BAB IV ANALISIS PENGARUH JALAN TERHADAP PENANAMAN MODAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS PENGARUH JALAN TERHADAP PENANAMAN MODAL"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS PENGARUH JALAN TERHADAP PENANAMAN MODAL Seperti telah diuraikan pada Bab II, peranan aksesibilitas suatu lokasi diduga memiliki peranan penting dalam menarik minat investasi. Aksesibilitas yang merupakan komposit dari beberapa kekayaan (endowment) suatu wilayah, adalah gabungan dari faktor-faktor spasial dan aspasial. Pada Bab ini akan diuraikan pengamatan empiris atas aktivitas penanaman modal atau investasi di Jawa Barat, dimulai dengan telaah prinsip-prinsip analisis dengan konstruksi model, input data, pengolahan dan analisisnya. 4.1 Prinsip Umum Analisis Secara umum, analisis yang dilakukan dalam studi ini didahului dengan konstruksi model yang akan digunakan. Model yang dipakai adalah model yang bersifat spasial karena menyangkut kegiatan investasi yang tidak aspasial. Dengan didapatnya model tersebut, data yang diperlukan untuk analisis dapat diidentifikasi, mulai dari jenis data, dimensi, dan cakupannya. Selanjutnya akan dilakukan analisis, termasuk dengan memanfaatkan metoda-metoda statistik untuk meninjau korelasi antar variabelnya. 4.2 Penyusunan Model Model Spasial Mengamati data runut-waktu (time series) penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) mengarahkan hipotesis bahwa setidaknya besaran PMA dan PMDN adalah data yang spatially-dependent. Dengan demikian model yang dipakai harus mampu menjelaskan bahwa besaran kumulatif PMA di Bekasi lebih besar dari besaran kumulatif PMA di Karawang, misalnya. Atau menjawab pertanyaan mengapa minat investasi PMA di Subang demikian kecilnya dibandingkan dengan sesama daerah pantura di Jawa Barat. Model yang dipakai juga harus mampu menjelaskan bahwa ada kecenderungan jumlah kumulatif PMA dan PMDN yang semakin kecil, sejalan dengan bertambahnya jarak suatu daerah dengan Jakarta, walaupun dari data yang ada, Cirebon mencatat jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan Indramayu dan Subang. 41

2 4.2.2 Indikator Aksesibilitas Di antara alternatif-alternatif ukuran spasial empiris yang ada untuk menunjukkan kelebihan lokasional, maka ukuran Aksesibilitas (accessibility) wilayah adalah jenis indikator spasial yang cukup banyak digunakan dalam analisis spasial, karena relatif sederhana dan mudah dimengerti/ digunakan. (Schumann-Talaat, 2000). Aksesibilitas wilayah menunjukkan kelebihan lokasional (locational advantage) suatu wilayah relatif terhadap seluruh wilayah studi (termasuk wilayah itu sendiri). Pendekatan dengan ukuran aksesibilitas ini antara lain digunakan dalam studi-studi Biehl (1986, 1991), Lutter et.al. (1993), Bokemann (1982), dan Schumann-Talaat (1997, 2000). Secara umum, aksesibilitas digambarkan tersusun atas dua fungsi. Fungsi pertama mewakili aktivitas atau kesempatan yang hendak dijangkau, dan fungsi kedua mewakili usaha, waktu, atau biaya yang diperlukan untuk menjangkaunya. Jika dinyatakan dalam notasi fungsi, maka dapat dituliskan : A i = g(w j ) f(c ij )..... (4-1) Di mana A i adalah aksesibilitas wilayah i, W j adaalh aktivitas W yang akan dijangkau di wilayah j, dan c ij adalah biaya yang digeneralisasi untuk menjangkau wilayah j dari wilayah i. Fungsi g(w j ) adalah fungsi aktivitas, dan f(c ij ) disebut fungsi impedansi. Keterkaitan keduanya bersifat multiplikatif, dalam hal ini saling memberi bobot. Salah dari beberapa studi yang pernah dipublikasikan, adalah yang dilakukan Schumann dan Talaat (2000). Schumann dan Talaat memilih type aksesibilitas potensial dari 3 model aksesibilitas yang dikenal, antara lain (i) type travel cost, (ii) type aksesibilitas harian, dan (iii) type potensial. Aksesibilitas type potensial tersebut oleh Schumann dan Talaat dirumuskan seperti berikut : A i = g(w j ) f(c ij ) = W j α exp( β cij ).. (4-2) Sebagai fungsi aktivitas, bisa digunakan besaran GDP, tenaga kerja (employment), penduduk (population). Disebutkan bahwa pembobotan dengan GDP (=PDRB) sesuai untuk mengaitkan aksesibilitas pada kinerja ekonomi produktif seperti investasi, 42

3 perencanaan produksi, dll. Sedangkan pembobotan dengan kependudukan sesuai untuk dikaitkan dengan kinerja ekonomi konsumsi seperti perencanaan pasar/pemasaran. Pemilihan nilai parameter β (sensitivitas impedansi spasial), dan α (parameter untuk mewakili efek aglomerasi) bersifat khas untuk setiap wilayah. Dengan data-data GDP, penduduk, dan jarak geografis untuk menentukan biaya perjalanan (travel cost), Schumann-Talaat menghitung Indeks Periperalitas (yang diturunkan dari Aksesibilitas) di Uni Eropa, dan menghasilkan peta indeks periperalitas. Informasi tersebut dipakai untuk menentukan kebijakan perekonomian Uni Eropa dikaitkan dengan keberadaan dan pengembangan infrastruktur transportasi. Di dalam kajian ini, hipotesa yang diajukan adalah bahwa (minat) investasi dipengaruhi oleh aksesibilitas, atau Investasi di suatu wilayah Indeks Aksesibilitas wilayah.. Variabel lain yang diduga memiliki pengaruh juga adalah jumlah penduduk atau populasi. sehingga : Investasi = b o + b 1 A +b 1 P + ε....(4-3) Seperti telah disebutkan di depan, Aksesibilitas dalam kajian ini mengikuti Aksesibilitas yang dikembangkan Schurmann & Talaat (2001) dalam Toward a European Peripherality Index : Final Report. Dinyatakan dalam laporan tersebut, bahwa fungsi kegiatan / aktivitas bisa dalam bentuk GDP, Populasi, Tenaga Kerja, masing-masing secara terpisah. Juga direkomendasikan dalam laporan tersebut dua model pembobotan aksesibilitas atau peripheralitas yang memadai : (1) yang dibobot GDP (GDP weighted) bisa membantu analisis dan perencanaan yang bertalian dengan kegiatan ekonomi produktif (seperti investasi, pendirian pabrik, dll), dan (2) yang dibobot populasi (Population weighted) bisa membantu analisis dan perencanaan yang bertalian dengan kegiatan ekonomi konsumsi (untuk pasar, retail, dll). Sementara fungsi jarak atau fungsi hambatan f(c ij ) yang dipakai dapat berupa (i) fungsi pangkat, (ii) fungsi eksponensial-negative, dan (iii) fungsi Tanner (Tamin, 2000). Dalam kajian ini dipakai fungsi eksponensial negatif sebagai fungsi hambatan, seperti yang disarankan oleh Schurmann, untuk mendapatkan indicator aksesibilitas potensial. Dengan demikian, untuk melihat hubungan investasi dengan jalan (dalam bentuk aksesibilitas) dalam kajian ini akan dipakai algoritma sebagai berikut : 43

