BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
|
|
- Veronika Muljana
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pelaksanaan Anggaran merupakan bagian dari siklus Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Salah satu indikator penting untuk mengetahui kinerja APBN adalah dengan mengukur tingkat penyerapan anggaran dalam pelaksanaan anggaran. Besaran pagu anggaran yang dapat direalisasikan dapat mencerminkan berjalannya fungsi-fungsi pemerintahan antara lain mendorong pertumbuhan ekonomi, distribusi yang semakin merata dan stabilitas perekonomian yang makin terjaga. Mengingat pentingnya penyerapan anggaran dalam menggerakkan perekonomian bangsa, maka perlu dilakukan berbagai langkah untuk mendorong percepatan penyerapan anggaran. Direktorat Jenderal Perbendaharaan selaku Kuasa Bendahara Umum Negara bertugas untuk mendorong percepatan realisasi penyerapan anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga dalam mencapai sasaran program dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab. Sebagai identifikasi awal, rendahnya penyerapan anggaran mengindikasikan adanya permasalahan baik dari sisi teknis maupun regulasi. Hal ini menjadi landasan akan perlunya kegiatan monitoring dan
2 evaluasi penyerapan anggaran sehingga dapat diketahui permasalahannya serta sekaligus mampu memberikan rekomendasi untuk mengatasi setiap hambatan yang dihadapi. Guna memberikan pedoman dan standardisasi dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi penyerapan anggaran, maka perlu disusun Petunjuk Teknis Monitoring dan Evaluasi Penyerapan Anggaran DASAR HUKUM Yang menjadi dasar hukum dalam penyusunan Petunjuk Teknis Monitoring dan Evaluasi Penyerapan Anggaran adalah sebagai berikut: 1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan; 2. Peraturan Menteri Keuangan No. 101/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan ; 1.3. PENGERTIAN Monitoring adalah proses pengumpulan dan analisis informasi berdasarkan indikator yang ditetapkan dan dilakukan secara sistematis, kontinu terhadap suatu kegiatan untuk memastikan berjalannya sebuah aktivitas sesuai dengan
3 rencana. Hasil monitoring adalah serangkaian data yang akan digunakan untuk bahan evaluasi sehingga dapat dilakukan tindakan koreksi atau langkah-langkah untuk penyempurnaan selanjutnya. Evaluasi adalah proses yang mengukur dan memberi nilai secara obyektif dan valid, seberapa besar manfaat pelayanan yang telah dicapai berdasarkan tujuan dari obyek yang seharusnya diberikan dan yang nyata apakah hasil-hasil dalam pelaksanaan telah efektif dan efisien. Evaluasi merupakan sebuah proses dimana keberhasilan yang dicapai dibandingkan dengan seperangkat keberhasilan yang diharapkan. Perbandingan ini kemudian dilanjutkan dengan pengidentifikasian faktor-faktor yang berpengaruh pada kegagalan dan keberhasilan. Evaluasi ini dapat dilakukan secara internal oleh mereka yang melakukan proses yang sedang dievaluasi ataupun oleh pihak lain, dan dapat dilakukan secara teratur maupun pada saat-saat yang tidak beraturan. Proses evaluasi dilakukan setelah sebuah kegiatan selesai, dimana kegunaannya adalah untuk menilai/menganalisa apakah keluaran, hasil ataupun dampak dari kegiatan yang dilakukan sudah sesuai dengan yang diinginkan.
4 Jenis evaluasi 1. Evaluasi awal kegiatan, yaitu penilaian terhadap kesiapan suatu kegiatan atau mendeteksi kelayakan dari suatu kegiatan 2. Evaluasi formatif, yaitu penilaian terhadap hasil-hasil yang telah dicapai selama proses kegiatan dilaksanakan. Waktu pelaksanaan dilaksanakan secara rutin (per bulan, triwulan, semester atau tahunan) sesuai dengan kebutuhan informasi hasil penilaian. 3. Evaluasi sumatif, yaitu penilaian hasil-hasil yang telah dicapai secara keseluruhan dari awal kegiatan sampai akhir kegiatan. Waktu pelaksanaan pada saat akhir kegiatan sesuai dengan jangka waktu proyek dilaksanakan. Untuk pelaksanaan kegiatan yang memiliki jangka waktu enam bulan, maka evaluasi sumatif dilaksanakan menjelang akhir bulan keenam. Untuk evaluasi yang menilai dampak suatu kegiatan, dapat dilaksanakan setelah kegiatan tersebut berakhir dan diperhitungkan dampaknya sudah terlihat nyata TEKNIK DAN METODE MONITORING DAN EVALUASI Teknik dan metode yang digunakan dalam Monitoring dan Evaluasi pada dasarnya adalah cara dalam melaksanakan monitoring dan evaluasi. Teknik-teknik yang digunakan dalam monitoring dan evaluasi mengacu pada alat dan cara untuk
5 melaksanakan monitoring dan evaluasi. Sementara metode mengacu pada seperangkat pendekatan yang bisa membuat penggunaan teknik menjadi lebih efektif. Teknik-teknik dalam monitoring dan evaluasi adalah pengumpulan data primer dan sekunder, intra dan extrapolation dari data tersebut. Ada dua jenis data primer: data keras dan data lunak. Data keras bisa didapat melalui pengukuran langsung, sementara data lunak berasal dari interpretasi fakta oleh mereka yang terlibat. Data sekunder bisa dilihat pada data turunan yang dibuat oleh pihak-pihak lain. Evaluasi dilakukan melalui penilaian data kinerja dan membandingkannya dengan output yang diharapkan, outcome ataupun dampak. Metode monitoring dan evaluasi pada dasarnya ditentukan oleh model penugasannya, yaitu berupa self reporting, monitoring langsung ke lapangan, dan penilaian partisipatif. Metode pertama dari monitoring dan evaluasi adalah self reporting. Pada jenis ini pihak yang menjadi objek monitoring dan evaluasi memberikan laporan secara tetap mengenai kegiatan yang mereka lakukan, output yang dihasilkan ataupun data lain yang diperlukan. Monitoring dan evaluasi jenis self reporting akan baik untuk mengumpulkan data keras sehari-hari yang dapat diverifikasi oleh personel berkemampuan.
