Jakarta, Januari 2010 Direktur Pembinaan SMA. Dr. SUNGKOWO M. NIP KATA PENGANTAR. Panduan Pembinaan dan Pengembangan Sekolah Mitra PSB

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jakarta, Januari 2010 Direktur Pembinaan SMA. Dr. SUNGKOWO M. NIP KATA PENGANTAR. Panduan Pembinaan dan Pengembangan Sekolah Mitra PSB"

Transkripsi

1 KATA PENGANTAR Pendidikan sangat berperan dalam pembentukan pribadi manusia. Untuk itulah pemerintah sangat memberi perhatian dalam menangani pendidikan, karena dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan akan muncul generasi penerus yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Salah satu program pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan saat ini adalah peningkatan mutu pendidikan. Suatu pendidikan dapat dikatakan bermutu, jika proses pembelajaran berlangsung menarik dan menantang. Pembelajaran merupakan sebuah proses interaksi antara peserta didik dengan sumber belajar dalam suatu lingkungan yang dikelola dengan sengaja agar tercapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Direktorat Pembinaan SMA sebagai salah satu instansi pemerintah yang memiliki kewenangan dalam pembinaan Sekolah Menengah Atas (SMA), melakukan berbagai program kegiatan dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran di SMA, di antaranya adalah memfasilitasi pengembangan rintisan pusat sumber belajar di sejumlah sekolah. Pada prinsipnya Pusat Sumber Belajar (PSB) di SMA merupakan media informasi dan komunikasi pembelajaran yang dapat melayani kebutuhan sekolah bersangkutan dan sekolah lainnya berkaitan dengan pembelajaran. Konten PSB dikembangkan, diisi, digunakan, dievaluasi dan disempurnakan oleh para pendidik. Dengan kata lain PSB ini juga sebagai unjuk kinerja pendidik SMA. Pengembangan rintisan PSB telah dimulai beberapa tahun yang lalu, dituangkan dalam beberapa naskah dokumen. Sangat disadari, naskah konsep ini masih jauh dari sempurna, untuk itu upaya penyempurnaan terus dilakukan. Kepada semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam pengembangan rintisan PSB ini, khususnya kepada Tim Perumus yang telah bekerja keras mewujudkan naskah dokumen ini, kami ucapkan terima kasih. Semoga kerja keras ini pada saatnya nanti memberikan hasil yang baik, yang dapat dimanfaatkan oleh banyak pihak. Jakarta, Januari 2010 Direktur Pembinaan SMA Dr. SUNGKOWO M. NIP. Direktorat Pembinaan SMA i

2 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 1 C. Hasil Yang Diharapkan... 1 BAB II PENGERTIAN, TUGAS dan TANGGUNGJAWAB, HAK dan KEWAJIBAN... 2 SEKOLAH MITRA PSB... 2 A. Pengertian... 2 B. Hak... 2 C. Kewajiban... 2 BAB III POLA dan CARA MEMBANGUN HUBUNGAN KEMITRAAN SEKOLAH PSB 3 A. Pola Hubungan Kemitraan... 3 B. Cara Membangun Hubungan Kemitraan... 3 BAB IV PELAKSANAAN KEMITRAAN... 5 A. Sosialisasi untuk Pemahaman dan Penguasaan Program PSB... 5 B. Mekanisme Penjajagan Kemitraan... 6 BAB V SUPERVISI, EVALUASI dan KEBERLANGSUNGAN PROGRAM A. Monitoring, Evaluasi dan Supervisi B. Pengembangan Keberlangsungan Program BAB V P E N U T U P REFERENSI... Direktorat Pembinaan SMA ii

3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya mengembangkan PSB-SMA diperlukan keterlibatan dan peran serta dari banyak pihak, selain Direktorat Pembinaan SMA, Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Sekolah PSB juga dapat bekerja sama dengan berbagai pihak, baik yang bersifat perorangan, lembaga, institusi pemerintah maupun non pemerintah, dan satuan pendidikan di sekitarnya. Kerjasama ini dibutuhkan agar pembaharuan, penyempurnaan dan percepatan keterlaksanaan program dapat terealisasikan dengan baik. Kerjasama kemitraan yang dimaksud dalam naskah ini difokuskan pada sekolah mitra, yaitu sekolah yang akan menjadi sekolah pendamping sekolah PSB dalam mengembangkan konten PSB-SMA. Agar pengembangan dan pembinaan yang akan dilakukan kepada sekolah mitra terarah serta memenuhi target yang diharapkan, maka perlu diuraikan terlebih dahulu langkah-langkah yang perlu dilakukan sekolah PSB, baik yang bersifat ke dalam internal sekolah, masyarakat sekitar, dan khusus ke sekolah mitra. Pola dan cara membangun hubungan kemitraan, serta menjaga dan memelihara hubungan kemitraan juga diuraikan, sebagai landasan dalam pengembangan kerjasama kemitraan. Agar kerjasama kemitraan ini dapat dilakukan dengan baik, diuraikan pula mekanisme penjajagan kemitraan sampai dengan kemitraan dillaksanakan. Selanjutnya, untuk menjaga program kemitraan yang telah disepakati dapat berjalan dengan baik, diuraikan pula kegiatan supervisi dan evaluasi, serta bagaimana pengembangan dan keberlanjutan program PSB-SMA perlu dilakukan. Untuk itulah naskah Panduan Pembinaan dan Pengembangan Sekolah Mitra PSB ini disusun, agar terbangun kerjasama yang sinergis, tanpa menutup kemungkinan bantuan kerjasama dengan pihak lainnya. B. Tujuan 1. Memberikan pemahaman tentang perlunya kerjasama dan kemitraan dalam pengembangan PSB-SMA; 2. Memberikan panduan untuk menjalin kerjasama kemitraan dalam pengembangan PSB-SMA; 3. Memberikan panduan dalam upaya pembinaan dan pengembangan sekolah Mitra PSB. C. Hasil Yang Diharapkan 1. Adanya pemahaman tentang perlunya kerjasama dan kemitraan dalam pengembangan PSB-SMA; 2. Adanya panduan untuk menjalin kerjasama kemitraan dalam pengembangan PSB- SMA; 3. Adanya panduan dalam upaya pembinaan dan pengembangan sekolah Mitra Direktorat Pembinaan SMA 1

4 BAB II PENGERTIAN, TUGAS dan TANGGUNGJAWAB, HAK dan KEWAJIBAN SEKOLAH MITRA PSB A. Pengertian Sekolah mitra PSB adalah sekolah (SMA) yang memiliki kemauan dan kemampuan memanfaatkan PSB-SMA dan atau memberikan kontribusi untuk konten PSB-SMA dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan program PSB-SMA, yang dituangkan dalam Nota Kesepahaman (MoU) antara pihak sekolah PSB dan sekolah mitra. B. Hak Dengan menjadi sekolah Mitra PSB, maka SMA ini berhak memperoleh bimbingan dari sekolah PSB, diantaranya : 1. penyertaan dalam kegiatan In House Training (IHT) Eksternal yang dilaksanakan oleh sekolah PSB, 2. mendapatkan layanan konsultasi dalam pengembangan bahan ajar dan bahan uji berbasis TIK, 3. mendapatkan pemantauan secara berkala dalam pelaksanaan dan pengembangan PSB-SMA, 4. memanfaatkan sarana TIK secara bersama antara sekolah PSB dan sekolah Mitra 5. memanfaatkan bahan ajar dan bahan uji berbasis TIK yang sudah dikembangkan oleh sekolah PSB C. Kewajiban 1. memiliki komitmen dalam pengembangan TIK di sekolah, dan bersedia untuk berperan serta dalam pengembangan PSB-SMA 2. memiliki sumber daya sekolah yang potensial dikembangkan dalam program PSB-SMA 3. secara berkala menyusun, mengembangkan mengirimkan bahan ajar dan bahan uji berbasis TIK kepada sekolah PSB 4. secara berkala meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan dalam penguasaan dan pemanfataan 5. mengembangkan dan meningkatkan pemanfaatan TIK dalam proses pembelajaran 6. aktif mengakses dan memberikan kontribusi dalam pengembangan website PSB- Direktorat Pembinaan SMA 2

