Urgensi Filsafat Penelitian Tindakan Kelas Dalam Upaya Peningkatan Kualitas Belajar Siswa. Darma Kesuma H.Y. Suyitno

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Urgensi Filsafat Penelitian Tindakan Kelas Dalam Upaya Peningkatan Kualitas Belajar Siswa. Darma Kesuma H.Y. Suyitno"

Transkripsi

1 Urgensi Filsafat Penelitian Tindakan Kelas Dalam Upaya Peningkatan Kualitas Belajar Siswa Darma Kesuma H.Y. Suyitno Pendahuluan Ada sebagian orang yang mendewa-dewakan ilmu sebagai satu-satunya sumber kebenaran, biasanya mereka tidak mengetahui hakikat ilmu yang sebenarnya. Demikian juga sebaliknya ada sebagian orang yang memalingkan muka dari ilmu, mereka adalah orang yang tidak mau melihat kenyataan betapa ilmu telah membentuk peradaban sebagaimana kita rasakan dan alami sekarang ini. Pendidikan sebagai salah satu komponen kehidupan yang asasi, telah berperan dalam menghasilkan kemampuan manusia dalam menemukan, mencari dan mengembangkan ilmu. Bahkan dengan pendidikan, telah jauh mengembangkan peradaban yang melebihi kapasitas manusia untuk menguasai dunia. Perkembangan ilmu yang demikian puncak, mendorong manusia untuk menguasainya, dan siapa yang tidak memilikinya maka dia akan jadi obyek manusia cerdas. Kehidupan demikian rumit untuk dianalisis hanya oleh satu jalan pemikiran. Adalah ketakaburan yang tidak berdasar, apabila menganggap bahwa ilmu adalah alpa dan omega dari kebenaran. Banyak sumber kebenaran selain ilmu, yaitu agama, filsafat, seni, dan lainlain pengetahuan. Einstein mengatakan: ilmu tanpa agama adalah buta, agama tanpa ilmu adalah lumpuh. Dengan demikian, kebenaran sangat bergantung pada pendekatan yang digunakan dan dasar pengetahuan yang mendasarinya. Dengan demikian, jika kita akan menganalisis suatu permasalahan, maka harus ditetapkan terlebih dahulu sumber dan dasar pemikiran kita, agar orang lain memahami peta dan paradigma pemikiran yang kita gunakan. Sebagai salah satu kegiatan pendidikan, yang merupakan aplikasi keilmuan, maka proses pendidikan tidak lagi natural (alami), tetapi menjadi suatu bidang/lapangan kajian keilmuan, sehingga pendidikan seolah-olah sudah lepas dari tanggung jawab hakiki orang tua, tetapi lebih banyak pada tanggung jawab guru di sekolah. Apabila konteks pendidikan menjadi kajian keilmuan, maka tanggung jawab kita adalah mendasarkan telaahan dan pengembangan pendidikan berbasis keilmuan. Banyak kegiatan pendidikan yang belum dianalisis berdasar pada keilmuan, sehingga pendidikan kurang berkembang sebagaimana harapan. Untuk memahami hakikat ilmu pendidikan, maka kita harus memahami landasan filosofisnya, yaitu filsafat ilmu pendidikan (MI. Soelaeman (1982). Salah satu fakta empirik dalam proses pendidikan, adalah adanya komunikasi pendidikan antara guru dan siswa di kelas. Komunikasi yang dibangun merupakan pendekatan dan implementasi dari berbagai pendekatan keilmuan. Oleh karena itu, penelitian tindakan kelas menjadi penting, karena merupakan upaya menemukan model dan prosedur baru yang lebih efisien dan efektif dalam mencapai tujuan pendidikan. Model-model pembelajaran yang berbasis pada landasan yang kokoh, baik filosofi maupun keilmuannya, akan memperkuat dan mendorong kinerja guru secara profesional dan menghasilkan kualitas belajar siswa lebih unggul. 57

2 DP. Jilid 10, Bil 2/2010 Pengertian PTK (Penelitian Tindakan Kelas) atau Classroom Action Research berkembang di beberapa Negara maju, antara lain Inggris, Amerika, Australia, dan Canada. Penelitian ini mampu menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme guru dalam proses belajar-mengajar di kelas. McNiff (1992;1) dalam bukunya menjelaskan bahwa PTK sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri, hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan kurikulum, pengembangan sekolah, pengembangan keahlian mengajar, dan lain sebagainya. Dengan PTK, guru dapat meneliti sendiri terhadap praktek pembelajaran yang dilakukannya di kelas, guru dapat melakukan penelitian terhadap siswa dilihat dari interaksinya dalam proses pembelajaran. Dalam PTK, guru dan dosen secara kolaboratif dapat melakukan penelitian terhadap proses dan atau produk pembelajaran secara reflektif di kelas. Dengan demikian, PTK merupakan upaya memperbaiki kinerja guru itu sendiri dalam praktek-praktek pembelajaran untuk meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. Salah satu pendekatan yang mendasari bagaimana PTK dilakukan dengan benar adalah pendekatan filosofis. Dalam pendekatan ini, ada tiga aspek yang menjadi kajian sebuah pendekatan filsafiah, yaitu aspek ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Ontologis keilmuan membahas dan menelaah tentang obyek kajian yang menjadi pembahasannya. Epistemologis keilmuan membahas dan menelaah tentang metodologi telaahan untuk mencapai kebenaran obyektif. Sedangkan aksiologis keilmuan membahas tentang nilai kegunaan dari hasil kajian dan metodologinya (Suriasumantri, 1982, Power, 1982). Berkaitan dengan landasan berfikir tersebut, ada hal yang perlu difahami sebagaimana pendapat Bruce Joyce dan Marsha Weil (1980) dan Jawad Dahlan (1984), bahwa sesungguhnya tidak ada satu model mengajar pun yang paling cocok untuk semua situasi; dan sebaliknya tidak ada satu situasi mengajar pun yang paling cocok dihampiri oleh semua model mengajar. Oleh karena itu, peningkatan kualitas belajar bukan hanya milik satu model pembelajaran, tetapi PTK bisa menjadi alternatif untuk meningkatkan kualitas hasil belajar. Kualitas belajar adalah kriteria peringkat hasil belajar seseorang yang diakibatkan dari proses perubahan individu terhadap objek yang dipelajarinya. Jika anak memiliki rata-rata nilai hasil belajar 8 atau B, dapat dikatakan sebagai anak yang memiliki kualitas belajar tinggi. Kualitas belajar ini dapat meningkat apabila ada upaya guru menggunakan model belajar yang tepat dengan situasi dan kondisi belajar serta karakteristik gaya belajar anak. Penelitian tindakan kelas, berupaya mencari model belajar yang tepat untuk semua anak dan memahami model-model belajar anak yang dapat meningkatkan kualitas belajarnya. Rasional dan Skop 1. Rasional Pertanyaan petama yang diajukan adalah mengapa harus ada studi filsafat PTK? Setiap mengkaji suatu permasalahan yang berkaitan dengan bidang kemanusiaan, akan banyak 58