6 Metode kedua dari monitoring dan evaluasi adalah monitoring langsung ke lapangan. Pada kegiatan monitoring dan evaluasi jenis ini, tim monitoring akan menetapkan standar untuk monitoring dan evaluasi yang terdiri dari seperangkat kriteria dan indikator sebagai daftar acuan pelaksanaan monitoring ke objek monitoring. Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendapatkan hasil penilaian kinerja secara teratur, dan hasilnya dapat memberikan umpan balik yang nyata kepada manajemen mengenai kinerja unit manajemennya. Monitoring dan evaluasi ini dilakukan dengan keyakinan adanya transparansi dari objek monitoring. Disamping itu tim monitoring dituntut untuk mempunyai kredibilitas atas tugas yang dilaksanakannya. Metode ketiga monitoring dan evaluasi adalah penilaian partisipatif. Tipe ini memberikan penekanan pada partisipasi semua pihak dalam melaksanakan monitoring dan evaluasi dan juga memerlukan fasilitator. Fasilitator akan bekerjasama dengan semua pihak untuk menetapkan acuan untuk mencapai kesesuaian legalitas. Pada waktu evaluasi secara regular ataupun pada waktu-waktu yang sudah disepakati, fasilitator akan melakukan pertemuan dengan para-pihak untuk mengevaluasi kinerja dari setiap pihak serta acuan yang telah ditetapkan secara bersama di awal kegiatan. Monitoring dan evaluasi partisipatif baik untuk mengenalkan standar-standar baru kepada pihak yang dimonitor dan dievaluasi. Kegiatan ini
7 mempunyai elemen peningkatan kapasitas dan menciptakan kesadaran serta rasa kepemilikan terhadap proses yang dijalankan. Dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi penyerapan anggaran pada tahap awal dilaksanakan menggunakan metode ketiga yaitu Penilaian Partisipatif. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi tidak dilaksanakan secara langsung kelapangan tetapi melalui media kuisioner. Partisipasi dari satuan kerja untuk mengisi kuisioner penyerapan anggaran sangat menentukan hasil kegiatan monitoring. Sedangkan Kantor Pusat DJPBN, Kanwil dan KPPN melaksanakan analisis terhadap kuisioner yang telah diisi oleh satuan kerja. Pada waktu evaluasi secara regular ataupun pada waktu-waktu yang sudah disepakati, akan dilakukan pertemuan untuk mengevaluasi tingkat penyerapan anggaran pada satuan kerja/kementerian Negara/Lembaga RUANG LINGKUP Ruang lingkup Monitoring dan Evaluasi Penyerapan Anggaran meliputi: 1. Monitoring Penyerapan Anggaran: Monitoring penyerapan anggaran meliputi pengumpulan, pengelompokan, pengolahan data pagu dan realisasi anggaran serta permasalahan-permasalahan yang berkaitan
8 dengan penyerapan anggaran pada Kementerian Negara/ Lembaga. Sumber data menggunakan data dari database pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan. 2. Evaluasi Penyerapan Anggaran: Evaluasi penyerapan anggaran untuk memperoleh : a. Rumusan/kesimpulan tentang identifikasi penyebab rendahnya penyerapan anggaran dan cara penyelesaiannya. Identifikasi permasalahan dibagi menjadi beberapa kategori, sub kategori dan rincian masalah (Lampiran IV). b. Rekomendasi/tindakan/kebijakan, baik untuk internal Direktorat Jenderal Perbendaharaan maupun kepada Satuan Kerja/Kuasa Pengguna Anggaran, melalui desiminasi/sosialisasi, rapat kerja, bimbingan teknis dan konsultasi maupun kegiatan lain. Pelaksanaan evaluasi penyerapan anggaran dilaksanakan menggunakan evaluasi formatif yaitu penilaian terhadap realisasi penyerapan anggaran selama proses kegiatan dilaksanakan. Evaluasi dilaksanakan secara berkala (per bulan, triwulan, semester). Sedangkan diakhir tahun, dilaksanakan dengan evaluasi sumatif, yaitu penilaian realisasi penyerapan anggaran selama satu tahun anggaran.
9 1.6. TUJUAN DAN MANFAAT Dalam rangka mewujudkan disiplin dalam penyerapan anggaran perlu dilakukan monitoring dan evaluasi penyerapan anggaran kepada satuan kerja. Monitoring dan evaluasi penyerapan anggaran dilaksanakan dengan tujuan : 1. Mengetahui tingkat penyerapan anggaran pada tahun berjalan dan membandingkan dengan periode yang sama pada tahun-tahun sebelumnya; 2. Mengetahui keterkaitan antara permasalahan dengan rendahnya penyerapan anggaran yang disajikan dalam bentuk data sebagai bahan evaluasi. 3. Mengidentifikasi hal-hal yang mempengaruhi rendahnya penyerapan anggaran. Manfaat yang diharapkan dengan dilaksanakannya Monitoring dan Evaluasi Penyerapan Anggaran sebagai berikut : 1. Sebagai bahan masukan dalam penyusunan laporan realisasi pelaksanaan anggaran; 2. Sebagai bahan dalam penyusunan kebijakan percepatan penyerapan anggaran. 3. Sebagai bahan penyusunan regulasi di bidang pelaksanaan anggaran bagi Kementerian Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN) dan Kementerian Negara/Lembaga selaku Pengguna Anggaran;
10 4. Sebagai dasar untuk melaksanakan pembinaan kepada satuan kerja sehingga diperoleh pemahaman yang sama atas regulasi dan kebijakan terkait pelaksanaan anggaran; 5. Sebagai pendorong disiplin dalam pelaksanaan anggaran.
11 BAB II ORGANISASI PELAKSANA DAN PEMBIAYAAN 2.1. ORGANISASI PELAKSANA Kegiatan monitoring dan evaluasi penyerapan anggaran di laksanakan oleh: 1. Tim Monitoring Kantor Pusat dilaksanakan oleh Direktorat Pelaksanaan Anggaran dan Unit Eselon II Pusat terkait. 2. Tim Monitoring Kantor Wilayah dilaksanakan oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan untuk satuan kerja pada propinsi wilayah kewenangan Kanwil. 3. Tim Monitoring KPPN dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara untuk satuan kerja yang pembayarannya dilakukan di KPPN bersangkutan PEMBIAYAAN Guna mencapai hasil yang optimal, kegiatan monitoring dan evaluasi perlu didukung dengan ketersediaan dana. Segala biaya yang timbul dari pelaksanaan Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Penyerapan anggaran dibebankan pada DIPA tahun berjalan.
12 Sebagai dasar pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan membuat Kerangka Acuan Kegiatan (Term Of Refference/TOR) Monitoring dan Evaluasi dan Rencana Anggaran Biaya (RAB). Kerangka Acuan Kerja sekurang-kurangnya memuat informasi mengenai apa (what), siapa (who), dimana (where), kapan (when), tujuan (why) dan bagaimana (how) kegiatan dilaksanakan. Pembiayaan kegiatan monitoring dan evaluasi penyerapan anggaran meliputi: a. Kegiatan monitoring dan pertemuan evaluasi ditingkat propinsi dilaksanakan oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan dengan melibatkan Bidang Pelaksanaan Anggaran bekerjasama dengan bagian/bidang lainnya pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan, KPPN, Bappeda/Bagian Keuangan/Perencanaan Daerah setempat. b. Honor pelaksanaan kegiatan dapat diberikan setelah Surat Keputusan Tim monitoring dan evaluasi ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan. c. Perjalanan dinas dalam rangka monitoring ke luar kota/kabupaten mengikuti ketentuan perjalanan dinas.
13 d. Perjalanan dinas dalam rangka monitoring di dalam kota yang diselenggarakan secara fullday dan halfday, kepada peserta diberikan uang transport sebesar Rp ,- (seratus sepuluh ribu rupiah) dan uang saku setinggitingginya 35% (tiga puluh lima persen) dari uang harian perjalanan dinas dalam negeri dan/atau mengacu pada Standar Biaya Umum tahun berjalan. e. Penyusunan RAB Bahan monitoring berdasarkan rincian pengeluaran sesuai kebutuhan. f. Biaya pertemuan terdiri dari bahan pertemuan (penggandaan materi/ fotocopy, supplies komputer, undangan, dokumentasi, surat-menyurat, komunikasi) dan konsumsi dipertanggungjawabkan berdasarkan rincian pengeluaran sesuai kebutuhan. g. Pelaksanaan kegiatan evaluasi yang memerlukan perjalanan dinas mengacu pada ketentuan mengenai perjalanan dinas.
