FUNGSI IKATAN PERSAUDARAAN MUSLIM SOCFINDO (IPMS) DALAM MEMBANGUN HUBUNGAN SOSIAL DENGAN MASYARAKAT SEKITAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FUNGSI IKATAN PERSAUDARAAN MUSLIM SOCFINDO (IPMS) DALAM MEMBANGUN HUBUNGAN SOSIAL DENGAN MASYARAKAT SEKITAR"

Transkripsi

1 FUNGSI IKATAN PERSAUDARAAN MUSLIM SOCFINDO (IPMS) DALAM MEMBANGUN HUBUNGAN SOSIAL DENGAN MASYARAKAT SEKITAR Henny Susanti 1, Drs. Sismudjito, M. Si 2 Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Abstrak Secara umum masyarakat perkebunan PT. Socfindo kebun Aek Loba lebih diidentikkan dengan masyarakat yang bersifat geselschaft telah membuat berkurangnya intensitas hubungan sosial yang dialami masyarakat perkebunan sehari-hari dengan masyarakat sekitarnya. Sehingga muncullah IPMS kebun Aek Loba yang merupakan lembaga kemasyarakatan yang dibuat masyarakat perkebunan untuk membangun hubungan sosial dengan masyarakat sekitar. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Hasil akhir pada penulisan ini bahwa lembaga IPMS berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara masyarakat perkebunan dengan masyarakat sekitar dengan membuat berbagai kegiatan-kegiatan sosialnya. Selain itu, penulis juga menemukan terjadinya pergeseran budaya masyarakat pekebunan yang sebenarnya bersifat gemeinschaft berubah menjadi geselschaft terjadi karena tuntutan pekerjaan yang membuat masyarakat perkebunan tidak dapat berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Kata Kunci : Fungsi IPMS, Membangun Hubungan Sosial Dengan Masyarakat Sekitar 1. Pendahuluan Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena tanpa interaksi sosial tak akan mungkin ada kehidupan bersama (Young:1959, dalam Soerjono Soekanto, 2001:67). Bertemunya orang perorangan secara badaniah belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan semacam itu baru akan terjadi apabila orang-orang atau kelompok-kelompok manusia bekerja sama, saling berbicara, dan seterusnya untuk mencapai suatu tujuan bersama, mengadakan persaingan, pertikaian dan lain sebagainya. Maka dapat dikatakan bahwa interaksi sosial adalah dasar proses sosial, dimana menunjuk pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Kedekatan suatu individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok dapat menumbuhkan sebuah interaksi sosial yang matang dan positif dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, sosial, pendidikan, dan budaya. Menurut 1 Mahasiswa Departemen Sosiologi FISIP USU 2 Dosen Departemen Sosiologi FISIP USU 75

2 Ferdinand Tonnies (dalam Soerjono Soekanto, 2001:144) hubungan-hubungan positif antara manusia selalu bersifat Gemeinschaft (paguyuban) atau Gesellschaft (patembayan). Gemeinschaft adalah bentuk kehidupan bersama dimana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal. Sedangkan Gesellschaft merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka serta strukturnya bersifat mekanis sebagaimana dapat diumpamakan dengan sebuah mesin. Seperti halnya pada masyarakat pedesaan, perkotaan, maupun pada masyarakat perkebunan yang memiliki pola interaksi yang berbedabeda. Kalau masyarakat pedesaan biasanya diidentikan pada solidaritas masyarakat yang kuat dan kedekatan hubungan emosional yang bersifat kekeluargaan. Sedangkan masyarakat perkotaan diidentikkan dengan kedekatan hubungan dan kedekatan hubungannya dengan sesama memiliki interaksi sosial yang hanya bersifat sementara. Interaksi sosial terjadi di berbagai lapisan masyarakat. Seperti halnya masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan, masyarakat perkebunan juga berinteraksi antara satu dengan yang lainnya baik itu dengan sesama masyarakat perkebunan ataupun dengan masyarakat bukan perkebunan. Dan kalau masyarakat perkebunan hampir sama dengan masyarakat pedesaan, hanya saja masyarakat perkebunan memiliki keterikatan dengan suatu perusahaan sehingga masyarakat perkebunan tidak dapat bergerak bebas dan memiliki sifat yang sedikit tetutup dikarenakan kesibukan mereka dalam bekerja demi mencukupi kebutuhan ekonomi. Hal di atas sesuai dengan tulisan M. Situmorang (2011) dalam sebuah artikel online yang mengatakan bahwa masyarakat perkebunan merupakan masyarakat yang terikat, sehingga ruang gerak mereka sangat sempit dan kurang dalam berinteraksi antar sesama masyarakat perkebunan bahkan pada masyarakat luar. Buruh perkebunan misalnya, yang merupakan bagian organik dari kelompok masyarakat sipil (Civil Society). Meskipun secara struktural mereka adalah bagian tak terpisahkan dari perusahaan, tetapi kesatuan fundamental historis, secara kongkrit tidak tergabung dan tidak dapat bersatu. Karena mereka adalah sekelompok golongan masyarakat sipil yang menjadi subordinat atau golongan subyek dominan bagi kelompok-kelompok dominan. Kelompok-kelompok dominan itu adalah suatu kekuatan yang senantiasa eksis dalam sejarah masyarakat post kolonial meskipun bukan dalam bentuk aslinya. Struktur dikotomi masyarakat post kolonial adalah elite dan subaltern. Yang dimaksud elit adalah kelompok-kelompok dominan, baik pribumi maupun asing. Yang asing bisa pemilik industri, pemilik perkebunan yang pribumi dibagi menjadi dua yang 76

3 beroperasi di tingkat nasional (pegawai pribumi di birokrasi tinggi) dan mereka yang beroperasi di tingkat lokal (pegawai pribumi di birokrasi lokal, birokrasi perkebunan). ( option=com_content&view=article&id=246&lang=en diakses pada tanggal 28 Desember 2012 pukul 18:09 WIB). Dari pernyataan di atas terlihat bahwa interaksi yang terjadi berbeda satu sama lain tergantung di wilayah mana suatu masyarakat berada, atau dengan kata lain terdapat pengelompokan-pengelompokan di dalam struktur organisasi masyarakat perkebunan yang juga mempengaruhi proses interaksi sosialnya. Misalnya karyawan hanya bisa bergaul dengan sesama karyawan, atau buruh bergaul dengan sesama buruh saja. Hal ini menumbuhkan sebuah interaksi yang kaku serta menimbulkan ketidakharmonisan dalam kehidupan masyarakat perkebunan. Masyarakat perkebunan yang sangat bergantung dengan mata pencahariannya pada perusahaan kemudian jadi sulit berkembang apalagi bergaul. Keterbatasan waktu yang dimiliki oleh para karyawan perkebunan membuat mereka kurang berinteraksi dengan masyarakat lainnya dikarenakan sebagian besar waktu mereka gunakan untuk bekerja. Tentu saja ini kemudian membuat masyarakat perkebunan menjadi tertutup. Keterikatan akan kontrak kerja dengan perusahaan membuat para buruh perkebunan menjadi kurang ruang gerak dan pemikirannya sehingga berdampak pada kurangnya kesempatan untuk mengembangkan diri atau mensejahterakan diri dan keluarganya ke arah yang lebih baik melalui jalan lain. Bahkan mereka lebih memilih anak dan seluruh keluarganya bekerja di perkebunan juga. Selain itu, kehidupan masyarakat perkebunan yang terikat ini juga mempengaruhi pola interaksinya, baik itu terhadap sesama masyarakat perkebunan maupun dengan masyarakat sekitar yang notabenenya bukan masyarakat perkebunan. Karena jarang sekali bertemu dan bersosialisasi, hal ini tentu saja kemudian menciptakan hubungan yang tidak harmonis di antara kedua masyarakat yang berbeda status ini. Permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah bagaimana fungsi Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo (IPMS) kebun Aek Loba dalam membangun hubungan sosial dengan masyarakat sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana fungsi lembaga Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo (IPMS) dalam membangun hubungan sosial serta interaksi dengan masyarakat desa sekitarnya. Manfaat penelitian merupakan sesuatu yang diharapkan ketika sebuah penelitian sudah selesai. Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan informasi dan sumbangan pemikiran bagi peneliti lain sebagai 77

