNGAN EMISI RADIASI Radiasi Frekuensi 900MHz 1800MHz Ponsel (daya) 2 Watt 1 Watt BTS (daya) 40 Watt 20 Watt Sumber : Gunung Hadi Widodo (dalam Kurniawan, 2007)

6 20 Berdasarkan hasil perhitungan, pada jarak 1 meter (jalur pita pancar utama), tower BTS dengan frekuensi 1.800MHz menghasilkan total daya radiasi 9,5 Watt/m 2 dan pada jarak 12 meter menghasilkan total radiasi sebesar 0,55 Watt/m 2. Tower dengan tinggi 52 meter, berdasarkan hasil perhitungan akan menghasilkan total radiasi sebesar 0,029 Watt/m 2. Jika melihat hasil perhitungan tersebut, sebenarnya angka radiasi yang dihasilkan sangat kecil sehingga orang yang tinggal di sekitar BTS dapat dikatakan cukup aman dari radiasi tersebut Beban Antena Desain BTS tidak selalu sama, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi geografis di wilayah bersangkutan. Diantara pertimbangan dalam desain yakni faktor beban, kekuatan angin dan kondisi tanah yang semuanya harus memenuhi syarat keamanan yang telah disyaratkan ITU (International Telecommunication Uinion). Salah satu beban yaitu antena BTS yang secara umum terdapat dua jenis, yaitu OMNI Antena dan PANEL Antena. Antena yang berbentuk Parabola adalah antena untuk Microwave (Transmission system). Ada beberapa macam antena untuk MicroWave: Grid pack, horn, dan lain-lain. Salah satu fungsi penutup antena tersebut untuk melindungi elemen didalam antena dan menahan tiupan angin ( Pada antena Microwave (MW) Radio, yang bentuknya seperti rebana genderang, termasuk jenis high performance antenna. Ciri khas dari antena high performance ini adalah bentuknya yang seperti gendang dan terdapat penutupnya, yang disebut radome. Fungsi radome antara lain untuk melindungi komponen antena tersebut dari perubahan cuaca sekitarnya. Antena BTS (bentuknya persegi panjang), berfungsi untuk mengakomodasi hubungan antara Mobile equipment (hp) dan perangkat BTS yang terhubung dengan

7 21 antena tersebut. Sedangkan fungsi antena MW (bentuknya seperti genderang), biasanya untuk mengakomodasi hubungan antara BTS dan BSC ( pusat). Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.3. GAMBAR 2.3 CONTOH ANTENA MENARA BTS Contoh jenis antena BTS Contoh jenis antena Microwave Sumber : Sistem Pengendalian Pemanfaatan Ruang Undang-Undang Penataan Ruang No 26 Tahun 2007 Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, bahwa pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi. Perencanaan tata ruang dilakukan untuk menghasilkan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang. Rencana umum tata ruang disusun berdasarkan pendekatan wilayah administratif dengan muatan substansi mencakup

8 22 rencana struktur ruang dan rencana pola ruang. Rencana rinci tata ruang disusun berdasarkan pendekatan nilai strategis kawasan dan/atau kegiatan kawasan dengan muatan substansi yang dapat mencakup hingga penetapan blok dan subblok peruntukan. Penyusunan rencana rinci tersebut dimaksudkan sebagai operasionalisasi rencana umum tata ruang dan sebagai dasar penetapan peraturan zonasi. Rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten/kota dan peraturan zonasi yang melengkapi rencana rinci tersebut, menjadi salah satu dasar dalam pengendalian pemanfaatan ruang sehingga pemanfaatan ruang dapat dilakukan sesuai dengan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang. Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur pemanfaatan ruang dan unsur-unsur pengendalian yang disusun untuk setiap zona peruntukan sesuai dengan rencana rinci tata ruang. Peraturan zonasi berisi ketentuan yang harus, boleh, dan tidak boleh dilaksanakan pada zona pemanfaatan ruang yang dapat terdiri atas ketentuan tentang amplop ruang (koefisien dasar ruang hijau, koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan, dan garis sempadan bangunan), penyediaan sarana dan prasarana, serta ketentuan lain yang dibutuhkan untuk mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Ketentuan lain yang dibutuhkan adalah ketentuan pemanfaatan ruang yang terkait dengan keselamatan penerbangan, pembangunan pemancar alat komunikasi, dan pembangunan jaringan listrik tegangan tinggi (UU No 26 tahun 2007 Tentang Penataan Ruang). Berdasarkan UU No 26 tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, peraturan zonasi ditetapkan melalui peraturan pemerintah untuk arahan peraturan zonasi sistem nasional, peraturan daerah provinsi untuk arahan peraturan zonasi sistem provinsi, dan peraturan daerah kabupaten/kota untuk peraturan zonasi. Dalam penyelenggaraan penataan ruang, pemerintah daerah kabupaten/kota memiliki beberapa wewenang antara lain:

9 23 - Pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota dan kawasan strategis kabupaten/kota - Pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota - Pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota - Kerja sama penataan ruang antar kabupaten/kota. Pada pasal 46 (UU No 26 tahun 2007) dijelaskan bahwa perkotaan yang merupakan bagian wilayah kabupaten merupakan bagian pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten. Salah satu bentuk pengendalian pemanfaatan ruang adalah melalui peraturan zonasi yang disusun berdasarkan rencana rinci dengan memperhatikan ketentuan pemanfaatan ruang yang terkait dengan keselamatan penerbangan, pembangunan pemancar alat komunikasi, dan pembangunan jaringan listrik tegangan tinggi Aturan Pembangunan Menara Telekomunikasi dalam Zoning Regulation/Peraturan Zonasi Zoning Regulation/peraturan zonasi adalah pembagian lingkungan kota dalam zona-zona dan menetapkan pengendalian pemanfaatan ruang yang berbeda-beda (Barnett, dalam Departemen Pekerjaan Umum 2007). Peraturan zonasi (Zoning Regulation) juga merupakan sebuah alat pengaturan yang biasa digunakan oleh pemerintah lokal untuk membantu melaksanakan rencana kota. Peraturan zonasi biasanya dilakukan untuk melakukan pengendalian pembangunan pada skala blok dan lazim digunakan di negara maju. Penggunaan regulatory system ini sangat potensial untuk melengkapi rencana rinci tata ruang (terutama RDTR Kota) agar lebih operasional untuk rujukan pengendalian pemanfaatan ruang. Di beberapa Negara, zoning regulation dikenal dengan istilah yang berbeda-beda seperti Land Development Code, Zoning Code, Zoning Ordinance, Zoning Resolution, Urban Code, dan lain-lain. Biasanya aturan mengenai penataan dan pembangunan

10 24 telekomunikasi sudah termasuk didalamnya yang berada pada bab khusus, seperti City of Valdosta, Georgia ( Carroll County, Maryland ( City of Gilroy, dan lain-lain. Menurut Barnett ( dalam Departemen Pekerjaan Umum, 2007), ada beberapa peruntukan peraturan zonasi antara lain: - Mengatur kegiatan yang boleh ada di suatu zona. - Menerapkan pemunduran bangunan di atas ketinggian tertentu agar sinar matahari jatuh ke jalan dan trotoar serta mencapai bagian dalam bangunan. - Pembatasan besar bangunan di zona tertentu agar pusat kota menjadi kawasan yang paling intensif pemanfaatan ruangnya Kedudukan dan Fungsi Peraturan Zonasi dalam Sistem Penataan Ruang Peraturan zonasi merupakan penjelasan dari RTRW Kota yang bisa menjadi rujukan dalam penyusun RDTRK dan sangat bermanfaat untuk melengkapi aturan pembangunan pada penetapan penggunaan lahan yang ditetapkan dalam RDTRK. Selain menjadi rujukan dalam peyusunan RDTRK, peraturan zonasi juga sangat penting dalam fungsi pengendalian pemanfaatan lahan. Kedudukan dan fungsi peraturan zonasi dapat dilihat pada Gambar 2.4 dan 2.5 di bawah ini.

