BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatan hasil belajar dan melihat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatan hasil belajar dan melihat"

Transkripsi

1 38 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meningkatan hasil belajar dan melihat retensi siswa dengan menggunakan strategi peta konsep. Data penelitian diperoleh dari teknik tes yang digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa serta melihat penurunan retensi. Pengambilan data penelitian dan hasil belajar biologi menggunakan lembar observasi kegiatan guru dan lembar observasi aktivitas siswa selama proses pembelajran berlangsung, serta evaluasi pada setiap akhir siklus, sedangkan untuk melihat prosentase penurunan retensi dan prosentase skor retensi dilakuan tes kembali 2 minggu setelah posttes dengan menggunakn soal yang sama. Selain itu juga, data penelitian diperoleh dari dua siklus, yaitu siklus 1 dengan 2 kali pertemuan dan siklus 2 dengan 2 kali pertemuan. Hasil penelitian berupa deskripsi pelaksaan tindakan, deskripsi data, pengujian hipotesis, dan pembahasan dapat dirinci sebagai berikut : Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Gorontalo. Kelas yang dikenai tindakan adalah kelas XI IPA 3 dengan jumlah siswa keseluruhan 34, yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 26 siswa perempuan. Kelas ini dipilih sebagai kelas tindakan karena berdasarkan studi awal dan informasi dari guru mata pelajaran biologi yang menyatakan bahwa kelas tersebut merupakan salah satu kelas yang hasil belajarnya masih rendah, karena kurangnya pengulangan belajar dirumah.

2 39 Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan 2 siklus yaitu setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Siklus 1 pertemuan I membahas tentang materi sel saraf (Neuron), pertemuan II membahas tentang susunan system saraf. Siklus 2 pertemuan 1 membahas tentang saraf tepi dan saraf otonom dan pertemuan 2 membahas tentang penyakit dan kelainan pada system saraf. Setelah dilaksanakan tindakan maka di laksanakan tes evaluasi pada akhir siklus untuk melihat hasil belajar dan retensi siswa, sedangkan dalam proses belajar digunakan lembar observasi baik aktivitas guru maupun siswa Siklus I Pelaksanaan penelitian ini dilakukan oleh peneliti sendiri dengan menggunakan pendekatan dalam pembelajaran yaitu melalui strategi belajar peta konsep. Pada siklus I dilaksanakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah di siapkan dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran (2x45 menit) dan 3 jam pelajaran (3x45 menit). Adapun tahapan kegiatan dalam pelaksanaan tindakan siklus I dengan menggunakan strategi belajar peta konsep sebagai berikut: 1. Kegiatan Pendahuluan, Pada kegiatan pendahuluan ini, guru mengucapkan salam pembuka, pengecekan kehadiran siswa, memberikan motivasi dan apersepsi. Hal ini dimaksudkan untuk menggali pengetahuan awal siswa pada materi yang akan di pelajari. Selanjutnya guru menuliskan topik materi yang akan dipelajari sekaligus menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

3 40 2. Kegiatan Inti, Pada kegiatan inti ini, guru melakukan tahapan kegiatan yaitu strategi belajar peta konsep dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Siswa memperhatikan guru menyampaikan gambaran umum dari materi yang akan dipelajari. b. Siswa memperhatikan guru memodelkan strategi belajar peta konsep menggunakan langkah-langkah dalam membuat peta konsep, dengan menggunakan materi yang akan dipelajari. 1) Memilih suatu bahan bacaan, 2) Menentukan konsep-konsep yang relevan, 3) Mengurutkan konsep-konsep dari yang inklusif ke yang kurang inklusif 4) Menyusun konsep-konsep tersebut dalam suatu bagan, konsep yang inklusif diletakkan di bagian atas atau puncak bagan tersebut c. Guru membagikan LKS ke masing-masing kelompok d. Siswa di bawah bimbingan guru, melakukan strategi belajar peta konsep menggunakan langkah-langkah dalam membuat peta konsep, dengan mengerjakan lembar kerja siswa. e. Setelah selesai pembuatan peta konsep oleh seluruh peserta didik, maka dilakukan pembelajaran generatif, yaitu siswa aktif mempresentasikan hasil peta konsep yang dibuat kepada teman-temannya dalam kelas secara bergantian. f. Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menjelaskan kembali materi yang belum jelas oleh peserta didik.

4 41 g. Guru melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang belum di katahui siswa h. Melakukan penilaian atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram. 3. Kegiatan Penutup, Dalam kegiatan penutup ini guru memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, guru bersama-sama dengan peserta didik menyimpulkan materi, memberikan tes evaluasi dan memberikan salam penutup Proses Belajar pada Siklus 1 Pertemuan ke-1 Pertemuan pertama ini diawali dengan perkenalan antar siswa dengan guru, sekaligus memberikan penjelasan singkat mengenai materi yang akan di pelajari. Selanjutnya, guru dan siswa melakukan proses belajar mengajar sesuai aturan yang telah di susun pada alur peta konsep. Sebelum siswa dibagi kelompok, guru terlebih dahulu memodelkan strategi belajar peta konsep dengan menggunakan langkah-langkah dalam membuat peta konsep. Kemudian siswa dibagikan kelompok secara heterogen yang setiap kelompok beranggotakan 5-6 orang. Kelompok yang telah terbentuk mengutuskan ketua-ketua kelompoknya untuk menjemput alat dan bahan yang digunakan pada saat diskusi kelompok dalam rangka membuat peta konsep. Waktu yang di berikan oleh guru pada saat membuat peta konsep yaitu 20 menit. Dalam waktu tersebut siswa aktif berdiskusi pada kelompok masingmasing, selanjutnya siswa akan mempresentasekan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas sesuai kelompok yang mendapat giliran saat diundi. Berikut ini hasil proses diskusi kelas oleh kelompok yang telah diundi:

5 42 Presentase dari kelompok 2 Kelompok ini mempresentasikan hasil pembuatan peta konsep dengan materi sel Neuron. Setelah mempresentasikan, ada pertanyaan yang di sampaikan oleh kelompok lain, yaitu: Pertanyaan 1) Apa perbedaan antara Neuron multipolar, Neuron bipolar, dan Neuron unipolar? (Kelompok 1) 2) Jelaskan fungsi dari nodus ranvier dan selaput myelin? (Kelompok 5) Jawaban 1) Perbedaannya, karena Neuron Multipolar memiliki lebih dari 2 juluran, Neuro Bipolar memiliki satu akson dan satu dendrit sedangkan, Neuron Unipolar membentuk huruf T. Tambahan Jawaban Oleh Peneliti Siswa yang menjawab pertanyaan tersebut harus menjelaskan mengenai fungsi dari masing-masing Neuron yaitu: Neuron multipolar yang berfungsi menghubungkan saraf motorik dan sensorik dalam saraf pusat, Nuron bipolar berfungsi: Menghantarkan impuls berupa rangsang dari reseptor (penerima rangsang) menuju saraf pusat, dan Neuron unipolar yang berfungsi mengirim impuls berupa tanggapan (respon) dari saraf pusat menuju efektor (otot atau kelenjar) 2) Nodus Ranvier berfungsi mempercepat jalannya rangsangan. Selubung myelin berfungsi melindungi akson dari bahaya dan memberi nutrisi.

6 43 Setelah berakhirnya diskusi kelas, guru memberi penguatan materi kepada seluruh siswa. Pada Siklus 1 pertemuan 1 seharusnya pengambilan nomor yang telah di undi adalah 2 kelompok, namun dengan keterbatasan waktu sehingga, kelompok yang mempretasikan hasil diskusi kelompoknya yaitu kelompok 2. Hasil pembuatan peta konsep dari masing-masing kelompok masih terdapat kekurangan yakni: pada penggunaan kata penghubung dan konsep yang di susun Proses Belajar pada Siklus 1 Pertemuan ke-2 Kegiatan pembelajaran pada pertemuan ke-2 ini, di awali dengan tanya jawab mengenai hal-hal yang belum di mengerti pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya, guru memberikan penjelasan singkat mengenai materi yang akan di pelajari. Seperti halnya dengan pertemuan 1, guru dan siswa melakukan proses belajar mengajar sesuai aturan yang telah di susun pada alur peta konsep. Sebelum memulai diskusi pada masing-masing kelompok, guru terlebih dahulu memodelkan strategi peta konsep dengan menggunakan langkah-langkah dalam membuat peta konsep. Kemudian siswa yang telah dibagikan kelompok pada pertemuan pertama mulai bergabung dengan anggota kelompoknya. Ketua kelompok menjemput alat dan bahan yang digunakan pada saat diskusi kelompok dalam rangka membuat peta konsep. Waktu yang diberikan oleh guru pada saat membuat peta konsep yaitu 20 menit. Dalam waktu tersebut siswa aktif berdiskusi pada kelompok masingmasing, selanjutnya siswa akan mempresentasekan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas sesuai kelompok yang mendapat giliran saat diundi. Berikut ini hasil proses diskusi kelas oleh kelompok yang telah diundi:

7 44 Presentasi dari Kelompok 1 Kelompok ini mempresentasikan hasil pembuatan peta konsep dengan materi Sistem Saraf Pusat. Setelah mempresentasikan, ada pertanyaan yang di sampaikan oleh kelompok lain, yaitu: Pertanyaan 1) Apa yang terjadi jika salah satu lobus pada bagian otak kita terganggu? Dan berikan contoh! (Kelompok 3) 2) Kenapa ketika orang yang terkena pukulan di bagian tengkuk akan cepat pingsan? (Kelompok 6) 3) Apa fungsi dari Hipotalamus dan Talamus? (Kelompok 4) Jawaban 1) Jika salah satu lobus pada bagian otak mengalami gangguan, maka fungsi dari lobus tersebut akan terganggu. Misalnya pada Lobus oksipital, yang fungsinya sebagai pengatur pusat penglihatan apabila lobus tersebut terganggu maka pusat penglihatan juga akan terganggu. 2) Karena di bagian tengkuk terletak otak kecil yang berfungsi koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Apabila pada bagian tengkuk terkena pukulan (rangsangan yang berbahaya) maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan, hal inilah yang menyebabkan orang tersebut cepat pingsan. 3) Thalamus berfungsi menerima impuls dari reseptor sensorik menyampaikan informasinya ke bagian yang tepat di serebrum, sedangkan

8 45 Hipotalamus berfungsi mengatur suhu tubuh rasa lapar, haus, marah, dan lelah. Setelah berakhirnya diskusi kelas, guru memberi penguatan materi kepada seluruh siswa. Pada Siklus 1 pertemuan 2 yang telah di undi adalah 2 kelompok, namun dengan keterbatasan waktu sehingga, kelompok yang mempretasikan hasil diskusi kelompoknya yaitu kelompok 1. Hasil pembuatan peta konsep dari masing-masing kelompok sudah mengalami peningkatan dalam menggunakan kata penghubung. Namun, masih terdapat kekeliruan dalam penyusunan konsep pada beberapa kelompok. Hasil buatan peta konsep dari masing-masing siswa sebagai tugas individu dapat diketahui yang termausk dalam kategori sangat baik yaitu 6 orang siswa. Kemudian kategori baik terdiri dari 24 orang siswa, sedangkan 4 orang siswa termasuk dalam kategori cukup. Akumulasi nilai peta konsep dari siklus I dapat dilihat pada tabel 4.8, halaman Hasil Observasi Kegiatan Belajar Mengajar Untuk melihat data hasil kegiatan guru dan siswa pada siklus I data di lihat pada tabel 4.1 sebagai berikut: Tabel 4.1 Hasil Observasi Kegiatan Guru pada Siklus I Siklus Pertemuan Skor Presentase Aktivitas 1 88,9 % 1 I 0 11,1 % 1 92,6 % 2 0 7,4 % Sumber: Hasil Observasi Kegiatan Guru pada Siklus I, 2013 Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dilihat pada siklus I (pertemuan 1 dan 2) rata-rata aktivitas guru yang terlaksana dari 27 aspek adalah 88,9 % dan yang tidak terlaksana dalam proses pembelajaran adalah 11,1 %. Kemudian, pada siklus

9 46 I pertemuan 2 meningkat menjadi 92,6 % dari 27 aspek yang terlaksana dan 7,4 % aspek yang tidak terlaksana. Hal ini dapat terjadi karena, pada pertemuan pertama guru belum maksimal dalam mengontrol kegiatan siswa selama berlangsungnya pembelajaran, namun pada pertemuan kedua beberapa aspek yang dinilai sudah mengalami peningkatan. Untuk melihat data hasil kegiatan siswa pada siklus I dapat di lihat pada tabel 4.2 sebagai berikut: Tabel 4.2 Hasil Observasi Kegiatan Siswa Pada Siklus I Siklus Pertemuan Skor Presentase Aktivitas 1 83,3 % ,7 % I 1 88,9 % ,1 % Sumber: Hasil Observasi Kegiatan Siswa pada Siklus I, 2013 Merujuk pada tabel diatas dapat dilihat pada siklus I (pertemuan 1 dan 2) rata-rata aktivitas siswa yang terlaksana pada pertemuan pertama adalah 83,3 % dari 18 aspek, sedangkan aspek yang tidak terlaksana adalah 16,7 %. Kemudian meningkat menjadi 88,9 % untuk aspek yang terlaksana dan aspek yang tidak terlaksana pada pertemuan ke dua adalah 11,1 %. Pada siklus I pertemuan pertama dan ke dua aktivitas siswa dalam pembelajaran belum maksimal, hal ini dapat dilihat dari beberapa aspek yang belum terlaksana Hasil Belajar Siswa Untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa ditentukan berdasarkan hasil evaluasi siklus I dan siklus II. Hasil analisis ketuntasan belajar siswa secara individu dan secara klasikal di siklus I pada materi system saraf di kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2 Gorontalo selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

10 47 Tabel 4.3 Ketuntasan Belajar Siswa pada siklus I setelah Penerapan Strategi Peta Konsep di kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2 Gorontalo Ketuntasan Siklus Jumlah Individual Persen Kategori Siswa Tuntas Tidak Tuntas klasikal I (79.41 %) 7 (20.58 %) 27 (79.41 %) Belum Tuntas Sumber: Hasil Analisis Penelitian, 2013 Dari tabel diatas dapat dilihat hasil belajar siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2 Gorontalo. Pada evaluasi siklus I siswa yang tuntas sebanyak 27 orang (79.41 %) dan yang tidak tuntas 7 orang (20.58 %). Berdasarkan hasil yang di peroleh, maka dapat dikategorikan bahwa hasil belajar siswa pada siklus I belum mencapai kriteria ketuntasan yang diharapkan Refleksi Siklus I Berdasarkan hasil analisis pengamatan lembar obsevasi kegiatan guru dan siswa pada Siklus I yang dilakukan selama dua kali pertemuan sudah cukup baik, namun masih terdapat beberapa aspek yang belum terlaksana dalam proses pembelajaran dengan menggunakan peta konsep. Kemudian, evaluasi hasil belajar siswa pada siklus I belum mencapai kriteria keberhasilan yang di harapkan. Adapaun aspek yang belum terlaksana pada lembar observasi kegiatan guru dapat di lihat sebagai berikut: a. Guru pada saat menjelaskan materi, tidak mengaitkan materi yang dipelajari dengan pengetahuan yang relevan. b. Guru tidak melakukan pemantauan pada masing-masing kegiatan siswa. c. Guru tidak melakukan pemanggilan kelompok yang mempresentasi sesuai dengan hasil undian.

11 48 Aspek yang belum terlaksana pada lembar observasi kegiatan siswa dapat di lihat sebagai berikut: a. Siswa tidak mencatat tujuan pembelajaran yang di sampaikan oleh guru b. Siswa tidak membuat catatan-catatan kecil terhadap materi yang dianggap penting c. Siswa tidak memperhatikan tugas yang disampaikan oleh guru Untuk hasil evaluasi pada siklus I, masih terdapat beberapa siswa yang belum tuntas yaitu 7 siswa. Dari hasil refleksi siklus I, maka perencanaan perbaikkan yang akan peneliti lakukan pada siklus II untuk memperbaiki hal-hal yang belum terlaksana di siklus I Siklus II Berdasarkan hasil refleksi dari siklus I, masih ditemukan kekurangankekurangan maka akan diperbaiki pada siklus II, baik pada kegiatan aktivitas guru maupun siswa selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Pada siklus II dilaksanakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah di siapkan dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran (2x45 menit) dan 3 jam pelajaran (3x45 menit). Adapun tahapan kegiatan dalam pelaksanaan tindakan siklus II dengan menggunakan strategi pembelajaran peta konsep sebagai berikut: 1. Kegiatan Pendahuluan, guru mengucapkan salam pembuka, pengecekan kehadiran siswa, memberikan motivasi dan apersepsi. Hal ini dimaksudkan untuk menggali pengetahuan awal siswa pada materi yang akan di pelajari.

