PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, PELATIHAN, MASA KERJA DAN JABATAN TERHADAP PEMAHAMAN LAPORAN KEUANGAN DAERAH (STUDI PADA PEMERINTAH ACEH)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, PELATIHAN, MASA KERJA DAN JABATAN TERHADAP PEMAHAMAN LAPORAN KEUANGAN DAERAH (STUDI PADA PEMERINTAH ACEH)"

Transkripsi

1 ISSN Pages pp PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, PELATIHAN, MASA KERJA DAN JABATAN TERHADAP PEMAHAMAN LAPORAN KEUANGAN DAERAH (STUDI PADA PEMERINTAH ACEH) Cut Yunina Eriva 1, Islahuddin 2, Darwanis 2 1) Magister Akuntansi Banda Aceh 2) Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Abstract: The purpose of this research is knowing influence, educational level, training, working period, and official to the understanding of the local financial statement in Aceh. The research about 84 people consisting of 42 budget users ( SKPA ) and 42 PPK of department in Aceh government. The method used was logistic regression analysis. The result showed training impact on understanding of Aceh government financial statement while the rate of education, working time, and official has no influence against to understanding the government financial report Aceh. To research and researcher recommend to conduct research in a questionnaire items similar to fix this work by involving all respondents technically relating to the regional financial reporting. Keywords: The level of education, training, working time, official and the understanding of the local financial statement Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh tingkat pendidikan, pelatihan, masa kerja dan jabatan terhadap pemahaman laporan keuangan daerah di Pemerintah Aceh. Populasi penelitian sebanyak 84 orang yang terdiri dari 42 Pengguna Anggaran (SKPA) dan 42 PPK dari badan, dinas dan kantor yang ada di Pemerintah Aceh. Metode analisis yang digunakan adalah regresi logisitik. Hasil penelitian ini menunjukkan pelatihan berpengaruh terhadap pemahaman laporan keuangan daerah Pemerintah Aceh, sedangkan tingkat pendidikan, masa kerja dan jabatan tidak mempunyai pengaruh terhadap pemahaman laporan keuangan daerah Pemerintah Aceh. Pada penelitian selanjutnya peneliti merekomendasikan untuk melakukan penelitian serupa dengan memperbaiki item-item didalam kuesioner ini dengan melibatkan seluruh responden yang pekerjaannya secara teknis berhubungan terhadap proses pelaporan keuangan daerah. Kata Kunci: Tingkat pendidikan, pelatihan, masa kerja, jabatan dan pemahaman laporan keuangan daerah PENDAHULUAN Pemerintah Indonesia dalam melaksanakan urusan yang menjadi kewenangannya di daerah, berdasarkan azas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, melimpahkan sebagian kewenangannya kepada Gubernur selaku wakil pemerintah pusat di daerah dan dilaksanakan berdasarkan azas dekonsentrasi dan tugas pembantuan, hal ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 2008 tentang tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan, dimana penyelenggaraan dekonsentrasi dilakukan melalui pelimpahan sebagian urusan pemerintah yang menjadi 1 - Volume 1, No.2, Februari 2013

2 kewenangan kementerian dan lembaga. Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No 59 Tahun 2007 disebutkan, bahwa untuk tujuan akuntabilitas atas pengelolaan dana-dana yang dikelola oleh provinsi atau kabupaten/ kota diwajibkan menyiapkan laporan keuangan daerah yang dipertanggungjawabkan oleh kepala daerah dalam hal ini adalah gubernur dan bupati/walikota yang meliputi neraca daerah, laporan perhitungan APBD, nota perhitungan APBD dan laporan arus kas. Terkait dengan hal tersebut maka setiap pengelola keuangan harus memiliki pemahaman yang baik mengenai laporan keuangan sehingga laporan yang dipublikasikan dapat disajikan secara wajar terbebas dari salah saji yang material sehingga tidak menyesatkan pembaca dan pengguna laporan. Tanpa pemahaman laporan keuangan yang baik mengakibatkan laporan keuangan yang dipublikasikan terdapat kesalahan material dalam penyajian angka, tidak sesuai dengan pelaporan dan tidak tepat waktu dalam penyampaiannya sehingga berdampak buruk bagi pengguna laporan dan pihak penyaji laporan itu sendiri (Mahmudi 2010:9). Zetra (2008) mengungkapkan bahwa pemahaman sebahagian pejabat penatausahaan keuangan SKPD terhadap mekanisme pengelolaan keuangan masih sangat kurang. Misalnya banyak bendahara penerimaan pada SKPD yang terlambat menyampaikan pertanggungjawaban yang disebabkan antara lain pengguna anggaran belum tanda tangan. Selain itu, pimpinan kegiatan atau pimpinan SKPD beranggapan bahwa urusan pertanggungjawaban hanyalah tanggung jawab bendahara saja. Padahal dalam Permendagri No 13 Tahun 2006 yang diperbaharui Permendagri No 21 Tahun 2011 pembagian tugas tersebut sudah diatur dengan jelas. Hasil temuan BPK terhadap Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Pemerintah Aceh tahun 2009 menggambarkan beberapa kelemahan berupa pencatatan yang diselenggarakan oleh Kuasa BUD pada masingmasing SKPA masih belum tertib yaitu penutupan BKU belum dilakukan secara tepat waktu dan masih terdapat selisih antara BKU dengan rekening koran. Kelemahan lainnya adalah kurangnya personel yang berlatar belakang pendidikan akuntansi atau ekonomi sehingga kurangnya pemahaman mengenai tata cara rekonsiliasi bank dan belum dapat menyajikan laporan keuangan yang lengkap (BPK : 2010). Penelitian ini merujuk kepada penelitian sebelumnya yang dilakukan Almanidar (2010) yang menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pemahaman aparatur dilingkup SKPD terhadap proses penyusunan laporan keuangan secara keseluruhan masih rendah. Hasil penelitian yang dilakukan Arfan dan Faisal (2009) menunjukkan bahwa masa kerja, pendidikan berpengaruh terhadap tingkat pemahaman aparatur pemerintah tentang prinsip-prinsip good governance di pemerintah Kota Banda Aceh, sedangkan jabatan tidak berpengaruh terhadap tingkat pemahaman aparatur pemerintah tentang prinsip-prinsip good governance di pemerintah Kota Banda Aceh. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan Volume 1, No.2, Februari

3 terjadi ketidakkonsistenan dengan hasil penelitian Bappenas (2002) yang membuktikan bahwa jabatan berpengaruh terhadap tingkat pemahaman aparatur pemerintah tentang prinsip-prinsip good governance. KAJIAN KEPUSTAKAAN Pendidikan Menurut Achmad (1982:4), Pendidikan itu merupakan kegiatan proses belajar mengajar yang sistem pendidikannya senantiasa berbeda dan berubah-ubah, dari masyarakat yang satu kepada masyarakat yang lain. Pendapat lain tentang pengertian pendidikan dikemukakan oleh Sahertian (2000:1) adalah usaha sadar yang sengaja dirancangkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pelatihan Nitisemito (1996:86) menyatakan bahwa pemberian pelatihan ditujukan agar para karyawan dapat menguasai pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya sehingga terwujudlah efisiensi dan efiktifitas dalam pelaksanaan tugasnya. Menurut Hariandja (2007:169), pelatihan lebih ditekankan pada peningkatan kemampuan untuk melakukan pekerjaan yang spesifik pada saat ini. Terdapat beberapa alasan mengapa pelatihan harus dilakukan atau menjadi bagian yang sangat penting dari kegiatan Manajemen Sumber Daya Manusia, diantaranya: pegawai yang belum memahami secara benar bagaimana melakukan pekerjaan, adanya perubahan lingkungan kerja dan tenaga kerja, meningkatnya daya saing dan penyesuaian terhadap peraturan-peraturan yang ada. Masa Kerja Menurut Nitisemito (1996) senioritas atau sering disebut dengan istilah Lenght of service atau masa kerja adalah lamanya seorang karyawan menyumbangkan tenaganya pada perusahaan tertentu. Sejauh mana tenaga kerja dapat mencapai hasil yang memuaskan dalam bekerja tergantung dari kemampuan, kecakapan dan ketrampilan tertentu agar dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik. Jabatan Jabatan (occupation) ialah pekerjaan yang telah melembaga dalam suatu instansi, perusahaan atau telah membudaya dalam masyarakat. Jabatan juga mencakup tanggung jawab dan wewenang. Tanggung jawab (responsibility) ialah hal yang menjadi keharusan pemegang jabatan sedangkan wewenang (authority) ialah hak pemegang jabatan untuk menerima, menuntut kepatuhan, mengajukan pendapat, pengambilan keputusan akhir dan memerintahkan pelaksanaannya mengenai suatu hal tertentu (Tulus,1996:24) Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Menurut PP No. 71 Tahun 2010 Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk 3 - Volume 1, No.2, Februari 2013