4 bahan rujukan untuk perbandingan atas masalah yang sama terutama dalam bidang ilmu sosiologi khususnya tentang studi masyarakat perkebunan yang sangat sedikit referensinya. Sedangkan manfaat secara praktis penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penulis dalam membuat karya tulis ilmiah melalui penelitian ini. Selain itu hasil penelitian juga nantinya diharapkan dapat memberi manfaat bagi peneliti selanjutnya dalam menjadikan sebuah referensi tentang fungsi organisasi dalam meningkatkan hubungan sosial antara masyarakat perkebunan dengan masyarakat desa. 2. Tinjauan Pustaka 2.1. Organisasi Sosial Organisasi sosial disebut juga dengan lembaga kemasyarakatan, pranata sosial atau institusi sosial. Menurut Koentjaraningrat (dalam Ibrahim, 2003:87), lembaga kemasyarakatan (pranata sosial) adalah suatu sistem dan norma khusus yang menata suatu rangkaian tindakan berpola mantap guna memenuhi suatu keperluan khusus dari manusia dalam kehidupan masyarakat. Soerjono Soekanto (dalam Ibrahim, 2003:87) mendefenisikan lembaga kemasyarakatan sebagai himpunan dari norma-norma segala tindakan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok manusia di dalam kehidupan masyarakat. Gillin dan Gillin (dalam Basrowi, 2005:99) dalam bukunya General Features Of Social Institutions mengatakan bahwa ciri umum lembaga kemasyarakatan adalah sebagai berikut : 1. Merupakan suatu organisasi yang berisi pola-pola pemikiran dan pola-pola perilaku yang terwujud melalui aktifitas-aktifitas kemasyarakatan dan hasil-hasilnya. Lembaga kemasyarakatan dalam hal ini berisi tata kelakuan, adat istiadat, kebiasaan, serta unsur-unsur kebudayaan yang secara langsung atau tidak tergabung dalam satu unit fungsional. 2. Mempunyai tingkat kekekalan tertentu. Dalam hal ini sistem kepercayaan dan tindakan yang lain baru akan menjadi bagian lembaga kemasyarakatan setelah melewati waktu yang relatif lama. 3. Mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu. Sebagai contoh, suatu lembaga persaingan bebas dalam kehidupan ekonomi yang bertujuan agar produksi berjalan secara efektif oleh karena para individu akan terpaut pada keuntungan yang akan 78

5 diperolehnya kepada orang-orang yang mempunyai pengaruh serta mengetahui caracaranya. 4. Mempunyai alat-alat perlengkapan yang digunakan untuk mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan, misalnya peralatan penggunaannya biasanya akan berlainan untuk masing-masing masyarakat. 5. Mempunyai lambang-lambang yang berbeda, yang menggambarkan tujuan dan fungsi lembaga tersebut. Misalnya sekolah-sekolah mempunyai lambang yang merupakan ciri khas sekolah tersebut. 6. Mempunyai tradisi yang tertulis maupun tidak tertulis, yang merumuskan tujuannya, tata tertib yang berlaku Interaksi Sosial Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang sejak dilahirkan sudah membutuhkan pergaulan dengan orang-orang untuk memenuhi kebutuhannya (Gerungan, 2000:24). Interaksi sosial merupakan suatu fondasi dari hubungan yang berupa tindakan yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan diterapkan di dalam masyarakat. Dengan adanya nilai dan norma yang berlaku, interaksi sosial itu sendiri dapat berlangsung dengan baik jika aturan-aturan dan nilai-nilai yang ada dapat dilakukan dengan baik. Jika tidak adanya kesadaran atas pribadi masing-masing, maka proses sosial itu sendiri tidak dapat berjalan sesuai dengan yang kita harapkan. Di dalam kehidupan sehari-hari tentunya manusia tidak dapat lepas dari hubungan antara satu dengan yang lainnya, ia akan selalu perlu untuk mencari individu ataupun kelompok lain untuk dapat berinteraksi ataupun bertukar pikiran. Interaksi sosial merupakan kunci semua kehidupan sosial. (Soerjono Soekanto, 2001). Interaksi Sosial menurut menurut Shaw (dalam Ali, 2004:87) merupakan suatu pertukaran antar pribadi yang masing-masing orang menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam kehadiran mereka dan masing-masing perilaku mempengaruhi satu sama lain. Dalam hal ini, tindakan yang dilakukan seseorang dalam suatu interaksi merupakan stimulus bagi individu lain yang menjadi pasangannya dan pada akhirnya mereka akan saling berperilaku satu sama lain untuk menunjukkan adanya kegiatan timbal balik yang saling berhubungan. Menurut Ferdinand Tonnies (dalam Soerjono Soekanto, 2001: ) bahwa suatu masyarakat memiliki hubungan-hubungan positif satu sama lainnya. Adapun bentuk hubungan tersebut dibedakan atas dua yaitu paguyuban (gemeinschaft) dan patembayan (Gesellschaft). Paguyuban (Gemeinschaft) adalah bentuk kehidupan bersama dimana 79

6 anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang memang telah dikodratkan. Kehidupan tersebut dinamakan juga bersifat nyata dan organis, sebagaimana dapat diumpamakan dengan organ tubuh manusia atau hewan. Bentuk paguyuban terutama akan dapat dijumpai di dalam keluarga, kelompok kerabatan, rukun tetangga dan lain sebagainya. Sebaliknya patembayan (Gesellschaft) merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat sebagai suatu bentuk dalam fikiran belaka (imaginary) serta strukturnya bersifat mekanis sebagaimana dapat diumpamakan dengan sebuah mesin. Bentuk Gesellschaft terutama terdapat di dalam hubungan perjanjian yang berdasarkan ikatan timbal balik, misalnya ikatan antara pedagang, organisasi dalam suatu pabrik atau industri dan lain sebagainya. Di dalam Gemeinschaft atau paguyuban terdapat suatu kemauan bersama (common will), ada suatu pengertian serta juga kaidah-kaidah yang timbul dengan sendirinya dari kelompok tersebut. Apabila terjadi pertentangan antara anggota suatu paguyuban, maka pertentangan tersebut tidak akan dapat dibatasi dalam suatu hal saja. Hal itu disebabkan karena adanya hubungan yang menyeluruh antara anggota-anggotanya. Tak mungkin suatu pertentangan yang kecil diatasi, oleh karena pertentangan tersebut, akan menjalar ke bidangbidang lainnya. Keadaan yang sedikit berbeda akan dijumpai pada patembayan atau Geselschaft, dimana terdapat public life yang artinya bahwa hubungannya bersifat untuk semua orang; batas-batas antara kami dengan bukan kami kabur. Pertentanganpertentangan yang terjadi antara anggota dapat dibatasi pada bidang-bidang tertentu, karena suatu persoalan dapat dilokalisasi (Basrowi, 2005:54). Dari teori yang dikemukakan Ferdinand Tonnies tersebut terlihat bahwa hubungan masyarakat saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya baik itu dari ikatan darah, keluarga, maupun saudara jauh. Begitu juga dengan lembaga Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo (IPMS) yang berperan sebagai suatu kelompok sosial dalam bidang keagamaan yang dapat mendekatkan masyarakat perkebunan dari berbagai status sosial dan ekonominya Masyarakat Perkebunan Sejarah perkembangan perkebunan di Indonesia memang sangat ditentukan oleh politik kolonial penjajah, terutama Belanda. Kebijaksanaan-kebijaksanaan yang diterapkan dari waktu ke waktu telah mewarnai wajah perkebunan di Indonesia hingga mencapai bentuk seperti sekarang ini. Dimulai dari sejak berkuasanya VOC yang menerapkan sistem monopoli 80

7 dan pungutan paksa terhadap usaha kebun di Indonesia, kemudian Daendels dan Raffles dengan pandangan liberal, disusul kemudian oleh berkuasanya Gubernur Jenderal Van den Bosch yang menerapkan sistem tanam paksa dalam mengembangkan perkebunan di Indonesia, hingga dikeluarkannya Agrarische wet tahun 1870 (Mubyarto, 1992:16). Kehadiran perkebunan kelapa sawit berpengaruh terhadap perubahan pola pekerjaan, yang diikuti dengan peningkatan penghasilan masyarakat. Konsekuensi lain adalah berpengaruh terhadap pola hidup dan hubungan sosial yang ditandai dengan pergeseran berbagai irama kehidupan, perubahan pola interaksi sosial yang sederhana dan bercorak lokal berubah ke pola interaksi yang kompleks serta menembus batas pedesaan, bertambahnya penduduk sehingga berbagai pola kehidupan saling mempengaruhi. Dalam tradisi kolonialis, sistem ini memang sengaja dibangun untuk mengefektifkan proses produksi dan untuk mengakumulasikan keuntungan yang sebanyak-banyaknya. Sistem semacam ini merupakan perpaduan antara sistem kapitalisme yang menghambakan pada pemupukan modal dan sistem feodalisme yang menghambakan ketaatan pada sang penguasa. Sistem masyarakat semacam ini masih banyak menjadi fenomena di masyarakat perkebunan sekarang ini. Tidak banyak perubahan yang terjadi secara signifikan dalam masyarakat perkebunan dari masa kolonial hingga sekarang. Secara geografis mereka terisolir, akses untuk informasi dan pendidikan sangat minim. Pagar pembatas atau palang pintu untuk masuk dan keluar perkebunan dijaga ketat oleh security. Letak perumahan yang masih sangat membedakan antara kelas administratur dengan buruh perkebunan. Perilaku elit adiministratur yang kurang manusiawi yang masih memandang rendah dan sebelah mata para golongan kaum buruh. 3. Metode Penelitian Jenis penelitan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah studi deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilakukan di perkebunan PT. Socfindo kebun Aek Loba kecamatan Aek Kuasan kabupaten Asahan. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil jumlah informan sebanyak 11 (sebelas) orang yang terdiri dari 7 (tujuh) orang informan kunci dan 4 (empat) orang informan biasa. Informan kunci yang terdiri dari 7 (tujuh) orang yaitu terdiri dari 1 (satu) orang ketua Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo (IPMS) kebun Aek Loba dan sisanya adalah pengurus dan anggota-anggotanya. Sedangkan informan biasa yang terdiri dari 4 (empat) orang merupakan pihak yang mewakili pemerintahan kecamatan Aek Kuasan, tokoh agama, dan masyarakat sekitar yang sering 81