5 BAB III POLA dan CARA MEMBANGUN HUBUNGAN KEMITRAAN SEKOLAH PSB A. Pola Hubungan Kemitraan Dalam membangun kemitraan dengan sekolah lain, sekolah PSB-SMA perlu memperhatikan beberapa pola hubungan kemitraan, antara lain sebagal berikut. 1. Saling menghargai - Hubungan antara sekolah PSB-SMA dengan sekolah mitra harus bersifat saling menghargai. Pola instruksi perlu dihindari, pendapat sekolah mitra, walaupun bertentangan misalnya harus dihargai oleh sekolah PSB. Penghargaan diberikan kepada sekolah mitra yang telah bersedia bekerjasama atau membantu sekolah PSB, dalam bentuk apapun dan dalam ukuran seberapapun. Walaupun kerjasama tersebut hanya sebatas pemikiran atau bahkan kesepakatan, harus dihargai oleh sekolah. 2. Posisi setara - Dalam membangun hubungan dengan sekolah mitra harus dilandaskan pada posisi yang setara. Artinya, hubungan kerjasama tersebut tidak dalam bentuk "atasan-bawahan" atau "antara yang diperintah dengan yang memberi perintah" atau antara "yang menentukan dan yang ditentukan". Program kemitraan agar dijauhkan dari keterpaksaan, sehingga tidak tulus dalam bekerjasama. Dengan cara demikian, pertukaran pemikiran atau kerjasama akan dapat berjalan dengan baik. Semua pihak merasa "berharga" sehingga terdorong untuk berperan dan mendukung program yang dihasilkan. 3. Saling memberikan manfaat - Dalam membangun kerjasama, sekolah PSB harus mempertimbangkan manfaat apa yang diperoleh sekolah mitra. Misalnya sekolah mitra dapat memanfaatkan bahan ajar dan bahan uji berbasis TIK yang telah dikembangkan sekolah PSB, sekolah mitra dilibatkan dalam kegiatan pelatihan yang diselenggarakan sekolah PSB, dsbnya. Manffat ini sebaiknya juga bersifat dua arah. Pihak sekolah mitra pun dapat dimanfaatkan oleh sekolah PSB dengan mendorong guru-guru sekolah mitra untuk menyusun dan mengembangkan bahan ajar dan bahan uji berbasis TIK dengan bimbingan sekolah PSB, yang pada akhirnya akan menambah koleksi bahan ajar dan bahan uji berbasis TIK, dsbnya. B. Cara Membangun Hubungan Kemitraan Untuk dapat membangun hubungan kemitraan dengan sekolah mitra, sekolah PSB memerlukan dua kunci pokok, yaitu: (1) sekolah dikenal oleh pihak yang akan diajak kerjasama, dan (2) sekolah mampu menjalin komunikasi yang efektif. 1. Memperkenalkan sekolah PSB kepada sekolah mitra - Pada pola hubungan antara sekolah PSB dengan sekolah mitra prinsip "tidak kenal maka tak sayang". Sekolah mitra mau bekerjasama dengan sekolah PSB yang telah dikenal dengan positif. Artinya, sekolah mitra memiliki kesan positif terhadap sekolah PSB. Untuk itu, sekolah PSB harus berusaha mengenalkan sekolahnya dan programprogramnya, sebaik-baiknya dengan sekolah mitra yang akan diajak kerjasama. Sekolah PSB perlu menjelaskan apa itu PSB, bagaimana pola pelaksanaannya, apa manfaatnya bagi sekolah mitra (termasuk peserta didik, guru), sarana/prasarana dan ifrastruktur yang diperlukan, dsbnya. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk maksud tersebut antara lain Direktorat Pembinaan SMA 3

6 a. Sosialisasi program PSB kepada sekolah mitra b. Mengadakan open house - yaitu memberi kesempatan kepada sekolah mitra datang ke sekolah PSB, dan melihat berbagai fasilitas yang dimiliki serta program-program yang telah dan sedang dilakukan oleh sekolah PSB (open house harus dipersiapkan sebaik-baiknya agar tidak justru berdampak negatif, misalnya setelah melihat dari dekat justru memiliki kesan negatif karena menyimpulkan fasilitas sekolah PSB kurang memadai atau kurang terawat dan program-program PSB dinilai kurang baik atau tidak dapat terlaksana dengan baik). c. Membuat buletin sekolah atau majalah atau lembar informasi secara teratur, dan dikirimkan ke sekolah sekitar d. Mengundang tokoh atau ahli sebagai pembicara atau pembina program PSB, dan mengajak pulah sekolah mitra sebagai peserta 2. Membangun komunikasi yang efektif dengan sekolah mitra Setelah sekolah PSB dikenal oleh sekolah mitra, langkah selanjutnya dalam membangun kerjasama adalah mulai mengadakan komunikasi yang efektif. Berikut ini beberapa cara membangun komunikasi yang efektif dengan masyarakat. a. Mengidentifikasi orang-orang kunci di sekolah mitra b. Melibatkan orang-orang kunci dari sekolah mitra dalam kegiatan sekolah PSB c. Memilih saat yang tepat mengajak orang kunci untuk berkonsultasi atau terlibat pada program PSB sekolah Membangun komunikasi dan hubungan sinergis dengan sekolah mitra yang memiliki karateristik beragam bukanlah pekerjaan yang mudah. Untuk sekolah PSB memerlukan kemampuan tertentu antara lain menjadi pendengar yang baik, menghargai pendapat sekolah mitra, mengenali karateristik sekolah mitra, menyampaikan gagasan dengan kalimat yang baik, jangan menggurui ("suksesnya gagasan tidak hanya tergantung dari isi gagasan itu sendiri, tetapi juga cara menyampaikannya"), dan mampu memadukan berbagai gagasan untuk memperoleh pemikiran yang komprehensif. 3. Penyusunan Pengembangan hubungan dengan sekolah mitra Pengembangan hubungan antara sekolah PSB dengan sekolah mitra, harus diprogramkan/disusun dengan baik dan tidak boleh hanya berupa kegiatan yang bersifat insidental. Di sekolah PSB sudah ada tim yang secara khusus menangani/mengelola PSB. Tim inilah yang bertugas mengembangkan hubungan sinergis dengan sekolah mitra. Kepala Sekolah dapat dan bahkan seharusnya melibatkan wakil kepala sekolah (bidang Kehumasan??), guru, staf tata usaha, dan bahkan peserta didik dalam menyusun dan melaksanakan tugas-tugas kemitraan. Penyusunan program kemitraan perlu juga melibatkan stake holder sekolah (yang diwakili oleh Komite Sekolah) dan selalu dievaluasi secara periodik, untuk melihat keberhasilan maupun hambatan yang terjadi dalam Direktorat Pembinaan SMA 4