3 melibatkan aspek-aspek yang bukan hanya bersifat fisik belaka, tetapi ada aspek psikhis dan aspek ruhaniah. Aspek psikhis bisa ditelaah secara ilmiah, sedangkan aspek ruh ditelaah oleh agama maupun filsafat. Kajian yang demikian menjadi penting, karena dalam PTK bukan hanya mempelajari pengaruh tindakan guru dalam pembelajaran, tetapi menyangkut aspek potensi yang ada dalam diri anak, dan sikap kepribadian guru yang tampil di depan siswanya yang ikut mempengaruhi proses komunikasi pembelajaran. PTK sebagai penelitian yang bersifat reflektif, melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan prktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih professional. Oleh karena itu, PTK terkait erat dengan permasalahan praktek pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh guru. Apabila praktek yang dilakukan hanya bertumpu pada tindakan-tindakan yang tanpa nilai dan tidak berorientasi pada keunggulan martabat manusia, maka PTK menjadi tidak memiliki nilai dan arti dalam pendidikan di sekolah. Kajian obyek PTK secara material, adalah bagaimana peserta didik dapat difahami sebagai subyek yang ikut menentukan proses pembelajaran dan tercapai atau tidaknya tujuan yang ditetapkan. Secara formal, PTK lebih memfokuskan pada situasi komunikasi/ pergaulan pendidikan di kelas dengan berbagai tindakan guru untuk mempengaruhi siswa untuk memahami pesan komunikasinya. Situasi pendidikan berbeda dengan situasi bermain sandiwara, yang sudah diketahui apa yang akan terjadi setelah permainan selesai, karena semua direkayasa dan semua pemain tahu harus melakukan apa, berkata apa, dan kapan peserta mengakhiri permainannya. Tidak ada pengaruh berarti dalam kehidupan sandiwara. Situasi ini berbeda dengan situasi pendidikan, yang mencoba merekayasa persiapannya, teknologinya, system penilaiannya, dan tehnik pengembangannya, tetapi tidak mengetahui apa yang terjadi pada siswa, apa mereka ada perubahan atau belum? Dengan demikian, dibutuhkan berbagai pendekatan yang tepat untuk dapat memprediksi perilaku-perilaku peserta didik dan juga guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran yang mendidik. Oleh karena itu, diperlukan refleksi dalam setiap tindakan yang berbasis analisis keilmuan, baik pada aspek psikologisnya, sosiologisnya, antropologisnya, aspek metodologisnya, aspek politisnya, dan aspek-aspek kehidupan lainnya. Mengapa PTK diperlukan oleh guru? Masih banyak guru yang dibawah standar kompetensi professional dalam melakukan proses pembelajaran, sehingga banyak tindakan guru yang sia-sia karena tidak mencapai tujuan yang diharapkan. Untuk mengetahui tindakan apa yang keliru dalam pembelajaran, mengapa siswa tidak bergairah dalam belajar, dan mengapa tujuan pembelajaran tidak tercapai, diperlukan PTK sebagai salah satu upaya yang dapat memperbaiki kinerja guru di kelasnya dalam rangka meningkatkan kualitas belajar anak. 2. Skop Pembahasan a. Dasar Ontologi Ilmu Aktivitas pembelajaran sebagai obyek empiris merupakan abstraksi yang disederhanakan. Penyederhanaan ini merupakan pembatasan dari seluruh kegiatan proses pendidikan yang begitu kompleks. Ilmu tidak bermaksud memotret atau mereproduksi suatu kejadian tertentu dan mengabstraksikannya dalam bahasa keilmuan. Ilmu bertujuan untuk mengerti mengapa hal itu terjadi, dengan memba- tasi diri pada hal-hal yang asasi. 59

4 DP. Jilid 10, Bil 2/2010 Dengan perkataan lain ilmu bermaksud memeras hakikat obyek empiris tertentu, untuk mendapatkan inti sari yang berupa pengetahuan mengenai obyek tertentu. Pengetahuan manusia dapat dikategorikan ke dalam pengetahuan ke alaman, pengetahuan sosial, humaniora, dan agama. Pengetahuan ke alaman memiliki tatanan yang baku, pasti dan sistematik. Contoh; kejadian hujan akan selalu didahului oleh adanya awan, angin, dan turun hujan. Tidak pernah terjadi dalam alam ini, air hujan turun lebih dulu, baru berawan dan angin. Hal ini sangat berbeda dengan pengetahuan social yang relatif tatanannya kurang baku. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu penelitian yang dapat memberikan sumbangan keilmuan yang mendekati kebenaran obyektif. Untuk mendapatkan pengetahuan yang benar, ilmu membuat beberapa andaian (asumsi) mengenai obyek-obyek empiris. Pernyataan asumtif ini akan memberi arah dan landasan bagi kegiatan penelaahan. Jujun S (1982) menyatakan bahwa secara rinci ilmu mempunyai tiga asumsi menganai obyek empiris, yaitu (1) menganggap obyek-obyek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain, umpanya dalam hal bentuk, struktur, sifat dan sebagainya. Berdasarkan asumsi ini melahirkan konsep klasifikasi, kemudian muncul taxonomi. Menurut Linnaeus ( ) dalam Jujun S (1982) konsep taxonomi, melahirkan konsep komparatif dan kuantitatif. (2) Asumsi bahwa suatu benda tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu. Kegiatan keilmuan berupaya mempelajari tingkah laku suatu obyek dalam suatu keadaan tertentu. Hal ini tidak mungkin dilakukan bila obyeknya selalu berubah-ubah tiap waktu. Walau demikian kita tidak bisa menuntut adanya kelestrian yang absolute, sebab alam mengikuti perjalanan waktu dan tiap benda akan mengalami perubahan. (3) Asumsi determinisme, meng- anggap tiap gejala bukan merupakan suatu kejadian yang bersifat kebetulan. Tiap gejala mempunyai pola tertentu yang bersifat tetap dengan urutan-urutan kejadian yang sama. Sebagai contoh; setiap benda yang terbakar akan mengeluarkan asap, sate yang dibakar akan mengelaurkan bau yang merangsang, dan lain sebaginya. Namun ilmu tidak menuntut adanya hubungan sebab akibat dalam setiap kejadian, seperti tidak harus kalau ada awan pasti ada hujan. Determinisme dalam pengertian ilmu, mempunyai konotasi yng bersifat peluang (probabilistik), dan statistika merupakan metode yang menyatakan adanya hubungan probabilistik antara gejala-gejala dalam penelaahan keilmuan. Oleh karena itu dasar dari statistika adalah teori probabilistik. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), memiliki karakteristik objek studi yang menggabungkan data-data kuantitatif dan kualitatif. Prinsip-prinsip analisis kuantitatif, menekankan fakta-fakta empiris dengan menggunakan proses induktif, misalnya menalaah efektivitas hasil belajar siswa dengan pengukuran hasil belajar, yang menghasilkan inferensi tingkat efektivitas. Analisis kualitatif, memiliki fokus pada bagaimana tindakan-tindakan guru dan aktivitas siswa dapat diamati dan difahami melalui proses hermeneutik/verstehen yang memaknai tingkat kualiti tindakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Objek kajian PTK adalah situasi dan kondisi kelas yang memiliki karakteristik multi dimensional, dapat diimplementasikan dalam upaya peningkatan kualitas hasil belajar siswa yang memiliki individual differencies, yaitu bagaimana guru dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam mempelajari berbagai ilmu dengan mengenali perbedaan karakteristik setiap bidang kajian. Siswa akan menyenangi objek kajian suatu bidang studi 60