14 BAB III TAHAPAN PELAKSANAAN Tahapan pelaksanaan monitoring dan evaluasi terdiri dari : 1. Inventarisasi, pengumpulan dan pengolahan data 2. Analisis data 3. Pengumpulan data di lapangan 4. Evaluasi data lapangan a. Pengumpulan/pengelompokan data lapangan b. Perumusan/kesimpulan c. Penentuan langkah-langkah berikutnya Skema Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi Penyerapan Anggaran PA KANWIL KPPN SATKER K/L Pagu dan Realisasi seluruh K/L 1 Pagu dan Realisasi K/L per Propinsi 2 11 Database Kuisioner Analisa satker realisasi rendah 3 Satker realisasi 4 rendah 5 Isi Kuesioner Analisa realisasi nasional 12 Kebijakan Pelaksanaan Anggaran Analisa penyebab rendahnya realisasi 14 Bimbingan Teknis 8 6 Analisa penyebab rendahnya realisasi 10 Bimbingan teknis 7/20/2010 Bimbingan Teknis
15 3.1. SUMBER DAN PENGOLAHAN DATA Sumber Data Sumber data pagu menggunakan database pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang disusun sebagai berikut: 1. Per Propinsi 2. Per Bagian Anggaran 3. Per Kewenangan 4. Per KPPN 5. Per Satuan kerja 6. Per Jenis Belanja Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan menggunakan sistem aplikasi yang disusun oleh Tim Monitoring Kantor Pusat. Penggunaan sistem aplikasi ini dimaksudkan agar terdapat keseragaman dan mempermudah dalam proses pengolahan data. Petunjuk Teknis operasional aplikasi pengolahan data monev sebagaimana pada lampiran 2. Uraian dari data yang digunakan dalam aplikasi monev ini antara lain:
16 Data Pagu (Tabel-1 Penyerapan Anggaran) Data Pagu yang tercantum dalam DIPA menunjukkan jumlah dana yang dialokasikan dan merupakan batas tertinggi yang tidak dapat dilampaui. Data Pagu disajikan pada tabel penyerapan anggaran dalam bentuk data kumulatif dan pada tabel tren realisasi dalam bentuk data kumulatif Data Realisasi (Tabel-1 Penyerapan Anggaran) Realisasi adalah pencairan dana yang telah disediakan di dalam DIPA sesuai dengan mekanisme pencairan dana APBN. Data Realisasi disajikan pada tabel penyerapan anggaran dalam bentuk data kumulatif dan pada tabel tren realisasi dalam bentuk data kumulatif Data Prosentase Realisasi terhadap Pagu (Tabel-1 Penyerapan Anggaran) Data ini menunjukkan besarnya prosentase realisasi terhadap pagu sampai dengan laporan dibuat secara kumulatif. Data Prosentase Realisasi terhadap Pagu disajikan pada tabel penyerapan anggaran.
17 Tren Realisasi (Tabel 2. Tren Realisasi dan Grafik) Tren Realisasi berisi data yang membandingkan antara data realisasi saat ini dibandingkan dengan data realisasi pada periode yang sama tahun-tahun sebelumnya Grafik (Tabel 2. Tren Realisasi dan Grafik) Grafik merupakan presentasi visual dari tabel-tabel sehingga dapat disajikan dengan lebih menarik dan mudah dipahami ANALISIS DATA Analisis data dilakukan oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yaitu dengan melaksanakan: 1. Analisis perbandingan pagu anggaran dengan realisasi; 2. Analisis perbandingan realisasi tahun berjalan dengan realisasi tahun lalu. Pada tingkat propinsi, analisis perbandingan pagu anggaran dengan realisasi akan diperoleh suatu analisa tingkat penyerapan dana APBN pada suatu wilayah, diharapkan analisa ini dapat membantu memantau perkembangan ekonomi terkait dengan pengeluaran APBN suatu wilayah Analisis Perbandingan Realisasi dengan Pagu Anggaran:
18 Analisis Perbandingan Realisasi dengan Pagu Anggaran meliputi: 1. Analisis Perbandingan Realisasi dengan Pagu Anggaran per Satuan Kerja per Jenis Belanja; 2. Analisis Perbandingan Realisasi dengan Pagu Anggaran per Satuan Kerja per Bulan; 3. Analisis Perbandingan Realisasi dengan Pagu Anggaran per Satuan Kerja per Jenis Belanja per Bulan; 4. Analisis Grafik Realisasi. Analisis ini dilaksanakan untuk mengetahui progres/capaian penyerapan anggaran yang secara umum dapat disetarakan dengan progres/capaian penyelesaian pekerjaan. Disamping itu, dapat dipantau perkembangan pekerjaan dan realisasi anggaran setiap bulan dan untuk memprediksi kapan/pada bulan apa beban kerja akan meningkat serta dapat diketahui apakah beban kerja sepanjang tahun telah proporsional. Hasil awal proses analisis ini adalah:
19 a. Satuan kerja yang persentase realisasi penyerapan anggaran dibawah rata-rata nasional (belanja barang dan belanja modal); b. Kementerian Negara/Lembaga yang realisasi penyerapan anggaran paling rendah; c. Perkiraan awal penyebab yang mempengaruhi penyerapan anggaran (dapat dilakukan misalnya dengan melihat alokasi pada DIPA apakah masih diblokir atau tidak). Berdasarkan analisis tersebut Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan menyampaikan data satuan kerja yang realisasinya dibawah rata-rata nasional kepada KPPN Analisis Realisasi Tahun Berjalan terhadap Realisasi Tahun Lalu Dilakukan dengan membandingkan realisasi pada bulan berjalan dengan realisasi pada periode yang sama tahun-tahun sebelumnya. Maksud dilakukannya analisis ini adalah untuk mengetahui pola penyerapan anggaran tahun lalu dibandingkan tahun berjalan apakah ada perubahan. Dalam hal ini perubahan yang diharapkan agar penyerapan anggaran dapat dilaksanakan secara proporsional sepanjang tahun.