4 1) Pengumpulan data PMA dan sebarannya, PMDN dan sebarannya, penduduk dan sebarannya, PDRB (atas dasar harga berlaku) untuk 6 wilayah kajian. 2) Menghitung matriks jarak, dan waktu tempuh antar dan antara keenam wilayah tersebut 3) Menghitung besaran fungsi hambatan f (c ij ) = ex(-β c ij ) 4) Menghitung aksesibilitas masing-masing wilayah, dengan pembobotan PDRB (AXPDRB). 5) Menyusun data dalam format yang sesuai dengan model analisis pooled-timeseries. 6) Membuktikan kaitan / hubungan empiris antara PMA / PMDN dengan aksesibilitas hasil perhitungan tersebut diatas, atau IPMA = f (AXPDRB,POP) dan IPMDN = f (AXPDRB,POP) 4.3 Input Data Data utama yang dipakai dalam kajian ini adalah data sekunder berupa Daftar Persetujuan Proyek PMA / PMDN yang dimiliki oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Data PMA dan PMDN yang disiapkan adalah berdasarkan Surat Persetujuan (SP) yang dikeluarkan BKPM, dengan anggapan bahwa SP tersebut dikeluarkan atas permohonan calon investor yang dengan demikian cukup menggambarkan minat investor menanamkan modalnya di daerah / wilayah tertentu. Cakupan data PMA dan PMDN yang diteliti adalah daftar SP yang diterbitkan setiap tahun mulai dari tahun 1975 sampai dengan 2005, namun fokus diarahkan pada rentang karena alasan ketersediaan data lainnya (PDRB dan Penduduk) hanya pada rentang Untuk lebih melengkapi data (dalam hal diperlukan) dengan data PMA dan PMDN sebelumnya ( ), dipakai data penelitian Sdr. Dyah Retno Prawesti Sudarto (1999) dalam Studi Pola Spasial Investasi dan Perkembangannya di Jawa Barat. Selama rentang waktu observasi tersebut ( ), terdapat sekitar pengajuan proyek baru PMA yang disetujui, dan pengajuan proyek baru PMDN. Perhatian difokuskan pada SP untuk proyek baru (bukan perluasan maupun alih fungsi PMDN menjadi PMA dan atau sebaliknya). Data lebih rinci telah diberikan pada Bab III. Dengan konstruksi data seperti disebutkan diatas, maka diperoleh data yang runut waktu (time-series) sepanjang 26 tahun, yang memiliki observasi temporal biasa pada setiap unit 44

5 analisis, dan sekaligus silang tempat yang memiliki observasi-observasi pada suatu unit analisis pada suatu titik waktu tertentu (Kuncoro, 2001). Dengan data semacam itu, maka analisisnya bisa dilakukan dengan analisis regresi untuk model pooled time series. Struktur data baru yang disusun untuk analisis model pooled time-series tersebut disajikan pada tabel IV-1 di halaman berikut. Untuk keperluan selanjutnya, diperlukan data jarak antar wilayah (centroid, pusat kota) untuk memperhitungkan waktu tempuh, mulai dari Bekasi sampai dengan Cirebon. Matriks jarak ditunjukkan pada tabel IV-1 berikut ini : Tabel IV-1 Matriks Jarak 6 Wilayah Pantura Jabar Bks Krw Pwk Sub Imy Crb Bks Krw Pwk Sub Imy Crb Selanjutnya dengan asumsi kecepatan berkendara rata-rata di jalan tol adalah 80 km/jam, dan di jalan bukan-tol adalah 40 km/jam, akan diperoleh matriks waktu tempuh, yang kemudian dipakai untuk menghitung fungsi hambatan f (c ij )= exp (-β cij). Demikian juga data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dipakai dalam kajian ini mulai dari PDRB tahun 1980 samapai dengan Dipakai PDRB atas dasar harga berlaku karena besaran investasi yang ada juga dicatatkan berdasarkan atas harga berlaku. Untuk daerah Cirebon dan Bekasi, nilai PDRB analisis diwakili oleh jumlah keduanya (PDRB Kota +Kabupaten). Penyatuan unit analisis ini lebih didasarkan pada faktor centroid, yang umumnya centroid Kabupaten relatif berimpit dengan centroid kota. Sumber data untuk PDRB Kabupaten / Kota ini adalah Biro Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat. Data berikutnya yang diperlukan dalam analisis ini adalah data penduduk, yang akan dilihat apakah memiliki hubungan dengan minat investasi (misalnya bersifat tarikan atau 45

6 bukan). Data penduduk masing-masing kota / kabupaten mulai tahun 1980 sampai dengan 2005, berdasarkan hasil sensus penduduk, supas, maupun perhitungan yang dilakukan oleh Biro Pusat Statistik (BPS). 4.4 Hasil Analisis Investasi dalam Perspektif Runut Waktu Pengamatan atas data seri waktu untuk PMA dan PMDN dapat dilakukan per wilayah, dimulai dari Bekasi, Karawang, Purwakarta, Subang, Indramayu, dan Cirebon, untuk melihat kurva trend kumulatif-nya, dan nilai pertumbuhan tahunannya. Dikaitkan dengan beroperasinya jalan tol Jakarta-Cikampek pada tahun 1988, maka data investasi di wilayah pantura Jawa Barat dikelompokkan dalam 3 kelompok tahun, yaitu periode I : (belum ada jalan tol), dan II : (sudah ada jalan tol, sebelum krisis ekonomi), dan III : (sudah ada jalan tol, sesudah krisis ekonomi). Laju pertumbuhan rata-rata tahunan pada masing-2 periode tersebut disajikan dalam tabel IV-2. Tabel IV-2 Nilai Investasi Rata-rata Tahunan PMA & PMDN di Pantura Jabar Untuk masing-masing Periode BKS KRW PWK SUB IMY CRB Pertumbuhan PMA (juta US$ per tahun) Petumbuhan PMDN (milyar Rp / tahun) ,645 1, Diolah dari data BKPM : Rekap SP PMA/PMDN Dari tabel IV-2 tersebut bisa dilihat bahwa untuk PMA, pada periode I ( ) investasi rata-rata tahunannya masih rendah, seperti terlihat untuk Bekasi (36 juta USD/th), Karawang (8 juta USD/thn), dan Cirebon (35 juta USD/thn), bahkan tidak ada untuk Purwakarta, Subang, dan Indramayu. Pada periode II ( ), angka pertumbuhan tersebut menjadi sangat besar, antara lain Bekasi (827 juta USD/thn atau 23 kali periode I), Karawang (324 juta USD/thn atau 46