11 25 GAMBAR 2.4 KEDUDUKAN PERATURAN ZONASI DALAM SISTEM PENGENDALIAN PEMAFAATAN RUANG KOTA Sumber: Departemen Pekerjaan Umum, 2006 GAMBAR 2.5 FUNGSI PERATURAN ZONASI DALAM SISTEM PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KOTA Sumber: Departemen Pekerjaan Umum, 2006

12 26 Selain kedudukan dan fungsi peraturan zonasi yang ada dalam Konsep Dasar Panduan Penyusunan Peraturan Zonasi Wilayah Perkotaan, peraturan zonasi juga memiliki kedudukan yang hampir sama dalam penataan ruang yang ada di kota-kota luar negeri yang biasanya disebut sebagai Zoning Ordinance atau Zoning Resolution. Dalam praktisnya, peraturan zonasi adalah sistem perizinan untuk mencegah pengembangan baru yang akan merusak penggunaan lahan yang sudah ada. Pada umumnya zonasi diatur oleh pemerintah setempat seperti kota atau kabupaten dan juga peraturan zonasi akan ditentukan oleh kewenangan perencanaan nasional. Dengan adanya aturan mengenai penataan dan pembangunan telekomunikasi yang terintegrasi dalam peraturan zonasi, maka aturan tersebut secara langsung sudah termasuk kedalam sistem penataan ruang dan tidak perlu berdiri sendiri seperti saat ini. Contoh Kedudukan dan fungsi peraturan zonasi serta aturan telekomunikasi di kota-kota lain dapat dilihat dalam pemaparan di bawah ini: 1. Zoning Ordinance In Sandiego County (Departement of Planning and Land Use) Zoning ordinance ini diadopsi dari persatuan badan pengawas yang ada di Sandiego County untuk mengatur penggunaan lahan, terutama lahan yang masih belum banyak dimanfaatkan. Penggunaan lahan yang belum termanfaatkan ini terbagi dalam zona-zona yang disesuaikan dengan kondisi saat ini dan penggunaan lahan yang potensial. Zoning ordinance yang ada di kota ini digunakan untuk mengatur semua penggunaan lahan yang mengacu pada rencana umum, dimana zoning ordinance dan zoning map ini harus mengacu pada rencana umum agar lebih efektif dan sesuai dengan hukum yang ada di kota tersebut. Lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 2.6 (

13 27 GAMBAR 2.6 KEDUDUKAN ZONING ORDINANCE DI SANDIEGO COUNTY Sumber : Departement of Planning and Land Use of Sandiego, 2005 Zoning ordinance yang ada di Sandiego mengatur semua penggunaan lahan seperti area permukiman, perlindungan hewan, area khusus, prasyarat bangunan yang akan didirikan di kawasan tertentu termasuk prasyarat untuk penataa dan pembangunan telekomunikasi. Salah satu contoh yang digunakan di kota tersebut adalah syarat-syarat untuk pembangunan di kawasan tertentu seperti Tabel II.3 di bawah ini.

14 28 TABEL II.3 SYARAT PENGGUNAAN LAHAN UNTUK MENARA TELEKOMUNIKASI Sumber : Departement of Planning and Land Use of Sandiego, 2005 Keterangan: - R = Required (kebutuhan desain harus dimasukan dalam peraturan pengembangan, kecuali di daerah/zona khusus yang memiliki persyaratan tertentu) - O = Optional (desain memungkinkan dimasukan ke dalam peraturan pengembangan jika dianggap cocok) - X = Prohibited (desain tidak boleh dimasukan dalam peraturan pengembangan) - I = Desain harus dimasukan dalam peraturan pengembangan ketika memiliki tipe bangunan yang sama dibeberapa zona yang izinkan) 2. Zoning Ordinance of City of Gilroy Peraturan zonasi yang ada di City of Gilroy juga biasa disebut sebagai zoning ordinance yang merupakan turunan dari rencana umum (Comprehensive General Plan). Comprehensive general plan bertujuan untuk mencapai tujuan dari suatu kota, dalam bentuk kebijakan dan program-program serta untuk mengarahkan dan membuat desain distribusi. General plan adalah dokumen dinamis yang didasarkan

15 29 pada nilai-nilai sosial dan kondisi saat ini serta kebutuhan suatu kota. Tujuan-tujuan yang ada pada general plan tersebut diturunkan ke dalam zoning ordinance untuk menyediakan alokasi penggunaan lahan dan untuk mengklasifikasikan lahan-lahan tersebut. Maksud dari zoning ordinance adalah untuk memajukan dan melindungi kesehatan publik, keselamatan, kedamaian, kenyamanan dan kesejahteraan secara umum. General plan adalah suatu perencanaan komprehensif dan memiliki jangka waktu panjang yang didalamnya berisi kebijakan umum untuk seluruh komunitas. Selain itu, general plan juga menunjukan lokasi-lokasi yang cocok dan kepadatan untuk permukiman, komersial, industri, pertanian, ruang publik dan penggunaan ruang terbuka. Perbedaannya dengan zoning ordinance adalah pernyataan spesifik dari penggunaan lahan yang diizinkan oleh zoning district yang didesain untuk mengontrol penggunaan lahan, tipe, ketinggian, kepadatan, ruang dan lokasi dari bangunan dan lahan. Zoning ordinance ini menjadi alat utama yang digunakan oleh kota tersebut untuk mengimplementasikan kebijakan dari general plan. Zoning ordinance harus mengikuti arahan yang ada dalam general plan of the City of Gilroy. Zoning ordinance harus mengontrol penggunaan lahan dan pengembangannya sampai waktu tertentu guna mencapai tujuan yang ada dalam general plan. Kedudukan dan fungsi zoning ordinance yang ada pada City of Gilroy dapat dilihat pada Gambar 2.7 di bawah ini.

16 30 GAMBAR 2.7 KEDUDUKAN ZONING ORDINANCE DI CITY OF GILROY Sumber : Zoning Ordinance of City of Gilroy, 2005 Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa zoning ordinance yang ada pada City of Gilroy mengatur perizinan serta mengendalikan peruntukan dan penggunaan lahan. Dalam zoning ordinance ini semua penggunaan lahan diatur seperti kawasan permukiman, industri, daerah pertanian termasuk penggunaan telekomunikasi yang diatur penempatannya serta syarat-syarat seperti ketinggian, kamuflase, dan lain-lain. Contoh Pengaturan telekomunikasi di City of Gilroy dapat dilihat pada Tabel II.4 di bawah ini.

17 31 TABEL II.4 MATRIKS SYARAT PERIZINAN Sumber : Zoning Ordinance of City of Gilroy, 2005 Kedua contoh di atas adalah kota-kota yang sudah memiliki peraturan zonasi sebagai bentuk pengendalian pemanfaatan ruang yang ada dalam rencana umum. Di dalam peraturan zonasi tersebut semua peruntukan lahan sudah diatur dengan prasyarat tertentu agar keselamatan, keamanan dan kenyamanan publik tetap terjaga termasuk mengenai penataan dan pembangunan telekomunikasi, sehingga tidak diperlukan aturan khusus mengenai penataan dan pembangunan seperti yang ada pada saat ini di Kota Bandung dan kota-kota lainnya.

18 Aturan Menara Telekomunikasi dalam Materi Pokok Peraturan Zonasi Terdapat dua unsur peraturan zonasi (Departemen Pekerjaan Umum, 2006) yaitu: a. Zoning text/zoning statement Berisi aturan-aturan (regulation) yang di dalamnya terdapat penjelasan mengenai tata guna lahan dan kawasan, izin dan penggunaan lahan, persyaratan minimum, standar pengamanan dan administrasi zoning. Beberapa materi utama Zoning text : - Zona-zona dasar, sub-zona, jenis perpetakan dan jenis penggunaan. - Penggunaan lahan dan bangunan (penggunaan utama, penggunaan pelengkap, penggunaan sesuai pengecualian khusus). - Intensitas atau kepadatan (KDB, KLB, KDH, kepadatan bangunan, kepadatan penduduk). - Tata masa bangunan (sempadan, tinggi, luas minimum persil). - Persyaratan prasarana minimum. - Aturan tambahan seperti estetika, media reklame, view, dan lain-lain. - Prosedur administrasi dan perangkat seperti kewenangan dan prosedur administrasi - Substansi penanggulangan dampak seperti penanggulangan pencemaran lingkungan dan dampak pengembangan. Aturan mengenai penataan dan pembangunan telekomunikasi dapat dimasukan kedalam aturan tambahan pada materi utama zoning text. b. Zoning map Berisi pembagian blok peruntukan (zoning) dengan ketentuan aturan untuk tiap peraturan blok tersebut. Selain itu juga menggambarkan peta tata guna lahan dan lokasi tiap fungsi lahan dan kawasan.