8 mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo (IPMS) kebun Aek Loba. 4. Hasil Dan Pembahasan Anggota Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo (IPMS) kebun Aek Loba merupakan seluruh karyawan, pegawai staf dan pegawai nonstaf yang beragama Islam di perkebunan PT. Socfindo kebun Aek Loba, baik itu yang sudah lama bekerja maupun yang baru saja masuk bekerja di perusahaan PT. Socfindo kebun Aek Loba. Adapun struktur organisasi Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo (IPMS) yaitu dewan penasehat, sekretaris, bendahara, bidang Perayaan Hari Besar Islam (PHBI), bidang Serikat Tolong Menolong (STM), bidang seni, bidang pendidikan, ketua ranting, dan anggota. Susunan kepengurusan pusat disahkan dalam rapat anggota yang dihadiri oleh seluruh anggota dan utusan dari cabang-cabang. Selanjutnya susunan Dewan Pengurus Cabang disahkan oleh rapat anggota cabang dan disahkan oleh Dewan Pengurus Pusat. Lalu susunan Dewan Pengurus Ranting disahkan oleh rapat anggota ranting yang dihadiri oleh pengurus cabang. Pengurus Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo (IPMS) kebun Aek Loba dipilih berdasarkan hasil musyawarah dari seluruh warga perkebunan. Perkebunan PT. Socfindo kebun Aek Loba yang terdiri dari 8 (delapan) Divisi kemudian mengirim perwakilannya sebanyak 2 sampai 3 orang untuk bermusyawarah dan kemudian menjadi pengurus di lembaga ini. Biasanya pengurus-pengurus lama yang ada kemudian terpilih menjadi pengurus lagi di bidang yang berbeda dengan sebelumnya. Tidak ada kriteria khusus untuk menjadi pengurus Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo (IPMS) kebun Aek Loba, yang penting merupakan pekerja perkebunan dan beragama Islam. Dari penjelasan singkat di atas, Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo (IPMS) memiliki maksud untuk mencapai satu tujuan yang sama agar dapat menjadi sebuah organisasi yang dikenal oleh masyarakat perkebunan dan masyarakat sekitar. Seperti yang dikemukakan oleh Thompson (dalam Liliweri:1997), yang menyatakan bahwa tujuan organisasi adalah suatu objek yang bersifat abstrak dari organisasi, dia merupakan cita-cita ideal yang harus dicapai oleh semua anggota organisasi. Tanpa adanya sebuah tujuan dalam pembentukan organisasi maka tidak akan ada manfaat dari sebuah organisasi. Karena tujuan organisasi merupakan bentuk mutlak yang ada dalam struktur keorganisasian agar dapat berdiri tegak sesuai dengan keinginan para anggotanya. 82

9 Dari teori tersebut dapat dikaitkan bahwa Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo (IPMS) kebun Aek Loba berdiri karena seluruh stakeholder memiliki tujuan yang sama dalam membesarkan nama lembaga tersebut. Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo (IPMS) kebun Aek Loba membuat program kegiatan sosial setiap tahunnya agar eksistensi lembaga ini dikenal oleh masyarakat perkebunan dan masyarakat sekitar. Sehingga fungsi organisasi melalui program-program kegiatan yang dicanangkan lembaga Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo (IPMS) dapat berjalan sesuai dengan tujuannya dalam menjalin hubungan silaturrahmi antara masyarakat perkebunan dengan masyarakat sekitar Program Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo (IPMS) Kebun Aek Loba Dalam Menjalin Silaturrahmi Kepada Masyarakat Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo (IPMS) merupakan sebuah lembaga masyarakat yang berazaskan Islam. Oleh karena itulah kemudian lembaga ini banyak membuat program-program untuk meningkatkan tali persaudaraan di dalam masyarakat. Adapun program-program kegiatan yang dibuat oleh Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo khususnya kebun Aek Loba yaitu pengajian rutin (Tabligh Akbar), pengajian rutin Al- Munawwaroh, pengajian rutin Az-Zidiniyah, upah-upah calon jamaah haji, safari Ramadhan, sunat massal, santunan anak yatim, membentuk panitia Lembaga Amil Zakat (LAZ), perayaan hari besar Islam. Secara sosiologis peneliti mengaitkan teori interaksi sosial yang dikemukakan oleh Ferdinand Tonnies. Menurut Ferdinand Tonnies (dalam Soerjono Soekanto, 2001: ) bahwa suatu masyarakat memiliki hubungan-hubungan positif satu sama lainnya. Adapun bentuk hubungan tersebut dibedakan atas dua yaitu paguyuban (gemeinschaft) dan patembayan (Gesellschaft). Paguyuban (Gemeinschaft) adalah bentuk kehidupan bersama dimana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang memang telah dikodratkan. Dalam hasil penelitian yang dilakukan ternyata maksud dan tujuan lembaga Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo (IPMS) adalah untuk menciptakan hubungan silaturrahmi yang bersifat kekeluargaan antara masyarakat perkebunan dengan masyarakat sekitar yang secara umum sebagian masyarakat memandang bahwa masyarakat perkebunan lebih tertutup daripada masyarakat sekitar. Akan tetapi peneliti menganalisis bahwa hal tersebut tidak semuanya benar. Karena dengan adanya Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo (IPMS), lembaga ini menjadi suatu alat penghubung antara masyarakat 83

10 sekitar dengan masyarakat perkebunan. Sehingga secara alami menumbuhkan rasa kepedulian antar sesama umat beragama yang saling tolong menolong dalam menjalani kehidupan sosial. Sedangkan kalau dilihat pada konsep patembayan (Gesellschaft) merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat sebagai suatu bentuk dalam fikiran belaka (imaginary) serta strukturnya bersifat mekanis sebagaimana dapat diumpamakan dengan sebuah mesin. Bentuk Gesellschaft terutama terdapat di dalam hubungan perjanjian yang berdasarkan ikatan timbal balik. Dalam konsep ini dapat dijelaskan bahwa kegiatan IPMS berlangsung dengan bantuan masyarakat sekitar dengan tujuan untuk mensukseskan kegiatan yang sifatnya hanya sementara dan tidak untuk melakukan proses dalam jangka waktu yang panjang Interaksi Sosial Masyarakat Perkebunan Dengan Masyarakat Sekitar Dalam Mengikuti Kegiatan Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo (IPMS) Kebun Aek Loba Dalam suatu masyarakat senantiasa terjalin interaksi sosial, artinya sebagai makhluk hidup yang memiliki sifat saling ketergantungan sudah tentu manusia saling memerlukan satu sama lain. Oleh karena itulah kemudian interaksi sosial sudah menjadi hal mutlak dalam pergaulan masyarakat sehari-hari. Mulai dari lingkungan keluarga sampai kepada masyarakat yang lebih luas. Aristoteles mendefinisikan bahwa manusia adalah Zoon Politicon artinya pada dasarnya manusia adalah makhluk yang selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan manusia yang lainnya dan jadi makhluk yang bermasyarakat. Dari sifat suka bergaul dan bermasyarakat itulah manusia dikenal sebagai makhluk sosial. Aristoteles seorang filsuf Yunani terkenal dengan gagasannya tentang manusia sebagai makhluk sosial, makhluk yang hidup bersama manusia yang lain, dan makhluk yang ada dan berelasi dengan manusia yang lain. Secara kodrati manusia adalah makhluk yang memiliki kecenderungan untuk hidup dalam kebersamaan dengan yang lain untuk belajar hidup sebagai manusia. Seiring dengan hal di atas, masyarakat perkebunan juga merupakan bagian dari makhluk sosial yang tentu saja memiliki rasa ketergantungan antara yang satu dengan yang lain. Sedikit memiliki perbedaan, masyarakat perkebunan merupakan sebuah komunitas yang diatur oleh pihak-pihak tertentu yang berkepentingan di dalamnya. Dalam berinteraksi, masyarakat perkebunan juga tidak jauh berbeda dengan masyarakat lain pada umumnya. Di perkebunan PT. Socfindo kebun Aek Loba misalnya, para pekerja berinteraksi sebagaimana mestinya, hanya saja intensitasnya sedikit bila dibandingkan dengan masyarakat desa di 84