5 (misalnya IPA/Ilmu Pengetahuan Alam)) yang mempelajari sifat-sifat air, udara, benda padat, dan lain sebagainya dengan cara belajar yang menyenangkan. Model pembelajaran role playing, tidak hanya diterapkan dalam konteks sosial dan sejarah, tetapi peran sebagai seorang ilmuwan (misalnya sebagai ahli sosiologi, antropologi, psikologi, ekonomi, sejarah, filsafat, dan lain sebagainya) dapat diperankan oleh siswa, dengan memberikan pemahaman tentang karakteristik objek studi masing-masing, sehingga siswa akan merasa senang dan bangga dengan perannya. Suasana ini akan mendorong minat anak untuk mengembangkan curriocity terhadap keilmuan yang dipelajarinya. Apabila anak senang dan berminat dalam mempelajari objek studi keilmuan yang menjadi orientasi hidupnya, akan mendorong kualiti hasil belajarnya. b. Dasar Epistemologi Ilmu Teori ilmu pengetahuan yang disebut dengan epistemology, membahas secara mendalam tentang segenap proses yang menjadi kajian untuk memperoleh pengetahuan. Ilmu diperoleh melalui proses tertentu yang disebut dengan metode keilmuan. Ilmu disebut juga dengan ilmu pengetahuan, memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan jenis pengetahuan lain. Penelitian Tindakan Kelas, bukan cabang ilmu, tetapi suatu aplikasi dari metode penelitian untuk mengungkap fakta yang berkaitan dengan praktek pembelajaran di kelas. Karakteristik ilmu adalah empirik, deskriptif, analitik dan asumtif. (Jujun S, 1982, Bleakley, 2004, Moleong, 1989, dan Novak, 1979). Sedangkan filsafat menurut Power (1982), memiliki karakteristik kajian yangbersifat komprehensif, kontemplatif, normative dan radikal. Oleh karena perbedaan karakteristik antara ilmu dengan filsafat, maka ilmu lebih berkonsentrasi pada obyeknya yang lebih spesifik, empirik dan obyektif. Berdasarkan karakteristik ilmu tersebut, maka metode ilmiah yang digunakan ada dua aliran, yaitu rasionalisme dan empirisme. Rasionalisme dalam Power (1982), menyatakan bahwa ide tentang kebenaran sebenarnya sudah ada. Pikiran manusia dapat mengetahui idea tersebut, namun tidak menciptakan dan tidak mempelajari lewat pengalaman. Idea kebenaran diperoleh melalui berfi- kir secara rasional, dan kebenaran yang diperoleh bersifat koheren. Empirisme, menurut Suriasumantri (1982) sebagai aliran dalam ilmu pengetahuan yang menyatakan bahwa kebenaran hanya bisa diperoleh lewat pengalaman empirik yang terukur. Permasalahan yang muncul bahwa kebenaran yang menampakan diri dalam fakta belum bias dijadikan dasar kebenaran, sebab masih membutuhkan pemaknaan dan tafsir dari subyek yang menelaah dan mempelajarinya. Selaras dengan sifat keilmuan yang logis, maka gabungan dari pendekatan rasional dan empiric menghasilkan metode ilmiah yang kuat. PTK/CAR, melakukan prosedur penelitian yang didasarkan atas koridor dan prinsip-prinsip penelitian ilmiah, yang berupaya memperoleh penjelasan, prediksi dan kontrol terhadap hasil kinerja dalam kegiatan pembelajaran (Departemen Pendidikan Nasional (2002). Siswa akan mencoba merasakan dan belajar tentang kondisi dan situasi pembelajaran dengan prosedur yang sistematis, sehingga akan bermakna dalam memahamkan anak untuk mencari kebenaran dengan prosedur yang ilmiah. Dalam pembelajaran, guru tidak harus menjejalkan atau memaksa anak untuk faham, tetapi dalam prosesnya anak akan mengetahui bagaimana langkah-langkah yang dilakukan guru secara sistematis dalam 61

6 DP. Jilid 10, Bil 2/2010 mengungkap fakta-fakta empirik berdasarkan rumus-rumus, dalil, teori, dan logika yang standar berbasis pada keilmuan. Dengan demikian, langkah-langkah PTK yang standard akan mampu membelajarkan siswa dengan efektif yang menghasilkan kualitas hasil belajar yang cemerlang. Dasar Axiologi Ilmu Setelah membicarakan tentang apa obyek ilmu, dan bagaimana kita bisa memperoleh ilmu yang benar, maka pada muaranya mau diapakan ilmu itu, untuk apa ilmu itu atau apa kegunaan ilmu itu. Dasar axiology ilmu menurut Jujun S (1982) menginginkan bahwa ilmu memiliki nilai manfaat bagi kehidupan manusia, sebagaimana ditemukannya listrik untuk kesejahteran manusia, ditemukannya matematika dan angka nol oleh filosof India, penemuan kompas, mesiu dan mesin cetak oleh para ilmuwan Cina, semua untuk kebermanfaatan kehidupan manusia. Sifat ilmu adalah netral, ilmu tidak mengenal baik dan buruk, dan sipemilik pengetahuan itu sendiri yang harus memiliki sikap. Jalan mana yang akan ditempuh dalam memanfaatkan kekuasaan yang esar itu, terletak pada system nilai si pemilik pengetahuan tersebut. Dengan demikian netralitas ilmu terletak pada epistemologinya, jika hitam katakan hitam, jika putih katakan putih, tanpa berpihak kepada salah satu selain kepada kebenaran yang nyata. Pada tataran axiologis, seorang ilmuwan harus mampu menentukan sikap sebagai wujud tingkat moralitas dalam menggunakan ilmu sebagai aturan dalam kehidupan (Suriasumantri, 1982). Selaras dengan prinsip aksiologis, peranan guru dalam pembelajaran adalah sebagai seorang yang konsisten dalam menunaikan nilai-nilai keilmuan, dan mampu mengimplementasikan dalam aktivitas sehari-hari sebagai seorang guru yang ilmuwan, dan sebagai ilmuwan yang menjadi guru. Bagaimana seorang guru dapat konsisten dengan prinsip moral dari ilmu yang diajarkan? Dapat dijelaskan dan diberikan contoh yang konkrit kepada anak tentang bagaimana prinsip-prinsip kerja alat bantu pengungkit, contoh proses kerja minuman beralkohol yang membahayakan tubuh manusia, memberi contoh cara kerja yang sistematis dalam memecahkan masalah kesehatan lingkungan sekolah dan manfaatnya bagi kesehatan bersama. Demikian pula guru dapat memberi teladan dalam sikap hati-hati dan konsisten terhadap prinsip-prinsip keilmuan yang melandasinya, seperti langkah-langkah dalam pembelajaran dari mulai membuka pembelajaran, mengelaborasi dan mengeksplorasi curriocity anak, memberikan prinsip-prinsip konsep keilmuan, refleksi dan internalisasi nilai-nilai, evaluasi untuk feedback dan pengembangannya, dan menutup pembelajaran dengan memberi penguatan dan motivasi untuk belajar di rumah secara lebih baik. Aplikasi Konsep Terhadap PTK Dalam uraian di atas, sepintas telah disinggung tentang PTK sebagai salah satu upaya untuk mengenali dan memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas. Marilah kita coba telaah tentang: Obyek PTK, Metode, dan Kegunaannya. Obyek PTK telah disinggung di atas, yaitu ada obyek material, dan obyek formal. Obyek materialnya adalah wujud subyek didik secara faktual sebagai manusia yang memiliki potensi dan eksistensi. Sedangkan secara formal, obyek studi PTK adalah situasi komunikasi yang memiliki kualitas-kualitas yang penuh makna antara dua pribadi atau lebih (MI. Soelaeman, 1982). 62