12 49 Selanjutnya guru menuliskan topik materi yang akan dipelajari sekaligus menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. 2. Kegiatan Inti, guru melakukan tahapan kegiatan yaitu strategi belajar Peta Konsep dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Siswa memperhatikan guru menyampaikan gambaran umum dari materi yang akan dipelajari. b. Siswa memperhatikan guru memodelkan strategi belajar peta konsep menggunakan langkah-langkah dalam membuat peta konsep, dengan menggunakan materi yang akan dipelajari. 1) Memilih suatu bahan bacaan, 2) Menentukan konsep-konsep yang relevan, 3) Mengurutkan konsep-konsep dari yang inklusif ke yang kurang inklusif 4) Menyusun konsep-konsep tersebut dalam suatu bagan, konsep yang inklusif diletakkan di bagian atas atau puncak bagan tersebut c. Guru membagikan LKS ke masing-masing kelompok d. Siswa di bawah bimbingan guru, melakukan strategi belajar peta konsep menggunakan langkah-langkah dalam membuat peta konsep, dengan mengerjakan lembar kerja siswa. e. Setelah selesai pembuatan peta konsep oleh seluruh peserta didik, maka dilakukan pembelajaran generatif, yaitu siswa aktif mempresentasikan hasil sub peta konsep yang dibuat kepada teman-temannya dalam kelas secara bergantian.

13 50 f. Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menjelaskan kembali materi yang belum jelas oleh peserta didik. g. Guru melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang belum di katahui siswa h. Melakukan penilaian atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram; 3. Kegiatan Penutup, guru memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, guru bersama-sama dengan peserta didik menyimpulkan materi, memberikan tes evaluasi dan memberikan salam penutup Proses Belajar pada Siklus II Pertemuan ke-1 Materi yang akan di bahas pada pertemuan kali ini adalah Sistem Saraf Tepi yang di awali dengan tanya jawab mengenai hal-hal yang berkaitan dengan materi hari ini. Selanjutnya, guru memberikan penjelasan singkat mengenai materi yang akan di pelajari. Sama halnya dengan pertemuan sebelumnya, guru dan siswa melakukan proses belajar mengajar sesuai aturan yang telah di susun pada alur peta konsep. Sebelum memulai pelajaran, guru terlebih dahulu memodelkan strategi belajar peta konsep dengan menggunakan langkah-langkah dalam membuat peta konsep. Kemudian kelompok yang telah terbentuk, mulai bergabung dengan anggota kelompoknya dan ketua kelompok masing-masing menjemput alat dan bahan yang digunakan pada saat diskusi kelompok dalam rangka membuat peta konsep. Berikut ini diskusi kelas yang akan di lanjutkan oleh kelompok yang diundi:

14 51 a. Presentasi dari kelompok 3 Kelompok ini mempresentasikan hasil pembuatan peta konsep dengan materi Sistem Saraf Tepi. Setelah mempresentasikan, ada pertanyaan yang di sampaikan oleh kelompok lain, yaitu: Pertanyaan 1) Berdasarkan arah impuls yang di bawahnya, system saraf tepi terbagi atas 2 bagian, Jelaskan! (Kelompok 4) 2) Bagaimana kita bisa membedakan antara proses gerak refleks dan gerak biasa? (Kelompok 6) Jawaban 1) Berdasarkan arah impuls yang di bawanya, system saraf dibedakan atas system saraf aferen dan eferen. Dimana, system saraf aferen yaitu membawa impuls dari reseptor menuju system saraf pusat. Sedangkan, system saraf eferen yaitu membawa impuls dari system saraf pusat ke efektor. 2) Gerak biasa yaitu gerak yang langsung dikendalikan di otak, sedangkan gerak refleks yaitu gerak yang tidak dikendalikan di otak tetapi dikendalikan di sumsum tulang belakang, namun gerakan yang terjadi dapat di ketahui oleh otak setelah pada saat impuls diberikan oleh sel penghubung ke sel saraf motorik saat itupula impuls diteruskan ke otak

15 52 b. Presentasi dari kelompok 4 Pertanyaan 1) Jelaskan prinsip penghantaran impuls melalui neuron dan sinaps? (Kelompok 6) 2) Kenapa pada saat seseorang berolahraga jantungnya berdenyut sangat cepat? (Kelompok 3) Jawaban 1) Penghantaran impuls melalui neuron karena adanya perbedaan muatan listrik pada bagian luar dan bagian dalam membran serabut saraf. Pada saat keadaan polarisasi, bagian luar membran serabut saraf bermuatan positif. Sementara itu, bagian dalam serabut membran bermuatan listrik negatif. Ketika menerima rangsangan berupa impuls permukaan luar membran serabut saraf bermuatan negative dan permukaan dalamnya bermuatan positif (keadaan ini disebut depolarisasi). Impuls kemudian diteruskan ke neuron dan akhirnya menuju sumsum tulang belakang dan otak. Selanjutnya diolah oleh oatk dan sumsum tulang belakang sehingga timbul tanggapan/respon yang kemudian diteruskan ke neuron motorik hingga ke efektor. Penghantaran impuls melalui sinaps, apabila impuls telah sampai di ujung akson, maka ujung akson tersebut akan melepaskan zat neurotransmitter yang berfungsi menghantarkan impuls ke ujung dendrit neuron berikutnya. Kemudian, neurotransmitter menerima impuls untuk dibawa ke presinapsis, menyebrangi celah sinapsis dan menuju membran

16 53 postsinapsis. Akhirnya membran tersebut mengalami depolarisasi sehingga impuls diteruskan ke saraf lainnya. 2) Karena pada saat berolahraga, tubuh akan memerlukan lebih banyak energi untuk aktivitas otot. Energi yang diperlukan tubuh diperoleh melalui proses respirasi seluler. Semakin lama berolahraga maka energi yang diperlukan juga akan semakin besar. Kebutuhan energi ini mengakibatkan tubuh akan membutuhkan lebih banyak oksigen untuk pembakaran dan sebagai hasil samping maka tubuh juga memproduksi lebih banyak karbondioksida. Selain itu, jumlah darah yang diedarkan juga meningkat. Hal ini dapat menyebabkan jantung berdenyut sangat cepat. Setelah berakhirnya diskusi kelas, guru memberi penguatan materi kepada seluruh siswa. Pada Siklus 2 pertemuan 1 yang telah di undi adalah 2 kelompok, dan kelompok tersebut siap mempretasikan hasil pembuatan peta konsep yakni kelompok 3 dan 4. Hasil pembuatan peta konsep dari masing-masing kelompok sudah mengalami peningkatan dalam menggunakan kata penghubung, penyusunan konsep dan arah panahnya Proses Belajar pada Siklus II Pertemuan ke-2 Pada pertemuan Ke-2 Siklus II ini dengan materi yang akan di bahas adalah penyakit dan kelainan pada system saraf yang di awali dengan tanya jawab mengenai hal-hal yang berkaitan dengan materi pada hari ini. Selanjutnya, guru memberikan penjelasan singkat mengenai materi yang akan di pelajari. Sama halnya dengan pertemuan sebelumnya, guru dan siswa melakukan proses belajar

17 54 mengajar sesuai aturan yang telah di susun pada alur peta konsep. Sebelum memulai pelajaran, guru terlebih dahulu memodelkan strategi belajar peta konsep dengan menggunakan langkah-langkah dalam membuat peta konsep. Kemudian kelompok yang telah terbentuk, mulai bergabung dengan anggota kelompoknya dan ketua kelompok masing-masing menjemput alat dan bahan yang digunakan pada saat diskusi kelompok dalam rangka membuat peta konsep. Berikut ini diskusi kelas yang akan di lanjutkan oleh kelompok yang diundi: a. Presentasi dari kelompok 6 Pertanyaan 1) Virus apa yang dapat menyebabkan penyakit epilepsy? (Kelompok 1) 2) Bagaimana cara pengobatannya, jika seseorang sudah terkena epilepsy? (Kelompok 5) Jawaban 1) Epilepsy tidak termasuk penyakit yang disebabkan oleh virus tetapi, kelainan yang ditandai dengan timbulnya kejang-kejang yang tidak terkendali. Kelainan epilepsy ini dicirikan dengan adanya serangan pada Neuron Motorik atau Sensorik secara berulang-ulang yang dapat mengakibatkan otot-otot rangka berkontraksi dan tidak terkontrol. 2) Epilepsy dapat di atasi dengan pemberian obat-obatan anti epilepsy, misalnya phenytoin.