11 sekitarnya. Hal ini dikarenakan para pekerja perkebunan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja. Dalam berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya, masyarakat perkebunan PT. Socfindo kebun Aek Loba terbilang cukup kurang. Hanya jika ada kepentingan-kepentingan tertentu saja mereka berinteraksi. Misalnya dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo (IPMS) kebun Aek Loba, barulah mereka saling berinteraksi. Masyarakat perkebunan di PT. Socfindo kebun Aek Loba cenderung tertutup dan kurang berinteraksi bukan karena mereka tidak mau bergaul, hanya saja karena mereka pada umumnya bekerja hingga seharian bahkan hingga malam hari, jadi waktu untuk berada di rumah dan bergaul dengan warga sekitar menjadi kurang. Hal ini telah menunjukkan suatu pergeseran antara masyarakat paguyuban (gemeinscaft) menjadi masyarakat patembayan (gesellscaft) yang disebabkan oleh tuntutan pekerjaan yang harus dilakukan masyarakat perkebunan setiap harinya. Masyarakat perkebunan menjadi kurang berinteraksi dengan masyarakat desa di sekitarnya dikarenakan mereka harus bekerja sesuai dengan prosedur waktu yang sudah ditentukan oleh pihak perusahaan. Dan hasilnya adalah mereka jadi kurang pergaulan sehingga membuat mereka terlihat tertutup dengan masyarakat luar. Akan tetapi hal ini tidak semata-mata membuat kualitas hubungan mereka menjadi tidak harmonis, hanya intensitasnya saja yang kurang. Selain itu juga bukan berarti sama sekali tidak ada interaksi di antara masyarakat kebun dengan masyarakat sekitarnya jika di luar kegiatan-kegiatan kemasyarakatan. Interaksi di antara keduanya tetap terjalin dengan baik walaupun di luar kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan. Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo (IPMS) kebun Aek Loba sebagai lembaga sosial keagamaan kemudian mencari solusi dengan mengadakan kegiatan-kegiatan sosial yang turut mengikutsertakan masyarakat desa di sekitarnya. Salah satu kegiatan andalan dari Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo (IPMS) kebun Aek Loba adalah sunat massal yang diadakan setiap setahun sekali. Kegiatan ini diadakan pada saat liburan tahun ajaran baru sehingga diharapkan tidak menjadi penghalang belajar bagi para peserta karena memang bertepatan dengan liburan akhir semester. Kegiatan sunat massal ini mengikutsertakan masyarakat perkebunan dengan masyarakat desa di sekitarnya. Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo (IPMS) kebun Aek Loba sudah berhasil menunjukkan eksistensinya sebagai lembaga sosial keagamaan yang bertanggung jawab terhadap kemaslahatan masyarakat tidak hanya pada 85

12 masyarakat perkebunan akan tetapi juga masyarakat di sekitarnya melalui kegiatan-kegiatan sosialnya. Masyarakat desa sekitarnya juga turut merasakan manfaat positif dari kehadiran lembaga Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo (IPMS) kebun Aek Loba ini. Hal ini dikarenakan kegiatan-kegiatan yang diadakan Ikatan Persudaraan Muslim Socfindo (IPMS) secara tidak langsung dapat meningkatkan hubungan sosial serta ekonomi masyarakat. Bentuk antusiasme masyarakat seperti yang telah dipaparkan di atas secara tidak langsung menimbulkan interaksi sosial. Masyarakat yang mengikuti kegiatan sunat massal dan saling berbaur satu sama lain dalam satu tempat kemudian merasa senasib dan akhirnya timbul hubungan emosional yang kemudian melahirkan interaksi sosial di antaranya. Sesuai dengan konsep hubungan Gemeinschaft yang dikemukakan oleh Ferdinand Tonnies mengatakan bahwa dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan kesatuan batin yang memang telah dikodratkan. Masyarakat desa yang sebenarnya telah ditanamkan rasa cinta dan rasa kepedulian satu sama lain kemudian jika disatukan mereka akan langsung memiliki hubungan emosional yang merasa mereka adalah sama dan satu tujuan. Sehingga mereka kemudian saling berinteraksi tanpa ada rasa canggung ataupun individualistis. Bukan hanya interaksi jangka pendek seperti Geselschaft, akan tetapi akan berlanjut ketika mereka berada di luar kegiatan sekalipun. Hal inilah yang secara tidak langsung menumbuhkan rasa saling memiliki di antara semua lapisan masyarakat yang ada di sana. Dari hasil penelitian ini masyarakat perkebunan memiliki pergeseran budaya yang dulunya dipandang sebagai masyarakat yang memiliki sifat individualis dan tidak mau berinteraksi dengan masyarakat sekitar yang dikarenakan oleh tuntutan pekerjaan yang tindak memiliki waktu untuk berinteraksi dan bersosialisasi. Ternyata mereka juga memiliki keinginan untuk dapat berinteraksi dengan masyarakat sekitar yang dikarenakan ingin menjalin hubungan kekeluargaan yang lebih dekat. Inilah yang menjadi hal yang mendasar terjadinya pergeseran budaya yang semakin terkikis oleh perubahan zaman yang dikarenakan masyarakat yang semakin lama semakin berkembang sumber daya manusia dan ilmu pengetahuannya. 5. Simpulan Dan Saran 5.1. Simpulan 1. Fungsi lembaga Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo (IPMS) dapat berjalan sesuai dengan tujuannya dalam menjalin hubungan silaturrahmi antara masyarakat perkebunan dengan masyarakat sekitar melalui program kerja yang dibuat setiap 86

13 tahunnya dengan cara membuat kegiatan-kegiatan sosial yang berbasis agama serta atas hasil kerjasama antar anggota pengurus lembaga dengan tujuan agar lembaga ini semakin lebih dikenal oleh masyarakat perkebunan dan masyarakat sekitar. 2. Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo (IPMS) kebun Aek Loba sudah berhasil menunjukkan eksistensinya sebagai lembaga sosial keagamaan yang bertanggung jawab terhadap kemaslahatan masyarakat tidak hanya pada masyarakat perkebunan akan tetapi juga masyarakat di sekitarnya melalui kegiatan-kegiatan sosialnya yang dianggap sebagai kegiatan yang positif. 3. Lembaga Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo (IPMS) yang ternyata telah menjadi suatu alat penghubung antara masyarakat sekitar dengan masyarakat perkebunan. Sehingga secara alami menumbuhkan rasa kepedulian antar sesama umat beragama yang saling tolong menolong dalam menjalani kehidupan sosial. 4. Kegiatan IPMS berlangsung dengan bantuan masyarakat sekitar dengan tujuan untuk mensukseskan kegiatan yang sifatnya hanya sementara dan tidak untuk melakukan proses dalam jangka waktu yang panjang Saran 1. Sebaiknya lembaga Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo (IPMS) meningkatkan hubungan silaturrahmi kepada masyarakat dengan cara membuat suatu program yang berbasis pendidikan dasar yang khususnya bagi anak dari latar belakang keluarga yang kurang mampu tanpa membedakan agama. 2. Pemerintah setempat sebaiknya lebih intensif melakukan kerjasama dengan lembaga Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo (IPMS) dalam meningkatkan kegiatan-kegiatan yang dibuat oleh lembaga ini melalui bantuan dana dan ide-ide yang bersifat membangun agar keharmonisan hubungan antara pemerintah, pihak perkebunan, dan masyarakat dapat terjaga. 3. Sebaiknya masyarakat perkebunan dan masyarakat sekitar tidak hanya menjalin hubungan sosial pada saat kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh lembaga Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo (IPMS) saja, tetapi masyarakat tersebut menjalin silaturrahmi di luar kegiatan misalnya saja dengan cara membuat arisan, perwiritan, membuat kerajinan tangan, dan juga kegiatan-kegiatan lain yang membuat hubungan sosial yang hidup bersama di daereah tersebut tidak terputus. 87