4 melaksanakan kegiatan operasional pemerintahan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektifitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundangundangan. Mahmudi (2010:64) menyatakan banyak pihak yang menjadi pemangku kepentingan pemerintah daerah bukan orang yang berlatar belakang pendidikan akuntansi, padahal mereka berkepentingan terhadap laporan keuangan pemerintah. Untuk bisa memahami laporan keuangan secara lebih komprehensif, perlu diketahui proses pelaporan, logika akuntansi dan memahami elemen laporan keuangan yang terdiri dari: Neraca, Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Arus Kas (LAK), Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). Menyadari tidak semua pemangku kepentingan dan pembaca laporan keuangan dapat memahami dan menginterpretasikan laporan keuangan maka diperlukan analisis laporan keuangan. Analisis laporan keuangan dimaksudkan untuk membantu bagaimana cara memahami laporan keuangan, bagaimana menafsirkan angka-angka dalam laporan keuangan, bagaimana mengevaluasi laporan keuangan, dan bagaimana menggunakan informasi keuangan untuk pengambilan keputusan. yang merupakan alat untuk menghasilkan laporan keuangan. Salah satu teknik yang paling banyak digunakan untuk menganalisis laporan keuangan adalah analisis rasio keuangan. (Mahmudi 2010:9) Tujuan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah Secara garis besar tujuan penyajian laporan keuangan bagi pemerintah daerah adalah (Mahmudi, 2010:4-5): 1. Untuk memberikan informasi yang bermanfaat dalam pembuatan keputusan ekonomi, sosial dan politik; 2. Untuk alat akuntabilitas publik; 3. Untuk memberikan informasi yang digunakan dalam mengevaluasi kinerja manajerial dan organisasi. Tujuan pelaporan keuangan dalam kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan adalah untuk menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial maupun politik dengan: (a) menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran; (b) menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumber daya ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan perundang-undangan; (c) menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai; (d) menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya; (e) menyediakan informasi mengenai posisi Volume 1, No.2, Februari

5 keuangan dan kondisi entitas pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman; (f) menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan. Siklus Akuntansi Akuntansi adalah suatu sistem, yaitu suatu kesatuan yang terdiri dari atas subsistemsubsistem atau kesatuan lebih kecil yang saling berhubungan dan mempunyai tujuan tertentu. Suatu sistem mengolah input (masukan) menjadi output (keluaran). Input sistem akuntansi adalah bukti-bukti transaksi dalam bentuk dokumen atau formulir. Outputnya adalah laporan keuangan. Dalam proses akuntansi, terdapat beberapa catatan yang dibuat, yaitu jurnal, buku besar (BB) dan buku pembantu (BP) (Halim, 2007:52). Sistem Akuntansi Keuangan Daerah memiliki contoh input berupa bukti memorial, surat tanda setoran, dan surat perintah pencairan dana. Proses Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dilakukan dengan menggunakan catatan seperti buku jurnal umum, buku jurnal penerimaan kas, buku jurnal pengeluaran kas, buku besar dan buku besar pembantu. Output Sistem Akuntansi Keuangan Daerah berupa laporan keuangan yang meliputi laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan (Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 232). Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Pemerintah daerah harus terus dan berupaya memperbaiki kualitas laporan keuangannya. Laporan keuangan yang disajikan pemerintah daerah dinilai berkualitas apabila relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami. Relevan artinya informasi dalam laporan keuangan yang disajikan memberikan manfaat bagi para pengguna untuk pengambilan keputusan. Andal (Reliability) artinya informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus dapat diandalkan, tidak menyesatkan dan mengandung unsur manipulasi. Dapat dibandingkan (comparability) artinya laporan keuangan dapat digunakan sebagai pembanding kinerja masa lalu atau pembanding kinerja organisasi lain yang sejenis. Dapat dipahami (understandability). artinya laporan keuangan harus memberikan informasi yang jelas, sederhana dan mudah dipahami oleh pihakpihak pengguna laporan keuangan. (Mahmudi, ): Kerangka Pemikiran Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pemahaman Laporan Keuangan Daerah Reformasi akuntansi dipemerintahan daerah dimulai dengan terbitnya Kepmendagri 29 tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah. Munculnya Kepmendagri Volume 1, No.2, Februari 2013

6 tahun 2002 tersebut, pemerintah daerah mulai disibukkan dengan upaya untuk menerapkan akuntansi sebagaimana yang diarahkan dalam kepmendagri tersebut. Menurut Sukirman (2009), secara hitungan kasar kebutuhan tenaga akuntansi di pemerintah daerah seluruh Indonesia adalah sekitar orang. Kenyataannya, tenaga yang berlatar belakang akuntansi masih sangat minim. Sangat penting untuk menempatkan SDM yang potensial dan bertanggungjawab, serta menempatkan SDM dengan kompetensi yang memadai baik secara teknis maupun administrasi dalam bidang pengelolaan keuangan daerah. Menurut Nazier (2009), menghadapi berbagai kualitas laporan keuangan, tenaga akuntan yang handal sangat dibutuhkan pada sektor publik baik sebagai pelaksana kebijakan maupun sebagai penentu kebijakan. Sayangnya hasil penelitian BPK menunjukkan adanya masalah SDM Pemerintah Pusat dan Daerah. Hasil kuesioner oleh BPK menunjukkan bahwa mayoritas yaitu sebesar 76,77% unit pengelola keuangan Negara diisi oleh pegawai yang tidak memiliki latar belakang akuntansi. Nazier (2009), juga mengungkapkan bahwa kelemahan pemahaman akan akuntansi sektor publik diperparah dengan rendahnya dorongan untuk belajar lebih jauh dan kesalahan penempatan staf dengan latar belakang pendidikan yang tidak sesuai. Hasil penelitian Arfan dan Faisal (2009) menunjukkan adanya pengaruh pendidikan terhadap tingkat pemahaman aparatur pemerintah tentang prinsip-prinsip good governance. Hal ini bermakna bahwa jika pendidikan aparatur pemerintah semakin tinggi maka nilai variabel tingkat pemahaman aparatur pemerintah terhadap prinsip-prinsip good governance akan meningkat pula. Selanjutnya hasil penelitian Almanidar (2010) di Pemkab Pidie menunjukkan bahwa tenaga yang berlatar belakang ilmu akuntansi hanya 1 orang dari 23 SKPD, dimana hal tersebut menjadi salah satu faktor tidak selesainya laporan keuangan SKPD. Akibatnya proses penyusunan laporan keuangan menjadi terhambat karena kurangnya pemahaman aparatur yang terlibat dalam pengelolaan dan penatausahaan keuangan terhadap proses penyusunan laporan keuangan. Dari pendapat di atas bisa diartikan bahwa tingkat pendidikan sangat mempengaruhi aparatur terhadap pemahaman laporan keuangan daerah. Hubungan Masa Kerja dengan Pemahaman Laporan Keuangan Daerah Nitisemito (1996) menyatakan bahwa masa kerja merupakan hasil penyerapan dari berbagai aktivitas manusia, sehingga mampu menumbuhkan keterampilan yang muncul secara otomatis dalam tindakan yang dilakukan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan. Masa kerja seseorang berkaitan dengan pengalaman kerjanya. Purnamasari (2005) menyimpulkan bahwa seorang karyawan yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam beberapa hal diantaranya; 1). Mendeteksi kesalahan, 2). Memahami Volume 1, No.2, Februari