19 Tujuan Peraturan Zonasi Fasilitas Menara Telekomunikasi Tujuan pengaturan zonasi fasilitas telekomunikasi adalah untuk menyediakan lokasi yang cocok, pengembangan dan pemasangan telekomunikasi dan antena di bawah kendali suatu kota. Ketentuan yang ada dalam peraturan ini bertujuan untuk melindungi kesehatan, keamanan, dan nilai-nilai estetika yang fokus pada masyarakat dengan mengurangi visual effect dari yang merugikan. Zona untuk adalah batasan area persebaran peletakan telekomunikasi berdasarkan potensi ruang yang tersedia (Ketentuan Umum Pasal 1 Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No 89 Tahun 2006). Persebaran telekomunikasi dibagi dalam zona-zona dan harus memperhatikan potensi ruang kota yang tersedia, kepadatan pemakaian jasa telekomunikasi serta KKOP yang disesuaikan dengan kaidah penataan ruang kota, keamanan dan ketertiban lingkungan, estetika dan kebutuhan telekomunikasi pada umumnya (Ketentuan Umum Pasal 2 Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No 89 tahun 2006). Selain memiliki tujuan seperti di atas, pengaturan zonasi juga mengatur ketentuan-ketentuan yang harus ada dalam pembangunan telekomunikasi. Ketentuan tersebut antara lain: a. Syarat Lokasi Persyaratan boleh dan tidaknya ada pembangunan baru di kawasan tertentu seperti industri dan bisnis serta radius tertentu antara dengan bangunan lain.

20 34 b. Syarat Desain dan Kedudukan Menara Semua harus didesain dan disesuaikan secara visual untuk mengurangi dampak terhadap penggunaan lahan terdekat serta menyesuaikan diri dengan kriteria desain dan penempatan. Beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain: - Jarak minimum dari kepemilikan lain atau jalur publik seperti perumahan, halaman depan, samping dan belakang, kawasan tertentu, serta bangunan bersejarah. Dapat dilihat pada Tabel II.5. - Aksesoris kelengkapan struktur seperti pemagaran disekotar yang berjarak 6-8 kaki. - Penghijauan di sekitar untuk mempertahankan nilai-nilai estetika - Menggunakan warna yang netral sepeti biru langit untuk meminimalkan penglihatan serta berpadu dengan lingkungan sekitar. - Pencegahan radiasi agar tidak membahayakan masyarakat dan lingkungan sekitar dan lain-lain. Salah satu contoh bentuk pengaturan di zona tetentu dapat dilihat pada Tabel II.6. TABEL II.5 KETENTUAN JARAK MINIMUM MENARA DARI BANGUNAN TERDEKAT Sumber: Kementerian Perumahan dan Kerajaan Tempatan Malaysia, 2002

21 35 TABEL II.6 PENGATURAN MENARA DI ZONA TERTENTU Sumber : Cellular and Low Power Towers, 1998 Keterangan: Conditional Use adalah penyesuaian syarat dan standar keamanan (jarak, kekuatan konstruksi, kamuflase, dan lain-lain) dengan kondisi penggunaan lahan di zona tertentu. c. Syarat Prosedural Syarat prosedural ini meliputi sertifikasi ketentuan yang telah dipenuhi oleh sebuah, seperti izin pembangunan, prioritas kebutuhan, jaminan asuransi, pembongkaran, serta pelanggaran yang dilakukan.

22 Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 02 Tahun 2008 Penataan dan pembangunan telekomunikasi di daerah didasarkan pada Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 02 Tahun 2008 tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi. Dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa dalam rangka efektivitas dan efisiensi penggunaan telekomunikasi harus memperhatikan faktor keamanan lingkungan, kesehatan masyarakat dan estetika lingkungan menimbang bahwa telekomunikasi merupakan salah satu infrastruktur pendukung yang utama dalam penyelenggaraan telekomunkasi yang vital dan memerlukan ketersediaan lahan, bangunan dan ruang udara. Dengan memperhatikan ketiga faktor di atas, maka ada beberapa ketentuan harus diikuti oleh pemerintah daerah dalam menyusun pengaturan penempatan lokasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam peraturan tersebut ditetapkan beberapa hal mengenai ketentuan pembangunan, penggunaan bersama, serta pengawasan dan pengendalian, meliputi : 1. Pembangunan Menara Telekomunikasi a) Pemerintah daerah dalam menyusun pengaturan penempatan harus mempertimbangkan aspek-aspek teknis dalam penyelenggaraan telekomunikasi dan penggunaan bersama. b) Pembangunan harus sesuai dengan standar baku tertentu untuk menjamin keamanan lingkungan dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang menentukan kekuatan dan kestabilan konstruksi seperti space penempatan antena dan perangkat telekomunikasi untuk bersama, ketinggian struktur, rangka strutur, pondasi dan kekuatan angin.

23 37 c) Menara harus dilengkapi dengan sarana pendukung seperti pentanahan, grounding, penangkal petir, catu daya, lampu halangan penerbangan dan marka halangan penerbangan. d) Ketentuan pembangunan di kawasan tertentu. Ada beberapa kawasan yang harus diperhatikan dalam pemberian izin pembangunan seperti kawasan Bandar udara, pengawasan militer, cagar budaya, pariwisata dan hutan lindung. 2. Penggunaan Menara Bersama a) Penggunaan bersama oleh penyelenggara telekomunikasi dilarang menimbulkan interferensi yang merugikan dan harus saling berkoordinasi b) Pemerintah Daerah harus memperhatikan ketentuan hukum tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat dalam pembangunan pada wilayahnya. c) Penggunaan bersama ini tidak berlaku untuk yang digunakan untuk keperluan jaringan utama dan daerah-daerah yang belum mendapatkan layanan telekomunikasi dan daerah yang tida layak secara ekonomis. 3. Pengawasan dan Pengendalian. Pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan peraturan ini dilaksanakan oleh Direktur Jendral yaitu pembuat kesepakatan dengan pemohon izin pembangunan Peraturan Walikota Bandung Nomor 812 Tahun 2007 Penataan dan pembangunan telekomunikasi seluler di Kota Bandung (Peraturan Walikota Bandung Nomor 812 Tahun 2007) diselenggarakan dengan tujuan untuk mengatur dan mengendalikan pembangunan seluler di daerah dengan mengarahkan pada penggunaan bersama, lokasi bersama, atau kamuflase guna menjaga keamanaan, keselamatan dan kenyamanan warga di sekitar

24 38 telekomunikasi seluler serta untuk menjaga estetika ruang kota dan keserasian lingkungan. Peraturan walikota tentang penataan dan pembangunan telekomunikasi ini dijelaskan lebih detail ketentuan-ketentuan mengenai bersama, pembangunan, penataan serta adanya pembagian zona-zona seperti di bawah ini: a) Menara Bersama dan Lokasi Bersama Ada beberapa ketentuan dalam penggunaan bersama dan lokasi bersama ini antara lain: Tidak diperkenankan menempatkan perangkat jaringan telekomunikasi pada tempat peribadatan. Para penyeleggara telekomunikasi yang perangkatnya tidak menimbulkan interferensi antar sistem jaringan bila berdekatan harus menggunakan bersama. Lokasi bersama hanya bisa dilakukan jika area yang tersedia cukup luas serta tidak menyebabkan terjadinya interferensi. Untuk yang ditempatkan pada bagian atas atau atap bangunan harus memiliki struktur yang kuat dan gedung yang mampu menampung beban. Sistem telekomunikasi seluler yang menggunakan teknologi berbeda dan berpotensi menimbulkan interferensi tidak diperkenankan menggunakan bersama atau lokasi bersama. b) Pembangunan Menara Telekomunikasi Seluler Pembangunan telekomunikasis seluler pada prinsipnya adalah pembangunan bersama atau yang berada pada lokasi bersama yang dapat digunakan lebih dari satu penyelenggara telekomunikasi seluler. Lokasi ini ditentukan oleh grid rencana lokasi dengan jarak