14 Daftar Pustaka Agusyanto, Rudi Jaringan Sosial Dalam Organisasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Ali, M & Mohammad Asrori Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Alo, DR. Liliweri Sosiologi Organisasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Ardana, Komang dkk. Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta: Graha Ilmu. Ari, AAGN Dwipayana dkk Membangun Good Governance di Desa. Yogyakarta: IRE Press. Basrowi, Dr. M.S Pengantar Sosiologi. Bogor: Ghalia Indonesia. Bertrand, Alvin Sosiologi (diterjemahkan oleh Saupiah S.F). Jakarta: PT. Bina Aksana. Breman, Jan Menjinakkan sang kuli : Politik Kolonial, Tuan Kebun, Dan Kuli di Sumatera Timur Pada Awal Abad Ke-20. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti. Bungin, Burhan Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Dwi, J. Narwoko & Bagong Suyanto Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Gerungan, WA Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama. Horton, Paul B., Chester L. Hunt Sosiologi Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Meleong, Lexy J Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Karya. Mubyarto dkk Tanah Dan Tenaga Kerja Perkebunan. Yogyakarta: Aditya Media. Mustain, Dr Petani VS Negara: Gerakan Sosial Petani Melawan Hegemoni Negara. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Polak, Major Sosiologi Suatu Buku Pengantar Ringkas. Jakarta: PT Ichtiar Baru. Ritzer, Goerge & Douglas J. Goodman Teori-teori Sosiologi Modern Eds.ke-6. Jakarta: Kencana. Situmorang, M Wajah Perkebunan. (online), ( diakses pada 28 Desember 2012 pukul WIB). Sobirin, Achmad Budaya Organisasi: Pengertian, Makna Dan Aplikasinya Dalam Kehidupan Organisasi. Yogyakarta: Unit Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Soekanto, Soerjono Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sunarto, Kamanto Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 88

15 Suyanto, Bagong dkk, Metode Penelitian Sosial : Berbagai Alternatif Pendekatan. Edisi 1. Jakarta: Pernada Media. Su adah dkk Beberapa Pemikiran Tentang Pembangunan Kesejahteraan Sosial. Malang: UMM Press. Tarik, Jabal Ibrahim Sosiologi Pedesaan. Malang: UMM Press. Sumber lain diakses pada 05 Maret 2013 pukul 21:49 WIB 89

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena tanpa interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama (Young:1959, dalam Soerjono

Lebih terperinci

FUNGSI IKATAN PERSAUDARAAN MUSLIM SOCFINDO (IPMS) DALAM MEMBANGUN HUBUNGAN SOSIAL DENGAN MASYARAKAT SEKITAR

FUNGSI IKATAN PERSAUDARAAN MUSLIM SOCFINDO (IPMS) DALAM MEMBANGUN HUBUNGAN SOSIAL DENGAN MASYARAKAT SEKITAR FUNGSI IKATAN PERSAUDARAAN MUSLIM SOCFINDO (IPMS) DALAM MEMBANGUN HUBUNGAN SOSIAL DENGAN MASYARAKAT SEKITAR (Studi Deskriptif Di Perkebunan PT. Socfindo Kebun Aek Loba Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan aktif di organisasi kemasyarakatan, mengikuti perkumpulan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan aktif di organisasi kemasyarakatan, mengikuti perkumpulan yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Organisasi Sosial Organisasi adalah institusi masyarakat yang dominan di dalam kehidupan manusia. Seseorang mungkin dilahirkan di rumah sakit, dididik di sekolah formal, mencari

Lebih terperinci

Sosiologi. Kelompok & Organisasi Sosial MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 07

Sosiologi. Kelompok & Organisasi Sosial MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 07 MODUL PERKULIAHAN Kelompok & Organisasi Sosial Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 07 MK61004 Nurwidiana, SKM MPH Abstract Mata kuliah ini merupakan pengantar bagi

Lebih terperinci

KELOMPOK SOSIAL GUMGUM GUMILAR, S.SOS., M.SI

KELOMPOK SOSIAL GUMGUM GUMILAR, S.SOS., M.SI KELOMPOK SOSIAL GUMGUM GUMILAR, S.SOS., M.SI Definisi Kelompok Sosial 1. Menurut Soerjono Soekanto, kelompok adalah himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama karena saling berhubungan

Lebih terperinci

Gumgum Gumilar, S.Sos., M.Si.

Gumgum Gumilar, S.Sos., M.Si. LEMBAGA KEMASYARAKATAN Gumgum Gumilar, S.Sos., M.Si. PENGERTIAN Lembaga kemasyarakatan adalah himpunan norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok didalam kehidupan masyarakat.

Lebih terperinci

Kelopok Sosial. Fitri dwi lestari

Kelopok Sosial. Fitri dwi lestari Kelopok Sosial Fitri dwi lestari 2 HASRAT MANUSIA SEJAK LAHIR 1. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya 2. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam di sekelilingnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang seharusnya dilakukan bagi setiap manusia dalam masyarakat untuk terus berinteraksi. Sama

BAB I PENDAHULUAN. yang seharusnya dilakukan bagi setiap manusia dalam masyarakat untuk terus berinteraksi. Sama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kunci dalam hidup bermasyarakat ialah interaksi, karena memang sudah menjadi hal yang seharusnya dilakukan bagi setiap manusia dalam masyarakat untuk terus

Lebih terperinci

Ciri dan Syarat Kelompok Sosial

Ciri dan Syarat Kelompok Sosial KELOMPOK SOSIAL Rahayu Ginintasasi Pengertian Kelompok Sosial Manusia adalah makhluk individu yang tidak dapat melepaskan diri dari hubungan dengan manusia lain. Sebagai akibat kemudian lahirlah kelompok-

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sebuah kelompok yang dibentuk oleh kepentingan bersama. Durkheim membagi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sebuah kelompok yang dibentuk oleh kepentingan bersama. Durkheim membagi BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Solidaritas Sosial Pengertian solidaritas sosial berasal dari dua pemaknaan kata yaitu solidaritas dan sosial. Solidaritas sosial merupakan perasaan atau ungkapan dalam sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi manusia antara lain imitasi, sugesti, simpati, identifikasi, dan empati.

BAB I PENDAHULUAN. interaksi manusia antara lain imitasi, sugesti, simpati, identifikasi, dan empati. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu yang tidak bisa hidup sendiri dan juga merupakan makhluk sosial yang selalu ingin hidup berkelompok dan bermasyarakat. Dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. samping terutama untuk tempat tinggal, juga untuk semacam itu yakni yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. samping terutama untuk tempat tinggal, juga untuk semacam itu yakni yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Masyarakat Desa Pertanian Desa merupakan suatu daerah yang dijadikan tempat tinggal masyarakat yang sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian bersumber dari alam. Di

Lebih terperinci

BAB III LEMBAGA SOSIAL

BAB III LEMBAGA SOSIAL BAB III LEMBAGA SOSIAL 3.1 Pengantar Lembaga kemasyarakatan sering juga disebut sebagai lembaga sosial merupakan terjemahan dari social institution dalam bahasa Inggris, Istilah social institution dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mahluk biologis merupakan individu yang mempunyai potensi-potensi diri yang

BAB I PENDAHULUAN. mahluk biologis merupakan individu yang mempunyai potensi-potensi diri yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang memiliki akal pikiran yang membedakan manusia dengan makhluk yang lain. Namun demikian sebagai mahluk biologis merupakan individu yang

Lebih terperinci

BAB V KELOMPOK SOSIAL

BAB V KELOMPOK SOSIAL BAB V KELOMPOK SOSIAL 5.1 Pengantar Dalam sosiologi mempelajari kelompok sosial dalam arti bentukbentuk kehidupan bersama sangat penting, karena kehidupan bersama manusia mendapat perwujudannya dalam kelompok-kelompok

Lebih terperinci

Inisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT

Inisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT Inisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT Saudara mahasiswa, kita berjumpa kembali dalam kegiatan Tutorial Online yang ketiga untuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kelompok sosial pengrajin gerabah di Desa Melikan bisa dikategorikan sebagai Paguyuban. Pengrajin di Desa Melikan sendiri berdasarkan ciri-ciri dan kriterianya

Lebih terperinci

PRANATA SOSIAL. Daftar Isi. Pengertian Tujuan & Fungsi Karakteristik / Ciri-ciri Jenis-jenis Kategori Pranata Sosial

PRANATA SOSIAL. Daftar Isi. Pengertian Tujuan & Fungsi Karakteristik / Ciri-ciri Jenis-jenis Kategori Pranata Sosial PRANATA SOSIAL Sosiologi SMPK St. Yoseph Denpasar Daftar Isi Pengertian Tujuan & Fungsi Karakteristik / Ciri-ciri Jenis-jenis Kategori Pranata Sosial 1 PENGERTIAN Pranata sosial adalah: sistem norma yang

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: SOSIOLOGI KOMUNIKASI Komunikasi dan Sistem Kemasyarakatan Fakultas ILMU KOMUNIKASI Enjang Pera Irawan, S.Sos, M.I.Kom Program Studi HUBUNGAN MASYARAKAT www.mercubuana.ac.id Masyarakat dan Pembagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga dapat dinamakan proses sosial) karena interaksi merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

YENI KURNIAWAN Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

YENI KURNIAWAN Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta POLA KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI DAN STRATEGI BERTAHAN MASYARAKAT SEKITAR INDUSTRI (Studi Kasus Di Kelurahan Jetis, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo) YENI KURNIAWAN Program Studi Pendidikan Sosiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dorongan-dorongan alamiah yang dimiliki setiap manusia semenjak dilahirkan.