7 40 kali periode I), dan Purwakarta (218 juta USD/thn dari 0 pada periode I), Subang dan Indramayu (7 juta nda 33 juta USD /thn dari sebelumnya 0 pada periode I), serta Cirebon (34 juta USD/thn, hampir sama dengan periode I). Pada periode III ( ), nilai rata-rata investasi tahunan turun dibandingkan dengan periode II. Dibandingkan dengan periode II, maka nilainya menjadi sekitar 19% (Bekasi), 20% (Karawang), 26% (Purwakarta), 86% (Subang), 6% (Indramayu), dan 62% (Cirebon) Fenomena serupa juga terlihat pada minat PMDN. Pada periode I ( ) nilai investasi rata-rata tahunan untuk semua wilayah masih jauh dibawah Rp.100 milyar per tahun. Nilai rata-rata ini meningkat tajam pada periode II ( ), menjadi lebih dari Rp.1,6 trilyun (Bekasi), Rp.1,2 trilyun (Karawang), Rp.0,5 trilyun (Purwakarta), Rp.0,2 trilyun (Subang), Rp.0,2 trilyun (Indramayu), dan Rp.0,2 trilyun (Cirebon). Walaupun keberadaan jalan tol baru belum pasti merupakan satu-satunya penyebab kenaikan tajam laju investasi PMA, tetapi perubahan angka-angka per periode tersebut cukup meyakinkan akan peranan jalan tol tersebut. Pada periode III ( ), nilai rata-rata investasi tahunan turun dibandingkan dengan periode II. Dibandingkan dengan periode II, maka nilainya menjadi sekitar 32% (Bekasi), 18% (Karawang), 19% (Purwakarta), 27% (Subang), 16% (Indramayu), dan 20% (Cirebon) Kurva nilai PMA dan PMDN kumulatif di Bekasi, Karawang, Purwakarta, Subang, Itarndramayu, dan Cirebon, disajikan pada grafik 4.1. sampai dengan 4.4. Dari grafik tersebut, dapat dicermati kecenderungan umumnya untuk masing-masing periode pada rentang waktu Pada periode I (rentang ) terlihat kurva relatif datar, dilanjutkan dengan pertumbuhan tinggi pada periode II (setelah beroperasinya jalan tol Jakarta-Cikampek 1988dan sebelum krisis ekonomi 1997), dan melambat menjadi relatif stagnan antara (pasca krisis ekonomi 1997). 47

8 Milyar US$ Trilyun Rp Kumulatif PMA Kumulatif PMDN Grafik 4.1 Kurva Kumulatif PMA dan PMDN di Bekasi Grafik serupa dengan Bekasi, untuk Karawang, Purwakarta, Subang, Indramayu, dan Cirebon ditunjukkan pada grafik-grafik berikut ini. Milyar US$ 4,0 3,5 3,0 2,5 2,0 1,5 1,0 0,5 0, Trilyun Rp Kumulatif PMA Kumulatif PMDN (i) Kumulatif PMA dan PMDN di Karawang

9 Milyar US$ 3,0 2,5 2, Trilyun Rp 1,5 3 1,0 2 0,5 1 0, Kumulatif PMA Kumulatif PMDN (ii) Kumulatif PMA dan PMDN di Purwakarta Grafik 4.2 Kurva Kumulatif PMA dan PMDN di Karawang dan Purwakarta Serupa dengan Bekasi, PMA dan PMDN di Karawang menunjukkan pola pertumbuhan yang seolah-olah memanfaatkan keberadaan jalan tol pada tahun Terlihat slope yang tajam antara 1988 sampai 1997 (periode II), dan kembali stagnan pada periode III. Dengan periodisasi yang serupa, dibuat grafik kumulatif PMA & PMDN untuk Subang, Indramayu, dan Cirebon, pada Grafik 4.3. Tampak bahwa pola yang ditunjukkan ketiga daerah tersebut tidak semulus Bekasi, Purwakarta, dan Karawang. 49

10 Juta US$ 120,0 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0, ,5 3,0 2,5 2,0 1,5 1,0 0,5 0,0 Trilyun Rp Kumulatif PMA Kumulatif PMDN (i) Kumulatif PMA dan PMDN di Subang Juta US$ ,0 7,0 6,0 5,0 4,0 3,0 2,0 1,0 0,0 Trilyun Rp Kumulatif PMA Kumulatif PMDN (ii) Kumulatif PMA dan PMDN di Indramayu

11 Juta US$ ,0 2,5 2,0 1,5 1,0 0,5 0,0 Trilyun Rp Kumulatif PMA Kumulatif PMDN (iii) Kumulatif PMA dan PMDN di Cirebon Grafik 4.3 Kurva Kumulatif PMA dan PMDN di Subang, Indramayu, Cirebon Terlihat pada 3 daerah terakhir (Subang, Indramayu, dan Cirebon) polanya tidak serapi 3 daerah yang secara fisik dilintasi jalan tol. Dari pengamatan atas data PMA selama rentang , c.q. pertumbuhannya, diduga ada pola menarik jika dipakai basis waktu. Ada beberapa hal yang patut dicermati dari pola yang ada tersebut, dikaitkan dengan keberadaan jalan tol Jakarta-Cikampek, antara lain : (i) Subang dan Indramayu mulai bergerak menarik minat PMA mulai tahun 1988, saat mulai dioperasikannya jalan tol Jakarta-Cikampek. Cirebon, relatif menunjukkan pola yang serupa Subang dan Indramayu, meskipun ketiganya tidak menunjukkan pola yang serapi Bekasi, Karawang, dan Purwakarta. (ii) Purwakarta, yang sudah mencatat adanya PMA didaerahnya sejak 1980, relatif stagnan sampai 1988, dan mengalami pertumbuhan positif sejak beroperasinya tol, sampai kembali stagnan pada tahun

12 Tabel IV-3 Pertumbuhan PMA di Wilayah Pantura Jawa Barat TAHUN BKS KRW PWK SUB IMY CRB % #DIV/0! 0% % 0% 0% % 0% 0% % 0% 0% % 0% 0% #DIV/0! % 0% 0% 0% % 214% 0% 29% % 16% 0% #DIV/0! #DIV/0! 0% % 84% 90% 0% 0% 2% % 170% 388% 0% 0% 13% % 63% 65% 0% 3268% 2% % 53% 52% 0% 397% 6% % 60% 2% 0% 0% 0% % 5% 4% 808% 0% 0% % 52% 8% 588% 0% 0% % 32% 5% 0% 3% 6% % 12% 41% 0% 0% 71% % 3% 18% 41% 0% 2% % 1% 0% 2% 2% 0% % 1% 0% 20% 0% 0% % 2% 0% 0% 0% 0% % 1% 3% 1% 2% 0% % 1% 0% 1% 0% 0% % 3% 0% 1% 0% 0% % 5% 0% 2% 0% 27% (iii) Karawang, tidak sepenuhnya menunggu jalan tol untuk menarik minat investor, karena sudah memiliki PMA sejak 1981, dan tumbuh cukup bagus pada 1987 dan 1988, walaupun juga menikmati keberadaan jalan tol dengan catatan pertumbuhan PMA cukup besar (diatas 50%) mulai 1989 sampai 1995 sebelum akhirnya menurun menjadi hanya dibawah 5% per tahun antara

13 Tabel IV-4 Pertumbuhan PMDN di Wilayah Pantura Jawa Barat TAHUN BKS KRW PWK SUB IMY CRB % 0% 0% 0% % 0% 0% 0% % 6% 0% 0% % 4% 0% 1141% 9% % 0% 0% 0% 0% % 26% 0% 110% 4% % 0% 0% 0% 0% 9% % 87% 0% 296% 175% 10% % 134% 435% 426% 10% 359% % 166% 208% 88% 7% 15% % 25% 157% 12% 2% 30% % 16% 36% 35% 2184% 1% % 13% 25% 0% 1% 0% % 32% 16% 67% 53% 6% % 37% 26% 19% 92% 0% % 9% 20% 62% 25% 2% % 18% 88% 190% 42% 0% % 4% 9% 0% 14% 0% % 2% 0% 0% 0% 0% % 0% 0% 0% 0% 0% % 0% 0% 0% 1% 0% % 0% 0% 15% 0% 2% % 2% 0% 0% 0% 0% % 8% 5% 7% 0% -2% % 0% 1% 2% 0% 15% (iv) (v) Bekasi, telah memiliki sejarah PMA sejak awal 1970an, dan mencatat pertumbuhan cukup bagus pada pada saat tol mulai beroperasi. Keberadaan jalan tol bagi Bekasi berperan membantu merangsang pertumbuhan PMA, namun hanya sampai Keberadaan jalan tol seolah-olah membuat pola kumulatif investasi PMA di 6 unit analisis (diatur berurut jarak dari Jakarta) menjadi lebih teratur atau terpola. (lihat gambar 4.1). Keteraturan ini sekaligus menunjukkan pertumbuhan yang semakin kecil sejalan dengan jarak yang semakin jauh dari Jakarta. Dengan data-data empiris diatas, dapat disimpulkan bahwa : (1) Keberadaan jalan tol Jakarta Cikampek mempunyai pengaruh positif pada minat investasi di kawasan pantura Jawa Barat. Hal ini terbukti dengan peningkatan sangat tajam pertumbuhan investasi di derah yang dilintasi secara fisik (Bekasi, Karawang, 53