20 3.3. PENGUMPULAN DATA LAPANGAN Pelaksanaan monitoring pada dasarnya untuk mengetahui secara langsung dari stakeholder permasalahan pelaksanaan kegiatan di lapangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya penyerapan, serta merumuskan langkah-langkah yang perlu dilakukan selanjutnya. Sesuai analisis awal, dapat diperoleh kesimpulan sementara: 1. Satuan kerja yang persentase realisasi penyerapan anggaran dibawah rata-rata nasional; 2. Kementerian Negara/Lembaga yang realisasi penyerapan anggaran dibawah rata-rata nasional; 3. Perkiraan awal penyebab yang mempengaruhi rendahnya penyerapan anggaran. Untuk mengetahui secara langsung permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya penyerapan, dilakukan pengumpulan data melalui penyebaran kuisioner kepada satuan kerja. Penyampaian kuisioner beserta petunjuk pengisian dan batas waktu penyelesaian pengisian kuisioner dilakukan oleh Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan untuk satuan kerja yang pembayarannya dilakukan di KPPN Propinsi. Sedangkan satuan kerja yang pembayarannya dilakukan diluar KPPN
21 propinsi, penyampaian kuisioner dilakukan oleh KPPN setempat sesuai data satuan kerja yang disampaikan oleh Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Satuan kerja yang mempunyai akses jaringan internet, dapat mengisi kuisioner melalui jaringan internet secara langsung dan menyerahkan hardcopy kuisioner ke Kanwil maupun KPPN. Sedangkan satuan kerja yang belum terkoneksi dengan jaringan internet atau satuan kerja yang jaringan internetnya sering mengalami gangguan, dapat mengisi kuisioner melalui jaringan intranet yang ada pada Kanwil atau KPPN atau cukup dengan menyerahkan hardcopy kuisioner. Kanwil atau KPPN selanjutnya menginput kuisioner tersebut melalui jaringan intranet. Seluruh data kuisioner yang telah diisi oleh para responden melalui internet maupun intranet disimpan pada server Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan EVALUASI PENYEBAB RENDAHNYA PENYERAPAN ANGGARAN Tim monitoring (Kantor Pusat, Kanwil dan KPPN) melakukan evaluasi penyebab rendahnya penyerapan anggaran melalui tahapan: a. Pengumpulan/pengelompokan data lapangan; b. Analisa data; c. Perumusan/kesimpulan.
22 Evaluasi penyebab rendahnya realisasi penyerapan anggaran dilakukan oleh: KPPN untuk satuan kerja di Kabupaten/Kota sesuai wilayah kerjanya Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan melakukan evaluasi penyebab rendahnya penyerapan anggaran yang ada di propinsi wilayah kerjanya serta satuan kerja yang pembayarannya dilakukan di KPPN Propinsi. Tim Monitoring Kantor Pusat melakukan analisa penyebab rendahnya penyerapan anggaran ditingkat nasional berdasarkan data kuisioner dan laporan dari Kanwil Pengelompokan data lapangan Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menghimpun dan mengelompokkan permasalahanpermasalahan yang dihadapi dilapangan berdasarkan kuisioner yang terkumpul. Pengelompokan diurutkan berdasarkan Kategori, Sub Kategori dan Rincian Masalah (Lampiran IV), terdiri dari: 1. Kategori Penganggaran dan Dokumen pelaksanaan anggaran (DIPA dan POK) dibagi menjadi :
23 a. Sub kategori Penganggaran; b. Sub kategori dokumen pelaksanaan anggaran; 2. Kategori Peraturan, Petunjuk Pelaksanaan dan Panitia Pengadaan berisi antara lain permasalahan terkait Pengusulan, penetapan dan perubahan SK pejabat perbendaharaan yaitu : Kuasa Pengguna Anggaran, Bendahara Pengeluaran dan Pejabat Penandatangan SPM maupun aturan petunjuk pelaksanaan kegiatan, peraturan pengadaan barang/jasa dan peraturan mengenai mekanisme pencairan anggaran serta permasalahan pejabat sebagai panitia pengadaan. Dibagi menjadi : a. Sub kategori peraturan dan petunjuk pelaksanaan b. Sub kategori panitia pengadaan 3. Kategori Persiapan Pelaksanaan Kegiatan, yaitu kegiatan-kegiatan yang dilakukan sebelum kegiatan dilaksanakan yang dibagi menjadi: a. Sub Kategori Penunjukan konsultan Antara lain ketersediaan/kualifikasi konsultan, dan lain-lain
24 b. Sub Kategori Proses lelang Antara lain keterbatasan pejabat yang bersertifikat, SK penetapan panitia lelang, jadwal pelaksanaan, HPS, tender ulang, masa sanggah, dan lain-lain c. Sub Kategori Tanah Antara lain permasalahan penyelesaian pembebasan tanah, alokasi pembebasan tanah, kesediaan pemilik tanah, dan lainlain 4. Kategori Pelaksanaan Kegiatan, dimulai terhadap permasalahan penandatanganan kontrak hingga kondisi alam yang mempengaruhi dalam pelaksanaan kegiatan. Terkait pelaksanaan kegiatan dirinci: a. Sub Kategori Dokumen pelaksanaan Antara lain ketersediaan dokumen kontrak, perubahan desain, IMB, dan lain-lain b. Sub Kategori Peralatan/mesin Antara lain ketersediaan peralatan/mesin, pemesanan peralatan/mesin, umur peralatan, dan lain-lain c. Sub Kategori Bahan/barang
25 Antara lain ketersediaan bahan/barang, spesifikasi bahan/barang, dan lain-lain d. Sub Kategori Tenaga kerja Antara lain ketersediaan tenaga kerja, kualitas tenaga kerja, dan lain-lain e. Sub Kategori Sarana/prasarana Antara lain ketersediaannya sarana transportasi darat, laut maupun udara atau sarana transport lainnya f. Sub Kategori Keuangan Antara lain masalah pencairan di KPPN maupun pengajuan tagihan oleh pihak ke- 3, ketersediaan dana pendamping, ketersediaan dana PHLN/PHDN, proses sertifikasi, registrasi dan inventarisasi yang mengakibatkan belum dajukannya tagihan, penandatanganan BAP, kuitansi dan tagihan yang masih dalam proses dan lainlain g. Sub Kategori Koordinasi Antara lain terkait dengan perizinan, kegiatan yang harus ditunda/dibatalkan h. Sub Kategori Cuaca
26 Antara lain pengaruh musin kemarau dan musin hujan i. Sub Kategori Kegiatan Non Fisik dan swakelola Terutama untuk kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sendiri oleh satuan kerja, antara lain permasalahan terkait identifikasi, sertifikasi, registrasi, pelaksanaan kegiatan diklat dll 5. Kategori Bencana Alam dan Masalah Sosial, antara lain terkait dengan masalah bencana alam tanah longsor, banjir, kebakaran, kerusuhan dan lain-lain Analisis Data Lapangan Analisis data lapangan dilakukan berdasarkan hasil pengelompokan data kuisioner yang diisi/dipilih oleh responden sesuai kategori, sub kategori dan rincian permasalahan. Analisis dilakukan dengan menghitung persentasi jumlah vote/pilihan yang dipilih oleh responden pada level kategori atau sub kategori atau rincian permasalahan yang dibandingkan dengan jumlah total vote/pilihan pada level kategori atau sub kategori atau pada rincian permasalahan. Penghitungan angka persentase pada