BAB I PENDAHULUAN. dorongan-dorongan alamiah yang dimiliki setiap manusia semenjak dilahirkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya mempunyai kebutuhan kebutuhan, baik kebutuhan material maupun spiritual. Kebutuhan itu bersumber dari dorongan-dorongan

Lebih terperinci

SOSIOLOGI PERTANIAN ( )

SOSIOLOGI PERTANIAN ( ) SOSIOLOGI PERTANIAN (130121112) Aspek Sosial Desa (2) Pertemuan ke-6 Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Kompetensi Khusus: Mahasiswa mampu menemukan perbedaan aspek sosial desa-desa di Indonesia Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena dibekali dengan akal dan pikiran dalam bertindak. Manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. karena dibekali dengan akal dan pikiran dalam bertindak. Manusia sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna karena dibekali dengan akal dan pikiran dalam bertindak. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Sosiologi berasal dari kata Latin socius yang berarti kawan dan

BAB II KAJIAN TEORI. Sosiologi berasal dari kata Latin socius yang berarti kawan dan 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Sosiologi Sosiologi berasal dari kata Latin socius yang berarti kawan dan kata Yunani logos yang berarti kata atau berbicara, jadi sosiologi adalah berbicara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial manusia tidak lepas dari bantuan orang lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial manusia tidak lepas dari bantuan orang lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial manusia tidak lepas dari bantuan orang lain dalam kehidupannya. Manusia merupakan makhluk sosial yang dalam kehidupannya tidak lepas dari hubungan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. berinteraksi dengan sesama secara baik agar tercipta masyarakat yang tentram dan damai.

BAB II KAJIAN TEORI. berinteraksi dengan sesama secara baik agar tercipta masyarakat yang tentram dan damai. BAB II KAJIAN TEORI A. Interaksi Sosial 1. Pengertian Interaksi Sosial Manusia merupakan makhluk sosial, dimana manusia bergantung dan membutuhkan individu lain atau makhluk lainnya. Dalam hidup bermasyarakat,

Lebih terperinci

STUDI MASYARAKAT INDONESIA

STUDI MASYARAKAT INDONESIA STUDI MASYARAKAT INDONESIA 1. Prinsip Dasar Masyarakat Sistem Sistem kemasyarakatan terbentuk karena adanya saling hubungan di antara komponenkomponen yang terdapat di dalam masyarakat yang bersangkutan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan masyarakat, masyarakat dengan individu, dan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan masyarakat, masyarakat dengan individu, dan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak terlepas dari hubungan dengan sesama manusia lainnya, yang dalam hidupnya antara satu dengan yang lain selalu berinteraksi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebut kesatuan kesatuan hidup

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebut kesatuan kesatuan hidup 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kehidupan Masyarakat Istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebut kesatuan kesatuan hidup manusia, baik dalam tulisan ilmiah maupun bahasa sehari-hari adalah masyarakat.

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI. KOMUNIKASI SEBAGAI PROSES INTERAKSI Rika Yessica Rahma,M.Ikom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Penyiaran

SOSIOLOGI KOMUNIKASI. KOMUNIKASI SEBAGAI PROSES INTERAKSI Rika Yessica Rahma,M.Ikom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Penyiaran Modul ke: SOSIOLOGI KOMUNIKASI Fakultas Ilmu Komunikasi KOMUNIKASI SEBAGAI PROSES INTERAKSI Rika Yessica Rahma,M.Ikom Program Studi Penyiaran www.mercubuana.ac.id PENGERTIAN INTERAKSI SOSIAL Interaksi

Lebih terperinci

TEORI-TEORISOSIOLOGI OLEH. GUMGUM GUMILAR, M.SI

TEORI-TEORISOSIOLOGI OLEH. GUMGUM GUMILAR, M.SI TEORI-TEORISOSIOLOGI OLEH. GUMGUM GUMILAR, M.SI PendekatanTeoriSosial 1. Dimensikognitif. Dalam dimensi ini, ilmuwan sosial akan selalu berbicara mengenai teori sosial sebagai cara untuk membangun pengetahuan

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: SOSIOLOGI KOMUNIKASI TEORI-TEORI SOSIOLOGI KOMUNIKASI Fakultas Ilmu Komunikasi Rika Yessica Rahma,M.Ikom Program Studi Penyiaran www.mercubuana.ac.id TEORI TEORI SOSIOLOGI KOMUNIKASI TEORI STRUKTURAL

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. masyarakat maka interaksi tersebut akan memiliki dampak yang positif.

BAB V PENUTUP. masyarakat maka interaksi tersebut akan memiliki dampak yang positif. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Permainan judi online yang dilakukan oleh para mahasiswa merupakan hasil dari sebuah interaksi sosial yang terjadi diantara mereka. Intensitas kebersamaan antar sesama mahasiswa

Lebih terperinci

KELOMPOK SOSIAL A. Pengertian Kelompok Sosial

KELOMPOK SOSIAL A. Pengertian Kelompok Sosial KELOMPOK SOSIAL A. Pengertian Kelompok Sosial Manusia adalah makhluk individu yang tidak dapat melepaskan diri dari hubungan dengan manusia lain. Sebagai akibat dari hubungan yang terjadi di antara individu-individu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Adanya konflik yang melibatkan warga sipil dengan TNI menimbulkan berbagai perubahan pada bidang sosial maupun bidang budaya bagi kehidupan masyarakat Desa Setrojenar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara kepulauan yang memiliki beberapa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara kepulauan yang memiliki beberapa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara kepulauan yang memiliki beberapa pulau-pulau besar, yang salah satunya adalah Pulau Jawa yang merupakan pulau besar yang ada di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pengelola, karyawan, dan anak asuh memiliki ikatan batin yang kuat.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pengelola, karyawan, dan anak asuh memiliki ikatan batin yang kuat. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Terbentuknya kehidupan baru di panti asuhan menimbulkan adanya kelompok primer karena intensitas dan keeratan hubungan individu-individu didalamnya. Diantara penghuni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir,

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Bahasa, persahabatan, kebiasaan

Lebih terperinci

NORMA & LEMBAGA SOSIAL. fitri dwi lestari

NORMA & LEMBAGA SOSIAL. fitri dwi lestari NORMA & LEMBAGA SOSIAL fitri dwi lestari Kelembagaan Sosial sekumpulan norma yang tersusun secara sistematis yang terbentuk dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhan hidup manusia yang bersifat khusus.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Seorang individu

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Seorang individu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku individu berkaitan erat dengan yang namanya peran dalam kehidupan bermasyarakat. Peran mengandung hal dan kewajiban yang harus dijalani oleh seorang

Lebih terperinci

BAB IV PAPARAN DAN PEMBAHASAN DATA. Penulis telah memaparkan pada bab-bab yang terdahulu mengenai dasar

BAB IV PAPARAN DAN PEMBAHASAN DATA. Penulis telah memaparkan pada bab-bab yang terdahulu mengenai dasar 48 BAB IV PAPARAN DAN PEMBAHASAN DATA Penulis telah memaparkan pada bab-bab yang terdahulu mengenai dasar berdirinya FKUB, Peran FKUB dalam membina kerukunan umat beragama serta kendala yang dihadapi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi itu terjadi kalau satu individu dalam masyarakat berbuat sedemikian rupa,

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi itu terjadi kalau satu individu dalam masyarakat berbuat sedemikian rupa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat merupakan suatu kesatuan individu yang dipandang dalam keseluruhannya satu dengan yang lain, berada dalam interaksi yang berulang tetap. Interaksi itu terjadi

Lebih terperinci

Nilai dan Norma Sosial

Nilai dan Norma Sosial Nilai dan Norma Sosial Manusia tercipta sebagai mahluk pribadi sekaligus sebagai mahluk sosial. Sebagai mahluk pribadi, manusia berjuang untuk memenuhi kebutuhannya agar dapat bertahan hidup. Dalam memenuhi