7 kesalahan dan 3). Mencari penyebab timbulnya kesalahan. Hasil penelitian Almanidar (2010) di Pemkab Pidie bahwa masa kerja jabatan PA dan PPK masih rendah. Masa kerja jabatan PPK menggambarkan masa kerja jabatan yang sesungguhnya sebagai PPK, sehingga masa kerja tersebut merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pemahaman mereka atas penyusunan laporan keuangan. Di Pemkab Pidie terjadi turnover posisi pejabat cukup tinggi dimana jumlah pejabat (PA dan PPK) yang mempunyai masa kerja jabatan dibawah 1 tahun sebanyak 27 orang dari total 47 orang pejabat (58% pejabat). Pejabat yang sudah mendapatkan pelatihan (diklat) yang cukup mengenai pelaporan keuangan dipindahkan kebagian lain yang tidak berhubungan dengan diklat yang diikuti tersebut dan kemudian ditempatkan orang baru yang tentu saja masih mentah pemahamannya akan proses penyusunan Laporan Keuangan sehingga harus dimulai dari awal lagi. Keadaan tersebut yang menjadi salah satu penyebab kurangnya pemahaman pejabat terutama PPK terhadap proses penyusunan laporan keuangan. Dari hasil penelitian tersebut di atas membuktikan bahwa masa kerja berpengaruh terhadap tingkat pemahaman aparatur tentang laporan keuangan daerah. Hubungan Pelatihan dengan Pemahaman Laporan Keuangan Daerah Akuntansi dan pelaporan merupakan komponen yang tidak dapat dihindarkan pada pengelolaan keuangan. Bidang ini memerlukan prosedur yang tertata dengan baik dan pegawai yang terlatih untuk melakukan pencatatan datadata keuangan. (Word Bank, 2007). Merupakan suatu hambatan besar dalam meraih kinerja yang baik jika pegawai tidak memiliki kualifikasi/keterampilan yang memadai dan belum memahami secara benar pekerjaannya. Untuk mengatasi hambatan tersebut perlu diadakannya pelatihan. Penelitian Almanidar (2010) di Pemkab Pidie menunjukkan hasil bahwa pendidikan dan pelatihan (diklat) yang diikuti kurang berpengaruh terhadap pemahaman aparatur atas proses penyusunan laporan keuangan. Umumnya hal tersebut terjadi karena diklat yang diikuti kurang menyentuh substansi serta waktu diklat yang terlalu singkat. Penelitian Nasaruddin (2008) menunjukkan bahwa pelatihan berdampak kepada informasi yang dihasilkan oleh SDM akuntansi yaitu menyajikan informasi akuntansi yang berkualitas sejalan dengan tujuan perusahaan. Hubungan Jabatan dengan Pemahaman Laporan Keuangan Daerah Jabatan (occupation) ialah pekerjaan yang telah melembaga dalam suatu instansi, perusahaan atau telah membudaya dalam masyarakat. Jabatan juga mencakup tanggung jawab dan wewenang. Tanggung jawab (responsibility) ialah hal yang menjadi keharusan pemegang jabatan sedangkan wewenang (authority) ialah hak pemegang jabatan untuk menerima, menuntut kepatuhan dalam hal tertentu, mengambil keputusan akhir dan memerintahkan pelaksanaannya, serta 7 - Volume 1, No.2, Februari 2013

8 mengajukan pendapat mengenai sesuatu hal tertentu. (Tulus, 1996:24) Pejabat PA dan PPK mempunyai tugas, tanggung jawab dan wewenang untuk menyiapkan, menyusun laporan keuangan daerah dimana untuk menghasilkan laporan tersebut diperlukan proses dan tahapan yang harus dilalui menurut sistem akuntansi pemerintah daerah. Untuk itu mereka harus memiliki kompetensi, keahlian dan kemampuan yang memadai dalam melaksanakan pekerjaannya. Kompetensi jabatan SDM aparatur (PNS) adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki seorang PNS berupa pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku, yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya (Mustopadidjaja, 2002). Dengan adanya kompetensi akan menciptakan aparatur yang memiliki semangat untuk selalu bertindak efisien, rasional, transparan, akuntabel dan profesional. Hasil penelitian Almanidar di Pemkab Pidie (2010) diperoleh data dari 23 SKPD hanya 7 SKPD yang mampu menyelesaikan Laporan Keuangan. Alasan tidak menyusun laporan keuangan dikarenakan mereka masih belum mengerti dalam proses penyusunan laporan keuangan. Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa PA dan PPK harus mempersiapkan diri untuk mempunyai kompetensi, keahlian dan kemampuan berdasarkan tugas dan tanggung jawab yang diembannya. Tanpa adanya kualifikasi dan persyaratan tersebut, mustahil PA dan PPK dapat melakukan pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: H1: Tingkat Pendidikan mempunyai pengaruh terhadap Pemahaman Laporan Keuangan Daerah Pemerintah Aceh. H2: Pelatihan mempunyai pengaruh terhadap Pemahaman Laporan Keuangan Daerah Pemerintah Aceh. H3: Masa Kerja mempunyai pengaruh terhadap Pemahaman Laporan Keuangan Daerah Pemerintah Aceh. H4: Jabatan mempunyai pengaruh terhadap Pemahaman Laporan Keuangan Daerah Pemerintah Aceh. METODE PENELITIAN Populasi Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian sensus yaitu dengan populasi yang berasal dari seluruh entitas yang menjadi subjek penelitian. Total responden adalah 84 orang terdiri dari 42 Pengguna Anggaran (SKPA) dan 42 PPK dari badan, dinas dan kantor yang ada di Pemerintah Aceh. Operasionalisasi Variabel Variabel penelitian ini terdiri dari variabel independen yaitu pendidikan (X 1 ), Masa Kerja (X 2 ), Pelatihan (X 3 ) dan Jabatan (X 4 ) dan variabel dependen yaitu Pemahaman Laporan Keuangan Daerah (Y). Berikut ini dijelaskan Volume 1, No.2, Februari

9 definisi menurut masing-masing variabel yaitu: a. Pendidikan (X 1 ) adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan-latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang. Indikator atau elemen data dan alat ukur yang digunakan dalam pendidikan, peneliti ambil dari penelitian sebelumnya (Almanidar, 2010). Skala yang digunakan menggunakan skala interval (interval scale) b. Masa Kerja (X 2 ) adalah lamanya seorang karyawan menyumbangkan tenaganya pada perusahaan tertentu. Indikator atau elemen data dan alat ukur yang digunakan dalam masa kerja, peneliti ambil dari penelitian sebelumnya (Almanidar, 2010). Skala yang digunakan menggunakan skala interval (interval scale) c. Pelatihan (X3). Pelatihan lebih ditekankan pada peningkatan kemampuan untuk melakukan pekerjaan yang spesifik. Indikator atau elemen data dan alat ukur yang digunakan dalam pelatihan, peneliti ambil dari pendapat yang dikemukakan Tulus (1996). Skala yang digunakan menggunakan skala interval (interval scale) d. Jabatan (X 4 ) adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang karyawan dalam rangka susunan satuan organisasi. Indikator atau elemen data dan alat ukur yang digunakan dalam jabatan, peneliti ambil dari pendapat yang dikemukakan Notoatmodjo (2003). Skala yang digunakan menggunakan skala interval (interval scale) e. Pemahaman Laporan Keuangan (Y) Untuk bisa memahami laporan keuangan secara lebih komprehensif, perlu diketahui proses pelaporan, logika akuntansi dan memahami elemen laporan keuangan yang terdiri dari: Neraca, Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Arus Kas (LAK), Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). Sedangkan untuk memahami dan menginterpretasikan Laporan Keuangan perlu analisis laporan keuangan.. Indikator atau elemen data dan alat ukur yang digunakan dalam pemahaman laporan keuangan, peneliti ambil dari pendapat yang dikemukakan Mahmudi (2010). Skala menggunakan Dummy. Metode Analisis Suatu penelitian yang dapat dipercaya sangat ditentukan oleh alat pengukuran yang digunakan untuk variabel yang diteliti. Oleh karena itu untuk mengukur handal atau tidaknya kuesioner digunakan analisis reliabilitas dan validitas. 1. Uji Reliabilitas Reliabilitas mengandung pengertian bahwa suatu instrumen yang dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Salah satu teknik yang digunakan untuk 9 - Volume 1, No.2, Februari 2013