7 BAB IV PELAKSANAAN KEMITRAAN A. Sosialisasi untuk Pemahaman dan Penguasaan Program PSB Sebaik apapun kerjasama kemitraan dengan pihak luar dikembangkan, tanpa membenahi terlebih dahulu kondisi internal sekolah, akan tidak berarti. Untuk itu sekolah PSB perlu membangun terlebih dahulu kerjasama sinergis dengan : 1. Warga sekolah - guru, karyawan dan siswa di sekolahnya Kepala Sekolah dan tim PSB perlu melakukan sosialisasi/pemahaman bagi seluruh warga sekolah program PSB-SMA. Apa yang menjadi tugas dan tanggungjawab, peran dan fungsi sekolah, yang diberi kepercayaan menjadi rintisan PSB-SMA. Dalam pelaksanaan SMA-PSB tugas guru menjadi lebih penting dan juga lebih "berat", karena pembelajaran harus dilaksanakan berbasis TIK, yang menuntut kesungguhan dan kreativitas guru. Di samping mengajar, guru di PSB-SMA ini menjadi contoh unjuk kinerja dalam pengembangan bahan ajar dan bahan uji berbasis TIK, dan berperan aktif dalam pengisian konten website PSB-SMA. Untuk peserta didik, perlu didorong mendorong keterlibatan emosionalnya secara positif dalam kegiatanpembelajaran. Siswa harus merasa yakin bahwa pembelajaran berbasis TIK dan sekolahnya sebagai PSB tersebut "berguna" dan "penting" baginya. Untuk tujuan tersebut, sebaiknya siswa juga diajak bekerjasama dalam menentukan apa yang harus dipelajari dan bagaimana proses pembelajaran dilakukan. Siswa harus diupayakan kepuasannya, dalam konteks bukan semata-mata kemudahan, tetapi puas terhadap layanan sekolah, misalnya apa yang dipelajari sesuai dengan harapannya, pola pembelajaran yang diikuti dapat membuat mereka mudah mengerti, dan dalam kehidupan sehari-hari di sekolah mereka merasa dihargai dan sebagainya. Dan mereka bangga dengan sekolahnya. Demikian pula dengan pegawai/staf tata usaha dan karyawan (laboran, teknisi dan sebagainya), walaupun tidak mengajar, tetapi perannya dalam mendukung proses pendidikan di sekolah sangat penting. Pengadminitrasian proses pembelajaran yang lengkap, cermat dan dapat diperoleh dengan cepat, sangat diperlukan. Untuk itu kebersamaan antara guru dan tata usaha/karyawan pendukung sangat diperlukan, mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi. 2. Orangtua/wali siswa Orangtua sebagai yang "menitipkan" anak dan sekolah sebagai lembaga yang M dititipi" perlu kerjasama yang baik. Antara kedua pihak harus ada kesepahaman ke mana arah pendidikan anak, apa yang dipelajari dan kemampuan apa yang dikembangkan, bagaimana proses pembelajaran dilaksanakan, bagaimana evaluasi dilakukan, dukungan apa yang diperlukan, sampai pembagian tugas antara sekolah dan orangtua dalam programprogram sekolah. Kerjasama antara guru dan orangtua siswa menjadi semakin penting dalam mendukung proses pembelajaran. Kepada orang tua perlu dijelaskan tugas dan tanggung jawab, peran dan sekolah sebagai Direktorat Pembinaan SMA 5

8 Dalam konsep pendidikan modern dikenal istilah educate the parents, yang artinya jika sekolah ingin berhasil dalam pendidikannya, maka sekolah hams melakukan "pendidikan terhadap orangtua siswa". Yang dimaksud pendidikan terhadap orangtua adalah mengajak dan meyakinkan orangtua untuk mendampingi anaknya dalam belajar, menumbuhkan motivasi belajar serta menyediakan sarana yang diperlukan. Jika hal itu dapat dilaksanakan dengan baik, maka tugas sekolah akan jauh lebih ringan dan hasilnya akan lebih baik. Mengajak orangtua/wali siswa dalam merancang dan melaksanakan program sekolah sangat penting. Dengan keterlibatan tersebut, orangtua tua akan faham bagaimana pola pembelajaran yang diterapkan dan apa yang harus diperankan orangtua guna mendukung pembelajaran anaknya. Dengan diajak bekerjasama dalam mengambil kebijakan, orangtua akan merasa ikut memiliki" program sekolah yang pada gilirannya akan dengan senang hati mengambil peran dalam mendukung. Dengan kata lain orangtua juga harus diperhatikan kepuasannya dan untuk itulah mereka diajak bekerjasama dalam merumuskan arah pendidikan anak, apa isinya, bagaimana pola pembelajarannya, bagaimana pola evaluasinya, sampai apa peran yang harus dilakukan untuk mendukung pendidikan anak mereka. Dengan cara itu, orangtua/wali siswa akan puas karena merasa ikut menentukan arah pendidikan anaknya dan pada gilirannya mendukung agar program tersebut berjalan dengan baik. 3. Masyarakat luas Masyarakat luas, seperti alumni, kalangan industri, pemerhati pendidikan, dan masyarakat pada umunya juga berkepentingan dengan pendidikan di sekolah. Masyarakat luas ini berkepentingan menjaga dan meningkatkan kualitas dan citra sekolah agar semakin baik, misalnya dengan membantu pemikiran, tenaga, dan bahkan fasilitas yang diperlukan sekolah dalam mengemban misi sebagai PSB- SMA. Sebagai stakeholder pendidikan, masyarakat luas ini harus diajak bekerjasama dalam memikirkan dan mengembangkan sekolah, khususnya dalam pengembangan program PSB-SMA ini. B. Mekanisme Penjajagan Kemitraan 1. Kerjasama yang dituntut untuk mengelola dan mengembangkan program PSB-SMA adalah kerjasama yang luas dan jalinan kemitraan yang kuat antara pihak sekolah PSB dengan sekolah mitra. 2. Kerja sama/kemitraan dimaksudkan untuk menanamkan rasa tanggung jawab bersama dan dukungan sumber daya yang mencukupi sehingga kerjasama/kemitraan dapat meningkatkan kesesuaian program ke dua belah pihak (sekolah PSB dan sekolah mitra). 3. Kerjasama/kemitraan dilakukan untuk mewujudkan kondisi-kondisi kondusif bagi ke dua belah pihak yang bermanfaat dan dapat memenuhi tuntutan program PSB-SMA. 4. Kerja sama dan kemitraan menuntut kepemimpinan Kepala SMA PSB yang Direktorat Pembinaan SMA 6