14 dan Purwakarta), serta mulai bergeraknya minat ke arah daerah yang didekatkan ke pusat pertumbuhan dengan adanya jalan tol tersebut (Subang, Indramayu, Cirebon). (2) Perlu diteliti lebih lanjut, seberapa kuat pengaruh positif tersebut, dan apakah ada pengaruh keruangan (spasial) keberadaan jalan tol tersebut terhadap kinerja investasi, khususnya PMA dan PMDN Investasi dalam Perspektif Spasial Pertanyaan seputar pengaruh spasial jalan terhadap kinerja investasi ini dipicu oleh data empiris bahwa terlihat keteraturan pola spasial minat investasi pada periode setelah adanya jalan tol. Keteraturan dimaksud, tidak tampak pada periode sebelum adanya jalan tol. Grafik 4.4 (untuk PMA) dan 4.5 (untuk PMDN) memberikan gambaran perbedaan tersebut. Pada grafik (i) terlihat ketidak teraturan pola spasialnya pada periode sebelum adanya jalan tol. Grafik (ii) menunjukkan pola keteraturan spasial setelah adanya jalan tol. Keteraturan pola spasial tersebut antara lain : Besaran gradual turun dari Bekasi, Karawang, Purwakarta, dan ke Subang, dan kemudian naik lagi di Indramayu, dan Cirebon. Diduga, semakin jauh dari Jakarta, minat investasi semakin rendah. Ada ketimpangan pertumbuhan minat investasi ini yang semakin besar dari waktu ke waktu. Semakin dekat dengan Jakarta, pertumbuhannya semakin tinggi, jauh meninggalkan daerah yang secara spasial jauh dari Jakarta. (Jika Jakarta dipandang sebagai pusat pertumbuhan). Kumulatif PMA vs Jarak dari Jakarta (1982, 1987) Kumulatif PMA vs Jarak dari Jakarta (1995, 2000, 2005) Juta USD Milyar USD BEKASI KARAWANG PUWAKARTA SUBANG INDRAMAYU CIREBON - BEKASI KARAWANG PUWAKARTA SUBANG INDRAMAYU CIREBON li (i) kumulatif PMA sebelum tol (i) kumulatif PMA sesudah tol Gambar 4.4 Kumulatif PMA sebelum dan sesudah JalanTol Beroperasi 54

15 Keberadaan jalan tol membantu setiap wilayah untuk menarik investor PMDN, terlihat dengan pola yang dibentuk lebih teratur, dibandingkan dengan sebelum jalan tol ada. PMDN vs "Jarak" dr Jakarta Kumulatif PMDN vs "Jarak" dr Jakarta Milyar Rp Milyar Rp 60,000 50,000 40, ,000 20,000 - Bekasi Karawang Purwakarta Subang Indramayu Cirebon 10, (i) kumulatif PMDN sebelum tol (i) kumulatif PMDN sesudah tol Gambar 4.5 Kumulatif PMDN sebelum dan sesudah Beroperasinya Jalan Tol Selanjutnya, untuk melihat pengaruh spasial jalan terhadap investasi akan dipakai variabel aksesibilitas seperti telah disebutkan pada bagian awal Bab ini. Pada bagian ini akan dianalisis hubungan antara PMA (sebagai variabel dependent) IPMA dengan dua variabel independent : Indeks Aksesibilitas (PDRB weighted) - AXPDRB, dan jumlah penduduk suatu wilayah POP. Telah disebutkan di depan, bahwa hubungan IPMA dengan AXPDRB dan POP yang runut-waktu dan silang-tempat akan dianalisis dengan model pooled-time-series. Dengan komposisi 26 tahun data seri waktu dan 6 unit wilayah analisis (tempat), akan didapat (26x6) data observasi untuk IPMA. Dengan demikian tidak perlu dilakukan analisis satupersatu untuk setiap data tahunan atau spot waktu. Aksesibilitas, telah dijelaskan di depan adalah gambaran ukuran keterjangkauan suatu wilayah dalam konteks centre-periphery. Semakin besar Indeks aksesibilitas, dipahami semakin dekat dengan pusat pertumbuhan atau centre. Perhitungan aksesibilitas yang akan dipakai dalam kajian ini, seperti disebutkan diast, adalah yang dibobot PDRB (PDRB weighted), dan disebut sebagai variabel atau predictor AXPDRB. 55

16 Perhitungan PMA vs Aksesibilitas dimulai dari membentuk matriks fungsi hambatan atau impedansi f(c ij ) sebelum membobotkannya dengan PDRB sesuai dengan rumus : A i = j PDRB j. f (c ij ) Matriks impedansi yang diperoleh, dibedakan antara matriks sebelum jalan tol beroperasi ( ) dan sesudah beroperasi ( ) seperti pada tabel berikut Tabel IV-5 (i) Matriks f(c ij ) sebelum jalan tol beroperasi exp(-βc ij ) Bks Krw Pwk Sub Imy Crb Bks Krw Pwk Sub Imy Crb (ii) Matriks f(c ij ) sesudah jalan tol beroperasi exp(-βc ij ) Bks Krw Pwk Sub Imy Crb Bks Krw Pwk Sub Imy Crb Selanjutnya dengan model aksesibilitas pada persamaan 4.4 di bagian depan, dihitung Indeks Aksesibilitas (dengan range 0-100), mengacu pada model Peripherality Index 1 (PI-1) yang dikembangkan Schurmann & Talaat (2000). Hasil perhitungan Indeks aksesibilitas berbobot PDRB tersebut disajikan dalam tabel IV- 6 berikut ini. 56

17 Tabel IV-6 Indeks Aksesibilitas (PDRB Weighted) - AXPDRB TAHUN BEKASI KRW PWKT SUB IMY CRBN , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,5927 7,2903 5, , , , ,6064 7,5664 5, , , , ,7268 8,2848 7, , , , ,6935 7,3989 7, , , , ,0263 3,5281 0,8435 6, , , ,1197 3,3941 0,7962 8, , , ,2485 4,3722 0,4544 7, , , ,3759 4,3260 0,6596 7, , , ,5421 3,9057 0,3654 6, , , ,8689 3,8345 0,0000 6,7841 Selanjutnya dengan analisis Regresi Linier, hendak dilihat hubungan antara Nilai Investasi (PMA) dan atau PMDN dengan Aksesibilitas Berbobot PDRB tersebut dalam persamaan : Investasi (IPMA atau IPMDN) = β 0 + β 1 AXPDRB β 2 POP.(4-4) Dengan analisis pooled-time series, didapat data dengan 156 observasi dengan 1 variabel terikat (Nilai Kumulatif PMA) dan 2 variabel bebas (Aksesibilitas berbobot PDRB dan Populasi). Rekapitulasi data yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan analisis pooled-time-series disajikan pada Lampiran III. 57