10 mengukur konsistensi ini yaitu melalui Cronbach s Alpha (α) yang dapat menafsirkan korelasi antara skala yang dibuat dengan skala variabel yang ada. Instrument dalam penelitian ini dikatakan reliable apabila memiliki koefisien keandalan atau alpha lebih besar dari 0,5. 2. Uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan masing-masing item untuk setiap variable dengan menggunakan pearson product-moment coefficient melalui program SPSS. Persamaan model empiris yang digunakan untuk meneliti pengaruh X 1, X 2, X 3 dan X 4 terhadap Y dengan menggunakan analisis regresi logistik. Y = β 0 + β 1 X 1 + β 2 X 2+ β 3 X 3+ β 4 X 4 Keterangan: Y = 1; Paham Laporan Keuangan Daerah = 0;Tidak Paham Laporan Keuangan Daerah X 1 X 2 X 3 X 4 = Pendidikan = Pelatihan = Masa Kerja = Jabatan β 1, β 2, β 3, β 4 = koefisien X 1, X 2, X 3, X 4 e = error HASIL PEMBAHASAN Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian ini menggunakan variabel dependen bersifat dikotomi (paham terhadap laporan keuangan daerah dan tidak paham terhadap laporan keuangan daerah), maka pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik. Tahapan dalam pengujian ini dapat dijelaskan sebagai berikut: Pengujian Validitas Pengujian validitas data dalam penelitian ini dilakukan secara statistik, yaitu dengan menggunakan Uji Pearson product-moment coefficient of correlation dengan bantuan SPSS Berdasarkan output komputer setelah dilakukan pengujian validitas terdapat 3 item pernyataan yang tidak valid dari seluruh seluruh item pernyataan yaitu sebanyak 21. Besarnya nilai koefesien korelasi yaitu 0,266. Pengujian Reliabilitas Uji reliabilitas memperlihatkan tingkat pendidikan memiliki cronbach alpha 0,565, pelatihan dengan cronbach alpha 0,879, masa kerja dengan cronbach alpha 0,676 dan jabatan dengan cronbach alpha 0,607. Secara keseluruhan tingkat kehandalan telah memenuhi persyaratan. Model Regresi Logistik yang Terbentuk Hasil persamaan regresi logistik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Y = X X X X 4 + e Hasil uji koefisien regresi logistik menunjukkan bahwa variabel tingkat pendidikan menunjukkan koefisien regresi β 1 sebesar 0,102 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,530 lebih besar dari 0,05 artinya variabel tingkat pendidikan tidak berpengaruh pada pemahaman laporan keuangan daerah. Variabel pelatihan menunjukkan koefisien regresi β 2 sebesar 0,282 dengan tingkat Volume 1, No.2, Februari

11 signifikansi sebesar 0,034 lebih kecil dari 0,05, ini artinya variabel pelatihan berpengaruh pada pemahaman laporan keuangan daerah. Variabel masa kerja menunjukkan koefisien regresi β 3 sebesar -0,195 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,326 lebih besar dari 0,05 artinya variabel masa kerja tidak berpengaruh pada pemahaman laporan keuangan daerah. Kemudian variabel jabatan menunjukkan koefisien regresi β 4 sebesar -0,157 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,506 lebih besar dari 0,05, artinya variabel jabatan tidak berpengaruh pada pemahaman laporan keuangan daerah. Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Pemahaman Laporan Keuangan Daerah Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pemahaman laporan keuangan daerah. Kenyataan di lapangan memperlihatkan bahwa tidak semua aparatur yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi paham dan bisa menyelesaikan permasalahan dalam laporan keuangan daerah. Ilmu yang dimiliki tidak diterapkan dalam teknis pelaksanaan laporan keuangan, karena biasanya aparatur yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan menduduki jabatan yang tinggi pula sehingga tanggungjawab pekerjaannya hanya pada pengesahan hasil, namun tidak terlibat langsung dalam penyelesaian laporan keuangan daerah. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sally & Derajat (2004: 287), yang menyatakan bahwa pendidikan yang diikuti oleh aparat birokrasi lebih bertujuan tuntutan persyaratan yang harus dipenuhi oleh PNS untuk naik ke jenjang eselon tertentu dan bukan dasar tuntutan pengembangan pengetahuan dan keterampilan seorang aparat. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nasaruddin (2008) yang menyebutkan bahwa pendidikan berpengaruh terhadap penyajian informasi akuntansi. Hasil penelitian ini juga tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Almanidar (2010) yang menyebutkan bahwa minimnya tenaga kerja yang berlatar belakang akuntansi merupakan faktor tidak selesainya laporan keuangan SKPD. Akibatnya proses penyusunan laporan keuangan menjadi terhambat karena kurangnya pemahaman aparatur yang terlibat dalam pengelolaan dan penatausahaan keuangan terhadap proses penyusunan laporan keuangan. Pengaruh Pelatihan terhadap Pemahaman Laporan Keuangan Daerah Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa pelatihan berpengaruh terhadap pemahaman laporan keuangan daerah. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak pelatihan yang diikuti tenaga kerja sesuai dengan bidang pekerjaanya maka akan semakin terampil dan berkualitas tenaga kerja tersebut. Manfaat dilakukannya pelatihan agar dapat mencetak tenaga kerja yang terampil, berkualitas dan berkompeten dalam bidang pekerjaannya. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nasaruddin 11 - Volume 1, No.2, Februari 2013

12 (2008) yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara pelatihan dengan kualitas penyajian informasi akuntansi. Namun penelitian ini sedikit berbeda dengan penelitian Almanidar (2010) di Pemkab Pidie, yang menunjukkan hasil bahwa diklat yang diikuti kurang berpengaruh terhadap pemahaman aparatur atas proses penyusunan laporan keuangan. Umumnya hal tersebut terjadi karena diklat yang diikuti kurang menyentuh substansi serta waktu diklat yang terlalu singkat. Pengaruh Masa Kerja terhadap Pemahaman Laporan Keuangan Daerah Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara masa kerja dengan pemahaman laporan keuangan. Hal tersebut merupakan gambaran bahwa tidak selamanya aparatur yang telah lama bekerja lebih menguasai laporan keuangan daerah. Ini disebabkan oleh tingkat kejenuhan aparatur tersebut. Bahkan aparatur yang baru bekerja pada suatu bidang bisa lebih menguasai dan memahami laporan keuangan disebabkan beberapa faktor pendukung seperti pendidikan terakhir yang dimiliki dan pengalaman kerja pada bidang yang sama sebelumnya. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Arfan dan Faisal (2009) yang menyebutkan bahwa masa kerja memiliki pengaruh terhadap Tingkat Pemahaman Aparatur Pemerintah Tentang Prinsip-prisnsip Good Governance. Selanjutnya dalam penelitian Almanidar (2010) di Pemkab Pidie menjelaskan bahwa masa kerja jabatan PA dan PPK masih rendah. Di Pemkab Pidie terjadi turnover posisi pejabat cukup tinggi dimana jumlah pejabat (PA dan PPK) yang mempunyai masa kerja jabatan dibawah 1 tahun sebanyak 27 orang dari total 47 orang pejabat (58% pejabat). Pengaruh Jabatan terhadap Pemahaman Laporan Keuangan Daerah Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa jabatan tidak berpengaruh terhadap pemahaman laporan keuangan daerah. Hasil tersebut menjelaskan bahwa tidak selamanya jabatan yang tinggi dapat diikuti oleh pemahaman terhadap bidang pekerjaannya. Hal ini disebabkan karena aparatur yang memiliki jabatan yang tinggi biasanya telah menjadi atasan, sehingga tanggungjawabnya hanya mengesahkan hasil yang diterima oleh bawahannya. Hal tersebut menyebabkan atasan tidak terlalu memahami pekerjaan bawahan yang seharusnya juga merupakan tanggungjawabnya. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh penelitian Arfan dan Faisal (2009). Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa jabatan tidak berpengaruh terhadap tingkat pemahaman aparatur pemerintah tentang prinsip-prinsip good governance. Namun penelitian ini sedikit berbeda dengan penelitian Almanidar (2010), di Pemkab Pidie diperoleh data dari 23 SKPD hanya 7 SKPD yang mampu menyelesaikan Laporan Keuangan. Alasan tidak menyusun laporan keuangan dikarenakan mereka masih Volume 1, No.2, Februari