7 Telaahan tentang objek PTK (CAR), diimplementasikan dalam pemahaman guru terhadap subjek didik yang memiliki berbagai karakteristik individual dan memerlukan pelayanan yang berbeda dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya. Pemahaman dan perlakuan yang dapat diterima oleh siswa, akan mendorong minat dan bakat siswa berkembang seoptimal mungkin dan menghasilkan kualitas belajar yang lebih baik (Colin Mars, 2008). Banyak faktor yang harus dibenahi oleh seorang guru, dari mulai perencanaan, penciptaan situasi yang kondusif dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, pembelajaran yang efektif, inovatif dan menyenangkan, melakukan evaluasi untuk feedback/umpan balik pembelajaran, melakukan refleksi terhadap seluruh aktivitas, seluruhnya menciptakan pembelajaran yang berkualitas, yaitu pembelajaran yang bermakna bagi proses kehidupan anak (Colin Mars, 2008). Secara metodologis, memberi kesempatan kepada peneliti untuk mengungkap tentang fakta yang sebenarnya yang secara obyektif dikemukakan oleh lebih satu orang, sehingga tingkat obyektivitasnya lebih terjamin. Permasalahannya kembali kepada pemilik pengetahuan, apakah memiliki sikap netralitas dan obyektif terhadap obyek telaahannya. Prosedur yang ditempuh guru dalam PTK/CAR, akan dapat diamati oleh seluruh siswa di dalam kelas, dan terjadinya pembuktian fakta baik secara etic dan emic dapat pula difahami siswa melalui refleksi yang terbuka. Hal ini secara langsung ataupun tidak langsung, siswa belajar bagaimana proses menemukan kebenaran dalam belajar, yang diharapkan mampu meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. Sedangkan dari aspek axiologisnya, bahwa PTK telah banyak membantu para guru untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran secara professional. Kualitas pembelajaran dapat diukur dari aspek penguasaan materi pelajaran, penggunaan multi media yang memotivasi siswa bergairah untuk belajar, hubungan kewibawaan yang dimiliki guru di dalam kelas, nilai-nilai yang dijadikan sebagai acuan dalam menciptakan iklim belajar, suasana belajar dalam kelas, kelengkapan alat peraga dan fasilitas belajar, serta sikap dan kepribadian guru yang ditampilkan di depan siswa. Berdasarkan pengalaman dalam membimbing mahasiswa yang melakukan penelitian tindakan kelas, membuktikan PTK dapat meningkatkan efektivitas hasil belajar siswa sampai 75%. Makna dari aksiologis PTK, membuktikan telah mampu meningkatkan kegunaan secara efektif dalam upaya mendorong kualitas hasil belajar di sekolah. Kebermaknaan lain dari aspek aksiologis PTK adalah mendorong kinerja guru untuk melakukan pembelajaran secara bermakna dan memberi pemahaman kepada guru untuk selalu bekerja secara cermat, tekun, berbasis pada nilai moral kebenaran, dan konsistensi dalam pengembangan profesi, yaitu komitmen dalam upaya peningkatan pendidikan di masa depan yang lebih baik. Demikian pula anak, akan belajar melalui aktivitas eksploratif dalam PTK yang dilakukan guru, dan akan menggunakannya sebagai pola eksploratif dalam belajar yang akan membantu dalam meningkatkan kualitas belajarnya. 63

8 DP. Jilid 10, Bil 2/2010 Rujukan Bleakley, A. (2004), Education Research in The Postmodern, Peninsula Medical School, University of Plymoyth (link reinstated August 2006), ac.uk/resined/postmodernism/pmhome.htm Dahlan, MD.,(1984) Model-Model Mengajar, Bandung, CV.Diponegoro Dunkin, Michael J., and Biddle, Bruce J., (1974), The Study of Teaching, New York, Holt, Rinehart and Winston Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Ditjen Dikti, (1992), Ketentuan-Ketentuan Pokok Kurikulum Pendidikan Prajabatan Tenaga Kependidikan dan Strategi Pengembangannya, Jakarta, Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, (2002), Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta, Pusat Kurikulum, Badan Penelitian dan Pengembangan, (2003), Undang- Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional beserta Penjelasannya, Jakarta, Balai Pustaka, (2005), Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta, Departemen Pendidikan Nasional, (2002), Pedoman Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Profesi Pendidik, (2007), Peningkatan Kualifikasi Guru, Jakarta, Direktorat Jenderal PMPTK, Departemen Pendidikan Nasional Joyce, Bruce., Weil Marsha, (1980), Models of Teaching, New Jersey, Prentice-Hall Inc Kelompok Kerja Pemasyarakatan Kebijaksanaan Meteri Pendidikan dan Kebudayaan, (1993), Sistem Pengadaan, pemanfaatan, dan Pembinaan Guru,, Jakarta, Depdikbud Langeveld, M.J., (1970), Pedagogik Teoritis Sistematis, Penerjemah Simanjuntak, Bandung, CV. Jemmars Mars, Colin, (2008), Becoming A Teacher, Knowledge, Skill, and Issues, (4th-ed), Australia, Pearson Education Australia, A Division Pearson Australia Miles, B Matthew, Huberman, Michael., (1992), Analisis Data Kualitatif, Penterjemah: Tjetjep Rohendi Rohidi, Universitas Pendidikan Press, Jakarta. Moleong, J. Lexy., (1989), Metodologi Penelitian Kualitatif, Remadja Karya, CV. Bandung. Novak, Joseph D., (1979) A Theory of Education, Jthaca, Carnell Universuity Press Phenix, H Philip, ( 1964), Realm of Meaning, A Philosophy of The Curriculum for General Education, New York, McGraw Hill, Boock Coy. 64

9 Power, Edward J., (1982) Philosophy of Education, Studies in Philosopies, Schooling and Education Policies, New Jersey, Prentice-Hall, Inc. Soelaeman, MI., (1982), Menjadi Guru; Suatu Pengantar Kepada Dunia Guru, Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan, Bandung, Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Bandung. Sumaatmaja, Nursid., (2005), Manusia Dalam Konteks Sosial, Budaya dan Lingkungan Hidup, Bandung, CV. Alfabeta Suriasumantri, Jujun S., (1982), Ilmu Dalam Perspektif, Jakarta, PT. Gramedia Yelon. L Stephen, Weinstein.W Grace.,(1977), A Teachers World, Psychology in The Cassroom, Auckland Bogota, Guatemala, Hamburg, Johannesburg, etc., McGraw-Hill International Book Company. 65

URGENSI FILSAFAT PENELITIAN TINDAKAN KELAS DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS BELAJAR SISWA. Dr. Y. Suyitno MPd Dosen Filsafat Pendidikan UPI