18 55 b. Presentasi Kelompok 5 Pertanyaan 1) Mengapa jika seseorang yang menderita penyakit strok, maka sebagian tubunya akan mati rasa? (Kelompok 3) 2) Kenapa penyakit Alzemeir hanya terkena pada orang dewasa? (Kelompok 4) Jawaban 1) Hal ini dapat terjadi karena fungsi dari belahan otak kiri dan kanan berbeda, dimana belahan otak kiri mengatur gerakan tubuh bagian kanan sedangkan belahan otak kanan mengatur gerakan tubuh bagian kiri. Apabila tubuh bagian kanan tidak dapat digerakkan maka, belahan otak kanan tidak berfungsi lagi begitu pula sebaliknya. 2) Penderita alzemeir di tandai dengan bingung dan pelupa, sering mengulang pertanyaan-pertanyaan yang sama dan tersesat ketika berada di tempat-tempat yang sering mereka kunjungi. Oleh karena itu, penyakit Alzheimer merupakan penyakit yang merusak dan menimbulkan kelumpuhan terjadi terutama menyerang orang yang berusia diatas 65 tahun tapi tidak menutup kemungkinan dapat juga menyerang anakanak, bahkan bayi. Hal ini bisa terjadi karena penyakit Alzheimer mengalami banyak kehilangan neuron-neuron hipokarpus dan korteks tanpa disertai kehilangan parenkim otak, juga terdapat kekusutan neuro fibrilar.

19 56 Pada Siklus II pertemuan 2 yang telah di undi adalah 2 kelompok, yaitu kelompok 5 dan 6 yang telah siap mempretasikan hasil diskusi kelompoknya. Setelah berakhirnya diskusi kelas, guru memberi penguatan materi kepada seluruh siswa. Dari hasil diskusi kelompok dan memperhatikan hasil pembuatan peta konsep pada masing-masing kelompok dapat dikatakan bahwa peta konsep yang dibuat oleh setiap kelompok sudah mengalami peningkatan yang lebih bagus. Hal ini dapat dilihat dari proses penyusunan peta konsep secara hirarki, baik dalam hal memahami konsep, meletakkan konsep utama, menghubungkan dengan menggunakan kata penghubung dan arah panah yang di tunjukkan dari konsep yang satu ke konsep lain. Dari hasil pembuatan peta konsep secara individu pada siklus II semakin meningkat, dimana yang termasuk kategori sangat baik mencapai 18 orang siswa dan 16 orang siswa termasuk dalam kategori baik. Akumulasi nilai peta konsep dari siklus II dapat dilihat pada tabel 4.8, halaman Hasil Observasi Kegiatan Belajar Mengajar Siklus II tabel berikut: Hasil observasi kegiatan guru dan siswa pada siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.4 Hasil Observasi Kegiatan Guru pada Siklus II Siklus Pertemuan Skor Presentase Aktivitas 1 96,3 % 1 0 3,7 % II % % Sumber: Hasil Observasi Kegiatan Guru pada Siklus II, 2013 Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dilihat pada siklus II (pertemuan 1 dan 2) rata-rata aktivitas guru yang terlaksana dari 27 aspek pada pertemuan pertama

20 57 adalah 96,3 %, sedangkan aspek yang tidak terlaksana yaitu 3,7 %. Kemudian meningkat menjadi 100 % pada pertemuan ke dua. Pada siklus II pertemuan pertama guru belum maksimal dalam hal mengaitkan materi yang di ajarkan dengan kondisi lingkungan sekitar, namun pada pertemuan kedua seluruh aspek yang dinilai sudah di laksanakan dengan maksimal. berikut: Untuk hasil observasi kegiatan siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel Tabel 4.5 Hasil Observasi Kegiatan Siswa pada Siklus II Siklus Pertemuan Skor Presentase Aktivitas % % II % % Sumber: Hasil Observasi Kegiatan Siswa pada Siklus II, 2013 Merujuk pada tabel diatas dapat diketahui pada siklus II (pertemuan 1 dan 2) rata-rata aktivitas siswa pada pertemuan pertama dan ke dua adalah 100 %. Hal ini dapat di lihat pada keseluruhan aspek yang telah terlaksana dalam proses pembelajaran. Jika aktivitas siswa selama proses pembelajaran dari siklus I dan siklus II semakin meningkat, maka siswa telah memahami dan terbiasa dengan strategi penerapan peta konsep Hasil belajar siswa siklus II Untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa pada siklus II dengan mataeri system saraf tepi serta penyakit dan kelainan pada system saraf dengan tes yang diberikan terdiri dari 10 butir soal pilihan ganda dan 5 butir soal essay. Hasil belajar yang diperoleh dari 34 siswa yang dikenai tindakan yaitu, siswa yang memperoleh nilai 78 ke atas sebanyak 31 orang (91 %), sedangkan siswa yang

21 58 memperoleh nilai 78 ke bawah adalah 3 orang (31 %). Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat dikategorikan bahwa hasil belajar siswa pada siklus II sudah mencapai kriteria keberhasilan yang diinginkan yaitu 85 %. Untuk selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.6 Ketuntasan Belajar Siswa Pada Siklus II setelah Penerapan Strategi Peta Konsep di Kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2 Gorontalo Siklus Jumlah Ketuntasan Kategori Siswa Individual Persentase Tuntas Tidak Tuntas klasikal II (91.17 %) 3 (8.82 %) 31 (91.17 %) Tuntas Sumber: Hasil Analisis Penelitian, 2013 Berdasarkan hasil analisis data evaluasi hasil belajar secara klasikal pada siklus II semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat pada siklus II yaitu siswa yang tuntas sebanyak 31 orang (91.17 %), dan yang tidak tuntas 3 orang (8.82 %). Peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II karena siswa telah melakukan langkah-langkah penerapan srategi belajar peta konsep dengan baik, sehingga dapat memahami materi yang sedang dipelajarinya dengan penerapan peta konsep. Hal ini dapat di lihat perbandingan rata-rata hasil belajar siswa antara siklus I dan siklus II pada tabel berikut: Tabel 4.7 Rata-rata Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA 3 No Data Jumlah siswa Rata-rata Peningkatan 1 Siklus I 79,8 % 2 Siklus II 34 82,5 % 2,7 % Sumber: Hasil Analisis Penelitian, 2013 Merujuk pada tabel 4.7 dapat diketahui bahwa, rata-rata peningkatan evaluasi hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II yaitu 79,8 % menjadi 82,5 % dengan mengalami peningkatan sebesar 2,7 %.

22 59 Berdasarkan hasil belajar yang semakin meningkat dapat dilihat hasil pembuatan peta konsep oleh siswa pada tabel berikut: Tabel 4.8 Perbandingan Hasil Peta Konsep Siswa pada Siklus I dan Siklus II Siklus Jumlah Kategori siswa Baik Sekali (A) Baik (B) Cukup (C) Kurang (D) I 34 6 Orang 24 Orang 4 Orang - II Orang 16 Orang - - Sumber: Hasil Analisis Penelitian, 2013 Berdasakan penjelasan tabel 4.8 diatas dapat dilihat bahwa, hasil pembuatan peta konsep yang termasuk kategori baik sekali pada siklus I mencapai 6 orang sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 18 orang. Kemudian yang termasuk dalam kategori baik pada siklus I 24 orang, sedangkan pada siklus II hanya mencapai 16 orang. Namun, dilihat dari kategori cukup pada siklus I hanya terdapat 4 orang sedangkan pada siklus II tidak ada. Hal ini dapat dibuktikan bahwa semakin banyak siswa melatih untuk membuat peta konsep maka, semakin baik pula hasil pembuatan peta konsep pada siklus berikutnya Refleksi Siklus II Berdasarkan hasil analisis pengamatan pada lembar obsevasi kegiatan guru dan siswa dari 27 dan 18 aspek telah terlaksana secara kesluruhan pada siklus II yang dilakukan selama dua kali pertemuan. Sedangkan, hasil evaluasi belajar siswa pada siklus II telah meningkat dari siklus I dan telah mencapai kriteria keberhasilan yang diinginkan.