13 belum mengerti dalam proses penyusunan laporan keuangan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Tingkat Pendidikan, masa kerja dan jabatan tidak berpengaruh terhadap Pemahaman Laporan Keuangan Daerah Pemerintah Aceh. Sedangkan pelatihan mempunyai pengaruh terhadap Pemahaman Laporan Keuangan Daerah Pemerintah Aceh. Saran Saran-saran yang dapat penulis berikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah bagi SKPA pada Pemerintah Aceh diberikannya pelatihan dan pendidikan bagi aparatur yang terlibat dalam pengelolaan keuangan daerah agar lebih memahami proses akuntansi dan pembukuan, yang merupakan dasar dalam melaksanakan pelaporan keuangan yang baik sebagai bagian dalam pengelolaan keuangan daerah. Selain itu mensyaratkan apartur Pemerintah Aceh yang terlibat dalam pengelolaan keuangan daerah telah mengikuti sertifikasi Akuntansi Pemerintahan. Peneliti selanjutnya disarankan memperbaiki item-item pernyataan didalam kuesioner ini terutama item pernyataan pemahaman terhadap laporan keuangan daerah lebih secara teknis. Memperbanyak responden penelitian dengan melibatkan seluruh pegawai yang secara teknis terlibat dalam proses pengelolaan laporan keuangan daerah. Melakukan penelitian serupa dengan menambah variabel lain pada saat penerapan Standar Akuntansi Pemerintah No. 71 Tahun 2010 telah diberlakukan di pemerintahan. DAFTAR KEPUSTAKAAN Almanidar, E., Pemahaman Aparatur Terhadap Proses Penyusunan Laporan Keuangan Entitas Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Pidie. Tesis. Banda Aceh: Program. Achmad, N., Pendidikan dan Masyarakat. Yogyakarta: CV. Bina Usaha. Arfan & Faisal, Pengaruh Masa Kerja, Jabatan dan Jenjang Pendidikan Terhadap Tingkat Pemahaman Aparatur Pemerintah Tentang Prinsip-prinsip Good Governance di Pemerintah Kota Banda Aceh. Jurnal Telaah & Riset Akuntansi. Vol.2:1-14. Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Aceh Tahun 2009 di Banda Aceh Nomor: 12.A/LHP/XVIII.BAC/06/ 2010 tanggal 18 Juni Bappenas Tingkat Pemahaman Aparatur Pemerintah Terhadap Prinsip-prinsip Tata pemerintah Yang Baik. Tim Kajian Sekretariat Pengembangan Public Good Governance- Bappenas. Halim, A., Akuntansi Sektor Publik, Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba Empat. Hariandja, T. E. M., Manajemen Sumber Daya Manusia.Jakarta: PT Grasindo. Mahmudi Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Panduan bagi Eksekutif, DPRD dan Masyarakat dalam Pengambilan Keputusan Ekonomi, Sosial dan Politik. Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Mustopadidjaja Paradigma-paradigma Pembangunan. Lembaga Administrasi Negara. Nasaruddin, F., Pengaruh Pendidikan, Pelatihan dan Pengalaman Kerja Terhadap Kualitas Penyajian Informasi Akuntansi pada PT. Bank Negara Indonesia Tbk. Jurnal Ichsan Gorontalo Vol.3: Nazier, D. M., Kesiapan SDM Pemerintah Menuju Tata Kelola Keuangan Negara yang Akuntabel dan Transparan. Seminar Nasional, tanggal 22 Juli 2009 yang diselenggarakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. Nitisemito, A. S., Manajemen Personalia: Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Gholia Indonesia. Peraturan Pemerintah Standar Akuntansi Pemerintahan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 tahun Permendagri 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Volume 1, No.2, Februari 2013

14 Permendagri 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah. Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Permendagri No.21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Purnamasari, D. I., Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Hubungan Partisipasi dengan Efektifitas Sistem Informasi. Jurnal Riset Akuntansi Keuangan.Vol 5: Sally, R. Marisa & Widhyharto S.D Pengembangan Pegawai untuk Birokrasi Yang Good Governance Dalam Ambar Teguh Sulistiyani (Ed.), Memahami Good Governance Dalam Perspektif Sumber Daya Manusia Yogyakarta: Gava Media. Sukirman, D., Terbatasnya Kompetensi SDM Salah Satu Penyebab Buruknya Pengelolaan Keuangan Daerah. Warta Pengawasan Vol. XVI No.1. Tulus, Moh. Agus Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. World Bank Pengelolaan Keuangan Publik di Aceh, mengukur Kinerja Pemerintah Daerah di Aceh. Zetra, A., Strategi Pengembangan Kapasitas SDM Pemerintah Daerah Dalam Mewujudkan Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah. aidinil-zetra.pdf. Volume 1, No.2, Februari

Pengaruh Pemahaman Akuntansi dan Pengalaman Kerja Aparatur Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintah Kota Banda Aceh

Pengaruh Pemahaman Akuntansi dan Pengalaman Kerja Aparatur Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintah Kota Banda Aceh Jurnal Ekonomi dan Manajemen Teknologi (EMT) Indonesian Journal for the Economics, Management and Technology. Jurnal Ekonomi dan Manajemen Teknologi, 1(2), 2017,91-96 Available online at http://journal.lembagakita.org

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Isu di Indonesia saat ini yang semakin mendapat perhatian publik dalam beberapa tahun terakhir ini adalah akuntabilitas keuangan publik. Hal tersebut disebabkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah merupakan penyelenggara seluruh urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut azas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era reformasi sangat memberikan dampak yang positif bagi perubahan paradigma pembangunan nasional. Adapun perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. reformasi yang semakin luas dan menguat dalam satu dekade terakhir. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. reformasi yang semakin luas dan menguat dalam satu dekade terakhir. Tuntutan A.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan akuntansi di instansi-instansi pemerintahan di Indonesia sudah mulai menjadi keharusan dan tuntutan jaman seiring dengan tuntutan reformasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami garis besar lingkup pengelolaan keuangan unit-unit kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. memahami garis besar lingkup pengelolaan keuangan unit-unit kerja yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan sistem pengelolaan keuangan kementrian/kelembagaan adalah memahami garis besar lingkup pengelolaan keuangan unit-unit kerja yang ada di bawah organisasi/kelembagaan,

Lebih terperinci

PENGARUH AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Sensus pada Dinas Daerah Kota Tasikmalaya)