URGENSI FILSAFAT PENELITIAN TINDAKAN KELAS DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS BELAJAR SISWA. Dr. Y. Suyitno MPd Dosen Filsafat Pendidikan UPI URGENSI FILSAFAT PENELITIAN TINDAKAN KELAS DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS BELAJAR SISWA Dr. Y. Suyitno MPd Dosen Filsafat Pendidikan UPI SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

Lebih terperinci

URGENSI FILSAFAT UNTUK PENELITIAN TINDAKAN KELAS DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS BELAJAR SISWA

URGENSI FILSAFAT UNTUK PENELITIAN TINDAKAN KELAS DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS BELAJAR SISWA URGENSI FILSAFAT UNTUK PENELITIAN TINDAKAN KELAS DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS BELAJAR SISWA Disampaikan dalam Seminar Nasional di Kabupaten Bandung Dr. Y. Suyitno MPd Dosen Filsafat Pendidikan UPI

Lebih terperinci

HAKIKAT DAN PRINSIP PENELITIAN TINDAKAN KELAS

HAKIKAT DAN PRINSIP PENELITIAN TINDAKAN KELAS HAKIKAT DAN PRINSIP PENELITIAN TINDAKAN KELAS Oleh Aap Afwah (142400766); Fitriatul Janah (142400784); Hayatul Maskuro (142400754); Sari Susilawati (142400756) PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU. Irnin Agustina D.A.,M.Pd

FILSAFAT ILMU. Irnin Agustina D.A.,M.Pd FILSAFAT ILMU Irnin Agustina D.A.,M.Pd am_nien@yahoo.co.id Definisi Filsafat Ilmu Lewis White Beck Philosophy of science questions and evaluates the methods of scientific thinking and tries to determine

Lebih terperinci

SILABUS S2 No. Dok. :

SILABUS S2 No. Dok. : SPS UPI SILABUS S2 No. Dok. : LANDASAN PEDAGOGIK No. Revisi : Tanggal Berlaku : Halaman : SILABUS MATA KULIAH A. Identitas Mata Kuliah Nama Mata Kuliah : Landasan Pedagogik Kode Mata Kuliah : PS701 Jumlah

Lebih terperinci

ILMU, METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH KULIAH MATERI

ILMU, METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH KULIAH MATERI PERTEMUAN 1 DOSEN VED,SE.,MSI.,AK.,CA MATERI ILMU, METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH KULIAH MATERI ILMU, METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH 1.1 Pengertian dan Komponen Ilmu 1.2 Metode Ilmiah 1.3 Penelitian

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI FILSAFAT ILMU DALAM PENDEKATAN ILMIAH

IMPLEMENTASI FILSAFAT ILMU DALAM PENDEKATAN ILMIAH IMPLEMENTASI FILSAFAT ILMU DALAM PENDEKATAN ILMIAH SUMBANGAN FILSAFAT TERHADAP PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN Filsafat mampu menunjukkan batas-batas: Ontologi Epistemologi aksiologi Melahirkan ilmuwan yg

Lebih terperinci

Tinjauan Ilmu Penyuluhan dalam Perspektif Filsafat Ilmu

Tinjauan Ilmu Penyuluhan dalam Perspektif Filsafat Ilmu Tinjauan Ilmu Penyuluhan dalam Perspektif Filsafat Ilmu Oleh : Agustina Abdullah *) Arti dan Pentingnya Filsafat Ilmu Manusia mempunyai seperangkat pengetahuan yang bisa membedakan antara benar dan salah,

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FILSAFAT ILMU Filsafat: upaya sungguh-sungguh dlm menyingkapkan segala sesuatu, sehingga pelakunya menemukan inti dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, merupakan suatu sistem pendidikan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional adalah menjamin mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional adalah menjamin mutu pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional adalah menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 102 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sifat Penelitian Berdasarkan jenisnya penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan bersifat deskriptif. Yakni penelitian yang menggambarkan keadaan sebenarnya

Lebih terperinci

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) Salah satu (dari sepuluh) kemampuan dasar yang harus dimiliki guru adalah kemampuan memahami prinsip-prinsip penelitian pendidikan dan mampu menafsirkan hasil-hasil penelitian

Lebih terperinci

ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AXIOLOGI ADMINISTRASI PENDIDIKAN Oleh: Pipin Piniman (Program Pasca Sarjana Universitas Galuh)

ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AXIOLOGI ADMINISTRASI PENDIDIKAN Oleh: Pipin Piniman (Program Pasca Sarjana Universitas Galuh) ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AXIOLOGI ADMINISTRASI PENDIDIKAN Oleh: Pipin Piniman (Program Pasca Sarjana Universitas Galuh) A. Rumusan Konsep 1. Rumusan Konsep Ontologi Menurut bahasa, ontologi ialah berasal

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DAN FILSAFAT ILMU

PENGETAHUAN DAN FILSAFAT ILMU FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Modul ke: 09Fakultas Dr. PSIKOLOGI PENGETAHUAN DAN FILSAFAT ILMU H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id KONSEP PENGETAHUAN Dalam Encyclopedia of

Lebih terperinci

Langkah langkah Metode Ilmiah. Jenny Bashiruddin Dept THT FKUI/RSCM

Langkah langkah Metode Ilmiah. Jenny Bashiruddin Dept THT FKUI/RSCM Langkah langkah Metode Ilmiah Jenny Bashiruddin Dept THT FKUI/RSCM Hasrat ingin tahu manusia Secara alamiah manusia mempunyai hasrat ingin tahu, dan bertolak dari hasrat ingin tahu ini manusia berusaha

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU DAN CABANG FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 02Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

FILSAFAT ILMU DAN CABANG FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 02Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Modul ke: 02Fakultas Dr. PSIKOLOGI CABANG FILSAFAT H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id CABANG- CABANG FILSAFAT Standar Kompetensi Setelah perkualiahan

Lebih terperinci

KONSEP DASAR DAN HAKIKAT PENELITIAN

KONSEP DASAR DAN HAKIKAT PENELITIAN KONSEP DASAR DAN HAKIKAT PENELITIAN Konsep merupakan suatu gagasan atau ide yang relatif sempurna dan bermakna, suatu pengertian tentang suatu objek, produk subjektif yang berasal dari cara seseorang membuat

Lebih terperinci

Etika dan profesi humas

Etika dan profesi humas Etika dan profesi humas NURJANAH, M.SI Falsafah sbg landasan teoritis etika Kata Filsafat dari bhs Yunani Philosopia Philo atau philien artinya cinta Sophia artinya :kebenaran Scr istilah falisafat berarti:

Lebih terperinci

Etika dan Filsafat. Komunikasi

Etika dan Filsafat. Komunikasi Modul ke: Etika dan Filsafat Komunikasi Pokok Bahasan Fakultas Ilmu Komunikasi Pengantar Kepada Bidang Filsafat Dewi Sad Tanti, M.I.Kom. Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Pengantar Rasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam membina manusia yang memiliki penetahuan dan keterampilan,

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam membina manusia yang memiliki penetahuan dan keterampilan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikian pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukuan oleh manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini memiliki peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kunci sukses tidaknya suatu bangsa dalam pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya melakukan pembangunan di segala