23 Retensi siswa Berdasarkan hasil analisis data terhadap hasil retes siswa dapat di lihat rata-rata persen (%) penurunan retensi siswa, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.9 Rata-Rata Persen (%) Penurunan Retensi Siswa No Data Jumlah Siswa Rata-rata Penurunan (%) 1 Siklus I 26 9,59 % 2 Siklus II 23 11,21 % Sumber: Data Hasil Analisis 2013 Tabel 4.9 di atas menjelaskan bahwa, rata-rata persen penurunan retensi siswa pada siklus I hanya mencapai 9,58 % dari 26 siswa, sedangkan penurunan retensi siswa pada siklus II sebesar 11,2 % dari 23 siswa. Hal ini dapat terjadi karena, materi yang sudah berbeda pada pertemuan selanjutnya sehingga pemanggilan informasi lama telah terganggu. Untuk rata-rata persen (%) Skor Retensi, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.10 Rata-Rata Persen (%) Skor Retensi No Data Jumlah siswa Rata-rata 1 Siklus I 95,5 % 2 Siklus II 34 93,24 % Sumber: Data Hasil Analisis 2013 Merujuk pada tabel 4.10 di atas dapat di ketahui bahwa, rata-rata persen skor retensi pada siklus I mencapai 95,5 %, sedangkan rata-rata skor retensi siswa pada siklus II menurun menjadi 93,24 %. Hal ini dapat terjadi karena, di lihat dari karakteristik materi yang berbeda.

24 Pembahasan Berdasarkan analisis data hasil penelitian, pembelajaran biologi yang khususnya materi system saraf dengan menggunakan peta konsep dapat meningkatkan pemahaman siswa. Hal ini dapat di lihat dari hasil lembar aktivitas kegiatan guru maupun siswa selama proses belajar mengajar, serta peningkatan perolehan hasil belajar siswa pada setiap siklus Aktivitas Guru dan Siswa (Siklus I dan II) Penelitian tindakan kelas (PTK) dilaksanakan dalam 2 siklus yang masingmasing terdiri dari dua kali pertemuan pada setiap siklus. Pembelajaran biologi dengan menggunakan peta konsep pada siklus I belum sesuai dengan harapan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil observasi kegiatan guru pada siklus I pertemuan 1 yang dilakukan oleh 2 observer dengan presentase 88,9 % aspek yang terlaksana dari 27 aspek, sedangkan aspek yang tidak terlaksana dalam proses pembelajaran adalah 11,1 %. Kemudian, pada siklus I pertemuan 2 meningkat menjadi 92,6 % dari 27 aspek dan 7,4 % aspek yang tidak terlaksana. Hal ini disebabkan karena, pada siklus I (pertemuan 1 dan 2) guru belum maksimal dalam mengontrol kegiatan siswa selama berlangsungnya pembelajaran, guru tidak mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan, guru tidak melakukan pemantauan pada setiap kegiatan siswa, serta pemanggilan kelompok yang mempresentasekan hasil peta konsep belum teratur. Seharusnya, sebagai seorang guru mampu mengontrol seluruh aktivitas siswa, serta pemanggilan kelompok yang teratur dan mengaitkan materi yang diajarkan dengan pengetahuan yang relevan, sehingga proses belajar mengajar bisa sesuai dengan harapan.

25 62 Namun, pada pertemuan 2 beberapa aspek yang dinilai sudah mengalami peningkatan. Pada siklus II dilanjutkan proses pembelajaran biologi yang dapat dilakukan dalam 2 kali pertemuan dengan menggunakan peta konsep. Namun, materinya berbeda dengan materi pada siklus I yaitu, pada siklus II mempelajari tentang system saraf tepi, serta penyakit dan kelainan pada system saraf. Pertemuan 1 pada siklus II, dapat dikatakan sudah mencapai ketuntasan yang diharapkan, namun masih terdapat aspek dari aktivitas guru yang belum terlaksana yaitu guru tidak mengaitkan materi yang diajarkan dengan pengetahuan lain yang relevan. Seharusnya pada pertemuan 1 siklus II ini guru harus mengaitkan materi dengan pengetahuan yang relevan. Dari pernyataan di atas dapat dilihat presentase aktivitas guru pada siklus II pertemuan 1, aspek yang terlaksana adalah 96,3 % dari 27 aspek, sedangkan aspek yang tidak terlaksana yaitu 3,7 %. Kemudian meningkat menjadi 100 % pada pertemuan 2. Hal ini dapat dilihat dari keseluruh aspek yang dinilai sudah di laksanakan dengan maksimal. Aktivitas belajar siswa pada siklus I pertemuan 1 dapat dikatakan belum maksimal, karena pada saat berlangsungnya proses pembelajaran sebagian siswa tidak mencatat tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru, tidak membuat catatan-catatan kecil terhadap materi yang dianggap penting dan siswa juga tidak memperhatikan tugas yang disampaikan oleh guru serta siswa masih sulit dalam hal pembuatan peta konsep. Selanjutnya, untuk pertemuan 2 mulai mengalami peningkatan yaitu siswa sudah memperhatikan tugas yang disampaikan oleh guru. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata aktivitas siswa yang terlaksana pada pertemuan

26 63 1 adalah 83,3 % dari 18 aspek, sedangkan aspek yang tidak terlaksana adalah 16,7 %. Kemudian meningkat menjadi 88,9 % untuk aspek yang terlaksana dan aspek yang tidak terlaksana pada pertemuan 2 adalah 11.1 %. Berdasarkan hasil analisis data aktivitas siswa pada siklus II (pertemuan 1 dan 2) dapat dikatakan sudah mencapai ketuntasan yang diharapkan dengan melihat rata-rata aktivitas siswa lebih meningkat dari siklus I yaitu 100 % dari 18 aspek. Hal ini dapat di lihat pada keseluruhan aspek yang telah terlaksana dalam proses pembelajaran. Peningkatan ini menunjukkan bahwa siswa tertarik dengan pembelajaran yang menggunakan peta konsep sehingga siswa aktif dalam mengikuti pelajaran. Selain itu juga, siswa telah memahami dan terbiasa dalam hal penyusunan peta konsep. Menurut Sardiman (Yusuf, 2006) bahwa, yang dimaksud aktifitas belajar adalah aktifitas yang bersifat fisik maupun mental. Sehingga, dalam kegiatan belajar mengajar kedua aktifitas itu harus saling menunjang agar diperoleh hasil yang maksimal Hasil Belajar Siswa Hasil evaluasi belajar siswa pada siklus I dengan pokok bahasan tentang sel saraf (Neuron) dan susunan system saraf, berupa tes evaluasi yang terdiri dari 10 butir soal objektif dan 5 butir soal essay, dengan bobot maksimum yang dicapai 100. Berdasarkan data evaluasi hasil belajar siswa dapat dilihat bahwa ketuntasan belajar biologi pada siklus I secara individual 27 (79.41 %) siswa yang tuntas dan 7 (20.85 %) siswa yang tidak tuntas. Secara klasikal, kelas tersebut belum tuntas. Dari hasil tersebut, dapat menunjukkan bahwa pada siklus I masih terdapat 7 (20.85 %) yang belum mencapai ketuntasan dengan KKM 78, sehingga

27 64 perlu dilanjutkan ke siklus II dengan maksud untuk memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I. Meningkatnya hasil belajar pada siklus II dengan rata-rata presentase siswa yang tuntas sebanyak 31 orang (91.17 %) yang memperoleh nilai KKM 78 ke atas, sedangkan siswa yang tidak tuntas atau meperoleh nilai KKM di bawah 78 adalah 3 orang (8.82 %). Hal ini dikarenakan siswa tersebut tidak serius dalam menjawab pertanyaan yang diberikan pada saat ujian evaluasi. Rata-rata evaluasi hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II yaitu 79,8 % menjadi 82,5 % dengan mengalami peningkatan sebesar 2,7 %. Peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II karena siswa telah melakukan langkah-langkah penerapan srategi belajar peta konsep dengan baik, siswa juga telah menemukan konsep-konsep yang penting dari materi yang ada dan diasimilasikan ke dalam struktur kognitifnya sehingga dapat memahami materi yang sedang dipelajarinya dengan penerapan peta konsep. Selain itu, peningkatan hasil belajar ini juga disebabkan semakin membaiknya kemampuan berpikir siswa untuk belajar mengaitkan antar konsep yang satu dan lainnya. Sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Yusuf (2006), bahwa ketuntasan belajar biologi pada siklus pertama pokok bahasan sistem pencernaan secara individual 32 orang siswa (82.05%) sedangkan pada siklus kedua pokok bahasan sistem pernafasan secara individual 36 orang siswa (92.31%). Selanjutnya, penelitian dari Isureati (2012), juga menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar dengan menggunakan peta konsep yaitu