27 masing-masing kategori/sub kategori/rincian masalah dapat langsung diketahui melalui administrator yang mengoperasikan aplikasi kuisioner pada KPPN, Kanwil, maupun Kantor Pusat Direktorat Jenderal perbendaharaan. Data ini secara otomatis akan berubah apabila ada data kuisioner baru yang diisi/dipilih oleh responden. Penggunaan aplikasi kuisioner ini untuk memudahkan (tidak ada proses perhitungan secara manual) dan menyeragamkan dalam proses analisis maupun dalam penentuan bobot permasalahan nantinya. Sebagai contoh, misalnya terdapat 125 orang responden yang mengisi kuisioner dengan rincian pengisian sebagai berikut: Tabel 1. Perhitungan Persentase Masing-masing Kategori No Kategori Pilihan % Penganggaran dan Dokumen pelaksanaan anggaran (DIPA dan POK) % 15% 2. Peraturan, Petunjuk Pelaksanaan dan Panitia 35 20% Pengadaan 85 50% 3. Persiapan Pelaksanaan 10 6%
28 4. 5. Kegiatan Pelaksanaan Kegiatan Bencana Alam dan Masalah Sosial Total % Cara perhitungan (tabel 1 pada kolom 4) : Jumlah responden yang memilih mengalami permasalahan pada kategori dokumen pelaksanaan anggaran (DIPA & POK) 15 pilihan Maka nilai persentase pada kategori dokumen pelaksanaan anggaran (DIPA & POK) adalah : pilihan berdasarkan kategori No.1 15 = X 100% = = total pilihan 170 berdasarkan kategori 9% Jumlah responden yang memilih mengalami permasalahan pada kategori peraturan dan petunjuk pelaksanaan 25 pilihan Maka nilai persentase pada kategori peraturan dan petunjuk pelaksanaan adalah :
29 pilihan berdasarkan kategori No.2 25 = X 100% = = total pilihan berdasarkan kategori % Demikian seterusnya dilakukan perhitungan persentase untuk masing-masing kategori sehingga diperoleh data sebagaimana tabel 1 diatas. Selanjutnya juga dilakukan perhitungan persentase berdasarkan sub kategori. Misalnya dari contoh diatas, terdapat 85 responden yang mengalami permasalahan pada kategori pelaksanaan kegiatan dilapangan dengan rincian berdasarkan sub kategori yaitu: Tabel 2. Perhitungan Persentase Masing-masing Sub Kategori pada kategori pelaksanaan kegiatan No Sub Kategori pilihan % Dokumen pelaksanaan 65 Peralatan dan mesin 25 Bahan/barang % 10% 12%
30 Tenaga kerja Sarana dan prasarana Keuangan Koordinasi Cuaca Kegiatan non fisik dan swakelola % 6% 10% 10% 4% 15% Total % Cara perhitungan (tabel 2 pada kolom 4): Jumlah pilihan pada sub kategori dokumen pelaksanaan adalah 65 pilihan, maka nilai persentase sub kategori dokumen pelaksanaan adalah : pilihan berdasarkan sub kategori No.1 65 = X 100% = = total pilihan 240 seluruh sub kategori pada kategori pelaksanaan kegiatan 27% Jumlah pilihan pada sub kategori peralatan dan mesin adalah 25 pilihan, maka bobot permasalahan pada sub kategori peralatan dan mesin adalah :
31 pilihan berdasarkan sub kategori No.2 25 = X 100% = = total pilihan seluruh sub kategori pada kategori pelaksanaan kegiatan % Demikian seterusnya dilakukan perhitungan persentase untuk masing-masing sub kategori sehingga diperoleh data sebagaimana tabel 2 diatas. Selanjutnya juga dilakukan perhitungan yang sama untuk rincian masalah pada setiap sub kategori. Perhitungan persentase dilakukan secara otomatis menggunakan aplikasi kuisioner yang telah dibangun para programmer dari Direktorat Sistem Perbendaharaan Perumusan/kesimpulan Perumusan/kesimpulan dilakukan menggunakan data hasil analisa data lapangan. Penentuan permasalahan yang paling dominan mempengaruhi tingkat penyerapan anggaran ditentukan berdasarkan nilai persentase terbesar jumlah responden yang
32 memilih mengalami permasalahan baik pada level kategori, sub kategori dan rincian masalah.
33 Dari table 1, apabila diurut berdasarkan nilai persentase terbesar maka diperoleh data sebagai berikut pada tabel 3. Tabel 3. Urutan Kategori Berdasarkan Nilai Persentase Terbesar No Kategori Pilihan Bobot Pelaksanaan Kegiatan 85 50% 2. Persiapan Pelaksanaan 35 20% 3. Kegiatan Peraturan, Petunjuk 25 15% 4. Pelaksanaan dan Panitia Pengadaan Penganggaran dan % 6% Dokumen pelaksanaan anggaran (DIPA dan POK) 5. Bencana Alam dan Masalah Sosial Total % Berdasarkan angka diatas, dapat ditentukan bahwa tingkat penyerapan anggaran secara berurutan dipengaruhi oleh kategori pelaksanaan kegiatan, persiapan pelaksanaan kegiatan, peraturan, petunjuk pelaksanaan dan panitia pengadaan, penganggaran dan dokumen pelaksanaan anggaran (DIPA dan POK), bencana alam dan masalah sosial.
34 Selanjutnya berdasarkan tabel 2. juga dilakukan penyusunan sub kategori berdasarkan nilai persentase terbesar (tabel 4). Tabel 4. Urutan Sub Kategori Berdasarkan Nilai Persentase Terbesar Pada Kategori Pelaksanaan Kegiatan No Sub Kategori pilihan Bobot Dokumen pelaksanaan 65 Kegiatan non fisik dan 35 swakelola 30 Bahan/barang 25 Peralatan dan mesin 25 Keuangan 25 Koordinasi 15 Sarana dan prasarana 10 Tenaga kerja 10 Cuaca % 15% 12% 10% 10% 10% 6% 4% 4% Total % Berdasarkan data diatas, dapat ditentukan secara berurutan bahwa sub kategori yang paling mempengaruhi pada kategori pelaksanaan kegiatan dilapangan yaitu dokumen pelaksanaan, kegiatan non fisik dan swakelola, bahan/barang, keuangan, peralatan dan mesin, koordinasi, sarana dan prasarana, tenaga kerja dan cuaca.
35 Selanjutnya juga dilakukan hal yang sama untuk rincian permasalahan pada sub ketegori tertentu yaitu menentukan permasalahan yang paling dominan dipilih oleh para responden dengan membandingkan jumlah pilihan pada suatu rincian masalah dengan total pilihan pada rincian masalah yang ada pada sub kategori tertentu PENENTUAN LANGKAH-LANGKAH BERIKUTNYA Berdasarkan faktor-faktor yang paling mempengaruhi rendahnya penyerapan anggaran, akan mempermudah untuk melakukan identifikasi langkahlangkah yang perlu dilakukan. Langkah-langkah yang dilakukan harus disesuaikan dengan kewenangan penanganannya baik oleh KPPN, Kanwil, maupun Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan. Sedangkan permasalahan yang tidak dapat ditangani langsung, akan disampaikan kepada Instansi yang berwenang untuk penyelesaiannya. Langkah-langkah yang dapat dilakukan antara lain: 1. Memberikan rekomendasi kepada satuan kerja, Kementerian Negara/Lembaga, Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan dalam upaya percepatan penyerapan anggaran.
36 2. Melaksanakan sosialisasi dan bimbingan teknis bagi pelaku kegiatan, antara lain : a. Sosialisasi penyusunan dan revisi DIPA serta peraturan terkait dengan pelaksanaan anggaran b. Bimbingan teknis aplikasi DIPA (penyusunan dan revisi) c. Bimbingan teknis penyusunan Petunjuk Operasional Kegiatan/POK (rencana kegiatan dan rencana penarikan) d. Bimbingan teknis pengadaan barang dan jasa e. Sosialisasi mekanisme pembayaran atas beban APBN (tingkat satuan kerja maupun KPPN) f. Bimbingan teknis lainnya berhubungan dengan pelaksanaan anggaran. 3. Melakukan koordinasi dengan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota dalam rangka percepatan penyerapan anggaran. 4. Konsultasi secara berjenjang, dari tingkat kabupaten/kota ke tingkat provinsi, dan selanjutnya Provinsi ke tingkat pusat.