25 39 antar grid yang berdekatan maksimal 750 meter (antar) dan radius setiap grid sebesar 200 meter. Pembangunan telekomunikasi seluler yang berdiri sendiri dengan tujuan untuk memaksimalkan cakupan (coverage), kapasitas (traffic) dan kualitas layanan atau karena kendala teknis sehingga tidak dapat ditempatkan pada bersama, lokasi bersama atau berada diluar grid rencana, diperkenankan setelah melalui penelitian khusus dan harus menggunakan kamuflase. Menara yang didirikan di atas gedung harus dirancang sesuai estetika kota denga Kekuatan konstruksi mini atau tiang (pole) dan ketinggiannya harus serasi dengan ketinggian gedung. c) Penataan Menara Telekomunikasi Dalam upaya menata telekomunikasi seluler para penyelenggara telekomunikasi diwajibkan menggunakan teknologi yang memungkinkan bisa mereduksi ketinggian penempatan antena pada telekomunikasi sehingga pembangunan baru tidak perlu tinggi dan cukup dengan konstruksi tunggal. Menara yang telah berdiri apabila merusak estetika kota maka harus mendesain ulang untuk dijadikan kamuflase. Jika terdapat kebutuhan yang tidak bisa dihindari di kawasan tertentu maka penyelenggara telekomunikasi harus menyediakan perangkat radio link yang diganti dengan serat optik yang bisa dipasang diruang milik jalan seperti bahu jalan maupun median jalan. d) Pembagian Zona Menara Pembagian zona di Kota Bandung berdasarkan bentuk tinggi dan tipe telekomunikasi seluler dengan memperhatikan potensi ruang kota yang tersedia, kepadatan pemakai jasa telekomunikasi serta KKOP yang disesuaikan dengan kaidah penataan ruang kota, keamanan, ketertiban, keserasian lingkungan,

26 40 estetika dan kebutuhan telekomunikasi pada umumnya. Selain itu, ada juga ketentuan mengenai intensitas bangunan (KDB, KLB) dan struktur yang harus diikuti seperti pengujian kekuatan struktur konstruksi, pembebanan konstruksi, struktur konstruksi, struktur bawah, struktur atas, dan penguatan struktur pada konstruksi yang sudah berdiri. Zona yang ada di Kota Bandung terdiri dari empat zona antara lain: Zona I: Bangunan tunggal, dengan ketentuan sebagai berikut: - Penempatan titik lokasi dipermukaan tanah yang bentuknya dikamuflase, maksimum ketinggian 36 meter. - Penempatan titik lokasi di atas bangunan gedung maksimum memiliki ketinggian 25 meter. Zona II: Bangunan tunggal atau rangka dengan batasan ketinggian dan bentuk sebagai berikut: - Penempatan titik lokasi dipermukaan tanah yang bentuknya dikamuflase, maksimum ketinggian 42 meter. - Penempatan titik lokasi di atas bangunan gedung maksimum memiliki ketinggian 25 meter. Zona III Bangunan tunggal atau rangka yang penempatan titik lokasinya dipermukaan tanah yang berada diluar permukiman penduduk/perumahan, dengan ketinggian maksimum 75 meter kecuali jika ada keterbatasan lahan maka boleh didirikan di atas gedung dengan ketentuan seperti zona I dan II Zona IV Daerah permukiman/perumahan baik pada zona I, II, dan III berlaku ketentuan sebagai berikut:

27 41 - Penempatan titik lokasi dipermukaan tanah yang bentuknya dikamuflase, maksimum ketinggian 36 meter. - Penempatan titik lokasi di atas bangunan gedung 2 lantai dengan Kekuatan konstruksi tunggal atau rangka maksimum memiliki ketinggian 25 meter. - Khusus untuk yang akan didirikan di Wilayah KKOP harus mendapat rekomendasi dari instansi yang berwenang Ketentuan Umum Pembangunan Menara Telekomunikasi (Direktorat Penataan Ruang Wilayah II 2007) Ketentuan umum yang harus diikuti dalam membangun telekomunikasi antara lain: - Memperhatikan arahan struktur dan pola pemanfaatan ruang yang ditetapkan dalam perda (RTRW Kota/Kawasan Perkotaan). - Mempertimbangkan lokasi terhadap struktur ruang kota yang terdiri dari Kawasan Pusat Kota (CBD), Kawasan Tengah Kota (Transisi), Kawasan Pinggiran (Periphery). - Mengikuti arahan rencana rinci dan regulasi zonasi. Aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam membangun telekomunikasi yaitu: - Penataan ruang kawasan (Zoning Regulation) - Keselamatan Operasi Penerbangan Pesawat Udara (KKOP), kecuali mendapat rekomendasi dari Dirjen Perhubungan - Keamanan lingkungan masyarakat - Kesehatan - Struktur teknis bangunan (pondasi, pembebanan, dan kekuatan konstruksi) - Estetika tata kota.

28 Metode Delphi dan Faktor Pertimbangan Hasil Studi Literatur Metode Delphi Metode Delphi adalah sebuah metode untuk menstrukturkan proses komunikasi grup sehingga proses tersebut efektif dalam menjadikan sebuah kelompok yang terdiri atas individu-individu, utuh dalam menghadapi masalah yang kompleks (Listone & Turoff, 1975 : 3). Menurut Piercy (dalam Tarigan, 2001)Teknik ini juga dapat digunakan untuk memperoleh consensus groups/ekspert melalui proses kontinu sehingga dicapai konvergensi opini. Menurut Linstone dan Turoff (1975), Teknik Delphi memiliki beberapa tujuan antara lain: a. Menjamin bahwa semua pilihan telah/akan dipertimbangkan b. Mengestimasi pengaruh dan konsekuensi dari setiap pilihan c. Menguji dan mengestimasi tingkat penerimaan pendapat tertentu Terdapat dua bentuk Delphi, pertama adalah versi pensil-dan-kertas (disebut Latihan Delphi/Delphi Konvensional ), yang kedua adalah versi konferensi (disebut real-time Delphi). Pada bentuk pertama, sebuah tim monitor kecil mendesain sebuah kuesioner yang akan diberikan pada kelompok responden yang lebih besar dari tim ini. Setelah kuesioner dikembalikan, tim monitor merangkum hasilnya dan berdasarkan itu, mengembangkan kuesioner baru untuk kelompok responden tersebut. Pada bentuk kedua, tim monitor digantikan dengan sebuah komputer yang telah diprogram untuk menjalankan kompilasi dari hasil kuesioner pada kelompok. Pendekatan ini dapat mengurangi adanya waktu tunda yang disebabkan oleh tahap perangkuman setiap bagian dari Delphi, sehingga menjadikan prosesnya menjadi sistem komunikasi real-time. Pendekatan ini membutuhkan pendefinisian yang baik dari karakteristik komunikasi, sebelum Delphi digunakan.

29 Penggunaan Metode Delphi Sebelum menggunakan Teknik Delphi sebagai alat penelitian, ada beberapa prinsip dasar yang harus difahami menurut Linstone dan Turoff (1975) yaitu: 1. Selective Anonimity Partisipan dalam suatu kebijakan tetap anonim hanya selama putaran awal dari upaya peramalan itu. Setelah argumen-argumen tandingan tentang alternatif kebijakan bermunculan, partisipan diminta untuk memperdebatkan pandangan mereka secara terbuka. 2. Informed Multiple Advocacy Proses untuk menyeleksi partisipan didasarkan pada kriteria minat dan tingkat pengetahuan, bukan pada kepakaran semata-mata. Dalam membentuk suatu kelompok Delphi, investigator harus berusaha menyeleksi wakil dari suatu kelompok advokat yang berpengetahuan yang mungkin berada dalam situasi tertentu. 3. Polarised Statistical Response Dalam merangkum penilaian atau pendapat para pakar, digunakan cara-cara yang menekankan ketidaksepakatan dan konflik. Sementara ukuran-ukuran konvensional dapat juga digunakan (median, rentangan, standar deviasi). 4. Structured Conflict Berawal dari asumsi bahwa konflik adalah sesuatu yang wajar dalam isu kebijakan, berbagai upaya dilakukan untuk menggunakan ketidaksepakatan dan pertentangan untuk secara kreatif mengeksplorasi alternatif-alternatif dan konsekuensi mereka. Namun demikian, hasil dari suatu Delphi kebijakan tidak terbuka secara lengkap, sehingga konsensus maupun konflik yang berlanjut dapat merupakan sesuatu yang muncul dalam proses itu sendiri.