28 65 ketuntasan belajar siswa pada siklus I mencapai 75 % dan untuk Siklus II meningkat menjadi 87,5 %. Proses pembelajaran biologi dengan menggunakan peta konsep dapat membantu siswa untuk memahami konsep-konsep dari materi yang telah dipelajarai. Menurut Suryawati (Yusuf, 2006) mengemukakan bahwa peta konsep dapat membantu siswa untuk mengorganisasikan konsep ke dalam struktur yang berarti sehingga bermanfaat untuk mengidentifikasikan konsep yagn sulit dimengerti, memudahkan siswa untuk menyusun dan memahami isi pelajaran dan meningkatkan memori atau ingatan Retensi Siswa Berdasarkan data kuantitatif, pembelajaran biologi dengan menggunakan peta konsep dapat meminimalisir persen penurunan retensi dan skor retensi. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat hasil evaluasi dan hasil retes yang dilakukan dalam selang waktu selama dua minggu. Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa secara klasikal rata-rata persen penurunan retensi siswa pada siklus I hanya mencapai 9,59 %, sedangkan pada siklus II retensi siswa mengalami penurunan sebesar 11,21 %. Hal ini disebabkan karena terjadinya peristiwa lupa, karena tes retensi dilaksanakan dalam selang waktu dua minggu setelah diberikan tes evaluasi pertama. Pelaksanaan evaluasi pertama diberitahukan sebelumnya serta batasanbatasan materi kepada siswa, sehingga siswa belajar terlebih dahulu dalam menghadapi tes. Sedangkan, pada saat menjelang tes ke dua (tes retensi) guru hanya menyampaikan waktu ujian kepada siswa dan materinya secara keseluruhan

29 66 mengenai system saraf, sehingga siswa hanya belajar secara keseluruhan serta siswa sudah mulai lupa terhadap materi yang telah diajarkan dari dua minggu yang lalu. Kemudian, sebelum tes retensi dilakukan proses belajar mengajar tetap berlangsung, sehingga materi yang baru diajarkan yang masih diingat dari pada materi yang telah diajarkan dua minggu lalu. Sesuai dengan pernyataan Syah (2010: 156) bahwa lupa dapat terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam system memori siswa. Apabila materi pelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap pemanggilan kembali materi pelajaran lama yang telah lebih lama tersimpan dalam subsistem akal permanen siswa tersebut. Dalam hal ini, materi pelajaran lama akan sulit diingat atau diproduksi kembali. Peristiwa lupa merupakan hal yang biasa terjadi pada manusia, seperti yang dikatakan oleh Robert Travers (dalam Rahman, 2012) bahwa lupa merupakan kejadian yang biasa karena keterbatasan manusia dalam mengingat. Selain itu, menurut Gunawan bahwa terdapat faktor yang mempengaruhi kinerja ingatan di antaranya: faktor usia, fisik, makanan, kondisi psikologis yang buruk, dan stress (Amalia, 2011). Namun, dengan penggunaan strategi peta konsep dapat mempertahankan daya ingat siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Dengan kata lain strategi peta konsep tersebut dapat meminimalisir jumlah penurunan retensi siswa, jika dibandingkan dengan model pembelajaran lain. Hasil penelitian yang ditemukan oleh Hartati, Kurnia dan Syamswisna (2012) dengan menggunakan model pembelajaran GI dan STAD yang menemukan bahwa rata-rata retensi siswa kelompok GI mengalami penurunan

30 67 sebesar 11,41 %, sedangkan kelompok STAD retensi siswa menurun sebesar 20,13 %. Setelah mengetahui persen penurunan retensi, maka terdapat adanya perbedaan rata-rata skor retensi pada setiap siklus. Perbedaan ini disebabkan karena materi pada siklus I dan siklus II yang berbeda. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat rata-rata persen skor retensi pada siklus I mencapai 95,5 %, sedangkan skor retensi siswa pada siklus II menjadi 93,24 %. Perbedaan retensi tersebut dapat terjadi karena, di lihat dari karakteristik materi yang telah berbeda. Sesuai dengan pernyataan dari James Deese yang mengemukakan bahwa salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi retensi siswa adalah taraf belajar (level of learning) dari seseorang, (Rahman, 2012). Berdasarkan data hasil penelitian dapat menunjukkan bahwa hasil belajar biologi siswa di kelas XI IPA 3 yang khususnya materi sistem saraf mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena sudah ada motivasi pada diri siswa dengan penggunaan strategi peta konsep, yang memiliki keunggulan sebagai berikut: a) Siswa dapat memudahkan siswa dalam mempelajari materi atau konsep yang sulit dengan lebih sistematis, b) Siswa dapat mengorganisasikan konsep materi pelajaran yang telah dipelajari berdasarkan arti dan hubungan antara komponennya, sehingga pemahaman siswa meningkat.

31 68 c) Guru dapat membimbing siswa untuk aktif dalam pembelajaran, dengan mencoba merangkum materi ke dalam konsep-konsep yang sistematis sehingga mudah dipelajari siswa. d) Peta konsep dapat meningkatkan motivasi siswa sehingga materi lebih mudah dipelajari. Selain keunggulan peta konsep di atas meningkatnya hasil belajar juga disebabkan karena tingginya motivasi siswa untuk belajar terhadap suatu mata pelajaran maka akan meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Nasution (dalam yusuf, 2006) menyatakan bahwa untuk belajar diperlukan motivasi, semakin tinggi motivasi belajar siswa akan semakin tinggi tingkat keberhasilannya Dari penelitian ini maka, dapat dikatakan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan strategi belajar peta konsep pada mata pelajaran biologi yang khususnya materi sistem saraf. Kemudian, dengan penggunaan strategi belajar peta konsep juga dapat meminimalisir penurunan retensi siswa di kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2 Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Negeri 2 Gorontalo Kelurahan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Negeri 2 Gorontalo Kelurahan 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian dan Subyek Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Negeri 2 Gorontalo Kelurahan Buladu, Kecematan Kota Barat, Kota

Lebih terperinci

SEL SARAF MENURUT BENTUK DAN FUNGSI

SEL SARAF MENURUT BENTUK DAN FUNGSI SISTEM SARAF SEL SARAF MENURUT BENTUK DAN FUNGSI 1. SEL SARAF SENSORIK. 2. SEL SARAF MOTORIK. 3. SEL SARAF INTERMEDIET/ASOSIASI. Sel Saraf Sensorik Menghantarkan impuls (pesan) dari reseptor ke sistem

Lebih terperinci

BAB III SISTEM KOORDINASI (SARAF)

BAB III SISTEM KOORDINASI (SARAF) BAB III SISTEM KOORDINASI (SARAF) Standar Kompetensi : Sistem koordinasi meliputi sistem saraf, alat indera dan endokrin mengendalikan aktivitas berbagai bagian tubuh. Sistem saraf yang meliputi saraf

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 3. Sistem Koordinasi dan Alat InderaLatihan Soal 3.1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 3. Sistem Koordinasi dan Alat InderaLatihan Soal 3.1 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 3. Sistem Koordinasi dan Alat InderaLatihan Soal 3.1 1. Perhatikan gambar berikut! Sel yang ditunjukkan gambar diatas adalah... neuron nefron neurit nucleus Kunci Jawaban : A

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan kelas yang dikenai tindakan adalah kelas VIII E yang berjumlah 27 peserta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan kelas yang dikenai tindakan adalah kelas VIII E yang berjumlah 27 peserta 34 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan di SMP Negeri I Kabila dan kelas yang dikenai tindakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan sebanyak 1 x pertemuan, yaitu

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan sebanyak 1 x pertemuan, yaitu 50 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Siklus I 1. Implementasi Siklus I Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan sebanyak 1 x pertemuan, yaitu pada tanggal 16 September 2014. Pembelajaran pada siklus

Lebih terperinci

Fungsi. Sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu: Pusat pengendali tanggapan, Alat komunikasi dengan dunia luar.