37 Dalam tahap penetuan langkah-langkah penanganan, dilakukan antisipasi tugas dan kondisi yang ada dengan menetapkan sasaran dan tujuan yang harus dicapai dalam pelaksanaan kegiatan. Disamping itu, juga harus ditetapkan kebijakan pelaksanaan, program yang akan dilakukan, jadwal waktu pelaksanaan, prosedur pelaksanaaan, prosedur pelaksanaan secara administratif dan operasional serta alokasi anggaran dan sumber daya. Perencanaan harus dibuat dengan cermat, lengkap, terpadu dan dengan tingkat kesalahan yang paling minimal. Namun hasil dari perencanaan bukanlah dokumen yang bebas dari koreksi, karena sebagai acuan bagi tahapan pelaksanaan dan pengendalian, perencanaan harus terus disempurnakan secara interaktif untuk menyesuaikan dengan perubahan dan perkembangan yang terjadi pada proses selanjutnya/pelaksanaan dilapangan. Dalam tahapan pelaksanaan pihak-pihak yang terlibat lebih beragam. Oleh sebab itu dibutuhkan koordinasi terpadu untuk mencapai keserasian dan keseimbangan kerja. Pada tahapan ini harus ditetapkan konsep pelaksanaan serta personel yang terlibat pada organisasinya. Kemudian secara detail
38 menetapkan jadwal, program, alokasi biaya, serta sumber daya yang digunakan.
39 BAB IV PELAPORAN Laporan monitoring dan evaluasi penyerapan anggaran disusun setiap akhir bulan secara berjenjang. Tim monitoring KPPN menyampaikan laporan kepada Tim monitoring Kantor Wilayah. Tim Monitoring Kantor Wilayah menyampaikan laporan kepada Tim Monitoring Kantor Pusat dengan rincian sebagai berikut: 4.1 LAPORAN BULANAN Disampaikan paling lambat tanggal 10 setiap bulan berikutnya berisi antara lain : 1. Satuan kerja (KP, KD, DK, TP, UB) yang masih belum ada penunjukan pejabat perbendaharaan (jika masih ada); 2. Potensi permasalahan yang dapat diidentifikasi oleh Kanwil maupun KPPN 3. Laporan lainnya yang dianggap perlu. 4.2 LAPORAN TRIWULANAN (Triwulan I dan Triwulan III) Disampaikan paling lambat tanggal 15 bulan April dan Oktober (laporan bulanan pada bulan April dan Oktober sekaligus menjadi laporan triwulanan) berisi antara lain :
40 1. Kesimpulan atas hasil monitoring dan evaluasi penyerapan anggaran diwilayah kerjanya; 2. Langkah-langkah yang telah, sedang dan akan dilakukan baik berupa kegiatan pembinaan, sosialisasi/kegiatan lainnya yang dilaksanakan diwilayah kerja masing-masing (KPPN untuk wilayah kerja KPPN, sedangkan Kanwil melaporkan seluruh kegiatan Kanwil dan KPPN); 3. Satuan Kerja (KP, KD, DK, TP, UB) yang masih belum ada penunjukan pejabat perbendaharaan (jika masih ada); 4. Laporan lainnya yang dianggap perlu. 4.3 LAPORAN SEMESTERAN Disampaikan paling lambat tanggal 21 bulan Juli dan Januari tahun berikutnya berisi antara lain : 1. Kesimpulan atas hasil monitoring dan evaluasi penyerapan anggaran diwilayah kerjanya; 2. Langkah-langkah yang telah, sedang dan akan dilakukan baik berupa kegiatan pembinaan, sosialisasi/kegiatan lainnya yang dilaksanakan diwilayah kerja masing-masing (KPPN untuk wilayah
41 kerja KPPN, sedangkan Kanwil melaporkan kegiatan Kanwil dan KPPN); 3. Satuan Kerja (KP, KD, DK, TP, UB) yang masih belum ada penunjukan pejabat perbendaharaan (jika masih ada); 4. Laporan semesteran merupakan laporan untuk bulan Juni, sedangkan laporan untuk bulan Desember sekaligus laporan evaluasi penyerapan anggaran pada tahun berkenaan; 5. Laporan lainnya yang dianggap perlu.
5. PETUNJUK PENGISIAN KUISIONER PENYERAPAN ANGGARAN
LAMPIRAN III KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR KEP-199/PB/2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS MONITORING DAN EVALUASI PENYERAPAN ANGGARAN 5. PETUNJUK PENGISIAN KUISIONER PENYERAPAN ANGGARAN Para
Lebih terperinciPANDUAN STANDAR CAPAIAN OUTPUT FISIK KEGIATAN PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN TAHUN 2014
PANDUAN STANDAR CAPAIAN OUTPUT FISIK KEGIATAN PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 KATA PENGANTAR Peraturan Menteri Keuangan
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 277/PMK.05/2014TENTANG RENCANA PENARIKAN DANA, RENCANA PENERIMAAN DANA, DAN PERENCANAAN KAS
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 277/PMK.05/2014TENTANG RENCANA PENARIKAN DANA, RENCANA PENERIMAAN DANA, DAN PERENCANAAN KAS DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA-.02-0/2013 DS 4682-1092-9050-0689 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004
Lebih terperinciMENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006
MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN STIMULAN UNTUK PERUMAHAN SWADAYA BAGI MASYARAKAT
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
1 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PERMEN-KP/2016 TENTANG PEDOMAN MONITORING DAN EVALUASI TERPADU PELAKSANAAN PROGRAM/KEGIATAN PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 194/PMK.05/2014 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 194/PMK.05/2014 TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN DALAM RANGKA PENYELESAIAN PEKERJAAN YANG TIDAK TERSELESAIKAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PERMEN-KP/2013 TENTANG
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PERMEN-KP/2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN MONITORING DAN EVALUASI TERPADU PELAKSANAAN PROGRAM/KEGIATAN PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KELAUTAN
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA-.06-0/2013 DS 0367-9073-0044-7104 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 15/PB/2006 TENTANG MEKANISME PEMBAYARAN/PENYALURAN DAN PELAPORAN DANA PENYESUAIAN
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PELAKSANAAN ANGGARAN PUSAT LINGKUP KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN II TAHUN 2014
Nomor 01/2014 Tahun Pertama PERKEMBANGAN PELAKSANAAN ANGGARAN PUSAT LINGKUP KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN II TAHUN 2014 Alokasi anggaran pusat yang dikelola oleh Kanwil
Lebih terperinci2015, No Pembayaran Tunjangan Kinerja Bagi Pegawai di lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaim
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1420, 2015 KEMEN-KKP. Tunjangan Kinerja. Pembayaran. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/PERMEN-KP/2015 TENTANG
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN RENCANA PENARIKAN DANA BULANAN DAN RENCANA PENERIMAAN DANA
KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN RENCANA PENARIKAN DANA BULANAN DAN RENCANA PENERIMAAN DANA DASAR HUKUM Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011
SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011 PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2011 UNTUK PENINGKATAN
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. 6.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan faktor, keterlambatan
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan faktor, keterlambatan penyerapan anggaran belanja pada satuan kerja Kantor Kementerian Agama di wilayah propinsi Sumatera Barat disebabkan
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR SP DIPA-15.6-/216 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara.