18 Software aplikasi statistik SPSS versi 14 dipakai untuk menghitung koefisien dan parameter regresinya, dengan Indeks Aksesibilitas dan Populasi sebagai predictor dan (1) Investasi (PMA) serta (2) Investasi (PMDN) sebagai respons. Hasil analisis dan interpretasinya disajikan pada bagian berikut ini Penanaman Modal Asing (PMA) dan Aksesibilitas Hasil keluaran pengolahan data dengan SPSS versi 14, ditunjukkan pada Lampiran III, khususnya Lampiran III-1 hasil pengolahan data untuk PMA, sedangkan Lampiran III-2 untuk PMDN. Keluaran tersebut bisa diinterpretasikan sebagai berikut : Pada analisis regresi untuk PMA tersebut, didapat nilai koefisien determinasi R 2 sebesar 0,788, yang berarti 78,8% dari variance Investasi PMA dapat dijelaskan oleh model diatas. Dengan demikian model ini secara keseluruhan mampu menjelaskan hubungan variabel-variabelnya. Dari tabel ANOVA ditemukan bahwa persamaan regresinya secara statistik sangat signifikan dengan nilai F=265,239 untuk n-k-1 = 153 dan P-value = 0,000 yang jauh lebih kecil dari 0,05. Untuk melihat signifikansi masing-masing koefisien regresi digunakan hasil uji statistik t (uji t). Untuk variabel Indeks Aksesibilitas (PDRB weighted) dilihat dengan menguji β 1 : Ho : β 1 = 0 terhadap H 1 : β 1 0. Hasil perhitungan, dari hasil diatas dapat dilihat bahwa nilai uji-t adalah t = 14,304 dengan P-value = 0. Hal ini merupakan bukti kuat penolakan terhadap Ho : β 1 = 0. Sementara itu, untuk variabel penduduk, dilihat dari β 2 : Ho : β 2 = 0 terhadap H 1 : β 2 0. Dari hasil perhitungandidapat nilai uji-t adalah t = 8,074 dengan P-value = 0. Hal ini juga merupakan bukti kuat penolakan terhadap Ho : β 2 = 0. Dengan demikian, persamaan hasil analisis yang diajukan adalah : IPMA = AXPDRB POP.. (4-5) Kolinieritas persamaan regresi ini bisa dilihat dari nilai VIF di tabel Coefficient, yang bernilai 1,363 masih bisa dianggap tidak terjadi multicollinearity, atau lebih tepatnya hanya low collinearity. Sementara dari Normal Probability Plot juga terlihat bahwa 58

19 titik-titik data membentuk pola linear sehingga masih konsisten dengan distribusi normal. Residual pada hasil regresi yang didapat juga diindikasikan mempunyai variance konstan (homoscedasticity), yang ditunjukkan dengan tidak terbentuknya pola tertentu pada Scatterplot antara standardized residual dan predicted value. Terlihat ada hubungan yang signifikan antara aksesibilitas suatu wilayah dengan investasi yang bisa ditariknya. Setiap perbedaan indeks aksesibilitas satu point pada suatu waktu, akan membuat perbedaan kumulatif investasi sebesar 60,368 juta US dollar pada waktu tersebut Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Aksesibilitas Metode perhitungan dan interpretasi yang serupa dapat diterapkan juga untuk PMDN, dengan hasil perhitungan disajikan dalam bentuk output seperti disajikan pada Lampiran III bagian b. Interpretasi atas hasil tersebut adalah : Pada analisis regresi untuk PMA tersebut, didapat nilai koefisien determinant R 2 sebesar 0,512, yang berarti hanya 51,2% dari variance Investasi PMDN dapat dijelaskan oleh model diatas. Sementara dari tabel ANOVA diatas diindikasikan bahwa regresi secara statistic sangat signifikan dengan nilai F = 130,232 untuk derajad kebebasan 153 dan P-value = 0,000 yang jauh lebih kecil dari 0,05. Untuk menguji signifikansi masing-masing koefisien regresi digunakan uji statistik t (uji t). Untuk menguji β 1 : Ho : β 1 = 0 terhadap H 1 : β 1 0. Hasil perhitungan, dari tabel ANOVA dapat dilihat bahwa nilai uji-t adalah t = 8,249 dengan P-value = 0.Hal ini merupakan bukti kuat penolakan terhadap Ho : β 1 = 0. Sementara itu, untuk variabel penduduk, dilihat dari β 2 : Ho : β 2 = 0 terhadap H 1 : β 2 0. Dari hasil perhitungandidapat nilai uji-t adalah t = 7,621 dengan P-value = 0. Hal ini juga merupakan bukti kuat penolakan terhadap Ho : β 2 = 0. Dengan demikian, persamaan hasil analisis yang diajukan adalah : IPMDN = - 446, AXPDRB + 0,309 POP (4-6) Kolonieritas persamaan regresi ini bisa dilihat dari nilai VIF di tabel Coefficient, yang bernilai 1,363 masih bisa dianggap tidak terjadi multicollinearity, atau lebih tepatnya 59

20 hanya low collinearity. Sementara dari Normal Probability Plot juga terlihat bahwa titiktitik data membentuk pola linear sehingga masih konsisten dengan distribusi normal. Residual pada hasil regresi yang didapat juga diindikasikan mempunyai variance konstan (homoscedasticity), yang ditunjukkan dengan tidak terbentuknya pola tertentu pada Scatterplot antara standardized residual dan predicted value. Hasil tersebut menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara aksesibilitas suatu wilayah dengan investasi yang bisa ditariknya. Setiap perbedaan indeks aksesibilitas satu point antara satu wilayah dengan wilayah lainnya, akan membuat perbedaan kumulatif investasi sebesar 10,342 milyar rupiah. Hasil tersebut dapat membantu menjelaskan bahwa tarikan investasi ke Bekasi lebih besar daripada tarikan ke wilayah yang lebih jauh dari Jakarta, antara lain karena aksesibilitas wilayah Bekasi lebih besar dari daerah lainnya tersebut. Hal yang juga harus diperhatikan adalah ketimpangan atau gap kumulatif investasi PMA dan PMDN yang semakin besar antara Bekasi (dekat pusat pertumbuhan) dengan Subang Indramayu Cirebon (jauh dari pusat pertumbuhan). Ketimpangan ini dapat dijelaskan dengan ketimpangan aksesibilitas yang semakin berkembang dari waktu ke waktu seperti ditunjukkan pada grafik berikut ini Bks Krw Pwk Sub Imy Crb Grafik 4.6 Perkembangan Indeks Aksesibilitas Jika sebelum adanya jalan tol perbedaan indeks aksesibilitas antar daerah masih kecil, maka perbedaan indeks tersebut semakin melebar dengan adanya jalan tol. 60

21 Sementara dari hasil regresi diketahui bahwa pengaruh indeks aksesibilitas (berbobot PDRB) terhadap minat investasi cukup besar. Hal ini membawa pada kesimpulan antara lain : (1) Jalan tol memberi manfaat membuka isolasi daerah, dan terlihat dari adanya minat investasi di daerah dengan dibukanya jalan tol (Subang dan Indramayu pada periode ). (2) Hasil analisis menunjukkan bahwa Penanaman Modal Asing (PMA) lebih sensitif terhadap aspek keberadaan jalan raya / highway, dibandingkan dengan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) (3) Paradoks dengan manfaat tersebut, keberadaan jalan tol juga mempunyai dampak memperlebar ketimpangan antara wilayah yang dekat dengan pusat pertumbuhan (centre) dengan yang jauh (periphery). (4) Ketimpangan spasial ini akan semakin lebar dan berlanjut, jika kebijakan pembangunan regional yang dijalankan mengandalkan pertumbuhan organik yang saat ini ada. 61