Fungsi. Sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu: Pusat pengendali tanggapan, Alat komunikasi dengan dunia luar. Pengertian Sistem saraf adalah sistem yang mengatur dan mengendalikan semua kegiatan aktivitas tubuh kita seperti berjalan, menggerakkan tangan, mengunyah makanan dan lainnya. Sistem Saraf tersusun dari

Lebih terperinci

SISTEM SARAF MANUSIA

SISTEM SARAF MANUSIA SISTEM SARAF MANUSIA skema sistem saraf manusia m e li p u ti m e li p u ti m e li p u ti m e li p u ti m e li p u ti m e li p u ti SEL SARAF Struktur sel saraf neuron: Badan sel, Dendrit Akson Struktur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Awal Penelitian dilakukan di kelas 4 SD Negeri Ujung-Ujung 03 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang pada semester II tahun pelajaran 2012/2013

Lebih terperinci

Diterima 13 November 2006, Disetujui 10 Januari 2006

Diterima 13 November 2006, Disetujui 10 Januari 2006 Jurnal Biogenesis Vol. 2(2):59-63, 2006 Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau ISSN : 1829-5460 UPAYA PENINGKATAN AKTIFITAS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MELALUI PENGGUNAAN PETA KONSEP PADA

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti mengadakan persiapan penelitian sebagai berikut: 1. Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada bulan September November

METODE PENELITIAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada bulan September November 18 III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada bulan September November 2010 di kelas VIIIF semester ganjil SMP Negeri 1 Padangratu Tahun Pelajaran 2010/2011.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 44 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus) Kondisi awal adalah kondisi belajar siswa sebelum penelitian tindakan kelas dilakukan. Berdasarkan

Lebih terperinci

SISTEM SARAF & INDRA PADA MANUSIA

SISTEM SARAF & INDRA PADA MANUSIA SISTEM SARAF & INDRA PADA MANUSIA Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013 Sistem Saraf Manusia ; neuron Sistem saraf PENGATUR fungsi tubuh

Lebih terperinci

Sistem Saraf pada Manusia

Sistem Saraf pada Manusia Sistem Saraf pada Manusia Apa yang dimaksud dengn sistem saraf? Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan penjelasan definisi operasional sebagai berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan penjelasan definisi operasional sebagai berikut: 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk lebih memahami makna dari penelitian yang dilakukan maka digunakan penjelasan definisi operasional sebagai berikut: 1. Penguasaan Konsep Penguasaan

Lebih terperinci

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA DENGAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI) PADA SUBMATERI SISTEM SARAF DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 SELIMBAU

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA DENGAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI) PADA SUBMATERI SISTEM SARAF DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 SELIMBAU ANALISIS MISKONSEPSI SISWA DENGAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI) PADA SUBMATERI SISTEM SARAF DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 SELIMBAU Libras Asa Saputri 1), Nuri Dewi Muldayanti 1), Anandita Eka Setiadi

Lebih terperinci

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM SARAF

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM SARAF JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM SARAF Sistem saraf adalah sistem koordinasi (pengaturan tubuh) berupa penghantaran impul saraf ke susunan

Lebih terperinci

biologi SET 17 SISTEM SARAF DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. PEMBAGIAN SUSUNAN SARAF

biologi SET 17 SISTEM SARAF DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. PEMBAGIAN SUSUNAN SARAF 17 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi SET 17 SISTEM SARAF Segala aktivitas tubuh manusia dikoordinasi oleh sistem saraf dan sistem hormon (endokrin). Sistem saraf bekerja atas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Padaan 02 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Semester II Tahun 2013/2014. Subjek penelitian adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Awal Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Dukuh 01 Kota Salatiga. Dalam hal ini siswa kelas IV yang berjumlah 35 siswa. Berdasarkan data hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Waktu Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dimulai dengan penyusunan proposal penelitian yang dimulai pada bulan Februari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan tindakan kelas yang menyajikan materi pemahaman konsep

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan tindakan kelas yang menyajikan materi pemahaman konsep BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Pelaksanaan tindakan kelas yang menyajikan materi pemahaman konsep nilai tempat pada siswa II SDN 1 Moluo Kecamatan Kwandang Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan menerapkan model pembelajaran Modelling The Way pada materi

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan menerapkan model pembelajaran Modelling The Way pada materi BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Aek Kuasan dengan menerapkan model pembelajaran Modelling The Way pada materi Pedosfer

Lebih terperinci

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pembelajaran yang diterapkan pada penelitian guna meningkatkan kreatifitas dan prestasi belajar dalam pemecahan masalah matematika adalah pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom Action research.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Kondisi Awal Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas III SD Kayuapu, semester I, yang berjumlah 27 siswa. Berdasarkan

Lebih terperinci

SISTEM SARAF. Sel Saraf

SISTEM SARAF. Sel Saraf SISTEM SARAF Sel Saraf Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi. Sistemn ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Dalam kegiatannya, saraf mempunyai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 23 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 4.1.1. Pra siklus Pembelajaran matematika yang dilaksanakan di kelas V SD 4 Bulungkulon Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus tahun ajaran 2013/2014

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Gendongan 01 yang terletak di Jl. Margorejo No.580 Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Siswa

Lebih terperinci

Sarina. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

Sarina. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako Penerapan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Pokok Bahasan Energi di Kelas IIIB SD Integral Rahmatullah Tolitoli Sarina Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) 20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reklektif terhadap

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 SMAN 13 Bandar

III. METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 SMAN 13 Bandar III. METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 SMAN 13 Bandar Lampung, semester ganjil Tahun Pelajaran 2010-2011, yang berjumlah 32 orang. B. Data Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pulau Permai Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar. Siswa berjumlah 8

BAB III METODE PENELITIAN. Pulau Permai Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar. Siswa berjumlah 8 BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV SDN 030 Pulau Permai Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar. Siswa berjumlah 8 orang yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian tentang Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian tentang Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian tentang Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray dalam Mata Pelajaran PKn Organisasi Pemerintahan Pusat 1. Hasil Penelitian Siklus I Siklus

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Dengan Metode Demonstrasi Dikelas V SDN 10 Biau

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Dengan Metode Demonstrasi Dikelas V SDN 10 Biau Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Dengan Metode Demonstrasi Dikelas V SDN 10 Biau Fatimah Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lampung Tahun Ajaran 2009/2010 dengan jumlah siswa 29 orang yang terdiri

III. METODE PENELITIAN. Lampung Tahun Ajaran 2009/2010 dengan jumlah siswa 29 orang yang terdiri III. METODE PEELITIA A. Setting Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 4 SMA egeri 10 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2009/2010 dengan jumlah siswa 29 orang yang terdiri dari 10 orang siswa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Setting Penelitian dan Karakteistik Subjek Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Setting Penelitian dan Karakteistik Subjek Penelitian 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian dan Karakteistik Subjek Penelitian 3.1.1 Setting Penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kolaboratif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kolaboratif. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kolaboratif. Dengan menggunakan model Kurt Lewin. Jenis penelitian ini melibatkan guru yang bersangkutan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini yaitu siswa kelas X-2 dengan jumlah siswa 25 orang terdiri dari 10

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini yaitu siswa kelas X-2 dengan jumlah siswa 25 orang terdiri dari 10 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini disetting sebagai penelitian tindakan kelas di SMAN 3 Gorontalo Kecamatan Kota Tengah Kabupaten Gorontalo. Subjek

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 22 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Prasiklus (Kondisi Awal) Pembelajaran pada prasiklus ini, penulis menggunakan metode Student Teams Achievmet Division (STAD). Guru mengawali pembelajaran

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN 26 BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat SDN Jirak SDN Jirak Kecamatan Pugaan Kabupaten Tabalong terletak di desa Jirak Kecamatan Pugaan Kabupaten Tabalong,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan membahas hasil penelitian yang telah peneliti lakukan. Pembahasan hasil penelitian meliputi rencana tindakan, pelaksanaan tindakan dan observasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awal Hasil belajar siswa di kelas 4 SD Negeri Kauman Lor 01 tergolong rendah. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 23

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 38 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Siklus I Siklus I dilaksanakan 2 kali pertemuan yaitu pada tanggal 2 September 2014 dilaksanakan observasi awal dan tanggal 4 September

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penalitian Sebelum penelitia di laksanakan, peneliti mengadakan persiapan penelitian sebagai berikut: 1. Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Bagian pelaksanaan tindakan ini akan menguraikan tiga sub judul yaitu deskripsi prasiklus/ kondisi awal, deskripsi siklus I, dan deskripsi

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura Ni Wayan Lasmini SD Negeri 2 Tatura, Palu, Sulawesi Tengah ABSTRAK Permasalahan

Lebih terperinci

Frekuensi Persentase Rata-rata Selang

Frekuensi Persentase Rata-rata Selang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Tindakan Hasil penelitian tindakan kelas selama dua siklus terbagi dalam beberapa tahap, diantaranya adalah : (i) Kondisi awal sebelum pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. tindakan kelas merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. tindakan kelas merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk 28 BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 30 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Kondisi awal merupakan keadaan siswa sebelum PTK dilakukan. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas 2 SD

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan observasi dengan tujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan tindakan kelas telah dilaksanakan di SMK Negeri 1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan tindakan kelas telah dilaksanakan di SMK Negeri 1 38 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Pelaksanaan tindakan kelas telah dilaksanakan di SMK Negeri 1 Gorontalo khususnya di Kelas XI Pemasaran-1. Siklus I berlangsung

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 1 Pardasuka Kabupaten Pringsewu semester