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR SP DIPA-24.2-/216 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara.
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN DAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL TAHUN ANGGARAN 2018 DENGAN
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PELAKSANAAN ANGGARAN PUSAT LINGKUP KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI SULAWESI BARAT BULAN DESEMBER TAHUN 2014
Nomor 07 Bulan Desember 2014 PERKEMBANGAN PELAKSANAAN ANGGARAN PUSAT LINGKUP KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI SULAWESI BARAT BULAN DESEMBER TAHUN 2014 Alokasi anggaran pusat yang dikelola oleh Kanwil
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR SP DIPA-15.6-/217 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara.
Lebih terperinciPANDUAN PENGUKURAN REALISASI FISIK OUTPUT KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN
PANDUAN PENGUKURAN REALISASI FISIK OUTPUT KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN Kementerian Pertanian 2016 KATA PENGANTAR Pada tahun 2016, pelaksanaan Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat
Lebih terperinci2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan
No.21, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Bendahara Umum Negara. Kinerja. Monitoring. Evaluasi. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 245/PMK.02/2016 TENTANG MONITORING KINERJA
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR SP DIPA-033.02-0/2015 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Lebih terperinciPeraturan Menteri Keuangan. Nomor 190/PMK.05/2012 tentang TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR SP DIPA-15.6-/215 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara.
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.10, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Bea Masuk. Ditanggung Pemerintah. Industri Sektor Tertentu. TA.2013. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7/PMK.011/2013
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 32 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011
SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 32 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011 PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2011 UNTUK SEKOLAH
Lebih terperinciBERITA ACARA REKONSILIASI Nomor:
2012, No.95 8 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/PMK.05/2012 TENTANG PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN LANJUTAN PROGRAM/ KEGIATAN NASIONAL PEMBERDAYAAN
Lebih terperinciRevisi Anggaran Tahun Anggaran Bandung, 27 April 2018
Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2018 Bandung, 27 April 2018 ž Dasar Hukum Revisi Anggaran 2018 ž Ruang lingkup revisi, Kewenangan dan batasan revisi anggaran ž Matrik kewenangan penyelesaian revisi anggaran
Lebih terperinci2013, No
2013, No.834 8 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK
Lebih terperinciMENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006
MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN STIMULAN UNTUK PERUMAHAN SWADAYA BAGI MASYARAKAT
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 217 NOMOR SP DIPA-22.11-/217 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 24 tentang
Lebih terperinci2016, No Proyek/Kegiatan melalui penerbitan Surat Berharga Syariah Negara; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf
No. 1055, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. SBSN. Pembiayaan Proyek/Kegiatan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 120/PMK.08/2016 TENTANG TATA CARA
Lebih terperinciPANDUAN PENGUKURAN REALISASI FISIK OUTPUT KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN
PANDUAN PENGUKURAN REALISASI FISIK OUTPUT KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2017 KATA PENGANTAR Pada tahun 2017, pelaksanaan Program Peningkatan Diversifikasi
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN DAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL
Lebih terperinci2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tam
No. 2005, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Dekonsentrasi. Pelimpahan dan Pedoman. TA 2017. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016
Lebih terperinciDUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN
DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN PEDOMAN TEKNIS PELATIHAN PEMANDU LAPANG TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR Pedoman Teknis Kegiatan Pelatihan Pemandu
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR SP DIPA-15.12-/217 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan
Lebih terperinciM O N E. LANGKAH STRATEGI PELAKSANAAN ANGGARAN Jakarta, 2017 DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU KPPN JAKARTA VI
M O N E KPPN JAKARTA VI DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU LANGKAH STRATEGI PELAKSANAAN ANGGARAN Jakarta, 2017 PEMBAGIAN KEWENANGAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA KEWENANGAN ADMINISTRATIF (Chief Operational
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR : SP DIPA-22.11-/216 A. DASAR HUKUM : 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan
Lebih terperinciPETUNJUK PENGISIAN DAN FORMAT REVISI DIPA
PETUNJUK PENGISIAN DAN FORMAT REVISI DIPA Lampiran I A. PENGERTIAN REVISI DIPA 1. Revisi DIPA adalah perubahan dan/atau pergeseran rincian anggaran dalam DIPA. 2. Revisi DIPA dibedakan menjadi 2 (dua)
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR SP DIPA-15.3-/217 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara.
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK
SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA-15.6-/AG/214 DS 12-392-713-178 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23 Tahun 213 tentang
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1404, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Subsidi Listrik. Penyediaan. Penghitungan. Pembayaran. Pertanggungjawaban. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciDUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA
DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA PEDOMAN TEKNIS PENILAIAN USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan
Lebih terperinciBERITA NEGARA. No.1341, 2012 KEMENTERIAAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT. Petunjuk Operasional. Kegiatan. Revisi. Pedoman.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1341, 2012 KEMENTERIAAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT. Petunjuk Operasional. Kegiatan. Revisi. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN
Lebih terperinciLaporan Kinerja KPPN Bandar Lampung 2015
BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis KPPN Bandar Lampung mempunyai visi Menjadi pengelola perbendaharaan negara di daerah yang profesional, modern, transparan, dan akuntabel. Sedangkan misi
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM
SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DAK BIDANG PENDIDIKAN MENENGAH TAHUN ANGGARAN 2013 I. KETENTUAN UMUM
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM
SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.265, 2014 KEMENKEU. Pembiayaan. Proyek. SBSN. Pemantauan. Evaluasi. Pelaporan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44/PMK.08/2014 TENTANG
Lebih terperinci2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lemba
No.1210, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN KKP. Tunjangan Kinerja. Pembayaran. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37/PERMEN-KP/2014 TENTANG TATA CARA
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 54 /PB/2007 TENTANG PETUNJUK PENCAIRAN DAN PENYALURAN DANA PENGUATAN MODAL
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/PERMEN-KP/2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT DI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciV. PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN
V. PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN Upaya Pemerintah untuk melaksanakan pembangunan yang bermuara kepada kesejahteraan rakyat semakin meningkat. Penyerahan wewenang urusan pemerintahan kepada Daerah Otonom
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.807, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. PNBP. Faskes Tingkat Pertama. Pengelolaan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88/PMK.02/2016 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008
MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008 TENTANG PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM DENGAN
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN RI PELAKSANAAN ANGGARAN 2012
KEMENTERIAN KEUANGAN RI PELAKSANAAN ANGGARAN 2012 LANGKAH AWAL TAHUN ANGGARAN 1 PENUNJUKAN PEJABAT PERBENDAHARAAN a. Menunjuk/Menetapkan kembali Pejabat Perbendaharaan segera dilaksanakan pada awal tahun
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1469, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Anggaran. Transfer. Pelaksanaan. Pertanggungjawaban. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 183/PMK.07/2013 TENTANG PELAKSANAAN
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 NOMOR SP DIPA-18.1-/216 DS933-1269-654-625 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS DANA ALOKASI KHUSUS FISIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS DANA ALOKASI KHUSUS FISIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinci2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 t
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1519, 2017 KEMENDAGRI. Hibah. Penerimaan dan Pengelolaan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG KETENTUAN PENERIMAAN DAN PENGELOLAAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN SISTEM E-MONITORING SERAPAN ANGGARAN UNTUK PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN PELAKSANAAN
Lebih terperinciPELAKSANAAN ANGGARAN BANTUAN PEMERINTAH PADA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA (Sesuai Peraturan Menkeu Nomor-168/PMK.05/2015)
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PELAKSANAAN ANGGARAN BANTUAN PEMERINTAH PADA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA (Sesuai Peraturan Menkeu Nomor-168/PMK.05/2015) Disampaikan dalam Rakornas Program Pamsimas
Lebih terperinciBERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA
No.1531, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. Dekonsentrasi. Pengendalian. Pelimpahan. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK
Lebih terperinciPEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdaya
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR SP DIPA-033.02-0/2016 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Lebih terperinci2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah
No.1183, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BSN. SAKIP. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM AKUNTABILITAS INSTANSI
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS KEBIJAKAN DAK BIDANG PENDIDIKAN DASAR TAHUN ANGGARAN 2013
SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG PENDIDIKAN DASAR TAHUN ANGGARAN 2013 PETUNJUK TEKNIS I. UMUM
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciSALINAN NOMOR TENTANG. Menimbang umum, dan/atau. konsumen, melindungii. Negara. Tahun menetapkan. Menteri. Barang 2013; Mengingat. Nomor.