9 kreatif, inovatif dan produktif. Karena itu inisiatif kerja sama/kemitraan ada pada pihak sekolah PSB dan didasarkan atas prinsip saling membantu dan saling melengkapi untuk kepentingan yang saling menguntungkan, baik bagi pelaksanaan program PSB- SMA ataupun untuk menunjang program peningkatan kualitas pendidikan lainnya. 5. Dalam hal ini sekolah PSB hendaknya memiliki keinginan dan tekad yang kuat dan positif untuk memahami dan menghargai serta mengikutsertakan secara aktif sekolah mitra dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi program PSB. Prakarsa kemitraan dimulai dari sekolah PSB-SMA. Sekolah PSB menyampaikan maksud dari kemitraan, bentuk dan jenis kemitraan yang dapat dikembangkan, kemanfaatan dan konsekuensi dari kemitraan kepada calon sekolah mitra. 6. Aspek kerjasama/kemitraan yang dapat dikembangkan, mencakup antara lain : a. Peningkatan Sumber Daya Manusia b. Pemanfaatan sarapa prasarana c. Pertukaran konten 7. Mekanisme penjajagan kerjasama/kemitraan adalah sebagai berikut: a. pihak sekolah PSB melakukan identifikasi calon-calon sekolah mitra mencakup peluang kerjasama, dan sumber daya/dana yang dapat dimanfaatkan. b. Pihak calon sekolah mitra dapat mempelajari mengenai program PSB-SMA yang tersedia dan ditawarkan oleh sekolah PSB, antara lain : 1) pembinaan Sumber Daya Manusia 2) pemanfaatan bersama sarana prasarana TIK 3) penyediaan, pertukaran dan pengembangan bahan ajar dan bahan uji berbasis TIK 4) penyediaan dan perbantuan guru/tenaga ahli/instruktur dan tenaga lainnya 5) berbagi pengalaman dalam pengelolaan dan pengembangan pembelajaran berbasis TIK 6) bahan-bahan, sumber-sumber dan fasilitas pembelajaran yang dibutuhkan sekolah 7) pertukaran konten bahan ajar dan bahan uji berbasis TIK 8) informasi terkini program-program PSB-SMA Dari berbagai manfaat yang ditawarkan ini, diharapkan sekolah mitra PSB termotivasi untuk bermitra, dan akan berusaha melengkapi sarana prasarana pendukung c. Kedua belah pihak bertemu untuk melakukan pembahasan awal lingkup kerjasama, hal-hal yang perlu dipersiapkan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian-/pengawasan, sampai dengan supervisimonitoring-dan evaluasi keterlaksanaan program. d. Dalam perencanaan program, pembahasan berkaitan dengan antara lain : 1) masalah-masalah penyelenggaraan program PSB dapat dideskripsikan dan dirancang cara-cara pemecahannya dan berbagai kebutuhan dapat diinventarisasi, baik di sekolah PSB maupun sekolah mitra. 2) mengidentifikasi potensi stakeholders, sumber dan fasilitas sarana/prasarana serta infrastruktur baik yang ada di lingkungan sekolah ataupun yang berada di luar lingkungan sekolah, yang dapat dimanfaatkan. 3) Perlunya membina komunikasi baik formal ataupun informal Direktorat Pembinaan SMA 7

10 meyakinkan bahwa kerjasana/kemitraan ini akan memberikan nilai tambah yang saling menguntungkan. 4) Perlunya tanggungjawab moral yang tinggi untuk menyesuaikan program masing-masing sekolah, dan aspek-aspek kerjasama yang saling menguntungkan ini. e. Dalam pelaksanaan program, pembahasan berkaitan bahwa sekolah PSB akan : 1) memfasilitasi kerjasama/kemitraan, antara lain : a) menyusun MOU b) mengurus perizinan dan rapat koordinasi c) melakukan verifikasi data kondisi calon sekolah mitra d) merancang program pelaksanaan dengan menggunakan pedoman atau format-format pelaksanaan program PSB yang jelas dan komprehensif. 2) menunjuk petugas/anggota tim PSB atau guru yang dapat dipercaya dan mampu melaksanakan tugas pembimbingan/pendampingan ke sekolah mitra, sekaligus tugas membina iklim kerjasama/kemitraan yang kondusif dan makin "berkualitas 3) selalu mendorong semangat kerjasama dan profesionalisme serta memantapkan koordinasi dengan semua pihak yang terlibat dan berkepentingan dengan program PSB-SMA. 4) Mendukung bila sekolah mitra pengembangan program PSB nya telah maju dan meluas, untuk ber-mitra dengan sekolah lain. f. Dalam pengendalian program, pembahasan berkaitan dengan sekolah PSB akan : 1) mengembangkan sistem monitoring dan evaluasi bersama untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan program PSB kemitraan. 2) Menata sistem informasi yang makin menunjang pemecahan masalahmasalah yang dijumpai dan pembuatan keputusan yang diperlukan dalam proses pelaksanaan dan pengembangan program PSB, seperti: a) Format identifikasi potensi stakeholders, sumber dan fasilitas sarana/prasarana serta infrastruktur yang ada di lingkungan sekolah, ataupun yang berada di luar lingkungan sekolah yang dapat dimanfaatkan. b) Format MOU c) Format pengesahan pembina d) Format biodata petugas/tim e) Format penawaran pilihan atas jenis program PSB f) Format monitoring pelaksanaan PSB : (1) pembelajaran berbasis TIK (2) pelaksanaan ujian/evaluasi hasil pembelajaran berbasis TIK (3) pengadministrasian berbasis TIK (4) dsbnya. 3) Mengembangkan sistem reward dan sistem audit penyelenggaraan program PSB yang terbuka dan demokratis 4) Mendorong terwujudnya SMA-PSB yang makin solid dan Direktorat Pembinaan SMA 8

11 g. Dari hasil pembahasan selanjutnya, ke dua belah pihak menyepakati melakukan berbagai persiapan dalam rangka validasi/verifikasi atas rencana kerjasama/kemitraan ini. Validasi/verifikasi dapat dilakukan untuk hal-hal yang bersifat program, fisik, dan administratif. 8. Validasi/Verifikasi Rencana Program Kerjasama/Kemitraan a. Sekolah PSB melakukan validasi/verifikasi ke sekolah mitra b. Hasil validasi/verifikasi dibahas bersama dengan sekolah mitra. Kemudian disepakati program kegiatan yang akan dilakukan, dilengkapi dengan penyempurnaan hasil validasi/verifikasi (bila ada) c. Hasil kesepakatan dituangkan ke dalam Nota Kesepahaman (MoU) antara sekolah PSB dan sekolah mitra, ditandatangani bersama, diketahui oleh masing-masing Komite Sekolah d. MoU dilaporkan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk mendapatkan persetujuan. e. Fotocopy MoU yang telah ditandatangani Kepala Sekolah, Komite Sekolah dan Dinas Kabupaten/Kota, disampaikan kepada Dinas Pendidikan Provinsi 9. Pemberlakuan MoU a. Kemitraan yang dituangkan dalam MoU diberlakukan sesuai kesepakatan bersama untuk kurun waktu tertentu b. Pelaksanaan kemitraan dimonitor dan dievaluasi bersama untuk mengetahui ketercapaian sasaran, permasalahan yang dihadapi, upaya penanggulangan dan tindak lanjut c. Kemitraan dapat diperpanjang sesuai keperluan dan Direktorat Pembinaan SMA 9