Lebih terperinci

KELOMPOK-KELOMPOK SOSIAL

KELOMPOK-KELOMPOK SOSIAL KELOMPOK-KELOMPOK SOSIAL Keinginan sebagai mahluk sosial 1) Keinginan bersatu dgn manusia lain di sekitarnya 2) Keinginan bersatu dgn alam sekitarnya Kelompok Sosial : Himpunan dari beberapa orang individu

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: NIRMALA PUTRI KUSUMANINGTYAS DOSEN PEMBIMBING : 1. Nasrullah, S.Sos, M.Si 2. Isnani Dzuhrina, S.Sos, M.Adv

SKRIPSI. Oleh: NIRMALA PUTRI KUSUMANINGTYAS DOSEN PEMBIMBING : 1. Nasrullah, S.Sos, M.Si 2. Isnani Dzuhrina, S.Sos, M.Adv PERILAKU KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA MAHASISWA (STUDI PADA MAHASISWA TIMOR LESTE DENGAN MASYARAKAT SEKITARNYA YANG TINGGAL DI DAERAH DESA LANDUNGSARI KABUPATEN MALANG) SKRIPSI Oleh: NIRMALA PUTRI KUSUMANINGTYAS

Lebih terperinci

PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL

PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL Proses sosial adalah cara-cara berhubungan/komunikasi apabila individu dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta bentu-bentuk hubungan tersebut

Lebih terperinci

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa anak-anak, remaja, nikah, masa tua, dan mati (Koenthjaraningrat, 1977: 89). Masa pernikahan

Lebih terperinci

Sosiologi Komunikasi. Komunikasi Massa sebagai system social dan pranata social. Frenia T.A.D.S.Nababan. Modul ke: Fakultas KOMUNIKASI

Sosiologi Komunikasi. Komunikasi Massa sebagai system social dan pranata social. Frenia T.A.D.S.Nababan. Modul ke: Fakultas KOMUNIKASI Modul ke: Sosiologi Komunikasi Komunikasi Massa sebagai system social dan pranata social Fakultas KOMUNIKASI Frenia T.A.D.S.Nababan Program Studi PUBLIC RELATION www.mercubuana.ac.id Bagian Isi Pengertian

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. dengan teori-teori yang telah dikemukakan oleh ahli. Untuk menghubungkan hasil penelitian dengan teori yang dikemukakan oleh

II.TINJAUAN PUSTAKA. dengan teori-teori yang telah dikemukakan oleh ahli. Untuk menghubungkan hasil penelitian dengan teori yang dikemukakan oleh 11 II.TINJAUAN PUSTAKA Setelah merumuskan latar belakang masalah yang menjadi alasan dalam mengambil masalah penelitian, pada bab ini penulis akan merumuskan konsepkonsep yang akan berkaitan dengan objek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Masalah. Modernisasi telah membawa arus perubahan besar terhadap cara pandang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Masalah. Modernisasi telah membawa arus perubahan besar terhadap cara pandang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Modernisasi telah membawa arus perubahan besar terhadap cara pandang manusia ke arah yang lebih rasional. Perubahan arus yang begitu kencang yang ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (1996) memberikan uaraian mengenai berbagai dampak industrialisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. (1996) memberikan uaraian mengenai berbagai dampak industrialisasi yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan industri merupakan salah satu upaya manusia dalam meningkatkan kualitas hidup, salah satu tujuan dari pembangunan industri diantaranya adalah untuk memperluas

Lebih terperinci

Eko Nugroho, S.Pt, M.Sc Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya KELOMPOK DAN ORGANISASI SOSIAL

Eko Nugroho, S.Pt, M.Sc Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya KELOMPOK DAN ORGANISASI SOSIAL Eko Nugroho, S.Pt, M.Sc Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya KELOMPOK DAN ORGANISASI SOSIAL Kelompok sosial Himpunan/kesatuan manusia yg hidup bersama dan saling berhubungan untuk mencapai suatu tujuan

Lebih terperinci

Bayu Setiyo Pamungkas Universitas Sebelas Maret

Bayu Setiyo Pamungkas Universitas Sebelas Maret Peranan Pemuda Karang Taruna dalam Kegiatan Gotong Royong Masyarakat (Studi Kasus Masyarakat Desa Kerjo Kidul, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri) Bayu Setiyo Pamungkas Universitas Sebelas Maret Abstrak:

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Pelaksanaan Adat Perkawinan Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki dan senantiasa menggunakan adat-istiadat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut R. Linton (1936) yang dikutip Basrowi, masyarakat adalah setiap

BAB I PENDAHULUAN. Menurut R. Linton (1936) yang dikutip Basrowi, masyarakat adalah setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut R. Linton (1936) yang dikutip Basrowi, masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang cukup lama hidup dan bekerjasama, sehingga mereka dapat mengorganisasikan

Lebih terperinci

FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PENETEPAN PERATURAN DESA DI DESA TUMALUNTUNG SATU KECAMATAN TARERAN KABUPATEN MINAHASA SELATAN

FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PENETEPAN PERATURAN DESA DI DESA TUMALUNTUNG SATU KECAMATAN TARERAN KABUPATEN MINAHASA SELATAN FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PENETEPAN PERATURAN DESA DI DESA TUMALUNTUNG SATU KECAMATAN TARERAN KABUPATEN MINAHASA SELATAN Oleh : STEVANY ANGGREANI WENAS (NIM : 100813109, JUR : ILMU

Lebih terperinci

BENTUK KERJASAMA (COOPERATION) PADA INTERAKSI SOSIAL WARIA. Bunga Fajar Sari Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma

BENTUK KERJASAMA (COOPERATION) PADA INTERAKSI SOSIAL WARIA. Bunga Fajar Sari Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma 1 BENTUK KERJASAMA (COOPERATION) PADA INTERAKSI SOSIAL WARIA Bunga Fajar Sari Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAKSI Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kerjasama (cooperation) pada interaksi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO Menimbang : bahwa untuk memantapkan penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua makhluk Allah SWT yang bernyawa. Adanya pernikahan bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan

Lebih terperinci

KELOMPOK SOSIAL DI MASYARAKAT

KELOMPOK SOSIAL DI MASYARAKAT Tokoh Tujuan Pembelajaran Peta Konsep Pengantar Materi Pustaka KELOMPOK SOSIAL DI MASYARAKAT Materi Sosiologi Kelas XI Bab 1. Kurikulum 2013 Sosiologi SMAN 1 Cibeber Cikotok 3/2/2016 SOSIOLOGI SMAN 1 CIBEBER

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dengan demikian, istilah ilmu jiwa merupakan terjemahan harfiah dari

BAB II LANDASAN TEORI. Dengan demikian, istilah ilmu jiwa merupakan terjemahan harfiah dari BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Psikologi Sosial Kata psikologi mengandung kata psyche yang dalam bahasa Yunani berarti jiwa dan kata logos yang dapat diterjemahkan dengan kata ilmu. Dengan demikian, istilah

Lebih terperinci

Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro Semarang 2010

Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro Semarang 2010 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1960 TENTANG PERJANJIAN BAGI HASIL DI KABUPATEN KAMPAR PROPINSI RIAU TESIS Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S2 Program Studi Magister

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dan sebagai makhluk sosial. Manusia memiliki kebutuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. individu dan sebagai makhluk sosial. Manusia memiliki kebutuhan dan BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG Manusia memiliki dua sisi dalam kehidupannya, yaitu sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial. Manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan serta kebiasaan untuk

Lebih terperinci

BAB VIII KELUARGA 8.1 Pengantar 8.2 Pengertian Keluarga

BAB VIII KELUARGA 8.1 Pengantar  8.2 Pengertian Keluarga BAB VIII KELUARGA 8.1 Pengantar keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat dan merupakan gejala yang universal. Dewasa ini, lembaga keluarga banyak mengalami perubahan baik dalam struktur maupun

Lebih terperinci

Sosiologi Komunikasi. Ruang Lingkup & Konseptualisasi Sosiologi Komunikasi serta Struktur dan Proses Sosial

Sosiologi Komunikasi. Ruang Lingkup & Konseptualisasi Sosiologi Komunikasi serta Struktur dan Proses Sosial Sosiologi Komunikasi Ruang Lingkup & Konseptualisasi Sosiologi Komunikasi serta Struktur dan Proses Sosial Manusia Sebagai Makhluk Sosial Makhluk Spiritual Manusia Makhluk individual Makhluk Sosial Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, berinteraksi, bermasyarakat dan menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Dalam bagian ini, akan diuraikan simpulan dan saran berdasarkan hasil analisis temuan dan pembahasan dalam penelitian yang diuraikan berdasarkan fokus pertanyaan