30 44 5. Computer Confencing Jika mungkin, konsultasi melalui komputer digunakan untuk merancang suatu proses anonim terus-menerus antar individu yang secara fisik terpisah. Konferensi melalui komputer menghapus kebutuhan akan beberapa putaran Delphi yang terpisah. Teknik Delphi yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah Paper and Pencil Version atau biasa disebut sebagai Delphi Konvensional, melalui tahapan sebagai berikut: Eksplorasi terhadap responden yang terkait Pada tahap ini dilakukan identifikasi awal tentang respoden/ahli yang pernah terlibat dalam proses penyusunan perwal tentang penataan dan pembangunan BTS di Kota Bandung, serta yang memiliki keahlian terkait dengan hal tersebut. Eksplorasi opini faktor pertimbangan Pada tahap ini yang dilakukan adalah melakukan penggalian opini terhadap masing-masing responden/ahli tentang faktor yang menjadi pertimbangan untuk penataan dan pembangunan BTS di Kota Bandung. Melakukan umpan balik opini Pada tahap ini yang dilakukan adalah memberikan umpan balik opini faktor pertimbangan yang tidak disepakati oleh masing-masing responden beserta argumentasinya, kemudian menggali kembali faktor pertimbangan hingga dicapai kesepakatan opini pendapat dimana tidak ada lagi perbedaan pendapat tentang faktor pertimbangan. Kesimpulan faktor Menyimpulkan opini faktor yang harus dipertimbangkan untuk melakukan penataan dan pembangunan BTS.

31 Faktor Pertimbangan Hasil Studi Literatur Beberapa studi kasus serta teori-teori yang didapat mengenai pengaturan zona telekomunikasi rata-rata mempertimbangkan faktor-faktor yang hampir sama seperti pertimbangan keselamatan hunian, batas ketinggian, jarak minimum dengan bangunan terdekat serta beberapa pertimbangan yang disesuaikan dengan karakteristik wilayahnya masing-masing. Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam pegaturan zonasi telekomunikasi berdasarkan teori dan studi kasus di beberapa kota di dalam maupun luar negeri dapat dilihat pada Tabel II.8. Berdasarkan hasil studi literatur di beberapa kota baik di dalam maupun di luar negeri serta beberapa teori terkait dengan pengaturan telekomunikasi, diperoleh beberapa calon faktor yang biasa dijadikan pertimbangan dalam penataan dan pembangunan telekomunikasi seperti Tabel II.7 di bawah ini. TABEL II.7 FAKTOR PERTIMBANGAN UNTUK PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI HASIL STUDI LITERATUR No Faktor Pertimbangan Keterangan 1 Tempat-tempat bersejarah (untuk menjaga dan melestarikan nilainilai sejarah) 2 Coverage (terkait dengan kualitas sinyal yang diberikan dan luas cakupan area) Sebaiknya tidak membangun pada tapak bersejarah dan bernilai kebudayaan, monumen-monumen, kecuali jika disamarkan dengan lingkungan sekitar. Menghindari terjadinya overlapping cakupan area, menggunakan standarstandar tertentu seperti peraturan menteri komunikasi dan informatika, disesuaikan dengan kebutuhan, memaksimalkan coverage area dengan mengatur ketinggian

32 46 No Faktor Pertimbangan Keterangan 3 Struktur dan konstruksi (untuk menghindari robohnya ) 4 Batas ketinggian (untuk melindungi properti dari yang roboh serta untuk penyesuaian dengan bangunan sekitar) 5 Jarak dengan bangunan terdekat (ada jarak tertentu dengan bangunan-bangunan tertentu) 6 Jalur lalulintas utama (untuk menghindari gangguan terhadap fungsi jalan utama, contohnya jika terdapat yang roboh) Mengikuti standar-standar tertentu seperti memakai logam galvanik, penyempurnaan memakai beton, anti kebakaran, mampu mendukung beban antena yang besar, dan lainlain. Menggunakan interval 22,5-75 meter atau mengikuti standar ketinggian yang berlaku di kota masing-masing Menggunakan interval meter dari bangunan terdekat, atau 50%- 125% dari ketinggian Range 5-7 meter, atau 3/4 dari tinggi terhadap jalur-jalur tertentu seperti jalan utama, jalan dekat perumahan dan jalur kereta api 7 Daerah rawan bencana Daerah rawan banjir, longsor, gempa sebaiknya dihindari untuk pembangunan BTS 8 Guna lahan saat ini (kawasan permukiman, industri dan bisnis) Kawasan komersial dan industri, daerah pertanian, area permukiman, perkantoran, dan lain-lain 9 Jarak antar Untuk jenis monopole yang kurang dari 22,5 meter harus berjarak 225 meter dengan lain, jenis monopole lebih dari 22,5 meter harus berjarak 450 meter dengan lain, jenis lattice dan guyed harus berjarak 1500 meter dengan lain, atau meter dengan lain yang memiliki ketinggian di atas 22,5 meter 10 Ruang terbuka hijau (untuk menjaga nilai estetika kota dan menjaga visualisasi) Taman kota, jalur hijau, dan lain-lain sebaiknya dihindari untuk pembangunan BTS.

33 47 No Faktor Pertimbangan Keterangan 11 Topografi wilayah (untuk menentukan kekuatan konstruksi dan jenis ) 12 Kawasan hutan lindung (perlindungan terhadap kawasan tertentu agar tidak terganggu oleh adanya pembangunan telekomunikasi) 13 Desain dan jenis untuk disesuaikan dengan daerah tertentu 14 Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP) 15 Kawasan Militer (tidak mengganggu fungsi pengawasan militer) 16 Menara bersama (konsep penggunaan bersama untuk mengurangi jumlah ) Pertimbangan topografi sebelum memberikan izin pembangunan, misalnya dengan kontur tidak lebih dari 3 meter Daerah konservasi, perlindungan spesies hewan dan tumbuhan, gunung-gunung, aliran sungai, dan lain-lain tidak boleh dibangun telekomunikasi Tekstur dan desain diserasikan dengan lingkungan sekitar seperti bentuk pohon, menggunakan warna yang netral (standar tertentu), desain yang bisa dipasang di papan iklan, di atas gedung dan lain-lain Memenuhi standar sudut bahaya navigasi udara, radius 4800 meter dari kawasan bandara, kedekatan dengan landasan udara Daerah pengawasan militer diperhatikan jika memungkinkan terjadinya interferensi yang akan mengganggu fungsi pengawasan di kawasan tersebut Pemanfaatan yang sudah ada untuk bisa digunakan sebagai bersama dan bagi pembangunan baru minimal mampu mengakomodasi kebutuhan 3 provider