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan infrastruktur diyakini sebagai salah satu faktor kunci dalam pengembangan perekonomian suatu wilayah. Di antara infrastruktur kunci tersebut, bahwa jalan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. bawah ini. Untuk membantu penulis dalam melakukan perhitungan yang cermat

BAB IV HASIL PENELITIAN. bawah ini. Untuk membantu penulis dalam melakukan perhitungan yang cermat BAB IV HASIL PENELITIAN Hasil penelitian ini diperoleh dari hasil analisis data yang akan disajikan di bawah ini. Untuk membantu penulis dalam melakukan perhitungan yang cermat dan akurat dibantu dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai proses dan hasil serta pembahasan dari pengolahan data yang telah dilakukan. Sebagai alat bantu analisis digunakan software SPSS versi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya yield to maturity (YTM) dari obligasi negara seri fixed rate tenor 10 tahun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Ketenagakerjaan merupakan isu penting dalam sebuah aktivitas bisnis dan perekonomian Indonesia. Angkatan kerja, penduduk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. struktur dan pertumbuhan ekonomi, tingkat ketimpangan pendapatan regional,

BAB III METODE PENELITIAN. struktur dan pertumbuhan ekonomi, tingkat ketimpangan pendapatan regional, BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini akan membahas tentang laju pertumbuhan ekonomi, struktur dan pertumbuhan ekonomi, tingkat ketimpangan pendapatan regional, serta hubungan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 24 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini didesain dengan menggunakan metode eksperimen. Metode eksperimen dimaksudkan untuk menjelaskan hubungan sebab akibat antara satu variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. logika matematika dan membuat generalisasi atas rata-rata.

BAB III METODE PENELITIAN. logika matematika dan membuat generalisasi atas rata-rata. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu penelitian yang didasari oleh falsafah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Yang menjadi objek dari penelitian ini adalah investasi swasta di

BAB III METODE PENELITIAN. Yang menjadi objek dari penelitian ini adalah investasi swasta di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Yang menjadi objek dari penelitian ini adalah investasi swasta di Indonesia periode tahun 1988 2007. Sehingga data yang digunakan merupakan data time series

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan pertumbuhan GNP yang setinggi-tingginya dan penyediaan lapangan pekerjaan, juga menginginkan adanya

Lebih terperinci

PENGARUH INVESTASI DAN KONSUMSI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SUMATERA SELATAN PERIODE

PENGARUH INVESTASI DAN KONSUMSI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SUMATERA SELATAN PERIODE PENGARUH INVESTASI DAN KONSUMSI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SUMATERA SELATAN PERIODE 1995-2010 Fitri Suciani Jaka Pratama Tetiyeni Dwi Lestari ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data tenaga kerja, PDRB riil, inflasi, dan investasi secara berkala yang ada di kota Cimahi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta pembangunan seluruh aspek kehidupan masyarakat. Hakikat pembangunan ini mengandung makna bahwa pembangunan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder berupa data panel, yaitu data yang terdiri dari dua bagian : (1)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. buku-buku, internet serta laporan yang tercatat melalui website

BAB III METODE PENELITIAN. buku-buku, internet serta laporan yang tercatat melalui website 53 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mencari dan mengumpukan data yang berhubungan dengan masalah penelitian ini baik dari sumber dokumen atau buku-buku,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukan lagi terbatas pada aspek perdagangan dan keuangan, tetapi meluas keaspek

BAB I PENDAHULUAN. bukan lagi terbatas pada aspek perdagangan dan keuangan, tetapi meluas keaspek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi ekonomi merupakan dunia kegiatan dan keterkaitan perekonomian. Kegiatan-kegiatan perekonomian tidak lagi sekedar nasional tapi bahkan internasional, bukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara besar dengan pemilikan sumber daya alam yang melimpah, dalam pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil dan Pengolahan Data Pada bab ini akan dibahas mengenai proses dan hasil serta pembahasan dari pengolahan data yang akan dilakukan. Data yang telah didapatkan akan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, jenis data yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, jenis data yang 52 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data tahunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai kemampuan ekonomi nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka waktu yang cukup lama untuk dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan berbagai indikator-indikator yang dapat menggambarkan potensi. maupun tingkat kemakmuran masyarakat suatu wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan berbagai indikator-indikator yang dapat menggambarkan potensi. maupun tingkat kemakmuran masyarakat suatu wilayah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu wilayah dalam suatu periode tertentu. Produk

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang 56 BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN A. Letak Wilayah dan Luas Wilayah Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 Lintang selatan dan 104 48-108 48 Bujur Timur, dengan luas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Sampel Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index tahun 2011-2013. Teknik yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menguraikan proses, hasil serta pembahasan dari pengolahan data yang telah dilakukan. Analisis pengolahan data dilakukan dengan mengggunakan software Minitab

Lebih terperinci

Dari waktu ke waktu jumlah penduduk Indonesia yang tinggal di daerah perkotaan senantiasa bertambah seiring dengan pertumbuhan penduduk dan

Dari waktu ke waktu jumlah penduduk Indonesia yang tinggal di daerah perkotaan senantiasa bertambah seiring dengan pertumbuhan penduduk dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan unsur penting dalam kegiatan ekonomi dan dalam usaha membangun suatu perekonomian. Jumlah penduduk biasanya dikaitkan dengan pertumbuhan income per

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Provinsi Jawa Timur Penelitian ini dilakukan mulai bulan September 2012 di Jakarta terhadap Laporan Keuangan Daerah Provinsi Jawa Timur untuk periode tahun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dengan

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dengan 40 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dengan rentang waktu dari tahun 2001 2012. Tipe data yang digunakan adalah data runtut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tolok ukur keberhasilan pembangunan ekonomi dapat dilihat dari

I. PENDAHULUAN. Tolok ukur keberhasilan pembangunan ekonomi dapat dilihat dari 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tolok ukur keberhasilan pembangunan ekonomi dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi, dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk, antar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 77 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2015, penelitian ini menggunakan data sekunder untuk pengumpulan data. Tempat penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah Nilai tukar Rupiah per

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah Nilai tukar Rupiah per BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek penelitian Yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah Nilai tukar Rupiah per Dolar Amerika dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Data mengenai variabel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rentang waktu selama 9 tahun yaitu periode Data diperoleh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rentang waktu selama 9 tahun yaitu periode Data diperoleh 36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah negara Indonesia dengan rentang waktu selama 9 tahun yaitu periode 2004 2012. Data diperoleh dari KPP Pratama

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Populasi dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah yang ada di

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Populasi dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah yang ada di BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah yang ada di Indonesia. Sampel adalah wakil dari populasi yang diteliti. Dalam

Lebih terperinci

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA LAHAN. harga lahan di sekitar Bandara Raja Haji Fisabilillah, Kepulauan Riau adalah

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA LAHAN. harga lahan di sekitar Bandara Raja Haji Fisabilillah, Kepulauan Riau adalah VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA LAHAN Model yang digunakan dalam menduga faktor-faktor yang mempengaruhi harga lahan di sekitar Bandara Raja Haji Fisabilillah, Kepulauan Riau adalah model double

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analisis tersebut untuk memperoleh kesimpulan. 68 Jenis penelitian kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. analisis tersebut untuk memperoleh kesimpulan. 68 Jenis penelitian kuantitatif BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yakni penelitian yang menganalisis data-data secara kuantitatif kemudian menginterpretasikan hasil analisis

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data).