PENGARUH AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Sensus pada Dinas Daerah Kota Tasikmalaya) PENGARUH AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Sensus pada Dinas Daerah Kota Tasikmalaya) NIKEN NUR ANJANI Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Selama ini pemerintahan di Indonesia menjadi pusat perhatian bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Selama ini pemerintahan di Indonesia menjadi pusat perhatian bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Selama ini pemerintahan di Indonesia menjadi pusat perhatian bagi seluruh lapisan masyarakat, dan tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Keuangan Negara Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa

Lebih terperinci

TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat Memperoleh gelar S-2 Magister Akuntansi. Diajukan oleh : Nama : Dwi Cahyadi NIM : C4C006387

TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat Memperoleh gelar S-2 Magister Akuntansi. Diajukan oleh : Nama : Dwi Cahyadi NIM : C4C006387 PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, MASA KERJA, PELATIHAN, DAN POSISI DI PEMERINTAHAN TERHADAP PEMAHAMAN LAPORAN KEUANGAN DAERAH (STUDI EMPIRIS PADA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF DI LEMBAGA PEMERINTAHAN KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. internal, intuisi, pemahaman terhadap SAP dan pengetahuan tentang pengelolaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. internal, intuisi, pemahaman terhadap SAP dan pengetahuan tentang pengelolaan 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Bab ini akan menguraikan pengertian pengetahuan tentang proses audit internal, intuisi, pemahaman terhadap SAP dan pengetahuan tentang pengelolaan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir ini merupakan bagian dari adanya

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir ini merupakan bagian dari adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah yang sedang bergulir ini merupakan bagian dari adanya reformasi atas kehidupan bangsa oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Melalui otonomi

Lebih terperinci

Jurnal Akuntansi ISSN Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 10 Pages pp

Jurnal Akuntansi ISSN Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 10 Pages pp ISSN 2302-0164 10 Pages pp. 73-82 PENGARUH KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA, PERAN INTERNAL AUDITOR DAN AKTIVITAS PENGENDALIAN TERHADAP NILAI INFORMASI PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Pada Pemerintah

Lebih terperinci

PENGARUH KEPERILAKUAN ORGANISASI TERHADAP KEGUNAAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH DI PEMERINTAH KABUPATEN KARANGANYAR

PENGARUH KEPERILAKUAN ORGANISASI TERHADAP KEGUNAAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH DI PEMERINTAH KABUPATEN KARANGANYAR PENGARUH KEPERILAKUAN ORGANISASI TERHADAP KEGUNAAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH DI PEMERINTAH KABUPATEN KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat Guna Memeperoleh

Lebih terperinci

ANALISIS IMPLEMENTASI STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH DALAM PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KOTA GORONTALO

ANALISIS IMPLEMENTASI STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH DALAM PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KOTA GORONTALO ANALISIS IMPLEMENTASI STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH DALAM PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KOTA GORONTALO Mahasiswa Jurusan : Abdul Mukhlis Akuba : Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI AKUNTANSI KEUANGAN DESA

IMPLEMENTASI AKUNTANSI KEUANGAN DESA IMPLEMENTASI AKUNTANSI KEUANGAN DESA Oleh: Ahmad Mu am 1. PENDAHULUAN Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa telah mengamanatkan bahwa Desa mempunyai sumber pendapatan berupa pendapatan asli Desa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance). Untuk mewujudkan tata. kelola tersebut perlunya sistem pengelolaan keuangan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance). Untuk mewujudkan tata. kelola tersebut perlunya sistem pengelolaan keuangan yang lebih 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara pasti ingin memilki tata kelola penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance). Untuk mewujudkan tata kelola tersebut perlunya sistem

Lebih terperinci

EVALUASI PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE

EVALUASI PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE EVALUASI PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE Jeane Maitulung, Hendrik Manossoh, Victorina Z. Tirayoh Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus i BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keinginan setiap masyarakat agar terciptanya tata pemerintahan yang baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus berusaha memperbaiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dengan seringnya pergantian penguasa di negara ini telah memicu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dengan seringnya pergantian penguasa di negara ini telah memicu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Dengan seringnya pergantian penguasa di negara ini telah memicu perubahan perubahan penting di dalam pemerintahan, termasuk pemerintahan daerah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dan lain-lain. Sebagaimana bentuk-bentuk organisasi lainnya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dan lain-lain. Sebagaimana bentuk-bentuk organisasi lainnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Instansi pemerintah merupakan salah satu bentuk organisasi non profit yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat umum, seperti peningkatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang. maka Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

BAB II LANDASAN TEORI. Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang. maka Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Standar Akuntansi Pemerintahan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan pasal 9 menyatakan bahwa dengan diberlakukannya peraturan ini

Lebih terperinci

strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi.

strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Dalam rangka meningkatkan kinerja SKPD disuatu daerah masalah penatausahaan keuangan dan pengelolaan barang milik daerah, khususnya yang berkaitan dengan penerapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Peraturan dan Perundang-undangan yang Berkaitan dengan Keuangan Daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Peraturan dan Perundang-undangan yang Berkaitan dengan Keuangan Daerah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Peraturan dan Perundang-undangan yang Berkaitan dengan Keuangan Daerah Sejak otonomi daerah mulai diberlakukan di Indonesia maka sejak saat itu hingga kini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian masyarakat Indonesia dalam menyikapi berbagai permasalahan di daerah akhirakhir ini, membawa

Lebih terperinci

Jurnal Ekonomi Pembangunan

Jurnal Ekonomi Pembangunan Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 3, No. (017) 80 90 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah Palopo Jurnal Ekonomi Pembangunan http://journal.stiem.ac.id/index.php/jurep/index Penerapan Sistem Akuntansi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah menuntut pemerintah harus memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah menuntut pemerintah harus memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tingginya kepedulian masyarakat terhadap kinerja dari pemerintah, menandakan bahwa masyarakat telah sadar tentang pentingnya pemerintahan yang baik. Terlebih

Lebih terperinci

KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN (Menurut PP No 71 Tahun 2010 ttg SAP)

KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN (Menurut PP No 71 Tahun 2010 ttg SAP) KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN (Menurut PP No 71 Tahun 2010 ttg SAP) Latar Belakang Terbitnya SAP Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan Pengakuan, pengukuran dan Penyajian/pengungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas,

BAB I PENDAHULUAN. setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak berlakunya Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, setiap pengelola keuangan daerah harus menyampaikan laporan pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komitmen Pemerintah Pusat dalam perbaikan pelaksanaan transparansi dan

BAB I PENDAHULUAN. komitmen Pemerintah Pusat dalam perbaikan pelaksanaan transparansi dan 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal merupakan komitmen Pemerintah Pusat dalam perbaikan pelaksanaan transparansi dan akuntabilitas publik. Tujuan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. kepentingan rakyat dengan sebaik-baiknya guna mewujudkan aspirasi masyarakat

Bab 1 PENDAHULUAN. kepentingan rakyat dengan sebaik-baiknya guna mewujudkan aspirasi masyarakat Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah adalah lembaga yang dibentuk untuk mewujudkan cita-cita masyarakat suatu bangsa, membuat dan melaksanakan keputusan bersama untuk mencapai cita-cita tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik (good governance), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik (good governance), pemerintah daerah harus terus melakukan upaya untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsinya yang didasarkan pada perencanaan strategis yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsinya yang didasarkan pada perencanaan strategis yang telah ditetapkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Instansi pemerintah wajib melakukan pengelolaan keuangan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan keuangannya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya yang didasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis multidimensional yang tengah melanda bangsa Indonesia telah menyadarkan kepada masyarakat akan pentingnya konsep otonomi daerah dalam arti yang sebenarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya prinsip transparansi dan akuntabilitas. Berdasarkan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya prinsip transparansi dan akuntabilitas. Berdasarkan Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah membawa perubahan dalam pelaksanaan pemerintahan daerah khususnya dalam proses penganggaran dan manajeman keuangan daerah salah satunya prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan negara mensyaratkan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan sejak tahun 1981 sudah tidak dapat lagi mendukung kebutuhan Pemda