Lebih terperinci

penelitian ini akan diuraikan beberapa konsep yang dijadikan landasan teori penelitian. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian adalah.

penelitian ini akan diuraikan beberapa konsep yang dijadikan landasan teori penelitian. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian adalah. 8 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk memecahkan masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini akan diuraikan beberapa konsep yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain dalam kelompok (Bungin, 2006:43). Komunikasi yang terjalin dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. lain dalam kelompok (Bungin, 2006:43). Komunikasi yang terjalin dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan kelompok adalah sebuah naluri manusia sejak ia dilahirkan. Naluri ini yang mendorongnya untuk selalu menyatukan hidupnya dengan orang lain dalam kelompok

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG Nomor 3 Tahun 2011 PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Keluarga adalah tempat pertama bagi anak belajar mengenai segala hal yang ada dalam kehidupan. Orang tua berperan penting dalam perkembangan anak dan memiliki

Lebih terperinci

KELOMPOK SOSIAL OLEH : LIA AULIA FACHRIAL, M. SI

KELOMPOK SOSIAL OLEH : LIA AULIA FACHRIAL, M. SI KELOMPOK SOSIAL OLEH : LIA AULIA FACHRIAL, M. SI Pendahuluan Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial, memiliki naluri untuk hidup dengan orang lain. Naluri manusia untuk sellau hidup dengan orang lain

Lebih terperinci

Gumgum Gumilar, M.Si. Jurnalistik Fikom Unpad

Gumgum Gumilar, M.Si. Jurnalistik Fikom Unpad Gumgum Gumilar, M.Si. Jurnalistik Fikom Unpad Sistem lapisan sosial dalam sosiologi dikenal dengan istilah Social Stratification yang merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Perubahan di dalam masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, pola

BAB V PENUTUP. Perubahan di dalam masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, pola BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Perubahan di dalam masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, pola perilaku, organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kebudayaan Tradisional Masyarakat Desa Konsep kebudayaan tradisional mengacu pada gambaran tentang cara hidup (way of life) masyarakat desa yang belum dirasuki oleh penggunaan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENGENAAN TARIF AKAD NIKAH NASKAH PUBLIKASI. derajat S-I Program Studi Pendidikan. Pancasila dan Kewarganegaraan

IMPLEMENTASI PENGENAAN TARIF AKAD NIKAH NASKAH PUBLIKASI. derajat S-I Program Studi Pendidikan. Pancasila dan Kewarganegaraan IMPLEMENTASI PENGENAAN TARIF AKAD NIKAH (Studi Kasus Penyelenggaraan Pernikahan di KUA Kec. Mantingan Kab. Ngawi dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2014) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Annoname Kajian Tentang Fungsi, Peran dan Tugas Humas. Jakarta: Departemen Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA. Annoname Kajian Tentang Fungsi, Peran dan Tugas Humas. Jakarta: Departemen Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Annoname. 2007. Kajian Tentang Fungsi, Peran dan Tugas Humas. Jakarta: Departemen Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. A, Suhartini. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki makna sesuatu yang beragam, sesuatu yang memilik banyak perbedaan begitupun dengan masyarakat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. terhadap norma-norma yang ada. Norma-norma tersebut dibuat untuk

BAB V PENUTUP. terhadap norma-norma yang ada. Norma-norma tersebut dibuat untuk BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berkendara sepeda motor pasangan yang berada di kecamatan Depok kabupaten Sleman menunjukkan analisis gender dan suatu tata kebiasaan masyarakat setempat. Ketika berkendara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk kerjasama kehidupan antara pria dan wanita di dalam masyarakat. Perkawinan betujuan untuk mengumumkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis tehadap subyek (A,B,C) dalam penelitian

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis tehadap subyek (A,B,C) dalam penelitian BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis tehadap subyek (A,B,C) dalam penelitian mengenai perilaku sosial pada pengalaman remaja Karang Taruna dalam implikasi terhadap

Lebih terperinci

Pert. 6 KELOMPOK-KELOMPOK SOSIAL DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT

Pert. 6 KELOMPOK-KELOMPOK SOSIAL DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT Pert. 6 KELOMPOK-KELOMPOK SOSIAL DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT Manusia pada umumnya dilahikan seorang diri akan tetapi dia adalah mahluk yang telah mempunyai naluri untuk hidup dengan manusia-manusia lainnya,

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau disebut makhluk bermasyarakat, selain itu manusia juga diberikan akal dan pikiran yang berkembang serta

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengangguran, diperkirakan dapat membahayakan keamanan, di samping itu

I. PENDAHULUAN. pengangguran, diperkirakan dapat membahayakan keamanan, di samping itu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada permulaan abad kedua puluh kemiskinan sedang meningkat di Pulau Jawa dikarenakan kepadatan penduduk yang semakin meningkat dari masa ke masa. Hal ini menarik perhatian

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kawasan Gunung Jati sebagai suatu tempat terjadinya interaksi dalam masyarakat suku Muna, memiliki karakteristik yang khas dari masing-masing masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB II PERSELINGKUHAN DAN KONTROL SOSIAL - DURKHEIM

BAB II PERSELINGKUHAN DAN KONTROL SOSIAL - DURKHEIM BAB II PERSELINGKUHAN DAN KONTROL SOSIAL - DURKHEIM A. Perselingkuhan Perselingkuhan adalah hubungan pribadi di luar nikah, yang melibatkan sekurangnya satu orang yang berstatus nikah, dan didasari oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai mahluk sosial, manusia akan senantiasa berinteraksi dengan mahluk lain sehingga aktivitas-aktivitas sosial mereka dapat terpenuhi. Interaksi sosial yang menjadi

Lebih terperinci

BAB V STRATIFIKASI SOSIAL

BAB V STRATIFIKASI SOSIAL BAB V STRATIFIKASI SOSIAL 6.1 Pengantar Stratifikasi merupakan karakteristik universal masyarakat manusia. Dalam kehidupan sosial masyarakat terdapat diferensiasi sosial dalam arti, bahwa dalam masyarakat

Lebih terperinci

CIRI-CIRI LEMBAGA SOSIAL A. Ciri utama lembaga sosial (J.B. Chitambar) Merupakan seperangkat pola perilaku yg diterima termasuk peranan-peranan dan

CIRI-CIRI LEMBAGA SOSIAL A. Ciri utama lembaga sosial (J.B. Chitambar) Merupakan seperangkat pola perilaku yg diterima termasuk peranan-peranan dan PENGERTIAN Sajogyo : Suatu kesatuan yg terdiri dari dua atau lebih dimana diantara mereka terjadi komunikasi dua arah dan di dalam interaksi (timbal-balik) satu sama lain. Soerjono : Himpunan atau kesatuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Parson Tentang Perubahan Sosial. Perubahan Sosial dalam soejono soekanto (2003), adalah segala

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Parson Tentang Perubahan Sosial. Perubahan Sosial dalam soejono soekanto (2003), adalah segala BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Parson Tentang Perubahan Sosial Perubahan Sosial dalam soejono soekanto (2003), adalah segala perubahan yang terjadi dalam suatu masyarakat yang tercakup atas aspek-aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tujuan, kebutuhan dan cita-cita yang ingin dicapai, dimana masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tujuan, kebutuhan dan cita-cita yang ingin dicapai, dimana masing-masing BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya memiliki dua kedudukan dalam hidup yaitu sebagai seorang individu dan mahluk sosial. Sebagai seorang individu manusia mempunyai beberapa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149).

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena di dalam kehidupannya tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. Pada diri manusia juga terdapat

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI IDENTITAS NASIONAL DRS. M. KHALIS PURWANTO, MM

PANCASILA SEBAGAI IDENTITAS NASIONAL DRS. M. KHALIS PURWANTO, MM PANCASILA SEBAGAI IDENTITAS NASIONAL DRS. M. KHALIS PURWANTO, MM DI SUSUN OLEH BILLY IGAN SISWARA 11.02.8047 D3 MI 03 PENDIDIKAN PANCASILA MANAJEMEN INFORMATIKA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Identitas

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA, SUMBER PENDAPATAN DESA, KERJA SAMA DESA, LEMBAGA ADAT, LEMBAGA KEMASAYARATAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilahirkan manusia sudah mempunyai naluri untuk hidup berkawanan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dilahirkan manusia sudah mempunyai naluri untuk hidup berkawanan, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa dipisahkan dengan keberadaan manusia lainnya. Artinya dalam hidupnya antara satu dengan yang lain selalu berinteraksi,

Lebih terperinci