Lebih terperinci

MAKALAH RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU

MAKALAH RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU MAKALAH RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Dosen Pembimbing: Dr. Hasaruddin Hafid, M.Ed Oleh: A. Syarif Hidayatullah PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN SENI RUPA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan esensi dari sebuah pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan esensi dari sebuah pendidikan. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan esensi dari sebuah pendidikan. Pendidikan dikatakan berhasil manakala hasil dari proses pembelajaran itu sendiri bermutu. Pembelajaran

Lebih terperinci

PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU. Ilmu Pendidikan

PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU. Ilmu Pendidikan PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU Ilmu Pendidikan Pendidikan sebagai Ilmu Pendidikan adalah fenomena yang fundamental atau asasi dalam hidup manusia dimana ada kehidupan disitu pasti ada pendidikan Pendidikan sebagai

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU ONTOLOGI EPISTOMOLOGI AKSIOLOGI. Prof. Dr. Almasdi Syahza, SE., MP. Ontologi Hakikat apa yang dikaji

FILSAFAT ILMU ONTOLOGI EPISTOMOLOGI AKSIOLOGI. Prof. Dr. Almasdi Syahza, SE., MP. Ontologi Hakikat apa yang dikaji FILSAFAT ILMU ONTOLOGI EPISTOMOLOGI AKSIOLOGI Prof. Dr. Almasdi Syahza, SE., MP Email: asyahza@yahoo.co.id Website: http://almasdi.unri.ac.id Ontologi Hakikat apa yang dikaji Ontologi adalah ilmu yang

Lebih terperinci

Bahasan Kajian Filsafat

Bahasan Kajian Filsafat PENGERTIAN FILSAFAT Secara etimologi istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani philein yang artinya cinta dan sophos yang artinya hikmah atau kebijaksanaan atau wisdom. Secara harfiah istilah filsafat

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU Karya : Jujun S. Suriasumatri Penerbit : Pustaka Sinar Harapan, Jakarta Tahun : 1984 (Cet. I) Tebal : 384 hlm

FILSAFAT ILMU Karya : Jujun S. Suriasumatri Penerbit : Pustaka Sinar Harapan, Jakarta Tahun : 1984 (Cet. I) Tebal : 384 hlm Contoh Book Review FILSAFAT ILMU Karya : Jujun S. Suriasumatri Penerbit : Pustaka Sinar Harapan, Jakarta Tahun : 1984 (Cet. I) Tebal : 384 hlm Oleh: Dr. Halid, M.Ag. (Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif

Lebih terperinci

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (Classroom Action Research)

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (Classroom Action Research) PENELITIAN TINDAKAN KELAS (Classroom Action Research) Oleh Elah Nurlaelah dan Siti Fatimah JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 1 PENELITIAN TINDAKAN KELAS I. KONSEP DASAR PTK

Lebih terperinci

Etika dan Filsafat. Komunikasi

Etika dan Filsafat. Komunikasi Modul ke: 02 Martina Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Etika dan Filsafat Komunikasi Komunikasi dan Filsafat Shalaty Putri, M.Si. Program Studi Advertising dan Marketing Communication Pengantar pada Filsafat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika berkedudukan sebagai ilmu dasar, ini

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Pembagian Bilangan Cacah melalui Metode Pemberian Tugas di Kelas II SD Inpres 3 Palasa

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Pembagian Bilangan Cacah melalui Metode Pemberian Tugas di Kelas II SD Inpres 3 Palasa Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Pembagian Bilangan Cacah melalui Metode Pemberian Tugas di Kelas II SD Inpres 3 Palasa Rina Oktavianti Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

KAJIAN INTERDISIPLIN DALAM PENELITIAN PENDIDIKAN SENI RUPA: SUBSTANSI KAJIAN DAN IMPLIKASI METODOLOGIS

KAJIAN INTERDISIPLIN DALAM PENELITIAN PENDIDIKAN SENI RUPA: SUBSTANSI KAJIAN DAN IMPLIKASI METODOLOGIS KAJIAN INTERDISIPLIN DALAM PENELITIAN PENDIDIKAN SENI RUPA: SUBSTANSI KAJIAN DAN IMPLIKASI METODOLOGIS Oleh: Eko Sugiarto Dosen Jurusan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang email

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iding Tarsidi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iding Tarsidi, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang mandiri... (UURI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas

Lebih terperinci

LANDASAN ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN. Oleh Agus Hasbi Noor

LANDASAN ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN. Oleh Agus Hasbi Noor LANDASAN ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN Oleh Agus Hasbi Noor Ilmu dan Proses Berpikir Ilmu atau sains adalah pengetahuan tentang fakta-fakta, baik natura atau sosial yang berlaku umum dan sistematik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting dalam mewujudkan suatu negara yang maju, maka dari itu orang-orang yang ada di dalamnya baik pemerintah itu sendiri atau masyarakatnya

Lebih terperinci

PENGUASAAN KETERAMPILAN MENJELASKAN DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBELAJARAN PADA MAHASISWA D-II PGSD

PENGUASAAN KETERAMPILAN MENJELASKAN DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBELAJARAN PADA MAHASISWA D-II PGSD PENGUASAAN KETERAMPILAN MENJELASKAN DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBELAJARAN PADA MAHASISWA D-II PGSD Elmia Umar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah berdasarkan kurikulum yang disusun oleh lembaga pendidikan. Menurut undang-undang sistem pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada titik di mana pelayanan itu harus dilakukan. Keberhasilan dalam upaya memberikan pelayanan optimal guru terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pada titik di mana pelayanan itu harus dilakukan. Keberhasilan dalam upaya memberikan pelayanan optimal guru terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru sebagai tenaga kependidikan dalam menjalankan fungsi pendidikan dilihat sebagai totalitas yang satu sama lain secara sinergi memberikan sumbangan terhadap

Lebih terperinci

EPISTIMOLOGI, ONTOLOGI, DAN AKSIOLOGI PENGETAHUAN FILSAFAT

EPISTIMOLOGI, ONTOLOGI, DAN AKSIOLOGI PENGETAHUAN FILSAFAT EPISTIMOLOGI, ONTOLOGI, DAN AKSIOLOGI PENGETAHUAN FILSAFAT Pengetahuan adalah sesuatu yang sangat vital dan krusial dalam masa kehidupan manusia. Berbagai kajian telah dilakukan untuk kepentingan pengembangan

Lebih terperinci

Pendahuluan Syarat agar dapat melakukan penelitian ilmiah dengan baik : 1. Paham konsep dasar ilmu pengetahuan (IP) 2. Menguasai metodologi penelitian

Pendahuluan Syarat agar dapat melakukan penelitian ilmiah dengan baik : 1. Paham konsep dasar ilmu pengetahuan (IP) 2. Menguasai metodologi penelitian Pengantar Metodologi Penelitian Pendahuluan Syarat agar dapat melakukan penelitian ilmiah dengan baik : 1. Paham konsep dasar ilmu pengetahuan (IP) 2. Menguasai metodologi penelitian Dua aspek tersebut

Lebih terperinci

BAB I Pengantar PLSBT. Dosen : Elly M. Setiadi

BAB I Pengantar PLSBT. Dosen : Elly M. Setiadi BAB I Pengantar PLSBT Dosen : Elly M. Setiadi BAB I Pengantar Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi (PLSBT) Bab ini memberikan dasar pemahaman tentang latar belakang lahirnya PLSBT, ruang lingkup

Lebih terperinci

Pendidikan Pancasila. Berisi tentang Pancasila sebagai Dasar Pengembangan Ilmu. Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke:

Pendidikan Pancasila. Berisi tentang Pancasila sebagai Dasar Pengembangan Ilmu. Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke: Modul ke: Pendidikan Pancasila Berisi tentang Pancasila sebagai Dasar Pengembangan Ilmu. Fakultas Fakultas Ekonomi Bisnis Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA.