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 1 Pardasuka Kabupaten Pringsewu semester III. METODE PENELITIAN A. Seting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 1 Pardasuka Kabupaten Pringsewu semester genap tahun pelajaran 2010-2011. Jumlah siswa pada kelas tersebut ada 32 orang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang merupakan terjemahan dari classroom action research, yaitu penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. yang merupakan terjemahan dari classroom action research, yaitu penelitian 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang merupakan terjemahan dari classroom action research, yaitu penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SDN 9 Bokat Dengan Memanfaatkan Lingkungan Sekolah

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SDN 9 Bokat Dengan Memanfaatkan Lingkungan Sekolah Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SDN 9 Bokat Dengan Memanfaatkan Lingkungan Sekolah Nursam, Mestawaty, dan Fatmah Dhafir Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan diuraikan secara rinci mengenai hasil penelitian yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan diuraikan secara rinci mengenai hasil penelitian yang 45 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan secara rinci mengenai hasil penelitian yang meliputi temuan-temuan dari seluruh kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan dalam penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas, dilaksanakan dalam 2 siklus, tiap siklus dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data Hasil Penelitian 1. Pra siklus Pada tahap pra siklus ini yang dilakukan oleh peneliti berupa pendokumentasian daftar nama, daftar nilai peserta didik, dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab IV ini menjelaskan tentang hasil penelitian, hasil penelitian terdapat kondisi awal, siklus I dan siklus II, selanjutnya ada hasil analisis data dan pembahasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 3 Sukadadi Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 3 Sukadadi Kabupaten BAB III METODE PENELITIAN A. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 3 Sukadadi Kabupaten pasawaran dengan jumlah siswa 22 orang, laki-laki 11 dan perempuan 11 orang. B. Tempat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Sekolah Tempat penelitian ini adalah MI Cepiring yang beralamatkan Desa Cepiring RT 10/RW 04 Cepiring Kabupaten Kendal. Ditinjau dari tenaga pengajarnya,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Penelitian Pra Siklus Berdasarkan hasil penelitian pada siswa kelas IV SDN Randuacir 01 Salatiga semester 2 tahun 2013/2014 nampak

Lebih terperinci

Jasmanyah76.wordpress.com

Jasmanyah76.wordpress.com BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Model yang dikembangkan oleh Kurt Lewin didasarkan atas konsep pokok bahwa penelitian tindakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Sidorejo Lor 06. Alamat Jalan Imam Bonjol 24 Salatiga, Kecamatan Sidorejo

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian A. Setting Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kelas VIII-A SMP Negeri 1 Suwawa Kabupaten Bone Bolango pada pelajaran matematika

Lebih terperinci

Penerapan Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Energi dan Kegunaanya di Kelas IV SDN 4 Kamalu Tolitoli

Penerapan Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Energi dan Kegunaanya di Kelas IV SDN 4 Kamalu Tolitoli Penerapan Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Energi dan Kegunaanya di Kelas IV SDN 4 Kamalu Tolitoli Samriah Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian. sistematis, terencana, dan dengan sikap mawas diri.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian. sistematis, terencana, dan dengan sikap mawas diri. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini menerapkan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang merupakan penelitian model Kemmis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitan PTK kolaborasi, dimana peneliti melakukan penelitian melalui kerja sama antara peneliti

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja

III. METODE PENELITIAN. adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan di 21 III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan di SMP Negeri 1 Raman Utara. Sekolah tersebut berlokasi di Jalan Bali Indah 11 A

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar

BAB III METODE PENELITIAN. umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau yang umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar (2011: 46) PTK adalah suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terjadi secara alami melalui pengumpulan data, yang selanjutnya dipaparkan

BAB III METODE PENELITIAN. terjadi secara alami melalui pengumpulan data, yang selanjutnya dipaparkan 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Deskriptif Kualitatif, bertujuan untuk mendekripsikan peristiwa-peristiwa yang terjadi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian Lembaga pendidikan yang akan dijadikan tempat pelaksanaan penelitian yaitu SD Kumpulrejo 03 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga. 4.2

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum SDN Kutowinangun 09 Salatiga Sekolah ini didirikan pada tahun 1972 dengan biaya INPRES dan merupakan tanah hibah dari masyarakat dan terakreditasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Setiap tahap pelaksanaan tindakan merupakan tahapan yang dilaksanakan sebagai realisasi dari perencanaan yang telah disusun. Perencanaan yang telah disusun, belum

Lebih terperinci

Andriani, Mestawaty, AS.A. dan Ritman Ishak Paudi. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

Andriani, Mestawaty, AS.A. dan Ritman Ishak Paudi. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tentang Pengaruh Gaya Terhadap Gerak Benda di Kelas IV SDN 1 Ogowele Andriani, Mestawaty, AS.A. dan Ritman Ishak Paudi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. siswa kelas X-4 SMA ARJUNA Bandar Lampung semester ganjil tahun pelajaran

III. METODE PENELITIAN. siswa kelas X-4 SMA ARJUNA Bandar Lampung semester ganjil tahun pelajaran III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada siswa kelas X-4 SMA ARJUNA Bandar Lampung semester ganjil tahun pelajaran 2010/2011.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, karena hanya ingin mendapatkan gambaran atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang lazim dikenal dengan classroom action research. Kunandar (2010: 46)

BAB III METODE PENELITIAN. yang lazim dikenal dengan classroom action research. Kunandar (2010: 46) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang lazim dikenal dengan classroom action research. Kunandar (2010: 46) mengemukakan PTK

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini 35 orang siswa kelas VIII yang terdiri dari 16 orang laki-laki dan 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini 35 orang siswa kelas VIII yang terdiri dari 16 orang laki-laki dan 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Setting Karakteristik Penelitian Penelitian tindakan ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Gorontalo. Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti akan dibantu oleh satu orang

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A Hasil Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal pilihan ganda sebagai post test. Sebelum digunakan untuk mengukur hasil belajar instrumen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berjumlah 29 siswa, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 17 siswa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berjumlah 29 siswa, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 17 siswa 47 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MI Darus Salam Kalipang yang berada di Jalan masjid dusun Krikilan desa Kalipang,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Prasiklus (Kondisi Awal) Pembelajaran pada prasiklus ini, penulis menggunakan metode pembelajaran konvensional yaitu dengan metode ceramah. Guru mengawali

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Latar dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di SD Negeri Kauman Lor 01 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

SISTEM SARAF OTONOM KELAS IIID FORMU14SI 014

SISTEM SARAF OTONOM KELAS IIID FORMU14SI 014 SISTEM SARAF OTONOM KELAS IIID FORMU14SI 014 PENGERTIAN SISTEM SARAF Merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh Merupan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada pelaksanaan tindakan kelas ini, peneliti menyajikan materi unit suhu dan kalor

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada pelaksanaan tindakan kelas ini, peneliti menyajikan materi unit suhu dan kalor BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pada pelaksanaan tindakan kelas ini, peneliti menyajikan materi unit suhu dan kalor dengan menggunakan metode eksperimen dalam meningkatkan hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN A. Metode, Model dan Alur Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Pada tahap ini akan dipaparkan hasil penelitian tentang penerapan model inquiry dalam meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V MI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Proses pembelajaran IPS di kelas 5 SD Negeri Tondokerto Kecamatan Jakenan Kabupaten Pati Tahun Ajaran 2013/2014 sebelum diadakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau classroom action research. PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan pada siswa kelas IV SD Negeri Sidorejo Lor 06 Kecamatan Sidorejo Kota Sal atiga

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN BIOLOGI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STIK di KELAS XI IPA 4 SMA NEGERI 7 MATARAM

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN BIOLOGI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STIK di KELAS XI IPA 4 SMA NEGERI 7 MATARAM UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN BIOLOGI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STIK di KELAS XI IPA 4 SMA NEGERI 7 MATARAM Tri Sari Wijayanti Guru IPA SMAN 7 Mataram E-mail:- ABSTRAK:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Tahap Pra Siklus Penelitian pada tahap pra siklus ini diawali dengan kegiatan pencarian datadata untuk mengetahui kondisi awal yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 34 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Blotongan 03 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Letak SD

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan oleh peneliti yang menggunakan rancangan penelitian model

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah

BAB III METODE PENELITIAN. kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 42 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Sekolah Dasar Negeri Mangunsari 02 Salatiga dengan jumlah siswa 17 siswa. Sebelum dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Seting dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Seting Tempat Penelitian Seting tempat dalam penelitian ini menggunakan setting kelas dengan data yang diperoleh berasal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. TEMUAN AWAL Berdasarkan hasil observasi awal yang telah dilakukan, terdapat masalah dalam sistem pembelajaran di kelas VII E yaitu ketidakbiasaan siswa untuk

Lebih terperinci