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data). 31 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data). 3.2 Metode Analisis Data 3.2.1 Analisis Weighted

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dilakukan secara sengaja (purposive) melihat bahwa propinsi Jawa Barat

BAB IV METODE PENELITIAN. dilakukan secara sengaja (purposive) melihat bahwa propinsi Jawa Barat 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian BAB IV METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan dalam lingkup wilayah Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) melihat bahwa propinsi Jawa Barat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR PENGEMBANGAN WILAYAH DAN INFRASTRUKTUR

BAB II KAJIAN LITERATUR PENGEMBANGAN WILAYAH DAN INFRASTRUKTUR BAB II KAJIAN LITERATUR PENGEMBANGAN WILAYAH DAN INFRASTRUKTUR 2.1 Pengembangan Wilayah dan Ketimpangan Pembangunan wilayah didefinisikan sebagai perubahan dari produktivitas wilayah yang diukur dari nilai

Lebih terperinci

INDEKS KESENJANGAN EKONOMI ANTAR KECAMATAN DI KOTA PONTIANAK (INDEKS WILLIAMSON)

INDEKS KESENJANGAN EKONOMI ANTAR KECAMATAN DI KOTA PONTIANAK (INDEKS WILLIAMSON) BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PONTIANAK No : 02/02/6171/Th VI, 12 Pebruari 2008 INDEKS KESENJANGAN EKONOMI ANTAR KECAMATAN DI KOTA PONTIANAK (INDEKS WILLIAMSON) Rata-rata pertumbuhan ekonomi di Kota Pontianak

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statistik Deskriptif Untuk memberikan gambaran dan informasi mengenai data variabel dalam penelitian ini maka digunakanlah tabel statistik deskriptif. Tabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Hubungan keduanya dijelaskan dalam Hukum Okun yang menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Hubungan keduanya dijelaskan dalam Hukum Okun yang menunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengangguran merupakan satu dari banyak permasalahan yang terjadi di seluruh negara di dunia, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Hal ini terjadi karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, Dikatakan metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data yang telah berhasil dikumpulkan, serta permasalahan dan hipotesis yang telah ditetapkan pada bab bab sebelumnya, maka penulis akan membahas variabel variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/Subyek Penelitian Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung dengan

Lebih terperinci

JURNAL ILMIAH BUSSINESS PROGRESS ISSN April 2015, Volume 3, No. 1, 9-14

JURNAL ILMIAH BUSSINESS PROGRESS ISSN April 2015, Volume 3, No. 1, 9-14 PENGARUH KEHADIRAN PMA DALAM BERINVESTASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI MASYARAKAT DI SEKITAR PERUSAHAAN (STUDI EMPIRIS PADA PT. INALUM PADA TAHUN 2007-2012) Mangasi Sinurat, SE, M.Si STIE Bina Karya Tebing

Lebih terperinci

diterangkan oleh variabel lain di luar model. Adjusted R-squared yang bernilai 79,8%

diterangkan oleh variabel lain di luar model. Adjusted R-squared yang bernilai 79,8% VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah Irigasi Teknis di Provinsi Jawa Barat Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh pada Tabel 16 menunjukkan bahwa model yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari 34 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari tahun 2005-2012, yang diperoleh dari data yang dipublikasikan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Tingkat Kesenjangan Pendapatan dan Trend Ketimpangan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Tingkat Kesenjangan Pendapatan dan Trend Ketimpangan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Tingkat Kesenjangan Pendapatan dan Trend Ketimpangan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Penghitungan kesenjangan pendapatan regional antar kabupaten/kota di Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statistik Deskriptif Pada hasil pengumpulan data sekunder mengenai Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus ( DAK ), Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menganalisis data, penulis menggunakan alat bantu komputer seperti paket

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menganalisis data, penulis menggunakan alat bantu komputer seperti paket 49 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode regresi linier berganda sebagai alat analisis data. Dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan sub sektor

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan sub sektor BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS PROYEKSI SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI MALUKU UTARA. Abstract

ANALISIS PROYEKSI SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI MALUKU UTARA. Abstract ANALISIS PROYEKSI SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI MALUKU UTARA Disusun oleh : Karmila Ibrahim Dosen Fakultas Pertanian Universitas Khairun Abstract Analisis LQ Sektor pertanian, subsektor tanaman pangan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Data diperoleh dari BPS RI, BPS Provinsi Papua dan Bank Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN Data diperoleh dari BPS RI, BPS Provinsi Papua dan Bank Indonesia BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data time series triwulanan dengan periode data 2000 2010. Data diperoleh dari BPS RI, BPS Provinsi Papua dan Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Sugiyono, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Umum Milik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Sugiyono, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Umum Milik BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel Penelitian 3.1.1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 84 4.1. Analisis Kuantitatif BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Untuk menguji validitas dan realiabilitas instrumen, penulis menggunakan analisis dengan SPSS.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Agriculture, Manufacture Dan Service di Indonesia Tahun Tipe

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Agriculture, Manufacture Dan Service di Indonesia Tahun Tipe BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan analisis mengenai Pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Dan Penanaman Modal Asing

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. bawah ini. Untuk lebih membantu penulis dalam melakukan perhitungan yang

BAB IV HASIL PENELITIAN. bawah ini. Untuk lebih membantu penulis dalam melakukan perhitungan yang BAB IV HASIL PENELITIAN Hasil penelitian ini diperoleh dari hasil analisis data yang akan disajikan di bawah ini. Untuk lebih membantu penulis dalam melakukan perhitungan yang tercermat dan akurat yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau, yang bertempat di Kota Pekanbaru Provinsi Riau. Dan waktu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kota Madya Salatiga propinsi Jawa Tengah. Pemilihan Kota Madya Salatiga sebagai daerah penelitian dikarenakan untuk memudahkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh promosi

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh promosi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh promosi terhadap jumlah wisatawan dan implikasinya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Sebuah Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari bilangan-bilangan.

BAB II KAJIAN TEORI. Sebuah Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari bilangan-bilangan. BAB II KAJIAN TEORI A. Matriks 1. Definisi Matriks Sebuah Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari bilangan-bilangan. Bilangan-bilangan dalam susunan tersebut dinamakan entri dalam matriks (Howard

Lebih terperinci

KONDISI EKONOMI KOTA TASIKMALAYA

KONDISI EKONOMI KOTA TASIKMALAYA KONDISI EKONOMI KOTA TASIKMALAYA KONDISI EKONOMI a. Potensi Unggulan Daerah Sebagian besar pusat bisnis, pusat perdagangan dan jasa, dan pusat industri di Priangan Timur berada di Kota Tasikmalaya. Wilayah

Lebih terperinci

DAMPAK PENINGKATAN PENGELUARAN KONSUMSI SEKTOR RUMAH TANGGA DAN PENGELUARAN SEKTOR PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROPINSI JAMBI ABSTRAK