12 Mekanisme Penjajagan s.d. Penandatangan Nota Kesepakatan (MoU) Sekolah PSB dengan Sekolah Direktorat Pembinaan SMA 10

13 BAB V SUPERVISI, EVALUASI dan KEBERLANGSUNGAN PROGRAM A. Monitoring, Evaluasi dan Supervisi 1. Supervisi dan evaluasi program kemitraan PSB-SMA merupakan bagian integral dari keseluruhan kegiatan penyelenggaraan program PSB. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui ketepatan program (kebijakan), kelancaran pencapaian, dampak hasil kegiatan, dan untuk memberi umpan balik informasi bagi perbaikan dan pengembangan program. 2. Substansi terhadap aspek penyelenggaraan program kemitraan dapat mencakup: kesesuaian tujuan, jenis kegiatan, efektivitas strategi implementasi dan variasi layanan kemitraan misalnya pemberdayaan personil, pemberdayaan fasilitas yang ada di lingkungan sekolah dan di luar sekolah, penjadwalan, dsbnya. 3. Kegiatan supervisi dan evaluasi dilakukan secara teratur dan terencana untuk setiap kegiatan mingguan, bulanan, trirwulanan, tengah tahunan dan tahunan, sesuai jangka waktu kesepakatan kerjasama kemitraan, dan rencana pencapaian sasaran/target. 4. Supervisi dan evaluasi penyelenggaraan program kerjasama kemitraan PSB dapat dilakukan antara lain dengan cara kunjungan langsung secara berkala ke sekolah mitra, untuk mendapatkan masukan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan kelancaraan dan kendala-kendala yang dihadapi sekolah mitra dalam pelaksanaan program PSB-SMA. Pada saat kunjungan ini sekaligus dimanfaatkan untuk melakukan pembinaan kompetensi tenaga, dan diskusi pengembangan program ke depan. 5. Dalam pelaksanaannya kegiatan supervisi dan evaluasi yang dilakukan sekolah PSB terhadap sekolah mitra, dapat melibatkan dinas pendidikan setempat, atau pihak lain yang berkepentingan atas implementasi program PSB. Catatan : Untuk kegiatan supervisi dan evaluasi penyelenggaraan program PSB-SMA di sekolah mitra dapat menggunakan dokumen Panduan Supervisi dan Evaluasi Keterlaksanaan Program PSB-SMA, diperkaya dengan aspek/indikator spesifik berkaitan dengan kemitraan. B. Pengembangan Keberlangsungan Program Pengembangan dan keberlangsungan program pada dasarnya mendorong sekolah PSB dan sekolah mitra untuk terus menggali berbagai potensi yang ada agar program PSB- SMA dapat terus berjalan. Untuk menjamin keberlanjutan program diperlukan bantuan dari berbagai pihak, sebagai contoh Direktorat Pembinaan SMA 11

14 1. Peningkatan kemampuan tenaga guru, dilakukan melalui kerjasama dengan perguruan tinggi, PPPPTK yang relevan, dsbnya 2. Pemenuhan kebutuhan sarana prasarana, dilakukan melalui Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Pendidikan Kab/Kota atau melalui penggalian sumber dana lain (alumni, Komite Sekolah/Dewan Sekolah, dll) 3. Peningkatan infrastruktur sekolah, dilakukan melalui peningkatan kerjasama dengan pihak PLN, Telekomunikasi atau provider lain Kerjasama kemitraan yang saling menghargai dan saling memanfaatkan dengan posisi setara, sangat penting untuk dipertahankan dan bahkan ditingkatkan serta diperluas. Tidak saja bagi sekolah yang telah mampu menyelenggarakan PSB (sekolah PSB) tetapi juga bagi sekolah yang belum mampu menyelenggarakan PSB (sekolah mitra). Untuk itulah komitmen dari ke dua belah pihak yang bersepakat melakukan kemitraan harus tetap terjaga dengan baik. Keterbukaan dalam pengelolaan sangat Direktorat Pembinaan SMA 12

15 BAB V P E N U T U P 1. Sekolah mitra PSB adalah sekolah (SMA) yang memiliki kemauan dan kemampuan memanfaatkan PSB-SMA dan atau memberikan kontribusi untuk konten PSB-SMA dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan program PSB-SMA, yang dituangkan dalam Nota Kesepahaman (MoU) antara pihak sekolah PSB dan sekolah mitra. 2. Kerjasama kemitraan sekolah mitra, yaitu sekolah yang akan menjadi sekolah pendamping sekolah PSB dalam mengembangkan konten PSB-SMA. 3. Perlu diuraikan terlebih dahulu langkah-langkah yang dilakukan sekolah PSB, baik yang bersifat ke dalam internal sekolah, masyarakat sekitar, dan khusus ke sekolah mitra, agar pengembangan dan pembinaan yang akan dilakukan kepada sekolah mitra terarah serta memenuhi target yang diharapkan. 4. Kerjasama kemitraan dengan pihak luar dikembangkan, tanpa membenahi terlebih dahulu kondisi internal sekolah. Untuk itu sekolah PSB perlu membangun terlebih dahulu kerjasama sinergis dengan : warga sekolah - guru, karyawan dan siswa di sekolahnya, Orangtua/wali siswa dan masyarakat luas. 5. Monotoring, evaluasi dan supervisi kemitraan PSB-SMA merupakan bagian integral dari keseluruhan kegiatan penyelenggaraan program PSB secara teratur dan terencana untuk setiap kegiatan mingguan, bulanan, trirwulanan, tengah tahunan dan tahunan, sesuai jangka waktu kesepakatan kerjasama kemitraan, dan rencana pencapaian sasaran/target. 6. Kegiatan supervisi dan evaluasi yang dilakukan sekolah PSB terhadap sekolah mitra, dapat melibatkan dinas pendidikan setempat, atau pihak lain yang berkepentingan atas implementasi program Direktorat Pembinaan SMA 13

16 REFERENSI 1. Departemen Pendidikan Nasional (2009). Konsep PSB-Pusat Sumber Belajar. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Direktorat Pembinaan SMA. 2. Departemen Pendidikan Nasional (2008). Perangkat Pembelajaran KTSP SMA. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Direktorat Pembinaan SMA. 3. Sutarman (2009). Pengantar Teknologi Informasi. Jakarta: Bumi Aksara. 4. Sudrajat, Akhmad (2008). Teori-teori Belajar. Internet Kementerian Pendidikan Nasional (2010). Konsep Pusat Sumber Belajar. Jakarta: Direktorat Jenderal Dikdasmen Direktorat Pembinaan Direktorat Pembinaan SMA 14

KONSEP PUSAT SUMBER BELAJAR SMA

KONSEP PUSAT SUMBER BELAJAR SMA PSB - 01 KONSEP PUSAT SUMBER BELAJAR SMA KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS KATA PENGANTAR Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai Undang-Undang (UU) Republik Indonesia (RI) Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Lebih terperinci

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. NIP iii

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. NIP iii KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

Profil Sekolah Pelaksana Pusat Sumber Belajar

Profil Sekolah Pelaksana Pusat Sumber Belajar Profil Sekolah Pelaksana Pusat Sumber Belajar Komponen, Aspek, Indikator 1. Sumber Daya Manusia 1.1 Kompetensi pengoperasian komputer, jaringan dan internet 1.1.1 Lebih dari 90% tenaga pendidik mampu mengoperasikan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN PUSAT SUMBER BELAJAR (PSB) SMA... 2

DAFTAR ISI PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN PUSAT SUMBER BELAJAR (PSB) SMA... 2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN PUSAT SUMBER BELAJAR (PSB) SMA... 2 A. Pendahuluan... 2 B. Pengertian Pusat Sumber Belajar SMA... 2 C. Landasan Hukum... 3 D. Landasan Operasional...