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan sejak tahun 1981 sudah tidak dapat lagi mendukung kebutuhan Pemda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan adanya reformasi atau pembaharuan di dalam sistem pertanggungjawaban keuangan daerah, sistem lama yang selama ini digunakan oleh Pemda yaitu Manual

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor publik merupakan organisasi yang kompleks. Kompleksitas sektor publik tersebut menyebabkan kebutuhan informasi untuk perencanaan dan pengendalian manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara. Hal ini diindikasikan dengan telah diterbitkannya Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara. Hal ini diindikasikan dengan telah diterbitkannya Undangundang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang keuangan negara. Hal ini diindikasikan dengan telah diterbitkannya Undangundang No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut seiring dengan fenomena yang terjadi dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut seiring dengan fenomena yang terjadi dalam perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak diberlakukannya otonomi daerah pemerintah kabupaten/kota maupun provinsi diwajibkan menerbitkan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban telah berakhirya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Good governace merupakan function of governing, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Good governace merupakan function of governing, salah satunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Good governace merupakan function of governing, salah satunya mengandung prinsip untuk memberikan pelayanan masyarakat yang baik oleh jajaran pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya pemerintahan yang baik (good governance) baik tuntutan demokrasi dan transparansi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah satuan kerja perangkat daerah (SKPD) Pemerintah

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah satuan kerja perangkat daerah (SKPD) Pemerintah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah satuan kerja perangkat daerah (SKPD) Pemerintah Kota Bandarlampung. Pemilihan objek penelitian ini dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut dengan Good Governance. Pemerintahan yang baik merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut dengan Good Governance. Pemerintahan yang baik merupakan suatu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara pasti membutuhkan pemerintahan yang baik atau yang sering disebut dengan Good Governance. Pemerintahan yang baik merupakan suatu bentuk keberhasilan

Lebih terperinci

Assallamualaikum Wr.WB dan Salam Sejahtera untuk Kita Sekalian

Assallamualaikum Wr.WB dan Salam Sejahtera untuk Kita Sekalian Peningkatan Akuntabilitas Keuangan Pemerintah Propinsi, Kabupaten dan Kota Melalui Harmonisasi Kepmendagri 29/2002 dan PP 24/2005 oleh : DR. Daeng M. Nazier Yth Sdr. Dirjen Perbendaharaan Departemen Keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan

BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menyusun laporan keuangan merupakan sebuah kewajiban bagi setiap kepala daerah, hal ini bertujuan untuk mempertanggungjawabkan penggunaan uang negara sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Pola-pola lama

BAB I PENDAHULUAN. mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Pola-pola lama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tata kelola yang baik (good governance) merupakan isu yang paling mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Pola-pola lama penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menghasilkan produk berupa jasa pelayanan, baik pelayanan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang menghasilkan produk berupa jasa pelayanan, baik pelayanan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor publik (pemerintahan) pada dasarnya adalah perusahaan yang menghasilkan produk berupa jasa pelayanan, baik pelayanan yang bersifat langsung dinikmati

Lebih terperinci

BAB III OBYEK & METODE PENELITIAN. nilai. Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah

BAB III OBYEK & METODE PENELITIAN. nilai. Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah BAB III OBYEK & METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Objek penelitian disebut juga variabel penelitian. Menurut Moh. Nazir (2003:123) variabel penelitian adalah konsep yang mempunyai bermacammacam nilai.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini masyarakat Indonesia semakin menuntut pemerintahan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini masyarakat Indonesia semakin menuntut pemerintahan untuk BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Dewasa ini masyarakat Indonesia semakin menuntut pemerintahan untuk mengelola otonomi daerah dan sistem pengelolaan keuangan daerah agar lebih baik. Otonomi daerah

Lebih terperinci

Jurnal Magister Akuntansi ISSN Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 10 Pages pp

Jurnal Magister Akuntansi ISSN Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 10 Pages pp ISSN 2302-0164 10 Pages pp. 59-68 PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, PELATIHAN DAN PEMAHAMAN AKUNTANSI TERHADAP KETEPATAN WAKTU PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN SKPK PADA PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TIMUR Nazaruddin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar dengan diterapkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar dengan diterapkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan keuangan daerah merupakan salah satu bagian yang mengalami perubahan mendasar dengan diterapkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

Nafi Inayati Zahro Universitas Muria Kudus

Nafi Inayati Zahro Universitas Muria Kudus KOMPETENSI SUMBERDAYA MANUSIA, SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS INFORMASI LAPORAN KEUANGAN Nafi Inayati Zahro Universitas Muria Kudus nafi_umk@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

Jurnal Akuntansi Bisnis dan Ekonomi

Jurnal Akuntansi Bisnis dan Ekonomi Jurnal Akuntansi Bisnis dan Ekonomi Volume 1 No. 2, September 2015 ISSN PENGARUH PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Kasus pada Dinas Daerah

Lebih terperinci

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH Santa Hardiningsih Prasetyo (120620120013) Ignatius Adisurya Kantus (120620120001) Hendra Kusbiantoro (120620120006) Fajar Santoso (120620120002) Laporan Keuangan Laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena entitas ini bekerja berdasarkan sebuah anggaran dan realisasi anggaran

BAB I PENDAHULUAN. karena entitas ini bekerja berdasarkan sebuah anggaran dan realisasi anggaran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan akan menjadi salah satu bahan penilaian yang penting, karena entitas ini bekerja berdasarkan sebuah anggaran dan realisasi anggaran tersebut tercantum

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL AUDIT LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

ANALISIS HASIL AUDIT LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN/LEMBAGA ANALISIS HASIL AUDIT LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN/LEMBAGA Diana Tambunan Manajemen Administrasi ASM BSI Jakarta JL. Jatiwaringin Raya No.18, Jakarta Timur diana.dtb@bsi.ac.id ABSTRACT: This study aimed

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keterbukaan, keadilan, dan dapat dipertanggungjawabkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keterbukaan, keadilan, dan dapat dipertanggungjawabkan dalam BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Good governance adalah tata kelola organisasi secara baik dengan prinsip keterbukaan, keadilan, dan dapat dipertanggungjawabkan dalam rangka mencapai tujuan organisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pemerintahan sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 32. berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pemerintahan sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 32. berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pemerintahan sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. sistem tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang ditandai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi di Indonesia yang masih berlangsung hingga sekarang telah menghasilkan berbagai perubahan khususnya dalam hal tata kelola pemerintahan. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak pelaksanaan otonomi daerah tahun 1999, tata kelola pemerintahan di

BAB I PENDAHULUAN. Sejak pelaksanaan otonomi daerah tahun 1999, tata kelola pemerintahan di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak pelaksanaan otonomi daerah tahun 1999, tata kelola pemerintahan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan. Berdasarkan sistem tersebut, sebuah daerah diberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi dan pelaksanaan otonomi daerah yang lebih luas, mengakibatkan semakin kuatnya tuntutan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi dan pelaksanaan otonomi daerah yang lebih luas, mengakibatkan semakin kuatnya tuntutan masyarakat terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era reformasi dan pelaksanaan otonomi daerah yang lebih luas, mengakibatkan semakin kuatnya tuntutan masyarakat terhadap pelaksanaan pemerintah yang baik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENYUSUNAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENYUSUNAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENYUSUNAN HIPOTESIS 1.1 TINJAUAN TEORETIS 1.1.1 Teori Entitas Menurut Paton (dalam Suwardjono, 2005) dalam teorinya, bahwa organisasi dianggap sebagai suatu kesatuan atau badan

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... iii Peraturan Gubernur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik merupakan organisasi yang menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik merupakan organisasi yang menjalankan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi sektor publik merupakan organisasi yang menjalankan pemerintahan Daerah dan sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Oleh karena itu, kepercayaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang handal, dapat dipertanggungjawabkan dan dapat digunakan sebagai dasar