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA. M.MA., MA. M.MA., MA. 09/01/2016 1 Manusia mencari kebenaran dengan menggunakan akal sehat (common sense) dan dengan ilmu pengetahuan. Ada empat hal pokok yang membedakan antara ilmu dan akal sehat. 1)

Lebih terperinci

Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP)

Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP) Standar Guru Penjas Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP) 1. Kompetensi Pedagogik 2. Kompetensi Kepribadian 3. Kompetensi Sosial 4. Kompetensi Profesional Kompetensi Pedagogik Menguasai karakteristik

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU. Drs. Dede Kosasih, M.Si.

FILSAFAT ILMU. Drs. Dede Kosasih, M.Si. FILSAFAT ILMU Drs. Dede Kosasih, M.Si. DEFINISI Pengetahuan : Persepsi subyek (manusia) atas obyek (riil dan gaib) atau fakta. Ilmu Pengetahuan : Kumpulan pengetahuan yang benar disusun dengan sistem dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian yang paling penting dalam membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian yang paling penting dalam membentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian yang paling penting dalam membentuk kualitas manusia. Dengan pendidikan manusia akan mendapatkan pengetahuan, wawasan, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal penting bagi peserta didik untuk menghadapi masa depannya. Pendidikan sekolah merupakan suatu proses kompleks yang mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.

Lebih terperinci

PARADIKMA BARU PEMBELAJARAN MATEMATIKA

PARADIKMA BARU PEMBELAJARAN MATEMATIKA PARADIKMA BARU PEMBELAJARAN MATEMATIKA Oleh: Dr. Supinah (Widyaiswara PPPPTK Matematika) A. PENDAHULUAN Orientasi pendidikan di Indonesia pada umumnya mempunyai ciri-ciri cenderung memperlakukan peserta

Lebih terperinci

Ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia sosial. yang mempelajari tentang manusia sebagai makhluk sosial.

Ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia sosial. yang mempelajari tentang manusia sebagai makhluk sosial. Ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia sosial. Ilmu sosial terdiri dari berbagai ilmu yang mempelajari tentang manusia sebagai makhluk sosial. Menurut objeknya ilmu dikelompokan menjadi

Lebih terperinci

M. Hamid Anwar, M. Phil.

M. Hamid Anwar, M. Phil. M. Hamid Anwar, M. Phil. Email: m_hamid@uny.ac.id Objek material Objek Formal : Pendidikan : Filsafat Philein/ Philos : Cinta Shopos/ Shopia : Kebijaksanaan Sebuah Upaya untuk mencapai kebijaksanaan dengan

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU PENGERTIAN ILMU KARAKTERISTIK ILMU Ernest van den Haag JENIS JENIS ILMU

DASAR-DASAR ILMU PENGERTIAN ILMU KARAKTERISTIK ILMU Ernest van den Haag JENIS JENIS ILMU DASAR-DASAR ILMU Ilmu adalah hal mendasar di dalam kehidupan manusia. Dengan ilmu manusia akan mengetahui hakikat dirinya dan dunia sekitarnya. Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang disusun secara sistematis

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MELALUI PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MELALUI PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MELALUI PENELITIAN TINDAKAN KELAS MAKALAH Disampaikan pada kegiatan Seminar Internasional di Bandung tanggal 25 Mei 2009 Oleh EPON NINGRUM JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

Lebih terperinci

MAKALAH PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU

MAKALAH PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU MAKALAH PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU Oleh : Septy Indriyani (15105244006) Teknologi Pendidikan A A. PENDAHULUAN Ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan berbagai metode berupa

Lebih terperinci

PANCASILA Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu

PANCASILA Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu Modul ke: 13Fakultas Ekonomi dan Bisnis PANCASILA Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu Panti Rahayu, SH, MH Program Studi Manajemen Ilmu Pengetahuan berlandaskan Pancasila Pengembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu Negara dikelilingi bangsa yang mempunyai kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu Negara dikelilingi bangsa yang mempunyai kualitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan proses belajar akan terus terjadi dengan semakin berkembangnya zaman. Belajar tidak hanya di pendidikan formal saja, melainkan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hanna Amalia Mustopa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hanna Amalia Mustopa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk Tuhan YME yang kompleks, unik dan diciptakan dalam integrasi dua substansi yang tidak dapat berdiri sendiri. Substansi pertama disebut

Lebih terperinci

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan dasar bagi pengetahuan manusia. Bahasa juga dikatakan sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap manusia dengan yang lain. Sebagai alat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Selatan dengan berjumlah siswa 30 orang, terdiri dari laki-laki. berjumlah 13 orang dan perempuan berjumlah 17 orang.

BAB III METODE PENELITIAN. Selatan dengan berjumlah siswa 30 orang, terdiri dari laki-laki. berjumlah 13 orang dan perempuan berjumlah 17 orang. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian 3.1.1 Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas V dengan pertimbangan siswa kelas IV sebagai subjek penelitian awal naik kelas menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah serangkaian usaha untuk pengembangan atau kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah serangkaian usaha untuk pengembangan atau kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah serangkaian usaha untuk pengembangan atau kemajuan bangsa. Pengembangan bangsa itu akan dapat diwujudkan secara nyata dengan melakukan usaha-usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Tanpa adanya pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Tanpa adanya pendidikan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek terpenting dalam kehidupan guna membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Tanpa adanya pendidikan, manusia tidak akan pernah

Lebih terperinci

pendidikan dasar, yaitu pendidikan di SD dan SMP. Prinsip dasar filosofis, sosiologis, anthropologis, psikologis, pedagogis, yuridis, ideologis, dan

pendidikan dasar, yaitu pendidikan di SD dan SMP. Prinsip dasar filosofis, sosiologis, anthropologis, psikologis, pedagogis, yuridis, ideologis, dan ix S Tinjauan Mata Kuliah ebagaimana ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1, ayat 1, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB 4 FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN

BAB 4 FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN BAB 4 FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN Agung Suharyanto,M.Si PSIKOLOGI - UMA 2017 DEFINISI Pengetahuan : Persepsi subyek (manusia) atas obyek (riil dan gaib) atau fakta. Ilmu Pengetahuan : Kumpulan pengetahuan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA I. VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Program Studi Pendidikan Bahasa berdiri sejak tahun 2001. Secara perlahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang diharapkan, hal ini dikarenakan oleh banyak komponen yang mempengaruhi mutu tersebut. Komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. masalah penelitian hanya dapat dijawab berdasarkan temuan-temuan data empiris dari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. masalah penelitian hanya dapat dijawab berdasarkan temuan-temuan data empiris dari BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian adalah sebuah cara untuk menemukan jawaban dari rumusan masalah dengan menggunakan prosedur yang sistematis dan ilmiah. Rumusan masalah penelitian hanya dapat dijawab