34 TABEL II.8 FAKTOR PERTIMBANGAN DALAM PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI Faktor -faktor Pertimbangan Untuk Penentuan Zona Menara Telekomunikasi No Teori dan Kasus Tempat-tempat bersejarah Coverage Struktur dan konstruksi Batas ketinggian Jarak dengan bangunan terdekat Jalur lalulintas utama Daerah rawan bencana Guna lahan saat ini Ruang terbuka hijau Topografi Hutan lindung Desain& jenis yang ada (kamuflase) Jarak antar Kawasan Keselamatan Penerbangan Kawasan militer Menara bersama 1 Cellular Tower Zoning, Siting, Leasing and Franchising. (j. W.Pestle,601) kawasan industri berat dan komersil Gunung Vernon bentuk pohon dikawasan tertentu "collocation" (satu tower dengan beberapa antena dari yang sudah ada) 2 Zoning Ordinance of the City of Flowood, Mississipi tempat bersejarah overlapping coverage area di daerah tertentu mengikuti standard Electronics Industries Association Standard 222 maksimum 25,5 meter harus memiliki jarak 234 meter untuk yang mencapai 90 meter jalur lalulintas daerah banjir kawasan permukiman Monopole dan guyed yang dikamuflae jenis monopole berjarak 225 meter dengan lain, jenis lattice dan guyed berjarak 450 meter dengan semua lain bisa mengakomodasi minimal 3 provider untuk yang baru dibangun 3 Price County Telecommunication Tower, Antenna and Fasility Ordinance tapak bersejarah konstruksi maksimum 45 meter 125% dari ketinggian daerah rawan banjir kawasan pertanian dan permukiman daerah konservasi, perlindungan sumber alam dan spesies khusus Lattice, Guyed, Monopole radius 4800 meter dari kawasan bandara harus didisain untuk bisa menampung beberapa provider 4 Kementerian Perumahan dan Kerajaan Tempatan Malaysia tapak bekas tanah lombong memakai standar Suruhanjaya Komunikasi dan Multimedia Malaysia (SKMM) Standar : kestabilan dan keselamatan, anti kebakaran 6 meter untuk kawasan residensi, 3 meter untuk kawasan komersal, 15 meter untuk kawasan industri daerah rawan bencanaa guna lahan eksisting ditempatkan di lokasi yang terhalang dari pandangan umum, dipagar Harus memenuhi standar sudut bahaya navigasi udara 5 Telecommunication tower ordinance ( Pender County, North Carolina) mengikuti standard North Carolina Building code maksimum 75 meter setengah dari ketinggian minimalisasi bencana kawasan permukiman(untuk melindungi properti) ko-lokasi pada eksisting 6 Minidoka County, state of Idaho (USA) tempat bersejarah kekuatan konstruksi maksimum 60 meter termasuk antena 15 meter dengan bangunan sekitarnya daerah rawan banjir dihindari kawasan permukiman, komersial, dan industri jalur hijau kawasan lindung penyesuaian bentuk dan desain dengan bangunan sekitar,kamuflase Federasi Penerbangan melarang penggunaan penerangan, cat dan tanda tertentu

35 Faktor -faktor Pertimbangan Untuk Penentuan Zona Menara Telekomunikasi No Teori dan Kasus Tempat-tempat bersejarah Coverage Struktur dan konstruksi Batas ketinggian Jarak dengan bangunan terdekat Jalur lalulintas utama Daerah rawan bencana Guna lahan saat ini Ruang terbuka hijau Topografi Hutan lindung Desain& jenis yang ada (kamuflase) Jarak antar Kawasan Keselamatan Penerbangan Kawasan militer Menara bersama 7 San Diego County, Zoning Ordinance tempat bersejarah aspek keamanan maksimum 60 meter 22,5 meter dengan bangunan terdekat (kawasan residensi), 15 meter dengan bangunan terdekat (nonresidensi) kawasan perumahan,kawasan komersil single monopole, kamuflase jenis monopole diatas 22,5 meter berjarak 450 meter dengan lain, monopole dibawah 22,5 meter berjarak 225 m,jenis lattice dan guyed berjarak 4500 meter dengan semua lain kecuali monopole (sehingga memakai aturan monopole) memakai cat tertentu, tidak ada penerangan ko-lokasi pada eksisting 8 Zoning Resolution, The City of New York, Department of City Planning Commision tempat bernilai kebudayaan dan bersejarah memiliki blok&dilindungi spesifikasi konstruksi diatur oleh departemen pertamanan dan rekreasi setempat 45 meter ke sekitarnya 21 meter, beberapa distrik tertentu lebih rendah memiliki jarak berbeda tiap distrik, tetapi berada dalam range 5-7 meter dihindari daerah rawan gempa dan banjir jalur hijau kawasan lindung jenis monopole berjarak 225 meter dengan lain, jenis lattice dan guyed berjarak 450 meter dengan semua lain 9 Zoning Code, of The City of Murray Code of Ordinances by Creating new Section Entitled Cellular Antenna Tower Regulation tempat bernilai kebudayaan dan bersejarah dijaga peralatan mekanik dan elektrik jangan menonjol, begitu pula antena maksimum 45 meter, bila ada penambahan maka harus mengikuti proses perizinan lanjut kawasan perumahan,kawasan komersil topografi sekeliling cakupan pepohonan Kamuflase,tidak memakai advertising, tidak memakai penerangan kecuali penerangan alternatif yang ditawarkan kemudian jenis monopole diatas 22,5 meter berjarak 450 meter dengan lain, monopole dibawah 22,5 meter berjarak 225 m,jenis lattice dan guyed berjarak 4500 meter dengan semua lain kecuali monopole (sehingga memakai aturan monopole) kedekatan dengan landasan udara

36 Faktor -faktor Pertimbangan Untuk Penentuan Zona Menara Telekomunikasi No Teori dan Kasus Tempat-tempat bersejarah Coverage Struktur dan konstruksi Batas ketinggian Jarak dengan bangunan terdekat Jalur lalulintas utama Daerah rawan bencana Guna lahan saat ini Ruang terbuka hijau Topografi Hutan lindung Desain& jenis yang ada (kamuflase) Jarak antar Kawasan Keselamatan Penerbangan Kawasan militer Menara bersama 10 Telecommunication Tower and Antenna Ordinance(City of Hahira, Georgia) Tidak boleh ditempatkan jika membawa dampak buruk pada tempat bersejarah dan pemandangan indah Struktur memakai logam galvanik, penyempurnaan memakai beton, cat netral, tidak memakai penerangan buatan Maksimum ketinggian 45 meter jarak dengan bangunan minimal 110% dari tinggi Topografi dipertimbangan saat pemberian izin pembangunan Penggunaan struktur alternatif berupa gereja, papan iklan,dll yang secara teknologi bisa dilakukan diatas 30 meter berjarak 450 m dengan lain. dibawah 30 meter berjarak 225 m dengan lain Mendukung penggunaan bersama 11 An Ordinance to Amend The Otagamie Contry Zoning Ordinance, Chapter 17, 1997 coverage diatur lebih lanjut sesuai kebutuhan Tidak melebihi 6 meter dari ketinggian bangunan lain Maksimum 15 meter di kawasan industri sama seperti ketinggian kawasan industri dan komersil, kawasan permukiman kamuflase dengan struktur alternatif yang sesuai dengan kawasannya, warna cat harus netral, tidak ada advertising jenis monopole diatas 22,5 meter berjarak 450 meter dengan lain, monopole dibawah 22,5 meter berjarak 225 meter,jenis lattice dan guyed berjarak 4500 meter dengan semua lain kecuali monopole (sehingga memakai aturan monopole) kedekatan dengan landasan udara (merusak sinyal),tidak memakai penerangan Mendukung penggunaan bersama 12 Telecommunication Facilities General Regulatin and Instruction(City of Madison) struktur menitikberatkan pada aspek keselamatan batas ketinggian tidak lebih dari 21 meter dikawasan permukiman dan 60 meter dikawasan lain daerah rawan banjir kawasan permukiman industri dan komersil, Jenis harus dikamuflase dibawah 45 meter berjarak 225 meter dengan dibawah 45 meter, 450 m dengan diatas 45 meter. diatas 45 meter berjarak 450 m dengan dibawah 45 meter, 750 meter dengan diatas 45 meter berjarak 3200 meter dari bandara dengan keinggian tidak lebih dari 45 meter