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang handal, dapat dipertanggungjawabkan dan dapat digunakan sebagai dasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam akuntansi keuangan daerah, salah satu tujuan akuntansi keuangan daerah adalah menyediakan informasi keuangan yang lengkap, cermat dan akurat sehingga dapat menyajikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlebih sehingga untuk mengembangkan dan merencanankan daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. berlebih sehingga untuk mengembangkan dan merencanankan daerah yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Awal mula dibuatnya Undang-Undang tentang pemerintah daerah karena pada saat diberlakukannya sistem pemerintah terpusat dimana sentralisasi pemerintah berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya konkrit yang dilakukan pemerintah sebagai wujud dari

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya konkrit yang dilakukan pemerintah sebagai wujud dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya konkrit yang dilakukan pemerintah sebagai wujud dari semangat reformasi birokrasi adalah dengan melakukan penataan ulang terhadap sistem penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya otonomi daerah, mengakibatkan daerah memiliki. hak, wewenang dan kewajibannya dalam mengatur dan mengurus secara

BAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya otonomi daerah, mengakibatkan daerah memiliki. hak, wewenang dan kewajibannya dalam mengatur dan mengurus secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diberlakukannya otonomi daerah, mengakibatkan daerah memiliki hak, wewenang dan kewajibannya dalam mengatur dan mengurus secara mandiri urusan pemerintahannya sesuai

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71...TAHUN 2009 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2010

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71...TAHUN 2009 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2010 PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71...TAHUN 2009 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan sektor publik di Indonesia sekarang ini adalah semakin menguatnya tuntutan masyarakat kepada para penyelenggara pemerintahan. Salah satu yang menjadi

Lebih terperinci

2. Kerangka Teoritis 2.1. Laporan Keuangan Pemerintah Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan

2. Kerangka Teoritis 2.1. Laporan Keuangan Pemerintah Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan 2. Kerangka Teoritis 2.1. Laporan Keuangan Pemerintah 2.1.1. Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan Laporan keuangan merupakan catatan informasi keuangan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government), telah mendorong 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance government), telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah

Lebih terperinci

BAB II. individu atau suatu organisasi pada suatu periode tertentu. Menurut Stoner (1996 :

BAB II. individu atau suatu organisasi pada suatu periode tertentu. Menurut Stoner (1996 : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Dalam konteks pengelolaan keuangan daerah, khususnya dalam kaitannya dengan penerapan sistem akuntansi keuangan daerah, pemahaman yang memadai tentang sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peranan Peranan (role) merupakan proses dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Reformasi pengelolaan keuangan Negara masih terus dilakukan secara berkelanjutan. Hal ini dimaksudkan agar amanat yang tertuang dalam pasal 3 ayat (1) Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rendahnya corporate governance merupakan salah satu hal yang memperparah terjadinya krisis di Indonesia pada pertengahan tahun 1997. Hal ini ditandai dengan kurang

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menganalisis pengaruh faktor-faktor seperti anggaran berbasis kinerja, transparansi, akuntabilitas, dan pengawasan internal yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya yang terpenting adalah keuangan (Kusuma, 2008). Dewasa ini tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. satunya yang terpenting adalah keuangan (Kusuma, 2008). Dewasa ini tuntutan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap negara pasti membutuhkan pemerintahan yang baik atau yang sering disebut good governance. Pemerintahan yang baik ini merupakan suatu bentuk keberhasilan

Lebih terperinci

pemerintahan daerah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

pemerintahan daerah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU. Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi. Tujuan dari penelitian ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU. Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi. Tujuan dari penelitian ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Sulistyo (2016) mengenai Evaluasi Implementasi Permendagri Nomor 64 Tahun 2013 Tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus berpartisipasi dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik (good

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus berpartisipasi dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik (good BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia memiliki kewajiban untuk secara terus-menerus berpartisipasi dalam mewujudkan kepemerintahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan menyediakan atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia dalam praktiknya kini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan melalui penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan melalui penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara dapat diwujudkan melalui penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena memiliki sumber daya ekonomi yang tidak kecil, bahkan bisa dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. karena memiliki sumber daya ekonomi yang tidak kecil, bahkan bisa dikatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi sektor publik merupakan sebuah entitas ekonomi yang berbeda dengan sektor swasta. Organisasi sektor publik disebut sebagai entitas ekonomi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Berdasarkan Peraturan Walikota Bandung Nomor 1404 tahun 2016 tentang kedudukan, susunan organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja badan pengelolaan

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA, PERENCANAAN ANGGARAN DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP SERAPAN ANGGARAN SKPA DI PEMERINTAH ACEH

PENGARUH KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA, PERENCANAAN ANGGARAN DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP SERAPAN ANGGARAN SKPA DI PEMERINTAH ACEH ISSN 2302-0164 7 Pages pp. 43-49 PENGARUH KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA, PERENCANAAN ANGGARAN DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP SERAPAN ANGGARAN SKPA DI PEMERINTAH ACEH Fenny Yumiati 1, Islahuddin 2, Nadirsyah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri berdasarkan pada prinsip-prinsip menurut Devas, dkk (1989) sebagai berikut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri berdasarkan pada prinsip-prinsip menurut Devas, dkk (1989) sebagai berikut. 3. Bagi masyarakat, memberikan informasi yang jelas tentang pengelolaan keuangan di Provinsi Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 4. Prinsip-prinsip pengelolaan keuangan daerah Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundangundangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas

Lebih terperinci

Oleh : Dewi SPA 1 dan Fadjar Harimurti 2 ABSTRAK

Oleh : Dewi SPA 1 dan Fadjar Harimurti 2 ABSTRAK PENGARUH PENGAWASAN INTERNAL, SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP KINERJA KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN KARANGANYAR (Survey pada DPPKAD Kabupaten Karanganyar)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah adalah salah satu hasil reformasi birokrasi, dimana pemerintah pusat melimpahkan kewenangan yang lebih luas kepada pemerintah daerah untuk mengurus

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang Penelitian

1.1. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sistem politik, ekonomi, sosial, dan kemasyarakatan di Indonesia selama beberapa tahun terakhir ini telah mengalami perubahan-perubahan yang cukup mendasar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyedian barang kebutuhan publik (Mardiasmo, 2009). kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. penyedian barang kebutuhan publik (Mardiasmo, 2009). kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. ABSTRACT The financial statements is the most efficient for organizations to communicate with stakeholder groups that are considered to have an interest in controlling the strategic aspects of certain

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian yang mendasari dalam penyusunan laporan keuangan serta tujuan dari

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 66 TAHUN 2010 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 66 TAHUN 2010 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 66 TAHUN 2010 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP KEMENTERIAN DALAM NEGERI TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, MASA KERJA, PELATIHAN DAN JABATAN TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA SELATAN

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, MASA KERJA, PELATIHAN DAN JABATAN TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA SELATAN PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, MASA KERJA, PELATIHAN DAN JABATAN TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA SELATAN Jhon Fiesgrald Wungow Linda Lambey Winston Pontoh (Email : isakwungow@gmail.com)

Lebih terperinci

Jurnal Megister Akuntansi ISSN Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 7 Pages pp

Jurnal Megister Akuntansi ISSN Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 7 Pages pp ISSN 2302-0164 7 Pages pp. 67-73 PENGARUH PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI, KOMPETENSI APARATUR DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PENGELOLAAN KEUANGAN PADA SATUAN KERJA PERANGKAT KABUPATEN

Lebih terperinci

Jurnal Akuntansi ISSN Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 10 Pages pp

Jurnal Akuntansi ISSN Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 10 Pages pp ISSN 2302-0164 10 Pages pp. 104-113 ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PERIODE OPINI WDP DAN PERIODE OPINI WTP (STUDI PADA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI ACEH TAHUN 2011-2012) 1) Muhammad

Lebih terperinci