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

PANDUAN OPERASIONAL BAKU (POB) BIDANG KERJASAMA DALAM NEGERI

PANDUAN OPERASIONAL BAKU (POB) BIDANG KERJASAMA DALAM NEGERI A. Tujuan PANDUAN OPERASIONAL BAKU (POB) BIDANG KERJASAMA DALAM NEGERI Panduan Operasional Baku ini ditujukan sebagai panduan serta acuan bagi setiap unit kerja yang berada di lingkungan civitas akademika

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 27 B. TUJUAN 27 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 27 D. UNSUR YANG TERLIBAT 28 E. REFERENSI 28 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 28

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 27 B. TUJUAN 27 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 27 D. UNSUR YANG TERLIBAT 28 E. REFERENSI 28 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 28 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 27 B. TUJUAN 27 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 27 D. UNSUR YANG TERLIBAT 28 E. REFERENSI 28 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 28 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 30 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Manajemen Humas dan Partisipasi Masyarakat Sekitar Sekolah di Madrasah Aliayah Mu allimin Mu allimat Rembang 1. Pelaksanaan manajemen humas di Madrasah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12 JUKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12 G. URAIAN PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan bagi Bangsa Indonesia adalah diterbitkannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM Pasal 1 Pengertian Peraturan Penelitian dan Publikasi Ilmiah

KETENTUAN UMUM Pasal 1 Pengertian Peraturan Penelitian dan Publikasi Ilmiah KETENTUAN UMUM Pasal 1 Pengertian Peraturan Penelitian dan Publikasi Ilmiah (1) Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: a. Peraturan Penelitian dan Publikasi Ilmiah adalah seperangkat aturan mengenai

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 14 Tahun 2008 Lampiran : - TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN NON FORMAL DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12 JUKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12 G. URAIAN PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA : 120/Permentan/OT.140/11/2013

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA : 120/Permentan/OT.140/11/2013 5 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 120/Permentan/OT.140/11/2013 PEDOMAN PENGELOLAAN KERJASAMA DALAM NEGERI DI BIDANG PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Dalam bab ini membahas hasil penelitian Peran dan Fungsi Komite Sekolah Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Terbanggi Besar

Lebih terperinci

Kata-kata kunci: Sumber daya sekolah Sumber daya manusia Sumber daya fisik Sumber daya keuangan

Kata-kata kunci: Sumber daya sekolah Sumber daya manusia Sumber daya fisik Sumber daya keuangan Pengembangan Sumber Daya Sekolah Oleh: Ruswandi Hermawan Abstrak Sekolah memiliki sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuantujuan pendidikan. Sumber daya pendidikan di sekolah dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

PANDUAN PETUNJUK TEKNIS BANTUAN PEMERINTAH PENGEMBANGAN SEKOLAH MODEL PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

PANDUAN PETUNJUK TEKNIS BANTUAN PEMERINTAH PENGEMBANGAN SEKOLAH MODEL PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PANDUAN PETUNJUK TEKNIS BANTUAN PEMERINTAH PENGEMBANGAN SEKOLAH MODEL PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 2017 PANDUAN PETUNJUK

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian pembahasan diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian pembahasan diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan 161 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Dari uraian pembahasan diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda Pelaksanaan pendidikan di SMK

Lebih terperinci

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. iii

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. iii KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

KERJASAMA INTERNASIONAL PERGURUAN TINGGI: Pengalaman di Universitas Negeri Yogyakarta

KERJASAMA INTERNASIONAL PERGURUAN TINGGI: Pengalaman di Universitas Negeri Yogyakarta KERJASAMA INTERNASIONAL PERGURUAN TINGGI: Pengalaman di Universitas Negeri Yogyakarta Oleh: Satoto E. Nayono Kantor Urusan Internasional dan Kemitraan - Universitas Negeri Yogyakarta Jalan Colombo 1, Yogyakarta

Lebih terperinci

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH Kompetensi Kepribadian 1. Memiliki integritas kepribadian yang kuat sebagai pemimpin : Selalu konsisten dalam berfikir, bersikap, berucap, dan berbuat dalam setiap melaksanakan

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 71 TAHUN 2008 TENTANG FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Bansos Peningkatan Kapasitas Lembaga Sertifikasi Kompetensi

Bansos Peningkatan Kapasitas Lembaga Sertifikasi Kompetensi Bansos Peningkatan Kapasitas Lembaga Sertifikasi Kompetensi 1 Bansos Peningkatan Kapasitas Lembaga Sertifikasi Kompetensi i ii Bansos Peningkatan Kapasitas Lembaga Setifikasi Kompetensi SAMBUTAN Direktur

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN INSENTIF TENAGA LAPANGAN DIKMAS (TLD)/ FASILITATOR DESA INTENSIF (FDI) Lampiran 3

PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN INSENTIF TENAGA LAPANGAN DIKMAS (TLD)/ FASILITATOR DESA INTENSIF (FDI) Lampiran 3 Lampiran 3 DAFTAR NAMA TLD/FDI PENERIMA DANA INSENTIF TAHUN 2012 PROVINSI :... NO NAMA ALAMAT *) KAB/KOTA NAMA BANK CABANG/UNIT NO. REKENING MASA KERJA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) *) sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan Undang- undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah membawa nuansa pembaharuan

Lebih terperinci

Bansos Peningkatan Kapasitas Tempat Uji Kompetensi

Bansos Peningkatan Kapasitas Tempat Uji Kompetensi 1 i ii SAMBUTAN Direktur Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal Kebijakan pembangunan pendidikan nasional diarahkan untuk mewujudkan pendidikan yang berkeadilan, bermutu dan relevan dengan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal abad XXI, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut

Lebih terperinci

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. NIP iii

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. NIP iii KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 391/P/SK/HT/2009 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA INSTITUSIONAL UNIVERSITAS GADJAH MADA

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 391/P/SK/HT/2009 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA INSTITUSIONAL UNIVERSITAS GADJAH MADA PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 391/P/SK/HT/2009 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA INSTITUSIONAL UNIVERSITAS GADJAH MADA REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan administrasi

Lebih terperinci

Kompetensi Kepala Sekolah

Kompetensi Kepala Sekolah 1 of 8 3/22/2012 2:32 PM AKHMAD SUDRAJAT: TENTANG PENDIDIKAN Kompetensi Kepala Sekolah Posted on 29 Januari 2008 A. Kompetensi Kepribadian 1. Memiliki integritas kepribadian yang kuat sebagai pemimpin

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, dan Pendidikan Masyarakat (PAUD dan DIKMAS) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

KATA SAMBUTAN Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, dan Pendidikan Masyarakat (PAUD dan DIKMAS) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan KATA SAMBUTAN Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, dan Pendidikan Masyarakat (PAUD dan DIKMAS) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN MODEL STRATEGI PENGELOLAAN MADRASAH ALIYAH NEGERI DI KOTA JAMBI

BAB V PENGEMBANGAN MODEL STRATEGI PENGELOLAAN MADRASAH ALIYAH NEGERI DI KOTA JAMBI BAB V PENGEMBANGAN MODEL STRATEGI PENGELOLAAN MADRASAH ALIYAH NEGERI DI KOTA JAMBI Pembahasan yang dilakukan pada bab sebelumnya menghasilkan pemikiran-pemikiran yang mencoba menjembatani temuan-temuan

Lebih terperinci

Penerapan MBS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan dalam Konteks

Penerapan MBS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan dalam Konteks BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber. Pada kenyataannya, pendidikan bukanlah suatu upaya yang sederhana, melainkan suatu