DAMPAK PENINGKATAN PENGELUARAN KONSUMSI SEKTOR RUMAH TANGGA DAN PENGELUARAN SEKTOR PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROPINSI JAMBI ABSTRAK DAMPAK PENINGKATAN PENGELUARAN KONSUMSI SEKTOR RUMAH TANGGA DAN PENGELUARAN SEKTOR PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROPINSI JAMBI Syaifuddin, Adi Bhakti, Rahma Nurjanah Dosen Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data sekunder mulai dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010. Data tersebut didapat dari beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. runtut waktu (time series). Penelitian ini menggunakan data-data Produk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. runtut waktu (time series). Penelitian ini menggunakan data-data Produk BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data runtut waktu (time series). Penelitian ini menggunakan data-data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Hal ini tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 47 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Unit Analisis Data 1. Data Hasil Penelitian Pada bagian ini akan dibahas mengenai proses pengolahan data untuk menguji hipotesis yang telah dibuat

Lebih terperinci

BAB III METOTOLOGI PENELITIAN

BAB III METOTOLOGI PENELITIAN BAB III METOTOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Analisis ekonomi digunakan atas dasar anggapan bahwa variabel dalam faktor faktor ekonomi dan pasar merupakan variabel yang berpengaruh secara sistematik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis Pengaruh Pajak Daerah,

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis Pengaruh Pajak Daerah, 36 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Pendapatan BUMD Dan Pendapatan Lain Daerah Terhadap Pertumbuhan

Lebih terperinci

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA (TPAK) TERHADAP PDRB PADA PROVINSI DKI JAKARTA

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA (TPAK) TERHADAP PDRB PADA PROVINSI DKI JAKARTA PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA (TPAK) TERHADAP PDRB PADA PROVINSI DKI JAKARTA 2010-2015 Nama NPM Jurusan Dosen Pembimbing : Septi Eka Wulandari : 2A214142

Lebih terperinci

PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA TERHADAP PDRB PROVINSI PAPUA. Mursalam Salim, SE., M.Si Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Yapis Papua.

PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA TERHADAP PDRB PROVINSI PAPUA. Mursalam Salim, SE., M.Si Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Yapis Papua. PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA TERHADAP PDRB PROVINSI PAPUA Mursalam Salim, SE., M.Si Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Yapis Papua Abstrak Berdasarkan data yang dikeluarkan Badan Promosi dan Investasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur.

BAB III METODE PENELITIAN. data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian diambil di provinsi Jawa Timur dengan menggunakan data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur. B. Jenis dan Sumber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Salah satu komponen dari penelitian adalah menggunakan metode yang

BAB III METODE PENELITIAN. Salah satu komponen dari penelitian adalah menggunakan metode yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Salah satu komponen dari penelitian adalah menggunakan metode yang ilmiah, agar metode yang ilmiah ini dapat dilaksanakan dengan relatif lebih mudah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengelola sumber daya ekonomi daerah yang berdaya guna dan berhasil

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengelola sumber daya ekonomi daerah yang berdaya guna dan berhasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari upaya pembangunan secara nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pemerintah daerah, sehingga tercipta

Lebih terperinci

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Rezky Fatma Dewi Mahasiswa Prodi Ekonomi Pembangunan Fak. Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bursa Efek Indonesia periode penelitian yang digunakan yaitu jenis data sekunder.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bursa Efek Indonesia periode penelitian yang digunakan yaitu jenis data sekunder. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek pada penilitian ini yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015. B. Jenis Data Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. berupa data panel terdiri dari dua bagian yaitu : (1) time series dan (2) cross

III. METODE PENELITIAN. berupa data panel terdiri dari dua bagian yaitu : (1) time series dan (2) cross 36 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data panel terdiri dari dua bagian yaitu : (1) time series dan (2) cross

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berbentuk time series selama periode waktu di Sumatera Barat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berbentuk time series selama periode waktu di Sumatera Barat BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Sumber Data Metode penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder yang berbentuk time series selama periode waktu 2005-2015 di Sumatera Barat yang diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian menuju perekonomian yang berimbang dan dinamis. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian menuju perekonomian yang berimbang dan dinamis. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan merupakan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi seyogyanya dapat memperlihatkan perkembangan yang meningkat dari tahun ke tahun karena pertumbuhan ekonomi yang tinggi diperlukan guna mempercepat perubahan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan Juli Adapun data penelitian diperoleh dengan melakukan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan Juli Adapun data penelitian diperoleh dengan melakukan BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam rentan waktu bulan Maret 2016 sampai dengan Juli 2016. Adapun data penelitian diperoleh dengan melakukan pengutipan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. independent yaitu dana pihak ketiga, tingkat suku bunga SBI, tingkat Non

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. independent yaitu dana pihak ketiga, tingkat suku bunga SBI, tingkat Non BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskriptif Statistik Deskripsi variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi nilai minimum, nilai maksimum, mean, dan standar deviasi dari tiga variabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang metodologi yang digunakan dalam studi ini, yang terdiri dari spesifikasi model, definisi operasional variabel, data dan sumber data, serta metode

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu wilayah dalam suatu periode tertentu. Produk Domestik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah, Jawa Barat, DI.Yogyakarta, Banten dan DKI Jakarta).

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah, Jawa Barat, DI.Yogyakarta, Banten dan DKI Jakarta). BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu cara kerja atau prosedur mengenai bagaimana kegiatan yang akan dilakukan untuk mengumpulkan dan memahami objek-objek yang menjadi sasaran dari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder 47 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan 2003-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Dalam Angka, Badan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kabupaten induknya yaitu Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi ke

BAB III METODE PENELITIAN. kabupaten induknya yaitu Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi ke BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder periode tahun 2001-2008 yang mencakup wilayah kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. tahun terakhir yaitu tahun 2001 sampai dengan tahun Data yang. diambil adalah data tahun 2001 sampai 2015.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. tahun terakhir yaitu tahun 2001 sampai dengan tahun Data yang. diambil adalah data tahun 2001 sampai 2015. BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskriptif Sampel dan Data Penelitian ini menggunakan 30 data, sampel yang diamati selama 15 tahun terakhir yaitu tahun 2001 sampai dengan tahun 2015. Data yang diambil

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Pulau Jawa merupakan salah satu bagian dari lima pulau besar di

IV. GAMBARAN UMUM. Pulau Jawa merupakan salah satu bagian dari lima pulau besar di 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Administratif Pulau Jawa merupakan salah satu bagian dari lima pulau besar di Indonesia, yang terletak di bagian Selatan Nusantara yang dikenal sebagai negara

Lebih terperinci

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif terapan ( Applied

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif terapan ( Applied I. METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif terapan ( Applied Descriptive Reasearch), yaitu penelitian yang dilakukan dengan maksud

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 66 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penulis melakukan penelitian pada bulan November 2010. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penelitian di Bursa Efek Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK),

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian Pada penelitian ini dilakukan analisis hasil pengumpulan data penelitian dari 34 provinsi di Indonesia. Data yang digunakan meliputi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Situ Cipondoh yang terletak di Kecamatan Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai obyek

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian dalam Bab ini menjelaskan hasil pengolahan data dan pembahasan terhadap 4 (empat) hal penting yang menjadi fokus dari penelitian ini, yaitu: (1) peranan sektor kehutanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pembangunan di Indonesia diarahkan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pembangunan di Indonesia diarahkan untuk mewujudkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perencanaan pembangunan di Indonesia diarahkan untuk mewujudkan masyarakat yang semakin sejahtera, makmur dan berkeadilan. Kebijaksanaan pembangunan dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini, penulis akan membatasi ruang lingkup penelitian dengan menitikberatkan permasalahan yang akan dibahas yaitu mengenai obyek penelitian

Lebih terperinci