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7/PMK.011/ 2013 TENTANG BEA MASUK DITANGGUNGG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN UNTUK MEMPRODUKSI BARANG
Lebih terperinciBERITA ACARA REKONSILIASI Nomor:
9 2012, No.1324 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 229/PMK.02/2012 TENTANG PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN LANJUTAN PROGRAM/ KEGIATAN NASIONAL PEMBERDAYAAN
Lebih terperinciKEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA NOMOR 38 /PER-DJPB/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PELAKSANAAN ANGGARAN PUSAT LINGKUP KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI SULAWESI BARAT BULAN OKTOBER TAHUN 2014
Nomor 05 Bulan Oktober 2014 PERKEMBANGAN PELAKSANAAN ANGGARAN PUSAT LINGKUP KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI SULAWESI BARAT BULAN OKTOBER TAHUN 2014 Alokasi anggaran pusat yang dikelola oleh Kanwil
Lebih terperinciPejabat Pembuat Komitmen, Pejabat Penanda Tangan SPM, dan Bendahara. untuk mendapatkan tema yang berkaitan dengan penelitian ini.
100 Satker yang menjadi objek penelitian, yang meliputi Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat Penanda Tangan SPM, dan Bendahara Pengeluaran. Hasil wawancara kemudian dianalisis menggunakan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.156,2012 PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/PMK.011/2012 TENTANG BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN UNTUK MEMPRODUKSI BARANG
Lebih terperinciRevisi ke : 01 Tanggal : 15 April 2014
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : SATU SET DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN A. DASAR HUKUM : 1. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan
Lebih terperinciPelaksanaan Likuidasi Entitas Akuntansi dan Entitas Pelaporan pada Kementerian Negara/Lembaga (PMK 272/PMK.05/2014)
Pelaksanaan Likuidasi Entitas Akuntansi dan Entitas Pelaporan pada Kementerian Negara/Lembaga (PMK 272/PMK.05/2014) Direktorat Jenderal Perbendaharaan Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Integritas
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PELAKSANAAN ANGGARAN PUSAT LINGKUP KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI SULAWESI BARAT BULAN SEPTEMBER TAHUN 2014
Nomor 04 Bulan September 2014 PERKEMBANGAN PELAKSANAAN ANGGARAN PUSAT LINGKUP KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI SULAWESI BARAT BULAN SEPTEMBER TAHUN 2014 Alokasi anggaran pusat yang dikelola oleh Kanwil
Lebih terperinciRevisi ke 01 Tanggal : 17 Maret 2015
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 27 Tahun
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 34 /PB/2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA PROGRAM
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR SP DIPA-033.08-0/2016 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Lebih terperinciRevisi ke : 02 Tanggal : 15 Juli 2014
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : SATU SET DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN A. DASAR HUKUM : 1. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 38/PMK.02/2011 TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN HASIL OPTIMALISASI ANGGARAN BELANJA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN 2010 PADA TAHUN ANGGARAN 2011 DAN PEMOTONGAN PAGU
Lebih terperinci2017, No Evaluasi Kinerja Anggaran atas Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor
No.1963, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. RKA-K/L. Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Anggaran. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 214/PMK.02/2017 TENTANG PENGUKURAN
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR SP DIPA-015.07-0/2016 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Lebih terperinciDAFTAR RINCIAN KEGIATAN DAN REALISASI ANGGARAN TA 2012 (DALAM RUPIAH) URAIAN KEGIATAN, OUTPUT, PAGU REALISASI *) SISA KETERANGAN
2012, No.1351 6 DAFTAR RINCIAN KEGIATAN DAN REALISASI ANGGARAN TA 2012 (DALAM RUPIAH) Nomor SP : aaaa.b/ccc-dd.e/ff/gggg (1) Kode dan Nama Satker : (999999) XXXXXXXXXXXXXXX [2] URAIAN KEGIATAN, OUTPUT,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS JENDERAL,
PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL NOMOR 1/PER-SJ/2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN DEKONSENTRASI SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS
Lebih terperinciBUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG
SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PEMBAGIAN RINCIAN DANA DESA SETIAP DESA SERTA PENGGUNAAN DANA DESA DI KABUPATEN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.208, 2010 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Dana Alokasi Khusus. Petunjuk Teknis.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.208, 2010 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Dana Alokasi Khusus. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 04/M-DAG/PER/1/2010 TENTANG PETUNJUK
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinci2017, No kementerian negara/lembaga dan pengesahan daftar isian pelaksanaan anggaran; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud da
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.985, 2017 KEMENKEU. RKA-K/L. Pengesahan DIPA. Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94/PMK.02/2017 TENTANG
Lebih terperinciDRAFT HASIL RAPAT 15 JAN 18
DRAFT HASIL RAPAT 15 JAN 18 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2018 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN TUNJANGAN KINERJA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PELAKSANAAN ANGGARAN PUSAT LINGKUP KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI SULAWESI BARAT BULAN AGUSTUS TAHUN 2014
Nomor 03 Bulan Agustus 2014 PERKEMBANGAN PELAKSANAAN ANGGARAN PUSAT LINGKUP KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI SULAWESI BARAT BULAN AGUSTUS TAHUN 2014 Alokasi anggaran pusat yang dikelola oleh Kanwil
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditi perkebunan yang sebagian terbesar merupakan perkebunan rakyat, perjalanan sejarah pengembangannya antara usaha perkebunan rakyat dan perkebunan besar, berjalan
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA-018.02-0/2013 DS 2887-2051-5773-8818 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL,
PERATURAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL NOMOR: PER. 005/M.PPN/06/2006 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN DAN PENGAJUAN USULAN SERTA PENILAIAN
Lebih terperinciDUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN
DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN PEDOMAN TEKNIS FASILITASI TEKNIS DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN TAHUN 2018 (Operasional Brigade Pengendalian Kebakaran Lahan dan Kebun) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN
Lebih terperinci2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu
No.89, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Pelaksanaan KLHS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG
Lebih terperinciTerlampir. Terlampir
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 14 Tahun
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 NOMOR SP DIPA-33.1-/216 DS2286-196-725-318 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.
Lebih terperinci