Lebih terperinci

INSTRUMEN PEMETAAN KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH

INSTRUMEN PEMETAAN KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH FORMAT 1 INSTRUMEN PEMETAAN KEPALA SEKOLAH TAHUN 2010 NAMA :... INSTANSI :... NUPTK :... KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN LEMBAGA PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

DI LINGKUNGAN BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

DI LINGKUNGAN BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA 4 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA ANTAR LEMBAGA I. PENDAHULUAN A. UMUM PEDOMAN KERJASAMA ANTAR LEMBAGA 1. Sesuai Pasal 34 Undang-Undang

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN. Pendampingan Sekolah Model Penjaminan Mutu Pendidikan

PANDUAN PELAKSANAAN. Pendampingan Sekolah Model Penjaminan Mutu Pendidikan KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 2016 PANDUAN PELAKSANAAN Pendampingan Sekolah Model Penjaminan Mutu Pendidikan 2016 Panduan Pelaksanaan Pendampingan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 JUKNIS ANALISIS STANDAR PENGELOLAAN SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 B. TUJUAN 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 G. URAIAN PROSEDUR

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA

RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2014-2018 Kata Pengantar RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF BAGI KEPALA SEKOLAH

KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF BAGI KEPALA SEKOLAH KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF BAGI KEPALA SEKOLAH OLEH A. MULIATI, AM Kepala sekolah dalam meningkatkan profesonalisme guru diakui sebagai salah satu faktor yang sangat penting dalam organisasi

Lebih terperinci

INSTRUMEN PEMETAAN KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH

INSTRUMEN PEMETAAN KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH FORMAT 2A dan 2B INSTRUMEN PEMETAAN KEPALA SEKOLAH TAHUN 2010 NAMA :... INSTANSI :... NUPTK :... KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN LEMBAGA

Lebih terperinci

PPL BLOK WAKTU. Universitas Pendidikan Indonesia

PPL BLOK WAKTU. Universitas Pendidikan Indonesia PPL BLOK WAKTU Oleh: 1. Pendahuluan a) Latar Belakang Program Pengalaman Lapangan Kependidikan bagi mahasiswa LPTK merupakan salah satu mata kuliah wajib dari kelompok MKPBM dengan bobot 4 SKS. Dalam pelaksanaannya,

Lebih terperinci

PANDUAN KERJASAMA TENTANG PENYEDIAAN TENAGA AHLI, BAHAN PENGAJARAN, FASILITAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PANDUAN KERJASAMA TENTANG PENYEDIAAN TENAGA AHLI, BAHAN PENGAJARAN, FASILITAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PANDUAN KERJASAMA TENTANG PENYEDIAAN TENAGA AHLI, BAHAN PENGAJARAN, FASILITAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN I. PENDAHULUAN Latar Belakang Kerjasama tentang penyediaan tenaga ahli, bahan pengajaran, fasilitas

Lebih terperinci

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 PANDUAN PENYUSUNAN KTSP DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No.

Lebih terperinci

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH Manajerial Menyusun perencanaan untuk berbagai tingkatan perencanaan Memimpin dalam rangka pendayagunaan sumber daya secara optimal Menciptakan budaya dan iklim yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran

Lebih terperinci

AKREDITASI PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

AKREDITASI PROGRAM STUDI KEDOKTERAN BAN-PT AKREDITASI PROGRAM STUDI KEDOKTERAN BUKU VII PEDOMAN ASESMEN LAPANGAN BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI JAKARTA 2014 DAFTAR ISI halaman DAFTAR ISI 1 BAB I 2 PENDAHULUAN 2 BAB II 3 PROSEDUR

Lebih terperinci

LAMPIRAN 3 NOTA KESEPAKATAN (MOU) UNTUK MERENCANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA. (Versi Ringkas)

LAMPIRAN 3 NOTA KESEPAKATAN (MOU) UNTUK MERENCANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA. (Versi Ringkas) LAMPIRAN 3 NOTA KESEPAKATAN (MOU) UNTUK MERENCANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas) Pihak Pertama Nama: Perwakilan yang Berwenang: Rincian Kontak: Pihak Kedua

Lebih terperinci

PROGRAM DAN EVALUASI. Pendidikan Keluarga. Warisno, S.Sos., MPd. Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga

PROGRAM DAN EVALUASI. Pendidikan Keluarga. Warisno, S.Sos., MPd. Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga PROGRAM DAN EVALUASI Pendidikan Keluarga OLEH : Warisno, S.Sos., MPd. Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.405, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN SOSIAL. Prosedur. Penyusunan. Naskah Hukum. Pencabutan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2012 TENTANG PROSEDUR PENYUSUNAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 51 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 51 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 JUKNIS ANALISIS STANDAR PENGELOLAAN SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 51 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 G. URAIAN PROSEDUR 53 LAMPIRAN

Lebih terperinci

I. STANDAR ISI. hal. 1/61. Instrumen Akreditasi SMP/MTs

I. STANDAR ISI. hal. 1/61. Instrumen Akreditasi SMP/MTs I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 120/Permentan/OT.140/11/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 120/Permentan/OT.140/11/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 120/Permentan/OT.140/11/2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KERJASAMA DALAM NEGERI DI BIDANG PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN

Lebih terperinci

KOMPETENSI TENAGA KEPENDIDIKAN 1. KOMPETENSI PENGAWAS/PENILIK PAUD

KOMPETENSI TENAGA KEPENDIDIKAN 1. KOMPETENSI PENGAWAS/PENILIK PAUD LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI KOMPETENSI TENAGA KEPENDIDIKAN 1. KOMPETENSI PENGAWAS/PENILIK

Lebih terperinci

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN NOMOR 04 TAHUN 2012 TENTANG PROSEDUR PENYUSUNAN NASKAH HUKUM DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Menimbang : a. bahwa dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 12

Lebih terperinci

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat Naskah Soal Ujian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Petunjuk: Naskah soal terdiri atas 7 halaman. Anda tidak diperkenankan membuka buku / catatan dan membawa kalkulator (karena soal yang diberikan tidak

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PERMENTAN/OT.140/2/2015

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PERMENTAN/OT.140/2/2015 PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PERMENTAN/OT.140/2/2015 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA BIDANG PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEDOMAN PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

PEDOMAN PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH/MADRASAH PEDOMAN PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH/MADRASAH PUSAT PENGEMBANGAN TENAGA KEPENDIDIKAN BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb No.1572, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Piagam Pengawasan Intern. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. menengah.