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas (classroom reaseach).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas (classroom reaseach). BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas (classroom reaseach). Masalah penelitian yang harus dipecahkan berasal dari persoalan praktik pembelajaran

Lebih terperinci

Teori-teori Kebenaran Ilmu Pengetahuan. # Sesi 9, Kamis 16 April 2015 #1

Teori-teori Kebenaran Ilmu Pengetahuan. # Sesi 9, Kamis 16 April 2015 #1 Teori-teori Kebenaran Ilmu Pengetahuan # Sesi 9, Kamis 16 April 2015 #1 Teori-teori kebenaran yang telah dikemukakan para filosuf: 1. Teori idealisme 2. Teori rasionalisme 3. Teori rasio murni (reinen

Lebih terperinci

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd A. PENDAHULUAN Banyak pertanyaan dari mahasiswa tentang, bagaimana menjadi konselor professional? Apa yang harus disiapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai tanggung jawab besar dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh sebab itu, hampir

Lebih terperinci

Mulyo Wiharto Axiology Keilmuan AXIOLOGY KEILMUAN. Oleh: Mulyo Wiharto Dosen Fisioterapi UIEU

Mulyo Wiharto Axiology Keilmuan AXIOLOGY KEILMUAN. Oleh: Mulyo Wiharto Dosen Fisioterapi UIEU AXIOLOGY KEILMUAN Oleh: Mulyo Wiharto Dosen Fisioterapi UIEU mulyo.wiharto@indonusa.ac.id ABSTRAK Setiap ilmu pengetahuan memiliki aspek ontology, epistemology dan axiology. Ontology berbicara tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kemajuan sebuah bangsa dan negara. Apabila pendidikan di suatu negara sudah berjalan dengan baik, maka negara

Lebih terperinci

PENERAPAN MEDIA GAMBAR DALAM MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

PENERAPAN MEDIA GAMBAR DALAM MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENERAPAN MEDIA GAMBAR DALAM MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA NEGERI 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang mendukung kemajuan bangsa dan Negara sebagaimana tercantum di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting dalam meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting dalam meningkatkan kualitas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu komponen penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan pula berbagai aspek kehidupan dikembangkan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan kepemimpinan saat ini adalah menghadapi perubahan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan kepemimpinan saat ini adalah menghadapi perubahan lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tantangan kepemimpinan saat ini adalah menghadapi perubahan lingkungan yang cepat berubah dengan percepatan (acceleration) yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah seharusnya merupakan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini sistem pendidikan masih cenderung mengarah pada dua

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini sistem pendidikan masih cenderung mengarah pada dua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama ini sistem pendidikan masih cenderung mengarah pada dua masalah pokok, yakni 1) bagaimana mengadaptasikan dengan benar kurikulum dan metode pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan dihampir semua aspek kehidupan manusia, termasuk dalam pendidikan formal. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB III 3. METODE PENELITIAN

BAB III 3. METODE PENELITIAN BAB III 3. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis, Setting dan Subjek Penelitian 3.1.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) istilah dalam Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia harus menapaki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada tahun 2013 mengimplementasikan kurikulum baru sebagai penyempurnaan kurikulum sebelumnya

Lebih terperinci

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI Oleh NIM : Boni Andika : 10/296364/SP/23830 Tulisan ini berbentuk critical review dari Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Filsafat, Teori dan Metodologi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar Belajar adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan dengan sadar oleh seseorang ditandai adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman dan latihan, baik

Lebih terperinci

FALSAFAH EKONOMI ISLAM DAN EKONOMI ISLAM SEBAGAI SISTEM ANALISIS (ILMU) Pertemuan ke-3 Filsafat & Pemikiran Ekonomi Islam PASCASARJANA STEI TAZKIA

FALSAFAH EKONOMI ISLAM DAN EKONOMI ISLAM SEBAGAI SISTEM ANALISIS (ILMU) Pertemuan ke-3 Filsafat & Pemikiran Ekonomi Islam PASCASARJANA STEI TAZKIA FALSAFAH EKONOMI ISLAM DAN EKONOMI ISLAM SEBAGAI SISTEM ANALISIS (ILMU) Pertemuan ke-3 Filsafat & Pemikiran Ekonomi Islam PASCASARJANA STEI TAZKIA PARAMETER ILMU Eksistensi material sebuah ilmu secara

Lebih terperinci

SARANA BERFIKIR ILMIAH

SARANA BERFIKIR ILMIAH SARANA BERFIKIR ILMIAH Manusia merupakan makhluk yang berakal inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya seperti hewan dan tumbuhan, jin bahkan malaikat sekalipun. Dengan akal yang dimilikinya,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

PEDOMAN STRUKTUR DAN SUBSTANSI SISTEMATIKA USULAN DAN LAPORAN PTK PRODI PGSD JURUSAN PEDAGOGIK FIP UPI

PEDOMAN STRUKTUR DAN SUBSTANSI SISTEMATIKA USULAN DAN LAPORAN PTK PRODI PGSD JURUSAN PEDAGOGIK FIP UPI 1 PEDOMAN STRUKTUR DAN SUBSTANSI SISTEMATIKA USULAN DAN LAPORAN PTK PRODI PGSD JURUSAN PEDAGOGIK FIP UPI A. DEFINISI Penelitian Tindakan pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika yang

Lebih terperinci

PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK

PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK 31 Jurnal Sains Psikologi, Jilid 6, Nomor 1, Maret 2017, hlm 31-36 PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK Fadhil Hikmawan Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada fadhil_hikmawan@rocketmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan pada studi ini adalah pendekatan kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah

Lebih terperinci

PENINGKTAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SISWA KELAS V SD KARTIKA XX-1 KOTA MAKASSAR

PENINGKTAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SISWA KELAS V SD KARTIKA XX-1 KOTA MAKASSAR PENINGKTAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SISWA KELAS V SD KARTIKA XX-1 KOTA MAKASSAR Syahrun Kepala SD Kartika XX-1 Abstrak:. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan siswa diharapkan memiliki kecakapan baik intelektual,

Lebih terperinci

ILMU DAN PENELITIAN Sub Pembahasan : 1) Ilmu dan Penalaran 2) Penelitian ilmiah 3) Proposisi dan Teori Dalam Penelitian 4) Metode Penelitian

ILMU DAN PENELITIAN Sub Pembahasan : 1) Ilmu dan Penalaran 2) Penelitian ilmiah 3) Proposisi dan Teori Dalam Penelitian 4) Metode Penelitian ILMU DAN PENELITIAN Sub Pembahasan : 1) Ilmu dan Penalaran 2) Penelitian ilmiah 3) Proposisi dan Teori Dalam Penelitian 4) Metode Penelitian tedi - last 08/16 Ilmu. Ilmu adalah pengetahuan tentang fakta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu diantara masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak diperbincangkan adalah rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dari rendahnya

Lebih terperinci

MATEMATIKA DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR

MATEMATIKA DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR MATEMATIKA DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR Tatang Herman Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Sejak puluhan tahun yang lalu perubahan secara substansial baik

Lebih terperinci