37 Faktor -faktor Pertimbangan Untuk Penentuan Zona Menara Telekomunikasi No Teori dan Kasus Tempat-tempat bersejarah Coverage Struktur dan konstruksi Batas ketinggian Jarak dengan bangunan terdekat Jalur lalulintas utama Daerah rawan bencana Guna lahan saat ini Ruang terbuka hijau Topografi Hutan lindung Desain& jenis yang ada (kamuflase) Jarak antar Kawasan Keselamatan Penerbangan Kawasan militer Menara bersama 13 Telecommunication Tower Ordinance (Carroll County,Maryland ) perizinan coverage sesuai kebutuhan dan keadaan Maksimum 90 meter, tidak melebihi bangunan sekitarnya berjarak 60meter Mengurangi efek dari kemacetan di sekeliling area residensi turunnya salju harus diantisipasi kawasan permukiman kawasan lindung desain dan penempatan jangan sampai memberi efek visual yamg buruk dibawah 30 meter berjarak 90 m, dibawah 60 meter berjarak 150 meter Menara tidak boleh memakai lampu pada malam hari 14 Polk County (US, state of Florida) Maksimum 60 meter,tidak melebihi bangunan sekitarnya berjarak 60 meter Tidak boleh ditempatkan di jalan utama/jalan layang daerah rawan banjir kawasan komersil dan industri, daerah pertanian, area permukiman topografi daerah aliran sungai jenis monopole diatas 22,5 meter berjarak 450 meter dengan lain, monopole dibawah 22,5 meter berjarak 225 m,jenis lattice dan guyed berjarak 4500 meter dengan semua lain kecuali monopole (sehingga memakai aturan monopole) 15 Telecommunications tower (zoning ordinance, Stacy 1996) vegetasi topografi 16 Renville County Telecommunication Tower and Antenna Regulations situs sejarah dilindungi desain struktur, penegakan dan beban antena batas ketinggian tidak lebih dari 60 meter radius tertentu dengan bangunan lainnya kawasan industri, komersil dan pertanian taman kota memperhatikan topografi eksisting, dengan kontur tidak lebih dari 3 meter "Minnesota river" monopole, guyed dan warna yang mengurangi pandangan 17 Telecommunications tower Ordinance (Pender County, North Carolina) coverage diatur lebih lanjut sesuai kebutuhan sesuai standar EIA (Electronic Industries Association) maksimum 60 meter,kecuali dengan permintaan khusus 32 meter di kawasan industrial jarak 45 meter dengan properti lainnya kawasan industri, permukiman air dan taman kamuflase, desain&jenis

38 Faktor -faktor Pertimbangan Untuk Penentuan Zona Menara Telekomunikasi No Teori dan Kasus Tempat-tempat bersejarah Coverage Struktur dan konstruksi Batas ketinggian Jarak dengan bangunan terdekat Jalur lalulintas utama Daerah rawan bencana Guna lahan saat ini Ruang terbuka hijau Topografi Hutan lindung Desain& jenis yang ada (kamuflase) Jarak antar Kawasan Keselamatan Penerbangan Kawasan militer Menara bersama 18 Wireless Communication Facility, and antenna (City of Gilroy) terbuat dari besi atau bahan yang tidak mudah terbakar ada jarak tertentu dengan tempat-tempat khusus (Emergency Services, police, medical services, hospitals,etc) Jalur Kereta Api kawasan perumahan, komersil dan industri habitat sensitif yang harus dilindungi monopole dan guyed 19 Telecommunication Tower and Antenna Ordinance (Jones County, 603) perlindungan daerah bersejarah maksimum 90 meter 1/2-3/4 dari ketinggian berjarak 3/4 tinggi terhadap jalan utama daerah banjir kawasan perumahan dan bukan perumahan (pertanian) Guyed tower 400 meter antar kesepakatan penggunaan bersama 20 City Of Mounds View County of Ramsey of Minnesota Keamanan konstruksi maksimum 36 meter 9,6 meter kawasan pemukiman Ruang terbuka hijau kawasan lindung desain untuk segi.keserasian 21 Telecommunication Tower and Antenna Ordinance(City of Valdosta, Georgia) daerah bersejarah mensupport banyak antena, keamanan maksimum 75 meter 15 meter kawasan pemukiman, komersial topografi estetika, kamuflase 375 meter antar kawasan penerbangan 22 Cell-Phone Towers and Communities: The Struggle for Local Control(B. Blake Levitt, 1998) daerah bersejarah struktur kawasan industri, komersial Jenis 23 Telecommunications Tower & Antenna Regulations, Zoning Code Section maksimum 45 meter 90% dari ketinggian ' kawasan permukiman industri dan komersil, dan perkantoran(bisa digunakan untuk rooftop) menggunakan warna netral yang ada pada standar FAA berjarak 6400 meter dari yang sudah ada dengan yang baru akan dibangun digunakan oleh 3 provider

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama berisi penjelasan mengenai temuan studi yang akan mengantarkan pada kesimpulan studi faktor pertimbangan untuk penataan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN RESPONDEN DAN ANALISIS FAKTOR PERTIMBANGAN UNTUK PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA BTS DI KOTA BANDUNG

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN RESPONDEN DAN ANALISIS FAKTOR PERTIMBANGAN UNTUK PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA BTS DI KOTA BANDUNG BAB 4 ANALISIS PENENTUAN RESPONDEN DAN ANALISIS FAKTOR PERTIMBANGAN UNTUK PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA BTS DI KOTA BANDUNG Dalam bab ini akan dibahas proses penentuan responden serta hasil analisis

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD 33 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 02/PER/M.KOMINFO/3/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 02/PER/M.KOMINFO/3/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 02/PER/M.KOMINFO/3/2008 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN MENARA BERSAMA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 02/PER/M.KOMINFO/3/2008 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN MENARA BERSAMA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini menjelaskan tentang latar belakang studi, rumusan persoalan, tujuan dan sasaran, ruang lingkup studi yang terdiri dari ruang lingkup wilayah dan materi, metodologi

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI, MENTERI PEKERJAAN UMUM, MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

PERATURAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI, MENTERI PEKERJAAN UMUM, MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL PERATURAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI, MENTERI PEKERJAAN UMUM, MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR: 18 TAHUN 2009 NOMOR: 07/PRT/M/2009 NOMOR : 19/PER/M.KOMINFO/03/2009

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 20 TAHUN : 2011 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 20 TAHUN 20011 TENTANG PENATAAN, PENGENDALIAN, DAN RENCANA PENEMPATAN MENARA BERSAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENATAAN, PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENATAAN, PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENATAAN, PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN WALIKOTA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA DENGAN

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt - 1 - jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN, PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN, PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN BERSAMA MENARA TELEKOMUNIKASI

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN, PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN BERSAMA MENARA TELEKOMUNIKASI PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN, PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN BERSAMA MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 89 TAHUN 2006 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DI PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP NOMOR : 8 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMENEP Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA DI KOTA SURABAYA

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA DI KOTA SURABAYA SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA DI KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY Penyusunan Naskah Akademis Dan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Penataan Menara Telekomunikasi Kota Malang Tahun 2012

EXECUTIVE SUMMARY Penyusunan Naskah Akademis Dan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Penataan Menara Telekomunikasi Kota Malang Tahun 2012 Rencana Teknis kriteria lokasi menara telekomunikasi: 1. Struktur bangunan 1) Menara mandiri (self supporting tower) Menara mandiri merupakan menara dengan struktur rangka baja yang berdiri sendiri dan

Lebih terperinci

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENATAAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENATAAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENATAAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI DRAFT AKHIR WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI DI KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 13 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 16 TAHUN 2010

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 13 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 16 TAHUN 2010 BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 13 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA WALIKOTA BOGOR, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGA;EK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Lebih terperinci

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 BUPATI PURWAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA, Menimbang : a. bahwa telekomunikasi merupakan

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN WALIKOTA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI

Lebih terperinci

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI SLEMAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

- 1 - WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 06 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI

- 1 - WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 06 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI - 1 - WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 06 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP NOMOR : 8 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMENEP Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH

BUPATI BANGKA TENGAH BUPATI BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG PENGENDALIAN MENARA

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG 1 BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON. menetapkan Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Menara Bersama Telekomunikasi; NOMOR 9 TAHUN 2012 SERI E

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON. menetapkan Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Menara Bersama Telekomunikasi; NOMOR 9 TAHUN 2012 SERI E LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 9 TAHUN 2012 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA BERSAMA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN SERTA PEMANFAATAN MENARA TELEKOMUNIKASI

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN SERTA PEMANFAATAN MENARA TELEKOMUNIKASI WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN SERTA PEMANFAATAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI DI KABUPATEN BERAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 109 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 109 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 109 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DI KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENDIRIAN, PENGAWASAN, PENGENDALIAN DAN PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENDIRIAN, PENGAWASAN, PENGENDALIAN DAN PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENDIRIAN, PENGAWASAN, PENGENDALIAN DAN PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang

Lebih terperinci

Syarat Bangunan Gedung

Syarat Bangunan Gedung Syarat Bangunan Gedung http://www.imland.co.id I. PENDAHULUAN Pemerintah Indonesia sedang giatnya melaksanakan kegiatan pembangunan, karena hal tersebut merupakan rangkaian gerak perubahan menuju kepada