KATA PENGANTAR. menengah. KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan faktor yang secara signifikan mampu meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu pembangunan pendidikan memerlukan

Lebih terperinci

MANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU AKADEMIK INTERNAL

MANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU AKADEMIK INTERNAL MANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU AKADEMIK INTERNAL POLITEKNIK LP3I JAKARTA TAHUN 2016 ii iii DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv Bab I Penjelasan Umum... 2 A. Definisi dan

Lebih terperinci

masalah penelitian yaitu gaya kepemimpinan kepala sekolah, sistem pelayanan administratif, sistem penyelenggaraan proses pendidikan (pembelajaran dan

masalah penelitian yaitu gaya kepemimpinan kepala sekolah, sistem pelayanan administratif, sistem penyelenggaraan proses pendidikan (pembelajaran dan BAB VI KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Bab IV ini mempakan deskripsi temuan penelitian yang mencakup masalah penelitian yaitu gaya kepemimpinan kepala sekolah, sistem pelayanan administratif,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Bab ini menyajikan beberapa kesimpulan hasil penelitian, implikasi, dan rekomendasi yang dikemukakan berdasarkan berbagai temuan dari pengolahan data, terutama

Lebih terperinci

PEDOMAN PENDAMPINGAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH

PEDOMAN PENDAMPINGAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2014 TENTANG PENDAMPINGAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH PEDOMAN

Lebih terperinci

BUKU 1 PETUNJUK PELAKSANAAN PERSIAPAN

BUKU 1 PETUNJUK PELAKSANAAN PERSIAPAN BUKU 1 PETUNJUK PELAKSANAAN PERSIAPAN K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M D I R E K T O R A T J E N D E R A L C I P T A K A R Y A DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DAFTAR

Lebih terperinci

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH Manajerial Menyusun perencanaan untuk berbagai tingkatan perencanaan Memimpin dalam rangka pendayagunaan sumber daya secara optimal Menciptakan budaya dan iklim yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran

Lebih terperinci

INSTRUMEN EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS)

INSTRUMEN EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS) INSTRUMEN EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS) STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN RESPONDEN: GURU SD PUSAT PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu usaha menciptakan manusia yang mampu berinovasi dengan mengembangkan potensi dalam dirinya. Selain itu, pendidikan juga meningkatkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri

Lebih terperinci

2017, No Perilaku Pegawai Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Neg

2017, No Perilaku Pegawai Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Neg BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1507, 2017 KEMENKUMHAM. Kode Etik. Kode Perilaku Pegawai. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG KODE

Lebih terperinci

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Tujuan Peraturan ini dibuat dengan tujuan menjalankan fungsi pengendalian internal terhadap kegiatan perusahaan dengan sasaran utama keandalan

Lebih terperinci

PEDOMAN 3 POLA KERJASAMA DENGAN PIHAK LUAR. Oleh : Tim LPM UNJ

PEDOMAN 3 POLA KERJASAMA DENGAN PIHAK LUAR. Oleh : Tim LPM UNJ PEDOMAN 3 POLA KERJASAMA DENGAN PIHAK LUAR Oleh : Tim LPM UNJ LEMBAGA PENGABDIAN MASYARAKAT UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2014 LEMBAR PENGESAHAN Tim Penyusun Ketua Anggota : Dr. Etin Solihatin, M.Pd : Drs.

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN (AKPK) BAGI CALON KEPALA SEKOLAH

ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN (AKPK) BAGI CALON KEPALA SEKOLAH ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN (AKPK) BAGI CALON KEPALA SEKOLAH TAHUN 2012 NAMA :... INSTANSI :... NUPTK :... KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Pendidikan dan Pelatihan Jabatan

Lebih terperinci

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik. A. Rasional Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 2 ayat (2) tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan yang sesuai dengan Standar Nasional

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI 1 Lembar Pengesahan 2 Daftar Distribusi 2 Catatan Perubahan 2

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI 1 Lembar Pengesahan 2 Daftar Distribusi 2 Catatan Perubahan 2 Halaman : 1 dari 13 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI 1 Lembar Pengesahan 2 Daftar Distribusi 2 Catatan Perubahan 2 KATA PENGANTAR 3 BAB I PENDAHULUAN 4 BAB II ARAH KEBIJAKAN 5 Umum 5 Pendidikan 5 Penelitian

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

KERJASAMA DI BIDANG AKADEMIK PENERIMAAN MAHASISWA BARU (PMB) I. PENDAHULUAN

KERJASAMA DI BIDANG AKADEMIK PENERIMAAN MAHASISWA BARU (PMB) I. PENDAHULUAN KERJASAMA DI BIDANG AKADEMIK PENERIMAAN MAHASISWA BARU (PMB) I. PENDAHULUAN Latar Belakang Universitas Negeri Yogyakarta memiliki komitmen dalam menyelenggarakan pendidikan akademik, profesi, dan vokasi

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu pengelolaan pendidikan yang terencana dan terorganisir dalam suatu sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Suatu pengelolaan pendidikan yang terencana dan terorganisir dalam suatu sekolah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu pengelolaan pendidikan yang terencana dan terorganisir dalam suatu sekolah adalah bagian dari kegiatan manajemen pendidikan yang sangat diperlukan dalam

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

DIREKTORAT PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN NONFORMAL DIREKTORAL JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

DIREKTORAT PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN NONFORMAL DIREKTORAL JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN Standar Kompetensi PENGELOLA PAUD DIREKTORAT PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN NONFORMAL DIREKTORAL JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2007 A. LATAR

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM.63/UM.001/MPEK/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM.63/UM.001/MPEK/2013 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM.63/UM.001/MPEK/2013 TENTANG PENGELOLAAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum SMA Negeri 1 Salatiga Pada 1 Juli yayasan SMA B didirikan oleh beberapa tokoh, terutama mereka yang berada di DPRD Salatiga

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN SUPERVISI SATUAN PAUD DAN DIKMAS

PANDUAN PELAKSANAAN SUPERVISI SATUAN PAUD DAN DIKMAS PANDUAN PELAKSANAAN SUPERVISI SATUAN PAUD DAN DIKMAS PUSAT PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT JAWA BARAT 2017 KATA PENGANTAR Pengembangan Satuan Pendidikan PAUD dan Dikmas

Lebih terperinci

USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF

USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF Nama Alamat : Ronggo Tunjung Anggoro, S.Pd : Gendaran Rt 001 Rw 008 Wonoharjo Wonogiri Wonogiri

Lebih terperinci

2013, No.40 2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENE

2013, No.40 2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENE LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.40, 2013 KOPERASI. Usaha Mikro. Kecil. Menengah. Pelaksanaan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5404) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PEDOMAN SISTIM PENGENDALIAN INTERN

PEDOMAN SISTIM PENGENDALIAN INTERN PEDOMAN SISTIM PENGENDALIAN INTERN DANA PENSIUN PERHUTANI 2007 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN... 1 II. MAKSUD DAN TUJUAN... 2 III. RUANG LINGKUP... 2 3.1 Pihak Yang Berkepentingan... 3 3.2 Lingkungan Pengendalian

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

ETIKA KERJASAMA DALAM PENELITIAN

ETIKA KERJASAMA DALAM PENELITIAN TUGAS ETIKA PROFESI ETIKA KERJASAMA DALAM PENELITIAN Dosen: Prof. Ir. Kurniatun Hairiah, Ph.D. Disusun Oleh: Indriana Dwi Astuti 115040101111050 Kelas G PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang merupakan tempat dimana

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang merupakan tempat dimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang merupakan tempat dimana proses pendidikan dilakukan, mempunyai sistem yang dinamis dan kompleks. Kegiatan sekolah bukan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN 6. PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas)

LAMPIRAN 6. PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas) LAMPIRAN 6 PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas) Pihak Pertama Nama: Perwakilan yang Berwenang: Rincian Kontak: Pihak Kedua Nama:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang. masa mengisyaratkan bahwa secara keseluruhan mutu SDM Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. terdidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang. masa mengisyaratkan bahwa secara keseluruhan mutu SDM Indonesia saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keunggulan suatu bangsa tidak lagi bertumpu pada kekayaan alam, melainkan pada keunggulan sumber daya manusia (SDM), yaitu tenaga terdidik yang mampu menjawab

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian lapangan dan pembahasan, maka kesimpulan penelitian sebagai berikut:

Lebih terperinci