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALI KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 98 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR TELEKOMUNIKASI MIKRO SELULER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS INFRASTRUKTUR BERSAMA TELEKOMUNIKASI

KETENTUAN TEKNIS INFRASTRUKTUR BERSAMA TELEKOMUNIKASI LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN TEKNIS INFRASTRUKTUR BERSAMA TELEKOMUNIKASI KETENTUAN TEKNIS INFRASTRUKTUR BERSAMA TELEKOMUNIKASI

Lebih terperinci

WALIKOTA SORONG PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA SORONG,

WALIKOTA SORONG PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA SORONG, SALINAN WALIKOTA SORONG PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA SORONG, Menimbang : a. bahwa menara merupakan salah satu

Lebih terperinci

TENTANG PEDOMAN DAN STÁNDAR TEKNIS UNTUK PELAYANAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

TENTANG PEDOMAN DAN STÁNDAR TEKNIS UNTUK PELAYANAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN DAN STÁNDAR TEKNIS UNTUK PELAYANAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

FAKTOR PERTIMBANGAN UNTUK PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) DI KOTA BANDUNG TUGAS AKHIR. Oleh: ODAH

FAKTOR PERTIMBANGAN UNTUK PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) DI KOTA BANDUNG TUGAS AKHIR. Oleh: ODAH FAKTOR PERTIMBANGAN UNTUK PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) DI KOTA BANDUNG TUGAS AKHIR Oleh: ODAH 15404006 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MASA ESA BUPATI LOMBOK

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya

Walikota Tasikmalaya - 1 - Walikota Tasikmalaya PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 73 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN, PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN

Lebih terperinci

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PENEMPATAN MENARA TELEKOMUNIKASI DI KABUPATEN TEMANGGUNG

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PENEMPATAN MENARA TELEKOMUNIKASI DI KABUPATEN TEMANGGUNG BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PENEMPATAN MENARA TELEKOMUNIKASI DI KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN, PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MENARA TELEKOMUNIKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN, PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MENARA TELEKOMUNIKASI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN, PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 08 TAHUN 2010

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 08 TAHUN 2010 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 08 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tam

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tam BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1408, 2017 KEMEN-ATR/BPN. Pengembangan Kawasan Berorientasi Transit. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG

BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGGAMUS NOMOR : 09 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang: BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa perkembangan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 002 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN, PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN MENARA BERSAMA TELEKOMUNIKASI DI KABUPATEN BREBES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 9 2011 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PERIZINAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI,

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG 1 RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 6 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 6 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 6 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA BERSAMA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 31 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 841 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 31 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 841 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 31 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 841 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENATAAN, PEMBANGUNAN, PENGELOLAAN, DAN PENGGUNAAN MENARA BERSAMA TELEKOMUNIKASI

Lebih terperinci

Pengendalian pemanfaatan ruang

Pengendalian pemanfaatan ruang Assalamu alaikum w w Pengendalian pemanfaatan ruang Surjono tak teknik UB Penyelenggaraan penataan ruang (UU no 26 /2007) PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PENGATURAN PEMBINAAN PELAKSANAAN PENGAWASAN Pasal

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Implikasi dan Implementasi UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang di Provinsi Jawa Timur

Implikasi dan Implementasi UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang di Provinsi Jawa Timur Implikasi dan Implementasi UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang di Provinsi Jawa Timur Oleh : Hadi Prasetyo (Kepala Bappeda Provinsi Jawa Timur) I. Pendahuluan Penataan Ruang sebagai suatu sistem

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO BUPATI SUKOHARJO,

BUPATI SUKOHARJO BUPATI SUKOHARJO, BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 09 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK TENTANG MENARA TELEKOMUNIKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 09 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK TENTANG MENARA TELEKOMUNIKASI LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 09 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DEPOK, Menimbang : a. bahwa meningkatnya

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

A. SISTEM PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG:

A. SISTEM PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG: ZONING REGULATION Latar Belakang Pengertian dan karakteristik Tujuan, Manfaat dan Kelebihan serta kelemahan Sejarah Perkembangan Fungsi Kelengkapan Materi Utama LATAR BELAKANG (1) A. SISTEM PENGENDALIAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR POLEWALI MANDAR PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR NOMOR 7 TAHUN 2011 Menimbang : a. SIPAMANDAQ S IPA M A N D AQ TENTANG PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : a. bahwa menara telekomunikasi

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 68 TAHUN : 2011 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 68 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PENEMPATAN MENARA BERSAMA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG Nomor 08 Tahun 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN POS DAN TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2013 NOMOR 6

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2013 NOMOR 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2013 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN, PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR POLEWALI MANDAR PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR NOMOR 7 TAHUN 2011 Menimbang : a. SIPAMANDAQ S I PA M A N D AQ TENTANG PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI DAN FIBER OPTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN 2013-2032 I. UMUM Ruang yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI

PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, Menimbang : a. bahwa pembangunan dan penggunaan

Lebih terperinci

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2012 LINGKUNGAN HIDUP. Bandar Udara. Pembangunan. Pelestarian. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5295) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR :18 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN, PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN BERSAMA

Lebih terperinci

BAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN

BAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN BAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN 6.1. Struktur Peruntukan Lahan e t a P Gambar 6.1: Penggunaan lahan Desa Marabau 135 6.2. Intensitas Pemanfaatan Lahan a. Rencana Penataan Kawasan Perumahan Dalam

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA. Keserasian Kawasan. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA. Keserasian Kawasan. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. No.42, 2008 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA. Keserasian Kawasan. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 11/PERMEN/M/2008 TENTANG PEDOMAN KESERASIAN

Lebih terperinci

W A L I K O T A P A D A N G PROVINSI SUMATERA BARAT

W A L I K O T A P A D A N G PROVINSI SUMATERA BARAT W A L I K O T A P A D A N G PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG INTENSITAS BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MENARA TELEKOMUNIKASI

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MENARA TELEKOMUNIKASI BUPATI PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

LAMPIRAN V KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN. Kualitas yang diharapkan

LAMPIRAN V KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN. Kualitas yang diharapkan LAMPIRAN V KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN Zona (berdasarkan Kawasan Lindung Kawasan Hutan Manggrove (Hutan Bakau Sekunder); Sungai, Pantai dan Danau; Rel Kereta Api pelindung ekosistim bakau

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang : a. bahwa perkembangan

Lebih terperinci

Ketentuan Umum Istilah dan Definisi

Ketentuan Umum Istilah dan Definisi Ketentuan Umum 2.1. Istilah dan Definisi Penyusunan RDTR menggunakan istilah dan definisi yang spesifik digunakan di dalam rencana tata ruang. Berikut adalah daftar istilah dan definisinya: 1) Ruang adalah

Lebih terperinci

LAMPIRAN : SURAT EDARAN NOMOR : 06/SE/Dr/2011 TANGGAL : 14 September 2011 PETUNJUK TEKNIS KRITERIA LOKASI MENARA TELEKOMUNIKASI

LAMPIRAN : SURAT EDARAN NOMOR : 06/SE/Dr/2011 TANGGAL : 14 September 2011 PETUNJUK TEKNIS KRITERIA LOKASI MENARA TELEKOMUNIKASI LAMPIRAN : SURAT EDARAN NOMOR : 06/SE/Dr/2011 TANGGAL : 14 September 2011 PETUNJUK TEKNIS KRITERIA LOKASI MENARA TELEKOMUNIKASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN. i

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 13 TAHUN 2010

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 13 TAHUN 2010 BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA DI KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DAN PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DI KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BATANG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN D A E R A H KABUPATEN BATANG NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN BERSAMA MENARA

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG BANGUNAN GEDUNG BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 5 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR, Menimbang : a bahwa

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGATURAN INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG KORIDOR JALAN LETJEND S. PARMAN - JALAN BRAWIJAYA DAN KAWASAN SEKITAR TAMAN BLAMBANGAN

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 23 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 23 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 23 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang : Bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 30 TAHUN 2016

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 30 TAHUN 2016 SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PULANG PISAU, Menimbang : a. b. c. d.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN, PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN MENARA TELEKOMUNIKASI TERPADU DI KABUPATEN LUWU UTARA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN KABUPATEN

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN KABUPATEN BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN KABUPATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang : a.

Lebih terperinci